sejarah

22
Aspek Kehidupan Politik Raja Kertarajasa Jayawardhana Raja Kertanegara wafat pada tahun 1291 M, ketika Keraton Singasari saat itu diserbu secara mendadak oleh Jayakatwang (keturunan Raja Kediri). Dalam serangan itu Raden Wijaya, menantu Kertanegara, berhasil meloloskan diri dan lari ke Madura untuk meminta perlindungan dari Bupati Arya Wiraraja. Atas bantuan dari Arya Wiraraja ini, Raden Wijaya diterima dan diampuni oleh Jayakatwang dan diberikan sebidang tanah di Tarik. Daerah itu kemudian dibangun kembali menjadi sebuah perkampungan dan digunakan oleh Raden Wijaya untuk mempersiapkan diri dan menyusun kekuatan untuk sewaktu-waktu mengadakan serangan balasan terhadap Kediri. Kedatangan serangan Cina-Mongol yang ingin menaklukan Kertanegara, tidak disia-siakan oleh Raden Wijaya untuk menyerang Raja Jayakatwang (Raja Kediri). Raden Wijaya berhasil menipu pasukan-pasukan Cina, sehingga tentara Cina rela bergabung dengan pasukan Raden Wijaya dan menyerang Raja Jayakatwang. Raja Jayakatwang dapat dikalahkan dan Kerajaan Kediri dapat dihancurkan. Kemenangan dari serangan ini membuat tentara Cina-Mongol bergembira dan merayakan pesta kemenangannya. Namun, bagi Raden Wijaya kemenangan ini harus berada di pihaknya. Raden Wijaya kemudian memutuskan untuk menyerang balik tentara-tentara Cina-Mongol yang sedang pesta pora. Serangan yang tiba-tiba dan tak diduga yang dilakukan oleh pasukan Raden Wijaya ini membuat tentara Cina-Mongol menjadi kalang kabut. Banyak yang terbunuh. Yang selamat melarikan diri dan kembali ke daratan Cina. Akhirnya, di Jawa hanya tinggal satu kekuatan, yaitu kekuatan dari pasukan Raden Wijaya. Dengan lenyapnya pasukan Cina-Mongol, pada tahun 1292 M Kerajaan Majapahit sudah dapat dianggap berdiri, walaupun secara resmi sistem pemerintahan Kerajaan majapahit baru berjalan setahun kemudian, yaitu ketika Raden Wijaya

description

sejarah SMA

Transcript of sejarah

Page 1: sejarah

Aspek Kehidupan Politik

Raja Kertarajasa Jayawardhana

Raja Kertanegara wafat pada tahun 1291 M, ketika Keraton Singasari saat itu diserbu secara mendadak oleh Jayakatwang (keturunan Raja Kediri). Dalam serangan itu Raden Wijaya, menantu Kertanegara, berhasil meloloskan diri dan lari ke Madura untuk meminta perlindungan dari Bupati Arya Wiraraja. Atas bantuan dari Arya Wiraraja ini, Raden Wijaya diterima dan diampuni oleh Jayakatwang dan diberikan sebidang tanah di Tarik. Daerah itu kemudian dibangun kembali menjadi sebuah perkampungan dan digunakan oleh Raden Wijaya untuk mempersiapkan diri dan menyusun kekuatan untuk sewaktu-waktu mengadakan serangan balasan terhadap Kediri.

Kedatangan serangan Cina-Mongol yang ingin menaklukan Kertanegara, tidak disia-siakan oleh Raden Wijaya untuk menyerang Raja Jayakatwang (Raja Kediri).

Raden Wijaya berhasil menipu pasukan-pasukan Cina, sehingga tentara Cina rela bergabung dengan pasukan Raden Wijaya dan menyerang Raja Jayakatwang. Raja Jayakatwang dapat dikalahkan dan Kerajaan Kediri dapat dihancurkan.

Kemenangan dari serangan ini membuat tentara Cina-Mongol bergembira dan merayakan pesta kemenangannya. Namun, bagi Raden Wijaya kemenangan ini harus berada di pihaknya. Raden Wijaya kemudian memutuskan untuk menyerang balik tentara-tentara Cina-Mongol yang sedang pesta pora. Serangan yang tiba-tiba dan tak diduga yang dilakukan oleh pasukan Raden Wijaya ini membuat tentara Cina-Mongol menjadi kalang kabut. Banyak yang terbunuh. Yang selamat melarikan diri dan kembali ke daratan Cina. Akhirnya, di Jawa hanya tinggal satu kekuatan, yaitu kekuatan dari pasukan Raden Wijaya.

Dengan lenyapnya pasukan Cina-Mongol, pada tahun 1292 M Kerajaan Majapahit sudah dapat dianggap berdiri, walaupun secara resmi sistem pemerintahan Kerajaan majapahit baru berjalan setahun kemudian, yaitu ketika Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit yang pertama dengan gelar Sri Kertajasa Jayawardhana.

Raden Wijaya memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1293-1309 M. raden Wijaya sempat memperistri keempat putri Kertanegara, yaitu Tribhuwana, Narendraduhita, Prajnaparamita, dan Gayatri. Pada awal pemerintahannya pernah terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh teman-teman seperjuangan Raden Wijaya seperti Sora, Ranggalawe, dan Nambi. Pemberontakan-pemberontakan itu diakibatkan karena rasa tidak puas atas jabatan-jabatan yang diberikan oleh raja. Akan tetapi, pemberontakan-pemberontakan itu akhirnya dapat dipadamkan.

Raden Wijaya wafat tahun 1309 M dan dimakamkan dalam dua tempat, yaitu dalam bentuk Jina (Budha) di Antapura dan dalam bentuk Wisnu dan Siwa di Candi Simping (dekat Blitar).

Raja Jayanegara

Page 2: sejarah

Raja Raden Wijaya wafat meninggalkan seorang putra yang bernama Kala Gemet. Putra ini diangkat menjadi Raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanegara pada tahun 1309 M.

Jayanegara memerintah Majapahit dari tahun 1309-1328 M. Masa pemerintahan Jayanegara penuh dengan pemberontakan dan juga dikenal sebagai suatumasa yang suram di dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Pemberontakan-pemberontakan itu datang dari Juru Demung (1313 M), Gajah Biru (1314 M), Nambi (1316 M), dan Kuti (1319 M).

Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya dan hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Raja Jayanegara terpaksa mengungsi ke desa Bedander yang diikuti oleh sejumlah pasukan bayangkara (pengawal pribadi raja) di bawah pimpinan Gajah Mada. Setelah beberapa hari menetap di desa Bedander maka Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk meninjau suasana.

Setelah diketahui keadaan rakyat dan para bangsawan istana tidak setuju dan bahkan sangat benci kepada Kuti, Gajah Mada akhirnya merencanakan suatu siasat untuk melakukan serangan terhadap Kuti. Berkat ketangkasan dan siasat yang jitu dari Gajah Mada, Kuti dan kawan-kawannya dapat dilenyapkan.

Raja Jayanegara dapat kembali lagi ke Istana dan menduduki tahta Kerajaan Majapahit. Sebagai penghargaan atas jasa Gajah Mada, maka ia langsung diangkat menjadi patih di kahuripan (1319-1321), tidak lama kemudian diangkat menjadi patih di Kediri (1322-1330).

Ratu Tribhuwanatunggadewi

Raja Jayanegara meninggal dengan tidak meninggalkan seorang putra mahkota. Tahta Kerajaan Majapahit jatuh ke tangan Gayatri, putri Raja Kertanegara yang masih hidup. Namun, karena ia sudah menjadi seorang pertapa, tahta kerajaan diserahkan kepada putrinya yang bernama Tribhuwanatunggadewi. ia menjadi ratu atas nama atau mewakili ibunya, Gayatri.

Tribhuwanatunggadewi memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1328-1350 M. pada masa pemerintahannya, meletus pemberontakan Sadeng (1331 M). pimpinan pemberontak tidak diketahui. Nama Sadeng sendiri adalah nama sebuah daerah yang terletak di Jawa Timur. Pemberontakan Sadeng dapat dipadamkan oleh Gajah Mada dan Adityawarman.

Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Mangkubhumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Sejak saat itu, Gajah Mada menjadi pejabat pemerintahan tertinggi sesudah raja. Ia mempunyai wewenang untuk menetapkan politik pemerintahan Majapahit.

Raja Hayam Wuruk

Raja Hayam Wuruk yang terlahir dari perkawinan Tribhuwanatunggadewi dengan Cakradara (Kertawardhana) adalah seorang raja yang mempunyai pandangan luas. Kebijakan politik Hayam Wuruk banyak mengalami kesamaan dengan politik Gajah

Page 3: sejarah

Mada, yaitu mencita-citakan persatuan Nusantara berada di bawah panji Kerajaan Majapahit.

Hayam Wuruk memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1350-1389 M. Pada masa pemerintahannya, Gajah Mada tetap merupakan salah satu tiang utama Kerajaan majapahit dalam mencapai kejayaannya. Bahkan Kerajaan Majapahit dapat disebut sebagai kerajaan nasional setelah Kerajaan Sriwijaya.

Selama hidupnya, patih Gajah Mada menjalankan Politik Persatuan Nusantara. Cita-citanya dijalankan dengan begitu tegas, sehingga menimbulkan peristiwa pahit yang dikenal dengan Peristiwa Sunda (Peristiwa Bubat). Peristiwa Sunda terjadi tahun 1351 M, berawal dari usaha Raja Hayam Wuruk untuk meminang putri dari Pajajaran, Dyah Pitaloka. Lamaran itu diterima oleh Sri Baduga. Raja Sri Baduga beserta putri dan pengikutnya pergi ke Majapahit, dan beristirahat di lapangan Bubat dekat pintu gerbang Majapahit.

Selanjutnya timbul perselisihan paham antara Gajah Mada dan pimpinan Laskar Pajajaran, karena Gajah Mada ingin menggunakan kesempatan ini agar Pajajaran mau mengakui kedaulatan Majapahit, yakni dengan menjadikan putri Dyah Pitaloka sebagai selir Raja Hayam Wuruk dan bukan sebagai permaisuri. Hal ini tidak dapat diterima oleh Pajajaran karena dianggap merendahkan derajat. Akhirnya pecah pertempuran yang mengakibatkan terbunuhnya Sri baduga dengan putrinya dan seluruh pengikutnya di Lapangan Bubat.

Akibat peristiwa itu, politik Gajah Mada mengalami kegagalan, karena dengan adanya peristiwa Bubat belum berarti Pajajaran sudah menjadi wilayah Kerajaan Majapahit. Bahkan Kerajaan Pajajaran terus berkembang secara terpisah dari Kerajaan Majapahit.

Ketika Gajah Mada wafat tahun 1364 M, Raja Hayam Wuruk kehilangan pegangan dan orang yang sangat diandalkan di dalam memerintah kerajaan. Wafatnya Gajah Mada dapat dikatakan sebagai detik-detik awal dari keruntuhan Kerajaan Majapahit. Setelah Gajah Mada wafat, Raja Hayam Wuruk mengadakan sidang Dewan Sapta Prabu untuk memutuskan pengganti Patih Gajah Mada. Namun, tidak satu orang pun yang sanggup menggantikan Patih Gajah Mada. Kemudian diangkatlah empat orang menteri di bawah pimpinan Punala Tanding. Hal itu tidak berlangsung lama. Keempat orang menteri tersebut digantikan oleh dua orang menteri, yaitu Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Akhirnya Hayam Wuruk memutuskan untuk mengangkat Gajah Enggon sebagai patih mangkubumi menggantikan posisi Gajah Mada.

Keadaan Kerajaan Majapahit seakan-akan semakin bertambah suram, sehubungan dengan wafatnya Tribhuwanatunggadewi (ibunda Raja Hayam Wuruk) tahun 1379 M. Kerajaan Majapahit semakin kehilangan pembantu-pembantu yang cakap. Kemunduran Kerajaan Majapahit semakin jelas setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk tahun 1389 M. Berakhirlah masa kejayaan Majapahit.

Sumpah Palapa

Pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwanatunggadewi terjadi pemberontakan yang dikenal dengan nama pemberontakan Sadeng. Pada waktu itu yang menjadi perdana

Page 4: sejarah

menteri adalah Arya Tadah. Karena terganggu kesehatannya, Arya Tadah mengusulkan agar Gajah Mada diangkat menjadi Panglima Majapahit.

Usul Arya Tadah itu diterima oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi dan selanjutnya Gajah Mada diangkat menjadi pemimpin pasukan Kerajaan Majapahit untuk memadamkan pemberontakan Sadeng. Namun ketika Gajah Mada sedang membicarakan siasat perang ia mendapat rintangan dari seorang menteri kerajaan yang bernama Ra Kembar (pihak golongan Dharmaputra). Gajah Mada tidak menghiraukan rintangan itu dan atas bantuan dari pasukan Melayu yang dipimpin oleh Adityawarman, pemberontakan sadeng dapat dipadamkan.

Sebagai penghargaan atas jasanya itu, pada tahun 1331 M Gajah Mada diangkat menjadi Mangkubumi Majapahit. Ia menggantikan kedudukan Arya Tadah.

Saat upacara pelantikan, Gajah Mada mengucapkan sumpahnya dengan nama Sumpah Palapa (lengkapnya Tan Amukti Palapa) yang menyatakan Gajah Mada tidak akan hidup mewah sebelum Nusantara berhasil dipersatukan di bawah panji Kerajaan Majapahit.

Untuk mencapai Persatuan Nusantara, berbagai macam cara dilakukan Gajah Mada. Bahkan selama hidupnya, Gajah Mada selalu mencurahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai tujuannya itu. Cita-cita yang dijalankannya begitu tegas itu menimbulkan peristiwa yang sangat pahit, yaitu Peristiwa Bubat atau Peristiwa Sunda.

Gajah Mada wafat tahun 1364 M. Dengan wafatnya Gajah Mada, Kerajaan Majapahit kehilangan seorang yang sangat diandalkan dan sulit dicarikan gantinya

Page 5: sejarah

ASPEK SOSIAL MASYARAKAT MAJAPAHITPola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan masyarakat (strata) yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di Majapahit terdapat empat kasta seperti di India, yang lebih dikenal dengan catur warna, tetapi hanya bersifat teoritis dalam literatur istana.1 Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat, yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang berada di luar lapisan ini, yaitu Candala, Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan golongan terbawah dari lapisan masyarakat Majapahit.2Brahmana (kaum pendeta) mempunyai kewajiban menjalankan enam dharma, yaitu mengajar, belajar, melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain, membagi dan menerima derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup dan bersatu dengan Brahman (Tuhan).3 Mereka juga mempunyai pengaruh di dalam pemerintahan, yang berada pada bidang keagamaan dan dikepalai oleh dua orang pendeta tinggi, yaitu pendeta dari agama Siwa dan agama Buddha, yang disebut sebagai Saiwadharmadhyaksa dan Buddhadarmadyaksa. Saiwadyaksa mengepalai tempat suci (pahyangan) dan tempat pemukiman empu (kalagyan); Buddhadyaksamengepalai tempat sembahyang (kuti) dan bihara (wihara); manteri berhajimengepalai para ulama (karesyan) dan para pertapa (tapaswi). Semua rohaniawan menghambakan hidupnya kepada raja yang disebut sebagai wikuhaji.Para rohaniawan biasanya tinggal di sekitar bangunan agama, yaitu mandala,dharma, sima, wihara, dsb. Mandala adalah nama komunitas agama di desa, yang ditempatkan di daerah yang terpencil di bukit yang berhutan, sedangkan Sima adalah daerah yang menjadi milik kaum agama dari berbagai sekte, tidak langsung di bawah kekuasaan pejabat istana manapun.Kaum Ksatria merupakan keturunan dari pewaris tahta (raja) kerajaan terdahulu, yang mempunyai tugas memerintah tampuk pemerintahan. Keluarga raja dapat dikatakan merupakan keturunan dari kerajaan Singasari-Majapahit yang dapat dilihat dari silsilah keluarganya dan keluarga-keluarga kerabat raja tersebar ke seluruh pelosok negeri, karena mereka melakukan sistem poligami secara meluas yang disebut sebagai wargahaji atau sakaparek. Para bangsawan yang memerintah suatu kawasan permukiman di ruang lingkup kekuasaan kerajaan dapat dikatakan memiliki hubungan dengan keluarga raja terdahulu dan disebut sebagai parawangsya. Semua anggota keluarga raja masing-masing diberi nama atas gelar, umur, dan fungsi mereka di dalam masyarakat. Bila seseorang diangkat menjadi bangsawan, maka nama pengangkatan akan diberikan kepadanya. Pemberian nama pribadi dan nama gelar terhadap para putri dan putra raja didasarkan atas nama daerah kerajaan yang akan mereka kuasai sebagai wakil raja. Hak istimewa yang diterima oleh para bangsawan kerajaan bersumber pada penghasilan dari propinsi mereka dan terutama pada penghasilan wilayah yang menjadi hak mereka sendiri.Waisya merupakan masyarakat yang menekuni bidang pertanian dan perdagangan. Mereka bekerja sebagai pedagang, peminjam uang, penggara sawah dan beternak. Kemudian kasta yang paling rendah dalam catur warna adalah kaumsudra yang mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada kasta yang lebih tinggi, terutama pada golongan brahmana.Golongan terbawah yang tidak termasuk dalam catur warna dan sering disebut sebagai pancama (warna kelima) adalah kaum candala, mleccha, dan tuccha. Candalamerupakan anak dari perkawinan campuran antara laki-laki (golongan sudra) dengan wanita (dari ketiga golongan lainnya: brahmana, waisya, dan waisya), sehingga sang anak mempunyai status yang lebih rendah dari ayahnya. Mleccha adalah semua bangsa di luar Arya tanpa memandang bahasa dan warna kulit, yaitu

Page 6: sejarah

para pedagang-pedagang asing (Cina, India, Champa, Siam, dll.) yang tidak menganut agama Hindu.Tuccha ialah golongan yang merugikan masyarakat, salah satu contohnya adalah para penjahat. Ketika mereka diketahui melakukan tatayi, maka raja dapat menjatuhi hukuman mati kepada pelakunya. Perbuatan tatayi adalah membakar rumah orang, meracuni sesama, mananung, mengamuk, merusak dan memfitnah kehormatan perempuan.4Dari aspek kedudukan kaum wanita dalam masyarakat Majapahit, mereka mempunyai status yang lebih rendah dari para lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban mereka untuk melayani dan menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut campur dalam urusan apapun, selain mengurusi dapur rumah tangga mereka. Dalam undang-undang Majapahit pun para wanita yang sudah menikah tidak boleh bercakap-cakap dengan lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari pergaulan bebas antara kaum pria dan wanita.STRUKTUR PEMERINTAHAN MAJAPAHIT1. Struktur PemerintahanStruktur pemerintahan Kerajaan Majapahit mencerminkan kekuasaan yang bersifa teritorial dan disentralisasikan dengan birokrasi yang terperinci sehingga basis kekuasaan sebagian besar berada di tangan birokrasi sekuler, politik dan militer5. Struktur tersebut ada karena terpengaruh kepercayaan yang bersifat kosmologi yang telah menjadi dasar kerajaan-kerajaan Hindu Buddha yang ada Asia Tenggara6. Di dalam mekanismenya pemerintah menjamin kehidupan ekonomi para birokrat, sehingga dapat mengeksploitasi pertanian rakyat dan perdagangan. Struktur pemerintahannya antara lain :1. RajaPeranan raja adalah sebagai pusat dari alam sejagad dan sebagai wakil dari dewa-dewa. Berdasarkan konsep kosmologi yang dihayati, seluruh kerajaan Majapahit dianggap sebagai perwujudan dari jagad raya, dan raja disamakan dengan dewa tertinggi yang bersemayam di puncak gunung Mahameru, sehingga raja memegang otoritas tertinggi dan menduduki puncak Hierarki Kerajaan. Jabatan raja diperoleh secara turun temurun atau hak waris. Raja didampingi 14 raja bawahan7. Di daerah-daerah terdapat āra (Bhre), merupakan keluarga dekat rajatraja-raja bawahanPaduka Bhat yang diberi hak istimewa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab daerah.1. Yuwarāja (Kumārāja Jasa Putra Parigata)Sebelum menjadi Raja, Putera Mahkota menjadi Raja yang menguasai daerah yang berada di bawah kekuasaan Majapahit.1. Dewan Pertimbangan Kerajaan (Pahöm Narendra)āra Saptaprabū” yang anggotanya terdiri dari sanak saudara Berada di bawah raja berfungsi mendampingi raja dan dalamtraja. mengeluarkan kebijaksanaan raja memiliki otoritas tertinggi, dan perintahnya wajib dilakukan pejabat-pejabat yang ada dibawahnya. Kelompok Dewan Pertimbangan Kerajaan bernama “Bhat1. Dewan Menteri (Rakyān Mantri ri Pakira-kiran)Dewan Menteri merupakan Badan Pelaksana Pemerintahan yang terdiri dari lima pejabat, yaitu Rakyān Mapatih atau Patih Hamangkubhūmi (Apatih ring Tiktawilwadhika, Rakyān Tuměnggung, Rakyān Děmung, Rakyān Kanuruhan. Kelima pejabat (para tanda rakyan) tersebut pada zaman Majapahit disebut canāgara.ca ring Wilwatikta atau disebut juga Mantri AmanSang Pan Rakyān Mapatih adalah pejabat terpenting dalam Dewan Menteri dan biasa disebut Perdana Menteri atau Menteri Utama (Matri Mukya), ia bertugas memimpin Badan Pelaksana Pemerintahan dan mengkoordinasi para menteri. Di daerah-daerah juga terdapat Dewan Menteri yang yang dipimpin Sang Apatih atau Rakyān Apatih, dan itulah yang

