SEJARAH DUNIA-Oservasi Benteng Vredeburg Dan Taman Sari Yogyakarta
description
Transcript of SEJARAH DUNIA-Oservasi Benteng Vredeburg Dan Taman Sari Yogyakarta
BENTENG VREDEBURG DAN TAMAN SARI YOGYAKARTA
(Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Dunia)
Dosen Pengampu:
KHOIRUNNISA, M.pd
Disusun Oleh :
Asep Firdaos (13130061)
Deni Saputro (13130063)
Nanang Edy Lugito (13130059)
Anisah Novitatia P (13130095)
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
26 NOVEMBER 2014
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan dan manfaat ............................................................................. 2
D. Metode penelitian ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 4
A. Sejarah Benteng Vredeburg ................................................................ 4
B. Masa Jepang ............................................................................................ 8
C. Masa Kemerdekaan ................................................................................. 9
D. Koleksi Musium ....................................................................................... 13
E. Sejarah Taman Sari ............................................................................. 20
F. Istana Air Penuh Keindahan Dan Rahasia .......................................... 21
G. Masjid Bawah Tanah Tamansari ........................................................ 27
BAB III PENUTUP ................................................................................... 29
A. Kesimpulan ......................................................................................... 29
B. Saran ................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku/Internet
Hasil Dialog
Dokumenter
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan taufiq serta hidayahNya. Sholawat serta salam semoga terjunjung kehadirat
nabi Muhammad SAW yang telah membawa zaman kegelapan menuju zaman
terang-benerang yakni agama Islam. Kami dari kelompok 6 telah menyelesaikan
makalah yang berjudul BENTENG VREDEBURG DAN TAMAN SARI
YOGYAKARTA yang di ajukan untuk memenuhi tugas Sejarah Dunia yang
ditugaskan oleh dosen pembimbing KHOIRUNNISA, M.pd
Dalam kesempatan ini kami akan meneliti tentang beberapa sumber
sejarah yang berada kota Yogjakarta, antara lain, Benteng Vredeburg, dan Taman
Sari. Dalam hal ini kami akan mengkaji tentang sejarah beserta peninggalan
sejarah, asal muasalnya dan sebagainya. Untuk mengetahui kebenaran sejarah
langsung dengan mata kita sendiri.
Secara umum, Penelitian sejarah itu merupakan penelitian yang sangat
penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian sejarah bermaksud membuat
rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-
bukti untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh
kesimpulan yang kuat.
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana asal usul Benteng Vredeburg?
2. Apa yang terjadi pada Masa Jepang?
3. Bagaimana pada Masa Kemerdekaan?
4. Apa saja Koleksi MusiumBenteng Vredeburg?
5. Bagaimana asal usul atau sejarah Taman Sari?
6. Apa saja yang ada pada Istana Air Penuh Keindahan Dan Rahasia?
7. Bagaimana kondisi Masjid Bawah Tanah Tamansari?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Mengetahu Sejarah Benteng Vredeburg.
2. Mengetahui dan merenungi kejadian pada Masa Jepang
3. Mengetahu dan memahami pada Masa Kemerdekaan
4. Mengetahui dan menjaga Koleksi Musium
5. Mengetahui asal usul atau Sejarah Taman Sari
6. Mengetahu Istana Air Penuh Keindahan Dan Rahasia di dalamnya.
7. Mengetahu asal usul Masjid Bawah Tanah Tamansari.
D. METODE PENELITIAN
1) Studi Kepustakaan
Dalam studi ini kami melakukan pencarian-pencarian tentang sumber
sejarah. Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber sejarah
melalui kajian terhadap sumber-sumber tertulis, di antaranya melalui, buku-
buku sejarah, maupun buku panduan museum, web site dan lain-lain.
2) Wawancara
Dengan metodewawancara langsung kepada narasumber, peneliti
terasa terbantu dengan sumber ini, selain menguatkan informasi dan
memperjelas sejarah, pun juga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk di
makalah kita.
3
3) Observasi
Dengan terjun langsung kelapangan kami melakukan peneliti bisa
berinteraksi langsung dengan sumber sejarah, ataupun melakukan wawancara,
dan dapat mendokumentasikan sumber sejarah yang berkaitan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH BENTENG VREDEBURG
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya
Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berrhasil
menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran
Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak) adalah merupakan hasil politik
Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu
itu.1
Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan
oleh Sultan Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai
muncul. Pihak Belanda mengusulkan kepada sultan agar diijinkan membangun
sebuah benteng di dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda
dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut
maksud Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam
mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng
yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap
ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat
dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade.
Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-
jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda.2
Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang
dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi
kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial
1id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburg 2Ibid
5
Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh
karena itu permohonan izin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan.3
1. Tahun 1760 – 1765
Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang (Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta), pada tahun 1760 atas permintaan Belanda,
Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk
bujur sangkar. Di keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka
atau bastion. Oleh sultan keempat sudut tersebut diberi namaJayawisesa (sudut
barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaningprang (sudut barat
daya) dan Jayaprayitna(sudut tenggara).4
Menurut penuturan Nicolas Hartingh, bahwa benteng tersebut keadaannya
masih sangat sederhana. Tembok dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang
penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren. Bangunan di dalamnya terdiri atas
bambu dan kayu dengan atap ilalang. Sewaktu W.H.Ossenberch menggantikan
kedudukan Nicolas Hartingh, pada tahun 1765 diusulkan kepada sultan agar
benteng diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin
kemanan. Usul tersebut dikabulkan, selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan
di bawah pengawasan seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir.
Frans Haak.5
Pada awal pembangunan ini (1760) status tanah merupakan milik
kasultanan. Tetapi dalam penggunaannya dihibahkan kepada Belanda (VOC)
dibawah pengawasan Nicolas Hartingh, gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa
di Semarang.6
2. Tahun 1765 – 1788
Usul Gubernur W.H. Van Ossenberg (pengganti Nicolaas Hartingh) agar
bangunan benteng lebih disempurnakan, dilaksanakan tahun 1767. Periode ini
3Ibid 4Ibid 5Ibid 6Ibid
6
merupakan periode penyempurnaan Benteng yang lebih terarah pada satu bentuk
benteng pertahanan.7
Menurut rencana pembangunan tersebut akan diselesaikan tahun itu juga.
Akan tetapi dalam kenyataannya proses pembangunan tersebut berjalan sangat
lambat dan baru selesai tahun 1787. Hal ini terjadi karena pada masa tersebut
Sultan yang bersedia mengadakan bahan dan tenaga dalam pembangunan benteng,
sedang disibukkan dengan pembangunan Kraton Yogyakarta. Setelah selesai
bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi
nama Rustenburg yang berarti 'Benteng Peristirahatan'.8
Pada periode ini secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan
tetapi secara de facto penguasaan benteng dan tanahnya dipegang oleh Belanda.9
3. Tahun 1788 – 1799
Periode ini merupakan saat digunakannya benteng secara sempurna oleh
Belanda (VOC). Bangkrutnya VOC tahun 1799 menyebabkan penguasaan
benteng diambil alih oleh Bataafsche Republic (Pemerintah Belanda). Sehingga
secara de facto menjadi milik pemerintah kerajaan Belanda.10
Pada periode ini status tanah benteng secara yuridis formal tetap milik
kasultanan, secara de facto dikuasai Belanda.11
4. Tahun 1799 – 1807
Status tanah benteng secara yuridis formal tetap milik kasultanan, tetapi
penggunaan benteng secara de facto menjadi milik Bataafsche Republik
(Pemerintah Belanda) di bawah Gubernur Van Den Burg. Benteng tetap
difungsikan sebagai markas pertahanan.12
5. Tahun 1807 – 1811
7Ibid 8Ibid 9Ibid 10Ibid 11Ibid 12Ibid
7
Pada periode ini benteng diambil alih pengelolaannya oleh Koninkrijk
Holland (Kerajaan Belanda). Maka secara yuridis formal status tanah tetap milik
kasultanan, tetapi secara de facto menjadi milik Pemerintah Kerajaan Belanda di
bawah Gubernur Herman Willem Daendels.13
6. Tahun 1811 – 1816
Ketika Inggris berkuasa di Indonesia 1811 – 1816, untuk sementara
benteng dikuasai Inggris di bawah Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.
