Sejarah jepang(1)

download Sejarah jepang(1)

If you can't read please download the document

Transcript of Sejarah jepang(1)

IMG-20150119-WA0004

KEBANGKITAN RAKYAT INDONESIA MELAWAN PENJAJAHAN JEPANGDi susun guna memenuhi tugas mata pelajaran SejarahMakalahPenyusun : Ketua : Arif Andika Pratama (05)Anggota : Heidy Wahyu Oktaviasari (13)Natasya Dinda (23)

Sekolah Menengah Atas 2 Negeri Jember2016

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala kebesaran dan limpah nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Kebangkitan Rakyat Indonesia Melawan Penjajahan JepangMakalah yang telah penulis buat ini berisi tentang latar belakang perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia, strategi dalam berperang melawan pihak Jepang, kronologi perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap Jepang diberbagai daerah, dan akhir dari perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia.Dalam Penulisan makalah ini penulis mengalami berbagai hambatan. Oleh sebab itu, dengan terselesaikannya makalah ini bukan semata-mata berasal dari kemampuan penulis saja. Berbagai pihak-pihak terkai turut membantu dan memberi dukungan kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Bu Eny Muffida dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu atas bantuannya dalam menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Maka dari itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Jember, Februari 2016 PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ iiiDAFTARISI........................................................................................... ivDAFTAR LAMPIRANPENDAHULUAN......................................................................... 1Latar Belakang...................................................................... 1

Rumusan masalah................................................................. 1

Tujuan dan Manfaat.............................................................. 2

PEMBAHASAN........................................................................... 3Latar belakang masuknya Portugis ke Nusantara.................3

Tujuan bangsa Portugis ke Nusantara................................... 3Pelaut-pelaut Portugis yang melaksanakan penjelajahan

Samudera......................................................................3Masa kekuasaan Portugis di Indonesia..................................8

Perlawanan rakyat Nusantara terhadap bangsa Portugis........11

Pengaruh yang di tinggalkan oleh bangsa Portugis.................12

KESIMPULAN.............................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................19

I.PENDAHULUAN1.1Latar BelakangBulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe Fumimaro sebagai Perdana Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinn militer Tambelan tidak menghendaki melawan beberapa kecamatan sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat bahwa Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh potensi Angkatan laut Jepang mencakup 6 kapal indik (pengangkutpesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajahan berat, 20 kapan penjelajahan ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274 pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur, tanggal 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Amerika Pasifik, Amerika Serikat di Pearl Harbor di Keplauan Hawai. Sedangkan kekuatan kedua , sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Fillipina dan Malaya/Singapura, yang akan dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 759 pesawat tempur. Seluruh operasi direncanakan dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin arrmada yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor. Hari Minggu pagi tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom pembawa torpedo serta seumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang. Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar serta merusak 6 kapal perang lain. Selain pemboman Jepang tersebut juga menghancurkan 180 pesawat tepur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-kuka. Namun tiga kapal induk Amerika selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menytakan perang terhadap Jepang. Perang Pasifik ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan di Asia Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyeranng dan menduduki Hindia Belanda adalah untuk menguasai sumber - sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potens perang Jepang serta menduduki industrinya. Jawa dirancang sebagai penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai minyak utama. Berbagai usaha dilakukan oleh Jepang agar bisa mewujudkan tujuannya menguasai kawasan Asia, terutama di Indonesia. Dalam mewujudkan tujuannya banyak masyarakat yang menderita dan sengsara, oleh karena itu banyak masyarakat Indonesia yang melakukan protes bahkan melawan kekejaman yang dilakukan oleh Jepang.1.2Rumusan MasalahApa latar belakang perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia terhadap pendudukan Jepang ?

Apa saja bentuk strategi dan perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia untuk menguisirJepang dari Indonesia ?

Apa saja dampak potif dan negatif yang ditimbulkan dari perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia ?

1.3Tujuan dan Manfaat 1.3.1Tujuan UmumUntuk mengetahui apa latar belakang rakyayt Indonesia melakukan perlawanan terhadap Jepang

Untuk mengetahui bentuk-bentuk strategi dan perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia dalam melakukan perlawanan

Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan atas perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia terhadap Jepang