Page 7: sejarah

membedakan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.1. Pejabat-Pejabat Tinggi lainnyaSelain Dewan Menteri dan Dewan Pertimbangan Kerajaan terdapat pula Pejabat-Pejabat Tinggi lainnya yang biasanya diduduki oleh keluarga Dewan Menteri dan Dewan Pertimbangan Kerajaan. Pejabat-pejabat tersebut antara lain,ddhamantri, Yuwamantri, Sang Āryyādhikara, Sang Sang Wr dan RakyānĀryyātmarāja, Mantri Wagmimaya, Mantri Kesadhari, Juru.1. DharmmādhyaksaDharmmādhyaksmerupakan Pejabat Tinggi kerajaan yang bertugasa Dharmmādhyaks ,menjalankan fungsi Yurisdiksi keagamaan. Terdapat dua a Dharmmuntuk agama Hindu Siwa bernama a ring Kasaiwanādhyaks dan Buddha Dharmmādhyaks. Dalam menjalankan tugasnyabernama a ring Kasogatan DharmmatDharmmādhyaks dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan (ia upapat) disebut Sang Paměgat (Samgat) yang terdiri dari Sang Paměgat i Tirwan, Sang Paměgat i Kandamuhi, Sang Paměgat i Manghuri, Sang Paměgat i Jambi, Sang Paměgat i Pamwatan, Sang Paměgat i Kandangan Atuha, Sang Paměgat i Kandangan Rare, Sang Paměgat i Panjangjiwa, Sang Paměgat i Lekan, Sang Paměgati Tanggar, Sang Paměgat i Pandlěgan, dan Sang Paměgat i Tirangrat. Pada masa Hayam Wuruk dikenal tujuh upapatti disebut “ Sang Upapatti Sapta” yang terdiri dari Sang Paměgat i Tirwan, Sang Paměgat i Kandamuhi, Sang Paměgat i Manghuri, Sang Paměgat i Jambi, Sang Paměgat i Pamwatan, Sang Paměgat i Kandangan Atuha, dan Sang Paměgat i Kandangan Rare.Di antara upapatti tersebut ada yang menjabat urusan sekte-sekte. Sekte Siwa terdiri dari Bhairawapaksa, Saurapaksa, dan Siddhāntapaksa. Sang īsya Bhagawan Kapila, Sang Wadikanabhaksasīsya, SangWadis awa, Sākāra, dan Wāhyaka. Selain sebagai pejabat keagamaan,nWadiwes upapatti dikenal juga sebagai kelompok cendekiawan dan para pujangga.1. Pejabat Sipil dan Militera), paradPejabat-pejabat sipil terdiri dari kepala jawatan (tan nāyaka, pratyāya, dan para drawyahaji. Pejabat-pejabat militer yang berugas mengawal raja dan penjaga lingkungan keraton (bhayangkāri) terdiri dari pangalasan, senāpati, dan surantani. Dari kitab Praniti Raja Kapkapa, terdapat 150 mantri dan 1.500 pejabat-pejabat rendahan aka, dandji ana, wadohaji, pandyang terdiri dari para tan man8.kajineSkema Pemerintahan Majapahit.KEBUDAYAAN KERAJAAN MAJAPAHIT1. Agama dan Kepercayaan masyarakat MajapahitTerdapat tiga aliran yang hidup berdampingan di kerajaan majapahit, yaitu agama Siwa, Wisnu dan Buddha Mahayana9. Segala Upacara keagamaan berjalan secara berdampingan. Di kalangan atas, di kalangan para ahli pikir terdapat proses sinkretisme yang membuat Siwa dan Buddha sama nilainya. Sewaktu hidup raja dipandang sebagai titisan Wisnu, tetapi setelah wafat raja dimakamkan sebagai Siwa. Ada beberapa pendapat yang menguatkan bahwa Siwa dan Buddha hidup berdampingan dalam masyarakat Majapahit, antara lain:1. Pendapat Krom (1923) bahwa sinkretisme Siwa dan Buddha tampak dalam kesenian dengan bukti di Candi Jawi terdapat arca Siwa dan arca Aksobhya yang terjadi akibat pengaruh ajaran Tantrayana terhadap kedua agama.2. Pendapat Rassers (1926) bahwa pertautan agama Hindu dan Buddha di Jawa Timur merupakan aspek dari satu agama yang tunggal yang berpangkal pada kepercayaan Jawa purba.