Namun dalam waktu singkat Belanda dapat mengambil alih. Secara yuridis formal
benteng tetap milik kasultanan.14
7. Tahun 1816 – 1942
Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga
banyak merobohkan beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen (yang
dibangun tahun 1824), Tugu Pal Putih, dan Benteng Rustenburg serta bangunan-
bangunan yang lain. Bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali.
Benteng Rustenburg segera diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan
yang rusak. Setelah selesai bangunan benteng yang semula
bernama Rustenburg diganti menjadi Vredeburg yang berarti 'Benteng
Perdamaian'. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kasultanan
Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak saling menyerang waktu itu.15
Bentuk benteng tetap seperti awal mula dibangun, yaitu bujur sangkar.
Pada keempat sudutnya dibangun ruang penjagaan yang
disebut seleka atau bastion. Pintu gerbang benteng menghadap ke barat dengan
dikelilingi oleh parit. Di dalamnya terdapat bangunan-bangunan rumah perwira,
asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah
residen. Di Benteng Vredeburg ditempati sekitar 500 orang prajurit, termasuk
petugas medis dan paramedis. Disamping itu pada masa pemerintahan Hindia
Belanda digunakan sebagai tempat perlindungan para residen yang sedang
13Ibid 14Ibid 15Ibid
8
bertugas di Yogyakarta. Hal itu sangat dimungkinkan karena kantor residen yang
berada berseberangan dengan letak Benteng Vredeburg. Sejalan dengan
perkembangan politik yang berjadi di Indonesia dari waktu ke waktu, maka terjadi
pula perubahan atas status kepemilikan dan fungsi bangunan Benteng
Vredeburg.16
Status tanah benteng tetap milik kasultanan, tetapi secara de facto
dipegang oleh pemerintah Belanda. Karena kuatnya pengaruh Belanda maka
pihak kasultanan tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi masalah
penguasaan atas benteng. Sampai akhirnya benteng dikuasai bala Tentara Jepang
tahun 1942 setelah Belanda menyerah kepada Jepang dengan ditandai
dengan Perjanjian Kalijati bulan Maret 1942 di Jawa Barat.17
B. MASA JEPANG
Tanggal 7 Maret 1942, pemerintah Jepang memberlakukan UU nomor 1
tahun 1942 bahwa kedudukan pimpinan daerah tetap diakui tetapi berada di
bawah pengawasan Kooti Zium Kyoku Tjokan (Gubernur Jepang) yang berkantor
di Gedung Tjokan Kantai (Gedung Agung). Pusat kekuatan tentara Jepang
disamping ditempatkan di Kotabaru juga di pusatkan di Benteng Vredeburg.
Tentara Jepang yang bermarkas di Benteng Vredeburg adalah Kempeitei yaitu
tentara pilihan yang terkenal keras dan kejam.18
Disamping itu benteng Vredeburg juga digunakan sebagai tempat
penahanan bagi tawanan orang Belanda maupun Indo Belanda yang ditangkap.
Juga kaum politisi Indonesia yang berhasil ditangkap karena mengadakan gerakan
menentang Jepang.19
Guna mencukupi kebutuhan senjata, tentara Jepang mendatangkan
persenjataan dari Semarang. Sebelum dibagikan ke pos-pos yang memerlukan
terlebih dulu di simpan di Benteng Vredeburg. Gudang mesiu terletak di setiap
16Ibid 17Ibid 18Ibid 19Ibid
9
sudut benteng kecuali di sudut timur laut. Hal itu dengan pertimbangan bahwa di
kawasan tersebut keamanan lebih terjamin. Penempatan gudang mesiu di setiap
sudut benteng dimaksudkan untuk mempermudah disaat terjadi perang secara
mendadak.20
Penguasaan Jepang atas Benteng Vredeburg berlangsung dari tahun 1942
sampai dengan tahun 1945, ketika proklamasi telah berkumandang dan
nasionalisasi bangunan-bangunan yang dikuasai Jepang mulai dilaksanakan.
Selama itu meskipun secara de facto dikuasai oleh Jepang tetapi secara yuridis
formal status tanah tetap milik kasultanan.21
Dari uraian itu dapat dikatakan bahwa pada masa pendudukan Jepang
(1942-1945) bangunan benteng Vredeburg difungsikan sebagai markas tentara
Kempeitei, gudang mesiu dan rumah tahanan bagi orang Belanda dan Indo
Belanda serta kaum politisi RI yang menentang Jepang.22
C. MASA KEMERDEKAAN
1. 1945-1970-an
Berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia disambut dengan
perasaan lega oleh seluruh rakyat Yogyakarta. Ditambah dengan keluarnya
Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Pernyataan 5 September 1945)
yang kemudian diikuti oleh Sri Paku Alam VIII yang berisi dukungan atas
berdirinya negara baru, Negara Republik Indonesia, maka semangat rakyat
semakin berapi-api.23
Sebagai akibatnya terjadi berbagai aksi spontan seperti pengibaran bendera
Merah Putih, perampasan bangunan dan juga pelucutan senjata Jepang. Masih
kuatnya pasukan Jepang yang berada di Yogyakarta, menyebabkan terjadinya
kontak senjata seperti yang terjadi di Kotabaru Yogyakarta. Dalam aksi
20Ibid 21Ibid 22Ibid 23Ibid
10
perampasan gedung ataupun fasilitas lain milik Jepang, Benteng Vredeburg juga
menjadi salah satu sasaran aksi.24
Setelah benteng dikuasai oleh pihak RI untuk selanjutnya penanganannya
diserahkan kepada instansi militer yang kemudian dipergunakan sebagai asrama
dan markas pasukan yang tergabung dalam pasukan dengan kode Staf “Q”
dibawah Komandan Letnan Muda I Radio, yang bertugas mengurusi perbekalan
militer. Oleh karena itu tidak mustahil bila pada periode ini Benteng Vredeburg
disamping difungsikan sebagai markas juga sebagai gudang perbekalan termasuk
senjata, mesiu, dan sebagainya. Pada tahun 1946 di dalam komplek Benteng
Vredeburg didirikan rumah sakit tentara untuk melayani korban pertempuran.
