SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

36
SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA MATA KULIAH PENGELOLAAN SATWA LIAR Oleh Jian Rinda Widya Pambudi ( 0709005047 )

description

SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

Transcript of SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

Page 1: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN

BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI

PULAU NUSA PENIDA

MATA KULIAH

PENGELOLAAN SATWA LIAR

Oleh

Jian Rinda Widya Pambudi

( 0709005047 )

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

BALI

2007

Page 2: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

PENDAHULUAN

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) satwa simbol Provinsi Bali adalah salah

satu burung paling langka di dunia, dan mewakili genus tunggal dari jenis jalak-

jalakan yang hidup endemik di Pulau Bali bagian Barat.Dalam sejarah

penyebaran, burung Jalak Bali tersebar luas di bagian Barat Pulau Bali termasuk

di kawasan taman nasional, hutan savana kering, dan semak-semak hutan meluruh

(moonson) di taman nasional dan hutan kebun di pedesaan. Namun dengan

berkembangnya wilayah permukiman dan perkebunan, dari tahun ke tahun

populasi Jalak Bali terfragmentasi menjadi populasi-populasi kecil, yang semakin

lama semakin berkurang

Jalak bali (Leucopsar rothscildi) sebagai satwa langka yang merupakan

salah satu makhluk tersisa penghuni bumi, saat ini secara hidupan liar populasinya

berada pada kondisi menghawatirkan, keberadaannya cenderung mengarah pada

situasi terancam bahaya punah. Data terakhir pada Desember 2006 populasi

dialam liar tercatat hanya tersisa sebanyak 6 ekor. Padahal mahkluk yang satu ini

memperoleh perhatian cukup serius dari pemerintah Republik Indonesia, yaitu

dengan ditetapkannya makhluk tersebut sebagai satwa liar yang dilindungi oleh

undang-undang. Perlindungan hukum untuk menyelamatkan satwa tersebut

ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor

421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970. dalam konvensi perdagangan

internasional bagi jasad liar CITES (Convention on International Trade in

Endangered Species of  Wild Fauna and Flora) Jalak Bali terdaftar pada Apendix

I, yaitu kelompok yang terancam kepunahan dan dilarang untuk diperdagangkan,

Bertitik dari permasalahan tersebut di atas  langkah yang ditempuh didalam

merespon pentingnya mempertahankan keberadaan hidupan liar Jalak Bali dari

ancaman bahaya punah, maka pihak Taman Nasional Bali Barat memandang perlu

untuk menyikapi melalui kegiatan nyata konstruktif agar populasi yang sedang

terpuruk tersebut dapat pulih kembali. Aksi alternatif terpilih yang ditempuh

adalah dengan cara meliarkan kembali secara bertahap sub populasi buatan ke

Page 3: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

habitatnya. Dengan demikian pengadaan individu sebagai cikal bakal lepas-liar

menjadi sangat prioritas dan merupakan bagian terpenting tidak terpisahkan dari

keseluruhan konsep program pemulihan populasi liar, yaitu melalui

penyelenggaraan kegiatan penangkaran yang dikelola secara intensif dan

profesional.

Populasi Jalak Bali dari tahun ke tahun relatif menurun. Selain deforestasi, harga

yang mahal untuk seekor burung Jalak Bali juga mempengaruhi jumlah

individunya di alam. Pencurian adalah ancaman terbesar pada saat ini. Bukti-bukti

pencurian seringkali ditemukan berupa lem, tali, dan net (jaring-red). Metoda

terbaru yang dilakukan oleh pencuri yang tertangkap oleh aparat hukum adalah

dengan “mengecat” burung Puter dengan warna putih sehingga mirip dengan

Jalak Bali, kemudian digunakan sebagai pemikat (lawan jenis-red) dan disimpan

di pohon sarang dan pohon tempat mencari makan Jalak Bali. Selain itu beberapa

tahun belakangan ini upaya pencurian meningkat dan dibarengi dengan

perampokan populasi Jalak Bali di pusat penangkaran. Perampokan paling besar

terjadi pada tahun 1999 di mana sebanyak 39 ekor Jalak Bali berhasil dijarah dari

pusat penangkaran Taman Nasional Bali Barat. Upaya melestarikan binatang

eksotik ini (yang jantan punya jambul yang kadang mekar kadang kuncup)

menghadapi tantangan berat, karena nilai jual makhluk langka ini benar-benar

menggiurkan. "Sekarang harganya bisa sampai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per

ekor. Kalau di luar negeri itu hanya sekitar 25-30 dollar AS.

