Secara Garis Besar Spermatozoa Terdiri Atas Empat Regional
-
Upload
afrizal-fikri -
Category
Documents
-
view
18 -
download
1
Transcript of Secara Garis Besar Spermatozoa Terdiri Atas Empat Regional
Secara garis besar spermatozoa terdiri atas empat regional, yaitu akrosom, segmen
equatorial, tudung pasca nuclear (post nuclear cap) dan ekor. Spermatozoa mengandung
komponen-komponen kimia penting, baik yang terdapat pada permukaan sel, maupun yang
didalam sel, yang dapat dipelajari dengan cara sebagai berikut:
1. Pewarnaan spermatozoa dengan regensia spesifik untuk komponen tertentu dan mempelajari
struktur spermatozoa yang menyerap warna tersebut, dengan mikroskop cahaya atau
mikroskop elektron.
2. Melepaskan struktur-struktur spermatozoa, memakai zat-zat maupun alat-alat tertentu dan
kemudian menganalisisnya.
Contoh metode pertama ialah mereaksikan spermatozoa dengan antibodi hialuronidase yang
telah ditandai dengan zat perunut. Dengan cara fluoresensi atau peroksidase, maka tampak reaksi
antara hialurodinase spermatozoa dengan antibodi hialurodinase yang telah ditandai tadi,
sehingga diketahui adanya hialurodinase dan letaknya zat tersebut didalam spermatozoa
(Syahrum ,1994).
2.1 Akrosom Spermatozoa
Akrosom ialah suatu massa yang terdapat pada bagian anterior spermatozoa yang
merupakan struktur berupa selubung yang menutupi kurang lebih dua pertiga daerah kepala
spermatozoa. Akrosom penting karena mengandung enzim-enzim yaitu akrosin, hialurodinase,
CPE (corona penetrating enzyme).
Sebagai contoh, akrosin merupakan enzim proteolitik utama untuk menembus zona pelusida,
hialurodinase berguna untuk menembus kumulus ooforus, CPE berguna untuk menembus korona
radiata.
Enzim akrosom yang paling banyak dipelajari adalah akrosin, yaitu suatu proteinase yang
selain berperan untuk menembus zona pelusida berperan juga dalam transport spermatozoa
melalui mukus serviks (Syahrum, 1994).
2.2 Kepala Spermatozoa
Kepala (caput) yang tidak hanya mengandung inti (nucleus) dengan kromosom dan bahan
genetiknya, te
2.3 Inti Spermatozoa
Syahrum (1994) menyatakan bahwa inti spermatozoa dapat diwarnai antara lain dengan
pewarna metil hijau, toluidin biru, brilian kresil biru dan gram. Inti spermatozoa, mengandung
DNA dan RNA. Vakuola inti mengandung sejumlah unsur penting. Spermatozoa dapat
dibedakan dengan pewarnaan quinakrin hidroklorida menjadi sperma jantan (sperma X) dan
betina (Sperma Y).
2.4 Leher dan Ekor Spermatozoa
Aspek leher dan ekor spermatozoa masih sangat sedikit diketahui. Pada bagian midpiece
terdapat mitokondria yan mengandung banyak lipid. Energi midpiece dalam bentuk ATP
mengaiktifkan sistem flagela (Syahrum, 1994).
2.5 Plasma Semen
Plasme semen yang merupakan sekret kelenjar tambahan tractus genetalis jantan sebenarnya
tidak dikeluarkan sekaligus waktu ejakulasi, tetapi secara bertahap. Bila ejakulat dibagi menjadi
tiga porsi menurut urutan keluarnya, maka porsi I adalah hasil sekresi kelenjar cowper dan littre;
porsi II hasil sekresi kelenjar prostat dan biasanya porsi ini mengandung spermatozoa paling
banyak yang berasal dari ampula dan epididimis; porsi III yang paling banyak mengandung
cairan berasal dari vesikula seminalis. Didalam laboratorium klinik sering dilakukan
pemeriksaan ejakulat menjadi dua porsi. Porsi I biasanya berisi paling banyak spermatozoa, dan
motilitas serta morfologinya lebih baik daripada porsi II. Bila pihak jantan mempunyai jumlah
spertmatozoa yang rendah atau volume yang sangat besar, inseminasi buatan dengan
menggunakan porsi yang kaya spermatozoa dipakai untuk mencapai kehamilan
Plasme semen berfungsi sebagai medium untuk mengangkut spermatozoa pada tractus
genetalis betina, merupakan suatu bufer yang berisi makanan untuk spermatozoa dan mempunyai
volume sekitar 2-6 ml.
Tekanan osmotik plasma semen penting, karena konsentrasi garam yang terlampau tinggi
atau terlampau rendah akan mematikan spermatozoa. Motilitas spermatozoa berperan dalam
penetrasi mukus serviks, sekurang-kurangnya secara invitro.
Spermatozoa epididimis bersifat kurang mortil. Plasma semen dengan spermatozoa motilitas
tinggi dapat merangsang spermatozoa motilitas rendah dalam suatu semen. Tetapi harus diingat
bahwa konsentrasi spermatozoa juga penting. Ejakulasi dengan spermatozoa kecil dari 20 juta/ml
sering menyebabkan kesuburan menurun (Syahrum, 1994).
Untuk melihat mutu telur yang baik harus diperhatikan beberapa hal antara lain, kebersihan
kerabang, bentuk dan berat, ukuran, kondisi (kasar, licin dan keretakan), indeks kuning telur,
kekentalan albumin dan ketebalan albumin. Semakin tinggi nilai HU, kebersihan kerabang dan
kelicinan maka semakin lama daya simpan dan kelayakan konsumsi dari kuning telur tersebut.
Selain pengetahuan terhadap seleksi fisik telur, pengetahuan kefertilan telur juga perlu diketahui.
a. Clermont dalam Noviana (2000), menyatakan bahwa produksi spermatogonia
dan produksi harian spermatid dipengaruhi oleh ukuran tubulus seminiferus