Sejarah Dan Makna Idul Adha
-
Upload
panji-winata -
Category
Documents
-
view
3 -
download
1
description
Transcript of Sejarah Dan Makna Idul Adha
SEJARAH DAN MAKNA IDUL ADHAM. Shofa Abdillah 9:43 am Islam
Idul Adha pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya Haji”,
dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah.
Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian
ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai
yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara
mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang
Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada
hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi
kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol
ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT. (Baca juga:Pengertian Qurban Secara
Lengkap dengan Penjelasannya).
Jika kita menengok sisi historis dari perayaan Idul Adha ini, maka pikiran kita akan teringat
kisah teladan Nabi Ibrahim, yaitu ketika Beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk
menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu.
Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon
pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim
sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan
istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah
utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupin
istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Karena pentingnya peristiwa tersebut. Allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an:
<ا @ن ب C ر< م IمGح<ر@ Cك< ال Iت <ي عQ عCند< ب Iر IرC ذCي ز< Cو<ادQ غ<ي Cي ب @ت ي <نتG مCن ذGر] ك Iس> ]ي أ Cن <ا إ @ن ب ر@Cات @م<ر< قIهGم م]ن< الث Gز Iو<ار IمCهI <ي Cل <هIوCي إ @اسC ت Cد<ةl م]ن< الن <فIئ <ة< ف<اجIع<لI أ I الص@ال GقCيمGوا Cي ل
ون< GرG ك Iش> @هGمI ي <ع<ل ل
1
Artinya: Ya Tuhan kami sesunggunnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di
suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (Baitullah) yang
dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka
jadikanlah gati sebagia manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah mereka dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim: 37)
Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum
hingga tidak biasa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil
(Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril
membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Lembah yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah.
Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat siti hajar dan
nabi ismail, untuk membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat
sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah, sebuah kota
yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan berkat kecakapan seorang ibu dalam
mengelola kota dan masyarakat. Kota mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah
kepada Nabi Muhammad dalam Al-Qur’an:
Iم<ن Cات @م<ر< <هG مCن< الث هIل> قI أ Gز Iو<ار l l آمCنا <دا <ل ب] اجIع<لI ه<ـذ<ا ب اهCيمG ر< Iر< Cب CذI ق<ال< إ و<إ
CرCاآلخ C <وIم Iي �هC و<ال Cالل IهGم ب آم<ن< مCنArtinya: Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai
negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya
yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah: 126)
Dari ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga saat ini
memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh
fasilitas yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun umrah.
Hal itu membuktikan tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi,
serta kaemanan hukum, sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan.
Yang semua itu menjadi dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua
2
kemakmuran tidak hanya dinikmati oleh orang islam saja. Orang-orang yang tidak
beragama Islam pun ikut menikmati.
Allah SWT berfirman:
GيرCم<صI Iس< ال Cئ @ارC و<ب Cل<ى ع<ذ<ابC الن هG إ <ضIط<ر� Gم@ أ l ث Cيال ]عGهG ق<ل م<تG <ف<ر< ف<أ ق<ال< و<م<ن ك
Artinya: Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara,
kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat
kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126)
Idul Adha dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari raya penyembelihan. Hal ini untuk
memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Akibat dari kesabaran dan
ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya
sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah gelar Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku,
mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh
urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim
ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal baktinya!”
Sebagai realisasi dari firmannya ini, Allah SWT mengizinkan pada para malaikat menguji
keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak
membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan
1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi
Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya
adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik
siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku.
Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak,
bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim
3
yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian
dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya
yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang
elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan
menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu
dinyatakan dalam Al-Qur’an:
Cت> <ب <ا أ ى ق<ال< ي <ر< <حGك< ف<انظGرI م<اذ<ا ت <ذIب ]ي أ <ن C أ <ام Iم<ن ى فCي ال ر<> ]ي أ Cن <ي@ إ Gن <ا ب ق<ال< ي
CرCين< @هG مCن< الص@اب اء الل Cن ش< Cي إ <جCدGن ت GؤIم<رG س< افIع<لI م<ا تArtinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102)
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah, datanglah setan sambil berkata,
“Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata orang nanti, anak saja disembelih?” “Apa kata
orang nanti?” “Apa tidak malu? Tega sekali, anak satu-satunya disembeli!” “Coba lihat,
anaknya lincah seperti itu!” “Anaknya pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu
kok dipotong!” “Tidak punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti itu! Belum
tentu nanti ada lagi seperti dia.” Nabi Ibrahim sudah mempunya tekat. Ia mengambil batu
lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Batu itu dilempar. Akhirnya seluruh jamaah
haji sekarang mengikuti apa yang dulu dilakukan oleh Nabi Ibrahim ini di dalam mengusir
setan dengan melempar batu sambil mengatakan, “Bismillahi Allahu akbar”. Dan hal ini
kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah.
Ketika sang ayah belum juga mengayunkan pisau di leher putranya. Ismail mengira ayahnya
ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tali dan tangannya, agar tidak muncul suatu kesan
atau image dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa ia
meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.
Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah bulat-bulat, seperti ayahnya yang
telah tawakkal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan
firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan
4
terhadap anaknya. Allah telah meridloi kedua ayah dan anak memasrahkan tawakkal
mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan
seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat
ayat 107-110:
Q IحQ ع<ظCيم CذCب <اهG ب Iن و<ف<د<ي
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
خCرCين< Iي اآلCف CهI <ي <ا ع<ل Iن ك <ر< و<ت“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang
kemudian.”
اهCيم< Iر< Cب م� ع<ل<ى إ ال< س<“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
Cين< ن CسIحGمI <جIزCي ال Cك< ن <ذ<ل ك“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat
manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar,
Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang
kemudian dismbung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat umat manusia itu
membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar.
Peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail diatas, bagi kita harus dimaknai
sebagai pesan simbolik agama, yang mengandung pembelajaran paling tidak pada tiga hal;
Pertama, ketakwaan. Pengertian taqwa terkait dengan ketaatan seorang hamba pada Sang
Khalik dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Nya. Koridor agama (Islam)
mengemas kehidupan secara harmoni seperti halnya kehidupan dunia-akherat. Bahwa
5
mereaih kehidupan baik (hasanah) di akhierat kelak perlu melalui kehidupan di dunia yang
merupakan ladang untuk memperbanyak kebajikan dan memohon ridho Nya agar tercapai
kehidupan dunia dan akherat yang hasanah. Sehingga kehidupan di dunia tidak terpisah
dari upaya meraih kehidupan hasanah di akherat nanti. Tingkat ketakwaan seseorang
dengan demikian dapat diukur dari kepeduliannya terhadap sesamanya. Contoh seorang
wakil rakyat yang memiliki tingkat ketakwaan yang tinggi tentu tidak akan memanfaatkan
wewenang yang dimiliki untuk memperkaya dirinya sendiri bahkan orang seperti ini akan
merasa malu jika kehiudpannya lebih mewah dari pada rakyat yang diwakilinya.
Kesiapsediaan Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya atas perintah Allah
menandakan tingginya tingkat ketakwaan Nabi Ibrahim, sehingga tidak terjerumus dalam
kehidupan hedonis sesaat yang sesat. Lalu dengan kuasa Allah ternyata yang disembelih
bukan Ismail melainkan domba. Peristiwa ini pun mencerminkan Islam sangat menghargai
nyawa dan kehidupan manusia, Islam menjunjung tinggi peradaban manusia.
Kedua, hubungan antar manusia. Ibadah-ibadah umat Islam yang diperintahkan Tuhan
senantiasa mengandung dua aspek tak terpisahkan yakni kaitannya dengan hubungan
kepada Allah (hablumminnalah) dan hubungan dengan sesama manusia atau
hablumminannas. Ajaran Islam sangat memerhatikan solidaritas sosial dan
mengejawantahkan sikap kepekaan sosialnya melalui media ritual tersebut. Saat kita
berpuasa tentu merasakan bagaimana susahnya hidup seorang dhua'afa yang memenuhi
kebutuhan poangannya sehari-hari saja sulit. Lalu dengan menyembelih hewan kurban dan
membagikannya kepada kaum tak berpunya itu merupakan salah satu bentuk kepedualian
sosial seoarng muslim kepada sesamanya yang tidak mampu. Kehidupan saling tolong
menolong dan gotong royong dalam kebaikan merupakan ciri khas ajaran Islam. Hikmah
yang dapat dipetik dalam konteks ini adalah seorang Muslim diingatkan untuk siap sedia
berkurban demi kebahagiaan orang lain khususnya mereka yang kurang beruntung,
waspada atas godaan dunia agar tidak terjerembab perilaku tidak terpuji seperti
keserakahan, mementingkan diri sendiri, dan kelalaian dalam beribadah kepada sang
Pencipta.
Ketiga, peningkatan kualitas diri. Hikmah ketiga dari ritual keagaamaan ini adalah
memperkukuh empati, kesadaran diri, pengendalian dan pengelolaan diri yang merupakan cikal
bakal akhlak terpuji seorang Muslim. Akhlak terpuji dicontohkan Nabi seperti membantu sesama
6
manusia dalam kebaikan, kebajikan, memuliakan tamu, mementingkani orang lain (altruism) dan
senantiasa sigap dalam menjalankan segala perintah agama dan menjauhi hal-hal yang dilarang.
Dalam Al Quran disebutkan bahwa Nabi Muhammad memiliki akhlak yang agung (QS Al-
Qalam: 4). Dalam Islam kedudukan akhlak sangat penting merupakan "buah" dari pohon Islam
berakarkan akidah dan berdaun syari"ah. Segala aktivitas manusia tidak terlepas dari sikap yang
melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Sebaliknya, akhlak tercela dipastikan berasal
dari orang yang bermasalah dalam keimanan merupakan manisfestasi dari sifat-sifat syetan dan
iblis.
Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh
dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah kering, sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun
tiap harinya dikuras berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan
tabah yaitu Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail.
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha, bahwa hakikat manusia adalah
sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada
waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan dipadang
mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.
7