Page 8: sejarah

3. Pendapat Goda (1970) bahwa penyamaan dewa-dewa agama Siwa dan Buddha tidak hanya terjadi di Jawa tetapi juga di Kamboja, Nepal, dan India sendiri. Maka kebudayaan asli bukan satu-satunya penyebab terjadinya koalisi agama Siwa dan Buddha.1. KesusasteraanPada zaman Majapahit kesusastraan dibagi menjadi dua bagian10 yang dibagi berdasarkan bahasa yang digunakan dan bentuk tulisan yang ditulis, yaitu zaman Majapahit I dan zaman Majapahit II.1. Pada zaman Majapahit I hasil-hasil kesusastraan yang terpenting adalah:• ca, tahun 1365 M. tāgama, karangan Prapan Nāgarakr Kitab ini berisi tentang riwayat Singasari dan Majapahit dari sumber-sumber pertama dan ternyata sesuai dengan prasasti-prasasti. Terdapat pula uraian tentang kota Majapahit, jajahan-jajahan Negara Majapahit, perjalanan Hayam Wuruk di sebagian besar Jawa Timur, upacara çrāddha yang dilakukan untuk roh Gayatri dan tentang Pemerintahan serta keagamaan dalam zaman pemerintahan Hayam Wuruk.• Sutasoma, karang mpu TantularPokok cerita ialah riwayat Sutasoma, seorang anak raja yang meninggalkan keduniawian karena taatnya pada Agama Buddha. Sutasoma selalu bersedia mengorbankan dirinya untuk menolong sesama mahkluk yang sedang dalam kesulitan karena kesediaannya itu maka banyak orang tertolong bahkan seorang raksasa yang biasa memakan manusia pun bisa menjadi pemeluk Agama Buddha yang mulia itu.• Arjunawijaya, mpu TantularIsinya menceritakan raja raksasa Rāwana yang terpaksa tunduk kepada raja Arjuna Sahasrabāhu.• Kun jarakarn a Kitab ini ada yang berupa gancaran dan ada yang berupa kakawin. Kitab yang berupa gancaran termasuk zaman Mataram, dan yang kakawin berasal dari zaman Majapahit I. Isinya menceritakan seorang raksasa ayang ingin menjelma menjadi manusia, kemudian menghadapjarakarnKun Wairocana dan diizinkan melihat keadaan di neraka. Ia taat kepada agama Buddha, dan akhirnya keinginannya terkabul.• ParthayajnaIsinya meriwayatkan para Pandawa setelah kalah bermain dadu, dan mendapat penghinaan-penghinaan dari para Kaurawa. Akhirnya mereka ke hutan dan Arjuna bertapa di Gunung Indrakila.1. Pada zaman Majapahit II hasil-hasil kesusatraan ditulis dalam bahasa jawa tengahan dan ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) serta gancaran, yang terpenting, antara lain Tantu Pagelaran, Calon Arang, ji Wijayakrama,ayāna, Pandah, Pararaton, SunKorawāçrama, Bubhuks cangah, Usana Jawa, dan Usana Bali.Rangga Lawe, Sorāndaka, Paman1. ArsitekturArsitektur zaman Majapahit dibagi menjadi tiga macam, yaitu :1. Arsitektur Jawa KunoArsitektur Jawa Kuno mempunyai ciri konstruksi bangunan yang berasal dari kayu yang merupakan tiang berdiri di atas tanah, mempunyai kolong dan tanpa pemisah ruangan. Pemisah ruang hanya dilakukan dengan menggunakan kain atau bahan tidak permanen yang siang hari dapat dilepas, penutup atap menggunakan alang-alang.1. Arsitektur Majapahit LamaArsitektur Majapahit Lama mempunyai ciri konstruksi bangunan dari kayu yang berdiri di atas batur dan masih belum ada pembatas yang permanen. Penutup atapnya sudah menggunakan genting, bangunan semacam ini dapat berfungsi sebagai Pendopo