Di sisi lain upaya penyelidikan terhadap semua pencurian dan perampokan

tersebut selalu ditanggapi dengan tidak serius dengan cenderung main-main oleh

pihak taman nasional, kepolisian, dan pengadilan. Namun berkat upaya-upaya

keras dari kelompok LSM dan jaringan kerja Bali Barat, pada akhirnya upaya

hukum mulai dapat dilaksanakan dengan menjatuhkan hukuman penjara bagi para

pencuri. Lemahnya komitmen para penegak hukum menjadi kendala besar yang

akan terus menghalangi upaya pelestarian Jalak Bali. Peran LSM dan masyarakat

masih sangat diperlukan untuk mengontrol upaya-upaya penegakan hukum berkait

dengan kasus-kasus pencurian dan perampokan Jalak Bali di kemudian hari.

Page 4: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

Selain bahaya pencurian, juga predator-predator di alam bebas seperti

burung elang, biawak, dan ular, menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup bayi

curik. Selain itu, lingkungan juga menjadi ancaman karena akibat musim kering

mereka bisa kekurangan makanan dan minuman.

Rekomendasi kegiatan pelestarian Jalak Bali di antaranya

1. Monitoring populasi Jalak Bali di alam dan di penangkaran sangat penting

dilanjutkan dengan melibatkan para pihak selain taman nasional dengan

berbagai pengembangannya.

2. Melanjutkan dukungan bagi upaya pendidikan yang telah disiapkan

dengan bantuan teknis dan pendanaan.

3. Meningkatkan tekanan terhadap penegak hukum untuk memperbaiki

upaya penegakan hukum terhadap kasus-kasus Jalak Bali.

4. Meneruskan program-program berbasis riset lapangan sebagai bagian dari

upaya pemantauan populasi dan riset ekologi Jalak Bali serta perbaikan

pengelolaan penangkaran dengan prosedur standar penangkaran yang

berlaku.

Kalau sampai jalak bali punah, semua akan merugi. Dunia akan kehilangan salah

satu ekosistem uniknya, Indonesia akan kehilangan salah satu spesies langkanya,

dan terlebih Bali akan kehilangan maskotnya.

Page 5: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah

Pertama kali dilaporkan penemuannya oleh Dr. Baron Stressmann seorang

ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911. Atas

rekomendasi Stressmann, Dr. Baron Victor Von Plessenn mengadakan penelitian

lanjutan (tahun 1925) dan menemukan penyebaran burung Jalak Bali mulai dari

Bubunan sampai dengan Gilimanuk dengan perkiraan luas penyebaran 320 km2.

Pada tahun 1928 sejumlah 5 ekor Jalak Bali di bawa ke Inggeris dan berhasil

dibiakkan pada tahun 1931. Kebun Binatang Sandiego di Amerika Serikat

mengembangbiakkan Jalak Bali dalam tahun 1962 (Rindjin, 1989).

Status

Sejak tahun 1966, IUCN ( International Union for Conservation of Natur

and Natural Resources) telah memasukan Jalak bali ke dalam Red Data

Book, yaitu buku yang memuat jenis flora dan fauna yang terancam

punah.

Dalam konvensi perdagangan internasional bagi jasad liar CITES

( Convention on International Trade in Endangered Species of wild fauna

and flora) Jalak bali ter daftar dalam Appendix I, yaitu kelompok yang

terancam kepunahan dan dilarang untuk diperdagangkan.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian

No. 421/Kpts/Um/8/70 tanggal 26 Agustus 1970, yang menerangkan

antara lain burung Jalak Bali dilindungi undang-undang.

Dikatagorikan sebagai jenis satwa endemik Bali, yaitu satwa tersebut

hanya terdapat di Pulau Bali (saat ini hanya di dalam kawasan Taman

Nasional Bali Barat), dan secara hidupan liar tidak pernah dijumpai

dibelahan bumi manapun di dunia ini.

Oleh Pemerintah Daerah Propinsi Bali dijadikan sebagai Fauna Symbol

Propinsi Bali.

Page 6: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

Morfologi

Dalam Biologi, Jalak Bali mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Phylum

(Chordata), Ordo (Aves), Family (Sturnidae), Species (Leucopsar rothschildi

Stressmann 1912) dengan nama lokal Jalak Bali, Curik Putih, Jalak Putih Bali.

Jalak Bali

Status konservasi: Kritis

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Passeriformes

Familia: Sturnidae

Genus: LeucopsarStresemann, 1912

Spesies: L. rothschildi

Nama binomial

Leucopsar rothschildiStresemann, 1912

Page 7: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

Adapun ciri-ciri/karakteristik dari Jalak Bali dapat dikemukakan sebagai berikut :

Bulu

Sebagian besar bulu Jalak Bali berwarna putih bersih, kecuali bulu ekor

dan ujung sayapnya berwarna hitam.

Mata

Mata berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu

dengan warna biru tua.

Jambul

Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis kelamin

jantan maupun pada betina.

Kaki

Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru dengan 4 jari jemari (1

ke belakang dan 3 ke depan).

Paruh

Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana

pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna

paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-

coklatan.

Page 8: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

Ukuran

Sulit membedakan ukuran badan burung Jalak Bali jantan dan betina,

namun secara umum yang jantan agak lebih besar dan memiliki kuncir yang lebih

panjang.

Telur

Jalak Bali mempunyai telur berbentuk oval berwarna hijau kebiruan

dengan rata-rata diameter terpanjang 3 cm dan diameter terkecil 2 cm.

Musim Berbiak di Habitat

Di habitat (alam) Jalak Bali menunjukkan proses berbiak pada periode

musim penghujan, berkisar pada bulan Nopember sampai dengan Mei.

Habitat, Penyebaran dan Populasi

Habitat terakhir Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat hanya terdapat di

Semenanjung Prapat Agung (tepatnya Teluk Brumbun dan Teluk Kelor). Hal ini

menarik karena dalam catatan sejarah penyebaran Jalak Bali pernah sampai ke

daerah Bubunan - Singaraja (± 50 km sebelah Timur kawasan.

Page 9: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

PEMBAHASAN

Nusa Penida, Model Terbaik Konservasi Jalak Bali

Nusa Penida sebuah pulau yang kini tidak hanya menyimpan kekayaan

biota laut, satwa daratan. Para ahli dan aktivis lingkungan banyak melirik Nusa

Penida adalah model terbaik dalam tata laksana konservasi jalak Bali. Ada tiga hal

penting yang membuat Nusa Penida layak menjadi model konservasi. Konservasi

berbasis masyarakat, memiliki dua keuntungan penting dibandingkan konservasi

berbasis institusi, sebagaimana yang selama ini telah diterapkan di Taman

Nasional Bali Barat. Pertama, masyarakat turut menjadi pemilik program itu

sehingga pasti akan turut serta menjaga keberlangsungan program tersebut.

Kedua, persentuhan intensif antara program dengan masyarakat lokal akan secara

gradual meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat akan pentingnya

konservasi lingkungan.

Singkatnya, konservasi berbasis masyarakat akan melahirkan sebuah

masyarakat berbasis konservasi. Hal penting kedua, menurutnya, adalah

keberhasilan pelaksana program dalam mengintegrasikan nilai-nilai serta

kebijaksanaan tradisional dalam tata laksana konservasinya.

Perlindungan jalak Bali kini telah disuratkan dalam awig-awig serta

pararem desa pakraman setempat. Ini hal yang luar biasa karena masyarakat Bali

jauh lebih menghormati pranata hukum tradisional tersebut dibandingkan pranata

hukum modern.

Hal penting ketiga, tata laksana konservasi di Nusa Penida telah berhasil

melepaskan kembali sejumlah besar jalak Bali ke alam bebas. Pada akhirnya,

semua program konservasi bertujuan mengembalikan binatang tersebut pada

kehidupan serta habitatnya yang alami. Dari sudut ini, Nusa Penida jelas telah

berhasil mencapai tujuan tersebut.

Keberhasilan Nusa Penida dalam melakukan konservasi jalak Bali tak

terlepas dari kerja keras dua LSM konservasi; Yayasan Begawan Giri dan

Page 10: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

Yayasan Pencinta/Penyantun Taman Nasional (Friends of National Parks

Foundation -- FNPF) serta dedikasi luar biasa seorang putra Bali drh. I Gede

Nyoman Bayu Wirayudha.

Berbasis di Ubud, Yayasan Begawan Giri didirikan serta didanai oleh

pasangan penyayang burung Bradley dan Debbie Gardner. Sejak akhir 1990-an

yayasan ini giat melaksanakan konservasi jalak Bali melalui program

penangkaran.

Sementara FNPF adalah LSM yang mencita-citakan Nusa Penida sebagai

sebuah daerah Bird Sanctuary (Suaka Burung). FNPF didirikan serta hingga saat

ini masih dipimpin oleh drh I Gede Bayu Wirayudha.

Bekerja sama dengan masyarakat dan aparat lokal, FNPF telah memasang

72 papan imbauan di berbagai lokasi di Nusa Penida. Isinya sederhana;

mengingatkan para pengunjung untuk melindungi jalak Bali serta tidak mencoba-

coba menyelundupkannya ke luar Nusa Penida.

Pelepasliaran Jalak Bali di Kepulauan Nusa Penida

Setelah sukses dengan kegiatan pelepasliaran I pada tanggal 10 Juli 2006,

Yayasan Begawan Giri yang bekerjasama dengan Yayasan Pecinta Taman

Nasional kembali melakukan kegiatan pelepasliaran burung Jalak Bali (Leucopsar

rothshildi) untuk kedua kalinya di Nusa Penida pada tanggal 12 Desember 2006.

