(Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

94
ANALISIS ARGUMENTASI DALAM SOCIO SCIENTIFIC ISSUES (SSI) (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah) SKRIPSI diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Vella Attaqi NIM. 11150163000085 PROGAM STUDI TADRIS FISIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Transcript of (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

Page 1: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

ANALISIS ARGUMENTASI DALAM SOCIO SCIENTIFIC

ISSUES (SSI)

(Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

SKRIPSI

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Vella Attaqi

NIM. 11150163000085

PROGAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

i

Page 3: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

ii

Page 4: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

iii

Page 5: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

iv

ABSTRAK

Vella Attaqi, 11150163000085. Analisis Argumentasi Dalam Socioscientific

Issues (SSI). Skripsi, Progam Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan argumentasi siswa

berdasarkan kajian terhadap 10 literatur (periode 5 tahun terakhir). Penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode penelitian yang

bersifat deskriptif-analitis. Sumber data dalam penelitian ini adalah 7 artikel

internasional dan 3 artikel nasional pada jenjang SMA yang diterbitkan pada

rentang tahun 2016-2020, yang membahas mengenai argumentasi dalam

Sosioscientific Issues (SSI). Cara mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

dengan melakukan analisis terhadap artikel-artikel tersebut. Hasil penelitian ini

kemudian dipaparkan dalam bentuk narasi, dengan cara setiap artikel yang dikaji

dipaparkan apa adanya tanpa menyertakan data primer atau tidak dalam

pengamatan langsung. Hasil analisis dari artikel tersebut menunjukkan bahwa

siswa kelas 10, 11, dan 12 memiliki tingkat argumentasi awal yang sama yaitu

pada level 1 sampai 2. Setelah diberi pengaruh dengan Sosisoscientific Issues

(SSI) tingkat argumentasi siswa meningkat dari level 3 sampai level 5. Temuan

analisis juga menunjukkan bahwa tingkat argumentasi siswa perempuan lebih

tinggi dari pada siswa laki-laki. Hal ini menunjukkan kesimpulan bahwa

Sosisoscientific Issues (SSI) efektif digunakan dalam pembelajaran sains (Fisika,

Biologi, dan Kimia) untuk meningkatkan kualitas argumentasi siswa SMA dalam

studi ini.

Kata kunci: Keterampilan argumentasi, Sosisoscientific Issues (SSI)

Page 6: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

v

ABSTRACT

Vella Attaqi, 11150163000085. Argument Analysis in Socioscientific Issues

(SSI). Thesis, Departement of Physics Education, Faculty of Education and

Teacher Training, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta.

This study aimed to analyze students’ argumentation skills based on the review of

ten literatures (within the last five years). This study uses a qualitative research

approach with descriptive-analytic research methods. The data sources in this

study are seven international articles and three national articles from the high

school level published in the 2016-2020 focused on the Socioscientific Issues

arguments (SSI). The technic to collect data in this study is by analyzing these

articles. The results of this study are presented in the narrative form, which means

they are presented without showing the primary data or by indirect observation.

The results of this study state that the tenth, eleventh, and the twelfth graders have

the same early argumentation level from one to two. After being influenced by the

Socioscientific Issues (SSI), the argumentation level of students increased from

three to five. The findings of the analysis also state that the argumentation level of

female students were higher than the male ones. This concludes that the

Socioscientific Issues is effectively used in the science learnings (Physics,

Biology, and Chemistry) to improve the argumentation quality level of high

school students in this study.

Keywords: Argumentation Skills, Socioscientific Issues (SSI)

Page 7: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

vi

KATA PENGANTAR

Senandung kalimat syukur tiada hentinya penulis haturkan kepada Allah

SWT, tuhan semesta alam yang mengizinkan skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik pada waktu yang terbaik. Melalui proses pengerjaan skripsi ini,

penulis menemukan dan merasakan banyak rahmat, hidayah, serta pertolongan

Allah yang melimpah. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat beliau

di seluruh alam.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis

dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan (S1) Jurusan Pendidikan Fisika di

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berjudul “Analisis Argumentasi dalam

Sosioscientific Issues (SSI)”.

Selanjutnya, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini, sehingga dalam proses skripsi ini dapat

berjalan dengan baik. Dengan rasa hormat, penulis mengucapkan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. H. Amany Lubis, MA., Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Sururin, M. Ag selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M. Pd selaku Ketua Progam Studi Tadris

Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Kinkin, M.Pd selaku Sekretaris Progam Studi Tadris Fisika FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen pembimbing akademik yang telah

memberi nasihat, arahan serta bimbingan selama masa aktif perkuliahan.

5. Ibu Ai Nurlaela, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan

waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi agar penulis

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih tak hingga atas

kesabarannya dan keikhlasannya dalam membimbing penulis sampai

selesai dalam penelitian ini. Atas segala perhatiannya tersebut, penulis

Page 8: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

vii

hanya mampu membalasnya dengan do’a; semoga Allah beri kebahagiaan,

keberkahan, rahmat Allah dalam kehidupan.

6. Alm. Bapak Mukhlasin dan Ibuk Zalihah, dua malaikat tak bersayap dalam

hidup penulis. Terimakasih atas perjuangan Abah dan ibuk sehingga

penulis mampu sekolah sampai jenjang perguruan tinggi. Do’a dan

restunya menjadi jalan kemudahan dalam selesainya skripsi ini. Penulis

tidak mampu membalas jerih payahnya selama ini. Hanya do’a yang

mampu penulis semaikan; semoga Allah selalu memberi keberkahan, ridlo

serta rahmat Allah dalam kehidupan.

7. Munhidlatul Ummah dan Fida Nabila, dua saudariku tersayang yang telah

mendukung serta mendo’akan sampai saat ini.

8. Bulek Ulil Makrifah, Bulek Khoirul Jannah, dan Pak lek Agus Noto Adi,

selaku Bulek dan Pak lek yang telah menyekolahkan saya dari Madrasah

Tsanawiyah (MTs) sampai Madrasah Aliyah (MA). Atas kebaikan

tersebut, penulis hanya mampu membalas dengan do’a; semoga bulek Pak

lek selalu dilimpahkan rezeki, keberkahan, serta rahmat Allah dalam

kehidupan.

9. Seluruh keluarga dari pihak Abah dan Ibuk, penopang warna dalam

kehidupan penulis.

10. Bu Nyai Lilis Masfufah, S.Pd dan Alm. Kiyai Abdullah Kholil., Selaku

Guru dan orangtua di Pesantren Putri Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Annur Al-

Hidayah Krebet Senggrong, Bululawang, Malang. Atas kesabaran dan

keikhlasan beliau membimbing, penulis hanya mampu membalas dengan

do’a; semoga beliau selalu dilimpahkan keberkahan, kebahagiaan, ridlo

serta rahmat Allah dalam kehidupan.

11. Mbah Nyai Nur Mubayyanah., selaku guru sekaligus orangtua yang telah

membimbing dengan sabar dan ikhlas. penulis hanya mampu membalas

dengan do’a; semoga beliau selalu dilimpahkan keberkahan, kebahagiaan,

ridlo serta rahmat Allah dalam kehidupan.

12. Bapak Sahrai, S.Pd., selaku guru sekaligus ayah yang telah membimbing

dengan sabar dan ikhlas. Atas kebaikan tersebut, penulis hanya mampu

Page 9: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

viii

mendo’akan; semoga beliau beserta keluarga dilimpahkan kebahagiaan,

keberkahan serta ridlo Allah dalam kehidupan.

13. Bapak Slamet dan Ibu Ummu, selaku Mbah serta guru yang telah

membimbing dengan sabar dan ikhlas.

14. Bapak Prof. Dr. Abd. Mujib, M.Ag dan Ibu Hj. Maria Ulfah, selaku Guru

sekaligus orangtua di Rumah Tahfidz Taman Kedaung Ciputat, yang telah

membimbing dengan sabar dan ikhlas. Penulis hanya mampu mendo’akan;

semoga senantiasa diberi keberkahan dan kebahagiaan dalam kehidupan.

15. Ibu Dhurriyatul Thoyyibah, S. Pd. Selaku pembimbing di Rumah Tahfidz

Kedaung, Ciputat. Beliau dengan sabar dan ikhlas membantu perjuangan

untuk ikut tes perguruan tinggi Negeri.

16. Seluruh teman-teman di Pondok Pesantren Putri Tahfidzul Qur’an (PPTQ)

Annur Al-Hidayah Krebet Senggrong, Bululawang, Malang. Teman-teman

seperjuangan dalam belajar agama dan Al-qur’an.

17. Zekkiyah Al-aluf dan Natijatuz Zahroh, sahabat dari Malang dalam

menghabiskan waktu membuat kenangan.

18. Teman-teman seperjuangan di Rumah Tahfidz Kedaung, Ciputat; Widya

Oktavia, Eva Muzdalifah Zen, Endah Nuryana, Zahratul Fitri Masyhudah,

Siti Aisyah Najwa, Ainul Muzdalifah, Robiatul Adawiyah, Zeni Alfiyana,

dan sebagainya.

19. Teman-teman dari berbagai macam runag kelas, organisasi, dan komunitas

yang senantiasa mewarnai perjalanan proses belajar di Universitas.

Mereka adalah teman-teman Pendidikan Fisika angkatan tahun 2015,

Forum Mahasiswa Lamongan (FORMALA), Forum Lingkar Pena (FLP)

Ciputat, Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pragmatis 39. Public Speaking

Tarbiyah Comunity (PSTC) Batch 1, dan Kahfi BBC Motivator School.

20. Seluruh orang-orang yang pernah mewarnai kehidupan penulis, teman-

teman offline dan online penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Page 10: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

ix

Harapan penulis, semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang membaca dan dapat mengambil hikmah bagi penulis, para akademisi,

maupun masyarakat umum.

Jakarta, 14 September 2020

Penulis

Vella Attaqi

Page 11: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

BAB II ..................................................................................................................... 7

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL .................................. 7

A. Deskripsi Teoritis ......................................................................................... 7

1. Argumentasi ............................................................................................. 7

2. Socioscientific Issues (SSI) .................................................................... 12

3. Keterampilan Argumentasi pada Socioscientific Issues (SSI)................ 18

4. Metode Penelitian Kepustakaan ............................................................. 20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 27

C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 29

D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 30

BAB III ................................................................................................................. 31

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 31

B. Metode Penelitian....................................................................................... 31

Page 12: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

xi

C. Sumber Data ............................................................................................... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32

E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 32

BAB IV ................................................................................................................. 34

PEMBAHASAN ................................................................................................... 34

A. Deskripsi Data ............................................................................................ 34

B. Pembahasan ................................................................................................ 44

C. Keterbatasan dan Kelebihan ....................................................................... 67

BAB V ................................................................................................................... 69

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 69

A. Kesimpulan ................................................................................................ 69

B. Saran ........................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70

Lembar Rincian Artikel Internasional yang dikaji ................................................ 73

Lembar Rincian Artikel Nasional yang dikaji ...................................................... 78

Page 13: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Komponen Argumentasi Toulmin ...................................................... 9

Gambar 4. 1 Contoh Argumentasi Siswa.............................................................. 47

Gambar 4. 2 Transkip Argumentasi Siswa ........................................................... 48

Gambar 4. 3 Contoh Sanggahan Siswa ................................................................. 49

Gambar 4. 4 Argumentasi Siswa pada Topik Kloning ......................................... 49

Gambar 4. 5 Alasan Siswa dalam Berargumentasi ............................................... 50

Gambar 4. 6 Sanggahan atau Bantahan Siswa ...................................................... 50

Gambar 4. 7 Bantahan Siswa dengan Alasan lebih dari satu ................................ 51

Gambar 4. 8 Argumentasi Siswa pada Aspek Bukti ............................................. 51

Gambar 4. 9 Argumentasi Siswa Laki-laki dengan Banyak Informasi ................. 51

Gambar 4. 10 Instrumen Soal Keterampilan Argumentasi ................................... 53

Gambar 4. 11Intrumen Soal Kemampuan Argumentasi ....................................... 56

Gambar 4. 12 Klasifikasi Argumentasi Siswa sesuai Tingkatan .......................... 57

Gambar 4. 13 Level Argumentasi Toulmin .......................................................... 58

Gambar 4. 14 Sanggahan dari Argumentasi yang disajikan ................................. 60

Gambar 4. 15 Argumentasi Siswa untuk Memperkuat Claim .............................. 60

Gambar 4. 16 Contoh Argumentasi Siswa ............................................................ 61

Gambar 4. 17 LKS Sosioscientific Issues (SSI) .................................................... 62

Gambar 4. 18 Soal pada Instrumen Keterampilan Argumentasi........................... 63

Gambar 4. 19 Contoh Jawaban Siswa ................................................................... 63

Gambar 4. 20 Kualitas Argumentasi pada Level 1 ............................................... 64

Gambar 4. 21 Argumentasi pada Level 2.............................................................. 65

Gambar 4. 22 Argumentasi pada Level 4.............................................................. 65

Page 14: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Konsep Critical and Problem-oriented Approach ............................... 14

Tabel 4. 1 Data Hasil Analisis Artikel Internasional pada Jenjang SMA (Sekolah

Menengah Atas) .................................................................................................... 35

Tabel 4. 2 Data Hasil Analisis Artikel Nasional pada Jenjang SMA (Sekolah

Menengah Atas) .................................................................................................... 41

Page 15: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi,

artinya kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan

yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya.

Abad ke-21 adalah abad yang meminta kualitas dalam segala hal usaha dan hasil

kerja manusia. Dengan sendirinya abad ke-21 meminta sumberdaya manusia yang

berkualitas, yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara

profesional sehingga membuahkan hasil unggulan. tuntutan-tuntutan yang serba

baru tersebut meminta berbagai terobosan dalam berpikir, penyusunan konsep,

dan tindakan-tindakan. Dengan kata lain diperlukan suatu paradigma baru dalam

menghadapi tantangan-tantangan yang baru1.

Paradigma belajar Abad ke-21 ini mengalami pergeseran. Sehingga

pembelajaran abad ke-21 ini menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan,

pengetahuan, dan kemampuan di bidang tertentu untuk siap mengahadapi

tantangan-tantangan baru dan dapat sukses dalam kehidupan serta pekerjaannya2.

Untuk itu kemampuan yang harus dikembangkan adalah kemampuan berpikir

kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi, dan berkomunikasi3.

Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan dengan cara mengasah

keterampilan argumentasi4. Keterampilan argumentasi dapat melatih siswa dalam

menggunakan kemampuan berpikirnya. Menurut Deanedan Song, argumentasi

memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir kritis dan

1 Etistika Yuni Wijaya, Dwi agus Sudjimat, dan Amat Nyoto. Transformasi Pendidikan

Abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber Daya Manusia di Era Global. Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan Matematika. Vol. 1 , 2016. h. 263 2 Ibid, h. 266 3 Ade Cyntia Pritasari, Sri Dwiastuti dan Riezky Maya Probosari. Peningkatan

Kemampuan Argumentasi melalui Penerapan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas X

MIA SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol 8, 2016,

h. 2 4 Ursula Wingate, “Argument!” Helping Student Understand What Essay Writing is

About, Journal of English for Academic Purpose, 11, 2012, h. 152-153

Page 16: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

2

menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide5.

Belajar melalui argumentasi juga akan melatih siswa untuk mengevaluasi bukti

atau saran dan mengambil keputusan6.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada beberapa Sekolah

Menengah Atas (SMA) daerah Tangerang Selatan, yang menyatakan bahwa siswa

kurang mampu dalam menjelaskan konsep-konsep sains. Namun lebih mampu

menyelesaikan soal secara matematis sehingga mengakibatkan keterampilan

argumentasi siswa menjadi lemah. Misalnya, dalam menyampaikan jawaban atau

argumentasi tanpa disertai bukti atau alasan untuk memperkuat jawaban tersebut.

Padahal sains bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan sebuah

ilmu pengetahuan. Dalam mempublikasikan pengetahuan baru tersebut, ilmuan

melibatkan kritik dan argumen. Dengan demikian, argumentasi memegang peran

penting pada praktik utama sains. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran sains

seharusnya tidak lagi hanya untuk memahirkan konsep sains namun juga belajar

melibatkan argumentasi dalam pembelajaran sains7. Selain itu, argumentasi juga

memiliki beberapa alasan penting untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA

yaitu: (1) ilmuan menggunakan argumentasi dalam mengembangkan dan

meningkatkan pengetahuan ilmiahnya; (2) masyarakat menggunakan argumentasi

dalam perdebatan ilmiah; dan (3) siswa dalam pembelajaran membutuhkan

argumentasi untuk memperkuat pemahamannya8.

Salah satu cara untuk memunculkan argumentasi adalah dengan

memberikan suatu stimulus yang dapat mengembangkan keterampilan

argumentasi. Sehingga pembelajaran sains sebaiknya didesain dengan

menghadirkan stimulus yang dapat memungkinkan siswa untuk mencari

kebenaran dan bukti serta keyakinan dari pemahaman konsep, ide maupun sebuah

5 Opcit., h. 2 6 Silviana Hendri dan Aprina Defiani. Review: Membentuk Keterampilan Argumentasi

Siswa Melalui Isu Sosial Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Prosiding Simposium Nasional

Inovasi dan Pembelajaran Sains (SNIPS), 2015, h. 545 7 Kuhn, D., Teaching and Learning Science as Argument. Science Education, 2010, h.

810 8 Deni fauzi Rahman, Analisis Argumentasi dalam Isu Sosiosaintifik Siswa SMP. Journal

of natural Science Teaching, Vol. 01, 2018, h. 10

Page 17: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

3

topik9. Oleh karena itu, sains khususnya mata pelajaran fisika tidak lagi dipandang

hanya sekadar menemukan dan menyajikan fakta, melainkan membangun

argumen dan mempertimbangkannya, serta mendebat berbagai penjelasan tentang

fenomena10.

Stimulus yang dapat digunakan untuk merangsang keterampilan

argumentasi siswa adalah dengan menghadirkan Sosioscientific Issues (SSI) yang

berkembang di masyarakat. Sosioscientific Issues (SSI) atau Isu-isu sosioscientific

selama dekade terakhir telah menjadi tema yang menonjol dalam literasi ilmu

pendidikan. SSI ini telah dibangun di atas pendekatan-pendekatan lain yang

bertujuan agar siswa terlibat dalam wacana dan keputusan yang berkaitan dengan

isu-isu sosial yang relevan terkait dengan ilmu pengetahuan11. Banyak isu dan

permasalahan sains yang ada di lingkungan sosial yang dapat menjadi bahan

untuk siswa sebagai proses pembelajaran aktif di dalam kelas, sehingga siswa

dapat mengemukakan gagasan atau argumentasinya untuk menjawab isu-isu sains

di lingkungan sosial12.

Pengembangan argumentasi dalam Sosioscientific Issues (SSI) ini dapat

membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman ilmu alam13 dan mengasah

peserta didik berargumen dengan berbagai sudut pandang, tidak hanya sudut

pandang saintifik, tetapi juga sosial, ekonomi, politik, dan etika14. Kualitas

argumentasi tersebut dapat diketahui dengan menggunakan komponen

argumentasi Toulmin. Komponen argumentasi Toulmin tersebut yaitu claim, data,

9 Alfi Lailatul Qodariyah, “Analisis Wacana Argumentasi Peserta Didik pada Diskusi Isu-

Isu Saintifik”, Skripsi pada Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. 2018. h. 3 10 Muhamad Imaduddin dan ZaenalKhafidin, Ayo Belajar IPA dari Ulama : Pembelajaran

Berbasis Sosio-Scientific Issues di Abad ke-21, Journal of Natural Science Teaching, Vol. 01,

2018, h. 113 11 Troy. D. Sadler, Sosio-Scientific Issues in the Classroom: Teaching, Learning and

Research, Springer, 2011, h. 4 12 Yanti Herlanti, Analisis Argumentasi Mahasiswa Pendidikan Biologi Pada Isu

Sosiosaintifik Konsumsi Enetically Modified Organism (GMO), Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,

Vol. 03, 2014, h. 52 13 Wiwit Zahrotul Wahdan, Oktavia Sulistina dan Dedek Sukarianingsih, Analisis

Kemampuan Berargumentasi Ilmiah Materi Ikatan Kimia Peserta Didik SMA, MAN, Dan

Perguruan Tinggi Tingkat I, Jurnal Pembelajaran Kimia. Vol. 2, 2017, h. 31 14 Osborne, J., The Role of argument in Science Education. K. Boesma, M. Goedhart, O.

de Jong, & H. Eijkelhof [Eds]. Research and Quality of Science Education. Dordrecht,

Nederlands: Spinger. 2015, h. 368

Page 18: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

4

warrant, backing, qualifier, dan rebuttal. Menurut Toulmin komponen

argumentasi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa level. Level 1 berisi

argumen sederhana melawan claim lain yang bertentangan tanpa data pendukung,

level 2 berisi argumen dari suatu claim melawan claim lain dengan data

pendukung (backing) dari (warrant) tidak berisi sanggahan (rebuttal), level 3

berisi suatu rangkaian claim atau claim berlawanan dengan data pendukung

(backing) dan sedikit sanggahan (rebuttal), level 4 menunjukkan argumen dengan

suatu sanggahan (rebuttal) yang jelas serta memiliki beberapa claim dan konter

claim, level 5 menyajikan argumen yang diperluas dengan lebih dari satu

sanggahan (rebuttal)15. Level tersebut menunjukkan tingkat kualitas argumentasi

siswa.

Selama 5 tahun terakhir ini, beberapa peneliti telah melakukan penelitian

terkait dengan keterampilan argumentasi. Dari beberapa penelitian tersebut,

keterampilan argumentasi bervariasi di beberapa jenjang pendidikan. Oleh karena

itu, karena pentingnya keterampilan argumentasi tersebut, maka penulis tertarik

untuk melakukan sebuah kajian terhadap beberapa artikel yang memaparkan hasil

kajiannya terhadap keterampilan argumentasi dalam Sosioscientific Issues (SSI)

pada siswa SMA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

dapat diidentifikasikan masalah, antara lain:

1. Keterampilan argumentasi merupakan salah satu keterampilan yang

diperlukan pada abad-21, tetapi keterampilan tersebut di jenjang SMA belum

diketahui.

2. Selama ini ada beberapa artikel yang meneliti tentang keterampilan

argumentasi siswa, tetapi dibeberapa artikel tersebut belum diketahui secara

umum bagaimana level argumentasi siswa SMA.

15 Sibel Erduran, Shirley Simon dan Jonathan Osborne., Tapping Into Argumentation:

Development in The Application of Toulmin’s Argument Pattern for Studying Science Discorse,

Wiley InterScience, 2004, h. 928

Page 19: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah dalam penelitian

ini hanya dibatasi pada :

1. Penelitian ini hanya terbatas pada konsep sains tentang isu-isu sosioscientific

issues (SSI)

2. Penelitian ini hanya terbatas pada analisis tingkatan (level) kualitas

argumentasi menurut Erduran.

3. Subjek penelitian berupa artikel yang dipublikasikan dalam rentang tahun

2016-2020

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

“Bagaimana keterampilan argumentasi siswa SMA dari hasil penelitian

sebelumnya (yang terdapat dari beberapa artikel 5 tahun terakhir) berdasarkan :

1. Level argumentasi menurut Erduran

2. Pembelajaran dalam sosioscientific issues (SSI)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan argumentasi

siswa dalam sosioscientific issues (SSI) berdasarkan kajian terhadap 10 literatur

(periode 5 tahun terakhir).

F. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat antara lain:

1. Bagi Peserta didik hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan seberapa besar keterampilan argumentasi siswa, sehingga siswa

berupaya untuk meningkatkan keterampilan tersebut.

Page 20: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

6

2. Bagi Guru Sains, diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan

argumentasi siswa dengan menggunakan stimulus Sosioscientific Issues

(SSI).

3. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan sebagai acuan untuk

mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21.

Page 21: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

7

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Deskripsi Teoritis

1. Argumentasi

a. Pengertian Argumentasi

Argumentasi adalah pemberian alasan untuk memperkuat atau menolak

suatu pendapat, pendirian, atau gagasan16. Menurut Keraf argumentasi

didefinisikan sebagai suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi

sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak

sesuaidengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Argumentasi

merupakan dasar yang fundamental dalam ilmu pengetahuan17.

Menurut Atmazaki, argumentasi digunakan untuk meyakinkan pembaca

atau pendengar tentang gagasan atau pernyataan yang dikemukakan. Pada

dasarnya, argumentasi termasuk bidang retorika atau kemampuan berbahasa yang

memberikan keyakinan kepada pendengar atau pembaca berdaarkan (argumen)

yang tepat. Alasan yang tepat itu mungkin berasal dari fakta dan hubungan logis

antara fakta dengan fakta atau antara fakta dengan pendapat18.

Kata argumentasi mengacu pada proses menciptakan argumen, ini

bertujuan untuk meyakinkan kritik yang masuk akal tentang penerimaan suatu

sudut pandang dengan mengedepankan suatu konvensi yang mengusulkan,

membenarkan, atau menyangkal proposisi yang dinyatakan dalam argumentasi

tersebut. Argumentasi dapat dikonseptualisasikan sebagai konstruksi tiga dimensi.

Pertama, Linguistik sebagai proses seseorang menghasilkan argumen lisan atau

tertulis. Kedua, Kognitif sebagai proses ketika seseorang mengeksekusi penalaran

sambil berdebat. Ketiga, Sosial sebagai proses argumen yang mendiskusikan hal-

16 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka: 1990) h. 48 17 Rangga Tina, Erizal Gani, dan Nursaid, “Peningkatan Pembelajaran Menulis

Argumentasi Melalui Model Pembelajaran Branstorming”, Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia,

2013, h. 57 18 Ibid, h. 57

Page 22: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

8

hal bersama-sama atau seorang argumen membangun argumen sementara, yang

memiliki lawan bicara imajiner dalam pikiran19.

Chang dan Chiu membedakan argumentasi menjadi dua jenis yaitu

argumentasi formal dan informal ditinjau dari sisi istilah dan struktur penalaran

(reasoning). Berdasarkan istilah, argumentasi formal terdiri dari premis-premis

yang baku, penambahan dan penghapusan isi premis tidak diperbolehkan. Adapun

argumentasi informal mengandung fitur kognitif dan afektif, individu dapat

mengubah premis berdasarkan pengetahuan dan keyakinan pribadi, informasi dari

media massa, buku teks, atau pengalaman hidup, dan lain-lain. Berdasarkan

perspektif struktur penalaran, penalaran formal umumnya menghasilkan sebuah

struktur linier, yang biasanya tidak berkaitan dengan praktik kehidupan sehari-

hari. Sedangkan pada kehidupan sehari-hari, umumnya setiap individu

mengembangkan informasi dari berbagai sumber informasi yang terkategori

sebagai penalaran informal dan menyimpulkan sesuatu secara tentatif sesuai

kondisi. Hasilnya penalaran informal digambarkan sebagai sebuah pohon yang

terdiri dari banyak cabang20.

b. Komponen argumentasi

Komponen argumentasi terdiri dari 6 komponen yaitu :

a. Data, yaitu fakta atau bukti yang digunakan untuk argumen

b. Klaim (claim), yaitu pernyataan yang diajukan secara terbuka yang ditujukan

untuk audiens

c. Penjamin (warrant), yaitu fakta spesifik yang digunakan untuk mendukung

klaim yang diberikan.

d. Pendukung (backing), yaitu pernyataan lebih lanjut yang mendukung

penjamin atau warrant. Pendukung ini digunakan untuk membangun

kepercayaan dalam argumentasi yang diberikan pada kasus tertentu.

19 Bahadir Namdar dan Ji Shen, Intersection of Argumentation and The Use of Multiple

Representations in The Context of Socioscientific Issues, Internasional Journal of Science

Education, 38, 2016, pp. 1102 20 S. N. Chang, and M. H. Chiu, Lactos‟s Scientific Research: Programmes as a

Framework for Analysing Informal Argumentation about Sosio-scientific Issues, International

Journal of Science Education, Vol. 30 No. 17, 2008, pp. 1753-1773.

Page 23: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

9

e. Kualifikasi (qualifier), yaitu kata keterangan sehari-hari atau kalimat

tambahan yang memperkuat klaim tertentu agar lebih dapat diterima audien.

f. Sanggahan atau bantahan (rebuttal), yaitu pernyataan berlawanan yang

digunakan untuk melemahkan argumen pendukung21.

Keenam komponen argumentasi Toulmin dapat disajikan pada gambar22

c. Level Argumentasi Menurut Erduran

Menurut Erduran, level argumemtasi dapat diklasifikan menjadi beberapa

level, yaitu23 :

a. Level 1, Argumentasi terdiri dari claim sederhana versus claim lain yang

berlawanan tanpa data pendukung.

b. Level 2, Argumentasi terdiri dari claim dengan data, dukungan, tetapi

tidak mengandung bantahan.

c. Level 3, Argumentasi terdiri dari rangkaian claim atau kontra claim yang

disertai data, dukungan dengan bantahan atau sanggahan yang lemah.

21 Sibel Erduran, Shirley Simon, dan Jonathan Osborne, Tapping into Argumentation:

Developments in the Application of Toulmin’s Argumen Pattern for Studying Science Discourse,

Wiley InterScience, 2004, h. 918 22 Ibid., h. 918 23 Sibel Erduran, Shirley Simon, dan Jonathan Osborne, Tapping into Argumentation:

Developments in the Application of Toulmin’s Pattern for Studying Science Discourse, Wiley

InterScience, 2004, h. 928

Gambar 2. 1 Komponen Argumentasi Toulmin

Page 24: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

10

d. Level 4, Argumentasi terdiri dari claim yang disertai dengan bantahan

yang dapat diidentifikasi dengan jelas.

e. Level 5, Argumentasi terdiri dari argumen yang lebih dari satu sanggahan

yang jelas dan tepat.

d. Dasar dan Sasaran

Dengan mempergunakan prinsip-prinsip logika sebagai alat bantu utama,

maka argumentasi atau tulisan argumentatif yang ingin mengubah sikap dan

pendapat orang lain bertolak dari dasar-dasar tertentu, menuju sasaran yang

hendak dicapainya.

Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah24:

1. Seseorang yang berargumentasi harus mengetahui tentang subyek yang

akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip

ilmiahnya. Karena argumentasi pertama-tama didasarkan pada fakta,

informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubung-hubungkan fakta-

fakta dan informasi-informasi tersebut. Dengan mengetahui obyek yang

akan dikemukakannya, serta mengetahui prinsip ilmiah yang mencakup

subyek tadi, maka seseorang yang berargumentasi dapat memperdalam

masalah tersebut dengan penelitian, observasi, dan autoritas untuk

memperkuat data dan informasi yang telah diperolehnya.

2. Seseorang yang berargumentasi harus bersedia mempertimbangkan

pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan

pendapatnya sendiri. Mempertimbangkan pendapat lawan tidak berarti

harus menyerah kepada lawan. Mempertimbangkan pendapat lawan adalah

dengan tujuan untuk mengetahui apakah diantara fakta-fakta yang

diajukan lawan ada yang dapat dipergunakannya, sehingga malah akan

memperlemah pendapat lawan tadi. Dapat juga terjadi bahwa fakta dan

24 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama: 2007)

h. 101

Page 25: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

11

evidensi lawanlah yang benar, sehingga pendapat lawanlah yang harus

diterima.

3. Seseorang yang bergargumentasi harus berusaha untuk mengemukakan

pokok persoalannya dengan jelas. Ia harus menjelaskan mengapa ia harus

memilih topik tersebut. Sementara itu ia harus mengemukakan pula

konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat.

4. Seseorang yang berargumentasi harus menyelidiki persyaratan mana yang

masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan

yang dibahas itu, dan sampai di mana kebenaran dari pernyataan yang

telah dirumuskannya itu.

5. Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu,

maksud yang mana yang lebih memuaskan orang yang berargumentasi

untuk menyampaikan masalahnya25.

Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ‘ketidaksesuaian’ maka

sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang

argumentasi adalah:

1. Argumentasi itu harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan

keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan.

2. Seseorang yang berargumentasi harus berusaha untuk menghindari setiap

istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu.

3. Sering timbul ketidaksepakatan dalam istilah-istilah. Seddangkan tujuan

argumentasi adalah menghilangkan ketidaksepakatan. Pembatasan

pengertian atau definisi sebuah istilah hanya sekedar merupakan proses

pembentukan makna untuk meletakkan dasar-dasar persamaan pengertian

bagi istilah yang akan digunakan itu. Tetapi hal itu sangat penting supaya

tujuan utama jangan diabaikan atau terganggu hanya karena timbul

ketidaksepakatan baru mengenai istilah itu.

4. Seseorang yang berargumentasi harus menetapkan secara tepat titik

ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan. Langkah ini merupakan

25 Ibid., h. 102

Page 26: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

12

langkah yang sangat penting. Setiap analisa yang cermat, sejak awal harus

mengungkapkan dengan jelas di mana terletak perbedaan-perbedaan yang

akan diargumentasikan itu. Dengan demikian arah dan sasaran tulisan

hanya dipusatkan kepada titik perbedaan itu26.

e. Mengemukakan Argumen

Sebelum seseorang mengemukakan argumen, ia harus mengumpulkan

bahan-bahan yang diperlukan secukupnya. Proses pengumpulan bahan-bahan

untuk argumentasi itu sendiri merupakan latihan keahlian dan keterampilan

tersendiri. Suatu latihan yang intensif dan akurat bagaimana seorang dapat

memperoleh informasi-informasi yang tepat untuk tiap obyek atau persoalan.

Entah informasi itu diperoleh melalui observasi, entah melalui riset-riset

bibliografis, ada satu hal pokok yang harus diingat oleh setiap orang yang

berargumentasi, yaituia harus menyusun semua fakta, pendapat autoritas atau

evidensi itu secara kritis dan logis. Ia harus mengadakan seleksi atas fakta-fakta

dan autoritas, mana yang dapat dipergunakannya dan mana yang harus

disingkirkannya27.

Bila bahan-bahan itu sudah terkumpul, seseoramg yang berargumentasi

harus siap dengan metode terbaik untuk menyajikannya dalam suatu bentuk atau

suatu rangkaian yang logis dan meyakinkan. Bila seseorang yang berargumentassi

tidak mempunya rencana penyusunan yang baik, maka tampaknya apa yang

diungkapkan itu tidak terarah, serta tidak terdapat hubungan antara fakta-fakta

atau autoritas itu28.

2. Socioscientific Issues (SSI)

Menurut Zeiler, Socioscientific Issues (SSI) adalah cara yang digunakan

untuk menstimulasi perkembangan intelektual, moral dan etika, serta kesadaran

dalam hubungan antara sains dan kehidupan sosial. Dalam pengambilan

keputusan mengenai isu-isu sosial, melalui implikasi moral yang tertanam dalam

26 Ibid,. h. 103-104 27 Ibid,. h. 104 28 Ibid,. h. 104

Page 27: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

13

konteks ilmiah29. SSI juga didefinisikan sebagai suatu isu atau masalah yang

kompleks dan dapat menimbulkan perdebatan sehingga tidak memiliki jawaban

definit atau dengan kata lain jawabannya bersifat terbuka. SSI sangat potensial

jika digunakan sebagai dasar pembelajaran sains di sekolah. Penggunaan SSI

dapat dijadikan penghubung permasalahan nyata di masyarakat dan landasan oleh

pembelajar dalam mengeksplorasi konten sains. Dengan SSI yang diterapkan

dalam pembelajaran sains diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang

lebih bermakna30.

Masalah-masalah SSI menggabungkan komponen-komponen moral dan

etika dari suatu topik sains yang dilakukan melalui kegiatan diskusi dan interaksi

siswa tentang isu-isu kontroversial bertujuan untuk meredam atau memecahkan

isu-isu tersebut. Oleh karena itu, SSI bersifat terbuka sehingga memungkinkan

siswa untuk berpikir kritis mengenai isu-isu tersebut bersama dengan orang lain

yang memiliki pandangan yang berbeda. gerakan SSI memfokuskan pada

bagaimana siswa memahami suatu permasalahan serta mengambil keputusan dan

keputusan-keputusan yang mereka buat tentang isu-isu tersebut berkaiatan dengan

moral dan etika. Beberapa contoh permasalahan yang bisa dikategorikan

Sicioscientific issues misalnya permasalahan tentang pemanasan global (global

warming), pencemaran lingkungan, penerapan nuklir, dan sebagainya31.

a. Socioscientific Issues (SSI) Sebagai Pendekatan Pembelajaran

Menurut Zeidler, SSI merupakan pendekatan yang bertujuan untuk

menstimulasi perkembangan intelektual, moral dan etika, serta kesadaran dalam

hubungan antara sains dan kehidupan sosial. Melalui pendekatan pembelajaran ini

siswa dapat dengan leluasa mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri yang

difasilitasi oleh guru. Selain kemampuan berpikir, siswa dapat juga

29 Dana Zeidler, sadler & Scoott Applebaun, Advancing Reflective Judgment through

Socioscientific Issues. Journal of Research in science teaching.,Vol 46 , 1, 2008. pp 74 30 Diana Ayu Rostikawati dan Anna Permanasari, Rekonstruksi Bahan Ajar dengan

Konteks Socio-scientific Issues pada Materi Zat Aditif Makanan untuk Meningkatkan Literasi

Sains Siswa, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA., 2016, h. 157 31 Sri Rahayu, Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam Mewujudkan Literasi Sains

Siswa Melalui Pembelajaran Kimia/IPA Berkonteks Isu-isu sosiosaintifik (socioscientific issues),

Semnas Pendidikan Kimia & Sains Kimia, 2015 h. 10

Page 28: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

14

mengembangkan nilai moral dan etika melalui pendekatan pembelajaran SSI ini

serta integrasi terhadap konsep-konsep sains yang memiliki dampak pada

kehidupan masyarakat32.

b. Socioscientific Issues (SSI) Sebagai Strategi Pembelajaran

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan praktisi pendidikan

sains internasional telah mengembangkan ragam strategi pembelajaran sains

berbasis SSI, yaitu33:

Socio-critical Issues and Problem-oriented Approach

Strategi ini dikembangkan oleh Mark dan Eilks pada konteks

pembelajaran kimia. Secara konseptual, strategi ini melibatkan empat elemen

dasar, terdiri atas: tujuan pembelajaran, kriteria untuk memilih isu-isu yang

relevan dan fungsional, metode pembelajaran, dan struktur rencana pembelajaran.

Selain itu ada lima tahap proses pembelajaran yang mendasari desain

pembelajaran. Prinsip strategi ini secara ringkas diilustrasikan dalam tabel berikut.

Tabel 2. 1 Konsep Critical and Problem-oriented Approach

Tujuan Kriteria

pemilihan isu

Metode Struktur rencana

pembelajaran

Pendidikan melalui

sains

Autentik Media otentik Tekstual dan

problem analisis

Scientific literacy Relevan Kerja laboratorium Klarifikasi aspek

ilmiah melalui

investigasi

Mengembangkan

kemampuan

Memiliki

konteks sosial

Kooperatif

learning

Diskusi

multiperspektif

32 Widia Rahmawati, Jujun Ratnasari, dan Suhendar, Pengaruh Pendekatan Pembelajaran

Socioscientific Issues Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik, Jurnal Pelita

Pendidikan, 2018, h. 125 33 Agung W. Subiantoro, Pembelajaran Biologi Berbasis Socio-scientific Issues (SSI)

untuk Mengasah Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, Seminar Nasional Pendidikan Biologi,

2017, h. 5

Page 29: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

15

evaluasi informasi (sains dan aspek

sosial)

Mengembangkan

kemampuan

komunikasi

Peluang untuk

diskusi

Diskusi dan debat Evaluasi

perbedaan

pendapat

Penguasaan konsep

sains

Melibatkan

aspek sains dan

teknologi

Refleksi gagasan

atau pendapat

individual

Meta-refleksi

(metakognisi)

c. Socioscientific Issues (SSI) Sebagai Model Pembelajaran

Secara epistemologi, pembelajaran berbasis SSI dapat disebut sebagai

model karena memiliki kerangka teoritis aplikasi yang dapat dijabarkan secara

praktis dalam implementasinya. Dalam hal ini, Levinson mengembangkan

kerangka teoritis model pembelajaran berbasis SSI yang didasarkan pada tiga

pondasi pemikiran, meliputi: unsur pertentangan gagasan atau argumen, jalinan

komunikasi, dan kemampuan mental-pikir yang digunakan untuk menentukan

keputusan34. Berikut adalah beberapa model yang dikembangkan oleh beberapa

peneliti dan praktisi pendidikan sains internasional35:

1. The Issue-oriented Model

Model ini dikembangkan melalui sebuah progam bernama The Science

Education for Understanding Progam (SEPUP), yang bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap sains. Model berorientasi isu ini

dibangun oleh empat aktivitas yang berkelanjutan meliputi:

1) Menarik perhatian siswa dengan seperangkat isu di awal pembelajaran

untuk menentukan konteks pembelajaran dan persoalan inti dari isu yang

dikaji

34 Ibid., h. 4 35 Ibid., h. 5-7

Page 30: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

16

2) Mengumpulkan dan mengolah (termasuk menilai) informasi atau data

ilmiah yang relevan melalui aktivitas , seperti investigasi, pemodelan,

atau membaca berbagai kajian atau hasil penelitian.

3) Mengelaborasi gagasan atau pengetahuan yang baru diperoleh dari hasil

pengolahan data atau informasi ilmiah pada isu atau persoalan.

4) melakukan interpretasi dan membuat keputusan berbasis data atau

informasi ilmiah.

2. Character and Values Development Approach

Model ini dikembangkan oleh Lee dkk melalui penelitian mereka yang

berorientasi pada pengembangan karakter dan nilai. Ada tiga prinsip yang

mendasari pengembangan model ini, yaitu: orientasi karakter dan nilai-nilai,

proses dialog dengan bentuk yang beragam, dan perspektif yang beragam, baik

personal, sosial atau global. Mendukung ketiga prinsip tersebut, ada lima langkah

utama (sintaks) untuk implementasi model ini, seperti berikut:

1) Untuk pengantar, guru menyajikan informasi ilmiah sebagai latar

belakang isu sosio-sains yang akan diuji

2) Memberi ilustrasi mengenai isu yang dikaji dan meminta siswa memberi

tanggapan atau perepsinya terhadap isu.

3) Penyajian cara pandang yang berbeda atas isu yang dikaji dan meminta

siswa menentukan pilihan cara pandangnya atau pendapatnya terhadap

isu, serta mencari informasi atau data yang relevan untuk mendukung

pendapatnya.

4) mengakomodasi siswa untuk melakukan refleksi aspek moral terhadap

isu.

5) Diskusi kelas untuk melakukan refleksi aspek moral terhadap isu yang

dikaji.

Page 31: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

17

d. Karakteristik Socioscientific Issues (SSI)

SSI memiliki beberapa karakteristik antara lain36:

1. Memiliki dasar ilmu pengetahuan

2. Melibatkan pembuatan opini

3. Sering diberitakan di media

4. Berkaitan dengan informasi yang tidak lengkap karena kurangnya bukti

ilmiah

5. Mengarah pada dimensi lokas, nasional, dan global

6. Melibatkan nilai-nilai dan pertimbangan etis

7. Memerlukan pemahaman tentang berbagai kemungkinan dan risiko

e. Tahapan Socioscientific Issues (SSI)

Pembelajaran berkonteks SSI dapat dilakukan dengan tahapan berikut37:

1. Menyajikan isu dari sudut pandang pengetahuan sains (scientific background)

2. Melakukan evaluasi isu sosial sains yang disajikan (evaluaton of information)

3. Mengkaji dampak lokal, nasional, dan global (local, national, and global

dimension)

4. Membuat keputusan terkait isu sosial sains (decion making)

f. Peranan Socioscientific Issues (SSI)

Penerapan SSI dalam pembelajaran memiliki peranan penting yaitu38:

1. Menjadikan pembelajaran sains lebih relevan bagi kehidupan siswa

2. Sarana yang mengarahkan hasil belajar seperti apresiasi terhadap hakikat

sains

3. Meningkatkan kemampuan argumentasi

4. Meningkatkan kemampuan mengevaluasi informasi ilmiah

5. Aspek penting dalam literasi sains

36 Ratcliffe, M, The Place of Socio-scientific Issues in citizenship Education, Human

Right and Citizenship Education, 2009, pp 7 37 Ika Budi Yuliastini, Sri Rahayu, dan Fauziatul Fajaroh, POGIL Berkonteks Socio

Scientific Issues (SSI) dan Literasi Sains Siswa SMK, Prosidium Semnas Pend. IPA Pascasarjana

UM, Vol 1, 2016. h. 606 38 Ibid., h. 606

Page 32: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

18

g. Manfaat Socioscientific Issues (SSI)

Pembelajaran SSI mempunyai beberapa manfaat yaitu39:

1. Menumbuhkan kesadaran atau melek sains pada peserta didik sehingga dapat

menerapkan pengetahuan sains berbasis bukti dalam kehidupan sehari-hari.

2. Terbentuknya kesadaran sosial dimana peserta didik dapat melakukan refleksi

mengenai hasil penalaran mereka.

3. Mendorong kemampuan argumentasi dalam proses berpikir dan bernalar

ilmiah terhadap suatu fenomena yang ada di masyarakat.

4. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis yang meliputi menganalisis,

membuat kesimpulan, memberikan penjelasan, mengevaluasi,

menginterpretasi, dan melakukan self-regulation.

3. Keterampilan Argumentasi pada Socioscientific Issues (SSI)

Keterampilan argumentasi berperan dalam penentuan pengambilan

keputusan untuk menyelesaikan permasalahan atau Socioscientific Issues (SSI)

yang terjadi di masyarakat, karena argumentasi memberikan pondasi untuk

pembuat keputusan, membantu pembuat keputusan untuk memilih pilihan

keputusan yang terbaik dari seluruh alternatif keputusan yang ada untuk

memecahkan masalah, dan membuat keputusan secara sadar dan memerhatikan

konsekuensi dari keputusan yang dibuatnya40.

Adapun contoh argumentasi dalam sosioscientific issues (SSI) adalah

sebagai berikut:

Argumentasi pada Topik Nuklir41 :

39 Astrid Riauda Putriana, Evi Suryawati, dkk, Pengembangan LKPD Berbasis Socio

Scientific Issues (SSI) Pada Pembelajaran IPA SMP Kelas VII, Jurnal Pendidikan dan

Pengajaran, 2020, h. 81 40 Alfi Lailatul Qodriyah, Analisis Wacana Argumentasi Peserta Didik Pada Diskusi Isu-

Isu Sosiosaintifik, (Jakarta, Skripsi Pendidikan Biologi: 2018) h. 16 41 Bahadir Namdar dan Ji Shen, Intersection Argumentation and The Use of Multiple

Representation in The Context of Sosioscientific Issues. International Journal of Science Education, 2016. Vol. 38, No. 7.

Page 33: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

19

Page 34: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

20

Argumentasi pada Topik Pemanasan Global42:

4. Metode Penelitian Kepustakaan

Hampir semua jenis penelitian memerlukan studi pustaka. Walaupun

orang sering membedakan antara riset kepustakaan (library research) dan riset

lapangan (fiel research), keduanya tetap memerlukan penelurusan

pustaka. Perbedaaannya yang utama hanyalah terletak pada tujuan, fungsi atau

kedudukan studi pustaka dalam masing-masing penelitian itu. Dalam riset

lapangan, penelurusan pustaka terutama dimaksudkan sebagai langkah awal untuk

menyiapkan kerangka penelitian (research design) atau proposal guna

memperoleh informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoritis atau

mempertajam metodologi. Sedangkan dalam riset pustaka, penelusuran pustaka

lebih daripada sekedar melayani fungsi-fungsi yang disebutkan di atas. Riset

pustaka sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data

penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-

bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan43.

Idealnya, sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka

dan lapangan atau dengan penekanan pada salah satu di antaranya. Namun begitu

42 Rola Khishfe, Fahad S, Alshaya, dkk. Students’ Understandings of Nature Science and

Their Arguments in The Context of Four Sosioscientific Issues, International Journal of Science

Education., 2017. 43 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2008), Cet. 1, h. 1-2.

Page 35: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

21

sejumlah ilmuwan (dari berbagai bidang disiplin), terutama dari kelompok kajian

sejarah, sastra dan studi agama, bahkan juga kedokteran dan biologi, tidak

selamanya tergantung dengan data primer dari lapangan. Adakalanya mereka

membatasi penelitian pada studi pustaka saja. Setidaknya ada tiga alasan44.

Pertama, karena persoalan penelitian tersebut hanya bisa dijawab lewat

penelitian pustaka dan sebaliknya tidak mungkin mengharapkan datanya dari riset

lapangan. Studi sejarah umumnya, termasuk sejarah kedokteran, sejarah sensus,

sejarah pemikiran atau sejarah ekonomi, tidak bisa lain, kecuali dengan

mengandalkan riset pustaka. Namun begitu, sejumlah disiplin tertentu seperti

studi Islam atau sastra adakalanya juga berurusan dengan riset pustaka45.

Kedua, studi pustaka diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu

studi pendahuluan (prelimanry reserach) untuk memahami lebih dalam gejala

baru yang tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat. Ahli

kedokteran atau biologi misalnya, terpaksa melakukan riset pustaka untuk

mengetahui sifat dan jenis-jenis virus atau bakteri penyakit yang belum dikenal

baru-baru ini seperti “sindrom virus pernapasan akut” (severe acute respiratory

syndrom – SARS). Ilmuwan sosial terpaksa mempelajari apa itu nagari di saat

demam “kembali ke nagari” meramaikan wacana otonomi khas Sumetera Barat.

Pakar agama tergugah untuk membuka kembali literatur untuk mencari jawaban

yang lebih tegas tentang apa sikap Islam terhadap perang dan damai di saat

berkecamuknya Perang Irak dewasa ini. Para pakar Islam juga terdorong

mempelajari kembali gejala ideologi-ideologi dalam agama Islam di masa lalu

pada saat maraknya aliran-aliran Islam “sempalan” dewasa ini46.

Alasan ketiga adalah data pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan

penelitiannya. Perpustakaan merupakan tambang emas yang sangat kaya untuk

riset ilmiah. Lagi pula, informasi atau data empirik yang telah dikumpulkan orang,

baik berupa laporan hasil penelitian, atau laporan-laporan resmi, buku- buku yang

tersimpan di perpustakaan tetap dapat dipergunakan oleh periset kepustakaan.

44 Ibid., h. 2. 45 Ibid., h. 2. 46 Ibid., h. 2-3.

Page 36: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

22

Dalam kasus tertentu data lapangan diperkirakan tidak cukup signofikanuntuk

menjawab pertanyaan penelitian yang akan dilakukan47.

Akhirnya riset pustaka tentu saja tidak hanya sekedar urusan membaca dan

mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak

orang selama ini. Apa yang disebut dengan riset kepustakaan atau sering juga

disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan

penelitian48.

a. Empat Ciri Utama Studi Kepustakaan

Ada empat ciri utama penelitian kepustakaan . Keempat ciri tersebut akan

mempengaruhi sifat dan cara kerja penelitian49.

Ciri pertama ialah bahwa peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash)

atau dtaa angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi-

mata (eyewitness) berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya. Teks

memiliki sifat-sifatnya sendiri dan memerlukan pendekatan tersendiri pula. Kritik

teks merupakan metode yang biasa dikembangkan dalam studi filologi, sedang

ilmu sejarah mengenal ‘metode kritik sumber’ sebagai metode dasarnya.

Demikian pula studi ilmu ilmu hadits juga memiliki semacam metode kritik teks

yang khas sebagaimana yang biasa dipelajari dalam telaah mustalah hadis. Jadi

perpustakaan adalah laboratoriumpeneliti kepustakaan dan karena itu teknik

membaca teks (buku atau artikel dan dokumen) menjadi bagian yang fundamental

dalam penelitian kepustakaan.

Ciri yang kedua, data pustaka bersifat ‘siap pakai’ (ready made). Artinya

peneliti tidak pergi ke mana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan

bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. Ibarat belajar bersepeda,

orang tak perlu membaca buku atau artikel tentang bagaimana teori naik sepeda,

begitu pula halnya dengan riset pustaka. Untuk mengetahui riset pustaka, orang

tak perlu menguasai ilmu perpustakaan. Satu-satunya cara untuk belajar

47 Ibid., h. 3. 48 Ibid., h. 3. 49 Ibid., h. 4-5

Page 37: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

23

menggunakan perpustakaan dengan tepat ialah langsung saja menggunakannya.

Meskipun demikian, calon peneliti yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan,

tentu masih perlu mengenal seluk-beluk studi perpustakaan untuk kepentingan

penelitian atau untuk kepentingan membuat makalah.

Ciri yang ketiga ialah bahwa data pustaka umumnya adalah sumber

sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan

bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Sumber pustaka aedikit

banyak mengandung bias (prasangka) atau titik pandangan orang yang

membuatnya. Misalnya, ketika seorang peneliti berharap menemukan data tertentu

dalam sebuah monograf nagari di sebuah perpustakaan, ia mungkin dapat

menemukan monografnya, tetapi tak selalu dapat menemukan informasi yang

diperlukan karena informasi yang tersedia dibuat sesuai dengan kepentingan

penyusunnya. Dengan begitu, peneliti hampir tidak selalu memiliki kontrol

terhadap bagaimana data itu dikumpulkan dan dikelompokkan menurut keperluan

semula. Namun demikian, data pustaka sampai tingkat tertentu, terutama dari

sudut metode sejarah juga bisa berarti sumber primer, sejauh ia ditulis oleh tangan

pertama atau oleh pelaku sejarh itu sendiri.

Cara yang keempat adalah bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh

ruang dan waktu. Peneliti berhadapan dengan informasi statik, tetap. Artinya

kapan pun ia datang dan pergi, data tersebut tidak akan pernah berubah karena ia

sudah merupakan data “mati” yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks, angka,

gambar, rekaman, tape atau film). Karena kepustakaan memerlukan pengetahuan

teknis yang memadai tentang sistem informasi dan teknik-teknis penelurusan data

pustaka secukupnya.

b. Alat Bantu Bibliografis

Perbagai macam jenis koleksi perpustakaan yang disebutkan di atas

diklasifikasikan, disimpan dan dipajang dalam sistem klasifikasi tertentu. Tetapi

apa pun sistem yang dipakai, calon peneliti sebaiknya mengenal beberapa koleksi

Page 38: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

24

terpilih berikut ini, yang dalam studi pustaka sering disebut alat bantu

bibliografis50.

1. Buku-Buku Referensi (reference books)

Koleksi buku-buku yang memuat informasi spesifik dan paling umum

serta paling sering dirujuk untuk keperluan cepat. Biasanya tidak untuk dibaca

tamat secara keseluruhan, melainkan hanya untuk kebutuhan mencari jawaban

tentang sesuatu secara singkat atau terfokus pada satu atau dua item tertentu.

Untuk lebih jelasnya, yang termasuk buku-buku referensi antara lain ialah51:

a. Kamus (kamus umum dan kamus khusus menurut disiplin tetentu)

b. Ensiklopedia (umum dan khusus)

c. Buku indeks: indeks buku, artikel dari jurnal atu majalah berkala

d. Buku bibliografi berisi informasi buku-buku bidang atau aspek tertentu.

e. Buku tahunan (year book) berisi laporan peristiwa atau data tiap tahun dari

pelbagai lembaga dan departemen.

f. Buku atlas atau tentang peta-peta, denah atau bagan.

g. Buku direktori berisi naman-nama dan alamat orang, organisasi dan macam-

macam lembaga. Adakalanya juga memuat informasi kegiatannya.

h. Buku Who’s Who atau Kamus Biografik

i. Koleksi khusus (special material) mencakup bahan cetak seperti naskah lama,

pamlet, kliping koran dan koleksi naskah juga karya non-cetak seperti hasil

rekaman audio, kaset, video, mikrofilm, mikrofis dan bahan elektronik seperti

disket, pita magnet dan kelongsong elektronik (catridge) dan sebagainya.

Semua koleksi ini biasanya tersimpan di ruang khusus yang disebut reference

room atau ruang referensi dan umumnya tidak untuk dipinjamkan kecuali dibaca

di tempat.

50 Ibid., h. 10 51 Ibid., h. 10-11

Page 39: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

25

2. Bibliografi Buku-Buku Teks

Setiap bidang disiplin ilmu tertentu pastilah memiliki buku stadar di

bidangnya atau buku rujukan yang khusus mengenai aspek-aspek tertentu. Buku-

buku tentang studi Islam di Indonesia (termasuk sejarah dan ajarannya) dapat

dilihat mialny buku klasik karya Dr. G.F Pijper, studien over De Geschirdenis

van de zislam in Indonesia, 1900-195052.

3. Indeks Jurnal Ilmiah

Tulisan artikel dalam jurnal ilmiah adalah bahan yang amat esensial dalam

penelitian. Artikel ilmiah dalam jurnal biasanya menyajikan isu-isu, teori-teori

atau temuan-temuan terbaru tentang masalah-masalah tertentu di bidangnya.

Selain itu peneliti tentu juga dapat menemukan data terbaru dan penafsiran

kembali studi terdahulu. Setiap lembaga ilmiah (jurusan, fakultas, universitas,

institut) atau disiplin tertentu biasanya memiliki jurnal ilmiah sendiri-sendiri,

tetapi itu juga dapat ditemukan di lembaga riset independen atau dikelola oleh

badan tertentu seperti Prisma oleh LP3ES Jakarta, Bijdrage oleh KITLV

Belanda-Jakarta. LIPI juga mengeluarkan berbagai macam jurnal ilmiah antara

lain di bidang Ilmu Sosial seperti Masyarakat Indonesia53.

4. Indeks Buletin dan Majalah

Buletin, mirip dengan jurnal ilmiah, adalah terbitan berkala dari lembaga

tertentu yang umumnya memuat artikel ilmiah secara singkat. Bedanya hanyalah

jika jurnal ilmiag mengupas masalah atau isu-isu tertentu secara panjang lebar,

bahkan juga bisa ditemukan laporan penelitian. Buletin menginformasikan isu-isu

dan liputan atau laporan secara populer dan singkat. Selain itu, buletin biasanya

juga memuat informasi non-ilmiah yang tidak ditemukan dalam jurnal.

Sedangkan majalah sering dikelompokkan sebagai media massa. Artinya bacaan

umum mengenai berita, opini, atau artikel mengenail hal-hal yang perlu diketahui

orang banyak. Majalah seringkali juga diterbitkan menurut bidang tertentu

(politik, agama, wanita, komputer, flora dan fauna dan sebagainya. Penerbit

52 Ibid., h. 11. 53 Ibid., h. 12.

Page 40: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

26

buletin atau majalah biasanya mengeluarkan indeks artikel yang pernah dimuat

dalam terbitan mereka54.

5. Indeks Surat Kabar/ Koran dan Tabloid

Surat kabar dan tablod biasanya mengkhususkan perhatiannya pada liputan

berita (news) dan opini tentang isu-isu akrtual. Tidak terdapat perbedaan prinsipil

antara surat kabar atau koran dan tabloid, keculai format dan siklus waktu

penerbitannya. Bila surat kabar biasanya terbit harian, tabloid terbit secara

berkala, mingguan, perdua mingguan atau perbulan. Sudah pasti informasi

mengenai data tertentu dapat ditemukan didalamnya. Indeks surat kabar dan

tabloid biasanya dapat dijumpai dalam koleksi perpustakaan55.

6. Indeks Dokumen

Perpustakaan besar yang standar biasanya juga menyimpan dokumen-

dokumen yang telah diterbitkan. Dokumen banyak macamnya. Ada dokumen

swasta atau pribadi. Laporan resmi pemerintah daerah Sumatera Barat dalam

Angka yang diterbitkan tiap tahun oleh Pemda (Bapeda) Sumatera Barat hanyalah

salah satu contohnya. Demikian juga lapora-laporan dari departemen tertentu

misalnya, laporan kesehatan, urusan haji dari Depag, laporan pendidikan, laporan

memori serah terima jabatan, pidato tahunan presiden, data sensus dan

seterusnya. Juga laporan-laporan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

seperti laporan dari Forum Peduli Sumatera Barat (FPSB) tentang dugaan korupsi

di DPRD Sumbar atau dokumen pendidikan yang dikeluarkan oleh lembaga

pendidikan swasta termasuk dokumen swasta56.

7. Indeks Manuskrip

Semua naskah-naskah yang belum diterbitkan, termasuk dokumen laporan

penelitian dan naskah-naskah kuno lokal atau copy atau transkip dari dokumen

sejarah lama. Perpustakaan perguruan tinggi biasanya juga menyimpan

manuskrip berupa karya kesarrjanaan berupa skripsi, tesis dan disertasi serta

laporan penelitian dosen sesuai dengan bidang atau jurusannya masing-masing.

54 Ibid., h. 13. 55 Ibid., h. 14. 56 Ibid., h. 15.

Page 41: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

27

Naskah-naskah kuno atau dokumen-dokumen unik biasanya juga dapat

ditemukan dalam perpustakaan57.

8. Sumber-Sumber Lain

Perpustakaan besar yang standar biasanya juga menyimpan “kliping”

koran dan leaflet. Leaflet ialah semacam lembaran berita yang terdiri dari

selembar kertas yang dilipas memuat informasi singkat tentang lembaga, orang

dan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang mengeluarkannya. Leaflet

adakalanya juga memuat opini atau ulasan mengenai isu-isu tertentu sesuai

dengan interest lembaga yang bersangkutan. Leaflet bisa mengantarkan kita

kepada pelackan informasi tentang orang atau kegiatan yang mungkin relevan

untuk kepentingan penelitian selanjutnya58.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian telah dikemukakan oleh beberapa peneliti yang

memiliki keterkaitan tentang analisis argumentasi dalam Socioscientific Issues

(SSI). Penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Shu-sheng lin dan Joel J. Mintzes, pada

tahun 2010 yang berjudul “Learning Argumentation Skills Through Instruction

In Socioscientific Issues: The Effect Of Ability Level”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa berkemampuan tinggi secara signifikan lebih baik

daripada siswa berkemampuan rendah dalam menghasilkan argumentasi secara

lengkap. Sebagian besar siswa menguraikan argumentasi mereka dan lebih

banyak siswa berkemampuan tinggi menawarkan bantahan setelah instruksi.

Namun, siswa yang memiliki prestasi tinggi ini tidak sepenuhnya memahami arti

dari bukti dan seringkali menyalahgunakan warrant sebagai tambahan bukti

dalam menjelaskan argumentasinya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Yanti Herlanti, pada tahun 2012 yang

berjudul “Kualitas Argumentasi Pada Diskusi Isu Sosiosaintifik Mikrobiologi

Melalui Weblog”. Hasil penelitian ini menunjukkan secara sosial partisipan

mampu mencapa argumentai level lima, adapun secara individual skor rata-rata

57 Ibid., h. 15. 58 Ibid., h. 16.

Page 42: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

28

mencapai 3. Pengembangan kerangka ‘scaffolding’ diperlukan untuk

mempertahankan kualitas argumentasi secara sosial dan meningkatkan kualitas

argumetasi secara individual.

Penelitian senada juga dilakukan oleh Yanti Herlanti, pada tahun 2014

yang berjudul “Analisis Argumentasi Mahasiswa Pendidikan Biologi Pada Isu

Sosiosaintifik Konsumsi Enetically Modified Organism (GMO)”. Hasil

penelitian ini menunjukkan pencapaian berargumentasi mahasiswa biologi

berada pada level dua. Level dua bermakna para partisipan mampu

mengungkapkan klaim yang disertai alasan yang logis, namun belum dilandasi

oleh kekuatan bukti empiris ataupun ilmiah yang menyebabkan claim yang

dikemukakan tidak mudah disanggah dan merupakan claim yang kuat.

Penelitian yang dilakukan oleh Deni fauzi Rahman, pada tahun 2018 yang

berjudul “Analisis Argumentasi dalam Isu Sosiosaintifik Siswa SMP”. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan kualitas argumentasi dalam isu sosiosaintifik

siswa SMP masih rendah. Rendahnya kualitas argumentasi dikarenakan siswa

hanya mampu membuat claim dan rebuttal tetapi sulit membuat alasan (data,

warrant, dan backing). Kesulitan membuat alasan didasarkan kepada

pemahaman konsep siswa itu sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Fildzah Amalia, Riandi, Ari Widodo,

dan Diana Rochintaniawati, pada tahun 2018 yang berjudul “Kompleksitas

Argumentasi Berbasis Isu Sosiosaintifik pada Jenjang SD, SMP, dan SMA”.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan kompleksitas argumentasi semakin

menaik sesuai dengan tingkatan jenjang. Kompleksitas argumentasi siswa

dengan level tertinggi pada jenjang SD mencapai level 2-3; jenjang SMP dan

SMA mencapai level 3. Presentase level 3 semakin menaik dari jenjang SMP

menuju SMA. Sedangkan jika dilihat dari kategori level argumentasi yang

mendominasi, level 2 muncul sebagai kategori dominan pada jenjang SD, SMP,

dan SMA.

Page 43: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

29

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Penelitian kajian literatur perlu dilakukan untuk mengetahui argumentasi dalam

Sosioscientific Issues (SSI) dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil

penelitian dianalisis berdasarkan komponen argumentasi Toulmin dengan kriteria

level. Level tersebut menunjukan tingkat kualitas argumentasi siswa. Siswa yang

diukur merupakan siswa pada jenjang SMA. Siswa pada jenjang ini sudah dapat

memberikan pandangan yang berbeda-beda sesuai dengan pengalaman

pribadinya. Sehingga SSI ini memberi kesempatan untuk siswa mengembangkan

Komunikasi Kolaborasi Berpikir kritis

Memecahkan

Masalah

Keterampilan Argumentasi belum diketahui

Argumentasi dalam Sosioscientific Issues (SSI)

Keterampilan Pendidikan Abad- 21

Studi Literatur

Page 44: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

30

kemampuan argumentasinya dengan banyaknya data yang selama ini siswa

tersebut dapatkan, dalam lingkup kelas maupun lingkungannya.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, hipotesis penelitiannya adalah

pembelajaran yang menghadirkan socioscientific issues (SSI) akan melatihkan

keterampilan argumentasi siswa.

Page 45: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Progam Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, dengan unit hasil penelitian dalam bentuk jurnal internasional

maupun nasional. Waktu efektif pelaksanaan penelitian mulai dari bulan

Maret sampai dengan bulan Juli 2020.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah59. Penelitian kualitatif juga bisa didefinisikan

sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis

dengan pendekatan induktif. Penonjolan proses penelitian dan pemanfaatan

landasan teori dilakukan agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di

lapangan60.

Metode penelitian yang digunakan untuk penulisan skripsi ini bersifat

deskriptif-analitis dengan menggunakan teknik analisis kajian melalui studi

literatur. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk

mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi

tertentu yang bersifat faktual61, mengenai masalah yang akan diteliti.

Sedangkan analisis adalah mencari pandangan yang mendalam mengenai

penelitian62. Tujuannya untuk mendapatkan gambaran dan analisis yang tajam

mengenai “Analisis Argumentasi dalam Socioscientific Issues (SSI).”

59 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, ( Bandung, Alfabeta:

2017) h. 9 60 Rukin, Metode Penelitian Kualitatif, ( Sulawesi Selatan, Yayasan Amar Cendekia

Indonesia: 2019) h. 6 61 Sudarwan Danim, Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi, ( Jakarta, Penerbit

Buku Kedokteran EGC: 2003) h. 52 62 Nia Ariyani, Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis

Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-Ayat Kerusakan di Muka Bumi), (Jakarta, Skripsi: 2019). h. 18

Page 46: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

32

C. Sumber Data

Sumber data pada penelitian studi literatur ini adalah literatur-literatur

yang berkaitan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Subandi,” sumber data

utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumentasi foto, rekaman karawitan/lagu dan karya

tulisan lain yang sejenis. Berkaitan dengan data, dapat dibagi jenis data-

datanya ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan

statistik63.

Sebagai penelitian studi literatur, maka sumber data yang digunakan

akan dipaparkan sebagai berikut:

Sumber sekunder adalah setiap publikasi yang ditulis oleh pengarang

yang bukan merupakan hasil pengamatan langsung dari peristiwa-peristiwa

yang dilukiskan. Yang merupakan sumber sekunder yaitu buku teks, review

dari jurnal dan indeks publikasi64. Dalam hal ini sumber data sekunder yang

digunakan adalah jurnal nasional yang juga relevan dengan pembahasan

skripsi ini, dengan rentang waktu 5 tahun terakhir. Terhitung dari tahun 2016.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

mengumpulkan data penelitian berupa artikel yang relevan atau berkaitan

dengan topik yang akan diteliti dalam situs jaringan internet. Data yang

dikumpulkan berupa data-data penelitian yang sesuai dengan variabel yang

dibutuhkan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.

Analisis data juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengubah

63 Subandi, Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam Penelitian Pertunjukkan,

Harmonia,Vol 11, 2, 2011, h. 176 64 Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan

Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi, 2017: CV Jejak) h. 147

Page 47: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

33

data hasil dari penelitian menjadi informasi yang nantinya dapat

dipergunakan untuk mengambil kesimpulan65.

Data analisis diperoleh dari kajian beberapa jurnal internasional dan

nasional. Dari data tersebut, terdapat gambaran yang sesuai dengan teori yang

ada atau malah sebaliknya.

Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah

1. Mencari Sumber data

2. Mengumpulan data

3. Menelaah data, mempelajari, dan membaca

4. Menyatukan data

5. Terakhir, menginterpretasi data66

Sebelum data diolah, penulis terlebih dahulu memahami secara cermat

teori argumentasi Toulmin (Toulmin’s Argument Pattern) dan level

argumentasi menurut Erduran. Hal ini dikarenakan teori argumentasi

Toulmin (Toulmin’s Argument Pattern) dan level argumentasi menurut

Erduran dapat memberikan gambaran komponen argumentasi dan level

argumentasi, yang dapat mempermudah analisis dan hasil temuan dalam

jurnal yang dikaji.

Setelah data terkumpul, kemudian diolah dan dikerjakan dengan cara

membuat ringkasan dalam bentuk narasi. Kemudian menentukan batasan

yang lebih khusus tentang objek yang dikaji sesuai dengan variabel yang

dibahas.

65 Ade Ismayani, Metodologi Penelitian, (Aceh, Syiah Kuala University Press:) h. 77 66 Abdul Fattah Zulkarnain, Konsep Pendidikan Jiwa Penuntut Ilmu Perspektif Abdul

Wahhab Asy-Sya’rani dalam Kitab Al-Minah Al-Saniyah, (Jakarta, Skripsi: 2019) h. 28

Page 48: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

34

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Artikel-artikel yang dianalisis berjumlah sepuluh buah yang terdiri dari 7

artikel internasional dan 3 artikel nasional pada jenjang SMA. Dari beberapa

artikel tersebut, penulis menganalisis data hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti sebelumnya. Setelah melakukan analisis terhadap artikel-artikel

tersebut, hasil penelitian kemudian dipaparkan dalam bentuk narasi. Dengan cara

setiap artikel yang dikaji dipaparkan apa adanya tanpa menyertakan data primer

atau tidak dalam pengamatan langsung.

Keterampilan argumentasi dapat dianalisis dengan menggunakan

komponen argumentasi Toulmin. Stephen E. Toulmin, seorang ahli filosofi,

menganjurkan suatu pendekatan untuk menganalisis argumen yang sangat berbeda

dengan pendekatan logika formal melalui hasil kerjanya pada tahun 1958 yaitu

“The Uses of Argument”. Struktur argumentasi menurut skema Toulmin (2003)

memiliki 6 tipe pernyataan dasar yang masing-masing memainkan peran yang

berbeda yaitu claim/conclusion, data, warrant, backing, modal qualifier, dan

rebuttal. Claim/conclusion (C) merupakan pernyataan yang diharapkan oleh

pemberi argumen dapat meyakinkan orang lain. Data (D) merupakan dasar dari

argumen, bukti yang relevan untuk klaim. Warrant (W) menjustifikasi hubungan

antara data dan kesimpulan (conclusion), sebagai contoh adalah menyatakan suatu

aturan, definisi, atau membuat analogi. Backing (B) yang menghadirkan bukti

lebih jauh yang mendukung warrant. Modal Qualifier (Q) mengkualifikasi

kesimpulan dengan mengekspresikan derajat keyakinan, dan Rebuttal (R) yang

berpotensi menolak kesimpulan dengan menyatakan kondisi dimana kesimpulan

tersebut tidak berlaku67.

67 Ulumul Ummah, Abdur Rahman As’ari dan I Made Sulandra, Struktur Argumentasi

Penalaran Konvariasional Siswa Kelas VIIIB MTsN 1 Kediri, Jurnal Matematika dan Pendidikan

Matematika, Vol. I, 2016, h. 4-5

Page 49: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

35

Hasil dari analisis argumentasi yang disesuaikan dengan komponen

argumentasi Toulmin, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa level. Level 1,

claim sederhana melawan claim lain yang bertentangan tanpa data pendukung.

Level 2, argumentasi terdiri dari claim dengan data, surat perintah atau dukungan,

tetapi tidak mengandung bantahan. Level 3, argumen terdiri dari serangkaian

claim atau kontra claim dengan data, surat perintah atau dukungan, dengan

bantahan lemah. Level 4, argumentasi terdiri dari claim dengan bantahan yang

dapat diidentifikasi dengan jelas. Argumen seperti itu mungkin memiliki beberapa

claim dan kontra-claim. Level 5, argumen terdiri dari argumen yang lebih dari

satu sanggahan68.

Tabel 4. 1 Data Hasil Analisis Artikel Internasional pada Jenjang SMA

(Sekolah Menengah Atas)

No Judul Artikel Wilayah Tahun Topik yang

dikaji Hasil Penelitian

1 Investigating The

Interwinement of

Knowledge, Value,

and Experince of

Upper Secondary

Students’

Argumentation

Concerning

Socioscientific

Issues

(Sci & Educ 25:

1049-1071. DOI

10.1007/s11191-

016-9859-x)

Swedia 2016 Racun

lingkungan

pada ikan

dari laut

Baltik

Dari setiap tema

permasalahan,

siswa

memberikan

claim dan

keputusan yang

berbeda.

keputusan

mereka berbeda

tergantung pada

latar belakang

pengetahuan,

nilai-nilai, dan

pengalaman

mereka (yaitu,

beban

intelektual

mereka).

68 Sibel Erduran, Shirley Simon, dan Jonathan Osborne, Tapping into Argumentation:

Developments in the Application of Toulmin’s Argumen Pattern for Studying Science Discourse,

Wiley InterScience, 2004, h. 928

Page 50: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

36

2 Intersection of

argumentation and

the use of multiple

representation in the

context of

socioscientific

issues.

(International journal

of science education,

Vol. 38, No 7, 1100-

1132)

Amerika

Serikat

2016 Nuklir Dengan

pembelajaran

berbasis

Sociosceintific

Issues (SSI)

dapat

meningkatkan

pemahaman

konten sains dan

dapat

menumbuhkan

kemampuan

argumentasi

ilmiah siswa.

Siswa dapat

membuat claim

dan justifikasi

serta alasan

yang ilmiah.

3 Students’

understandings of

nature of science

and their arguments

in the context of

four socioscientific

issues.

(International

journal of science

education, ISSN:

0950=-0693 (print)

1464-5289

(online))

Arab

Saudi

2017 1. Kloning

Manusia

2. Hujan

Asam

3. Makanan

yangdi

mo-

difikasi

secara

genetik

4. Global

warming

Hasil

menunjukkan

bahwa

argumentasi

siswa kelas 11

perempuan lebih

tinggi dari siswa

laki-laki dengan

4 tema kloning

manusia, Hujan

asam, makanan

yang di

modifikasi

secara genetik,

dan pemanasan

global. Siswa

mampu

membuat claim,

alasan bahkan

sampai tahap

bantahan pada

Page 51: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

37

setiap tema.

Dengan

mengaitkan

pembelajaran

dengan

Socioscienrtific

Issues Ini dapat

meningkatkan

pemahaman

konten sains dan

argumentasi

siswa.

4 Developing

Students’

Argument Skills

Using

Socioscientific

Issues in a

Learning Unit on

the Fossil Fuel

Industry and Its

Product.

(Science Education

International,

Volume 29, Issue

3, 138-148)

Thailand 2019 Industri

bahan bakar

fosil dan

produk-

produknya

Dalam siklus

pertama dan

kedua,

mayoritas

masing-masing

memiliki

pengembangan

menengah. Jika

dilihat dari

komponen

argumen, siswa

berhasil dalam

membangun

klaim, warrant,

dan kontra

argumen (lebih

dari 95%),

sementara tidak

lebih dari 60%

dapat

memberikan

dukungan dan

bantahan

setelah setiap

siklus.

Socioscientific

Issues (SSI)

dalam kontek

Page 52: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

38

pembelajaran

sains dapat

menjadi hal

yang menarik

siswa. Karena

sesuai dengan

kehidupan

sehari-hari

siswa.

5 Genetic in socio

scientific issues:

measuring rebuttal

abilities in

scientific

argumentation.

(Journal of physics:

Conference series,

1280 032002, 1-7)

Jawa

Barat

(Bandung)

2019 Genetika Siswa dapat

memberikan

argumentasinya

sampai dengan

level 5. Namun

hanya sekitar

34,92% yang

dapat

memberikan

sanggahan pada

tema tertentu.

Dari jumlah

sampel 21 maka

yang hanya

mampu

memberikan

sanggahan

hanya 7 orang.

Sehingga SSI

mempunyai

peranan penting

dalam

pembelajaran

sains yaitu

mampu menjadi

stimulus siswa

agar terpancing

memberikan

claim, alasan,

dukungan, dan

sangahan

Page 53: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

39

dengan konsep

sains yang telah

dipahami

6 Investigating the

impact of the

duration of

engagement in

socioscientific

issues in

developing greek

students’Argument

ation and informal

reasoning skill

(American journal

of education

research. Vol. 8, No.

1, 16-23)

Yunani 2020 Bioteknologi Siswa kelompok

LRP (kelompok

proyek

penelitian

panjang) pada

kelas 10

menghasilkan

argumen yang

lebih kuat

menggunakan

penalaran

informal

rasionalistik

yaitu argumen

tingkat yang

lebih tinggi

didukung oleh

data ilmiah dan

pertimbangan

beragam dari

setiap masalah

pertanyaan,

dibandingkan

dengan

kelompok SRP

(kelompok

proyek

penelitian

pendek).

Keterampilan

argumentasi

siswa dapat

meningkat

dengan

membutuhkan

waktu yang

cukup lama.

Page 54: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

40

Ditemukan juga

dengan

memasukkan

SSI dalam

pembelajaran

dapat membantu

guru untuk

meningkatkan

argumentasi

siswa di kelas.

7 Role-play activities

a framework for

developing

argumentataion

skills on biological

issues in secondary

education.

(American journal

of education

research. Vol. 8, No.

1, 7-15)

Yunani 2020 Vaksinasi Meskipun

tingkat

argumentasi

umum rendah

yang diberikan

oleh siswa, ada

peningkatan

indikatif pada

tingkat

argumentasi

pertanyaan

nomor 3.

Peningkatan

tingkat

argumentasi

juga tercermin

dalam

kemampuan

siswa untuk

membangun

argumen yang

lebih kuat

selama kegiatan,

yang memiliki

interpretasi yang

menjanjikan.

Dapat

diidentifikasi

beberapa

argumen level 4

Page 55: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

41

dan satu

argumen dengan

bantahan (level

5) dalam

argumen lisan

siswa.

Argumentasi

pada segi

bantahan

terdapat pada

argumentasi

lisan. Sehingga

dapat

disimpulkan

argumentasi

lisan lebih tinggi

dari pada

argumentasi

tertulis dan SSI

dengan

mengaitkan

pembelajaran

dengan SSI ini

meningkatkan

argumentasi

siswa kelas 10

yang

sebelumnya

hanya pada level

1 dan 2.

Tabel 4. 2 Data Hasil Analisis Artikel Nasional pada Jenjang SMA (Sekolah

Menengah Atas)

No Judul Artikel Wilayah Tahun

Topik

yang

dikaji

Hasil Penelitian

1 Strategi Socio

Scientific Issues

Jawa

Barat

2019 Sistem

Respirasi

(1)penerapan

strategi Socio

Page 56: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

42

untuk

Meningkatkan

Kemampuan

Argumentasi

Ilmiah Siswa pada

Konsep Respirasi

Di Kleas XI MIPA

SMAN 1

Suranenggala.

(Jurnal Ilmu Alam,

Volume 2, No 1,

5-69. E-ISSN:

2615-2665)

(Cirebon) Scientific Issues

secara keseluruhan

dapat terlaksana

dengan sangat baik,

(2) Terdapat

perbedaan

peningkatan

kemampuan

argumentasi ilmiah

siswa antara yang

menggunakan

strategi

pembelajaran Socio

Scientific Issues

dengan siswa yang

tidak menggunakan

strategi

pembelajaran Socio

Scientific Issues

pada pembelajaran

biologi. (3) Respon

siswa terhadap

penerapan strategi

pembelajaran Socio

Scientific Issues

menunjukan respon

setuju dari siswa

dan dapat

menghasilkan

respon yang positif

dari siswa.

Dengan strategi

Socio Scientific

Issues dapat

meningkatkan

argumentasi siswa

kelas 11 secara

signifikan.

2 Pengaruh Process

Oriented-Guided

Jawa

Timur

2019 Asam

Basa

Pencapaian level

argumentasi siswa

Page 57: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

43

Inquiry Learning

Berkonteks Isu

Sosiosaintifik

Terhadap

Keterampilan

Berargumentasi

Siswa Sekolah

Menengah Atas.

(Jurnal Inovasi

Pendidikan IPA, 5

(2), 2019, 168-179.

ISSN 2406-9205

(print), ISSN

2477-4820

(online))

(Malang) kelas POGIL

berkonteks isu-isu

sosiosaintifik lebih

tinggi daripada kelas

POGIL dan

konvensional yang

dianalisis dengan

kerangka Osbosne.

Menerapkan

pembelajaran yang

memfasilitasi argu-

mentasi dengan

empat kali

pertemuan dapat

memfasilitasi

argumentasi siswa

sampai pada level 4.

3 Pengaruh POGIL

Berkonteks Isu

Sosiosaintifik

Terhadap Kualitas

Keterampilan

Berargumentasi

Siswa SMA pada

Materi Ikatan

Kimia

(Jurnal Inovasi

Pendidikan IPA, 5

(1), 2019, 31-44.

ISSN 2406-9205

(print), ISSN

2477-4820 (online)

Jawa

Timur

(Malang)

2019 Ikatan

Kimia

Terdapat perbedaan

keterampilan

berargumentasi

antara siswa yang

dibelajarkan dengan

POGIL berkonteks

SSI dengan siswa

yang dibelajarkan

dengan POGIL dan

konvensional.

Pembelajaran

POGIL berkonteks

SSI lebih efektif

dalam

membelajarkan

keterampilan

berargumentasi

siswa dibandingkan

dua kelas lainnya

berdasarkan nilai

rata-rata kualitas

argumentasi.

Tingginya kualitas

Page 58: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

44

argumentasi pada

kelas POGIL

berkonteks SSI

didukung dengan

data kualitatif

argumentasi

sosiosaintifik siswa

selama proses

pembelajaran

dimana kualitas

argu-mentasi

sosiosaintifik

mencapai level 4

pada topik SSI.

Proses argumenasi

sosio-sainifik

melalui topik SSI

yang diberikan

mampu

memfasilitasi

keterampilan

berargumentasi

sosiosaintifik siswa

pada level yang

tinggi.

B. Pembahasan

Tuntutan zaman semakin kompleks sehingga dibutuhkan kompetensi-

kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu kompetensi Abad 21.

Kompetesi Abad 21 ini meliputi kemampuan berpikir kritis, kreatif, kemampuan

berkomunikasi, dan berkolaborasi. Salah satu kompetensi Abad 21 adalah

kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini bisa diperoleh dengan

mengasah kemampuan argumentasinya69.

Argumentasi adalah aktivitas penting yang melekat dalam proses

eksplorasi ilmiah. Dalam pendidikan sains, argumentasi mewakili kemampuan

69 Ursula Wingate, “Argument!” Helping Student Understand What Essay Writing is

About, Journal of English for Academic Purpose, 11, 2012, h. 153

Page 59: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

45

memilih solusi optimal dari beberapa alternatif yang ada berdasarkan bukti

terhadap masalah yang tidak terstruktur, kontroversial, dan dapat diperdebatkan.

Pembelajaran sains yang efektif tidak hanya membutuhkan keterlibatan siswa

aktif dalam hal penyelidikan ilmiah, tetapi juga pengembangan praktik diskursif

yang memungkinkan siswa untuk menerapkan pemahaman sains mereka pada

pengambilan keputusan dan terlibat dalam diskusi publik terkait isu-isu yang

berkaitan dengan sains. Praktek diskursif ini meliputi evaluasi bukti, menilai

validitas klaim serta menentangnya merupakan bagian dari argumentasi ilmiah70.

Oleh karena itu, argumentasi mempunyai peranan penting dalam pembelajaran

sains.

Data mengenai hasil penelitian argumentasi dalam pembelajaran sains

masih belum melimpah. Sedangkan pada abad 21 ini perlu adanya penelitian

untuk mengkaji argumentasi dalam pembelajaran sains. Sehingga diharapkan

kajian literatur ini dapat menjadi acuan dan menguatkan penelitian sebelumnya.

Guna memberikan gambaran agar melakukan penelitian lanjutan mengenai

argumentasi.

Atas dasar tersebut, penelitian studi literatur mengenai argumentasi dalam

Sosioscientific Issues (SSI) dilakukan untuk menganalisis kemampuan

argumentasi pada penelitian-penelitian sebelumnya.

Hasil Analisis Argumentasi Siswa SMA (Sekolah Menengah Atas)

1. Investigating The Intertwinement of Knowledge, Value, and Experince

of Upper Secondary Students’ Argumentation Concerning Socioscientific

Issues

Keterampilan argumentasi siswa SMA di Swedia pada kelas 12, dengan

sampel tujuh siswa yang terdiri dari 4 laki-laki dan 3 perempuan. Sampel tersebut

diambil dengan latar belakang akademis yang kuat. Hasil analisis dari artikel

tersebut pada tema “masalah racun lingkungan pada ikan dari Laut Baltik”

menunjukkan bahwa kelayakan menggunakan masalah sosial yang kompleks

70 Astrid Kinantya Paramita, I Wayan Dasna, dan Yahmin, Kajian Pustaka: Integrasi

STEM untuk Keterampilan Argumentasi dalam Pembelajaran Sains, Jurnal Pembelajaran Kimia,

2019, h. 94

Page 60: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

46

dalam pengajaran sains, yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan

kesadaran mereka tentang beragam aspek dan keterampilan yang terlibat dalam

menyelesaikan SSI melalui model pengajaran multi-disiplin. Desain latihan SSI

multidisiplin jelas membantu perancah diskusi SSI siswa dan keterampilan

evaluasi siswa diinduksi dan didemonstrasikan dalam argumen SSI individu akhir

mereka. Menggunakan SSI tentu membuka pelajaran sains untuk argumentasi

dan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang non-ilmiah. Yang

terpenting, nilai berperan dalam argumentasi SSI yang sangat berbeda dengan

yang biasanya ditemui di kelas sains.

Diskusi dalam kelas tersebut dibagi menjadi dua kelompok. Setiap

anggota kelompok memberikan tanggapan terhadap isu yang diberikan. Hasil

analisis artikel tersebut menunjukkan dari setiap tema permasalahan, siswa

memberikan Claim dan keputusan yang berbeda. keputusan mereka berbeda

tergantung pada latar belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman mereka

(yaitu, beban intelektual mereka). Artikel tersebut juga menjelaskan bahwa siswa

perempuan lebih memiliki argumentasi yang kuat daripada siswa laki-laki, dalam

menjelaskan risiko kesehatan pada isu yang disajikan.

Page 61: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

47

Dibawah ini Contoh Argumentasi siswa dari Artikel

2. Intersection of argumentation and the use of multiple representation in

the context of socioscientific issues.

Kemampuan Argumentasi siswa SMA di Amerika Serikat, dengan sampel

20 siswa yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, hasil analisis

dari artikel tersebut pada topik energi nuklir menunjukkan bahwa siswa

mengorganisir pengetahuan mereka tentang energi nuklir dengan mencari,

menyortir, mengelompokkan informasi melalui penggunaan mode

representasional ini dan berdebat tentang masalah energi nuklir. Ditemukan

bahwa penggunaan banyak representasi dan argumentasi berinteraksi satu sama

lain dengan cara yang kompleks. Hasil analisis Artikel juga menjelaskan

pembelajaran berkonteks Sociosceintific Issues (SSI) dapat meningkatkan

Gambar 4. 1 Contoh Argumentasi Siswa

Page 62: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

48

pemahaman konten sains dan dapat menumbuhkan kemampuan argumentasi

ilmiah siswa. Siswa dapat membuat claim dan justifikasi serta alasan yang ilmiah.

Dijelaskan juga penggunaan representasi mempengaruhi persimpangan dalam

argumentasi siswa meskipun tidak secara signifikan. Namun, representasi tersebut

dapat menjadi stimulus siswa untuk memberikan argumen sesuai kehidupan

sehari-harinya.

Transkrip Argumentasi Siswa dari Artikel

Gambar diatas menunjukkan bahwa siswa memberikan pendapat yang berupa

dukungan yaitu berdasarkan proses fisi nuklir, pembangunan listrik tenaga nuklir

merupakan sumber energi pembakaran yang bersih.

3. Students’ understandings of nature of science and their arguments in the

context of four socioscientific issues.

Hasil analisis dari artikel dengan sampel 74 siswa kelas 11 di enam

sekolah di Arab Saudi menunjukkan bahwa argumentasi siswa kelas 11

perempuan lebih tinggi dari siswa laki-laki dengan 4 tema yaitu kloning manusia,

Hujan asam, makanan yang di modifikasi secara genetik, dan pemanasan global.

Siswa mampu membuat claim, alasan bahkan sampai tahap bantahan pada setiap

tema. Dengan mengaitkan pembelajaran dengan Socioscientific Issues Ini dapat

meningkatkan pemahaman konten sains dan argumentasi siswa. Adapun hasil

penelitian berdasarkan masing-masing tema akan dijelaskan sebagai berikut:

Hasil analisis artikel pada topik kloning manusia menunjukkan bahwa

empat puluh satu persen siswa perempuan membuat argumen berdasarkan

informasi dan 25% membuat argumen bantahan dan 23% membuat bantahan

Gambar 4. 2 Transkip Argumentasi Siswa

Page 63: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

49

sebagai tanggapan terhadap skenario tentang kloning manusia. Ada

beberapa pandangan berbeda dari partisipan terhadap masalah kloning

manusia. Sekelompok siswa menyetujui masalah kloning manusia

sedangkan sekelompok lain menentang masalah kloning manusia karena

beberapa alasan. Sebagai contoh, seorang peserta mendukung kloning

manusia dan argumennya melibatkan pembenaran yang sah serta didukung

lebih dari satu alasan sebagai pengganti organ yang rusak. Dibawah ini

contoh sanggahan siswa pada topik kloning manusia.

Sekelompok siswa yang lain menentang kloning manusia dengan memberikan

argumen berdasarkan sudut pandang moral dan agama. Siswa tersebut juga

membahas pengaruh pada masyarakat, keluarga, negara, dan agama.

Persentase argumentasi siswa laki-laki pada topik kloning manusia berdasarkan

informasi adalah 19% dan 2% berargumen tanpa informasi, dan 5% membuat

bantahan. Sebagai contoh, salah satu peserta laki-laki yang menentang

kloning mengajukan pembenaran yang didukung oleh beberapa alasan. Dia

menyatakan bahwa kloning tidak sesuai secara moral dan agama karena

Gambar 4. 3 Contoh Sanggahan Siswa

Gambar 4. 4 Argumentasi Siswa pada Topik Kloning

Page 64: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

50

menyebabkan kerusakan pada masyarakat dan lingkungan dan

meningkatkan jumlah kejahatan dan perang karena replikasi tentara. Dia

juga menjelaskan bahwa orang akan membedakan antara kloning dan

manusia asli.

Hasil penelitian tersebut juga menjelaskan 55% dari siswa perempuan

dan laki-laki membuat argumen dengan justifikasi yang valid didukung oleh

satu alasan seperti yang diilustrasikan dalam kutipan berikut:

Hasil analisis pada topik hujan asam menunjukkan 26% dari peserta

perempuan mempertimbangkan perspektif lain untuk menghasilkan argumen

yang lebih maju. Argumentasi tersebut memiliki justifikasi yang sah didukung

lebih dari satu alasan. Contoh; siswa menjelaskan bahwa para ilmuwan

mungkin menghasilkan kesimpulan yang berbeda yang berkaitan dengan

hujan asam karena latar belakang dan perspektif yang berbeda. Dengan

demikian para ilmuwan memiliki pandangan informasi secara subjektif dari

sifat sains.

Siswa yang sama ini menghasilkan bantahan yang dikembangkan yang

memiliki justifikasi yang valid didukung oleh lebih dari satu alasan:

Gambar 4. 5 Alasan Siswa dalam Berargumentasi

Gambar 4. 6 Sanggahan atau Bantahan Siswa

Page 65: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

51

Argumentasi pada topik makanan yang dimodifikasi secara genetik

menunjukkan 50 siswa perempuan menjawab kuesioner. Lima puluh sembilan

persen (59%) dari siswa ini meminta lebih banyak latihan untuk memperkuat

aspek bukti dari argumen yang dibuatnya (aspek empiris dari sifat sains).

Dibawah ini argumentasi siswa pasa aspek bukti:

Dan 41% peserta laki-laki lebih memilih banyak informasi, penelitian dan

eksperimen mengenai beras yang dimodifikasi secara genetik. Dibawah ini

contoh argumentasi siswa laki-laki:

Hasil analisis dari artikel tersebut menunjukkan bahwa argumentasi siswa

perempuan dan laki-laki, pada topik pemanasan global memiliki persepsi

argumentasi yang berbeda. Lima puluh peserta perempuan menyelesaikan

skenario pemanasan global, 43 di antaranya mendukung komitmen negara

mereka terhadap peraturan Kyoto tentang perubahan iklim, 5 siswa menolak

komitmen, dan 2 siswa tidak yakin. Dua puluh empat peserta pria

menjawab skenario tentang pemanasan global. Seperempat peserta

Gambar 4. 7 Bantahan Siswa dengan Alasan lebih dari satu

Gambar 4. 8 Argumentasi Siswa pada Aspek Bukti

Gambar 4. 9 Argumentasi Siswa Laki-laki dengan Banyak Informasi

Page 66: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

52

menganggap topik pemanasan global sebagai fenomena alam. Sehingga

mayoritas siswa percaya bahwa pemanasan global adalah masalah

berbahaya, dan diperlukan intervensi untuk menyelesaikannya. Tujuh puluh

dua persen dari peserta menyetujui peraturan tentang pemanasan global.

Mayoritas peserta (63%) menyetujui peraturan untuk melestarikan alam

secara lokal dan global.

4. Developing Students’ Argument Skills Using Socioscientific Issues in a

Learning Unit on the Fossil Fuel Industry and Its Product

Keterampilan argumentasi pada artikel ini berfokus pada lima komponen

yaitu; klaim, alasan, dukungan, kontra argumen, dan bantahan. Sampel yang

digunakan adalah 46 siswa Thailand di Kelas 12 (siswa berusia sekitar 17 tahun)

yang mempelajari kimia minyak bumi pada semester pertama dan mengambil

kursus kimia. Hasil analisis dari artikel tersebut menunjukkan bahwa dalam

siklus pertama dan kedua, mayoritas masing-masing memiliki pengembangan

menengah. Jika dilihat dari komponen argumen, siswa berhasil dalam

membangun klaim, warrant, dan kontra argumen (lebih dari 95%), sementara

tidak lebih dari 60% dapat memberikan dukungan dan bantahan setelah setiap

siklus.

Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa perkembangan keterampilan

argumentasi siswa lebih tinggi dari pada siklus kedua. Komponen argumentasi

pada siklus pertama aspek claim persentase nilai soal pretestnya 100 dari rentang

nilai 0-100. Persentase nilai soal posttestnya 100 dari rentang 0-100. Aspek

warrant persentase nilai soal pretestnya 93 dari rentang 0-100. Persentase nilai

soal posttestnya 98. Aspek backing persentase nilai pretestnya 12 dari rentang 0-

100 sedangkan persentase nilai posttestnya 28. Aspek counter argument

persentase nilai pretest dan protest 95 dari rentang 0-100. Aspek rebuttal

persentase nilai pretestnya 7 sedangkan nilai posttestnya 44. Komponen

argumentasi pada siklus kedua aspek claim persentase nilai pretest dan

posttestnya sama yaitu 100 dari rentang 0-100. Aspek warrant persentase nilai

pretesnya 90 sedangkan posttestnya 98 dari rentang 0-100. Aspek backing

persentase nilai pretesnya 46 dan posttestnya 55. Aspek counter argument

Page 67: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

53

persenrtase nilai pretesnya 98 sedangkan posttesnya 100. Aspek rebuttal

persentase nilai pretesnya 24 dan posttestnya 34 dari rentang 0-100. Berdasarkan

hasil tersebut siswa telah mampu meningkatkan keterampilan argumentasinya.

dibawah ini lima instrumen soal keterampilan argumentasi

5. Genetic in socio scientific issues: measuring rebuttal abilities in scientific

argumentation.

Keterampilan argumentasi pada 21 siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Alam

yang terdiri dari 11 siswa kelas XI dan sepuluh siswa kelas X di sebuah sekolah

menengah di Jawa Barat Indonesia, Hasil analisis dari artikel pada topik genetik

menunjukkan bahwa 34,92% siswa memberikan bantahan, dengan 14,29% dari

mereka memberikan dukungan konseptual yang relevan dengan genetika,

sedangkan 47,62% siswa lain memberikan dukungan konseptual Biologi umum,

14,29% siswa memberikan kesalahpahaman genetika, dan 23,81% menggunakan

konsep yang tidak relevan. Ini menunjukkan bahwa penting untuk melakukan

pembelajaran yang mendukung pertumbuhan kemampuan bantahan dalam proses

pembelajaran sehingga kemampuan berpikir kritis siswa menjadi lebih baik,

terutama dalam memahami konsep genetik di sekolah dan kehidupan sosial. Hasil

Gambar 4. 10 Instrumen Soal Keterampilan Argumentasi

Page 68: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

54

penelitian ini diperoleh tiga aspek, yang pertama adalah tentang komposisi

argumen yang dibangun oleh siswa. Yang kedua adalah tentang kedalaman

bantahan yang disampaikan oleh siswa. Yang ketiga adalah menganalisis data

atau konsep genetik yang digunakan oleh siswa untuk mendukung dan

memperkuat bantahan yang diajukan.

Hasil analisis pada aspek pertama adalah tentang komposisi argumen

yang dibangun oleh siswa. Komposisi argumen yang dibangun siswa pada

umumnya sesuai dengan komponen argumentasi Toulmin meliputi klaim, alasan,

dukungan, penjamin, sanggahan/bantahan, dan tuntutan balasan (counterclaim).

Dari 21 sampel penelitian, diperoleh 100% klaim yang muncul. Berarti semua

siswa mampu membuat klaim dari masalah yang disajikan. 92,06% pada aspek

alasan, menunjukkan bahwa mayoritas siswa sudah mampu membuat alasan dari

klaim yang dibuatnya. Aspek dukungan pada 31,75%, berarti hanya beberapa

siswa yang mampu memberikan dukungan dari klaim maupun alasan yang

dibuatnya. Kemudian 58,92% pada aspek penjamin, berarti setenag dari sampel

penelitian sudah mampu membuat penjamin dari klaim, alasan, maupun

dukungan yang dibuatnya. Di peroleh 34,92% pada aspek sanggahan/bantahan,

menunjukkan bahwa sekitar tujuh siswa yang mampu memberikan

sanggahan/bantahan. Dari total sampel dalam penelitian, persentase tersebut

termasuk kategori rendah. Sehingga dapat disimpulkan tidak banyak siswa yang

mampu memberikan sanggahan/bantahan dari pernyataan siswa yang lain.

Terakhir pada aspek tuntutan balasan (Counterclaim) pada persentase 41,27%,

hal ini menunjukkan hampir setengahnya siswa sudah mampu memberikan

balasan dari sanggahan/bantahan siswa dari diskusi permasalahan sosiosceintific

issues.

Hasil analisis yang kedua adalah tentang kedalaman bantahan yang

disampaikan oleh siswa. Berdasarkan data dari penelitian ini menunjukkan

bahwa dari 21 siswa hanya 7 siswa yang mampu memberikan bantahan dari

diskusi yang dilakukan di kelas. Aspek bantahan termasuk kategori rendah,

namun sudah memberikan gambaran bahwa siswa sudah mampu memberikan

bantahan dari persoalan yang diajukan dalam diskusi. Aspek bantahan yang

Page 69: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

55

terlihat adalah menyerang bantahan atau klaim atas wacana; menunjukkan

kesalahan dalam klaim, alasan, surat perintah, dan / atau kesimpulan dari

pendapat yang diungkapkan dalam wacana; dan memberikan data tambahan

untuk mendukung bantahan yang telah diajukan.

Hasil analisis yang ketiga adalah menganalisis data atau konsep genetik

yang digunakan oleh siswa untuk mendukung dan memperkuat bantahan yang

diajukan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa wacana tentang avian

influenza dengan penekanan pada konsep replikasi virus yang melibatkan DNA

dan RNA, hanya sampai 6 sampai 8 siswa yang memasukkan data dukungan

untuk memperkuat bantahan mereka. Distribusi data yang mendukung tidak ada

yang menggunakan genetika data konseptual; bahkan ada dua konsep data yang

salah. Lebih banyak data diekspresikan dalam bentuk pengetahuan biologis

tentang virus secara umum. Ini berarti bahwa siswa belum dapat mengaitkan atau

tidak memiliki pengetahuan di bidang genetika untuk digunakan dalam

mendukung sanggahan yang ia usulkan. Data selanjutnya menunjukkan bahawa

konsep genetika sudah cukup baik untuk muncul dalam wacana tentang silsilah

pada kasus Raja Mesir Tutankhamun. Dari 21 sampel penelitian hanya terdapat 7

siswa yang menyebutkan bantahan dan hanya 4 siswa yang memasukkan data.

Kemudian 2 siswa diantaranya memberikan data menggunakan konsep genetik.

Satu siswa lain memberikan dukungan data yang tidak relevan dan satu siswa

memberikan data dalam bentuk pengetahun biologi. Data terakhir menunjukkan

14,29% menggunakan konsep genetika, 14,29 menyeduakan data dengan konsep

biologi yang salah, dan 85,71% data dengan konsep pengetahuan biologi umum.

6. Investigating the impact of the duration of engagement in socioscientific

issues in developing greek students’Argumentation and informal

reasoning skill.

Keterampilan argumentasi 36 siswa kelas 10 disalah satu SMA Negeri di

Yunani. Sampel ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang

menghadiri kursus selama 2 Jam setiap minggu selama dua puluh minggu

(kelompok proyek penelitian panjang) yang berjumlah 20 siswa. Kelompok

Page 70: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

56

kedua, kelompok yang menghadiri kursus selama 3 jam setiap minggu selama 13

minggu (kelompok proyek penelitian pendek) yang berjumlah 16 siswa. Topik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah bioteknologi. Siswa mengisi

kuesioner yang berjumlah delapan pertanyaan terbuka tentang bioteknologi. Siswa

diminta untuk memberikan argumennya, kemudian argumen tersebut dinilai

menggunakan model Toulmin. Hasil analisis artikel tersebut menunjukkan bahwa

siswa pada kelompok proyek penelitian lebih lama memeiliki tingkat argumentasi

yang lebih tinggi daripada siswa dalam kelompok proyek penelitian pendek.

Argumentasi siswa kelompok proyek penelitian pendek diklasifikasikan sebagai

argumen level dan 1 dan 2. Artinya jika argumentasi siswa yang diberikan

berdasarkan unsur-unsur ilmiah, argumentasi tersebut hanya menempati tingkat

argumentasi 1 dan 2. Sebab ungkapan argumentasi siswa tersebut belum

memenuhi kriteria level 3, 4, atau 5. Sehingga keterampilan argumentasi pada

kelompok proyek penelitian pendek perlu ditingkatkan. Sedangkan argumentasi

kelompok pyoyek penelitian panjang dapat mencapai level 4 sampai 5. Hal ini

didukung oleh pembelajaran di kursus yang melibatkan sosioscientific issues dan

durasi waktu yang cukup lama. Sehingga siswa lebih terlatih dalam

mengemukakan argumen dan pengetahuan yang diperoleh lebih matang

Gambar 4. 11Intrumen Soal Kemampuan Argumentasi

Page 71: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

57

Tanggapan siswa sesuai tingkat argumen:

7. Role-play activities a framework for developing argumentataion skills

on biological issues in secondary education.

Keterampilan argumentasi siswa SMA Negeri Yunani kelas 10 dengan

sampel penelitian terdiri dari 10 siswa laki-lai dan 12 siswa perempuan. Namun,

karena empat laki-laki dan satu perempuan tidak hadir di salah satu pelajaran,

maka jawaban mereka tidak diperhitungkan dalam hasil akhir. Sehingga total

keseluruhan sampel menjadi 17. Mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya

dalam berargumentasi, karena mereka tidak pernah diajarkan metode

mengembangkan argumen. Argumen siswa yang didapat dianalisis baik secara

kuantitatif sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) permainan peran, dan secara

kualitatif selama dan setelah kegiatan. Untuk evaluasi kuantitatif argumen, alat

penelitian (kuesioner) yang terdiri dari lima pertanyaan terbuka dibuat

(Lampiran), dan struktur argumen dianalisis sesuai dengan model argumentasi

Toulmin.

Hasil analisis dari artikel pada topik vaksinisasi menunjukkan bahwa

mayoritas siswa hanya mampu memberikan argumen sampai level 2. Level

argumentasi termasuk kategori rendah. Namun, terdapat sedikit siswa yang

Gambar 4. 12 Klasifikasi Argumentasi Siswa sesuai Tingkatan

Page 72: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

58

mampu memberikan argumentasi sampai level 4. Dari data yang diperoleh, tidak

ada siswa yang memberikan argumen sesuai kriteria level 5. Level 4 dan 5 ini

masuk kategori argumentasi lisan.

Hasil data menunjukkan bahwa beberapa siswa (8%) berhasil

meningkatkan level argumentasi mereka dari level 2 ke level 3 setelah permainan

peran. Ini sangat menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam argumen siswa,

karena beberapa membangun opini yang lebih kompleks. Ada juga peningkatan

2% dalam argumen Level 1. Perbedaan ini tidak boleh diartikan sebagai

penurunan tingkat argumentasi siswa setelah bermain peran, tetapi mungkin dapat

terjadi karena faktor-faktor lain seperti kelelahan siswa pada hari terakhir, atau

berkurangnya motivasi mereka untuk mengembangkan argumen yang sebelumnya

mereka nyatakan dalam baik bentuk tertulis maupun lisan selama permainan

peran. Di sisi lain, penurunan tingkat argumentasi yang diamati dalam pertanyaan

2 tidak signifikan secara statistik, dan ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa

siswa tidak termotivasi untuk membangun argumen yang lebih kompleks setelah

permainan peran. Karena mungkin tidak terjadi bahwa tingkat argumentasi siswa

mengalami penurunan setelah keterlibatan mereka dalam permainan peran,

penurunan skor pada pertanyaan 2 mungkin disebabkan oleh penurunan motivasi

siswa untuk berdebat dua kali untuk pertanyaan yang sama. Bahkan, beberapa

siswa telah mengeluh selama penyelesaian alat penelitian, menyatakan bahwa

mereka tidak berubah pikiran.

Deskripsi level argumentasi Toulmin

Gambar 4. 13 Level Argumentasi Toulmin

Page 73: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

59

8. Strategi Socio Scientific Issues untuk Meningkatkan Kemampuan

Argumentasi Ilmiah Siswa pada Konsep Respirasi Di Kelas XI MIPA

SMAN 1 Suranenggala.

Keterampilan argumentasi siswa di SMAN 1 Suranenggala pada semester

genap dengan desain penelitian pretest-posttest control group design. Sampel

dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-MIPA 1 (kelas eksperimen) berjumlah

35 orang dan kelas XI-MIPA 4 (kelas Kontrol) berjumlah 35 orang. Hasil analisis

dari artikel tersebut menunjukkan bahwa hasil posttest kelas eksperimen lebih

tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan kemampuan

argumentasi siswa meningkat dengan perbandingan nilai rata-rata kelas kontrol

dan eksperimen adalah 54 : 67.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator

argumentasi menurut Mc.Neill dan Krajick. Setiap indikator mengalami

peningkatan setelah diberi treatment. Aspek claim pada kelas kontrol dan

eksperimen nilai pretestnya sama yaitu 69 dari rentang 0-100. Setelah mengikuti

proses pembelajaran (nilai posttest) pada aspek Claim nilai kelas kontrol 92 dan

kelas eksperimen 100. Aspek evidence pada kelas kontrol, nilai pretestnya 44

sedangkan kelas eksperimen 43 dengan rentang 0-100. Setelah mengikuti proses

pembelajaran (nilai posttest) pada aspek evidence nilai kelas kontrol 53 dan kelas

eksperimen 83. Aspek reasoning pada kelas kontrol nilai pretestnya 33 sedangkan

kelas eksperimen 32 dengan rentang 0-100. Setelah mengikuti proses

pembelajaran (nilai posttest) pada aspek reasoning nilai kelas kontrol 41 dan kelas

eksperimen 63. Sehingga strategi sosioscientific issues dapat meningkatkan

kemampuan argumentasi ilmiah siswa kelas 11 MIPA.

Page 74: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

60

Berikut argumentasi ilmiah kelompok 1 pada indikator Rebbutal

(memberikan sanggahan pada argumentasi lain)

Argumentasi tersebut mendapat sanggahan dari kelompok 3. Sanggahan

kelompok 3 sudah sangat baik, dimana pada sanggahan argumentasi tersebut

memuat claim yang jelas dan data-data sebagai alasan yang memperlihatkan

dampak dari berbagai sisi sehingga mampu memperkuat claim yang diberikan.

9. Pengaruh Process Oriented-Guided Inquiry Learning Berkonteks Isu

Sosiosaintifik Terhadap Keterampilan Berargumentasi Siswa Sekolah

Menengah Atas.

Hasil analisis dari artikel pada topik asam basa disalah satu SMA Negeri

Malang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan keterampilan

Gambar 4. 14 Sanggahan dari Argumentasi yang disajikan

Gambar 4. 15 Argumentasi Siswa untuk Memperkuat Claim

Page 75: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

61

berargumentasi siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL

berkonteks isu-isu sosiosaintifik dengan siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran POGIL dan pembelajaran konvensional. Kualitas argumetasi siswa

yang dibelajarkan dengan model pembelajaran POGIL berkonteks isu-isu

sosiosaintifik mampu mencapai level yang lebih baik daripada kelas yang

dibelajarkan dengan POGIL dan konvensional. Mayoritas argumentasi

sosiosaintifik siswa pada kelas POGIL berkonteks isu-isu sosiosaintifik pada

level 4 (48, 57%), sedangkan kelas POGIL dan konvensional masing-masing

pada level 2 (88,23%) dan level 1 (59,38%). Mayoritas argumentasi saintifik

siswa pada kelas POGIL berkonteks isu-isu sosio-saintifik dan kelas POGIL pada

level 3 dengan persentase masing-masing sebesar 45,72% dan 47,06%,

sedangkan kelas kontrol pada level 2 (65,63%). Hasil penelitian tersebut juga

menjelaskan bahwa kelas eksperimen 1 mencapai level 4, kelas ekperimen 2

mencapai level 2, dan kelas kontrol pada level 1. Sehingga tingkat argumentasi

siswa pada kelas ekperimen 1 lebih tinggi dapari kelas ekeperimen 2 dan kelas

kontrol.

Contoh argumentasi yang memiliki kompleksitas tinggi

Gambar diatas adalah contoh argumentasi siswa yang memiliki kompleksitas

tinggi artinya argumentasi tersebut sudah terdiri dari unsur claim atau counter-

claim, data, warrant atau backing, yang disertai lebih dari satu rebuttal

(sanggahan). Sehingga argumentasi ini masuk kategori level 5.

Gambar 4. 16 Contoh Argumentasi Siswa

Page 76: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

62

Keterampilan argumentasi siswa meningkat karena selama pembelajaran

distimulus dengan menggunakan sosioscientific issues (SSI). SSI ini dapat

memberikan ruang belajar kontekstual untuk mengembangkan keterampilan

berargumentasi dan penalaran moral71. Dibawah ini adalah contoh LKS berbasis

SSI.

71 Sadler, T. D., & Zeidler, D. L. (2009). Scientific literacy, PISA, and socioscientific

discourse: Assessment for progressive aims of science education. Journal of Research in Science

Teaching, 46(8), 909–921. https://doi.org/10.1002/tea.20327

Gambar 4. 17 LKS Sosioscientific Issues (SSI)

Page 77: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

63

Contoh soal pada instrumen keterampilan berargumentasi

Contoh Jawaban Argumentasi sisw

Gambar 4. 18 Soal pada Instrumen Keterampilan Argumentasi

Gambar 4. 19 Contoh Jawaban Siswa

Page 78: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

64

10. Pengaruh POGIL Berkonteks Isu Sosiosaintifik Terhadap Kualitas

Keterampilan Berargumentasi Siswa SMA pada Materi Ikatan Kimia.

Keterampilan argumentasi di salah satu SMA Negeri Malang dengan

sampel terdiri dari tiga kelompok/kelas yaitu satu kelompok kontrol dan dua

kelompok eksperimen I dan II. Kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran

konvensional (ceramah dan praktikum verifikasi) sedangkan kelas eksperimen I

diberi perlakuan pembelajaran POGIL berkonteks SSI dan kelas eksperimen II

diberi pembelajaran POGIL tanpa konteks SSI. Hasil analisis dari artikel tersebut

menunjukkan bahwa kelas yang diberi perlakuan pembelajaran POGIL berkonteks

sosioscientific issues (SSI) memfasilitasi kualitas argumentasi siswa dengan rata-

rata mencapai level 2. Sedangkan pembelajaran tanpa disertai sosioscientific

issues (SSI) kualitas argumentasinya hanya pada level 1. Siswa hanya mampu

membuat claim tanpa data maupun alasan untuk mendukung claim yang mereka

buat.

Pada hasil penelitian ini juga menunjukkan Persentase kualitas

argumentasi tertinggi atau level 5 pada kelas dengan pembelajaran POGIL

berkonteks SSI, POGIL, dan konvensional secara berturut-turut adalah 8,33%;

5,56%; dan 0%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas pembelajaran

POGIL dan kelas yang diberi perlakuan pembelajaran POGIL berkonteks

sosioscientific issues (SSI) dapat memberikan dua sanggahan atau rebuttal dengan

jelas. Namun siswa pada kelas konvensional belum mampu memberikan

sanggahan atau rebuttal dengan jelas. Keterampilan berargumentasi sosiosaintifik

kelas konvensional paling tinggi berada pada Level 4 dimana siswa hanya dapat

menyampaikan satu sanggahan atau rebuttal yang jelas.

Kualitas Argumentasi Sosioscientific Issues (SSI) pada level 1

Gambar 4. 20 Kualitas Argumentasi pada Level 1

Page 79: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

65

Kualitas Argumentasi Sosioscientific Issues (SSI) pada level 2

Kualitas Argumentasi Sosioscientific Issues (SSI) pada level 4

Hasil Penelitian Analisis Argumentasi dalam Sosioscientific Issues (SSI) pada

Jenjang SMA

Jenjang pendidikan memengaruhi tingkat berpikir siswa. Sehingga dapat

juga memengaruhi tingkat keterampilan argumentasi siswa. Pada umur 12 tahun

keatas, timbul periode operasi baru. Periode ini anak dapat menggunakan operasi-

operasi konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Kemajuan

pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan

benda atau peristiwa konkrit, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak.

Anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan

oleh sisi argumen dan karena itu disebut operasional formal72. Berdasarkan

tahapan ini siswa yang memasuki jenjang SMA diharapkan mampu memiliki

level argumentasi yang tinggi.

72 Fatimah Ibda, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget, Intelektualita, 2015. Vol 3,

No. 1, H. 34

Gambar 4. 21 Argumentasi pada Level 2

Gambar 4. 22 Argumentasi pada Level 4

Page 80: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

66

Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa kelas 10, 11, dan 12 memiliki

tingkat argumentasi awal yang sama yaitu pada level 1 dan 2 artinya siswa lebih

mampu membuat claim beserta alasan dari topik yang disajikan. Argumentasi

siswa meningkat sampai level 5 setelah mengaitkan SSI dalam pembelajaran di

kelas. SSI mampu memfasilitasi kemampuan argumentasi siswa pada level

tertinggi dan dapat meningkatkan argumentasi siswa secara signifikan.

Argumentasi lisan siswa dapat mencapai level 5 dibandingkan argumentasi

tertulis. Pada level ini siswa memberikan sanggahan/bantahan secara ilmiah dari

topik yang disajikan. Topik yang disajikan ini meliputi topik yang ada dalam

materi Biologi, Kimia, dan Fisika yang mengandung unsur SSI. Hasil

argumentasi dari ketiga materi tersebut relatif sama yaitu dari level 1 sampai

mampu mencapai level 5, dengan argumentasi tertulis mencapai level 4. Data dari

artikel juga menyebutkan bahwa 95% siswa hanya mampu sampai level 3 dan

60% sudah mencapai level 4 sampai 5. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang

pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman siswa (pengalaman intelektual).

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 10 artikel dengan 13 topik sains

(Fisika, Biologi, Kimia) yang disajikan, argumentasi tertinggi terdapat pada topik

Genetika, Bioteknologi dan Vaksinasi. Topik tersebut merupakan bagian dari

materi biologi. Siswa dengan topik tersebut dapat memberikan claim, data,

penjamin (warrant), pendukung (backing), kualifikasi (qualifier), dan dapat

memberikan lebih dari satu sanggahan atau bantahan (rebuttal). Argumentasi

siswa tersebut termasuk dalam level argumentasi tertinggi yaitu level 5. Pada

materi kimia dengan topik asam basa, ikatan kimia, dan industri bahan bakar fosil

dan produk-produknya, argumentasi siswa dapat mencapai level 3 dan 4. Pada

level tersebut siswa dapat memberikan claim, data, penjamin (warrant),

pendukung (backing), kualifikasi (qualifier), namun dengan sanggahan yang

lemah bahkan tidak memberikan sanggahan (rebuttal). Sedangkan pada materi

Fisika dengan topik pemanasan global dan nuklir, argumentasi siswa dapat

mencapai level 4 dan 5. Pada level tersebut siswa dapat memberikan claim, data,

penjamin (warrant), pendukung (backing), kualifikasi (qualifier), dan hanya

memberikan satu sanggahan atau bantahan (rebuttal) yang kuat.

Page 81: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

67

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki

argumentasi lebih tinggi dari siswa laki-laki. Data dari artikel menunjukkan

bahwa argumentasi siswa cenderung kurang bergantung pada konten sains

untuk mendapatkan pembenaran. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan emosi

yang didominasi oleh etika, agama, dan anekdot pribadi. Sehingga siswa

sangat perlu mempelajari perbedaan antara argumen dan emosi, untuk

mendapatkan kemampuan untuk membangun argumentasi guna

mempertahankan posisi mereka, yaitu untuk mengemukakan alasan atau

menentang proposisi atau tindakan yang diambil.

Hasil analisis dari artikel tersebut telah memberikan gambaran bahwa

keterampilan argumentasi siswa dapat meningkat jika diberi stimulus yang

menunjang dalam pembelajaran di kelas. Stimulus tersebut adalah

sosioscientific issues (SSI). SSI ini menjadi stimulus siswa untuk dapat

memberikan argumen sesuai dengan topik yang disajikan. Hasil analisis

artikel tersebut juga menjelaskan bahwa siswa lebih mudah memberikan

argumentasi ketika pembelajaran dikaitkan dengan SSI. Sebab SSI berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari.

C. Keterbatasan dan Kelebihan

Penelitian yang diambil dan dianalisis merupakan penelitian yang

memiliki unsur Socioscientific Issues (SSI) dan keterampilan agumentasi.

Sehingga penulis tidak dapat mengontrol kemungkinan adanya variabel luar

yang terlibat dan memengaruhi penelitian dalam sampel penelitian yang diambil.

Oleh karena itu, penulis harus berhati-hati dalam melaporkan hasil

penelitiannya. Penelitian pendahuluan juga dilakukan oleh penulis untuk

menemukan artikel-artikel yang memiliki tema penelitian argumentasi dalam

Socioscientific Issues (SSI). Penulis berhasil menemukan sepuluh artikel yang

sesuai dengan objek yang dikaji.

Penulis juga banyak menemukan ketidaksesuaian isi artikel dengan judul

penelitian. Sehingga meskipun judul artikel tersebut memiliki unsur yang sesuai

bahan yang dikaji, Namun isinya kurang menunjukkan hasil argumentasi secara

komplek. Temuan tersebut menjadikan hasil analisis lebih sedikit dari pada yang

Page 82: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

68

seharusnya. Selain itu, hasil dari analisis argumentasi siswa SMA pada peneliti

sebelumnya, perlu memerhatikan ketelitian dan berhati-hati dalam mengkaji

artikel tersebut. Hal tersebut disebabkan sedikitnya sumber yang relevan.

Sehingga dapat menghindari kesalahan dalam menyimpulkan.

Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penelitian studi literatur ini

memiliki keterbatasan dan kelemahan. Namun hasil dari penelitian studi literatur

ini telah mengungkapkan bahwa Socioscientific Issues (SSI) yang diterapkan

dalam pembelajaran, memberikan pengaruh terhadap keterampilan argumentasi

siswa. Keterampilan argumentasi siswa meningkat secara signifikan sesuai

jenjang pendidikan. Seluruh keterbatasan dan kelemahan penelitian ini

memberikan dorongan kepada penulis untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam

mengkaji serta menyimpulkan hasil dari analisis.

Penelitian studi literatur ini tidak hanya memiliki keterbatasan dan

kelemahan tapi juga memiliki kelebihan. Adapun kelebihan dari penelitian ini

adalah mudah dalam memperoleh sumber data tanpa memerlukan banyak waktu,

biaya dan tenaga. Penelitian ini juga membantu seorang peneliti untuk

menghindari gangguan yang berpotensi muncul dibanding metode penelitian

yang lain.

Page 83: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan seluruh pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka kesimpulan atau jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut:

1. Keterampilan argumentasi siswa jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)

mayoritas pada level 1 sampai 4, dengan argumentasi awal yang sama pada

level 2. Namun, ada beberapa siswa yang mampu mencapai level 5 (claim,

data, warrant, dukungan, kualifikasi dan bantahan/sanggahan).

2. Argumentasi siswa meningkat setelah pembelajaran di kelas dikaitkan dengan

sosioscientific issues (SSI)

B. Saran

Berdasarkan penelitian studi literatur yang telah dilakukan menunjukkan

beberapa kekurangan. Sehingga penulis mengajukan beberapa saran sebagai

upaya perbaikan dalam penelitian-penelitian serupa di masa mendatang sebagai

berikut:

1. Perlu adanya kajian lanjutan mengenai keterampilan argumentasi siswa pada

konsep-konsep fisika, biologi maupun kimia yang lain untuk mengetahui

kualitas argumentasinya.

2. Kurangnya artikel yang dikaji menunjukkan bahwa penelitian dengan

Socioscientific Issues (SSI) jarang digunakan serta kurang adanya informasi

terkait pengaruh dari SSI ini. Sehingga perlu adanya penelitian lanjutan

dengan menggunakan Socioscientific Issues (SSI).

3. Semakin banyak artikel yang di analisis maka kualitas penelitian akan

semakin baik. Oleh karena itu, perlu menggunakan banyak artikel

internasional maupun yang nasional sebagai bahan analisis untuk

meningkatkan kualitas penelitian.

Page 84: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

70

DAFTAR PUSTAKA

Agung, W. Subiantoro. Pembelajaran Biologi Berbasis Socio-scientific Issues

(SSI) untuk Mengasah Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Seminar

Nasional Pendidikan Biologi. 2017, h. 5

Ayu, Diana Rostikawati dan Anna Permanasari, Rekonstruksi Bahan Ajar dengan

Konteks Socio-scientific Issues pada Materi Zat Aditif Makanan untuk

Meningkatkan Literasi Sains Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. 2016,

h. 157.

Budi, Ika Yuliastini., Sri Rahayu, dan Fauziatul Fajaroh, POGIL Berkonteks

Socio Scientific Issues (SSI) dan Literasi Sains Siswa SMK. Prosidium

Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM. Vol 1, 2016. h. 606

Chang and Chiu, Lactos‟s Scientific Research: Programmes as a Framework for

Analysing Informal Argumentation about Sosio-scientific Issues.

International Journal of Science Education. Vol. 30 No. 17, 2008, pp.

1753-1773.

Cyntia, Ade Pritasari., Sri Dwiastuti dan Riezky Maya Probosari. Peningkatan

Kemampuan Argumentasi melalui Penerapan Model Problem Based

Learning pada Siswa Kelas X MIA SMA Batik 2 Surakarta Tahun

Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol.8, 2016, h. 2.

Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC, 2003

Erduran, Sibel., Shirley Simon dan Jonathan Osborne., Tapping Into

Argumentation: Development in The Application of Toulmin’s Argument

Pattern for Studying Science Discorse, Wiley InterScience, 2004, h. 928

fauzi, Deni Rahman. Analisis Argumentasi dalam Isu Sosiosaintifik Siswa SMP.

Journal of natural Science Teaching, Vol.1, 2018, h. 10

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama:

2007, h. 102

Hendri, Silviana dan Aprina Defiani. Review: Membentuk Keterampilan

Argumentasi Siswa Melalui Isu Sosial Ilmiah dalam Pembelajaran Sains.

Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains (SNIPS),

2015, h. 545

Ismayani, Ade. Metodologi Penelitian. Aceh: Syiah Kuala University Press, h. 77

Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik Cet. ke-4. Jakarta:

Rineka Cipta, 2014, h. 105

Page 85: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

71

Kinantya, Astrid Paramita., I Wayan Dasna, dan Yahmin, Kajian Pustaka:

Integrasi STEM untuk Keterampilan Argumentasi dalam Pembelajaran

Sains. Jurnal Pembelajaran Kimia. 2019.

Kuhn, D., Teaching and Learning Science as Argument. Science Education, 2010,

h. 6-17

Lailatul, Alfi Qodariyah. “Analisis Wacana Argumentasi Peserta Didik pada

Diskusi Isu-Isu Saintifik”, Skripsi pada Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,

Jakarta. 2018. h. 368

Mestika Zed. Metode Penelitian Kepustakaan Cet. Ke- 1, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008, h. 1-2.

Namdar, Bahadir dan Ji Shen, Intersection of Argumentation and The Use of

Multiple Representations in The Context of Socioscientific Issues.

Internasional Journal of Science Education. Vol.38, 2016, pp. 1100-1132

Nia Ariyani, Ragam Kerusakan Hasil Perbuatan Manusia di Muka Bumi (Analisis

Penafsiran Ibn Katsir atas Ayat-Ayat Kerusakan di Muka Bumi). Jakarta,

Skripsi UIN Jakarta: 2019, h. 18

Osborne, J., The Role of argument in Science Education. K. Boesma, M.

Goedhart, O. de Jong, & H. Eijkelhof [Eds]. Research and Quality of

Science Education. Nederlands. 2015.

Rahayu, Sri. Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam Mewujudkan Literasi

Sains Siswa Melalui Pembelajaran Kimia/IPA Berkonteks Isu-isu

sosiosaintifik (socioscientific issues). Semnas Pendidikan Kimia & Sains

Kimia. 2015 h. 10

Rahmawati, Widia., Jujun Ratnasari, dan Suhendar, Pengaruh Pendekatan

Pembelajaran Socioscientific Issues Terhadap Kemampuan Berpikir

Kreatif Peserta Didik. Jurnal Pelita Pendidikan. 2018, h. 125

Ratcliffe, M. The Place of Socio-scientific Issues in citizenship Education.

Human Right and Citizenship Education. 2009, pp 12-16

Riauda, Astrid Putriana., Evi Suryawati, dkk. Pengembangan LKPD Berbasis

Socio Scientific Issues (SSI) Pada Pembelajaran IPA SMP Kelas VII.

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 2020, h. 81

Rukin. Metode Penelitian Kualitatif. Sulawesi Selatan: Yayasan Amar Cendekia

Indonesia, 2019, h. 6

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2017, h. 9

Page 86: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

72

Tina, Rangga., Erizal Gani, dan Nursaid, Peningkatan Pembelajaran Menulis

Argumentasi Melalui Model Pembelajaran Branstorming. Jurnal

Pendidikan Bahasa Indonesia. 2013, h. 57

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 48.

Troy. D. Sadler, Sosio-Scientific Issues in the Classroom: Teaching, Learning and

Research, Springer, 2011, h. 367

Ummah, Ulumul., Abdur Rahman As’ari dan I Made Sulandra, Struktur

Argumentasi Penalaran Konvariasional Siswa Kelas VIIIB MTsN 1

Kediri. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol. I, 2016, h. 4-

5

Wingate, Ursula., “Argument!” Helping Student Understand What Essay Writing

is About. Journal of English for Academic Purpose. Vol. 11, 2012, h. 153

Yuni, Etistika Wijaya., Dwi agus Sudjimat dan Amat Nyoto. Transformasi

Pendidikan Abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber Daya

Manusia di Era Global. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

Matematika. Vol.1 , 2016. h. 263

Zahrotul, Wiwit Wahdan., Oktavia Sulistina dan Dedek Sukarianingsih, Analisis

Kemampuan Berargumentasi Ilmiah Materi Ikatan Kimia Peserta Didik

SMA, MAN, Dan Perguruan Tinggi Tingkat I. Jurnal Pembelajaran

Kimia. Vol. 2, 2017, h. 30-40

Zeidler, Dana., sadler & Scoott Applebaun, Advancing Reflective Judgment

through Socioscientific Issues. Journal of Research in science

teaching.Vol 46 , 1, 2008. pp 74

Page 87: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

73

Lembar Rincian Artikel Internasional yang dikaji

No Data Jurnal Karakteristik Sampel Variabel Desain dan

Instrumen Jenis Penelitian Identitas Jurnal

1. 1. Nama Peneliti:

Carl-Johan Rundgen,

Martin Eriksson, dan

Shu-Nu Chang

Rundgren.

2. Judul Penelitian:

Investigating The

Intertwinement of

Knowledge, Value, and

Experince of Upper

Secondary Students’

Argumentation

Concerning

Socioscientific Issues

3. Nama Jurnal:

Sci & Educ (Article)

4. Institusi:

Stockholm University

(Swedia)

5. Tahun Terbit:

2016

1. Tempat Penelitian:

Salah satu SMA di

Swedia.

2. Subjek Penelitian:

Siswa SMA

3. Sampel Penelitian:

7 Siswa (4 laki-laki dan

3 perempuan) dari

progam sains-utama.

1. Variabel Terikat:

Knowledge, Value, and

Experince of

Argumentation

2. Variabel Bebas:

Socioscientific Issues

3. Alat Ukur Penelitian:

Rekaman, Tes Tulis

dalam bentuk laporan,

dan Wawancara pasca

latihan.

Kualitatif Sci & Educ 25: 1049-

1071. DOI

10.1007/s11191-016-

9859-x

2 1. Nama Peneliti:

Bahadir Namdar dan Ji

Shen

2. Judul Penelitian:

Intersection of

argumentation and the

use of multiple

1. Tempat Penelitian:

Salah satu SMA di

Amerika Serikat

2. Subjek Penelitian:

Siswa SMA

3. Sampel Penelitian:

20 siswa SMA

1. Variabel Terikat:

Argumentation

2. Variabel Bebas:

Socioscientific Issues

3. Alat Ukur Penelitian:

Platform organisasi

pengetahuan berbasis

Kualitatif (Studi

berbasis desain

keseluruhan)

International journal of

science education, Vol.

38, No 7, 1100-1132

Page 88: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

74

representation in the

context of

socioscientific issues.

3. Nama Jurnal:

International journal of

science education.

4. Institusi:

University of Miami,

USA

5. Tahun Terbit:

2016

webyang

menggabungkan tiga

mode representasional:

teks, peta konsep, dan

gambar.

3 1. Nama Peneliti:

Rola Khishfe, Fahad S.

Alshaya, Saouma

Boujaoude, Nasser

Mansour dan Khalid I.

Alrudiyan.

2. Judul Penelitian:

Students’

understandings of

nature of science and

their arguments in the

context of four

socioscientific issues.

3. Nama Jurnal:

International journal of

science education

4. Institusi:

American University of

Beirut

5. Tahun Terbit:

2017

1. Tempat Penelitian:

6 sekolah SMA di Arab

Saudi

2. Subjek Penelitian:

Siswa kelas XI

3. Sampel Penelitian:

74 siswa

1. Variabel Terikat:

Knowledge, Value, and

Experince of

Argumentation

2. Variabel Bebas:

Socioscientific Issues

3. Alat Ukur Penelitian:

Kuesioner yang terdiri

dari 4 skenario yang

membahas SSI

Mix methode International journal of

science education,

ISSN: 0950=-0693

(print) 1464-5289

(online)

Page 89: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

75

4 1. Nama Peneliti:

Bureerat Suephatthima

dan Chatree Faikhamta

2. Judul Penelitian:

Developing Students’

Argument Skills Using

Socioscientific Issues in

a Learning Unit on the

Fossil Fuel Industry

and Its Product

3. Nama Jurnal:

Science Education

International

4. Institusi:

Kasetsart University,

Bangkok, Thailand

5. Tahun Terbit:

2019

1. Tempat Penelitian:

Salah satu SMA di

Thailand

2. Subjek Penelitian:

Siswa kelas XII di

Thailand

3. Sampel Penelitian:

46 siswa (berusia sekitar

17 tahun) yang

mempelajari kimia

minyak bumi pada

semster pertama tahun

akademik 2014

1. Variabel Terikat:

Argumentation Skills

2. Variabel Bebas:

Socioscientific Issues

3. Alat Ukur Penelitian:

Observasi kelas, jurnal

reflektif guru dan

siswa, Kuesioner

Keterampilan

Argumentasi

(Arguement Skill

Questionnaire: ASQ)

Penelitian

Tindakan Kelas

Science Education

International, Volume

29, Issue 3, 138-148

5 1. Nama Peneliti:

A Anisa, A Widodo, R

Riandi, dan M Muslim.

2. Judul Penelitian:

Genetic in socio

scientific issues:

measuring rebuttal

abilities in scientific

argumentation.

3. Nama Jurnal:

Journal of physics

4. Institusi:

Universitas Pendidikan

1. Tempat Penelitian:

Salah satu SMA di jawa

Barat

2. Subjek Penelitian:

Kelas X dan kelas XI

3. Sampel Penelitian:

11 siswa kelas XI dan 10

siswa kelas X.

1. Variabel Terikat:

Scientific

Argumentation

2. Variabel Bebas:

Socio-scientific issues.

3. Alat Ukur Penelitian:

Tes wacana argumetasi

dan wawancara.

Studi kasus Journal of physics:

Conference series, 1280

032002, 1-7

Page 90: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

76

Indonesia, Bandung.

5. Tahun Terbit:

2019

6 1. Nama Peneliti:

Martha Georgion,

Evangelia Mavrikaki,

Krystallia Halkia, dan

Issidora Papassideri.

2. Judul Penelitian:

Investigating the impact

of the duration of

engagement in

socioscientific issues in

developing greek

students’Argumentation

and informal reasoning

skills.

3. Nama Jurnal:

American journal of

education research.

4. Institusi:

Nasional and

Kapodistrian University

of Athens, Yunani.

5. Tahun Terbit:

2020

1. Tempat Penelitian:

Salah satu SMA di

Yunani

2. Subjek Penelitian:

Kelas X (sepuluh)

3. Sampel Penelitian:

36 siswa kelas X

(sepuluh)

1. Variabel Terikat:

Argumentation and

informal reasoning

skills

2. Variabel Bebas:

Socio-scientific issues.

3. Alat Ukur Penelitian:

Kuesioner yang terdiri

dari 8 pertanyaan

terbuka.

Kuantitatif American journal of

education research. Vol.

8, No. 1, 16-23

7 1. Nama Peneliti:

Angeliki Maniatakon,

Issidora Papassideri,

dan Martha Georgion.

2. Judul Penelitian:

1. Tempat Penelitian:

Salah satu SMA Negeri

di Yunani

2. Subjek Penelitian:

Kelas X (sepuluh)

1. Variabel Terikat:

Argumentation skills

2. Desain:

Untuk data kuantitatif

dengan desaain pre-

Mix methode American journal of

education research. Vol.

8, No. 1, 7-15

Page 91: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

77

Role-play activities a

framework for

developing

argumentataion skills

on biological issues in

secondary education

3. Nama Jurnal:

American journal of

education research.

4. Institusi:

Nasional and

Kapodistrian University

of Athens, Yunani.

5. Tahun Terbit:

2020

3. Sampel Penelitian:

10 siswa laki-laki dan 12

siswa perempuan.

test dan post-test.

3. Alat Ukur Penelitian:

Data kuantitatif:

Kuesioner yang terdiri

dari 5 pertanyaan

terbuka dibuat

lampiran.

Data kualitatif: Alat

perekam kegiatan.

Page 92: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

78

Lembar Rincian Artikel Nasional yang dikaji

No Data Jurnal Karakteristik Sampel Variabel Desain dan

Instrumen Jenis Penelitian Identitas Jurnal

1 1. Nama Peneliti:

Siska, yunita, dan

Mujib Ubaidillah

2. Judul Penelitian:

Strategi Socio Scientific

Issues untuk

Meningkatkan

Kemampuan

Argumentasi Ilmiah

Siswa pada Konsep

Respirasi Di Kleas XI

MIPA SMAN 1

Suranenggala.

3. Nama Jurnal:

Jurnal Ilmu Alam

Indonesia.

4. Institusi:

IAIN Syaikh Nurjati

Cirebon.

5. Tahun Terbit:

2019

1. Tempat Penelitian:

SMAN 1 Suranenggala

2. Subjek Penelitian:

Kelas XI-MIPA 1 dan

Kelas XI –MIPA 4

3. Sampel Penelitian:

35 orang kelas XI-MIPA

1 (kelas eksperimen) dan

35 orang kelas XI-MIPA

4 (kelas kontrol)

1. Variabel Terikat:

Kemampuan

argumentasi Ilmiah

2. Variabel Bebas:

Strategi Socio Scientific

Issues

3. Desain:

Pretest-postest control

group design

4. Alat Ukur Penelitian:

Observasi, lembar kerja

siswa (LKS), dan Tes

(pretest dan posttest)

Kuantitatif Jurnal Ilmu Alam,

Volume 2, No 1, 5-69.

E-ISSN: 2615-2665

2 1. Nama Peneliti:

Arum Setyaningsih, Sri

Rahayu, Fauziatul

Fajaroh, dan Parmin

Parmin.

2. Judul Penelitian:

Pengaruh Process

1. Tempat Penelitian:

Salah satu SMAN di

Kota Malang.

2. Subjek Penelitian:

3 Kelas di salah satu

SMAN di Kota Malang

3. Sampel Penelitian:

1. Variabel Terikat:

Keterampilan

Berargumentasi

2. Variabel Bebas:

Process Oriented-

guided Inquiry

Learning Berkonteks

Kuantitatif Jurnal Inovasi

Pendidikan IPA, 5 (2),

2019, 168-179. ISSN

2406-9205 (print), ISSN

2477-4820 (online)

Page 93: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

79

Oriented-Guided

Inquiry Learning

Berkonteks Isu

Sosiosaintifik Terhadap

Keterampilan

Berargumentasi Siswa

Sekolah Menengah

Atas.

3. Nama Jurnal:

Jurnal Inovasi

Pendidikan IPA.

4. Institusi:

Universitas Negeri

Yogyakarta

5. Tahun Terbit:

2019

35 orang sebagai

kelas eksperimen 1

yang dibelajarkan

dengan model

pembelajaran

POGIL-SSI

34 orang sebagai

kelas kelas

eksperimen 2 yang

dibelajarkan dengan

model pembelajaran

POGIL

32 orang sebagai

kelas eksperimen 1

yang dibelajarkan

dengan model

pembelajaran

konvensional

Isu Sosiosaintifik

3. Desain:

Eksperimen Semu

posttest only design

4. Alat Ukur Penelitian:

Tes keterampilan

berargumentasi tertulis

3 1. Nama Peneliti:

Anisyah Dasa Astarina,

Sri Rahayu, dan

Yahmin Yahmin

2. Judul Penelitian:

Pengaruh POGIL

Berkonteks Isu

Sosiosaintifik Terhadap

Kualitas Keterampilan

Berargumentasi Siswa

SMA pada Materi

Ikatan Kimia.

3. Nama Jurnal:

Jurnal Inovasi

1. Tempat Penelitian:

Salah satu SMA di

Kabupaten Malang

2. Subjek Penelitian:

Kelas X SMA di

Kabupaten Malang

3. Sampel Penelitian:

Terdiri dari 3

kelompok/kelas yaitu

satu kelompok kontrol

dan dua kelompok

eksperimen I dan II.

1. Variabel Terikat:

Keterampilan

Berargumentasi

2. Variabel Bebas:

Pembelajaran POGIL

Berkonteks Isu

Sosiosaintifik

3. Desain:

Kuantitatif quasy

experiment posttest-

only design

4. Alat Ukur Penelitian:

Data kuantitatif:

Tes keterampilan

Mixed-methods Jurnal Inovasi

Pendidikan IPA, 5 (1),

2019, 31-44. ISSN

2406-9205 (print), ISSN

2477-4820 (online)

Page 94: (Sebuah Kajian Literatur dari Beberapa Artikel Ilmiah)

80

Pendidikan IPA.

4. Institusi:

Universitas Negeri

Yogyakarta

5. Tahun Terbit:

2019

berargumentasi

tertulis

Data kualitatif:

wawancara siswa

tentang sikap siswa

terhadap SSI dan

argumentai siswa

pada proses

pembelajaran.