SEJARAH DAN KIPRAH

281

Transcript of SEJARAH DAN KIPRAH

Page 1: SEJARAH DAN KIPRAH
Page 2: SEJARAH DAN KIPRAH

SEJARAH DAN KIPRAH

BAWASLU PROVINSI DKI JAKARTA

(2012 – 2019)

Penulis : Ahmad Fahrudin Muhammad Jufri Puadi Siti Khofifah Mahyudin Burhanuddin Sitti Rakmah Irwan Supriadi Rambe

Page 3: SEJARAH DAN KIPRAH

KATA PENGANTAR

W.J.S Poerwadaminta dalam kamus besar bahasa Indonesia mengartikan, sejarah sebagai

suatu asal-usul (keturunan) silsilah, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa

lampau. Mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta memaknai sejarah merupakan pemahaman

masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai dinamika, problematika dan pelajaran bagi

manusia berikutnya. Demikian pentingnya sejarah, tidak mengherankan manakala mantan

Presiden RI Soekarno pada 17 Agustus 1966 mengingatkan bangsa Indonesia dengan jargonnya

yang terkenal ‘Jasmerah’: “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. (https://id.wikipedia.org).

Secara idealistis, latar belakang penulisan buku ini termotivasi dan terinspirasi spirit dari

pernyataan Bung Karno dan Bung Hatta. Secara realistis, penulisan buku ini bertujuan untuk

merekam, memotret dan mendeskripsikan sejarah, dinamika dan kiprah Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta sejak menjadi institusi permanen (mulai 2012) hingga Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

tahun 2019. Termasuk menarasikan isu-isu seksi kepemiluan yang menjadi sorotan publik maupun

media, baik media konvensional maupun non konvensional (media on line dan media sosial).

Dari percikan sejarah, dinamika dan kiprah yang dinarasikan melalui buku ini

memperlihatkan, betapa komisioner Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan jajarannya tidak saja telah

menjadi saksi penting menganai pasang surut proses pembangunan dan konsolidasi demokrasi di

Indonesia khususnya di Jakarta. Melainkan juga menjadi aktor penting dan strategis dalam proses

pembangunan dan konsolidasi demokrasi, khususnya dalam mengawal pelaksanaan Pemilu 2014,

Pilkada/Pilgub DKI 2017 dan Pemilu Serentak 2019.

Secara periodik, di awal masa kiprahnya, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta membangun sendi-

sendi dan fondasi berorganisasi adalah dengan melakukan penguatan kapasitas organisasi dan

sumber daya manusia dengan cara merekrut kepala sekretariat dan stafnya serta pemenuhan kantor

sekretariat Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada Pemrov DKI yang memadai. Pekerjaan

itu tidak semudah seperti orang membalikkan tangan, tetapi melalui proses alot.

Peran dan fungsi yang dimainkan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta selama kurun waktu

2012-2017 dan 2017-2019 tersebut tentu tidak bisa dilepaskan dari arahan dan bimbingan Bawaslu

Republik Indonesia Periode 2012-2017 dan Periode 2017-2022 serta fasilitasi Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta, khususnya Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DKI Jakarta yang kala

itu dipimpin oleh Zainal Musappa, sebagai Kepala Badan yang kemudian dilanjutkan oleh Kepala

Page 4: SEJARAH DAN KIPRAH

Bakesbang selanjutnya yakni: Bapak M. Fatahillah, Bapak Rationo, Bapak Muhammad Darwis

dan Bapak Taufan Bakri, Serta komunikasi dan koordinasi yang terjalin baik dengan stakeholder

Pemilu 2014, Pilkada 2017 dan Pemilu 2019.

Akhrinya, Pimpinan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Periode 2012-2017 maupun Pimpinan

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta 2017-2022 mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu hingga tersusun dan terbitnya buku ini. Khususnya kepada Pimpinan Bawaslu RI

Periode 2012-2017 yakni: Prof. Dr. Muhammad, Endang Wihdatiningtyas, Nelson Simanjutak,

Nasrullah, dan Daniel Zuchron, dan Pimpinan Bawaslu RI Periode 2017-2022 yakni: Bapak Abhan

Selaku Ketua Bawaslu, M. Afifuddin, Ratna Dewi Pettalolo, Frizt Edward Siregar, dan Rahmat

Badja.

Terima kasih saya sampaikan kepada Ketua Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Periode 2012-

2017 Mimah Susanti dan Anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Periode 2012-2017 Achmad

Fachrudin, Komisioner Bawaslu DKI Jakarta Periode 2017-2012 dan Anggota Bawaslu Periode

2018-2023, Juga kepada Plt Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Ahmad Dahlan

(2012), Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Nugroho (2013), Kepala Sekretariat

Bawaslu Masykur Ishak (2013-2019), dan Kepala Badan Kesbangpol Provinsi DKI Jakarta Bapak

Taufan Bakri dan juga mantan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Zainal Musappa,

M. Fatahillah, Ratiyono dan Muhammad Darwis serta semua pihak yang telah ikut membantu dan

mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta selama ini.

Jakarta, Desember 2019

BAWASLU PROVINSI DKI JAKARTA

KETUA

MUHAMMAD JUFRI, S.Sos, M.Si

Page 5: SEJARAH DAN KIPRAH

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………….……… hal

Daftar Isi ……………………………………………..……..………………………… hal

Pendahuluan …………………………………………..……………………………… hal

BAB I. Lahirnya Bawaslu Provinsi DKI Jakarta …………………………………………. hal

A. Awal Mula Lahirnya Bawaslu Provinsi DKI Jakarta ………………………………. hal

B. Aktivitas Pertama Bawaslu Provinsi DKI Jakarta …………………………………… hal

C. Membentuk Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta ……………...…….. hal

D. Kantor Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta ………………………………….. hal

BAB II. Mengawal Pemilu Legislatif 2014 ……………..…………………………….hal

A. Pengawasan Data dan Daftar Pemilih ………………………………………..……hal

B. Pengawasan Verifikasi Partai Politik dan Pencalegan ………………………..…… hal

C. Pengawasan Kampanye dan Dana Kampanye ……………………………..……… hal

D. Pengawasan Perlengkapan Pemungutan Suara …………………………….…….... hal

E. Pengawasan Rekapitulasi Penghitungan Suara ……………………..…………….. hal

F. Pengawasan Penetapan Kursi Anggota DPRD DKI …………………..…………...hal

G. Penanganan Pelanggaran Pemilu Legislatif dan PHPU …………………..…….… hal

H. Pengawasan Partisipatif …………………………………………………..……….. hal

BAB III. Mengawal Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 …………….…….. hal

A. Pengawasan di Tengah Keterbatasan Personalia……………. …………………….. hal

B. Pengawasan Data dan Daftar Pemilih ……………………………….………………hal

C. Pengawasan Kampanye ……………………………………………………………. hal

D. Pengawasan Pengadaan dan Distribusi Logistik ……………………………………hal

E. Pengawasan Pemungutan dan Penghitungan Suara ………………………………... hal

F. Pengawasan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara ……………………………… hal

Page 6: SEJARAH DAN KIPRAH

G. Penanganan Pelanggaran Pilpres dan PHPU ……………………………….……… hal

H. Penanganan Pengaduan Dugaan Pelanggaran Pasangan Calon Presiden ………… hal

I. Penerimaan Penghargaan (Bawaslu Award) 2014 ……………………………….. hal

BAB IV. Mengawal Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI 2017 ….….. hal

A. Pilgub Rasa Pilpres ……………………………………………………………. …. hal

B. Pengawasan Pilgub DKI 2017 ………..……………………………………….….. hal

1. Data Pemilih …………………………………………………………………… hal

2. Pencalonan ………………………………………………………………….…. hal

3. Alat Peraga Kampanye ………………………………………….…………..…..hal

4. Pemungutan Suara ………………………………………………..……………. hal

5. Sengketa Proses ………………………………………………………………… hal

C. Isu Seksi Pilgub DKI 2017….…………..………………………………………...….. hal

1. Politik Sembako …………………………………………………………………. hal

2. Politik Identitas/Sara ……………………………………………………..……… hal

3. Surat Keterangan Suket ………………………………………………………….. hal

4. Pemungutan Suara Ulang ………………………………………………………… hal

D. Penanganan Pelanggaran Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017…………………. hal

E. Penerimaan Penghargaan (Bawaslu Award) 2017 ……………………………………. hal

Bab V. Mengawal Pemilu Serentak 2019………………………….…………………… hal

Bab VI. Romantika Bawaslu Provinsi DKI Jakarta ………………………………… hal

Bab VII. Penutup: Kesimpulan dan Saran-saran …………………………………… . .hal

Page 7: SEJARAH DAN KIPRAH

PENDAHULUAN

Undang Undang No. 7 tahun 2017 tentang Pemilu menyebutkan, Pemilu merupakan sarana

kedaulatan rakyat untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden secara

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Menurut Ramlan Surbakti, pada dasarnya ada tiga tujuan Pemilu, yakni: pertama, sebagai

mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan umum.

Kedua, Pemilu juga dapat dikatakan sebagai mekanisme memindah­kan konflik kepen­tingan dari

masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil rakyat yang

memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjaga. Ketiga, Pemilu merupakan sarana

memobilisasikan dan/atau menggalang dukungan rakyat terhadap negara dan pemerintahan

dengan jalan ikut serta dalam proses politik.

Pemilu dianggap sebagai kriteria penting untuk mengukur kadar demokrasi sebuah sistem

politik. Menurut Dahl (1985), Carter dan Herz (1982), Mayo (1982), Ranney (1990) dan

Sundhaussen sebagaimana dikutip Eef Saifullah Fatah, bahwa kadar demokrasi sebuah

pemerintahan dapat diukur, antara lain, dari ada-tidaknya Pemilu yang me­ngabsahkan

pemerintahan itu. Kenapa kita memilih demokrasi? Karena demokrasi, sebagaimana dikatakan

Dahl, menghasilkan akibat-akibat yang diinginkan suatu masyarakat dan negara, yakni: (1)

menghindari tirani; (2) Hak Asasi Manusia; (3) kebebasan umum; (4) menentukan nasib sendiri;

(5) otonomi moral; (6) perkembangan manusia; (7) menjaga kepeningan pribadi yang utama; (8)

persamaan politik. Sedangkan pada negara-negara demokrasi modern menghasilkan (9)

perdamaian dan (10) kemakmuran.

Pentingnya Pemilu demokratis, menurut Valina Singka Subekti, karena implikasi yang

ditimbulkannya: pertama, pemerintahan yang akan terbentuk, kedua, Presiden dengan

pemerintahan yang akan dibentuk; ketiga, pada kehidupan kepartaian. Artinya Pemilu adalah

faktor yang sangat menentukan bagi keselurahan proses terbentuknya sistem politik yang

demokratis. Peningkatan kualitas dapat menjadi sarana peningkatan kualitas demokrasi. Selain itu,

Samuel Huntington berpendapat, Pemilu merupakan cara untuk memperlemah dan mengakhiri

rezim-rezim otoriter.

Page 8: SEJARAH DAN KIPRAH

Pada hakikatnya sebagai arena kompetisi politik yang sehat, menurut Peneliti KePemiluan

Eef Saifullah Fatah, Pemilu demokratis membutuhkan sejumlah persyaratan, diantaranya:

pertama, ada pengakuan terhadap hak pilih universal. Semua warga negara, tanpa pengecualian

yang bersifat ideologis dan politis, diberi hak untuk memilih dan dipilih dalam Pemilu. Kedua, ada

keleluasan untuk membentuk “tempat penampungan bagi pluralitas aspirasi masyarakat”. Ketiga,

tersedia mekanisme rekrutmen politik bagi calon wakil rakyat yang demokratis. Harus ada sebuah

mekanisme pemilih calon wakil rakyat yang tidak top down (diturunkan oleh elit partai dan

penguasa, dari atas), tetapi button up.

Keempat, ada kebebasan bagi pemilih untuk mendiskusikan dan menentukan pilihan.

Tanpa keleluasan tersebut sebua proses Pemilu dapat menjebak masya­rakat pemilih untuk

“membeli kucing dalam karung”. Kelima, ada komite atau panitia pemilihan yang independen.

Keenam, ada keleluasan bagi setiap kontestan untuk berkompetisi secara sehat. Ketujuh, netralitas

birokrasi. Dalam praktik sistem politik manapun, prosesi Pemilu senantiasa tidak bisa melepaskan

diri dari peran birokrasi. Bagaimanapun, manajemen Pemilu sebuah kerja birokrasi. Dalam kontek

ini, Pemilu demokratis-kompetitif membutuhkan birokrasi yang netral, tidak memihak, dan tidak

menjadi perpanjangan tangan salah satu kekuatan politik yang ikut bertarung dalam Pemilu.

International IDEA merumuskan 15 (lima belas) menyusun kriteria Pemilu demokratis, yakni:

(1) penyusunan kerangka hukum; (2) sistem Pemilu, (3) penentuan distrik pemilihan dan definisi

batasan unit Pemilu, (4) hak memilih dan untuk dipilih, (5) badan pelaksana Pemilu, (6)

pendaftaran pemilih dan pemilih terdaftar, (7) akses kertas suara partai politik dan kandidat, (8)

kampanye Pemilu demokratis, (9) akses media dan kebebasan berekspresi, (10) pembiayaan dan

pengeluaran kampanye, (11) pemungutan suara, (12) penghitungan dan tabulasi suara, (13)

peranan wakil partai dan kandidat, (4) pemantauan Pemilu, dan (15) kepatuhan dan penegakan

hukum.

Untuk menyelenggarakan Pemilu, ada tiga institusi yang diberi mandat oleh Undang

undang No. 7 tahun 2017 tentang Pemilu, yakni: (1) KPU yakni: lembaga Penyelenggara Pemilu

yang bersifat nasiona, tetap, dan mandiri, (2) Badan Pengawas Pemilu yakni: lembaga

Penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu dan (3) Dewan

Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang bertugas menangani pelanggara kode etik

Penyelenggara Pemilu. Sebelumnya DKPP menjadi ‘pengadil’ pelanggaran kode etik

Penyelenggara Pemilu, namun bukan institusi terpisah dan mandiri. Melalui Undang undang No.

Page 9: SEJARAH DAN KIPRAH

7 tahun 2017 tentang Pemilu, DKPP menjadi institusi Penyelenggara Pemilu yang kedudukannya

sejajar dengan KPU dan Bawaslu.

Dalam sejarah pelaksanaan Pemilu di Indonesia, Pengawas Pemilu baru muncul pada era

1980-an. Pada pelaksanaan Pemilu yang pertama kali dilaksanakan di Indonesia pada 1955 belum

dikenal istilah pengawasan Pemilu. Pada Pemilu 1995, Pemilu dilaksanakan oleh suatu badan yang

disebut dengan Badan Penyelenggara Pemilu (BPP) dengan berpedoman pada Surat Edaran

Menteri Kehakiman Nomor JB.2/9/4 Und.Tanggal 23 April 1953 dan 5/11/37/KDN tanggal 30

Juli 1953. Badan tersebut berada di tingkat pusat bernama Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) Pusat,

Panitia Pemilihan (PP) Provinsi, Panitia Pemilihan Kabupaten (PPK), dan Panitia Pemungutan

Suara (PPS) yang dibentuk di setiap kecamatan oleh Menteri Dalam Negeri.

Banyak kalangan pengamat maupun peserta Pemilu 1955 mengakui, Pemilu 1955 telah

berlangsung cukup Luber, Jurdil dan demokratis. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari

profesionalitas dan integritas BPP yang menjadi Penyelenggara Pemilu 1955. Boleh dikatakan

pada Pemilu 1955, fungsi BPP merangkap selain melaksanakan Pemilu sekaligus juga mengawasi

Pemilu. Ini khas Indonesia. Bahkan di sejumlah negara, KPU diberikan ”power” quasiyudisial

sehingga dapat memutus pelanggaran Pemilu.

Dengan profesionalitas dan integritas BPP, menimbulkan trust atau kepercayaan yang

tinggi dari seluruh peserta Pemilu dan masyarakat khususnya pemilih terhadap Pemilu yang

dimaksudkan untuk membentuk lembaga parlemen dan memilih anggota parlemen yang saat itu

disebut sebagai Konstituante. Adanya dorongan semangat nasionalisme dari elit politik dan

keinginan menunjukkan kepada dunia bahwa meskipun sebagai negara baru merdeka telah mampu

melaksanakan Pemilu secara demokratis.

Meskipun terjadi konflik, pertentangan ideologi dan bahkan intimidasi pada tahap akhir

kampanye dan pemungutan suara di sejumlah daerah di Indonesia, tetapi dapat dikatakan sangat

minim terjadi kecurangan dalam pelaksanaan tahapan. Menurut pengamat dan peneliti politik LIPI

Alfian, dari segi pelaksanaan, Pemilu 1955 dapat dikatakan berjalan dengan bersih dan jujur, dan

oleh karena itu suara yang diberikan anggota masyarakat mencerminkan aspirasi dan kehendak

mereka dan adil serta demokratis. Dalam pandangan Indonesianis Amerika Serikat Lance Castle,

Pemilu 1955 dipandang sebagai prestasi gemilang, afirmasi kebangsaan dan jawaban nyata kepada

kaum skeptis di dalam dan luar negeri yang mengklaim bangsa Indonesia tidak sanggup

berdemokrasi.

Page 10: SEJARAH DAN KIPRAH

Seiring dengan tumbangnya regim orde lama dan munculnya regim orde baru, Pemilu tetap

dilaksanakan. Hanya saja namanya mengalami perubahan. Jika di Pemilu 1955 bernama BPP, di

masa orde Baru berubah nama menjadi Lembaga Pemilihan Umum (LPU) dan Panitia Pemilihan

Indonesia (PPI) dengan Keputusan Presiden No. 3 tahun 1970. Di masa Orde Baru, Pemilu berhasil

dilaksanakan sebanyak 6 (enam) kali, yakni: 1971, 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997.

Penyelenggara Pemilu adalah PPI dan LPU berasal dari unsur partai politik dan pemerintah dengan

Ketua LPU dijabat ex officio Menteri Dalam Negeri.

Begitu juga Panitia Pemilihan Indoinesia (PPI), Panitia Pemilihan Daerah (PPD) I dan II,

dan Panitia Pendaftaran Pemilih (Pantarlih) secara ex officio dijabat oleh Mendagri, Gubernur,

Bupati, Walikota Madya, dan Camat dan Kepala Desa/Lurah. Untuk pelaksanaan Pemungutan

dan Penghitungan Suara dibentuk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dan di

luar negeri dibentuk Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN), Panitia Pemilihan Suara Luar Negeri

(PPSLN), dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) yang bersifat

sementara atau ad hoc.

Sedangkan Institusi Pengawas Pemilu baru muncul pada pelaksanaan Pemilu 1982,

dengan nama Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu (Panwaslak Pemilu) dengan Ketua Panitia

Pengawas Pusat sampai daerah ex officio dijabat oleh Jaksa Agung, Kepala Kejaksaan Tinggi (Dati

I) dan Kejaksaan Negeri (Dati II). Pembentukan Panwaslak Pemilu pada Pemilu 1982 dilatari oleh

protes-protes atas banyaknya pelanggaran dan manipulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh

para petugas Pemilu pada Pemilu 1971. Karena pelanggaran dan kecurangan Pemilu yang terjadi

pada Pemilu 1977 jauh lebih masif. Protes-protes ini lantas direspon pemerintah dan DPR yang

didominasi Golkar dan ABRI.

Akhirnya muncullah gagasan memperbaiki undang-undang yang bertujuan meningkatkan

'kualitas' Pemilu 1982. Demi memenuhi tuntutan PPP dan PDI, pemerintah setuju untuk

menempatkan wakil peserta Pemilu ke dalam kepanitiaan Pemilu. Selain itu, pemerintah juga

mengintroduksi adanya badan baru yang akan terlibat dalam urusan Pemilu untuk mendampingi

Lembaga Pemilihan Umum (LPU), selain mengintroduksi Panwaslak Pemilu.

Terkait dengan hal ini, Ramlan Surbakti dan Hari Fitrianto menyatakan sebagai berikut:

“Pemerintah Orde Baru memang terkesan akomodatif dengan tuntutan masyarakat dan

seolah-olah memiliki itikad yang sungguh-sungguh untuk menciptakan Pemilu yang

demokratis ketika memutuskan untuk membentuk panwaslak, namun jika dilihat kompoisisi

Page 11: SEJARAH DAN KIPRAH

keanggotaan dan skema pertanggungjawaban Panwaslak, kebijakan pembentukan

Panwaslak hanya terkesan lip-services. Keanggotaan Panwaslak dari pusat sampai ke daerah

jika dilihat dari komposisinya merupakan aparatur pemerintah yang memiliki loyalitas

tunggal yakni pada Golkar, terlebih komposisi tersebut diperkuat dengan kehadiran PNS

(Birokrasi), ABRI, dan Golkar dalam Panwaslak yang bisa dikatakan kekuatan yang

manunggal untuk mendukung kekuasaan pemerintah Orde Baru dan Golkar. Alhasil ketika

Panwaslak membahas tentang dugaan manipulasi suara, dugaan tersebut akan “mental”

sejak awal di dalam pembahasan internal Panwaslak sendiri. Karena secara jumlah kekuatan

suara yang pro pemerintah Orba jauh lebih banyak, yakni terdiri dari 4 kekuatan, kejaksaan,

Depdagri, ABRI, dan Golkar. Bandingkan dengan kekuatan yang kontra hanya terdiri dari 2,

PDI dan PPP. Maka jika diperlukan voting, jelas kalah jumlah suara. Kedua, berkaitan

dengan skema pertanggungjawaban Panwaslak yang secara horizontal kepada LPU secara

terang benderang merupakan sebuah paradox. Bagaimana bisa sebuah lembaga dibentuk

untuk mengawasi lembaga lain, sedangkan lembaga yang mengawasi tersebut

bertanggungjawab kepada lembaga yang diawasi. Sudah bisa ditebak, sejak awal

pengawasan yang dilakukan Panwaslak hanyalah lipservice saja. Panwaslak yang pada

awalnya dimaksudkan untuk mengembalikan penyelenggaraan Pemilu yang demokratis, pada

praktiknya berubah menjadi lembaga yang turut memperkuat posisi pemerintah Orba dan

Golkar dalam Pemilu. Panwaslak hanya dijadikan lembaga yang melegitimasi bahwa Pemilu

yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan LPU telah demokratis, karena telah mampu

memproses keberatan dan kasus pelanggaran Pemilu sesuai prosedur”.

Secara umum banyak kalangan peneliti dan pengamat politik beranggapan,

penyelenggaraan Pemilu di masa orde baru secara umum Pemilu di masa Orde Baru dianggap

tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai Pemilu demokratis. Hal ini disebabkan karena

dengan sengaja (by design) memanipulasi prinsip-prinsip demokrasi dan diselenggarakan untuk

mempermanenkan kekuasaan politik yang berlaku. Dalam pandangan pengamat politik William

R. Lidle, Pemilu di masa regim Orde Baru tidak demokratis dan merupakan instrument mesin Orde

Baru dan guna memperkuat legitimasi kekuasan Presiden Soeharto.

Sebagian pengamat lainnya menilai, Pemilu di masa Orde Baru diwarnai dengan

kecurangan seperti manipulasi oleh aparat pemerintah, tekanan birokrasi, monopoli media,

Page 12: SEJARAH DAN KIPRAH

lembaga penyelenggara yang tidak adil, dan korupsi dilakukan oleh petugas pengadilan yang justru

semuanya berujung pada melindungi kepentingan–kepentingan Orde Baru, dengan Golkar sebagai

mesin politik utama dan satu-satunya. Dalam pandangan Pengamat Politik Amerika Serikat Harold

Crouch, Golkar yang merupakan ciptaan dari penguasa militer dan tidak bisa dipisahkan dari

identitasnya. Golkar tidak mempunyai basis kepartaian dan tidak memiliki jejaring dengan

rakyatnya, sebagai bentuk federasi yang digerakkan oleh prajurit-prajurit sementara dengan tujuan

untuk melemahkan posisi partai politik.

Mencermati dan mempelajari penyelenggaraan Pemilu yang tidak demokratis di masa Orde

Baru, Peneliti LIPI Syamsuddin Harris merekomendasikan format Pemilu agar memenuni syarat:

pertama, adanya kebebasan memilih bagi masyarakat; kedua, terbukanya peluang kompetisi

diantara partai politik peserta Pemilu sebagai konsekwensi logis adanya kemerdekaan berserikat

bagi masyarakat; ketiga, berkurangnya secara signifikan peluang bagi birokrasi mendistorsikan

proses Pemilu sebagai tuntutan netralitas birokrasi di satu pihak, dan pembatasan unsur-unsur

pemerintah di lain pihak; serta terbuka peluang bagi masyarakat dan organisasi-organisasi untuk

ikut melakukan pengawasan secara sukarela terhadap hampir semua proses Pemilu.

Selain itu, sebagaimana dikatakan Dosen Universitas Indonesia Valina Singka Subekti,

yang harus diperbaiki adalah electoral process, yakni: pertama, diperlukan independensi Panitia

Pelaksana Pemilu. Selama ini struktur LPU didominasi aparat birokrasi dan pemerintah. Pantarlih

dan KPPS dan Panitia Pengawas Pemilu sejak pusat sampai Kecamatan juga didominasi

pemerintah. Kedua, perlu dilembagakan kampanye yang berlangsung secara adil terhadap semua

peserta Pemilu. Ketiga, diperbolehkan berdirinya semacam Komite Pengawas Pemilu yang

independen yang didirikan di luar pemerintah, semacam NAMFREL di Filipina. Keempat, proses

penghitungan suara harus dijamin kerahasiaan dan kejujurannya. Untuk menghindari manipulasi,

saksi penghitungan suara dari peserta Pemilu. Kelima, ABRI dan birokrasi sipil (Pegawai Negeri

Sipil) harus berdiri diatas semua golongan, tidak berpihak kepada salah satu kontentas.

Seiring dengan lengser keprabonnya Presiden Soerharto karena gelombang protes

mahasiswa pada 1998 dan munculnya era reformasi, tuntutan dan desakan reformasi Pemilu dan

institusi Penyelenggara Pemilu makin kencang. Dimulai dari perubahan nama dari LPU menjadi

Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dalam pandangan mantan anggota KPU RI Andi Alfian

Malarangeng, perubahan nama dari LPU ke KPU bukan sekadar perubahan istilah, melainkan juga

terjadi perubahan substansial dalam fungsi dan peranannya. Manakala LPU di masa Orde Baru

Page 13: SEJARAH DAN KIPRAH

menjadi mesin politik electoral yang digunakan untuk merekayasa kegitimasi dukungan

masyarakat. Saat ini, terutama sejak Pemilu 1999, KPU harus mampu benar-benar melaksanakan

fungsinya sebagai Pemilu yang Luber dan Jurdil.

Dengan KPU, dimaksudkan untuk meminimalisasi campur tangan penguasa dalam

pelaksanaan Pemilu mengingat penyelenggara Pemilu sebelumnya, yakni LPU, merupakan bagian

dari Kementerian Dalam Negeri (sebelumnya Departemen Dalam Negeri). Di sisi lain lembaga

Pengawas Pemilu tetap dipertahankan dengan argument karena institusi ini memiliki kedudukan

strategis dalam menjaga Pemilu agar berlangsung dengan prinsip Pemilu yang Luber dan Jurdil.

Namun nomenklaturnya mengalami perubahan: dari Panwaslak Pemilu menjadi Panitia Pengawas

Pemilu (Panwaslu). Pun demikian dari sisi strukturm fungsi dan mekanisme kerjanya dilakukan

sejumlah perbaikan signifikan.

Menyadari masih banyak kelemahan mendasar dalam Penyelenggara Pemilu, DPR bersama

pemerintah melakukan penyempurnaan atas Undang undang No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu.

Maka lahirlah Undang undang No. 12 Tahun 2003. Salah satu perubahan mendasar adalah terkait

dengan latar belakang dan syarat keanggotaannya. Manakala pada Pemilu 1999, unsur

Penyelenggara Pemilu berasal dari Partai Politik dan pemerintah. Namun pada Undang undang

No. 12 tahun 2003, Penyelenggara Pemilu harus berasal dari kalangan individu independen. Selain

itu, Undang undang No. 12 tahun 2003 juga mengamanatkan agar dalam pelaksanaan pengawasan

Pemilu dibentuk sebuah lembaga ad hoc terlepas dari struktur KPU yang terdiri dari Panitia

Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota,

dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan. Selanjutnya kelembagaan pengawas Pemilu dikuatkan

melalui Undang undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu dengan dibentuknya

sebuah lembaga tetap yang dinamakan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Adapun aparatur Bawaslu dalam pelaksanaan pengawasan berada sampai dengan tingkat

kelurahan/desa dengan urutan Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu

Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, dan Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) di

tingkat kelurahan/desa. Berdasarkan ketentuan Undang undang No. 22 Tahun 2007, sebagian

kewenangan dalam pembentukan Pengawas Pemilu merupakan kewenangan dari KPU. Namun

selanjutnya berdasarkan Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap judicial review (JR)

yang dilakukan oleh Bawaslu terhadap Undang undang No. 22 Tahun 2007, rekrutmen pengawas

Pemilu sepenuhnya menjadi kewenangan dari Bawaslu. Kewenangan utama dari Pengawas Pemilu

Page 14: SEJARAH DAN KIPRAH

menurut Undang undang No. 22 Tahun 2007 adalah untuk mengawasi pelaksanaan tahapan

Pemilu, menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi,

pelanggaran pidana Pemilu, serta kode etik.

Kelembagaan pengawas Pemilu terus mengalami dinamika dengan terbitnya Undang

undang No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu. Secara kelembagaan, pengawas Pemilu

dikuatkan kembali dengan dibentuknya lembaga tetap Pengawas Pemilu di tingkat provinsi dengan

nama Badan Pengawas Pemilu Provinsi (Bawaslu Provinsi). Selain itu pada bagian kesekretariatan

Bawaslu juga didukung oleh unit kesekretariatan eselon I dengan nomenklatur Sekretariat Jenderal

Bawaslu. Selain itu pada konteks kewenangan, selain kewenangan sebagaimana diatur dalam

Undang undang No. 22 Tahun 2007, Bawaslu berdasarkan Undang undang No. 15 Tahun 2011

juga memiliki kewenangan untuk menangani sengketa Pemilu.

Penting dicatat, penguatan institusi Pengawas Pemilu tidak dapat dilepaskan dari peran dan

dukungan dari berbagai elemen dan komponen kalangan civil society yang tergabung dalam

Aliansi Masyarakat Amankan Pemilu (terdiri dari 23 organisasi dan 113 individu yang prihatin

atas penyelenggaraan Pemilu. Mereka kemudian mengajukan judicial review ke MK. Yang

digugat terutama Pasal 11 huruf I dan Pasal 85 huruf I Undang undang No. 15 tahun 2011 tentang

Penyelenggara Pemilu. Gugatan tersebut dikabulkan oleh MK dengan terbitnya Putusan No.

11/PUU-VIII/2010.

Dalam putusan tersebut ditafsirkan oleh MK, apa yang dimaksud dengan “Pemilihan

Umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilu yang bersifat tetap dan mandiri sebagaimana

dimaksud Undang Undang Dasar 1945 Pasal 22E ayat 5”, tidak merujuk kepada sebuah nama

institusi, akan tetapi merujuk kepada fungsi penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersifat

nasional, tetap dan mandiri. Dengan demikian, menurut MK, fungsi penyelenggaraan Pemilihan

Umum tidak hanya dilaksanakan oleh KPU, akan juga termasuk lembaga pengawas Pemilu dalam

hal ini Bawaslu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap

dan mandiri.

Dengan demikian menurut MK, KPU dan Bawaslu posisinya sejajar, yakni: sama-sama

sebagai Penyelenggara Pemilu yang masing-masing mempunyai fungsi berbeda. Oleh karena itu,

masing-masing harus berdiri sendiri, sejajar dan saling mandiri. Semua ketentuan yang

menggantungkan satu dengan yang lain, harus dihilangkan. Menurut Deklarator Perkumpulan

Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Didik Supriyanto yang juga termasuk dalam penggugat

Page 15: SEJARAH DAN KIPRAH

Undang undang No. 15 tahun 2011 tentang Pemilu, inilah legal konstitsional sehingga Undang

undang No. 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu menempatkan KPU sebagai induk

Bawaslu juga dihapus.

Meskipun demikian, rupanya perumus dan penyusun Undang undang No. 15 tahun 2011

tentang Penyelenggara Pemilu belum puas dan merasa masih perlu menegaskan kesejajaran hukum

antara KPU dan Bawaslu yang sudah diputuskan oleh MK. Caranya dengan melakukan penguatan

terhadap kapasitas dan terutama sumber daya manusia Pengawas Pemilu. Hal ini bisa terlihat dan

terbaca dari persyaratan minimal pendidikan untuk menjadi anggota Panwaskota/Kabupaten

minimal berpendidikan S-1.

Sedangkan untuk KPU Kota/Kabupaten cukup dengan bermodalkan ijazah SLTA. Yang

terberat adalah syarat kompetensi. Sebagaimana tertera pada Undang undang No. 15 tahun 2011

tentang Penyelenggara Pemilu Pasal 85 ayat e, untuk menjadi anggota Bawaslu RI, Bawaslu

Provinsi dan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota harus memiliki kemampuan dan keahlian yang

berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu dan pengawasan Pemilu. Sedangkan untuk menjadi

anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten Pasal 11 ayat d cukup mempersyaratkan

memiliki pengetahuan dan keahlian yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu.

Berbeda dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) KPU yang harus menyelenggarakan seluruh

tahapan Pemilu. Sedangkan tupoksi Bawaslu adalah mengawal, mengawasi dan memastikan

seluruh tahapan Pemilu berlangsung sesuai dengan asas-asas Pemilu. Adapun tupoksi Bawaslu

sebagaimana diamanatkan Undang undang No. 15 tahun 2011 tentang Penyelengggara Pemilu

adalah (1) menegakkan integritas penyelenggara, transparansi penyelenggaraan dan akuntabilitas

Pemilu; (2) mewujudkan Pemilu yang demokratis, dan (3) memastikan terselenggaranya Pemilu

secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dan berkualitas, serta dilaksanakannya peraturan

perundangan mengenai Pemilu secara menyeluruh.

Banyak kalangan mengharapkan, komposisi dan konfigurasi keanggotaan Bawaslu yang

berumur rata-rata di bawah (lima pulihan) tahun saat dilantik pada 2012 dan akan mengemban

melaksanakan amanat Undang undang No. 15 tahun 2011 tentang Pemilu dan bertugas mengawasi

pelaksanaan Pemilu 2014 akan dilakukan secara maksimal dan efektif. Adapun komisioner

Bawaslu RI Periode 2012-2017 adalah sebagai berikut: 1. Daniel Zuchron, 2. Endang

Wihdatiningtyas, 3. Muhammad, 4. Nasrullah, dan 5. Nelson Simanjutak. Adapun visi Bawaslu

2010-2014 yang harus diemban Bawaslu 2012-2017 adalah “Tegaknya Integritas Penyelenggara

Page 16: SEJARAH DAN KIPRAH

Pemilu, Penyelenggaraan, dan hasil Pemilu Melalui Pengawasan Pemilu yang Berintegritas dan

Berkredibilitas untuk Mewujudkan Pemilu yang Demokratis”.

Berbagai terobosan penting dilakukan oleh Bawaslu 2012-2017. Salah satunya adalah

mendorong kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengawasan Pemilu melalui gerakan

Sejuta Relawan Pengawas Pemilu (GSRPP) secara nasional. Sementara yang berkaitan dengan

pelaksanaan tugas penanganan pelanggaran Pemilu, secara umum Bawaslu dapat melaksanakan

sesuai dengan kewenangannya. Namun dalam hal penanganan tindak pidana Pemilu masih

terdapat berbagai kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kewenangan yang dimiliki

Bawaslu dalam melakukan penindakan. Keterbatasan kewenangan Bawaslu dapat dilihat dari

keterbatasannya mulai dari menerima laporan sampai dengan meneruskan kepada pihak yang

berwenang. Keterbatasan kewenangan inilah yang membuat proses penegakan hukum Pemilu

khususnya penindakan di bidang tindak pidana Pemilu dirasakan oleh berbagai pihak masih sangat

kurang menimbulkan ketidakpuasan masyarakat.

Tantangan nyata yang dihadapi Bawaslu RI 2012-2017 adalah mengawasi pelaksanaan

Pemilu 2014. Hal ini sangat tidak mudah karena oleh banyak kalangan diprediksi, Pemilu 2014

akan banyak terjadi problem dan konflik. Tanda-tanda bakal terjadi kesemrawutan sudah mulai

terlihat dari mulai tahapan paling awal, yakni: tahapan verifikasi partai politik. Diantaranya saat

KPU meloloskan 18 partai politik saat verifikasi administrasi pada tahap pertama yang dianggap

tidak mengindahkan prosedur yang berlaku. Bukan itu saja, keputusan KPU tersebut kemudian

diadukan oleh Bawaslu ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), dan sejurus

kemudian DKPP mengabulkan gugatan Bawaslu dan KPU harus melakukan verifikasi ulang.

Derngan demikian, pada tahap pemutakhiran data pemilih berlangsung dengan banyak

kelemahan terutama akibat banyak data invalid sehingga menimbulkan kekisruhan. Pun demikian

kegiatan pemungutan dan penghitungan suara. Sedangkan dari sisi pelanggaran administrasi,

berdasarkan laporan Kompas, berdasarkan data Bawaslu terjadi sebanyak 7.184 temuan/laporan

meliputi pada tahap pemutakhiran data pemilih terjadi 935 pelanggaran, pada tahap kampanye

4.581 pelanggaran, serta pada tahap pemungutan dan penghitungan suara terjadi 922 pelanggaran.

Sebagai kepanjangan tangan dari Bawaslu RI, tentu saja Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

harus mampu pula melaksanakan tugas dan fungsinya dalam melakukan pengawasan dan

penanganan pelanggaran pada Pemilu 2014. Apalagi acapkali Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

dijadikan barometer atau parameter dalam pengawasan dan penanganan pelanggaran Pemilu di

Page 17: SEJARAH DAN KIPRAH

tingkat provinsi. Untuk tugas itu, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta berusaha mengembannya dengan

sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab.

Hal yang sama dilakukan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta terkait dengan pencegahan

dan penegakan hukum pada Pilkada DKI 2017, yang oleh banyak kalangan digambarkan sebagai

Pilkada Rasa Pilpres (2019). Pilkada DKI 2017 dianggap rasa Pilpres 2019 disebabkan demikian

kompetitif dan sengitnya persaingan dan sekaligus sebagai pemanasan menjelang Pilpres 2019.

Berbagai masalah dan isu krusial muncul di Pilkada DKI. Diantaranya kisruh data pemilih, politik

uang/politik sembako, politik identitas, kampanye hitam, dan lain sebagainya.

Dinamika politik paska Pilkada DKI 2017 berlangsung demikian cepat. Salah satunya

adalah terkait dengan revisi Undang undang No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu dan

Undang undang No. 42 tahun 2018 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Setelah

melalui tarik ulur yang tajam di kalangan politisi di DPR, akhirnya berhasil ditelorkan UNDANG

UNDANGPemilu baru yang disebut dengan Undang undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Diantara perubahan mendasar pada Undang undang No. 7 Tahun 2017 yaitu: peningkatan status

kelembagaan Pengawas Pemilu di tingkat Kabupaten/Kota yang semula berbentuk kepanitian (ad

hoc) menjadi bentuk Badan (bersifat tetap), dan penguatan kewenangan yakni: pertama sebagai

pengawas Pemilu, kedua juga mengadili. Bawaslu sebagai salah satu lembaga penyelenggara

Pemilu bertugas melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemilu memiliki wewenang

antara lain mengawasi pelaksanaan tahapan-tahapan Pemilu, menerima laporan-laporan dugaan

Pemilu, dugaan pelanggaran Pemilu, dan menindaklanjuti temuan atau laporan kepada instansi

yang berwenang.

Seiring berjalannya waktu, dengan adanya Undang undang No. 7 Tahun 2017, ada

penguatan kewenangan Bawaslu dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Salah satu

penguatannya yaitu temuan Bawaslu tidak lagi berupa rekomendasi, tetapi sudah menjadi putusan.

Menurut Undang undang No. 7 tahun 2017, Bawaslu memiliki kewenangan memutus pelanggaran

administrasi sehingga temuan pengawas Pemilu tidak hanya bersifat rekomendasi tetapi bersifat

putusan/keputusan yang harus dilaksanakan oleh para pihak. Bawaslu juga diberikan mandat dasar

berupa pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran Pemilu dan sengketa Pemilu. Selain

masih banyak sekali penguatan kewenangan-kewenangan Bawaslu dalam menjalankan tugas dan

fungsinya.

Page 18: SEJARAH DAN KIPRAH

Untuk melaksanakan amanat Undang undang No. 7 tahun 2017 tentang Pemilu, dari sisi

Penyelenggara Pemilu dilakukan penyegaran. Setelah melalui proses seleksi administrasi hingga

fit and proper test, ujungnya ditentukan melalui pemilihan di DPR RI. Melalui mekanisme

pemilihan dengan menggunakan voting terbuka yang dihadiri oleh 55 anggota Komisi II DPR itu,

akhirnya menetapkan lima nama yang memiliki suara terbanyak. Kelima nama tersebut adalah

Ratna Dewi Pettalolo (54 suara), Mochammad Afifuddin (52 suara), Rahmat Bagja (51 suara),

Abhan (34 suara), dan Fritz Edward Siregar (33 suara). Dari lima nama yang terpilih, tercatat

empat orang diantaranya berlatar pendidikan hukum, yakni Ratna Dewi Pettalolo, Rahmat Bagja,

Abhan, dan Fritz Edward Siregar.

Di bawah kepemimpinan Abhan sebagai Ketua Bawaslu, Bawaslu RI meluncurkan slogan

(tagline) baru yaitu 'Bersama Rakyat Awasi Pemilu, Bersama Bawaslu Tegakkan Keadilan

Pemilu'. Slogan baru itu mengandung filosofi bahwa Pemilu adalah milik seluruh rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, partisipasi rakyat menjadi bagian penting bagi terciptanya Pemilu yang

demokratis dan berkualitas. Selain itu, melalui slogan baru ini, Bawaslu ingin meningkatkan

partisipasi masyarakat untuk turut mengawasi Pemilu. Dengan demikian, masyarakat merasa

menjadi bagian penting dalam penyelenggaraan Pemilu. Jadi bukan hanya datang ke TPS saja, tapi

ikut mengawasi prosesnya. Selain meluncurkan slogan baru, Bawaslu juga merilis tampilan baru

situs resminya, www. bawaslu.go.id. Bawaslu juga menetapkan nama forum diskusi Pemilu yaitu

'Thamrin 14', yang diambil dari alamat Kantor Bawaslu RI di Jalan MH Thamrin Nomor 14.

Tugas utama yang menghadang Bawaslu 2017 adalah menyelenggarakan untuk pertama

kalinya Pemilu Serentak. Yakni: suatu Pemilu yang menggabungkan antara Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden dengan Pemilu Legislatif. Atau lebih tepatnya, sebagaimana didefinisikan Benny Geys dalam

“Explaining Voter Turn Out: a Review of Agregat-Level Research”, Pemilu Serentak sebagai sistem

Pemilu yang melangsungkan beberapa pemilihan sekaligus pada satu waktu bersamaan. Dalam kontek

Indonesia, digelar secara bersamaan antara Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD atau Pemilu

Legislatif (Pileg) serta Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres).

Dalam kontek ini, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta sebagai kepanjangan tangan dari Bawaslu RI,

dan mengingat lokasinya yang berada di ibukota Jakarta Republik Indonesia dianggap sebagai

episentrum perpolitikan nasional dan acapkali menjadi sorotan, dan bahkan dianggap baromenter

dalam setiap kontestasi Pemilu. Buku ini mencoba merekam percikaan sejarah perjalanan, dinamika,

kiprah dan pengabdian Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta periode 2012-2017 hingga Bawaslu

Page 19: SEJARAH DAN KIPRAH

Provinsi DKI Jakarta periode 2017-2022. Mengingat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta 2017-2022 baru

menginjak usia yang kedua (2019), penulisannya dibatasi hingga Desember 2019. Melalui buku ini,

buku ini jejak historis awal pembentukan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta 2012-2019 dapat direkam,

dinarasikan dan dokumentasikan sebagai bahan renungan, refleksi, pembelajaran dan evaluasi bagi

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta di masa depan.

BAB I

PEMBENTUKAN BAWASLU PROVINSI DKI JAKARTA

A. Awal Mula Lahirnya Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta lahir berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2011

tentang Penyelenggara Pemilihan Umum sebagimana diatur dalam Pasal 69 ayat (1) dan (2). Ayat

Page 20: SEJARAH DAN KIPRAH

(1) Pengawas penyelenggara Pemilu dilakukan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu

Kabupaten/kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan dan Pengawas Pemilu Luar

Negeri. Dan ayat (2) Bawaslu dan Bawaslu Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat

tetap. Dari amanat Undang Undangtersebut Bawaslu Republik Indonesia melakukan perekrutan

anggota Bawaslu Provinsi.

Diawali dengan pembentukan Panitia Seleksi oleh Bawaslu Republik Indonesia yang

berlatar belakang dari unsur Akademisi, Penggiat Pemilu dan Tokoh masyarakat, khusus untuk

Provinsi DKI Jakarta yang menjadi Panitia Seleksi adalah Dr. Sukardi selaku Ketua Tim Seleksi,

dengan anggota Dr. Agus S Irfani, Sri Budi Eka Wardani, Yusfitriadi, dan Agus Melaz . Panitia

Seleksi melakukan rekrutmen calon anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta kurang lebih 2 (dua)

bulan.

Kemudian Panitia seleksi menyerahkan 6 (enam) orang calon anggota Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta untuk mengikuti fit and proper test (FPT) atau Uji Kelayakan dan Kepatutan oleh

Bawaslu Republik Indonesia. Hasilnya, nama nama yang diserahkan diurutkan berdasarkan Abjad

adalah (1) Abdilah Faresi, (2) Ahmad Fahrudin, (3) Andi Maulana, (4) Mimah Susanti, (5)

Muhammad Jufri, (6) Muhaimin. Selanjutnya, Bawaslu Republik Indonesia melakukan FPT di

Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta dan kemudian mengumumkan 3 (tiga) nama yang lolos mejadi

anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta periode 2012 – 2017 adalah (1) Ahmad Fahrudin, (2)

Mimah Susanti, (3) Muhammad Jufri.

Anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta yang terpilih dan sudah diumumkan oleh Bawaslu

Republik Indonesia berserta dengan anggota Bawaslu provinsi yang lain untuk periode 2012 -

2017 dan dilantik oleh Bawaslu Republik Indonesia pada tanggal 21 September 2012 di Hotel

Grand Sahid Jaya Jakarta. Namun Bawaslu Provinsi DKI Jakarta tepilih belum dapat dilantik

karena kepengurusan Anggota Panwaslu Provinsi DKI Jakarta Pada Pilkada 2012 yang anggotanya

adalah (1) Saudara Ramdansyah sebagai Ketua, (2) Muhammad Jufri sebagai anggota, dan (3)

Abdul Rahman Umar Sebagai Anggota, belum berakhir masa jabatannya, karena masa jabatan

anggota Panwaslu Pilkada 2012 ini berakhir setelah pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur

terpilih pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur tahun 2012. Pelantikan Gubernur dan wakil

Gubernur terpilih Ir. Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama dilaksanakan pada Senin tanggal

15 Oktober 2012 di Gedung DPRD Provinsi DKI Jakarta.

Page 21: SEJARAH DAN KIPRAH

Keeseokan harinya pada hari Selasa tanggal 16 Oktober 2012 baru dilaksanakan pelantikan

anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta terpilih periode 2012–2017 oleh Ketua Bawaslu Republik

Indonesia Bapak Dr. Muhammad SIP, M.Si di kantor Bawaslu Republik Indonesia Jalan MH

Thamrin No.14 Jakarta Pusat berdasarkan surat keputusan Nomor 656-KEP tahun 2012. Ketiga

nama anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta yang dilantik saat itu nama-mana berdasarkan abjat

yakni: (1) Ahmad Fahrudin, (2) Mimah Susanti, dan (3) Muhammad Jufri.

Pada Pelantikan Anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Ketua Bawaslu Bapak Dr.

Muhammad dalam sambutannya mengharapkan agar anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dapat

melaksanakan tugasnya secara profesional dan berintegritas. Kemudian Dr. Muhammad, yang

kala itu didampingi anggota Bawaslu Bapak Nasrullah, Nelson Simanjuntak, Daniel Zuchron dan

Ibu Endang Wihdatinigtyas berpesan, agar bersikap total dalam melaksanakan tugas dan

fungisnya. Kepada sanak keluarga yang mendampingi anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta yang

dilantik, Dr. Muhammad berpesan, agar keluarga bisa memaklumi manakala anggota Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta akan pulang larut malam atau jarang pulang, tak lain karena harus

mendahulukan kepentingan tugas negara daripada kepentingan pribadi atau golongan.

B. Aktivitas Pertama Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Usai pelantikan, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta langsung tancap gas. Sebab, pada esok

harinya pada 17-19 Oktober 2012, anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, harus berangkat ke

Batam untuk mengikuti rapat kerja yang dilakukan oleh Bawaslu RI. Di Batam, sebagian besar

perhatian terfokus atau dihabiskan untuk mengikuti agenda kegiatan rapat kerja yang cukup padat.

Di sela-sela kegiatan, sempat membahas dan menyepakati sejumlah agenda kerja yang segera akan

dilaksanakan.

Semula ada rencana pemilihan ketua Bawaslu Provinsi DKI Jakarta akan dilakukan di

Batam di sela-sela rapat kerja. Namun urung dilakukan dan diputuskan karena masih harus saling

mengenal, memahami dan beradaptasi antara satu dengan lainnya. Maklum karena dari segi latar

belakang memiliki sedikit perbedaan meskipun secara substansial ruang lingkup aktivitasnya

saling beririsan.

Ahmad Fachrudin, sebelum menjadi anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta adalah

komisioner anggota dan mantan Ketua KPU Jakarta Selatan serta mantan jurnalis. M. Jufri adalah

Page 22: SEJARAH DAN KIPRAH

mantan anggota Panwaslu DKI Jakarta, dan sudah banyak malang melintang di rimba pemantauan

Pemilu, khususnya di Jaringan Pendidikan Pemilih Rakyat (JPPR). Sementara Mimah Susanti

adalah mantan tenaga ahli di lingkungan Bawaslu RI, selain juga aktivis di organisasi

kemahasiswaan di lingkungan Fatayat (Pemudi) Nahdlatul Ulama (NU).

Rapat pemilihan ketua Bawaslu akan dilanjutkan setelah tiba di Jakarta atau setelah pulang

dari rapat kerja. Mengingat saat itu, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta belum mempunyai kantor

permanen rapat dilakukan di sejumlah tempat. Paling banyak meminjam tempat di kantor Bawaslu

RI, dan kantor Kesbangpol DKI. Pembahasan dimulai dengan mendiskusikan mekanisme

pemilihan: apakah dilakukan secara musyawarah, atau melalui jalan voting.

Setelah melalui serangkaian pertemuan yang diperkirakan terjadi hingga 3-4 kali, akhirnya

berhasil melakukan proses pemilihan Ketua Bawaslu Provinsi DKI Jakarta secara musyawarah

mufakat dengan terpilihnya Mimah Susanti sebagai ketua Bawaslu Provinsi DKI Jakarta .

Sedangkan Muhammad Jufri sebagai Koordinator Divisi Hukum dam Penanganan Pelanggaran

dan Ahmad Fachrudin Koordinator Divisi Sumber Daya Manusia. Pemilihan dan penetapan divisi

dilatari oleh kompetensi dan pengalaman masing-masing.

Selain soal pemilihan ketua, juga membahas agenda kerja mendesak lainnya, khususnya

terkait dengan permohonan kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta secara permanen kepada Badan

Kesatuan Bangsa (Kesbangpol) DKI dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk

menggolkan keinginan tersebut. Ketersediaan kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta sangat

penting dan mendesak demi kelancaran tugas dan program organisasi.

Sebagai institusi demokrasi, bertekad untuk menjadikan organisasi Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta sebagai organisasi yang dikelola dengan professional, transparan dan akuntabel. Namun

demikian, tentu saja di awal perjalanannya sangat tidak mudah. Disana sini, terjadi masalah dan

kendala. Terlebih lagi pada relasi kerja dengan sekretariat. Perbedaan latar belakang kultural,

pergulatan dan orientasi kerja, acapkali menjadi kendala tersendiri dalam membangun soliditas

organisasi. Namun seiring dengan perjalanan waktu, berbagai problem dan kendala tersebut biasa

diatasi. Soliditas organisasi dapat terpelihara hingga akhir masa bakti Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta 2012-2017.

Menurut Undang undang No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggata Pemilu, tugas dan

wewenang Bawaslu Provinsi DKI Jakarta diantaranya mengawasi tahapan penyelenggaraan

Pemilu di wilayah Provinsi DKI Jakarta, mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen

Page 23: SEJARAH DAN KIPRAH

serta melaksanakan penyusutannya, menerima laporan dugaan pelanggaran Pemilu di Provinsi

DKI Jakarta, menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Provinsi DKI Jakarta untuk

ditindaklanjuti, meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada

instansi yang berwenang, menyampaikan laporan (dugaan tindakan oleh penyelenggara Pemilu

yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu) kepada Bawaslu,

mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu; mengawasi pelaksanaan sosialisasi

penyelenggaraan Pemilu; dan melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh

undang- undang.

E. Pembetukan Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Setelah pemilihan ketua dan pembagian divisi komisioner Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

rampung, pekerjaan rumah selanjutnya adalah mencari dan mengangkat Kordinator Sekretariat

yang akan membantu Komisioner Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melaksanakan tugas dan

fungsinya. Tugas ini cukup berat karena rupanya untuk mendapatkan Koordinator Sekretariat

tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini karena pada umumnya tidak terlalu banyak

Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan PNS Pemprov DKI

tertarik dan bersedia ditempatkan di organisasi Penyelenggara Pemilu.

Alasannya macam-macam. Mulai alasan bekerja di lingkungan Penyelenggara Pemilu

waktunya tidak jelas (istilahnya hari kalender, bukan hari orang kerja), banyak resiko hingga

alasan kekuatiran Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) lenyap, atau setidaknya tidak sebesar TKD

yang didapat jika bekerja di instansi/SKPD Pemprov DKI. Kendala ini akhirnya menimbulkan

kesan bahwa PNS yang mau bekerja di Bawaslu Provinsi DKI Jakarta adalah PNS bermasalah,

sudah tidak terpakai karena alasan kompetensi atau karena ingin memasuki purna bakti (pensiun).

Padahal sinyalemen semacam itu tidak seluruhnya benar.

Jika mengacu kepada peraturan perundangan, tugas sekretariat Bawaslu Provinsi sangat

strategis. Undang undang No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu Pasal 107 ayat (1)

menyebutkan, untuk mendukung kelancaran tugas dan wewenang Bawaslu Provinsi dan Panwaslu

Kabupaten/Kota, dibentuk Sekretariat Bawaslu Provinsi, Sekretariat Panwaslu Kabupaten/Kota,

dan Sekretariat Panwaslu Kecamatan. Kemudian UNDANG UNDANGtersebut dijabarkan,

melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 80 Tahun 2012 tentang Organisasi, Tugas, Fungsi,

Wewenang, dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum, Sekretariat

Page 24: SEJARAH DAN KIPRAH

Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan.

Selanjutnya Bawaslu RI menyusun Peraturan Bawaslu (Perbawaslu) No. 2 Tahun 2013

tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum,

Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan

Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan. Adapun

wewenang kesekretariatan Bawaslu Provinsi, termasuk DKI Jakarta adalah menyusun dan

menetapkan program kerja dan anggaran Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, menetapkan tata kerja,

sumber daya manusia, mengelola keuangan, dan barang milik negara, menandatangani perjanjian

kerjasama, mengangkat dan memberhentikan Kepala Sekretariat Panwaslu Kabupaten/Kota atas

nama Sekretaris Jenderal, dan mengoordinasikan penyusunan program kerja dan anggaran

Panwaslu Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta.

Selain itu, Tupoksi masing-masing pejabat struktural Bawaslu Provinsi sebagai berikut: (1)

Kepala Sekretariat (Kepala Sekretariat) bertugas memberikan dukungan administratif dan teknis

operasional kepada Bawaslu Provinsi. Selain itu juga berfungsi: koordinasi pelaksanaan tugas unit

organisasi di lingkungan Sekretariat Bawaslu Provinsi, pemberian dukungan administratif kepada

Bawaslu Provinsi; dan Pelaksanaan perencanaan dan pengawasan internal, administrasi

kepegawaian, ketatausahaan, perlengkapan dan kerumahtanggaan, dan keuangan di lingkungan

Sekretariat Bawaslu Provinsi. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Sekretaria (Kepala

Sekretariat) Provinsi dibantu Kepala Sub Bagian Administrasi, Kepala Sub Bagian Teknis

Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu, Kepala Sub Bagian Hukum, Humas dan Antar Lembaga,

dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Untuk memperoleh Kepala Sekretariat, kami bertiga (komisioner Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta ) harus melakukan komunikasi dan kordinasi dengan Pemprov DKI, khususunya Kepada

Kaban Kesbangpol DKI Jakarta yang menjadi leading sector. Setelah berkomunikasi dan

berkoordinasi intenstif dengan Kaban Bakesbangpol DKI, beliau menugaskan Ahmad Dahlan,

PNS di lingkungan Kesbangpol DKI yang saat itu masih menjabat Kepala Sekretariat Panwaslu

Provinsi DKI 2001-2002 untuk menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Kordinator Sekretariat Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta, atau Koordinator Sekretariat Transisi hingga terpilihnya Kepala Sekretariat

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta definitif.

Page 25: SEJARAH DAN KIPRAH

Dalam melaksanakan tugasnya, Ahmad Dahlan dibantu oleh Kuwat sebagai bendahara.

Belakangan PNS yang statusnya BKO (Bawah Kendali Operasi) dari Pemprov DKI ke Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta ditambah satu lagi yakni: Muwartingrung, yang akrab disapa bu Ningrum.

Dalam melaksanakan tugasnya, kedua PNS senior di lingkungan Kesbangpol DKI tersebut dibantu

staf fungsional non PNS. Antara lain: Mohammad Sito Anang, Agus Sudono, Ahmad Koncara

(Bram), Bahtiar, Abdul Halim, dan lain-lain.

Tidak lama kemudian, Plt Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Ahmad

Dahlan diganti oleh Nugroho Mulyo yang ketika itu menjabat Setko Administrasi Jakarta Utara-

Kasubag Kepegawaian Bagian Ketatalaksanaan pada awal 2013. Tugas Kepala Sekretariat baru

tersebut melanjutkan pekerjaan yang sudah dirintis Plt Kepala Sekretariat pendahulunya (Ahmad

Dahlan). Sebelum menjabat Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta, Nugroho

merupakan pejabat di Biro Perlengkapan Kota Jakarta Utara.

Kaban Kesbangpol DKI Jakarta Zainal Musappa mengatakan, untuk memilih Kepala

Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dirinya terlebih dahulu berkonsultasi dengan

Sekdaprov DKI Fadjar Pandjaitan. Dari hasil konsultasi tersebut, Sekda Provinsi DKI Jakarta

memberikan beberapa pertimbangan mengenai kriteria Kepala Sekretariat yang cocok

ditempatkan di Bawaslu Provinsi DKI Jakarta . Yakni: (1) mengetahui menajemen, (2) memahami

akuntasi, dan (3) memasuki masa pensiun. Dari ketiga kriteria tersebut, seluruhnya ada pada diri

Nugroho. Khusus pertimbangan akan memasuki pensiun, menurut Zainal Musappa menjelaskan

alasannya, supaya Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dalam menjalankan tugasnya

lebih fokus dan tidak mengejar jabatan/eselon struktural selanjutnya.

Saat Nugroho menjabat Kepala Sekretariat di awal 2013, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

tengah mempersiapkan tugas dan fungsinya untuk mengawal tahapan verifikasi partai politik

(parpol) untuk Pemilu 2014. Sesuai dengan tupoksinya, Nugroho mendukung dan memfasilitasi

berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh komisioner dalam meelaksanakan tugas dan fungsinya

sebagai Pengawas Pemilu. Tugas jangka pendek Nugroho saat itu adalah mencari dan

mendapatkan kantor Panwas Kota/Kabupaten dan rekrutmen Panwaslu Kota/Kabupaten untuk

Pemilu 2014 yang tahapan pelaksanaannya sudah masuk.

Namun apa boleh dikata, dalam perjalanan yang baru seumur jagung, Nugroho

mengundurkan diri pada sekitar April 2013 dengan alasan ingin hidup lebih tenang. Setelah

ditelisik lebih jauh penyebabnya, rupanya keputusan mengundurkan diri tersebut setelah yang

Page 26: SEJARAH DAN KIPRAH

bersangkutan mengikuti rapat kerja yang dilaksanakan oleh Bawaslu RI dengan nara sumber antara

lain mengundung perwakilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Posisi yang ditinggalkan Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Nugroho

Mulyo kemudian digantikan oleh Masykur Ishak, dari Kesbangpol Jakarta Selatan. Masykur

dilantik pada 5 Mei 2013 oleh Sekretaris Jenderal Bawaslu RI Gunawan Suswantoro bersama 20

Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi se-Indonesia lainnya di Jakarta. Yakni: Bawaslu Provinsi

Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Kepulauan

Bangka Belitung, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan

Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku

Utara, Sulawesi Selatan, dan termasuk Bawaslu Provinsi DKI Jakarta.

Paska pelantikan, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan proses koordinasi dengan

Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta agar memfasilitasi personel PNS untuk posisi Kasubbag

Administrasi, Kasubbag Teknis Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu, dan Kasubbag Hukum,

Humas dan Antar Lembaga. Setelah melalui koordinasi dengan Kesbangpol DKI, seluruh jabatan

tersebut berhasil diisi. Kemudian pada hari Jumat tanggal 22 November 2013, ketiga Kasubbag

tersebut dilantik dan diambil sumpah/janji. Para pejabat dimaksud sebagaimana tabel berikut:

Kasubbag Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta 2013-2015

No Jabatan Struktural Nama Asal Instansi Masa Jabatan

1 Kepala Sub Bagian

Administrasi

Murwatiningrum Kantor

Kesbangpol

Jakarta Timur

2013-201

2 Kepala Sub Bagian

Teknis

Penyelenggaraan

Pengawasan Pemilu

Chenris

Rahmasari

Kantor

Kesbangpol

Jakarta Selatan

2013-2015

53 Kepala Sub Bagian

Hukum, Humas dan

Antar Lembaga

Mangatur

Parlindungan

Panjaitan

Biro Hukum

Setda Provinsi

DKI Jakarta

2013-2015

Page 27: SEJARAH DAN KIPRAH

Bawaslu Provinsi sejak pertengahan Tahun 2013 telah menjadi Satker dan masing-masing

Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi menjabat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk mengelola

anggaran yang cukup besar terkait agenda Pilkada di masing-masing Bawaslu Provinsi termasuk

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta. Kemudian, pada Tahun 2013, pegawai Sekretariat Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta baik yang PNS maupun non PNS telah direkrut hampir bersamaan dengan

pembentukan Sekretariat Panwaslu Kabupaten/Kota dan Sekretariat Panwaslu Kecamatan. Selain

itu, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta merekrut Tim Asistensi sebanyak 3 orang dan merekrut pula

staf-staf untuk membantu kelancaran operasional sehari-hari di Sekretariat Bawaslu Provinsi, baik

dari sisi tupoksi pengawasan Pemilu maupun dalam pengelolaan keuangan.

Guna persiapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun

2017, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta telah mengalami penguatan organisasi sehubungan dengan

hasil evaluasi pelaksanaan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014. Pergantian pejabat struktural pada Sekretariat Bawaslu

Provinsi DKI Jakartapun dilakukan melalui mekanisme fasilitasi personel PNS oleh Pemerintah

Daerah Provinsi DKI Jakarta. Pergantian pejabat dimaksud dilakukan untuk Jabatan Kepala Sub

Bagian Teknis Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu, dan Kepala Sub Bagian Hukum, Humas dan

Antar Lembaga sehingga para pejabat yang ditugaskan pada Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta sebagaimana tabel berikut:

Kepala Sekretariat dan Kasubbag Bawaslu Provinsi DKI Jakarta 2015-2017

No Jabatan Struktural Nama Asal Instansi Masa Jabatan

1 Kepala Sekretariat Maskur Kantor Kesbangpol

Jakarta Selatan

2015-2017

2 Kepala Sub Bagian

Administrasi

Murwatiningrum Kantor Kesbangpol

Jakarta Timur

2015-2017

3 Kepala Sub Bagian

Teknis

Satria Dayan

Kerti

Bakesbangpol DKI

Jakarta

2015-2017

Page 28: SEJARAH DAN KIPRAH

Pada 2015, Bawaslu RI telah melakukan rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil Bawaslu

dan menempatkannya di seluruh Indonesia. Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta telah

menerima penempatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) oleh Bawaslu Republik Indonesia

sebanyak 3 (tiga) orang dengan latar belakang pendidikan di bidang ekonomi dengan kualifikasi 1

(satu) orang berpendidikan Strata 1 dan 2 (dua) orang berpendidikan Diploma III sebagaimana

tabel berikut:

CPNS Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

No Jabatan Fungsional Nama Instansi Induk

1 Analisis Keuangan Haris Dharma Persada, SE Badan Pengawas

Pemilihan Umum 2 Pengadministrasi Keuangan Finda Suwanti, Amd

3 Pengadministrasi Keuangan Putu Kasumaendri, Amd

Sejak 2016 hingga Tahun 2017, personel Sekretariat di lingkungan Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta mencapai 230 orang (lihat tabel di bawah). Perbedaan signifikan antara Sekretariat

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dengan Panwaslu Kabupaten/Kota dan Panwascam bahwa

Sekretariat Bawaslu se-DKI, khususnya yang PNS berstatus diperbantukan (BKO). Sedangkan

Sekretariat Panwas Kota/Kabupaten sifatnya permanen. Sekretariat diperbantukan atau

diperkejakan sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia.

Jumlah Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Penyelenggaraan

Pengawasan Pemilu

4 Kepala Sub Bagian

Hukum, Humas dan

Antar Lembaga

Dwi Hening

Wardani

Bakesbangpol DKI

Jakarta

2015-2017

Page 29: SEJARAH DAN KIPRAH

No Personel Sekretariat se-DKI Jakarta Jumlah (orang)

1 Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta 32

2 Sekretariat Panwaslu Kabupaten/Kota 72

3 Sekretariat Panwaslu Kecamatan 230

F. Kantor Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Setelah mendapatkan Koordinator Sekretariat , Bawaslu Provinsi DKI Jakarta harus

memiliki kantor Sekretariat permanen. Seperti halnya mencari Koordinator Sekretariat ,

mendapatkan kantor sekretariat merupakan urusan boleh dikatakan “gampang-gampang susah”.

Dikatakan gampang, karena di Jakarta bisa dikatakan apa sich yang tidak ada. Nyaris semuanya

tersedia. Termasuk kantor dan gedung Pemprov DKI, berserakan dimana-mana: dari yang

mentereng hingga yang lusuh, rusak dan tidak dipakai.

Tapi itu semua diatas kertas. Sebab nyatanya untuk mendapatkan kantor yang memadai dan

layak sesuai dengan eksistensi kantor yang tugasnya mengawasi penyelenggaraan Pemilu, tidak

mudah. Pasalnya, pada umumnya kantor yang ada di lingkungan Pemprov DKI sudah dipakai oleh

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau dipinjampakaikan kepada pihak lain yang

membutuhkan. Sedangkan yang kondisisinya tidak memadai atau rusak, tentu Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta enggan untuk meminta. Jikapun diberikan, kami akan menolaknya.

Menghadapi kondisi yang tidak mudah, komisioner dan Koordinator Sekretariat Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta melakukan komunikasi dan koordinasi intensif dengan Kaban Kesbangpol

DKI Zainal Musappa. Kemudian Kaban Kesbangpol menunjuk M. Matsani (Kasubbid Fasilitasi

Demokrasi) dan Tumpal Dartner (Kasubbid Pengembangan HAM) serta Mohammad Darwis yang

ketika itu menjabat Kepala Kesbangpol Jakarta Utara, untuk membantu mencari dan mendapatkan

kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta.

Setelah berusaha mencari kesana kemari, akhirnya kantor Panwaskota Jakarta Utara yang

beralamat di Jalan Danau Agung III No. 05 Sunter Agung Jakarta Utara 14350 dijadikan

tempat/kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta. Sebelumnya ada beberapa alternatif calon

kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta , yakni: depan kantor LBIQ, Tanah Abang, Jakarta Pusat,

Page 30: SEJARAH DAN KIPRAH

gedung BKKBN, Percetakan Negara Jakarta Pusat, Gedung Persada, Persada Sasana Karya, Jl.

Suryo Pranoto, Lt.6, Jakarta 10130, serta eks kantor Panwaslu Jakarta Utara, di Jalan Danau

Sunter III Sunter, Jakarta Utara.

Dari sekian alternatif kandidat kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta, semuanya

mempunyai kelebihan, kekurangan dan problem sendiri-sendiri. Pilihannya akhirnya tinggal satu,

dan dianggap paling siap untuk bisa langsung digunakan, yakni: kantor eks Panwaslu Jakarta Utara

di Jalan Danau Agung III, Sunter, Jakarta Utara. Gedung ini mempunyai kelebihan karena relatif

sudah siap pakai, satu lantai dan akta kepemilikan/penggunaannya oleh satu instansi. Sehingga

memudahkan bagi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan komunikasi, koordinasi, rapat

dan sejenisnya dengan sesama komisioner, jajaran sekretariat atau mengundang pihak luar

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta .

Sesungguhnya kami bertiga (komisioner Bawaslu Provinsi DKI Jakarta ) agak keberatan

berkantor di Jalan Danau Agung III Sunter. Selain karena luas areal perkantoran dan kapasitas

ruangan yang kurang memadai. Lokasinyapun jauh dari tengah atau pusat kota Jakarta. Dengan

lokasi kantor yang cukup jauh dari pusat kota, mengakibatkan jarak tempuh dari dan menuju

kantor memakan waktu lama. Bahkan ada komisioner dan sekretariat Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta yang memerlukan waktu sekitar 1,5 jam. Jika lalu lintas padat atau hujan, bisa menembus

waktu antara 2 hingga 3 jam untuk sampai ke kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta .

Keberatan lain berkantor di sekitar kawasan Sunter, karena kawasan tersebut dikenal rawan

banjir. Namun seiring dengan perbaikan sanitasi dan drainasi di kawasan seputar Jalan Danau

Sunter dan sekitarnya, mulai 2014 dan seterusnya, kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta boleh

dikatakan tidak lagi menjadi wilayah terdampak banjir parah. Paling jika turun hujan deras,

ketinggian air hanya sampai di halaman kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta , dan tidak lagi

masuk ke dalam halaman kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta seperti di tahun 2012 atau tahun

2013.

Jika dibandingkan dengan kantor KPU DKI, memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya kantor KPU DKI di Jalan Budi Kemuliaan Jakarta Pusat No. 12 berada di tengah

kota, hanya sekitar 100 meter dari Jalan Thamrin. Kelemahannya kantor KPU DKI menyatu

dengan kantor Kelurahan Gambir, dan sangat sempit ruang perparkirannya. Sedangkan kantor

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta di Sunter Jakarta Utara, dari sisi lokasi berada nyaris diujung pusat

Page 31: SEJARAH DAN KIPRAH

Jakarta sehingga cukup jauh jarak tempuhnya, khususnya bagi orang yang tinggal di kawasan di

luar Jakarta Utara.

Kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mempunyai kelebihan dari sisi kemandirian. Tidak

menyantu intansi lain sehingga mudah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Belakangan,

khususnya menjelang Pilkada DKI 2017 atau tepatnya pada Agustus 2016, kantor KPU DKI

pindah ke Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat dengan kantornya mandiri dan representatif. Dalam

posisi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta sebagai ‘peminta’ fasilitasi, tentunya kami dari Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta tidak bisa terlalu berharap, mendesak, dan apalagi memaksa Pemprov DKI

untuk memfasilitasi kantor yang layak seideal yang diharapkan.

Selain kantor untuk Bawaslu Provinsi DKI Jakarta , Pemprov DKI juga memfasilitasi

peminjaman kantor untuk Panwaslu se-DKI Jakarta. Hasil koordinasi dengan pihak Pemda

Provinsi DKI Jakarta terkait lokasi kantor Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta yakni

ditempatkan di Jl. Danau Agung Sunter III Nomor 5 Sunter Agung Jakarta Utara DKI Jakarta.

Sedangkan keenam kantor Sekretariat Panwaslu Kabupaten/Kota se-Provinsi DKI Jakarta

sebagaimana tabel berikut:

Kantor Sekretariat Bawaslu se-DKI Jakarta

Page 32: SEJARAH DAN KIPRAH

(Sesuai Perjanjian Pinjam Pakai Antara Pemprov DKI Jakarta dan Bawaslu Nomor 3845/-076.11

dan Nomor 271/K.JK/HK.02.00/IX/2016 tentang Pemanfaatan Barang Milik Daerah Berupa

Tanah dan Bangunan Kepada Bawaslu).

Di awal pembentukan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta , Kapala Badan Kesbangpol DKI

Jakarta Bapak Zainal Musappa sangat berperan dan berjasa besar dalam membantu dan

memfasilitasi sekretariat dan aparatnya. Tentang hal ini, Kapala Badan Kesbangpol DKI Jakarta

Zainal Musappa mengatakan, dirinya melakukan tersebut sebagai implementasi dari Undang

undang No. 11 tahun 2011 tentang Pemilu Pasal 434 yang mengamanatkan, ”untuk kelancaran

pelaksaanaan tugas, wewenang dan kewajiban Penyelenggara Pemilu, pemerintah dan Pemerintah

Daerah wajib memberikan bantuandan fasilitas sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan,

dan sesuai dengan permintaan dari Penyelenggara Pemilu”.

Kapala Badan Kesbangpol DKI menambahkan, sesuai dengan Undang Undang Pemilu,

kedudukan KPU dengan Bawaslu sejajar. Karenanya, ia harus berlaku adil dalam memfasilitas

KPU dan Bawaslu. Menurutnya, KPU dan Bawaslu harus melaksanakan kegiatan dari mulai

perencanaan hingga pelaksanaan. Peran Bawaslu sangat penting dalam melakukan pengawasan

mulai perencanaan hingga pelaksanaan. Pengawasan yang baik bukan hanya di tingkat hilir, ujung

atau di tikungan. Melainkan harus dimulai dari awal untuk mencegah potensi pelanggaran terjadi.

Page 33: SEJARAH DAN KIPRAH

Tugas Bawaslu Provinsi DKI Jakarta tersebut hanya bisa dilaksanakan manakala didukung oleh

kantor dan tenaga sekretariat yang memadai.

Kemudian, pada 2014, Kapala Badan Kesbangpol DKI Jakarta Zainal Musappa digantikan

H. Fatahillah. Menurut Fatahillah, suksesnya Pemilu akan meningkatkan kepercayaan masyarakat

bahwa demokrasi yang sedang kita laksanakan saat ini beerada pada tataran yang benar

konstitusional. Selain juga memberikan keyakinan pada dunia luar bahwa bangsa Indonesia

mampu hidup berdemokrasi yang ditunjukkan dengan suksesnya pelaksanaan Pemilu.

Selanjutnya, menghadapi Pilkada DKI 2017 Fatahillah diganti oleh Ratiyono. Sedangkan paska

Pilkada DKI 2017 diganti oleh Muhammad Darwis. Sampai tulisan ini dibuat (2019), Kapala

Badan Kesbangpol DKI dijabat Taufan Bakri.

Page 34: SEJARAH DAN KIPRAH

BAB II

MENGAWAL PEMILU LEGISLATIF 2014

A. Pengawasan Data dan Daftar Pemilih

Sebagai Ibu kota Negara Republik Indonesia, Jakarta menjadi salah satu diantara provinsi

di Indonesia yang memiliki tingkat problematika tinggi, khususnya di bidang kependudukan.

Ditambah lagi dengan cukup banyaknya daerah slum, grey area, pemilih komuter, relokasi atau

penggusuran penduduk untuk pembangunan apartemen/Rumah Susun (Rusun), penghuni Lembaga

Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tahanan (Rutan), pemilih di lahan sengketa, dan lain

sebagainya.

Permasalahan yang ini menjadi dinamika tersendiri dalam pelaksanaan tahapan penyusunan

daftar pemilih. Hal ini berkontribusi pada munculnya kompleksitas dan kerumitan dalam pendataan

dan pendaftaran pemilih, melahirkan problem Nomor Induk Kependudukan (NIK), Nomor Kartu

Keluarga (NKK) invalid, penetapan lokasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tidak mudah

dilakukan, dan lain sebagainya, hingga penyusunan Daftar Pemilih Sementara (DPS) hingga

penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilu Legislatif 2014.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan jajarannya berusaha sekuat tenaga untuk dapat

melaksanakan pengawasan pemutakhiran data pemilih ini seefektif mungkin. Banyak problem di

seputar masalah ini. Diantara yang menonjol adalah problem NIK invalid di Jakarta cukup berliku.

Disini Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mengambil peran penting dalam melakukan pembersihan

NIK yang berlangsung panjang dan alot. Berdasarkan Data per 4 November 2013 jumlah NIK

invalid di DKI Jakarta masih mencapai 66.089, kemudian menurun pada 2 Desember 2013,

menjadi 19.703. Kemudian oleh KPU Provinsi DKI Jakarta diperbaiki dan hasilnya pada DPT 20

Januari 2014, NIK invalid menyisakan 13.182 dari jumlah DPT DKI Jakarta sebanyak 7.001.520.

Saat pertemuan dengan Komisi II DPR dan Pemprov DKI Jakarta pada Senin (17/2/2014)

KPU DKI menginformasikan, total NIK invalid masih menyisakan sebanyak 13.181 (0,18 % dari

total DPT DKI), dengan sebagian besar dikontribusi dari penghuni Lembaga Pemasyarakatan

(Lapas) dan Rumah Tahanan (Rutan) sebanyak 12.311dan sisanya sebanyak 871 pemilih dari non

Lapas dan non Rutan.

Dalam perkembangan perbaikan NIK invalid pada Jumat (7/3/2014), Disdukcapil DKI

menyerahkan hasil perbaikanNIK invalid sebanyak 11.493. Sehingga sisa NIK invalidyang belum

Page 35: SEJARAH DAN KIPRAH

dapat diperbaiki sebanyak 1.689 pemilih. Sisa NIK invalid tersebut terutama berasal dari Rutan

Salemba di Jakarta Pusat (522 pemilih) dan dari Lapas di Jakarta Timur sebanyak 1.167 pemilih.

Saat Rapat KPU DKI, Disdukcapil DKI dan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada Selasa (17/3/2014)

diinformasikan bahwa NIK invalid menyisakan 14, dan itu berada di Jakarta Timur.

Selanjutnya, pada Rapat Kordinasi (Rakoor) dan Penyerahan Berita Acara (BA)

Rekapitulasi Perbaikan DPT dari KPU DKI kepada Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan Partai

Politik Tingkat Provinsi DKI Jakarta pada Jumat, 21 Maret 2014, KPU DKI mendeclare disertai

BA bahwa NIK invalid di seluruh KPU Kota/Kabupaten se- DKI Jakarta sudah berhasil

dibersihkan/nihil/nol.

Selain problem NIK invalid yang sudah bisa diselesaikan, sesuai dengan SE KPU No. 89

Tahun 2014 tentang Penyempurnaan DPT, KPU Kota/Kabupaten diperintahkan untuk terus

memperbaiki data pemilih yang Tidak Memenuhi Syarat (TMS) dengan ketentuaan tidak

dibenarkan menambahkan/memasukkan pemilih baru ke dalam DPT, melainkan hanya

memberikan petunjuk kepada KPU Kota dengan cara memberikan tanda abu-abu pada pemilih

yang tidak memenuhi syarat dan tanda coret (---) pada data pemilih yang terdaftar di PDF DPT,

atau Tidak Memenuhi Syarat (TMS). Berdasarkan informasi dari KPU Provinsi DKI Jakarta

Jakarta Jumat (21/3/2014), DPT yang masuk dalam kategori TMS sebanyak 1.726 pemilih yang

terdiri dari: 1.234 Meninggal Dunia (MD), 280 Pindah Domisli (PD) dan 209 Pemilih Ganda (K1).

Problem lainnya terkait dengan Daftar Pemilih adalah menyangkut isu Daftar Pemilih

Khusus (DPK). Pada 25 Maret 2014 (25 Maret 2014), Bawaslu Provinsi DKI Jakarta sudah

memprediksi bakal membengkaknya jumlah DPK hingga puluhan ribu, yang kemudian mendapat

reaksi keras dari KPU DKI. Namun apa yang kemudian terjadi adalah, DPK DKI cukup besar

yakni: sebanyak 21.127 pada Pileg 2014.

Tabel 1

Jumlah Daftar Pemilih KHusus Pemilu Legislatif 2014

Page 36: SEJARAH DAN KIPRAH

Sumber: KPU DKI

Problem mirip adalah Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb). Dalam aturannya disebutkan,

dalam hal pada hari pemungutan suara terdapat Pemilih yang memiliki identitas berbentuk (KTP

atau Paspor atau identitas kependudukan lainnya yang sesuai dengan peraturan perundangan)

namun tidak terdaftar dalam DPT dan DPTb, maka Pemilih bersangkutan masih dapat dimasukkan

dalam Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb) (data dimasukan dalam formulir Model

A.T.Khusus) dengan melakukan pemunguatn suarab pada TPS yang sesuai dengan alamat pada

identitas kependudukannya.

Pada 21 Mei 2014 saat dilakukan kegiatan perbaikan Daftar Pemilih Sementara Hasil

Perbaikan (DPSHP) Pilpres 2014, berdasarkan data DPKTb pada Pileg 2014 jumlahnya cukup

besar yakni: 177.356. Hal ini harus menjadikan perhatian khusus KPU DKI agar mampu menekan

angkanya. Karena sejatinya banyak DPKTb bisa berarti kegiatan pemutakhiran data pemilih tidak

maksimal. Berikut rincian jumlah Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb) pada 6 (enam)

wilayah kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta, sebagai berikut:

Tabel 2

Jumlah Daftar Pemilih Khusus Tambahan Pemilu Legislatif 2014

Page 37: SEJARAH DAN KIPRAH

No

Kabupaten/

Kota

Data Pemilih DPKTb Penguna Hak Pilih DPKTb

Laki2 Perempu

an

Jumlah Laki2 Perempua

n

Jumlah

1. Kep. Seribu 96 91 187 95 90 185

2. Jakarta Pusat 6.007 5.947 11.954 5.955 5.896 11.851

3. Jakarta Utara 16.016 16.753 32.769 15.157 15.954 31.111

4. Jakarta Barat 20.549 20.988 41.537 20.383 20.796 41.179

5. Jakarta Selatan 17.590 18.894 36.484 17.470 18.787 36.257

6. Jakarta Timur 25.938 28.487 54.425 25.683 28.380 54.063

JUMLAH 86.122 91.234 177.356 84.743 89.903 174.646

Sumber: KPU DKI Jakarta

Beberapa problem pelik dan panas lain yang menjadi perhatian ekstra pengawasan Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta menjelang Pileg 2014 adalah soal daftar pemilih di apartemen, kawasan

kumuh, lahan sengketa, dan sebagainya. Terkait dengan berbagai problem ini, Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta melakukan pengawasan Pemilu berbasis riset empirik. Hasilnya kemudian

disampaikan kepada KPU DKI untuk ditindaklajuti. Pengawasan Pemilu berbasis riset

dikembangkan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta karena di Jakarta banyak kantong-kantong

penduduk yang mempunyai kompleksitas dari sisi geografis, administrasi, penghuni dan

sebagainya. Untuk memahaminya diperlukan riset empirik.

Sejumlah isu krusial pemilih di Jakarta antara lain di apartemen, khususnya di Kalibata

City, Jakarta Selatan. Problemnya, pemilih di apartemen khususnya Kalibata City dimana potensi

pemilihnya pada Pilpres kali ini mencapai sekitar 13.000, namun yang masuk dalam DPT Pileg

sekitar 1.800 dengan 5 (lima) TPS, atau bertambah 2 TPS dibandingkan pada Pileg 2019. Akibat

KPU DKI, khususnya KPU Jakarta Selatan tidak terlalu mengindahkan warning yang diberikan

oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta , pada Pileg 2014 terjadi ledakan partisipasi pemilih di

apartemen Kalibata City dimana ratusan pemilih ber-KTP di luar DKI tanpa menggunakan form

A-5 merangsak hendak mencoblos disini.

Setelah terjadi tarik ulur dan massa sulit dikendalikan serta berpotensi chaos, akhirnya

petugas KPPS setempat membolehkan pemilih tersebut menyalurkan hak pilihnya sepanjang surat

suaranya tersedia. Padahal, jika mengacu kepada regulasi KPU, hal ini tidak dibenarkan. Namun

Page 38: SEJARAH DAN KIPRAH

langkah ini ‘terpaksa’ ditempuh untuk melindungi hak pilih dan sekaligus meredam kekacauan

yang lebih parah.

Tak ingin peristiwa ini terjadi, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan KPU DKI melakukan

koordinasi pada 8 Juli 2014, atau satu hari jelang Pilpres 2014. Salah satu agenda yang dibahas

adalah terkait dengan Kalibata City. Beberapa langkah yang disepakati diantaranya: (a)

Penyelenggara Pemilu harus tegas dan konsisten dengan aturan, (b) KPU Jakarta Selatan membuat

sejumlah spanduk prihal tata cara penggunaan hak pilih, khususnya pemilih ber-KTP luar daerah

(DK), dan (c) pengamanan ekstra ketat di seputar Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dengan

langkah antisipatif tersebut, hal yang tidak diinginkan dapat dicegah dan tidak terjadi.

Problem lain yang diwaspadai oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta adalah terkait dengan

data pemilih di RSCM mempunyai potensi pemilih sekitar 1.500, sedangkan TPS yang disiapkan

hanya 2 TPS. Pada Pileg 2014, ada pengaduan ke Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dari pemilih di

RSCM karena tidak bisa menyalurkan hak pilihnya. Terkait dengan data pemilih di Lapas dan

Rutan di DKI Jakarta memiliki potensi pemilih 15.523, dengan rincian Lapas & Rutan Salemba:

5.334 dengan 8 TPS, Cipinang: 9.118 dengan 30 TPS, Pondok Bambu: 1.071 dengan 2 TPS),

Tahanan Polda, Polres dan Polsek sekitar 425 pemilih.

Khusus lahan sengketa dan eks lokasi tanah penggusuran, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

melakukan pengawasan dengan sebelumnya melakuka riset lapangan. Bahkan dalam suatu

pertemuan, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pernah menyampaikan kepada Wakil Gubernur DKI

Jakarta Basuki Tjahaja Purnama agar Pemprov DKI menunda penggusuran karena hal tersebut

dapat mengganggu proses pendaftaran pemilih dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi

Pemilu 2014.

Menjelang Pemilu, beberapa kantong wilayah yang terkena penggusuran antara lain di

Jakarta Jakarta Selatan. Disini terjadi penggusuran terhadap lebih dari seribu warga Kelurahan

Menteng Dalam, Kec. Tebet, Jakarta Selatan yang berlokasi di RW 14, penggusuran terhadap

warga di Kelurahan Petukangan Selatan (13.932 pemilih) Jakarta Selatan, penggusuran warga di

di RW 02, Kelurahan Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi.

Di Jakarta Pusat terjadi penggusuran tanah warga antara laiun terjadi do 2 RT di Jalan

Pejambon, di RW. 01 Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir, di Kelurahan Duri Pulo, Kecamatan

Gambir berdekatan dengan komplek Damkar, di RW 09 Kelurahan Kebon Kosong, Kecamatan

Page 39: SEJARAH DAN KIPRAH

Kemayoran, dan masalah warga di Kecamatan Tambora, dikenal sebagai daerah yang rawan dan

paling sering terjadi tawuran antar warga.

Problem lain yang menjadi perhatian serius Bawaslu Provinsi DKI Jakarta adalah pemilih

yang berada di lahan sengketa. Misalnya, Jakarta Timur ada kasus Cipinang Melayu (Cimel).

Disini sekitar 1.346 (sudah ada dalam DPT) warga di 5 (lima) TPS, Tanah Galian Kelurahan Halim,

Kecamatan Makasar, Jakarta Timur menolak menyalurkan hak pilihnya pada Pemilu 2014 di

Kelurahan Halim. Sebaliknya mereka tetap ngotot untuk memilih di TPS Cimel.

Selain itu ada problem kawasan kumuh. Misalnya di Jakarta Utara ada kasus warga Tanah

Merah di Jakarta Utara terdapat di dua wilayah di Kecamatan Koja dan perbatasan dengan

Kecamatan Kelapa Gading. Untuk Kecamatan Koja (grey area dan pendatang) sudah dibentuk

Rukun Warga (RW) dan pernah didatangi KPU RI dan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta . Sedangkan

di Jakarta Barat, potensi kerawanan terjadi di kawasan padat penduduk yakni: Kelurahan Rao

Malaka, Kecamatan Tambora. Saking padatnya, warga disini untuk tidur saja harus bergantian

(shift).

Sementara di Kepulauan Seribu ada problem pengawasan pada kegiatan Pemungutan dan

Penghitungan Suara di perusahaan kilang minyak atau pengeboran lepas pantai yang dimiliki oleh

CNOOC (milik pengusaha Cina) dan ONWJ (Pertamina). Lokasinya di Kelurahan Pulau Kelapa,

Kecamatan Seribu Utara dengan jumlah total pemilih sebanyak 2.084. Di CNOOC terdapat 8 TPS,

yakni: TPS 12=361 pemilih, TPS 13= 187 pemilih, TPS 14=239, TPS 15=333, sedangkan

di ONWJ terdapat 4 TPS, masing-masing TPS 16=192, 17=273, 18=316 dan TPS 19=183.

Setelah terjadi lima kali penundaan dalam penetapan DPT DKI, akhirnya pada 2 Desember

2013, DPT di 6 (enam) wilayah Provinsi DKI Jakarta baru dapat disahkan. Hal ini membuktikan

tidak mudahnya bagi KPU DKI menetapkan DPT, dan sekaligus membuktikan bahwa Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta sudah melakukan tugasnya dengan maksimal dalam pengawasan DPT.

Page 40: SEJARAH DAN KIPRAH

Tabel 5

Penetapan rekapitulasi DPT Perbaikan NIK Provinsi, per 20 Januari 2014

Sumber: KPU DKI

B. Pengawasan Verifikasi Partai Politik dan Calon DPR, DPD dan DPRD

Pada tahap verifikasi Partai Politik masalah yang menonjol adalah terkait dengan

mekanisme kerja KPU Prov DKI Jakarta yang belum sepenuhnya memenuhi prinsip

profesionalitas, akuntabilitas dan aksesibilitas sehingga hal tersebut merepotkan pengawasan

Pemilu. Salah satu contohnya adalah tatkala dilakukan kegiatan pengambilan sample yang

digunakan untuk verifikasi faktual Partai Politik calon peserta Pemilu 2014. Dari hasil riset

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta terhadap 7 (tujuh) provinsi di Indonesia, hanya Bawaslu

Provinsi Jambi yang memberikan akses informasi atau menyaksikan proses pencuplikan sampai

Kartu Tanda Anggota (KTA) dan KPU Provinsi memberikan sampel KTA kepada Bawaslu Jambi.

Hal ini terlihat misalnya, saat pengambilan sampel calon anggota DPRD, yang tidak

mengundang dan memberi akses informasi kepada Bawaslu Provinsi DKI. Sehingga Bawaslu

No Kab/Kota Jumlah

Kecamatan

Jumlah

Keluraha

n

Jumlah

TPS

Jumlah DPT

1. Kep. Seribu 2 6 54 19.325

2. Jakarta

Pusat

8 44 1.852 762.772

3. Jakarta

Utara

6 31 2.877 1.116.447

4. Jakarta

Barat

8 56 3.818 1.638.030

5. Jakarta

Selatan

10 65 3.769 1.559.955

6. Jakarta

Timur

10 65 4.675 1.915.200

JUML

AH

44 267 17.045 7.011.729

Page 41: SEJARAH DAN KIPRAH

Provinsi DKI tidak mengetahui bagaimana teknis pencuplikan sampel dilakukan. Pun demikian,

permintaan sampel persyaratan dukungan yang seharusnya diberikan oleh KPU tanpa diminta

sekalipun. Terlebih, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta sudah menyurati KPU DKI perihal

permintaan sampel persyaratan dukungan kepada KPU DKI Jakarta pada 15 Mei 2013.

Meskipun pada akhirnya, KPU memberikan sampel verifikasi perbaikan persyaratan

dukungan calon DPD pada 2 Juli 2013. Namun, pemberian sampel tersebut sangat terlambat

karena hanya selisih tiga hari dari akhir masa perbaikan (pengumuman hasil verifikasi perbaikan

syarat dukungan pada 5 Juli 2013). Padahal jumlah sampel persyaratan dukungan cukup banyak

dan memerlukan waktu untuk diklasifikasi dan didistribusikan kepada seluruh

Panwaskota/Kabupaten se-DKI untuk kepentingan pengawasan Pemilu.

Sementara itu, dari sisi Partai Politik secara umum tidak terlalu siap untuk dilakukan

verifikasi, terutama saat dilakukan verifikasi faktual keanggotaan. Namun untuk verifikasi

kepengurusan dan perkantoran, relatif Partai Politik mampu memenuhinya. Terutama pada tahap

pertama yang diumumkan oleh KPU pada pada 8 Oktober 2014. Mengomentari kenyataan

tersebut, Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Sebastian Salang

berpendapat, hal tersebut membuktikan bahwa Partai Politik lalai merawat daftar anggota. Tidak

mengherankan jika menjelang verifikasi Partai Politik terkesan terburu-buru dalam menyiapkan

persyararatan, terutama soal salinan KTA.

Ini semua membuat pengawasan melekat maupun audit pengawasan menjadi tidak dapat

dilakukan secara efektif dan maksimal akibat waktu yang tersedia untuk melakukan pengawasan

melekat dan audit sangat mepet. Meski demikian, pada saat verifikasi calon DPD ini ada sedikit

kemajuan dibandingkan saat verifikasi Parpol calon peserta Pemilu 2014, terutama untuk kegiatan

pengambilan/pencuplikan sampel. Manakala pada tahapan pencuplikan sampel DPD, Bawaslu

tidak diundang untuk menyaksikan kegiatan tersebut. Namun pada pengambilan sampel

persyaratan dukungan pada masa perbaikan (kedua), Bawaslu Provinsi DKI Jakarta diundang

untuk pengambilan sampel.

Page 42: SEJARAH DAN KIPRAH

Tabel 6

Keterbukaan dan Akses Dokumen KPU Provinsi kepada Bawaslu Provinsi

No.

Bawaslu Provinsi

Keterbukaan dan akses dokumen

Pencuplikan sampel Dokumen KTA

1. Jambi Diundang Diberikan

2. Lampung Diberitahukan Tidak diberikan

3. Sulawesi Utara Tidak diundang Di bererapa Kab/Kotadiberikan

4. Nusa Tenggara Barat Diundang Mencari sendiri

5. DKI Jakarta Tidak diundang Mencari sendiri

6. Banten Tidak diundang Diberikan KTA dalam bentuk Daftar

Nama

7. Jawa Barat Tidak diundang Diberikan di tingkat Panwascam

Sumber: Achmad Fachrudin, Jalan Terjal Menuju Pemilu 2014, Garmedia, 2014, hal 170

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan pengawasan dibantu Mitra Pengawas

Pemilu (MPP) yang ditempatkan di tingkat Kabupaten/Kota. Penempatan MPP Provinsi di tingkat

provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayah DKI Jakarta menjadi point penting dalam membantu

pengawasan verifikasi faktual, mengingat Panwaslu tingkat Kabupaten/Kota di wilayah DKI

Jakarta belum terbentuk. Sehingga secara otomatis, pelaksanakan pengawasan verifikasi faktual

untuk 16 partai politik, serta 18 partai politik hasil keputusan DKPP dilaksanakan penuh oleh MPP.

Dari 6 (enam) perguruan tinggi yang menandatangani kerjasama dalam rangka verifikasi

faktual partai politik peserta Pemilu tahun 2014 dengan Bawaslu RI adalah Universitas

Muhammadiyah Jakarta yang melakukan verifikasi di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Keikut

sertaan Universitas Muhammadiyah Jakarta sebagai Mitra Pengawas Pemilu (MPP) adalah bukti

perguruan tinggi memeliki kepeduliannya terhadap proses demokrasi yang adil, jujur dan

transparan untuk mendukung suksesnaya Pemilu tahun 2014.

Pelaksana pengawasan di tingkat propinsi terdiri dari unsur: (a) Pimpinan Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta sebanyak tiga (3) orang, dan (b) Mitra Pengawas Pemilu (MPP) tingkat provinsi di

DKI Jakarta. MPP merupakan utusan dari Universitas Muhammadiyah Jakarta yang terdiri atas

dua orang atas nama Lusi Andriyani, SIP. M.Si dan Izzatusholekha, S.Sos. M.Si

Page 43: SEJARAH DAN KIPRAH

Proses pengawasan di tingkat provinsi wilayah DKI Jakarta dilaksanakan oleh tiga (3) orang

Pimpinan Bawaslu dan dua (2) orang MPP Provinsi. Untuk mengawasi 18 partai politik pada tahap

II ini, tidak ada koordinasi maupun orientasi bagi MPP Kabupaten/Kota, mengingat keputusan

pengawasan tersebut merupakan pengawasan susulan bagi 18 partai politik berdasarkan pada

keputusan DKPP No. 25-26/KPP-PKE-I/2012 mengenai perkara penyelenggaraan kode etik

penyelenggaraan Pemilu.

Walaupun ada berita tentang tidak terlibatnya MPP dalam pengawasan ke delapan belas

partai politik setelah keputusan DKPP, namun MPP DKI diminta oleh Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta untuk membantu dalam proses pengawasan tersebut. Hal ini terkait dengan belum adanya

Panwaslu pada tingkat Kabupaten/kota. Untuk itu Bawaslu Provinsi DKI Jakarta membangun

koordinasi dan komunikasi dengan MPP Propinsi dan Kabupaten dengan membuka link telpon dan

email sebagai sarana yang lebih cepat dan efektif dalam proses pelaporan kegiatan yang ada

dilapangan. Hal tersebut ditunjukkan dengan menyampaikan seluruh nomor telpon komisioner

Bawaslu Provinsi DKI, MPP Provinsi, MPP Kabupaten/Kota beserta emailnya masing–masing,

serta contact person dari pihak-pihak yang terkait dalam proses pengawasan.

Dalam melaksanakan pengawasan di lapangan baik komisioner Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta maupun MPP Provinsi dan MPP Kabupaten/Kota harus berdasarkan pada Instrumen

pengawasan. Di tingkat provinsi menggunakan form:

a. Model F1; pernyataan bukan anggota partai politik;

b. Model F2; pernyataan bukan pengurus partai politik;

c. Model F3; pengawasan verifikasi faktual pengurus parpol tingkat provinsi;

d. Model F4; rekapitulasi pengawasan verifikasi faktual parpol tingkat provisi;

e. Model F5; verifikasi faktual alamat kantor, pengurus dan anggota parpol tingkat

kabupaten/kota;

f. Model F6; rekapitulasi kebenaran factual anggota partai politik tingkat kabupaten/kota.

Pada pelaksanaan verifikasi faktual, Tim dari Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan MPP

Provinsi menyesuaikan dengan jadwal yang telah dikeluarkan oleh KPU DKI Jakarta dengan

melaksanakan pengawasan melekat. Pengawasan melekat lebih efektif untuk dilakukan, karena tim

Bawaslu provinsi DKI Jakarta dan MPP Provinsi DKI Jakarta dapat secara langsung melihat

kondisi kepengurusan partai politik, baik berkaitan dengan domisili maupun kepengurusan serta

Page 44: SEJARAH DAN KIPRAH

keterwakilan perempuannya. Teknis pelaksanaan pengawasan disesuaikan dengan pola yang

dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta. KPU DKI Jakarta membagi tim verifikasi faktual dari

KPU DKI Jakarta menjadi tiga Tim. Dimana masing-masing Tim memverifikasi faktual lima partai

politik.

Berdasarkan pola tersebut, maka pimpinan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta membagi juga

dalam tiga tim untuk melaksanakan pengawasan di lapangan. Tim I dilaksanakan oleh ketua

Bawaslu provinsi DKI Jakarta dan satu (1) orang MPP Provinsi, Tim II dilaksanakan oleh pimpinan

Bawaslu provinsi DKI Jakarta dan satu (1) orang MPP, sedangkan untuk tim III dilaksanakan oleh

pimpinan Bawaslu provinsi DKI Jakarta yang dibantu dengan satu orang staf Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta. Dengan model pengawasan melekat dan metode yang terbagi sesuai dengan sumber

daya manusia maka, hasil pengawasan di lapangan tidak mengalami kendala apapun.

Bagan 1 Proses Pengawasan Verifikasi Faktual Partai Politik Tingkat Propinsi

Bagian 2. Pola Pengawasan Verifikasi Faktual

Page 45: SEJARAH DAN KIPRAH

Proses pengawasan di tingkat Kabupaten/Kota di wilayah DKI Jakarta dilaksanakan oleh

MPP Kabupaten/Kota. Dari enam (6) wilayah Jakarta (Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta

Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu) masing-masing dilaksanakan oleh MPP

Kabupaten/Kota. Pengawasan dilaksanakan oleh MPP Kabupaten/Kota, mengingat Panwalus

Kabupaten/Kota di wilayah DKI Jakarta belum terbentuk dan masih dalam proses penjaringan/

seleksi. Sehingga tugas dan tanggungjawab secara penuh dalam hal pengawasan dilaksanakan oleh

MPP Kabupaten/Kota dibawah koordinasi MPP provinsi dan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta.

Dalam proses pengawasan di lapangan, MPP Kabupaten/Kota membagi tugas berdasarkan

sumberdaya yang ada. Mengingat metode pengawasan yang berbeda dan berbanding terbalik

dengan jumlah sumber daya manusia MPP Kabupaten/Kota. Pola yang digunakan oleh KPU DKI

Jakarta dalam melaksanakan pengawasan di Kabupaten/Kota adalah dengan membagi personil

menjadi lima (5) tim yang masing-masing tim mengawasi tiga (3) partai politik. Apabila

dibandingkan dengan tenaga yang di miliki oleh MPP Kabupaten/Kota yang hanya dua (2) orang

tanpa ada Panwaslu tidak memungkinkan untuk melaksanakan pengawasan secara menyeluruh.

Pelaksanaan verifikasi faktual pada delapan belas (18) partai politik tersebut dilaksanakan

secara melekat. Sehingga hanya beberapa partai saja yang bisa di awasi. Adapun pola penyampaian

laporan hasil verifikasi faktual yang dilakukan oleh MPP Kabupaten/Kota dilaksanakan per waktu

dua hari sekali di sampaikan ke MPP provinsi dalam bentuk hard/tulisan tangan di chek list dan

form catatan harian yang berkaitan dengan kondisi dilapangan yang tidak ada pada chek list dan

membutuhkan uraian yang panjang.

Form catatan harian disertakan, mengingat chek list yang bersasal dari Bawaslu RI belum

dapat menampung kondisi lapangan secara riil. MPP Kabupaten/Kota menyampaikan laporan

tertulis, tidak melalui email karena MPP Kabupaten/Kota difokuskan pada pencarian data di

lapangan. Pola ini diterapkan mengingat tidak ada Panwaslu Kabupaten/Kota, sehingga untuk

pelaporan secara soft/dalam bentuk tulisan ketik dan dikirim melalui email di handle oleh MPP

provinsi. Begitu juga dengan laporan harian melalui SMS.

Page 46: SEJARAH DAN KIPRAH

Form catatan harian disertakan, mengingat chek list yang bersasal dari Bawaslu RI belum

dapat menampung kondisi lapangan secara riil. MPP Kabupaten/Kota menyampaikan laporan

tertulis, tidak melalui email karena MPP Kabupaten/Kota difokuskan pada pencarian data di

lapangan. Pola ini diterapkan mengingat tidak ada Panwaslu Kabupaten/Kota, sehingga untuk

pelaporan secara soft/dalam bentuk tulisan ketik dan dikirim melalui email di handle oleh MPP

provinsi. Begitu juga dengan laporan harian melalui SMS.

Kendala dilapangan yang dialami oleh MPP Kabupaten/Kota dalam melaksanakan

verifikasi faktual dilapangan antara lain kendala komunikasi, administratif maupun pola

pengawasan. Hal ini disebabkan karena: (1) Alamat partai politik yang susah untuk dicari, bahkan

data dari KPU yang tercantum dalam jadwal verifikasi faktual hanya ada 17 partai politik, (2)

Tidak lengkapnya data yang dibawa KPU dalam melakukan verifikasi faktual, sehingga banyak

data partai politik seperti SK, Surat keterangan domisili yang masih disusulkan pada saat verifikasi

factual, dan (3) Banyak partai politik yang belum siap untuk di verifikasi faktual.

Verifikasi faktual partai politik tahap II untuk delapan belas partai politik dilaksanakan

setelah ada keputusan DKPP. Verifikasi faktual untuk ke delapan belas partai tersebut sama

dengan yang dilakukan untuk ke enam belas partai politik sebelumnya, yang meliputi atas: (1)

Domisili kantor, (2) Kepengurusan dan Keterwakilan perempuan, (3) Kepengurusan tingkat

kecamatan, (4) Ada tidaknya pengurus yang rangkap jabatan, dan (5) Ada tidaknya pengurus yang

berasal dari PNS/ABRI dan POLRI. Ke-enam hal diatas merupakan point penting dalam

pengawasan verifikasi faktual, sebagai bukti kesiapan partai politik dalam mengikuti Pemilu.

Pada pengawasan domisili kantor di tingkat propinsi, dari delapan belas (18) partai politik,

hanya enam belas (17) partai politik yang dapat dilakukan verifikasi faktual, adapun untuk satu

partai tidak jelas alamat dan satu partai PNBK tidak berkenan/tidak mau untuk di verifikasi faktual.

Dari ke enam belas (16) partai politik tersebut, hanya ada tiga (3) partai politik yang status

kantornya sewa antara lain : Partai Nasional Republik, Partai Karya peduli Bangsa, Partai

Kebangkitan nasional Ulama. Adapun satu (1) partai Partia Kedaulatan tidak ada surat keterangan

sewa/pinjam. Rincian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 47: SEJARAH DAN KIPRAH

Tabel 7

Verifikasi Domisili Kantor 18 Partai Politik di Propinsi DKI Jakarta

NAMA PARTAI POLITIK Status Kantor Partai Politik

Partai Pekerja dan Pengusaha Indonesia Pinjam

Partai Bhinneka Indonesia Pinjam

Partai Serikat Rakyat Independen Pinjam

Partai Kesatuan Demokrasi Indonesia Pinjam (masih didudukan)

Partai Demokrasi Kebangsaan Pinjam

Partai Nasional Republik Sewa

Partai Nasional Benteng Kerakyatan

Indonesia

Tidak mau di verifikasi KPU

Partai Karya Republik Pinjam

Partai Buruh Pinjam

Partai Damai Sejahtera Pinjam

Partai Karya Peduli Bangsa Sewa

Partai Republik Pinjam

Partai Nasional Indonesia Markaenisme Pinjam

Partai Penegak Demokrasi Indonesia Pinjam

Partai Kongres Pinjam

Partai Kedaulatan Tidak ada

Partai Kebangkitan Nasional Ulama Sewa

Page 48: SEJARAH DAN KIPRAH

Gambar 1

Prosentase Keterangan Domisili Kantor 18 Partai Politik

Pada pengawasan domisili kantor, masih ada partai politik yang menggunakan rumah

pribadi sebagai kantor, gudang sebagai kantor, kantor pemasaran hotel juga sebagai kantor untuk

partai politik tersebut bahkan ada yang alamat domisili kantor sudah berubah menjadi konter

pulsa/HP. Dari ke tujuh belas (17) partai politik yang ada lamatnya untuk dilakukan verifikasi

faktual, masih ada tiga (3) partai politik yang dinyatakan tidak memenuhi syarat antara lain: (1)

Partai Nasional benteng Kerakyatan (tidak mau diverifikasi), (2) Partai Penegak Demokrasi

Indonesia, dan (3) Partai Kedaulatan. Dari kondisi kantor juga masih ada partai yang belum

representatif untuk di sebut sebagai kantor partai politik, karena hanya ada beberapa meja, kursi

tanpa dilengkapi dengan peralatan pendukung untuk aktivitas kegiatan partai politik.

Dalam pengawasan verifikasi faktual untuk tujuh belas (17) partai politik yang siap dari

delapan belas (18) partai politik, ada lima (5) partai politik yang dinyatakan belum memenuhi

syarat 30% keterwakilan perempuan. Antara lain: (1) Partai Bhinneka Indonesia, (2) Partai

Nasional benteng Kerakyatan Indonesia (tidak mau di verifikasi), (3) Partai Damai Sejahtera, (4)

Partai Nasional Marheinisme, dan (5) Partai Penegak Demokrasi Indonesia.

Sedangkan partai yang telah memenuhi 30% keterwakilan perempuannya antara lain:

1) Partai Pekerja dan Pengusaha Indonesia

2) Partai Serikat Indonesia

3) Partai Kesatuan Demokrasi Indonesia

Domisili Kantor 18 Partai Politik

Pinjam Sewa Tidak di verifikasi

Page 49: SEJARAH DAN KIPRAH

4) Partai Demokrasi Kebangsaan

5) Partai Nasional Republik

6) Partai karya Republik

7) Partai Buruh

8) Partai Karya Peduli Bangsa

9) Partai Republik

10) Partai Kongres

11) Partai Kedaulatan

12) Partai Kebangkitan Nasional Ulama

Tabel 8

Jumlah pengurus dan Keterwakilan Perempuan 18 Partai Politik

Nama

Partai Politik

Jumlah

Pengurus

Keterwakilan

Perempuan

Partai Pekerja dan Pengusaha Indonesia (PPPI) 17 7

Partai Bhinneka Indonesia (PBI) 14 2

Partai Serikat Indonesia (SRI) 3 1

Partai Kesatuan demokrasi Indonesia (PKDI) 3 1

Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) 15 4

Partai Nasional Republik (PNR) 15 6

Partai Nasional Benteng Kemerdekaan (PNBK) 0 0

Partai Karya Republik (PKR) 37 14

Partai BURUH 10 5

Partai Damai Sejahtera (PDS) 5 1

Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) 24 7

Partai Republik 8 4

Partai Nasional Indonesia Marheinisme (PNIM) 23 6

Partai Penegak Demokrasi Indonesia 23 7

Page 50: SEJARAH DAN KIPRAH

(PPDI)

Partai Kongres 9 3

Partai Kedaulatan 3 1

Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) 14 5

C. Pengawasan Kampanye dan Dana Kampanye

Terkait pelaksanaan kampanye Pemilu dimulai dilakukan sejak tanggal 11 Januari 2013,

sebagaimana ditentukan dalam PKPU No.6 tahun 2013. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada

tanggal 21 Januari 2013, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan himbauan kampanye

kepada Partai politik peserta Pemilu sebagaimana surat No.028.A/BawasluProv-

DKIJakarta/I/2013, Perihal: Himbauan kampanye. Pada pokoknya menyampaikan terkait dengan

larangan kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 2012, Pasal 86.

Lalu pada tanggal 05 Februari 2013 menyampaikan himbauan kepada partai politik peserta

Pemilu sebagaimana surat No.40/Bawaslu Provinsi DKI Jakarta/II/2013, Perihal: Himbauan

pelaksanaan kampanye dan pendaftaran pelaksana/juru kampanye Pemilu anggota DPR, DPD dan

DPRD. Pada pokoknya dalam surat tersebut menyampaikan agar partai politik mendaftarkan

pelaksana kampanye/juru kampanye kepada KPU Provinsi DKI Jakarta yang ditembuskan kepada

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta.

Terhadap surat No. 40/Bawaslu Provinsi DKI Jakarta/II/2013, sebagian partai politik

peserta Pemilu tidak memberikan tembusan daftar pelaksana kampanye/juru kampanye kepada

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta. Kemudian pada tanggal 9 April 2013, Bawaslu Provinsi kembali

menyampaikan himbauan sebagaimana surat No.69/Bawasluprov-DKIJakarta/IV/2013, Perihal:

Pelaksana kampanye dan Juru kampanye. Pada pokoknya dalam surat tersebut menyampaikan

kepada Partai politik peserta Pemilu yang telah mendaftarkan pelaksana kampanye/juru kampanye

kepada KPU Provinsi DKI Jakarta agar menyampaikan daftar tersebut kepada Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta.

Pada tanggal 10 April 2013 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampiakan himbauan

kepada Partai politik peserta Pemilu terkait pelaksanaan kampanye sesuai jadwal yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan, sebagaimana surat No.79/BawasluProv-

DKIJakarta/IV/2013, Perihal: Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye. Pada pokoknya

Page 51: SEJARAH DAN KIPRAH

disampaikan kepada Partai politik agar pelaksanaan kamapnye dilakukan sesuai peraturan

perundang-undangan yang ditentukan.

Kemudian pada tanggal 8 Mei 2013 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan

instruksi pengawasan kepada Panwaslu kabupaten/kota sebagaimana surat No.98/BawasluProv-

DKIJakarta/V/2013, Perihal: Instruksi pengawasan pemutakhiran data pemilih, kampanye dan

pencalonan. Pada pokoknya dalam tahapan kampanye Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

menginstruksikan kepada pengawas Pemilu untuk melakukan pengawasan terhadap hal-hal

sebagai berikut:

• Apakah dalam tahapan kampanye ditemukan partai politik dan/ayau bakal calon anggota

anggota DPR, DPD dan DPRD telah melakukan kampanye melalui baliho, spanduk,

media dan/atau alat peraga kampanye lainnya;

• Apakah partai politik peserta Pemilu telah mendirikan posko-posko, jika sudah ada parpol

apa saja dan apa aktifitas dalam posko tersebut;

• Saat ini anggota DPR, DPD dan DPRD sedang melakukan reses, apakah ada temuan

anggota DPR, DPD dan DPRD yang menjadi bacaleg yang secara diam melakukan

kampanye.

Pada tanggal 15 Mei 2013 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan surat permintaan

data kepada KPU Provinsi DKI Jakarta sebagaimana surat No.108/BawasluProv-

DKIJakarta/V/2013, Perihal: Permintaan data pelaksana kampanye, laporan awal dana kampanye

dan rekening khusus dana kampanye. Pada pokoknya meyampaikan karena Partai politik dalam

mendaftarkan pelaksana kampanye, dana awal dan rekening khusus dana kampanye tidak

menembuskan kepada Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, sehingga Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

meminta kepada KPU Provinsi DKI Jakarta dapat memberikan data-data tersebut.

Terhadap surat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta tersebut pada tanggal 21 Mei 2013, KPU

Provinsi DKI Jakarta menyampaikan surat tanggapan sebagaimana surat No.280/KPU-Prov-

010/V/2013, Perihal: Tim kampanye dan rekening dana kampanye parpol Pemilu tahun 2014. Pada

pokoknya menyampaikan daftar tim kampanye dan rekening khusus dana kampanye partai politik

peserta Pemilu tahun 2014. Dari 12 Partai politik peserta Pemilu, partai PBB dan PKPI yang belum

tercatat menyampaikan daftar tim kampanye dan rekening khusus dana kamapnye.

Terhadap bakal calon anggota DPR, DPD dan DPRD yang melakukan kampanye melalui

Page 52: SEJARAH DAN KIPRAH

media massa cetak yang dilakukan di luar waktu yang ditentukan undang-undang, terhadap iklan-

iklan tersebut Bawaslu Provinsi DKI Jakarta meminta pendapat terhadap iklan-iklan tersebut,

sebagai mana surat No.110/BawasluProv-DKI Jakarta/V/2013, tanggal 21 Mei 2013, Perihal:

Mohon penjelasan terkait iklan kampanye melalui iklan media massa oleh Partai politik. Terhadap

surat ini Dewan Pers tidak memberikan jawaban maupun tanggapan.

Pada tanggal 22 Mei 2013 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan permintaan

penjelasan terkait iklan kampanye yang dilakukan oleh Partai politik kepada Komisi Penyiaran

Indonesia Daerah (KPID) Provinsi DKI Jakarta sebagaimana surat No.113/BawasluProv-

DKIJakarta/V/2013, Perihal: Mohon penjelasan terkait iklan kampanye lembaga penyiaran oleh

Partai politik. Pada pokoknya menanyakan kepada KPID Provinsi DKI Jakarta apakah telah

menemukan adanya lembaga penyiaran publik nasional, lembaga penyiaran swasta dan lembaga

penyiaran berlangganan yang melakukan pemberiaan iklan/aktifitas partai politik peserta Pemilu.

Terkait dengan penetapan lokasi pemasangan alat peraga kampanye dan penyusunan jadwal

kampanye, pada tanggal 3 Juni 2013, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan surat

sebagaimana surat No.152/BawasluProv- DKIJakarta/VI/2013, Perihal: Tahapan penetapan lokasi

pemasangan alat peraga kampanye dan penyusunan jadual kampanye. Pada pokoknya

menanyakan hal-hal sebagai berikut:

• Kapan KPU Provinsi DKI Jakarta akan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk

menetapkan loaksi pemasangan alat peraga kampanye;

• Bagaimana mekanisme penertiban alat peraga kampanye, terhadap pemasangan alat

peraga yang melanggar ketentuan Undang undang No.8 tahun 2012;

• Kapan KPU Provinsi DKI Jakarta melakukan penyusunan jadual kampanye.

Menjelang bulan suci Ramadhan, terkait dengan pelaksanaan kampanye, Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta menyampaikan himbauan kampanye di bulan suci Ramadhan sebagaimana surat

No.156/BawasluProv-DKIJakarta/VII/2013, tanggal 12 Juli 2014, Perihal: Himbauan kampanye

di bulan Ramadhan. Pada pokoknya menyampaikan agar Ketua Partai politik peserta Pemilu

menginatkan kepada pelaksana kampanye dan petugas kampanye dan calon anggota DPRD DCS

untuk tidak memasang dan menempatkan alat peraga kampanye serta menyebarkan dan

membagikan bahan kampanye di tempat-tempat ibadah.

Pada tanggal 27 Agustus 2013 KPU RI menerbitkan PKPU No.15 Tahun 2013 Tentang

Page 53: SEJARAH DAN KIPRAH

Perubahan Atas PKPU No.1 Tahun 2013, Tentang Pedoman Pelaksana Kampanye Pemilu

Anggota DPR, DPD dan DPRD. Terhadap hal tersebut Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

menyampaikan himbauan kepada Partai politik sebagaimana surat No.204/BawasluProv-

DKIJakarta/X/2013, tanggal 1 Oktober 2013, Perihal: Himbauan kampanye sesuai PKPU No.15

Tahun 2013. Pada pokoknya menyampaikan himbauan kepada Ketua Partai agar melakukan

pendaftaran terhadap pelaksana kampanye dan petugas kampanye sesuai PKPU No.15 Tahun

2013, serta agar melakukan pemasangan alat peraga kampanye (APK) sesuai PKPU No.15 Tahun

2013.

Pada tanggal 1 November 2013, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menidaklanjuti surat

Bawaslu RI No.684/Bawaslu/IX/2013, dengan menyampaikan Instruksi pengawasan pemasangan

alat peraga kampanye. Kemudian pada tanggal 11 November 2013 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

menyampaikan instruksi sebagaimana surat No. 234/BawasluProv-DKIJakarta/XI/2013, Perihal:

Instruksi rekomendasi pengawasan pemasangan alat peraga kampanye luar ruang (terlampir).

Selanjutnya pada tanggal 6 Oktober 2013, KPU Provinsi DKI Jakarta menyampaiakn surat

daftar pelaksana kampanye sebagaimana surat No.710/KPU-Prov-010/X/2013, Perihal: Daftar

pelaksana kamapnye, petugas kamapnye dan rekening khusus dana kampanye. Pada pokoknya

menyampaikan hal-hal sebagai berikut: (1) data rekening dana kampanye calon anggota DPD,

dari 35 calon anggota DPD yang belum tercantum rekening dana kampanye antara lain: Abdul

Aziz Khafia, dr. Eddi Junaidi, Sp.OG, Ivan Rinaldi, SE, MM, M. Rifqy, Ramdansyah, Rudu Hamid

dan H. Zuhdi Mamduhi, SE, dan (2) semua Partai politik peserta kampanye telah menyampaikan

daftar tim kampanye dan rekening dana kampanye.

Pada tanggal 14 November 2013 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan himbauan

kepada Partai politik sebagaimana surat No.250/BawasluProv-DKIJakarta/XI/2013, Perihal:

Himbauan kampanye sesuai jadwal. Hal ini disampaikan terkait dengan banyaknya iklan

sosialisasi bakal calon anggota DPRD yang dilakukan melalui media massa cetak. Pada pokoknya

menyampikan kepada Ketua Partai politik agar menyampaikan himbauan kepada bakal calegnya

untu menghentikan melakukan sosialisasi melalui iklan media massa cetak, karena kampanye

melalui iklan media massa cetak baru dapat dilakukan sejak tanggal 16 Maret – 5 April 2014.

Kemudian pada tanggal 12 Februari 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan

himbauan kepada Partai politik peserta Pemilu sebagaimana surat No.30/BawasluProv-

DKIJakarta/II/2014, Perihal: Himbauan pelaksanaan kampanye sesuai jadwal. Pada pokoknya

Page 54: SEJARAH DAN KIPRAH

menyampaikan kepada Ketua Partai politik peserta Pemilu di wilayah Provinsi DKI Jakarta agar

menghimbau kepada calon anggota DPRD untuk melaksanakan kampaye sesuai jadwal,

mengingatkan kampanye melalui media massa cetak/elektronik dan kampanye rapat umum baru

dapat dilakukan. Selanjutnya, pada tanggal 20 Februari 2014 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

berkoordinasi dengan Satpol PP Wilayah di Provinsi DKI Jakarta melakukan penertiban alat

peraga kampanye dipasang dengan melanggar aturan tempat dimana tidak diperbolehkan dipasang

alat peraga kampanye berikut hasil penertiban alat peraga kampanye:

Tabel 9 dan 10

Page 55: SEJARAH DAN KIPRAH

Pada tanggal 18 Maret 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan himbauan

kampanye rapat umum kepada Partai politik peserta Pemilu sebagaimana surat

No.81/BawasluProv-DKIJakarta/III/2014, Perihal: Himbauan kampanye rapat umum sesuai

peraturan perundang-undangan. Pada pokoknya menyampaikan himbauan kepada pelaksana

kampanye, Juru kampanye dan Petugas kampanye untuk tidak melakukan pelanggaran terhadap

larangan dalam kampanye, tidak mengikut sertakan pejabat sebagaimana ditentukan dalam Pasal

86 ayat (2) sebagai pelaksana kampanye, tidak memobilisasi warga negara indonesia yang belum

memenuhi syarat sebagai pemilih untuk diikutsertakan dalam kampanye, enyampaikan surat cuti

pejabat (Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati,

Walikota, dan Wakil Walikota,) paling lambat 3 hari sebelum pelaksanaan kampanye dan

dipastikan tidak menggunakan fasilitas terkait jabatannya kecuali fasilitas keamanan, dan lain

sebagainya.

Pelaksanaan kampanye rapat umum yang mengikutsertakan gubernur dan wakil gubernur

harus memenuhi ketentuan antara lain menjalani cuti diluar tanggungan Negara. Terkait dengan

pelaksanaan kamapnye rapat umum PDIPerjuangan yang melibatkan Gubernur Joko Widodo,

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan surat kepada KPU Provinsi DKI Jakarta

sebagaimana surat No.83/BawasluProv- DKIJakarta/III/2014, tanggal 19 Maret 2014, Perihal:

Permintaan salinan pemberitahuan cuti pejabat negara yang mengikuti kampanye di wilayah

Provinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan PKPU No.6 Tahun 2013 Tentang perubahan atas PKPU No.7 Tahun 2012

Tentang Tahapan, Program dan Jadual Penyelanggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD

Tahun 2014, dalam lampiran halaman 7, angka 8 pelaksanaan kampanye melalui rapat umum dan

iklan media massa cetak dan elektronik dilakukan sejak 16 Maret – 5 April 2014. Dan masa tenang

dimulai dari tanggal 6 – 8 April 2014.

Pada tanggal Pada tanggal 6 April 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan

rekomendasi kepada kepala Satpol PP sebagaimana surat No.120/BawasluProv-

DKIJakarta/IV/2014,Perihal: Rekomendasi penertiban alat peraga kampanye dalam masa tenang.

Selain itu juga disampaikan instruksi kepada Panwaslu kabupaten/kota untuk melakukan

penertiban alat peraga kampanye yang berkoordiansi dengan SatPol PP di wilayah masing-masing.

Page 56: SEJARAH DAN KIPRAH

Tabel 11

Rekapitulasi Penertiban Alat Peraga Kampanye di Provinsi DKI Jakarta.

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Terkait dengan laporan dana kampanye, sebagaimana ditentukan dalam PKPU No. 6 tahun

2013, KPU mewajibkan Partai politik peserta Pemilu dan calon anggota DPD menyerahkan

laporan awal dana kampanye dan rekening khusus dana kampanye sesuai tingkatannya kepada

KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota, yang dilaksanakan dari tanggal 2 Februari - 2 Maret

2014. Pada bulan januari 2014 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan analisa terhadap

pelaksanaan pelaporan dana kampanye tahap I dengan hasil (terlampir). Berikut daftar rekening

khusus calon anggota DPD laporan tahap I:

Tabel 11

Nama Bakal Calon Anggota DPD

NAMA BAKAL

CALON ANGGOTA DPD

Nama BANK

NOMER

REKENING

A. Syamsul Zakaria,

S.H, M.H

Bank BRI KCP Sarinah

2006-01-002867-50-9

DR.(HC) A.M. Fatwa Bank Mandiri KCP JKT DPR RI 122-00-0619418-0

Abdi Sumaithi Bank Muamalat Indonesia a.n

Abdi Sumaithi

302.03978.22

Abdul Azis Khafia, S.Si,

M.Si

Bank Bukopin

702019844

Page 57: SEJARAH DAN KIPRAH

Ardi Putra Baramuli Bank Mandri a/n Ardi Putra

Baramuli

122-00-0626110-4

Prof. Dr. Dailami

Firdaus

BCA Cabang Kalimalang, Jakarta

Timur

230 083 4623

Dasril BRI 0943-01-030527-53-7

dr. Eddi Junaedi,

Sp.OG., S.H, M.Kes.

Drs. Eddy Sadeli, S.H BCA Cabang : Pasar Pagi 532-0127-809

F. X. Oerip Soedjoed Bank UOB Indonesia Cab UOB

Plaza

203.32730033.96

Fahira Idris, S.E Bank Mandiri KCP JKT Kalibata 124-00-0656637-7

Heru Cokro Bank Mandiri cabang Cibubur

Kota Wisata

133-00-1204781-7

DR. Ir. Heru J. Juwono,

M.T.

Bank Mandiri

7060584812

Ivan Rinaldi, S.E., M.M. Bank BCA KCP C ONE 5730384345

KH. Lutfi Hakim, M.A. Bank BRI Cabang Tanjung Priok 186.010713115.08

M. Rifqy

drg. Moestar Putrajaya,

M.H.

BANK BRI KCP Pramuka

1123.01.000017.56.9

Drs. Mohamad Sjohirin,

M.Si.

BCA KCP Wolter Monginsidi

524 039 0592

Drs. H. Mohammad

Joesoef, S.E., M.Si.

BCA KCP Saharjo

5750 130 307

Mutiati Sejahtera KCP BRI Rawa Terate Cakung

7110-01-002823-53-1

H. Pardi, SH BRI KK DPR-MPR 1580-01-000041-56-6

Parni Hadi Bank Mandiri 123.000.3636.000

Page 58: SEJARAH DAN KIPRAH

Ramdansyah Bank Mandiri 120-00-0746741-3

Rekson Silaban, S.E. Bank Mandiri –Cabang Matraman 006-00753.4625

H. Rizki Aljupri Bank Mandiri KCP JKT Pulomas 006-00-0752883-3

Rommy Bank mandiri Cabang Wahid

Hasyim, Jakarta Pusat

121-0006049849

Rudy Hamid Bank Mandiri Cab. Cikini 123-000-5447349

Sabam Sirait Bank BNI, KCP. Veteran 308880383

Santo Dewatmoko, S.T.,

M.M., M.A.

BCA kcp Bursa Efek Jakarta

458 22271 99

H. Sayogo

Hendrosubroto S.I.P

BRI Pondok Indah

0362-01-004980-50-9

Drs. Sergius Kelang Bank Madiri KCP JKT Palem

City

900-00-1328247-1

Usmar, S.E., M.M. Bank BNI 1946 Cabang Mayestik 030 900 5238

Vivi Effendy CIMB NIAGA 4400100046140 S

Wahyu Raharjo Mandiri Jkt Wisma 1220

Metrop0olitan KCP

900-00-0708561-7

H. Zuhdi Mamduhi, S.E. BRI KCP Cakung Tipar 1193-01-010012-50-0

Pada tanggal 2 Maret 2014 akhir batas penyerahan laporan awal dana kampanye Bawaslu

provinsi DKI Jakarta melakukan pengawasan melekat terhadap tahapan kegiatan tersebut yang

dilakukan di kantor KPU Provinsi DKI Jakarta. Pengawasan melekat dilakukan terhadap Partai

politik peserta Pemilu dan calon anggota DPD di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Dokumen yang

wajib dilaporkan yakni: a. Laporan Penerimaan sumbangan dana kampanye partai politik, jumlah

ada 8 berkas Form Model DK-1 Parpol s/d DK-7 dan Daftar laporan penerimaa sumbangan dana

kampanye, b. Laporan rekening khusus dan kampanye partai politik, jumlah 12 berkas wajib ada,

2 berkas jika ada, dan c. Laporan awal dana kampanye partai politik, 13 berkas wajib ada, 2 berkas

jika ada.

Page 59: SEJARAH DAN KIPRAH

Tabel 12

Rekapitulasi Hasil Pengawasan Melekat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

No Partai politik Laporan

Penerimaan

sumbangan

dana

kampanye:

8 berkas

Laporan

rekening

khusus

dan

a kampanye:

13 berkas

Laporan

awal dana

kampanye:

13 berkas

Keterangan/

petugas pengawas

1. P. Nasdem 8 berkas 13 berkas 13 berkas Lengkap/ Panwaslu

Jakpus

2. PKB 8 berkas 13 berkas 13 berkas Lengkap/Panwaslu

Jakpus

3. PKS 8 berkas 13 berkas 13 berkas Lengkap/ Panwaslu

Jakbar

4. PDIP 8 berkas 13 berkas 13 berkas lengkap

Panwaslu

Jakbar

5. P. GOLKAR 8 berkas 13 berkas/ 13 berkas/ lengkap/ Panwaslu

Jaksel

6. P.GERINDR

A

8 berkas 13 berkas 13 berkas Lengkap/ Panwaslu

Jaksel

7. P.DEMOK

R AT

8 berkas 10 berkas/

perbaikan DK-

12, DK-13,

Bukti transaksi

penerimaan

13 berkas belum

lengkap/Panwaslu

Jaktim

8. PAN 8 berkas 12 berkas/

Perbaikan

DK-13

10 berkas/

perbaikan DK-

12, DK-

13, bukti

Belum legkap

/Panwaslu Jaktim

Page 60: SEJARAH DAN KIPRAH

transaksi

penerimaan

9. PPP 8 berkas 13 berkas 12 berkas/

perbaikan

bukti transaksi

penerimaan

Belum lengkap

/Panwaslu JakUt

10. HANURA 8 berkas 13 berkas 13 berkas Lengkap/ Panwaslu

Jakut

11. PBB 8 berkas 10 berkas/

perbaikan DK-

7, DK-13 dan

Copy rek koran

11 berkas/

perbaikan DK-

13, bukti

transaksi

penerimaan

belum lengkap

/Kep. Seribu

12. PKPI 8 berkas 13 berkas 13 berkas Lengkap/

Kep. Seribu

Perbaikan terhadap berkas yang belum lengkap oleh Partai politik diberikan waktu untuk

melengkapi selama 2 (dua) hari, sejak tanggal 2 Maret 2014 penyampian laporan. Sedangkan

pengawasan terhadap anggota DPD dilakukan terhadap calon anggota DPD yang melaporkan

tanggal 2 Maret 2014, sisanya telah melaporkan pada tanggal sebelumnya.

Tabel 13

Hasil Pengawasan Laporan Keuangan Anggota Dewan Perwakilan Daerah

No Calon

Anggota

DPD

Laporan

penerimaan

sumbangan dana

kampanye: 7

berkas

Laporan

rekening

khusus dana

kampanye: 12

berkas

Laporan

awal dana

kampanye:

12 berkas

Keterangan/

petugas

pengawas

Page 61: SEJARAH DAN KIPRAH

1. A.Aziz

Khafia

7 berkas 9 berkas/

perbaikan DK-

11, copy rek.

Khusus DK,

copy rek,

10 berkas/

perbaikan

DK-11, bukti

transaksi

penerimaan

belum lengkap

/Tim Ass

Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

Koran

2. A. Syamsu

Zakaria

7 berkas 11 berkas/

perbaikan copy

rek. Koran

12 berkas belum lengkap

/Tim Ass

Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

3. Ardi Putra

Baramuli

7 berkas 11 berkas/

perbaikan DK-

8

12 berkas/

perbaikan DK-

9

belum lengkap

/Tim Ass

Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

4. Dasril 6 berkas/ perbaikan

daftar lap.

penerimaan

6 berkas/

perbaikan DK-

1 s/d DK-6

12 berkas/

perbaikan

bukti transaksi

penerimaan

belum lengkap

/Tim Ass

Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

5. Dr. Eddi

Junaidi,

S.Pog

7 berkas 12 berkas 11 berkas/

perbaikan

bukti transaksi

penerimaan

belum lengkap

/Tim Ass

Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

6. Heru Cokro 7 berkas 12 berkas 12 berkas lengkap

7. Ivan Rinaldi 6 berkas/ perbaikan

daftar lap.

penerimaan

12 berkas 12 berkas/

perbaikan

bukti transaksi

penerimaan

belum lengkap

/Tim Ass

Bawaslu

Provinsi DKI

Page 62: SEJARAH DAN KIPRAH

Jakarta Jkt

8. Moestar

Putrajaya

7 berkas 12 berkas 12 berkas Lengkap/Tim

Ass Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

9. M. Rifqy 7 berkas 10 berkas/

perbaiakn DK-

11. Copy rek.

Khusus DK

11 berkas/

perbaikan

DK-6, DK-7

belum lengkap

/Tim Ass

Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

10. Drs.M.

Sjohirin

7 berkas 12 berkas 12 berkas Lengkap/Tim

Ass Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

11. Rikson

Silaban

7 berkas 12 berkas 12 berkas Lengkap/Tim

Ass Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

12. Rudi

Saputra

Halid

7 berkas 12 berkas 12 berkas Lengkap/Tim

Ass Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

13. Santo

Dewatmoko

6 berkas/ perbaikan

daftar lap.

penrimaan

5 berkas/

perbaikan DK-

1 s/d DK-7

5 berkas/

perbaikan

DK-1 s/d DK-

7, DK-12

belum lengkap

/Tim Ass

Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

Page 63: SEJARAH DAN KIPRAH

14. Sergius

Kelang

12 berkas 12 berkas Lengkap/Tim

Ass Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta Jkt

Sesuai keterangan KPU Provinsi DKI Jakarta, calon anggota DPD yang lainnya telah

melakukan laporan dan melengkapi berkas sebelum tanggal 2 Maret 2014. Perbaikan terhadap

berkas yang belum lengkap oleh calon anggota DPD diberikan waktu selama 2 (dua) hari, sejak

tanggal 2 Merat 2014 penyampaian laporan.

Tabel 14

Rekap Laporan Awal dan Kampanye Partai Politik Model DK-8

N

o

Parpol

Tgl

Pembu

kaa

n

Reken

ing

Nama

Bank

No

Rekening

Saldo

awal

penerima

an

Pengeluaran

Saldo

terakhir

1 NASD

EM

19

Desemb

er 2013

BRI 0230-01-

001578-

56-0

572.125.

000

Rp.

571.125.000

Kas di

rekening

1.000.00

0

2 PKB 11 Juni

2013

BRI Rp.

10.650.444

(pertemuan

terbatas)

Kas di

rekening

2.000.000

3 PKS 27

Februari

2013

BMI 44600003

21

20.000.0

00

Kas di

rekening

20.000.000

4 PDI P 31

Maret

BCA 09230362

00

17.803.3

41

Kas di

rekening

Page 64: SEJARAH DAN KIPRAH

2013 17.803.341

5 GOLK

AR

31 April

2013

BRI Cut

Mutia

0230-01-

002484-

30-8

5.000.00

0

Kas di

rekening

5.000.000

6 GERIN

DR

A

04

Maret

2013

DKI 419.16.003

10.8

70.000.0

00

Kas di

rekening

70.000.000

7 DEMO

KR

AT

2

Septem

ber

2013

BNI

Cabang

Rawama

ngun

03078900

96

26.660.0

00

Rp.

2.000.000

(pertemuan

terbatas) Rp.

14.200.000

(computer 2

unit)

Rp. 5.015.000

(ATK)

Rp. 7.45.000

(Mesin scan 2

unit)

Kas di

rekenin

g

875.000

8 PAN 03

Januari

2014

Mandiri

KCP

Tebet

raya Jkt

124-00-

0663384

5.566.950.

000

Rp.

46.500.000

(pertemuan

terbatas) Rp.

7.850.000

(pembe

lian

kendar

aan)

Kas

direkeni

ng

1.000.0

00

9 PPP 13

Septem

ber

DKI

Caban

g

108.275.0

00

550.000 24.362.92

8.700

Kas di

rekening

100.275.

Page 65: SEJARAH DAN KIPRAH

2013 Balaik

ota

000

10 HANU

RA

01

Maret

2013

Mandiri

KCP

Keramat

2.000.00

0

- Kas di

rekening

2.000.000

14 PBB 23

Desemb

er 2013

BRI 0340.01.00

1588

.30.4

2.000.00

0

20.000.00

0

20.000.000 Kas di

rekening

2.000.00

0

15 PKPI 25 April

2013

BRI 023001002

4983

07

2.500.00

0.00

- Kas di

rekening

2.500.000.0

0

Tabel 15

Rekap Perbaikan Laporan Awal dan Kampanye Partai Politik Model DK-9

No

Parpol

Tangga

l

pembu

kaan

rekening

Na

ma

Ba

nk

No

Reken

ing

Saldo

awal

penerimaan

Pengeluaran

Saldo

terakhir

1 NASD

EM

19.12.20

13

BRI 0230.01.

00

1578.56

.0

1.000.0

00

250.000.000

(parpol)

560.050.000

(perseorangan)

25.000 (kegiatan

lain)

Kas

250.975.959

Barang

560.050.0

00

2 PKB 28.02.20

14

BRI 033501

001

695302

2.000.0

00

7.523.519.472

(caleg)

73.328.018

(kampanye)

Kas Rp.

36.750.74

7

Page 66: SEJARAH DAN KIPRAH

3 PKS 27.02.20

13

BMI 446000

032

1

20.000.0

00

Rp.

159.200.000

(parpol)

Rp.

5.809.621.000

(caleg)

30.500.000

(media cetak

dan

elektronik)

2.470.250.00

0

(penyebaran

kampanye)

506.750.00

0

Di

Bank

1.780.08

0.000

Ditang

an

342.500

.000

4 PDI P 31.03.20

13

092303

620

0

17.803.3

41

Rp.

1.084.500.000

(caleg bentuk

uang) Rp.

80.500.000

(bentuk

barang)

Rp.

14.274.868.79

1

(jasa)

Rp.

80.500.000

(pemasangan

alat praga) Rp.

46.500.000

(kampanye)

Rp.

14.274.8768.79

1

(lain2)

1.063.144.

820

5 GOLK

AR

28.02.20

14

BRI 0230.01.

00

2484.30

.8

140.000

.00

0

100.000.000 Rp.

37.524.000

(oprasion

al) Rp.

75.000.00

0

(Peralatan)

6 GERI

ND

R A

02.03.20

14

419.16.

003

10.8

70.000.0

00

Rp.

9.380.785.852

(caleg tahap 1)

Page 67: SEJARAH DAN KIPRAH

Rp.

11.501.160.92

6

(caleg tahap 2)

7 DEMO

KR

AT

2.09.201

3

BNI 030789

009

6

875.00

0

39.936.160.6

50

Rp.

550.000.000

(perseoran

gan) Rp.

1.100.000.0

00

(badan

usaha)

Rp. 102.035.000

(temu

caleg)

Rp. 780.000.000

(bendera)

675.000

8 PAN 3.01.201

4

124.00.

066

3384.7

1.000.0

00

11.133.900.00

0

7.850.000 877.000

9 PPP 13.09.20

13

108.11.

162

65.3

550.000

10 HANU

RA

1.03.201

3

123.00.

022

8888.6

2.000.0

00

24.960.525

(para caleg)

Rp.

175.412.500

(pertemuan

terbatas) Rp.

164.925.000

(pertemuan

tatap muka)

3.33786 (bunga

bank)

Rp. 4.000.000

(media cetak

Kas

122.785.0

81.07

Kas DPD

502.866.1

89.85

Page 68: SEJARAH DAN KIPRAH

dan

elektronik)

Rp.

44.550.000

(pemasangan

alat praga) Rp.

23.494.860.525

(peengeluaran

caleg)

23.628.900

(DPD)

20.666.94

(pajak)

14 PBB 2.03.201

4

0340.01.

00

1588.30

.4

2.000.00

0

20.000.000, Rp. 20.000.000

(pertemuan

terbatas)

2.000.000

15 PKPI 02.03.20

14

BRI 000002

30.0

1.00249

8.3

0.7

2.221.0

00

136.000.000 Rp. 7.500.000

(pertemuan

terbatas 10x)

Rp. 30.000.000

(pertemuan

tatap muka 10x)

98.500.00

0

Penyerahan laporan dana kampanye tahap II oleh Partai Politik Peserta Pemilu sesuai

dengan tingkatannya dan Calon Anggota DPD meliputi penerimaan dan pengeluaran kepada

akuntan public melalui KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota yang dilaksanakan paling

lambat 15 (lima belas) hari sesudah hari/tanggal pemungutan suara dari tanggal 10 – 24 April

2014.

Laporan penerimaan dan pengeluaran Dana Kampanye mencakup semua informasi

mengenai penerimaan dan pengeluaran Dana Kampanye dari awal sampai laporan disusun dan

Page 69: SEJARAH DAN KIPRAH

wajib dilampiri laporan pencatatan penerimaan dan pengeluaran Dana Kampanye Calon Anggota

DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

Dalam pelaksanaan pengawasan terhadap pelaporan dana kampanye, sebagaimana Surat

Edaran dari Bawaslu RI No. 620/Bawaslu/V/2014 tanggal 16 Mei 2014, Perihal: Pengawasan

Terhadap Profil Kantor Akuntan Publik dan Auditor terpilih dalam Audit Dana Kampanye Pemilu

2014. Berikut nama Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk oleh KPU untuk melakukan audit

terhadap Partai politik dan calon anggota DPD di wilayah Provinsi DKI Jakarta, sebagai berikut:

Tabel 16

Hasil Temuan Awal Audit Dana Kampanye oleh Kantor Akuntan Publik

NO

Nam

a

KAP

Partai

Politik

Jumlah

Audit

Tanggal

TTD

Kontrak

Profil

KAP

Profil

Auditor

Dokumen

Kontrak

Jumlah

Nilai

Kontrak

1.

HELIAN

TO

NO

&

REK

AN

PK

S

PK

PI

4

23

April

2014

ada

Ada

KPU

Provinsi

DKI Jkt

memberikan

data Profile

KAP, Surat

penunjukan

penyedia

paket

pekerjaan

jasa audit

dana

kampanye

partai politik

tahun 2014

dan hasil

Audit

Rp.

24.530.000,-

x 2

Rp.49.060

.000,-

Page 70: SEJARAH DAN KIPRAH

2.

SAHAT

MT

PKB

GOLK

AR

4

23

April

2014

ada

Ada

KPU

Provinsi

DKI Jkt

memberikan

data Profile

KAP, Surat

penunjukan

penyedia

paket

pekerjaan

jasa audit

dana

kampanye

partai politik

tahun 2014

dan hasil

Audit

Rp.

24.530.000,-

x 2

Rp.49.060

.000,-

3.

GIDE

ON

ADI

&

REK

AN

PPP

3

23

April

2014

ada

Ada

KPU

Provinsi

DKI Jkt

memberikan

data Profile

KAP, Surat

penunjukan

penyedia

paket

pekerjaan

jasa audit

dana

kampanye

partai politik

Rp.

24.530.000

,-

Page 71: SEJARAH DAN KIPRAH

tahun 2014

dan hasil

Audit

4.

ELLYA

NOORLI

SY ATI

&

REKAN

GERIND

RA

4

23

April

2014

ada

Ada

KPU

Provinsi

DKI Jkt

memberikan

data Profile

KAP, Surat

penunjukan

penyedia

paket

pekerjaan

jasa audit

dana

kampanye

partai politik

tahun 2014

dan hasil

Audit

Rp.

24.530.000

,-

5.

DRS.

ABDUL

RAH

MAN

HASAN

SALIPU

NASDE

M

DEMO

KRA T

4

23

April

2014

ada

Ada

KPU

Provinsi

DKI Jkt

memberikan

data Profile

KAP, Surat

penunjukan

penyedia

paket

pekerjaan

jasa audit

Rp.

24.530.000,-

x 2

Rp.49.060

.000,-

Page 72: SEJARAH DAN KIPRAH

dana

kampanye

partai politik

tahun 2014

dan hasil

Audit

6.

JUNAID

I,

CHAER

UL DAN

SUBIYA

KTO

PD

IP

PB

B

4

23

Apri

l

2014

ada

Ada

KPU

Provinsi

DKI Jkt

memberikan

data Profile

KAP, Surat

penunjukan

penyedia

paket

pekerjaan

jasa audit

dana

kampanye

partai politik

tahun 2014

dan hasil

Audit

Rp.

24.530.000,-

x 2

Rp.49.060

.000,-

7.

DRS.

MOCH.

IMRAN

SYA H

PAN

HANU

RA

3

23

April

2014

ada

Ada

KPU

Provinsi

DKI Jkt

memberikan

data Profile

KAP, Surat

penunjukan

penyedia

Rp.

24.530.000,-

x 2

Rp.49.060

.000,-

Page 73: SEJARAH DAN KIPRAH

paket

pekerjaan

jasa audit

dana

kampanye

partai politik

tahun 2014

dan hasil

Audit

Tabel 17

Hasil Audit Partai Politik oleh Kantor Akuntan Publik

No Partai Politik KAP Hasil Temuan Awal Proses Audit

1. P. Nasdem KAP Abdul Rahman

Hasan Salipu

KAP tidak menemukan kejanggalan

atau temuan apapun dalam laporan dana

kampanye

2. PKB KAP Sahat MT Tidak ada temuan yang melanggar

ketentuan batas maksimal

sumbangan.

3. PKS KAP Heliantono &

Rekan

Tidak ada temuan yang melanggar

ketentuan batas maksimal

sumbangan.

4. PDIP KAP Junaidi, Chairul

dan Subyakto

Tidak ada temuan yang melanggar

ketentuan batas maksimal

sumbangan.

5. P. Golkar KAP Sahat MT Tidak ada temuan yang melanggar

ketentuan batas maksimal

sumbangan.

6. P. Gerindra KAP Ellya Noorlisyati &

Rekan

Mendapatkan temuan Awal dari proses

audit dana kampanye

Penerimaan dan pengeluaran dari

kegiatan kampanye partai politik peserta

Pemilu tidak tercatat dalam rekening

koran, Rekening Khusus Dana

Kampanye (RKDK)

Page 74: SEJARAH DAN KIPRAH

7. P. Demokrat KAP Abdul Rahman

Hasan Salipu

Sumbangan sesuai LPSDK sebesar

Rp.54.355.610.400,-. Sumbangn

sesuai dengan LPPDK sebesar

Rp.55.455.610.400,- selisih

Rp.1.100.000.000,-.

Selisih tersebut merupakan sumbangan

berbentuk jasa dari badan usaha PT.

Multi Kuarta Kencana Priode II yang

dicatat di LPPDK sebagai sumbangan

dari calon legislative padahal sudah

dicatat sebagai sumbangan badan usaha.

8. PAN KAP Drs. Moch .

Imransyah

Tidak ada penerimaan sumbangan dari

perorangan, kelompok dan pengusaha

(PAN)

Penerimaan dana hanya dari paraCaleg,

penerimaan dana dari para Caleg tidak

terdapat dalamRKDK (Rakening

Khusus Dana Kampanye)

9. PPP KAP Gideon Adi &

Rekan

Tidak ada temuan yang melanggar

ketentuan batas maksimal

sumbangan.

10. HANURA KAP Drs. Moch

Imransyah

Tidak ada temuan yang melanggar

ketentuan

11 PBB KAP Junaidi, Chairul

dan Subyakto

Kepatuhan : Beberapa tidak patuh

LPPDK : Dokumen pendukung

beberapa tidak lengkap

PKPI KAP Heliantono &

Rekan

Tidak ada temuan yang melanggar

ketentuan batas maksimal

sumbangan

12. PKPI KAP Heliantono & Rekan

& Rekan

Heliantono &

Rekan

Tidak ada temuan yang melanggar

ketentuan batas maksimal

sumbangan

D. Pengawasan Perlengkapan Pemungutan Suara

Berdasarkan PKPU No. 6 Tahun 2013, Tentang Perubahan Keempat PKPU No.07 tahun

2012, Tentang Tahapan, Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD dan

DPRD Tahun 2014, dalam lampiran halaman 2, angka 8 logistik huruf c. pengadaan dan

pengelolaan logistik tahun 2014 dilakukan mulai tanggal 1 Oktober 2013 – 31 Maret 2014.

Page 75: SEJARAH DAN KIPRAH

Terhadap pelaksanaan pengadaan dan pengelolaan logistik tersebut, Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta pada tanggal 30 Desember 2013 menyampaikan instruksi kepada Panwaslu kabupaten/kota

sebagaimana surat No.346/BawasluProv- DKIJakarta/XII/2013, Perihal: Instruksi pengawasan

logistik perlengkapan pemungutan suara. Pada pokoknya Panwaslu kabupaten/kota melakukan

koordinasi dengan KPU kabupaten/kota masing-masing dan emlakukan pengawasan terhadap hal-

hal sebagai berikut:

• Bagaimana KPU kabupaten/kota melakukan perencanaan terhadap pengadaan dan

distribusi perlengkapan pemungutan suara di wilayah masing-masing?

• Bagaimana KPU kabupaten/kota membuat jadual pendistribusian perlengkapan

pemungutan suara dimulai dari logistik masuk ke KPU kabupeten/kota sampe

pendistribusian ke PPK dan PPS?

• Bagaimana mekanisme pendistribusian perlengkapan pemungutan suara dari KPU

kabupeten/kota sampai ke PPK dan PPS?

• Berapa jenis perlengkapan pemungutan suara dan dukungan perlengkapan lainnya yang

saat ini sudah masuk dan diterima KPU kabupaten/kota masing-masing?

Pada tanggal 14 Januari 2013, Bawaslu provinsi DKI Jakarta menyampaikan instruksi

kepada Panwaslu kabupaten/kota sebagaimana surat No.06/BawasluProv- DKIJakarta/I/2014,

Perihal: Instruksi pengawasan terhadap pengadaan kotak suara. pada pokoknya menyampaikan

instruksi sebagai berikut: (1) Panwaslu Kabupaten/Kota melakukan pengecekan dan penghitungan

terhadap kotak suara yang telah dikirim ke KPU Kabupaten/Kota masing-masing untuk

memastikan pemenuhan jumlah ketersediaan kotak suara diseluruh TPS di masing-masing

Kabupaten/Kota, dan (2) Apabila dari hasil pengawasan tersebut ditemukan dugaan pelanggaran

Pemilu, maka Panwaslu Kabupaten/Kota agar segera menindaklanjuti sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Pada tanggal 16 Januari 2013, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melaporkan hasil sementara

pengawasan pengadaan kotak suara, sebagaimana surat No.08/BawasluProv-DKIJakarta/I/2014,

Perihal: Laporan sementara pengawasan terhadap pengadaan kotak suara. Berdasarkan PKPU No.

6 Tahun 2013, Tentang Perubahan Keempat PKPU No.07 tahun 2012, Tentang Tahapan, Program

dan Jadual Penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014, dalam lampiran

halaman 2, angka 8 Logistic huruf c. pengadaan dan pengelolaan logistik tahun 2014 dilakukan

Page 76: SEJARAH DAN KIPRAH

mulai tanggal 1 Oktober 2013 – 31 Maret 2014.

Terhadap pelaksanaan pengadaan dan pengelolaan logistik tersebut, Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta pada tanggal 30 Desember 2013 menyampaikan instruksi kepada Panwaslu kabupaten/kota

sebagaimana surat No.346/BawasluProv- DKIJakarta/XII/2013, Perihal: Instruksi pengawasan

logistik perlengkapan pemungutan suara. Pada pokoknya Panwaslu kabupaten/kota melakukan

koordinasi dengan KPU kabupaten/kota masing-masing dan melakukan pengawasan terhadap hal-

hal sebagai berikut:

• Bagaimana KPU kabupaten/kota melakukan perencanaan terhadap pengadaan dan

distribusi perlengkapan pemungutan suara di wilayah masing-masing;

• Bagaimana KPU kabupaten/kota membuat jadual pendistribusian perlengkapan

pemungutan suara dimulai dari logistik masuk ke KPU kabupeten/kota sampe

pendistribusian ke PPK dan PPS;

• Bagaimana mekanisme pendistribusian perlengkapan pemungutan suara dari KPU

kabupeten/kota sampai ke PPK dan PPS;

• Berapa jenis perlengkapan pemungutan suara dan dukungan perlengkapan lainnya yang

saat ini sudah masuk dan diterima KPU kabupaten/kota masing- masing?

Tabel 18

Hasil Pengawasan Logistik oleh Bawaslu se-DKI Jakarta

No

Kabupaten/Kota

Jumlah Kotak

Suara

baru diterima

Bentuk dan

ukuran

Keterangan

1. Jakarta Barat 7.636 pc Sesuai Informasi dari KPU Jakarta

Barat tidak ada lagi pengiriman

kotak suara sisanya

menggunakan kotak suara

lama,

perbandingan pemakaian 2 kotak

suara baru 1 kotak

suara lama

2. Jakarta Selatan 4.146 pc Sesuai Jumlah TPS 3.769, kebutuhan

kotak suara 3.769x3

=11.307, sisa 6.891

masih blm terkirim.

perbandingan pemakaian 2

kotak suara baru dan 1 kotak

suara lama.

Page 77: SEJARAH DAN KIPRAH

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Pada tanggal 14 Januari 2013, Bawaslu provinsi DKI Jakarta menyampaikan instruksi

kepada Panwaslu kabupaten/kota sebagaimana surat No.06/BawasluProv- DKIJakarta/I/2014,

Perihal: Instruksi pengawasan terhadap pengadaan kotak suara. pada pokoknya menyampaikan

instruksi sebagai berikut: (1) Panwaslu Kabupaten/Kota melakukan pengecekan dan penghitungan

terhadap kotak suara yang telah dikirim ke KPU Kabupaten/Kota masing-masing untuk

memastikan pemenuhan jumlah ketersediaan kotak suara diseluruh TPS di masing-masing

Kabupaten/Kota, dan (2) Apabila dari hasil pengawasan tersebut ditemukan dugaan pelanggaran

Pemilu, maka Panwaslu Kabupaten/Kota agar segera menindaklanjuti sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Pada tanggal 16 Januari 2013, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melaporkan hasil sementara

pengawasan pengadaan kotak suara, sebagaimana surat No.08/BawasluProv-DKIJakarta/I/2014,

Perihal: Laporan sementara pengawasan terhadap pengadaan kotak suara. Pada pokoknya Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

• Panwaslu Kabupaten/Kota dan Bawaslu Prov DKI Jakarta telah melakukan investigasi

lapangan ke gudang penyimpanan perlengkapan pemungutan suara milik KPU

Kabupaten/Kota diantaranya Panwaslu Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Selatan dan

Kota Jakarta Utara:

• Beberapa Panwaslu Kabupaten/Kota yang belum dapat mendapatkan akses data dan

untuk melakukan investigasi ke gudang penyimpangan perlengkaan pemungutan suara

diantaranya, Panwaslu Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Timur dan Kabupaten

Kepulauan Seribu;

3. Jakarta Utara 8.793 pc Sesuai Jumlah TPS 2.877, kebutuhan

kotak suara 2.877x3

=8.631.

Perbandingan pemakaian 2

kotak suara baru 1 kotak

suara lama

4. Jakarta Pusat - - Belum diberikan akses data

dan investigasi ke gudang

penyimpanan perlengkapan

pemungutan suara oleh KPU

Kota

Jakarta Pusat

Page 78: SEJARAH DAN KIPRAH

• Hasil pengawasan yang didapat dari Panwaslu Kabupaten/Kota beberapa perlengkapan

pemungutan suara yang sudah diterima oleh KPU Kabupaten/Kota diantaranya kotak

suara, bilik suara dan sampul dan dukungan perlengkapan lainnya yang pengadaannya

dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota. Hasil laporan pengawasan penerimaan kota suara

Panwaslu Kabupaten/kota pada bulan Januari 2014:

Guna kelancaran pelaksanaan tugas, wewenang, dan kewajibannya, Penyelenggara

Pemilu, Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan dan fasilitas sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, diantaranya monitoring kelancaran penyelengaraan

Pemilu serta kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Pemilu. Berikut data

kebutuhan perlengkapan pemungutan suara:

Tabel 19

Kebutuhan Perlengkapan Pemungutan Suara

Kecamatan

Jum

lah

Pem

ilih

(dpt)

Jumla

h

TPS

Logistik

Surat

Suara +

2% dpt

Kotak

Suara

3/TPS

Bilik

Suara

4/TPS

Tinta

2/TPS

Alat

Menco

blos 4/TPS

Jakarta

Pusat

762,772 1,852 778,029 5,556 7,408 3,704 7,408

Gambir 71,837 175 73,274 525 700 350 700

Sawah

besar

90,580 222 92,392 666 888 444 888

Kemayoran 165,642 406 168,955 1,218 1,624 812 1,624

Senen 87,778 210 89,534 630 840 420 840

Cempaka 69,248 168 70,633 504 672 336 672

Page 79: SEJARAH DAN KIPRAH

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Selanjutnya pada tanggal 18 Januari 2014, Bawaslu menyampaikan permohonan fasilitasi

kepada badan Kesbangpol Provinsi DKI Jakarta untuk peninjauan gudang lgistik KPU

kabupaten/kota, sebagaimana surat No.09/BawasluProv-DKIJakarta/I/2014, Perihal:

Permohonana fasilitasi peninjauan gudang logistic KPU kabupaten/kota. Pada pokoknya

menyampaikan hal terkait pelaksanaan pengawasan serta monitoring pengadaan dan pengelolaan

serta pendistribusian logistik perlengkapan pemungutan suara, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

mengajukan permohonan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Cq. Badan Kesbangpol

Provinsi DKI Jakarta kiranya dapat memfasilitasi dan/atau bersama-sama melaksanakan

monitoring untuk melakukan peninjauan terhadap lokasi gudang- gudang penampungan logistik

perlengkapan pemungutan suara yang ada di KPU Kabupaten/Kota se-Provinsi DKI Jakarta.

Terkait dengan kurangnya akses informasi maupun data yang diberikan KPU kabupaten/kota

kepada Panwaslu kabupaten/kota masing-masing, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 3

Februari 2014 menyampaikan surat kepada KPU Provinsi DKI Jakarta sebagaiman surat

No.15/BawasluProv- DKIJakarta/II/2014, Perihal: Penjelasan pelaksanaan pengawasan tahapan

kampanye dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara. Pada pokoknya menyampaikan

putih

Menteng 64,431 154 65,720 462 616 308 616

Tanah

abang

118,098 289 120,460 867 1,156 578 1,156

Johar baru 95,158 228 97,061 684 912 456 912

Jakarta

Utara

1,116,44

7

2,877

1,138,77

6

8,631

11,508

5,754

11,508

Penjaringan 203,681 527 207,755 1,581 2,108 1,054 2,108

Tanjung

priok

268,569 656 273,940 1,968 2,624 1,312 2,624

Koja 197,110 535 201,052 1,605 2,140 1,070 2,140

Cilincing 247,257 643 252,202 1,929 2,572 1,286 2,572

Pademangan

106,796 277 108,932 831 1,108 554 1,108

Page 80: SEJARAH DAN KIPRAH

hal-hal sebagai berikut: (1) KPU Provinsi DKI Jakarta agar lebih terbuka dalam memberikan akses

informasi maupun data kepada pengawas Pemilu hal ini untuk memudahkan tugas pengawasan,

dan (2) KPU Provinsi DKI Jakarta kiranya dapat memberikan rencana jadwal pelaksanaan

pendistribusian perlengkapan pemungutan suara dari KPU kabupaten/kota ke tingkat PPK, PPS

dan TPS.

Pada tanggal 27 Februari 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan instruksi

pengawasan distribusi kepada panwaslu kabupaten/kota sebagaimana No. 47/BawasluProv-

DKIJakarta/II/2014, Perihal: instruksi pengawasan distribusi perlengkapan pemungutan suara.

Pada pokoknya menyampaikan agar Panwaslu kabupaten/kota menyampaikan hasil pengawasan

pendistribusian perlengkapan pemungutan suara secara periodik dan berjenjang sebagaimana telah

ditentukan.

Lalu pada tanggal 25 Maret 2014, Bawaslu menyampaikan surat kepada KPU Provinsi DKI

Jakarta sebagaimana surat No.93/BawasluProv-DKIJakarta/III/2014, Perihal: Mohon penjelasan

terkait perlengkapan pemungutan suara Provinsi DKI Jakarta. Pada pokoknya menyampaikan hal-

hal sebagai berikut: (a) KPU Provinsi DKI Jakarta agar menyampaikan kepada jajaran KPU

kabupaten/kota untuk lebih terbuka dalam memberikan akses informasi dan data terkait

perlengkapan pemungutan suara, (b) Beberapa temuan dalam pengawasan terhadap pelaksanan

pensortiran dan pelipatan surat suara ditemukan adanya surat suara rusak, kekurangan dan

kelebihan, dan (c) Bagaimana antisipasi KPU Provinsi DKI Jakarta terhadap beberapa perlengapan

pendukung yang masih belum terdistribusi ke tingkat kecamatan

F. Pengawasan Pemungutan dan Penghitungan Suara

Pada tanggal 8 April 2014, Bawaslu Provinsi KI Jakarta menyampaikan instruksi

sebagaimana surat No.127/BawasluProv-DKIJakarta/IV/2014, Perihal: Instruksi pengawasan

pemungutan dan penghitungan suara diwilayah Provinsi DKI Jakarta. Pada pokoknya

menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

1) Semua petugas PPL diharapkan telah menerima dan membaca Buku Panduan Pengawas

Pemilu lapangan Pemilu Anggta DPR, DPD dan DPRD tahun 2014, sebagai panduan

untuk pelaksanaan pengawasan pemungutan dan penghitungan suara tanggal 9 April

2014;

2) Semua petugas PPL yang akan melakukan pengawasan agar dibuatkan surat tugas yang

Page 81: SEJARAH DAN KIPRAH

dikeluarkan oleh Panwascam masing-masing, untuk format Surat Tugas sudah kami

email ke Panwaslu Kab/kota dan agar diteruskan ke Panwascam;

3) Terkait dengan pelaksanaan pemungutan suara di tahanan Polres, Polsek dan Polda yang

dilakukan oleh TSP terdekat, PPL dengan supervisi Panwascam diharapkan melakukan

pengawasan secara maksimal dan berkoordinasi dengan PPS/KPPS, terkait lokasi TPS

lokasi yang akan melakukan pemungutan suara di tahanan tersebut;

4) Terkait dengan pelaksanaan pemungutan suara yang dilakukan di Rumah Sakit yang

dilakukan oleh TSP terdekat, PPL dengan supervisi Panwascam diharapkan melakukan

pengawasan secara maksimal dan berkoordinasi dengan PPS/KPPS, terkait TPS mana

yang akan melakukan pemungutan suara di Rumah Sakit tersebut;

5) Selain menyampaikan laporan sesuai formulir pengawasan, PPL dan Panwascam

membuat laporan hasil pengawasan A-1, A-2 jika ada temuan/ informasi/ laporan dugaan

pelanggaran agar melakukan proses tindaklanjut sebagaimana hasil laporan sesuai

Peraturan Bawaslu;

6) Panwaslu Kab/Kota dan Panwascam melakukan supervisi terhadap PPL dalam

melakukan pengawasan dan menyusun laporan hasil pengawasan di masing- masing

wilayah Desa/Kelurahan;

Kemudian dilaksanakan apel siaga pengawasan melalui tele conference yang dikoordinasi

oleh Bawaslu RI dan dipimpin oleh Ketua Bawaslu RI, pelaksanaanya di kantor Bawaslu Provinsi

dengan melibatkan Universitas-universitas yang tergabung dalam Gerakan Sejuta Relawan

Pengawas Pemilu (GSRPP) pada tanggal 8 April 2014. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada tanggal

9 April 2014, melakukan pengawasan melekat dalam pelaksanaan pemunguatn suara. Pengawasan

dilakukan juga oleh Panwaslu kabupaten/kota dengan cara keliling terhadap TPS-TPS yang diduga

ada titik rawan dalam pelaksanaan pemungutan suara, hasil pengawasan.

Dalam pelaksanaan pemungutan suara tanggal 9 April 2014, ditemukan kejadian

tertukarnya surat suara. Kejadian tertukarnya surat suara terjadi di beberapa provinsi, menurut data

yang disampaikan KPU hingga tanggal 14 April 2014, laporan tertukarnya surat suara terjadi pada

20 Provinsi yang tersebar di 517 TPS di 77 Kabupaten/Kota, termasuk di Provinsi DKI Jakarta.

Terkait temuan jumlah surat suara tertukar tersebut KPU telah mengeluarkan Surat Edaran untuk

penanganannya, jika ada temuan surat suara tertukar maka penghitungan surat harus dihentikan

Page 82: SEJARAH DAN KIPRAH

dan dilakukan pemungutan suara ulang.

Dalam kontek DKI Jakarta, temuan adanya surat suara tertukar terjadi di Jakarta Timur dan

Jakarta Selatan. Untuk Jakarta Timur surat suara terjadi di Kec. Makasar, Kel. Kebon Pala pada

TPS 45, 46, 48, 54, 62 dan 63, namun untuk TPS 45, 48 dan 63 sesuai keterangan ketua KPPS

masing-masing, pada saat ditemukan surat suara tertukar langsung koordinasi dengan KPU Jakarta

Timur dan saat itu juga dilakukan pemungutan suara ulang. Tetapi untuk TPS 46, 54 dan 62 karena

pada hari tersebut belum bisa dilaksanakan pemungutan suara ulang sehinga pelaksanaanya baru

dilakukan pada tanggal 13 April 2014.

Selain Kec. Makasar, surat suara tertukar juga terjadi di Kec. Ciracas, Kel. Ciracas di TPS

74 pelaksanaan pemungutan suara ulang di TPS 74 tersebut juga dilaksanakan pada tanggal 13

April 2014. Kejadian surat suara tertukar di Jakarta Selatan ditemukan di Kec. Kebayoran lama,

Kel. Grogol Selatan pada TPS 29, 31 dan 33, dan dilaksanakan pemungutan suara ulang yang

dilakukan pada tanggal 13 April 2014. Pada tanggal 11 April 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

menyapaikan rekomendasi kepada KPU Provinsi DKI Jakarta sebagaimana surat

No.130/BawasluProv-DKIJakarta/IV/21014, Perihal: Rekomendasi terkait surat suara tertukar.

Pada pokkya menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, terhadap temuan surat suara tertukar yang terjadi di TPS 33, Kel. Grogol Selatan,

Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dan TPS, 46, 54, 62 di Kel. Kebon Pala, Kec. Makasar dan

TPS 74 Kel. Ciracas, Kec. Ciracas, Jakarta Timur, KPU Provinsi DKI Jakarta agar melakukan

tindakan sesuai ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan termasuk yang diatur

dalam SE KPU No.275/KPU/IV/2014 dan SE KPU No.306/KPU/IV/2014.

Kedua, terhadap temuan surat suara tertukar yang terjadi di TPS 45, 48 dan TPS 63, namun

sudah dilakukan pemungutan suara ulang, KPU Provinsi DKI Jakarta agar melakukan verifikasi

dan memastikan proses pemungutan suara ulang tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Terkait dengan hasil rekapitulasi penghitungan perolehan suara tingkat TPS yang tidak

dapat dipertanggungjawabkan, temuan ini terjadi di TPS 14 Kel. Ujung Menteng, Kec. Cakung

Jakarta Timur, awalnya ada informasi dari pengawas bahwa pelaksanaan rekapitulasi ditingkat

kelurahan/ PPS menyisakan 1 TPS yang sudah dilakukan perhitungan ulang berapa kali, tetapi

masih ada keberatan dari saksi Partai politik, dimana ditemukan pengguna hak pilih untuk surat

suara DPRD Provinsi mencapai angka 100 persen yaitu 352, sementara pengguna hak pilih untuk

Page 83: SEJARAH DAN KIPRAH

surat suara DPR 283 dan pengguna hak pilih surat suara DPD hanya 277.

Atas kejadian ini Panwaslu Jakarta Timur dan Bawaslu Prov DKI Jakarta langsung turun

mengawal langung proses penghitungan suara ulang, temuan hasil pengawasan Panwaslu Jakarta

Timur terhadap proses rekapitulasi penghitungan suara di tingkat PPS Kel. Ujung Menteng untuk

TPS 14 pada tanggal 14 April 2014, dimana pada saat pelaksanaan penghitungan Suara Ulang

ditemukan hal-hal sebagai berikut:

1) Dalam kotak suara TPS 14 tidak ada Formulir Model C-6;

2) Dalam kotak suara TPS 14 tidak ada Formulir Model A.T. Khusus KPU

yang mencantumkan dapa pemilih DPKTb;

3) KPPS tidak membuat absensi yang standar (hanya mencatat nama-nama pemilih) serta

tidak melakukan pemeriksaan kesesuaian antara nama pemilih dalam formulir C-6

dengan nama pemilih yang tercantum dalam DPT, DPTb dan DPK (DPT yang ada di

kotak suara tidak ada tanda centang/ceklis, sebagai tanda memeriksa kesesuaian antara

formulir Model C-6 dengan DPT;

4) Pada Formulir Model C-1, adanya perbedaan antara jumlah pemilih untuk Pemilu DPR

sejumlah: 283 suara, pemilih untuk Pemilu DPD: 277 suara, dan pemilih untuk Pemilu

DPRD Provinsi: 352 suara;

Penghitungan suara di tingkat PPS Kelurahan Ujung Menteng sudah dilaksanakan

sebanyak tiga kali dan ditemukan perbedaan-perbedaan dalam penentuan suara yang digunakan

dan yang tidak digunakan dalam pelaksanaan Pemilu tanggal 9 April 2014. Sebagaimana

disampaikan oleh PPK Kec. Cakung, bahwa KPU provinsi DKI Jakarta menginsruksikan untuk

tidakmelanjutkan proses rekapitulasi penghitungan suara di TPS 14, kel. Ujung Menteng.

Mengacu PKPU No.26 Tahun 2013 Pasal 61 ayat (1) menyebutkan, Pemungutan Suara

Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRDProvinsi dan DPRD Kabupaten/Kota di TPS dapatdiulang,

apabila terjadi bencana alam dan/ataukerusuhan yang mengakibatkan hasil PemungutanSuara

tidak dapat digunakan atau Penghitungan Suara tidak dapat dilakukan. Ayat (2) menyatakan,

Pemungutan Suara di TPS wajib diulang apabila berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan

PPL terbukti terdapat keadaan sebagai berikut: pada Poin d. bahwa lebih dari seorang Pemilih

menggunakan hak pilih lebih dari satu kali, pada TPS yang sama atau TPS yang berbeda.

Dugaan ini terlihat pada dokumen penghitungan suara untuk jumlah pemilih pada Pemilu

Page 84: SEJARAH DAN KIPRAH

DPRD Provinsi yang berjumlah 352 suara Jadi ada 100 persen pemilih yang menggunakan hak

pilihnya. Peenyelenggaraan tahapan pemungutan suara di TPS 14 di Kel. Ujung Menteng, Kec.

Cakung, mengakibatkan hasil pemungutan dan penghitungan suara tidak dapat dilakukan,

sehingga dapat dikategorikan sebagai “gangguan lainnya yang mengakibatkan seluruh tahapan

penyelenggaraan Pemilu tidak dapat dilaksanakan” sehingga perlu dilakukan Pemilihan Suara

Ulang”.

Atas kejadian tersebut sehingga Bawaslu Provinsi DKI Jakarta berkesimpulan berdasarkan

hasil pemeriksaan dokumen Berita Acara Penghitungan Suara di PPS Kelurahan Ujung Menteng,

maka hasil penghitungan perolehan suara di PPS/Kel. Ujung Menteng untuk TPS 14 tidak dapat

dipertanggungjawabkan. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 15 April 2014,

menyampaikan rekomendasi kepada KPU Provinsi DKI Jakarta sebagaimana surat

No.139/BawasluProv- DKIJakarta/IV/2014, Perihal: Rekomendasi terkait kejadian pada TPS 14,

kel. Ujung menteng, Kec. Cakung, Jakarta Timur.

Pada pokok menyampaikan hal-hal sebegai berikut: Pertama, terhadap kasus yang terjadi

pada TPS 14 di Kelurahan Ujung Menteng, Kec. Cakung, Jakarta Timur, KPU Provinsi DKI

Jakarta agar segera menindaklanjuti kasus tersebut sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan

perundang- undangan. Kedua, memastikan proses tindaklanjut atas kejadian tersebut dilakukan

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketiga, melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara termasuk terhadap petugas KPPS TPS 14 dan

PPS Kelurahan Ujung Menteng. Atas rekomendasi tersebut diatas, kemudian KPU Provinsi DKI

Jakarta menindaklanjuti dengan menyampaikan pembritahuan dalam surat terkait pelaksanaan

pemungutan suara ulang di TPS 14, Kel. Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur.

Dari semua pelaksanaan pemungutan suara ulang yang dilakukan di beberapa TPS tersebut

diatas, mengalami penurunan pemilih yang mengunkan hak pilihnya secara tidak langsung dan

berdasarkan hasil penghitungan perolehan suara, terjadi penurunan partisipasi pemilih dalam

pelaksanaan pemungutan suara ulang. Dengan kata lain, pemungutan suara urang selain

bermanfaat tetapi juga berdampak negatif karena umumnya mengakibatkan penurunan tingkat

partisipasi masyarakat pada Pemilu.

Dalam tahapan pemungutan dan penghitungan suara Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Jakarta dan jajaranya sampai tingkat bawah mengalami sedikit kendala, mngenai jumlah personel

di setiap wilayah jumlah TPS yang ada tidak sesuai dengan jumlah PPL, walaupun telah dibantu

Page 85: SEJARAH DAN KIPRAH

oleh relawan dari beberapa perguruan tinggi di DKI Jakarta, hal ini menjadi catatan tersendiri guna

memaksimalkan hal yang paling krusial dari puncak Pemilu yakni pemungutan dan penghitungan

suara, maka perlu ada upaya untuk memaksimalkan fungsi pengawasan di setiap TPS, dengan

menempatkan satu orang di tiap-tiap TPS sehingga dugaan akan adanya kecurangan dapat

diminimalisir secara dini. Hal ini menyangkut anggaran dan regulasi yang akan dibuat tetapi hal

yang demikian perlu dipekirkan dalam upaya meningkatkan kualitas Pemilu dengan

memaksimalkan fungsi pengawasan dengan menekan sedini mungkin potensi adanya pelanggaran

Pemilu.

Tabel 20

Rekapitulasi Dugaan Pelanggaran Tahapan Pemungutan

dan Penghitungan suara dan Penindakannya

No

No.

Registrasi

Uraian Kejadian

Tang

gal

Kejad

ian

Temp

at

Kejadi

an

Tindak

lanjut

Ket.

1.

Pada hari Rabu 9 April

2014 sekitar Pukul 08.30

wib ditemukan adanya

pembagian 125 amplop,

yang berisi uang sebesar

Rp 25.000,- setiap

amplopnya, dibagikan

kepada warga di Cipinang

Bali, Rt 3/Rw 1, Cipinang

Melayu, Jakarta Timur,

yang diduga

berasal dari Caleg Partai

Demokrat an. Drs. Sularto

MM.

9

Ap

ril

2014

Cipinan

g Bali

R

t 3/Rw

1Cipina

ng

Melayu,

Jakarta

Timur

Ditin

dak

lanju

ti

Diteruskan

kepolisianJakarta

Timur

2.

013/TM/

PILE

G/IV/201

4

Banyak warga (pasien

dan keluarga pasien yang

ada di RSCM) tidak bisa

menggunakan hak

pilihnya, karena tidak

disediakan TPS, padahal

dalam Pilgub 2012

terdapat 3 TPS didirikan

di RSCM; adanya surat

9

Ap

ril

2014

RSCM

Jakarta

Tidak

ditindak

lanjuti

Temuan yang

disampaikan tidak

memenuhi syarat

formil dan/atau

materiil sebagai

dugaan tindak

pidana Pemilu

Page 86: SEJARAH DAN KIPRAH

penolakan dari

manajemen RSCM untuk

pendirian TPS di dalam

RSCM yang

disampaikan ke KPU DKI

Jakarta

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta

E. Pengawasan Rekapitulasi Penghitungan Suara

Pada tanggal 23-24 April 2014, KPU Provinsi DKI Jakarta melaksanakan rapat pleno

rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2014 tingkat Provinsi DKI Jakarta yang

dilakukan di Hotel Borobudur Jakarta. rapat pleno dihadiri oleh semua Partai politik peserta

Pemilu dan calon anggota DPD Provinsi DKI Jakarta dan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta.

Sayangnya acara berjalan molor karena banyaknya protes dan keberatan dari saksi Partai politik,

kemudian rapat dilanjutkan pada tanggal 25 April 2014 yang bertempat di kantor KPU Provinsi

DKI Jakarta.

Berdasarkan pengamatan dan pencermatan terhadap jalannya proses Rekap Hitung Tingkat

Provinsi yang dilakukan sejak 23-24 April 2014, Bawaslu Provinsi DKI mencatat sejumlah isu,

masalah dan agenda strategis dan penting yang menjadi sorotan peserta Rapat Rekap Hitung.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mengharapkan hal tersebut menjadi perhatian bersama, khususnya

KPU Provinsi DKI pada pelaksanaan Pilpres 2014.

Berbagai isu dan agenda tersebut diantaranya: Pertama, banyaknya sorotan tajam dari para

saksi Parpol terkait dengan manajemen dan administrasi Pemilu, baik yang terkait langsung

dengan kegiatan Pungut Hitung maupun berbagai aspek pendukung lainnya, seperti koordinasi dan

komunikasi di lingkungan internal KPU DKI hingga jajaran di tingkat bawah, problem

inkonsistensi dan distorsi dalam penegakan regulasi, problem sosialisasi, administrasi dan

manajemen Pemilu, pengadaan dan terutama distribusi logistik Pemilu khususnya surat suara, dan

lain sebagainya.

Kedua, sorotan tajam terhadap kinerja Penyelenggara Pemilu pada tingkatan atau level

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan

Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). Bentuk- bentuk sorotan tajam tersebut mencakup aspek

integritas, profesionalitas dan kinerja Penyelenggara Pemilu, dalam wujud antara lain: (a) Cukup

banyak petugas KPPS dan PPS yang terlambat memberikan formulir C-1 kepada saksi Parpol

Page 87: SEJARAH DAN KIPRAH

maupun PPL, (b) terjadinya kesalahan/kekeliruan dalam administrasi Pemilu khususnya dalam hal

pencatatan dan penulisan formulir C-1 oleh petugas KPPS terutama tatkala menghitung perolehan

suara Parpol dan Caleg yang digabung menjadi dua suara dan bukan hanya satu suara pada

sejumlah TPS sehingga saat Rekap di Tingkat PPS harus melakukan pembukaan kotak, dan (c)

terjadinya perbedaan angka (pergeseran) antara yang terdapat dalam formilir C-1 dengan hasil

rekap di tingkat PPS (form D1), dan (d) melesetnya target tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu

2014 di Jakarta, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil pencermatan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta terhadap laporan atau

temuan yang masuk kepada Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta maupun problem yang muncul

pada Rekap Hitung Tingkat Provinsi, cukup banyak muncul kasus gugatan terhadap perolehan

suara Pemilu 2014 yang melibatkan antar Caleg dalam satu atau internal Parpol. Hal ini

mengindikasikan terjadinya konflik dan persaingan tidak sehat pada internal Parpol sebagai akibat

dari implementasi sistem Pemilu yang ditetapkan. Bawaslu mencermati, konflik internal Caleg

dan ikut memperalot proses Rekap Hitung yang seyogianya tidak perlu terjadi manakala Parpol

mampu menegakkan aturan, disiplin dan etika dalam berorganisasi.

Agenda selanjutnya, pada 25 April 2014, KPU Provinsi DKI Jakarta menerbitkan berita

acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai politik dan calon anggota DPD tingkat

Provinsi DKI Jakarta. Sejurus kemudian pada tanggal 26 April 2014, Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta menyampaikan rekomendasi sebagaimana surat No.147/BawasluProv-

DKIJakarta/IV/2014, Perihal: Rekomendasi perbaikan jumlah data pemilih pada Form Model DB-

1 dan Model DC-1 pada pokoknya menyampaikan rekomendasi terhada hal-hal sebagai berikut:

Pertama, setelah Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan pemeriksaan terhadap Berita

Acara dan Sertifikat Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara (Model DC-1 dari KPU Provinsi)

tertanggal 25 April 2014, jika disandingkan dengan Berita Acara dan Sertifikat Rekapitulasi

Penghitungan Perolehan Suara (Model DB-1 dari KPU Kab/kota), ditemukan adanya perbedaan

angka pada jumlah data pemilih, pengguna hak pilih, serta data jumlah surat suara sah dan tidak

sah pada beberapa dapil di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Kedua, KPU Provinsi DKI Jakarta, segera melakukan perbaikan terhadap perbedaan jumlah

data pemilih, data pengguna hak pilih serta data jumlah surat suara sah dan tidak sah pada Model

DB-1 dan Model DC-1 sebagaimana temuan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, dengan melaksanakan

rapat dan mengundang saksi dari Partai politik dan Calon anggota DPD.

Page 88: SEJARAH DAN KIPRAH

Ketiga, jika pihak KPU Provinsi DKI Jakarta, juga menemukan adanya perbedaan jumlah

data pemilih, data pengguna hak pilih serta data jumlah surat suara sah dan tidak sah dalam Model

DB-1 dan Model DC-1, agar langsung dilakukan perbaikan serta disampaikan penjelasan kepada

peserta rapat. Keempat, KPU Provinsi DKI Jakarta membuat berita acara perbaikan rekapitulasi

hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan perolehan suara calon

anggota DPR, DPD, DPRD provinsi.

Lalu, pada tanggal 27 April 2014, KPU Provinsi DKI Jakarta menerbitkan kembali

perbaikan rekapitulasi hasil penghitungan partai politik dan calon anggota DPR, DPRD Provinsi

serta calon anggota DPD tingkat Provinsi DKI Jakarta dalam Pemilu 2014. Kemudian, pada

tanggal 27 April 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan rekomendasi sebagaimana

surat No.148/BawasluProv-DKIJakarta/IV/2014, Perihal: Rekomendasi pada perbaikan berita

acara rekapitulasi penghitungan perolehan suara KPU Provinsi DKI Jakarta.

Pada pokoknya menyampaikan rekomendasi terhada hal-hal sebagai berikut: Pertama,

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta telah melakukan pemeriksaan terhadap berita acara rekapitulasi

perhitungan perolehan suara partai politik, data pemilih, pengguna hak pilih serta data jumlah surat

suara yang digunakan, surat suara sah dan tidak sah, dan ditemukan adanya perbedaan jumlah data

DPT, DPTb, DPK dan DPKTb pada BA Rekapitulsi yang dibuat ditingkat Kabupaten/Kota (Model

DB-1) dengan BA Rekapitulsi yang dibuat di tingkat Provinsi (Model DC-1).

Kedua, dalam perbaikan jumlah data pada DPT, DPTb, DPK dan DPTKb yang dilakukan

tersebut ternyata juga terjadi perubahan terhadap jumlah data pemilih yang sudah tercatat pada

berita acara Model DB-1 yang dibuat di tingkat di Kabupaten/Kota. Hal ini sebagaimana dijelaskan

oleh KPU Provinsi DKI Jakarta salah satu penyebabnya adalah program yang digunakan pada saat

rekap di Hotel Borobudur berbeda dengan program yang digunakan pada saat rekap di kantor KPU

Provinsi DKI Jakarta.

Ketiga, terhadap pelaksanaan perbaikan berita acara rekapitulasi perhitungan suara tanggal

27 April 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta merekomendasikan agar dibuatkan juga BA

Perbaikan Rekapitulasi Perhitungan Suara dengan menyebutkan rincian data rekap yang dilakukan

perubahan. Keempat, terkait perubahan terhadap BA dan sertifikat Model DC-1 yang berakibat

pada perubahan jumlah data pemilih dan jumlah pengguna hak pilih di tingkat Kabupaten/Kota,

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta meminta KPU Provinsi DKI Jakarta memastikan perbaikan

terhadap jumlah data pemilih dan jumlah penguna hak pilih di tingkat Kabupaten/Kota dengan

Page 89: SEJARAH DAN KIPRAH

membuat Berita Acara perbaikan serta memastikan tidak ada perbedaan jumlah data pemilih pada

tingkat Kecamatan dalam Model DA-1.

Kelima, KPU Provinsi DKI Jakarta memastikan dalam melakukan perbaikan Berita Acara

Rekapitulasi Penghitungan Suara tersebut dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan, sehingga legal standing perbaikan ini dapat

dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya, pada tanggal 4 Mei 2014, KPU Provinsi DKI Jakarta menerbitkan kembali

Berita Acara No.51/BA/V/2014 Tentang Perbakian kedua rekapitulasi hasil penghitungan

perolehan suara partai politik dan calon anggota DPR, DPD dan DPRD dalam Pemilu tahun 2014

tingkat Provinsi DKI Jakarta. Terhadap seluruh proses Rekap Hitung ini, Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta Jakarta merekomendasikan kepada KPU DKI untuk memperbaiki secara mendasar

manajemen dan administrasi Pemilu, perbaikan secara mendasar dan berkualitas pada pengadaan

dan distribusi logistik Pemilu, meningkatkan kualitas dan integritas KPU khususnya pada level

tingkatan yang paling bawah seperti petugas KPPS dan PPS dengan pemberian Bimbingan Teknis

yang memadai, dan lain sebagainya.

Terhadap pelanggaran-pelanggaran administrasi yang dilakukan oleh petugas KPPS, PPS

dan PPK, Bawaslu Provinsi DKI merekomendasikan kepada KPU Provinsi DKI untuk mengambil

tindakan tegas, dengan cara tidak melibatkan lagi mereka pada kegiatan-kegiatan Pemilu di masa

datang, baik Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden maupun Pemilukada DKI.

Sedangkan terkait dengan adanya dugaan yang mengarah kepada tindak pidana Pemilu,

Bawaslu Provinsi DKI tetap akan memproses dan meneruskannya sesuai dengan peraturan-

perundangan. Sebaliknya kepada Parpol, Saksi atau masyarakat yang mempunyai bukti-bukti

cukup dan otentik terjadinya pelanggaran Kode Etik Pemilu atau menyangkut integritas

Penyelenggara Pemilu, dipersilahkan untuk menempuh jalur hukum, misalnya mengadukan

kepada DKPP.

Tentang tidak tercapainya tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2014, Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta mencermati hal ini terjadi sebagai akibat akumulasi berbagai penyebab yang

kompleks dan saling berketerkaitan, yakni: apatisme dan krisis kepercayaan masyarakat terhadap

Pemilu, Partai Politik dan Parlemen, tidak efektifnya sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Provinsi

DKI dan jajarannya, disfungsi Parpol dalam melakukan pendidikan politik, belum maksimalnya

pendataan dan pendaftaran pemilih, problem akurasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan sebagainya.

Page 90: SEJARAH DAN KIPRAH

Oleh karena itu, Bawaslu Provinsi DKI merekomendasikan kepada KPU Provinsi DKI melakukan

evaluasi dan langkah-langkah strategis agar pada kegiatan Pemilu Legislatif, khususnya Pemilu

Presiden yang sebentar lagi akan digelar, tingkat partisipasi pemilih meningkat.

Pada dasarnya Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mengharapkan agar hasil Rekap Hitung

Tingkat Provinsi DKI Jakarta diterima dengan bulat, dan tidak perlu lagi dipersoalkan atau

diperkarakan pada Rekap Hitung di KPU RI. Sikap elegan dan sportif ini penting ditunjukkan

bukan saja merefleksikan kematangan dan jiwa besar dalam berdemokrasi dan penerimaan

terhadap hasil Pemilu 2014, melainkan juga karena proses Rekap dari semua tingkatan/jenjang

sudah dilakukan dan secara umum telah mendapat persetujuan atau pengesahan Saksi Parpol.

Meskpun demikian, tentu saja Bawaslu Provinsi DKI Jakarta tidak akan bisa mengerem

dan mencegah manakala ada para pihak yang tidak puas dengan Rekap Hitung di Tingkat Provinsi

menaikkan dan memperkarakannya di tingkat Rekap Hitung di KPU RI, termasuk ke Mahkamah

Konstitusi (MK). Dalam hal adanya sengketa Bawaslu provinsi DKI Jakarta dan Jajaran tidak

menangani adanya sengketa dalam tahapan pemungatan dan penghitungan suara. Namun dalam

hal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum atau PHPU bawaslu sebagai pihak terkait mendapatkan

beberapa hal yang berkaitan dengan PHPU tersebut baik untuk anggota DPR, dan DPRD maupun

calon anggota DPD.

Tabel 21

Daftar Perselisihan Hasil Pemilu di DKI Jakarta

No Partai

Politik

No. Sub. Perkara Dapil Keterangan

1 Partai Nasdem 01-01-11/PHPU-DPR-

DPRD/XII/2014

DPR RI DKI Jakarta I 2

2. PKB 12-02-

11/PHPU-

DPR-

DPRD/XII/201

4

DPRD Prov DKI

Jakarta 7

1

3. PKS Tidak ada PHPU - 0

4. PDIP Tidak ada PHPU - 0

5. Golkar 03-05-11/PHPU-DPR-

DPRD/XII/2014

DPRD Prov DKI

Jakarta 8

DPRD Prov DKI

Jakarta 10

2

6. Gerinda 07-06-11/PHPU-DPR- DPRD Prov DKI 1

Page 91: SEJARAH DAN KIPRAH

DPRD/XII/2014 Jakarta 6

7. Demokrat 10-07-

11/PHPU-

DPR-

DPRD/XII/201

4

DPR RI DKI Jakarta

II DPR RI DKI

Jakarta III DPR RI

DKI Jakarta I

DPR RI DKI Jakarta II

4

8. PAN 11-08-

11/PHPU-

DPR-

DPRD/XII/201

4

DPRD Prov DKI

Jakarta 4 DPRD Prov

DKI Jakarta 9

3

9. PPP 06-09-

11/PHPU-

DPR-

DPRD/XII/201

4

DPR RI DKI Jakarta

I DPRD Prov DKI

Jakarta 1

DPRD Prov DKI

Jakarta 8 DPRD Prov

DKI Jakarta 8

4

10. HANURA 02-10-11/PHPU-DPR-

DPRD/XII/2014

DPR RI DKI Jakarta I

DPR RI DKI Jakarta III

2

11. PBB Tidak ada PHPU - 0

12. PKPI Tidak ada PHPU - 0

Calon DPD Syamsul Zakaria, SH,

MH

1

Jumlah 20

Permohonan

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Adapun untuk jawaban Bawaslu kepada Mahkamah Konstitusi yang berkaitan dengan

PHPU sebagai pihak terkait adalah sebagai berikut: terkait adanya perkara Perselisihan Hasil

Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD yang telah diajukan dan didaftarkan di

Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi pada Hari Kamis Tanggal 15 Mei 2014 Jam 23.50 WIB

dengan nomor perkara 02-10/PHPU-DPR-DPRD/XII/2014 Sebagaimana telah dilakukan

perbaikan permohonan pada tanggal 23 Mei 2014 oleh:

Tabel 22

Perkara PHPU Pileg 2014

No

PEMOHON

NO. REGISTRASI

TANGGAL

DAPIL

Page 92: SEJARAH DAN KIPRAH

1 Partai Hanura 02-10/PHPU-DPR-

DPRD/XII/2014

15 Mei 2014 DKI Jakarta 3

2 Partai

Demokrat

10-07 / PHPU – DPR –

DPRD / XII/2014

15 Mei 2014 DKI Jakarta

1, 3

3 Partai Golkar 03-05 / PHPU – DPR –

DPRD / XII / 2014

15 Mei 2014 DKI Jakarta 8

4

Partai Persatuan

Pembangunan

06-09 / PHPU – DPR –

DPRD / XII / 2014

15 Mei 2014 DKI Jakarta 1

G. Pengawasan Penetapan Kursi Anggota DPRD DKI

Pada tanggal 12 Mei 2013, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menghadiri rapat pleno

penetapan perolehan kursi partai politik dan penetapan calon terpilih anggota DPRD provinsi DKI

Jakarta dalam Pemilu 2014. KPU Provinsi DKI Jakarta menerbitkan Keputusan Komisi Pemilihan

Umum Provinsi DKI Jakarta No.103/Kpts/KPU-Prov-010/Tahun 2014, Tentang Penetapan

Perolehan Kursi Partai Politik Dan Penetapan Calon Terpilih Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta

Dalam Pemilu 2014, tanggal 12 Mei 2014.

Lalu, pada tangal 25 Agustus 2014, sejumlah 106 anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta

dilantik dan mengucapkan sumpah janji jabatan untuk periode 2014-2019. Acara sumpah jabatan

dilakukan dalam rapat paripurna pengangkatan anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta yang

dipimpin oleh Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta masa jabatan 2009-2014.

Adapun komposisi perolehan kursi partai politik di DPRD DKI Jakarta untuk periode 2014-

2019 sebagai berikut:

1. PDIP berada di posisi pertama (28 kursi)

2. Partai Gerindra (15 kursi )

3. Partai Keadilan Sejahtera (11 kursi)

4. PPP (10 kursi)

5. Partai Demokrat (10 kursi)

6. Hanura (10 kursi)

7. Golkar (9 kursi)

8. PKB (6 kursi)

Page 93: SEJARAH DAN KIPRAH

9. Partai Nasdem (5 kursi)

10. PAN (2 kursi)

Tabel 23

Perolehan Kursi Partai Politik dan Celeh Terpilih DPRD DKI

No. Partai Politik Nama Caleg Terpilih Keterangan

1. Partai Nasdem 1. Bestari Barus

2. Subandi

3. Hasan Basri Umar

4. Inggard Joshua

5. James A. Sianipar

5 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

2. PKB 1. Mualif Z.A

2. Abdul Aziz

3. Hasbiallah Ilyas

4. Sudirman

5. Darusslam

6. Ahmad Ruslam

6 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

3. PKS 1. Zairofi

2. Yusriah Dzinnun

3. Tubagus Arif

4. Selamat Nurdin

5. Abdul Suhaimi

6. Dite Abimanyu

7. Triwisaksana

8. Rifkoh Abriani

9. Achmad Yani

10. Rois H.S.

11. Nasrullah

11 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

Page 94: SEJARAH DAN KIPRAH

4. PDIP 1. Prasetio Edi Marsudi

2. P. Sinaga

3. Ellyzabeth C.H.

4. Jhonny Simanjuntak

5. Meity Magdalena

6. Ida Mahmudah

7. Steven Setiabudi

8. Gani Suwondo

9. Dwi Rio Sambodo

10. Johnni A. Hutapea

11. Pantas Nainggolan

12. H.E. Syahrial

13. William Yani

14. Manuara Siahaan

15. Gembong Warsono

16. Rikardo

17. Indrawati Dewi

28 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

No Partai Politik Nama Caleg Terpilih Keterangan

1. Partai Nasdem 1. Bestari Barus

2. Subandi

3. Hasan Basri Umar

4. Inggard Joshua

5. James A. Sianipar

5 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

2. PKB 1. Mualif Z.A

2. Abdul Aziz

3. Hasbiallah Ilyas

4. Sudirman

5. Darusslam

6. Ahmad Ruslam

6 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

Page 95: SEJARAH DAN KIPRAH

3. PKS 1. Zairofi

2. Yusriah Dzinnun

3. Tubagus Arif

4. Selamat Nurdin

5. Abdul Suhaimi

6. Dite Abimanyu

7. Triwisaksana

8. Rifkoh Abriani

9. Achmad Yani

10. Rois H.S.

11. Nasrullah

11 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

4. PDIP 1. Prasetio Edi Marsudi

2. P. Sinaga

3. Ellyzabeth C.H.

4. Jhonny Simanjuntak

5. Meity Magdalena

6. Ida Mahmudah

7. Steven Setiabudi

8. Gani Suwondo

9. Dwi Rio Sambodo

10. Johnni A. Hutapea

11. Pantas Nainggolan

12. H.E. Syahrial

13. William Yani

14. Manuara Siahaan

15. Gembong Warsono

16. Rikardo

17. Indrawati Dewi

18. Panji Virgianto

19. Yuke Yurike

20. Sereida Tambunan

28 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

Page 96: SEJARAH DAN KIPRAH

21. Ong Yenny

22. Siegrieda Lauwani

23. Cinta Mega

24. Bimo Hastoro

25. Merry Hotma

26. Januarius I.P.

27. Petra Lumbun

28. Raja Natal Sitinjak

5. Partai Golkar 1. Agustiar

2. Ramly H.I.M.

3. Yudistira Hermawan

4. Taufik Azhar

5. Tandanan Daulay

6. Asraf Ali

7. Zainuddin

8. Khotibi Achyar

9. Fathi Bin Rahmatulla

9 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

6. Partai Gerindra 1. Iman Satria

2. Fajar Sidik

3. Aristo Purboaji

4. M. Taufik

5. Prabowo Soenirman

6. Taufik Hadiawan

7. M. Sanusi

8. Syarif

9. Abdul Goni

10. Nuraina

11. Seppalga Ahmad

12. Endah Setia Dewi

13. Rani Maulani

15 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

Page 97: SEJARAH DAN KIPRAH

14. M. Arief

15. Rina Aditya

7. Partai Demokrat Taufiqurahman

2. Neneng Hasanah

3. Santoso

4. Ferrial Sofyan

5. Mujiono

6. Misan Samsuri

7. Lucky P.S.

8. Achmad Nawawi

9. Nur Afni Sajim

10. M. Hasan

10 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

8. PAN 1. Bambang Kusmanto

2. Johan Musyawa

2 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

9. PPP 1. Riano P. Ahmad

2. Maman Firmansyah

3. Nina Lubena

4. Belly Bilallusalam

5. Syamsudin

10 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

6. Matnoor Tindoan

7. Ichwan Jayadi

8. Rendhika Harsono

9. Usman Helmy

10. Abraham Lunggana

Page 98: SEJARAH DAN KIPRAH

10. Partai Hanura 1. Verry Yonnevil

2. Syarifuddin

3. Zainuddin

4. M. Sangaji

5. Farel Silalahi

6. M. Guntur

7. Ruslam Amsyari

8. Wahyu Dewanto

9. Fahmi Z.H.

10. Hamidi A.R.

10 Anggota DPRD

Prov DKI Jakarta

terpilih

Sumber: KPU DKI

G. Penanganan Pelanggaran Pileg dan PHPU

Jika mencermati dari data-data yang ada, khususnya terkait dengan penanganan

pelanggaran, baik pada Pileg 2014 di DKI Jakarta, jumlah relatif sedikit. Di Provinsi DKI Jakarta,

laporan pengaduan yang masuk total berjumlah 65, terdiri dari 47 laporan dan 18 temuan. Adapun

hasil penanganannya, 46 kasus dinyatakan gugur karena tidak cukup bukti, 19 diteruskan kepada

KPU Provinsi DKI Jakarta. Dari jumlah tersebut, 5 kasus diantaranya merupakan limpahan dari

Bawaslu RI.

Tabel 24

Laporan dan Temuan Hasil Penanganan Pelanggaran Pileg 2014

No Lembaga

Pengawas

Laporan Dan Temuan Hasil

Penanganan

Lapor

an

Temua

n

Jml Gug

ur

Admi

nist

rasi

Pida

na

Ket

1 Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta

47 18 65 46 1

9

- -

2 Panwaslu

Jakpus

8 12 20 18 2 - -

3

Panwaslu

Jaktim

18

9

27

21

5

1

Putusan

Penjara 6

bln, denda 1

Page 99: SEJARAH DAN KIPRAH

Juta dan

Subsidair 3

bln.

4 Panwaslu

Jaksel

16 19 35 13 2

2

- -

5 Panwaslu

Jakbar

14 18 32 17 1

5

- -

6 Panwaslu

Jakut

6 17 23 17 6 1 -

7 Panwaslu

Kp. Seribu

- - - - - - -

Total 10

9

93 202

132 6

9

1 -

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Banyak faktor yang menyebabkan mengapa tidak ada satupun pelanggaran Pileg 2014 yang

pelaku pelanggar tindak pidana berhasil diseret pengadilan dan dijatuhi hukuman setimpal atas

perbuatannya. Antara lain karena gugurnya hasil penanganan pelanggaran disebabkan para

pengadu dalam pengaduannya tidak memenuhi persyaratan formil maupun materil.

Jika kita memperhatikan terkait kasus-kasus tindak pidana Pemilu yang dilaporkan ke

Pengawas Pemilu, cukup banyak jangka waku pelaporannya terlambat, sehingga laporan

pelanggaran Pemilu tersebut sudah tidak memenuhi unsur yang dimaksud laporan disampaikan

paling lama 7 (tujuh) hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran Pemilu, sebagimana

ditentukan dalam Undang undang No.8 tahun 2012, Pasal 249 ayat (4), sehingga dapat dikatakan

laporan tidak memenuhi syarat formal.

Selain itu, laporan yang disampaikan sebagian tidak menyertakan saksi atau bukti, atau

kadang saksi bukan yang mengalami kejadian langsung, keterangan uraian kejadian yang

disampaikan saksi tidak terkait langsung dengan terlapor, sehingga unsur-unsur tindak pidana

Pemilu yang disangkakan tidak terpenuhi, maka laporan tersebut dapat dikatakan tidak memenuhi

unsur-unsur syarat materil. Akibatnya, tidak ada satupun dari pelanggaran Pileg maupun Pilpres

2014 yang masuk dan sudah dibahas di Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) yang

unsur personalianya terdiri dari Pengawas Pemilu, Kepolisian dan Kejaksaan, lolos atau diproses

ke Kejaksaan untuk diproses lebih lanjut. (lihat bagan).

Selain itu, laporan yang disampaikan sebagian tidak menyertakan saksi atau bukti, atau

kadang saksi bukan yang mengalami kejadian langsung, keterangan uraian kejadian yang

Page 100: SEJARAH DAN KIPRAH

disampaikan saksi tidak terkait langsung dengan terlapor, sehingga unsur-unsur tindak pidana

Pemilu yang disangkakan tidak terpenuhi, maka laporan tersebut dapat dikatakan tidak memenuhi

unsur-unsur syarat materil. Akibatnya, tidak ada satupun dari pelanggaran Pileg maupun Pilpres

2014 yang masuk dan sudah dibahas di Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) yang

unsur personalianya terdiri dari Pengawas Pemilu, Kepolisian dan Kejaksaan, lolos atau diproses

ke Kejaksaan untuk diproses lebih lanjut. Di bawah ini rekapitulasi gelar Kasus dalam Sentra

Gakkumdu terkait dugaan pelanggaran pidana Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD di Wilayah

Provinsi DKI Jakarta.

Tabel 25

Rekapitulasi Kasus dalam Sentra Gakkumdu Pileg 2014

No

Gakumdu

Tingkat

Pembahasan

Gakkumdu

Rekomendasi

Pidana Bukan

Pidana

Pidana Perlu

Syarat

Formil/Materiil

1 Provinsi DKI 49 - 49 -

2 Jakarta Pusat 2 - 2 -

3 Jakarta Timur 7 1 5 1

4 Jakarta Selatan 12 - 12 -

5 Jakarta Barat 7 - 6 1

6 Jakarta Utara 17 - 11 6

7 Kepulauan Seribu - - - -

8 Total 94 1 85 8

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Page 101: SEJARAH DAN KIPRAH

Sedikitnya jumlah laporan dan temuan pelanggaran Pileg, segaris lurus dengan gugatan

sengketa hasil Pileg ke MK. Pada Pileg 2014, permohonaan Perselihan Hasil Pemilihan Umum

(PHPU) Pileg 2014 dari Partai politik berjumlah 19 dan 1 (satu) permohonan PHPU diajukan oleh

Caleg DPD sehingga total permohonan PHPU di Provinsi DKI Jakarta berjumlah 20 permohonan.

Dari 20 permohonan PHPU Pileg 2014 yang diajukan, oleh MK semuanya diputuskan tidak

diterima dan tidak dikabulkan.

Tabel 26

Permohonan PHPU Pileg 2014

Page 102: SEJARAH DAN KIPRAH

Sedangkan gugatan yang masuk ke DKPP terkait dengan Pileg ada 4 (empat), 3 terkait

dengan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta dan satu terkait dengan PPK dan PPS di Jakarta

Barat, dan semuanya diputus oleh DKPP tidak terbukti melakukan pelanggaran alias direhabilitasi.

Apa yang hendak dikatakan dengan data ini? Antara lain bisa dikatakan bahwa Penyelenggara

Pemilu (KPU DKI dan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta ) sudah cukup maksimal dalam menjalankan

tugasnya. Sebab jika tidak, selain jumlah gugatan banyak, yang dikabulkan oleh MK tentu saja

harusnya banyak.

H. Pengawasan Partisipatif

Dalam melaksanakan Pemilu, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta sangat getol melibatkan

partisipasi berbagai elemen masyarakat dalam melakukan Pengawas Pemilu. Hal ini disebabkan

karena Bawaslu berkeyakinan, hanya dengan partisipasi aktif dari masyarakat, pengawasan Pemilu

dapat dilakukan secara lebih massif, dan maksimal. Pertimbangan lain melibatkan partisipasi

masyarakat, karena jumlah personalia Bawaslu Provinsi DKI Jakarta hingga tingkat kelurahan

sangat sedikit. Tidak sebanding dengan jumlah orang yang harus diawasi, dan begitu

kompleksinya cakupan masalah Pemilu. Salah satu upaya pelibatan masyarakat adalah dengan

membentuk program Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu (GSRPP).

GSRPP merupakan program dari Bawaslu RI yang dilakukan serentak di seluruh di

Indonesia. Pemilu. GSRPP merupakan gerakan sosial dan sukarela dari Pemilih Pemula

(Mahasiswa, Perguruan Tinggi dan Pelajar SMA/SMK yang berumur 17-23 tahun), Kelompok

Masyarakat Sipil dan individu masyarakat untuk memantau/mengawasi dan menyampaikan

informasi dugaan pelanggaran Pemilu kepada Pengawas Pemilu dalam rangka pencegahan

terjadinya pelanggaran Pemilu, serta sadar untuk menggunakan hak pilihnya dan dapat mengajak

masyarakat untuk memilih di TPS dan mengawasi Pemilu menuju terselenggaranya Pemilu yang

bersih, berkualitas fan bermartabat.

Tujuan dari GSRPP pada Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2014 sebagai

berikut: pertama, menumbuhkan sikap dan perilaku mengawasi Pemilu bagi pemilih pemula dan

masyarakat. Kedua, membantu Pengawas Pemilu dalam mengawasi Pemilu. Ketiga,

meningkatkan kualitas Pemilu melalui partisipasi aktif masyarakat dalam mengawasi Pemilu dan

Keempat mensosialisasikan kebijakan Program Pemilu kepada masyarakat.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka out put yang diharapkan dari GSRPP adalah pertama,

Page 103: SEJARAH DAN KIPRAH

tumbuhnya sikap dan perilaku mengawasi Pemilu kepada pemilih pemula dan masyarakat. Kedua,

terbantunya Pengawas Pemilu dalam melaksanakan pengawasan Pemilu Anggota DPR, DPD dan

DPRD. Ketiga, meningkatnya kualitas Pemilu ,elalui partisipasi aktif masyarakat pengawasan

Pemilu dan keempat tersosialisasinya kebijakan pengawasan Pemilu kepada masyarakat.

Di GSRPP, berbagai kalangan bergabung dan membentuk kolaborasi kerja dengan

berbagai latar belakang dan kapasitas yang dimiliki dapat menjadi model yang diharapkan dapat

mengisi kebutuhan tersebut. Dengan kolaborasi, perkara yang tidak mudah akan mampu

diwujudkan. Secara struktur GSRPP terdiri atas berbagai elemen: (1) Kelompok Kerja yang

melibatkan unsur bawaslu beserta strukturnya hingga Kabupaten/Kota, dan (2) Relawan yang

terdiri dari individu, organisasi masyarakat sipil (OMS), perguruan tinggi, organisasi masyarakat

(ormas) dan lainnya. Adapun tugas relawan adalah sebagai berikut: (1) Memantau dan

mengumpulkan informasi pada tahapan Pemilu yang diawasi; (2) Mencatat data/informasi tersebut;

dan (3) Melaporkan hasil pengawasan berupa informasi awal ini kepada PPL atau Panwascam atau

Panwas Kabupaten/Kota atau Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu RI.

Pokja GSRPP Provinsi DKI Jakarta telah melakukan Bimtek menjelang Pemilu Presiden

dan Wakil Presiden dengan melibatkan 3 orang perwakilan relawan dari perguruan tinggi dan

ormas. Selain itu, Pokja GSRPP Provinsi DKI Jakarta membuat spanduk ukuran 4x6 meter untuk

beberapa perguruan tinggi tentang pelaporan pelanggaran atas Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden melalui SMS Center Pokja GSRPP Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut:

Gambar Spanduk SMS Center Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Page 104: SEJARAH DAN KIPRAH

Bimbingan Teknis dan Sosialisasi GSRPP Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun

2014 dilakukan oleh Bawaslu RI terhadap Bawaslu di tingkat Provinsi pada hari Jumat hingga

Minggu tanggal 30 Mei hingga 1 Juni 2014 di Jakarta. Terkait sosialisasi Gerakan Sejuta Relawan

Pengawas Pemilu selama pelaksanaan tahapan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014,

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan sosialisasi GSRPP bertempat di Universitas Nasional.

Selain itu, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta telah melakukan sosialiasi bertempat di

Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta. Pada Pemilu DPR, DPD, dan DPRD, Panwaslu

Kabupaten/Kota masing-masing ditugaskan untuk merekrut relawan dari siswa SMA atau

sederajat, dan juga merekrut relawan dengan melibatkan Panwascam dan PPL seperti tersaji pada

tabel berikut:

Tabel 1

Jumlah Relawan yang Direkrut Panwaslu Kabupaten/Kota

Kab/Kota Jumlah Relawan dari:

Panwascam PPL Sekolah

Kabupaten Kepulauan Seribu 30 90 200

Kota Jakarta Barat 120 840 600

Kota Jakarta Pusat 120 660 600

Kota Jakarta Selatan 150 975 600

Kota Jakarta Timur 150 975 600

Kota Jakarta Utara 90 465 600

JUMLAH 660 4005 3200

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Tabel 2

Rekap Data Relawan Perguruan Tinggi dan Simpul Organisasi

No Perguruan Tinggi dan Simpul Organisasi Jumlah Relawan

Page 105: SEJARAH DAN KIPRAH

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta fokus pada rekrutmen relawan di tingkat mahasiswa di

perguruan tinggi yakni Universitas Negeri Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta,

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, dan Universitas Esa Unggul dengan target masing-

masing 200 relawan. Sedangkan Universitas Paramadina, Institut IISIP, dan Institut PTIQ, masing-

masing ditargetkan sebanyak 100 relawan. Bawaslu dalam rangka merealisasikan rekrutmen

relawan pada bulan Februari 2014 telah menginstruksikan Bawaslu Provinsi untuk membentuk

Pokja baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota.

Pada akhir bulan Februari 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta telah membentuk 7 (tujuh)

Pokja masing-masing Pokja GSRPP Provinsi, dan 6 (enam) Pokja Kabupaten/Kota. Namun dalam

realisasinya, pemenuhan atas data relawan tidak berhasil memenuhi sebagaimana target yang telah

ditetapkan. Pemenuhan data jumlah relawan terkait langsung dengan jumlah ID Card yang

disampaikan dari Bawaslu yang dalam hal ini dari Sekretariat Pokjanas GSR Pengawas Pemilu.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mendapat ID Card untuk pengawasan Pemilu DPR, DPD,

dan DPRD sebanyak 600 lembar yang telah didistribusikan melalui koordinator relawan untuk

perguruan tinggi, dan Ketua Pokja GSRPP Kabupaten/Kota. Sedangkan untuk Pemilu Presiden

dan Wakil Presiden, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta hanya mendapatkan tambahan 100 lembar ID

Card untuk didistribusikan kepada relawan GSRPP. Hingga memasuki pelaksanaan Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden, sebanyak 2946 relawan dari GSRPP yang berhasil direkrut dan

1 Universitas Negeri Jakarta 75

2 Fight Corruption Committee 121

3 Institut PTIQ Jakarta 22

4 Universitas Esa Unggul 111

5 Institut IISIP Jakarta 48

6 Universitas Nasional 9

7 Universitas Paramadina 50

8 UHAMKA 223

9 FCC 121

Total 780

Page 106: SEJARAH DAN KIPRAH

diperoleh datanya oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta. Relawan sejumlah tersebut berhak untuk

memperoleh sertifikat dari Pokjanas GSR Pengawas Pemilu.

Pada Pemilu DPR, DPD, dan DPRD, Pokja GSRPP Provinsi DKI Jakarta mengambil cek

lis bagi relawan GSRPP dari Buku Panduan PPL yang berkaitan dengan hari pemungutan suara.

Pada hari pencoblosan di Pemilu DPR, DPD, dan DPRD, relawan GSRPP di DKI Jakarta secara

relatif tidak banyak memberikan info adanya pelangggaran. Hanya koordinator relawan yang

mengirimkan laporan namun bersifat deskripsi bahwa telah melakukan kegiatan di suatu TPS.

Hanya ada 1 (satu) laporan yang merupakan satu-satunya laporan melalui email yang disampaikan

oleh relawan kepada Bawaslu Provinsi DKI Jakarta yang sifatnya laporan adanya pelanggaran,

tetapi dikirimkan setelah kejadian yang dilaporkan tersebut telah berlangsung cukup lama.

Saat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Pokja Provinsi tidak lagi membuat cheklist untuk

relawan mengingat pada Pemilu legislatif cheklist yang diberikan ke relawan tidak ada kembali ke

pokja provinsi, maka pada Pemilu presiden pokja provinsi hanya buat spanduk dan

mensosialisasikan nomor SMS Center baik yang tercantum di spaduk juga dimuat di media online.

Sehingga pada hari pemungutan suara pilpres cukup banyak mengirimkan informasi via SMS,

sebab Pokja GSRPP Provinsi DKI Jakarta telah menyiapkan nomor SMS pengaduan di samping

nomor koordinator relawan. Sebanyak 133 SMS diterima Pokja GSRPP Provinsi DKI Jakarta,

dengan banyak SMS masuk di nomor SMS center, mengakibatkan handphone mengalami hang

akhirnya banyak SMS tidak bisa terbaca. Hanya 133 SMS yang terbaca dan sempat terekam

dengan jenis pelanggaran sesuai grafik berikut:

Page 107: SEJARAH DAN KIPRAH

Tabel 3

Karena hampir tidak ada relawan GSRPP di DKI Jakarta yang melaporkan adanya

pelanggaran, sehingga tidak ada yang bisa ditindaklanjuti. Baru pada Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden, terdapat laporan relawan GSRPP yang bisa langsung ditindaklanjuti baik dalam bentuk

instruksi langsung Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dengan mengontak Panwaslu Kabupaten/Kota

maupun langsung agar ditindaklajuti oleh Panwascam/PPL setempat yang berada di lokasi

kejadian.

Dari Keseluruhan Pengawasan Pemilu Partisipatif dengan nama Gerakan Sejuta Relawan

Pengawas Pemilu (GSRPP) pada Pemilu 2014 Bawaslu provinsi DKI Jakarta melahirkan sebuah

Buku dengan Judul Implementasi Pengawasan Partisipatif, “Potret Gerakan Sejuta Relawan

Pengawas Pemilu 2014 di Provinsi DKI Jakarta”.

BAGIAN III

MENGAWAL PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014

A. Pengawasan di Tengah Keterbatasan Personil

Page 108: SEJARAH DAN KIPRAH

Problematika Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 di Jakarta dalam banyak

kasus mirip dengan yang muncul saat di Pemilu Legislatif (Pileg) 2014. Kenapa bisa demikian

terjadi? Hal ini disebabkan karena problem di Pileg tidak dijadikan bahan evaluasi, pelajaran dan

perbaikan yang komprehensif dan tuntas dari tingkat hulu sehingga problem serupa terulang

kembali. Selain itu, bisa jadi karena ada sejumlah stakeholder Pilpres 2014 memang secara sengaja

mencari-cari masalah dan kambing hitam supaya menimbulkan konflik.

Dengan adanya masalah atau konflik dalam Pemilu, membuatnya mempunyai panggung

politik untuk mengekpressikan diri. Masalah-masalah tersebut terjadi dari mulai hulu, tengah

hingga hilir, serta mencakup semua tahapan Pemilu. Akibat banyak masalah yang terjadi di

Pilpres, akhirnya berujung pada gugatan Permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum

(PHPU) dari salah satu pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden kepada Mahkamah

Konstitusi.

Dalam melakukan pengawasan, tantangan yang dihadapi oleh Pengawas Pemilu cukup berat.

Salah satu penyebabnya adalah terkait dengan keterbatasan sumber daya manusia atau personalia

pengawas, yang hanya berjumlah 954 orang dengan rincian: provinsi 3 orang, Kabupaten/Kota

sebanyak 18 orang, Kecamatan sebanyak 132 orang dan Panitia Pengawas Pemilu Lapangan (PPL)

sebanyak 801 orang, jika ditambah staf total pengawas Pemilu sekitar 1.000. Lalu bandingkan

dengan jumlah TPS Pileg yang berjumlah 17.045, dan Pilpres 12.804 TPS.

Untuk menutupi keterbatasan aparat Pengawas Pemilu tersebut, salah satu caranya dengan

menugaskan lebih banyak PPL di daerah/wilayah yang tingkat potensi kerawanan pelanggarannya

tinggi. Jumlah TPS pada Pilpres 2014 lebih sedikit daripada Pileg 2014, namun tetap saja jika

dibandingkan dengan jumlah pengawas Pemilu di wilayah Provinsi DKI Jakarta maka dapat

dikatakan jika melihat jumlah personil pengawas, maka pengawasan yang dilakukan diwilayah

Provinsi DKI Jakarta tidak dapat dilakukan maksimal, dengan perbandingan 1 (satu) pengawas

melakukan pengawasan terhadap 12-13 TPS.

Oleh karena keterbatasan personil tersebut, sehingga strategi pengawasan yang dilakukan

pada hari pemungutan suara adalah dengan system mobile. Jadi 1 (satu) pengawas tidak melakukan

pengawasan secara menetap di satu TPS, akan tetapi berpindah-pindah tempat sesuai jadwal dan

TPS yang telah ditentukan. Dengan cara tersebut, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta berpendapat

pengawasan cukup efektif dilaksanakan dan mampu menekan terjadinya pelanggaran Pilpres 2014.

(Tabel 1).

Page 109: SEJARAH DAN KIPRAH

Tabel 1

Jumlah Personalia Pengawas Pemilu di DKI di Pilpres 2014

No. Prov./Kab.

/Kota

Jumlah

Kecamatan

Jumlah

Kelurahan

Jumlah TPS

Pileg

Jumlah

TPS Pilpres

1. Jakarta Pusat 8 44 1.852 1.311

2. Jakarta Timur 10 65 4.675 3.226

3. Jakarta Utara 6 31 2.877 2.533

4. Jakarta Barat 8 56 3.818 2.474

5. Jakarta Selatan 10 65 3.769 2.824

6. Ke. Seribu 2 6 54 40

DKI Jakarta 44 267 17.045 12.408

Sumber: KPU DKI

B. Pengawasan Data dan Daftar Pemilih

Kerawanan pertama yang diendus oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta menjelang

Pilpres 2014 adalah terkait dengan data pemilih yang akan digunakan dalam pemungutan suara.

Untuk kepentingan itu, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta melakukan pencermatan, penelitian,

pemetaan, serta merekomendasikan kepada KPU DKI Jakarta agar masalah data mendapat

perhatian ekstra, khususnya oleh KPU DKI dan jajarannya. Klaster problemnya sangat variatif.

Diantaranya terkait dengan Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb) dan Daftar Pemilih

Khusus (DPK).

Secara kumulatif, data pemilih tetap (DPT) dalam Pilpres 2014 adalah penjumlahan data

pemilih Pileg 2014 yang terdiri dari DPT, DPK dan DPKTb ditambahkan data pemilih pemula

yang berasal dari pemerintah. Jika kita lihat data pemilih pada Pileg 2014 tersebut diatas adalah

7.200.003. Sesaui catatan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta data pemilih Daftar Pemilih Khusus

Tambahan (DPKTb) pada Pileg 2014 data pemilih berjumlah 177.543, namun yang

mengggunakan hak pilih untuk pemilih berkategori DPKTb pada Pemilu Anggota DPR, DPD dan

DPRD berjumlah 174.646.

Pada saat pelaksanaan sinkronisasi/pemutakhiran data pemilih Pilpres tidak semuanya data

pemilih DPKTb Pileg tersebut dapat dimasukan/dilakukan entry data daftar pemilih sementara

(DPS) dalam Sistem Informasi Data Pemilih (Sidalih). Pada proses singkronisasi data DPKTb

Page 110: SEJARAH DAN KIPRAH

Pileg menjadi DPS Pilpres sebagian besar masih di dalam kotak suara. Hasil pembicaraan Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta dengan KPU Provinsi DKI Jakarta hanya sebagian kecil data DPKTb Pileg

yang bisa dilakukan entry data dalam Sidalih yaitu: sekitar sekitar 5–10 ribuan untuk menjadi

DPT pada Pilres 2014 dan sisanya 165.000 DPKTb sebagian besar ditolak oleh sistem Sidalih

karena dimungkinkan sudah terdaftar di DPT daerah lain.

Terhadap data pemilih sebanyak 165.000 yang tidak masuk dalam data sidalih Pilpres

2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pernah meminta data secara by name by address untuk

memastikan data DPKTb Pileg (Data AT Khusus) adalah benar adanya. Akan tetapi KPU Provinsi

DKI Jakarta tidak bersedia memberikan data tersebut dengan alasan yang tidak jelas.

Jika kita melihat hasil rekapitulasi penghitungan perolehan suara Pileg 2014 di Provinsi

DKI Jakarta, tercatat angka data pemilih DPKTb cukup banyak jika dibandingkan dengan data

DPK Pileg yaitu: 21.127 dan DPKTb berjumlah 177,356. Hal ini semestinya juga menjadi

perhatian serius stakeholder Pilpres. Bukan hanya Bawaslu Provinsi DKI Jakarta . Tetapi

sepertinya banyak yang enggan mengangkat problem ini. Padahal Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

acapkali mengingatkan, jika problem ini tdak diatasi, bisa akan salah satu pemicu munculnya

gugatan dalam sengketa Pilpres 2014.

Selain DPTb adalah problem Daftar Pemilih Khusus (DPK). Pada 25 Maret 2014, Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta sudah memprediksi bakal membengkaknya jumlah DPK di Pilpres

dibandingkan dengan di Pileg, seraya minta agar problem ini diantisipasi. Prediksi Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta tersebut mendapat reaksi keras dari KPU DKI. Sehingga terjadilah atau

menjadi kenyataan apa yang sebelumnya diprediksi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya

DPK sebanyak 20.504 pemilih dan DPKTb sebanyak 325.634, sebagaimana terbaca pada tabel 2.

Pada saat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014, DPK di DKI Jakarta mengalami penurunan

sedikit. Meski demikian, untuk DPKTb justeru mengalami kenaikan. Pembengkakan ini sangat

dimungkinkan dikontribusi dari data DPKTb lama yang tidak mengalami perbaikan, ditambah

pemilih baru yang masuk dalam kategori DPKTb. (lihat bagan).

Tabel 2

Jumlah DPK dan DPKTb pada Pilpres 2014

Pemilu DPS DPSHP Jumlah

TPS

DPT DPTb DPK DPKTB

Page 111: SEJARAH DAN KIPRAH

Sumber: diolah dari KPU DKI

Problem lain yang menjadi sorotan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta adalah terkait dengan

Nomor Induk Kependudukan (NIK) invalid. Saat penetapan DPT DKI, NIK invalid di DKI Jakarta

pernah sempat menembus angka 66.089 dari jumlah pemilih 7.021.514, selanjutnya berhasil

diperbaiki hingga menyisakan 19.703. Sedangkan di tingkat nasiona, NIK invalid pernah mencapai

10.4 juta dari jumlah total pemilih per 4 November 2013 sebanyak 186.612.255.

Masalah lainnya yang menjadi perhatian ekstra Bawaslu Provinsi DKI Jakarta adalah

terkait dengan problem pemilih di kawasan rentan. Seperti pemilih di Lembaga Pemasyarakatan

(Lapas) dan Rumah Tahanan (Rutan) Jakarta Pusat dan Jakarta Timur, pemilih Apartemen/Rumah

Susun, pemilih disabilitas, pemilih di Rumah Sakit (RS), pemilih di lahan sengketa. Terkait dengan

pemilih rentan, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta memperluas cakupan pengertian tidak hanya

pemilih di Lapas, Rutan atau disabilitas, melainkan juga seperti pemilih di apartemen atau pemilih

pemula.

Berdasarkan informasi dan data dari Panwaskota se-DKI dan riset yang dilakukan oleh

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta diperoleh problem potensial pemilih rentan yang harus mendapat

perhatian khususnya. Misalnya di apartemen khususnya Kalibata City dimana potensi pemilihnya

pada Pilpres kali ini mencapai sekitar 13.000, namun yang masuk dalam DPT Pileg sekitar 1.800

dengan 5 (lima) TPS, atau bertambah2 TPS dibandingkan pada Pileg lalu. Kemudian pemilih di

RSCM yang mempunyai potensi pemilih sekitar1.500, sedangkan TPS yang disiapkan hanya 2

TPS (pada Pileg lalu, ada pengaduan ke Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dari pemilih di RSCM

karena tidak bisa menyalurkan hak pilihnya).

Lalu di Lapas dan Rutan yang potensi pemilih 15.523 dengan rincian: Lapas & Rutan

Salemba sebanyak 5.334 dengan 8 TPS, Cipinang: 9.118 dengan 30 TPS, Pondok Bambu: 1.071

dengan 2 TPS, Tahanan Polda, Polres dan Polsek sekitar 425 pemilih. Serta potensi pemilih

wilayah di grey area, lahan sengketa, eks lokasi tanah penggsuran yang masih akan didirikan TPS

yang tersebar di lima wilayah DKI Jakarta, dan masalah pemilih disabilitas.

Terkait dengan problem pemilih rentan, beberapa kali, baik formal maupun informal,

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyarankan kepada kepada KPU Provinsi DKI Jakarta agar tidak

Pileg 6.846.230 6.846.230 17.405 7.001.520 32.266 21.127 177.356

Pilpres 7.006.528 7.045.964 12.408 7.096.168 80.795 20.504 325.634

Page 112: SEJARAH DAN KIPRAH

melupakan/mengabaikan problem DPT yang sempat muncul saat Pemilu legislatif 2014, seperti

pemilih di wilayah grey area, Apartemen/Rumah Susun, lahan sengketa, lahan penggusuran,

Rumah Sakit/Panti Jompo, Lapas, Rutan dan Kepolisian, dan lain sebagainya. Sebab,

kemungkinan masalah-masalah tersebut tetap berpotensi muncul kembali pada saat perbaikan

DPHP Pilpres, atau bisa menjadi batu sandungan dalam rapat-rapat pleno penetapan DPT Pilpres

oleh KPU DKI Jakarta pada semua tingkatan.

Tidak hanya kepada KPU DKI. Bawaslu juga melibatkan instansi yang concern dengan

problem pemilih rentan. Misalnya dengan Komnas HAM, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

berdiskusi pada 17 Juni 2014 di kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta . Dari Komnas HAM hadir

ketuanya Imdadun Rahmat untuk bersama-sama melakukan kajian kritis dan konstruktif yang

hasilnya disampaikan kepada KPU DKI dan jajarannya.

Setelah melalui proses yang alot, aklhirnya pada Selasa, tanggal 10 Juni 2014, KPU

Provinsi DKI Jakarta melaksanakan rapat pleno penetapan rekapitulasi daftar pemilih tetap (DPT)

tingkat Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah DPT sebanyak 7.096.168 pemilih, sebagaimana Berita

Acara No.76/BA/V/2014, Tentang Rapat Pleno Penetapan Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap

(DPT) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.

Tabel 3

Page 113: SEJARAH DAN KIPRAH

C. Pangawasan Kampanye

Tahapan kampanye Pilpres 2014 menjadi fokus pengawasan penting oleh Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta dan jajarannya. Mengacu kepada Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 Pasal 40

Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan 3 (tiga) hari setelah KPU

menetapkan nama-nama pasangan calon sampai dengan dimulainya masa tenanag. Komisi

Pemilihan Umum RI pada tanggal 31 Mei 2014 telah menetapkan secara resmi nama-nama

pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pemilu Presiden 2014.

Penetapan ini Penetapan tersebut tertuang dalam Keputusan KPU Nomor

453/Kpts/KPU/Tahun 2014 tentang Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil

Presiden Pemilu 2014. Pasangan Calon Presiden Ir. H. Joko Widodo dan Calon Wakil Presiden

Drs. H.M. Jusuf Kalla serta Pasangan Calon Presiden H. Prabowo Subianto dan Calon Wakil

Presiden H.M. Hatta Rajasa.

Kampanye dilaksanakan oleh pelaksana kampanye, didukung oleh petugas kampanye dan

diikuti oleh peserta kampanye. Penyelenggaraan kampanye dilakukan di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pasangan Calon mempunyai hak, kesempatan, dan perlakuan yang

adil dan setara dan dapat dilakukan secara bersama-sama atau secara terpisah oleh Pasangan Calon

dan/atau oleh Tim Kampanye. Di dalam UNDANG UNDANGtersebut juga diatur mengenai

metode kampanye, materi kampanye, larangan yang tidak boleh dilakukan pelaksana, peserta, dan

petugas Kampanye dalam pelaksanaan kampanye Pilpres, dan lain sebagainya.

Page 114: SEJARAH DAN KIPRAH

Sebelum melakukan pengawasan, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dibekali pedoman

pengawasan Pilpres 2014. Misalnya, Bawaslu RI memetakan sejumlah titik rawan. Diantaranya:

ketidaksesuaian waktu pendaftaran pelaksana kampanye dan tim kampanye, adanya pihak yang

dilarang diikutsertakan sebagai pelaksana Kampanye dan tim Kampanye, KPU, KPU Provinsi dan

KPU Kabupaten/Kota tidak menyampaikan daftar nama pelaksana Kampanye dan nama tim

Kampanye kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten/Kota, Penetapan Lokasi

pelaksanaan Kampanye yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan

lain sebagainya.

Dalam kampanye juga ditengarai terjadi modus pelanggaran politik uang melalui kegiatan

pengobatan gratis, pembagian sembako, pembagian uang transport, pengadaan undian/ door prize,

pemberian kartu asuransi, bantuan sosial lain, pemberian sembako secara berkala dalam jangka

waktu 5 bulan berturut-turut dan kampanye hitam oleh simpatisan pasangan calon presiden.

Untuk melakukan pengawasan kampanye, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada tangal 4

Juni 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan instruksi kepada Panwaslu

Kabupaten/Kota sebagaimana surat No.193/BawasluProv-DKIJakarta/VI/2014, Perihal: Instruksi

pengawasan kampanye. Pada pokoknya menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

1) Melakukan tugas dan fungsi pengawasan tahapan kampanye Pemilu Presiden dan

Wakil Presiden yang dimulai sejak tanggal 4 Juni – 5 Juli 2014;

2) Memastikan Tim Kampanye pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden tingkat

Kabupaten/kota mendaftarkan nama-nama pelaksana kampanye kepada KPU

Kabupaten/kota dan menyampaikan salinannya kepada Panwaslu Kab/Kota;

3) Memastikan pelaksanaan tahapan kampanye yang dilakukan oleh pasangan calon

Presiden dan Wakil Presiden serta tim kampanye dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;

4) Jika ditemukan adanya dugaan pelangaran Pemilu dalam pelaksanaan tahapan

kampanye agar di proses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kemudian pada 9 Juni 2014, Bawslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan himbauan

kepada tim kampanye pasangan calon presiden sebagaimana surat No.199/BawasluProv-

DKIJakarta/VI/2014, Perihal: Himbauan pelaksanaan kampanye sesuai peraturan perundang-

undangan. Pada pokoknya menyampaikan hal-hal sebagai berikut: (1) Menyampaikan beberapa

Page 115: SEJARAH DAN KIPRAH

metode kampanye yang diatur dalam Undang undang No.42 Tahun 2008; (2) Menyampaikan

larangan dalam kampanye Pemilu presiden dan wakil presiden; dan (3) Menyampaikan aturan

pemasangan alat peraga kampanye dan larangan pemasangan alat peraga kamapnye, dan lain-lain.

Selanjutnya pada tanggal 9 Juni 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan

instruksi kepada Panwaslu Kabupaten/Kota sebagaimana surat No.200/BawasluProv-

DKIJakarta/VI/2014, Perihal: Instruksi koordinasi dengan satuan polisi pamong praja. Pada

pokoknya menyampaikan hal-hal sebagai berikut: Pertama, pemasangan alat peraga Kampanye

sebagaimana dilakukan oleh pelaksana Kampanye dilaksanakan dengan mempertimbangkan etika,

estetika, kebersihan, kelestarian tanaman, dan keindahan kota atau kawasan setempat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Kedua, guna pelaksanaan pengawasan pemasangan alat peraga kampanye Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden 2014 yang sudah berjalan serta penanganan pelanggaran terhadap

pemasangan alat peraga dan atribut kampanye maka dipadang penting agar Panwaslu

Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan Satpol PP diwilayah masing-masing.

Pada tanggal 4 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan himbauan

kepada KPU Provinsi DKI Jakarta sebagaimana surat No.246/Bawasluprov-DKIJakarta/VII/2014,

Perihal: Himbauan penertiban alat peraga kampanye dalam masa tenang. Pada pokoknya

menyampaikan hal-hal sebagai berikut: terkait dengan masa tenang KPU Provinsi DKI Jakarta

telah menerbitkan surat No.014/Kpts/KPU-Prov-010/tahun 2014, untuk hal tersebut Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta menghimbau kepada KPU Provinsi DKI Jakarta agar memerintahkan kepada

tim kampanye untuk mencabut atau memindahkan alat perga kampanye yang tidak memnuhi

ketentuan pemasangan sesuai peraturan perundang-undangan.

Penertiban Alat Peraga Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014, yang

dilakukan oleh Panwaslu Kabupaten/Kota se-Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Satpol PP

di wilayah Kabupaten/Kota, sebagai berikut:

Page 116: SEJARAH DAN KIPRAH

Tabel 4

D. Pengawasan Pengadaan dan Distribusi Logistik

Guna melaksanakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014, KPU

bertanggungjawab dalam merencanakan dan menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan

pendistribusian perlengkapan pemungutan suara. Tanggungjawab dalam pelaksanaan kebutuhan

pengadaan dan pendistribuian perlengkapan pemungutan suara dibebankan kepada Sekretaris

Jenderal KPU, sekretaris KPU Provinsi, dan sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

Perlengkapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. kotak suara; b. surat

suara; c. tinta; d. bilik pemungutan suara; e. segel; f. alat untuk mencoblos pilihan; dan g. tempat

pemungutan suara. Selain perlengkapan pemungutan suara untuk untuk menjaga keamanan,

kerahasiaan, dan kelancaran pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara, diperlukan

dukungan perlengkapan lainnya. Dukungan Perlengkapan Lainnya sebagaimana dimaksud terdiri

atas:a. sampul kertas; b. formulir; c. stiker nomor kotak suara; d. alat bantu tunanetra;

e.perlengkapan di TPS/TPS LN; dan f. Daftar Calon Tetap (DCT). Penyediaan perlengkapan

penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. tepat

Page 117: SEJARAH DAN KIPRAH

jumlah, b. tepat jenis, c. tepat sasaran, d. tepat waktu, e. tepat kulaitas dan f. hemat anggran/

efesien.

Pengadaan perlengkapan pemungutan suara dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal KPU

dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengadaan perlengkapan

pemungutan suara oleh Sekretaris Jenderal KPU dapat melimpahkan kewenangannya kepada

sekretaris KPU Provinsi dan sekretaris KPU Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pengadaan

perlengkapan pemungutan suara oleh Sekretaris Jenderal KPU dilakukan terhadap perlengkapan:

kotak suara, surat suara calon Presiden dan Wakil Presiden, tinta, bilik dan segel sebagaimaan

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

Terkait dengan pengadaan dan distribusi logistik, Bawaslu RI memberikan arahan terdapat

potensi potensi titik rawan pada tahapan pengadaaan dan pendistribusian perlengkapan

pemungutan suara pada Pilpres 2014. Oleh karena itu fokus pengawasan diarahkan diantaranya

kepada hal-hal sebagai berikut: a. Kepatuhan perusahaan pemenang lelang dalam pengadaan

perlengkapan pemungutan suara sesuai dengan standar spesifikasi teknis perlengkapan

pemungutan suara; b. Ketepatan waktu pengadaan perlengkapan pemungutan suara oleh

perusahaan pemenang lelang; c. Kesesuaian jumlah perlengkapan pemungutan suara yang

diproduksi dengan jumlah yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan pemenang lelang jika

terdapat kelebihan atau kekurangan jumlah suara; d. Terjaminnya pengamanan pada saat proses

pengadaan perlengkapan pemungutan suara, dan sebagainya.

Berdasarkan pedoman dari Bawaslu RI, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta kemudian

melakukan pemetaan terhadap potensi titik rawan pada tahapan pengadaaan dan pendistribusian

perlengkapan pemungutan suara sebagai berikut:

Tabel 5

Hasil Pemetaan Titik Rawan Pengadaan dan Distribusi Logistik

No. Potensi

Masalah Analisis

Langkah Pengawasan/

Tindak lanjut

1. Transparasi

Dokumen

Potensi tidak transparannya

KPU Provinsi, KPU

Kab/Kota atau Panwascam

dalam memberikan dokumen

Sejak awal tahapan pengadaan dan

distribusi logistik, pengawas

berkoordinasi dengan KPU Prov,

KPU Kab/Kota dan PPK untuk

Page 118: SEJARAH DAN KIPRAH

perlengkapan Pemilu, terkait

jumlah, jenis dan

mendapatkan data/dokumen terkait

pengadaan perlengkapan

penyelengaraan Pemilu

2. Jadwal

Distribusi

Potensi tidak diberikannya

jadwal dari proses pengadaan

dan pendistribusian masuk ke

KPU Kab/Kota ataupun

pendistribusian ke PPK dan

PPS

Meminta jadwal pengadaan dan

jadwal distribusi kepada KPU Prov,

KPU Kab/Kota atau Bawaslu RI.

3. Sosialisasi

terhadap

penggunaan

perlengkapa

n

penyelengar

aan Pemilu

PPS dan KPPS tidak bisa

menggunakan dan mengertai

akan fungs-fungsi

perlengkapan penyenggaraan

Pemilu sesuai aturan yang

ditentukan

Mengingatkan dan Merekomdasikan

kepada KPU Prov/ KPU Kab/Kota

untuk melakukan Bimtek/sosialisasi

kepada jajaran PPS dan KPPS

4.

Terlambatn

ya distribusi

logistic

perlengkapa

n Pemilu

Potensi terjadi keterlambatan

distribusi logistik, terkait

transportai dan kendala

teknis dalam proses

pengadaan

Koordinasi yang intensif dengan

KPU Prov, KPU Kab/Kota dan

mengingatkan jadwal pengadaan dan

jadwal pendistribusian logistic

Pemilu.

5. Rusaknya

logisti

perlengkap

an Pemilu

Potensi adanya kerusakan

pada logistic perlengkapan

Pemilu

Melakukan pengawasan dan

pengecekan terhadap logistic sampai

tingkat PPS untuk memastikan

logistic perlengkapan Pemilu tidak

mengalami kerusakan dan

melaporakan jika ditemukan

kerusakan.

Page 119: SEJARAH DAN KIPRAH

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Selanjutnya Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan jajarannya melakukan pengawasan

logistik. Yakni pada tanggal 20 Juni 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyamaikan instruksi

pengawasan kepada Panwaslu Kabupaten/Kota, sebagaimana surat No.212/BawasluProv-

DKIJakarta/VI/2014, Perihal: Instruksi Pengawasan pilpres 2014. Pada pokoknya terkait tahapan

pengadaan dan pendistribusian logistik menyampaikan hal-hal sebagai berikut: (1) Sesuai PKPU

No.18 tahun 2014 KPU menyediakan perlengkapan penyelengaraan Pemilu berdasarka prinsip-

prinsip tepat jumlah, tepat jenis, tepat sasaran, tepat waktu, tepat kualitas dan hemat angaran; (2)

Laporan dari Panwaslu kabupaten/kota pendistribusian perlengkapan pemungutan suara dari

perusahaan pengadaan akan baru dimulai dari tanggal 17 Juni 2014, dan (3) Panwaslu

kabupaten/kota agar melakukan pengawasan dengan meminta data jenis perlengkapan

pemungutan suara yang sudah masuk ke KPU kabupaten/kota serta memastikan ketepatan jenis

barang, tepat kualitas dan tepat jumlahnya, dan agar melaporakan hasil pengawasan kepada

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta.

6. Kekurangan

logistic

perlengkapa

n Pemilu

Potensi adanya kekurangan

logistic di tingkat PPS atau

KPPS karena salah hitung

pada pengepakan di tingkat

PPK

Melakukan monitoring dan

pengawasan melakat pada saat proses

pengepakan di tingkat PPK dan PPS

7. Kondisi

beberapa

kelurahan

yang sedang

renovasi

Potensi tidak adanya tempat

yang siap dan aman untuk

penyimpanan sementara

logistik perlengkapan Pemilu

Melakukan pengawasan dan

memastikan tempat yang digunakan

untuk penyimpanan aman dan

terkendali dari gangguan lain,

berkoordinasi dengan kepolisian

setempat.

8. Musim

penghujan,

beberapa

daerah

rawan banjir

Potensi kelurahan-kelurahan

yang rawan banjir

Melakukan pengawasan dan

memastikan logistik perlengkapan

Pemilu aman dari kerusakan.

Page 120: SEJARAH DAN KIPRAH

Kemudian pada 23 dan 24 Juni 2014, Bawaslu provinsi DKI Jakarta telah melaporkan hasil

pengawasan logistik dan pengawasan kampanye di Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi DKI

Jakarta. laporan data secara bertahap sebagaimana laporan dari Panwaslu kabupaten/kota. Hasil

laporan logistik perlengkapan pemungutan suara oleh Panwaslu Kabupaten/Kota, disampaikan

dalam rapat koordinasi persiapan pengawasan pemungutan suara pada tanggal 8 Juli 2014, sebagai

berikut:

Tabel 6

Data Hasil Pengawasan Logistik dan Pengawasan kampanye

di Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

No. Panwaslu

Kab/Kota

Jumlah

DPT

Surat suara

DPT +2%

Surat

suara

Cadngan

Tinta

diterima

Keterangan kondisi Logistik

tanggal 8 Juli 2014

1. Jakpus 773.962 798.441 1.000 2.622 Kotak suara dan Bilik Suara

menggunakan yang ada pada

Pileg, logistik sdh terkirim ke

tingkat RW

2. Jakbar 1.656.65

7

1.689.790 1.000 7.636 Kotak suara dan Bilik Suara

menggunakan yang ada pada

Pileg, logistik sdh terkirim ke

tingkat RW

3. Jaktim 1.943.09

8

1.981.960 1.000 9.350 Kotak suara dan bilik suara

menggunakan yang ada pada

Pileg, logistik sdh terkirim ke

tingkat RW

4. Jaksel 1.567.57

4

1.598.925 1.000 5.648 Kota suara dan bilik xuara

menggunakan yang ada pada

Pileg, logisti sdh terkirim ke

tingkat RW

5. Jakut 1.135.28

3

1.157.989 1.000 5.154 Kota suara dan Bilik Suara

menggunakan yang ada pada

Page 121: SEJARAH DAN KIPRAH

Pileg, logistik sdh terkirim ke

tingkat RW

6. Kep.

Seribu

19.594 19.896 1.000 108 Kota suara dan Bilik Suara

menggunakan yang ada pada

Pileg, logistik sdh terkirim ke

tingkat RW

DKI

Jakarta

7.096.16

8

7.238.091 6.000 28.639

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Dalam pelaksanaan pengawasan logistik perlengkapan pemungutan suara terkait dengan

data-data yang diminta oleh pengawas kepada KPU Kabupaten/Kota, beberapa KPU tidak mau

memberikan data tersebut. Contohnya KPU Jakarta Timur dan KPU Jakarta Pusat. Sebagaimana

ditentukan dalam undang-undang keterbukaan informasi dan data merupakan prinsip dalam

pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu hal ini menyebabkan pengawasan penyelengaraan Pemilu

terhadap logistik tidak dapat dilaporkan per minggu.

Hal ini perlu mendapat perhatian KPU Provinsi DKI Jakarta, untuk menyampaikan

himbauan kepada KPU kabuaten/kota agar lebih terbuka dalam memberikan akses data dan

informasi kepada pengawas Pemilu, sebagaimana selalu disampaikan oleh KPU Provinsi DKI

Jakarta, akan lebih terbuka kepada pengawas Pemilu terkait akses informasi dan data.

E. Pengawasan Pemungutan dan Penghitungan Suara

Berdasarkan Undang-Undang No.42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan

Wakil Presiden Pasal 112 menyatakan Pemungutan suara Pemilu Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden dilaksanakan paling lama 3 (tiga) bulan setelah pengumuman hasil pemilihan umum

anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Pemungutan suara adalah proses

pemberian suara oleh Pemilih di TPS dengan cara mencoblos pada kolom yang berisi nomor urut,

tanda gambar dan/atau foto nama pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

Pelaksanaan Pemungutan suara dilakukan berdasarkan asas: a. langsung; b. umum; c. bebas

dan d. rahasia. Dalam menyelenggarakan pemungutan dan penghitungan suara, Penyelenggara

Pemilu berpedoman pada asas: a. mandiri; b. jujur; c. adil; d. kepastian hukum; e. tertib; f.

Page 122: SEJARAH DAN KIPRAH

kepentingan umum; g. keterbukaan; h. proporsionalitas; i. profesionalitas; j. akuntabilitas; k.

efisiensi; l. efektifitas; dan m. aksesibilitas.

Berdasarkan PKPU No. 4 Tahun 2014 Tentang Tahapan, Program dan Jadual

Penyelenggraan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, pelaksanaan pemungutan dan

penghitungan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dilakukan tanggal 9 Juli 2014.

Pemungutan suara di Tempat Pemungutan Suara dilaksanakan mulai pukul 07.00 sampai dengan

pukul 13.00 waktu setempat.

Selanjutnya, berdasarkan keputusan penetapan DPT oleh oleh KPU Provinsi DKI Jakarta

sebagaimana Berita Acara KPU No. 076/BA/VI/2014 dalam penetapan Daftar Pemilih Tetap

(DPT) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pertanggal 10 Juni 2013, jumlah TPS di wilayah

Provinsi DKI Jakarta adalah 12.408 TPS.

Untuk melakukan pengawasan pemungutan dan penghitungan suara, Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta dibekali ‘pasukan’ dengan jumlah sebagai berikut:

1. Pengawas Pemilu Lapangan : 801 pengawas

2. Pangawas Pemilu Kecamatan : 132 pengawas

3. Pangawas Pemilu Kabupaten/kota : 18 pengawas

4. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta : 3 pengawas

Total jumlah pengawas Pemilu di wilayah Provinsi DKI Jakarta sekitar 954, jika

ditambahkan dengan staf dan kesekretariatan maka sekitar 1.050 pengawas. Walaupun jumlah TPS

pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden angka berkurang dari 17.405 (TPS pada Pileg) menajdi

12.408, namun untuk pengawasan dengan jumlah tersebut, terdapat perbandingan 1 pengawas

Pemilu mengawasi sekitar 13-15 TPS. Dengan perbandingan tersebut maka pelaksanaan

pengawasan pada hari pemungutan suara dilakukan secara mobile/ berkeliling dari TPS ke TPS

yang lainnya.

Fokus pengawasan pemungutan dan penghitungan suara di TPS dilakukan diantaranya

terhadap 1. Kepatuhan KPPS terhadap tata cara penyelenggaraan pemungutan dan penghitungan

suara; 2. Ketersediaan perlengkapan pemungutan suara di TPS; 3. Kesiapan KPPS dalam

melaksanakan pemungutan suara; 4. Netralitas petugas penyelenggara pemungutan dan

penghitungan suara; 5. Kemungkinan terjadinya kekerasan, intimidasi, teror, dan sabotase dalam

pemungutan dan penghitungan suara; 6. Kemungkinan terjadi kampanye dan/atau ajakan untuk

Page 123: SEJARAH DAN KIPRAH

memilih atau tidak memilih pasangan calon tertentu di sekitar TPS pada hari pemungutan suara;

7. Kemungkinan terjadinya politik uang pada saat pemungutan suara, dan 8. Kemungkinan

penyalahgunaan wewenang oleh pejabat negara/pejabat pemerintah.

Adapun fokus Pengawasan pada pelaksanaan pemungutan suara untuk memastikan

kemungkinan terjadinya hal-hal sebagai berikut: 1. Adanya pemilih yang tidak memenuhi syarat

mencoblos yang menggunakan surat pemberitahuan dengan formulir model C6 milik orang lain;

2. Adanya pemilih menggunakan hak pilih lebih dari 1 (satu) kali; 3. Adanya pemilih ikut

mencoblos dengan mendaftarkan dirinya dengan menggunakan identitas kependudukan orang

lain; 4. Adanya mobilisasi pemilih di sekitar TPS untuk memilih pasangan calon tertentu; 5. KPPS

tidak menandatangani setiap surat suara yang akan dipergunakan oleh pemilih untuk memberikan

suara; dan 6. pemilih tidak mencelupkan jarinya ke tinta setelah memberikan suara.

Menjelang pelaksanaan pemungutan suara Pemilihan Umum presiden dan Wakil Presiden

tanggal 9 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta telah mempersiapkan pengawasan. Hasilnya

pada 3 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan rekomendasi kepada KPU

Provinsi DKI Jakarta sebagaimana surat No.243/BawasluProv-DKIJakarta/VII/2014, tanggal 3

Juli 2014, Perihal: Kewajiban menyampaikan Form Model C-6, From Model C-1 dan lampirannya

serta mengumumkan Form Model C-1. Pada pokoknya menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, KPU Provinai DKI Jakarta menyampaikan himbauan kepada semu KPPS di

wilayah Provinsi DKI Jakarta untuk menyampaikan Form Model C-6, From Model C-1 dan

lampirannya serta mengumumkan Form Model C-1, dan kedua, terkait Salinan Form Model C-1,

akrena jumlah PPL terbatas dan tidak bisa melakukan pengawasan per TPS, maka Salinan Form

Model C-1 bisa diambil di PPS pada saat sebelum melakuakn rapat pleno rekapitulasi

penghitungan perolehen suara di PPS (terlampir).

Selanjutnya, skitar tanggal 3 Juli 2014, pada proses pendistribusian perlengkapan

pemungutan suara diwilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan ditemukan selebaran terkait denagn

pedoman formulir. Dalam pedoman formulir tercantum ketentuan formulir yang menyatakan

sebagai berikut: (1) Setiap TPS mendapatkan alokasi 1 (satu) buku, yang terdiri dari 7 (tujuh) set

formulir setiap 1 set formulir terdiri dari: Model C PPWP: 2 lembar, Model C-1 PPWP: 1 lembar

berhologram, Lampiran Model C-1: 1 lembar berhologram, (2) Dalam peruntukan set salinan

formulir model C-1 tidak menyebutkan PPL mendapat Salinan 1 (satu) set. Jika dibaca isinya,

Page 124: SEJARAH DAN KIPRAH

selebaran ini bermaksud menghilangkan peran dan hak PPL untuk mendapatkan salinan Formulir

Model C-PPWP. Hal ini menyebabkan keresahan di kalangan pengawas Pemilu.

Lalu pada 3 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan rekomendasi,

sebagaimana surat No.244/ BawasluProv-DKIJakarta/ VII/2014, Perihal: Rekomendasi terhadap

temuan pedoman formulir Model C-1. Pada pokoknya menyampaikan kepada KPU Provinsi DKI

Jakarta segera merespon informasi ini secara cepat dengan memberikan klarifikasi serta

penejelasan yang baik kepada PPS dan KPPS bahwa informasi pedoman formulir yang beredar

tersebut adalah tidak benar. Bawaslu juga minta KPU Provinsi DKI Jakarta membuat formulir

pedoman baru yang isinya sesuai dengan ketentuan Undang undang No.42 tahun 2008 dan PKPU

No.19 tahun 2014.

Langkah lain yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta adalah dengan melakukan

pendistribusian Buku Panduan Pengawas Pemilu dan Buku Panduan Cara Mudah Masyarakat

Pantau Pilpres 2014, yang diterbitkan oleh Bawaslu RI kepada Panwaslu kabupaten/kota untuk

disampaikan dan diteruskan kepada Panwascam dan PPL di wilayah Provinsi DKI Jakarta pada

tanggal 5 - 7 Juli 2014.

Pada 8 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mengadakan rapat koordinasi persiapan

pelaksanaan Pilpres bersama KPU Provinsi DKI Jakarta. Adapun hasil rapat koordinasi persiapan

pengawasan pemungutan suara antara lain sebagai berikut: (1) Saksi pasangan calon hanya satu

dalam TPS, (2) Saksi mandat untuk Paslon No.1 ditandatangani oleh tim Nasional, sedangkan

untuk Paslon No.2 di tandatangani Tim Provinsi, (3) Baju saksi boleh sesuai identitas misalkan

kotak2 asalkan tidak naka nama, foto Pasangan Calon, (4) Kemungkinan terjadi permaslahan

membludaknya jumlah pemilih DPKTb di sejumlah kawasan terutama hunian rentan apartemen,

lapas dll. Jika tidak diantisipasi dengan cermat, berptensi menimbulkan kegaduhan sebagaimana

terjadi pada Pileg 2014, terutama diapartemen kalibata city dan apartemen sekitar kelapa gading,

dan (5) KPU Jakarta Utara dan Jakarta Timur segera berkoordinasi terkait dengan suplai logistik

pemungutan suara yang akan dikirim ke Lapas dan Rutan.

Kemudian pada 8 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mengadakan rapat persiapan

pengawasan pemungutan suara yang juga disupervisi oleh Tim Asistensi dari Bawaslu RI, adapun

hasil rapat koordinasi persiapan pengawasan pemungutan suara antara lain: 1. Juknis terkait

pemungutan dan penghitunagn suara di TPS dapat dijadikan acuan bagi pengawas, 2. Jika salinan

C-1 tidak diberikan paa hari yang sama, bisa menjadi pelanggaran, sehingga nanti kita sampaikan

Page 125: SEJARAH DAN KIPRAH

kepada masyarakat, kerana C-1 tidak diberikan sehingga kita tidak dapat bertanggungjawab

terhadap perolehan suara di TPS tersebut, 3. Permasalahan logistik belum ada sehingga diharapkan

sortir terhadap surat suara tidak bermasalah dan jika ada kekurangan dimonitor untuk segera

dikirim, dan (4) Panwaslu kab/kota dibantu Panwascam agar ikut melakuakn penagwasan secara

mobile dan mengingatkan PPL, serta memperkuat pengetahuan dan pemahaman terkait aturan,

baik langsung, telpon, SMS atau BB untuk memastikan tugas PPL dapat berjalan dengan baik

Berukutnya pada 11 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan kepada KPU

Provinsi DKI Jakarta, sebagaimana surat No.254/BawasluProv-DKIJakarta/VII/2014, Perihal:

Rekomendasi pemberian Form Model C-1 dan lampiran kepada PPL. Pada pokoknya

menyampaikan bahwa sampai dengan tanggal 11 Juli 2014, ada beberapa KPPS/PPS yang belum

memberikan Salinan formulir Model C-1 PPWP dan lampirannya dan hanya memberikan formulir

Model C-1 PPWP dalam bentuk fotocopi. Selain itu, KPU Provinsi DKI Jakarta diminta Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta agar menyampaikan teguran kepada KPPS/PPS untuk memberikan salinan

formulir Model C-1 PPWP yang belum memberikan kepada PPL.

Pada Pilpres 2014, terjadi masalah pada kegiatan Pemungutan dan Penghitungan Suara

yang berakibat dilakukannya Pemungutan Suara Ulang (PSU) PSU di 13 TPS. PSU terjadi sebagai

akibat adanya laporan dari satu Tim Sukses Paslon No. Urut 1 atas terjadi dugaan pelanggaran

pengunaan penggunaan hak pilih (DPKTb) yang dianggap menyalahi prosedur. Kemudian

melahirkan rekomendasi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta agar dilakukan PSU pada TPS-TPS yang

bermasalah. Kemudian problem ini merembet menjadi adanya dugaaan mobilisasi massa dan

pelanggaran terstruktur, sistematis dan massif, yang pada akhirnya bergulir menjadi gugatan

sengketa Pemilu di MK maupun DKPP. Pihak yang menduga dalah dari Tim Paslon No. Urut 01.

F. Pengawasan Rekapitulasi Penetapan Hasil Perolehan Suara

Pemungutan dan penghitungan suara dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum,

bebas, jujur, adil, efektif, efesien, mandiri, kepastian hukum, tertib, kepentingan umum,

keterbukaan, proporsional, professional, akuntabilitas dan aksesibilitas. Berdasarkan Undang-

Undang No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Pasal 132,

Penghitungan suara di TPS dilaksanakan setelah waktu pemungutan suara berakhir. Yang hanya

dilakukan dan selesai di TPS/TPSLN yang bersangkutan pada hari/tanggal pemungutan suara.

Page 126: SEJARAH DAN KIPRAH

Sesuai PKPU No. 4 Tahun 2014 Tentang Tahapan, Program dan Jadual Penyelenggaraan

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dalam lampiran halaman 6, pelaksanaan rekapitulasi

dilaksanakan sebagai berikut:

a. Rekapitulasi hasil penghitungan suara dit ingkat PPS/Kelurahan, penyusunan berita acara,

Pengumuman rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat desa/kelurahan, Penyampaian

berita acara, rekapitulasi hasil penghitungan suara dan alat kelengkapan suara dilaksanakan

tanggal 10 - 12 Juli 2014;

b. Rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat PPK/Kecamatan, penyusunan berita acara,

Pengumuman rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat desa/kelurahan, Penyampaian

berita acara, rekapitulasi hasil penghitungan suara dan alat kelengkapan suara dilaksanakan

tanggal 13 - 15 Juli 2014;

c. Rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat KPU kabupaten/kota, penyusunan berita

acara, Pengumuman rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat desa/kelurahan,

Penyampaian berita acara, rekapitulasi hasil penghitungan suara dan alat kelengkapan suara

dilaksanakan tanggal 18 - 19 Juli 2014

d. PPS melaksanakan rapat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara setelah menerima

kotak suara tersegel dari KPPS. PPS menyusun jadwal rapat dengan membagi jumlah TPS

dalam wilayah kerja PPS. Penyusunan jadwal sebagaimana dimaksudkan agar rekapitulasi

dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal tahapan. Ketua PPS wajib menyampaikan surat

undangan kepada peserta rapat paling lambat 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan rapat

rekapitulasi. Peserta rapat sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. Saksi; b. PPL; d. KPPS.

Setelah menyelesaikan proses rekapitulasi di tingkat kelurahan, PPS wajib menyerahkan

kepada PPK berupa: a. Kotak suara yang berisi Formulir Formulir Formulir Model D PPWP dan

Model D-1 PPWP dan Model D-1 Plano PPWP di PPS dalam keadaan disegel; b. Seluruh kotak

suara yang berisi Surat Suara Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dari seluruh TPS di

wilayah kerjanya dan Formulir di tingkat PPS dalam keadaan disegel. Surat Suara sebagaimana

dimaksud terdiri dari surat suara sah, Surat Suara yang dikembalikan oleh Pemilih karena rusak

dan/atau keliru dicoblos, Surat Suara yang tidak sah;. Surat Suara yang tidak terpakai termasuk

sisa Surat, Suara cadangan. Penyerahan Kotak Suara sebagaimana dimaksud dicatat dalam

Formulir Model D-4 dan Tanda Terima Model D-5.

Page 127: SEJARAH DAN KIPRAH

Selanjutnya, paska menyelesaikan proses rekapitulasi di tingkat kecamatan, PPK wajib

menyerahkan kepada KPU kabupaten/kota berupa: a. Kotak suara yang berisi formulir Model DA

PPWP, DA1 PPWP dan DA1 PPWP Plano alam keadaan disegel; b. Kotak suara yang berisi

formulir Model D1 PPWP dalam keadaan disegel; c. Seluruh kotak suara yang berisi Surat Suara

dari seluruh TPS di wilayah kerjanya dan formulir di tingkat PPS dalam keadaan disegel.

Kemudian setelah menyelesaikan proses rekapitulasi di tingkat kabupaten/kota, KPU

kabupaten/kota wajib menyerahkan kepada KPU Provinsi berupa: a. Kotak suara yang berisi

Formulir Model DB dan DB-1 PPWP dalam keadaan disegel; b. Seluruh kotak suara yang berisi

Surat Suara pasangan calon Presidend an Waki Presiden dari seluruh KPU kabupaten/kota di

wilayah kerjanya dan Formulir di tingkat KPU kabupaten/kota dalam keadaan disegel. C.

Penyerahan Kotak Suara sebagaimana dimaksud dicatat dalam Formulir Model DB-4 dan Tanda

Terima Model DB-5. PPWP.

Fokus titik pengawasan pelaksanaan tahapan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan

suara dan pengawasan pergerakan kotak suara, rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara

dari sisi penyelenggara Pemilu sebagai berikut: pertama, kebenaran, ketepatan, keabsahan, dan

keamanan kotak suara berisi surat suara serta dokumen rekapitulasi hasil penghitungan perolehan

suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan

KPU.

Kedua, kebenaran, ketepatan, dan keabsahan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan

suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan

KPU. Ketiga, kebenaran dan keabsahan hasil perolehan hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden;.

Keempat, ketaatan PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU terhadap peraturan

perundang-undangan dalam pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara.

Terhadap titik rawan tahapan pelaksanaan rekapitulasi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

melakukan antara lain hal-hal sebagai berikut: a. Memastikan kebenaran dan ketepatan proses

pergerakan kotak suara dan dokumen rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara; b.

Memastikan keakurasian hasil rekapitulasi penghitungan perolehan suara; c. Memastikan

kelengkapan dan keamanan dokumen hasil rekapitulasipenghitungan perolehan suara. D.

Memastikan ketaatan dan netralitas PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan

KPUdalam proses pergerakan surat suara dan rekapitulasi hasilpenghitungan perolehan suara; e.

Melakukan tindakan, langkah, dan upaya optimal mencegah secara dini terhadap potensi

Page 128: SEJARAH DAN KIPRAH

pelanggaran yang dapat dilakukan dengan cara: a. koordinasi; b. kerjasama; c. sosialisasi; dan d.

publikasi; e. himbauan; f. pengawasan langsung; g. peringatan dini; dan h. pelibatan masyarakat.

Sedangkan fokus titik pengawasan pelaksanaan tahapan rekapitulasi hasil penghitungan

perolehen suara dan pengawasan pergerakan kotak suara, rekapitulasi hasil penghitungan

perolehan suara dari sisi lainnya sebagai berikut: a. Terjadinya kerusakan terhadap kotak suara,

surat suara, berita acara pemungutan dan penghitungan suara, berita acara, dan sertifikat hasil

rekapitulasi perolehan suara; b. Terjadinya kekerasan, intimidasi, teror, dan sabotase dalam proses

pergerakan dan rekapitulasi hasilpenghitungan perolehan suara; c. Kemungkinan terjadinya jual

beli suara yang mengakibatkan perubahan hasil penghitungan perolehan suara; d. Adanya

penyalahgunaan wewenang oleh pejabat negara/pejabat pemerintah dalam proses pergerakan surat

suara dan rekapitulasi penghitungan perolehan suara; e. Penyerahan salinan berita acara dan

sertifikat hasil rekapitulasi penghitungan perolehan suara kepada saksi peserta Pemilu dan

Pengawas Pemilu.

Dalam pelaksanaan Pengawasan Rekapitulasi Penghitungan Perolehan suara di wilayah

Provinsi DKI Jakarta, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menemukan adanya keterlambataan

penyerahan BA model C-1 oleh KPPS dan PPS kepada PPL. Pada tanggal 11 Juli 2014, dilakukan

pelakanaan rekapitulasi penghitunagn perolehan suara di tingkat PPS/Kelurahan. Pada saat itu

banyak dari KPPS maupaun PPS yang akan melaksanakan rekapitulasi tetapi belum memberikan

Salinan Form Model C dan Model C-1 serta lampirannya kepada PPL, atas beberapa laporan dari

PPL melalui, panwascam dan Panwaslu kabupaten/kota.

Atas temuan tersebut, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan kepada KPU Provinsi

DKI Jakarta, sebagaimana surat No.254/BawasluProv-DKIJakarta/VII/2014, Perihal:

Rekomendasi pemberian Form Model C-1 dan lampiran kepada PPL. Pada pokoknya

menyampaikan bahwa sampai dengan tanggal 11 Juli 2014, ada beberapa KPPS/PPS yang belum

memberikan Salinan formulir Model C-1 PPWP dan lampirannya dan hanya memberikan formulir

Model C-1 PPWP dalam bentuk fotocopi. Oleh karena itu, KPU Provinsi DKI Jakarta diminta

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta agar menyampaikan teguran kepada KPPS/PPS untuk memberikan

salinan formulir Model C-1 PPWP yang belum memberikan kepada PPL.

Lalu pada 14 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan rekomendasi kepada

KPU Provinsi DKI Jakarta sebagaimana surat No.260/BawasluProv-DKIJakarta/VII/2014,

Perihal: Rekomendasi terkait kejadian di TPS 80 kelurahan, Jatinggara, Kec. Cakung, Jakata

Page 129: SEJARAH DAN KIPRAH

Timur, serta Kelurahan Papango dan Kelurahan Warakas, Jakarta Utara. Pada pokoknya

menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

1. Menidaklanjuti hasil pengawasan Panwaslu Jakarta Timur yang disampaikan kepada Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta sebagaimana surat No.271/Panwaslu-JT/VII/2014, Perihal: Tindaklanjut

pengawasan di TPS 80 Kel. Jatinegara, Kec. Cakung, Jakarta Timur dan surat

No.278/Panwaslu-JT/VII/2014, Perihal: Rekomendasi pemungutan suara ulang dan

penghitunag suara ulang.

2. Laporan hasil pengawasan Panwaslu Jakarta Utara yang disampaikan kepada Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta sebagaimana surat No.1862/Panwaslu-JU/VII/2014, Perihal: Kejadian

pembukaan kotak suata di Kelurahan Papango dan Kelurahan Warakas.

3. Atas laporan dari Panwaslu Jakarta Timur dan Jakarta Utara Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

menyampaikan rekomendasi sebagai berikut: terhadap kejadian di TPS 80 Kelurahan

Jatinegara, Kec. Cakung, Jakarta Timur telah terjadi ketidaksingkronan data yang

mengakibatkan hasil penghitunagan perolehan suara tidak dapat dilakukan rekapitulasi sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Terhadap kejadian di Kelurahan Papango dan Kelurahan Warakas, Kecamatan Tanjung Priok,

Jakarta Utara agar segera ditindaklanjuti sebagaimana ketentuan Undang undang No.42 Tahun

2008 Pasal 164 jo PKPU No.19 tahun 2014 Pasal 58.

5. Melakukan evaluasi terhadap kinerja penyelengaraa Pemilu terutama KPPS pada TPS-TPS

yang disebutkan, PPS Kelurhaan Papango dan PPS Kelurahan Warakas, KPU Jakarta Utara

dan KPU Jakarta Timur, termasuk melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara ulang

sesuai peraturan perundang-undangan.

6. Memastikan proses tindaklanjut atas peristiwa tersebut diatas dilakukan sesuai perturan

perundang-undangan.

Selanjutnya, pada 15 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menerima surat tembusan

dari KPU Kota Jakarta Utara, sebagaimana surat No.236/KPU-JU/VII/2014, tidak bertanggal,

Perihal: Tindak lanjut rekomendasi Panwas Kota Jakarta Utara. Pada pokoknya surat tersebut

menjawab dan mengkalirifikasi terkait kejadian pembukaan kotak suara di Kelurahan Papango dan

Kelurahan Warakas.

Page 130: SEJARAH DAN KIPRAH

Pada tanggal 16 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mendapatkan surat tembusan dari

KPU Kota Jakarta Timur, sebagaimana surat No.66/KPU-Kota-010.328846/VII/2014, tanggal 15

Juli 2014, Perihal: Tindak lanjut rekomendasi Panwaslu Kota Jakarta Timur. Pada pokoknya surat

tersebut menjawab dan mengklarifikasi terkait kejadian penghitungan perolehan suara di TPS 80,

Kel. Jatinegera, Kec. Cakung, Jakarta Timur. Kemudian pada 16 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta, menerima surat dari KPU Provinsi DKI Jakarta sebagaimana surat No.249/UND/VII/2014

tanggal 15 Juli 2014, Perihal: Undangan rapat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di

tingkat provinsi.

Lalu pada 17 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, menyampaikan rekomendasi

kepada KPU Provinsi sebagaimana surat No.276/BawasluProv-DKIJakarta/VII/2014, Perihal:

Tindaklanjut rekomendasi BawasluProv DKIJakarta surat No.274/BawasluProv-

DKIJakarta/VII/2014. Pada pokoknya menyampaikan, terhadap pelaksanaan pemungutan suara

dibeberapa TPS di wilayah Provinsi DKI Jakarta ditemukan pelanggaran terhadap PKPU No.19

Tahun 2014, Pasal 11 ayat (1) huruf a. yang terjadi pada 13 TPS. Sedangkan terhadap 13 TPS

yang dinyatakan terjadi pelanggaran tersebut direkomendasiken kepada KPU Provinsi DKI Jakarta

melalui jajarannya untuk dilakukan Pemungutan suara ulang.

Selanjutnya, pada 18 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mendapatkan surat dari

KPU provinsi DKI Jakarta, sebagaimana surat No.431/KPU-Prov-010. /VII/2014, tanggal 17 Juli

2014, Perihal: Tindak lanjut atas rekomendasi. Pada pokoknya surat tersebut menjawab dan

mengklarifikasi terkait kejadian penghitungan perolehan suara di TPS 80, Kel. Jatinegera, Kec.

Cakung, Jakarta Timur dan terkait kejadian pembukaan kotak suara di Kelurahan Papango dan

Kelurahan Warakas.

Kemudian pada 18 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menerima surat dari KPU

Provinsi DKI Jakarta sebagaimana surat No.439/KPU-Prov-010/VII/2014, tanggal 18 Juli 2014,

Hal: Tindak lanjut rekomendasi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta. Pada pokoknya surat tersebut

menyatakan KPU Provinsi DKI Jakarta dan jajaran dibawahnya akan melaksanakan Pemungutan

Suara Ulang terhadap 13 TPS, sebagaimana rekomendasi yag dikeluarkan oleh Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta sebagaimana surat No.276/BawasluProv-DKIJakarta/VII/2014, Perihal: Tindaklanjut

rekomendasi BawasluProv DKIJakarta surat No.274/BawasluProv-DKIJakarta/VII/2014.

Terkait dengan pengawasan pelaksanaan Rapat Pleno Rekapitulasi Penghitungan

Perolehan Suara Tingkat Provinsi DKI Jakarta, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta berpendapat,

Page 131: SEJARAH DAN KIPRAH

pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di tingkat provinsi tidak sesuai

dengan jadwal yang ditentukan. Hal ini terjadi karena ada pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang

di 13 TPS yang dilaksanakan tanggal 19 Juli 2014, sebagaimana dinyatakan dalam surat

No.439/KPU-Prov-010/VII/2014, tanggal 18 Juli 2014, Perihal: Tindak lanjut Rekomendasi

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, pada tanggal 19 Juli 2014 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melalui

KPU kabupaten/kota dan PPK dan PPS melaksanakan Pemungutan Suara Ulang (PSU) terhadap

13 TPS sebagaimana rekomendasi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, sehingga pelaksanaan

rekapitulasi dilakukan tanggal 19 Juli 2014, setelah selesai dilakukannya PSU di 13 TPS tersebut

yang dilakukan malam hari.

Setelah pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang oleh KPU kabupaten/kota dan jajarannya

dilaksaakan secara marathon sehingga pelaksanaan penghitungan hasil PSU dan baru selesai saat

waktu sore, sehingga pelaksanaan repat pleno terbuka oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dilakukan

malam harinya sekitar jam 19.00 s.d selesai. Acara rapat pleno terbuka rekapitulasi penghitungan

perolehan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dihadiri oleh tim kampanye dari dua saksi 2

(dua) pasangan calon dan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, serta beberapa pemantau Pemilu dan

undangan lainnya.

Pada saat acara baru dimulai untuk membahas tata tertib rapat pleno kedua tim kampanye

pasangan calon sudah gencar menyampaikan interupsi dan pendapatnya. Saksi/tim kampanye

pasangan calon No. urut 1 (Pasangan Prabowo-Hatta) menyampaikan usulan agar rekapitulasi

penghitungan perolehan suara ditunda dan keberatan untuk dilanjutkan. Keberatan saksi Pasangan

calon No urut.1 sebagai berikut: Pertama, KPU Provinsi DKI Jakarta tidak melaksanakan

rekomendasi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta terutama terkait rekomendasi pelaksanaan verifikasi

atas 5812 TPS yang dilaporkan sebagaimana surat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta No.276. Kedua,

jika keberatan saksi ini tidak diterima dan tidak ditindaklanjuti maka saksi akan melakukan walk

out/ keluar dari ruangan rapat pleno rekapitulasi penghitungan perolehan suara;

Karena KPU Provinsi DKI Jakarta tidak menerima keberatan saksi pasangan calon No.

Urut 01, sehingga saksi dan tim kampanye Paslon No. Urut 01 meninggalkan ruang rapat pleno.

Selain saksi pasangan calon No. Urut 01, pengajuan keberatan juga dilakukan oleh saksi pasangan

calon No. Urut 02 dalam bentuk surat sebagaimana surat No.010/TK/DKI/VI/2014, Perihal: Surat

keberatan atas pemungutan suara ulang di Provinsi DKI Jakarta, tanggal 18 Juli 2014.

Page 132: SEJARAH DAN KIPRAH

Pada pokoknya menyampaikan hal-hal sebagai berikut: tim kampanye pasangan calon no

urut 2 keberatan atas pelaksanaan pemungutan suara ulang terhadap 13 TPS, namun saksi

pasangan calon No. Urut 02 tetap mengikuti pelaksanaan rapat pleno rekapitulasi sampai selesai.

Terhadap tindakan yang dilakukan oleh saksi pasangan No. Urut 01, KPU Provinsi DKI Jakarta

tetap melanjutkan proses rapat pleno walaupun hanya diikut oleh saksi/tim kampanye pasangan

calon No. Urut. 02 dan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, hasil rekapitulasi Pemilu Presiden dan

Wakil Presiden 2014.

G. Penanganan Pelanggaran Pilpres dan PHPU

Jika mencermati dari data-data yang ada, khususnya terkait dengan penanganan

pelanggaran, baik pada Pileg maupun Pilpres di DKI Jakarta, jumlah relatif sedikit. Di Provinsi

DKI Jakarta misalnya, laporan pengaduan yang masuk total berjumlah 66, terdiri dari 47 laporan

dan 19 temuan. Adapun hasil penanganannya, 47 kasus dinyatakan gugur karena tidak cukup bukti,

19 diteruskan kepada KPU Provinsi DKI Jakarta. Dari jumlah tersebut, 5 kasus diantaranya

merupakan limpahan dari Bawaslu RI. Sedangkan pada Pilpres, jumlah kasus yang ditangani

sebanyak 15, dengan rincian: 13 laporan dan temuan 2. Sedangkan hasil penanganannya sebagai

berikut: 11 gugur, dan 3 terkena tindakan administratif. Sedangkan satu jenis pelanggaran dugaan

pelanggaran diserahkan ke Bawaslu RI. (lihat tabel)

Tabel 7

Penanganan Pelanggaran Pilpres 2014

No

Lembaga

Pengawas

Laporan Dan Temuan Hasil Penanganan

Laporan Temuan Jml Gugur Admin

istrasi Pidana Ket.

1 Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta 13 2 15 11 4 - -

2 Panwaslu Jakpus 1 1 2 - 2 - -

3 Panwaslu Jaktim - 2 2 - 2 - -

4 Panwaslu Jaksel 1 1 2 - 2 - -

Page 133: SEJARAH DAN KIPRAH

5 Panwaslu Jakbar 4 - 4 - 4 - -

6 Panwaslu Jakut 7 - 7 5 2 - -

7 Panwaslu Kep.

Seribu - - - - - - -

Total 24 6 30 14 16 - -

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta

Sedikitnya jumlah laporan dan temuan yang masuk, tentu saja dapat ditafsirkan dengan

beragam. Pertama, tafsir positif, membuktkan pengawasan dan terutama pencegahan yang

dilakukan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta cukup maksimal dan efektif. Setarikan nafas

dengan hal tersebut, bisa jadi hal ini membuktikan tingkat kesadaran dan ketaatan terhadap

peraturan perundangan Pemilu dari stakeholder Pemilu, khususnya Partai Politik, Kandidat dan

Tim Suksesnya sudah cukup tinggi sehingga berdampak pada sedikitnya pelanggaran Pemilu.

Kedua, tafsir negatif. Hal ini membuktikan penanganan pelanggaran Pemilu yang

dilakukan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta tidak maksimal dan tidak efektif. Pandangan negatif

lainnya, bisa jadi hal ini menggambarkan keengganan dan kemalasan masyarakat untuk

melaporkan adanya pelanggaran Pemilu ke Bawaslu Provinsi DKI Jakarta karena akan mengira

kasus dan laporannya tidak akan ditindaklanjuti dengan baik dan optimal. Namun banyak fakta

membuktikan, gugurnya hasil penanganan pelanggaran disebabkan para pengadu dalam

pengaduannya tidak memenuhi persyaratan formil maupun materil.

Syarat formal sebagaimana dimaksud meliputi:a. pihak yang berhak melaporkan;b. waktu

pelaporan tidak melebihi ketentuan batas waktu; danc. keabsahan Laporan Dugaan Pelanggaran

yang meliputi: (1) kesesuaian tanda tangan dalam formulir Laporan Dugaan Pelanggarandengan

kartu identitas; dan (2) tanggal dan waktu. Adapun syarat materil sebagaimana dimaksud meliputi:

(a) identitas Pelapor; (b) nama dan alamat terlapor; (c) peristiwa dan uraian kejadian; (d) waktu

dan tempat peristiwa terjadi; (e) saksi-saksi yang mengetahui peristiwa tersebut; danbarang bukti

yang mungkin diperoleh atau diketahui.

Pengawas Pemilu memutuskan untuk menindaklanjuti atau tidak menindaklanjuti temuan

atau laporan dugaan pelanggaran paling lambat 3 (tiga) hari setelah temuan atau laporan dugaan

Page 134: SEJARAH DAN KIPRAH

pelanggaran diterima. Dalam hal pengawas Pemilu memerlukan keterangan tambahan dari pelapor

untuk menindaklanjuti laporan dugaan pelanggaran, waktu penanganan laporandugaan

pelanggaran diperpanjang paling lama 5 (lima) hari setelah laporan dugaan pelanggaran diterima.

Setelah temuan atau laporan dugaan pelanggaran memenuhi syarat formal dan materiil, petugas

penerima laporan melakukan pemberkasan dan dilakukan pengkajian.

Hasil kajian terhadap laporan dugaan pelanggaan Pemilu dikategorikan dalam tiga jenis:

(1) pelangaran Pemilu, (2) bukan pelanggaran Pemilu dan (3) sengketa Pemilu.Dugaan

pelanggaran Pemilu dapat berupa: (a) Pelangaran kode etik, kemudian meneruskan dugaan

pelanggaran kode etik tersebut kepada DKPP; (b) Pelangaran administrasi Pemilu. Selanjutnya,

Pengawas Pemilu menyampaikan rekomendasi dan berkas kajian dugaan pelanggaran administrasi

tersebut kepada KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK atau PPS sesuai tingkatannya,

dan (c) Tindak pidana Pemilu.

Terhadap hasil kajian yang dikategorikan sebagai sengketa Pemilu diteruskan kepada

bidang penyelesaian sengketa Pemilu untuk ditindaklanjuti sebagai sengketa Pemilu. Sedangkan

terhadap hasil kajian yang tidak dikatagorikan bukan dugaan pelangaran Pemilu dan bukan dugaan

pelangaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan lain, proses penanganan

pelanggaran dihentikan. Hasil kajian yang dikategorikan bukan dugaan pelanggaran Pemilu,

namun termasuk dugaan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan lain, diteruskan

kepada instansi yang berwenang.

Jika kita memperhatikan terkait kasus-kasus tindak pidana Pemilu yang dilaporkan ke

Pengawas Pemilu, cukup banyak jangka waku pelaporannya terlambat, sehingga laporan

pelanggaran Pemilu tersebut sudah tidak memenuhi unsur yang dimaksud laporan disampaikan

paling lama 7 (tujuh) hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran Pemilu, sebagimana

ditentukan dalam Undang undang No.8 tahun 2012, Pasal 249 ayat (4), sehingga dapat dikatakan

laporan tidak memenuhi syarat formal. Selain itu, laporan yang disampaikan sebagian tidak

menyertakan saksi atau bukti, atau kadang saksi bukan yang mengalami kejadian langsung,

keterangan uraian kejadian yang disampaikan saksi tidak terkait langsung dengan terlapor,

sehingga unsur-unsur tindak pidana Pemilu yang disangkakan tidak terpenuhi, maka laporan

tersebut dapat dikatakan tidak memenuhi unsur-unsur syarat materil. Akibatnya, tidak ada satupun

dari pelanggaran Pileg maupun Pilpres 2014 yang masuk dan sudah dibahas di Sentra Penegakan

Page 135: SEJARAH DAN KIPRAH

Hukum Terpadu (Gakkumdu) yang unsur personalianya terdiri dari Pengawas Pemilu, Kepolisian

dan Kejaksaan, lolos atau diproses ke Kejaksaan untuk diproses lebih lanjut. (lihat tabel)

Tabel 8

Penanganan Pelanggaran Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 (Sentra Gakkumdu)

No Gakumdu

Tingkat

Pembahasan

Kasus Sentra

Gakkumdu

Rekomendasi

Pidana Bukan Pidana

Pidana Perlu

Syarat

Formil/Materiil

1 Provinsi DKI 7 - 7 -

2 Jakarta Pusat 2 - 2 -

3 Jakarta Timur - - - -

4 Jakarta Selatan 2 - 2 -

5 Jakarta Barat - - - -

6 Jakarta Utara - - - -

7 Kepulauan

Seribu - - - -

Total 11 - 11 -

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta

H. Penanganan Pengaduan Dugaan Pelanggaran Pasangan Calon Presiden

Di tengah berbagai dinamika yang tajam dan panas terkait dengan Pilpres 2014, terdapat

fenomena menarik yakni: meningkatnya popularitas Pengawas Pemilu. Pemantiknya tak lain

tatkala Pengawas Pemilu khususnya Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menerima laporan pengaduan

dugaan pelanggaran dari Tim Pemenangan Paslon No. 1 yakni: Calon Presiden (Capres) Prabowo

Subianto dan Calon Presiden (Cawapres) Hatta Radjasa pada 12 Juli 2014, yang ditandatangani

oleh Ketua dan Sekretaris Tim Kampanye Pilpres Paslon No. 1 Prabowo-Hatta (Koalisi Merah

Page 136: SEJARAH DAN KIPRAH

Putih) Provinsi DKI Jakarta M. Taufik dan Zainuddin MH. Oleh karena sifatnya pengaduan dan

sesuai dengan ketentuan, maka mau tak mau harus ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

Dalam laporannya, Tim pemenangan Paslon No. 1 menyampaikan adanya dugaan

pelanggaran terhadap pelaksanaan PKPU No.19 Tahun 2014 Pasal 11 ayat (2) huruf a, yakni:

memberikan suara pada hari dan tanggal pemungutan suara di TPS yang berada di wilayah RT/RW

atau nama lain sesuai dengan alamat yang tertera dalam KTP atau identitas lain atau paspor, dugaan

mobilisasi massa dengan cara tidak sah. Serta banyaknya pemilih yang tidak menunjukan Formulir

A-5 menggunakan hak pilih dengan hanya menunjukan KTP tetapi bukan warga penduduk yang

domisili dan alamatnya tidak sama dengan alamat lokasi TPS dan ketidakwajaran dalam jumlah

DPKTb. Tim pemenangan Paslon No.1 ini juga melaporkan adanya oknum KPPS diduga kuat

bersekongkol dengan oknum tertentu memobilisasi pemilih yang tidak memenuhi syarat.

Pelanggaran tersebut diduga dilakukan secara sistematis, struktur dan massif.

Kemudian dugaan pelanggaran tersebut, dilontarkan secara terbuka pada rapat pleno hasil

rekapitulasi Pilpres 2014 tingkat provinsi DKI Jakarta pada 9 Juli 2014. Kala itu, Syarif dari Tim

Pemenangan Paslon No. 1 meminta KPU DKI untuk menunda pengesahan hasil penghitungan

suara Capres dan Cawapres hingga KPU DKI menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta . Namun, permintaan Syarif tersebut tidak digubris oleh KPU DKI hingga akhirnya Syarif

dan Tim Pemenangan Paslon No. 1 lainnya melakukan walk out. KPU DKI atas persetujuan

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan Tim Pemengan Paslon No. 2 tetap melanjutkan dan

mengesahkan perolehan suara masing-masing Paslon Capres dan Cawapres.

Persoalan atau kasus ini kemudian diangkat oleh Tim Pemenangan Paslon No. Urut 01

pada rekapitulasi hasil penghitungan suara Capres dan Cawapres Tingkat Nasional yang

berlangsung pada 22 Juli 2014. Salah satu anggota Tim Paslon No. Urut 01 Yanuar Arif Wobowo

menyatakan, pihaknya menolak proses rakapitulasi penghitungan suara tingkat nasional karena

ada indikasi 52 ribuan formulir di tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS) tidak valid karena

diduga terjadi kecurngan dalam proses penghitungan suata. Selain itu, Yanuar mengaku

menemukan 52.000 lebih Form C1 invalid, yang potensi pemilihnya sedikitnya 25 juta orang.

Tidak puas dengan hasil rekapitulasi suara di tingkat KPU RI, Tim Paslon No. Urut 01

meneruskan gugatan sengketa Pemilu ke MK. Gugatan terhadap KPU DKI merupakan rangkaian

dari satu paket besar dari gugatan Paslon No. Urut 01 ke MK. Artinya, selain KPU DKI, juga

Page 137: SEJARAH DAN KIPRAH

sejumlah KPU Daerah lain termasuk KPU RI diadukan ke MK. Dalam pokok pengaduannya,

Prabowo-Hatta minta MK agar menetapkan mereka sebagai pemenang Pilpres karena mereka

mengklaim mendapatkan 67.139.153 suara, sementara pasangan Jokowi-JK hanya mendapatkan

66.435.124 suara. Sementara KPU menetapkan, Prabowo-Hatta memperoleh 62.576.444 suara dan

Jokowi-JK mendapatkan 70.997.833 suara.

Secara formal pegelaran sidang di MK dan DKPP karena adanya pengaduan dari Tim

Pemenangan Paslon No. Urut 01 kepada KPU. Tetapi jangan lupa, hal ini terkait dengan

penanganan dugaan pelanggaran Pemilu oleh Tim Paslon No. Urut 01 kepada Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta . Memang tidak mudah menggambarkan situasi pelik, rumit dan cukup mencekam

kala menerima dan menghadapi laporan pengaduan dari Tim Pemenangan Paslon No. Urut 01

yang datang ke kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada malam hari. Bahkan sempat datang

pada jam 14.00 WIB malam. Kebetulan pada hari-hari itu adalah bulan puasa. Sehingga,

pengaduan pelanggaran Pemilu disampaikan pada malam hari dianggap tidak menyalahi aturan

dan etika.

Sekadar flash back, masalah ini mencuat bermula/berawal dari adanya laporan indikasi

kecurangan pelanggaran Pemilu dan tuntutan Pemilu Ulang, dari Tim Kampanye Koalisi Merah

Putih Provinsi DKI Jakarta. Dalam kasus Jakarta, laporan pengaduan ditandatangani oleh Ketua

dan Sekretaris Tim Kampanye Pilpres Pasangan Prabowo Hatta Koalisi Merah Putih Prov DKI

Jakarta Paslon Capres, yakni: M. Taufik dan Zainuddin MH. Dalam surat tertanggal 12 Juli 2014,

disampaikan adanya dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan PKPU No. 19 Tahun 2014 Pasal

11 ayat (2) huruf a, yakni: memberikan suara pada hari dan tanggal pemungutan suara di TPS yang

berada di wilayah RT/RW atau nama lain sesuai dengan alamat yang tertera dalam KTP atau

identitas lain atau paspor, dugaan mobilisasi massa dengan cara tidak sah: Banyaknya pemilih

yang tidak menunjukan Formulir A-5 menggunakan hak pilih dengan hanya menunjukan KTP

tetapi bukan warga penduduk yang domisili dan alamatnya tidak sama dengan alamat lokasi TPS

dan ketidakwajaran dalam jumlah DPKTb. Tim Paslon No. Urut 01 ini juga melaporkan adanya

oknum KPPS diduga kuat bersekongkol dengan oknum tertentu memobilisasi pemilih yang tidak

memenuhi syarat. Pelanggaran tersebut diduga dilakukan secara sistematis, struktur dan massif.

Atas adanya laporan tersebut kemudian Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan langkah-

langkah penanganan pelanggaran sebagaimana diatur dalam Undang undang No.42 tahun 2008

Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden serta Perbawaslu No. 11 Tahun 2014

Page 138: SEJARAH DAN KIPRAH

Tentang Pengawasan Pemilihan Umum. Langkah-langkah simultan yang dilakukan adalah sebagai

berikut: (a) pada 12 Juli 2014 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan surat kepada Bawaslu

RI sebagaimana surat No: 257/BawasluProv-DKIJakarta/VII/2014, Perihal: Mohon Saran dan

Petunjuk terkait Permasalahan Penggunaan Form A-5 bagi Pemilih Ber-KTP Daerah; (b) pada

hari 13 dan 14 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan klarifikasi/meminta keterangan

dari saksi-saksi yang diajukan oleh pelapor serta Tim Kampanye Koalisi Merah Putih Provinsi

DKI Jakarta menyampaikan surat No. 029/KMP-DKI/VII/2014, tanggal 14 Juli 2014, (c) pada 14

Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mengirim surat kepada KPU Provinsi DKI Jakarta

sebagaimana surat No.267/BawasluProv-DKIJakarta/VII/2014, Perihal: Permintaan data pemilih

yang terdaftar dalam DPKTb.

Terhadap surat ini KPU Provinsi DKI Jakarta menjawab dengan surat No.425/KPU-Prov-

010/VII/2014, tertanggal 15 Juli 2014, Perihal: Data pemilih yang terdaftar dalam DPKTb

(Formulir Model A.K PPWP), yang pada pokoknya menyatakan KPU Provinsi DKI Jakarta sedang

memproses permintaan data pemilih yang terdaftar dalam DPKTb (Formulir Model A.K PPWP)

kepada KPU Kabupaten/Kota yang diduga terdapat TPS diwilayahnya terjadi pelanggaran

terhadap ketentuan PKPU No.19 Tahun 2014 Pasal 11 ayat (2). Surat jawaban KPU Provinsi DKI

Jakarta tersebut baru diterima Bawaslu Provinsi DKI Jakarta via fax pada tanggal 18 Juli 2014 jam

dan sampai dengan saat ini dokumen data pemilih DPKTb (Formulir Model A.K PPWP) yang

diminta tersebut, belum diberikan kepada Bawaslu Provinsi DKI Jakarta.

Selanjutnya, pada hari Senin tanggal 14 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

melanjutkan melakukan klarifikasi/meminta keterangan dari saksi-saksi yang diajukan oleh

pelapor. Saat bersamaan, pada hari Senin tanggal 14 Juli 2014, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

mengundang 75 Ketua dan Anggota KPPS untuk dilakukan klarifikasi/pemberian keterangan yang

melibatkan Panwaslu Kabupaten/Kota terkait pelaksanaan pemungutan suara di TPS diwilayahnya

masing-masing. Dari 75 undangan klarifikasi, yang datang memberikan keterangan hanya 39

(Ketua KPPS, PPS dan PPK.

Terkit dengan pemanggilan 75 Ketua dan Anggota KPPS, merupakan jumlah awal dari

pemanggilan terhadap 5.841 KPPS yang akan diundang untuk dilakukan klarifikasi dan pemberian

keterangan. Jumlah 75 TPS ini dipilih berdasarkan dari data TPS yang dilaporkan dengan memiliki

jumlah DPKTb lebih dari 70 pemilih pada setiap TPS. Jika 75 TPS dapat tercapai sebelum waktu

3 hari, maka Bawaslu Provinsi DKI Jakarta akan melakukan pemanggilan kembali terhadap Ketua

Page 139: SEJARAH DAN KIPRAH

dan angggota KPPS yang lainnya. Namun sampai dengan tanggal 16 Juli 2014 hanya 39 TPS yang

hadir. Jadi, penentuan sample 75 TPS itu bukan sekadar asal comot, melainkan ada pertimbangan

metodologisnya.

Terhadap klarifikasi dan permintaan keterangan dan permintaan dokumen yang dilakukan

terhadap Ketua dan Anggota KPPS, PPS serta PPK, dilakukan kajian dan didapatkan fakta sebagai

berikut, yakni: terhadap 13 TPS terbukti terjadi pelanggaran terhadap pelaksanaan ketentuan

PKPU No.19 Tahun 2014, Pasal 11 ayat (2), dengan rincian: 4 TPS di Jakarta Pusat, 1 TPS di

Jakrta Selatan, 1 di Jakarta Timur, dan 7 Jakarta Utara. Terkait terhadap 13 TPS tersebut, atas

‘fatwa’ dari Ketua Bawaslu RI Dr. Muhammad melalui suratnya bernomor

888/Bawaslu/tertanggal 17 Juli 2014 prihal penggunaan form A-5 bagi pemilih ber-KTP daerah,

direkomendasikan untuk digelar Pemungutan Suara Ulang (PSU).

Sedangkan 16 TPS lainnya tidak terbukti adanya dugaan pelanggaran sebagaimana

ketentuan PKPU No. 19 tahun 2014, Pasal 11. Ke-16 TPS tersebut rinciannya: ayat (2), dengan

rincian sebagai berikut: 3 di Jakarta Pusat, 6 TPS di Jakarta Barat, 4 TPS di Jakarta Selatan, dan 3

TPS di Jakarta Utara. Sementara terhadap 5.812, perlu dilakukan kroscek dokumen data pemilih

DPKTb yang masih berada di dalam kotak suara, dan untuk kepentingan tersebut Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta meminta kepada KPU DKI yang melakukannya.

Muncul pertanyaan, mengapa Bawaslu Provinsi DKI Jakarta tidak langsung

merekomendasikan kepada KPU DKI Jakarta untuk melakukan PSU di 5.812 TPS? Terhadap

pertanyaan ini, dengan mudah dijawab karena untuk sampai pada kesimpulan pemberian

rekomendasi PSU, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta harus memenuhi prosedur atau ketentuan

sebagaimana yang diatur oleh paraturan perundangan, khususnya Perbawaslu No. 11 Tahun 2014

tentang Pengawasan Pemilu. Padahal, sisa lima ribuan pengaduan lainnya belum sempat dilakukan

klarifikasi. Pertimbangan lainnya adalah soal waktu dimana sesuai dengan aturan penanganan

terhadap pengaduan tersebut paling lama 3 hari sejak terjadinya dan/atau ditemukannya dugaan

pelanggaran, dan bisa diperpanang paling lama 5 (lima) hari sekiranya dianggap perlu

penambahan waktu.

Dengan pertimbangan tersebut, maka sisa laporan pengaduan yang berjumlah 5.816 TPS

diserahkan kepada KPU DKI untuk melakukannya. Langkah Bawaslu Provinsi DKI Jakarta ini

tak pelak membuat KPU DKI kebakaran jenggot, dan berdampak relasi kerja yang sebelumnya

sudah terjalin harmonis dan sinerjis, menjadi terganggu. Sejurus kemudian KPU DKI menerbitkan

Page 140: SEJARAH DAN KIPRAH

surat bernomor 439/KPU-Prov-010/VII/2014 tertanggal 18 Juli 2014 yang ditujukan kepada

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta , pada poin 3 (tiga) dari surat tersebut KPU DKI yang menyatakan

sebagai berikut:

“Terhadap 15 TPS dimana dokumen pemilih DPKTb masih di dalam kotak suara dan 5.797

TPS lain yang diminta untuk dilakukan kroscek dokumen pemilih DPKTb, perlu kami

sampaikan bahwa institusi yang memiliki otoritas menindaklanjuti temuan atau laporan

dugaan pelanggaran adalah Bawaslu. Oleh karena itu, kroscek data seyogianya dilakukan

oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta sendiri dan jajarannya, bukan

direkomendasikan pelaksanaannya pada KPU Provinsi DKI Jakarta. Sebagai fasilitasi,

KPU Provinsi DKI Jakarta akan memberikan akses kepada Bawaslu dan jajarannya untuk

melakukan pengecekan data dimaksud”.

Sebaliknya Bawaslu Provinsi DKI Jakarta berargumen tidak mungkin melakukan kroscek

dokumen karena secara de jure dan de fakto merupakan properti dari KPU DKI Jakarta. Oleh

karenanya, prakarsa dan pelaksana kroscek haruslah KPU DKI dan jajarannya. Keengganan KPU

DKI melakukan kroscek dokumen menimbulkan kekecewaan Tim Kampanye Paslon No. Urut 1

dan berujung dilayangkannya gugatan kepada KPU RI termasuk KPU DKI ke MK dan DKPP.

Jika mereka juga kecewa dengan langkah Bawaslu Provinsi DKI Jakarta , logikanya Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta juga diseret ke MK dan DKPP. Pun demikian, manakala Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta dinilai tidak profesional, memihak atau merugikan Tim Pemenangan Paslon No. 2,

tentu Bawaslu Provinsi DKI Jakarta sangat mungkin diseret ke MK atau ke DKPP. Namun

senyatanya tidak terjadi, dan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta selamat dari gugatan di MK maupun

DKPP.

Setelah melewati persidangan maraton yang melelahkan, MK pada 21 Agustus 2014

akhirnya memutuskan, menolak gugatan dari Tim Pemenangan Paslon No. 1 baik untuk kasus DKI

maupun luar DKI, dan menilai tidak ada kecurangan tersetruktur, sistematis. Majelis MK,

sebagaimana dikatakan Ketuanya Hamdan Zoelva juga menilai, tidak ada bukti bahwa DPK, DPTb

dan DPKTb disalahgunakan yang menguntungkan salah satu pasangan dan merugikan pasangan

lain. Padahal, sebelumnya Tim Prabowo-Hatta berpandangan adanya mobilisasi pemilih

menggunakan DPTb, dan DPKTb, sehingga terjadi penambahan jumlah pemilih mencapai 3,5 juta

dari 13 Juni 2014.

Page 141: SEJARAH DAN KIPRAH

Selain ke MK, Tim Paslon No. Urut 1 juga melakukan gugatan ke DKPP. Kemudian DKPP

melalui putusannya No. 249/DKPP-PKE-III/2014 dan No. 252/DKPP-PKE-III/2014 yang

keputusannya dibacakan pada hari yang sama dan hanya dibedakan dari sisi waktu/jamnya, dalam

amar putusannya memutuskan, menjatuhkan sanksi peringatan kepada Teradu I atas nama Ketua

dan Anggota KPU DKI, Ketua dan Anggota KPU Jakarta Utara, Ketua dan Anggota KPU Jakarta

Pusat, Ketua dan Anggota KPU Jakarta Selatan melakukan pelanggaran kode etik Pasal 11

Peraturan Bersama KPU, Bawaslu dan DKPP No. 13 Tahun 2012, No. 11 Tahun 2012, No. 1

Tahun 2012 tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu (Ketua dan Anggota KPU Jakarta Barat

tidak termasuk). Sedangkan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mendapat peringatan keras.

Seperti dikemukakan Ketua Bawaslu RI Dr. Muhammad, dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya Bawaslu melakukannya secara profesional, transparan dan akuntabel. Tidak ada pretensi

tertentu bahwa pengawasan, rekomendasi atau penanganan pelanggaran yang yang dilakukan

untuk menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain. Apalagi hal tersebut dilakukan secara

by design. Bahwa sebagai akibat dari fungsi dan kerja pengawasan Pemilu akan berimplikasi

kepada pihak ada yang merasa diuntungkan atau dirugikan, tak lain dan tak lebih sebagai

implementasi dari amanat peraturan perundangan.

I. Penerimaan Bawaslu Award 2014

Setelah selesainya Pelaksanaan Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD serta Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014, Bawaslu Republik Indonesia menyelenggarakan

Bawaslu Award pada Jumat 12 Desember 2014 bertempat di Ruang Auditorium Gedung TVRI

Senayan Jakarta sebagai ajang pemberikan penghargaan kepada seluruh Pengawas Pemilu se

Indonesia mulai dari tingkat Provinsi, Kabupaten/kota, Kecamatan, serta Kelurahan, memberikan

penghargaan dengan beberapa kategori, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta telah mendapatkan

penghargaan dengan Kategori Panwas Kecamatan Terbaik, diaraih oleh Panwas Kecamatan

Gambir Kota Administrasi Jakarta Pusat Provinsi DKI Jakarta.

Page 142: SEJARAH DAN KIPRAH

BAB IV

MENGAWAL PEMILIHAN GUBERNUR

DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017

A. Pilgub Rasa Pilpres

Sesuai dengan Undang undang No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, termasuk

tentu saja dalam hal ini Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada ) adalah

mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu yang terdiri atas pemutakhiran data

pemilih dan penetapan daftar pemilih sementara serta daftar pemilih tetap, penetapan peserta

Pemilu, proses pencalonan, pelaksanaan kampanye, pengadaan logistik Pemilu dan

pendistribusiannya, pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu di TPS,

pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat hasil penghitungan suara

dari tingkat TPS sampai ke PPK, proses rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPS,

PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan lain-lain.

Sedangkan dalam Undang undang No. 10 tahun 2016 tentang gubernur, wakil gubernur,

bupati, wakil bupati, walikota dan wakil walikota Pasal 28 ayat a tugas dan wewenang Bawaslu

Provinsi adalah mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilihan di wilayah provinsi yang meliputi

tahapan pemutakhiran data pemilih, pencalonan, proses penetapan pasangan Calon Gubernur dan

Calon Wakil Gubernur; penetapan pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur,

pelaksanaan Kampanye, pengadaan logistik Pemilihan dan pendistribusiannya, pelaksanaan

penghitungan dan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilihan, pengawasan seluruh

proses penghitungan suara di wilayah kerjanya, proses rekapitulasi suara dari seluruh

Kabupaten/Kota yang dilakukan oleh KPU Provinsi, pelaksanaan penghitungan dan pemungutan

suara ulang, Pemilihan lanjutan, dan Pemilihan susulan, dan proses penetapan hasil Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur.

Sementara pada ayat b menyebut tugas Bawaslu Provinsi antara lain adalah mengelola,

memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal

retensi arsip yang disusun oleh Bawaslu Provinsi dan lembaga kearsipan Provinsi berdasarkan

pedoman yang ditetapkan oleh Bawaslu dan Arsip Nasional Republik Indonesia, menerima

laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai

Page 143: SEJARAH DAN KIPRAH

Pemilihan, menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Provinsi untuk ditindaklanjuti,

meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang

berwenang, menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan

rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan

terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilihan oleh Penyelenggara Pemilihan di tingkat

Provinsi, dan sebagainya.

Bagi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta , Pilkada DKI 2017 menjadi tantangan tersendiri yang

cukup berat untuk diawasi, dicegah potensi pelanggarannya serta ditindak manakala terbukti

melakukan pelanggaran administrasi ataupun pidana. Sekaligus menjadi ujian akan

profesionalitas, integritas dan akuntablitas Bawaslu Provinsi DKI Jakarta . Yang menambah tugas

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta tambah berat karena Pilgub DKI 2017 mempunyai gengsi yang

demikian tinggi dan prestesius, serta terlanjur dicap sebagai “Pilgub Rasa Pilpres 2019”.

Pilkada DKI rasa Pilpres menurut Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa

Jazilul Fawaid disebabkan karena Pilkada DKI 2017 dipandu pelatih-pelatih nasional. Menurutnya

semua partai politik sangat berkepentingan pada pilkada DKI Jakarta, karena DKI Jakarta sebagai

ibukota negara sehingga menjadi barometer daerah di seluruh Indonesia. Sebagai barometer, maka

figur, kebijakan, kinerja, pasangan kepala daerah DKI Jakarta akan menjadi contoh bagi daerah-

daerah di seluruh Indonesia. Karena itu, partai-partai sangat berkepentingan dengan pilkada DKI

Jakarta. (https://www.republika.co.id, 22 September 2016).

Pengamat Politik CINEPS Guspiabri berpendapat, kompetisi di Pilkada DKI Jakarta sangat

ketat, karena dianggap sebagai Pemilu sela. Sehingga, menggambarkan kekuatan masing-masing

pihak dalam Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019. (https://www.idntimes.com, 10

Juli 2018). Dalam pandangan pengamat politik Alfan Alfian, Pilkada DKI bermakna penting bagi

partai politik pengusung kandidat. Sebab, pemenang Pilkada DKI 2017 akan memberi dampak

lanjutan terhadap psikopolitik dalam Pilpres 2019. Psikopolitik yang ia maksud adalah

pemenangPilkada DKI akan mempengaruhi pilihan masyarakat untuk mendukung tokoh tertentu

dalam Pilpres 2019. (https://nasional.republika.co.id/16 Februari 2017).

Tidak mengherankan manakala manakala Pilgub DKI menyedot perhatian berbagai

kalangan masyarakat dari segala penjuru tanah air, bahkan disorot oleh sejumlah negara dan media

internasional. Padahal selain DKI, ada 101 daerah dari tingkat provinsi, kabupaten, dan kota yang

Page 144: SEJARAH DAN KIPRAH

menggelar Pilkada. Rinciannya: 7 provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota. Ketujuh provinsi tersebut

yaitu Aceh, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta tidak menepis dengan berbagai julukan yang diberikan

Pilkada DKI serta ketatnya persaingan antar partai politik dan kandidat yang bersaing di Pilkada

DKI. Meski demikian, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta tidak terlalu terpengaruh dengan berbagai

julukan tersebut. Sebaliknya Bawaslu Provinsi DKI Jakarta lebih mengedepankan

profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Bagi Bawaslu tidak terlalu penting,

Pilkada DKI 2017 rasa Pilpres atau tidak rasa Pilpres. Yang terpenting, Pilkada DKI harus

berlangsung dengan Luber, Jurdil, aman dan damai.

Demikian kompetitifnya gelaran Pilkada DKI 2017, akhirnya harus berlangsung dalam dua

putaran. Hal ini disebabkan karena pada putaran pertama yang berlangsung pada 15 Februari 2017,

Calon Gubernur (Cagub) DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Calon Wakil Gubernur

(Cawagub) Djarot Saiful Hidayat (No. Urut 2) yang diusung oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar,

Pastai Nasdem dan lain sebagainya unggul dari Cagub DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang

berpasangan dengan Cawagub Sandiaga Salahuddin Uno (No. Urut 3) yang diusung oleh Partai

Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Silviana

Murni yang didukung Partai Demokrat, PPP, PAN, dan PKB dan sejumlah partai non parlemen

(No. Urut 1). Namun keunggulannya tidak mutlak, atau diatas 50 persen.

Sesuai dengan Undang undang No. 29 tahun 2007 tentang Jakarta sebagai Ibukota Republik

Indonesia yang menyebutkan, jika tidak ada Cagub dan Cawagub yang meraih suara 50%+1, Pilkada

dilakukan dalam dua putaran. Dengan dasar itu, kemudian KPU DKI Jakarta menyusun jadwal

penyelenggaraan putaran kedua melalui Surat Keputusan KPU DKI Jakarta Nomor 49/Kpts/KPU-

Prov-010/Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

DKI Jakarta Tahun 2017 Putaran Kedua. Bila pada putaran pertama, Pilgub DKI dimenangkan

Cagub dan Cawagub dan Ahok-Djarot, pada putaran kedua dimenangkan Cagub dan Cawagub

Anies-Sandi.

Tabel 1

Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pilgub DKI 2017 Putaran I dan II

Nama Calon Putara Pertama Nama Calon Putaran kedua Persentasi

Page 145: SEJARAH DAN KIPRAH

Ahok-Djarot 2.364.577 42,99 % Anies-Sandi 3.240.987 %42,04%

Anies-Sandi 2.197.333 39,95 % Ahok-Djarot 2.350.366 57,96%

AHY-Silvi 937.955 17,02%

Sumber: KPU DKI

Dari sisi tingkat partisipasi pemilih, pada Pilkada DKI Putaran I cukup tinggi, yakni: 77,1

persen. Tingkat partisipasi pemilih sebanyak itu lebih tinggi dibandingkan dengan Pemilu

Legislatif 2009 atau Pilgub DKI sebelumnya. Namun dibandingkan dengan tingkat partisipasi

pemilih di tujuh provinsi lainnya, partisipasi pemilih di Pilkada DKI Jakarta menduduki peringkat

kedua. Urutan selengkapnya sebagai berikut: 1. Gorontalo (81,6%), 2. DKI Jakarta (77,1%), 3.

Sulawesi Barat (74,7%), 4. Papua Barat (73,2%), 5. Aceh (73%), 6. Banten, dan 7. Bangka

Belitung (61,9%).

Tabel 2

Partisipasi Pemilih pada Pilkada DKI 2017 Putaran Pertama

Wilayah Jumlah DPT Jumlah Pemilih Pengguna Hak Pilih

Jakarta Pusat 747.152 769.185 576.805

Jakarta Barat 1.652.051 1.652.051 1.217.784

Jakarta Utara 1.091.974 1.140.185 868.944

Jakarta Timur 2.006.397 2.078.105 1.542.334

Jakarta Selatan 1.593.700 1.708.105 1.167.480

Kepulauan Seribu 17.415 17.709 14.417

Total 7.108.589 7.356.426 5.564.313

Sumber: KPU DKI

Page 146: SEJARAH DAN KIPRAH

Adapun peringkat partisipasi pemilih tertinggi pertama berada di Kepulauan Seribu dengan

persentase pemilih 87 persen, kedua di Jakarta Timur dengan persentase 78 persen, ketiga Jakarta

Utara dengan persentase 77 persen, keempat Jakarta Barat dengan persentase 76 persen, kelima di

Jakarta Pusat dengan persentase 76 persen, dan keenam di Jakarta Selatan dengan persentase 75

persen warga yang menggunakan hak memilih. Sedangkan Tingkat partisipasi pemilih di Pilkada

DKI putaran kedua mencapai 77,08 persen, naik sekitar 1,33 persen dibandingkan putaran pertama

kemarin 75,75 persen.

B. Pengawasan Pilgub DKI 2017

Sejak awal Bawaslu Provinsi DKI Jakarta sudah memprediksi bahwa Pilkada atau Pilgub

DKI 2017 akan sarat dengan problem dan konflik. Itulah sebabnya, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

sudah menyiapkan langkah, kiat atau jurus pencegahan yang efektif. Sebab, dengan cara demikian

diharapkan dapat diminimalisir kemungkinan terjadinya pelanggaran dan kecurangan di Pilgub

DKI. Yang bisa berakibat, hasil Pilgub DKI digugat ke Bawaslu, Mahkamah Konstitusi atau

Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan, terutama

yang kalah di Pilgub DKI 2017.

Langkah Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan pengawasan Pilgub DKI 2017

dimulai dengan dengan melakukan pemetaan kerawanan dengan mengacu kepada pedoman

Bawaslu RI yang telah menerbitkan Indeks Kerawanan Pilkada (IKP) 2017. Pada IKP tersebut,

DKI ditempatkan sebagai wilayah yang memiliki kerawanan sedang untuk dimensi partisipasi

dalam hal ini menyangkut hak pilih (2.00). Hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3

Potensi TPS Rawan di DKI Jakarta 2017

No Panwas Rawan

1

Rawan

2

Rawan

3

Rawan

4

Rawan

5 Lainnya Total

1 Jakarta Barat 135 125 52 34 35 - 381

2 Jakarta Pusat 12 - 8 - 117 - 137

Page 147: SEJARAH DAN KIPRAH

3 Jakarta Timur 73 43 51 36 44 - 247

4 Jakarta Selatan 114 31 18 53 25 - 241

5 Jakarta Utara 33 10 40 30 58 - 138

6 Kep. Seribu 8 2 10 2 - - 20

Jumlah 375 211 179 155 279

1.162

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta 17 April 2017, Laporan Panwaslu

Kabupaten/Kota se-DKI, sumber-sumber lainnya, serta wawancara dengan Panwas

Kabupaten/Kota se-DKI.

Keterangan:

Rawan 1 : termasuk rawan dari aspek akurasi data pemilih dan pengguna hak pilih

Rawan 2 : termasuk rawan dari ketersediaan logistik

Rawan 3 : termasuk rawan dari aspek pembagian uang atau materi lainnya (money

politics)

Rawan 4 : termasuk rawan dari aspek keterlibatan penyelenggara negara

Rawan 5 : termasuk rawan dari aspek kepatuhan prosedur pemungutan dan

penghitungan

Setelah melakukan pemetaan TPS rawan, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan

pengawasan secara ketat terhadap beberapa isu penting dalam Pilgub DKI, diantaranya:

1. Data Pemilih

Problem data pemilih merupakan masalah atau isu yang paling seksi dan sekaligus panas

menjadi sorotan luas publik khususnya media massa. Itulah sebabnya, Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta menjadikan data pemilih sebagai isu pengawasan yang mendapat perhatian ekstra.

Berbagai metode dan kiat pengawasan dilakukan. Diantaranya dengan menggunakan berbasis

riset yang difokuskan terhadap pemilih yang masuk dalam kategori rentan. Seperti pemilih

apartemen, pemilih di kawasan abu-abu atau grey area, pemilih di Lapas, Rutan dan Polda,

pemilih di Rumah Sakit dan Panti Laras, pemilih korban penggusuran, pemilih disabilitas,

pemilih tinggal di luar DKI, pemilih pemula, dan lain-lain.

Problem lainnya adalah terkait potensi inakurasi data pemilih yang berasal dari DPTb.

Pada Pilkada DKI 2017 putaran pertama tercatat DPTb sebanyak 57.763 orang, namun pada

Page 148: SEJARAH DAN KIPRAH

putaran kedua membengkak menjadi 237.003. Terdiri dari 109.238 laki-laki dan 127.765

perempuan. Kemudian problem data ganda masih cukup besar. Menurut temuan Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta ada sekitar 23.000 pemilih ganda. Yang paling banyak di Jakarta Timur

sekitar 8.000.

Selain itu, pada Pilgub DKI 2017 ini cukup banyak terjadi kasus sebagai akibat yang

ditimbulkan oleh pemilih yang tidak mengerti atau memahami aturan. Sejumlah masalah

tersebut diantaranya antara lain adanya pemilih terdaftar dalam DPT tidak membawa C6.

Kasus ini terjadi di TPS 14 Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur dan TPS 25 Rawasari

Apartemen Grand Pramuka, Jakarta Pusat; pemilih yang masuk dalam pemilih tambahan

tidak memahami aturan bahwa pemiih dimaksud hanya berhak memilih pada pukul 12.00-

13.00 WIB; pemilih yang masuk dalam pemilih tambahan hanya menyertai foto copy KTP

atau KK dan bukan yang asli, sebagai diatur dalam Surat Edaran (SE) KPU DKI No.

162/KPU-Prov-010/ II/2017 tertanggal 13 Februari 2017 tentang Pelaksanaan Pemungutan

dan Penghitungan Suara di TPS Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Kasus-kasus semacam ini terjadi antara lain di TPS 104 Rusun Pinus Elok Blok B dan

sekitarnya (foto copy, KK dan At KWK), TPS 140 Rawa Bebek, Jakarta Selatan, dan TPS 27

dan 28 Apartemen Kalibatan City, Jakarta Selatan (KTP regular).

Cukup banyaknya pemilih yang tidak dapat menyalurkan hak pilihnya pada Pilkada

DKI Putaran Pertama, mengakibatkan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan Panwaslu se-DKI

Jakarta kebanjiran pengaduan dari masyarakat yang merasa hak pilihnya tidak hilang atau

tidak bisa digunakan. Pengaduan dilakukan secara langsung oleh pribadi bersangkutan, namun

ada juga yang dilakukan secara kolektif melalui Tim Kampanye. Sampai tanggal 28 Februari

2017, jumlah warga/pemilih yang mengadu ke Pokso Pengaduan Daftar Pemilih Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta Jakarta berjumlah 973, dengan rincian sebagaimana tabel 4 di bawah

ini:

Tabel 4

Penerimaan pengaduan DPT

ke Posko Pengaduan DPT Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Page 149: SEJARAH DAN KIPRAH

No. Wiayah Jumlah

1. Jakarta Timur 207

2. Jakarta Selatan 45

3. Jakarta Barat 325

4. Jakarta Utara 98

5. Jakarta Pusat 54

6. Tanpa KK dan KTP 209

7. Lain-lain 35

8. Jumlah 973

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Adapun pengaduan kepada Bawaslu Provinsi DKI Jakarta paska pemungutan dan

penghitungan suara, kebanyakan didominasi oleh kasus daftar pemilih pemilih tambahan (DPTb).

Pengaduan dilakukan secara langsung oleh pribadi bersangkutan, namun ada juga yang dilakukan

secara kolektif melalui Tim Kampanye. Sampai tanaggal 28 Februari 2017, jumlah warga/pemilih

yang mengadu ke Pokso Pengaduan Daftar Pemilih Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta

berjumlah 773, dengan rincian sebagaimana table di bawah ini. Penerimaan pengaduan DPT ke

Posko Pengaduan DPT Bawaslu Provinsi DKI Jakarta No. Wiayah Jumlah 1. Jakarta Timur

sebanyak 207, 2. Jakarta Selatan sebanyak 45, 3. Jakarta Barat sebanyak 325, 4. Jakarta Utara

sebanyak 98, 5. Jakarta Pusat sebanyak 54, 6. Tanpa Kartu Keluarga (KK) dan KTP sebanyak 209,

7. Lain-lain sebanyak 35 8. Jumlah total sebanyak 973 pengaduan yang masuk ke Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta .

2. Pencalonan

Selain daftar pemilih, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta juga intens melakukan pengawasan

terhadap proses pencalonan. Berdasarkan hasil pengawasan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

terhadap dokumen pencalonan tiga Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, diperoleh temuan

sebagai berikut:

Tabel 5

Page 150: SEJARAH DAN KIPRAH

Pengawasan Proses Pencalonan Pilgub DKI 2017

Nama Pasangan

Calon

Jenis Dokumen

Ir. Basuki

Tjahaja

Purnama

1) Naskah visi misi dan program pasangan calon mengacu pada

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah yang

ditandatangani pasangan calon.

2) dokumen yag dikeluarkan oleh kantor pelayanan pajak tempat calon

yang bersangkutan terdaftar sebagai wajib pajak. Tanda terima

penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib

pajak orang pribadi atas nama bakal calon untuk masa 5 tahun

terakhir atau sejak calon menjadi wajib pajak. (SPT Pajak PPh

tahun 2011 tidak ada)

Drs. H. Djarot

Saiful Hidayat

1) Surat keterangan tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dari

pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal

calon. (perlu diganti dengan surat keterangan pengadilan yang asli

untuk pengadilan yang asli untuk digunakan sebagai persyaratan

calon wakil gubernur).

2) Surat keterangan dari pengadilan negeri yang wilayah hukumnya

meliputi tempat tinggal calon yang menyatakan bahwa “tidak

sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (perlu diganti dengan surat

keterangan pengadilan yang asli untuk digunakan sebagai

persyaratan calon wakil gubernur)“.

3) Surat tanda terima penyerahan laporan harta kekayaan

penyelengaraan negara dari KPK. (perlu diperbaiki dengan

menyerahkan dokumen asli).

4) Dokumen yang dikeluarkan oleh kantor pelayanan pajak tempat

calon yang bersangkutan terdaftar sebagai wajib pajak, yakni: (a)

tanda terima penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak

penghasilan wajib pajak orang pribadi atas nama calon, untuk masa

5 tahun terakhir atau sejak calon menjadi wajib pajak, dan (b) tanda

bukti tidak mempunyai tunggakan pajak.

5) Naskah visi misi program pasangan calon mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah yang ditandangani

pasangan calon.

Agus Harimurti

Yudhoyono

1) Model BB.2 KWK (disesuaikan dengan formulir B.2-KWK pada

PKPU Nomor 9 tahun 2016)

2) Surat tanda terima penyerahan laporan harta kekayaan

penyelenggaraan negara dari KPK.

3) Dokumen yang dikeluarkan oleh kantor pelayanan pajak tempat

calon yang bersangkutan terdaftar sebagai wajib pajak:

a. Tanda terima penyampaian Surat Pemberi Tahunan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi atas nama bakal calon,

Page 151: SEJARAH DAN KIPRAH

untuk masa 5 (lima) tahun terakhir atau sejak calon menjadi

wajib pajak:

b. tanda bukti tidak mempunyai tunggakan pajak

4) Fotokopi ijazah/surat tanda tamat belajar (STTB) yang telah

dilegalisir oleh instansi yang berwenang (ijazah SMA harus

dilegalisir di Sudin Pendidikan sesuai dengan alamat domisili serta

Gelar MA dan MPA Ijazah belum dilegalisir).

5) Naskah visi, misi dan program pasangan calon mengacu pada

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPIP) Daerah yang

ditandatangani Pasangan Calon).

Prof. Dr. Hj.

Syilviana

Murni, SH, MSi

Model BB. 1 KWK (Formulir disesuaikan dengan format dalam PKPU

Nomor 9 Tahun 2016).

Model BB. 2 KWK (Formulir disesuaikan dengan format dalam PKPU

Nomor 12 Tahun 2016).

1) Surat keterangan tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dari

pengadilan negri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal

calon.

2) Surat keterangan dari pengadilan negeri yang wilayah hukumnya

meliputi tempat tinggal calon yang mengatakan bahwa: tidak

sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai keuatan hukum tetap tidak sedang memiliki

tanggungan hutang secara persorangan dan/atau secara badan

hukum yang menjadi tanggung jawab yang merugikan keuangan

negara.

3) Surat keterangan catatan kepolisian yang menerangkan bakal

calon pernah /tidak pernah melakukan perbuatan tercela dari

kepolisian sesuai dengan tingkatannya (SKCK Asli belum ada).

4) Surat tanda terima penyerahan laporan harta kekayaan

penyelenggaraan negara dari KPK (harus dilengkapi dengan

dokuman asli).

5) Surat keterangan tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan

putusan pengadilan yang telah mepunyai kekuatan hukum tetap

dari pengadilan niaga atau pengadilan tinggi yang wilayah

hukumnya meliputi tempat tinggal calon.

6) Dokumen yang dikeluarkan oleh kantor pelayanan pajak tempat

calon yang bersangkutan terdaftar sebagai wajib pajak: fotocopy

kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama calon tanda

terima penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi atas nama bakal calon,

untuk masa 5 (lima) tahun terakhir atausejak calon menjadi wajib

pajak.

Page 152: SEJARAH DAN KIPRAH

7) Tanda bukti tidak mempunyai tunggakan pajak.

8) Fotocopy ijazah/surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang telah

dilegalisir oleh instansi yang berwenang. (STTB SMA, Ijazah

Sarjana, Doktor dan Profesor belum dilegalisir).

9) Naskah visi, misi dan program Pasangan Calon mengacu pada

Rencana Pembangunan jangka Panjang (RPJP) Daerah yang

ditandatangani Pasangan Calon. (Belum ditandatangani kedua

Paslon dan disesuaikan dengan RPJP Daerah sesuai Perda DKI

No. 6 Tahun 2012).

10) Foto terbaru: Softcopy Foto (berwarna ukuran 4 x 6 4 lembar,

hitam putih a 4x6 4 lembar dan ukuran 4R 2 lembar).

Anies Rasyid

Baswedan, PH.

D

Model BB 1KWK

Model BB. 2 KWK (belum ditandatangani pimpinan parpol dan format

disesuaikan dengan formuhr dalam PKPU Nomor 12 Tahun 2015).

Surat Keterangan tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan

pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dari pengadilan negeri

yang wilayah hukumnya meliputi timpat tingal calon.

Surat keterangan dari pengadilan negeri yang wilayah hukumnya

meliputi tempat tinggal calon yang menyatakan bahwa:

1. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

2. Tidak sedang memiliki tanggungan hutang secara perseorangan

dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya

yang merugikan keuangan Negara.

3. Surat keterangan tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan

putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

dari pengadilan maga atau pengadilan tinggi yang wilayah

hukumnya meliputi tempat tinggal calon.

4. Dokumen yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat

calon yang bersangkutan terdaftar sebagai wajib pajak:

a. Tanda terima penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi atas nama bakal calon,

untuk masa 5 (lima) tahun terakhir atau sejak calon menjadi

wajib pajak. (Belum ada SPT Tahun 2011, 2012, 2013, dan

2015).

b. Tanda bukti tidak mempunyai tunggakan pajak. (belum sesuai

dengan ketentuan tentang bukti tidak mempunyai tunggakan

pajak dan Tanda bukti dikeluarkan untuk Tahun Pajak terakhir).

Page 153: SEJARAH DAN KIPRAH

c. Fotocopy ljazah/Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang telah

dilegalisir oleh instansi yang berwenang.

d. Naskah visi, misi dan program Pasangan Calon.

c. Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

Daerah yang ditandatangani Pasangan Calon. (Belum

ditandatangani kedua Paslon dan disesuaikan dengan RPJP

Daerah sesuai Perda DKI Jakarta Nornor 6 Tahun 2012).

e. Foto Terbaru yakni: Softcopy Foto (berwarna ukuran 4x6 4

lembar, hitam putih 4x6 4 lembar dan ukuran 4R 2 lembar).

Sandiaga

Salahudidin

Uno, MBA

1) Model BB 1. KWK (Formulir disesuaikan dengan format dalam

PKPU Nomor 9 Tahun 2016)

2) Model BB 2. KWK (Formulir disesuarkan dengan format dalan,

PKPU Nomor 12 Tahun 2016)

3) Surat keterangan tidak pernah sebagai terpidana berdasarka putusan

pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dari pengadilan

negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal calon.

(Surat Keterangan Pengadilan diperbaiki untuk keperluan menjadi

Calon Wakil Gubernur. Surat keterangan dari pengadilan negeri

yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal).

4) Calon yang menyatakan bahwa:

a. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan Putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, (Surat

keterangan pengadilan diperbaiki untuk keperluan menjadi

Calon Wakil Gubernur) .

b. Tidak sedang memiliki tanggungan hutang secara perseoarangan

dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya

yang merugikan keuangan negara.

5) Surat keterangan catatan kepolisian yang menerangkan Bakal Calon

pernah/ticiak pernah melakukan perbuatan tercela dari Kepolisian

sesuai tingkatannya. (SKCK diperbaiki sebagai persyaratan Calon

Wakil Gubernur).

6) Surat tanda terima penyerahan laporan harta kekayaan

penyelenggara Negara dari Komisi Pemberantasan Korupsi.

7) Dokumen yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat

calon yang bersangkutan terdaftar sebagai wajib pajak:

a. Tanda terima penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi atas nama bakal calon,

untuk masa 5 (lima) tahun terakhir atau sejak calon menjadi

wajib pajak.

Page 154: SEJARAH DAN KIPRAH

Sesuai dengan tugas dan kewenangan Bawaslu Provinsi Pasal 28 Undang undang No. 8

tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang undang No. 1 tahun

2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota menjadi UNDANG UNDANGyaitu: untuk

mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilihan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta

menyampaikan hasil pengawasannya.

Dalam proses pendaftaran pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI pada 21

September 2016, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta menemukan hal-hal yang harus

ditindaklanjuti segera oleh KPU DKI Jakarta kepada bakal pasangan calon yang mendaftar,

yakni: dalam dokumen yang disampaikan oleh bakal calon atas nama. Basuki Tjahja Purnama

dan Djarot Saiful Hidayat belum disertakan syarat calon yakni: Model BB.1 KWK Surat

Penyataan Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang dilengkapi dengan beberapa surat

b. Tanda bukti tidak mempunyai tunggakan pajak.

c. Fotocopy ljazah/Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang telah

dilegalisir oleh instansi yang berwenang.

8) Naskah visi, misi dan program Pasangan Calon mengacu pada

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah yan

ditandatangani Pasangan Calon. (Belum ditandatangani kedu

Paslon dan disesuaikan dengan RPJP Daerah sesuai Perda DKI

Jakart Nomor 6 Tahun 2012).

9) Foto Terbaru:

a. Foto Calon ukuran 10.2 cm x 15.2 cm (4R) sebanyak 2 lembar

b. Softcopy Foto (berwarna ukuran 4x6 4 lembar, hitam putih 4x6

4 lembar 4R dan ukuran 2 lembar).

Page 155: SEJARAH DAN KIPRAH

penyartaan oleh Bakal Pasangan calon, sebagaimana telah diatur dalam ketentuan perundang

undangan.

Demi terselenggaranya penyelenggaraan tahapan pencalonan yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan, dan berdasar hasil pengawasannya, Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta menyampaikan saran dan himbauan antara lain kekurangan kelengkapan dokumen syarat

calon dan persyaratan pencalonan partai politik atau gabungan partai politik bakal pasangan calon

yang mendaftar ke KPU DKI Jakarta agar dapat ditindaklanjuti segera kepada bakal pasangan

calon gubernur dan wakil gubernur yang bersangkutan dalam batas waktu yang diatur dalam

ketentuan perundang undangan.

Terkait dengan pasangan calon No. Urut 1 Agus Harimurti Yudhoyono dan Syilviana

Murni, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta memberikan rekomendasi terkait dengan

persyaratan calon yang harus dilengkapi karena pasangan ini dari unsur TNI dan PNS aktif,

dengan mengacu kepada Undang undang No. 10 Tahun 2016 Pasal 49 menerangkan, KPU

Provinsi meneliti kelengkapan persyaratan administrasi pasangan Calon Gubernur dan Calon

Wakil Gubernur dan dapat melakukan klarifikasi kepada instansi yang berwenang iika

diperlukan, dan menerima masukan dari masyarakat terhadap keabsahan persyaratan pasangan

Calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur. Kemudian, penelitian persyaratan administrasi

sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari sejak penutupan pendaftaran

Psangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur.

Di sisi lain, pada tahapan pencalonan, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta dan jajaranya

sampai tingkat bawah mengalami sedikit kendala. Misalnya pada saat verifikasi administrasi.

KPU DKI Jakarta dan jajaranya kurang membuka akses terhadap Panwas yang ingin melihat

langsung verifikasi, maupun terhadap hasil perba ikan. Namun pada saat verifikasi tahap awal,

KPU DKI cukup membuka akses tetapi tidak begitu detail terhadap hasil yang sudah diverifikasi

masing-masing partai Politik yang mencalonkan. Juga dari segi atau aspek waktu dan jadwal

yang tidak dipastikan sehingga Panwas harus mengkonfirmasi terlbeih dahulu mengenai jadwal

vertifikasi.

3. Alat Peraga Kampanye

Aktivitas pengawasan lain yang dilakukan secara intensif adalah pengawasan terhadap

pemasangan Alat Peraga Kampanye (APK) yang mengandung unsur provokatif, SARA dan tidak

Page 156: SEJARAH DAN KIPRAH

sesuai dengan aturan. Jumlahnya mencapai 2.658 APK, 776 mengandung unsur provokatif,

sedangkan sisanya atau sebanyak 1.882 tidak sesuai dengan aturan. Yang dimaksud dengan tidak sesuai

aturan misalnya dipasang di tempat yang bukan semestinya. (lihat bagan di bawah ini).

Tabel 6

Hasil Pengawasan Alat Peraga Kampanye

No. Jenis

Spanduk Jakbar Jakpus Jaktim Jaksel Jakut Kep. Seribu Total

1. Spanduk

Provokatif

351 5 93 179 93 21 776

2. Spanduk

tidak

sesuai

aturan

394 49 972 102 276 44 1.882

Jumlah 745 54 1.065 281 119 65 2.658

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

4. Pemungutan Suara

Di hari pemungutan suara pada Pilgub DKI 2017 melakukan pengawasan. Setidaknya

terdapat 83 kasus yang tersebut di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan,

Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu. Rinciannya, delapan kasus terkait dengan logistik, 43 terkait

dengan data pemilih, 13 kasus terkait dengan pemungutan dan penghitungan suara (Pungut

Hitung), 5 TPS tidak steril, dan berbagai pelanggaran lainnya. Dari 83 kasus, sebagian besar atau

sebanyak 39 kasus menyangkut daftar pemilih, disusul pemungutan dan penghitungan suara

sebanayak 18 persen, TPS tidak steril 17 persen, dan lain-lain sebanyak 22 persen.

Tabel 7

Rekap Hasil Pengawasan Pemungutan dan Penghitungan Suara

Pilgub DKI pada 15 Februari 2017

Page 157: SEJARAH DAN KIPRAH

No. Temuan Jakarta

Barat

Jakarta

Pusat

Jakarta

Timur

Jakarta

Selatan

Jakarta

Utara

Kepulauan

Seribu

Jumlah

Total

1. Logistik 1 0 4 1 2 0 8

2. Data pemilih 9 6 13 9 6 0 43

3. Pungut

Hitung

4 4 1 0 4 0 13

4. TPS Tidak

Steril

4 0 0 1 0 0 5

5. Pelanggaran

Lainnya

5 3 0 2 4 0 14

6. Jumlah 23 13 18 13 16 0 83

Sumber Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Sementara pada saat pemungutan suara pada Pilgub DKI Putaran Pertama, sejumlah

masalah yang muncul adalah terkait dengan logistik, data pemilih, Penyelenggara Pilkada/Pilgub,

pelanggaran terhadap peraturan, dan sejumlah masa lainnya. Lihat tabel berikut:

Tabel 8

Laporan Masuk pada Hari Pemungutan Suara

No. Jenis Lokus Lokus

1. Logistik ❖ Surat suara hilang

❖ Surat suara lebih

❖ Surat suara tertukar

❖ Surat Pernyataan Pemilih

DPTb, kurang

❖ Form APTb kurang

Terjadi di sejumlah TPS di

seluruh Jakarta, terkecuali

Kepulauan Seribu

Page 158: SEJARAH DAN KIPRAH

2. Data pemilih ❖ Tidak masuk DPT

❖ Soal Surat Keterangan

❖ Tidak mendapat C6

❖ Tidak membawa KK asli

❖ Tidak membawa A5

❖ Adminsitrasi data pemilih

Terjadi di sejumlah TPS di

seluruh Jakarta, terkecuali

Kepulauan Seribu

3. Penyelenggara

Pemilu

❖ KPPS dan PTPS tidak cakap

dalam melaksanakan tugasnya

❖ KPPS dan PTPS melakukan

kesalahan kolektif

❖ Surat Edaran KPU No. 162

diterbitkan pada 13 Februari

2017

Terjadi di TPS 01 Utan

Panjang Jakarta Pusat (JP),

TPS 29 Pancoran Jakarta

Selatan (JS), dan TPS 22

Jakarta Timur

4. Pelanggaran ❖ Menggunakan A6 orang lain

❖ Menggunakan A5 palsu

❖ Bentrok antar warga dengan

relawan satu Paslon

❖ Pemukulan kepada petugas

KPPS

TPS 01 dan 29 JS

TPS 15 Jakarta Barat (JB),

TPS 18 Petojo Utara (JP), dan

TPS 02, Kedoya Utara JB.

5. Lain-lain ❖ TPS di sejumlah komplek TNI

tiba-tiba diminta direlokasi

❖ TPS tidak steril

❖ TPS tidak memenuhi syarat

TPS 05 JB

TPS 88 JB

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

5. Sengketa Proses

Pada Pilgub DKI 2017, terjadi gugatan yang dilakukan Pasangan Cagub-Cawagub

DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat terkait Surat Keputusan

KPU DKI Jakarta Nomor 49/Kpts/KPU-Prov-010/Tahun 2017 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017 Putaran

Kedua. SK tersebut salah satunya berisi tentang adanya masa kampanye pada putaran kedua

Page 159: SEJARAH DAN KIPRAH

Pilkada DKI Jakarta 2017 dan penyempurnaan data pemilih. Setelah melalui persidangan

terbuka dengan masing-masing pihak mengajukan saksi ahli, akhirnya Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya. Dalam putusannya,

sebagaimana dikatakan Ketua Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta Mimah Susanti di

Kantor Bawaslu Provinsi DKI Jakarta , Sunter Agung, Jakarta Utara, Rabu (22/3/2017),

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta menilai permohonan Ahok-Djarot untuk

membatalkan SK Nomor 49 melalui tim kuasa hukumnya tersebut tidak memiliki alasan

hukum.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta menilai, SK Nomor 49 yang menyatakan

adanya kampanye merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat sehingga bisa

melibatkan masyarakat seluas-luasnya untuk ikut serta mempertajam visi, misi, dan program

pasangan calon. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta juga menilai KPU DKI Jakarta telah

tepat SK tersebut dengan membuka ruang partisipasi masyarakat dalam proses penajaman

visi, misi, dan program pasangan calon dalam bentuk kampanye, debat publik/terbuka antar-

pasangan calon, kampanye melalui media massa cetak dan elektronik. Dengan adanya

kegiatan kampanye, konsekuensinya yakni pasangan calon wajib melaporkan penerimaan

dan penggunaan dana kampanye.

Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan transparansi dari dana kampanye yang

diterima dan digunakan oleh pasangan calon. Selain itu, SK Nomor 49 juga membuka ruang

pendataan pemilih yang belum menggunakan hak pilihnya pada putaran pertama. Tindakan

KPU DKI yang menyelenggarakan pemutakhiran daftar pemilih pada putaran kedua

merupakan tindakan partisipatif untuk mendorong masyarakat melaporkan tidak

terlayaninya untuk memilih pada putaran pertama dan mencatatkan sebagai pemilih pada

putaran kedua. Jika SK tersebut dibatalkan, pendataan pemilih tersebut juga akan batal dan

berpotensi menghilangkan hak konstitusional warga DKI Jakarta yang memiliki hak pilih

pada putaran kedua.

C. Isu Seksi Pilgub DKI Jakarta 2017

1. Politik Sembako

Politik sembako (sembilan kebutuhan pokok) menjadi salah satu bentuk atau tepatnya modus

tim kampanye atau simpatisan para Calon Gubernur dan Wakil Guberenur untuk mempersuasi dan

Page 160: SEJARAH DAN KIPRAH

mempengaruhi massa, khususnya calon pemilih, selain politik uang. Bentuk dari sembako sendiri

juga makin berkembang. Tidak hanya dalam bentuk sembilan bahan kebutuhan pokok, tetapi juga

bisa ditambah dengan bentuk lain. Misalnya kerudung, selendang, perlengkapan shalat lima waktu,

arloji, dan berbagai bentuk souvenir lainnya yang tidak secara ekspislit diatur dalam peraturan

perundangan. Terkait dengan hal ini muncul perbedaan pendapat di kalangan stakeholder Pilkada,

pengamat, akademisi, peneliti, Penyelenggara Pemilu (KPU dengan Bawaslu dan jajarannya). Ada

yang berpandangan, jika tidak diatur secara eksplisit dalam peraturan perundangan berarti boleh.

Namun ada juga yang berpendapat, sebaliknya, yakni: dilarang.

Sementara penjualan sembako dengan harga murah. Ini modus politik uang paling marak

terjadi pada Pilkada DKI 2017. Pada PKPU No. 12 Pasal 41 disebutkan, Partai Politik atau

Gabungan Partai Politik, Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye dapat melaksanakan kegiatan

sosial dalam bentuk bazar, atau donor darah. Agar terjadi kekaburan hukum dan membuat

Pengawas Pemilu atau Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu) kesulitan dalama

penegakan hukumnya, sejumlah Tim Kampanye/Tim Sukses baik yang terkait langsung maupun

tidak terkait langsung menggelar bazaar dengan cara menjual sembako dengan harga sangat murah.

Misalnya, sembako dijual dengan harga Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, atau bahkan bisa gratis

sepanjang dapat menunjukkan KTP DKI. Padahal harga normalnya bisa menembus Rp 50.000.

Kontroversi juga terkait dengan besaran barang yang bisa dikonversi dengan uang. Dalam

Pasal 26 ayat 6 PKPU No. 12 tahun 2016 tentang Kampanye disebutkan, barang atau souvenir

yang bisa diberikan jika dikonversi dengan uang tidak boleh lebih dari Rp 25.000,- Tak urung

ketentuan ini memantik kritik dari Ketua Bawaslu (saat itu) Muhammad. Menurutnya, ketentuan

ini bisa menyuburkan praktik politik uang. Sebaliknya anggota KPU Ferry Kurnia Rizkiyansyah

mengakui, ketentuan memang tidak tertuang dalam UNDANG UNDANGPilkada, namun harus

dipatuhi oleh pasangan calon atau tim kampanye, untuk mengenalkan pasangan calon ke

masyarakat. Tentang siapa yang harus mengawasi ketentuan ini, Ferry berharap ada kesadaran

dari tim kampanye, dan pasti pengawasan melekat masyarakat dengan bimbingan Panwaslu.

Banyaknya terjadi politik uang dalam bentuk pemberian sembako, khususnya di masa

tenang menjelang pemungutan dan penghitungan suara Pilkada DKI Putaran Kedua menjadi

bahan pembicaraan dan keprihatinan berbagai kalangan. Ketua Dewan Penasehat Advokat Cinta

Tanah Air (ACTA) Hisar Tambunan menilai, dari segi kuantitas politik uang di masa tenang

Page 161: SEJARAH DAN KIPRAH

merupakan kasus politik terparah sepanjang sejarah Pilkada DKI. ACTA mengaku selama masa

tenang telah menangani kasus pembagian sembako di 13 wilayah berbeda yang merata di Jakarta.

Sementara Jaringan Pendidikan Pemilih Rakyat (JPPR) menemukan dokumen digital yang

bermaterikan mempengaruhi pilihan pemilih dengan menjanjikan uang dan barang pada Pilkada

DKI Putaran Pertma. Dokumen politik uang itu diduga dari tiga Paslon No. 1 berkaitan dengan

kartu materi prioritas mendapatkan dana bergulir Rp 50 juta tanpa bunga. Sementara dokumen

dari Paslon No. 2 berupa kupon pasar murah dengan nilai Rp 20 ribu per paket. Sedangkan dari

Paslon No. 3, ditemukan brosur formulir pendaftaran relawan dengan imbalan kupon gratis.

Berikut rekapitulasi bentuk dan modus politik sembako sebagaimana dilaporkan Pengawas

Pemilu se-DKI Jakarta, dan pemberitaan dari media massa.

Tabel 9

Rekapitulasi Bentuk dan Modus Politik Sembako

No. Wilayah Bentuk

1. Jakarta Barat (Kebon

Jeruk, Kalideres dan

Palmerah

Pembagian sembako. Bahkan di Kelurahan Duri Kepa, terjadi

jam 10.30 WIB, dan pelakunya terkena Operasi Tangkap

Tangan (OTT) oleh Pengawas Pemilu setempat.

2. Jakarta Timur

(Cakung Timur,

Ciracas dan Pulo

Gadung).

Di Cakung Timur, sembako baru turun didrop dari mobil belum

sempat dijual. Langsung diaman­kan oleh Panwas setempat

sebanyak 845 paket, 169 karung. Di Susukan Ciracas terjadi hal

yang sama dengan Cakung Timur. Berhasil disita Panwas

setempat sebanyak 59 paket, 6 karung, dan di Pulo Gadung.

Pelaku keburu melarikan diri. Di Rawamangun, dan

Pulogadung terjadi penjualan sembako mengaku untuk

memeriahkan Paskah.

3. Jakarta Selatan

(Kalibata dan

Jagakarsa)

Pembagian sembako terjadi di apartemen Kalibata city Sabtu

malam Minggu (15/4), di blok Borneo diketahui ada aktivitas

penurunan sembako dari truk dari mobil. Sebanyak 10 karung

putih. Sedangkan di Jagakarsa terjadi penimbunan sembako di

kantor DPW PPP DKI.

4. Jakarta Utara

(Warakas,

Panjaringan, Koja,

Tanjung Priok dan

Kepala Gading).

Pada 17 April 2017 jam dua dini hari di Warakas ada dua orang

membawa dua karung sembako yang akan dibagikan ke warga.

Pada tanggal yang sama, di Cluster B/10 Rusunawa Marunda

ditemukan 100 kantong plastik warna merah yang berisi sembako

yang terdiri dari 2 kg beras, 1 liter minyak sayur, 1 kg pasir. Pada

Selasa 18 April 2017 di Kelurahan Tugu Selatan Panwas setempat

menemukan mobil membawa sembako berupa beras, minyak

Page 162: SEJARAH DAN KIPRAH

goreng rose brand, baju kotak-kotak, kantong plastik, stiker, brosur

dan lain-lain. Ada pula laporan warga ada sembako di rumah

warga di Penjaringan dan Tanjung Priok dan Kelapa Gading.

5. Kepulauan Seribu Terjadi pengriman 23 sapi dalam dua tahap. Tahap pertama

sebanyak 16 ekor . (7 April). Tahap kedua sebanyak 17 ( April

sebanyak 16 ekor)

6. Jakarta Pusat Terjadi politik uang berkedok penjualan sembako murah di

beberapa titik. Harganya dibandrol Rp 45.000,- tetapi pembeli

cukup merogoh kocek Rp 5.000, asal menunjukkan KTP DKI.

Sumber: Bawaslu Provinsi DKI Jakarta /Panwaslu se-DKI dan sumber lainnya

2. Politik Identitas/SARA

Politik identitas muncul diawali dengan adanya pernyataan kontroversial Gubernur

DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Kepulauan Seribu tanggal 27

September 2016. Ucapan Ahok yang dianggap berbau SARA dan kemudian dipadang

melakukan penodaan dan penistaan Al-Qur’an adalah sebagai berikut: “Kan bisa saja

dalam hati kecil bapak ibu, nggak pilih saya karena dibohongi (orang) pakai Surat Al-Maidah

51 macam-macam itu. Itu hak bapak ibu. Kalau itu, itu hak bapak ibu. Kalau bapak ibu merasa

nggak bisa pilih karena takut masuk neraka, dibodohin, begitu, oh nggak apa-apa, karena ini

panggilan pribadi bapak ibu”.

Lalu, pada 6 Oktober 2016, Buni Yani menggguh video rekaman pidato itu di akun

Face booknya, berjudul “Penistaan terhadap Agama” dengan transkripsi pidato Ahok namun

memotong kata ‘pakai’. Sehingga menimbulkan viral di Media Sosial sedemikian luas di

masyarakat. Sekalipun Ahok sudah menyatakan permohonan maaf secara terbuka.

Pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu tersebut dengan serta merta menimbulkan respon

beragam di kalangan berbagai elemen dan komponen umat Islam. Suara terbuka disuarakan

oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Selanjutnya, MUI membentuk Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI

dengan tugas pokok mengawal fatwa MUI maupun proses hukum di kepolisian dan

pengadilan. Tidak itu saja, GNFP juga melakukan gerakan aksi turun ke jalan pada 14

Oktober 2015 yang diikuti ribuan umat Islam yang turun ke jalan dari mulai Masjid Istiqlal,

Monas hingga Bundaran Hotel Indonesia. Aksi ini dijuluki dengan Aksi Bela Islam I.

Page 163: SEJARAH DAN KIPRAH

Kemudian dengan alasan proses hukum berjalan lamban, GNFP melakukan Aksi Bela

Islam (ABI) 2 (212). Disusul kemudian ABI 3 (313), ABI 4 (411), dan yang paling anyar

adalah ABI 5 (515).

Kasus pidato Ahok terkait dengan Al-Maidah ayat 51, sempat diadukan masyarakat

ke Bawaslu Provinsi DKI Jakarta . Setelah dilakukan kajian dalam dalam rapat di Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta , Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran Badan

Pengawas Pemilu DKI Jakarta Muhammad Jufri mengatakan, Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta memutuskan pernyataan Ahok yang mengutip kitab suci bukan merupakan

pelanggaran Pilgub. Karenanya, laporan tersebut tidak bisa ditindaklanjuti karena bukan

mengandung tindak pidana pemilihan atau pelanggaran administrasi pemilihan. Menurut

Jufri, Ahok juga dinilai tidak melanggar Undang-Undang No. 10 Tahun 2016 Tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali kota yang terkait larangan dalam kampanye. Dalam

larangan kampanye itu isinya melarang menghasut, mengadu domba, dan provokatif. Ahok

tidak bisa dikenakan ketentuan tersebut karena diucapkan sebelum memasuki masa

kampanye.

Sementara proses pidato Ahok tentang Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 51 terus

bergulir ke pengadilan hingga akhirnya hakim pada persidangan di Pengadilan Negeri

Jakarta Utara pada Selasa (9/5/2017) memvonis Ahok dengan hukuman 2 tahun

penjara karena terbukti sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penodaan

agama sebagaimana diatur pada Pasal 156a KUHP. Kasus Ahok tersebut berdampak

terhadap proses pelaksanaan kampanye. Yakni: terjadinya banyak penolakan dan

penghadangan kampanye, khususnya yang dialamatkan kepada Paslon No. 2 (Ahok dan

Djarot).

Yang mengejutkan adalah banyaknya bertebaran spanduk bernuansa SARA

terpasang di halaman atau pagar masjid. Bahkan ada yang dipasang di lahan perkuburan.

Padahal PKPU No. 12 tahun 2016 tentang Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur dan seterusnya Pasal 28 ayat 3, lokasi pemasangan Alat Peraga Kampanye

(APK) dilarang berada di: (a) tempat ibadah termasuk halaman, (b) rumah sakit atau tempat

pelayanan kesehatan, (c) gedung milik pemeritah; dan (d) lembaga pendidikan (gedung dan

sekolah).

Page 164: SEJARAH DAN KIPRAH

Dari sekian kasus tersebut yang agak kontroversial adalah terjadi di Pondok Pinang,

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dikatakan kontroversial karena memakan korban

almarhumah Siti Rohbaniyah (80), warga Rt 05/Rw 02, Pondok Pinang, Kecamatan

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Kasusnya sendiri terjadi pada Rabu, 8 Maret 2017.

Jenazah nenek ini ditolak jamaah masjid Darussalam untuk dishalatkan karena dianggap

mendukung calon gubernur non Muslim. Kemudian Ketua RT 05/Rw 02 meminta pihak

keluarga membuat surat pernyataan tidak mendukung pemimpin non muslim, sebagai

syarat jenazah bisa dishalatkan.

Kasus ini merupakan temuan Panwascam Kebayoran Lama. Kemudian dilaporkan

kepada Panwaslu Jakarta Selatan untuk diproses sebagai tindak pidana Pemilihan. Setelah

melalui proses pembahasan di Sentra Gakkumdu, tidak ditemukan adanya bukti ancaman

kekerasan yang dilakukan Ketua RT 05/Rw 02 sehingga tidak memenuhi unsur Pasal 182

A Undang undang No. 10 tahun 2016. Dan dengan demikian dihentikan proses penanganan

pelangggaran tindak pidana Pemilihan.

Pada Pikada DKI 2017 lalu juga diramaikan isu, yang bungkusannya (packaging)

adalah politik identitas/SARA, yakni: munculnya gerakan yang menamakan dirinya

Gerakan Tamasya Al-Maidah (GTA) yang akan dilakukan sekelompok orang yang

mengatasnamakan Gerakan Kemenangan Jakarta (Gema Jakarta). Tak pelak GTA

menimbulkan berbagai tanggapan dan reaksi pro kontra. Kepala Kepolisian Daerah Metro

Jakarta Raya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengimbau masyarakat jangan ikut-

ikutan aksi bertema Tamasya Al Maidah untuk mengawasi tempat-tempat pemungutan

suara pada pilkada Jakarta putaran kedua 19 April 2017. Sebab, pengawasan dan

pengamanan pemungutan sudah dilakukan aparat berwenang.

Tidak cukup sampai disitu, Polda Metro Jaya menggandeng Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta dan KPU DKI untuk menerbitkan maklumat larangan mobilisasi massa pada hari

pemungutan suara pada Pilkada DKI Jakarta Putaran Dua, Rabu, 19 April 2017. Maklumat

ditandatangani Kapolda Metro Jaya Mochamad Iriawan, Ketua Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta Mimah Susati dan Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno pada Senin (17/4/2017).

Diantara isi dari maklumat tersebut adalah larangan melakukan mobilisasi massa

yang dapat mengintimidasi secara pisik dan psikologis dalam bentuk kegiatan apapun,

yaitu yang akan datang ke TPS Jakarta bukan untuk menggunakan hak pilihnya, karena

Page 165: SEJARAH DAN KIPRAH

dapat membuat situasi Kamtibmas di Jakarta kurang kondusif dan masyarakat dapat

terintimidasi baik secara pisik dan psikologis. Sedangkan sudah ada Penyelenggara

Pilkada, yaitu: KPU DKI dan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta .

3. Surat Keterangan (Suket)

Isu lain yang menonjol lain adalah terjadinya pelanggaran dalam penggunaan Surat

Keterangan (Suket) yang tidak sesuai Keputusan Kemendagri 29 September 2016 dan 3

November 2016 di TPS 22 Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, seperti

dilaporkan tim Paslon Anies Baswedan dan Salahuddin Sandiaga Uno. Atas kasus ini,

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta akan mengeluarkan dua rekomendasi, yakni: (1)

rekomendasi karena KPPS memperbolehkan penggunaan suket yang tidak sesuai format

surat edaran yang dikeluarkan Kemendagri RI dan tidak ditandatangani.

Rekomendasi ke KPU sebagai pelanggaran administrasi (untuk KPPS), (2) ditujukan

kepada Pemprov DKI Jakarta karena Lurah Kelapa Dua Wetan mengeluarkan dua lembar

suket jenis lama setelah adanya surat edaran dari Kemendagri bahwa suket dikeluarkan

oleh Disdukcapil DKI. Rekomendasi ke Pemprov DKI, dalam hal ini ke Sekdaprovinsi

DKI Jakarta. Dua rekomendasi tersebut diputuskan setelah Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

melakukan klarifikasi dan mengecek keaslian Suket yang digunakan pada Rabu (1/3/2017)

malam. Semua Suket yang digunakan asli. Hanya saja ada jenis Suket yang tidak sesuai

format dalam surat edaran Kemendagri RI.

Karena Suket yang digunakan semuanya asli, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

bersama tim Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gkkumdu) tidak menemukan adanya

pelanggaran pidana Pemilu. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta bersama polisi dan

jaksa yang tergabung dalam Gakkumdu membuka kotak suara untuk mengecek keaslian

surat keterangan (suket) yang digunakan pemilih di TPS 22 Kelurahan Kelapa Dua Wetan,

Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (1/3/2017).

4. Pemungutan Suara Ulang

Isu seksi lain pada Pilkada DKI 2017 adalah terjadinya Peungutan Suara Ulang

(PSU). PSU terjadi sebagai akibat adanya lebih dari satu orang menggunakan hak pilih

orang lain. Kasus ini terjadi di TPS 01 Utan Panjang Jakarta Pusat dan di TPS 29 yang

Page 166: SEJARAH DAN KIPRAH

beralamat di RT 007, RW 05, Kelurahan Kalibata, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Kedua kasus ini sepintas tidak ada hubungannya dengan data dan daftar pemilih. Namun

demikian jika didalami tetap ada relasinya. Yakni: kasusnya terjadi karena yang

bersangkutan tidak terdaftar dalam DPT Pilgub DKI, namun berkehendak mencoblos pada

Pilgub DKI.

Kronologis PSU di TPS 01 Utan Panjang bermula ketika seorang Sekretaris RT

memberikan C6 milik Wagino dan anaknya bernama Inggit yang tengah berada di Jawa

kepada Kiki dan istrinya yang bernama Fitri Aprilisiami. Kiki dan istrinya nota bene

menantu Wagino. Saat di TPS, C6 atas nama Wagiono dan Inggit diserahkan kepada

petugas KPPS. Kiki dan Fitri ber-KTP DKI tapi tinggal di Kebon Kosong dan tidak

terdafatar di DPT pada TPS 01 Utan Panjang. Setelah dipanggil oleh Ketua KPPS, C6 milik

Wagino dan anaknya digunakan oleh Kiki dan istrinya untuk melakukan pencoblosan.

Setelah selesai penghitungan suara, Saksi Nomor 3 menyatakan, Kiki dan istrinya telah

menggunakan C6 milik orang lain.

Sedangkan PSU di TPS 29, RT 007, RW 05, Kelurahan Kalibata, Kecamatan

Pancoran, Jakarta Selatan. Kasusnya berawal dari adanya dua orang pemilih menggunakan

C6 atas nama saudaranya yang tengah berada di luar negeri. Yang satu tengah di Kanada

atas nama Tati Fahrianti, dan satunya di Surabaya atas nama Ahmad Abqori Akmal. Untuk

C6 atas nama Tati Fahrianti yang tengah di Kanada dicoblos oleh Dian Febriani (adiknya

Tati). Sedangkan di Surabaya dicoblos oleh Hj. Khairiyah, yang merupakan ibunya dari

Ahmad.

Dalam kasus penggunaan C6 milik Hj. Khairiyah oleh Ahmad, sebelumnya pelaku

(Ahmad) melakukan melalui video call dengan Hj. Khairiyah yang ikut didengarkan oleh

petugas KPPS, Saksi dan Pengawas TPS. Selanjutnya, KPPS, PTPS dan saksi bersepakat

membolehkan Ahmad mencoblos dengan menggunakan C6 milik Hj. Khairiyah.

Sedangkan C6 milik Tati yang tengah berada di Kanada digunakan oleh Dian, ditempuh

melalui mekanisme voice note (rekaman suara). Kasusnya terbongkar setelah PTPS

melapor ke Panwascam, dan Panwascam melapor kepada Panwaskota Jakarta Selatan

untuk menindaklanjuti sebagai suatu pelanggaran Pilkada yang berujung kepada PSU.

Ditinjau dari Undang undang No. 10 tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota Pasal 112

Page 167: SEJARAH DAN KIPRAH

ayat 2 hurup e, kasus yang terjadi di TPS 29, Pancoran, berakibat terjadinya PSU. Karena

pelakunya lebih dari seorang pemilih yang tidak terdaftar sebagai pemilih mendapat

kesempatan memberikan suara pada TPS. Sedangkan untuk kasus di Utan Panjang, dapat

dikenakan Pasal 112 ayat D huruf E Undang Undang No. 10 tahun 2016 tentang Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil

Walikota, yang menyebutkan, lebih dari dari seorang pemilih menggunakan hak pilih lebih

dari satu kali, pada TPS yang sama atau TPS yang berbeda.

Teknis pelaksanaan PSU, diatur pada PKPU No. 10 tahun 2015 tentang Pemungutan

dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil

Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota Pasal 60. Jika terjadi kasus tersebut,

Panwascam kemudian melakukan pemeriksaan dan hasilnya disampaikan kepada PPK

paling lambat 2 (dua) hari setelah Pemungutan Suara. Selanjutnya, hasil penelitian dan

pemeriksaan Panwascam tersebut kepada KPU/KIP Kabupaten/ Kota untuk memutuskan

hasil penelitian dan pemeriksaan Panwas Kecamatan dalam rapat pleno KPU/KIP

Kabupaten/Kota.

Hasil rapat pleno tersebut kemudian ditetapkan dalam Keputusan KPU/KIP

Kabupaten/Kota dan menyampaikan Keputusan tersebut) kepada KPPS melalui PPK dan

PPS. Selanjutnya, KPPS segera melaksanakan Pemungutan Suara ulang di TPS paling

lambat 4 (empat) hari setelah hari Pemungutan Suara. Tak lupa, KPU/KIP Kabupaten/Kota

menyampaikan permintaan Saksi kepada Pasangan Calon untuk hadir dan menyaksikan

Pemungutan Suara ulang di TPS.

Penyelenggaraan PSU tanpa menghapus pelanggaran unsur pidana. Pada Pasal 178A

dari Undang undang No. 10 disebutkan, setiap orang yang pada waktu pemungutan suara

dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum mengaku dirinya sebagai orang lain

untuk menggunakan hak pilih, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 24 (dua

puluh empat) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit

Rp 24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah) dan paling banyak Rp 72.000.000,00

(tujuh puluh dua juta rupiah).

Setelah dirproses oleh Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu)

Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, para pelakunya lolos dari jeratan pelanggaran pidana

Piilkada karena dianggap tidak memenuhi unsur kesengajaan. Yang menarik dari dua kasus

Page 168: SEJARAH DAN KIPRAH

PSU di Jakarta ini antara pemilik hak pilih dan pengguna hak pilih secara ilegal masih ada

keterkaitan geneologis (saudara). Ini artinya, pelaku melakukan tindakan melanggar

hukum karena saling mengenal. dan kasus tersebut dapat terjadi karena adanya kesepakatan

atau kesalahan kolektif (jamaah) yang mekibatkan petugas KPPS, Saksi dan PTPS. Belum

terindikasi adanya politik uang di balik penggunaan hak pilih secara illegal tersebut.

D. Penanganan Pelanggaran Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017

Secara normatif, penegakan hukum di Pilkada setidaknya meliputi dua peristiwa hukum,

yakni: pelanggaran dan sengketa. Selain itu dikenal juga dengan pelanggaran etika yang ditangani

oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Pelanggaran hukum di Pilkada meliputi

pelanggaran administratif Pilkada dan pelanggaran pidana Pilkada. Sedangkan sengketa pada

umumnya terjadi di wilayah administratif.

Sampai pada 28 Februari 2017, jumlah laporan dan temuan pelanggaran yang masuk ke

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mencapai 161. Dari jumlah tersebut, setelah dilakukan penanganan/

rekomendasi penanganan pelanggaran, 69 kasus dinyatakan masuk dalam kategori bukan

pelanggaran; disampaikan kepada KPU DKI karena merupakan pelanggaran administrasi

mencapai 76 kasus. Sedangkan yang masuk ke proses penyidikan di kepolisian mencapai dua

kasus, satu kasus menyangkut pelanggaran kode etik, dam enam (6) merupakan pelanggaran dalam

bentuk lain yang tindaklanjutnya diserahkan kepada instansi yang berwenang. Misalnya ke Komisi

Aparatur Sipil Negara (KASN), Komnas Anak, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan lain.

Kasus penghadangan kampanye Cawagub Djarot Saiful Hidayat terjadi di Kembangan,

Jakarta Barat, pada 9 November 2016 lalu. Akibat dari adanya penghadangan tersebut, Djarot

Saiful Hidayat tidak bisa berkampanye dan menerangkan visi-misinya, padahal kampanye

dibutuhkan agar masyarakat memilih Djarot Saiful Hidayat. Dalam persidangan Naman Sanip

sebagai pelaku aksi penghadangan didakwa terbukti melanggar Pasal 187 Ayat (4) Undang

Undang RI No 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang Undang No 1 Tahun 2015

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang No 1 Tahun 2014 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang. Majelis Hakim di

Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang menyidangkan perkaranya dijatuhi hukuman percobaan 4

bulan.

Page 169: SEJARAH DAN KIPRAH

Kasus sejenis yang ditangani oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dilakukan oleh pelaku

bernama Rudy Nurochman Kurniawan. Rudi menjadi tersangka kaus penghadangan kampanye

Cawagub DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat di Rusun Petamburan RW 011 Jl Jati Pinggir,

Petamburan, Jakarta Pusat, tanggal 25 November 2016. Polisi menetapkan Rudy sebagai tersangka

sejak 6 Desember 2016. Namun, saat proses hukum sedang berjalan oleh Gakkumdu DKI, Rudy

melarikan diri sehingga penyidik menerbitkan Daftar Pencarian Orang (DPO) tersangka pada

tanggal 16 Desember 2016 sebagaimana tersurat dalam nomor DPO/415/XII/2016/Ditreskrimum

tanggal 16 Desember 2016. Dalam Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 11 Tahun 2014

tentang Pengawasan Pemilihan Umum, yakni di Pasal 36 ayat 2, diatur bahwa waktu penanganan

dugaan pelanggaran bisa diperpanjang paling lama 14 hari setelah dugaan pelanggaran diterima.

Pada Pasal 187 ayat (4) Undang Undang Pilkada dijelaskan ancaman hukuman untuk

pelanggaran penghalangan kampanye adalah hukuman satu bulan dan paling lama enam bulan,

atau denda Rp 600 ribu dan atau Rp 6 juta. Kasus Rudy ditangani oleh Gakkumdu DKI selama 14

hari untuk hingga berkas dinyatakan lengkap (P21). Jika dalam tenggang waktu tersebut

penyidikan belum selesai, maka kasus dianggap kedaluwarsa.

Jika dijumlah secara total antara Pilkada DKI Putaran I dan II, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

mencatat sekitar total 308 temuan maupun laporan yang di dalamnya terdapat dugaan laporan

pelanggaran administratif maupun pidana. Setelah dilakukan pemeriksaan, 308 laparan dan atau

temuan tersebut, terbukti 147 tidak termasuk jenis pelanggaran. Sementara 137 merupakan

pelanggaran administratif dan 7 (tujuh) lainnya termasuk pelanggaran pidana. Juga terdapat 3

(tiga) laporan yang masuk kategori pelanggaran kode etik.

Dicermati dari sisi klasifikasi pelanggaran, pada Pilkada DKI pada putaran pertama

didominasi dengan pelanggaran data pemilih sebanyak 64 kasus, pembertahuan kampanye

sebanyak 27 kasus, politik uang sebanyak 23 kasus, unsur SARA sabanyak 19 kasus, penggunaan

fasilitas negara sebanyak 14 kasus, penolakan kampanye dan pelibatan anak-anak masing-masing

sebanyak 12 kasus, netaralitas PNS, perusakan Alat Peraga Kampanye (APK), dan kode etik,

masing-masing 2 kasus.

Sedangkan pada Pilkada DKI Putaran Kedua, pelanggaran lebih banyak didominasi dengan

kasus politik uang (45 kasus), unsur SARA (18 kasus), data pemilih (13 kasus), pembertahuan

kampanye (13 kasus), kampanye di tempat ibadah dan kampanye di luar jadwal (masing-masing

5 kasus), kode etik (3 kasus), netralitas PNS 2 kasus, penggunaan fasilitas negara dan iklan

Page 170: SEJARAH DAN KIPRAH

kampanye (1 kasus), penolakan kampanye (1 kasus), pelibatan anak-anak, dan perusakan Alat

Peraga Kampanye (0 kasus).

Politik uang yang marak pada Pilkada DKI 2017 untuk mempengaruhi pemilih merupakan

tindakan dan perbuatan tercela dan dilarang dalam membangun demokrasi yang bermartabat,

politik uang sudah bergeser pada makna dana cash tetapi sudah bergeser pada bentuk materi lainya

seperti paket sembako murah yang berisi minyak goreng, gula pasir, tepung terigu, mie isntan, dan

kain sarung atau sajadah dan atau mukena. Dimana tujuan dari pemberian paket sembako tersebut

secara jelas untuk memberikan pengaruh spikologis kepada pemilih untuk memilih si pemberi, hal

inilah yang nyatakn sebagai hal yang dilarang karena setiap pasangan calon/tim

kampanye/simpatisan/relawan dilarang menjanjikan dan atau memberikan materi lainya untuk

tujuan mempengaruhi pemilih.

Sedangkan terkait dengan penanganan pelanggaran, terungkap bahwa dari 308 dugaan

pelanggaran yang masuk di Pilkada DKI Putaran I dan II, sebanyak 153 termasuk temuan.

Meskipun struktur lembaga Pengawas Pilkada DKI Jakarta terdiri dari Pengawas Tingkat Kota

dan Provinsi. Namun dari data tersebut menunjukkan, sebagian besar laporan pelanggaran masuk

dan diterima oleh Bawaslu Provinsi sebanyak 91 pelanggaran. Sementara Panwas Kota Jakarta

Pusat, Jakarta Selatan dan Kepulauan Seribu hanya menerima dan memeriksa 27 pelanggaran.

Tabel 10

Rekapitulasi Penanganan Pelanggaran Pilkada DKI 2017 Putaran I dan II

No. Pengawas

Pemilu

Laporan dan Temuan Hasil Penanganan/Rekomendasi

1 Prov DKI Laporan Temuan Jumlah Bukan

Pelaggaran

KPU Kepolisian Kode

Etik

Instansi

lain

2 Jakarta

Pusat

90 1 91 47 33 3 - 8

3 Jakarta

Timur

8 19 27 17 7 1 - 2

Page 171: SEJARAH DAN KIPRAH

4 Jakarta

Barat

19 29 48 21 25 2 - -

5 Jakarta

Utara

11 16 40 22 3 - 1 1

6 Kep

Seribu

7 33 48 13 24 - 1 2

7 Total 7 41 27 19 6 - 1 1

8 153 155 308 147 137 7 3 34

Sumber: Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta

Dari data diatas menyisakan beberapa indikasi, yakni: pertama tingkat pengenalan

kelembagaan Pengawas Pilkada melalui sosialisasi kepada masyarakat cukup minim sehingga

mungkin saja masyarakat pada umumnya belum mengenal Bawaslu Provinsi DKI Jakarta . Kedua,

adanya keharusan tahapan penyelesaian pelanggaran berjenjang secara buttom up yang dianggap

berliku dan menghabirkan waktu sehingga masyarakat lengsung melaporkan kepada Bawaslu

Provinsi DKI tanpa melalui Panwas Kota. Ketiga, faktor sumber daya manusia yang dimiliki

Panwas Kota yang belum maksimal dalam menyelesaikan pelanggaran secara efektif dan efisien.

Ada hal yang menarik dari data diatas terkait dengan penanganan politik uang yakni: pada

satu sisi laporan dugaan politik uang cukup banyak namun di sisi lain tindaklanjutnya masih masim

minim, dan akibatnya tidak masuk dalam kategori pelanggaran pidana Pemilu. Kenapa hal ini bisa

terjadi? Banyak faktor. Salah satu jawabannya, menurut anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Muhammad Jufri dalam tulisannya berjudul “Evaluasi Penegakan Hukum Pilkada DKI 2017”

karena tidak tegasnya rumusan tentang tindakan politik uang yang didefinisikan dalam Undang-

undang Nomor 10 tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil

Bupati, dan Walikota, Wakil Walikota.

Dengan ketidaktegasan rumusan tentang penindakan politik uang dalam pasal-pasal

Undang-undang Nomor 10 tahun 2016, memunculkan problematika yang cukup serius dan rumit

dalam penegakan hukum selama proses Pilkada DKI 2017. Memang agak ironi di tengah-tengah

banyaknya kasus politik uang yang ditemukan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan jajarannya

maupun laporan dari masyarakat namun tidak banyak yang dapat ditindaklanjuti kepada tahapan

Page 172: SEJARAH DAN KIPRAH

penyelidikan dan penyidikan hanya karena dugaan politik uang tersebut tidak memenuhi unsur

atau kriteria sebagaimana diatur dalam Undang undang No. 10 tahun 2016 Pasal 73 junto Pasal

135A dan 187A. Sehingga ke depannya hal ini perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan yang

mendasar untuk tegaknya keadilan Pilkada maupun Pemilu.

E. Penerimaan Bawaslu Award 2017

Usai Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2017, Bawaslu Republik

Indonesia melaksanakan ajang pemberian penghargaan kepada seluruh pengawas pemilu se

Indonesia dengan nama kegiatan Bawaslu Award yang dilaksanakan pada Tanggal 11 April 2017

bertempat di Balai Sarbini Jakarta, pemberian penghargaan dengan berbagai kategori. Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta telah menerima pengharagaan sebagai pemenang pada kategori Penyelesaian

Sengketa Terbaik dan Panwaslu Kota Administrasi Jakarta Barat mendapatkan Penghargaan

sebagai pemenang pada kategori Pengawasan Tahapan Terbaik. Penerimaan penghargaan ini

sebagai bukti bahwa Pengawas Pemilu se DKI Jakarta pada pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan

wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta telah melaksanakan tugas sebagai pengawas pemilu dengan

baik.

BAB V

PENGAWASAN PEMILU SERENTAK 2019

A. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta 2017- 2022

Dalam sejarahnya setiap kali penyelenggaran pemilu selalu saja mengalami pergantian

peraturan perundang-undangan hal ini bila dilihat dari sudut pandang positif mengarahka kepada

perbaikan system dan penyelenggaraan pemilu itu sendiri, namun demikian perlu dibuat sebuah

aturan perundangan-undangan yang memuat seluruh proses penyelenggaraan secara maksimal

efektif dan efesien, sehingga tidak melulu merubah ketentuan peraturan perundangan-undangan

disetiap kali pelaksanaan pemilu baik Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden serta

Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, serta pemilihan Umum Gubernur dan Wakil

Gubernur, serta pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota.

Page 173: SEJARAH DAN KIPRAH

Tentu hal ini juga sangat berdampak kepada sistem demokrasi kita secara keseluruhan,

pencarian format penyelenggaraan pemilu yang ideal memang sangatlah mutlak diperlukan, bisa

saja terjadi bahwa system penyelenggaraan pemilu yang dilakukan oleh banyak Negara belum

tentu cocok atau pas bila diterapkan di Indonesia, mengingat Indonesia sebuah negara besar

kepulauan dengan ragam persoalan yang berbeda-beda setiap wilayahnya, apalagi ide tentang

keserentakan penyelenggaraan pemilu yang akan atau bahkan sudah terselenggara di tahap

pertama, tentu menjadi catatan penting tersendiri sebagai bahan evaluasi menyeluruh dalam semua

proses penyelenggaran pemilu.

Tak terkecuali Badan Pengawas Pemilihan Umum atau Bawaslu, beserta dengan seluruh

jajaran di bawahnya, termasuk di Provinsi DKI Jakarta yang mana menjadi Ibukota sebuah Negara,

tidak mudah melakukan tugas-tugas demokrasi melalui lembaga pengawas pemilu, karena dituntut

bebagai macam kondisi dan situasi yang tidak mudah, semua mata focus untyk melihat Jakarta,

persoalannya adalah kemudian apakah Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mampu melaksanakan

amanah ini dengan sebaik-baiknya mengingat harapan masyarakat dan bahkan banyak orang

menginginkan Bawaslu khususnya Bawaslu Provinsi DKI Jakarta hadir untuk memsatikan

kepastian hukum dan penegakkan pemilu bisa benar-benar adil seadil-adilnya sehingga mampu

menjawab pertanyaan atau bahkan keraguan sebagain masyarakat yang bisa saja dan mungkin

apatis atas penyelenggaraan pemilu terutam aspek pengawasan pemilu.

Hal ini kemudian menjadi pekerjaan rumah bagi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, mengingat

keterbatasan personil yang dimiliki oleh Bawaslu DKI Jakarta dengan jajaran, walapun hal ini

bukanlah menjadi pembenaran ata alas an untuk tidak bekerja secara maksimal, perlu diketahui

atau bahkan sudah diuraikan di atas bahwa legitimasi Bawaslu DKI Jakarta dari aspek organisasi

sudah mendapatkan penguatan dengan tidak lagi bersifat addhoc atau sementara tetapi sudah

menjadi permanen selama 5 (lima) tahunan.

Sebagaimana sudah dijelaskan dan diuraikan di bab sebelumnya bahwa penguatan

kelembagaan bawaslu di tingkat provinsi di mulai sejak tahun 2012 dimana ketentuan perubahan

dari yang bersifat addhoc atau sementara berubah menjadi permanen selama 5 (lima) tahun hal ini

tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 Tentang

Penyelenggara Pemilihan Umum. Namun demikian jumlah keanggotaan dari Bawaslu RI dan

Provinsi sampai dengan jajaran di lapangan tidaklah sama untuk KPU RI beranggotakan 7 (Tujuh)

orang sedangkan Bawaslu RI beranggotakan 5 (Lima) orang, untuk KPU Provinsi beranggotan 5

Page 174: SEJARAH DAN KIPRAH

(lima) orang sedangkan Bawaslu Provinsi beranggotakan 3 (tiga) orang, untuk KPU

Kabupaten/Kota beanggotakan 5 (lima) orang dan bersifat permanen sedangkan untuk Panitia

Pengawas Pemilu beranggotakan 3 (tiga) orang dan masih bersifat addhocc (sementara), dan

seterusnya sampai dengan PPK (addhoc) 5 (lima) orang dan Panwascam (addhoc) 3 (tiga) orang,

PPS (addhoc) 3 orang dan PPL (addhoc) 1 (satu) orang.

Tentunya masa bakti setiap anggota Bawaslu Provinsi di mulai sejak Tahun 2012, termasuk

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada periode pertama yakni tahun 2012-2017, Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta berjumlah 3 (tiga) orang, dan sudah di uraikan di atas bahwa komposisi atau anggota

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta di Ketuai oleh Mimah Susanti (Divisi Pengawasan), Muhammad

Jufri (Divisi Penindakan dan Penanganan Pelanggaran) dan Achmad Fahruddin (Divisi SDM).

Selanjutnya estafet kepemimpinan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta masuk pada periode

kedua setelah menjadi permanen selama 5 (lima) tahun tentunya masa bakti 2017-2022, dimana

yang melanjutkan tampuk pimpinan di Ketuai oleh Muhammad Jufri yang juga pernah menjadi

anggota Bawaslu DKI Jakarta periode sebelumnya, selain menjadi Ketua beliau diamanahkan

sebagai Koordinator Divisi Pengawasan, dan ditambah oleh Puadi sebagai anggota yang

sebelumnya pernah menjadi Ketua Panitia Pengawas Pemilu Kota Jakarta Barat dan diberikan

tanggung jawab sebagai Koordinator Divisi Penindakan dan Penanganan Pelanggaran, dan satu

anggota lagi adalah Siti Khopipah sebagai anggota dan beliau diberikan tanggung jawab sebagai

Koordinator Divisi SDM.

B. Penambahan Komisoner Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Periode 2018-2023

Dalam periode kedua ada perubahan peraturan perundang-undangan sebagaimana telah

dijelasakan di atas bahwa dalam setiap pelaksanaan pemilu hampir dipastikan adanya perubahan

peraturan perundangan-undangan, yang semula menggunakan Undang-undang Nomor 15 Tahun

2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, kini untuk pelaksanaan Pemilu 2019,

menggunakan peraturan perundangan-undangan terbaru yakni Undang-Undang Nomor 7 Tahun

2017 Tentang Pemilihan Umum, dalam undang-undang terbaru ini hal yang paling subtansi adalah

di padukannya atau disatukannya 3 (tiga) jenis undang-undang yakni undang-undang tentang

penyelenggaraan pemilihan umum anggota DPR, DPD dan DPRD, undang-undang tentang

penyelenggara pemilahan umum dan undang-undang tentang Pemilihan Presiden dan Wakil

Page 175: SEJARAH DAN KIPRAH

Presiden, karenanya dari sisi kelembagaan dan jumlah anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

berubah menjadi 7 (tujuh) yang sebelumnya hanya 3 (tiga) orang, serta berubahnya Panitia

Pengawas Pemilu (Panwaslu) tingkat Kabupaten/Kota menjadi Bawaslu Kabupaten/Kota serta

kewenangan-kewenangan lainnya, seiring perubahan tersebut maka di tambahlah 4 (empat) orang

anggota serta perubahan tanggung jawab dalam hal pembagian Divisi namun untuk Ketua tetap di

Ketuai oleh Muhammad Jufri, adapun keempat anggota tambahan tersebut yang merupakan hasil

seleksi adalah: Mahyudin yang berprofesi sebagai Dosen dan Advokat yang diberikan amanah

sebagai Koordinator Divisi Penyelesaian Sengketa, lalu anggota berikutnya adalah Sitti Rakhman

yang sebelumnya pernah menjadi anggota KPU Kota Jakarta Timur dan Tenaga Ahli DPR RI

Komisi II diberikan amanah sebagai Koordinator Divisi SDM, lalu Irwan Supriyadi Rambe yang

sebelumnya pernah menjadi wartawan dan pemerhati pemilu diberikan amanah sebagai

Koordinator Divisi Organisasi, dan anggota terakhir adalah Burhanudin yang sebelumnya pernah

menjadi Ketua Panwaslu Kota Jakarta Pusat dan Tim Asistensi Bawaslu DKI Jakarta diamanahkan

dan bertanggung jawab sebagai Koordinator Divisi Pengawasan, perubahan ini juga berdampak

pada Koordinator Divisi sebelumnya yakni untuk Muhammad Jufri selain sebagai Ketua pada

perubahan ini beliau diamanah dan bertanggung jawab sebagai Koordinator Divisi Hukum dan

Data dan Informasi, sedangkan Siti Khopipah merubah tanggung jawab menjadi Koordinator

Divisi Humas dan Hubal namun untuk Puadi tetap diamanahkan sebagai Koordinator Divisi

Penanganan Pelanggaran.

C. Pembentukan Bawaslu Kabupaten Kota

Pada pelaksanaan Pemilu 2019, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta membetuk Bawaslu

Kabupaten kota sebagaimana diamanatkan dalan undang-undang No. 7 tahun 2017 tentang pemilu

anggota DPR, DPD, DPRD dan Presiden dan wakil Presiden. Pembetukan Bawaslu kabupaten

kota diawali dengan pembentukan Panitia Seleksi, kemudian Panitia Seleksi mejaring beberapa

calon anggota Bawaslu Kabupten Kota, baik dari anggota Panwaslu (Eksisting) maupun dari

kalangan masyarakat umum, dari hasil penjaringan yang dilakukan oleh Panitia seleksi kemudian

diserahkan ke Bawaslu Provinsi DKI Jakarta untuk dilakukan fit and proper test, dengan jumlah

masing-masing wilayah 10 orang kecuali Kabupaten Kepulauan Seribu 6 orang.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan fit and proper test dan dilanjutkan rapat pleno

oleh ketua dan anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta untuk mengurutkan berdasarkan nilai

Page 176: SEJARAH DAN KIPRAH

dengan urutan 1 (satu) sampai 10 (sepuluh) masing masing wilayah dan 1 (satu) sampai 6 (enam)

untuk kabupaten Kepulauan Seribu. kemudian nama nama tersebut diserahkan ke Bawaslu

Republik Indonesia untuk kembali dirapat plenokan untuk mendapatkan 5 (lima) besar di masing

masing wilayah dan 3 (tiga) besar untuk Kabupaten Kepulauan Seribu.

Anggota Bawaslu Kabupaten Kota se DKI Jakarta yang terpilih akan mengikuti pelantikan

anggota Bawaslu Kabupten Kota bersama dengan calon anggota Bawaslu Kabupten Kota lainnya

yang dilakukan secarah serentak seluruh Indonesia pada tanggal 15 Agustus 2018 yang

dilaksanakan di Hotel Bidakara Jakarta. Setelah anggota Bawaslu Kabupaten Kota dilantik,

kemudian melakukan rapat pleno untuk menentukan ketua dan juga Koordinator Divisi untuk

memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai pengawas pemilu.

Dan adapun nama nama anggota Bawaslu Kabupaten kota yang ditetapkan adalah sebagai

berikut :

NO NAMA L/P

TEMPAT/

TANGGAL

LAHIR

PENDIDIKA

N

TERAKHIR

JABATAN

(TUGAS DAN

FUNGSI)

BAWASLU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT

1 M. Halman

Muhdar L

Bajo/

04/07/1984

S2

Ketua dan Kordiv.

Penindakan

Pelanggaran

2

Roy Sofia Fatra

Sinaga L

Jakarta/

08/05/1980

S1

Kordiv. Organisasi

Dan Sumber Daya

Manusia

3 Cecep A. Rukman L Jakarta/

08/05/1976

S1

Kordiv. Pengawasan

Dan Hubungan

Antar Lembaga

4 Budi Pulungan L S1 Kordiv. Hukum

Data dan Informasi

5 Jomson Saut

Martinus Samosir L

Pematangsian

tar/

21/08/1984

S1

Kordiv.

Penyelesaian

Sengketa

BAWASLU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

Page 177: SEJARAH DAN KIPRAH

6 Oding Junaidi SH L Jakarta, 29

Juni 1971

S1

Ketua dan Kordiv

Penyelesain

Sengketa

7 Ahmad Zubadilah

Spdi.MM L

Jakarta, 11

Desember

1978

S2

Kordiv. Pengawasan

Dan Hubungan

Antar Lembaga

8 Abdul Roup S.Pd L Jakarta, 11

April 1971

S1

Kordiv. Penindakan

Pelanggaran

9 Syukur Yakub L Jakarta, S2 Kordiv. Hukum

Data dan Informasi

10 Fitriani M.Pd P Jakarta, 24

Agustus 1987 S2

Kordiv. Organisasi

Dan Sumber Daya

Manusia

BAWASLU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

11 Muchtar Taufiq L Sukabumi/11

-09-1982

S1

Ketua dan Kordiv.

Pengawasan Dan

Hubungan Antar

Lembaga

12 Hj. Siti Aminah P Jakarta/11-

11-1966

S1

Kordiv. Organisasi

Dan Sumber Daya

Manusia

13 Ardhana Ulfa

Aziz P

Ujung

Pandang/05-

09-1975

S2 Kordiv. Hukum

Data dan Informasi

14 Abdul Salam L Jakarta/11-

10-1971

S1

Kordiv. Penindakan

Pelanggaran

15 Munandar

Nugraha L

Jakarta/28-

06-1983

S2

Kordiv.

Penyelesaian

Sengketa

BAWASLU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

16 Sakhroji L Brebes, 18-

04-1974 S2

Ketua dan Kordiv.

Penindakan

Pelanggaran

17 Marhadi L Jakarta, 16-

05-1975 S2

Kordiv. Pengawasan

Dan Hubungan

Antar Lembaga

18 Tami Widi Astuti P Semarang,

18-06-1975 S1

Kordiv. Organisasi

Dan Sumber Daya

Manusia

Page 178: SEJARAH DAN KIPRAH

19 Ahmad Syarifudin

Fajar L

Jakarta, 07-

04-1982 S1

Kordiv. Hukum

Data dan Informasi

20 Prayogo Bekti

Utomo L

Semarang,

10-11-1971 S1

Kordiv.

Penyelesaian

Sengketa

BAWASLU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA

21 Mochamad

Dimiyati S. Pd. L

Jakarta 29-

03-1975 S1

Ketua dan Kordiv.

Pengawasan Dan

Hubungan Antar

Lembaga

22 Agustinus Benny

Sabdo S.H, M.H L

Ngawi 17-09-

1984 S2

Kordiv. Penindakan

Pelanggaran

23 Sali Imaduddin,

S.T L

Kuningan 08-

04-1984 S1

Kordiv.

Penyelesaian

Sengketa

24 Rini Rianti

Andriani, S.Sos. P

Jakarta 12-

03-1970

S.1

Kordiv. Hukum

Data dan Informasi

25 Nur Hamidah, S.

Sos P

Jakarta 16-

11-1987

S.1

Kordiv. Organisasi

Dan Sumber Daya

Manusia

BAWASLU KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU

26 Syaripudin L Jakarta, 21

April 1972 S1

Ketua /Koordiv

Hukum &

Penanganan

Pelanggaran

27 Ahmad Fiqri L Jakarta, 11

Oktober 1975

S1

Anggota / Koordiv

Sdm & Organisasi

28 Ulil Amri L

Jakarta, 25

November

1977

S1

Anggota /

Pengawasan Dan

Humas & Hubal

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan Bawaslu Kabupten Kota dalam melaksanakan tugas

dan fungsi sebagai pengawaslu pemilu, akan difasilitasi oleh sekretariat. Adapun nama nama

kepala sekretariat adalah sebagai berikut ;

Page 179: SEJARAH DAN KIPRAH

NO NAMA L/P

TEMPAT/

TANGGAL

LAHIR

PENDIDIKAN

TERAKHIR

JABATAN

(TUGAS DAN

FUNGSI)

SEKRETARIAT BAWASLU PROVINSI DKI JAKARTA

1 Maskur L Jakarta, 27

Oktober 1963 S2

Kepala

Sekretariat

2 Satria Dayan

Kerti L

Pekanbaru, 8

Agustus 1967 S2 Kasubbag TP3

3 Dwi Hening

Wardani P

Sukoharjo,

19 Maret

1967

S1 Kasubbag HPP

4 Haris Dharma

Persada L

Padang, 20

Januari 1984 S1

Kasubbag

Administrasi

NO NAMA L/P

TEMPAT/

TANGGAL

LAHIR

PENDIDIKAN

TERAKHIR

JABATAN

(TUGAS DAN

FUNGSI)

SEKRETARIAT BAWASLU KABUPATEN KOTA

1 Sukarjo, S.Sos,

MM.Pem L

Purworejo/

20/05/1963

S1

Koordinator Sekretariat

Bawaslu Jakarta Pusat

2 Kamso SE,MA L Klaten, 6

Maret 1963 S2

Koordinator Sekretariat

Jakarta Barat

3 Afifuddin L Aceh/ 26-07-

1971 S2

Koordinator Sekretariat

Jakarta Selatan

Page 180: SEJARAH DAN KIPRAH

4 Herawati P Temanggung,

09 Juli 1963 S2

Koodinator Sekretariat

Jakarta Utara

5 M. Sahri L Jakarta, 06

Agustus 1965

S1

Koordinator Sekretariat

Kepulauan Seribu

6 Haris Dharma

Persada L

Padang, 20

Januari 1984 S1

Plt Koordinator

Sekretariat Jakarta Timur

D. Kiprah Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Pada Pemilu Serentak 2019

Pemilihan umum tahun 2019 merupakan pemilu serentak pertama yang diselenggarakan

dalam tataran demokrasi di Indonesia dengan menggabungkan Pemilihan Umum Calon Anggota

DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, sesuai dengan amanat

Mahkamah Konstitusi dalam putusan nomor: 14/PUU-XI/2013 yang menyatakan bahwa Pemilu

Presiden Dan Wakil Presiden Dan Pemilu Legislatif mulai tahun 2019 dan seterusnya haruslah

dilaksanakan secara serentak.

Penetapan daftar pemilih merupakan salah satu unsur yang menentukan suksesnya pemilu

tahun 2019. Pengawasan penyusunan dan penetapan daftar pemilih menjadi penting karena

menjadi dasar melindungi hak pilih. Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih

dimulai dengan mensingkronisasikan data kependudukan Warga Negara Indonesia dari

Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) kemudian disandingkan dengan data Daftar Pemilih

Tetap (DPT) pada Pemilu terakhir.

Tahapan selanjutnya yang menjadi fokus pengawasan yang dilakukan oleh Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta adalah tahapan verifikasi partai politik tingkat Provinsi DKI Jakarta. Pada

tahapan ini, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan pengawasan melekat terhadap verifikasi

partai politik di wilayah Provinsi DKI Jakarta dengan mendatangi langsung Kantor Partai Politik

Tingkat Provinsi DKI Jakarta bersama dengan KPU DKI Jakarta.

Pada saat tahapan pencalonan, anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta dan anggota DPRD DKI

Jakarta, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta juga melakukan pengawasan melekat di Kantor KPU DKI

Jakarta untuk memastikan bahwa pencalonan anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta dan DPRD DKI

Jakarta sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan.

Page 181: SEJARAH DAN KIPRAH

Selain tahapan pencalonan yang merupakan tahapan penting untuk diawasi dalam proses

pemilu tahun 2019. Tahapan kampanye juga merupakan bagian penting yang perlu diawasi dalam

penyelenggaraan pemilu 2019, sebagaimana kita pahami bahwa kampanye Pemilu merupakan

bagian dari pendidikan politik masyarakat untuk menyampaikan visi, misi dan program peserta

pemilu agar masyarakat dapat memilih sesuai dengan hati nuraninya dan memastikan dalam proses

kampanye tersebut tidak ada dugaan pelanggaran pemilu yang terjadi.

Tahapan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan dan penghitungan

suara juga merupakan hal penting yang harus diawasi oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan

jajarannya, sehingga dalam pemilu 2019, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan pengawasan

secara melekat mulai dari pencetakan, pendistribusian, pensortiran sampai dengan pemeliharaan

perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara di wilayah DKI Jakarta.

Tahapan yang menjadi perhatian khusus dan diawasi oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

adalah tahapan Dana Kampanye, untuk memastikan para peserta pemilu yakni calon Anggota DPD

RI Dapil DKI Jakarta dan seluruh partai politik tingkat DKI Jakarta melaporkan Laporan Awal

Dana Kampanye (LADK), Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK) dan

Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) secara benar, tetap waktu sesuai

dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan tahapan selanjutnya yang diawasi oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta yakni

Pengawasan Pemungutan, Penghitungan dan Rekapitulasi Suara, dalam proses pemungutan dan

penghitungan suara, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan jajarannya melakukan pengawasan secara

melekat untuk memastikan proses ini dijalankan dengan baik dan sesuai dengan prosedur dan

peraturan perundang-undangan.

Beberapa hal yang menjadi fokus pengawasan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta selain

pengawasan tahapan yakni pengawasan terkait dengan politik uang, politisasi SARA dan pelibatan

Aparatur Sipil Negara dalam pelaksanaan kampanye Pemilu 2019.

E. Hubungan Masyarakat Dan Hubungan Antar Lembaga Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta; Peran dan kiprahnya untuk Pemilu yang Berintegritas1

Bagi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017 – 2022 & 2018 -2023 merupakan periode

kedua dipermanenkannya Bawaslu di tingkat provinsi. Pada periode kedua ini, terdapat 7 orang

1 Beberapa bagian dari tulisan ini telah dimuat di Jurnal Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Edisi bulan September 2019

Page 182: SEJARAH DAN KIPRAH

anggota yang direkrut dengan dasar hukum berbeda, yang pertama adalah berdasar pada Undang-

Undang No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum yang kemudian pada

Oktober tahun 2017 melahirkan 3 orang anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta. Tidak lama

kemudian seiring dengan diundangkannya Undang -Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan

Umum yang merupakan kodifikasi dari 3 Undang Undang (UU No. 42 Tahun 2008, UU No. 15

Tahun 2011 dan UU No. 8 Tahun 2012), yang dalam pasal 92 ayat 2 dinyatakan bahwa jumlah

anggota untuk Bawaslu provinsi adalah sebanyak 5 (lima) atau 7 (tujuh) orang, maka kemudian

dilakukan rekrutmen dan dilantiklah 4 orang lagi pada bulan Juli 2018 sehingga total jumlah

anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018 adalah 7 orang. Penambahan jumlah

anggota ini juga kemudian berpengaruh pada jumlah divisi yang menjadi support systems bagi

lembaga dalam memaksimalkan tugas dan kewenangan dalam melakukan pengawasan

penyenggaraan Pemilu.

Integritas penyelenggara dan proses penyelenggaraan Pemilu adalah prasyarat penting

dalam Pemilu, agar hasil dari pelaksanaan pemilu mendapat legitimasi secara konstitusional dari

seluruh rakyat. Dalam hal ini, adanya ruang untuk melakukan pengawasan pemilu bagi seluruh

masyarakat yang telah memenuhi syarat, menjadi penting. Pengawasan Pemilu perlu dilakukan

untuk menjamin terbangunnya sistem politik yang demokratis. Pengawas Pemilu diyakini

memiliki kontribusi besar dan nyata bagi pembangunan integitas penyelenggaraan Pemilu

diberbagai negara termasuk di Indonesia. Idealnya, kualitas penyelenggaraan Pemilu akan menjadi

semakin baik saat tingkat partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasan juga semakin

meningkat. Sebuah pekerjaan rumah bagi Pengawas Pemilu untuk bisa mewujudkan harapan

tersebut. Bagi Bawaslu, partisipasi masyarakat disini dititikberatkan pada upaya-upaya bersama

yang bisa masyarakat lakukan untuk turut serta dalam mengawasi tahapan penyelenggaran Pemilu,

baik secara mandiri maupun bekerjasama dengan Pengawas Pemilu. Pengawasan Pemilu

partisipatif ini merupakan salah satu implementasi dari tugas Pengawas Pemilu dalam melakukan

pencegahan pelanggaran Pemilu dan Sengketa proses Pemilu, pun sebagai sebuah wadah

kolaborasi para pihak dalam melakukan pencegahan dan pengawasan partisipatif yang bertujuan

untuk mewujudkan Pemilu yang berintegritas, mencegah terjadinya konflik (khususnya konflik

horizontal yang terjadi dimasyarakat), mendorong partisipasi public, dan membangun karakter dan

kesadaran politik masyarakat . Sebagai Lembaga Negara, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melalui

divisi Hubungan Masyarakat dan antar Lembaga tentu saja menyadari peran strategis dan tujuan

Page 183: SEJARAH DAN KIPRAH

dari kehumasan dan hubungan antar lembaga tersebut. Selain untuk mewujudkan amanah Undang

Undang Pemilu untuk mewujudkan pemilu yang adil dan berintegritas melalui upaya- upaya

pencegahan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu, tapi juga

meningkatkan citra positif Lembaga serta untuk optimalisasi jaringan komunikasi dan informasi

untuk mensinergikan opini public, membentuk opini public, pemenuhan hak tahu public, dan

mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam perumusan kebijakan public. Sebagaimana disebutkan

dalam beberapa literatur, Public relations atau seringkali diterjemahkan dengan hubungan

masyarakat memiliki beberapa definisi yang pada intinya mempunyai substansi yang sama yaitu

membangun sebuah hubungan yang saling menguntungkan antara sebuah organisasi dengan

masyarakat. Dalam beberapa definisi disebutkan bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen

yang mengidentifikasikan, menetapkan dan memelihara hubungan saling menguntungkan antara

organisasi dan segala lapisan masyarakat yang bertujuan membantu sebuah organisasi dan

masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dan bekerja sama2, atau sebagaimana disampaikan

oleh PRSA (Public Relations Society of America) pada tahun 2012 bahwa “ Public Relation is a

strategic communication process that builds mutually beneficial relationships between

organizations and their publics”, sebuah fungsi manajemen yang secara klasik focus pada pola-

pola interaksi jangka panjang antara organisasi dan publik yang diharapkan outputnya adalah

saling memahami, adanya kehendak baik dari masing-masing pihak dan tentu saja dukungan.3

Tentu saja dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi lembaga ini, Bawaslu provinsi DKI Jakarta

tidak bisa sendirian. Untuk memaksimalkan hasil yang diharapkan, perlu ada kerjasama dengan

berbagai pihak. Kerjasama dengan mitra kerja menjadi urgen dengan pertimbangan antara lain

didasari oleh adanya keterbatasan kewenangan dan sumber daya yang terbatas dengan dinamika

penyelenggaraan tahapan Pemilu yang memiliki potensi permasalahan dan potensi pelanggaran

dengan model dan modus yang terus “berinovasi” dari pemilu satu ke pemilu berikutnya pada

setiap tahapannya, ditambah dengan keserentakannya di tahun 2019 ini, tentu merupakan

tantangan tersendiri dalam melakukan pengawasan yang maksimal. Dalam konteks regulasipun,

Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum mengamanahkan agar Pengawas

2 Kadar Nurjaman, S.E., M.M., & Khaerul Umam, S.IP., M.Ag., M.Si, Komunikasi & Public Relation, 2012, Bandung: CV Pustaka Setia hal. 103 – 104. 3 Smith, Ronald. D., Strategic Planning for Public Relations, 4th edition, 2013, UK: Routledge, page 3 - 6

Page 184: SEJARAH DAN KIPRAH

Pemilu melakukan pencegahan berupa tindakan, langkah-langkah & upaya optimal mencegah

secara dini terhadap potensi pelanggaran.

Beberapa langkah strategis yang dilakukan Bawslu Provinsi DKI Jakarta antara lain adalah

dengan menyediakan media komunikasi, informasi dan edukasi, menjalin hubungan antar lembaga

dengan mitra kerja, serta melakukan kegiatan-kegiatan sosialisasi pengawasan partisipatif kepada

seluruh lapisan masyarakat dengan harapan semakin banyak masyarakat yang terpapar, akan

semakin besar kepedulian masyarakat untuk turut serta melakukan pengawasan Pemilu di

komunitasnya masing masing.

E.1. Media Komunikasi, Informasi Dan Edukasi

Untuk penyediaan media informasi bagi masyarakat, Bawaslu Provinsi DKI telah

menyediakan media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) berupa flyer, leaflet, spanduk,

brosur, banner, stiker, dan jurnal yang diterbitkan secara berkala setiap tiga bulan sekali sejak

tahun 2018 hingga tahun 2019 ini. Setiap terbit, jurnal tersebut dibagikan kepada para mitra kerja

dan sebagian sudah bisa dibaca di website Bawaslu DKI Jakarta dalam bentuk e-jurnal, sedangkan

media KIE lainnya menjadi salah satu materi yang disampaikan pada saat melakukan sosialisasi

pengawasan partisipatif kepada masyarakat. Pada tahun 2019 ini, media KIE tersebut, khususnya

untuk stiker difokuskan pada tiga tema yaitu tolak politik uang, stop hoaks dan politisasi SARA.

Selain media KIE tersebut, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta juga membuat dan mengelola media

mainstream sebagai perwujudan pemenuhan hak tahu public dan juga jembatan informasi antara

Bawaslu dengan masyarakat. Media mainstream ini juga menjadi semacam rumah bagi lembaga

untuk mensosialisasikan kerja-kerja lembaga dan penyebarluasan informasi-informasi public

lainnya yang penting untuk diketahui oleh masyarakat. (lihat table di bawah)

Page 185: SEJARAH DAN KIPRAH

JENIS MEDIA AKUN MEDIA

http://Jakarta.bawaslu.go.id/

@bawasludkijakarta

@bawasludkijakarta

Bawaslu DKI Jakarta

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

Pengelolaan media ini menjadi tantangan tersendiri bagi Bawaslu DKI Jakarta. Sebagai

contoh, karena ada peralihan pengelola website, sehingga diputuskan untuk membangun website

yang baru pada bulan Agustus 2019 sekaligus terintegrasi dengan website Bawaslu RI. Tantangan

selanjutnya adalah bagaimana kemudian membuat konten dan menjaga agar supply informasi

tersebut bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah dengan

menginstruksikan Bawaslu Kabupaten/Kota se DKI Jakarta untuk mengaktifkan media-media

tersebut di masing-masing wilayah.

Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pengelolaan media dan PPID, ditemukan

beberapa kendala yang dihadapi oleh staff pengelola media, diantaranya yaitu masih sedikit yang

mempunyai kemampuan menulis, baru kegiatan internal dan hari hari besar, tidak tersedia sarana

editing video, pengunjung sedikit karena berita sudah terlebih dahulu tayang di media mainstream

yang lebih besarBerdasarkan hal tersebut di atas, dilaksanakanlah kegiatan peningkatan kapasitas

pengelolaan media, penulisan berita dan cara membuat konten. Pelatihan-pelatihan yang diikuti

oleh staff Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan menjadi salah satu factor pemicu

keberhasilan pengelolaan media tersebut.

Berikut ini adalah tabel-tabel terkait informasi ketersediaan dan pengelolaan media di

Bawaslu DKI Jakarta dan Kabupaten/Kota per 31 Oktober 2019.

Page 186: SEJARAH DAN KIPRAH

Tabel : Pengelolaan Pengelolaan Media Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

(Website & Medsos)

Tabel : Ketersediaan media Informasi di BAWASLU Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta

Tabel : Pengelolaan Media Bawaslu Kabupaten/Kota Se- Provinsi Dki Jakarta (Website &

Medsos)

JAKSEL KEP. SERIBU JAKBAR JAKTIM JAKUT JAKPUS

Berita

Kegiatan

Internal

-- 126

22 Berita

36

33 15

Page 187: SEJARAH DAN KIPRAH

Foto/video

yang diupload

di Instagram

Foto: 93

Video: 10

2.167 108 foto dan 2

video

73 Post 172 83 FOTO, 3

VIDEO

Video yang

diupload di

Youtube

2 Video 17

4 video

10 - 0

Tweet/caption

yang diupload

di twitter

146 Tweets Tidak ada

118 tweets

38 45 90

Pengunjung

Website

--- 126 981 Views

310 Visitors

1767 351 226

Follower di

Instagram

630 Followers 2.167 134 followers

442 821 522

Follower di

Facebook

560 Followers 17 664 friends

704 15 441

Follower di

Twitter

35 Followers Tidak ada 18 followers

43 12 30

Subscriber di

Youtube

13

Subscribers

126 5 subscribers

4 - 0

Sedangkan jumlah berita mengenai Bawaslu DKI Jakarta pada tahun 2018 pada media luar, dapat

dilihat pada tabel berikut:

Page 188: SEJARAH DAN KIPRAH

Selain website, Instagram, twitter, youtube dan fanfage facebook, pada bulan April 2019,

Bawaslu Provinsi juga membuka Whatsapp dan sms center khusus pada hari H Pemilu 2019 yang

diharapkan mempermudah masyarakat dalam berpartisipasi melakukan pengawasan tahapan

penyelenggaraan khususnya pada hari H. Untuk tahun ini, media center tersebut baru dikhususkan

pada hari H yaitu tahapan Pemungutan Suara ditanggal 17 April 2019 dengan menggunakan nomor

+6282114340643. Berikut adalah rekapitulasi jumlah pengirim, asal daerah dan jenis informasi

yang disampaikan melalui media center tersebut;

138; 72%

53; 28%

Jumlah Berita tentang Bawaslu DKI di tahun 2018

Media Online

Media Cetak

20; 13%

136; 87%

Jumlah Pemberi Informasi Pada Hari H

sms wa

48; 35%

50; 37%

38; 28%

ASAL DAERAH

DKI JAKARTA

LUAR DKI JAKARTA

TIDAK MENYEBUTKAN ASAL DAERAH

Page 189: SEJARAH DAN KIPRAH

Dari hasil analisa sms dan WA center, ada beberapa hal menarik yang menjadi catatan bagi

penyelenggara Pemilu, diantaranya yaitu: pertama terkait media yang paling banyak digunakan,

58

2

16

10

2

1

3

44

0 10 20 30 40 50 60 70

Penggunaan EKTP dan A5

Politik Uang

Kehabisan Surat Suara

Petugas KPPS tidak professional

Dihalangi menggunakan Hak Pilih

Ada Petugas KPPS yang menyuruh Pemilih untukmenandatangani Surat Suara yang sudah di coblos

Tidak mendapat C6

Lain-Lain

Jenis dan Jumlah Informasi melalui SMS

1

15

2

1

1

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Kekurangan Surat Suara

Perihal Penggunaan E-KTP dan A5

Pemilih DPK tidak boleh memilih pada saat di TPS

Petugas KPPS tidak Professional

Lain lain

JENIS DAN JUMLAH INFORMASI MELALUI SMS

JENIS DAN JUMLAH INFORMASI MELALUI SMS

Page 190: SEJARAH DAN KIPRAH

jumlah laporan yang masuk melalui WA lebih banyak dibanding melalui sms, yaitu sejumlah

87%. Kedua pelapor didominasi dari luar Jakarta yaitu sejumlah 37%, ketiga informasi terbanyak

yang disampaikan melalui WA terkait penggunaan e-KTP dan A5. Ketiga hal tersebut setidaknya

merefleksikan fakta lapangan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak tahu jika kewenangan

Bawaslu Provinsi dalam menangani laporan dibatasi oleh wilayah tempat peristiwa terjadi. Jika

peristiwanya terjadi di luar DKI Jakarta, tentu saja sudah diluar kewenangan Bawaslu DKI Jakarta,

juga fakta banyak masyarakat yang belum memahami peraturan penggunaan E-KTP dan A5 untuk

memilih atau pemilih pindahan. Dua hal ini dapat dijadikan masukan terkait materi-materi yang

perlu menjadi titik tekan yang perlu disosialisasikan pada masyarakat pada pemilu ataupun pilkada

berikutnya.

E.2. Hubungan Antar Lembaga dan Sosialisasi Pengawasan Pemilu Partisipatif

Badan Pengawas Pemilu Provinsi, sebagai Lembaga yang mengawasi proses

penyelenggaraan Pemilu di tingkat provinsi, diberi mandat untuk melakukan upaya upaya

pencegahan, salah satunya dengan merujuk pada program yang telah dicanangkan oleh Bawaslu

RI yang memungkinkan dilaksanakan di tingkat provinsi. Dalam melaksanakan tugas-tugas

pencegahan dan peningkatan pengawasan Pemilu partisipatif, tentu saja perlu banyak pihak yang

dilibatkan dari berbagai unsur. Mulai dari pemerintah daerah, KPUD, KPID, KIP daerah,

organisasi masyarakat, Perguruan Tinggi, BEM, dan komunitas-komunitas lainnya yang

mempunyai peran dan pengaruh yang strategis dilingkungannya berada. Hubungan kerjasama ini

menjadi sangan urgen dengan beberapa pertimbangan. Sebagai contoh untuk pengawasan iklan

kampanye di media massa cetak dan elektronik, Bawaslu menggandeng KPID Jakarta, dan KPUD

DKI Jakarta yang dipersatukan dalam Gugus Tugas sebagai sebuah strategi kelembagaan yang

penting untuk tetap dilaksanakan di masa masa yang mendatang dalam melakukan pengawasan

iklan kampanye pemilu di media massa cetak dan elektronik karena kewenangan masing masing

lembaga dalam gugus tugas ini bisa saling melengkapi dalam menegakan peraturan dengan obyek

yang berbeda sesuai kewenangannya masing-masing. Berikut ini adalah tabel data jumlah dan

unsur masyarakat yang dilibatkan dalam peningkatan pengawasan Pemilu partisipatif, baik sebagai

peserta maupun narasumber.

Page 191: SEJARAH DAN KIPRAH

UNSUR JUMLAH

Perguruan Tinggi 28

Bem 10

Organisasi Masyarakat 21

Pegiat Pemilu/Ngo 23

Media 13

Pemerintah Daerah 5

Komisi/Lembaga Negara 3

Organisasi Mahasiswa

8

Tabel : Lembaga Mitra yang melakukan MoU dengan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dalam upaya

peningkatan pengawasan Pemilu partisipatif

NO. LEMBAGA

MITRA

MOU KETERANGAN/TUJUAN

1. SM PROJECT Nomor:

391/KJK/PM.00.00/X/2018

Nomor: SM/kjsm1/2018

Membangun kemitraaan

strategis antara Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta dengan

berbagai pihak yang

berkomitmen mewujudkan

pemilu yang berintegritas dan

bermartabat. Bentuk kegiatan

nya sosialisasi di 13 titik Car

free Day menggunakan roda tiga

selama bulan Desember 2019

2. IGI PROVINSI

DKI JAKARTA

Nomor:

003/IGI.DKI.01/I/2019

Nomor:

007/KJK.HM.02.04/I/2019

Meningkatkan kemitraan dan

partisipasi aktif antara Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta dengan

guru serta siswa/i sebagai

perwujudan rasa tanggung

jawab Bersama dalam upaya

mewujudkan penyelenggaraan

Page 192: SEJARAH DAN KIPRAH

pemilu 2019 yang berkualitas ,

partisipatif dan akuntabel.

Bentuk kegiatannya sosialisasi

pengawasan partisipatif bagi

pemilih pemula di sekolah

3. UNIVERSITAS

IBNNU

CHALDUN

NOMOR:

070/K.JK/HM.02.04/IV/2019

NOMOR: 450/031-

UIC.JKT/RI/TU/IV/2019

Membangun kemitraaan antara

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

dengan jajaran perguruan tinggi

sebagai perwujudan rasa

tanggung jawab Bersama dalam

upaya mewujudkan

penyelenggaraan pemilu 2019

yang berkualitas , partisipatif

dan akuntabel. Bentuk

kegiatannya sosialisasi

pengawasan partisipatif bagi

pemilih di Kampus

4. BAWASLU

PROVINSI DKI

JAKARTA, KPID

DKI JAKARTA,

KPUD DKI

JAKARTA

Keputusan Bersama Gugus

Tugas

Keputusan Bersama dalam

mengawasi iklan kampanye di

Media sesuai dengan

kewenangan masing masing

Lembaga

Tabel Perkiraan Jumlah Masyarakat Yang Terpapar Informasi Dalam Sosialisasi Pengawasan

Partisipatif Melalui Hubungan Kelembagaan.

NO. KEGIATAN JUMLAH PESERTA

1. Peningkatan Pemahaman Uu Politik (Kesbangpol) 4420

2. Sosialisasi Penayangan Iklan Kampanye Pemilu 2019

(KPID/Gugus Tugas)

68

3. Sosialisasi Penayangan Iklan Kampanye Pemilu 2019

(KPID/Gugus Tugas)

44

4. Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi UNJ 150

5. Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi

Universitas Bakrie

100

Page 193: SEJARAH DAN KIPRAH

6 Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi

Universitas Jayabaya

50

7 PGI (8 Gereja) 400

8 Man 7 Jakarta Selatan (IGI DKI Jakarta) 100

Total 5332

Bawaslu RI sendiri telah mencanangkan beberapa program pengawasan partisipatif yang

disebut dengan pusat pengawasan partisipatif, bertujuan sebagai wadah kolaborasi antara

masyarakat dengan Pengawas Pemilu dalam mewujudkan Pemilu yang berintegritas dan

berkedaulatan. Pusat Pengawas Partisipatif tersebut dituangkan dalam program sebagaimana

terlihat pada tabel berikut4:

4 Bawaslu RI, Panduan Pusat Pengawasan Partisipatif, Jakarta 2017

Page 194: SEJARAH DAN KIPRAH

PROGRA

M

TUJUAN

DESAIN

MATERI METODE AKTIFITAS KELOMPOK

SASARAN

Pengawas

an

Berbasis

Aplikasi/T

I

(GOWAS

LU)

Mempermudah

informasi awal

dugaan

pelanggaran

Pemilu dari

masyarakat

kepada

Pengawas

Pemilu

Aplikasi

berbasis

android dengan

menyediakan

form laporan

1. Sosialisasi

2. Pelatihan

Penggunaan

untuk

Pengawas

Pemilu

3. Uji coba

4. Penerimaan

laporan

5. Tindak lanjut

laporan

6. Publikasi

1. Pemantau

Pemilu/

aktivis

2. Mahasiswa/

Kampus

Tahapan yang

diawasi

1. Data Pemilih

2. Kampanye

3. Masa Tenang

4. Politik Uang

5. Hari

Pemungutan

Suara

Pojok

Pengawas

an

1. Sarana

penyediaan

informasi

tentang

pengawasan

pemilu

2. Menge

mbang

pengetahuan

pengawasan

Pemilu

3. Mening

katkan

Informasi

public

Tempat (rak

buku, meja,

computer, e

library)

Penyediaan

sumber

informasi

kepnegawasan

pemilu

- Mengumpulka

n data digital

- Migrasi data

website

menyusun

tampilan data

- Tersedianya

pusat data

pengawasan

pemilu

Umum - Soft file data

pengawasan

- Dokumen

pengawasan

- Materi tentang

pengawasan

pemilu

Page 195: SEJARAH DAN KIPRAH

pengawasan

pemilu

Forum

Warga

1. Media

komunikasi

antara

pengawas

pemilu dan

kelompok

masyarakat

2. Media

sosialisasi

pengawasan

pemilu

kepada

kelompok

masyarakat

- Diskusi

- Forum

warga

- Forum

komuni

tas

- Memetakan

kelompok

masyarakat

terkait

- Kesiapan

daerah

- Menyiapkan

materi

- Menjalin

komunikasi

dengan

kelompok

masyarakat

- Gerak jalan

pengawasan

- Ronda

pengawasan

pemilu

- Obor

pengawasan

- Komunitas

hobi

- Pengajian

- PKK

- Kelompok

Agama

- Kelompok

diasbilitas

- Aparat

pemerintah

- LPMK

- Ormas

- Tahapan

Pemilu/Pilkada

- Sistem

PEngawsan dan

pelaporan dari

Masyarakat

Saka

Adhyasta

Pemilu

- Memperluas

pengetahuan

pengawasan

pemilu ke

pemilih

pemula

- Mewujudkan

calon

aparatur

pengawasan

pemilu

Raimuna/jamb

oree pramuka

pengawas

pemilu

- Rekrutmen

anggota

pramuka (saka

pengawasan

pemilu)

- Pelatihan

pengawasan

- Koordinasi

hasil

pengawasan

pemilu

- Pramuka

- SMU kelas

XI

- Mahasiswa

semester II

Peningkatan

pengetahuan

pengawasan pemilu

Page 196: SEJARAH DAN KIPRAH

- Menciptakan

actor

pengawas

partisipatif

Pengabdia

n

Masyaraka

t

Mewujudkan

calon aparatur

pengawasan

pemilu

Tugas-tugas

kuliah terkait

Pengawasann

Pemilu

- MoU dengan

perguruan

Tinggi

- Diskusi

pengawasan

- Koordinasi

hasil

pengawasan

pemilu

Mahasiswa

perguruan tinggi

pengawasan

partisipatif

Media

social

- Membangun

kepedulian

pelaku media

social dalam

pengawasan

partisi[atif

pemilu

- Membangun

kerjasama

perusahaan

media social

dalam

pengawasn

pemilu

- Analisis

perbincang

an di media

social

Sharing

informasi

pemberitaan

dalam pemilu

Twitter

Facebook

google

Rekrutme

n Gerakan

Pengawas

partisipatis

Pemilu

Membuka

kesempatan

untuk

partisipasi

masyarakat

dalam

Rekrutmen - Audiensi ke

kelompokmas

yarakat sipil,,

ormas

berbasis

keagamaan ,

- Mahasis

wa

- Pelajar

- Umum

Pengawasan

partisipaif

sepanjang pemilu

Page 197: SEJARAH DAN KIPRAH

(GEMPA

R)

membangun

kerelawanan

pengawasan

pemilu

perguruan

tinggi dan

kelompok

hobi

- Training

gempar

melalui online

dan offline

- Proses

pengawasan

pemilu

partisipatif

- Publikasi hasil

pengawasan

partisipatif

Page 198: SEJARAH DAN KIPRAH

Program tersebut menjadi salah satu acuan bagi Bawaslu di tingkat provinsi dan

Kabupaten/Kota dalam meningkatkan pengembangan pengawasan pemilu partisipatif selain

juga ada beberapa inovasi-inovasi lainnya yang dilaksanakan sesuai dengan konteks local

masing masing daerah.

Berikut adalah beberapa implementasi Pengawasan pemilu partisipatif, baik dalam

bentuk program pusat pengawasan partisipatif, maupun sosialisasi pengawasan Pemilu

partisipatif yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan para mitra dan masyarakat.

Pojok Pengawasan

Pojok Pengawasan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta merupakan sebuah ruang (sudut)

di gedung Bawaslu Provinsi yang menjadi wadah sarana penyediaan berbagai informasi

tentang pengawasan Pemilu yang dielngkapi oleh prasarana seperangkat meja penerima

tamu, lemari, computer dokumentasi lainnya seperti buku, jurnal, foto dan perangkat

lainnya. Pojok Pengawasan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta di resmikan pada tanggal 24

November 2017 oleh Ketua Bawaslu RI, Bapak Abhan SH., MH., pada saat itu pimpinan

Bawaslu DKI Jakarta masih terdiri dari tiga orang yaitu M. Jufri, Siti Khopipah, dan Puadi.

Saka Adhaysta Pemilu

Satuan Karya Pramuka Adhayasta Pemilu adalah satuan karya Pramuka yang

merupakan wadah kegiatan keadhaystaan (pengawalan) Pemilu untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan praktis dalam bidang pencegahan dan pengawasan pemilu

bagi anggota pramuka guna menumbuhkan kesadaran berperan serta dalam pengawasan

Pemilu. Di Bawaslu DKI, Saka Adhaysta Pemilu dilaunching pada bulan Oktober 2017

dengan melibatkan 250 orang anggota pramuka ditingkat SMA se DKI Jakarta

Pengabdian Masyarakat

Program Pengabdian Masyarakat berbasis pengawasan pemilu merupakan terobosan

baru yang dilakukan Bawaslu berupa KKN, Magang, dan tugas belajar yang dilakukan oleh

Mahasiswa di kantor Bawaslu. Pada tahun 2018 -2019 ini, di Provinsi DKI kegiatan magang

mahasiswa di Bawaslu DKI Jakarta dilaksanakan selama satu bulan oleh Mahasiswa dari

Universitas Diponegoro Semarang (3 orang).

Forum Warga

Forum Warga ini merupakan Media komunikasi antara pengawas pemilu dan

kelompok masyarakat dan kegiatan sosialisasi pengawasan pemilu kepada kelompok

masyarakat. Di DKI Jakarta, kegiatan ini telah dilaksanakan dibeberapa Bawaslu di tingkat

Kabupaten/Kota serta tingkat kecamatan dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat

Page 199: SEJARAH DAN KIPRAH

seperti Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Organisasi Masyarakat, FKDM, RT/RW, Lurah,

Camat, Peserta Pemilu dan lain lain

Sebagai evaluasi, yang telah dilaksanakan Bawaslu Provinsi DKI pada saat ini baru

pada tahap kognitif yaitu memberikan pengetahuan mengenai pengawasan pemilu dan cara

melaporkannya, belum secara maksimal berdampak pada meningkatnya kesadaran

masyarakat untuk turut berpartisipasi secara maksimal untuk turut mengawasi dan

melaporkan hasilnya pada Pengawas Pemilu. Untuk bisa membangun kesadaran masyarakat

hingga mereka kemudian mampu mengadopsi nilai nilai tersebut (melakukan aksi) dengan

mengawasi dan melapor, memang perlu waktu dan usaha yang lebih besar. Dalam teori

perubahan perilaku, ada lima tahap yang harus dilewati oleh seseorang untuk bisa sampai

pada tahap akhir , yaitu awerness, interest, evaluation, trial dan adoption. Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta baru pada sampai pada upaya untuk menciptakan tahap pertama dan kedua

yaitu membangun kesadaran dan ketertarikan masyarakat untuk .berpartisipasi dan

berkolaborasi dalam mengawal demokrasi.Untuk meningkatkan pengawasan pemilu

partisipatif, selain yang telah dicanangkan dalam program pusat pengawasan partisiptaif,

perlu ada upaya upaya kreatif dan strategis lainnya untuk melakukan sosialisasi dan transfer

pengetahuan mengenai pengawasan Pemilu dengan materi dan metode yang cocok dalam

menyasar setiap elemen masyarakat dengan harapan peningkatan kesadaran masyarakat

mengenai pentingnya penegakan demokrasi bagi mereka sebagai warga negara. Masyarakat

disini tidak dibatasi oleh usia maupun kelompok social tertentu. Upaya-upaya tersebut harus

konsisten dan bersifat berkelanjutan yang tidak hanya dilakukan oleh pengawas pemilu, tapi

harus melibatkan seluruh mitra kerja maupun lembaga yang secara langsung atau tidak

langsung terlibat dalam menjaga integritas dan kualitas Pemilu sesuai dengan target sasaran

masyarakat yang akan dilibatkan dan berkolaborasi dalam pengawasan partisipatif. Sebagai

contoh, untuk meningkatkan kesadaran sejak dini mengenai pengawasan Pemilu dan

menjaga integritas Pemilu bagi pemilih pemula, Bawaslu perlu berkolaborasi dengan

kementerian atau Dinas Pendidikan untuk memasukan materi pengawasan kepemiluan

sebagai salah satu mata ajar ataupun muatan local yang diberikan bagi para pelajar di kelas

XII dan perguruan tinggi. Perlu ada perumusan silabus ataupun kurikulum yang disesuaikan

dengan target sasaran yang mempunyai benang merah sama yaitu bagaimana semua pihak

menjaga agar pemilu diselenggarakan secara jujur adil dan berintegritas. Bawaslu DKI

sendiri masih perlu meningkatkan kuantitas dan kualitas dari kegiatan kegiatan pengawasan

pemilu partisipatif. Tiga kata kunci untuk keberhasilan peningkatan pengawasan pemilu

partisipatif, tepat sasaran, tepat metode, tepat materi serta berkelanjutan.

Page 200: SEJARAH DAN KIPRAH

F. Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih.

Pemutakhiran data pemilih merupakan tahapan krusial dalam penyelenggaraan

Pemilu, sehingga permasalahan daftar pemilih dari Pemilu ke Pemilu selalu menjadi

persoalan klasik dan tak pernah kunjung selesai. Problem yang seringkali muncul pada

tahapan pemutakhiran data pemilih adalah petugas pemutakhiran data pemilih (PPDP) tidak

melakukan pencocokan dan penelitian (Coklit) atau bisa juga coklit dilakukan oleh oknum

lain yang tidak tercantum dalam surat keputusan KPU. Selain itu, petugas pemutakhiran

tidak mencoret pemilih yang sudah tidak memenuhi syarat dan tidak mencatat pemilih yang

memenuhi syarat untuk terdaftar dalam DPT. Di samping itu, masalah yang sering muncul

di lapangan pada pemutakhiran data pemilih juga terjadi pada sistem yang dimiliki oleh KPU

yakni sistem informasi data pemilih (Sidalih), sehingga terkadang pada saat PPDP

melakukan pencocokan dan penelitian dengan sistem door to door, beberapa pemilih yang

tidak memenuhi syarat sudah dicoret, namun pada saat penetapan data pemilih sementara

(DPS), data itu masih muncul kembali untuk dilakukan perbaikan. Persoalan daftar pemilih

seperti ini ternyata memiliki implikasi yang cukup besar, tidak hanya pada hak konstitusional

warga negara, tetapi juga penentuan jumlah tempat pemungutan suara dan surat suara.

Untuk menjawab permasalahan titik rawan pada pemutakhiran data pemilih, Badan

Pengawas Pemilu melakukan gerakan awasi coklit, di mana seluruh pihak melibatkan diri

untuk melakukan pengawasan pada tahapan pencocokan dan penelitian untuk memastikan

agar seluruh warga negara yang memenuhi syarat dapat tercatat di DPT. Titik fokus

pengawasan yang dilakukan oleh pengawas Pemilu, baik pengawas di tingkat Provinsi,

Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Kelurahan di antaranya adalah pemetaan daerah/TPS

rawan, pencermatan dokumen/data, pemeriksaan akurasi, penilaian kepatuhan prosedur dan

keterlibatan stakeholder.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta telah menyampaikan dalam berbagai pertemuan yang

dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta beserta seluruh jajarannya, terkait sanksi-sanksi

terhadap pelanggaran yang dilakukan selama pemutakhiran data pemilih, sebagaimana yang

didalilkan dalam Undang Undang 7 Tahun 2017 pada Pasal 489 yaitu bahwa “Setiap anggota

PPS atau PPLN yang dengan sengaja tidak mengumumkan dan/atau memperbaiki daftar

pemilih sementara setelah mendapat masukan dari masyarakat dan/atau Peserta Pemilu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 206, Pasal 207 dan Pasal 213, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp 6.000.000,00 (enam juta

rupiah)”.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan seluruh jajarannya melakukan pengawasan

pemutakhiran data pemilih sejak tanggal 17 April – 17 Mei 2018. Dalam proses

pemutakhiran data pemilih tersebut, pengawas pemilu tingkat Kecamatan dan Kelurahan

berkordinasi dengan PPK dan PPS untuk memastikan petugas pantarlih melakukan

pencoklitan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dalam proses pengawasan

Page 201: SEJARAH DAN KIPRAH

pemutakhiran data pemilih, pengawas pemilu menyarankan untuk mencoret nama yang

sudah meninggal, TNI/Polri dan pindah domisili yang masih terdapat dalam data hasil

sinkronisasi DP4 dan DPT terakhir Pilkada DKI Jakarta.

Setelah melakukan pengawasan terhadap pemutakhiran data pemilih, jajaran

pengawas pemilu di Provinsi DKI Jakarta melakukan pengawasan terhadap tahapan

penyusunan daftar pemilih sementara hasil pemutakhiran yang dilakukan oleh PPS dimulai

pada tanggal 18 Mei 2018 – 8 Juni 2018. Selanjutnya ditetapkan menjadi daftar pemilih

sementara pada tanggal 17 Juni 2018 oleh masing-masing KPU Kabupaten/Kota se-DKI

Jakarta, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1

Daftar Pemilih Sementara

NO KAB/KOTA JUMLA

H TPS

LAKI-

LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Jakarta Barat 6,707 835,054 825,504 1,660,558

2 Jakarta Pusat 3,003 379,828 382,071 761,899

3 Jakarta Selatan 6,386 804,246 812,420 1,616,666

4 Jakarta Timur 7,818 1,012,937 1,040,717 2,053,654

5 Jakarta Utara 4,341 560,385 560,147 1,120,532

6 Kep. Seribu 72 9,244 9,187 18,431

TOTAL 28,327 3,601,694 3,630,046 7,231,740

Sumber: Bawaslu DKI Jakarta.

Pada tanggal 22 Juli 2018, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menginstruksikan kepada

Bawaslu Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta beserta seluruh jajarannya untuk melakukan

pengawasan terhadap penetapan daftar pemilih sementara hasil perbaikan, yang hasilnya

sebagai berikut :

Tabel 2

Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan

NO KAB/KOTA JUMLAH

TPS

LAKI-

LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Jakarta Barat 6,713 841,923 833,724 1,675,647

2 Jakarta Pusat 2,995 377,762 379,883 757,645

3 Jakarta Selatan 6,348 801,613 810,082 1,611,695

4 Jakarta Timur 7,818 1,011,821 1,025,801 2,037,622

5 Jakarta Utara 4,341 561,320 562,374 1,123,694

6 Kep. Seribu 70 8,993 8,923 17,916

Page 202: SEJARAH DAN KIPRAH

TOTAL 28,285 3,603,432 3,620,787 7,224,219

Sumber: Bawaslu DKI Jakarta

Kemudian pada tanggal 21 Agustus 2018 dilakukan penetapan daftar pemilih tetap

di tingkat Kabupaten/Kota dan pada tanggal 30 Agustus 2018 dilakukan penetapan daftar

pemilih tetap di tingkat Provinsi, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3

Daftar Pemilih Tetap

NO KAB/KOTA JUMLAH

TPS

LAKI-

LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Jakarta Barat 6,712 837,380 828,727 1,666,107

2 Jakarta Pusat 2,978 380,500 382,515 763,015

3 Jakarta Selatan 6,345 800,045 808,608 1,608,653

4 Jakarta Timur 7,796 1,005,608 1,021,874 2,027,482

5 Jakarta Utara 4,342 563,862 564,357 1,128,219

6 Kep. Seribu 70 9,245 9,170 18,415

TOTAL 28,243 3,596,640 3,615,251 7,211,891

Sumber: Bawaslu DKI Jakarta

Setelah dilakukan penetapan DPT tingkat Provinsi DKI Jakarta, Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta dan Jajaran Bawaslu Kabupaten/Kota se-dKI Jakarta menemukan adanya data

pemilih bermasalah untuk wilayah DKI Jakarta sebesar 66.089 NIK invalid, sehingga

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta merekomendasi perbaikan NIK invalid dan perbaikan DPT.

Selanjutnya dilakukan penetapan DPTHP I, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4

Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan-1

NO KAB/KOTA JUMLAH

TPS

LAKI-

LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Jakarta Barat 6,712 836,350 827,358 1,663,708

2 Jakarta Pusat 2,992 405,030 406,236 811,266

3 Jakarta Selatan 6,345 799,972 808,333 1,608,305

4 Jakarta Timur 7,797 1,004,380 1,020,967 2,025,347

5 Jakarta Utara 4,342 564,052 564,412 1,128,464

6 Kep. Seribu 70 9,230 9,169 18,399

TOTAL 28,258 3,619,014 3,636,475 7,255,489

Sumber: Bawaslu DKI Jakarta

Page 203: SEJARAH DAN KIPRAH

Pada tanggal 21 Maret 2019 dilakukan rekapitulasi perbaikan daftar pemilih tetap

hasil perbaikan II oleh KPU Provinsi DKI Jakarta berdasarkan hasil rekomendasi yang

disampaikan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta, terkait ditemukannya pemilih

potensial yang belum terdaftar dalam DPTHP I serta berdasarkan laporan dari peserta pemilu

dan data yang disampaikan oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Sehingga

diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 5

Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan-2

NO KAB/KOTA JUMLAH

TPS

LAKI-

LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Jakarta Barat 6,730 876,147 864,798 1,740,945

2 Jakarta Pusat 3,002 404,465 405,537 810,002

3 Jakarta Selatan 6,453 844,221 854,214 1,698,435

4 Jakarta Timur 8,234 1,115,537 1,132,696 2,248,233

5 Jakarta Utara 4,563 628,487 625,266 1,253,753

6 Kep. Seribu 81 9,569 9,479 19,048

TOTAL 29,063 3,878,426 3,891,990 7,770,416

Sumber: Bawaslu DKI

Setelah rekapitulasi DPTHP II di tingkat Provinsi DKI Jakarta yang selanjutnya

dilakukan rekapitulasi tingkat Nasional oleh KPU RI, namun dalam proses rekapitulasi

tingkat Nasional, KPU RI menyatakan bahwa perubahan DPTHP II yang dilakukan di

tingkat Provinsi yang berdasarkan rekomendasi dari Bawaslu Kab/Kota maupun Bawaslu

Provinsi, dinyatakan tidak dapat direkapitulasi secara nasional, karena KPU RI tidak dapat

melakukan pengadaan logistik, khususnya surat suara yang disebabkan oleh keterbatasan

waktu dan tidak adanya bahan baku. Oleh karena itu KPU Provinsi DKI Jakarta dan KPU

Kabupaten/Kota se-Provinsi DKI Jakarta kembali melakukan penetapan rekapitulasi

DPTHP III sekaligus penetapan DPTb Provinsi DKI Jakarta. Dalam penetapan tersebut

ditetapkan penambahan TPS berbasis DPTb di KPU Provinsi DKI Jakarta sebanyak 53 TPS

yang tersebar di 10 Kelurahan, 7 Kecamatan dan 4 Kabupaten/Kota. Sehingga jumlah TPS

di wilayah DKI Jakarta sebanyak 29.063 TPS.

Rekapitulasi tersebut dilaksanakan pada tanggal 12 April 2019 dengan rincian

sebagai berikut :

Tabel 6

Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan-3

NO KAB/KOTA JUMLAH

TPS

LAKI-

LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Jakarta Barat 6,730 874,776 863,486 1,738,262

2 Jakarta Pusat 2,992 404,438 405,537 809,975

3 Jakarta Selatan 6,449 842,277 852,039 1,694,316

Page 204: SEJARAH DAN KIPRAH

4 Jakarta Timur 8,206 1,114,490 1,131,789 2,246,279

5 Jakarta Utara 4,563 628,487 625,266 1,253,753

6 Kep. Seribu 70 9,553 9,460 19,013

TOTAL 29,010 3,874,021 3,887,577 7,761,598

Sumber: Bawaslu DKI Jakarta

Setelah penetapan DPT hasil perbaikan (DPTHP) Pemilihan Umum 2019, Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta menemukan sejumlah 958 pemilih yang diidentifikasi ganda di tingkat

kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota yang terdapat dalam daftar pemilih tetap hasil

perbaikan (DPTHP) I Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD, DPD serta PPWP tahun

2019. Selain itu, juga mengidentifikasi adanya pemilih berusia di atas 70 tahun sejumlah

187.385 yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap hasil perbaikan (DPTHP) I Pemilihan

Umum Anggota DPR, DPRD dan DPD serta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

Tahun 2019, serta mengidentifikasi pemilih berusia di atas 150 tahun sejumlah 212 pemilih

yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap hasil perbaikan (DPTHP) I Pemilihan Umum

Anggota DPR, DPRD dan DPD serta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun

2019. Berdasarkan hasil temuan tersebut, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta membuat

rekomendasi yang ditujukan kepada KPU Provinsi DKI Jakarta untuk dilakukan

koreksi/perbaikan.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh Bawaslu Kota

Jakarta Timur, ditemukan adanya pemilih yang belum terdaftar dalam DPT sejumlah 1954

pemilih, dengan rincian: 1898 pemilih dari warga masyarakat dan 56 pemilih dari warga

binaan lembaga pemasyarakatan, sehingga Bawaslu Kota Jakarta Timur memberikan

rekomendasi terkait perbaikan daftar pemilih tetap.

Dalam rangka menghasilkan daftar pemilih tetap yang akurat, Bawaslu Kota Jakarta

Barat melakukan pengawasan dan sinkronisasi data dengan Sudin Dukcapil Kota Jakarta

Barat dan menemukan adanya 11 orang pemilih yang memiliki NIK dan Nama yang berbeda

dan menemukan 3 NIK yang tidak terdaftar di database Sudin Dukcapil Kota Administrasi

Jakarta Barat dan 1 orang dinyatakan pindah domisili keluar DKI Jakarta, sehingga Bawaslu

Kota Jakarta Barat merekomendasikan untuk dilakukan koreksi perbaikan dalam rangka

pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih secara berkelanjutan.

Mempertimbangkan terkait dengan akurasi data pemilih dalam penyusunan DPK,

DPTb dan perbaikan daftar pemilih tetap dalam penyelenggaraan Pemilu 2019, Bawaslu

Kota Jakarta Selatan merekomendasikan pemilih potensial yang belum terdaftar dalam DPT

sebanyak 1951 orang untuk dimasukan ke dalam DPT.

Bawaslu Kota Jakarta Pusat setelah melakukan pencermatan terhadap penyusunan

DPK, DPTb dan perbaikan Daftar Pemilih Tetap dalam penyelenggaraan Pemilu 2019,

khususnya pemilih yang berada dalam lapas dan rutan Salemba sampai dengan tanggal 17

Page 205: SEJARAH DAN KIPRAH

April 2019. Dari hasil pencermatan tersebut ditemukan pemilih yang belum terdaftar dalam

DPT sebanyak 27 warga binaan dengan e-KTP berdomisili Kota Jakarta Pusat, sehingga

Bawaslu Kota Jakarta Pusat merekomendasikan untuk dilakukan koreksi/perbaikan terhadap

DPT, khususnya di lapas dan rutan untuk melindungi dan menjaga hak konstitusional warga

negara.

Berdasarkan temuan terkait dengan daftar pemilih Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan

Bawaslu Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta menyampaikan rekomendasi kepada KPU DKI

Jakarta dan KPU Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta. Adapun rekomendasi yang dikeluarkan

oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta maupun Bawaslu Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta

sebagai berikut

Tabel 7

Rekomendasi Bawaslu DKI Jakarta terkait Daftar Pemilih

NAMA NO. SURAT TANGGAL

SURAT KETERANGAN

Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta

376/K.JK.PM.07.0

1/X/2018

17 Oktober

2018

- Menghapus dan

memperbaiki data ganda.

- Memastikan kebenaran data

Pemilih yang berusia di atas

70 tahun.

- Memastikan data pemilih

yang berusia usia di atas 150

tahun.

Bawaslu

Provinsi DKI

Jakarta

406/K.JK/PM.01.0

1/X/2018

14 Nopember

2018

Karena Sidalih tidak dapat

melakukan aktivasi terhadap

Data Data DPTHP2 di 87

Kelurahan yang tersebar di

Kota Jakarta Timur, Jakarta

Selatan dan Jakarta Barat,

sehingga tidak mungkin KPU

Provinsi DKI Jakarta dapat

menyajikan data DPTHP II

manual yang sinkron dengan

DPTHP II dari Sidalih,

sehingga Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta

merekomendasikan untuk

dilakukan penundaan terhadap

rekapitulasi DPTHP II Pemilu

2019 di Tingkat Provinsi DKI

Jakarta.

Bawaslu Kota

Jakarta Timur

114/K.JK-

05/PM.00.02/III/2

019

19 Maret

2019

- Memastikan sebanyak 1954

Pemilih yang belum

terdaftar dalam DPT untuk

dimasukkan kedalam DPT.

Page 206: SEJARAH DAN KIPRAH

- Memastikan bahwa nama-

nama warga Pemilih

sebanyak 1954 tersebut,

benar berdomisili di wilayah

Kota Jakarta Timur.

- Memastikan nama-nama

warga Pemilih tersebut

bukan warga negara asing.

Bawaslu Kota

Jakarta Barat

043/K.JK-

02/HM.00.00/III/2

019

11 Maret

2019

Melakukan pemutakhiran dan

pemeliharaan data pemilih

secara berkelanjutan

Bawaslu Kota

Jakarta Selatan

103/K.JK-

04/PM.02.00/III/2

019

20 Maret

2019

- Mengklasifikasikan rincian

jumlah Pemilih yang masuk

dan keluar.

- Memastikan kesesuaian

jumlah Pemilih dengan

proyeksi kebutuhan dan

distribusi surat suara dengan

baik.

- Memastikan penggunaan

Sidalih tidak terkendala

dalam proses penginputan.

- Memastikan secara

keseluruhan berjalan baik

dan tidak membuat

rekapitulasi di tingkat

provinsi terganggu.

Bawaslu Kota

Jakarta Pusat

59/K.JK-

03/PM.00.02/III/2

019

19 Maret

2019

Untuk warga binaan yang

belum terdaftar sebanyak 27

orang di rutan dan lapas

Salemba agar dimasukkan ke

dalam DPT.

Bawaslu Kab.

Kepulauan

Seribu

044/K.JK-

04/PM.02.00/II/20

19

18 Februari

2019

Agar pemilih DPK

dimasukkan menjadi pemilih

DPT dalam proses pendataan

yang dilakukan oleh KPU

Kab. Kepulauan Seribu.

G. Dinamika dan Permasalahan Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih.

Selama Tahapan Pemutakhiran Data Pemilih banyak dinamika dan permasalahan

yang terjadi, antara lain: banyaknya pantarlih yang belum memahami cara melakukan

pencocokan dan penelitian data pemilih, kurangnya stiker coklit serta pantarlih tidak

melaporkan hasil pencocokan dan penelitiannya sesuai jadwal yang ditentukan, masyarakat

kurang pro-aktif dalam melakukan pengecekan data pemilih sehingga dia tidak mengetahui

apakah sudah terdaftar atau belum, sistem Sidalih yang dimiliki oleh KPU tidak menjamin

Page 207: SEJARAH DAN KIPRAH

keakuratan data pemilih, terbukti banyaknya pemilih yang sudah mendaftar di PPS namun

belum terdata dalam sistem sidalih.

Banyaknya permasalahan dalam pemutakhiran data pemilih berimbas pada

keakuratan data pemilih yang disajikan oleh KPU DKI Jakarta dan jajarannya, sehingga pada

saat rekapitulasi penetapan DPS, DPT dan DPTHP Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan

jajarannya masih banyak menemukan data ganda, NIK Invalid, orang meninggal atau

TNI/Polri sehingga direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan. Hal tersebut dibuktikan

dengan beberapa kali penetapan DPT yang mengalami perubahan menjadi DPTHP-1,

DPTHP-2 dan DPTHP-3.

Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta,

Bawaslu Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta, Panwaslu Kecamatan se-DKI Jakarta dan

Panwaslu Kelurahan se-DKI Jakarta, kami menilai bahwa pemutakhiran data pemilih yang

dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dan jajarannya belum maksimal, terbukti dengan

adanya rekomendasi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta maupun Bawaslu Kabupaten/Kota se-

DKI Jakarta terkait dengan temuan adanya data ganda, NIK Invalid, orang meninggal atau

TNI/Polri yang masih terdaftar dalam DPS, DPT dan DPTHP selama proses pemutakhiran

dan rekapitulasi data pemilih di DKI Jakarta. Oleh karena itu, seharusnya KPU Provinsi DKI

Jakarta dan jajarannya melakukan perbaikan terhadap metode pemutakhiran data pemilih

sehingga diperoleh data pemilih benar dan akurat.

H. Pengawasan Tahapan Verifikasi Partai Politik.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan pengawasan melekat terhadap

verifikasi faktual Partai Politik tingkat Provinsi DKI Jakarta yang dilakukan di Kantor Partai

Politik tingkat Provinsi DKI Jakarta selalu berkordinasi dengan KPU Provinsi DKI Jakarta

untuk mengingatkan berbagai hal terkait tahapan verifikasi faktual, seperti memastikan

status dan domisili kantor Partai Politik, pemenuhan kepengurusan Partai Politik secara

faktual, pemenuhan kuota 30% keterwakilan perempuan.

Pengawasan pelaksanaan verifikasi faktual Partai Politik calon peserta Pemilu tahun

2019 tingkat Provinsi DKI Jakarta, khusus Partai Berkarya dilaksanakan pada hari Sabtu, 30

Desember 2017, Pukul 14.00 WIB, bertempat di Kantor DPW Partai Beringin Karya

(Berkarya), Jl. Tanah Merdeka Raya, RT.11 RW.04 Kel. Rambutan, Kec. Ciracas - Jakarta

Timur. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dipimpin langsung oleh Bapak Muhammad Jufri

(Ketua Bawaslu DKI Jakarta) untuk melakukan pengawasan secara melekat terhadap

verifikasi faktual Partai Berkarya. Tim verifikasi faktual dari KPU Provinsi DKI Jakarta

maupun tim pengawasan verifikasi faktual dari Bawaslu DKI Jakarta diterima langsung oleh

ketua Partai Berkarya di Kantor DPW Partai tersebut. Dalam kesempatan tersebut, KPU DKI

Jakarta menyampaikan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh Partai Politik untuk

menjadi peserta Pemilu tahun 2019, termasuk melihat secara langsung fisik dari kantor DPW

Page 208: SEJARAH DAN KIPRAH

Partai Berkarya, antara lain ruangan pimpinan, peralatan kantor dan lain-lain. Selain itu

dilakukan juga verifikasi untuk mengecek Kepengurusan Partai Berkarya tingkat Provinsi

DKI Jakarta, khususnya Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta keterpenuhan 30%

keterwakilan perempuan.

Verifikasi faktual terhadap partai Garuda sebagai calon peserta Pemilu tahun 2019

juga dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Desember 2017, pukul 10.00 WIB, bertempat di

kantor DPD Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda), Gedung Senatama, Lt.2 Jl.

Kwitang Raya, No. 8 - Jakarta Pusat. Kegiatan ini dihadiri oleh Bapak Muhammad Jufri

(Ketua Bawaslu DKI Jakarta), Ibu Siti Khopipah (Anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta)

dan Burhanudin (Tim Asistensi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta). Kemudian dari pihak KPU

Provinsi DKI Jakarta dihadiri oleh Bapak Sumarno (Ketua KPU Provinsi DKI Jakarta) dan

Anggota KPU DKI Jakarta lainnya beserta jajarannya sebagai tim verifikator. Sebagaimana

yang telah dilakukan untuk dua partai sebelumnya yaitu Partai Perindo dan Partai PSI, tim

verifikasi faktual dari KPU Provinsi DKI Jakarta maupun tim pengawasan verifikasi faktual

dari Bawaslu Provinsi DKI Jakarta diterima langsung oleh ketua Partai Garuda di Kantor

DPD Partai tersebut. Dalam kesempatan tersebut, tim verifikator menyampaikan syarat-

syarat yang harus dipenuhi oleh partai politik untuk menjadi peserta pemilu tahun 2019.

Selain melakukan verifikasi terhadap kepengurusan, khususnya ketua, sekretaris dan

bendahara, juga melakukan verifikasi terhadap keberadaan dan administrasi kantor partai

politik serta pemenuhan keterwakilan 30% perempuan.

Selain partai Berkarya dan Partai Garuda, beberapa partai politik tingkat Provinsi

DKI Jakarta antara lain Partai Nasdem yang berkantor di Gondangdia Jakarta Pusat, Partai

Perindo yang berkantor di Jl. Abdul Muis Jakarta Pusat, Partai Solidaritas Indonesia yang

berkantor di Cideng Jakarta Pusat, Partai Hanura yang berkantor di Rawamangun Jakarta

Timur, Partai Amanat Nasional yang berkantor di Tebet Jakarta Selatan, Partai Golkar yang

berkantor di Menteng Jakarta Pusat, Partai Demokrat yang berkantor di Bambu Apus Jakarta

Timur, PKB yang berkantor di Jl. Murtado Paseban Jakarta Pusat, PDIP yang berkantor di

Tebet Jakarta Selatan, PPP yang berkantor di Jl. Gusti Ngurah Rai Klender Jakarta Timur,

PKS yang berkantor di Jl. R. Suprapto Jakarta Pusat, Partai Gerindra di Jl. R. Suprapto

Jakarta Pusat, PBB yang berkantor di Kembangan Jakarta Barat. Juga dilakukan verifikasi

faktual yang sama untuk memastikan status dan domisili kantor, keterpenuhan kepengurusan

partai politik dan keterpenuhan 30% keterterwakilan perempuan.

Berdasarkan verifikasi faktual Partai Politik tingkat Provinsi DKI Jakarta yang telah

dilakukan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dan diawasi secara melekat oleh Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta yang dituangkan dalam formulir pengawasan.

Page 209: SEJARAH DAN KIPRAH

Hasil pengawasan verifikasi faktual Partai Politik tingkat Provinsi DKI Jakarta,

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menemukan beberapa partai politik yang awalnya tidak

memenuhi syarat terkait pemenuhan keterwakilan 30% perempuan, seperti PAN, Partai

Hanura dan Partai Demokrat serta beberapa partai politik yang tidak bisa menghadirkan

secara faktual pengurusnya pada saat dilakukan verifikasi faktual di Kantor Partai Politik

tingkat Provinsi DKI Jakarta.

Terkait dengan temuan tidak terpenuhinya kuota 30% keterwakilan perempuan dan

ketidakhadiran pengurus Partai Politik pada saat dilakukan verifikasi faktual karena berbagai

macam alasan yang bisa dipertanggungjawabkan, maka Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

merekomendasikan kepada KPU Provinsi DKI Jakarta untuk memberikan waktu kepada

Partai Politik untuk melengkapi atau memenuhi syarat tersebut sampai batas waktu yang

KPU Provinsi DKI Jakarta menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta dengan memberikan waktu kepada partai politik untuk memperbaiki dan melengkapi

berkas administrasi kepengurusan, termasuk syarat kuota 30% perempuan bagi partai politik

yang belum memenuhi syarat serta menghadirkan secara langsung pengurus partai politik

Tingkat Provinsi DKI Jakarta untuk dilakukan verifikasi faktual di Kantor KPU DKI Jakarta,

dalam proses perbaikan verifikasi faktual tersebut, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan

pengawasan secara melekat untuk memastikan proses tersebut berjalan sesuai dengan

prosedur.

Proses pengawasan verifikasi faktual partai politik peserta pemilu 2019 tingkat

Provinsi DKI Jakarta dilakukan secara melekat dengan mendatangi langsung kantor partai

politik tingkat Provinsi DKI Jakarta. Dalam verifikasi faktual tersebut ditemukan beberapa

kendala yang dialami oleh partai politik misalnya ada beberapa partai politik yang kesulitan

menghadirkan pengurusnya karena sedang berada di luar kota, padahal KPU Provinsi DKI

Jakarta sudah menjadwalkan jauh hari sebelumnya untuk dilakukan verifikasi faktual di

kantor partai tersebut. Sementara syarat untuk verifikasi kepengurusan Partai Politik selain

Page 210: SEJARAH DAN KIPRAH

administrasi (identitas) juga harus dihadirkan pengurus yang bersangkutan, sehingga partai

politik yang tidak bisa menghadirkan pengurusnya pada saat verifikasi di kantor partainya

diberikan kesempatan untuk datang ke Kantor KPU Provinsi DKI Jakarta untuk dilakukan

verifikasi lanjutan.

Dalam proses verifikasi faktual tersebut, diketahui status kantor beberapa partai

politik masih dalam bentuk sewa, sehingga dikuatirkan setelah verifikasi faktual selesai dan

dinyatakan sebagai peserta pemilu 2019 yang sah, maka partai politik tersebut bisa saja

berpindah domisili. Hal ini terbukti dari salah satu partai politik setelah dilakukan penetapan

partai politik Pemilu 2019, kantor yang sebelumnya dilakukan verifikasi faktual, tidak

ditemukan lagi setelah beberapa bulan ditetapkan menjadi peserta Pemilu 2019.

Dalam verifikasi partai politik seharusnya semua syarat yang dibebankan kepada partai

politik sebagai calon peserta pemilu dipastikan terpenuhi, baik secara administrasi maupun

secara faktual, misalnya salah satu syarat adanya kantor partai politik yang representatif

untuk digunakan selama tahapan pemilu berlangsung. Hal ini seharusnya menjadi perhatian

serius dalam hal verifikasi partai politik, karena berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan

oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta setelah partai politik tersebut sudah ditetapkan menjadi

peserta pemilu 2019, kantor yang sebelumnya diverifikasi oleh KPU Provinsi DKI Jakarta

sebagai kantor Partai Politik tingkat Provinsi DKI Jakarta ternyata adalah salah satu partai

politik sudah berpindah alamat.

I. Pengawasan Pendaftaran Calon DPD

KPU Provinsi DKI Jakarta membuka pendaftaran Calon Anggota DPD sejak tanggal

26 Maret 2018 s/d 8 April 2018, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan pengawasan

terhadap pendaftaran calon Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta. Pada saat pendaftaran,

sebanyak 38 orang yang mendaftar sebagai calon anggota DPD. Kemudian dilakukan

Page 211: SEJARAH DAN KIPRAH

penerimaan berkas pendaftaran oleh KPU DKI Jakarta pada tanggal 22 – 26 April 2018, dari

38 orang pendaftar, hanya 32 orang calon anggota DPD yang menyerahkan berkas kepada

KPU DKI Jakarta, dan 1 orang diantaranya tidak tidak memenuhi syarat (TMS). Setelah

melihat hasil verifikasi administrasi tersebut, ada 1 orang bakal calon bernama John

Muhammad mengadukan gugatan ke Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dengan alasan bahwa

dia mengaku jumlah berkas dukungan yang diserahkan sebanyak 3.235 dukungan, tetapi

dalam pemeriksaan administrasi tersebut hanya disebut 2.635 dukungan. Dia mengaku telah

dirugikan karena ada kehilangan berkas sebanyak 600 dukungan. Terkait laporan gugatan

tersebut, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan sidang penyelesaian sengketa, yang

akhirnya memerintahkan KPU DKI Jakarta untuk melakukan verifikasi administrasi. Setelah

melalui proses verifikasi ulang, bahwa Calon DPD John Muhammad diputuskan lolos

verifikasi administrasi dan berhak untuk mengikuti verifikasi faktual, sehingga total yang

lolos verifikasi administrasi menjadi 32 calon, dengan rincian: Laki-laki 25 orang,

perempuan 7 orang. Dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1

Nama-nama Pendaftar Calon Anggota DPD

NO NAMA JENIS

KELAMIN

BERKAS

DUKUNGAN

YANG

DISERAHKAN

KET

1 M. SALEH KHALID L 3095 MS

2 SUSANA SURYANI

SARUMAHA

P 3100 MS

3 EDI KUSUMA, SH, MH L 3106 MS

4 Dra. Hj. SOEMINTARSI

MUNTORO, M.Si

P 3158 MS

5 MUHAMMAD TAUFIK L 3164 MS

6 M. MASTUR ANWAR, SPd L 3167 MS

7 SUMARNO L 3432 MS

Page 212: SEJARAH DAN KIPRAH

8 SYAIFUL IKHWAN L 3431 MS

9 MOH. RIDWAN SR L 3439 MS

10 RIJAL L 3444 MS

11 RIF'AH P 3451 MS

12 ARDI PUTRA BARAMULI L 3478 MS

13 H. PATRIKA SUSANA P 3673 MS

14 ENDANG WIDURI P 3592 MS

15 TINO RAHARDIAN L 3593 MS

16 Ir. H. SUYARTONO

SUWANDI, MSc

L 3718 MS

17 DR. ABDUL AZIZ KHAFIA L 3891 MS

18 H. PARDI, SH L 3969 MS

19 SABAM SIRAIT, SH L 3975 MS

20 AGUS SALIM L 4046 MS

21 ALWIYAH AHMAD L 4066 MS

22 PROF. DR. H. JIMLY

ASSHIDDIQIE, SH

L 4204 MS

23 H. SUDARTO SM L 4333 MS

24 SLAMET ABADI, CPA L 4459 MS

25 M. PRADANA

INDRAPUTRA

L 5103 MS

26 A. SYAMSUL ZAKARIA L 4751 MS

27 PROF. DR. DAILAMI

FIRDAUS

L 4789 MS

28 ARDINTO DEMIYASA L 5044 MS

29 FERRY ISWAN, SH, MH L 5901 MS

30 FAHIRA IDRIS, SE, MH P 9918 MS

31 PROF. DR. Hj. SYLVIANA

MURNI, SH, Msi

P 9833 MS

32 JOHN MUHAMMAD L 2635 TMS/M

S

33 AGUSTINO YUNIARDI, SH L 3 TMS

34

DEBBY VERAMASARI P TIDAK

MENYERAHKAN

BERKAS

TMS

35

DWI SUSANTO L TIDAK

MENYERAHKAN

BERKAS

TMS

Page 213: SEJARAH DAN KIPRAH

36 Ir. KONDANG

HADISASONO

L TIDAK SESUAI

DENGAN F1

TMS

37 IRSAN L 522 TMS

38 ISTO WIDODO L 1677 TMS

JUMLAH 30 8

Pada tanggal 27 April – 10 Mei 2018 dilakukan verifikasi administrasi dan analisa

dukungan ganda. Hasil verifikasi administrasi tersebut disampaikan pada tanggal 13 Mei

2018 pada acara penyampaian hasil verifikasi administrasi dan analisa dukungan ganda yang

dilaksanakan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta. Pada tahapan ini, jajaran Bawaslu Provinsi

DKI Jakarta dibantu oleh Bawaslu Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta melakukan pengawasan

melekat pada kegiatan verifikasi administrasi tersebut. Dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 13

Nama-nama yang Lolos Administrasi Calon Anggota DPD

NO NAMA JENIS

KELAMIN KET

1 M. SALEH KHALID L MS

2 SUSANA SURYANI SARUMAHA P MS

3 EDI KUSUMA, SH, MH L MS

4 Dra. Hj. SOEMINTARSI MUNTORO, M.Si P MS

5 MUHAMMAD TAUFIK L MS

6 M. MASTUR ANWAR, SPd L MS

7 SUMARNO L MS

8 SYAIFUL IKHWAN L MS

9 MOH. RIDWAN SR L MS

10 RIJAL L MS

11 RIF'AH P MS

12 ARDI PUTRA BARAMULI L MS

13 H. PATRIKA SUSANA P MS

14 ENDANG WIDURI P MS

15 TINO RAHARDIAN L MS

Page 214: SEJARAH DAN KIPRAH

16 Ir. H. SUYARTONO SUWANDI, MSc L MS

17 DR. ABDUL AZIZ KHAFIA L MS

18 H. PARDI, SH L MS

19 SABAM SIRAIT, SH L MS

20 AGUS SALIM L MS

21 ALWIYAH AHMAD L MS

22 PROF. DR. H. JIMLY ASSHIDDIQIE, SH L MS

23 H. SUDARTO SM L MS

24 SLAMET ABADI, CPA L MS

25 M. PRADANA INDRAPUTRA L MS

26 A. SYAMSUL ZAKARIA L MS

27 PROF. DR. DAILAMI FIRDAUS L MS

28 ARDINTO DEMIYASA L MS

29 FERRY ISWAN, SH, MH L MS

30 FAHIRA IDRIS, SE, MH P MS

31 PROF. DR. Hj. SYLVIANA MURNI, SH,

Msi

P MS

JUMLAH 24 7

Kemudian seluruh bakal calon dilakukan verifikasi faktual pada rentang waktu

tanggal 30 Mei 2018 s/d 19 Juni 2018. Yang pada tahapan ini, jajaran Bawaslu

Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta turut melakukan pengawasan melekat. Hasil verifikasi

faktual menyatakan bahwa yang lolos verifikasi faktual sebanyak 5 orang bakal calon.

Tabel 14

Hasil Verifikasi Faktual Calon Anggota DPD

NO NAMA CALON STASTUS

1 M. SALEH KHALID BMS

2 SUSANA SURYANI SARUMAHA BMS

3 Dra. Hj. SOEMINTARSI MUNTORO, M.Si BMS

4 MUHAMMAD TAUFIK BMS

5 M. MASTUR ANWAR, SPd BMS

6 SUMARNO BMS

Page 215: SEJARAH DAN KIPRAH

7 SYAIFUL IKHWAN BMS

8 RIJAL BMS

9 RIF'AH BMS

10 ARDI PUTRA BARAMULI BMS

11 H. PATRIKA SUSANA BMS

12 ENDANG WIDURI BMS

13 TINO RAHARDIAN BMS

14 Ir. H. SUYARTONO SUWANDI, MSc MS

15 DR. ABDUL AZIZ KHAFIA BMS

16 H. PARDI, SH BMS

17 SABAM SIRAIT, SH BMS

18 AGUS SALIM BMS

19 ALWIYAH AHMAD BMS

20 PROF. DR. H. JIMLY ASSHIDDIQIE, SH BMS

21 H. SUDARTO SM BMS

22 SLAMET ABADI, CPA BMS

23 M. PRADANA INDRAPUTRA BMS

24 A. SYAMSUL ZAKARIA BMS

25 PROF. DR. DAILAMI FIRDAUS MS

26 ARDINTO DEMIYASA MS

27 FERRY ISWAN, SH, MH BMS

28 FAHIRA IDRIS, SE, MH MS

29 PROF. DR. Hj. SYLVIANA MURNI, SH, Msi MS

30 JOHN MUHAMMAD BMS

31 MOH. RIDWAN SR TMS

Pada tahapan ini, Calon atas nama Moh. Ridwan SR mengadukan gugatannya ke

Bawaslu DKI Jakarta, dengan alasan bahwa pada saat verifikasi faktual, yang bersangkutan

banyak dirugikan karena banyak pendukung yang tidak diverifikasi secara benar, misalnya

ada pendukung yang benar-benar mendukung namun tidak menandatangani dikarenakan

sudah renta, namun dinyatakan TMS, dan lain-lain, hasil dari verifikasi faktual tersebut,

calon hanya kekurangan 6 dukungan saja untuk bisa lolos. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

memediasi antara pihak pelapor (Moh. Ridwan SR) dengan terlapor (KPU Provinsi DKI

Jakarta) , sehingga terjadi suatu kesepakatan dengan mendatangkan pendukung yang

Page 216: SEJARAH DAN KIPRAH

akhirnya mendukung calon tersebut, sehingga mencukupi untuk syarat lolos verifikasi

faktual.

Sejak tanggal 21 – 26 Juli 2018, KPU Provinsi DKI Jakarta menerima berkas

perbaikan calon anggota DPD Dapil DKI Jakarta, bagi yang masih berstatus BMS,

diwajibkan untuk memperbaiki. Ada 25 calon yang berstatus perbaikan berkas, secara rinci

dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 15

Daftar nama perbaikan berkas calon DPD

NO TANGGAL WAKTU NAMA CALON

JUMLAH

KEKURAN

GAN

DUKUNG

AN

JUMLAH

DUKUNGAN

YANG

DISERAHKA

N

1. 21 Juli 2018 11.10

WIB

RIJAL 90 159

2. 21 Juli 2018 14.48

WIB

Drs. SLAMET

ABADI

780 1792

3. 21 Juli 2018 15.00

WIB

SABAM SIRAIT 820 1513

4. 22 Juli 2018 12.20

WIB

H. PARDI, SH 480 1081

5. 23 Juli 2018 08.00

WIB

Dr. ABDUL

AZIZ, S.Si, M.Si

1290 1993

6. 23 Juli 2018 10.30

WIB

SUSANA

SURYANI

SARUMAHA

1126 2209

7. 23 Juli 2018 11.25

WIB

SYAIFUL

IKHWAN

750 946

8. 23 Juli 2018 12.08

WIB

H. AGUS SALIM 710 1663

9. 23 Juli 2018 12.55

WIB

ARDI PUTRA

BARAMULI

300 811

Page 217: SEJARAH DAN KIPRAH

10 23 Juli 2018 13.35

WIB

MOH. RIDWAN

SR

140 371

11. 23 Juli 2018 15.46

WIB

FERRY ISWAN,

SH, MH

640 1040

12. 24 Juli 2018 08.25

WIB

MUHAMMAD

TAUFIK

1040 2597

13. 24 Juli 2018 08.57

WIB

H. SUDARTO

SM

90 389

14. 24 Juli 2018 09.42

WIB

A. SYAMSUL

ZAKARIA, SH,

MH

1368 2079

15. 24 Juli 2018 13.15

WIB

Hj. PATRIKA

SUSANA, SH,

MH

1127 1494

16. 24 Juli 2018 13.40

WIB

M. SALEH

KHALID

836 1251

17. 24 Juli 2018 14.15

WIB

Dra. Hj.

SOEMINTARSI

MUNTORO, MSi

568 1954

18. 24 Juli 2018 17.23

WIB

SUMARNO 195 564

19. 24 Juli 2018 17.21

WIB

M. PRADANA

INDRAPUTRA

1130 1949

20. 24 Juli 2018 19.23

WIB

PROV. DR. H.

JIMLY

ASSHIDDIQIE,

SH

1433 3958

21. 24 Juli 2018 19.27

WIB

RIF’AH 1300 1910

22. 24 Juli 2018 20.30

WIB

TINO

RAHARDIAN

610 1605

23. 24 Juli 2018 21.12

WIB

ENDANG

WIDURI

1780 2111

24. 24 Juli 2018 23.00

WIB

JOHN

MUHAMMAD

RASULY

SUAIDY

1241 1252

Page 218: SEJARAH DAN KIPRAH

25. 24 Juli 2018 23.08

WIB

ALWIYAH

AHMAD

819 1319

Pada tanggal 21 – 26 Juli 2018, dilakukan verifikasi administrasi untuk 25 calon di

atas, ada 3 calon yang TMS yaitu John Muhammad, Syaiful Ikhwan dan M. Pradana (juga

tidak mencapai jumlah dukungan yang dibutuhkan)

Setelah dilakukan verifikasi faktual terhadap semua calon anggota DPD RI Dapil

DKI Jakarta, maka KPU Provinsi DKI Jakarta menyerahkan kepada KPU RI nama-nama

calon Anggota DPD Dapil DKI Jakarta yang memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai

daftar calon tetap.

Tabel 16

Daftar nama yang memenuhi syarat calon DPD

NO NAMA CALON STASTUS

1 Ir. HM. M. SALEH KHALID, MM MS

2 SUSANA SURYANI SARUMAHA MS

3 Dra. Hj. SOEMINTARSI MUNTORO, M.Si MS

4 MUHAMMAD TAUFIK MS

5 Drs. SUMARNO, MSi MS

6 RIJAL MS

7 ARDI PUTRA BARAMULI MS

8 Hj. H. PATRIKA SUSANA, SH, MH MS

9 ENDANG WIDURI MS

10 P.K. TINO RAHARDIAN MS

11 Ir. H. SUYARTONO SUWANDI, MSc MS

12 DR. ABDUL AZIZ MS

13 H. PARDI, SH MS

14 SABAM SIRAIT, SH MS

15 H. AGUS SALIM MS

16 ALWIYAH AHMAD, SH, MH MS

17 PROF. DR. H. JIMLY ASSHIDDIQIE, SH MS

18 H. SUDARTO SM MS

19 SLAMET ABADI, CPA MS

Page 219: SEJARAH DAN KIPRAH

20 A. SYAMSUL ZAKARIA, SH, MH MS

21 DR. H. DAILAMI FIRDAUS, SH, LL.M MS

22 ARDINTO DEMIYASA MS

24 FERRY ISWAN, SH, MH MS

25 FAHIRA IDRIS, SE, MH MS

26 PROF. DR. Hj. SYLVIANA MURNI, SH, Msi MS

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dengan seluruh jajarannya melakukan pengawasan

secara melekat dan mendapatkan beberapa permasalahan terkait dengan ketidakpuasan calon

Anggota DPD Dapil DKI Jakartam, menyangkut jumlah syarat dukungan dan batas waktu

pencalonan. Selain itu beberapa calon anggota DPD Dapil DKI Jakarta yang terlambat

melengkapi berkas legalisir Ijazah sebagai salah satu syarat kelengkapan dokumen.

Kemudian pengawasan pendaftaran pencalonan anggota DPRD Provinsi DKI

Jakarta, terdapat beberapa kendala terkait dengan penggunaan sistem informasi pencalonan

(SILON) sehingga menyulitkan partai politik untuk melakukan penginputan data calon

anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta, hal ini menghambat pendaftaran calon yang dilakukan

oleh Partai Politik.

Terkait dengan beberapa permasalahan yang terjadi pada saat pencalonan anggota

DPD RI Dapil DKI Jakarta maupun pencalonan anggota DPRD DKI Jakarta, Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta merekomendasikan kepada KPU DKI Jakarta untuk melakukan

perbaikan terhadap syarat-syarat calon yang belum terpenuhi terutama terkait dengan

legalisir ijazah calon anggota DPD RI Dapil Provinsi DKI Jakarta, maupun perbaikan

terhadap sistem informasi pencalonan (SILON) agar tidak menghambat atau menyulitkan

Partai Politik dalam melakukan penginputan data pencalonan.

KPU DKI Jakarta menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

terkait perbaikan syarat calon anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta sehingga terdapat 26

Calon Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta yang memenuhi syarat administrasi pencalonan.

Page 220: SEJARAH DAN KIPRAH

Namun terkait dengan sistem informasi pencalonan (SILON), KPU DKI Jakarta hanya

berharap adanya perbaikan server dari KPU RI.

Pada saat proses pengawasan pencalonan anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta,

terdapat beberapa permasalahan terkait dengan jumlah syarat dukungan calon anggota DPD

DKI Jakarta, sehingga calon anggota DPD RI atas nama John Muhammad, Syaiful Ikhwan

dan M. Pradana, merasa dirugikan oleh KPU DKI Jakarta karena syarat dukungan yang

menurutnya sudah sesuai namun dianggap tidak memenuhi syarat oleh KPU DKI Jakarta,

sehingga mengajukan gugatan penyelesaian sengketa kepada Bawaslu Provinsi DKI Jakarta.

Begitu pula pada saat pencalonan anggota DPRD DKI Jakarta yang awalnya semua

calon anggota DPRD DKI Jakarta telah memenuhi persyaratan pencalonan sebagaimana

persyaratan administrasi yang harus diajukan ke KPU DKI Jakarta, namun pada saat

penetapan daftar calon tetap anggota DPRD DKI Jakarta, KPU DKI Jakarta mencoret calon

anggota DPRD DKI Jakarta atas nama Muhammad Taufik dari Partai Gerindra yang

sebelumnya sudah memenuhi administrasi syarat pencalonan, kemudian dicoret karena

dianggap tidak memenuhi syarat sebagai calon anggota DPRD DKI Jakarta sebab yang

bersangkutan pernah tersangkut tindak pidana korupsi yang dinyatakan secara inkrah oleh

pengadilan, sehingga Muhammad Taufik mengajukan gugatan penyelesaian sengketa

kepada Bawaslu Provinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan pengawasan yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dalam

pencalonan anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta, seharusnya KPU DKI Jakarta lebih cermat

dan teliti dalam memeriksa berkas syarat dukungan calon anggota DPD, sehingga semua

calon anggota DPD merasa diperlakukan secara adil. Begitu pula terkait dengan pencalonan

anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta, KPU DKI Jakarta seharusnya membuat aturan yang

tegas terkait dengan syarat pencalonan dan syarat calon sehingga tidak menimbulkan multi

tafsir terhadap aturan yang dibuat.

Page 221: SEJARAH DAN KIPRAH

J. Pengawasan Kampanye.

Beberapa hal yang menjadi kerawanan dalam tahapan kampanye yakni: Kampanye

di luar jadwal, kampanye di tempat ibadah, tempat pendidikan dan kantor pemerintah,

penggunaan fasilitas negara, politik uang, melibatkan anak-anak dan ASN serta penggunaan

anggaran negara.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta selama proses kampanye yang dimulai tanggal 23

September 2018 – 13 April 2019 telah membuat perencanaan untuk melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan kampanye di wilayah DKI Jakarta.

Rapat koordinasi dengan seluruh jajaran Bawaslu Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta,

Panwaslu Kecamatan se-DKI Jakarta dan Panwaslu Kelurahan se-DKI Jakarta rutin

dilakukan untuk mengkoordinasikan strategi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

kampanye, salah satunya yaitu seluruh pengawas pemilu harus hadir di setiap kampanye

yang terjadi di wilayah masing-masing sehingga dalam proses kampanye tersebut tidak

terjadi dugaan pelanggaran dan apabila ada dugaan pelanggaran maka dijadikan temuan

untuk ditindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain harus hadir di setiap

kampanye yang dilakukan oleh peserta pemilu, pengawas pemilu juga harus mencatatkan

hasil pengawasan-nya ke dalam form pengawasan dan mendokumentasikan setiap

pelaksanaan kampanye di wilayahnya masing-masing.

Bimbingan teknis kepada seluruh jajaran pengawas pemilu di wilayah DKI Jakarta

juga terus dilakukan untuk memberikan pemahaman terhadap aturan pelaksanaan kampanye

dan tata cara pengawasan kampanye yang dilakukan oleh peserta pemilu tahun 2019,

sehingga pengawas pemilu di DKI Jakarta dalam melakukan pengawasan sesuai dengan

prosedur dan peraturan perundang-undangan.

Page 222: SEJARAH DAN KIPRAH

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan beberapa kegiatan sebagai bentuk

pencegahan dalam pelaksanaan kampanye pada pemilu 2019 yakni melakukan sosialisasi

pengawasan partisipatif untuk mencegah politik uang, isu sara dan hoaks. Kegiatan tersebut

dalam bentuk deklarasi tolak politik uang, isu SARA dan hoaks di Kota Tua Jakarta Barat

yang melibatkan peserta pemilu, KPU DKI Jakarta, Bawaslu DKI Jakarta dan stakeholder

serta seluruh masyarakat Jakarta.

Selain itu, untuk mencegah politik uang, isu SARA dan hoaks dalam pelaksanaan

kampanye, maka dilakukan sosialisasi di car free day di seluruh wilayah DKI Jakarta (di

antaranya Taman Kota Tua - Jakarta Barat, Jl. Pemuda Rawamangun, Taman Ismail Marzuki

– Jakarta Pusat, Car Free Day Thamrim – Jakarta Pusat, Taman BKT – Jakarta Timur, Taman

Ragunan – Jakarta Selatan, Taman BMW – Jakarta Utara, Taman Situ Babakan – Jakarta

Selatan, Taman Jogging Kelapa Gading – Jakarta Utara) yang dilaksanakan pada bulan

Nopember sampai dengan Desember 2018, dengan bekerjasama dengan salah satu

perusahaan penyedia kendaraan roda tiga yang disulap menjadi warung kopi gratis. Dalam

pelaksanaan sosialisasi tersebut, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan kepada

masyarakat terkait dengan aturan-aturan pelaksanaan kampanye dan hal-hal yang harus

dihindari dalam pelaksanaan kampanye serta sanksi-sanksi bagi mereka yang melanggar

aturan-aturan dalam pelaksanaan kampanye.

Selain deklarasi dan sosialisasi tolak politik uang, isu SARA dan hoaks, Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta juga intens untuk mengajak masyarakat melalui media elektronik

maupun melalui media sosial seperti facebook, instagram, twitter dan juga menyebar

spanduk anti politik uang, anti politisasi SARA dan Hoaks ke seluruh wilayah DKI Jakarta

sebagai bentuk pencegahan dalam pelaksanaan kampanye pemilu 2019. Selain itu, juga

menyebar pamflet, terkait anti politik uang, politisasi SARA dan hoaks, yang dibagikan

kepada masyarakat Jakarta.

Page 223: SEJARAH DAN KIPRAH

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta juga melakukan sosialisasi pengawasan partisipatif

kepada Ketua dan Anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), Ormas,

Organisasi Kepemudaan, Mahasiswa dan kelompok-kelompok masyarakat di wilayah DKI

Jakarta sebagai bagian untuk mengajak kelompok masyarakat untuk ikut terlibat dalam

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kampanye dan pemilu tahun 2019. Kegiatan

tersebut juga dilakukan bekerjasama dengan beberapa organisasi kemahasiswaan seperti:

UKM Tinta di Jari Universitas Bakrie, BEM Universitas Jayabaya, BEM Universitas Negeri

Jakarta dan beberapa kampus lainnya.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menginstruksikan kepada seluruh jajaran pengawas

pemilu se-DKI Jakarta untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kampanye di

wilayah DKI Jakarta.

Beberapa kegiatan kampanye yang dilakukan oleh peserta pemilu di wilayah DKI

Jakarta, langsung diawasi oleh Anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, seperti pengawasan

yang dilakukan pada saat kampanye akbar pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil

Presiden Jokowi dan KH Ma’ruf Amin dan Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo

Subianto dan Sandiaga Uno di GBK Senayan Jakarta. Selain itu beberapa kegiatan yang

mengumpulkan massa dan berpotensi terjadinya kampanye di wilayah DKI Jakarta diawasi

langsung oleh Anggota Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, misalnya pelaksanaan reuni 212 di

Lapangan Monas, “Munajat 212” yang dilaksanakan di Monas dan reuni Relawan Anis

Sandi yang dilaksanakan di Lapangan Banteng.

Pelaksanaan pengawasan kampanye di wilayah DKI Jakarta dilakukan oleh seluruh

jajaran pengawas pemilu se-DKI Jakarta, dari beberapa aktifitas kampanye yang dilakukan

oleh peserta pemilu terdapat beberapa kejadian yang menonjol yang ditangani sebagai

dugaan tindak pidana pemilu dan bahkan divonis inkrah di pengadilan sebagai tindak pidana

pemilu. Seperti yang terjadi di Jakarta Utara di mana salah satu calon anggota legislatif dari

Partai Perindo atas nama David Rahardja membagikan minyak goreng secara gratis kepada

Page 224: SEJARAH DAN KIPRAH

warga dan dijadikan temuan oleh Panwaslu Kelurahan di Kecamatan Kelapa Gading dan

ditindaklanjuti sebagai dugaan pelanggaran pidana pemilu oleh Bawaslu Kota Jakarta Utara

serta dibahas di Sentra Gakkumdu dan direkomendasikan untuk dilanjutkan di tingkat

penyidikan di Polres Jakarta Utara dan diteruskan ke Kejaksaan Jakarta Utara untuk

dilakukan penuntutan di Pengadilan Jakarta Utara dan akhirnya kasus ini divonis pidana

pemilu yang pertama pada pelaksanaan kampanye di wilayah DKI Jakarta.

Selain itu, Bawaslu Kota Jakarta Pusat dan Bawaslu Kota Jakarta Selatan memproses

dugaan tindak pidana pemilu berdasarkan temuan Panwaslu Kecamatan terhadap salah satu

calon anggota legislatif Partai Amanat Nasional yang menjanjikan kupon Umroh. Dugaan

tindak pidana pemilu ini divonis inkrah di pengadilan sebagai tindak pidana pemilu.

Berbagai dinamika yang terjadi pada saat pelaksanaan kampanye di DKI Jakarta,

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan jajarannya telah melaksanakan kewenangannya sesuai

dengan peraturan perundang –undangan.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menemukan banyaknya alat peraga kampanye yang

melanggar ketentuan pelaksanaan kampanye di wilayah DKI Jakarta sehingga

merekomendasikan kepada Satpol PP DKI Jakarta untuk melakukan penertiban, begitu pula

rekomendasi itu disampaikan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta kepada Satpol

PP Tingkat Kota.

Adapun jumlah alat peraga kampanye yang melanggar ketentuan pelaksanaan

kampanye dan ditertibkan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan jajarannya bersama Satpol

PP DKI Jakarta dan jajarannya yaitu sebagai berikut:

Tabel 17

Penertiban Alat Peraga Kampanye DKI Jakarta

N

O KAB/KOTA

BENDER

A

SPAND

UK

BALI

HO

BILB

OAR

D

BAHA

N

KAMP

JUMLA

H

Page 225: SEJARAH DAN KIPRAH

ANYE

LAINN

YA

1 Kep. Seribu 293 195 21 788 1276

2 Jakarta Barat 3378 4383 259 3593 11613

3 Jakarta Selatan 15582 4317 592 811 7027 28329

4 Jakarta Timur 39425 14516 1771 1017 38415 95144

5 Jakarta Utara 5823 7049 1867 244 6341 21324

6 Jakarta Pusat 3105 13847 6972 9 21672 45605

Jumlah 67606 44307 11461 2081 77836 203291

Pelaksanaan kampanye di wilayah DKI Jakarta yang dimulai pada tanggal 23

September 2018 – 13 April 2019, diwarnai berbagai dinamika yang terjadi, mulai dari

kampanye di tempat ibadah, sarana pendidikan, pelibatan anak-anak dan ASN, politik uang,

sara dan penyebaran hoaks.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta sudah menghimbau kepada peserta pemilu di wilayah

Provinsi DKI Jakarta untuk tidak melanggar ketentuan kampanye seperti yang telah diatur

dalam peraturan perundang-undangan, hal ini disampaikan di berbagai forum yang dihadiri

oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta untuk memastikan bahwa tahapan kampanye di wilayah

DKI Jakarta berjalan dengan tertib. Namun demikian dalam pelaksanaan kampanye ternyata

terjadi berbagai macam dugaan pelanggaran yang ditangani oleh Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta maupun Bawaslu Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta.

Terkait dengan kampanye di tempat ibadah terjadi di beberapa wilayah di DKI

Jakarta dan diproses sebagai dugaan tindak pidana pemilu, namun hanya kasus di Jakarta

Utara yang vonis inkrah di pengadilan sebagai tindak pidana pemilu. Begitu pula terkait

kampanye ditempat pendidikan, juga terjadi di beberapa wilayah di DKI Jakarta dan diproses

sebagai dugaan tindak pidana pemilu, tapi hanya kasus di Jakarta Barat yang divonis di

pengadilan dan dinyatakan inkrah sebagai tindak pidana pemilu.

Page 226: SEJARAH DAN KIPRAH

Selain kampanye di tempat ibadah dan tempat pendidikan, Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta dan jajarannya juga menemukan pelibatan anak-anak dan ASN serta politik uang

dalam pelaksanaan kampanye. Pelibatan Aparatur Sipil Negara (ASN) juga terjadi dalam

pelaksanaan kampanye di wilyah DKI Jakarta, tapi hanya Bawaslu Jakarta Utara, Bawaslu

Jakarta Timur yang merekomendasikan ke Komisi Aparatur Sipil Negara.

Terkait dengan politik uang dalam pelaksanaan kampanye, hampir semua Bawaslu

Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta menangani sebagai dugaan pidana pemilu, bahkan beberapa

yang inkrah sebagai tindak pidana pemilu di Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.

Dinamika pelaksanaan kampanye di wilayah DKI Jakarta juga dibumbui dengan

banyaknya pengerahan massa yang terindikasi mengarah pada dugaan kampanye yang

dilakukan oleh Organisasi Massa seperti pelaksanaan Reuni 212 di Monas, Munajat 212 di

Monas, Deklarasi Alumni UI di Senayan, Deklarasi Alumni Perguruan Tinggi di Taman

Mini Indonesia Indah, Reuni Relawan Anis Sandi, peresmian MRT yang melibatkan Calon

Presiden dan berbagai macam deklarasi dan pengumpulan massa. Kegiatan yang

mengumpulkan massa oleh ormas atau organisasi manapun pada masa kampanye tetap

dilakukan pengawasan oleh Bawaslu DKI Jakarta dan jajarannya untuk memastikan dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut tidak ada aktifitas yang mengarah pada pelanggaran

kampanye.

Selain itu, pelaksanaan kampanye di wilayah DKI Jakarta juga dibumbui dengan

berita-berita hoaks dan isu SARA, seperti berita 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos

di pelabuhan Tanjung Priok dan isu SARA terkait dengan kampanye yang dilakukan oleh

salah satu calon anggota legislatif di wilayah Jakarta Barat yang dianggap menginjak-injak

sajadah saat melakukan kampanye dan dilaporkan ke Bawaslu Jakarta Barat.

Pelaksanaan kampanye di wilayah DKI Jakarta, walaupun diwarnai dengan berbagai

macam pelanggaran kampanye terkait dengan kampanye di tempat ibadah, tempat

pendidikan, politik uang, pelibatan anak-anak dan ASN, isu SARA dan Hoaks serta berbagai

Page 227: SEJARAH DAN KIPRAH

pengerahan massa yang dilakukan oleh ormas maupun kelompok masyarakat yang

mengarah pada dugaan kampanye, namun secara umum masih dianggap relatif aman.

Kampanye sejatinya menyampaikan visi misi dan program kerja peserta pemilu,

namun pada kenyataannya banyak peserta pemilu (calon anggota legislatif) yang melakukan

kampanye dengan menjanjikan sesuatu yang dapat mempengaruhi pemilih yang mengarah

pada dugaan pelanggaran kampanye. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengawas

pemilu untuk menegakkan aturan apabila terbukti melakukan pelanggaran kampanye.

Dibuktikan dengan adanya beberapa vonis di pengadilan terkait dengan dugaan tindak

pidana pemilu dalam pelaksanaan kampanye yang ditangani oleh Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta dan jajarannya.

K. Pengawasan Pemungutan, Penghitungan dan Rekapitulasi Suara.

Pada hari Rabu tanggal 17 April 2019, jajaran Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

melakukan Pengawasan Pemungutan Suara yang tersebar di 29.063 TPS di wilayah DKI

Jakarta dengan menurunkan personil sebanyak 29.063 Pengawas TPS, 267 Pengawas

Kelurahan, 132 Pengawas Kecamatan, 28 Pengawas Tingkat Kabupaten/Kota dan 7 orang

Pengawas Tingkat Provinsi. Dalam melakukan pengawasan pemungutan suara, Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta membagi tim untuk melakukan monitoring di beberapa TPS di wilayah

DKI Jakarta yang dianggap rawan sesuai dengan pemetaan yang sudah dilakukan di

antaranya TPS 28, 29 di Gading Nias Kelapa Gading Jakarta Utara, TPS 68 Kalibata City

Jakarta Selatan, TPS Rutan dan Lapas yang berada di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta

Pusat serta beberapa TPS yang berada di Jakarta Barat khususnya di Kapuk Cengkareng dan

TPS yang berada di sekitar apartemen.

Berbagai permasalahan terjadi di TPS pada saat pelaksanaan pemungutan suara,

seperti adanya kekurangan surat suara diberbagai TPS, antara lain di TPS 192 Kelurahan

Pondok Bambu Kecamatan Duren Sawit, TPS 26 dan 118 Kelurahan Makasar Kecamatan

Page 228: SEJARAH DAN KIPRAH

Makasar, TPS 74 Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas, TPS 29 Kelurahan Pulogebang

Kecamatan Cakung, TPS 198 Kelurahan Cipinang Besar Utara Kecamatan Jatinegara, TPS

176 Kelurahan Pademangan Kecamatan Penggilingan, TPS 145, 146 dan 147 Kelurahan

Pondok Labu Kecamatan Cilandak, TPS 17 Kelurahan Meruya Utara Kecamatan

Kembangan, TPS 104 Kelurahan Pegangsaan Kecamatan Kelapa Gading, TPS 11

Kelurahan Kelapa Gading Timur Kecamatan Kelapa Gading, TPS 192 Kelurahan Kalibaru

Kecamatan Cilincing dan TPS 10 Kelurahan Tugu Utara Kecamatan Koja.

Permasalahan lain yang terjadi, yakni adanya pemilih yang menggunakan hak

pilihnya dengan menggunakan e-KTP luar DKI Jakarta, hal ini terjadi di TPS 93 Kelurahan

Jati Kecamatan Pulo Gadung, TPS 02 Kelurahan Cipinang Kecamatan Pulo Gadung, TPS

64 dan 116 Kelurahan Rawamangun Kecamatan Pulo Gadung, TPS 14 Kelurahan Cilangkap

Kecamatan Cipayung, TPS 34 Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Cipayung, TPS 101

Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo, TPS 02 Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah

Besar dan TPS 172 Kelurahan Pademangan Barat Kecamatan Pademangan.

Sementara itu di TPS 65 Kelurahan Jati Kecamatan Pulo Gadung tidak ada petugas

KPPS yang menjaga tinta, sedangkan di TPS 170 Kelurahan Pondok Bambu Kecamatan

Duren Sawit terjadi keterlambatan pembukaan TPS dan lebih fatal lagi ditemukannya

pemilih yang diminta untuk tanda tangan di kertas suara oleh Ketua KPPS yang terjadi di

TPS 163 Kelurahan Pulo Gebang Kecamatan Cakung, serta juga adanya pemilih yang

memiliki e-KTP luar Jakarta yang memaksakan diri memilih di TPS 68 Kelurahan Rawajati

Kecamatan Pancoran serta adanya pengguna A5 yang diminta menunggu sampai pukul

12.00 oleh KPPS yang terjadi di TPS 11 dan 15 Kelurahan Karet Kuningan Kecamatan

Setiabudi dan terdapat Pemilih yang mendapat 2 Surat Suara Paslon dan mencoblos

keduanya, yang terjadi di TPS 27 Kelurahan Rawa Buaya Kecamatan Cengkareng.

Kejadian yang terjadi pada pelaksanaan pemungutan suara, langsung ditindaklanjuti

oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dengan memerintahkan Bawaslu Kabupaten/Kota se-

Page 229: SEJARAH DAN KIPRAH

DKI Jakarta untuk berkoordinasi dengan Panwaslu Kecamatan maupun Panwaslu Kelurahan

agar melakukan investigasi terhadap TPS-TPS yang diduga terjadi dugaan pelanggaran, jika

hasil investigasi ditemukan adanya dugaan pelanggaran maka diperintahkan untuk

merekomendasikan Pemilihan Suara Ulang (PSU) apabila memenuhi syarat dalam peraturan

perundang undangan.

Sementara itu, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta beserta jajarannya, melakukan

pengawasan secara melekat terhadap proses penghitungan suara yang dilakukan di semua

TPS di wilayah DKI Jakarta. Terdapat beberapa kejadian pada saat penghitungan suara,

salah satunya di TPS 169 Kelurahan Cipinang Besar Utara Kecamatan Jatinegara Jakarta

Timur, terdapat kekurangan formulir C1 Plano DPR RI yang seharusnya berjumlah 16 partai

politik, tetapi yang tersedia hanya untuk 14 partai politik. Kemudian salah satu TPS di

Jakarta Utara pada saat penghitungan suara, ketua KPPS melakukan penghitungan suara

dengan cara duduk membelakangi saksi serta masyarakat yang menyaksikan penghitungan

suara dan juga membuka kertas suara hanya setengah serta menyebutkan perolehan suara

partai dengan suara yang kurang jelas.

Kejadian yang paling menonjol terjadi di Jakarta Utara, yakni pada saat akan dilakukan

penghitungan suara, hampir semua TPS di salah satu Kelurahan di Jakarta Utara kekurangan

Kertas C1 Plano, sehingga penghitungan suara sempat tertunda sampai tengah malam dan

diganti dengan kertas karton biasa. Sementara dibeberapa TPS terdapat kesalahan metode

penghitungan suara yang menyebabkan terjadinya penghitungan suara ulang untuk

mensinkronkan data yang tidak sinkron.

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan jajarannya melakukan kegiatan pengawasan

rekapitulasi perolehan suara di mulai dari tingkat kecamatan hingga tingkat provinsi. Untuk

pengawasan rekapitulasi suara di tingkat Kecamatan dilakukan mulai tanggal 19 April

sampai 4 Mei 2019, namun karena banyaknya penghitungan suara ulang dan

ketidaksinkronan data pemilih, sehingga terjadi perpanjangan waktu rekapitulasi suara dari

Page 230: SEJARAH DAN KIPRAH

tanggal 19 April sampai 16 Mei 2019. Sementara itu untuk tingkat Kabupaten/Kota

dilakukan pada tanggal 5–16 Mei 2019, rekapitulasi suara ini mengalami perpanjangan

waktu dikarenakan banyaknya penghitungan suara ulang akibat ketidaksinkronan data

pemilih di tingkat kecamatan.

Pelaksanaan rekapitulasi suara tingkat Provinsi dilaksanakan pada tanggal 9–17 Mei

2019 di Hotel Bidakara, Tebet, Jakarta Selatan. Kabupaten Kepulauan Seribu mendapat

giliran pertama untuk dilakukan rekapitulasi suara, pada saat dilakukan rekapitulasi suara

ditemukan adanya calon anggota legisatif dari partai Perindo yang sudah dicoret oleh KPU

DKI Jakarta, namun masih mendapatkan suara, sehingga Bawaslu DKI Provinsi Jakarta

merekomendasikan agar suara calon anggota legislatif tersebut dialihkan ke perolehan suara

partai.

Wilayah kedua yang dilakukan rekapitulasi suara adalah Kota Administrasi Jakarta

Pusat, dalam proses rekapitulasi suara tidak mengalami kendala dan tidak ada keberatan dari

saksi-saksi Peserta Pemilu, sehingga KPU Provinsi DKI Jakarta menetapkan perolehan suara

PPWP, DPR, DPD dan DPRD untuk daerah pemilihan Jakarta Pusat.

Selanjutnya, wilayah ketiga yang dilakukan rekapitulasi suara adalah Kota

Administrasi Jakarta Selatan, dalam proses rekapitulasi suara dilakukan koreksi perbaikan

terhadap jumlah pemilih dalam DPT, jumlah pengguna hak pilih dalam DPT, jumlah

pengguna hak pilih dalam DPTb dan jumlah pengguna hak pilih di 2 kecamatan, yaitu

Kecamatan Pancoran dan Cilandak, koreksi ini dilakukan atas persetujuan para peserta yang

hadir karena tidak mempengaruhi hasil perolehan suara. Dalam proses rekapitulasi tersebut

juga terdapat keberatan dari saksi Partai Hanura, PKS dan Perindo terkait hasil perolehan

suara daerah pemilihan 7 dan 8 Jakarta Selatan, keberatan tersebut terkait adanya

perselisihan suara hasil rekapitulasi suara yang tertera dalam salinan C1, DAA1, DA1 dan

DB, sehingga saksi Partai Hanura, PKS dan Perindo meminta untuk dilakukan kroscek data.

Atas keberatan tersebut KPU DKI Jakarta melakukan skorsing untuk mempertemukan para

Page 231: SEJARAH DAN KIPRAH

pihak agar dapat melakukan kroscek data yang dimaksud. Namun, setelah pertemuan

tersebut KPU DKI Jakarta kembali membuka rapat rekapitulasi suara, akan tetapi pihak saksi

Partai Hanura, PKS dan Perindo tidak dapat menunjukan C1, DAA1, DA1 untuk dilakukan

kroscek dan perbandingan data antara KPU DKI Jakarta, Bawaslu DKI Jakarta dan Saksi

Partai Hanura, PKS, Perindo, sehingga keberatan saksi Partai Hanura, PKS dan Perindo

terkait korscek data tidak bisa ditindaklanjuti yang mengakibatkan saksi Partai Hanura,

Perindo, PKS melakukan walk-out khusus untuk rekapitulasi suara Kota Administrasi

Jakarta Selatan.

Rekapitulasi suara tingkat kota Jakarta Barat mendapat giliran yang ke-empat, pada

hari jumat tanggal 10 Mei 2019 pukul 20.30 WIB. Saat proses rekapitulasi suara, KPU

Provinsi DKI Jakarta kembali melakukan penyesuaian atau koreksi terhadap jumlah DPT,

DPTb dan DPK di berita acara karena adanya perbedaan DPT, DPTb, dan DPK yang telah

ditetapkan sebelumnya, hal ini dilakukan berdasarkan persetujuan peserta pemilu karena

tidak merubah hasil perolehan suara peserta pemilu.

Selanjutnya, KPU Provinsi DKI Jakarta melakukan penundaan rapat rekapitulasi

selama 1 (satu) hari, karena proses rekapitulasi suara di tingkat Kecamatan Koja dan tingkat

Kota Jakarta Utara belum selesai. Rekapitulasi suara tingkat Jakarta Utara baru bisa

dilanjutkan pada tanggal 12 Mei 2019 pukul 21.00 WIB, dalam proses rekapitulasi suara

terdapat keberatan dari saksi Partai Politik, salah satunya adalah Partai Demokrat yang

mempersoalkan adanya anggota partai yang tidak mendapatkan mandat sebagai saksi namun

diperbolehkan untuk menerima salinan DB1 oleh KPU Kota Administrasi Jakarta Utara.

Keberatan juga disampaikan oleh saksi Partai Gerindra terkait adanya laporan perselisihan

suara yang dilaporkan ke Bawaslu Jakarta Utara, namun menurut saksi Partai Gerindra

laporan tersebut belum ditindaklanjuti sampai rekapitulasi suara di tingkat KPU Kota Jakarta

Utara selesai, sehingga meminta untuk dilakukan penundaan penetepan untuk perolehan

suara Jakarta Utara. Terkait hal tersebut, KPU Provinsi DKI Jakarta meminta tanggapan

Page 232: SEJARAH DAN KIPRAH

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan keberatan yang disampaikan oleh saksi Partai

Demokrat, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menyampaikan bahwa persoalan tersebut sudah

dilaporkan ke Bawaslu Kota Jakarta Utara dan proses penanganannya sedang berjalan,

begitu juga atas keberatan yang disampaikan saksi Partai Gerindra, Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta menyampaikan bahwa persoalan tersebut sudah dilaporkan ke Bawaslu Jakarta Utara

dan proses penanganannya sementara berlangsung. Atas jawaban yang disampaikan oleh

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, maka KPU Provinsi DKI Jakarta menyampaikan bahwa

proses rekapitulasi suara untuk perolehan suara PPWP, DPR, DPD, dan DPRD untuk

wilayah Jakarta Utara dapat ditetapkan, sambil menunggu putusan penanganan pelanggaran

yang dilakukan oleh Bawaslu Kota Jakarta Utara.

Wilayah Jakarta Timur adalah yang terakhir dilakukan rekapitulasi suara, setelah

dilakukan penundaan selama 4 hari karena menunggu rekapitulasi di 3 (tiga) kecamatan,

yakni Kecamatan Duren Sawit, Pulo Gadung, Cakung) dan rekapitulasi suara baru dapat

dilanjutkan pada tanggal 17 Mei 2019 pukul 08.30 WIB. Pada saat rekapitulasi suara untuk

wilayah Jakarta Timur, terdapat keberatan yang disampaikan oleh saksi pasangan calon

presiden nomor urut 01 bahwa pada saat rekapitulasi suara tingkat kota Jakarta Timur, saksi

pasangan calon presiden nomor urut 01 menuliskan keberatan, dalam keberatan tersebut

saksi pasangan calon presiden nomor urut 01 mengaku kehilangan 200 suara di Kelurahan

Rawamangun. Selain itu, saksi pasangan calon nomor urut 01 juga keberatan terkait softcopy

DAA1 Kecamatan Duren Sawit yang tidak diberikan kepada saksi pasangan calon nomor

urut 01 hingga pleno berakhir. Sementara itu, KPU Provinsi DKI Jakarta mempersilahkan

KPU Kota Jakarta Timur untuk menjawab keberatan yang disampaikan oleh saksi pasangan

calon nomor urut 01, KPU Kota Jakarta Timur menyampaikan bahwa terkait dengan

keberatan saksi pasangan calon 0, diakui adanya perbedaan data antara saksi dan KPU Kota

Jakarta Timur, dimana terkait dengan perbedaan data di Kelurahan Rawamangun sebenarnya

sudah diselasaikan dalam pleno tingkat Kecamatan dan disaksikan oleh Saksi Paslon 01,

Page 233: SEJARAH DAN KIPRAH

Paslon 02, KPU Jakarta Timur dan Bawaslu Jakarta Timur. Sementara keberatan untuk

Kelurahan yang lain tidak dikabulkan permohonannya karena tidak ada data pembanding.

Saat rekapitulasi suara untuk wilayah Jakarta Timur, juga terdapat keberatan dari

saksi calon anggota DPD RI Fahira Idris terkait dengan permintaan salinan asli DB 1 yang

belum diberikan. Menanggapi hal tersebut, KPU Provinsi DKI Jakarta memerintahkan

kepada KPU Kota Jakarta Timur untuk mempersiapkan dokumen yang diminta oleh saksi

Fahira Idris terkait salinan asli DB 1. Selain itu, Saksi Partai Golkar menyampaikan

keberatan dan meminta waktu untuk pengecekan ulang Form DB1 dan DC1 untuk DPRD

Dapil 3 Jakarta Timur, karena permintaan tersebut tidak bisa diterima oleh KPU Provinsi

DKI Jakarta, maka saksi Partai Golkar tidak mau menandatangani pada Form DC 1. Hal

tersebut juga dilakukan oleh saksi PPP, Berkarya, Hanura, PKS, menyatakan menolak

menandatangani formulir DC 1 karenakan instruksi dari pimpinan partai masing-masing.

Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh jajaran Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta, ditemukan dan diidentifikasi berbagai peristiwa dugaan pelanggaran pemilu terkait

kesalahan prosedur pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara, yang mengarah pada

dugaan tindak pidana pemilu maupun potensi pemungutan suara ulang. Atas temuan tersebut

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mengintruksikan kepada Bawaslu Kabupaten / Kota se-

Provinsi DKI Jakarta untuk memerintahkan Panwaslu Kecamatan melakukan penelusuran

dan investigasi terhadap temuan tersebut dan apabila terbukti ada dugaan pelanggaran pidana

pemilu, maka diproses sesuai peraturan perundang-undangan atau jika ada pelanggaran

administrasi atau prosedur, maka diminta untuk dilakukan rekomendasi pemungutan suara

ulang.

1. Pemungutan dan Penghitungan Suara Ulang

Page 234: SEJARAH DAN KIPRAH

Berdasarkan hasil penelusuran dan kajian yang dilakukan oleh Panwaslu Kecamatan

atas beberapa kesalahan prosedur yang terjadi dibeberapa TPS di wilayah DKI Jakarta, maka

dinyatakan 11 TPS memenuhi syarat untuk dilakukan Pemungutan Suara Ulang, sehingga

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan koordinasi dengan Bawaslu Kabupaten/Kota se-

Provinsi DKI Jakarta untuk memerintahkan Panwaslu Kecamatan untuk merekomendasikan

Pemungutan Suara Ulang.

Tabel 18

TPS yang direkomendasi Pemungutan Suara Ulang

N

O KOTA KEC KEL TPS

PERISTIW

A

KEJADIAN

KATE

GORI

REKOMEN

DASI

1 Jakarta

Timur

Kec.

Pulo

Gadung

Kel.

Cipinang

TPS

002

Pemilih

memiliki e

KTP luar

DKI tanpa A5

dan

dimasukan ke

dalam DPK

sebanyak 9

orang dan

diperbolehka

n mencoblos

PSU PSU Pilpres

2 Jakarta

Timur

Kec.

Pulo

Gadung

Kel.

Rawama

ngun

TPS

064

Pemilih

memiliki e

KTP luar

DKI tanpa A5

dan

dimasukan ke

dalam DPK

sebanyak 6

orang dan

diperbolehka

n mencoblos

PSU

PSU untuk

semua jenis

pemilu

Page 235: SEJARAH DAN KIPRAH

3 Jakarta

Timur

Kec.

Pulo

Gadung

Kel.

Rawama

ngun

TPS

116

ada 10

pemilih di

luar DKI

memilih

menggunakan

hak pilihnya

tanpa A5

PSU PSU Pilpres

4 Jakarta

Timur

Kec.

Cipayu

ng

Kel.

Cilangka

p

TPS

014

Pemilih

dengan e

KTP luar

DKI bisa

memilih,

tanpa A5

PSU PSU Pilpres

5 Jakarta

Timur

Kec.

Cipayu

ng

Kel.

Bambu

Apus

TPS

034

Pemilih

dengan e

KTP luar

DKI bisa

memilih,

tanpa A5

PSU PSU untuk

semua jenis

pemilu

6 Jakarta

Timur

Kec.

Cakung

Kel. Pulo

Gebang

TPS

163

Pemilih di

suruh Tanda

tangan di

Kertas surat

suara

sebanyak 120

surat suara

PSU

PSU untuk

semua jenis

pemilu

7 Jakarta

Timur

Kec.

Pasar

Rebo

Kel.

Gedong

TPS

101

ada 5 orang

luar Jakarta

menggunakan

hak pilih

dengan e

KTP Luar

Jakarta tanpa

A5

PSU PSU Pilpres

8 Jakarta

Timur

Kec.

Duren

Sawit

Kel.

Malakas

ari

TPS

018

Pemilih tidak

memiliki e-

KTP DKI

Jakarta dan

PSU PSU Pilpres

Page 236: SEJARAH DAN KIPRAH

tanpa A5

sebanyak 33

orang dapat

mencoblos

9 Jakarta

Pusat

Kec.

Kemay

oran

Kel.

Sumur

Batu

TPS

069

Terdapat 7

pemilih yang

namanya

tidak terdaftar

di DPT

ataupun

DPTb yang

menggunakan

fotocopy e-

KTP luar

DKI Jakarta

tanpa A5 dan

diizinkan

KPPS

menggunakan

hak pilihnya

PSU PSU Pilpres

10 Jakarta

Pusat

Kec.

Sawah

Besar

Kel.

Pasar

Baru

TPS

002

terdapat 4

orang pemilih

e KTP luar

DKI

menggunakan

hak pilih di

TPS 02 tanpa

A5

PSU PSU Pilpres

11 Jakarta

Utara

Kec.

Padema

ngan

Kel.

Pademan

gan

Barat

TPS

172

Terdapat

pemilih 37

menggunakan

e KTP luar

DKI tanpa

A5,

Pengawas

TPS sudah

menyatakan

keberatan tapi

PSU PSU Pilpres

Page 237: SEJARAH DAN KIPRAH

Ketua KPPS

membolehkan

Rekomendasi Pemungutan Suara Ulang di 11 TPS di wilayah DKI Jakarta, terbagi

di tiga Kota yakni Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Pusat dan Kota Jakarta Utara. Khusus

di Kota Jakarta Timur terdapat 8 TPS yang direkomendasikan Pemungutan Suara Ulang oleh

Panwaslu Kecamatan Pulo Gadung, Cipayung, Cakung, Pasar Rebo, Duren Sawit.

Sementara untuk wilayah Jakarta Pusat, terdapat 2 TPS yang direkomendasikan PSU oleh

Panwaslu Kecamatan Kemayoran dan Panwaslu Kecamatan Sawah Besar dan untuk wilayah

Jakarta Utara hanya terdapat 1 TPS yang direkoemndasikan PSU oleh Panwaslu Kecamatan

Pademangan.

Berdasarkan hasil koordinasi Bawaslu Kota Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta

Utara dengan KPU Kota Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Utara serta hasil koordinasi

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dengan KPU DKI Jakarta, maka KPU Kota Jakarta Pusat

mengeluarkan berita acara dengan Nomor 131 /PL.02.6-BA/3171/KPU.Kot/IV/2019 dan

Surat Keputusan Nomor 86/PL.02.6-Kpt/3171/KPU-Kot/IV/2019 untuk melakukan

Pemungutan Suara Ulang di 2 TPS di wilayah Jakarta Pusat. Sementara itu KPU Kota Jakarta

Timur mengeluarkan berita acara dengan Nomor 55/PL.02.6-BA/3175/KPU-Kot/IV/2019

dan Surat Keputusan dengan Nomor 4B/PL.02.6-Kpt/3175/KPU-Kot/IV/2019 untuk

melakukan Pemungutan Suara Ulang di 8 TPS di wilayah Jakarta Timur dan KPU Kota

Jakarta Utara mengeluarkan berita acara dengan Nomor 75/PP.01.7-BA/3172/Kota/IV/2019

dan Surat Keputusan dengan Nomor 195/PL.01.7-Kpt/3172/Kota/IV/2019 untuk melakukan

Pemungutan Suara Ulang di 1 TPS di Pademangan di Jakarta Utara.

2. Dinamika dan Permasalahan Pemugutan, Penghitungan dan Rekapitulasi Suara.

Proses pemungutan, penghitungan dan rekapitulasi suara Pemilu 2019 di wilayah

DKI Jakarta penuh dengan dinamika dan permasalahan. Hal itu dibuktikan dengan adanya

Page 238: SEJARAH DAN KIPRAH

rekomendasi Pemungutan Suara Ulang yang dikeluarkan oleh Panwaslu Kecamatan di 8 TPS

di Jakarta Timur, 2 TPS di Jakarta Pusat dan 1 TPS di Jakarta Utara, karena adanya kesalahan

prosedur pada saat pemungutan dan penghitungan suara di TPS. Selain itu, berbagai

permasalahan yang terjadi pada saat pemungutan suara, termasuk adanya kekurangan surat

suara, adanya pemilih yang menggunakan hak pilihnya tapi tidak terdaftar dalam DPT dan

tidak memiliki E-KTP Jakarta serta adanya kekurangan formulir C1 Plano sehingga

menyebabkan terganggunya proses rekapitulasi suara. Permasalahan ini sudah sering

didiskusikan dan di wanti-wanti oleh jajaran penyelenggara pemilu baik oleh KPU maupun

Bawaslu, karena salah satu kerumitan dalam penyelanggaraan pemilu serentak tahun 2019

adalah terkait logistik Pemilu.

Dinamika dalam pelaksanaan rekapitulasi suara tidak kalah rumitnya, bahkan

rekapitulasi suara ditingkat kecamatan, kota maupun provinsi harus ditunda berkali-kali

karena berbagai permasalahan yang terjadi, salah satunya adanya kesalahan penghitungan

suara yang dilakukan oleh KPPS, sehingga harus dilakukan penghitungan ulang di tingkat

Kecamatan, hal ini terjadi karena petugas KPPS banyak yang belum berpengalaman menjadi

petugas KPPS dan banyaknya formulir yang harus diisi serta banyaknya jumlah suara partai

politik, calon anggota DPD dan Calon Presiden serta Wakil Presiden yang harus dihitung

dalam waktu yang hampir bersamaan (satu hari).

Alhasil, wilayah DKI Jakarta yang notabene memiliki rentan kendali wilayah yang

bisa dijangkau dengan mudah dan dianggap memiliki sumber daya manusia yang lebih

unggul dari wilayah lain, menyelesaikan rekapitulasi suaranya hampir bersamaan dengan

papua dan maluku yang menyelesaikan rekapitulasi suara paling akhir secara nasional.

3. Perolehan Suara Peserta Pemilu 2019 di DKI Jakarta Untuk DPR RI Dapil DKI

Jakarta

Page 239: SEJARAH DAN KIPRAH

NO NAMA PARTAI PEROLEHAN SUARA

PARTAI DAN CALON PROSENTASE

1 PKB 244,780 4.13%

2 Gerindra 910,613 15.38%

3 PDIP 1,417,752 23.94%

4 Golkar 244,230 4.12%

5 Nasdem 277,232 4.68%

6 Garuda 14,201 0.24%

7 Berkarya 72,499 1.22%

8 PKS 1,050,075 17.73%

9 Perindo 176,225 2.98%

10 PPP 158,559 2.68%

11 PSI 513,677 8.68%

12 PAN 396,518 6.70%

13 Hanura 59,492 1.00%

14 Demokrat 330,453 5.58%

15 PBB 44,533 0.75%

16 PKPI 10,390 0.18%

JUMLAH 5,921,229 100%

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

15,38%

23,94%

17,73%

Porsentasi Suara DPR DKI Jakarta

Page 240: SEJARAH DAN KIPRAH

4. Perolehan Suara Peserta Pemilu 2019 di DKI Jakarta untuk DPRD DKI Jakarta

NO NAMA PARTAI PEROLEHAN SUARA

PARTAI DAN CALON PROSENTASE

1 PKB 308,212 5.22%

2 Gerindra 935,793 15.86%

3 PDIP 1,336,324 22.65%

4 Golkar 300,246 5.09%

5 Nasdem 309,790 5.25%

6 Garuda 19,205 0.33%

7 Berkarya 98,877 1.68%

8 PKS 917,005 15.54%

9 Perindo 168,296 2.85%

Page 241: SEJARAH DAN KIPRAH

10 PPP 176,835 3.00%

11 PSI 404,508 6.86%

12 PAN 375,882 6.37%

13 Hanura 103,073 1.75%

14 Demokrat 386,434 6.55%

15 PBB 42,952 0.73%

16 PKPI 15,765 0.27%

JUMLAH 5,899,197 100%

L. Penanganan Pelanggaran Pemilu

Kewenangan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dalam penindakan dugaan pelanggaran

pemilu, yaitu dengan adanya regulasi perbawaslu nomor 7 Tahun 2018 tentang penanganan

temuan dan laporan pelanggaran pemilu serta perkuatan kelembagaan kepolisian dan

kejaksaan yang di kontruksikan dalam perbawaslu nomor 9 Tahun 2018 Tentang Sentra

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

5.2%

15.9%

22.7%

5.1% 5.3%

0.3% 1.7%

15.5%

2.9% 3.0%

6.9% 6.4%

1.7%

6.6%

0.7% 0.3%

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK PEMILU 2019 PROV. DKI JAKARTA

Page 242: SEJARAH DAN KIPRAH

Gakkumdu, pengaturan terhadap perbawaslu nomor 7 tahun 2018 dan perbwaslu 9 tahun

2019 yang selanjutnya memberikan fungsi dan kewenangan Bawaslu Provinsi, Kejaksaan

dan Kepolisian dalam menindaklanjuti dugaan pelanggaran pemilu yang bersumber dari

temuan pengawas pemilu dan atau laporan masyarakat yang telah diterima, dikaji dan di

register maka menjadi keharusan sentra gakkumdu harus menindaklanjuti temuan dan atau

laporan yang telah memenuhi ketentuan syarat formil dan materil yang selanjutnya untuk

dilakukan penyelidikan atau meminta keterangan/klarifikasi terhadap pihak-pihak yang

diduga mengetahui peristiwa yang menjadi temuan atau laporan atas dugaan pelanggaran

pemilu.

Temuan dan Laporan Penanganan Pelanggaran Pemilu 2019

NO

Wilayah J

um

lah

Te

mu

an

Ju

mla

h

La

po

ran

To

tal

Tem

ua

n d

an

L

ap

ora

n

Tid

ak

dir

eg

istr

as

i R

eg

istr

as

i

TEMUAN dan LAPORAN

Tindak Lanjut Penerusan Dugaan Pelanggaran

Ad

m

Pid

a

na

e t i k

La

inn

ya

D

ihe

nt

ikan

1 DKI

JAKARTA

1 27 28 7 21 4 1 0 0 16

2 JAKARTA

TIMUR

13 3 16 0 16 0 0 0 1 15

3 JAKARTA

BARAT

2 12 14 0 14 0 1 0 1 12

4 JAKARTA

UTARA

15 7 22 2 20 0 3 0 1 16

5 JAKARTA

SELATAN

5 5 10 0 10 0 1 1 0 9

6 JAKARTA

PUSAT

9 3 12 0 12 0 2 1 0 10

7 KEPULAUAN SERIBU

1 0 1 1 0 0 0 0 0 0

Page 243: SEJARAH DAN KIPRAH

TO

TA

L

46 57 103 10 93 4 7 2 3 76

Sumber Data:diolah dari divisi penindakan dan penanganan pelanggaran

Tahun 2019

Sebaran Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilu

Sumber Data:diolah dari divisi penindakan dan penanganan

pelanggaran Tahun 2019

Page 244: SEJARAH DAN KIPRAH

Kasus Pidana Pemilu di Prov DKI Jakarta

Sumber Data:diolah dari divisi penindakan dan penanganan

pelanggaran Tahun 2019

N

O

PROVIN

SI

KAB/KO

TA

NO

PUTUSAN

TERDAKWA AMAR PUTUSAN

1 DKI

Jakarta

Jakarta

Utara

1280/Pid.Su

s/2018/PN.J

kt.Utr.

David H

Rahardja

Pidana Penjara 6

(Enam) Bulan dan

Denda RP. 5.000.000,-

(Lima Juta Rupiah),

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

PIDANA PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2019

PROVINSI DKI JAKARTA

Page 245: SEJARAH DAN KIPRAH

pidana tidak perlu

dijalani kecuali

apabila dalam masa

percobaan selama 10

(sepuluh) bulan

2 DKI

Jakarta

Jakarta

Pusat

1369/Pid.Su

s/2018/PN.J

kt.Pst

Mandala

Abadi

Lucky

Andriyani

Pidana penjara

masing-masing

terhadap mereka

terdakwa selama 3

(tiga) bulan dan

membayar denda

masing-masing

sebesar Rp 5.000.000

(lima juta rupiah)

subsider masing-

masing selama satu

bulan kurungan.

3 DKI

Jakarta

Jakarta

Barat

2171/Pid.Su

s/2018/PN.J

kt.Brt.

Drs. H. Moh.

Arief, M.M

M.Pd

Pidana Penjara

selama 4 (Empat)

bulan, dan Denda Rp.

10.000.000,- (Sepuluh

Juta Rupiah) masa

percobaan 8

(Delapan) bulan

Page 246: SEJARAH DAN KIPRAH

4 DKI

Jakarta

Jakarta

Selatan

14.Pid.Sus/

2019/PN

Jkt.Sel

Mandala

Abadi

Pidana Penjara

selama 3 (Tiga) bulan,

dan Denda Rp.

5.000.000,- (Lima Juta

Rupiah), subsider 1

(Satu) bulan kurungan

5 DKI

Jakarta

Jakarta

Utara

328/Pid.Sus

/2019/PN

Jkt.Utr.

Nurhasanudi

n

Syaiful Bachri

Pidana penjara

masing-masing

selama 3 (tiga) bulan,

dan denda masing-

masing sejumlah Rp.

10.000.000,- (sepuluh

juta rupiah)

6 DKI

Jakarta

Jakarta

Utara

701/Pid.Sus

/2019/PN

Jkt.Utr

Ivan

Valentino

Pidana kepada

terdakwa dengan

pidana penjara

selama 3 (tiga) bulan

dan denda sebesar

Rp. 5.000.000,- (lima

juta rupiah)

7 DKI

Jakarta

Jakarta

Utara

PPK

Kecamatan

Cilincing,

Vonis Bebas

Pengadilan Negeri

Jakarta Utara

Page 247: SEJARAH DAN KIPRAH

Jakarta

Utara:

Idi Amin

Khoirul Rizqi

Attamami

Muhammad

Nur

Hidayat

Ibadurrahma

n

8 DKI

Jakarta

Jakarta

Utara

PPK

Kecamatan

Koja, Jakarta

Utara:

Alim Sori

Drs. Dedy

Sugiarto, MM

Heri Suroyo

Bahrudin

Hardian Syah

Vonis Bebas

Pengadilan Negeri

Jakarta Utara

PUTUSAN PIDANA PENGADILAN TINGGI DKI JAKARTA

Page 248: SEJARAH DAN KIPRAH

N

O

PROVIN

SI

KOTA/KA

B

NOMOR PUTUSAN PT

DKI

ISI PUTUSAN

1 DKI

Jakarta

Jakarta

Utara

389/Pid.Sus/2018/PT.D

KI

Menguatkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta

Utara Nomor

1280/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.

Utr.

2 DKI

Jakarta

Jakarta

Pusat

427/PID.SUS/2018/PT.

DKI

Menguatkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat

1369/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.P

st

3 DKI

Jakarta

Jakarta

Utara

138/PID.SUS/2019/PT.

DKI

Menguatkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta

Utara Nomor

328/Pid.Sus/2019/PN Jkt.

Utr

4 DKI

Jakarta

Jakarta

Utara

225/PID/2019/PT DKI

Menguatkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta

Utara Nomor

701/Pid.Sus/2019/PN

Jkt.Utr

Page 249: SEJARAH DAN KIPRAH

1. Tindaklanjut Penindakan Pelanggaran Bawaslu Prov. DKI Jakarta

Ketentuan yang menjadi syarat formil sebuah temuan atau laporan berdasarkan

Pasal 9 ayat (3) Peraturan Bawaslu Nomor 7 Tahun 2018 tentang Penanganan Temuan dan

Laporan Pemilihan Umum, syarat formil sebuah laporan meliputi:

a. identitas Pelapor/pihak yang berhak melaporkan;

b. pihak terlapor;

c. waktu pelaporan tidak melebihi ketentuan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diketahui

terjadinya dan/atau ditemukannya dugaan Pelanggaran Pemilu; dan

d. kesesuaian tanda tangan dalam formulir Laporan Dugaan Pelanggaran dengan

e. kartu tanda penduduk elektronik dan/atau kartu identitas lain.

Ketentuan yang menjadi syarat materil berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (3)

Peraturan Bawaslu Nomor 7 Tahun 2018 tentang Penanganan Temuan dan Laporan

Pemilihan Umum, syarat materil sebuah laporan meliputi:

a. peristiwa dan uraian kejadian;

b. tempat peristiwa terjadi;

c. saksi yang mengetahui peristiwa tersebut; dan

d. bukti.

Hal ini diperkuat yang di dasarkan pada ketentuan Pasal 454 Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum serta Pasal 6 ayat (1) Peraturan Bawaslu

Nomor 7 Tahun 2018 tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pemilihan Umum, pihak

yang dapat menyampaikan laporan terdiri dari:

a) Warga Negara Indonesia yang punya hak pilih;

b) Peserta Pemilu; atau

c) Pemantau Pemilu.

Page 250: SEJARAH DAN KIPRAH

Pelanggaran Administrasi Pemilu 2019 Prov. DKI Jakarta

No

No Register

Pelapor

Terlapor

Putusan

Diterima/

Diterima

sebagian

Ditolak

1 001/ADM/DPD/ PEMILU/V/2018

John Muhammad

KPU Prov. DKI Jakarta

Diterima sebagian

2 002/LP/PP/ADM/ Prov/12.00/X/2018

Sahroni Ir. H. Joko Widodo dan K.H Ma’ruf Amin (Capres Cawapres Nomor Urut 01)

Diterima sebagian

3 003/ADM/DPRD/ Prov-DKI/V/2019

Siti Djaozah Ketua KPUD Jakarta Barat

Diterima

4 004/LP/DPRD/ADM/ Prov/12.00/V/2019

H.Mohammad Aly Shobat SE

Ketua dan Anggota KPU Jakarta Timur

Diterima sebagian

Sumber Data:diolah dari divisi penindakan dan penanganan

pelanggaran Tahun 2019

Jumlah Temuan dan Laporan Dugaan

Page 251: SEJARAH DAN KIPRAH

Berdasarkan grafik diatas, jumlah temuan dan laporan cukup bervariatif, jumlah

temuan paling banyak ada di Bawaslu Kota Jakarta Utara dengan 15 temuan sedang untuk

jumlah laporan paling banyak terdapat di Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dengan 27

laporan.

Klasifikasi Jenis-Jenis Dugaan Pelanggaran

Sumber Data: Diolah dari Divisi Penindakan & Penanganan

Pelanggaran Tahun 2019

Berdasarkan grafik 3.4 diatas ada 14 jenis dugaan pelanggaran, dimana politik uang

dan penggelembungan hasil suara paling banyak terjadi dengan jumlah 18 pelanggaran

yang terjadi diseluruh Provinsi DKI Jakarta dalam Pemilu 2019.

Page 252: SEJARAH DAN KIPRAH

Persentase Jenis-Jenis Dugaan Pelanggaran

Sumber Data: Diolah dari Divisi Penindakan & Penanganan Pelanggaran 2019

Berdasarkan grafik 3.5 diatas persentase berdasarkan jenis-jenis dugaan pelanggaran

politik uang dan penggelembungan hasil suara paling banyak terjadi pelanggaran dengan

17% dari seluruh pelanggaran yang terjadi diwilayah Provinsi DKI Jakarta selama Pemilu

2019.

Jenis Pelanggaran Pemilu 2019

Page 253: SEJARAH DAN KIPRAH

Sumber Data: Diolah dari Divisi Penindakan & Penanganan

Pelanggaran Tahun 2019

Berdasarkan diatas berdasarkan jenis pelanggaran, 87 temuan dan laporan dugaan

pelanggaran pemilu yang ditangani sentra gakkumdu ternyata bukan pelanggaran sebanyak

87, ASN 4, etik nihil, pidana 4, dan administrasi 4 pelanggaran.

Pelanggaran Pidana Pemilu

Sumber Data: Diolah dari Divisi Penindakan & Penanganan

Pelanggaran Tahun 2019

Page 254: SEJARAH DAN KIPRAH

Berdasarkan grafik diatas 12 pelanggaran pidana pemilu di wilayah Provinsi DKI

Jakarta baik yang tangani oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta maupun Bawaslu

Kab/Kota se-Provinsi DKI Jakarta, 6 dinyatakan bersalah, 5 dihentikan penyidikannya

dengan dikeluarkannya SP3, dan 1 dinyatakan divonis bebas oleh Pengadilan Negeri

(PN).

Peristiwa Dugaan Pelanggaran dalam Tahapan Pemilu

Sumber Data: Diolah dari Divisi Penindakan & Penanganan Pelanggaran

Tahun 2019

Berdasarkan grafik diatas, dapat dijelaskan bahwa dugaan pelanggaran paling

banyak selama tahapan pemilu 2019 baik yang berdasarkan pada temuan atau

berdasarkan pada laporan ada pada saat tahapan kampanye dengan jumlah 60 dugaan

pelanggaran, sedang pada tahapan pencalonan hanya terjadi 1 dugaan pelanggaran.

Page 255: SEJARAH DAN KIPRAH

Klasifikasi Pihak-Pihak yang Melaporkan Dugaan Pelanggaran

Sumber Data: Diolah dari Divisi Penindakan & Penanganan

Pelanggaran Tahun 2019

Berdasarkan grafik diatas berdasarkan pada klasifikasi pihak- pihak yang melaporkan

dugaan pelanggaran pemilu, paling banyak adalah masyarakat dengan 54 laporan disusul

oleh penyelenggara pemilu 30 laporan dan oleh partai politik sebanyak 10 laporan.

Klasifikasi pihak-pihak yang Menjadi Terlapor dalam Dugaan Pelanggaran

Sumber Data: Diolah dari Divisi Penindakan & Penanganan

Pelanggaran Tahun 2019

Page 256: SEJARAH DAN KIPRAH

Berdasarkan grafik 3.10 diatas berdasarkan klasifikasi pihak yang menjadi terlapor dugaan

pelanggaran pemilu paling banyak adalah partai politik dengan 42 laporan disusul oleh

penyelenggara pemilu sebanyak 27 laporan, masyarakat 23 laporan, paslon 01 3 laporan dan

terakhir paslon 02 dengan 1 laporan.

Alat Peraga Kampanye yang Melanggar

Sumber Data: Diolah dari Bagian Penindakan Penanganan Pelanggaran Bawaslu DKI

Jakarta

Berdasarkan grafik diatas adalah sebaran 16 partai politik yang alat peraga kampanye

sering melanggar peraturan perundang- undangan terkait pemasangan alat peraga kampanye,

paling banyak adalah PDIP dengan 5.659 dan paling sedikit partai garuda dengan 619.

Page 257: SEJARAH DAN KIPRAH

Jenis Alat Peraga Kampanye yang Melanggar

Sumber Data: Diolah dari Divisi Penindakan & Penanganan Pelanggaran Tahun 2019.

Berdasarkan grafik diatas berdasarkan jenis alat peraga kampanye yang sering melanggar

yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta paling banyak adalah bendera partai dengan

13.948 dan paling sedikit umbul-umbul dengan 19.

2. Tindak lanjut Penindakan Pelanggaran Bawaslu Kab/Kota

Pelanggaran pada massa kampanye menjadi salah satu tahapan yang paling banyak

memberikan kontribusi adanya dugaan pelanggaran pemilu dalam bentuk pelanggaran

pelaksanaan kampanye ditempat ibadah/dan ditempat pendidikan serta kampanye dengan

pemberian materi lainnya dan/atau menjanjikan kepada peserta pemilu (politik uang), pengrusakan

alat peraga kampanye peserta pemilu, tercecernya dokumen suara dalam Berita Acara

Penghitungan Suara (C1), dan pelanggaran pada saat pemungutan dan penghitungan suara yang

pada ujung menjadi pintu masuk munculnya gugatan sengketa hasil suara pemilu atau Perselisihan

Hasil Pemilihan Umum (PHPU);

2.1. Kota Jakarta Timur

a. Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, M.Si, merupakan (Dosen UNJ, UHAMKA, yang juga

merupakan Calon Perseorangan Peserta Pemilu Anggota DPD Tahun 2019 Provinsi DKI

Jakarta) diduga pada hari Minggu 14 Oktober 2018 yang berlokasi di Masjid Al Falah

Perumahan Karyawan DKI Blok S-2 No.1, RT.10/RW.02 Kelurahan Pondok Kelapa,

Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Yang diduga dalam Acara Kajian Dhuha

dilaksanakan dari jam 07.30 – 10.00 WIB. Menjelang berakhirnya kajian dhuha pada menit

01.41.00 dari rekaman video, terlihat Prof. Dr. Sylviana Murni, SH, M.Si mulai

Page 258: SEJARAH DAN KIPRAH

menyampaikan materi yang terkait dengan dirinya yang mencalonkan sebagai Calon

Anggota DPD RI wilayah Provinsi DKI Jakarta, serta mengajak warga Jamaah Masjid Al

Falah yang hadir untuk memilih dirinya, dengan penyampaian rangkaian kalimat sebagai

berikut ”Saya Calon Anggota DPD RI Provinsi DKI Jakarta, dengan No urut 46. Saya

berharap warga Pondok Kelapa yang hadir dapat memilih saya, kalau tidak memilih Saya

kebangeten”, selanjutnya atas temuan atau laporan maka Bawaslsu Kota Jakarta Timur

menindaklanjuti dengan memeriksa, menilai dan mengkaji dengan meminta keterangan

atau klarifikasi para pihak dengan tujuan untuk mengetahui peristiwa yang sebenarnya

apakah dari keterangan dan klarifikasi para pihak dapat memperjelas peristiwa perbuatan

yang di sangkakan kepada Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, M.Si, yang merupakan Calon

Perseorangan Peserta Pemilu Anggota DPD, dari kajian dan analisa penilaian yang

didasarkan dari keterangan para pihak (Pelapor, saksi dan bukti) yang mendukung terhadap

keterangan dan peristiwanya maka Bawaslu Kota Jakarta Timur menghentikan Proses

penanganan dugaan pelanggaran pemilu karena tidak memenuhi unsur tindak pidana

pemilu.

a. Johan Musyawa, SE dan Sdr. Eko Hendro Purnomo, S.Sos dan (Sdr. Eko Hendro Purnomo

adalah anggota DPR RI dan Calon Anggota DPR RI Dapil DKI Jakarta 1. Sdr. Johan

Musyawa Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta dan Calon Anggota DPRD Provinsi DKI

Jakarta ) pada Kamis / 18 Oktober 2018 bertempat di Aula dari rumah ibadah Musholla

Al-Mu’minin yang terletak di RT 04/01 Kelurahan Makasar, Kecamatan Makasar dugaan

melakukan pengawasan di lokasi RT 09/03 Kelurahan Kebon Pala, Panwaslu Kelurahan

kembali melakukan pengawasan terhadap kegiatan kampanye yang dilakukan oleh Sdr.

Johan Musyawa, SE dan Sdr. Eko Hendro Purnomo, S.Sos. Lokasi yang menjadi tempat

kampanye adalah sebuah Aula dari rumah ibadah Musholla Al-Mu’minin yang terletak di

RT 04/01 Kelurahan Makasar, Kecamatan Makasar dari kajian dan analisa penilaian yang

didasarkan dari keterangan para pihak (Pelapor, saksi dan bukti) yang mendukung terhadap

keterangan dan peristiwanya maka Bawaslu Kota Jakarta Timur menghentikan Proses

penanganan dugaan pelanggaran pemilu karena tidak memenuhi unsur tindak pidana

pemilu.

b. Prof. Dra. Chusnul Mariyah, Ph.D (ASN) pada 26 Januari 2019 Padepokan IPSI TMII

Jakarta Timur Kegiatan Deklarasi Nasional Alumni Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia

Untuk Pemenangan Prabowo – Sand berlangsung pada tanggal 26 Januari 2019 pukul

11.30 WIB ditandai dengan registrasi peserta yang berasal dari berbagai wilayah.

Transportasi peserta ke tempat kegiatan menggunakan bus yang dikoordinir oleh presidium

masing-masing universitas. Kegiatan dibuka dengan orasi/sambutan dari Haikal Hassan

yang menyampaikan pentingnya mendorong Paslon 02 dan tidak melepaskannya begitu

saja jika nanti sudah terpilih Setelah itu ada beberapa sambutan antara lain ada sambutan

perwakilan dari Papua kemudian kegiatan dilanjutkan orasi beberapa tokoh yaitu Chusnul

Mariyah, Ichsanuddin Noorsy, Sobri Lubis, Amin Rais, Rocky Gerung dan pidato

Page 259: SEJARAH DAN KIPRAH

kebangsaan dari Prabowo Subianto (Dokumentasi materi terlampir). Pada kegiatan ini

disebarkan bahan kampanye berupa kipas yang mencantumkan visi misi Paslon dan buku

Indonesia Menang dan Paradoks Indonesia. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, Bawaslu

Jakarta timur beserta jajarannya melakukan pencegahan aturan kampanye dengan

menyarankan kepada panitia untuk tidak melibatkan anak dibawah umur yang

diikutsertakan ke dalam ruangan kegiatan. Pencegahan tersebut dapat diterima panitia dan

2 orang ibu yang membawa 3 anaknya dipersilahkan untuk keluar oleh panitia. Dalam

kegiatan tersebut, Petugas Bawaslu Kota Jakarta Timur beserta jajarannya yang

melakukan pengawasan juga mendapatkan bukti adanya indikasi keterlibatan Aparatur

Sipil Negara (ASN) yaitu Ibu Chusnul Mariyah yang menjadi Nara Sumber, beliau

mengakui sendiri ketika berpidato dalam acara tersebut bahwa dirinya adalah seorang

ASN. Kemudian kegiatan selesai kurang lebih pukul 17.00 WIB. Berdasarkan hasil pleno

Bawaslu Kota Adminsitrasi Jakarta Timur mengenai informasi dugaan pelanggaran

diputuskan hal sebagai berikut: Bahwa Temuan Dugaan Pelanggaran Nomor:

010/TM/PP/Kota/12.04/II/2019 diteruskan ke Komisi ASN.

2.2. Kota Jakarta Barat

a. Terhadap dugaan pelanggaran yang diduga melanggar Pasal 521junto Pasal 280 ayat 1

hukuman penjara 2 tahun denda 24 juta rupiah 2. Pasal 493 junto Pasal 280 ayat 2

hukuman penjara 1 tahun dan denda 12 juta. Rupiah untuk tersangka Drs.

H.Moh.Arief,MM.M.Pd Hari Rabu,tanggal 03 Oktober 2018 Pukul 13.47 wib ada

pertemuan kegiatan silaturahmi Calon Anggota Legislatif DPRD dari Partai Gerindra

Nomor Urut 04 Daerah Pemiliham 10,yaitu Bapak DrsH.Moh.Arief,MM,M.Pd yang juga

masih menjabat sebagai Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta Periode 2014-2019 yang

melakukan kegiatan silaturahmi yang diduga ada muatan kampanye di SMP Negeri 127

Jakarta Barat,yang beralamat di Jalan Raya Kebon Jeruk No.126A RT 010 RW.05

Kelurahan Kebon Jeruk Kecamatan Kebon Jeruk Kota Administrasi Jakarta Barat yang di

ikuti kurang lebih 50 orang peserta yang ber profesi sebagai guru, Adapun kegiatan tersebut

berlangsung dari pukul 13.47 WIB sampai dengan pukul 15.15 WIB , dalam kegiatan

tersebut ada penyampaian dari terlapor Bapak Drs.H.Moh.Arief sebagaimana yang terekam

di dalam rekaman yang pada intinya bahwa adanya penyampaian ajakan yang dilakukan

oleh terlapor untuk memilih kembali pada Pemillu tanggal 17 April 2019, terhadap perkara

ini terlapor di putuskan bersalah melanggar pasal pidana pemilu dengan pidana 4 bulan dan

denda 10.000.000,- dengan percobaan 8 bulan.

b. Ir. H. Kamrussamad ST Msi (Calon Legislatif DPR RI Dapil 3 DKI Jakarta dari Partai

Gerindra) Jum'at, 29 Maret 2019 Dilaporkan kejadian yang diduga pelanggaran kampanye

di tempat ibadah pada tanggal 29 Maret 2019, di masjid Jami' Baitussalam, Tamansari yang

dilakukan oleh Caleg Ir. H. Kamrussamad ST. Msi. Pada hari Jum'at tanggal 29 Maret

2019, terlapor Kamrussamad datang ke Masjid Jami' baitussalam, Tamansari untuk

menunaikan shalat Jum'at, setelah melaksanakan shalat jum'at ada peristiwa pemberian

Page 260: SEJARAH DAN KIPRAH

map berisi uang oleh seseorang yang diduga merupakan Tim Kampanye dari Caleg

Kamrussamad.

2.3 Kota Jakarta Utara

a. David Rahardja Kelurahan Pegangsaan Dua dan Sukapura Bahwa pada tanggal

23September 2018 Telah diadakanya Kegiatan pasar murah Penjualan minyak

gorengSeharga Rp. 12.000 (dua belas ribu) /LiterMerk Tawon, dengan jumlah 130 paket,

Kegiatan tersebut diSelenggarakan oleh calonAnggota DPRD ProvinsiDKI Jakarta Partai

PerindoDapil II Nomor Urut 2Atas Nama David H. Rahardja. Menurut Info Yang didapat

dari wargaBahwa kegiatan tersebutDilakukan pada pukul18.00 Wib sampa SelesaiDalam

kegiatan tersebutTidak ada pemberitahuanKampanyedanada Pembagian Minyak Goreng

secara Cuma-cuma Bahwa sebagaimana dimaksud termasuk Dugaan Pelanggaran Pidana

Pemilu Telah keluar Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor : 1280/PId.Sus/2018

PN.JKT.UTR tanggal 22 Nopember 2018 dengan amar sebagai berikut : Bahwa Sdr

David H Rahardja terbukti sah bersalah dan menyakinkan melakukan Tindak Pidana

Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 ayat 1 huruf j Jo 523 ayat (1) UU No 7

Tahun 2017 Tentang Pemilu, dengan enam bulan kurungan penjara dan denda Rp

5.000.000 subsider satu bulan penjara dengan masa percobaan selama 10 (sepuluh) bulan.

Bahwa Sentra Gakkumdu Jakarta Utara melalui JPU telah menyatakan dan memberikan

Memori Banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Pada tanggal 27 November melalui

Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Dan telah keluar Putusan Pengadilan Tunggi DKI Nomor

: 389/Pid.Sus/2018/PT.DKI

b. Nurhasanudin (Caleg DPRD DKI Jakarta Dapil 2 Nomor Urut 3 PAN Syaiful Bachri (Ketua

PAC) Kelurahan Sukapura PAN Jakarta Bahwa Pada tanggal 9 Januari 2019 bertempat di

masjid Qurotul’Ain adanya dugaan pelanggaran pembagian kalender & Kerudung di

tempat ibadah oleh Caleg DPRD DKI Jakarta Nomor Urut 3 dari Partai Amanat Nasional

yaitu NURHASANUDIN , Bahwa sebagaimana dimaksud termasuk melanggar Pasal 280

ayat (1) huruf h Jo 521 UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu Dalam Proses Banding Pada

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dengan Putusan Pada Pengadilan Negeri Jakarta Utara yaitu

Pidana Penjara 3 Bulan dan dengan Masa Percobaan 6 Bulan dan Denda 10 Juta Rupiah.

c. Ivan Valentino Bahwa pada hari Rabu tanggal 17 April 2019 di TPS 071 Karang Bolong

Ancol telah terjadi keributan atau mengganggu ketertiban umu di dalam TPS 071 Karang

Bolong Ancol. Selanjutnya benar bahwa korban adalah anggota KPPS TPS 071 Karang

Bolong Ancol. Pada saat korban sedang melaksanakan tugas sebagai anggota KPPS TPS

071 saat dalam lokasi TPS. Telah datang pelaku bersama ayahnya yang bernama Temy Al

Jo Loe Jong, tiba-tiba Sdr. Temy menunjuk korban sambil berkata ini orangnya. Tiba-tiba

pelaku masuk kedalam kawasan TPS 071. Dan menyerang korban dengan mencekik leher

korban. Kejadian pada saat itu sedang berlangsungnya pencoblosan yang mengakibatkan

kegaduhan dan mengakibatkan terhentinya pencoblosan sekitar 30 menit. Kemudian

pelaku diamankan oleh Petugas TPS dan warga yang ada di TKP. Selanjutnya pelaku di

serahkan anggota Gakkumdu Pimpinan AKP Bagus Bowowiyatmo, SH. Selanjutnya

Page 261: SEJARAH DAN KIPRAH

korban dianjurkan untuk nberobat untuk visum dan tersangka diamankan dibawa ke Resort

Jakarta Utara untuk dilakukan proses penindakan. Bahwa sebagaimana dimaksud

melanggar Pasal 531 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Ancaman hukuman maksimal 2 Tahun dan denda maksimum Rp. 24.000.000,- (dua puluh

empat juta rupiah) Temuan tersebut ditingkatkan dari Proses Penyelidikan ke Proses

Penyidikan di Polres Metro Jakarta Utara.

d. Pada hari Kamis tanggal 18 April 2019, Pukul 01.00 WIB, Bawaslu Kota Jakarta Utara

melakukan patroli pengawasan, dan mendapati informasi awal, masyarakat mengenai

dugaan Pelanggaran Pemilu, yakni membuka Kotak Suara yang sudah tersegel ditempat

yang tidak sebagaimana mestinya. Pembukaan kotak sebagaimana dimaksud pada Kotak

Suara di TPS 031, 051, 120 yang telah dirusak segelnya..Bahwa sebagaimana dimaksud

melanggar Pasal 15 huruf d Jo Pasal 22 ayat (3) huruf d Peraturan DKPP Nomor 2 Tahun

2017 tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Temuan tersebut Bawaslu Kota Jakarta

Utara merekomendasikan ke KPU Kota Jakarta Utara untuk melakukan proses

pemberhentian tetap Ketua dan Anggota PPS Sukapura.

e. Tanggal 29 April 2019 sampai dengan 9 Mei 2019 telah diadakannya Rapat Rekapitulasi

Perhitungan Suara Tingkat Kecamatan di Wilayah Kecamatan Cilincing, Koja, dan Kelapa

Gading serta di Rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Calon Anggota

DPRD Tingkat Kota Jakarta Utara berkaitan dengan hal tersebut, banyak terjadinya

kecurangan secara terstruktur, masif dan sistematis pada hasil pada hasil Rekapitulasi

Perhitungan Suara di Tingkat Kecamatan Cilincing, Koja, dan Kelapa Gading dan Laporan

tersebut masih dalam Proses Penyelidikan oleh Gakkumdu Bawaslu Kota Jakarta Utara.

2.4 Kota Jakarta Selatan

a. Mandala Abadi Shoji Pada hari minggu tanggal 11 November 2018 tepat pukul 08.00 WIB

salah satu caleg DPR RI dari Partai PAN (Partai Amanat Nasional) Sdr Mandala Abadi

Shoji mengadakan kegiatan blusukan di daerah Jl Rawajati timur II tepatnya di pasar kaget

kelurahan Rawajati, Sdr Mandala Abadi Shoji beserta tim Sukses-nya menyampaikan Visi

dan Misi serta membagikan Kupon berhadiah Umroh dengan cara mengisi Nama, Nomor

Handphone dan alamat dengan sasaran peserta pedagang dan warga sekitar tepat pukul

10.16 WIB Sdr Mandala Abadi Shoji beserta tim meninggalkan lokasi.

b. H. Zainuddin, MH. SE. Calon DPRD Provinsi DKI Dapil 8 dari Partai Golkar Pada hari

Rabu tanggal 19 Desember 2018 Pukul 20.30 s/d 22.00 WIB salah satu Caleg DPRD Dapil

8 No urut 1 dari Partai GOLKAR diduga telah melakukan tindak Pidana Pemilu Pasal 280

Point h dan Pasal 521 (UU No 7 Tahun 2017) pada Acara Sosialisasi Perda No 4 Tahun

2015 Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi, bertempat di Jl. Buncit Raya, Gg. Reyang

Rt: 007 Rw: 05 Kelurahan Kalibata Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Dalam acara

tersebut terlapor diduga menggunakan fasilitas pemerintah untuk keperluan kampanye

karena dalam acara tersebut ada spanduk dan stiker mengarah pada ajakan pencoblosan

pada H. Zainuddin, MH. SE.

Page 262: SEJARAH DAN KIPRAH

c. Findri Puspitasari Caleg DPRD Dapil 8 dari PDIP no. urut 11Penyebaran paket “Pembawa

Pesan” berisi stiker paslon no. 1, stiker caleg an Findri Puspitasari, selebaran paslon No. 1

dan caleg, pulpen, panduan mencoblos dan kalender, dan tabloid “Pembawa Pesan”,

didapati di dua kelurahan yaitu Kelurahan Ciganjur dan Kelurahan Cipedak Kecamatan

Jagakarsa. Yang pengirimannya tertanggal 25, 28 dan 29 di keluarahan Ciganjur RT 06, Rt

09, Rt 02 di RW 01, tanggal 27 Januari 2019 di kelurahan Cipedak RT 06, 07 dan 09 di

RW 01. Penyebaran paket dilakukan oleh kurir relawan caleg PDIP an. Findri Puspitasari.

Menurut keterangan Junaidi (warga Ciganjur yang menerima paket) yang berkomunikasi

dengan kurir pembawa paket, bahwa penyebaran paket ditargetkan habis tiap harinya

sebanyak 50 paket. Warga yang mendapatkan paket merasa heran dan bingung karena

mendapatkan paket yang tertera nama dan alamat warga yang sebelumnya tidak pernah

diberikan ke pengirim sdr. Findri Puspitasari Kejadian di kelurahan Ciganjur diketahui oleh

panwascam Jagakarsa pada tanggal 25 Januari 20I9. Kejadian di kelurahan Cipedak

diketahui panwaskel Cipedak pada hari minggu 27 Januari 2019. Kemudian Panwascam

Jagakarsa menginformasikan kejadian ini ke Bawaslu Kota Jakarta Selatan pada selasa, 29

Januari 2019 pukul 13.30 wib

2.5 Kota Jakarta Pusat

a. Mandala Abadi dan Lucky Andriyani Pasar gembrong Lama Jl. Galur Jaya Pada hari Jumat

tanggal 19 Oktober 2018 terdapat peristiwa dugaan pelanggaran pemilu berupa pembagian

Kupon Berhadiah Umroh dan Doorprize yang diduga dibagikan oleh Terlapor Caleg DPR

RI Mandala Abadi dan Caleg DPRD DKI Lucky Andriyani dari Partai Amanat Nasional

(PAN) kepada warga di Pasar Gembrong Lama, Kelurahan Galur, Kecamatan Johar Baru,

Kota Jakarta Pusat. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Memutuskan Terdakwa I dan II

terdakwa I Mandala Abadi dan terdakwa II Lucky Andriyani telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemilu sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam pasal 523 ayat 1 juncto pasal 280 ayat 1 hurf j Undang-Undang Nomor 7

tahun 2017 tentang pemilu juncto pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHPidana. Selanjutnya Majelis

Hakim Menjatuhkan pidana penjara masing-masing terhadap mereka terdakwa selama 3

(tiga) bulan dan membayar denda masing-masing sebesar Rp 5.000.000 (lima juta rupiah)

subsider masing-masing selama satu bulan kurungan.

b. Pada hari Rabu, tanggal 17 April 2019 pukul 12.50 WIB di TPS 02 RT07/RW01 Jl Antara

Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Administrasi Jakarta Pusat terjadi

peristiwa ada empat orang pemilih menunjukkan KTP, kemudian mendaftarkan untuk

memilih pada KPPS, tetapi oleh KPPS ditolak karena tidak dapat menunjukkan A.5-KPU,

namun tetap ingin memberikan suara di TPS 02 dimaksud, tetapi dari pihak KPPS dan

Ketua PPS menolak, dengan alasan tidak dapat menunjukkan A.5-KPU kemudian

diketahui KPPS dan Pamsung memberikan surat suara kepada keempat orang tersebut

untuk melakukan pencoblosan. Pemungutan Suara Ulang TPS 02 RT07/RW01 Jl Antara

Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Administrasi Jakarta Pusat.

Page 263: SEJARAH DAN KIPRAH

c. Jl. Besuki (dekat Taman Suropati) Menteng Jakarta Pusat Pada Hari Sabtu, 4 Mei 2019

sekitar Pukul 10.30 WIB di Jl. Besuki (dekat Taman Suropati) Menteng Jakarta Pusat

Anggota Polisi Lalu Lintas yang bernama AKP Harjono, BRIPKA Maryono, dan BRIPKA

Kuncoro memberhentikan satu unit mobil Daihatsu Sigra warna Abu-Abu Nomor polisi :

A 1835 BH karena melanggar Lalu Lintas, kemudian melihat dua buah kardus yang

mencurigakan dibagasi belakang mobil, kemudian petugas Polisi Lalu Lintas berkoordinasi

dengan Piket Reskrim. Kemudian Piket Reskrim di Pimpin AKP Bayu Kurniawan, SIK,

SH mendatangi TKP lalu petugas meminta agar Sdr. KARDI membuka dua buah dus

tersebut. Setelah dibuka diketahuii bahwa dua dus tersebut berisikan Formulir C-1,

sehingga barang tersebut diserahkan Ke Bawaslu Kota Jakarta Pusat untuk dilakukan

proses lebih lanjut Berdasarkan hasil investigasi tersebut diatas Bawaslu kota Jakarta Pusat

berkesimpulan, Bahwa peristiwa penemuan 2 (dua) kotak kardus yang berisi salinan

Formulir C-1 daerah Jawa Tengah di Jl. Besuki (sekitar Taman Suropati) Menteng, Jakarta

Pusat pada tanggal 4 Mei 2019, tidak dapat ditetapkan sebagai Temuan Dugaan

Pelanggaran Pemilu karena tidak memenuhi syarat formil dan materil.

2.6 Kepuluan Seribu

Di Kabupaten Kepulauan Seribu hanya terdapat Temuan pengawas pemilu yang

merupakan dugaan Pelanggaran Pidana Petugas Pemutakhiran Data pemilih (Pantarlih) TPS 4 Kel.

Pulau Pari, Penanganan oleh Panwaslu Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Rekomendasi

Kepada PPK Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan untuk Melakukan Coklit Ulang di TPS 4 Kel.

Pulau Pari

M. Penyelesaan Sengketa Proses Pemilu 2019

1. Permohonan Sengketa Bawaslu DKI

Selama Pemilihan Umum Tahun 2019, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta telah menerima

Permohonan Penyelesaian Sengketa sebanyak 6 (enam) Permohonan, yang akan di uraikan berikut

ini:

Pertama, permohonan diajukan oleh Partai Gerindra Provinsi DKI Jakarta terhadap

keputusan KPU Provinsi DKI Jakarta Nomor: 68/PL/01.4-KPT/31/Prov.II/2019, Tanggal 28

Februari 2019, tentang Penetapan Daftar Calon Tetap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi DKI Jakarta. Keputusan yang dikeluarkan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta tersebut

mencoret salah satu Calon Anggota Legislatif atas nama M. Arief didasarkan pada Pasal 285

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, yang didasarkan pada putusan

Page 264: SEJARAH DAN KIPRAH

Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan

kewenangan Bawaslu dalam penanganan pelanggaran tindak pidana pemilu oleh Sentra

Gakkumdu. Terhadap permohonan yang tidak diregister tersebut Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

menerbitkan surat Nomor: 174/K./JK/PM.09.00/III/2019 Tanggal 8 Maret 2019 Perihal

Pemberitahuan tentang Permohonan Sengketa Proses Pemilu yang tidak dapat diregister.

Kedua, permohonan diajukan oleh Calon Anggota Legislatif Provinsi DKI Jakarta dari Parai

Gerindra Dapil Jakarta VI atas nama Dwi Ratna terhadap Keputusan KPU Nomor: 121/PL.01.7-

SD/31/Prov/V/2019 Tanggal 17 Mei 2019 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Perhitungan

Perolehan Suara Peserta Pemilihan Umum Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019,

terhadap objek sengketa yang diajukan berupa keputusan penetapan hasil, Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta menyatakan tidak berwenang untuk menangani permohonan tersebut oleh sebab, bawaslu

hanya diberikan kewenangan menyelesaikan sengketa proses pemilu. Sedangkan, yang

dimohonkan oleh Pemohon adalah tentang sengketa hasil yang menjadi kewenangan Mahkamah

Konstitusi. Disamping itu, Pemohon tidak memiliki legal standing atau kedudukan hukum sebagai

pemohon dalam sengketa di bawaslu oleh karena yang mengajukan permohonan bukan dari partai

politik peserta pemilu melalui Ketua Umum dan Sekertaris Jenderal sesuai tingkatan akan tetapi,

diajukan langsung oleh Caleg yang bersangkutan melalui kuasa hukum. Sehingga Bawaslu

Provinsi mengeluarkan surat menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diregistrasi (tidak

dapat diterima) dengan Nomor 408/K/JK/PM.10.01/V/2019 Tanggal 23 Mei 2019 Perihal Jawaban

Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.

2. Permohonan yang Diselesaikan Dalam Mediasi dan Adjudikasi

Untuk permohonan yang diregistrasi, dalam hal ini telah memenuhi syarat formil dan

materil, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menerima 4 (empat) permohonan yang masing-masing 3

(tiga) permohonan diajukan oleh perorangan Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

serta 1 (satu) permohonan diajukan oleh Partai Politik dari salah satu Calon Anggota Legislatif.

a) Permohonan Penyelesaian Sengketa yang diselesaikan dalam proses Mediasi yakni, diajukan

oleh M. Ridwan Calon Anggota DPD terhadap KPU Provinsi DKI Jakarta atas diterbitkanya

Berita Acara Penelitian administrasi Perbaikan dukungan pemilih perseorangan calon peserta

pemilihan umum anggota DPD Provinsi DKI Jakarta Nomor: 281/PL.01.4-

Page 265: SEJARAH DAN KIPRAH

BA/31/Prov/V/2018 beserta Lampiran-lampiranya yang dikeluarkan oleh KPU Provinsi DKI

Jakarta. Dalam Berita Acara tersebut Pemohon dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS)

dan tidak dapat mengikuti tahapan selanjutnya disebabkan kekurangan jumlah dukungan

sebanyak 6 pendukung.

Setelah dilakukan pemeriksaan kelengkapan Permohonan, dinyatakan memenuhi ketentuan

syarat formil dan materil, sehingga dapat diregister untuk selanjutnya diteruskan dalam proses

mediasi dan adjudikasi dengan Nomor 001/REG.LG/DPD/12.00/VI/2018. Sebelum masuk

pada tahap Adjudikasi penyelesaian sengketa terlebih dahulu dilakukan Mediasi antara

Pemohon dan Termohon yakni pada tanggal 22 dan 23 Juni 2019 yang pada pokoknya dalam

mediasi tersebut Pemohon dan Termohon sepakat untuk menyelesaian sengketa dengan

kesepakatan sebagai berikut:

1. Pemohon dan Termohon telah menyepakati hasil Mediasi penyelesaian sengketa

2. Termohon dalam hal ini KPU Provinsi DKI Jakarta Menerima Permohonan Pemohon

Moh. Ridwan SR sebagai Bakal Calon Anggota DPD Provinsi DKI Jakarta untuk

mengikuti proses tahapan selanjutnya

Kesepakatan mediasi selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara “Penyelesaian Sengketa

Proses Pemilihan Umum Mencapai Kesepakatan” ditanda tangani oleh Pemohon dan

Termohon serta Ketua Bawaslu DKI Jakarta.

b) Permohonan Penyelesaian Sengketa diajukan oleh Syaiful Ikhwan Calon Anggota DPD

terhadap KPU Provinsi DKI Jakarta akibat diterbitkanya Berita Acara Nomor: 419/PL.01.4-

BA/VII/2018 Tanggal 29 Juli 2018 tentang Penelitian Administrasi Perbaikan Kedua

Dukungan Pemilih Perseorangan Calon Peserta Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi

DKI Jakarta, Pemohon dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) dan tidak dapat

mengikuti tahapan selanjutnya dikarenakan kekurangan jumlah dukungan sebanyak 128

Pendukung. Permohonan tersebut telah diregisterasi dengan Nomor:

002/REG.LG/DPD/12.00/VIII/2018.

Pada tanggal 6 dan 7 Agustus 2018 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta telah memanggil

Pemohon dan Termohon untuk mediasi namun tidak tercapai kesepakatan karena para pihak

Page 266: SEJARAH DAN KIPRAH

tetap bertahan pada pendirian masing-masing sehingga ketidaksepakatan itu selanjutnya

dituangkan dalam Berita Acara “Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan Umum tidak

Mencapai Mufakat.” Pada tanggal 9 Agustus 2018 dilaksanakan Sidang Adjudikasi pertama

dengan agenda mendengarkan pokok permohonan Pomohon, yang diteruskan dengan

sidang-sidang berikutnya secara berurutan dengan agenda penyampaian jawaban Termohon,

pemeriksaan alat bukti serta mendengarkan keterangan saksi Pemohon dan Termohon

dibawah sumpah.

Berdasarkan pada fakta persidangan dan pemeriksaan berlangsung selama proses adjudikasi,

Majelis telah mempertimbangkan dan selanjutnya membuat putusan yang menyatakan

menolak permohonan Pemohon karena tidak dapat membuktikan terhadap seluruh dalil

permohonanya dan sebaliknya Termohon mampu memberikan dalil bantahan yang disertai

dengan bukti-bukti bahwa Termohon telah bekerja dan melaksanakan tugas dengan benar

melalui Putusan Nomor: 002/REG.LG/DPD/12.00/VIII/2018 dengan amar putusan

“menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya”

c) Permohonan diajukan oleh M. Pradana Putra Calon Anggota DPD terhadap KPU Provinsi

DKI Jakarta akibat diterbitkanya Berita Acara Nomor: 419/PL.01.4.BA/31/Prov.VIII/2018

tentang Penelitian Administrasi Perbaikan Kedua Dukungan Pemilih Perseorangan Calon

Peserta Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi DKI Jakarta, Pemohon dinyatakan Tidak

Memenuhi Syarat (TMS) dan tidak dapat mengikuti tahapan selanjutnya dikarenakan jumlah

dukungan yang memenuhi syarat sebesar -47.462 dan yang tidak memenuhi syarat sebesar

49.411. Adapun jumlah dukungan tidak memenuhi syarat sebesar 49.411 akibat sanksi

ditemukanya ganda identik sebanyak 985. Berdasar Peraturan KPU No. 5 Tahun 2018

tentang Perubahan atas PKPU No. 7 Tahun 2017 tentang Tahapan, Program dan Jadwal

Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019, setiap satu kegandaan akan dikenakan sanksi

pengurangan jumlah pendukung sebesar 50 pendukung, sehingga ganda identik yang

dimiliki pemohon sebanyak 985 x 50 = 49.250 ditambah lagi dengan jumlah dukungan yang

tidak sesuai KTP, yakni KTP tidak jelas, dan Ganda Potensi.

Page 267: SEJARAH DAN KIPRAH

Pemohon dalam dalil permohonan menyatakan bahwa terjadi eror dan kerusakan pada sistem

SIPPP Termohon sehingga merugikan Pemohon tidak dapat mengupload sisa dukungan.

Permohonan tersebut setelah dilakukan pemeriksaan telah memenuhi syarat formil dan

materil sehingga diregister dengan Nomor: 003/REG.LG/DPD/12.00/VIII/2018.

Selanjutnya, Pada tanggal 6 dan 7 Agustus 2018 telah dilakukan mediasi dengan memanggil

para pihak untuk didengarkan pendapatnya, baik Pemohon dan Termohon tetap bertahan

pada pendirian masing-masing dan tidak mecapai kesepakatan kemudian dituangkan dalam

Berita Acara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan Umum tidak Mencapai Mufakat.

Tanggal 9 Agustus 2018 dilakukan pemanggilan kembali para pihak untuk melaksanakan

Sidang Adjudikasi guna mendengar pokok permohonan Pemohon, jawaban Termohon,

memeriksa alat bukti dan keterangan saksi Pemohon dan Termohon untuk dilakukan

dibawah sumpah sampai Putusan diucapkan pada tanggal 21 Agustus 2018. Berdasarkan

fakta-fakta persidangan serta disesuaikan dengan dalil permohonan pemohon yang

menyatakan terjadi eror pada sistem SIPPP Termohon sehingga Pemohon tidak dapat

mengupload sisa jumlah dukungan. Dalil tersebut justru dibantah oleh saksi pemohon

menerangkan bahwa kegandaan dukungan disebabkan oleh data dukungan yang di upload

pada tahap kedua merupakan data dukungan yang ditolak pada tahap pertama bukan karena

kesalahan atau eror pada sistem Termohon. ketentuan Pasal 44 ayat 3 Peraturan KPU No.14

Tahun 2018 menyebutkan, daftar dukungan perbaikan kedua merupakan daftar pendukung

baru yang bukan merupakan daftar pendukung yang telah dinyatakan tidak memenuhi syarat,

sehingga majelis Adjudikasi berkesimpulan dan memutuskan untuk “menolak permohonan

pemohon untuk seluruhnya” yang dituangkan dalam Putusan Badan Pengawas Pemilihan

Umum Provinsi DKI Jakarta Nomor: 003/REG.LG/DPD/12.00/VIII/2018.

d) Permohonan diajukan oleh M. Taufik Caleg DPRD Provinsi DKI Jakarta dari Partai

Gerindra terhadap KPU Provinsi DKI Jakarta akibat diterbitkanya Berita Acara Verifikasi

kelengkapan dan keabsahan dokumen bakal calon anggota DPRD Provinsi pada Pemilihan

Umum Tahun 2019 tanggal 6 Agustus 2018, Pemohon dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat

(TMS) dan tidak dapat mengikuti tahap selanjutnya karena merupakan mantan Narapidana

Korupsi dan diregister dengan Nomor: 004/REG.LG/DPRD/12.00/VIII/2018.

Page 268: SEJARAH DAN KIPRAH

Pada tanggal 16 dan 20 Agustus 2018 telah memanggil Pemohon dan Termohon untuk

mediasi namun tidak mencapai kesepakatan kemudian ketidaksepakatan dituangkan dalam

Berita Acara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan Umum tidak Mencapai Mufakat dan

selanjutnya Pada tanggal 21 Agustus 2018 dilaksanakan sidang Adjudikasi dengan terlebih

dahulu telah memanggil Pemohon dan Termohon untuk didengarkan pokok permohonan

Pemohon, diteruskan dengan sidang-sdiang berikutnya sampai dengan putusan dibacakan

yakni, mendengarkan jawaban Termohon, memeriksa alat bukti serta mendengarkan

keterangan saksi Pemohon dan Termohon maupun Ahli yang telah dihadirkan dimuka

persidang dilakukan dibawah sumpah menurut agama dan kepercayaannya.

Berdasarkan fakta persidangan serta seluruh hal-hal yang terungkap baik oleh Pemohon

maupun Termohon menunjukan bahwa barita acara yang dikeluarakan oleh KPU Provinsi

DKI Jakarta (Termohon) bertentangan dengan Pasal 28 D ayat (3) UUD 1945, dan juga

bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 42/PUU-XIII/2015 dan Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 51/PUU-XIII/2015 yang pada pokoknya memberikan

kesempatan yang sama bagi mantan terpidana untuk ikut dan terlibat dalam memilih dan

dipilih dengan syarat-syarat yang telah di tentukan didalamnya.

Berdasarkan Peraturan KPU No. 20 Tahun 2018 tentang pencalonan Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten, Pasal 7 ayat (1) sampai ayat (6) khususnya ayat (4) huruf a menyebutkan

“mantan Terpidana yang telah selesai menjalani masa pemidanaan dan secara komulatif

bersedia secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik serta mencantumkan dalam

daftar riwayat hidup, seluruhnya telah dipenuhi oleh Pemohon. Sehingga Majelis Adjudikasi

berkesimpulan dan memutus dengan memberikan amar putusan sebagai berikut:

1. Menerima permohonan pemohon untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Bakal Calon Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta Dapil III Nomor Urut

1 dari Partai Gerindra atas nama Mohamad Taufik Memenuhi Syarat (MS) dalam

Verifikasi kelengkapan dan keabsahan dokumen bakal calon Anggota DPRD Provinsi

pada Pemilu Tahun 2019 oleh KPU Provinsi DKI Jakarta;

3. Memerintahkan kepada KPU Provinsi DKI Jakarta untuk melaksanakan putusan ini;

Page 269: SEJARAH DAN KIPRAH

Demikian pula terhadap uji materi yang dilakukan terhadap Pasal Peraturan KPU yang

melarang mantan terpidana korupsi menjadi Calon Anggota Legislatif telah diputus oleh

Mahkamah Agung (MA) menyatakan pasal tersebut bertentangan dengan undang-undang

sehingga mantan terpidana korupsi dapat menjadi calon anggota legislatif.

3. Permohonan Tidak Diterima

Permohonan ini berkaitan dengan permohonan yang diajukan oleh salah satu Calon

Anggota legislatif dari Partai Persatuan Indonesia (Perindo) atas nama David Rahardja yang

dicoret oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dalam Daftar Calon Tetap (DCT) akibat yang bersangkutan

melakukan pelanggaran tindak pidana pemilu berdasarkan putusan pengadilan yang telah

berkekuatan hukum tetap, berkonsultasi dan meminta pendapat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

tentang tata cara pengajuan permohonan penyelesaian sengketa proses pemilu atas keputusan KPU

yang telah mencoret dirinya dari daftar Calon Anggota Legislatif. Setelah mendapatkan informasi,

syarat-syarat yang harus dipenuhi termasuk batas waktu pengajuan yang bersangkutan tidak hadir

untuk mengajukan permohonan.

Permohonan Sengketa yang tangani Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada Pemilu 2019.

N

o

Nomor

Permohonan

Obyek Sengketa Pemohon Termoh

on

Putusan

Sengekta

1 001/PNM.LG/

DPD/12.00/VI

/2018

Model BA penelitian

Administrasi dukungan

pemilih perseorangan

calon peserta pemlihan

umum anggota DPD

Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta

MOH.

RIDWAN

KPU

DKI

Jakarta

Permohona

n diterima

melalui

Mediasi

2 002/PNM.LG/

DPD/12.00/VI

II/2018

Model BA penelitian

Administrasi perbaikan

kedua dukungan

pemilihan perseorangan

SYAIFUL

IKHWAN

KPU

DKI

Jakarta

Permohona

n diterima

melalui

Adjudikasi

Page 270: SEJARAH DAN KIPRAH

calon peserta pemilihan

umum anggota DPD

3 003/PNM.LG/

DPD/12.00/VI

II/2018

Model BA penelitian

Administrasi perbaikan

kedua dukungan

pemilihan perseorangan

calon peserta pemilihan

umum anggota DPD

M.

PRADANA

INDRAPUT

RA

KPU

DKI

Jakarta

Permohona

n ditolak

melalui

Adjudikasi

4 004/PNM.LG/

DPRD/12.00/

VIII/2018

MODEL BA Hasil

verifikasi kelengkapan

dan keabsahan

dokumen bakal calon

anggota DPRD provinsi

pada pemilihan umum

tahun 2019

PARTAI

GERINDR

A

KPU

DKI

Jakarta

Permohona

n diterima

melalui

Adjudikasi

5 005/PNM.LG/

DPRD/12.00/I

II/2019

Perubahan atas

penetapan daftar calon

tetap anggota DPRD

Provinsi DKI Jakata

pada Pemilihan Umum

tahun 2019

Drs. H.

MOH ARIF,

M.M. MPd

KPU

DKI

Jakarta

Tidak

Diregistrasi

6 006/PNM.LG/

DPRD/12.00/I

II/2019

Perubahan atas

penetapan daftar calon

tetap anggota DPRD

Provinsi DKI Jakata

pada Pemilihan Umum

tahun 2019

DAVID

RAHARDJ

A

KPU

DKI

Jakarta

Tidak

Diregistrasi

7 007/BERKAS.

LG/DPRD/12.

00/V/2019

Penetapan Rekapitulasi

hasil Perhitungan

Perolehan Suara Peserta

Pemilihan Umum

Anggota DPRD

DWI

RATNA

KPU

DKI

Jakarta

Tidak

Diregistrasi

Page 271: SEJARAH DAN KIPRAH

Provinsi DKI Jakarta

tahun 2019

N. Bawaslu Award 2019

Usai Pelaksanaan Pemilu Serentak pada pemilihan anggota DPR, DPD dan DPRD serta

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019, Bawaslu Republik Indonesia menyelenggarakan

Bawaslu Award pada Sabtu 25 Oktober 2019 bertempat di Hall Kasablangka Jakarta sebagai ajang

pemberiaan penghargaan dan aspresisasi kepada seluruh Pengawas Pemilu se Indonesia mulai dari

tingkat Provinsi, Kabupaten/kota, memberian penghargaan dengan beberapa kategori, Bawaslu

Jakarta Utara mendapatkan penghargaan dengan kategori Gakkumdu Terbaik Pertama dan

Bawaslu Jakarta Barat mendapatkan penghargaan sebagai Terbaik Kedua pada Kategori

Penanganan Pelanggaran.

Dan pada tahun 2019 Bawaslu RI juga melakukan penilain kepada seluruh Bawaslu Provinsi

Se Indonesia tentang Pengelolaan Informasi Publik dan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mendapat

Peringkat Ke 8 (delapan) pada Penganugerahan Keterbukaan Informasi Publik oleh Bawaslu

Republik Indonesia.

Page 272: SEJARAH DAN KIPRAH

BAB VI

ROMANTIKA BAWASLU PROVINSI DKI 2012-2019

Banyak sudah yang telah dilakukan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dalam kiprah dan

pengabdiaannya di Pemilu 2014, Pilkada DKI 2017 dan Pemilu 2019. Begitupun, kami mengakui

masih terlalu banyak yang belum bisa dilakukan. Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan

kewajibannya, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta sesungguhnya tidak melulu terkait langsung dengan

pengawasan, pencegahan, dan penanganan pelanggaran Pemilu. Di luar itu, dari sisi kemanusiaan

banyak yang sudah dilakukan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta . Berikut disajikan sejumlah

rekaman kegiatan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dalam gambar (picture) yang layak dijadikan

bahan dokumentasi sejarah, dinamika dan kiprah Bawaslu Provinsi DKI Jakarta 2012-2017 dan

2017-2022-2023.

A. Bawaslu DKI Jakarta Periode 2012-2017

1. Audiensi dengan Komisi A DPRD Provinsi DKI Jakarta. Guna meningkatkan koordinasi

antar lembaga, serta melaporkan hasil pelaksanaan pengawasan Pemilu Anggota DPRD

Provinsi DKI Jakarta 2014 dan diskusi persiapan Pemilihan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

2017, Bawaslu provinsi DKI Jakarta telah melakukan audensi dan diskusi dengan Pimpinan

DPRD Provinsi DKI Jakarta pada 05 Maret 2015 di kantor DPRD DKI Jakarta.

Page 273: SEJARAH DAN KIPRAH

2. Audiensi dengan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Guna persiapan pelaksanaan Pemilihan

Gubernur DKI Jakarta termasuk koordiansi tindak lanjut pengajuan proposal anggaran hibah

untuk pengawasan Pemilihan Gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2017, pada tanggal 31

Agustus 2015, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan audiensi dengan Gubernur Provinsi

DKI Jakarta Basuki Tjaja Purnama serta jajaran antara lain Pejabat Asisten Pemerintahan,

Kepala Badan Kesbangpol Provinsi DKI Jakarta.

3. Koordinasi dengan Badan Kesatuan Bangsa DKI. Guna pelaksanaan pengawasan Pemilihan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta, untuk fasilitasi kesekretaraiatan Bawaslu Provinsi baik kantor

maupun personal, maka Bawaslu Provinsi DKI Jakarta selalu berkoordiansi dengan Badan

Kesbangpol Provinsi DKI Jakarta yang dihadiri oleh Pimpinan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

dan Kepala Kesbangpol DKI Jakarta Ratiyono dan jajaranya.

Page 274: SEJARAH DAN KIPRAH

4. Koordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI. Menindaklanjuti diskusi

expert meeting dengan tema potensi kerawanan data pemilih Pilkada Provinsi DKI Jakarta

2017, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 9 Oktober 2015. Diskusi yang dilakukan

dengan Disdukcapil terkait dengan pendataan penduduk dalam kesiapan Disdukcapil dalam

menyiapkan data DAK2 dan DP4 untuk Pemilihan Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2017.

5. Focus Group Discussion dengan FKUB. Guna meningkatkan komunikasi serta koordinasi

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan diskusi persiapan pengawasan Pemilihan Gubernur

Provinsi DKI Jakarta 2017 terkait dengan isu SARA dengan Forum Kerukunan Umat Beragama

(FKUB) Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan pada tanggal 17 November 2015, jam 11.00 Wib

/d selesai, di kantor FKUB DKI Jakarta.

Page 275: SEJARAH DAN KIPRAH

6. Donor Darah.Dalam rangka memperingati milad yang ke-3 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

melaksanakan beberapa agenda kegiatan dalam tema Refleksi 3 Tahun Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta. Diantaranya melaksanakan Donor Darah Bawaslu Provinsi DKI Jakarta bekerja sama

dengan Palang Merah Indonesia DKI Jakarta pada Kamis tanggal 1 Oktober 2015 di kantor

Palang Merah Indonesia DKI Jakarta.

7. Jalan santai. Dalam rangka Persiapan refleksi terhadap pengawasan Pemilu Legislatif dan

Pemilu Presiden 2014, serta menuju persiapan pengawasan Pemilihan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta 2017 Bawaslu Provinsi DKI Jakarta melakukan jalan santai di Care Free Day (CFD) di

Bunderan Hotel Indonesia pada Minggu tanggal 4 Oktober 2015 di Bundaran Hotel Indonesia,

Jakarta.

Page 276: SEJARAH DAN KIPRAH

8. Sosialisasi pelajar. Dalam rangka persiapan Pemilihan Gubernur Provinsi DKI Jakarta digelar

acara Sosialisasi Pengawasan Partisipatif bagi Pemilih Pemula kepada SMAN dan SMKN di

wilayah DKI Jakarta, Antara lain di SMAN 16 Jakarta Barat pada hari selasa tanggal 6 Oktober

2015.

9. Lomba catur. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta menggelar Perlombaan Catur memperebutkan

Piala Ketua Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 15 Oktober 2015. Kegiatan ini

merupakan rangkaian refleksi 3 tahun Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta, dimulai sejak

pukul 11.00 Wib sampai dengan 16.00 Wib yang pimpin langsung oleh wasit dari Percasi DKI

Jakarta dengan menggunakan sistem komputerisasi sebagai standar nasional dalam turnamen

catur.

10. Refleksi 3 tahun Bawaslu Provinsi DKI Jakarta . Diskusi dengan tema “Refleksi

Pengawasan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Serta Pemilu Presiden Dan Waki

Page 277: SEJARAH DAN KIPRAH

Presiden 2014, Menuju Pengawasan Pemilihan Gubernur Provinsi Dki Jakarta Tahun 2017”.

Kegiatan diskusi refleksi 3 Tahun Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Jakarta yang dilaksanakan

pada hari Jumat tanggal 16 Oktober 2015. Menghadirkan pembicara yaitu Prof.Dr.

Muhammad, M.Si (Ketua Bawaslu RI), Djarot Saiful Hidayat (Wagub DKI Jakarta), M. Syarif

(Anggota DPRD DKI Jakarta), Prof.Dr. R. Siti Zuhro, MA (Peneliti Senior LIPI) dan di

moderatori oleh Muhammad Jufri (Pimpinan Bawaslu RI).

B. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Periode 2017-2022, 2018-2023

1. Pelantikan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Periode Ke II. Pada Tgl 16 Oktober 2017, oleh

Ketua Bawaslu RI Bapak Abhan dan juga di hadiri anggota Bawaslu RI bapak Rahmat Bagja,

Afifudin, Friz Edwar Sirigar dan Ibu Ratna Dewi Pettalolo dan juga hadir Sekjen Bawaslu

Bapak Gunawan Suswantoro, di kantor Bawaslu Republik Indonesia, Jalan M H THamrin No.

14 Jakarta, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta pada Periode II adalah. Muhammad Jufri, Puadi

dan Siti Khofifah.

Page 278: SEJARAH DAN KIPRAH

2. Audensi Bawaslu DKI Jakarta beserta Kepala Sekretariat dan Panwaslu Kab/Kota dengan

Komisi A DPRD DKI Jakarta Pada tanggal 28 November 2017

3. Audensi Bawaslu DKI Jakarta dengan KPU Provinsi DKI dalam Rangka silaturahim sesame

penyelengga pemilu diprovinsi DKI Jakarta pada tanggal 13 November 2017

Page 279: SEJARAH DAN KIPRAH

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Page 280: SEJARAH DAN KIPRAH

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

“Tidak ada gading yang tidak retak”. Demikian sebuah pepatah mengatakan. Pepatah

tersebut sangat relevan untuk merenungi sejarah, kiprah dan dinamika Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta 2012-2017 dan 2017-2022,2018-2023 (dalam buku ini dibatasi hingga 2019). Oleh karena

itu sebagai penutup, kami sampaikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta 2012-2017 dan 2012-2019 sudah berusaha keras untuk

melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya sebagaimana dimanatkan oleh peraturan

perundangan. Hal ini ditunjukkan dengan efektivitas melaksanakan fungsinya di bidang

pengawasan, pencegahan dan penindakan terhadap pelanggara Pemilu 2014 dan Pemilu

Serentak 2019 atau Pilkada DKI 2017. Sehingga memberikan kontribusi positif bagi

terselenggaranya Pemilu atau Pilkada di DKI Jakarta yang Luber, Jurdil, aman dan damai

pada khususnya dan pembangunan demokrasi pada umumnya.

2. Sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta 2012-2017 dan 2012-2019 sudah berusaha

melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya sebagaimana dimanatkan oleh peraturan

perundangan. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuannya dalam memfasilitasi tugas dan

fungsi Bawaslu baik di bidang sekretariat, anggaran, sarana dan prasarana, soliditas

institusi dan sebagainya. Sehingga institusi dan organisasi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

tumbuh dan berkembang menjadi lebih mandiri dan solid dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya.

3. Meskipun dari waktu ke waktu, tahun ke tahun dan periode ke periode kinerja Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta mengalami peningkatan, tidak berarti Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

tidak mempunyai kelemahan dan kekurangan. Sebaliknya, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta

masih banyak mempunyai kelemahan dan kekurangan, baik yang terkait dengan aktualisasi

fungsi komisioner maupun sekretariat Bawaslu Provinsi DKI Jakarta . Kelemahan atau

kekurangan tersebut ada yang disebabkan faktor perundangan, namun tidak sedikit pula

yang berpangkal dari sumber daya dan manajemen organisasi. Hal ini berdampak kepada

masih adanya stakeholder Bawaslu Provinsi DKI Jakarta yang belum puas dengan kinerja

Bawaslu Provinsi DKI Jakarta .

Page 281: SEJARAH DAN KIPRAH

B. Saran Saran

Sedangkan terkait dengan saran-saran perbaikan ke depan, dapat kami sampaikan hal-hal

sebagai berikut:

1. Bawaslu Provinsi DKI Jakarta kini dan ke depan harus belajar dari sejarah, kiprah, karya

dan pengabdian yang sudah dilakukan oleh Bawaslu Provinsi DKI Jakarta 2012-2017 dan

2017-2019 (dari masa bakti hingga 2022). Dengan belajar dari pengalaman itulah Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta kini dan ke depan berpeluang akan menjadi institusi demokrasi lebih

terpercaya. Bentuk nyata dari belajar dari sejarah masa lalu adalah dengan cara

“memelihara warisan, nilai dan tradisi lama yang positif seraya mengadopsi nilai-nilai

baru yang terbaik untuk kemaslahatan organisasi Bawaslu Provinsi DKI Jakarta ”.

2. Dari sisi sumber daya manusia (SDM), disarankan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta ke depan

makin meningkatkan kualitasnya dengan cara melakukan lebih banyak lagi kegiatan yang

berorientasi kepada peningkatan kualitas SDM, baik di lingkungan komisioner maupun

sekretariat. Sebab hanya dengan kualitas SDM yang unggul, pelaksanaan tugas dan fungsi

Bawaslu dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien dengan hasilnya yang lebih

maksimal dan optimal.

3. Dari sisi organisasi, disarankan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta ke depan makin melakukan

penguatan organisasi dan soliditas dan team work, baik antar sesama komisioner, sesama

sekretariat dan juga antara komisioner dengan sekretariat. Sebab hanya dengan organisasi

yang kuat dan team work yang solid, aktualisasi fungsi dan peran Bawaslu Provinsi DKI

Jakarta akan makin efektif, menumbuhkan spirit of the corp serta menjadikan Bawaslu

Provinsi DKI Jakarta sebagai institusi pengawal demokrasi yang terpecaya oleh berbagai

mitra kerjanya.