Sejarah Dan Makna Idul Adha

8
SEJARAH DAN MAKNA IDUL ADHA M. Shofa Abdillah 9:43 am Islam Idul Adha pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah. Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT. (Baca juga:Pengertian Qurban Secara Lengkap dengan Penjelasannya). Jika kita menengok sisi historis dari perayaan Idul Adha ini, maka pikiran kita akan teringat kisah teladan Nabi Ibrahim, yaitu ketika Beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupin istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal. Karena pentingnya peristiwa tersebut. Allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an: 1

description

Ringkasan sejarah dan makna idul adha

Transcript of Sejarah Dan Makna Idul Adha

Page 1: Sejarah Dan Makna Idul Adha

SEJARAH DAN MAKNA IDUL ADHAM. Shofa Abdillah 9:43 am Islam

Idul Adha pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya Haji”,

dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah.

Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian

ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai

yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara

mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang

Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada

hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi

kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol

ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT. (Baca juga:Pengertian Qurban Secara

Lengkap dengan Penjelasannya).

Jika kita menengok sisi historis dari perayaan Idul Adha ini, maka pikiran kita akan teringat

kisah teladan Nabi Ibrahim, yaitu ketika Beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk

menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu.

Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon

pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim

sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan

istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah

utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupin

istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.

Karena pentingnya peristiwa tersebut. Allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an: 

<ا @ن ب C ر< م IمGح<ر@ Cك< ال Iت <ي عQ عCند< ب Iر IرC ذCي ز< Cو<ادQ غ<ي Cي ب @ت ي <نتG مCن ذGر] ك Iس> ]ي أ Cن <ا إ @ن ب ر@Cات @م<ر< قIهGم م]ن< الث Gز Iو<ار IمCهI <ي Cل <هIوCي إ @اسC ت Cد<ةl م]ن< الن <فIئ <ة< ف<اجIع<لI أ I الص@ال GقCيمGوا Cي ل

ون< GرG ك Iش> @هGمI ي <ع<ل ل

1

Page 2: Sejarah Dan Makna Idul Adha

Artinya: Ya Tuhan kami sesunggunnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di

suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (Baitullah) yang

dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka

jadikanlah gati sebagia manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah mereka dari

buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim: 37)

Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum

hingga tidak biasa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil

(Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril

membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan.

Lembah yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah.

Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat siti hajar dan

nabi ismail, untuk membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat

sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah, sebuah kota

yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan berkat kecakapan seorang ibu dalam

mengelola kota dan masyarakat. Kota mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah

kepada Nabi Muhammad dalam Al-Qur’an:

Iم<ن Cات @م<ر< <هG مCن< الث هIل> قI أ Gز Iو<ار l l آمCنا <دا <ل ب] اجIع<لI ه<ـذ<ا ب اهCيمG ر< Iر< Cب CذI ق<ال< إ و<إ

CرCاآلخ C <وIم Iي �هC و<ال Cالل IهGم ب آم<ن< مCنArtinya: Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai

negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya

yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah: 126)

Dari ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga saat ini

memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh

fasilitas yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun umrah.

Hal itu membuktikan tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi,

serta kaemanan hukum, sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan.

Yang semua itu menjadi dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua

2

Page 3: Sejarah Dan Makna Idul Adha

kemakmuran tidak hanya dinikmati oleh orang islam saja. Orang-orang yang tidak

beragama Islam pun ikut menikmati.

Allah SWT berfirman:

GيرCم<صI Iس< ال Cئ @ارC و<ب Cل<ى ع<ذ<ابC الن هG إ <ضIط<ر� Gم@ أ l ث Cيال ]عGهG ق<ل م<تG <ف<ر< ف<أ ق<ال< و<م<ن ك

Artinya: Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara,

kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat

kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126)

Idul Adha dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari raya penyembelihan. Hal ini untuk

memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Akibat dari kesabaran dan

ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya

sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).

Setelah gelar Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku,

mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh

urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim

ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal baktinya!”

Sebagai realisasi dari firmannya ini, Allah SWT mengizinkan pada para malaikat menguji

keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak

membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.

Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan

1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi

Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya

adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik

siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku.

Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak,

bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”

Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim

3

Page 4: Sejarah Dan Makna Idul Adha

yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian

dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya

yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang

elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan

menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu

dinyatakan dalam Al-Qur’an:

Cت> <ب <ا أ ى ق<ال< ي <ر< <حGك< ف<انظGرI م<اذ<ا ت <ذIب ]ي أ <ن C أ <ام Iم<ن ى فCي ال ر<> ]ي أ Cن <ي@ إ Gن <ا ب ق<ال< ي

CرCين< @هG مCن< الص@اب اء الل Cن ش< Cي إ <جCدGن ت GؤIم<رG س< افIع<لI م<ا تArtinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku

menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku

kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku

termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102)

Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah, datanglah setan sambil berkata,

“Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata orang nanti, anak saja disembelih?” “Apa kata

orang nanti?” “Apa tidak malu? Tega sekali, anak satu-satunya disembeli!” “Coba lihat,

anaknya lincah seperti itu!” “Anaknya pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu

kok dipotong!” “Tidak punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti itu! Belum

tentu nanti ada lagi seperti dia.” Nabi Ibrahim sudah mempunya tekat. Ia mengambil batu

lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Batu itu dilempar. Akhirnya seluruh jamaah

haji sekarang mengikuti apa yang dulu dilakukan oleh Nabi Ibrahim ini di dalam mengusir

setan dengan melempar batu sambil mengatakan, “Bismillahi Allahu akbar”. Dan hal ini

kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah.

Ketika sang ayah belum juga mengayunkan pisau di leher putranya. Ismail mengira ayahnya

ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tali dan tangannya, agar tidak muncul suatu kesan

atau image dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa ia

meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.

Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah bulat-bulat, seperti ayahnya yang

telah tawakkal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan

firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan

4

Page 5: Sejarah Dan Makna Idul Adha

terhadap anaknya. Allah telah meridloi kedua ayah dan anak memasrahkan tawakkal

mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan

seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat

ayat 107-110:

Q IحQ ع<ظCيم CذCب <اهG ب Iن و<ف<د<ي

“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

خCرCين< Iي اآلCف CهI <ي <ا ع<ل Iن ك <ر< و<ت“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang

kemudian.”

اهCيم< Iر< Cب م� ع<ل<ى إ ال< س<“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”

Cين< ن CسIحGمI <جIزCي ال Cك< ن <ذ<ل ك“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat

manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar,

Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang

kemudian dismbung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’

Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat umat manusia itu

membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar.

Peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail diatas, bagi kita harus dimaknai

sebagai pesan simbolik agama, yang mengandung pembelajaran paling tidak pada tiga hal;

Pertama, ketakwaan. Pengertian taqwa terkait dengan ketaatan seorang hamba pada Sang

Khalik dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Nya. Koridor agama (Islam)

mengemas kehidupan secara harmoni seperti halnya kehidupan dunia-akherat. Bahwa

5

Page 6: Sejarah Dan Makna Idul Adha

mereaih kehidupan baik (hasanah) di akhierat kelak perlu melalui kehidupan di dunia yang

merupakan ladang untuk memperbanyak kebajikan dan memohon ridho Nya agar tercapai

kehidupan dunia dan akherat yang hasanah. Sehingga kehidupan di dunia tidak terpisah

dari upaya meraih kehidupan hasanah di akherat nanti. Tingkat ketakwaan seseorang

dengan demikian dapat diukur dari kepeduliannya terhadap sesamanya. Contoh seorang

wakil rakyat yang memiliki tingkat ketakwaan yang tinggi tentu tidak akan memanfaatkan

wewenang yang dimiliki untuk memperkaya dirinya sendiri bahkan orang seperti ini akan

merasa malu jika kehiudpannya lebih mewah dari pada rakyat yang diwakilinya.

Kesiapsediaan Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya atas perintah Allah

menandakan tingginya tingkat ketakwaan Nabi Ibrahim, sehingga tidak terjerumus dalam

kehidupan hedonis sesaat yang sesat. Lalu dengan kuasa Allah ternyata yang disembelih

bukan Ismail melainkan domba. Peristiwa ini pun mencerminkan Islam sangat menghargai

nyawa dan kehidupan manusia, Islam menjunjung tinggi peradaban manusia.

Kedua, hubungan antar manusia. Ibadah-ibadah umat Islam yang diperintahkan Tuhan

senantiasa mengandung dua aspek tak terpisahkan yakni kaitannya dengan hubungan

kepada Allah (hablumminnalah) dan hubungan dengan sesama manusia atau

hablumminannas. Ajaran Islam sangat memerhatikan solidaritas sosial dan

mengejawantahkan sikap kepekaan sosialnya melalui media ritual tersebut. Saat kita

berpuasa tentu merasakan bagaimana susahnya hidup seorang dhua'afa yang memenuhi

kebutuhan poangannya sehari-hari saja sulit. Lalu dengan menyembelih hewan kurban dan

membagikannya kepada kaum tak berpunya itu merupakan salah satu bentuk kepedualian

sosial seoarng muslim kepada sesamanya yang tidak mampu. Kehidupan saling tolong

menolong dan gotong royong dalam kebaikan merupakan ciri khas ajaran Islam. Hikmah

yang dapat dipetik dalam konteks ini adalah seorang Muslim diingatkan untuk siap sedia

berkurban demi kebahagiaan orang lain khususnya mereka yang kurang beruntung,

waspada atas godaan dunia agar tidak terjerembab perilaku tidak terpuji seperti

keserakahan, mementingkan diri sendiri, dan kelalaian dalam beribadah kepada sang

Pencipta.

Ketiga, peningkatan kualitas diri. Hikmah ketiga dari ritual keagaamaan ini adalah

memperkukuh empati, kesadaran diri, pengendalian dan pengelolaan diri yang merupakan cikal

bakal akhlak terpuji seorang Muslim. Akhlak terpuji dicontohkan Nabi seperti membantu sesama

6

Page 7: Sejarah Dan Makna Idul Adha

manusia dalam kebaikan, kebajikan, memuliakan tamu, mementingkani orang lain (altruism) dan

senantiasa sigap dalam menjalankan segala perintah agama dan menjauhi hal-hal yang dilarang.

Dalam Al Quran disebutkan bahwa Nabi Muhammad memiliki akhlak yang agung (QS Al-

Qalam: 4). Dalam Islam kedudukan akhlak sangat penting merupakan "buah" dari pohon Islam

berakarkan akidah dan berdaun syari"ah. Segala aktivitas manusia tidak terlepas dari sikap yang

melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Sebaliknya, akhlak tercela dipastikan berasal

dari orang yang bermasalah dalam keimanan merupakan manisfestasi dari sifat-sifat syetan dan

iblis. 

Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh

dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah kering, sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun

tiap harinya dikuras berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan

tabah yaitu Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail.

Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha, bahwa hakikat manusia adalah

sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada

waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan dipadang

mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.

7