SCABIOSIS Pada Kambing

download SCABIOSIS Pada Kambing

of 3

Transcript of SCABIOSIS Pada Kambing

Sarcoptes scabiei adalah Arthropoda yang masukke dalam kelas Arachnida, sub kelas Acari (Acarina),ordo Astigmata dan famili Sarcoptidae . Beberapatungau sarcoptid yang bersifat obligat parasit pada kulitantara lain Sarcoptidae (mamalia), Knemidokoptidae(burung/unggas) dan Teinocoptidae (kelelawar). FamiliSarcoptidae yang mampu menular ke manusia, yaitu S. scabiei, Notoeders cati (kucing) dan Trixacarus caviae(marmut) Tungau S. scabiei berwarna putih krem danberbentuk oval yang cembung pada bagian dorsal danpipih pada bagian ventral . Tungau betina dewasaberukuran 300 - 500 x 230 - 340 m sedangkan yangjantan berukuran 213 - 285 x 160 - 210 m.Permukaan tubuhnya bersisik dan dilengkapi dengankutikula serta banyak dijumpai garis-garis paralel yangberjalan transversal. Stadium larva mempunyai tiga pasang kaki sedangkan dewasa dannimpa mempunyai empat pasang kaki.

GEJALA KLINIS Kambing yang menderita skabies tampak gelisah karena rasa gatal yang mengakibatkan timbulnya bintik-bintik merah, papula dan vesikula, kemudian kulit akan melepuh dan akan cepat meluas ke seluruh tubuh. Kambing yang terinfeksi juga akan menunjukkan gejala kekurusan, penurunan kualitas kulit, hewan menjadi tidak tenang, menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding kandang dan akhirnya timbul peradangan ,di samping itu juga dapat menimbulkan kematian. Gejala tersebut timbul kira-kira tiga minggu pasca infestasi tungau.

DIAGNOSA Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitarpapula yang lama maupun yang baru. Hasil kerokandiletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan KOH10% kemudian ditutup dengan kaca penutup dandiperiksa di bawah mikroskop. Diagnosis skabiespositif jika ditemukan tungau, nimpa, larva, telur ataukotoran S. scabiei (ROBERT dan FAWCETT, 2003).Tes tinta pada terowongan di dalam kulitdilakukan dengan cara menggosok papulamenggunakan ujung pena yang berisi tinta. Papulayang telah tertutup dengan tinta didiamkan selama duapuluh sampai tiga puluh menit, kemudian tinta diusap/dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tesdinyatakan positif bila tinta masuk ke dalamterowongan dan membentuk gambaran khas berupagaris zig-zag (HoEDOJO, 1989). Visualisasi terowonganyang dibuat tungau juga dapat dilihat menggunakanmineral oil atau flourescence tetracycline test(BURKHART et al., 2000) .Kedua metode diagnosis di atas memilikikekurangan, khususnya pada kasus yang baruterinfestasi S. scabiei . Tungau akan sulit untuk diisolasidari kerokan kulit dan gejala klinis yang ditunjukkanmempunyai persamaan dengan penyakit kulit lainnya(WALTON et al., 2004a). Oleh karena itu, para penelitimengembangkan teknik diagnosis berdasarkanproduksi antibodi. Strategi lain untuk melakukan diagnosis skabiesadalah videodermatoskopi, biopsi kulit dan mikroskopiepiluminesken (ARGENZIANO et al ., 1997; MICALI eta! ., 1999). Videodermatoskopi dilakukan menggunakansistem mikroskop video dengan pembesaran seribu kalidan memerlukan waktu sekitar lima menit. Umumnyametode ini masih dikonfirmasi dengan basil kerokankulit (MICALI et a! ., 1999). Pengujian menggunakanmikroskop epiluminesken dilakukan pada tingkatpapilari dermis superfisial dan memerlukan waktusekitar lima menit serta mempunyai angka positif palsuyang rendah (ARGENZIANO et al., 1997).

DRUG