Sejarah pendidikan

48
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Analogi pendidikan dan manusia itu ibarat 2 sisi koin yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan ada untuk memanusia kan manusia. Menurut Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Karena itulah maju mundur nya suatu peradaban bergantung pada pendidikannya sebab peradaban bergantung pada penduduknya dan penduduk bergantung pada pendidikannya. Seperti halnya sebuah bangunan, pendidikan pun tidak dapat berdiri dengan kokoh atau berjalan dengan lancar apabila tidak mempunyai landasan yang kuat. Maka dari itulah harus ada landasan pendidikan untuk menjadi fondasi dalam membangun dunia pendidikan yang hebat. Landasan pendidikan berasal dari 2 kata, yaitu 1

description

Makalah

Transcript of Sejarah pendidikan

Page 1: Sejarah pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia. Analogi pendidikan dan manusia itu ibarat 2 sisi koin yang tidak

dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan ada untuk

memanusia kan manusia. Menurut Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Karena

itulah maju mundur nya suatu peradaban bergantung pada pendidikannya sebab

peradaban bergantung pada penduduknya dan penduduk bergantung pada

pendidikannya.

Seperti halnya sebuah bangunan, pendidikan pun tidak dapat berdiri

dengan kokoh atau berjalan dengan lancar apabila tidak mempunyai landasan

yang kuat. Maka dari itulah harus ada landasan pendidikan untuk menjadi

fondasi dalam membangun dunia pendidikan yang hebat. Landasan pendidikan

berasal dari 2 kata, yaitu landasan dan pendidikan. Menurut bahasa landasan

pendidikan adalah dasar atau fondasi dalam upaya untuk memaksimalkan

potensi yang ada pada diri manusia atau dalam hal ini yang kita sebut dengan

pendidikan.

Landasan pendidikan dibagi dalam beberapa sub bahasan, salah satunya

adalah landasan sejarah. Sejarah berasal dari kata syajarotun yang berarti

pohon. Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian

atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu.

Sejarah sangat penting untuk dipelajari, karena dengan sejarah kita dapat

berkaca dan mengambil pelajaran agar bisa lebih baik di masa kini dan masa

yang akan datang. Dunia pendidikan pun mempunyai sejarah yang panjang

hingga seperti sekarang ini. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding

1

Page 2: Sejarah pendidikan

untuk memajukan pendidikan suatu bangsa. Akan tetapi, sejarah pendidikan

kadang-kadang dianggap sebagai sesuatu yang kurang penting untuk dipelajari

dewasa ini. Banyak para civitas akademika yang kurang tahu mengenai

bagaimana sejarah pendidikan itu, baik sejarah pendidikan dunia, maupun

sejarah pendidikan Indonesia. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana

sejarah pendidikan dunia dan Indonesia, maka disusunlah makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana sejarah pendidikan di dunia?

2. Bagaimana sejarah pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan

Tujuan kami membuat makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pendidikan di dunia.

2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pendidikan di Indonesia.

2

Page 3: Sejarah pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan Dunia

Sebenarnya sejarah pendidikan itu mulai ada sejak manusia pertama kali

diciptakan oleh Tuhan dan baru berakhir apabila “dunia mengakhiri

perkembangannya”.

Pendidikan pun telah ada pada zaman purba walaupun dengan banyak

keterbatasannya. Berikut akan dipaparkan mengenai sejarah pendidikan

beberapa negara di asia, afrika, dan eropa pada zaman purba hingga abad ke 20

atau pada zaman sosialisme.

1. Mesir Purba

Mesir purba telah mengenal peradaban tinggi. Tanahnya didiami

oleh rakyat yang cerdas dan tahu akan harga diri. Penduduknya terdiri dari

beberapa golongan, yang masing-masing mempunyai tugas hidup sendiri-

sendiri (pembagian kasta). Kasta yang paling berkuasa adalah kasta

pendeta.

Agama yang dianut penduduk mesir purba adalah polytheisme

yaitu pemujaan terhadap banyak dewa. Tulisannya yang terkenal dengan

nama hieroglyph sampai sekarang masih disimpan orang. Tulisan itu

biasanya dipahatkan pada batu, atau kadang-kadang dituliskan pada daun-

daun papyrus.

Dalam hal pendidikan, keadaan pendidikan mesir purba

mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut:

Sumber pengetahuannya ialah kumpulan nyanyian-nyanyian pujaan

terhadap dewa-dewa.

Yang menyelenggarakan pendidikan ialah kasta pendeta. Hanya para

pendeta dan prajurit yang dapat menikmati pendidikan.

Tujuan pendidikan bersifat susila-keagamaan. Semua keaktifan

manusia akhirnya bermaksud berbakti kepada dewa-dewa.

3

Page 4: Sejarah pendidikan

Pelajaran yang diutamakan untuk dipelajari adalah membaca,

menulis, berhitung, bahasa, ilmu mengukur tanah, ilmu alam dan ilmu

bintang.

Buku-buku yang memuat bacaan suci serta bahan-bahan pelajaran

pokok berjumlah 42 buah. Menurut orang-orang Mesir buku-buku itu

berasal dari dewa Thoth.

Mesir purba mempunyai pusat-pusat pendidikan bagi para calon

pendeta yang bisa dikatakan baik sekali dalam hal pengorganisasiannya.

Pusat-pusat pendidikan tersebut dinamakan sebagai sekolah kuil dan

seluruh orgnisasi kuil disebut dengan kesatuan rumah-seti.

Berikut ini adalah beberapa fasilitas yang juga yang terdapat di

kesatuan rumah seti, yaitu:

Perpustakaan yang mempunyai beribu-ribu gulungan papyrus.

Asrama bagi para pengajar, yang sebagian besar terdiri dari pendeta-

pendeta.

Asrama bagi para pelajar.

Sekolah-sekolah rendah yang terbuka bagi tiap anak dari warga negara

bebas.

2. India Purba

Kehidupan orang India bukanlah ditentukan oleh kepercayaan

kepada para dewa, akan tetapi ditentukan oleh tingkatannya (kasta).

Rakyat terbagi atas 4 kasta, yaitu :

a. Kasta Brahmana

Yaitu kaum pendeta. Mereka menguasai hidup dan hanya merekalah

yang mempunyai “pengetahuan”.

b. Kasta Ksatria

Yaitu kaum bangsawan, prajurit. Mereka menerima pengajaran dalam

membaca, menulis, dan berhitung, ditambah dengan ilmu siasat perang.

c. Kaum Waisya

Yaitu kaum pedagang, tukang, peladang dan sebagainya. Para peladang

mendapat penghormatan karena mereka berjasa bagi umat manusia

4

Page 5: Sejarah pendidikan

dengan menyediakan makanan baginya. Mereka dapat menikmati ilmu

pengetahuan dan pengajaran dalam bidang pertanian.

d. Kaum Sudra

Yaitu kasta yang terendah (kaum budak). Mereka dianggap sebagai

manusia yang hina, yang hanya dapat melakukan pekerjaan budak.

Mereka tidak berhak mendapat pengajaran.

Bagi orang India, memiliki ilmu pengetahuan menjadi keinginan

setiap orang, karena ilmu itu adalah alat untuk mencapai kesempurnaan

mistik (mirip tingkatan tertinggi dalam tasawuf yaitu bertunggal dengan

Tuhan).

Pendidikan india purba mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut

1. Pengajaran agama di nomer satukan, itulah sebabnya maka dasar

pendidikannya ialah Veda, kitab suci orang india

2. Yang menyelenggarakan pendidikan adalah kastabramana. Yang

menerima pengajaran hanya ketiga kasta.

3. Tujuan pendidikannya ialah mencapai kebahagiaan serta kesempurnaan

mistik dan ilmu pengetahuan adalah merupakan alatnya.

4. Pendidikan wanita tidak diperhatikan orang, kecuali bagi calon-calon

penarik kuil.

Pada umumnya pendidikan diselenggarakan oleh kasta brahmana.

Veda merupakan sember pengetahuan yang pertama dan harus dipelajari

oleh calon-calon pendeta, juga oleh kasta-kasta lainnya kecuali kasta

sudra.permulaan pendidikan berlangsung dengan pemberian munya

(kalung suci), yaitu seutas tali yang digantungkan dari bahu kiri

kepinggang kanan. Munya adalah suatu tanda penerimaan.

Pemberian munya itu berlangsung dalam suatu upacara yang

dinamakan upanayana. India modern mengenal sistem pendidikan yang

lain tetapi meskipun demikian sistem guru kula itu dewasa ini banyak juga

dipraktekan orang terutama sekali karena pengaruh Rabindranath Tagore,

seorang tokoh pendidikan di india yang terkenal.

Tokoh lain yang besar pengaruhnya terutama bagi perkembangan

pendidikan agama islam di india ialah Sayyid Ahmad Khan.

5

Page 6: Sejarah pendidikan

3. Tiongkok Purba

Kebudayaan bangsa cina berkembang sendiri dengan tidak kena

pengaruh kebudayaan luar. Unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk

tidak mengurangi keaslian kebudayaan tiongkok. Maka pendidikan dan

pengajarannya mempunyai ciri-ciri yang khas, yang tidak menunjukkan

persamaan dengan ciri-ciri pendidikan dinegara-negara timur lainnya

Ciri-ciri pendidikannya ialah :

1. Masalah-masalah pendidikan todak dihubungkan dengan agama, tetapi

dengan tradisi dan kehidupan praktis

2. Sejak dahulu yang menyelenggarakan pendidikan ialah negara, juga

keluarga

3. Tujuan pendidikannya adalah mendidik kepala-kepala keluarga yang

baik, suami yang setia, anak yang patuh, pegawai-pegawai yang rajin,

warga negara yang jujur dan rela berbakti, raja-raja yang arif dan

bijaksana serta tentara yang gagah berani .

Tujuan pendidikan dan cita-cita hidup ditiongkok kena pengaruh

kuat dari ajaran-ajaran dua ahli fikir besar, yakni lao Tse dan Konfusius.

4. Arab purba yang beragama islam

Agama islam membantah anggapan orang yang mengatakan,

bahwa manusia itu berpembawaan buruk sejak ia lahir tetapi diakuinya,

bahwa pada manusia sering kali timbul hawa nafsu yang tidak sejalan

dengan norma-norma keagamaan. Ciri-ciri yang terpenting dari pada

pendidikan di negeri arab purba yang beragama islam ialah :

1) Agama membawa unsu- unsur bagi kepentingan pendidikan dan quran

merupakan sumber pengetahuan yang terutama sekali

2) Pendidikan agama islam mula-mula di berikan di masjid-masjid

3) Pendidikan orang dewasa didahului oleh pendidikan elementer yang di

berikan waktu masih kanak-kanak

4) Tujuan pendidikan terutama sekali menanamkan kepercayaan akan

adanya satu Tuhan yang wajib di sembah dan percaya pada semua

utusan-utusannya, menanamkan akhlak untuk membentuk manusia

6

Page 7: Sejarah pendidikan

menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang berbudi luhur dan

sanggup menegakan kebenaran sesuai ajaran islam.

5. Yunani Kuno

a. Pendidikan yang mula-mula

Bangsa Yunani bertempat kediaman di berbagai kota, polis

namanya. Karena itu perasaan merdeka besar sekali pada mereka.

Mereka tidak mau terikat pada satu pemerintahan yang bersifat sentral

dan menentukan segala-galanya untuk tiap-tiap orang Yunani.

Tiap-tiap polis mempunyai pemerintahan sendiri dan merupakan

pusat penghidupan politik, ekonomi dan kebudayaan. Kepentingan

politik dan ekonomi masing-masing polis tidak selalu sejalan, bahkan

sering bertentangan sesamanya.

Tetapi ada dua faktor yang menimbulkan rasa persatuan antara

penduduk polis-polis yang berlainan kepentingan dan kebudayaan itu.

Yang pertama ialah faktor sastra dan yang kedua ialah faktor olahraga.

Kedua faktor tersebut, mengikat suku-suku bangsa Yunani dan karena

itu merupakan faktor yang penting pula dalam pendidikan Yunani kuno.

Membaca dan menulis merupakan hal yang paling dasar dan

penting untuk dipelajari. Sesudah agak lancar menulis dan membaca,

diberikan pelajaran gramatika (ilmu bahasa). Pelajaran menulis dan

membaca itu diajarkan oleh guru yang disebut gramatis. Sastra

diajarkan bersama-sama dengan musik. Musik pun menjadi mata

pelajaran tersendiri pula, diberikan oleh guru musik yang disebut

citaris.

Pertandingan-pertandingan Olympia menyebabkan olahraga

menjadi mata pelajaran yang penting pula. Pelajaran olahraga diberikan

di gedung sekolah yang disebut palaestra pada tingkatan sekolah

rendah dan gymnasium untuk para pemuda yang berumur 16 tahun

keatas, Gymnasium itu ialah bangunan yang istimewa dipakai untuk

latihan-latihan olahraga. Kemudian di Eropa gymnasium berarti sekolah

7

Page 8: Sejarah pendidikan

menengah yang lamanya lima tahun dan di mana diajarkan bahasa-

bahasa kuno seperti Yunani dan Latin.

Olahraga bukan semata-mata ditujukan untuk pertandingan

Olympic yang diadakan sekali dalam empat tahun itu, tetapi juga untuk

selalu siap siaga dan waspada menghadapi serangan-serangan musuh.

Musuh itu ialah sesama bangsa Yunani, karena mereka gemar sekali

berperang sesama mereka.

Tentara ketika itu ialah tentara sukarela, artinya tiap-tiap orang

diharuskan membela polisnya dengan segala yang ada padanya.

Latihan ketentaraan diberikan pada umur 18 tahun, tetapi sebelum

mencapai umur itu kepada para pemuda telah diberikan latihan-latihan

kemiliteran dan pendidikan jasmani sejak tingkatan sekolah rendah di

palaestra-palaestra. Kepentingan latihan-latihan ketentaraan tidaklah

sama buat tiap-tiap polis. Sparta umpamanya lebih menekankan

pendidikannya pada latihan kemiliteran daripada polis-polis lainnya.

b. Pendidikan kemudian

Kalau dahulu sebelum tahun 479 SM hanya dua tingakatan

pendidikan yang ada, sekarang semenjak tahun 350 SM pendidikan

terbagi atas 3 tingkatan :

1. Sekolah rendah, yang memberikan pelajaran menulis, membaca,

berhitung dan bercakap-cakap. Gurunya bernama grammatis.

2. Sekolah menengah, yang mengajarkan ilmu ukur, menggambar dan

musik. Kemudian tata bahasa dan ilmu berpidato (rhetorika) mulai

pula diajarkan. Kalau di sekolah rendah murid-muridnya berumur

antara 7-13 tahun, di sekolah menengah berumur antara 13-16 tahun.

Guru-gurunya bernama Grammaticus

3. Sekolah tinggi untuk pemuda di atas umur 16 tahun. Ini diberikan di

sekolah-sekolah filsafat. Pada tingkat inilah terjadinya perubahan

pendidikan ketentaraan menjadi pendidikan kesusteraan dan filsafat.

Kira-kira dalam tahun 200 SM aliran-aliran filsafat Yunani dengan

sekolah-sekolahnya bersatu menjadikan universitas Athene.

8

Page 9: Sejarah pendidikan

Perubahan sistem pengajaran, yang dibawakan oleh perubahan-

perubahan sesudah tahun 479 SM. itu tidak saja terletak di perguruan

tinggi, tetapi juga pada sekolah-sekolah menengah dengan mata-mata

pelajarannya yang baru. Dahulu dalam waktu sebelum zaman

keemasannya sekolah rendah, yang dipimpin oleh seorang grammatist,

terbuka untuk anak-anak dari umur 8 sampai umur 16 tahun, maka

sesudah tahun 479 SM. itu untuk umur 13 tahun sampai 16 tahun ada

sekolah-sekolah menengah yang diberikan oleh Grammaticus.

Yang nyata sekali di dalam pendidikan Yunani ialah kepentingan

latihan badan, tidak saja untuk menjadi tentara, seperti pada orang

Sparta, tetapi juga untuk dijadikan dasar untuk menimbulkan rasa harga

diri dan keberanian. Di samping itu ajaran musik dan kesusteraan

diberikan sejalan, guna pembentuk akhlak dan rasa keindahan.

Sesudah Sparta dan Athene menjadi lemah oleh karena peperangan

Peloponesus maka datanglah Iskandar Zulkarnain yang

mengembangkan kerajaannya bersamaan dengan kebudayaan Yunani

ke Timur sampai ke tepi sungai Sindhu. Di dalam politik Yunani telah

jatuh, tetapi di dalam kebudayaan ia berkembang. Kebudayaan Yunani

sesudah Iskandar Zulkarnain dinamai Hellenisme.

6. Romawi

Pendidikan Romawi dapat dibagi dengan jelas dalam pendidikan

Romawi asli dan pendidikan Romawi kemudian.

1. Pendidikan Romawi asli diberikan di rumah oleh orang tua sendiri. Di

samping pendidikan dalam nyanyian, cerita-cerita bangsanya

diajarkan juga menulis dan membaca sedikit. Kalau sudah besar

sedikit diajarkan berburu, berlari, melompat, bergumul, naik kuda,

berenang

2. Sesudah Romawi mengalahkan Yunani, kebudataan Yunani

memperkaya kebudayaan Romawi dan meempengaruhi pendidikan

Romawi.

9

Page 10: Sejarah pendidikan

Akhirnya terbentuklah 3 tingkatan pendidikan Romawi kemudian

ini :

a. Anak-anak umur 6/7 tahun – 12 tahun masuk sekolah rendah atau

ludus yang mengajarkan menulis, membaca, berhitung, kesusilaan,

Undang-undang Dua Belas Meja

b. Sekolah-sekolah menegah atau gramaticus untuk mengajarkan

kesusteraan, kesusilaan, sejarah, mitologi, ilmu bumi, ilmu ukur, ilmu

bintang dan musik.

c. Sekolah tinggi atau rhetor untuk mendidik ahli pidato dengan mata

pelajaran trivium (gramatika, rhetorika, dialetika) dan quadrivium

( musik, ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu bintang).

7. Pengaruh agama Kristen

Sejak dari mulai berkembangnya agama Kristen selalu mempunyai

pemuka dan pemimpin yang ahli dan bijaksana. Dari semula ia telah dapat

mendirikan sekolah-sekolah di biara-biara. Disini dipelajari agama dan

sifat-sifat Tuhan dengan saksama dan dengan jalan begini selalu cukup

tenaga untuk menyiarkan agama.

Sampai tahun 180 sekolah-sekolah yang diadakan itu bersifat

merdeka, tetapi sesudah timbul perubahan yang mulai di Iskandariah di

bawah pimpinan pemuka agama, yang bernama Pantainos. Ia dahulunya

menjadi pengikut aliran Stoa. Ialah yang mengajarkan kesusteraan Yunani,

sejarah, dialetika, ilmu ukur, ilmu alam dan ilmu bintang di samping

agama.

Dengan adanya sekolah ini timbullah agama Kristen sebagai faktor

di dalam kerajaan Romawi. Sekolah-sekolah seperti yang diadakan oleh

Pantainos ini didirikan juga kemudian di Daesaria, Antiochia, Edyssa dan

Nisiba.

Susunan gereja tambah diperkuat dengan pembentukan uskup.

Uskup berkedudukan di Roma semakin lama semakin penting

kedudukannya, sehingga kemudian dipandang oleh dunia Kristen sebagai

uskup yang tertinggi (Paus). Di tempat kedudukan uskup didirikan

10

Page 11: Sejarah pendidikan

sekolah-sekolah pembentuk pendeta-pendeta, seperti di ARLESDA, York.

Di sana diajarkan Kitab Suci, theologi, kesusteraan dan filsafat.

8. Zaman Renaissance

Gerakan renaissance adalah gerakan yang dipelopori oleh kaum

atasan, dibantu oleh para pangeran yang ketika itu banyak jumlahnya di

Italia. Di samping itu muncul satu golongan baru ke atas yang berasal dari

golongan menengah. Mereka adalah golongan yang telah menjadi kaya

raya karena perniagaan. Karena itu kedudukan mereka dalam masyarakat

naik pula. Mereka menginginkan pendidikan dalam bahasa daerah untuk

anak-anak mereka.

Pada mulanya sekolah-sekolah yang memakai bahasa daerah itu

tidak mendapat sambutan baik. Orang waktu itu beranggapan, bahwa

bahasa daerah itu akan diketahui dengan sendirinya oleh tiap-tiap anak

karena dipakai di rumah dan dalam pergaulan mereka sehari-hari sesama

mereka.

Tetapi kemudian kantor-kantor pengadilan mulai menuliskan

laporan-laporannya dalam bahasa daerah. Persetujuan dagang dan surat-

surat wasiat mulai banyak di tulis dalam bahasa daerah pula, terutama oleh

golongan orang kaya itu sebagi kasta ketiga. Perubahan-perubahan itu

memberikan dorongan yang besar sekali kepada sekolah-sekolah untuk

mengajarkan menulis dan membaca dalam bahasa daerah. Sebagai akibat

dari gerakan renaissance itu sekolah-sekolah rendah mendapat dorongan

yang besar sekali untuk berkembang.

Disamping itu gerakan renaissance memberikan dorongan pula

untuk timbulnya sebuah jenis sekolah menengah di Eropa, yaitu

Gymnasium di Jerman, Lyceum di Perancis dan English Publik Schools di

Inggris. Sekolah-sekolah itu didirikan untuk golongan atas dan yang

menjadi inti pelajaran ialah buku-buku klasik.

11

Page 12: Sejarah pendidikan

9. Zaman Realisme

Berlawanan dengan pendidikan klasik dari Zaman Renaissance

yang mengutamakan kata-kata dan bahasa, maka aliran Realismus ini

mengutamakan res (benda-benda) sebagai pangkal bagi segala pelajaran.

Zaman realisme ini pendidikan mulai diarahkan kepada dunia dan

bersumber dari keadaan di dunia pula. Ini sesuai dengan cara berpikir yang

induktif, yang menghendaki observasi benda-benda dan kenyataan-

kenyataan untuk nanti sampai kepada kesimpulan yang umum.

Gerakan pada zaman realisme ini didorong oleh berkembangnya

“ilmu pengetahuan alam” seperti penemuan-penemuan  baru dalam ilmu

falak, tentang planet-planet dan bumi mengitari matahari serta penemuan-

penemuan daerah baru dalam mengelilingi dunia. Zaman realisme ini

dikatakan zaman kebangkitan ilmu.

Tokoh-tokohnya :

1. Francis Bacon ( yang mengembangkan methode induktif )

Pendapat Bacon yaitu :

a. Dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan, pandangan

harus diarahkan kepada realita alam ini serta hal-hal praktis yang

ada didalamnya.

b. Alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa didapat

lewat alat-alat indra.

c. Menggunakan metode berfikir induktif.

d. Bila memungkinkan dapat mengembangkan pengetahuan dengan

eksperimen-eksperimen.

e. Penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan.

Prinsip pendidikan yang dikembangkan Bacon adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran sebab

mengembangkan semua kemampuan manusia.

b. Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri.

c. Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan

d. Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak

e. Pelajaran harus diberikan satu per Satu

12

Page 13: Sejarah pendidikan

f. Pengetahuan diperoleh dengan metode induksi

g. Semua anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk

belajar.

2. Johann Amos Comenius

Tokoh ini terkenal karena bukunya yaitu :

a. Janua Linguarum Reserata ( pintu terbuka bagi bahasa ) th. 1631

b. Didactica Magna ( Buku didaktik yang besar ) th. 1632

c. Orbis Pictus ( Gambar dunia ) th. 1651.

Pandangan Aliran  Realisme:

1.      Anak-anak harus belajar dari alam

2.      Belajar dengan metode induktif

3.      Mementingkan aktifitas

4.      Mengutamakan pengertian

5.      Ekspresi kata untuk menyatakan pengertian menjadi penting

6.      Belajar melalui bahasa ibu

7.      Belajar dibantu oleh gambar

8.      Materi dipelajari satu demi satu dari yang mudah ke yang sukar.

9.      Pelajaran disesuaikan dengan anak

10.  Pendidikan bersifat demokratis yaitu untuk semua anak.

10. Zaman Rasionalisme

Aliran ini memberikan kekuasaan pada manusia untuk berfikir

sendiri dan bertindak untuk dirinya, karena itu latihan sangat diperlukan

pengetahuannya sendiri dan bertindak untuk dirinya. Paham ini muncul

karena masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat menumbangkan

kekuasaan Raja Perancis yang memiliki kekuasaan absolut.

Tokoh pendidikan pada zaman ini pada abad ke-18 adalah John

Locke. Teorinya yang terkenal adalah leon Tabularasa, yaitu mendidik

seperti menulis di atas kertas putih dan dengan kebebasan dan kekuatan

akal yang dimilikinya manusia digunakan unutk membentuk

pengetahuannya sendiri.

13

Page 14: Sejarah pendidikan

Teori yang membebaskan jiwa manusia ini bisa mengarah kepada

hal-hal yang negatif, seperti intelektualisme, individualisme, dan

materialisme.

11. Zaman Naturalisme

Sebagai reaksi terhadap aliran Rasionalisme, pada abad ke-18

muncullah aliran Naturalisme dengan tokohnya, J. J. Rousseau. Aliran ini

menentang kehidupan yang tidak wajar sebagai akibat dari Rasionalisme,

seperti korupsi, gaya hidup yang dibuat-buat dan sebagainya.

Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio

dengan hati dan alamiah, sehingga pendidikan dilaksanakan secara

alamiah (pendidikan alam).

Naturalisme menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-

kebutuhannya, dapat menemukan jalan kebenaran di dalam dirinya sendiri

(Mudyaharjo, 2008: 118).

Menurut Rousseau ada tiga asas dalam mengajar, yaitu:

1. Asas pertumbuhan, pengajaran harus memberi kesempatan untuk anak-

anak bertumbuh secara wajar dengan cara mempekerjakan mereka

sesuai dengan kebutuhannya

2. Asas aktivitas, melalui bekerja anak akan menjadi aktif,yang akan

memberikan pengalaman, yang akan kemudian menjadikan

pengetahuan mereka

3. Asas individualitas, menyiapkan pendidikan sesuai dengan

individualitas masing-masing anak, sehingga mereka berkembang

menurut alamnya sendiri

12. Zaman Developmentalisme

Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19. Aliran

ini memandang pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa

sehingga aliran ini sering disebut gerakan psikologis dalam pendidikan.

Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart,

Friedrich Wilhelm Frobel, dan Stanley Hall.

14

Page 15: Sejarah pendidikan

Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini meliputi:

Mengaktualisasi semua potensi anak yang masih laten, membentuk

watak susila dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan

derajat social manusia.

Pengembangan ini dilakukan sejalan dengan tingkat-tingkat

perkembangan anak (Pidarta, 2007: 116-20) yang melalui observasi

dan eksperimen (Mudyahardjo, 2008: 114)

Pendidikan adalah pengembangan pembawaan (nature) yang disertai

asuhan yang baik (nurture).

Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan pendidikan

dasar dan pengembangan pendidikan universal (Mudyaharjo, 2008:

114).

13. Zaman Nasionalisme

Zaman nasionalisme muncul pada abad ke-19 sebagai upaya

membentuk patriot-patriot bangsa dan mempertahankan bangsa dari kaum

imperialis. Tokoh-tokohnya adalah La Chatolais (Perancis), Fichte

(Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat).

Konsep pendidikan yang ingin diusung oleh aliran ini adalah:

Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan negara,

Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan,

Materi pelajarannya meliputi: bahasa dan kesusastraan nasional,

pendidikan kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan, sejarah dan

geografi Negara, dan pendidikan jasmani.

Akibat negatif dari pendidikan ini adalah munculnya chaufinisme,

yaitu kegilaan atau kecintaan terhadap tanah air yang berlebih-lebihan di

beberapa Negara, seperti di Jerman, yang akhirnya menimbulkan pecahnya

Perang Dunia I (Pidarta, 2007: 120-21).

15

Page 16: Sejarah pendidikan

14. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme.

Zaman ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa

pendidikan adalah alat untuk memperkuat kedudukan

penguasa/pemerintahan yang dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam

Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang berkuasa yang

kemudian mengarah pada individualisme.

Sedangkan positivisme hanya percaya pada kebenaran yang dapat

diamati oleh panca indera sehingga kepercayaan terhadap agama semakin

melemah. Tokoh aliran positivisme adalah August Comte.

15. Zaman Sosialisme

Aliran sosial dalam pendidikan muncul pada abad ke-20 sebagai

reaksi terhadap dampak liberalisme, positivisme, dan individualisme.

Tokoh-tokohnya adalah Paul Nartrop, George Kerchensteiner, dan John

Dewey.

Menurut aliran ini, masyarakat memiliki arti yang lebih penting

daripada individu. Ibarat atom, individu tidak ada artinya bila tidak

berwujud benda. Oleh karena itu, pendidikan harus diabdikan untuk

tujuan-tujuan sosial.

16

Page 17: Sejarah pendidikan

B. Sejarah Pendidikan Indonesia

Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia sendiri.

Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu

telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh

agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan zaman

penjajahan, sampai dengan pendidikan zaman kemerdekaan.

Indonesia dan negara-negara lainnya pada tahap awal perkembangan

ekonomi mereka telah mengembangkan sistem pendidikan yang baik dan

berdasarkan kebudayaan tradisional.

Tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia

merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif (Buchori,

1995: vii). Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses

perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di

masa yang lampau.

Perjalanan sejarah pendidikan di tanah air yang sangat panjang, bahkan

semenjak jauh sebelum kita menacapai kemerdekaan pada tahun 1945, baik

sebagai aktivitas intelektualisasi dan budaya maupun sebagai alat perjuangan

politik untuk membebaskan bangsa dari belenggu kolonialisme, telah diwarnai

oleh bermacam-macam corak (Sigit, 1992: xi). Menjelang 64 tahun Indonesia

merdeka, dengan sistem politik sebagai penjabaran demokrasi Pancasila di Era

Reformasi ini yang telah mewujudkan pola Pendidikan Nasional seperti

sekarang, kita mulai dapat melihat dengan ke arah mana partisipasi masyarakat

dalam ikut serta menyelenggarakan pendidikan itu. Semua corak tersebut

memiliki pandangan atau dasar pemikiran yang hampir sama tentang

pendidikan; pendidikan diarahkan pada optimasi upaya pendidikan sebagai

bagian integral dari proses pembangunan bangsa.

Di samping itu, pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkam

generasi berkualitas untuk kepentingan masa depan. Pendidikan dijadikan

sebagai institusi utama dalam upaya pembentuk sumber daya manusia (SDM)

berkualitas yang diharapkan suatu bangsa. Apalagi kini semakin dirasakan

bahwa SDM Indonesia masih lemah dalam hal daya saing (kemampuan

17

Page 18: Sejarah pendidikan

kompetisi) dan daya sanding (kemampuan kerja sama) dengan bangsa lain di

dunia (Anzizhan, 2004: 1).

Berikut akan dipaparkan perjalanan sejarah pendidikan bangsa Indonesia

dari masa ke masa.

1. Zaman Purba

Kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat nenek moyang

bangsa Indonesia pada zaman Purba disebut kebudayaan paleolitik.

Adapun kebudayaan pada kurang lebih 1500 tahun SM yang lalu disebut

kebudayaan neolitik.

Karakteristik kebudayaan masyarakat pada zaman ini tergolong

kebudayaan maritim. Kepercayaan yang dianut masyarakat antara lain

animisme dan dinamisme. Masyarakat dipimpin oleh oleh ketua adat.

Namun demikian ketua adat dan para empu (pandai besi dan dukun yang

merupakan orang-orang pandai) tidak dipandang sebagai anggota

masyarakat lapisan tinggi, kecuali ketika mereka melaksanakan

peranannya dalam upacara adat atau upacara ritual, dll. Sebab itu, mereka

tidak memiliki stratifikasi sosial yang tegas, tata masyarakatnya bersifat

egaliter. Adapun karakteristik lainnya yakni bahwa mereka hidup

bergotong-royong.

Tujuan pendidikan pada zaman ini adalah agar generasi muda dapat

mencari nafkah, membela diri, hidup bermasyarakat, taat terhadap dan

terhadap nilai-nilai religi (kepercayaan) yang mereka yakini. Karena

kebudayaan masyarakat masih bersahaja, pada zaman ini belum ada

lembaga pendidikan formal (sekolah).

Pendidikan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga dan dalam

kehidupan keseharian masyarakat yang alamiah. Kurikulum

pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap dan nilai mengenai

kepercayaan melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka

menyembah nenek moyang, pendidikan keterampilan mencari nafkah

(khususnya bagi anak laki-laki) dan hidup bermasyarakat serta bergotong

royong melalui kehidupan real dalam masyarakatnya.

18

Page 19: Sejarah pendidikan

Pendidiknya terutama adalah para orangtua (ayah dan ibu), dan

secara tidak langsung adalah para orang dewasa di dalam masyarakatnya.

Sekalipun ada yang belajar kepada empu, apakah kepada pandai besi atau

kepada dukun jumlahnya sangat terbatas, utamanya adalah anak-anak

mereka sendiri.

2. Zaman Pengaruh Hindu Budha

Pada abad-abad permulaan terjadilah hubungan perdagangan antara

orang- orang hindu dengan orang indonesia. Pedagang-pedangang hindu

itu termasuk manusia dari tingkatan rendah karena itu sukar bagi mereka

untuk mempengaruhi orang-orang indonesiayang terkemuka dan

berpengetahuan jauh lebih luas dari mereka.

a. Paham hindu

Susunan masyarakat feodal di indonesia itu berdasarkan paham

hindu. Paham ini tidak disebabkan karena kepercayaan yang sama

terhadap dewa, tetapi karena kasta. Diantara dewa-dewa yang sangat

banyak ada tiga dewa yang paling umum yaitu dewa-dewa brahma, wisnu

dan siwa. Yang terutama berkembang di indonesia adalah agama siwa.

b. Paham budha

Bagi budha, hidup itu merupakan penderitaan semata-mata. Ia

berusaha untuk mencari bahan jawaban atas pertanyaan tentang artiu dan

maksud hidup yang banyak mengandung duka daripada suka. Budha pun

megakui adanya sangsara. Paham budha mempersatukan seluruh manusia,

tidak mengenal pembagian kasta. Antara abad ke 4-3 sebelum masehi

ajaran budha terpecah terjadi dua aliran.

1. Hinayana (kendaraan kecil)

Seseorang harus mencapai nirwana atas tenga dan kekuasaan sendiri,

sedikit benar orang yang benar dapat mencapai nirwana itu.

2. Mahayana(kendaraan besar)

Seseorang dapat mencapai nirwana dengan pertolongan bodhi sattwa.

19

Page 20: Sejarah pendidikan

c. Keadaan pendidikannya

Pendidikan pada zaman ini, selain diselenggarakan di dalam

keluarga dan didalam kehidupan keseharian masyarakat, juga

diselenggarakan di dalam lembaga pendidikan yang disebut Perguruan

(Paguron) atau Pesantren. Hal ini sebagaimana telah berlangsung di

kerajaan Tarumanegara dan Kutai. Pada mulanya yang menjadi guru

adalah kaum brahmana. Mereka menggantikan para empu di indonesia.

Brahmana menjadi manusia yang istimewa. Para empu belajar kepada

brahmana. baru setelah itu empu-empu itu menjadi guru dan mengganti

kedudukan brahmana .

Ada dua macam guru :

1. Guru kraton : golongan yang dijamin

2. Guru petapa: menginsyafi tugas nya

Di pandang dari sudut kesaktian empu dan guru itu sama saja,

kedua-dua nya termasuk orang yang sakti.

Tujuan pendidikan pada umumnya adalah agar para peserta dididik

menjadi penganut agama yang taat, mampu hidup bermasyarakat sesuai

tatanan masyarakat yang berlaku saat itu, mampu membela diri dan

membela negara. Kurikulum pendidikannya meliputi agama, bahasa

sansekerta termasuk membaca dan menulis (huruf Palawa), kesusasteraan,

keterampilan memahat atau membuat candi, dan bela diri (ilmu

berperang). Sesuai dengan jenis lembaga pendidikannya (perguruan),

maka metode atau cara-cara pendidikannya pun adalah “Sistem Guru

Kula”. Dalam sistem ini murid tinggal bersama guru di rumah guru atau

asrama, murid mengabdi dan sekaligus belajar kepada guru. (Syaripudin,

2012 : 199)

3. Zaman Perkembangan Permulaan Agama Islam

Agama islam masuk ke indonesia melalui keraton. Di ketahui

bahwa pada masa itu ada dua jenis raja: raja pesisir dan raja pedalaman.

Penyebaran agama islam raja- raja pesisir mendapat pengaruh yang lebih

besar. Pengaruh agama islam di antaranya dapat berkembang melalui

20

Page 21: Sejarah pendidikan

guru-guru pertapa, yang telah di islamkan oleh para wali. Di pedalaman,

ajaran hindu-budha mencampuri agama islam. Pengaruh kebudayaan

hindu-budha sudah berakar terutama di jawa tengah dan jawa timur .

Islam berarti berserah diri, yakni menyerahkan diri sebulat-

bulatnya pada kemauan allah. Seorang muslim adalah orang yang percaya

dan patuh kepada perintah allah.

Tujuan pendidikan pada zaman kerajaan Islam diarahkan agar

manusia bertaqwa kepada Allah S.W.T., sehingga mencapai keselamatan

di dunia dan akhirat melalui “iman, ilmu dan amal”. Selain berlangsung di

dalam keluarga, pendidikan berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan

lainnya, seperti: di langgar-langgar, mesjid, dan pesantren. Lembaga

perguruan atau pesantren yang sudah ada sejak zaman Hindu-Budha

dilanjutkan oleh para wali, ustadz, dan atau ulama Islam. Kurikulum

pendidikannya tidak tertulis (tidak ada kurikulum formal). Pendidikan

berisi tentang tauhid (pendidikan keimanan terhadap Allah S.W.T.), Al-

Qur’an, hadist, fikih, bahasa Arab termasuk membaca dan menulis huruf

Arab.

Pendidikan adalah hak semua orang, bahkan semua orang wajib

mencari ilmu, mendidik diri atau belajar. Pendidikan pada zaman kerajaan

Islam bersifat demokratis. Pada zaman ini pendidikan dikelola oleh para

ulama, ustadz atau guru. Raja tidak ikut campur dalam pengelolaan

pendidikan (pengelolaan pendidikan bersifat otonom).

Pendidikan dilakukan dengan metode yang bervariasi, tergantung

dengan sifat materi pendidikan, tujuan, dan peserta didiknya. Contoh

metode yang sering digunakan adalah: ceramah atau tabligh (wetonan)

untuk menyampaikan materi ajar bagi orang banyak (belajar bersama)

biasanya dilakukan di mesjid; mengaji Al-Qur’an dan sorogan (cara-cara

belajar individual). Dalam metode sorogan walaupun para santri bersama-

sama dalam satu ruangan, tetapi mereka belajar dan diajar oleh ustadz

secara individual. Cara-cara belajar dilakukan pula melalui nadoman atau

lantunan lagu. Selain itu dilakukan pula melalui media dan cerita-cerita

yang telah digunakan para pandita Hindu-Budha, hanya saja isi ajarannya

21

Page 22: Sejarah pendidikan

diganti dengan ajaran yang Islami. Demikian pula dalam sistem pesantren

atau pondok asrama. Di langgar atau surau, selain melaksanakan shalat,

biasanya anak-anak belajar mengaji Al-Qur’an dan materi pendidikan yang

sifatnya mendasar. Adapun materi pendidikan yang lebih luas dan

mendalam dipelajari di pesantren. (Syaripudin, 2012 : 200)

4. Zaman Pengaruh Portugis dan Spanyol

Karena berkembangnya perdagangan maka permulaan abad ke-16

datanglah ke Indonesia bangsa eropa pertama yaitu bangsa portugis yang

di susul bangsa Spanyol. Mereka datang ke Indonesia selain untuk

berdagang mereka juga mengembangkan agama nasrani.

Pengaruh bangsa Portugis dalam bidang pendidikan utamanya

berkenaan dengan penyebaran agama Katholik. Demi kepentingan

tersebut, tahun 1536 mereka mendirikan sekolah (Seminarie) di Ternate,

selain itu didirikan pula di Solor. (Syaripudin, 2012 : 201)

Kurikulum pendidikannya berisi pendidikan agama Katolik,

ditambah pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Pendidikan

diberikan bagi anak-anak masyarakat terkemuka. Pendidikan yang lebih

tinggi diselenggarakan di Gowa, pusat kekuasaan Portugis di Asia.

Pemuda-pemuda yang berbakat dikirim ke sana untuk dididik. Pada tahun

1546, di Ambon telah ada tujuh kampung yang penduduknya memeluk

agama Nasrani Katolik.

5. Zaman Pengaruh Belanda

Pada masa kolonial, sistem pendidikan berkembang dengan

berdasar pada sistem pendidikan sebelumnya ini. Pada masa modern

seperti sekarang, sistem pendidikan yang berlaku juga berdasarkan

pengembangan dari sistem pendidikan kolonial (Williams, 1977: 17).

Belanda mendirikan sekolah-sekolah di bagian Timur Indonesia

yaitu di Pulau Ambon, Ternate, dan Bacan (Maluku). Sekolah-sekolah ini

mengajarkan agama dan pengetahuan umum. Bahasa pengantar yang

dipergunakan adalah bahasa Melayu dan Belanda. Mereka juga

22

Page 23: Sejarah pendidikan

mendirikan sekolah untuk calon pegawai VOC di Ambon dan Jakarta.

Kurikulum sekolah mengalami perubahan radikal dengan masuknya ide-

ide liberal dari kalangan agama Kolonial yang bertujuan mengembangkan

kemampuan intelektual, nilai-nilai rasional dan sosial.

Zaman kolonial belanda dikenal juga masa Perjuangan dalam

memajukan pendidikan. Kemajuan pendidikan di zaman ini ditandai

dengan munculnya tokoh-tokoh atau golongan pemuda yang berjuang

untuk pendidikan di Indonesia namun masih bersifat kedaerahan.

Kelompok ini mendirikan organisasi Budi Utomo pada tahun 1908.

Perjuangan semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah Pemuda tahun

1928 (Pidarta, 2013:133-134).

Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan, ada

tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan yang berjuang

melalui pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda

melaluli lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan

martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh

pendidik itu adalah Mohamad Syafei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji

Ahmad Dahlan.

Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch

Nederlandse School di Sumatra Barat pada tahun 1926. Sekolah ini lebih

dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di

kayutanam. Maksud utama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat

berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka.

Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta.

Sifat, sistem, dan metode pendidikannya diringkas kedalam empat

kemasan , yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan

Semboyan atau perlambang. Asas Taman Siswa dirumuskan tahun 1922,

yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menantang

penjajahan Belanda pada waktu itu.

Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi

agama islam pada tahun 1912 di Yogyakatra, yang kemudian berkembang

menjadi pendidikan agama islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian

23

Page 24: Sejarah pendidikan

beasar memusatkan diri pada perkemabangan agama islam, dengan

beberapa ciri seperti berikut. Asas pendidikannya adalah islam dengan

tujuan mewujudkan orang- orang muslim yang berakhlak mulia, cakap,

percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta Negara.

6. Masa Perjuangan Bangsa

Perjuangan bangsa Indonesia untuk mejuwudkan suatu bangsa

yang merdeka dan mengisinya agar menjadi jaya adalah penjang sekali.

Perjuangan itu dimulai dari zaman kerajaan-kerajaan, sudah

dikumandangkan, nilai-nilai keprajuritan sudah ditanamkan, dan semangat

membela kerajaan dikobarkan. Walupun perjuangan ini sifatnya

kedaerahan, namun nilai didik semangat juang itu sudah cukup besar

artinya bagi generasi yang mewarisi sejarah itu. Perjuangan yang bersifat

daerah itu berubah menjadi perjuangan bangsa sejak didirikannya Budi

Utomo pada tahun 1908.

Organisasi Budi Utomo didirikan dengan ciri-ciri seperti berikut :

1. Dasar organisasi adalah kebudayaan.

2. Tujuannya adalah untuk memajukan bangsa Indonesia dalam segala

bidang kehidupan, terutama kebudayaan.

3. Pimpinan adalah orang-orang Indonesia yang bukan pelajar.

Perjuangan kebangsaan semakin meningkat sejak dilakukannya

Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Dari isi sumpah ini kelihatan bahwa

persatuan bangsa Indonesia semakin kuat, karena merasa diikat oleh

Negara, bangsa, dan bahasa yang satu yaitu Indonesia. Patriot-patriot

bangsa mulai bermunculan di sana-sini, mereka berjuang untuk merebut

kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan.

Jiwa patriotik memiliki nilai-nilai 45 dan semangat 45. Nilai dan

semangat 45 ini sampai sekarang tetap terkenal, dan memang

keberadaannya tetap dipertahankan. Karena nilai dan semangat 45 masih

relevan untuk dipakai berjuang dalam mengisi kemerdekaan ini, walaupun

sifat perjuangan itu tidak sama. Nilai 45 adalah nilai-nilai yang bertumbuh

dan berkembang dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut

24

Page 25: Sejarah pendidikan

dan mempertahankan kemerdekaannya. Semangat 45 adalah perwujudan

dinamis atau ekspresi dari jiwa 45 yang membangkitkan kemauan untuk

berjuang. Semangat ini bisa dilihat dengan jelas dari perilaku mereka

sehari-hari.

Perjuangan bangsa Indonesia dalam zaman penjajahan Jepang tetap

berlanjut. Bangsa kita tidak mau diam sebelum cita-cita merdeka tercapai.

Walaupun Jepang menguras habis- habisan kekayaan Indonesia, bangsa

kita tidak pantang menyerah berkat semangat 45 yang telah berkembang di

hati mereka.

Ada beberapa segi positif pada zaman penjajahan Jepang, yaitu :

1. Jepang memberikan pendidikan militer kepada para pemuda Indonesia,

dengan bermaksud memperkuat pertahanan mereka.

2. Menghapus dualisme pendidikan penjajah Belanda dan

menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi setiap orang.

3. Pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan oleh penjajah

Jepang.

Ketiga hal ini memberi kemudahan kepada bangsa kita, khususnya

para pejuang, untuk merealisasi Indonesia merdeka. Dan hal ini menjadi

kenyataan pada tanggal 17 Agustus 1945 ketika kemerdekaan Indonesia

diproklamasikan.

7. Masa Pembangunan

Setelah Indonesia merdeka, terutama ketika gangguan dan masalah

dalam negeri sudah muali reda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan

mulai digerakkan. Termaksud inovasi-inovasi pendidikan juga sudah

dilaksanakan untuk mencapai sasaran pendidikan yang diinginkan.

Beberapa inovasi yang telah dilakukan antara lain adalah PPSP

yang mencobakan belajar dengan modul, SD pamong yaitu pendidikan

antara masyarakat, orang tua, dan guru, yang hilang dari peredaran setelah

muncul SD Inpres untuk mengejar target kuantitatif atau pemerataan

pendidikan. Inovasi-inovasi ini gagal antara lain karena hanya merupakan

25

Page 26: Sejarah pendidikan

imitasi dari praktik-praktik dan pemikiran dunia Barat, disamping karena

heterogenitas budaya dan luasnya Negara Indonesia.

Sementara itu Alisyahbana (1990) mengemukakan ada tiga macam

pesimisme dikalangan ahli pendidikan, yaitu :

1. Pemerintah seolah-olah belum memiliki political will yang kuat untuk

memperbaiki pendidikan.

2. Orang Indonesia memiliki budaya begitu lamban melakukan

transformasi sosial, yang sangat perlu untuk mengadakan adaptasi

terhadap dunia yang berubah dengan cepat.

3. Seolah-olah sifat munculnya tokoh pemikir yang berani menyusun dan

memperjuangkan konsep-konsep yang bertalian dengan pendidikan

nasional yang mungkin tidak sejalan dengan keinginan para birokrat

yang berkuasa.

Ini merupakan bagian dari kondisi pendidikan kita pada masa

pembangunan. Masalah yang lain tertulis dalam Deklarasi Konvensi

Nasional Pendidikan II tahun 1992 yang menyatakan bahwa :

1. Realisasi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan

pemerintah, belum terwujud secara menyeluruh dan bahkan belum

dihayati sepenuhnya oleh semua pihak.

2. Diperlukan political will dan dukungan biaya yang memadai untuk

pendidikan di daerah terpencil serta dengan pola pembangunan terpadu

atas dasar kerja sama lintas departemen.

3. Penanaman nilai-nilai budaya maupun agama tidak cukup melalui

bidang studi saja seperti keadaan sekarang, melainkan melalui semua

bidang studi secara integratif.

Lebih lanjut Buchori (1990) mengemukakan ada beberapa

kesenjangan terjadi dalam dunia pendidikan kita, yaitu :

1. Kesenjangan okupasional

2. Kesenjangan akademik

3. Kesenjangan kultural

4. Kesenjangan temporal

26

Page 27: Sejarah pendidikan

Pembangunan dibidang pendidikan masih banyak menghadapi

hambatan, yang membuat lulusannya kurang memadai. Dampak dari

kondisi seperti ini adalah pembangunan secara keseluruhan tidak dapat

dilewati dengan lancar. Memang benar pembangunan pendidikan secara

kuantitatif dapat dipandang sudah berhasil dengan selesainya wajib belajar

6 tahun. Tugas pendidikan sebagian untuk membentuk mental dan moral

serta sebagian lagi untuk membentuk pengetahuan dan keterampilan .

8. Masa Reformasi

Walaupun gambaran reformasi pada awalnya serba negative,

namun lambat laun keberadaan bisa berubah secara perlahan-lahan. Sistem

Pendidikan mulai berubah, yang didahului oleh perubahan Undang-

Undang Pendidikan. Undang-Undang Pendidikan yang baru menginginkan

sistem pendidikan sentralisasi berubah menjadi sistem desentralisasi, hal

ini sejalan dengan perubahan sistem pemerintahan yang juga menjadi

desentralisasi.

Sistem desentralisasi pendidikan belum berada pada tingkat

lembaga, kecuali perguruan tinggi, melainkan baru pada tingkat kabupaten

atau kota. Hal ini disebabkan oleh kemampuan personalia pendidikan

belum memadai. Secara konsep sistem desentralisasi pendidikan memang

lebih baik dari pada sentralisasi pendidikan. Sebab sistem yang baru ini

kalau dilaksanakan dengan baik akan dapat memajukan daerah masing-

masing sesuai dengan kondisi geografis, budaya, kebutuhan, dan

kemungkinan-kemungkinan perkembangan di masa depan.

Instrument-instrumentuntuk mewujudkan desentralisasi pendidikan

juga sudah diusahakan, seperti MBS (manajemen berbasis sekolah), Life

Skills (lima keterampilan hidup), dan TQM (total quality manajement).

Tetapi nasibnya sama dengan wujud desentralisasi pendidikan yaitu masih

lebih besar penampakan konsep daripada pelaksanannya. Hal ini juga

disebabkan oleh dua kelemahan utama tersebut yaitu kekurang mampuan

personalia dan kekurangan dana.

27

Page 28: Sejarah pendidikan

Di samping itu pemerintah juga mengubah istilah pendidikan

sekolah dan pendidikan luar sekolah menjadi pendidikan jalur formal,

nonformal dan informal. Pendidikan nonformal sangat berperan dalam

mengembangkan keterampilan warga belajar untuk mampu bekerja di

masyarakat sedangkan pendidikan informal di masyarakat dan dalam

keluarga sangat berperan dalam mengembangkan afeksi atau kepribadian,

sikap,moral dan mental anak-anak.

28

Page 29: Sejarah pendidikan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian di atas mengenai sejarah pendidikan dunia dan

Indonesia, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan itu mulai ada sejak

manusia pertama kali diciptakan oleh Tuhan dan baru berakhir apabila “dunia

mengakhiri perkembangannya”.

Pendidikan pun telah ada pada zaman purba walaupun dengan banyak

keterbatasannya. Dari masa ke masa pendidikan terus mengalami

perkembangan dan perbaikan dalam segala aspeknya. Dari mulai zaman purba

hingga era modern selalu ada pembaharuan dalam dunia pendidikan. Di

Indonesia pun demikian, dari zaman purba hingga era reformasi dewasa ini

pendidikan kita terus diupayakan agar lebih baik lagi. Pendidikan pun

disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebudayaan masyarakat

disekitar wilayah pendidikan itu sendiri.

Terakhir, sejarah pendidikan ada bukan hanya untuk dijadikan sebagai

kenangan untuk diingat, tapi sejarah pendidikan ada sebagai pedoman tentang

apa yang harus kita lakukan hari ini dan di masa yang akan datang dalam dunia

pendidikan.

B. Saran

Dari apa yang kami dapat dari makalah ini, kami pun menyarankan kepada

para pembaca untuk bersama-sama menggali kembali puing-puing sejarah

pendidikan baik di dunia maupun di Indonesia untuk menambah ilmu

pengetahuan dan untuk dijadikan referensi bagi kita sebagai insan dalam dunia

pendidikan untuk memajukan dunia pendidikan.

Selain hal di atas, kami juga menyadari bahwa makalah ini belum bisa

dikatakan sempurna, karena itu kami mengharapkan saran ataupun kritik dari

para pembaca untuk kemajuan kita bersama.

29