Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

28
SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU TAUHID A. TA’RIF ILMU TAUHID 1. Definisi Ilmu Tauhid Perkataan Tauhid berasal dari Bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada-Yuwahhidu. Secara Etimologis, tauhid berarti Keesaan. Maksudnya, ittikad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian Tauhid yang digunakan dalam Bahasa Indonesia, yakni “ Keesaan Allah “ ; Mentauhid-kan berarti mengakui keesaan Allah ; Mengesakan Allah. Husain Affandi al-Jasr mengatakan : “ Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal yang menetapkan Akidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan “. Dengan redaksi yang berbeda dan sisi pandang yang lain, ibnu Khaldun mengatakan bahawa Ilmu Tauhid adalah : “ Ilmu yang berisi alasan-alasan dari aqidah keimanan dengan dalildalil Aqliyah dan berisi pula alas an-alsan bantahan terhadap orangorang yang menyeleweng Aqidah Salaf dan Ahli Sunnah “. Disamping definisi-definisi di atas masih banyak definisi yang lain yang dikemukakan oleh para Ahli.

Transcript of Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

Page 1: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU TAUHID

A. TA’RIF ILMU TAUHID

1. Definisi Ilmu Tauhid

Perkataan Tauhid berasal dari Bahasa Arab, masdar dari kata

Wahhada-Yuwahhidu. Secara Etimologis, tauhid berarti Keesaan.

Maksudnya, ittikad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa,

Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian Tauhid yang

digunakan dalam Bahasa Indonesia, yakni “ Keesaan Allah “ ; Mentauhid-

kan berarti mengakui keesaan Allah ; Mengesakan Allah.

Husain Affandi al-Jasr mengatakan :

“ Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal yang menetapkan

Akidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan “.

Dengan redaksi yang berbeda dan sisi pandang yang lain, ibnu

Khaldun mengatakan bahawa Ilmu Tauhid adalah :

“ Ilmu yang berisi alasan-alasan dari aqidah keimanan dengan dalildalil

Aqliyah dan berisi pula alas an-alsan bantahan terhadap orangorang

yang menyeleweng Aqidah Salaf dan Ahli Sunnah “.

Disamping definisi-definisi di atas masih banyak definisi yang lain

yang dikemukakan oleh para Ahli. Nampaknya, belum ada kesepakatan

kata dintara mereka mengenai definisi ilmu tauhid ini.

Meskipun demikian, apabila disimak apa yang tersurat dan tersirat

dari definisi-definisi yang diberikan mereka, masalah tauhid berkisar pada

persoalan-persoalan yang berhubungan dengan Allah, Rasul, atau Nabi,

dan hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan manusia yang sudah mati.

Para Ulama’ sependapat, mempelajari Tauhid hukumnya wajib bagi

seorang Muslim, kewajiban itu bukan saja didasarkan pada alasan rasio

bahwa Aqidah merupakan dasar pertama dan utama dalam islam, tetapi

juga didasarkan pada dalil-dalil naqli, Al-Qur’an dan Hadist.

Page 2: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

lmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang sifat – sifat

allah swt dan sifat – sifat para utusanya yang terdiri dari sifat yang wajib,

sifat jaiz dan sifat yang mustahil. selain dari itu juga menerangkan segala

yang memungkinkandan dapat diterima oleh akal, untuk menjadikan bukti

dan dalil, dengan dibantu oleh masalah sam’iyat agar dapat mempercayai

dalil itu dengan yakin tanpa keraguan di hati.

Ilmu Tauhid disebut juga ilmu ushuluddin ( dasar – dasar atau

pokok – pokok agama ) atau ilmu kalam ( berasal dari masalah

kalam/ucapan allah) sebab ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas dan

membicarakan ke-esa-an allah swt. selain itu, ilmu tauhid juga

membicarakan pokok – pokok agama. oleh karena itu ilmu tersebut

disebut ilmu ushuluddin. disebut ilmu kalam karena karena ilmu tersebut

juga membicarakan tentang kalamullah yang sering diperdebatakan oleh

banyak orang dalam hal kalamullah, apakah kalamullah itu termasuk yang

Qadim atau yang Hadits.

Wilayah pembatasan tauhid adalah Dzat-dzat allah dan sifat

rasulnya yang mulia, sehingga ilmu ini merupakan ilmu yang mulia dan

menjadi kewajiban kita mempelajari ilmu tauhid. adapun masalah yang

umum, yaitu seperti allah bersifat wujud, qidam, dan sifat-sifat lain yang

menunjukan kesempurnaanya, dan mustahil bagi allah adam dan huduts

serta sifat – sifat lain lawan dari sifat – sifat yang wajib bagi allah.

2. Macam - macam Ilmu Tauhid

Allah  berfirman :

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz Dzariyaat : 56)

Maksudnya, agar manusia dan jin mengesakan Allah dalam

beribadah dan mengkhususkan kepadaNya dalam berdo'a.

Tauhid berdasarkan Al-Qur'anul Karim ada tiga macam:

Page 3: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

TAUHID RUBUBIYAH

Yaitu pengakuan bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhan dan

Maha Pencipta. Orang-orang kafir pun mengakui macam tauhid ini. Tetapi

pengakuan tersebut tidak menjadikan mereka tergolong sebagai orang

Islam. Allah berfirman,  

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang

menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", Maka

Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah )?(Az-

Zukhruf: 87)

Berbeda dengan orang-orang komunis, mereka mengingkari ke-

beradaan Tuhan. Dengan demikian, mereka lebih kufur daripada orang-

orang kafir jahiliyah.

TAUHID ULUHIYAH

Yaitu mengesakan Allah dengan melakukan berbagai macam

ibadah yang disyari'atkan. Seperti berdo'a, memohon pertolongan kepada

Allah, thawaf, menyembelih binatang kurban, bernadzar dan berbagai

ibadah lainnya.

Macam tauhid inilah yang diingkari oleh orang-orang kafir. Dan ia

pula yang menjadi sebab perseteruan dan pertentangan antara umat-umat

terdahulu dengan para rasul mereka, sejak Nabi Nuh alihissalam hingga

diutusnya Nabi Muhammad  Shalallahu Alaihi Wa Salam.

Dalam banyak suratnya, Al-Qur'anul Karim sering memberikan

anjuran soal tauhid uluhiyah ini. Di antaranya, agar setiap muslim berdo'a

dan meminta hajat khusus kepada Allah semata.

Dalam surat Al-Fatihah misalnya, Allah berfirman,

Dan hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada

Engkaulah Kami meminta pertolongan. (Al-Fatihah: 5)

Page 4: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

Maksudnya, khusus kepadaMu (ya Allah) kami beribadah, hanya

kepadaMu semata kami berdo'a dan kami sama sekali tidak memohon

pertolongan kepada selainMu.

Tauhid uluhiyah ini mencakup masalah berdo'a semata-mata hanya

kepada Allah, mengambil hukum dari Al-Qur'an, dan tunduk berhukum

kepada syari'at Allah. Semua itu terangkum dalam firman Allah,

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)

selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat

aku. (Thaha: 14)

TAUHID ASMA' WA SHIFAT

Yaitu beriman terhadap segala apa yang terkandung dalam Al-

Qur'anul Karim dan hadits shahih tentang sifat-sifat Allah yang berasal

dari penyifatan Allah atas DzatNya atau penyifatan Rasulullah  Shalallahu

Alaihi Wa Salam.

Beriman kepada sifat-sifat Allah tersebut harus secara benar, tanpa

ta'wil (penafsiran), tahrif (penyimpangan), takyif (visualisasi, penggam-

baran), ta'thil (pembatalan, penafian), tamtsil (penyerupaan), tafwidh

(penyerahan, seperti yang.banyak dipahami oleh manusia) .

Misalnya tentang sifat al-istiwa ' (bersemayam di atas), an-nuzul

(turun), al-yad (tangan), al-maji' (kedatangan) dan sifat-sifat lainnya, kita

menerangkan semua sifat-sifat itu sesuai dengan keterangan ulama salaf.

Al-istiwa' misalnya, menurut keterangan para tabi'in sebagaimana yang

ada dalam Shahih Bukhari berarti al-'uluw wal irtifa' (tinggi dan berada di

atas) sesuai dengan kebesaran dan keagungan Allah  Shalallahu Alaihi

Wa Salam . Allah berfirman,

tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang

Maha mendengar dan melihat. (Asy-Syuura: 11).

