SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

16
A. SEJARAH RUMUSAN PANCASILA Tiga setengah abad lebih, bangsa kita dijajah bangsa asing. Tahun 1511 Bangsa Portugis merebut Malaka dan masuk kepulauan Maluku, sebagai awal sejarah buramnya bangsa ini, disusul Spanyol dan Inggris yang juga berdalih mencari rempah - rempah di bumi Nusantara. Kemudian Tahun 1596 Bangsa Belanda pertama kali datang ke Indonesia dibawah pimpinan Houtman dan de Kyzer. Yang puncaknya bangsa Belanda mendirikan VOC dan J.P. Coen diangkat sebagai Gubernur Jenderal Pertama VOC. Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia, sebab tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura) Dalam maklumat tersebut sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia. Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni

Transcript of SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

Page 1: SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

A. SEJARAH RUMUSAN PANCASILA

Tiga setengah abad lebih, bangsa kita dijajah bangsa asing. Tahun 1511 Bangsa

Portugis merebut Malaka dan masuk kepulauan Maluku, sebagai awal sejarah buramnya

bangsa ini, disusul Spanyol dan Inggris yang juga berdalih mencari rempah - rempah di bumi

Nusantara. Kemudian Tahun 1596 Bangsa Belanda pertama kali datang ke Indonesia

dibawah pimpinan Houtman dan de Kyzer. Yang puncaknya bangsa Belanda mendirikan VOC

dan J.P. Coen diangkat sebagai Gubernur Jenderal Pertama VOC.

Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 9 Maret 1942

Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak saat itu Indonesia

diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia,

sebab tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah melawan tentara Sekutu.

Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam

melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari.

Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena

terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji

kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat

yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah

Militer Jepang di Jawa dan Madura) Dalam maklumat tersebut sekaligus dimuat dasar

pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya

dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan

Indonesia.

Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang

pertama pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama tersebut yang

dibicarakan khusus mengenai dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang

pertama tersebut 2 (dua) Tokoh membahas dan mengusulkan dasar negara yaitu

Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno.

Tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai calon dasar negara

secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu :

1) Peri Kebangsaan

2) Peri Kemanusiaan

3) Peri Ketuhanan

4) Peri Kerakyatan

5) Kesejahteraan Rakyat

Page 2: SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

Selain secara lisan M. Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yaitu :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Persatuan Indonesia

3) Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/

Perwakilan

5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno (Bung Karno) mengajukan usul mengenai

calon dasar negara yaitu :

1) Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)

2) Internasionalisme (Perikemanusiaan)

3) Mufakat atau Demokrasi

4) Kesejahteraan Sosial

5) Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama PANCASILA, lebih lanjut Bung Karno

mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:

1) Sosio nasionalisme

2) Sosio demokrasi

3) Ketuhanan.

Selanjutnya oleh Bung Karno tiga hal tersebut masih bisa diperas lagi menjadi Ekasila yaitu

GOTONG ROYONG.

Selesai sidang pembahasan Dasar Negara, maka selanjutnya pada hari yang sama (1

Juni 1945) para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang

tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan

kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara

tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945.

Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas 8 orang, yaitu:

1) Ir. Soekarno

2) Ki Bagus Hadikusumo

3) K.H. Wachid Hasjim

4) Mr. Muh. Yamin

Page 3: SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

5) M. Sutardjo Kartohadikusumo

6) Mr. A.A. Maramis

7) R. Otto Iskandar Dinata dan

8) Drs. Muh. Hatta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan

para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujui

dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul - usul/ Perumus Dasar Negara, yang terdiri

atas sembilan orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Mr. A.A. Maramis, K.H. Wachid

Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, Mr. Ahmad Subardjo

dan Mr. Muh. Yamin. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil

merumuskan Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian dikenal dengan sebutan PIAGAM

JAKARTA.

Dalam sidang BPUPKI kedua, Tanggal 10 s/d 16 Juli 1945, hasil yang dicapai adalah

merumuskan rancangan Hukum Dasar. Tanggal 9 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dan pada Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa

syarat kepada Sekutu, sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan

mem-Proklamasi-kan Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah

proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama :

1) Mengesahkan Rancangan Hukum Dasar dengan Preambulnya (Pembukaan)

2) Memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang sangat panjang, sehingga sebelum

mengesahkan Preambul, Drs. Muhammad Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa

pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan

dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur

mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata KETUHANAN yang

berbunyi 'dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' dihapus.

Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI

yang baru saja diproklamasikan.

Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada

para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid

Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Bung Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi

persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi

Page 4: SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

persatuan dan kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh

Islam itu merelakan dicoretnya 'dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya' di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan 'Yang Maha Esa', sehingga

Preambule (Pembukaan) UUD1945 disepakati sebagai berikut :

UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PEMBUKAAN (Preambule)

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka

penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan

dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang

berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu

gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan

makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,

supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan

ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,

maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara

Republik Indonesia yang berkedaulatan dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,

Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Ke-rakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan

suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 5: SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

Dan untuk dapat melaksanakan PANCASILA sebagai ideologi dan dasar negara sekaligus

sebagai pandangan hidup seluruh Rakyat Indonesia, maka Pancasila diterjemahkan dalam

butir - butir Pancasila yaitu :

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA :

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai

dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan

yang adil dan beradab.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk

agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

Menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai

dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

kepada orang lain.

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB :

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,

tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,

kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Berani membela kebenaran dan keadilan.

Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

Page 6: SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. PERSATUAN INDONESIA :

Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan

bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan

golongan.

Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila

diperlukan.

Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi

dan keadilan sosial.

Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM

PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN :

Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai

kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan

bersama.

Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil

musyawarah.

Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil

keputusan musyawarah.

Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi

dan golongan.

Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada

Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai

kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan

bersama.

Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan

pemusyawaratan.

Page 7: SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA :

Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana

kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Menghormati hak orang lain.

Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasaN terhadap

orang lain.

Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gayA

hidup mewah.

Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikaN

kepentingan umum.

Suka bekerja keras.

Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan

kesejahteraan bersama.

Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan

berkeadilan sosial.

B. IMPLEMENTASI NILAI SILA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI- HARI

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila Sila ke V yang harus

diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah

sebagai berikut ( Soejadi, 1999 : 88- 90) :

1. Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain :

a. Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu

dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil,

Maha Bijaksana dan sebagainya;

b. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah- NYA

dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan semua potensi yang diberikan

oleh Tuhan Yang Maha Pemurah manusia harus menyadari, bahwa setiap benda dan

makhluk yang ada di sekeliling manusia merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan

sebaik-baiknya; harus dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang

lain dan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

Page 8: SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

Penerapan Sila ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

misalnya menyayangi binatang; menyayangi tumbuhtumbuhan dan merawatnya; selalu

menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa Allah tidak

suka pada orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang

terhadap orang-orang yang selalu bertakwa dan selalu berbuat baik. Lingkungan hidup

Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia

merupakan karunia dan rahmat-NYA yang wajib dilestarikan dan dikembangkan

kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan

bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas

Hidup itu sendiri.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan

yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain sebagai

berikut :

Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan kewajiban

asasinya;

Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar dan

terhadap Tuhan;

Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa,

karsa dan keyakinan.

Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari yaitu:

dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh

lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi

lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; hak

setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai

dengan ketentuanketentuan hukum yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi

Hardjasoemantri, 2000 : 558). Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat

untuk mengamalkan Sila ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar

udara yang dihirup bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang ada di

lingkungan sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya. Nilai-nilai Sila

Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat penjabaran dalam Undang-

Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5 ayat (1) sampai ayat (3); Pasal 6

ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai ayat (2). Dalam Pasal 5 ayat (1)

Page 9: SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik

dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak atas informasi

lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam

ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka

pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan, bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian

fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan

lingkungan hidup dan dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa setiap orang yang melakukan usaha

dan/ atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai

pengelolaan lingkungan hidup. Dalam Pasal 7 ayat (1) ditegaskan, bahwa masyarakat

mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan

lingkungan hidup; dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa ketentuan pada ayat (1) di atas

dilakukan dengan cara :

1. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan;

2. Menumbuhkembangkan kemampauan dan kepeloporan masyarakat;

3. Menumbuhkan ketanggapsegeraan masya-rakat untuk melakukan pengwasan sosial;

4. Memberikan saran pendapat;

5. Menyampaikan informasi dan/atau menyam-paikan laporan

3. Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam

hal-hal yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut

:

Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia

serta wajib membela dan menjunjung tinggi (patriotisme);

Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan kebudayaan

bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan

kesatuan bangsa;

Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme).

Penerapan sila ini dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhitungkan dalam

pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di daerah dan

mengembangkannya melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan penyuluhan

dalam pengenalan tata nilai tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku

Page 10: SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

manusia untuk melindungi sumber daya dan lingkungan (Salladien dalam Burhan Bungin dan

Laely Widjajati , 1992 : 156-158). Di beberapa daerah tidak sedikit yang mempunyai ajaran

turun temurun mewarisi nilai-nilai leluhur agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang

dilarang oleh ketentuan-ketentuan adat di daerah yang bersangkutan, misalnya ada larangan

untuk menebang pohon-pohon tertentu tanpa ijin sesepuh adat; ada juga yang dilarang

memakan binatang-bintang tertentu yang sangat dihormati pada kehidupan masyarakat

yang bersangkutan dan sebagainya. Secara tidak langsung sebenarnya ajaran-ajaran nenek

leluhur ini ikut secara aktif melindungi kelestarian alam dan kelestarian lingkungan di daerah

itu. Bukankah hal ini sudah mengamalkan Pancasila dalam kehidupan masyarakat yang

bersangkutan sehari-hari.

4. Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilainilai kerakyatan. Dalam hal ini ada beberapa

hal yang harus dicermati, yakni:

Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat;

Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat;

Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai

kedudukan, hak dan kewajiban yang sama;

Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakilwakil rakyat.

Penerapan sila ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain (Koesnadi

Hardjasoemantri, 2000 : 560 ) :

Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan

tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;

Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan

hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;

Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan

masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan

daya tampung lingkungan hidup.

5. Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan

sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antara lain :

a. Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi

dan sosial budaya;

b. Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;

Page 11: SEJARAH RUMUSAN PANCASILA.doc

c. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak milik orang lain;

Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material spiritual bagi

seluruh rakyat Indonesia;

Cinta akan kemajuan dan pembangunan.

Penerapan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur masalah

lingkungan hidup. Sebagai contoh, dalam Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang

Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bagian H yang mengatur aspekaspek pengelolaan

lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam. Dalam ketetapan MPR ini hal itu

diatur sebagai berikut (Penabur Ilmu, 1999 : 40) :

Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat

bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi;

Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan

melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan pengunaan dengan

menerapkan teknologi ramah lingkungan;

Mendelegasikan secara betahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam secara selektif dan

pemeliharaan ling-kungan hidup, sehingga kualitas ekosistem tetap terjaga yang

diatur dengan undangundang;

Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseim-bangan lingkungan hidup,

pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat

lokal serta penataan ruang yang pengaturannya diatur dengan undang-undang;

Menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan.