Sejarah Indonesi1 (1)
Transcript of Sejarah Indonesi1 (1)
Sejarah Indonesia Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah oleh "Manusia Jawa" pada masa sekitar 500.000 tahun yang lalu. Periode dalam sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: era pra kolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; era kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; era kemerdekaan, pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta era reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Artikel ini bagian dari seri Sejarah Indonesia
Sejarah Nusantara
Pra-Kolonial (sebelum 1602)
Pra-sejarah
Kerajaan Hindu-Buddha
Kerajaan Islam
Zaman kolonial (1602–1945)
Era Portugis
Era VOC
Era Belanda
Era Jepang (1942-1945)
Sejarah Republik Indonesia
Proklamasi (17 Agustus 1945)
Era 1945-1949
Era 1950-1959
Era Demokrasi Terpimpin
Konflik Papua Barat (1960-1962)
Konfrontasi Indo-Malaya (1962–1965)
Gerakan 30 September 1965
Era Orde Baru
Gerakan Mahasiswa 1998
Era Reformasi
Tsunami di Aceh-Nias 2004
[Sunting]
Prasejarah Artikel utama: Indonesia: Era prasejarah.
Secara geologi, wilayah Indonesia modern muncul kira-kira sekitar masa Pleistocene ketika masih terhubung dengan Asia Daratan. Pemukim pertama wilayah tersebut yang diketahui adalah manusia Jawa pada masa sekitar 500.000
tahun lalu. Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es.
[sunting] Era pra kolonial [sunting] Sejarah awal Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Kerajaan Taruma menguasai Jawa Barat sekitar tahun 400. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.
Lihat pula: Sejarah Nusantara.
Pada masa Renaisans Eropa, Jawa dan Sumatra telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dan sepanjang dua kerajaan besar.
[sunting] Kerajaan Hindu-Buddha Artikel utama: Indonesia: Era kerajaan Hindu-Buddha
Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
[sunting] Kerajaan Islam Artikel utama: Kerajaan Islam di Indonesia
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi dengan berimannya orang per-orang. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani umayyah di Asia Barat sejak abad 7.[1]
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz dari Khilafah Bani Umayah meminta dikirimkan da`i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.[2]
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayang Ullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan/didorong melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan
dari pemdan kelumubalighingga plainnya,mengadPasai , Kesulta
Era k[sunting
Artikel [sunting
Artikel
Mulai takini adakerajaaterpengketika bmengudi manBritaniaSewaktsalah ssebagiakemud
Logo VO
Pada apemeri
merintahanuarga mere
gh inipun mpara pedag karena um
dopsi agamKerajaan Mnan Tidore
kolonial g] Kolonutama: Indg] Kolonutama: Ind
ahun 1602alah Indonan kecil yangaruh adalberintegrasasai Indona sebagiana-Belanda tu menjaja
satu kekuasan orang aian setelah
OC
abad ke-17ntah Belan
n islam yg deka, para m
menyebarkagang ini memumnya pema baru terMataram die di Maluku
isasi Podonesia: Ernisasi VOdonesia: Er
2 Belanda sesia, dengng telah meah Timor Psi menjadi nesia selamn kecil dari dan masa h Indonesisaan kolon
adalah mitoh Belanda m
dan 18 Hinda namun
datang darmubaligh inan Islam keemeluk Islaedagang dasebut. Kesi Yogja / Ja
u di timur.
ortugisra PortugisOC ra VOC
secara perlan memanenggantika
Portugis, yaprovinsi In
ma hampir 3Indonesia penjajahana, Belanda
nial terkayaos belaka kmendekati
ndia-Belann oleh peru
i luar Indonni bekerja mepada paraam dan mean ahli kera
sultanan/Keawa Tenga
s
lahan-lahanfaatkan pean Majapahang tetap ddonesia be350 tahun,dikuasai B
n Jepang pa mengemba di dunia. 3karena wila
kebangkru
nda tidak dsahaan da
nesia, makmelalui cara pedagangeyebarkan ajaan/kesuerajaan pen
ah, dan Kes
n menjadi erpecahan hit. Satu-sadikuasai Poernama Tim kecuali un
Britania setpada masabangkan H350 tahun
ayah Aceh utannya.
ikuasai secagang bern
ka untuk mea berdagang dari pendpula ke pe
ultanan lah nting termasultanan Te
penguasa di antara k
atunya yanortugal hingmor Timur. ntuk suatu telah Perana Perang DHindia-Bela
penjajahanbaru ditakl
cara langsuama Perus
enghidupi dng, para duduk asli, enduduk
yang pertaasuk Samuernate dan
wilayah yakerajaan-g tidak
gga 1975 Belanda masa pendng Jawa unia II. nda menjan Belanda ukkan
ung oleh sahaan Hin
diri
ama udra
ang
dek
adi bagi
ndia
Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
[sunting] Kolonisasi pemerintah Belanda Artikel utama: Indonesia: Era Belanda
Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Kebijakan Beretika (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
[sunting] Gerakan nasionalisme Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, [Serikat Dagang Islam] dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, [Budi Utomo]. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
[sunting] Perang Dunia II Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke AS dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
[sunting] Pendudukan Jepang Artikel utama: Indonesia: Era Jepang
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru
tersebuseluruh
Pada 9ke VietJepangIndone
[sunting
[sunting
Artikel
Mendekeputuhari besementAir (PEkediam
Pada 2MohamdirancaIndonedilaksadan meKalimaTengah
PeranArtikel
ut juga sekh wilayah H
9 Agustus 1tnam untukg sedang msia pada 2
g] Era kg] Proklautama: Pro
ngar kabarsan sepertrikutnya. Ktara pasuk
ETA), para man Soekar
29 Agustusmmad Hattaang beberasia Pusat (
anakan. Keenghendakntan (termh, Jawa Tim
ng kemeutama: Ind
kaligus menHindia-Bela
1945 Soekak bertemu Mmenuju keh24 Agustus
kemerdeamasi koklamasi K
r bahwa Jeti itu pada 1Kabar mengkan militer Ipemuda, drno.
1945 keloa sebagai Wapa hari se(KNIP) seblompok ini
ki Republik asuk wilaymur, Sulaw
erdekaadonesia: Er
ngklaim Saanda sebelu
arno, HattaMarsekal Thancuran te.
ekaankemerdeKemerdeka
epang tidak16 Agustusgenai proklIndonesia pdan lainnya
ompok terseWakil Presbelumnya.
bagai parlemendeklaIndonesia
yah Sabah,wesi, Maluk
n ra 1945-19
arawak, Saum perang
a dan RadjTerauchi. Metapi Jepan
ekaan an Indones
k lagi mems, Soekarnolamasi menpada masa
a langsung
ebut melaniden denga Kemudianmen semerasikan peyang terdi Sarawak d
ku (termasu
949
bah, Malayg.
iman WidjoMereka dikang menging
sia
punyai keko membacnyebar mea perang, Pberangkat
ntik Soekaran menggun dibentuk entara hinggmerintahaniri dari 8 prdan Bruneuk Maluku
ya, Portugi
odiningrat dabarkan baginkan kem
kuatan untucakan "Prokelalui radio Pasukan Pet memperta
rno sebagaunakan konKomite Naga pemilu n baru padrovinsi: Sumi), Jawa BaUtara) dan
s Timur, da
diterbangkahwa pasukmerdekaan
uk membuaklamasi" padan selebaembela Taahankan
ai Presidennstitusi yanasional dapat
da 31 Agusmatra, arat, Jawa n Sunda Ke
an
kan kan
at ada aran nah
n dan ng
tus
ecil.
Teks Proklamasi
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.
Lihat pula The National Revolution, 1945-50 untuk keterangan lebih lanjut (dalam bahasa Inggris).
[sunting] Demokrasi parlementer Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.
[sunting] Demokrasi Terpimpin Artikel utama: Indonesia: Era Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.
[sunting] Konfrontasi Indonesia-Malaysia Artikel utama: Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetab Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).
[sunting] Nasib Irian Barat Artikel utama: Konflik Papua Barat
Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Irian), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember 1961.
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian pada 18 Desember sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadapa Irian Jaya pada 1 Mei 1963.
[sunting] Gerakan 30 September Artikel utama: Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.
[sunting] Era Orde Baru Artikel utama: Indonesia: Era Orde Baru
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang
ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dia juga memperkaya dirinya, keluarganya, dan rekan-rekat dekat melalui korupsi yang merajalela.
[sunting] Irian Jaya Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
[sunting] Timor Timur Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.
Pada mwarga TBanyakIndone
Pada 3Indonependudsetelahmelanjutersebu
Pada OTimur ktanggudicapai
[sunting
Soehart
Pada p(untuk tahun tjatuh. RPara dediri Soemahas21 Mei Soeharpreside
masa-masaTimor Timuk pelanggasia.
30 Agustussia dalam
duk yang bh hasilnya dutkan pengut.
Oktober 19ke wilayah ng jawab ui pada Mei
g] Krisis
to mengum
pertengahalebih jelas terakhir danRupiah jatuemonstraneharto. Di tiswa yang 1998, tiga
rto kemudiaen ketiga In
a awal, pihaur — melal
aran HAM y
1999, rakysebuah pe
berhak memdiumumkangrusakan d
99, MPR mIndonesia
untuk mem2002.
s ekonom
umkan peng
an 1997, Indlihat: Krisis
n harga miuh, inflasi m, yang awatengah gejomenduduk
a bulan setean memilihndonesia.
ak militer Inlui pembunyang terjad
yat Timor Temungutan milih turut sn, dikabark
di Timor Tim
membatalka, dan Otori
merintah Tim
mi
gunduran d
donesia diss finansial nyak, gas
meningkat talnya dipimolak kemarki gedung Delah MPR mh sang Wak
ndonesia (Anuhan, pemdi saat Timo
Timur memsuara yan
serta; 3/4-nkan bahwa mur, sepert
an dekrit 19ta Transisi
mor Timur s
irinya didam
serang krisAsia), disedan komodtajam, dan
mpin para mrahan masDPR/MPR,melantiknykil Presiden
ABRI) memmaksaan keor Timur be
milih untuk mng diadakannya memilih
pihak militti merusak
976 yang mi PBB (UNTsehingga k
mpingi B.J. H
sis keuangaertai kemarditas ekspoperpindah
mahasiswassa yang m Soeharto
ya untuk man, B. J. Ha
mbunuh haelaparan derada dala
memisahkan PBB. Sekh untuk meter Indonesinfrastrukt
menintegraTAET) menkemerdeka
Habibie.
an dan ekorau terburuor lainnya yhan modal d, meminta
meluas, sertmengunduasa bakti kbibie, untu
ampir 200.0an lain-lainm wilayah
an diri dari kitar 99% erdeka. Segsia tur di daera
asikan Timongambil ali
aan penuh
onomi Asiak dalam 50yang semadipercepatpengunduta ribuan urkan diri pketujuh. k menjadi
000 n.
gera
ah
or h
a 0 akin t. ran
pada
[sunting] Era reformasi Artikel utama: Indonesia: Era Reformasi [sunting] Pemerintahan Habibie Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendaptkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
[sunting] Pemerintahan Wahid Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
[sunting] Pemerintahan Megawati Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR
untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.
[sunting] Pemerintahan Yudhoyono Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.
[sunting] Referensi
1.Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9; Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal. 92-93; A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia: Kumpulan prasaran pada seminar di Aceh, 1993, cet. 3, al-Ma'arif, hal. 7; Hadi Arifin, Malikussaleh: Mutiara dari Pasai, 2005, PT. Madani Press, hal. Xvi; Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Kedatangan dan Penyebaran Islam oleh Dr. Uka Tjandrasasmita, 2002, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hal 9-27. Dalam beberapa literatur lain disebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke 9. Ada juga yang menyebutkan abad ke 13. Namun, sebenarnya Islam masuk ke Indonesia abad 7M, lalu berkembang menjadi institusi politik sejak abad 9M, dan pada abad 13M kekuatan politik Islam menjadi amat kuat.
2.Musyrifah Sunanto, op cit. hal 6.
Sejarah nama Indonesia Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).
Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Nusantara
2 Nama Indonesia
3 Politik
4 Pranala luar
[sunting] Nusantara Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).
Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan wilayah tanah air dari Sabang sampai Merauke.
[sunting] Nama Indonesia Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris,
George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:
"... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians".
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:
"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago".
Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër (orang Indonesia).
[sunting] Politik Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:
"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap
orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."
Di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda menolak mosi ini.
Dengan jatuhnya tanah air ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda". Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah Republik Indonesia.
Asal Usul Nama Indonesia Oleh IRFAN ANSHORY
PADA zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. "Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)" kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.
Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia".
Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air kita memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).
Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang Bandung, Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.
Nama Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: ... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!
Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Makna politis
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga
nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."
Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; DPR zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.
Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda" untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik Indonesia.
Dirgahayu Indonesiaku!***
Penulis, Direktur Pendidikan "Ganesha Operation"
Asal-usul Kata Indonesia Oleh Batara R. Hutagalung Di masa penjajahan India-Belanda ini muncul nama Indonesia. Pertama kali digunakan oleh dua orang Inggris, yaitu George Samuel Windsor Earl, seorang pengacara kelahiran London, yang bersama James Richardson Logan, seorang pengacara kelahiran Scotlandia, menulis artikel sebanyak 96 halaman di Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia No. 4, tahun 1850 dengan judul "The Ethnology of the
Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders." Mereka menamakan penduduk India-Belanda bagian barat yang berasal Proto-Malaya (Melayu tua) dan Deutero-Malaya (Melayu muda), sebagai Indunesians (Indu, bahasa Latin, artinya: India; Nesia, asal katanya adalah nesos, bahasa Yunani, artinya: kepulauan). Sedangkan penduduk di wilayah India-Belanda bagian timur masuk ke dalam kategori Melanesians (Mela = hitam. Melanesia = kepulauan orang-orang hitam). Oleh karena itu, Earl sendiri kemudian cenderung menggunakan istilah Melayu-nesians, untuk menamakan penduduk India-Belanda bagian barat. Kemudian Logan merubah Indunesia menjadi Indonesia (Indos dan Nesos, keduanya berasal dari bahasa Yunani) dalam tulisan-tulisannya di Journal tersebut. Adalah Adolf Bastian, seorang dokter dan sekaligus etnolog Jerman, yang mempopulerkan nama Indonesia ketika menerbitkan laporan perjalanan dan penelitiannya di Berlin, yang diterbitkan dalam karya 5 jilid (1864 – 1894) dengan judul “Indonesien, oder die Inseln des malaysischen Archipels” (bahasa Jerman, artinya: “Indonesia, atau Pulau-Pulau dari Kepulauan Malaya”). Jilid I berjudul Maluku, jilid II Timor dan Pulau-Pulau Sekitarnya, jilid III Sumatera dan Daerah Sekitarnya, jilid IV Kalimantan dan Sulawesi, jilid V Jawa dan Penutup. Sejak dahulu hingga sekarang, para ilmuwan Eropa lebih senang menggunakan istilah/kata bahasa Latin atau Yunani untuk penamaan hal-hal yang sehubungan dengan ilmiah, demikian juga untuk menamakan ras penduduk di wilayah Malaya dan India Belanda bagian barat. Eduard Douwes Dekker, dalam bukunya “Max Havelaar” menyebut India-Belanda dengan nama Insulinde, variasi bahasa Belanda untuk Kepulauan India. Ketika Indische Partij (Partai India) yang didirikan oleh keponakannya dilarang oleh Pemerintah India Belanda tahun 1913, para anggotanya mendirikan Partai Insulinde. Baik Indunesian, Indonesien atau Insulinde semua artinya adalah Kepulauan India, untuk menunjukkan identitas pribumi yang hidup di bagian barat wilayah India- Belanda, sedangkan yang hidup di wilayah timur –Flores, Timor, Maluku dan Papua-sebenarnya adalah orang-orang Melanesia (Kepulauan orang-orang hitam). Yang termasuk pertama menggunakan kata Indonesia pada awal tahun 20-an adalah Perhimpunan Indonesia di Belanda, Sam Ratu Langie dan Partai Komunis Indonesia. Jadi kata Indonesia yang sampai sekarang digunakan oleh Republik Indonesia artinya tak lain adalah: Kepulauan India. Selain Indonesia, yang menggunakan nama yang “diciptakan” oleh orang-orang Inggris dan kemudian dipopulerkan oleh orang Jerman, juga Phillipina (Filipina), yang masih tetap menggunakan nama peninggalan penjajahan. Ketika orang-orang Spanyol menguasai wilayah tersebut, sebagai persembahan kepada raja Spanyol, Phillip, jajahan itu diberi nama Philippina. Banyak negara setelah merdeka mengganti nama yang “diciptakan” atau diberikan oleh penjajahnya, seperti Ceylon menjadi Sri Lanka, Burma menjadi Myanmar, Indo-Cina menjadi Vietnam, Rhodesia menjadi Zimbabwe, Gold Coast menjadi Ghana, South-West Afrika menjadi Namibia, dll. Jadi seandainya bangsa ini sepakat untuk meninggalkan nama yang diciptakan oleh orang Eropa, maka Indonesia bukanlah negara pertama yang mengganti nama peninggalan masa penjajahan. Dapat menjadi bahan pertimbangan, untuk kembali menggunakan nama yang telah lebih dari 1000 tahun digunakan oleh nenek moyang kita, yaitu NUSANTARA.
Soekarno Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Soekarno
Presiden Indonesia Pertama
Masa jabatan 17 Agustus 1945 – 12 Maret 1967
Wakil Presiden Mohammad Hatta
Pendahulu Jabatan terbentuk
Pengganti Soeharto
Tanggal lahir 6 Juni 1901 Surabaya, Jawa Timur
Meninggal 21 Juni 1970 (umur 69) Jakarta
Partai politik PNI
Pasangan Fatmawati (salah satunya)
Ir. Soekarno1 (6 Juni 1901 - 21 Juni 1970) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ia menerbitkan Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial itu, yang konon, antara lain isinya adalah menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga kewibawaannya. Tetapi Supersemar tersebut disalahgunakan oleh Letnan Jenderal Soeharto untuk merongrong kewibawaannya dengan jalan menuduhnya ikut mendalangi Gerakan 30 September. Tuduhan itu
menyebabkan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang anggotanya telah diganti dengan orang yang pro Soeharto, mengalihkan kepresidenan kepada Soeharto.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Latar belakang dan pendidikan
2 Masa pergerakan nasional
3 Masa penjajahan Jepang
4 Masa Perang Revolusi
5 Masa kemerdekaan
6 Tentang nama Soekarno
6.1 Siapa Ahmad Soekarno?
7 Istri Soekarno
8 Lain-lain
9 Sumber
10 Lihat pula
11 Pranala luar
[sunting] Latar belakang dan pendidikan Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa. Ibunya berasal dari Bali.
Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger School (H.B.S.) di sana sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).
Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung,
Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
[sunting] Masa pergerakan nasional Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929, dan memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hassan. Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
[sunting] Masa penjajahan Jepang Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hookokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H Mas Mansyur dan lain lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dmerumutermasumenying
Pada taIndonesJepang BintangPengankarena Jepang pimpinamenyataIndones
Namun Soekarnkasus ro
[sunting
Ruang ta
.
SoekarnProklamUsaha P
dalam usahuskan Pancuk merumugkir ke Ren
ahun 1943, sia yakni Sodan diterim kekaisaraugerahan hal itu berasendiri. Pa
an Angkataakan bahwsia sendiri.
keterlibatano dituduh omusha.
g] Masa
amu rumah
no bersamamasi kemerPersiapan
ha persiapcasila, UUD
uskan naskngasdengk
Perdana Moekarno, Mma langsunn (Ratna SBintang ituarti bahwa ada bulan An Darat wi
wa proklama
annya dalamoleh Belan
Perang
persembun
a tokoh-tokrdekaan ReKemerdek
an kemerdD 1945 dan
kah proklamklok Peristiw
Menteri JepMohammadng oleh KaSuci) kepadu membuatketiga tokoAgustus 19layah Asiaasi kemerd
m badan-bnda bekerja
g Revo
nyian Bung
koh nasionepublik Indaan Indone
dekaan Indon dasar da
masi Kemewa Rengas
pang Hidekd Hatta danisar Hirohit
da tiga tokot pemerintaoh Indones945, ia diun Tenggara
dekaan Ind
badan orgaa sama de
olusi
Karno di Re
al mulai monesia. Seesia BPUP
onesia, diasar pemerrdekaan. Iasdengklok.
ki Tojo menn Ki Bagoeto. Bahkanoh Indonesahan pendusia itu diangndang olehdi Dalat V
donesia ada
anisasi bentngan Jepa
engasdengk
empersiapetelah sidanPKI,Panitia
antaranya aintahan Inda sempat d
ngundang ts Hadikoes
n kaisar mesia tersebutudukan Jepggap kelua
h Marsekal Vietnam yanalah urusa
tukan Jepang,antara
klok
pkan diri meng Badan PKecil yang
adalah donesia dibujuk unt
tokoh soemo ke
emberikan t. pang terkejarga KaisarTerauchi,
ng kemudian rakyat
ang membulain dalam
enjelang Penyelidik
g terdiri dar
uk
jut, r
an
uat
ri
delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan tanggal turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
[sunting] Masa kemerdekaan Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet semumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi
konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.
Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRT).
Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak ia "bercerai" dengan Wakil Presiden Moh. Hatta, pada tahun 1956, akibat pengunduran diri Hatta dari kancah perpolitikan Indonesia. Ditambah dengan sejumlah pemberontakan separatis yang terjadi di seluruh pelosok Indonesia, dan puncaknya, pemberontakan G 30 S, membuat Soekarno di dalam masa jabatannya tidak dapat "memenuhi" cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera.
Soekarno sendiri wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta, setelah mengalami pengucilan oleh suksesornya yang "durhaka" Jenderal Suharto. Jenazahnya dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timur, dan kini menjadi ikon kota tersebut, karena setiap tahunnya dikunjungi ratusan ribu hingga jutaan wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Terutama pada saat penyelenggaraan Haul Bung Karno.
[sunting] Tentang nama Soekarno Nama lengkap Soekarno ketika lahir adalah Kusno Sosrodihardjo. Ketika masih kecil, karena sering sakit-sakitan, menurut kebiasaan orang Jawa; oleh orang tuanya namanya diganti menjadi Soekarno. Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda). Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah.
Sebutan akrab untuk Ir. Soekarno adalah Bung Karno.
[sunting] Siapa Ahmad Soekarno? Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Ahmad Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?" karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Ahmad di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia.
[sunting] Istri Soekarno Soekarno pernah mempunyai hubungan dengan beberapa wanita. Mereka adalah:
1. Oetari 2. Inggit Garnasih 3. Fatmawati 4. Hartini 5. Ratna Sari Dewi (nama asli: Naoko Nemoto) 6. Haryati 7. Yurike Sanger 8. Kartini Manoppo 9. Heldy Djafar
Beberapa di antaranya kemudian dinikahinya.
[sunting] Lain-lain
Presiden Indonesia masa jabatan 2001-2004, Megawati Soekarnoputri, adalah putri sulungnya.
[sunting] Sumber
(id) Dr. Syafiq A. Mughnie,M.A.,PhD. Hassan Bandung, Pemikir Islam Radikal. PT. Bina Ilmu, 1994, pp 110-111.
(en) Leslie H. Palmier. Sukarno, the Nationalist. Pacific Affairs, vol. 30, No, 2 (Jun. 1957), pp 101-119.
(en) Bob Hering, 2001, Soekarno, architect of a nation, 1901-1970, KIT Publishers Amsterdam, ISBN 90-6832-510-8, KITLV Leiden, ISBN 90-6718-178-1
(nl) Lambert J. Giebels, 1999, Soekarno. Nederlandsch onderdaan. Biografie 1901-1950. Deel I, uitgeverij Bert Bakker Amsterdam, ISBN 90-351-2114-7
(nl) Lambert J. Giebels, 2001, Soekarno. President, 1950-1970, Deel II, uitgeverij Bert Bakker Amsterdam, ISBN 90-351-2294-1 geb., ISBN 90-351-2325-5 pbk.
(nl) Lambert J. Giebels, 2005, De stille genocide: de fatale gebeurtenissen rond de val van de Indonesische president Soekarno, ISBN 90-351-2871-0
Cindy Adamas, 1965, "Sukarno, an autobiography as told to Cindy Adams, The Bobs Merryl Company Inc, New York
[sunting] Lihat pula
De-Soekarnoisasi Daftar Presiden Indonesia
De-Soekarnoisasi Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. De-Soekarnoisasi adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah Orde Baru
di bawah Jenderal Soeharto untuk memperkecil peranan dan kehadiran Soekarno dalam sejarah dan dari ingatan bangsa Indonesia.
Langkah-langkah tersebut dilakukan antara lain dengan jalan mengganti nama Soekarno yang diberikan pada berbagai tempat atau bangunan di Indonesia. Misalnya, Stadion Gelora Bung Karno diubah menjadi Stadion
Udmkok
UppNyyMsp
[s
DaftDari Wik
Berikut Proklam
Nama 1 Ir. Soek– Mr. Ass1 Ir. Soek2 Jen. (P3 Prof. D4 Abdurra5 Megaw6 Susilo B
Bendera
Utama Senaiubah nam
menjadi Puneinginanny
oleh pemeriedua orang
Upaya-upayperanan Sopemikiran yNugroho Noang sangaang mence
Mohammadelalu dipeg
program P-4sunting] P
tar Prekipedia Indo
adalah dafmasi Kemer
karno saat
karno Purn.) Soehart
r. Dipl. Ing. Bahman Wahid
wati SoekarnoBambang Yu
a Presiden R
ayan, kota manya menj
ncak Jaya.ya untuk diintah. Sebag tua beseya lain yan
oekarno dayang kemudotosusantoat dekat denetuskan Pad Yamin, pagang selam4.
Pranala
esidenonesia, ensik
ftar Presidrdekaan Re
to B. J. Habibie d
putri
dhoyono
Republik Ind
Soekarnojadi Jayapu. Selain itukebumikanaliknya, Sorta kakakng lebih funlam mencedian dijadik
o, yang merngan militeancasila buada tangga
ma masa O
luar
n Indoklopedia be
en Indoneepublik Ind
Awal Jab17 Agustu27 Desem17 Agustu12 Maret21 Mei 1920 Oktob23 Juli 2020 Oktob
donesia
opura (sebura, dan Pu, pada saan di Istana oekarno dikya, Ibu Wadamental d
etuskan Pakan ideologrupakan se
er, mengajuukanlah Bual 29 Mei 1
Orde Baru, d
onesiabas berbah
esia yang mdonesia pad
batan us 1945
mber 1949 us 1950 1967
998 er 1999
001 er 2004
elumnya buncak Soet SoekarnoBatu Tulis,
kebumikan ardojo. dilakukan d
ancasila segi nasional ejarahwan ukan pendang Karno, 945. Penddan dicoba
asa Indone
mulai memda tahun 1
Habis Jabat27 Desembe17 Agustus 12 Maret 1921 Mei 199820 Oktober 23 Juli 200120 Oktober 2(2009)
bernama Hoekarno diuo meningga, Bogor tidadi Blitar, te
dengan merta tanggapada 1 Juresmi Ordeapat bahwamelainkanapat resmi
a ditanamka
sia.
erintah set945 sampa
tan Paer 1949 PN1950 67 PN
8 Go1999 Go PK2004 PD
Pa
ollandia) ubah namaal, ak dipenuhempat tingg
emperkecil l kelahiran ni 1945. e Baru dana tokoh uta Mr. i inilah yanan lewat
telah ai sekarang
artai NI
NI
olkar
olkar
KB
DI Perjuanganartai Demokra
nya
hi gal
n ama
g
g.
n
at
Catatan
SoekRepuIndokepaAssakem
SoehakumjabatmasyJaka
AbduRakykemmenj
PresDari Wikberbaha
n:
karno menublik Indonnesia Serik
ada Assaataat mengunbali menjadharto mengmulasi krisitannya diawyarakat da
arta, Suraburrahman Wyat mencabudian diserjabat seba
siden kipedia Indosa Indonesi
gundurkannesia oleh Bkat (RIS) dt. Pada saandurkan didi presidengundurkan s politik, ekwali oleh gri berbagaaya, BanduWahid melebut mandarahkan kepgai Wakil P
Repuonesia, ensikia.
n diri sebagBelanda. Iaan jabatan
at RIS diburi sebagai
n. diri dari ja
konomi, dagelombang i sudut kotaung, Makaetakkan jatnya pada
pada MegaPresiden.
blik Inklopedia be
gai presidea kemudiann presiden ubarkan, tepresiden R
batan presan kepemim
demonstraa di Indonessar, Medabatannya sSidang Ist
awati Soeka
ndonesbas
n pada saan menjadi PRepublik Inpatnya pad
Republik In
siden pada mpinan. Laasi dari beresia, terutaan, dan lainsetelah Maimewa MParnoputri y
sia
S
U
Ma
at pengakuPresiden Rndonesia dda 17 Agusdonesia da
21 Mei 19angkah munrbagai elem
ama di kotan sebagain
ajelis PermuPR 2001. Jayang sebelu
Artikel ini ba
Sistem KetaRepublik
Undang Undan
ajelis Permusya
Dewan Perwa
Dewan Perwa
Presi
uan kedaulaRepublik diserahkan stus 1950, an Soekarn
98 akibat ndur dari men a besar sepnya. usyawarataabatannya umnya
agian dari seri
atanegaraaIndonesia
ng Dasar 1945
awaratan Raky
akilan Rakyat
akilan Daerah
iden
atan
no
perti
an
an a
yat
Presiden Republik Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Republik Indonesia.
Menurut Perubahan Ketiga UUD 1945 Pasal 6A, Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Sebelumnya, Presiden (dan Wakil Presiden) dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dengan adanya Perubahan (Amandemen) UUD 1945, Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR, dan kedudukan antara Presiden dan MPR adalah setara.
Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Wewenang, Kewajiban, dan Hak
2 Pemilihan Presiden
3 Pengusulan Pemberhentian Presiden/Wakil Presiden
4 Pemilihan Wakil Presiden Yang Lowong
5 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Yang Lowong
6 Lihat pula
[sunting] Wewenang, Kewajiban, dan Hak Wewenang, Kewajiban, dan Hak Presiden antara lain:
Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR. Presiden melakukan
pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU.
Kementerian Negara
Sekretariat Negara
Sekretariat Kabinet
Lembaga Pemerintah Non Departemen
Kejaksaan
Badan Ekstra Struktural
Badan Independen
Tentara Nasional Indonesia
Kepolisian Negara RI
Perwakilan RI di Luar Negeri
Mahkamah Agung
Mahkamah Konstitusi
Komisi Yudisial
Badan Pemeriksa Keuangan
Lihat pula:
Pemerintahan Daerah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang memaksa)
Menetapkan Peraturan Pemerintah Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR Menyatakan keadaan bahaya Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
DPR. Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan
UU Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan
disetujui DPR Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan
Mahkamah Agung Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan
DPR
Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-hari.
[sunting] Pemilihan Presiden Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres). Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta
pemilu sebelumnya. Pilpres pertama kali di Indonesia diselenggarakan pada tahun 2004.
Jika dalam Pilpres didapat suara >50% jumlah suara dalam pemilu dengan sedikitnya 20% di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari separuh jumlah provinsi Indonesia, maka dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Jika tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, maka pasangan yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam Pilpres mengikuti Pilpres Putaran Kedua. Pasangan yang memperoleh suara terbanyak dalam Pilpres Putaran Kedua dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih.
[sunting] Pengusulan Pemberhentian Presiden/Wakil Presiden Usul pemberhentian Presiden/Wakil Presiden dapat diajukan oleh DPR.
Apabila DPR berpendapat bahwa Presiden/Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden/Wakil Presiden (dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan DPR), DPR dapat mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi, jika mendapat dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota.
Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus paling lama 90 hari setelah permintaan diterima. Jika terbukti, maka DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian kepada MPR.
MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul DPR paling lambat 30 hari sejak usul diterima. Keputusan diambil dalam sidang paripurna, dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 jumlah anggota, disetujui sekurang-kurangnya 2/3 jumlah yang hadir, setelah Presiden/Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan. Apabila usul presiden diterima, Presiden/Wakil Presiden kemudian diberhentikan.
[sunting] Pemilihan Wakil Presiden Yang Lowong Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, Presiden mengajukan 2 calon Wapres kepada MPR. Selambat-lambatnya, dalam waktu 60 hari MPR menyelenggarakan Sidang MPR untuk memilih Wapres.
[sunting] Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Yang Lowong Dalam hal Presiden dan Wakil Presiden keduanya berhalangan tetap secara bersamaan, maka partai politik (atau gabungan partai politik) yang pasangan Calon Presiden/Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam Pilpres sebelumnya, mengusulkan pasangan calon Presiden/Wakil Presiden kepada MPR.
Selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari, MPR menyelenggarakan Sidang MPR untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Pergantian tampuk pimpinan
pemerintahan Indonesia.
[sunting] Lihat pula
Daftar Presiden Indonesia
Wakil Presiden Republik Indonesia Daftar Wakil Presiden Indonesia
Daftar Wakil Presiden Indonesia Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. (Dialihkan dari Wakil Presiden Republik Indonesia)
[sunting] Daftar Wakil Presiden Indonesia
Nama Foto Memulai Jabatan
Mengakhiri Jabatan Partai
1 Dr. H. Mohammad Hatta 1945 1956 PNI
2 Sri Sultan Hamengkubuwono IX 1973 1978
3 H. Adam Malik 1978 1983 Golongan Karya
4 Jend. TNI (Purn.) Umar Wirahadikusumah 1983 1988 Golongan Karya
5 Letjend. TNI (Purn.) Sudharmono, S.H. 1988 1993 Golongan Karya
6 Jend. TNI (Purn.) Try Sutrisno 1993 1998 Golongan Karya
7 Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie 1998 1999 Golongan Karya
8 Hj. Megawati Soekarnoputri 1999 2001 PDI Perjuangan
9 Dr. H. Hamzah Haz 2001 2004
Partai Persatuan Pembangunan
10 Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla 2004 2009 Golongan Karya
[sunting] Lihat pula
Daftar Presiden Indonesia
Assaat Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Mr. Assaat (18 September 1904–16 Juni 1976) adalah tokoh pejuang Indonesia, pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia pada masa pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta yang merupakan bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS).
Mr. Assaat dilahirkan di Kubang Putih Banuhampu adalah orang sumando Sungai Pua, menikah dengan Roesiah, wanita Sungai Pua di Rumah Gadang Kapalo Koto, yang telah meninggalkan beliau pada 12 Juni 1949, dengan dua orang putera dan seorang puteri.
Sekitar tahun 1946-1949, di Jalan Malioboro, Yogyakarta, sering terlihat seorang berbadan kurus semampai berpakaian sederhana sesuai dengan irama revolusi. Terkadang ia berjalan kaki, kalau tidak bersepeda menelusuri Malioboro menuju ke kantor KNIP tempatnya bertugas. Orang ini tidak lain adalah Mr. Assaat, yang selalu menunjukkan sikap sederhana berwajah cerah di balik kulitnya yang kehitam-hitaman. Walaupun usianya saat itu baru 40 tahun, terlihat rambutnya mulai memutih. Kepalanya tidak pernah lepas dari peci beludru hitam.
Mungkin generasi muda sekarang kurang atau sedikit sekali mengenal perjuangan Mr. Assaat sebagai salah seorang patriot demokrat yang tidak kecil andilnya bagi menegakkan serta mempertahankan Republik Indonesia. Assaat adalah seorang yang setia memikul tanggung jawab, baik selama revolusi berlangsung hingga pada tahap akhir penyelesaian revolusi. Pada masa-masa kritis itu, Assaat tetap memperlihatkan dedikasi yang luar biasa.
Ia tetap berdiri pada posnya di KNIP, tanpa mengenal pamrih dan patah semangat. Sejak ia terpilih menjadi ketua KNIP, jabatan ini tidak pernah terlepas dari tangannya. Sampai kepadanya diserahkan tugas sebagai Penjabat Presiden RI di kota perjuangan di Yogyakarta.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Pekerjanya selama revolusi sedang berkobar telah dua kali mengadakah hijrah. Pertama di Jakarta, dengan tempat bersidang di bekas Gedung Komedi (kini Gedung Kesenian) di Pasar Baru dan di gedung Palang Merah Indonesia di Jl.
Kramat Raya. Karena perjuangan bertambah hangat, demi kelanjutan Revolusi Indonesia, sekitar tahun 1945 KNIP dipindahkan ke Yogyakarta.
Kemudian pada tahun itu juga KNIP dan Badan Pekerja, pindah ke Purwokerto, Jawa Tengah. Ketika situasi Purwokerto dianggap kurang aman untuk kedua kalinya KNIP hijrah ke Yogyakarta. Pada saat inilah Mr. Assaat sebagai anggota sekretariatnya. Tidak lama berselang dia ditunjuk menjadi ketua KNIP beserta Badan Pekerjanya.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Diasingkan
2 Latar belakang Mr. Assaat
3 Praktek Advokat
4 Menentang Komunis
5 Upacara Kebesaran
6 Pranala luar
[sunting] Diasingkan Api revolusi mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945 terus menggelora. Belanda dengan kekuatan militernya melancarkan apa yang mereka namakan Agresi Militer II. Mr. Assaat ditangkap Belanda bersama Bung Karno dan Bung Hatta serta pemimpin Republik lainnya, kemudian di asingkan di Manumbing di Pulau Bangka.
Rambutnya bertambah putih, karena uban makin melebat sejak diasingkan di Manumbing dan Mr. Assaat mulai memelihara jenggot. Assaat bukan ahli pidato, dia tidak suka banyak bicara, tetapi segala pekerjaan bagi kepentingan perjuangan semua dapat diselesaikannya dengan baik, semua rahasia negara dipegang teguh, itulah sebabnya dia disenangi dan disegani oleh kawan dan lawan politiknya.
Ketika menjadi Penjabat Presiden, pers memberitakan tentang pribadinya, antara lain beliau tidak mau dipanggil Paduka Yang Mulia, cukup dengan panggilan Saudara Acting Presiden. Panggilan demikian memang agak canggung di zaman itu. Akhirnya Assaat bilang, panggil saja saya "Bung Presiden". Di sinilah letak kesederhanaan Assaat sebagai seorang pemimpin.
Hal itu tergambar pula dengan ketaatannya melaksanakan perintah agama, yang tak pernah meninggalkan shalat lima waktu. Dan dia termasuk seorang pemimpin yang sangat menghargai waktu, sama halnya dengan Bung Hatta.
[sunting] Latar belakang Mr. Assaat Assaat belajar di sekolah agama "Adabiah" dan MULO Padang, selanjutnya ke School tot Opleiding van Inlandsche Artsen Jakarta. Karena jiwanya tidak terpanggil menjadi seorang dokter, ditinggalkannya STOVIA dan melanjutkan ke AMS (SMU sekarang). Dari AMS, Assaat melajutkan studinya ke Rechts Hoge School (Sekolah Hakim Tinggi) juga di Jakarta.
Ketika menjadi mahasiswa RHS inilah, beliau memulai berkecimpung dalam gerakan kebangsaan, ialah gerakan pemuda dan politik. Masa saat itu Assaat giat dalam organisasi pemuda "Jong Sumatranen Bond". Karir politiknya makin menanjak lalu berhasil menduduki kursi anggota Pengurus Besar dari "Perhimpunan Pemuda Indonesia". Ketika Perhimpunan Pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam "Indonesia Muda", ia terpilih mejadi Bendahara Komisaris Besar " Indonesia Muda".
Dalam kedudukannya sebagai mahasiswa, Assaat memasuki pula gerakan politik "Partai Indonesia" disingkat Partindo. Dalam partai ini, Assaat bergabung dengan pemimpin Partindo seperti: Adnan Kapau Gani, Adam Malik, Amir Sjarifoeddin dll.
Kegiatannya di bidang politik pergerakan kebangsaan, akhirnya tercium oleh profesornya dan pihak Belanda, sehingga dia tidak diluluskan walaupun setelah beberapa kali mengikuti ujian akhir. Tersinggung atas perlakuan demikian, gelora pemudanya makin bergejolak, dia putuskan meninggalkan Indonesia pergi ke Belanda. Di Belanda dia memperoleh gelar "Meester in de Rechten" (Mr) atau Sarjana Hukum.
[sunting] Praktek Advokat Sebagai seorang non kooperator terhadap penjajahan Belanda, sekembalinya ke tanah air di tahun 1939 Mr. Assaat berpraktek sebagai advokat hingga masuknya Jepang tahun [[1942]. Di zaman Jepang dia diangkat sebagai Camat Gambir, kemudian Wedana Mangga Besar di Jakarta.
Dalam sejarah perjuangannya ikut menegakkan Republik Proklamasi, beberapa catatan mengenai Assaat ialah: tahun 1946-1949 (Desember) menjadi Ketua KNIP
dengan Badan Pekerja. Desember 1949 hingga Agustus 1950 menjadi Penjabat Presiden Republik Indonesia di Yogyakarta. Dengan terbentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat), jabatannya sebagai Penjabat Presiden pada Agustus 1950 selesai, demikian juga jabatannya selaku ketua KNIP dan Badan Pekerjanya. Sebab pada bulan Agustus 1950 negara-negara bagian RIS melebur diri dalam Negara Kesatuan RI.
Selama memangku jabatan, Assaat menandatangani statuta pendirian Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. "Menghilangkan Assaat dari realitas sejarah kepresidenan Republik Indonesia sama saja dengan tidak mengakui Universitas Gadjah Mada sebagai universitas negeri pertama yang didirikan oleh Republik Indonesia," ujar Bambang Purwanto dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar UGM September 2004.
Setelah pindah ke Jakarta, Mr. Assaat menjadi anggota parlemen (DPR-RI), sampai ia duduk dalam Kabinet Natsir jadi Menteri Dalam Negeri September 1950 sampai Maret 1951. Kabinet Natsir bubar, kembali jadi anggota Parlemen, semenjak itulah Assaat kurang terdengar namanya dalam bidang politik.
Pada tahun 1955 namanya muncul lagi di permukaan, sebagai formatur Kabinet bersama Dr. Soekiman Wirjosandjojo dan Mr. Wilopo untuk mencalonkan Bung Hatta sebagai Perdana Menteri. Karena waktu itu terhembus angin politik begitu kencang, daerah-daerah kurang puas dengan beleid (kebijakan) pemerintahan Pusat. Daerah-daerah menyokong Bung Hatta, tetapi upaya tiga formatur tersebut menemui kegagalan, karena formal politis waktu itu, Parlemen menolaknya.
[sunting] Menentang Komunis Ketika Demokrasi Terpimpin dicetuskan Soekarno, Assaat sebagai demokrat dan orang Islam menentangnya. Secara pribadi Bung Karno tetap dihormatinya, tetapi yang ditentangnya politik Bung Karno yang seolah-olah memberi angin pada Partai Komunis Indonesia.
Mr. Assaat saat itu merasakan jiwanya terancam, karena Demokrasi Terpimpin adalah tak lain dari diktator terselubung, ia selalu diintip oleh intel serta orang-orang PKI. Kemudian dengan cara menyamar sebagai orang "akan berbelanja" bersama dengan keluarganya naik becak dari Jl. Teuku Umar ke Jl. Sabang, dari sana dilanjutkan dengan naik becak menuju Stasion Tanah Abang.
Mr. AssbeberapGajah" ymembeSumateSulawes
Akhirnyaoleh PKAssaat yKemudimengge
[sunting
Ketika bsudah mkeadaanselama setelah
Pada taWarungteman sdihorma
[sunting
SoeDari Wik
Ar
BaArtike
Keselursepihak
aat besertapa hari di Pyang dipimntuk "Dewa
era Utara, ssi.
a dewan-dKI. Terbentuyang ketikaan berkelia
empur keku
g] Upacaberada di hmerasa dirin fisik lema4 tahun damunculnya
anggal 16 Jg Jati Jakarseperjuangati oleh neg
g] Prana
harto kipedia Indo
rtikel ini tid
antulah meml yang tidak
ruh artikek yang be
a keluarga Palembangmpin oleh Lean Bantengsementara
ewan terseuklah PRRa itu sudaharan di hutauatan PRR
ara Kebhutan-hutannya seringah dan mejari tahun 19a Orde Bar
Juni 1976, Mrta Selatanannya, sah
gara denga
ala luar
onesia, ensik
dak memi
mperbaiki ak dapat dive
l atau bagelum bisa
berhasil m. Ketika ituetkol Barliag". Kol. SimKol. Sumu
ebut bersatRI (Pemerinh tiba di Suan-hutan S
RI.
besarann Sumatera terserang jalani "hidu962-1966. ru.
Mr. Assaat. Mr. Assaahabat, handan kebesar
klopedia be
liki referendiv
artikel ini deerifikasikan
gian artikea dibuktik
menyeberanu Sumatra San. Di Summbolon meual memba
tu menentatahan Revmatera Ba
Sumatera, s
n a Barat dansakit. Akh
up" di dalamIa baru ke
t meninggaat gelar Dadai tolan d
ran militer.
bas berbah
nsi sumbeverifikasi.engan mena dapat diha
el di bawakan atau
ng ke SumSelatan su
matra Baratndirikan "Dngun "Dew
ang Sukarnvolusioner Rarat bergabsetelah Pe
n Sumaterairnya dia dm penjara luar dari ta
al dirumahnatuk Mudoan semua
asa Indone
er sehingg
ambahkan apus sewak
ah ini mundiverifikas
matera. Dia dah dibentLetkol Ahm
Dewan Gajwan Mangu
no yang telRepublik Inbung dengamerintah P
a Utara, Mitangkap, d"Demokras
ahanan di J
nya yang sdiantar olekeluargany
sia.
ga isinya ti
referensi yaktu-waktu o
ngkin mersi oleh s
berdiam tuk "Dewanmad Huseijah" di uni" di
lah diselimndonesia). an PRRI. Pusat
r. Assaat dalam si TerpimpiJakarta,
ederhana deh teman-ya, dia
idak bisa
ang layak.oleh Pengur
rupakan kumber re
n n
uti
in"
di
rus
klaim smi.
Anda dapat membantu Wikipedia dengan menambahkan referensi. Lihat halaman diskusi untuk detil diskusi..
Soeharto
Presiden Indonesia ke-2
Masa bakti 12 Maret 1967—21 Mei 1998
Pendahulu Soekarno
Pengganti B.J. Habibie
Istri Tien Soeharto
Profesi Tentara
Partai politik Golongan Karya
Jenderal Besar Purnawirawan Soeharto, (ER, EYD: Suharto), atau juga dikenal sebagai Haji Muhammad Soeharto (lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921) adalah Presiden Indonesia yang kedua, menggantikan Soekarno.
Ia mulai menjabat sejak keluarnya Supersemar yang dinilai kontroversial pada tanggal 12 Maret 1967 sebagai Pejabat Sementara Presiden dan dipilih sebagai Presiden pada tanggal 21 Maret 1967 oleh MPRS.
Soeharto dipilih kembali oleh suara MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR RI oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden.
Soeharto menikah dengan Suhartini "Tien" dan dikaruniai 6 anak, yaitu Sigit Harjojudanto, Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek). Nama panggilan beliau adalah "Pak Harto".
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Latar belakang
2 Naik ke kekuasaan
3 Meredam oposisi
4 Puncak Orde Baru
5 Beberapa catatan atas tindakan represif Orde Baru
6 Soeharto turun takhta
7 Kasus dugaan korupsi
8 Peninggalan
9 Lihat pula
10 Referensi
11 Pranala luar
[sunting] Latar belakang Soeharto lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta. Dia bergabung dengan pasukan kolonial Belanda, KNIL. Selama Perang Dunia II, dia menjadi komandan batalion di dalam militer yang disponsori oleh Jepang yang dikenal sebagai tentara PETA (Pembela Tanah Air).
Setelah proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno pada 1945, pasukannya bentrok dengan Belanda yang sedang berupaya mendirikan kembali hukum kolonialisme. Soeharto dikenal luas dalam militer dengan serangan tiba-tibanya yang menguasai Yogyakarta pada 1 Maret 1949 (lihat Serangan Umum 1 Maret) hanya dalam satu hari. Namun gerakan ini cenderung ditafsirkan sebagai simbol perjuangan rakyat
Indonesia terhadap pasukan Belanda. Penggagas sebenarnya dalam serangan ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sebagai raja Yogyakarta, Gubernur Militer serta Menteri Pertahanan.
Di tahun berikutnya dia bekerja sebagai pejabat militer di Divisi Diponegoro Jawa Tengah. Pada 1959 dia dituduh terlibat kasus penyelundupan dan kasusnya hampir dibawa ke pengadilan militer oleh Kolonel Ahmad Yani. Namun atas saran Jendral Gatot Subroto saat itu, dia dibebaskan dan dipindahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung, Jawa Barat meskipun menurut koleganya di SESKOAD, Kolonel Hario Kecik yang akhirnya menjadi Pangdam Mulawarman, Soeharto mengalami konflik pribadi dengan Kolonel D.I. Panjaitan. Sebelumnya Letkol Soeharto menjadi komandan penumpasan pemberontakan di Makassar dibawah komando Kolonel Alex Kawilarang di mana Soeharto mengalami konflik pribadi dengan Kawilarang akibat keteledorannya sehingga huru-hara meletus kembali ketika Kawilarang melaporkan situasi Makassar yang dianggap aman kepada Presiden Soekarno di Jakarta.
Pada 1961 dia mencapai pangkat brigadir jendral dan memimpin Komando Mandala yang bertugas merebut Irian Barat. Sekembalinya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi mayor jenderal, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution. Di pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965.
Pada 1965, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, khususnya Angkatan Darat mengalami konflik internal, terutama akibat politik Nasakom pada saat itu sehingga digambarkan pecah menjadi dua faksi, satu sayap kiri dan satu lagi sayap kanan, dengan Soeharto berada di bagian sayap kanan. Hal terpenting yang diperoleh Soeharto dari operasi militer ini adalah perkenalannya dengan Kol. Laut Sudomo, Mayor Ali Murtopo, Kapten Benny Murdani yang kemudian tercatat sebagai orang-orang terpenting dan strategis di tubuh pemerintahannya kelak.
[sunting] Naik ke kekuasaan
Pergantian tampuk pimpinan
pemerintahan Indonesia.
Artikel utama: Gerakan 30 September
Pada pagi hari 1 Oktober 1965, beberapa pasukan pengawal Kepresidenan, Tjakrabirawa di bawah Letnan Kolonel Untung Syamsuri bersama pasukan lain menculik dan membunuh enam orang jendral. Pada peristiwa itu Jendral A.H. Nasution yang menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Hankam dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata berhasil lolos. Satu yang terselamatkan, yang tidak menjadi target dari percobaan kudeta adalah Mayor Jendral Soeharto, meski menjadi sebuah pertanyaan apakah Soeharto ini terlibat atau tidak dalam peristiwa yang dikenal sebagai G-30-S itu. Beberapa sumber mengatakan, Pasukan Tjakrabirawa yang terlibat itu menyatakan bahwa mereka mencoba menghentikan kudeta militer yang didukung oleh CIA yang direncanakan untuk menyingkirkan Presiden Soekarno dari kekuasaan pada "Hari ABRI", 5 Oktober 1965 oleh badan militer yang lebih dikenal sebagai Dewan Jenderal.
Peristiwa ini segera ditanggapi oleh Mayjen Soeharto untuk segera mengamankan Jakarta, menurut versi resmi sejarah pada masa Orde Baru, terutama setelah mendapatkan kabar bahwa Letjen Ahmad Yani, Menteri / Panglima Angkatan Darat tidak diketahui keberadaannya. Hal ini sebenarnya berdasarkan kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat bahwa bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima Kostrad yang menjalankan tugasnya. Tindakan ini diperkuat dengan turunnya Surat Perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberikan kewenangan dan mandat kepada Soeharto untuk mengambil segala tindakan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Langkah yang diambil Soeharto adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sekalipun sempat ditentang Presiden Soekarno, penangkapan sejumlah menteri yang diduga terlibat G-30-S (Gerakan 30 September). Tindakan ini menurut pengamat internasional dikatakan sebagai langkah menyingkirkan Angkatan Bersenjata Indonesia yang pro-Soekarno dan pro-Komunis yang justru dialamatkan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia di mana jajaran pimpinannya khususnya Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Omar Dhani yang dinilai pro Soekarno dan Komunis, dan akhirnya memaksa Soekarno untuk menyerahkan kekuasaan eksekutif. Tindakan pembersihan dari unsur-unsur komunis (PKI) membawa tindakan penghukuman mati anggota Partai Komunis di Indonesia yang menyebabkan pembunuhan sistematis sekitar 500 ribu "tersangka komunis", kebanyakan warga sipil, dan kekerasan terhadap minoritas Tionghoa Indonesia. Soeharto dikatakan menerima dukungan CIA dalam penumpasan komunis. Diplomat Amerika 25 tahun kemudian mengungkapkan bahwa mereka telah menulis daftar "operasi komunis" Indonesia dan telah menyerahkan sebanyak 5.000 nama kepada militer Indonesia. Been Huang, bekas anggota kedutaan politik AS di Jakarta mengatakan di 1990 bahwa: "Itu merupakan suatu pertolongan besar bagi Angkatan Bersenjata. Mereka mungkin membunuh banyak orang, dan saya kemungkinan memiliki banyak darah di tangan saya, tetapi tidak seburuk itu. Ada saatnya di mana anda harus memukul keras pada saat yang tepat." Howard Fenderspiel, ahli Indonesia di State Department's Bureau of Intelligence and Research di 1965: "Tidak ada yang peduli, selama mereka adalah komunis, bahwa mereka dibantai. Tidak ada yang bekerja tentangnya."1 Dia mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia dalam rangka membebaskan sumber daya di militer.
Jendral Soeharto akhirnya menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno (NAWAKSARA) ditolak MPRS pada tahun 1967, kemudian mendirikan apa yang disebut Orde Baru.
Beberapa pengamat politik baik dalam negeri maupun luar negeri mengatakan bahwa Soeharto membersihkan parlemen dari komunis, menyingkirkan serikat buruh dan meningkatkan sensor. Dia juga memutuskan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Tiongkok dan menjalin hubungan dengan negara barat dan PBB. Dia menjadi penentu dalam semua keputusan politik.
Jendral Soeharto dikatakan meningkatkan dana militer dan mendirikan dua badan intelijen - Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dan Badan Koordinasi Intelijen Nasional (Bakin). Sekitar 2 juta orang dieksekusi dalam pembersihan massal dan lebih dari 200.000 ditangkap hanya karena dicurigai terlibat dalam kudeta. Banyak komunis, tersangka komunis dan yang disebut "musuh negara" dihukum mati (meskipun beberapa hukuman ditunda sampai 1990).
Diduga bahwa daftar tersangka komunis diberikan ke tangan Soeharto oleh CIA. Sebagai tambahan, CIA melacak nama dalam daftar ini ketika rezim Soeharto mulai mencari mereka. Dukungan yang tidak dibicarakan ini dari Pemerintah Amerika Serikat untuk rezim Soeharto tetap diam sampai invasi Timor Timur, dan terus berlangsung sampai akhir 1990-an. Karena kekayaan sumber daya alamnya dan populasi konsumen yang besar, Indonesia dihargai sebagai rekan dagang Amerika Serikat dan begitu juga pengiriman senjata tetapi dipertahankan ke rezim Soeharto. Ketika Soeharto mengumjungi Washington pada 1995 pejabat administratif Clinton dikutip di New York Times mengatakan bahwa Soeharto adalah "orang seperti kita" atau "orang golongan kita".
