Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan...

49

Transcript of Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan...

Page 1: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,
Page 2: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes ii

© 2020, Tim Riset PPATK

PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

HASIL TINDAK PIDANA KEHUTANAN

ISBN : 978-602-9285-42-0

Ukuran Buku : 295 x 210 mm

Jumlah Halaman : vi + 42 Halaman

Naskah : Tim Riset PPATK dan Bareskrim POLRI

Diterbitkan Oleh : Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Indonesia

Cetakan Pertama : Maret 2020

INFORMASI LEBIH LANJUT:

Tim Penyusun

Jl. Trunojoyo No.3, RT.2/RW.1, Selong, Kec. Kby. Baru,

Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12110

Telepon: (021) 7220802

website: www.polri.go.id dan www.ppatk.go.id

Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.

Dilarang memperbanyak isi buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun tanpa izin

penerbit, kecuali untuk pengutipan dalam penulisan artikel atau karangan ilmiah.

Page 3: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena

berkat rahmat dan hidayah–Nya sehingga pada akhirnya

Kepolisian Negara Republik Indonesia bersama dengan

PPATK, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Kejaksaan Agung RI dan Mahkamah Agung RI telah

melakukan Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana

Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Kehutaan tahun

2020.

Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa tindak

pidana kehutanan merupakan salah satu tindak pidana

asal pencucian uang yang berisiko tinggi. Dalam dokumen strategi nasional upaya

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme

tahun 2019 dimandatkan untuk dilakukannya penilaian risiko sektoral untuk memahami risiko

utama secara komprehensif serta langkah mitigasi risiko yang efektif terhadap pencucian

uang hasil tindak pidana kehutanan.

Kepolisian Negara Republik Indonesia menyambut baik penyusunan Penilaian Risiko Sektoral

Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Kehutanan ini. Kami berharap bahwa

dokumen ini dapat bermanfaat dalam perumusan kebijakan internal dalam penanganan

perkara di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia maupun Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah

memberikan kontribusi terhadap penyusunan Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana

Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Kehutanan ini. Semoga amal usaha kita diridai Allah

SWT. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.

Jakarta Maret 2020

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DRS. IDHAM AZIS, M.SI

JENDRAL POLISI

Page 4: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat

rahmat dan hidayah-NYA, maka PPATK bersama stakeholders

rezim Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan

Terorisme (APU dan PPT) yang tergabung dalam Komite TPPU

dapat menyelesaikan penyusunan dokumen “Penilaian Risiko

Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana

Kehutanan tahun 2020”.

Melalui hasil penilaian tersebut, diharapkan dapat menjadikan

dasar dalam perumusan kebijakan strategis dan prioritas bagi

pihak pemangku kepentingan utama diantaranya Kepolisian

Negara Republik Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam

memitigasi risiko utama yang teridentifikasi dalam “Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana

Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Kehutanan tahun 2020”. Dokumen ini menjadi bukti

komitmen Pemerintah Indonesia dalam memitigasi risiko utama pada tindak pidana asal

(predicate crime) yang berisiko tinggi terhadap pencucian uang di Indonesia sesuai pada

Indonesia’s Risk Assessment on ML Updated 2019.

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah

memberikan kontribusi terhadap penyusunan Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana

Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Kehutanan ini. Semoga amal usaha kita diridai Allah

SWT. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta Maret 2020

KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

KIAGUS AHMAD BADARUDDIN

Page 5: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes v

RINGKASAN EKSEKUTIF

Hasil Pengkinian Penilaian Risiko Indonesia terhadap Pencucian Uang Tahun 2015 telah

memetakan risiko pencucian uang berdasarkan tindak pidana asal yang menunjukan bahwa

adanya 5 (lima) Tindak Pidana Asal yang memiliki risiko tinggi, diantaranya Tindak Pidana

Narkotika, Korupsi Perbankan, Kehutanan dan Pasar Modal.

Untuk merespon hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah menyusun Strategi Nasional

Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan

Pendanaan Terorisme Tahun 2019 yang menyatakan bahwa aksi priotitas untuk memitigasi

risiko tersebut diantaranya melalui penyusunan Penilaian Risiko Sektoral Penanganan

Perkara Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Kehutanan atau Sectoral Risk Assessment on

Forestry Crimes. Pemangku kepentingan dalam tindak lanjut Aksi Strategi Nasional (Stranas)

tersebut diantaranya Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

Penilaian Sektoral ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif selama periode 2017 s.d.

2019 dari berbagai sumber yang diperoleh oleh anggota tim. Sumber data dan informasi ini

termasuk Laporan Transaksi Keuangan Mencrigakan, Hasil Analisis atau Hasil Pemeriksaan

PPATK, Penyidikan, Penuntutan dan Putusan Pengadilan, Studi Kasus. Pelaksanaan

Indepth Study dalam Penilaian ini juga dilakukan bersama Pihak Penegak Hukum, Lembaga

Pengawas dan Pengatur serta PPATK untuk melakukan self-assessment dan identifikasi

tipologi dan indikator transaksi keuangan mencurigakan yang berlaku.

Hasil analisis 3 faktor risiko (ancaman, kerentanan, dan dampak) terhadap 5 jenis delik pidana

kehutanan, ditemukan bahwa Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang

tidak dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil hutan (Pasal 12 huruf e),

Melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam kawasan hutan (Pasal 17 ayat 2

huruf b), Melakukan kegiatan penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri

(Pasal 17 Ayat 1 huruf b), Mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat, perairan

atau udara (Pasal 12 huruf I), Menerima, membeli, menjual, menerima tukar, menerima titipan,

dan/atau memiliki hasil hutan kayu diketahui berasal dari pembalakan liar (Pasal 12 huruf k).

Berdasarkan profil pelaku kejahatan diketahui bahwa Pengusaha atau Wiraswasta PEP dan

Non Perorangan-PT, PD/UD memiliki Risiko Tinggi. Selanjutnya, berdasarkan sebaran

wilayah terjadinya pencucian uang hasil tindak pidana kehutanan diketahui bahwa Papua,

Riau, Papua Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jambi dan Sumatera Selatan

termasuk dalam kategori wilayah risiko tinggi.

Page 6: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iv

RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... vi

PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 1

RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI .......................................................................... 2

KLASIFIKASI RISIKO ....................................................................................................... 3

FRAMEWORK PENILAIAN RISIKO ................................................................................. 4

PENILAIAN RISIKO, TIPOLOGI DAN STUDI KASUS ......................................................... 5

REGULASI PENANGANAN PERKARA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA

KEHUTANAN .................................................................................................................... 5

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA KEHUTANAN ............. 6

TINDAK PIDANA KEHUTANAN ....................................................................................... 7

PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ....................................................................... 11

HASIL PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL

TINDAK PIDANA KEHUTANAN ........................................................................................ 12

PENILAIAN RISIKO BERDASARKAN JENIS TINDAK PIDANA KEHUTANAN ............ 12

PENILAIAN RISIKO BERDASARKAN PROFIL PELAKU KEJAHATAN ....................... 26

PENILAIAN RISIKO BERDASARKAN WILAYAH .......................................................... 29

STRATEGI MITIGASI RISIKO TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK

PIDANA KEHUTANAN ....................................................................................................... 34

TANTANGAN PENANGANAN PERKARA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA

KEHUTANAN .................................................................................................................. 34

STRATEGI MITIGASI RISIKO TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK

PIDANA KEHUTANAN ................................................................................................... 34

A. BIDANG PENCEGAHAN ........................................................................................ 34

B. BIDANG PEMBERANTASAN ................................................................................. 35

C. BIDANG KERJASAMA ........................................................................................... 35

LAMPIRAN 1 ...................................................................................................................... 36

METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................................... 36

MATRIKS PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

HASIL TINDAK PIDANA KEHUTANAN ......................................................................... 37

Page 7: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Hasil Pengkinian Penilaian Risiko

Indonesia terhadap Pencucian Uang

Tahun 2015 telah memetakan risiko

pencucian uang diantaranya berdasarkan

tindak pidana asal yang menunjukan

bahwa Tindak Pidana Narkotika, Korupsi,

Perbankan, Kehutanan dan Pasar Modal

merupakan tindak pidana asal pencucian

uang yang memiliki risiko tinggi.

Untuk merespon hal tersebut, Pemerintah

Indonesia telah menyusun Strategi

Nasional Dalam Upaya Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

Uang dan Pendanaan Terorisme Tahun

2019 yang menyatakan bahwa aksi

priotitas untuk memitigasi risiko tersebut

diantaranya melalui penyusunan Penilaian

Risiko Sektoral Penanganan Perkara

Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana

Kehutanan atau Sectoral Risk Assessment

on Forestry Crime. Pemangku kepentingan

dalam tindak lanjut Strategi Nasional

(Stranas) tersebut diantaranya Kepolisian

Negara Republik Indonesia (POLRI),

Kementrian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (KLHK) serta Pusat Pelaporan

dan Analisis Transaksi Keuangan.

Penilaian Risiko Sektoral Penanganan

Perkara Pencucian Uang Hasil Tindak

Pidana Kehutanan ini bertujuan untuk

mencapai pemahaman penanganan

perkara pencucian uang hasil tindak

pidana Kehutanan yang lebih baik,

mengidentifikasi risiko utama dan

mengeksplorasi strategi mitigasi untuk

mencegah dan memberantas tindak

pidana pencucian uang dari hasil tindak

pidana Kehutanan.

Capaian atau Outcomes dari penilaian ini

akan menjadi dasar untuk pengembangan

koordinasi domestik antara Penegak

Hukum, Lembaga Pengawas dan

Pengatur, dan Pusat Pelaporan dan

Analisis Transaksi Keuangan dalam

mencegah dan memberantas tindak

pidana pencucian uang dari hasil tindak

pidana Kehutanan, khususnya bagi

penyidik Polri dan KLHK agar menjadi

dasar penyusunan kebijakan strategis

penanganan perkara pencucian yang

berbasis risiko terkait tindak pidana

Kehutanan di Kepolisian Negara Republik

Indonesia, Penyidik Kehutanan

Kementrian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan serta memperkuat kerentanan

yang telah terindentifikasi.

Tim Penyusun Penilianan Risiko Sektoral

Tindak Pidana Kehutanan ini melibatkan

Aparat Penegak Hukum dan Lembaga

Intelijen Keuangan, sebagai berikut:

Page 8: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 2

a. Direktorat Tindak Pidana Tertentu

(Dit Tipiter) Bareskrim Polri.

b. Direktorat Jenderal Penegakan

Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Republik

Indonesia.

c. Direktorat Pemeriksaan, Riset dan

Pengembangan, Pusat Pelaporan dan

Analisis Transaksi Keuangan.

d. Direktorat Analisis Transaksi, Pusat

Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan.

e. Direktorat Kerjasama dan Humas,

Pusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi Keuangan

f. Direktorat Hukum, Pusat Pelaporan

dan Analisis Transaksi Keuangan.

g. Direktorat Pengawas Kepatuhan,

Pusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi Keuangan.

h. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana

Umum, Kejaksaan Agung RI.

i. Mahkamah Agung RI.

Anggota tim masing-masing berkontribusi

memberikan input dan pengalaman

bersama berdasarkan keahlian mereka

untuk memberikan penilaian risiko sektoral

ini.

RUANG LINGKUP DAN

METODOLOGI

Lingkup Tindak Pidana Kehutanan dalam

penilaian risiko sektoral ini merujuk pada

Undang – Undang tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Perusakan Hutan

Nomor 18 Tahun 2013.

Penilaian ini berfokus pada penanganan

perkara pada tindak pidana Kehutanan dan

hasil pencucian uang dari tindak pidana

Kehutanan. Adapun struktur dalam

penilaian ini terdiri dari beberapa bagian,

diantaranya:

a. Identifikasi dan analisis risiko

pencucian uang pada tindak pidana

Kehutanan berdasarkan karakteristik

jenis tindak pidana Kehutanan;

b. Identifikasi dan analisis risiko

pencucian uang pada tindak pidana

Kehutanan berdasarkan profil pelaku

tindak pidana Kehutanan;

c. Identifikasi dan analisis risiko

pencucian uang pada tindak pidana

Kehutanan berdasarkan wilayah

terjadinya tindak pidana Kehutanan;

d. Tipologi Pencucian Uang, termasuk

profil pelaku kejahatan, pihak pelapor,

pola transaksi atau instrumen

transaksi dan jenis karakteristik tindak

pidana Kehutanan,

e. Redflag atau Indikator Transaksi

Keuangan Mencurigakan Indikasi

Tindak Pidana Kehutanan.

Penilaian Sektoral ini menggunakan data

kuantitatif dan kualitatif selama periode

2017 s.d. 2019 dari berbagai sumber yang

diperoleh oleh anggota tim. Sumber data

dan informasi ini termasuk Laporan

Transaksi Keuangan Mencurigakan, Hasil

Analisis atau Hasil Pemeriksaan PPATK,

Page 9: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 3

Penyidikan, Penuntutan dan Putusan

Pengadilan, Studi Kasus. Pelaksanaan

Indepth Study dalam Penilaian ini juga

dilakukan bersama Pihak Penegak

Hukum, Lembaga Pengawas dan

Pengatur serta PPATK untuk melakukan

self-assessment dan identifikasi tipologi

serta indikator transaksi keuangan

mencurigakan yang berlaku.

KLASIFIKASI RISIKO1

>7 - 9 TINGGI

Kecenderungan besar terjadi dan/atau

menyebabkan dampak yang signifikan.

Hal ini memerlukan penanganan

sesegera mungkin.

>5 - 7 MENENGAH

Kecenderungan cukup sering terjadi

dan/atau menyebabkan dampak yang

cukup signifikan. Hal ini perlu adanya

upaya perbaikan.

3 - 5 RENDAH

Kecenderungan rendah terjadi dan/atau

menyebabkan dampak yang rendah

atau minimum. Hal ini perlu dilakukan

review secara berkala.

1 Berdasarkan Best Practice International-FATF Guidance. National Money Laundering and Terrorist Financing Risk Assessment. Februari 2013.

Page 10: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 4

FRAMEWORK PENILAIAN RISIKO

RISIKO (Risk)

DAMPAK

(Consequence)

KECENDERUNGAN

(Likelihood)

ANCAMAN

(Threat)

KERENTANAN

(Vulnerability)

X

+

Page 11: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 5

PENILAIAN RISIKO, TIPOLOGI DAN

STUDI KASUS

REGULASI PENANGANAN PERKARA PENCUCIAN UANG HASIL

TINDAK PIDANA KEHUTANAN

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang (UU

TPPU), hasil tindak pidana adalah Harta

Kekayaan yang diperoleh dari tindak

pidana:

1. korupsi;

2. penyuapan;

3. narkotika;

4. psikotropika;

5. penyelundupan tenaga kerja;

6. penyelundupan migran;

7. di bidang perbankan;

8. di bidang pasar modal;

9. di bidang perasuransian;

10. kepabeanan;

11. cukai;

12. perdagangan orang;

13. perdagangan senjata gelap;

14. terorisme;

15. penculikan;

16. pencurian;

17. penggelapan;

18. penipuan;

19. pemalsuan uang;

20. perjudian;

21. prostitusi;

22. di bidang perpajakan;

23. di bidang kehutanan;

24. di bidang lingkungan hidup;

25. di bidang kelautan dan perikanan;

atau

26. tindak pidana lain yang diancam

dengan pidana penjara 4 (empat)

tahun atau lebih,

yang dilakukan di wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia atau di

luar wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan tindak pidana tersebut

juga merupakan tindak pidana menurut

hukum Indonesia.

Kewenangan untuk melakukan

penyidikan tindak pidana pencucian

uang dilakukan oleh penyidik tindak

pidana asal sebagaimana tersebut di

atas sesuai dengan ketentuan Pasal 74

Undang-Undang No. 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang. Disamping itu, KLHK

telah memiliki MoU atau Perjanjian

Kerjasama dengan PPATK dalam

rangka pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana

pencucian uang di bidang lingkungan

Page 12: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 6

hidup dan kehutanan. Hal tersebut

dilakukan untuk mengoptimalkan

pelaksanaan tugas dan kewenanganan

KLHK dalam penanganan perkara

tindak pidana kehutanan.

TINDAK PIDANA PENCUCIAN

UANG HASIL TINDAK PIDANA

KEHUTANAN

Dengan penyidikan tindak pidana

pencucian uang, harta kekayaan hasil

tindak pidana yang dikuasai oleh pelaku

dapat disita atau dirampas. Penyidikan

TPPU diharapkan dapat meningkatkan

deterrent effect bagi pelaku tindak pidana

di bidang perpajakan, serta pemulihan

harta (asset recovery) hasil tindak pidana.

Salah satu studi kasus terkait dengan

evironemental crimes sekaligus sebagai

tindak pidana pencucian uang yang

pernah tercatat dalam APG Yearly

Typologies Report, Methods and Threats

tahun 2017 adalah tindak pidana di bidang

Kehutanan yang pernah dilakukan oleh

Jaringan Mr K, warga negara Thailand,

dimana terlibat dalam penyelundupan

kayu rosewood Thailand yang dilindungi

ke luar negeri. Jaringan Mr K sendiri

menggunakan 28 akun terpisah untuk

memindahkan illicit fund dalam melakukan

transaksi. Uang hasil penjualan kayu

rosewood akan ditransfer terlebih dahulu

melalui Jaringan Mr K di Thailand Selatan

yang kemudian ditransfer kembali ke akun

jaringan Mr K yang berada di luar negeri.

Jaringan ini tercatat berhasil mencuci uang

hasil tindak pidana di bidang Kehutanan

sebesar 1,18 Miliar Baht atau setara

dengan USD 35 Juta.

Selanjutnya, beberapa modus

pencucian uang hasil tindak pidana di

bidang Kehutanan yang umum dilakukan

oleh para pelaku sesuai dengan APG

Yearly Typologies Report, Methods and

Trends of Money Laundering and

Terrorism Financing adalah sebagai

berikut:

• Pembelian aset dan barang–

barang mewah

Uang hasil tindak pidana yang

digunakan membeli barang – barang

mewah jam mewah, mobil dan

perhiasan ataupun aset seperti tanah

atau apartemen dijadikan sebagai

upaya pengaburan asal usul hasil

tindak pidana tersebut. Aset dan

barang mewah selanjutnya umumnya

diatasnamakan pihak ketiga yang

bertujuan untuk menyembunyikan

beneficial owner yang sebenarnya.

• Penggunaan akun nama orang lain

(nominee), wali amanat, anggota

keluarga dan pihak ketiga yang

berasal dari lingkup pelaku

kejahatan

Teknik ini biasa digunakan untuk

mengaburkan identitas orang-orang

yang mengendalikan dana hasil

kejahatan. Contohnya pembelian

aset/barang-barang mewah berupa

tanah, bangunan dan properti dengan

mengunakan nama kepemilikan orang

Page 13: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 7

lain (perantara) dan pihak keluarga

(anak, istri, orang tua). Pihak tersebut

hanya tercatat atas kepemilikannya

(registered ownership) dan bukan

sebagai penerima manfaat.

• Penggunaan uang tunai

Cara ini digunakan sehingga

perpindahan dana tidak diketahui atau

terhindar dari pelaporan transaksi

tunai.

TINDAK PIDANA KEHUTANAN

Dalam penilaian risiko ini, lungkup tindak pidana kehutanan yang dimaksud yaitu suatu

perbuatan yang pelakunya diancam hukuman pidana berdasarkan Undang-Undang.

Ketentuan pemidanaan atas Tindak Pidana Kehutanan diatur dalam Undang–Undang Nomor

18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Berdasarkan

Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2013 tersebut, perbuatan tindak pidana kehutanan

meliputi:

No Karakteristik Tindak

Pidana Kehutanan Perbuatan Pidana

1 Pasal 12 huruf a

sampai m

a. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan

yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan

b. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan

tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang

berwenang

c. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan

secara tidak sah

d. Memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut,

menguasai dan/atau memiliki hasil penebangan di

Kawasan hutan tanpa izin

e. Mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan kayu

yang tidak dilengkapi secara bersama surat keterangan

sahnya hasil hutan

f. Membawa alat–alat yang lazim digunakan untuk

menebang, memotong atau membelah pohon di dalam

kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang

g. Membawa alat–alat berat dan/atau alat–alat lainnya

yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk

mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa

izin pejabat yang berwenang

Page 14: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 8

No Karakteristik Tindak

Pidana Kehutanan Perbuatan Pidana

h. Memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal

dari hasil pembalakan liar

i. Mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat,

perairan atau udara

j. Menyelundupkan kayu yang berasal dari atau masuk ke

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui

sungai, darat, laut atau udara

k. Menerima, membeli, menjual, menerima tukar,

menerima titipan dan atau memiliki hasil hutan yang

diketahui berasal dari pembalakan liar

l. Membeli, memasarkan dan/atau mengolah hasil hutan

kayu yang berasal dari kawasan hutan yang diambil

atau dipungut secara tidak sah

m. Menerima, menjual, menerima tukar, menerima titipan,

menyimpan dan/atau memiliki hasil hutan kayu yang

berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut

secara tidak sah

2 Pasal 14 huruf a dan

b

a. Memalsukan surat keterangan sahnya hasil hutan kayu;

dan/atau

b. Menggunakan surat keterangan sahnya hasil hutan

kayu yang palsu

3 Pasal 15 Setiap orang dilarang melakukan penyalahgunaan dokumen

angkutan hasil hutan kayu yang diterbitkan oleh pejabat yang

berwenang

4 Pasal 16 Setiap orang yang melakukan pengangkutan kayu hasil

hutan wajib memiliki dokumen yang merupakan surat

keterangan sahnya hasil hutan dengan ketentuan peraturan

perundangan – perundangan

5 17 Ayat 1 huruf a s.d.

e

a. Membawa alat – alat berat dan/atau alat – alat lain yang

lazim atau patut diduga akan digunakan untuk

melakukan kegiatan penambangan dan/atau

mengangkut hasil tambang di dalam kawasan hutan

tanpa izin Menteri;

Page 15: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 9

No Karakteristik Tindak

Pidana Kehutanan Perbuatan Pidana

b. Melakukan kegiatan penambangan di dalam kawasan

hutan tanpa izin Menteri;

c. Mengangkut dan/atau menerima titipan hasil tambang

yang berasal dari kegiatan penambangan di dalam

kawasan hutan tanpa izin;

d. Menjual, menguasai, memiliki dan/atau menyimpan

hasil tambang yang berasal dari kegiatan penambangan

di dalam kawasan hutan tanpa izin; dan/atau

e. Membeli, memasarkan dan/atau mengolah hasil

tambang dari kegiatan penambangan di dalam kawasan

hutan tanpa izin

6 17 Ayat 2 a hingga e a. Membawa alat – alat berat dan/atau alat – alat lainnya

yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk

melakukan kegiatan perkebunan dan/atau mengangkut

hasil kebun di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri;

b. Melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di

dalam kawasan hutan;

c. Mengangkut dan/atau menerima titipan hasil

perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin;

d. Menjual, menguasai, memiliki dan/atau menyimpan

hasil perkebunan yang berasal dari kegaitan

perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin;

dan/atau

e. Membeli, memasarkan dan/atau mengolah hasil kebun

dari perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan

di dalam kawasan hutan tanpa izin

7 Pasal 19 huruf a

hingga i

a. Menyuruh, mengorganisasi, atau menggerakkan

pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan

secara tidak sah;

b. Ikut serta melakukan atau membantu terjadinya

pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan

secara tidak sah;

Page 16: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 10

No Karakteristik Tindak

Pidana Kehutanan Perbuatan Pidana

c. Melakukan permufakatan jahat untuk melakukan

pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan

secara tidak sah;

d. Mendanai pembalakan liar dan/atau penggunaan

kawasan hutan secara tidak sah secara langsung atau

tidak langsung

e. Menggunakan dana yang diduga berasal dari hasil

pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan

secara tidak sah

f. Mengubah status kayu hasil pembalakan liar dan/atau

hasil penggunaan kawasan hutan secara tidak sah,

seolah–olah menjadi kayu yang sah atau hasil

penggunaan kawasan hutan yang sah untuk dijual

kepada pihak ketiga, baik di dalam maupun di luar

negeri

g. Memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar dengan

mengubah bentuk, ukuran, termasuk pemanfaatan

limbahnya

h. Menempatkan, mentransfer, membayarkan,

membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan,

menitipkan, membawa ke luar negeri dan/atau

menukarkan uang atau surat berharga lainnya serta

harta kekayaan lainnya yang diketahuinya atau patut

diduga merupakan hasil pembalakan liar dan/atau hasil

pengggunaan kawasan hutan secara tidak sah;

dan/atau

i. Menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta

yang diketahui atau patut diduga berasal dari hasil

pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan kawasan

hutan secara tidak sah sehingga seolah – olah menjadi

harta kekayaan yang sah

Page 17: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 11

PENYIDIKAN DI BIDANG

KEHUTANAN

Berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2013 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan

Perusakan Hutan, dinyatakan bahwa

selain Penyidik Pejabat Polisi Negara

Republik Indonesia, Penyidik Pegawai

Negeri Sipil (PPNS) diberikan wewenang

khusus sebagai penyidik sebagaimana

dimaksud dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana. Dalam hal ini PPNS

yang dimaksud adalah PPNS pada

Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (KLHK).

PPNS bidang kehutanan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29 berwenang:

a. Melakukan pemeriksaan atas

kebenaran laporan atau keterangan

berkenaan dengan tindak pidana

perusakan hutan;

b. Melakukan pemeriksaan terhadap

orang atau badan hukum yang diduga

melakukan tindak pidana perusakan

hutan;

c. meminta keterangan dan barang bukti

dari orang atau badan hukum

sehubungan dengan peristiwa tindak

perusakan hutan;

d. melakukan pemeriksaan atas

pembukuan, catatan, dan dokumen

lain berkenaan dengan tindak pidana

perusakan hutan;

e. melakukan pemeriksaan di tempat

tertentu yang diduga terdapat barang

bukti, pembukuan, pencatatan, dan

dokumen lain serta melakukan

penyitaan terhadap bahan dan barang

hasil kejahatan yang dapat dijadikan

bukti dalam perkara tindak pidana

perusakan hutan;

f. melakukan penangkapan, penahanan,

penggeledahan, dan penyitaan;

g. meminta bantuan ahli dalam rangka

pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana perusakan hutan;

h. menghentikan penyidikan apabila

tidak terdapat bukti tentang adanya

tindakan perusakan hutan;

i. memanggil orang untuk didengar dan

diperiksa sebagai tersangka atau

saksi;

j. membuat dan menandatangani berita

acara dan surat-surat lain yang

menyangkut penyidikan perkara

perusakan hutan; dan

k. memotret dan/atau merekam melalui

alat potret dan/atau alat perekam

terhadap orang, barang, sarana

pengangkut, atau apa saja yang dapat

dijadikan bukti tindak pidana yang

menyangkut hutan, kawasan hutan,

dan hasil hutan.

Direktorat Jenderal Penegakan Hukum

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen

PHLHK) yang telah dibentuk pada tahun

2015.

Page 18: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 12

HASIL PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK

PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK

PIDANA KEHUTANAN

PENILAIAN RISIKO

BERDASARKAN JENIS

TINDAK PIDANA KEHUTANAN

Sebagian besar wilayah Indonesia

merupakan Kawasan Hutan atau wilayah

tertentu yang harus dipertahankan

keberadaannya sebagai hutan tetap. Hal

tersebut ditunjukan bahwa negara

mengalokasikan 120,6 juta hekta atau

sekitar 63 persen dari luas daratannya

sebagai Kawasan Hutan.2 Sisanya

merupakan lahan milik negara sebagai

areal penggunaan lain (APL) dan tanah

milik. Pemerintah telah menyatakan

komitmennya yang kuat dalam mengurangi

laju deforestasi dan degradasi hutan,

terutama dari kebakaran hutan dan lahan

serta pembalakan liar.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh

Pemerintah Indonesia untuk melakukan

tata kelola Kawasan Hutan, diantaranya

Aspiratif dan Tanpa Konflik, Penegakan

Hukum, Kualitas Peraturan, Pemerintahan

yang efektif, Tanpa Korupsi.

Untuk mengoptimalkan penegakan hukum

terhadap tindak pidana di bidang

kehutanan, maka dilakukan penilaian risiko

2 Status Hutan dan Kehutanan Indonesia Tahun 2018.

pencucian uang hasil tindak pidana di

bidang kehutanan.

Berdasarkan hasil penilaian risiko terhadap

jenis tindak pidana Kehutanan diketahui

bahwa terdapat 5 dari 36 karakteristik

tindak pidana kehutanan sebagaimana

telah diatur dalam Undang-Undang Nomor

18 Tahun 2013 yang memiliki risiko tinggi

terjadinya pencucian uang diantaranya

Mengangkut, menguasai, atau memiliki

hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi

secara bersama surat keterangan sahnya

hasil hutan (Pasal 12 E), Melakukan

kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di

dalam kawasan hutan (Pasal 17 Ayat 2B),

Melakukan kegiatan penambangan di

dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri

(Pasal 17 Ayat 1B), Mengedarkan kayu

hasil pembalakan liar melalui darat,

perairan atau udara (Pasal 12 I),

Menerima, membeli, menjual, menerima

tukar, menerima titipan, dan/atau memiliki

hasil hutan kayu diketahui berasal dari

pembalakan liar (Pasal 12 K). Hasil

tersebut dapat diuraikan pada tabel

dibawah ini.

Selama periode penilaian tahun 2017-2019

secara tingkat ancaman tindak pidana

Page 19: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 13

kehutanan mengalami fluktuasi yang dari

Laporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan, Laporan Intelijen Keuangan

mencakup Hasil Anaisis/Pemeriksaan dan

Informasi PPATK serta Hasil Putusan

Perkara Pencucian Uang Hasil Tindak

Pidana Kehutanan maupun Tindak Pidana

Kehutanan.

Kategori 2017 2018 2019

Laporan

Transaksi

Keuangan

Mencurigakan*

57 27 51

Laporan

Intelijen

Keuangan

5 5 12

Penyidikan

Tindak Pidana

Kehutanan

oleh Polri**

575 428 73

Penyidikan

Tindak Pidana

Kehutanan

oleh KLHK

75 121 102

Kategori 2017 2018 2019

Penuntutan

Tindak Pidana

Kehutanan

44 19 18

Penuntutan

Tindak Pidana

Pencucian

Uang Hasil

Tindak Pidana

Kehutanan

0 0 1

Putusan Tindak

Pidana

Kehutanan***

44 19 18

Putusan

Pencucian

Uang Hasil

Tindak Pidana

Kehutanan***

0 0 1

Keterangan:

*Buletin Statistik PPATK Tahun 2017-2019

**Data Penanganan Perkara oleh Dittipiter

Bareskrim Polri Tahun 2017-2019

***Data Putusan melalui akses Website

Mahkamah Agung RI.

Pasal Delik Tindak Pidana Tingkat Risiko

Pasal 12 A Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan

Pasal 12 B Melakukan penebangan pohon dalam kawasan tanpa memilki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang

Pasal 12 C Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah

Pasal 12 D Memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin

Pasal 12 E Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil hutan

Pasal 12 F Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah phon di

Page 20: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 14

Pasal Delik Tindak Pidana Tingkat Risiko

dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang

Pasal 12 G Membawa alat-alat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang

Pasal 12 H Memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar

Pasal 12 I Mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat, perairan atau udara

Pasal 12 J Menyelundupkan kayu yang berasal dari atau masuk ke wilayah NKRI melalui sungai, darat, laut, atau udara

Pasal 12 K Menerima, membeli, menjual, menerima tukar, menerima titipan, dan/atau memiliki hasil hutan kayu diketahui berasal dari pembalakan liar

Pasal 12 L Membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah

Pasal 12 M Menerima, menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, dan/atau memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari jawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah

Pasal 14 A Memalsukan surat keterangan sahnya hasil hutan kayu; dan/atau

Pasal 14 B Menggunakan surat keterangan sahnya hasil hutan kayu yang palsu

Pasal 15 Setiap orang dilarang melakukan penyalahgunaan dokumen angkutan hasil hutan kayu yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang

Pasal 16 Setiap orang yang melakukan pengangkutan kayu hasil hutan wajib memiliki dokumen yang merupakan surat keterangan sahnya hasil hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Pasal 17 Ayat 1 A Membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lain yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk melakukan kegiatan penambangan dan/atau mengangkut hasil tambang di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri;

Pasal 17 Ayat 1 B Melakukan kegiatan penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri;

Pasal 17 Ayat 1 C Mengangkut dan/atau menerima titipan hasil tambang yang berasal dari kegiatan penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin;

Pasal 17 Ayat 1 D Menjual, menguasai, memiliki, dan/atau menyimpan hasil tambang yang berasal dari kegiatan penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin; dan/atau

Page 21: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 15

Pasal Delik Tindak Pidana Tingkat Risiko

Pasal 17 Ayat 1 E Membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil tambang dari kegiatan penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin.

Pasal 17 Ayat 2 A Membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk melakukan kegiatan perkebunan dan/atau mengangkut hasil kebun di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri;

Pasal 17 Ayat 2 B Melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam kawasan hutan;

Pasal 17 Ayat 2 C Mengangkut dan/atau menerima titipan hasil perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin

Pasal 17 Ayat 2 D Menjual, menguasai, memiliki, dan/atau menyimpan hasil perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin; dan/atau

Pasal 17 Ayat 2 E Membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil kebun dari perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin.

Pasal 19 A menyuruh, mengorganisasi, atau menggerakkan pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah;

Pasal 19 B ikut serta melakukan atau membantu terjadinya pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah;

Pasal 19 C melakukan permufakatan jahat untuk melakukan pembalakan liar dan/ atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah;

Pasal 19 D mendanai pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah secara langsung atau tidak langsung

Pasal 19 E menggunakan dana yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah;

Pasal 19 F mengubah status kayu hasil pembalakan liar dan/ atau hasil penggunaan kawasan hutan secara tidak sah, seolah-olah menjadi kayu yang sah, atau hasil penggunaan kawasan hutan yang sah untuk dijual kepada pihak ketiga, baik di dalam maupun di luar negeri

Pasal 19 G memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar dengan mengubah bentuk, ukuran, termasuk pemanfaatan limbahnya

Pasal 19 H menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, dan/atau menukarkan uang atau surat berharga lainnya serta harta kekayaan lainnya yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil pembalakan liar dan/atau hasil

Page 22: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 16

Pasal Delik Tindak Pidana Tingkat Risiko

penggunaan kawasan hutan secara tidak sah; dan/atau

Pasal 19 I menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta yang diketahui atau patut diduga berasal dari hasil pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan kawasan hutan secara tidak sah sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.

STUDI KASUS 13

Kasus Posisi

Terdakwa BS merupakan

pensiunan pegawai BUMN yang

melakukan kegiatan perkebunan

tanpa izin Menteri di dalam

kawasan hutan pada rentang

waktu 2012 hingga 2017 di

Kawasan Hutan Produksi sejak

2001 serta membawa alat – alat

berat untuk melakukan kegiatan

perkebunan dan mengangkut hasil

perkebunan tanpa izin Menteri

serta melakukan tindak pidana

pencucian uang dari hasil tindak

pidana kehutanan tersebut. Oleh

karena itu, terdakwa diduga

melanggar:

1. Pasal 92 Ayat (1) huruf a Jo.

Pasal 17 Ayat (2) huruf b

Undang–Undang Nomor 18

Tahun 2013 tentang

Pencegahan dan

Pemberantasan

Perusahakan Hutan;

2. Pasal 92 Ayat (1) huruf b Jo.

Pasal 17 Ayat (2) huruf a

Undang–Undang Nomor 18

Tahun 2013 tentang

Pencegahan dan

3 Putusan Pengadilan Negeri Palembang 1010/Pid.B/LH/2019/PN Plg.

Pemberantasan

Perusahakan Hutan;

3. Pasal 3 Undang–Undang

Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang;

Terdakwa BS tidak memiliki izin

dalam penanaman kelapa sawit

dan penggunaan alat berat di atas

lahan yang diakui sebagai milik

terdakwa. Sementara itu lahan

kebun yang diakui masuk dalam

kawasan hutan produksi dan

menurut peraturan berlaku, dalam

hutan produksi tidak

diperkenankan untuk ditanamani

dengan tanaman sawit dan

penggunaan alat berat tanpa izin.

Namun terdakwa BS mengakui

mempunyai izin dari Kepala Desa

dan Camat setempat terkait

dengan pembukaan lahan

perkebunan ini.

Tindak Pidana Asal

1. Pada tahun 2012 dari ZM

selaku Kepala Desa

menawarkan lahan yang

terletak di Desa Mendis Jaya,

Page 23: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 17

Provinsi Sumatera Selatan

seluas kurang lebih 500 hektar

dengan kompensasi uang

senilai Rp6,5 Miliar. Namun

terdakwa BS hanya melakukan

transaksi untuk lahan seluas

kurang lebih 200 hektar.

Kemudian terdakwa

menyerahkan uang

kompensasi senilai

Rp1.202.500.000 untuk

membuka lahan perkebunan

sawit sebanyak 3 tahapan

dengan rincian:

a. Tanggal 7 Maret 2012,

menyerahkan uang

melalui pihak lain kepada

ZM sebesar

Rp100.000.000;

b. Tanggal 2 April 2012, BS

menyerahkan uang

sebesar Rp700.000.000

kepada ZM;

c. Tanggal 9 April 2012, BS

menyerahkan uang

sebesar Rp402.500.000

kepada ZM;

2. Setelah penyerahan uang

pada tahap pertama, BS

kemudian membuat 52 lembar

Surat Pernyataan Usaha yakni

atas nama:

a. 5 lembar an BS

b. 2 lembar an TS

c. 5 lembar an HS

d. 5 lembar an FS

e. 5 lembar an LG

f. 5 lembar an YM

g. 5 lembar an BH

h. 5 lembar an OS

i. 5 lembar an DS

j. 5 lembar an LN

k. 5 lembar an MS

3. Surat Pernyataan Usaha

tersebut berisi keterangan

mempunyai usaha kebun di

Desa Mendis Jaya kemudian

surat tersebut didaftarkan di

Kantor Kepala Desa Mendis

Jaya pada tanggal 27 Maret

2012 dan Kantor Camat

Mendis Jaya pada tanggal 9

April 2012.

4. Surat Pernyataan Usaha

tersebut berisi keterangan

mempunyai usaha kebun di

Desa Mendis Jaya yang

kemudian surat tersebut

didaftarkan di Kantor Kepala

Desa Mendis Jaya pada

tanggal 27 Maret 2012 dan

Kantor Camat Bayung Lencir

pada tanggal 9 April 2012.

5. Mulai dari tahun 2012, BS

mulai melakukan kegiatan

perkebunan dengan cara

membibit kelapa sawit dengan

polybag dan menggunakan

lahan seluas 160 hektar.

Kemudian pada tahun 2016,

BS mulai memanen Tandan

Buah Segar (TBS) buah sawit

namun masih berupa pasir

(buah kecil). Hingga pada

tahun 2017, terdakwa mulai

memanen Tandan Buah Segar

(TBS) buah Sawit dengan cara

mendodos setiap 2 minggu

sekali dengan hasil panen

sebanyak 10 ribu kilogram

sampai 12 ribu kilogram.

6. Selain itu, pada Agustus 2016,

terdakwa juga membeli

excavator Hitachi ZX 110 MF

untuk memperbaiki jalan serta

membersihkan parit di lahan

perkebunan sawit tersebut.

7. Kemudian pada 28 Februari

2019, anggota Polisi

Kehutanan pada Balai

Pengamanan dan Penegakan

Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (BPPHLHK)

Wilayah Sumatera Selatan

Page 24: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 18

melakukan penangkapan

terhadap BS karena

berdasarkan hasil overlay

dalam peta Wilayah Sumatera

Selatan Kawasan Hutan dan

Konservasi Perairan Provinsi

Sumatera Selatan tentang

Kawasan Hutan dan

Konservasi Perairan Sumatera

Selatan, lahan perkebunan

sawit tersebut berada di dalam

Kawasan Hutan produksi

Lalan Desa Mendis Jaya

Provinsi Sumatera Selatan.

Terdakwa BS tidak memiliki

izin dari Menteri untuk

melakukan kegiatan

perkebunan di dalam kawasan

hutan tersebut.

8. Setelah diselidiki, ternyata

terdakwa BS menggunakan

lahan perkebunan kelapa

sawit yang perizinannya masih

atas nama PT. BPU. Lahan

tersebut sendiri termasuk

kawasan hutan produksi

namun izin untuk pengelolaan

atas nama PT. BPU telah

habis pada tahun 2017.

Selanjutnya, lahan yang telah

habis izinnya maka status

pengelolaannya menjadi

pengelolaan KPH (Kesatuan

Pengelolahan Hutan).

Sementara itu, dilarang untuk

membakar hutan,

memperjualbelikan hasil hutan

tanpa dokumen dan

mengangkut hasil hutan tanpa

izin di kawasan hutan yang

sudah menjadi pengelolaan

KPH.

9. Dalam kawasan hutan

produksi Lalan Mendis sendiri,

terdapat 5 perusahaan yang

memiliki izin pengelolaan,

salah satunya adalah PT.

BPU, LJM, CBS, BPP dan

GAL.

Tindak Pidana Pencucian Uang

10. Uang dari hasil kegiatan

perkebunan di dalam kawasan

hutan dinyatakan sebagai

uang tidak sah karena

berdasarkan hasil overlay

pada Peta Kawasan Hutan dan

Konservasi Perairan Provinsi

Sumatera Selatan, lahan

perkebunan sawit tersebut

berada di dalam Kawasan

Hutan Produksi Lalan Desa

Mendil Jaya di Provinsi

Sumatera Selatan. Sementara

itu, terdakwa BS tidak memiliki

izin dari Menteri terkait

penggunaan kawasan hutan

ini. Terdakwa sendiri

melakukan transaksi dengan

cara pembayaran uang tunai

(uang kartal) dengan cara

mentransfer melalui rekening

Bank XXX 105-00-00XXXX-X

atas nama BS antara lain

untuk:

a. Membeli racun rumput;

b. Membeli pupuk;

c. Membeli bibit sawit;

d. Membeli excavator yang

dibayar secara bertahap

sebanyak 3 kali dengan

jumlah total sebesar

Rp100.000.000 pada

Agustus 2016;

e. Membayar gaji pekerja;

f. Membayar angsuran

pembayaran rumah di

Provinsi Jambi sebesar

Rp197.005.0000 pada 21

September 2016;

g. Melakukan renovasi

rumah sebesar

Rp250.000.000 hingga

Rp300.000.000 pada

Page 25: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes

19

rentang waktu akhir tahun

2016 hingga awal tahun

2017 di Provinsi DKI

Jakarta;

h. Melakukan biaya renovasi

rumah.

i. Penempatan Dana

sebesar Rp3.000.000.000

ke Koperasi Simpan

Pinjam.

Atas perbuatan tersebut, BS telah

dipindana penjara selama 5 tahun

penjara dan denda

Rp2.000.000.000 (Dua Miliar

Rupiah) dengan ketentuan

apabila denda tersebut tidak

dibayar diganti dengan kurungan

selama 4 (emam) bulan.

TIPOLOGI

Kategori

Jenis Tindak Pidana Kehutanan

Melakukan kegiatan perkebunan

tanpa izin Menteri di dalam kawasan

hutan;

Profil

Pensiunan BUMN

Pihak Lainnya

Kepala Desa

Perseroan Terbatas (PT)

Pihak Pelapor

Bank

Agen Properti

Perusahaan Kendaraan Bermotor

Koperasi Simpan Pinjam

Instrumen Transaksi

Cash atau Uang Tunai

Transfer

RTGS

Aset

Cash

Exavator

Hasil Perkebunan

4 Putusan Nomor 812/Pid.Sus/2019/PN Mks, 811/Pid.Sus/2019/PN Mks, 810/Pid.Sus/2019/PN Mks,

STUDI KASUS 24

Berdasarkan hasil operasi

Peredaran Hasil Hutan oleh tim

gabungan yang dilakukan oleh

KLHK, TNI Angkatan Laut,

Bareskrim Mabes Polri, Bea Cukai,

Kepala Pelabuhan telah melakukan

pengecekan dan pengamanan

sejumlah 199 kontainer bermuatan

kayu olahan yang diduga illegal.

Berdasarkan hasil pengecekan dan

pemeriksaan dokumen hanya

ditemukan 12 dokumen angkutan

berupa Surat Keterangan Sahnya

Hasil Hutan Kayu Olahan (SKSHH-

HO) sebanyak 57 kontainer miliki PT

MGM, 27 Kontainer milik PT EAJ

telah dilakukan penyitaan

dikarenakan diangkut dengan

menggunakan dokumen berupa

Nota Angkutan Kayu oleh

Perusahaan yang tidak sesuai

dengan peruntukannya. Hasil Kayu

Ilegal tersebut diangkut

menggunakan Kapal Motor Selat

Mas milik PT TEMAS di Pelabuhan

PT Terminal Teluk Lamong

Surabaya Jawa Timur. Estimasi nilai

kejahatan mencapai ratusan miliar

rupiah.

Page 26: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 20

Kasus ini telah di vonis oleh

Pengadilan Negeri Makassar

kepada 4 (empat) Direktur

Perusahaan yang terlibat dalam

mengangkut kayu illegal asal

wilayah Papua. Empat pihak Direktur

Perusahaan tersebut diantaranya

DT (Direktur CV EAJ), DG (Direktur

PT MGM), BA (Kuasa Direktur PT

HB) dan TS (Direktur PT RPF).

Selanjutnya untuk mendukung

penelusuran asset hasil kejahatan

tersebut, KLHK bekerjasama

dengan PPATK untuk melakukan

penelusuran asset.

Diketahui berdasarkan aliran dana

pada perusahaan PT MGM telah

menerima dana masuk dari luar

negeri (Hongkong) sejumlah Rp 5

Miliar serta beberapa transaksi

keuangan tunai mencapai miliar

rupiah. Selain itu transaksi keuangan

tunai yang diterima oleh DG selaku

Direktur PT MGM sejumlah lebih dari

Rp 13 Miliar. Selanjutnya, aliran

dana pada DT mayoritas berupa

transaksi penarikan tunai mencapai

Rp 2 Miliar. Pada aliran dana TS

diketahui adanya penempatan dana

pada polis asuransi untuk pribadi,

anak dan istri sejumlah lebih dari Rp

3 Miliar pada 5 perusahaan polis

asuransi.

TIPOLOGI

Kategori

Jenis Tindak Pidana Kehutanan

Mengangkut, menguasai, atau

memiliki hasil hutan kayu yang tidak

dilengkapi secara bersama dengan

surat keterangan sahnya hasil hutan

Profil

Pegawai Swasta (Direktur)

Wiraswasta

Pihak Lainnya

Perseroan Terbatas (PT)

Commanditaire Vennootschap (CV)

Pihak Pelapor

Bank

Perusahaan Asuransi

Instrumen Transaksi

Cash atau Uang Tunai

5 Putusan 34/Pid.Sus/LH/2019/PN Son

Kategori

Transfer

Aset

Cash atau Uang Tunai

Negara

Hongkong

STUDI KASUS 35

Bahwa HBS selaku Direktur CV ATI

yang bergerak di bidang usaha

perkayuan dari Ijin Pemanfaatan

Kayu (IPK), Ijin Usaha Industri Kayu

Primer (IUI-IPHHK) atau Kayu

Olahan dan Ijin Usaha Industri

Sekunder atau Molding serta Pemilik

perusahaan pada CV STI dengan

Direktur atas nama NCA, CV STI

bergerak di bidang usaha perkayuan

selama periode 2018 s.d. 2019 telah

Page 27: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 21

melakukan perbuatan dengan

sengaja menerima, membeli,

menjual, menerima tukar, menerima

titipan dan/atau memiliki hasil hutan

yang diketahui berasal dari

pembalakan liar, serta mengedarkan

kayu hasil pembalakan liar melalui

perairan berupa 285,175 M3 dan 35

kontainer kayu sekunder atau

moulding dari CV ATI serta 46

kontainer dari CV STI.

Diketahui bahwa dalam dokumen

Rencana Pemenuhan Bahan Baku

Industri Primer Hasil Hutan Kayu

(RPBBI) CV ATI dan CV STI memilki

rencana produksi tahun 2018

sebanyak 6.000m3 kayu per tahun.

Dalam kegiatan usaha kayu oleh

Industri Primair CV ATI dilakukan

dengan proses berikut:

a. Petugas teknis (ganis) Kayu

Bulat membuat Laporan Hasil

Produksi Penebangan Kayu

yang berasal dari IPK CV ATI

kemudian di input ke dalam

Sistem Informasi

Penatausahaan Hasil Hutan

(SIPUHH) Online.

b. Setelah itu menerbitkan E-

Billing terkait pembayaran

Penerimanaan Negara Bukan

Pajak (PNBP).

c. Kemudian Pengangkutan Kayu

Bulat diterbitkan barcode

dengan SKSHH-KB (Surat

Keterangan Sahnya Hasil Hutan

Kayu Bulat) selanjutnya kayu

bulat diangkut ke Industri Primer

CV ATI.

d. Selanjutnya dilakukan

pengolahan dan penggergajian

kayu bulat menjadi saw timber

dengan pembelahan kayu bulat

bernama Log Carry yang

bertujuan membelah kayu

sesuai dengan ukuran dan

kondisi kayu. Setelah itu

diterbitkan Surat Keterangan

Sahnya Hasil Hutan Kayu

Olahan (SKSHH-KO) oleh

Ganis melalui Sistem SIPUHH

Online.

e. Bahwa produk akhir dari Industri

Sekunder CV ATI yaitu berbagai

jenis moulding.

f. Bahwa prosedur pengiriman

kayu dengan menggunakan

kapal laut yang diawali oleh

HBS melalui surat permintaan

pemberitahuan rencana

pemuatan Kepada Kepala

Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten

Sorong guna mendapatkan

rekomendasi untuk membawa

atau mengirim kayu industri

sekunder dengan melampirkan

surat penyataan tujuan

pengangkutan atau penjualan,

Daftar Kayu Olahan dan Asal-

Usul Kayu.

Page 28: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 22

g. Selanjutnya HBS memberikan

kuasa kepada pihak ekspedisi

yaitu Exspedisi Muatan Kapal

Laut (EMKL) PT Trans Papua

Indonesia (PT PTI) untuk

membuat Shipping Order

kepada jasa penyedia

pelayaran PT SPIL.

h. Kemudian EMKL mengajukan

permohonan Ijin Staving kepada

Pihak Kesyahbandaran dan

Otoritas Pelabuhan (KSOP)

dengan lampiran dokumen surat

pernyataan tujuan

pengangkutan atau penjualan,

daftar kayu olahan, asal usul

kayu.

Pada 29 Desember 2018 di

Pelabuhan Sorong dengan KM

Oriental Gold Voy Sorong-Surabaya

dilakukan proses muat atau

keberangkatan dan bongkar atau

kedatangan yang mengangkut 81

Kontainer. Selanjutnya dari 81

Kontainer tersebut disimpan secara

terpisah di Depo Teluk Bayur

sebanyak 21 Kontainer dan di Depo

JAFPA sebanyak 60 Kontainer.

Bahwa berdasarkan hasil

pengecekan terhadap dokumen

daftar muatan, diketahui bahwa

muatan 81 kontainer tersebut tertulis

kayu digergaji sedangkan dari

pengecekan pada dokumen

pengangkutan kayu berupa Nota

Angkutan Kayu Sekunder atau

Moulding. Dari 81 kontainer tersebut

diketahui bahwa 35 kontainer

bermuatan hasil hutan kayu jenis

merbau yang berasal dari hasil

pembalakan liar yang merupakan

kiriman dari CV ATI dengan

perusahaan penerima CV ATI-

Surabaya yang beralamat di sebuah

Apartemen di Kawasan Surabaya

dan PT Jasa Mulya Abadi Raya.

Berdasarkan pengecekan dokumen

pelaporan SKSHHK-KO Industri

Primer CV STI dan CV AI terdapat

ketimpangan antara laporan hasil

produksi dengan data pengiriman

kayu moulding jenis kayu merbau di

Kantor Kesahbandaran dan

Totaritas Pelabuhan (KSOP). Serta

adanya ketidaksesuaian terhadap

dokumen daftar muatan yang

menyebutkan barang berupa kayu

digergaji sedangkan pada dokumen

pengangkutan kayu berupa Nota

Angkutan Kayu Sekunder.

Diketahui bahwa HBS telah membeli

kayu pacakan jenis merbau hasil

tebangan masyarakat di Areal

Penggunaan Lain (APL)

Perkebunan Kelapa Sawit PT. IKS

tanpa dokumen legalitas kayu yang

sah berupa SKSHH.

Page 29: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 23

Berdasarkan Analisa transaksi pada

NCA selaku Direktur CV STI bahwa

mayoritas transaksi bersifat pass-by

dan mayoritas transaksi terindikasi

terkait dengan operasional

perusahaan, pembayaran

nota/invoice, transaksi luar negeri,

transaksi kepada para pihak

perorangan yang tidak memiliki

keterkaitan dengan bidang usaha

CV STI, istri, pihak perusahaan dan

transaksi lain terkait bisnis atau

usaha kayu atau pengiriman kayu.

Terdapat aliran dana masuk dari

pihak yang terindikasi tindak pidana

kehutanan di Papua pada tahun

2013. Terdapat beberapa transaksi

untuk pembelian Aset berupa 2 unit

Mobil. Diketahui dalam aplikasi

pembukaan rekening bahwa NCA

memiliki profil selaku pemilik CV

BKT yang bergerak di bidang usaha

importir wallpaper dan PT APM

namun berdasarkan fakta transaksi

menunjukan adanya kepemilikan

usaha lain terutama di bidang

perkayuan, bengkel dan batu alam.

Kemudian aliran dana ke luar negeri

pada beberapa pihak perseorangan

maupun perusahaan dengan tujuan

Hongkong dan China sejumlah Rp 3

Miliar.

Terdapat peranan NCA yang

terindikasi menjalankan operasional

CV STI dengan membentuk anak

perusahaan seperti CV ATI dan CV

SKM yang mayoritas transaksi

dilakukan menggunakan tunai,

transfer, dan penggunaan rekening

valas serta erdapat sejumlah aliran

dana masuk dari negara Hongkong.

TIPOLOGI

Kategori

Jenis Tindak Pidana Kehutanan

Menerima, membeli, menjual,

menerima tukar, menerima titipan,

dan/atau memiliki hasil hutan kayu

diketahui berasal dari pembalakan

liar

Mengedarkan kayu hasil pembalakan

liar melalui darat, perairan atau udara

Profil

Wiraswasta

Pihak Lainnya

Perseroan Terbatas (PT)

Commanditaire Vennootschap (CV)

Pihak Pelapor

Bank

Perusahaan Kendaraan Bermotor

Instrumen Transaksi

Cash atau Uang Tunai

Transfer

Rekening Valas

Aset

Cash

Negara

China

Hongkong

Page 30: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 24

STUDI KASUS 46

Tim Operasi Represif “Jaga Bumi”

yang terdiri dari Balai Penegak

Hukum KLHK Wilayah Sumatera,

TNI AD, Dinas Kehutanan Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung, BPKH

Wilayah XIII Pangkalpinang telah

mengamankan 3 unit alat berat/

ekskavator yang digunakan untuk

kegiatan pertambangan timah di

kawasan jutan produksi Sungailiat

Mapur selusar 3,8 Ha serta 2 orang

yaitu AK bertindak sebagai operator

alat berat dan HS selaku kuasa

lapangan yang memiliki profil

pekerjaan sebagai wiraswasta pada

CV TJ yang bergerak di bidang

timah.

HS telah terbukti melanggar

kegiatan penambangan di dalam

kawasan hutan tanpa izin Menteri

dan telah ditetapkan oleh

Pengadilan Negeri Sungailiat

dengan hukuman penjara selama 3

tahun dan denda sejumlah Rp1,5

Miliar subside 1 bulan.7

Selanjutnya atas pengembangan

kasus yang dilakukan oleh HS,

Penyidik KLHK telah menetapkan

tersangka pada AN yang menerima

modal timah illegal di Kawasan

Hutan Produksi Sungailiat, Mapur,

Kabupaten Bangka dari HT.

6 Putusan 34/Pid.Sus/LH/2019/PN Son

Berdasarkan hasil penelusuran

transaksi selama periode 2006 s,d,

2018 mencapai triliunan rupiah pada

beberapa akun rekening bank milik

AN dan HT (pengusaha di bidang

perkebunan) yang diduga hasil

tindak pidana. Diketahui bahwa

pada form aplikasi pembukaan

rekening AN memiliki profil

pekerjaan sebagai pengusaha

tanaman atau pupuk pemilik toko

GZ. Berdasarkan pola transaksi

diketahui bahwa adanya perbedaan

pola hubungan usaha dengan profil

para pihak yang melakukan

transaksi, diantaranya bidang usaha

otomotif, kosmetik, kontraktor, ibu

rumah tangga, toko emas dan pihak

lainnya. Adapun mayoritas dana

masuk pada akun rekening AN dan

HT bersumber dari setoran tunai,

transfer, RTGS dan internet banking

dari beberapa perusahaan dan pihak

perorangan yang bergerak di bidang

industri pertambangan timah

diantaranya PT BT (bergerak di

bidang peleburan bijih timah atau

smalter), PT BKT (perdagangan

barang dan jasa), PT PTU (bergerak

di bidang peleburan bijih timah), PT

PMP, PT MGM, PT SMS, PT APNJ,

PT MSP (perusahaan tambang di

wilayah Balikpapan), PT ISP

(perusahaan tambang), PT HKU

7 Putusan 579/Pid/Sus-LH/2018/PN Sgl

Page 31: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 25

(perusahaan tambang di wilayah

Balikpapan), PT HEKU (perusahaan

sewa alat berat di wilayah

Balikpapan).

Pada beberapa transaksi terdapat

underlying transaction mengenai

pembelian atau pembayaran

“excavator PC 200”, pembayaran

penjualan hasil tambang atau pasir

timah” serta perusahaan

pembiayaan.

Diketahui pada transkasi AN dan HT

terdapat pembelian asset berupa

kendaraan, properti, asuransi,

pembayaran kartu kredit dan

penggabungan dengan hasil usaha

yang legal agar seolah-olah

bersumber dari hasil transaksi

usaha. Selanjutnya, terdapat

transaksi yang signifikan lainnya

kepada para pihak yang memiliki

profil sebagai Anggota Aparat

Penegak Hukum, Pegawai Dinas

Pendapatan Pengelolaan dan Aset

Pemda dan Anggota Legislatif

sehingga berpotensi terjadinya

conflict of interest.

TIPOLOGI

Kategori

Jenis Tindak Pidana Kehutanan

Melakukan kegiatan penambangan di

dalam kawasan hutan tanpa izin

Menteri

Profil

Kategori

Wiraswasta

Pihak Lainnya

Anggota Legislatif

Aparat Penegak Hum

Karyawan Swasta

Pegawai Negeri Sipil

Pedagang

Commanditaire Vennootschap (CV)

Perseroan Terbatas (PT)

Pihak Pelapor

Bank

Perusahaan Kendaraan Bermotor

Perusahaan Asuransi

Perusahaan atau Agen Properti

Perusahaan Pembiayaan

Instrumen Transaksi

Cash atau Uang Tunai

Transfer

RTGS

Internet Banking

Pemindahbukuan

Kartu Kredit

Aset

Cash atau Uang Tunai

Kendaraan Bermotor

Polis Asuransi

Properti

Page 32: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 26

PENILAIAN RISIKO

BERDASARKAN PROFIL

PELAKU KEJAHATAN

Berdasarkan jenis profil pelaku kejahatan,

diketahui bahwa Pengusaha, PEP (Pejabat

Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif), Non

Perorangan-PT dan PD/UD memiliki risiko

tinggi terhadap pencucian uang hasil tindak

pidana kehutanan. Hal tersebut

dikarenakan tingginya ancaman yang

diperoleh dari banyaknya jumlah kasus

yang melibatkan profil tersebut. Disamping

itu, dalam penanganan kasus yang

melibatkan profil tersebut, terutama pada

profil pengusaha dan non perorangan-PT

sering kali mendapatkan upaya

perlawanan, dalam bentuk pra pradilan.

Kategori Tingkat

Risiko

Perseorangan

Pegawai Swasta

Pengusaha

PNS

Pedagang

Ibu Rumah Tangga

Pelajar

PEP (Politically

Exposed Person)

Pegawai

BI/BUMN/BUMD

Profesional

Kategori Tingkat

Risiko

TNI/Polri

Pengajar

Petani/Nelayan

Pegawai Bank

Buruh

Pengurus Parpol

Pengurus Yayasan

Pemuka Agama

Pengurus Lembaga

Swadaya Msyarakat

atau Ormas/NPO

Pengrajin

Pegawai Pedagang

Valuta Asing

Badan Usaha atau Korporasi

Perseroan Terbatas

(PT)

Koperasi

Commanditaire

Vennootschap (CV)

Perusahaan Dagang

(PD) atau Usaha

Dagang (UD)

Firma

Yayasan

Perkumpulan

Page 33: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 27

STUDI KASUS 58

Bahwa terdakwa PD. Industri

Penggergajian Kayu RC bergerak

di bidang perindustrian kayu dan

penggergajian kayu yang

berkedudukan di Desa Merang

Kecamatan Bayung Lencir

Kabupaten Musi Banyuasin,

Sumatera Selatan. Diketahui

bahwa MPM selaku

Direktur/Pemimpin PD. Industri

Penggergajian Kayu RC telah

memberikan hibah PD. Industri

Penggergajian Kayu RC dari MPM

kepada MO.

Bahwa telah dilakukan hibah PD.

Industri Penggergajian Kayu RC

dari MO kepada RPK berdasarkan

Surat Hibah PD. Industri

Penggergajian Kayu RC tanggal 5

Januari 2017 dan Berdasarkan Akte

Nomor: 31 tanggal 27 April 2017

tentang Hibah PD. Industri

Penggergajian Kayu RC

berkedudukan di Desa Merang

Kecamatan Bayung Lencir

Kabupaten Musi Banyuasin.

Bahwa terdakwa PD. Industri

Penggergajian Kayu RC telah

melakukan pembelian hasil hutan

kayu berupa kayu log jenis

Manggeris, Kempas, Rengas,

Punak, Meranti dan Kelompok Kayu

Rimba Campuran (KKRC) dari

masyarakat yang telah melakukan

penebangan secara tidak sah di

wilayah Hutan Produksi Lalan

Mendis.

Bahwa pada hari Kamis tanggal 6

April 2017, Polisi Kehutanan

melakukan penelusuran asal usul

8 Putusan Pengadilan 150/Pid.B/LH/2018/PN Plg dan 151/Pid.B/LH/2018/PN Plg

kayu yang ada di sawmill terdakwa

PD. Industri Penggergajian Kayu

RC tersebut melalui aliran Sungai

Merang menuju ke hulu Sungai

Merang hingga masuk dalam KPHP

Lalan, lalu ditemukan tunggul-

tunggul kayu di Hutan Desa Merang

yang masuk ke dalam wilayah

KPHP Lalan, tunggul-tunggul kayu

tersebut adalah jenis pohon Puna,

Meranti, Balam, Kempas/Manggris,

Jelutung, Durian dan Banitan

dengan diameter rata rata 40

(empat puluh) centimeter sampai

dengn 60 (enam puluh) centimeter

dan tempat ditemukannya tunggul-

tunggul kayu dari jenis pohon

Punak, Meranti, Balam,

Kempas/Manggris, Jelutung,

Durian dan Banitan tersebut

merupakan kawasan hutan.

Berdasarkan titik koordinat yang

diambil masuk ke dalam wilayah

Hutan Produksi Lalan (Hutan Desa

Merang). Bahwa setelah

melakukan pembelian kayu log

tersebut, kemudian ditampung di

lokasi sawmill terdakwa PD. Industri

Penggergajian Kayu RC untuk

diubah menjadi kayu olahan

berbentuk kepingan.

Bahwa setelah kayu diolah di

sawmill terdakwa PD. Industri

Penggergajian Kayu RC kemudian

dijual kepada pemesan baik

perorangan maupun dari

perusahaan kayu yang melakukan

pembelian dan sistem yang

dilakukan terdakwa PD. Industri

Penggergajian Kayu RC dalam

penjualan maupun pengiriman

Page 34: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 28

dilakukan dengan cara pembayaran

ke rekening pemilik terdakwa PD.

Industri Penggergajian Kayu RC

dan pengiriman kayu dapat diambil

sendiri oleh pembeli atau bisa

dikirim oleh terdakwa PD. Industri

Penggergajian Kayu RC dengan

menggunakan truk.

Bahwa dalam kegiatannya,

terdakwa PD. Industri

Penggergajian Kayu RC

mempekerjakan 15 (lima belas)

orang dengan gaji bervariasi yaitu

sebesar Rp 2.000.000,- (dua juta

rupiah) sampai dengan Rp

3.000.000,- (tiga juta rupiah) per

orang dan setiap penjualan kayu

terdakwa PD. Industri

Penggergajian Kayu RC

mendapatkan keuntungan sebesar

Rp 100.000.000,- (seratus juta

rupiah) per bulan dan setelah

dipotong dengan gaji karyawan,

keuntungan yang diterima

perusahaan adalah sebesar antara

Rp 15.000.000,- (lima belas juta

rupiah) sampai dengan Rp

20.000.000,- (dua puluh juta

rupiah).

Bahwa terdakwa PD. Industri

Penggergajian Kayu RC

mendapatkan pemesanan kayu

olahan dari DPT. TS yang

berdomisili di Tulang Bawang

Lampung dan oleh PD. Industri

Penggergajian Kayu RC dilakukan

pengiriman dengan menggunakan

1 (satu) unit mobil truck tronton.

Bahwa setelah dilakukan pemuatan

kayu olahan ke dalam mobil truk

tronton, kemudian mobil dikendarai

oleh ARD (belum diketahui

keberadaannya) dengan tujuan ke

DPT. TS yang berdomisili di Tulang

Bawang Lampung.

Bahwa ARD melakukan

pengangkutan kayu olahan tersebut

dengan dokumen angkut kayu

berupa Nota Angkutan Kayu

Olahan Hutan Hak Industri Primer

Hasil Hutan Nomor: A.000073.

RC.NAKOHH.MB.2017 yang

menerangkan bahwa kayu yang

diangkut adalah Kelompok Kayu

Rimba Campuran (KKRC) yang

ditandatangani oleh MA (belum

diketahui keberadaannya) sebagai

penerbit dokumen/pemilik kayu,

Pengirim PD. Industri

Penggergajian Kayu RC dan

Penerima DPT. TS yang beralamat

di Tulang Bawang Lampung

dengan melampirkan dokumen

Daftar Kayu Olahan (DKO).

Bahwa pada saat dalam perjalanan

dilakukan pemeriksaan oleh Polisi

Kehutanan pada Balai

Pengamanan dan Penegakan

Hukum Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (BPPHLHK) Wilayah

Sumatera Seksi Wilayah III karena

ditemukan muatan kayu yang

diangkut oleh ARD tidak

bersesuaian dengan muatan, yang

seharusnya muatan jenis kayu

Meranti dan Rengas menggunakan

sipuh online berupa Surat

Keterangan Sahnya Hasil Hutan

Kayu (SKSHHK) dan sebagaimana

diatur dalam Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Republik Indonesia Nomor:

P.85/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/

2016 tentang Pengangkutan Hasil

Hutan Kayu Budidaya yang berasal

dari Hutan Hak, seharusnya dalam

dokumen Nota Angkutan

disebutkan asal kayu berupa bukti

kepemilikan yang diakui oleh Badan

Pertanahan Nasional (BPN) dan

Page 35: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 29

terdapat Nomor Bukti Kepemilikan

dengan jenis kayu adalah jati,

mahoni, nyawai, gemelina, lamtoro,

kaliandra, akasia, kemiri, durian,

cempedak, dadap, duku, jambu,

jengkol, kelapa, kecapi, kenari,

mangga, manggis, melinjo, nangka,

rambutan, randu, sawit, sawo,

sukun, trembesi, waru, karet, jabon,

sengon dan petai.

Bahwa kemudian ARD dan barang

bukti dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut di Kantor Balai Pengamanan

dan Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup dan Kehutanan (BPPHLHK)

Wilayah Sumatera Seksi Wilayah

III.

Bahwa selanjutnya perbuatan

korporasi PD. Industri

Penggergajian Kayu RC telah

terbukti bersalah dan dijatuhkan

pidana terhadap PD. Industri

Penggergajian Kayu RC dengan

pidana denda sebesar Rp

5.000.000.000,- (lima milyar rupiah)

dengan ketentuan apabila denda

tersebut tidak dibayar dalam jangka

waktu 1 (satu) bulan sejak putusan

ini berkekuatan hukum tetap maka

harta benda Korporasi dapat disita

oleh Jaksa dan dilelang untuk

membayar denda. Selanjutnya bagi

pemilik PD. Industri Penggergajian

Kayu RC yaitu RPK telah dijatuhkan

pidana dengan pidana penjara

selama 2 (dua) tahun dan 6

(enam) bulan dan denda sebesar

Rp 500.000.000,- (lima ratus juta

rupiah) dimana apabila denda

tersebut tidak mampu dibayar oleh

Terdakwa diganti dengan pidana

berupa 4 (empat) bulan kurungan.

TIPOLOGI

Kategori

Jenis Tindak Pidana Kehutanan

Korporasi yang membeli,

memasarkan dan/atau mengolah

hasil hutan kayu yang berasal dari

kawasan hutan yang diambil atau

dipungut secara tidak sah

Orang perseorangan yang membeli,

memasarkan dan/atau mengolah

hasil hutan kayu yang berasal dari

kawasan hutan yang diambil atau

dipungut secara tidak sah

Profil

Wiraswasta

Pihak Lainnya

Perusahaan Dagang (PD)

Pihak Pelapor

Bank

Instrumen Transaksi

Cash atau Uang Tunai

Transfer

Aset

Cash atau Uang Tunai

PENILAIAN RISIKO

BERDASARKAN WILAYAH

Berdasarkan sebaran wilayah terjadinya

pencucian uang hasil tindak pidana

kehutanan diketahui bahwa Papua, Riau,

Papua Barat, Kalimantan Barat,

Kalimantan Tengah, Jambi dan Sumatera

Selatan termasuk dalam kategori wilayah

risiko tinggi.

Page 36: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 30

Kategori Tingkat

Risiko

Bali

Bangka Belitung

Banten

Bengkulu

DI. Yogyakarta

DKI Jakarta

Gorontalo

Jambi

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Selatan

Kalimantan Tengah

Kalimantan Timur

Kalimantan Utara

Kep. Riau

Lampung

Maluku

Maluku Utara

Nanggroe Aceh

Darussalam

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Papua

Kategori Tingkat

Risiko

Papua Barat

Riau

Sulawesi Barat

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tengah

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Utara

Sumatera Barat

Sumatera Selatan

Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penilaian risko

menunjukan bahwa kegiatan

mengedarkan kayu hasil pembalakan liar

melalui darat, perairan atau udara

merupakan jenis kejahatan di bidang

kehutanan yang memiliki risiko tinggi.

Dalam hal tersebut, Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai memiliki kewenangan untuk

melakukan penyidikan dan penindakan

Sumber Daya Alam (SDA). Selama periode

2017 s.d. 2019, telah dilakukan sebanyak

Penyidikan SDA pada komoditi kayu

sebanyak 9 Kasus dan 37 Penindakan

terhadap Illegal Logging yang terjadi

sebanyak 26 Penindakan di Laut dan 1

Penindakan di Darat. Berdasarkan data

intelijen diketahui bahwa negara tujuan

ekspor tersebar ke beberapa negara

diantaranya Malaysia, Singapura, China

dan Maldive.

Page 37: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 31

COUNTRY EXPERIENCES

Berikut ini berbagai upaya penguatan yang

telah dilakukan oleh Kepolisian Negara

Republik Indonesia dan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan

bersama Stakeholders lainnya terhadap

aspek yang menjadi kerentanan pihak

penegak hukum dalam memberantas

tindak pidana pencucian uang hasil tindak

pidana kehutanan:

Pada tahun 2019 Kepolisian Negara

Republik Indonesia bersama

Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan telah memperbaharui

Nota Kesepahaman mengenai

Bantuan Pengamanan dan

Penegakan Hukum dalam

Penyelenggaraan Kegiatan

Lingkungan Hidup dan Kehutanan

selama periode 2019 s.d. 2024.

Pada tahun 2018, telah dilakukan

Nota Kesepahaman antara KLHK

dengan Kementerian Dalam Negeri

mengenai Pemanfaatan Nomor Induk

Kependudukan dan Data

Kependudukan.

Pada tahun 2018, Direktorat Jenderal

Penegakan Hukum KLHK telah

membentuk Tim Satuan Tugas

Rencana Aksi Penyelamatan Sumber

Daya Alam di Papua.

Pada tahun 2018, telah dilakukan

Nota Kesepahaman antara KLHK

dengan Komisi Yudisial RI dalam

rangka penyelesaian pengaduan

yang disampaikan oleh KLHK

mengenai dugaan pelanggaran yang

dilakukan oleh Hakim dalam proses

memeriksa, mengadili, dan menutus

perkara lingkungan hidup dan

kehutanan.

Pengenaan dasar hukum dan

otoritas Penyidik KLHK mencakup 7

Undang-Undang, diantaranya UU No

5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, UU 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan, UU No.18 Tahun

2008 tentang Pengelolaan Sampah,

UU No.32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, UU No.18 Tahun

2013 tentang Perlindungan dan

Pemberantasan Perusakan Hutan,

UU No.37 Tahun 2014 tentang

Konservasi Tanah dan Air, UU No. 8

Tahun 2010 tetang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang.

Pada tahun 2018, KLHK Bersama

dengan Kepolisian, Kejaksaan

Agung, PPATK dan OJK

berkomitmen terhadap penegakan

hukum multidoor, dimana tuntutan

Bersama diajukan untuk pelanggaran

dua atau lebih produk hukum,

diantaranya UU Korupsi, UU

Pencucian Uang, UU Konservasi, UU

Kehutanan, UU Perkebunan, UU

Pertambangan. Hal ini dilakukan

untuk memperkuat efek jera dalam

penegakan hukum kehutanan

Indonesia.

Selama periode 2015 s.d. 2018 telah

melakukan Kegiatan Operasi

Pengamanan dan Pemulihan Hasil

Hutan yang dilaksanakan oleh Polisi

Hutan (Pohut), Satuan Polisi Hutan

Reaksi Cepat (SPORC) bekerjasama

dengan Pemerintah Daerah, Tentara

Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian

Negara Republik Indonesia yang

menargetkan operasi 3 (tiga) jenis

kegiatan illegal: perambahan

kawasan hutan, peredaran illegal

tumbuhan dan satwa liar yang

dilindungi, dan pembalakan liar.

Page 38: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 32

Selama periode 2015 s.d. 2018

terdapat sejumlah 241 operasi

pembalakan liar (illegal logging). Tim

operasi gabungan peredaran hasil

hutan telah efektif dilaksanakan di

beberapa Provinsi, diantaranya Jawa

Timur, Sulawesi Selatan, Maluku,

Papua dan Papua Barat.

Selama periode 2015 s.d. Oktober

2018 telah dikenakan 523 sanksi

administratif, mulai dari pencabutan

ijin, pembekuan ijin, paksaan

pemerintah, teguran tertulis, surat

peringatan. 9

Selama periode 2015-2018 terdapat

sejumlah 426 pengawasan ijin di

sektor kehutanan. 10 Serta telah

menerbitkan Peraturan Menteri

KLHK Nomor: P.46/Menlhk-

Setjen/2015 tentang pedoman audit

terhadap pemegang Ijin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan

Ijin Pemanfaatan Kayu menyebutkan

(1) Pemegang IUPHHK-HA (Ijin

Usaha Pemanfataan Hasil Hutan

Kayu dalam Hutan Alam) dikenakan

sanksi denda administrasi sebesar

10 kali PSDH (Provisi Sumber Daya

Hutan) apabila melakukan

pelanggaran.

Pada tahun 2017, Ditjen Gakkum

KLHK telah membentuk dan

membangun Intelligence Center

untuk meningkatkan kapasitas SDM,

jejaring kerja, penerapan sains dan

teknologi forensik serta artificial

intelligence-IT.

Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (KLHK) telah melakukan

berbagai penguatan SDM, melalui

Pelaksanaan Bimbingan Teknis

PPNS Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (LHK), Pelaksanaan In-

House Training Psikologi Forensik,

Membentuk Tim Analisis Foreksik,

9 Status Hutan dan Kehutanan 2018, Hal. 41.

Membentuk Penyidik PNS Baru di

Lingkungan KLHK sebanyak 90

orang, Melakukan Penguatan

Kewenangan PPNS LHK dengan

pengurusan SKEP PPNS.

Tim Ditjen Gakkum KLHK telah

menyusun Buku Saku tentang

“Memahami Pola Pencucian Uang

Dalam Penyidikan Pidana

Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Pada tahun 2017, telah dilakukan

Nota Kesepahaman antara KLHK

dengan Dirjen Administrasi Hukum

Umum dalam rangka pelayanan

pemberian hak akses di bidang

perdata melalui sistem Administrasi

Hukum Umum Online.

Pada tahun 2017, KLHK telah

dilakukan Nota Kesepahaman antara

KLHK dengan Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional

dalam rangka mendukung

pemantauan hotspot, gangguan dan

ancaman terhadap lingkungan hidup

dan kehutanan.

Pada tahun 2016, telah dilakukan

Nota Kesepahaman antara KLHK

dengan Kepolisian Negara Republik

Indonesia tentang Penyelenggaraan

Pendidikan dan Pelatihan

Peningkatan Kapasitas Sumber Daya

Manusia.

Pada tahun 2016, Pemerintah telah

melakukan penyempurnaan

peraturan Sistem Verifikasi Legalitas

Kayu (SVLK) melalui PermenLHK

Nomor 30 Tahun 2016 dan Perdirjen

Nomor 14 Tahun 2016.

10 Statistik Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2018. Hal 384.

Page 39: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 33

INDIKATOR ATAU REDFLAG TRANSAKSI

KEUANGAN MENCURIGAKAN INDIKASI

TINDAK PIDANA KEHUTANAN

Indikator Transaksi Keuangan

Mencurigakan yang berindikasi tindak

pidana pencucian uang hasil kehutanan ini

diperoleh berdasarkan data-data transaksi

keuangan mencurigakan, Hasil Analisis

atau Pemeriksaan PPATK, serta Putusan

Pengadilan yang telah memiliki kekuatan

hukum tetap. Berikut ini hasil indikator

transaksi keuangan mencurigakan:

a. Terdapat transaksi yang dilakukan

dengan para pihak terduga dan/atau

terpidana melakukan aktifitas tindak

pidana kehutanan;

b. Pengajuan fasilitas pembiayaan

dengan menjaminkan lahan hutan

lindung di wilayah yang tidak memiliki

izin penggunaan kawasan;

c. Adanya instruksi transaksi yang tidak

wajar pada berita transaksi.

d. Transaksi tampak tidak sesuai atau

tidak konsisten dengan aktivitas atau

kegiatan bisnis pengguna jasa;

e. Penggunaan rekening pribadi atau

perseorangan untuk menampung hasil

kegiatan usaha;

f. Adanya transaksi dari rekening

pengurus atau perusahaan di bidang

kehutanan kepada pihak PEP (Pejabat

Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif),

g. Adanya setoran dan/atau penarikan

uang tunai yang dipecah-pecah

dengan nominal tertentu dan dilakukan

berkali-kali dalam sehari (structuring).

h. Transaksi yang dilakukan secara tunai

dalam jumlah besar diluar kebiasan

pengguna jasa.

i. Identitas profil pekerjaan pengguna

jasa saat pembukaan rekening tidak

sesuai dengan jabatan dan pekerjaan

saat ini.

j. Pola transaksi bersifat pass-by dengan

menggunakan metode MCM Inhouse

Transfer atau transfer yang dilakukan

secara mandiri oleh pengguna jasa.

k. Adanya pemanfaatan rekening lainnya

sebagai rekening penampungan.

l. Adanya penggunaan rekening pribadi

untuk melakukan aktivitas usaha yang

mengatasnamakan beberapa

perusahaan (Beneficiary Ownership).

Page 40: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 34

STRATEGI MITIGASI RISIKO TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA

KEHUTANAN

TANTANGAN PENANGANAN

PERKARA PENCUCIAN UANG

HASIL TINDAK PIDANA

KEHUTANAN

Dalam penanganan perkara pencucian

uang hasil tindak pidana kehutanan, Pihak

Aparat Penegak Hukum memiliki beberapa

tantangan yang dihadapi, diantaranya

sebagai berikut:

• Banyaknya pihak pelaku kejahatan

yang terlibat dan memiliki akses politik

yang kuat.

• Terbatasnya waktu penyidik selama 90

hari dalam menyelesaikan dan

menyampaikan berkas perkara

perusakan hutan hingga ke aktor

intelektual.

• Adanya upaya hukum yang kuat

dilakukan oleh pelaku kejahatan,

• Masih terdapat kesulitan dalam

melakukan pembekuan asset seperti

akun rekening yang diindikasikan

sebagai penampungan hasil tindak

pidana di bidang kehutanan.

• Adanya trend atau fenomena pada hasil

putusan perkara di bidang kehutanan

yang memberikan hukuman denda yang

sangat besar namun opsi subsider yang

diberikan cukup ringan.

Hal ini belum sejalan dengan upaya

untuk mengoptimalkan pengembalian

kerugian negara maupun kerusakan

lingkungan.

STRATEGI MITIGASI RISIKO

TINDAK PIDANA PENCUCIAN

UANG HASIL TINDAK PIDANA

KEHUTANAN

A. BIDANG PENCEGAHAN

• Penyelerasan aturan–aturan yang

berkaitan dengan Tindak Pidana

Kehutanan yang berpotensi

menghasilkan Tindak Pidana

Pencucian Uang.

• Pemberian pedoman bagi sektor

industri terkait dengan indikator

transaksi keuangan mencurigakan

yang berindikasi Tindak Pidana

Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana

Kehutanan.

• Sosialisasi dan edukasi program Anti

Pencucian Uang kepada masyarakat

di sekitar kawasan hutan yang berisiko

tinggi.

• Sosialisasi dan edukasi program Anti

Pencucian Uang kepada stakeholder

(Pihak Pelapor dan Aparat Penegak

Page 41: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 35

Hukum) di wilayah yang berisiko tinggi

terjadinya Tindak Pidana Kehutanan.

• Pihak Pelapor diharapkan dapat lebih

aware terhadap identifikasi dan

verikasi perizinan terhadap korporasi

yang bergerak di bidang kehutanan.

• Penyediaan akses data dan informasi

bagi publik mengenai Rencana Kerja

Usaha (RKU), Rencana Kerja

Tahunan (RKT) dan Ijin Pemanfaatan

Kayu (IPK) untuk membangun jaringan

pemantauan dari hulu sampai hilir.

B. BIDANG PEMBERANTASAN

• Peningkatan kapasitas aparat yang

berkaitan dengan penegakkan hukum

tindak pidana pencucian uang hasil

tindak pidana kehutanan.

• Optimalisasi kerjasama antara

Kepolisian Negara Republik

Indonesia, Kejaksaan Agung dan

Penyidikan tindak pidana kehutanan

termasuk penanganan tindak pidana

pencucian uang.

• Meningkatkan informasi antara

Kepolisian Negara Republik

Indonesia, Kejaksaan Agung dan

Penyidikan tindak pidana kehutanan

dengan PPATK dan Bea Cukai dalam

rangka pengungkapan tindak pidana

pencucian uang hasil tindak pidana

kehutanan.

• Meningkatkan alokasi sumber daya

berbasis risiko tindak pidana

kehutanan pada Penyidik Polri dan

Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan.

• Penegakan hukum yang konsisten dan

menyasar aktor intelektual sehingga

dapat memberikan efek jera bagi

pelaku dan menjadi bagian upaya

pencegahan bagi calon pelaku.

• Pemberian kewenangan penyidikan

penanganan perkara pencucian uang

bagi Penyidik Tindak Pidana

Kehutanan, dalam hal ini PPNS

Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

C. BIDANG KERJASAMA

• Melakukan koordinasi terkait dengan

penangan perkara sebelum

diterbitkannya Surat Pemberitahuan

Dimulainya Penyidikan (SPDP) antara

penyidik, penuntut dan PPATK untuk

menegakkan hukum tindak pidana

pencucian uang hasil tindak pidana di

bidang kehutanan

• Melakukan kolaborasi kerjasama

melalui program joint investigasi,

multidoor dan training antara penyidik,

penuntut dan PPATK untuk

menegakkan hukum tindak pidana

pencucian uang hasil tindak pidana

bidang kehutanan

• Mengoptimalkan pertukaran informasi

antara penegak hukum, regulator,

PPATK, Bea dan Cukai dan

counterpart lainnya yang relevan di

luar negeri.

Page 42: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 36

LAMPIRAN 1

METODOLOGI PENELITIAN

Risk Factors dalam Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang

Hasil Tindak Pidana Kehutanan

Catatan: Dalam proses penilaian risiko, pihak Kejaksaan Agung dan Hakim terlibat saat

kegiatan Working Group Discussion untuk memberikan expert judgement yang dilaksanakan

pada tanggal 21 – 23 Oktober 2019 di Pusdiklat PPATK.

ANCAMAN

Ancaman Riil:

•Jumlah LTKM dengan Indikasi TP Kehutanan

•Jumlah Hasil Intelijen Keuangan PPATK indikasi TP Kehutanan

•Jumlah Penyidikan Indikasi TP Kehutanan dan Pencucian Uang

•Jumlah Penuntutan TP Kehutanan dan Pencucian Uang

•Jumlah Putusan Pengadilan Indikasi TP Kehutanan dan Pencucian Uang

Ancaman Potensial:

•Self - Assessment PPATK, POLRI & KLHK, Kejaksaan Agung dan Hakim

KERENTANAN

Self Assessment:

•Tingkat Kesulitan dalam Analisis Transaksi Keuangan Indikasi TP Kehutanan

•Tingkat Kesulitan dalam Penyidikan Indikasi Indikasi TP Kehutanan dan Pencucian Uang

•Tingkat Kesulitan dalam Penyidikan Indikasi TP Kehutanan dan Pencucian Uang.

•Tingkat Kesulitan dalam Penuntutan Indikasi TP Kehutanan dan Pencucian Uang.

•Tingkat Kesulitan dalam Pemeriksaan Perkara Indikasi TP Kehutanan dan Pencucian Uang.

DAMPAK

Dampak Riil:

•Nilai Nominal LTKM Indikasi TP Kehutanan dan Pencucian Uang

•Nilai Nominal Hasil Intelijen Keuangan Indikasi TP Kehutanan dan Pencucian Uang

•Nilai Nominal Penyidikan Indikasi TP Kehutanan dan Pencucian Uang.

•Nilai Nominal Penuntutan Indikasi TP Kehutanan dan Pencucian Uang

•Nilai Nominal Putusan Perkara Indikasi TP Kehutanan dan Pencucian Uang

Dampak Potensial:

•Self - Assessment PPATK, POLRI & KLHK, Kejaksaan Agung dan Hakim.

Page 43: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 37

LAMPIRAN 2

MATRIKS PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA KEHUTANAN

Delik Kejahatan Kehutanan (UU No. 18 Tahun

2013)

Uraian Delik Pidana Kehutaan

An

ca

ma

n

Ke

ren

tan

an

Ke

nc

en

de

run

ga

n

Da

mp

ak

Nil

ai

Ris

iko

Tin

gk

at

Ris

iko

Ka

teg

ori

Ris

iko

Pasal 12 A Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan

3,00 3,50 6,50 5,50 35,75 3,12 Rendah

Pasal 12 B Melakukan penebangan pohon dalam kawasan tanpa memilki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang

3,77 3,50 7,27 5,50 40,00 3,82 Rendah

Pasal 12 C Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah

3,39 3,50 6,89 5,50 37,87 3,47 Rendah

Pasal 12 D Memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin

4,60 3,50 8,10 5,50 44,54 4,57 Rendah

Pasal 12 E Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil hutan

6,50 4,50 11,00 6,50 71,50 9,00 Tinggi

Pasal 12 F Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah phon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang

3,65 4,00 7,65 6,00 45,89 4,79 Rendah

Pasal 12 G Membawa alat-alat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang

3,59 4,00 7,59 6,00 45,53 4,73 Rendah

Pasal 12 H Memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar

3,77 4,50 8,27 6,50 53,74 6,08 Menengah

Pasal 12 I Mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat, perairan atau udara

4,15 5,50 9,65 7,00 67,54 8,35 Tinggi

Pasal 12 J Menyelundupkan kayu yang berasal dari atau masuk ke wilayah NKRI melalui sungai, darat, laut, atau udara

4,50 3,50 8,00 5,00 40,00 3,82 Rendah

Pasal 12 K Menerima, membeli, menjual, menerima tukar, menerima titipan, dan/atau memiliki hasil hutan kayu

3,68 5,50 9,18 7,00 64,25 7,81 Tinggi

Page 44: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 38

Delik Kejahatan Kehutanan (UU No. 18 Tahun

2013)

Uraian Delik Pidana Kehutaan

An

ca

ma

n

Ke

ren

tan

an

Ke

nc

en

de

run

ga

n

Da

mp

ak

Nil

ai

Ris

iko

Tin

gk

at

Ris

iko

Ka

teg

ori

Ris

iko

diketahui berasal dari pembalakan liar

Pasal 12 L Membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah

3,50 4,00 7,50 5,50 41,25 4,03 Rendah

Pasal 12 M Menerima, menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, dan/atau memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari jawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah

3,59 4,00 7,59 5,50 41,74 4,11 Rendah

Pasal 14 A Memalsukan surat keterangan sahnya hasil hutan kayu; dan/atau

3,59 4,50 8,09 6,50 52,58 5,89 Menengah

Pasal 14 B Menggunakan surat keterangan sahnya hasil hutan kayu yang palsu

3,56 4,50 8,06 6,50 52,39 5,86 Menengah

Pasal 15 Setiap orang dilarang melakukan penyalahgunaan dokumen angkutan hasil hutan kayu yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang

5,50 3,50 9,00 5,50 49,50 5,38 Menengah

Pasal 16 Setiap orang yang melakukan pengangkutan kayu hasil hutan wajib memiliki dokumen yang merupakan surat keterangan sahnya hasil hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

5,59 3,50 9,09 6,00 54,53 6,21 Menengah

Pasal 17 Ayat 1 A Membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lain yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk melakukan kegiatan penambangan dan/atau mengangkut hasil tambang di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri;

3,53 4,50 8,03 6,00 48,18 5,17 Menengah

Pasal 17 Ayat 1 B Melakukan kegiatan penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri;

4,56 4,50 9,06 7,50 67,95 8,42 Tinggi

Pasal 17 Ayat 1 C Mengangkut dan/atau menerima titipan hasil tambang yang berasal dari kegiatan penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin;

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Pasal 17 Ayat 1 D Menjual, menguasai, memiliki, dan/atau menyimpan hasil tambang yang berasal dari kegiatan penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin; dan/atau

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Pasal 17 Ayat 1 E Membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil tambang dari kegiatan penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin.

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Page 45: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 39

Delik Kejahatan Kehutanan (UU No. 18 Tahun

2013)

Uraian Delik Pidana Kehutaan

An

ca

ma

n

Ke

ren

tan

an

Ke

nc

en

de

run

ga

n

Da

mp

ak

Nil

ai

Ris

iko

Tin

gk

at

Ris

iko

Ka

teg

ori

Ris

iko

Pasal 17 Ayat 2 A Membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk melakukan kegiatan perkebunan dan/atau mengangkut hasil kebun di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri;

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Pasal 17 Ayat 2 B Melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam kawasan hutan;

5,00 4,50 9,50 7,50 71,25 8,96 Tinggi

Pasal 17 Ayat 2 C Mengangkut dan/atau menerima titipan hasil perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Pasal 17 Ayat 2 D Menjual, menguasai, memiliki, dan/atau menyimpan hasil perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin; dan/atau

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Pasal 17 Ayat 2 E Membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil kebun dari perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin.

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Pasal 19 A menyuruh, mengorganisasi, atau menggerakkan pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah;

3,53 3,50 7,03 5,00 35,15 3,02 Rendah

Pasal 19 B ikut serta melakukan atau membantu terjadinya pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah;

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Pasal 19 C melakukan permufakatan jahat untuk melakukan pembalakan liar dan/ atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah;

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Pasal 19 D mendanai pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah secara langsung atau tidak langsung

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Pasal 19 E menggunakan dana yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah;

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Pasal 19 F mengubah status kayu hasil pembalakan liar dan/ atau hasil penggunaan kawasan hutan secara tidak sah, seolah-olah menjadi kayu yang sah, atau hasil penggunaan kawasan hutan yang sah untuk dijual kepada pihak ketiga, baik di dalam maupun di luar negeri

3,65 5,00 8,65 6,50 56,22 6,49 Menengah

Pasal 19 G memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar dengan mengubah bentuk, ukuran, termasuk pemanfaatan limbahnya

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Page 46: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 40

Delik Kejahatan Kehutanan (UU No. 18 Tahun

2013)

Uraian Delik Pidana Kehutaan

An

ca

ma

n

Ke

ren

tan

an

Ke

nc

en

de

run

ga

n

Da

mp

ak

Nil

ai

Ris

iko

Tin

gk

at

Ris

iko

Ka

teg

ori

Ris

iko

Pasal 19 H menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, dan/atau menukarkan uang atau surat berharga lainnya serta harta kekayaan lainnya yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan kawasan hutan secara tidak sah; dan/atau

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Pasal 19 I menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta yang diketahui atau patut diduga berasal dari hasil pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan kawasan hutan secara tidak sah sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.

3,50 3,50 7,00 5,00 35,00 3,00 Rendah

Profil Pelaku

An

ca

ma

n

Kere

nta

na

n

Ken

ce

nd

eru

ng

an

Dam

pa

k

Nil

ai

Ris

iko

Tin

gk

at

Ris

iko

Kate

go

ri R

isik

o

PERORANGAN-Peg. Swasta 6 6 12 6 72,00 6,56 Menengah

PERORANGAN-Pengusaha 8 5,5 13,5 8 108,00 9,00 Tinggi

PERORANGAN-PNS 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Pedagang 5 3,5 8,5 5 42,50 4,56 Rendah

PERORANGAN-Ibu Rumah Tangga 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Pelajar 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-PEPs (Pejabat Eksekutif, Legislatif, Yudikatif)

7,5 4,5 12 7 84,00 7,37 Tinggi

PERORANGAN-Peg. BI/BUMN/D 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Profesional 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-TNI/Polri 4 4 8 4 32,00 3,85 Rendah

PERORANGAN-Pengajar 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

Page 47: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 41

Profil Pelaku

An

ca

ma

n

Ke

ren

tan

an

Ke

nc

en

de

run

ga

n

Da

mp

ak

Nil

ai

Ris

iko

Tin

gk

at

Ris

iko

Ka

teg

ori

Ris

iko

PERORANGAN-Petani/Nelayan 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Peg. Bank 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Buruh 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Pengurus Parpol 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Pengurus Yayasan 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Pemuka Agama 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Pengurus LSM 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Pengrajin 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Peg. PVA 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

PERORANGAN-Lain-Lain 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

NONPERORANGAN-PT 6,5 6,5 13 6,5 84,50 7,41 Tinggi

NONPERORANGAN-Koperasi 4,5 4 8,5 4,5 38,25 4,27 Rendah

NONPERORANGAN-CV 6,5 5 11,5 6,5 74,75 6,75 Menengah

NONPERORANGAN-PD/UD 6,5 6,5 13 6,5 84,50 7,41 Tinggi

NONPERORANGAN-Firma 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

NONPERORANGAN-Yayasan 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

NONPERORANGAN-Perkumpulan 3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

NONPERORANGAN-Ormas Tidak Berbadan Hukum

3 3,5 6,5 3 19,50 3,00 Rendah

Wilayah

An

ca

ma

n

Kere

nta

na

n

Ken

ce

nd

eru

ng

an

Dam

pa

k

Nila

i R

isik

o

Tin

gk

at

Ris

iko

Kate

go

ri R

isik

o

BALI 3,00 4 7,00 3 21 3,21 Rendah

BANGKA BELITUNG 3,17 4 7,17 3 21,51428571 3,25 Rendah

BANTEN 5,78 4 9,78 7 68,46666667 6,56 Menengah

BENGKULU 3,00 4 7,00 3 21 3,21 Rendah

D.I. YOGYAKARTA 3,00 4 7,00 3 21 3,21 Rendah

DKI JAKARTA 4,33 4 8,33 6 50 5,25 Menengah

GORONTALO 3,34 4 7,34 3 22,02857143 3,28 Rendah

Page 48: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 42

Wilayah

An

ca

ma

n

Ke

ren

tan

an

Ke

nc

en

de

run

ga

n

Da

mp

ak

Nil

ai

Ris

iko

Tin

gk

at

Ris

iko

Ka

teg

ori

Ris

iko

JAMBI 6,71 5 11,71 7 82 7,51 Tinggi

JAWA BARAT 4,33 4 8,33 5 41,66666667 4,67 Rendah

JAWA TENGAH 4,00 4 8,00 5 40 4,55 Rendah

JAWA TIMUR 5,40 4 9,40 6 56,4 5,71 Menengah

KALIMANTAN BARAT 7,67 5 12,67 7 88,66666667 7,98 Tinggi

KALIMANTAN SELATAN 4,00 5 9,00 5 45 4,90 Rendah

KALIMANTAN TENGAH 6,80 5 11,80 7 82,6 7,55 Tinggi

KALIMANTAN TIMUR 6,93 4 10,93 6,5 71,06666667 6,74 Menengah

KALIMANTAN UTARA 4,50 4 8,50 6 51 5,32 Menengah

KEPULAUAN RIAU 3,09 3 6,09 3 18,25714286 3,02 Rendah

LAMPUNG 4,71 3 7,71 3 23,14285714 3,36 Rendah

MALUKU 3,34 3 6,34 3 19,02857143 3,07 Rendah

MALUKU UTARA 3,67 3 6,67 4 26,68571429 3,61 Rendah

NANGGROE ACEH DARUSSALAM 3,00 3 6,00 3 18 3,00 Rendah

NUSA TENGGARA BARAT 3,69 3 6,69 3 20,05714286 3,14 Rendah

NUSA TENGGARA TIMUR 3,60 3 6,60 3 19,8 3,13 Rendah

PAPUA 5,90 7 12,90 8 103,1619048 9,00 Tinggi

PAPUA BARAT 6,12 7 13,12 7 91,86666667 8,20 Tinggi

RIAU 6,70 7 13,70 7 95,86666667 8,49 Tinggi

SULAWESI BARAT 3,17 3 6,17 3 18,51428571 3,04 Rendah

SULAWESI SELATAN 5,37 3 8,37 4,5 37,67142857 4,39 Rendah

SULAWESI TENGAH 4,03 3 7,03 3 21,08571429 3,22 Rendah

SULAWESI TENGGARA 4,73 3 7,73 5 38,66666667 4,46 Rendah

SULAWESI UTARA 3,51 3 6,51 3 19,54285714 3,11 Rendah

SUMATERA BARAT 4,43 4 8,43 5 42,14285714 4,70 Rendah

SUMATERA SELATAN 5,73 5 10,73 7 75,13333333 7,03 Tinggi

SUMATERA UTARA 5,07 4 9,07 5,5 49,86666667 5,25 Menengah

Page 49: Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes · 2020. 8. 7. · dan Kehutanan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. ... PENYIDIKAN DI BIDANG KEHUTANAN ... Intelijen Keuangan,

Sectoral Risk Assessment on Forestry Crimes 43