Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

50
DELTA BANYUASIN, SUMATERA SELATAN ANISAH QORI AFIFAH 230210110038 http://blogs.unpad.ac.id/qoreeey/?p=183 Delta adalah endapan yang terbentuk di muara sungai dimana sungai yang mengalir ke laut, danau, ataupun waduk. Delta dibentuk dari endapan sedimen yang dibawa oleh sungai sebagai alur daun mulut sungai. Pembentukan delta membutuhkan waktu yang lama. Sungai akan mengendapkan bebannya di daratan jika mampu mengangkutnya. Ini dapat terjadi pada lekuk lereng, sisi dalam meander, dan pertemuan dua aliran sungai. Delta Banyuasin terletak di Muara Sungai Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Secara koordinat delta ini terletak pada 2° 00'- 2° 30' S, 104° 30'- 105° 15' E. Area delta ini memiliki ketinggian 0 – 0,5 meter dengan luas area 150,000-200,000 ha sebagai habitat mangrove. Adapun kondisi alamnya yaitu memiliki iklim tropis yang lembab, dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.300 mm. Garis pantai di sepanjang timur Kabupaten Banyuasin berbentuk tidak teratur membentuk teluk dan tanjung, relief pantai datar berbentuk lereng cekung dengan kelas lereng landai. Berdasarkan peta topografi Sumatera Selatan daerah ini merupakan bagian dataran rendah Sumatera bagian timur yang termasuk dataran lahan basah (lowland). Daerah ini juga dipengaruhi oleh monsun barat laut dari November sampai Februari. Perairan muara sungai Banyuasin mendapat pengaruh dari laut terbuka (Selat Bangka) dan mendapat pengaruh daratan yaitu adanya aliran sungai, baik sungai besar yang bermuara ke laut

Transcript of Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

Page 1: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DELTA BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

ANISAH QORI AFIFAH

230210110038

http://blogs.unpad.ac.id/qoreeey/?p=183

Delta adalah endapan yang terbentuk di muara sungai dimana sungai yang

mengalir ke laut, danau, ataupun waduk. Delta dibentuk dari endapan sedimen yang

dibawa oleh sungai sebagai alur daun mulut sungai. Pembentukan delta membutuhkan

waktu yang lama. Sungai akan mengendapkan bebannya di daratan jika mampu

mengangkutnya. Ini dapat terjadi pada lekuk lereng, sisi dalam meander, dan

pertemuan dua aliran sungai.

Delta Banyuasin terletak di Muara Sungai Banyuasin, Kabupaten Banyuasin,

Provinsi Sumatera Selatan. Secara koordinat delta ini terletak pada 2° 00'- 2° 30' S,

104° 30'- 105° 15' E. Area delta ini memiliki ketinggian 0 – 0,5 meter dengan luas area

150,000-200,000 ha sebagai habitat mangrove. Adapun kondisi alamnya yaitu memiliki

iklim tropis yang lembab, dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.300 mm. Garis

pantai di sepanjang timur Kabupaten Banyuasin berbentuk tidak teratur membentuk

teluk dan tanjung, relief pantai datar berbentuk lereng cekung dengan kelas lereng

landai. Berdasarkan peta topografi Sumatera Selatan daerah ini merupakan bagian

dataran rendah Sumatera bagian timur yang termasuk dataran lahan basah (lowland).

Daerah ini juga dipengaruhi oleh monsun barat laut dari November sampai Februari.

Perairan muara sungai Banyuasin mendapat pengaruh dari laut terbuka (Selat

Bangka) dan mendapat pengaruh daratan yaitu adanya aliran sungai, baik sungai

besar yang bermuara ke laut yaitu Sungai Musi, Sungai Sembilang, Sungai Terusan

dalam dan Sungai-sungai lainnya dari daerah hulu seperti sungai Calik, sungai Lalan

dan sungai Bungin atau Pasir. Aliran sungai dari daerah hulu ini akan membawa

partikel - partikel atau muatan padatan tersuspensi yang berasal dari daratan atau

bagian hulu sungai menuju ke arah muara, yang kemudian akan mengalami

pengendapan. Sehingga kondisi perairan muara Banyuasin keruh dan berwarna

kecoklatan yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel tanah/endapan lumpur yang

terbawa oleh aliran sungai baik sungai besar maupun sungai kecil yang bermuara di

muara Sungai Banyuasin tersebut.

Perairan muara sungai Banyuasin merupakan tempat bermuaranya dua sungai

yaitu sungai Lalan dan sungai Banyuasin, dimana energi dan kecepatan arus yang

Page 2: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

berasal dari aliran sungai Banyuasin lebih tinggi daripada energi yang berasal dari

sungai Lalan (Pusat Penelitian Tata Ruang UNSRI, 2002). Hal itu menyebabkan

sedimentasi yang terbawa bersamaan dengan aliran sungai Lalan akan terdorong oleh

aliran sungai Banyuasin. Pada lokasi ini kecepatan arus akan mulai berkurang karena

terhalang oleh point bar dan keberadaan Tanjung Sere, sehingga arus tersebut akan

terpecah dan kecepatannya akan makin berkurang. Karena kecepatan arus mulai

berkurang maka sedimen- sedimen yang berukuran besar yang terbawa bersama

dengan aliran sungai akan mengalami pengendapan dan terbentuklah delta.

Selain ke dua sungai ini juga terdapat aliran sungai-sungai kecil seperti sungai

Bungin, sungai Tanjung api-api, sungai Lancau dan beberapa sungai lainnya. Hal ini

menyebabkan kondisi substrat dasar perairan di daerah muara ini merupakan substrat

lumpur berpasir dan lumpur berpasir berkerikil (Hakim, 2001). Hasil analisis ukuran

butir yang telah dilakukan dalam suatu penelitian, menunjukkan bahwa pada stasiun

yang berada dekat dengan muara dan laut, sedimen dasarnya didominasi oleh lumpur

berpasir berkerikil, dengan persentase pasir semakin ke arah laut semakin meningkat.

Hal ini diduga karena adanya proses pengadukan sedimen dasar oleh aktivitas arus,

baik arus yang disebabkan karena lalu lintas kapal maupun arus pasang surut yang

kemudian akan teraduk dan terangkat mengikuti arah arus. Saat arus ini bertemu

dengan aliran sungai akan mengalami perlambatan, sehingga sedimen yang terbawa

akan mengendap.

Berdasarkan kondisi oseanografi perairan, dapat dikatakan bahwa sedimen di

muara sungai Banyuasin berasal dari material hulu sungai yang terbawa oleh aliran

sungai. Pernyataan ini dapat dilihat dengan munculnya endapan sedimen yang

membentuk daratan atau delta di depan mulut muara sebagai hasil proses

sedimentasi. Ada pula faktor oseanografi yang sangat mempengaruhi tingkat

sedimentasi dan pembentukan delta di kawasan muara sungai Banyuasin yaitu arah

dan kecepatan arus pasang surut.

Berdasarkan penelitian, bahwa telah terjadi perubahan lahan berupa

pendangkalan atau terbentuknya delta di perairan muara sungai Banyuasin dari tahun

1992 sampai dengan tahun 2003 dengan kecepatan rata-rata perubahan luasan

sebesar 18.4635 hektar pertahun. Pada tahun 2003 sebagian daerah yang telah

mengalami pendangkalan (sedimentasi) pada tahun 1992 telah berubah menjadi

daratan (kawasan bervegetasi).

Berbicara tentang vegetasi, vegetasi di delta Banyuasin ini telah disurvei oleh

Sukristiyono Sukardjo dan lain-lain (1979 & 1984). Seperti yang kita tahu, ada banyak

Page 3: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

sekali jenis habitat yang terdapat pada suatu kawasan delta. Hal ini disebabkan oleh

tanah dari delta (khususnya delta banyuasin ini) adalah tanah hasil sedimentasi yang

terbawa oleh arus sungai sehingga tanah disini memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.

Salah satu dari vegetasi yang ada di delta banyuasin ini adalah hutan mangrove.

Daerah ini terdiri dari beberapa hutan mangrove yang terluas di Sumatera.

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa -

rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-

surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana

terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung

dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan

mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Pada delta Banyasin ini telah

ditemukan lebih dari 30 jenis mangrove, dengan spesies utamanya adalah Rhizophora

mucronata, Rhizophora apiculata, Avicennia alba, Avicennia marina, Sonneratia alba,

Sonneratia acida, Ceriops tagal, Ceriops candoleana dan Xylocarpus sp.

Hutan mangrove bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang

mengakibatkan kurangnya aerasi tanah, salinitas tanahnya yang tinggi, serta

mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis

tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan

bersifat khas hutan mangrove karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

Hutan mangrove merupakan area penting dan dasar pembibitan bagi berbagai

jenis ikan laut, dan udang. Daerah ini juga merupakan salah satu daerah yang paling

penting bagi unggas air di Indonesia. Telah diketahui sebanyak delapan belas spesies

burung air besar dan 20 spesies burung pantai bermigrasi. Delta juga adalah salah

satu daerah terbanyak akan jenis crustacea di Indonesia.

Adapula kepemilikan atas daerah ini yaitu bagian lahan basah merupakan milik

negara (Pemerintah Indonesia), dan daerah sekitarnya dimiliki oleh penduduk lokal.

Dimana daerah ini banyak dimanfaatkan sebagai areal kegiatan perikanan dan

penebangan skala kecil mangrove oleh penduduk lokal. Daerah ini juga dimanfaatkan

sebagai pemukiman, dan direncanakan sebagai areal pelabuhan. Salah satu dampak

yang ditimbulkan dari tingginya laju sedimentasi yang terjadi di wilayah pesisir

timur Banyuasin ini adalah terbentuknya dan semakin luasnya Pulau Sarang Elang.

Hal ini akan menimbulkan semakin berkurangnya luasan perairan dan akan

mengganggu organisme yang ada serta transportasi kapal.

Page 4: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Yulifa, dkk (2010). Monitoring Perubahan Luasan Pulau Ekor Tikus

Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan Menggunakan Penginderaan Jauh.

From http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:eMw31oeURswJ:

scholar.google.com/+muara+banyuasin+sedimentasi&hl=id&as_sdt=0,5, 28 Mei

2013

Hendri, Muhammad, dkk (2010). Using Landsat ETM 7 Satellite Image to Analysis of

Land Change and Sedimentation at Banyuasin River, Banyuasin District-South

Sumatera.From http://scholar.Googleusercontent.com/scholar?q=cache:

2QHTNXAF-y4J:scholar. google.com/+sediment+ Banyuasin

+Musi+River+Delta&hl=id&as_sdt=0,5, 27 Mei 2013

Marcel J. Silvius (1986). Banyuasin River Delta. From http://www.arcbc.org.ph/

wetlands/indonesia/idnbanyuasinmusi.htm, 27 Mei 2013

Page 5: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DELTA SUNGSANG SUNGAI LEMATANG

Yuanita Prastika Wuri

230210110070

yuanitaprastika.blogspot.com

Delta adalah tanah datar hasil pengendapan yang dibentuk oleh sungai, muara

sungai, dimana timbunan sediment tersebut mengakibatkan propagradasi yang tidak

teratur pada garis pantai. Sungai akan mengendapkan bebannya di daratan jika tidak

mampu lagi mengangkutnya. Ini dapat terjadi pada lekuk lereng, sisi dalam meander,

pertemuan antara dua aliran sungai, dan pada perubahan graden. Tetapi endapan juga

terjadi jika sungai masuk ke dalam danau atau laut, maka akan terbentuk delta. Syarat

– syarat untuk terbentuknya suatu delta, antara lain :

a) Ada sungai yang menuju ke laut atau danau

b) Lautnya dangkal

c) Gelombang atau arus laut yang ada sangat kecil

d) Tidak ada gerakan tektonik yang menyebabkan penurunan dasar laut atau

dana di tempat muara sungai tersebut

e) Arus pasang surut tidak kuat

f) Dari waktu ke waktu material batuan yang diendapkan di laut atau danau

cukup besar.

Delta memperlihatkan banyak macamnya dalam bentuk dan lekuk. Pada

puncak delta, saluran sungai terbagi dalam beberapa cabang – cabang yang

menyebar dan disebut distribution yang melintang pada permukaan delta melepaskan

endapan pada ujung delta.

Beberapa delta mempunyai kenampakan seperti kipas alluvial, tetapi berbeda –

beda satu sama lain, perbedan tersebut yaitu :

Pengendapan pada delta disebabkan oleh pengurangan kecepatan aliran yang

masuk ke dalam air laut yang tetap (laut atau danau)

Perluasan delta secara vertikal terbatas, air the base level merupakan dari

pertumbuhan ke atas.

Kemiringan permukaan delta dapat diketahui lebih datar daripada besar kipas

alluvial.

Sungai Lematang adalah tergolong sungai yang cukup panjang yakni lebih dari

250 km panjangnya dan bermuara ke Sungai Musi yang akhirnya mengalis sampai ke

Page 6: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

laut pantai timur Pulau Sumatera tepatnya di Delta Sungsang, dengan koordinat

2°21'42"S 104°53'49"E.

Secara umum diketahui bahwa nilai rata-rata fraksi sedimen di Sungai

Lematang Delta Sungsang, berkisar 22.77 – 175.35 μm (berada pada kategori lanau

sedang hingga pasir halus), memiliki karakterisitik sedimen dasar dalam bentuk lanau

sedang dengan nilai rata-rata ukuran butir berkisar 20.53 μm – 25.48 μm. Nilai kondisi

pemilahan sedimen berkisar 0.7 – 1.46 phi unit, dengan kondisi pemilahan dominan

poorly dan moderately sorted. Berdasarkan nilai kemencengan sedimen, maka butiran

sedimen cenderung bervariasi dari butiran halus hingga kasar dan didominasi oleh

kondisi simetris dengan kisaran nilai - 0.29 – 0.33. Kondisi ini mengindikasikan

terjadinya percampuran butiran yang kasar dan halus pada lokasi.

Sedangkan biota yang hidup di Sungai Lematang yaitu mollusa, annelida,

makrobentos, ikan, dan plankton. Penelitian tentang kemelimpahan biota sungai relatif

masih jarang, termasuk di sungai-sungai kecil. Umumnya penelitian ini hanya berkaitan

dengan ikan dan manfaat budidayanya. Penelitian biota air, baik berupa makrobentos,

meiobentos, ikan, plankton, epifauna dan motil-fauna dapat digunakan untuk

mengetahui adanya perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia (antropogenik).

Makrobentos adalah salah satu indikator kualitas lingkungan akuatik yang dapat

diandalkan. Fauna ini hidup di dalam sedimen, bersentuhan langsung dengan tanah

dan terkena air yang masuk melalui pori-pori sedimen, sehingga tanggapan bentos

terhadap lingkungannya merupakan bentuk adaptasi yang telah berlangsung dalam

jangka panjang. Mollusca umumnya hidup sebagai meiobentos di dalam sedimen,

meskipun ada pula yang hidup di permukaan batuan atau menempel pada makrofita

akuatik. Familia Annelida yang hidup sebagai bentos, hampir selalu dalam bentuk

meiobentos, yakni tertanam di dalam sedimen. Familia ini biasa ditemukan di dataran

rendah, dan seringkali melimpah di badan-badan air yang tercemar secara fisik

maupun kimia.

Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis yang telah dilakukan oleh Effendi

Parlindungan Sagala, komposisi plankton di perairan Sungai Lematang 47 spesies

plankton yang termasuk dalam 7 kategori takson (Cyanophyceae, Chlorophyceae,

Diatomae/ Bacillariophyceae, Flagellata, Rhizopoda, Ostracoda dan Nematoda).

meiobentos di dalam sedimen, meskipun ada pula yang hidup di permukaan batuan

atau menempel pada makrofita akuatik. Familia Annelida yang hidup sebagai bentos,

hampir selalu dalam bentuk meiobentos, yakni tertanam di dalam sedimen. Familia ini

biasa ditemukan di dataran rendah, dan seringkali melimpah di badan-badan air yang

Page 7: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

tercemar secara fisik maupun kimia. Kemampuan adaptasinya ini diberikan oleh sistem

respirasi, reproduksi dan nutrisinya. Di samping itu pada tempat-tempat yang tercemar,

ikan sebagai predator utamanya sering tidak dapat bertahan hidup, sehingga Annelida

dapat berkembang biak dengan predasi minimal.

Demikian pentingnya Sungai Lematang tersebut, baik secara ekologis maupun

sosial. Secara ekologis, sungai ini memberikan sumbangan yang demikian besar untuk

habitat berbagai kehidupan biota akuatik baik ukuran mikrobiota maupun makrobiota.

Secara sosial Sungai Lematang memberikan banyak manfaat kepada berbagai pihak

masyarakat mulai dari paling hulu hingga sampai paling hilir sungai. Setiap hari ratusan

mobil truk bahkan damtruk mengangkut mengangkut material dari Sungai Lematang

tersebut ke berbagai wilayah di Sumatera Selatan termasuk ke Palembang. Pada

kehidupan mikrobiota, termasuk organisme plankton adalah sangat penting untuk

menopang kehidupan makrobiota terutama nekton. Organisme nekton, khususnya

ikan-ikan yang hidup dan berkembang biak dalam perairan Sungai Lematang

memberikan sumbangan yang demikian besar pada kehidupan sebagian masyarakat

yang mencari ikan sebagai nelayan di Sungai Lematang mulai dari lokasi paling hulu

sungai di daerah Pagaralam, Kabupaten Lahat melalui tepi kota Lahat hingga Ke

Kabupaten Muara.

Kondisi Sungai Lematang secara umumnya ketika mengalir dari hulu sekitar

daerah Pagaralam bila tidak ada hujan, maka airnya cukup bening dan banyak nelayan

yang mencari ikan. Namun pada kondisi hujan apalagi hujan yang cukup lama pada

musimnya, badan air menjadi keruh dan bertambah dalam sekitar 2 meter hingga 6

meter bahkan lebih. Ketika musim kemarau yang panjang debit air sungai menjadi

semakin kecil dengan kedalam sungai 3bagian terdalam sekitar 2 – 3 meter dan

bagian tepi rata-rat sekitar 0,5 meter. Pada kedalaman yang rendah pada musim

kemarau semakin kehilir kualitas air diduga akan semakin jelek. Keadaan Sungai

Lematang pada masa yang akan datang akan mendapat beban yang semakin

bertambah berat karena beban Sungai Lematang akan semakin berat karena aktivitas

lain yang telah menunggu waktu operasionalnya pada bebrapa tahun ke depan.

Aktivitas lainnya yang dimaksud adalah banyak tambang batubara yang sekarang ini

sedang menunggu selesainya pembuatan jalan tambang agar mereka beroperasi

menambang. Lokasi tambang yang baru tersebut mulai dari Kabupaten Lahat hingga

ke Kabupaten Muara Enim yang jumlahnya puluhan perusahaan tambang di masing-

masing kabupaten.

Page 8: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DAFTAR PUSTAKA

Allen JRL. 1985. Principles of Physical sedimentology. Department of Geology,

University of Reading. London: George Allen and Unwin.

[CHL]Coastal Hydraulic Laboratory 2002. Coastal Engineering Manual, Part III.

Washington DC: Department of the Army. U.S. Army Corp of Engineers.

Dyer, K.R., 1986. Coastal and Estuarine Sediment Dynamics, John Wiley dan Sons

Ltd, New York.

Effendi Parlindungan Sagala, 2002, Indeks Keanekaragaman dan Saprobik Plankton

dalam menilai Kualitas Air Sungai Lematang, di Desa Tanjung Muning,

Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Surakarta.

Faturahman, A., dan Wahyu M., 1992, Prosedur Pengerjaan Preparasi Contoh Untuk

Berbagai Analisis, Pusat pengembangan Geologi Kelautan, Bandung.

Komar, P. D. 1976. Beach Processes and Sedimentation, New Jersey: Geological

Societyof London, Special Publication 139, p. 167– 176.

Winarno, K., dan Okid, 2002, Pemantauan Kualitas Perairan Rawa Jabung

berdasarkan Keanekaragaman dan Kekayaan Komunitas Bentos, Surakarta.

Page 9: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DELTA BERBAK, JAMBI

Heri Abrianto

230210110050

http://blogs.unpad.ac.id/heriabrianto/2013/05/28/delta-berbak-jambi/

Delta berbak merupakan salah satu delta yang ada di pulau sumatera,

Indonesia tepatnya ada di desa berbak provinsi jambi. Luas delta berbak ini sekitar

60.000 ha. Luasnya delta berbak ini menjadi potensi besar bagi bangsa Indonesia dan

memberikan daya tarik bagi pemerintah untuk memanfaatkan delta berbak ini.

Gambar. Lokasi Delta Berbak, Jambi

(Sumber : Google earth)

Daerah delta tersebut kemudian dikembangkan untuk lahan sawah melalui

proyek pengembangan persawahan pasang surut. Pemerintah melakukan pembukaan

lahan pasang surut di Provinsi Jambi, yang sebagian besar terdiri dari lahan sulfat

masam dimulai tahun 1969 (IPB, 1969; Litbang Transmigrasi, 1972; Satari, 1979)

untuk Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut (P4S) dan BP-P3S (Badan

Pelaksana Proyek Pengairan Pasang Surut) yang dilanjutkan dengan ISDP (Integrated

Swamp Development Project). Sampai Pelita VI (1996/1997) pemerintah telah

membuka dan mengembangkan lahan rawa di Popinsi Jambi seluas 77.746 hektar

untuk rawa pasang surut dan dan 7.436 hektar untuk rawa non pasang surut (Bappeda

Provinsi Jambi, 2000).

Page 10: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

Delta berbak ini dikembangkan secara besar-besaran untuk persawahan

melalui proyek pengembangan persawahan pasang surut. Menurut Proyek

Pembukaan Persawahan Pasang Surut (P4S) tahun 1973, Permasalahan yang

ditemukan dalam pembukaan lahan pasang surut (tidal swamp areas) di delta berbak

antara lain : tanah tersebut memiliki lapisan atas mentah dan daya sangganya rendah,

kurangnya aksesibiltas transportasi, sebagian besar areal ditutupi oleh lapisan bahan

organik dengan tingkat kematangan fibrik dan kandungan hara yang rendah, drainase

sangat jelek dan air tergenang.

Untuk memperbaiki keadaan tersebut di atas maka dilakukan drainase dengan

membuat saluran yang diharapkan dapat membuang kelebihan air dan masuknya air

pasang. Akan tetapi sebagai akibat dari pembuatan saluran dan tanggul (jalan) dalam

pembukaan lahan pertanian pada lahan pasang surut adalahturunnya muka air tanah.

Dengan turunnya muka air tanah menyebabkan terjadinya subsiden, pematangan

tanah, pematangan gambut dan yang sangat berbahaya adalah lapisan bahan sulfidik

mengandung pirit (FeS2), bila teroksidasi akan menghasilkan ion H+ dan ion SO42- yang

mengakibatkan tanah yang mengandung bahan sulfidik menjadi tanah sulfat

masam yang sangat masam. (Van Breemen, 1975; Dent, 1986; Widjaja-Adhi et al.,

1992).

Keadaan sangat masam meningkatkan kelarutan ion Al3+, Fe2+, dan Mn2+

meningkat dan mendesak kation-kation basa seperti Ca2+, Mg2+, K+ dan Na+ keluar

dari komplek jerapan tanah. Tanah sulfat masam yang mengalami berbagai proses

oksidasi, reduksi, pengeringan, penggenangan, pencucian oleh banjir secara berulang

setiap tahun telah mempengaruhi kandungan pirit terutama pada tanah lapisan atas

yang mengakibatkan penurunan dan perubahan pada beberapa karakteristik tanah

akan mempengaruhi produktivitas tanah sulfat masam (Syilla et al., 1992).

Pernyataan tersebut didukung Yulianti dalam skripsinya yang berjudul

“Keracunan Aluminium Pada Tanah Sawah Dari Bahan Induk Sedimen Mangrove di

Rantau Rasau, Delta Berbak, Jambi” mengatakan bahwa kegiatan pembangunan

sawah dan drainase pada daerah rawa-rawa bergambut dengan ketebalan 0.5-2 meter

menyebabkan turunnya permukaan air tanah sehingga menyebabkan terjadinya

penurunan permukaan tanah gambut (subsidence) atau gambut menjadi kering

sehingga mudah terbakar atau dibakar pada saat pembersihan lahan. Sebagai

akibatnya lahan diusahakan untuk pemanfaatan yang sebagian besar lapisan gambut

telah hilang dari permukaan tanah.

Page 11: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

Istilah tanah sulfat masam digunakan untuk menggantikan istilah “Katteklai” (cat

clay) yang dulu umum digunakan di Belanda. Istilah cat clay pertama kali dikemukakan

oleh para petani Belanda untuk mencirikan tanah rawa yang bermasalah ketika

dikeringkan dan umumnya tidak subur. Tanah tersebut dicirikan dengan adanya bercak

kuning pucat. Sejalan dengan ilmu pengetahuan secara mineralogi bercak kuning

pucat tersebut dikenal sebagai mineral jarosit yang merupakan rekristalisasi dari

bahan-bahan hasil oksidasi dari mineral pirit dengan kation-kation dari tanah

(Bloomfield and Coulter, 1973).

Tanah sulfat masam dicirikan oleh pH yang sangat rendah (<3.5) diikuti dengan

rendahnya ketersediaan kation-kation di kompleks jerapan serta rendahnya

ketersediaan unsur hara P, selain itu kelarutan unsur yang dapat meracuni tanaman

meningkat sangat tinggi. Pada lahan sulfat masam hanya rumput purun kudung

(Eleocharis sp) dan pohon gelam (Melaleuca cajuput) serta salah satu jenis paku-

pakuan yang dapat berkembang pada kondisi tersebut.

Dari hasil pengamatan morfologi tanah di selta berbak, Yulianti dalam

skripsinya menyatakan bahwa Hasil pengamatan morfologi tanah dari hasil pemboran

terlihat bahwa pada kedalaman (0-70) cm tanah masih masif, tanah tidak berstruktur,

bahan organik =30% dan banyak air. Pada contoh tanah terdapat perubahan warna

yaitu pada kedalaman (0-45) cm tanah berwarna kelabu pucat, sedangkan pada

kedalaman (>45) cm tanah berwarna kelabu tua. Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwa pada analisis tekstur tanah sulfat masam tergolong liat, hal ini

menunjukkan bahwa presentase liat tinggi yang berkisar antara (60.59-82.99) persen.

Dan dari hasil analisis kimia tanah diketahui kandungan basa-basa K, Na, Ca

dan Mg di delta berbak terlihat sangat rendah, di mana total basa-basa hanya berkisar

antara 3-4 me/100g tanah yang dibandingkan dengan nilai KTK tanah tersebut berkisar

20-30 me/100g. Di delta berbak, Jambi tersusun dari mineral liat smektit dan illit serta

group kaolinit. Oleh karena itu nilai KTK tanah cukup tinggi.

Penelitian yulianti juga mengatakan bahwa pH tanah sangat berfluktuasi

menurut musim. Apabila pH di atas 5.5 maka Al akan mengendap menjadi Al(OH)3 dan

tidak meracuni tanaman dan apabila pH tanah atau air berubah dari pH 5.5 menjadi

lebih rendah satu satuan pH maka Aluminium akan meningkat sangat drastis. Pada

kondisi itu Aluminium di larutan tanah merupakan unsur yang sangat beracun bagi

tanaman.

Pada awal musim hujan pH sangat rendah dan meningkat sampai akhir musim

hujan. Kandungan unsur hara makro dan mikro juga rendah sehingga perlu usaha

Page 12: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

perbaikan tanah agar lahan sulfat masam di delta berbak, jambi dapat digunakan untuk

usaha pertanian.

Kandungan Fe2O3pada tanah sulfat masam di delta berbak tergolong rendah

sekitar 2% sehingga Fe2O3 bukan sebagai sumber keracunan bagi tanaman.

Sementara itu kandungan Al-dd pada pH 4.2 mencapai 30-40 me/100g. Kadar Al-dd

yang tinggi ini menjadi permasalahan utama di tanah sulfat masam karena dengan

jumlah sebanyak itu Al menjadi racun bagi tanaman.

Jadi menurut yulianti bahwa penyebab tidak suburnya tanaman yang tumbuh di

delta berbak jambi ini adalah karena tanaman tersebut keracunan akibat kadar

aluminium yang tinggi. Sumber Al yang tinggi berasal dari hancurnya struktur mineral

liat type 2:1 pada saat pH tanah sangat rendah akibat oksidasi pirit yang menghasilkan

asam sulfat.

Akibat dari reklamasi yang terjadi di delta berbak ini selain mengalami

perubahan pH Asmadi Sa’ad dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Changes of

Characteristics Tidal Swamp Area (Case Study Reclamation in Berbak Delta, Jambi)”

menyatakan Reklamasi lahan pasang surut untuk pertanian telah menyebabkan

perubahan terhadap karakteristik tanah terutama pada ketebalan bahan organik.

Setelah sepuluh tahun pertama (1973-1984) reklamasi lahan pasang surut terjadi

penurunan ketebalan bahan organik 19 cm (1,87 cm/tahun) dan kurun waktu

(1984-2008) terjadi penurunan ketebalan bahan organik 10 cm (0.42 cm/tahun).

Menurut Asmadi penurunan ketebalan bahan organik pada lahan pasang surut setelah

reklamasi sangat dipengaruhi oleh posisi ketinggian dan terluapi atau tidak oleh air

pasang.

DAFTAR PUSTAKA

Saraswati, Yulianti Eny Kusuma. 2007. “Keracunan Aluminium Pada Tanah Sawah

Dari Bahan Induk Sedimen Mangrove di Rantau Rasau, Delta Berbak, Jambi”.

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Sa’ad, Asmadi , Supiandi Sabiham, Atang Sutandi, Basuki Sumawinata, dan M.

Ardiansyah. 2011. “Changes of Characteristics Tidal Swamp Area (Case Study

Reclamation in Berbak Delta, Jambi)”. Fakultas Pertanian, Universitas Jambi

Bappeda Provinsi Jambi. 2000. Potensi, Prospek dan Pengembangan Usaha Tani

Lahan Pasang Surut. Laporan hasil seminar Penelitian dan Pengembangan

Pertanian Lahan Pasang Surut Provinsi Jambi, Kuala Tungkal , 27 – 28 Maret

2000. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, DEPTAN.

Page 13: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

Van Breemen, N. 1979. Acidification and deacidification of coastal soils as a result of

periodic flooding. Proceeding SSSA Vol 39, 1153-1157.

Dent, D. 1986. Acid Sulphate Soils: a baseline for research and development. ILRI.

Wageningen. 202p.

Widjaya Adhi, I.P.G., K Nugroho, S. Didi Ardi, dan A. Syarifudin Karama. 1992.

Sumber daya lahan rawa: Potensi, keterbatasan dan pemanfaatan. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Pertanian DEPTAN.

Syilla, M., N.van Bremeen, L.O. Fresco, C.Dixon and A.Stein. 1992. Temporal and

spatial variability of soil constraints affecting rice production along the Great

Scarcies mangrove swamps, Sierra Leone. Selected Papers of the Ho Chi Minh

City Symposium on Acid Sulphate Soils, March 1992. ILRI Publication 53 :

247-259. ILRI Netherland.

Bloomfield, C and J. K. Coulter. 1973. Genesis and Management of Acid Sulfate Soils.

Adv. Agronomy. 25: 266-273. Acad. Press. Inc., New York and London.

Page 14: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DELTA TELANG MUSI-BANYUASIN

Agustinus Bagus Tri Prasetyo

230210110004

Agustinusbgs.blogspot.com

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.000 buah pulau.

Wilayah pesisir dan luas laut mencakup sekitar 3,1 juta km2 dan ZEE 5,8 juta km2.

Dan garis pantai memuat habitat yang sangat bervariasi (81.000 km2), kedua setelah

Canada. Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara lautan dan daratan. Wilayah

ini sangat potensial sebagai modal dasar pembangunan Indonesia. Pemanfaatan dan

pengelolaan wilayah pesisir yang baik menjadikan wilayah pesisir sebagai salah satu

komoditi Indonesia. Maka dari itu, dalam hal ini tentu diperhatikan pula faktor – faktor

yang berdampak terhadap lingkungan pesisir, seperti : sedimentasi.

Sedimen sangat berpengaruh dan banyak dijumpai dalam semua kehidupan,

terutama di daerah muara sungai. Sedimen di muara sugai memiliki manfaat dan ada

juga kerugian yang ditimbulkan. Indonesia terdapat banyak delta salah satunya terletak

di provinsi Sumatera Selatan di Sungai Musi- Banyuasin delta tersebut bernama Delta

Telang.

Kawasan KTM Telang meliputi dua delta, yaitu Delta Telang I dan Delta Telang

II yang dipisahkan oleh Sungai Telang. Delta Telang I dan Delta Telang II diapit oleh

empat sungai besar, yaitu Sungai Musi di sebelah timur, Sungai Banyuasin di sebelah

barat, serta Sungai Sebalik dan Sungai Gasing di sebelah selatan. Bagian utara dari

kedua delta tersebut berbatasan dengan Terusan PU dan Selat Bangka. Di sebelah

utara Terusan PU merupakan Kawasan SECDe (South Sumatra Eastern Corridor

Development).

Secara administratif, Delta Telang I yang memiliki luas 26.680 ha termasuk

dalam wilayah Kecamatan Muara Telang, Banyuasin II, dan Makarti Jaya. Sedangkan

Delta Telang II yang memiliki luas 13.800 ha termasuk dalam wilayah Kecamatan

Tanjung Lago yang merupakan kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan

Talang Kelapa dan Kecamatan Muara Telang. Kecamatan Tanjung Lago terbentuk

pada tanggal 12 Desember 2006.

Delta Telang I terbagi atas 20 desa, yaitu Desa Sumber Jaya, Marga Rahayu,

Sumber Mulyo, Panca Mukti, Telang Jaya, Mukti Sari, Mukti Jaya, Mekar Sari, Telang

Makmur, Sumber Hidup, Telang Rejo dan Desa Telang Karya yang merupakan desa-

desa eks UPT (Unit Permukiman Transmigrasi). Desa Karang Anyar, Talang Lubuk,

Page 15: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

Terusan Dalam, Terusan Tengah, Muara Telang, Karang Baru, Muara Baru, dan Desa

Upang Jaya merupakan desa-desa eks Marga.

Delta Telang II terbagi atas 12 desa, yaitu Desa Telang Sari, Purwosari, Mulya

Sari, Banyu Urip, Bangun Sari, Sumber Mekar Mukti, Suka Damai, Suka Tani, dan

Desa Muara Sugih yang merupakan desa-desa eks UPT. Sedangkan Desa Tanjung

Lago, Sri Menanti, dan Desa Kuala Puntian merupakan desa-desa eks Marga.

Secara Geografis Daerah

Telang terletak pada 02o29’ sampai

02o 48’ LS dan 104o 30’sampai

104o52’ BT. Secara umum Telang

terletak di sebelah Utara berbatasan

dengan Selat Bangka, sebelah Selatan

berbatasan dengan Sungai Sebalik,

sebelah Timur dengan Sungai Musi

dan sebelah Barat berbatasan dengan

Sungai Telang. Secara Administratif

Telang terletak di Kecamatan Muara

Telang Kabupaten Banyuasin dengan

luas areal reklamsi 26.680 Ha

Delta yaitu tanah datar hasil

pengendapan yang dibentuk oleh

sungai, muara sungai, dimana

timbunan sediment tersebut mengakibatkan propagradasi yang tidak teratur pada garis

pantai (Coleman, 1968; Scott & Fischer, 1969).

Sungai akan mengendapkan bebannya di daratan jika tidak mampu lagi

mengangkutnya. Ini dapat terjadi pada lekuk lereng, sisi dalam meander, pertemuan

antara dua aliran sungai, dan pada perubahan graden. Tetapi endapan juga terjadi jika

sungai masuk ke dalam danau atau laut, maka akan terbentuk delta.

Syarat – syarat untuk terbentuknya suatu delta, antara lain :

a) Ada sungai yang menuju ke laut atau danau

b) Lautnya dangkal

c) Gelombang atau arus laut yang ada sangat kecil

d) Tidak ada gerakan tektonik yang menyebabkan penurunan dasar laut atau

danau di tempat muara sungai tersebut

e) Arus pasang surut tidak kuat

Page 16: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

f) Dari waktu ke waktu material batuan yang diendapkan di laut atau danau

cukup besar.

Delta memperlihatkan banyak macamnya dalam bentuk dan lekuk. Pada

puncak delta, saluran sungai terbagi dalam beberapa cabang – cabang yang

menyebar dan disebut distribution yang melintang pada permukaan delta melepaskan

endapan pada ujung delta.

Beberapa delta mempunyai kenampakan seperti kipas alluvial, tetapi berbeda –

beda satu sama lain, perbedan tersebut yaitu :

Pengendapan pada delta disebabkan oleh pengurangan kecepatan aliran yang

masuk ke dalam air laut yang tetap (laut atau danau)

Perluasan delta secara vertikal terbatas, air the base level merupakan dari

pertumbuhan ke atas.

Kemiringan permukaan delta dapat diketahui lebih datar daripada besar kipas

alluvial.

Adapun kerugian yang lain antara nya pengerukan yang harus dilakukan agar

aliran sungai lancer dan pengerukan tersebut pastinya menguras dana yang besar

tiap tahun nya.Walaupun tidak semua dampak yang ditimbulkan adalah dampak

negatif, seperti dalam jangka panjang sedimentasi dalam jutaan tahun kembali akan

mengahasilkan mineral yang berguna untuk energy seperti minyak dan gas alam atau

seperti pengendapan yang terjadi di sungai, banyak yang menggali dan menambang

pasir di darerah sungai. Selain itu juga pada delta telang sungai musi mengandung

sulfat yang masam ini merupakan sumber daya yang berpotensi untuk dimanfaatkan

walaupun sulit dalam pelaksaannya karena kesuburan yang sangat rendah. Tumpukan

sedimen ini juga rentan meningkatkatnya keasaman tanah yang cukup hebat.

Minyak memiliki daya jual tinggi dan manfaat yang besar yaitu sebagai bahan

bakar motor, dan penggerak industry. Gas merupakan bahan untuk perapian rumah

tangga, dan pasir sangat bermanfaat sebagai bahan bangunan, pasir yang berasal dari

sedimen sungai lebih memiliki kualitas yang tinggi dibanding dengan yang lain nya

karena sedimentsi menyebabkan kualitas pasir menjadi bagus untuk bahan bangunan

dan untuk membuat jalan. Adapun yang lebih hebat sedimen sungai kadang

mengandung bahan tambang yang sangat mahal dipsaran misalnya emas.

Pemanfaatan lahan pada delta Telang sesuai dengan kedaaannya, yaitu

sebagian besar wilayahnya merupakan daerah rawa pasang surut, penggunaan lahan

yang dominan di kawasan tersebut adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan

Page 17: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

kelapa dan tanaman keras serta kebun campuran. Selain itu, juga ada lahan yang

dimanfaatkan untuk konservasi mangrove.

Mata pencaharian penduduk eks transmigran sebagian besar sebagai petani,

sedangkan mata pencaharian dominan Suku Bugis adalah sebagai petani tanaman

kelapa dan pedagang, sedangkan mata pencaharian penduduk lokal pada umumnya

sebagai pedagang, namun ada juga yang mata pencahariannya sebagai petani dan

nelayan.

Penduduk yang bekerja pada sektor pertanian merupakan yang dominan, yaitu

hampir 89 persen dari total penduduk, sedangkan yang bekerja pada sektor

perdagangan dan jasa masing-masing kurang dari 1 persen. Penduduk yang bekerja

sebagai buruh cukup banyak (8%), baik sebagai buruh tani maupun buruh non

pertanian.

Page 18: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DELTA UPANG DI SUMATERA SELATAN

ESMI SARAH

230210110017

http://blogs.unpad.ac.id/esmi/2013/05/28/delta-upang-di-sumatera-selatan/

Sungai adalah suatu saluran yang dialiri oleh air yang mengangkut material-material

atau partikel-partikel sedimen. Material tersebut merupakan hasil dari pelapukan yang

tererosi oleh air sungai, sehingga sungai berfungsi untuk merendahkan maupun

meninggikan daratan agar tercapai posisi seimbang. Delta merupakan suatu dataran berupa

pengendapan material sedimen yang dibawa oleh aliran sungai dan diendapkan pada mulut

lembah atau muara bagian hilir yang masuk ke danau atau laut. Proses pembentukkan delta

ini dipengaruhi oleh proses laut dan proses fluvial. Proses laut ialah proses yang merusak

sedimentasi karena adanya arus air laut yang menyebabkan hancurnya sedimen yang

terakumulasi di muara sungai tersebut. Sementara proses fluvial ialah proses yang

membangun sedimentasi. Sedimen-sedimen yang telah terakumulasi di muara sungai tidak

terkikis oleh arus air laut pada proses fluvial ini.

Adapun faktor-faktor yang mendukung terbentuknya suatu delta, sebagai berikut :

1. Arah aliran sungai yang menuju ke danau atau laut

2. Kecepatan aliran di muara minimum dan air di muara tenang

3. Kedalaman laut dangkal

4. Gelombang atau arus laut yang ada sangat kecil

5. Arus pasang surut tidak kuat

6. Tidak ada pengaruh dari gerakan tektonik yang dapat menyebabkan penurunan

dasar danau atau laut di muara sungai tersebut

7. Material batuan yang diendapkan di danau atau laut dalam jumlah yang cukup

banyak dan dalam waktu yang cukup lama

Di Indonesia terdapat delta yang terbentuk melalui sungai-sungai besar, diantaranya

adalah Delta Sungai Brantas yang berada di Jawa Timur, Delta Sungai Mahakam di

Kalimantan, Delta Membrano di Papua, Delta Bengawan Solo di pulau Jawa dan Delta

Sungai Musi di pulau Sumatera. Sungai Musi merupakan salah satu sungai besar dan

terpanjang di pulau Sumatera. Dengan panjang 460 km, tepatnya terletak di provinsi

Sumatera Selatan, Indonesia. Sungai ini membelah provinsi Sumatera Selatan dari Timur ke

Barat yang bercabang–cabang dengan delapan anak sungai besar seperti Sungai

Komering, Ogan, Lematang, Kelingi, Lakitan, Semangus Rawas dan Batang hari Leko.

Page 19: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

Sungai Musi membentuk tiga delta, yaitu delta Telang, delta Upang dan delta Saleh,

yang mana ketiganya terletak di Selat Bangka. Hal ini menyebakan perkembangan bentang

alam yang terjadi di wilayah tersebut didominasi oleh proses fluvial. Selain itu juga arus laut

yang berasal dari Laut Cina Selatan yang mengarah ke delta sungai Musi relatif kecil akibat

adanya pulau Bangka yang menjadi penghalang, sehingga kecenderungan akumulasi

sedimen di muara sungai lebih besar dan optimal.

Berdasarkan kesimpulan yang diambil dari disertasi yang berjudul ”Mineralogi

Sedimen Kuarter dari Dataran Aluvium Palembang Pada Jalur Delta Upang – Cintamanis

Sumatera Selatan” oleh Rachmat Hardjosoesastro, dikatakan bahwa perbandingan profil

sedimen klastik pada delta Upang dengan profil pada Cintamanis terdapat pada sifat

mineraloginya. Pada Cintamanis, susunan mineral pada sedimen didominasi oleh bahan

tersier kuarsa. Dataran aluvium pantai rawa-rawa Palembang pada jalur delta Upang –

Cintamanis dibangun dari lapisan endapan klastik tebal yang ditutupi oleh endapan mineral

bergambut dengan ketebalan kurang dari satu meter. Pada delta Upang sendiri sedimen

yang terbentuk memiliki komposisi campuran dari bahan vulkanik (gelas volkan, augit,

hiperstan) dan bahan tua (kuarsa). Selain itu besar butir sedimen klastik di delta Upang ini

berupa bahan halus liat dan lempung berbentuk suatu barrier oleh flokulasi dan pengaruh

ombak laut.

Secara fisiografis delta dibagi menjadi tiga, yaitu Upper Delta Plain, Lower Delta

Plain dan Sub – aqueous Delta. Upper Delta Plain adalah delta yang tidak dipengaruhi oleh

arus air laut dan datarannya didominasi oleh alluvial atau sedimen yang terakumulasi oleh

sungai. Lower Delta Plain adalah delta yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Delta

akan terlihat ketika terjadi surut, sedangkan saat pasang delta tidak akan terlihat atau akan

tenggelam. Hal ini merupakan hasil dari proses fluvial dan proses laut. Sementara Sub –

aqueous delta ialah delta yang berada di bawah permukaan laut dan karakter–karakternya

dipengaruhi oleh proses laut. Delta sungai musi sendiri, termasuk delta Upang

diklasifikasikan kedalam Upper Delta Plain, yang berarti bahwa delta Upang ini hanya

dipengaruhi oleh proses fluvial dan tidak dipengaruhi oleh proses laut (arus air laut).

Sedangkan secara stratigrafi delta Upang dikatakan sebagai Topsets Beds. Hal ini

dikarenakan pada delta Upang dan delta sungai musi lainnya sedimen yang terakumulasi

cenderung horizontal atau datar dan terletak pada Upper Delta Plain. Selain tipe ini, ada

juga dua tipe lain yaitu Foreset Beds dan Bottomset Beds. Foreset Beds ialah sedimen yang

berbentuk miring atau agak curam dan terdapat di Sub – aqueous Delta Plain serta terdapat

gradasi dari kasar hingga halus saat mengalir ke laut. Sedangkan Bottomset beds selalu

berada di dasar laut dan sedimennya agak miring serta tidak terlalu curam.

Bentang alam dari delta sungai musi antara lain ialah meander, daratan banjir,

tanggul alam dan delta. Meander merupakan bentuk sungai yang berkelok-kelok dari mulai

Page 20: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

hulu sungai musi itu sendiri. Di bagian hulu, volume dan juga tenaga air kecil dan belum

terjadi pengendapan. Pada bagian tengah sungai musi, aliran air mulai melambat dan

membentuk meander dikarenakan daratan yang berbentuk datar. Proses meander terjadi

pada bagian dalam maupun luar tepi sungai. Sementara di bagian sungai musi yang

alirannya cepat akan terjadi pengikisan sedangkan pada bagian tepi yang alirannya lamban

akan terjadi pengendapan. Proses ini akan terjadi dalam waktu yang lama sehingga dapat

membentuk meander. Meander sungai musi terbentuk di bagian hilir, dimana pengikisan dan

pengendapan terjadi secara berturut–turut. Hal ini dikarenakan proses pengendapan yang

terjadi secara terus–menerus akan membuat kelokan sungai terpotong dan terpisah dari

aliran sungai. Sehingga terbentuk kelokan–kelokan yang disebut dengan oxbow lake.

Pada sungai Musi sering terjadi luapan air hingga ke tepi sungai ketika terjadi hujan

lebat. Saat air surut, bahan–bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi

sungai sehingga terbentuk suatu dataran di tepi sungai. Kemudian timbul material–material

kasar yang berada di tepi sungai yang menyebabkan sungai musi menjadi lebih tinggi

dibandingkan dengan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam inilah yang disebut

dengan tanggul alam. Saat mendekati muara, aliran air sungai musi ini menjadi lambat yang

mendukung proses pengendapan sedimen di wilayah tersebut. Pasir–pasir akan

terendapkan sementara tanah liat dan lumpur akan tetap terbawa oleh aliran air. Dalam

jangka waktu yang lama akan terbentuk dataran luas yang terdiri dari lapisan–lapisan

sedimen yang membentuk suatu delta yang berada di muara sungai musi. Delta ini

berbentuk segitiga dengan tepi luar yang tererosi dan salinitas beberapa laguna yang

meningkat karena saluran sungai di selat Bangka bertambah.

DAFTAR ACUAN

Hastriawan, Hedi. Delta Sungai Musi. http://hedihastriawan.wordpress.com/geologi-dasar-

3/delta-sungai-musi/

http://www.sumselprov.go.id/index.php?module=content&id=6

Juner, Angga. 2010. Delta Sungai Musi. http://angghajuner.blogspot.com/2010/10/delta-

sungai-musi.html

Thok, Tugino. Daftar Nama Delta di Indonesia. http://mastugino.blogspot.com/2012/

09/daftar-nama-delta-di-indonesia.html

Page 21: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DELTA AIR SALEH

Leo Arswendo Simbolon

230210110056

http://blogs.unpad.ac.id/leosimbolon/2013/05/26/delta-air-saleh/

Dari hasil survai di lapangan dan mengambil data kantor kepala desa, secara

geografis Air Saleh terletak 105o02’31”BT sampai dengan 105o33’66” BT 2o20’10”  LS

sampai dengan 3o07’43” LS. Batasan delta ini sebelah utara dengan Selat Bangka,

sebelah selatan berbatasan dengan sungai Musi dan areal transmigrasi Cinta Manis

sebelah timur berbatasan dengan Sungai Saleh, sedangkan sebelah barat berbatasan

dengan sungai Upang.

Delta Saleh secara administratif terletak di Kecamatan Mura Padang terdiri dari

5 desa yaitu Desa Sri Mulyo, Srikaton, Sidoardjo, Saleh Agung, Bintaran, sedangkan

kecamatan Mekrti Jaya 5 desa yaitu Damar Wulan, Enggal Rejo, Saleh Jaya, Saleh

Mulyo. Luas delta ini lebih kurang 19,090 ha, mulai ditempati transmigrasi pada tahun

1979 sampai 1981).

Daerah studi termasuk dalam klas iklim C1 menurut klasifikasi Oldeman (1980)

dengan suhu rata-rata bulanan 32 °C. Curah hujan bulanan pada tahun 2003 saat

musim hujan mencapai 250-460 mm/bulan (Oktober-April). Sebaliknya pada musim

kemarau curah hujan bulanan rendah  kurang dari 200 mm/bulan.

Page 22: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

Delta Saleh merupakan lahan pasang surut yang sudah direklamasi dan mulai

ditempati transmigrasi pada tahun 1981. Menurut Litbang Pertanian (1999),

berdasarkan tipe hidrotopografinya lahan di Delta Saleh mempunyai tipe luapan B

seluas 1.856 ha, tipe C seluas 5.630 ha, dan tipe D seluas 2.944 ha. Lahan yang

dominan adalah lahan potensial seluas 9.438 ha, dan lahan Sulfat Masam 992 ha.

Sumberdaya air pertanaman padi pada delta tersebut mengandalkan hujan

sebagai input utama, di samping air dari jaringan terutama ketika pasang. Berdasarkan

ketersediaan airnya, lahan usaha responden dapat digolongkan ke dalam empat tipe

luapan, yaitu tipe pertama merupakan tipe lahan yang selalu terluapi oleh air pasang,

baik pasang besar maupun kecil, tipe yang kedua, lahan selalu terluapi oleh air pasang

besar saja, tetapi tidak terluapi oleh pasang kecil atau pasang harian, tipe ketiga lahan

tidak terluapi oleh air pasang besar, tetapi air tanah berada < 50 cm dari permukaan

tanah dan tipe keempat lahan tidak terluapi oleh air pasang dan air tanah berada pada

kedalaman >50 cm dari permukaan tanah. Untuk tipe pertama dan kedua, kondisi

ketersediaan air terutama untuk musim tanam I, tidak menjadi masalah. Sedangkan

untuk tipe ketiga dan keempat, ketersediaan air menjadi faktor pembatas, terutama

untuk tipe keempat yang adakalanya, untuk lokasi lahan yang tinggi, air tidak masuk ke

lahan. Sehingga hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairannya.

Akibatnya apabila awal musim hujan terlambat, bisa terjadi kekeringan di lahan.

Pada lahan-lahan yang rendah, kemungkinan air pasang menggenangi lahan.

Pada kondisi lahan seperti ini, pertanaman dapat dilakukan hampir sepanjang tahun,

karena air tersedia, seperti yang terjadi di Desa Telang Karya (Delta Telang I). Di Desa

Telang Karya, TAM (tata air mikro) berfungsi dengan baik, demikian pula dengan pintu

airnya, sehingga lahan petani mendapat cukup air untuk pertanamannya. Sedangkan

apabila terjadi hujan besar dan pasang, air yang masuk ke lahan, akan surut kembali

diantaranya lewat gorong-gorong yang tersedia pada setiap lahan petani menuju

saluran tersier.

Banjir dan genangan terjadi pada saat curah hujan tinggi, yang biasa juga

diikuti dengan pasang besar. Sesuai penuturan responden sebelumnya bahwa puncak

musim hujan pada bulan Desember, maka menurut sebagian besar responden bulan

Desember dapat terjadi banjir dan genangan, yang dipicu dengan jumlah hujan yang

banyak dan tingginya pasang.

Tinggi genangan bervariasi dari < 30 cm hingga > 1 m. Pada saat pasang tinggi

ataupun curah hujan tinggi, kondisi genangan di pekarangan < 30 cm, sedangkan di

lahan > 0.5 m. Mengenai lama genangan, umumnya menurut petani, genangan akan

Page 23: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

surut secara cepat di Delta Air Saleh. Lama genangan umumnya beberapa jam

(kurang dari satu hari), meskipun ada juga yang menjawab kurang dari satu jam atau

lebih > 1 hari. Lahan lebih lama tergenang, biasanya karena posisi lahan berada di

bawah.

Area studi ini secara hidrologis berada pada kawasan estuari Sungai Sugihan,

Sungai Kumbang dan Sungai Saleh. Pasang surut harian lebih disebabkan akibat dari

pengaruh pasang surut laut dibandingkan akibat dari fluktuasi debit sungai dan curah

hujan.

Di lahan rawa pasang surut Delta Saleh ternyata memiliki rekaman kekeringan

terparah yang hampir sama dengan lahan sawah irigasi biasa. Kekeringan yang

dirasakan pada tahun-tahun terjadinya El-Nino, dirasakan pula di sini, berupa

kekeringan yang panjang dengan menurunnya produksi padi dan pada sebagian lahan

terjadi kebakaran. Menurut responden, kekeringan terparah terjadi pada tahun 1982,

1994, dan 1997.

Angin kencang biasanya terjadi pada saat musim hujan, terjadinya angin

kencang bersamaan dengan saat puncak musim hujan yaitu Bulan Desember. Menurut

responden, di wilayah ini angin kencang biasa terjadi pada bulan-bulan Juli hingga

Maret, dengan pendapat terbanyak pada bulan Desember. Menurut responden, tahun-

tahun terjadinya angin kencang juga terjadi pada tahun 1994 dan 1997. Kejadian angin

kencang pada tahun-tahun tersebut dapat merupakan pemicu meluasnya kebakaran

lahan di wilayah ini.

Kekuatan angin pada skala yang besar secara visual dapat terlihat dari

tumbangnya pohon atau diterbangkannya atap. Namun demikian, dapat juga terjadi

angin yang cukup kuat, namun tidak sampai menumbangkan pohon ataupun

menerbangkan atap.

Pendapat tersebut sejalan dengan kondisi kekeringan di lahan sawah seperti

yang terjadi di Indramayu. Boer and Team (2003) menyatakan bahwa apabila kerugian

tersebut diperkirakan maka di Kabupaten Indramayu pada tahun El-Nino 1991, 1994

dan 1997, perkiraan kerugian ekonomi akibat kegagalan panen pada tahun El-Nino

dapat mencapai 371 milyar sedangkan kehilangan investasi yang dialami petani dapat

mencapai 228 milyar. Dengan demikian, sesungguhnya di lahan rawa juga harus

dilakukan pengelolaan risiko iklim untuk mengurangi kerugian yang mungkin terjadi

akibat kerusakan yang ditimbulkan bencana iklim.

Boer dan Subbiah (2005) menyatakan bahwa berdasarkan data historis

dampak kejadian iklim, diketahui bahwa luas total kerusakan dan kehilangan akibat

Page 24: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

kejadian iklim ekstrim, terutama banjir dan kekeringan, cenderung meningkat dari

waktu ke waktu. Karena ekosistem lahan rawa memiliki karakter yang berbeda,

sehingga ingin diketahui bagaimana kondisinya ketika iklim ekstrim terjadi dan

seberapa besar peluang terjadinya bencana akibat iklim ekstrim dapat menyebabkan

kerugian pada sistem pertanian lahan rawa, terutama rawa pasang surut.

Sistem tata air di area studi direncanakan bekerja berdasarkan konsep aliran

satu arah (one way flow system) di mana air pasang masuk melalui saluran Primer dan

terus ke Sekunder pemberi (SPD), dan masuk ke tersier pemberi yang akhirnya

mengaliri lahan usahatani.  Pada kondisi air berlebih (musim hujan) air dari lahan akan

keluar melalui tersier pembuangan dan terus menuju sekunder pembuang (SDU) yang

selanjutnya menuju ke saluran primer.  Konsep ini tidak sepenuhna berjalan karena

lahan terlelu tinggi untuk diluapai air pasang. Sehingga keberadaan air di petak tersier

lebih dikarenakan curah hujan.  Konsep pengelolaan air pada daerah ini adalah

drainase terkendali dan penahanan air. Pintu sekunder dan tersier sangat penting

artinya untuk menahan air. Penahanan air harus dikombinasikan dengan upaya

pencucian saluran. Setidaknya 2 minggu sekali air disaluran harus di cuci.

Page 25: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DELTA SUNGAI SIAK

Angga Meidia P

230210110049

http://blogs.unpad.ac.id/anggameidia/2013/05/29/delta-sungai-siak/

Sungai Siak adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Riau, Indonesia.

Merupakan sungai terdalam di Indonesia, yang kedalamannya dahulu mencapai 30

meter, namun akibat pendangkalan kini tinggal sekitar 18 meter.

Meander pada sungai siak merupakan sungai siak yang berkelok - kelok yang

terbentuk karena adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai siak dimulai

dari bagian hulu sungai siak. Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang

terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute

yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.

Pada bagian tengah sungai siak, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat

dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam

maupun tepi luar. Di bagian sungai siak yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan

sedangkan bagian tepinya yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan.Apabila

hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.

Secara umum sungai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: Sungai

Muda (dimana sungai ini mempunyai lembah yang sempit, terdapat air terjun

dan pola alirannya menyerupai hurup P), Sungai Dewasa (dimana sungai ini

sudah mempunyai lembah yang mulai meluas dan tidak terdapat lagi air terjun)

dan Sungai Tua (dimana Jarak antara tebing dangan pinggiran sungai masih

ada pasir dan dataran sungai makin meluas, sehingga terjadi erosi dan

mengakibatkan banjir). Dapat kita klasifikasikan bahwa sungai siak ini termasuk

kedalam Sungai Tua karena sungai ini mempunyai lembah berbentuk U dan

sudah berkelok-kelok (meandering) yang menandakan bahwa sungai tersebut

sudah pada stadium tua.

Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian hulu,

bagian tengah dan bagian hilir.

a. Bagian Hulu

Page 26: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah erosinya

(terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan lerengnya

cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak terjadi

pengendapan.

b. Bagian Tengah

Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai

berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal), palung

sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering

terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.

c. Bagian Hilir

Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke samping

(horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang-kadang terjadi delta

serta palungnya lebar.

Kabupaten Bengkalis mempunyai letak yang sangat strategis, karena dilalui

oleh jalur perkapalan internasional menuju ke Selat Malaka. Bengkalis juga termasuk

dalam salah satu program Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT)

dan Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT), terlibat aktif juga dalam

Dunia Melayu Dunia Islam. Adapun secara geografis, Kabupaten Bengkalis terletak

dibagian pesisir timur pulau Sumatera, antara 2008’00”- 0055’52” LU dan 10005’36”-

102030’32” BT. 

Kabupaten Bengkalis berbatasan dengan :

Utara : Selat Malaka

Timur : Selat Malaka

Selatan : Kabupaten Siak dan Meranti

Barat : Kab Rokan Hilir

Delta

Pada saat aliran sungai siak mendekati muara, maka kecepatan aliranya

menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan sedimen oleh air sungai siak.

Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan Lumpur akan tetap terangkut

Page 27: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

oleh aliran air. Setelah sekian lama , akan terbentuk lapisan - lapisan sedimen.

Akhirnya lapian lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian

sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta sungai siak. Delta

sungai siak membentuk sebuah segitiga ketika dilihat dari atas. Bagian tepi luar

delta ini tererosi, dan salinitas beberapa laguna telah meningkat karena

bertambahnya saluran sungai siak di hilir.

Kabupaten bengkalis. Wilayahnya mencakup daratan bagian timur pulau

Sumatera dan wilayah kepulauan, dengan luas adalah 11.481,77 km². Ibukota

kabupaten ini berada di Bengkalis tepatnya berada di Pulau Bengkalis yang terpisah

dariPulau Sumatera. Pulau Bengkalis sendiri berada tepat di muara sungai Siak,

sehingga dikatakan bahwa pulau Bengkalis adalah delta sungai Siak. Bengkalis

merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata sekitar 1-6,1 m

dari permukaan laut. Sebagian besar merupakan tanah organosol, yaitu jenis tanah

yang banyak mengandung bahan organik. Di daerah ini juga terdapat

beberapa sungai, tasik (danau) serta 24 Pulau besar dan kecil. Beberapa di antara

pulau besar itu adalah Pulau Rupat (1.524,84 km²) dan Pulau Bengkalis (938,40 km²).

Pembentukan Delta

Di muara sungai, air sungai yang sering keruh dan berwarna coklat bertemu

dengan air laut yang umumnya jernih. Di tempat ini terdapat gundukan tanah yang

dinamakan delta. Delta ini terbentuk karena air sungai yang keruh coklat, membawa

berbagai jenis kotoran dan tanah bertemu dengan ion-ion yang terdapat di air laut,

mengalami koagulasi.

Air sungai yang setiap hari tampak keruh coklat itu merupakan suatu koloid.

Karena keruh, dapat diduga bahwa zat-zat yang menyatu dengan air sungai itu

mayoritas berfasa padat. Koloid yang fasa terdispersinya padat dan medium

pendispersinya cair, yaitu air, dinamakan sol. Dikatakan bahwa air sungai adalah

koloid padat dalam cair (padat/cair atau s/l). Suatu koloid merupakan campuran antara

homogen dan heterogen. Hal ini menjelaskan bahwa bagian terkecil koloid

berupa sekelompok partikel yang tersebar dalam medium pendispersinya. Masing-

masing kelompok ini dapat stabil dalam waktu yang cukup lama berada diantara

mediumpendispersi, karena dilindungi oleh ion-ion tertentu yang diadsorpsi oleh

kelompok partikel tersebut.

Page 28: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

Pada saat air sungai bertemu dengan air laut, maka terjadilah perlucutan

muatan koloid sungai oleh ion-ion dari air laut. Ion-ion yang berlawanan muatan

ini tarik menarik, sehingga terjadi penetralan muatan. Karena pelindung atau selimut

muatan koloid itu terlucuti, maka masing-masing kelompok partikel koloid itu menyatu

dan menggumpal. Makin lama gumpalan itu membesar dan akhirnya akan mengendap

menjadi gundukan tanah. Peristiwa ini merupakan koagulasi koloid oleh elektrolit.

Pulau bengkalis ini terletak di muara Sungai Siak dan merupakan delta Sungai

Siak yang terbentuk dari lumpur yang mengendap karena berkurangnya laju alir sungai

saat memasuki laut.

Jenis Delta

Secara fisiografis, delta dibagi menjadi tiga yaitu Upper Delta Plain, Lower

Delta Plain, dan Sub – aqueous Delta. Upper Delta Plain adalah delta yang tidak

dipengaruhi oleh arus air laut dan datarannya didominasi oleh alluvial atau sedimen

yang terakumulasi oleh sungai. Lower Delta Plain adalah delta yang dipengaruhi oleh

pasang surut air laut. Ketika air laut pasang, delta ini akan tenggelam. Sebaliknya,

ketika air laut surut, delta akan timbul kembali. Ini adalah hasil dari proses fluvial dan

proses marine. Sedangkan Sub – aqueous Delta adalah delta yang berada di bawah

permukaan laut, dan karakter delta ini dipengaruhi oleh proses marine. Jadi, delta

sungai Siak ini apabila dilihat dari segi fisiografisnya

Secara stratigrafi, delta juga dibagi menjadi tiga yaitu Topsets Beds, Foreset

Beds, dan Bottomset Beds. Topsets Beds sering terdapat di Upper dan Lower Delta

Plains dan sedimen yang terakumulasi relatif horizontal atau datar. Foreset Beds,

sedimennya miring (agak curam) dan terdapat di Sub – aqueous Delta Plain, ada

gradasi dari kasar menjadi halus ketika mengalir ke laut. Bottomset Beds terletak

selalu di dasar laut, dan sedimennya agak miring dan tidak terlalu curam.  Delta pada

sungai siak ini termasuk jenis upper delta karena tidak dipengaruhi oleh air laut

DAFTAR ACUAN

Sonny,bangbang.http://babangsony.blogspot.com/2010/10/bengkalis-kota-

terubuk.html

http://bappeda.bengkaliskab.go.id/

Page 29: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DELTA SUNGAI MUSI

OKLIANDI SAPUTRA

230210110045

blogs.unpad.ac.id/okliandi45

Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatra Selatan,

Indonesia. Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan yang terpanjang di pulau

Sumatera dan membelah Kota Palembang menjadi dua bagian. Jembatan Ampera

yang menjadi ikon Kota Palembang pun melintas di atas sungai ini. Sejak zaman

Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi

utama bagi masyarakat.

Mata airnya bersumber di daerah Kepahiang, Bengkulu. Sungai Musi disebut

juga Batanghari Sembilan yang berarti sembilan sungai besar, pengertian sembilan

sungai besar adalah Sungai Musi beserta delapan sungai besar yang bermuara di

sungai Musi. Adapun delapan sungai tersebut adalah :

1. Sungai Komering

2. Sungai Rawas

3. Sungai Leko

4. Sungai Lakitan

5. Sungai Kelingi

6. Sungai Lematang

7. Sungai Semangus

8. Sungai Ogan

Delta merupakan bentang alam yang terbentuk di mulut atau muara sungai.

Bentang alam tersebut terbentuk akibat adanya sediment yang tertransport ke muara

sungai dan terakumulasi membentuk delta. Pembentukan bentang alam di muara

sungai ini dipengaruhi oleh dua proses yaitu proses marine dan proses fluvial. Proses

marine merupakan proses yang merusak sedimentasi karena adanya arus air laut yang

menyebabkan hancurnya sedimen yang terakumulasi di muara sungai tersebut. Proses

yang kedua yaitu proses fluvial, merupakan proses yang membangun sedimentasi. Hal

ini disebabkan karena sedimen yang terakumulasi di muara sungai tidak terkikis oleh

arus air laut.

Seperti kebanyakan sungai – sungai besar yang ada di Indonesia, sungai Musi

cenderung mentransport sedimen ke muara sungai dalam jumlah yang relatif besar

Page 30: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

sehingga delta yang terbentuk tersebut dapat dijadikan tempat pemukiman penduduk

dan kawasan konservasi alam.

Delta sungai Musi terbagi menjadi tiga delta yaitu Delta Telang, Delta Upang,

dan Delta Saleh. Ketiga delta ini terletak di Selat Bangka. Sehingga, perkembangan

bentang alam yang terjadi didominasi oleh proses fluvial. Hal ini dikarenakan arus air

laut yang berasal dari Laut Cina Selatan yang mengarah ke delta sungai Musi relatif

kecil akibat terhalang oleh Pulau Bangka sehingga kecenderungan akumulasi sedimen

di muara sungai lebih besar dan optimal. Berdasarkan penjelasan di atas, ketiga delta

sungai Musi dapat diklasifikasikan ke dalam tipe High – Constructive Delta yang

memiliki high sediment input.

Secara fisiografis, delta dibagi menjadi tiga yaitu Upper Delta Plain, Lower Delta Plain,

dan Sub – aqueous Delta.

Upper Delta Plain adalah delta yang tidak dipengaruhi oleh arus air laut dan

datarannya didominasi oleh alluvial atau sedimen yang terakumulasi oleh sungai.

Lower Delta Plain adalah delta yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ketika air

laut pasang, delta ini akan tenggelam. Sebaliknya, ketika air laut surut, delta akan

timbul kembali. Ini adalah hasil dari proses fluvial dan proses marine. Sedangkan Sub

– aqueous Delta adalah delta yang berada di bawah permukaan laut, dan karakter

delta ini dipengaruhi oleh proses marine. Jadi, delta sungai Musi ini apabila dilihat dari

segi fisiografisnya, maka delta sungai Musi termasuk ke dalam Upper Delta Plain, yang

mana delta ini dipegaruhi oleh proses fluvial dan tidak dipengaruhi oleh arus air laut.

Secara stratigrafi, delta juga dibagi menjadi tiga yaitu Topsets Beds, Foreset

Beds, dan Bottomset Beds. Topsets Beds sering terdapat di Upper dan Lower Delta

Plains dan sedimen yang terakumulasi relatif horizontal atau datar. Foreset Beds,

sedimennya miring (agak curam) dan terdapat di Sub – aqueous Delta Plain, ada

gradasi dari kasar menjadi halus ketika mengalir ke laut. Bottomset Beds terletak

selalu di dasar laut, dan sedimennya agak miring dan tidak terlalu curam.  Berdasarkan

penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara statigrafi delta sungai Musi

digolongkan sebagai Topsets Beds yang mana sedimen terakumulasi relatif horizontal.

Material-material sedimen yang di bawah oleh sungai musi akan diendapkan di

muara sungai musi yang terletak di selat bangka. Daratan hasil pengendapan oleh

sungai musi disebut akuatis. Bentang alam yang ada pada delta sungai musi antara

lain meander, daratan banjir, tanggul alam dan delta sungai musi itu sendiri.

Page 31: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

a. Meander

Meander pada sungai musi merupakan sungai musi yang berkelok - kelok yang

terbentuk karena adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai musi dimulai

dari bagian hulu sungai musi.Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang

terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute

yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.

Pada bagian tengah sungai musi, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat

dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam

maupun tepi luar. Di bagian sungai musi yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan

sedangkan bagian tepinya yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan.Apabila

hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.

Meander pada sungai musi terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana

pengikisan dan Pengendapan terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang

terjadi secara terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan

terpisah dari aliran sungai, Sehingga terbentuk oxbow lake (suatu bentuk yang seperti

berbelok-belokan yang ada di sungai dan kelokan sungai yang terpotong tidak bias

dialiri oleh air dari induk sungai.

b. Daratan Banjir dan Tanggul alam

Apabila terjadi hujan lebat, volume air sungai musi meningkat secara cepat.

Akibatnya terjadi banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut,

bahan bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya,

terbentuk suatu dataran di tepi sungai. Timbulnya material yang tidak halus (kasar)

terdapat pada tepi sungai musi. Akibatnya tepi sungai musi lebih tinggi dibandingkan

dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul alam.

c. Delta

Pada saat aliran sungai musi mendekati muara, maka kecepatan aliranya

menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan sedimen oleh air sungai musi. Pasir

akan diendapkan sedangkan tanah liat dan Lumpur akan tetap terangkut oleh aliran

air. Setelah sekian lama , akan terbentuk lapisan - lapisan sedimen. Akhirnya lapian

lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati

muaranya dan membentuk delta sungai musi. Delta sungai musi membentuk sebuah

segitiga ketika dilihat dari atas. Bagian tepi luar delta ini tererosi, dan salinitas

Page 32: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

beberapa laguna telah meningkat karena bertambahnya saluran sungai di selat

bangka.

Secara umum sungai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: Sungai Muda

(dimana sungai ini mempunyai lembah yang sempit, terdapat air terjun dan pola

alirannya menyerupai hurup P), Sungai Dewasa (dimana sungai ini sudah mempunyai

lembah yang mulai meluas dan tidak terdapat lagi air terjun) dan Sungai Tua (dimana

Jarak antara tebing dangan pinggiran sungai masih ada pasir dan dataran sungai

makin meluas, sehingga terjadi erosi dan mengakibatkan banjir). Dapat kita

klasifikasikan bahwa sungai musi ini termasuk kedalam Sungai Tua karena sungai ini

mempunyai lembah berbentuk U dan sudah berkelok-kelok (meandering) yang

menandakan bahwa sungai tersebut sudah pada stadium tua.

Daftar Pustaka

hedihastriawan.wordpress.com

angghajuner.blogspot.com

psdg.bgl.esdm.go.id

Page 33: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DELTA BATANGHARI

Safura Aprilia

230210110066

blogs.unpad.ac.id/safuraaprilia/2013/05/29/deltabatanghari

Sungai adalah aliran air besar yang mengalir dari hulu hingga ke hilir. Aliran sungai dibagi menjadi dua, yaitu sungai stadium muda dan dewasa.

a. Sungai stadium muda

Ciri-ciri sungai stadium muda adalah

1) Penampang melintang lembah berbentuk v,

2) Banyak mempunyai erosi basis sementara,

3) Daya angkut aliran besar,

4) Lebar bawah lembah sama dengan lebar saluran sungai, dan

5) Dasar lembah belum rata.

b. Sungai stadium dewasa

Ciri-ciri sungai stadium dewasa adalah

1) Gradien lebih kecil,

2) Erosi lateral atau ke samping,

3) Mengalami pendataran dasar sungai,

4) Lembah membentuk huruf u,

5) Terdapat dataran banjir (flood plain) dan kelokan (meander), serta

6) Sudah tidak ada erosi dasar.

Delta merupakan suatu pengendapan yang terjadi atau terbentuk oleh

tumpukan sedimen yang memiliki bentuk dataran. Menurut Coleman dan Scott &

Fischer delta merupakan tanah datar hasil pengendapan yang dibentuk oleh sungai,

muara sungai, dimana timbunan sediment tersebut mengakibatkan propagradasi yang

tidak teratur pada garis pantai (Coleman, 1968; Scott & Fischer, 1969). Delta sungai

Page 34: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

berada di mulut sungai. Delta sungai terbentuk ketika sebuah sungai membawa

sedimen. Berikut ini merupakan tahapan pembentukan suatu delta di sungai:

Terbentuk dari sebuah danau, laut, atau waduk.

Sungai lain yang tidak dapat menghilangkan sedimen yang cukup cepat untuk

menghentikan pembentukan delta.

Daerah pedalaman di mana air menyebar keluar dan sedimen yang tersimpan.

Ketika memasuki aliran air, tidak lagi terbatas untuk menyalurkan dan

mengembang lebar aliran air. Aliran ini berekspansi dan menghasilkan

penurunan kecepatan aliran, yang mengurangi kemampuan aliran untuk

mengangkut sedimen. Akibatnya, sedimen menetes keluar dari aliran dan

deposit air. Seiring waktu, proses ini akan membangun saluran tunggal lobus

delta, mendorong mulutnya ke dalam genangan air. Hal-hal yang

mempengaruhi terbentuknya delta antara lain yaitu arus sungai ataupun danau,

aksi gelombang dan aksi pasang surut pada sungai ataupun danau tersebut.

Delta ini terbentu karena adanya pengendapan sedimen dengan bentuk

dataran. Tempat terbentuknya delta ini biasanya di mulut sungai.

Pembentukan delta sendiri terdiri dari 3 cara pembentukan, diantaranya yaitu:

Dipengaruhi oleh arus sungai

Dipengaruhi oleh arus gelombang

Dipengaruhi oleh pasang surut

Delta ini terbentuk karena air sungai yang keruh coklat, membawa berbagai

jenis kotoran dan tanah bertemu dengan ion-ion yang terdapat di air laut, mengalami

koagulasi. Air sungai yang setiap hari tampak keruh coklat itu merupakan suatu koloid.

Karena keruh, dapat diduga bahwa zat-zat yang menyatu dengan air sungai itu

mayoritas berfasa padat. Koloid yang fasa terdispersinya padat dan medium

pendispersinya cair, yaitu air, dinamakan sol. Dikatakan bahwa air sungai adalah

koloid padat dalam cair (padat/cair atau s/l). Suatu koloid merupakan campuran antara

homogen dan heterogen. Hal ini menjelaskan bahwa bagian terkecil koloid berupa

sekelompok partikel yang tersebar dalam medium pendispersinya. Masing-masing

kelompok ini dapat stabil dalam waktu yang cukup lama berada diantara

mediumpendispersi, karena dilindungi oleh ion-ion tertentu yang diadsorpsi oleh

kelompok partikel tersebut. Oleh karena itu koloid memiliki muatan tertentu.

Delta yang akan dikaji lebih dalam yaitu delta batanghari. Delta Batanghari

merupakan suatu delta yang terletak di pesisir timur Provinsi Jambi, tepatnya di

Kecamatan Muara Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Delta

Page 35: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

batanghari terbentuk oleh adanya aliran dari sungai nyiur dan sungai berbak serta

cabang sungai batanghari.Selain itu delta batanghari ini juga dialiri oleh sungai –

sungai kecil antara lain yaitu sungai pemusiran, sungai simbur naik, sungai siau dan

sungai lambur. Berdasarkan ketiga cara pembentukan delta, delta batanghari ini

terbentuk karena dipengaruhi oleh arus sungai yang lebih dominan dibandingkan arus

gelombang maupun pasang surut.

Sebagai delta yang terbentuk oleh cabang sungai batanghari alangkah baiknya

mengenal terlebih dahulu mengenai sungai tersebut. Sungai batanghari ini banyak

disebut – sebut sebagai sungai yang legendaris. Sungai batanghari disebut legendaris

karena sungai ini pernah menjadi jalur lalu lintas utama bagi kapal - kapal niaga dari

berbagai penjuru dunia. Sejarah mencatat, sungai yang sangat lebar (500 meter)

dengan kedalaman lebih dari lima meter ini mampu mengantarkan kapal - kapal niaga

berkapasitas penumpang ratusan orang itu melesat jauh hingga ke pedalaman

Sumatra Barat.

Menurut sejarawan Jeniferan (2009), pada abad ke-13 dan ke-14, wilayah hulu

Sungai Batanghari pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Malay-Dharmasraya.

Sebelumnya, pada abad ke-8 hingga ke-13, di wilayah hilir, Jambi, juga pernah

menjadi pusat kerajaan Melayu.

Pada awal mulanya sungai batanghari memiliki lebar mencapai lebih dari 500

meter. Namun kini lebarnya terus menciut menjadi sekitar 200 meter. Pada musim

hujan warna air sungai batanghari berwarna keruh kecokelatan karena bercampur

dengan lumpur sedimentasi sebagai akibat dari perubahan tata guna lahan di daerah

aliran sungai batanghari tersebut.

Hamparan vegetasi hutan kini telah berubah menjadi kebun - kebun karet.

Kondisi ini diawali ketika kolonial Belanda pada tahun 1904, menggalakkan

penanaman pohon karet di DAS Batanghari. Beberapa bagian tubuh sungai kini tinggal

alur. Kondisi di delta batanghari ini merupakan daerah rawa dengan kecenderungan

selalu tergenang.

Setelah mengetahui mengenai seluk beluk sungai batanghari maka dapat

dibayangkan vegetasi apa saja yang kira – kira dapat ditemukan di daerah delta

batanghari. Delta batanghari banyak ditumbuhi oleh pohon karet dan mangroove.

Namun seiring berkembangnya zaman, pohon karet mulai tergeserkan. Selain pohon

karet dan mangrove di daerah delta batanghari juga terdapat vegetasi gulma.

Page 36: Sedimen Kupas Delta Pulau Sumatera

DAFTAR PUSTAKA

Adriadi, Ade. 2010. Analisis Vegetasi Gulma pada Delta Batanghari. Available online at

http://jurnalsain-unand.com/jurnal.php?dho=detail&id=244 ( diakses pada 27 Mei

2013 pukul 20.05 )

A Muchtar, N Abdullah. 2007. Pesisir Timur Jambi. Available online at

www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-83348.pdf (diakses pada 27 Mei 2013

pukul 21.00 )

G, Irianto. 2004.  Alih Fungsi Lahan daerah sungai batanghari. Available online at new.iaard.go.id ( diakses pada 27 Mei 2013 pukul 21.30 )

NHT, Siahaan. 2004. Lingkungan dan Ekologi Sungai. Available online at B ooks.google.com ( diakses pada 27 Mei 2013 pukul 23.00 )

Tantular, UM. 2010. Analisis wilayah Delta Batanghari. Available online at isjd.pdii.lipi.go.id ( diakses pada 27 Mei 2013 pukul 23 .00 )

N Abdullah. 2008. Pesisir dan Sungai Wilayah Timur Jambi . Available online at www.digb.ui.ac.id/file?file=-83348.pdf (diakses pada 27 Mei 2013 pukul 24.00 )

Iriana, Antoro. 2010.  Vegetasi pada daerah sungai batanghari. Available online at new.ard.iaard.go.id ( diakses pada 27 Mei 2013 pukul 24.30 )