Sejarah Kurikulum 2004

download Sejarah Kurikulum 2004

of 49

Transcript of Sejarah Kurikulum 2004

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    1/49

    Kurikulum 2004 (KBK) & Kurikulum 2006 (KTSP) Memang Berbeda Secara Signifikan 28 Februari 2008

    Posted by rijono in Opini Pendidikan.

    Tags: Indikator, KBK, Kompetensi Dasar, KTSP, Kurikulum, RPP, Sisdiknas, Standar Kompetensi

    trackback

    Banyak kalangan, termasuk aparat Depdiknas dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota membuat

    statement bahwa Kurikulum 2004 (atau KBK) tidak terlalu jauh berbeda dengan Kurikulum 2006 yang

    disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan baru ditetapkan pemberlakuannya oleh

    Mendiknas melalui Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tanggal 2 Juni 2006. Saya tidak tahu,

    apakah penyataan mereka itu dimaksudkan untuk menghibur guru agar tidak resah menghadapi

    perubahan kurikulum ini. Mengingat Kurikulum 2004 ini masih dalam taraf ujicoba yang lebih luas

    sejak tahun pembelajaran 2004/2005 dan belum semua sekolah sudah menerapkan secara utuh

    Kurikulum 2004. Namun apa daya, kini sudah dimunculkan kurikulum baru, Kurikulum 2006. Sehingga

    muncullah statement yang menghibur tersebut.

    Hal ini adalah ironis, karena menunjukkan pemahaman yang sangat dangkal mereka terhadapKurikulum 2006 tersebut. Saya menduga mereka hanya mengulang-ulang pernyataan dari BSNP,

    aparat Pusat Kurikulum, Pejabat Depdiknas yang bermaksud meredam agar Kurikulum 2006 tidak

    mendapat tentangan dari ujung tombak pendidikan : guru dan sekolah, atau gejolak yang

    meresahkan masyarakat dan dunia pendidikan. Jika saja mereka sudah melakukan pembandingan

    secara mendalam kedua kurikulum tersebut, niscaya mereka akan mengatakan bahwa Kurikulum

    2004 dengan Kurikulum 2006 berbeda secara nyata, secara signifikan. Memang harus diakui dalam

    beberapa hal ada kesamaan atau kemiripan antara keduanya.

    Berikut ini saya rangkum perbedaan dan persamaan antara Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006

    (periksa tabel)

    Tabel : Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006

    ASPEK

    KURIKULUM 2004

    KURIKULUM 2006

    1. Landasan Hukum

    *

    Tap MPR/GBHN Tahun 1999-2004

    *

    UU No. 20/1999 Pemerintah-an Daerah

    *

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    2/49

    UU Sisdiknas No 2/1989 kemudian diganti dengan UU No. 20/2003

    *

    PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan

    *

    UU No. 20/2003 Sisdiknas

    *

    PP No. 19/2005 SPN

    *

    Permendiknas No. 22/2006 Standar Isi

    *

    Permendiknas No. 23/2006 Standar Kompetensi Lulusan

    2. Implementasi /

    Pelaksanaan

    Kurikulum

    *

    Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI

    *

    Keputusan Dirjen Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004.

    *

    Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003, dan No. 1247a/ C4/MN/2003

    Tahun 2003.

    *

    Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI

    dan No. 23 tentang SKL

    3. Ideologi Pendidik-

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    3/49

    an yang Dianut

    *

    Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif

    *

    Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif

    4. Sifat (1)

    *

    Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci;

    Daerah/Sekolah hanya melaksanakan

    *

    Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah

    dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.

    5. Sifat (2)

    *

    Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan Puskur)

    *

    Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP

    6. Pendekatan

    *

    Berbasis Kompetensi

    *

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    4/49

    Terdiri atas : SK, KD, MP dan Indikator Pencapaian

    *

    Berbasis Kompetensi

    *

    Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru

    7. Struktur

    *

    Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999)

    *

    Ada perubahan nama mata pelajaran

    *

    Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)

    *

    Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang sekolah

    *

    Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD)

    *

    Ada perubahan nama mata pelajaran

    *

    KN dan IPS di SD dipisah lagi

    *

    Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran

    8. Beban Belajar

    *

    Jumlah Jam/minggu :

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    5/49

    *

    SD/MI = 26-32/minggu

    *

    SMP/MTs = 32/minggu

    *

    SMA/SMK = 38-39/minggu

    *

    Lama belajar per 1 JP:

    *

    SD = 35 menit

    *

    SMP = 40 menit

    *

    SMA/MA = 45 menit

    *

    Jumlah Jam/minggu :

    *

    SD/MI 1-3 = 27/minggu

    *

    SD/MI 4-6 = 32/minggu

    *

    SMP/MTs = 32/minggu

    *

    SMA/MA= 38-39/minggu

    *

    Lama belajar per 1 JP:

    *

    SD/MI = 35 menit*

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    6/49

    SMP/MTs = 40 menit

    *

    SMA/MA = 45 menit

    9. Pengembangan

    Kurikulum lebih

    lanjut

    *

    Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.

    *

    Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Pembelajaran

    *

    Semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP.

    *

    Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP

    *

    Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    10. Prinsip

    Pengembangan

    Kurikulum

    1.

    Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai Budaya

    2.

    Penguatan Integritas Nasional

    3.

    Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    7/49

    4.

    Kesamaan Memperoleh Kesempatan

    5.

    Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi

    6.

    Pengembangan Kecakapan Hidup

    7.

    Belajar Sepanjang Hayat

    8.

    Berpusat pada Anak

    9.

    Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan

    1.

    Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan

    lingkungannya

    2.

    Beragam dan terpadu

    3.

    Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

    4.

    Relevan dengan kebutuhan kehidupan

    5.

    Menyeluruh dan berkesinam-bungan

    6.

    Belajar sepanjang hayat

    7.

    Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

    11. Prinsip

    Pelaksanaan

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    8/49

    Kurikulum

    Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum

    1.

    Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi

    yang berguna bagi dirinya.

    1.

    Menegakkan lima pilar belajar:

    1.

    belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,

    2.

    belajar untuk memahami dan menghayati,

    3.

    belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,

    4.

    belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,

    5.

    belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-jaran yang efektif,

    aktif, kreatif & menyenangkan.

    3. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan

    sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan

    pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan

    moral.

    1.

    Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling meneri-ma dan

    menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun

    karsa, ing ngarsa sung tulada

    5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yangmemadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    9/49

    6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan

    pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

    7. Diselenggarakan dalam kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai

    antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

    12. Pedoman

    Pelaksanaan

    Kurikulum

    1.

    Bahasa Pengantar2.

    Intrakurikuler

    3.

    Ekstrakurikuler

    4.

    Remedial, pengayaan, akselerasi

    5.

    Bimbingan & Konseling

    6.

    Nilai-nilai Pancasila

    7.

    Budi Pekerti

    8.

    Tenaga Kependidikan

    9.

    Sumber dan Sarana Belajar

    10.

    Tahap Pelaksanaan

    11.

    Pengembangan Silabus

    12.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    10/49

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    11/49

    Sementara itu di SMA/SMK tidak ada perubahan seperti yang ada di SD dan sebagian di SMP. Namun

    bukan berarti tidak ada perubahan atau penataan KD di kurikulum SMA/SMK. Jumlah SK dalam

    Kurikulum 2004 yang semula 1 atau beberapa pada setiap mata pelajaran, pada Kurikulum 2006

    dikembangkan menjadi beberapa SK . SK-SK ini sebagian besar diambil isi SK dalam Kurikulum 2004.

    Namun kalau dicermati, ternyata SK-SK dalam Kurikulum SMA 2006 ini identik, sangat mirip dengan

    KD-KD dalam Kurikulum SMA 2004. Demikian pula KD-KD pada Kurikulum 2006 ini sangat identik

    dengan indikator pencapaian pada Kurikulum 2004. Dengan kata lain, terdapat peningkatan status

    KD dan Indikator pada Kurikulum 2004, sehingga menjadi SK dan KD pada Kurikulum SMA 2006.

    Kalau terjadi banyak kali kasus seperti ini, rasanya tidak elok jika kita masih saja mengatakan bahwa

    Kurikulum 2004 sama dengan Kurikulum 2006, atau perubahan yang ada tidak banyak. Kalau mau

    melihat seberapa banyak perubahan kedua kurikulum tersebut, buatlah matriks pemetaan SK dan KD

    + indikator dari kurikulum dengan Kurikulum 2006. Pasti kepala puyeng, dan mata berkunang-

    kunang.

    IMPLIKASI PADA MANAJEMEN KURIKULUM & PEMBELAJARAN

    Akibat perubahan dan penataan kembali SK dan KD pada Kurikulum 2006, maka akan berdampak

    pada manajemen kurikulum dan pembelajarannya. Sebagai misal, bagaimana membuat jadwal

    pelajaran pada kelas I s.d. III SD/MI sesuai dengan model pembelajaran tematik. Sedangkan selama

    ini guru Pendidikan Agama dan Penjas Orkes adalah guru bidang studi? Bagaimana mengisi rapor

    siswa? Bagaimana penilaiannya? Demikian pula dengan mata pelajaran IPS dan IPA di SMP/MTs.

    Karena tidak lagi menggunakan pola sub-bidang studi, maka pengaturan siapa yang mengajarkan KD

    tertentu sesuai dengan rumpun ilmu pembentuknya harus disusun dengan baik.

    Ambil contoh, di KD IPA SMP pada semester 1 kelas VII terkait dengan Fisika dan Kimia. Sementara

    untuk Biologi terdapat pada semester 2. Nah, apakah guru Biologi ini akan dibiarkan menganggur

    selama satu semester untuk menunggu gilirannya pada semester 2? Atau guru Fisika kemudian akan

    menganggur setelah satu semester mengajar? Bagaimana dengan guru-guru di sekolah swasta yang

    hanya dibayar sesuai jam riil mengajarnya? Dalam pelajaran IPS, kasus ini juga akan terjadi.

    Persoalan manajemen kurikulum dan pembelajaran yang sangat berbeda antara Kurikulum 2004

    dengan Kurikulum 2006. Kedua persoalan ini akan sangat dirasakan oleh para guru pengajarnya

    karena mereka adalah perencana, pelaksana dan penilai pembelajaran. Merekalah yang akan

    dibingungkan setiap hari dalam melaksanakan tugasnya.

    Jadi, sekali lagi, jika perbedaan antara kedua kurikulum tersebut sangat sugnifikan. Dan para guru

    adalah korban pertama dari perubahan kurikulum ini. Secara rinci perubahan kurikulum pada

    masing-masing jenjang sekolah akan saya kupas dalam tulisan-tulisan berikutnya. Selamat menikmati

    perubahan!

    Samarinda, 29 Juli 2006

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    12/49

    ugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum SD

    Dosen pengampu Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd.

    Disusun Oleh :

    Nurul Nafida 1402407007

    Reni Estri Patitis 1402407059

    Agustin Nur Baiti 1402407061

    Muhamad Yuda Sasmito 1402407095

    Ika Musfarida 1402407139

    (Rombel 03)

    Pendahuluan

    ISTILAH kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP) tidak dibarengi dengan sosialisasi istilah-istilah

    kunci yang jelas mengenai apakah KTSP itu berarti suatu model kurikulum, model pengembangan

    kurikulum, atau model pengelolaan pengembangan kurikulum.

    Ketidak jelasan istilah yang dikeluarkan pemegang kebijakan ini menyebabkan struktur bawahannya,

    para pengaman kebijakan, mengeluarkan sejumlah pernyataan-pernyataan yang tidak pas dengan

    realita yang ada (disagreement with facts). Muncullah perbandingan-perbandingan antara model

    kurikulum berbasis kompetensi dan model KTSP.

    Model kurikulum berbasis kompetensi harus dibedakan secara tegas dengan model KTSP tanpa

    melihat sifat dasar dari keduanya. Bahkan pernah muncul dalam awal-awal sosialisasi KTSP analisis

    kelemahan model KBK dan keunggulan model KTSP. Selanjutnya, pada tataran pelaksana kebijakan

    anggapan yang muncul adalah kurikulum baru sudah datang dan kurikulum saat itu harus dibuang

    karena berbasis kompetensi. Mereka kemudian menunggu kurikulum model KTSP tersebut

    (mismanagement), dan sambil menunggu, mereka kembali kepada kebiasaan kerja yang nyaman bagi

    mereka (arbitrary). Karena yang ditunggu tidak kunjung datang, mereka pun menjadi ragu tentangapa yang harus dilakukan untuk melaksanakan kewajibannya sebagai orang-orang yang memiliki

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    13/49

    posisi pelaksana. Inilah contoh kecil dampak buruk dari pengabaian para pemegang kebijakan

    terhadap penggunaan istilah-istilah yang ada dalam kebijakan yang mereka keluarkan.

    Berkenaan dengan persoalan yang ditimbulkan oleh penggunaan istilah di atas, satu pertanyaan

    muncul. Apa benar model kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat dibandingkan dengan KTSP?

    Jika melihat sifat dasar/hakikat model KBK dan model KTSP, perbandingan seperti ini sama halnya

    dengan membandingkan batang pohon dengan pohon lengkap yang terdiri dari akar, batang, daun,

    bunga, dan buah; atau membandingkan kerangka manusia dengan manusia hidup yang utuh. Jadi,

    antara model KBK dan model KTSP itu tidak bisa dibandingkan karena memang tidak sebanding.

    Model KBK adalah salah satu model kurikulum dari sekian model yang ada (subjek akademik,

    rekonstruksi sosial, humanistik, dll.), sementara KTSP bukan model kurikulum melainkan hal yang

    lebih luas lagi. Hal ini senada dengan pernyataan pakar kurikulum Prof. Nana S. Sukmadinata dalam

    sebuah seminar nasional (12 Mei 2007) di UPI bahwa KTSP bukanlah model kurikulum seperti halnya

    KBK, melainkan 1) model pengembangan kurikulum, dan 2) model pengelolaan/manajemen

    pengembangan kurikulum. KTSP adalah pengembangan kurikulum berbasis sekolah (PKBS) yang diAustralia dikenal dengan school based curriculum development (SBCD). Pengembangan kurikulum di

    sini mencakup kegiatan merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kurikulum. Dalam

    KTSP dapat digunakan model-model kurikulum, seperti, KBK, subjek akademik, humanistik,

    rekonstruksi sosial, dan lain sebagainya. Namun, dalam tataran praktis karena tuntutan pencapaian

    standar kompetensi, yakni, siswa harus menguasai sejumlah kompetensi manakala mereka

    menamatkan pendidikan dalam satuan pendidikan, penggunaan model kurikulum yang mendasarkan

    pada pencapaian kompetensi (KBK) tidak dapat dielakkan.

    KTSP juga merupakan model manajemen pengembangan kurikulum yang arahannya

    memberdayakan berbagai unsur manajemen (manusia, uang, metode, peralatan, bahan, dan lain-

    lain) untuk tercapainya tujuan-tujuan pengembangan kurikulum. Jika konsisten dengan namanya,

    KTSP bersifat desentralistik. Namun demikian, manakala kita melihat kerangka dasar dan struktur

    kurikulum, standar kompetensi, dan pengendalian serta evaluasi kurikulum yang masih tampak

    dominasi pemerintah pusat, maka pengelolaan KTSP tampaknya berada di antara sentralistik dan

    desentralistik, yakni dekonsentratif.

    Jadi, yang dimaksud dengan KTSP adalah suatu model pengembangan kurikulum berbasis sekolah

    dan model manajemen pengembangan kurikulum berbasis sekolah. KTSP sama sekali bukan model

    kurikulum, namun demikian model pengembangan kurikulum ini dapat menggunakan model-model

    kurikulum yang ada.[duniaguru]

    Perbedaan KBK (2004) dengan KTSP (2006)

    Banyak kalangan, termasuk aparat Depdiknas dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota membuat

    statement bahwa Kurikulum 2004 (atau KBK) tidak terlalu jauh berbeda dengan Kurikulum 2006 yang

    disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan baru ditetapkan pemberlakuannya oleh

    Mendiknas melalui Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tanggal 2 Juni 2006. Saya tidak tahu,

    apakah penyataan mereka itu dimaksudkan untuk menghibur guru agar tidak resah menghadapi

    perubahan kurikulum ini. Mengingat Kurikulum 2004 ini masih dalam taraf ujicoba yang lebih luassejak tahun pembelajaran 2004/2005 dan belum semua sekolah sudah menerapkan secara utuh

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    14/49

    Kurikulum 2004. Namun apa daya, kini sudah dimunculkan kurikulum baru, Kurikulum 2006. Sehingga

    muncullah statement yang menghibur tersebut.

    Hal ini adalah ironis, karena menunjukkan pemahaman yang sangat dangkal mereka terhadap

    Kurikulum 2006 tersebut. Saya menduga mereka hanya mengulang-ulang pernyataan dari BSNP,

    aparat Pusat Kurikulum, Pejabat Depdiknas yang bermaksud meredam agar Kurikulum 2006 tidak

    mendapat tentangan dari ujung tombak pendidikan : guru dan sekolah, atau gejolak yang

    meresahkan masyarakat dan dunia pendidikan. Jika saja mereka sudah melakukan pembandingan

    secara mendalam kedua kurikulum tersebut, niscaya mereka akan mengatakan bahwa Kurikulum

    2004 dengan Kurikulum 2006 berbeda secara nyata, secara signifikan. Memang harus diakui dalam

    beberapa hal ada kesamaan atau kemiripan antara keduanya.

    Berikut ini saya rangkum perbedaan dan persamaan antara Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006

    (periksa tabel)

    Tabel : Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006

    1. Landasan Hukum

    * Tap MPR/GBHN Tahun 1999-2004

    * UU No. 20/1999 Pemerintah-an Daerah

    * UU Sisdiknas No 2/1989 kemudian diganti dengan UU No. 20/2003

    * PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan

    * UU No. 20/2003 Sisdiknas

    * PP No. 19/2005 SPN

    * Permendiknas No. 22/2006 Standar Isi

    * Permendiknas No. 23/2006 Standar Kompetensi Lulusan

    2. Implementasi /

    Pelaksanaan

    Kurikulum

    * Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI

    * Keputusan Dirjen Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004.

    * Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003, dan No. 1247a/

    C4/MN/2003 Tahun 2003.

    * Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI

    dan No. 23 tentang SKL

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    15/49

    3. Ideologi Pendidik-

    an yang Dianut

    * Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif

    * Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif

    4. Sifat (1)

    * Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci;

    Daerah/Sekolah hanya melaksanakan

    * Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat;

    Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.

    5. Sifat (2)

    * Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan Puskur)

    * Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP

    6. Pendekatan

    * Berbasis Kompetensi

    * Terdiri atas : SK, KD, MP dan Indikator Pencapaian

    * Berbasis Kompetensi

    * Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru

    7. Struktur

    * Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999)

    * Ada perubahan nama mata pelajaran

    * Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    16/49

    * Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang sekolah

    * Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD)

    * Ada perubahan nama mata pelajaran

    * KN dan IPS di SD dipisah lagi

    * Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran

    8. Beban Belajar

    * Jumlah Jam/minggu :

    * SD/MI = 26-32/minggu

    * SMP/MTs = 32/minggu

    * SMA/SMK = 38-39/minggu

    * Lama belajar per 1 JP:

    * SD = 35 menit

    * SMP = 40 menit* SMA/MA = 45 menit

    * Jumlah Jam/minggu :

    * SD/MI 1-3 = 27/minggu

    * SD/MI 4-6 = 32/minggu

    * SMP/MTs = 32/minggu

    * SMA/MA= 38-39/minggu

    * Lama belajar per 1 JP:

    * SD/MI = 35 menit

    * SMP/MTs = 40 menit

    * SMA/MA = 45 menit

    9. Pengembangan

    Kurikulum lebih

    lanjut

    * Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.

    * Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Pembelajaran

    * Semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP.

    * Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP

    * Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    10. Prinsip

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    17/49

    Pengembangan

    Kurikulum

    1. Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai Budaya

    2. Penguatan Integritas Nasional

    3. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika

    4. Kesamaan Memperoleh Kesempatan

    5. Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi

    6. Pengembangan Kecakapan Hidup

    7. Belajar Sepanjang Hayat

    8. Berpusat pada Anak

    9. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan

    1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan

    lingkungannya

    2. Beragam dan terpadu

    3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

    4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

    5. Menyeluruh dan berkesinam-bungan

    6. Belajar sepanjang hayat

    7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

    11. Prinsip

    Pelaksanaan

    Kurikulum

    Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum

    1. Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi

    yang berguna bagi dirinya.

    1. Menegakkan lima pilar belajar:

    1. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,

    2. belajar untuk memahami dan menghayati,

    3. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,

    4. belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,

    5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-jaran yang efektif,

    aktif, kreatif & menyenangkan.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    18/49

    3. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan

    sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan

    pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan

    moral.

    1. Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling meneri-ma dan

    menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun

    karsa, ing ngarsa sung tulada

    5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang

    memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

    6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan

    pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

    7. Diselenggarakan dalam kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadaiantarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

    12. Pedoman

    Pelaksanaan

    Kurikulum

    1. Bahasa Pengantar

    2. Intrakurikuler

    3. Ekstrakurikuler

    4. Remedial, pengayaan, akselerasi

    5. Bimbingan & Konseling

    6. Nilai-nilai Pancasila

    7. Budi Pekerti

    8. Tenaga Kependidikan

    9. Sumber dan Sarana Belajar

    10. Tahap Pelaksanaan

    11. Pengembangan Silabus

    12. Pengelolaan Kurikulum

    Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti pada Kurikulum 2004.

    PERBEDAAN ESENSI SK DAN KD

    Hal yang sering dikatakan oleh pejabat Depdiknas dan Dinas Pendidikan, bahwa Kurikulum 2004 dan

    2006 adalah pada aspek Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Sepintas memang ya,

    padahal sesungguhnya tidak semuanya benar.

    Dalam Kurikulum SD/MI 2004 hanya terdapat satu SK masing-masing jenjang kelas untuk hampir

    semua mata pelajaran. Namun dalam Kurikulum 2006 terdapat dua SK untuk setiap jenjang kelas

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    19/49

    untuk seluruh mata pelajaran plus rinciannya pada kelas dan pelajaran tertentu. Masing-masing SK

    sudah diplot mana yang untuk semester 1 dan 2. Sementara itu, batasan semacam ini tidak ada pada

    Kurikulum 2004.

    KD-KD yang ada dalam Kurikulum 2004 ada yang masih digunakan dengan rumusan yang sama atau

    mirip dengan rumusan KD dalam Kurikulum 2006. Ada beberapa KD Kurikulum 2004 yang dibuang.

    Ada beberapa KD yang baru dalam Kurikulum 2006. Sehingga kalau ruang lingkup materi (scope) ini

    dijadikan ukuran, maka memang tidak terlalu banyak perbedaan Kurikulum 2004 dengan Kurikulum

    2006. Namun KD-KD yang ada dalam Kurikulum 2004 tersebut direkonstruksikan kembali, ditata

    kembali sedemikian rupa sehingga menjadi sangat berbeda dalam urutannya (sequence).

    Walaupun ruang lingkup materi yang sama antara kedua kurikulum tersebut, namun karena urutan

    penyajian per kelasnya menjadi berbeda, maka kedua kurikulum tersebut berbeda. Sebagai contoh,

    ada KD pada kelas III SD untuk mata pelajaran IPS yang dipindahkan ke kelas II. Beberapa KD dalam

    mata pelajaran IPS di SD dipindahkan dari kelas VII ke kelas VIII, atau sebaliknya. KD untuk PKN di

    SMP dipindahkan ke kelas VIII dan IX dari kelas VII. Sebaliknya ada KD di kelas VIII yang diturunkan kekelas VII.

    Pemindahan KD sebagai penataan kembali KD dari Kurikulum 2004 ini terjadi pada semua mata

    pelajaran dan semua jenjang sekolah pada Kurikulum 2006. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam

    proses pembelajaran di kelas, terlebih jika sekolah berkehendak akan melaksanakan Kurikulum 2006

    secara penuh pada tahun pembelajaran 2006/2007 ini.

    Perubahan lain adalah bahwa pembelajaran di kelas I, II dan III SD/MI perlu dilaksanakan secara

    tematik, sementara untuk kelas IV, V dan VI dengan pembelajaran bidang studi. Khusus untuk IPA

    dan IPS di SD digunakan pendekatan pembelajaran terpadu.

    Sedangkan IPA dan IPS di SMP yang semula SK dan KD-nya disusun dengan menggunakan

    pendekatan sub-bidang studi, pada Kurikulum 2006 tidak lagi menggunakan pendekatan tersebut.

    Hal ini berdampak pada manajemen kurikulum dan pembelajaran di kelas.

    Sementara itu di SMA/SMK tidak ada perubahan seperti yang ada di SD dan sebagian di SMP. Namun

    bukan berarti tidak ada perubahan atau penataan KD di kurikulum SMA/SMK. Jumlah SK dalam

    Kurikulum 2004 yang semula 1 atau beberapa pada setiap mata pelajaran, pada Kurikulum 2006

    dikembangkan menjadi beberapa SK . SK-SK ini sebagian besar diambil isi SK dalam Kurikulum 2004.

