Seari Shakti Andini (Distocia Kelainan Janin)
-
Upload
andri-roukmana -
Category
Documents
-
view
75 -
download
2
description
Transcript of Seari Shakti Andini (Distocia Kelainan Janin)
MAKALAH
MANAJEMEN KEBIDANAN BULIN PATOLOGI
DISTOSIA KELAINAN JANIN
(Letak Dan Bentuk Janin)
Di Susun Oleh:
Seari Shakti Andini
G0E012038
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
taufik,hidayah serta inayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu, dengan tema “Distosia Letak Dan Bentuk Janin”. Dalam
penyelesaian makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam membuat makalah ini tidak lain
berkat bantuan dan kerja sama dalam satu kelompok, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi
pembaca. Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan
memohon memaklumi bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
membarikan manfaat bagi pembaca. Amin...
Semarang, Oktober 2013
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………… i
Kata Pengantar …………………………………………………... ii
Daftar Isi ………………………………………………….. iii
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. Tujuan
C. Manfaat
PEMBAHASAN
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Persalinan yang normal (Eutocia) nmerupakan persalinan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan di dalam 24 jam,
tanpa menimbulkan kerusakan yang berlebih pada ibu dan anak.
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung
sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor
”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan
keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu) ,
penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Untuk berhasilnya
suatu persalinan spontan, harus diperhatikan 3 faktor penting yaitu jalan lahir,
janin, dan kekuatan-kekuatan pada ibu.
Istilah distocia atau persalinan yang sulit kita pergunakan kalau tidak
ada kemajuan dari persalinan.
Sebab-sebab persalinan dapat dibagi 3 golongan besar :
1. Distocia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar
kurang kuat.
a. Karena kelainan His : inersia uteri atau kelemahan his merupakan
sebab terpenting dari distosia.
b. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix
barupa dinding perut, hernia, diastase musculus rectus abdominis
atau karena sesak nafas.
2. Distocia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak
lintang, letak dahi, hydrocephalus atau monstrum.
3. Distocia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor
yang mempersempit jalan lahir.
B. Tujuan
Mahasiswa Mampu dan Memahami tentang Pengertian, Klasifikasi dan
patologi Distocia kelainan janin.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan normal.
Bisadisebabkan karena kelainan tenag, kelainan letak dan bentuk janin, serta
kelainan jalan lahir. Gangguan jalannya proses persalinan dapat disebabkan
oleh kelainan presentasi posisi dan perkembangan janin intra uterin.
Diagnosa distosia akibat janin bukan hanya disebabkan oleh janin besar,
janin dengan ukuran normal namun dengan kelainan pada presentasi intra
uterin tidak jarang dapat menyebabkan gangguan proses persalinan.
B. Klasifikasi
1. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistens)
Kebanyakan persalinan dengan positio occipito posterior
mengalami putaran paksi sehingga anak lahir dengan occiput di bawah
symphyse. Karena sudut pemutaran besar, maka kala II biasanya sedikit
lebih panjang. Putaran paksi ini baru terjadi di Hodge III maIahan
kadang-kadang baru terjadi di Hodge IV. Kalau pada positio occipito
posterior putaran paksi tidak terjadi maka kita sebut positio occipito
posterior persistens.
Sebab-sebab tidak terjadinya putaran paksi ialah panggul
anthropoid, panggul android, kesempitan panggul tengah, ketuban pecah
sebelum waktunya, fleksi kepala kurang, inertia uteri. Ada kalanya
occiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan maka di bawah
symphyse. Ini terutama terjadi kalau fleksi kurang. Jadi hanya sebagian
kecil (4%) dari position occipito posterior memerlukan pertolongan
operatip.
2
Gambar: Mekanisme lahirnya kepala dengan ubun-ubun kecil di belakang.
Terapi:
Kalau ada indikasi dapat dipilih antara ekstraksi vakum atau forceps.
Ekstraksi dengan forceps :
a. Anak dilahirkan dengan occiput tetap di belakang. Ini terutama
dilakukan kalau ada faktor-faktor yang menyu-karkan rotasi
ke depan seperti panggul anthropoid atau android.
b. Anak dilahirkan dengan occiput sebelah depan ialah : dengan rotasi
manuil atau dengan forceps. Ini dilakukan kalau tidak ada faktor-
faktor yang menghalangi rotasi.
Penilaian ada atau tidak adanya faktor yang menghaktngi rotasi sangat
sukar maka dalam praktek baiknya forceps dipasang biparietal .dan
dilakukan tarikan, Kalau ternyata bahwa sewaktu tarikan kepala ada
tendens untuk memutar ke depan kita bantu rotasi dengan forceps
misalnya dengan teknik Scanzoni.
Sebaliknya kalau kepala tidak ada tendens untuk memutar ke depan,
kita lahirkan kepala dengan occiput di belakang. Kalau dilahirkan
dengan occiput di belakang harus dibuat episiotomi yang cukup lebar
karena kemungkinan ruptura perinei totalis besar.
2. Kelainan presentasi
Letak defleksi terdiri dari : presentasi muka, presentasi dahi dan
presentasi puncak kepala.
3
a. Presentasi Muka
Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga
occiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah. Punggung
terdapat dalam lordose dan biasanya terdapat di belakang.
Gambar a) Letak puncak kepala. b) Letak dahi. c)Letak muka.
Diagnosa:
1. Dalam kehamilan.
Letak muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan
kalau :
a. tonjolan kepala teraba sefihak dengan punggung dan antara
be-lakang kepala dan punggung teraba sudut yang running
(sudut Fabre); tonjolan kepala ini jugs bertentangan dengan
fibak bagian-bagian kecil.
b. bunyi jantung anak terdengar pada fibak bagian-bagian kecil
Atas penemuan tersebut di atas dibuat foto Rontgen.
2. Dalam persalinan.
Dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup
besar teraba : orbita, hidung, tulang pipi, mulut dan dagu. Karena
muka agar lunak harus dibedakan dari bokong.
Sebab:
Sebab yang terpenting ialah panggul sempit dan anak yang besar.
Secara Iengkap sebab-sebab dapat dibagi dalam 2 golongan:
4
a. Letak muka primer yang disebabkan oleh kelainan anak dan tidak
dapat diperbaiki seperti :
1) Struma congenitalis.
2) Kelainan tulang leher.
3) Lilitan tali pusat yang banyak.
4) Meningocele.
5) Anencephal.
b. Letak muka sekunder : dapat diperbaiki, anak normal :
1) Panggul picak.
2) Anak besar.
3) Dinding perut kendor, hingga rahim jatuh ke depan.
4) Bagian-bagian yang menumbung.
5) Hydramnion.