1.3.2Tujuan KhususUntuk memenuhi nilai tugas pelajaran sejarah1.3.3ManfaatUntuk mengetahu bagaimana perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia sebagai bentuk protes terhadap pendudukan Jepang di daerah mereka masing masing.II.PEMBAHASAN2.1Latar Belakang terjadinya perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia atas pendudukan JepangPada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerang Indonesia dan segera menguasai Sumatra Selatan. Tanggal 1 Maret dini hari, mereka mendarat di Jawa dan dalam waktu delapan hari, Letnan Jendral Ter Poorten, Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL), menyerah atas nama seluruh angkatan perang Sekutu di Jawa. Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia sebagai negara imperialis, tidak jauh berbeda dengan negara-negara imperialisme lainnya. Kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu mencari daerah-daerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari tempat pemasaran untuk hasil-hasil industrinya. Sehingga aktivitas perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang sepenuhnya dipegang oleh pemerintah Jepang.Kedatangan Jepang pada umumnya diterima dengan penuh semangat. Rakyat percaya bahwa Jepang datang untuk memerdekakan, dan Jepang makin disenangi karena segera mengizinkan dikibarkannya bendera nasional Indonesia merah putih, dan dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia raya, dua hal penting yang dulu dilarang oleh Belanda.Alasan penting kenapa penjajahan Jepang justru diterima oleh mayoritas kaum terpelajar Indonesia adalah karena penguasa baru itu dapat lebih meningkatkan status sosial ekonomi orang Indonesia, hanya dengan kelayakan saja, tanpa kekerasan. Lebih-lebih lagi, dalam waktu enam bulan sejak kedatangannya, Jepang memenjarakan semua penduduk Belanda, sebagian besar orang Indo, dan sejumlah orang Kristen Indonesia yang dicurigai pro-Belanda kedalam kamp-kamp konsentrasi. Jumlah personil pemerintah militer Jepang hanya sedikit, oleh karena itu mereka terpaksa mengambil orang-orang Indonesia untuk mengisi lowongan hampir semua jabatan tingkat menengah, atasan bidang administrasi dan teknisi yang dulu diduduki orang Belanda atau Indo. Jadi, hampir semua personil Indonesia dalam bidang pemerintahan, mendapat kenaikan pangkat satu, dan bahkan sering dua atau tiga tingkat dalam hirarki tempat mereka bekerja. Dari situlah Jepang mula-mula memenangkan dukungan dari rakyat Indonesia.Karena alasan ini dan karena mereka diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk, Orang Jepang tampaknya tidak mendapat tantangan nyata apa pun sebelumnya dari para pemimpin nasionalis. Mereka dapat dengan mudah mengambil sumber-sumber kekayaan Indonesia demi tujuan kepentingan perang mereka, tanpa harus mengadakan persetujuan dengan kaum nasionalis Indonesia. Berdasarkan keyakinan ini, mereka membentuk pergerakan tiga A pada tanggal 29 April 1942. Pada saat itu, Jepang memperkenalkan dan memprogandakan semboyan dan semangat Jepang, yaitu Nippon pemimpin Asia, Nippon pelindung Asia, dan Nippon cahaya Asia. Pergerakan itu bertujuan mengumpulkan dukungan untuk tujuan perang Jepang dan kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Jepang terlalu dini untuk percaya bahwa mereka tidak perlu menggarap nasionalisme Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuannya lebih lanjut, karena kenyataannya orang Indonesia yang mereka pilih untuk memimpin pergerakan tersebut adalah Mr. Raden Samsoedin, jelas bukan seoang pemimpin nasionalis eselon pertama.Orang Jepang segera menyadari kekeliruan perkiraan ini. Meskipun propagandanya hebat, Pergerakan Tiga A sebenarnya sangat melempem (gagal). Ternyata kemakmuran ekonomi Indonesia dinomorduakan dibawah kepentingan Jepang, tanpa suatu imbalan yang memadai bagi Indonesia. Nusantara dikuras habis bahkan makanannya, minyak dan kinanya, sementara barang-barang pokok yang sangat diperlukan seperti barang sandang dan onderdil-onderdil tidak masuk lagi. Jepang yang awalnya memberi kelonggaran dalam hal kebebasan tiba tiba menghapus hal tersebut, selain itu Jepang juga mengawasi kurikulum di setiap sekolah secara kasar dengan tangan besi. Mereka memaksakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda di sekolah-sekolah menengah atas, dan sebagai bahasa resmi dikalangan pemerintah. Ini semua menimbulkan reaksi-reaksi negatif yang tajam.Sikap orang orang Jepang yang kasar dan selalu menyiksa membuat penduduk Indonesia terbiasa dan meniru perilaku Jepang tersebt. Hampir seluruh penduduk Indonesia memiliki sikap antagonisme yang tajam yang diciptakan oleh kekerasan yang keterlaluan, serta kekurangajaran yang sering ditunjukan oleh orang Jepang dalam pergaulan dengan orang Indonesia. Dalam waktu beberapa bulan saja, Jepang mulai menyadari bahwa mereka tidak lagi mendapat dukungan dari massa maupun mayoritas orang Indonesia terpelajar. Suatu rasa tidak senang terhadap Jepang terus tumbuh di kalangan rakyat mulai nyata dan ditunjukkan dengan mendadakan pemberontakan sebelum tahun 1942 berakhir. Jepang mulai khawatir pada permusuhan yang jelas serta perlawananan yang kadang oleh pelajar sekolah dan mamhasiswa. Mereka cemas terutama setelah mengetahui bahwa dibentuk organisasi-oraganisasi bawah tanah yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa ini maupun para pemimpin politik. Mereka mulai memahami bahwa pergerakan kebangsaan Indonesia adalah suatu kekuatan yang nyata dan kuat, dengan apa harus dicapai suatu cara penyelesaian tertentu, jika mereka menghendaki tercapainya tujuan-tujuan penjajahan yang minim sekalipun. Menyadari hal ini, Jepang mengubah kebijakan politiknya secara radikal. Pertama-tama mereka mengalihkan perhatian kepada para pemimpin nasionalis, yang mereka yakini bahwa pemimpin tersebut benar-benar disukai rakyat. Kemudian Jepang menghapus 4 organisasi organisasi nasional yang mereka bentuk sendiri. Adapun keempat organisasi tersebut terdiri dari (...)2.2Strategi yang Dilakukan Rakyat Indonesia dalam Menghadapi JepangTidak lama setelah masuk ke Indonesia, Jepang membebaskan Soekarno dari pembuangannya di Bengkulu, dan mengizinkan dia langsung pulang ke Jawa. Disini Soekarno segera menghubungi Hatta dan Sjahrir, yang sebelumnya sudah mengadakan kontak dengan gerakan bawah tanah yang dipimpin oleh Sjarifuddin dan Darmawan Mangoenkuesoemo. Akhirnya diputuskan bahwa perjuangan nasionalis paling baik dilaksanakan dengan dua cara, secara Kooperatif dan Non-Kooperatif. a.Perjuangan Kooperatif (Kerjasama)Pertemuan antara Sjahrir, Soekarno dan Hatta merupakan tujuan-tujuan akhir untuk kemerdekaan sendiri. Soekarno menganggap Jepang sebagai fasis murni, dan merasa bahwa mereka harus memakai metode perlawanan paling halus untuk mendekati Jepang, misalnya dengan menunjukkan penampilan mau bekerjasama. Baik Hatta maupun Soekarno selanjutnya setuju melakukan segala sesuatu yang secara sah mungkin dilakukan agar perjuangan kebangsaan memperoleh kekuasaan resmi yang lebih luas, dan pada waktu yang bersamaan, secara rahasia mendukung perlawanan revolusioner. Pada 9 Maret 1943 dibentuklah Putra (Pusat Tenaga Rakyat). Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur menduduki pimpinan Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Putra merupakan sebuah organisasi bertujuan menggerakan rakyat Indonesia untuk mendukung peperangan Jepang menghadapi Sekutu.Poetra tidak hanya memperkuat tujuan perang jepang, tapi juga membentuk organisasi di kalangan pemuda dimana jepang menanamkan mentalitas otoriter dan aliran anti barat. Melalui Putera, para pemimpin Indonesia dapat berhubungan dengan rakyat secara langsung, baik melalui rapat-rapat maupun media massa milik Jepang. Tokoh-tokoh Putera memanfaatkan organisasi-organisasi itu untuk menggembleng mental dan membangkitkan semangat nasionalisme serta menumbuhkan rasa percaya diri serta harga diri sebagai bangsa.Selain melalui Putera, para pemimpin pergerakan juga berjuang melalui Badan Pertimbangan Pusat atauCou Sangi Inyang dibentuk Jepang pada 5 September 1943. Badan ini beranggotakan 43 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno. Dalam sidangnya pada 20 Oktober 1943,Cuo Sangi Inmenetapkan bahwa agar Jepang menang dalam perang, perlu dikerahkan segala potensi dan produksi dari rakyat Indoensia.Dibawah perlindungan poetra, dibentuk sejumlah organisasi ditunjukan untuk melumpuhkan tujuan tujuan perang jepang. Organisasi pertama adalah hei ho, atau pekerja romusha yg dikirim hingga burma untuk mengerjakan jalan jalan, benteng, dan lain lain. Kemudian pada bulan September 1943 dibentuklah PETA (Pembela Tanah Air) anggotanya sering disebut sukarelawan. Rata rata anggota PETA adalah nasionalis yang kuat dan anti belanda dan jepang. Mereka selalu menekankan pentingnya persatuan, pentingnya memupuk terus menerus semangat cinta tanah air, dan harus lebih memperhebat semangat antiimperialisme -kolonialisme. Organisasi Putera mendapat sambutan yang hangat dari seluruh rakyat. Namun, karena Putera jauh lebih mementingkan pergerakan kebangsaan Indonesia, pemerintah Jepang akhirnya pada tanggal 1 maret 1944, dan kemudian poetra di gantikan oleh suatu organisasi baru yang lebih efektif oleh jepang, yaitu Perhimpoenan kebangkitan Rakyat dengan nama jepang Djawa hokokaki. Organisasi tersebut berkedudukan di bawah kekuasaan Gunseikan, badan pemerintah militer jepang.Untuk memperoleh dukungan lain, Jepang berusaha memperoleh dengan jalan lain, yaitu lewat agama. Para kyai pemimpin islam setempat yang kebanyakan guru dan ahli agama islam, di beri perhatian khusus. Mereka mendapat kedudukan terhormat dan penting, propaganda ini di maksudkan untuk meningkatkan perlawanan terhadap sekutu dengan dalih membela islam melawan orang kafir yang memperbudak penduduk muslim di indonesia.Sejumlah tokoh nasionalis Indonesia banyak yang menggunakan kesempatan pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Banyak di antara mereka yang menduduki jabatan - jabatan penting dalam lembaga-lembaga yang dibentuk Jepang. Karena gerakan yang non-kooperatif tidak mendapat tempat, para pejuang melakukan gerakan kooperatif yang dapat diterima oleh Jepang. Tujuan utama perjuangan mereka adalah mencapai Indonesia merdeka. Kerja sama kooperatif dengan pemerintah Jepang hanyalah suatu siasat atau taktik belaka. Dengan cara ini, para pejuang dapat duduk dalam lembaga-lembaga pemerintah. Dengan demikian, mereka dapat memperjuangkan atau membela nasib rakyat. Di samping itu, para pejuang dapat memanfaatkan organisasi dan lembaga-lembaga yang didirikan pemerintah Jepang untuk perjuangan kaum nasionalis, antara lain :Memanfaatkan Gerakan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) Tujuan Jepang membentuk PUTERA adalah agar kaum nasionalis dan intelektual menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk kepentingan Jepang. Namun oleh para pemimpin Indonesia, PUTERA justru dimanfaatkan untuk membela rakyat dari kekejaman Jepang serta untuk menggembleng mental dan semangat nasionalisme, cinta tanah air , anti kolonialisme dan imperialisme. Dengan demikian PUTERA ini ibarat tombak bermata dua.

Memanfaatkan Barisan Pelopor (Syuisyintai) Organisasi ini dimanfaatkan oleh para nasionalis sebagai penyalur aspirasi nasionalisme dan memperkuat pertahanan pemuda melalui pidato-pidatonya.

Memanfaatkan Chuo Sangi In (Badan Penasihat Pusat) Tugas badan ini adalah memberi nasihat atau pertimbangan kepada Seiko Shikikan (penguasa tertinggi militer Jepang di Indonesia). Oleh para pemimpin Indonesia melalui Chuo Sangi In dimanfaatkan untuk menggembleng kedisiplinan. Salah satu saran Chuo Sangi In kepada Seiko Shikikan adalah agar dibentuknya Barisan Pelopor untuk mempersatukan seluruh penduduk agar secara bersama menggiatkan usaha mencapai kemenangan. Adapun bentuk perjuangan bangsa Indonesia dengan strategi kooperasi dilakukan melalui organisasi organisasi sebagai berikut:

Putera (Pusat Tenaga Rakyat).

Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).

Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI) dan Masyumi.

Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat).

5. BPUPKI dan PPKI.b.Perjuangan Non KooperatifSelain melalui taktik kerjasama dengan Jepang, para pejuang juga melakukan gerakan Ilegal (non kooperatif). Gerakan ini muncul akibat terlalu kuatnya pemerintah Jepang menekan dan melarang golongan oposisi. Strategi perjuangan ini ternyata bisa terorganisir secara rapi dan dilakukan secara rahasia. Hubungan khusus terus dibangun dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional yang koopertif terhadap Jepang. Selain itu mereka juga melakukan sabotase dan tindakan destruktif (perusakan) terhadap sarana dan prasarana vital milik Jepang.Perjuangan non kooperatif ini dibagi menjadi dua cara, yaitu :Perlawanan Bawah Tanah

Perlawanan bawah tanah adalah perjuangan yang dilakukan secara tertutup dan rahasia. Perlawanan bawah tanah ini dilakukan oleh para tokoh nasionalis yang bekerja pasa instansi-instansi pemerintahan buatan Jepang. Perlawanan gerakan dibawah tanah atau illegal ini muncul akibat terlalu kuatnya pemerintah Jepang menekan dan melarang golongan oposisi. Gerakan nasionalisme yang ada ternyata tidak mampu menandingi kekuatan pemerintah Jepang. Oleh karena itu, beberapa perjuang nasionalis mengambil jalan melakukan gerakan dibawah tanah (illegal).Perjuangan bawah tanah ini tersebar di berbagai tempat: Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, serta Medan. Di Jakarta terdapat beberapa kelompok yang melakukan perjuangan model ini. Antara kelompok perjuangan yang satu dengan kelompok perjuangan yang lain, selalu terjadi kontak hubungan. Kelompok - kelompok perjuang tersebut, antara lain:a. Kelompok SukarniSukarni adalah tokoh pergerakan pada zaman Hindia Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, ia bekerja diSendenbu (Barisan Propaganda Jepang) bersama-sama denganMuhammad Yamin. Sukarnimenghimpun tokoh-tokoh pergerakan yang lain, antara lain: Adam Malik,Kusnaeni,Pandu Wiguna, danMaruto Nitimiharjo. Gerakan yang dilakukan kelompok Sukarni adalah menyebarluaskan cita-cita kemerdekaan, menghimpun orang-orang yang berjiwa revolusioner, dan mengungkapkan kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Jepang.Sebagai pegawaiSendenbu, Sukarni bebas mengunjungi asrama Peta (Pembela Tanah Air) yang tersebar di seluruh Jawa. Karena itu, Sukarni mengetahui seberapa besar kekuatan revolusioner yang anti-Jepang. Untuk menutupi gerakannya, kelompok Sukarni mendirikan asrama politik, yang diberi nama Angkatan Baru Indonesia yang didukungSendenbu. Di dalam asrama ini terkumpul para tokoh pergerakan antara lain:Ir. Sukarno,Mohammad Hatta,Ahmad Subarjo, danSunaryayang bertugas mendidik para pemuda tantang masalah politik dan pengetahuan umum.b. Kelompok Ahmad SubarjoAhmad Subarjopada masa pendudukan Jepang menjabat sebagai Kepala Biro RisetKaigun Bukanfu(Kantor Penghubung Angkatan Laut) di Jakarta. Ahmad Subarjo berusaha menghimpun tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang bekerja dalam Angkatan Laut Jepang. Atas dorongan dari kelompok Ahmad Subarjo, Angkatan Laut berhasil mendirikan asrama pemuda yang bernama Asrama Indonesia Merdeka. Di asrama Indonesia Merdeka inilah para pemimpin bangsa Indonesia memberikan pelajaran-pelajaran guna menanamkan semangat nasionalisme kepada para pemuda Indonesia.c. Kelompok Sutan SyahrirSutan Syahrirmerupakan tokoh besar pergerakan nasional, yang pada zaman Hindia Belanda tahun 1935 dibuang ke Boven Digul di Irian Jaya, kemudian dipindahkan ke Banda Neira dan terakhir ke Sukabumi. Pada masa pendudukan Jepang, Syahrir berjuang diam-diam dengan cara menghimpun teman-teman sekolahnya dulu dan rekan-rekan seorganisasi pada zaman Hindia Belanda. Terbentuklah satu kelompok rahasia, Kelompok Syahrir.Dalam perjuangannya, Syahrir juga menjalin hubungan dengan pemimpin-pemimpin bangsa yang terpaksa bekerja sama dengan Jepang. Di samping itu, hubungan kelompok Syahrir dengan kelompok perjuangan yang lain berjalan cukup baik. Karena gerak langkah Syahrir dicurigai Jepang, untuk menghilangkan kecurigaan pihak Jepang Syahrir bersedia memberi pelajaran di Asrama Indonesia Merdeka milik Angkatan Laut Jepang (Kaigun), bersama dengan Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, dan Iwa Kusumasumantri.d. Kelompok PemudaKelompok Pemuda pada masa Jepang mendapat perhatian khusus dari pemerintah Jepang. Jepang berusaha memengaruhi para pemuda Indonesia dengan propaganda yang menarik. Dengan demikian, nantinya para pemuda Indonesia merupakan alat yang ampuh guna menjalankan kepentingan Jepang. Jepang menanamkan pengaruhnya pada para pemuda Indonesia melalui kursus-kursus dan lembaga-lembaga yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda.Jepang mendukung berdirinya kursus-kursus yang diadakan dalam asrama-asrama, misalnya di Asrama Angkatan Baru Indonesia yang terdapatSendenbudan Asrama Indonesia Merdeka yang didirikan Angkatan Laut Jepang. Namun, pemuda Indonesia baik pelajar maupun mahasiswa tidak gampang termakan oleh propaganda Jepang. Mereka menyadari bahwa imperialisme yang dilakukan oleh Jepang pada hakikatnya sama dengan imperialisme bangsa Barat.Pada masa itu, di Jakarta terdapat 2 kelompok pemuda yang aktif berjuang, yakni yang terhimpun dalam asramaIka Daikagu(Sekolah Tinggi Kedokteran) dan kelompok pemuda yang terhimpun dalam Badan Permusyawaratan/Perwakilan Pelajar Indonesia (Baperpri). Kelompok terpelajar tersebut mempunyai ikatan organisasi yang bernamaPersatuan Mahasiswa.Organisasi-organisasi ini merupakan wadah untuk menyusun aksi-aksi terhadap penguasa Jepang dan menyusun pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin bangsa. Dalam perjuangannya, kelompok pemuda juga selalu berhubungan dengan kelompok-kelompok yang lain, yaitu kelompok Sukarni, kelompok Ahmad Subarjo, dan Kelompok Syahrir. Tokoh-tokoh Kelompok Pemuda yang terkenal antara lain: Chaerul Saleh,Darwis.Johar Nur,Eri Sadewo,E.A. Ratulangi, danSyarif Thayeb.Perlawanan Angkat Senjata

Perlakuan Jepang yang tak berperikemanusian menimbulkan reaksi dan perlawanan dari rakyat Indonesia di berbagai wilayah. Kebencian ini bertambah ketika di beberapa tempat, Jepang menghina aspek-aspek keagamaan, sehingga membuat rakyat terutama kaum kaum bangsawan merasa geram atas tindakan Jepang tersebut. Berikut ini beberapa perlawanan yang dilakukan rakyat pada masa penjajahan Jepang.A. Perlawanan di Cot Plieng, AcehPada saat pertama kali, bangsa Jepang datang ke Aceh pada tanggal 9 Februari 1942 ,mereka telah disambut dengan sangat ramah oleh rakyat Aceh. Jepang pun mulanya telah bersikap baik dan sangat menghormati masyarakat dan tokoh- tokoh di Aceh. Tak hanya itu, Jepang pun sangat menhormati kepercayaan dan adat istiadat rakyat Aceh yang telah bernafaskan islam. Karena perlakuan baik bangsa Jepang tersebut membuat rakyat tidak segan di dalam membantu dan ikut serta dalam mendukung program program pembangunan Jepang di Aceh. Namun ketika Jepang sudah mencapai maksudnya tersebut, Jepang justru berbalik merendahkan rakyat Aceh. Contohnya yaitu personil rakyat Jepang telah melakukan pelecehan seksual kepada kaum perempuan Aceh yang beragama Islam, rakyat Aceh yang beragama islam pun telah diperintahkan untuk menyembah matahari terbit di waktu pagi. Tentu dari sekian tindakan- tindakan yang dilakukan dan diperintaahkan oleh orang Jepang tersebut telah dan sangat bertentangan dengan akidah islam. Oleh karena hal tersebut, perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang tidak dapat dihentikan lagi.Perlawanan di Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Djalil. Perlawanan Teuku Abdul Jalil ini terjadi karena Keinginan Jepang untuk memobilisasi para ulama di Aceh ditolak oleh para ulama. Rakyat Cot Plieng di Lhokseumawe Aceh mengadakan perlawanan dipimpin oleh Teuku Abdul Jalil. Teuku Abdul Jalil merupakan seorang ulama yang masih berusia muda dari Buloh Blang Ara, Aceh Utara. Teuku Abdul Jalil merupakan alumni Dayah Teungku Muhamamad Amin Jumphoh di Pidie Aceh, kemudian ia melanjutkan pendidikan ke Dayah Krueng Kale yang merupakan salah satu pusat pendidikan Islam terkenal di Aceh Besar pimpinan Teungku Hasan Krueng Kale. Dari sana Teuku Abdul Jalil pindah ke Dayah Cot Plieng Bayu, Lhoksukon, Aceh Utara yang dipimpin oleh Teungku Ahmad. Di sana Abdul Jalil menikah dengan putri Teungku Ahmad bernama Teungku Asiah. Di tempat itu pula Teuku Abdul Jalil menggantikan mertuanya memimpin Dayah Cot Plieng hingga kemudian diberi gelar Teungku Syik. Teungku Abdul Jalil dibantu teman-temannya melakukan dakwah anti Jepang secara diam-diam dan menyerukan jihad fisabilillah dari desa ke desa. Menjelang akhir tahun 1942, dakwah yang awalnya dilakukan diam-diam tersebut menjadi terang-terangan, setelah kekejaman tentara Jepang semakin menjadi-jadi kepada masyarakat. Para santri di Dayah Cot Plieng sudah siap untuk berperang melawan Jepang. Hal itu kemudian diketahui intelijen dan kampetai Jepang. Jepang berusaha meredam upaya pemberontakan Teungku Abdul Jalil dan teman-temannya tersebut dengan menggunakan orang-orang Aceh yang bekerja untuk Jepang dan para Uleebalang yang telah diangkat oleh Jepang menjadi Gunco (wedana) dan sunco (camat). Selain itu, pihak Jepang juga telah berusaha membujuk Teuku Abdul Jalil untuk berdamai, namun usaha Jepang tersebut selalu ditolak. Pada tanggal 10 November 1942 Jepang mengerahkan pasukannya untuk menyerang Cot Plieng, namun serangan Jepang yang pertama ini berhasil digagalkan oleh rakyat Aceh. Kemudian, pertempuuran berlanjut hingga pada tanggal 24 November 1942, saat rakyat sedang menjalankan ibadah salat subuh. Karena diserang, maka rakyat pun dengan sekuat tenaga melawan. Rakyat dengan bersenjatakan pedang dan kelewang, bertahan bahkan dapat memukul mundur tentara Jepang. Itu merupakan serangan tentara Jepang untuk yang kedua kalinya, tetapi dapat digagalkan oeh rakyat. Kekuatan Jepang semakin ditingkatkan. Kemudian, Jepang melancarkan serangan untuk ketiga kalinya dan berhasil menghancurkan pertahanan rakyat Cot Plieng, setelah Jepang membakar masjid. Banyak rakyat pengikut Teungku Abdul Jalil yang terbunuh. Dalam keadaan terdesak, Teungku Abdul Jalil berhasil melarikan diri ke Buloh Blang Ara. Beberapa hari kemudian, saat Teungku Abdul Jalil dan pengikutnya sedang menjalankan salat, tentara Jepang menembaki Teungku Abdul Jalil dan akhirnya beliau gugur sebagai pahlawan bangsa. Dalam pertempuran ini, rakyat yang gugur sebanyak 120 orang dan 150 orang luka luka, sedangkan tentara Jepang kehilangan 90 orang prajuritnya. Kebencian rakyat Aceh terhadap Jepang semakin meluas sehingga muncul perlawanan di Jangka Buya di bawah pimpinan perwira Gyugun Abdul Hamid. Dalam situasi perang yang meluas ke berbagai tempat, Jepang mencari cara yang efektif untuk menghentikan perlawanan Abdul Hamid. Jepang menangkap dan menyandera semua anggota keluarga Abdul Hamid. Dengan berat hati akhirnya Abdul Hamid mengakhiri perlawanannya. Berikutnya perlawanan rakyat di Pandrah Kabupaten Biruen. Perlawanan disebabkan oleh masalah penyetoran padi dan pengerahan tenaga romusha. Kerja paksa yang diadakan Jepang terlalu memakan waktu panjang sehingga para petani tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk menggarap sawahnya. Di samping itu, Jepang menancapi bambu runcing di sawah sawah dengan maksud agar tidak dapat digunakan Sekutu untuk mendaratkan pasukan payungnya. Tindakan Jepang itu sangat merugikan rakyat. Dan yang lebih memberatkan lagi, Jepang juga memaksa rakyat untuk menyerahkan hasil panennya sebanyak 50% - 80%.B. Perlawanan di Singaparna, Tasikmalaya, Jawa BaratSingaparna merupakan salah satu daerah di wilayah Jawa Barat, yang rakyatnya dikenal sangat religius dan memiliki jiwa patriotik. Rakyat Singaparna sangat anti terhadap dominasi asing. Oleh karena itu, rakyat Singaparna sangat benci terhadap pendudukan Jepang, apalagi ketika mengetahui perilaku pemerintahan Jepang yang sangat kejam. Kebijakan kebijakan Jepang yang diterapkan dalam kehiddupan masyarakat, banyak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam ajaran yang banyak dianut oleh rakyat Singaparna. Atas dasar pandangan dan ajaran Islam, rakyat Singaparna melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang. Perlawanan itu juga dilatarbelakangi oleh kehidupan rakyat yang semakin menderita. Pengerahan tenaga romusha dengan paksa dan di bawah ancaman ternyata sangat mengganggu ketentraman rakyat. Para romusha dari Singaparna dikirim ke berbagai daerah di luar Jawa. Mereka umumnya tidak kembali karena menjadi korban keganasan alam maupun maupun akibat tindakan Jepang yanng tidak mengenal perikemanusiaan. Mereka banyak yang meninggal tanpa diketahui di mana kuburnya. Selain itu, rakyat jjuga diwajibkan menyerahkan padi dan beras dengan aturan yang sangat menjerat dan menindas rakyat, sehingga pendeitaan terjadi di mana mana. Kemudian secara khusus rakyat Singaparna melakukan perlawanan dipimpin oleh K.H Zainal Mustafa. Beliau merupakan pendiri sekaligus pemimpin pesantren Sukamanah di Singaparna, Tasikmalaya (Jawa Barat).Munculnya perlawanan rakyat berawal dari paksaan Jepang untuk melakukan seikeirei, yaitu upacara penghormatan kepada kaisar Jepang yang dianggap dewa dengan cara membungkukkan badan kearah timur laut (Tokyo). Saat itu, ketika menghadiri sebuah upacara dilapangan kota Singaparna, beliau menolak untuk melakukan Seikerei (memberi hormat kepada kaisar Jepang Tenno Heika) dengan cara membungkukkan badan serta menundukkan kepala kearah istana Kaisar Jepang. Seikerei dianggap perbuatan syirik karena dalam ajaran Islam tak ada yang pantas disembah kecuali Allah S.W.T. Bersama pengikutnya beliau meninggalkan lapangan tersebut. Cara ini dianggap oleh K.H Zainal Mustafa sebagai tindakan menyekutukan Tuhan yang secara tegas dilarang oleh agama Islam. Selanjutnya, K.H Zainal Mustafa dengan tegas melarang rakyat untuk melakukan seikeirei, menyetor padi, dan bekerja untuk tentara Jepang. Bahkan K.H Zainal Mustafa secara diam diam membentuk Pasukan Tempur Sukamanah yang dipimpin oleh ajengan Najminudin.Untuk menghindari segala kemungkinan, K.H Zainal Mustafa mempersiapkan santri santrinya dengan mempetabalkan keyakinan agama dan mengajar bela diri pencak silat. Melihat kondisi seperi itu, pemerintah Jepang segera mengambil tindakan dengan mengirim utusan untuk menangkap K.H Zainal Mustafa. Oleh karena tidak bisa diajak kompromi, utusan Jepang itu dikeroyok massa dan sempat melarikan diri ke Tasikmalaya.Melihat kejadian itu, Jepang kemudian mengirim pasukan untuk menggempur Sukamanah dan menangkap K.H Zainal Mustafa. Akhirnya, meletuslah pertempuran bersenjata pada 25 Februari 1944 sehabis salat Jumat. Sebelum perang itu dimulai, ada beberapa utusan dari kepolisian Tasikmalaya dan beberapa orang Indonesia yang ingin mengadakan perundingan dengan K.H Zainal Mustafa. Namun, polisi Jepang itu dilucuti senjatanya dan ditahan oleh pengikut K.H Zainal Mustafa. Kemudian ada seorang polisi yang kembali ke Tasikmalaya untuk melaporkan apa yang baru saja terjadi dan menyampaikan ultimatum dari K.H Zainal Mustafa keada pihak Jepang agar besok segera memerdekakan Jawa dan jika tidak, maka akan terjadi pertempuran yang akan mengancam keseamatan orang orang Jepang. Hari berikutnya datang kembali rombongan utusan Jepang ke Sukamanah untuk mengadakan kembali perundingan dengan K.H Zainal Mustafa, akan tetapi utusan Jepang itu bersikap congak dan sombong untuk menunjukkan bahwa Jepang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan lebih kuat. Hal ini menyulut kemarahan pengikut K.H Zainal Mustafa, sehingga utusan Jepang itu pun diilucuti senjatanya dan ditangkap bahkan ada yang dibunuh, sementara ada juga yang berhasil melarikan diri. Setelah kejadian ini, Jepang mengirimkan pasukannya ke Sukamanah yang terdiri dari 30 orang kempetai dan 60 orang polisi negara istimewa (tokubetsu keisatsu) dari Tasikmalaya dan Garut. Pertempuran terjadi lebih kurang satu jam di kampung Sukamanah. Pihak rakyat menyerang dengan memprgunkan pedang dan bambu runcing yang diikuti dengan teriakan takbir. K.H Zainal Mustafa dengan pengikutnya bertempur mati matian untuk menghadapi gempuran dari pihak Jepang. Karena jumlah pasukan yang lebih besar dan peralatan senjata yang lebih lengkap, tentara Jepang berhasil mengalahkan pasukan K.H Zainal Musatafa. Dalam pertempuran ini banyak berguguran para pejuang Indonesia. K.H Zainal Mustafa bersama 27 orang pengikutnya berhasil ditangkap dan dimasukkan kedalam tahanan di Tasikmalaya. Selajutnya, mereka dipindahkan ke Jakarta. Setelah mengalami siksaan yang berat di dalam penjara, Pada tanggal 25 Oktober 1944, mereka dihukum mati. K.H Zainal Mustafa dimakamkan di Ancol. Kini makamnya telah dipindahkan kedaerah asalnya di tengah tengah rakyat Singapura.C. Perlawanan rakyat Indramayu Jawa BaratPerlawanan terhadap kekejaman Jepang juga terjadi di daerah Indramayu. Latar belakang dan sebab sebab perlawanan itu tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Singaparna. Para petani dan rakyat Indramayu pada umumnya hidup sangat sengsara. Jepang telah bertindak semena mena terhadap para petani Indramayu. Mereka harus menyerahkan sebagian besar hasil padinya kepada Jepang. Tentu kebijakan ini sangat menyengsarakan rakkyat. Begitu juga kebijakan untuk mnngerahkan tenaga romusha juga terjadi di Indramayu, sehingga semakin membuat rakyat menderita. Masyarakat Indramayu umumnya adalah petani, sehingga politik beras yang di terapakan jepang di angap menyensarakan masyarakat. Perlawanan petani indramayu terjadi antara bulan april samapi agustus 1944, selama musim panen besar. Ini merupakan perlawanan petani yang paling besar di Indramayu, sejak serangkaian perlawanan antipamong praja dan anti china pada tahun 1943, di bawah pimpinan sarekat islam. Perlawanan terjadi di daerah desa kaplongan, merupakan sebuah perkampungan (luas 9,75 km yang mencakup kelurahan tanjung pura dan kaplongan. Desa itu terletak antara kedua sisi jalan raya antara cirebon dan indramayu. Penduduk desa itu terkenal sebagai penganut agama islam yang taat, dan terdapat banyak pesantren, baik di desa kaplongan maupun di desa sekitarnya. Dalam kenyataannya perlawanan masyarakat Indramayu terhadap tentara pendudukan Jepang dipelopori oleh beberapa orang pemuka agama. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, sebab dalam ajaran agama terdapat nilai-nilai patriotisme dan keharusan mengusir musuh yang hendak menjajah dari tanah kelahiran. Pada suatu hari di tahun 1944, ketika panen baru saja dimulai, para petani di desa kaplongan diberitahu oleh para pejabat desa bahwa telah dikeluarkan peraturan baru yang menyerukan petani harus menyerahkan semua padi mereka, kecuali dua gedeng per rumah tangga. Satu gedeng kira-kira seberat 5 kg. Dengan adanya peraturan baru ini, para petani tidak di perbolehkan menyimpan lebih dari 10 kg padi. Tidak lama kemudian, hari jum'at pagi bulan april, soncho karangampel majana sastra. Dan dua orang junsa (agen polisi) datang ke kaplongan untuk menerapakan peraturan baru itu. Ketika mereka tiba, semua penduduk di suruh datang ke balai desa.mula-mula sekretaris desa, Hasim berbicara atas nama pemerintah. Ia menganjurkan agar semua masyarakat menyerahkan semua persediaan padi yang mereka miliki, kecuali dua gedeng. Sebagian petani mulai mengerutu dan yang lain mulai berteriak tidak setuju, tetapi pada saat itu tidak ada yang berani menolak secara terbuka.Penduduk kaplongan disuruh menyita padi Haji Aksan, dan membawanya ke balai desa. Mereka mersa malu dan ragu, sedikit demi sedikit padi milik Haji Aksan di bawa ke balai desa. Tugas itu belum selesai ketika tiba waktunya untuk sembahyang jum'at di mesjid. Mereka meminta agar soncho mengizinkan meraka beristirahat sebentar di mesjid. Namun soncho menolak dan berskeras agar pekerjaan tetap dilaksanakan. Pada saat itu lah terjadi pertengkaran yang panas antara petani dan pejabat dan kucho. Para petani mulai mengambil batu dan melemparnya ke arah pejabat. Sasaran kemarahan mereka yang utama adalah soncho dan kedua orang junsa. Dalam hujan yang batu yang terjadi kemudian, soncho jatuh pingsan, sedangkan kedua junsa terbunuh. Kucho dan para pejabat desa lainnya berhasil melarikan diri sehingga selamat dari maut. Penduduk sekarang menyadari bahwa mereka telah melewati batas dan tidak bisa mundur lagi. Mereka harus bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan. Dengan semangat dan sesuai keyakinan agama, mereka memutuskan lebih baik berjuang melawan pemerintah daripada mati kelaparan. Malam itu, beratus-ratus orang datang ke langgar Kiyai Haji Irsyad, seorang guru agama yang disegani di desa itu, untuk meminta air suci yang konon akan menjadikan kebal terhadap serangan kafir. Mereka juga memasang penghalang sepanjang jalan utama desa yang menghubungkan desa itu dengan luar. Pagi berikutnya, tentara jepang tiba bersama tentara indonesia. Mereka datang dengan truk dan menyingkirkan penghalang jalan. Para petani mulai menyerang dengan segala senjata yang ada, termasuk batu, batu bata, bambu runcing,dan golok. Tentara jepang mulai membalas dengan tembakan. Dalam perlawanan tersebut beberapa orang petani terbunuh, dan yang lainya melarikan diri. Sesudah beberapa hari, tokoh-tokoh penting dalam perlawanan mulai di tangkap satu per satu melalui perangkap yang sangat licik, yang di atur meluli seorang kiyai yang sangat termasyur bernama Abas yang memihak jepang. Atas permintaan jepang, kiyai abas datang ke desa kaplongan, berpura-pura mengundang para pemimpin perlawanan untuk menghadiri sebuah pertemuan. Karena percaya bahwa semua peserta dijamin keselamatnya, maka 12 orang ikut dengannya. Dan setibanya di cirebon, semua pemimipin perlawanan di tahan oleh Jepang.Setelah perlawanan di kaplongan, kira-kira sebulan setelahnya pemberontakan petani gelombang kedua mulai bangkit di daerah perbatasan antara sindang son dan lohbener son. Sebenarnya pemberontakan ini melibatkan 12 perkampungan di perbatasan ke dua son itu. Daerah ini merupakan daerah pertanian yang miskin, karena kekurangan air.air tanah mengandung garam karena terlalu dekat dengan laut, dan kekurangan air ini menyebabkan penduduk bahkan tidak mempunyai cukup air untuk minum pada puncak musim kering. Kemiskinan daerah ini dapat juga dilihat dari kenyataan bahwa di situ tidak ada tanah bengkok. Sebagai gantinya kepala desa mendapat upah setahun sekali dalam bentuk padi, yang dinamakan panceng.dalam sistem ini, setiap rumah tangga di desa itu menyerahkan 5-10 kg padi, tergantung pada kemampuan ekonomi rumah tangga tersebut. Pendapat dari sistem pancang ini jauh lebih kecil daripada tanah bengkok. Perlawanan terjadi pada bulan mei 1944, segera sesudah pengumuman peraturan padi yang baru diberitahukan kepada para petani. Perintah itu berbunyi bahwa para petani harus menyerahkan semua persediaan padi mereka, kecuali 25 kg. Ketika penduduk cidempet diberitahu mengenai hal itu, mereka marah, dan beberapa penduduk menculik kucho usman, membawanya ke pekuburan dan mengancam akan membunuhnya. Karena takut dibunuh, Usman terpaksa berjanji akan menghentikan pemungutan padi. Namun, segera sesudah bebas, ia lari ke cirebon dan tidak kembali sampai pemberontakan berahir. Ketika penduduk desa mengetahui bahwa ia melarikan diri, meraka menjadi marah sekali dan menolak pemungutan padi secara paksa. Di bawah pimpinan haji madrias, dengan anggota tetap mereka melakukan beberapa pertemuan. Dan dari hasli pertemuan tidak ada yang di hasilkan, yang ada cuma rakyat yang menolak untuk menyerahkan padi mereka. Seminggu kemudian, muncul berita bahwa soncho lohbener akan datang ke desa cidempet untuk melaksanakan pemungutan padi.haji madrias dan para pengikutnya berkumpul di balai desa menantikan kedatangan mereka. Mereka menunggu dengan gelisah, namun rombongan koncho tidak kunjung datang.kemudian, menjelang siang muncul berita tidak terduga bahwa bahwa bukan soncho mereka, tetapi soncho sindang yang datang ke desa tetangga, yaitu desa paningkiran kidul (sindang son) untuk melakukan pemungutan padi. Para petani yang sudah bosan menunggu soncho mereka, memutuskan untuk pergi ke desa paningkiran kidul. Dengan banyak orang, ahirnya mereka tiba di desa paningkaran kidul rombongan mereka sudah berjumlah sekitar 300 orang. Disana mereka menemui soncho dan dua upas (pesuruh dari kantor son), kucho dulgani dan sekretaris desa Darwia, sedang melakukan pemungutan padi. Para pejabat desa ini kaget melihat rombongan yang datang dalam suasana panas. Kucho mencoba bangkit dan mencoba berdiri diantara suncho dan petani. Tetapi karena ia sudah tua dan lemah, ia dengan mudah di dorong oleh para petani, dan dibunuh dengan bambu runcing. Raksabumi yang datang juga dilukai oleh petani. Kemudian soncho dan dua upas di bunuh. Hanya sekretaris desa, Darwia yang berhasil lolos dan berhasil melarikan diri dari desa itu. Sementara itu para petani pergi ke desa Pranggong, Lohbener Son. Mereka pergi kerumah kucho, tapi kucho kebetulan sedang menghadiri pertemuan di lohbener. Karena kecewa maka para petani pergi ke desa cantigi Kulon, sindang son. Di situ, kucho kalipa kebetulan sedang berada di balai desa, memungut pajak dari penduduk. Para petani langsung menyerang kucho di tempat itu juga. Kucho berusaha melarikan diri, ia ahirnya tertangkap dan dubunuh bersama denga anak laki-lakinya. Di desa yang berdekatan lainnya, perlawanan yang serupa meletus pula, dan para kucho terbunuh. Berbagai usaha dilakukan pemerintah jepang untuk menyelesaikan masalah ini. Seorang pemimpin agama yang terkenal, Khalifah Haji Abdullah Fakih, dikirim ke daerah-daerah yang sedang bergejolak itu untuk mendamaikan rakyat dengan pemeritah.pemerintah menyebarkan selebaran dari helikopter meminta agar rakyat tetap tenang dan menjanjika pemerintah tidak akan melakukan pembalasan. Tetapi kemudian, pemerintah sekali lagi memasang perangkap: Haji Madrias dan tokoh perlawanan lainnya dengan hormat di undang untuk menghadiri suatu pertemuan di Cirebon, dan mereka di tangkap begitu sampai disana. Kemudian hal ini di ikuti dengan penangkapan sejumlah tokoh-tokoh kecil di desa tersebut. Di desa paningkiran Kidul, seorang kiyai dari rambatan kulon datang menasihati petani agar menyerah. Pemberontakan meluas sampai keluar perbatasan kedua son tersebut, sejauh kertasemaya son, losarang son, dan sliyeg son. Di sliyeg, kantor son dan rumah sucho dirampok, begitu juga toko-toko cina disana. Di kertasemaya, rakyat mulai berdatangan kerumag seoarang ulama desa tenajar yang bernama Kiyai Muchtar, meminta air suci. Namun, pemberontakan dibatalkann, karena pemerintah secara preventif menahan kiyai tersebut dan menakut-nakuti. Pemberontakan yang terjadi pada masa dahulu masih bersifat kedaerahan, sehingga sulit untuk melawan penjajahan. D. Perlawanan rakyat KalimantanPerlawanan rakyat terhadap kekejaman Jepang terjadi di banyak tempat. Begitu juga di Kalimantan, di sana terjadi peristiwa yang hampir sama dengan apa yang terjadi di Jawa dan Sumatra. Rakyat melawan Jepang karena himpitan penindasan yang dirasakan sangat berat. Salah satu perlawanan di Kalimantan adalah perlawanan yang dipimpin oleh Pang Suma, seorang pemimpin Suku Dayak. Pemimpin Suku Dayak ini memiliki pengaruh yang luas di kalangan orang orang atau suku dari daerah Tayan, Meliau, dan sekitarnya.Pang Suma dan pengikutnya melancarkan perlawanan terhadap Jepang dengan taktik perang gerilya. Mereka hanya berjumlah sedikit, tetapi dengan bantuan rakyat yanng militan dan dengan memanfaatkan keuntungan alam rimba belantara, sungai, rawa, dan daerah yang sullit ditenpuh - perlawanan berkobar dengan sengitnya. Namun, harus dipahami bahwa dikalangan penduduk juga berkeliaran para mata mata Jepang yang bersal dari orang oran Indonesia sendiri. Lebih menyedihkna lagi, para mata mata itu juga tidak segan segan menangkap rakyat, melakukan penganiayaan, dan pembunuhan, baik terhadap orang orang yang dicurigai atau bahkan terhadap saudaranya sendiri. Adanya mata mata inilah yang sering membuat perlawanan para pejuang Indonesia dapat dikalahkan oleh penjajah. Demikianlah juga perlawanan yang dipimpin oleh Pang Suma di Kaliantan ini akhirnya mengalami kegagalan juga.D. Perlawanan Rakyat IrianPada masa pendudukan Jepang, enderitaan juga dialami oleh rakyat yang berada di Papua. Mereka mendapat pukulan dan penganiayaan yang sering di luar batas kemanusiaan. Oleh karena itu, wajar jika kemudian mereka melancarkan perlawanan terhadap Jepang.Gerakan perlawanan yang terkenal di Papua adalah Gerakan Koreri yang berpusat di Biak dengan pemimpinnya bernama L. Rumkorem. Biak merupakan pusat pergolakan untuk melawan pendudukan Jepang. Rakyat Irian memiliki semanat juang pantang menyerah, sekalipun Jepang sangat kuat, sedankan rakyat hanya menggunaka senjata sederhana untuk melawan. Rakyat Irian terus memberikan perlawanan di berbagai tempat. Mereka juga tidak memiliki rasa takut. Padahal kalau ada rakyat yang tertangkap, Jepang tidak segan segan memberi hukuman pancung di depan umum. Namun, rakyat Irian tidak gentar menghadapi smeua itu. Mereka melakukan taktik perlawanan gerilya. Tampaknya, Jepang cukup kewalahan menghadapi keberanian dan taktik gerilya orang orang Irian. Akhirnya, Jepan tidak mampu bertahan menghadapi para pejuang Irian tersebut. Jepang akhirnya meninggalkan Biak. Oleh karena itu, dapat dikatakan Pulau Biak merupakan daerah bebas dan merdeka yang pertama di Indonesia.Ternyata perlawanan di tanah Irian ini uga meluas ke berbagai daerah, dari Biak kemudian ke Yapen Selatan. Salah seorang pmimpin perlawanan di daerah ini adalah Silas Papare. Pelawanan di daerah ini berlangsung sangat lama bahkan sampai kemudian tentara Jepang dikalahkan Sekutu. Setelah berjuang bergerilya dalam waktu yang sangat lama., rakyat Yape Selatan mendapatkan bantuan senjata dari Sekutu, bantuan senjata itu membantu rakyat Yape Selatan untuk mengalahkan Jepang. Hal itu tersebut menunjukkan bagaimana keuletan rakyat Irian dalam menghadapi kekejaman pendudukan Jepang.E. Perlawanan Rakyat di Blitar, Jawa TimurPerlawanan sejumlah perwira Pembela Tanah Air (Peta) di Blitar terjadi pada 14 Februari 1945 yang dipimpin oleh Syudanco Supriyadi. Ia adalah seorang syodanco (komandan peleton) Peta. Perlawanan Supriyadi ini disebabkan karena tidak tahan lagi melihat kesengsaraan rakyat yang mati karena romusha. Namun perlawanan tersebut dapat diredam oleh Jepang. Penderitaan rakyat sangat berat. Tidak ada sedikitpun dari pemerintah pendudukan Jepang yang memikirkan bagaimana hidup rakyat yang diperintahnya. Yang ada pada benak Jepang adalah memenangkan perang dan bagaimamna memepertahankan Indonesia dari serangan Sekutu. Namun, justru yang dikorbankan. Penderitaan demi penderitaan rakyat ini mulai terlintas di benak Supriyadi seorang Shodanco Peta yang akhirnya tumbuh kesadaran nasionalnya untuk melawan Jepang.Sebagai komandan Peta, Supriyadi cukup memahami bagaimana penderitaan rakyat akibat penindasan yang dilakukan Jepang. Masalah penumpulan padi, pengerahan romusha, semua dilakukan secara paksa dengan tanpa memperhatikan nilai nilai kemanusiaan, sungguh kekejaman yang luar biasa. Hal semacam ini juga dirasakan Supriyadi dan kawan kawannya di lingkungan Peta. Mereka kerap menyaksikan sikap congak dan sombong para syidokan yang melatih mereka. Para pelatih Jepang sering merendahkan para prajurit bumiputera. Hal ini menambah rasa sakit hati dan sekaligus rasa benci pasukan Supriyadi terhadap pemerintahan Jepang di Indonesia. Penderitaan rakyat itulah yang menimbulkan rencana para anggota Peta di Blitar untuk mlancarkan perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Rencana perlawanan itu tampaknya sudah bulat tinggal menunggu waktu yang tepat. Dalam perlawanan Peta tersebut, direncanakan akan melibatkan rakyat dan beberapa kesatuan lain. Apapun yang terjadi, Supriyadi dengan teman temannya sudah bertekad bulat untuk melancarkan serangan terhadap pihak Jepang. Pada tanggal 29 Februari 1945 dini hari, Supriyadi dengan teman temannya mulai bergerak. Mereka melepaskan tembakan mortir, senapan mesin, dan granat dari daidan, lalu keluar dengan bersenjata lengkap. Setelah pihak Jepang mengetahui adanya gerakan penyerbuan itu, mereka segera mendatangkan pasukan yang semuanya orang Jepang. Pasukan Jepang juga dipersenjatai dengan beberapa tank dan pesawat udara. Mereka segera menghalau para anggota Peta yang mencoba melakukan perlawanan. Tentara Jepang mulai menguasai keadaan dan seluruh kota Blitar mulai dapat dikuasai. Pimpinan tentara Jepang kemudian menyerukan kepada segenap anggota Peta yang melakukan serangan, agar segera kembali ke induk kesatuan masing masing. Beberapa kesatuan mulai memenuhi perintah pimpinan tentara Jepang itu. Tetapi mereka yang kembali ke induk pasukannya memenuhi panggilan justru ditangkapi, ditahan, dan disiksa oleh polisi Jepang. Selanjutnya diserukan kepada anak buah Supriyadi agar menyerah dan kembali ke induk pasukannya. Kurang lebih setengah dari batalion Supriyadi memenuhi panggilan tersebut. Namun, pasukan yang lain tidak ingin kembali dan tetap setia melakukan perlawanan Peta yang dipimpin oleh Supriyadi. Mereka yang tetap melakukan perlawanan itu antara lain peleton pimpinan Shodanco, Supriyadi, dan Muradi. Mereka membuat pertahanan di lereng Gunung Kawi dan Distrik Pare. Untuk menghadapi perlawanan Peta di bawah pimpinan Supriyadi, Jepang mengerahkan semua pasukannya dan mulai memblokir serta mengepung pertahanan pasukan Peta tersebut. Namun, pasukan Supriyadi tetap bertahan. Mengingat semangat, tekad, dan keuletan pasukan Supriyadi dan Muradi tersebut, maka Jepang mulai menggunakan tipu muslihat. Komandan pasukan Jepang Kolonel Katagiri pura-pura menyerah kepada pasukan Muradi. Kolonel Katagiri kemudian bertukar pikiran dengan anggota pasukan Peta dengan lemah lembut, penuh kesantunan, sehingga hati para pemuda yang telah memuncak panas itu bisa membalik menjadi dingin kembali. Kolonel Katagiri berhasil mengadakan persetujuan dengan mereka. Para pemuda Peta yang melancarkan serangan bersedia kembali ke daidanbeserta senjata-senjatanya. Katagiri menjanjikan, bahwa segala se suatu akan dianggap soal interen daidan, dan akan diurus oleh Daidanco Surakhmad. Mereka akan diterima kembali dan tidak akan dibawa ke depan pengadilan militer. Dengan hasil kesepakatan itu, maka pada suatu hari kira-kira pukul delapan malam ShodancoMuradi tiba bersama pasukan nya kembali ke daidan. Di sini sudah berderet barisan para perwira di bawah pimpinan Daidanco Surahmad. Sejenak kemudian Shodanco Muradi maju, lapor kepada Daidanco Surakhmad, bahwa pasukan nya telah kembali. Mereka juga menyatakan menyesal atas perbuatan melawan Jepang dan berjanji untuk setia kepada kesatuannya. Mereka tidak menyadari bahwa telah masuk perangkap, karena dari tempat-tempat yang gelap pasukan Jepang telah mengepung mereka. Mereka kemudian dilucuti senjatanya dan ditawan, diangkut ke Markas Kempetai Blitar. Tidak terlalu lama akhirnya perlawanan Peta di Blitar di bawah pimpinan Supriyadi ini dapat dipadamkan.Tokoh-tokoh dan anggota Peta yang ditangkap kemudian diadili di depan Mahkamah Militer Jepang di Jakarta. Setelah melalui beberapa kali persidangan, mereka kemudian dijatuhi hukuman sesuai dengan peranan masing-masing dalam perlawanan itu. Ada yang mendapat pidana mati, ada yang seumur hidup, dan sebagainya. Mereka yang dipidana mati antara lain, dr. Ismail, Muradi, Su paryono, Halir Mangkudijoyo, Sunanto, dan Sudarno. Sementara itu, Supriyadi tidak jelas beritanya dan tidak disebut-sebut dalam peng adilan tersebut.2.3 Dampak dari Adanya Perlawanan yang Dilakukan oleh Rakyat IndonesiaDampak Positif

Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai bahasa nasional.

Jepang mendukung semangat anti-Belanda, sehingga mau tak mau ikut mendukung semangat nasionalisme Indonesia. Antara lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.

Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati pemimpin nasional Indonesia seperti Sukarno dengan harapan agar Sukarno mau membantu Jepang memobilisasi rakyat Indonesia.

Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi para pemimpin nasional Indonesia dan memberikan mereka kesempatan memimpin rakyatnya.

Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama.

Mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun, dan SLTA

Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi

Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line system (sistem pengaturan bercocok tanam secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.

Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.

Jepang dengan terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya. Namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal untuk berperang yang dikemudian hari digunakan untuk menghadapi kembalinya pemerintah kolonial Belanda.

Dalam pendidikan dikenalkannya sistem Nipon-sentris dan diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.

Dampak Negatif

Romusha, mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa) untuk kerja paksa dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Penghimpunan segala sumber daya seperti sandang, pangan, logam, dan minyak demi kepentingan perang. Akibatnya beras dan berbagai bahan pangan petani dirampas Jepang sehingga banyak rakyat yang menderita kelaparan.

Krisis ekonomi yang sangat parah. Hal ini karena dicetaknnya uang pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.

Kebijakan self sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.

Kebijakan fasis pemerintah militer Jepang yang menyebar polisi khusus dan intelijen di kalangan rakyat sehingga menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang bebas melanggar hak asasi manusia dengan menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum mati siapa saja yang dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang tanpa proses pegadilan.

Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya dibawah pengawasan Jepang.

Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi keamanan yang parah seperti maraknya perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.

Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.

Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.

III.KESIMPULANMasa penjajahan Jepang adalah masa penjajahan yang paling berat dan kejam dari berbagai negara yang datang untuk menjajah Indonesia. Sebelum Jepang menjajah ada negara Belanda yang menjajah. Kekejaman penjajahan Jepang bukan dalam hal ingin menduduki Indonesia saja, tapi Jepang juga menguras semua kekayaan alam yang ada di Indonesia dengan cara menyiksa dan bahkan membunuh rakyat Indonesia yang tidak mau menuruti perintah pihak Jepang. Namun Jepang sempat mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia. Padahal penjajahan oleh negara Jepang menimbulkan banyak kerugian bagi bangsa Indonesia dibandingkan keuntungannya. Banyak perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia kepada Jepang mulai dari yang dilakukan oleh setiap daerah maupun organisasi. Mereka mengerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk membebaskan Indonesia dari tangan Jepang. Setelah berjuang dengan penuh pengorbanan, pada akhirnya bangsa Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaannya.

DAFTAR PUSTAKASyahraman Mantap. Gerakan Perlawanan Terhadap Jepang. Diakses dari www.syahraman.blogspot.co.id/2014/09/makalah-sejarah-gerakan-perlawanan.html?m=1. 8 September 2014Syahmi Sajid.. Perlawanan Rakyat Terhadap Jepang Diakses dari www.Ipsgaampang.blogspot.co.id/2014/08/perlawanan-rakyat-pada-masa-pendudukan.html/m=1. 25 Agustus 2014Rahmi Fitri Yanti. Perlawanan Rakyat Terhadap Jepang. Diakses dari http://inemtukiem.blogspot.co.id/2011/11/perlawanan-rakyat-terhadapjepang.html. 2015Kebudayaan Indonesia. Perlawanan Rakyat Terhadap Jepang di Indonesia. Diakses dari http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/10/perlawanan-rakyat-terhadap-pendudukan.html. 2014John Miduk. Makalah Pendudukan Jepang di Indonesia. Diakses dari http://jhonmiduk8.blogspot.co.id/2014/06/makalah-pendudukan-jepang-di-indonesia.html. 2015