Secara Garis Besar Spermatozoa Terdiri Atas Empat Regional

5
Secara garis besar spermatozoa terdiri atas empat regional, yaitu akrosom, segmen equatorial, tudung pasca nuclear (post nuclear cap) dan ekor. Spermatozoa mengandung komponen-komponen kimia penting, baik yang terdapat pada permukaan sel, maupun yang didalam sel, yang dapat dipelajari dengan cara sebagai berikut: 1. Pewarnaan spermatozoa dengan regensia spesifik untuk komponen tertentu dan mempelajari struktur spermatozoa yang menyerap warna tersebut, dengan mikroskop cahaya atau mikroskop elektron. 2. Melepaskan struktur-struktur spermatozoa, memakai zat-zat maupun alat-alat tertentu dan kemudian menganalisisnya. Contoh metode pertama ialah mereaksikan spermatozoa dengan antibodi hialuronidase yang telah ditandai dengan zat perunut. Dengan cara fluoresensi atau peroksidase, maka tampak reaksi antara hialurodinase spermatozoa dengan antibodi hialurodinase yang telah ditandai tadi, sehingga diketahui adanya hialurodinase dan letaknya zat tersebut didalam spermatozoa (Syahrum ,1994). 2.1 Akrosom Spermatozoa Akrosom ialah suatu massa yang terdapat pada bagian anterior spermatozoa yang merupakan struktur berupa selubung yang menutupi

Transcript of Secara Garis Besar Spermatozoa Terdiri Atas Empat Regional

Page 1: Secara Garis Besar Spermatozoa Terdiri Atas Empat Regional

Secara garis besar spermatozoa terdiri atas empat regional, yaitu akrosom, segmen

equatorial, tudung pasca nuclear (post nuclear cap) dan ekor. Spermatozoa mengandung

komponen-komponen kimia penting, baik yang terdapat pada permukaan sel, maupun yang

didalam sel, yang dapat dipelajari dengan cara sebagai berikut:

1. Pewarnaan spermatozoa dengan regensia spesifik untuk komponen tertentu dan mempelajari

struktur spermatozoa yang menyerap warna tersebut, dengan mikroskop cahaya atau

mikroskop elektron.

2. Melepaskan struktur-struktur spermatozoa, memakai zat-zat maupun alat-alat tertentu dan

kemudian menganalisisnya.

Contoh metode pertama ialah mereaksikan spermatozoa dengan antibodi hialuronidase yang

telah ditandai dengan zat perunut. Dengan cara fluoresensi atau peroksidase, maka tampak reaksi

antara hialurodinase spermatozoa dengan antibodi hialurodinase yang telah ditandai tadi,

sehingga diketahui adanya hialurodinase dan letaknya zat tersebut didalam spermatozoa

(Syahrum ,1994).

2.1 Akrosom Spermatozoa

Akrosom ialah suatu massa yang terdapat pada bagian anterior spermatozoa yang

merupakan struktur berupa selubung yang menutupi kurang lebih dua pertiga daerah kepala

spermatozoa. Akrosom penting karena mengandung enzim-enzim yaitu akrosin, hialurodinase,

CPE (corona penetrating enzyme).

Sebagai contoh, akrosin merupakan enzim proteolitik utama untuk menembus zona pelusida,

hialurodinase berguna untuk menembus kumulus ooforus, CPE berguna untuk menembus korona

radiata.

Page 2: Secara Garis Besar Spermatozoa Terdiri Atas Empat Regional

Enzim akrosom yang paling banyak dipelajari adalah akrosin, yaitu suatu proteinase yang

selain berperan untuk menembus zona pelusida berperan juga dalam transport spermatozoa

melalui mukus serviks (Syahrum, 1994).

2.2 Kepala Spermatozoa

Kepala (caput) yang tidak hanya mengandung inti (nucleus) dengan kromosom dan bahan

genetiknya, te

2.3 Inti Spermatozoa

Syahrum (1994) menyatakan bahwa inti spermatozoa dapat diwarnai antara lain dengan

pewarna metil hijau, toluidin biru, brilian kresil biru dan gram. Inti spermatozoa, mengandung

DNA dan RNA. Vakuola inti mengandung sejumlah unsur penting. Spermatozoa dapat

dibedakan dengan pewarnaan quinakrin hidroklorida menjadi sperma jantan (sperma X) dan

betina (Sperma Y).

2.4 Leher dan Ekor Spermatozoa

Aspek leher dan ekor spermatozoa masih sangat sedikit diketahui. Pada bagian midpiece

terdapat mitokondria yan mengandung banyak lipid. Energi midpiece dalam bentuk ATP

mengaiktifkan sistem flagela (Syahrum, 1994).

2.5 Plasma Semen

Plasme semen yang merupakan sekret kelenjar tambahan tractus genetalis jantan sebenarnya

tidak dikeluarkan sekaligus waktu ejakulasi, tetapi secara bertahap. Bila ejakulat dibagi menjadi

tiga porsi menurut urutan keluarnya, maka porsi I adalah hasil sekresi kelenjar cowper dan littre;

porsi II hasil sekresi kelenjar prostat dan biasanya porsi ini mengandung spermatozoa paling

banyak yang berasal dari ampula dan epididimis; porsi III yang paling banyak mengandung

Page 3: Secara Garis Besar Spermatozoa Terdiri Atas Empat Regional

cairan berasal dari vesikula seminalis. Didalam laboratorium klinik sering dilakukan

pemeriksaan ejakulat menjadi dua porsi. Porsi I biasanya berisi paling banyak spermatozoa, dan

motilitas serta morfologinya lebih baik daripada porsi II. Bila pihak jantan mempunyai jumlah

spertmatozoa yang rendah atau volume yang sangat besar, inseminasi buatan dengan

menggunakan porsi yang kaya spermatozoa dipakai untuk mencapai kehamilan

Plasme semen berfungsi sebagai medium untuk mengangkut spermatozoa pada tractus

genetalis betina, merupakan suatu bufer yang berisi makanan untuk spermatozoa dan mempunyai

volume sekitar 2-6 ml.

Tekanan osmotik plasma semen penting, karena konsentrasi garam yang terlampau tinggi

atau terlampau rendah akan mematikan spermatozoa. Motilitas spermatozoa berperan dalam

penetrasi mukus serviks, sekurang-kurangnya secara invitro.

Spermatozoa epididimis bersifat kurang mortil. Plasma semen dengan spermatozoa motilitas

tinggi dapat merangsang spermatozoa motilitas rendah dalam suatu semen. Tetapi harus diingat

bahwa konsentrasi spermatozoa juga penting. Ejakulasi dengan spermatozoa kecil dari 20 juta/ml

sering menyebabkan kesuburan menurun (Syahrum, 1994).

Page 4: Secara Garis Besar Spermatozoa Terdiri Atas Empat Regional

Untuk melihat mutu telur yang baik harus diperhatikan beberapa hal antara lain, kebersihan

kerabang, bentuk dan berat, ukuran, kondisi (kasar, licin dan keretakan), indeks kuning telur,

kekentalan albumin dan ketebalan albumin. Semakin tinggi nilai HU, kebersihan kerabang dan

kelicinan maka semakin lama daya simpan dan kelayakan konsumsi dari kuning telur tersebut.

Selain pengetahuan terhadap seleksi fisik telur, pengetahuan kefertilan telur juga perlu diketahui.

a. Clermont dalam Noviana (2000), menyatakan bahwa produksi spermatogonia

dan produksi harian spermatid dipengaruhi oleh ukuran tubulus seminiferus