Page 9: sejarah

atau Bale maupun sebagai tempat untuk istirahat atau tidur.1. Arsitektur Akhir MajapahitArsitektur Akhir Majapahit mempunyai ciri sama dengan ciri arsitektur Majapahit lama namun telah mempunyai pembatas yang permanen. Bentuk-bentuk bangunan semacam itu dapat dilihat pada beberapa relief candi di Jawa Timur dan Jawa Tengah.1. Perundang-UndanganKitab undang-undang Majapahit ditemukan di Bali, yaitu Undang Undang Agama. Dalam bahasa Sanksekerta Agama berarti pengetahuan, adat, ajaran. Naskah perundang-undangan yang ditemukan di Bali dan Lombok ditulis dalam bahasa Jawa Tengahan. Kitab perundang-undangan Agama memuat 275 pasa yang berisi tentang :1. Ketentuan umum mengenani denda2. Uraian tentang kejahatan, terutama pembunuhan (astadusta)3. Perlakuan tentang/ terhadap hamba (kawula)4. Pencurian (astacorah)5. Paksaan (walat/aulah sahasa)6. Jual beli (adol atuku)7. Gadai (sanda)8. Utang piutang (ahutang apihutang)9. Titipan10. Mahar (atukon)11. Perkawinan (karawangan)12. Perbuatan mesum (paradara)13. Warisan (drewe kaliliran)14. Caci maki (wakparusya)15. Mengangani (dandanparusya)16. Kelalaian/kenakalan (kagelehan)17. Perkelahian (atukaran)18. Tanah (bhumi)19. Fitnah (duwilatet)PEREKONOMIAN KERAJAAN MAJAPAHITKeberadaan kerajaan Majapahit ditopang oleh sektor pertanian dan perdagangan. Dengan demikian berarti kerajaan Majapahit adalah kerajaan agraris dan maritim. Di sektor pertanian padi dan hasil pertanian lainnya merupakan tulang punggung perekonomian kerajaan. Pedagang asing yang datang ke Majapahit berasal dari Campa, Khmer, Tahiland, Burma, Srilangka, dan India. Mereka tinggal di beberapa tempat di Jawa dan beberapa di antara mereka ditari pajak oleh pemerintah kerajaan. Komoditi negara asing yang dibawa ke Majapahit adalah sutera dan keramik China, kain dari India, dan dupa dari Arab. Barang-barang tersebut ditukar dengan rempah-rempah dan hasil pertanian lainnya. Sekitar tahun 1949 M terdapat dua jalur pelayaran dari dan ke China(Grace Wong, 1984), yaitu jalur pelayaran barat dan jalur pelayaran timur. Jalur pelayaran yang sering digunakan pedagang jawa adalah jalur pelayaran barat, meliputi Vietnam-Thailand-Malaysia-Sumatera-Jawa-Bali-Timor. Barang-barang yang diperdagangkan adalah1. Barang kebutuhan hidup sehari-hariBerupa bahan makanan, hasil bumi, binatang (ternak, unggas, dan ikan), dan bahan pakaian.1. Barang produksi kelompok pengrajinTerdapat kelompok pengrajin (pengusaha) di kerajaan Majapahityang disebutkan dalam prasasti paramiça, barng yang dibuat antara lain tembaga(dyun), keranjang dari daun kelapa (magawai kisi), payung (magawai payuŋ wlu), upih (mopih), barang

