Sejarah Nasioanal Indonesia 3

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang. Masa penjajahan Belanda di Indonesia dapat dibagi dalam dua periode abad ke 18 dan 19 yaitu periode tahun 1602 sampai 1799, dan periode tahun 1800 sampai 1942.Periode pertama abad ke 18 yaitu antara tahun 1602 sampai 1799, Indonesia di bawah persekutuan dagang Belanda Persekutuan dagang itu dibentuk tahun 1602, dan merupakan hasil penyatuan atau merger beberapa serikat dagang di Belanda.Serikat dagang ini bernama Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Kepada serikat dagang ini, pemerintah Belanda memberikan hak-hak istimewa. Setelah berjalan lebih dari satu setengah abad, ternyata keuntungan yang diperolehsemakin kecil , kasnya semakin menipis, sedang anggaran belanja VOC semakin besar. Keadaan tersebut tidak semakin bertambah baik tetapi justru semakinmerosot. Itulah sebabnya VOC akhir abad ke 18 membubarkan dirinya pada tanggal 31 Desember 1799. Setelah VOC bubar, Indonesia diserahkan kepada pemerintah Belanda (Republik Bataaf). Pegawai-pegawai VOC menjadi pegawai pemerintah kolonial Belanda tersebut. Hutang VOC juga menjadi tanggungan pemerintah 1

description

Membahas Sejarah Akhir abad ke 18 hingga akhir abad ke 19.

Transcript of Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Page 1: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.

Masa penjajahan Belanda di Indonesia dapat dibagi dalam dua periode

abad ke 18 dan 19 yaitu periode tahun 1602 sampai 1799, dan periode tahun 1800

sampai 1942.Periode pertama abad ke 18 yaitu antara tahun 1602 sampai 1799,

Indonesia di bawah persekutuan dagang Belanda Persekutuan dagang itu dibentuk

tahun 1602, dan merupakan hasil penyatuan atau merger beberapa serikat dagang

di Belanda.Serikat dagang ini bernama Verenigde Oost-Indische Compagnie

(VOC). Kepada serikat dagang ini, pemerintah Belanda memberikan hak-hak

istimewa. Setelah berjalan lebih dari satu setengah abad, ternyata keuntungan

yang diperolehsemakin kecil , kasnya semakin menipis, sedang anggaran belanja

VOC semakin besar. Keadaan tersebut tidak semakin bertambah baik tetapi justru

semakinmerosot. Itulah sebabnya VOC akhir abad ke 18 membubarkan dirinya

pada tanggal 31 Desember 1799.

Setelah VOC bubar, Indonesia diserahkan kepada pemerintah Belanda

(Republik Bataaf). Pegawai-pegawai VOC menjadi pegawai pemerintah kolonial

Belanda tersebut. Hutang VOC juga menjadi tanggungan pemerintah Belanda.

Dengan demikian sejak 1 Januari 1800 (awal abad ke 19) Indonesia dijajah

langsung oleh negeri Belanda. Sejak saat itu Indonesia disebut Hindia Belanda.Di

abad ke 19 banyak terjadi pergantian kekuasaan.Masa pemerintahan Daendels dan

Raffles membuat rakyat semakin sengsara.Sehingga banyak terjadi perlawanan

rakyat kepada pemerintah kolonial di berbagai daerah.

Periode akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 merupakan suatu

babakan penting dalam sejarah Indonesia, karena pada periode tersebut mulai

muncul manusia-manusia dengan kesadaran baru yang menginginkan suatu

kehidupan yang pantas bagi bangsanya

1

Page 2: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

1.2.Rumusan Masalah

Pokok masalah dalam pembahasan makalah ini, adalah “Sejarah Indonesia

akhir abad ke 18 – Awal abad ke 20” Dari pokok masalah di atas, dijabarkan ke

dalam empat sub masalah sebagai batasan pembahasan makalah ini, yaitu:

1.Bagaimana kondisi akhir abad ke 18 runtuhnya VOC saat di Indonesia?

2. Bagaimana kondisi Indonesia saat Pembentukan Negara Jajahan pada Abad ke

19 ?

3.Apa saja Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Pemerintahan Kolonial Hindia

Belanda pada Abad 19?

4.Bagaimana Kondisi Masyarakat Indonesia menjelang awal abad ke 20?

1.3.Tujuan Masalah

Sesuai dengan rumusan permasalahan sebagaimana yang telah

dikemukakan, maka tujuan adalah sebagai berikut :

1.Untuk mengetahui Sejarah tentang kondisi Indonesia pada akhir abad ke 18 saat

runtuhnya VOC .

2.Untuk mengetahui Sejarah tentang kondisi Indonesia saat Pembentukan Negara

Jajahan pada Abad ke 19

3.Untuk mengetahui sejarah Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Pemerintahan

Kolonial Hindia Belanda pada Abad 19

4.Untuk mengetahui Sejarah tentang Kondisi Masyarakat Indonesia menjelang

awal abad ke 20

2

Page 3: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Masa runtuhnya VOC akhir abad ke 18.

Sejak dahulu, bangsa-bangsa di dunia tertarik untuk mengusai Indonesia,

terutama bangsa-angsa Barat. Hal itu disebabkan oleh letak Indonesia yang sangat

strategis dan kekayaan alamnya berlimpah-limpah. Dikatakan strategis karena

Indonesia berada di persimpangan dua samudera dan dua benua. Selain itu

Indonesia juga terletak di jalur perdagangan dunia. Di samping tanahnya sangat

subur, Indonesia juga mempunyai kandungan alam yang banyak, seperti minyak.

emas, dan tembaga.

Di antara bangsa-bangsa Barat yang datang di Indonesia, Belanda lah yang

paling bernafsu menguasai Indonesia. Untuk melaksanakan tekadnya itu Belanda

mendirikan VOC. VOC adalah kongsi dagang Belanda yang mencari keuntungan

yang sebesar-besarnya di Indonesia. Oleh karena itu, mereka tidak menghiraukan

kemajuan Indonesia.Setelah satu abad malang melintang di Indonesia, pada tahun

1799 VOC dibubarkan. Adapun sebab-sebab jatuhnya VOC antara lain karena

korupsi yangmerajalela di kalangan para pegawainya.Selain itu, banyak

pegawainya yang tidak cakap. Hal ini menyebabkan pengendalian monopoli

perdagangan tidak berjalansebagaimana mestinya. Sebab lain adalah VOC banyak

menanggung hutang. Hutang tersebut akibat peperangan yang dilakukan baik

dengan rakyat Indonesia maupun dengan Inggris dalam memperebutkan

kekuasaan di bidang perdagangan. Selain itu terjadi kemerosotan moral di

kalangan para pegawai akibat sistem keungan yang dinilai kurang transparan.

Keserakahan VOC membuat penguasa lokal tidak bersungguh-sungguh

membantu VOC dalam perdagangan. Akibatnya, rempah-rempah yang diperoleh

VOC tidak seperti yang diharapkan. Penyebab terakhir adalah tidak jalannya

Verplichte leverantien (penyerahan paksa) dan Preangerstelsel (aturan Priangan)

karena korupsi dan biaya pengeluaran yang terlalu besar. Kedua aturan itu

dimaksudkan untuk mengisi kas VOC yang kosong. Verplichte leverentien

mewajibkan penduduk menyerahkan hasil bumi berupa lada, kayu, kapas, beras,

3

Page 4: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

nila, dan gula kepada VOC dengan tarif yang ditentukan VOC. Preangerstelsel

mewajibkan rakyat menanam kopi lalu menyerahkannya kepada VOC dengan

tarif yang ditentukan VOC.

Peperangan-peperangan Napoleon di Eropa mengakibatkan perubahan

pemerintahan di Nederland. Pada saat itu ternyata VOC sudah tidak dapat lagi

melunasi hutangnya dan sedang porak-poranda pula. Hutangnya berjumlah 134

juta gulden. Akibatnya pada tanggal 31 Desember 1799 VOC pun dibubarkan.

Kekuasaan terhadap semua tanah jajahannya diambilalih oleh Kerajaan Belanda.

Setelah VOC bubar, Indonesia diserahkan kepada pemerintah Belanda ( Republik

Bataaf).Pegawai-pegawai VOC menjadi pegawai pemerintah kolonial Belanda

tersebut. Hutang VOC juga menjadi tanggungan pemerintah Belanda. Dengan

demikian sejak 1 Januari 1800 Indonesia dijajah langsung oleh negeri Belanda.

Sejak saat itu Indonesia disebut Hindia Belanda.Sejak itu di Indonesia

berlangsung masa kolonialisme.1

2.1.Pembentukan Negara Jajahan pada Abad ke 19 (1800-1899)

Setelah Indonesia menjadi Hindia Belanda, maka pemerintah Belanda

mengangkat seorang Gubernur Jenderal di Hindia Belanda, yaitu van Overstraten.

Ia berhasil menangkis serangan Inggris yang dipimpin Admiral Ball. Hal ini

berkat bantuan raja-raja Jawa.

-----------------------------------------------------------------------------

Dewi Setyawati,Amanda Dewi Marcelinna,Arni Apriani, dan Wiwin Draini

adalah Para Mahasiswi yang sedang belajar pada Program Studi Pendidikan

Sejarah,FKIP-Universitas Sriwijaya Palembang 1Kolonialisme adalah sistem di mana suatu negara menjalankan politik

pendudukan atau penjajahan. terhadap wilayah negara lain. Istilah ini muncul

pada abad ke-20, ketika (terutama karena pengaruh maxisme) terjadi pengagungan

kembali terhadap sistem kolonial. Namun istilah tersebut mengandung pengertian

yang kurang baik: mengingatkan pada manipulasi ekonomis suatu wilayah oleh

pemerintah kolonial.

4

Page 5: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Namun ancaman Inggris semakin meningkat. Kalau kepentingan-

kepentingan Belanda pada masa VOC terbatas pada kepentingan perdagangan,

maka dalam periode ini Belanda mulai mengutamakan kepentingan politik.

Belanda merebut supremasi perdagangan dari orang-orang Portugis, teristimewa

perdagangan monopoli rempah-rempah.

Kepentingan agama dan ekonomi membawa orang-orang Portugis ke

dunia Timur, tetapi tidak lama kemudian kepentingan perdagangan menjadi lebih

utama daripada kepentingan agama, dan dengan kedatangan orang-orang Belanda

perdagangan itu menjadi tujuan yang utama.Keinginan akan monopoli mendorong

VOC melakukan penaklukan-penaklukan untuk merebut perdagangan rempah-

rempah. Tujuan utama mengkonsentrasi perdagangan rempah-rempah itu lambat

laun bergeser menjadi mengembangkan perkebunan- perkebunan besar yang

hasilnya sangat laku di pasaran Eropa, seperti kopi, teh, gula, lada dan lain-lain.

A. Masa Politik Kolonial Liberal (1800-1811)

Politik kolonial liberal digelar sejak 1 Januari 1800, dijalankan oleh

gubernur Jenderal van Straten dan Gubernur Jenderal Daendels. Pada tahun 1800,

Negeri Belanda berada di bawah penjajahan Perancis. Perancis di bawah

Napoleon berhasil merebut Belanda, sehingga secara tidak langsung Indonesia

dijajah Perancis.Kerajaan Belanda dilebur menjadi Republik Bataaf yang dikuasai

oleh partai.Patriot yang dipimpin Daendels. Oleh Napoleon, Daendels diangkat

menjadi panglima perang.Kemudian Negeri Belanda diubah menjadi kerajaan

lagi. Rajanya adalah Louis Napoleon, adik Napoleon Bonaparte, yang bercita-cita

menguasai seluruh Eropa dengan pimpinan keluarganya sendiri2

----------------------------------------------------------2Napoleon Bonaparte lahir di Ajaccio, Corsica, pada tanggal 15 Agustus 1769,

dan meninggal dunia di P. Sint Helena pada tanggal 5 Mei 1821.

5

Page 6: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Perang Perancis-Inggris membahayakan Indonesia, karena Inggris

berusaha merebut daerah-daerah VOC. Louis Napoleon mengirim Daendels

sebagai Gubernur Jenderal ke Indonesia. Tugas utama Daendels di Indonesia

adalah mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Tugas lainnya adalah

memperbaiki nasib rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi Perancis.3

Dalam menjalankan tugasnya itu, Daendels memberantas sistem feodal

yang sangat diperkuat oleh VOC. Untuk mencegah penyalah-gunaan kekuasaan,

serta hak-hak bupati mulai dibatasi, terutama yang menyangkut penggunaan tanah

dan pemakaian tenaga rakyat. Baik wajib tanam maupun wajib kerja hendak

dihapuskannya. Hal ini tidak hanya akan mengurangi pemerasan oleh para

penguasa tetapi juga lebih selaras dengan prinsip kekebasan berdagang.

Kondisi pada waktu itu menjadi hambatan pokok bagi pelaksanaan ide-ide

bagus tersebut. Hal ini disebabkan karena pada saat itu keadaan masih berlaku

zaman VOC ialah bahwa para bupati dan penguasa daerah lainnya masih

memegang peranan dalam perda-gangan. Sebagai perantara mereka memperoleh

keuntungan, antara lain berupa prosenan kultur. Hadiah tersebut berupa presentasi

dari harga tafsiran penyerahan wajib dan kontingen yang dipungut dari rakyat.

Sistem itu membawa akibat bahwa pasaran bebas tidak berkembang dan tidak

muncul suatu golongan pedagang, suatu unsur sosial yang lazim berperan penting

dalam proses liberalisasi masyarakat feodal atau tertutup.

------------------------------------------------------------------3Daendels dilahirkan di Hattem, Negeri Belanda, tanggal 21 Oktober 1762.

Gubernur di Hindia Timur (Hindia Belanda) 1808-1811. Ia diangkat oleh raja

Belanda Louis Napoleon (adik Napoleon Bonaparte). Semula menjadi pengacara

di kota kelahirannya. Tahun 1794 sebagai brigader jenderal menggabungkan diri

pada tentara Perancis yang masuk ke Negeri Belanda. Ia memerintah Indonesia

dengan tangan besi, dan terkenal dengan nama sindiran Marsekal Besi, Tuan

Besar Guntur, atau Mas Galak. Akibatnya ia ditarik dari Indonesia (1811) dan

meninggal di St. George d’Elmina tahun 1818.

6

Page 7: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Faktor penghambat kedua adalah bahwa dalam struktur feodal itu

kedudukan bupati sangat kuat, sehingga setiap tindakan perubahan tidak dapat

berjalan tanpa kerjasama mereka. Kepemimpinannya berakar kuat dalam

masyarakat sehingga tidak mudah menggeser kedudukannya, apalagi mengurangi

kekuasaan dan wewenangnya.Adapun faktor ketiga terdapat dalam tugas

pemerintahan Daendels sendiri yaitu untuk mempertahankan Pulau Jawa terhadap

serangan Inggris.Untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris,

Daendels memperkuat angkatan darat, angkatan laut dan melakukan perbaikan

keuangan pemerintah.

Dalam rangka memperkuat angkatan darat, Daendels meningkatkan

jumlah tentaranya. Ia mengangkat orang-orang Indonesia terutama orang

Minahasa dan Madura. Demikian juga para budak dibebaskan untuk dijadikan

prajurit. Dalam waktu singkat Daendels memiliki 20 ribu prajurit Untuk

kelengkapan prajurit tersebut, didirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.

Demikian pula, agar pemindahan tentara di pantai utara Jawa bisa dilakukan

dengan cepat, Daendels membuat jalan raya dari Anyer sampai Penarukan

sepanjang 1000 km dengan kerja rodi (paksa). Jalan raya itu disebut Jalan Raya

Pos (Grote Postweg).

Untuk keperluan pembangunan raksasa itu dibutuhkan tenaga rakyat,

maka dari itu wajib kerja (verplicte diensten) dipertahankan. Di samping itu wajib

penyerahan juga masih berlaku yaitu pajak hasil bumi (kontingenten). Ia juga

mengadakan pinjaman paksa dan monopoli beras, serta menjual sebagian tanah

gubernemen (pemerintah) kepada kaum pengusaha (partikelir atau swasta).

Dengan demikian pada masa pemerintahan Daendels sebenarnya sistem

tradisional masih berjalan terus. Sejalan dengan prinsip-prinsip kebijaksanaannya

Daendels membatasi kekuasaan para raja, antara lain hak mengangkat penguasa

daerah diatur kembali, termasuk larangan untuk menjual-belikan jabatan itu.

Karena mengadakan pemberontakan atau menentang kebijaksanaan Daendels

maka kesultanan Banten dihapuskan.Dengan dibangunnya Jalan Raya Pos,

ternyata bukan hanya kepentingan militer saja yang terlayani, tetapi jalan tersebut

juga sangat penting untuk pengembangan

7

Page 8: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

sosial, ekonomi dan politik. Ini berarti bahwa jalan tersebut tidak hanya berperan

dalam bidang transportasi, tetapi juga dalam bidang administrasi pemerintahan

dan mobilitas sosial. Daendels dikenal memiliki sifat gila hormat, gila kuasa dan

keras kemauannya.Karena sifat-sifatnya itu ia dijuluki Tuan Besar Bledeg (Tuan

Besar Guntur), sehingga mengundang kebencian rakyat dan para pegawainya.

Louis Napoleon yang merasa bertanggung jawab atas baik-buruknya

pemerintahan di Indonesia, merasa tersinggung kehormatannya atas sikap

Daendels itu. Karena itu pada tahun 1811 ia dipanggil ke Eropa dan diganti oleh

Jansens. Setelah dicopot dari jabatannya, ia menjadi opsir tentara Perancis dan

ikut menyerang Rusia pada tahun 1812. Ketika Napoleon jatuh pada tahun 1814,

Daendels kembali ke Negeri Belanda dan diangkat menjadi Gubernur di Guinea

Afrika (Afrika Barat) sampai meninggal pada tahun 1818.

B.Masa Pemerintahan Liberal 1811-1816

Tidak lama setelah Daendels diganti Jansens, tentara Inggris di bawah

pimpinan Lord Minto menyerang Jawa. Inggris mendapat simpati raja-raja di

Jawa, sehingga akhirnya dengan mudah dapat merebut Batavia. Pada tahun 1811

itu pula Jansens menyerah tanpa syarat kepada Inggris di Tuntang, sehingga

terjadi rekapitulasi.Tuntang yang berisi (1) seluruh kekuatan militer Belanda di

Asia Tenggara harus diserahkan kepada Inggris, (2) hutang pemerintah Belanda

tidak diakui oleh Inggris, dan (3) Pulau Jawa, Madura, dan semua pangkalan

Belanda di luar Jawa menjadi milik Inggris.

Ini berarti bahwa Belanda menyerahkan semua daerah jajahannya di Asia

Tenggara kepada Inggris. Dalam perkembangannya semua bekas jajahan Belanda

di Asia Tenggara itu oleh Inggris dibagi empat, yaitu Sumatera Barat, Malaka,

Maluku, dan Jawa serta daerah sekitarnya. Seluruhnya dikuasai oleh Gubernur

Jenderal EIC (East Indian Company), Lord Minto yang berkedudukan di Calcutta

(India). Pulau Jawa diserahkan kepada Thomas Stamford Raffles selaku wakil

Lord Minto di Pulau Jawa dengan pangkat Letnan Gubernur.

8

Page 9: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Untuk melancarkan pemerintahannya, Raffles membagi Pulau Jawa

menjadi 16 keresidenan (pada masa Daendels hanya dibagi menjadi 8 prefektur).

Tiap-tiap keresidenan dibentuk badan pengadilan (landraad).4

Karena ancaman musuh tidak ada, maka tugas utama Raffles adalah

memperbaiki nasib rakyat. Dalam rangka memperbaiki nasib rakyat, pajak hasil

bumi (kontingen) dan leveransi paksa dihapus diganti pajak tanah (landrente).

Dengan pengertian bahwa semua tanah milik Gubernur sehingga rakyat wajib

membayar rente atau sewa. Pajak tanah ditetapkan sebesar 2/5 hasil panen, boleh

dibayar dengan hasil bumi atau uang.

Di samping itu, Raffles juga menjual tanah Gubernemen kepada orang-

orang swasta.Raffles juga melarang perdagangan budak dan pandelingschap

(membayar hutang dengan tenaga). Raflles juga mengadakan monopoli garam. Di

samping menganbil kebijakan dalam bidang politik dan ekonomi, Raffles juga

memperhatikan bidang kebudayaan. Raffles menulis buku History of Java pada

tahun 1817. Dengan giat Raffles membantu lembaga Betawi untuk kesenian dan

pengetahuan. Ia juga memberi bantuan kepada ahli-ahli pengetahuan seperti

Horsfield, Crewford, dan Mackensie, untuk meneliti sejarah Indonesia kuno.

---------------------------------------------------------------------4Sir Thomas Stanford Raffles, lahir di Yamaica, 6 Juli 1781. Pejabat kolonial

Inggris yang mendirikan Singapura (1819). Karyawan East India Company (EIC)

sejak usia 14 tahun. Menjabat pembantu sekretaris EIC untuk Penang (Malaya)

pada tahun 1805. Karena dinilai cakap oleh atasannya, maka ia diberi tugas ikut

memimpin invasi Inggris ke Hindia Belanda, dan menjabat letnan gubernur Jawa

dan daerah seberang (1811-1816). Karena dianggap berpihak pada kaum pribumi,

maka ia dipanggil ke London (1816). Kembali ke Hindia Belanda (1818), dan

bertugas di pos kecil di Bangkahulu (Bengkulu). Atas anjurannya, Inggris

membeli Singapura dari Sultan Johor (1819) dan membangunnya menjadi Bandar

yang strtageis, baik ekonomi maupun militer. Ia meninggal di Barnet,Inggris pada

tanggal 5 Juli 1826.

9

Page 10: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Setelah kedudukannya kuat, Raffles lalu mengambil berbagai tindakan terhadap

raja-raja di Indonesia, misalnya:

1. Sultan Banten dan sultan Cirebon dijadikan sultan-sultan yang digaji.

2. Sultan Hamengku Buwono II dari Yogyakarta diasingkan ke Pulau Penang dan

puteranya dipaksa menggantinya sebagai Hamengku Buwono III.

3. Beberapa daerah kesultanan Yogyakarta pada tahun 1813 diserahkan kepada

Pangeran Notokusumo, yang bergelar Paku Alam I di Pakualaman.

4. Paku Buwono IV harus menyerahkan Banyumas dan Madiun kepada Inggris.

Ide dasar politik kolonial Raffles sebenarnya bertolak dari ideologi liberal dan

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan memberikan

kebebasannya. Akibat pelaksanaan politik liberal itu, maka struktur tradisional

dan feodal dirombak dan diganti dengan sistem baru yang didasarkan pada prinsip

legalrasional.

Untuk melaksanakan politiknya, Raffles dihambat oleh unsur feodal yang

sangat kuat kedudukannya dan sistem ekonomi yang masih bersifat tertutup

sehingga pembayaran pajak belum dapat dilakukan sepenuhnya dengan uang,

tetapi in natura (hasil bumi). Dengan demikian, politik kolonial berdasarkan

liberalisme tidak cocok dan tidak realistis.

Setelah Napoleon jatuh tahun 1814, Inggris dan Belanda mengadakan

Tarktat London I (1814). Traktat tersebut menyatakan bahwa semua daerah

jajahan Belanda yang direbut Inggris, dikembalikan kepada Belanda, kecuali

Kaapkoloni dan Sri Lanka.Keputusan itu mengecewakan Raffles. Ia tidak mau

menyerahkan Indonesia kepada Belanda. Karena dipaksa, maka Raffles

mengundurkan diri dan diganti John Fendall.Pada tahun 1816 John Fendall

menyerahkan Indonesia kembali kepada Belanda.

C.Masa Komisi Jenderal (1816-1819).

Setelah Traktat London I ditandatangani (1814), maka pemerintah Belanda

membentuk suatu komisi yang akan menerima kembali semua jajahannya di Asia

Tenggara dari pemerintah Inggris di Indonesia. Walaupun Raffles selalu

menghalang halangi pengembalian daerah jajahan Belanda itu, namun usaha

10

Page 11: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

tersebut hanya bisa menunda waktu penyerahan, karena akhirnya dikembalikan

juga. Raffles yang tidak setuju pengembalian daerah jajahan tersebut, terutama

Pulau Jawa, maka setelah menyerahkan jabatannya kepada Jansens, ia lalu pergi

ke Bangkahulu dan menjadi Gubernur di daerah itu. Tetapi tindakan Raffles itu

ditentang Muntinghe (penguasa Belanda di Palembang). Akhirnya Raffles pergi

ke Selat Malaka. Sewaktu melewati bukit Barisan ia menemukan bunga Rafllesia,

yaitu bunga yang terbesar di dunia. Dari situ akhirnya Raffles berhasil mendirikan

kota Singapura untuk menyaingi dan menutup pelabuhan Belanda di Batavia.

Sementara itu komisi yang dibentuk Belanda untuk menerima

kembaliIndonesia dari Inggris dinamakan Komisi Jenderal. Adapun anggota

komisi tersebut adalah Cornelius Theodore Elout, A. A. Buyskes dan Baron van

der Capellen. Dalam tahun 1816 komisi ini datang ke Indonesia. Dalam tahun itu

juga Letnan Gubernur Inggris, John Fendall menyerahkan Indonesia kepada

Belanda.

