SEJARAH 2

39
Perjuangan Diplomasi Diplomasi artinya perundingan/perjanjian yang dibuat untuk disepakati. Diplomasi ini merupakan salah satu bentuk perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia. Para pejuang diplomasi Indonesia berunding dengan Belanda untuk membuat perjanjian yang akan dilaksanakan. Berikut adalah berbagai perjuangan diplomasi kemerdekaan Indonesia: Dukungan Internasional Perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankkan kemerdekaan yang dilakukan melalui perjuangan bersenjata atau perang dan juga dengan perjuangan diplomasi yaitu melalui perundingan dan mencari dukungan internasional. Perjuangan mencari dukungan internasional dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tindakan langsungyang dilakukan dengan cara mengemukakan masalah Indonesia di hadapan sidang Dewan Keamanan PBB. Tindakan tidak langsung dilakukan melalui pendekatan dan hubungan baik dengan negara-negara yang akan mendukung Indonesia dalam sidang-sidang PBB. Negara-negara yang mendukung Indonesia seperti Australia yang bersedia menjadi anggota Komisi Tiga Negara, India yang mengakui kedaulatan Indonesia di dalam forum Internasional dan negara-negara di Timur Tengah seperti Mesir, Lebanon, Suriah, dan Arab Saudi juga mengakui kedaulatan Negara Indonesia. Selain itu, India juga

description

sejarah indonesia

Transcript of SEJARAH 2

Perjuangan Diplomasi Diplomasi artinya perundingan/perjanjian yang dibuat untuk disepakati. Diplomasi ini merupakan salah satu bentuk perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia. Para pejuang diplomasi Indonesia berunding dengan Belanda untuk membuat perjanjian yang akan dilaksanakan.

Berikut adalah berbagai perjuangan diplomasi kemerdekaan Indonesia: Dukungan InternasionalPerjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankkan kemerdekaanyangdilakukan melalui perjuangan bersenjata atau perangdanjuga dengan perjuangan diplomasi yaitu melalui perundingandanmencari dukungan internasional. Perjuangan mencari dukungan internasional dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tindakan langsungyangdilakukan dengan cara mengemukakan masalah Indonesia di hadapan sidang Dewan Keamanan PBB. Tindakan tidak langsung dilakukan melalui pendekatan dan hubungan baik dengan negara-negara yang akan mendukung Indonesia dalam sidang-sidang PBB. Negara-negara yang mendukung Indonesia seperti Australia yang bersedia menjadi anggota Komisi Tiga Negara, India yang mengakui kedaulatan Indonesia di dalam forum Internasional dan negara-negara di Timur Tengah seperti Mesir, Lebanon, Suriah, dan Arab Saudi juga mengakui kedaulatan Negara Indonesia. Selain itu, India juga mempelopori Konferensi Inter-Asia untuk mengumpulkan dukungan bagi Indonesia.

Resolusi Dewan Keamanan PBBpadatanggal 28 Januari 1949 berkaitan dengan Agresi Militer Belanda II, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi. Isi dari resolusi itu ialah sebagai berikut : Pembebasan dengan segera dan tidak bersyarat semua tahanan politik dalam daerah RI oleh Belanda sejak 19 Desember 1948. Belanda harus menghentikan semua operasi militer dan pihak Republik Indonesia diminta untuk menghentikan aktivitas gerilya. Kedua pihak harus bekerja sama untuk mengadakan perdamaian kembali. Belanda harus memberikan kesempatan kepada pemimpin RI untuk kembali ke Yogyakarta dengan segera. Kekuasaan RI di daerah-daerah RI menurut batas-batas Persetujuan Renville dikembalikan kepada RI. Perundingan-perundingan akan dilakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya dengan dasar Persetujuan Linggarjati, Persetujuan Renville, dan berdasarkan pembentukan suatu Pemerintah Interim Federal paling lambat tanggal 15 Maret 1949. Komisi Jasa-jasa Baik (KTN) berganti nama menjadi Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia (United Nation for Indonesia atau UNCI). UNCI bertugas untuk, membantu melancarkan perundinganperundingan untuk mengurus pengembalian kekuasaan pemerintah RI, mengamati pemilihan, mengajukan usul mengenai berbagai hal yang dapat membantu tercapainya penyelesaian.Perjuangan mencari dukungan internasional lewat PBB dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tindakan langsung dilakukan dengan mengemukakan masalah Indonesia di hadapan sidang DewanKeamanan PBB. Tindakan tidak langsung dilakukan melalui pendekatan dan hubungan baik dengan negara-negara yang akan mendukung Indonesia dalam sidang-sidang PBB. . Pendekatan yang dilakukan Sutan Syahrir dan Haji Agus Salimdalam sidang Dewan Keamanan PBB pada bulan Agustus 1947 berhasil mempengaruhi negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB untuk mendukung Indonesia. Negara-negara yang mendukung Indonesia antara lain Australia, India, Liga Arab. AustraliaAustralia bersedia menjadi anggota Komisi Tiga Negara. Australia juga mendesak Belanda agar menghentikan operasi militernya di Indonesia. Australia berperan dalam membentuk opini dunia internasional untuk mendukung Indonesia dalam sidang Dewan Keamanan PBB. IndiaIndia merupakan salah satu negara yang mengakui kedaulatan Indonesia dalam forum internasional. India juga mempelopori Konferensi Inter-Asia untuk mengumpulkan dukungan bagi Indonesia. Konferensi Inter-Asia dilaksanakan pada tahun 1949. Negara-negara Liga ArabNegara Mesir, Lebanon, Suriah, dan Saudi Arabia mengakui kedaulatan Indonesia. Pengakuan ini mempengaruhi pandangan internasional terhadap Indonesia. Negara-negara anggota Dewan Keamanan PBBPara tokoh politik Indonesia mengadakan pendekatan dengan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB. Pendekatan yang dilakukan Sutan Syahrir dan Haji Agus Salim dalam sidang Dewan Keamanan PBB pada bulan Agustus 1947 berhasil mempengaruhi negaranegara anggota Dewan Keamanan PBB untuk mendukung Indonesia.

Perundingan-perundingan awal dengan belandaIndonesia juga mengadakan perundingan langsung dengan Belanda. Berbagai perundingan yang pernah dilakukan untuk menyelesaikan konflik Indonesia- Belanda misalnya: Perundingan Linggarjati, Perjanjian Renville, Persetujuan Roem-Royen, Konferensi Inter-Indonesia, dan Konferensi Meja Bundar.a. Permulaan perundingan-perundingan dengan Belanda (10 Februari 1946)Panglima AFNEI (Letnan Jenderal Christison) memprakarsai pertemuan Pemerintah RI dengan Belanda untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dan RI. Serangkaian perundingan pendahuluan di lakukan.Archibald Clark KerrdanLord Killearndari Inggris bertindak sebagai penengah. Perundingan dimulai pada tanggal 10 Februari 1946. Pada awal perundingan,H.J. van Mookmenyampaikan pernyataan politik pemerintah Belanda. Kemudian pada tanggal 12 Maret 1946, pemerintah Republik Indonesia menyampaikan pernyataan balasan.b. Perundingan di Hooge Veluwe (1425 April 1946)Setelah beberapa kali diadakan pertemuan pendahuluan, diselenggarakanlah perundingan resmi antara pemerintah Belanda dengan Pemerintah RI untuk menyelesaikan konflik. Perundingan dilakukan diHooge Veluwenegeri Belanda pada tanggal 14 25 April 1946. Perundingan mengalami kegagalan.c. Perundingan gencatan senjata (2030 September 1946)Banyaknya insiden pertempuran antara pejuang Indonesia dengan pasukan Sekutu dan Belanda mendorong diadakannya perundingan gencatan senjata. Perundingan diikuti wakil dari Indonesia,Sekutu, dan Belanda. Perundingan dilaksanakan dari tanggal 20 30 September 1946. Perundingan tidak mencapai hasil yang diinginkan.d. Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946)Lord Killearn berhasil membawa wakil-wakil Pemerintah Indonesia dan Belanda ke meja perundingan. Perundingan berlangsung di rumah Konsul Jenderal Inggris di Jakarta pada tanggal 7 Oktober 1946. Delegasi Indonesia diketuai Perdana Menteri Sutan Syahrir. Delegasi Belanda diketuai oleh Prof. Schermerhorn. Dalam perundingan tersebut, masalah gencatan senjata yang gagal perundingan tanggal 30 September 1946 disetujui untuk dibicarakan lagi dalam tingkat panitia yang diketuai Lord Killearn.Perundingan tingkat panitia menghasilkan persetujuan gencatan senjata sebagai berikut. Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan militer pada waktu itu dan atas dasar kekuatan militer Sekutu serta Indonesia. Dibentuk sebuah Komisi Bersama Gencatan Senjata untuk masalah-masalah teknis pelaksanaan gencatan senjata.Di bidang politik, delegasi Pemerintah Indonesia dan komisi umum Belanda sepakat untukmenyelenggarakan perundingan politik secepat mungkin.

Perjanjian LinggarjatiPerundingan Linggarjati merupakan perundingan pertama kali yang dilakukan bangsa Indonesia dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Pada zaman tersebut, system pemerintahan Indonesia adalah parlementer, sebagai perdana menteri adalah Sutan Syahrir. Tokoh ini sering dijuluki si kancil karena kecerdikannya. Syahrirlah yang menjalankan pemerintahan sehari-hari. Syahrir berjuang dengan melakukan diplomasi agar mendapatkan dukungan internasional terhadap kedaulatan bangsa Indonesia. Belanda sangat enggan untuk membahas masalah Indonesia dengan Sukarno yang sangat membenci Belanda. Belanda kemudian setuju untuk melakukan perundingan setelah tahu yang menjalankan pemerintahan adalah Syahrir.Pertemuan demi pertemuan kemudian dilakukan oleh kedua belah pihak dengan Clark Keer (dari Inggris) sebagai pemrakarsanya. Sebelum diadakannya perundingan Linggarjati dilakukan terlebih dahulu pertemuan di Hooge Value (Belanda pada 14-25 April 1946. Indonesia membawa beberapa usulan menuju pertemuan tersebut antara lain pengakuan de facto, kerja sama antara Indonesia Belanda. Namun usulan tersebut ditolak oleh Belanda.Pada tanggal 10-15 November 1946 diadakan Perundingan di Linggarjati sebuah daerah di selatan Cirebon Jawa Barat. Delegasi Indonesia terdiri dari Moh Roem, Susanto Tirtiprodjo, A.K Gani dan dipimpin oleh Sutan Syahrir. Sedangkan Belanda dipimpin oleh Schermerhorn. Sedangkan sebagai penengah adalah Lord Killearn dari pihak sekutu. Hasil perundingan Linggarjati antara lain: Belanda mengakui secara de facto wilayah Indonesia meliputi Jawa, Sumatera dan Madura, RI dan Belanda bekerja sama menyelenggarakan berdirinya sebuah negara federal bernama negara Indonesia Serikat, RIS dan Belanda akan membentuk Uni-Indonesia Belanda dengan ratu Belanda sebagai pemimpinnya. Hasil perundingan Linggarjati ditandatangani di Istana Merdeka tanggal 25 Maret 1947.Hasil perundingan Linggarjati ini mengalami pro dan kontra. Tokoh yang kontra merupakan kelompok Persatuan Perjuangan yang dipimpin Tan Malaka. Menurut kelompok ini, perundingan Linggarjati sangat merugikan Indonesia. Wilayah Indonesia menjadi sempit dan menunjukan Indonesia menjadi negara yang lemah. Diplomasi yang dilakukan menurut kelompok oposisi hanya karena alasan pemerintah sangsi atas kemampuan rakyat bersenjata sebagai intinya. Persatuan Perjuangan dibentuk sebagai gabungan sejumlah partai politik maupun golongan lain sejak Januari 1942, mereka adalah kelompok yang berjuang dengan kekuatan. Pemimpin kelompok ini, Tan Malaka beranggapan bahwa berunding dengan Pemerintahan Belanda tidak ada gunanya dan hanya akan merugikan Republik saja, tuntutan Merdeka 100% serta slogan-slogan merdeka atau mati menjadi tujuan perjuangan revolusioner. Kenyataannya janji-janji yang diberikan pihak asing tidak dapat dipercaya benar.Perundingan Linggarjati berdampak pada jatuhnya kepercayaan parlemen terhadap Syahrir. Oleh karena itu Syahrir harus mengembalikan mandat kepada presiden Sukarno. Pada dasarnya ada dampak postif dari diadakannya Perundingan Linggarjati. Secara langsung keberadaan Indonesia mulai diperhatikan oleh dunia luar. Negara Indonesia secara de facto dan de jure sudah diakui oleh negara lain meskipun dengan wilayah yang sempit yaitu tinggal Jawa, Sumatera dan Madura. Perundingan Linggarjati kemudian diingkari Belanda dengan adanya agresi militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947. Sasaran utama serangan Belanda adalah daerah-daerah penghasil devisa seperti Jawa Barat serta Sumatera Timur, Sumatera Selatan dan Jawa Timur.Serangan Belanda ini kemudian menimbulkan reaksi internasional. Belanda mengatakan bahwa tindakan polisionel yang dilakukan sudah benar untuk menghancurkan gerombolan pengacau. Tapi bagi pihak Indonesia tindakan Belanda tersebut telah melanggar kedaulatan Indonesia. Pada tanggal 31 Juli 1947 PBB mengeluarkan resolusi yang mendesak agar kedua negara yang bertikai untuk menghentikan pertempuran dan mengadakan perundingan. Hal ini merupakan buntut dari tuntutan India dan Austalia yang mengajukan resolusi kepada Dewan Keamanan PBB. Guna menanggapi hal tersebut maka, Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Jasa Baik yang kemudian dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN) dikarenakan terdiri dari tiga negara.KTN bertugas membantu menyelesaikan sengketa antara Indonesia-Belanda. KTN terdiri dari Australia yang ditunjuk Indonesia, Belgia yang ditunjuk oleh Belanda dan Amerika Serikat yang ditunjuak keduanya. Australia membantu Indonesia dikarenakan partai Buru di sana bersimpati dengan perjuangan Indonesia. Wakil dari Australia adalah Richard Kirby, wakil Belgia adalah Paul Van Zeeland dan wakil Amerika Serikat adalah Frank Graham. Kemudian KTN berhasil membawa kembali Indonesia dan Belanda ke Perundingan selanjutnya, yaitu Perundingan Renville.Isi Perjanjian Linggarjati dan Latar BelakangnyaPihak Inggris terus mengupayakan perundingan agar menjadi jalan terbaik dalam menyelesaikan konflik antara pihak Indonesia dengan Belanda dengan perantaraan diplomat Inggris, Lord Killearn. Pada awalnya pertemuan diselenggarakan di Istana Negara dan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Dalam perundingan itu pihak Indonesia dipimpin Sutan Syabrir dan pihak Belanda oleh Pro. Schermerhorn. Kemudian perundingan dilanjutkan di Linggarjati.Isi perjanjian Linggarjati:1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.2. Akan dibentuk negara federal dengan nama Indonesia Serikat yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia3. Dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan ratu Belanda sebagai kepala uni4. Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Uni Indonesia-Belanda sebelum tanggal 1 Januari 1949

Perundingan di Linggarjati dihadiri oleh beberapa tokoh juru runding, antara lain sebagai berikut: Inggris, sebagai pihak penengah diwakili olehLord Killearn. Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir (Ketua), Mohammad Roem (anggota), Mr. Susanto Tirtoprojo, S.H. (anggota), Dr. A.K Gani (anggota). Belanda, diwakili Prof. Schermerhorn (Ketua), De Boer (anggota), dan Van Pool (anggota).

Perjanjian Linggarjati bagi Indonesia ada segi positif dan negatifnya. Segi positifnya ialah adanya pengakuande factoatas RI yang meliputi Jawa, Madura, dan Sumatera. Segi negatifnya ialah bahwa wilayah RI dari Sabang sampai Merauke, yang seluas Hindia Belanda dulu tidak tercapai.

Perjanjian Linggarjatiyang ditandatangani tanggal 15 November 1946 mendapat tentangan dari partai-partai politik yang ada di Indonesia. Sementara itu, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 6 tahun 1946 tentang penambahan anggota KNIP untuk partai besar dan wakil dari daerah luar Jawa. Tujuannya adalah untuk menyempurnakan susunan KNIP. Ternyata tentangan itu masih tetap ada, bahkan presiden dan wakil presiden mengancam akan mengundurkan diri apabila usaha-usaha untuk memperoleh persetujuan itu ditolak.PengesahanPerjanjian LinggarjatiAkhirnya, KNIP mengesahkanperjanjian Linggarjatipada tanggal 25 Februari 1947, bertempat di Istana Negara Jakarta. Persetujuan itu ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947. Apabila ditinjau dari luas wilayah, kekuasaan Republik Indonesia menjadi semakin sempit, namun bila dipandang dari segi politik intemasional kedudukan Republik Indonesia bertambah kuat. Hal ini disebabkan karena pemerintah Inggris, Amerika Serikat, serta beberapa negara-negara Arab telah memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia.

Persetujuan itu sangat sulit terlaksana, karena pihak Belanda menafsirkan lain. Bahkan dijadikan sebagai alasan oleh pihak Belanda untuk mengadakan Agresi Militer I pada tanggal 21 Juli 1947. Bersamaan dengan Agresi Militer I yang dilakukan oleh pihak Belanda, Republik Indonesia mengirim utusan ke sidang PBB dengan tujuan agar posisi Indonesia di dunia internasional semakin bertambah kuat. Utusan itu terdiri dari Sutan Svahrir, H. Agus Salim, Sudjatmoko, dan Dr. Sumitro Djojohadikusumo.

Kehadiran utusan tersebut menarik perhatian peserta sidang PBB, oleh karena itu Dewan Keamanan PBB memerintahkan agar dilaksanakan gencatan senjata dengan mengirim komisi jasa baik (goodwill commission) dengan beranggotakan tiga negara. Indonesia mengusulkan Austra-lia, Belanda mengusulkan Belgia, dan kedua negara yang diusulkan itu menunjuk Amerika Serikat sebagai anggota ketiga. Richard C. Kirby dari A.ustralia, Paul van Zeeland dari Belgia, dan Frank Graham dari Amerika Serikat. Di Indonesia, ketiga anggota itu terkenal dengan sebutan Komisi Tiga Negara (KTN). Komisi ini menjadi perantara dalam perundingan berikutnya.

Perundingan RenvilleAtas usulan KTN pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara Indonesia dan Belanada di atas kapal renville yang sedang berlabuh di Jakarta. Delegasi Indonesia terdiri atas perdana menteri Amir Syarifudin, Ali Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik Len, Moh. Roem, Haji Agus Salim, Narsun dan Ir. Juanda. Delegasi Belanda terdiri dari Abdulkadir Widjojoatmojo, Jhr. Van Vredeburgh, Dr. Soumukil, Pangran Kartanagara dan Zulkarnain. Ternyata wakil-wakil Belanda hampir semua berasala dari bangsa Indonesia sendiri yang pro Belanda. Dengan demikian Belanda tetap melakukan politik adu domba agar Indonesia mudah dikuasainya. Setelah selesai perdebatan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai dengan 17 Januari 1948 maka diperoleh hasil persetujuan damai yang disebut Perjanjian Renville. Pokok-poko isi perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut:1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia samapi kedaulatan Indonesia diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat yang segera terbentuk.2. Republik Indonesia Serikat mempunyai kedudukan yang sejajar dengan negara Belanda dalam uni Indonesia-Belanda3. Republik Indonesia akan menjadi negara bagian RIS4. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagain kekuasaannya kepada pemerintahan federal sementara5. Pasukan republic Indonesia yang berda di derah kantong haruns ditarik ke daerah Republik Indonesia. Daerah kantong adalah daerah yang berada di belakang Garis Van Mook, yakni garis yang menghubungkan dua derah terdepan yang diduduki BelandaPerjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948. adapun kerugian yang diderita Indonesia dengan penandatanganan perjanjian Renville adalah sebagai berikut:1. Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya negara Indonesia Serikat melalaui masa peralihan2. Indonesia kehilangan sebagaian daerah kekuasaannya karena grais Van Mook terpaksa harus diakui sebagai daerah kekuasaan Belanda3. Pihak republik Indonesia harus menarik seluruh pasukanya yang berda di derah kekuasaan Belanda dan kantong-kantong gerilya masuk ke daerah republic IndonesiaPenandatanganan naskah perjanjian Renville menimbulkan akibat buruk bagi pemerinthan republik Indonesia, antra lain sebagai berikut:1. Wilayah Republik Indonesia menjadi makin sempit dan dikururung oleh daerah-daerah kekuasaan belanda2. Timbulnya reaksi kekerasan dikalangan para pemimpin republic Indonesia yang mengakibatkan jatuhnya cabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual negara kepada Belanda3. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketata oleh Belanda4. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militernya dari daerah-daerah gerilya untuk kemudian hijrah ke wilayah Republik Indonesia yang berdekatan5. Dalam usaha memecah belah Negara kesatuan republic Indonesia, Belanda membentuk negara-negara boneka, seperti; negara Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara jawa Timut. Negara boneka tersebut tergabung dalam BFO (Bijeenkomstvoor Federal OverslagSejarah dan Isi Perundingan RenvilleAgresi Militer Belanda I terhadap Indonesia mendapatkan kecaman dan reaksi keras dari dunia internasional. Aksi militer yang dilakukan Belanda terhadap Republik Indonesia tersebut merupakan suatu ancaman terhadap perdamaian dunia. Dewan Keamanan PBB yang mulai memerhatikan masalah Indonesia - Belanda itu akhirnya menyetujui usul Amerika Serikat, yang untuk mengawasi penghentian permusuhan itu harus dibentuk suatu badan komisi jasa-jasa baik yang kemudian disebut dengan Komisi Tiga Negara (KTN).

Anggota KTN terdiri atas Richard Kirby (wakil dari Australia yang dipilih oleh Indonesia), Paul van Zeeland (wakil dari Belgia yang dipilih oleh Belanda), dan Dr. Frank B. Graham (wakil dari Amerika Serikat yang dipilih oleh Belgia dan Australia). Melalui KTN, berhasil diadakan Perundingan Renville yang dilaksanakan di Kapal Renville.

Perundingan Renville secara resmi dimulai pada tanggal 8 Desember 1947. Berikut ini adalah pihak-pihak yang menghandiri Perundingan Renville:

1. PBB sebagai mediator, diwakili oleh Grank Graham (ketua) dan Richard Kirby (anggota).2. Delegasi Belanda, diwakili oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmodjo (ketua).3. Delegasi Indonesia, diwakili oleh Mr. Amir Syarifuddin (ketua).

Perundingan ini berjalan alot, karena kedua pihak berpegang teguh pada pendiriannya masing-masing. Meski perundingan berlangsung alot, akhirnya pada tanggal 17 Januari 1948 naskah Persetujuan Renville berhasil ditandatangani.

Berikut ini adalah hasil (isi) dari Perundingan Renville:a. Penghentian tembak-menembak.b. Daerah-daerah di belakangGaris van Mookharus dikosongkan dari pasukan RI.c. Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu.d. Dalam Uni Indonesia Belanda, Negara Indonesia Serikat akan sederajat dengan Kerajaan Belanda.Perundingan Renville yang ditandatangani kedua belah pihak tersebut mengakibatkan posisi Indonesia semakin sulit dan wilayah Indonesia semakin sempit. Kesulitan itu ditambah lagi dengan blokade ekonomi yang dilaksanakan Belanda.

Diterimanya kesepakatan Renville ini juga mengakibatkan kabinet Amir Syarifuddin jatuh. Amir Syarifuddin akhirnya menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno pada tanggal 23 Januari 1948.

Kabinet Amir Syarifuddin kemudian digantikan oleh Kabinet Hatta. Pada masa Kabinet Hatta, Mohammad Hatta merangkap jabatan yaitu sebagai wakil presiden Republik Indonesia dan perdana menteri. Kabinet Hatta berusaha menaati hasil perundingan Renville. Tujuannya adalah agar strategi diplomasi masih dapat dijalankan. Keputusan-keputusan Perundingan Renville mengalami hal yang sama dengan Persetujuan Linggarjati. Belanda melakukan aksi militernya yang kedua pada tanggal 19 Desember 1948.

Perundingan Roem RoyenIsi Perjanjian Roem Royen Akhirnya titik terang dalam sengketa penyelesaian konflik antara pihak Indonesia-Belanda terlihat. Hal ini dikarenakan kedua belah pihak bersedia untuk maju ke meja perundingan. Keberhasilan membawa masalah Indonesia-Belanda ke meja perundingan tidak terlepas dari inisiatif komisi PBB untuk Indonesia. Pada tanggal April 4 April 1949 dilaksanakan perundingan di Jakarta di bawah pimpinan Merle Cochran, anggota komisi dari Amerika serikat. Delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Mohammad Roem.Dalam perundingan Roem Royen, pihak Republik Indonesia tetap berpendirian bahwa pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta merupakan kunci pembuka untuk perundingan selanjutnya. Sebaliknya, pihak Belanda menuntut penghentian perang gerilya oleh Republik Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 7 Mei 1949 berhasil dicapai persetujuan antara pihak Belanda dengan pihak Indonesia. Kemudian disepakati kesanggupan kedua belah pihak untuk melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB tertanggal 28 Januari 1949 dan persetujuan pada tanggal 23 Maret 1949. Pernyataan pemerintah Republik Indonesia dibacakan oleh Ketua Delegasi Indonesia Mr. Mohammad Roem yang berisi antara lain sebagai berikut.1. Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah penghentian perang gerilya.2. Kedua belah pihak bekerja sama dalam hai mengembalikan perdamaian dan menjaga keamanan serta ketertiban.3. Belanda turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang bertujuan mempercepat penyerahan kedaulatan lengkap dan tidak bersyarat kepada negara Republik Indonesia Serikat.Pernyataan Delegasi Belanda dibacakan oleh Dr. J.H. van Royen, yang berisi antara lain sebagai berikut.1. Pemerintah Belanda menyetujui bahwa pemerintah Republik Indonesia harus bebas dan leluasa melakukan kewajiban dalam satu daerah yang meliputi Karesidenan Yogyakarta.2. Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat para pemimpin Republik Indonesia dan tahanan politik yang ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948.3. Pemerintah Belanda menyetujui bahwa Republik Indo-nesia akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS).4. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta.DampakPerjanjian Roem RoyenDengan tercapainya kesepakatan dalam Perjanjian Roem-Royen maka Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatra memerintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih pemerintahan di Yogyakarta dari tangan Belanda. Sementara itu, pihak TNI dengan penuh kecurigaan menyambut hasil persetujuan itu. Namun, Panglima Besar Jenderal Sudirman memperingatkan seluruh komando di bawahnya agar tidak memikirkan masalah-masalah perundingan.

Untuk mempertegas amanat Jenderal Sudirman itu, Panglima Tentara dan Teritorium Jawa Kolonel A.H. Nasution memerintahkan agar para komandan lapangan dapat membedakan gencatan senjata untuk kepentingan politik atau kepentingan militer. Pada umumnya kalangan TNI tidak mempercayai sepenuhnya hasil-hasil perundingan, karena selalu merugikan perjuangan bangsa Indonesia. Pada tanggal 22 Juni 1949 diadakan perundingan segitiga antara Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda di bawah pengawasan Komisi PBB yang dipimpin oleh Christchley. Perundingan itu menghasilkan tiga keputusan, yaitu sebagai berikut.1. Pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta akan dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 1949.2. Perintah penghentian perang gerilya akan diberikan setelah pemerintahan Republik Indonesia berada di Yogyakarta pada tanggal 1 Juli 1949.3. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan dilaksanakan di Den Haag.Pasca Perjanjian Roem RoyenSetelah tercapainya perundingan Roem Royen, pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakarta. Selanjutnya, disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya. Panglima Besar Jenderal Sudirman tiba kembali di Yogyakarta tanggal 10 Juli 1949. Setelah pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta, pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan siding cabinet. Dalam siding tersebut Syafruddin Prawiranegara mengembalikan mandate kepada wakil presiden Moh Hatta. Dalam siding tersebut juga diputuskan Sri Sultan Hamengku Buwono IX diangkat menjadi menteri pertahanan merangkap koordinator keamanan.

Perundingan Roem RoyenAtas prakarsa komisi PBB untuk Indonesia atau UNCI/United Nations Comissions for Indonesia, Indonesia-Belanda berhasil dibawa ke meja perundingan yang disebut Perundingan Roem-Royen.Delegasi yang hadir pada perundingan tersebut.a. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Rum.b. Delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. Van Royen.Pada tanggal 17 April dimulailah perundingan pendahuluan di Jakarta yang diketuai oleh Merle Cohran, wakil Amerika Serikat dalam UNCI. Dalam perundingan perundingan selanjutnya delegasi Indonesia diperkuat oleh Drs. Moh. Hatta dan Sri Sultan hamengkubuwono IX. Setelah melalui perundingan yang berlarut-larut, akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan, yang kemudian dikenal dengan nama Roem-Royen Statements.Isi persetujuan itu adalah sebagai berikut.a. Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan Pemerintah Republik Indonesia untuk:1) mengeluarkan perintah kepada pengikut Republik yang bersenjata untuk menghentikan perang gerilya2) bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan3) turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyaratb. Pernyataan Belanda pada pokoknya berisi:1) menyetujui kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta2) menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik3) tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember 1948, dan tidak akan meluaskan Negara atau daerah dengan merugikan Republik4) menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat5) berusaha dengan sungguh-sungguh supaya KMB segera diadakan sesudah pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta6) hasil perundingan Roem-Royen ini mendapat reaksi keras dari berbagai pihak di Indonesia, terutama dari pihak TNI dan PDRI.

Konferensi Inter-IndonesiaKonferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung antara negara Republik Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian bentukkan Belanda yang tergabung dalam BFO. Pada awalnya pembentukkan BFO ini diharapkan oleh Belanda akan mempermudah Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Namun sikap negara-negara yang tergabung dalam BFO berubah setelah Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua terhadap Indonesia. Karena simpati dari negara-negara BFO ini maka pemimpin-pemimpin Republik Indonesia dapat dibebaskan dan BFO jugalah yang turut berjasa dalam terselenggaranya Konferensi Inter-Indonesia. Hal itulah yang melatarbelakangi dilaksanaklannya Konferensi Inter-Indonesia pada bulan Juli 1949.

BFO yang didirikan di Bandung pada 29 Mei 1948 merupakan lembaga permusyawaratan dari negara-negara federal yang memisahkan dari RI. Perdana Menteri negara Pasundan, Mr. Adil Poeradiredja, dan Perdana Menteri Negara Indonesia Timur, Gede Agung, memainkan peran penting dalam pembentukan BFO.BFO yang dibentuk di Bandung tentu saja tak bisa dilepaskan dari strategi van Mook mendirikan negara boneka di wilayah Indonesia yang dimulai sejak 1946. Beberapa negara federal yang tergabung dalam BFO masih menyisakan jejak-jejak van Mook.Tetapi tidak berarti BFO sepenuhnya dikendalikan oleh van Mook atau Belanda. Bahkan dalam beberapa hal, BFO dan van Mook berseberangan sudut pandang. BFO yang lahir di Bandung bergerak dalam kerangka negara Indonesia yang merdeka, berdaulat dan berbentuk negara federal. BFO ingin agar badan federasi inilah yang kelak juga menaungi RI di bawah payung Republik Indonesia Serikat.Ini berbeda titik pijak dengan van Mook yang jusrtu berharap BFO bisa menjadi pintu masuk untuk meniadakan pemerintah Indonesia, persisnya Republik Indonesia. Kegagalan mengendalikan sepenuhnya BFO inilah yang menjadi salah satu penyebab mundurnya van Mook sebagai orang yang ditunjuk oleh pemerintah Belanda guna mengusahakan kembalinya tatanan kolonial. Alasan itu menjadi penyebab Wakil Tinggi Pemerintah Belanda di Jakarta, Beel, juga mengundurkan diri dari jabatannya.BFO ikut pula memainkan peran penting dalam membebaskan para petinggi RI yang ditangkap Belanda pada Agresi Militer II. Para pemimpin BFO mengambil sikap yang tak diduga oleh Belanda tersebut menyusul Agresi Militer II yang diangap melecehkan kedaulatan sebuah bangsa di tanah airnya. Agresi Militer II tak cuma melahirkan simpati dunia internasional, melainkan juga simpati negara-negara federal yang sebelumnya memisahkan dari RI.Selain membahas aspek-aspek mendasar hingga teknis perencanaan membangun dan membentuk RIS, Konferensi Intern-Indonesia juga digunakan sebagai konsolidasi internal menjelang digelarnya Konferensi Meja Bundar yang dimulai pada 23 Agustus 1949.Bagi pemerintah RI sendiri, kesediaan menggelar Konferensi Inter-Indonesia bukan semata karena ketiadaan pilihan lain yang lebih baik, melainkan juga karena pemerintah RI menganggap BFO tidak lagi sama persis dengan BFO yang direncanakan van Mook. Soekarno menyebut konferensi ini sebagai trace baru bagi arah perjuangan Indonesia.Konferensi yang berlangsung hingga 22 Juli itu banyak didominasi perbincangan mengenai konsep dan teknis pembentukan RIS, terutama mengenai susunan kenegaraaan berikut hak dan kewajiban antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hasil kesepakatan dari Konferensi Inter-Indonesia adalah:1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat),2. RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada Presiden,3. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun dari kerajaan Belanda,4. Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional, dan Presiden RIS adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS, dan5. Pembentukkan angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa Indonesia sendiri. Angkatan Perang RIS akan dibentuk oleh Pemerintah RIS dengan inti dari TNI dan KNIL serta kesatuan-kesatuan Belanda lainnya.Dampak dari Konferensi Inter-Indonesia adalah adanya konsensus yang dibangun melalui Konferensi Intern-Indonesia yang menjadi modal berharga bagi pemerintah RI, terutama delegasi Indonesia yan dtunjuk untuk berunding dengan Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Keberadaan BFO dan sikap tegas Gde Agung untuk menolak intervensi Belanda membuat pemerintah Indonesia memiliki legitimasi yang makin kuat untuk berunding dengan Belanda di KMB.

Konferensi dilaksanakan dua tahap.a. Di Yogyakarta (19 22 Juli 1949)Dalam konferensi tahap pertama telah disepakati bahwa:1) negara Indonesia Serikat akan diberi nama Republik Indonesia Serikat;2) Merah Putih adalah bendera kebangsaan;3) Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan;4) Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia;5) 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan.Hasil Konferensi Inter Indonesia ini ternyata adalah konfirmasi consensus nasional yang sejak 17 Agustus 1945 direalisasikan dalam perjuangan bangsa.

b. Di Jakarta (31 Juli 2 Agustus 1949)Konferensi Inter Indonesia tahap kedua bertempat di Gedung Pejambon, Jakarta. Salah satu keputusan penting yang diambil adalah bahwa BFO menyokong tuntutan Republik Indonesia atas penyerahan kedaulatan tanpa ikatan-ikatan politik ataupun ekonomi.

Di bidang militer/pertahanan konferensi memutuska antara lain:1) Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional.2) TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orang-orang Indonesia yang ada dalam KNIL, dan kesatuan-kesatuan tentara Belanda lain dengan syarat-syarat yang akan ditentukan lebih lanjut.3) Pertahanan negara adalah semata-mata hak Pemerintah RIS, Negara-negara bagian tidak mempunyai angkatan perang sendiri.

Konferensi Meja BundarLatar Belakang Konferensi Meja BundarIndonesia telah diakui keberadaannya oleh dunia setelah menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi, ternyata hal itu bukanlah akhir dari perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kata Daulat. Masa revolusi merupakan awal dari permasalahan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Gerakan pendaulatan di berbagai daerah yang disertai dengan kekerasan dan pembunuhan terjadi pada masa permulaan revolusi. Belanda bersama sekutunya kembali ke Indonesia dengan alasan ingin melucuti tentara Jepang yang ditawan di Indonesia. Keinginan untuk menguasai kembali negara Indonesia masih dimiliki oleh bangsa Belanda. Berbagai macam cara dilakukan oleh Belanda, sehingga kembali bermunculan perlawanan dari rakyat Indonesia.Kejadian yang dialami bangsa Indonesia ini kemudian menarik simpati wakil Ukraina di PBB untuk meminta perhatian Dewan Keamanan terhadap keadaan Indonesia, namun gugatan tersebut ditolak (Dekker, 1997:192). Negara Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa perselisihan hendaknya diselesaikan dengan jalan damai. Bangsa Indonesia mengadakan perundingan-perundingam damai dengan pihak Belanda. Akan tetapi, kesepakatan hasil perundingan-perundingan tersebut dilanggar oleh Belanda, bahkan Belanda telah melancarkan Agresi Militer Belanda I dan Agresi Militer Belanda II.Kejadian tersebut kembali menarik simpati wakil-wakil di PBB untuk menyelesaikan masalah ini. Atas dasar Roem-Roijen Statement disepakatilah oleh kedua belah pihak untuk melaksanakan perundingan kembali melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) (Dekker, 1989:79). Sebelum KMB dilaksanakan, pemimpin RI dan BFO terlebih dahulu mengadakan Konferensi Inter Indonesia (KII). Kabinet baru dibentuk dan digunakan sebagai delegasi Indonesia pada KMB. Konferensi ini diadakan di Den Haag, dipimpin oleh Perdana Menteri Kerajaan Belanda W. Drees, dan berlangsung dari tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November 1949. Konferensi ini dihadiri oleh delegasi-delegasi Republik Indonesia yaitu Moh. Hatta, delegasi BFO yaitu Sultan Hamid, delegasi kerajaan Belanda yaitu J.H. van Maarseven, serta UNCI sebagai wakil Dewan Keamanan PBB.Persoalan KMB yang terberat adalah masalah Irian Barat yang sampai saat itu masih menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Belanda berusaha untuk memisahkan daerah ini dari Indonesia. Mengenai masalah Irian Barat tersebut, terjadi perdebatan diantara kedua belah pihak. Atas saran wakil Australia di dalam UNCI disepakati bahwa dalam setahun setelah penyerahan kedaulatan, Irian Barat dirundingkan lagi untuk pengembalian de facto kepada Indonesia. Kekuasaan di Irian Barat secara mutlak belum didapatkan oleh Belanda, Indonesia juga merasa kecewa karena belum sepenuhnya memiliki kedaulatan yang riil bagi wilayahnya dari Sabang sampai Merauke.Penyerahan kedaulatan diadakan pada tanggal 27 Desember 1949 di tiga tempat yaitu di Amsterdam, di Jakarta, dan di Yogyakarta. Kedaulatan Indonesia kepada RIS akan diserahkan secara resmi oleh Belanda, dan kini RIS telah berdaulat secara riil atas Indonesia seluas Hindia Belanda dahulu.Banyak hal yang dapat dipelajari dari makalah ini. Proses-proses sejarah yang sedemikian rupa dapat dijadikan motifasi oleh generasi-generasi berikutnya untuk lebih meningkatkan rasa nasionalismenya, dan tetap menjaga negara tercinta agar kejadian yang dialami nenek moyangnya di masa lampau (penjajahan) tidak terulang lagi.Proses Konferensi Meja Bundar Pada tanggal 23 Agustus sampai tanggal 2 November 1949, yang disengelarakan di Den Hag. Yang diwakili oleh Drs Moh. Hatta (sebagai ketua), Mr.Moh Roem, Prof. Dr Soepomo dr j leimena, Mr. Ali Sastroamidjoyo , Ir Juanda, Kolonel TB Simatupang, Mr Suyono Hadinoto, Dr Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringodigdo. Sementara dari BFO (Bijeenkomst Federaal Overleg) ialah sultan Pontianak Hamid Algadri (Halim, dan Yayah, 1986 : 236 ). Deligasi dari Belanda diketuai Mr. van Maarseveen, sedangkan UNCI oleh Chritcjley. Adapun Pesan Perdana Menteri Mohammad Hatta ketika akan berangkat ke Konferensi Medja Bundar, antara lain: Perjuangan kemerdekaan terbagi dua: satu di luar negeri di Den Haag dan dua di dalam negeri. Perdjuangan di luar negeri ditentukan oleh factor dan kekuatan jang ada di dalam negeri. Artinja, perdjuangan tersebut tidak bisa menjimpang dari keadaan dalam negeri. Sebab kalau menjimpang akan tergantung di awing-awang. Tidak ada tanah untuk pidjakan kaki Selanjutnya diingatkan : Kekuatan Dalam negeri pada waktu ini, bukan main hebatnja. Pradjurit dan rakjat seluruhnja melancarkan gerilja dimana-mana. Bersatu padu dalam satu persatuan bulat menghantam lawan kemerdekaan. Selama revolusi kita jang 4 tahun ini, belu pernah kekuatan dan persatuan sehebat sekarang ini (Mansur,A, 2010:278)Sesampainya pada deligasi itu ke Belanda, sambutan dari Belanda cukup baik dengan menjukan keramahan dalam melayani para delegasi. Para deligasi di tempatkan di hotel mewah Kurhaus Schevenigen dan mobil mobil mengkilap yang bika di gunakan sewaktu waktu di butuhkan. Setiap hari angota deligasi di beri uang saku F1. 25, yang waktu itu sebanding dengan US $10, dan berdaya beli tinggi saat itu. Delegasi di bagi menjadi beberapa komisi-komisi militer dipimpin oleh Dr. J. Leimena, dan angotanya Kolonel TB Simatupang (mewakili Angkatan Darat), komandor S. Suryadarma (Angkatan Udara, yang menyusul belakangan), Laksamana Subiyakto (Angkatan Laut) dan Letnan Kolonel Daan Yahya dan letnan Kolonel M.T Haryono. Dari pihak komisi mileter Belanda Moorman (kepala staf Angkatan Laut Nedrland) dan Fokkema Andre. Masalah yang sulit di pecahkan dalam konferensi itu sebagai berikut :1. Uni Indonesia Belanda. Indonesia menginginkan agar sifatnya hanya kerja sama yang bebas tanpa adanya organisasi permanen, sedangkan Belanda menginginkan kerja sama yang luas dengan organisasi permanen yang luas pula. 2. Soal hutang. Indonesia hanya mengakui hutang hutang Hindia Belanda sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang. Sebaliknya, Belanda berpendapat bahwa Indonesia harus mengambil alih semua kekayaan maupun hutang Hindia Belanda saampai saat itu, termasuk biaya perang kolonial terhadap Indonesia.Akhirnya setelah memalui perundingan yang berlarut larut pada tanggal 2 November 1949 tercapailah persetujuan KMB.

Hasil Konferensi Meja Bundar Banyak sumber yang mengupas mengenai hasil dari konferensi meja bundar ini,. Terlepas dari sudut pandang dari para sejarawan dan para pakar yang membahas perundingan tersebut. Penulis disini akan membahas dari beberapa literature dan referensi yang digunakan. Pada tanggal 23 Agustus hingga tanggal 2 November 1949 disepakati sebagai waktu diadakannya konferensi meja bundar. Drs. Moh. Hatta sangat mendominasi jalannya persidangan, hasil yang pertama sangat memihak kepada belanda yaitu Ratu Belanda sebagai pimpinan simbolis, soekarno akan menjadi presiden RIS dan Hatta sebagai perdana menteri (1949-50). Berbagai jaminan diberikan kepada investasi-investasi belanda di Indonesia dan disepakati bahwa akan diadakan konsultasi-konsultasi mengenai beberapa masalah keuangan. -(M.C. Ricklefs, 2008 : 487) sehingga bisa dikatakan banyak pihak dari kalangan Indonesia yang menganggap bahwa rencana tersebut merugikan kedaulatan dan kebebasan bagi bangsa Indonesia.Hasil sidang yang selanjutnya ialah bahwa Belanda tetap mempertahankan kedaulatan atas papua sampai ada perundingan-perundingan lebih lanjut mengenai status wilayah tersebut. dan RIS memikul tanggung jawab atas utang Hindia Timur Belanda yang setelah terjadi banyak tawar menawar, jumlahnya ditetapkan sebesar 4,3 milyar gulden; sebagian besar dari jumlah ini sebenarnya merupakan biaya yang dipakai oleh pihak Belanda dalam usahanya menumpas Revolusi. (M.C. Ricklefs,2008 : 487). Dan pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa belanda secara resmi meyerahkan kedaulatan atas Indonesia tetapi tidak termasuk papua.Sangat berbeda dengan buku sejarah Indonesia modern karya M.C. Ricklef Dalam buku Api Sejarah jilid 2 karangan Ahmad Mansur Suryanegara hanya menyebutkan tiga hasil pokok dari keputusan KMB, yaitu:1. Pada 27 Desember 1949 akan dilaksanakan penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat.2. Satu-satunya organisasi kesenjataan RIS adalah APRIS. Dengan intinya adalah TNI. KNIL dibubarkan dan diterima dalam APRIS. Dibentuk misi militer Belanda yang bertugas melatih APRIS. 3. Irian Barat akan dibicarakan kembali setahun kemudian. (Ahmad Mansur Suryanegara, 2010: 280)Sedangkan menurut sumber dari internet adalah Setalah melakukan perundingan yang cukup alot dan lama maka diputuskanlah hasil dari sidang konferensi meja bundar diantaranya sebagai berikut1. Belanda mengakui RIS sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.3. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.4. Antara RIS dan kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.5. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS6. Tentara kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang tentara kerajaan Hindia (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI Kesimpulan dari sumber-sumber diatas bisa ditarik benang merah bahwa sebenarnya hasil dari konferensi meja bundar sebagian besar sama berbedanya ada sumber yang hanya mengambil pokok atau yang terpenting saja dari hasil konferensi meja bundar tersebut dan ada sumber yang menganggap semua hasil dari konferensi meja bundar adalah penting yang kemudian penulis tersebut menuliskan semua.Dampak KMB Dalam sebuah perundingan atau sebuah persetujuan yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak terutama dalam hal ini adalah pihak Indonesia dengan Belanda tentunya ada dampak-dampak yang disebabkan oleh hasil keputusan yang telah ditetapkan dalam perundingan tersebut. Dampak ini dapat dirasakan oleh kedua belah pihak baik secara langsung maupun tidak, terutama dampak yang dirasakan oleh Indonesia itu sendiri. Baik dampak positif yang dirasakan oleh negara Indonesiayang bersifat menguntungkan maupun dampak negatif yang bersifat merugikan bagi bangsa Indonesia. Salah satu dampak dari hasil perundingan tersebut yang menguntungkan bagi bangsa Indonesia adalah Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia dan Lahirlah Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai akibat persetujuan KMB (Algandri, Hamid,1991 : 68). Dengan menyerahkan kedaulatan yang diberikan Belanda kepada Bangsa Indonesia dan terbentuknya Republik Indonesia Sementara menunjukkan bahwa Belanda mengakui Kemerdekaan Indonesia. Bentuk negara Indonesia sebagai dampak dari hasil perundingan tersebut menjadi Republik Indonesia Serikta (RIS) dimana adanya negara-negara bagian ini tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Karena negara-negara bagian hasil olahan Belanda yang dibuat-buat untuk memecah-belah bangsa Indonesia terbukti tidak mendapatkan dukungan dari rakyat setempat karena rakyat pun mengetahui tujuan dan maksud dari pembentukan bentuk negara ini yang tidak akan membuat Indonesia bersatu. Hal ini yang membuat RIS tidak bertahan lama. Rakyat setempat dulu membiarkan pembentukan negara semacam itu (RIS) karena takut pada tentara Belanda (Algandri, Hamid, 1991 : 68). Dampak lain yang dirasakan oleh bangsa Indonesia yang menguntungkan bagi bangsa Indonesia adalah konflik yang terjadi antara Belanda dengan Bangsa Indonesia dapat diakhiri dan pembangunan Indonesia segera dapat dimulai. Dengan berakhirnya konflik yang terjadi antara Belanda dengan Indonesia membuat bangsa Indonesia dengan leluasa dan tanpa gangguan dari pihak Belanda melakukan pembangunan yang bertujuan untuk memakmurkan serta memajukan bangsa Indonesia. Selain dampak positif yang bersifat menguntungkan bagi bangsa Indonesia, perundingan tersebut pun menimbulkan dampak negatif yang bersifat merugikan bagi bangsa Indonesia yaitu Belanda belum mengakui Irian Barat sebagai bagian dari Bangsa Indonesia. belanda masih menganggap Irian Barat adalah miliki mereka, sehingga Bangsa Indonesia pada masa setelah perundingan KMB berakhir masih berusaha memperjuangkan Irian Barat untuk memperoleh pengakuan dari Belanda bahwa Irian Barat merupakan salah satu bagian dari Bangsa Indonesia.