Mungkin juga letak defleksi dapat terjadi karena tonus otot-otot
extensor anak lebih kuat dari tonus otot-otot fleksor.
Mekanisme persalinan
Gambar : mekanisme persalinan letak muka (dagu ka belakang)
Pada permulaan defleksi ringan saja, tetapi dengan turunnya
kepala defleksi bertambah, hingga dagu menjadi bagian yang terendah.
5
Ini disebabkan karena jarak dari foramen magnum ke belakang kepala
lebih besar dari jarak dari foramen magnum ke dagu.
Distantia submentobregmatica melalui jalan lahir (91/2 cm).
Karena dagu merupakan bagian yang terendah dagulah yang paling
dulu mengalami rintangan dari otot-otot dasar panggul, hingga me
mutar ke depan ke arah symphyse.
Putaran paksi ini baru terjadi pada dasar panggul. Dalam vulva
terdahulu nampak mulut.Kepala lahir dengan gerakan fleksi dan tulang
lidah menjadi hypo mochlion; berturut-turut lahirlah hidung, mata, dahi,
ubun-ubun besar dan akhirnya tulang belakang kepala. Vulva diregang
oleh diameter submento-occipitalis (11 1/2 cm). Caput succedaneum
terbentuk di daerah mulut hingga muka anak moncong.
Prognosa:
Letak muka dapat lahir spontan. Pada umumnya partus lebih lama,
yang meninggikan angka kematiai janin. Kemungkinan ruptura
perinei lebih besar
Terapi:
Kalau menemukan letak muka sebaiknya diperiksa apakah tidak
ada kelainan panggul.
Dalam kehamilan dapat dicoba perasat Schatz untuk memperbaiki
letak defleksi:
1. Kepala anak dimobilisasi dan diletakkan pada fossa iliaca pada
fihak punggung anak.
2. Penolong berdiri pada fihak perut anak, satu tangan
menarikbokong sedang satunya dikepalkan dan menolak dada
anak.
3. Sesudah lordose berkurang maka tangan yang tadinya menolak
dada. memegang daerah belakang kepala dan mendekatkannya
dengan bokong.
Dalam persalinan asal tidak ada kelainan panggul, terapi bersifat
konserpatip mengingat bahwa letak muka dapat lahir spontan.
6
Juga jika dagu terdapat sebelah belakang masih ada kemungkinan
bahwa dagu memutar ke depan dan persalinan berlansung spontan.
Jika ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan maka forceps
hanya dipergunakan kalau:
1. Kepala sudah sampai di H IV.
2. Dagu terdapat sebelah depan.
Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi lebih baik dilakukan SC.
Kalau pada multipara ketuban baru pecah pembukaan lengkap,
kepala masih agak tinggi dan dagu terdapat di belakang, boleh
diusahakan koreksi manual menjadi letak belakang kepala dengan
perasat Thorn..
Perasat ini di Rumah-rumah Sakit besar tidak dilakukan lagi.
biasanya diambil sikap konserpatip dan kalau dagu tidak berputar ke
depan dilakukan SC.
Caranya :
1. Kepala dibebaskan dulu.
2. Occiput dipegang dengan tangan dalam dan ditarik ke bawait
supaya terjadi fleksi.
3. Tangan luar menolak dada supaya terjadi kyphose.
Jika dagu tetap di belakang (positio mento posterior persistens.
maka persalinan tidak dapat berlangsung spontan. Sebabnya ialah
karena untuk menyesuaikan diri dengan lengkung panggul anak harus
menambahkan defleksinya.
Hal ini tidak mungkin karena defleksinya sudah maksimal.
Terapi keadaan ini ialah :
1. SC kalau anak masih hidup.
2. Perforasi kalau anak sudah mati.
7
b. Letak Dahi
Letak dahi adalah letak kepala dengan defleksi yang sedang
hingga dahi menjadi bagian yang terendah.Biasanya letak dahi bersifat
sementara dan dengan majunya persalinan menjadi letak muka atau
letak belakang kepala. Letak dahi yang menetap agak jarang
terjadi.Sebab-sebab letak dahi kira-kira sama dengan sebab-sebab
letak muka.
Diagnosa:
Dalam kehamilan letak dahi jarang dapat diketahui karena
dengan palpasi saja paling-paling dapat kita curiga letak defleksi
ialah kalau:
1. Tonjolan kepala teraba pada fihak punggung anak
(bertentangan dengan bagian-bagian kecil).
2. Kalau bunyi jantung anak dan bagian-bagian kecil anak
sepihak.
Kalau atas penemuan tersebut dibuat foto Röntgen maka
dapat ditentukan letak dahi atau letak muka.Biasanya letak dahi
baru dapat di diagnosa waktu persa1inan kalau pembukaan sudah
cukup besar ; maka teraba sutura frontalis, ubun-ubun bestir,
7pinggir orbita dan pangkal hidung.
D d ki dep. (letak dahi dengan dahi kiri depan) Pada letak
dahi teraba ubun-ubun besar, tidak teraba dagu. Kalau dagu dapat
diraba diagnosa ialah letak muka.
Mekanisme persalinan :
Pada letak dahi ukuran terbesar kepala ialah diameter mebto-
occipitalis (131/2 cm) melalui jalan lahir yang lebih besar dari
semua ukuran pintu atas panggul. Maka pada anak yang cukup
besar kepala tidak dapat masuk ke dalam pintu atas panggul.
Letak dahi merupakan presentasi yang paling buruk di antara
letak kepala.
Pada anak yang agak kecil kepala dapat masuk dengan
moulage yang kuat, kemudian terjadi putaran paksi, sehingga dahi
8
memutar ke depan ke arah symphyse. Dahi paling dulu nampak
pada vulva dan tulang rahang atas menjadi hypomochlion.
Dengan fleksi lahirlah ubun-ubun besar dan belakang kepala
dan setelah belakang kepala lahir, dengan gerakan defleksi
berturut-turut lahir mulut, dan dagu. Vulva diregang oleh
diameter maxilla occipitalis. Caput succedaneum terjadi pada
dahi.
Prognosa:
Pada letak dahi yang bersifat sementara anak dapat lahir
spontan sebagai letak belakang kepala atau letak muka. Kalau
letak dahi menetap maka prognosa buruk, kecuali kalau anak
kecil.
Terapi:
Dalam kehamilan boleh dicoba perasat Schatz. Kalau pada
persalinan terdapat letak dahi dilakukan SC, mengingat bahaya-
bahaya untuk ibu dan anak.
c. Letak Sungsang
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong
sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong). Kejadian
kurang lebih 3%.
Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
1. Letak bokong murni: presentasi bokong murni, dalam bahasa
Inggris "Frank breech". Bokong saja yang menjadi bagian
sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
2. Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) di samping bokong
teraba kaki dalam bahasa Inggeris "Complete breech". Disebut
letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalau di
samping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
3. Letak lutut (presentasi lutut) Dalam bahasa inggris kedua letak
4. Letak kaki (presentasi kaki) inidisebutincomplete breechn”
9
Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba
satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak
kaki atau lutut tidak sempurna.
Dari letak-letak ini letak bokong murni paling sexing dijumpai.
Punggung biasanya terdapat kiri depan. Frekuensi letak sungsang;
lebih tinggi pada kehamilan muda dibandingkan dengan kehamilan
aterm dan lebih banyak pada multigravidae dari pada primigravidae.
Diagnosa:
Pergerakan anak teraba oleh si ibu di bagian perut bawah,
bawah pusat, dan ibu sering rnerasa benda keras (kepala)
mendesak tulang iga.
Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting
pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu
sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan.
Di atas symphyse teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat
Kalau pembukaan sudah besar makes pada pemeriksaan dalam
dapat teraba 3 tonjolan tulang ialah tubera ossis ischii dan ujung
os sacrum sedangkan os sacrum dapat dikenal sebagai tulang
yang meruncing dengan deretan processi spinosi ditengah-tengah
tulang tersebut.
10
Gambar: Macam-macam letak bokong.
Antara tiga tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan
genitalia anak, tapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan
kalau oedema tidak terlalu besar. Terutama kalau caput
succedaneum besar, bokong harus dibedakan dari muka karena
kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera oasis ischii, dagu
menyerupai ujung os sacrum sedcmgkan' mulut di-sangka anus.
Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang
mempunyai deretan processi spinosi yang disebut crista sacralis
media. Pada letak okong kaki teraba disamping bokong.
Perbedaan kaki dan tangan :
1. Pada kaki ada calcaneus, jadi ada tiga tonjolan tulang ialah mata
kaki dan calcaneus. Pada tangan hanya ada mata tangan.
2. Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.
3. Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki. Dalam keraguan kita
membuat foto rontgen.
11
Etiologi :
1. Prematurritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong. Air
ketuban masih banyak dan kepala tidak relatip besar.
2. Hydramnion karena anak mudah bergerak.
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala kedalam pintu
panggul.
4. Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bikornis
5. Pangul sempit: walaupun panggul sempit sebagai sebab letak
sungsang masih disangsikan oleh berbagai penulis.
6. Kelainan bentuk kepala, hydrocephalus, anencephalus, karena
kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
Mekanisme persalinan
Garis pangkal paha masuk serong kedalam pintu atas panggul.
Pantat depan memutar ke depan setelah mengalami rintangan dari
otot-otot dasar panngul. Dengan demikian dapat terjadi laterokfleksi
badan untuk menyesuaikan diri dengan lengkungan panggul.
Pantat depan nampak terdahulu dalam vulva dan dengan trochan
terdepan sebagai hypomochilion dan lateralofleksi dari badan lahirlah
pantat belakang pada pinggir depan perineum disusul dengan
kelahiran pantat depan.
Setelah bokong lahir terjadi rotasi luar sehingga punggung berputar
sedikit kedepan dan supaya bahu dapat masuk dalam ukuran serong
dari pintu atas panggul. Sesuai bahu turun terjadilah putaran paksi dan
bahu sampai ukuran bisa bicromial dalam ukuran muka belakang dari
pintu bawah panggul. Karena itu punggung berputar lagi ke samping.
Pada saat bahu akan lahir maka kepala dalam keadaan fleksi masuk
dalam ukuran melintang pintu atas panggul.
Kepala ini mengadakan putaran paksi sedemikian rupa hingga
kuduk terdapat di bawah shympyse dan dagu sebelah belakang.
Berturut-turut lahir pada perineum: dagu, mulut, hidung, dahi dan
belakang kepala.
12
Prognosa :
Prognosa bagi ibu pada letak sungsang tak banyak berbeda dengan
prognosa pada letak kepala: mungkin rupture perinei lebih sering
terjadi. Sebaiknya prognosa bagi anak dengan letak sungsang lebih
buruk terutama kalau anaknya besar dan ibunya seorang primigravida.
Kematian anak kurang lebih 14%. Kalau kematian karena
prematuritas dikurangi maka kematian anak dengan letak sungsang
tetap tiga kali lebih besar dari pada kematian anak letak kepala.
Sebab-sebab kematian anak pada letak sungsang :
1. Setelah pusat lahir, maka kepala anak mulai masuk kedalam rongga
panggul., sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga
panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit, sesudah
tali pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan selamat.
2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala
dilahirkan dengan cepat.
3. Dapat terjadi kerusakan dari tulang belakang karena tarikan pada
badan anak.
4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi prolasus foeniculi, karena
bagian depan kurang menutup bagian bawah rahim.
Selain itu karena pertolongan mungkin terjadi fraktur dari homerus
atau klavikula, paralise lengan karena tekanan atau tarikan pada
plexus brachialis.
Terapi :
Yang paling penting adalah usaha untuk memperbaiki letak
sebelum persalinan terjadi dengan versi luar. Bertentangan dengan
pendapat yang dulu hendaknya versi luar sudah dicoba pada bulan
ke 7.
Versi luar masih dapat di usahakan pada penderita inpartu dengan
syarat :
1. Pembukaan kurang dari 3-4 cm
2. Ketuban masih utuh.
13
3. Bokong anak masih dapat dibebaskan.
Versi luar tidak boleh di paksakan karena mungkin ada faktor-faktor
seperti kelainan bentuk rahim dan talipusat yang pendek yang tidak
dapat memungkinkannya, jadi kalau dipaksa akan menimbulkan
kerusakan pada anak atau solusio plasenta.
Teknik :
Sebagai persiapan:
o Kandung kencing harus kosong dulu
o Pasien ditidurkan terlentang
o BJ anak diperiksa dahulu (kalo buruk versi dibatalkan.
o Kaki dibengkokan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding
perut kendor.
1. Mobilisasi : bokong dibebaskan dulu.
2. Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang didekatkan satu
sama lain sehingga badan anak membulan dan demikinan lebih
mudah diputar.
3. Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah : arah
pemutaran kearah yang mudah yang paling sedikit tahanannya.
Kalau ada pilihan, diputar kearah perut anak supaya tidak terjadi
defleksi.
Setelah versi berhasil, BJ anak diperiksa lagi kalau tetap buruk
diputar lagi keletak semula.
Kesukaran pada versi : versi luar tidak selalu berhasil dan sekali-
kali tidak boleh dipaksakan misalnya dengan memberi narcose
supaya dinding perut kendor.
Kesukaran pada versi luar bisa disebabkan karena:
o Dinding perur tegang pada primi gravidae.
o Perasan taku atau nyeri.
o Anak dalam letak bokong (frank breech).
o Tali pusat pendek.
14
o Kelainan rahim seperti uterus bicornis, subseptus atau karena
myoma dan lain –lain
Bahaya dari versi luar ialah solusio plasenta, rupture uteri dan letak
defleksi maka tidak boleh dilakukan pada setiap orang atau keadaan.
Kontra indikasi untuk versi luar misalnya:
o Tensi yang tinggi karena mudah terjadi sulosio plasenta.
o Kalau ada luka dinding rahim seperti ada luka SC atau luka
enuklasi myoma.
o Pada panggul sempit absolute karena akan di sectio juga.
o Pada kehamilan ganda.
o Pada hydramnion karena sukar dilakukan dan mudah kembali.
o Pada hydro chepalus.
o Pada perdarahan antepartum karena mungkin menimbulkan
perdarahan baru.
o BJ anak yang buruk.
Pimpinan persalinan :
Letak sungsang biasanya lahir spontan, karena itu jangan terlalu
lekas bertindak. Sikap konserpatif dipertahankan sampai pusat lahir.
Indikasi waktu setelah pembukaan lengkap, biasanya lebih pendek
dibandingkan dengan letak kepala misalnya 2 jam setelah pembukaan
lengkap anak sudah harus lahir.
Pertolongan persalinan dengan letak sungsang dapat dibagi sebagai
berikut:
1. Pertolongan pada kelahiran spontan
2. Ekstraksi parsial (sebagian)/manual aid
3. Ekstraksi
4. Sectio caesarea
Persalian spontan
Biasanya ditolong secara Bracht. Pada primigravida selalu
didahului dengan episiotomi.
Pada pertolongan secara bracht bokong diangkat keatas supaya
badan anak searah dengan paksi jalan lahir, tidak dilakukan tarikan.
15
Teknik :
Pertolongan dimulai setelah bokong anak lahir. Pada letak bokong,
bokong ini dipegang dengan dua tangan sedemikian rupa, hingga pada
kedua jari ibu pada permukaan belakang pangkal paha dan 4 jari
lainnya pada permukaan bokong.
Kalau kaki sudah lahir seperti pada letak bokong kaki, letak lutut
dan letak kaki maka bokong dipegang sedemikian rupa hingga kedua
ibu jari terletak pada lipat paha dan jari lainnya menggenggam bokong.
Bokong ini dibawa keatas, ke arah perut ibu dan sedikit kekiri atau
kekanan sesuai letaknya punggung anak: sama sekali tidak boleh
dilakukan tarikan karena dengan tarikan lengan dapat
menjungkit.
Bokong ini terus dibawa ke atas kearah perut ibu untuk sampai
kepala lahir. Keuntungan dari pertolongan secara Bracht ialah bahwa
tangan sama sekali tidak masuk kejalan lahir, yang mengecilkan
kemungkinan infeksi.
Ekstraksi parsiil (manual aid)
Biasanya letak sungsang dapat lahir spontan sampai pusat lahir
karena rintangan timbul pada kelahiran bahu.
Kalau pusat sudah lahir dan tidak ada kemajuan misalnya
karena his lemah atau karena rintangan bahu maka tidak boleh
kita menunnggu terlalu lama karena pada saat ini kepala mulai
masuk kedalam rongga panggul dan menekan tali pusat pada
dinding panggul anak harus dilahirkan dalam ± 8 menit.
Untuk melahirkan anak dalam keadaan ini kita pergunakan eksraksi
parsiil atau manual aid. Ekstraksi disebut parsiil karena sebagaian
tubuh anak sudah lahir.
Teknik :
Teknik ini terdiri dari 3 tahapan :
16
1. Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank
breech).
2. Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
3. Persalinan kepala dibantu oleh penolong.
a. Pegangan pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari
penolong berdampingan pada os sacrum dengan kedua jari
telunjuk pada krista iliaka anterior superior ; ibu jari pada
sakrum sedangkan jari-jari lain berada didepan pangkal paha.
b. Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan
(hambatan) jalan lahir.
c. Selanjutnya bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah
satu dari cara-cara berikut:
1) Lovset.
2) Klasik.
3) Müller.
1) Persalinan bahu dengan cara LOVSET
Prinsip :
Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah
dan berlawanan arah jarum jam sambil melakukan traksi
curam kebawah sehingga bahu yang semula dibelakang akan
lahir didepan (dibawah simfsis).
Hal tersebut dapat terjadi oleh karena :
a. Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas
panggul dengan sumbu panggul).
b. Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah
depan lebih panjang dibanding lengkungan dinding
sacrum disebelah belakang. Sehingga setiap saat bahu
posterior akan berada pada posisi lebih rendah
dibandingkan posisi bahu anterior.
Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset :
1. Tehnik sederhana.
17
2. Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi
lengan janin.
3. Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.
2) Persalinan bahu dengan cara klasik
Persalinanbahudengancaraklasik disebut pula sebagai tehnik
deventer.
Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian
melahirkan lengan depan dibawah simfisis.
Dipilih bila bahu tersangkut di pintu atas panggul.
Prinsip :
Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena
ruangan panggul sebelah belakang/sacrum relatif lebih luas
didepan ruang panggul sebelah depan) dan kemudian
melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis.
1. Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan
kanan penolong berada diantara kedua pergelangan kaki
anak, kemudian di elevasi sejauh mungkin dengan gerakan
mendekatkan perut anak pada perut ibu.
2. Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari
tengah dan telunjuk tangan kiri menyelusuri bahu sampai
menemukan fosa cubiti dan kemudian dengan
gerakan“mengusap muka janin ”, lengan posterior bawah
bagian anak dilahirkan.
3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan
kaki janin diubah.
Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin
dipegang dan sambil dilakukan traksi curam bawah melakukan
gerakan seolah “mendekatkan punggung janin pada punggung
ibu” dan kemudian lengan depan dilahirkan dengan cara yang
sama.Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan
sulit untuk dilahirkan, maka lengan tersebut diubah menjadi
lengan belakang dengan cara:
18
o Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan
kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu
jari penolong terletak dipunggung anak dan sejajar dengan
sumbu badan janin ; sedangkan jari-jari lain didepan dada.
o Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada
anak sehingga lengan depan menjadi terletak dibelakang
dan dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada no 2
Keuntungan : Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan
bahu.
Kerugian : Masuknya tangan kedalam jalan lahir menambah
resiko infeksi persalinan.
3) Persalinan bahu dengan cara Müller
o Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis
melalui ekstraksi, disusul melahirkan lengan belakang di belakang
(depan sacrum).
o Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul.
Tehnik pertolongan persalinan bahu cara Müller:
1. Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.
2. Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam
bawah pada tubuh janin sampai bahu depan lahir (gambar
9 ) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan depan
dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.
3. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki
dicekap dengan tangan kanan dan dilakukan elevasi serta
traksi keatas (gambar 10),, traksi dan elevasi sesuai arah
tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya.
Bila tidak dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan
untuk melahirkan lengan belakang anak (inset pada gambar
10)
Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah oleh karena tangan
penolong tidak masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir sehingga
tidak memperbesar resiko infeksi persalinan.
19
Melahirkan Lengan Menunjuk.
o Nuchal Arm
Yang dimaksud dengan ‘Nuchal Arm’ adalah bila pada
persalinan sungsang, salah satu lengan anak berada dibelakang
leher dan menunjuk kesatu arah tertentu. Pada situasi seperti
ini, persalinan bahu tidak dapat terjadi sebelum posisi lengan yang
bersangkutan dirubah menjadi didepan dada.
Bila lengan yang menunjuk adalah lengan posterior (dekat
dengan sakrum) maka:
1. Tubuh janin dicekap sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari
penolong berada dipunggung anak sejajar dengan sumbu tubuh
anak dan jari-jari lain didepan dada.
2. Badan anak diputar 1800 searah dengan menunjuknya lengan
yang dibelakang leher sehingga lengan tersebut akan menjadi
berada didepan dada (menjadi lengan depan).
Selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan tehnik persalinan bahu
cara klasik.
Bila lengan yang menunjuk adalah lengan anterior(dekat dengan
simfisis) maka penanganannya dilakukan dengan cara yang sama,
perbedaannya terletak pada cara memegang tubuh anak dimana pada
keadaan ini kedua ibu jari penolong berada didepan dada sementara
jari-jari lain dipunggung janin.
Melahirkan lengan menjungkit
Yang dimaksud dengan lengan menjungkit adalah suatu
keadaan dimana pada persalinan sungsang pervaginam, posisi
lengan anak lurus disamping kepala. Keadaan ini menyulitkan
berlangsungnya persalinan spontan pervaginam.
Cara terbaik untuk mengatasi keadaan ini adalah melahirkan lengan
anak dengan cara lovset atau dengan melahirkan lengan yang
menjungkit melalui bagian depan (dada) anak.
20
Bila terjadi kemacetan bahu dan lengan saat melakukan
pertolongan persalinan sungsang secara spontan (Bracht), lakukan
pemeriksaan lanjut untuk memastikan bahwa kemacetan tersebut tidak
disebabkan oleh lengan yang menjungkit.
Persalinan Kepala
o After Coming Head
Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang
dapat dilakukan dengan berbagai cara :
1. Cara Mouriceau (Viet-Smellie)
Tehnik pertolongan persalinan ‘after coming head’ :
a. Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah
menghadapnya muka janin, jari tengah dimasukkan
kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis
diletakkan pada fosa canina.
b. Tubuh anak diletakkan diatas lengan anak, seolah anak
“menunggang kuda”.
c. Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari
tengah tangan yang lain.
d. Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah
suprasimfisis untuk mempertahankan posisi fleksi kepala
janin.
Note : Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan
yang dileher.
2. Cara Prague Terbalik
a. Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum)
dan muka janin menghadap simfisis.
b. Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan
punggung anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut.
c. Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan
kemudian di elevasi keatas sambil melakukan traksi pada
bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati
perut ibu.
21
d. Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak
dilahirkan.
Ekstraksi
Kita lakukan ekstraksi pada letak sungsang jika kita menarik anak
ke luar pada waktu seluruh tubuh anak masih ada dalam jalan lahir.
o Ekstraksi ada 2 macam :
a. Ekstraksi pada bokong
Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan
bokong yang sudah berada didasar panggul.
Teknik :
1. Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil
anak dimasukkan jalan lahir dan diletakkan pada lipat
paha depan anak. Dengan jari tersebut, lipat paha dikait.
Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain
penolong mencekap pergelangan tangan yang
melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi
kebawah (gambar 18 dan 19)
2. Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah
terlihat dibawah arcus pubis, jari telunjuk tangan lain
segera mengait lipat paha belakang dan secara serentak
melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan
bokong (gambar 20)
3. Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan
pegangan “femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan
cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong
parsialis.
Ektraksi pada bokong jauh lebih sukar dan kurang baik
prognosanya maka sedapat-dapatnya kita lakukan ekstraksi pada
kaki. Ekstraksi pada bokong hanya dilakukan jika ekstraksi pada
kaki tidak mungkin.
b. Ekstraksi pada kaki
22
1. Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai
dengan bagian kecil anak dimasukkan secara obstetris
kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain membuka labia.
2. Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri
bokong – pangkal paha sampai belakang lutut (fosa
poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi paha
janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi.Tangan yang
diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin
untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut
diatas.Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang
diantara jari II dan II , kemudian dituntun keluar vagina.
3. Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan
meletakkan kedua ibu jari dibelakang betis sejajar dengan
sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan tulang kering.
Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada
kaki sampai pangkal paha lahir.
4. Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan
kedua ibu jari dibelakang paha pada sejajar sumbu
panjangnya dan jari lain didepan paha. Dengan pegangan ini
pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter
depan lahir (gambar 24).
5. Kemudian dilakukan traksi curam atas pada pangkal paha
untuk melahirkan trochanter belakang sehingga akhirnya
seluruh bokong lahir. (Gambar 25)
6. Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuropelvik dan
dilakukan traksi curam dan selanjutnya untuk
menyelesaikan persalinan bahu dan lengan serta kepala
seperti yang sudah dijelaskan.
Sebaiknya digunakan kain setengah basah untuk mengatasi
licinnya tubuh anak. Traksi curam bawah untuk melahirkan
lengan sampai skapula depan terlihat. Jangan lakukan gerakan
rotasi sebelum skapula terlihat.
23
Dilakukan traksi curam atasuntuk melahirkan bahu
belakang yang diikuti dengan gerakan untuk membebaskan
lengan belakang lebih lanjut.Lengan depan dilahirkan dengan
cara yang sama dengan melahirkan lengan belakang
Sectio Caesarea
Indikasi untuk sectio diantaranya :
o Panggul sempit atau kelainan bentuk panggul.
o Anak yang besar terutama pada primigravida.
o Tali pusat yang menumbung.
o Janin besar.
o Janin “viable” dengan gawat janin.
o Nilai anak sangat tinggi.
o Keadaan umum ibu buruk.
o Hiperekstensi kepala.
o Bila sudah terdapat indikasi pengakhiran kehamilan dan pasien
masih belum inpartu (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri
kehamilan dengan oksitosin drip).
o Disfungsi uterus (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri
persalinan dengan oksitosin drip).
o Presentasi bokong tidak sempurna atau presentasi kaki.
o Janin sehat preterm pada pasien inpartu dan atau terdapat indikasi
untuk mengakhiri kehamilan atau persalinan.
o Gangguan pertumbuhan intrauterine berat.
o Riwayat obstetri buruk.
o Operator tidak berpengalaman dalam melakukan pertolongan
persalinan sungsang spontan pervaginam.
o Pasien menghendaki untuk dilakukan sterilisasi setelah persalinan
ini.
Komplikasi Persalinan Sungsang Pervaginam
a. Komplikasi ibu :
Perdarahan
24
Trauma jalan lahir
Infeksi
b. Komplikasi anak :
Sufokasi/aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi
pengecilan rongga uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi
dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini merangsang janin untuk
bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan terjadinya
aspirasi.
Asfiksia :
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya
tali pusat pada fase cepat
Trauma intrakranial: Terjadi sebagai akibat :
Panggul sempit
Dilatasi servik belum maksimal (‘after coming head’)
Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu
cepat)
Fraktura / dislokasi:
Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif :
Fraktura tulang kepala
Fraktura humerus
Fraktura klavikula
Fraktura femur
Dislokasi bahu
Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan
terjadi akibat tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari
penolong saat melakukan traksi dan juga akibat regangan pada
leher saat membebaskan lengan.
e. letak lintang
Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir
tegak lurus pada sumbu panjang ibu.
25
Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka juga di
sebut presentasi bahu atau presentasi acromion. Jika punggung
terdapat sebelah depan disebut dorsoanterior dan jika dibelakang
disebut dorsoposterior.
Sebab-sebab :
Sebab-sebab yang terpenting ialah :
dinding perut yang kendur seperti pada multiparitas.
Kesempitan panggul.
Plasena praevia.
Prematuritas.
Kelainan bentuk rahim seperti uterus arcuatus atau pada myoma
uteri.
Kehamilan ganda,
Diagnosa :
Pada inspeksi nampak bahwa perut melebar ke samping dan
fundus uteri rendah dari biasa, hanya beberapa jari diatas pusat,
pada kehamilan cukup bulan. Pada palpasi ternyata bahwa fundus
uteri maupun bagian bawah rahim kosongsedangkan bagian-
bagian besar (kepala dan bokong) teraba disamping di atas fossa
illiaca.
Jika teraba tahanan sebelah depan, maka punggung ada
sebelah depan, sebaliknya jika teraba tonjolan-tonjolan, maka ini
disebabkan oleh bagian-bagian kecil, sehingga punggung terdapat
sebelah belakang.
Dalam persalinan maka dengan toucher dapat diraba sisi
thorax sebagai susunan tulang-tulang yang sejajar dan jika
pembukaan sudah besar maka teraba scapula dan pada pihak yang
bertentangan clavicular. Arah menutupnya ketiak menunjukan
arah kepala. Sering kali salah satu lengan menumbung untuk
menentukan lengan mana yang menumbung kita coba berjabat
tangan, jika dapat berjabatan maka ini tangan kanan.
26
Jalannya persalinan :
Adakalanya anak yang pada permulaan persalinan dalam
letak lintang, berputar sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian
ini disebut versio spontanea.
Versio spontaenea hanya mungkin jika ketuban masih utuh.
Anak yang menetap dalam letak lintang pada umumnya tidak
dapat lahir spontan. Hanya anak yang kecil atau anak yang sudah
mengalami macerasi dapat lahir secara spontan. Dalam kala I dan
II anak ditekan sedemikian rupa, hingga kepala anak mendekati
permukaan ventral tubuh anak, akibatnya ialah ukuran melintang
berkurang sehingga bahu dapat masuk ke dalam rongga panggul.
Setelah ketuban pecah, bahu didorong ke dalam rongga panggul
dan lengan yang bersangkutan biasanya menumbung. Akan tetapi
tidak lama kemudian kemajuan bagian depan ini berhenti.
Rahim menambah kekuatan kontraksi untuk mengatasi
rintangan dan berangsur terjadilah lingkaran retraksi yang
patologis. Jika keadaan ini dibiarkan terjadilah ruptura uteri atau
his menjadi lemah karena otot rahim kecapekan dan timbullah
infeksi intruterin sampai terjadinya tymponia uteri. Hanya jika
anak kecil atau telah mengalami macerasi dapatlah persalinan
berlangusng spontan. Dalam hal ini kepala tertekan ke dalam
perut anak dan seterusnya anak lahir dalam kedaan terlipat atau
conduplicatio corpore.
Yang paling dulu nampak dalam vulva ialah daerah dada
dibawah bahu, kepala dan thorax melalui rongga panggul
bersamaan. Cara lain yang memungkinkan kelahiran spontan
dalam letak lintang ialah : evolutio spontanea, walaupun jarang
terjadi.
Evolutio spontanea ada 2 variasi :
a. Mekanisme dari Douglas
27
b. Mekanisme dari Denman.
Karena his yang kuat maka bahu turun dan kepala tertahan
pada romus superior ossis pubis hingga leher teregang. Akhirnya
bahu sampai di bawah arcus pubis. Pada saat ini terjadi
laterofleksi dari tulang belakang.
Pada modus douglas laterofleksi terjadi ke bawah dan pada
tulang pinggang bagian atas maka setelah bahu lahir, lahirlah sisi
thorax, perut, bokong, dan akhirnya kepala. Pada modus Denman
laterofleksi terjadi keatas dan pada tulang pinggang bagian bawah
maka setelah bahu lahir, lahirlah bokong baru kemudian dada dan
kepala.
Prognosa :
Letak lintang merupakan letak yang tidak mungkin lahir
spontan dan berbahaya untuk ibu maupun anak. Biarpun lahir
spontan anaknya lahir mati.
Bahaya yang terbesar ialah ruptura uteri yang spontan atau
traumatis karena versi dan ekstraksi selain dari itu sering terjadi
infeksi, karena partus lama.
Sebab kematian bayi ialah prolapsus Foeniculi dan asphyxia
karena kontraksi lahir terlalu kuat. Juga tekukan leher yang kuat
dapat menyebabkan kematian. Prognosa bayi sangat tergantung
pada saat pecahnya ketuban selama ketuban masih utuh bahaya
bagi anak dan ibu tidak seberapa, maka kita harus berusaha
ketuban selama mungkin utuh misalnya :
Melarang pasien mengejan.
Pasien dengan anak yang melintang tidak dibenarkan
berjalan-jalan.
Tidak diberi obat his.
Toucher harus hati-hati jangan sampai memecahkan ketuban,
malahan diluar RS sedapat-dapatnya jangan dilakukan
toucher.
28
Setelah ketuban pecah bahayanya bertambah karena :
Dapat terjadi letak lintang kasip jika pembukaan sudah
lengkap.
Anak dapat mengalami asfiksia karena peredaran darah
plasenta berkurang.
Tali pusat dapat menumbung.
Bahaya infeksi menambah.
Terapi :
Dalam kehamilan diusahakan versi luar segera letak lintang
didiagnosa sedapat-dapatnya dijadikan letak kepala tapi jika ini
tidak mungkin diusahakan versi menjadi letak sungsang.
Jika versi berhasil kepala didorong ke dalam pintu atas
panggul supaya kepala terfiksasi oleh pintu atas panggul dan anak
tidak memutar kembali. Jika tidak berhasil terutama pada
multipara dipasang gurita. Jika partus sudah mulai maka pasien
selekas mungkin harus masuk rumah sakit.
Dalam persalinan masih dapat dicoba versi luar asal
pembukaan lebih kecil dari 3-4 cm dan ketuban masih utuh. Jika
versi luar tidak berhasil maka dilakukan Sectio Caesarea. Karena
hasil versi dan ekstraksi kurang baik, versi dan ekstraksi hanya
dilakukan pada anak ke-II Gemelli yang dalam letak lintang. Pada
anak mati dengan letak lintang yang belum kasip dapat dipilih
antara dekapitasi dan VE.
Setelah pembukaan lengkap, jika letak lintang dibiarkan
maka bahu masuk ke dalam rongga panggul, his bertambah kuat
untuk mengatasi rintangan dan SBR menjadi tipis karena
lingkaran retraksi naik, jadi terjadi gambaran ancaman robekan
rahim.
Pada pemeriksaan dalam kita tidak dapat lagi memasukan
tangan antara bagian depan dan jalan lahir dan bahu tak
dapat digerakkan ke atas. Walaupun diluar his atau dalam
29
narkose yang dalam. Kedaan ini disebut letak lintang kasip.
Jadi letak lintang kasip merupakan kedaan ancaman robekan
rahim. Pada letak lintang kasip anaknya biasanya sudah mati.
Persalinan bisanya diselesaikan dengan dekapitasi dan karena
pada letak lintang kasip persalinan pada umumnya sudah
berlangsung lama, baiknya juga diberikan antibiotica dan infus
glucose.
f. Letak Majemuk (Presentasi Ganda, Compound Presentation)
Yang dimaksud dengan letak majemuk ialah jika disamping
bagian terendah teraba anggota badan. Tangan yang menumbung
pada letak bahu tidak disebut letak majemuk, begitupula adanya kaki
disamping bokong pada letak sungsang tidak termasuk letak majemuk.
Pada letak kepala dapat terjadi :
Tangan menumbung
Lengan menumbung
Kaki menumbung.
Pada tangan menumbung hanya teraba jari dan telapak tangan
di samping kepala, tidak teraba pergelangan tangan.
Jika juga pergelangan tangan atau lebih teraba disebut lengan
menumbung. Tangan menumbung prognosanya lebih baik dari
lengan menumbung, karena tangan yang ceper bentuknya tidak
banyak mengambil tempat dibandingkan denngan lengan. Tangan
menumbung pada letak kepala tidak menghalangi turunnya kepala,
hanya mungkin menyebabkan terganggunya putaran paksi, sebaliknya
lengan menumbung dapat menghalangi turunnya kepala.
Kaki yang menumbung di samping kepala jarang terjadi pada
anak hidup yang cukup besar tapi kemungkinan pada anak yang sudah
bermacerasi, pada monstrum dan anak kecil, lebih besar ; juga dapat
terjadi pada kehamilan kembar dimana di samping kepala anak I
menumbung kaki anak ke II yang dalam letak sungsang.
Pada letak sungsang jarang sekali tangan teraba di samping
bokong dan keadaan ini biasanya menimbulkan kesukaran.
30
Pada letak majemuk, sering juga tali pusat menumbung dan hal
ini sangta memengaruhi prognosa.
Sebab :
Letak majemuk terjadi jika pintu atas panggul tidak tertutup
dengan baik oleh bagian depan anak seperti pada :
Multipara, karena kepala bayi sering masih tinggi pada
permulaan persalinan.
Pada CPD (cephalopelvic disproporsi)
Pada anak yang prematur
Hydramnion
Terapi :
Tangan yang menumbung tidak menghalangi persalinan
spontan, jadi sebaiknya dibiarkan. Jika terjadi gangguan putaran
paksi, dapat diselesaikan dengan ekstraksi forcipal dengan
memasang sendok forceps antara tangan yang menumbung dengan
kepala anak.
Lengan yang menumbung, sebaiknya direposisi jika
pembukaan sudah lengkap, karena dapat menghalangi turunnya
kepala.Jika kepala sudah jauh masuk ke rongga panggul, reposisi
sudah tidak mungkin lagi, jadi persalinan diselesaikan dengan
forseps. Jika reposisi tidak berhasil dan kepala tidak mau turun
maka dilakukan SC. Kaki yang menumbung di samping kepala
sebaiknya direposisi.
3. TALI PUSAT MENUMBUNG (PROLAPSUS FOENICULI)
Jika tali pusat teraba di samping atau lebih rendah dari bagian depan
sedangkan ketuban sudah pecah, maka disebut dengan tali pusat
menumbung.
Tetapi, jika terjadi pada ketuban yang masih utuh disebut dengan tali
pusat terkemuka.
Dulu, diduga bahwa bahaya aspiksia anak, kurang pada tali pusat
terkemuka, tapi menurut pendapat sekarang bahwa bahaya tidak banyak
31
kurangnya hingga usah dibedakan antara tali pusat menumbung dan tali
pusat terkemuka dalam menentukan sikap dan terapi.
Sebab :
Segala keadaan dimana PAP kurang tertutup oleh bagian depan
dapat menimbulkan prolapsus foeniculi seperti pada :
CPD
Letak lintang
Letak kaki
Kehamilan ganda
Letak majemuk
Hidramnion
Kejadian ini lebih sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika
plasenta rendah letaknya. Tali pusat menumbung lebih sering
terjadi pada multipara dibandingkan dengan primipara.
Prolapsus foeniculi secara langsung tidak mempengaruhi keadaan
ibu, sebaliknya sangat membahayakan anak, karena tali pusat tertekan
antara bagian depan anak dan dinding panggul sehingga terjadi
asfiksia. Bahaya terbesar pada letak kepala, karena bagian yang
menekan itu bundar dan keras.
Diagnosa :
Dibuat jika pada toucher meraba benda seperti tali yang berdenyut,
atau jika tali pusat tampak keluar dari vagina.
Terapi :
Yang penting adalah supaya diagnosa dapat dibuat dengan cepat
maka hendaknya dilakukan toucher jika ketuban sudah pecah,
sedangkan kepala masih tinggi.
Dan jika denyut jantung janin menjadi buruk dalam persalinan,
hendaknya diperiksa apakah bukan disebabkan oleh tali pusat
menumbung.
Tali pusat yang menumbung merupakan indikasi untuk segera
menyelesaikan persalinan jika BJ masih ada. Sebaliknya, jika anak
sudah mati, persalinan dapat ditunggu berlangsung spontan.
32
Tali pusat menumbung pada letak kepala :
Jika pembukaan belum lengkap, dilakukan SC kecuali jika BJ
sudah sangat buruk.
Selama menunggu persiapan operasi diusahakan supaya tekanan
pada tali pusat dihindarkan atau dikurangi, misalnya dengan letak
Trendelenburg dan diberi Oksigen.Sebelum melakukan SC, BJ anak
diperiksa sekali lagi.
Jika pembukaan sudah lengkap, maka dilakukan SC, jika kepala
masih tinggi dan ekstraksi dengan forceps kalau kepala sudah masuk
ke dalam rongga panggul.
Pada anak kecil (anak II gemeli) dapat diusahakan ekspressi dan
sesudah syarat-syarat forceps terpenuhi dilakukan ekstraksi dengan
forceps.
Jika anak sudah meninggal ditunggu persalinan spontan.
Jangan membuang waktu dengan mengusahakan reposisi tali pusat.
Tali pusat menumbung pada letak sungsang (anak hidup) :
Jika pembukaan masih kecil dilakukan SC
Jika pembukaan lengkap dilakukan SC atau ekstraksi.
Tali pusat menumbung pada letak lintang (anak hidup) dilakukan
SC
3. JANIN YANG BESAR
Yang dimaksud dengan anak besar adalah anak yang beratnya
lebih dari 4000 gram. Menurut kepustakaan, anak yang besar baru akan
menimbulkan distosia jika beratnya melebihi 4500 gram.
Sebab-sebab anak yang besar yaitu :
- Diabetes
- Keturunan (orang tuanya besar-besar)
- Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan yaitu karena
besarnya kepala atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim
oleh anak yang sangat besar dapat timbul inertia dan kemugkinan
perdarahan postpartum lebih besar.
33
Terapi :
Jika anak pada palpasi diduga besar, maka ibu harus diperiksa
apakah diabetes. Jika panggul normal, biasanya diusahakan persalinan
per vaginam karena penentuan besarnya anak yang masih dikandung
sangat sulit.
Kadang-kadang setelah kepala lahir, ternyata bahwa kita tidak bisa
melahirkan bahu anak karena besarnya bahu tersebut. Dalam hal ini, baik
dibuat dengan segera episiotomi yang lebar.
4. HYDROCEPHALUS
Pada hydrocephalus terdapat kebanyakan cairan otak di dalam
ventrikel otak, sehingga kepala (tengkorak) melebar.
Hydrocephalus sering disertai cacat bawaan lain seperti spina
bifida. Hydrocephalus menimbulkan distosia sampai ruptura uteri dan
yang sering anak lahir dalam letak sungsang, karena kepala terlalu besar
untuk masuk ke PAP.
Etiologi :
Salah satu sebabnya adalah toxoplasmosis.
Diagnosa :
Diagnosa dini sangat penting karena jika hydrocephalus telah
dikenal terapinya, sederhana sekali. Sebaliknyan jika tidak dikenal
merupakan bahaya karena dapat terjadi ruptura uteri.
Memang hydrocephalus merupakan salah satu sebab penting dari
ruptura uteri. Ruptura uteri pada hydrocephalus dapat terjadi pada
pembukaan yang belum lengkap malahan dalam kehamilan.
Jika tulang-tulang tengkorak tipis, kadang-kadang tengkorak dapat
ditekan ke dalam, menimbulkan perasaan seperti waktu menekan bola
pingpong(tanda bola pingpong atau tanda perkamen). Karena kepala
besar, badan anak terdesak ke atas dan bunyi jantung anak terdengar
pada tempat yang lebih tinggi dari biasanya.
Jika pembukaan sudah cukup besar dapat teraba fontanel dan
sutura yang lebar sedangkan tulang tengkorak tipis mudah tertekan
ke dalam oleh jari kita. Kadang-kadang menyerupai ketuban.
34
Pada foto rongen nampak kepala yang besar dan karena tulang-
tulang tengkorak tipis,garis batas tengkorak sangat tipis dan kurang
jelas.
Pada letak sungsang diagnosa jauh lebih sulit dan sering baru
diketahui jika badan anak sudah lahir, dan kepala tidak dapat
dilahirkan apalagi jika ada spina bifida. Pada saat ini, di atas simpisis
teraba tumor yang besar. Pada legtak sungsnag lebih jarang terjadi
ruptura uteri.
Penilaian Foto Rontgen tidak boleh berdasarkan besarnya kepala
saja tapi juga pada :
a. Bentuk kepala yang pada hydrocephalus bundar dan pada
tengkorak normal agak lonjong.
b. Pada perbandingan antara bagian tengkorak dan bagian muka.
c. Pada tebalnya tulang tengkorak yang hanya memberikan bayangan
yang tipis pada hydrocephalus.
Ada kemungkinan hydrocephalus jika :
a. Kepala tetap tinggi walaupun panggul baik dan his kuat.
b. Kepala tetap dapat digoyangkan dan sangat lebar saat perabaan.
c. Jika nampak ada spina bifida pada tubuh yang sudah lahir pada
letak sungsang.
Prognosa :
Bahaya yang terbesar adalah rupture uteri
Pengobatan :
Setelah diagnosa dibuat maka pada anak yang hidup dilakukan
punksi dengan jarum yang panjang dan besar. Segera setelah
pembukaan cukup besar (pembukaan 2 jari) untuk mengecilkannya.
Dengan punksi, tengkorak mengecil dan selanjutnya persalinan
dapat berlangsung spontan.
Pada anak yang mati dapat dilakukan perforasi. Setelah anak
lahir selalu harus dilakukan eksplorai vacum uteri.
35
DAFTAR PUSTAKA
FK, Unpad. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC
Asrinah, dkk.2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Prawirohardjo, Sarwono, Prof. Dr. SPOG.1997. Ilmu Kebidanan Edisi III. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta
Mochtar, Rustam, Prof. Dr. M. Ph,1998. Synopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2,EGC: Jakarta
Abdul Bari Saifuddin dkk.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta
37