Sejarah RAPI

31
Sejarah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) Penemuan alat komunikasi radio yang menggunakan band frekuensi 26,968 -27,405 Mhz yang di negara asalnya Amerika terkenal dengan nama radio Citizent Band (CBX) maka di Amerika tersebut pada tahun 1958 secara resmi radio CB telah dilegalisir penggunaannya sebagai alat komunikasi radio antar penduduk. Sebagai organisasi pengelolaannya adalah Federal Communications Commission (FCC) yang bertugas untuk menangani pengendalian dan pembinaan para penggemarnya yang semakin banyak di masyarakat luas. Keberadaan CB terasa diperlukan oleh masyarakat di Amerika, terutama sebagai sarana komunikasi antar penduduk untuk saling memberikan informasi bila mendapat kesulitan, mohon bantuan/pertolongan dengan segera, atau untuk kepentingan gawat darurat. Dengan demikian komunikasi radio antar penduduk (CB) di Amerika berkembang dengan baik dan telah memasyarakat, sehingga instansi-instansi resmipun ikut secara aktif terjun didalamnya. Instansi yang ikut terjun antara lain : Kepolisian, SAR, Rumah Sakit, Pemadam Kebakaran, Perusahaan Listrik, dan lembaga sosial kemasyarakatan lain yang semuanya memonitor dengan menggunakan jalur/aluran 9. Disamping itu keperluan tersebut, alat komunikasi ini juga banyak digunakan untuk membantu keperluan komunikasi pada acara/event penting seperti acara olahraga maupun bentuk bentuk keramaian lainnya, demi kelancaran penyelenggaraan dan untuk mengantisipasi apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan. Perkembangan komunikasi radio CB, telah merambah ke berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia pun mulai dimasuki radio CB sejak dasawarsa 70-an. Kehadiran CB di Indonesia teryata terus berkembang dalam jumlah maupun penggemarnya yang penggunaannya masih bersifat liar, karena belum ada ketentuan yang mengaturya. Melihat kenyataan ini, Pemerintah mulai menyadari jikalau penggunaan CB secara liar dan jumlahnya semakin bertambah banyak tetap dibiarkan, bisa mengakibatkan timbulnya dampak negatif, karena alat komunikasi radio CB apabila oleh pemilik yang tidak bertanggungjawab dan liar dapat digunakan untuk tindakan yang bersifat kriminal, bahkan mungkin sampai tindakan subversif dan Iain-lain. Akhirnya Pemerintah mengambil tindakan penertiban terhadap pemilik dan pengguna radio CB di Indonesia, oleh karenanya Pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melegalisir penggunaan perangkat tersebut dengan ketentuan-ketentuan persyaratan serta perijinan untuk Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP).

Transcript of Sejarah RAPI

Page 1: Sejarah RAPI

Sejarah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia)

Penemuan alat komunikasi radio yang menggunakan band frekuensi 26,968 -27,405 Mhz yang di negara asalnya Amerika terkenal dengan nama radio Citizent Band (CBX) maka di Amerika tersebut pada tahun 1958 secara resmi radio CB telah dilegalisir penggunaannya sebagai alat komunikasi radio antar penduduk. Sebagai organisasi pengelolaannya adalah Federal Communications Commission (FCC) yang bertugas untuk menangani pengendalian dan pembinaan para penggemarnya yang semakin banyak di masyarakat luas. Keberadaan CB terasa diperlukan oleh masyarakat di Amerika, terutama sebagai sarana komunikasi antar penduduk untuk saling memberikan informasi bila mendapat kesulitan, mohon bantuan/pertolongan dengan segera, atau untuk kepentingan gawat darurat. Dengan demikian komunikasi radio antar penduduk (CB) di Amerika berkembang dengan baik dan telah memasyarakat, sehingga instansi-instansi resmipun ikut secara aktif terjun didalamnya. Instansi yang ikut terjun antara lain : Kepolisian, SAR, Rumah Sakit, Pemadam Kebakaran, Perusahaan Listrik, dan lembaga sosial kemasyarakatan lain yang semuanya memonitor dengan menggunakan jalur/aluran 9. Disamping itu keperluan tersebut, alat komunikasi ini juga banyak digunakan untuk membantu keperluan komunikasi pada acara/event penting seperti acara olahraga maupun bentuk bentuk keramaian lainnya, demi kelancaran penyelenggaraan dan untuk mengantisipasi apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan. Perkembangan komunikasi radio CB, telah merambah ke berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia pun mulai dimasuki radio CB sejak dasawarsa 70-an. Kehadiran CB di Indonesia teryata terus berkembang dalam jumlah maupun penggemarnya yang penggunaannya masih bersifat liar, karena belum ada ketentuan yang mengaturya. Melihat kenyataan ini, Pemerintah mulai menyadari jikalau penggunaan CB secara liar dan jumlahnya semakin bertambah banyak tetap dibiarkan, bisa mengakibatkan timbulnya dampak negatif, karena alat komunikasi radio CB apabila oleh pemilik yang tidak bertanggungjawab dan liar dapat digunakan untuk tindakan yang bersifat kriminal, bahkan mungkin sampai tindakan subversif dan Iain-lain. Akhirnya Pemerintah mengambil tindakan penertiban terhadap pemilik dan pengguna radio CB di Indonesia, oleh karenanya Pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melegalisir penggunaan perangkat tersebut dengan ketentuan-ketentuan persyaratan serta perijinan untuk Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP).