Di samping bertugas menerima Indonesia dari tangan Inggris, komisi tersebut

juga mempunyai kewajiban-kewajiban yang lain yaitu:

a. Menyusun pemerintahan baru.

b.Mengusahakan ketenteraman dan perbaikan nasib penduduk Indonesia,

misalnya

penduduk harus dilindungi dari perlakuan sewenang-wenang, perdagangan dan

pertanian (penanaman) harus bebas, kecuali tanaman kopi, rempah-rempah dan

candu.

c. Menyusun angkatan darat dan laut.

d. Menyusun peraturan-peraturan sebagai pedoman pemerintahan Belanda di

Indonesia.

11

Page 12: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Berdasarkan hak dan kewajiban Komisi Jenderal, akhirnya berhasil disusun

suatu pedoman pemerintahan yang benar-benar bersifat liberal5, yaitu:

a.Pajak tanah yang dibuat oleh Raffles dilanjutkan, hanya lebih disempurnakan

agar peraturan-peraturan yang bersifat sewenang-wenang tidak terjadi lagi.

b. Pajak tersebut dapat dibayar dengan uang kontan atau dengan barang-barang.

Peraturan ini bertujuan untuk menghindarkan rakyat dari para peminjam uang,

serta agar lebih memudahkan bagi mereka yang memiliki uang.

c. Pajak kepala tidak dipungut secara perorangan tetapi dibayar oleh desa. Cara ini

menyimpang dari tujuan, namun merupakan pendekatan yang lebih realistis.

Namun sistem ini bisa mengurangi banyaknya petugas, serta mengatasi kesulitan

tanah-tanah yang belum diukur secara renci.

d. Besarnya pajak harus disetujui oleh kerajaan dan desa yang bersangkutan.

e. Rakyat tidak boleh disuruh kerja paksa. Orang-orang yang datang bekerja

dengan sendirinya harus dibayar sesuai dengan bidang garapnya.

-----------------------------------------------------------------------------5Istilah liberal dalam arti luas adalah usaha perjuangan menuju kebebasan. Di satu

pihak dibedakan antara liberalisme politik dan rohaniah, di lain pihak liberalisme

ekonomi. Liberalisme politik dan rohaniah berdasar pada keyakinan bahwa semua

sumber kemajuan terletak dalam perkembangan kepribadian manusia yang bebas,

di mana masyarakat dapat menarik keuntungan sepenuhnya dari daya cipta

manusia. Langkah pertama menuju emansipasi perseorangan dilakukan oleh

gerakan Reformasi (1517). Dalam abad ke-18 dan 19 timbul perlawanan terhadap

absolutisme dan perjuangan menuju kebebasan jiwa dan bernegara. Sedangkan

istilah liberalisme sendiri baru digunakan pada abad ke-19. Bentuk negara yang

diidamkan adalah demokrasi parlementer dengan persamaan hak bagi seluruh

rakyat di depan hukum dan penghormatan terhadap apa yang disebut hak-ahak

asasi manusia. Melalui sistem liberal itu diharapkan segala perbedaan asal-usul

dapat dilebur. Dengan demikian aturan liberal di Indonesia diharapkan sebagai

aturan yang tidak membedakan antara penjajah dan rakyat terjajah.

12

Page 13: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

f. Penanaman wajib bagi tanaman-tanaman tertentu diteruskan guna mendapatkan

devisa negara, misalnya kopi di Priangan. Pengawasan tanaman model pelayaran

Hongi di Maluku, dihapuskan.

g. Perlu ada penambahan pegawai, pegawai yang buruk dipecat. Pegawai pribumi

diperlakukan dengan hormat, dan digaji dengan uang (bukan tanah atau memeras

rakyat).

h. Sistem pemerintahan tidak langsung dihidupkan kembali, pengadilan dibentuk,

dengan sistem dua lapis. Perkara yang menyangkut orang Eropa dan pribumi

hendaklah diadili dalam pengadilan yang berbeda, dan dipimpin oleh hakim

bukan juri.

i. Pembaruan Raffles yang menghormati hak asasi manusia dan penghapusan

perbudakan diteruskan dan diabadikan.

Rencana undang-undang yang dibuat oleh Komisi Jenderal tersebut

akhirnya disahkan pada tahun 1819. Melihat roh undang-undang baru itu jelaslah

bahwa pemerintah Belanda akan menguntungkan rakyat Indonesia akan

diberlakukan, terutama di Jawa. Jika undang-undang itu dilaksanakan secara jujur,

maka rakyat Indonesia akan terbebaskan dari pemerintahan yang kejam yang telah

dirasakan selama ini.

Dalam pada itu Belanda juga akan mendapat faedah yang besar.

Nampaknya undang-undang yang bersifat liberal ini benar-benar akan

dilaksanakan sungguh-sungguh sebab salah seorang anggota Komisi Jenderal,

yakni Gourdet A. Baron van der Capellen tinggal di Indonesia sebagai Gubernur

Jenderal yang baru, sekaligus yang akan melaksanakan undang-undang yang

liberal itu.

D.Masa van der Capellen (1819-1825)

Pada tahun 1819 tugas Komisi Jenderal dinilai sudah selesai, sehingga

Elout dan Buyskes kembali ke Nederland sedangkan van der Capellen tinggal di

Indonesia sebagai Gubernur Jenderal. Karena van der Capellen ikut menyusun

undang-undang yang akan diterapkan di Indonesia setelah wilayah itu kembali

kepada Belanda.

13

Page 14: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Karena itu pengangkatannya sebagai gubernur jenderal karena dia

dianggap yang paling megetahui bagaimanaundang-undang itu dilaksanakan.

Tetapi apa yang dijalankan oleh van der Capellen ternyata tidak seperti yang

direncanakan.Adapun alasan van der Capellen melakukan penyimpangan tersebut

adalah karena undang-undang itu ternyata tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi

di Indonesia saat itu. Menurut van der Capellen, tugas yang paling penting adalah

mengumpulkan uang untuk menjalankan pemerintahan yang baru itu.

Jika peraturan yang liberal dalam regerings-reglement tahun 1819 itu

diterapkan sepenuhnya, maka tidak akan memperoleh dana. Dengan alasan

tersebut, van der Capellen ingin mencari jalan pintas. Oleh karena itu,beberapa

peraturan ditangguhkan, sedangkan aturan-aturan yang menguntungkan

pemerintah dilakukan. Karena tindakannya itu, Clive Day menyebut van der

Capellen adalah Gubernur Jenderal yang reaksioner.

Pendapat tersebut juga sejalan kritik-kritik yang dilakukan berbagai pihak

kepada van der Capellen. Menurut Clive Day, van der Capellen selama tujuh

tahun pemerintahannya, mengabaikan undang-undang yang berlaku. Ia dengan

perlahan-lahan kembali kepada sistem lama.Dengan demikian peraturan

pemerintah kolonial menjadi undang-undang yang beku. Meskipun demikian,

Cornelius Elout yang ikut membuat undang-undang itu ikut mempertahankan van

der Capellen tetapi betapa perlunya ia bersikap reaksioner dalam kondisi

Indonesia saat itu. Walau bagaimana pun, zaman pemerintahan van der Capellen

itu mengakibatkan membengkaknya anggaran belanja, sehingga ia dikecam keras

oleh Raja dan orang-orang Belanda. Sementara di Indonesia terus berlangsung

peperangan. Semua ini semakin meyakinkan banyak orang bahwa praktek

pemerintahan liberal itu telah gagal.

Di antara pembaruan-pembaruan yang dicoba oleh van der Capellen

adalah pembaruan sistem perdagangan yang akhirnya mengundang kemarahan

orang-orang Eropa (terutama orang Belanda) terhadapnya. Dalam tahun 1821 van

der Capellen mengeluarkan undang-undang yang melarang segala bentuk

perdagangan Eropa di daerah kopi (Priangan), kecuali dengan izin khusus. Ia

melakukan hal tersebut dengan harapan untuk melindungi orang-orang Indonesia

14

Page 15: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

agar tidak ditipu oleh para pedagang Eropa serta untuk memperbesar hasil bagi

pemerintah Belanda. Tindakan lain yang juga mengundang kemarahan orang

Eropa adalah peraturan yang dikeluarkan tahun 1823. Dalam pembaruan itu dia

melarang orang-orang Eropa menyewa tanah rakyat. Peraturan ini juga untuk

melindungi orang pribumi. Orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang merasa

paling dirugikan adalah yang menyewa tanah di Surakarta dan Yogyakarta.

Mereka sudah membayar uang muka yang besar, sehingga sewaktu peraturan itu

turun, maka mereka menuntut pengembalian uang muka yang sudah habis

dibelanjakan oleh orang-orang pribumi.

Akibatnya orang-orang pribumi itu, terutama para pegawai dan peladang

merasa kecewa terhadap pemerintah Belanda. Anggaran belanja negara semasa

pemerintahan van der Capellen senantiasa menunjukkan defisit, sehingga Negeri

Belanda harus menutupnya. Dalam keadaan kesulitan keuangan yang dialami

Negeri Belanda sendiri pada waktu itu, maka suatu koloni yang tak dapat

mencukupi keperluan sendiri adalah sesuatu yang tak ada gunanya. Karenanya

keadaan itu tidak dapat dipertahankan lagi, sehingga pada tahun 1825 Pemerintah

Belanda memanggil Gubernur Jenderal van der Capellen kembali ke negeri

Belanda.

E.Kebijakan Pemerintahn Kolonial Hindia-Belanda (1811-1900)

Setelah perjanjian London ditandatangani,pemerintah kolonial Hindia-

Belanda menghadapi persoalan kebijakan politik seperti apakah yang tepat

diterapkan di Indonesia.Kebijakan polotik apapun yang di pilih harus dapat

memberikan keuntungan besar bagi Belanda.

Pada masa pemerintahan Komisariat Jenderal,John Fendall,Baron Van der

Capllen,dan Bukes kebijakan politik yang di jalankan di Indonesia (Hindia-

Belanda) cenderung pada kebijakan Liberal.Namun kebijakan ini tidak bertahan

lama berjalan hanya sampai pemerintahan Gubernur Jenderal Van der

Capellen.Kebijakan Liberal ini mulai bergeser ke arah kebijakan Konservatif dan

lama kelamaan di tinggalkan.Adapun penyebabnya adalah sebagai berikut:

15

Page 16: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

1) Kebijakan politik liberal banyak mengalami hambatan karena tidak

sesuai dengan sistem Feodal yang berlaku dim Indonesia,terutama di

Pulau Jawa.

2) Pemerintah sulit berhubungan langsung dan bebas dengan rakyat

akibat ikatan tradisional yang terlalu terbelit-belit.Untuk berhubungan

dengaan rakyat,pemerintah harus melalului perantaran para pengusa

setempat.Mereka ini cenderung menutupi fakta yang sebenarnya

terjadi.

3) Hasil perdangan dari sektor ekspor belum memuaskan karena kalah

bersaing dengan Inggris.

4) Pemerintah mengalami defisit keuangan semakin besar akibat Perang

Diponogoro yang memakan dengan Inggris.

5) Kesulitan ekonomi itu bertambah besar dengan terjadinya pemisahan

Belgia pada tahun 1830.Akibatnya,Belanda kehilangan industrinya

sehingga tidak mampu menyaingi Inggris dalam ekspor hasil industri

ke Indonesia.

Kebijakan Liberal membawa pemerintah Belanda kepada Kebangkrutan.Akhirnya

pada tahun 1830,Pemerintah Belanda mengangkat Gubernur Jenderal Van den

Bosch untuk menyelamatkan ekonomi Belanda.

Gubernur Jenderal Johanes Van den Bosh mengeluarkan gagasan yang terkenal

dengan nama Cultuurstelsel atau sistem tanam paksa.Gagasan ini bertujuan

memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dari Indonesia dalam waktu yang

singkat.Selain pemerintah Belanda berharap dapat mengumpulkan sejumlah

tanaman yang akan didistribusikan ke pasaran eropa atau Amerika.Jenis tanaman

yang diusahakan harus mengikuti ketentuan pemerintah kolonial.

Untuk melaksanakan sistem tanam paksa ini,Pemerintah Belanda

mengeluarkan aturan-aturan yang di muat dalam lembaran negara (Staat Bald)

nomor 22 tahun 1934.

16

Page 17: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Aturan tersebut berbunyi sebagai berikut :

rakyat harus menanami 1/5 dari tanah yang dimilikinya dengan tanaman

ekspor seperti kopi, tebu, teh dan tembakau,

hasil tanaman harus dijual kepada pemerintah dengan harga yang

ditetapkan pemerintah,

tanah yang ditanami tanaman ekspor tersebut bebas dari pajak tanah,

kaum petani tidak boleh disuruh bekerja lebih keras daripada bekerja

untuk penanaman padinya,

rakyat yang tidak memiliki tanah dikenalkan kerja rodi selama 65 hari

setiap tahun di tanah milik pemerintah,

kerusakan tanaman menjadi tanggungan pemerintah, apabila itu bukan

karena kesalahan rakyat.

 Pelaksanaan Tanam Paksa

Melalui sistem itu, Belanda memperoleh hasil yang besar dengan modal

yang kecil. Pelaksanaan tanam paksa diserahkan kepada kepala-kepala daerah

yang mendapat Cultuur Procenten atau hadiah menurut banyaknya hasil. Oleh

karena itu, rakyat diperas oleh kepala-kepala daerah bangsa sendiri dengan

harapan akan mendapatkan Cultuur Procenten dari Belanda.

Sepintas peraturan tanam paksa ini tidak begitu berat dirasakan oleh rakyat

kalau dibandingkan dengan peraturan kerja rodi pada zaman Daendels, dan

peraturan pajak pada zaman Raffles. Bahkan hal ini dirasakan oleh para petani

merupakan suatu keuntungan karena akan mendapat keringanan dan akan

menerima uang tunai meskipun dengan harga murah. Akan tetapi dalam

prakteknya semua peraturan tersebut dilanggar. Pertama, bukan 1/5 dari tanah

petani yang ditanami, tetapi 1/4, 1.3, bahkan setengah dari tanah milik petani

digunakan untuk tanaman ekspor. Bahkan penanaman tersebut memilih tanah-

tanah yang dubur. Kedua, tanah yang dipakai untuk keperluan penanaman

tanaman ekspor tersebut tetap dikenakan pajak. Ketiga, para petani harus

17

Page 18: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengerjakan tanaman pemerintah,

sehingga tidak ada waktu untuk menggarap sawahnya sendiri. Keempat, para

kepala daerah merasa tergiur dengan cultuur procenten, akibatnya mereka mulai

berlomba-lomba mengusahakan daerahnya agar memberikan hasil sebanyak

mungkin. Ulah mereka itu mengakibatkan rakyat semakin menderita. Kelima,

kegagalan panen akibat hama atau banjir pada kenyataannya menjadi beban

petani. Keenam, bukan 65 hari lamanya rakyat harus bekerja rodi, melainkan

menurut keperluan pemerintah.

Dampak Sistem Tanam Paksa

Rakyat sangat menderita, kelaparan terjadi dimana-mana akibatnya jumlah

kematian meningkat. Orang yang menentang kerja paksa disiksa. Demikianlah

penderiataan rakyat pulau Jawa akibat tanam paksa yang diciptakan oleh Van den

Bosch. Belanda memperoleh keuntungan besar, sedangkan keuangannya menjadi

normal kembali. Pembangunan di negeri Belanda dibiayai dari hasil tanam paksa.

Tanam paksa terutama dilakukan di pulau Jawa sebab daerahnya subur untuk

ditanami tanaman ekspor yang dikehendaki pemerintah, di samping itu

penduduknya padat.

Tanam paksa dengan cara sewenang-wenang itu berjalan hampir setengah abad

dari tahun 1830 sampai 1870. Dapat kita bayangkan betapa besar kesengsaraan

yang diderita rakyat, tertama di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Meskipun tanam paksa sudah menyimpang dari teori yang diciptakan Van den

Bosch, pemerintah Belanda tidak mau peduli sebab tanam paksa telah

memberikan keuntungan yang sangat besar.

Reaksi Terhadap Sistem Tanam Paksa

Pelaksanaan tanam paksa itu ternyata banyak mengandung reaksi dari kalangan

bangsa Belanda sendiri, antara lain:

18

Page 19: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Baron van Hoevel, secara terang-terangan mengutuk peraturan tanam

paksa. Sebagai bekas pendeta, ia berani menggambarkan penderitaan

rakyat Indonesia setelah ia kembali ke Netherland.

Douwes Dekker, bekas Asisten Residen di Lebak, Banten. Sejak berada di

Indonesia, Douwes Dekker menaruh simpati atas penderitaan rakyat

Indonesia. Ia dituduh sebagai penentang pemerintah Belanda karena

terbukti berusaha melindungi rakyat Lebak. Dengan jiwa besar, ia

menerima pengusiran dari negera kelahirannya sendiri. Dan akhirnya, ia

meningga dunia dalam kemiskinan di Nieder Ingelheim, Jerman pada

tanggal 19 Februari 1887.

Undang-Undang Agraria 1870

Secara garis besarnya, Undang-Undang Gula 1870 menghapus tanam

paksa bagi tebu, dengan pengurangan yang berangsur-angsur sebesar 1/13 bagian

tiap tahunnya. Sedangkan Undang-Undang Agraria bertujuan melindungi hak

milik petani atas tanah agar tidak dikuasai bangsa asing. Namun pengusaha swasta

dapat menyewanya langsung dari petani.

Setelah mengeluarkan Undang-Undang Agraria, usaha-usaha yang

bermodalkan swasta mulai berkembang di Indonesia. Meskipun telah diatur dalam

Undang-Undang Agraria dalam perjanjian sewa menyewa masih terdapat

ketentuan-ketentuan lain yang harus ditaati, seperti untuk tanah milik negra yang

tidak menjadi hak milik pribumi (tanah Domein) dapat disewa oleh kaum

pengusawa swasta selama 75 tahun. Demikian juga tanah milik penduduk pribumi

dapat disewa untuk jangka waktu 3 sampai 30 tahun dengan tarif yang rendah.

Berbagai bidang usaha segera berkembang pesat. Perkebunan-pekebunan

diperluas. Perhubuangan laut dikuasai oleh KPM (Koninklijke Paketvaart

Maathappij), yaitu suatu perusahaan pengangkutan Belanda. Setelah Terusan

Suez dibuka, peluang utuk merai keuntungan bagi Belanda terbuka lebar, karena

Indonesia kini terbuka bagi siapa saja, tidak hanya bagi Belanda tetapi bangsa-

bangsa lain pun diperkenankan untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

19

Page 20: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

2.3.Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Pemerintahan Kolonial Hindia

Belanda pada Abad 19.

Masa pemerintahan kolonial Belanda membuat rakyat semakin

sengsara.Sehingga banyak terjadi perlawanan rakyat kepada pemerintah kolonial

di berbagai daerah.

A. Perang Maluku (Patimura)

Perang Pattimura terjadi di Maluku pada tahun 1817.

1. Sebab Umum

- Penindasan dan penghisapan oleh bangsa Belanda terhadap penduduk

Maluku.

- Ketidakpuasan rakyat terhadap peraturan gubernur Maluku seperti

kewajiban menyediakan perahu dan menebang kayu.

- Aturan monopoli dagang yang keras. Misalnya dengan adanya

pelayaran hongi dan ekstirpasi.

- Pengawasan terhadap keamanan yang terlalu ketat.

2. Sebab Khusus

Penolakan Residen Van Den Berg terhadap tuntutan rakyat untuk

membayar harga perahu yang dipesan dengan harga sebenarnya.

3. Strategi yang digunakan dalam perang

Rakyat Maluku berperang dengan cara perang gerilya dan

mengumpulkan perahu-perahu untuk menyerang Benteng Durstede di

Saparua. Sedangkan pihak kolonial menggunakan pasukan besar-

besaran untuk menguasai kembali benteng yang telah direbut.

4. Tokoh-tokoh yang berperan.

A. Dari Pihak Rakyat Maluku.

Thomas Matulesi (Patimura), Ulupaha, Paulus Tiahahu, Cristina

Martha Tiahahu, Anthony Reebok, Philipe Latumahina, dan Said

Parinta.

B. Dari pihak kolonial.

Residen Van den berg, Mayor Beetjes, dan Letkol Groot.

20

Page 21: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

5. Medan perang.

Medan perangnya adalah di kepulauan Maluku yang terpusat di

sekitar Benteng Durstede Saparua.

6. Akhir perang.

Belanda melancarkan politik adu domba atau devide et intera kepada

raja-raja dan pendeta di Maluku sehingga para pemimpin perang dapat

ditangkap dan dihukum gantung di Benteng Niew Victoria Ambon

sehingga berakhirlah perjuangan rakyat Maluku.

7. Akibat perang.

- Bidang Politik.

Semakin kokohnya penguasaan Belanda atas wilayah Maluku.

- Bidang Ekonomi.

Monopoli Belanda terhadap rempah-rempah dan pembuatan perahu

semakin merajalela.

B. Perang Padri (1821-1837)

Perang Padri pada awalnya adalah perang antara kaum ulama yang ingin

memurnikan kembali ajaran Islam di Sumatra Barat terhadap Kaum adat yang

menentangnya.

1. Sebab-sebab Umum.

- Adanya pertentangan paham antara golongan Wahabi yang ingin

memurnikan ajaran agama islam dengan para golongan Tasawuf yang

terdiri dari kaum bangsawan dan pemangku adat.

- Ada kebiasaan buruk yang disahkan oleh kaum adat seperti minum

minuman keras, menyabung ayam, berjudi, merokok, dll.

- Adanya pertentangan antara hukum adat dengan hukum di agama

Islam. Yaitu diantaranya pada hukum adat menganut sistem

kekerabatan Matrilineal sedangkan di Islam Patrilineal.

- Terjadi perebutan pengaruh antara kaum adat dengan ulama.

- Adanya campur tangan bangsa barat dalam perebutan kekuasaan

tersebut yaitu Inggris dan Belanda.

21

Page 22: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

2. Sebab khusus

Pertemuan antara kaum adat dengan ulama untuk menyelesaikan semua

persoalan selama ini di Kototangah. Karena usaha itu tidak berhasil, kaum

adat di serang oleh kaum ulama kemudian kaum adat meminta bantuan kepada

Belanda di Padang pada tahun 1821.

3. Strategi Perang.

Pada tahun 1821-1825 perang terjadi antara kaum ulama dengan kaum

adat yang dibantu oleh Belanda. Kaum ulama menyerang benteng-benteng

Belanda sehingga Belanda mengajak berdamai pada tahun 1825 karena untuk

memusatkan perhatian pada perang di Jawa. Kemudian pada tahun 1830-1837

berkecamuk lagi perang di Minangkabau yang kini kaum ulama bersatu

dengan kaum adat untuk melawan Belanda. Perang dilakukan dengan perang

gerilya dan bertahan di benteng pertahanan.

4. Tokoh-tokoh.

a. Dari rakyat Minangkabau.

Tuanku lintau, Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Gapuk, Tuanku Hitam,

Tuanku Nan Cerdik, dan Tuanku Tambusay.

b. Dari pihak kolonial.

Kolonel Stuers,

5. Medan pertempuran.

Medan pertempuran hampir di semua wilayah Sumatra Barat, misalnya di

Padang, Bukit Tinggi, Pariaman, dll.

6. Akhir perang.

Setelah menghadapi tekanan-tekanan berat dari pihak belanda, akhirnya

Tuanku Imam Bonjol bersedia untuk melakukan perundingan dengan Belanda.

Perundingan gagal karena pihak Belanda telah melakukan persiapan untuk

menyerang dan mengepung benteng tempat Imam Bonjol bertahan. Karena

perang yang berlarut-larut dan ketimpangan kekuatan, akhirnya Tuanku

Imambonjol menyerah beserta sisa pasukannya pada tanggal 25 Oktober 1837

kemudian beliau dibuang ke Menado dan wafat di sana.

22

Page 23: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

7. Akibat perang.

a. Bidang politik.

Semakin jelas dan kokohnya kekuasaan Belanda atas daerah Sumatra

Barat.

b. Bidang Ekonomi.

Monopoli semakin kuat terutama monopoli garam dan lada di Sumatra

Barat.

C. Perang Diponegoro (1825-1830)

Perang Diponegoro terjadi di daerah jawa tengah dan timur yang dipimpin

oleh seorang anak selir Sultan Hamengkubuwono III yaitu Pangeran

Diponegoro.

1. Sebab umum.

Terjadi banyak kemerosotan dalam bidang kehidupan di sekitar kesultanan

Mataram.

- Daerah pesisir di utara Jawa diambil alih oleh Belanda.

- Makin menyempitnya wilayah kerajaan dan kekuasaannya pula.

- Adanya perpecahan di kalangan keluarga Mataram sehingga

melemahkan kerajaan dan memperkuat Belanda.

- Merosotnya martabat kerajaan sebagai akibat campur tangan Belanda

dalam urusan pemerintahan.

- Adanya kebiasaan minum minuman keras di kalangan bangsawan dan

rakyat sehingga menimbulkan kekhawatiran umat.

- Rakyat semakin berat bebannya setelah Kerajaan mengizinkan sewa

tanah kepada perusahaan-perusahaan asing.

- Ketikpuasan para bangsawan pada keputusan gubernur jenderal karena

tidak boleh menyewakan tanah mereka kepada pengusaha swasta.

2. Sebab Khusus.

Kemarahan Pangeran Diponegoro ketika Belanda memasang patok jalan

kereta api yang akan melewati tanah makam leluhurnya di Tegal Rejo

yang tanpa seizin Pangeran Diponegoro.

23

Page 24: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

3. Strategi Perang.

Dari pihak Pangeran Diponegoro, beliau menggunakan tehnik perang

gerilya yang tiba-tiba menyerang pasukan Belanda kemudian menghilang.

Markas serangan gerilya itu terdapat di Go’a Selarong.

Sedangkan strategi Belanda adalah:

- Mengangkap kembali sultan Sepuh (HB II) menjadi sultan Mataram.

- Membentuk pasukan kontra gerilya yang anggotanya adalah orang

Indonesia sendiri yang telah berkianat dengan bayaran.

- Menjalankan Devide Et Intera kepada anak buah Pangeran Diponegoro

dan dengan mengimingi hadiah bagi yang dapat menangkap Pangeran

Diponegoro hidup atau mati.

- Menjalankan siasat benteng stelsel. Yaitu dengan cara mendirikan

benteng-benteng di setiap daerah yang telah dikuasai dan jalan-jalan

yang menghubungkan antar benteng tersebut sehingga wilayah gerilya

Pangeran Diponegoro semakin sempit.

4. Tokoh-tokoh.

a. Dari rakyat Indonesia.

Pangeran Diponegoro, Pangeran Suryo Atmojo, Adipati Kertodirjo,

Pangeran Serang, Karto Pengalasan, Pangeran Suryo Mataram, Aryo

Prangwadono, Pangeran Notoprojo, Sentot Alibasah Prawirodirjo,

Pangeran Joyokusumo, Arya papak, dan Kiyai Mojo.

b. Dari pihak kolonial.

Gubernur jenderal Van der Capelen dan Jenderal De Kock.

5. Medan pertempuran.

Yaitu di daerah Jawa tengah dan timur yang diantaranya Pacitan,

Purwodadi, Banyumas, Pekalongan, Semarang, Rembang, dan Madiun.

6. Akhir perang.

Karena telah banyaknya pengikut P. Diponegoro yang menyerah dan

menyusutnya kekuataan, akhirnya P. Diponegoro bersedia untuk

berunding dengan Belanda di Rumah Residen Kedua pada tanggal 28

Maret 1830. Pada tawaran itu, Belanda berjanji jika perundingan gagal

24

Page 25: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

maka P. Diponegoro dapat kembali ke medan perang. Tetapi Belanda

mengingkarinya dan P. Diponegoro Ditangkap yang kemudian di buang ke

Menado dan kemudian Makasar. Beliau wafat pada tanggal 8 Januari 1855

di Benteng Rooterdam Makasar.

7. Akibat perang.

a. Bidang politik.

- Kekuasaan dan wilayah kasultanan Yogyakarta dan kasultanan

Solo menjadi berkurang.

- Dihapuskannya peraturan yang merugikan rakyat. Misalnya

dihapuskannya gerbang cukai di Yogyakarta dan Solo.

b. Bidang Ekonomi.

Belanda memperoleh daerah Yogyakarta dan Solo yang kemudian

dijadikan daerah tanam paksa.

c. Bidang sosial.

Adanya kerugian besar baik jiwa maupun harta yang kira-kira ada 8000

orang Belanda yang meninggal dan 7000 orang Jawa yang meninggal.

Biaya yang dihabiskan tidak kurang dari 20.000.00,00 Gulden.

D. Perang Bali (1846-1909)

Perang Bali adalah perang antara kerajaan-kerajaan yang ada di pulau Bali

dengan bangsa kolonial Belanda. Perang ini terjadi karena kerajaan-kerajaan

tersebut tidak ingin dikuasai oleh bangsa asing.

1. Sebab umum.

- Belanda hendak memaksakan kehendaknya untuk menghapuskan hak-

hak kekuasan kerajaan-kerajaan di Bali atas daerahnya.

- Raja-raja Bali dipaksa mengakui kedaulatan pemerintah Hindia

Belanda dan mengizinkan pengibaran bendera Belanda di wilayah

kerajaannya.

- Adat agama sute yang dianggap Belanda tidak berprikemanusiaan akan

dihapus oleh Belanda.

25

Page 26: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

2. Sebab khusus.

Belanda menolak hak Raja Buleleng yaitu hak Tawan karang yang

menyatakan kapal asing yang terdampar di pantai kerajaan tersebut akan

dirampas kapal beserta isinya.

3. Strategi Perang.

Pemerintah kolonial Hindia Belanda mengirimkan ekspedisi pasukannya

ke Bali untuk membuat raja-raja Bali takluk. Ekspedisi pertama tidak

berhasil kemudian Belanda mengirimkan pasukannya yang lebih besar

lagi. Karena kalahnya jumlah dan teknologi senjata, rakyat Bali hanya

tinggal bertahan di Benteng-benteng pertahanan sambil sedikit-sedikit

menyerang dan juga dengan menjalankan perang Puputan. Yaitu perang

suci sampai tetes darah penghabisan.

4. Tokoh-tokoh.

a. Dari rakyat Bali.

I Gusti ktut Jelantik dan Raja Buleleng.

b. Dari kolonial Belanda.

Jenderal Micheles.

5. Medan Perang.

Medan perang hampir seluruh pulau Bali yang meliputi Klungkung,

Buleleng, karang Asem, gianyar, dll.

6. Akhir perang.

Jatuhnya Buleleng ke tangan Belanda, mempengaruhi raja-raja lain untuk

bersikap lunak terhadap Belanda. Akibatnya sebagian besar kerajaan di

Bali dapat ditaklukan Belanda pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1906

Belanda menyerang Bali selatan yang di sana mendapatkan perlawanan

yang sengit yang diikuti dengan perang Puputan. Baru pada tahun 1909

seluruh Bali dapat di kuasai oleh Belanda.

7. Akibat-akibat perang.

a. Bidang politik.

26

Page 27: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

-Dikuasainya seluruh pulau Bali oleh Belanda.

-Berkurangnya kekuasaan raja pada kerajaannya bahkan raja dapat

dikatakan menjadi bawahan Belanda.

b. Bidang ekonomi.

- Dikuasainya monopoli perdagangan di Bali karena Bali merupakan

daerah yang sangat strategis yang banyak dikunjungi bangsa asing.

c. Bidang sosial.

- Banyaknya tatanan sosial yang dirobah oleh Belanda termasuk

dihapuskannya adat Sute pada upacara ngaben.

E. Perang Banjar (1859-1863).

Perang Banjar terjadi di kerajaan Banjar daerah Kalimantan Selatan sekarang.

1. Sebab umum.

- Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang mengusahakan

perkebunan dan pertambangan di Kalimantan Selatan.

- Belanda terlalu banyak campur tangan dalam urusan intern kerajaan.

- Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena

daerah ini ditemukan tambang Batubara.

2. Sebab Khusus.

Karena Pangeran Hidayatullah yang seharusnya menjadi Sultan Banjar

tidak disetujui oleh Belanda yang kemudian mengangkap Tamjidilah

sebagai Sultan yang tidak berhak menjadi Sultan. Kemudian setelah

Belanda mencopot Tamjidilah dari kursi Sultan, Belanda membubarkan

Kerajaan Banjar.

3. Strategi Perang.

Pangeran hidayatullah dan Pangeran Antasari menggunakan strategi

perang gerilya dengan membuat kerajaan baru di pedalaman dan

membangun benteng-benteng pertahanan di hutan-hutan.

4. Tokoh-tokoh.

a. Dari rakyat Banjar.

27

Page 28: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Pangeran Hidayatullah, Pangeran Antasari, Aling, Tumenggung

Antaludin, Tumenggung Suropati, Demang Leman, dan Muhammad

Seman.

b. Dari pihak kolonial Belanda.

5. Medan Perang.

Daerah pertempuran berada di daerah Kalimantan Seltan hampir

seluruhnya. Termasuk di daerah sungai barito.

6. Akhir perang.

Setelah Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran antasari wafat,

perjuangan tetap berlanjut yang di pimpin oleh Gusti Mat Seman, Gusti

Acil, Gusti Arsat, dan Antung Durahman. Oleh pemimpin-pemimpin

tersebut, rakyat masih bergerilya dengan se-sekali melakukan serangan

kepada Belanda sampai awal abad ke-20.

7. Akibat perang.

a. Bidang politik.

- Daerah Kalimantan selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah

kolonial Belanda.

- Dibubarkannya kerajaan Banjar.

b. Bidang ekonomi.

- Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan

Selatan.

F. Perang Aceh (1873-1904).

Perang Aceh merupakan perang terlama yang bersifat kedaerahan di

Indonesia.

1. Sebab umum.

- Adanya perbedaan atas kedudukan atau status daerah-daerah Sumatra

Timur.

- Aceh menjadi penting dalam pelayaran internasional karena pembukaan

terusan suez.

28

Page 29: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

- Semakin berkembangnya imperalisme moderen di mana bangsa-bangsa

imperialis makin giat mendapatkan tanah jajahan untuk dijadikan

sebagai sumber bahan industri dan daerah pemasaran.

