Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

141
1 DAMPAK KEBANGKITAN EKONOMI CINA TERHADAP KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL AMERIKA SERIKAT SKRIPSI Disusun Oleh : Sayid Haikal Quraisy (106083003552) JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Transcript of Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

Page 1: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

1

DAMPAK KEBANGKITAN EKONOMI CINA

TERHADAP KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

AMERIKA SERIKAT

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Sayid Haikal Quraisy(106083003552)

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010

Page 2: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

2

DAMPAK KEBANGKITAN EKONOMI CINA

TERHADAP KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONALAMERIKA SERIKAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Meraih Gelar Sarjana Sosial

Oleh :

Sayid Haikal Quraisy106083003552

Dibawah Bimbingan :

Pembimbing Skripsi Pembimbing Akademik

Arisman, M.Si Nazaruddin Nasution, SH, MA

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2010

Page 3: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

3

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Oktober 2010

Sayid Haikal Quraisy106083003552

Page 4: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

4

ABSTRAK

Hubungan perdagangan antara Cina dan Amerika Serikat (AS) telahmenjadi semakin penting untuk ekonomi kedua negara. Konflik perdaganganbaru-baru ini dan gesekan antara Cina dan AS merupakan hambatan dalam jalanhubungan pembangunan perdagangan bilateral Cina-AS yang menjadi perhatianbesar bagi kedua negara. Tulisan ini bersifat dekriftif yaitu dengan metodepenulisan penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan, menyusun danmenganalisa suatu pembahasan melalui kepustakaan.

Diharapkan dengan metode yang digunakan akan dapat menganalisis secaramendalam kebijakan perdagangan politik AS terhadap Cina, mengidentifikasifaktor-faktor kebangkitan ekonomi Cina, kebijakan perdagangan Cina dankebijakan perdagangan AS terhadap Cina, Serta Pengaruh kebangkitan ekonomiCina dan perubahan kebijakan perdagangan AS pada hubungan perdaganganantara AS dan Cina dan implikasi untuk hubungan perdagangan antara AS danCina pada masa depan.

Kata kunci: kebijakan perdagangan, perdagangan internasional, ekonomi politikinternasional

Page 5: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

5

KATA PENGANTAR

Bismillahirrrahmanirrahim, Assalamuaaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga tulisan ini dapat terwujud menjadi sebuah skripsi yang

diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademisi. Penulisan skripsi ini adalah

merupakan suatu bentuk untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai

gelar sarjana sosial di Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berdasarkan ketertarikan penulis terhadap kebangkitan ekonomi Cina

yang begitu cepat dan mencengangkan dunia, maka penulis menuangkannya

kedalam sebuah tulisan yang diajukan sebagai skripsi, dalam tulisan ini, penulis

menganalisis bagaimana kebangkitan ekonomi Cina ini akan mempengaruhi

kebijakan perdagangan internasional Amerika Serikat sebagai negara super power

dan bagaimana hubungan kedua negara di masa depan, akankah menimbulkan

perselisihan ataukah akan terjadi kerja sama yang baik diantara kedua negara

tersebut.

Dikarenakan masalah ini sangat rumit, tentu saja penulis banyak dibantu

oleh beberapa pihak yang membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Dengan

kaitan ini, saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada seluruh pihak yang dengan berbagai cara telah membantu

penyusunan skripsi ini, diantaranya :

1. Keluarga yang senantiasa memberi dorongan dan do’a dalam segala

bentuk yang tak mungkin pernah penulis dapatkan dari siapapun.

Page 6: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

6

2. Farah Zesa Ayuningtyas.SE yang telah memberikan masukan-masukan

positif, doa, motivasi, pemberi semangat dan segala sesuatu yang tak

mungkin bisa terbalas.

3. Bpk.Arisman,M.Si selaku dosen pembimbing dalam penullisan skripsi ini,

yang dengan sabar membimbing terciptanya tulisan ini.

4. Bpk.Armein Daulay,Drs.M.Si yang telah banyak memberikan motivasi

dan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini dan dalam berbagai

bidang selama dalam masa perkuliahan.

5. Ibu Rahmi,M.Si yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan

selama masa perkuliahan.

6. Bpk. Nazaruddin Nasution,SH.MA selaku ketua jurusan yang dari awal

terbentuknya jurusan Hubungan Internasional pada tahun 2006 hingga kini

terus berusaha untuk memajukan jurusan yang tercinta ini.

7. Segenap staff pengajar ahi jurusan hubungan internasional, Bpk. Adian

Firnas,S.sos, M.si. Bpk. Aiyub Mohsin,MA.MM, Bpk.Abdul Hadi

Adnan,Dr,MA, Bpk. Amiruddin Noer,MA, Bpk. Badrus

Sholeh,S.Ag,M.A, Bpk. Kiki Rizky,M.Si dan Bpk. Agus Nilmada

Azmi,M.Si dan seluruh staff pengajar yang tak tertulis.

8. Teman-teman kos yang senantiasa memberikan masukan dalam penulisan

skripsi dan teman-teman HI 2006 khususnya teman-teman HI B.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf dan

Page 7: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

7

mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulis dan bermanfaat

bagi semua kalangan.

Wassalamu’alaikum.Wr.Wb

Jakarta, Desember 2010

Sayid Haikal Quraisy106083003552

Page 8: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

8

DAFTAR ISI

Abstrak......................................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan.................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................8

C. Kerangka Teori..........................................................................................9

I. Teori Liberalisme....................................................................................9

II. Teori Globalisasi.................................................................................19

III. Teori Perdagangan Internasional.......................................................25

a. Comparative Advantage...............................................................29

b. Competitive Advantage................................................................32

D. Metode Penelitian....................................................................................34

E. Tujuan dan Manfaat Penulisan.................................................................35

F. Sistematika Penulisan..............................................................................36

Bab II Tinjauan Pustaka.....................................................................................38

A. Konsep Dasar..........................................................................................38

A.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth).......................38

A.2. Konsep Kebijakan (Policy)..............................................................41

A.3. Konsep perdagangan Internasional (International trade)................42

B. Penelitian Sebelumnya............................................................................49

Page 9: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

9

Bab III Kondisi Riil Ekonomi Cina....................................................................57

A. Perekonomian Cina Pra dan Pasca Diberlakukannya

Open Door Policy....................................................................................57

A.1. Budaya Bisnis Cina dan Perekonomian Cina Pra

Diberlakukannya Open Door Policy..............................................57

A.2. Perekonomian Cina Pasca Diberlakukannya Open Door Policy.....66

A.3. Masuknya Cina ke dalam World Trade Organizations (WTO).......73

A.3.a. Latar Belakang dan Tujuan Masuknya Cina ke

dalam WTO.......................................................................74

A.3.b. Keuntungan Masuknya Cina kedalam WTO......................81

B. Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat................................................83

B.1. Sejarah Diskriminasi Kebijakan Perdagangan AS...........................83

B.2. Kebijakan Perdagangan AS Terhadap Cina.....................................86

Bab IV Analisis Dampak Kemajuan Ekonomi Cina Terhadap

Amerika Serikat.....................................................................................97

A. Indikator Kemajuan Ekonomi Cina Sebagai Pesaing Amerika

Serikat...........................................................................................102

B. Prediksi Hubungan Dagang Cina - Amerika Serikat....................110

BAB V Kesimpulan............................................................................................118

Daftar Pustaka......................................................................................................123

Page 10: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

10

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Pandangan Dasar Tradisi Liberalisme Dalam Teori Hubungan Internasional......77

Tabel 2

Reduksi Tarif (%) Setelah Cina Masuk WTO.......................................................81

Tabel 3

Kebijakan AS Terhadap Cina.................................................................................96

Tabel 4

Faktor-Faktor Kebangkitan Ekonomi Cina............................................................98

Tabel 5

Matriks Kebijakan Cina.........................................................................................99

Tabel 6

Pertumbuhan GDP Cina 1955-2009.....................................................................106

Tabel 7

Perdagangan AS Dengan Cina : 1980-2009($ Dalam Miliar).............................108

Tabel 8

Saldo Perdagangan AS Major Trading 2009 ($ Dalam Miliar)...........................109

Tabel 9

Persentase Produksi Cina Terhadap Output Dunia..............................................109

Tabel 10

Impor Barang Konsumsi Pasar AS Dari Cina......................................................110

Page 11: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Cina merupakan nama sebuah negara yang menarik untuk dicermati,

karena pertumbuhan ekonominya yang mengagumkan, sehingga sering disebut-

sebut dengan berbagai julukan seperti keajaiban Cina (Cina’s miracle),

kebangkitan sang naga (rise of the dragon), dan lain-lain. Masyarakat

internasional beranggapan bahwa abad ke-21 adalah abadnya Cina (the Chinese

century) yang menggantikan abadnya AS (the American century) pada abad ke-

20. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, kemampuan militer yang semakin kuat,

solidnya politik domestik, populasi yang sangat besar, akan menjadi akar dari

pesatnya pertumbuhan ekonomi dan politik Cina.

Pertumbuhan luar biasa ini tidak terlepas dari perkembangan Cina sejak

meninggalnya Mao Zedong pada tahun 1976 serta masa pancaroba politik Cina,

sampai munculnya Deng Xiaoping sebagai pemimpin baru Cina. Deng Xiaoping

mempunyai visi baru mengenai komunisme Cina. Sekalipun tetap menjunjung

tinggi ideologi komunisme dengan tetap memegang penuh kekuasaan partai, Deng

Xiaoping menyadari bahwa ia harus mendistribusikan satu hal yaitu “kemiskinan

atau kekayaan”, dan pilihan yang kedua hanya mungkin tercapai dengan

memberikan kebebasan kepada rakyatnya. Maka pada Desember 1978 Deng

Xiaoping memulai proses liberalisasi dan modernisasi di Cina. (Norberg, 2001 :

33)

Page 12: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

12

Pada era sebelumnya yaitu pada masa kepemimpinan Mao Zedong yang

konservatif dan terlalu tertutup, Cina seakan terasingkan dari dunia internasional.

Perekonomian yang semakin terpuruk, bahkan kebijakan “lompatan jauh ke

depan” (the great leap forward) yang dicetuskan oleh Mao Zedong pada tahun

1958 yaitu berupa program industrialisasi yang radikal mengalami kegagalan.

Dalam Konferensi Lushan 1959, Mao Zedong pun dikecam akibat kegagalan

kebijakan tersebut yang berimbas pada pengunduran dirinya sebagai presiden

yang hanya bertahan lima tahun. (Wibowo, 2000 : 64) Namun, setelah rezim Mao

Zedong berakhir dan digantikan oleh Deng Xiaoping, Cina mulai mengalami

kemajuan di berbagai bidang termasuk dalam bidang ekonomi.

Konsep pintu terbuka (open door policy) dan ekonomi pasar muncul

karena bentuk sebelumnya dianggap tidak mampu memberikan lapangan

pekerjaan dan kesejahteraan. Seperti dalam lompatan jauh kedepan (de yue jin)

yang dilaksanakan pada masa Mao Zedong pada tahun 1956. Dalam masa

pemerintahannya, Deng Xiaoping memasukan unsur investasi asing selain unsur

pertanian, industri dan politik yang sudah ada pada masa pemerintahan

sebelumnya. Investasi di Cina di buka dengan luas sementara pemerintah

memiliki peran sebagai penjamin keamanan, stabilitas politik memotong jalur

birokrasi serta menjamin perlindungan lainnya. Semua kebijakan yang diterapkan

Deng Xiaoping bertujuan untuk mendukung tumbuhnya industri dan memacu

ekspor. Masuknya invetasi di Cina membuat Cina tidak lagi hanya mengandalkan

sektor agrikultur tapi juga sektor industri yang maju pesat. Konsep pintu terbuka

terus dijalankan hingga kepemimpinan Jiang Zemin dan Hu Jintao.

Page 13: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

13

Kebijakan open door policy sendiri di latar belakangi oleh adanya

perimbangan kekuatan baru di Asia timur khususnya di Cina. open door policy

pertama kali ditandai dengan pengiriman nota diplomatik oleh Jhon Hay (Menlu

AS) yang berisi ajakan untuk melaksanakan nilai persamaan dalam perdagangan

dan nota yang kedua yang berisi mengenai ajakan AS untuk mengakui kesatuan

wilayah dan administrasi Cina. Nota tersebut mendapat berbagai respon dari

negara yang menerimanya. AS yang pada saat itu dipimpin oleh seorang ekonom

yaitu McKinley yang memilki pandangan mengenai perjuangan terhadap kaum

petani dan golongan industri. Melihat situasi ekonomi Cina yang semakin

memburuk, maka pada masa itu Cina memilih kebijakan tersebut sebagai lagkah

yang diambil. Dengan menambahkan unsur insentif dan pasar bebas yang

dijadikan stimulus bagi semangat produksi para pengusaha daerah dan petani

diharapkan dapat memperbaiki kondisi ekonomi negaranya.(Siswanto, 1997 : 72)

Pada masa kepemimpinannya, Deng Xiaoping secara bertahap mulai

membuka Cina terhadap persaingan dengan dunia luar, menyesuaikan ideologi,

memodifikasi komunisme dengan sosialisme tahap awal, menerapkan sistem

ekonomi pasar sosialis, sampai akhirnya Cina terjun dalam arus liberalisasi dan

globalisasi. Sekalipun Deng Xiaoping menerapkan sistem ekonomi liberal,

intervensi negara tetap dipertahankan. Pemerintah pusat tetap melakukan

intervensi dan kontrol terhadap perekonomian negara, kemudian faham komunis

tetap dipertahankan sebagai ideologi negara meski tidak diterapkan secara kaku.

Cina menggunakan Sistem ekonomi Pasar Sosialis, yaitu suatu sistem

ekonomi yang berorientasi pasar, namun tetap berada dalam bingkai sistem politik

yang digariskan oleh Partai Komunis Cina. Tidak mudah untuk menjelaskan

Page 14: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

14

sistem baru yang digunakan oleh Cina, seperti halnya seperti organisasi lain yang

berkembang, perlu waktu sampai sebuah sistem baru menemukan sebuah nama.

Para pemimpin Cina lebih sering menyebutnya Sistem “Sosialis dengan

karakteristik Cina”. Sistem ini telah menggantikan model ekonomi perencanaan

terpusat yang umumnya dianut negara-negara dengan sistem komunis.

Para pemimpin Cina menyadari agar dapat berhasil memodernisasi Cina,

harus beralih dari ekonomi terencana ke ekonomi pasar dan mereka harus

menerapkan desentralisasi. Namun, definisi desentralisasi disini adalah memberi

kekuasaan lebih besar ketangan rakyat, yang sering dianggap sebagai sebuah

monolit, pada kenyataannya melakukan modernisasi kekuasaan lebih daripada

negara manapun. Tujuan utamanya adalah menciptakan masyarakat dan

pemerintahan yang harmonis berdasarkan kepercayaan, yaitu rakyat memberi

kepercayaan kepada pemimpin untuk menciptakan kesempatan bagi kehidupan

yang lebih baik, dan pemimpin memberi kepercayaan kepada rakyat untuk

menjadi tenaga penggerak dalam prosesnya. Model baru Cina didasarkan pada

keseimbangan antara kekuatan top-down dan bottom-up, yang dengan upaya

terpadu meningkatkan taraf hidup serta menciptakan kemakmuran rakyat.(John &

Doris.2010:xx)

Pada tahun 1987, Cina mengeluarkan sasaran dan strategi pembangunan

ekonomi nasional Cina yang dikenal dengan nama Strategi Pembangunan Tiga

Tahap (The Three-Steps Development Strategy). Strategi ini menetapkan 3 (tiga)

tahap pembangunan ekonomi nasional Cina yaitu: (Kustia, 2009 : 45)

Page 15: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

15

1. Melipatgandakan produk domestik bruto (PDB) di 1980 dan menjamin

rakyat Cina cukup makan dan pakaian, yang diharapkan dapat dicapai

pada akhir 1980.

2. Pada akhir abad ke-20 mentargetkan peningkatan PDB menjadi empat

kali lipat PDB di 1980.

3. Meningkatkan PDB per-kapita setingkat negara-negara maju, dengan

sasaran pencapaian pada pertengahan abad 21.

Langkah selanjutnya, pada tahun 1992, Cina menggariskan prinsip-prinsip

utama dalam restrukturisasi ekonomi Cina yaitu: (Kustia, 2009 : 46-47)

1) Mendorong pembangunan dari berbagai unsur ekonomi sambil tetap

mengedepankan sektor publik.

2) Mengembangkan sistem perusahaan yang modern agar dapat memenuhi

tuntutan ekonomi pasar.

3) Sistem pasar terbuka dan menyatu di seluruh wilayah Cina, mentautkan

pasar domestik dengan pasar internasional, meningkatkan optimalisasi

sumber daya.

4) Melakukan transformasi manajemen ekonomi pemerintah untuk

membangun sistem pengawasan makro yang lengkap.

5) Mendorong kelompok unggulan dan wilayah tertentu untuk mencapai

keberhasilan dan kemakmuran lebih dulu, sehingga dapat membantu

kelompok dan wilayah lain mencapai keberhasilan dan kemakmuran yang

sama.

6) Merumuskan sistem pengaman sosial yang cocok untuk Cina, baik untuk

masyarakat perkotaan maupun pedesaan, untuk meningkatkan

Page 16: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

16

pembangunan ekonomi secara menyeluruh dan untuk menjamin stabilitas

sosial.

Langkah besar lain yang dilakukan yaitu pada 1997 ketika Cina mulai

memusatkan perhatian kepada pentingnya pembangunan di luar sektor publik

yang dapat memberikan sumbangan terhadap pembangunan ekonomi nasional,

merupakan unsur lain yang memperoleh keuntungan sebagai salah satu faktor

produksi yang penting, di samping modal dan teknologi dalam mengembangkan

usaha terus didorong.(Kustia, 2009 : 57)

Kemajuan-kemajuan di bidang ekonomi segera tampak akibat dari proses

liberalisasi dan modernisasi yang dilakukan Cina di atas. Sejak 1978 hingga 2005,

perdagangan internasional meningkat 69 kali dalam angka nominal (dalam USD),

dengan pertumbuhan per-tahun sebesar 17%. Pada tahun 2005 Cina menjadi

negara dagang terbesar ketiga di dunia. Rasio angka impor dibandingkan ekspor

dalam PDB adalah 63% pada tahun 2005. Hal ini menjadikan Cina masuk dalam

jajaran negara-negara yang terintegrasi kedalam perekonomian dunia. Sementara

itu perolehan devisa melonjak ke angka US$ 1 triliun pada akhir tahun 2006.

Selama 23 tahun terakhir, modal asing telah masuk ke Cina sebesar US$ 620

milyar. Standar hidup rakyat Cina meningkat tajam selama 27 tahun terakhir.

Pendapatan per kapita di kota dan per-rumah tangga di pedesaan, tumbuh dengan

angka 15%. (Wibowo, 2007 : 50)

Catatan statistik di atas adalah gambaran bagaimana Cina berkembang

sedemikian pesatnya dalam pertumbuhan ekonomi sehingga berimbas pula pada

taraf sosial ekonomi rakyat Cina yang semakin meningkat. walaupun sempat

terjadi penurunan pada tahun 1989 dan 1990, namun di tahun-tahun berikutnya

Page 17: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

17

pertumbuhan ekonomi Cina menunjukkan kenaikan dan cenderung stabil. Model

perekonomian Cina dirancang dengan pengerahan kapital secara besar-besaran.

Birokrasi pemerintah dari Beijing turun ke kota-kota kecil yang bertujuan

membangun kawasan industri dengan mendorong investasi, terutama investasi

dari luar negeri. Sebagai konsekuensi atas tingginya investasi asing, Cina

menikmati pembangunan di seluruh bagian negaranya. (Wigrantoro, 2007)

Dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Cina bertahan di dua

digit dengan kecenderungan terus naik di atas 10%. Tidak satu negara pun yang

disebut sebagai Macan Asia (Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan)

mampu menyamai rekor pertumbuhan tersebut. (Damayanti, 2007) Banyak

pengamat ekonomi meramalkan bahwa tidak lama lagi GDP Cina akan sanggup

menyaingi GDP AS. GDP Cina pada tahun 2005 angka pertumbuhan ekonomi

Cina sebesar US$ 2.259 milyar dan GDP per kapita sebesar US$ 1.725 menjadi

indikator bagaimana Cina adalah ancaman nyata bagi AS. (Wibowo, 2007 : 50)

Masuknya Cina kedalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada

tahun 2001 memicu peningkatan besar-besaran akan industrialisasi dalam negeri

dan volume perdagangannya. Dampak keanggotaan Cina di WTO adalah

terintegrasinya kegiatan perekonomian, perdagangan dan industri Cina dengan

pasar global yang menyebabkan terjadinya ekspansi besar-besaran dari industri

manufaktur Cina ke seluruh dunia. Dengan demikian keanggotaan Cina di WTO

turut mendorong terbukanya berbagai kegiatan industri di berbagai sektor di

tingkat domestik, mulai dari industri manufaktur dan kendaraan bermotor ke retail

domestik dan menciptakan kompetisi usaha yang lebih kompetitif. (Wong, 2008 :

8)

Page 18: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

18

Setelah AS meyadari bahwa Cina akan menjadi negara yang kuat pada

masa depan, maka AS mulai menjalin hubungan baik dengan Cina, yaitu dengan

kunjungan presiden Richard Nixon pada tahun 1972, yang dianggap sebagai

terobosan baru hubungan bilateral AS dengan Cina, setelah berakhirya hubungan

Cina dan Uni Soviet pada pertengahan 1960-an Cina sepertinya sudah enggan

untuk menjalin persekutuan, oleh sebab itulah Nixon mencoba masuk untuk

menjalin hubungann yang baik dengan Cina yang diharapkan akan terjalin

hubungan yang baik antara keduanya dalam jangka panjang, selain itu misi

perdamaian yang diusung Nixon terhadap Cina juga merupakan sebuah usaha

untuk mendorong terjadinya perdamaian antara AS dan Vietnam yang merupakan

sekutu Cina saat itu. Hal ini mengejutkan dunia karena AS sangat anti dengan

Komunisme tetapi Nixon menjalin hubungan baik dengan Cina. Dalam hal ini

Nixon mencoba menerapkan apa yang disebutnya realpolitics yang membuka

jalan untuk hubungan baik antara AS dan Cina pada masa mendatang.

Cina mencari komprominya sendiri dan bahkan mengizinkan beberapa

bentuk dari sebuah masyarakat majemuk dan akan menjadi tantangan yang

menakutkan bagi peran AS sebagai penjaga moral luhur dunia. Pembukaan diri

Cina tidak hanya memperluas pengaruh kepemimpinan Cina, tetapi juga

mengguncang tatanan elit politik, AS menghadapi pemain baru yang kuat secara

ekonomi, stabil secara politik dan tidak prnah ragu menunjukan nilai-nilai

luhurnya pada dunia. Hal ini nyata sebagai ancaman bagi AS.(John &

Doris,op.cit:xxii)

Page 19: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

19

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah faktor- faktor dan Kebijakan apa saja yang mendorong

kebangkitan ekonomi Cina?

2. Bagaimanakah dampak kemajuan perekonomian Cina terhadap kebijakan

perdagangan AS?

3. Bagaimanakah hubungan bilateral dalam perdagangan AS dan Cina

dimasa depan?

C. Kerangka Teori

Untuk menganalisa suatu permasalahan dalam ilmu hubungan

internasional membutuhkan teori, yang merupakan penjelasan paling umum

mengapa sesuatu itu terjadi dan kapan peristiwa tersebut akan terjadi lagi. Dengan

kata lain, teori dapat dipergunakan sebagai alat eksplanasi dan alat prediksi.

(Mohtar, 1990 : 217) Atau lebih jelasnya dipaparkan bahwa, teori berfungsi untuk

memahami, memberikan kerangka pemikiran secara logis, disamping menjelaskan

maksud terhadap berbagai fenomena-fenomena yang ada. Tanpa menggunakan

teori, maka fenomena-fenomena serta data-data yang ada akan sulit dimengerti.

Dan di sisi lain teori juga dapat berupa sebuah bentuk pernyataan yang

menghubungkan beberapa konsep secara logis dan sistematis. (Plano, 1992 : 7)

Teori yang digunakan untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan yang

ada pada rumusan masalah yaitu teori liberalisme, teori globalisasi dan teori

perdagangan internasional.

Page 20: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

20

I. Teori Liberalisme

Setelah era Mao Zedong berakhir dan digantikan oleh era Deng Xiaoping,

Cina mulai mengalami kemajuan di berbagai bidang. Pada masa

kepemimpinannya, Deng Xiaoping secara bertahap mulai membuka Cina terhadap

persaingan dengan dunia luar, menyesuaikan ideologi, Memodifikasi komunisme

dengan sosialisme tahap awal, menerapkan sistem ekonomi pasar sosialis, sampai

akhirnya Cina menceburkan diri terhadap arus liberalisasi dan globalisasi.

Liberalisme berangkat dari kesejatian, di mana esensi hidup manusia

menjadi sangat dihormati. Kebebasan, pembebasan, kemerdekaan, keadilan dan

hak asasi menjadi pemersatu. Dalam perkembangannya teori liberalisme lebih

banyak menekankan pada hal lain, selain perebutan pengaruh di bidang hard

power, yaitu pengalihan perhatian orang pada teori ekonomi-ekonomi barat.

Orang liberal tidak memperumit bagaimana perdamaian akan tercapai atau

bagaimana kesejahteraan yang seutuhnya, namun lebih menaruh fokus akan

prosesnya.

Liberalisme menitik beratkan perhatiannya pada kebebasan individu yang

harus diimplementasikan dalam tingkat domestik, dan hubungan antar negara.

Stanley Hoffman menuliskan, “Esensi dari liberalisme adalah self-restrain,

moderasi, kompromi, dan perdamaian, dimana esensi politik internasional adalah

berkebalikan yaitu perdamaian yang selalu terusik, atau lebih buruk lagi, state of

war”. Peran negara adalah sebagai penjaga terwujudnya kebebasan tersebut,

sebagai pelayan kemauan kebijakan seluruh individu. Di sinilah peran krusial

demokrasi sebagai sebuah sistem untuk mewujudkan angan-angan liberalisme

Page 21: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

21

sebagai te ori pemerintahan yang menginginkan kerukunan antara keamanan dan

persamaan dalam suatu komunitas. (Jill, 2001 : 98)

Di sekitar abad ke-18, ahli ekonomi dan falsafah dari Scotland, Adam

Smith (1723-1790) memperkenalkan satu teori yang mengatakan seseorang

individu boleh membina kehidupan bermoral dan berekonomi tanpa bimbingan

atau arahan dari negara. Tambahan lagi, sesuatu negara itu akan menjadi kuat

apabila rakyatnya bebas. Smith mengetengahkan ide tersebut untuk mengakhiri

sistem feodal, polisi-polisi merkantilisme, monopoli negara dan memperkenalkan

kerajaan "laissez-faire", yaitu satu kerajaan berasaskan pasar bebas. Di dalam The

Theory of Moral Sentiments (1759), Smith menulis tentang teori motivasi yang

menekankan kepentingan sendiri serta ketidakaturan sosial.

Terdapat beberapa prinsip liberalisme yang telah disetujui oleh kalangan

liberal:

a. Liberalisme politik adalah aliran di mana seseorang itu adalah asas

undang-undang dan masyarakat. Masyarakat dan institusi-institusi

kerajaan berada di dalam masyarakat yang berfungsi untuk

memperjuangkan hak-hak pribadi tanpa memihak kepada siapapun,

baik yang mempunyai taraf sosial yang tinggi ataupun yang rendah.

Magna Carta adalah satu contoh di mana dokumen politik meletakkan

hak-hak pribadi lebih tinggi daripada kekuasaan raja. Liberalisme

politik menekankan perjanjian sosial dimana rakyat merangkai

undang-undang dan bersedia untuk mematuhi undang-undang tersebut.

b. Liberalisme budaya menekankan hak-hak pribadi yang berkaitan

dengan cara hidup dan perasaan hati termasuk kebebasan seksual,

Page 22: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

22

kebebasan beragama, kebebasan pemahaman dan pelindungan dari

campur tangan kerajaan di dalam kehidupan peribadi.

c. Liberalisme ekonomi yang juga dikenali sebagai liberalisme klasikal

atau liberalisme Manchester adalah satu ideologi mengenai hak-hak

peribadi atas harta benda dan kebebasan perjanjian tertulis. Ia

memperjuangkan kapitalisme laissez-faire yang ingin membuang

semua halangan terhadap perdagangan dan pemberhentian kemudahan

yang diberi oleh kerajaan seperti subsidi dan monopoli. Liberalisme

ekonomi menyatakan bahwa harga barang harus ditentukan oleh pasar

yang sebenarnya ditentukan oleh tindakan-tindakan konsumen.

Liberalisme ekonomi menerima ketidak samarataan sebagai hasil dari

persaingan yang tidak melibatkan dan merugikan hak-hak peribadi.

Aliran liberalisme ini dipengaruhi oleh liberalisme Inggris yang

merebak di pertengahan abad ke-19.

d. Liberalisme sosial atau liberalisme baru, mulai terlihat di kalangan

masyarakat negara-negara maju pada akhir abad ke-19. Dipengaruhi

oleh utilitarianisme yang diasaskan oleh Jeremy Bentham dan John

Stuart Mill. Teori ini berkembang dari teori penyalahgunaan Sosialis

dan Marxis dan anggapan-anggapan terhadap "tujuan keuntungan" dan

membuat kesimpulan bahwa kerajaan seharusnya menggunakan

kuasanya untuk menyelesaikan masalah itu. Melihat dari faham

tersebut, semua individu perlu diberi kebebasan seperti pelajaran,

peluang ekonomik dan pelindungan daripada kejadian makro yang

tidak ditentukan oleh mereka, seperti yang ditulis oleh John Dewey

Page 23: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

23

dan Mortimer Adler pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Menurut liberalisme sosial, kemudahan-kemudahan ini dianggap

sebagai hak yaitu hak-hak positif yang berbeda secara kualitatif dari

apa yang disebutkan dari segi klasikal, serta hak-hak negatif yang

hanya menuntut seseorang untuk mengambil hak-hak orang lain.

Menurut ahli-ahli liberalisme sosial, hak-hak positif ini perlu dibuat

dan diberikan kepada semua manusia. Menurut mereka, hak-hak

positif adalah objektif yang secara asasnya melindungi kebebasan.

(Jill, 2001 : 98)

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa paham liberalisme berkonotasi

luas, sebagaimana yang disimpulkan oleh Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia:

Liberalisme mengacu pada ide-ide politik, ekonomi, bahkan agama. Dalam sistem

politik, liberalisasi politik dipergunakan sebagai strategi untuk menghindari

konflik sosial. Yakni dengan menyuguhkan (liberalisme) pada si miskin dan kaum

pekerja sebagai hal yang progresif ketimbang kaum konservatif atau Kaum

Kanan. Liberalisme ekonomi berbeda lagi, Politisi-politisi konservatif, yang

mengatakan bahwa mereka membenci kata “liberal” dalam arti tipe politik tak

memiliki keberatan apapun dengan liberalisme ekonomi. (Martinez & Garcia,

1997 : 34)

Liberalisme dengan demikian mempunyai makna yang berbeda dari satu

tempat ke tempat yang lain. Liberalisme asal mulanya merupakan bentuk

perjuangan kaum borjuasi menghadapi kaum konservatif, Sehingga bisa dikatakan

bahwa liberalisme sebelumnya merupakan ideologi kaum borjuis kota. Dalam arti

luas, liberalisme adalah paham yang mempertahankan otonomi individu melawan

Page 24: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

24

intervensi komunitas, Tapi memang ada liberalisme ekonomi juga “civic

liberalism” atau liberalisme otonomi individual.

Teori yang kemudian menjadi acuan terhadap doktrin pasar bebas ini lahir

pada saat borjuasi di Inggris pada abad ke-19 berhasil merebut kekuasaan dari

tangan bangsawan penguasa masyarakat feodal yang disimbolkan melalui

Revolusi Industri. Doktrin ini pulalah yang menjadi pengabsah bagi para borjuasi

tersebut dalam melapangkan jalannya untuk menguasai dunia. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia yaitu Sistem

perdagangan bebas, perusahaan bebas dan ekonomi yang berbasiskan pasar,

sebenarnya telah muncul sejak 200 tahun yang lalu, sebagai satu mesin penggerak

utama dalam pembangunan revolusi industri. Namun, pada akarnya adalah

merkantilisme yang terbentuk selama abad pertengahan beberapa ratus tahun

sebelumnya. Dan juga memiliki akar serta paralel dengan berbagai metode yang

digunakan imperium sepanjang sejarahnya (dan saat ini masih digunakan) untuk

menguasai tempat-tempat yang lebih lemah disekitarnya serta untuk merampas

kekayaannya. (Martinez & Garcia, 1997 : 34)

Ekonomi liberalisme klasik yang mulanya dibangkitkan oleh ekonom

Adam Smith dalam karyanya The Wealth of Nations (1776). Adam Smith yang

dianggap beberapa orang sebagai bapak kapitalisme pasar bebas, menganjurkan

bahwa untuk mencapai efisiensi maksimum, semua bentuk campur tangan

pemerintah dalam masalah ekonomi sebaiknya ditanggalkan, dan seharusnya tak

ada pembatasan atau tarif dalam manufaktur serta perdagangan satu bangsa agar

bangsa tersebut bisa berkembang.

Page 25: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

25

Sepanjang sejarahnya, sistem ekonomi kapitalisme memang telah

mengalami krisis yang mengharuskan para penganutnya untuk menemukan solusi

untuk menyelesaikan krisis-krisis tersebut. Lahirnya liberalisme pun merupakan

evolusi dalam sistem kapitalisme untuk menjawab krisis yang menimpanya.

(Yaffe, 2001 : 2)

Akan tetapi sejarah liberalisme pasar ala Adam Smith pun harus berujung

pada krisis ekonomi. Dipandu oleh doktrin liberal, komoditas diproduksi tidak

untuk memenuhi kebutuhan pasar yang abstrak. Akibatnya jumlah komoditas

yang diproduksi menjadi tidak terbatas jumlahnya, tergantung pada fluktuasi (naik

turunnya) permintaan pasar yang tidak bisa diramalkan sehingga terjadi produksi

masal. Tapi, bagaimana memasarkan produksi masal itu, Inilah yang tak sanggup

dipecahkan oleh sistem kapitalisme, sehingga terjadi kelebihan produksi (over

production).

Disaat malaise (krisis yang disebabkan oleh kelebihan produksi) itu,

keadaan ekonomi mengalami kontraksi (pengetatan) yang sangat hebat di semua

sektor (pertanian dan industri) sehingga terjadi pengangguran masal dimana-

mana. Kapasitas produksi menjadi mubazir karena sebagian besar tak bisa

dimanfaatkan. Karena depresi besar pada tahun 1930-an tersebut, seorang

ekonom, John Maynard Keynes, menganjurkan bahwa regulasi dan campur

tangan pemerintah sebenarnya dibutuhkan untuk memberi keadilan yang lebih

besar dalam pembangunan. Selain itu, tugas Keynes adalah bagaimana memacu

kembali dinamika kapitalisme tanpa memotong sepeser pun keuntungan kelas

pemilik modal. Keynes berteori, liberalisme bukanlah cara terbaik bagi

pertumbuhan kapitalisme. Inti pendapatnya, full employment (keadaan tanpa

Page 26: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

26

pengangguran) adalah hal yang mutlak perlu untuk pertumbuhan kapitalisme.

Dalam bukunya yang terkenal ditahun 1926, berjudul The End of Laissez Faire,

Keynes mengatakan “Sama sekali tidak akurat untuk menarik kesimpulan dari

prinsip-prinsip ekonomi politik, bahwa kepentingan perorangan yang paling

pintar sekalipun akan selalu berkesesuaian dengan kepentingan umum, keadaan

tanpa pengangguran hanya bisa dicapai jika negara dan bank sentral campur

tangan dalam menurunkan tingkat pengangguran”. (Setiawan, 2001 : 2)

Disini Keynes berpendapat, negara tidak hanya diharapkan menjaga

ketertiban umum berdasarkan perangkat hukum, menyediakan prasarana ekonomi

dan sosial yang memadai, melaksanakan program pemberantasan kemiskinan dan

ketimpangan sosial, tetapi juga secara aktif terlibat langsung dalam investasi di

bidang perhotelan dan barang-barang konsumsi. Keynes juga berpendapat bahwa

dalam perekonomian yang sedang menurun, pemerintah sebaiknya

memberlakukan deficits pending dalam waktu singkat untuk menciptakan

lapangan kerja guna menghambat pelarian modal-modal ke luar negeri dan

memperketat kontrol terhadap pertukaran mata uang. (Lorimer,

http://www.jinx.sistm.unsw.edu.au diakses tanggal 12 Desember 2009)

Jadi, dalam konsepsi Keynes, negara tidak hanya menjadi parasit tapi

investor sekaligus. Dengan campur tangan negara, diasumsikan sirkulasi ekonomi

kembali bergerak keluar dari jebakan krisis. Kepercayaan bahwa negara harus

memajukan kesejahteraan bersama akhirnya diterima dimana-mana. Ide tersebut

mempengaruhi presiden AS, Roosevelt, untuk membuat program New Deal di

tahun 1935, program yang ditujukan untuk “meningkatkan kesejahteraan banyak

orang”, meningkatkan daya beli.

Page 27: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

27

Ekonomi kapitalis membutuhkan intervensi negara, bila hanya

mengandalkan mekanisme pasar semata, maka ia akan hancur, hanya negara yang

sanggup melanggengkan kapitalisme. Sebagai contoh, krisis tahun 1930-an di AS

dipicu oleh kelebihan produksi, maka salah satu wujud intervensi negara adalah

membuka pasar negara lain bagi produksi komoditas negara industri maju jalan

terampuh dan efektif untuk membuka pasar tak lain dengan perang. Persis, seperti

yang dikatakan Keynes dalam tulisannya The General Theory of Employment,

Interest, and Money bahwa perang telah menjadi satu-satunya bentuk

pembelanjaan dalam skala besar (berbentuk hutang pemerintah) yang harus

disetujui, diabsahkan oleh negarawan. (koran pembebasan partai rakyat

demokratik, 2002)

Pasca perang dunia II, pertumbuhan ekonomi sangat luar biasa, Periode

pasca perang hingga pertengahan tahun 1970-an disebut sebagai “Zaman

Keemasan Kapitalisme” (Capitalist Golden Age), yang ditandai dengan

berkembangnya negara-negara kesejahteraan dan berkembangnya pertumbuhan

ekonomi saat itu. Meski demikian kondisi ini tidak terjadi akibat pengadopsian

kebijakan Keynesian akan tetapi restorasi tingkat keuntungan (dalam investasi

produksi) lah yang menyelamatkannya, yaitu melalui :

1) Rendahnya upah riil (karena tingkat pengangguran tahun 1930-an)

2) Hancurnya kompetisi bisnis, dan terjadinya konsentrasi modal secara

masif

3) Anggaran defisit negara yang dibelanjakan untuk membeli barang-

barang kebutuhan perang sejak awal 1940-an. (koran pembebasan

rakyat demokratik, 2002)

Page 28: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

28

Karena tetap berjalan diatas fondasi hukum ekonomi kapitalis,

pertumbuhan ekonomi yang begitu mengagumkan saat itu juga tak bertahan lama.

Menjelang akhir tahun 1960-an dan dekade 1970-an kapitalisme kembali jatuh

dalam krisis. Tingkat pertumbuhan dan investasi mulai jatuh di awal masa

tersebut (sampai setengah dari tingkat sebelumnya). Pengangguran merajalela,

sementara eksploitasi terhadap sumber-sumber daya semakin tak terkendali.

(Amin, 2001 : 42)

Berbeda dengan krisis 1930-an, yang dianggap lahir karena pemusatan

terhadap pasar, krisis kali ini dianggap sebagai akibat intervensi negara terhadap

pasar. Keynesian dipersalahkan, karena intervensi negara telah menyebabkan

kelas kapitalis gagal dalam melipatgandakan akumulasi kapital. Secara teoritis,

ada dua penjelasan mengapa Keynesian gagal dalam mempertahankan momentum

pertumbuhan ekonomi.

Pertama, kebijakan intervensi negara yang dianjurkan Keynes guna

merangsang dan menggerakkan roda perekonomian yang macet akibat depresi

besar, sekaligus mencegah berulang kembalinya krisis ekonomi, hanya bisa

dipenuhi jika terjadi pertumbuhan ekonomi tinggi terus menerus dan

berkesinambungan. Kenyataannya, pertumbuhan ekonomi tinggi pasca-malaise

terjadi karena dikobarkannya perang dunia II yang dimenangkan oleh negara-

negara imperialis.

Kedua, pertumbuhan tinggi hanya bisa terjadi jika kebebasan pasar dan

upah buruh murah. Disini letak kegagalan teori Keynes, karena ia menderita

kontradiksi didalam dirinya sendiri. Di satu sisi dia menganjurkan intervensi

negara secara aktif dalam pasar, tapi disisi lain, intervensi itu menyebabkan pasar

Page 29: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

29

terdistorsi sehingga momentum pertumbuhan ekonomi, sebagai sumber

pendapatan negara dalam negara kesejahteraan mengalami perlambatan.

Bagaimana mungkin mewujudkan distribusi kemakmuran tanpa menggerogoti

keuntungan kelas kapitalis. (Pontoh, 2003 : 48-49)

Cara-cara Keynes hanya akan mendorong suatu inflasi harga barang-

barang dan jasa-jasa saja bila para investor yang menguasai bisnis (oligarki

finasial) tidak bisa memperluas pasar bagi peningkatan produksinya. Selama

depresi besar tersebut tidak ada perluasan pasar seperti yang diharapkan, itulah

mengapa keampuhan kebijakan Keynesian sangat terbatas.

Dikaitkan dengan ekonomi Cina, Meskipun dalam hal ini Deng Xiaoping

menerapkan sistem ekonomi liberal, intervensi negara tetap dipertahankan.

Pemerintah pusat tetap melakukan intervensi dan kontrol terhadap perekonomian

negara, kemudian faham komunis tetap dipertahankan sebagai ideologi negara

meski tidak diterapkan secara kaku. Cina menggunakan Sistem ekonomi Pasar

Sosialis, yaitu suatu sistem ekonomi yang berorientasi pasar, namun tetap berada

dalam bingkai sistem politik yang digariskan oleh Partai Komunis Cina sehingga

sistem ini sering juga disebut dengan Sistem Sosialis dengan karakteristik Cina.

Sistem ini telah menggantikan model ekonomi perencanaan terpusat yang

umumnya dianut negara-negara dengan sistem komunis. (Wibowo, 2000 : 64)

II. Teori Globalisasi

Istilah "globalisasi" diberi beberapa pengertian dan dipahami di dalam

berbagai konteks sesuai penggunaannya. Menurut Princeton N. Lyman, dari

Institut Keamanan Amerika Serikat dan mantan Duta negara di Afrika Selatan,

Page 30: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

30

globalisasi biasanya merujuk kepada "rapid growth of interdependency and

connection in the world of trade and finance " (Lyman, 2000:90)

Tetapi dia sendiri berpendapat bahwa globalisasi tidak dapat dibatasi

hanya sebagai fenomena perdagangan dan sirkulasi keuangan yang berkembang

dan kian meluas. Karena menurutnya, "there are other Trends Driven by the same

explosion of technological capability that have facilitated the financial changes.

Globalization from communications is one such trend ". ( Lyman, Ibid)

Pusat Kajian Globalisasi dan Regionalisasi (CSGR), Universitas Warwick

Inggris, juga menolak pengertian globalisasi yang yang terbatas pada fenomena

ekonomi. Di samping itu, dia tidak dapat menerima pandangan yang mengatakan

bahwa apa yang disebut globalisasi hanyalah merupakan fenomena Amerika

Utara, bukannya fenomena Eropa. Insitut itu menekankan pendiriannya bahwa

pemahaman pada globalisasi melaksanakan berbagai dimensi, yaitu politik,

ideologi, ekonomi dan budaya. Banyak benda dapat diglobalisasikan.

Diantaranya, "goods, services, money, people, information, effects on the

international order and less tangible things such as IDEAS, behavioural norms

and cultural practices ".(Loy,1998:63)

Selaras dengan cakupan luas fenomena globalisasi ini, CSGR memiliki

dua pandangan terhadap fenomena itu. Pertama, globalisasi dipandang sebagai

satu kumpulan proses. Globalization is the emergence of a set of sequences and

processes that are increasingly unhindered by territorial or jurisdictional

barriers and that indeed enhance the spread of trans-border practices in

economic, political, cultural and social domains. Kedua, globalisasi dilihat

sebagai satu wacana. Globalization is a Discourse of political and economic

Page 31: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

31

knowledge ordered one view of how to make the postmodern world manageable.

David Loy, seorang dosen dari Universitas Bunkyo Jepang dan salah seorang

pembentang kertas di Konferensi Globalisasi anjuran melihat globalisasi sebagai

"a complex set of developments: economic, political, technological and cultural

". (Loy, Ibid)

Deklarasi yang dikeluarkan di akhir Konferensi yang sama telah membuat

kesimpulan berikut:

"Globalization refers to the interconnectedness of human activity on a

global scale, to the unprecendented flows of capital and labour, technology skills,

IDEAS and Values across state and national boundaries, but in ways which

neither states nor Nations can adequately control ". (Loy,Ibid)

Variasi dimensi globalisasi juga ditegaskan oleh Leonor Briones, Ketua

Focus on the Global South, sebuah badan regional non-pemerintah (NGO) yang

berkantor pusat di Bangkok. Menurutnya, bukan saja terdapat globalisasi bisnis

dan ekonomi tetapi sejalan dengannya juga terdapat "globalization of the

Democratic institusi, social development and human rights and the women's

movement ".(Briones, http://www.elibrary.com diakses pada 20, Februari, 2010)

Akhirnya, karena bahwa globalisasi ekonomi pada umumnya dianggap

sebagai inti fenomena yang dinamakan globalisasi, maka ingin dijelaskan di sini

satu definisinya yang dihitung dapat membantu kita merumuskan arti dan ciri-ciri

globalisasi secara komprehensif. "Economic globalisation is a deepening process

from interdependence from world economies in any fields, including production

and market, which optimize the distribution of any production factors and

resources by Mållag cross-border flows of human resources, capital,

Page 32: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

32

Commodities, services, technology and information". (http://www.elibrary.com

diakses pada tanggal 20 Februari 2010)

Berdasarkan beberapa definisi dan penjelasan diatas, dapat

diidentifikasikan ide-ide kunci yang terkandung dalam konsep globalisasi.

Dengan mengambil ide-ide ini kita dapat mengajukan makna komprehensif

globalisasi seperti berikut. Globalisasi adalah suatu himpunan proses pengaliran

global berbagai jenis objek yang melibatkan berbagai bidang aktivitas manusia.

Objek yang diglobalisasikan bisa jadi fisik atau bukan fisik. Bisa jadi dalam

bentuk informasi, ide, nilai, institusi, atau sistem. Himpunan proses pengaliran

global ini dan bidang aktivitas manusia yang terlibat kian kait mengait, saling

tergantung dan kompleks sifatnya. Dengan bersandarkan definisi dan penjelasan

fitur-fitur utama globalisasi yang disebutkan di atas, kita dapati adalah wajar

untuk membelah fenomena dan proses globalisasi ke berbagai dimensi.

Globalisasi yang diberi arti luas ini adalah suatu hakikat yang tidak dapat

dipertentangkan. Kita juga mengambil pendirian di sini bahwa hakikat yang

dinamakan globalisasi itu sudah ada sebelum istilah globalisasi diperkenalkan

lagi. Globalisasi sudah ada dalam era penjajahan dan imperialisme Barat yang

dimulai di sekitar tahun 1500, Pada sifatnya, imperialisme adalah suatu bentuk

globalisasi. Paling tidaknya, bisa dianggap sebagai agen globalisasi. Semua

imperialisme memiliki kecenderungan untuk menglobalisasikan objek tertentu.

Dalam membuat pernyataan bahwa globalisasi adalah suatu kenyataan sebelum

zaman kontemporer, tidak berarti tidak ada perbedaan langsung antara globalisasi

zaman sekarang dengan globalisasi zaman dahulu. Memang ada perbedaan

mencolok antara globalisasi dalam satu era dangan globalisasi dalam era yang

Page 33: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

33

lain. Namun demikian, perbedaan itu bukan dari segi sifat tetapi dari segi ciri-

cirinya. Selama kita berbicara tentang hakikat yang sama, yaitu globalisasi, maka

selama itu sifatnya tetap sama tanpa melihat zamannya.

Waltz berpendapat bahwa globalisasi merupakan interdependensi, bahwa

adannya saling ketergantungan antara perorangan, perusahaan, dan pasar, negara

kurang peduli, karena ekonomi yang mendorong negara-negara untuk membuat

sebuah kebijakan. Seperti menjadi lebih saling bergantung antara satu sama lain,

keputusan dibuat secara keseluruhan kolektif di bidang ekonomi, bukan secara

independen. (Waltz,1999:693-700)

Waltz berpendapat bahwa negara yang ingin bergabung dengan pasar

dunia harus memakai straight jacket, paket kebijakan termasuk anggaran yang

seimbang, deregulasi ekonomi, keterbukaan terhadap investasi dan perdagangan,

dan mata uang yang stabil. Oleh Karena itu, globalisasi ekonomi sangat prihatin

dengan hal tersebut, bukan keputusan politik oleh satu negara atau orang, bukan

suatu kawanan investor dan pemberi pinjaman yang memutuskan kapan suatu

negara akan menerima investasi dan menjadi pemain ekonomi dunia. Karena

merupakan kawanan yang memutuskan keberhasilan suatu negara, mereka tidak

peduli tentang siapa yang di pemerintahan, bukan memiliki negara apakah

stabilitas, prediktabilitas, transparansi, dan kemampuan untuk mentransfer dan

melindungi hak milik pribadi. (Walz,Ibid)

Untuk Waltz, globalisasi juga berarti homogenitas harga, produk, tingkat

kepentingan, dan lain-lain. Sebuah ekonomi yang kuat di bawah globalisasi

mensyaratkan transparansi, tapi kemudian bahwa transparansi akan mentransfer

ideologi ke alam sosial dan politik. Waltz berpendapat bahwa ini ditunjukkan

Page 34: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

34

bahwa terlambat meniru dan mengadopsi praktik institusi negara yang telah

menunjukkan jalan. Negara-negara dibedakan dari satu sama lain bukan dengan

fungsi, tetapi terutama oleh kemampuan Kapasitas. untuk mengubah, mengadopsi,

menjaga kekuasaan, perdagangan, beradaptasi. Jika mereka tidak bisa beradaptasi,

kemudian Waltz berpendapat bahwa kegagalan mereka akan diterima di

komunitas global akan memimpin ke jurang kemiskinan yang lebih besar,

investasi kurang, teknologi yang kurang: ekonomi stagnan. Apa globalisasi telah

membawa dunia, akhirnya Waltz berpendapat, bukan saling ketergantungan

meningkat, tapi ketimpangan tumbuh antara negara Utara dan Selatan.

Robinson berfokus pada ekonomi juga, tetapi lebih jauh berpendapat

bahwa globalisasi adalah penyebaran kapitalisme di seluruh dunia. Sebelum

globalisasi relevan, kekuasaan militer dan berjuang melalui kekuatan fisik, seperti

contoh melalui konflik. AS mengambil tempat kolonialisme, intervensi baik

secara politik dan militer di Amerika Latin, Timur Tengah dan di tempat lain.

Setelah Perang dunia II, ini meninggalkan AS dengan tanggung jawab stabilitas,

dan mereka sering memilih rezim otoriter. ( Robinson: 1996: 615-665)

Ketika ekonomi global menjadi lebih relevan dan didefinisikan, sebuah elit

yang baru muncul berdasarkan kekuatan kapitalis uang di pasar bebas dan modal

perseroan. Robinson menunjukkan bahwa ini terjadi pada pertengahan 1980-an

sebelum berakhirnya perang dingin. Ini adalah poin penting, karena hal tersebut

menunjukkan bahwa AS prihatin dengan globalisasi ekonomi dan faktor-faktor

politik. Apa yang dihasilkan dari perubahan untuk mendukung rezim-rezim

otoriter adalah dukungan dari elit polyarchy. "Polyarchy mengacu pada sebuah

sistem di mana sekelompok kecil yang sebenarnya merupakan aturan masa dan

Page 35: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

35

partisipasi dalam pengambilan keputusan terbatas, asumsi polyarchy adalah

bahwa elit akan merespon kehendak mayoritas.

Di Timur Tengah, gerakan penduduk sedang mencari perubahan sosial

yang mendasar, tidak hanya sekadar perubahan dalam proses pemilu. Populer

Perbedaan antara demokrasi dan polyarchy penting untuk dicatat demokrasi

Populer berarti bahwa mayoritas pemilih memutuskan kebijakan dan hasil

representatif, sementara polyarchy menyiratkan bahwa elite akan memutuskan apa

yang terbaik bagi mayoritas elit. Transisi dari otoriterisme ke polyarchy tidak

menghilangkan koersif aparat tetapi aparat sipil untuk mensubordinasi . Dengan

kata lain, siapa pun yang dipilih tidak harus mewakili semua orang, hanya elit

ekonomi yang berkuasa.

Istilah globalisasi menggambarkan dua proses yaitu produksi kapitalis dan

perdagangan menggantikan ekonomi proteksionis melalui spesialisasi dan

globalisasi dari proses produksi, dan pasar yang terintegrasi, ini telah

menyebabkan integrasi ekonomi nasional, tidak hanya ekonomi, tetapi juga sosial.

Aturan ekonomi berbasis di AS, bersama dengan Eropa dan elit penguasa lainnya.

Praktek transnasional globalisasi ada tiga tingkat yaitu ekonomi, politik

dan budaya. Ekonomi itu adalah modal transnasional yang paling penting bagi elit

global. Secara politis, itu adalah keberhasilan elite ekonomi, dan budaya,

globalisasi adalah sistem konsumerisme.

III. Teori Perdagangan Internasional

Thomas Mun adalah seorang cendekiawan Inggris dan putera seorang

pedagang di London. Mun berhasil mengeluarkan hasil pemikirannya dalam

Page 36: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

36

bukunya yang berjudul England’s Treasure by Foreign Trade yang memberikan

sumbangan yang sangat besar terhadap teori perdagangan internasional. Mun

berpendapat bahwa untuk meningkatkan kekayaan negara, cara yang biasa

dilakukan adalah melalui jalur perdagangan dan karena itu pedoman yang harus

dipegang teguh oleh suatu negara adalah mengusahakan agar nilai ekspor ke luar

negeri harus lebih besar dibandingkan dengan yang di impor oleh negara itu.

Keuntungan bersih menurutnya akan diperoleh melalui selisih dari hasil penjualan

yaitu ekspor dengan pembelian yaitu impor dan dengan demikian jumlah uang

emas dan perak yang akan diterima akan semakin besar tiap tahunnya. Mun juga

berpendapat jika suatu negara melalui jalur perdagangan memperoleh banyak

uang, jangan sampai modal itu hilang justru karena uang itu tidak dipergunakan

untuk berdagang lagi. (http//www.brookesnews.com diakses pada 18, April, 2010)

Dari argumen Mun dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa bahkan

dalam suatu tata ekonomi perdagangan, uang baru merupakan kekayaan yang

berarti hanya bila uang tersebut digunakan sebagai alat tukar menukar, dan uang

akan menjadi beban suatu negara jika uang hanya disimpan saja. Sumbangan Mun

yang tidak kalah pentingnya adalah terciptanya suatu kerangka dasar neraca

pembayaran suatu negara pada tahun tertentu. Walaupun neraca pembayaran pada

saat itu angka-angka itu memang tidak disusun teliti, namun yang terpenting Mun

telah menunjukkan kerangka dasar neraca pembayaran dengan baik sekali.

Julukan merkantilisme pada dasarnya diberikan kepada aliran atau paham

ini oleh para kritikus ekonomi khususnya Adam Smith. Sebutan merkantilisme

mengandung makna menyamakan suatu bangsa atau negara dengan kebijakan

seorang pedagang, yang berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar pada waktu

Page 37: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

37

menjual dibandingkan dengan apa yang dikeluarkannya ketika membeli dan

dengan demikian meningkatkan kekayaan perusahaannya. (Ibid)

Ekonomi klasik resmi berdiri ketika Adam Smith mengeluarkan bukunya

yang berjudul An Inquiry into Nature and Causes of the Wealth of Nation s, yang

biasa disingkat dengan Wealth of Nations. Dalam bukunya, Adam Smith

menjelaskan apa yang merupakan pokok masalah ekonomi modern yakni

bagaimana meningkatkan kekayaan suatu negara dan bagaimana kekayaan

tersebut didistribusikan. (Krugman, 2003:31)

Menurut Adam Smith, kekayaan suatu negara akan bertambah searah

dengan peningkatan keterampilan dan efisiensi para tenaga kerja, dan sejalan

dengan persentase penduduk yang terlibat dalam proses produksi. Kesejahteraan

ekonomi setiap individu tergantung pada perbandingan antara produksi total

dengan jumlah penduduk. Smith juga menganjurkan adanya spesialisasi kerja dan

penggunaan mesin-mesin sebagai sarana utama untuk peningkatan produksi. Dia

juga memperkenalkan konsep invisible hand-nya di mana setiap orang yang

melakukan kegiatan di dalam perekonomian dituntun oleh sebuah “tangan yang

tidak terlihat” sehingga dia dengan mengejar kepentingannya sendiri dia kerap

justru lebih efektif memajukan kepentingan masyarakat.

Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional yang dikenal

dengan teori keunggulan absolute. Dia berpendapat bahwa jika suatu negara

menghendaki adanya persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam

negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam hubungan antar bangsa.

Karena hal itu dia mengusulkan bahwa sebaiknya semua negara lebih baik

berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana dia mempunyai keunggulan

Page 38: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

38

yang absolute dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya.( (Krugman, Ibid)

Apa yang dimaksud dengan keunggulan yang absolute? Maksudnya seperti ini,

jika negara A dapat memproduksi kentang untuk 8 unit per tenaga kerja

sedangkan negara B untuk komoditi yang sama hanya dapat memproduksi 4 unit

per tenaga kerja, sedangkan untuk komoditi lain misalnya gandum, negara A

hanya dapat memproduksi 6 unit per tenaga kerja sedangkan untuk negara B dapat

memproduksi 12 unit per tenaga kerja, maka dapat disimpulkan bahwa negara A

mempunyai keunggulan absolute dalam produksi kentang dibandingkan dengan

negara B, sedangkan negara B dapat dikatakan mempunyai keunggulan absolut

dalam produksi gandum dibandingkan negara A. Perdagangan internasional yang

saling menguntungkan antara kedua negara tersebut jika negara A mengekspor

kentang dan mengimpor gandum dari negara B, dan sebaliknya negara B

mengekspor gandum dan mengimpor kentang dari negara A.

Teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh David

Ricardo (Anwar,1997:88). Teorinya dikenal dengan nama teori keunggulan

komparatif. Berbeda dengan teori keunggulan absolute yang mengutamakan

keunggulan absolute dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu negara

dibandingkan dengan negara lain, teori ini berpendapat bahwa perdagangan

internasional dapat terjadi walaupun satu negara tidak mempunyai keunggulan

absolute, asalkan harga komparatif di kedua negara berbeda. Ricardo berpendapat

sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di

mana dia mempunyai keunggulan komparatif dan mengimpor saja komoditi-

komoditi lainnya. Teori ini menekankan bahwa perdagangan internasional dapat

saling menguntungkan jika salah satu negara tidak usah memiliki keunggulan

Page 39: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

39

absolute atas suatu komoditi seperti yang diungkapkan oleh Adam Smith, namun

cukup memiliki keunggulan komparatif di mana harga untuk suatu komoditi di

negara yang satu dengan yang lainnya relative berbeda. Walaupun ada

beberapa perbedaan pandangan mengenai perdagangan internasional, namun pada

dasarnya keberadaan pandangan ekonomi klasik ini merupakan oposisi terhadap

teori-teori yang beraliran merkantilistik abad ke-17 dan 18. Kaum merkantilis

pada pokoknya mengutamakan perdagangan luar negeri, di mana mereka berpikir

tipikal kapitalis yang keuntungannya datang dari membeli murah dan menjual

mahal. Sedangkan tema pokok dalam ekonomi klasik adalah pembahasan tentang

laba dan sewa dalam dalam pengertian surplus yang datang dari produksi. Surplus

itu sendiri nantinya akan masuk ke tangan para kapitalis atau pemilik tanah

sebagai tambahan untuk akumulasi modalnya.

Ada cukup banyak kontroversi tentang model dari perbandingan

keuntungan dan penerapan untuk bisnis internasional, khususnya sebagai panduan

untuk negara sukses dan atau perusahaan di pasar internasional. Persepsi ini dari

ketidak bergunaan model keunggulan komparatif telah mengakibatkan pakar

bisnis internasional untuk mengembangkan model baru, atau apa yang disebut

kerangka kerja, untuk menganalisis potensi keberhasilan perusahaan dan atau

negara di pasar internasional. Kerangka kerja yang dikenal sebagai model dari

"keunggulan kompetitif.

a) Comparative Advantage

Literatur tentang perdagangan internasional dan kebijakan berisi sejumlah

alasan mengapa negara mungkin memiliki keuntungan dalam mengekspor

komoditas ke negara lain. Untuk kenyamanan, sebagian besar alasan ini dapat

Page 40: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

40

diklasifikasikan menjadi : (1) teknologi superior, (2) sumbangan sumber daya, (3)

pola permintaan, dan (4) kebijakan komersial. Teknologi Unggulan Adam Smith,

prinsip "keuntungan absolut" dan Ricardo prinsip Keunggulan komparatif", pada

umumnya, didasarkan pada keunggulan teknologi dari satu negara atas negara lain

dalam memproduksi komoditas. keuntungan absolut mengacu pada negara yang

memiliki produktivitas lebih tinggi (mutlak) atau menurunkan jumlah biaya dalam

memproduksi komoditas dibandingkan dengan negara lain. Namun, keuntungan

mutlak dalam produksi sebuah komoditas adalah tidak perlu dan tidak cukup

untuk perdagangan yang saling menguntungkan. Sebagai contoh, negara mungkin

mengalami kerugian mutlak dalam produksi semua komoditas dibandingkan

dengan negara lain, namun negara bisa memperoleh manfaat dengan terlibat

dalam perdagangan internasional dengan negara-negara lain, karena relatif

(komparatif) keuntungan dalam produksi beberapa komoditas vis-a-vis negara-

negara lain. Demikian pula, keunggulan absolut dalam produksi komoditi tidak

cukup, karena negara mungkin tidak relatif (komparatif) keuntungan dalam

produksi komoditas itu.

Menurut Ricardo prinsip keunggulan komparatif tidak memerlukan

produktivitas mutlak lebih tinggi tetapi hanya produktivitas relatif lebih tinggi

dalam memproduksi komoditas perdagangan. Model Ricardian mengasumsikan

produktivitas konstan, karena hanya ada satu faktor produksi (buruh), dan karena

itu konstan biaya yang mengarah untuk menyelesaikan spesialisasi.

Sedangkan prinsip keunggulan komparatif David Ricardo menguraikan itu

dikemas dalam hal keunggulan teknologi, dengan prinsip, ketika diungkapkan

dalam istilah membandingkan biaya peluang atau relatif harga barang dan jasa

Page 41: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

41

antara negara cukup umum untuk mencakup berbagai situasi. Selanjutnya,

meskipun penjelasan Ricardo keunggulan komparatif itu dalam hal statis,

keunggulan komparatif merupakan konsep dinamis. Keuntungan komparatif

sebuah negara dalam produk dapat berubah dari waktu ke waktu karena perubahan

salah satu faktor penentu keuntungan komparatif termasuk sumbangan sumber

daya, teknologi, pola permintaan, spesialisasi, praktek bisnis, dan kebijakan

pemerintah.

kemampuan manusia juga dapat dianggap sebagai sumber daya. Negara-

negara dengan keterampilan manusia berlimpah relatif akan memiliki keunggulan

komparatif lebih intensif dalam produk yang menggunakan keterampilan manusia.

Beberapa produk seperti elektronik memerlukan tenaga kerja terampil (seperti

teknisi, programer, desainer, dan profesional lainnya). produk tersebut dapat

memperoleh keuntungan komparatif di negara-negara (seperti Taiwan, Singapura,

Hong Kong) mempuyai tenaga kerja yang relatif lebih baik dan terampil.

(Keesing, 1966:54).

Selain itu, Skala ekonomi dapat memberikan keunggulan komparatif

dengan menurunkan biaya produksi. Eksternal ekonomi yang beroperasi dengan

menggeser biaya rata-rata perusahaan, sebenarnya dapat terjadi karena kebijakan

industri atau peran proaktif dari pemerintah dalam menyediakan infrastruktur

yang lebih baik dan tenaga kerja terdidik atau terlatih. Skala ekonomi tersebut

sejalan dengan model Ricardian dan faktor proporsi model. Skala ekonomi

(internal) dicapai melalui adanya sebuah pasar dan beberapa kebijakan

aksesibilitas terhadap pasar yang lebih besar di luar negeri juga berarti biaya

produksi yang lebih rendah. Hal ini dapat meningkatkan atau menciptakan

Page 42: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

42

keunggulan komparatif untuk industri.(Venon,1966:81) Hipotesis Siklus Produk

menekankan pentingnya sifat dan ukuran permintaan produk baru di negara-

negara industri.

Perdagangan internasional, melalui alokasi sumber daya yang lebih baik,

meningkatkan pendapatan, tabungan, dan investasi, sehingga memungkinkan

negara untuk mewujudkan pertumbuhan yang lebih tinggi. Selain itu, untuk

negara-negara berkembang, perdagangan dapat memungkinkan mereka untuk

mentransformasi barang konsumsi dan bahan baku menjadi barang modal serta

keuntungan teknologi tahu bagaimana teknologi negara-negara maju.

b) Competitive Advantage

Dalam sebuah artikel (Neary,2003:4), berusaha untuk memajukan teori

keunggulan komparatif dengan adanya ketidak sempurnaan pasar untuk

pemahaman umum keunggulan kompetitif dalam ekonomi.

Perbandingan keuntungan secara luas diyakini untuk menjadi kunci

penentu produksi dan pola perdagangan internasional, tapi biasanya non-ekonom

berpikir sebaliknya. Sesuatu yang harus dilakukan dengan pasar yang kompetitif

lebih kepada hambatan lebih rendah atau hanya sejumlah besar perusahaan dapat

memberikan suatu industri keuntungan dalam bersaing dengan pesaing asing.

Berlainan dengan itu keunggulan kompetitif adalah sinonim untuk keuntungan

absolute, beberapa kebijakan superioritas (seperti pajak yang lebih rendah atau

fleksibilitas pasar tenaga kerja lebih besar) yang mengurangi biaya untuk semua

sektor. Sebuah pendekatan yang berbeda untuk memahami keuntungan

kompetitif, dicontohkan oleh Porter pada tahun 1990, adalah dengan

Page 43: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

43

menggunakan studi kasus untuk mengidentifikasi faktor, yang mendorong

perusahaan negara untuk mencapai pasar saham dunia yang tinggi di industri

mereka. Untuk sebagian besar, ekonom mengabaikan pendekatan Porter atau

menganggapnya sebagai sekadar penyajian kembali keunggulan komparatif

(Warr, 1994:14)

Setelah pembangunan Porter dari konsep keunggulan kompetitif, litelatur

produktif telah menjamur pada subjek (Hoffman, 2000:4) dan referensi di

dalamnya untuk dikutip. Namun, tidak ada suara bulat pada makna dan sumber

keunggulan kompetitif. (Porter,1985:96) Porter menekankan daya saing di tingkat

perusahaan dalam hal kompetitif sebagai strategi biaya rendah dan diferensiasi

produk. Namun, dia mendeskripsikan daya saing tidak memerlukan definisi

konseptual formal. Seperti yang dicatat oleh Cho (Cho,1998:1)

Mengembangkan sebuah definisi keuntungan kompetitif yang

berkelanjutan berdasarkan Barney bersama-sama dengan arti masing-masing

kamus istilah sebagai sebuah keuntungan kompetitif adalah manfaat

berkepanjangan menerapkan beberapa nilai untuk menciptakan strategi tidak

secara simultan dilaksanakan oleh setiap atau potensi pesaing saat ini sepanjang

dengan ketidakmampuan untuk menduplikasi manfaat dari strategi.

(Barney,1991:17)

Definisi ini menekankan daya saing dari suatu perusahaan berdasarkan

faktor-faktor spesifik perusahaan dan dengan demikian mengabaikan aspek makro

keunggulan komparatif. Sejumlah penulis pada keunggulan kompetitif yang telah

difokuskan pada penentu atau sumber keunggulan kompetitif seperti atribut

penting dari perusahaan yaitu nilai, ketidakmampuan untuk ditiru, dan

Page 44: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

44

ketidakmampuan untuk diganti (Barney,Ibid) potensi sumber daya penting

diklasifikasikan sebagai keuangan, fisik, hukum, manusia, organisasi, informasi,

dan rasional (Hunt dan Morgan, 1995:59)

Kerangka Pemikiran

Dalam bagan kerangka pemikiran diatas bisa dilihat korelasi antara

ekonomi Cina dan ekonomi AS yang bersaing dalam perdagangan internasional,

sehingga melalui perdagangan internasional itu bisa dilihat gross domestic

product(GDP) dari masing-masing negara, AS melihat bahwa GDP Cina

mengalami peningkatan secara konstan dan bahkan menigkata dalam setiap

tahunnya, sehingga AS merasa khawatir jika peningkatan ekonomi Cina ini terus

dibiarkan meningkat maka akan mengancam legitimasi AS sebagai negara super

power dunia, oleh sebab itu AS mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk

menghambat laju pertumbuhan ekonomi Cina.

D. Metode Penelitian

Penulisan penelitian memerlukan cara pemecahan bagi masalah-masalah

yang dihadapi. Adapun arti dari metode itu sendiri diambil dari bahasa Yunani

yaitu metodos adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah maka

Ekonomi Cina

Kebijakan

Ekonomi AmerikaSerikat

Perdagangan

InternasionalGDP

Page 45: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

45

metode menyangkut mengenai cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami

objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. (Koentjaraningrat, 1973 :

15)

Adapun teknik pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini penulis

menggunakan data kualitatif, dimana penulis akan menjelaskan permasalahan

berdasarkan fakta-fakta dan data yang diperoleh. Angka-angka statistik hanya

digunakan sebagai penunjang dari fakta-fakta yang dipaparkan yang diperoleh

melalui kepustakaan, dimana konsep-konsep data yang relevan dengan pokok

masalah dimbil dari sumber-sumber kepustakaan, seperti buku-buku, majalah,

jurnal-jurnal berkala, koran, media elektronik serta laporan–laporan lainnya.

Karena penulisan ini bersifat deskriftif, yaitu dengan metode penulisan

penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan, menyusun menganalisa

suatu pembahasan melalui kepustakaan, maka penelitian bermula dari hal-hal

yang bersifat umum disarikan dengan mengumpulkan, menyusun dan

menginterpresentasikan data yang ada. Data yang telah ada tersebut di

klasifikasikan sesuai dengan pembahasan skripsi ini.

Dengan metode seperti ini diharapkan dapat dipelajari lebih dalam

mengenai Kebijakan “Open Door Policy” yang dijalankan di Cina sejak tahun

1979 sampai saat ini yang membawa keberhasilan Cina dalam bidang ekonomi

dan diharapkan dapat menganalisa pengaruh yang ditimbulkan terhadap

perubahan kebijakan politik luar negeri AS, dan melihat bagaimana hubungan

kedua negara dimasa yang akan datang.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

Page 46: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

46

a. Dapat menggambarkan strategi yang dijalankan dalam Open Door

Policy dan mengidentifikasi kebijakan perdagangan AS untuk

mengatasi Cina.

b. Melihat hubungan perdagangan antara AS dan Cina dimasa depan.

c. Sebagai prasyarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial.

2. Manfaat Penelitian :

Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sarana untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh diperguruan tinggi serta

menambah wawasan.

b. Civitas Akademika dan pihak-pihak lain

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah dan sebagai

bahan kajian lebih lanjut dalam studi hubungan internasional dan Menjadi

masukan dan informasi serta bisa dijadikan bahan perbandingan bagi

penelitian selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan

Agar pembaca dapat mengetahui alur logika penulis dengan mudah, maka

dalam penulisan ini penulis akan membagi pembahasan dalam lima bab, yaitu :

Bab I Pendahuluan

G. Latar Belakang Masalah

H. Rumusan Masalah

I.Kerangka Teoritis

Page 47: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

47

J. Metode Penelitian

K. Tujuan Penulisan

L. Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

C. Konsep Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth)

D. Konsep Kebijakan (policy)

E. Konsep perdagangan Internasional (International trade)

Bab III Kondisi Riil Prekonomian Cina

A. Perekonomian Cina Pra dan Pasca Diberlakukannya Open Door

Policy

1. Perekonomian Cina Pra Diberlakukannya Open Door Policy

2. Perekonomian Cina Pasca Diberlakukannya Open Door Policy

3. Masuknya Cina kedalam World Trade Organizations (WTO)

3.a. Latar Belakang Masuknya Cina Kedalam WTO

3.b. Tujuan Masuknya Cina Kedalam WTO

3.c. Keuntungan Masuknya Cina Kedalam WTO

B. Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat

1. Sejarah diskriminasi kebijakan perdagangan AS

2. Kebijakan perdagangan AS terhadap Cina

Bab IV Analisis Dampak Kemajuan Ekonomi Cina Terhadap Amerika Serikat

1. Indikator Kemajuan Ekonomi Cina

2. Prediksi Hubungan Dagang Cina- Amerika Serikat

Bab V Kesimpulan

Page 48: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

48

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

A.1. Konsep Economic Growth (Pertumbuhan Ekonomi)

Pada awal tahun 1960 negara di dunia dikategorikan kedalam beberapa

kategori yaitu pertama negara maju, seperti negara-negara Eropa, Amerika Utara,

Jepang, Australia, dan New Zealand. Kedua Negara berkembang yang termasuk

the rest of the word, biasanya negara berkembang mengacu kepada negara dunia

ketiga (the third world) yang membedakan mereka dari negara-negara industri

barat (the first world) dan yang dulu disebut sebagai blok sosialis yaitu negara-

negara Eropa barat (the second world) namun pada tahun 2006, negara dunia tidak

hanya terbagi menjadi tiga bagian, ada negara yang berada dalam posisi antara

negara berkembang dan negara maju, seperti negara Korea dan Argentina yang

disebut sebagai new industrialized country. Para ekonom mencoba memahami

pertumbuhan ekonomi dan perkembangannya sejak Adam Smith dan David

Ricado pada abad ke 18 dan 19. Biasanya general theory perkembangan ekonomi

bisa di gunakan di seluruh negara. terdapat beberapa faktor dasar terbatasnya

pertumbuhan ekonomi negara miskin yaitu kurangnya pembentukan modal,

terbatasnya sumberdaya manusia dan kemampuan perusahaan dan kurangnya

modal sosial. (Case & Fair,2007: 764)

Pada dasarnya Pertumbuhan ekonomi terjadi ketika perekonomian

mengalami kenaikan jumlah output, pertumbuhan ekonomi dapat memperbaiki

Page 49: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

49

standar hidup dan membawa perubahan. Kenaikan dalam output rill dimulai di

dunia barat dengan revolusi industri dan sampai saat ini masih berlanjut dan

dengan cepat mengacu pada periode pertumbuhan ekonomi modern. Pertumbuhan

ekonomi memperbaiki satandar hidup tapi juga membawa perubahan dalam cara

berfikir. Beberpa berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi mengikis nilai-nilai

tradisional dan mengakibatkan eksploitasi, perusakan lingkungan, dan banyak

terjadi korupsi.(Case & Fair, Ibid : 663) Seperti yang diungkapkan oleh Munir

bahwa Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan output agregat atau

pendapatan riil, khususnya output atau pendapatan riil per kapita, selama jangka

waktu yang cukup panjang sebagai akibat peningkatan penggunaan input (dalam

arti peningkatan jumlah atau efisiensi).( Munir,2008:3) Menurut Kuznets

pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu

negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekomoni kepada

penduduknya, kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau di mungkinkan oleh

adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi institusional dan

ideologis terhadap berbagai keadaan yang ada. (Todaro,2000:144)

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suatu proses

prekonomian dikatakan mengalami suatu perubahan atau pertumbuhan apabila

tingkat kegiatan ekonomi adalah lebih tinggi daripada yang telah dicapai pada

waktu sebelumnya.

Menurut Case dan Fair Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses yang

berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan

ekonomi, pertumbuhan ekonomi terjadi apabila :

1. Masyarakat memperoleh lebih banyak sumber daya.

Page 50: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

50

2. Masyarakat mengetahui cara untuk menggunakan sumber daya

yang tersedia secara lebih efisien.

Untuk menaikan standar hidup maka angka pertumbuhaan ekonomi harus

lebih besar dibandingkan dengan angka pertumbuhan populasi. Pada dasarnya

kebangkitan ekonomi berarti pertumbuhan ekonomi, sedangkan Pertumbuhan

ekonomi (Economic Growth) secara umum mempunyai definisi sebagai

pertumbuhan GDP riil perkapita. Dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan

ekonomi adalah penambahan GDP atau peningkatan output agregat yang berarti

juga penambahan pendapatan nasional.(Case & Fair, Opcit : 665)

Case dan fair menjelaskan apabila kita melihat pertumbuhan GDP sebagai

fungsi dari tenaga kerja maupun modal, maka Pertumbuhan GDP bisa muncul

melalui :

1. Kenaikan penawaran tenaga kerja

2. Kenaikan modal fisik atau SDM

3. Pertumbuhan produktivitas (jumlah produk yang diproduksi oleh masing-

masing unit modal atau tenaga kerja)(Case & Fair, Ibid)

Pertumbuhan ekonomi merupakan keseimbangan antara sisi agregat

permintaan dan sisi agregat penawaran yang menghasilkan suatu jumlah agregat

keluaran tertentu (GDP) dengan tingkat harga umum tertentu. Selanjutnya agregat

keluaran yang dihasilkan di dalam suatu negara akan membentuk pendapatan

nasional (Tambunan, 2001:37)

Page 51: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

51

A.2. Konsep Policy (Kebijakan)

Secara harifah kebijakan adalah terjemahan langsung dari kata policy,

beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti William Dunn, Charles Jones, Lee

Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah public policy dan public policy

analysis dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah kebijaksanaan atau

kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan

keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang mempunyai wewenang atau

kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat, dan bertanggung jawab melayani

kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian publik itu sendiri dalam bahasa

Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat atau umum. (Zainal, 2004:67)

Dengan demikian perbedaan makna antara perkataan kebijaksanaan dan

kebijakan tidak menjadi persoalan, selama kedua istilah itu diartikan sebagai

keputusan pemerintah yang relatif bersifat umum dan ditujukan kepada

masyarakat umum. Perbedaan kata kebijakan dengan kebijaksanaan berasal dari

keinginan untuk membedakan istilah policy sebagai keputusan pemerintah yang

bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat, dengan istilah

discretion (kebijaksanaan), yang dapat diartikan sebagai keputusan yang bersifat

kasuistis untuk sesuatu hal pada suatu waktu tertentu. Keputusan yang bersifat

kausitis (hubungan sebab akibat) sering terjadi dalam pergaulan. Seseorang

meminta “kebijaksanaan” seorang pejabat untuk diperlakukan secara “istimewa”

atau tidak diperlakukan secara “istimewa”, ketentuan-ketentuan yang ada, yang

biasanya justru ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah (public policy).

Jones merumuskan kebijakan sebagai “behavioral consistency and

repeatitiveness associated with efforts in and through government to resolve

Page 52: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

52

public problems” (perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan dengan

usaha yang ada di dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan masalah

umum). Definisi ini memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat dinamis dalam

hubungan dengan sifat dari kebijakan.(Zainal, 2004 :12 )

Sejalan dengan perkembangan studi yang makin maju, William Dunn

mengaitkan pengertian kebijakan dengan analisis kebijakan yang merupakan sisi

baru dari perkembangan ilmu sosial untuk pengamalannya dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh sebab itu dia mendefinisikan analisis kebijakan sebagai ”ilmu

sosial terapan yang menggunakan berbagai metode untuk menghasilkan dan

mentransformasikan informasi yang relevan yang dipakai dalam memecahkan

persoalan dalam kehidupan sehari-hari”. Di sini dia melihat ilmu kebijakan sebgai

perkembangan lebih lanjut dari ilmu-ilmu sosial yang sudah ada. Metodologi yang

dipakai bersifat multidisiplin. Hal ini berhubungan dengan kondisi masyarakat

yang bersifat kompleks dan tidak memungkinkan pemisahan satu aspek dengan

aspek lain. (Dunn, 2003 :23)

A.3. Konsep International Trade (Perdagangan Internasional)

Perdagangan internasional merupakan bagian dari struktur ekonomi politik

internasional, sebagai tinjauan, struktur produksi merupakan suatu hubungan

antara suatu negara dan aktor-aktor lain. seperti bisnis internasional yang

menentukan apa yang harus diproduksi, dimana, oleh siapa, bagaimana, untuk

siapa dan berapa harganya. Bersamaan dengan keuangan internasional, teknologi,

struktur keamanan, perdagangan yang menghubungkan negara bangsa dan aktor-

aktor lain, yang mencerminkan saling ketergantungan dan kerjasama yang saling

Page 53: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

53

menguntungkan tapi juga bisa memunculkan ketegangan antara negara dan

kelompok yang berbeda. (Ballam & Veseth, 2005:117)

Perdagangan selalu bersifat politik, begitulah kata Robert Kuttner,

perdagangan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari aspek politik. Faktanya, banyak

teoritis ekonomi politik internasional yang mengatakan bahwa tidak ada topik

yang lebih esensial dibandingkan perdagangan, dan hal itu tidak mengherankan

karena sudah dalam ratusan tahun banyak praktisi yang fokus pada masalah

perdagangan. Kuttner mengaris bawahi permasalahan bahwa perdagangan saat ini

lebih politis dibandingkan dengan yang pernah terjadi.(Balaam & Veseth,

Ibid:118)

Dalam Sistem perdagangan internasional terdapat konsensus yang besar

yang diinginkan oleh sistem perdagangan internasional yang liberal, diantara

struktur yang liberal tersebut bagaimanapun, individu negara bangsa dan aktor-

aktor yang berbeda dalam kebijakan-kebijakan ekonomi merkantilis, dihawatirkan

akan menjadi mandiri dan di ekploitasi oleh negara lain, walaupun hal itu sangat

mungkin didukung oleh pemimpin negara dan dukungan dari perfektif ekonomi

politik internasional, sebuah sistem global dari perdagangan bebas tetapi tetap

menerapkan proteksi bagi perdagangan domestik dan pekerja-pekerja yang

mendapatkan gaji yang tinggi, tanpa melakukan perusakan lingkungan disekitar

pasilitas produksi. Maka dari itu tidak heran jika kebijakan perdagangan

internasional menjadi sangat kontroversial. (Balaam & Veseth, Ibid:119)

Apabila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam

negeri, maka perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks.

Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan

Page 54: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

54

kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea,

tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena

adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan dan

hukum dalam perdagangan. (Apridar, 2007:116)

Ada beberapa manfaat yang dihasilkan dalam perdagangan internasional

diantaranya yaitu pertama, memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di

negeri sendiri. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil

produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu Kondisi

geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya

perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang

tidak diproduksi sendiri. Kedua, memperoleh keuntungan dari spesialisasi.

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh

keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat

memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh

negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor

barang tersebut dari luar negeri. Ketiga, memperluas pasar dan menambah

keuntungan. Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya

(alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi

kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka.

Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan

mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar

negeri. Keempat, Transfer teknologi modern. Perdagangan luar negeri

memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih

efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern. (Apridar,Ibid:117)

Page 55: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

55

Disamping manfaat-manfaat tersebut diatas, terdapat banyak faktor yang

mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya

sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri.

2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan

negara.

3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi.

4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk

menjual produk tersebut.

5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga

kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya

perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.

6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari

negara lain.

8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia

dapat hidup sendiri.( Apridar,Ibid:118)

Terdapat perbedaan antara perdagangan domestik dan internasional, yaitu

bahwa faktor-faktor produksi seperti modal dan tenaga kerja biasanya lebih

mobile dalam sebuah negara dibandingkan di seluruh negara. Dengan demikian

perdagangan internasional banyak terbatas untuk perdagangan barang dan jasa,

dan hanya sebagian kecil untuk perdagangan modal, tenaga kerja atau faktor

produksi lainnya. Kemudian perdagangan barang dan jasa dapat berfungsi sebagai

Page 56: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

56

pengganti perdagangan faktor-faktor produksi. Daripada mengimpor faktor

produksi, negara bisa mengimpor barang yang intensif menggunakan faktor

produksi dan dengan demikian mewujudkan faktor masing-masing. Contohnya

adalah impor barang padat karya oleh AS dari Cina. mengimpor tenaga kerja Cina

ke AS, mengimpor barang dari Cina yang diproduksi dengan buruh di Cina.

Perdagangan internasional juga merupakan cabang ilmu ekonomi , yang

bersama-sama dengan keuangan internasional, membentuk cabang yang lebih

besar dari ekonomi internasional. Beberapa model yang berbeda telah diajukan

untuk memprediksi pola-pola perdagangan dan untuk menganalisis dampak

kebijakan perdagangan seperti tarif dan lain-lain, seperti :

1. Model Ricardian

Model Ricardian berfokus pada keunggulan komparatif dan mungkin

merupakan konsep paling penting dalam teori perdagangan internasional. Dalam

model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka

hasilkan yang terbaik. Tidak seperti model lain, kerangka Ricardian memprediksi

bahwa negara-negara akan sepenuhnya memproduksi barang. Model Ricardian

tidak langsung mempertimbangkan faktor pendukung seperti jumlah relatif dari

tenaga kerja dan modal dalam suatu negara. Kelebihan utama model Ricardin

adalah bahwa menganggap perbedaan teknologi antara negara-negara.

Model Ricardian membuat asumsi sebagai berikut:

a. Tenaga Kerja hanya merupakan masukan utama untuk produksi

(tenaga kerja dianggap sebagai sumber utama dari nilai).

b. Produk Marjinal Konstan Tenaga Kerja (MPL) (produktivitas tenaga

kerja adalah konstan, skala hasil konstan, dan teknologi sederhana.)

Page 57: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

57

c. Jumlah tenaga kerja yang terbatas dalam perekonomian

d. Tenaga kerja antar sektor sangat mobile tapi tidak internasional.

e. Pasar persaingan sempurna (price-taker). (Samuelson, 2001:204)

Langkah-langkah model Ricardian dalam jangka pendek, sehingga

teknologi berbeda. Hal ini mendukung fakta bahwa negara-negara mengikuti

keunggulan komparatif mereka dan memungkinkan untuk spesialisasi. Model

perdagangan Ricardian dipelajari oleh Graham, Jones, McKenzie dan lain-lain.

Semua teori tidak termasuk barang setengah jadi, atau diperdagangkan barang in

put seperti bahan dan barang modal. McKenzie, Jones dan Samuelson

menekankan bahwa keuntungan besar dari perdagangan akan hilang begitu barang

setengah jadi dikeluarkan dari perdagangan. (Samuelson, Ibid)

Baru-baru ini, teori ini telah diperpanjang yang mencakup intermediet

perdagangan. Dengan demikian, tenaga kerja hanya asumsi yang telah dihapus

dalam teori tersebut. Jadi teori baru Ricardian, atau model Ricardo-Sraffa, secara

teoritis mencakup barang-barang modal seperti mesin dan bahan, yang

diperdagangkan di seluruh negara. Pada masa perdagangan global, asumsi ini jauh

lebih realistis daripada model Ohlin Heckscgher, yang mengasumsikan bahwa

modal adalah tetap di dalam negeri dan tidak bergerak secara internasional.

(Shiozawa, 2007:141-187)

Pada awal 1900 teori perdagangan internasional disebut faktor proporsi,

teori muncul oleh dua ekonom Swedia, Eli Heckscgher dan Bertil Ohlin. Teori ini

juga disebut teori Heckscgher-Ohlin. Teori Heckscgher-Ohlin menekankan bahwa

negara harus memproduksi dan ekspor barang-barang yang membutuhkan sumber

daya (faktor) yang berlimpah dan barang-barang impor yang membutuhkan

Page 58: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

58

sumber daya dalam pasokan pendek. Teori ini berbeda dengan teori keunggulan

komparatif dan keunggulan mutlak karena teori ini berfokus pada produktivitas

proses produksi untuk barang tertentu. Sebaliknya, negara-negara yang

menggunakan teori Heckscgher-Ohlin bahwa negara harus spesialisasi produksi

dan ekspor dengan menggunakan faktor yang paling banyak, dan dengan

demikian yang termurah. Bukan untuk memproduksi, seperti teori sebelumnya

yang menyatakan, menghasilkan barang-barang yang paling efisien. (Samuelson,

Opcit)

Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif model Ricardian dasar

keunggulan komparatif. Meskipun kompleksitas yang lebih besar ini tidak

membuktikan prediksi yang lebih akurat. Namun dari sudut pandangan teoritis

model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme

harga neoklasik ke dalam teori perdagangan internasional.

Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional

ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung . Model ini memperkirakan

bahwa negara-negara akan mengekspor barang yang menggunakan faktor intensif

berlimpah lokal dan akan mengimpor barang yang intensif menggunakan faktor

lokal yang langka. Masalah empiris dengan model Heckscgher-Ohlin, dikenal

sebagai paradoks Leontief, dipaparkan dalam uji empiris oleh Wassily Leontief

yang menemukan bahwa AS cenderung untuk mengekspor barang padat karya

walaupun memiliki banyak modal.

2. Model Heckscgher-Ohlin membuat asumsi inti berikut:

a. Tenaga kerja dan arus modal bebas antar sektor

Page 59: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

59

b. Produksi sepatu yang padat karya dan produksi komputer adalah

padat modal

c. Jumlah tenaga kerja dan modal di dua negara berbeda

d. Perdagangan bebas

e. Teknologi sama di seluruh negara (jangka panjang)

f. Selera yang sama.(Samuelson, Ibid)

Masalah dengan teori Heckscgher-Ohlin adalah bahwa ia tidak termasuk

perdagangan barang modal (termasuk bahan dan bahan bakar). Dalam teori

Heckscgher-Ohlin, tenaga kerja dan modal tetap entitas dikaruniai untuk setiap

negara. Dalam ekonomi modern, barang modal yang tetap diperdagangkan secara

internasional. Keuntungan dari perdagangan barang setengah jadi cukup besar.

B. Penelitian Sebelumnya

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh John dan Doris Naisbitt

dalam bukunya yang berjudul China mega trend yang diterbitkan pada tahun 2010

oleh PT. Graamedia Pustaka Utama, John dan Doris mengindentifikasi delapan

pilar yang menjadi unsur kebangkitan ekonomi Cina yaitu emansipasi fikiran,

penyeimbang top-down dan bottom-up, membingkai hutan dan membiarkan

pepohonan tumbuh, menyeberangi sungai dan merasakan bebatuan, persemaian

artistik dan intelektual, bergabung dengan dunia, kebebasan dan keadilan dan

yang terakhir dari medali emas olimpiade menuju hadiah nobel. John Naisbitt

merupakan mantan seorang dosen dari Nanjig Uiversity dan sekarang menjadi

dosen Nankai University serta Tianjin University of Finance and Economic,

beliau telah mempelajari dan mengunjungi Cina selama 42 tahun, yang dimulai

Page 60: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

60

pada tahun 1967. Sedangkan Doris Naisbitt adalah seorang direktur Naisbitt

China Institue di Tianjin serta dosen di Yunan University dan beliau mengawali

studinya pada tahun 2000, keduanya merupakan pengamat Cina, yang dalam

penelitiannya memberikan penelitian mendalam tentang perubahan fundamental

dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi Cina, serta dampaknya terhadap

negara barat.

Pilar pertama yaitu emansipasi fikiran, pilar pertama ini dijelaskan oleh

John dan Doris berawal dari seruan Deng Xiaoping kepada rakyat Cina “enyahkan

belenggu yang mengikat jiwamu”, seruan ini telah membebaskan fikiran rakyat

Cina sehingga dapat melakukan autokritik, emansipasi fikiran melonggarkan

kendali dan memberi lebih banyak kebebasan individu, emansipasi pikiran

menembus jenjang sosial hingga kelas terbawah, menigkatkan citra diri rakyat

Cina, memungkinkan mereka melihat nilai kontribusi mereka terhadap

keseluruhan dan mendorong mereka megambil peran di masyarakat. Dalam

penelitian John dan Doris menganilisis apa yang sebenarnya terjadi di Cina,

kedelapan pilar adalah struktur yang mendukung reformasi Cina, dan semua

berawal dari pilar pertama ini, yaitu emansipasi fikiran, tanpa pembebasan bagi

rakyat untuk membuat kontribusi individu terhadap keseluruhan, maka struktur

tersebut akan runtuh dan hanya rakyat yang dapat melakukannya. Sebagai contoh,

Dari seniman kewirausaha, rakyat dibebaskan untuk berfikir dan bertindak

sendiri, menentukan langkah mereka sendiri menuju modernisasi Cina.

Indoktrinasi dibangun diatas ketakutan, sedangkan emansipasi dibangun diatas

kepercayaan. Pemerintah Cina terus mendorong proses emansipasi dalam sistem

Page 61: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

61

yang baru sehingga mereka dan rakyatnya dapat berkontribusi terhadap masa

depan Cina.

Pilar ke dua yaitu penyeimbang top-down dan bottom-up, dalam pilar

kedua ini John dan Doris melihat munculnya demokrasi vertikal yang timbul dari

rasa saling percaya antara masyarakat dan pemerintah, demokrasi vertikal Cina

didasarkan pada keselarasan top down dengan bottom up. Masalah dalam

memahami cara demokrasi yang berjalan di Cina timbul karena di negara barat

tidak pernah mendengar kekuatan bottom up dan daya yang dimilikinya dalam

sistem. Setiap orang di Cina tau bagaimana delapan belas petani di desa terpencil

mengubah kebijakan bangsa yang luas hanya dalam seketika, dari langkah

pertama dipertanian ini kekuatan bottom up meningkatdan akan terus meningkat

secara bertahap. Arah hubungan antara kekuatan top down dan bottom up

ditetapkan untuk menciptakan sistem yang dibangun berdasarkan kepercayaan :

pemerintah percaya kepada rakyatnya dan rakyat percaya kepada pemerintahnya.

Ini adalah model yang cocok dengan sejarah Cina, pemikiran Cina dan dambaan

masyarakat Cina akan masyarakat yang harmonis dan stabil. Demokrasi barat

tidak dibangun dalam satu generasi, proses pematangannya memakan waktu

ratusan tahun sedangkan Cina mengambil langkah-langkah besar hanya dalam

satu generasi, John dan Doris yakin bahwa dunia dan rakyat Cina akan menjadi

baik apabila barat mendukung evolusi bertahap demokrasi vertikal serta

pembanguna ekonomi di Cina.

Pada pilar ke tiga yaitu membingkai hutan dan membiarkan pepohonan

tumbuh, dalam demokrasi vertikal yang diciptakan Cina visi dan sasarannya

dibentuk melalui proses top down dan bottom up, pemerintah memberi kerangka

Page 62: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

62

kebijakan dan perioritas, tempat rakyat dapat menciptakan aturan dan kontribusi

mereka sendiri terhadap keseluruhan, membentuk struktur yang memungkinkan

serta mengambil manfaat dari keberagaman.

Dalam pilar ke tiga ini John dan Doris membahas beberapa bingkai

diantaranya, pertama, bingkai politik : pematangan demokrasi vertikal di Cina

akan berlangsung secara pararel dengan demokratisasi di PKC. Kuncinya

mengembangkan, memperkuat, dan memperluas peraturan pemilihan tanpa

menimbulkan disrupsi serta perpecahan karena prilaku parrtisipan. Jika sistem

satu parrtai sudah cukup menawarkan pluralisme bagi rakyat Cina. Kedua, bingkai

militer : Cina tidak pernah menjadi kekuatan kolonial dan tidak menunjukan

tanda-tanda ambisi teritorial. Dalam pidatonya di kongres partai, Presiden Hu

Jintao menjelaskan tugas utama pertahanan nasional adalah menjaga kedaulatan,

keamanan dan keutuhan wilayah Cina serta membantu menjaga perdamaian

dunia. Dengan perubahahan politik Taiwan , peluang unifikasi nasional tampanya

lebih mungkin daripada sebelumnya. Cina terlalu pintar untuk tidak menggunakan

sinergi: satu negara dua sistem”. Yang ketiga adalah bingkai ekonomi : sasaran

abad ke 21 sudah ditetapkan, mengubah Cina dari bengkel kerja dunia menjadi

inovator dunia. Tantangan terbesarnya selain mempertahankan pertumbuhan

adalah melaksanakan pertimbangan lingkungan yang telah dicanangkan. Dan

yang keempat adalah bingkai budaya dalam bingkai ini tedapat apresiasi terhadap

yang lama dan kesadaran yang kuat terhadap yang baru, dalam dunia seni, setiap

orang mengekspresikan perasaan mereka sendiri dan perasaan itu didasarkan pada

kesadaran diri baru yang sering kali berbeda dengan kerangka sosial yang

Page 63: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

63

mempersatukan. Seniman mengambil jarak dari aturan-aturan dan nilai-nilai lama

serta terbuka terhadap fantasi dan imajinasi dalam bingkai emansipasi pikiran.

Pilar ke empat John dan Doris menyebutnya menyebrangi sungai dan

merasakan bebatuan, istilah ini mencerminkan prilaku pemimpin Cina pada awal

perjalanan menuju Cina baru. Sebagai pengganti arah dan tujuan yang kaku, pola

fikir ini memungkinkan Cina merasakan jalannya, memungkinkan trial and eror,

tidak takut resiko, melakukan eksperimen dan menentukan cara terbaik dengan

mencari kebenaran dari fakta-fakta. Mega trend ditulis dari 25 tahun yang lalu,

mengatakan tentang AS sebagai masyarakat, kita bergerak dari yang lama ke yang

baru. Kita masih bergerak dan mengalami gejolak namun ditengah era yang tak

pasti ini, restrukturisasi AS terus bejalan tanpa henti, masyarakat AS baru belum

sepenuhnya terbentuk namun restrukturisasi AS sudah mengubah kehidupan kita.

China mega trand menggambarkan transformasi Cina. menyebrangi sungai dan

merasakan bebatuan itu bermakna untuk meraih kesuksesan, bayaknya rintangan,

gejolak dan bebatuan yang menghadang namun Cina terus berjuang untuk

melewati rintangan tersebut sampai akhirnya bisa menyebrang dan Cina berhasil

menggapai kesuksesan.

Pilar ke lima persemaian artistik dan intelektual, istilah ini bemakna tidak

ada masyarakat yang berubah lebih baik tanpa seniman dan intelektual dibarisan

depan. Dalam Cina baru terdapat batas-batas serta peningkatan ambisi sehingga

keterampilan dan bakat orang Cina bebas berkembang. Seniman dan cendikiawan

adalah yang pertama melepaskan diri dari aturan serta pembatasan. Membuka

fikiran mereka untuk berimajinasi dan berfantasi. Pada awal 1990 John

menyaksikan bagaimana ambisi awal bakat artistik dan semangat kewirausahaan

Page 64: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

64

ditampilkan ketika mengunjungi sekolah eksperimental di Beijing, itu merupakan

kelas anak berusia 6 tahun yang akan naik ke kelas satu, ketika John selesai

mengunjungi sekolah tersebut anak-anak tersebut memberikan kartu perpisahan

yang dibuat oleh sang anak, mengagetkan John mendapatkan sekitar 25 kartu

nama lengkap dengan nomor telepon yang mereka sebut kartu nama untuk

berbisnis. Dari hal tersebut bisa terlihat bahwa jiwa bisnis Cina sudah muncul

sejak dini pada diri masyarakat Cina.

Pilar ke enam, bergabung dengan dunia, keterlibatan ekonomi, politik dan

budaya Cina yang agresif dengan seluruh dunia adalah penegasan bahwa Cina

adalah anggota masyarakat global sesuai taraf kemajuannya sendiri. Ketika Cina

memasuki panggung dunia sebagai pemain serius, para aktor mapan menugasinya

sebagai aktor pembantu, namun Cina terlalu bagus untuk sebagai pemain

pembantu, Cina berhasil mendapatkan jalannya kepusat perhatian dan bukan

hanya bergabung dalam organisasi tetapi juga mempunyai pengaruh dalam

menentukan keputusan kebijakan. Pada abad ke 20 panggung dunia didominasi

oleh AS dan Soviet, peran yang mereka mainkan adalah sebagai lawan, ketika

Unisoviet pecah maka AS menjadi satu-satunya negara adikuasa secara ekonomi

dan militer. AS menetapkan standar yang menjadi patokan bagi bangsa-bangsa

lain. Masuknya Cina kedalam dunia internasional meningkatkan taraf ekonomi

Cina sehingga Cina Cina dapat menjadi pemain yang paling penting dalam

tatanan dunia.

Pilar ke tujuh, kebebasan dan keadilan, pilar berisi mengenai perjuangan

untuk menyeimbangkan apa yang mungkin secara ekonomis dengan apa yang

diinginkan secara sosial, kebebasan seseorang untuk meraih kesuksesan finansial

Page 65: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

65

dengan kebutuhan banyak orang atas layanan sosial. Dalam upaya menemukan

keseimbangan antara kebebasan dan keadilan, model demokrasi vertikal Cina

memiliki keuntungan, kontinuitas partai politik yang berkuasa memungkinkan

perencanaan jangka panjang tanpa gangguan dan perubahan politik berfikir serta

bertindak yang berfokus kepada pemilihan. Model Cina dapat menciptakan

mekanisme lokal dan nasional untuk mengurangi jumlah parasit sosial sehingga

tersedia lebih banyak dana bagi mereka yang benar-benar membutuhkan. Bingkai

besar kesejahtraan sosial dapat disediakan pemerintah pusat, memberi ruang

kepada pemerintah dan otoritas daerah agar lebih dekat pada inti masalah untuk

mencari solusi melalui partisipasi bottom-up. Namun pendidikan merupakan

kunci untuk mempermudah merubah nasib, pendidikan dapat menjadikan

masyarakat yang pandai dalam mencari solusi dalam situasi yang sulit dan kecil

kemungkinan untuk terus bergantung kepada pemerintah.

Pilar ke delapan, dari medali emas olimpiade menuju hadiah nobel, John

dan Doris mengatakan dalam dekade mendatang saksikanlah bagaimana Cina

menduplikasi kesuksesan olimpiade kedalam kinerja ekonomi dan daya saing,

keberlanjutan ekonomi Cina sekarang lebih terkait erat dengan peralihan dari

imitasi ke inovasi, dari manufaktur bagi merek ke menciptakan merek. Cina

sedang mengambil langkah-langkah untuk menjadi negara inovasi dunia. Cina

melakukan upaya sukses dalam memobilissi sumber daya manusia untuk

meningkatkan standar teknologi perekonomian, presideh Hu Jintao menegaskan

ilmu pengetahuan Cina untuk menjadikan Cina negara inovatif, kita harus

memiliki program wajib belajar gratis dalam sistem pendidikan nasional modern.

Mungkin saja dengan sistem dan rancangan Cina ini, Cina bukan hanya akan

Page 66: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

66

memenangkan hadiah nobel tetapi juga meluncurkan sistem sosioekonomi yang

secara keseluruhan baru yang dapat mengentaskan kemiskinan. Serta menatang

AS sebagai bangsa yang inovatif.

Dari penelitian yang dilakukan Oleh John dan Doris Naisbitt,

terindentifikasi 8 pilar yang menjadi faktor kebangkitan ekonomi Cina, dalam

penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini ditemukan 10 faktor yang

menjadi faktor kebagkitan ekonomi Cina, dalam penelitian John dan Doris

Naisbitt menganalisa bahwa akan adanya persaingan yang ketat antara Cina dan

AS walaupun tidak dibahas lebih lanjut mengenai masa depan hubungan kedua

negara tersebut, sedangkan dalam penelitian penulis di dapatkan hasil bahwa

antara Cina Dan AS dimasa depan akan terjalin kerjasama yang baik diantara

keduannya.

Page 67: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

67

BAB III

KONDISI RIL EKONOMI CINA DAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN AS

A. Perekonomian Cina Pra dan Pasca Diberlakukannya Open Door Policy

A.1. Budaya Bisnis Cina Tradisional dan Perekonomian Cina Pra

Diberlakukannya Open Door Policy

Pembahasan mengenai prekonomian Cina pada masa modern tidak dapat

dilepaskan dari kaitannya dengan kebudayaan masyarakat Cina tradisional.

Pembahasan aspek ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan

sistematis. Momentum kebangkitan para kaum bisnis Cina sudah dimulai pada

akhir abad kesembilan belas, tepatnya pada era awal keruntuhan dinasti Qing.

Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa sebelum masa ini kaum bisnis Cina tidak

atau belum pernah ada. Golongan pedagang sudah dikenal di Cina sejak

runtuhnya feodalisme dinasti Zhou (1122-246 SM). Saat itu dan hingga

seterusnya, golongan ini eksis di masyarakat Cina, namun menempati posisi sosial

yang paling rendah. Masyarakat Cina tradisional menggunakan sistem hierarkis

dalam memandang nilai pekerjaan seseorang.

Penekanannya kepada nilai tenaga kerja. Berikut adalah empat lapisan

sosial yang terdapat pada masyarakat Cina tradisional, dari strata yang paling

rendah hingga yang paling tinggi :

1. Kaum pedagang, pemain teater, tentara.

2. Kaum pengrajin (tukang batu, tukang kayu, dan lain-lain)

3. Kaum petani

4. Kaum elit pemerintahan

Page 68: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

68

Fungsi kaum pedagang pada masyarakat Cina tradisional dalam

hubungannya dengan sistem strata sosial tersebut hanyalah sebatas sebagai

pengelola pasar, pelatihan magang dan ritual pemujaan.(Morse, 1932:23) Mereka

tidak pernah menentang sistem sosial yang sudah berjalan seperti itu, dan

berharap dapat meningkatkan status sosial keluarganya dengan mendidik anak-

anaknya agar dapat menjadi bagian dari kaum terpelajar.

Sistem masyarakat Cina tradisional sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai

lama seperti Konfusianisme. Ajaran yang muncul pada dinasti Zhou timur ini

mengajarkan suatu ide tentang bagaimana suatu negara seharusnya dijalankan,

dengan menekankan kepada pendidikan moral berdasarkan suatu sistem yang

hierarkis.

Konfusianisme mengajarkan bahwa negara (Cina) harus dijalankan secara

hierarkis, yaitu Cina dibangun berdasarkan negara keluarga, satu organisasi sosial

yang otokratis, hierarkis, dan tidak demokratis. Kemakmuran bersama dicapai dari

hasil-hasil pertanian. Kesetabilan suatu negara dapat dijamin dengan hierarki yang

jelas. Dengan kata lain, yang lebih rendah taat kepada yang lebih tinggi, dan yang

lebih tinggi menunjukkan kemurahan hati sebagai balasan terhadap kesetiaan

tersebut.

Dalam konvensi moralnya Konfusianisme juga mengajarkan tentang

paham kolektivisme. Menurutnya, kolektivisme ini menentukan status individu

yang ditentukan oleh hubungannya dengan sistem hierarki. Oleh karena itu, orang

yang beretika Konfusianisme akan bertindak sesuai dengan harapan orang lain

daripada keinginannya pribadi, sehingga mereka selalu bersedia bekerjasama.

Individu tidak terpisah dari struktur sosial, melainkan sebagai komponen etis dari

Page 69: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

69

suatu bangunan sosial yang lebih besar. Semua hal yang disebut inilah yang

mendasari atas berjalannya sistem sosial pada masyarakat Cina tradisional.

Telah diketahui bahwa kaum pedagang menempati posisi terbawah dari

strata sosial masyarakat Cina tradisional. Kaum yang dianggap berkemampuan

lebih, atau lihai, dan selalu bernafsu mengejar keuntungan sendiri oleh masyarakat

Cina tradisional, jelas-jelas diposisikan sebagai golongan inferior pada

masyarakat, sama seperti yang dikemukakan oleh Guo Hengshi pada sebuah

esainya yang berjudul The Early Development of The Modern Chinese Business

Class : “Treacherous Merchant was the usual phrase for traders or middlemen.

All material innovation and prosperity was renounced by the great teaching of

Confucius and his followers. From time to time, merchants were actually

suppressed, especially when they appeared to mount in power.” ( Levy &

Hengshi, 1949 : 19)

Konsep pembagian tenaga kerja pada masyarakat Cina tradisional semata-

mata berdasar atas dikotomi yaitu literati dan petani. Literati berperan dalam

menjalankan pemerintahan, petani diperintah dan memproduksi hasil bumi untuk

mendukung para super ordinatnya. Akibatnya, prestise kaum literati pada strata

sosial lebih tinggi dibanding golongan lainnya, karena mereka dikatakan bekerja

dengan pikiran, dan petani yang menggunakan tangannya menempati posisi di

bawahnya. Semua aktivitas penghidupan selain pengolahan tanah dianggap tidak

lazim dan tanpa dukungan moral.

Sistem ekonomi pasar sosialis yang dilakukan di Cina sejak tahun 1992

memberikan banyak sekali kemajuan bagi masyarakat Cina moderen. (Wibowo,

2004 : 38) Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa sistem ekonomi

Page 70: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

70

Cina yang baru memiliki keunikan yang tidak pernah ada di negara manapun di

dunia, sistem ini pun memiliki beberapa elemen-elemen penting yang lahir dari

setiap aktivitas budaya (melalui bisnis). Berikut beberapa elemen tersebut :

guanxi, ganqing dan xinyong.

a). Guanxi

Secara harafiah, guanxi berarti hubungan, makna ini dapat digunakan

untuk setiap jenis hubungan. Dalam budaya bisnis Cina guanxi dapat diartikan

sebagai koneksi. Koneksi di sini bermakna sebagai suatu jaringan hubungan di

antara bermacam-macam personal, kelompok atau badan yang saling

bekerjasama dan mendukung satu sama lain. Mental para pembisnis Cina sangat

dekat maknanya dengan sebuah idiom dari Barat, “You scratch my back, I’ll

scratch yours.” Di mana pun, kapan pun, dalam mengurus segala hal, orang Cina

selalu “kao guanxi”, artinya pakai koneksi.(Wibowo, ibid : 177) Tanpa

memperhitungkan pengalaman seseorang atau sebuah badan di negara asalnya,

guanxi adalah jaminan akan kelancaran berbisnis di Cina. Guanxi dapat

meminimalisir kemungkinan gagal suatu badan dalam berbisnis di Cina dan

hambatan-hambatan lainnya seperti prosedur bayangan, dan lain-lain. Jika

didapatkan secara tepat, Seringkali guanxi yang benar-benat tepat dihubungkan

dengan pihak yang berwenang (pejabat setempat atau pemerintah) yang nantinya

akan sangat menentukan eksistensi badan (perusahaan) tersebut di Cina dalam

jangka panjang.

Page 71: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

71

b). Ganqing

Secara harafiah ganqing berarti perasaan. Dalam budaya bisnis Cina

konsep ganqing masih berhubungan dekat dengan guanxi. Ganqing merefleksikan

suasana umum dari hubungan sosial dari dua orang atau dua badan yang saling

berinteraksi. Seseorang dapat dikatakan memiliki ganqing yang baik jika

hubungannya dengan orang lain tersebut baik, selain track-record hubungan yang

baik di antara keduanya. Sedangkan ganqing yang mendalam adalah terdapatnya

ikatan perasaan atau hubungan batin yang dalam pada hubungan sosial itu sendiri.

Contoh dari ganqing sering ditemukan pada pernyataan-pernyataan

pemerintah Cina dan seringkali salah diterjemahkan ketika diaplikasikan pada

konteks ini. Perkataan atau tindakan yang dapat melukai perasaan orang Cina

sepatutnya dihindari jika ingin terus bekerjasama (berbisnis) dengan mereka.

Konsep ganqing juga dekat sekali maknanya dengan konsep muka dalam budaya

Cina.

Konsep muka dalam kebudayaan Cina mengacu kepada dua hal yang

berbeda tapi saling berhubungan, yaitu mianzi dan lianzi. Lian adalah kepercayaan

masyarakat dalam karakter moral seseorang. Sedangkan mianzi merepresentasikan

persepsi sosial terhadap prestise seseorang. Konsep menjaga muka sangat penting

halnya dalam hubungan sosial masyarakat Cina karena muka mewakili kekuasaan

dan pengaruh. Kehilangan lian berakibat pada hilangnya kepercayaan sosial

terhadap seseorang. Dan kehilangan mianzi berakibat pada kehilangan wibawa

dan wewenang seseorang.

Orang Cina berusaha sebisa mungkin menghindari suatu konflik dalam

melanggengkan hubungan dengan sesamanya. Ketika mereka menghindari konflik

Page 72: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

72

biasanya orang Cina akan berusaha untuk tidak menyebabkan seseorang

kehilangan mianzi-nya, yaitu dengan tidak memunculkan kenyataan-kenyataan

yang memalukan ke hadapan publik. Sebaliknya, ketika mereka ingin menantang

suatu wewenang atau orang lain dalam suatu komunitas tertentu, orang Cina akan

berusaha menyebabkan orang tersebut kehilangan lian atau mianzi. Satu contoh

publik akan hal ini yaitu saat Tragedi Tian’anmen 1989 di mana Wu’er Kaixi

mencemooh PM Li Peng karena datang terlambat untuk bertemu dengan para

demonstran. Akibatnya, Li Peng kehilangan mianzi karena dia terlihat datang

terlambat dan menjadi figur pemerintah yang sangat tidak populer di mata

kalangan publik Cina, khususnya menyangkut peristiwa Tian’anmen. ( Wibowo,

ibid : 180)

c). Xinyong

Dalam istilah bahasa Inggris, xinyong disebut sebagai gentlemen’s

agreement (Cheng, 1985). Xinyong dalam budaya bisnis Cina bermakna sebagai

sebuah jaringan antar pribadi. Bagi orang Cina kepercayaan antar pribadi

merupakan hal yang terpenting. Para pengusaha etnis Cina biasanya hanya

berhubungan komersial dengan orang yang sudah mereka kenal. Oleh karena itu,

reputasi seseorang penting artinya bagi transaksi bisnis. Dahulu, para pembisnis

Cina secara pribadi akan berhubungan langsung dengan rekan-rekan bisnisnya,

karena hal ini akan meningkatkan kemutlakan peran pemilik di samping tetap

menjaga reputasinya sebagai pemilik perusahaan.

Fenomena serupa terjadi hingga kini di perusahaan-perusahaan milik etnis

Cina di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Sebaliknya,

Page 73: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

73

fenomena di Cina Daratan menunjukkan bahwa kehadiran seorang pemimpin

perusahaan dalam sebuah pertemuan bisnis tidak selalu signifikan, karena

keputusan final tetap dipegang oleh dewan eksekutif yang belum tentu hadir di

pertemuan tersebut, yang bisa saja mengakibatkan suatu pertemuan bisnis dengan

tema yang sama dapat terjadi berkali-kali dan mungkin sangat alot bagi pihak

asing yang masuk ke dalam lingkaran mereka. (Wang, Goodfellow dan Zhang, op

cit) Xinyong dapat tertuang dalam kontrak verbal di suatu transaksi bisnis.

Angin perubahan pada Cina moderen secara kebudayaan dapat dikatakan

dimulai sejak kejatuhan dinasti Qing, yaitu saat pengaruh asing masuk secara

masif ke daratan Cina dan mempengaruhi segala aspek kehidupan secara

signifikan. Salah satu contohnya adalah dengan diberlakukannya Perjanjian

Nanking yang sangat memberatkan bangsa Cina dan mengharuskan Cina untuk

membuka diri terhadap dunia luar. Tercatat pada era ini dasar bagi perekonomian

dan kebudayaan Cina moderen telah mengalami perubahan yang berarti.

Kebudayaan lama mulai ditanggalkan dan nilai-nilai yang dianggap sudah tidak

relevan lagi dienyahkan. Salah satu buktinya adalah wusi yundong (peristiwa 4

Mei 1919), yang berusaha menghapuskan Konfusianisme di Cina serta merubah

dunia kesusastraan dan sosial-kebudayaan masyarakat Cina.

Cina sejak dahulu penuh dengan nilai-nilai revolusioner. Budaya bisnis

Cina moderen sendiri mengalami perubahan yang signifikan. Secara garis besar,

gejolak di Cina pada awal abad kedua puluh memunculkan kelas baru di

masyarakat Cina yang disebut dengan kelas komprador(kelas baru yang timbul

dari pertentangan kelas proletar dan borjuis). Golongan ini bertugas mewakili

hubungan dagang antara pemerintah Cina (saat itu masih dipegang Dinasti Qing)

Page 74: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

74

dan pihak Barat atau negara asing lainnya. Saat itu, di tengah-tengah masyarakat

sendiri pertentangan konsep antara bisnis dan nilai-nilai patriotisme (bukan lagi

nilai moral), masih hangat sekali. Sebagian masyarakat Cina masih

mengharamkan bisnis (apalagi) dengan pihak asing, sebagian lagi marah karena

diinjak-injak martabatnya oleh bangsa asing sehingga mereka mencari alternatif-

alternatif dalam mengatasi penghinaan semacam ini. Selama tiga dekade pertama

Cina memiki sistem terencana yang sentralistis dalam tradisi komunis, walaupun

tidak sekaku komunis Soviet, sistem itu berubah-ubah dan perubahan itu

seringkali belangsung seara dramatis.

Periode pertama tahun 1949 sampai 1956, adalah suatu periode

rekonstruksi dan transisi. Kelompok pejabat ahli seperti dibidang keuangan dan

logistik pada kenyataannya merupakan ahli waris dari era republik, sebagai mana

kaum republikan mewarisi segalanya dari pejabat kerajaan ketika mereka

memerintah, melestarikan sebuah era yang berkesinambungan. Perusahaan lain

tetap beroprasi, meskipun oprasi mereka tidak dapat berjalan denga lancar serta

dikontrol. Periode kedua yang disebut management tunggal (one man

management), berlangsung dari tahun 1956- 1959. Itu merupakan replika model

Soviet yang kaku, dibarengi mengimpor produk berteknologi soviet dan

pemikiran Soviet yang menyalahkan pendidikan Cina. Saat soviet menarik diri,

Cina segera sadar bahwa Cina bisa mengoprasikan mesin sendiri, tetapi kurang

mampuh meningkatkan teknlogi melalui inovasi. Periode ketiga dikenal dengan

lompatan jauh kedepan (great leap forward) 1958-1960, periode ini menjalankan

ideologi Mao Zedong yang dianggap gagal, saat produksi didorong kepedesaan

dengan konsekuensi merugikan bahkan mengakibatkan kelaparan masal. Setelah

Page 75: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

75

itu Mao mengeluarkan kebijakan baru untuk menanggulangi kegagalannya dan

lompatan jauh kedepan Mao meluncurkan revolusi kebudayaan pada tahun 1966,

ketika Mao membebaskan pasukan merahnya untuk menindak kaum intelektual

dan pejabat senior, menghancurkan sistem pendidikan dan sebagian besar

perekonomian yang telah terorganisasi. Cara-cara itu terus berlangsung sampai

tahun 1968, tetapi konsekuensnya bertahan sampai 1975. (Shenkar,2007: 51-52)

Revolusi Kebudayaan dianggap sebagai salah satu bencana terbesar yang

pernah terjadi di Cina. keterlibatan Mao Zedong dan kelompok pemuda, yang

dikenal sebagai tentara merah, sering menindak para pejabat pemerintah, dan

kemudian mengambil alih kota-kota dan provinsi. Revolusi ini dimulai di

Shanghai dan dengan cepat menyebar ke seluruh negara. Perekonomian turun

sekitar 30% selama tiga tahun, dan mengalami stagnasi selama sisa periode itu.

Selain itu, seluruh generasi kehilangan pendidikan dan menghambat

perkembangan Cina selama bertahun-tahun kedepan. (Joseph, Wong dan Zweig,

1991:9)

Pada perkembangannya ketika kaum komunis mutlak menguasai

pemerintahan Cina daratan, dunia bisnis Cina (dalam konteks ini individu maupun

badan swasta) untuk sekali lagi kembali ditekan. Segala individu maupun badan

swasta yang melakukan bisnis tanpa otorisasi elit kaum komunis pasti akan dicap

sebagai antek-antek kapitalis atau dengan kata lain bertentangan dengan nilai-nilai

kaum revolusioner. Begitu ekstremnya tindakan kaum revolusioner Cina hingga

kesusastraan Cina pun dijadikan alat propaganda untuk mendukung komunisme,

salah satunya dengan menyerang para kapitalis atau individu yang dianggap

sebagai oposisi. Sejak merdeka 1949 hingga sebelum diberlakukannya gaige

Page 76: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

76

kaifang 1979, Cina memeluk ekonomi terencana secara pusat, yang menempatkan

negara pada posisi sentral. Selama 30 tahun itulah dunia bisnis Cina stagnan. Baru

pada Desember 1978, yaitu ketika Kongres XI Partai Komunis Cina mengesahkan

rumusan gaige kaifang atau kebijakan reformasi dan keterbukaan, bisnis Cina

kembali menggeliat. Cina masuk pada tahap baru, jauh berbeda dibanding

sebelumnya. Bahkan seorang Deng Xiaoping sekalipun menegaskan dalam

evaluasinya yang dikeluarkan pada September 1982 “Kemiskinan bukan

sosialisme. Sosialisme berarti melenyapkan kemisikinan”.

A.2. Perekonomian Cina Pasca Diberlakukannya Open Door Policy

Kemajuan ekonomi Cina berawal pada reformasi ekonomi yang dijalankan

oleh Deng Xiaoping yaitu pada tahun 1978, keberhasilan ini merupakan buah dari

reformasi ekonomi yang dirancang rapi dan konsisten serta dikembangkan oleh

generasi seterusnya. Dengan cadangan devisa 1,2 triliyun USD, Cina sekarang

mampu memberi subsidi ekspor, pendapatan perkapita Cina mencapai 1.740 USD

juga pertumbuhan ekonomi diatas 7% sejak tahun 1978. ( Taufik, 2008: 21)

Jika dilihat lebih dalam sesungguhnya usaha untuk meningkatkan ekonomi

Cina sudah dilakukan pada era Mao Zedong, yaitu menjalankan politik lompatan

jauh kedepan pada tahun 1958 yang dilanjutkan dengan revolusi kebudayaan (the

great proletarian cultural revolution) pada tahun 1966-1976, saat itu Cina

diramaikan dengan gerakan anti kapitalisme, tentara merah menyerang para

dosen, dokter, seniman, novelis dan mereka yang dianggap tidak mewakili kaum

proletar. Revolusi kebudayaan yangn dicetuskan tidak membuat Cina menjadi

lebih baik, tetapi malah membuat Cina semain terpuruk dan dikucilkan oleh

Page 77: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

77

dunia internasional, bahkan termasuk oleh Uni Soviet, namun pengucilan ini tidak

berlangsung terlalu lama setelah Cina berpihak kepada NAM (non aligned

movevement) atau gerakan non blok. (Taufik, Ibid : 24)

Pada tahun 1972 presiden AS Richard Nixon mengusulkan Cina menjadi

anggota tetap PBB yang mempunyai hak veto untuk menggantikan Taiwan,

Dengan masuknya Cina dalam keanggotaan PBB Cina mulai terbuka terhadap

dunia barat dan satu persatu negara-negara di dunia mengadakan hubungan

diplolmatik dengan Cina. (Taufik, Ibid : 24) Semenjak Cina membuka diri

terhadap dunia internasional, negara-negara di dunia mulai menanamkan investasi

dari luar negeri walaupun cakupannya masih terbatas.

Setelah era Mao Zedong berakhir dan digantikan oleh Deng Xiaoping pada

tahun 1978, Cina menjadi sebuah bangsa yang terbuka terhadap dunia barat tidak

seperti Cina pada era Mao Zedong yang tertutup terhadap duina barat. Sejak

berkuasanya Deng Xiaoping Cina menjalankan dual sistem yaitu secara politik

tetap komunis secara ekonomi Cina menjalankan sistem kapitalis atau sistem

sosialisme pasar. Walaupun pada masa pemerintahan Deng Xiaoping muncul

demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa dan masyarakat pro demokrasi yang

berjumlah sekitar 10.000 sehingga meletusnya tragedi Tian’anmen, Indikator

prekonomian Cina memang berubah derastis setelah reformasi ekonomi Cina,

reformasi ini merujuk pada program ekonomi dengan karakteristik khas Cina.

Program reformasi Cina yang diluncurkan oleh Deng Xiaoping terdiri dari

dua unsur utama, pertama, mengubah sistem insentif dan kepemilikan dimana

milik pribadi menjadi lebih dominan daripada milik negara. Kedua, membuka

pintu artinya liberalisasi perdagangan luar negeri, investasi asing dan domestik.

Page 78: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

78

Kebijakan investasi asing yang liberal dilengkapi peraturan ketat, yang

mewajibkan berbagai perusahaan asing untuk melakukan transfer technology

kepada berbagai perusahaan domestik, sebagai imbalan di bukanya pasar

domestik Cina yang besar bagi berbagai perusahaan asing. (Wee, kompas, 2009)

Sejak Deng Xiaoping meluncurkan program reformasi ekonomi tahun 1979,

ekonomi Cina mengalami pertumbuhan. Akibat pertumbuhan ekonomi rata-rata

sebesar 10% pertahun dan berlangsung hampir 30 tahun, menurut perkiraan Bank

Dunia, persentase penduduk Cina yang hidup di bawah garis kemiskinan telah

menurun dari 60% pada 1978 menjadi 7,0% pada 2007. Ini berarti sejak 1979

kesejahteraan ratusan juta penduduk Cina yang miskin dapat ditingkatkan, suatu

kinerja yang tiada taranya dalam sejarah ekonomi dunia. (Wee, kompas, 2009)

Jika banyak pendapat bahwa SDM Cina sangat murah, sebenarnya SDM

Cina bukanlah yang termurah jika dibandingkan dengan para pekerja di negara-

negara miskin di Asia Tenggara atau Afrika. Namun, Cina memiliki tenaga kerja

yang handal dan patuh yang tertanam dari ajaran Konfusinisme. Tenaga kerja

yang tersedia di Cina juga tidak hanya buruh rendahan tapi sejumlah sarjana dan

ilmuan yang jumlahnya sangat banyak. Cina sangat mencolok dalam tingkatan

doktoral. Pada tahun 2002 menurut National Science Foundation (NSF), 2.395

Siswa Cina meraih gelar Doktor dibidang sains dan rancang bangun. Sebagai

pembanding, India hanya memiliki 678 lulusan yang sama saat itu.

Jumlah penduduk yang besar ini juga bukan hanya berarti tenaga kerja

yang melimpah tapi juga pasar yang besar. Kenyataan di atas menarik banyak

investor asing untuk berinvestasi di Cina. Investasi asing telah menyebabkan

pertumbuhan industri yang kian pesat juga alih teknologi yang sangat

Page 79: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

79

menguntungkan. Investasi asing ini merupakan modal yang membuat Cina terus

tumbuh.

Secara keseluruhan kebangkitan Cina disokong oleh kebijkan-kebijakan

ekonomi yang mampu memacu industri-industri strategis dan memacu ekspor.

Kebijakan-kebijakan inilah yang seringkali menjadi konflik bagi Cina dan AS.

Selama seperempat abad AS mengalami defisit perdagangan yang kini mencapai

0,5 triliun Dollar AS per-tahun, ini merupakan defisit perdagangan terbesar di

dunia dan Cina merupakan penyebab defisit terbesar bagi AS.

GDP (gros domestic product) Cina meningkat empat kali lipat. Cina

menggunakan sistem ekonomi yang sentrakistik untuk mengatasi masalah

kemiskinan yang terjadi akibat kegagalan sistem ekonomi di periode sebelumnya.

Sebelumnya pendapatan orang Cina yang tergolong miskin hanyalah $1/hari

sebanyak 643 juta orang di tahun 1981 menjadi 212 juta di tahun 2002.

Pemerintah Cina menjamin hak milik pribadi serta menerapkan sisitem harga

tetap terhadap barang hasil produksi serta memberikan stimulus berupa insentif

kepada pengusaha daerah dan petani. Karena selama ini angka kemisknan banyak

terjadi di wilayah pedesaan. Dengan diberikannya stimulus tersebut maka

semangat para petani serta pemerintahan daerah menjadi lebih tinggi. Semangat

tersebut tentunya akan memicu produksi tinggi dan memicu pertumbuhan

ekonomi di Cina. Namun Cina tetap berusaha mempertahankan badan umum

milik negara (BUMN) yang mereka miliki padahal itu dapat menjadi hambatan

dalam perekonomian Cina sendiri. BUMN yang bermasalah dengan keuangannya

akan menyedot hasil penghasilan yang diperoleh, namun jika pertumbuhan

Page 80: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

80

ekonomi Cina terus meningkat dan stabil maka hal itu tidak menjadi masalah yang

begitu besar.

Reformasi ekonomi ini memiliki tujuan peningkatan ekonomi bagi kaum

miskin dengan cara memaksimalkan kemampuan serta apapun yang dimiliki oleh

masyarakat miskin tersebut agar berguna bagi kehidupan masing-masing. Para

pengusaha daerah dan petani yang dikenal dengan sebutan (township and village

enterprises) TVEs memiliki beberapa kelemahan diantaranya tidak adaya

kewenangan bagi mereka atas pemasukan maka mereka tidak dapat

menyelamatkan TVEs yang memilki kinerja buruk. (Todaro dan Smith, 2006 : 23)

Kebijakan open door policy sukses menarik investor datang ke Cina.

Padahal pada saat itu Cina terus dibayangi oleh kemajuan ekonomi negara

disekitarnya seperti Korea selatan dan Taiwan. (Siswanto, 1997 : 72) Dapat dilihat

akibat dari open door policy memang membawa angin perubahan yang sangat

fantastis terhadap perekonomian.

Hal ini di mulai pada akhir perang dingin, Cina memperoleh kesempatan

untuk fokus terhadap satu tujuan yaitu pertumbuhan ekonomi. Sistem ekonomi

yang terbentuk kembali dengan keterbukaan Cina terhadap investasi asing juga

menjadi lebih terintegrasi dengan komunitas internasional.

Sebelumnya Cina hanya dikenal dengan pembangunan ekonomi model

new industrialized countries (NIC) sampai pertengahan 1970, Cina masih di

pengaruhi akibat revolusi kebudayaan dan baru bangkit kembali

perekonomiannya, Deng Xiaoping yang pada tahun 1978 menjabat sebagai

pemimpin Cina melaksanakan “gaige kaifang” atau reformasi atau membuka diri

(open door policy), disinilah awal mula kebangkitan ekonomi Cina. Hal ini terus

Page 81: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

81

berlanjut, sampai dengan tahun 1998 memang reformasi di Cina belum sukses

secara total dan tidak membuat Cina untuk mengalihkan planed ekonomi ke

sistem free market karena melihat berkuasanya invisible hand, dan akhirnya Cina

menyiasatinya dengan memprivatisasi perusahaan pemerintah kepada swasta ,

Cina menerapkan new deal yang hampir sama dengan apa yang dijalankan oleh

Roosevelt di AS sehingga pada era krisis moneter 1998 yang melanda Asia, Cina

tidak terkena dampaknya. (Clyde, Paul and Beers, 2001 : 10)

Dalam masa pemerintahannya, Deng Xiaoping memasukan unsur investasi

asing selain unsur pertanian, industri dan politik yang sudah ada pada masa

pemerintahan sebelumnya. Investasi di Cina di buka dengan luas sementara

pemerintah memiliki peran sebagai penjamin keamanan, stabilitas politik,

memotong jalur birokrasi serta menjamin perlindungan lainnya. Semua kebijakan

yang diterapkan Deng Xiaoping bertujuan untuk mendukung tumbuhnya industri

dan memacu ekspor. Masuknya invetasi di Cina membuat Cina tidak lagi hanya

mengandalkan sektor agrikultur tapi juga sektor industri yang maju pesat. Konsep

pintu terbuka terus dijalankan hingga kepemimpinan Jiang Zemin dan Hu Jintao.

Open door policy ditandai dengan pengiriman nota diplomatik oleh Jhon

Hay (Menlu AS) yang berisi ajakan untuk melaksanakan nilai persamaan dalam

perdagangan dan nota yang kedua yang berisi mengenai ajakan AS untuk

mengakui kesatuan wilayah dan administrasi Cina. Nota tersebut medapat

berbagai respon dari negara yang menerimanya. Jerman, dan Rusia menolak nota

tersebut sedangkan Perancis dan Jepang tidak konsisten. AS yang pada saat itu

dipimpin oleh seorang ekonom yaitu Mckinley yang memilki pandangan

mengenai perjuangan terhadap kaum petani dan golongan industri. Melihat situasi

Page 82: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

82

ekonomi Cina yang semakin memburuk, maka pada masa itu Cina memilih

kebijakan tersebut sebagai langkah yang diambil. Dengan menambahkan unsur

insentif dan pasar bebas yang dijadikan stimulus bagi semangat produksi para

pengusaha daerah dan petani diharapkan dapat memperbaiki kondisi ekonomi

negaranya. (Siswanto, opcit)

Kebijakan ekonomi Cina adalah pragmatis yang didasarkan atas evaluasi

pengalaman dalam pelaksanaan berbagai eksperimen program pembangunan yang

mereka sebut mencari kebenaran dari kenyataan konkrit, seperti sistem tanggung

jawab rumah tangga yang pada akhir 1970-an telah meninggalkan sistem

pertanian kolektif dan mengembalikan usaha tani kepada para petani. Hasilnya,

kenaikan pesat dalam produktivitas, hasil produksi, dan pendapatan petani tanpa

memerlukan pengeluaran besar dari Pemerintah Cina.

Kebijakan ekonomi yang pragmatis juga tercermin pada kebijakan pintu

terbuka bagi investasi asing. Meski dari tahun ke tahun sistem insentif dan

peraturan mengenai investasi asing terus disempurnakan, insentif dan peraturan

tentang investasi asing tetap menarik bagi investor asing. Dengan demikian, Cina

menerima investasi asing dalam jumlah amat besar, jauh melebihi investasi asing

ke negara-negara kawasan Asia-Pasifik lainnya (di luar Jepang). Semula,

Pemerintah Cina juga memberi prioritas pada pembangunan industri-industri

manufaktur ringan dan menengah yang padat karya dan berorientasi ekspor yang

hanya memerlukan jumlah investasi kecil tetapi dalam waktu singkat

menghasilkan lonjakan jumlah produksi, seperti tekstil, garmen, alas kaki, mainan

anak, dan barang elektronik konsumsi.

Page 83: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

83

Kenyataannya, industri ini telah mempekerjakan puluhan juta orang yang

datang dari pedesaan. Namun, setelah krisis finansial global juga melanda Cina,

puluhan juta pekerja ini kembali ke pedesaan karena pasar ekspor mereka

mengalami kontraksi. Program reformasi ekonomi Cina yang diluncurkan Deng

Xiaoping disebut Gai Ge Kai Feng, terdiri dari dua unsur utama. Pertama,

mengubah sistem insentif dan kepemilikan di mana milik pribadi menjadi lebih

dominan daripada milik negara. Kedua, membuka pintu, artinya liberalisasi

perdagangan luar negara, investasi asing dan domestik. Kebijakan investasi asing

yang liberal dilengkapi peraturan ketat, yang mewajibkan berbagai perusahaan

asing untuk mengalihkan teknologinya ke berbagai perusahaan domestik, sebagai

imbalan dibukanya pasar domestik Cina yang besar bagi berbagai perusahaan

asing.

Selain itu, Pemerintah Cina berhasil membangun jaringan prasarana fisik,

terutama sistem transportasi yang luas dan efisien, yang implementasinya

didasarkan atas pemulihan ekonomi total. Artinya, penghasilan dari pengenaan

tarif yang dibayar para pengguna prasarana ini harus menutupi semua biaya yang

diperlukan untuk operasi dan pemeliharaan prasarana.

Program reformasi ini juga memberi prioritas tinggi pada pertanian dan

pembangunan pedesaan. Kenyataan menunjukkan hal ini belum begitu berhasil,

yang juga diakui Presiden Hu Jintao. Presiden Jintao menyerukan perwujudan

suatu masyarakat yang serasi yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan

antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Page 84: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

84

A.3. Masuknya Cina Kedalam World Trade Organizations (WTO)

A.3.a. Latar Belakang dan Tujuan Cina Menjadi Anggota World

Trade Organizations (WTO)

Pada era Perang Dingin, rivalitas antara blok barat dan blok timur dalam

berbagai bidang begitu kuat. Contohnya saat AS bersama sekutu-sekutunya

berusaha memblokade dunia dari bahaya komunis yang saat itu dipimpin Uni

Soviet. Dalam tingkat internasional, terlihat dari berbagai doktrin AS seperti

Marshall Plan (1947), maupun rezim internasional seperti Bretton Woods (1944)

yang kemudian melahirkan International Monetary Fund (1945) dan World Bank

(1944), General Agreement on Trade and Tariff/ (GATT) (sekarang World Trade

Organization/WTO) pada tahun 1948, Washington Consensus (1989), hingga

pakta pertahanan seperti NATO (1949). Pada dasarnya, metode-metode politis

tersebut berfungsi untuk mengamankan kepentingan AS dan sekutunya, sekaligus

menghadang meluasnya doktrin komunisme ke dunia itu. Salah satu buktinya

terlihat dalam bidang ekonomi di mana rezim WTO (berdiri 1 Januari 1995) yang

kini beranggotakan atas 128 negara anggota jelas merupakan kelompok eksklusif

masyarakat internasional yang memberikan hak-hak istimewa kepada negara-

negara anggotanya seperti pembukaan hubungan dagang antar negara anggota,

penghapusan atau peminimalisiran bea masuk impor, beserta kewajiban negara

anggota berupa syarat-syarat keanggotaan yang tentunya tidak mudah (Griffiths &

O’ Callaghan, 2002:338-341)

Pada awalnya, pertimbangan dan tujuan Cina menjadi anggota WTO

adalah alasan ekonomis semata, yakni sebagai wahana untuk mencapai akselerasi

Page 85: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

85

industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi. Cina menginginkan pembukaan pasar

global sehingga produk-produk ekspornya bisa masuk dan sekaligus investasi

asing bisa menggairahkan perekonomian negara yang dikatakan berada pada tahap

awal sosialisme itu. Beberapa tujuan konkrit Cina atas keanggotaannya di WTO,

antara lain:

1. Mempermudah ekspor Cina ke negara-negara anggota WTO lainnya,

terutama pasar AS dan Uni Eropa;

2. Menghapus batasan perdagangan dan memperluas akses pasar bagi barang-

barang domestik dan luar negeri;

3. Mencapai industrialisasi secara cepat (revolusi industri) dan alih teknologi

negara maju;

4. Meningkatkan pendapatan dalam negeri dari sektor ekspor dan investasi

asing (Foreign Direct Investment/FDI); dan

5. Memperoleh prestise di mata dunia internasional. Khusus mengenai poin

kelima ini, meminjam istilah yang dikemukakan sinolog I. Wibowo, Cina

juga akan menikmati “keuntungan kasat mata/intangible benefits” melalui

jalur keanggotaan WTO. (Wibowo, opcit : 63)

Berikut beberapa keuntungan konkrit yang sudah dinikmati Cina setelah

bergabung dengan WTO, antara lain: (Brahm, 2002:65)

1. Hingga tahun 2002, Cina memiliki hubungan dagang bebas dengan 127

negara anggota WTO lainnya;

2. Peningkatan industrialisasi Cina dan alih teknologi tingkat tinggi berhubung

semakin terbukanya investasi asing;

Page 86: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

86

3. Penghargaan yang semakin tinggi terhadap hak kekayaan intelektual

(HAKI), hak paten produk/trademark sehingga rakyat Cina bisa lebih

kreatif, inovatif, dan berkompetisi secara sehat dalam sistem yang

melindungi karyanya;

4. Otoritas dan rakyat Cina di satu sisi diuntungkan oleh pemasukan berbagai

jenis pajak baru dan arus investasi asing yang masuk;

5. Semakin meningkatkan sumber daya manusia (SDM) rakyat Cina, dan lain-

lain.

Mengkaji Kesuksesan Cina dalam Rezim Internasional WTO merupakan

salah satu rezim internasional yang dituding negatif oleh banyak pihak karena

terlalu menguntungkan kepentingan negara-negara maju, dan merugikan negara-

negara berkembang yang mayoritas gagal berkompetisi karena kalah bersaing

dalam hal modal, teknologi, arus informasi, lintas jasa, SDM, dan lain-lain.

(Jhamtani, 2005:45) Tidak hanya itu, pada pandangan ekstrim rezim-rezim global

seperti IMF dan World Bank dianggap sebagai ‘serigala berbulu domba’ yang

cenderung membuka dunia ketiga demi kepentingan negara-negara maju, daripada

tujuan dasarnya mengurangi tingkat kemiskinan global. (Griffiths dan

O’Callaghan : 334) Namun, kartu ini ternyata berhasil dimainkan Cina, dan

Maksud dari pernyataan ini adalah Cina percaya bahwa prestise negaranya akan

naik di mata internasional dan memperkuat legitimasinya baik di dalam negeri

maupun di luar negeri, terutama dalam kerangka persaingannya dengan Taiwan

dan dengan kubu konservatif di dalam pemerintahan internalnya.

Pada dasarnya, keberhasilan Cina dalam memanfaatkan tantangan

globalisasi setidaknya dapat dipandang dalam dua pendekatan, yaitu:

Page 87: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

87

1. Menurut pendekatan liberalis; dan

2. Peran kubu reformis dalam decision-making Partai Komunis Cina.

Definisi rezim, antara lain Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang

dimaksud dengan “rezim” adalah tata pemerintahan negara atau pemerintahan yg

berkuasa. (Alwi, 2002 : 954) Sedangkan, dalam bidang politik rezim berarti

bentuk pemerintahan atau seperangkat aturan, norma-norma sosial atau

kebudayaan yang mengatur jalannya suatu pemerintahan dan interaksinya dengan

masyarakat. Dalam studi Hubungan Internasional ada satu pendekatan utama

terkait rezim ini, yakni pendekatan liberalis. Menurut tradisi liberalis, contohnya

seperti yang dikemukakan Robert Keohane, rezim yang dilandasi oleh kerja sama

adalah “Institutions possesing norms, decision rules, and decision making

procedures which facilitate a convergence of expectations.” ( Keohane, 1984 : 59)

Tabel 1Pandangan dasar tradisi liberalisme dalam Teori Hubungan Internasional

No Dasar asumsi Perspektif Liberalisme

1 Unit analisis aktor negara dan aktor non-negara sama pentingnya

2 Cara pandang aktor-aktor negara dipecah ke dalam beberapa komponen, beberapa di antaranyadapat bertindak secara transnasional

3 Dinamika perilaku aktor pembuatan kebijakan luar negeri dan proses-proses transnasionalmelibatkan konflik, tawar-menawar, koalisi, dan kompromi

4 Isu utama Sosial ekonomi, tingkat kesejahteraan yang dianggap lebih penting daripada isukeamanan nasional semata

Sumber: Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi, International Relations Theory: Realism, Pluralism, Globalism,(New York: Macmillan Publishing Company, 1993)

Seperti yang dijabarkan Keohane, pendekatan liberalis dalam memandang

rezim menekankan tentang pentingnya keberadaan rezim (di luar aktor negara)

yang dapat mempengaruhi aktor negara/aktor-aktor internasional lainnya

(perspektif negara sebagai non-satu-kesatuan aktor unit yang bisa dipecah).

Asumsi dasarnya adalah bahwa bentuk kerja sama antar negara merupakan

norma/etika/value yang mendasari pencapaian kepentingannya.

Page 88: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

88

Dapat dikatakan, rezim menurut perspektif liberalis adalah bentuk kerja

sama internasional. Sesuai dengan definisi dasarnya, rezim mencakup berbagai

bentuk isu internasional, dan biasanya satu rezim terfokus pada satu isu tertentu

dengan anggota-anggota yang tidak hanya terdiri dari negara. Berangkat dari

pendekatan interest-based liberalis, dalam konteks ini dikatakan bahwa WTO bisa

berjalan tanpa satu kekuatan hegemoni tertentu sebab terdapat “convergence of

expectations” atau yang diinterpretasikan sebagai “ekspektasi/harapan dari

masing-masing konstituen rezim yang terkumpul dalam satu wadah pertemuan”.

WTO sebagai rezim memfasilitasi kerja sama dengan menciptakan standar-

standar tertentu bagi para anggotanya. Ketika semua anggota negara berharap agar

partisipan lain bekerja sama maka kemungkinan melangsungkan kerja sama

secara konstan dapat terus meningkat. Jadi, tidak sepenuhnya benar dikatakan

bahwa konflik adalah dasar dari sistem anarki dunia.

Terkhusus mengenai kesuksesan Cina dalam rezim internasional,

pendekatan liberalis merupakan salah satu kunci dalam menjelaskan

kepragmatisan Cina. Cina sebagai aktor negara tidak menyangkal adanya bentuk

kerja sama internasional, terutama dalam bidang ekonomi, bahkan dengan rezim

terdiktator di dunia sekalipun, seperti beberapa negara di Afrika. (Navarro, 2008 :

95-110) Hal ini yang tidak akan dilanggar oleh perusahaan multinasional (MNC)

AS atau Uni Eropa ‘seliberal’ apa pun. Negara-negara barat, terutama AS sangat

khawatir dengan politik luar negeri nasionalis-pragmatis Cina itu. Berkali-kali

presiden Hu Jintao mengelak dari tudingan-tudingan negatif dengan

mengeluarkan jargon-jargon seperti “Tanpa syarat politik apa pun, murni

kepentingan bisnis” hingga jargon “hexie shijie atau hexie shehui (masyarakat

Page 89: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

89

dunia yang harmonis)”. Agen-agen pembangun ekonomi Cina tersebar ke seluruh

dunia, seringkali tanpa pandang bulu latar belakang mitra bisnisnya. Mereka tidak

terlalu ambil pusing dengan embel-embel seperti “demokrasi” yang diusung AS

selama ini. Semangat pragmatis Cina dalam mengejar kekayaan dan kemuliaan

(termasuk prestise di mata internasional) tertanam dalam-dalam di hati rakyat

Cina.

Sebenarnya, pengadopsian ideologi dan sistem yang serba baru ini sudah

tercermin dari tiga ujaran populer oleh Deng Xiaoping sejak dua dekade lalu,

yaitu “sosialisme tidak berarti kemiskinan, sosialisme justru melenyapkan

kemiskinan”, “tidak peduli kucing hitam atau putih, selama dia bisa menangkap

tikus”, dan “zhi fu shi guangrong (menjadi kaya itu mulia)”. Dengan dasar-dasar

fundamental itu, arah politik domestik dan internasional Cina kemudian berubah

total, khususnya setelah tahun 1978. Dalam dinamikanya, di satu sisi pemerintah

Cina tetap memegang kontrol makro (hongguan tiaokong) dan membangun kerja

sama internasional dengan siapa saja yang penting bagi national interest-nya, dan

di satu sisi menghalalkan praktik kapitalisme di negaranya. (Wibowo, op.cit)

Akan tetapi, pendekatan liberalis dalam konteks ini bukan tanpa

kelemahan. Pemerintah Cina adalah aktor Negara (state actor) yang sangat

dominan dalam hampir semua aspek. Bahkan semua perusahaan multinasional

(mayoritas adalah BUMN) yang menjadi ujung tombak dan agen pembangunan

ekonomi bukan milik swasta (dikendalikan secara ketat oleh negara). Pendekatan

liberalis dan cara memandang kesuksesan Cina hanya terletak pada

kemampuannya untuk menjelaskan indikator kepragmatisan Cina dalam

memperjuangkan kepentingan nasionalnya, serta variabel penjelas dalam

Page 90: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

90

perspektif liberalis yang memecah otoritas Cina menjadi beberapa unit yang dapat

dipengaruhi pihak-pihak lain. Dalam konteks kesejarahannya, ada tendensi bahwa

Cina melawan kekuatan barat dengan ala barat juga, sesuatu yang sudah lazim

terjadi bahkan sejak sistem dinasti Cina tumbang.

Apabila ditanyakan, apakah benar bahwa rezim itu (WTO) memengaruhi

otoritas Cina? Jawabannya adalah ya. Tapi hingga sejauh mana? Perlu

digarisbawahi bahwa terdapat derajat kepentingan tertentu antara rezim

internasional dan negara ini. Bagi Cina, seperti yang telah kemukakan

sebelumnya, WTO hanya sebatas kendaraan yang memfasilitasi politik luar negeri

dan kepentigan nasionalnya. Cina mungkin bersedia tunduk pada standar-standar

yang ditetapkan WTO, tapi Cina yang hingga saat ini dianggap tidak patuh penuh

kepada WTO (uneven and incomplete), ternyata memiliki ambisi sendiri untuk

mengubah rezim WTO dari dalam sesuai dengan kepentingan Cina. Cina yang

ditekan oleh anggota WTO lain, terutama AS, tidak akan-akan terburu-buru taat

pada tekanan AS atau negara mana pun. Bukan tidak mungkin, Cina yang

kekuatan ekonominya semakin meraksasa dari waktu ke waktu dapat merapatkan

barisan negara-negara berkembang dalam memengaruhi pembuatan pasal-pasal

WTO yang selama ini selalu didikte oleh negara-negara maju. (Wibowo, op.cit :

76-78)

Sedangkan bagi WTO yang dengan catatan didominasi oleh negara-negara

maju (AS, Uni Eropa, dan Jepang), Dari segi politis, pemerintah asing memiliki

motif tersendiri atas keanggotaan Cina di WTO. Mereka berharap bahwa dengan

mengintegrasikan Cina ke dalam rezim perdagangan secara formal dan juga rezim

investasi, Cina akan duduk pada landasan yang sama sehingga aneka pertikaian

Page 91: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

91

dapat diselesaikan dengan mudah. Cina akan didorong untuk menjalankan sistem

undang-undang ekonomi yang lebih transparan. AS, secara khusus berharap

bahwa dengan integrasi Cina ke dalam ekonomi dunia, Cina juga akan mengalami

perubahan dalam sistem politiknya, keterbukaan ekonomi akan mendukung

lahirnya demokrasi. (Pearson, 1999 : 166)

Disamping itu, dengan masuknya Cina sebagai anggota WTO, pasar Cina

semakin terbuka bagi kegiatan perdagangan international. Hal tersebut dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2Reduksi Tarif (%) setelah Cina masuk WTO

Sector Tarif terkini Tarif 2005Automobile 70-80 25Wine 65 20Cigarettes 65 25Citrus 40 12Auto parts 35 10Barley malt 30 10Textiles and apparel 25,4 11.7Electronics 13,3 0IT Products 13 0Chemicals 16 6Construction equipment 13,6 6,4Agricultural equipment 11,5 5,7Pharmaceutical 9,6 4,2Steel 10,3 6,1

Sumber: US State Department, US-China Business Council, 2006.

A. Keuntungan Masuknya Cina kedalam WTO

Pada awalnya Cina mengejar keuntungan yang bersifat ekonomi semata

yaitu sebagai sarana untuk mencapai industrialisasi yang cepat untuk

meningkatkan pendapatan lewat ekspor yang tinggi serta modal dari luar, selain

itu Cina juga akan mendapatkan keuntungan yang tak dapat disentuh (intangible),

dengan mengikut sertakan Cina kedalam organisasi internasional, pemerintah

Page 92: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

92

Cina akan memperoleh prestise internasional dan dengan demikian memperkuat

legitimasinya baik dalam negeri maupun luar negeri.

Dari sudut ekonomi keuntungan yang dapat diraih Cina dapat ditafsirkan

dari beberapa tolak ukur, menurut bank dunia, diperkirakan pada tahun 2020

share Cina pada perdagangan akan naik tiga kali lipat dari sekarang, itu berarti

mencapai 10%. Cina akan mengimpor dalam jumlah yang lebih besar dari beras

sampai alat semi konduktor. Pada saat yang sama, Cina akan mengekspor dalam

jumlah yang berlipat-lipat barang yang diproduksi dengan padat karya. Menurut

perhitungan ini pula Cina akan menjadi trading nation nomor dua terbesar didunia

setelah AS dengan share 12% dan mendahului Jepang dengan share 5%.

Sedangkan menurut direktur jenderal dari WTO 2002, Supachai Panitchpakdi,

buruh Cina juga akan menarik keuntungan, bank dunia memperkirakan bahwa

upah buruh tak berkeahlian tiga setengah kali lipat pada tahun 1992 sampai 2020.

Buruh berkeahlian juga akan menikmati keuntungan yang sejajar dengan kenaikan

upah di dunia. Para pengusaha pengusaha domestik juga akan memetik

keuntungan.(Wibowo,2007:65)

Cina terkenal dengan proteksionisme lokal yang diterapkan oleh pejabat

daerah. mereka sering kalah bersaing dengan perusahaan asing yang memperoleh

tax breaks dan perlakuan istimewa lain dari WTO, karena setelah masuk WTO

sumber daya harus dialokasikan sesuai dengan hukum pasar dan peraturan-

peraturan harus diubah sesuai dengan situasi baru itu. Selain itu Cina diramalkan

akan mereformasi dalam sistem perbankan yang saat ini masih amat lemah dan

rentan, dengan non performing loans yang mencapai 25-40 dari seluruh pinjaman

maka tidak ada jalan lain selain reformasi, dengan menjadi anggota WTO Cina

Page 93: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

93

akan didorong kuat untuk mengubah sistem perbankannya sesuai dengan standar

internasional.

B. Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat

B.1. Sejarah Diskriminasi Kebijakan Perdagangan AS

Pasca perang dunia II AS telah memainkan peran paradoks dalam

perkembangan sistem perdagangan internasional, AS memperjuangkan prinsip

tanpa diskriminasi dalam perdagangan dunia, namun tetap diterapkan dalam

sistem perdagangannya. Sementara itu AS terus mempromosikan prinsip the most

favored nation (MFN) dalam General Agreement on Tariffs and Trade (GATT),

perdagangan AS juga memelopori penggunaan langkah perdagangan bilateral,

termasuk voluntary export restraints (VERs) dan orderly marketing agreements

(OMAs), untuk melindungi industri dalam negeri yang terpengaruh oleh impor

yang tumbuh pesat.

Secara eksplisit tindakan diskriminatif AS, pertama kali diterapkan kepada

Jepang dan kemudian ke negara eksportir lain, sebagian besar eksportir negara

Asia Timur ke pasar AS, jelas hal itu melanggar prinsip GATT. Selain itu, AS

memilih langkah-langkah di atas non-diskriminatif, namun tindakan perlindungan

diperbolehkan sesuai Pasal XIX dari GATT. Perdagangan diskriminasi juga

dipupuk melalui dinegosiasikannya VIEs dengan Jepang dan mitra dagang

lainnya. diskriminasi kebijakan perdagangan AS tetrhadap Jepang sebenarnya

dimulai bahkan sebelum Perang dunia II dengan negosiasi di tahun 1930-an dari

VERs Jepang ke AS dalam beberapa jenis tekstil katun (Metzger 1971, 170-1).

Page 94: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

94

Meskipun impor dari Jepang yang relatif kecil terhadap pasar AS, mereka

tetap dianggap ancaman karena volume meningkat pesat dan terkonsentrasi dalam

beberapa kategori produk. perjanjian VERs didorong oleh ancaman tindakan

sepihak AS. Tapi di awal periode sesudah perang dunia II, dengan ekonomi yang

kacau balau, Jepang hampir tidak muncul menjadi suatu ancaman kompetitif bagi

industri AS, bahkan AS membantu dalam rekonstruksi industri tekstil Jepang dan

juga pada tahun 1955 memperjuangkan Jepang masuk ke dalam GATT yang

selanjutnya disebut WTO.

Tentu saja, tindakan diskriminasi perdagangan, baik ekspor-impor yang

membatasi, memiliki efek eksternal penting pada sektor-sektor lain. Apa yang

dimulai dengan VERs Jepang yang membatasi ekspor tekstil katun ke AS

akhirnya memuncak pada Pengaturan Multi Fibre global (MFA), sebagai produk

tidak terbatas dan kemudian negara-negara pengekspor terbatas mengisi

kesenjangan impor.

Diskriminasi terhadap Cina juga telah tergambar dalam aplikasi AS dalam

konsisten undang-undang WTO tentang perdagangan yang tidak adil seperti anti

dumping. kriteria elastis telah membuat instrumen hukum dumping, kebijakan

yang paling populer untuk industri AS yang mencari perlindungan dari persaingan

impor, terutama impor dari transisi ekonomi dikategorikan sebagai pasar non-

ekonomi pertahun. Akhir-akhir ini Cina telah menjadi target besar tindakan anti

dumping AS dan di seluruh dunia. (Messerlin 2004:56)

Karena margin dumping untuk Cina dihitung secara berbeda dibandingkan

kebanyakan negara lain dan mengakibatkan tugas antidumping adalah biasanya

jauh lebih besar, statistik ini dapat mengecilkan dampak tindakan antidumping

Page 95: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

95

ekspor Cina ke AS. Bentuk lain dari praktek sanksi WTO yaitu menawarkan

pilihan akses pasar ke beberapa negara. sebagian besar preferensi khususnya

kekaisaran Inggris mendukung negara-negara Persemakmuran (Dam 1970, 14).

Respon terhadap tekanan dari penerima manfaat potensial dan United

Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), sebagai pengabaian

WTO pada tahun 1971 memprakarsai Generalized System of Preferences (GSP).

Berdasarkan GSP, diproduksi ekspor dari less-developed countries (LDCs)

terbatas memperoleh akses khusus ke pasar negara-negara industri maju (Pearson

2004, 105). AS awalnya menentang GSP, dengan alasan bahwa itu melemahkan

prinsip WTO, dan juga dari praktis kekhawatiran bahwa impor lebih murah dari

negara-negara berkembang yang akan membanjiri pasar AS. Sistem versi AS

akhirnya diterapkan pada tahun 1976, termasuk sektor sensitif LDC, tidak hanya

tekstil dan pakaian tapi juga sepatu dan baja, di mana persaingan eksportir dari

negara-negara berkembang sudah memasuki penjualan domestik.

Mungkin yang paling penting bagi lingkungan perdagangan saat ini adalah

perkembangan di seluruh dunia, yaitu diskriminatif perjanjian perdagangan.

Dimulai pada pertengahan tahun 1980-an, Amerika secara agresif

mempromosikan free trade area (FTA) dengan berbagai mitra, yang anggotanya

tidak hanya dari negara-negara barat. Meskipun FTA awalnya mucul dari prustasi

AS dengan lambatnya upaya multilateral dalam WTO, upaya terus berlanjut

selama dan bahkan setelah negosiasi multilateral Putaran Uruguay. perjanjian

perdagangan tersebut telah disetujui berdasarkan Pasal XXIV WTO, awalnya

dimaksudkan untuk memfasilitasi serikat ekonomi di Eropa tetapi yang muncul

adalah sebagai jalan utama dengan prinsip WTO.

Page 96: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

96

AS saja telah banyak melakukan negosiasi mengenai FTA, di samping

Perdagangan Bebas Amerika Utara dan juga berpartisipasi dalam berbagai

perjanjian. Setiap negara dikecualikan dari akses khusus adalah jelas merugikan.

Memang, perjanjian khusus telah menjadi penentu keberhasilan ekspor pasar

utama. Mitra dagang AS, termasuk Association of Southeast Asian Nations

(ASEAN), saat ini FTA ASEAN denga AS mulai merasa stagnan dan kurang

untuk memperluas akses pasar daripada mempertahankan akses mereka saat ini

(Naya dan Plummer, 2005:87).

B.2. Kebijakan Perdagangan AS Terhadap Cina

Banyak faktor yang terlibat dalam penentuan kebijakan perdagangan AS

terhadap Cina, Tujuan Utama dari bagian ini adalah untuk menggambarkan

pengaruh dari beberapa faktor penting dalam penentuan kebijakan perdagangan

AS terhadap Cina.

Dalam hal ekonometrik, faktor-faktor tersebut menanggung variabel yang

lebih besar daripada yang lain. Sebagian besar mengusulkan model yang ada

variabel-variabel berikut sebagai penentu utama trade policy : industry size,

employment, concentration ratio, level sof imports, and changes in import level

(Gawande dan Krishna, 2001:78). Bahkan, variabel tersebut sangat penting bagi

faktor-faktor penentu kebijakan perdagangan, tetapi hanya di level industri.

Seperti model teoritis yang mencoba untuk menghubungkan variabel-variabel

tertentu untuk penentuan kebijakan perdagangan di tingkat industri, tanpa

pertimbangan untuk melakukan kerja sama, ketika merujuk kepada determinasi

kebijakan perdagangan AS terhadap Cina pada tingkat industri atau tingkat

Page 97: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

97

nasional, ada beberapa variabel baru yang harus dipertimbangkan. Variabel ini

sebagian besar diabaikan dalam model yang ada yaitu :

1. Strategi Politik

Meskipun tidak dapat diklaim dengan pasti bahwa strategi politik mutlak

atas pertimbangan ketika memutuskan sebuah kebijakan perdagangan AS

terhadap Cina, namun cukup jelas bahwa faktor politik sering dianggap lebih

penting daripada masalah ekonomi. Kebijakan Perdagangan AS terhadap Cina

berkonsentrasi pada beberapa tujuan, tidak semua dari hal tersebut kompatibel,

sering ada konflik antara tujuan-tujuan tersebut, tujuan politik diletakkan di daftar

atas dengan mengorbankan tujuan ekonomi dan kepentingan lainnya. Contoh khas

politik yang berorientasi dalam memutuskan kebijakan perdagangan terhadap

Cina, seperti Cina mengakuisisi perusahaan AS, Untuk bebrapa pembuat

kebijakan di AS, usaha-usaha perusahaan dengan kepemilikan Cina yang besar,

membuat tawaran untuk mengambil alih perusahaan utama AS merupakan risiko

untuk kepentingan keamanan nasional AS. Mereka percaya bahwa Pemerintah

Cina memiliki rencana untuk menjadikan perusahaan dibawah kontrolnya,

makadari itu pembelian perusahaan internasional besar oleh Cina dengan tujuan

untuk memperoleh nama dan merek mereka sehingga menjadi perusahaan global.

(Liang, 2007 : 56)

Kekhawatiran lain AS adalah Cina sebagai pengguna energi yang dimiliki

perusahaan negara mendapatkan suplai energi melalui akuisisi perusahaan AS

bisa menyebabkan pembatasan akses ke energi dan menaikkan harga. Sebagai

akibat dari kekhawatiran pembuat kebijakan AS, akuisisi tersebut telah dikenakan

beberapa hambatan, meskipun banyak orang percaya, dari perspektif ekonomi,

Page 98: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

98

bahwa kedua belah pihak bisa menimbulkan manfaat langsung dari akuisisi

tersebut. Akuisisi perusahaan AS oleh perusahaan Cina akan terus menjadi

masalah sensitif selama orientasi tujuan politik yang berlaku. Selama perang

teluk, pembatasan perdagangan AS dengan Cina sedikit dikurangi untuk

mendapatkan dukungan dari Cina dalam perang melawan Irak, Dengan

menjanjikan untuk melaksanakan perdagangan yang lebih aktif. (Liang, Ibid : 57)

2. Pengaruh Kelompok Kepentingan

Mekanisme dan logika pengaruh kelompok-kelompok kepentingan khusus

pada kebijakan perdagangan AS sangat berpengaruh (Gawande dan Krishna,

op.cit). Kadang-kadang kebijakan perdagangan AS terhadap Cina disebut-sebut

sebagai orientasi kelompok kepentingan, menunjukan bahwa sebenarnya

kebijakan perdagangan AS terhadap Cina adalah hasil implementasi dari

perjuangan dan tawar-menawar antara kepentingan yang berbeda.

Byall mengidentifikasi bahwa partisipasi kelompok-kelompok

kepentingan dalam proses kebijakan perdagangan telah berkembang pesat di AS,

Jumlah organisasi yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan di AS telah

berkembang. sebagaimana jumlah sumbangan kampanye oleh Komite Aksi politik

media iklan politik tampaknya akan meningkat, dan media Laporan yang lebih

sering pada pengaruh dugaan kelompok-kelompok kepentingan khusus dan

perlunya reformasi kampanye. ekonom dan ilmuan politik memahami peran yang

lebih baik bahwa kelompok-kelompok kepentingan bermain dalam proses

pembuatan kebijakan (Grossman and Helpman, 2002:98).

Selama bertahun-tahun, Boeing Corporation dan General Electricals telah

stabil untuk mendukung perdagangan yang lebih aktif dengan Cina, Boeing

Page 99: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

99

Corporation memperkirakan bahwa Cina akan menjadi pasar terbesar untuk

perjalanan udara komersial luar AS untuk tahun berikutnya, selama periode ini,

Cina akan membeli pesawat sebesar 2300 US$ (Morrison, 2005:67). Jika boeing

coorperation tidak komitmen dengan perjanjiannya dengan Cina, Cina bisa

berbelok ke Eropa Airbus Corporation untuk transaksi yang sama. Tentu saja,

masih ada cukup banyak perusahaan AS yang menguntungkan dari

diperpanjangnya perdagangan dengan Cina, namun peran penting dalam proses

kebijakan perdagangan yang berbeda dari perusahaan ke perusahaan (seperti

industri manufaktur) yang menyatakan bahwa industri mereka sangat sulit dari

Cina atas logika dalam arah yang berlawanan, dan meningkatkan hambatan untuk

impor Cina.

3. Kendala Eksternal Kebijakan Perdagangan AS terhadap Cina

Selama bertahun-tahun, model teoritis menekankan variabel internal

(endogen variabel sebagaimana disebut dalam ekonometrik) sambil menerapkan

variabel eksternal (Variabel eksogen dalam hal ekonometrik) dalam hal penentuan

kebijakan perdagangan (Ball, 1967:183-187)

Pada dasarnya, terdapat tiga jenis kendala eksternal dalam kebijakan

perdagangan AS terhadap Cina, yaitu ketidak leluasaan rezim perdagangan

multilateral, ketidak leluasaan rezim regional dan hubungan perdagangan

bilateral, kendala perdagangan multilateral yang mengacu pada sistem

perdagangan multilateral dan kerangka negara yang berbeda di bawah prinsip-

prinsip tersebut yaitu WTO.

Kendala eksternal selanjutnya, yang signifikan dalam kebijakan

perdagangan AS terhadap Cina adalah mekanisme Asia-Pacific Economic

Page 100: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

100

Cooperation (APEC). Dalam prakteknya, AS telah berusaha untuk mendorong

APEC menjadi organisasi regional ekonomi formal yang menuntut semua

perusahaan menaati hukum obligasi, tapi Cina dan beberapa negara berkembang

memilih untuk mempertahankan status APEC yang sekarang untuk saat ini,

sehingga mereka dapat memiliki perode yang lebih lama dalam pemulihan

ekonomi sehingga mereka memiliki kapabilitas yang sama dengan negara maju

dalam APEC sebelum perubahan substansial APEC. (Liang, Ibid : 58)

Kendala eksternal terakhir terhadap kebijakan perdagangan AS terhadap

Cina merupakan kendala bilateral, terutama terdiri dari serangkaian kontrak dan

perjanjian perdagangan ditandatangani antara Cina dan AS. Ternyata, kendala ini

lebih keras daripada yang sebelumnya, tetapi AS dapat membuat perubahan

penting bagi kontrak dan perjanjian dalam tempo waktu sesuai dengan situasi

yang dinamis.

4. Pengaruh Tindakan Strategis dari Cina

Kebijakan Perdagangan, sampai batas tertentu, keseimbangan antara

permainan antara dua negara atau lebih. Oleh karena itu, tindakan strategis Cina

terikat untuk mempengaruhi penentuan perdagangan AS. Ketika kita mengatakan

bahwa kebijakan perdagangan suatu negara di bawah rezim demokrasi maka

perwakilan adalah akibat atau hasil dari perjuangan dan negosiasi antara

kelompok-kelompok yang berbeda dan cabang pemerintah, kita benar-benar

mengabaikan pengaruh tindakan tersebut yang strategis dari mitra dagang Sejak

masuknya Cina kedalam WTO, AS telah menempatkan lebih banyak tekanan

pada Cina untuk memastikan segala sesuatunya sesuai dengan aturan perdagangan

internasional (USTR, 2006, http://www.ustr.gov diakses tanggal 23 April 2010),

Page 101: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

101

tapi sangat jelas terhadap kebijakan perdagangan AS bahwa ada batas untuk

pendekatan ini. kebijakan Perdagangan AS sebenarnya sangat berhati-hati ketika

menerapkan kebijakan terhadap Cina, yang telah terbukti berhasil di masa lalu.

Secara khusus, AS harus memastikan bahwa apa yang dilakukannya tidak

akan totally break mengikat dengan Cina. Ketika AS menekankan ketergantungan

besar impor Cina di pasar AS, Cina juga menekankan kepercayaan konsumen AS

pada produk-produk buatan Cina.

Sebagai fakta, terdapat sebuah saling ketergantungan ekonomi antara

kedua negara, meskipun beberapa anggota Kongres AS enggan untuk mengakui

kenyataan ini. Dalam Laporan tahun 2006 oleh USTR, itu ditekankan dalam hal

pentingnya interaksi politik dan ekonomi antara Cina dan AS bahwa: " integrasi

Cina ke dalam ekonomi global mengalami progresif dari prinsip-prinsip pasar

yang telah didorong oleh lebih dari 25 tahun, politik AS dan keterlibatan ekonomi,

mengejar pada dasar partisan sebagian besar di pemerintahan. Perkembangan ini

telah membantu memperluas dan memperdalam hubungan antara AS dan Cina di

semua tingkatan, untuk kepentingan kedua negara. Hubungan perdagangan antara

kedua negara telah menjadi semakin penting untuk ekonomi kedua negara.

"(Liang, Ibid : 57)

Sejarah singkat negosiasi perdagangan antara kedua negara sejak 1979

menunjukkan bahwa keseimbangan kerjasama lebih stabil daripada konfrontasi,

menunjukkan bahwa kerjasama adalah pilihan yang disukai kedua belah pihak di

akhir pertandingan dalam banyak kasus. Implikasi dari game balancing juga

menunjukkan bahwa kerjasama kedua negara mengarah ke banyak manfaat bagi

kedua negara sedangkan hasil konfrontasi menghasilakn kerugian bagi keduanya.

Page 102: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

102

5. Siklus Bisnis dan Siklus Politik terhadap Kebijakan Perdagangan AS

terhadap Cina

Ada hubungan kuat antara siklus bisnis dan kebijakan perdagangan AS

terhadap Cina, istilah siklus bisnis mengacu pada perilaku rentan waktu bersama

dari berbagai ekonomi seperti harga, output, kesempatan kerja, konsumsi dan

investasi. Keseimbangan modal perdagangan kemungkinan akan berbeda di

seluruh siklus bisnis. Dalam memimpin pertumbuhan ekspor, dalam modal

perdagangan akan meningkatkan selama ekspansi ekonomi.

Namun, dengan pertumbuhan permintaan domestik, neraca perdagangan

akan memburuk pada saat yang sama dalam tahap siklus bisnis. Dinamika neraca

perdagangan AS sesuai dengan kasus terakhir, yang menunjukkan bahwa ekonomi

AS dengan volume perdagangan untuk akuntansi persentase sangat kecil dari total

PDB, pengaruh siklus bisnis pada neraca perdagangan AS sejak 1970-an sangant

dramatis. Dalam setiap periode resesi, neraca perdagangan meningkat dan

permintaan impor berkurang. Setiap kali merecovery ekonomi, neraca

perdagangan memburuk lagi. Ketika pemulihan ekonomi dimulai pada 1992-

1993, impor meningkat dan neraca perdagangan dengan cepat memburuk.

Kemudian, ketika AS menjadi pertumbuhan ekonomi tercepat selama periode

1995-2000, ia mengalami rekor defisit perdagangan melebihi US$ 452 b.( Cohen,

2003:82-83).

Sementara meningkatkan neraca perdagangan AS, resesi ekonomi juga

mengurangi permintaannya untuk produk asing dengan penurunan konsumsi dan

pertumbuhan Tingkat pengangguran. Selama resesi ekonomi, konflik antara

Page 103: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

103

serikat buruh dan administrasi mengintensifkan perusahaan, sebagai penyebab

konflik antara eksekutif dan legislatif AS.

Kebijakan perdagangan AS terhadap Cina berfluktuasi seiring dengan

fluktuasi siklus bisnis, karakteristik friksi fluktuasi yang lebih tinggi dari

perdagangan dengan Cina selama periode resesi, Sebagai tanggapan terhadap

siklus bisnis, frekuensi friksi perdagangan antara AS dan Cina menjadi lebih

rendah bila ekonomi AS mengalami buming.

Menariknya, sebagian besar perjanjian perdagangan antara Cina dan AS

Telah ditandatangani pada periode buming ekonomi AS, yang menjelaskan

banyak fluktuasi dalam Kebijakan perdagangan AS terhadap Cina oleh Karena

itu, ada positif dan negatif dampak dari resesi ekonomi di AS terhadap kebijakan

perdagangan dengan Cina. Ketika defisit perdagangan AS dengan Cina

mengalami perbaikan karena resesi ekonomi, efek negatif dari resesi ekonomi

pada kebijakan perdagangan AS terhadap Cina berkurang. (Liang, Ibid : 59)

perdagangan AS dengan Cina sangat memungkinkan hanya merupakan

bagian dari strategi AS dan merupakan Alasan di balik ajakan kerjasama dengan

Cina dibidang ekonomi, diplomatik, informasi, dan militer untuk membantu AS

mencapai tujuan-tujuan keamanan nasional seperti mencegah nuklir, memberantas

terorisme, konflik regional, pembinaan pertumbuhan ekonomi global, dan

memperjuangkan aspirasi untuk HAM. tujuan untuk mencapai kepentingan

nasional AS dan memproyeksikan nilai-nilai AS di luar negeri.(http://www.

whitehouse.gov diakses pada tanggal 23 April 2010)

Page 104: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

104

Kebijakan Perdagangan AS terhadap Cina didasarkan pada asumsi bahwa

perdagangan antara kedua negara telah memberikan manfaat dalam segi ekonomi

dan politik, yaitu sebagai berikut :

1. secara umum, manfaat perdagangan AS dengan Cina yaitu kedua belah

pihak memungkinkan tersedianya daya untuk alokasi lebih yang efisien.

2. Cepatnya perkembangan ekonomi Cina merupakan sebuah kesempatan

langka dalam bisnis AS, Cina bisa menjadi bagian dari pasar yang besar.

3. Keanggotaan Cina di WTO memaksa RRC untuk memenuhi peraturan

perdagangan internasional dan memacu pengembangan kekuatan pasar

dalam negara.

4. Perdagangan asing dan investasi menciptakan ketergantungan pada ekspor,

impor, dan investasi asing dan interaksi lainnya dengan dunia luar Cina,

yang pada gilirannya memperkuat hubungan dengan dunia Barat,

menciptakan sentral-sentral kekuasaan di luar Partai Komunis Cina, dan

membina ekonomi dan tekanan sosial untuk demokrasi.

5. negara yang signifikan seperti Cina dengan akuntansi seperempat

penduduk dunia, dipersenjatai dengan senjata nuklir, dan anggota dewan

keamanan PBB merupakan alasan untuk Cina tidak bisa diabaikan atau

terisolasi. Menurut beberapa ahli, globalisasi dan kepentingan ekonomi

dapat menanamkan pengaruh yang moderat di Beijing yang menerapkan

kebijakan terhadap keamanan nasional yang melindungi kepentingan Cina,

Namun, Partai Komunis Cina yang bertekad untuk mempertahankan

legitimasi politik melalui pertumbuhan ekonomi juga menciptakan

Page 105: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

105

ketegangan dengan negara-negara lain dan dengan aktor-non Partai

politik.(Lum & Nato, 2007:7)

Kemungkinan masalah atau tantangan yang diajukan oleh strategi ekonomi

AS terhadap Cina termasuk menyesuaikan diri dengan persaingan di sektor

ekonomi di mana Cina memiliki keunggulan komparatif, menanggapi praktek

perdagangan tidak adil RRC, dan China economically powerful akan menjadi

lebih tegas dalam urusan global seperti :

1. Impor dari Cina mungkin akan memasuki pasar AS dan hal tersebut adalah

penyebab penting dari ancaman serius, untuk bersaing dalam industri AS.

2. Impor dari Cina mungkin disubsidi, oleh pemerintah di Cina, yang masih

punya pengaruh yang cukup besar dalam ekonomi.

3. Menurut beberapa ekonom dan politsi defisit perdagangan AS dengan

Cina sebagian besar berasal dari kebijakan Beijing mempertahankan mata

uangnya.

4. Cina memiliki catatan buruk mengadopsi atau menegakkan standar yang

diakui secara internasional untuk kondisi kerja dan peraturan kepedulian

terhadap lingkungan.

5. AS dapat menyediakan perusahaan-perusahaan Cina dengan keunggulan

kompetitif yang tidak adil, dan kerjasama ekonomi dengan Cina dapat

dikatakan memberikan kontribusi legitimasi pemerintah.(Lum & Nato,

Ibid)

Sebagai tanggapan perdagangan Cina yang dianggap tidak adil, AS

mengambil langkah-langkah untuk menanggulanginya, dapat dilihat dalam tabel

berikut ini :

Page 106: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

106

Tabel 3Kebijakan AS terhadap Cina

No Tahun Kebijakan1 Desember

2006Dalam pertemuan Strategis Dialog Ekonomi pertama Cina-AS dipimpin olehSekretaris AS Treasury Henry Paulson dan Cina Wu Yi. Pembicaraan diarahkanpada kegiatan masalah: Tingkat fleksibilitas tukar Cina, ketidak seimbanganperdagangan bilateral RRC, pelanggaran hak kekayaan intelektual, energi, danlingkungan.

2 13 Januari2006

pemerintahan Bush mengumumkan bahwa akan menerapkan yang disebut militarycatch sehingga merangkap semua item pada Daftar Commodity Control yangmemerlukan lisensi untuk ekspor barang ke Cina yang dapat digunakan untukmemperkuat militer Cina.

3 8 November2005

Perwakilan Perdagangan AS (USTR) mengumumkan bahwa AS dan Cina, setelahtiga bulan perundingan intensif, mencapai kesepakatan luas mengenai tekstilperdagangan. Perjanjian ini berlangsung melalui WTO, Tekstil Cina pada tahun2008, mencakup lebih dari 30 individu produk, dan berisi kuota yang dimulai padatingkat rendah.

4 21 Juli 2005 berdasarkan tekanan dari AS pemerintah RRC mengumumkan bahwa mata uang,akan direvaluasi (dari 8,3 yuan menjadi 8,11 yuan dan nilai pada masa depan akandireferensikan.

5 May 2005 pemerintahan Bush menerapkan kuota pengamanan pada 16 kategori pakaian Cinadalam menanggapi gelombang impor setelah pencabutan kuota tekstil dan pakaianmenjadi keseluruh dunia pada bulan Januari 2005.

6 Desember2004

pemerintah AS menerapkan anti-dumping perdagangan Cina. Kasus ini, merupakantindakan anti-dumping yang terbesar terhadap Cina.

7 April 2004 pemerintahan Bush menolak Bagian 301 permohonan yang diajukan oleh AFL-CIOdugaan praktek perdagangan yang tidak adil berdasarkan pada eksploitasi buruh diRRC dan menyerukan tarif sampai 77% pada barang-barang yang diimpor dariCina.

8 Maret 2004 pemerintahan Bush mengajukan keluhan AS terhadap Cina penyelesaian sengketadibawah mekanisme WTO, yang berisi bahwa RRC tidak adil dikenakan pajakimpor semi konduktor. Yang pada akhirnya Pada bulan Juli 2004, Cina dieliminasidari keringanan pajak untuk diproduksi di dalam negeri semi konduktor.

Sumber : Palmer, 2004 dan Buckley, 2004 (diolah oleh penulis)

Page 107: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

107

BAB IV

ANALISIS DAMPAK KEMAJUAN EKONOMI CINA TERHADAP

AMERIKA SERIKAT

Hubungan diplomatik antara AS dan Cina sudah terjalin selama 30 tahun,

kedua belah pemerintah belum pernah terlibat dalam kerjasama bilateral tingkat

tinggi khususnya untuk membicarakan masalah domestik dan global. Selama ini

hubungan AS-Cina selalu dideskripsikan dengan terminologi yang

menggambarkan persaingan. Khususnya ketika hubungan kedua negara

diperburuk pasca kejadian Pembantaian Tiananmen 1989 dan friksi Cina-Taiwan.

Pada tahap perkembangan politik internasional, Cina juga terlihat semakin jauh

dari AS, dan lebih memilih untuk menjalin kemitraan strategis dengan Rusia

dalam forum Shanghai Cooperation Organization maupun memberikan bantuan

pembangungan kepada berbagai negara di Afrika yang bebas persyaratan politik.

Sebelum dibahas lebih lanjut ada baiknya apabila mengetahui faktor-faktor

yang menyebabkan kebangkitan ekonomi Cina dan kebijakan apa saja yang

mempengaruhi kebangkitan ekonomi Cina.

Kebangkitan ekonomi Cina disebabkan oleh faktor keterbukaan

pemerintah dan rakyatnya sejak reformasi tahun 1978, sistem kendali terpusat

yang merupakan dasar kemajuan negara tersebut serta sukses reformasi Cina yang

ditunjang oleh 5 proses yaitu: desentralisasi, marketissasi, diversivikasi

kepemilikan, liberalisasi, dan internasionalisasi. Selain dalam lima hal diatas

faktor lain yang mempengaruhi kebangkitan Cina juga ditopang oleh faktor

Page 108: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

108

budaya, politik, sumber daya manusia, sinergi greater Cina dan Penyeimbang top-

down dan bottom-up. Lebih jelas lagi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4Faktor-fakor kebangkitan ekonomi Cina

No Faktor-Faktor Kebangkitan EkonomiCina

Contoh Kongkrit

1 Desentralisasi Lahirnya proses top down dan bottom up2 Marketisasi Promosi pemasaran Cina yang gencar dan riil menarik

dunia luar, seperti promosi TVEs yang menarikinvestor asing.

3 Diversifikasi Kepemilikan Diberikannya hak kepemilikan pribadi kepada swasta4 Liberalisasi Diberlakukannya open door policy5 Internasionalisasi Bergabungnya Cina dengan organisasi internasional

lain yang tidak memandang ideologi, terutamabergabungnya Cina dengan WTO

6 Budaya Budaya bisnis Cina yang khas seperti Guanxi, ganqingdan xinyong

7 Politik Solidnya politik Cina yang berubah menjadi fleksibeldan tidak kaku denga sistem sosialis yang dianutnyamenjadikan Cina lebih bisa melaju denganpembangunan ekonominya karena tidak terlaludisangkut pautkan dengan permasalahan politik.

8 Sumber Daya Manusia Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas

9 Sinergi Greather China Hongkong kota otonomi khusus untuk mrnjalankanperdagangannya sendiri beserta yuridiksi investasilainnya, Taiwan, kepulauan berteknologi maju dengansikap politik “tidak sudi sejajarnya yang semakin lamasemakin terintegrasi dalam ekonomi Cina, mungkinpula Cina singapura yang unggul, pusat industrialisasiteknologi tinggi dan perusahaan MNC, serta Cinaprantauan yang menempati sebagian besar elit bisnisDi Asia tenggara yang secara aktif menjalankanlingkaran bisnis di seluruh dunia seperti HutchisonWhampoa yang berbasis dihongkong yang beroprasi dilebih 40 negara.

10 Penyeimbang top-down dan bottom-up Terjalinnya kepercayaan antara masyarakat danpemerintahan, sehingga terjadi sinergi yangmenguntungkan bagi masyarakat dan pemerintah.

(Diolah oleh penulis, 2010)

Secara luas diakui bahwa kebudayaan Cina mempuyai etos kerja tinggi

yang menekankan pada keuletan dan kerajinan, setidaknya ada tiga penjelasan

untuk menopang argumen tersebut yaitu, pertama, orang Cina di besarkan dengan

nilai-nilai yang berbeda yaitu nilai positif kerja keras secara kuat ditanamkan

sejak dini, kedua etos kerja orang Cina mempunyai orientasi kelompok, individu

tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan sendiri tapi untuk kepentingan

keluarga, dan yang ketiga, orang Cina bekerja keras untuk mendapatkan imbalan

Page 109: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

109

materi, mereka beranggapan kemakmuran, perasaan nyaman dan aman di usia

lanjut menduduki posisi sentral jadi untuk mendapatkan itu semua harus bekerja

dengan keras.

Faktor politik yang tidak dicampur adukan dengan permasalahan ekonomi

membuat Cina bisa lebih terbuka, hal ini disebabkan karena pada dasarnya politik

Cina yang berhaluan sosialis kurang diterima dalam dunia internasional terutama

negara-negara barat, oleh karena itu Cina memisahkan urusan politik dengan

urusan Ekonomi.

Sumber daya manusia yang cukup besar dan bukan hanya itu

bertambahnya tenaga ahli yang setiap tahun meningkat membuat para investor

asing tertarik untuk menamkan investasinya, dan dalam rangka meningkatkan

kulitas pendidikannya Cina mengirimkan ribuan mahasiswanya untuk belajar di

barat dan negara-negara lainnya.

Dalam persfektif sinergi greater Cina dalam ukuran budaya, ekonomi, dan

geopolitik, Cina tidak hanya terdiri dari RRC, tetapi juga Hongkong, Taiwan dan

Singapura.

Sementara itu dari faktor-faktor diatas Cina memperkuatnya dengan

beberapa kebijakan penting, secara umum kebijakan yang mempengaruhi

kebangkitan ekonomi Cina dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 5Matriks Kebijakan Cina

NO Tahun Kebijakan Output

1 1960 Cina mulai menerapkan a world-widerevolution, Cina mulai memainkan peransebagai pemimpin sosialis yang terlepas dariaturan UniSoviet.

Retaknya hubungan Cina dengan unisoviet, Cina memainkan peran tunggalpemimpin kubu sosialis Asia, Cinamenempatkan dirinya sebagai a selfstyled third world leaader yangberbeda dengan US da AS.

Page 110: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

110

2 1978 Pada kongres nasional kesebelas DengXiaoping menerapkan kebijakan barureformasi keterbukaan dan membuat rencana-rencana untuk memodernisasi Cina(open doorpolicy) dan perogram peningkatan TVEs(township and village enterprises)

Melahirkan selogan baru “ beba skanfikiran kita dan temukan keneran darifakta-fakta” dan Meningkatkanperekonomian Cina dengan masuknyainfestor-investor asing dari luar yangtertarik dengan Zona ekonomi yangditawarkan oleh Cina, sehinggamembuat investor asing betah dannyaman berinvestasi di Cina daninvestasi terus bertambah.

3 1980 Cina menjadikan dirinya an independentplayer dalam peta politik dan ekonomi duniadan penerapan Beijing Consensus yangdimodifikasi dari washington Consensus(John Williamson 1989)dan penerapankebijakan alih teknologi

Meningkatnya kontribusi perdagangan internasilnal dan mendorongpertumbuhan ekonomi secara pesat diCina, menyisakan ruang terbatas bagikebebasan politik demi stabilitaspemerintahan agar tidak mengancamkeamanan negara dan meningkatnyapenjualan berteknologi tinggi dari cina

4 1984 Sidang paripurna ketiga kongres partai keduabelas mengumumkan mereformasisistem ekonomi dengan pendekatan wilayahperkotaan

Penambahan 14 daerah TVEs selainGuandong dan Fujian, sehinggamemperbesar jumlah investor asingdengan dibukanya zona investasi diCina.

5 1992 Cina merumuskan dirinya sebagai agent ofdevelopment and peace,

kebijakan ini menitik beratkan padakebijakan luar negeri yang akanmendukung modernisasi Cina.

6 1997 Privatisasi BUMN Perusahaan yang sehat menolongperusahaan yang sakit, pemerintahCina menarik diri dari sektor-sektortertentu, tetapi tetapi tetapmempertahankan kendali terhadapindustri-industri kunci.

7 2001 Cina memutuskan untuk masuk menjadianggota WTO

Terbukanya pasar internasional bagicina untuk menyakurkan produk-produk Cina dengan berbagaikeuntungan yang diberikan olehperaturan dalam WTO

8 2002 Cina mengeluarkan kebijakan kepemilikanswasta

Yang berakibat semakin giatnyamasyarakat Cina dalam berbisnis daninvestasi asing semakin meningkat.

Sumber: Chen guidi & Wu Chuntao.2007, Shengkar.2007,Taufik. 2008, Backman. 2008, John &Doris.2010 (data di olah oleh penulis)

Seperti pernyataan diatas, kemajuan ekonomi Cina dan stance politik Cina

telah memberikan sinyal ancaman kepada kepentingan ekonomi dan keamanan

AS. Dua pendapat berbeda menyatakan bahwa fenomena ini bisa dilihat sebagai

tantangan ataupun peluang bagi AS. Maka dari itu AS mengeluarkan kebijakan-

kebijakan perdagangan baru terhadap Cina, bisa dilihat pada bab sebelumnya

yang menjelaskan kebijakan-kebijakan perdagangan AS terhadap Cina. Namun

sejak pemerintahan Bush Jr, AS lebih melihat Cina sebagai mitra dialog seperti

Page 111: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

111

yang diindikasikan pada proyek hasil inisiatif Presiden George Bush dan Menteri

Keuangan, Henry M. Paulson yang mengajak Cina untuk duduk bersama,

menyelesaikan permasalahan yang sepertinya mengganjal kepentingan nasional

kedua negara terutama dalam isu ekonomi. Pertemuan tahunan ini bersifat

eksklusif yang dihadiri oleh petinggi negara dan bersifat tertutup untuk Cina dan

AS saja. Wajah baru diplomasi AS terhadap Cina ini bernama Strategic Economic

Dialogue.

Karakter dialog ekslusif ini akhirnya mengalami perluasan lingkup topik

di bawah kepemimpinan Presiden Obama yang tidak hanya membicarakan

masalah ekonomi antara negara, namun juga masalah strategis dan geopolitik

yang merupakan kepentingan kedua negara. Pertemuan ini sejak Februari 2009

diubah namanya menjadi Strategic & Economic Dialogue. Dialog ini menjadi

unik, karena dialog ini adalah pionir komunikasi bilateral tingkat tinggi AS dan

Cina sejak terakhir kali dialog dilakukan untuk mengadakan perjanjian antara AS-

Cina supaya AS mengurangi perdagangan senjata kepada Taiwan dan supaya Cina

menjaga keharmonisan dengan Taiwan. Meski hubungan Cina dan AS terlihat

konfliktual di permukaan, pendekatan Presiden Barack Obama kepada Cina

bukanlah koersif, melainkan sangat diplomatis dan cenderung akomodatif.

Bagi Obama, kedua negara sangat bergantung satu sama lain. Dialog ini

juga menjawab tantangan aktual mengenai krisis keuangan AS. Sementara, Cina

tidak terkena imbas krisis finansial global dan bahkan sedang menguasai

simpanan yang merupakan surat hutang AS sebanyak USD 800 milyar.(Joffe,

2009: 24 ) AS juga mendapati bahwa Cina telah melakukan manipulasi

perdagangan internasionalnya dengan AS, dimana Cina dengan ukuran ekonomi

Page 112: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

112

aktualnya bersikeras tidak ingin merevaluasi mata uang Renminbinya (Yuan)

supaya bisa menciptakan keseimbangan pada neraca perdagangan kedua Negara

(Bergsten, 2009:59 )

Selain itu, Obama melihat bahwa ada sebuah wacana untuk

mempertahankan US Leadership dan membangun citra AS yang baru di muka

petinggi dan publik Cina, maka AS harus menjadi AS yang lebih ”mendengar

sesama” dan menjadikan Cina sebagai mitra dialog dan kerja sama, khususnya

bila menyadari perkembangan politik dunia akhir-akhir ini. Respon ini bisa

bervariasi menyesuaikan pada kondisinya. Gejala perubahan tata dunia

kontemporer misalnya, melahirkan banyak new emerging powers yang

menggoncang kedudukan AS sebagai hegemoni tunggal. Di lain pihak, politik

domestik akan terlihat bahwa konsep dialog bilateral eksklusif AS terhadap Cina

adalah bentuk preservasi kepemimpinannya di kawasan Asia Timur maupun

global dan juga sebuah bentuk kerjasama untuk meraih kepentingan nasionalnya

yang hanya bisa dilakukan dengan keterlibatan Cina.

A.1. Indikator Kemajuan Ekonomi Cina sebagai Pesaing Amerika Serikat

Dalam konstelasi politik dan ekonomi internasional, hingga kini AS masih

memegang posisi dominan. Akan tetapi, akhir-akhir ini muncul beberapa pesaing,

yang menyebabkan pengaruh AS mulai sedikit berkurang. Pesaing yang disebut-

sebut paling memiliki kesempatan besar untuk menjadi pemain dominan dalam

politik dan ekonomi internasional adalah Cina, Perkembangan pesat Cina terjadi

dari sisi perdagangan, manufaktur, investasi, tingkat tabungan, dan berbagai

perkembangan lain.

Page 113: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

113

Peran dominan dari pemerintah Cina yang berhasil menjadikan Cina

sebagai negara yang maju secara ekonomi. Pemerintah Cina, yang menjalankan

prinsip pragmatisme dan kompetensi, telah berhasil membawa Cina ke dalam

suatu bentuk kapitalisme dengan karakteristik Cina, kapitalisme yang memberikan

peran besar pada pemerintah, melalui besarnya peran state-owned enterprises

dalam mengelola perekonomiannya. Dominannya pemerintah Cina ini juga

ternyata memberikan dampak negatif berupa terciptanya gap antara pemerintah

dan rakyat Cina, yang kemudian menyebabkan munculnya tekanan sosial di

mana-mana. Masalah ini dinamakan sebagai desentralisasi spiral (spiraling

decentralization). Dalam memecahkan masalah desentralisasi spiral ini, Cina telah

menuju ke arah yang benar, reformasi ekonomi telah membawa Cina ke arah

keterbukaan dan akuntabilitas, kebebasan individu juga kini mulai diakui. Terlalu

dini mungkin untuk memprediksi apakah Cina akan menjadi demokratis di masa

depan, yang jelas kini Cina semakin menunjukkan tanda-tanda yang semakin

positif, dengan mengkombinasikan partisipasi masyarakat dengan hirarki dan

kontrol rejim elit yang dinamakan sebagai mixed regim, langkah yang positif

menuju reformasi politik Cina.

Berbicara masalah kondisi domestiknya, Cina memang kini sedang

berbenah memperbaiki kondisi domestiknya. Fokus strategi politik internasional

Cina lebih diarahkan untuk memaksimalkan pertumbuhannya, bukan untuk

memperluas pengaruh Cina dalam dunia internasional, tetapi Untuk mencapai

pertumbuhan ekonominya, Cina terus membangun hubungan baik dengan negara-

negara dunia, Cina juga cenderung menghindari konflik dengan negara-negara

dunia, dan karenanya permasalahan politik luar negeri merupakan hal yang agak

Page 114: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

114

sensitif bagi Cina. Cina lebih suka menjalankan prinsip-prinsip non-intervensi dan

non-konfrontasi. Prinsip non-intervensi dan non-konfrontasi Cina ini diwujudkan

melalui terminologi peaceful rise, yang kemudian dijadikan salah satu bentuk

politik luar negeri Cina. Bentuk politik luar negeri Cina yang lain adalah

Christian Confucians, yang mengacu pada bagaimana Cina menjalankan pola

pemikiran Barat dalam menjalankan perekonomiannya, yaitu secara modern dan

rasional, dengan tetap memegang prinsip-prinsip Konfusianisme yang mengacu

pada etika, moralitas, dan keadilan dalam kehidupan politiknya.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Cina menganut prinsip peaceful rise

dan Confucians, yang berarti seharusnya Cina tidak akan berusaha untuk

memperluas kekuasaannya. Akan tetapi, berbagai usaha yang telah dilakukan

Cina dalam pencarian sumber energi dan sumber bahan mentah, pada akhirnya

akan membawa Cina semakin ke arah ekspansionis. Hal ini ditunjukan melalui

hubungan yang semakin solid antara Cina dan negara-negara di Benua Afrika, di

mana Cina banyak memberikan pinjaman finansial pada negara-negara Afrika

seperti Zimbabwe, Sudan, dan Afrika Selatan yang lantas menimbulkan friksi

antara Cina dengan great power lain yang juga ingin mendekati Afrika. Bantuan

finansial itu pun terkadang diberikan dengan cuma-cuma, yang membuat motif

netralitas Cina dipertanyakan. Walaupun pemeberian pinjaman secara cuma-cuma

yang diberikan oleh Cina kepada negara-negara Afrika mempunyai sebuah tujuan

yang tidak lain untuk melancarkan investasi yang akan ditanamkan di Afrika,

dengan bantuan Cina secara tidak langsung membuat negara-negara Afrika

enggan menolak Cina untuk menanamkan investasi di Afrika. Kerjasama juga

dilakukan Cina pada negara-negara Asia, di mana Cina semakin aktif melancarkan

Page 115: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

115

diplomasi dan soft power-nya. Cina yang tadinya dinilai sebagai tetangga yang

bermasalah, mulai menjadi lebih bersahabat, sabar, berprospek jangka panjang,

lebih akomodatif, dan lebih mau terlibat dalam kerja sama regional, perubahan

positif yang membuat Cina semakin disambut di Asia.

Dampak kebangkitan ekonomi Cina ini terlihat jelas ketika AS

mendominasi wilayah regional di awal abad ini, perang Afghanistan, Iraq, dan

krisis ekonomi global membuat AS tidak mampu mendominasi Cina. Ini terlihat

dalam fakta berikut: AS merupakan konsumen terbesar dunia dimana mayoritas

barang yang di konsumsi berasal dari dan diproduksi oleh Cina. Akibatnya, AS

memilki defisit perdagangan dengan Cina. Cadangan dolar yang sangat besar

yang dimiliki Cina membuat Cina memiliki kemampuan untuk membeli saham

keuangan AS, yang digunakan AS untuk membiayai defisit perdagangannya. Hal

ini berakibat kepada ekspansi perindustrian Cina, dimana industri tersebut

membutuhkan pasokan minyak dan energi yang lebih besar lagi. Berikutnya,

pengangguran di sektor industri AS pun meningkat karena kalah bersaing dengan

kualitas produksi Cina yang lebih superior.

Perkembangan Cina yang semakin pesat, baik dari segi ekonomi maupun

dari segi politik melalui soft power diplomacy-nya yang semakin akomodatif,

menjadikan Cina sebagai lawan yang berdiri sejajar dengan AS dalam konstelasi

politik internasional. Kemajuan pesat Cina tersebut lantas melahirkan

kekhawatiran pada beberapa kalangan AS, yang mulai melihat Cina sebagai

ancaman terhadap kepentingan nasional AS. Keberadaan Cina sebagai ancaman

ini, lebih merupakan ancaman yang sifatnya asymmetrical superpower, di mana

Cina akan menunjukkan kekuatannya bukan dalam hal militer, melainkan lebih ke

Page 116: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

116

kekuatan ekonomi dan kekuatan non-militer lain. Kekuatan Cina dalam hal-hal

non-militer inilah yang sulit diatasi AS, yang selama ini cenderung menggunakan

kapabilitas militernya untuk mengalahkan lawan-lawannya. Pergerakan Cina yang

pelan namun pasti dalam menarik simpati dari berbagai negara dunia melalui

kekuatan ekonomi dan kekuatan non-militernya, mau tidak mau merupakan

ancaman besar bagi dominasi AS di dunia internasional. Hal ini dapat dilihat dari

tabel dibawah ini:

Tabel 6Pertumbuhan GDP Cina, 1955-2009

Tahun GDP Tukar dolar ASInflasi indeks(2000 = 100)

1955 91.000 2,46 19,21960 145.700 2,46 20,01965 171.600 2,46 21,6

1970 225.300 2,46 21,3

1975 299.700 1,86 22,4

1980 460.906 1,49 25,0

1985 896.440 2,93 30,0

1990 1.854.790 4,78 49,0

1995 6.079.400 8,35 91,0

2000 9.921.500 8,27 100,0

2005 18.308.500 8,19 106,0

2007 25.730.600 7,62 112,62009 27.969.162 6,83 114,7

Sumber : diolah dari data dalam jhon Wong dan Antaranews.com diakses tanggal 8 September2010

Jika dilihat dari struktur ekspornya, Cina juga bukan lagi pengekspor

produk primer atau hasil pertanian seperti negara-negara berkembang lainnya.

Pada awal tahun 1980 ekspor barang-barang manufaktur masih dibawah ekspor

hasil pertanian, tetapi memasuki awal tahun 1990 perbandingan hasil menjadi

terbalik. Pada tahun 2000 struktur ekspor Cina hanya mencapai 10% yang terdiri

dari hasil pertanian selebihnya adalah barang-barang manufaktur. Apabila dilihat

lebih dalam dari produk manufaktur itu nampak bahwa ekspor TCF (textile,

clothing and footwear) menunjukan penurunan, demikian juga mainan dan alat-

Page 117: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

117

alat olah raga, yang mengalami kenaikan cepat adalah alat-alat elektronik dan

mesin. Dari sekitar 12 milyar USD (1980) menjadi lebih dari 40 miliar USD pada

akhir 2000. (Wibowo, Op.cit: 30)

Perdagangan AS dengan Cina meningkat dengan cepat setelah dua negara

menjalin kembali hubungan diplomatik (pada bulan Januari 1979), dengan

menandatangani perjanjian perdagangan bilateral (Juli 1979), dan diberikan nama

most-favored-nation (MFN) dimulai pada tahun 1980. total perdagangan AS

dengan Cina Pada tahun 1978 (sebelum reformasi Cina dimulai) ekspor plus

impor sebesar $1 milyar, Cina menempati peringkat 32 pasar ekspor terbesar dan

ke 57 sumber terbesar impor AS. Pada tahun 2008, perdagangan bilateral

mencapai $ 409.000.000.000, membuat Cina menjadi terbesar kedua mitra dagang

AS (setelah Kanada), pasar ekspor terbesar ketiga AS, dan sumber terbesar impor

AS. Dalam beberapa tahun terakhir, Cina telah menjadi salah satu yang paling

cepat berkembang, pasar ekspor AS dan pentingnya pasar ini diharapkan tumbuh

lebih jauh sebagai standar hidup terus meningkatkan dan muncul kelas menengah

Cina yang cukup besar.

Perdagangan AS dengan Cina telah meningkat dalam beberapa tahun

terakhir sebagai barang impor dari Cina telah tumbuh jauh lebih cepat dari ekspor

AS ke Cina (meskipun tumbuh dengan hanya $ 10 miliar pada tahun 2008). Naik

dari $ 34.000.000.000 pada tahun 1995 menjadi $ 266.000.000.000 pada tahun

2008 (lihat Tabel dibawah melainkan secara signifikan lebih besar dari itu dengan

mitra dagang AS lainnya dan beberapa kelompok perdagangan. Misalnya, hampir

sama dengan defisit AS dikombinasikan dengan negara-negara yang membentuk

Organisasi Negara Ekspor Minyak (OPEC) dan 27 negara yang membentuk Uni

Page 118: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

118

Eropa (EU 27), dan itu lebih dari tiga kali lebih besar dari defisit perdagangan

dengan Jepang (Lihat Tabel selanjutnya) Beberapa analis melihat besarnya defisit

perdagangan AS dengan Cina sebagai indikator yang dan perdagangan kebijakan

ekonomi Cina yang terbatas atau tidak adil, sementara yang lain berpendapat

bahwa defisit tumbuh mencerminkan perubahan dalam produksi berorientasi

ekspor dari negara-negara lain (terutama di Asia)

AS menangguhkan status MFN Cina pada tahun 1951, yang memotong

perdagangan bilateral. Status MFN Cina (yang ditunjuk kembali di bawah

Perdagangan hukum AS seperti status normal hubungan dagang, atau normal

trade relations/ NTR) diperbaharui setiap tahun hingga Januari 2002, ketika NTR

permanen diperpanjang ke Cina (setelah bergabung dengan WTO). Krisis

keuangan global telah berdampak signifikan terhadap arus perdagangan AS dan

Cina. Selama tiga bulan pertama tahun 2009, ekspor AS dan impor dari Cina

turun 20% dan 11%, pada periode yang sama tahun 2008, dan defisit perdagangan

AS dengan Cina turun hampir 8%. Pada tingkat ini, defisit perdagangan AS

dengan Cina bisa mencapai $ 244.000.000.000 pada tahun 2009.

Tabel 7Perdagangan AS dengan Cina :1980-2009 ($ Dalam miliar)

Tahun Ekspor AS Impor AS Neraca Perdagangan AS1980 3,8 1,1 2,71985 3,9 3,9 0,01990 4,8 15,2 -10,41995 11,7 45,6 -33,82000 16,3 100,1 -83,82001 19,2 102,3 -83,12002 22,1 125,2 -103,12003 28,4 152,4 -124,02004 34,7 196,7 -162,02005 41,8 243,5 -201,62006 55,2 287,8 232,52007 65,2 321,5 -256,32008 71,5 337,8 -266,3

* 2009 proyeksi * 57,3 301,1 -243,7Sumber: http:// www.crs.gov /pdf/other/RL33536.pdf diakses tanggal 8 september 2010.

Page 119: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

119

Tabel 8Saldo perdagangan AS dengan Major Trading 2009 ($ Dalam miliar)

Negara atau Group Trading Neraca Perdagangan ASDunia -800,0Cina -266,3Organization of PetroleumExporting Countries (OPEC)

-175,6

European Union (EU) -93,4Canada -74,6Jepang -72,7Mexico Meksiko -64,4Association of SoutheastAsian Nations (ASEAN)

-50,6

Sumber: http//www.USITC.gov. diakses tanggal 8 september 2010

Memang apabila dilihat dari data-data yang tersedia sampai tahun 2008

saja, Cina saat ini telah menjadi produsen dari banyak hal yang sudah mencapai

tingkat dunia, sejak tahun 1990 misalnya, Cina telah berhasil menjadi penghasil

TV terbesar di dunia, kemudian lima tahun kemudian penghasil semen terbesar di

dunia. Pada tahun 1998, Cina telah menduduki tempat tertinggi di dunia sebagai

produsen pupuk buatan dan baja. Sementara itu secara perlahan Cina telah

menjdai penghasil banyak barang elektronik, termasuk komputer, yang memasuki

peringkat atas dunia. Dan Cina telah menjadi mitra perdagangan yang besar bagi

AS, Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 9

Persentase Barang Produksi Cina Untuk Output Dunia

46% of the world’s motorcycle40% of the world’s DVD players

23% of the world’s the VCRs13% of the world’s cell phones12% of the world’s dekstop PCs7% of the world’s hardisk drive

Sumber : diolah dari data dalam Jhon Wong dan antaranews.com diakses tanggal 8 september2010

Page 120: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

120

Tabel 10Impor Barang Konsumsi Pasar AS dari Cina

Jenis Barang konsumsi Persen (%)Toys 81Footwear 52TV and video receivers 46Consumer electronics 44Furniture 34Household and kitchen appliances 30Apparel 10

Sumber: Trade Partnership Worldwide, LLChttp//www.tradepartnership.com/pdf_file/2005_china_imports.pdf. Diakses pada tanggal 25

November 2010

B.2. Prediksi Hubungan Cina-Amerika Serikat

Hubungan kedua negara biasanya dijelaskan dalam deskripsi yang

kompleks dan penuh dengan persaingan. Kebanyakan dari persaingan ini adalah

produk dari persepsi dan image mereka terhadap satu sama lain. Karakter

hubungan keduanya bisa diidentifikasikan sebagai dialektika antara bukan aliansi,

namun juga bukan musuh. Secara umum, Pemerintah AS tidak melihat Cina

sebagai musuh, melainkan sebagai kompetitor di beberapa isu dan teman di

beberapa isu tertentu lainnya. Saat ini ekonomi AS adalah yang terkuat di dunia,

sedangkan Cina menempati posisi kedua, dengan menggantikan posisi Jepang.

Keduanya merupakan konsumen energi fosil, batu bara dan minyak bumi, yang

terbesar di dunia.

Kedua negara juga merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar sehingga

memiliki beban dan tanggung jawab yang besar dalam menanggulangi efek

perubahan iklim. Sesungguhnya hubungan AS-Cina sudah relatif stabil, kendati

mendapati dinamika fluktuatif dalam beberapa kesempatan seperti pencobaan

intervensi AS terhadap isu pelanggaran HAM pemerintah Cina kepada rakyat di

Tibet, Xinjiang, keterbatasan dalam akses terhadap informasi,tidak adanya

Page 121: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

121

kebebasan pers, minimnya pertumbuhan masyarakat sipil maupun status politik

Taiwan.

Hubungan antara keduanya diperburuk setelah kejadian di Tiananmen,

Beijing. Dimana peristiwa tersebut merupakan noda terhadap konsep

perlindungan rakyat oleh Cina, dan dianggap sebagai kesalahan fatal di mata AS

karena kontradiktif terhadap kepentingan dan nilai yang di bela oleh AS. Pasca

Pembantaian Tiananmen, hubungan AS dan Cina bagai berada di ujung tanduk.

Respon pemerintah AS, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Ronald Reagan

dan awal pemerintahan Presiden George Bush I adalah konfrontasi terhadap Cina

dalam berbagai bidang. Konfrontasi pertama yang dijatuhkan AS kepada Cina

adalah skorsing berupa moratorium terhadap hubungan dagang, investasi Cina ke

AS, dan pembekuan perusahaan asuransi swasta Cina pada tanggal 5 Juni 1989.

(Levine, 1994 : 90) Moratorium ini akhirnya dicabut oleh Presiden Bill Clinton

pada tahun 2001.

Presiden George Bush I juga membebankan embargo ekspor persenjataan

AS kepada Cina dari tahun 1990-1994. AS juga secara eksplisit menolak proposal

donasi Cina terhadap World Bank dan kredit IMF yang ditujukan untuk proyek-

proyek pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, karena bagi AS, Cina telah

gagal memberikan kesejahteraan bahkan bagi rakyat di dalam negerinya

sekalipun. Hubungan antara AS-Cina semakin diperburuk ketika NATO

meledakkan kedutaan Cina di Belgrade, Serbia pada tahun 1999. NATO

mengkonfirmasi bahwa unsur kesalahan intelijen mereka, namun Cina tidak

menerima alasan ini dan menuduh bahwa pengeboman tersebut dilakukan secara

sengaja dan atas dasar prakarsa AS. (www.globalpolicy.org diakses pada tanggal

Page 122: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

122

15 september 2010) Pasca serangan 9/11, mulai terlihat hawa segar normalisasi

hubungan internasional Cina dan AS terutama setelah Cina menawarkan

dukungan publiknya dan juga dukungan Cina di Dewan Keamanan PBB dalam

resolusi 1373 mengenai penggelaran pasukan koalisi ke Afghanistan dalam misi

War on Terrorism. (http://www.time.com diakses pada tanggal 15 september

2010) Cina bukan saja mendukung inisiatif AS, namun juga mendonasika USD

150 juta untuk proyek rekonstruksi Afghanistan pasca jatuhnya Taliban Banyak

klaim dilontarkan bahwa kebijakan luar negeri AS sudah semakin oportunis.

Hal ini terlihat pada penerapan kebijakan luar negeri AS ke Cina, dimana

kendati politik domestik Cina adalah ancaman bagi mosi demokratisasi AS,

namun ada beberapa kepentingan AS dan Cina yang menciptakan

interdependensi, sehingga memungkinkan kedua belah pihak untuk menjadi mitra

dialog dan kerja sama. Pertumbuhan pesat Cina secara ekonomi, sayangnya

paradoks terhadap proteksi pemerintah terhadap HAM warga sipil sehingga cukup

untuk menyatakan bahwa secara gagasan dan implementasi, merupakan ancaman

kepada dominasi AS.

Lebih penting lagi, kita harus melihat dimensi bahwa kedua negara adalah

mitra dagang terbesar bagi satu sama lain dan memiliki kepentingan yang sama

dalam mencegah dan memberantas terorisme dan proliferasi senjata pemusnah

masal. Cina memiliki 2 triliun USD, dalam bentuk surat hutang AS, yang

merupakan konsumsi Cina untuk mendanai paket stimulus AS bagi perusahaan di

dalam negeri dalam rangka memperbaiki keadaan perekonomian domestik AS

pada masa krisis.

Page 123: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

123

Menteri Keuangan AS sebelumnya, Henry M.Paulson pernah

mengindikasikan bahwa ketidakseimbangan struktural ini juga harus diperbaiki

guna membantu AS keluar krisis finansial. Pada tanggal 23 Februari 2009,

Menteri Luar Negeri, Hillary Rodham Clinton berhasil mengunjungi Cina dan

meyakinkan para petinggi Cina untuk memastikan bahwa pangsa pasar AS di

Cina masih merupakan tempat aman bagi Cina untuk menanamkan investasi dan

kedua belah pihak setuju untuk menggalakkan investasi dari negara masing-

masing ke negara satu sama lain (Cohen dan Greenberg, http://ics.leeds.ac.uk

diakses pada tanggal 15 september 2010). Meskipun Cina adalah pemegang

hutang AS terbanyak saat ini, Cina dianggap sebagai juru selamat untuk memecah

kebuntuan di dalam menyelesaikan krisis finansial global.

AS mengidentifikasi bahwa Cina memang tengah bangkit sebagai

kekuatan ekonomi yang baru dan mengidentifikasi kemunduran kekuatan

ekonomi AS khususnya di bawah diskursus krisis finansial global. Di lain pihak,

AS menyadari bahwa dirinya memiliki permasalahan dalam konteks perdagangan

dengan Cina, dimana AS mengalami defisit perdagangan ke Cina sementara Cina

mengalami surplus perdagangan ke AS. Menurut AS, hal ini terjadi karena

manipulasi nilai mata uang Renminbi Yuan terhadap perdagangan internasional.

Karena secara logika, kenaikan ekspor berbanding dengan jumlah impor

mengindikasikan lebih banyaknya mata uang beredar di luar dan dalam negeri.

Ketika suatu mata uang lebih banyak beredar, Pemerintah Cina memiliki obligasi

untuk merevaluasi nilai Renminbi Yuan, terutama ketika nilai mata uang rendah

ini menjadi daya tarik tersendiri (comparative advantage) untuk menjadikan

Page 124: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

124

produk Cina lebih laku di pasar internasional, AS sesungguhnya melihat ini

sebagai ancaman terhadap pasar domestiknya.

kerjasama antara Cina-AS di masa depan akan berlandaskan pada tiga

faktor utama yang saling bergantung satu sama lain, yaitu adanya ketergantungan

ekonomi, keanggotaan dalam institusi internasional, serta demokratisasi. Faktor

utama yang melandasi pemikiran akan adanya hubungan kerjasama yang baik

antara Cina dan AS di masa depan adalah adanya ketergantungan ekonomi antar

keduanya, tidak dapat disangkal bahwa di antara Cina dan AS terdapat saling

ketergantungan ekonomi yang dalam. Ketergantungan ekonomi inilah yang

menurut penulis, akan memaksa baik Cina maupun AS untuk terus bekerja sama

dan karenanya menghindari konflik di masa depan. Adanya ketergantungan

ekonomi antara Cina-AS dan tendensi untuk bekerja sama di masa depan juga

disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Cina Yang Jiechi, Jiechi mengatakan

bahwa fondasi strategis bagi hubungan Cina-AS terletak pada kepentingan Cina

dan AS yang sama dalam mengusahakan pembangunan ekonomi yang stabil,

terutama untuk menghindari krisis di masa depan.

Kalaupun tidak terjadi krisis di masa depan, baik Cina maupun AS harus

tetap membangun kerjasama yang baik dan berkelanjutan, lanjut Yang Jiechi.

Lebih lanjut lagi, kerjasama ekonomi antara Cina-AS sebenarnya sudah

berlangsung sejak 1978. Ketika itu, volume perdagangan Cina-AS yang tadinya

hanya berjumlah 1 bilyum Dollar AS mencapai angka 120 bilyun Dollar AS,

(U.S. Government Printing Office, 2002 : 38–39) dan pada tahun 2004, angka

tersebut mencapai 245 bilyun Dollar AS. (http://www.uschina.org diakses pada

tanggal 15 september 2010)

Page 125: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

125

Di masa depan, Cina dan AS juga akan melanjutkan pemembangunan

sebuah dialog ekonomi, yang semakin akan memperdalam kerjasama antar

keduanya dan memang sudah terbentuk. Cina juga telah berkomitmen untuk

membantu menstabilkan pasar finansial dan menstimulasi perbaikan ekonomi di

AS, dengan harapan perekonomian AS akan kembali tumbuh dalam waktu dekat.

Faktor kedua yang berperan penting dalam pembentukan kerjasama antara

Cina-AS di masa depan adalah peran institusi internasional dalam mendorong

terjadinya kerjasama antar keduanya. Di sini penulis, setuju dengan pandangan

kaum liberal, percaya bahwa adanya institusi internasional akan meningkatkan

komunikasi Cina dan AS, yang kemudian akan memperkecil kecurigaan antar

kedua negara mengenai intensi masing-masing, dan pada akhirnya akan

menghasilkan komitmen kerjasama antar keduanya. Institusi internasional juga

dapat mencegah efek-efek negatif dari anarki internasional, dengan mewujudkan

kerjasama dan kepercayaan antar negara-negara anggotanya.

Sejak perang dingin berakhir, Cina telah bergabung dalam berbagai

institusi internasional, mulai dari yang sifatnya regional seperti APEC (Asia-

Pacific Economic Cooperation), ARF (the ASEAN Regional Forum), hingga yang

sifatnya internasional seperti masuknya Cina dalam WTO (World Trade

Organization). Cina juga telah bermain semakin aktif dalam wadah PBB

(Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dari tahun 1977 hingga tahun 1997, tercatat Cina

telah bergabung dalam 52 institusi internasional formal, (Lampton, 2001 : 163) di

mana AS merupakan negara yang dominan pada institusi internasional tersebut.

Meningkatnya jumlah institusi baik regional maupun internasional yang

dimasuki Cina, dan besarnya peran AS pada berbagai institusi tersebut akan

Page 126: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

126

menghasilkan ikatan yang kuat antara kedua negara, ikatan yang dipercaya oleh

kaum liberal optimis akan meningkatkan komunikasi dan kontak, yang kemudian

akan menghasilkan general mutual understanding dan kepercayaan antar

keduanya. Keinginan Cina untuk terus menikmati manfaat dari keanggotaannya

dalam institusi internasional tersebut akan mendorong Cina untuk tidak

mengambil langkah yang dapat merusak status quo, sehingga akhirnya akan

mengurangi kemungkinan konflik antara Cina dan AS yang merupakan perencana

sekaligus pelindung sistem internasional.

Faktor ketiga yang juga akan mendorong terciptanya hubungan kerjasama

antara Cina-AS adalah faktor demokratisasi. Cina sekarang telah menunjukan

berbagai tanda positif menuju demokratisasi melalui pembentukan mixed regime

di negaranya. Bila Cina benar-benar menjadi demokratis, maka sesuai pandangan

kaum liberal, optimisme hubungan Cina dan AS akan menjadi stabil karena

keduanya akan memasuki democratic zone of peace.

Adapun kaum liberal optimis percaya bahwa demokrasi adalah alat untuk

menciptakan perdamaian. Rezim yang meletakkan kekuasaan dan legitimasi pada

consent of the governed cenderung tidak akan terlibat dalam perang, yang tujuan

akhirnya adalah untuk memuaskan ambisi pemimpinnya. Kaum liberal optimis

juga percaya bahwa negara yang demokratis tidak akan saling berperang dengan

negara demokratis lainnya sehingga kaum liberal optimis melihat korelasi antara

meningkatnya negara demokratis dengan menurunnya konflik internasional. Cina

yang kini semakin menuju ke arah demokratisasi, kemudian akan memiliki

hubungan yang cenderung stabil dan tanpa konflik dengan AS di masa depan.

Page 127: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

127

Memprediksi mengenai hubungan Cina-AS di masa depan memang

bukanlah hal yang mudah. Memang timbul asumsi dari masyarakat internasional

akan adanya konflik besar antar keduanya, sementara dilain pihak ada pula yang

berasumsi akan terciptanya kerjasama yang semakin dalam antara keduanya.

Melihat akan adanya saling ketergantungan antara keduanya, maka yang lebih

dominan adalah prediksi kedua, yaitu akan terciptanya suatu hubungan kerjasama

antara Cina-AS dengan berlandaskan pada faktor utama, yaitu ketergantungan

ekonomi antar keduanya yang semakin dalam, faktor institusi internasional yang

akan semakin menyatukan keduanya.

Page 128: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

128

BAB V

KESIMPULAN

Cina adalah salah satu aktor kuat dengan kekuatan ekonomi yang dianggap

mampu menyaingi kapabilitas AS. Pemerintah Cina memiliki cadangan USD 800

milyar dalam bentuk simpanan yang merupakan hutang AS kepada Cina. Tingkat

pendapatan domestik (GDP) Cina di tahun 2007 tumbuh dari $3.3 triliun menjadi

$8-9 triliun.

Peningkatan ekonomi Cina ini seperti yang telah dijelaskan penulis diatas

berawal dari dibukanya pintu selebar-lebarnya untuk pihak asing untuk

menanamkan investasinya di Cina sejak tahun 1978 tanpa melihat ideologi negara

tersebut, keterbukaan Cina ini menunjukan bahwa Cina sudah mulai menerapkan

sistem liberalis dalam sistem ekonominya, bisa dilihat dari tatacara penerapan

sistem ekonomi Cina pada masa sebelumnya yaitu Mao Zedong yang sangat

tertutup dan pilih-pilih untuk menjalin kerja sama dengan pihak luar, pergeseran

sistem ini sangatlah kontras dengan apa yang diterapkan oleh Deng Xiaoping.

Secara garis besar, kemajuan ekonomi Cina diakibatkan dari dengung

keterbukaan pemerintah dan rakyatnya sejak reformasi tahun 1978, sistem kendali

terpusat yang merupakan dasar kemajuan negara tersebut serta sukses reformasi

Cina yang ditunjang oleh 5 proses yaitu: desentralisasi, marketissasi, diversivikasi

kepemilikan, liberalisasi, dan internasionalisasi.

Walaupun Cina membuka diri terhadap pihak luar dan mulai menerapkan

sisitem liberalis namun Cina tetap menganggap dirinya sebagai negara komunis,

karena pada dasarnya masyarakat Cina sangat plural, Cina tetap menerapkan

Page 129: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

129

komando terpusat dimana kontrol utama tetap ada ditangan pemerintah walaupun

sistem liberalis diterapkan Cina, hal ini juga membuktikan asumsi Cina yang

melahirkan sebuah idiom baru yaitu sosialisme dengan warna Cina (you zhongguo

tese de shehuizhuyi).

Dalam kebijakan luar negerinya, Cina kerap melakukan penghapusan

hutang negara berkembang dan sering memberikan asistensi politik maupun

ekonomi yang bebas dan jauh dari prasyarat ekonomi maupun politis. Bagi

negara-negara miskin dan berkembang, pengaruh Cina kepada pembangunan

mereka dilihat sebagai alternatif untuk mencari perlindungan dan bantuan.

Persepsi ini merupakan substitusi relatif terhadap mundurnya kepeminpinan AS

secara relatif.

Selama ini hubungan AS - Cina selalu dideskripsikan dengan terminologi

yang menggambarkan persaingan dan kesalahpahaman. Khususnya ketika

hubungan kedua negara diperburuk pasca kejadian Pembantaian Tiananmen 1989

dan friksi Cina-Taiwan. Pada tahap perkembangan politik internasional dewasa

ini, Cina juga terlihat semakin jauh dari jangkauan AS, dan lebih memilih untuk

menjalin kemitraan strategis dengan Rusia dalam forum Shanghai Cooperation

Organization maupun memberikan bantuan pembangungan kepada berbagai

negara di Afrika yang bebas persyaratan politik.

Kemajuan ekonomi Cina telah memberikan sinyal ancaman kepada

kepentingan ekonomi AS. Dua pendapat berlawanan menyatakan bahwa

fenomena ini bisa dilihat sebagai tantangan ataupun peluang bagi AS. Sejak

pemerintahan Bush Jr, AS lebih melihat Cina sebagai mitra dialog seperti yang

diindikasikan pada proyek hasil inisiatif Presiden George Bush dan Menteri

Page 130: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

130

Keuangan, Henry M. Paulson yang mengajak Cina untuk duduk bersama,

menyelesaikan permasalahan yang menghalangi terlaksananya kepentingan

nasional kedua negara terutama dalam isu ekonomi. Pertemuan tahunan ini

bersifat eksklusif dan dihadiri oleh para petinggi negara dan bersifat tertutup

untuk Cina dan AS saja. Wajah baru diplomasi AS terhadap Cina ini bernama

Strategic Economic Dialogue.

Karakter dialog ekslusif ini akhirnya mengalami perluasan lingkup topik

di bawah kepemimpinan Presiden Obama yang tidak hanya membicarakan

masalah ekonomi antara negara, namun juga masalah strategis dan geopolitik

yang merupakan kepentingan kedua negara. Pertemuan ini sejak Februari 2009

diubah namanya menjadi Strategic & Economic Dialogue. Dialog ini menjadi

menarik karena dialog ini adalah pionir komunikasi bilateral tingkat tinggi AS dan

Cina sejak terakhir kali dialog dilakukan untuk mengadakan perjanjian antara AS-

Cina supaya AS mengurangi perdagangan senjata kepada Taiwan dan supaya Cina

menjaga keharmonisan dengan Taiwan.

Meski hubungan Cina dan AS terlihat konfliktual di permukaan,

pendekatan Presiden Barack Obama kepada Cina bukanlah koersif, melainkan

sangat diplomatis dan cenderung akomodatif. Bagi Obama, kedua negara sangat

bergantung satu sama lain. Dialog ini juga menjawab tantangan aktual mengenai

krisis keuangan AS.

Selain itu, Obama melihat bahwa ada sebuah wacana untuk

mempertahankan US Leadership dan membangun citra AS yang baru di muka

petinggi dan publik Cina, maka AS harus menjadi AS yang lebih mendengar

Page 131: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

131

sesama dan menjadikan Cina sebagai mitra dialog dan kerja sama, khususnya bila

menyadari perkembangan politik dunia akhir-akhir ini.

Respon ini bisa bervariasi menyesuaikan pada kondisinya. Gejala

perubahan tata dunia kontemporer misalnya, melahirkan banyak new emerging

powers yang menggoncang kedudukan AS sebagai hegemoni tunggal. kita akan

melihat bahwa konsep kebijakan dialog bilateral eksklusif AS terhadap Cina

adalah bentuk preservasi kepemimpinannya di kawasan Asia Timur maupun

global dan juga sebuah bentuk kerjasama untuk meraih kepentingan nasionalnya

yang hanya bisa dilakukan dengan keterlibatan Cina.

Strategic & Economic Dialogue (S&ED) yang diprakarsai oleh

Pemerintahan Bush dan ditegaskan melalui perluasan ruang lingkup topik

pembicaraan oleh Pemerintahan Obama merupakan wajah baru hubungan

internasional AS dan Cina. S&ED adalah bentuk preservasi atas normalisasi

hubungan AS-Cina. AS dan Cina adalah dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia

saat ini dan kerjasama di antara keduanya dianggap krusial terhadap

perkembangan politik internasional dewasa ini.

Elaborasi penulis menunjukkan bahwa persepsi negatif antara kedua

negara masih melekat, perdebatan dan ketidaksetujuan AS terhadap pelaksanaan

politik dalam negeri Cina yang meremehkan isu perlindungan HAM dan juga

bagaimana Cina melihat bahwa dunia internasional tidak seharusnya dikuasai oleh

sebuah kekuatan hegemoni, seperti yang selama ini dipraktekkan oleh AS. Namun

dialog di antara keduanya mengindikasikan tantangan yang dihadapi dunia lebih

penting dan hanya kedua negara yang bisa menyelesaikannya.

Page 132: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

132

Selanjutnya kita melihat bahwa dialog yang dilaksanakan oleh keduanya

ternyata berfungsi menjadi sebuah celah untuk mengejar beberapa agenda

kepentingan AS, khususnya beberapa isu seperti restrukturisasi ketidak

seimbangan neraca perdagangan antara AS-Cina dan beberapa isu yang

mempertaruhkan kepemimpinan AS dalam hal politik seperti isu penyesuaian

kapabilitas diri dalam isu perubahan iklim dan peralihan kepada seumber energi

yang sesungguhnya memang membutuhkan Cina.

Pada dasarnya kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh AS dalam

perdagangan internasional seperti yang telah di jelaskan pada bab-bab

sebelumnya, semata-mata hanya untuk melinduungi kepentingan dan keamanan

dalam negeri AS, tidak hanya itu penerapan kebijakan AS dalam dunia

internasional merupakan serangkaian konsep untuk mempertahankan status

hegemoninya dalam dunia internasional, sehingga tidak mengherankan apabila

pada bab-bab sebelumnya dijelaskan bahwa AS banyak melakukan tekanan

terhadap negara dunia termasuk Cina seperti salah satu bentuk penekanannya

terhadap Cina yaitu memaksa Cina untuk merefaluasi nilai tukar RMB (Yuan),

dengan tujuan produksi barang AS bisa bersaing dengan produk Cina.

Meskipun demikian penulis yakin di masa depan antara Cina dan AS akan

terjalin sebuah kerja sama yang saling menguntungkan, hal ini disebabkan oleh

kedua belah fihak akan memilih jalan untuk saling menguntungkan daripada

saling merugikan, karena akan terjadinya interdependensi antara keduanya

berdasarkan ekonomi kedua negara yang kuat.

Page 133: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

133

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku :

Adi, Taufik Susilo, China Connection, Yogyakarta: Garasi, 2008

Anwar, Ma, Widjojo Nitisastro 70 Tahun Pembangunan Nasional: Teori

Kebijakan dan Pelaksanaan, Jakarta, 1997.

Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Bakri, Suryadi, “Pasca Deng Xiopeng, Cina Quo Vadis”, Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 1996.

C. Jack, Plano & Roy Olton. The International Relation Dictionary, Sanata

Barbara: California Press, 1992

Clyde, Paul & Beers, “The Far East : A History Of Westr Impacts Entry”,

Singpore: Burthon, 2001.

Coulombis, Theodore A, “International Relations:Powers & Justice”,

Terjemahan, Drs. Marsedes Marbun, Jakarta: CV. Abardin, 1990.

Dunn, William N, Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi Kedua,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003.

E. Karl Case & Ray C. Fair, Principles Of Economics, 8th Edition, Pearson

Education Inc.2007.

Frankel, J,” Hubungan Internasional”, Jakarta: ANS Sungguh Barsaudara,

1990.

Friedman & Barrett L. Mc. cormick (Ed.), “What If China Doesn’t

Democratize? Implications For War & Peace”, New York: M.E.

Sharpe, 2000.

Page 134: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

134

Holsti, K.J, “Politik Internasional : Kerangka Analisis Pedoman Ilmu”,

Jakarta, 1987.

Husain, Coen Pontoh, Akhir Globalisasi; Dari Perdebatan Teori Menuju

Gerakan Massa, Jakarta: C-Books, 2003.

I.Levine, Steven, Sino-American Relations : Testing The Limits Of Discord,

Dalam Samuel S.Kim, China & The World: Chinese Foreign

Relations In The Post Cold War Era, Oxford: Westview Press, 1994.

J. Laurence, Brahm, China After Wto, Beijing: Intercontinental Press, 2002.

Jhamtani, Hira, WTO dan Penjajahan Kembali Dunia Ketiga, Yogyakarta:

Insist press, 2005.

Jill, Steans. International Relations Perspectives & Themes, Inggris: Pearson

Education Limited, 2001.

Naisbitt, John & Dorris. China Mega Trend, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2010.

Koentjaraningrat (Ed), “Metode Penelitian Masyarakat”, Jakarta: LIPI, 1973.

Krugman, Paul R. & Maurice Obstfeld, Teori dan Kebijakan. Ekonomi

Internasional, Ed 2, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2003.

Kusumuhamidjojo, Budiono, “Hubungan Internasional: Kerangka Studi

Analisis”, Jakarta: Bina Cipta, 1987.

Kustia, Aa Sukarnaprawira, “Cina, Peluang Atau Ancaman”, Jakarta: Restu

Agung, 2009.

L. Marion, Levy & Guo Hengshi, The Riseof The Modern Chinese Business

Class, New York: Institute of Pacifiic Relation, 1949.

Page 135: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

135

Lampton, David M. “Same Bed, Different Dreams: Managing U.S.-China

Relations”, 1989–2000, Berkeley: University of California Press,

2001.

Levine, Steven.I.Sino American Relations : Testing The Limits Of Discord,

Dalam Samuel S.Kim, China & The World: Chinese Foreign

Relations In The Post Cold War Era, Oxford: Westview Press, 1994.

M, Margaret. Pearson, “China’s Integration Into The International Trade &

Invesment Regime”, Dalam Elizabeth Economy dan Michel

Oksenberg (Eds.), China Joins The World , New York: Council On

Foreign Relations Press, 1999.

Martinez, Elizabeth & Arnoldo Garcia, What Is “Neoliberalism”? National

Network For Immigrant & Refugees Rights, 1997.

Michael Todaro dan Stephen C Smith, “Pembangunan Ekonomi” Edisi Ke-9,

Jakarta: PT. Erlangga, 2006.

Moechtar, Mas’oed, “Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan

Metodologi Dictionary”, Jakarta: LP3S, 1990.

Moechtar, Mas’oed, “Ilmu Hubungan Internasional:Disiplin dan

Metodologi”, Jakarta: PT. Pustaka LP3S, 1994.

Morse, H.B. The Guilds Of China, New York: Longmans, Green &

Company, 1932.

Navarro, Peter, Letupan-Letupan Perang China Mendatang, Jakarta: Elex

Media Komputindo, 2008.

Page 136: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

136

O, Robert, Keohane, After Hegemony: Cooperation & Discord In The World

Political Economy, United Kingdom: Princeton University Press,

1984.

Olton, Roy & Jack C. Plano, “Kamus Hubungan Internasional”, Terjemahan,

Wawan, Bandung: Cv. Ardin, 1990.

Michael, Todaro & Stephen C Smith, Pembangunan Ekonomi Edisi Ke-9,

Jakarta: Pt.Erlangga, 2006.

Porter, Michael E. Competitive Advantage: Creating & Sustaining Superior.

New York: The Free Press. 1985.

Saputra, Sumpena Prawira, “Politik Luar Negeri Indonesia”, Jakarta: Remaja

Karya Offset, 1985.

Setiawan, Bonnie, Menggugat Globalisasi, Jakarta: Infid & Igj, 2001.

Steans, Jill. “International Relations Perspectives & Themes”, England:

Pearson Education Limited, 2001.

Wang, Yuan & Rob Goodfellow & Xin Shengzhang, Menembus Pasar Cina,

Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2000.

Wibowo, I, “Negara dan Masyarakat”, Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama,

2000.

Wibowo, I. “Cina’s Rise, Dinamika Asia Pasifik”, Jakarta: Program

Pascasarjana FISIP UI, 2007.

Wong, John, “Cina’s Economy In Search of New Development Strategies”,

Dalam Saw Swee- Hock, “Asean-Cina Economic Relations”, Dalam

Zainuddin Djafar, “Indonesia, Asean & Dinamika Asia Timur: Kajian

Perspektif Ekonomi-Politik”, Jakarta: Pustaka Jaya, 2008.

Page 137: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

137

Yaffe, David, Globalisasi Dalam Perspektif Sosialis, Jakarta: Cubuc, 2001.

Yusuf, Sufri, “Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri, Sebuah

Analisis Teoritis dan Uraian Pelaksanaannya”, Jakarta: Pustaka

Sinar, 1989.

Zakaria, Fareed, “The Challenger, Dalam The Post American World”. New

York: W. Norton & Co, 2008.

Zainal, Said Abidin, Kebijakan Publik, Edisi Revisi: Jakarta: Yayasan Pancur

Siwah, 2004.

Zainun, Buchari & Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, Edisi Pertama,

Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 1988.

Referensi Jurnal :

Amin, Samir, Ekonomi Politik Abad Ke-20, Buletin Diponegoro 74, No.

9/2001.

Barney, Jb. Firm Resources & Sustained Competitive Advantage, Journal of

Management, 1991.

Bergsten. C. Fred, A Partnership of Equals: How Washington Should

Respond to China’s Economic Challenge, dalam Foreign Affairs, Vol.

88, Mei/Juni 2009.

Cho, Ds. From National Competitiveness to Block & Global Competitiveness

Review, V 8. 1998.

Dwi, Siswanto, Konvergensi Antara Liberalisme dan Kolektivisme Sebagai

Dasar Etika Politik Di Indonesia, dalam Jurnal Filsafat Jilid 38

Nomor 3. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, 2004.

Page 138: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

138

F. Carolina, Sembiring, Nenny Anggaraini, “Cina: Globalisasi dan Kehebatan

Ekonomi; Sebuah Pembelajaran Serta Peluang Bisnis, Jurnal Ekonomi

Vol. XV No. 40. Jakarta. Nopember/Desember 2005.

Fred, C. Bergsten, A Partnership of Equals: How Washington Should

Respond To China’s Economic Challenge, Dalam Foreign Affairs,

Vol. 88, May/Juni 2009.

Hoffman, Nicole P. An Examination of The “Sustainable Competitive

Advantage” Concept: Past, Present, & Future, Academy of

Marketing Science Review, 2000.

Hunt, Shelby D. & Robert M. Morgan. "The Comparative Advantage Theory

of Competition, Journal of Marketing, April, 1995.

Joffe, Josef. The Default Power, dalam Foreign Affairs, Vol. 88, Issue 5.

September-Oktober, 2009.

Kenneth, Waltz. Globalisasi & Tata PS: Ilmu Politik dan Politik, Vol. 32,

No.4, Desember. 1999.

Keesing, D. Labour Skills & Comparative Advantage, American Economic

Review, May 1966.

Links, No. 12, Mei-Agustus, 1999.

Loy, David, "Can Corporations Become Enlightened? Buddhist Reflections

on TNCS, "Joseph A. Camilleri & Chandra Musaffar, Eds.,

Globalization: The Perspectives & Pengalaman of The Religious

Traditions of Asia Pacific, International Movement For A Just World,

Jakarta. 1998.

Page 139: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

139

Lyman, Princeton N, "Globalization & The Demands of Governance,"

Georgetown Journal Of International Affairs, Winter / Spring, 2000.

Neary, J. Peter. Competitive Versus Comparative Advantage, World

Economy, Vol. 26 April, 2003.

Siswanto, “Oreintasi Politik Amerika Terhadap Perimbanagn Kekuatan Cina

Dalam Kasus Open Door Policy”, Program Pasca Sarjana UI,1997.

Warr, PG. Comparative & Competitive Advantage. Asian Pacific Economic

Literature, Vol 8, 1994.

William, Robinson, Globalisasi Sistem Dunia, dan "Promosi Demokrasi"

Dalam Kebijakan Luar Negeri AS. Teori dan Masyarakat, Vol. 25,

No. 5 Oktober 1996.

Referensi Koran:

Damayanti, Doty, “Cina Memaksa Semua Negara Untuk Siaga”, Kompas, 10

Mei 2007.

Mas, Wigrantoro Roes Setyadi, “Kekuatan Ekonomi Dunia Bergeser Ke

Asia”, Kompas, 20 Mei 2007.

Koran Pembebasan Partai Rakyat Demokratik, Kejahatan Badan-Badan

Keuangan/ Perdagangan Dunia dan Agen-Agen Lokalnya, 2002.

Thee Kian Wie, Ekonomi Cina Setelah Pertumbuhan 30 Tahun. Harian

Kompas, Kamis 01 Oktober 2009.

Referensi Internet:

A Special Report on China & America: A Message from Confucius, diakses

dari http://www.economist. Com.

Page 140: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

140

China Daily, “US, China Should Foster Win-Win Relationship in the 21st

Century”. http://www. chinadaily.com.

Cohen, William & Maurice R.Greenberg, Smart Power in US-China

Relations: A Report of the CSIS Commission in China,diakses dari

http://ics.leeds.ac.uk.

Dennis Wilder,The U.S-China Strategic & Economic Dialogue: Continuity &

Change in Obama’s China Policy, http://www.jamestown.org

Doug Lorimer, Welfare Capitalism & Neoliberal Globalization,

http://jnx.sistm.unsw.edu.au.

Friedberg, Aaron L, “The Future of US-China Relations: Is Conflict

Inevitable?” http: //belfercente.ksg.harvard.edu.

Henry M.Paulson. Strategic Economic Development: A Brief Report, diakses

dari http://www.foreignaffairs.com

Hilary Roadham Clinton, Pernyataan resmi Menteri Luar Negeri

http://www.ustreas.gov.

Joint Press Release, on the First Round of the U.S.-China Strategic &

Economic Dialogue, http://www.ustreas.gov.

Thomas Wilkins, The New Equlibrium of From US & China, http:

//www.chinastakes.com

U.S.-China Business Council, “U.S.-China Trade Statistics & China’s World

Trade Statistics”. http://www.uschina.org.

US Bombing Of Chinese Embassy: Implausible Blunder? www.

globalpolicy.org.

Trade Partnership Worldwide LLC.http//www.tradepartnership.com.

Page 141: Sayid Haikal Quraisy (106083003552)

141

What Obama & China Disagree On, diakses dari http://www.time.com.

William Cohen & Maurice R.Greenberg, Smart Power in U.S-China

Relations: A Report of the CSIS Commision on China, diakses dari

http:// www.fas.org.

WM Morrisson,China’s Economic Outlook,diakses dari http://www.as.org.