Laporan Praktikum Spermatozoa
-
Upload
fathur-rahman -
Category
Documents
-
view
702 -
download
0
description
Transcript of Laporan Praktikum Spermatozoa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Spermatozoa yang baik merupakan salah satu factor dari fertilitas jantan. Spermatozoa
merupakan suatu system sito structural yang motil dimana pembentukannya memerlukan
kondisi yang baik secara internal dan eksternal agar terbentuk spermatozoa yang mampu
menetrasi sel telur secara sempurna.
Analisis spermatozoa merupakan suatu cara untuk mengevaluasi spermatozoa apakah
cukup fertile untuk memfertilisasi sel telur. Analisis spermatozoa ini dilakukan dengan
melalui beberapa macam cara seperti misalnya pengamatan konsentrasi, morfologi,
motilitas, pengamatan perlapangan pandang dan viabilitas.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan percobaan ini adalah bagaimana dapat
menghitung konsentrasi spermatozoa pada mencit jantan dewasa dan bagaimana membuat
preparat spermatozoa untuk pengamatan morfologi.
1.3 Tujuan
Percobaan yang berjudul analisis spermatozoa mencit bertujuan bagaimana dapat
menghitung konsentrasi spermatozoa pada mencit jantan dewasa dan bagaimana membuat
preparat spermatozoa untuk pengamatan morfologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mencit (Mus musculus)
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Classis: Mammalia
Order: Rodentia
Familia: Muridae
Genus: Mus
Species: Mus musculus
Mus musculus (mencit) 65-95 mm panjang dari ujung hidung mereka ke ujung tubuh
mereka, mereka adalah ekor 60-105 mm. Bulu mereka berkisar dalam warna dari cokelat
muda sampai hitam, dan mereka umumnya memiliki putih atau bellys Buffy. Mereka
memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik
(annulations). mencit cenderung memiliki panjang bulu ekor dan lebih gelap ketika hidup
erat dengan manusia. Mereka berkisar 12-30 g berat badan. Banyak bentuk-bentuk
domestik tikus telah dikembangkan yang bervariasi dalam warna dari putih menjadi hitam
dan dengan bintik-bintik.
Mus musculus umumnya tinggal di dekat dengan manusia di rumah-rumah, gudang,
lumbung, dll. Mereka juga menduduki ladang yang ditanami, fencerows, dan bahkan
daerah-daerah berhutan, tapi mereka jarang menyimpang jauh dari bangunan. Beberapa
individu menghabiskan musim panas di ladang dan pindah ke lumbung dan rumah-rumah
dengan mulainya musim gugur cuaca dingin. Karena asosiasi mereka dengan manusia,
Mus musculus telah dapat mendiami daerah-daerah yang tidak ramah (seperti tundra dan
padang pasir) yang mereka tidak akan dapat menempati secara mandiri.
2.2 Spermatozoa
Macam – macam spermatozoa menurut struktur ada 2 kelompok, yaitu tak berflagellum
dan berflagellum. Yang tak berflagellum terdapat pada beberapa jenis evertebrata, yakni
nematode, crustacean, diplopoda. Yang berflagellumlah yang umum terdapat pada hewan.
Flagellum itu ada yang satu ( umum ), ada yang dua ( jarang ). Yang berflagellum lazim
memiliki bagian – bagian : kepala dan ekor. Kepala sebagai penerobos jalan menuju dan
masuk ke dalam ovum, dan membawa makanan genetic yang akan diwariskan kepada
anak-cucu. Ekor untuk pergerakkan menuju tempat pembuahan dan untuk mendorong
kepala menerobos selaput ovum. ( Wildan Yatim, 1988 )
Spermatozoa dihasilkan terus – menerus setiap hari. Tapi bagi hewan yang memiliki
musim kawin penghasilan itu lebih kentara giat jika tiba musim itu. Ada pula penghasilan
berlangsung terus sebelum musim kawin, lalu dicadangkan. Jika tiba musim kawin
dikeluarkan sekaligus semua, sesuai dengan betina yang waktu itu mengeluarkan semua
telurnya sekaligus ( Wildan Yatim, 1988 )
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan, pembelahan dan pematangan sel-sel
gamet sampai menjadi sel gamet (sel kelamin) yang siap berperan dalam proses
reproduksi. Pada pria proses spermatogenesis meliputi spermatositogenesis dan
spermiogenesis sedang pada wanita disebut oogenesis.
Pembentukan spermatozoa pada pria normal berlangsung terus sampai usia lanjut. Hal ini
dimungkinkan selama spermatogonium induk (bakal sperma) masih tersedia.
Spermatogenesis terjadi dalam tubuli seminiferi. Menurut Cormack dalam bukunya
Clinically Integrated Histology bahwa perkembangan epitel seminiferi dalam pembentukan
spermatozoa melalui 6 tahap dan terjadi dalam 64-74 hari.
Lapisan paling luar sel-sel seminiferi merupakan spermatogonia yang pada masa pubertas
mengalami diferensiasi. Spermatogonia ini sifatnya selalu membelah. Spermatogonia
tersebut dinamakan spermatogonia primitif atau spermatogonia Ad (dark tipe A
spermatogonia). Dari spermatogonia Ad akan dihasilkan sepasang generasi spermatogonia
Ad yang baru. Salah satu dari Spermatogonia Ad tersebut akan membelah menjadi
sepasang spermatogonia Ap (pale tipe A spermatogonia) yang akan berkembang menjadi
sepasang spermatogonia B. Spermatogonia B akan berkembang menjadi spermatosit
primer dan sekunder. Spermatosit sekunder setelah mengalami proses mitosis berubah
menjadi spermatid dan pada akhirnya membentuk ekor menjadi spermatozoa
3.2. Spermatozoa
tersusun di sekeliling lumen tubuli seminiferi, kepalanya menempel ke sel sertoli dan
ekornya melambai ke arah lumen (Yatim, 1984).
Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran panjang 5 mikron, diameter 3
mikron dan tebal 2 mikron yang terutama dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat
penurunan ayah. Pada bagian anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur
yang berbentuk topi yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung
beberapa enzim hidrolitik antara lain: hyaluronidase, proakrosin, akrosin, esterase, asam
hidrolase dan Corona Penetrating Enzim (CPE) yang semuanya penting untuk
penembusan ovum (sel telur) pada proses fertilisasi ( Wildan Yatim, 1988 )
2.3 Metylen Blue
Sebuah pewarna dasar yang membentuk solusi biru tua bila dilarutkan dalam air. It is used
as an antidote for cyanide poisoning and as a bacteriological stain. Chemical formula: C 16
H 18 N 3 SCl. Hal ini digunakan sebagai antidot untuk keracunan sianida dan sebagai noda
bakteriologi Rumus Kimia: C 16 H 18 N 3,Digunakan sebagai pewarna dalam aplikasi
terapeutik dan diagnostik.
2.4 Hemacitometer Improved Neubeauer
Pada hemacitometer ini terdapat kisi-kisi pada tiap dua bagian, bagian yang lebih lebar
( kamar) dari Hemacitometer,dua bagian yang panjang ( pada tiap-tiap sisi kamar ) lebih
tinggi daripada kamar. Konsekuensinya jika beratnya melebihi tempat pada kamar maka
ada volume yang sangat spesifik dari pengenceran semen yang melebihi kisi, maka harus
digunakan factor perkalian untuk menghitung jumlah spermatozoa dari semen.
Pada kamar Hemacitometer terdapat dua puluh lima persegi dan pada tiap-tiap persegi
terdapat 16 kotak. Hemacitometer memerlukan beberapa perawatan khusus. Alat yang
kotor atau tergores akan mengakibatkan perhitungan yang tidak akurat. Untuk
membersihkan Hemacitometer langkah yang harus diambil adalah sebagai berikut :
1. kamar dan penutup Hemacitometer dicuci dengan deterjen yang sangat halus, hati-hati
jangan sampai menggores kamar. Gosok permukaannya dengan halus dengan
menggunakan tissue, kertas lensa atau ujung jari.
2. bilas dengan air hangat
3. bilas dengan air destilasi
4. bilas dengan alcohol atau aseton untuk mengeringkan
5. simpan di tempat bebas debu dengan penutup dan Hemacitometer dibungkus secara
terpisah dalam tissue.
( www.ARS – equine.co.id, 2005 )
Berikut adalah gambar dari Hemacitometer Improved Naubaeur.
Gambar 4.1 Hemacitometer Improved Neubaeur dan pipet Thoma
Cara menghitung spermatozoa dengan menggunakan alat ini adalah dengan memakai
rumus :
Dengan Q adalah jumlah konsentrasi pada sperma, n adalah jumlah spermatozoa yang
tampak dalam Hemacitometer Improved Neubaeur, p adalah pengenceran yang digunakan,
dan V merupakan volume Hemacitometer.
ΣQ = n . p V
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam melakukan percobaan ini adalah pipet, gunting bedah,
pinset, kaca arloji / cawan Petri, sedangkan bahan – bahan yang digunakan adalah mencit
( Mus muscullus ) jantan dewasa seksual, metylen blue, eosin Y, NaCl 0,9 %,
Hemacitometer Improved Neubareur .
3.2 Skema Kerja
A. Pengmatan perlapagan pandang
- disediakan 1 ml larutan NaCl 0,9 % dalam kaca arloji atau cawan Petri
- dibunuh mencit dengan cara dislokasi servikalis
- dibedah mencit dan diamati alat reproduksinya, selanjutnya digunting epididimis
caudanya
- dimasukkan epididimis cauda dalam kaca arloji yang telah berisi 1 ml NaCl 0,9 %
- digunting – gunting sehalus mungkin epididims kauda dalam cawan petri tersebut
- diaduk hingga homogen
- ditambahkan larutan eosin 1 tetes
- diletakkan suspensi yang sudah homogen di atas gelas obyek
- ditutup dengan gelas penutup
- diamati dibawah mikroskop
- dicatat jumlah sperma
Mencit jantan dewasa
Hasil
B. pengamatan motilitas spermatozoa
- diamati di bawah mikroskop
- suspensi diteteskan pada gelas obyek sebanyak 2 tetes
- dihitung spermatozoa yang bergerak
C. Menghitung konsentrasi spermatozoa
- dihisap spermatozoa hingga garis/ tanda 0,5
- dihisap larutan NaCl 0,9% sampai dengan tanda 11
- ditahan larutan dalam pipet thoma kemudian digoyang-goyang hingga homogen
- ditetesi pada hemasitometer improved neubauer
- dihitung spermatozoa dalam kamar
D. pengamatan viabilitas spermatozoa
- diteteskan suspensi sebanyak 1 tetes ke dalam gelas obyek
- ditambahkan larutan eosin negrosin sebanyak 1 tetes
- ditutup dengan gelas penutup
- diamati dibawah mikroskop
- dihitung viabilitas spermatozoa
Hasil
Suspensi spermatozoa
Hasil
Hasil
Suspensi sspermatozoa
Suspensi spermatozoa
D. Pengamatan morfologi spermatozoa
- diteteskan kurang lebih dua tetes suspensi spermatozoa pada percobaan
sebelumnya di atas kaca objek, kemudian diratakan dengan kaca objek yang lain
- dikeringkan dengan menganginkannya beberapa menit dan direndam dalam
methanol selama 5 menit
-Direndam dalam eosin Y selama 5 menit dan dibilas kelebihan warna dengan
air ledeng
-Direndam dalam metilen blue selama 5 menit dan dibilas kelebihan warna
dengan air ledeng
-Dibiarkan sampai kering, dan diamati kelainan morfologi yang terjadi
Hasil
Suspensi spermatozoa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel pengamatan
N
o
Perlakuan Pengamatan
1 Pengamatan Per-Lapangan Pandang
- Mencit didislokasi servikalis
- Dibedah bagian caudalnya
- Dicari saluran epididimisnya
- Disiapkan NaCl 0,9% 1 ml diletakkkan di
cawan petri
- Setelah ketemu epididimisnya, epididimisnya
dipotong dan dimasukkan ke cawan petri yang
diberisi larutan NaCl 0,9% dan eosin
- Epididimis dipotong-potong sampai halus
- Kemudian suspensi diletakkan di atas geas
obyek
- Ditutup dengan gelas penutup
- Diamati dibawah mikroskop
- Dicatat jmlah sperma
Epididimis berwarna putih berupa
saluran dengan 2-3 mm
Eosin berwarna pink
Perbesaran 100x
Jumlah sperma = 121
2 Pengamatan Motilitas Spermatozoa
Susupensi diletakkan pada gelas obyek sebanyak
2 tetes
Diamati dibawah mikroskop
Dihitung spermatozoa yang bergerak
%motilitas spermatozoa = total imotil
totalx100 %
= 121−86
121x100 %
= 2,89
Perbesaran 10x
Tipe 1 = 20 (bergerak lurus dan
cepat)
Tipe 2 = 9 (bergerak lambat/ zig-
zag)
Tipe 3 = 6 (bergerak ditempat )
Tipe 4= 86 ( tidak bergerak )
N
o
Perlakuan Pengamatan
3 Menghitung Konsentrasi Spermatozoa
- Spermatozoa dihisap sampai garis/ tanda 0,5
- Kemudian penghisapan larutan NaCl 0,9% sampai
dengan tanda 11
- Larutan ditahan dalam pipet thoma kemudian
digoyang-goyangkan hingga homogen
- Diteteskan pada hemacitometer improved neubauer
- Dihitung spermatozoa dalam 25 kamar
- Dihitung spermatozoa dalam 25 kamar
Larutan bercampur sempurna
Sel yang dihitung dalam kamar
hitung
Pojok 1 = 13
Pojok 2 = 3
Pojok 3 = 3
Pojok f = 6
tengah = 930
+¿
= n . pv
= 30 x 20
5
=
6005 = 120
4 Pengamatan Viabilitas Spermatozoa
- Suspensi diteteskan sebanyak 1 tetes ke gelas obyek
- Ditambahkan larutan eosin negrosin sebanyak satu
tetes
- Ditutup dengan gelas penutup
- Diamati di bawah mikroskop
- Dihitung viabilitas spermatozoa
Larutan eosin negrosin
berwarna pink
Perbesaran 40x
Total spermatozoa = 40
5 Pengamatan Morfologi Spermatozoa
- Suspensi ditetskan sebanyak 2 tetes ke gelas obyek
- Dikering-anginkan beberapa menit
- Direndam metanol selama 5 menit
- Direndam dalam eosoin selama 5 menit
- Dibilas kelebihan warnanya
- Direndam dalam metylen blue 5 menit
- Dibilas kembali kelebihan warnanya
- Dibilas kering
- Diamati kelainan morfologinya
Spermatozoa hidup = 26
%viabilitas spermatozoa =
spermatozoa hidupspermatozoatotal
x100 %
2640
x 100 %=65 %
Metanol berwarna
Eosin berwarna
- Tidak ada kepala = 1
- Ekor saja = 3
- Berukuran raksasa = 3
- Kepala saja= 2
- Terdapat dua kepala = 3
- Gepeng = 1
4.2 Pembahasan
Percobaan yang berjudul analisis spermatozoa ini menggunakan mencit sebagai bahan
percobaan. Percobaan ini bertujuan bagaimana dapat menghitung konsentrasi spermatozoa
pada hewan tertentu dan bagaiman cara mengamati morfologi dari spermatozoa tersebut.
4.2.1 Perbedaan Morfologi Mencit dan Marmut
Mencit adalah jenis yang tikus yang paling di kenal tikus ini berukuran kecil. Hewan ini
diperkirakan sebagai mamalia terbanyak setelah manusia. Kelebihannya yaitu pandai
menyesuaikan perubahan – peribahan yang sengaja dibuat oleh manusia. Mencit memiliki
organ terlengkap sebagai mamalia. Berkembangbiak dengan beranak, kawin pada usia 50
hari dan mengalami masa kehamilan selama 20 hari.
Marmut merupakan binatang pengerat. Mereka dapat dikenali dari bentuk tubuhnya yang
pendek dan gemuk. Selain itu juga mempunyai dua pasang kaki yang pendek, denga kaki
depan dilengkapi cakar. Pada setiap kaki terdapat empat atau lima jari. Adapun tubuh
marmut diliputi bulu tebal, dengan ekor terjuntai panjang di bagian belakangnya. Marmut
mempunyai sepasang mata dan sepasang telinga yang agak menjorok sehingga seperti
tidak tampak karena tertutup bulu. Marmut juga mempunyai gigi lengkap berupa gigi seri
dan gigi geraham untuk mencerna makanannya.
4.2.2 Pengamatan perlapangan pandang
Pada awalnya semua bahan dan alat disiapkan antara lain, gunting bedah, Hemacitometer
Improved Naubaeur, pinset, kaca arloji, dan mencit jantan. Setelah itu larutan NaCl 0,9%
disiapkan dalam kaca arloji, kemudian mencit dibunuh dengan cara dislokasi servikalis.
Penggunaan larutan NaCl adalah agar spermatozoa tidak mengalami lisis dan berubah
bentuk, karena lartan isotonis degan spermatozoa. Pembunuhan mencit dilakukan dengan
cara dislokasi servikalis karena pembunuhan ini menghemat biaya dan lebih cepat, selain
itu agar supaya sambungan tulang belakang lepas dan tidak merusak organ yang ada di
dalamnya. Pembunuhan ini dilakukan dengan cara memegang leher dan ujung pangkal
ekor mencit lalu ditarik dengan sekuat tenaga sampai bunyi, setelah itu dibiarkan beberapa
menit, karena begitu ditarik dengan sekuat tenaga tadi seketika juga sambungan saraf
terputus dan perlahan mencit kehabisan napas dan akhirnya mati. Setelah itu mencitnya
dibedah dan dicari epididimis caudalnya. Epididimis caudal pada mencit berwarna putih
berupa saluran dengan ukuran 2-3 mm. Setelah terlihat epididimis caudalnya dipotong-
potong sampai halus dan dicampur dengan larutan NaCl 0,9% lalu ditambah lagi eosin 1
tetes, eosin berwarna pink. Setelah itu suspensi diletakkan di atas gelas obyek lalu ditutup
dengan gelas penutup. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesarab 40x dan dicatat
jumlah spermatozoa yang tampak. Dari pengamatan jumlah spermatozoa didapatkan
sperma yang ditemukan adalah sebanyak 121
4.2.3 Pengamatan morfologi spermatozoa
Pada pengamatan spermatozoa kali ini, hal pertama yang dilakukan adalah suspensi
spermatozoa mencit diteteskan sebanyak dua tetes di atas kaca objek lalu diratakan dengan
kaca objek lainnya. Dalam melakukan percobaan ini terdapat kesalahan, karena ketika
percobaan ini dilakukan sesuai prosedur kerja.
Sel spermatozoon terdiri dari bagian kepala yang terlatak di bagian ujung dan tersusun atas
satu set kromosom yang bersifat haloid yang kompak, bagian leher dan bagian ekor.
Bagian kepala berfungsi sebagai penerobos jalan menuju masuk ke dalam ovum, dan
membawa bahan genetic yang diwariskan. Mitokondria yang terdapat pada bagian middle
piece berfungsi sebagai penyuplai ATP sebagai energi yang digunakan sel spermatozoon
untuk pergerakan ekor. Bagian ekor spermatozoon berfungsi untuk pergerakan
spermatozoon menuju ke tempat pembuahan dan untuk menerobos selaput ovum (Awik,
2005)
Berikut adalah gambar dari struktur sperma yang normal pada mamalia.
Gambar 4.4 Sperma abnormalndorong kepala
Gambar 4.3 sperma normal
Ada beberapa macam sperma abnormal yang ada dalam tubuh jantan, hal ini disebabkan
karena berbagai macam gangguan dalam spermatogenesis, terutama waktu spermiogenesis.
Gangguan itu mungkin karena factor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, atau oleh
penyakit (Yatim, 1994) Dari pengamatan didapaykan data –data spermatozoa yang
abnormal yaitu tidak berkepala sebanya 1, ekor saja sebanyak 3, berukuran raksasa
sebanyak 3, kepala saja sebanyak 2, terdapat dua kepala sebanyak 3 dan gepeng ada 1.
4.2.4 Pengamatan Motilitas Spermatozoa
Motilitas sperma berperan penting dalam suksesnya proses konsepsi, terutama dalam
menembus lendir serviks. Parameter yang diukur dalam menentukan kualitas motilitas
sperma diantaranya gerakan, kecepatan bergerak lurus, kecepatan bergerak melingkar dan
rata-rata amplitudo letak kepala sperma sisi lateral. Reproduksi pria mulai dari rete tesis,
duktuli eferentes, epididimis, duktus deferen sampai duktus ejakulatorius, berperan sangat
vital dalam mendukung perjalanan sperma. Gangguan pada saluran reproduksi tersebut
dapat mempengaruhi keberhasilan konsepsi yang pada akhirnya dapat mengakibatkan
infertilitas (Saputri, 2007)
Dalam pengamatan motilitas kita ingin mengetahui bagaimana sperma bergerak. Pertama
kita teteskan suspense ke dalam gelas obyek lalu ditutup dengan gelas penutup. Setelah itu
diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x. dari pengamatan ini didapatkan
beberapa macam pergerakakn spermatozoa. Pertama sperma yang bergerak dengan cara
lurus dan cepat ditemukan ada satu, sperma yang bergerak lambat/ zigzag ditemukan ada2,
sperma yang bergerak ditempat ditemukan ada 6, dan terahir ditemukan sperma yang tidak
bergerak sama sekali ada 86. Untuk tipe sperma yang terahir menunjukkan bahwa sperma
tersebut sudah mati. Selanjutnya akan dicari prosentase dari sprema yang motil dengan
menggunakan rumus.
%motilitas spermatozoa = total imotil
totalx100 %
= 121−86121
x100 %
= 2,89dari perhitungan di atas bisa ketahui jumlah prosentase sperma yang masih motil yaitu
2,89%.
Pengamatan viabilitas spermatozoa
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui prosentase viabilitas atau kemampuan
bertahan hidup sperma. Langkah pertama percobaan ini adalah dengan meneteskan
suspensi ke gelas obyek,selanjutnya ditambahkan eosin satu tetes juga lalu ditutup dengtan
gelas penutup. Eosin berwarna pink dan tujuan pemberian eosin disini dalah sebagai
indiakor warna sehingga kita lebih mudah mengamati spermatozoa. Kemudian diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x. hasil dari pengamatan meneumkan jumlah
sperma yang masih hidup ada 26. Sedangkan jumlah total spermatozoa yang ditemukan
ada 40. Selanjutnya kita hitung prosentase viabilitas sperma menggunakan rumus :
%viabilitas spermatozoa =spermatozoa hidupspermatozoatotal
x100 %
¿ 2640
x 100 %
¿65 %
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa kemampuan viabilitas sperma Mus musculus
adalah 65%.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan yang berjudul analisis spermatozoa
mencit adalah praktikan dapat menghitung konsentrasi spermatozoa dan membuat preparat
spermatozoa untuk pengamatan morfologi.
Spermatozoa normal terbagi atas beberapa bagian kepala yaitu kepala, leher, dan
ekor. Pada spermatozoa abnormal bagian – bagian tersebut bisa berkurang atau bertambah.
Macam spermatozoa abnormal antara lain : kepala dua, kepala gepeng, ekor pendek,
kepala raksasa, letak ekor abaksial, kepala kecil, ada sisa sitoplasma melekat, bagian
tengah besar, ekor berujung dua. Konsentrasi sperma normal pada mencit adalah 20 sampai
40 juta/ml.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, D, P, Awik . 2005 . “ Perkembangan Hewan “. Biologi ITS. Surabaya
Yatim, Wildan. 1988. “ Reproduksi dan Embriologi “. Penerbit Tarsito. Bandung
www. ARS – equine.co.id. 2005
Saputri, A, A. 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kedelai (Glycine max) Terhadap
Motilitas Sperma Mencit Balb/c Jantan. UnDip press: Semarang