Tidak sebagaimanahalnya pelepasan I, kali ini pelepasliaran dilakukan dengan

cara yang lebih sederhana namun tanpa mengurangi porsi kegiatan ritual

sebagaimana yang telah dilakukan pada pelepasliaran I. Pelepasan dilakukan di

Pura Mujaning Tembeling yang terletak di Banjar Saren I desa Batumadeg

Kecamatan Nusa Penida. Sebelum upacara pemberkatan pelepasan / “matur

piuning” di Pura Mujaning Tembeling, upacara sejenis juga telah dilakukan di

pura sad kahyangan yang berada di pulau Nusa Penida seperti Pura Penataran

Agung Ped, Pura Dalem Bungkut, P. Puncak Mundi, P. Batu Medau, P. Giri Putri,

P. Penida, P. Puserin Saab, P. Tunjuk Pusuh.

12 ekor burung Jalak Bali yang telah direhabilitasi secara intensif selama 1

bulan di kandang rehabilitasi di sisi hutan Tembeling. Sebelum direhabilitasi di

Page 11: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

kandang ini, burung Jalak Bali yang dilepas telah menjalani fase rehabilitasi di

Banjar Bodong Desa Ped kurang lebih selama 4 bulan. 2 ekor burung dilepas di

halaman Pura Mujaning Tembeling yang disaksikan oleh Kepala Dusun Saren I

yang juga merupakan “Jero Mangku” pura Mujaning Tembeling dan seluruh staff

Yayasan Begawan Giri, Yayasan Pecinta Taman Nasional, beberapa anggota

masyarakat dan pemerhati burung dari Bali dan Belanda yang tertarik akan

kegiatan ini. Untuk menandai pelepasan burung di Pura Mujaning Tembeling juga

dilakukan penanaman kurang lebih 20 pohon Cempaka di halaman luar dan dalam

pura. Sebagaimana pelepasan I, setelah dilakukan kegiatan ritual dan pelepasan

simbolis di Pura Mujaning Tembeling, pembukaan pintu kandang rehabilitasi di

banjar Batumadeg di pinggir hutan Tembeling juga dilakukan kurang lebih 30

menit setelah pelepasan di Pura Mujaning Tembeling. Hingga malam hari baru

tiga ekor burung memutuskan untuk meninggalkan kandang.

Hingga tanggal 12 Desember 2006 pelepasliaran burung ini telah

menunjukkan keberhasilan yang cukup menggembirakan yaitu dengan adanya 2

ekor anak burung yang telah terbang bebas yang merupakan hasil

perkembangbiakan di alam dari 2 pasang burung yang dilepas di Desa Batumadeg

dan 3 ekor burung merupakan hasil perkembangbiakan alami 2 pasang burung di

desa Ped. Kematian akibat ketidakmampuan beradaptasi pada pelepasan I hanya

berjumlah 1 ekor yang terjadi 5 hari setelah pelepasan , 1 ekor mati akibat

dimakan ular saat mengeram di dalam pohon Ficus. Daerah jelajah burung pun

sudah cukup jauh yaitu bervariasi dari 100 m hingga 1.5 Km.

Masyarakat Nusa Penida juga telah menunjukkan komitmennya untuk

mendukung ide Nusa Penida Bird Sanctuary yang diinisiasi oleh Yayasan Pecinta

Taman Nasional dengan selalu memberikan informasi tentang keberadaan burung

Jalak Bali yang dilepas dan juga memberikan perlindungan kepada burung dari

ancaman para pencuri.

Page 12: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

KONDISI UMUM PENANGKARAN JALAK BALI DI NUSA PENIDA

BIRD SANCTUARY

A. Penangkaran

Secara bebas penangkaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan

untuk mengembangbiakan jenis satwa liar dan tumbuhan alam, tujuan

untuk memperbanyak populasinya dengan mempertahankan kemurnian

jenisnya, sehingga kelestarian dan keberadaannya dapat dipertahankan.

Bahwa prisip kebijaksanaan penangkaran jenis satwa liar adalah:

Mengupayakan jenis-jenis langka menjadi tidak langka, dan

pemanfaatannya berazaskan kelestarian.

Upaya pelestarian jenis perlu dilakukan di dalam kawasan

konservasi maupun di luar habitat alaminya. Diluar habitat

alami berbentuk penangkaran, baik di Kebun Binatang

maupun lokasi lainnya yang ditangani secara intensif.

Peliaran kembali satwa hasil penangkaran ke habitat

alaminya ditunjukan untuk meningkatkan populasi sesuai

dengan daya dukung habitatnya tanpa mengakibatkan adanya

polusi genetik ataupun sifat-sifat yang menyimpang dari

aslinya.

B. Lokasi

Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan di lokasi Nusa Penida Bird

Sanctuary di Pulau Nusa Penida.

Berdasarkan pembagian wilayah administratif lokasi tersebut di

wilayah Pemerintah Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali.

C. Awal Kegiatan

Nusa Penida Bird Sanctuary merupakan salah satu program

konservasi burung yang menggunakan Kepulauan Nusa Penida sebagai

Page 13: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

kawasan pelepasliaran dan perlindungan burung dengan melibatkan peran

masyarakat setempat secara maksimal.

Program ini terwujud atas kerjasama Yayasan Pecinta Taman

Nasional dengan Yayasan Begawan Giri dan didukung oleh seluruh desa

pekraman yang ada di Nusa Penida, terutama dalam melindungi burung-

burung pasca pelepasliaran melalui pemberdayaan hukum adat (awig-

awig). Beberapa burung yang menjadi prioritas utama adalah burung-

burung yang merupakan endemik Pulau Bali yang keberadaannya

terancam punah. Jenis-jenis tersebut antara lain burung Jalak Bali

(Leucopsar rotchschildi), burung Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua

sulphurea parvula) dan Nuri Bali (Trichoglosus haematodus mitchell).

Cikal bakal kegiatan Bird Sanctuary ini telah dimulai secara

signifikan pada tahun 1999 melalui kegiatan penangkaran non-komersial

burung Jalak Bali dengan mengimpor 2 pasang burung hasil penangkaran

dari Inggris pada bulan Juni 1999. Dengan perlakuan dan pengawasan

yang cukup intensif, kegiatan penangkaran ini telah membuahkan hasil

pertama kalinya pada bulan Desember 1999 dan sampai bulan Juni 2006

populasi Jalak Bali di fasilitas penangkaran Begawan Giri berjumlah 93

ekor. Target terakhir dari hasil penangkaran ini adalah pelepasliaran ke

alam.

Terpilihnya Kepulauan Nusa Penida karena kesanggupan dari

pihak desa pekraman melindunginya melalui awig-awig, disamping juga

pertimbangan hasil survey yang menunjukkan kondisi hutan-hutan di Nusa

Penida sesuai dan memiliki banyak persamaan dengan Taman Nasional

Bali Barat.

Disamping itu beberapa program penunjang tetap dilakukan seperti

program rehabilitasi lahan, pendidikan konservasi dan pemberdayaan

masyarakat sekitar. Program-program tersebut sangat mendukung

terwujudnya keberhasilan program pelepasliaran dan perlindungan burung

di Kepulauan Nusa Penida ini.

Page 14: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

D. Asal Usul Induk

Asal-usul induk yang diberdayakan dalam kegiatan penangkaran

ini, antara lain individu yang berasal dari peninggalan ICBP (3 ekor), dan

selanjutnya diperoleh secara kerjasama pelestarian dengan Taman Burung

Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Taman Safari Indonesia (TSI),

Kebun Binatang Surabaya (KBS), BKSDA DKI, hasil pertukaran individu

dengan individu dengan penangkar di Bandung, Madiun, dan Denpasar,

serta berasal, serta berasal dari hasil sitaan.

E. Sangkar Pembiakan

Sarana ini secara khusus diperuntukan untuk kepentingan

pembiakan. Sangkar ini merupakan sarang yang digunakan untuk burung

yang telah mempunyai pasangan dan siap melakukan perkawinan, siap

menghasilkan telur dan memelihara anak yang dihasilkan hingga umur

tertentu.

Sangkar Pembiakan ini berukuran 4 m x 2,25 m, sebanyak 20 unit.

Dilengkapi tempat makan dan minum serta shower. Dengan lantai yang

sengaja tidak dilapisi dengan semen.

F. Sarang Biak

Sarang biak disesuaikan dengan kebiasaan Jalak Bali

menggunakan sarang biak di alam. Pada hidupan liar Jalak Bali

menggunakan media biaknya pada batang pohon yang berlubang, jenis

pohon yang umum digunakan antara lain pohon Talok (Grewia

koordersiana), Walikukun (Shoutenia ovata), Laban (Vitex pubescens),

dan Pilang (Acacia leucoplopea).

Dipenangkaran media tersebut terbuat dari bahan kayu berbentuk

silindris, dengan ukuran diameter 15 cm, panjang/tinggi 50 cm, dibuat

sedemikian rupa dengan bagian dalam gerowong. Untuk keluar masuk

burung di salah satu bagian depan dibuat lubang berbentuk lingkaran

dengan diameter 7 cm – 8 cm. media biak ini ditempatkan dengan posisi

Page 15: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

tegak, ditempelkan pada dinding atau penyangga tertentu yang

dipersiapkan.

Untuk kebutuhan burung jalak mencari ranting – ranting untuk

membuat sarang biak, telah disediakan ranting – ranting dari dahan pohon

– pohon yang sengaja disebarkan di dalam sangkar. Dengan demikian

burung akan mengumpulkan ranting- ranting tersebut untuk digunakan

membuat sarangnya di dalam sarang biak yang telah dibuat.

G. Sangkar Sapihan

Sarana ini diperuntukan guna menampung anakan usia sapihan,

yaitu individu anakan mulai usia mandiri (35 hari). Sangkar ini berukuran

lebih lebar dari sangkar pembiakan sesuai dengan peruntukannya untuk

dapat menampung setidaknya 10 ekor. Sangkar yang ada dan digunakan

untuk kepentingan ini yaitu 1 unit berukuran 4 m x 4 m x 2.5 m, 1 unit

ukuran 3 m x 3 m x 2.5 m dan 1 unit ukuran 4 m x 3 m x 2.5 m. dilengkapi

dengan tempat makan, tempat minum, shower.

H. Sangkar Calon Induk

Adalah sangkar yang digunakan menjodohkan burung Jalak Bali

yang telah dewasa untuk jantan dan betina. Dipasangkan oleh pengelola

dan dilepaskan bersama. Untuk memperoleh pasangan yang sesuai

Sangkar dilengkapi dengan kelengkapan yang ada yaitu : tempat makan,

minum, dan shower.

Adapun ukuran sangkar yaitu : 6 m x 2 m dan terdapat 5 unit.

I. Sangkar Karantina

Merupakan Sangkar yang digunakan untuk mengisolasi burung

yang sakit atau yang didatangkan dari tempat lain.

Perlengkapan sangkar yaitu tempat makan, tempat minum, shower

( untuk mandi ), dan tempat untuk berteduh.

Page 16: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

J. Makanan

Di alam bebas, pakan alam yang dikonsumsi oleh Jalak Bali dalam

meniti hidupan liarnya, antara lain untuk jenis pakan berkategori hewani

terdiri dari : Semut, telor semut, belalang, jangkrik, ulat, kupu-kupu,

rayap, dan serangga tanah. Untuk pakan berkategori nabati terdiri dari

buah : kerasi (lamntana camara), bekul (Zyzyphus mauritiana), intaran

(Azadirachta indica), daging buah kepuh (Sterculuia foetida), talok

(Grewia koordersiana), trenggulun, buni (Antidesma bunius), kalak,

ciplukan, kelayu.

Sedangkan makanan yang disajikan di penangkaran untuk kategori

nabati antara lain pisang dan pepaya. Sedangkan untuk hewani terdiri dari

ulat hongkong, belalang, jangkrik, dan kroto basah (telur semut). Jenis

pakan pendukung lainnya yang disajikan yaitu jenis pakan olahan seperti

kroto kristal kroto voer 521, kroto fancy food serta pemberian cabe yang

bertujuan untuk menigkatkan kerja metabolisme agar burung menjadi

lincah. Penyajian pakan ada dua macam pengolahan yaitu pengolahan

pakan dengan cara dicincang dan pengolahan pakan dengan cara

dihaluskan ( diblender ).

K. Metoda

Pasangan induk yang dipersiapkan untuk kepentingan perbiakan 

terdiri dari satu ekor jantan dan satu ekor betina dengan usia masing-

masing telah mencapai usia dewasa kelamin yaitu minimal 8 bulan.

Setiap sangkar hanya berisi satu pasangan induk dimana jantan dan betina

telah menunjukan harmonisasi jodohnya.

L. Populasi

Populasi saat ini di penangkaran adalah sebanyak 108 ekor.

Page 17: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

M. Pemeliharaan

Tenaga yang betugas sebagai pemelihara burung berjumlah 2 orang

dan rekruetmentnya dipentingkan berkaitan dengan tugas-tugas sebagai

berikut :

Menyajikan pakan dan air dua kali setiap harinya, yaitu pada pagi

hari dan siang menjelang sore hari.

Melaksanakan kegiatan kebersihan di dalam sangkar, dan

lingkungan diluar sangkar.

Merawat anakan burung saat usia piyik

Penyajian vitamin

Pemantauan terhadap perilaku, aktifitas biak, dan keadaan

kesehatan burung.

N. Perawatan kesehatan

Perawatan kesehatan burung dilakukan setidaknya 1 sampai 2

setiap bulan sekali.

PROGRAM KERJA

Program kerja secara umum yaitu merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang tidak terpisahkan dari keseluruhan konsep Program Pemulihan Populasi Liar

Jalak Bali yang meliputi kegiatan :

A. Pembiakan

Pengkayaan individu melalui pembiakan secara penangkaran adalah

merupakan aktifitas kegiatan prioritas terdepan dari seluruh mata rantai

kegiatan yang dicanangkan, karena produktifitas anakan yang dihasilkannya

secara keseluruhan diperuntukan guna mendukung pemulihan populasi liar di

habitatnya. Distribusi anakan pada setiap tahunnya diatur untuk memenuhi

tiga kepentingan, yaitu satu bagian dipersiapkan sebagai cikal bakal lepas liar

pada tahun berjalan, satu bagian diperuntukan sebagai calon induk, dan satu

Page 18: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

bagian lagi dicalonkan untuk lepas liar pada tahun berikutnya setelah masing-

masing mencapai usia dewasa kelamin.

B. Peningkatan Produktifitas Biak

Untuk memperoleh individu baru dari hasil pembiakan sesuai dengan

target yang direncanakan, maka setiap periode tahunnya secara kuantitas

dilakukan upaya-upaya antara lain melalui penciptaan pasangan induk baru

baik dari anakan yang telah mencapai usia dewasa kelamin, maupun induk

yang diperoleh secara transfer dari pihak-pihak lembaga pemerhati konservasi.

C. Pendataan Silsilah Keturunan

Untuk memperoleh kualitas keturunan yang lebih baik maka setiap

individu yang dipasangkan untuk dijadikan induk dipastikan bahwa individu

tersebut telah diketahui terlebih dahulu alur sejarah silsilahnya berdasarkan

catatan stoot book.

D. Pengelolaan Induk

Pada saat pasangan induk memasuki masa istirahat dan tidak

melakukan produktivitas biaknya, maka diperlukan perlakuan-perlakuan agar

induk tersebut tetap optimal melakukan aktifitas biaknya.dengan dilakukan

monitoring secara terus menerus sampai pasangan tersebut menunjukan

perilaku yang mengarah pada kecenderungan berbiak.

E. Pemeliharaan dan Pembesaran Piyik

Adalah kegiatan untuk meminimalisasi angka kematian piyik yaitu

dengan dilakukan pembesaran secara manual dengan media brooder, apabila

pembesaran piyik yang dilakukan sendiri oleh induknya selama masa

pengasuhan didalam sarang biak, seringkali terjadi peristiwa kematian.

Page 19: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

F. Penyapihan anak

Setiap anak yang telah memasuki usia 60 hari selanjutnya dilakukan

penyapihan pada sangkar sapihan yang berkapasitas hingga 10 ekor. Masa

sapihan tersebut terutama lebih diarahkan agar : bisa melakukan aktifitas

sendiri seperti mengkonsumsi pakan, memudahkan untuk penyeleksian

kelamin, memudahkan monitoring pasangan serasi pilihannya sendiri,

penciptaan keserasian diantara mereka sebagai sub populasi buatan.

G. Pembentukan sub populasi buatan

Program ini menitik beratkan pada terciptanya koloni dimana setiap

anggota pembentukannya bisa saling mengenal sebagai suatu populasi.

H. Pemeriksaan kesehatan

Kegiatan ini dilakukan agar seluruh individu yang akan dilepas liarkan

betul-betul dalam kondisi tidak mengidap suatu penyakit, sehingga

mewabahnya penyakit bawaan terhadap populasi liar lainnya yang lebih dulu

berada di habitat dapat dihindari.

I. Pelatihan pra liar

Pelatihan ini diselengarakan terhadap semua anggota yang telah

menjalani masa pengkolonian yang dicanangkan untuk program lepas liar, dan

pelatihan dilaksanakan dihabitatnya dimana kelak lingkungan tersebut akan

menjadi petualangan liarnya, rentang waktu pelatihan yaitu selama 30 hari.

J. Monitoring pasca lepas liar

Aktifitas lanjutan sesaat setelah dilaksanakan peliaran adalah

dilakukannya kegiatan monitoring yang dilaksanakan oleh pengelola yaitu

sejak mulai diliarkan hingga periode peliaraan tahun berikutnya. Kegiatan ini

didukung dengan adanya pemasangan microchip pada setiap burung yang

dilepasliarkan. Sehingga akan diketahui apabila burung hilang ataupun adanya

pencurian oleh oknum tertentu. Kegiatan monitoring ini juga mencakup

Page 20: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

pemantuan tempat sarang – sarang burung jalak di alam, dengan melihat

perkembangan populasinya pada tempat itu. Dengan demikian akan diketahui

bagaimana perkembangan populasi dan kemampuan bertahan burung jalak

pada saat setelah dilepasliarkan.

Page 21: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

Gambar sangkar burung jalak bali

Page 22: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama ini terhadap burung Jalak

Bali yang dilepasliarkan ada beberapa hal yang dapat disampaikan, yaitu : Sampai

saat ini, hampir sekitar 5 bulan sejak hari pelepasan I sejumlah 25 ekor, jumlah

burung yang masih mampu mempertahankan hidupnya sebanyak 23 ekor yang

berarti angka kematiannya hanya 8%. Sedangkan penambahan populasi sebanyak

5 ekor anakan yang berarti 20%. Ini menunjukkan bahwa kemampuan burung

yang telah dilepasliarkan dalam hal mencari makan dan minum sangat baik

termasuk kemampuan mereka dalam mencari pasangan dan berkembangbiak

cukup baik. Dalam hal mencari makanan dan minum mereka sudah mampu

mengenali jenis pakan yang ada di alam dan mampu memilih tempat ataupun

pohon yang dapat dipakai sebagai sarang. Sehingga secara total dari pelepasan

burung I telah terjadi peningkatan populasi sebanyak 12 %; Pasangan yang telah

terbentuk hingga saat ini sebanyak 10 pasang dan jumlah pasangan yang telah

menunjukkan tanda-tanda bersarang dan berkembangbiak sebanyak 7 pasangan,

bahkan 4 pasang telah memiliki anak dan berhasil membesarkannya hingga

mandiri sebanyak 5 ekor; Jarak jelajah burung Jalak Bali yang dilepaskan di Nusa

Penida sangat bervariasi. Ada pasangan yang sampai terbang dari lokasi pelepasan

sejauh 1,5 km dan jarak terdekat adalah sekitar 10 meter; Masyarakat Nusa Penida

telah menunjukkan komitmen dalam melindungi keberadaan burung Jalak Bali di

Nusa Penida yang merupakan faktor kesuksesan terbesar dari kegiatan

pelepasliaran burung Jalak Bali ini; Dari keempat fakta ini dapat kita simpulkan

untuk sementara bahwa habitat di Nusa Penida sangat mendukung untuk

pelepasliaran burung Jalak Bali. Dukungan masyarakat Nusa Penida menjadi

faktor penentu keberhasilan kegiatan ini yang merupakan hal yang paling

signifikan yang dapat dilihat dari program sejenis yang dilakukan di habitat

terakhir Jalak Bali yaitu di Taman Nasional Bali Barat. Hal ini tidak menutup

kemungkinan juga akan cocok untuk burung jenis lainnya yang membutuhkan

kondisi lingkungan yang mirip dengan Nusa Penida.

Page 23: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

DAFTAR PUSTAKA

[Anonimus2]. 2006.Satwa Langka Jalak Bali di Kepulauan Nusa Penida.

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0109/20/daerah/jala26.htm

[ Selasa, 11 Juli 2006]

[Anonimus2]. 2006. Berita Pelepasan Burung Jalak Bali di Pulau Nusa Penida.

http://www.gibbon-indonesia.org/eng/Berita/PELEPASLIARAN

%20BURUNG%20JALAK%20BALI%20II%20DI%20PULAU

%20NUSA%20PENIDA.htm

[ Desember 2006]

[Anonimus2]. 2007. Nusa Penida Tempat Terbaik Konservasi Jalak Bali.

http://www.BaliPost.com/BaliPost-cetak/0189/21.htm

[ Senin, 19 Februari 2007]

[Anonimus2]. 2006. Lestarikan Jalak Bali Milik Bangsa Kita.

http://community.kompas.com/index.php?

fuseaction=home.detail&id=34130&section=92 [ Senin, 30 Desember

2006]

[Anonimus2]. 2006. Jalak Bali Riwayatmu Kini.

http://kopipakegula.blogspot.com/2006/04/jalak-bali-riwayatmu-kini.html

[ Kamis, 27 April 2006]

[Anonimus2]. 2001. Jalak Bali Nasibmu.

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0607/11/humaniora/2804093.htm [

Kamis, 21 Desember 2001]

[Anonimus2]. 2001. Jalak Bali. http://www.tnbalibarat.com/jalak_bali.html

[ Desember 2001]

[Anonimus2]. 2001. Pengelolaan Penangkaran Jalak Bali.

http://www.tnbalibarat.com/artikel.html - 43k [ Desember 2001]

[Anonimus2]. 2007. Nusa Penida Bird Sanctuary. http://www.mapalawd-

unud.com/artikel.html - 43k [ Januari 2007]

Page 24: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA

Alikodra, Hadi S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas

Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Amzu E. 1984. Studi Tentang Pengaruh tanaman pekarangan terhadap kelestarian

burung di wilayah DT II bogor. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor

Page 25: SEJARAH DAN MANAJEMEN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) DI PULAU NUSA PENIDA