- Adanya politik Ekspansi Belanda ke luar Jawa dalam usahanya

memwujudkan Pax Netherlandica. Sebab dalam Treaty of sumatra

Inggris berjanji tidak menghalangi Belanda.

2. Sebab khusus.

Aceh yang mau mempertahankan kedaulatannya menolak tuntutan

Belanda untuk tidak berhubungan dengan negara asing dan mengakui

Belanda sebagai yang dipertuan.

3. Strategi perang.

Dalam perang yang bersifat nasional, rakyat Aceh menggunakan strategi:

- Mau berkompromi dengan Belanda agar kedudukannya dalam

pemerintahan dan masyarakat tidak hilang.

- Juga siasat untuk mendapatkan persenjataan dari Belanda untuk gerilya

berjalan lancar (menandatangani perjanjian pendek).

Untuk perjuangan yang sifatnya keagamaan strategi perangnya adalah:

- Tidak mau berkompromi dan tidak mau menyerah dengan Belanda.

- Melakukan perang Jihad yang didasarkan ajaran agama.

Kolonial Belanda melakukan strategi sebagai berikut:

- Penyerangan besar-besaran terhadap suatu objek yang diserang.

- Sistem konsentrasi stelsel.

- Melakukan sistem pendekatan yaitu dengan mengirim ahli agama Islam

yaitu Dr. Snock Hurgronje yang menganjurkan untuk melakukan sistem

devide et intera antara kaum bangsawan dengan ulama.

4. Tokoh-tokoh.

a. Dari rakyat Aceh.

Sultan Daud Syah, Tengku Umar, Panglima Polim, Tengku Cik di tiro,

Tengku Baet, Cut nyak dien, Tengku cik ditero,

b. Dari pihak pemerintah kolonial Belanda.

29

Page 30: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Jenderal Cohler, Letjen Van Suiten, Kolonen Pell, Mayjen Van der

heiden, dan Van der hoven.

5. Medan Peperangan.

Medan peperangan yaitu terjadi di seluruh Aceh yang termasuk daerah

hutannya untuk bergerilya. Daerah Aceh yang berhutan dan

berpegunungan, memudahkan untuk melaksanakan perang gerilya.

6. Akhir perang.

Karena banyak meninggalnya para pemimpin yang tangguh menyebabkan

kedudukan Belanda semakin kuat di Aceh. Juga karena Belanda mematuhi

saran dari Dr. Hurgronje, sehingga rakyat aceh ada yang membelot ke

Belanda sehingga memudahkan Belanda untuk memecahbelah rakyat

Aceh.

7. Akibat perang.

a. Bidang politik.

- Dikuasainya secara penuh wilayah Aceh.

- Sultan Aceh dipaksa oleh Belanda untuk menandatangani Plakat

pendek yang bunyinya mengakui Belanda sebagai yang dipertuan di

Aceh.

b. Bidang ekonomi.

Monopoli perdagangan di Aceh yang memiliki letak yang sangat strategis

yaitu di selat Malaka

G. Perang Tapanuli (1878-1907).

Perang ini dipimpin oleh Si singamangaraja ke-XII.

1. Sebab umum.

- Adanya tantangan raja Batak Tapanuli yang masih menganut agama

Batak kuno (Animisme dinamisme) atas penyebaran agama Kristen di

Tapanuli.

- Adanya siasat Belanda dengan menggunakan gerakan Zending untuk

menguasai daerah Tapanuli.

- Alasan yang digunakan Belanda untuk menindas pejuang Padri dan

pemimpin-pemimpin Aceh banyak melarikan diri ke daerah Tapanuli.

30

Page 31: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

2. Sebab Khusus.

Penolakan Raja Si Singamangaraja ke-XII atas penyebaran agama Kristen

di daerah Tapanuli.

3. Strategi perang.

Belanda melakukan serangan ke benteng pertahanan Si Singamangaraja,

setelah terdesak Si singamangaraja menyingkir ke hutan untuk melakukan

perjuangan gerilya.

4. Tokoh-tokoh.

a. Dari rakyat Tapanuli.

Raja Si singamangaraja ke-XII.

b. Dari pemerintah kolonial belanda.

Van Dai Lent dan Kapten Cristopher.

5. Medan Perang.

Medan pertempuran berada di seluruh Sumatra Utara sekitar Medan dan

Danau Toba.

6. Akhir perang.

Pada tanggal 17 Juni 1907 Si singamangaraja ke-XII tewas dalam

pertempuran sehingga berakhirlah perang Tapanuli. Karena seperti perang

kedaerahan lainnya, jika pemimpinnya meninggal atau tertangkap, maka

perang yang bersangkutan juga akan berakhir.

7. Akibat perang.

a. Bidang Politik.

Seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah

kolonial Hindia Belanda.

b. Bidang ekonomi.

Dikuasainya monopoli perdagangan di sana terutama hasil

perkebunannya seperti tembakau.

c. Bidang sosial.

Tersebarnya agama kristen di Tapanuli secara meluas yang menyebabkan

berubahnya keyakinan masyarakat sebelumnya.

31

Page 32: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

2.4.Kondisi Masyarakat Indonesia menjelang abad ke 20 (1900-1942)

Periode akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 merupakan suatu

babakan penting dalam sejarah Indonesia, karena pada periode tersebut mulai

muncul manusia-manusia dengan kesadaran baru yang menginginkan suatu

kehidupan yang pantas bagi bangsanya.

Dari beberapa kebijakan yang di terapkan oleh pemerintahan kolonial

Belanda,baik tanam paksa maupun Liberal,pada kenyataannya saat merugikan

rakyat Hindia-Belanda.Meningkatnya produktivitas perkebunan dan pertanian itu

pesat.Namun,hal itu hanya menguntungkan satu pihak saja dengan mengorbankan

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang makin lama makin terpuruk

keaadaannya.

Menjelang abad ke 20,kondisi tersebut menggugah kaum politisi Belanda

untuk memberikan tekanan agar politik kolonial yang diberlakukan oleh

pemerintah Belanda tidak semata-mata untuk kepentingan ekonomi saja,tetapi

juga didasarkan oleh perbaikan nasib penduduk pribumi,serta mendidik mereka

agar lebih sejahtera.Berkaitan dengan hal tersebut,pada tahun 1899 muncul ide

mengenai politik etis yang diprakarsai oleh Van Deventer.Ia mempunyai pengaruh

besar terhadap politik etis tersebut berkaitan dengan Karangannya “Hutang

Kehormatan”. 6

Gagasan politik Etis ini dilatarbelakangi oleh adanya artikel karya C. Th.

van Deventer, seorang ahli hukum yang pernah tinggal di Hindiaselama tahun

1800-1897, yang berjudul “Een Eereschuld” (Suatu hutangkehormatan) di dalam

de Gids, majalah berkala Belanda. Namun tujuan awal politik etis ialah membalas

budi terhadap penduduk Hindia-Belanda,tetapi pada pelaksanaannya ternyata

menyimpan maksud tertentu dari pemerintah kolonial.

-------------------------------------------------------------------6Politik etis adalah politik balas budi yang diterapkan pemerintah Belanda

terhadap Indonesia dan menitikberatkan kebijakan tersebut pada bidang perbaikan

irigasi,edukasi,dan imigrasi.Lihat Sartono Kartodirjo,Marwati Djoened

Poesponegoro,dan Nugroho Notosusanto,Sejarah Nasional Indonesia Jilid V,hal

35-38.

32

Page 33: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

Dengan kata lain,politik etis hanyalah upaya pemerintah kolonila untuk

mendapatkan simpati rakyat dengan tujuan memperkuat kedudukannya di Hindia

Belanda.Pemerintah Belanda yang bertindak sebagai penguasa Hindia Belanda

terus mempertahankan politik pintu terbukanya untuk menghadapi persaingan

besar dalam mencari daerah jajahan dengan negara-negara besar lainnya.

Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda pada

dasarnya bertujuan untuk menjadikan warga negara yang mengabdi kepada

kepentingan penjajah.Dengan kata lain,pendidikan dimaksudkan untuk

menghasilkan tenaga-tenaga yang dapat digunakan sebagai alat untuk

memperkuat kedudukan Belanda di Indonesia.Isi dari pendidikan tersebut hanya

mengajarkan pengetahuan yang dapat membantu Belanda mempertahankan

kedudukan di Indonesia.

33

Page 34: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan.

34

Page 35: Sejarah Nasioanal Indonesia 3

DAFTAR PUSTAKA

Ricklefs,M.C.2011.Sejarah Indonesia Modern.Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Poesponegoro,Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto.1990.Sejarah

Nasional Indonesia Jilid V.Jakarta : Balai Pustaka

35