sefuroksim
-
Upload
surya-hadi -
Category
Documents
-
view
45 -
download
0
description
Transcript of sefuroksim
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena hanya atas
berkah, rahmat dan hidayah-Nyalah Referat Sefuroksim ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada program pendidikan
profesi dokter di stase farmakologi. Referat ini disusun dari berbagai sumber ilmiah
sebagai hasil dari belajar mandiri. Referat ini secara menyeluruh membahas tentang profil
obat sefuroksim
Dalam proses penyusunan referat ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Sjarif Ismail, M. Kes sebagai dosen pembimbing penulisan referat
2. Para dosen pembimbing di stase farmakologi
3. Teman-teman sekelompok stase farmakologi
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis mengharapkan agar referat ini dapat berguna baik bagi penulis sendiri
maupun bagi pembaca.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, tentunya referat ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, saran serta kritik yang membangun penuli harapkan demi tercapainya
kesempurnaan dari isi referat ini.
Samarinda, 7 Oktober 2014
Penulis
Latar Belakang
Penyakit infeksi menimbulkan berbagai gejala dan tanda yang disebabkan oleh
mikroorganisme atau produknya. Manifestasi klinik infeksi terjadi hanya bila cedera
jaringan yang cukup telah ditimbulkan secara langsung oleh produk mikroba (seperti
endotoksin dan eksotoksin), atau secara tidak langsung oleh respon host (seperti
pelepasan sitokin dan enzim hidrolisis oleh leukosit polimorfonuklear). Bermacam-
macam agen antimikroba tersedia untuk mengobati infeksi akibat bakteri.
Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan
manusia. Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang
dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Berdasarkan mekanisme
kerjanya, antimikroba dibagi dalam 5 kelompok: (1) mengganggu metabolism sel
mikroba, (2) menghambat sintesis dinding sel mikroba, (3) mengganggu permeabilitas
membran sel mikroba, (4) menghambat sintesis protein sel mikroba, (5) menghambat
sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Penicillin, cefalosporin, bacitracin,
vankomycin, dan cycloserin termasuk dalam kelompok antimikroba yang menghambat
sintesis dinding sel mikroba.
Cefalosporin dan penicillin termasuk golongan antibiotika beta laktam.
Cefalosporin dibagi menjadi 3 generasi berdasarkan aktivitas antimikrobanya, dan secara
tidak langsung sesuai pula dengan urutan masa pembuatannya. Sediaan cefalosporin yang
ada di Indonesia sekarang ialah cefalotin, cefazolin, cefradin, cephalexin, cefotiam,
cefmetazole, cefopherazon, cefuroxime, cefotaxime, cefadroxil, cefsulodin, ceftriaxone,
dan lain-lain. Cefalosporin lebih stabil bila dibandingkan golongan penicillin untuk
beberapa beta laktamase bakteri dan memiliki aktivitas spektrum yang lebih luas. Dewasa
ini, cefalosporin yang lazim digunakan dalam pengobatan. Semakin seringnya digunakan
golongan cefalosporin ini membuat perlunya pembahasan salah satu jenis obatnya yaitu
cefuroksim sebagai cefalosporin generasi kedua.
Tujuan Penulisan
Penulisan refrat ini bertujuan agar para dokter muda mengetahui profil obat
sefuroksim yang terdiri dari :
- Morfologi obat
- Farmakokinetik
- Farmakodinamik
- Dosis obat
- Bentuk sediaan obat
- Indikasi
- Kontraindikasi
- Efek samping obat
- Interaksi obat
Manfaat Penulisan
Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun
pembacanya mengenai profil sefuroksim meliputi morfologi obat, farmakokinetik,
farmakodinamik, dosis obat, bentuk sediaan obat, indikasi, kontraindikasi, efek samping
obat dan interaksi obat sesehingga kita dapat memanfaatkan obat ini sebagaimana
mestinya
A. Morfologi Obat
Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada
tahun 1948 oleh Brotzu. Inti dasar sefalosporin C ialah asam 7-aminosefalosporanat
yang merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan cincin betalaktam. Hidrolisi asam
sefalosporin C menghasilkan 7-ACA yang kemudian dapat dikembangkan menjadi
berbagai macam antibiotic sefalosporin. Modifikasi R1 pada posisi 7 cincin betalaktam
dihubungkan dengan aktivitas anti mikroba nya, sedangkan subtitusi R2 pada posisi 3
cincin dihidrotiazin mempengaruhi metabolism dari farmakokinetiknya.
Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas anti mikrobanya yang
secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya.
Sefuroksim merupakan generasi kedua dari sefalosporin. Kelompok obat ini tersusun atas
berbagai obat yang memiliki perbedaan nyata dalam hal aktivitas, farmakokinetik, dan
toksisitas pada setiap individu. Pada umumnya obat ini aktif terhadap organisme yang
dihambat oleh generasi pertama dan lebih aktif terhadap kuman gram negatif.
Struktur Kimia Sefalosporin :
Inti asam 7-aminosefalosporanat.
Struktur Kimia sefuroksim :
Sefuroksim sodium berbentuk bubuk berwarna putih hingga putih pucat. Obat ini
memiliki solubilitas antara 200 m/ml dalam air dan di dalam alcohol terdapat 1 mg/ml.
pKa obat 2,45. Sefuroksim tersusun oleh garam sodium yg terdapat sebanyak 2,4 meq
sodium per gram sefuroksim. Setelah digabungkan, solusi sefuroksim menjadi berwarna
kuning terang sampai kuning gading dan mempunyai ph 6-8,5 yang tergantung dari
konsentrasi obat. Sefuroksim memiliki osmolalitas sekitar 300 mOsm/kg. obat ini
disimpan dengan suhu 25°C untuk sediaan vial, dan untuk bentuk tablet dan kaplet
disimpan pada suhu 30°C.
Esterfikasi grup carboxyl C-4 akan menghasilkan obat yang lebih mudah diserap
oleh traktus gastrointestinal. Sefuroksim asetil ialah prodrug dari sefuroksim. Berwarna
putih hingga krem, bubuk amorfik.
B. Farmakokinetik
Sefuroksim asetil diabsorbsi dari traktus gastrointestinal dan di hidrolisis oleh
esterase non-spesifik pada mukosa usus dan darah. Bioavailabilitas sefuruksim
tergantung pada adanya makanan di traktus gastrointestinal dan formula yang akan
digunakan. Pada orang dewasa, bioavailabilitas sefuroksim asetil tablet berkisar antara
37% dalam keadaan puasa dan bila diberikan bersamaan atau sesaat sesudah makan
bioavailabilitas obat ini berkisar antara 52%. Konsentrasi puncak serum sefuroksim
dipertahankan sekitar 2-3 jam setelah makan. Pada anak-anak sefuroksim dapat diberikan
bersamaan dengan makanan dan konsentrasi serum puncak dapat dipertahankan 3 jam
setelah pemberian.
Sefuroksim sodium tidak di absorbsi dalam jumlah besar di traktus
gastrointestinal, oleh karena itu obat ini harus diberikan secara parenteral. Pemberian
dosis tunggal IM pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal, obat ini akan mencapai
puncak konsentrasi serum yang akan dipertahankan selama 15-60 menit, sedangkan dosis
tunggal IV, pemberian setelah 3 menit akan menghasil konsentrasi serum antara 66-99,2
mcg/ml. Dosis tunggal dengan menggunakan infus IV akan menghasilkan puncak
konsentrasi serum sekitar 37,8 dan 51,1 mcg/ml. Pada neonatus dengan dosis tunggal 25
mg/kgbb menghasilkan konsentrasi serum sekitar 45 mcg/ml selama 30 menit setelah
injeksi dan dosis tunggal IM 10 mg/kgBB menghasilkan konsentrasi serum 15-25 mcg/ml
30-60 menit setelah injeksi pada nenonatus < 3 minggu.
Sefuroksim diberikan I.V dan I.M sebagai garam sodium dan melalui oral sebagai
sefuroksim asetil. Diperkirakan 33-50% sefuroksim yang beredar dalam tubuh terikat
oleh protein. Sefuroksim disebarkan kedalam jaringan dan cairan tubuh termasuk kantung
empedu, hati, ginjal, tulang, uterus, ovarium, sputum, cairan empedu, peritoneal, pleura,
dan cairan synovial. Sefuroksim menembus kedalam meninges yang meradang dan
mencapai tingkat terapeutik dalam cairan serebrospinal. Obat ini juga melalui plasenta.
Sefuroksim sebagian besar di ekskresikan tanpa berubah bentuk kedalam urin melalui
filtrasi glomerular dan sekresi tubular. Sebagian kecil di ekskresikan di ASI. Jika
probenesid diberikan secara oral bersamaan dengan sefuroksim akan memperlambat
sekresi tubular, mengurangi pembersihan ginjal diperkirakan hingga 40%, meningkatkan
puncak level serum sekitar 30%, dan meningkatkan sebagian serum hingga 30%. Bagian
asetil dari asetil sefuroksim di metabolism menjadi asam asetat dan asetaldehida.
C. Farmakodinamik
Sefuroksim merupakan antibiotic beta-laktam yang hampir sama dengan penisilin,
menginhibisi sintesis ketiga dan tahap terakhir dari dinding sel bakteri yang secara
khusus mengikat penicillin-binding protein (PBP) yang terletak di dalam dinding sel
bakteri. Penicilin-binding protein bertanggung jawab terhadap beberapa tahap dari
sintesis dinding sel dan ditemukan dalam jumlah dari ratusan hingga ribuan molekul per
sel bakteri. Diantara berbagai macam bakteri terdapat penicillin-binding protein yang
bermacam-macam. Jadi, aktivitas intrinsik dari sefuroksim sebagaimana dengan
sefalosporin dan penisilin lainya, yaitu melawan organisme tertentu tergantung terhadap
kemampuanya untuk memperoleh akses dan mengikat dengan PBP tertentu. Seperti
semua antibiotic beta-laktam, kemampuan sefuroksim untuk menghambat sintesis
dinding sel dipengaruhi oleh PBP yang menyebabkan kematian sel. Lisis sel dipengaruhi
oleh enzim autolitik dinding sel bakteri (autolysin). Hubungan Antara PBP dan autolysin
tidak jelas, tetapi ada kemungkinan antibiotic beta-laktam mengganggu inhibitor
autolysin.
D. Dosis Obat
- Infeksi Saluran Pernapasan Bawah
o Dosis oral (tablet) :
Dewasa dan remaja : 250 – 500 mg per oral tiap 12 jam 5 – 10 hari
Anak : 125 mg per oral tiap 12 jam
o IV atau IM dosis
Dewasa : 750 mg tiap 8 jam
Bayi lebih atau sama dengan 3 bulan, anak, dan remaja 50 – 100
mg/kgbb/hari
- Impetigo
o Dosis oral (tablet) :
Anak : 250 mg per oral tiap 12 jam
o Dosis oral (suspense) :
Anak-anak dan bayi > 3 bulan : 30 mg/kgbb/hari dibagi menjadi 2
dosis
- Infeksi traktus urinaria
o Dosis oral (tablet) :
Dewasa dan remaja : 250 mg per oral tiap 12 jam
o IV atau IM dosis :
Dewasa : 0,75-1,5 g IV atau IM tiap 8 jam
Bayi > 3 bulan, anak, remaja : 50 – 100 mg/kgbb/ hari IV atau IM
- Infeksi tulang dan sendi
o Dosis IV atau IM :
Dewasa : 1,5 g IV atau IM tiap 8 jam
Bayi > 3 bulan, anak, remaja : 150 mg/kgbb/hari IV atau IM
- Infeksi Saluran Pernapasan Atas ( pharyngitis, tonsillitis) :
o Dosis oral (tablet) :
Dewasa dan remaja : 250 mg per oral tiap 8 jam
o Dosis oral (suspensi) :
Bayi > 3 bulan, anak : 20 mg/kgbb/hari dibagi menjadi 2 dosis.
Maksimum : 500 mg/hari-
- Sinusitis maksilaris
o Dosis oral (tablet) :
Dewasa dan remaja : 250 mg per oral 2x sehari
Anak ( bisa makan 1 tablet langsung) : 250 mg per oral 2x sehari
o Dosis oral (suspense) :
Bayi > 3 bulan, anak : 15 mg/kgbb per oral 2x sehari
- Gonore
o Dosis oral (tablet) :
Dewasa dan remaja : 1 g per oral
o Dosis IV :
750 mg IV tiap 8 jam
- Penyakit lyme baru
o Dosis oral (tablet) :
Dewasa dan remaja : 500 mg per oral tiap 12 jam
o Dosis oral (suspense) :
Anak : 30 mg/kgbb/hari per oral
- Otitis media
o Dosis oral (tablet) :
Anak ( bias makan 1 tablet langsung ) : 250 mg per oral 2x sehari
o Dosis oral (suspensi) :
Bayi > 3 bulan dan anak : 30 mg/kgbb/hari per oral
- Septikemia
o Dosis IM atau IV :
Dewasa : 1,5-3 g IV atau IM tiap 8 jam
Bayi > 3 bulan, anak, dan remaja : 200-240 mg/kgbb/hari IV dibagi
tiap 6-8 jam.
- Meningitis
o Dosis IV atau IM :
Dewasa : 1,5-3 g IV atau IM tiap 8 jam
Bayi > 3 bulan, anak, dan remaja : 200-240 mg/kgbb/hari
- Profilaksis
o Dosis IV atau IM :
Dewasa dan reamaja : 1,5 g IV atau IM 30-60 menit sebelum operasi.
750 mg IV atau IM tiap 8 jam diberikan setelah operasi selama 24 jam.
Untuk operasi jantung diberikan 1,5 g IV atau IM dosis tunggal.
E. Bentuk Sediaan Obat
Tablet kapsul salut selaput 125 mg, 250 mg, 500 mg. Kaplet salut selaput 250 mg,
500 mg. Granul untuk suspensi oral 125 mg/5 ml. Vial 250 mg, 750 mg, 1000 mg.
Nama dagang dan sediaannya yang ada di pasaran antara lain:
- Anbacim : Kaplet salut selaput 500 mg. Vial 1000 mg
- Celocoid : Vial 750 mg
- Cethixim : Kaplet 500 mg. Vial 750 mg
- Oxtercid : Vial 750 mg
- Sharox : Tablet kapsul 500 mg. Vial 750 m
- Situroxime: Kaplet 500 mg
- Soxime : Kaplet salut selaput 500 mg
- Zinnat : Tablet kapsul salut selaput 250 mg, 500 mg. Granul suspensi oral
125 mg/5 ml
F. Indikasi
- Infeksi saluran pernafasan bagian bawah :
o bronchitis akut dan kronik
o bronkiektasis yang terinfeksi
o pneumonia bacterial
o abses paru dan injeksi pada toraks pasca operasi.
- Infeksi saluran kemih : pielonefrits akut dan kronik, sistitis, bakteriuria asimtomatik.
- Infeksi jaringan lunak : selulitis, erysipelas, peritonitis dan infeksi luka.
- Infeksi tulang dan sendi : osteomyelitis.
- Infeksi obstetric dan ginekologi : penyakit radang pelvis.
- Gonore, terutama bila penisilin tidak cocok.
- Infeksi lain : septicemia dan meningitis.
- Profilaksis terhadap infeksi pada pembedahan abdominal, pelvis, ortopedi, jantung,
paru, esophagus dan vascular dimana resiko terhadap infeksi meningkat.
G. Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.
- Perhatian :
o Alergi terhadap penisilin.
o Pemberian bersama dengan diuretic poten atau aminoglikosida.
o Hamil dan laktasi.
o Riwayat penyakit GI, terutama kolitis.
o Penggunaan jangka panjang.
H. Efek Samping dan Toksisitas
- Diare
- Mual
- Muntah
- Kolitis pseudomembranosa
- Sakit kepala
- Eosinophilia
- Peningkatan sementara SGPT/SGOT
- Tes Coombs positif
- Reaksi hipersensitiviitas
- Perubahan hematologi
- Peningkatan enzim hati
- Nyeri dan flebitis pada tempat injeksi
- Pertumubuhan berlebihan dari organisme yang tidak peka (penggunaan jangka
panjang)
I. Interaksi Obat
- Probenesid
o Probenesid diberikan secara oral bersamaan dengan sefuroksim akan
memperlambat sekresi tubular, sehingga mengurangi pembersihan ginjal.
Akibatnya akan meningkatkan kadar sefuroksim dalam darah.
- Aminoglikosida
o Obat golongan sefalosporin memiliki sifat nefrotoksik, sehingga apabila di
kombinasikan dengan obata golongan aminoglikosida akan mempermudah
terjadinya nefrotoksisitas.
- Ranitidine
o Interaksi obat ini akan menyebabkan peningkatan pH lambung dan
menginduksi terjadi perubahan absorbsi dari sefuroksim.
- Antasid
o Antacid dapat mengganggu absorbsi dari sefuroksim asetil dan akan
mengurangi keefektifan antibiotik ini.