Page 5: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

Maksud beriman kepada sifat-sifat Allah secara benar adalah

dengan tanpa hal-hal berikut ini:

Tahrif (penyimpangan): Memalingkan dan menyimpangkan zhahir-

nya (makna yang jelas tertangkap) ayat dan hadits-hadits shahih pada

makna lain yang batil dan salah. Seperti istawa (bersema-yam di tempat

yang tinggi) diartikan istaula (menguasai).

Ta'thil (pembatalan, penafian): Mengingkari sifat-sifat Allah dan

menafikannya. Seperti Allah berada di atas langit, sebagian ke-lompok

yang sesat mengatakan bahwa Allah berada di setiap tempat.

Takyif (visualisasi, penggambaran): Menvisualisasikan sifat-sifat

Allah. Misalnya dengan menggambarkan bahwa bersemayamnya Allah di

atas 'Arsy itu begini dan begini. Bersemayamnya Allah di atas 'Arsy tidak

serupa dengan bersemayamnya para makhluk, dan tak seorang pun yang

mengetahui gambarannya kecuali Allah semata.

Tamtsil (penyerupaan): Menyerupakan sifat-sifat Allah de-ngan

sifat-sifat makhlukNya. Karena itu kita tidak boleh mengatakan, "Allah

turun ke langit, sebagaimana turun kami ini". Hadits tentang nuzul-nya

Allah (turunnya Allah) ada dalam riwayat Imam Muslim.

Sebagian orang menisbatkan tasybih (penyerupaan) nuzul ini

kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ini adalah bohong besar. Kami

tidak menemukan keterangan tersebut dalam kitab-kitab beliau, justru

sebaliknya, yang kami temukan adalah pendapat beliau yang mena-fikan

tamtsil dan tasybih.

Tafwidh (penyerahan): Menurut ulama salaf, tafwidh hanya pada al-

kaif (hal, keadaan) tidak pada maknanya. Al-Istiwa' misalnya berarti

al-'uluw (ketinggian), yang tak seorang pun mengetahui bagai-mana dan

seberapa ketinggian tersebut kecuali hanya Allah.

Tafwidh (penyerahan): Menurut Mufawwidhah (orang-orang yang

menganut paham tafwidh) adalah dalam masalah keadaan dan makna

secara bersamaan. Pendapat ini bertentangan dengan apa yang

diterangkan oleh ulama salaf seperti Ummu Salamah x, Rabi'ah guru

Page 6: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

besar Imam Malik dan Imam Malik sendiri. Mereka semua se-pendapat

bahwa, "Istiwa' (bersemayam di atas) itu jelas pengertian-nya, bagaimana

cara/keadaannya itu tidak diketahui, iman kepadanya adalah wajib dan

bertanya tentangnya adalah bid'ah."

Maksudnya bertanya tentang bagaimana cara/keadaan istiwa'.

Karena sang penanya bertanya kepada imam Malik, "Bagaimana Tuhan

kita bersemayam?" Lalu Imam Malik menjawab bahwa bertanya

tentangnya adalah bid'ah (tentang cara/keadaan bersemayam). Juga

karena Imam Malik berlihat kepada si penanya, "Al-Istiwa' (bersemayam di

atas) itu jelas pengertiannya, bagaimana kemudian dia berkata, 'Bertanya

tentangnya adalah bid'ah? Ini tentu tidak!"

3. Manfaat, Tujuan, dan Sumber ilmu Tauhid

Tauhid tidak hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh Seseorang,

tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan baik dan benar, kesadaran

seseorang akan tugas dan kewajiban sebagai hamba Allah akan muncul

dengan sendirinya. Hal ini nampak dalam hal pelaksanaan ibadat, tingkah

laku, sikap, perbuatan, dan perkataannya sehari-hari.

Maksud dan tujuan tauhid bukanlah sekedar mengakui bertauhid

saja tetapi lebih jauh dari itu, sebab tauhid mengandung sifat-sifat :

1. Sebagai sumber dan motifator perbuatan kebajikan dan

keutamaan.

2. Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong

mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.

3. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan dan

kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan.

4. Mengantarkan manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.

Karena ilmu tauhid merupakan hasil kajian para Ulama’ terhadap

al-Qur’an dan Hadist, maka jelas, sumber ilmu tauhid adalah Al Qur’an

dan Hadist. Namun dalam pengembangannya, kedua sumber di hidup

suburkan oleh rasio dan dalil-dalil aqli.

Page 7: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

B. PERTUMBUHAN ILMU TAUHID DAN PERKEMBANGANNYA

1. Lahirnya ilmu tauhid

Apa yang melatar belakangi keberadaan tauhid sebagai ilmu yang

berdir sendiri ? Sebenarnya banyak sekali factor yang mendorong

kehadiran tauhid sebagai ilmu. Namunjika dikaji secara keseluruhan, ia

dapat dikelompokkan kepada 2 faktor yaitu intern dan ekstern. Berikut ini

ringkasan dari uraian Ahmad Amin dalam bukunya Dhuha Al-Islam

mengenai kedua factor tersebut.

Faktor Intern

Yang dimaksud dengan faktor intern adalah factor yang berasal

dari islam sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. al-Qur’an disamping berisi masalah ketauhidan, kenabian. Dan lain-

lain berisi pula semacam apologi dan polemic, terutama terhadap

agama-agama yang ada pada waktu itu, misalnya :

Surat al-Maidah ayat 116 berisi penolakan terhadap ketuhanan

Nabi Isa.

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam,

Adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan

ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha suci

Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku

(mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah

Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak

mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya

Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib". (Al- Maidah

116).

Page 8: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

b. Pada periode pertama masalah keimanan tidak dipersoalkan

secara mendalam. Setelah Nabi wafat dan Ummat islam

bersentuhan dengan kebudayaan dan peradaban asing, mereka

mulai mengenal Filsafat, merekapun menfilsafati al-Qur’an,

terutama ayat-ayat yang secara lahir nampak satu sama lain tidak

sejalan, bahkan kelihatan bertentangan. Hal tersebut perlu

dipecahkan sebaik mungkin, dan untuk memecahkannya perlu sutu

ilmu tersendiri.

c. Masalah politik, terutama yang berkenaan dengan khalifah, menjadi

factor pula dalam kelahiran ilmu tauhid.

Faktor Ekstern

Yang dimaksud dengan faktor ekstern ialah factor yang datang dari

luar islam. Faktor tersebut antara lain ialah pola piker ajaran agama lain

yang dibawa oleh orang tertentu, termasuk Umat Islam yang dahulunya

menganut agama lain ke dalam ajaran islam.

2. Ketauhidan di Zaman Nabi dan Khulafaur Rasyidin

Pada zaman khalifah Abu Bakar ( 632-634 M ) dan Umar bin

Khattab ( 634-644 ) problema keagamaan juga masih relative kecil

termasuk masalah aqidah. Tapi setelah Umar wafat dan Ustman bin Affan

naik tahta ( 644-656 ) fitnah pun timbul. Abdullah bin Saba’, seorang

Yahudi asal Yaman yang mengaku Muslim, salah seorang penyulut

pergolakan. Meskipun itu ditiupkan, Abdullah bin Saba’ pada masa

pemerintahan Ustman namun kemelut yang serius justru terjadi di

kalangan Umat Islam setelah Ustman mati terbunuh ( 656 ). Perselisihan

di kalangan Umat islam terus berlanjut di zaman pemerintahan Ali bin Abi

Thalib ( 656-661 ) dengan terjadinya perang saudara, pertama, perang Ali

dengan Zubair, Thalhah dan Aisyah yang dikenal dengan perang jamal,

kedua, perang antara Ali dan Muawiyah yang dikenal dengan perang

Page 9: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

Shiffin. Pertempuran dengan Zubair dan kawan-kawan dimenangkan oleh

Ali, sedangkan dengan Muawiyah berakhir dengan tahkim ( Arbritrase ).

Hal ini berpengaruh pada perkembangan tauhid, terutama lahir dan

tumbuhnya aliran-aliran

.

3. Ketauhidan di Zaman Bani Umayyah dan seterusnya Pada zaman

Bani Umayyah ( 661-750 M )

Masalah aqidah menjadi perdebatan yang hangat di kalangan umat

islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti Murji’ah,

Qadariah, Jabariah dan Mu’tazilah. Pada zaman Bani Abbas ( 750-1258 M

) Filsafat Yunani danSains banyak dipelajari Umat Islam. Masalah Tauhid

mendapat tantangan cukup berat. Kaum Muslimin tidak bisa mematahkan

argumentasi filosofis orang lain tanpa mereka menggunakan senjata

filsafat dan rasional pula. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah mempertahankan

ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut. Namun

sikap Mu’tazilah yang terlalu mengagungkan akal dan melahirkan

berbagai pendapat controversial menyebabkan kaum tradisional tidak

menyukainya. Akhirnya lahir aliran Ahlussunnah Waljama’ah dengan

Tokoh besarnya Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi.