    Namun kalau dicermati, ternyata SK-SK dalam Kurikulum SMA 2006 ini identik, sangat mirip dengan

    KD-KD dalam Kurikulum SMA 2004. Demikian pula KD-KD pada Kurikulum 2006 ini sangat identik

    dengan indikator pencapaian pada Kurikulum 2004. Dengan kata lain, terdapat peningkatan status

    KD dan Indikator pada Kurikulum 2004, sehingga menjadi SK dan KD pada Kurikulum SMA 2006.

    Kalau terjadi banyak kali kasus seperti ini, rasanya tidak elok jika kita masih saja mengatakan bahwa

    Kurikulum 2004 sama dengan Kurikulum 2006, atau perubahan yang ada tidak banyak. Kalau mau

    melihat seberapa banyak perubahan kedua kurikulum tersebut, buatlah matriks pemetaan SK dan KD

    + indikator dari kurikulum dengan Kurikulum 2006. Pasti kepala puyeng, dan mata berkunang-kunang.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    20/49

    IMPLIKASI PADA MANAJEMEN KURIKULUM & PEMBELAJARAN

    Akibat perubahan dan penataan kembali SK dan KD pada Kurikulum 2006, maka akan berdampak

    pada manajemen kurikulum dan pembelajarannya. Sebagai misal, bagaimana membuat jadwal

    pelajaran pada kelas I s.d. III SD/MI sesuai dengan model pembelajaran tematik. Sedangkan selama

    ini guru Pendidikan Agama dan Penjas Orkes adalah guru bidang studi? Bagaimana mengisi rapor

    siswa? Bagaimana penilaiannya? Demikian pula dengan mata pelajaran IPS dan IPA di SMP/MTs.

    Karena tidak lagi menggunakan pola sub-bidang studi, maka pengaturan siapa yang mengajarkan KD

    tertentu sesuai dengan rumpun ilmu pembentuknya harus disusun dengan baik.

    Ambil contoh, di KD IPA SMP pada semester 1 kelas VII terkait dengan Fisika dan Kimia. Sementara

    untuk Biologi terdapat pada semester 2. Nah, apakah guru Biologi ini akan dibiarkan menganggur

    selama satu semester untuk menunggu gilirannya pada semester 2? Atau guru Fisika kemudian akan

    menganggur setelah satu semester mengajar? Bagaimana dengan guru-guru di sekolah swasta yang

    hanya dibayar sesuai jam riil mengajarnya? Dalam pelajaran IPS, kasus ini juga akan terjadi.

    Persoalan manajemen kurikulum dan pembelajaran yang sangat berbeda antara Kurikulum 2004

    dengan Kurikulum 2006. Kedua persoalan ini akan sangat dirasakan oleh para guru pengajarnya

    karena mereka adalah perencana, pelaksana dan penilai pembelajaran. Merekalah yang akan

    dibingungkan setiap hari dalam melaksanakan tugasnya.

    Jadi, sekali lagi, jika perbedaan antara kedua kurikulum tersebut sangat sugnifikan. Dan para guru

    adalah korban pertama dari perubahan kurikulum ini. Secara rinci perubahan kurikulum pada

    masing-masing jenjang sekolah akan saya kupas dalam tulisan-tulisan berikutnya. Selamat menikmati

    perubahan!

    Simpulan

    Kurikulum menjadi sebuah aspek utama yang tak termentahkan dalam menunjang keberhasilan

    sebuah pendidikan. KBK merupakan model kurikulum sedangkan KTSP merupakan pengembangan

    dan pengelolaan kulrikulum yang dikembangkan di Indonesia.

    Banyak kalangan termasuk kalangan pendidikan mengira bahwa keduanya tidak jauh berbeda

    padahal antara keduanya tidak bias dibandingkan. Jika KBK merupakan model kurikulum yang hanya

    mengatur mata palajaran sedangkan KTSP merupakan satuan kompleks dalam menunjang suatu

    pendidikan.

    Tinjauan Pustaka (saduran dari)

    judul artikel :Beda KBK dan KTSP

    diposkan oleh : PGSD Kebumen at 22.15

    Makalah Pengembangan Kurikulum Seminar Nasional 12 Mei 2007, Oleh Prof. Nana Syaodikh

    Sukmadinata.

    -7.351401 109.905482

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    21/49

    Like this:

    Suka

    Be the first to like this post.

    Perbedaan KBK 2004 dengan KTSP

    01:14 Sertifikasi Jalur Pendidikan 1 comment

    by Anan Z. A.

    PENDAHULUAN

    Pendidikan di era reformasi sudah cukup memperoleh perhatian terutama berkaitan dengan

    peningkatan kualitas pendidikan karena rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan

    pendidikan. Namun indikator ke arah peningkatan mutu tersebut belum menunjukkan keberhasilan

    yang berarti.

    Upaya peningkatan kualitas pendidikan juga ditempuh dalam rangka mengantisipasi berbagai

    perubahan dan tuntutan kebutuhan masa depan yang akan dihadapi. Upaya sentralnya berporos

    pada pembaruan kurikulum pendidikan. Sebagai usaha terencana, pembaruan kurikulum tentulah

    didasari oleh alasan yang jelas dan substantif serta mengarah pada terwujudnya sosok kurikulum

    yang lebih baik, dalam arti yang seluas-luasnya, bukan sekadar demi perubahan itu sendiri.

    Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh Depdiknas mulai dari KBK, kemudian KTSP untuk

    mengantisipasi perubahan dan tuntutan masa depan yang akan dihadapi siswa sebagai generasi

    penerus bangsa. Langkah ini dilakukan setelah diketahui bahwa kurikulum yang telah diterapkan

    selama ini, yaitu Kurikulum 1994, mayoritas masih berbasis materi. Di samping itu, penjabaran materi

    antarkelas tidak dapat dilihat dengan jelas kesinambungannya.[1]

    Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) disosialisasikan sejak pertengahan tahun 2001 oleh

    Departemen Pendidikan Nasional (yang diterapkan secara resmi pada tahun ajaran 2004/2005) dan

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilaksanakan mulai tahun 2006/ 2007 (melalui

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006).

    Ketika dimunculkan dan diperkenalkan serta diujicobakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau

    Kurikulum 2004, diperkenalkanlah Paradigma Baru PKn. Paradigma dalam hal ini dimaksudkan

    merupakan kesepakatan dari suatu komunitas tentang hal-hal yang bersifat mendasar seperti: materi

    pokok keilmuan, sudut pandang atau orientasi, visi dan misi. Paradigma baru PKn merupakan upayauntuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi PKn selama ini.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    22/49

    Kemudian setelah ada PP No. 19 Tahun 200 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan ,

    dimana yang termasuk jenis standar nasional adalah standar isi dan standar kompetensi lulusan (SKL)

    sebagai titik tolak dalam penyusunan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), maka jelas akan

    ada perubahan kurikulum. Kurikulum yang akan datang merupakan kewenangan penuh masing-

    masing satuan pendidikan.

    Perubahan apa yang terjadi dari KBK menjadi KTSP? Bagaimana halnya dengan Mata pelajaran PKn,

    apakah ada perbedaan yang prinsipil pasca KBK (KTSP)? Inilah yang menjadi pembahasan dalam

    makalah ini. Dengan demikian, isi dan ruang lingkup makalah mencoba menggambarkan hal-hal

    berikut:

    1. Perbedaan KBK dengan KTSP secara umum

    2. Perbedaan PKn menurut KBK dan KTSP (menurut Standar Isi BSNP)

    Semoga apa yang penulis sajikan dalam makalah ini bermanfaat terutama bagi guru mata pelajaran

    PKn untuk lebih menambah wawasan dalam memahami Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yangsedang berlaku saat ini, sehingga scara konseptual maupun praktek pembelajaran di kelas sesuai

    dengan tuntutan kurikulum.

    PERBEDAAN KBK DENGAN KTSP

    A. Umum

    1. Perlunya Perubahan Kurikulum

    Pendidikan adalah suatu proses yang memberikan kesempatan dan memungkinkan berkembangnya

    kemampuan peserta didik secara utuh, agar ia bisa menjalani kehidupan secara efektif dan efisien

    sehingga keberadaanya tidak saja berguna bagi diri pribadi tetapi juga berguna bagi masyarakat dan

    bangsanya.

    Ada tiga kebijakan dasar peningkatan mutu pendidikan :

    * Demokratisasi Pendidikan

    * Profesionalisasi

    * Pengembangan Kurikulum yang Fleksibel, Adaptabel, dan Relevan.

    Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk

    mencapai tujuan pendidikan nasional. Cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan

    kemampuan daerah/sekolah. [2] Fungsi kurikulum :

    * Sebagai alat atau sarana, sehingga bersifat netral tergantung kepada pemakai.

    * Sebagai Jantung Pendidikan, yang memiliki fungsi menghidupkan dan menggerakkan.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    23/49

    Kondisi yang terjadi dalam pendidikan masih menggunakan kurikulum yang seragam untuk semua

    tempat. Semua komponen dan gerak diatur oleh pusat, sehingga belum mengakomodasi keragaman

    yang ada. Tujuan pembelajaran pun belum tercapai secara optimal.

    Berikut ini perbedaan antara kurikulum 1994 dengan kurikulum KBK 2004 seperti dalam tabel.

    A S P E K

    KURIKULUM 1994

    KURIKULUM 2004

    * PENGAMBILAN KEPUTUSAN

    Semua aspek kurikulum ditentukan oleh Departemen (Pusat)

    Pembagian wewenang dalam menentukan kurikulum

    * PUSAT PERHATIAN

    Penyampaian materi pelajaran oleh guru

    Kompetensi dasar yang dikuasai siswa

    * PROSES

    Teaching:

    berpusat pada guru , metoda monoton, guru sumber ilmu utama

    Learning:

    berpusat pada siswa, metoda bervariasi, guru sebagai fasilitator

    * HASIL PENDIDIKAN

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    24/49

    Tekanan berlebihan pada aspek kognitif

    Menekankan pada keutuhan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

    * EVALUASI

    Acuan norma dan tes obyektif

    Acuan kriteria, tes, dan portofolio

    Menurut Masnur (2007), di era otonomi ini kurikulum nasional bukan harga mati. Era globalisasi

    sarat dengan inovasi, termasuk kurikulum. Guru harus mampu menjalankan perannya secara

    professional. Dunia pendidikan harus melakukan upaya-upaya mendasar. Inilah mengapa kurikulum

    berubah. [3]

    2. Mengapa Kurikulum Berbasis Kompetensi

    Puskur, Balitbang, Depdiknas (2002) memberikan rumusan bahwa kompetensi merupakan

    pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

    bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus memungkinkan

    seseorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar untuk

    melakukan sesuatu. Namun yang jelas, berbagai rumusan tentang kompetensi tersebut pada

    dasarnya adalah daya cakap, daya rasa, dan daya tindak sese-orang yang siap diaktualisasikan ketika

    menghadapi tantangan kehi-dupannya, baik pada masa kini maupun masa akan datang.

    Pembelajaran berbasis kompetensi menekankan pembelajaran ke arah penciptaan dan peningkatan

    serangkaian kemampuan dan potensi siswa agar bisa mengantisipasi tantangan aneka kehidupannya.

    Ini berarti, apabila selama ini orientasi pembelajaran lebih ditekankan pada aspek "pengetahuan"

    dan target "materi" yang cenderung verba-listis dan kurang memiliki daya terap, saat ini lebih

    ditekankan pada aspek "kompetensi" dan target "keterampilan". Melalui pembelajaran berbasis

    kompetensi ini, diharapkan mutu lulusan lebih bermakna dalam kehidupannya.

    Dengan demikian, melalui Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diharapkan selain mampu

    meningkatkan mutu dan relevansi juga untuk membangun budaya belajar sepanjang hayat, dengan 4

    pilar pendidikan kesejagatan yaitu: (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to live

    together, dan (4) learning to be.

    B. Konsep Dasar

    1. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    25/49

    Apa sebenarnya kurikulum berbasis kompetensi atau KBK? Puskur (2002) menyatakan bahwa KBK

    merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar, serta

    pemberdayaan sumber daya pendidikan. Batasan tersebut menyiratkan bahwa KBK dikembangkan

    dengan tujuan agar peserta didik memperoleh kompetensi dan kecerdasan yang mumpuni dalam

    membangun identitas budaya dan bangsanya. Dalam arti, melalui penerapan KBK tamatan

    diharapkan memiliki kompetensi atau kemampuan akedemik yang baik, keterampilan untuk

    menunjang hidup yang memadai, pengembangan moral yang terpuji, pembentukan karakteryang

    kuat, kebiasaan hidupyang sehat, semangat bekerja sama yang kompak, dan apresiasi estetika yang

    tinggi terhadap dunia sekitar. Berbagai kompetensi tersebut harus berkembang secara harmonis dan

    berimbang. [4]

    Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan

    sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan

    (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan

    oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkanuntuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta

    didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan

    penuh tanggung jawab.

    KBK memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu peserta didik. Oleh karena

    itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang

    dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk prilaku atau

    ketrampilan peserta didik sesuai criteria keberhasilan.

    2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan

    dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan

    pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar

    yang dikem-bangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). [5]

    KTSP disusun dan dikembangkan sebagai berikut: (1) Pengembangan kurikulum mengacu pada

    Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pen-didikan Nasional; (2) Kurikulum pada

    semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan

    pendidikan, potensi daerah, dan pe-serta didik. [6]

    Berdasarkan pengertian tersebut, perbedaan esensial antara KBK dan KTSP tidak ada. Keduanya

    sama-sama seperangkat rencana pendi-dikan yang berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar

    peserta didik. Perbedaannya menurut Masnur [7] menampak pada teknis pelaksanaan. Jika KBK

    disusun oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas (c.q. Puskur), maka KTSP disusun oleh

    tingkat satuan pendidikan masing-masing, dalam hal ini sekolah yang bersangkutan, walaupun masih

    tetap mengacu pada rambu-rambu nasional Panduan Penyusunan KTSP yang disusun oleh badan

    independen yang disebut Badan Standar Nasional Pendi-dikan (BSNP).

    Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan

    (KTSP) adalah sebagai berikut:

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    26/49

    * KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah,

    serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.

    * Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kuri-kulum tingkat satuan pendidikan dan

    silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah

    supervisi dinas pen-didikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di

    bidang pendidikan.

    * Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi

    dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar

    Nasional Pendidikan.

    C. Landasan Pengembangan KBK dan KTSP

    Dasar yuridis perubahan Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004 yaitu :

    * Evaluasi Kurikulum 1994

    * UUD 1945, GBHN, UU No. 22 tahun 1999

    * PP No. 25 tahun 2000

    * UU No. 20 tahun 2003

    Sedangkan KTSP dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:

    * Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

    * Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

    * Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

    * Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

    * Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksana-an permendiknas no. 22 dan 23.

    D. Prinsip-prinsip KBK dan KTSP

    a. Prinsip KBK

    Menyadari bahwa pengembangan kurikulum merupakan proses yang dinamis, maka penyusunan danpelaksanaan KBK didasarkan pada sembilan prinsip, yaitu

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    27/49

    (1) keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur;

    (2) penguatan integritas nasional;

    (3) keseimbangan antara etika, logika, estetika, dan kinestika;

    (4) kesamaan memperoleh kesempatan;

    (5) abad pengetahuan dan teknologi informasi;

    (6) pengembangan kecakapan hidup (life skill);

    (7) belajar sepanjang hayat;

    (8) berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif;

    (9) pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

    Prinsip-prinsip tersebut dikembangkan dan diterapkan dalam rangka melayani dan membantu siswa

    mengembangkan dirinya secara optimal, baik dalam kaitannya dengan tuntutan studi lanjut,

    memasuki dunia kerja, maupun belajar sepanjang hayat secara mandiri dalam ma-syarakat.

    b. Prinsip KTSP

    Hampir sama dengan KBK, KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip--prinsip berikut: [8]

    (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepen-tingan peserta didik dan

    lingkungannya;

    (2) beragam dan terpadu;

    (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;

    (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan;

    (5) menyeluruh dan berkesinambungan;

    (6) belajar sepanjang hayat;

    (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

    Selain itu, KTSP disusun dengan memerhatikan acuan operasional sebagai berikut: [9]

    (1) Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

    (2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan

    kemampuan peserta didik

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    28/49

    (3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan Ilngkungan

    (4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

    (5) Tuntutan dunia kerja

    (6) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

    (7) Agama

    (8) Dinamika perkembangan global

    (9) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

    (10) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

    (11) Kesetaraan Gender

    (12) Karakteristik satuan pendidikan

    E. Karakteristik Utama KBK dan KTSP

    Depdiknas (2002) mengemukakan hahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakristik sebagai

    berikut:

    * Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

    * Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

    * Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

    * Sumbcr belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur

    edukatif.

    * Penilaian menekanhan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu pencapaian

    suatu kompetensi.

    Lebih lanjut, dari berbagai sumber sedikitnya dapat diiden-tifikasikan enam karakteristik kurikulum

    berbasis kompetensi, yaitu: (1) sistem belajar dengan modul; (2) menggunakan keseluruhan sumber

    belajar; (3) pengalaman lapangan; (4) strategi individual personal; (5) kemudahan belajar; dan (6)

    belajar tuntas.

    Berdasar pemahaman tersebut, KBK dan KTSP dikembangkan berdasarkan beberapa karakteristikatau ciri utama. @MA-TEC (2001) misalnya, berfokus pada tiga ciri utama, yaitu (1) berpusat pada

    siswa (focus on learners), (2) memberikan mata pelajaran dan penga-laman belajar yang relevan dan

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    29/49

    kontekstual (provide relevant and contextualzed subject matter) dan (3) mengembangkan mental

    yang kaya dan kuat pada siswa (develop rich and robust mental models) (@MATEC, 2001). [10]

    Dengan demikian, KBK dan KTSP setidaknya memiliki karakteristik sebagai berikut:

    * Berbasis kompetensi dasar (curriculum based competencies), bukan materi pelajaran).

    * Bertumpu pada pembentukan kemampuan yang dibutuhkan oleh siswa (developmentally-

    appropriate practice), bukan penerusan mated pelajaran.

    * Berpendekatan atau berpusat pembelajaran (learner centered curriculum), bukan pengajaran.

    * Berpendekatan terpadu atau integratif (integrative curriculum atau learning across curriculum),

    bukan diskrit.

    * Bersifat diversifikatif, pluralistis, dan multikultural.

    * Bermuatan empat pilar pendidikan kesejagatan, yaitu belajar memahami (learning to know),

    belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be oneself), dan belajar

    hidup bersama (learning to live together).

    * Berwawasan dan bermuatan manajemen berbasis sekofah.

    Dengan karakteristik tersebut, KBK dan KTSP telah memungkinkan hal-hal berikut.

    * Terkuranginya materi pembelajaran yang demikian banyak dan padat.

    * Tersusunnya perangkat standar dan patokan kompetensi yang perlu dikuasai siswa, balk

    kompetensi tamatan, kompetensi umum, maupun kompetensi dasar mata pelajaran.

    * Terkuranginya beban tugas guru yang selama ini sangat banyak dan beban belajar siswa yang

    selama ini sangat berat. Memperbesar kebebasan, kemerdekaan, dan keleluasaan tenaga pendidikan

    dan pengelola pendidikan di daerah, dan memberikan peluang mereka untuk berimprovisasi,

    berinovasi, dan berkreasi.

    * Terbukanya kesempatan dan peluang bagi daerah (kota dan kabupaten), bahkan pengelola

    pendidikan dan tenaga pendidikan, untuk melakukan berbagai adaptasi, modifikasi, dan

    kontekstualisasi kurikulum sesuai dengan kenyataan lapangan, balk kenyataan demografis, geografis,

    sosiologis, kultural, maupun psikologis siswa.

    * Terakomodasinya kepentingan dan kebutuhan daerah setempat, terutama kota dan kabupaten,

    balk dalam rangka melestarikan dan mengembangkan kebudayaan setempat, maupun melestarikan

    karakteristik daerah, tanpa harus mengabaikan kepentingan bangsa dan nasional.

    * Terbuka lebarnya kesempatan bagi sekolah untuk mengembangkan kemandirian demipeningkatan mutu sekolah, yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    30/49

    F. Jenjang Kompetensi pada KBK dan KTSP

    1. Jenjang Kompetensi pada KBK

    Secara teknis, KBK yang dikembangkan Puskur (2001) mengelompokkan kompetensi menjadi tiga

    jenjang, yaitu (1) kompetensi tamatan (KT), yaitu kompetensi-kompetensi yang seharusnya dimiliki

    siswa setelah mereka menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu (SD/MI, SMP/MTs, SMU/MA), (2)

    kompetensi umum (KU), yaitu kompetensi-kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa setelah

    mereka mengikuti mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu, dan (3) kompetensi

    dasar (KD), yaitu kompetensi-kompetensi pokok yang seharusnya dimiliki siswa setelah mereka

    mengikuti mata pelajaran tertentu pada satuan waktu tertentu. Dalam praktiknya, ketiga jenjang

    kompetensi ini menjadi acuan guru ketika melaksanakan tugas-tugas instruksional di sekolah.

    Kompetensi dasar yang selama ini telah dikenal secara umum adalah membaca, menulis, danberhitung (calistung). Untuk hidup di era global ini, tidak bisa hanya berbekal calistung, tetapi

    diperlukan pula kompe-tensi atau kemampuan pemahaman (comprehension), komunikasi

    (communication), dan perhitungan (computation). Kompetensi-kom-petensi dasar tersebut masih

    terlalu umum sehingga perlu dijelaskan lebih lanjut dalam bentuk kompetensi dasar minimal yang

    lebih terurai dalam kurikulum. "Kompetensi dasar minimal" inilah yang diupayakan guru secara

    maksimal melalui pembelajaran bagi siswanya. Oleh karena itu, setiap mata pelajaran menentukan

    SKBM (standar Ketuntasan Belajar Minimal).

    2. Jenjang Kompetensi pada KTSP

    Senada dengan itu, "kompetensi tamatan" pada KBK diistilahkan standar"kompetensi lulusan" pada

    KTSP, yang secara yuridis termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun

    2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

    "Kompetensi umum" pada KBK diistilahkan "standar isi" pada KTSP, yang secara yuridis termuat

    dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk

    Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jenis-jenis kompetensi yang lain, yaitu standar kompetensi

    dan kompetensi dasar, tidak ada perbedaan istilah antara KBK dan KTSP. Seperti halnya dalam KBK,

    KTSP juga mengacu kepada komptensi dasar minimal. Oleh karena itu, setiap mata pelajaran dalam

    KTSP juga menetapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

    G. Komponen dan Kerangka KBK dan KTSP

    1. Komponen dan Kerangka KBK

    a. Identifikasi Kompetensi

    Identifikasi kompetensi, subkompetensi, dan tujuan khusus perlu dilakukan melalui berbagai

    pendekatan, agar hasil yang dirumuskan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

    b. Struktur Kurikulum[11]

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    31/49

    Struktut kurikulum 2004 SMP/MTs. disajikan sebagai berikut.

    No

    Mata Pelajaran

    Alokasi Waktu

    Kelas VII

    Kelas VIII

    Klas IX

    1.

    Pendidikan Agama

    2

    2

    2

    2.

    Kewarganegaraan

    2

    2

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    32/49

    2

    3.

    Bahasa dan Sastra

    Indonesia

    5

    5

    5

    4.

    Matematika

    5

    5

    5

    5.

    Sains

    5

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    33/49

    5

    5

    7.

    Pengetahuan Sosial

    5

    5

    5

    8.

    Bahasa Inggris

    Pendidikan Jasmani

    4

    2

    4

    2

    4

    2

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    34/49

    9.

    Kesenian

    2

    2

    2

    10.

    Keterampilan

    11.

    Teknologi Informasi

    dan Komunikas i

    2

    2

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    35/49

    2

    Jumlah

    34

    34

    34

    Ketentuan untuk Kelas VII - IX

    * (Minggu efektif dalam setahun pelajaran adalah 34 minggu dan jam sekolah efektif per minggu

    minimal 29 jam (40 menit).

    * Alokasi waktu yang disediakan adalah 34 jam pelajaran per minggu.

    * Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45 menit.

    * Sekolah dapat mengalokasikan waktu untuk melaksanakan kegiatan sekolah seperti kunjungan

    perpustakaan, olahraga, bakti sosial, dan sejenisnya.

    * Mata pelajaran sains mencakup materi fisika, biologi, dan aspek kimia.

    * Mata pelajaran Pengetahuan Sosial mencakup materi ekonomi, sejarah, dan geografi.

    * Mata pelajaran kesenian, keterampilan, teknologi informasi dan komunikasi penyajiannya diatur

    oleh sekolah dengan meng-gunakan sistem blok.

    * Daerah dan sekolah dapat menambah mata pelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya,

    maksimal sebanyak 4 jam pelajaran.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    36/49

    c. Deskripsi Rumpun Mata Pelajaran

    Berdasarkan identifikasi kompetensi dan struktur kurikulum di atas, selanjutnya dideskripsikan

    rumpun mata pelajaran sebagai berikut. [12]

    * Pendididian Agama

    * Kewarganegaraan

    * Bahasa Indonesia

    * Matematika

    * Sains

    * Ilmu Sosial

    * Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lain

    * Pendidikan Jasmani

    * Keterampilan

    * Kesenian

    * Teknologi Informasi dan Komunikasi

    Kewarganegaraan (Citizenship) memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,

    sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku-bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,

    kritris, kretatif, terampil, dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Fancasila dan Konstitusi Negara

    Kesatuan Republik Indonesia.

    Lebih lanjut dijelaskan bahwa "implementasi kurikulum merupakan suatu proses penerapan konsep,

    ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktek pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru,

    sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.

    Dikemukakannya juga bahwa implementasi kurikulum merupakan proses interaksi antara fasilitator

    sebagai pengembang kurikulum, dan peserta didik sebagai subjek belajar.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa implementasi kurikulum adalah

    operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam

    bentuk kegiatan pembelajaran.

    Implementasi kurikulum sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut: [13]

    * Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan

    kejelasannya bagi pengguna di lapangan.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    37/49

    * Strategi implementasi; yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi, seperti diskusi profesi,

    seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat

    mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.

    * Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap

    guru terhadap kurikulum, serta kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum (curriculum

    planning) dalam pembelajaran.

    2. Komponen dan Kerangka KTSP

    a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

    Tujuan satuan pendidikan harus berorientasi pada tujuan pendidikan dasar, visi dan misi sekolah.

    [14]

    Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kpribadian, akhlak

    mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

    Visi sekolah adalah gambaran sekolah yang dicita-citakan di masa depan. Visi sekolah merupakan

    rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan di masa yang akan dntang. Visi sekolah harus

    berorientasi pada tujuan pendidikan dasar dan tujuan pendidikan nasional.

    Visi mencerminkan profil dan cita-cita sekolah/madrasah yang:

    * berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian

    * sesuai dengan norma, nilai, dan harapan masyarakat

    * ingin mencapai keunggulan

    * mendorong semangat dan komitmen selumh warga sekolah/madrasah

    * mendorong adanya perubahan yang lebih baik

    * mengarahkan langkah-langkah strategis (misi) sekolah/madrasah

    Misi sekolah merupakan tindakan strategis yang akan dilaksanakan untuk mencapai visi sekolah. Misi

    sekolah memiliki ciri-ciri: 1) berbentuk layanan untuk memenuhi tuntutan visi, 2) berupa rumusan

    tindakan sebagai arahan untuk mewujudkan visi.

    Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan adalah tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi

    sekolah dalam jangka waktu tertentu. Tujuan tingkat satuan pendidikan merupakan rumusan

    mengenai apa yang diinginkan pada kurun waktu tertentu.

    b. Struktur dan Muatan Kurikulum

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    38/49

    1) Struktur Kurikulum [15]

    Struktur kurikulum adalah pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik

    dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap

    satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan

    beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.

    Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata

    pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut :

    * Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri (lihat

    tabel di bawah).

    * Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu.

    * Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam strukturkurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per

    minggu secara keseluruhan.

    * Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.

    * Minggu efektif dalam satu tahun pembelajaran (dua semester) adalah 34 38 minggu.

    1. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

    Struktur kurikulum SMP/MTs. disajikan sebagai berikut. [16]

    KELAS DAN ALOKASI WAKTU

    KOMPONEN

    VII

    VIII

    IX

    A. Mata Pelajaran

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    39/49

    * Pendidikan Agama

    2

    2

    2

    * Pendidikan Kewarganegaraa

    2

    2

    2

    * Bahasa Indonesia

    4

    4

    4

    * Bahasa Inggris

    4

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    40/49

    4

    4

    * Matematika

    4

    4

    4

    * Ilmu Pengetahuan Alam

    4

    4

    4

    * Ilmu Pengetahuan Sosial

    4

    4

    4

    * Seni Budaya

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    41/49

    2

    2

    2

    * Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan

    2

    2

    2

    * Keterampilan/Teknologi -Informasi dan Komunikasi

    2

    2

    2

    B. Muatan Lokal

    2

    2

    2

    C. Pengembangan Diri

    2*)

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    42/49

    2*)

    2*)

    Jumlah

    32

    32

    32

    2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

    2) Muatan Kurikulum

    Struktur kurikulum tingkatsatuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang

    dalam Standar isi, yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut:

    * Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

    * Kelompok mata pela,jaran kewarganegaraan dan kepribadian

    * Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

    * Kelompok mata pelajaran estetika

    * Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dnn kesehatan

    Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran

    sebagaimana diuraikan dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7.

    Muatan kurikulum meliputi: mata pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri, pengaturan beban

    belajar, kriteria ketuntasan belajar, ketentuan mengenai kenaikan kelas dan kelulusun, pendidikan

    kecakapan hidup, dan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

    Mata Pelajaran

    Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan tertera pada

    struktur kurikulum yang tercantum dalam Standar Isi.Muatan Lokal

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    43/49

    Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan

    dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat

    dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan

    pendidikan.

    Kegiatan Pengembangan Diri

    Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan

    diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

    mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan

    kondisi sekolah. Kegiatan pengem-bangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru,

    atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

    pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah

    diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik.

    Pengaturan Beban Belajar

    (1) Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB,SMP/MTs/SMPLB, baik kategori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB /SMK/MAK kategori

    standar.

    (2) Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB

    kategori mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.

    (3) Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK

    kategori mandiri.

    (4) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana

    tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah mak-simum empat

    jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan

    mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.

    (5) Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan man-diri tidak terstruktur dalam sistem

    paket untuk SD/MI/SDLB 0%-40%, SMP/MTs/SMPLB 0%-50% dan SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK 0%-

    60% dan waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu

    tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.

    (6) Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap

    muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.

    (7) Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur

    untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS mengikuti aturan sebagai

    berikut.

    (a) Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan

    kegiatan mandiri tidak terstruktur.

    (b) Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan

    terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    44/49

    Ketuntasan Belajar

    Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar

    antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan

    harus menentukan criteria kettuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan

    rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam

    penyelenggaraan pembelajaran.

    Kenaikan Kelas dan Kelulusan

    Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu kepada standar penilaian yang dikembangkan

    oleh BSNP. Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 pasal 72 ayat 1, peserta didik dinyatakan lulus dari

    satuan pendidikan pada pendidikan dasar dalan menengah setelah:

    1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

    2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata

    pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata

    pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan

    3) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

    dan

    4) Lulus ujian nasional.

    Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan

    peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.

    Pendidikan Kecakapan Hidup

    (1) Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB, SMK/SMAK dapat

    memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial,

    kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional.

    (2) Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari pendidikan semua mata pelajaran.

    (3) Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang

    bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah

    mem-peroleh akreditasi.

    Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

    (1) Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat me-masukkan pendidikan berbasis

    keunggulan lokal dan global.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    45/49

    (2) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat meru-pakan bagian dari semua mata

    pelajaran.

    (3) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal

    lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

    c. Kalender Pendidikan

    Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah,

    karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memerhatikan kalender

    pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.

    d. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran

    Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok,

    kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabusinilah guru bisa mengembangkannya menjadi Rancangan Pelaksanaan Pembela-jaran (RPP) yang

    akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi siswanya.

    Dari uraian di atas mengenai komponen dan Kerangka KBK dan KTSP, Nampak adanya persamaan

    dan perbedaan sebagai berikut:

    * Dalam KBK maupun KTSP perlu adanya identifikasi kompetensi, subkompetensi dan rumusan

    tujuan pembelajaran. Dalam KBK Kompetensi Dasar dirumuskan dalam materi pokok. Sedangkan

    dalam KTSP kompetensi dasar dirumuskan dalam indikator.

    * Tujuan, visi, dan misi pendidikan tidak ada perbedaan secara prinsipil.

    * Struktur kurikulum KBK meliputi sebelas mata pelajaran sedangkan KTSP meliputi tiga

    komponen: mata pelajaran (10 ) ditambah muatan lokal dan pengembangan diri. Jumlah jam minimal

    34 (KBK) dengan tambahan 4 jam jadi maksimal 38 jam, sedangkan dalam KTSP jam minimal 32

    dengan tambahan maksimal 4 jam pelajaran jadi total 36 jam. Minggu efektif dalam setahun

    pelajaran adalah 34 minggu dan jam sekolah efektif per minggu minimal 29 jam (40 menit).

    (1) Minggu efektif dalam satu tahun pembelajaran (dua semester) adalah 34 38 minggu (sama KBK

    dengan KTSP)

    (2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur

    kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per

    minggu secara keseluruhan (sama KBK dengan KTSP)

    (3) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45 menit (KBK) dan dalam KTSP: 40 menit

    tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur

    (4) Mata pelajaran sains mencakup materi fisika, biologi, dan aspek kimia (KBK). Dalam KTSP menjadiIPA terpadu.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    46/49

    (5) Mata pelajaran Pengetahuan Sosial mencakup materi ekonomi, sejarah, dan geografi (KBK).

    Dalam KTSP menjadi IPS Terpadu.

    (6) Mata pelajaran kesenian, keterampilan, teknologi informasi dan komunikasi penyajiannya diatur

    oleh sekolah dengan meng-gunakan sistem blok (KBK). Dalam KTSP kesenian menjadi seni budaya

    (KTSP) tetap mata pelajaran tersendiri sedangkan ketrampilan dan teknologi informasi asalnya

    terpisah kemudian digabung menjadi ketrampilan/teknologi informasi dan komunikasi.

    H. Langkah Penyusunan Silabus

    a. KBK

    Format silabus meliputi identifikasi mata pelajaran, penyebaran dan pengurutan standar kompetensi,

    penentuan kompetensi dasar, penentuan materi pokok dan uraiannya, penentuan strategi

    pembelajaran, penentuan alokasi waktu, dan sumber bahan. Standar kompetensi, kompetensi dasar,materi pokok, dan indikator sudah standarnasional (dari PUSKUR), selebihnya disusun oleh guru.

    b. KTSP

    Format silabus KBK dengan KTSP sama. Perbedaannya:

    Dalam KTSP, standar isi ditetapkan oleh BSNP meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar,

    sedangkan dalam KBK yang sudah standar nasional ditetapkan PUSKUR meliputi standar kompetensi,

    kompetensi dasar, materi pokok dan indikator. Dalam KTSP, indikator dan materi pokok

    dikembangkan oleh guru dalam tingkat satuan pendidikan.

    Berikut ini langkah penyusunan Silabus baik dalam KBK maupun KTSP.

    * Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

    * Mengidentifikasi Materi Pokok

    * Mengembangankan Pengalaman Belajar

    * Merumuskan Indikator Keberhasilan Belajar

    * Penentuan Jenis Penilaian

    * Menentukan Alokasi Waktu

    * Menentukan Sumber Belajar

    Pengembangan Silabus Berkelanjutan

    Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan,

    dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    47/49

    secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses

    (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.

    KESIMPULAN

    * Penyempurnaan KBK menjadi KTSP disebabkan KBK tidak menunjukkan hasil yang signifikan

    karena berbagai faktor: konsep KBK belum dipahami secara benar oleh guru, draft kurikulum yang

    terus-menerus mengalami perubahan, belum adanya panduan strategi pembelajaran yang mumpuni

    (mayoritas masih berbasis materi), yang bisa dipakai pegangan guru ketika akan menja-lankan tugas

    instruksional bagi siswanya. Dengan demikian KTSP sebenarnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

    yang telah dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2004, hanya telah mengalami penyempurnaan

    dengan tujuan agar kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam KBK bisa ditanggulangi, baik

    pada tataran perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

    * KBK maupun KTSP mengacu kepada Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan harapan selain

    mampu meningkatkan mutu dan relevansi juga untuk membangun budaya belajar sepanjang hayat,dengan 4 pilar pendidikan kesejagatan yaitu: (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to

    live together, dan (4) learning to be.

    * Perbedaan esensial antara KBK dan KTSP tidak ada. Keduanya sama-sama seperangkat rencana

    pendi-dikan yang berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik. Perbedaannya

    nampak pada teknis pelaksanaan. Jika KBK disusun oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas

    (c.q. Puskur), maka KTSP disusun oleh tingkat satuan pendidikan masing-masing, dalam hal ini

    sekolah yang bersangkutan, walaupun masih tetap mengacu pada rambu-rambu nasional Panduan

    Penyusunan KTSP yang disusun oleh badan independen yang disebut Badan Standar Nasional

    Pendi-dikan (BSNP).

    * Prinsip pengembangan KBK dan KTSP serta karakteristik keduanya tidak berbeda secara

    substansial.

    * Jenjang kompetensi KBK dengan KTSP hanya perbedaan istilah. kompetensi tamatan dalam KBK

    diistilahkan Standar "kompetensi lulusan" pada KTSP. "Kompetensi umum" pada KBK diistilahkan

    "standar isi" pada KTSP. Jenis-jenis kompetensi yang lain, yaitu standar kompetensi dan kompetensi

    dasar, tidak ada perbedaan istilah antara KBK dan KTSP. Seperti halnya dalam KBK, KTSP juga

    mengacu kepada komptensi dasar minimal. Oleh karena itu, KBK menetapkan SKBM (Standar

    Ketuntasan Belajar Minimal) atau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dalam KTSP.

    * Dilihat dari komponen dan Kerangka KBK dan KTSP, nampak adanya persamaan dan perbedaan

    sebagai berikut:

    a) Baik KBK maupun KTSP perlu mengidentifikasi kompetensi, subkompetensi dan rumusan tujuan

    pembelajaran. Dalam KBK Kompetensi Dasar dirumuskan dalam materi pokok. Sedangkan dalam

    KTSP kompetensi dasar dirumuskan dalam indikator.

    b) Tujuan, visi, dan misi pendidikan tidak ada perbedaan secara prinsipil.

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    48/49

    c) Struktur kurikulum KBK meliputi sebelas mata pelajaran sedangkan KTSP meliputi tiga komponen:

    mata pelajaran (10 ) ditambah muatan lokal dan pengembangan diri. Hal lainnya sebagai berikut:

    (1) Minggu efektif dalam satu tahun pembelajaran (dua semester) adalah 34 38 minggu (sama KBK

    dengan KTSP)

    (2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur

    kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per

    minggu secara keseluruhan (sama KBK dengan KTSP)

    (3) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45 menit (KBK) dan dalam KTSP: 40 menit

    tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur

    (4) Mata pelajaran sains mencakup materi fisika, biologi, dan aspek kimia (KBK). Dalam KTSP menjadi

    IPA terpadu.

    (5) Mata pelajaran Pengetahuan Sosial mencakup materi ekonomi, sejarah, dan geografi (KBK).

    Dalam KTSP menjadi IPS Terpadu.

    (6) Mata pelajaran kesenian, keterampilan, teknologi informasi dan komunikasi penyajiannya diatur

    oleh sekolah dengan meng-gunakan sistem blok (KBK). Dalam KTSP kesenian menjadi seni budaya

    (KTSP) tetap mata pelajaran tersendiri sedangkan ketrampilan dan teknologi informasi asalnya

    terpisah kemudian digabung menjadi ketrampilan/teknologi informasi dan komunikasi.

    Catatan kaki

    [1] Masnur Muslich, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2007)

    [2] Lihat UU Nomor 20/3003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Pasal 1 Butir 19)

    [3] Masnur Muslich, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2007)

    [4] Puskur, Balitbang Dep-diknas, 2001

    [5] PP No. 19 Tahun 200 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan, pasal 1 ayat 15.

    [6] Undang--Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2

    [7] Masnur Muslich, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2007)

    [8] BSNP, Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, jakarta, 2006

    [9] BSNP, Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, jakarta, 2006

  • 8/2/2019 Sejarah Kurikulum 2004

    49/49

    [10] Masnur Muslich, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2007)

    [11] Puskur, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: 2004)

    [12] Puskur, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: 2004)

    [13] Masnur Muslich, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2007)

    [14] BSNP, Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, jakarta, 2006

    [15] BSNP, Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs., jakarta, 2006

    [16] Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pensisikan , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007

    Daftar Bacaan

    Depdiknas (2005), Materi Pelatihan Terintegrasi, Jakarta: Dirjen pendidikan Dasar dan Menengah

    Direktorat PLP

    _________ (2006), Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs, (Dokumen I dan II),

    Jakarta: BSNP.

    _________ (2007), Buku Satu KTSP SMP, Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menegah

    Masnur Muslich (2007), KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi

    Aksara.

    Mulyasa, E (2006), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    _________(2006), Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya.

    __________(2007), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Penuntun Praktis, Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya.

    PP-RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

    UU-RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional