Segregasi Spasial Perumahan Skala Besar: Studi Kasus Kota Baru ...
SegregaSi
Click here to load reader
-
Upload
heri-cahyono -
Category
Documents
-
view
866 -
download
13
description
Transcript of SegregaSi
Nama : DWI SUSANTI
NPM : 09431.068
Kelas : IVB/P.BIOLOGI
Segregasi Bebas dan Genetika Populasi
A. Segregasi Bebas
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Pertama Mendel, dan
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum segregasi (hukum pertama Mendel)
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin),
kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga
tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak
selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dan alel
dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww
dan satu dari tetua betina misalnya RR).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB, alel
dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar).
Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan
pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
Hukum asortasi bebas (hukum kedua Mendel)
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua
pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat
yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang
menentukan tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling
mempengaruhi.
Induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara fenotipe berwarna
putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR (secara fenotipe berwarna
merah). Keturunan pertama (tingkat 2). Mmerupakan persilangan dari genotipe
induk jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya
bergenotipe wR). Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini
akan membentuk individu pada keturunan berikutnya (tingkat 3) dengan gamet R
dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas
(induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4
kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan
genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR ,
(berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah
1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1.
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu
sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk
dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari
induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari
induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.
GAMBAR 2 : Perbandingan antara B (warna coklat), b (warna putih), S (buntut pendek), dan s
(buntut panjang) pada generasi F2
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan
genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan
genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk
adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak
pada huruf di bawah kotak). Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada
tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian
dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya
nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk
pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut:
pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2
macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika
genotipenya bb). Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang
perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail
mengenai genotipe SSBB : SSBb : SsBB : SsBb : SSbb : Ssbb : ssBB : ssBb : ssbb
adalah 1:2:2:4: 1:2:1:2: 1.
Hukum mendel I adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat
beda (monohibrit). Setiap individu yang berkembang baik secara seksual terbentuk
dari perleburan 2 gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel
dari setiap sifat/karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hukum mendel I
berlaku pada waktu gametogenesis F1. F1 memiliki genotip heterozigot. Dalam
peristiwa meiosis, gen sealel akan terpisah , masing-masing terbentuk gamet. Baik
pada bunga jantan maupun bunga betina terjadi 2 macam gamet. Waktu terjadi
penyerbukan sendiri (F1 x F2) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang
mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam peleburan
atau peristiwa.( Suryati Doti, 2011).
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis
berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak
berpasangan lagi. Setiap sel kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet.
Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum
Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101).
Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun
sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai
kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant
lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet,
setengahnya mempunyai alel dominant A dan setengahnya mempunyai alel resesif
a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2
menampilkan sifat-sifat dominan dan resesif dengan nisbah yang diramalkan.
Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah genotif yaitu 1
dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder,
1997:33)
B. Genetika Populasi
Populasi adalah suatu kelompok individu sejenis yang hidup pada suatu
daerah tertentu. Genetika populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang
mempelajari gen-gen dalam populasi dan menguraikannya secara matematik
akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Suatu populasi dikatakan
seimbang apabila frekuensi gen dan frekuensi genetik berada dalam keadaan
tetap dari setiap generasi (Suryo 1994: 344).
Dari objek bahasannya, genetika populasi dapat dikelompokkan sebagai
cabang genetika yang berfokus pada pewarisan genetik. Ilmu ini membicarakan
implikasi hukum pewarisan Mendel apabila diterapkan pada sekumpulan individu
sejenis di suatu tempat. Berbeda dengan genetika Mendel, yang mengkaji
pewarisan sifat untuk perkawinan antara dua individu (atau dua kelompok individu
yang memiliki genotipe yang sama), genetika populasi berusaha menjelaskan
implikasi yang terjadi terhadap bahan genetik akibat saling kawin yang terjadi di
dalam satu atau lebih populasi.
Genetika Populasi didasarkan pada Hukum Hardy-Weinberg, yang
diperkenalkan pertama kali oleh Wilhelm Weinberg (1908) dan, hampir bersamaan
tetapi secara independen, Godfrey Hardy (1908). Pola pewarisan suatu sifat tidak
selalu dapat dipelajari melalui percobaan persilangan buatan. Pada tanaman keras
atau hewan-hewan dengan daur hidup panjang seperti gajah, misalnya, suatu
persilangan baru akan memberikan hasil yang dapat dianalisis setelah kurun waktu
yang sangat lama. Demikian pula, untuk mempelajari pola pewarisan sifat tertentu
pada manusia jelas tidak mungkin dilakukan percobaan persilangan. Pola pewarisan
sifat pada organisme-organisme semacam itu harus dianalisis menggunakan data
hasil pengamatan langsung pada populasi yang ada.
Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi dipelajari pada cabang
genetika yang disebut genetika populasi. Ruang lingkup genetika populasi secara
garis besar oleh beberapa penulis dikatakan terdiri atas dua bagian, yaitu
1. Deduksi prinsip-prinsip Mendel pada tingkat populasi, dan
2. Mekanisme pewarisan sifat kuantitatif. Bagian yang kedua ini bahwa analisis
genetik sifat-sifat kuantitatif hanya dapat dilakukan pada tingkat populasi karena
individu tidak informatif.
Populasi mendelian ialah sekelompok individu suatu spesies yang
bereproduksi secara seksual, hidup di tempat tertentu pada saat yang sama, dan di
antara mereka terjadi perkawinan (interbreeding) sehingga masing-masing akan
memberikan kontribusi genetik ke dalam lungkang gen (gene pool), yaitu
sekumpulan informasi genetik yang dibawa oleh semua individu di dalam populasi.
Sebagai contoh, di dalam populasi tertentu terdapat tiga macam genotipe,
yaitu AA, Aa, dan aa. Maka, proporsi atau persentase genotipe AA, Aa, dan aa akan
menggambarkan susunan genetik populasi tempat mereka berada. Adapun nilai
proporsi atau persentase genotipe tersebut dikenal dengan istilah frekuensi
genotipe. Jadi, frekuensi genotipe dapat dikatakan sebagai proporsi atau persentase
genotipe tertentu di dalam suatu populasi. Pada contoh di atas jika banyaknya
genotipe AA, Aa, dan aa masing-masing 30, 50, dan 20 individu, maka frekuensi
genotipe AA = 0,30 (30%), Aa = 0,50 (50%), dan aa = 0,20 (20%).
Referensi :
http://aslamuwalaikum.blogspot.com/2010/12/genetika-populasi.html
http://biologiugm09.blogspot.com/2011/03/yang-belom-punya-materi-genetika.html
http://suaramahasiswafaperta.blogspot.com/2011/03/laporan-praktikum-genetika-
hukum-mendel.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Genetika_populasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Pewarisan_Mendel