Kebjaksanaan Pemerintah melalui Menteri Perhubungan telah menetapkan SK MENHUB RI Nomor : SI. 11/HK 501/Phb-80 tertanggal 6 Oktober 1980, tentang Perizinan Penyelenggaraan Komunikasi Radio Antar Penduduk. Untuk pelaksanaan keputusan tersebut, maka perlu didirikan suatu organisasi yang bertugas membantu Pemerintah dalam pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggara Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP). Memperhatikan begitu pentingnya suatu organisasi pendukung atas keputusan itu maka Dirjen Postel pada tanggal 31 Oktober, menunjuk Team Formatur dengan suratnya Nomor : 6356/OT.002/Dirfrek/80, untuk membentuk Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia yang mempunyai kepentingan pembinaan, pengelolaan, dan pengendalian Komunikasi Radio Antar Penduduk. Team Formatur yang ditunjuk, yaitu :

1. SUDARTO2. EDDIE M. NALAPRAYA3. SUTIKNO BUCHARI4. A. PRATOMO, Be T.T.5. LUKMAN ARIFIN, SH

Page 2: Sejarah RAPI

Team Formatur diberi tugas :

1. Menyusun AD & ART dari Organisasi KRAP tingkat Pusat2. Menyusun Pengurus Pusat dari Organisasi KRAP Setelah formatur bermusyawarah pada tanggal 2

Desember 1980 di Jakarta, maka terbentuklah susunan Pengurus Pusat Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI ) dengan susunan AD & ART RAPI. Organisasi RAPI merupakan satu-satunya organisasi bagi penyelenggara Komunikasi Radio Antar Penduduk di Indonesia. Terpilih sebagai Ketua Umum pertama adalah EDDIE M NALAPRAYA. Organisasi tersebut didasarkan atas SK MENHUB No. SI. 11/HK S01/Phb-80, tanggal 6 Oktober 1980, yang pelaksanaannya diatur melalui SK Dirjen Postel Nomor : 125/Dirjen/1980, yang menetapkan KEPUTUSAN TENTANG PENDIRIAN DAN PENGANGKATAN PENGURUS PUSAT ORGANISASI RADIO ANTAR PENDUDUK, tertanggal 10 Nopember 1980.

Tanggal 10 Nopember 1980 dijadikan tanggal lahirnya Organisasi RAPI, dan mulai saat itulah Radio Antar Penduduk Indonesia mulai berkiprah dalam mendukung pembangunan nasional melalui bantuan komunikasi maupun dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, politik, olahraga, kepramukaan, SAR, satuan komunikasi kamtibmas, dan masalah emergency lainnya, baik ditingkat Daerah maupun Tingkat Nasional. Perkembangan dan pertumbuhan RAPI semakin semarak dan telah menjadi suatu bagian hobby yang dicintai oleh masyarakat Perkembangan ini berlangsung terus sampai dengan tahun 1987. Tetapi dengan adanya kebijaksanaan Pemerintah melalui SK Menparpostel RI No. KM 48/PT.307/MPPT-85 yo SK No. 79/PT.307/MPPT-87 yang pelaksanaannya diatur di dalam SK Dirjen Postel No. 97/Dirjen/85 yo SKNo. 80/Dirjen/87, ? yang intinya tentang pita frekuensi 11 meter (27 Mhz) secara berangsur-angsur akan dicabut dan diganti dengan pita frekuensi 62 centimeter (476 Mhz) – maka dengan sendirinya kegiatan RAPI menurun sangat drastis, penurunan ini disamping disebabkan ketentuan tersebut diatas juga karena akibat produser perangkat 11 meter menghentikan produksinya, sehingga anggota RAPI kesulitan mencari komponen maupun perangkat radio komunikasi 11 meter. Dalam kondisi seperti itulah, semua pelaku organisasi RAPI diseluruh Indonesia berupaya agar RAPI tetap eksis dan dapat melakukan kegiatan yang positip bagi anggota maupun masyarakat sebagai bentuk dharma bhakti kepada nusa dan bangsa. Dengan berbagai upaya melalui aspek legal maupun usaha-usaha memberikan masukan kepada Pemerintah agar kelangsungan hidup organisasi RAPI bisa tetap dipertahankan keberadaannya. Akhirnya Pemerintah memperhatikan serta tanggap terhadap aspirasi dari seluruh jajaran RAPI dan berdasarkan UU No. 3 Tahun 1989 Tentang Telekomunikasi yang didalamnya KRAP termaktub di dalam Pasal 5 Ayat 2, Pasal 12 Ayat 1 dan Ayat 3, maka Pemerintah melalui SK Menparpostel No. KM 26/ PT.307/MPPT-92 tertanggal 30 Maret 1992, tentang Komunikasi Radio Antar Penduduk, menetapkan bahwa pita frekuensi 11 meter (27 Mhz) dialokasikan kembali kepada RAPI, disamping frekuensi 62 centimeter (476 Mhz). Termasuk juga penggunaan perangkat KRAP buatan luar negeri diperbolehkan untuk digunakan selama memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan.

Keberhasilan usaha dan perjuangan para pelaku organisasi RAPI semakin nyata, ini bisa kita lihat bahwa dengan dikeluarkannya SK Dirjen Postel Nomor : 92/Dirjen/1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP). Didalam SK tersebut ditetapkan bahwa perangkat komunikasi pada gelombang:

1. HF (High Frequency) yaitu Band Frekuensi 26.960 – 27.415 Mhz2. VHF (Very High Frequency) Band Frekuensi 142.0375 – 143.5375 Mhz3. UHF (Ultra High Frequency) Band Frekuensi 476.410 – 477.415 Mhz

dialokasikan dan dipercayakan kepada organisasi RAPI untuk pengelolaannya.

Dengan kepercayaan yang telah diberikan oleh Pemerintah, maka perlu bagi seluruh pelaku-pelaku organisasi RAPI untuk meningkatkan rasa tanggungjawabnya terhadap organisasi maupun aturan dan ketentuan yang berlaku dalam Komunikasi Radio Antar Penduduk yang telah ditetapkan, sehingga terciptalah Tertib

Page 3: Sejarah RAPI

Organisasi dan Tertib Frekuensi seperti yang kita dambakan. Semoga RAPI untuk saat sekarang maupun yang akan datang dapat membuktikan karya dan bhaktinya terhadap bangsa dan negara Indonesia yang tercinta.

Sumber: Rapi12DIY.com

Page 4: Sejarah RAPI

Menjadi Anggota RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia)Filed under Info Rakom/Gadgets

142

Jakarta, 30 Juni 2008. Sejalan dengan mengikuti hobi touring motor, salah satu perlengkapan pendukung yang sangat dibutuhkan adalah menggunakan Radio Komunikasi (disingkat Rakom) antara lain memakai radio HT (handy transceiver) atau perangkat Rig. Setelah beberapa kali mengikuti touring ternyata fungsi HT ini sangat membantu dalam berkomunikasi.

Baik itu komunimkasi diantara para peserta, petugas touring maupun komunikasi dengan panitia sebuah event, atau juga perhelatan komunitas yang melibatkan tamu sampai ratusan. sebagai contoh, sebuah event touring dalam satu kelompok (konvoi) dengan jumlah peserta 8 orang s/d 10 bikers. Disaat melakukan perjalanan, para petugas touring yang bertanggung jawab antara lain Captain Road, VO dan Sweeper dan setidaknya mereka sudah dibekali atau diperlengkapi dengan perangkat HT.

Begitu perjalanan berlangsung, maka para petugas ini akan dapat saling berkomunikasi dengan mudah dan tidak perlu lagi main klakson, berteriak-teriak, saling kejar-kejaran. Sebaliknya perjalanan pun akan menjadi lebih aman, lebih terkendali, lebih terkoordinasi dengan baik dan semuanya akan jadi lebih mudah hanya dengan alat Rakom.

Menggunakan perangkat Rakom tidak se-enaknya begitu saja, kita tidak hanya main beli HT atau saling pinjam dengan teman dan langsung dipakai. Namun, hal yang perlu diingat sebagai warga negara yang tertib pada aturan bahwa penggunaan Rakom sudah ada prosedurnya, karena penggunaan “pita frekuensi” sudah diatur oleh pemerintah melalui UU yang berlaku.

Atas kesadaran sendiri, maka saya pun memilih bergabung dengan organisasi RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) untuk kelancaran saya dalam berkomunikasi di udara, baik hal itu digunakan untuk kegiatan touring, kegiatan sosial, bahkan sampai pada kegiatan-kegiatan darurat a.l. SAR (Search and Rescue).

Sebagai langkah awal maka saya pun menghubungi rekan yang sudah lebih dulu menjadi anggota RAPI, yaitu bro Marko pemilik call-sign RAPI JZ10-HFE.

Bertanya kepada teman yang sudah lebih dulu menjadi anggota akan sangat membantu sekali. Kita akan jadi lebih mudah melakukan akses, bahkan kita bisa belajar dari pengalaman teman, katakanlah sharing, sekaligus berbagi informasi.

Page 5: Sejarah RAPI

Berdasarkan informasi dan pengalaman saya sendiri, ternyata untuk menjadi anggota RAPI sangat mudah sekali, pertama memiliki KTP, kedua mencari teman yang sudah memiliki call-sign RAPI (masih aktif), ketiga menghubungi pengurus lokal RAPI sesuai dengan kelurahan/kecamatan KTP, ke-empat menghubungi pengurus wilayah RAPI sesuai dengan wilayah pemerintahan yang disebutkan di KTP.

Foto 2: Jajaran Pengurus RAPI

Sebelum mengurus administrasi RAPI setidaknya perangkat Rakom yang dikendaki sudah dimiliki.

Untuk jenis dan perangkat ini Rakom ada banyak ragam dan model, tetapi yang pasti tanyakan saja kepada teman-teman yang sudah lebih dulu menjadi anggota RAPI, dijamin seorang teman secara sukarela akan membantu memberikan penjelasan bahkan mengantarkan ke toko Rakom yang sudah dikenal.

Pembelian barang bekas (second hand) harus lebih hati-hati dan sebaiknya kita saling menanyakan (cross-check) kepada teman yang lain.

Inilah beberapa dokumen persyaratan menjadi anggota RAPI a.l. fotokopi KTP, pas foto ukuran 2×3 sebanyak 10 lembar, memiliki SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian), mengisi Formulir Pendaftaran RAPI, mengikuti Bimbingan Organisasi (BO) RAPI dan membayar sekitar Rp350,000.-.

Untuk aspek teknis bagaimana memasang Rakom di motor serta berbagai aktifitas rekan-rekan RAPI dapat dilihat melalui melalui website RAPI RIDERS, atau juga website RAPI Indonesia. Untuk forum komunikasi Rakom juga dapat diakses melalui website Komunitas Honda-Tiger Indonesia.

Dibawah ini ada beberapa cuplikan foto pada saat saya mengikuti Bimbingan Organisai RAPI Wilayah Jakarta Barat, kemudian foto saat bersalaman dengan sesepuh RAPI, Bapak H. Eddie M. Nalapraya JZ09AAA, dan berikutnya adalah foto stasiun radio (Home Base Station) dengan perangkat sederhana ditunjang dengan 2 buah antena merek lokal.

Page 6: Sejarah RAPI

Foto 3: Mengikuti BO (Bimbingan Organisasi) RAPI

Foto 4: Sesepuh RAPI Bapak H. Eddie M. Nalapraya JZ09AAA

Page 7: Sejarah RAPI

Foto 5: Bersalaman dengan Bapak H. Eddie M. Nalapraya JZ09AAA

Foto 6: Home Base Station JZ10HRB

Page 8: Sejarah RAPI

Foto 7: Antena luar home base station

Page 9: Sejarah RAPI

DASAR DAN TUJUAN

Mengapa Spectrum Frekuensi Radio di Indonesia harus dikelola ? Berdasarkan survey di lapangan masih ada beberapa masyarakat yang belum mengerti sebenarnya penggunaan spectrum frekuensi radio tersebut sehingga cenderung mengarah penyalahgunaan, pelanggaran penggunaan frekuensi tersebut yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Sungguh sangat dilematis melihat kondisi penggunaan frekuensi yang amburadul sarat dengan berbagai kepentingan dan mengabaikan kepentingan umum serta menggunakan frekuensi seenaknya sendiri seolah-olah frekuensi tersebut warisan nenek moyang. Dengan kondisi penyalahgunaan – penyalahgunaan dan semacamnya kalau tidak segera dikendalikan akan berakibat fatal. Padahal tidak seharusnya demikian anggapan itu, justru sebaliknya patut kita hindari anggapan-anggapan seperti itu. Untuk itu merupakan tugas dan kewajiban pemerintah menata kembali dalam rangka penertiban penggunaan gelombang frekuensi secara teratur dengan mensosialisasikan Undang Undang No. 36/1999 tentang Telekomunikasi yang kemudian diteruskan dengan PP No. 52/2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan penegasan PP No. 53/2000 tentang Penggunaan Spectrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit. Dengan dasar inilah memudahkan pemerintah untuk mengadakan kontrol penggunaan gelombang frekuensi.

Sudah barang tentu spectrum frekuensi radio harus dikelola oleh pemerintah adalah merupakan aset sumber daya alam yang sangat langka keberadaannya. Adapun Spectrum Frekuensi Radio dikelola adalah :

1. Spectrum Frekuensi Radio merupakan SDA yang terbatas dan langka2. Spectrum Frekuensi Radio merupakan sumber daya yang memiliki ciri-ciri perambatan yang tidak mengenal batas

wilayah ataupun Negara3. Perkembangan tehnologi komunikasi radio sangat pesat4. Spectrum Frekuensi Radio memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari seperti :

1. Kepentingan bisnis2. Komunikasi, Penyiaran dan Hiburan3. Transportasi darat, laut dan udara4. Marabahaya, Keselamatan, SAR dan Darurat5. Riset6. Militer.

Dalam rangka penertiban penggunaan spectrum frekuensi radio secara luas dan efektif pengelolaannya maka pemerintah di dalam penyelenggaraannya selalu mengadakan kontrol bagi pengguna frekuensi agar tidak saling mengganggu. Penggunaan Spectrum Frekuensi Radio sesuai dengan Undang Undan Nomor 36/1999 adalah : Wajib mendapatkan izin dari Pemerintah Sesuai dengan peruntukannya dan tidak saling mengganggu Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian Wajib dikenakan biaya penggunaan frekuensi yang didasarkan jenis dan lebar pita frekuensi.

Begitu pula bagi para pengguna frekuensi yang melanggar dan tidak mematuhi peraturan perundang-undangan akan dikenakan sanksi hukum sesuai dengan UU No.36/1999 :

1.Pasal 47 : Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 1 dipidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah)

2.Pasal 48 : Penyelenggara jaringan telekomunikasi yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 dipidana paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 100.000.000.- (seratus juta rupiah)

3.Pasal 58 : Alat dan perangkat komunikasi yang digunakan dalam tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 47, pasal 48, pasal 52 atau pasal 56 dirampas untuk Negara dan atau dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 10: Sejarah RAPI

Teknik Komunikasi Radio

Komunikasi dengan menggunakan frekuensi radio bukan hanya sekedar hoby melainkan juga dapat digunakan sebagai sarana pada berbagai kegiatan. Pada dasarnya ber Komunikasi menggunakan alat elektronik berupa Handy Talky ( HT ) maupun Rig yang menggunakan band frekuensi HF, VHF dan UHF tentu saja kita harus mengenali cara meng Opersikan alat itu sendiri apapun merk produknya. Pengenalan instrument radio/perangkat komunikasi harus dipelajari terlebih dahulu oleh pemilik radio komunikasi baik melalui buku petunjuk masing-masing produk maupun secara lisan dengan seseorang yang sudah paham pengoperasian radio/perangkat komunikasi.

Ketika kita akan melakukan hubungan komunikasi pada suatu kegiatan terlebih dahulu diperhatikan kanal frekuensi yang digunakan kegiatan, untuk itu agar tidak terjadi penggunaan frekuensi yang sama serta pada wilayah yang sama pula maka libatkanlah organisasi komunikasi yang telah ditunjuk Pemerintah guna dapat memberikan saran dan arahan yang benar di dalam penggunaan kanal frekuensi. Sehingga tidak terkesan menggunakan frekuensi seenaknya saja, paling tidak dapat memberikan bimbingan tentang cara menggunakan frekuensi secara benar serta tidak merugikan pengguna frekuensi lain.

Ada beberapa langkah persiapan komunikasi suatu kegiatan adalah sebagai berikut :1.Pastikan perangkat komunikasi anda dalam kondisi baik siap on line :- Antena terpasang- Baterry terpasang dan siap pakai2. Tentukan dan pastikan kanal frekuensi yang akan digunakan benar-benar kosong3. Tentukan nama panggilan baik perseorangan maupun kelompok pada suatu kegiatan4. Bawalah dan siapkan ATK sebelum kegiatan komunikasi dimulai5. Persiapkan personil yang siap, tanggap dan bertanggung jawab6. Selalu koordinasi apabila ditemukan kasus kegiatan

Page 11: Sejarah RAPI

ALOKASI FREKUENSI

sesuai dengan PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: 34 /PER/M.KOMINFO/ B /2009 tentang PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI RADIO ANTAR

PENDUDUK

A. FREKUENSI HF

Pasal 18

(1) Kanal frekuensi radio yang diizinkan pada pita HF (High frekuensi untuk pelaksanaan penyelenggaraan KRAP adalah frekuensi radio 26,960 MHz sampai dengan 27,410 MHz yang dibagi menjadi 40 kanal,yaitu :

Aluran MHz Aluran MHz

1 26,965 21 27,2152 26,975 22 27,2253 26,985 23 27,2354 26,005 24 27,2455 27,015 25 27,2556 27,025 26 27,2657 27,035 27 27,2758 27,055 28 27,2859 27,065 29 27,29510 27,075 30 27,30511 27,085 31 27,31512 27,105 32 27,32513 27,115 33 27,33514 27,125 34 27,34515 27,135 35 27,35516 27,155 36 27,36517 27,165 37 27,37518 27,175 38 27,38519 27,185 39 27,39520 27,205 40 27,405

Khusus frekuensi 27,065 MHz (kanal 9) hanya digunakan untuk penyampaian berita gawat darurat.Daya pancar maksimum yg diizinkan sebesar 12 Watt Peak Envelope Power (PEP).PEP dalam hal ini ialah daya rata-rata yang dicantum pada saluran transmisi antena oleh suatu pemancar selama satu periode dari frekuensi radio, pada puncak selubung modulasi yang terjadi pada kondisi operasi yang normal.Daya pancar tersebut tidak boleh dilampaui dalam semua keadaan operasi dan semua keadaan modulasi karena daya pancar yang berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada sistem hubungan lainnya.Dilarang disambung pada suatu penguat daya (external power amplifier) dengan cara apapun.

Page 12: Sejarah RAPI

B. FREKUENSI VHF

Pasal 19

(1) Kanalfrekuensi radio yang diizinkan pada pita VHF (Very High Frequency) untuk pelaksanaan penyelenggaraan KRAP adalah frekuensi radio 142.000 MHz sampai dengan 143.600 MHz dengan spasi alur 20 KHz.

1 142.000 

2 142.020 

3 142.040 

4 142.060 

5 142.080 

6 142.100 

7 142.120 

8 142.140 

9 142.160 

10 142.180 

11 142.200 

12 142.220 

13 142.240 

14 142.260 

15 142.280 

16 142.300 

17 142.320 

18 142.340 

19 142.360 

20 142.380 

21 142.400 

22 142.420 

23 142.440 

Page 13: Sejarah RAPI

24 142.460 

25 142.480 

26 142.500 

27 142.520 

28 142.540 

29 142.560 

30 142.580 

31 142.600 

32 142.620 

33 142.640 

34 142.660 

35 142.680 

36 142.700 

37 142.720 

38 142.740 

39 142.760 

40 142.780 

41 142.800 

42 142.820 

43 142.840 

44 142.860 

45 142.880 

46 142.900 

47 142.920 

48 142.940 

49 142.960 

50 142.980 

51 143.000 

52 143.020 

53 143.040 

Page 14: Sejarah RAPI

54 143.060 

55 143.080 

56 143.100 

57 143.120 

58 143.140 

59 143.160 

60 143.180 

61 143.200 

62 143.220 

63 143.240 

64 143.260 

65 143.280 

66 143.300 

67 143.320 

68 143.340 

69 143.360 

70 143.380 

71 143.400 

72 143.420 

73 143.440 

74 143.460 

75 143.480 

76 143.500 

77 143.520 

78 143.540 

79 143.560 

80 143.580 

81 143.600 

Page 15: Sejarah RAPI
Page 16: Sejarah RAPI

Tata Cara Komunikasi

Manakala akan melakukan komunikasi sudah tentu tidak terlepas dari sebuah ETIKA yang patut dijunjung tinggi dan disepakati bersama agar tidak terjadi tumpang tindih dan kesimpang siuran dalam menyampaikan isi berita. Sebagai seorang komunikator yang baik patut saling menghormati dan menghargai sesama pengguna frekuensi.

Adapun tata cara berkomunikasi yang perlu diperhatikan adalah :

1.Memonitor/mendengarkan dahulu sebelum masuk pada kanal frekuensi, artinya di kanal frekuensi tersebut benar-benar kosong tidak ada yang berbicara 2.Yakinkan diri dan jangan terlalu tegang serta atur nafas 3.Gunakanlah Bahasa Indonesia yang benar dan santun 4.Hindarkan kesan terburu-buru dalam menyampaikan berita, sampaikanlah berita dengan singkat, padat dan jelas 5.Tanda akhir pembicaraan gunakanlah kata “ GANTI “ 6.Dekatkan alat komunikasi dengan telinga agar setiap panggilan bisa dimonitor 7.Gunakanlah dengan nada sedang, sikap tenang dan tidak emosi, jangan teriak maupun suara pelan/terlalu pelan 8.Gunakan jarak mikrofon alat komunikasi dengan bibir tidak terlalu jauh, idealnya jarak mikrofon dengan bibir adalah paling dekat satu kepal tangan dan paling jauh satu jengkal tangan.

Contoh panggilan :

* Beruang 1:

(monitor dulu)…., Beruang 2 masuk …….., Beruang 2 masuk ……. atau Beruang 2 … Beruang 1 panggil .., Beruang 2 …. Beruang 1 panggil …

* Beruang 2 : Silahkan masuk , monitor ……. Ganti

* Beruang 1 : Bagaimana situasi kegiatan, ganti.

* Beruang 2:

Sementara kegiatan berjalan lancar, peserta aman namun situasi cuaca agak mendung, mohon saran Pak , ganti……. Dst.

Beberapa hal yang perlu dihindarkan dalam percakapan pada alat komunikasi adalah :1.Diskusi masalah politik2.Bercerita atau bernyanyi pada kanal frekuensi3.Percakapan yang bersifat jorok, tabu dll4.Berbicara sambil makan

Upaya pemerintah dalam penyelenggaraan komunikasi supaya tertib pengelolaannya telah membuatkan wadah komunikasi dengan membentuk lembaga sosial yaitu RAPI dan ORARI. Melalui kedua lembaga ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat luas tentang penggunaan frekuensi secara benar.

Page 17: Sejarah RAPI

Etika Komunikasi

A. Komunikasi Point to Point

1. Memantau dahulu / memonitor pada frekwensi / kanal yang diinginkan2. Wajib menyebutkan 10-28 (callsign) & 10–20 (posisi / tempat) memancar3. Menyebutkan 10-28 dan biasakan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan4. Memberikan kesempatan / prioritas kepada penyampai berita-berita yang penting5. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar6. Mengatur jalur / kanal apabila muncul pertama kali di kanal / frekwensi7. Apabila jalur / kanal sibuk sementara butuh komunikasi agak panjang dengan seseorang, sebaiknya bergeser (tidak

memonopoli kanal/ frekwensi)8. Menggunakan Kode Ten (kode 10) untuk efisiensi komunikasi9. Membiasakan menulis di Log Book, dicatat dengan siapa berkomunikasi dan kapan / tanggal dan waktu komunikasi

dilakukan10. Menggunakan Nama Panggilan Juliet Zulu, No Daerah dan Suffiknya, contoh JZ12AR11. Dilarang menjadi net pengendali apabila sedang dalam statiun bergerak

B. Komunikasi melalui Repeater / pancar ulang

1. Memonitor dahulu selama 3-5 menit2. Memperhatikan siapa yang sedang berkomunikasi3. Memperhatikan apa yang sedang dikomunikasikan. (penting/tidak)4. Masuk pada spasi atau interval (tidak perlu menggunakan kata break atau contact), dengan menyebutkan Callsign (10-

28) dan apabila ingin berkomunikasi / memanggil seseorang, langsung memanggil dengan menyebut 10-28 orang yang dipanggil (contoh: JZ12AR memanggil JZ12DM, maka pada jeda spasi JZ12AR langsung masuk dengan mengatakan: JZ12DM, JZ12AR 10-25)

5. Tidak perlu tergesa-gesa, komunikasikan dengan kata-kata yang jelas dan mudah dimengerti / difahami6. Berkomunikasi seperti pada kanal / frekwensi kerja biasa7. Apabila ada hal yang bersifat darurat / emergency silahkan gunakan interupsi pada spasi / interval.8. Jangan memonopoli frekwensi dengan berkomunikasi hanya dengan satu orang, dan selalu memberikan kesempatan

kepada orang lain yang mau menggunakan pancar ulang9. Membiasakan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan.10. Memberikan kesempatan kepada pengguna di lapangan / stasiun bergerak yg menggunakan perangkat dengan

kemampuan terbatas11. Mengutamakan / memberikan kesempatan pada pembawa berita yg bersifat emergency / darurat12. Tidak dianjurkan berkomunikasi melalui repeater dengan menggunakan peralatan penguat mikrofon seperti: Echo, ALC,

dsb - karena audio justru akan menjadi melebar dan tidak nyaman bagi orang lain yg mendengarkan.

C. Penggunaan kata INTERUPSI

1. Apabila mau memotong / menyela pembicaraan disebabkan ada sesuatu informasi yang penting, gunakan pada saat jeda komunikasi atau spasi, kemudian masuk dengan menyebutkan identitas diri, Contoh : JZ12AR interupsi ... dan yang sedang berkomunikasi sebaiknya mempersilahkan yg menginterupsi menggunakan frekwensi

2. Setelah selesai kepentingannya sebaiknya dikembalikan pada pengguna sebelumnya dengan mengucapkan : Terima Kasih

3. Kata Break atau Contact sebaiknya tidak dipakai, baik untuk keperluan menyela pembicaraan maupun apabila hanya ingin bergabung didalam pembicaraan / komunikasi

4. Apabila tidak ada sesuatu yang penting dan hanya ingin bergabung maka pada saat jeda / spasi cukup menyebutkan identitas diri, Contoh: JZ12AR masuk / bergabung atau cukup dengan menyebut JZ12AR saja

5. Apabila mengetahui ada yang mau bergabung, pengguna sebelumnya sebaiknya juga merespon, Contoh: Terdengar JZ12AR, mohon bersabar satu dua kesempatan

PENGGUNAAN STASIUN KRAP

1. Stasiun KRAP hanya boleh digunakan untuk komunikasi radio dalam negeri2. Stasiun KRAP dapat digunakan untuk kegiatan :

a. Hubungan persahabatan dan persaudaraan antar sesama anggota;b. Pembinaan, penyuluhan dan kegiatan RAPI;c. Bantuan komunikasi dalam rangka kegiatan kepramukaan, olah raga, sosial kemasyarakatan dan kegiatan kemanusiaan lain;d. Penyampaian berita marabahaya, bencana alam, dan pencarian dan pertolongan (SAR).

3. Kegiatan KRAP di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam point (1) yang kegiatannya berskala nasional harus mendapat persetujuan Direktorat Jenderal sedang kegiatan yang berskala Daerah harus mendapat persetujuan Kepala Dinas Propinsi

Page 18: Sejarah RAPI

4. Dalam kegiatan KRAP wajib menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.5. Stasiun KRAP dilarang digunakan untuk :

a. Memancarkan berita yang bersifat politik, SARA, dan atau pembicaraan lainnya dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban;b. Memancarkan pemberitaan / berita yang bersifat komersial;c. Memancarkan berita sandi kecuali kode-10 (ten-code);d. Berkomunikasi dengan stasiun KRAP yang tidak memiliki izin atau stasiun radio lain selain stasiun KRAP;e. Disambungkan dengan jaringan telekomunikasi lain milik penyelenggara telekomunikasi;f. Memancarkan berita merabahaya atau berita lain yang tidak benar;g. Memancarkan informasi yang tidak sesuai peruntukannya sebagai sarana komunikasi radio antara lain memancarkan musik-musik, menyanyi, pidato, dongeng, pembicaraan asusila.

6. Stasiun KRAP atau perangkat KRAP dilarang digunakan sebagai sarana komunikasi untuk kepentingan dinas instansi pemerintah/swasta.

7. Stasiun KRAP dilarang digunakan di atas kapal laut atau di pesawat udara8. Stasiun KRAP dengan seizin pemiliknya dapat digunakan oleh pemegang IKRAP lainny dengan mematuhi ketentuan-

ketentuan yang berlaku9. Stasiun KRAP meskipun dengan sepengetahuan pemiliknya tidak diizinkan untuk digunakan oleh seseorang yang tidak

memiliki IKRAP10. Stasiun KRAP harus dapat dikenali dari nama panggilan yang setiap kali dipancarkan dengan menyebut nama panggilan

(10-28) pada permulaan dan akhir komunikasi radio yang diselenggarakan, dilaksanakan paling sedikit setiap 3 (tiga) menit sekali

Page 19: Sejarah RAPI

Ten Code

Page 20: Sejarah RAPI

OFFICIAL TEN CODE COMMUNICATION10 - 1 Penerimaan Buruk 10 - 51 Butuh BBM

10 - 2 Penerimaan Baik 10 - 52 Membutuhkan ban

10 - 3 Berhenti mengudara 10 - 53 Membutuhkan peralatan

10 - 4 Dimengerti 10 - 54 Membutuhkan ban kipas

10 - 5 Mohon disampaikan kepada… 10 - 55 Supir yg melanggar Lalu Lintas

10 - 6 Sedang sibuk kecuali ada trafic 10 - 56 Membutuhkan tali pengerek

10 - 7 Ada kerusakan 10 - 57 Kesulitan baterai / listrik

10 - 8 Sedang dilaksanakan 10 - 58 Kendaraan perlu didorong

10 - 9 Mohon diulang 10 - 59 Membutuhkan montir

10 - 10 Penyampaian pesan selesai 10 - 60 Berita selanjutnya

10 - 11 Bicara terlalu cepat 10 - 61 Jalan rusak berat

10 - 12 Ada tamu 10 - 62 Sepi / tidak terdengar

10 - 13 Keadaan cuaca / jalan 10 - 63 Pengawas jalur menuju ke……

10 - 14 Informasi / Information 10 - 64 Pengawas jalur 10 - 3

10 - 15 Informasi tidak benar / negatif 10 - 65 Pesan selanjutnya

10 - 16 Mohon dijemput di……… 10 - 66 Semua unit siap

10 - 17 Urusan penting / gawat 10 - 67 Semua ACC / setuju

10 - 18 Ada sesuatu untuk kita 10 - 68 Pertemuan langsung

10 - 19 Kembali ke pangkalan 10 - 69 Pertemuan pribadi

10 - 20 Posisi Transmitt 10 - 70 Kebakaran / fire alarm

10 - 21 Hubungan Via telpon 10 - 71 Pesawat yang digunakan

10 - 22 Laporan yang dituju 10 - 72 Sesuatu yang akan dibicarakan

10 - 23 Standby monitor 10 - 73 Kurangi kecepatan di……..

10 - 24 Tugas selesai 10 - 74 Siap siaga

10 - 25 Informasikan kepada……. 10 - 75 Perangkat anda mengganggu

10 - 26 Psn terakhir krg dimengerti 10 - 76 Dalam perjalanan

10 - 27 Pindah Chanel/Frequensi 10 - 77 Tidak ada hubungan

10 - 28 Call Sign/Panggilan Anda 10 - 78 Kantor / sekolah

10 - 29 Kontak selesai 10 - 79 Makan

Page 21: Sejarah RAPI

10 - 30 Tidak mentaati peraturan 10 - 80 Minum

10 - 31 Antenna yang digunakan 10 - 81 Pesan kamar / hotel

10 - 32 Report sinyal / check radio 10 - 82 Frekwensi terlalu tinggi

10 - 33 Emergency 10 - 83 Cadangan perlengkapan

10 - 34 Perlu bantuan di………….. 10 - 84 Nomor telepon anda

10 - 35 Informasi rahasia 10 - 85 Alamat anda / Rumah

10 - 36 Jam / Pukul 10 - 86 No. Pol. Kendaraan

10 - 37 Perlu mobil derek di………. 10 - 87 Harap kirim dokter

10 - 38 Perlu ambulance di……… 10 - 88 Love and Kiss

10 - 39 Pesan telah disampaikan 10 - 89 Membutuhkan monitor anda

10 - 40 Sudah sampai di tujuan 10 - 90 Gangguan interferensi

10 - 41 Pindah ke kanal lain 10 - 91 Bicara dekat mic

10 - 42 Kecelakaan lalu lintas di…….. 10 - 92 Pesawat anda tidak baik

10 - 43 Kemacetan lalu lintas di…….. 10 - 93 Check frekwensi

10 - 44 Ada pesan untuk anda 10 - 94 Bicara yang panjang

10 - 45 Semua unit harap lapor 10 - 95 Bentang sinyal selama 5 detik

10 - 46 Bantuan pengemudi lain 10 - 96 Gangguan oleh jammer

10 - 47 Jam berangkat yg diperkirakan 10 - 97 Check sinyal

10 - 48 Jam tiba yg diperkirakan 10 - 98 Tugas diulang kembali

10 - 49 Pertemuan dimana ? 10 - 99 Semua unit kembali

10 - 50 Kosongkan jalur 10 - 100 Ke kamar mandi

Catatan : # 51 : Salam Sejahtera # 55 : Salam Keluarga # 10 – 3 darat : Meninggal Dunia # 00 : Suami # 01 : Istri , 02 : Anak

Official Ten-Code List

Association of Public Communications Officers (APCO)http://spiffy.ci.uiuc.edu/~kline/Stuff/ten-codes.html

10-1 = Receiving poorly

10-2 = Receiving well

10-3 = Stop transmitting

10-4 = OK, message received

Page 22: Sejarah RAPI

10-5 = Relay message

10-6 = Busy, stand by

10-7 = Out of service, leaving air

10-8 = In service, subject to call

10-9 = Repeat message

10-10 = Transmission completed, standing by

10-11 = Talking too rapidly

10-12 = Visitors present

10-13 = Advise Weather/Road conditions

10-16 = Make pick up at

10-17 = Urgent business

10-18 = Anything for us?

10-19 = Nothing for you, return to base

10-20 = My location is

10-21 = Call by telephone

10-22 = Report in person to

10-23 = Stand by

10-24 = Completed last assignment

10-25 = Can you contact

10-26 = Disregard last information

10-27 = I am moving to channel

10-28 = Identify your station

10-29 = Time is up for contact

10-30 = Does not conform to FCC rules

10-32 = I will give you a radio check

10-33 = Emergency Traffic

10-34 = Trouble at this station

10-35 = Confidential information

10-36 = Correct time is

10-37 = Wrecker needed at

10-38 = Ambulance needed at

10-39 = Your message delivered

10-41 = Please turn to channel

10-42 = Traffic accident at

Page 23: Sejarah RAPI

10-43 = Traffic tie up at

10-44 = I have a message for you

10-45 = All units within range please report

10-50 = Break channel

10-60 = What is next message number?

10-62 = Unable to copy, use phone

10-63 = Net directed to

10-64 = Net clear

10-65 = Awaiting your next message/assignment

10-67 = All units comply

10-70 = Fire at

10-71 = Proceed with transmission in sequence

10-77 = Negative contact

10-81 = Reserve hotel room for

10-82 = Reserve room for

10-84 = My telephone number is

10-85 = My address is

10-91 = Talk closer to the mike

10-93 = Check my frequency on this channel

10-94 = Please give me a long count

10-99 = Mission completed, all units secure

10-100 = Nature break

10-200 = Police needed at

Page 24: Sejarah RAPI

RADIO ANTAR PENDUDUK REPUBLIK INDONESIA (RAPI)

