scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan...

16
UTS EXIM COST Tamara Berlianto (1901471686) Season 1 : Export-Import Payment System: L/C Why International Trade? 1. Kelebihan kapasitas produksi Contoh : kopi, kelapa sawit - Pabrik besar gabisa stop produksi karena banyaknya biaya operasional, sehingga mencari pangsa pasar baru dengan cara expor - Dan pasar domestik tetap stabil (harga tidak anjlok) 2. Competitive advantage Anggur → Wine → Kismis 3. Pasar lokal sudah tidak mampu memumpuni 4. Peluang di pasar luar negeri Memiliki kebutuhan yang sama di beberapa daerah/negara 5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Hambatan di Perdagangan Internasional 1. Resiko - Resiko nilai tukar, masalah politik, barang gabisa masuk, ga ada kepercayaan 2. Bagaimana bank menangani resiko Bank menengahi (memiliki peran di dalam kegiatan expor-impor) Masalah untuk Exportir 1. Distance (Jarak) Kalo kenapa-napa ga mungkin disamper, biaya semakin tinggi 2. Credit Worthiness of buyer Profil importer 3. Disputes (sengketa) Barang reject, claim, retur 4. Restrictions imposed by government (Pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah) Masalah untuk Importir 1. Late Arrival Rugi (Expired) 2. Damaged goods 3. Goods aren’t as per specifications Apa yang bisa dibantu sama bank?

Transcript of scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan...

Page 1: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

Season 1 : Export-Import Payment System: L/C

Why International Trade?

1. Kelebihan kapasitas produksiContoh : kopi, kelapa sawit- Pabrik besar gabisa stop produksi karena banyaknya biaya operasional, sehingga

mencari pangsa pasar baru dengan cara expor- Dan pasar domestik tetap stabil (harga tidak anjlok)

2. Competitive advantageAnggur → Wine → Kismis

3. Pasar lokal sudah tidak mampu memumpuni4. Peluang di pasar luar negeri

Memiliki kebutuhan yang sama di beberapa daerah/negara5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Hambatan di Perdagangan Internasional

1. Resiko- Resiko nilai tukar, masalah politik, barang gabisa masuk, ga ada kepercayaan

2. Bagaimana bank menangani resikoBank menengahi (memiliki peran di dalam kegiatan expor-impor)

Masalah untuk Exportir

1. Distance (Jarak)Kalo kenapa-napa ga mungkin disamper, biaya semakin tinggi

2. Credit Worthiness of buyerProfil importer

3. Disputes (sengketa)Barang reject, claim, retur

4. Restrictions imposed by government (Pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah)

Masalah untuk Importir

1. Late ArrivalRugi (Expired)

2. Damaged goods3. Goods aren’t as per specifications

Apa yang bisa dibantu sama bank?

- Apply kode praktik internasional- Pertahankan kontrol atas barang atas nama eksportir- Berikan dukungan finansial mereka pada transaksi- Bertindak sebagai saluran komunikasi untuk pembayaran

Page 2: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

Payment System Mechanism

Letter of Credit (L/C)

Letter of credit (L / C) adalah dokumen di mana bank atau lembaga keuangan lainnya bertanggung jawab atas pembayaran harga beli kepada penjual atas nama pembeli.

Bank bisa menangani secara langsung atau melalui intervensi bank di negara penjual.

Season 2 : Export-Import Payment System: Non L/C

Tipe-tipe L/C

1. Sight L/C adalah L/C yang bilamana semua persyaratan dipenuhi, maka bank negosiasi paling lama dalam 7 hari kerja wajib melunasi/membayar nominal L/C kepada eksportir.Dengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan semua dokumen pengapalan (shipping Documents) yang lengkap tanpa penyimpangan (Disccrepancies) pada saat itulah pembayaran akan dilakukan oleh bank kepada eksportir. Oleh karena itu digolongkan sebagai L/C yang aman (Safety L/C).

2. Usance L/CBerbeda dengan Sight L/C, maka Usance LC dimaksudkan bahwa pembayaran baru bisa dilunasi jika L/C tersebut sudah jatuh tempo yaitu sekian hari dari tanggal pengapalan / tanggal Bill of Lading, dengan demikian berarti eksportir memberi kredit kepada importir dimana barang dikirim terlebih dahulu, kemudian pembayaran dilakukan. Usance L/C dapat dilakukan kalau eksportir sudah percaya dengan importir.

Page 3: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

3. Red Clause L/CJika Usance L/C dibayarkan kemudian hari oleh importir setelah barang-barang pesanan tiba, sebaliknya Red Clause L/C adalah terbalik dibanding dengan Usance L/C, yaitu pembayaran dilakukan oleh bank negosiasi kepada ekspotir sebelum barang dikapalkan. Dengan demikian importir memberi kredit kepada eksportir. Terlihat adanya Pre-Financing bagi eksportir.

4. Revolving L/C. Bila L/C dengan jumlah US$ 200 sebagai nominal L/C pada saat di buka, namun shipment bisa dilakuikan sampai liam kali, maka dalam realisasinya, nominal L/C bertambah menjadi US$ 1,000. Ini diartikan sebagai revolving L/C. Hal ini untuk menghindari biaya pembukuan L/C yang tinggi.Sudah barang tentu dengan revolving L/C pengapalan sebagian (partial shipment) akan diperbolehkan.

5. Transferable L/C. Andaikata pada saat L/C ingin direalisasi, ternyata adanya kesulitan teknis atau kurangnya kapasitas pruduksi, maka L/C tersebut terbuka kemungkinan dialihkan/ditransfer kepada pihak lain / beneficiary ke 2, sehingga yang mengapalkan barang tersebut adalah beneficiery ke 2, sehingga yang mengapalkan barang tersebut adalah beneficiary ke 2.

6. Confirmed L/C Adalah L/C yang pembayarannya dijamin oleh dua bank, yakni bank pembuat L/C dan bank penyampai L/C atau bank negosiasi, artinya L/C ekspor yang diterima oleh bank penyampai L/C tersebut di-backup / diconfirm kembali / dijamin kembali pembayarannya oleh bank penerima L/C, dengan demikian apabila terjadi kepailitan atau kerugian atas bank pembuka L/C, maka bank penyampai itulah yang akan menyelesaikan pembayaran L/C-nya semua persyaratan L/C dipenuhi.

7. Back to Back L/CSebenarnya L/C jenis ini adalah L/C yang dibuka berdasarkan L/C yang pertama (master L/C) yang nilai satuan barang dagangannya lebih tinggi yang diterima oleh Trader/perantara. Maka berdasarkan L/C tersebut dibukalah L/C yang baru atau L/C yang kedua, yang sering disebut dengan Back to Back L/C. Ciri khas dari L/C ini dapat dipantau dari pelabuhan tujuan/negara tujuannya. Bila L/C dibuka dari Singapura, pelabuhan tujuannya di Colombo.Hal ini memberi indikasi bahwa barang tersebut bukanlah untuk kepentingan trader/pembuka L/C di Singapura, akan tetapi untuk pembeli yang sebenarnya yang berada di luar Singapura, sehingga dipakai Switch Bill of Lading untuk menghilangkan jejak eksportir di Indonesia.

Tipe NON L/C

1. TELEGRAPHIC TRANSFER (T/T) → via antar Bank

• Advance Payment → Pembayaran di muka (DP/100%Payment)

• Open Account → Kredit pakai jangka waktu (tempo)

• Consignment → Pengembalian barang kalo ada kerusakan tergantung prosedur

2. DOCUMENTARY COLLECTION → yang kita tahan dokumennya

Page 4: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

• Documents Against Payment (D/P)

Exportir Bayar Importir

Full Set Original Doc Release doc (Yes/No)

By Kurir

Full Set Original Shipping doc

• Documents Against Acceptance (D/A) → Boleh di release dokumennya walaupun buyer tidak melakukan payment. Tergantung persetujuan shipper. Tanpa melanggar perjanjian

Session 3 : Export Financing System

International Payment System

Non L/C Payment : Open Account, Advance Payment, Consignment, Documenntary Collection

L/C Payment

Trade Financing

Refinancing L/C Facility → Berani meluncurkan dana ke seller dg persyaratan (bunga)

Export Financing → Pembayaran kepada exportir untuk mendukung bisnis termasuk impor to expor

a. Pre- Shipment Financing

Mulai dari membeli raw materials, producing, and shipping goods

b. Post-Shipment Financing

Penjual Pembeli

Bank Bank

Document buat ambil barang di pelabuhan

Seller

Import

Buyer

Issuing Bank

Re-financingBank

Page 5: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

Setelah shipping goods-Payment of export bills

Imports payment in order to export

Karakteritik:

• time difference between imports by source repayment of export proceeds

• opportunity for exporters to suspend import duties

• the fairness of import values compared to the value of the export contract

• fairness of the business cycle with a period of financing

Export Financing

1. Transactional

Re-finance nya transaksi by transaksi (PO by PO / LC by LC)

Export financing by transaksi based, pencairan dananya dimulai (tanggal perkapalan berangkat) export

2. Non- Transactional

Budget per tahun (tahunan) untuk re-financing

Transactional(based on document)

• Exporters received L/C US$ 1 Million

- CGS = 80%

- Self-financing = 20%

- L/C payment = 90 days after shipment

- Credit score = US$ 1 Million x 80% x (100- 20%)

= US$ 640,000

- Period = start from L/C accepted until

90 days after shipping the goods

Non Transactional (Annual working)

• Historical Export Sales

(average of the last 3 years) = US$ 1 Million

• Export Growth 2% = US$ 1.2 Million

Page 6: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

• Business Cycle = 6 month

• CGS = 80%

• The needs of working capital 1 cycle

US$ 1.2 Million x 80% x 6/12 = US$ 480,000

• Self-financing = 20%

• The percentage of bank loans

80% x US$ 480,000 = US$ 384,000

• Monitor the export target for 1 year

Post-shipment Financing

1. Resiko (Risks of document, Risks of Issuing Bank, Risks of Country)

2. Fokus (Pembayaran segera & Perbedaan waktu (penyajian dokumen sampai pembayaran))

3. Sumber Pelunasan (Pembayaran dari pencairan tagihan eksportir, Negosiasi piutang ekspor, Potongan piutang ekspor / potongan tagihan, Kehilangan, Penerimaan bankir)

Export receivables negotiation

→ mengakuisisi atau membeli wesel (draft) atau faktur dan atau dokumen ekspor berdasarkan LC

Resiko:

Risiko dokumen: dokumen harus sesuai dengan persyaratan pinjaman

Risiko terhadap nasabah: untuk kegiatan pembiayaan harus mempertimbangkan kredibilitas eksportir

Latihan Non-Transactional

Soal:

Business cycle 6 months CGS 80%

1. How much projection 2018 working capital for 1st semester?

Page 7: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

2. With self-financing 33%, How much bank bank loans?

Fiscal Year FOB value ($) (x) Growth (Δx) Growth (%)

Δx : x(t-1)

YTD

2010 600.000 0 0 600.000

2011 750.000 150.000 150.000 : 600.000 =25%

1.350.000

2012 1.100.000 350.000 47% 2.450.000

2013 900.000 -200.000 -18% 3.350.000

2014 925.000 25.000 3% 4.275.000

2015 1.100.000 175.000 19% 5.375.000

2016 1.275.000 175.000 16% 6.650.000

2017 1.400.000 185.000 10% 8.050.000

Rata2 1.006.250 100.000 13%

1. Expert Growth : $1.006.250 + ($1.006.250 x 13%) = $1.137.062,5

Working Capital : $1.137.062,5 x 80% x 6/12 = $454.825

2. Bank Loans : (100-33%) x $454.825 = $304.732,75

Session 4 : Import Financing System

Trade Financing → Fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan yang kegiatan utamanya adalah perdagangan, untuk proses produksi & penjualan.

The focus of trade financing needs

1. Cash cycle

The rotation since the procurement of raw materials à production process àfinish goods à shipment à sales à Receivable à cash

2. Collection Period

Period since the shipment of goods à document preparation process à the presentation of documents to the bank à bank’s collection documents à payment à cash

Production cycle Trade Financing Needs

Exporter

Page 8: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

• Financing Needs à Immediate of Payment

• Export Financing à Pre & Post Shipment

Importer

• Financing Needs à Delay of Payment

• Import Financing àProcurement Raw Material

Page 9: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

Session 5 : Pricing in International Trade: External Forces & Approaches

Determinants of Export Price

Variabel Internal Variabel Eksternal

- Biaya produksi - Variabel Penawaran dan permintaan

- Biaya riset pasar - Lokasi dan lingkungan pasar luar negeri

- Bisnis perjalanan - Peraturan negara asal

- Modifikasi dan pengepakan produk

- Konsultan

- Pengirim barang, dan

- Tingkat diferensiasi produk

Approaches to Export Pricing

1. Cost-based pricing

Harga ekspor didasarkan pada biaya penuh dan markup atau biaya penuh ditambah jumlah pengembalian investasi yang diinginkan.

Page 10: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

2. Marginal pricing

Harga ekspor didasarkan pada biaya variabel untuk memproduksi produk.

3. Skimming versus penetration pricing

Harga skimming adalah pengisian harga premium untuk sebuah produk; Harga penetrasi didasarkan pada kenaikan harga ekspor yang lebih rendah untuk meningkatkan pangsa pasar.

Approaches to Export Pricing in Indonesia

1. Cost Plus Mark-up (Seller’s Price)

Jika penentuan harga ekspor atau harga penawaran didasarkan pada perhitungan:

Total Biaya Ekspor (jumlah total biaya pengadaan, pengelolaan, retribusi / retribusi negara, dan layanan pihak ketiga) + persentase keuntungan yang diharapkan.

2. Current Market Price (Buyer’s Price)

Jika penentuan harga ekspor atau harga penawaran ekspor disesuaikan dengan harga yang berlaku di pasar internasional saat itu, atau dengan harga yang terjangkau oleh pembeli. Besarnya keuntungan tergantung dari selisih antara harga pasar yang berlaku dikurangi total biaya.

Question:

Buyers are only willing to buy rubber at a price CIF New York US Dollar Cent 125 / kg. Insurance premiums such as 5 cents dollar per kilogram and freight cost from Jakarta to New York 20 cent dollar. Export levies/charge 0 cents. Rubber prices FOB Tanjung Priok Rp. 1,500 / kg. How much profit exporters when the dollar exchange rate is Rp. 2000?

Page 11: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

3. Subsidized Price

4. Dumping

Harga ekspor ditetapkan lebih rendah dari harga jual barang yang sama di dalam negeri

Contoh:

Secara teoritis, hasil industri otomotif Indonesia harus bisa ekspor dengan sistem ini, padahal sebenarnya tidak. Masalahnya mungkin tidak terletak pada masalah harga.

Session 6 : Pricing in International Trade: Cost per unit

Job Costing

Job costing digunakan untuk menghitung biaya produksi untuk barang standard atau barang non- standar yang bukan merupakan proses produksi yang berkesinambungan seperti barang rumah tangga

Biasanya diproduksi berdasarkan permintaan / pesanan bukan untuk opname saham

Process Costing

Biaya proses digunakan untuk menghitung biaya produksi untuk barang standar atau barang yang merupakan proses produksi yang berkesinambungan seperti industri tekstil, industri kayu lapis, dan industri petrokimia.

Biaya produksi per unit biasanya dihitung melalui pendekatan periode waktu. Misalnya dalam satu bulan menghasilkan 25.000 meter tekstil, dengan total biaya produksi Rp.50.000.000, biaya produksi per unit adalah 50.000.000: 25.000 = Rp. 2.000 / satuan / meter

Element of Fixed Cost

1. Material cost

2. Labor cost

3. Overhead cost

Biaya bahan dan biaya tenaga kerja pada dasarnya mudah dihitung dalam menentukan jumlah per unit produksi.

Page 12: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

Yang rumit adalah mengalokasikan biaya overhead dalam biaya produksi masing-masing unit produksi, terutama jika dikaitkan dengan penentuan biaya perhitungan barang yang akan diekspor.

The allocation of overhead costs

The allocation of overhead costs

Page 13: scdc.binus.ac.idscdc.binus.ac.id/bslc/wp-content/uploads/sites/49/2017/... · Web viewDengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan

UTS EXIM COSTTamara Berlianto (1901471686)

1. Bila biaya overhead dibebankan ke biaya barang secara merata maka tidak ada yang berbeda dari harga dasar antara pasar domestik dan ekspor sebesar Rp. 260 / unit

2. Bila biaya overhead dibebankan sepenuhnya pada pasar domestik (konsumen dalam negeri), biaya barang untuk konsumsi dalam negeri akan meningkat menjadi Rp 265 / unit, sedangkan biaya barang untuk ekspor akan turun menjadi Rp 240 / unit. Itu berarti daya saing harga jual bisa naik

3. Bila biaya overhead dibebankan sepenuhnya pada pasar ekspor, biaya barang untuk konsumsi dalam negeri akan turun menjadi Rp 240 / unit sementara harga barang untuk ekspor akan meningkat menjadi Rp 265 / unit. Itu berarti daya saing atau marjin keuntungan menyempit

4. Tuduhan perhitungan biaya serta informasi tentang biaya fasilitas ekspor sangat dibutuhkan untuk mengetahui daya saing harga ekspor. Untuk mencapai tujuan perusahaan, meningkatkan keuntungan melalui ekspansi pasar dan harga jual yang lebih baik

Session 7 : Incoterms: Group E & F

4 Groups of Incoterms

1. Group "E” (Ex Works: Ex Warehouse, Ex Store)

penjual mengantarkan barang ke tempatnya sendiri

2. Group "F" (FCA, FAS, FOB)

penjual mengantarkan barang di tempat yang ditunjuk oleh pembeli

3. Group "C"

penjual menandatangani kontrak transportasi tanpa menimbulkan risiko kerugian atau kerusakan

4. Group "D"

penjual menanggung biaya dan risiko yang dibutuhkan atau akan timbul dalam transportasi, kehilangan atau kerusakan