Pada 12 Maret 1967 Soeharto diangkat sebagai Pejabat Presiden Indonesia oleh MPR Sementara. Pada 21 Maret dia resmi terpilih di masa lima tahun pertamanya sebagai Presiden. Dia secara langsung menunjuk 20% anggota MPR. Partai Golkar menjadi partai favorit dan satu-satunya yang diterima oleh pejabat pemerintah. Indonesia juga menjadi salah satu pendiri ASEAN.
Ekonomi Indonesia benar-benar amburadul di pertengahan 1960-an. Soeharto pun kemudian meminta nasehat dari tim ekonom hasil didikan Barat yang banyak dikenal sebagai "mafia Berkeley". Tujuan jangka pendek pemerintahan baru ini adalah mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai rupiah, memperoleh hutang luar negeri, serta mendorong masuknya investasi asing. Dan untuk satu hal ini,
kesuksesan mereka tidak bisa dipungkiri. Peran Sudjono Humardani sebagai asisten finansial besar artinya dalam pencapaian ini.
Di bidang sosial politik, Soeharto menyerahkannya kepada Ali Murtopo sebagai asisten untuk masalah-masalah politik. Menghilangkan oposisi dengan melemahkan kekuatan partai politik dilakukan melalui fusi dalam sistem kepartaian.
[sunting] Meredam oposisi Soeharto membangun dan memperluas konsep "Jalan Tengah"-nya Jenderal Nasution menjadi konsep dwifungsi untuk memperoleh dukungan basis teoritis bagi militer untuk memperluas pengaruhnya melalui pejabat-pejabat pemerintahan, termasuk cadangan alokasi kursi di parlemen dan pos-pos utama dalam birokrasi sipil. Peran dwifungsi ini adalah peran militer di bidang politik yang permanen.
Sepak terjang Ali Murtopo dengan badan inteligennya mulai mengancam Soeharto. Persaingan antara Ali Moertopo dan Sumitro dipergunakan untuk menyingkirkan Ali. Namun Sumitro pun segera ditarik dari jabatannya dan kendali Kopkamtib dipegang langsung oleh Soeharto karena dianggap potensial mengancam. Beberapa bulan setelah peristiwa Malari sebanyak 12 surat kabar ditutup dan ratusan rakyat Indonesia termasuk mahasiswa ditangkap dan dipenjarakan.
Pada 1978 untuk mengeliminir gerakan mahasiswa maka segera diberlakukannya NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan). Kebijakan ini ditentang keras oleh banyak organisasi mahasiswa. Hubungan kegiatan mahasiswa dengan pihak kampus hanyalah kepada mereka yang diperbolehkan pemerintah lewat mekanisme kontrol dekanat dan rektorat.
Mulut pers pun dibungkam dengan lahirnya UU Pokok Pers No. 12 tahun 1982. UU ini mengisyaratkan adanya restriksi atau peringatan mengenai isi pemberitaan ataupun siaran. Organisasi massa yang terbentuk harus memperoleh izin pemerintah dengan hanya satu organisasi profesi buatan pemerintah yang diperbolehkan berdiri. Sehingga organisasi massa tak lebih dari wayang-wayang Orde Baru.
Kemudian pada tahun 1979-1980 muncul sekelompok purnawirawan perwira tinggi angkatan bersenjata dan tokoh-tokoh sipil yang dikenal kritis, yang tergabung dalam Petisi 50, mengeluarkan serial selebaran yang mengeluhkan sikap politik pemerintah Orde Baru yang menjadikan Angkatan Darat sebagai pendukung kemenangan Golkar, serta menuntut adanya reformasi politik. Sebagai balasannya,
pemerintah mencekal mereka. Kelompok ini pun gagal serta tak pernah mampu tampil lagi sebagai kelompok oposisi yang efektif terhadap pemerintahan Orde Baru.
[sunting] Puncak Orde Baru Pada masa pemerintahannya, Presiden Soeharto menetapkan pertumbuhan ekonomi sebagai pokok tugas dan tujuan pemerintah. Dia mengangkat banyak teknokrat dan ahli ekonomi yang sebelumnya bertentangan dengan Presiden Soekarno yang cenderung bersifat sosialis. Teknokrat-teknokrat yang umumnya berpendidikan barat dan liberal (Amerika Serikat) diangkat adalah lulusan Berkeley sehingga mereka lebih dikenal di dalam klik ekonomi sebagai Mafia Berkeley di kalangan Ekonomi, Industri dan Keuangan Indonesia. Pada masanya, Indonesia mendapatkan bantuan ekonomi dan keuangan dari negara-negara donor (negara-negara maju) yang tergabung dalan IGGI yang diseponsori oleh pemerintah Belanda. Namun pada tahun 1992, IGGI dihentikan oleh pemerintah Indonesia karena dianggap turut campur dalam urusan dalam negeri Indonesia, khususnya dalam kasus Timor Timur pasca Insiden Dili. Peran IGGI ini digantikan oleh lembaga donor CGI yang disponsori Perancis. Selain itu, Indonesia mendapat bantuan dari lembaga internasional lainnya yang berada dibawah PBB seperti UNICEF, UNESCO dan WHO. Namun sayangnya, kegagalan manajemen ekonomi yang bertumpu dalam sistem trickle down effect (menetes ke bawah) yang mementingkan pertumbuhan dan pengelolaan ekonomi pada segelintir kalangan serta buruknya manajemen ekonomi perdagangan industri dan keuangan (EKUIN) pemerintah, membuat Indonesia akhirnya bergantung pada donor Internasional terutama paska Krisis 1997. Dalam bidang ekonomi juga, tercatat Indonesia mengalami swasembada beras pada tahun 1984. Namun prestasi itu ternyata tidak dapat dipertahankan pada tahun-tahun berikutnya. Kemudian kemajuan ekonomi Indonesia saat itu dianggap sangat signifikan sehingga Indonesia sempat dimasukkan dalam negara yang mendekati negara-negara Industri Baru bersama dengan Malaysia, Filipina dan Thailand, selain Singapura, Taiwan dan Korea Selatan.
Di bidang politik, Presiden Soeharto melakukan penyatuan partai-partai politik sehingga pada masa itu dikenal tiga partai politik yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dalam upayanya menyederhanakan kehidupan berpolitik di Indonesia sebagai akibat dari politik masa presiden Soekarno yang menggunakan sistem multipartai yang berakibat pada jatuh bangunnya kabinet dan dianggap penyebab mandeknya
pembangunan. Kemudian dikeluarkannnya UU Politik dan Asas tunggal Pancasila yang mewarnai kehidupan politik saat itu. Namun dalam perjalanannya, terjadi ketimpangan dalam kehidupan politik di mana muncullah istilah "mayoritas tunggal" di mana GOLKAR dijadikan partai utama dan mengebirikan dua parpol lainnya dalam setiap penyelenggaraan PEMILU. Berbagai ketidakpuasan muncul, namun dapat diredam oleh sistem pada masa itu.
Seiring dengan naiknya taraf pendidikan pada masa pemerintahannya karena pertumbuhan ekonomi, muncullah berbagai kritik dan ketidakpuasan atas ketimpangan ketimpangan dalam pembangunan. Kesenjangan ekonomi, sosial dan politik memunculkan kalangan yang tidak puas dan menuntut perbaikan. Kemudian pada masa pemerintahannya, tercatat muncul peristiwa kekerasan di masyarakat yang umumnya sarat kepentingan politik, selain memang karena ketidakpuasan dari masyarakat.
[sunting] Beberapa catatan atas tindakan represif Orde Baru Presiden Soeharto dinilai memulai penekanan terhadap suku Tionghoa, melarang penggunaan tulisan Tionghoa tertulis di berbagai material tertulis, dan menutup organisasi Tionghoa karena tuduhan simpati mereka terhadap komunis.
Pada 1970 Soeharto melarang protes pelajar setelah demonstrasi yang meluas melawan korupsi. Sebuah komisi menemukan bahwa korupsi sangat umum. Soeharto menyetujui hanya dua kasus dan kemudian menutup komisi tersebut. Korupsi kemudian menjadi sebuah endemik.
Dia memerintah melalui kontrol militer dan penyensoran media. Dia menguasai finansial dengan memberikan transaksi mudah dan monopoli kepada saudara-saudaranya, termasuk enam anaknya. Dia juga terus memainkan faksi berlainan di militer melawan satu sama lain, dimulai dengan mendukung kelompok nasionalis dan kemudian mendukung unsur Islam.
Pada 1973 dia memenangkan jangka lima-tahun berikutnya melalui pemilihan "electoral college". dan juga terpilih kembali pada 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Soeharto mengubah UU Pemilu dengan mengizinkan hanya tiga partai yang boleh mengikuti pemilihan, termasuk partainya sendiri, Golkar. Oleh karena itu semua partai Islam yang ada diharuskan bergabung menjadi Partai Persatuan
Pembanpartai-p
Pada 19ia memeTimur semenimbAmerikaUni Sovwilayah menjadipada 19
Soeharto
Korupsiyang keyang lebmahasispenandamencipt
CatatanPada 19yang meTimor T
Pada 19kepemimDi bulan
ngunan, seartai nasio
975, dengaerintahkan etelah Port
bulkan kekaa Serikat atviet. Kemud
tersebut bi provinsi T999.
o dengan W
menjadi bemudian lebbih besar. swa. Mediaatangannytakan nega
n hak asasi993 Komisiendalam te
Timur. Pres
996 Soehampinan Pan Juni, pen
ementara pnalis digab
an persetujpasukan I
tugal mundacauan di mtas tidakandian pemerberintegrasTimor Timu
William Cohe
eban beratbih dikenalKelompok a Indonesiaya. Setelah ara satu pa
manusia Si HAM PBBerhadap peiden AS Bi
arto berusartai Demokdukung Me
partai-partabungkan m
uan bahkandonesia u
dur dan gemasyarakan Fretilin yarintahan pri dengan Inr sampai w
en
t pada 198l dengan naini terdiri d
a menekanpada 1984
artai, beber
Soeharto juB membuatelanggaranill Clinton m
ha menyinkrasi Indonegawati me
ai non-Islamenjadi Par
an permintauntuk memrakan Fret
at Timor Timang menururo integrasindonesia. Pwilayah ters
80-an. Padaama Petisi
dari anggotn beritanya 4 kelompokrapa pemim
uga semakt resolusi y hak-hak a
mendukung
gkirkan Menesia (PDI)enduduki m
m (Katolik drtai Demokr
aan Amerikmasuki beka
ilin memegmur Sendirutnya meni dipasang Pada 15 Jusebut dialih
a 5 Mei 19 50 menuna militer, pdan peme
k ini menudmpinnya dip
kin memburyang mengasasi manugnya.
egawati So, salah sat
markas bes
dan Protestrasi Indone
ka Serikat das koloni Pgang kuasari, serta kekgundang coleh Indon
uli 1976 Timhkan ke ad
80 sebuahntut kebebaolitisi, akad
erintah mecduh bahwapenjarakan
ruk dari tahungkapkan
usia di Indo
oekarnoputu dari tiga
sar partai te
tan) serta esia.
dan AustraPortugal Tima yang khawatiran
campur tannesia memmor Timur ministrasi
h kelompokasan politikdemik, dancekal a Soeharto n.
hun ke tahun keprihatinonesia dan
tri dari partai resmersebut.
alia, mor
n gan inta
PBB
k k n
un. nan di
mi.
Setelahtanggal Kudatul
[sunting
Pada 21pendukudirinya d
Pada 19Indonestahun yaketika iamenyelu
Mekipunpada pememastSetelahberpuncmengunmeletusPreside
Dalam ppenyalamerupa
[sunting
Artikel u
SoehartSejahte
pasukan k27 Juli 199
li" (Kerusuh
g] Soeha
Mei 1998, ung revolusidi televisi.
997, menusia telah disang sama a dipaksa uuruh dan m
n sempat meriode 1998tikan ia terp beberapa
cak pada pndurkan dirsnya ketidan Republik
pemerintahahgunaan kkan salah
g] Kasusutama: Kas
to memiliki ra Mandiri,
keamanan 96 (peristiwhan Dua Tu
arto tur
setelah teka mendapatk
rut Bank Dsalahgunaktidak mem
untuk memmendetail d
menyataka8-2003, terpilih kembademonstra
pendudukanri pada 21 Makstabilan dk Indonesia
hannya yankekuasaan satu faktor
s dugaasus dugaan
dan meng, Yayasan
menahan wa Sabtu Kujuh Juli).
run takh
anan politik kan hadiahn
Dunia, 20 sakan selamabawa hal b
minta pinjamdari IMF.
n untuk tidrutama padali oleh parasi, kerusun gedung DMei 1998 udi Indonesia, B.J. Hab
ng berlangstermasuk
r berakhirny
an korun korupsi S
getuai tujuhSupersem
mereka, keKelabu) yan
hta
besar dan nya: Soehar
ampai 30%a bertahunbagus bagiman, yang j
ak dicalonkda acara Grlemen unthan, tekan
DPR/MPRuntuk menga. Pemerinibie.
sung selamkorupsi daya era Soe
upsi Soeharto
h buah yayaar, Yayasa
erusuhan png dikenal
beberapa drto mengum
% dari danan-tahun. Kri pemerintajuga berart
kan kembaolongan Kuk ketujuh
nan politik dRI, Presideghindari pentahan dila
ma 32 tahuan pelanggaeharto.
asan, yaituan Dharma
pecah di Jasebagai "P
demonstrasimumkan pen
a pengembisis finansia
ahan Presidti pemeriks
ali sebagai arya, Soehkalinya di
dan militer,en Soeharterpecahan njutkan ole
n lamanyaaran HAM.
u Yayasan Bhakti So
akarta padaPeristiwa
, para ngunduran
angan al Asia di den Soeha
saan
Presiden harto tetap Maret 199
, serta to dan
eh Wakil
, telah terja. Hal ini
Dana sial
a
arto
98.
adi
(Dharmais), Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, Yayasan Trikora. Pada 1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995. Keppres ini menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2 persen dari keuntungannya untuk Yayasan Dana Mandiri.
Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-an halaman. Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan 9 saksi ahli, berikut ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999.
Menurut Transparency International, Soeharto menggelapkan uang dengan jumlah terbanyak dibandingkan pemimpin dunia lain dalam sejarah dengan perkiraan 15–35 miliar dolar A.S. selama 32 tahun masa pemerintahannya.[1]
Pada 12 Mei 2006, bertepatan dengan peringatan sewindu Tragedi Trisakti, Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya telah mengeluarkan Surat Keputusan Penghentian Penuntutan (SKPP) perkara mantan Presiden Soeharto, yang isinya menghentikan penuntutan dugaan korupsi mantan Presiden Soeharto pada tujuh yayasan yang dipimpinnya dengan alasan kondisi fisik dan mental terdakwa yang tidak layak diajukan ke persidangan. SKPP itu dikeluarkan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan pada 11 Mei 2006, namun SKPP ini lalu dinyatakan tidak sah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 12 Juni 2006.
[sunting] Peninggalan Sebagai presiden Indonesia selama lebih dari 30 tahun, Soeharto telah banyak mempengaruhi sejarah Indonesia. Dengan pengambil alihan kekuasaan dari Soekarno, Soeharto dengan dukungan dari Amerika Serikat memberantas paham komunisme dan melarang pembentukan partai komunis. Penjajahan Timor Timur juga dilakukan karena kekhawatirannya bahwa Fretilin (Frente Revolucinaria De Timor Leste Independente /partai yang berhaluan sosialis-komunis) akan berkuasa di sana bila dibiarkan merdeka. Hal ini menelan ratusan ribu korban jiwa sipil.
Untuk mengendalikan jumlah penduduk Indonesia, Soeharto memulai kampanye Keluarga Berencana yang menganjurkan pasangan untuk memiliki 2 anak. Hal ini dilakukan untuk menghindari ledakan penduduk yang dapat mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari kelaparan, penyakit sampai kerusakan lingkungan hidup. Dalam bidang pendidikan Soeharto mempelopori proyek Wajib Belajar yang
bertujuan meningkatkan rata-rata taraf tamatan sekolah anak Indonesia. Pada awalnya, proyek ini membebaskan murid pendidikan dasar dari uang sekolah (Sumbangan Pembiayaan Pendidikan) sehingga anak-anak dari keluarga miskin juga dapat bersekolah. Hal ini kemudian dikembangkan menjadi Wajib Belajar 9 tahun.
[sunting] Lihat pula
Butir-Butir Budaya Jawa Daftar Presiden Indonesia
[sunting] Referensi
1. Blum, William. Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II, Black Rose, 1998, pp. 193-198
[sunting] Pranala luar
Artikel di TIME Dikhianati Pembantu Dekatnya Soeharto Media Center Riwayat Dalang Politik Nomer Satu
Riwayat Dalang Politik Nomer Satu Belajar dari pengalaman tiga dasawarsa kekuasaan Soeharto, banyak kalangan masih risau
dan mencoba mereka-reka skenario politik macam apa di balik pidato pengunduran dirinya itu. Musuh-musuh politik Soeharto jelas bisa bercerita panjang betapa ia canggih dan terampil mengelola atau bahkan mendalangi hampir setiap momen penting dalam sejarah sistem politik Indonesia sejak Soekarno ditumbangkan. Atau, benarkah ini pertanda berakhirnya era Soeharto yang kerap mengidentifikasikan dirinya sebagai sosok Semar itu?
SOEHARTO lahir di Kemusuk, desa kecil 12 kilometer sebelah tenggara Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Selepas pendidikannya perguruan Muhammadiyah Yogyakarta, pada usia 18 tahun Soeharto memutuskan bekerja sebagai juru tulis di sebuah bank desa. Setahun kemudian, lewat "pertolongan" seorang familinya ia masuk KNIL. Ketika Belanda kalah, Soeharto bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA), milisi lokal yang diorganisir Jepang. Jepang pergi, Soeharto bergabung dengan tentara republik lainnya berjuang mengusir Belanda yang datang kembali. Di sinilah karir militernya secara misterius melejit dalam lembaga angkatan bersenjata yang baru terbentuk.
Diagung-agungkan sebagai otak Serangan Umum 1 Maret 1949, Soeharto juga dinilai berhasil meredam pergolakan bersenjata di Sulawesi. Sekembalinya dari Sulawesi, Soeharto kembali ke Jawa Tengah dan terlibat dalam penumpasan pemberontakan Darul Islam. Pada tahun 1957, ia dipromosikan menjadi komandan Divisi Diponegoro.
Menikah dengan Siti Hartinah yang masih kerabat dengan Keraton Solo, Soeharto dianugerahi enam orang anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan. Soeharto seakan tersadarkan
bahwa ia butuh lebih dari gaji prajuritnya untuk memberikan gaya hidup aristokrat pada keluarga. Posisinya sebagai komandan memberikannya peluang untuk menjalin bisnis dengan pengusaha setempat seperti Liem Sioe Liong (Sudono Salim) dan The Kian Siang (Bob Hasan).
Di tahun 1959, secara diam-diam Soeharto dipindahkan dari pos tugasnya oleh pucuk pimpinan ABRI karena ketahuan belangnya. Namun hubungan dekatnya dengan Kepala Staf Angkatan Darat Jendral Subroto saat itu berhasil menyelamatkan karir militernya. Ia Kemudian ditugaskan mengikuti pendidikan di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung. Lulus dari Seskoad, Soeharto dipromosikan menjadi brigadir jendera dan ditugasi memimpin operasi militer perebutan wilayah Irian Barat yang masih dikolonisasi oleh Belanda dalam Operasi Mandala. Namun kepemimpinannya itu belum lagi terbukti karena Belanda lebih dulu hengkang dari wilayah tersebbut.
Hal terpenting yang diperoleh Soeharto dari operasi militer ini adalah perkenalannya dengan Kol. Laut Sudomo, Mayor Ali Murtopo, Kapten Benny Murdani yang kemudian tercatatkan sebagai orang-orang terpenting dan strategis di tubuh pemerintahannya kelak. Sekembali dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi mayor jenderal, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution. Mungkin mengimbangi diangkatnya Letnan Jenderal Achmad Yani sebagai Kepala Staf AD, di pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai komandan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) hingga 1965.
Dalam posis barunya ini, Soeharto tak jarang mengambil tindakan yang berlawanan dengan perintah dari Panglima Besar Revolusi, Soekarno. Pada masa konfrontasi dengan Malaysia, diam-diam Soeharto melakukan pembicaraan rahasia dengan pihak lawan. Lewat Ali Murtopo yang kala itu perwira intelijen Kostrad, dibukalah kontak dengan komando pasukan Inggris dan sekretaris kementrian luar negeri Malaysia, Tan Sri Ghazali Shafie, pada Agustus 1964.
Sebagai orang penting, adalah cukup mengherankan mengapa Soeharto luput dari incaran kelompok tentara penculik dalam kudeta berdarah 1965. Bahkan ia menjadi "dewa penyelamat" . Berbagai dugaan muncul. Apakah adanya konspirasi antara Soeharto dan Kolonel Untung, yang sempat menjadi bawahannya semasa Operasi Mandala itu. Ataukah kesepakatan informal antara trio H.R. Dharsono, Kemal Idris dan Sarwo Edhie Wibowo untuk mengedepankan Soeharto yang nantinya akan menyerahkan kembali kekuasaan kepada pihak yang berwenang, atau setidaknya akan mendistribusikannya lebih lanjut kepada para koleganya. Namun para kingmaker harus kecewa karena Soeharto tak berniat melepas kekuasaannya. Akibatnya mereka berbalik menggalang kekuatan informal untuk menentang kepemimpinan Soeharto.
Jelas Soeharto tak tinggal diam. Mayjen H.R. Dharsono yang dituduh mendalangi kerusuhan kelompok muslim di tanjung Priok 1984 harus mendekam di penjara samapai akhir hayatnya. Sarwo Edhie, komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang bertugas mengamankan situasi Jakarta selepas kudeta yang gagal, meninggal pada tahu 1989 tanpa pernah sekalipun dikedepankan kepada publik. Kemal Idris sejak 1975 "dibuang" ke luar negeri sebagai duta besar di negara asing dan mengelola perusahaan jasa pembersih jalan sekembalinya di Jakarta.
Untuk mempertahankan kekuasaan yang direbut lewat pertumpahan darah itu selalu menggunakan taktik devide et impera pada elit sipil dan militer. Salah satunya dengan mengutamakan keluarga dan orang-orang dekatnya dalam bisnis. Akibatnya seringkali persekongkolan melawannya hanya setengah hati dan penuh kecurigaan satu sama lain.
Sebagai arsitek dari pembangunan Orde Baru, Soeharto mendefinisikan misi utamanya sebagai: keinginan untuk memantapkan kembali tatanan kehidupan masyarakat. Caranya dengan menyebarkan ketakutan pada masyarakat akan demokrasi parlementer, ideologi sosialis-komunis komunis dan radikalisasi agama. Semua kelompok yang mendukung "ancaman" ini dihabisi. Kekuatan militer ia kukung dengan pernyataan Supersemar di tangan dan bekerja secara sistematis mengekang kekuatan komandan-komandan wilayah.
Bersamaan dengan kembalinya militer ke barak, Soeharto membangun dan memperluas konsep "Jalan Tengah"-nya Jenderal Nasution menjadi konsep dwifungsi untuk memperoleh dukungan basis teoritis bagi militer untuk memperluas pengaruhnya melalui pejabat-pejabat pemerintahan, termasuk cadangan alokasi kursi di parlemen dan pos-pos utama dalam birokrasi sipil. Secara kontras, berbeda dengan tindakan politik militer di negara-negara Dunia Ketiga, kalangan petinggi militer Indonesia tidak pernah mempertahankan peran luas politiknya sebagai suatu fase temporer yang akan berlalu suatu waktu, ketika suatu krisis tiba-tiba berakhir. Sebaliknya, peran dwifungsi adalah peran militer di bidang politik yang permanen.
Untuk mempertahankan dukungan publik Soeharto sadar bahwa masalah perut harus diselesaikan. Padahal ekonomi Indonesia benar-benar amburadul di pertengahan 1960-an. Soeharto pun kemudian meminta nasehat dari tim ekonom hasil didikan Barat yang banyak dikenal sebagai "mafia Berkeley". Tujuan jangka pendek pemerintahan baru ini adalah mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai rupiah, memperoleh hutang luar negeri, serta mendorong masuknya investasi asing. Dan untuk satu hal ini, kesuksesan mereka tidak bisa dipungkiri. Peran Sudjono Humardani sebagai asisten finansial besar artinya dalam pencapaian ini.
Di bidang sosial politik, Soeharto menyerahkannya kepada Ali Murtopo sebagai asisten untuk masalah-masalah politik. Menghilangkan rival dengan melemahkan kekuatan lawan dilakukan melalui fusi dalam sistem kepartaian. Ini adalah proses pelemahan yang sistematis terhadap kekuatan politik yang ada di Indonesia. Perbedaan latar belakang sejarah dan ideologi di antara partai-partai yang dilebur itu jelas menjadi masalah internal yang tidak bisa dengan mudah diselesaikan begitu saja.
Kekuatan sipil semakin memburuk dengan dikembangkannya konsep massa mengambang yang pada intinya merupakan tindakan depolitisasi masyarakat. Pers dikebiri, mahasiswa dikotakkan dalam kampus. Tak ada penggalangan massa kecuali oleh pemerintah PEMILU pun kemudian tinggallah ritus untuk melegitimasikan keberadaan Soeharto di kursi kepresidenan. Perlawanan pun mulai bermunculan. Tapi Soeharto tak segan mempergunakan kekerasan. Penanganannya pada peritiwa Malari 1974 dan gerakan mahasiswa 1978 cukup membuktikannya.
Pada peristiwa Malari tampak pula kesigapan Soeharto menghilangkan saingannya. Sepak terjang Ali Murtopo dengan badan inteligennya mulai mengancam Soeharto. Persaingan antara Ali Moertopo dan Sumitro dipergunakan untuk menyingkirkan Ali. Namun Sumitro pun segera ditarik dari jabatannya dan kendali Kopkamtib dipegang langsung oleh Soeharto karena dianggap potensial mengancam. . Beberapa bulan setelah peristiwa Malari sebanyak 12 surat kabar ditutup dan ratusan rakyat Indonesia termasuk mahasiswa ditangkap dan dipenjarakan.
Mengeliminir "pemberontakan" mahasiswa maka segera diberlakukannya NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan) pada tahun 1978. Intinya mengunci setiap kemungkinan mahasiswa untuk berpolitik di luar kampusnya. UU
yang ditentang keras oleh banyak organisasi mahasiswa ini menempatkan mahasiswa sebagai kutu buku yang lebih berkonsentrasi pada studinya daripada kegiatan-kegiatan di luar kampus. Hubungan dengan pihak kampus hanyalah kepada mereka yang diperbolehkan pemerintah lewat mekanisme kontrol dekanat dan rektorat.
Mulut pers pun dibungkam dengan lahirnya UU Pokok Pers No. 12 tahun 1982. UU ini mengisyaratkan adanya restriksi atau peringatan mengenai isi pemberitaan ataupun siaran. Organisasi massa yang terbentuk harus memperoleh izin pemerintah dengan hanya satu organisasi profesi buatan pemerintah yang diperbolehkan berdiri. Sehingga organisasi massa tak lebih dari wayang-wayang Orde Baru.
Kemudian pada tahun 1979-1980 muncul sekelompok purnawirawan perwira tinggi angkatan bersenjata dan tokoh-tokoh sipil yang dikenal kritis, yang tergabung dalam Petisi 50, mengeluarkan serial selebaran yang mengeluhkan sikap politik pemerintah Orde Baru yang menjadikan Angkatan Darat sebagai pendukung kemenangan Golkar, serta menuntut adanya reformasi politik. Sebagai balasannya, pemerintah mencekal mereka. Kelompok ini pun gagal serta tak pernah mampu tampil lagi sebagai kelompok oposisi yang efektif terhadap pemerintahan Orde Baru.
Pada awal 80-an, Soeharto telah memegang kendali atas semua kekuatan yang melawannya. GOLKAR yang selalu menolak disebut partai politik menjadi pilihannya untuk memenangkan PEMILU. DPR/MPR dapat selalu dipastikan memilihnya sebagai presiden selama ia masih menginginkannya.
Melihat menyusutnya dukungan ABRI, awal 1990-an ia melirik komunitas Islam untuk membangun kembali basis legitimasi pendukungnya sekaligus untuk melunakkan kerasnya kritik-kritik para pemimpin Islam terhadap pemerintahannya. Hasilnya pun kongkret, sebagai mesin pemilu, Golkar kembali menang dengan 63% suara, dan pada Maret 1993 MPR kembali memilih Soeharto sebagai presiden untuk keenam kalinya. Mantan ajudannya, Try Sutrisno diangkat menjadi Wapres, sedang iparnya Wismoyo Arismunandar ditunjuk sebagai KSAD, dan mantan-mantan ajudan lainnya tersebar di pucuk-pucuk pimpinan angkatan lainnya. Selain itu, lakon politik baru digelarnya, misalnya Soeharto membungkam kritik para petinggi militer dengan mempertahankan pendukung loyalnya sejak lama, Ketua Umum Golkar Harmoko sebagai menteri penerangan dan mendudukkan dua anaknya di Dewan Eksekutif Golkar. Bagian dari skenario Soeharto pulalah di tahun yang sama pemilihan ketua umum PDI diintervensi, dan di-plotnya calon-calon gubernur pilihan dari Jakarta.
Tapi tidak semua lakom politik Soeharto berhasil Gelombang kritik terus berdatangan. Di luar dugaan, kalangan Islam pun mengkritik kebijakan pemerintahannya. Bahkan sempat sekelompok demonstran berhasil menggelar protesnya di muka istana kepresidenan, satu hal yang pertama kali lagi terjadi sejak gelombang demonstrasi anti-Soekarno di awal 1966. Di akhir 1993, sejumlah mahasiswa memberanikan diri menggelar demonstrasi di gedung DPR/MPR dengan tuntutan yang lebih politis: dicabutnya mandat Soeharto sebagai presiden. Kecolongan lain yang juga sempat terjadi adalah gagalnya upaya Soeharto menggolkan kerabat isterinya, Sahid Gitosardjono, sebagai ketua KADIN, karena forum lebih memilih Aburizal Bakrie.
Melihat sejumlah "kekalahan" ini, banyak pendukung Soeharto mulai mengira jangan-jangan ia sudah mulai kehilangan pengaruh dan kontrol efektifnya.. Namun, satu hal yang pasti waktu itu masih terlalu pagi untuk mulai mendendangkan obituari politik Soeharto. Betapapun terjadi pasang naik kritisisme terhadap Soeharto, dengan kendalinya terhadap ABRI dan Golkar ia masih merupakan aktor politik terkuat dalam sistem politik Indonesia. Bukti betapa tidak bergemingnya Soeharto terlihat dari berbagai skandal separatisme macam
Peristiwa Tanjung Priok (1984), Peristiwa Lampung (1989), Peristiwa Liquisa (1991), hingga Peristiwa 27 Juli 1997. Meski begitu, setelah sekian tahun nyaris tak tersentuh, pelan-pelan skenario Soeharto yang menggunakan mekanisme kontrol sosial, daripada kontrol militer, melalui jargon pendekatan keamanannya mulai banyak dipersoalkan dengan lebih terbuka.
Menelaah "kecanggihan" Soeharto menata sistem sosial-ekonomi-politik Orde Baru, banyak orang bertanya-tanya: gerangan apa yang membuatnya terjungkal dari pucuk kekuasaan. Krisis ekonomi berkepanjangan yang gagal dengan seksama dicarikan jalan keluar yang tuntas diyakini sebagai salah satu faktor penting yang membuat Soeharto banyak kehilangan kepercayaan publik, bahkan dari lingkungan terdekatnya. Golkar yang selama 30 tahun dijadikan sebagai salah satu perangkat politik terpenting Soeharto untuk membawakan kepentingan eksekutif di forum legislatif pun belakangan turut mendesak Soeharto untuk mundur. Bahkan sekonyong-konyong nyaris semua elemen pendukung politik Soeharto membangun aliansi diam-diam untuk menyingkirkannya dari kursi kepresidenan.
Argumentasi yang paling sering muncul menjelaskan kejatuhan Soeharto adalah bahwa krisis moneter di pertengahan 1997 bermetamorfosis menjadi krisis politik: kebangkrutan ekonomi menjadi kebangkrutan politik yang kemudian menguras habis nyaris seluruh legitimasi. Ada kompleksitas politik di balik terus anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Kisah sukses pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini terbangun kokoh berkat institusionalisasi distorsi politik ternyata gagal memberikan jawaban dan jalan keluar dari krisis. Jalur akumulasi kekuatan ekonomi-politik yang dilakukan Soeharto dengan memberikan banyak fasilitas dan kemudahan bagi anak, keluarga, kerabat, dan klien-klien politiknya menjadikan sistem ekonomi Indonesia amat rentan krisis.
Argumentasi tadi bisa saja benar, tapi belajar dari pengalaman 30 tahun di bawah cengkeraman Orde Baru, sah jika berkembang kecurigaan bahwa hal ini jangan-jangan hanyalah bagian dari skenario politik Soeharto lainnya. Barangkali suatu skenario yang sedemikian rumit bentuknya hingga mampu membuat banyak dari kita alpa mencermatinya dengan kritis. Maklumlah, pastinya amat banyak pengalaman ditambah "kejeniusan" --selain tangan besi tentunya— untuk Soeharto bisa bertahan sebegitu lama dipucuk kepemimpinan.
Memang, Soeharto yang biasa kita kenal pastinya tak akan sanggup berdiam diri menghadapi penistaan yang begitu deras dari publik seperti belakangan ini. Sebuah rejim yang berkuasa terlalu lama cenderung mengalami kekakuan serta sulit melakukan perubahan internal secara signifikan. Oleh karena itu selagi sumber daya-sumber daya politik Soeharto belum sungguh-sungguh dilucuti, belum ada bukti empirik untuk mengamini bahwa saat ini eranya telah berakhir.
Kita tunggu saja satu-dua hari ke depan sebelum memutuskan untuk bersikap optimis-atau pesimis menyikapi pergantian kekuasaan Soeharto-Habibie. Barangkali, dalam waktu dekat akan segera terjawab pertanyaan: inikah obituari politik sang dalang, ataukah skenario dari lakon terbaru karyanya.
Hanny Sulistyaningtyas
HM Soeharto (1)
Dikhianati Pembantu Dekatnya
Haji Muhammad Soeharto, dipanggil akrab Pak Harto, adalah sosok nama besar yang memimpin Republik Indonesia, selama 32 tahun. Suatu kemampuan kepemimpinan luar biasa yang harus diakui oleh teman dan lawan politiknya (senang atau tidak). Ia menggerakkan pembangunan dengan strategi Trilogi Pembangunan (stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan). Bahkan sempat mendapat penghargaan dari FAO atas keberhasilan menggapai swasembada pangan (1985). Maka, saat itu pantas saja ia pun dianugerahi penghargaan sebagai Bapak Pembangunan Nasional.
Namun, akhirnya ia harus meletakkan jabatan secara tragis, bukan semata-mata karena desakan demonstrasi mahasiswa (1998), melainkan lebih akibat pengkhianatan para pembantu dekatnya yang sebelumnya ABS dan ambisius tanpa fatsoen politik. Saat ia baru meletakkan jabatan, ada rumor yang berkembang. Seandainya Pak Harto mendengar hati nurani isteri yang dicintainya, Ibu Tien Soeharto, yang konon, sudah menyarankannya berhenti sepuluh tahun sebelumnya, pasti kepemimpinnya tidak berakhir dengan berbagai hujatan yang memojokkannya seolah-olah ia tak pernah berbuat baik untuk bangsa dan negaranya. Ia memang seperti kehilangan ‘inspirasi’ dan ‘teman sehati’ setelah Ibu Tien Soeharto meninggal dunia(Minggu 28 April 1996). Pak Harto bukan pria satu-satunya yang merasakan hal seperti ini. Banyak pria (pemimpin) yang justru ‘kuat’ didukung keberadaan isterinya. Salah satu contoh, Bill Clinton mungkin sudah akan jatuh sebelum waktunya jika tak ditopang isterinya Hillary Clinton. Pak Harto tidak segera mencari pengganti isterinya. Kesepiannya seperti teratasi atas dorongan pengabdian kepada bangsa dan negaranya. Ia menghabiskan waktunya dalam mengemban tugas beratnya sebagai presiden. Apalagi beberapa pembantunya memberinya laporan dan harapan yang mendorongnya untuk tetap bertahan sebagai presiden. Bahkan, bersama pembantunya (menterinya) BJ Habibie, ia bisa berjam-jam berbicara. Tak jarang para staf harus menyediakan mie instan jika menunggui pertemuan mereka itu. Rakyat bangsa ini tentu masih ingat. Seusai Pemilu 1997 dan sebelum Sidang Umum MPR, Maret 1998, para pembantunya, di antaranya Harmoko, selaku Ketua Umum DPP Golkar, menyatakan akan tetap mencalonkan Soeharto sebagai presiden 1998-2003. Tapi, justeru pada
HUT Golkar ke-33, Oktober 1997 itu, HM Soeharto mengembalikan pernyataan itu untuk dicek ulang: Apakah rakyat sungguh-sungguh masih menginginkannya menjadi presiden? Setelah berselang beberapa bulan, tepatnya tanggal 20 Januari 1998, tiga pimpinan Keluarga Besar Golkar atau yang lazim disebut Tiga Jalur Golkar, yakni jalur Golkar/Beringin (Harmoko), jalur ABRI (Feisal Tanjung) dan jalur birokrasi (Yogie SM), datang ke Bina Graha menyampaikan hasil pengecekan ulang keinginan rakyat dalam pencalonan HM Soeharto sebagai Presiden RI. Saat itu mereka melaporkan bahwa “ternyata rakyat memang hanya mempunyai satu calon Presiden RI untuk periode 1998-2003 yaitu HM Soeharto,” kata Harmoko mengumumkan kepada pers usai melapor kepada Pak Harto. "Mayoritas rakyat Indonesia memang tetap menghendaki Bapak Haji Muhammad Soeharto untuk dicalonkan sebagai Presiden RI masa bakti 1998-2003," tutur Harmoko yang didampingi M Yogie SM dan Jenderal TNI Feisal Tanjung ketika itu. Menurut Harmoko, Jenderal TNI (Purn) H Muhammad Soeharto, setelah menerima hasil pengecekan itu, menyatakan bersedia dicalonkan kembali sebagai Presiden RI masa bhakti 1998-2003. Selain mengumumkan kesediaan Pak Harto dipilih kembali sebagai Presiden RI, menurut Harmoko, Keluarga Besar Golkar juga membuat kriteria untuk calon Wakil Presiden, antara lain memahami ilmu pengetahuan dan industri. Pernyataan ini mengarah kepada BJ Habibie. Dari hasil pengecekan yang dilakukan oleh keluarga besar Golkar itu, masih menurut Harmoko, Soeharto menghargai kepercayaan sebagian besar rakyat Indonesia tersebut walaupun harus ada pengorbanan bagi kepentingan keluarga. Tetapi untuk kepentingan bangsa dan negara, Haji Muhammad Soeharto tidak mungkin menghindar dari tanggung jawab sebagai patriot dan pejuang bangsa. "Dengan adanya kepercayaan rakyat ini tidak membuat Bapak Haji Muhammad Soeharto bersikap 'tinggi glanggang colong playu.' Itu istilah Pak Harto yang artinya tidak meninggalkan tanggung jawab dan mengelak dari kepercayaan rakyat tersebut demi kepentingan negara dan bangsa," tegas Harmoko. Tapi, ternyata itulah awal sebuah tragedi pengkhianatan digulirkan. HM Soeharto memang terpilih kembali menjadi Presiden periode 1998-2003 pada Sidang Umum MPR, 1-11 Maret 1998. Didampingi BJ Habibie sebagai wakil presiden.
Namun, komponen mahasiswa dan berbagai kelompok masyarakat terus melancarkan demonstrasi meminta Presiden Soeharto dan Wapres BJ Habibie turun serta Golkar dibubarkan. Saat itu, Pak Harto masih terlihat yakin bahwa demonstrasi itu akan surut dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Maka pada awal Mei 1998, ia berangkat ke Kairo, Mesir, untuk menghadiri KTT Nonblok. Saat berangkat, di bandara Halim Perdanakusuma, ia dilepas Wakil Presiden BJ Habibie, Fangab Feisal Tanjung, juga Ketua Harian ICMI Tirto Sudiro dan sejumlah menteri lainnya yang sebagian diantaranya kemudian mengkhianatinya. Sementara, sepeninggal Soeharto, dalam beberapa hari kemudian, suasana Jakarta semakin mencekam. Selain akibat demonstrasi mahasiswa makin marak, juga tersiar isu terjadi sesuatu misteri dalam tubuh ABRI. Misteri itu diwarnai arah pengelompokan dalam tubuh militer itu. Selain banyak aktivis pro demikrasi ‘hilang’ entah kemana, juga diisukan ribuan anggota militer ‘menghilang’ dari kesatuannya memembawa persenjataan lengkap dan amunisi cadangan. “Apa yang sesungguhnya sedang terjadi di Indonesia, adalah suatu tanda tanya besar yang harus segera dicari jawabannya. Apakah suatu power game sedang dimainkan di Indonesia? Siapa yang bermain dengan kelompok bersenjata, serta bagaimana peta kekuatan gerakan sipil? Adalah sesuatu yang harus kita analisa bersama,” tulis sebuah majalah ketika itu. Beberapa pertanyaan yang sampai hari ini tetap misterius. Suasana makin mencekam, pada 12 Mei 1998, akibat terjadinya penembakan mahasiswa di kampus Universitas Trisakti, yang kemudian dikenal sebagai Tragedi Trisakti. Empat orang mahasiswa gugur. Mahasiswa makin ‘marah’. Hampir di seluruh kampus terjadi demonstrasi. Bahkan sebagian mulai keluar dari kampusnya. Bersamaan dengan itu, terjadi pembakaran mobil di sekitar parkir dekat Universitas Trisakti. Bahkan, 13 Mei 1998, mahasiswa seperti dipancing untuk keluar dari kampusnya. Situasi di Universitas Katolik Atmajaya Jakarta justeru mengundang tanda tanya. Ada sekelompok demonstran yang melempari mahasiswa dalam kampus itu karena mereka tidak keluar dari kampusnya. Para mahasiswa tetap berada dalam kampus dalam suasana berkabung. Besoknya, 14 Mei 1998, terjadilah malapetaka di Jakarta. Warga keturunan Cina menjadi sasaran. Pertokoan dan pusat-pusat perbelanjaan dibakar. Saat itu, Jakarta seperti tak punya petugas keamanan. Sementara para petinggi ABRI berada di Malang. Di lapangan sangat terasa ada provokator yang menggerakkan. Di beberapa tempat, ada teriakan: “Mahasiswa datang…
mahasiawa datang!” Dalam kondisi chaos itu, rupanya mahasiswa sangat jeli. Tampaknya, mereka menghindari dijadikan kambinghitam. Karena hari itu, dan besoknya, tidak ada demonstrasi mahasiswa yang keluar dari kampusnya. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang sebelumnya tidak biasa ikut demonstrasi, memilih tidak pulang dari kampus daripada terjebak di jalan yang penuh kerumunan. Situasi ini memaksa HM Soeharto pulang lebih cepat dari jadual dari Mesir. Sebelum pulang, beredar isu bahwa ia akan dihadang oleh mahasiswa. Tapi Soeharto tetap pulang, tanpa terjadi penghadangan seperti diperkirakan sebelumnya. Sebelum pulang, di hadapan warga Indonesia di Mesir, ia menyatakan bersedia mundur jika rakyat menghendakinya. Saat itu, ia menegaskan tidak akan menggunakan kekuatan bersenjata melawan mahasiswa dan kehendak rakyat. Setiba di Jakarta, HM Soeharto kemudian mengundang beberapa tokoh masyarakat, di antaranya Abdurrahman Wahid dan Nurcholis Madjid, tanpa Amien Rais dan Adi Sasono, untuk membicarakan pembentukan Komite Reformasi. Ia juga berencana merombak kabinetnya menjadi Kabinet Reformasi. Ia menawarkan reformasi secara gradual untuk mencegah terjadinya keguncangan. Ia juga menerima rombongan rektor Universitas Indonesia. Mereka ini datang untuk meminta Presiden Soeharto berhenti dengan hormat. HM Soeharto mempersilahkan mereka menyampaikan aspirasi itu melalui MPR. Demonstrasi mahasiswa pun akhirnya terpusat ke gedung MPR/DPR. Mereka menduduki gedung legislatif itu. Harmoko, yang menjabat Ketua MPR dan pimpinan MPR lainnya menampung desakan mahasiswa yang meminta Pak Harto turun. Di hadapan para mahasiswa itu, Harmoko menyatakan bahwa pimpinan MPR setuju dengan desakan mahasiswa untuk meminta Pak Harto mundur. Harmoko seperti tak terpengaruh atas pernyataannya saat meminta kesediaan Pak Harto untuk dicalonkan kembali menjadi presiden jauh hari sebelum SU MPR. Pernyataan Harmoko ini kemudian dijelaskan (dibantah) Pangab Jenderal Wiranto sebagai bukan pernyataan institusi tapi lebih merupakan pernyataan pribadi. HM Soeharto tentu dengan cermat terus mengikuti perkembangan itu. Sampai sore tanggal 20 Mei 1998, tampaknya ia masih yakin akan bisa mengatasi keadaan secara damai dengan
membentuk Komite Reformasi dan merombak kabinet menjadi Kabinet Reformasi. Tapi keinginan baik Pak Harto ini disambut dingin berbagai kalangan bahkan tragisnya ditolak sebagian pembantunya (menteri) yang dibesarkannya. Rupanya inilah detik-detik terakhir ia menjabat presiden. Hari itu, Rabu 20 Mei 1998 sekitar pukul 19:30, Pak Harto menerima Mantan Wakil Presiden Sudharmono di kediaman Jalan Cendana 8 Jakarta. Saat itu, menurut Sudharmono, Presiden Soeharto menyatakan tetap akan melaksanakan tugas-tugas kepresidenan dan segera akan mengumumkan pembentukan Komite Reformasi serta mengadakan perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII. Sekitar setengah jam berikutnya, pukul 20.00, Wakil Presiden B.J. Habibie menghadap Pak Harto. Lalu sekitar pukul 20:30, Saadillah Mursyid diminta menemui Presiden Soeharto yang sedang bersama Wakil Presiden B.J. Habibie di ruang tamu kediaman Jalan Cendana 8 itu. Di hadapan Wakil Presiden BJ Habibie, Presiden Soeharto meminta Saadillah Mursyid, Menteri Sekretaris Negara, mempersiapkan naskah final: Keputusan Presiden tentang Komite Reformasi dan Keputusan Presiden tentang Pembentukan Kabinet Reformasi. Saat itu, Presiden Soeharto menyatakan akan mengumumkan dan melaksanakan pelantikannya besok hari, Kamis 21 Mei 1998. Untuk keperluan itu Presiden Soeharto juga minta agar ruang upacara atau yang lazim disebut ruang kredensial di Istana Merdeka dipersiapkan. Kemudian Wakil Presiden B.J Habibie pulang. Sementara itu, sebanyak empat belas orang menteri membuat pernyataan tidak bersedia ikut serta dalam Kabinet Reformasi yang direncanakan Pak Harto. Mereka itu adalah para menteri yang sebelumnya dibesarkan Pak Harto. Lalu, sekitar pukul 21:00, setelah BJ Habibie pulang itu, Saadillah Mursyid mohon untuk bisa melanjutkan bertemu dengan Pak Harto. Dalam kesempatan itu, Saadillah Mursyid melaporkan bahwa sejumlah orang-orang yang direncanakan untuk menjadi anggota Komite Reformasi telah menyatakan menolak. Saadillah juga melaporkan adanya informasi bahwa empat belas orang menteri yang direncanakan akan duduk dalam Kabinet Reformasi menyatakan tidak bersedia ikut serta dalam Kabinet. Setelah itu, Saadillah pulang. Tapi sekitar pukul 21:40, Saadillah Mursyid diminta menemui Presiden Soeharto lagi. Saadillah bergegas menuju ruangan di tempat biasanya Presiden menerima tamu, termasuk menerima para menteri. Saadillah terkejut karena Presiden tidak ada di ruangan itu. Ketika ditanyakan, barulah ajudan memberitahukan bahwa Presiden Soeharto menunggu di ruang kerja pada bagian
kediaman pribadi. Sekitar pukul 22:15 hari Rabu 20 Mei 1998 itu, HM Soeharto mempersilakan Saadillah duduk di sebelahnya. Kursi hanya ada satu, di situ HM Soeharto duduk. Lalu Saadillah dipersilahkan menggeser puff, sebuah tempat duduk empat persegi, agar bisa lebih dekat. Setelah hening sejenak, kemudian HM Soeharto mengatakan: “Segala usaha untuk menyelamatkan bangsa dan negara telah kita lakukan. Tetapi Tuhan rupanya berkehendak lain. Bentrokan antara mahasiswa dan ABRI tidak boleh sampai terjadi. Saya tidak mau terjadi pertumpahan darah. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk berhenti sebagai Presiden, menurut Pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945.“ Lalu, kepada Saadillah sebagai Menteri Sekretaris Negara, diminta untuk mempersiapkan empat hal. Pertama, konsep ‘Pernyataan Berhenti dari jabatan Presiden RI’; Kedua, memberitahu pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat bahwa permintaan pimpinan DPR untuk bertemu dan melakukan konsultasi dengan Presiden akan dilaksanakan hari Kamis, 21 Mei 1998 pukul 09:00 di ruang Jepara Istana Merdeka; Ketiga, memberitahu Wakil Presiden BJ Habibie agar hadir di Istana Merdeka hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 pukul 09:00 dan agar siap untuk mengucapkan Sumpah Jabatan Presiden di hadapan Ketua Mahkamah Agung; Keempat, memohon kehadiran Ketua Mahkamah Agung di Istana Merdeka hari Kamis 21 Mei 1998 pukul 09:00. Saadillah pun segera memberitahu Pimpinan DPR, Wakil Presiden dan Ketua Mahkamah Agung melalui telepon. Malam sudah larut menjelang tengah malam. Lalu, bersama-sama staf, Saadillah segera mulai melakukan penyusunan naskah Pernyataan Berhenti Presiden. Setelah mendapatkan pokok-pokok dan arahan, Bambang Kesowo, waktu itu Wakil Sekretaris Kabinet, dan Soenarto Soedharmo, ketika itu Asisten Khusus Menteri Sekretaris Negara mulai menyusun konsep awal. Sementara Yusril Ihza Mahendra, ketika itu Pembantu Asisten (Banas) Menteri Sekretaris Negara, memberikan masukan-masukan terutama dari segi hukum tata negara. Konsep disusun secara bersama-sama, sebagaimana layaknya suatu pekerjaan staf. Bukan hasil kerja orang perorangan. Setelah konsep diteliti dan dikoreksi beberapa kali, pada pukul 03:00 menjelang subuh tanggal 21 Mei 1998 naskah Pernyataan telah siap untuk diajukan kepada Presiden. Naskah diajukan melalui prosedur yang sudah baku pada Sekretariat Negara. Konsep yang sudah diketik rapi diserahkan kepada Ajudan. Ajudan menaruh naskah itu di meja kerja Presiden.
Pagi harinya, Kamis, 21 Mei 1998 sekitar pukul 10:00 pagi di ruang upacara Istana Merdeka, yang lazim ketika itu disebut ruang kredensial, Presiden Soeharto menyampaikan pidato Pernyataan Berhenti Sebagai Presiden Republik Indonesia. Dalam pidatonya itu Presiden Soeharto antara lain menyatakan: “Saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII. Namun demikian kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud, karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan Komite tersebut. Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara yang sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi.” “Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan setelah dengan sungguh-sungguh memperhatikan pandangan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan pimpinan Fraksi-Fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini, pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998.“ Selepas itu, dengan ditemani puteri sulungnya, Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) dan Saadillah Mursyid, Pak Harto melambaikan tangan meninggalkan Istana Merdeka pulang ke kediaman di Jalan Cendana 8. Ketika sampai di kediaman, sebelum duduk di ruang keluarga, Pak Harto mengangkat kedua belah tangan sambil mengucap: “Allahu Akbar. Lepas sudah beban yang terpikul di pundakku selama berpuluh-puluh tahun.“ Kemudian, putera-puteri dan keluarga menyalaminya. Setelah itu, Pak Harto pun menjadi bulan-bulanan caci-maki dan hujatan. Bukan hanya dari orang-orang yang sebelumnya tidak sejalan dengan Pak Harto, melainkan lebih lagi dari para menteri dan tokoh-tokoh Golkar yang selama ini tak sungkan-sungkan melakukan berbagai cara untuk bisa mendekat. Bahkan BJ Habibie yang mengaku dibesarkan HM Soeharto juga tampak tanpa fatsoen politik mengambil sikap bahwa dalam politik tidak ada persahabatan yang kekal, hanya kepentinganlah yang abadi. Mereka tidak segan-segan memosisikan Pak Harto dan keluarga Cendana ibarat keranjang
sampah. Tempat pembuangan semua yang kotor. Bahwa semua kekotoran pada era Orde Baru ditimpakan ke pundak Pak Harto dan keluarganya. Sepertinya, HM Soeharto dan keluarganya sebagai satu-satunya yang melakukan korupsi pada era itu. HM Soeharto pun ‘diasingkan’ dari Golkar yang dibesarkannya. Elit-elit Golkar malah yang duluan teriak agar Soeharto ditahan karena kejahatan-kejahatan yang dituduhkan kepadanya selama memerintah. Golkar yang sebelumnya lebih didonimasi pengaruh ABRI tampak bergeser lebih didominasi elit-elit ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Suatu tragedi tendensius konstitusi, yang kental diwarnai subjektivitas politik pun terjadi. Pada Sidang Istimewa MPR 13 November 1998 – MPR yang masih didominasi kekuatan Golkar hasil Pemilu 1997 – menetapkan Ketetapan MPR No.XI/MPR/1998. Pasal 4 ketetapan MPR itu berbunyi: “Upaya pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme harus dilakukan secara tegas terhadap siapapun juga, baik pejabat negara, mantan pejabat negara, keluarga, dan kroninya maupun pihak swasta/ konglomerat termasuk mantan Presiden Soeharto dengan tetap memperhatikan prinsip praduga tidak bersalah dan hak-hak asasi manusia.” Penyebutan nama orang secara eksplisit – mantan Presiden Soeharto – dalam pasal ini tampak tendensius, absurd dan sangat diwarnai sifat subjektivitas politik serta di luar kelaziman sistem ketatanegaraan Indonesia. Bukankah sebaiknya format suatu Tap MPR merupakan garis-garis umum dari suatu kebijakan negara? Jadinya, pasal ini seperti hendak diposisikan hanya berlaku kepada mantan Presiden Soeharto, tetapi tidak berlaku bagi mantan presiden yang lainnya. Tampaknya, itulah puncak pengkhianatan beberapa mantan menteri dan elit Golkar yang dibesarkannya. Kendati Pak Harto tidak pernah mengatakan secara eksplisit bahwa mereka ini mengkhianatinya. Tapi sikapnya yang sampai hari ini belum bersedia menerima kunjungan BJ Habibie dan beberapa mantan menteri dan elit Golkar lainnya bisa dipahami berbagai pihak sebagai indikasi ke arah itu. Pak Harto pun menunjukkan ketabahan dan keteguhannya. Ia pun akhirnya sempat diadili dengan tuduhan korupsi, penyalahgunaan dana yayasan-yayasan yang didirikannya. Ia menyatakan bersedia mempertanggungjawabkan dana yayasan itu. Tapi, ia pun jatuh sakit yang menyebabkan proses peradilannya dihentikan. Tapi tidak semua mantan menterinya tega mengkhianat, tidak mempunyai moral politik. Ada beberapa yang justeru makin dekat dengannya secara pribadi setelah bukan lagi berkuasa. Satu di
antaranya adalah Saadillah Mursyid, mantan Menteri Sekretaris Negara. Saadillah menyatakan: “Mudah-mudahan saya terhindar dari orang-orang yang semasa Pak Harto memegang jabatan Presiden, selalu mendekat-dekat, menjilat dan mencari muka. Pada waktu Pak Harto tidak lagi menjadi Presiden orang-orang itu pula yang bersuara lantang menghujat, mencaci, melempar segala kesalahan kepada Pak Harto. Kelompok orang-orang seperti itu memperoleh kutukan Allah dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk, jahanam (Al Qur‘an, Surah Ar Ra’ad ayat 25).” ► ti/crs, dari beragai sumber. *** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) Bersambung: = Kejuangan Pemimpin Pejuang [Bngs Tnp Pahlawan] (2) = Konspirasi Asing dan Krisis Moneter (3) = Golkar, ABRI dan ICMI (4) = Jakarta-Jakarta, oh Indonesia (5) = Tanggung Jawab Sang Pemimpin (6) = Anak Petani Miskin dari Kemusuk (7) = Prajurit Pejuang (8) = Penumpasan G-30-S/PKI (9) = NKRI dan Propinsi Timor Timur (10) = Repelita dan Trilogi Pembangunan (11) = Swasembada Pangan (12) = Mercusuar Industri dan Teknologi (13) = Seminar AD, CSIS dan Cides (14) = Yayasan dan Kepedulian Sosial (15) = Indonesia Masa Depan (16)
Didahului oleh: Ahmad Yani
Kepala Staf TNI Angkatan Darat1965-1967
Digantikan oleh: Maraden Panggabean
Didahului oleh: Soekarno
Presiden Republik Indonesia 1967 - 1998
Digantikan oleh: BJ Habibie
Kerusuhan Mei 1998 Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei - 15 Mei 1998, khususnya di ibu kota Jakarta namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti.
Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh amuk massa — terutama perusahaan-perusahaan yang dianggap ada hubungannya dengan keluarga Soeharto dan konco-konconya — dirusak secara membabi-buta oleh massa yang mengamuk. Selain itu banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa juga menjadi sasaran amuk massa, terutama di Jakarta dan Surakarta. Sampai saat ini belum begitu jelas siapa yang menunggangi mereka.
Amuk massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan dan menulisi muka toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Pro-reformasi". Hal yang memalukan ini mengingatkan seseorang kepada peristiwa Kristallnacht di Jerman pada tanggal 9 November 1938 yang menjadi titik awal penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi dan berpuncak pada pembunuhan massal atas mereka di hampir seluruh benua Eropa oleh pemerintahan Jerman Nazi.
Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Namun demikian umumnya orang setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian orang-orang tersebut.
[sunting] Pengusutan dan penyelidikan Tidak lama setelah kejadian berakhir dibentuklah Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menyelidiki masalah ini. TGPF ini mengeluarkan sebuah laporan yang dikenal dengan "Laporan TGPF" [1].
Pada 2004 Komnas HAM mempertanyakan kasus ini kepada Kejaksaan Agung namun sampai 1 Maret 2004 belum menerima tanggapan dari Kejaksaan Agung [2].
[sunting] Lihat pula
Tim Gabungan Pencari Fakta Ita Martadinata Haryono
[sunting] Pranala luar
(id) Sejarah Reformasi - Semanggi Peduli (id) "Komnas HAM Pertanyakan Kasus Mei 1998", Tempo Interaktif
Baharuddin Jusuf Habibie Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. (Dialihkan dari BJ Habibie)
Baharuddin Jusuf Habibie
Presiden Indonesia ke-3
Masa jabatan 21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999
Wakil Presiden Tidak ada
Pendahulu Soeharto
Pengganti Abdurrahman Wahid
Tanggal lahir 25 Juni 1936 (umur 71) Pare-Pare, Sulawesi Selatan
Partai politik Golkar
Agama Muslim
Baharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang
terpilih pada 20 Oktober 1999 oleh suara MPR dari hasil Pemilu 1999. Dengan 373 suara MPR, Gus Dur mengalahkan calon presiden Megawati Soekarnoputri yang memperoleh 313 suara.
Dia dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan dan belajar teknik mesin di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 dia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingineur pada 1960 dan gelar doktor ingineur pada 1965 dengan predikat summa cum laude. Dia kemudian bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm di Hamburg, hingga mencapai puncak karir sebagai wakil presiden bidang teknologi. Pada 1973 kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Karir di Indonesia
2 Publikasi
3 Publikasi tentang B.J. Habibie
4 Lihat pula
[sunting] Karir di Indonesia Sebelum menjabat Presiden, B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto dan Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Pada masa jabatannya sebagai menteri ia pun diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia).
[sunting] Publikasi
Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden
Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
Detik-detik Yang Menentukan - Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
...selengkapnya
[sunting] Publikasi tentang B.J. Habibie
Hosen, Nadirsyah, Indonesian political laws in Habibie Era : Between political struggle and law reform, ,Nordic journal of international law, ISSN 0029-151X, Bd. 72 (2003), 4, hal. 483-518
Rice, Robert Charles, Indonesian approaches to technology policy during the Soeharto era : Habibie, Sumitro and others, Indonesian economic development (1990), hal. 53-66
...selengkapnya
[sunting
WikiquoBaharu
Did
DidS
DidTry
AbdDari Wik
g] Lihat
ote memilikuddin Jusu
ahului oleh: ???
ahului oleh: Soeharto
ahului oleh: y Sutrisno
urrahmkipedia Indo
Ab
pula
ki koleksi kuuf Habibie
Menter
Pre
Wakil
man Wonesia, ensik
bdurrahma(Gus D
utipan yang
Daftar PrDaftar W
ri Negara Rise1998
esiden Repub1998 - 1
Presiden Rep1998 - 1
Wahidklopedia be
an WahidDur)
g berkaitan
residen Indakil Presid
et dan Tekno8
blik Indonesia1999
publik Indone1998
bas berbah
n dengan:
donesia en Indones
logi DRa
a DAbdu
esia DMegaw
asa Indone
sia
igantikan olehahardi Ramela
igantikan olehurrahman Wa
igantikan olehwati Sukarno
sia.
h: an
h: ahid
h: oputri
Presiden Indonesia ke-4
Masa jabatan 20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001
Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri
Pendahulu B.J. Habibie
Pengganti Megawati Soekarnoputri
Tanggal lahir 4 Agustus 1940 (umur 67)
Partai politik PKB
Pasangan Sinta Nuriah Wahid
Agama Muslim
Abdurrahman Wahid (akrab dipanggil Gus Dur) adalah Presiden Republik Indonesia yang keempat. Ia menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Masa kepresidenan yang dimulai pada 20 Oktober 1999 berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri.
Abdurrahman Wahid menyelenggarakan pemerintahan dengan dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Latar belakang keluarga
2 Gus Dur dan Tionghoa
3 Pendidikan
4 Penghargaan
5 Lihat pula
6 Pranala luar
[sunting] Latar belakang keluarga Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Dia dilahirkan di Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
Walaupun Gus Dur selalu merayakan hari ulang tahunnya pada tanggal 4 Agustus, sebenarnya hari lahir Gus Dur bukanlah tanggal itu. Sebagaimana juga dengan banyak aspek dalam hidupnya dan pribadinya, banyak hal tidaklah seperti apa yang terlihat. Memang Gus Dur dilahirkan pada hari keempat bulan kedelapan. Namun perlu diketahui bahwa tanggal itu menurut penanggalan Islam, yaitu bahwa ia dilahirkan pada bulan Sya'ban, bulan kedelapan dalam penanggalan itu. Sebenarnya tanggal 4 Sya'ban 1940 adalah tanggal 7 September.
Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim, mantan menteri Agama tahun 1949. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asy'ari, pendiri jami'yah Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi massa Islam terbesar di Indonesia. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Kakek dari ibunya adalah K.H. Bisri Syamsuri juga merupakan tokoh NU.
[sunting] Gus Dur dan Tionghoa Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia masih keturunan dari Tan Kim Han, seorang Tionghoa muslim yang membantu Raden Patah untuk merebut kekuasaan dari Kerajaan Majapahit dan mendirikan Kerajaan Demak. Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan.
[sunting] Pendidikan
SD di Jombang lalu pindah ke Jakarta SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama)
Gowongan Yogyakarta Sambil belajar di SMEP, Gus Dur juga mondok di
pondok pesantren Krapyak Yogyakarta
[sunting
Pada 11sebagaiJurnaliskomitmesemang
Gus DuKertaradNasionalain.
DidaB. J
[sunting
[sunting
WikiquoAbdurra
g] Pengh1 Agustus 2i Pejuang K
s Independeen dalam mgat keberag
r dan Gadidjasa, pemal Perempu
ahului oleh: J. Habibie
g] Lihat
g] Prana
ote memilikrahman Wa
hargaa2006, GadKebebasanen (AJI). G
memperjuagaman, dan
is dipilih olemimpin redauan Chand
Preside
pula
ala luar
ki koleksi kuahid
Setamat TegalrejoSetelah 2PesantrePada usiamelanjutkTahun 19Irak, mas1970
n is Arivia da
n Pers 2006Gus Dur daangkan kebn demokra
eh dewan jaksi The Jara Kirana.
en Republik I1998 - 1999
Daftar Pr
utipan yang
SMEP, Guo Magelang2 tahun di Tn Tambak a 22 tahunkan pendid966 Gus Dusuk di Depa
an Gus Du6. Penghan Gadis din
bebasan beasi di Indon
juri yang teakarta PostMereka be
Indonesia 9
residen Ind
g berkaitan
us Dur pindg Jawa TenTegalrejo, Beras Jom
n, Gus Dur dikan di Unur pindah kartment of
r mendapargaan ini dnilai memilerekpresi, pesia.
erdiri dari bt Endy Bayerhasil men
DigantikMegawati So
donesia
n dengan:
dah mondongah Gus Dur pi
mbang berangkat iversitas Ake UniversiReligion, s
atkan Tasriiberikan oliki semangpersamaan
budayawanyuni, dan Knyisihkan 2
kan oleh: oekarnoputri
ok di pesan
indah ke
haji dan Al-Azhar Meitas Bagda
sampai tahu
f Award-AJeh Aliansi
gat, visi, dan hak,
n Butet Ketua Komi23 kandidat
tren
esir. ad un
JI
an
si t
Soek
KategorKelahira
BerkDari Wik
Tak tersMegawa
Riwa
arno | Soeharto
ri: Presidenan 1940 | O
kas:Mkipedia Indo
sedia resoluati.jpg (145
yat ber
Pre
| B. J. Habibie | A
n IndonesiaOrang hidu
egawaonesia, ensik
usi yang leb5 × 212 pik
rkas
(id) Abd(id) Gu2006
esiden Repub
Abdurrahman WaYudhoyo
a | Politikusp
ati.jpgklopedia be
bih tinggi. sel, ukuran
durrahmans Dur dan
blik Indonesia
ahid | Megawati Sono
s Indonesia
g bas berbah
n berkas: 6
n Wahid di Gadis Ariv
a
Soekarnoputri | S
a | Tokoh N
asa Indone
6 KB, tipe M
TokohIndovia Raih Ta
Susilo Bambang
Nahdlatul U
sia.
MIME: imag
onesia.comasrif Award
g
Ulama |
ge/jpeg)
m -AJI
Klik pada tanggal/waktu untuk melihat berkas ini pada saat tersebut. Tanggal/Waktu Pengguna Dimensi Besar berkas Komentar (saat ini)
03:54, 3 November 2006
Indon 145×212 6 KB {{Information |Description=Megawati Sukarnoputri, the 8th vice president of Indonesia. |Source=Secretary of Vice President of Republic of Indonesia. [http://www.setwapres.go.id/profil-megawati.htm] |Date= |Author=Govt. of Indon
Pranala Halaman-halaman berikut memiliki pranala ke berkas ini:
Daftar Wakil Presiden Indonesia Hamengkubuwono IX Adam Malik Soekarno Soeharto Megawati Soekarnoputri Abdurrahman Wahid Baharuddin Jusuf Habibie Hamzah Haz Try Sutrisno Susilo Bambang Yudhoyono Muhammad Jusuf Kalla Mohammad Hatta Soedharmono Templat:HariIniDalamSejarah/23 Januari Umar Wirahadikusumah Templat:Presiden Indonesia Templat:Wakil Presiden Indonesia Wikipedia:Hari ini dalam sejarah/Januari
Megawati Soekarnoputri Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Megawati Soekarnoputri
Presiden Indonesia ke-5
Masa jabatan 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004
Wakil Presiden Hamzah Haz
Pendahulu Abdurrahman Wahid
Pengganti Susilo Bambang Yudhoyono
Tanggal lahir 23 Januari 1947 (umur 60) Yogyakarta, Indonesia
Partai politik PDI-Perjuangan
Pasangan Taufiq Kiemas
Agama Muslim
Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri (lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947) adalah Presiden Indonesia dari 23 Juli 2001 - 20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita pertama dan presiden kelima di Indonesia. Namanya cukup dikenal dengan Megawati Soekarnoputri. Pada 20 September 2004, ia kalah dalam tahap kedua pemilu presiden 2004. Ia menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999-2001, ia adalah Wakil Presiden. Megawati adalah presiden pertama dalam sejarah Indonesia yang turun takhta secara terhormat.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Kehidupan awal
2 Karir Politik
3 Perjalanan karir
4 Perjalanan pendidikan
5 Lihat pula
6 Pranala luar
[sunting] Kehidupan awal Dilahirkan di Yogyakarta pada 23 Januari 1947, Megawati adalah anak kedua Presiden Soekarno yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Ibunya Fatmawati kelahiran Bengkulu dimana Sukarno dahulu diasingkan pada masa penjajahan belanda. Megawati dibesarkan dalam suasana kemewahan di Istana Merdeka.
Megawati pernah menuntut ilmu di Universitas Padjadjaran di Bandung (tidak sampai lulus) dalam bidang pertanian, selain juga pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (tetapi tidak sampai lulus).
Karir politik Mega yang penuh liku seakan sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang pernah mengalami kegagalan. Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam kecelakaan pesawat di laut sekitar Biak, Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal dua puluhan dengan dua anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih kembali dengan seorang pria asal Mesir yang tampan, tetapi pernikahannya tak berlangsung lama. Kebahagiaan dan kedamaian hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia menikah dengan Moh. Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di GMNI dulu, yang juga menjadi salah seorang penggerak PDIP.
[sunting] Karir Politik Jejak politik sang ayah berpengaruh kuat pada Megawati. Karena sejak mahasiswa, saat kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran, ia pun aktif di GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).
1986
Pergantian tampuk pimpinan
pemerintahan Indonesia.
Tahun 1986 ia mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat.Karir politiknya terbilang melesat. Mega hanya butuh waktu satu tahun menjadi anggota DPR RI. 1993 Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI. 1996 Namun, pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI. Mega pun didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Mega tidak menerima pendongkelan dirinya dan tidak mengakui Kongres Medan. Ia masih merasa sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor dan perlengkapannya pun dikuasai oleh pihak Mega. Pihak Mega tidak mau surut satu langkah pun.
Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor DPP PDI. Namun, Soerjadi yang didukung pemerintah memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro. Ancaman Soerjadi kemudian menjadi kenyataan. Tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi penyerangan yang menyebabkan puluhan pendukung Mega meninggal itu, berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli. Kerusuhan itu pula yang membuat Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) Budiman Sudjatmiko mendekam di penjara. Peristiwa penyerangan kantor DPP PDI tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, ia makin mantap mengibarkan perlawanan. Ia memilih jalur hukum, walaupun kemudian kandas di pengadilan. Mega tetap tidak berhenti. Tak pelak, PDI pun terbalah dua: PDI di bawah Soerjadi dan PDI pimpinan Mega. Pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Namun, massa PDI lebih berpihak pada Mega. 1997 Keberpihakan massa PDI kepada Mega makin terlihat pada pemilu 1997. Perolehan suara PDI di bawah Soerjadi merosot tajam. Sebagian massa Mega berpihak ke Partai Persatuan Pembangunan, yang kemudian melahirkan istilah "Mega Bintang". Mega sendiri memilih golput saat itu. 1999 Pemilu 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilu. Meski bukan menang telak, tetapi ia berhasil meraih lebih dari tiga puluh persen suara. Massa pendukungnya, memaksa supaya Mega menjadi presiden. Mereka mengancam, kalau Mega tidak jadi presiden akan terjadi revolusi. Namun alur yang berkembang dalam Sidang Umum 1999 mengatakan lain: memilih KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden. Ia kalah tipis dalam voting pemilihan Presiden: 373 banding 313 suara. 2001 Namun, waktu juga yang berpihak kepada Megawati Sukarnoputri. Ia tidak harus menunggu lima tahun untuk menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid, setelah Sidang Umum 1999 menggagalkannya menjadi Presiden. Sidang Istimewa MPR, Senin (23/7/2001), telah menaikkan statusnya menjadi Presiden, setelah Presiden Abdurrahman Wahid dicabut mandatnya oleh MPR RI.
2004 Masa pedemokrapresidensalah sa(40% - 6menyeraMenteri
[suntin
1. Anggo2. Anggo3. Anggo4. Ketua 5. Ketua 6. Muna
PDI P7. Wakil8. Presi
[sunti
1. SD P2. SLTP3. SLTA4. Fakul5. Fakul
[sunti
Dafta Dafta Presi
[sunti
emerintahaasi di Indon secara laatu keberha60%) dalamahkan tongKoordinato
ng] Perja
ota Gerakaota DPR-Rota Fraksi D
DPC PDI Umum PD
as KemangPerjuanganl Presiden den RI ke-
ing] Perj
erguruan CP PerguruaA Pergurualtas Pertanltas Psikolo
ing] Liha
ar Presidenar Wakil Preden Wanita
ing] Pran
an Megawanesia, dala
angsung diasilan prosm pemilihaggak kepreor pada ma
alanan
n MahasisI, (1993) DPI KomisiJakarta Pu
DI versi g (1993-sekn pada 199RI, (Oktob5, (23 Juli
alanan
Cikini Jakan Cikini Jan Cikini Ja
nian UNPAogi Univers
at pula
Indonesiaesiden Indoa
nala lua
ati ditandaiam masa plaksanakanses demokn umum pr
esidenan keasa pemer
karir
wa Nasion
i IV usat, Anggo
karang) PD99-sekaranger 1999-232001-2004
pendid
rta, (1954-akarta, (196akarta, (196D Bandungsitas Indon
a onesia
ar
i dengan seemerintahan dan secaratisasi di Iresiden 20epada Susrintahannya
nal Indonsia
ota FPDI D
DI yang dipg 3 Juli 20014)
dikan
-1959) 60-1962) 63-1965) g (1965-19esia (1970
emakin meannyalah, para umum dIndonesia. 04 tersebu
silo Bambana.
a (Bandung
DPR-RI, (19
impinnya b
)
967), (tidak 0-1972), (tid
enguatnya pemilihan udianggap mIa mengal
ut dan harung Yudhoy
g), (1965)
987-1997)
berganti na
selesai) dak selesa
konsolidasumum merupakanami kekalas
yono manta
ama menja
i)
si
n ahan
an
di
Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Megawati
(id) Profil di situs web Kepustakaan Presiden Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
(id) Megawati Soekarnoputri di Tokoh Indonesia (en) Artikel majalah Forbes: The World's Top Ten Most Powerful Women 2004 (en) Artikel majalah TIME: The Princess Who Settled for the Presidency
Susilo Bambang Yudhoyono Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Susilo Bambang Yudhoyono
Didahului oleh:
Abdurrahman Wahid
Presiden Republik Indonesia
2001 - 2004
Digantikan oleh:
Susilo Bambang
Yudhoyono
Didahului oleh:
BJ Habibie
Wakil Presiden Republik Indonesia
1999 - 2001
Digantikan oleh:
Hamzah Haz
Presiden Republik Indonesia ke-6
Masa jabatan 20 Oktober 2004 – Sekarang
Wakil Presiden Jusuf Kalla (dari Golkar)
Pendahulu Megawati Soekarnoputri
Pengganti Sedang Menjabat
Tanggal lahir 9 September 1949 (umur 58) Pacitan, Jawa Timur, Indonesia
Partai politik Partai Demokrat
Pasangan Kristiani Herawati
Jenderal (TNI) Susilo Bambang Yudhoyono (lahir 9 September 1949 di Pacitan, Jawa Timur, Indonesia) adalah mantan pensiunan jenderal militer Indonesia dan Presiden Indonesia ke-6 yang terpilih dalam pemilihan umum secara langsung oleh rakyat pertama kali. Yudhoyono menang dalam pemilu presiden September 2004 melalui dua tahapan pemilu presiden Indonesia atas kandidat Presiden Megawati Sukarnoputri. Ia mulai menjabat pada 20 Oktober 2004 bersama Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden.
Yudhoyono yang dipanggil Sus oleh orang tuanya dan populer dengan panggilan SBY lahir di Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949). Melalui amandemen UUD 1945 yang memungkinkan presiden dipilih secara langsung oleh rakyat, ia kemudian terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia pertama pilihan rakyat. Ia menjadi presiden Indonesia keenam setelah dilantik pada 20 Oktober 2004 bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Karier militernya terhenti ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999 dan tampil sebagai salah seorang pendiri Partai Demokrat. Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25 September 2000.
Keunggulan suaranya dari Presiden sebelumnya, Megawati Soekarnoputri pada pemilu 2004 membuatnya terpilih sebagai kepala negara Indonesia. Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan Kristiani Herawati yang merupakan anak perempuan ketiga Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo (alm), komandan RPKAD (kini Kopassus) yang turut membantu menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965.
1 Latar Be
1.1 P
2 Karier M
3 Karier P
4 Ringkas
5 Penugas
6 Penghar
7 Masa Ke
8 Layanan
9 Lihat pu
10 Pranala
[sunting
Keluarga
Ia lahir dSoekotjokemilitetinggal dKristianSarwo Emembapernikah1979) d
Daftar isi
[sembunyikan
elakang dan K
Pendidikan
Militer
olitik
an Karir
san
rgaan
epresidenan
n SMS Preside
la
a luar
g] Latar
a Yudhoyon
di Pacitan, o dan Siti Hran. Selaindi Istana Mi Herawati Edhi Wibowntu menumhan merekan Edhie B
n]
eluarga
en
Belaka
no
Jawa TimHabibah. Sn tinggal di
Merdeka, Jayang adala
wo (alm). Kmpas PKI (Pka lahir duaBaskoro Yu
ang dan
ur pada 9 SSeperti aya
kediaman akarta. Susah anak pe
Komandan Partai Kom
a anak lelakudhoyono (
n Kelua
Septemberhnya, ia pukeluarga d
silo Bambaerempuan kmiliter Jen
munis Indonki, yaitu Ag(lahir 1982
rga
r 1949 dariun berkecimdi Bogor (J
ang Yudhoyketiga Jendderal Sarwnesia) padagus Harimu).
i anak pasampung di dawa Baratyono menikderal (Purn
wo Edhi Wia tahun 19
urti Yudhoy
angan Raddunia ), SBY jugakah dengannawirawan)bowo turut65. Dari
yono (lahir
den
a n ) t
Agus adIndonesMekayayang beAnissa LBank Inmaster-SingapuFinanciaTechnol
[sunting
Presiden
Akad Ame Airbo Infan On t Jung Kurs Kurs Seko Com Mast Dokt
tahu
dalah lulusasia tahun 2asa dan seoertugas di sLarasati Podonesia. Snya di Straura. Anak yal Commerlogy di Per
g] Pendid
n Susilo Bam
demi Angkaerican Langone and Rantry Officerhe job train
gle Warfaresus Senjatasus Komanolah Koma
mmand andter of Art (Mtor dalam bn 2004.
an SMA Ta000. Sepeorang prajusebuah batohan, seor
Sejak perteategic Studyang bungsrce dan Elerth, Austral
dikan
mbang Yud
atan Berseguage Couanger Cour Advancedning di 82-ne School, Pa Antitank ddo Batalyondo Angka General SMA) dari Mbidang Eko
aruna Nusarti ayahnyaurit dengantalion infanang aktris ngahan 20
dies at Instisu, Edhie Bectrical Comia Barat.
hoyono
enjata RI (Arse, Lacklarse, Fort B
d Course, Fnd Airbone
Panama, 19di Belgia daon, 1985 atan Darat,Staff Colleg
Managemenonomi Perta
antara tahua, ia juga mn pangkat Ltri di Bandyang juga
005, Agus mitute of DefBaskoro lulmmerce ta
Akabri) tahuand, TexasBenning , AFort Bennine Division, F983 an Jerman
1988-1989ge, Fort Leant Webster anian dari
un 1997 damendapatkaLetnan Satung, Jawa anak dari mmenjalani pfense and Sus dengan
ahun 2005 d
un 1973 AS, 1976 S, 1976
ng, AS, 198Fort Bragg
n, 1984
9 avenwort, KUniversity
Institut Per
an Akademan penghatu TNI AngBarat. Agu
mantan wapendidikanStrategic S
n gelar gandari Curtin
82-1983 , AS, 1983
Kansas, ASy, Missouri,rtanian Bog
mi Militer rgaan Adhkatan Daraus menikahakil preside untuk gela
Studies, da dalam University
3
S AS gor (IPB),
i at hi
en ar
y of
[sunting] Karier Militer Tahun 1973, ia lulus dari Akademi Militer Indonesia (Akabri: Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan penghargaan Adhi Makayasa sebagai murid lulusan terbaik dan Tri Sakti Wiratama yang merupakan prestasi tertinggi gabungan mental, fisik, dan intelek. Periode 1974-1976, ia memulai karier di Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad. Pada tahun 1976, ia belajar di Airborne School dan US Army Rangers, American Language Course (Lackland-Texas), Airbone and Ranger Course (Fort Benning) Amerika Serikat.
Kariernya berlanjut pada periode 1976-1977 di Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad, Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977), Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978, Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981, Paban Muda Sops SUAD (1981-1982. Periode 1982-1984, ia belajar di Infantry Officer Advanced Course (Fort Benning) Amerika Serikat.
Tahun 1983, ia belajar pada On the job training in 82-nd Airbone Division (Fort Bragg) Amerika Serikat, Jungle Warfare School (Panama, Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman pada tahun 1984, Kursus Komando Batalyon (1985) dan meniti karier di Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985), Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988), dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988).
Periode 1998-1989, ia Sekolah Komando Angkatan Darat dan belajar di US Command and General Staff College pada tahun 1991. Periode (1989-1993), ia bekerja sebagai Dosen Seskoad Korspri Pangab, Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994, Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995) serta Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (1995-1996). Pada tahun 1997, ia diangkat sebagai Kepala Angkatan Bersenjata dan Staf Urusan Sosial dan Politik. Ia pensiun dari kemiliteran pada 1 April 2001 oleh karena pengangkatannya sebagai menteri.
Lulusan Command and General Staff College (Fort Leavenwort) Kansas Amerika Serikat dan Master of Art (MA) dari Management Webster University Missouri ini juga meniti karier di Kasdam Jaya (1996), dan Pangdam II/Sriwijaya sekaligus Ketua Bakorstanasda. Karier militernya terhenti sebagai Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI) dengan pangkat Letnan Jenderal.
[sunting] Karier Politik
Tampil sebagai juru bicara Fraksi ABRI menjelang Sidang Umum MPR 1998 yang dilaksanakan pada 9 Maret 1998 dan Ketua Fraksi ABRI MPR dalam Sidang Istimewa MPR 1998. Pada 29 Oktober 1999, ia diangkat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi di pemerintahan pimpinan Presiden Abdurrahman Wahid. Setahun kemudian, tepatnya 26 Oktober 1999, ia dilantik sebagai Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) sebagai konsekuensi penyusunan kembali kabinet Abdurrahman Wahid.
Dengan keluarnya Maklumat Presiden pada 28 Mei 2001 pukul 12.00 WIB, Menko Polsoskam ditugaskan untuk mengambil langkah-langkah khusus mengatasi krisis, menegakkan ketertiban, keamanan, dan hukum secepat-cepatnya lantaran situasi politik darurat yang dihadapi pimpinan pemerintahan. Saat itu, Menko Polsoskam sebagai pemegang mandat menerjemahkan situasi politik darurat tidak sama dengan keadaan darurat sebagaimana yang ada dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1959.
Belum genap satu tahun menjabat Menko Polsoskam atau lima hari setelah memegang mandat, ia didesak mundur pada 1 Juni 2001 oleh pemberi mandat karena ketegangan politik antara Presiden Abdurrahman Wahid dan DPR. Jabatan pengganti sebagai Menteri Dalam Negeri atau Menteri Perhubungan yang ditawarkan presiden tidak pernah diterimanya.
Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri melantiknya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) pada 10 Agustus 2001. Merasa tidak dipercaya lagi oleh presiden, jabatan Menko Polkam ditinggalkannya pada 11 Maret 2004. Berdirinya Partai Demokrat pada 9 September 2002 menguatkan namanya untuk mencapai kerier politik puncak. Ketika Partai Demokrat dideklarasikan pada 17 Oktober 2002, namanya dicalonkan menjadi presiden dalam pemilu presiden 2004.
Setelah mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam dan sejalan dengan masa kampanye pemilu legislatif 2004, ia secara resmi berada dalam koridor Partai Demokrat. Keberadaannya dalam Partai Demokrat menuai sukses dalam pemilu legislatif dengan meraih 7,45 persen suara. Pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkannya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla.
[sunting] Ringkasan Karir
Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976) Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977) Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977) Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978) Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981) Paban Muda Sops SUAD (1981-1982) Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985) Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988) Dosen Seskoad (1989-1992) Korspri Pangab (1993) Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994) Asops Kodam Jaya (1994-1995) Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995) Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-
Herzegovina (sejak awal November 1995) Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan) Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999) Mentamben (sejak 26 Oktober 1999) Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid) Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri)
mengundurkan diri 11 Maret 2004
[sunting] Penugasan
Susilo Bambang Yudhoyono
Operasi Timor Timur (1979-1980), dan 1986-1988
Jenderal TNI (Purnawirawan) Susilo Bambang Yudhoyono yang pernah ditugaskan dalam sebuah operasi di Timor-Timur pada periode 1979-1980 dan 1986-1988 ini meraih gelar doktor (PhD) dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 3 Oktober 2004. Pada 15 Desember 2005, ia menerima gelar doktor kehormatan di bidang ilmu politik dari Universitas Thammasat Bangkok (Thailand). Dalam pidato pemberian gelar, ia menegaskan bahwa politik merupakan seni untuk perubahan dan transformasi dalam sebuah negara demokrasi yang damai. Ia tidak yakin sepenuhnya kalau politik itu adalah ilmu.
[sunting] Penghargaan
Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973 Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973) Satya Lencana Seroja, 1976 Honor Graduate IOAC, USA, 1983 Satya Lencana Dwija Sista, 1985 Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989 Dosen Terbaik Seskoad, 1989 Satya Lencana Santi Dharma, 1996 Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996 Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia,
Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996
Binta Binta Wing Wing Binta Binta Binta Binta Toko Binta Binta Dokt
Susilo BpenghaMartti A
[sunting
Yudhoyo
MPR pesehinggrakyat. Psuara peterpilih psetelah unggul dpemilu 2
Kolusi, Kkepemim
ang Kartikaang Yudhag Penerbang Kapal Seang Kartikaang Yudhaang Dharmang Maha oh Berbahaang Asia (Sang Kehormtor Honoris
Bambang Yrgaan Nob
Ahtisaari ata
g] Masa
ono di Gedu
eriode 1999ga memungPemilu preemilih dan pertama pidilantik padari pasan2004.
Korupsi, dampinannya
a Eka Paks Dharma Nng TNI-AU
elam TNI-Aa Eka Paks Dharma P
ma, 1999 Putera Utaasa Lisan TStar of Asiamatan Darjs Causa, 20
Yudhoyonoel perdamaas inisiatif m
Kepres
ung MPR/DP
9-2004 megkinkan preesiden dua
terpilih seblihan rakyada 20 Oktogan Presid
an Nepotisa selain kas
si Nararya, Nararya, 19, 1998
AL, 1998 si Pratama,Pratama, 19
ama, 1999 Terbaik, 20a), 2005, ojah Keraba006, oleh U
o juga pernaaian 2006mereka un
sidenan
PR (Parlem
ngamandeesiden dantahap kembagai presat dan tampober 2004den Megaw
me (KKN) sus terorism
1998 998
, 1999 999
003 leh Busine
at Laila UtaUniversitas
ah dicalonbersama dtuk perdam
n
en) Senaya
emen Unda wakil pres
mudian dimiden. Dia kpil sebagaibersama W
wati Soekar
sebagai prme global.
essWeek ama, 2006, s Keio
kan untuk dengan Gemaian di Ac
an, Jakarta
ang-Undansiden dipilihenanginya
kemudian d presiden I
Wakil Presirnoputri-Ha
rioritas penPenanggu
oleh Sulta
menjadi perakan Acehceh.
g Dasar 19h secara la dengan 60
dicatat sebaIndonesia kden Jusuf
asyim Muza
nting dalamulangan ba
an Brunei
enerima h Merdeka
945 UUD 1angsung ole0,9 persenagai presidkeenam Kalla. Ia adi pada
m haya narko
a dan
945 eh
den
oba,
perjudiakerja ke
Di masagelombabagi Prenegara
Susilo BkepresidLembagseiring dpembenWakil Psebuah
[sunting
Sekitar nomor tteknis kSMS ke9949 ad
Tanggadengan Kebenaberbaga
[sunting
[sunting
WikiquoSusilo B
an, dan pereras bersam
a jabatannyang tsunamesiden yandan keseja
Bambang Ydenan yangga ini pada dengan isuntukannya residen, teketeranga
g] Layanbulan Juni elepon selarena bany
e 9949 setedalah tangg
l 28 Juni 2nama pen
aran SMS inai SMS aka
g] Lihat
g] Prana
ote memilikBambang
rdagangan ma pimpina
ya, Indonesmi, gempa g masih be
ahteraan ra
Yudhoyonog diketuai oawal pem
u tidak dilibserta isu d
etapi akhirnn pers.[1]
nan SM2005, Pre
ulernya di yaknya SM
elah itu SMgal lahir be
005, Presidngirim Presni sudah dian menyus
pula
ala luar
ki koleksi kuYudhoyon
manusia jan dan raky
sia mengabumi, dll. S
ergelut denakyat.
o juga memoleh Marsibentukannatkannya Wibentuknya
nya diterima
MS Pressiden SBY081110994
MS yang maMS akan dipeliau (9 Sep
den SBY miden RI yaikonfirmasiul.
Daftar Pr
utipan yangno
uga sebagyat.
lami sejumSemua ini ngan upaya
mbentuk UKlam Siman
nya mendapWakil Presa UKP3R ua setelah S
siden Y memulai l49 namun asuk dan spilah dan dptember 19
mengirimkang berisi teikan dan ju
residen Ind
g berkaitan
ai beban b
mlah bencanmerupakana memulihk
KP3R, sebundjuntak papat tentangiden Jusuf
untuk memSBY sendir
layanan peesok harin
sekarang disampaikan
949).
an SMS kepentang penuru bicara P
donesia
n dengan:
berat yang
na alam sen tantangakan kehidu
uah lembagada 26 Oktogan dari Paf Kalla dalaangkas kewri menjelas
esan singkanya terjadi gdiganti cukun ke presid
pada masyncegahan nPresiden m
membutuh
eperti n tambahapan ekono
ga ober 2006.artai Golkaam wenangankannya da
at (SMS) kgangguan up dengan den. Nomo
yarakat narkoba.
menyatakan
hkan
an omi
. r
alam
e
r
n
WikisouPengar
DidaMegawati
urce memilirang:Susilo
ahului oleh: Soekarnopu
iki naskah o Bamban
utri Preside
atau teks ang Yudhoy
(id) Situ(id) Situ(id) Sus
en Republik I2004-
asli yang byono
us resmi us kampansilo Bamba
Indonesia
erkaitan de
nye pemilu ang Yudho
Digantikmasih m
engan:
SBY-Kallayono di To
kan oleh: menjabat
a okoh Indoneesia