Page 10: sejarah

anyam-anyaman (manganamanam), kapur(maŋhapu). Terdapat juga pengrajin lak/perekat, tali, warna merah, arang, jerat burung,dan alat penangkap burung.1. Barang komoditi internasionalKomoditi yang diperdagangkan adalah merica, garam, rempah-rempah, mutiara, kulit penyu, gula tebu, pisang, kayu cendana, emas, perak, kelapa, kapuk, tekstil katun, sutera, belerang, dan budak belian11.Mata uang yang digunakan pada zaman Majapahit awal adalam mata uang kepeng dari China. Untuk mendapatkannya Majapahit mengimport mata uang dari China, uang tersebut berasal dari dinasti T’ang (618-907), Song (960-1279), Ming (1368-1644), dan Qing (1644-1911). hal ini terjadi karena China banyak mengomport merica dari Majapahit, sehingga banyak mata uang kepeng yang mengalir ke Majapahit12. Pusat perdagangan di kerajaan Majapahit adalah pasar yang biasa disebut pkan atau pkěn. Selain perdagangan salah satu sumber kerajaan adalah pajak. Berdasarkan sumber-sumber yang tertulis, ditemukan lima pokok bahasan yang berhubungan dengan perpajakan, yaitu pajak dan pembatasan usaha, objek pajak dan kriteria pemungutannya, mekanisme pemungutan pajak, alokasi hasil pemungutan pajak, dan kasus-kasus yang berhubungan dengan pemungutan pajak. Pihak kerajaan mengadakan pembatasan usaha terhadap segala jenis benda yang bebas dari pemungutan pajak kerajaan agar hak pembebasan pemungutan pajak kerajaan tidak menjadi tanpa batas. Pajak terdiri dari pajak tanah, pajak usaha, pajak profesi, pajak orang asing, pajak ekspoloitasi Sumber Daya Alam. Pemungutan pajak dilakukan oleh petugas pemungut pajak.Ekonomi Majapahit sebagaimana ekonomi kebanyakan kerajaan di Jawa bertumpu pada kegiatan pertanian, ini terlihat dari pusat kerajaan Majapahit yang juga terletak di pedalaman. Namun jika dilihat lebih jauh Majapahit ekonomi Majapahit juga ditopang oleh perdagangan. Kombinasi kedua unsur ekonomi ini memberi kekuatan bagi Majapahit, yang juga menjadi sifat Jawa sebelumnya, yaitu kekuatan demografis.Pertanian di Jawa sangat menjadikan masyarakat Jawa terikat pada institusi desa yang terikat dalam jaringan yang disebut wanua. Institusi inilah yang kemudian menggerakkan jalannya perdagangan dengan pihak luar. Dalam hal ini perdagangan lebih didominasi oleh perdagangan hasil pertanian pokok. Jaringan pasar lokal antar wanua ini sering disebut sebagai pkên.13Pertanian Jawa sejak sebelum Majapahit sangat kuat. Ini terlihat dari dibuatnya Borobudur beberapa abad sebelumnya yang mengindikasikan pertanian Jawa dapat mencukupi pekerjaan missal tersebut. Selain itu pada masa Majapahit di Jawa juga terdapat beberapa candi yang dibangun. Kekuatan demografi ini juga mendukung kebijakan ekspansi yang dilakukan oleh Majapahit.Kekuatan demogrsfi ini terlihat sangat besar jika kita membandingkan Jawa pada masa Majapahit dengan luar Jawa. Semananjung Malaya pada abad 14 memiliki penduduk sebanyak 200 ribu saja, seukuran kota kecil masa kini, sedangkan Jawa pada saat yang sama memiliki penduduk sebanyak 3 juta orang.14Majapahit juga melakukan perdagangan dengan bangsa luar. Ini terlihat kebijakan penguasaan langsung pelabuhan di hilir sungai Brantas. Meski ibukota Majapahit terletak jauh di pedalaman, ibukota terhubung langsung dengan pelabuhan tersebut melalui sungai tersebut. Produk-produk utama Jawa adalah bahan pangan (beras), tekstil kasar (atau kapas), dan tenaga kerja (budak).15Selain itu motif ekonomi juga terlihat dalam politik ekspansi yang dilakukannnya. Ekspansi-ekspansi yang dilakukannya dilakukan dalam rangka membentuk jaringan kerajaan vassal untuk memperoleh upeti yang akan menjadi produk perdagangan. Selain itu tujuan lain yang lebih utama dalam ekspansi Majapahit adalah untuk

Page 11: sejarah

memperoleh kontrol atas pelabuhan-pelabuhan dagang utama di Asia Tenggara (dengan kata lain monopoli).16 Tindak politis yang dilakukan bisa berupa penghancuran pelabuhan atau penaklukan.

Page 12: sejarah

Raja-raja Majapahit

Berikut adl daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yg mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yg memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.

1. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)2. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)3. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)4. Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)5. Wikramawardhana (1389 - 1429)6. Suhita (1429 - 1447)7. Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)8. Rajasawardhana bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)9. Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)10. Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)11. Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)12. Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)13. Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518)

Penyebab Kemunduran

1)      Pemberontakan Ranggalawe sekitar awal abad 13.2)      Diangkatnya Kalagemet sebagai raja. Kalagemet bukanlah raja yang cakap. Sebagian waktunya hanya digunakan untuk bersenang-senang dengan selir-selirnya di Istana Kapopongan.3)      Pengaruh dari Mahapati pada Kalagemet. Mahapati adalah seorang pejabat tinggi yang ambisius. Akibatnya muncul beberapa pemberontakan.4)      Peristiwa Sunda yang terjadi 1351 M. Peristiwa itu berawal dari usaha Raja Hayam Wuruk untuk meminang putrid dari Pajajaran. Lalu, timbul perselisihan paham antara Gajah Mada dan pimpinan laskar Pajajaran yang mengakibatkan pertempuran.5)      Peristiwa Bubat yang menggagalkan politik Gajah Mada, karena dengan adanya peristiwa Bubat, kerajaan Pajajaran tidak menjadi wilayah Majapahit. Bahkan kerajaan Pajajaran terus berkembang secara terpisah dari Majapahit.6)      Tidak adanya pengganti Gajah Mada. Tidak ada kaderisasi.7)      Gajah Mada sebagi Patih Amangkubumi memegang segala jabatan yang penting, ia tidak memberi kesempatan generasi penerus untuk tampil, sehingga setelah meninggalnya Gajah Mada tidak ada penggantinya yang cakap dan berpengalaman.8)      Perang saudara yang dikenal sebagi Perang Paregreg antara Wikramawardhana dengan Wirabhumi. Perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit sehingga banyak wilayah kekuasaannya yang melepaskan diri.

Page 13: sejarah

Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.

Legitimasi politik

Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.[26]

Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya, sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini.[15] Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.[36]Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.[37] Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.

Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang TNI Angkatan Laut berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit.

Arsitektur

Page 14: sejarah

Sepasang patung penjaga gerbang abad ke-14 dari kuil Majapahit di Jawa Timur (Museum of Asian Art, San Francisco)

Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini.

Persenjataan

Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.

Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak

Page 15: sejarah