4. Tauhid dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist

Pada dasarnya inti pokok ajaran al-Qur’an adalah Tauhid, Nabi

Muhaammad SAW diutus Allah kepada Umat manusia adalah juga untuk

mengajarkan ketauhidan tersebut, Karena itu ajaran Tauhid yang terdapat

di dalam al-Qur’an dipertegas dan diperjelas oleh Rasulullah SWA

sebagaimana tercermin dalam Hadistnya. Penegasan Allah SWT dalam

al-Qur’an yang mengatakan bahwa Allah SWT itu Maha Esa, antara lain :

1. Surat Al-ikhlas ayat 1 sampai dengan 4

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

Page 10: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala

sesuatu.

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

2. Surat Al-Zumar ayat 4

Kalau Sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan

memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang

telah diciptakan-Nya. Maha suci Allah. Dialah Allah yang Maha Esa

lagi Maha Mengalahkan.

3. Surat Al-Baqarah ayat 163

Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan

melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

4. Surat An-Nisa’ ayat 171

Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam

agamamu[383], dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah

kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu,

adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang

disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-

Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan

Page 11: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari

Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan

yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang

di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi

Pemelihara.

4. Surat Al-Maidah ayat 73

Sesungguhnya kafirlah orang - orang yang mengatakan:

"Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-

kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak

berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang

kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.

5. Surat Al-Anbiya’ ayat 22

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah,

tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah

yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.

Keesaan Allah SWT tidak hanya keesaan pada zat-Nya, tapi juga

esa pada sifat dan af’al ( perbuatan )-Nya. Yang dimaksud Esa pada zat

adalah Zat Allah itu tidak tersusun dari beberapa juzu’ ( bagian ). Esa

pada sifat berarti sifat Allah tidak sama dengan sifatsifat yang lain dan tak

seorangpun yang mempunyai sifat sebagaimana sifat Allah SWT.

5. Naluri Beragama

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai fitrah berupa

kepercayaan terhadap adanya zat yang Maha Kuasa, yang dalam istilah

Page 12: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

agama disebut Tuhan. Para ahli Tafsir mengatakan, fitrah artinya ciptaan

atau kejadian yang asli, kalau ada manusia kemudian tidak beragama

tauhid berarti telah terjadi penyimpangan dari fitrahnya. Hal ini disebabkan

oleh pengaruh lingkungan tempat ia hidup, pemikiran yang menjauhkan

dari agama tauhid dan sebagainya. Karena naluri beragama tauhid

merupakan fitrah maka ketauhidan dalam diri seseorang telah ada sejak ia

dilahirkan, untuk menyalurkan dan memantapkan naluri itu, Allah SWT

mengutus Nabi atau Rasul yang memberikan bimbingan dan petunjuk ke

jalan yang benar sehingga manusia terhindar dari kesesatan.

6. Aplikasi Keimanan dalam berbagai Aspek Kehidupan

6.1. Perbedaan antara Filsafat dan Ilmu Kalam.

Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa perbedaan antara ilmu

kalm dan filsafat adalah :

1. Dalam ilmu kalam, filsafat dijadikan sebagai alat untuk

membenarkan ayat-ayat al-Qur’an, sedangkan dalam filsafat

sebaliknya, ayat-ayat al-Qur’an dijadikan bukti untuk membenarkan

hasil-hasil filsafat.

2. Pembahasan dalam ilmu kalam terbatas pada hal-hal yang tertentu

saja.Masalah yang dimustahilkan al-Qur’an mengetahui tidak

dibahas oleh ilmu kalam tetap dibahas oleh filsafat.

6.2 Tauhid sebagai Aqidah dan Filsafat Hidup.

Akidah islam sering disebut tauhid. Ajaran tauhid disebut pula

ajaran monoteisme, Akidah ini sudah ada sejak zaman Nabi Adam a.s.

sebagai seoarang Nabi dan Rasul, Adam telah membawa Akidah

ketauhidan tersebut, suatu akidah yang diberikan Allah kepada beliau.

Karena itu, Umat islam yakin, Nabi Adam menganut paham

monoteisme dan tidak mungkin menganut paham politeisme/kemusyrikan.

Nabi Adam tahu betul tentang Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.

Dengan keyakinan bahwa Akidah ketauhidan sudah ada sejak Nabi Adam

Page 13: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

a.s. Umat islam menolak teori ch. Darwin dan pengikutnya mengenai

evolusi tentang asal-usul agama.

Alasan yang biasa dikemukkan dalam penolakan teori tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Kalau agama islam muncul melalui proses evolusi sesuai dengan

tingkat dan kemajuan ilmu pengetahuan berarti agama islam

adalah produk manusia. Sedangkan islam adalah agama wahyu,

dating dari Allah SWT. Ia bukan kebudayaan, sekalipun ia

melahirkan kebudayaan dan peradaban.

2. Kalau Adam a.s adalah seorang Nabi, tentu ia diberi bekal oleh

Allah SWT dengan agama tauhid atau monoteisme.

Dalam kepercayaan Umat berima, Adam adalah Nabi. Ilmu Tauhid

secara garis besar adalah ilmu yang mempelajari bagaimana bertauhid

dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan Hadist.

Petunjuk al-Qur’an dan Hadist inilah yang dikaji secara mendalam oleh

para Ulama’. Namun karena pola piker, latar belakang, metode

pendekatan, dan sudut pandang yang berbeda, hasil pemikiran

merekapun selalu tidak sama. Jangankan antar Madzhab, di dalam satu

Madzhab saja perbedaan itu terjadi, sehingga muncul sekte-sekte.

Jalan yang paling aman dan dekat untuk mengenal Tuhan adalah

dengan memperhatikan dan meneliti alam semesta. Al- Qur’an selalu

mendorong manusia agar mau memperhatikan dan memikirkan apa yang

ada dan terjadi di dalam alam raya ini, bukan saja alam yang berada di

luar dirinya, tapi juga apa yang ada dalam diri manusia itu sendiri.

6.3. Pendidikan dan Pengajaran Tauhid

Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang penting bagi

kehidupan manusia. Dengan pendidikan dan pengajaran itulah Umat

manusia dapat maju dan berkembang biak, melahirkan kebudayaan dan

peradaban positif yang membawa kepada kebahagiaan dan

kesejahteraan hidup mereka.

Page 14: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

Yang dimaksud dengan pendidikan tauhid di sini ialah pemberian

bimbingan kepada anak didik agar ia memiliki jiwa tauhid yang kuat dan

mantap dan memiliki tauhid yang baik dan benar.

Bimbingan itu dilakukan tidak hanya dengan lisan dan tulisan, tetapi

juga bahkan ini yang terpenting dengan sikap, tingkah laku perbuatan.

Sedangkan yang dimaksud dengan pengajaran tauhid ialah pemberian

pengertian tentang ketauhidan, baik pada kebahagiaan hidup dunia dan

ukhrawi.

Pendidikan dan pengajran tauhid, baik yang berhubungan dengan

akidah maupun dalam kaitan dengan ibadah, akan menanamkan

keikhlasan pada diri seseorang dalam setiap tindakan atau perbuatan

pengabdiannya. Keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah inilah yang

membuat tauhid bagaikan pisau bermata dua, satu segi untuk kehidupan

di Akhirat, sisi lain untuk kehidupan di dunia.

6.4. Tauhid dan Pembinaan Kepribadian

Pembentukan kepribadian taqwa berkaitan sangat erat dengan

tauhid. Penanaman tauhid yang baik dan benar kepada anak aka sangat

menentukan terwujudnya kepribadian takwa tersebut. Pertama, tauhid

merupakan fondasi yang diatasnya berdiri bangunan-bangunan kehidupan

manusia, termasuk jepribadiannya, dengan makin kuat dan kokohnya

tauhid, makin baik dan sempurna kepribadian takwa seseorang. Kedua,

tauhid merupakan aspek batin yang memberikan motivasi dan arah bagi

perkembangan kepribadian manusia.

6.5 Tauhid dan Kesehatan mental

Jika akidah atau keyakinan sebagaimana diajarkan islam di atas

tertanam dalam jiwa seseorang, mentalnya akan kuat, jiwa tidak

tergoncang hanya oleh karena orang lain tidak memberikan penghargaan

kepada-Nya.

Page 15: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

6.7 Ilmu dan Akidah

Dalam membina akidah dan ibadah, agama juga tidak bis berjalan

sendiri, Ia harus dibantu oleh ilmu pengetahuan. Ilmu dapat menjelaskan

dan menafsirkan arti dan makna akidah dan ibadah secara rsional

sehingga ia tidak hanya diterima dengan rasa ( iman ) tapi juga diterima

dengan rasio. Hal ini akan lebih memantapkan rasa keberagamaan dan

keyakinan seseorang serta menumbuhkan kesadarannya yang mendalam

untuk memperkuat iman dan melaksanakan ibadah dengan baik dan

benar.

6.8 Manusia dan Lingkungan Hidup dalam Akidah Islam

Sebenarnya jauh sebelum masalah lingkungan hidup muncul ke

permukaan dan menjadi isu internasioanl, al-Qur’an sudah memberikan

isyarat kepada manusia tentang perlunya perhatian dan pemeliharaan

lingkungan hidup itu, al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa manusia

sangat berperan untuk menciptakan lingkungan hidup yang baik dan

harmonis.

Berdasarkan ayat dan hadist yang telah dikemukakan di atas,

dapat di ambil kesimpulan bahwa ajaran islam yang berintikan akidah

islamiyah dapat membangkitkan kesadaran ekologis kepada manusia,

bagaimana seharusnya ia bergaul dengan lingkungan hidupnya, baik

lingkungan yang hidup biotis ataupun benda mati ( abiotis ).

Di samping factor manusia, gangguan lingkungan hidup bias juga

terjadi karena factor alam itu sendiri. Misalnya, gempa bumi, angin topan,

gunung meletus dan banjir. Faktor alami ini terjadi juga ada yang

berkaitan dengan factor manusia, seperti banjir yang terjadi akibat

penebangan kayu atau penggundulan hutan.

Page 16: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

6.9 Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Tauhid

a. Pembahasan dalam ilmu tauhid.

Aspek pokok dalam ilmu tauhid adalah keyakinan akan eksistensi

Allah yang maha sempurna, maha Kuasa dan memiliki sifat-sifat

kesempurnaan lainnya. Karena itu pula, ruang lingkup pembahasan dalam

ilmu tauhid yang pokok adalah :

1. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT atau yang sering

disebut dengan istilah Mabda. . Dalam bagian ini termasuk pula

bagian takdir.

2. Hal yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara

antara manusia dan Allah atau disebut pula washilah meliputi :

Malaikat, Nabi/ Rasul, dan Kitab-kitab Suci.

3. Hal-hal yang berhubungan dengan hari yang akan datang, atau

disebut juga maad, meliputi : Surga, Neraka dan sebagainya.

b. Aspek-aspek dalam ilmu tauhid

Bagian-bagian tauhid sebagai ilmu dapat dibagi dalam 5 aspek :

Tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah/ubudiyah, tauhid sifat, tauhid qauli

dan tauhid amali.

c. Masalah-masalah yang bertentangan dengan tauhid

Secara garis besar, masalah-masalah yang bertentangan dengan

tauhid adalah kekafiran, kemusyrikan, kemurtadan, dan kemunafikan.

6.10 Pertumbuhan dan Perkembangan

6.10.1 Aliran-aliran dalam Ilmu Tauhid/Kalam

a. Awal mula munculnya masalah teologi dalam islam

Memang, fakta sejarah menunjukkan, persoalan pertama yang

muncul di kalangan umat islam yang menyebabkan kaum muslimin

terpecahj ke dalam beberapa firqah ( kelompok/golongan ) adalah

Page 17: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

persoalan politik. Dari masalah ini kemudian lahir berbagai kelompok dan

aliran teologi dengan pandangan dan pendapat yang berbeda.

1. Khawarij

Adapun yang dimaksud khawarij adalah suatu sekte pengikut Ali

bin Abi Thalib yang keluar meninggalakan barisan karena ketidak

sepakatan tyerhadap keputusan ali yang menerima arbitrase ( Tahkim ).

Secara umum ajaran-ajaran pokok khawarij adalah :

1. Orang islam yang melakukan dosa besar adalah kafir.

2. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal ( antara Aisyah,

Thalhah dan Zubair dengan Ali bin Abi Thalib ) dan para pelaku

tahkim termasuk yang menerima dan membenarkan dihukumkan

kafir.

3. Khalifah harus dipilih langsung oleh Rakyat.

2. Murji’ah

a. Sejarah timbulnya.

Satu hal yang sulit diketahui dengan pasti ialah siapa sebenarnya

pendiri atau tokoh Ulama’ aliran ini. Menurut Syahrastani, Husain bin

Muhammad bin Ali bin Abi Thalib adalah orang yang pertama yang

menyebut irja’. Akan tetapi, hal ini belum menunjukkan bahwa ia adalah

pendiri Murji’ah.

Hal-hal yang melatar belakangi kehadiran Murji’ah antara lain :

1. Adanya perbedaan pendapat antara orang Syi’ah dan khawarij.

2. Adanya pendapat yang menyalahkan Aisyah dan kawan-kawan

yang menyebabkan terjadinya perang jamal.

3. Adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut

kekuasaan Ustman bin Affan .

b. Ajaran-ajaran Murji’ah

a) Iman hanya membenarkan di dalam hati.

Page 18: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

b) Orang islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumi kafir,

selama ia mengakui 2 kalimah syahadah.

c) Hukum terhadap perbuatan manusia ditangguhkan hingga hari

kiamat.

c. Tokoh-tokoh dalam sekte Murji’ah.

Pemimpin Ulama madzhab murji’ah ialah Hasan bin Bilal Al-

Muzni, Abu Sallat al Samman dan Dirar bin Umar. Tokoh Murji’ah

yang moderat adalah Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib.

3. Qadariyah

Madzhab Qadariyah muncul sekitar tahun 70 H ( 689 M ). Ajaran-

ajaran ini banyak persamaannya dengan Mu’tazilah. Tokoh Ulama’

Qadariyah adalah Ma’bad Al-Juhari dan Ghailan Al-Dimasqi. Pokok aliran

Qadariyah antara lain adalah manusia mempunyai kemampuan untuk

bertindak ( Qudrah ) dan memilih atau berkehendak.

Kehadiran Qadariyah merupakan isyarat penentangan terhadap

politik pemerintahan Bani Umayyah, aliran ini selalu mendapat tekanan

dari pemerintah, namun paham Qadariyah tetap berkembang. Dalam

perkembangannya, paham ini tertampung dalam madzhab mu’tazilah.

4. Jabariyah

Madzhab ini muncul bersamaan dengan kehadiran Qadariyah.

Paham Qadariyah pada mulanya dipelopori oleh Ja’d bin Dirham.

Pokok-pokok paham Jabariyah

Menurut Jabariyah, manusia tidak mempunyai kemampuan untuk

mewujudkan perbuatannya dan tidak memiliki kemampuan untuk memilih.

Menurut paham ini manusia tidak hanya bagaikan wayang yang

digerakkan oleh dalang tapi manusia tidak mempunyai bagian sama sekali

dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.

Page 19: Sejarah Pertumbuhan Ilmu Tauhid

5. Mu’tazilah

Mu’tazilah lahir pada abad ke 2 H dengan Tokoh utamanya Washil

bin Atha’. Pokok-pokok ajaran Mu’tazilah. Ada 5 prinsip ajaran Mu’tazilah

yang dirumuskan oleh Tokoh besar aliran ini, Abu Huzail Al-Hallaf :

1. Al-Tauhid (keesaan Tuhan )

2. Al-Adl ( keadilan-keadilan )

3. Al-Wa’du wal Wa’id ( janji dan ancaman )

4. Al-Manzilah bain al- Manzilatain

5. Amar Ma’ruf nahi Munkar.

Tokoh-tokoh Mu’tazilah, Washil bin Atha’, Abu Hudzail Al-Hallaf, Al-

Nazzam, Al-Jubb’ai.

6. Ahlussunnah wal jama’ah

Ahlussunnah berarti pengikut Sunnah Nabi Muhammad SAW, dan

Jama’ah artinya Sahabat Nabi, jadi Ahlussunnah mengandung arti “

Penganut sunnah ( I’tikad ) Nabi dan para Sahabat beliau. Tokoh

utamanya : Abu Al-Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi.