Sebagai Proses Sosial/ Kolektifdosen.ar.itb.ac.id/ekomadyo/wp-content/uploads/...1. No Group, Only...
Transcript of Sebagai Proses Sosial/ Kolektifdosen.ar.itb.ac.id/ekomadyo/wp-content/uploads/...1. No Group, Only...
Disampaikan dalam Kuliah Tamu
DS 5013 Isu Kontemporer Dalam DesainSemester 2 2016/2017Bandung, 13 Maret 2017
MEMBACA DESAINSebagai Proses Sosial/ Kolektif
Dr. Agus S. EkomadyoKK Perancangan Arsitektur SAPPK [email protected]
Pertanyaan Awal Pemantik Diskusi
• Alasan mengambil magister desain/ senirupa
• Desain itu ketrampilan atau pengetahuan?
• Apakah desainer itu berorientasi pada praktik atau teori?
• Apakah dimungkinkan ada riset di dalam tradisi desain? Riset seperti apa dan ada di mana?
Peran Universitas bagi Masyarakat (1)
• Universitas sebagai agen industri– Program link and match
• Research university– Produksi pengetahuan
• Fakta: masyarakat menganggap belajar ke perguruan tinggi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik
– Akses untuk mendapatkan pekerjaan?– Jalan untuk mendapatkan pengetahuan?
Universitas: Pemasok SDM atau Pengetahuan?
Peran Universitas bagi Masyarakat (2)
• Peran dinamis perguruan tinggi– Dari Humboldian, Research, hingga Enterpreneurial
University (and nantinya developmental university)
• Peran filosofis – Universitas – universal: mengembangkan pengetahuan
untuk menjelaskan “universe”.– Kulliyyah (universal) vs Juzziyyah (parsial)
• Universitas dibentuk oleh masyarakat sebagai lembaga yang membangun pengetahuan untuk memandu ke arah mana masyarakat akan berjalan 1)
– tempat masyarakat bertanya tentang sesuatu hal
1) Diskusi dengan B. Heri-Priyono, Juni 2015
Produksi Pengetahuan
Produksi (dan Konsumsi) Pengetahuan
• Belajar dari beberapa negara tetangga:
– Industri kereta cepat di Cina melibatkan ratusan doktor. Mereka bekerja untuk meneliti aneka permasalahan dalam industri kereta cepat
– Di Jepang, orang mau membuka cafe juga membaca jurnal, agar tahun dalam memilih bahan makanan yang berkualitas
– Di Iran, riset berperan dalam membangun kekuatan ekonomi domestik, terutama menghadapi embargo
Desain: Produsen atau Konsumen Pengetahuan?
• Tradisi Pendidikan Desain: berorientasi praktisi atau teoretisi– Fenomena Tehung vs Prohung, kalimatur vs arsitektur
• Keterpecahan antara konsumsi dan produksi pengetahuan?– Bagian dari kegagapan institusional dalam menatakelola
pengetahuan?
• Unit Keilmuan Serumpun vs Politik Pengetahuan?– Belajar dari kegagalan FAD sebagai UKS tahun 2005-an
• Mungkinkah membangun keilmuan Desain?
Desain sebagai Sains
• Perkembangan sains– Fenomena bisa lebih terjelaskan secara rasional dan objektif– Memicu perkembangan pesat teknologi yang semakin
mempengaruhi peradaban manusia saat ini
• Positivisme: sains dalam kemasyarakatan– Dari mitos-mitos ke penjelasan empiris
• Fenomenologi : kritik terhadap dehumanisasi positivisme– humanity sebagai suatu “ilmu” (bidang sastra dan seni)
• Definisi Desain sebagai Sains (Imam Buchori Zainuddin)– Desain adalah sains yang berupaya merumuskan dan
mengkonstruksikan gagasan secara ilmiah ke dalam sistem artifak produk yang mengandung kegunaan praktis yang dilandasi nilai-nilai
Pemikiran tentang Desain (1)
Design Methods
How Designers Think
How Designers Think: Design Process
Demystified
Design Thinking
Designerly Ways of Knowing
Desain sebagai Ilmu
Understanding Design
Pragma: Pengetahuan dari tradisi berbuat
Change by Design
Design in Architecture
Pemikiran tentang Desain (2)
• Gerakan design methods 1960-an: – tekanan industri, tuntutan desain harus rasional dan sistematis
• Design science– refers to an explicitly organised, rational and wholly systematic approach
to design; not just the utilisation of scientific knowledge of artefacts, but design in some sense a scientific activity itself 1)
• Design thinking (Rowe):
– heuristic (berdasarkan pengalaman dan konvensi) vs teori (berdasarkan riset ilmiah)
• Designerly ways of knowing – dari ‘heuristic’ desainer ke bidang-bidang lain
Design thinking untuk inovasikreativitas/ diferensiasi, daya saing, perubahan/ ketidakpastian dalam bisnis/ kewirausahaan
1) Cross, Nigel (2001). Designerly ways of knowing: design discipline versus design science. Design Issues, 17(3), pp. 49–55.
Keilmuan Desain vs Profesi Desainer
• Apakah pendidikan desain HARUS memproduksi desainer profesional?
– Di Indonesia, kurang dari 10% lulusan Prodi Arsitektur yang bekerja sebagai Arsitek Profesional bersertifikat
• Rethinking industry: betulkan industri sekarang membutuhkan desainer profesional (ala modernisme 1960-an?).
– Beberapa teknologi penting untuk sehari-hari (misalnya pisau cukur, ball-point, film negatif) ditemukan bukan oleh profesional di bidangnya.
Professionalism determinism on design education, is still relevant?
Designerly ways of knowing
• From science of design to design as discipline
\ SEGI
\
BUDAYA \
FENOMENA
METODA
NILAI-NILAI
SAINS
LINGKUNGAN ALAMI
EKSPERIMEN
KLASIFIKASI
ANALISIS
OBJEKTIVITAS
RASIONALITAS
NETRALITAS
KEBENARAN
HUMANIORA
PENGALAMAN MANUSIA
ANALOGI
METAFORA
KRITIK
PENILAIAN
SUBJEKTIVITAS
IMAJINASI
KOMITMEN
KEADILAN
DESAIN
LINGKUNGAN BINAAN
MODELLING
PEMOLAAN
SINTESIS
KEMUDAHAN
INGENUITY
EMPATHY
KECOCOKAN/
ADAPTASI
Sumber: Sumber: Nigel Cross: “ Designerly Ways of Knowing,” dalam DESIGN STUDIES, vol.3 no. 4,
Oktober 1982.)
Pragma and Design Thought 2)
• Pragma: pengetahuan dari tradisi berbuat– Mengekstraksi pengetahuan dalam tradisi berbuat/ bekerja
selayaknya seorang desainer
• Design thought: pemikiran mendalam dalam desain– Tradisi award di architecture (misalnya Pritzker, Aga Khan,
IAI Award): kontribusi pemikiran mendalam arsitektural dalam permasalahan aktual.
Bisakah tradisi pendidikan desain (berbasis skill) tetap bisa dijaga sembari mengekstraksi pengetahuan (secara ilmiah)
untuk membuka peluang untuk kemanfaatan di bidang lain?
2) Istilah pragma didapat dari Yuswadi Saliya, sementara istilah didapatkan dari Ilya Maharika
Membaca Desain
• Membaca: kemampuan mengambil jarak antara subjek dengan objek
• Membaca desain: mengambil jarak (mengekstraksi pengetahuan?) terhadap suatu kerja desain
• Ada dua cara membaca desain: 1. Refleksi Desain: membaca desain diri sendiri2. Riset tentang desain: membaca desain dari orang
lain
REFLEKSI Desain
• Practical approach: story 3), not “theory”
3) Story not theory dalam arsitektur didapatkan dari Purnama Salura dalam diskusi tentang teori arsitektur lokal, Desember 2016, dan
story telling dari Lawson, How Designer Think: Design Process Demystified (2010)
From Story to Thought
• Bernard Tschumi • Rem Koolhas
RISET tentang desain
• Lebih bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah – Dan lebih cocok dengan “habitus” ilmiah a la perguruan
tinggi
• Mengekstraksi design thinking, bahkan design thought, dari desainer/ arsitek
• Selayaknya metode ilmiah, perlu ada landasan teoriuntuk mengembangkan metodologi riset tentang desain supaya lebih objektif, valid, dan reliabel
• Sebuah contoh riset kecil menggunakan teori “channel of creativity” dari Antoniades untuk menjelaskan aspek intuitif dan puitis dari arsitek
Contoh 1:
Opening the Black Boxes
Contoh 2:
Architecture of Emancipatory
• Sebuah telaah beberapa rancangan Rem Koolhas berdasarkan teori Rhizome dari Deleuze-Guattari dan Habitus-Fields dari Bourdieu
Membaca Desain sebagai Proses Sosial
• Why Social?– Kompleksitas permasalahan sosial di Indonesia, yang harus
dijawab oleh ilmu pengetahuan.• Ilmu yang bisa memandu masyarakat adalah ilmu yang relevan
dengan kondisi masyarakat– Penciptaan artifak (termasuk teknologi) akan dipengaruhi (dan
mempengaruhi) relasi sosial yang terlibat dalam artifak tersebut
– Aspek teknis/non-teknis vs agen human/non-human• Sering dalam proses pembangunan aspek non-teknis lebih rumit
daripada aspek teknis
• Design as social process: (Kees Dorst, 2003)– Nowadays, designers rarely work alone. This means, design become a
social process, whatever we like or not. Designers interact with groups of people that have different ways of looking at the design problems and design solutions. These people do not only bring their knowledge to the design project, they also bring their own viewpoints, expectation, and ambitions. There are no single overriding perspectives that encompasses all aspects of the design problems and solution
Pemikiran “Sosial” Arsitek Indonesia
• Arsitektur sebagai media intelektual untuk merespon permasalahan sosial di Indonesia
• First Generation: – Hasan Poerbo pendekatan
institusional– YB Mangunwijaya pendekatan
cultural
• Next Generation– Praksis: Hizrah Muchtar, Achmad
Syaiful, dkk– Arkom Jogja: Yuli Kusworo, dkk– ASF-ID: Andrea Fitrianto, dkk– Akanoma: Yu Sing, dkk
The Living Thought
• Pengaruh Hasan Poerbo dan YB Mangunwijaya dalam pemikiran penerusnya
Praxis vs academics?
• Kegiatan HP dan YBM berorientasi pada praksis merespon permasalahan di lapangan
• Resistensi Institusi Ilmiah?– HP diragukan kompetensinya oleh beberapa profesor ITB saat itu
karena dianggap tidak mengembangkan kompetensi akademik– YBM mengundurkan diri dari UGM yang dianggapnya tidak
berpihak kepada rakyat kecil
Ke-belum-mampu-an institusi pengetahuan dalam mengakomodasi produksi pengetahuan di lapangan?
Kegagapan sosial dari modernisme yang cenderung science (and technology) determinism?
Sebuah Pencarian...
• Arsitektur dan masyarakat, betulkah punya relasi dengan pengembangan keilmuan (sains) secara akademis, atau melulu urusan praksis di lapangan?
– Penerus pak Hasan, terjun ke permasalahan nyata, acapkali tradisi arsitektur ditinggalkan
– Pertanyaan terhadap keilmuan arsitektur
• Diskusi intensif dengan Anshori Djausal – peran artifak fisik dalam perubahan masyarakat
– Cerita pak Hasan tentang kaitan pembuatan sarana air bersih dan kualitas manusia
• Diskusi intensif dengan Sonny Yuliar – ontologi relasi teknologi dan perubahan masyarakat
– Science and Technology Studies – ekstraksi pengetahuan dari praktik saintis/ engineer dalam bermasyarakat.
Actor-Network Theory and Architecture:
Dome New Ngelepen
Konstruksi
Permukiman
Dome
DFTW
Wes Haws
Yoss
Dana
Alat Balon
Cetakan
Lahan Permukiman
NgelepenPekerja
Lokal
Upah
Warga
Material
Peralatan
Konstruksi
Prof. Ikaputra
Dinas PUP
Kab. Sleman
UGM
Surat Ijin &
Persetujuan
Bupati
Sleman
Kades.
Sumberharjo
Anjar Pramularsih. Kajian Place-Making dalam Konsepsi-Adopsi Teknologi Dome untuk Hunian Tahan Gempa permukiman “dome new ngelepen” Tesis Magister Studi Pembangunan ITB, 2011
Science and Technology Studies
• STS is an interdisciplinary research area called (variously) Science, Technology, and Society; Science and Technology Studies; or Science Studies; It is concerned with two subjects:1. how social, political, and cultural values affect scientific research and
technological innovation; and2. how scientific research and technological innovation affect society,
politics, and culture.
• It is important to note that these two subject areas are seen to be in reciprocal relation with each other. In other words, science & technology shape society, but society in turn shapes science & technology.
• Because STS is an interdisciplinary field, STS scholars employ theoretical perspectives from their home disciplines. In addition, STS has developed its own set of theoretical tools:1. Actor-network theory (ANT)2. Co-production of Science and Social Order3. Ethnomethodology4. Social construction of technology (SCOT)5. Sociology of scientific knowledge (SSK)6. Strong programme7. Technological dramas
Sumber: www.stswiki.org
Exercizing ANT for Social Constructivism of Place-Making
Komunitas
Taboo
Children
Library
Local
Inhabitants
Local Artist
Local
Events
Multifunction
Hall
Komunitas
Taboo
Children
Library
Local
Inhabitants
Local Artist
Local
Events
Multifunction
Hall
Komunitas
Taboo
Children
Library
Dago Pojok
Main Street
Local
Inhabitants
Local Artist
Local
Events
Social
Media
External
Artist
Collaborative
Events
Happening
Arts
Multifunction
Hall
Volunteers
Komunitas
Taboo
Children
Library
Dago Pojok
Main Street
Local
Inhabitants
Local Artist
Local
Events
Social
Media
External
Artist
Collaborative
Events
BCCF
Sponsors
Mass
Media
Public
Happening
Arts
Multifunction
Hall
Volunteers
Social construction in place making: while space is socially constructed, the social is spatially constructed (Dovey, 2010).
Ujicoba paper Mahasiswa
• Studi Place-making Coworking Space di Bandung
– Seminar Kearifan Lokal USU 2016, (co-author dari Fauzan Alfi Agrirachman)
– Temuan: coworking-space ternyata masih sebatas tempat untuk bekerja, belum menjadi wadah kolaborasi (un-coworking-space)
• Studi Place-making terhadap Tempat Pengolahan Sampah pada dua kampung di Bandung
– Seminar Kearifan Lokal USU 2016, (co-author dari Rizky Amalia)
– Temuan: perubahan strategi penciptaan tempat dari top-down menjadi bottom-up untuk efektivitas keterlibatan komunitas
Exercizing ANT for Design Strategies
ANT for Design Thought
From Society to Collective
Source of social uncertainity
1. No Group, Only Group Formation
2. Action Is Overtaken
3. Objects too Have Agency
4. Matters of Fact vs. Matters of Concern
5. Writing Down Risky Accounts
• The question of the social emerges when the ties in which one is entangled begin to unravel;
• The social is further detected through the surprising movements from one association to the next;
• Those movements can either be suspended or resumed; When they are prematurely suspended, the social as normally construed is bound together with already accepted participants called ‘social actors’ who are members of a ‘society’;
• When the movement toward collection is resumed, it traces the social as associations through many non-social entities which might become participants later;
• If pursued systematically, this tracking may end up in a shared definition of a common world, what I have called a collective;
• But if there are no procedures to render it common, it may fail to be assembled;
• Sociology is best defined as the discipline where participants explicitly engage in the reassembling of the collective.
Kesimpulan (1)
Desain sebagai Ilmu
• Keniscayaan keberadaan desain di Universitas– Peran universitas sebagai tempat masyarakat bertanya
• Pendidikan desain: dari professionalism determinism to knowledge development– Desain sebagai ilmu pengetahuan yang lebih terbuka dan
adaptif terhadap perkembangan zaman
• Prinsip relasi mutual “Ilmu – Amal”
Kesimpulan (2)
Membaca Desain sebagai Proses Kolektif
• Why think social?– Permasalahan sosial yang begitu kompleks, terutama di
Indonesia– Keniscayaan desain sebagai proses sosial
• Ilmu untuk siapa?– Think social, think who utilize the produced knowledge
• Prinsip ilmu yang bermanfaat (“Ilman Nafian”)
Kesimpulan (3)
We Need a good Milieu
• Peran universitas: menara gading atau gading ganeca?– Apa yang diperjuangkan oleh elit perguruan tinggi di Indonesia?– Kasus penggabungan dikti dan ristek dan permenristek dikti
20/2017
• Deluzian Rhizome of Society– There are no center of society, so the power is on periphery 4)
– Gerakan desa mengepung kota
• Belajar dari Forum Studi Kebudayaan (FSK) ITB– Formatting the group: IMA Marka, FSP Agora Dialektika, Budaya
Menulis Arsitektur– Diikat oleh isu Intelektual Publik (bekerja sama dengan Pikiran
Rakyat via Studia Humanika Salman ITB)
Sebuah ajakan untuk membangun kolaborasi
4) Diskusi dengan Indah Widiastuti
Semoga memantik pemikiran, diskusi, dan kolaborasi