Namun dalam perkembangannya rumah sakit tersebut juga melayani tentara
beserta keluarganya.25
Ketika tahun 1946 kondisi politik Indonesia mengalami kerawanan di saat
perbedaan persepsi akan arti revolusi yang sedang terjadi. Meletuslah peristiwa
yang dikenal dengan “Peristiwa 3 Juli 1946”, yaitu percobaan kudeta yang
dipimpin oleh Jenderal Mayor Soedarsono. Karena usaha tersebut gagal maka
para tokoh yang terlibat dalam peristiwa tersebut seperti Mohammad Yamin, Tan
Malaka dan Soedarsono ditangkap. Sebagai tahanan politik mereka pernah
ditempatkan di Benteng Vredeburg.26
Pada masa Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948) Benteng
Vredeburg yang waktu itu dijadikan markas militer RI menjadi sasaran
pengeboman pesawat-pesawat Belanda. Kantor Tentara Keamanan Rakyat yang
berada di dalamnya hancur. Setelah menguasai lapangan terbang Maguwo, tentara
Belanda yang tergabung dalam Brigade T pimpinan Kolonel Van Langen berhasil
menguasai kota Yogyakarta, termasuk Benteng Vredeburg. Selanjutnya Benteng
Vredeburg dipergunakan sebagai markas tentara Belanda yang tergabung dalam
IVG (Informatie voor Geheimen), yaitu dinas rahasia tentara Belanda. Di samping
itu Benteng Vredeburg juga difungsikan sebagai asrama prajurit Belanda dan juga
24Ibid 25Ibid 26Ibid
11
dipakai untuk menyimpan senjata berat seperti tank, panser dan kendaraan militer
lainnya.27
Ketika terjadi Serangan Umum 1 Maret 1949, sebagai usaha untuk
menunjukkan kepada dunia internasional bahwa RI bersama dengan TNI masih
ada, Benteng Vredeburg menjadi salah satu sasaran di antara bangunan-bangunan
lain yang dikuasai Belanda seperti kantor pos, stasiun kereta api, Hotel
Toegoe, Gedung Agung, dan tangsiKotabaru. Kurang lebih 6 enam jam kota
Yogyakarta dapat dikuasai oleh TNI beserta rakyat pejuang. Baru setelah bala
bantuan tentara Belanda yang didatangkan dariMagelang tiba ke Yogyakarta, TNI
dan rakyat mundur ke luar kota dan melakukan perjuangan gerilya.28
Setelah Belanda meninggalkan kota Yogyakarta, Benteng Vredeburg
dikuasai oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia). Kemudian
pengelolaan benteng diserahkan kepada Militer Akademi Yogyakarta. Pada waktu
itu Ki Hadjar Dewantara pernah mengemukakan gagasannya agar Benteng
Vredeburg dimanfaatkan sebagai ajang kebudayaan. Akan tetapi gagasan itu
terhenti karena terjadi peristiwa “Tragedi Nasional” Pemberontakan G 30 S tahun
1965. Waktu itu untuk sementara Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat
tahanan politik terkait dengan peristiwa G 30 S yang langsung berada di bawah
pengawasan Hankam.29
Rencana pelestarian bangunan Benteng Vredeburg mulai lebih terlihat
nyata setelah tahun 1976 diadakan studi kelayakan bangunan benteng yang
dilakukan oleh Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. Setelah diadakan penelitian maka usaha ke
arah pemugaran bangunan bekas Benteng Vredeburg pun segera dimulai.30
2. Tahun 1977 – 1992
27Ibid 28Ibid 29Ibid 30Ibid
12
Dalam periode ini status penguasaan dan pengelolaan benteng pernah
diserahkan dari pihak HANKAM kepada Pemerintah Daerah Yogyakarta.
Tanggal 9 Agustus 1980 diadakan penandatanganan piagam perjanjian tentang
pemanfaatan bangunan bekas Benteng Vredeburg oleh Sri Sultan HB IX (pihak I)
dan Mendibud Dr. Daoed Joesoef (pihak II).31
Pada periode ini Benteng Vredeburg pernah dipergunakan sebagai ajang
Jambore Seni (26 – 28 Agustus 1978), Pendidikan dan latihan Dodiklat POLRI.
Juga pernah dipergunakan sebagai markas Garnisun 072 serta markas TNI AD
Batalyon 403. Meski demikian secara yuridis formal status tanah tetap milik
kasultanan.32
Dengan pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut
merupakan bangunan bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun 1981
bangunan bekas Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai benda cagar budaya
berdasarkan Ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor
0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981.33
Tentang pemanfaatan bangunan Benteng Vredeburg, dipertegas lagi oleh
Prof. Dr. Nugroho Notosusanto (Mendikbud RI) tanggal 5 November 1984 yang
mengatakan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg akan difungsikan sebagai
museum perjuangan nasional yang pengelolaannya diserahkan kepada
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.34
Piagam perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku Buwono IX Nomor
359/HB/85 tanggal 16 April 1985 menyebutkan bahwa perubahan-perubahan tata
ruang bagi gedung-gedung di dalam kompleks benteng Vredeburg diijinkan sesuai
dengan kebutuhan sebagai sebuah museum. Untuk selanjutnya dilakukan
pemugaran bangunan bekas benteng dan kemudian dijadikan museum. Tahun
1987 museum telah dapat dikunjungi oleh umum.35
31Ibid 32Ibid 33Ibid 34Ibid 35Ibid
13
3. Tahun 1992 sampai sekarang
Melalui Surat Keputusan Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan nomor
0475/O/1992 tanggal 23 November 1992 secara resmi Benteng Vredeburg
menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng
Yogyakarta.36
Untuk meningkatkan fungsionalisasi museum ini maka mulai tanggal 5
September 1997 mendapat limpahan untuk mengelola Museum Perjuangan
Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta, dari Museum Negeri Propinsi DIY
Sonobudoyo. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di
lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan
Purbakala.37
Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor : KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok
dan Fungsi yaitu sebagai museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang
berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang
Sejarah dan Purbakala yang bertugas melaksanakan pengumpulan, perawatan,
pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberikan
bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia di wilayah Yogyakarta.38
D. KOLEKSI MUSIUM
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyajikan koleksi-koleksisebagai
berikut:
36Ibid 37Ibid 38Ibid
14
1. Koleksi Bangunan
a. Selokan atau parit, dibuat mengelilingi benteng yang pada awalnya
dimaksudkan sebagai rintangan paling luar terhadap serangan musuh,
namun seiring perkembangan jaman parit tersebut kemudian hanya
digunakan untuk sara drainase dan pembuangan saja.
b. Jembatan, pada awalnya dibuat jembatan gantung, namun seiring
perkembangan tehnologi kendaraan perang kemudian diganti kendaraan
paten.
c. Tembok Benteng, berfungsi sebagai pertahanan, pengintaian, penempatan
meriam-meriam kecil dan senjata tangan.
d. Pintu Benteng, Digunakan sebagai sarana keluar masuk benteng. Pintu
gerbang berjumlah 3 yaitu Pintu Barat, Timur dan Selatan. tetapi yang
disebelah selatan dibuat lebih kecil saja.
e. Bangunan-bangunan didalam benteng [Bagian tengah benteng] berfungsi
sebagai barak prajurit dan perwira, yang kemudian dialihfungsikan sebagai
tangsi militer.
f. Munumen Serangan Oemoem 1 maret 1949.39
2. Koleksi Realia, merupakan koleksi yang berupa benda[material] yang benar-
benar nyata bukan tiruan dan berperan langsung terjadinya peristiwa sejarah,
antara lain berupa peralatan rumah tangga, senjata, naskah pakaian, peralatan
dapur dan lain-lain.40
3. Koleksi Foto, miniatur, replika, lukisan dan atau benda hasil visualisasi
lainnya.41
4. Koleksi Adegan sejarah dalam bentuk miniatur yaitu
a. Ruang Mini Rama I, terdiri dari11 buah yang menggambarkan peristiwa
sejarah dari jaman Perang Pangeran Diponegoro sampai masa pendudukan
jepang. [1825 - 1945]
39http://selerawisata.blogspot.com/2012/03/benteng-vredeburg.html 40Ibid 41Ibid
15
b. Ruang Mini Rama II terdiri dari 19 buah yang menggambarkan peristiwa
sejak Proklamasi Kemerdakaan hingga masa agresi militer Belanda I
[1945 - 1947]
c. Ruang Mini Rama III terdiri dari 18 buah yang menggambarkan peristiwa
bersejarah semanjak Perjanjian Renville sampai dengan pengakuan
kedaulatan RIS [1948 - 1949]
d. Ruang Mini Rama IV terdiri dari 7 buah yang menggambarkan peristiwa
sejarah periode NKRI sampai masa Orde Baru [1950 - 1974].42
1. Dorama I
a. Prajurit Pangeran Diponegoro
Pada akhir bulan juli 1825, di selarong telah berkumpul beberapa orang
bangsawan Yogyakarta. Selanjutnya Pangeran Diponegoro memerintahkan untuk
mobilitasasi penduduk desa si sekitar salarong dan bersiap melakukan perang. Ia
juga membuat perencanaan strategis dan langkah-langkah taktis untuk
memastikan sasaran yang akan diserang. 43
b. Kongres Budi Utomo Di Yogyakarta
Setelah Boedi Oetomo terbentuk tanggal 20 Mei 1908, segera di bentuk
cabang-cabang di daerah. Selanjutnya diadakan kongres I di Gedung Kweekshool
Jetis Yogyakarta tanggal 3-5 Oktober 1908, dihadiri 400 peserta mewakili Jakarta,
Bogor, Magelang, Surabaya, Purbolinggo dan Yogyakarta. Ikut hadir pejabat
Belanda, bangsawan Paku Alaman, Bupati Temanggung, Biora dan Magelang,
serta 6 opsir Legiun Mengkunegaran Solo. Kongres berhasil memutuskan tujuan
42Ibid
43ObservasiBenteng Vredeburg Yogyakarta
16
organisasi, membentuk pengurus dan menetapkam Yogyakarta sebagai pusat
Boedi Oetomo.44
c. Berdirinya Organisasi Muhammadiyah
Muhammadiyah berarti pengikut Nabi Muhamad, didirikan K.H.Ahmad
Dahlan tanggal 18 November 1912 di Kauman Yogyakarta. Muhammadiyah lahir
sebagai jawaban atas keperhatinan kehidupan beragama banyak menyimpang dari
tuntunan pokok Al-Quran & As-Sunah seperti khurofat (takhayul), Bid’ah dan
Syirik. Selain kehidupan pendidikan & sosial masyarakat belum mengalami masa
masa cerah, akibat adanya diskriminasi dari belanda. Muhammadiyah bergerak di
bidang dakwah, pendidikan dan social.45
d. Pemogokan Kaum Buruh Di Pabrik Gula Sekitar Yogyakarta
Awal abad XX kehidupan buruh pabrik gula di Yoyakarta sangat
memperhatikan karena sewa tanah & upah buruh sangat rendah. Untuk itu, RM.
Suryopranata menuntut kenaikan upah dan sewa tanah. Karena tuntutan tidak
dipenuhi, seluruh buruh pabrik gula di Yogyakarta mogok pada tnggal 20
Agustus 1920. Berkat kegigihannya, Belanda akhirnya memenuhi tuntutan, upah
dinaikan dari £15,-, dampak pemogokan pun meluas ke buruh perhubungan,
pegadaia, & perusahaan kreta api.46
e. Berdirinya Tamansiswa
Tamansiswa lahir sebagai jawaban atas kondisi pendidikan lebih banyak
berorientasi pada kepentingan Belanda. Hal tersebut mengilhami Ki Hajar
Dewantara mendirikan National Onderwijs Instituut Tamansiswa pada tanggal 3
Juli 1922. Tamansiswa terkenal dengan Sistem Among yang mendasarkan pada
dua landasan pokok yaitu Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan &
44Ibid 45Ibid 46Ibid
17
menggerakkan kekuatan lahir-batin, serta Kodrat alam sebagai syarat untuk
menghidupkan & mencapai kemajuan secepat-cepatnya dan sebaik-sebaiknya.47
f. Kongres Perempuan Indonesia Pertama
Tanggal 22-25 Desember 1928 atas prakasara Ny.Sukonto, Nyi Hajar
Dewantara, dan Nn.Sujantin diadakan Kongres Perempuan Indonesia I bertepatan
di Dalem Joyodipura Yogyakarta. Kongres dihadiri 1000 orang wakil dan 30
organisasi wanita,. Kongres memutuskan antara lain: mendirikan federasi bersama
“Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia”(PPPI), menerbitkan surat
kabar, mendirikan Studie Fonda, memperkuat kependudukan putri dan mencegah
perkawinan anak.48
g. Kongres Jong Java Di Yogyakarta
Pada tanggal 7 Maret 1915 di gedung STOVIA Jakarta lahir perkumpulan
pemudan Indonesia dengan nama Tri Koro Dharmo. Selanjutnya, nama Tri Koro
Dharmo diubah menjadi Jong Java akan melebur dan menyatu dengan organisasi
pemuda lainnya. Keputusan diambil sebagai realitas dari keputusan Sumpah
pemuda tanggal 28 Oktober 1928.49
h. Penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Pada tanggal 22 Oktober 1939 Sri Sultan HB VIII wafat sehingga terjadi
kekosongan kekuasaan di Kasultanan Yogyakarta. Sebagai pengganti raja adalah
GRM. Dorojatun. Penobatan dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 1940. Karena
GRM. Dorejatun belum menjadi Putra mahkota, penobatan dilakukan dua kali.
Tepat jam 11.00 WIB GRM. Dorejatun dinobatkan sebagai Putra Mahkota dan
lima menit kemudian dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Sampayan Dalem
47Ibid 48Ibid 49Ibid
18
Ingkang Sinuwun kanjang Sultan Hemengku Buwono Senapati Ingalaga
Ngabdurrkhman Sayldin Panatagama Khalifatullah kaping IX.50
i. Masuknya Jepang Di Yogyakarta
Jepang masuk ke Yogyakarta pada tanggal 6 Maret 1942 melalui Jalan
Solo, berjalan ke barat dan setelah sampai ke perempatan Tugu belok ke selatan
menuju Jl. Malioboro dan Gedung Gubernuran (Gedung Agung sekarang).
Pasukan bergerak menggunakan truk, bersepeda dan bahkan ada yang jalan kaki.
Untuk menarik simpati rakyat, serdadu Jepang menyerukan, “Nippon Indonesia
Sama-sama”, mengumandangkan lagu Indonesia Raya, serta secara demonstratif
menusuk-nusuk gambar Ratu Belanda dengan bayonet.51
j. Latihan Kemiliteran Peta/Heiho/Anak-anak Sekolah/Seinendan/Keibodan
Setelah Jepang berkuasa di Indonesia segera dikeluarkan UU No.1 yang
menyatakan bahwa Tentara jepang untuk sementara melangsungkan pemerintahan
militer dalam segala bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Anak-anak sekolah
sebelum memulai pelajaran harus senam “Talso”, mengikuti kebiasaan Jepang
yaitu kepala gundul memakai pet/topi model serdadu Jepang, latihan baris
berbaris, penanaman semangat kebaktian (Hokoseisyin) meliputi tiga hal yaitu
mengobrakan diri, mempertebal persaudaraan dan melaksanakan sesuatu dengan
bukti.52
k. Penurunan Bendera Hinomaru dan Pengibaran Bendera Merah Putih Di
Gedung Cokan Kantai (Gedung Agung)
Setelah berita proklamasi sampai ke Yogyakarta, Sri Sultan Ilyas HB IX
mengumpulkan pemuda dilanjutkan maklumat September 1945, serta kesepakatan
untuk menggalakan pemasangan bendera Merah putih (tanggal 20 September
1945). Pagi harinya, para pemuda dengan berapi-api mengibarkan bendera Merah
50Ibid 51Ibid 52Ibid
19
Putih di rumah-rumah, pabrik-pabrik, toko-toko, intansi, serta kendaraan. Bendera
Himonaru di gedung Cokan Kantai berhasil diruntuhkan & diganti dengan
bendera Merah Putih oleh para pemuda. Peristiwa itu disaksikan ribuan
masyarakat pada tanggal 21 September 1945.53
l. Pembentukan Tentara Keamana Rakyat
Setelah merdeka Indonesia belum memiliki tentara. Sebagai embiro
dibentuklah BKR (Badan Keamanan Rakyat) pada tanggal 22 Agustus 1945.
Anggota BKR adalah bekas peta dan HEIHO, bersenjatakan senjata tajam dan
senjata hasil pelujutan tentara Jepang. Kedatangan sekutu pada bulan September
1945 menyebabkan eksitensi BKR sulit dipertahankan. Untuk itu, pada tanggal 5
Oktober 1945 dibentuk TKR dengan maklumat pemerintah, “untuk memperkuat
perkasaan keamanan umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat”.54
2. Dorama II
m. Kongres Pemuda Di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Oktober 1945 di Balai Mataram Yogyakarta diadakan
rapat perwakilan pemuda Jakarta, Bandung, Surabaya dan Staf wartawan
Kementrian Penerangan. Rapat sepakat untuk mengadakan Kongres Pemuda
seluruh Indonesia pada tanggal 10-11 November 1945 diadakan Kongres Pemuda
Indonesia di Balai Mataram.55
n. Pemerintah Republik Indonesia hijrah Ke Yogyakarta
Kondisi keamanan di jakarta sudah tidak memungknkan lagi untuk
penyelenggaraan pemerintah RI. Ada pembunuhan terhadap PM Sutan Sjahrir
(tanggal 26 Desember 1945), terhadap Amir Sjarifudin (tanggal 28 Desember
1945), dengan adanya pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung priok
tanggal 30 Desember 1945, oleh karena itu, tanggal 3 Januari 1946 memutuskan
53Ibid 54Ibid 55Ibid
20
Ibukota RI ke Yogyakarta. Selanjutnya pada tanggal 4 Januari Presiden Soekarno,
Drs. Muhammad Hatta dan pemimpin yang lainnya ke Yogyakarta.56
o. Kegiatan Pemuda, Pelajar, Mobpel, Gapi, TP, Pada Masa Revolusi 1946
Dalam rangka mempertahankan kemerdekaan, para pelajar tidak tinggal
diam. Mereka membentukorganisasi pelajar berorientasi perjuangan. Demikian
pula dengan para pemuda dan pelajar di Yogyakarta. Mereka menceburkan diri
dalam kancah perjuangan bersama GAPI (Gabungan Pemuda Indonesia),
MOBPEL (Mobilitas Pelajar), IPI (Ikatan Pelajar Indonesia), dan TP (Tentara
Pelajar). Hal ini dilakuakan untuk berjaga-jaga apabila musuh menyerang.
Nampak para pemuda berlatih kemiliteran di lapangan Bumijo.57
E. SEJARAH TAMAN SARI
Yogyakarta adalah sebuah daerah yang memiliki sejarah panjang tentang
perjuangan bangsa Indonsia. Bahkan dulunya ibukota Indonesia juga terletak di
kota yang terkenal dengan masakan gudek ini. Maka tak heran disini terdapat
beberapa tempat-tempat bersejarah yang sekarang dijadikan obyek wisata.
Mengunjungi tempat wisata sejarah selain memang untuk berekreasi juga bisa
menambah pengetahuan kita. Salah satu tempat wisata sejarah di Jogja adalah
Taman Sari.58
Taman Sari yang berada di sebelah selatan Kraton Yogyakarta ini
merupakan warisan budaya yang hingga kini masih dijaga. Tak hanya wisatawan
lokal saja yang tertarik untuk mengunjungi bangunan yang dulunya digunakan
untuk pemandian para raja ini, wisatawan asing juga sering terlihat. Dilihat dari
penamaanya Tamansari terdiri dari dua kata yaitu taman dan sari yang berarti
indah. Jadi tamansari adalah sebuah taman yang indah yang terletak di belakang
kraton. Untuk memasukinya anda bisa melalui jalur belakang. Saat memasuki
56Ibid 57Ibid 58http://siputnews.com/gaya-hidup/wisata/sejarah-taman-sari-wisata-dekat-kraton-yogyakarta/
21
pintu gerbang biasanya para pengunjung akan ditawari untuk menggunakan jasa
guide yang siap menceritakan seluk beluk ataupun sejarah tamansari.59
Tamansari dibangun pada jaman kekuasaan Sultan Hamengku buwana I
dan selesai pada pemerintahan Sultan Hameng Kubuwana II. Arseitek bangunan
tamansari adalah seorang portugis maka tak heran arsitekturnya kental dengan
nuansa Eropa. Kendati demikian tetap mempertahankan makna simbolik jawa.
Komplek tamansari terdiri dari kolam besar, kanal air, kolam pemandian dan
ruang-ruang khusus. Menurut cerita tamansari adalah tempat pemandian bagi para
raja yang berkuasa serta keluarganya. Selain itu ada juga bangunan sumur
gemuling yang digunakan sebagai mushola untuk beribadah. Di sekitar tamansari
ada sebuah lorong, konon lorong tersebut merupakan penghubung antara kraton
dan pantai parangkusumo. Lorong tersebut digunakan untuk melakukan
pertemuan antara Kraton dan Ratu Pantai Selatan yang dikenal Nyi Roro Kidul.
Namun sekarang lorong tersebut sudah ditutup dengan alasan tertentu.60
Tamansari adalah bangunan yang memiliki multifungsi. Selain digunakan
untuk peristirahatan tamansari juga digunakan untuk benteng pertahanan. Tembok
yang mengelilingi tamansari meski umurnya sudah tua namun tetap kokoh. Pada
2006 silam ketika terjadi gempa hebat, benteng tersebut tetap kokoh berdiri.
Demikianlah info sejarah tamansari Yogyakarta yang bisa kami berikan.61
F. ISTANA AIR PENUH KEINDAHAN DAN RAHASIA
Keindahan arsitekturnya yang kuno, dan pemandangan yang menakjubkan
membuat Taman Sari sangat mempesona. Lorong-lorong dan bangunannya
menjadikan Taman Sari penuh rahasia yang akan terus dikuak.62
Masa setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi membangun
keraton sebagai pusat pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
59Ibid 60Ibid 61Ibid 62http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/historic-and-heritage-sight/tamansari/
22
Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I
membangun keraton di tengah sumbu imajiner yang membentang di antara
Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis. Titik yang menjadi acuan pembangunan
keraton adalah sebuah umbul (mata air). Untuk menghormati jasa istri-istri Sultan
karena telah membantu selama masa peperangan, beliau memerintahkan Demak
Tegis seorang arsitek berkebangsaan Portugis dan Bupati Madiun sebagai mandor
untuk membangun sebuah istana di umbul yang terletak 500 meter selatan
keraton. Istana yang dikelilingi segaran (danau buatan) dengan wewangian dari
bunga-bunga yang sengaja ditanam di pulau buatan di sekitarnya itu sekarang
dikenal dengan nama Taman Sari.63
"Dari atas Gapura Panggung ini Sultan biasa menyaksikan tari-tarian di
bawah sana. Bangunan-bangunan di sampingnya merupakan tempat para penabuh
dan di tengah-tengah biasa didirikan panggung tempat para penari menunjukkan
kepiawaian dan keluwesan mereka," terang seorang pemandu ketika YogYES
memasuki Taman Sari. Dari Gapura Panggung, pemandu membawa YogYES
masuk ke area yang dulunya hanya diperbolehkan untuk Sultan dan keluarganya,
kolam pemandian Taman Sari. Gemericik air langsung menyapa. Airnya yang
jernih berpadu apik dengan tembok-tembok krem gagah yang mengitarinya.
Kolam pemandian di area ini dibagi menjadi tiga yaitu Umbul Kawitan (kolam
untuk putra-putri Raja), Umbul Pamuncar (kolam untuk para selir), dan Umbul
Panguras (kolam untuk Raja).64
Sebuah periuk tempat istri-istri Sultan bercermin masih utuh berdiri ketika
YogYES memasuki menara tempat pribadi Sultan. Ornamen yang menghiasi
periuk memberi kesan glamor terhadap benda yang terletak di samping lemari
pakaian Sultan tersebut. Bisa dibayangkan, 200 tahun lalu seorang wanita cantik
menunggu air di periuk ini hingga tenang lalu dia menundukkan kepalanya,
memperbaiki riasan dan sanggulnya, memperindah raganya sembari bercermin.
Selain periuk dan kamar pribadi Sultan, di menara yang terdiri dari tiga tingkat ini
63Ibid 64Ibid
23
ada tangga dari kayu jati yang masih utuh terawat sehingga memberi kesan antik
bagi siapa pun yang melihatnya. Naik ke tingkat paling atas, pantulan mentari dari
kolam di bawahnya dan seluruh area Taman Sari terlihat dengan jelas. Mungkin
dahulu Sultan juga menikmati pemandangan dari atas sini, pemandangan Taman
Sari yang masih lengkap dengan danau buatannya dan bunga-bunga yang
semerbak mewangi.65
Selepas menikmati pemandangan dari atas menara, pemandu lalu
membawa YogYES menuju Gapura Agung, tempat kedatangan kereta kencana
yang biasa dinaiki Sultan dan keluarganya. Gapura yang dominan dengan
ornamen bunga dan sayap burung ini menjadi pintu masuk bagi keluarga Sultan
yang hendak memasuki Taman Sari. Pesanggrahan tepat di selatan Taman Sari
menjadi tujuan berikutnya. Sebelum berperang, Sultan akan bersemedi di tempat
ini. Suasana senyap dan hening langsung terasa ketika YogYES masuk. Di sini,
Sultan pastilah memikirkan berbagai cara negosiasi dan strategi perang supaya
kedaulatan Keraton Yogyakarta tetap terjaga. Areal ini juga menjadi tempat
penyimpanan senjata-senjata, baju perang, dan tempat penyucian keris-keris
jaman dahulu. Pelatarannya biasa digunakan para prajurit berlatih pedang.66
YogYES pun berpisah dengan pemandu di depan Gapura Agung. Namun,
ini bukan berarti perjalanan terhenti karena masih ada beberapa tempat yang harus
disinggahi seperti Sumur Gumuling dan Gedung Kenongo. Untuk menuju tempat
tersebut, Anda harus melewati Tajug, lorong yang menghubungkan Taman Sari
dengan keraton dan juga Pulo Kenongo. Lorong bawah tanah yang lebar ini
memang untuk berjaga-jaga apabila keraton dalam keadaan genting. Ruang
rahasia banyak tersembunyi di tempat ini. Keluar dari Tajug, Anda akan melihat
bekas dari Pulo Kenongo yang dulunya banyak ditumbuhi bunga kenanga yang
menyedapkan Taman Sari. YogYES pun menuju Sumur Gumuling, masjid bawah
tanah tempat peribadatan raja dan keluarga. Bangunan dua tingkat yang didesain
memiliki sisi akustik yang baik. Jadi, pada zaman dahulu, ketika imam
65Ibid 66Ibid
24
mempimpin shalat, suara imam dapat terdengar dengan baik ke segala penjuru.
Sekarang pun, hal itu masih dapat dirasakan. Suara percakapan dari orang-orang
yang ada jauh dari kita terasa seperti mereka sedang berada di samping kita.
Selain itu, Untuk menuju ke pusat masjid ini, lagi-lagi harus melewati lorong-
lorong yang gelap. Sesampainya di tengah masjid yang berupa tempat berbentuk
persegi dengan 5 anak tangga di sekelilingnya, keagungan semakin terasa. Ketika
menengadahkan kepala terlihat langit biru. Suara burung yang terdengar dari
permukiman penduduk di area Taman Sari semakin menambah tenteram
suasana.67
Persinggahan terakhir adalah Gedung Kenongo. Gedung yang dulunya
digunakan sebagai tempat raja bersantap ini merupakan gedung tertinggi se-
Taman Sari. Di tempat ini Anda dapat menikmati golden sunset yang mempesona.
Keseluruhan Taman Sari pun bisa dilihat dari sini, seperti Masjid Soko Guru di
sebelah timur dan ventilasi-ventilasi dari Tajug. Puas dengan kesegaran air dari
Taman Sari, langit akan menyapa. Pemandangan yang indah sekaligus
mempesona ditawarkan Taman Sari. Pesona air yang apik berpadu dengan
tembok-tembok bergaya campuran Eropa, Hindu, Jawa, dan China menjadi nilai
yang membuat Taman Sari tak akan terlupakan.68
1. Pagar Istana Air Tamansari
Tamansari kemudian banyak disebut sebagai Istana Air (water castle)
yang karena nilai arsitektur dan keunikan pada lekukan bangunan dan air yang
terisi dikolam kolam. Dalan sejarahnya yang disampaikan oleh beberapa orang
yang menjadi guide Istana Air Tamansari menyebutkan bahwa Taman ini
dipergunakan oleh Raja Mataram (Jogja) untuk melakukan mandi pada bulan-
bulan tertentu. Ada sedikit kemistikan yang terjadi di sekitar area kolam kala itu.
Ketika Raja hendak masuk ke Istana Air Tamansari maka disambut dengan musik
gamelan yang dilagukan dari bangunan-bangunan kecil di kanan dan kiri yang ada
67Ibid 68ibid
25
di depan Istana Air Tamansari. Lalu ada upacara tertentu untuk menyambut Raja
dan orang-orang yang hendak masuk ke Istana Air Tamansari.69
2. Taman di Tamansari Jogjakarta
Istana Air Tamansari ini dibangun ketika pada tahun 1758-1769 oleh Raja
Mataram (Jogja) yang bernama Sultan Hamengku buwono I. Walaupun
kondisinya berbeda dengan ketika Istana Air Tamansari ini dibuat, namun
kondisinya masih tetap terjaga dan masih nampak sebagian besar yang bisa
menjadi simbol keunikan dan artistik dari bangunan tersebut. Bangunan-bangunan
yang masih tersisa misalnya Sumur Gemuling (Gumuling), Gedhong Gapura
Hageng ( Hageng = besar) didekat pintu masuk, Umbul Pasiraman (yang sekarang
ada kolam-kolam ketika pertama masuk), Gedhong Gapura Panggung ( Kolam
yang terdapat bangunan kembar di sisi kanan dan kiri berekatan dengan kolam),
dan beberapa bangunan yang hendak menuju ke Sumur Gemuling yang sekarang
menjadi tempat bagi masyarakat jogjakarta. Dulu, antara Istana Air Tamansari dan
Sumur Gemuling merupakan taman-taman yang indah dan sejuk, namun sekarang
hanya tersisa taman kecil yang berada di paling belakang Istana Air Tamansari.70
3. Pemandian Para Raja di Tamansari
Walaupun tak seindah dan sesejuk ketika jaman dulu Istana ini dibuat,
namun keunikan dan artistik dari bentuk bangunan Tamansari bisa menyenangkan
untuk dinikmati. Cuaca yang panas tidak menjadi persoalan, apalagi ketika
melihat kolam-kolam air yang menyegarkan dan menyejukan seolah memanggil
untuk segera berendam. Namun karena memang Istana Air Tamansari ini
merupakan bangunan cagar budaya, tidak lagi diperbolehkan untuk para Petualang
nyegur dan berendam. Istana Air Tamansari sangat pas untuk dijadikan alternatif
69https://coretanpetualang.wordpress.com/petualangan-budaya/sejarah-jawa/menjelajah-kesejukan-
istana-air-tamansari-jogjakarta-water-castle/ 70Ibid
26
tambahan ketika ingin menyusuri Jogja untuk melihat keindahan dan keunikan
Jawa dijamannya hingga sekarang.71
Kalau berpetualang hari ahad, tipsnya adalah datang pagi ke Istana Air
Tamasari lalu berjalan beberapa meter ke arah belakang menuju Sumur Gumuling.
Nah, sebelum jam menunjukan pukul 10.00 am silakan untuk segera berkunjung
ke Keraton Jogjakarta untuk melihat tari dan iringan musik gamelan yang
mengugah rasa, kalau boleh dinilai maka tari dan musik di keraton Jogja bisa
dinilai sepuluh plus (10+). Selain gerakan tarian yang sangat bagus, juga tabuhan
musik gamelan yang membuat pendengarnya untuk tetap terdiam menikmati.72
4. Pintu masuk ke kolam Tamansari
Untuk menuju Istana Air Tamansari Yogyakarta petualang memang perlu
ekstra berkendara terutama bagi yang belum pernah sama sekali berpetualang di
Jogja. Istana Air Tamasari terletak di Jalan Taman sekitar 10 menit dari keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat, bagi yang melalui jalur barat (Jakarta atau Kebumen)
bisa menuju jalan lingkar barat (Ring Road Barat tapi bukan menuju jalan ini,
hanya melewati) setelah melalui Jalan Wates lalu lurus menuju jalan RE
Martadinata – Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan – Belok kiri menuju Jalan Nyai
Ahmad Dahlan – lurus Jalan Ngasem – belok kiri Jalan Taman. Kalau dari
Magelang atau Semarang, bisa melalui jalan Magelang kearah selatan melewati
Jalan Tentara Pelajar – Jalan Letnan Jendral Suprapto – belok kiri ke arah jalan
Kyai Haji Ahmad Dahlan – Jalan Nyai Haji Ahmad Dahlan – Jalan Taman. Jika
dari arah timur atau Surakarta atau Klaten bisa melalui Prambanan ke arah barat
menuju pertigaan Janti ( naik ke jalan layang) belok kiri ke arah Ring Road Timur
– Jalan Kusumanegara – Jalan Sultan Agung – Jalan Nyai Ahmad Dahlan. Atau
dari jalan Janti (Jogja Expo Center) ke arah Jalan Ngeksigondo – Jalan Perintis
Kemerdekaan – Jalan mentri Supeno – Jalan Kolonel Sugiyono lurus ke Jalan
71Ibid 72Ibid
27
Sutoyo belok kanan ke jalan gading (ada gapura plengkung / setengah lingkaran)
melewati alun-alun selatan – Jalan Taman.73
G. MASJID BAWAH TANAH TAMANSARI
Di sisi lain Taman Sari terdapat sebuah bangunan yang berbentuk
lingkaran yang dipergunakan sebagai masjid oleh warga kraton. Bangunan masjid
ini sangat unik karena berbentuk lingkaran dan berlantai dua dengan pintu yang
menyerupai jendela di tiap lantai. Disebut demikian karena memang letaknya di
bawah tanah. Pintu depan berbentuk persegi, tidak cukup besar, sehingga kita
harus menundukkan kepala jika akan masuk. Setelah masuk nampak lorong
bawah tanah yang berbentuk tangga.74
Di dalam ruangan yang melingkar tersebut terdapat tangga untuk naik ke
lantai di atasnya. Di bawah tangga terdapat sebuah sumur yang digunakan sebagai
tempat berwudhu, namun sekarang sumur tersebut sudah ditutup karena
dikhawatirkan dapat membahayakan para pengunjung karena umur bangunan
yang sudah sangat tua.75
Masjid Taman Sari atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bawah
Tanah, terletak di dalam kawasan keraton Yogyakarta dan juga merupakan salah
satu fasilitas yang terdapat di komplek Taman sari atau komplek permandian Raja
Yogya.76
Masjid bawah tanah ini, memiliki arsitektur yang unik yaitu berbentuk
melingkar dengan rongga-rongga jendela di masing-masing sisinya. Terdiri dari
dua lantai dimana lantai bawah dipakai oleh jemaah wanita dan lantai atas untuk
jemaah pria. Di setiap lantai dapat kita temui ruangan tersendiri untuk imam yang
memimpin solat. Kedua lantai dihubungkan dengan lima buah tangga yang
73ibid 74http://keunikan-sejarah.blogspot.com/2013/05/taman-sari.html 75Ibid 76ibid
28
melintang ditengah-tengah ruangan masjid tersebut, disertai kolam untuk
berwudhu tepat di bawah tangga.77
Untuk saat ini tidak tampak lagi masjid tersebut dipakai untuk berjemaah
oleh para umat Islam, lebih digunakan untuk tempat rekreasi. Dapat dilihat bahwa
sekarang ini banyak sekali pengunjung yang mendatangi kompleks ini untuk
berekreasi. Di masjid tersebut juga sudah tidak terdapat mimbar, sajadah, kubah
dan kita juga tahu kolam yang untuk berwudhu pun sekarang telah ditutup. Hal
tersebut dikarenakan takut adanya pengunjung yang terjatuh kedalam kolam
tersebut. Kita tahu bahwa komplek tersebut sekarang ini penuh dengan
pengunjung yang berdatangan baik orang-orang Jogja sendiri, luar Jogja bahkan
mancanegara (bule).78
77ibid 78Ibid
29
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
SEJARAH BENTENG VREDEBURG
Rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda
mengusulkan kepada sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng di dekat
kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga
keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud
Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala
perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak
tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju
kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai
benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa
berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-
waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda.
Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk membangun benteng
dikabulkan.
-Tahun 1760 – 1765 -Tahun 1811 – 1816
-Tahun 1765 – 1788 -Tahun 1816 – 1942
-Tahun 1788 – 1799 - MASA JEPANG
-Tahun 1799 – 1807
- MASA KEMERDEKAAN
1945-1970-an Tahun 1977 – 1992 Tahun 1992 sampai sekarang
KOLEKSI MUSIUM
30
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyajikan koleksi-koleksisebagai
berikut:
-Koleksi Bangunan
-Koleksi Realia
koleksi yang berupa benda[material] yang benar-benar nyata bukan tiruan dan
berperan langsung terjadinya peristiwa sejarah, antara lain berupa peralatan
rumah tangga, senjata, naskah pakaian, peralatan dapur dan lain-lain.
-Koleksi Foto, miniatur, replika, lukisan dan atau benda hasil visualisasi
lainnya.
-Koleksi Adegan sejarah dalam bentuk patung tokoh dan pergerakannya
SEJARAH TAMAN SARI
Tamansari dibangun pada jaman kekuasaan Sultan Hamengku buwana I
dan selesai pada pemerintahan Sultan Hameng Kubuwana II. Arseitek bangunan
tamansari adalah seorang portugis maka tak heran arsitekturnya kental dengan
nuansa Eropa. Kendati demikian tetap mempertahankan makna simbolik jawa.
Tamansari adalah bangunan yang memiliki multifungsi. Selain digunakan untuk
peristirahatan tamansari juga digunakan untuk benteng pertahanan. Tembok yang
mengelilingi tamansari meski umurnya sudah tua namun tetap kokoh. Pada 2006
silam ketika terjadi gempa hebat, benteng tersebut tetap kokoh berdiri.
Pagar Istana Air Tamansari
Tamansari kemudian banyak disebut sebagai Istana Air (water castle)
yang karena nilai arsitektur dan keunikan pada lekukan bangunan dan air yang
31
terisi dikolam kolam. Lalu ada upacara tertentu untuk menyambut Raja dan orang-
orang yang hendak masuk ke Istana Air Tamansari.
Taman di Tamansari Jogjakarta
Istana Air Tamansari ini dibangun ketika pada tahun 1758-1769 oleh Raja
Mataram (Jogja) yang bernama Sultan Hamengku buwono I. Walaupun
kondisinya berbeda dengan ketika Istana Air Tamansari ini dibuat, namun
kondisinya masih tetap terjaga dan masih nampak sebagian besar yang bisa
menjadi simbol keunikan dan artistik dari bangunan tersebut. Pemandian Para
Raja di Tamansari
Kalau berpetualang hari ahad, tipsnya adalah datang pagi ke Istana Air
Tamasari lalu berjalan beberapa meter ke arah belakang menuju Sumur Gumuling.
Nah, sebelum jam menunjukan pukul 10.00 am silakan untuk segera berkunjung
ke Keraton Jogjakarta untuk melihat tari dan iringan musik gamelan yang
mengugah rasa, kalau boleh dinilai maka tari dan musik di keraton Jogja bisa
dinilai sepuluh plus (10+). Selain gerakan tarian yang sangat bagus, juga tabuhan
musik gamelan yang membuat pendengarnya untuk tetap terdiam menikmati.
Masjid Bawah Taman Sari
Di sisi lain Taman Sari terdapat sebuah bangunan yang berbentuk
lingkaran yang dipergunakan sebagai masjid oleh warga kraton. Bangunan masjid
ini sangat unik karena berbentuk lingkaran dan berlantai dua dengan pintu yang
menyerupai jendela di tiap lantai. Disebut demikian karena memang letaknya di
bawah tanah. Pintu depan berbentuk persegi, tidak cukup besar, sehingga kita
harus menundukkan kepala jika akan masuk. Setelah masuk nampak lorong
bawah tanah yang berbentuk tangga.
Di dalam ruangan yang melingkar tersebut terdapat tangga untuk naik ke
lantai di atasnya. Di bawah tangga terdapat sebuah sumur yang digunakan sebagai
tempat berwudhu, namun sekarang sumur tersebut sudah ditutup karena
32
dikhawatirkan dapat membahayakan para pengunjung karena umur bangunan
yang sudah sangat tua.
Masjid Taman Sari atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bawah
Tanah, terletak di dalam kawasan keraton Yogyakarta dan juga merupakan salah
satu fasilitas yang terdapat di komplek Taman sari atau komplek permandian Raja
Yogya.
B. SARAN
Kita sebagai warga negara terutama warga negara indonesia,sepantasnya kita
menjaga kekayaan budaya yang ada di dalamnya, entah itu budaya yang masih
ada maupun budaya yang telah tinggal puingya. Di kota jogja kita menemukan
budaya yang masih ada baik dari segi keindahan kota jogja maupun arsitektur
yang ada didalamnya,disana kita banyak menjumpai tempat tempat sejarah yang
sekaligus menjadi icon kota jojga tersebut maka dari itu jagalah kekayaan yang
ada disana.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku/Internet
id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburg
http://selerawisata.blogspot.com/2012/03/benteng-vredeburg.html
observasi
http://siputnews.com/gaya-hidup/wisata/sejarah-taman-sari-wisata-dekat-kraton-
yogyakarta/
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/historic-and-heritage-
sight/tamansari/
https://coretanpetualang.wordpress.com/petualangan-budaya/sejarah-
jawa/menjelajah-kesejukan-istana-air-tamansari-jogjakarta-water-castle/
http://keunikan-sejarah.blogspot.com/2013/05/taman-sari.html
B. Hasil Dialog
Narasumber : pak parjio
Lokasi masjid bisa dijangkau dari parkiran sepeda motor di depan pintu
masuk Tamansari ke arah utara. Kemudian belok kiri hingga menemukan pintu
masuk. Ikuti lorong tersebut hingga menemukan bangunan masjid berbentuk bulat
dan berwarna coklat muda atau krim.
Namun jangan dibayangkan bentuk masjid ini seperti kebanyakan masjid
lainnya. Karena juga difungsikan sebagai benteng, bentuk bangunan ini terlihat
kokoh dan besar. Sejak tahun 1812 bangunan masjid sudah tidak difungsikan.
Masjid tersebut didirikan tahun 1765. Kata dia, masjid bawah tanah
merupakan peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono I dan difungsikan hingga
masa kepemimpinan Sultan HB II.
"Masjid juga difungsikan sebagai benteng perlindungan bawah tanah," kata Parjio
.
Ia mengatakan, masjid tak lagi digunakan setelah Keraton membangun
Masjid Gedhe Kauman yang berada di sebelah barat Alun-alun lor Yogyakarta.
"Tidak lagi dipakai setelah ada gempa besar dan dibangun masjid gedhe
Kauman," lanjutnya.
Menurutnya, Masjid Sumur Gumuling sangat unik, karena dibangun
bawah tanah agar suara muazin atau khatib terdengar ke seluruh penjuru masjid.
Di masing-masing lantai terdapat dua mihrab atau tempat berdiri imam untuk
memimpin salat jemaah.
Pada bagian dalam bangunan masjid, terdapat sumur dikelilingi lima
tangga yang melambangkan jumlah rukun Islam. Persis di bawah tangga yang
saling bertemu di tengah terdapat kolam air dari sumur gumuling.
Bagian atas masjid membentuk bulatan tanpa atap. Di bagian dinding juga
terdapat banyak ventilasi sehingga cahaya matahari leluasa menerangi bagian
dalam masjid.
"Disebut gumuling karena bentuknya bulat seperti guling," kata juru pelihara
masjid tersebut, Cipto Wiarjo (70), warga setempat.
Menurutnya keunikan bangunan masjid adalah dibangun dengan tembok
tebal. Hampir sekitar 1,25 meter ketebalannnya. Kata dia, batubata direkatkan
tidak dengan semen seperti sekarang namun menggunakan bahan alami seperti
putih telur.
Ia mengatakan masjid tersebut ramai dikunjungi wisatawan. Diantaranya
untuk foto narsis atau prewedding dan lainnya. Dengan berkunjung ke masjid
tersebut menyiratkan jejak perkembangan islam di Keraton Yogyakarta dan
kemegahan arsitektur masa lalu.
C. Dokumenter
Anggota Kelompok
Masjid di bawah tanah Taman Sari Tempat peristirahatan setelah di bom
Kongres Budi Utomo Di Yogyakarta Berdirinya Organisasi Muhammadiyah
Pemogokan Kaum Buruh Di Pabrik Gula Berdirinya Tamansiswa
Kongres Perempuan Indonesia Kongres Jong Java Di Yogyakarta
Penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX Masuknya Jepang Di Yogyakarta
Pemerintah Republik Indonesia hijrah Ke Yogyakarta
Latihan Kemiliteran Peta/Heiho/Anak-anak Sekolah/Seinendan/Keibodan
Penurunan Bendera Hinomaru dan Pengibaran Bendera Merah Putih Di Gedung
Cokan Kantai (Gedung Agung)