SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

30
11 IPA 1 - Aisyah - Ladira - Arie Ferdiansyah - Mega Rosiana - Nadwa - R.A. Julia Satriani - Susi SMA Negeri 1 Bekasi Tahun Ajaran

Transcript of SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

Page 1: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

11 IPA 1- Aisyah- Ladira- Arie Ferdiansyah- Mega Rosiana- Nadwa- R.A. Julia Satriani- Susi

SMA Negeri 1 Bekasi

Tahun Ajaran 2009/2010

Page 2: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

2

KATA PENGANTAR

Page 3: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

3

DAFTAR ISI

Page 4: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

4

BAB IPENDAHULUAN

Agama Hindu-Buddha tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi kita, karena kedua agama tersebut mempengaruhi perkembangan awal sejarah Indonesia. Agama Hindu merupakan suatu kepercayaan yang diciptakan oleh bangsa Arya yaitu bangsa pengembara dari utara yang masuk ke India melalui celah Kaibar dan menduduki lembah sungai Gangga dan Yamuna. Bangsa Arya mendesak bangsa Dravida.

Agama Hindu bersifat polytheisme dengan dewa utamanya Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisnu dan Syiwa. Adapun kitab sucinya adalah Weda. Sedangkan agama Buddha

muncul setelah agama Hindu. Awalnya hanya sebagai suatu ajaran dalam rangka mencari kebenaran yang dilakukan pertama kali oleh Sidharta. Sidharta adalah putra mahkota dari Kerajaan Kapilawastu yang merupakan putra raja Sudhodana dan putri Maya, kemudian ia mengemban menjadi cakyamuni (pendeta) sampai menerima wahyu yang berupa kesadaran akan penderitaan dan cara menindas penderitaan tersebut. Dalam hal ini Sidharta dianggap sebagai Buddha Gautama.

Buddha sebagai suatu ajaran dapat berkembang menjadi suatu agama dengan kitab sucinya Tripitaka (tiga keranjang) yang menggunakan bahasa Pali bahasa rakyat Magadha. Untuk

selanjutnya agama Buddha berkembang menjadi dua aliran yaitu aliran Mahayana (kendaraan besar) dan aliran Hinayana (kendaraan kecil). Kemudian kedua agama yaitu Hindu-Buddha tersebut berkembang keberbagai negara di Asia Timur maupun Asia Tenggara termasuk ke Indonesia yang akhirnya mempengaruhi kebudayaan Indonesia begitu juga dengan pendidikan yang di ajarkan agama Hindu Buddha.

Gambar 1: Siddharta Gautama

Page 5: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

5

BAB IIPERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI ZAMAN HINDU BUDDHA DAN PRASEJARAH

A. Pendidikan di Zaman Hindu Buddha

Pembahasan sejarah Hindu-Buddha di Indonesia akrab diawali dari kemunculan beberapa kerajaan di abad ke-5 M, antara lain: Kerajaan Hindu di Kutei (Kalimantan) dengan rajanya Mulawarman, putra Aswawarman atau cucu Kundung(ga). Di Jawa Barat muncul Kerajaan Hindu Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman.

Pada masa itu, eksistensi pulau Jawa telah disebut Ptolomeus (pengembara asal Alexandria – Yunani) dalam catatannya dengan sebutan Yabadiou dan demikian pula dalam epik Ramayana eksistensinya dinyatakan dengan sebutan Yawadwipa. Ptolomeus juga sempat menyebut tentang Barousai (merujuk pada pantai barat Sumatera Utara; Sriwijaya). Fa-Hien (pengembara asal China) dalam perjalanannya dari India singgah di Ye-po-ti (Jawa) yang menurutnya telah banyak para brahmana (Hindu) tinggal di sana. Maka tidak berlebihan jika Lee Kam Hing kemudian menyatakan bahwa lembaga-lembaga pendidikan telah ada di Indonesia sejak periode permulaan.

Pada masa itu, pendidikan lekat terkait dengan agama. Menurut catatan I-Ching, seorang peziarah dari China, ketika melewati Sumatera pada abad ke-7 M ia mendapati banyak sekali kuil-kuil Buddha dimana di dalamnya berdiam para cendekiawan yang mengajarkan beragam ilmu. Kuil-kuil tersebut tidak saja menjadi pusat transmisi etika dan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga seni dan ilmu pengetahuan.

Lebih dari seribu biksu Buddha yang tinggal di Sriwijaya itu dikatakan oleh I-Ching menyebarkan ajaran seperti yang juga dikembangkan sejawatnya di Madhyadesa (India). Bahkan, di antara para guru di Sriwijaya tersebut sangat terkenal dan mempunyai reputasi internasional, seperti Sakyakirti dan Dharmapala. Sementara dari pulau Jawa muncul nama Djnanabhadra. Pada masa itu, para peziarah Buddha asal China yang hendak ke tanah suci India, dalam perjalanannya kerap singgah dulu di nusantara ini untuk melakukan studi pendahuluan dan persiapan lainnya.

Page 6: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

6

Sejarah agama Hindu-Buddha di Indonesia berbeda dengan sejarahnya di India. Disini, kedua agama tersebut dapat tumbuh berdampingan dan harmonis. Bahkan ada kecenderungan syncretism antara keduanya dengan upaya memadukan figur Syiwa dan Buddha sebagai satu sumber yang Maha Tinggi. Sebagaimana tercermin dari satu bait syair Sotasoma karya Mpu Tantular pada zaman Majapahit “Bhinneka Tunggal Ika”, yakni dewa-dewa yang ada dapat dibedakan (bhinna), tetapi itu (ika) sejatinya adalah satu (tunggal).

Sekalipun demikian, patut diketahui sempat adanya sejarah konflik politik antar kerajaan yang berbeda agama pada masa-masa permulaannya. Pada masa Hindu-Buddha ini, kaum Brahmana merupakan golongan yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Perlu dicatat bahwa sistem kasta tidaklah

diterapkan di Indonesia setajam sebagaimana yang terjadi di India. Adapun materi-materi pelajaran yang diberikan ketika itu antara lain: teologi, bahasa dan sastra, ilmu-ilmu kemasyarakatan, ilmu-ilmu eksakta seperti ilmu perbintangan, ilmu pasti, perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa dan lain-lain.

Pola pendidikannya mengambil model asrama khusus, dengan fasilitas belajar seperti ruang diskusi dan seminar. Dalam perkembangannya, kebudayaan Hindu-Buddha membaur dengan unsur-unsur asli Indonesia dan memberi ciri-ciri serta coraknya yang khas. Sekalipun nanti Majapahit sebagai kerajaan Hindu terakhir runtuh pada abad ke-15, tetapi ilmu pengetahuannya tetap berkembang khususnya di bidang bahasa dan sastra, ilmu pemerintahan, tata negara dan hukum.

Beberapa karya intelektual yang sempat lahir pada zaman ini antara lain: Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa (Kediri, 1019), Bharata Yudha karya Mpu Sedah (Kediri, 1157), Hariwangsa karya Mpu Panuluh (Kediri, 1125), Gatotkacasraya karya Mpu Panuluh, Smaradhahana karya Mpu Dharmaja (Kediri, 1125), Negara Kertagama karya Mpu Prapanca (Majapahit, 1331-1389), Arjunawijaya karya Mpu Tantular (Majapahit, ibid), Sotasoma karya Mpu Tantular, dan Pararaton (Epik sejak berdirinya Kediri hingga Majapahit).

Gambar 2: I Ching

Page 7: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

7

Menjelang periode akhir tersebut, pola pendidikan tidak lagi dilakukan dalam kompleks yang bersifat kolosal, tetapi oleh para guru di padepokan-padepokan dengan jumlah murid relatif terbatas dan bobot materi ajar yang bersifat spiritual religius. Para murid disini sembari belajar juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Jadi secara umum dapatlah disimpulkan bahwa:

1) Pengelola pendidikan adalah kaum brahmana dari tingkat dasar sampai dengan tingkat tinggi;

2) Bersifat tidak formal, dimana murid dapat berpindah dari satu guru ke guru yang lain; 3) Kaum bangsawan biasanya mengundang guru untuk mengajar anak-anaknya di istana

disamping ada juga yang mengutus anak-anaknya yang pergi belajar ke guru-guru tertentu;

4) Pendidikan kejuruan atau keterampilan dilakukan secara turun-temurun melalui jalur kastanya masing-masing.

B. Pendidikan di Kerajaan Hindu-Buddha

I. SriwijawaSriwijaya menjadi kerajaan besar adalah karena kehidupan social masyarakatnya

meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Buddha di bawah bimbingan pendeta Buddha terkenal yaitu Sakyakirti. Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajari agama Buddha dan ilmu lainnya di India, hal ini tertera dalam prasasti Nalanda. Kemajuan di bidang pendidikan yang berhasil dikembangkan Sriwijaya bukanlah suatu hasil perkembangan dalam waktu yang singkat tetapi sejak awal pendirian Sriwijaya, raja Sriwijaya selalu tampil sebagai pelindung agama dan penganut agama yang taat. Sebagai penganut agama yang taat maka raja Sriwijaya juga memperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya.

Dengan demikian kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan makmur, dalam hal ini tentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan. Kemajuan dalam bidang budaya sampai sekarang dapat diketahui melalui peninggalanpeninggalan suci seperti stupa, candi atau patung/arca Buddha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus, dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).

Page 8: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

8

II. Holing (Chopo)Kerajaan ini ibukotanya bernama Chopo ( nama China ), menurut bukti- bukti

China pada abad 5 M. Mengenai letak Kerajaan Holing secara pastinya belum dapat ditentukan. Ada beberapa argumen mengenai letak kerajaan ini, ada yang menyebutkan bahwa negara ini terletak di Semenanjung Malay, di Jawa barat, dan di Jawa Tengah. Tetapi letak yang paling mungkin ada di daerah antara pekalongan dan Plawanagn di Jawa tengah. Hal ini berdasarkan catatan perjalanan dari Cina.

Kerajaan Holing adalah kerajaan yang terpengaruh oleh ajaran agama Buddha. Sehingga Holing menjadi pusat pendidikan agama Buddha. Holing sendiri memiliki seorang pendeta yang terkenal bernama Janabadra. Sebgai pusat pendidikan Buddha, menyebabkan seorang pendeta Buddha dari Cina, menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou ei- Ning ke Holing, ia ke Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa sansekerta ke bahasa cina pada 664-665.

Dengan bertambahnya populasi penduduk dan peningkatan standar pendidikan yang dipegang oleh kaum Brahmana, secara berlahan muncullah sistem birokrasi, yang tersusunn atas: hierarki abdi kerajaan, bangsawan dan tuan tanah, di masa kerajaan Hindu-Buddha

C. Pendidikan di Zaman pra SejarahSeni lukis mungkin dapat mewakili pendidikan yang ada di zaman pra sejarah, lain lagi

dengan piramida yang dibangun dengan arsitektur tingkat sangat tinggi. Unutk itulah disini kami selaku pemakalah mungkin hanya menjelaskan sedikit mengenai pendidikan seni lukis di zaman pra sejarah.

Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka.

Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna.

Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.

Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga

Page 9: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

9

dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar). Seiring dengan perkembangan peradaban, nenek moyang manusia semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam gambar, maka secara otomatis karya-karya mereka mulai membentuk semacam komposisi rupa dan narasi (kisah/cerita) dalam karya-karyanya.

Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari obyek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap obyeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya. Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang peranan penting hingga kini.

Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat dalam jenis obyek, pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini, seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatat (dalam bentuk rupa) untuk diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan sistem tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambar yang kemudian disederhanakan dan dibakukan.

Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni.

Page 10: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

10

Kerajaan Holing

1. Lokasi Kerajaan

Berita Cina berasal dari Dinasti T’ang yang menyebutkan bahwa letak Kerajaan Holing berbatasan dengan Laut Sebelah Selatan, Ta-Hen-La (Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah Timur dan To-Po-Teng di sebelah Barat. Nama lain dari Holing adalah Cho-Po (Jawa), sehingga berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah. J.L. Moens dalam menentukan letak Kerajaan Holing meninjau dari segi perekonomian, yaitu pelayaran dan perdagangan. Menurutnya, Kerajaan Holing selayaknya terletak di tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya. Alasannya, Selat Malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktifitas pelayaran perdagangan saat itu. Pendapat J.L. Moens itu diperkuat dengan ditemukannya sebuah daerah di Semenajung Malaya yang bernama daerah Keling.

2. Sumber Sejarah

I-Tsing menyebutkan bahwa seorang temannya bernama Hui-Ning dengan pembantunya bernama Yunki pergi ke Holing tahun 664/665 M untuk mempelajari ajaran agama Buddha. Ia juga menterjemahkan kitab suci agama Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. Dalam menerjemahkan kitab itu, ia dibantu oleh pendeta agama Buddha dari Holing yang bernama Jnanabhadra. Menurut keterangan dari Dinasti Sung, kitab yang diterjemahkan oleh Hui-Ning

Page 11: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

11

adalah bagian terakhir kitab Parinirvana yang mengisahkan tentang pembukaan jenazah Sang Buddha.

3. Kehidupan Politik

Berdasarkan berita Cina disebutkan bahwa Kerajaan Holing diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana. Rakyat tunduk dan taat terhadap segala perintah Ratu Sima. Bahkan tidak seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani melanggar segala perintahnya.

4. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Holing sudah teratur rapi. Hal ini disebabkan karena sistem pemerintahan yang keras dari Ratu Sima. Di samping ini juga sangat adil dan bijaksana dalam memutuskan suatu masalah. Rakyat sangat menghormati dan mentaati segala keputusan Ratu Sima.

5. Kehidupan Ekonomi

Kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Holing berkembang pesat. Masyarakat Kerajaan Holing telah mengenal hubungan perdagangan. Mereka menjalin hubungan perdagangan pada suatu tempat yang disebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka mengadakan hubungan perdagangan dengan teratur.

Kerajaan ini ibukotanya bernama Chopo ( nama China ), menurut bukti- bukti China pada abad 5 M. Mengenai letak Kerajaan Holing secara pastinya belum dapat ditentukan. Ada beberapa argumen mengenai letak kerajaan ini, ada yang menyebutkan bahwa negara ini terletak di Semenanjung Malay, di Jawa barat, dan di Jawa Tengah. Tetapi letak yang paling mungkin ada di daerah antara pekalongan dan Plawanagn di Jawa tengah. Hal ini berdasarkan catatan perjalanan dari Cina Kerajaan Holing adalah kerajaan yang terpengaruh oleh ajaran agama Budha. Sehingga Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha. Holing sendiri memiliki seorang pendeta yang terkenal bernama Janabadra. Sebgai pusat pendidikan Budha, menyebabkan seorang pendeta Budha dari Cina, menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou ei- Ning ke Holing, ia ke Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa sansekerta ke bahasa cina pada 664-665. Sistem Administrasi kerajaan ini belum diketahui secara pasti. Tapi beberapa bukti menunjukkan bahwa pada tahun 674-675, kerajaan ini diperintah oleh seoarang raja wanita yang bernama Simo.

Holing sendiri banyak ditemukan barang-barang yang bercirikan kebudayaan Dong-Song dan India. Hal ini menunjukkan adanya pola jaringan yang sudah terbentuk antar Holing dengan bangsa luar. Wilayah perdaganganya meliputi laut China Selatan sampai pantai utara Bali. Tetapi perkembangan selanjutnya sistem perdagangan Holing mendapat tantangan dari Srivijaya, yang pada akhirnya perdagangan dikuasi oleh Srivijaya. Sehingga Srivijaya menjadi kerajaan yang menguasai perdagangan pada pertengahan abad ke-8.

Page 12: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

12

Kerajaan Yang Sangat Makmur Ini Bernama Kerajaan Holing. Letak Kerajaan Holing tidak dapat diketahi secara pasti, sebab tidak ada prasasti yg ditinggalkan. Namun demikian ada sumber berita dari China yang digunakan untuk menganalisis letaknya. Berita China dari dinasti Tang menyebutkan bahwa letak Holing berbatasan dengan Laut sebelah selatan, Ta-Hr-La(Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) disebelah timur dan To-Po-Teng I disebelah barat. Holing disebut dengan istilah Cho-Po (Jawa) .Berdasarkan berita China tersebut dapat disimpulkan bahwa letak Holing ada di Jawa khususnya Jawa Tengah. Negri Yang Makmur Dengan Ratu Yang Adil Kerajaan Holing diperintah oleh seorang Ratu yang bernama Ratu Sima yang sangat keras namun adil dan bijaksana.Kejujuran sangat di tanamkan pada rakyatnya.

Pejabat kerajaan dan rakyat sangat taat pada aturan dari pemerintah di bawah kekuasaan Ratu Sima hingga rakyat menjadi makmur. Berita tentang Ratu Sima yg adil beserta negrinya yang makmur dan rakyatnya yang jujur telah terdengar sampai China dan sampai di telinga Raja Ta-che. Raja Ta-che penasaran kenapa kerajaan Holing begitu terkenal akan kejujurannya hingga sampai terdengar di China yg terbilang sangat jauh dari jawa. Akhirnya Raja Ta-che ingin membuktikan kebenaran dari kejujuran rakyat Holing. Ia pun mengirim utusann ke Holing untuk membuktikan hal itu.Utusan Raja Ta-che diperintah untuk menaruh pundi-pundi emas secara diam-diam di tengah jalan dekat keramaian pasar. Berhari-hari, berbulan-bulan, hingga sampai tiga tahun pundi-pundi itu berpindah dari tempatnya. Tidak satupun orang yang menyentuh pundi-pundi itu. Hingga sampailah pada suatu hari Sang Putra Mahkota yaitu anak tertua dari Ratu Sima berjalan melewati pasar tersebut. Ketika ia berjalan, tak sengaja kakinya menyenggol pundi-pundi tersebut. Salah seorang warga melihat kejadian tersebut..akhirnya ia melaporkan kepada pemerintah kerajaan akan kejadian tersebut.setelah laporan tersebut terdengar oleh Ratu Sima, Ratu Sima langsung memerintahkan kepada hakim untuk menghukum mati.

Sang Putra Mahkota yang tidak lain adalah anaknya sendiri.Ratu Sima menganggap itu hal itu termasuk dalam kejahatan pencurian.Peraturan Kerajaan kerajaan bagi pencuri adalah hukuman mati.karena Ratu Sima berpendapat bahwa mencuri itu berawal dari menyentuh barang tersebut hingga timbul keinginan untuk mencuri. Beberapa Patih kerajaan tidak setuju dengan keputusan Ratu Sima.Mereka mengajukan pembelaan untk Sang Putra Mahkota kepada Ratu Sima.Pembelaan mereka yaitu, Sang Putra Mahkota menyenggol pundi-pundi tersebut karena tidak sengaja dengan kakinya.maka lebih baik cukup kakinya saja yang di potong,tidak perlu di hukum mati karena ada unsur ke tidak sengajaan Setelah melalui perdebatan yang panjang..Ratu Sima akhirnya menyetujui pembelaan dari Patih kerajaan.Sang Putra Mahkota pun akhirnya hanya di hukum potong kaki. Utusan Raja Ta-che kembali ke china setelah melihat kebenaran tentang Adilnya Ratu Sima yang mau menghukum anaknya yang telah melakukan kesalahan dan kejujuran rakyat Holing yang benar-benar luar biasa. Pembuktian Raja Ta-che akhirnya dibenarkan oleh utusannya.

Page 13: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

13

BAB IIIPENUTUP (KESIMPULAN)

Agama Hindu bersifat polytheisme dengan dewa utamanya Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisnu dan Syiwa. Adapun kitab sucinya adalah Weda. Sedangkan agama Buddha muncul setelah agama Hindu. Awalnya hanya sebagai suatu ajaran dalam rangka mencari kebenaran yang dilakukan pertama kali oleh Sidharta.

Pada masa Hindu-Buddha, pendidikan lekat terkait dengan agama. Menurut catatan I-Ching, seorang peziarah dari China, ketika melewati Sumatera pada abad ke-7 M ia mendapati banyak sekali kuil-kuil Buddha dimana di dalamnya berdiam para cendekiawan yang mengajarkan beragam ilmu. Kuil-kuil tersebut tidak saja menjadi pusat transmisi etika dan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga seni dan ilmu pengetahuan.

Pada masa Hindu-Buddha ini, kaum Brahmana merupakan golongan yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Perlu dicatat bahwa sistem kasta tidaklah diterapkan di Indonesia setajam sebagaimana yang terjadi di India.

Pada masa Hindu-Buddha kaum bangsawan biasanya mengundang guru untuk mengajar anak-anaknya di istana disamping ada juga yang mengutus anak-anaknya yang pergi belajar ke guru-guru tertentu.

Sriwijaya menjadi kerajaan besar adalah karena kehidupan social masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan.

Kerajaan Holing adalah kerajaan yang terpengaruh oleh ajaran agama Buddha. Sehingga Holing menjadi pusat pendidikan agama Buddha.

Sejarah agama Hindu-Buddha di Indonesia berbeda dengan sejarahnya di India. Disini, kedua agama tersebut dapat tumbuh berdampingan dan harmonis. Bahkan ada kecenderungan syncretism antara keduanya dengan upaya memadukan figur Syiwa dan Buddha sebagai satu sumber yang Maha Tinggi. Sebagaimana tercermin dari satu bait syair Sotasoma karya Mpu Tantular pada zaman Majapahit “Bhinneka Tunggal Ika”, yakni dewa-dewa yang ada dapat dibedakan (bhinna), tetapi itu (ika) sejatinya adalah satu (tunggal).

Page 14: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

14

DAFTAR PUSTAKA

http://peziarah.wordpress.com/2007/02/05/pendidikan-di-zaman-hindu-Buddha/http://id.wikipedia.org/wiki/Hinduhttp://id.wikipedia.org/wiki/Buddhahttp://yherlanti.wordpress.com/http://phadli23.multiply.com/journalhttp://sman2-pontianak.sch.id/home.phphttp://64.203.71.11/kompas-cetak/0408/16/utama/http://priandoyo.wordpress.com/http://elfarid.multiply.com/journal/item/574/Pendidikan_Adalah_Hak_Anak_Bangsahttp://wewaits.wordpress.com/2008/05/03/jika-pendidikan-adalah-pilihan/http://kawansejati.ee.itb.ac.id/perbedaan-antara-pendidikan-dan-pengajaranhttp://www.penulislepas.com/v2/?p=206

BAB IPENDAHULUAN

A. Asal Mula Munculnya Agama Hindu dan Buddha

Sejarah Agama Hindu diawali dari kedatangan bangsa Arya dari Asia tengah (iran/ persia/ afganistan) pada tahun 1500 S.M. ke daerah lembah sungai Indus dan mendesak penduduk asli yaitu suku Dravida. Bangsa Arya bergerak terus dan menyebar kearah tenggara dan memasuki daerah sungai Gangga dan Yamuna.di daerah tersebut terjadilah asimilasi budaya yang akhirnya melahirkan kebudayaan Hindu . Kata Hindu berasal dari kata Sindu/ Sind . Dimana kebudayaan Arya dan Dravida telah menyatu, dilafalkan dalam bahasa persia sebagai Hindi, dan Orang latin / yunani

Page 15: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

15

menamainya Indi/India. Kepercayaan bangsa Hindu adalah Polytheisme (menyembah banyak Tuhan/ dewa). Namun pada dasarnya mereka menyembah 3 dewa utama yang disebut Trimurti, yaitu: Brahmana (pencipta alam semesta), Wisnu (pemelihara alam), dan Syiwa (menguasai kematian ,kehancuran dan peleburan).

Kitab yang dibuat oleh para resi (Mahaguru) bangsa Hindu dinamakan Weda/Veda. Yang terdiri dari Reg weda, Samaweda, Yayjurweda, Atharweda. Yang intinya berupa syair syair atau doa-doa serta pujian pada sanghyang widi. Inti ajarannya yaitu bahwa manusia dalam keadaan samsara sebagai akibat perbuatan pada masa lalunya. Manusia harus ber-reinkarnasi untuk memperbaiki hidup dan mencapai Moksa dan masuk nirwana. Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Buddha.

Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap Dewa-dewa.

Masyarakat Hindu menganut system Kasta, di mana masyarakat dibagi dalam lima tingkatan, yaitu:

1. Brahmana: Para pemimpin agama/ biksu

2. Ksatria: Para raja dan bangsawan

3. Waisya: Para pengusaha /pedagang

4. Sudra: Para petani dan pekerja kasar

5. Paria: Gelandangan, pengemis dsb.(orang orang yang hina)

Sedangkan agama Buddha muncul setelah agama Hindu. Awalnya hanya sebagai suatu ajaran dalam rangka mencari kebenaran yang dilakukan pertama kali oleh Sidharta. Sidharta adalah putra mahkota dari Kerajaan Kapilawastu yang merupakan putra raja Sudhodana dan putri Maya, kemudian ia mengemban menjadi cakyamuni (pendeta) sampai menerima wahyu yang berupa kesadaran akan penderitaan dan cara menindas penderitaan tersebut. Dalam hal ini Sidharta dianggap sebagai Buddha Gautama.

Buddha sebagai suatu ajaran dapat berkembang menjadi suatu agama dengan kitab sucinya Tripitaka (tiga keranjang) yang menggunakan bahasa Pali bahasa rakyat Magadha . Untuk selanjutnya agama Buddha berkembang menjadi dua aliran yaitu aliran Mahayana (kendaraan besar) dan aliran Hinayana (kendaraan kecil). Kemudian kedua agama yaitu Hindu-Buddha tersebut berkembang keberbagai negara di Asia Timur maupun Asia Tenggara termasuk ke Indonesia yang akhirnya mempengaruhi kebudayaan Indonesia begitu juga dengan pendidikan yang di ajarkan agama Hindu Buddha.

Page 16: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

16

B. Masuknya Agama Hindu dan Buddha ke Indonesia

Agama Hindu masuk ke Indonesia dengan berbagai cara. Ada beberapa teori yang menyatakan tentang proses masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia . Teori tersebut adalah :

1. Teori Sudra

Menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Indonesia yang berkasta Sudra, karena mereka dianggap sebagai orang buangan.

2. Teori Waisya oleh N.J.Krom

Menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu di bawa oleh orang-orang India yang berkasta Waisya, karena mereka terdiri dari pedagang yang datang dan kemudian menetap di Indonesia .

3. Teori Ksatria dikatakan oleh Moekerjee,

Menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Indonesia yang berkasta Ksatria, karena terjadi kekacauan politik di India , maka banyak para ksatria yang kalah yang melarikan diri ke Indonesia .

4. Teori Brahmana Prof.Dr.F.D.K..Bosch

Menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Indonesia yang berkasta brahmana. Kedatangan mereka untuk memenuhi undangan kepala suku yang tertarik dengan agama Hindu. Mereka inilah yang mengerti bahasa Sanskerta yang banyak ditemukan di prasati=prasati yang ditemukan di Indonesia .

5. Hipotesis Arus Balik, dinyatakan bahwa terdapat penduduk asli(pelajar) Indonesia yang melakukan perjalanan ke India belajar mengenai kebudayaan india dan kembali ke Indonesia kemudian menyebarkan budaya tersebut.

Penyiaran agama Buddha di Indonesia lebih awal dari agama Hindu.. Dalam penyebarannya, agama Buddha mengenal misi penyiar agama yang disebut Dharmaduta. Tersiarnya agama Buddha di Indonesia, diperkirakan sejak abad ke-2 Masei, dibuktika dengan penemuan arca Buddha dari perunggu di Jember, Jatim dan Sulawesi Selatan. Arca-arca itu berlanggam Amarwati. Namun belum diketahui siapa pembawanya dari India Selatan ke Indonesia . Disamping itu juga ditemukan arca Buddha dari batu di Palembang .

Page 17: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

17

C. Pengaruh Masuknya Agama Hindu-Buddha di Indonesia

Masuknya unsur-unsur budaya Hindu Buddha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan seperti:

1. Di Bidang Agama

Sebelum mendapat pengaruh agama-agama dari India , penduduk nusantara telah memiliki kepercayaan:

Animisme: Keyakinan adanya berbagai roh yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya.Tingkatan tinggi dari animisme adalah pemujaan kepada roh para leluhur.

Dinamisme: Kepercayaan tentang adanya kekuatan gaib yang luar biasa pada benda-benda tertentu : rambut, kepala, batu, akik, dan lain-lain.

Totemisme: Kepercayaan kepada binatang sebagai lambang nenek moyang.

Animatisme: Kepercayaan bahwa benda / pohon tertentu berjiwa dan berfikir seperti manusia. Contohnya keris, pohon beringin, dan lain-lain.

Fetisisme: Kepercayaan adanya jiwa dalam benda-benda tertentu. Dengan masuknya budaya India , penduduk nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha diawali oleh lapisan elit para datu dan keluarganya. Walaupun demikian, lapisan bawahterutama di pedesaan masih banyak yang tetap menganut kepercayaan asli berupa pemujaan kepada nenek moyang. Dalam perkembangan, agama Hindu-Buddha berpadu menjadi agama Siwa Buddha. Bahkan agama campuran ini masih diwarnai dengan kepercayaan-kepercayaan asli nusantara.

2. Di Bidang Sosial dan Pemerintahan

Sistem masyarakat di nusantara sebelum kedatangan pengaruh budaya India , diatur dan dibedakan berdasarkan profesi : petani, perajin, peramu, dan lain-lain. Dengan masuknya pengaruh budaya India sistem masyarakat ditata berdasarkan sistem kasta brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Meskipun dalam pelaksanaan di Indonesia tidak dilakukan pembedaan secara ketat.

Pada puncak pemerintahan, atau pucuk sistem masyarakat sebelum datangnya budaya pengaruh India terdapat para pemimpin :

Ketua Suku, Ketua adat, dengan gelar Datu / Datuk, Ratu dan Raka. Sejak datangnya pengaruh budaya India , para Datu / Ratu berganti gelar Raja / Maharaja.. Meskipun posisi tidak berubah tetap sebagai pucuk pimpinan dalam pemerintahan. Dengan adanya sistem kasta, para dukun / ahli

Page 18: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

18

nujum, yang menjadi penasehat Datu / Ratu, meskipun bergelar Brahmana, posisi tetap di bawah raja, rakyatmerdeka tetap sebagai waisya, dan para budak tetap sebagai kaum sudra.

3. Di Bidang Arsitektur

Sebelum masuknya pengaruh India , di Indonesia telah dikenal tradisi Megalitikum berupa bangunan Punden berundak. Bentuk bangunan ini berpadu dengan budaya India dan di Nusantara terwujuddalam bentuk bangunan Candi. Hal ini dapat kita saksikan pada bentuk bangunan Candi Borobudur

4. Di Bidang Bahasa dan Tulisan

Pengaruh dari India telah membawa budaya tulisan ke Indonesia . Bahasa Sanksekerta yang berasal dari India juga banyak digunakan di kerajaan-kerajaan Nusantara. Hingga saat ini bangsa Indonesiamasih banyak menggunakan bahasa Sanksekerta yang diserap ke dalam bahasa Indonesia .

Karya-karya sastra dari India seperti Ramayana dan Mahabaratha banyak mempengaruhi karya-karya pujangga di Nusantara. Karya-karya sastra yang muncul dengan pengaruh India antara lain:

Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa

Sutasoma, karya Mpu Tantular

Negarakertagama, karya Mpu Prapanca

D. Munculnya Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia

Masuknya ajaran agama Hindu dan Buddha telah membawa banyak pengaruh terhadap pola piker dan perilaku bangsa Indonesia . Mereka mulai mengenal Tuhan dan tidak lagi percaya pada benda atu roh-roh halus. Penyebaran agama Hindu Buddha inilah yang mendorong orang untuk membangun sebuah kerajaan. TUjuannya agar membantu penyebaran agama yang mereka anut dan memperoleh kejayaan terhadap suatu masyarakat. Untuk itulah, terbentuk banyak kerajaan bercorak Hindu ataupun Buddha. Salah satunya adalah Kerajaan Holing yang akan dibahas di bab selanjutnya.

Page 19: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

19

Agama Hindu bersifat polytheisme dengan dewa utamanya Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisnu dan Syiwa. Adapun kitab sucinya adalah Weda. Sedangkan agama Buddha muncul setelah agama Hindu. Awalnya hanya sebagai suatu ajaran dalam rangka mencari kebenaran yang dilakukan pertama kali oleh Sidharta.

Sidharta adalah putra mahkota dari Kerajaan Kapilawastu yang merupakan putra raja Sudhodana dan putri Maya, kemudian ia mengemban menjadi cakyamuni (pendeta) sampai menerima wahyu yang berupa kesadaran akan penderitaan dan cara menindas penderitaan tersebut. Dalam hal ini Sidharta dianggap sebagai Buddha Gautama.

BAB II

KERAJAAN HOLING

1. Lokasi Kerajaan

Berita Cina berasal dari Dinasti Tang yang menyebutkan bahwa letak Kerajaan Holing berbatasan dengan Laut Sebelah Selatan, Ta-Hen-La (Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah Timur dan To-Po-Teng di sebelah Barat. Nama lain dari Holing adalah Cho-Po (Jawa), sehingga berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah. J.L. Moens dalam menentukan letak Kerajaan Holing meninjau dari segi perekonomian, yaitu pelayaran dan perdagangan. Menurutnya, Kerajaan Holing selayaknya terletak di tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya . Alasannya, Selat Malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktifitas pelayaran perdagangan saat itu. Pendapat J.L. Moens itu diperkuat dengan ditemukannya sebuah daerah di Semenajung Malaya yang bernama daerah Keling.

2. Sumber Sejarah

Page 20: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

20

I-Tsing menyebutkan bahwa seorang temannya bernama Hui-Ning dengan pembantunya bernama Yunki pergi ke Holing tahun 664/665 M untuk mempelajari ajaran agama Buddha. Ia juga menterjemahkan kitab suci agama Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. Dalam menerjemahkan kitab itu, ia dibantu oleh pendeta agama Buddha dari Holing yang bernama Jnanabhadra. Menurut keterangan dari Dinasti Sung, kitab yang diterjemahkan oleh Hui-Ning adalah bagian terakhir kitab Parinirvana yang mengisahkan tentang pembukaan jenazah Sang Buddha.

3. Kehidupan Politik

Berdasarkan berita Cina disebutkan bahwa Kerajaan Holing diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana. Rakyat tunduk dan taat terhadap segala perintah Ratu Sima. Bahkan tidak seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani melanggar segala perintahnya.

4. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Holing sudah teratur rapi. Hal ini disebabkan karena sistem pemerintahan yang keras dari Ratu Sima. Di samping ini juga sangat adil dan bijaksana dalam memutuskan suatu masalah. Rakyat sangat menghormati dan mentaati segala keputusan Ratu Sima.

5. Kehidupan Agama

Kerajaan Holing adalah kerajaan yang terpengaruh oleh ajaran agama Budha. Sehingga Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha. Holing sendiri memiliki seorang pendeta yang terkenal bernama Janabadra. Sebgai pusat pendidikan Budha, menyebabkan seorang pendeta Budha dari Cina, menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou ei- Ning ke Holing, ia ke Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa sansekerta ke bahasa cina pada 664-665.

6.  Kehidupan Kerajaan Holing

Pejabat kerajaan dan rakyat sangat taat pada aturan dari pemerintah di bawah kekuasaan Ratu Sima hingga rakyat menjadi makmur. Berita tentang Ratu Sima yg adil beserta negrinya yang makmur dan rakyatnya yang jujur telah terdengar sampai China dan sampai di telinga Raja Ta-che. Raja Ta-che penasaran kenapa kerajaan Holing begitu terkenal akan kejujurannya hingga sampai terdengar di China yg terbilang sangat jauh dari jawa. Akhirnya

Page 21: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

21

Raja Ta-che ingin membuktikan kebenaran dari kejujuran rakyat Holing. Ia pun mengirim utusann ke Holing untuk membuktikan hal itu.Utusan Raja Ta-che diperintah untuk menaruh pundi-pundi emas secara diam-diam di tengah jalan dekat keramaian pasar. Berhari-hari, berbulan-bulan, hingga sampai tiga tahun pundi-pundi itu berpindah dari tempatnya. Tidak satupun orang yang menyentuh pundi-pundi itu. Hingga sampailah pada suatu hari Sang Putra Mahkota yaitu anak tertua dari Ratu Sima berjalan melewati pasar tersebut. Ketika ia berjalan, tak sengaja kakinya menyenggol pundi-pundi tersebut. Salah seorang warga melihat kejadian tersebut..akhirnya ia melaporkan kepada  pemerintah kerajaan akan kejadian tersebut.setelah laporan tersebut terdengar oleh Ratu Sima, Ratu Sima langsung memerintahkan kepada hakim untuk menghukum mati.

 

Sang Putra Mahkota yang tidak lain adalah anaknya sendiri.Ratu Sima menganggap itu hal itu termasuk dalam kejahatan pencurian.Peraturan Kerajaan kerajaan bagi pencuri adalah hukuman mati.karena Ratu Sima berpendapat bahwa mencuri itu berawal dari menyentuh barang tersebut hingga timbul keinginan untuk mencuri. Beberapa Patih kerajaan tidak setuju dengan keputusan Ratu Sima.Mereka mengajukan pembelaan untk Sang Putra Mahkota kepada Ratu Sima.Pembelaan mereka yaitu, Sang Putra Mahkota menyenggol pundi-pundi tersebut karena tidak sengaja dengan kakinya.maka lebih baik cukup kakinya saja yang di potong,tidak perlu di hukum mati karena ada unsur ke tidak sengajaan Setelah melalui perdebatan yang panjang..Ratu Sima akhirnya menyetujui pembelaan dari Patih kerajaan.Sang Putra Mahkota pun akhirnya hanya di hukum potong kaki. Utusan Raja Ta-che kembali ke china setelah melihat kebenaran tentang Adilnya Ratu Sima yang mau menghukum anaknya yang telah melakukan kesalahan dan kejujuran rakyat Holing yang benar-benar luar biasa. Pembuktian Raja Ta-che akhirnya dibenarkan oleh utusannya.

7. Kehidupan Ekonomi

Kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Holing berkembang pesat. Masyarakat Kerajaan Holing telah mengenal hubungan perdagangan. Mereka menjalin hubungan perdagangan pada suatu tempat yang disebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka mengadakan hubungan perdagangan dengan teratur.

Holing sendiri banyak ditemukan barang-barang yang bercirikan kebudayaan Dong-Song dan India . Hal ini menunjukkan adanya pola jaringan yang sudah terbentuk antar Holing dengan bangsa luar. Wilayah perdaganganya meliputi laut China Selatan sampai pantai utara Bali . Tetapi perkembangan

Page 22: SEJARAH ( AWAL PERKEMBANGAN-KERAJAAN HOLING)

22

selanjutnya sistem perdagangan Holing mendapat tantangan dari Srivijaya, yang pada akhirnya perdagangan dikuasi oleh Srivijaya. Sehingga Srivijaya menjadi kerajaan yang menguasai perdagangan pada pertengahan abad ke-8.

8. Peninggalan Kerajaan Holing

Prasasti peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah Grobogan, Purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah.. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu