Sejarah Perkembangan

127

Transcript of Sejarah Perkembangan

Page 1: Sejarah Perkembangan
Page 2: Sejarah Perkembangan

i

Sejarah PerkembanganSurat Berharga

Page 3: Sejarah Perkembangan

ii

Page 4: Sejarah Perkembangan

iii

Dr. Paramita Prananingtyas, S.H., LL.M.

Inteligensia MediaMalang 2020

Sejarah PerkembanganSurat Berharga

Page 5: Sejarah Perkembangan

iv

SEJARAH PERKEMBANGAN SURAT BERHARGA

Penulis:Dr. Paramita Prananingtyas, S.H., LL.M.

ISBN: 978-623-6548-25-7

Copyright © September, 2020

Ukuran: 15,5cm x 23cm; Hal: x + 116

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak dalam bentuk apapun tanpa ijintertulis dari pihak penerbit.

Cover: Rahardian Tegar KusumaLayout: Kamilia Sukmawati

Edisi I, 2020

Diterbitkan pertama kali oleh Inteligensia MediaJl. Joyosuko Metro IV/No 42 B, Malang, IndonesiaTelp./Fax. 0341-588010Email: [email protected]

Anggota IKAPI No. 196/JTI/2018

Dicetak oleh PT. Cita Intrans SelarasWisma Kalimetro, Jl. Joyosuko Metro 42 MalangTelp. 0341-573650Email: [email protected]

Page 6: Sejarah Perkembangan

v

Pengantar Penulis

Pengetahuan mengenai sejarah perkembangan surat berhargasangatlah penting diketahui. Sejarah merupakan cabang ilmupengetahuan yang mengkaji secara sistematis keseluruhanperkembangan, proses per ubahan atau dinamika kehidupanmasyarakat dengan segala aspek kehidupan yang terjadi di masalampau. Seperti halnya dalam perkembangan surat berharga dariawal kemunculannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk yangberevolusi, untuk itulah selalu ada perubahan. Salah satu hal yangterus mengalami perubahan seiring dengan perubahan jamanadalah alat bayar. Pada awal mulanya sistem pembayarantradisional dilakukan dengan barter, kemudian berkembangmenjadi lebih maju, dan diciptakanlah alat bayar baru yang dikenaldengan sebutan mata uang pada setiap negara di dunia. Dalamdunia perdagangan, pembayaran dengan uang tunai akanmemiliki banyak risiko, salah satunya menyulitkan saat membawadan menyimpan uang. Oleh sebab itu, dalam dunia perdagangandiperlukan bentuk pembayaran yang lebih mudah dan lebih aman.

Untuk memudahkan pembayaran pada setiap transaksi, makadiperlukan surat-surat berharga yang bernilai uang. Surat-surattersebut telah diakui dan dilindungi, berharga hukum baik dalamtransaksi perdagangan, pembayaran, penagihan, dan sejenisnya.Surat-surat itu mudah diperdagangkan karena menunjukkan nilaitertentu yang dapat dialihkan dari pihak ke satu dan pihak yang

Page 7: Sejarah Perkembangan

vi

lainnya. Sejarah penerimaan surat berharga diawali di NegaraInggris, yang dianggap sebagai contoh sejarah perkembanganaspek “negotiable” dari surat berharga, dimulai dari perkembangansurat pengakuan hutang sederhana, yang di lakukan olehmasyarakat kelas pedagang.

Surat berharga diawali dengan fungsi surat berharga sebagaialat bukti kredit, kemudian surat berharga tersebut dapatdipindahtangankan setara nilainya dengan uang, maka suratberharga kemudian dapat berfungsi juga sebagai alat bayar.Sehingga dibuatlah alat bayar yang digunakan oleh pelaku bisnis,berupa surat berharga yang digunakan dalam kegiatan bisnis, danmakin lama makin berkembang. Bahkan hampir semua pelakubisnis menggunakan alat bayar tersebut, termasuk kegiatan bisnissehari-hari yang dilakukan masyarakat umum. Penggunaan alatbayar tersebut dapat dilihat di tempat belanja, dengan didukungperkembangan bentuk dan sistem yang ada. Demikian juga darisegi bentuknya, makin lama makin berkembang sesuai dengankebutuhan masyarakat. Maka dari itu pada kesempatan ini penulisakan membahas mengenai sejarah pengaturan surat berharga.

Page 8: Sejarah Perkembangan

vii

Pengantar Penerbit

Sistem pembayaran dalam dunia perdagangan terus mengalamiperkembangan. Dimulai dari barter, uang tunai, dan berkembangmenjadi dokumen surat-surat berharga yang memiliki nilai jual.Perkembangan sistem pembayaran tersebut merupakan kebutuhanmanusia yang dipengaruhi oleh modernisasi zaman.

Buku ini hadir sebagai kacamata informasi yang penting untukdibaca, selain menyajikan sejarah sistem pembayaran dari masake masa, buku ini juga menjelaskan berbagai keunggulan dankekurangan setiap sistem pembayaran sejak masa lampau hinggaera sekarang. Bahasanya yang ringan dan informasi yang padat,membuat buku ini cocok dibaca seluruh kalangan masyarakat.

Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada penulis yangtelah mempercayakan penerbitan naskahnya kepada kami, dantelah memberikan sumbangsih wawasan yang cemerlang dalambuku yang telah ditulis.

Selamat membaca...

Page 9: Sejarah Perkembangan

viii

Daftar Isi ...

Pengantar Penulis -- vPengantar Penerbit -- vii

Bab 1. Pendahuluan -- 1

Bab 2. Sejarah tentang Alat Bayar dan Surat Berharga -- 18A. Alat Bayar -- 18B. Surat Berharga -- 26

Bab 3. Perkembangan Kodifikasi Hukum Perdata dan Hukum Daganguntuk Surat Berharga -- 29A. Sejarah Hukum Sipil/Hukum Perdata -- 29B. Proses Kodifikasi -- 34C. Kodifikasi Hukum Perdata di Perancis -- 38D. Kodifikasi Hukum Perdata di Jerman -- 40E. Lex Mercatoria -- 41F. Kodifikasi Lex Mercatoria dalam Sistem Hukum Dagang -- 55G. Kodifikasi Hukum Tentang Surat Berharga -- 66H. Unifikasi Hukum Surat Berharga Internasional -- 75I. Penyerapan dalam Hukum Nasional Indonesia -- 77

Page 10: Sejarah Perkembangan

ix

Bab 4. Masalah Gagal Bayar Commercial Paper -- 97A. Masalah Gagal Bayar Commercial Paper di Amerika Serikat -- 97B. Masalah Gagal Bayar Commercial Paper di Indonesia -- 102C. Kasus-Kasus Gagal Bayar Commercial Paper di Indonesia -- 103

Daftar Pustaka -- 111Tentang Penulis -- 116

Page 11: Sejarah Perkembangan

x

Page 12: Sejarah Perkembangan

1

Paramita Prananingtyas

Manusia sebagai makhluk Tuhan yang berbudi dan berakal,keberadaannya selalu berusaha membuat yang terbaik bagidirinya. Manusia dikatakan sebagai makhluk yang berevolusi,selalu membuat perubahan. Salah satu hal yang mengalamiperubahan seiring dengan perkembangan zaman adalah mengenaialat bayar. Ilmu mengenai alat bayar atau uang, dikenal sebagainumismatics, bahwa alat bayar telah dikenal selama ribuan tahun(Glyn Davies, 1994: 172).

Selama beberapa abad, yang dipergunakan sebagai alat bayardalam masyarakat adalah komoditas-komoditas tertentu yangperlakukan sebagai alat tukar, komoditas tersebut disebut sebagaialat bayar komoditas, yang terdiri atas beberapa logam mulia. Padakalangan masyarakat yang lain, ada pula yang menggunakan kulitkerang, gandum, manik-manik dan sebagainya. Sepanjangkomoditas-komoditas tersebut diakui oleh masyarakat danmanfaatnya diakui sebagai sesuatu yang berharga dan memilikinilai ekonomis.

Cara pembayaran dengan tukar menukar tersebut dikenalsebagai barter. Barter adalah proses transaksi yang tidakmenggunakan uang sebagai alat bayar, namun para individu yangbertransaksi akan saling bertukar objek-objek komoditas merekasecara lan gsung. Pi l ihan objek tersebut te rgan tun g padakeunggulan alamiah masing-masing daerah. Beberapa di antarakalangan individu akan mengawali proses transaksi dengan

1Pendahuluan

Page 13: Sejarah Perkembangan

2

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

memberikan penilaian terhadap nilai objek yang akan ditukarkan,transaksi penilaian meliputi keunggulan objek transaksi tersebut.

Objek-objek transaksi tersebut akan disetarakan nilainya,contohnya seperti ternak unggas dengan gerabah kecil, seikatgandum dengan sekantong kecil garam dan sebagainya. Namunkemampuan dari para pedagang untuk dapat melakukan bartersangat tergantung pada ketersediaan komoditas yang diminati olehpara pembel inya. Selain i tu, juga sangat tergantung padakebutuhan khusus para pembelinya, apakah pada saat itu individulain membutuhkan komoditas tersebut atau tidak. Sebagai contohseorang penjual biji-bijian harus mampu menemukan pembeliyang membutuhkan biji-bijian, dan pada lain pihak pembelitersebut harus memiliki komoditas yang akan dibutuhkan oleh sipenjual (Glyn Davies, 1994: 172).

Perkemban gan dar i bar ter sebagai a la t bayar ada lahmunculnya konsep uang. Uang pada masa prasejarah dan masamodern, pada dasarnya adalah suatu “tanda”, sesuatu yangabstrak untuk memberikan nilai pada sesuatu barang atau jasa.Pada awal lahirnya uang, uang berbentuk emas dan perak, yangdicetak dengan nilai tertentu di atas kepingan emas dan peraktersebut, dan ditemukan pula campuran logam yang lain dengannilai yang berbeda pula.

Pemanfaatan logam mulia sebagai mata uang memerlukantahapan-tahapan yang cukup rumit. Suatu penghitungan standaratas koin-koin logam mulai diperkenalkan. Koin-koin uang logamsebelumnya akan ditimbang dan dicampur dengan emas sebagaibatu ukur, sedikit banyaknya campuran emas dalam koin tersebutakan menentukan nilai tukar koin. Para penguasa suatu wilayah(Negara) yang memiliki hak untuk mencetak uang koin danmerahasiakan proses tersebut, stempel yang melekat pada suatukoin akan menjamin nilai dan berat fisik dari uang metal tersebut(Glyn Davies, 1994: 178).

Kelangkaan dan harga yang mahal dari logam-logam muliayang digunakan untuk mencetak uang, mendorong masyarakatuntuk memperbarui bentuk uang. Problem tersebut denganpemakaian uang logam (koin), adalah perbedaan apresiasi antaramasyarakat dan Negara mengenai nilai logam mulia dari uang koin.

Page 14: Sejarah Perkembangan

3

Paramita Prananingtyas

Sebagai contoh masyarakat di Eropa Daratan lebih menghargaiuang emas daripada uang yang mengandung perak, walaupunuang perak tersebut dijamin oleh Kerajaan Inggris. Perbedaanapresiasi atas nilai logam mulia pada uang logam mendoronglahirnya sistem seigniorage1 (Glyn Davies, 1994: 289).

Diawali di China, pada tahun 806 SM, uang kertas padaawalnya adalah suatu bukti telah terbentuknya perjanjian kreditantara seorang pedagang dengan peminjam uang2. Penerbitanbukti peminjaman uang oleh pihak swasta (perorangan) kemudiandiambil alih oleh penguasa wilayah. Pemakaian uang kertas inipertama kali dilakukan di wilayah provinsi Shechuan. Pada tahun1023 M, dinasti Song menerbitkan dan mengedarkan uang kertassebagai alat bayar yang berlaku di wilayah terbatas untuk periodewaktu yang sebentar saja. Uang kertas tersebut memiliki fungsisebagai ‘notes” atau surat utang yang memiliki waktu jatuh tempopen dek, yakn i t i ga tah un, dan se te lah ti ga tahun dapatdiperbaharui atau diajukan pembayaran. Apabila pemegang uangkertas tersebut menginginkan penerbitan uang kertas yang baru,pemerintah lokal akan menambahkan nilai pajak sebesar 3% atasnilai uang kertas tersebut.

Hikayat menyebutkan bahwa pada abad ke 13, pada masapenjajahan Mongol, Kaisar Khubilai Khan memerintahkan semualogam mulia (uang logam berupa emas, perak, perunggu, bahkanyang dari pedagang luar wilayah) untuk disita Negara, dan padaseluruh wilayah menggunakan uang kertas terbitan kekaisaranMongol sebagai alat bayar yang sah. kemudian berkembang diEropa, kertas akhirnya menjadi uang. Karena uang kertas tersebutdigunakan dengan cara paksaan, maka penggunaan uang kertassebagai alat bayar menjadi tidak disukai oleh masyarakat, sehinggauang kertas tidak digunakan lagi selama beratus-ratus tahun di

1 Seigniorage adalah suatu sistem yang menambahkan nilai pada suatu uang logam.Nilai suatu uang logam terdiri atas nilai logam (berdasarkan t imbangan), ongkospembuatan dan terakhir adalah pajak yang harus dibayarkan oleh para pemegang uanglogam. Dengan sistem seigniorage, nilai suatu uang logam yang berasal dari wilayahyang berbeda akan dapat diapresiasikan sama dengan nilai uang logam wilayah lokal.Seigniorage kemudian berkembang menjadi suatu standar penerapan pajak bagi suatupenguasa wilayah. Seigniorage dikemudian hari juga berkembang menjadi suatu carauntuk menghitung bunga bagi surat utang yang dijamin oleh bank, cara ini berkembangpada abad ke 16 Masehi.

2 Cikal bakal bank

Page 15: Sejarah Perkembangan

4

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

seluruh wilayah China. Pemakaian uang kertas baru munculkembali ada abad ke 19 (History of Chinese Invention, Invention ofPaper Money, www.computersmiths).

Di Inggris dan Eropa daratan, munculnya uang kertas diawalidengan munculnya surat-surat berharga yang kelahirannyadidasarkan atas jaminan-jaminan tertentu. Pada awalnya jaminantersebut berupa barang dagangan para merchants (pedagang) yangmendatangkan rempah-rempah, kain sutera, biji -bijian dansebagainya dari berbagai wilayah di beberapa bandar besar diEropa. Surat berharga yang muncul pada saat itu sebenarnyaadalah suatu surat jaminan kredit dari pihak ketiga kepada seorangpedagang, dengan memakai jaminan barang dagangan milikpedagang tersebut, surat ini adalah nenek moyang dari wesel (Billsof Exchange /draft) (Glyn Davies, 1994: 321).

Jenis uang kertas selanjutnya bersumber suatu surat berhargayang berupa janji untuk membayar sejumlah uang pajak kepadaNegara, yang disebut sebagai “Tally /tallies”. Tally adalah rincianpenghitungan pajak terutang dari seseorang kepada Negara,yang terdiri atas dua salinan, salinan pertama dipegang olehpembayar pajak, salinan kedua dipegang oleh pemungut pajak.Pih ak pen guasa wil ayah se laku kredi tur pa jak acapkal imemperjualbelikan Tally tersebut kepada pihak ketiga. Pihak ketigakemudian dapat memaksakan pembayaran atas Tally tersebutkepada debitur (pengutang pajak) (Glyn Davies, 1994, 325).

Secara khusus di Inggris juga berkembang surat berhargadengan jaminan emas, yang diterbitkan oleh para bankir, padaabad ke 17. Penerbitan surat berharga yang berdasarkan padatingginya arus kedatangan kapal-kapal pedagang yang berlabuhdi Inggris dengan membawa berbagai barang eksotis dari TimurJauh seperti kain sutera, rempah-rempah dan batu mulia. Barang-barang dagangan tersebut di tukar dengan emas oleh parapedagang lokal di Inggris, kemudian para pemilik kapal menitipkanemas-emas mereka kepada para banker, dan mereka mendapatkansecarik kertas yang berisikan janji untuk membayar kembali kepadapara pemilik kapal, pada waktu yang telah ditetapkan senilai hargaemas yang dititipkan tersebut.

Page 16: Sejarah Perkembangan

5

Paramita Prananingtyas

Kertas berisi janji tersebut dapat diperdagangkan oleh parapemilik kapal di Bandar-bandar lain di seluruh Eropa (khususnyadi daratan Eropa seperti Italia, Belanda, Perancis dan Jerman).Karena pada jaman tersebut bankir sebagai suatu institusi belumterbentuk, yang disebut sebagai bankir adalah para pandai emas,yang memiliki modal cukup besar untuk meminjamkan uangkepada para pemilik kapal agar mereka dapat berlayar kembali.Secarik kertas di atas adalah cikal bakal dari Promissory Notes,yang kemudian memiliki kedudukan sejajar dengan wesel /Billsof Exchange dan tallies, serta dapat diperjual belikan di kalanganpara pedagang.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ogden,bahwa perkembangan surat berharga secara umum dikatakanmelewati tiga tahapan. Tahapan pertama adalah tahap barter, dimana “uang” yang berfungsi sebagai alat bayar belumlah dikenal.Pada masa barter, nilai alat bayar diwakili dari berat biji-bijian(gandum/beras/jagung) atau kulit hewan atau hewan ternak. Padatahapan kedua adalah tahapan metal, di mana metal menggantikanposisi gandum atau kulit hewan dan hewan ternak sebagai nilaialat bayar. Metal (besi, tembaga, emas, perak, perunggu dancampurannya) berkembang menjadi alat bayar pada proses jualdan beli. Mereka menjadi alat tukar yang memiliki nilai.

Pada tahap yang ketiga dikenal istilah “commercial paper” atausurat berharga. Tahap ketiga disebut sebagai tahapan suratberharga, pada tahap ketiga ini perdagangan sudah tidak bersifatlokal saja namun melalui batas negara bahkan batas benua,sehingga setiap transaksi jual beli yang melibatkan utang-utangdan kredit akan dilampiri selembar surat sebagai alat bukti,kemudian surat pengakuan utang dan surat tagihan tersebut akandapat dipindahtangankan yang pada akhirnya akan diakuimemiliki nilai sejumlah uang. Nilai dari selembar kertas (suratberharga) tersebut akan tergantung pada kemampuan finansialdari para pihak khususnya penerbit (Ogden 1938: 14-15).

Sejarah penerimaan surat berharga sehingga aspek “negotiable”-nya dapat diakui diawali di Inggris. Berikut ini adalah salah satucontoh dokumen atas kasus yang diajukan dalam sistem hukumInggris pada tahun 1302, yang dianggap sebagai contoh sejarahperkembangan aspek “negotiable” dari surat berharga, yang diawali

Page 17: Sejarah Perkembangan

6

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

dari perkembangan surat pengakuan utang sederhana yangdilakukan oleh masyarakat kelas pedagang, dalam kasus Richardv. Welborne, yang diajukan pada Majelis Kerajaan pada tahun 1320.Pada kasus tersebut Welborne, seorang perajin tenun, memilikiutang kepada Richard Hoppman seorang pedagang dari Lynn,sejumlah £33 untuk beberapa lembar kain yang dibelinya, dantelah diterima pada suatu waktu. Welborne berjanji untukmembayar, dengan cara mencicil, dan janji tersebut ditulisnyadalam secarik kertas.

Welborne menuliskan dalam secarik kertas tersebut, berupajanji bahwa dia akan membayar kepada Richard Hoppman atauorang lain, yang memegang kertas yang berisikan janji untukmembayar uang sejumlah £20 di Kota St.Ives pada saat haripasaran (31 Mei 13020 dan £13 di kota Lynn pada saat haripasaran (17 Juni 1302), tanpa ada penundaan. Dengan surat iniWelborne dan keturunannya berjanji untuk membayar utangnyakepada Hoppman.

Kemudi an , pada saa t ja tuh tempo tern yata Wel born emengingkari janjinya, maka pembawa surat yang menerimasurat tersebut dari Richard Hoppman membawa surat janjiuntuk membayar utang tersebut kepada majelis kerajaan, dankemudian majel is kerajaan menyatakan bahwa surat yangditul is oleh Welborne tetap mengikatnya untuk membayarwalaupun pembawa surat tersebut bukan Richard Hoppman.(Richard v. Welborne, Ogden 1938: 20-21). Pengakuan dari Majeliskerajaan ini memberi landasan asas dapat diperdagangkannya suratsanggup (negotiability).

Surat berharga atau negotiable instrument memiliki sifat yangkhusus, yang membuatnya menjadi “berharga”. Hal tersebutterjadi karena kondisi surat berharga yang berfungsi sebagaialat bayar dan kondisi dapat diperdagangkan. Menurut hukumsurat berharga, prinsip negotiability berbasis pada beberapakarakteristik hukum dari surat berharga tersebut, yaitu dapatdiserahkan/dipindahtangankan. Dengan memberikan hak kepadapenerima kekuatan hukum untuk menuntut pembayaran suratberharga atas dirinya, memberikan kekebalan kepada beberapaorang yang berkedudukan sebagai pemegang sebelumnya atas

Page 18: Sejarah Perkembangan

7

Paramita Prananingtyas

tuntutan yan g berlandaskan perikatan dasarnya (Nickles,Matheson, Adams, 1994: 17)3.

Hukum surat berharga modern memberikan definisi terhadapsurat berharga secara lebih mendetail, seperti yang diatur dalamUniform Commercial Code (UCC), milik Amerika Serikat. Syarat-syarat suatu surat dapat dikategorikan dalam golongan suratberharga atau negotiable instrument adalah apabila memenuhisyarat dapat diperdagangkan. Seperti yang termuat dalamUniform Commercial Code (UCC) § 3-104 (a) definisi mengenai suratberharga adalah sebagai berikut :

“Negotiable instrument” means an unconditional promise or order topay a fixed amount of money; with or without interest or other chargesdescribed in the promise or order, if it: (suatu surat berharga adalah,suatu suatu janji atau perintah tak bersyarat untuk membayarsejumlah uang, dengan atau tanpa bunga atau sesuatu hal lain yangditelah diperjanjikan dalam janji atau perintah tersebut, apabila)1. Is payable to bearer or to order at the time it is issued or first comes

into possession of a holder (dibayarkan kepada pembawa ataukepada seseorang yang disebutkan pada saat diterbitkannyaatau kepada pemegang yang pertama kali menerima suratberharga setelah diterbitkan)

2. Is payable on demand or at a definite time; and (dapat dibayarkanpada saat diunjukkan atau pada waktu yang telah ditentukan;dan)

3. Does not state any other undertaking or instruction by the personpromising or ordering payment to do any act in addition to thepayment of money, but the promise may contain (tidak memuatperintah atau syarat lain dari orang yang berjanj i ataumemberikan perintah untuk membayar sejumlah uangtersebut, namun janji untuk membayar diperbolehkan untukmemuat:a. An undertaking or power to give, maintain, or protect collateral

to secure payment, (jaminan untuk pembayaran)

3 “ In the law of commercial paper (negotiable instruments), negotiability refers to aconcept designating a group of legal characteristics of certain commercial instrument, suchas assignability, which confers on the assignee the power to sue upon the instrument in hisown name, the immunity of certain holders from equities of defence of prior parties on theircontractual liability and a presumption of consideration.

Page 19: Sejarah Perkembangan

8

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

b. An authorization or power to the holder to confess judgment orrealize on or dispose of collateral, or (suatu kewenanganuntuk menjual suatu jaminan)

c. A waiver of the benefit of any law intended for the advantage orprotection of an obligor (memberikan kekuatan hukumkepada seorang penjamin)

Hukum Inggris dan hukum Amerika memberikan 9 syaratsuatu dokumen dapat dinyatakan masuk dalam kategori suratberharga yaitu: 1) Writing (tertulis) Signed by maker or drawer(ditandatangani penerbit/penarik). 2) Promise or order (suatu janjiatau perintah). 3) Unconditional (tanpa syarat). 4) Money (sejumlahuang). 5) Fixed amount ( sejumlah nilai tertentu). 6) Payable ondemand or at definite time ( dibayarkan atas pengunjukan ataupada waktu

tertentu). 7)Payable to order or to bearer (dibayarkan kepadapembawa atau pengganti). 8) No other undertaking or instruction(tidak diperlukan perintah lebih lanjut).

Pendapat di atas membawa pada pemahaman bahwa suratberharga harus mempunyai fungsi sebagai surat legitimasi (alatbukti tertulis), surat yang menunjuk pemegangnya sebagai orangyang berhak, khususnya (orang yang) di luar suatu proses(Suryohadibroto, 1991: 7). Berdasarkan fungsi legitimasi tersebutmaka dapat dikatakan bahwa surat berharga memiliki tiga fungsiutama yai tu 1) sebaga i ala t bayar, 2) sebagai a lat untukmemindahkan hak tagih (diperjual belikan dengan mudah atausederhana), 3) sebagai surat bukti hak tagih (surat legitimasi)(Pangaribuan, 1974 : 33).

Surat kesanggupan atau promissory notes, sebagai salah satubentuk surat berharga/negotiable instrument, ternyata sudah dikenaloleh bangsa Romawi tetapi aspek tersebut dapat dinegosiasikandengan surat kesanggupan baru yang terbentuk dalam era modern,yang dimulai di Inggris, seperti diungkapkan oleh James M.Ogden(1938: 20). Sebagai masa dikenalnya surat sanggup/promissory notesdi Inggris kurang lebih adalah 30 tahun sebelum lengsernya RatuAnne. Promissory notes tersebut telah digunakan dalam praktikselama beberapa waktu sebelum akhirnya menjadi subyek darilitigasi dan diatur dalam hukum positif Inggris.

Page 20: Sejarah Perkembangan

9

Paramita Prananingtyas

Hakim pada sistem hukum common law , pada awalnyamenentang aspek dapat diperdagangkan dari surat sanggup atasbawah/atas pengganti sehingga diperlukan campur tangan dariParlemen untuk mengatur masalah tersebut. Pada akhirnyaterbitlah peraturan yang menyatakan bahwa promissory notesmemiliki kualitas yang sama dalam hal tanggung jawab para pihakdan prinsip dapat diperdagangkannya (negotiability) setara denganwesel /bill of exchange.

Sedangkan menurut hukum Anglo Saxon definisi suratkesanggupan adalah: “suatu janji tertulis tanpa syarat yang dibuatoleh seseorang kepada orang lain, dan ditandatangani olehpenerbit, berisi janji untuk membayar, pada saat diunjukkan ataupada saat tertentu serta pada tanggal yang telah ditentukan dimasa yang akan datang, sejumlah uang, secara atas order ataukepada orang yang ditunjuk atau kepada pembawa, secara lengkap(Nickles, Matheson, Adams 1994: 17)4.

Surat sanggup/promissory note pada awal perkembangannyahanya diakui sebagai alat pengakuan utang, namun kemudiansurat kesanggupan ini memiliki kekuatan sebagai surat berharga/negotiable instrument, sehingga dapat berfungsi sebagai alat tukarpada perdagangan barang dan jasa dalam komunitas masyarakat.

Kutyn, seorang pakar keuangan, mengatakan bahwa suatusurat berharga muncul dari suatu perjanjian privat antar person,tidak diterbitkan berdasarkan mandat dari pemerintah suatuNegara, bukan merupakan suatu surat kepemilikan atas bendabergerak (chattel), dan sebagai suatu utang, penerbitannya tidakmembuatnya menghi langkan asal muasal terbi tnya utangpiutang tersebut.

Sebagai suatu utang, maka penerimaan atas suatu promissorynotes akan didasarkan kepada karakter dan posisi kredit daripenerbit surat yang menyatakan kesanggupan untuk membayarutang tersebut (notes). Sehingga dapat dikatakan bahwa promissorynotes dapat dipakai untuk meminta pembayaran sejumlah uangdari penerbitnya, atau dapat dikatakan juga bahwa promissory notesmemiliki nilai yang berharga seperti uang (Kutyn, 2005: 6).

4 “A promissory note is an unconditional promise in writing made by one person toanother signed by the maker, engaging to pay, on demand or at a fixed or determinablefuture time, a sum certain in money to, or the order of, a specified person or to bearer.

Page 21: Sejarah Perkembangan

10

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Surat kesanggupan atau promissory notes , pada awalnyamengalami pertentangan di kalangan para penegak hukumkhususnya di Inggris Raya, untuk dapat diakui sebagai suratberharga. Pada awalnya negotiable promissory notes dinamakan billsof debt atau bills of credit. Bills of debts atau promissory notes inimengalami tarik ulur yang cukup lama di parlemen Inggris untukdapat diakui memil iki fungsi negotiable atau fungsi dapatdiperdagangkan dari promissory notes.

Penerbitan Statute of 3 and 4 Anne , c.9 pada tahun 1705,memberikan jalan keluar kepada masalah promissory notes, dengandekrit tersebut maka promissory notes diakui sebagai alat bayarasalkan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan.

Syarat-syarat tersebut adalah “setiap notes/janj i untukmembayar sejumlah uang harus secara tertulis, harus dibuat danditandatangani oleh seseorang atau beberapa orang, di manaseseorang atau beberapa orang tersebut, berjanji atau akan berjanjiuntuk membayar kepada orang lain atau beberapa orang, atasorder atau atas tunjuk, sejumlah uang seperti yang dituliskandalam notes atau janji untuk membayar tersebut.

Surat ini dapat dipindahtangankan atau diendorsmenkandengan cara yang sama seperti wesel (inland bills of exchange)atau sepe rt i k ebi as aan y an g bi asa d i l aku kan o l eh p arapedagang, seseorang atau beberapa orang yang akan menerimapembayaran atas sejumlah uang yang disebutkan, dan dapatmemindahtangankan dengan cara yang sama seperti yang dapatdilakukan pada sebuah wesel (inlan bills of exchange), dengan caraatau mengikuti kebiasaan para pedagang, kepada seseorang ataubeberapa orang yang lain” (J.Story Rodgers)5.

Menurut Kutyn, peraturan tersebut telah diadopsi di dalamperaturan Federal Amerika Serikat dan peraturan-peraturan negarabagian di Amerika Serikat yang mengatur mengenai surat

5 Text asli : “that all notes in writing*** that shall be made and signed by any person orpersons*** whereby such person or persons*** doth or shall promise to pay to any other personor persons*** or their order, or unto bearer, any sum of money mentioned in such note *** shallbe assignable or indorsable over, in the same manner as inland bills of exchange are or maybe, according to the custom of merchants; and that the person or persons *** to whom suchsum of money is or shall be by such note made payable, shall and may maintain an actionfor the same, in such manner as he, she, or they might do upon any inland bill or exchange,made or drawn according to the custom of the merchants, against the person or persons***.

Page 22: Sejarah Perkembangan

11

Paramita Prananingtyas

berharga/negotiable instruments (Kutyn 2005 :6). Beberapa kasusklasik dalam perkara-perkara sengketa mengenai surat berhargapada umumnya dan surat kesanggupan pada khususnya, parapenegak hukum di sistem hukum Common Law selalu merujukpada Miller v.Race 97 Eng.Rep.398 (k.B. 1758) dan Peacock v.Rhodes99 Eng.Rep.402 (K.B. 1781) (Ogden, 1938: 45). Kasus-kasus hukummengenai surat kesanggupan, biasanya akan berkisar padapembahasan mengenai syarat dapat diperdagangkan atau negotiabilitydari instrumen tersebut.

Syarat mengenai dapat diperdagangkannya suatu dokumen/surat berharga merupakan “harga mati” atau syarat pokok, dimana syarat ini juga berlaku bagi surat kesanggupan/promissorynotes. Yang dimaksud dengan “negotiability” adalah suatu kondisidi mana pemegang berhak atas pembayaran sejumlah uang tanpasyarat. Seperti diungkapkan oleh Ogden, negotiability atau dapatdipindahtangankan, melekat pada setiap surat berharga yangberisikan janji untuk membayar sejumlah uang. Tujuan utamadaripada syarat dapat dipindahtangankannya surat berhargaadalah untuk membuat suatu wesel atau surat kesanggupanmemiliki fungsi sama seperti uang yang diterbitkan oleh pemerintahsuatu Negara dan dapat dipakai sebagai alat bayar komersial.

Suatu surat wesel harus mengandung perintah tidak sekedarsaran, namun perintah sedangkan suatu surat kesanggupanmengandung janji. Perintah dan janji tersebut haruslah tanpasyarat dan hanya untuk pembayaran sejumlah uang, [tidak bisauntuk barang/jasa]. Akan ada pembayaran dalam bentuk sejumlahuang dan tidak ada hal lain yang akan menyertainya. Jumlah uangtersebut haruslah jelas, waktu pembayaran juga harus jelas untukmasa yan g akan datang den gan j elas di tunjukkan kapanwaktunya. Surat berharga tersebut secara tepat dan jelasmenyatakan tertuju kepada pihak yang berhak. Apabila suratberharga tersebut berbentuk surat kesanggupan maka harusdisebutkan siapa penerbit dan siapa penerima pembayaran, apabilasurat wesel maka harus jelas siapa penarik, siapa tertarik dan siapapenerima pembayaran (Ogden, 1938: 47-48).

Syarat utama dari negotiability adalah instrumen tersebut harusdibayarkan atas sejumlah uang, t idak bisa menggunakanpenyerahan barang atau untuk pembayaran sesuatu hal (barang/

Page 23: Sejarah Perkembangan

12

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

jasa), seperti disarikan dari pendapat Hawthrone. MenurutHatrhone syarat dari dapat dipindahtangankannya surat berhargaterdiri atas 3 prinsip: yang pertama, surat berharga tersebut harusdapat dibayarkan den gan uan g; yang kedua , h arus dapatdibayarkan tanpa syarat; dan yang ketiga, waktu pembayarandan jumlah yang harus dibayarkan adalah jelas (Hawtrhone,1889: 136 dalam Ogden, (1938:52)).

Lebih lanjut Hawtrone juga mengatakan bahwa setiap suratberharga yang berupa surat utang (notes) dengan pembayaranberupa barang dalam bentuk apa pun bukan merupakan suratkesanggupan (promissory notes) dan tidak dapat dipindahtangankan,kecuali ada dasar hukum yang mengatakan sebaliknya. Demikianjuga dengan suatu surat utang yang bersi fat quasi (dapatdibayarkan secara alternatif), yaitu separo nilai utang dibayardengan sejumlah uang, separo nilai utang dibayar dengan barang,atau suatu surat utang yang separo dibayar dengan sejumlahuang, separo dibayar dengan jasa, bukan merupakan suratkesanggupan (promissory notes) yang dapat dipindahtangankan(negotiable instrument).

Demikian juga halnya dengan surat berharga berupa suratutang, yang pada saat jatuh temponya akan dibayarkan dengansurat berharga lain walaupun surat berharga tersebut mengandungjaminan, tetap tidak dapat dikategorikan sebagai promissory notes.Suatu promissory notes hanya dapat dibayarkan dengan sejumlahuang (Ogden, 1938: 52). Dari perkembangan tersebut nampaklahbahwa sebenarnya secara sederhana surat kesanggupan/promissorynotes adalah suatu janji kesanggupan untuk membayar sejumlahuang pada waktu yang telah ditetapkan dikemudian hari.

Namun pengaturan mengen ai sura t wesel dan sura tkesanggupan yang telah dibahas di atas hanya akan mengaturkepada para kalangan terbatas yai tu para pedagang, danperaturan-peraturan tersebut bersama dengan peraturan-peraturanlain di bidang pelayaran, asuransi, agensi dan surat berhargadimuat dalam kodifikasi yang disebut sebagai Lex Mercatoria atauThe Law Merchant.

The Law Merchant atau Lex Mercatoria adalah serangkaianperaturan yang memuat hal-hal mengenai kontrak, alat-alat bayar,

Page 24: Sejarah Perkembangan

13

Paramita Prananingtyas

keagenan dan kerjasama usaha dalam perdagangan internasionalpada masa Abad Pertengahan (Kadens, 2004: 2). Mengapa LexMercator ia begi tu mudah untuk di ter ima dal am prakti kperdagangan internasional, Emily Kadens (2004: 4) memilikialasannya sebagai berikut. Dalam aspek hukum pada abadpertengahan, para orang asing khususnya pada pedagang asingmemiliki hak dan perlindungan hukum yang terbatas di negara-negara di mana mereka bertransaksi. Maka dari itu, para pedagangasing yang berada di suatu wilayah tertentu tidak dapatmengandalkan pada hukum setempat untuk melindungi dirimereka. Jadi apabila terjadi sengketa antara para pedagang merekatidak akan memakai hukum setempat namun memakai hukum yangberlaku dan dikenal di antara para pedagang, yang pada awalnyaberasal dari kebiasaan-kebiasaan, dan para pihak yang mewakiliyang bersengketa serta pihak yang memutus suatu perkara jugaakan berasal dari para pedagang.

Hukum yang pada awalnya khusus hanya berlaku terbataskepada kalangan para pedagang, lambat laun diakui keberadaannya.Hukum para pedagang atau the Law Merchant lambat laun diterimaoleh sistem hukum nasional di banyak negara. Negara-negara dibenua Eropa seperti Perancis, Jerman dan Belanda menerima secaralangsung the Law Merchant berdasarkan kodifikasi hukum Romawi,tidak demikian halnya dengan penerimaan Law Merchant /LexMercatoria di Inggris dan Amerika Serikat.

Seperti diungkapkan oleh Trakman (1983: 37,25), di Perancisadopsi lex mercatoria sangat terasa dalam perkembangan hukumdagang dan hukum kemaritiman, di mana kedua ranah hukumtersebut harus lebih memperhatikan praktik-praktik dalam duniaperdagangan pada masa tersebut, daripada hanya memperhatikanpada perundang-undangan dan prosedur hukum lokal dannasional yang telah ada. Adopsi Lex Mercatoria oleh hukum Jermanlebih disebabkan adanya kekurangan dalam unifikasi dalamhukum Jerman, sehingga hukum para pedagang secara alamiahmeresap dalam tumbuhnya hukum di Jerman, khususnya padahukum dagang. Pada tahun 1861 aspek-aspek dari Lex Mercatoriameresap dalam kodifikasi hukum dagang Jerman (The AglemeineDeutsche Handelsgesetzbuch 1861 dan the Handelsgesetzbuch orCommercial Code of 1897 yang menggantikan Code 1861).

Page 25: Sejarah Perkembangan

14

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Alasan-alasan berikut adalah mengapa sedemikian mudahnyasistem hukum yang sudah terbangun di beberapa negara mau dandapat menerima the law mechant dalam sistem hukum tersebut.Pertama, The Law Merchant atau Lex Mercatoria adalah suatu sistemhukum yang tidak secara eksklusif hanya tunduk pada satuinstitusi yang telah ada atau tunduk pada satu kebiasaan suatunegara, namun tumbuh dan berkembang berdasarkan prinsip-prinsip persamaan dan kebiasaan dalam praktik perdagangan yangmengedepankan kenyamanan dan kemudahan bagi para pedagangdan prinsip-prinsip keadilan, yang berlaku di antara parapedagang dan para pengangkut melalui laut, menjadi prinsip-prinsip yang dapat diterima di luar kalangan para pedagang danpengangkut melalui laut, bahkan sampai di negara-negara di luarmereka (Ogden, 1938: 16).

Kedua, penerimaan the Law Merchant dalam sistem hukumInggris dan Amerika Serikat berlangsung secara bertahap. DiInggris proses tersebut diawali pada masa Lord Mansfield. Sepertidiungkapkan oleh Trakman (1983: 28) sebagai berikut: LordMansfield, berpendapat bahwa hukum dagang bisa bertahan lama,karena dinamika dari praktik perdagangan itu sendiri yangmemiliki pengaruh mendalam pada proses hukum yang telah ada.Lord Mansfield menggambarkan sistem hukum Common Lawsebagai alat untuk memonitor ius gentium (hukum yang berlakubagi semua manusia), tidak hanya sekedar sebagai hukum yangberlaku di wilayah Inggris saja. Hukum dagang tumbuh danberkembang seiring dengan perkembangan dalam praktikperdagangan, perkembangan tersebut menjangkau sejauh padaperkembangan kebutuhan-kebutuhan atas perangkat peraturanyang beraneka ragam bagi para pedagang internasional, danselanjutnya perkembangan tersebut diserap oleh hukum Inggris.

Penerimaan Inggris atas the Law Merchant mempengaruhi secaradrastis perkembangan pengaturan mengenai surat berharga diInggris dan selanjutnya di Amerika Serikat. Justice Story (salahsatu hakim tingkat federal di Amerika Serikat pada tahun 1840an).Menganalisis bahwa pengaturan mengenai surat berharga yangdiadopsi oleh Lord Marshall sudah menganut bahasa dunia. Sepertiditulis oleh Trakman yang mengutip Justice Story Rodgers dalamputusan United States Supreme Court Swith v.Tyson [41 US at 18

Page 26: Sejarah Perkembangan

15

Paramita Prananingtyas

(1942)] bahwa hukum yang mengatur surat berharga tidakberdasarkan pada satu hukum yang dianut oleh satu negaratetapi hukum yang dianut oleh dunia usaha (para pedagang)(Trakman, 1983: 28).

Seperti telah disebutkan di atas, surat berharga yang berupasurat wesel (bills of exchange) dan surat kesanggupan (promissorynotes) yang tadinya hanya dipakai di kalangan para pedagang,akhirn ya diakui sebagai surat berharga yang dapat puladimanfaatkan oleh kalangan-kalangan non pedagang. Karenabentuknya yang bervariasi dan kemudahan dalam berdagang lintasbenua, maka kalangan internasional memandang perlu untukmenyempurnakan dan menyamakan pengaturan mengenai suratberharga. Perkembangan teori-teori di atas pada akhirnya akanmembawa pada penyempurnaan operasional penerbitan danperedaran surat berharga di tingkat internasional dan nasional,antara lain dengan disusunnya Konvensi Genewa tahun 1930tentang Wesel dan Konvensi Genewa tahun 1931 tentang Cek.Khususnya Konvensi Genewa tahun 1930 tentang Wesel yangmengatur juga tentang surat sanggup, yaitu Convention ProvidingA Uniform Law for Bills of Exchange and Promissory Notes , GenevaConvention, 1930 of the League of Nations.

Dalam Konvensi ini secara khusus diatur mengenai syaratformil surat kesanggupan (Promissory Notes) dan hal-hal mengenaiwesel (Bills of Exchange) yang juga berlaku bagi Promissory Notes,yaitu mengenai endorsemen, waktu/hari pembayaran, akseptasi,aval, duplikat, pembayaran dengan paksa, pembayaran denganintervensi, perubahan, pembatasan, hari libur (yang berhubungandengan keagamaan). Hal-hal yang secara spesifik diatur untukwesel (bills of exchange) namun secara tegas disebutkan akanberlaku pula pada promissory notes yaitu mengenai pembayarankepada pihak ketiga atau mengenai tempat pembayaran selain daridomisili drawee , ketentuan mengenai bunga, ketidaksesuaianjumlah uang yang harus dibayarkan, tandatangan penarik,tandatangan penarik yang bertindak tanpa otoritas, ketentuanmengenai wesel kosong.

Pengaturan-pengaturan untuk wesel dan surat kesanggupaninilah yang kemudian di “transplantasi” oleh Pemerintah Belandadalam kodifikasi hukum dagang mereka (Wetboek van Koophandel

Page 27: Sejarah Perkembangan

16

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

tahun 1933) dan selanjutnya kodifikasi hukum dagang iniditransplantasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam KitabUndang Undang Hukum Dagang.

Pengaturan internasional lain untuk promissory notes adalahUnited Nations Convention on International Bills of Exchange andInternational Promissory Notes, United Nations Convention of 1987 ,konvensi ini memberikan pedoman pengaturan dan keseragamanbentuk bagi wesel (bills of exchange) dan surat kesanggupan(promissory notes) internasional. Konvensi-konvensi ini memberikankeseragaman bentuk fisik dan pengakuan hukum dalam halpenerbitan surat berharga.

Sampai sekarang pengaturan mengenai surat kesanggupan diIndonesia masih berpegang pada pengaturan di KUHD. Di manapengaturan mengenai surat berharga dalam KUHD tersebutberasal dari Konvensi Genewa, tentang wesel dan KonvensiGenewa tentang surat kesanggupan. Surat kesanggupan atau surataksep, merupakan suatu sura t yang men unjukkan tandakesanggupan atau setuju untuk membayar. Suatu janji untukmembayar dari si penandatangan, sejumlah uang kepada pemegangatau pengganti pada waktu tertentu. Literatur Bahasa Belandamenyebut orderbriefje atau promesse aan order, dalam Bahasa Perancisdisebut billet order atau accept dan dalam Bahasa Inggris disebutpromissory notes.

Dalam hukum Indonesia surat kesanggupan secara singkatbisa didefinisikan sebagai “Surat yang memuat kata suratkesanggupan atau promesse aan order, yang ditandatangani padatanggal dan tempat tertentu, penandatangan menyanggupi tanpasyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegangatau pengganti pada tanggal dan tempat tertentu.”

Seperti juga diutarakan oleh Emmy Pangaribuan Simanjuntak(1974: 15), bahwa surat pengakuan utang di dalam surat berhargamemiliki 2 fungsi yaitu: 1) sebagai alat untuk dapat diperdagangkandan 2) sebagai alat bukti terhadap utang yang telah ada. Pasal 174KUHD memberikan arahan mengenai syarat formal dari suratkesanggupan, yaitu:1. Klausul order: surat aksep /promesse aan order /promissory note2. Kesanggupan untuk membayar tanpa syarat untuk sejumlah

uang tertentu

Page 28: Sejarah Perkembangan

17

Paramita Prananingtyas

3. Penetapan hari bayar:a. Pada waktu diperlihatkanb. Pada waktu tertentu sesudah pengl iha tan (harus

diperlihatkan pada penandatangan untuk kemudiandibubuhi catatan “di lihat/gezien/seen” dan tanggal,tenggang waktu 1 tahun dihitung sejak diperlihatkan).Pada waktu yang sudah ditentukan

4. Penerima /pengganti5. Tempat & tanggal penandatanganan

a. Untuk menghitung hari bayar berdasar jangka waktusejak tanggal penandatanganan

b. Kedewasaan penandatanganc. Tempat penandatanganan untuk mengetahui hukum apa

yang berlaku6. Tanda tangan penerbit

Yang menandatangani terikat untuk membayar kepadapenerima/pemegang surat kesanggupan tersebut

Surat kesanggupan atau promissory notes yang pada awalnyahanya merupakan surat pengakuan utang atau surat kesanggupanuntuk membayar sejumlah uang pada waktu tertentu, atau padasaat pengunjukan telah berkembang menjadi suatu surat berhargayang tidak hanya memiliki fungsi sebagai alat bayar. Salah satuperkembangan fungsi dari surat kesanggupan adalah sebagai alatpembiayaan bagi perusahaan (PT) dan alat investasi bagi individudan perusahaan.

Surat kesanggupan berkembang menjadi surat berhargabersifat utang yang bisa bersifat jangka pendek, jangka menengahdan jangka panjang. Sebagai surat berharga yang bersifat utang,surat kesanggupan ini akan diterbitkan oleh suatu perusahaansebagai suatu cara untuk mendapatkan tambahan modal dankemudian surat berharga yang bersifat utang ini akan dibeli olehinvestor-investor. Keuntungan dari perusahaan yang menerbitkanadalah penambah an modal , sedangkan keun tungan bagipembelinya (investor) adalah kembalinya modal pada saat jatuhtempo dan bunga yang dijanjikan.

Page 29: Sejarah Perkembangan

18

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

A. Alat BayarAlat bayar yang kita kenal sekarang adalah uang, di mana

uang akan menjadi media pertukaran atau alat pembayaran yangditerima secara umum. Uang sebagai alat bayar ternyata memilikisejarah yang panjang. Sejarah perkembangan alat bayar didunia adalah sejalan dengan perkembangan peradaban manusia.Bukti -bukti se ja rah men un jukkan bahwa man usia , te lahmengembangkan metode pembayaran disesuaikan dengankebutuhan dan kemajuan peradabannya.

Selama beberapa abad, yang dipergunakan sebagai alat bayardalam masyarakat adalah komoditas-komoditas tertentu yangperlakukan sebagai alat tukar, komoditas tersebut disebut sebagaialat bayar komoditas, yang terdiri atas beberapa logam mulia, dimasyarakat yang lain ada juga yang memakai kulit kerang,gandum, manik-manik dan sebagainya, sepanjang komoditas-komoditas tersebut diakui oleh masyarakat yang memanfaatkannyasebagai sesuatu yang berharga dan bernilai ekonomis.

Cara pembayaran dengan tukar menukar tersebut dikenalsebagai barter. Barter, adalah suatu proses transaksi yang tidakmemakai uang sebagai alat bayar, namun para individu yangbertransaksi akan saling bertukar secara langsung objek-objekkomoditas mereka. Pi lihan objek tersebut tergantung padakeunggulan alamiah pada masing-masing daerah. Di antara paraindividu tersebut, proses transaksi akan diawali dengan pemberian

2Sejarah tentang Alat Bayardan Surat Berharga

Page 30: Sejarah Perkembangan

19

Paramita Prananingtyas

penilaian kepada nilai dari objek transaksi dengan keunggulanobjek transaksi tersebut.

Objek-objek transaksi tersebut akan disetarakan nilainya,semacam ternak unggas dengan gerabah kecil, seikat gandumden gan sekan tong kec i l garam dan sebagai n ya . Namunkemampuan dari para pedagang untuk dapat melakukan bartersangat tergantung pada ketersediaan komoditas yang diminati olehpara pembel inya. Selain i tu juga sangat tergantung padakebutuhan khusus para pembelinya, apakah pada saat tersebutmembutuhkan komoditas tersebut atau tidak. Sebagai contohseorang penjual biji-bijian harus dapat menemukan pembeli yangmembutuhkan biji-bijian dan di lain pihak pembeli tersebut harusmemiliki komoditas yang akan dibutuhkan oleh si penjual (GlynDavies, 1994: 172).

Sejarah alat bayar dapat ditarik hingga beribu tahun yanglalu, bahkan sejak jaman sebelum Masehi. Diawali pada masa-masa9.000-6.000 SM, para manusia purba mempergunakan sistembarter untuk saling memenuhi kebutuhannya (Glyn Davies, 1994:172). Namun David Graeber berpendapat bahwa barter hanyamuncul pada masyarakat yang tidak menerapkan prinsip-prinsipekonomi dalam kehidupan mereka, karena barter hanya akanterjadi pada masyarakat yang baru saling mengenal atau bahkanhanya berlaku untuk musuh.

Prinsip yang berlaku pada barter adalah prinsip untuk salingmemberikan sesuatu yang paling berharga dalam suatu masyarakatuntuk ditukarkan dengan sesuatu yang memiliki nilai berhargabagi masyarakat lainnya, contohnya seikat gandum masyarakatyang hidup dari pertanian dengan seekor ikan hasil tangkapanmasyarakat yang hidup dari perairan. Menurut teori Graeber inibarter memiliki kelemahan karena tidak ada standar yang bisaditerapkan antara barang yang satu dengan barang yang lain, sifatdari pertukaran tersebut benar-benar personal, secara formal tidakakan dicapai prinsip quid pro quo (Graeber, 1972: 152-153).

Pendapat lain mengatakan bahwa barter sebenarnya bukanalat bayar karena barter mengedepankan kepentingan orang lain(altruism), karena barter lebih banyak dipakai pada upacara-upacara adat untuk menghormati para tamu bahkan para musuh,

Page 31: Sejarah Perkembangan

20

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

dengan cara memberikan barang paling berharga dari masyarakattersebut untuk ditukarkan dengan barang paling berharga milikmasyarakat lain (Cheal, 1988: 1-19).

Masyarakat Sumeria di Babi l on i a, den gan kemajuanperadabannya telah berhasil membuat matriks pengukur darihasil-hasil komoditas pertanian mereka, menjadi alat ukur/mediatukar menukar, sehingga bisa dibilang sebagai cikal bakal uang.Code of Hammurabi (Codex Hammurabi) berhasil memformulasikanperan uang dalam masyarakat, walaupun secara sederhana dalamkonsep bunga dalam utang piutang, denda bagi pelanggarperaturan. Formulasi nilai uang tersebut memakai ukuran “shekel”yaitu ukuran berat bagi gandum, sehingga shekel kemudianmemiliki dua fungsi sebagai alat ukur berat dan “mata uang”(Home, 1915 di dalam Glyn, 1994).

Perkembangan peradaban membuat manusia semakinmenghargai hasil-hasil olahan mereka, baik yang berasal daripertanian, peternakan, perikanan, kerajinan dan lain-lain,sehingga mereka menciptakan suatu media tukar-menukar atauuang. Salah satu bentuk pertama dari uang yang dikenal adalahdari kulit kerang, bukti ini ditemukan di China pada masa 1200SM, demikian juga para suku Indian di Amerika Utara jugamempergunakan kulit kerang sebagai alat bayar yang disebutsebagai Wampun (Glyn Davies, 1994: 273).

Perkembangan peradaban manusia berikutnya adalahditemukannya logam, walaupun belum menuju pada pemanfaatanlogam mulia. Di China pada tahun 1000 SM, para perajin logammemanfaatkan bahan logam yang sama untuk membuat pisau dancangkul mereka untuk membuat tiruan dari kulit kerang yangmenjadi uang pada saat itu. Namun sebenarnya masyarakat Mesirdan Mesopotamia pada tahun 3000 SM telah memanfaatkan logammulia yaitu emas untuk mengukur nilai hasil panen mereka, emas-emas tersebut mereka bentuk berupa batang-batang emas,kemudian untuk faktor keamanan, bentuk tersebut mereka perkecilmenjadi bentuk-bentuk perhiasan.

Masyarakat Sumeria juga memanfaatkan logam mulia perakuntuk fungsi yang sama dengan emas di Mesir dan Mesopotamia.Karena menyimpan emas dalam bentuk batangan di kuil-kuil

Page 32: Sejarah Perkembangan

21

Paramita Prananingtyas

menjadi penuh risiko, maka mulailah dipakai cara-cara untukmembentuk emas dalam bentuk perhiasan yang tidak terlalu besar,semacam cincin, liontin, gelang dan koin. Kemudian ditemukandan dikembangkan keterampilan untuk mencampur berbagai jenislogam, sehingga muncul perunggu dan tembaga, sehingga selainlogam mulia semacam emas dan perak, dipakai pula logam-logamjenis lain seperti perunggu dan tembaga. Dengan diciptakannyalogam-logam campuran (alloy) maka semakin mudah untukmemberikan “nilai” pada logam-logam yang dibentuk menjadi kointersebut. Inilah awal “nilai sejumlah uang” mulai dikenal dalamperadaban manusia. Pemakaian uang logam/koin mulai menyebardari Asia, Afrika, Benua Eropa dan akhirnya mencapai daratanInggris, seluruh hal tersebut tidak bisa terlepas dari peran parapedagang dan ekspansi Lex Mercatoria.

Perkembangan dari barter sebagai alat bayar adalah munculnyakonsep uang. Uang pada masa prasejarah dan masa modern, padadasarnya adalah suatu “tanda”, sesuatu yang abstrak untukmemberikan nilai pada sesuatu barang atau jasa. Pada awallahirnya uang, uang berupa emas dan perak yang dicetak denganni lai tertentu di atas emas dan perak tersebut, kemudianditemukan pula campuran logam yang lain dengan nilai yangberbeda pula. Pemanfaatan logam mulia sebagai mata uangmemerlukan tah apan -tahapan yan g cukup rumit . Suatupenghitungan standar atas koin-koin logam mulai diperkenalkan.

Koin-koin uang logam sebelumnya akan ditimbang dandicampur, dengan emas sebagai batu ukur, sedikit banyaknyacampuran emas dalam koin tersebut akan menentukan nilai tukarkoin. Para penguasa suatu wilayah (Negara) adalah yang berhakuntuk mencetak uang koin dan merahasiakan proses tersebut,suatu stempel yang melekat pada suatu koin akan menjamin nilaidan berat fisik dari uang metal tersebut (Glyn Davies, 1994: 178).

Kelangkaan dan harga yang mahal dari logam-logam muliayang dipakai untuk mencetak uang mendorong orang untukmemperbaharui bentuk uang. Problem tersebut dengan pemakaianuang logam (koin) adalah perbedaan apresiasi antara masyarakatdan Negara, mengenai nilai logam mulia dari uang koin, sebagaicontoh masyarakat di Eropa Daratan lebih menghargai uang emasdaripada uang yang mengandung perak, walaupun uang perak

Page 33: Sejarah Perkembangan

22

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

tersebut dijamin oleh Kerajaan Inggris. Perbedaan apresiasi atasnilai logam mulia pada uang logam mendorong lahirnya sistemseigniorage (Glyn Davies, 1994: 289).

Diawali di China, pada tahun 806 SM, uang kertas padaawalnya adalah suatu bukti telah terbentuknya perjanjian kreditantara seorang pedagang dengan peminjam uang, penerbitan buktipeminjaman uang oleh pihak swasta (perorangan) kemudiandiambil alih oleh penguasa wilayah. Pemakaian uang kertas inipertama kali dilakukan di wilayah provinsi Shechuan. Pada tahun1023 M, dinasti Song menerbitkan dan mengedarkan uang kertassebagai alat bayar yang berlaku di wilayah terbatas, untuk periodewaktu yang sebentar saja.

Uang kertas tersebut memiliki fungsi sebagai “notes” atau suratutang yang memiliki waktu jatuh tempo pendek yaitu tiga tahun,dan setelah ti ga tahun dapat diperbaharui atau diajukanpembayaran. Apabila pemegang uang kertas tersebut menginginkanpenerbi tan uang kertas yang baru, pemerintah lokal akanmenambahkan nilai pajak sebesar 3% atas nilai uang kertastersebut. Hikayat menyebutkan bahwa pada abad ke 13, pada masapenjajahan Mongol, Kaisar Khubilai Khan memerintahkan semualogam mulia (uang logam berupa emas, perak, perunggu, bahkanyang dari pedagang luar wilayah) untuk disita Negara, dan padaseluruh wilayah diberlakukan uang kertas terbitan kekaisaranMongol sebagai alat bayar yang sah.

Kemudian berkembang di Eropa, kertas akhirnya menjadiuang. Karena uang kertas tersebut diberlakukan dengan carapaksaan maka penggunaan uang kertas sebagai alat bayar menjaditidak disukai oleh masyarakat, sehingga uang kertas tidak dipakailagi selama beratus-ratus tahun di seluruh wilayah China.Pemakaian uang kertas baru muncul kembali pada abad ke 19(dikutip dari History of Chinese Invention, Invention of Paper Money,www.computersmiths).

Uang kertas pertama kali dikenal di China pada abad ke 10–15M, Marcopolo membawa berita tentang diterbitkannya uang kertaske Eropa. Di Inggris dan Eropa daratan, munculnya uang kertasdiawal i dengan mun cul nya sura t -surat berh arga yan gkelahirannya didasarkan atas jaminan-jaminan tertentu. Pada

Page 34: Sejarah Perkembangan

23

Paramita Prananingtyas

awalnya jaminan tersebut berupa barang dagangan para merchants(pedagang) yang mendatangkan rempah-rempah, kain sutera, biji-bijian dan sebagainya dari berbagai wilayah di beberapa bandarbesar di Eropa. Surat berharga yang muncul pada saat i tusebenarnya adalah suatu surat jaminan kredit dari pihak ketigakepada seorang pedagang, dengan memakai jaminan barangdagangan milik pedagang tersebut, surat ini adalah nenek moyangdari wesel (Bills of Exchange/draft) (Glyn Davies, 1994 :321).

Jenis uang kertas selanjutnya bersumber pada suatu suratberharga yang berupa janji untuk membayar sejumlah uang pajakkepada Negara, yang disebut sebagai “Tally/tallies”. Tally adalahrincian penghitungan pajak terutang dari seseorang kepadaNegara, yang terdiri atas dua salinan, salinan pertama dipegangoleh pembayar pajak, salinan kedua dipegang oleh pemungut pajak.Pih ak pen guasa wil ayah se laku kredi tur pa jak acapkal imemperjualbelikan tally tersebut kepada pihak ketiga. Pihak ketigakemudian dapat memaksakan pembayaran atas tally tersebutkepada debitur (pengutang pajak) (Glyn Davies, 1994: 325).

Secara khusus di Inggris juga berkembang surat berhargadengan jaminan emas, yang diterbitkan oleh para bankir, padaabad ke 17. Penerbitan surat berharga yang berdasarkan padatingginya arus kedatangan kapal-kapal pedagang yang berlabuhdi Inggris, dengan membawa berbagai barang eksotis dari TimurJauh, seperti kain sutera, rempah-rempah dan batu mulia. Barang-barang dagangan tersebut di tukar dengan emas oleh parapedagang lokal di Inggris, dan kemudian para pemilik kapalmenitipkan emas-emas mereka kepada para bankir dan merekamendapatkan secarik kertas yang berisikan janji untuk membayarkembali kepada para pemilik kapal di waktu yang telah ditetapkan,senilai harga emas yang dititipkan tersebut.

Kertas berisi janji tersebut dapat diperdagangkan oleh parapemilik kapal di Bandar-bandar lain di seluruh Eropa (khususnyadi daratan Eropa seperti Italia, Belanda, Perancis dan Jerman).Karena pada jaman tersebut bankir sebagai suatu institusi yangbelum terbentuk, yang disebut sebagai bankir adalah para pandaiemas, yang memiliki modal cukup besar untuk meminjamkan uangkepada para pemilik kapal agar mereka dapat berlayar kembali.Secarik kertas yang telah tersebut di atas adalah cikal bakal dari

Page 35: Sejarah Perkembangan

24

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

promissory notes, yang kemudian, memiliki kedudukan sejajardengan wesel /Bil ls of Exchange dan tal l i es , se rta dapatdiperjualbelikan di kalangan para pedagang.

Alat bayar yang diawali dengan penerapan barter, yaitupertukaran barang dengan barang lainnya, namun diketahuibahwa barter itu tidak nyaman, tidak menguntungkan dan sangatterbatas sifatnya. Untuk mengatasi hambatan-hambatan daribarter muncullah uang, namun sifat uang ini pun masih sangatsederhana, yaitu dalam bentuk komoditi. Berbagai komoditipernah berfungsi sebagai uang, seperti tembakau, ternak, minyakzaitun, bir, anggur (wine), tembaga, emas, perak, besi, mutiara,permata dan rokok. Masi ng-masi ng komodit i memil ikikeuntungan dan kerugian sendiri -sendiri. Keuntungan dankerugian komoditi inilah yang kemudian mendorong lahirnyauang logam dan uang kertas (Samuelson & Nordhaus, 2001: 195).

Meningkatnya kebutuhan akan kemudahan bertransaksi,semakin besarnya ni lai transaksi dan semakin canggihnyakebudayaan manusia, sehingga interaksi antar manusia lintasNegara kemudian mendorong lahirnya surat-surat berharga, yangakan memiliki fungsi sebagai alat bayar atau uang. Perkembangan“uang kertas” di Eropa ternyata tidak diawali dengan adanya uangkertas seperti yang kita kenal sekarang ini, namun dengan lahirnyanotes atau surat-surat berharga.

“The Bill of exchange” atau draft atau surat perintah bayar adalahsuatu alat bayar non tunai yang dimanfaatkan oleh para pedagang-pedagang internasional (Eropa, Asia, Arab dan Yahudi) selamamasa abad pertengahan dan awal abad ke 20, yang apabiladitelusuri sejarahnya surat berharga ini berasal dari masa berabad-abad yang silam, seperti syngraphe/chirographum, yang diadopsioleh bangsa Romawi dari hukum Yunani Kuno, suftadja atau sakkyang berasal dari Arab, hundwis atau hoondees yang berasal dariIndia, awak dari Armenia, dan Shansi yang berasal dari China(Denzel, 1977: 23).

Suftadja adalah surat berharga yang terbit berdasarkantransaksi yang dilakukan oleh 3 orang, seorang sebagai pemberipinjaman uang untuk orang kedua yang kemudian membayarkepada orang ketiga memakai pinjamannya tersebut, orang ketiga

Page 36: Sejarah Perkembangan

25

Paramita Prananingtyas

akan membayar kepada orang pertama sejumlah uang sesuaidengan pinjaman orang kedua tanpa bunga. Suftadja akan selaludiikuti dengan endorsemen. Suftadja ini bisa dikatakan cikal bakaldari draft/wesel (Eliahu Ashtor, 1972: 553-573 dalam Markus Denzel).

Sakk diyakini merupakan cikal bakal dari cek, bahkan kata-kata sakk dari bahasa Arab ini pula yang kemudian diadopsi kedalam bahasa Perancis “Cheque”. Sakk adalah suatu surat perintahpembayaran kepada seorang bankir atas dasar akun yang dimilikioleh penerbit (drawer). Para pedagang Arab sejak jaman SultanHarun Al Rasyid telah mempraktikkan sistem sakk ini yang merekawarisi sejak dari jaman Bizantium, di mana suatu sistempembayaran men ggunakan surat berharga mi rip sakk i nidisebarkan oleh para pedagang di daerah Mesir berabad-abadsebelum bangsa Arab menguasai Jazirah Mesir tersebut (Asthor,1972: 555).

Sistem sakk ini sampai di Eropa dibawa oleh para KsatriaTemplar pada abad ke 12-13 pada saat Perang Salib. Ksatria Templarmemperkenalkan sistem sakk ke Eropa melalui para peziarah danpedagang yang bepergian ke Tanah Suci Yerusalem, para peziarahtersebut mendepositkan sejumlah uang pada “kantor perwakilan”Ksatria Templar sebelum menuju Yerusalem, di mana mereka dapatmenarik kembali uang mereka dengan menunjukkan “surat” yangditerbitkan oleh kantor pertama pada kantor kedua (Baigent, Leigh,dan Lincoln, 1982: 528).

Pemakaian surat berharga juga telah dikenal di India, yaituhoondees, suatu bentuk surat promes/promissory notes. Hoondeesadalah suatu bentuk surat perintah tanpa syarat yang dibuat olehsatu orang kepada orang yang lain sebagai bentuk pembayaran,atas unjuk atau berdasarkan tenor (jangka waktu), untuk sejumlahuang, dibayarkan kepada orang yang namanya tertulis pada surattersebut (L.C.Jain, 1927: 71 dalam Markus Denzel).

Di China surat berharga juga telah dikenal, yaitu Shansi ,semacam surat wesel yang diterbitkan oleh bankir yang disebutShansi, jumlah bankir Shansi hanya sedikit, namun kredit yangmereka bagikan kepada para penduduk sangatlah banyak, sehinggabisa dikatakan wesel Shansi ini tersebar luas seantero China. BentukShansi adalah perpaduan antara wesel dan letter of credit. Apabila

Page 37: Sejarah Perkembangan

26

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

seorang pedagang membeli surat Shansi dari bankir Shansi secaratunai maka surat ini memiliki karakter sebagai wesel, apabilamereka membelinya dengan cara kredit maka surat Shansi inimemiliki karakter sebagai letter of credit.

Surat Shansi terdiri atas tiga komponen, bagian pertama sebagaidokumen pengkontrol yang dimiliki oleh bankir Shansi, bagiankedua dipegang oleh pemegang dan bagian ketiga dipegang olehnasabah bankir Shansi (pembeli surat Shansi). Setelah surat Shansiberpindah tangan kepada pemegang, maka tinggal pemegang danbankir Shansi yang memiliki kepentingan atas surat tersebut,penerbit tidak lagi memiliki tanggung jawab atas surat Shansi,karena surat Shansi adalah surat unjuk bukan surat atas nama,sehingga surat ini dapat beredar sampai pemegang ke berapa puntanpa perlu ada endorsemen (Ku Sui Lu, 1926 dalam Markus Denzel).1

Pada abad pertengahan (abad 14) para pedagang dari Venesiamengawali penerbitan wesel untuk para pedagang, agar merekatidak perlu bepergian dengan membawa emas dan perak. Pada saat-saat tersebut jenis surat berharga yang berkembang dengan pesatdan banyak dimanfaatkan adalah surat perintah bayar dengan tipewesel (bill of exchange/draft).

B. Surat BerhargaSurat berharga yang pertama kali muncul dalam sejarah adalah

sejenis surat pengakuan utang yang bertahun 667 SM, suratpengakuan utang tersebut dibuat di wilayah Karkhemish, suatuwilayah perdagangan dari Kerajaan Hittite, yang kemudian dijajaholeh bangsa Asiria dan menjadi wilayah Babi lonia. Suratpengakuan utang tersebut berbunyi:

“Untuk dibayar kepada Nergalsurussur anak Nabuiramnapistédari Dur-Sarkin, di Nabuzikiriddin, sebesar empat minaeperak, dengan bunga lima shekels perak perbulan. Tertanggal26 Air, eponym Gabbar ”. (Ogden)

Kemudian ditemukan pula peninggalan purba sebagai buktitelah dikenalnya wesel pada masyarakat Babilonia pada masa677-179 SM:

1 Kami yakin bahwa bentuk surat Shansi ini dalam masyarakat China masih dipakaidan sering kali kita sebut sebagai cek putih.

Page 38: Sejarah Perkembangan

27

Paramita Prananingtyas

“Bahwa Ardu-Nana anak dari Yakin memberikan kreditsebesar empat minæ lima belas shekels perak, kepadaMardukabalussur anak dari Mardukbalatirib di kota Orchoé.Mardukabalussur anak Mardukbalatirib akan membayarnyapada bulan tebet empat minæ lima belas shekels perak kepadaBelbaliddin anak dari Sinna), pada masa keempat belasArakhsamma, tahun kedua Nabu-nâhid, Raja Babilonia(dibawahnya dituliskan nama-nama para saksi)”. (Ogden)

Lahirnya surat-surat berharga sejalan dengan lahirnya alatbayar melalui tiga tahapan. Tahapan pertama adalah tahapanbarter, di mana uang sebagai landasan transaksi ekonomi belumdikenal oleh masyarakat pada masa itu, mereka belum menjadibagian dari masyarakat ekonomi. Tahapan kedua adalah tahapanlogam, di mana logam mulia mulai dikenal sebagai material yangmemiliki nilai yang berharga sehingga dapat diberi nilai setaradengan barang-barang produk pertanian, produk perikanan danproduk peternakan/perburuan. Logam terutama adalah logammulia, yang dianggap lebih bernilai dan lebih tahan lama untukberfungsi sebagai alat bayar.

Tahapan ketiga adalah surat berharga, diawali dengan fungsisurat berharga sebagai alat bukti kredit, kemudian surat berhargatersebut dapat dipindahtangankan setara nilainya dengan uang,sehingga surat berharga kemudian dapat berfungsi juga sebagaialat bayar (Ogden, 1938: 14-15).

Sejarah asal mulanya penerimaan surat berharga, sampaiaspek “negotiable”-nya dapat diakui, seluruhnya diawali di Inggris.Berikut ini adalah salah satu contoh dokumen atas kasus yangdiajukan dalam sistem hukum Inggris pada tahun 1302, yangdianggap sebagai contoh sejarah perkembangan aspek “negotiable”dari surat berharga, yang diawali dari perkembangan suratpengakuan utang sederhana yang dilakukan oleh masyarakat kelaspedagang, dalam kasus Richard v. Welborne, yang diajukan padaMajelis Kerajaan pada tahun 1320.

Pada kasus tersebut Welborne, seorang perajin tenun, memilikiutang kepada Richard Hoppman seorang pedagang dari Lynn,sejumlah £33 untuk beberapa lembar kain yang dibelinya, dan telahditerima pada suatu waktu. Welborne berjanji untuk membayar,dengan cara mencicil, dan janji tersebut ditulisnya dalam secarik

Page 39: Sejarah Perkembangan

28

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

kertas. Welborne menuliskan dalam secarik kertas tersebut, janjibahwa dia akan membayar kepada Richard Hoppman atau oranglain, yang memegang kertas yang berisikan janji untuk membayaruang sejumlah £20 di Kota St.Ives pada saat hari pasaran (31 Mei13020 dan £13 di kota Lynn pada saat hari pasaran (17 Juni 1302),tanpa ada penundaan.

Dengan surat ini Welborne dan keturunannya berjanji untukmembayar utangnya kepada Hoppman. Kemudian, pada saat jatuhtempo ternyata Welborne mengingkari janjinya, maka pembawasurat yang menerima surat tersebut dari Richard Hoppman,membawa surat janji untuk membayar utang tersebut kepadamajelis kerajaan, dan kemudian majelis kerajaan menyatakanbahwa surat yang ditulis oleh Welborne tetap mengikatnya untukmembayar walaupun pembawa surat tersebut adalah bukan Ri-chard Hoppman. (Richard v.Welborne, Ogden 1938 : 20-21).Pengakuan dari Majelis kerajaan ini memberi landasan asas dapatdiperdagangkannya surat sanggup (negotiability).

Page 40: Sejarah Perkembangan

29

Paramita Prananingtyas

A. Sejarah Hukum Sipil/Hukum PerdataCivil law merupakan tradisi legal yang mendominasi di

mayoritas negara Eropa, negara-negara Amerika Selatan danAmerika Tengah, sebagian negara di Asia dan Afrika yang tidakdijajah oleh Inggris dan beberapa wilayah di negara penganutsistem hukum Common Law (Louisiana di Amerika Serikat, wilayahPuerto Rico dan Quebec di Canada). Sistem hukum Civil Law,usianya lebih tua, lebih tersebar dan lebih memiliki pengaruhdibandingkan dengan sistem hukum Common Law (Apple &Deyling, 1994:1). Memahami sistem hukum Civil Law yang berlakudi Eropa dan Latin Amerika serta beberapa negara di Asia danAfrika, berarti harus dipahami bahwa sistem hukum tersebutbersumber dari hukum tertulis dan lembaga hukum Romawi, yaituJus Civile atau hukum perdata Republik Romawi atau KekaisaranRomawi (Apple & Deyling, 1994:3).

Sejarah sistem hukum Civil Law, dimulai di Romawi bahkansebelum kekaisaran muncul, tepatnya pada abad 2 SM, pada akhirmasa Republik Romawi, yaitu pada tahun 27 SM, disusun olehsekumpulan jurist, mereka biasanya laki-laki yang berasal darikalangan atas dan tertarik mempelajari hukum serta memberikanpendapat-pendapat mereka mengenai masalah-masalah yangberkaitan dengan hukum, memiliki kedudukan sebagai ahli hukumyang menonjol dan diterima pendapatnya, namun terpisah dantidak menjadi bagian dari sistem peradilan, seorang jurist lebih

3Perkembangan Kodifikasi

Hukum Perdata dan Hukum Daganguntuk Surat Berharga

Page 41: Sejarah Perkembangan

30

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

terpelajar daripada hakim/judge dalam masyarakat Romawi. Parajurist ini diyakini merupakan cikal bakal penyusun kodifikasihukum khususnya hukum perdata (Apple & Deyling, 1994: 5).

Hukum sipil/hukum perdata berkembang sangat pesat diRomawi, dikarenakan perkembangan wilayah Romawi pada masapenaklukannya. Penaklukan tersebut selain menambah wilayahjuga menambah penduduk yang berasal dari sistem hukum yangberbeda yang tidak mengenal jus civile yang sebelumnya telahditerapkan bagi warga Romawi. Maka pemerintah KekaisaranRomawi memandang perlu untuk membuat suatu pedoman tertulismengenai hubungan hukum antara para pribadi di wilayahRomawi, antara para warga Romawi asli dan warga wilayahpenaklukan Kekaisaran Romawi.

Tugas untuk menyusun suatu kitab/kodifikasi hukum sipiltersebut jatuh pada para jurist antara kurun waktu 150 SM sampai250 M. Para jurist memerlukan para pengadil agar pedoman hukummereka dapat diterapkan dalam masyarakat. Ada dua jenis hakimsipil (civil judges) di dalam sistem hukum Romawi, yaitu majelishakim atau praetor, dan pemutus perkara (hakim) atau judex. Dimana keduan ya bukan merupakan profes iona l dan tidakmendapatkan pelatihan dalam hal hukum (Apple & Deyling, 1994:6).

Kapasitas seorang praetor, yang dipilih untuk masa pengabdiansel ama 1 tah un ada l ah terbatas , karen a tugasnya hanyamemutuskan akan masuk ke mana suatu perkara (sebelum prosesperadilan sebenarnya berlangsung). Praetor memiliki kekuasaanuntuk menentukan ganti kerugian yang akan diberikan kepadapara pemohon (penggugat). Putusan dari praetor (praetor’s edicts)menjadi sumber hukum utama dalam hukum perdata, danperundang-undangan menjadi sumber hukum sekundernya.Judex, secara tradisional berfungsi sebagai hakim dalam prosesberacara. Penunjuknya lebih terbatas dari pada para praetor.

Judex akan dipilih oleh para praetor semata-mata secara ad hoc,berkaitan dengan kasus yang akan diputusnya. Disebabkankarena tugas dan wewenang mereka inilah, maka para praetor danjudex memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai hokum.Satu-satunya orang yang berkompeten memberikan merekapetunjuk dalam menyelesaikan suatu kasus adalah para jurist. Parajurist di Romawi bukan merupakan pegawai pemerintahan, tapi

Page 42: Sejarah Perkembangan

31

Paramita Prananingtyas

hanya memberikan konsultasi sebagai suatu public servis, imbalanbagi mereka adalah pengaruh dan kemasyhuran.

Para jurist tidak mendapat imbalan berupa uang, baik dari paraberbagai pihak maupun dari negara, dan tidak memiliki kontrolatas jalannya persidangan oleh majelis hakim. Apa yang parajurist lakukan adalah cermin dari pengabdian tanpa imbalan (probono). Selain memberikan konsultasi kepada masyarakat, judex danpraetor secara individual, para jurist juga memberikan pelajarankepada pimpinan dari kumpulan praetor dalam rangka penyusunanedict (putusan), edict tersebut harus diumumkan secara tertulissebagai laporan dari praetor kepada negara setahun sekali. Edictinilah yang kemudian akan tersusun sebagai pengembanganhukum di Romawi, khususnya jus gentium yang akan berlaku bagiwarga Romawi yang berasal dari wilayah jajahan Kekaisaran Romawi.

Pendapat para jurist terhadap masalah-masalah hukumterdokumentasikan dalam dokumen yang disebut sebagai responsa.Responsa merupakan sumber ilmu yang penting pagi para praetordan judex. Interpretatio adalah nama resmi untuk setiap kutipan dariresponsa yang dilakukan oleh para praetor dan judex dalammenentukan putusan mereka. Jadi dapat dikatakan bahwa juristmemiliki dua fungsi dalam kedudukannya sebagai penasihathukum. Pertama, mereka menyediakan pedoman teknis bagi parah akim dan pemutus da lam h al masal ah -masa lah hukumkenegaraan dan pedoman untuk menerjemahkan masalah-masalahhukum secara tekstual dalam bentuk edict. Kedua, para juristbertanggung jawab melalui responsa, untuk membangun suatujurisprudensi yang bersifat komprehensif dan independen, dalamrangka memenuhi kebutuhan akan hukum di masyarakat Romawiyang semakin berkembang.

Putusan-putusan hakim (para praetor dan para judex) dalamsejarah hukum Romawi tidak memiliki kekuatan yang mengikat,hal ini disebabkan masa pengabdian mereka yang pendek sertaputusan tersebut hanya berlaku untuk suatu kasus, sehinggaputusan-putusan para praetor dan judex tidak terdokumentasikandi dalam sejarah hukum Romawi. Hal ini yang kemudian membuatsistem hukum Romawi tidak mengenal putusan hakim sebagai sumberhukum mereka, seperti disebutkan dalam Jurist Gaius , seorangjurist terkenal dimasa abad 2 M, yang dituliskan dalam Institutes.

Page 43: Sejarah Perkembangan

32

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Pada abad ke 6 M, Kaisar Justinian memutuskan bahwa setiapkeputusan yang dibuat oleh sistem yudisial di wilayah Romawiharus berdasarkan kepada undang-undang, tidak berdasarkankepada putusan sebelumnya, seperti yang ditulis dalam Corpus JurisCivilis “non exemplis sed legibus judicandum est”. Dengan keputusanini, maka kedudukan para jurist semakin kokoh dalam sistemhukum Romawi klasik, sehingga dapatlah dikatakan bahwa sistemhukum perdata Romawi tergantung sepenuhnya kepada para jurist.

Pada masa Kaisar Hadrian di tahun 117-138 M, tugas seorangpraetor untuk menuliskan edict dihapuskan, dan tugas tersebutdiambil alih oleh jurist yang harus menuliskan suatu sumberhukum baru yang disebut sebagai traktat yang menyangkut segalaaspek dari kaidah-kaidah di dalam hukum Romawi. Pada jamanKaisar Augustus, dikenal adanya patenting jurist, yaitu seorangjurist yang diistimewakan karena reputasi dan pendapat-pendapatnya. Dengan status sebagai patented jurist, pendapat juristyang bersangkutan terhadap suatu masalah kemudian dituliskandan menjadi satu-satunya sumber hukum terhadap pemecahansuatu masalah, dan kedudukan jurist yang bersangkutan menjadiistimewa karena mereka adalah penasihat dari kaisar.

Kumpulan pendapat dari jurist yang paling terkenal adalahInstitutes, yang ditulis oleh Jurist Gaius. Institutes berisikan prinsip-prinsip hukum dan peraturan mengenai hak-hak seorang warganegara dan kedudukan para budak sebagai harta kekayaan danpermasalahan pewarisan bagi para ahli waris yang berbedawilayah (kewarganegaraan). Institutes bisa dianalogikan sebagaikitab undang-undang, yang kemudian menjadi buku wajib yangharus dibaca dan didiskusikan oleh para cendekia yang inginmenekuni hukum. Pada abad 6 M, Kaisar Justinian, memerintahkanagar disiapkan suatu kitab yang sangat lengkap menyangkutsegala aspek dari hukum Romawi. Corpus Juris Civilis, tidak hanyaakan berisi tulisan Jurist Gaius (Institutes), namun juga tulisan-tulisan dari jurist yang lain yang disebut digest, kemudian jugaberisikan code, suatu legislasi/peraturan tertulis yang dibuat olehkekaisaran dan termasuk juga novels (peraturan yang khusus dibuatoleh kaisar Justinian). Corpus Juris Civilis memiliki idealisme untukmenjadi sumber hukum dan sumber inspirasi bagi setiapmahasiswa hukum dan para hakim (Apple & Deyling, 1994: 9-14).

Page 44: Sejarah Perkembangan

33

Paramita Prananingtyas

Perkembangan sistem hukum civil law di Italia pada abadpertengahan. Pada abad pertengahan (1100-1500 M), wilayah utaraItalia mengalami kemajuan yang sangat pesat karena menjadi pusatperdagangan dunia, perkembangan tersebut memberikan dampakpositif bagi status para jurist di Italia, mirip dengan yang terjadipada jaman Kekai saran Romawi. Pengaruh perdaganganmemperkuat posisi kota-kota yang dikuasai para bangsawan,memperluas jalur perdagangan, dan secara langsung melibatkansemakin banyak orang secara internasional. Maka masyarakatpada saat itu memandang perlu untuk adanya suatu sistem hukumyang dapat melindungi mereka secara komersial dan sosial. Sistemhukum tersebut harus dapat diterima oleh segenap lapisanmasyarakat termasuk oleh para pendatang. Sehingga sistemhukum tersebut tidak hanya berdasarkan kebiasaan lokal yanghidup di wilayah tersebut, dan lebih dari sekadar warisan darihukum Romawi yang telah dikenal dan diadopsi oleh hukum lokal.

Para ahli yang dapat mengisi kebutuhan tersebut dikenalsebagai Glossator dari Bologna. Glossator memiliki ciri yang berbedadari jurist di jaman Romawi, glossator terdiri dari para ahli hukumyang berprofesi sebagai pengajar di fakultas-fakultas hukum danbergelar doktor. Tugas mereka tidak untuk menyusun hukum yangbaru, tapi me-review dan merevisi Corpus Juris Civilis yang telahada, untuk disesuaikan dengan kebutuhan akan kodifikasi hukumtertulis bagi para pengajar, mahasiswa hukum dan hakim. Paraglossator menyusun sistem hukum perdata yang lebih tertatadan logis dengan memakai Corpus Juris Civilis sebagai basispenyusunan legal doktrin. Para glossator menerjemahkan danmenginterprestasikan teks yang ada dalam Corpus Juris Civilis,apabila teks yang tersedia kurang bisa menjawab masalah yangada, mereka akan mencari jawaban dari doktrin-doktrin teologiyang tersedia. Apabila kedua hal tersebut tetap tidak memuaskan,para glossator akan mencari jawaban pada kebiasaan-kebiasaanlokal untuk mengisi kekosongan hukum dan mengintergrasikannyake dalam sistem hukum tersebut.

Para glossator memiliki jasa yang sangat besar karena merekamemberikan landasan material untuk menginterprestasikanCorpus Juris Civilis secara modern. Glossator yang paling terkenaladalah Accursius, hasil tulisannya Accursian, berupa 96000 komentar

Page 45: Sejarah Perkembangan

34

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

atas Corpus Juris Civilis. Hasil tulisan para glossator akan diikutioleh para postglossator dan commentator, dan pada akhir abad ke 13M, di Eropa (Italia, Spanyol, Perancis, Jerman, Swiss, Austria,Bavaria) telah berhasil didirikan suatu sekolah hukum dengansistem perkuliahan yang rapi, dan buku-buku teks hukum yangterstruktur sesuai sistem hukum yang ada. Para sarjana hukum(Glossator) tidak saja berhasil melakukan asimilasi sistem hukumRomawi kedalam sistem hukum Italia, namun juga ke dalam sistemh ukum yan g ber laku di n egara -n egara Eropa . Seh in ggaterwujudlah sistem hukum civil law (Apple & Deyling, 1994:15).

B. Proses KodifikasiPengaruh hukum canon (hukum gerejawi) dan hukum para

pedagang (Lex Mercatoria). Hukum yang lahir dan besar di Italiayang menjadi cikal bakal sistem hukum civil law, tidak hanyabersumber dari hukum Romawi, namun juga berasal dari sumberkebiasaan masyarakat, sumber yang berasal dari kebiasaan tersebutberasal dari dua sumber utama yaitu hukum gereja khususnyahukum gereja Katolik Roma dan kodifikasi kebiasaan-kebiasaanyang dilakukan oleh para pedagang (Lex Mercatoria/Law Merchant).

Gereja pada abad ke 12-16 M memiliki kuasaan yang setaradengan penguasa daerah di Eropa, mereka memiliki pengadilan,sistem peradilan dan kodifikasi hukum sendiri. Pengadilan yangdidirikan oleh gereja memiliki keseragaman dalam hal struktur,sistem manajemen dan para staf yang terdiri dari para hakim yangterdidik dalam menerapkan hukum gereja. Bishop dari Worm(Jerman) telah melakukan pengkoleksian peraturan dan hukumgereja yang tersebar sejak abad ke 11 M ke dalam 12 buku peraturanyang disebut sebagai Decretum.

Kemudian Gratian, seorang hakim gereja dari Italia dari tahun1130-1150 M berhasil menyusun Concordia Discordantium Canonum.Kedua buku ini merupakan salah satu contoh dari kodifikasihukum gereja yang menjadi sumber hukum hukum canon .Pengaruh terbesar dari hukum gereja adalah pada perilaku parasarjana hukum gereja yang secara tekun mengumpulkan danmenuliskan setiap peraturan dan prinsip-prinsip hukum gerejamenjadi suatu kodifikasi hukum. Sistem kodifikasi hukum inilahyan g kemudi an menjadi norma yan g berkemban g un tukmembangun sistem hukum civil law di Eropa.

Page 46: Sejarah Perkembangan

35

Paramita Prananingtyas

Pengaruh lain dari hukum gereja pada pengembangan sistemhukum civil law di Eropa adalah pada hukum acara. Hukum acarawarisan dari hukum Romawi, lebih bertolak pada argumentasi.Sedangkan hukum acara berdasarkan pada hukum gereja lebihbanyak berdasarkan pada per timban gan akal budi , yangdidasarkan pada bukti-bukti tertulis yang terdokumentasi dankesaksian yang tertulis. Beberapa pengaruh dari hukum gerejatersebut kemudian diadopsi oleh hukum acara di sistem hukumcivil law di seluruh Eropa (Apple & Deyling, 1994: 19).

Kodifikasi yang berlangsung pada abad 16 M berbeda daripadakodifikasi yang terjadi pada saat Abad Pencerahan (Age of Reason/Age of Enlightement) pada abad 18 M dan setelah Abad Pencerahanabad 19 M di Eropa. Kodifikasi pada abad 16 M bertujuan untukmembentuk atau menguraikan hukum yang baru, sedangkankodifikasi pada abad ke 18 dan 19 M tersebut bertujuan untukmengorganisasikan/menyusun hukum secara rasional padasegenap bidang hukum/lapangan hukum.

Kodifikasi pada abad pencerahan di Eropa dimulai di Perancisdengan ide awal/inisiasi dari Napoleon, di mana Napoleon tidaksaja berjasa untuk melahirkan hukum Perancis yang modern,namun juga Napoleon berjasa dalam penyebaran kodifikasi hukumPerancis di seluruh wilayah jajahan Perancis di seluruh Eropa,dan kemudian negara-negara jajahan tersebut menyebarkankodifikasi tersebut ke negara-negara lain jajahan mereka di benuaAsia, Afrika, dan Amerika (Amerika Tengah dan Amerika Selatan).Dengan cara inilah sistem hukum civil law tersebar di dunia.

Proses kodifikasi terjadi sebagai akibat dari adanya suatusistem hukum yang berpusat pada semua dokumen tertulis dariperaturan, termasuk di dalamnya terdapat komentar-komentar daripara ahli hukum, peraturan tertulis, dan kompilasi prinsip-prinsiphukum yang telah diawali di Eropa sejak abad 14 dan 15 M. Namunsecara garis besar, proses kodifikasi untuk tersusunnya sistemhukum civil law modern diawali di Perancis dan Jerman. Proseskodif ikasi di Eropa sec ara se ja rah dimul ai dari prosesperkembangan intelektualitas yang terbagi dalam tiga tahapan/masa yaitu masa penghargaan terhadap hakikat kemanusiaan yangberperipengetahuan; era humanism yang mendorong lahirnya eraRenaissance, pada era ini pusat pembelajaran yang menjadi embrio

Page 47: Sejarah Perkembangan

36

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

lahirnya sekolah hukum mulai banyak tumbuh di Eropa, danpuncaknya adalah masa Pencerahan (Age Of Enlightenment/AgeOf Reason).

Humanisme adalah gerakan intelektual yang berpusat diPerancis pada abad ke 16 M, pada masa itu ide-ide politik,kebudayaan, agama dan perdagangan internasional mulaiberkembang. Dalam hal politik dan keagamaan, pergerakan yangmenonjol pada masa humanisme adalah berkurangnya pengaruhgereja khususnya Katolik Roma. Ditandai dengan makin kuatnyadorongan untuk melahirkan konsep “nation–state” dalam rangkapembentukan pemerintahan yang kuat dan terpusat.

Puncak dari era humanism adalah lahirnya sistem negara Eropamodern dengan ditandatanganinya perjanjian Westphalia (TheTreaty of Westphalia) di tahun 1648, yang mengakhiri perang 30tahun antara para penguasa wilayah di Eropa dengan takhta suciVat ic an . Lepasnya kekan gan gere jawi te rh adap negara ,memberikan dampak pada semakin bebasnya daya pikir individualda lam mempel ajar i dan mengh asi l kan karya-karya yangsebelumnya dianggap tabu berdasarkan hukum gerejawi.

Perkembangan pemikiran yang dipengaruhi oleh pemikiranbudaya dan filsuf-filsuf Yunani dan Romawi, mendorong para filsufpada masa tersebut untuk mengkaji ulang segala hal yang telahada mengenai hukum, khususnya asal muasal hukum dan fungsihukum, pada akhirnya proses ini mendorong dapat diterimanyailmu mengenai yurisprudensi dalam hukum. Perkembangan yangpaling pesat adalah mengenai hukum alam (Natural Law atau Lawof Nature atau Lex Naturalist), yang berpijak bahwa logika atauakal sehat sebagai dasar pemahaman atas secara hukum, sebagai“perlawanan” atas hukum dogmatis yang selama beberapa ratustahun dipraktikkan (hukum gerejawi).

Asal muasal hukum alam ini sangatlah beragam, namun karyaHugo de Grott atau Grotius merupakan tonggak bersejarahkelahiran natural law, dalam De Jure Belli ac Pacis (On the Law of Warand Peace), yang mengembangkan konsep alami dalam hukum,bahwa hukum harus melewati batas-batas negara dan tidakterpaku pada satu legal sistem. Menurutnya hukum berpijak padapengalaman manusia dan kei nginan manusia, khususnya

Page 48: Sejarah Perkembangan

37

Paramita Prananingtyas

keinginan untuk adanya keteraturan (ketertiban) dan masyarakatyang damai, serta satu-satunya cara untuk mencapai tujuantersebut adalah dengan memakai akal sehat budi pekerti.

Grot ius mengedepankan dipaka inya akal sehat un tukmembentuk hukum dan penyelesaian masalah/sengketa. Grotiusmeletakkan dasar bagi para ahli hukum di abad pencerahan untukmelakukan kodifikasi, khususnya dibidang hukum benda dankeben daan serta hukum per janj ian . Ge jolak sosia l danintelektualitas di seluruh Eropa pada abad 15-17 M mencapaipuncaknya pada abad 18, dengan lahirnya abad pencerahan. Padamasa ini intelektualitas merupakan sumber utama dari peraturan.Abad pencerahan mengedepankan dasar pemikiran utama bahwakebebasan berpikir dan berpendapat harus dilindungi dan menjadilandasan mengatur dalam masyarakat, dasar pemikiran ini jugamempengaruhi lahirnya sekolah-sekolah hukum yang mempelajarihukum alam (natural law).

Disisi lain abad pencerahan juga menjadi stimulus lahirnyakodifikasi hukum yang komprehensif di seluruh Eropa. Filosofihukum dipengaruhi oleh filosofi sosial mendorong reformasihukum termasuk lahirnya topik-topik baru tentang hukum yangterunifikasi dalam satu sistem hukum. Pada saat ini banyak ahli/filsuf dan ahli hukum setuju untuk memakai Institutes yangtersusun pada saat Kaisar Justinian, sebagai tonggak untukmelakukan proses kodifikasi hukum, karena didalamnya telahtersedia prinsip-prinsip hukum dan aturan yang cukup lengkapkhususnya mengenai aspek hukum perdata dan telah terserapdalam tradisi hukum di seluruh Eropa.

Kemudian ide yang paling menonjol pada abad tersebut adalahbahwa hukum tidak hanya merupakan bahasan yang elite bagisegolongan orang, namun hukum harus diketahui oleh semuawarga negara dan penduduk, agar mereka memahami hakkewajibannya menurut hukum. Sehingga muncul suatu gerakanuntuk menyederhanakan isi dari hukum/kodifikasi hukum yangtersusun. Walaupun proses kodifikasi hukum secara umumdilakukan oleh semua Negara di Eropa pada saat tersebut (denganpengecualian Inggris Raya), namun dapat dikatakan bahwaPerancis dan Jerman adalah pemimpin dari proses kodifikasihukum di Eropa.

Page 49: Sejarah Perkembangan

38

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Kodifikasi memiliki tiga arti utama, yang pertama adalahsebagai kumpulan atau compendium dari aturan-aturan yang ada,kedua sebagai pengganti atas hukum yang telah ada dan ketigasebagai rasionalisasi atas hukum (dasar pemikiran atas hukum).Sebagai suatu kumpulan peraturan, kodifikasi hanya memperjelasperaturan/norma yang telah ada, tidak untuk mengganti peraturanyang telah ada, jenis kodifikasi semacam ini di sistem hukumcommon law sering kali dipakai sebagai pedoman untuk memperjelaskasus-kasus yang sudah terbentuk untuk menyusun suatudoktrin hukum. Kodifikasi sebagai pengganti suatu peraturan yangtelah ada berfungsi untuk meminimalisasi penafsiran yang meluasterhadap suatu norma, dan memberikan pedoman serta jawabanuntuk masalah-masalah hukum yang muncul.

Sebagai suatu pedoman pengganti norma hukum yang telahada maka kodifikasi ini haruslah jelas dan transparan, agar dapatdipahami tidak hanya oleh para profesi hukum namun juga olehmasyarakat awam. Jadi kodifikasi yang seperti ini harus disusundengan sangat detail. Namun ada juga yang berpendapat agarkodifikasi tersebut tidak terlalui detail sehingga tidak dapatdiaplikasikan, dicontohkan adalah Kodifikasi Prusian 1794.

Kodifikasi sebagai pedoman untuk memperjelas suatu normahukum yang telah ada, dapat disusun dalam berbagai bentuk,antara lain dengan mempertahankan struktur hukum yang telahada yang tersusun dari preseden-preseden sebelumnya atau dengancara membuat prinsip-prinsip baru atas hukum sehingga menjadinorma yang baru untuk memperjelas norma yang telah ada.Namun secara teoritis, suatu kodifikasi secara eksplisit memangdisengaja dibuat untuk menjadi pedoman dan struktur fisiknyadimungkinkan untuk terus berkembang di masa mendatang.Dengan kondisi tersebut maka apabila muncul hal-hal baru kodifikasitersebut secara alamiah akan mampu mengakomodasikannya (J.Armour, 2008:292).

C. Kodifikasi Hukum Perdata Di PerancisPada tahun 1800, Napoleon memerintahkan 4 praktisi hukum

sen ior un tuk membuat suatu kodif ikasi h ukum yan gkomprehensif. Selama empat tahun para ahli tersebut menyusunkodifikasi hukum perdata. Akhirnya pada tahun 1804, kodifikasi

Page 50: Sejarah Perkembangan

39

Paramita Prananingtyas

tersebut disahkan oleh Parlemen Perancis, dan disebut secara sahsebagai Code Civil des Français, yang terdiri dari 3 buku dan 2281pasal. Kemudian dalam praktik kodifikasi tersebut juga kerapdisebut sebagai Code Napoléon namun secara praktis lebih seringdisebut sebagai code civil. Berikut ini adalah struktur dari code civilPerancis, antara lain:1. Buku I yang terdiri atas 6 pasal pada bagian pembukaan (pasal

1–6), yang berisikan prinsip-prinsip umum hukum termasukalasan penerbi tan, penerapan hukum dan akibat daridiundangkannya code civil ini. Termasuk bagian dari buku I(pasal 7–515), mengatur mengenai hak-hak keperdataan,status dari orang/person, hal-hal yang berkaitan denganperkawinan, perceraian dan kedudukan sebagai orang tua.

2. Buku II (pasal 516–710) menyangkut benda baik bendabergerak maupun benda tidak bergerak, kepemilikan terhadapbenda-benda tersebut serta hak-hak kebendaan

3. Buku III (pasal 711–2281) mengatur mengenai pewarisan,perjanjian dan kewajiban-kewajiban yang muncul dariperjanj ian (termasuk syara t-syarat utama perjan j ian,spesifikasi dari kontrak, kuasi kontrak, perbuatan melawanhukum, hak-hak atas benda tidak berwujud serta hak-hakatas benda-benda yang diperoleh dalam perkawinan).

Secara fisik dan spiritual, code civil Perancis merupakan refleksidari Corpus Juris Civilis warisan Kaisar Justinian dan tidak dapatdilupakan dari pengaruh yang signifikan dari Declaration of theRights of Man (Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia) yang dihasilkanpada saat Revolusi Perancis. Bahasa yang termuat dalam code civilPerancis ini sangat mudah dimengerti dan ringkas, karenatujuannya adalah agar dapat dipahami oleh semua anggotamasyarakat. Buku ini tidak berisikan mengenai hukum acara,hukum dagang ataupun hukum pidana, karena ketiga area hukumini dibangun secara terpisah. Karena isinya yang sangat ringkas,dalam perjalanan waktu code civil ini didampingi oleh beberapapenjelasan yang berasal dari kasus-kasus yang telah ada, di manasuplemen ini juga berkembang dan menjadi narasumber dari parahakim dalam memutuskan dan berpendapat di pengadilan atassuatu perkara perdata.

Page 51: Sejarah Perkembangan

40

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Kemudian pada tahun 1809, di bawah pemerintahan LouisNapoleon Perancis juga bermaksud menyusun suatu kitab hukumdagang yang merupakan kodifikasi dari kebiasaan-kebiasaan parapedagang yang ada dalam Lex Mercatoria, yang disebut sebagai Codede Commerce des Français, dan terjemahan bahasa Perancis dariConsolato del Mare menjadi Code de Maritime des Français. Ketigakodifikasi Perancis ini kemudian tersebar ke seluruh Eropa,termasuk ke Negeri Belanda, sebagai bagian dari penjajahanPerancis kepada negara-negara di Eropa pada saat berkuasanyaNapoleon Bonaparte.

D. Kodifikasi Hukum Perdata Di JermanNegara Jerman yang modern berhasil memiliki suatu kitab

undang-undang yang berasal dari kodifikasi peraturan dari 3negara bagian di Jerman yaitu Bavaria, Prusia dan Austria.Kodifikasi ini berlangsung pada abad 18 M dan dilakukan olehsuatu komisi yang terdiri dari para ahli hukum. Kodifikasi yangberlaku di Jerman saat ini, merupakan hasil dari kodifikasi hukumperdata Jerman pada tahun 1873, yang dikenal dengan namaBürgerliches Gesetzbuch atau BGB, yang disahkan pada tahun 1896dan berlaku mulai 1 Januari 1900. BGB berisikan lima buku yaitu:1. Buku I, Bagian umum, termasuk tentang person/manusia

secara alamiah dan secara hukum, definisi benda, klasifikasitindakan hukum dan ketentuan-ketentuan tentang waktu.

2. Buku II Hukum mengenai perjanjian, termasuk tentanglahirnya dan berakhirnya perjanjian, kontrak dan perbuatanmelawan hukum.

3. Buku III Hukum mengenai kepemilikan benda bergerak dankepemilikan benda tidak bergerak, termasuk hukum jaminanbenda bergerak dan benda tidak bergerak.

4. Buku IV Hukum mengenai keluarga, termasuk mengenaiperkawinan, dan hubungan dalam keluarga.

5. Buku V Hukum mengenai pewarisan termasuk pewarisanh arta pusaka dan hak para ah l i war i s, sura t wasi at ,penyelesaian sengketa waris, dan syarat-syarat untukmembuktikan pewarisan.

Page 52: Sejarah Perkembangan

41

Paramita Prananingtyas

E. Lex MercatoriaPerdagangan antar benua lintas samudera, antar ras, antar

kerajaan, selama berabad-abad telah membantu penyebarluasanpraktik-praktik perdagangan yang kemudian mempengaruhiperadaban manusia. Penyebaran koin Arab ke Negara-negaraSkandinavia, Rusia, Viking; pemakaian idiom-idiom Arab ke dalamtata bahasa Perancis dan Inggris khususnya idiom-idiom dalamdunia pelayaran seperti aval, tarif, barge dan lain-lain. Pengaruhdari China atau Timur Jauh dalam hal benda-benda yang indahyang turut membentuk budaya Eropa seperti sutera, gading,bahkan candu, namun yang terpenting adalah kompas. Pengaruhdari Timur ke Barat ini tidak saja sejak jaman Perang Salib tapijauh ke belakang sejak jaman Babilonia dan Assyria.

Sejarah perdagangan internasional dan keterlibatan bangsa-bangsa dari Timur ke dalam peradaban Barat, dan sebaliknyasemakin kental terasa pada abad ke 12-17. Pada saat tradisi tulissudah semakin dikenal oleh para pedagang, pada saat para bangsasemakin mengkhususkan dirinya pada beberapa bidang usaha,seperti bangsa Yahudi dan bangsa Arab yang pasti ada di baliksetiap pembiayaan perdagangan internasional. Bangsa Inggris,Italia, Spanyol, Perancis dan Portugal yang menguasai jasapelayaran. Bangsa Italia, Jerman, Slav yang menguasai beberapaproduk-produk unggulan. Kegiatan berjual beli, membawa satubarang dari satu tempat ke tempat lain yang berbeda Negarasemakin mempertajam insting para pedagang untuk melindungikepentingan mereka. Sehingga lahirlah Lex Mercatoria atau theLaw Merchant.

Definisi untuk merchant atau pedagang lebih sempit daripadadefinisi pengusaha. Seperti yang telah dikenal dalam bahasaHebrew, pedagang adalah orang yang melakukan perjalanan untuktujuan khusus (sacred-texts.com). Secara khusus pedagang adalahorang yang terlibat dalam perdagangan jual beli, khususnya untukbarang-barang yang tidak dapat mereka produksi sendiri, dengantujuan mendapatkan untuk keuntungan (wikipedia.org).

Dari definisi merchant tersebut nampak bahwa pedagang adalahhanya sebatas orang-orang yang mempunyai pekerjaan sebagaiperantara bagi kepentingan produsen dan konsumen, yang bisa

Page 53: Sejarah Perkembangan

42

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

melakukan praktik perdagangannya di negaranya sendiri maupundi negara lain. Berdasarkan pada kenyataan tersebut, parapedagang dikenal memiliki hukum yang berlaku terhadap dirimereka sendiri, yang akan membantu operasional perdagangan,apabila perdagangan tersebut melibatkan dua atau tiga lebihnegara, mengenai hukum yang mengatur apabila terjadi sengketa,mengenai alat bayar, mengenai mata uang, mengenai hak dantanggung jawab pengangkut, serta mengenai hak dan tanggungjawab para agen pedagang.

Kelas pedagang mengembangkan hukum yang disebut sebagaiLex Mercatoria, pada awalnya mereka muncul di kota-kota di Italia(Venetia), kemudian menyebar ke Perancis, Spanyol dan akhirnyake seluruh Eropa, termasuk daratan Inggris. Para pedagangbiasanya akan berkumpul di pelabuhan, pasar-pasar di kota dandesa, pecan raya dan tempat-tempat lain di mana ada kegiatan jualbeli. Para pedagang dalam melakukan praktik jual beli tidakmengenal batas negara dan batas moda pengangkutan. Untukmenghindari hukum setempat yang berbeda-beda dan bersifat ketatdalam penerapan peraturan-peraturan gereja, maka para pedagangmengembangkan suatu kode etik antar mereka sendiri. Kode etiktersebut kemudian berkembang menjadi suatu aturan-aturan yangmengikat bagi kalangan khusus (subyek hukum) yaitu parapedagang di tempat-tempat khusus (pasar, pekan raya danpelabuhan laut).

Merchant atau para pedagang, bisa perempuan atau pria,dibedakan atas para pedagang eceran dan para seniman yanghanya memproduksi dan memperjualbelikan produknya secaralokal. Untuk para pedagang dan seniman yang memproduksi danmendistribusikan produknya secara lokal akan berlaku hukumlokal dan kebiasaan lokal, karena tidak akan ada masalah yurisdiksiatau pilihan hukum yang akan timbul, karena sebagai tetangga,para penjual dan pembeli tidak memiliki alasan untuk khawatirdiperlakukan tidak adil oleh hukum setempat dan para penegakhukumnya (Kadens 2004:45).

Menurut Smith dalam Kadens, pada abad pertengahan (13-16M) yang dianggap sebagai merchant atau pedagang adalah seorangpedagang besar perantara yang beroperasional antar kota atauantar Negara. Di Spanyol, pada abad ke 13, pengadilan khusus

Page 54: Sejarah Perkembangan

43

Paramita Prananingtyas

para pedagang (consulado) memiliki yurisdiksi terhadap sengketayang berkaitan dengan pedagang dan kontrak yang dibuat olehpara pedagang, namun tidak memiliki yurisdiksi untuk mengadilisengketa yang timbul atas jual beli yang bersifat pribadi (Kadens2004:46). Sebelum abad ke 15, di Italia, dalam laporan pembukuanakan dibedakan secara jelas apakah pembeli segelondong suteraatau kain wol adalah seorang merchant (pedagang) yang akanmengekspor kembali kain tersebut, atau seorang retailer (pengecer)yang akan menjualnya di pasar setempat atau seorang artisan(pemakai) yang akan memakai kain itu sendiri.

Siete Partidas, peraturan hukum di Spanyol pada abad ke 13juga membedakan jenis-jenis pada penjual dan pembeli dalamkategori yang sama, kitab undang-undang ini terdiri atas empatbagian yaitu peraturan mengenai jual beli, peraturan mengenaipara pedagang, peraturan mengenai pekan raya/pasar danperaturan mengenai cukai bagi pasar dan pedagangnya. Pedagangdiberikan definisi sebagai “setiap orang yang menjual dan membelibarang milik orang lain, dengan tujuan mendapatkan laba, parapedagang tersebut akan selalu membawa barang dagangannya kemana pun mereka pergi”. Menurut Benevenutus Stracca, seorangpedagang adalah seseorang yang berdagang dan beraktivitas jual-belikan dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang sah,(Clasrissimi iurisconsulti Benevnuti Stracchae patritii anconitani, demercatura, seu mercatore tractatus 4v (Venice 1553)).

Para pedagang (merchant) menghadapi risiko yang tidak kecildalam beroperasional, mereka melakukan transaksi bisnis di luarwilayah yurisdiksi hukum asal mereka, dan mereka selalumelakukan transaksi perdagangan dengan sesama pedagang yangberasal dari yurisdiksi yang berbeda (Kadens 2004:46). Parapedagang tidak memiliki perlindungan hukum yang cukup, karenamereka selalu mendapatkan status sebagai orang asing (foreigner).

Apabila mereka masuk dalam suatu wilayah yurisdiksi asing,dan pada abad pertengahan h ukum setempat t i dak akanmemberikan keadilan bagi para pedagang yang mayoritasnyaorang asing. Hukum baik dari sisi peraturan maupun penegakhukum setempat akan memihak pada warga setempat. Sehinggakemudian para pedagang bersepakat untuk menyelesaikansengketa-sengketa dagang antar para pedagang dan lawan

Page 55: Sejarah Perkembangan

44

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

transaksi mereka dengan memakai kebiasaan-kebiasaan yang telahmereka anut. Sampai pada titik ini ada suatu hal yang penting,bahwa diterapkannya kebiasaan dan kode etik para pedagangtersebut tidak akan dapat berlangsung tanpa persetujuan parapenguasa daerah setempat (Kadens 2004:47).

Hukum bagi para pedagang atau kebiasaan bagi parapedagang, itulah dua kata yang selalu mengawali perdebatantentang lahir dan berkembangnya hukum dagang internasionalatau international commercial law. Perkembangan hukum dagangsec ara internasi onal secara si gnif ikan berpengaruh padaperkembangan bagian-bagian hukum, seperti hukum asuransi,hukum perusahaan, hukum pengangkutan (khususnya hukummaritim/pelayaran niaga) dan hukum surat berharga. Pada saattersebut, para ahli membedakan antara Ius Mercatorum sebagaihukum bagi para pedagang, dan Conseutudo Mercatorum sebagaikebiasaan-kebiasaan para pedagang. Namun dalam praktik, parapedagang tidak membedakan kedua hal tersebut, bagi merekahanya dikenal satu istilah yaitu Lex Mercatoria.

Lex Mercatoria terdiri atas dua kata yang menyatu, yangpertama adalah Lex dan yang kedua adalah Mercatoria yang berasaldari kata dasar Mercator. West’s Encyclopedia of American Lawmemberikan kronologis perkembangan definisi Lex secarabibliobical sebagai berikut, dari kata yang pada awalnya hanyaberarti Law (hukum). Pada abad pertengahan “Lex” memilikidefinisi sebagai “Jurisprudence” atau yurisprudensi, karena diartikansebagai seperangkat atau sekumpulan dari berbagai macam hukumyang berlaku bagi suatu Negara atau kelompok masyarakat;namun bukan merupakan suatu perundang-undangan sebagaimanayang dimaksud oleh masyarakat modern. Hanya sebagai suatupenyatuan atau pengelompokan dari berbagai macam peraturanyang dilakukan tidak secara sistematis atau terkodifikasi.

Selain itu pengertian “Lex” atau hukum pada abad pertengahanjuga berkaitan dengan pengelompokan berbagai macam peraturanyang berkaitan dengan subjek yang umum dan tidak berkaitandengan sekelompok orang. Pada definisi “Lex” yang lebih modern,khususnya dalam sistem hukum Common Law, terminologi yanglebih tepat untuk “Lex” adalah suatu sistem atau seperangkathukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang dapat

Page 56: Sejarah Perkembangan

45

Paramita Prananingtyas

diterapkan pada kasus-kasus khusus yang muncul di wilayahyurisdiksi suatu Negara (West’s:2008).

Bagian kedua dari “Lex Mercatoria” adalah kata mercator yangmerupakan penyebutan terhadap para pedagang. Mercator/merchantadalah seseorang yang melakukan usaha menjual dan membelisuatu barang untuk mendapatkan keuntungan, khususnya dariberbagai usaha membawa barang, menjual barang kepada sesamapedagang, di mana keuntungan diperoleh dari selisih harga jualdan harga beli barang tersebut. Merchant atau pedagang tersebutpada awalnya hanya terbatas pada definisi untuk orang yangmengabdikan dirinya untuk berdagang. Pedagang tersebut dibeberapa negara tunduk pada aturan-aturan/hukum yang khusus,yang hanya berlaku bagi mereka, tidak berlaku bagi pendudukyang bukan pedagang.

Menurut Berman, Lex Mercatoria sebagai aturan yang mengaturpara penduduk yang memiliki kelas khusus dalam masyarakatyaitu para pedagang di tempat-tempat yang khusus seperti pekanraya, pasar dan pelabuhan laut. Terdapat 5 prinsip utama yaitu:1. Transnasional, karena para pedagang tersebut berasal dari

berbagai Negara2. Disusun berdasarkan kebiasaan-kebiasaan dalam dunia

perdagangan3. Penegakan hukumnya tidak dilakukan oleh para hakim

profesional namun oleh para pedagang sendiri4. Prosedur hukum yang mereka terapkan bersifat cepat dan

informal5. Menerapkan asas-asas kesetaraan, yaitu mengakui penerapan

asas kebebasan berkontrak dan putusan hukum yangdijatuhkan bersifat ex aequo et bono (prinsip berdasarkan asaskeadilan dan kesetaraan). (Berman, Harold J., 1983:333–356)

Pendapat Berman mengkarakterisasikan Lex Mercatoria sebagaihukum yang berlaku di Eropa yang saling berkaitan, yang disusunoleh para pedagang dan diterima serta diformulasikan ke dalamkebiasaan-kebiasaan para pedagang dikenal antara tahun 1050-1150 M. Hukum para pedagang tersebut tercipta secara spontandalam praktik perdagangan dan kemudian dengan mengaplikasikansistem self regulatory, law merchant tersebut berkembang dengan

Page 57: Sejarah Perkembangan

46

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

memakai pengadi l an yang di bentuk dar i dan untuk parapedagang, yang tidak memiliki profesi sebagai seorang hakimpengadilan. Pendapat Berman bahwa law merchant adalah suatusistem tunggal yang berisikan hak dan kewajiban para pedagangdipandang sebagai mewakili suatu bentuk “hukum”, sehinggaBerman menyimpulkan bahwa Lex Mercatoria adalah hukum.

Pendapat-pendapat Berman di atas dibantah tegas oleh EmilyKadens yang kemudian akan memunculkan teori hukum hybridbagi lahir dan berkembangnya Lex Mercatoria. Menurut Kadenspendapat Berman tidak akurat hampir di keseluruhan aspek, LawMerchant bukanlah hukum yang sistematis, law merchant tidakdistandarisasi bentuknya di seluruh Eropa, law merchant tidaklahotomatis sama dengan hukum dagang dan yang lebih penting lawmerchant atau Lex Mercatoria tidak semata-mata lahir dari kreasipara pedagang tanpa adanya masukan-masukan penting dari parapangeran (penguasa) dan pemerintah local (Kadens, 2004:40-41).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa berlakunya Lex Mercatoriaharus memenuhi dua kriteria yaitu: 1) kebiasaan mereka yang telahada dan diakui sebagai antara mereka, dan 2) pihak penguasa(Emperor) menjamin hak mereka untuk menjalankan hukumtersebut (Kadens id).

Teori Emily Kadens bahwa Lex Mercatoria adalah suatu hukumyang bersifat hybrid. Berdasarkan sejarah, Lex Mercatoria bukanmerupakan suatu hukum yang berdiri sendiri, bukan pulamerupakan suatu unifikasi hukum yang mengatur masalah privatwarga negara suatu wilayah hukum, namun merupakan “iuramercatorum”. Suatu hukum bagi para pedagang, suatu kumpulanperaturan yang mengatur hubungan hukum para pedagangdengan penguasa, dan kumpulan peraturan yang mengaturhubungan privat antar para pedagang. Di dalamnya juga mengaturmengenai peraturan publik dan kebiasaan privat yang diakui untukdipayungi dalam konsep hukum para pedagang ini. Peraturantersebut akan berlaku bagi para pedagang di manapun merekaberada, dan tidak memandang dari wangsa apa, suku apa dannegara mana mereka berasal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Lex Mercatoria merupakan suatukon sep pen ci ptaan yan g bersi fa t hybr id (pen can gkokan /persilangan) karena tidak semata-mata diciptakan oleh para

Page 58: Sejarah Perkembangan

47

Paramita Prananingtyas

pembuat peraturan (penguasa) tapi muncul dari kebiasaan dankemudian membutuhkan pengakuan dari hukum positif, danselanjutnya melekat untuk menjadi hukum positif di wilayahtersebut (Kadens 2004:42). Pendapat Kadens tersebut terpusatbahwa untuk dapat berkembang sedemikian pesat Lex Mercatoriatidak bisa apabila hanya mengandalkan dirinya sendiri namuntetap membutuhkan campurtangan dan dukungan dari eksekutif(penguasa lokal) dan yudikatif (para hakim dan pengadilan setempat).

Sebenarnya dalam praktik tumbuh dan berkembangnya LexMercatoria, sistem hukum ini mendapat perlawanan yang cukupkeras dari hukum Gereja, yang mendasari sebagian besarperaturan-peraturan yang mengatur baik masalah perdata maupunkenegaraan suatu wilayah Negara di Eropa. Sebagai contohpengakuan hukum Canon/hukum Gereja terhadap keadilan adalahberdasarkan hierarki masyarakat, keadilan bagi kalangan Rahibtidak sama dengan kalangan bangsawan, apalagi dengan keadilanbagi kalangan rakyat jelata (Cutler, 2003:116). Namun dalam LexMercatoria, equity atau keadilan adalah setara dengan berlakunyaasas ex aequo et bono.

Dalam tesis Hodjat Kadjavi (1994) disebutkan bahwa CliveSchmitthoff, memperkenalkan suatu ide baru bagaimana untukmenyikapi terminologi latin dari Lex Mercatoria atau law merchant.Menurutnya menguat dan diterimanya Lex Mercatoria dalammasyarakat internasional, khususnya secara politik dan ekonomiyakni dapat disingkirkannya ego nasional masing-masing Negara,karena Lex Mercatoria memperkenalkan prinsip-prinsip yangbersifat universal yang dapat diterima oleh para pihak dan padaakhirnya akan bersi fat menguntungkan bagi semua pihak(Kadjavi, 1994:25).

Dari aktivitas para pedagang berabad-abad yang lalu dapatditarik suatu teori mengenai sejarah perkembangan hukumdagang, bahwa mereka telah mengembangkan suatu kondisiberdasarkan hubungan dagang dan aktivitas antar para pedaganginternasional, kondisi tersebut menciptakan suatu kegiatan yangsama dan berulang yang kemudian mengarah pada terbentuknyacustom (kebiasaan), usages of trade (kebiasaan dalam perdagangan)dan contract practices (praktik-praktik penyusunan kontrak)(Kadjavi, 1994:18).

Page 59: Sejarah Perkembangan

48

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Menurut Hodjat Kadjavi, kalimat latin Lex Mercatoria pertamakali muncul pada literature Inggris yang berjudul Fleta, yangditul is pada tahun 1290 (Kadjavi, 1994:21). Namun GerardMalyness, seorang pedagang/merchant yang pertama kali menulismengenai hukum para pedagang dan memberikannya nama LexMercatoria di tahun 1622, dalam buku yang berjudul Consuetudo velLex Mercatoria atau the Ancient Law Merchant. Buku tersebut tersebarluas dan dibaca oleh para penguasa wilayah, hakim, magistrate,penguasa sipil setempat, para pedagang dan para pihak yangberkepentingan untuk berhubungan dengan para pedagang yangmelintasi benua dan lautan (Mustill, 1988 dalam Kadjavi 1994).

Pada dokumen yang ditemukan pada tahun 1622 dari seorangpelaut dan penulis, Malyness menyebutkan bahwa dia akanmemberi nama bukunya sebagai Lex Mercatoria, suatu pengingatatas nama yang pernah muncul beratus tahun sebelumnya. LexMercatoria pada zaman tersebut merupakan sekumpulan norma-norma yang dipatuhi oleh para pihak yang menyusun danmempraktikkannya, baginya (Malyness), Lex Mercatoria memilikikeistimewaan karena sebagai hukum kebiasaan, hukum ini diakuioleh semua kerajaan dan wilayah yang bernaung di bawahnya.

Buku Malyness mengenai Lex Mercatoria tersebut terdiri atas 3bagian besar. Bagian pertama terdiri atas 47 bab mengenaicommercial (perdagangan) dan hukum maritim. Bagian keduaberhubungan dengan uang. Bagian ketiga berhubungan dengancommercial paper (surat berharga), subpoena (surat somasi),penegakan hukum, dan pengadilan yang dibentuk berdasarkanlaw merchant (Kadjavi 1994: 21).

Namun beberapa ahli hukum berpendapat bahwa yangdimaksud dengan Lex Mercatoria adalah hukum Romawi yangdikenal dengan jus gentium seperti dijelaskan oleh Goldman dalamKadjavi (Kadjavi, 1994:23). Menurut Goldman, Roman Jus Gentiumterbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang mengatur relasi ekonomiantara warga Romawi dengan orang asing, dan terlepas daripembentukan hukum romawi secara tradision al . 1 Namunkemudian jus gentium ini menghilang sedikit demi sedikit pada saat

1 Dibedakan antara jus civile yang hanya berlaku bagi bangsa Romawi asli dan jusgentium sebagai hukum yang mengatur antara bangsa Romawi dengan orang asing. Jusgentium disini bukanlah jus gentium yang dimaksudkan sebagai hukum internasional.

Page 60: Sejarah Perkembangan

49

Paramita Prananingtyas

Kaisar Romawi Consti tutio Antonian pada tahun 212 SM,memberikan kewarganegaraan Romawi kepada semua pendudukyang tinggal di wilayah kekaisaran Romawi.

Secara teoritis, menurut Honnold dalam Schmitthoff, LexMercatoria yang memiliki pengaruh terbesar bagi perkembanganhukum dagang adalah Lex Mercatoria yang berkembang padaabad pertengahan. Pada abad ke 11 dan 12 M, situasi ekonomidan politik di Eropa berubah, seiring dengan munculnya kota-kota dan desa-desa yang merdeka secara politik (Schmitthoff,1964:74-74).

Komunitas komersial tersebut menciptakan serangkaianperaturan berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang digunakandalam berdagang, untuk itu dibutuhkan suatu standar kesamaanyang tinggi dari satu pasar dengan pasar yang lain, pekan rayayang satu dan pekan raya yang lain, kota yang satu dan kotayang lain, desa yang satu dan desa yang lain. Pada saat itu tidakada campur tangan dari para Lord/kaum bangsawan penguasasetempat, bahwa para pedagang harus memiliki tanah sendiri ataupengadilan sendiri. Hanya saja pada saat itu ada pengadilan khususuntuk menyelesaikan sengketa antara para pedagang yang disebutsebagai Piepowder Courts, di mana para juri untuk memutuskanmasalah juga terdiri dari para pedagang (Kadjavi, 1994:24).

Sebutan lain untuk Lex Mercatoria atau law merchant adalah jusmercatorum, jus mercatorium, jus mercati, jus fori, jus forense, jusnegotiatorum, jus negotiale, stilus mercatorum, jus nundinarum (VonCaemmere, 2002: 1). Blackstone dalam Berman berpendapat bahwalaw merchant atau Lex Mercatoria mengatur hubungan dagang antarapara pedagang, dan negara-negara berdaulat di wilayah di manapara pedagang beroperasional menyetujui dan mengakuinya(Berman, 1983:342).

Schmitthoff memiliki pendapat mengenai Lex Mercatoria.Menurutnya Lex Mercatoria bukan merupakan bagian dari hukuminternasional ( jus gentium) . Pada awal kelahirannya, parapedagang, mendapatkan kesempatan dari para penguasa wilayahsetempat untuk membuat suatu aturan yang akan berlaku bagimereka sendiri (para pedagang), di mana aturan tersebut untukmengisi ketidakadaan peraturan (jus dispositivum).

Page 61: Sejarah Perkembangan

50

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Dalam proses ini para pedagang telah berhasil menciptakansuatu tatanan hukum yang bersifat nasional, namun terpisahdengan jarak yang cukup lebar, dengan hukum komersial nasionalyang telah ada. Tujuannya adalah untuk menghindarkan konflikhukum yang akan muncul antara para pedagang yang notabeneadalah para pendatang dengan pemerintah setempat. Schmitthoffmegajukan teori bahwa Lex Mercatoria layak disebut sebagaihukum transnasional, karena secara hierarki hukum posisinyaadalah antara hukum in ternasional dan h ukum nasion al(Schmitthoff, 1987:43).

Pada akhir abad 14 M, struktur politik di Eropa telah berubahdari masyarakat feodal menuju pada masyarakat kapitalisme, padaabad 16-17 M, perdagangan internasional sudah merambah daerah-daerah yang sangat jauh dari Eropa, ke arah barat, timur, keAmerika Utara, Kanada, ke Amerika Latin, dan ke semua penjurudunia, sehingga akhirnya pada abad 18 Inggris telah menjadiNegara dagang.

Pada saat tersebut konsep Negara telah terbentuk, sehinggaterjadi perubahan atas karakter hukum dagang, yang kemudiandiabsorpsi oleh hukum nasional suatu Negara. Sehingga akhirnyaperdagangan internasional tidak lagi diatur oleh kalanganeksklusif dari para pedagang, namun merupakan perpaduan darisemua masukkan, ide, dan kebiasaan dari banyak pihak yangterlibat langsung dan tidak langsung dalam perdagangan sepertipara banker, pelaut, maskapai asuransi dan pedagang-pedagang.Kodifikasi dan penyerapan Lex Mercatoria atau law merchant dalamsistem ekonomi baru dilakukan melalui beberapa cara, di Inggrisdilakukan melalui preseden-preseden hukum (putusan-putusanpengadilan)2 dan di Perancis dilakukan melalui pembentukanundang-undang3.

Lahir dan berkembangnya Lex Mercatoria atau law merchant sejakawal memang sudah merupakan proses simbiosis antara praktik

2 Para tokoh yang mengawali adalah Chief Justice Sir John Holt (1689 – 1710) danLord Mansfield (1756 -1788). Bill of Exchange Act 1882 dan Sale of Goods Act 1893 jugamerupakan tonggak kodifikasi lex mercatoria dalam hukum Inggris.

3 Dilakukan pertama kali dengan penetapan Ordonnance de la commerce of Louis XIVpada tahun 1673 dan Ordonance de la Marine oleh Colbert pada tahun 1681. Kemudiankedua peraturan tersebut dimodif ikasi oleh Napoleon pada tahun 1807 denganpengundangan Code de Commerce.

Page 62: Sejarah Perkembangan

51

Paramita Prananingtyas

dan sistem pembentukan hukum, karena suatu kebiasaan secaramurni tidak bisa secara tiba-tiba menjadi bentuk hukum denganmendapat campur tangan para penguasa/pembentuk hukum,namun melalui proses yang lama. Pada akhir abad 17 sampai awalabad 18, ada lah masa mulai di terimanya Lex Mercatoria/lawmerchant ke dalam sistem hukum nasional di banyak Negara Eropa.Negara-negara di benua Eropa seperti Perancis, Jerman danBelanda menerima secara langsung Lex Mercatoria/law merchantberdasarkan kodifikasi hukum Romawi, tidak demikian halnyadengan penerimaan law merchant/Lex Mercatoria di Inggris danAmerika Serikat.

Seperti diungkapkan oleh Trakman (1983:37,25), di Perancis,prinsip-prinsip law merchant nampak sekali secara jelas dalam frame-work kodifikasi hukum domestik mereka. Hukum Perancismengatur agar “para pihak yang mengikatkan diri ke dalamperjanjian dengan niat baik (bona fidei/good faith)” maka keduabelah pihak harus saling menghormati perjanjian tersebut danberdasarkan hukum dapat meminta pelaksanaan perjanjian tersebut.

Pengaruh perkembangan Lex Mercatoria yang paling mendalamadalah, dalam beberapa bidang yang sangat penting bagiperdagangan yaitu pengangkutan melalui laut, pertanggungan/pengalihan risiko/asuransi khususnya asuransi pengangkutanlaut, pembayaran dan kerja sama bisnis. Pengaruh-pengaruhpraktik dan kebiasaan para pedagang sangat besar dalampembentukan hukum mengenai pengangkutan laut, asuransi,perusahaan dan surat berharga.

Pengaruh dari Lex Mercatoria terhadap perkembanganpengangkutan laut cukup besar, mulai dari istilah-istilah maritim,dokumen-dokumen pengangkutan, serta rute-rute pelayaraninternasional. Terlahir sejak abad pertengahan, bills of lading, charterparties dan kerja sama usaha (partnership agreement), tetap dipakaisampai sekarang dengan penyempurnaan dan penerimaan melaluipraktik-praktik yang semakin meluas (Cutler, 2003:126).

Letter of Credit atau lettre de foire berkembang sejak abad ke 13dan 14, di kalangan para pedagang dengan tujuan awal untukmenutup bunga kredit yang dibebankan kepada para pedagang.Para pedagang yang membutuhkan uang tunai akan membeli

Page 63: Sejarah Perkembangan

52

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

barang-barang dagangan mereka dengan cara kredit, pembayaranyang termasuk bunga akan dilakukan setelah terjualnya barangdagangan tersebut, pada saat pekan raya/pasar setempat selesaiatau pada saat pekan raya/pasar dibuka kembali diwaktu yang akandatang (Clough and Cole : Economic History of Europe, Boston, 1946:79 di dalam Cutler, 2003:128).

Lahirnya letter of credit bentuk kuno ini pada akhirnya akanmengawali lahirnya sekumpulan pedagang dengan profesi baru,yaitu para kreditur (moneylenders), mereka berhasil menyiasatihukum positif yang berlaku saat itu di Eropa yang sangat dikuasaioleh Hukum gereja yang melarang riba dan memperdagangkanuang (Cutler, 2003:130).

Pengaruh Lex Mercatoria dalam aspek-aspek pengangkutan lautjuga berpengaruh terhadap hal lain, yaitu asuransi, khususnyadiawali pada asuransi pengangkutan laut. Asuransi telah dikenalsejak jaman Iskandar yang Agung berada di Babilonia, seorangbangsawan bangsa Rhodian, Artimenes, berjanji untuk membayar8 drachma per tahun untuk setiap budak dalam angkatan bersenjataRhodian, apabila budak tersebut melarikan diri, pembayaran iniakan diserahkan kepada para majikan dari budak-budak tersebut,sebagai jaminan “asuransi” atas budak mereka (Bewes, 1923:65).

Pengaruh Lex Mercatoria yang dibawa oleh para pedagang juganampak pada perkembangan hukum asuransi, diawali denganEnsiklopedia Yahudi mengenal adanya “baraita” pada tahun 2 M,yang mengandung prinsip-prinsip asuransi laut “seorang pemilikkapal akan mendapatkan hak seperti yang tercantum dalamkontrak yaitu atas penggantian sebuah kapal apabila kapalnyatersebut h i l an g, n amun apabi la h i l angnya kapal karen akesa lahann ya mereka t idak akan menggan ti nya, apabi lakehilangan kapal tersebut karena praktik yang menyimpang atasoperasional kapal, mereka juga tidak akan menggantinya” (Bewes1923 :64). Dokumentasi yang serupa juga nampak pada CodeHammurabi yang menggambarkan mengenai asuransi khususnyaasuransi kapal. Kemudian kebiasaan ini dilanjutkan oleh parapemilik kapal, para pedagang dan para peminjam uang.

Berapakah umur perjanjian asuransi yang tertua? Tidak adayang tahu secara pasti, namun secara kasar dapat dikatakan bawa

Page 64: Sejarah Perkembangan

53

Paramita Prananingtyas

dokumen yang disebut the Laws of Rhodes adalah perjanjianasuransi laut paling tua yang pernah ditemukan. Perjanjiantersebut adalah antara bangsa Phoenicians sebagai pengangkutumum di wilayah Mediterania dan sekitarnya dengan bangsa-bangsa lain pemakai jasanya, kemudian perjanjian-perjanjiantersebut diadopsi oleh bangsa Yunani yang menjalin hubungandagang tidak hanya dengan koloni Yunani saja namun jugadengan bangsa-bangsa lain (Bewes, 1923:65).

Dokumen-dokumen juga menunjukkan perkembanganpemanfaatan asuransi oleh para pedagang pada abad pertengahan(abad 13-17). Tercatat beberapa kasus mengenai asuransi antarapara pedagang dari Genoa, Italia dengan pedagang dari La Rochelle,Perancis, juga antara pedagang Spanyol dengan pedagang dariBruges di wilayah perairan Inggris. Kasus-kasus asuransi lauttersebut melibatkan pedagang, pelaut dan wilayah yang berbeda,terkadang hanya 2 negara namun terjadi juga lebih dari 4 negara,dan masalah tersebut bisa terselesaikan melalui kebiasaan danpraktik perdagangan Lex Mercatoria (Bewes, 1923:67).

Asuransi sebagai kegiatan dan dokumen-dokumen asuransidalam perjalanan dikenal dalam sistem hukum common law diInggris pada abad 17, oleh wangsa Lombard dari Italia. Merekamemperkenalkan perjanjian asuransi yang untuk selanjutnyadisebut sebagai polis. Sedangkan asuransi kebakaran mulaidipraktikkan di Inggris sejak tahun 1666 pada saat kebakaran hebatthe Great Fire melanda kota London. Untuk asuransi jiwa dibuatpertama kali di Inggris pada tahun 1583 senilai £383 6s 8d untukjangka waktu 12 bulan atas hidupnya, William Gibson. Namunsebenarnya bukti tertua untuk asuransi jiwa adalah asuransi untukpara pelaut seperti yang tercantum pada Ordonnance of Philip II dariBelanda tahun 1570 (Bewes, 1923:68).

Pengaruh secara tidak langsung perdagangan lintas benua danlintas samudera yang dilakukan oleh para pedagang dari berbagaibangsa juga terasa pada perkembangan hukum perusahaan.Pengaruh Islam, melalui Al Qur ’an dan Al Hadist ke dalam LexMercatoria telah diakui oleh para akademisi sejak abad ke 18, dalambuku klasik mengenai Lex Mercatoria “ The Romance of The LawMerchant” yang ditulis oleh Wyndham Bewes pada tahun 1923,disebutkan dengan jelas pengaruh Islam pada lahirnya bill of

Page 65: Sejarah Perkembangan

54

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

exchange atau draft dan lahirnya persekutuan komanditer (apartnership en commandite).

Seperti diceritakan kembali oleh Khalil bin Ishak, partnershipen commandite pada awalnya diciptakan untuk menghindarilarangan pengenaan riba dan melindungi partner bisnis yang pasif,biasanya mereka adalah para pemberi modal dengan keikutsertaanmodal yang cukup besar, yang mempercayakan partner bisnismereka untuk bepergian dalam iring-iringan pedagang memakaiunta mel i n tasi padang pasir, di l an jutkan den gan kapalmenyeberangi samudera untuk menjual barang dagangankemudian balik lagi ke jazirah arab dengan membawa dagangandari barat. Bentuk partnership en commandite ini memberikankesempatan bagi para partner untuk membagi keuntungan yangakan diperoleh berdasarkan resiko-resiko yang dihadapi oleh parapartner tersebut (Bewes, 1923:77).

Beberapa abad kemudian, para penguasa di Italia untukmengatur para pedagang asal Italia yang terlibat perdagangandengan pihak Timur Jauh (the Orient), mengadopsi peraturanmengenai kerja sama bisnis yang dirintis oleh Nabi MuhammadSAW ini ke dalam hukum positif mereka. Demikian juga yangdilakukan oleh Pemerintah Perancis yang meneruskan apa yangtelah dilakukan oleh bangsa Italia ke dalam hukum positif merekamelalui French Royal Ordonnance 1315, yang menyebutkan tentangsociêtê en commandite (Bewes, 1923:80). Para pedagang membawapengaruh-pengaruh yang positif ke mana pun mereka pergi,dengan cara ini Lex Mercatoria menjadi semakin besar dan kuat.

Pembahasan sel an jutnya adal ah mengen ai lahi r danperkembangan alat bayar seiring dengan perkembangan LexMercatoria. Sering kali muncul anggapan bahwa pada masalampau transaksi perdagangan tidak dibayarkan dengan sejumlahuang namun hanya dengan sistem barter. Anggapan ini tidaksepenuhnya benar, karena ternyata pembayaran dengan sistemkredit, pembayaran dengan surat perintah bayar, surat pengakuanutang sudah dikenal sejak jaman Kekaisaran Assyria di akhir abad8 SM dan pada jaman Kekaisaran Babilonia tahun 677-179 SM(Bewes 1923:49). Praktik pembayaran transaksi dengan suratberharga makin banyak dipakai pada abad pertengahan Masehi,

Page 66: Sejarah Perkembangan

55

Paramita Prananingtyas

oleh para pedagang-pedagang lintas benua lintas samudera untukmemperlancar transaksi mereka.

F. Kodifikasi Lex Mercatoria Dalam Sistem Hukum DagangHukum dagang adalah sekumpulan peraturan yang mengatur

mengenai perdagangan atau bisnis dalam arti luas, semua negaradi dunia pasti memiliki sekumpulan peraturan mengenai hukumbisnis ini, ada yang menjadi satu bagian dari hukum perdata(private law) atau ada terpisah dari hukum perdata. Hukum dagangatau sebenarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan para pedagang,pelaut, nakhoda kapal, peminjam uang dan lain-lain profesi yangberhubungan dengan kegiatan perdagangan, telah dikenal sejakjaman sebelum Masehi, sejak jaman kejayaan kerajaan-kerajaandi Mesir, Mesopotamia, Yunani, Romawi.

Puncak dari pembentukan hukum dagang adalah abadpertengahan, pada masa kejayaan perdagangan internasionalantara negara-negara di Eropa dan negara-negara di Asia, Afrika.Pada saat tersebut para pedagang (merchant) dari berbagai negarasecara bertahap melakukan kodifikasi terhadap kebiasaan-kebiasaan di antara mereka. Banyak pihak terutama parapedagang, yang merasa bahwa hukum romawi, hukum lokal, danhukum gereja yang berlaku secara umum bagi para penduduksuatu wilayah, tidak memberikan jalan keluar terhadap masalah-masalah yang muncul dalam situasi perdagangan, contohnya tidakada jalan keluar secara hukum yang adil apabila terjadi masalahutang piutang, masalah pengangkutan (khususnya pengangkutanmelalui laut) dan masalah kepailitan. Beberapa ahli memandangbahwa hukum yang akan berlaku bagi para pedagang adalahhukum internasional, namun sebenarnya pendapat ini tidaksepenuhnya benar, karena hukum bagi para pedagang tersebutlebih luas daripada sekedar hukum internasional privat.

Selama berabad-abad di Eropa yang berlaku bagi para pedagangadalah kebiasaan antara para pedagang dalam menyelesaikanmasalah di antara mereka dan kebiasaan-kebiasaan yang berlakuterhadap masalah-masalah tertentu, seperti penerbitan danperdagangan surat berharga, hal-hal yang berkaitan denganpengangkutan laut (hak dan tanggung jawab pemilik kapal dannakhoda kapal dan lain-lain), masalah mengenai peminjam uang

Page 67: Sejarah Perkembangan

56

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

(perbankan), asuransi , dan keagenan (sebagai c ikal bakalhukum perusahaan).

Pada tahun 1800an, Napoleon pada awalnya memiliki ideuntuk menyusun kodifikasi hukum dagang yang terpisah darikodifikasi hukum perdata Perancis, ide awal dari kodifikasi hukumdagang tersebut hanya berlaku bagi para pedagang, yang biasanyaterdiri dari orang Yahudi, orang Arab, orang Flemmish, orangViking, orang China, orang Moors, yang notabene adalah orangasing di wilayah Perancis dan jajahannya.

Seperti telah dibahas sebelumnya mengenai Lex Mercatoria, kiniakan dibahas mengenai penyerapan Lex Mercatoria kedalam hukumpositif di Eropa. Perkembangan Lex Mercatoria meliputi: 1) tumbuhdan berkembangnya hubungan dagang antara kota-kota di Italiadan diluar Italia; 2) perkembangan secara pesat aktivitas komersialdengan memakai alat angkut laut (maritim), perkembangantersebut juga meliputi perkembangan peraturan yang mengaturmen g en ai pe rda ga n ga n dan pe n g an g ku tan m el a l u i l au t ;3 ) penyebaran sentral-sentral perdagangan/bandar-bandar dikota-kota pusat perdagangan di Italia dan di luar Italia; 4) tumbuhdan berkembangnya perkumpulan/asosiasi para pedagang dipusat-pusat perdagangan/bandar-bandar besar, dengan tujuanmenjamin keselamatan barang-barang dagangan pada saattransit, memberikan jaminan keuangan dan menyelesaikan perkara/sengketa perdagangan secara cepat.

Para pedagang, pemilik kapal/nakhoda kapal, pengrajin danpara penyedia dana bergabung untuk membuat suatu kesepakatan.Mengumpulkan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini merekalakukan sendiri. Kumpulan kebiasaan tersebut menjadi tertulis danmenjadi sumber hukum alternatif yang akan dipakai apabila parapedagang/pelaut tersebut memiliki masalah dengan masyarakatsetempat. Hukum para pedagang juga mendapat pengaruh darihukum Romawi, karena dalam hukum Romawi juga disinggungmasalah-masalah mengenai hukum surat berharga dan hukumperjanjian. Namun tetap saja, antara bandar/wilayah di Eropa,Lex Mercatoria yang berlaku bagi para pedagang tersebut berbeda-beda. Ketidaksamaan inilah (ununiformity) adalah ciri utama dariLex Mercatoria, karena mereka bukan hukum positif suatu wilayah.

Page 68: Sejarah Perkembangan

57

Paramita Prananingtyas

Lex Mercatoria yang pertama kali didokumentasikan adalahmengenai hukum maritime, yang dikodifikasikan pada abad ke 11dan 12 M, berisikan kodifikasi peraturan, praktik dan kebiasaandalam pengangkutan laut, yaitu Capitulare Navium (Shipping Rules),pertama kali dikodifikasikan di Venicia 1205, dan dipublikasikanulang dalam Statuta Et Ordinamenta Super Navibus (Statutes AndRegulations On Shipping) pada tahun 1255. Kedua peraturan ini adalahcikal bakal dari Maritime Code, yang terdiri dari 66 Bab dalam bahasaLatin dan Italia, yang disusun oleh Kerajaan Napoli pada abad ke 13.

Perkembangan paling pesat untuk hukum maritim adalah didua kota bandar di Italia yaitu Genoa dan Pisa. Kode Maritim yangdiawali di Italia tersebut diadaptasi oleh kode maritim yangdisusun di Spanyol yaitu Consolato Del Mare (Consulate Of The Sea),yang dikodifikasikan di Barcelona, Spanyol, berisikan 330 pasal.Isi utama dari Consolato Del Mare adalah mengenai konstrusksi kapallaut, kewajiban untuk memberi pertolongan kepada kapal yangmengalami musibah di laut, kewajiban kapal dan anak buah kapaldalam keadaan darurat di laut, muatan kapal, nakhoda kapal, dananak buah kapal serta diatur juga mengenai pengalihan kapal.

Consolato del Mare yang dipengaruhi oleh Statuta Et OrdinamentaSuper Navibus , pertama kali disusun dalam bahasa Catatan,kemudian berkembang untuk dipakai di seluruh Eropa, danditerjemahkan ke dalam bahasa Perancis, Latin, dan juga Italia,pengaruh Consolato del Mare mencapai seluruh Eropa pada abad ke16 M. (Apple & Deyling, 1994: 22). Prestasi terbesarnya adalahdiserapnya Consolato del Mare dalam Code De Maritime yang disusunpada zaman Napoleon untuk kemudian tersebar ke seluruh dunia.

Seperti juga di lautan, di daratan, perdagangan antar wilayahjuga semakin meningkat, sehingga muncul semakin banyakperaturan, kesepakatan dan kebiasaan antara para pedagang, baikyang mengatur jalannya perdagangan tersebut maupun yangmengatur mengenai pen yel esai an sengketa yan g timbul .Perkembangan hukum para pedagang di daratan, didorong olehberkembangnya pasar dan pekan raya di Eropa dan sekitarnya.Apabila pasar berlangsung beberapa minggu sekali, maka pekanraya (fair) akan berlangsung setahun sekali atau dua kali, danperkembangan paling pesat perdagangan tersebut adalah sejakabad ke 9 M di Perancis.

Page 69: Sejarah Perkembangan

58

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Para pedagang berdasarkan kebiasaan akan membuat sendiripengadilan untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi, antaramereka atau antara para pedagang dengan masyarakat setempat,di mana hukum yang akan berlaku adalah hukum kebiasaan parapedagang tersebut dan para pengadil juga terdiri dari parapedagang sendiri. Di Inggris, pengadilan para pedagang untukpersilihan dagang disebut dengan “piepowder courts”, suatu ejekankarena para pedagang tersebut biasanya memiliki kaki (alas kaki,celana panjang) yang berdebu akibat berjalan/berpindah lokasi darisatu pasar atau satu pekan ke pasar atau pekan yang lain.

Keberadaan suatu pasar atau pekan tidak akan lepas dari izinyang harus diperoleh dari para bangsawan penguasa wilayah dimana pekan atau pasar tersebut berada. Maka dari itu sejalandengan waktu, pengaruh dari “Piepowder Court” terhadap peradilansetempat semakin besar, dan mau tidak mau pengaruh dari “PiepowderCourt” diakui oleh hukum positif di negara-negara di Eropa.

Kodifikasi hukum dagang di Negeri Belanda telah ada sejaktahun 1838, yang disebut sebagai Wetboek Van Koophandel (WvK)l,di mana kodifikasi ini menggantikan kodifikasi hukum dagangPerancis. Kodifikasi hukum dagang Perancis tersebut lahir padatahun 1809 berdasarkan perintah dari Napoleon Bonaparte yangditeruskan oleh adiknya Louis Napoleon, namun kodifikasi tersebuttidak diberlakukan, namun menjadi inspirasi atas lahirnya WvK.

Hukum dagang di Negeri Belanda adalah bagian dari hukumperdata, termasuk dari kodifikasi hukum perdata (BurgerlijkWetboek/BW) namun terpisah sebagai hukum yang bersifat khusus.Di Negeri Belanda pada tahun 1976, bagian dari Wetboek vanKoophandel ini telah mengalami beberapa perubahan, pertama padatahun 1976, pengaturan mengenai hukum perusahaan pindahmenjadi bagian dari Buku 2 BW, kemudian pada tahun 1991pengaturan mengenai hukum transportasi dan hukum laut pindahmenjadi bagian dari Buku 8 BW. Pada akhirnya di tahun seluruhbagian dari WvK dinyatakan tidak berlaku karena bagian-bagiandari WvK tersebut diabsorpsi menjadi bagian dari BW.

Membahas mengenai kodifikasi hukum perdata dan hukumdagang Negeri Belanda tidak akan bisa lepas dari membahasmengenai sejarah Negeri Belanda sendiri. Sejak jaman dahulu kala,daerah dataran rendah di Belanda, disebut sebagai Republic of the

Page 70: Sejarah Perkembangan

59

Paramita Prananingtyas

Seven United Netherlands atau disebut juga Dutch Republic. Hukumyang berlaku adalah serangkaian hukum kebiasaan yang berbeda-beda tergantung kepada wilayah di mana hukum tersebut berlakudan hukum tertulis yang bersumber pada hukum Romawi, yangmenjadi sumber hukum sekunder pada saat itu. Hukum kebiasaantersebut menjadi tidak berlaku lagi sejak tahun 1806 pada saatRepublik Belanda atau Dutch Republic bubar dan berdirinya KerajaanHolland yang dibentuk oleh Perancis, sebagai pemerintah yangmenguasai Belanda, dengan Louis Bonaparte (adik ketiga NapoleonBonaparte) sebagai raja pertama.

Pada saat dikuasai Perancis itulah, hukum Perancis secarakonkordansi berlaku di Kerajaan Belanda, secara khusus KerajaanBelanda mengenal hukum perdata yang bersifat terpusat, tidaklagi berdasarkan kebiasaan-kebiasaan, dan kemudian menjadihukum perdata positif. Pada saat Perancis tidak lagi menguasaiBelanda, Pemerintah Belanda tidak mengehendaki kembalinyahukum yang terpisah-pisah berdasarkan wilayah-wilayah tetapimereka tetap ingin mempertahankan sistem hukum yang dibawaoleh Perancis, yang lebih mengedepankan pengaruh hukumBelanda. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Code Civil/Burgerlijk Wetboek) akhirnya tersusun pada tahun 1838.

Republik Netherlands Bersatu (The Republic of the UnitedNetherlands) terbentuk setelah ada kemerdekaan bagi provinsi diwilayah utara dari pendudukan Spanyol. Pada tahun 1579 denganpendirian Republik Bersatu di Utrecht, mereka memerdekakan diridari penjajahan Spanyol. Konstitusi untuk pembentukan parlemen(Staten General/Parliament) terbentuk pada tahun 1584. Perwakilandari 7 republik anggota kesatuan bertemu di Den Haag dengandiketuai wakil dari Holland. Pada tahun 1609, suatu paktaperdamaian 20 tahun terbentuk antara Republik Bersatu denganRaja Philip III dari Spanyol.

Kemudian pada tahun 1648, Kekaisaran Jerman mengakuisecara resmi fakta perdamaian Den Haag, sebagai bagian dari paktaperdamaian Westfalian, yang mengakhiri perang 30 tahun antaratakhta suci Roma dengan Kerajaan Perancis, Kerajaan Swedia danpengikut-pengikutnya. Perang 80 tahun antara Kerajaan Spanyolden gan Be l an da , dan pen gakuan Kera jaan Spanyol a taskemerdekaan Republik Belanda.

Page 71: Sejarah Perkembangan

60

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Kemerdekaan tersebut membawa pengaruh yang positif, karenakemudian diketahui bahwa abad 17 adalah masa keemasan RepublikBe landa (The Dutch Republ ic ) , kh ususn ya pada kekuatanmaritimnya, yang berani dan agresif, berhasil melebarkan wilayahhingga ke Afrika, Amerika dan Hindia Belanda. Hindia Belandaberhasil dikuasai oleh Republik Belanda pada tahun 1602, denganpendirian VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) suatu usahadagang yang didirikan oleh serikat pedagang Belanda yangmendapat konsesi dari pemerintah Belanda berupa hak-hakisti mewa (ooctrooi ) seper t i hak mon opol i pel ayaran danperdagangan, hak membentuk angkatan perang, hak mendirikanben teng, h ak men gumumkan peran g, hak men gadakanperdamaian dan hak mencetak uang. Masa kejayaan VOC terjadisampai tahun 1794, karena pada tahun tersebut VOC mengalamikebangkrutan dan dibubarkan pada tahun 1796 (R. AbdoelDjamali, 1984: 12).

Serangkaian perang yang terjadi khususnya dengan KerajaanPerancis dan Kerajaan Spanyol , serta semakin berjayanyakemari timan dan kekuatan kolonial dari Kerajaan Inggris,berakibat pada runtuhnya Republik Belanda Bersatu (Republic ofThe Seven United Netherlands) pada tahun 1785 dan munculnyaRepublik Batavia. Republik Batavia mendapat pengaruh besar darigerakan rakyat yang mendorong kemerdekaan Amerika Serikat,gerakan rakyat Perancis dan Revolusi Perancis yang melahirkandeklarasi hak asasi manusia, serta pendapat Rousseau dalambukunya “Contract Social”.

Republik Batavia, sangat mendukung kebebasan berserikat,berpendapat dan kemerdekaan pers. Dalam pergaulan sosial danbisnis kalangan bangsawan dipinggirkan dan kalangan Katolikdan Yahudi mendapat kesempatan dan perlakuan yang setara dalambisnis dan kenegaraan, sebelumnya Republik Belanda sempatmendukung Protestan sebagai perlawanan terhadap Tahta SuciRoma. Namun kejayaan Republik Batavia ini tidak berlangsunglama, karena kemudian Napoleon Bonaparte mengubah sejarahEropa termasuk sejarah Negeri Belanda.

Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte, kaisar Perancis,mengubah the Netherlands menjadi kerajaan konstitusional danmenasbihkan saudara laki-lakinya Louis Bonaparte sebagai raja.

Page 72: Sejarah Perkembangan

61

Paramita Prananingtyas

Pada tahun 1810 Negeri Belanda menjadi jajahan Perancis. SetelahNapoleon digulingkan, berdasarkan Kongres Wina, pada tahun1815 Kerajaan Belanda lahir, namun pada tahun 1830 wilayahselatan memisahkan diri dan menjadi Kerajaan Belgia. SejarahKerajaan Belanda ini berkaitan erat dengan sejarah kodifikasihukum perdata dan hukum dagang yang dimilikinya.

Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat, Negeri Belandahanya menerapkan leges barbarorum, yang tidak hanya terdiri darihukum kebiasaan masyarakat wilayah Jerman dan sekitarnya(termasuk wilayah utara Negeri Belanda) tetapi juga aplikasi secarakasar dari hukum Romawi, disebut kasar karena aplikasi dani mplementasi h ukum Romawi di wi l ayah tersebut t i dakberdasarkan teks kodifikasi yang lengkap dan benar. Kemudiansetelah runtuhnya Kekaisaran Frankish Selatan, Belanda tidakmemiliki lagi hukum yang bersifat nasional, sehingga akhirnyapenguasa menerapkan lagi hukum kebiasaan masyarakat Jermanicdan turunannya serta kodifikasi hukum Romawi yang tidaklengkap dan tidak sistematis (Beat, 2002: 8).

Dalam praktik pelaksanaannya hukum pada masa tersebut,penerapan hukum Romawi baru di lakukan apabila hukumkebiasaan tidak dapat memberikan jalan keluar terhadap suatumasalah, namun kondisi tersebut telah membawa akibat yangcukup bagus bagi perkembangan hukum positif di wilayahBelanda. Pada abad 15 dan 16 M, pada saat pemerintah yangberkuasa berusaha melakukan kodifikasi hukum, mereka memintamasukan dari wilayah-wilayah yang menjadi bagian dari 7republik, semuanya menyebutkan perlu diakuinya hukum Romawike dalam kodifikasi hukum nasional Republik Dutch (Republic ofthe Seven United Netherlands).

Istilah hukum Romawi Belanda (Roman Dutch Law) pertamakali dipakai pada tahun 1652 oleh Simon van Leeuwen dalamkarangannya yang berjudul “Paratitla Juris Novissimi” dankemudian pada tahun 1664 bukunya yang paling terkenal “HetRooms Hollandsch Recht” (Hukum Romawi Belanda/Roman Dutch Law)diterbitkan. Dari 7 provisi yang tergabung dalam Republik Dutch(Republic of the Seven United Netherlands), tidak semuanya bereaksipositif terhadap berlakunya hukum Romawi ke dalam hukumRepublik Dutch, hal ini dikarenakan separo provinsi dipengaruhi

Page 73: Sejarah Perkembangan

62

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

hukum kebiasaan Jermanic yang tidak nyaman dengan hukumRomawi yang terstruktur dengan benar dan separo dipengaruhihukum kebiasaan Perancis (droit coutumier) yang telah terbiasadengan hukum Romawi yang tersusun rapi dan benar.

Pada abad 17 dan 18 M, para komentator hukum memilikipengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan hukum.Sampai dengan tahun 1806 pada saat tersusunnya kodifikasihukum Belanda, para komentator ini merupakan sumber-sumberpenting bagi interpretasi atas hukum khususnya yang kemudianakan memberi pengaruh pada kodifikasi hukum perdata, hukumketatanegaraan, hukum acara dan hukum pidana. Para tokohtersebut antara lain Hugo De Groot, Paulus, Johannes Voet,Vinnius, Matthaeus II, Groenewegen, Van Leeuwen, Huber, Noodtdan van Bijnkershoek.

Lex Mercatoria pada abad pertengahan tersusun di Eropa dikalangan para pedagang, untuk mengatur hubungan perdagangandi antara mereka. Hukum Romawi sebenarnya telah mengaturbeberapa hal dalam perdagangan seperti masalah jual beli, utangpiutang dan kewajiban keperdataan lain yang muncul daritransaksi perdagangan. Hukum tersebut berlaku bagi pendudukKekai saran Romawi termasuk penduduk n egara -n egarajajahannya, sehingga hukum tersebut disebut sebagai Ius Gentium,yang menjadi pedoman penyelesaian sengketa perdagangan ditingkat nasional dan internasional [dalam pengertian wilayahKekaisaran Romawi] (Tamara Milenkoviæ-Kerkoviæ, 1997: 87).

Sebagai contoh Lex Mercatoria yang kemudian menjadi cikalbakal kodifikasi hukum maritim, awalnya adalah kumpulankebiasaan dan putusan penyelesaian masalah kemaritiman diantara para pedagang/pemilik kapal/nakhoda kapal, contohnyaAmalphitan Table, kumpulan hukum maritim yang diakui oleh parapenguasa di wilayah Republik Federal Italia. Pada tahun 1150,suatu kompilasi putusan-putusan mahkamah maritim (The Courtof Oleron), suatu kota bandar di wilayah barat Perancis yangkemudian diadopsi oleh wilayah-wilayah pantai yang memilikibandar-bandar di sekitar Samudera Atlantik dan Laut Utara,termasuk Inggris. Kemudian pada pertengahan abad 14 M, theConsolato del Mare , yang merupakan kumpulan kebiasaanpengangkutan laut yang disusun oleh the Consular Court of

Page 74: Sejarah Perkembangan

63

Paramita Prananingtyas

Barcel ona , di te ri ma sebagai h ukum pen gangkutan laut ,perdagangan melalui laut dan kemaritiman bagi negara-negarayang berada di wi layah Mediterania (Tamara Milenkoviæ-Kerkoviæ, 1997: 89).

Kebiasaan-kebiasaan lain yang diterima ke dalam hukum positifsuatu negara dari Lex Mercatoria kemudian adalah kebiasaan yangdilakukan di pekan-pekan dagang (fair) dan di pasar yang biasaberlaku bagi para pedagang yang bukan penduduk wilayahsetempat. Lex Mercatoria dan perkembangan hukum dagang padaabad pertengahan membagi golongan penduduk ke dalamgolongan-golongan baru, yaitu penduduk lokal, para bangsawan,para pemilik tanah, para pendeta (Katolik Roma) dan golonganbaru para pedagang di wilayah-wilayah khusus (pasar, pekan rayadan pelabuhan). Karakteristik dari Lex Mercatoria antara lain:1. Merupakan hukum lintas negara/wilayah2. Merupakan sumber utama dari kebiasaan perdagangan3. Wewenang penyelesaian sengketa tidak dilakukan oleh majelis

hakim tapi oleh para pedagang sendiri4. Prosedur beracara yang berlaku bersifat cepat dan informal5. Mengedepankan prinsip bona fides/good faith/itikad baik

merupakan prinsip utama dalam menetapkan keadilan bagipencari keadilan melalui Lex Mercatoria.

Untuk memperlancar proses perdagangan, para pedagangberhasil menciptakan beberapa instrumen. Sebagai contoh adalah,terciptanya surat wesel (bills of exchange). Sesuatu yang belumdiatur sebelumnya dalam hukum Romawi. Beberapa prinsip dalamsurat wesel yang sebelumnya tidak dikenal dalam hukum perdataRomawi antara lain adalah prinsip konsensualisme (Perjanjiancukup dengan kata sepakat dari mereka yang membuat perjanjiantanpa diikuti perbuatan hukum lain), hanya dengan menguasaisebuah wesel atas bawa maka pemegangnya sudah berhak ataspembayaran wesel tersebut, pembeli suatu barang dengan itikadbaik bahkan untuk barang curian sekalipun, akan mendapatperlindungan hukum dari pemilik barang, apabila barang tersebutdibeli di pasar terbuka, hak dan kewajiban dari satu pihak tidakakan hilang walaupun salah satu pihak meninggal dunia.

Page 75: Sejarah Perkembangan

64

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Asas-asas/prinsip-prinsip dalam hukum dagang ini bersifatorisinal, terbentuk dalam Lex Mercatoria pada abad 19, adalah masa-masa di mana para negara melakukan kodifikasi atas hukumdagang berasal dari Lex Mercatoria ke dalam hukum sistem hukumpositi f mereka, antara lain Perancis dengan kodifikasi CodeCommerce 1807, dan Jerman dengan Handelgesetzbuch 1897 (TamaraMilenkoviæ-Kerkoviæ, 1997: 89-91). Dalam hal ini kodifikasi yangtersusun oleh bangsa Perancis dan Jerman termasuk di dalamnyaadalah kodifikasi hukum dagangnya, bisa dikatakan sebagaikodifikasi yang sempurna, karena dapat menghasilkan suatukonsep kodifikasi hukum dagang yang harmonis.

Berdasarkan kebiasaan yang muncul di sistem hukum CommonLaw, maka di Inggris, hukum dagang yang terkodifikasi tidakpernah tersusun secara formal, berbeda dengan yang terjadi dinegara-negara Eropa Kontinental yang memiliki hukum dagangyang secara rapi terkodifikasi. Di Inggris hukum yang mengaturmengenai perdagangan tidaklah tersusun secara terpisah, namundiadakan berdasarkan juga pada kepraktisan untuk mengatur hal-hal tertentu. Apabila di negara-negara Eropa Kontinental, hukumdagang yang telah terkodifikasi mengatur mengenai transaksidagang/komersial dan organisasi dagang secara bersama-sama. DiIn ggri s pengaturan men genai kegiatan perdagangan danorganisasi perdagangan diatur secara terpisah.

Persamaan yang dimiliki oleh perkembangan hukum dagangdi sistem hukum Civil Law dan sistem hukum Common Law adalahpada sejarah perkembangannya. Keduanya sama-sama muncul danberkembang dengan pengaruh yang cukup kuat dari hukumRomawi dalam sistem hukum perdata, dan kemudian pengaruhdari Lex Mercatoria ke dalam perkembangan hukum dagangnya,penerimaan bahwa hukum perdata dengan pengaruh hukumRomawi adalah lex generalis dan hukum dagang dengan pengaruhLex Mercatoria adalah lex specialis. Kemudian dapat dikatakan bahwahukum dagang berkembang sebagai hukum yang mandiri di luarhukum perdata.

Hukum dagang Perancis yang disusun pada tahun 1804 dandiundangkan pada tahun 1807, secara garis besar berasal darikodifikasi yang disusun oleh Colbert sebagai undang-undangpada masa Kaisar Louis XV, yai tu UU tahun 1673 tentang

Page 76: Sejarah Perkembangan

65

Paramita Prananingtyas

perdagangan di daratan dan UU tahun 1681 tentang perdaganganyang melalui lautan. Kedua undang-undang tersebut disusunberdasarkan pengaruh dari Lex Mercatoria. Pengaruh dari kebiasaanpara pedagang dan dari Lex Mercatoria juga sangat tinggi pada saatpenyusunan kodifikasi hukum dagang di Jerman (General JermanCommercial Code/AHGB) pada tahun 1861, dan kodifikasi atashukum dagang ini mendahului lahirnya kodifikasi hukumperdata, karena BGB (kodifikasi hukum perdata) baru akan lahir35 tahun kemudian.

Lahirnya hukum dagang di Inggris tetap dipengaruhi olehkasus-kasus yang tersusun. Pada abad pertengahan kasus-kasusmengenai perdagangan muncul di antara para pedagang dan jugaantar pedagang dengan masyarakat sekitar. Sehingga kasus-kasusmengenai hukum dagang di Inggris pada abad pertengahanmenyangkut masalah prosedural dan yurisdiksi, bahkan di Inggrissudah muncul pengadilan khusus bagi para pedagang oleh parapedagang, disebut juga the borough, piepowder dan pengadilanmaritim, melalui pengadilan-pengadilan yang telah berdiri yangdikuasai oleh gereja dan para bangsawan.

Sejak abad 16 M, pengadilan umum di Inggris mengambil alihfungsi yuridis dan yurisdiksi dari pengadilan para pedagang, padasaat tersebut dapat dikatakan bahwa sistem hukum Common Lawpada beberapa aspek [hukum dagang] telah memberikan pengaruhyang cukup besar pada sistem hukum Common Law , bahkanbeberapa hal di dalam sistem hukum Common Law mengikutipraktik dalam Lex Mercatoria, hal ini tidak bisa lepas dari jasa LordMansfield. Beberapa aspek dari hukum dagang di Inggris telahterkodifikasi pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Tonggakkodifikasi tersebut dengan berhasil disusunnya kodifikasi hukumdagang oleh Leone Levi pada awal tahun 1850, kemudian hasilkodifikasi tersebut ditanggapi positif oleh para pelaku usaha, dandiadopsi oleh anggota kamar dagang Inggris (Associated Chambersof Commerce), yang kemudian menuntut adanya reformasi terhadapperaturan-pera turan hukum dagang yang termuat dal amkodifikasi tahun 1850, sehingga reformasi kodifikasi dilaksanakanpada tahun 1880 dan tahun 1890.

Tujuan utama dari kodifikasi hukum dagang di Inggris adalahharmonisasi hukum dagang di wilayah Inggris Raya (Inggris,

Page 77: Sejarah Perkembangan

66

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Skotlandia dan Irlandia) dan kemudian meluas ke seluruh wilayahKerajaan Inggris (negara-negara jajahan). Hasil dari reformasiterhadap kodifikasi yang telah ada adalah terkodifikasinya beberapaperaturan seperti: the Bills of Exchange Act 1882 (kodifikasi tentangsurat berharga (wesel/cek) dan surat sanggup), the Arbitration Act1889 (kodifikasi tentang arbitrasi), the Sale of Goods Act 1893(kodifikasi tentang hukum jual dan beli) and the Marine InsuranceAct 1902 (kodifikasi tentang asuransi laut), the Partnership Act 1890(kodifikasi tentang kerjasama usaha) dan the Companies Acts(kodifikasi tentang hukum perusahaan, yang terdiri atas Joint StockCompanies Act of 1844 jo the Joint Stock Companies Act 1856, theLimited Liability Act 1855, the Companies Act 1862 jo the Companies(Consolidation) Act 1908 jo Companies Act 1929 jo Companies Act 1948jo Companies Act 1985 jo Companies Act 2006) (J.Amour, 2008: 307).

Menurut Mackenzie Chalmers, tujuan dari dilakukannyakodifikasi untuk peraturan-peraturan di bidang hukum dagangadalah, untuk membentuk suatu kamus kecil sebagai pedomanpengartian dan sebagai pedoman logis atas prinsip-prinsip hukumdagang yang telah diakui keberadaannya karena telah dipraktikkanselama ratusan tahun oleh para pedagang. Kritikan bagi kodifikasiperaturan-peraturan hukum dagang di Inggris adalah karenamereka tidak bersifat komprehensif, hanya mengatur bagian-bagian tertentu saja (J. Amour, 2008: 309).

G. Kodifikasi Hukum tentang Surat BerhargaPengaruh dari Lex Mercatoria atau the Law Merchant pada

perkembangan sura t berharga tidak semata -mata kepadapenerbitan, penyebaran pemakaian namun juga pada kerangkahukum positif hukum surat berharga di Negara-negara di dunia.Alasan-alasan berikut adalah mengapa sedemikian mudahnyasistem hukum yang sudah terbangun di beberapa negara Eropamau dan dapat menerima Lex Mercatoria ke dalam sistem hukumtersebut (Ogden, 1938: 16), karena sebagai suatu sistem hukum,Lex Mercatoria tidak semata-mata bersandar pada suatu institusidan kebiasaan lokal dari suatu Negara, namun mengandungprinsip-prinsip kesetaraan/keadilan dan kebiasaan-kebiasaanpraktik perdagangan yang memuaskan banyak pihak, dan rasakeadilan telah dibangun berdasarkan prinsip-prinsip Lex Mercatoria,

Page 78: Sejarah Perkembangan

67

Paramita Prananingtyas

selama prinsip tersebut telah dipakai untuk mengatur parapedagang dan para pelaut di setiap negara-negara yang melakukanpraktik perdagangan, tentu dunia akan menjadi beradab.

Penerimaan the Law Merchant dalam sistem hukum Inggris danAmerika Serikat berlangsung secara bertahap. Di Inggris prosestersebut diawali pada masa Lord Mansfield. Menurut Mansfieldsistem hukum perdagangan (Lex Mercatoria) dapat bertahan lama,hal ini hanya dapat terjadi apabila kehidupan dinamis duniaperdagangan (ekonomi) sejalan dengan proses hukum. Mansfieldmenggambarkan sistem hukum Common Law sebagai alat untukmemonitor Lex Mercatoria yang dipandang sebagai Ius Gentium,hukum yang mengatur negara-negara yang berbeda (hukuminternasional), sehingga menurutnya Lex Mercatoria tidak hanyaberlaku bagi pedagang Inggris saja namun. Masih menurutMansfield, hukum dagang harus berkembang sejalan denganpraktik perdagangan, sehingga harus dapat mengakomodasikebutuhan-kebutuhan yang beragam dari para pedagang yangberoperasional di seluruh dunia dan hukum tersebut harusmelebur dalam hukum Inggris (Trakman, 1983: 28).

Lex Mercatoria telah melalui tiga tahapan untuk mencapai posisidiakui sebagai sumber hukum positif dari suatu Negara. Tahapanpertama diawali dari abad 12 - abad 17 (1606 M), pada masa ini LexMercatoria diakui sebagai sumber hukum khusus yang berlakuhanya bagi orang-orang tertentu (para pedagang/Merchant). Padasaat para pedagang dari segala penjuru dunia berkumpul di suatutempat (pasar/pekan raya), maka di tempat tersebut penguasadaerahnya akan memberikan mandat kepada para pedagang untukbertindak sebagai Hakim untuk melaksanakan pengadilan secaracepat (speedy justice) bagi para pedagang yang memiliki masalahhukum dengan memakai hukum para pedagang (Lex Mercatoria/Law Merchant).

Jadi para pedagang diperkenankan untuk menyelesaikanmasalah hukum yang timbul antara mereka dengan memakaihukum para pedagang di antara para pedagang. Tahapan keduaadalah setelah tahun 1606 – 1756, pada saat Lord Coke memegangposisi sebagai Chief Justice of England. Secara administrasi pengadilankhusus bagi para pedagang yang dilaksanakan oleh para pedagangtelah hilang/hapus, yang terjadi kemudian adalah Lex Mercatoria

Page 79: Sejarah Perkembangan

68

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

diabsorpsi ke dalam hukum Negara (the King’s Court of CommonLaw), namun posisi Lex Mercatoria tidak diakui sebagai sumberhukum namun diakui sebagai kebiasaan-kebiasaan dan praktik-praktik yang berlaku bagi para penganutnya.

Pada tahun 1666, ada putusan pengadilan yang menyatakanbahwa Lex mercatoria/law merchant adalah hukum dan kebiasaanpara pedagang juga bisa dipakai oleh orang pada umumnya tidakhanya bagi para pedagang.4 Tahapan ketiga diawali pada tahun1756 pada saat tersebut Lord Mansfield menjadi Chief Justice ofEngland. Selama 30 tahun masa pengabdian Lord Mansfield, banyakaspek dari Lex Mercatoria yang kemudian diserap dan diakuisebagai hukum dalam Hukum Inggris. Melalui putusan-putusanpengadilan yang berkaitan dengan perkara-perkara yang munculdalam transaksi perdagangan, hukum Inggris (Common Law)akhirnya mengadopsi kebiasaan-kebiasaan dan praktik-praktikperdagangan yang tadinya hanya diakui oleh kalangan parapedagang (Ogden, 1938: 17-18).

Penerimaan Inggris atas the Law Merchant mempengaruhi secaradrastis perkembangan pengaturan mengenai surat berharga diInggris, dan selanjutnya di Amerika Serikat. Justice Story (salahsatu hakim tingkat federal di Amerika Serikat pada tahun 1840-an) menganalisis bahwa pengaturan mengenai surat berhargayang diadopsi oleh Lord Marshall adalah sudah menganut bahasadunia. Seperti ditulis oleh Trakman (1983:28) yang mengutipJustice Story Rodgers dalam putusan United States Supreme CourtSwith v.Tyson [41 US at 18 (1942)]

“The Law respecting negotiable instruments may be truly declared inthe language of Cicero, adopted by Lord Mansfield in Luke v. Lyde,…tobe in a great measure, not the law of a single country only, but of thecommercial world…”

Common Law di Inggris tumbuh dan berkembang berdasarkankasus-kasus yang diputuskan oleh para hakim di pengadilan-pengadilan. Kasus-kasus tersebut akan menjadi dasar bagiputusan-putusan yang akan datang. Sistem hukum common lawdi Inggris terbentuk dari kasus-kasus yang diputuskan di 3 jenispengadilan berikut:

4 “the law of merchants is the law of land, and the custom is good enough generally forany man, without naming him merchant.”

Page 80: Sejarah Perkembangan

69

Paramita Prananingtyas

1. Law Courts untuk mengadili tingkat pertama2. Chancery/Equity Court untuk mengadili tingkat banding3. Merchant Court yang secara kh usus di bentuk un tuk

menyelesaikan perkara-perkara yang muncul antar paramerchant/pedagang dengan memakai praktik dan kebiasaandalam perdagangan, namun sejak 1900, Merchant Court ini telahmelebur ke dalam sistem Law Court. (Chessmeman, 2000: 60)

Sistem hukum Common Law Inggris ini kemudian dipilih olehmasyarakat Amerika Serikat setelah mereka merdeka dari Inggris,kecuali Negara bagian Louisiana sebagai satu-satunya negarabagian yang menerapkan sistem hukum Civil Law warisan daripenjajah mereka Perancis.

Bentuk pertama dari surat berharga yang diakui ke dalamhukum positif Common Law adalah bill of exchange (wesel). Bills ofexchange pertama kali dipakai oleh para kreditur (cikal bakal bank)dan para pedagang di Florence dan Venesia, untuk memfasilitasipemberian kredit bagi para pedagang yang beroperasional lintasNegara. Pengaruh ini datang ke Inggris melalui Perancis pada awalabad ke 14 M. Para pedagang Inggris memakai bills of exchangesebagai instrumen pengganti uang, untuk menghindari kesulitan-kesulitan yang akan timbul apabila harus mengirimkan ataumenerima uang tunai dari dan ke luar negeri. Para pedagangtersebut melalui selembar bills of exchange memberikan perintahkepada pihak ketiga di luar negeri untuk membayarkan sejumlahuang kepada debiturnya yang berada di luar negeri (Ogden, 1938: 20).

Bentuk surat berharga kedua yang dikenal adalah PromissoryNotes atau surat kesanggupan, sebagai surat pengakuan utang.Bentuk ini sebenarnya sudah dikenal sejak jaman sebelum masehi,banyak juga dipakai oleh Bangsa Romawi. Namun kondisi dapatdiperdagan gkannya (negotiabi l i ty ) , sura t promes i ni baruberkembang pada masa-masa keemasan para pedagang (abadpertengahan). Penyebaran surat promes ke Inggris kurang lebihterjadi pada masa pemerintahan Ratu Anne, para pedagang danmasyarakat awam sering kali saling menerbitkan surat promessebagai alat bukti pengakuan utang antara para penerbit (debitur)dan para kreditur.

Page 81: Sejarah Perkembangan

70

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Dalam praktik penggunaan, surat promes ini sering kaliberpindahtangan, sehingga kemudian banyak muncul perkara-perkara berdasarkan penerbitan dan peralihan surat promes.Sehingga Parlemen dan legislator di Inggris merasa perlu untukmempertimbangkan perlakuan bagi surat promes sebagai suratyang diakui sebagai surat berharga sama seperti Bills of Exchange.Pertimbangan yang dipakai adalah karena notes5 sudah lamadipakai dan banyak dikenal oleh kalangan para pedagang dan tidakbertentangan dengan aspek-aspek Kristiani6. (Ogden, 1938: 22).Ada bukti kodifikasi hukum mengenai pengakuan promissorynotes yaitu:

“Promissory notes diatur sebagaimana bills of exchange, pasalketiga dan pasal keempat Anne, mengakui bahwa promissorynotes akan dapat dibayarkan kepada seseorang, atas nama atauatas unjuk, dapat diperdagangkan seperti bill of exchange yangditerbitkan di Inggris (inland bills of exchange), sebagaimanakebiasaan para pedagang …”

Dengan adanya peraturan tersebut maka promissory notes,diakui oleh hukum gereja dan kebiasaan perdagangan dalam negeriInggris sebagai instrumen dalam perdagangan dan satu jenisdengan bills of exchange sebagai surat berharga (Ogden, 1938: 23).

Sumber h ukum sura t berh arga un tuk Negara -n egarapenganut sistem hukum Common Law adalah Bills of Exchange Act1882 (BEA), yang sampai saat ini masih berlaku di Negara-negaraanggota persemakmuran dengan cara diserap dalam hukum positifmereka. Inggris sebagai pimpinan Negara Persemakmuran,memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perkembanganhukum di Negara-negara anggota Persemakmuran. Termasukmengenai hukum surat berharga. Sebagai contoh yang terjadi diMalaysia dan Singapura, undang-undang surat berharga di keduaNegara tersebut berposisi in pari materia7 dengan Bills of ExchangeAct 1882 Inggris. Pengaturan mengenai Promissory Notes (surat

5 Promissory Notes/surat promes sering disebut sebagai notes yaitu surat pengakuanutang

6 Aspek Kristiani (Canon law berdasarkan agama Katolik Roma khususnya) melarangpraktik perdagangan yang menerapkan bunga (interest/usury), padahal banyak pedagangkhususnya para perantara dan kreditur yang dalam praktik menerapkan bunga. Hanyapara pedagang Arab yang tidak menerapkan bunga secara tegas dalam praktik mereka.

7 Memiliki kondisi/posisi dalam hal yang sama dengan peraturan mengenai suratberharga di Inggris

Page 82: Sejarah Perkembangan

71

Paramita Prananingtyas

san ggup) di In ggri s berdasarkan BEA 1882, di Mal aysi aberdasarkan BEA 1949 dan di Singapura berdasarkan Revised BEA1985 memiliki kesamaan, dengan perbedaan-perbedaan minor,menyangkut kedaulatan masing-masing negara.

Penyebaran pengaruh Common Law di Amerika Serikat jugamempengaruhi pembentukan peraturan tentang surat berharga,yaitu dengan lahirnya Negotiable Instrument Law (NIL). Kondisiberbeda terjadi di Amerika Serikat, sebagai negara yang jugamengalami penjajahan oleh Inggris, Amerika Serikat tidak secaraotomatis mengadopsi BEA 1882. Di beberapa negara bagian diAmerika Serikat, BEA telah diadopsi menjadi peraturan negarabagian atau dikenal sebagai bagian dari sistem hukum common lawnegara bagian tersebut, dan hanya sebagian kecil saja yangmembatasi berlakunya surat sanggup. Namun ada pula beberapanegara bagian yang menghambat peredaran surat sanggup dengancara memberikan batasan melalui peraturan atau mempersulitpraktik penggunaan surat sanggup, kondisi-kondisi tersebut secaralangsung dan tidak langsung menghambat pemanfaatan danperedaran sura t sanggup ser ta menguran gi ni la i dapatdiperdagangkan dari surat sanggup tersebut.

Pengakuan terhadap bills of exchange dan promissory notessebagai surat berharga di Amerika Serikat, mendorong parapemimpin negara tersebut kemudian membentuk apa yang disebutsebagai Negotiable Instrument Law pada tahun 1895. Kondisi tersebutyan g men dorong munc ul nya kei ngi nan un tuk adanyakeseragaman peraturan yang dapat berlaku di tingkat Federal,yang akan diadopsi sebagai hukum “nasional” negara-negarabagian. Kondisi ini terwujud dengan lahirnya The NegotiableInstrument Laws (NIL) yang disusun pada tahun 1896 ol ehM.D.Chalmers, dikatakan bahwa NIL secara fisik bersumber padaBEA (Bills of Exchange Act) yang dimiliki oleh Inggris, alasanChalmers untuk mendasarkan NIL pada BEA Inggris adalah untukmemiliki peraturan yang semaksimal mungkin mirip denganperaturan mengenai surat berharga yang sudah ada. Pada saatdiundangkannya NIL hampir 2/3 negara bagian yang telah ada diAmerika Serikat mengadopsinya ke dalam hukum negara bagiansebagai dasar aturan operasional surat berharga (Rubin, 1995: 63).

Page 83: Sejarah Perkembangan

72

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Negotiable Instrumen Law (NIL) adalah undang-undang yangberisikan prinsip-prinsip dasar dan definisi-definisi utama darisurat-surat berharga. Tujuannya adalah agar ada standar yangsama mengenai syarat-syarat formal surat berharga, memberikanstandar yang sama untuk proses dan metode transfer suratberharga dan untuk mel indungi dan memberikan jabarantanggung jawab bagi para pihak (penerbit, penarik, tertarik danpemegan g) . Namun h an ya sekedar member i kan stan darkeseragaman adalah kurang kuat dari segi hukum , diperlukansuatu kodifikasi hukum agar penyeragaman tersebut memilikidasar hukum yang kuat. NIL sebagai suatu kodifikasi untukhukum surat berharga di Amerika Serikat hanya memiliki kurangdari 200 pasal dan hanya setebal 45 halaman. Hal penting lainyang juga disinggung dalam NIL adalah adanya pasal yang tetapmenghargai kebiasaan dan praktik-praktik dalam perdaganganseperti yang dianut oleh para pedagang yaitu klausula “ in anycase not provided for in this act the rules of the law merchant shal lgovern” (Ogden, 1938: 24).

Namun NIL ini bukanlah peraturan tingkat federal yang secaraotomatis akan berlaku di semua negara bagian di Amerika Serikat,apabila suatu negara bagian akan tunduk kepada NIL untukpengaturan surat berharganya maka negara bagian tersebut harusmenyatakan pen un dukan dir inya. Hal in i ter jadi karenaberdasarkan keputusan Supreme Court tahun 1886, kontrak dantermasuk juga transaksi dengan surat berharga antar parawarganegara walaupun lintas negara bagian tidak termasuk dalamtransaksi perdagangan interstate, sehingga apabila surat berhargaakan diatur dengan peraturan federal maka peraturan tersebutakan menjadi inkonstitusional (Ogden, 1938: 25). Pada tahun 1920semua negara bagian di Amerika Serikat telah meratifikasi NIL kedalam undang-undang negara bagian mereka.

Pembentukan NIL memiliki dua tujuan (Ogden, 1938: 25-28):1 . Tujuan pertama dan utamanya adalah untuk melahirkan

keseragaman hukum bagi Negara-negara bagian yang sudahmenerapkan pengaturan mengenai penerbitan dan peredaransurat berharga. Sehingga penduduk tiap Negara bagian bisamengetahui mengenai peraturan apa yang akan berlaku untuksurat-surat berharga yang mereka terbitkan (cek, wesel, surat

Page 84: Sejarah Perkembangan

73

Paramita Prananingtyas

sanggup) apabila mereka bertransaksi dengan penduduk yangtinggal di Negara bagian lain.

2. Tujuan kedua adalah untuk “melestarikan” (preserved)kebiasaan-kebiasaan, praktik-praktik perdagangan mengenaipenerbitan dan peredaran surat berharga yang telah terekamke dalam putusan-putusan pengadilan menjadi peraturanperundang-undangan. Karena dapat dikatakan bahwa hukumsurat berharga berdasarkan praktik kebiasaan para pedagangsudah terbukti dapat melindungi para pihak yang terlibat.

Karena perkembangan surat berharga yang sedemikian pesat,NIL dianggap t idak l agi mampu untuk mengakomodasikepentingan para pihak maka pada tahun 1952 digantikan denganArticle 3 of Uniform Commercial Code, yang telah diratifikasi oleh 51negara bagian yang ada di Amerika Serikat. Amandemen terakhirdilakukan pada tahun 1990 untuk Article 3 UCC menjadi RevisedArcicle 3 of the UCC, yang mengatur mengenai penerbitan, transfer,pembayaran, dan tanggung jawab para pihak dalam surat berhargadan memasyarakatkan istilah negotiable instrument. Negara-negaraCivil Law bisa dikatakan telah terlebih dahulu memiliki landasanhukum untuk mengatur surat berharga.

Seiring dengan modernisasi dan kebutuhan-kebutuhan parapelaku ekonomi NIL membutuhkan pengganti, suatu peraturanyang akan mengakomodasi kebutuhan para pelaku ekonomi. Parapakar hukum di Amerika Serikat, berusaha untuk melakukankodifikasi materi-materi terpenting bagi dunia usaha dalam UCC(Uniform Commercial Code). UCC sebagai kodifikasi pengaturanmengenai hukum bisnis di Amerika Serikat memberikan garispedoman mengenai hal-hal pal ing penting dalam transaksiperdagangan. Dalam UCC terdapat 9 artikel.

Artikel 1 mengenai Ketentuan Umum; Artikel 2 mengenai JualBeli (Sales);Artikel 2A mengenai Sewa Menyewa (Leases;) Artikel 3mengenai Surat Berharga (Negotiable Instruments); Artikel 4mengenai Perbankan (Bank Deposits and Collections); Artikel 4Amengenai Lalul intas Keuangan (Funds Transfers); Artikel 5mengenai Letter of Credits; Artikel 6 Jual Beli secara Pemborongan(Bulk Sales ) ; Artikel 7 mengenai Dokumen-dokumen BuktiKepemilikan (Documents of Title); Artikel 8 mengenai Efek Investasi

Page 85: Sejarah Perkembangan

74

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

(Investment Securities) dan Artikel 9 mengenai Transaksi Berjaminan(Secured Transactions).8

Dalam sal ah satu artikelnya yai tu Artikel 3 mengenaiNegotiable Instrument, mengatur mengenai surat berharga secaraumum yaitu wesel (bills of exchange/draft), cek dan surat sanggup(notes) . Namun diakui oleh Cohen, bahwa UCC mengaturmengenai surat berharga dalam konsep yang berbeda dengan yangdilakukan oleh para pendahulunya (NIL “Negotiable InstrumentLaw”) yang mengadopsi pengaturan surat berharga yang dilakukandi Inggris (Cohen, 1967: 231). UCC pada awalnya disusun olehKarl Llwellyn yang mendasarkan pada studi empiris bahwa hukumyan g mengatur men genai masal ah -masa lah bi sni s harusberlandaskan pada praktik bisnis yang senyatanya, tidak hanyaberdasarkan konsep yang formal.

Ordonnance sur le commerce yang disusun oleh Hakim Colbertpada tahun 1673 menyarankan, agar masalah-masalah yang timbuldalam perdagangan diselesaikan berdasarkan praktik-praktikperdagangan daripada mengandalkan penyelesaian berdasarkanprosedur hukum dan peraturan hukum sipil yang kaku. Tradisi-tradisi atau kebiasaan dalam dunia perdagangan juga diakomodasidalam Ordonnance sur la Marine 1681. Maka dapat dikatakan bahwakebiasaan dan praktik yang dijalankan oleh para pedagang telahdiserap ke dalam hukum Perancis, sedangkan Lex Mercatoria diakuikeberadaannya dalam sistem hukum Perancis.

Demikian juga di Jerman, walaupun langkah yang ditempuhsedikit berbeda, diawali pada abad ke 16 dan 17 M. Tidak adanyaunifikasi hukum di wilayah yang dikenal sebagai Jerman, membuatpenerimaan terhadap Lex Mercatoria ke dalam hukum lokal dimasing-masing wilayah yang merupakan negara bagian menjadiberbeda-beda, akibatnya Jerman sebagai “pemerintah pusat”menjadi terbelah. Baru pada tahun 1861 dapat diwujudkan suatu

8 UCC suatu penyeragaman hukum di bidang transaksi komersial, yang telah diadopsioleh mayoritas Negara-negara bagian di USA. Disusun pertama kali pada tahun 1951,disahkan pertama kali oleh Negara Bagian Penssylvania di tahun 1953 yang di susunoleh tim yang terdiri dari The American Law Institute dan The National Conference ofCommissioners on Uniform States Law , dengan tujuan untuk menyeragamkan hukumbagi 51 negara bagian di Amerika Serikat , khususnya hukum di bidang transaksikomersial. Telah mengalami beberapa kali revisi, khusus untuk UCC Artikel 3 tentangNegotiable Instruments terakhir kali dilakukan revisi pada tahun 2002.

Page 86: Sejarah Perkembangan

75

Paramita Prananingtyas

uniformalitas terhadap Commercial Code yang direncanakan akanberlaku pada wilayah yang kelak dikenal sebagai “Jerman Bersatu”.

Kebiasaan-kebiasaan dalam praktik perdagangan yangdipakai dan dikenal oleh kalangan pedagang dengan cermatdiformulasikan ke dalam perundang-undangan yang disusun olehpara legislator, yaitu The Aglemeine Deutsche Handelsgesetzbuch(1861) dan the Handelsgesetzbuch atau Commercial Code tahun 1897yang mengantikan peraturan tahun 1861. Sehingga dapatdikatakan bahwa Lex Mercatoria telah diterima dalam HukumJerman secara sporadis dan walaupun secara fisik Lex Mercatoriatersebut telah berubah wujud, namun tetap mempertahankankarakternya yang asli. Perancis sudah sejak abad 17 melakukankodifikasi Lex Mercatoria mengenai surat berharga ke dalam hukummereka, dalam Code De Commerce. Kodifikasi Perancis ini pulalahyang kemudian diserap oleh Nederlands ke dalam kodifikasihukum mereka. Jerman telah melakukan kodifikasi hukum suratberharga melalui Jerman General Exchange Law di tahun 1849 dandimodifikasi tahun 1869.

H. Unifikasi Hukum Surat Berharga InternasionalSejalan dengan makin berkembangnya transaksi perdagangan

lintas benua pada abad ke 19, maka muncul juga kesepakatan-kesepakatan Internasional untuk mendorong adanya unifikasipengaturan surat berharga di tingkat Internasional, yang dimulaipada tahun 1851, baru pada tahun 1873 terwujud denganterbentuknya International Law Association. Kodifikasi Internasionaluntuk surat berharga mulai ada embrionya dalam Konvensi DenHaag tahun 1879 tentang pengangkutan laut dan akhirnyaterwujud da lam Kon vensi Gen ewa tahun 1930 tentan gPenyeragaman Hukum untuk Wesel dan Surat Promes (ConventionProviding a Uniform Law for Bills of Exchange and Promissory Notes)(Ogden, 1938: 29).

Pengaruh-pengaruh Lex Mercatoria atau kebiasaan-kebiasaanpara pedagang dalam aspek hukum dagang di Eropa cukuplahbesar, terutama di bidang maritim dan keuangan (surat berharga),dan beberapa hukum posi tif negara-negara di Eropa sudahmengkodifikasikannya ke dalam sistem hukum mereka, sepertiPerancis dan Jerman. Beberapa negara-negara penganut sistem

Page 87: Sejarah Perkembangan

76

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

hukum Civil Law bersandar pada hukum yang dibangun olehPerancis dan Jerman. Sistem Perancis didasarkan pada pendapat-pendapat ahli hukum Perancis seperti Pothier dan Domat, dan yangterpenting Corbert, yang mendasari penyusunan Code de CommercePerancis pada tahun 1807. Sistem Perancis ini diikuti oleh negara-negara Perancis, Belanda, Belgia, Spanyol, Rumania, negara-negarabekas jajahan Perancis, Belanda, Spanyol di Asia dan Eropa. Sistempengaturan surat berharga ini kemudian dikenal sebagai bagiandari sistem hukum Civil Law (Muhammad, 2007: 28).

Sistem Jerman berdasarkan pendapat-pendapat ahli hukumJerman, seperti Einer dan Thöl, yang menjadi dasar pembentukan“Algemeine Deutsche Wechselordnung” atau Undang-Undang tentangSurat Wesel di Jerman tahun 1848. Sistem Jerman ini diikuti diJerman, Austria, Italia, Swiss dan Negara-negara Skandinavia.Sistem ini juga termasuk dalam pengaturan surat berhargaberdasarkan sistem hukum Civil Law.

Pada pertengahan pertama abad ke 20, Liga Bangsa-bangsaberupaya untuk melakukan kodifikasi dan harmonisasi peraturan-peraturan di bidang maritim dan keuangan melalui KonferensiInternasional pada tahun 1910 dan 1912 di Den Haag dan tahun1930 dan 1931 di Genewa. Konverensi di Genewa akhirnyamembuahkan Konvensi Genewa 1930 tentang Wesel dan SuratSanggup (Convention Providing a Uniform Law For Bills of Exchangeand Promissory Notes (Geneva, 1930) The League of Nations) danKonvensi Genewa 1931 tentang Cek (Convention Providing aUniform Law For Cheque (Geneva, 1931) The League of Nations),konvensi tersebut pada saat diundangkannya telah diratifikasi olehkurang lebih 40 negara (Herrmann, 1988: 3).

Negara Belanda yang ikut menandatangani semua konvensiini kemudian pada tahun 1932 menyesuaikan WvKnya denganketentuan-ketentuan dalam konvensi, dengan mengubah titel 6dan titel 7 buku I tentang surat wesel, surat sanggup dan cek.Perubahan ini kemudian diteruskan pada WvK Hindia Belandadengan Stb 1934-562 jo Stb. 1935-531, yang berlaku di HindiaBelanda sejak 1 Januari 1936 (Muhammad, 2007: 30).

Bagi Negara-negara penganut sistem hukum Civil Law ,uniformaliti yang dimunculkan oleh Konvensi Genewa juga tidak

Page 88: Sejarah Perkembangan

77

Paramita Prananingtyas

tercapai, karena dari seluruh negara penganut Civil Law sistemhanya 20 negara yang secara terang-terangan meratifikasi danmencantumkannya dalam kodifikasi hukum mereka. Kemudianpara anggota Konvensi Genewa berbeda-beda dalam tingkatpen er imaan terh adap pen yeragaman hukum in i , den ganmenerapkan beberapa syarat penerimaan mereka tetap memilikiitikad baik atas berlakunya peraturan ini sebagai hukum positifyang akan berlaku. Keputusan-keputusan pengadilan atas beberapakasus mengenai klaim dan posisi bertahan bagi para pemegangsurat berharga di setiap negara berbeda-beda, para negara pesertakonvensi gagal untuk mencapai kesepakatan mengenai haltersebut. Telah banyak muncul permintaan, khususnya darikalangan bankir dan praktisi bisnis untuk melakukan amandementerhadap Konvensi Genewa karena dianggap sudah ketinggalanjaman, munculnya desakan ini bahkan sudah terjadi sejak 50 tahunyang lalu. Perlu diperhatikan pula bahwa selain adanya sistemhukum Common Law dan sistem hukum Civil Law, di dunia initerdapat pula sistem-sistem hukum lain dengan tradisi dan konsepyang berbeda. Negara-negara yang menganut sistem hukum yangberbeda tersebut harus diakomodasi agar dapat tercipta suatu regi-men hukum baru yang dapat berlaku secara Internasionalkhususnya mengenai alat bayar Internasional dan sistem kreditInternasional, di mana dalam hal ini surat berharga memiliki peranyang sangat penting (Herrmann, 1988: 10).

I. Penyerapan dalam Hukum Nasional IndonesiaPemerintah Hindia Belanda melalui Indische Staatsregeling telah

membagi masyarakat yang ada di Hindia Belanda ke dalam 3golongan besar, seperti yang diatur dalam pasal 163 ayat 1, bahwamasyarakat dibagi atas: 1) Golongan Eropa (Europeanen) yangterdiri atas a) Orang Belanda; b) Semua orang yang berasal dariEropa; keturunan orang Eropa; c) Orang Jepang; d) Semua orangyang di negara asalnya tunduk pada hukum keluarga yang padaintinya sama dengan dengan hukum Belanda, seperti orangThailand dan Turki; dan e) Keturunan sah atau diakui sebagaiketurunan sah dari orang-orang di atas. Kemudian 2) GolonganTimur Asing (Vreemde Oosterlingen) yang terdiri atas a) Timur AsingTionghoa dan b) Timur Asing Non Tionghoa serta 3) Golongan

Page 89: Sejarah Perkembangan

78

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Pribumi/Bumiputera (Inlanders) (Dikecualikan dari golongan ini,orang pribumi/bumiputera yang telah dipersamakan dan masuksebagai golongan Eropa melalui lembaga Persamaan Hak(Gelijkstelling)) (Sudargo Gautama, 1987: 4). Kemudian pembagiangolongan masyarakat tersebut juga diikuti dengan pembagianhukum yang akan berlaku bagi mereka.

Menurut E. Utrecht tahun 1848 menjadi tahun yang sangatpenting dalam sejarah hukum Indonesia. Pada tahun itu hukumprivat yang berlaku bagi golongan hukum Eropa dikodifikasi,yakni dikumpulkan dan dicantumkan dalam beberapa kitabundang-undang berdasarkan suatu sistim tertentu. Di dalampembuatan kodifikasi itu dipertahankan juga asas konkordansi.Asas Konkordansi berarti asas mengikuti, yaitu bahwa orang darigolongan Eropa mengikuti hukum yang sama dengan hukum yangtermasuk dalam undang-undang yang berlaku bagi mereka diBelanda (Utrecht, 1983: 176).

Asas Konkordansi atau Concordantie-beginsel bagi HindiaBelanda dimulai pada saat diundangkannya Indische Staatregelingpada tahun 1848. Asas Konkordansi untuk memberlakukan Hukumdi Belanda bagi Golongan Rakyat Eropa (Europeanen). Perkecualianuntuk Asas Konkordansi, hukum khusus yang menyesuaikankeperluan hukum golongan Eropa dengan keadaan khusus diIndonesia, dan hukum yang berlaku bagi beberapa golonganrakyat secara bersama-sama (gemmenschappelijk recht).

Seperti yang disebutkan dalam Pasal 131: 2 (a) IS “… de inNederland geldende wetten gevold…” atau “… berlaku (dianut)undang-undang yang berlaku di Negeri Belanda ….”

Pasal 131 ayat 1 Indische Staatsregeling menyebutkan bahwa:“Het burgerlijk-en handelsrecht en het strafrecht, zoomede de burgerlijkerechtsverordering en de strafvordering worden, onverminderd de bij ofkrachtens deze wet aan anderen toegekende strafwetgevende bevoegdheid,geregeld bij ordonnantie. De regeling geschiedt hetzij voor alle of eenigebevolkingsgroepen of onderdeelen daarvan of gebiedsdeelen gezamenlijk,hetzij voor een of meer dier groepen of deelen afzonderlijk.”

Yang apabila diterjemahkan akan berbunyi sebagai berikut:

“Hukum-hukum perdata, dagang dan pidana, begitu pulahukum acara perdata dan pidana, diatur dengan “undang-undang” (ordonansi), dengan tidak mengurangi wewenang

Page 90: Sejarah Perkembangan

79

Paramita Prananingtyas

yang diberikan oleh atau berdasarkan undang-undang kepadapembentuk perundang-undangan pidana. Pengaturan inidilakukan, baik untuk seluruh golongan penduduk ataubeberapa golongan dari penduduk itu ataupun sebagian darigolongan itu, ataupun baik untuk bagian-bagian dari daerahsecara bersama maupun untuk satu atau beberapa golonganatau bagian dari golongan itu secara khusus”.

Pasal 131:2 Indische Staatsregeling yang memberikan dasarhukum atas berlakunya asas konkordansi hukum Belanda diHindia Belanda selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

“In de ordonnanties regelende het burgerlijk-en handelsrecht worden:a. voor de Europeanen de in Nederland geldende wetten gevold. vanwelke wetten echter mag worden afgeweken zoowel wegens de bijzonderetoestanden in Ned- Indië, als om hen met een of meer der overigebevolkingsgroepen of onderdeelen daarvan aan dezelfde voorschriftente kunnen onderwerpen.b. de Inlanders, de Vreemde Oosterlingen en de onderdeelen, waarnitdeze beide groepen der bevolking bestaan, voorzoorverre de bij hengebleken maatschappelijke behoeften dit eischen, hetzij aan de voorEuropeanen geldende bepalingen, voor zooveel noodig gewijzigd, hetzijmet de Europeanen aan gemeenschappelijke voorschriften onderworpen,terwijl overing”

Terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah:

“Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum perdatadan dagang ini:a. untuk golongan Eropa berlaku (dianut) undang-undangyang berlaku di Negeri Belanda, dan penyimpangan dari ituhanya dapat dilakukan dengan mengingat baik yang khususberlaku menurut keadaan di Indonesia, maupun demikepent ingan m er eka d it und ukkan kep ad a per at ur anperundang-undangan menurut ketentuan yang sama bagi satuatau beberapa golongan penduduk lainnya;b. untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing ataubagian-bagian dari golongan-golongan itu, yang merupakandua golon gan dari pend uduk, sepanj an g keb ut uh anmasyarakat menghendaki, diberlakukan baik ketentuanperundang-undangan yang sama dengan golongan Eropa,sedangkan untuk hal-hal lain yang belum diatur di situ, bagimereka berlaku peraturan hukum yang bertalian denganagama dan adat-kebiasaan mereka, yang hanya dapatmenyimpang dari itu, apabila ternyata kepentingan umumatau kebutuhan masyarakat menghendakinya.”

Page 91: Sejarah Perkembangan

80

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Asas konkordansi juga akan berlaku bagi golongan TimurAsing dan golongan pribumi yang menundukkan diri kepadahukum Belanda, seperti diatur dalam Pasal 131: 4 IndischeStaatsregeling berikut:

“Inlanders en Vreemde Oosterlingen zijn bevoegd om, voor zooverre zijniet reeds met de Europeanen aan gemeenchappelijke voorschriften zijnonderworpen, zich in het algemeen of voor eene bepaalde rechtshandelingte onderwerpen aan niet op hen toepasselijke voorschriften van hetburgerlijk en handelsrecht der Europeanen. Deze onderwerping en haregevolgen worden bij ordonnanie geregeld.”

Terjemahan Bahasa Indonesia sebagai berikut:

“Orang-orang Indonesia dan golongan Timur Asing, sepanjangmereka belum ditundukkan kepada peraturan yang sama bagigolongan Eropa, berhak untuk menundukkan diri secarakeseluruhan atau sebahagian, untuk melakukan perbuatanhukum tertentu, kepada ketentuan-ketentuan yang diaturdalam hukum perdata dan hukum dagang untuk golonganEropa yang sebetulnya t idak berlaku bagi mereka itu.Penundukan diri kepada hukum Eropa ini beserta akibat-akibat hukumnya diatur dengan ordonansi”.

Indische Staatsregeling (IS) memberikan keterangan tentangketentuan hukum apa yang berlaku bagi golongan masyarakatseperti yang diatur dalam pasal 163 ayat 1 Indische Staatsregeling.Ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa berlaku bagi 1) Semuaorang Belanda; 2) Semua orang yang tidak termasuk dalamgolongan orang Belanda namun berasal dari Eropa; 3) Semuaorang Jepang dan selanjutnya semua pendatang dari luar negeriyang tidak termasuk dalam orang Belanda dan orang Eropa yangdi negeri-asalnya berlaku bagi mereka hukum keluarga yang padadasarnya mempunyai asas-asas hukum yang sama dengan hukumkeluarga Belanda; 4) Anak-anak yang sah atau yang diakui sahberdasarkan undang-undang di Indonesia beserta keturunan-keturunan dari orang-orang seperti yang disebutkan dalam no. 2dan no. 3.

Untuk Golongan Timur Asing khususnya golongan TimurAsing Tionghoa Sejak 1 Mei 1919 berlaku Hukum Eropa: BurgelijkeWetboek (dengan pengecualian tentang syarat-syarat sebelumperkawinan & Catatan Sipil), Wetboek van Koophandel, pengaturantentang adopsi & kongsi. Berdasarkan IS maka dapat dikatakan

Page 92: Sejarah Perkembangan

81

Paramita Prananingtyas

bahwa BW/KUHPer dan WvK sebenarnya merupakan suatu aturanhukum yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda yangditujukan bagi kaum golongan warganegara bukan asli yaitu dariEropa, Tionghoa dan juga Timur Asing. Namun demikianberdasarkan kepada pasal 2 aturan peralihan Undang-undangDasar 1945, seluruh peraturan yang dibuat oleh pemerintahHindia-Belanda berlaku bagi warga negara Indonesia (azaskonkordasi). Beberapa ketentuan yang terdapat di dalam BW padasaat ini telah diatur secara terpisah/tersendiri oleh berbagaiperaturan perundang-undangan.

Untuk mengatasi kevakuman hukum setelah Indonesiamerdeka, berdasar pada Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945,ketentuan-ketentuan tersebut di atas masih diberlakukan. TetapiUU Nomor 62 Tahun 1958 dan Instruksi Presidium Kabinet Nomor31/U/IN/13/1966, hanya mengenal pembagian penduduk menjadiwarga n egara Indon esia dan warga negara Asin g danmenghapuskan penggolongan penduduk. Sehingga meskipunhukum perdata dalam hukum positif Indonesia masih bersifatpluralistis, tetapi tidak lagi ditujukan pada golongan penduduktertentu, melainkan ditujukan kepada warga negara Indonesiasecara umum, sehingga berdasarkan peraturan-peraturan tersebutmaka berlakulah KUHD terhadap seluruh bangsa Indonesia, sebagaisumber hukum atas perjanjian-perjanjian yang bersifat khusus.

Berlakunya KUHD secara umum di Indonesia dapat dirunutsejak jaman VOC, dan bersumber pula pada kejadian yang terjadidi Perancis dan Belanda. Wetboek van Koophandel resmidiberlakukan di Belanda pada tahun 1838 dan kemudian denganasas konkordansi resmi berlaku di Hindia Belanda pada tahun 1848.Pada tahun 1867 WvK hanya berlaku untuk golongan Eropa danTimur Asing dan kemudian pada tahun 1873 beberapa pasal dalamWvK dapat berlaku bagi golongan pribumi. Selanjutnya padatahun 1918, semua bagian dari WvK dapat berlaku bagi semuagolongan penduduk. Setelah Indonesia merdeka maka WvKberubah n ama men jadi KUHD dan ber l aku bagi semuamasyarakat Indonesia.

KUHD terdiri dari dua buku, Buku Kesatu tentang DagangUmumnya dan Buku Kedua tentang Hak-hak dan Kewajiban yangTerbit dari Pelayaran, serta Buku tentang Kepailitan.

Page 93: Sejarah Perkembangan

82

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

a) Buku Kesatu tentang Dagang UmumnyaBab Kesatu berdasarkan St 1938-276 yang mulai berlaku padatanggal 17 Juli 1938 tentang pedagang dan tentang perbuatandagang (Pasal 2,3,4 dan 5) telah dihapuskan, Bab Kedua adalahtentang Pemegang Buku (Pasal 6-13, di mana beberapa pasaljuga telah dihapuskan), Bab Ketiga tentang Beberapa JenisPerseroan yang terdiri atas tiga bagian, yaitu Bagian Kesatutentang Ketentuan Umum (Pasal 14-15, dengan Pasal 14dihapuskan); Bagian Kedua tentang Perseroan Firma danTentang Perseroan Secara Melepas Uang yang disebut jugaPerseroan Komanditer (Pasal 16-35); dan Bagian Ketigatentang Perseroan Terbatas (Pasal 36-58, dengan Pasal 57 dan58 dihapuskan [namun dengan berlakunya Undang-UndangNo. 1 Tahun 1995 jo Undang-Undang No. 40 Tahun 2007tentang PT maka pasal-pasal mengenai PT dalam KUHDmenjadi tidak berlaku lagi]), Bab Keempat dari KUHD tentangBursa Dagang, Makelar dan Kasir, terdiri atas: Bagian Kesatutentang Bursa Dagang (Pasal 59-61 [juga menjadi tidakberlaku karena telah diundangkan Undang-Undang No 8tahun 1995 tentang Pasar Modal]); dan Bagian Kedua tentangMakelar (Pasal 62-73), Bagian Ketiga tentang Kasir (Pasal 74-75), Bab Kelima KUHD tentang Komisioner, Ekspeditur,Pengangkut dan tentang Juragan-Perahu yang melaluiSungai-sungai dan Perairan Darat, terdiri atas: Bagian Kesatutentang Komisioner (Pasal 76-85); Bagian Kedua tentangEkspeditur (Pasal 86 - 90); dan Bagian Ketiga tentangPengangkut dan Juragan Perahu, melalui Sungai-sungai danPerairan Darat (Pasal 91-99, dengan Pasal 99 dihapuskan),Bab Keenam dari KUDH adalah mengenai Surat Wesel danSurat Order, di mana sebenarn ya bagian i ni ada lahamandemen dari WvK pada tahun 1930 setelah pemerintahBelanda meratifikasi Konvensi Geneva tahun 1930 tentangPenyeragaman Surat Wesel dan Surat Sanggup (ConventionProviding A Uniform Law For Bills of Exchange and PromissoryNotes, Geneva 7 June 1930). Bab Keenam terdiri atas: BagianKesatu tentang Pengeluaran dan Bentuk Surat Wesel (Pasal100-109); Bagian Kedua tentang Endosemen (Pasal 110-119);Bagian Ketiga tentang Akseptasi (Pasal 120-128); Bagian

Page 94: Sejarah Perkembangan

83

Paramita Prananingtyas

Keempat tentang Aval (Pasal 129-131); Bagian Kelima tentangHari Bayar (Pasa l 132-136); Bagian Keenam tentan gPembayaran (Pasal 137-141); Bagian Ketujuh tentang Hakdalam Hal Non-Akseptasi dan Non Pembayaran (Pasal 142-153); Bagian Kedelapan tentang Perantaraan (Pasal 154-162);Bagian Kesembilan tentang Lembaran Wesel, Turunan-Wesel,dan Surat Wesel yang Hilan g (Pasal 163-167); BagianKesepuluh tentang Perubahan (Pasal 168); Bagian Kesebelastentang Daluwarsa (Pasal 168a-170); Bagian Keduabelastentang Ketentuan Umum (Pasal 171-173); dan BagianKetigabelas tentang Surat Sanggup (Order) (Pasal 174-177);Bab Ketujuh dari KUHD adalah mengenai Cek, sama sepertiBab Kelima mengenai wesel dan surat sanggup juga merupakanamandemen WvK setelah Belanda meratifikasi the GenevaConvention on the Unification of the Law Relating to Cheque, 1931.Bab Ketujuh tentang Cek, Promes, dan tentang Kwitansikepada Pembawa (aan toonder) terdiri atas: Bagian Kesatutentang Pengeluaran dan Bentuk Cek (Pasal 178-190); BagianKedua tentang Endosemen (Pasal 191-201); Bagian Ketigatentang Aval (Pasal 202-204); Bagian Keempat tentangPengunjukan dan tentang Pembayaran (Pasal 205-213); BagianKelima tentang Cek yang Disilang dan tentang Cek untukDiperhitungkan (Pasal 214-216), Bagian Keenam tentang HakRegres dalam Hal Non-Pembayaran (Pasal 217-225); BagianKetujuh tentang Lembaran Cek dan Cek yang Hilang (Pasal226-227); Bagian Kedelapan tentang Perubahan-perubahan(Pasal 228); Bagian Kesembilan tentang Daluwarsa (Pasal 228a-229); Bagian Kesepuluh tentang Ketentuan-ketentuan Umum(Pasal 229a-229d); dan Bagian Kesebelas tentang Kwitansi danPromes Bawa (aan toonder) (Pasal 229c-229k).Bab Kedelapan tentang Reklame dan Penuntutan Kembalidalam hal Kepailitan (Pasal 230 -245, dengan Pasal 244 dan245 dihapuskan), Bab Kesembilan tentang Asuransi danPertanggungan Seumumnya (Pasal 246 - 286). Bab Kesepuluhtentan g Pertan ggun gan Terh adap Bah aya Kebakaran,Terhadap Bahaya yang Mengancam Hasil-Hasil Pertanianyang Belum Dipaneni dan tentang Pertanggungan Jiwa yangterdiri atas: Bagian Kesatu tentang Pertanggungan Terhadap

Page 95: Sejarah Perkembangan

84

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Bahaya Kebakaran (Pasal 287-298); Bagian Kedua tentangPertanggungan Terhadap Bahaya-Bahaya yang MengancamHasil-Hasil Pertanian yang Belum Dipanen (Pasal 299-301);dan Bagian Ketiga tentang Pertanggungan Jiwa (Pasal 302-308).

b) Buku Kedua KUHD sebagai konkordansi dari WvK memilikiriwayat yang sangat menarik, seperti telah disebutkansebelumnya, bahwa bagian tentang hak-hak dan kewajibanyang terbit dari pelayaran ini memiliki sejarah yang sangatpanjang, sejak jaman Lex Mercatoria. Buku Kedua tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban yang terbit dari Pelayaran,terdiri atas Ketentuan Umum (Pasal 309) dan 13 Bab: BabKesatu tentang Kapal Laut dan Muatannya (Pasal 310-319),Bab Kedua tentang Pengusaha-pengusaha Perkapalan danPerusahaan-perusahaan Perkapalan (Pasal 320-340), BabKetiga tentang Nakhoda, Anak Kapal dan Penumpang yangterdiri atas empat bagian, yaitu: Bagian Kesatu tentangKetentuan Umum (Pasal 341-341b); Bagian Kedua tentangNakhoda (Pasal 341c-374), Bagian Ketiga tentang Anak Kapal(Pasal 375 - 392), Bagian Keempat tentang Penumpan (Pasal393-394a), Bab Keempat tentang Perjanjian Kerja Laut, terdiriatas dua bagian, yaitu: Bagian Kesatu tentang Perjanjian KerjaLaut pada Umumnya [Sesi Kesatu tentang Ketentuan Umum(Pasal 395-407), Sesi Kedua tentang Perjanjian Kerja LautNakhoda (Pasal 408-412), Sesi Ketiga tentang Perjanjian KerjaLaut Anak Kapal (Pasal 413-426)]; Bagian Kedua tentangPekerjaan di Kapal [Sesi Kesatu tentang Pekerjaan Nakhodadi Kapal (Pasal 427–433), Sesi Kedua tentang Pekerjaan AnakKapal di Kapal (Pasal 434-452)], Bab Kel ima tentangPencarteran Kapal, [Sesi Kesatu tentang Ketentuan Umum(Pasa l 453 -460), Ses i Kedua tentan g Carter MenurutPerjalanan (Pasal 460-565). Bab Kelima A tentang PengangkutanBarang, [Sesi Kesatu tentang Ketentuan Umum (Pasal 466-517d), Sesi Kedua tentang Jurusan Tetap (Pasal 517e-517y),Sesi Ketiga tentang Carter Menurut Waktu (Pasal 517z-518g),Sesi Keempat tentang Carter Menurut Perjalanan (Pasal 518h-520h), Sesi Kelima tentang Pengangkutan Barang-barangPoton gan (Pasa l 520g-520t )] . Bab Kel i ma B tentan gPengangkutan Orang, [Sesi Kesatu tentang Ketentuan Umum

Page 96: Sejarah Perkembangan

85

Paramita Prananingtyas

(Pasal 521-533c), Sesi Kedua tentang Jurusan Umum (Pasal533d-533m), Sesi Ketiga tentang Carter Menurut Waktu (Pasal533n–533p), Sesi Keempat tentang Carter Menurut Perjalanan(Pasal 533q-533u), Sesi Kelima tentang Pengangkutan Orang-orang Setiap Orang (Pasal 533v-533z)], Bab Keenam tentangPenubrukan (Pasal 534 - 544a), Bab Ketujuh tentang PecahnyaKapal, Perdamparan dan Diketemukannya Barang-barang diLaut (Pasal 545-568k), Bab Kedelapan (Pasal 569- 591) telahdihapuskan, Bab Kesembilan tentang Pertanggungan terhadapSegala Bahaya Laut dan Terhadap Bahaya Perbudakan terdiriatas enam bagian: Bagian Kesatu tentang Bentuk dan IsiPertanggungan tersebut (Pasal 592-618); Bagian Keduatentang Perkiraan Barang-barang yang Dipertanggungkan(Pasal 619-623); Bagian Ketiga tentang Permulaan danBerakhirnya Bahaya (Pasal 624-634); Bagian Keempat tentangHak-hak dan Kewajiban-kewajiban Si Penanggung dan SiTertan ggun g (Pasal 635-662) ; Bagian Kel i ma ten tangMelepaskan Hak Milik Atas Barang yang Dipertanggungkan/Abandon (Pasal 663-680); dan Bagian Keenam tentangKewajiban-kewajiban dan Hak-hak para Makelar dalamAsuransi Laut (Pasal 681-685), Bab Kesepuluh tentangPertanggungan terhadap Bahaya dalam Pengangkutan diDaratan, di Sungai dan di Perairan Darat (Pasal 686-695).,Bab Kesebelas tentang Kerugian Laut (Avary) terdiri atas duabagian: Bagian Pertama tentang Kerugian Laut (Avary)seumumnya (Pasal 696-721), Bagian Kedua tentang HalMembagi dan Memikul Avary-gros atau Kerugian LautUmumnya (Pasa l 722 -740), Bab Kedua belas tentangBerakhirnya Perikatan-Perikatan dalam Perdagangan Laut(Pasal 741-747), Bab Ketigabelas tentang Kapal-kapal danPerahu-perahu yang Melalui Sungai-sungai dan PerairanDarat (Pasal 748–754).

Kemudian Stb 1906: 348 menyatakan bahwa bab ketiga dalamWvK yang memuat ketentuan dalam hal ketidakmampuan orang-orang pedagang yang terdiri atas pasal 749-910 dihapuskankarena diundangkannya Undang-Undang tentang Kepailitan(Faillissements-Verordening). Kemudian pada tahun 1998, PemerintahRepublik Indonesia mulai mengeluarkan amandemen untuk

Page 97: Sejarah Perkembangan

86

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

pera turan tentan g kepa i l i tan , di awal i dengan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998tentang Perubahan Atas Undang-Undang tentang Kepailitan,yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang berdasarkanUndang-Undang Nomor 4 Tahun 1998, keberadaan undang-undang tersebut akhirnya diakhiri dengan diundangkannyaUndang-Undang Republik Indonesia nomor 37 tahun 2004 tentangKepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

KUHD tidak memberikan definisi khusus mengenai suratberh arga . Pemben tuk undan g-un dang ti dak member ikanpengertian menurut undang-undang (authentic interpretatie)(Suryohadibroto, 1991:4). Definisi surat berharga akan diperolehdari pen dapat-pendapat para ah l i , an tara l ai n pendapatMolengraaff : di dalam bukunya Handelsrecht II – cetakan ke-9pada halaman 352 mengemukakan : “Surat berharga atau suratyang berharga adalah akta-akta atau alat-alat bukti yang menurutkehendak dari penerbi tnya atau ketentuan undang-undangdiperuntukkan semata-mata sebagai upaya bukti diri (legitimasi),akta-akta mana diperlukan untuk menagih” (Suryohadibroto,1991:5).

Berdasarkan Konvensi Geneva 1930 dan Konvensi Geneva1931, hanya memberikan definisi tentang wesel, surat sanggup dancek, kemudian dari WvK sendiri memberikan definisi untukkuitansi dan promes bawa. Sehingga kemudian definisi-definisimengenai surat berharga berasal dari para pakar. Beberapa pakarmemberikan definisi surat berharga berbeda-beda, namun tetapbertitik tolak pada fungsi utama surat berharga sebagai alat bayardan alat tagih. Definisi tersebut antara lain “Surat berhargadiartikan sebagai surat yang mempunyai dua fungsi, yaitu fungsisebagai alat untuk dapat diperdagangkan dan fungsi sebagai alatbukti terhadap utang yang telah ada” (Emmy Pangaribuan,1974:15). Seorang tokoh dari Belanda memberikan definisi yangberbeda, “Surat berharga adalah suatu alat bukti dari suatutagihan atas orang yang menandatangani surat itu, tagihan manadipindahtangankan dengan menyerahkan surat itu dan akandi lunasi sesudah surat i tu diunjukkan (Pasal 613 ayat 3KUHPerdata dan pasal 137, 138 KUHD)” (Velt-Meijer, 1979:4).Kemudian Abdulkadir Muhammad memberikan pendekatan

Page 98: Sejarah Perkembangan

87

Paramita Prananingtyas

yang mirip dengan Scheltema, dengan membedakan surat berhargamenjadi dua macam, yaitu surat berharga yang memiliki sifatsebagai alat bayar dan surat berharga yang bukan sebagai alatpembayaran. Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitannyasengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasiyang berupa pembayaran sejumlah uang tetapi pembayaran itutidak dilakukan dengan menggunakan mata uang melainkandengan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu berupa suratyang di dalamnya mengandung suatu perintah kepada pihakketiga atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uangkepada pemegang surat tersebut. Sedangkan surat yang mempunyaiharga atau nilai bukan alat pembayaran, penerbitannya tidakuntuk diperjualbelikan, melainkan sekedar sebagai alat bukti diribagi pemegang bahwa dia sebagai orang yang berhak atas apayang disebutkan atau untuk menikmati hak yang disebutkan didalam surat itu, bahkan bagi yang berhak, apabila surat bukti itulepas dari penguasaannya ia masih dapat memperoleh barang atauhaknya itu dengan menggunakan alat bukti lain (AbdulkadirMuhammad, 1984:4,6).

Pakar yang lain, memberikan pendapat bahwa istilah suratberharga itu terpakai untuk surat-surat yang bersifat seperti uangtunai, jadi yang dapat dipakai untuk melakukan pembayaran, iniberarti pula bahwa surat-surat itu dapat diperdagangkan agarsewaktu-waktu dapat di tukarkan dengan uang tunai ataunegotiable instrument (Wirjono Prodjodikoro, 1992 ;34 dalamRahmadi Usman, 2001:1).

Purwosutjipto, memberikan definisi surat berharga adalahsuatu surat tuntutan utan g, pembawa h ak dan mudahdiperjualbelikan (Purwosutjipto, 1994:5), kemudian Widjonartomemberikan pendapat tegas bahwa surat berharga memiliki sifatseperti uang, “Surat berharga adalah surat bukti pembawa hakyang dapat diperdagangkan, atau surat-surat yang bersifat danmempunyai nilai seperti uang tunai dan dapat dialihkan haknyadari satu tangan ke tangan lainnya atau negotiable” (Widjonarto,1994:170), dan kemudian ada juga pendapat yang mengatakan“Pengertian surat berharga secara sempit mencakup surat atauinstrumen yang berisi janji tak bersyarat dari penerbit untukmembayar sejumlah uang.” (Bambang Setijoprodjo, 1994:6).

Page 99: Sejarah Perkembangan

88

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Definisi surat berharga sebagai pendapat di atas membawa padapemahaman bahwa surat berharga harus mempunyai fungsisebagai surat legitimasi (alat bukti tertulis), surat yang menunjukpemegangnya sebagai orang yang berhak, khususnya (orang yang)di luar suatu proses (Suryohadibroto, 1991:7). Berdasarkan fungsilegitimasi tersebut maka dapat dikatakan bahwa surat berhargamemiliki tiga fungsi utama yaitu: 1) sebagai alat bayar, 2) sebagaialat untuk memindahkan hak tagih (diperjual belikan denganmudah atau sederhana), 3) sebagai surat bukti hak tagih (suratlegitimasi) (Pangaribuan, 1974:33).

Bills of Exchange Act yang berlaku di Inggris dan kemudiansecara konkordansi juga akan berlaku di negara-negara Commonwealthjuga tidak memberikan definisi mengenai surat berharga, hampirmirip pengaturan dalam KUHD, mereka hanya memberikan definisiuntuk bills of exchange/draft (wesel dan cek) serta promissory notes(surat sanggup). Namun di Amerika Serikat, Uniform CommercialCode § 3-104 telah memberikan definisi terhadap surat berhargasebagai berikut “negotiable instrument” means an unconditionalpromise or order to pay a fixed amount of money” yang terjemahanbebasnya adalah “ surat berharga adalah suatu janji atau perintahtak bersyarat untuk membayarkan sejumlah uang”.

Kemudian secara meluas, Undang-Undang Perbankan danUndang-Undang Pasar Modal memberikan definisi surat berhargasebagai efek. Menurut Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang No. 7Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang No. 10 tahun 1998, surat Berharga adalah suratpengakuan utang, wesel, saham obligasi, sekuritas kredit, atausetiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajibandari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalampasar modal dan pasar uang. Kemudian Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikandefinisi bahwa efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuanutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda buktiutang, unit penyertaan kontrak investasi kolekti f, kontrakberjangka atas efek, dan setiap derivatif atas efek.

Jenis-jenis surat berharga di Indonesia dapat dibedakanberdasarkan dasar hukumnya dan berdasarkan fungsinya.Berdasarkan dasar hukumnya surat berharga dapat dibedakan

Page 100: Sejarah Perkembangan

89

Paramita Prananingtyas

antara surat berharga yang diatur di dalam KUHD yang jenisnyaadalah tetap tidak akan bertambah yaitu surat wesel, suratsanggup, cek, kuitansi, promes atas bawa. Kemudian suratberharga yang diatur di luar KUHD, antara lain bilyet giro yangterbit berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.28/32/KEP/DIR tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro; CommercialPaper berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank IndonesiaNo. 28/52/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 49/52/UPG yang masing-masing bertanggal 11 Agustus 1995 tentang“Persyaratan Perdagangan dan Penerbi tan Surat BerhargaKomersial” (Commercial Paper) melalui bank umum di Indonesia;Surat Utang Negara (surat berharga yang berupa surat pengakuanutang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijaminpembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia,sesuai dengan masa berlakunya) berdasarkan Undang-UndangNo. 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, efek berdasarkanUndang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal yangdapat terdiri atas surat pengakuan utang, surat berhargakomersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaankontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiapderivatif atas efek, dan menurut Undang-Undang No. 7 Tahun1992 jo Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankanbahwa efek/surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel,saham obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, ataukepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentukyang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.

Berdasarkan fungsinya, surat berharga dapat dibedakan atassurat berharga sebagai alat bayar, yang terdiri atas surat wesel,surat sanggup dan cek, serta surat berharga yang memiliki fungsisebagai alat investasi, yaitu surat berharga yang diartikan sebagaiefek (baik menurut Undang-Undang Perbankan maupun Undang-Undang Pasar Modal) sebagai surat berharga yang dapatdiperdagangkan di pasar uang dan maupun di pasar modal.

Apabila dilihat dari sejarah dan perkembangan hukum yangmengatur mengenai surat berharga di Eropa baik di Inggrismaupun di Eropa Kontinental serta Amerika Serikat, kemudiankepada negara-negara di seluruh dunia, secara teoritis dapat dilihatadanya pembentukan dan pengembangan teori-teori mengenai “the

Page 101: Sejarah Perkembangan

90

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

state of commercial law”. Tujuan utamanya adalah pembentukanhukum dagang. Pembentukan hukum dagang bertujuan untukmengorganisasikan dan mengoreksi peraturan di wilayah yangmenjadi “pasar”, tempat bertemunya permintaan dan penawaran,para penjual dan para pembeli serta semua orang yang terlibat didalamnya. Suatu pasar tidak dapat terbentuk tanpa adanya aturanmengenai tindakan-tindakan yang dianggap sebagai tindakanbenar dan tindakan salah, peraturan tersebut dapat berupasekumpulan sanksi yang terbentuk dari penerapan kebiasaanataupun adat istiadat, atau dengan menyusun dan menegakkanperaturan yang tersusun kemudian (Nobert Reich (1984) di dalamkarya ilmiah Kozolchyk, 1991: 287). Arti pentingnya hukum untukmengatur kegiatan perniagaan antar para warga negara danpenduduk dipahami oleh para praktisi dan teoretisi hukum di In-donesia sebagai suatu perkembangan ranah hukum khusus yaituranah hukum ekonomi. Beberapa pakar hukum telah memilikipendapat-pendapat mengenai ranah hukum ekonomi ini, namunada satu yang dirasakan tepat untuk ditampilkan di sini yaitu SriRedjeki Hartono (2007:2) yang menyebutkan hukum ekonomi sebagai:

Hukum yang mengatur ekonomi dan kegiatan ekonomimengalami perkembangan yang sangat pesat karena berbagaihal, antara lain meningkatnya pasar internasional sebagaipasar bebas dan laju investasi di negara-negara berkembangtermasuk Indonesia. Pengaruh Internasional yang begitu besarterhadap perkembangan ekonomi di negara-negara berkembangmampu mempengaruhi hukum dan perangkat hukum yangmengatur perekonomian Nasional. Dengan demikian, hukumyang mengatur kegiatan ekonomi di Indonesia mengalamiperkembangan yang san gat pesat , m ulai dari hukumperjanjiannya, hukum mengenai hak-hak kebendaan, hukumperusahaan, sampai pada hukum perbankan dan hukum dibidang transportasi, bahkan hukum hak milik intelektual.

Dari pemaparan di atas tampaklah bahwa ranah pengaturanmengenai berharga terdapat pada ranah hukum ekonomi. Secarateoretis, hukum ekonomi bukanlah merupakan hukum asl iIn don esia , mel ai nkan hukum yan g berasal dar i Eropa .Dirangkulnya hukum Eropa ke dalam hukum Indonesia dapatdijelaskan oleh sebagai berikut (Sri Redjeki Hartono, 2007:3):

Page 102: Sejarah Perkembangan

91

Paramita Prananingtyas

Pemahaman sejarah hukum Indonesia pada dasarnya berawaldari pemahaman norma atau kaidah yang hidup dalammasyarakat tradisional yang selanjutnya dipengaruhi olehbeberapa faktor. Salah satu faktor yang cukup berpengaruhterhadap nilai dan kaidah tersebut adalah agama yang masukke Indonesia, sehingga menciptakan suatu rangkaian normaatau kaidah yang lazim dikenal sebagai hukum adat. Kondisitersebut bertahan sampai masuknya Belanda pada abad ke 19dengan membawa berbagai perangkat peraturan dalamrangka “menguasai” masyarakat Indonesia yang sebelumnyasudah mempunyai hukum adat sebagai hukum yang mengaturtata kehidupan masyarakatnya. Penjajah Belanda memasukkankonsep hukumnya secara formal dengan beberapa metodemelalui berbagai strategi, sehingga hukum Belanda menjadisatu bagian dalam sistem hukum Indonesia sampai saat ini.

Dirangkulnya aspek-aspek hukum yang berasal dari sistemhukum Eropa khususnya sistem hukum Belanda, secara teoretisdapat disebutkan sebagai suatu upaya pencangkokan hukum.(Alan Watson dalam Tri Budiono, 2006:89) memberikan pengertianbahwa apa yang dimaksud dengan transplantasi hukum adalahperpindahan suatu aturan hukum atau sistem hukum dari satunegara ke negara lain atau dari satu bangsa ke bangsa lain (theborrowing and transmissibility of rules from one society or system toanother ) . Di mana yang dipinjam menurut Watson adalahperaturan, prinsip hukum, institusi hukum bahkan strukturhukum. “what are borrowed or can be borrowed are legal rules, principles,institution and even structures” (Tri Budiono, 2006:94).

Transplantasi hukum dapat terjadi melalui dua cara, yaituresepsi secara paksaan (imposed reception) dan resepsi secara sukarela(voluntary reception). Imposed reception terjadi apabila transplantasihukum dilakukan oleh negara pemberi/donor dengan disertai sifatrepresi dari penguasa negara donor, misalnya dengan kekuatanmiliter sehingga ada sifat keterpaksaan untuk menerima padanegara tertransplantasi. Contoh kasus adalah pemberlakuan asasunifikasi hukum Belanda pada wilayah jajahannya (termasuk didalamnya Indonesia) melalui asas konkordansi. Voluntary receptionterjadi manakala ide atau gagasan untuk melakukan transplantasihukum berasal dari negara tertransplantasi. Ada tiga kategoriutama transplantasi secara sukarela, yaitu: a) ketika suatu bangsamemindahkan hukum ke suatu teritorial yang berbeda yang tidak

Page 103: Sejarah Perkembangan

92

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

ada peradaban yang dapat dibandingkan atau dibedakan, kemudianmenerima hukum dengan kondisi tersebut; b) ketika suatu bangsamemindahkan hukum ke dalam territorial yang berbeda danterdapat peradaban yang dapat diperbandingkan; c) ketika suatubangsa secara sukarela menerima sebagian besar dari sistem hukumsuatu bangsa atau beberapa bangsa lainnya (Tri Budiono, 2006:94). Transplantasi hukum adalah metode atau cara pembentukanhukum. Namun masukkan kaidah hukum Eropa ke dalam hukumIndonesia tidak semuanya disetujui berdasarkan teori transplantasihukum, dapat pula pengaruh aplikasi hukum Eropa tersebutdisikapi dengan teori yang lain yaitu teori dari von Savigny.

Jika dibandingkan dengan teori transplantasi hukum, teoripembentukan hukum yang dikemukakan oleh Friederich Carl vonSavigny dengan mazhab historis menerangkan bahwa: a) hukumpada hakekatnya ditemukan dan tidak dibuat, pertumbuhanhukum itu pada hakikatnya terjadi melalui proses yang berjalansecara organic dan tidak disadari, oleh karena itu perundang-undangan mempunyai kedudukan yang lebih rendah daripadakebiasaan; b) apabila kemudian hukum itu berkembang darihubungan dalam masyarakat sederhana yang mudah untukdiekspresikan itu menuju ke masyarakat modern, sehingga hukummenjadi semakin kompleks. Maka kesadaran rakyat itu tidak dapatmenyatakan diri secara langsung, melainkan melalui para ahlih ukum yan g ber fungsi sebaga i waki l yan g kemudianmerumuskannya ke dalam prinsip-prinsip dan pengertian hukumteknis. Namun demikian, bagaimanapun juga para ahli hukumitu tetap hanya merupakan alat kesadaran hukum rakyat itu, yaituyang bertugas untuk merumuskan hukum dengan menggunakankesadaran tersebut sebagai bahan; c) Hukum tidak mempunyaikekuatan berlaku secara universal. Setiap bangsa mengembangkansendiri kebiasaan hukumnya, sebagaimana mereka mempunyaikebiasaan sendiri juga. Tidak ada hukum yang dapat dipakai untukbangsa atau negara lain. Dalam setiap hukum itulah “volkgeist”setiap bangsa dimanifestasikan (Tri Budiono, 2006:94).

Surat sanggup/promissory notes, dalam praktik selanjutnyadapat juga perusahaan efek menjadi agen atau dealer penerbitandan pembayaran commercial paper, hal ini menimbulkan masalah dibeberapa negara, antara lain di Amerika Serikat. Karena, jika

Page 104: Sejarah Perkembangan

93

Paramita Prananingtyas

penerbitnya memakai agen atau dealer, sering kali para agentersebut bertindak sebagai underwriter atau penjamin. Kemudiantimbul satu masalah besar mengenai commercial paper, yaitu di manasurat berharga komersial/commercial paper ini harus diletakkan,karena sifatnya yang berdiri di antara surat berharga yangberbentuk utang dan sebagai surat bukti pinjaman di sisi, sehinggacommercia l paper akan dapat di jual pasar modal daripadadi pi ndahtangankan secara cessi e. Namun penerbi tann yadilakukan secara private daripada secara public (IPO).9

Penentukan suatu “notes”10 adalah efek atau bukan, sistemhukum Amerika Serikat telah memiliki standar-standar khusus.Yaitu dengan mengenakan test atas commercial paper tersebut tesper tama ada lah den gan memakai “the Howey Test” [SECv.W.J.Howey Co., 328 U.S.293 (1946)] pada test ini akan dilihatapakah seseorang menginvestasikan uangnya pada perusahaanbiasa di mana orang tersebut mengharapkan adanya keuntunganberdasarkan janj i dar i pi hak ke t iga. Seseoran g da lammenginvestasikan uangnya ke dalam suatu perusahaan tersebutmelaksanakannya melalui bantuan dari seorang promoter ataupihak ketiga. Unsur-unsur yang harus terpenuhi adalah:1) Berinvestasi dalam bentuk uang;2) Adanya metode investasi berdasarkan pola penyatuan aset

secara horizontal pada seorang agen atau berdasarkanpenyatuan aset secara vertikal secara profit sharing dari seorangagen kepada masing-masing investor;

3) Harapan untuk adanya keuntungan finansial (variable return)4) Keuntungan tersebut muncul dari upaya yang dilakukan

pihak lain [perusahaan penerbi t surat berharga yangberbentuk notes/surat sanggup] (SEC. v. W.J.Howey Co., 328U.S.293, 299 (1946))

Tes kedua adalah dengan memakai Strong Family ResemblanceTest, di mana tes ini akan menentukan apakah suatu surat sanggup

9 Litt ,D, Macey , J R., Miller, G and Rubin, E, 2000, Politics, Bureaucracies , andFinancial Markets: Bank Entry Into Commercial Paper Underwriting In The United StatesAnd Japan, Summer, Harvard Law Review, hlm 50

10 Termasuk kategori notes atau surat utang/promissory notes disini adalah commer-cial paper.

Page 105: Sejarah Perkembangan

94

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

termasuk dalam commercial paper yang berbentuk efek atau tidak,berdasarkan kasus Reves v.Ernst & Young., 494 U.S. 1092, 110 S.Ct.1840 (1990), Supreme Court Amerika Serikat mengadopsi kasus yangberasal dari Second Circuit bahwa suatu surat sanggup/promissorynotes yang merupakan commercial paper apabi la memenuhisyarat-syarat untuk dikecualikan sebagai efek, berdasarkan “strongfamily resemblance test” maka commercial paper tersebut t idakdapat dikategorikan sebagai efek. Yang dianggap sebagai “familyresemblance test” adalah:1) Motivasi dari kreditur dan debitur pada saat melakukan

perjanjian;2) Apakah surat sanggup yang diterbitkan tersebut hanya untuk

alat bayar atau sengaja diterbitkan untuk kepentingan spekulasi;3) Bagaimana cara penyampaian surat sanggup tersebut kepada

masyarakat [investor];4) Apakah surat san ggup tersebut pen erbi tan nya dan

peredarannya akan dapat diatur oleh aturan pasar modalAmerika Serikat atau tidak.

Kedua tes di atas bagi hukum yang mengatur mengenaicommercial paper di Amerika Serikat sangatlah penting untukmenentukan commercial paper, apakah suatu efek yang hanya dapatdiperdagangkan di pasar uang atau termasuk efek yang dapat puladiperdagangkan di pasar modal . Karena hal tersebut akanberdampak pada cara penerbitan, apakah akan memerlukanunderwriter yang akan menjadi penjamin emisi dari commercialpaper tersebut atau hanya sekedar memerlukan agen penerbitandan pembayaran. Setelah beberapa kali terjadi kasus gagal bayardengan jumlah yang cukup besar, Amerika Serikat akhirnyamelarang Bank menjadi penjamin penerbitan commercial paper.Perlindungan hukum lebih lanjut bagi konsumen/investor/holderdari commercial paper ini sangatlah penting karena karakteristikdari commercial paper menimbulkan risiko yang tinggi bagi parainvestor. Ada beberapa hal yang merupakan risiko dasar daricommercial paper, yaitu tidak ada aset yang menjadi jaminan, hanyakeyakinan terhadap manajemen penerbit, risiko keuangan dariperusahaan penerbit commercial paper, risiko operasional yaituditerbitkannya commercial paper aspal (asl i tapi palsu) atau

Page 106: Sejarah Perkembangan

95

Paramita Prananingtyas

dibatalkannya perjanjian penerbitan commercial paper baik daripihak penerbit maupun pihak pembeli (investor) dan risiko yangpaling umum dan sering terjadi adalah risiko tidak dibayarnyacommercial paper pada saat jatuh tempo.

Beberapa negara memperlakukan commercial paper, sebagai suatusurat berharga pasar uang yang tidak perlu tunduk pada peraturanpasar modal, namun ada pula beberapa negara yang tetapmemasukkan commercial paper sebagai efek pasar modal. Penerbitancommercial paper yang dilakukan di Indonesia berlandaskan padaSE BI No 49/52/UPG 1995 dan SK Direktur Bank Indonesia No 28/52/KEP/DIR/1995 ten tang Persyara tan Perdagan gan danPenerbitan Surat Berharga Komersial (Commercial paper) melaluiBank Umum di Indonesia tidak memiliki bentuk khusus yangbaku. Peraturan tersebut hanya memberikan dasar-dasar utamauntuk bentuk umum dari commercial paper Indonesia.

Berikut ini adalah contoh bentuk commercial paper yang dapatdisusun oleh penerbi t atau debitur commercial paper yangditerbitkan dengan perjanjian privat untuk para kreditur atauinvestor atau pembeli commercial paper tersebut.

Page 107: Sejarah Perkembangan

96

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

PERJANJIAN PENERBITAN COMMERCIAL PAPER(sebagai landasan pendaftaran dan penerbitan CP/CP issuance)

Bahwa PT …….Berkedudukan di ………(domisili PT) IndonesiaMenerbitkan commercial paper (bisa diberi nama) ………..Sebanyak-banyaknya Rp…….. (jumlah nominal dan terbilang)

Untuk tahap I/Seri sebesar Rp…… (apabila diterbitkan secarabertahap)Commercial Paper ini diterbitkan dengan tingkat diskonto …..%per …..Di mana tanggal distribusi dilaksanakan pada tanggal …… dantanggal jatuh tempo ……

Commercial paper ini dikeluarkan di …..(domisili hukum penerbit)Pada tanggal …… (tanggal emisi)

Tanda tangan Tanda tanganPejabat PT yang berwenang Pejabat PT yang berwenang(dengan meterai) (dengan meterai)

Page 108: Sejarah Perkembangan

97

Paramita Prananingtyas

A. Masalah Gagal Bayar Commercial Paper di Amerika SerikatBerinvestasi di commercial paper ada beberapa cara yang bisa

di lakukan, di Amerika Serikat, calon investor bisa membel icommercial paper dengan dua cara, cara pertama adalah secaralangsung. Pembelian secara langsung dilakukan melalui online,dengan cara membuka akun investasi online pada perusahaanyang menawarkan investasi commercial paper secara langsungseperti GE Interest Plus atau Ford Interest Advantage. Nilai investasiyang dapat dilakukan adalah melakukan pembelian commercialpaper sebesar $1,000, dengan nilai bunga bervariasi tergantungpada nilai investasinya. Perusahaan penerbit commercial paperakan mempergunakan hasil penjualan commercial paper tersebutuntuk membiayai pengeluaran tetap, seperti pembelian bahanbak u, p em ba ya ra n ga j i k ar ya wa n se mb ar i me n u n g gupemasukan tetapnya.

Cara yang kedua adalah dengan menghubungi seorang wakilperantara perdagangan efek (broker). Pemakaian jasa brokerbiasanya adalah suatu keharusan bagi beberapa perusahaanpenerbit commercial paper. Perusahaan penerbit commercial paper akanmemanfaatkan jasa dari agen penjualan dan pembayaran, di manamereka akan berhubungan dengan para broker yang mewakili parainvestor. Sebagai sumber informasi bagi para investor adalah datayang tersedia di pasar uang, walaupun pasar uang tersebut tidakterstruktur. Pasar uang di beberapa negara, seperti di Eropa dan

4Masalah Gagal BayarCommercial Paper

Page 109: Sejarah Perkembangan

98

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Amerika Serikat memiliki daftar dan data baik berupa peringkatmaupun suku bunga bagi commercial paper, walaupun penerbitandan pemasaran commercial paper tidak memerlukan pelaporankepada otoritas pasar uang dan pasar modal setempat dari parapenerbitnya.

Berdasarkan kondisi sebaran geografis, commercial paper yangmengalami gagal bayar, terbanyak adalah di Amerika Serikat,karena di negara tersebut pasar commercial paper sangatlah besar,baik dari segi penerbitnya maupun nilai commercial paper yangberedar. Wilayah berikutnya adalah Inggris Raya, Norwegia,Jerman, Kanada, Perancis, Spanyol, Finlandia, Brasil, Argentinadan Indonesia. Menurut perusahaan pemeringkat InternasionalMoody’s, suatu commercial paper yang mengalami gagal bayar dapatdikategorikan dalam beberapa tingkatan, yaitu tertunda, yang telahdapat diperkirakan atau suatu pembayaran untuk pokok pinjamanmaupun bunga yang belum lengkap. Termasuk dalam kategori iniadalah suatu proses penerbitan ulang commercial paper (rolled over)yang dipaksakan dan penundaan pembayaran hutang karenaproses kepailitan. Menurut data yang dimiliki Moody’s terdapatkurang lebih 52 commercial paper yang diterbitkan sejak 1972 - 2004,yang mengalami gagal bayar, yang diterbitkan oleh beberapaperusahaan baik yang telah mendapat rating maupun yang belummendapat rating, di mana total nilainya adalah sebesar $ 5,9 milyar.1

Kasus gagal bayar commercial paper di Amerika Serikat diawalidengan kasus gagal bayar Penn Central. Pada 21 Juni 1970, PennCentral mengalami gagal bayar untuk hutang-hutangnya yangjatuh tempo, sebesar $ 77,1 juta, kemudian Federal Reserve (BankCentral) turun tangan dan memangkas peringkat hutang [obligasidan commercial paper] Penn Central dari BBB ke Bb, kondisi inimenyulitkan posisi Goldman Sachs sebagai agen penjualan/dealercommercial paper yang diterbitkan oleh Penn Central.2 Antara tahun1972 sampai tahun 1988 hanya terdapat satu perusahaan yang telahdiperingkat oleh Moody’s yang mengalami gagal bayar, yaituManville Corp. Kemudian antara tahun 1989 sampai dengan tahun1994 terdapat tujuh perusahaan yang commercial paper -nya

1 Moody’s Report, 20042 Ellis, Charles D, 2009, The Partnership: The Making of Goldman Sachs, Penguin,

London, 98

Page 110: Sejarah Perkembangan

99

Paramita Prananingtyas

mengalami default, dengan total nilai $ 258 juta, yaitu Wang CreditCorporation, Wang Laboratories Inc, Colorado-Ute Financial Service Corp,Lomas Financial Corp, Equitable Lomas Leasing Corp, Columbia GasSystem Inc, UNI Storebrand.

Kemudian antara tahun 1994 - 1997 hanya ada satu perusahaanyang commercial paper -nya mengalami gagal bayar, namun besarannilainya cukup besar yaitu $ 400 juta, yaitu Mercury Finance. Padatanggal 31 Januari 1997, Mercury Finance, suatu agen pembiayaankhusus mobil yang cukup besar di Amerika Serikat mengalamigagal bayar atas hutang-hutangnya sebesar $17 juta, namun gagalbayar yang dialami Mercury Finance berlangsung secara terus menerusuntuk commercial paper yang diterbitkannya sejak tahun 1994 sampaidengan 1997 sehingga mencapai total $ 400 juta. Dampak yangditimbulkan tidak terlalu besar, karena kegagalan tersebut munculpada saat ekonomi nasional sedang pada kondisi yang bagus.3

Tahun 2001 adalah tahun yang istimewa karena merupakantahun dengan rekor gagal bayar commercial paper tertinggiselama 23 tahun, dengan total nilai gagal bayar commercial papermencapai $1,4 milyar. Perusahaan-perusahaan yang mengalamigagal bayar commercial paper pada tahun tersebut adalah SouthernCalifornia Edison; Pacific Gas & Electric Company; PG&E Corporationdan Comdisco.4

Commercial paper yang mengalami gagal bayar, berdasarkan risetyang dilakukan Moody’s ternyata berhubungan erat dengankondisi kredit dari perusahaan penerbitnya serta nilai ratingperusahaan penerbit. Seorang Investor harus mengetahui posisihukumnya apabila commercial paper mengalami gagal bayar. Karenacommercial paper adalah jenis surat berharga hutang tanpa jaminanyang sifatnya didahulukan, maka posisi hukum investor commercialpaper adalah sama dengan kreditor tanpa jaminan lain. Pada saatterjadi proses kepailitan investor/kreditor commercial paper ada dibelakang kreditor perbankan (terbit dari kredit perbankan denganjaminan) dan pemegang kredit dengan jaminan lainnya namundidahulukan daripada pemegang hutang subordinasi.5

3 Stojanovic, Dusan; Vaughan, Mark D., 2005, “The Commercial Paper Market:Who’s Minding the Shop?” , hlm 32

4 Moody’s Report, 20045 Ibid

Page 111: Sejarah Perkembangan

100

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Data mengenai perusahaan penerbit commercial paper yangmengalami gagal bayar dan penyelesaian yang mereka tempuh:

Page 112: Sejarah Perkembangan

101

Paramita Prananingtyas

Sumber : Moody’s Report, 2004

Kasus terakhir gagal bayar commercial paper adalah pada 15september 2008, saat Lehman Brothers mengalami gagal bayar atashutang-hutangnya termasuk di dalamnya commercial paper yangditerbitkan, dan kondisi tersebut menyebabkan dua lembagapengelola dana masyarakat mengalami kebangkrutan dan harusmembuat Federal Reserve untuk melakukan intervensi. Semakinbanyaknya kasus gagal bayar commercial paper termasuk juga kasuscommercial paper beragunan asset di Amerika Serikat, akhirnyamenimbulkan akibat, yai tu kurangnya minat menerbi tkancommercial paper oleh perusahaan non perbankan sejak tahun 2000di Amerika Serikat. Hal ini terjadi karena perusahaan-perusahaanlebih memilih untuk menerbitkan surat hutang jangka panjang

Page 113: Sejarah Perkembangan

102

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

dengan bunga rendah, mereka juga memilih untuk tidak menjadiin vestor commerci al paper karena semaki n men in gkatnyaketidakpastian atas kembalinya investasi melalui commercial paperpada saat jatuh tempo.

B. Masalah Gagar Bayar Commercial Paper di IndonesiaMunculnya commercial paper di Indonesia diawali dengan

penerbitan commercial paper oleh Citibank di tahun 1989. Penerbitancommercial paper kemudian mengalami pertumbuhan yang sangatpesat, sampai dengan tahun 1995. Ada beberapa alasan yangmembuat pertumbuhan penerbitan dan perdagangan commercialpaper sedemikian pesat dari tahun 1989 sampai dengan tahun 1995,yaitu commercial paper lebih mudah penerbitannya dan lebih murahbiayanya daripada penerbitan obligasi. Kemudian para penerbitcommercial paper dapat menghidupkan ulang (rolled over) commercialpaper yang telah jatuh tempo, secara berulang-ulang. Kegiatantersebut secara de facto akan membuat commercial paper menjadimedium term note (MTN).

Commercia l paper san gatl ah kompeti t i f sebagai mediapenghimpunan dana untuk pembiayaan perusahaan lainnya,dibandingkan dengan penerbitan obligasi dan mengajukan kreditke bank. Perbankan Indonesia adalah institusi yang sangatbersemangat untuk memanfaatkan commercial paper sebagai mediaberinvestasi dan media mendapatkan tambahan modal. Perbankanmempergunakan investasi mereka pada commercial paper sebagaiinstrumen untuk menaikkan batas pagu pemberian kredit mereka.6

Akibatnya banyak muncul masalah karena penerbitan,perdagangan dan pemasaran commercial paper. Hal ini terjadi karenatidak ada aturan hukum yang mengatur penerbitan, pemasaran,perdagangan, pembayaran dan pemeringkatan sebagai upayaperl indungan tidak langsung bagi para investor. Sehinggapuncaknya pada saat terjadi krisis ekonomi global pada tahun 1996sampai dengan 1997, di mana banyak terjadi penutupan danpengambilalihan bank oleh Pemerintah karena perbankan tersebutmengalami kebangkrutan ternyata kebangkrutan perbankan

6 Farid Harianto, Booklet Perbankan Indonesia 2010, Direktorat Perijinan danInformasi Perbankan BI, hlm 5

Page 114: Sejarah Perkembangan

103

Paramita Prananingtyas

tersebut dipicu oleh penerbitan, penjaminan atau pembeliancommercial paper sebagai media investasi.

Pemerintah melalui Bank Indonesia akhirnya menerbitkanSurat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/52/KEP/DIR danSurat Edaran Bank Indonesia No. 49/52/UPG yang masing-masingbertanggal 11 Agustus 1995 tentang Persyaratan Perdagangan danPenerbitan Surat Berharga Komersial (Commercial paper) melaluiBank Umum di Indonesia, untuk men yeragamkan prosespenerbitan dan perdagangan commercial paper maka terbitlahperaturan Bank Indonesia. Regulasi yang diterbitkan oleh BankIndonesia tersebut secara otomatis menghambat pertumbuhanpasar commercial paper. Berdasarkan peraturan tersebut, perbankandi Indonesia dapat menjadi arranger (pengatur penerbitan/agenpenerbitan commercial paper), berinvestasi di commercial paper ataubertindak sebagai paying agent (agen pembayaran commercial paper)namun hanya bagi commercial paper yang telah mendapat ratinginvestasi. Dan yang paling penting perbankan tidak diperbolehkanmenjadi penerbit commercial paper dan penjamin commercial paper.

Pada tahun 1995 jumlah tertinggi nilai commercial paper yangberedar secara keseluruhan adalah Rp10 triliun, namun kemudianpada tahun 1996 turun menjadi Rp.5.9 triliun dan kemudian ditahun 1997 hanya sebesar Rp.0,8 triliun. Penurunan nilai commercialpaper yang beredar ditangan investor tersebut dikarenakan banyakperusahaan yang pada awalnya merupakan penerbit commercialpaper yang sangat aktif menjadi mengurangi atau menghentikanpenerbitan commercial paper mereka. Pada tahun 1995 mayoritaspenerbit commercial paper adalah perusahaan keuangan danperusahaan property yang menguasai 32% pasar penerbitancommercial paper.7

C. Kasus-kasus Gagal Bayar Commercial Paper di IndonesiaTerdapat beberapa kasus fenomenal mengenai gagal bayar

commercial paper di Indonesia, di mana sebagian besar melibatkanperbankan Nasional. Kasus tersebut adalah:1. Kasus Bank Arta Prima

Grup PT Gunung Agung pada tahun 1993 mengalamikesulitan keuangan, yaitu hutang perusahaan yang mencapai

7 Ibid hlm 7

Page 115: Sejarah Perkembangan

104

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Rp.659 milyar. Kemudian PT Gunung Agung mengundangPT Kasgoro untuk mengambilal ih PT Gunung Agung,termasuk anak perusahaannya yaitu Bank Arta Prima. BankArta Prima sebagai anak perusahaan PT Gunung Agungsebelum dijual, terlebih dahulu pada tahun 1995 menerbitkansurat sanggup (promissory notes) yang berbentuk commercialpaper atas permintaan PT Gunung Agung, sehingga commercialpaper tersebut adalah commercial paper dengan penerbit PTGunung Agung yang dijual kepada para investor denganBank Arta Prima selaku penjamin surat berharga pada saatjatuh temponya, sebesar Rp.174.211.709.745,- Sebagaipenjamin, maka Bank Arta Prima berkewajiban untukmembayar commercial paper yang jatuh tempo tersebut, karenaBank Arta Prima akan dijual maka otomatis tanggung jawabuntuk membayar commercial paper itu akan jatuh kepadapemil ik baru Bank Arta Prima. Commercial paper yangditerbitkan oleh Bank Arta Prima adalah jenis commercialpaper yang diperjualbelikan kepada sesama bank. Bank ArtaPrima akhirnya pada Juli 1995 diambil alih oleh PT JagataPrimabumi. Dalam perjalanannya Bank Arta Prima kemudianmenerbitkan kembali commercial paper baru senilai Rp. 174milyar dan Rp. 150 milyar. Commercial paper yang telahditerbitkan oleh Bank Arta Prima tersebut dibeli oleh beberapainvestor antara lain Bank Delta cabang Kelapa Gading senilaiRp. 9,1 milyar yang kemudian dijaminkan di Bank Bapindocabang Rasuna Said atas nama PT Delta Marina senilai Rp. 62,7milyar. Kemudian Bank Pacific juga menjadi investor commercialpaper Bank Arta Prima sebesar Rp. 46 milyar. Commercial paperyang diterbitkan oleh Bank Arta Prima ternyata tidak melaluiprosedur yang benar, ya i tu t idak dibukukan sebagaikewajiban administrasi, sebagai bagian dari kewajiban bank.Pembukuan commercial paper oleh Bank Arta Prima barudilakukan tiga bulan setelah commercial paper dipindahtangankan.Penyimpangan penerbitan dan pemasaran commercial paperoleh Bank Arta Pri ma in i te rjadi sebel um ke luarnyaserangkaian peraturan Bank Indonesia mengenai penerbitandan pemasaran commercial paper oleh bank dan Surat EdaranBank Indonesia No 28/151/UPG tentang Pemberlakuan

Page 116: Sejarah Perkembangan

105

Paramita Prananingtyas

Persyaratan Pemeringkatan atas Surat Berharga Komersialyang diterbitkan melalui bank umum.8

2. Kasus PT Texmaco GrupKasus commercial paper yang gagal bayar adalah commercial papersenilai Rp. 1.472 trilyun dan US$ 716 juta yang diterbitkanoleh PT Texmaco grup pada tahun 1997. Untuk dapatmenolong Texmaco grup maka Bank Indonesia melalui BankNegara 1946, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor ImporIndonesia memberikan bantuan likuiditas kepada Texmaco grupagar dapat melakukan pembayaran commercial paper tersebut.

3. Kasus JORR-SKasus commercial paper palsu dan korupsi. Kasus commercialpaper yang diterbitkan oleh PT Hutama Karya dan PT MargaNurindo, senilai Rp.1,2 tri liun untuk mendanai proyekpembangunan jalan tol ( JORR-S). Dana dari penerbitancommercial paper tersebut sedianya akan dipakai melunasisebagian hutang PT Marga Nurindo di Bank BNI sebesarRp.2,1 trilyun dan untuk membiayai pembangunan jalan tol( JORR-S), namun ternyata t idak dipakai sebagaimanakeperluannya. Konsorsium Hutamajala yang terdiri dari PTCipta Marga Nusapala Persada dan PT Marga Nurindo Baktimenerbitkan commercial paper dan medium term note denganarranger PT Sejahtera Bank Umum, pada periode Mei 1994sampai dengan Februari 1998, PT Hutama Karya menjadipenjamin atas surat berharga tersebut. Dana hasil penjualancommercial paper dan medium term note, tersebut dimasukkan kedalam rekening milik konsorsium Hutamajala, tidak padarekening PT Hutama Karya. Sebagai penjamin, PT HutamaKarya yang merupakan BUMN harus menanggung pembayarancommercial paper dan medium term note sebesar Rp. 209.350.000.000,-dan U$ 105.000.000. Ternyata setelah negara sebagai pemegangsaham PT Hutama Karya menanggung beban untuk membayarhutang dari penerbitan commercial paper dan medium term note,terdapat petunjuk bahwa surat berharga tersebut adalah palsudan tidak laku dijual kepada para investor.9

8 Suara Independen, 1997: No 9/III/JULI 19979 BeritaSatu.com, 2011

Page 117: Sejarah Perkembangan

106

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

4. Kasus Bank PacificBank Pacific yang berdiri tahun 1958 merupakan bank yangdimiliki oleh keluarga besar Ibnu Sutowo. Karena beberapamasalah mismanajerial bank yang dilakukan oleh jajarandireksi Bank Pacific antara lain dengan penyaluran kreditkepada grup sendiri yang melewati Batas MaksimumPemberian Kredit yang ditetapkan BI (mencapai jumlah totalRp. 1 triliun), kemudian masalah penerbitan commercial paperyang dilakukan oleh direksi Bank Pacific yang dijamin olehBank Pacific (kepada PT Wicaksono Overseas Internasional(WOI) dan beberapa perusahaan di luar negeri ) dalamdenominasi US$ hingga mencapai jumlah sebesar Rp. 1trilyun. Bank Pacific akhirnya harus menerima perawatan dariBI. Keputusan BI adalah Bank Pacific menerima bantuan teknisdari BNI 1946 dan memberikan 50% lebih sahamnya kepadaBI. Sampai akhirnya Bank Pacific harus dilikuidasi oleh BI,ternyata masalah commercial paper yang dijaminnya belumdapat diselesaikan. Terungkap pula bahwa PT Jamsostek padatahun 1996 ternyata juga membeli commercial paper yangditerbitkan oleh pemilik Bank Pacific dengan penjamin BankPacific sebesar Rp. 37 Milyar Pada saat commercial paper tersebutjatuh tempo, penerbit dan Bank Pacific selaku penjamin tidakdapat melakukan pembayaran, maka pemilik saham BankPacific menyerahkan serti fikat tanah seluas 187 Ha diJonggol Jawa Barat sebagai pengganti commercial paper yangdibeli PT Jamsostek.10

5. Kasus Bank KosaBank Kosa Graha Semesta, bank non devisa, yang cukupekspansi f pada era tahun 1990an juga terjera t masalahcommercial paper, di mana manajemen Bank Kosa terbelitmasalah karena membeli commercial paper dengan dana daripihak ketiga (dana nasabah) baik dalam mata uang rupiahmaupun US$, kemudian pada saat jatuh tempo commercialpaper tersebut, para penerbitnya tidak dapat membayar (default)sehingga Bank Kosa mengalami kerugian yang cukup besar.Berdasarkan hasil audit investigasi BPK No. 06/01/Auditama

10 Johny Edward, 1997, 2011

Page 118: Sejarah Perkembangan

107

Paramita Prananingtyas

II/AI/VII/2000 per tanggal 31 Juli 2000 terungkap, Bank Kosamengalami kesulitan likuiditas sehingga harus dibantu dengandana talangan rupiah sebesar Rp. 154,94 miliar dan danatalangan valas sebesar Rp. 46,87 miliar. Sehingga total bantuanBLBI untuk Bank Kosa mencapai Rp. 201,81 miliar.11

6. Kasus Bank DwipaBank Dwipa pada tahun 1997 termasuk salah satu bank yangdi likuidasi pemerintah, penutupan Bank Dwipa selaindisebabkan karena tidak dapat kondisi kas bank yang tidaksehat juga disebabkan karena penyalahgunaan bank sebagaialat korupsi oleh pemilik bank, salah satunya adalah denganpenerbitan commercial paper yang tidak dilaporkan dalampembukuan bank, commercial paper yang diterbitkannyatersebut kemudian ditransaksikan dalam pasar uang antarbank, dengan tidak melapor kepada Bank Indonesia.12

7. Kasus PT. Jasa BandaPT. Jasa Banda Garta Securitas, sebagai suatu perusahaansekuri tas memiliki sengketa penerbitan dan pemasarancommercial paper yang default dengan dua orang investornyamengalami kerugian senilai total Rp.4.5 milyar.13

8. Kasus Istaka KaryaPT. Istaka Karya Persero adalah BUMN dibidang teknik yangpada tahun 1998 menerbitkan commercial paper senilai US$ 7,645juta. Commercial paper tersebut jatuh tempo dalam waktu 1bulan, dan telah diendorsemen kepada 4 orang kreditur,kreditur terakhir commercial paper tersebut PT JAIC adalahkreditur yang mengajukan permohonan pailit terhadap PTIstaka Karya. Alasan permohonan paili t adalah karenapenerbit commercial paper tidak membayar commercial paper padasaat jatuh tempo. Pada akhirnya PT. Istaka Karya bataldipailitkan karena PT. Waskita Karya menjadi investor barudi dalam PT. Istaka Karya dengan cara mengonversi hutangPT. Istaka Karya terhadap PT. Waskita Karya menjadi saham.Sehingga PT. Waskita Karya dapat menyuntikkan modal di

11 Ibid12 Ibid13 Tempo Interaktif, 2011

Page 119: Sejarah Perkembangan

108

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

PT. Istaka Karya untuk membayar hutang-hutangnya,termasuk hutang dari commercial paper yang telah jatuhtempo tersebut. 14

9. Kasus PT. Jamsostek (Persero)PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Persero, sebagaibadan pengelola dana yang terhimpun dari para tenaga kerja,dalam kemampuan pengelolaan dana terhimpun sering kalimemanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada, termasuk diantaranya berinvestasi di surat-surat berharga semacamsaham, obligasi, medium term notes dan commercial paper. Masalahyang muncul kemudian adalah beberapa surat berhargakhususnya yang berasal dari surat sanggup atau promissorynotes tersebut banyak di antaranya mengalami kesulitan dalampembayaran kembal inya . Gagal bayar surat berh argaberbentuk hutang yang dipegang oleh PT. Jamsostek (Persero)tersebut beragam tahun penerbitan dan masa jatuh temponya,ada yang telah terselesaikan dan banyak pula yang masihmenjadi perkara berjalan. Beberapa kasus pembelian suratberharga hutang yang bermasalah oleh PT. Jamsostek(Persero) antara lain:a. Kasus gagal bayar commercial paper yang pertama adalah

kasus dari 14 buah commercial paper yang diterbitkan olehperusah aan-perusah aan mi l i k Ir. Endan g Utar iMokodompit yang dijamin oleh PT Bank Pacific dengannilai Rp 36.000.000.000 dan belum dapat dicairkan padasaat jatuh tempo tanggal 18 Desember 1995. Dalam tahun1998 pencairan telah dilakukan sebesar 40% atau Rp14.400.000.000; dalam bentuk tanah seluas 187,5 Haberlokasi di desa Cariu Jonggol sehingga saldo per 31Desember 1998 menjadi Rp 21.600.000.000; masih dalamproses penagihan melalui pengadilan. Sesuai keputusanPengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor : 451/Pdt.G/1998/PN Jak.Sel dan Pengadilan Negeri Jakarta PusatNomor : 119/Pdt.G/1999/PB Jkt.Pst untuk tingkat pertamaPT. Jamsostek (Persero) din yatakan men an g danmenghukum tergugat PT. Bank Pacific dan Ir. Endang

14 Okezone, 2011

Page 120: Sejarah Perkembangan

109

Paramita Prananingtyas

Utari Mokodompit membayar senilai nominal commercialpaper ditambah bunga 21 % per tahun sejak jatuh tempodibayar lunas secara tunai seketika dan sekaligus. Atasputusan tersebut pihak tergugat mengajukan bandingdan putusan pada tingkat banding, PT. Jamsostek(Persero) te tap di menan gkan seh in gga tergugatmengajukan Kasasi di MA dan sampai saat ini belum adakeputusannya.

b . Kemudian ada beberapa kasus commercial paper yangditerbi tkan oleh beberapa perusah aan yang jugamengalami gagal bayar dan PT. Jamsostek (Persero)tidak mendapatkan keuntungan apa pun dari commercialpaper tersebut.Penempatan dana PT. Jamsostek (Persero) pada commercialpaper yang gagal bayar:

Page 121: Sejarah Perkembangan

110

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

c. Beberapa medium term notes yang dibeli PT. Jamsostek(Persero) dari beberapa perusahaan yang mengalamimasalah baik dalam pembayaran pokok pinjamanmaupun bunga yang dijanjikan.Penempatan PT. Jamsostek (Persero) pada medium term note:

Beberapa bank yang akhirnya dilikuidasi oleh Bank Indonesiapada era 1997 - 2000 rata-rata mengalami kesulitan karena commercialpaper. Kesulitan tersebut muncul ada yang disebabkan karena bankmenjadi penjamin atas commercial paper yang diterbitkan olehperusahaan-perusahaan dalam grup mereka ataupun kesulitanyang disebabkan karena bank-bank tersebut berinvestasi padacommercial paper yang kemudian mengalami default (gagal bayar).Masalah mengenai gagal bayar dapat terjadi karena penerbitmengalami kebangkrutan atau karena commercial paper yang dibeliadalah commercial paper fiktif.

Kebutuhan dari pasar uang baik dari sisi penerbit maupunsisi investor mengenai pengaturan penerbitan dan perdagangansurat kesanggupan (promissory notes) dan commercial paper diIndonesia sangatlah penting. Karena pengaturan yang sudah adasaat ini sifatnya hanya peraturan di tingkat pelaksanaan (SuratKeputusan Direktur Bank Indonesia). Suatu pengaturan yangberbentuk undang-undang mengenai pasar uang dan instrumen-instrumen yan g ada di dalamnya akan dapat mendorongpenerbitan, pemanfaatan surat berharga pasar uang. Hal ini terjadikarena para pelaku baik penerbit, investor dan institusi yangterlibat di dalam penerbitan dan perdagangan pasar uang akanmerasa aman dan nyaman dalam beroperasional.

Page 122: Sejarah Perkembangan

111

Paramita Prananingtyas

Daftar Pustaka

Beawes, W. A, The Romance of The Law Merchant, Sweet & Maxwell,Limited, London, 1923.

Baigent, Michael, Richard Leigh, and Henry Lincoln, The Holy BloodAnd The Holy Grail, Corgi, London, 1982.

Caemmere, E. Von, The Influence Of The Law Of International TradeOn The Development And Character Of The Commercial Law InThe Civil Law Countries, 2002.

Cheal, David J, The Gift Economy, first edition, Routledge, New York,1988.

Cheeseman, Henry R., Contemporary Business Law, New Jersey, 2000.Cutler, A.Claire. Private Power and Global Authority, Transnational

Merchant Law in the Global Political Economy, Cambrigde, 2003.Djamali, R. Abdoel. Pengantar Hukum Indonesia, CV. Radjawali,

Jakarta, 1984.Gautama, Sudargo, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia,

Binacipta, Jakarta, dan Badan Pembinaan Hukum NasionalDepartemen Kehakiman, 1987.

Ellis, Charles D. The Partnership: The Making of Goldman Sachs,Penguin, London, 2009.

Glyn, Davies, A History of Money From Ancient Times To ThePresent Day, 3rd.ed. University of Wales Press, Cardiff, 2002.

Hartono, Sri Redjeki. Hukum Ekonomi, Bayu Media, Malang, 2007.Armour, J., Codification and UK Company Law, in Association du

Bicentenaire du Code de Commerce (ed) Bicentenaire du Codede Commerce 1807-2007: Les Actes des Colloques, Dalloz,Paris, 2008.

Page 123: Sejarah Perkembangan

112

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Ku Sui Lu, Die Form, bankmäßiger transaktionen im inneren chinesischenverkehr mit besonderer rûcksicht des notengeschäfts , Hamburg,1926.

Jain, L.C., Indiguenous Banking in India, London, 1927.McDermott, Richard T, Legal Aspect of Corporate Finance, Second

Edition, Analysus and Skills Series, Matthew Bender &Company, Inc., 1995.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Dagang Tentang Surat-SuratBerharga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007.

Nickles, S.H., Matheson, J.H., Adams, E. S., Modern CommercialPaper, West Publishing, St.Paul, Minn, 1994.

Ogden, James Matlock. The Law of Negotiable Instrument includingPromissory Notes , Bills of Exchange, Bank Checks and otherCommercial Paper, Chicago, 1938.

Pangaribuan, Emmy S, Hukum Dagang Surat-surat Berharga (Wissel-Surat Sanggup/Aksep-Cheque-Kwitansi dan Promes atas Tunjuk),Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogjakarta, 1974.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Wesel, Cek dan Aksep di Indonesia,Sumur Bandung, Bandung, 1992.

Purwosutjipto, M N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid7 Hukum Surat Berharga, Djambatan, Jakarta, 1994.

Samuelson, Paul A & Nordhaus, William D, Makro Ekonomi ,Erlangga, 2001.

Simanjuntak, Emmy Pangaribuan, Hukum Dagang Surat-SuratBerharga, Seri Hukum Dagang FH, UGM, Yogyakarta, 1993.

Suryohadibroto, Imam Prayogo & Djoko Prakoso, Surat BerhargaAlat Pembayaran dalam Masyarakat Modern , Rineka Cipta,Jakarta, 1991.

Trakman, L, The Law Merchant: The Evolution of Commercial Law, FriedB. Rockman & Co, Littleton, Colorado, 1983.

Utrecht, E. dan Saleh, Moh. Djinjang, Pengantar Dalam HukumIndonesia, PT. Ichtiar Baru, Jakarta, 1983.

Apple, James G.and Deyling, Robert P. A Primer on the Civil-LawSystem, 1994–1995

Page 124: Sejarah Perkembangan

113

Paramita Prananingtyas

Ashtor, Eliahu. Banking Instruments Between the Muslim East and theChristian West, Journal of European Economic History, 1972.

Berman, Harold J, Law and Revolution The Formation of Western LegalTradition, Havard Law Review, 1983.

Budiono, Tri, Transplantasi Hukum: Antara Harmonisasi dan PotensiBenturan, Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum, UniversitasDiponegoro, Semarang, 2006.

Cohen, Marshall L., Similarities in American and European NegotiableInstruments Law, Banking Law Journal, 1967.

Denzel, A. Markus, The European Bill of Exchange, 1977.Harianto, Farid. Booklet Perbankan Indonesia, Direktorat Perijinan

Dan Informasi Perbankan BI, 2010.Herrmann, Gerold, Background and Salient Features of The United Na-

tions Convention on International Bills of Exchange and Interna-tional Promissory Notes, Fall, University of Pennsylvania Jour-nal of International Business Law, 1988.

Kadens, Emily, The Empirical and Theoritical Underpinning of the LawMerchant, Order Within Law, Variety Within Customs: The Characterof the Midieval Merchant Law, Summer, Chicago Journal ofInternational Law, 2004.

Kadjavi, Hojat, dan M. Mustill, The New Lex Mercatoria: The FirstTwenty Five Years: 4, Arbitration International Journal, 1988.

Kozolchyk, B, On The State of Commercial Law at the End of The 20 th

Century, Arizona Journal of International and ComparativeLaw, 1991.

Kutyn, J, The Nature of Money. University of New Zealand, Auckland,Journal of Commercial Law, 2005.

Litt, D, Macey, J R., G. Miller and E. Rubin, Politics, Bureaucracies,and Financial Markets: Bank Entry Into Commercial PaperUnderwriting In The United States And Japan, Summer, HarvardLaw Review. 2000.

Milenkovic-Kerkovic, Tamara, Origin Development And Main FeaturesOf The New Lex Mercatoria. Vol. 1 (5), University of NIS, TheScientific Journal Facta Universitatis Series: Economic andOrganization, 1997.

Page 125: Sejarah Perkembangan

114

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

_________. Moody’s Investor Service, Global Credit Research, Short-Term Rating Performance and Corporate Commercial Paper Defaults.1972-2004

Rubin, Edward L. Learning From Lord Mansfield: Toward A TransferabilityLaw For Modern Commercial Practice, Idaho Law Review, 1995.

Schmitthoff, International Business Law: A New Law Merchant C.MSchmitthoff, International Trade Usages, Paris: ICC Publications,1987.

Setijoprodjo, Bambang, Perkembangan Surat Berharga Dalam PraktikDan Pengaturannya, makalah disajikan pada seminar tentangcommercial paper, FH Universitas Padjajaran. Elips Project.Bandung, 1994.

Setijoprodjo, Bambang. Beberapa Surat Berharga Dalam Perbankan,disampaikan dalam Program Pendidikan Hukum BisnisFakultas Hukum Airlangga, 1995.

Stojanovic, Dusan; Vaughan, Mark D., “The Commercial PaperMarket: Who’s Minding the Shop?”, 2005.

Website PT PEFINDO, www.pefindo.co.idSuara Independen, 1997: No 9/III/JULI 1997BeritaSatu.com, 2011Johny Edward, 1997, 2011Tempo Interaktif, 2011Okezone, 2011Kitab Undang Undang Hukum DagangKitab Undang Undang Hukum PerdataUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor10 Tahun 1998

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar ModalUndang-Undang Republ ik Indonesia Nomor 24 Tahun 2002

Tentang Surat Utang NegaraUndang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan TerbatasUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-UndangNomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas

Page 126: Sejarah Perkembangan

115

Paramita Prananingtyas

Undang Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang BankIndonesia Menjadi Undang-Undang

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 28/52/KEP/DIR danSurat Edaran Bank Indonesia No 49/52/UPG masing-masingbertanggal 11 Agustus 1995 tentang Persyaratan Penerbitandan Perdagangan Surat Berharga Komersial (CommercialPaper) melalui Bank Umum di Indonesia.

Convention Providing A Uniform Law For Bills of Exchange andPromissory Notes, Geneva 7 June 1930

United Nations Convention on International Bills of Exchangeand International Promissory Notes 1988

Bill of Exchange Act 1882 of EnglandBill of Exchange Act 1949 of MalaysiaBill of Exchange Act of The Republic of Singapore Revised 1985

Page 127: Sejarah Perkembangan

116

Sejarah Perkembangan Surat Berhar ga

Tentang Penulis

Dr. Paramita Prananingtyas, SH, LL.M.,lahir pada tanggal 30 Juni 1969 di Semarang.Mengajar di Fakultas Hukum Universi tasDiponegoro (UNDIP) sebagai dosen programkuliah Strata 1 (S1) Hukum, Magister IlmuHukum, dan Magister Kenotariatan UNDIP.Beliau menempuh pendidikan Sarjana Hukumdi Fakultas Hukum Universitas DiponegoroSemarang (1988 - 1992); memperoleh gelar LL.M

di Comparative Law, University of Florida, College of Law,Gainesville, Florida, USA (1995 - 1996); dan gelar Doktor diFakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (2014).

Beliau pernah menjabat sebagai Sekretaris Program Studi S1Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, SekretarisProgram Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UniversitasDiponegoro dan sekarang menjabat sebagai Sekretaris LembagaPenjaminan Mutu dan Pengembangan Pendidikan UniversitasDiponegoro. Beliau juga merupakan Dosen Program Strara 1 (S1)Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (1993 - sekarang);Program Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro (1997-sekarang); dan Program Magister Ilmu Hukum UniversitasDiponegoro (1997 - sekarang). Adapun mata kuliah yang diampumerupakan lingkup Hukum Perdata khususnya Hukum Bisnis,antara lain: Hukum Dagang/Hukum Bisnis, Hukum Pasar Modal,Hukum Asuransi, Hukum Perdagangan Luar Negeri, HukumPersain gan Usah a, Hukum Perusah aan, Hukum LembagaKeuangan, dan Hukum Investasi, serta mata kuliah Hukum Bisnisdi Kelas IUP di Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomika danBisnis Universitas Diponegoro.