                                    DAERAH 13 JAWA TIMUR  -  WILAYAH 17 NGAWI

I. Latar BelakangPenyelenggaraan komunikasi Radio Antar Penduduk mempunyai arti sangat penting dan strategis dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan Bangsa, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, mendukung kehidupan ekonomi dan kegiatan Pemerintahan, serta menunjang Pembangunan Bangsa Indonesia seutuhnya.Landasan hukum untuk RAPI adalah , UU no 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 53 tahun 2000 tentang Penggunaan spectrum frekwensi, dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika no 34 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Komunikasi Radio Antar Penduduk Indonesia (KRAPI).Keberadaan RAPI wilayah 17 Ngawi eksis semenjak tahun 1974, namun pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 kepengurusan fakum, adapun kegiatan bantuan komunikasi, sosial dan kemanusiaan tetap berlangsung secara individu yang mempunyai call sign RAPI. Tahun 2011 pada bulan Pebruari tanggal 12, bertempat di Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Ngawi, dilaksanakan Musyawarah Wilayah yang dihadiri para anggota, simpatisan, undangan, dan pengurus RAPI Daerah Jawa Timur. Sekaligus  berhasil Muswil dan telah terpilih Dewan Pertimbangan dan Pengurus RAPI Wilayah 17 Ngawi, masa bakti 2011 – 2014, dan telah dilantik oleh Ketua Pengurus RAPI Daerah Jawa TimurPasca pelantikan telah diadakan Rapat Kerja, dan dalam rapat tersebut telah ditetap Visi dan Misi, Kebijakan dan Program / Kegiatan RAPI Wilayah 17 Ngawi yang simple namun realistis sesuai dengan kondisi Wilayah, selanjuntnya akan diurai di bawah ini.II. Maksud dan Tujuan.Garis besar organisasi RAPI Wilayah 17 Ngawi yang telah ditetapkan tersebut terkandung :Maksud : memberikan gambaran kepada para anggota tentang  Visi, Misi, Program dan Kegiatan yang akan di mimpikan dan supaya direalisasikan pengurus dan anggaota .Tujuan : Agar para anggota mengetahui maksud tersebut diatas secara transparan dan selanjutnya bisa meminta pertanggung jawaban kepada pengurus sebagai pengemban amanat.III. Visi“Terwujudnya bantuan Komunikasi dalam meningkatkan Persatuan dan Kesatuan guna meningkatkan Keamanan dan Kesejahteraan Rakyat “IV. Misi

1. Melaksanakan pembinaan terhadap anggota, agat taat regulasi dan terampil serta Profesional dalam berkomunikasi

2. Melaksanakan bantuan Komunikasi kepada Pemerintah dan Masyarakat dalam kegiatan Pembangunan, Kamtibmas, Sosial dan Kemanusiaan.

V. Rencana StrategisMelaksanakan konsolidasi secara internal organisasi, anggota dalam memperkuat keberadaan Wilayah dan Lokal.

1. Melaksanakan pembinaan terhadap anggota agar taat regulasi dan atau Peraturan dan Perundang-Undangan serta Peraturan Organisasi

2. Melaksanakan Diklat terhadap anggota dalam meningkatkan ketrampilan berkomunikasi dan upaya tanggap darurat, agar lebih Profesional

3. Melakukan hubungan persahabatan dan persaudaraan antar sesama anggota, simpatisan, dan masyarakat luas

4. Melaksanakan Bantuan Komunikasi terhadap Pemerintah dan Masyarakat dalam rangka menciptakan Kamtibmas, Penanggulangan bencana alam (tanggap darurat), serta kegiatan Sosial  Kemanusiaan.

VI. Analisis untuk KebijakanGuna menentukan kebijakan yang dijabarkan dalam Program dan Kegiatan, maka terlebih dahulu dianalisis, supaya diketahui : Kekuatan dan Kelemahan, Peluang dan Tantangan. Analisa dimaksud adalah sebagai berikut :Kekuatan1.      Adanya Regulasi berupa UU, PP, Permen, Per Or.2.      Adanya sumber daya manusia, dan infra struktur yang tersedia

Page 25: Sejarah RAPI

3.      Adanya kanal frekwensi yang telah diatur oleh PemerintahKelemahan1.      Kurangnya ketaatan terhadap Regulasi bagi para anggota2.      Terbatasnya infra struktur dan kepedulian pengguna sarana prasarana3.      Sempitnya kanal frekwensi yang disediakan oleh PemerintahPeluang1.      Kedekatan Organisasi dengan Pemerintah dan Masyarakat2.      Banyaknya calon anggota dan simpatisan yang berkomunikasi3.      Tersedianya sumber daya manusia bidang teknik yang professionalTantangan1.      Belum disosialisasikan dan tidak diketahuinya program dan kegiatan2.      Banyaknya anggota dan calon anggota serta simpatisan yang kurang peduli3.      Sulitnya dalam memanege frekwensi yang tersedia.VII. KebijakanRadio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Wilayah 17 Ngawi, sebelum menentukan Program dan Kegiatan guna mencapai mimpi dalam Visi dan Misi tersebut, maka mendasar analisis yang telah disampaikan, sepakat untuk menetapkan Kebijakan Dasar : melaksanakan Kebijakan Organisasi dari tingkat Pusat dan Daerah yang disesuaikan dengan potensi dan kekuatan dan atau kemampuan Wilayah.Tataran selanjutnya juga menetapkan Kebijakan secara Wilayah dan tentunya yang juga bisa menajadi kebijakan Lokal yaitu :

1. Peningkatan Sumber Daya Manusia serta potensi para anggota dalam memaksimalkan bantuan komunikasi paripurna dan professional

2. Pemaksimalan dalam melaksanakan Program dan Kegiatan untuk mencapai mimpi Visi dan Misi menjadi kenyataan.

VIII. Program

1. Pengembangan dan Pembinaan Anggota dan calon Anggota serta simpatisan2. Pengembangan dan Peningkatan Profesionalisme Anggota calon Anggota Simpatisan dalam Bantuan

Komunikasi3. Pengadaan tanah dan Pembangunan gedung sekretariat

IX. Kegiatan

1. Mensosialisasikan Visi Misi Program dan Kegiatan2. Memberdayakan dan membentuk Lokal3. Merekrut anggota baru4. Melaksanakan bantuan net contek5. Melaksanakan Bantuan Komunikasi6. Melaksanakan Diklat7. Melaksanakan Tanggap Darurat bantuan bencana alam8. Melaksanakan pengadaan tanah9. Melaksanakan pembangunan gedung sekretariat

Rencana jangka panjangMengadakan lokasi dan atau tanah untuk Mendirikan Sekretariat RAPI Wilayah 17 NgawiRencana jangka menengahMelaksanakan Diklat dan membentuk tim SAR dsb. NyaRencana Jangka pendekMelaksanakan pembentukan lokal dan perekrutan anggota dsb. nyaJadual Kegiatan Sesuai yang dibuat ketua. Atau akan dibuat  mengacu kegiatan yang akan dilaksanakan.PembiayaanDana diperoleh dari iuran dan partisipasi anggota dan sumbangan lain yang halal dan sah