Sawit

download Sawit

of 92

Transcript of Sawit

  • PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS

    PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN

    Oleh

    WENNY WIDYAWATI A24050928

    DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

  • RINGKASAN WENNY WIDYAWATI. Pengelolaan Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit

    (Elaeis guineensis Jacq. ) di Perkebunan Ujan Mas PT Cipta Futura, Muara

    Enim, Sumatera Selatan. (Di bawah bimbingan ADE WACHJAR).

    Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Ujan Mas PT

    Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, selama 4 bulan dari

    tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni 2009. Tujuan kegiatan magang

    adalah menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh pengalaman

    kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Selain itu,

    untuk mempelajari teknik budidaya dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit

    pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta secara khusus mempelajari

    pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan

    mengatasi permasalahan yang dihadapi.

    Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang adalah melaksanakan

    seluruh kegiatan yang sedang berlangsung di perkebunan kelapa sawit baik secara

    teknis maupun secara manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari

    karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping

    asisten afdeling. Selain itu, dilakukan juga pengambilan data primer dan data

    sekunder perusahaan. Data primer meliputi data kegiatan panen dengan

    pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder merupakan data yang

    diperoleh dari studi literatur dan laporan manajemen perusahaan.

    Pada saat menjadi KHL penulis melaksanakan seluruh kegiatan yang ada

    di kebun. Saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling

    penulis melakukan pengawasan kegiatan di tingkat KHL dan observasi TBS yang

    diperoleh pemanen.

    Produktivitas TBS di PT Cipta Futura sudah baik, hal tersebut ditandai

    dengan baiknya kondisi kebun dengan populasi tanaman yang optimum dan

    sistem pengelolaan teknik budidaya tanaman mulai dari kegiatan pemeliharaan

    sampai dengan pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit.

    Kualitas panen ditentukan oleh brondolan tinggal, TBS matang yang

    dipanen, TBS tertinggal pada pokok, pemotongan gagang panjang, TBS mentah

    terpanen, serta pengangkutan TBS ke PKS. Secara umum, pengelolaan panen di

  • Afdeling 7 PT Cipta Futura sudah cukup baik dilihat dari nilai pemotongan

    gagang panjang, TBS matang yang dipanen, dan organisasi panen. Akan tetapi

    kualitas panen di Afdeling 7 tersebut belum seluruhnya sesuai dengan standar

    perusahan, masih terdapat 2.4 % TBS mentah, 2.7 % TBS tertinggal di pokok, dan

    brondolan tertinggal diberbagai lokasi yang jumlahnya masih di bawah standar

    yang ditetapkan oleh perusahaan. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kualitas

    panen Afdeling 7 masih perlu ditingkatkan lagi.

  • PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT

    (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS

    PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN

    Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    Wenny Widyawati

    A24050928

    DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2009

  • Judul : PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT

    (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN UJAN MAS

    PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATRA SELATAN

    Nama : WENNY WIDYAWATI

    NIM : A24050928

    Menyetujui

    Dosen Pembimbing,

    (Dr Ir Ade Wachjar, MS)

    NIP: 19550109 198003 1 008

    Mengetahui :

    Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura,

    (Dr Ir Agus Purwito, MSc)

    NIP: 19611101 198703 1 003

    Tanggal lulus:

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1987 di Bogor, Jawa Barat. Penulis

    merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari seorang ayah yang bernama

    Didi Sukard dan ibu bernama Ice Winarsih. Penulis lulus dari SDN Cimanggu

    Kecil pada tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis berhasil menyelesaikan

    pendidikan dari SMP Negeri 8 Bogor untuk selanjutnya masuk ke SMA Negeri 3

    Bogor pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2005.

    Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dengan jalur

    USMI. Pada tahun 2006, saat penulis tingkat dua, penulis berhasil diterima di

    Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, yang

    merupakan angkatan pertama kurikulum mayor-minor.

    Selama di bangku SMP penulis aktif dalam kegiatan PMR SMP Negeri 8

    Bogor. Saat menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi Himpunan

    Mahasiswa Agronomi (Himagron) masa jabatan 2007/2008 sebagai anggota divisi

    internal. Selain itu, penulis juga aktif dalam kepanitiaan kegiatan mahasiswa

    antara lain pada acara Festival Tanaman XXIX (Festa) tahun 2008, SAUNG

    TANI 07 pada masa orientasi Fakultas Pertanian Angkatan 43 pada tahun 2007,

    dan masa orientasi Departemen Agronomi dan Hortikultura tahun 2007. Penulis

    juga pernah mengikuti kegiatan magang liburan di Kebun Raya Bogor pada tahun

    2007 dan pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar-dasar

    Agronomi pada tahun akademik 2008/2009.

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena

    rahmat, hidayah serta kekuatanNya lah penulis dapat menyelesaikan kegiatan

    magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik.

    Karya ilmiah yang penulis susun berjudul Pengelolaan Pemanenan

    Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Ujan Mas PT

    Cipta Futura, Muara Enim, Sumatera Selatan. Skripsi ini memberikan gambaran

    mengenai kegiatan magang yang penulis laksanakan dalam menyelesaikan tugas

    akhir sebagai salah satu syarat kelulusan di Departemen Agronomi dan

    Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

    1. Papa dan Mama serta kedua adik Donny Winardi dan Febri Gunardi yang

    tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan

    baik moril maupun material.

    2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar MS, selaku pembimbing skripsi yang telah

    memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang dan

    penulisan skripsi ini.

    3. Bapak Ir Supijatno MS dan Dr Ir Iskandar Lubis MS, selaku dosen penguji

    skripsi.

    4. Bapak Herry Tantiono selaku Enterprise Provost PT Cipta Futura Plantation,

    Muara Enim, Sumatera Selatan.

    5. Bapak Sutan Hutasoit SP selaku asisten Afdeling 7 PT Cipta Futura

    Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan yang telah banyak membantu

    dalam pelaksanaan magang dan banyak memberikan pelajaran hidup serta

    ilmu dunia kerja perkebunan.

    6. Semua pihak yang terlibat dalam membantu dalam penyusunan serta

    penyelesaian skripsi ini.

    Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

    Bogor, Desember 2009

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL............................................................................................. vii

    DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii

    DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... ix

    PENDAHULUAN............................................................................................. 1 Latar Belakang.............................................................................................. 1 Tujuan............................................................................................................ 3

    TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 4 Botani Kelapa Sawit..................................................................................... 4 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit................................................................ 5 Pemanenan..................................................................................................... 6

    METODE MAGANG........................................................................................ 9 Tempat dan Waktu........................................................................................ 9 Metode Pelaksanaan...................................................................................... 9 Pengumpulan Data dan Informasi................................................................ 9 Analisis Data dan Informasi.......................................................................... 10

    KONDISI UMUM.............................................................................................. 11 Letak Geografis dan Administrasi................................................................ 11 Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim......................................................... 11 Tata Guna Lahan........................................................................................... 12 Keadaan Pertanamaman dan produksi......................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan.....................................................

    1314

    PELAKSANAAN MAGANG........................................................................... 16 Aspek Teknis................................................................................................. 16

    Perawatan Parit................................................................................. 16Pembuatan Parit................................................................................ 16Pembuatan Tapak Timbun............................................................... 17Penyusunan Janjang Kosong Kelapa Sawit.................................. 18Pengendalian Gulma......................................................................... 19Pengendalian Hama.......................................................................... 22Pemupukan....................................................................................... 25Pemanenan........................................................................................ 30Pruning (Penunasan/Pemangkasan)............................................ 43

    Aspek Manajerial.......................................................................................... 44Pendamping Mandor........................................................................ 45Pendamping Asisten Afdeling.......................................................... 47

    PEMBAHASAN................................................................................................. 49 Persiapan Panen............................................................................................. 50 Pelaksanaan Panen......................................................................................... 53

  • Penanganan Pasca Panen............................................................................... 57

    KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 60 Kesimpulan.................................................................................................... 60 Saran.............................................................................................................. 60

    DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 61

    LAMPIRAN....................................................................................................... 62

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi TBS di Afdeling 7 PT Cipta Futura dari tahun 2005 2008...................................................................

    14

    2 Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation Bulan Mei 2009......................................................................

    15

    3. Realisasi Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2009............................................................................................................

    30

    4. Pengamatan Kualitas Potong TBS di Afdeling 7.................................... 32

    5 Perbandingan Hasil Panen dan Hasil Sensus TBS di Afdeling 7 Bulan Maret 2009.................................................................................................

    32

    6. Alat-alat Panen TBS yang Harus Dimiliki Oleh Pemanen.................... 35

    7. Pengamatan Kualitas Potong Gagang Panjang TBS di Afdeling 7...... 37

    8. Pengamatan Brondolan Tertinggal di Afdeling 7..................................... 38

    9. Pengamatan TBS Tertinggal di Pokok di Afdeling 7............................... 38

    10. Inspeksi Harian Panen di Afdeling 7 Bulan April 2009........................... 39

    11. Jenis Kesalahan dan Sanksi Panen di Afdeling 7..................................... 40

    12. Kandungan ALB pada Minyak Sawit di PT Cipta Futura..................... 42

    13. Fraksi dan Derajat Kematangan TBS....................................................... 54

    14. Rendemen dan ALB dari TBS yang Menginap di Lapangan................ 58

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1. Penampang Melintang Parit.................................................................. 17

    2. Pembuatan Tapak Timbun.................................................................... 18

    3. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK)................................................. 19

    4. Penyemprotan Gulma............................................................................ 20

    5. Dongkel Anak Kayu dan Pembuatan Bokoran................................. 21

    6. Beberapa Spesies Ulat Api.................................................................... 23

    7. Pengutipan Kepompong....................................................................... 24

    8. Penyemprotan Hama............................................................................ 24

    9. Penanaman Bunga Pukul Delapan (Turnera subulata)................... 25

    10. Jalur Pokok Sample Analisis Daun....................................................... 26

    11. Pelangsiran Pupuk................................................................................ 27

    12. Peralatan Pemupukan........................................................................... 28

    13. Denah Cara Aplikasi Pupuk pada Lahan............................................ 29

    14 Pemupukan Muriate of Potash (MOP)................................................ 29

    15. Penghitungan Jumlah Karung............................................................... 30

    16. Jembatan pada Areal Tanaman Kelapa Sawit................................... 31

    17. Pengkodean Hanca Panen pada Tanaman Kelapa Sawit................ 33

    18. Regu Kerja (RK) Panen........................................................................ 34

    19. Kopelan Pelepah Pemanen.................................................................... 41

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    1 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan....................

    63

    2 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan.................. 65

    3 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan.................................................................................................. 66

    4 Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation.............................................................................................. 68

    5 Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim, Sumatera Selatan................................................................................................. 69

    6 Struktur Organisasi Tingkat Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation.............................................................................................. 70

    7 Denah Jalur Deteksi Hama................................................................... 71

    8 Contoh Blanko Deteksi Hama............................................................. 72

    9 Contoh Blanko Bon Gudang................................................................ 73

    10 Luas Areal Tanam di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, Tahun 2009.................................................. 74

    11 Data Sensus TBS Masak di Afdeling 7 Bulan Maret 2009................. 75

    12 Luas dan Jumlah Hanca Panen Setiap Blok di Afdeling 7 PT Cipta Futura................................................................................................... 76

    13 Contoh Blanko Laporan Kerja Mandor Panen................................... 77

    14 Contoh Blanko Data Muat Buah.......................................................... 78

    15 Contoh Blanko Surat Pengantar Buah.................................................. 79

    16 Contoh Blanko Surat Tugas Sopir........................................................ 80

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman

    perkebunan yang menyumbangkan devisa negara dalam jumlah cukup besar.

    Produksi CPO sampai tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 19 440 291

    ton dari 11 875 418 ton pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

    Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik karena

    Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa

    sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia. Iklim tropika basah di Indonesia

    menjadi potensi besar untuk budidaya kelapa sawit. Selain itu Indonesia yang

    merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau besar dan ribuan pulau

    kecil yang membentang di sekitar khatulistiwa, memiliki lahan yang cukup luas

    untuk pengembangan kelapa sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Luas

    areal pengusahaan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.

    Pada tahun 2005 luas areal pengusahaan kelapa sawit mencapai 5 597 158 ha dan

    meningkat pada tahun 2009 menjadi seluas 7 321 897 ha (Direktorat Jenderal

    Perkebunan, 2009).

    Indonesia merupakan produsen minyak sawit kedua terbesar di dunia

    setelah Malaysia. Rata-rata produktivitas kelapa sawit untuk perkebunan rakyat di

    Indonesia mencapai 1.396 ton/ha/tahun dan produktivitas untuk perkebunan besar

    sebesar 3.50 ton/ha/tahun. Produktivitas kelapa sawit tersebut dinilai cukup tinggi

    bila dibandingkan dengan komoditas perkebunan lain (Fauzi et al., 2008).

    Teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan

    pembukaan lahan sampai dengan kegiatan panen dan penanganan pasca panen.

    Semua aspek teknik budidaya dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit harus

    dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam

    pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan pemanenan.

    Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga

    pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Pemanenan yang

  • 2 menghasilkan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang

    pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit

    akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan

    memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas

    (Fauzi et al., 2008).

    Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas

    tanaman. Sebaliknya, kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian

    produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan tanaman yang sudah baku dan

    potensi produksi di tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak

    dilaksanakan secara optimal (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).

    Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi

    kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen, peralatan

    panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal, insentif

    yang disediakan, dan lain-lain. Selanjutnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007)

    menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen

    tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan

    sarana panen. Keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak

    terpisahkan satu sama lain.

    Kualitas panen perlu mendapat perhatian, karena kehilangan minyak dan

    penurunan kualitas sebagian besar terjadi pada kegiatan pemanenan,

    pengangkutan dan selama pengolahan di pabrik (Lubis, 1992).

    Menurut Hutabarat (1965) tandan buah yang dipanen disebut tandan buah

    segar (TBS). TBS kelapa sawit yang dapat dipanen ialah tandan yang dalam

    pengolahannya di pabrik menghasilkan rendemen minyak yang tinggi juga

    memiliki mutu minyak yang baik. Pernyataan yang sama diungkapkan juga oleh

    Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) bahwa panen harus berorientasi terhadap

    kematangan buah yang optimum, buah mengandung minyak dan kernel yang

    optimum dengan kualitas baik, brondolan bersih, TBS tidak menginap dan

    pengangkutan ke pabrik lancar.

    TBS yang telah dipanen selanjutnya diangkut ke pabrik untuk diolah lebih

    lanjut menjadi minyak sawit. Pengangkutan TBS ke pabrik harus dilakukan pada

  • 3 saat hari panen (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). TBS harus segera diangkut

    ke pabrik untuk diolah, paling lambat delapan jam setelah panen dilaksanakan

    (Fauzi et al., 2008).

    Ketepatan waktu pengangkutan dan pengolahan kelapa sawit berkaitan

    dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung dalam buah kelapa

    sawit. Meskipun tandan yang dipanen bermutu baik, tetapi apabila transportasi

    kurang baik, terlalu lama di perjalanan dan lama tertumpuk di pabrik otomatis

    akan menaikkan ALB, sedangkan ALB yang tinggi akan membutuhkan biaya

    yang lebih tinggi dalam proses pemucatan (Lubis, 1992). Oleh karena itu

    kegiatan pemanenan harus terorganisir dengan baik karena merupakan salah satu

    kegiatan yang sangat penting, baik untuk keberlanjutan pertumbuhan dan

    perkembangan tanaman kelapa sawit maupun untuk peningkatan produksi minyak

    sawit yang berkualitas.

    Tujuan

    Secara umum tujuan kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit ini

    untuk menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh pengalaman

    kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Selain itu,

    untuk mempelajari teknik budidaya dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit

    pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta secara khusus mempelajari

    pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan

    mengatasi permasalahan yang dihadapi sesuai dengan wewenang dan tanggung

    jawab yang diberikan dalam kegiatan magang.

  • 4

    TINJAUAN PUSTAKA

    Botani Kelapa Sawit

    Kelapa sawit termasuk famili Arecaceae (dahulu disebut Palmae),

    subfamili Cocoidae, genus Elaeis, dan spesies Elaeis guineensis Jacq (Lubis,

    1992).

    Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukan merupakan tanaman asli

    Indonesia. Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani.

    Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), dan Jacq berasal dari kata

    Jacquin yang merupakan Botanist Amerika (Lubis, 1992). Spesies lain dari Elaeis

    adalah Elaeis oleifera dan Elaeis odora.

    Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri

    atas akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuarterner (Pahan, 2008a).

    Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara vertikal ke bawah

    tanah. Dari akar primer muncul akar sekunder yang tumbuh horizontal ke samping

    dan dari akar sekunder tersebut tumbuh pula akar tersier dan akar kuarterner yang

    berada dekat dengan permukaan tanah (Lubis, 1992).

    Kelapa sawit tumbuh tegak lurus, dapat mencapai ketinggian 15 20 m

    dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak dibungkus oleh pangkal

    pelepah daun (frond base). Batang mempunyai tiga fungsi utama yaitu: (1)

    sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah; (2) sebagai sistem

    pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil

    fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; (3) kemungkinan juga berfungsi

    sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2008a).

    Daun kelapa sawit menyerupai daun kelapa. Daun kelapa sawit terdiri atas

    beberapa bagian yaitu: (1) kumpulan anak daun (leaflets) yang memiliki helaian

    (lamina) dan tulang daun (midrid); (2) rachis yang merupakan tempat anak daun

    melekat; (3) tangkai daun atau petiole yang merupakan bagian antara daun dan

    batang; serta (4) seludang daun atau sheath. Daun membentuk susunan satu

    pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5 9 m. Jumlah anak daun di

  • 5 sekitar pelepah berkisar 200 400 helai. Produksi pelepah daun bergantung pada

    umur tanaman. Daun kelapa sawit biasanya muncul setiap 2 minggu sehingga

    dalam keadaan optimum tanaman dewasa kelapa sawit memiliki 40 50 daun

    (Fauzi et al., 2008).

    Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monoecious di mana bunga

    jantan dan betina berada dalam satu pohon. Tandan bunga terletak terpisah dan

    keluar dari ketiak pelepah daun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang,

    sedangkan bunga betina agak bulat terbungkus oleh seludang bunga. Pada

    umumnya tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk silang

    (Lubis, 1992).

    Buah sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari

    penyerbukan sampai dengan buah matang siap dipanen kurang lebih 5 6 bulan.

    Buah kelapa sawit terdiri atas tiga lapisan, yaitu eksokarp yang merupakan bagian

    kulit buah berwarna kemerahan dan licin, mesokarp atau serabut buah yang

    mengandung minyak dengan rendemen yang tinggi serta endokarp atau cangkang

    pelindung inti (Fauzi et al., 2008).

    Berdasarkan tebal dan tipisnya cangkang, buah kelapa sawit digolongkan

    atas dura, psifera, dan tenera. Buah yang paling baik untuk dijadikan bibit kelapa

    sawit adalah jenis tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura dan

    psifera. Tenera memiliki perbandingan sabut, tempurung, dan inti yang

    proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat

    kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil.

    Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk

    menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk

    menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih.

    Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

    Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada ketinggian 0 500 m di atas

    permukaan laut. Suhu udara optimum 24 28 oC dengan suhu maksimal 32 oC

    dan suhu minimum 18 oC sepanjang tahun. Curah hujan tahunan optimum untuk

  • 6 tanaman kelapa sawit adalah 2 000 2 500 mm dan merata sepanjang tahun

    (Fauzi et al., 2008).

    Lama penyinaran matahari yang optimal untuk tanaman kelapa sawit

    adalah 5 7 jam per hari dan kelembaban optimum 80 persen. Kecepatan angin

    5 6 km per jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Fauzi et al.,

    2008).

    Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik,

    Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol, dan Alluvial

    (Lubis, 1992). Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung

    berdebu dan lempung liat berpasir, dengan kedalaman efektif tanah yang baik

    lebih dari 100 cm (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).

    Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 6.0, tetapi terbaik pada

    pH 5.0 5.5 dengan kandungan unsur hara tanah tinggi (Lubis, 1992).

    Pemanenan

    Pemanenan kelapa sawit adalah pemotongan tandan buah segar (TBS) dari

    pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan pemanenan adalah

    pemotongan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah,

    pengangkutan hasil ke tempat pengumpulan hasil (TPH), dan pengangkutan hasil

    ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).

    Tanaman kelapa sawit secara umum sudah mulai dialihkan dari tanaman

    belum menghasilkan menjadi tanaman menghasilkan setelah berumur 30 bulan.

    Parameter lain yang sering digunakan dalam menentukan kategori tanaman

    menghasilkan adalah persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen

    mencapai lebih dari 60 persen. Pada keadaan tersebut berat tandan sudah

    mencapai tiga kilogram dan pelepasan brondolan dari tanaman lebih mudah.

    Pemanenan harus berorientasi terhadap kematangan buah yang optimum, buah

    mengandung minyak dengan kernel optimum dengan kualitas baik, brondolan

    bersih, buah tidak menginap, angkutan ke pabrik lancar (Pusat Penelitian Kelapa

    Sawit, 2007).

  • 7

    Sebelum pemanenan harus dilakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan

    tersebut meliputi penyediaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, peralatan,

    pengangkutan, data kerapatan panen, dan sarana panen. Peralatan panen tediri atas

    dodos, kampak, egrek, dan galah. Sarana panen meliputi pengerasan jalan,

    pembuatan jembatan panen, jalan panen (pikul), dan pembuatan tempat

    pengumpulan hasil (TPH). Persiapan pemanenan perlu dilakukan dengan baik dan

    tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan (Pusat

    Penelitian Kelapa Sawit, 2007).

    Menurut Lubis (1992) kriteria panen yang dipakai jika sudah ada dua buah

    (dua brondolan) lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon untuk tiap

    kilogram tandan. Selanjutnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) menambahkan

    parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah

    perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Perubahan warna yang

    terjadi adalah dari hitam atau hijau kemudian berubah menjadi merah mengkilat

    atau orange.

    Tandan yang telah dipanen disimpan di TPH dan brondolan dikumpulkan

    serta dimasukkan ke dalam karung. Tandan di TPH disusun 5 10 tandan per

    baris, gagang tandan menghadap ke atas dan brondolan telah dimasukkan ke

    dalam karung. Pada pangkal gagang tandan ditulis nomor pemanen.

    Pelukaan buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu pemotongan

    TBS, pengangkutan ke TPH maupun pengangkutan ke truk serta menjaga buah

    tidak kotor karena tanah atau debu. Pelukaan akan mempercepat peningkatan

    ALB dari 0.2 0.7 % sebelum dipotong, kemudian akan naik sebesar 0.9 0.1 %

    setiap 24 jam ketika sudah di tanah, sehingga makin cepat diangkut ke pabrik

    akan semakin baik (Lubis, 1992).

    Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi

    yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu

    pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan

    kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu, 1991).

    Peran pengangkutan ke pabrik sangat penting agar TBS dapat masuk

    sesegera mungkin ke pabrik pada hari panen. Kebutuhan truk dapat diketahui

  • 8 berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang meliputi data jumlah TBS per TPH,

    jumlah dan nomor TPH serta nomor blok. Setelah itu buah diangkut ke pabrik

    kemudian diperiksa dan disortasi lalu ditimbang. Hasil sortasi dan penimbangan

    dilaporkan kepada kepala afdeling yang bersangkutan. Tanggung jawab dan

    kegiatan berakhir sampai pada pemeriksaan buah di pabrik (Pusat Penelitian

    Kelapa Sawit, 2007).

  • 9

    METODE MAGANG

    Tempat dan Waktu

    Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Ujan Mas PT

    Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, selama 4 bulan dari

    tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni 2009.

    Metode Pelaksanaan

    Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan

    yang telah ditetapkan oleh kebun, baik aspek teknis di lapangan produksi maupun

    aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian

    lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten afdeling.

    Kegiatan sebagai KHL berlangsung pada dua bulan pertama dengan

    melaksanakan semua kegiatan, yaitu pembuatan dan perawatan parit, pembuatan

    tapak timbun, penyusunan janjang kosong kelapa sawit, pengendalian gulma,

    pengendalian hama, pemupukan, pemanenan dan pruning. Seluruh kegiatan saat

    penulis menjadi KHL dapat dilihat pada Lampiran 1.

    Kegiatan sebagai pendamping mandor berlangsung selama satu bulan.

    Jenis pekerjaan selama menjadi pendamping mandor adalah mengawasi kegiatan

    dongkel anak kayu (DAK), pemupukan, pemanenan, serta bekerja pada bagian

    administrasi afdeling (Lampiran 2). Pada satu bulan terakhir penulis menjadi

    pendamping asisten afdeling. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping

    asisten afdeling yaitu melakukan observasi TBS hasil panen di TPH (Lampiran 3).

    Pada pelaksanaan magang dilakukan juga pengamatan terhadap kegiatan

    yang menjadi topik utama yaitu pengelolaan pemanenan, dan pengumpulan data

    primer serta data sekunder.

    Pengumpulan Data dan Informasi

    Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui

    observasi lapangan dan kegiatan di kebun. Data primer berupa hasil pengamatan

  • 10 khusus pada kegiatan panen pada beberapa unit contoh pengamatan. Sedangkan

    data sekunder diperoleh dari laporan manajemen mengenai keadaan umum

    perusahaan, letak geografi, keadaan tanah dan iklim, kondisi tanah dan produksi,

    luas areal dan tata guna lahan, serta organisasi dan manajemen, penerapan teknik

    budidaya dan peta kebun. Selain dari laporan manajemen, data sekunder juga

    diperolah dari studi pustaka.

    Sebagai objek pengamatan untuk mendapatkan data primer digunakan

    tenaga pemanen sebagai sampel yang diambil secara acak pada lima kemandoran

    dalam satu wilayah afdeling. Dari masing-masing kemandoran ditentukan enam

    tenaga pemanen sampel, sehingga tenaga pemanen sampel yang diamati

    seluruhnya berjumlah 30 orang tenaga pemanen.

    Pengamatan dilakukan terutama terhadap semua aspek yang berhubungan

    dengan pengelolaan pemanenan di lapangan produksi yang meliputi:

    (1) Kriteria panen.

    (2) Rotasi panen, sistem panen dan tenaga kerja panen.

    (3) Tata cara pelaksanaan panen.

    (4) Kualitas panen dengan parameter pengamatan berupa buah matang panen,

    buah mentah, buah tinggal di pokok, pengutipan brondolan, dan

    pemotongan gagang panjang.

    (5) Upah dan denda panen.

    (6) Organisasi dan administrasi panen.

    (7) Pengangkutan TBS hasil panen.

    Analisis Data dan Informasi

    Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif

    dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara

    deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada

    perkebunan kelapa sawit dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu,

    penulis juga menjelaskan seluruh kegiatan kerja, baik yang telah ditetapkan oleh

    kebun, aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai

    tingkatan pekerjaan mulai dari KHL sampai dengan asisten afdeling.

  • 11

    KONDISI UMUM

    Letak Geografis dan Administratif

    PT Cipta Futura Plantation merupakan perusahaan kelapa sawit swasta

    milik keluarga yang terletak di Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Benakat,

    Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. PT Cipta Futura Plantation

    berjarak 35 km dari kota terdekat Muara Enim dan 218 km dari kota Palembang

    dengan jarak tempuh 3 4 jam.

    Sebelah utara Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation berbatasan

    dengan Kecamatan Benakat dan Solar, sebelah selatan berbatasan dengan Kota

    Muara Enim, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ulak Badung yang terletak di

    Kecamatan Ujan Mas dan sebelah barat berbatasan dengan PT Musi Hutan

    Persada (MHP) yang terletak di Kabupaten Lahat.

    Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation termasuk salah satu afdeling dengan

    batas sebelah timur adalah Desa Ulak Badung di Kecamatan Ujan Mas, sebelah

    barat berbatasan dengan Afdeling 6 dan Afdeling 8. Sebelah selatan berbatasan

    dengan Afdeling 1 dan sebelah utara berbatasan dengan PT Surya Bumi Agro

    Langgeng. Peta Afdeling 7 dapat dilihat pada Lampiran 4.

    Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim

    Kebun Ujan Mas terletak pada dataran rendah dengan ketinggian 100 m

    di atas permukaan laut. Topografi perkebunan dari mulai datar, bergelombang

    hingga berbukit dengan derajat kemiringan lahan 7 9 persen. Pada perkebunan

    ini terdapat beberapa tempat yang berawa dan termasuk daerah cekungan yang

    bila hujan deras akan tergenang termasuk di Afdeling 7. Secara umum,

    Perkebunan Ujan Mas didominasi oleh jenis tanah Podzolik Merah Kuning

    (PMK) dengan fraksi liat yang tinggi dan tekstur liat berdebu. Jika musim hujan

    tanah akan menjadi sangat licin yang menyebabkan mobil selip, sedangkan bila

    musim kemarau kondisi tanah akan sangat berdebu. Derajat kemasaman (pH)

    tanah berkisar antara 6.0 6.5.

  • 12

    Kebun Ujan Mas memiliki suhu rata-rata 28 0C. Curah hujan merata

    sepanjang tahun dengan rata-rata curah hujan selama 10 tahun terakhir (1999 -

    2008) adalah 2 909 mm per tahun. Curah hujan terendah terjadi pada tahun 2006

    yaitu 2 172 mm, sedangkan untuk curah hujan tertinggi adalah 3 824 mm terjadi

    pada tahun 2004. Jumlah hari hujan rata-rata 148.6 hari per tahun atau 12.4 hari

    per bulan. Berdasarkan klasifikasi Schmidth Ferguson, tipe iklim di Perkebunan

    Ujan Mas termasuk dalam kategori iklim B (basah). Data selengkapnya mengenai

    curah hujan di Kebun Ujan Mas dapat dilihat pada Lampiran 5.

    Tata Guna Lahan

    Luas total Kebun Ujan Mas mencapai 8 381 ha berdasarkan surat

    keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.7/HGU/BPN/96 dengan status

    Hak Guna Usaha (HGU) selama 30 tahun. Pembukaan lahan dimulai tahun 1990

    dan penanaman pertama dimulai pada tahun 1992 seluas 19.79 ha dan perluasan

    lahan terus berlanjut sampai sekarang.

    Penggunaan lahan di Kebun Ujan Mas terdiri atas areal pertanaman untuk

    kelapa sawit seluas 6 846.24 ha (81.69 % dari luas total), areal pembibitan seluas

    12.29 ha (0.15 % dari luas total), tanaman karet seluas 360.78 ha (4.30 % dari luas

    total). Total areal yang ditanami seluas 7 219.31 ha (86.14 % dari luas total). Luas

    yang dimanfaatkan untuk bangunan dan jalan seluas 334.97 ha (4 % dari luas

    total), tanah kosong seluas 80.52 ha (0.96 % dari luas total), dan terdapat enclave

    seluas 746.20 ha (8.90 % dari luas total).

    Perkebunan Ujan Mas dibagi menjadi empat afdeling yaitu Afdeling 1,

    Afdeling 6, Afdeling 7 dan Afdeling 8. Afdeling 1 memiliki luas 809.80 ha,

    Afdeling 6 memiliki luas 2 249.77 ha, Afdeling 7 memiliki kebun seluas 1 885.17

    ha dan untuk Afdeling 8 seluas 1 948.28 ha.

    Afdeling 7 memiliki areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 1 857.93

    ha, areal tanaman belum menghasilkan (TBM) 3 seluas 8.70 ha, areal TBM 2

    seluas 4.08 dan areal TBM 1 seluas 14.46 ha. Lahan di Perkebunan Ujan Mas

    dibagi ke dalam blok dan petak. Blok di Afdeling 7 sebanyak 20 blok. Luas

  • 13 rata-rata satu blok adalah 100 ha dengan dibagi dalam empat petak A, B, C, dan D

    sehingga rata-rata luas per petak adalah 25 ha.

    Afdeling 7 merupakan afdeling percontohan yang terdiri atas fasilitas

    perumahan karyawan, sekolah, lapangan sepak bola, lapangan volly, lapangan

    bulu tangkis, dan koperasi.

    Keadaan Pertanaman dan Produksi

    PT Cipta Futura Plantation bergerak dalam bidang perkebunan dengan

    komoditas utama kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di

    perusahaan tersebut merupakan kelapa sawit hasil persilangan antara Dura dan

    Psifera yang bibitnya berasal dari Lembaga Pusat Penelitian Marihat (LPPM),

    Bahlias Research Satation (BLRS) PT London Sumatra (Lonsum), Dami dan

    berasal dari PT Socfindo.

    Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan 9.25 m x 9.25 m x 9.25 m

    dengan tata tanam segitiga sama sisi. Populasi tanaman kelapa sawit standar

    ditetapkan 135 pokok per ha, akan tetapi lima pokok diasumsikan terpakai untuk

    jalan, maka perusahaan menetapkan populasi rata-rata kelapa sawit per ha adalah

    130 pokok.

    Penanaman kelapa sawit dimulai sejak tahun 1992 yang dilakukan secara

    bertahap. Di Afdeling 7, penanaman kelapa sawit dimulai pada tahun 1993 di

    Blok 69 dan 70.

    Perusahaan memiliki target produksi yang ditetapkan untuk dicapai oleh

    masing-masing afdeling. Setiap tahun kepala afdeling akan selalu berusaha

    meningkatkan produktivitas panen. Peningkatan tersebut dapat dicapai dengan

    berbagai cara agar target panen terpenuhi. Produktivitas panen di Afdeling 7 dapat

    dilihat pada Tabel 1.

  • 14

    Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi TBS di Afdeling 7 PT Cipta Futura dari tahun 2005 2008

    Tahun Luas (ha) Produksi Produktivitas

    (ton) (ton) 2005 1 619.78 43 550 26.89 2006 1 619.78 32 709 20.19 2007 1 857.93 41 852 22.52 2008 1 857.93 37 108 19.97

    Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)

    Produktivitas TBS di Afdeling 7 cenderung mengalami penurunan.

    Penurunan produktivitas tersebut dapat disebabkan oleh adanya penurunan curah

    hujan dan perluasan areal tanaman menghasilkan sehingga berpengaruh terhadap

    berat tandan yang dihasilkan.

    Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

    PT Cipta Futura Plantation adalah perusahaan kelapa sawit swasta milik

    keluarga. Bagian produksi kebun di perusahaan ini dipimpin oleh seorang chief

    magister yang diangkat berdasarkan keputusan direktur utama. Chief magister

    bertanggung jawab kepada direksi.

    Tenaga kerja di PT Cipta Futura Plantation terdiri atas staf, non staf dan

    karyawan harian lepas (KHL). Pengelolaan kebun di tingkat afdeling dipimpin

    oleh asisten afdeling. Asisten afdeling merupakan karyawan staf yang memiliki

    tanggung jawab yang besar dalam melakukan pengelolaan kebun di afdelingnya

    agar memperoleh hasil yang tinggi dan bermutu sesuai dengan standar yang telah

    ditetapkan perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh

    supervisor afdeling yang membawahi supervisor perawatan dan supervisor panen.

    Supervisor perawatan merupakan atasan dari para mandor perawatan. Mandor

    yang berada di bawah supervisor perawatan adalah mandor pupuk, mandor

    semprot, mandor hama dan penyakit, mandor dongkel, serta mandor rawat jalan.

    Supervisor panen merupakan supervisor yang membawahi mandor panen dan

    krani buah.

  • 15

    Mandor di Afdeling 7 terdiri atas mandor pupuk, mandor panen, mandor

    semprot, mandor rawat jalan, mandor deteksi hama dan penyakit, dan mandor

    dongkel. Karyawan lain yang setingkat mandor dan berada di bawah supervisor

    adalah krani buah. Struktur organisasi pada PT Cipta Futura dapat dilihat pada

    Lampiran 6.

    Di perusahaan ini sistem pengupahan KHL berbeda dengan karyawan non

    staf (personil) dan karyawan staf. KHL adalah karyawan yang bekerja dengan

    sistem borongan. Besarnya gaji yang diperoleh KHL yaitu Rp 50 000,- per hari

    yang disesuaikan dengan prestasi kerja yang diperoleh. Adapun jumlah

    keseluruhan tenaga kerja di Afdeling 7 dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation Bulan Mei 2009

    No Bagian Jumlah (orang) 1. Karyawan Staf : - Asisten Afdeling 1 - Supervisor Afdeling 1 - Supervisor Panen 1 - Supervisor Pemeliharaan 1 Jumlah 4

    2. Karyawan Non Staf : - Mandor Panen 4 - Krani Afdeling 1 - Krani Buah 4 - Mandor Pemeliharaan 4 - Administrasi Afdeling 2 Jumlah 15

    3. Karyawan Harian Lepas : - Tenaga Kerja Pemanenan 75 - Tenaga Kerja Pemeliharaan 140 - Pemuat Buah 19 - Supir Truk 20

    Jumlah 254 Total Karyawan 273

    Sumber : Administrasi Afdeling 7

  • 16

    PELAKSANAAN MAGANG

    Aspek Teknis

    Perawatan Parit

    Perawatan parit bertujuan agar parit bersih dari gulma dan benda-benda

    lain yang dapat menghalangi kelancaran aliran air. Kedalaman parit harus

    memenuhi standar agar dapat menunjang kelancaran jalannya air. Perawatan parit

    pada kegiatan magang dilakukan pada kelapa sawit TM 1 di Blok 83 P. Alat yang

    digunakan untuk perawatan parit adalah dodos, cangkul, meteran dan parang.

    Perawatan parit dilakukan dengan cara membersihkan gulma-gulma yang

    ada pada tepi parit sejauh 1.5 m dari tepi parit. Dinding parit diratakan dengan

    menggunakan dodos serta lumpur yang ada pada dasar parit diangkat ke atas tepi

    parit yang telah bersih dari gulma. Kedalaman parit dibuat sampai mencapai tanah

    keras kurang lebih 1 m.

    Norma kerja untuk perawatan parit adalah 20 m/HK. Kegiatan rawat parit

    dilakukan penulis selama 7 hari kerja dengan prestasi kerja rata-rata 20 m/HK.

    Pembuatan Parit

    Pembuatan parit di Kebun Ujan Mas dilakukan secara manual oleh tenaga

    manusia dengan menggunakan peralatan sederhana. Peralatan yang digunakan

    adalah cangkul, dodos, dan meteran. Standar ukuran parit di Kebun Ujan Mas

    adalah lebar permukaan atas parit 1.5 m, kedalaman parit 1 m, lebar permukaan

    bawah parit 1.5 m.

    Norma kerja untuk pembuatan parit 10 m/HK. Kegiatan pembuatan parit

    dilakukan penulis di Blok 70 perluasaan selama 3 hari kerja dengan prestasi kerja

    rata-rata 5 m/HK.

    Selain itu penulis juga melakukan pembuatan parit sirip ikan. Parit sirip

    ikan adalah parit pembuangan di pinggir jalan untuk membuang kelebihan air

    yang tergenang pada badan jalan. Parit sirip ikan memiliki ukuran lebih kecil

    dibandingkan dengan parit yang terdapat pada kebun kelapa sawit. Standar ukuran

  • 17 parit sirip ikan adalah lebar permukaan atas 60 cm, kedalaman 50 cm, dan lebar

    dasar 50 cm, sehingga parit sirip ikan berbentuk trapesium. Penampang melintang

    parit dan parit sirip ikan disajikan pada Gambar 1.

    1.5 m 60 cm

    1 m 50 cm

    1.5 m 50 cm

    (a) Parit (b) Parit Sirip Ikan

    Gambar 1. Penampang Melintang Parit

    Norma pembuatan sirip ikan adalah 10 m/HK. Kegiatan pembuatan sirip

    ikan dilakukan penulis selama satu hari kerja dengan prestasi kerja 8 m/HK.

    Pembuatan Tapak Timbun

    Tapak timbun merupakan salah satu upaya perawatan tanaman kelapa

    sawit pada daerah rendahan dan daerah rawa dengan tujuan mencegah tanaman

    kelapa sawit (pokok) dari genangan air, memudahkan pemupukan tanaman,

    memperbaiki drainase di sekitar perakaran tanaman serta memperkokoh tanaman

    agar tidak doyong.

    Alat yang digunakan dalam pembuatan tapak timbun adalah cangkul,

    parang, serta potongan pelepah kelapa sawit. Tata cara dalam kegiatan pembuatan

    tapak timbun adalah menaikkan permukaan tanah di sekitar pokok tanaman

    dengan pola membentuk kue donat. Jari-jari bagian dalam tapak timbun yang

    membentuk cekungan berukuran 0.5 m diukur dari pokok kelapa sawit, sedangkan

    jari-jari dari pokok sampai dengan ujung timbunan terluar berukuran 2 m. Ukuran

    tinggi timbunan adalah 0.5 m. Kegiatan pembuatan tapak timbun dapat dilihat

    pada Gambar 2.

  • 18

    (a) Tampak Atas Tapak Timbun (b) Hasil Pembuatan Tapak Timbun

    Gambar 2. Pembuatan Tapak Timbun

    Kegiatan pembuatan tapak timbun dilakukan pada daerah rendahan di

    Blok 95 perluasan. Norma pembuatan tapak timbun 2 tapak timbun/HK,

    sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata 0.4 tapak timbun selama satu hari kerja.

    Penyusunan Janjang Kosong Kelapa Sawit

    Aplikasi janjangan kosong (JJK) di Kebun Ujan Mas dilakukan secara

    manual pada areal TM di Blok 106, 107, 108. Pengangkutan JJK dari pabrik

    dilakukan dengan truk sekembalinya dari pabrik setelah mengantar TBS.

    JJK disusun membentuk huruf U pada gawangan kelapa sawit dengan cara

    membentuk lapisan kotak dengan jumlah 12 JJK untuk panjang ke bawah dan 10

    JJK untuk lebar ke samping gawangan. Penyusunan JJK tidak boleh menutupi

    pasar hidup. JJK disusun mendatar bukan dalam posisi tegak, hal ini dimaksudkan

    untuk mempercepat dekomposisi dan pelapukan JJK. Pelaksanaan penyusunan

    JJK dapat dilihat pada Gambar 3.

    Susunan JJK tidak boleh lebih dari satu lapisan karena akan merangsang

    perkembangan kumbang Oryctes rhinoceros. Rotasi aplikasi JJK pada lahan yang

    sama minimal 1 tahun atau menunggu lapisan JJK pada lahan tersebut melapuk.

    Bobot rata-rata JJK yang diangkut dalam satu truk berkisar 3 3.5 ton.

    Dari satu truk tersebut dapat dihasilkan 4 5 lapisan janjangan. Satu lapisan JJK

    diaplikasikan pada tengah gawangan antara dua pokok sawit sehingga dosis JJK

    rata-rata yang aplikasikan berkisar 375 kg 500 kg/pokok.

    2 m 0,5 m X

  • 19

    (a) Kegiatan Penyusunan JJK (b) Hasil Penyusunan JJK

    Gambar 3. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).

    Alat yang digunakan untuk mengangkut (melangsir) JJK dari tumpukan

    buangan truk ke dalam gawangan sawit adalah angkong. Alat lain yang digunakan

    adalah tojok atau gancu untuk menyusun dan meratakan JJK dalam lapisan.

    Prestasi kerja untuk karyawan janjangan adalah 5 ton/HK dengan besar

    upah yang diterima adalah Rp 10 000,-/ton. Sedangkan untuk prestasi kerja

    penulis dalam kegiatan penyusunan janjangan kosong adalah 3 ton/ HK.

    Pengendalian Gulma

    Gulma merupakan tanaman pengganggu yang keberadaannya sangat

    merugikan tanaman pokok. Kompetisi gulma dengan tanaman kelapa sawit dapat

    terjadi baik pada piringan, pasar 2:1 maupun pada tempat pengumpulan hasil

    (TPH). Di Perkebunan Ujan Mas pengendalian gulma dilakukan dengan cara

    penyemprotan di pasar 2:1 dan TPH serta dongkel anak kayu (DAK).

    Penyemprotan pasar 2:1 dan TPH. Pasar 2:1 dan TPH merupakan

    sarana yang sangat penting di perkebunan kelapa sawit, terutama dalam kegiatan

    panen. Pasar 2:1 merupakan jalan pada gawangan kelapa sawit yang dapat dilalui

    oleh orang dan angkong (jalan setapak). Gulma pada pasar 2:1 berpengaruh

    terhadap kelancaran pengangkutan tandan dari piringan ke TPH. Gulma yang ada

    pada TPH dapat menyebabkan kurang jelasnya keberadaan tandan dan brondolan

    di TPH untuk diangkut oleh truk.

  • 20

    Penyemprotan gulma pada pasar 2:1 dan TPH menggunakan herbisida

    yang mengandung glifosat dengan merk dagang Smart. Dosis herbisida yang

    digunakan 250 ml/ha dengan konsentrasi 7 ml/l.

    Penyemprotan TPH dilakukan secara merata ke seluruh bagian TPH.

    Jumlah TPH standar setiap pasar adalah dua TPH yang terdapat pada bagian

    ujung-ujung pasar.

    Standar kerja penyemprotan pasar 2:1 dan TPH adalah 5 ha/HK. Prestasi

    kerja penulis adalah 3 ha/HK. Kegiatan penyemprotan pasar 2:1 dilakukan pada

    areal TM di Blok 107 C. Penyemprotan gulma yang dilakukan penulis disajikan

    dalam Gambar 4.

    (a) Penyemprotan Pasar 2:1 (b) Penyemprotan TPH

    Gambar 4. Penyemprotan Gulma

    Peralatan yang digunakan untuk penyemprotan pasar 2:1 dan TPH adalah

    knapscak sprayer Solo kapasitas 15 liter, masker sebagai pengaman agar larutan

    herbisida tidak terhirup, botol mineral bekas atau wadah yang dapat digunakan

    untuk mengambil air sabagai pelarut herbisida. Sebelum dilakukan penyemprotan

    harus dilakukan pengecekan knapscak sprayer untuk mengetahui apakah ada

    kebocoran atau kerusakan pada alat tersebut. Hasil penyemprotan pasar 2:1 dan

    TPH akan terlihat paling cepat empat minggu kemudian.

    Dongkel anak kayu (DAK). Dongkel anak kayu adalah kegiatan

    pengendalian gulma secara manual dengan cara mencabut semua gulma berkayu

    sampai ke akar-akarnya. Jenis gulma yang harus didongkel adalah jenis gulma

    berdaun lebar yang berkayu yaitu Clidemia hirta, Mikania micrantha,

    Chromolaena odorata dan Melastoma affine, gulma golongan rumput dan teki

  • 21 yaitu Scleria sumatrensis, Cyperus sp., Fimbristilis sp., dan lain-lain. Selain

    gulma, tanaman kelapa sawit yang tumbuh liar atau disebut dengan kentosan juga

    harus dicabut agar tidak menyaingi tanaman kelapa sawit utama.

    Pada kegiatan DAK selain mencabut gulma berkayu yang ada pada

    gawangan kelapa sawit, juga membersihkan gulma yang terdapat pada piringan

    (membokor). Tujuan pembersihan bokoran kelapa sawit adalah untuk

    memudahkan kegiatan pemupukan terutama untuk kelapa sawit di areal TBM

    yang aplikasi pupuknya dilakukan di piringan serta memperlancar kegiatan panen

    pada areal TM.

    DAK dilakukan di areal TBM Blok 70 perluasan. Bokoran dibuka dengan

    lebar bokor sampai ujung daun terluar atau dengan jari-jari bokoran 2 m dari

    pokok sawit. Bokoran harus bersih dari gulma. Sedangkan kegiatan DAK

    dilakukan pada gawangan sebelah kanan pokok sawit.

    Peralatan yang digunakan untuk kegiatan DAK adalah cangkul, parang,

    sarung tangan. Kegiatan DAK dilakukan dengan sistem borongan dengan standar

    yang ditetapkan dalam satuan hektar. Prestasi penulis dalam kegiatan DAK

    sebanyak 5 pokok/HK selama satu hari kerja. Kegiatan DAK yang penulis

    lakukan dapat dilihat pada Gambar 5.

    (a) Dongkel Anak Kayu (b) Pembuatan Bokoran

    Gambar 5. Dongkel Anak Kayu dan Pembuatan Bokoran

    Rotasi DAK pada areal TBM 1 tiga bulan sekali, pada areal TBM 3 enam

    bulan sekali, pada areal TM satu tahun sekali. Kegiatan DAK yang penulis

    lakukan hanya pada TBM, sedangkan pada TM tidak penulis lakukan karena

    rotasinya telah berlalu.

  • 22 Pengendalian Hama

    Hama pada perkebunan kelapa sawit di antaranya babi hutan, tikus dan

    ulat. Hama-hama tersebut harus dikendalikan untuk menjaga produktivitas

    tanaman.

    Pengendalian tikus dilakukan dengan menggunakan musuh alami yaitu

    ular cobra dan burung hantu (Tyto alba). Ular cobra dan burung hantu sengaja

    dikembangbiakkan sebagai pemangsa tikus. Sarang burung hantu dibuat di blok-

    blok tanaman. Sampai dengan bulan Juni 2009, jumlah sarang burung hantu di

    Afdeling 7 berjumlah 35 sarang burung. Keberadaan burung hantu selalu

    dikontrol oleh mandor panen untuk dilaporkan kepada asisten afdeling mengenai

    keberadaan dan populasinya dalam sarang.

    Pengendalian ulat di Kebun Ujan Mas dilakukan dengan beberapa cara

    yaitu pengendalian secara mekanis, kimiawi, dan hayati.

    Pengendalian secara mekanis. Pengendalian secara mekanis meliputi dua

    kegiatan yaitu pendeteksian hama dan pengutipan kepompong.

    Hama yang paling penting di perkebunan kelapa sawit adalah ulat api.

    Pendeteksian ulat api merupakan salah satu cara untuk mengetahui populasinya.

    Kegiatan deteksi hama tidak hanya mendeteksi ulat api, tetapi juga ulat kantong

    dan ulat lainnya. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan deteksi hama terdiri

    atas galah panjang dengan pengait pada bagian ujungnya, alat tulis, dan botol air

    mineral bekas.

    Di Afdeling 7 Kebun Ujan Mas, spesies ulat api yang banyak ditemukan

    adalah Darna trima (DT), Setora nitens (SN), Tirathaba sp. (TB), dan Theosea

    asigna (TA). Jenis-jenis ulat tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

  • 23

    (a) Setora nitens (b) Darna trima

    (c ) Theosea asigna (d) Tirathaba sp.

    Gambar 6. Beberapa Spesies Ulat Api

    Pengamatan ulat api dilakukan pada baris ke-1, ke-10, ke-20, dan

    seterusnya. Dari setiap barisan dipilih pokok sampel dengan interval 1/10 untuk

    TM yaitu pokok ke-1, pokok ke-11, pokok ke-21 dan seterusnya. Sedangkan

    untuk kelapa sawit di petak perluasan, pokok sampel yang digunakan memiliki

    interval 1/5 yaitu pokok ke-1, pokok ke-6, pokok ke-11, dan seterusnya. Jalur

    deteksi hama dapat dilihat pada Lampiran 7. Semua pokok dalam barisan tetap

    dideteksi, tetapi data yang ditulis pada lembar deteksi hama adalah jumlah ulat

    yang ditemukan pada pokok sampel. Contoh blanko deteksi hama terdapat pada

    Lampiran 8.

    Pengendalian ulat api juga dapat dilakukan saat fase kepompong dengan

    melakukan pengutipan kepompong. Kepompong ulat api berbentuk bulat telur,

    berwarna coklat tua dan terdapat pada tempat-tempat yang lembab atau basah

    karena ulat cenderung akan membungkus diri menjadi kepompong pada tempat

    yang lembab dan kurang cahaya matahari. Kepompong banyak ditemukan pada

    bagian bawah akar kelapa sawit dan piringan pokok kelapa sawit ataupun pada

    bawah tumpukan pelepah pada gawangan mati sehingga perlu pengorekan untuk

    mengutipnya. Kegiatan kutip kepompong dapat dilihat pada Gambar 7.

  • 24

    (a) Kegiatan Pengutipan Kepompong (b) Hasil Pengutipan Kepompong Gambar 7. Pengutipan Kepompong

    Kegiatan pengutipan kepompong dilakukan penulis di Blok 95 Petak B

    dan C. Pengutipan kepompong dilakukan di blok yang terdeteksi terdapat populasi

    ulat api yang tinggi. Cara pengutipan kepompong dengan mengorek bagian bawah

    pokok sawit pada bagian akar dan piringannya serta pada bagian pasar mati di

    bagian bawah pelepah. Peralatan pada kegiatan pengutipan kepompong terdiri atas

    ember, gancu, dan potongan pelepah.

    Pengendalian secara kimiawi. Pengendalian hama secara kimiawi di

    Kebun Ujan Mas dilakukan dengan menyemprot hama menggunakan insektisida

    Decis dan Agristik sebagai perekatnya. Konsentrasi Decis dan Agristik yang

    digunakan masing-masing sebanyak 6 ml untuk 15 liter larutan atau 0.4 ml/l.

    Alat yang digunakan untuk penyemprotan hama adalah knapsack sprayer

    Solo dengan memakai nozzle warna merah yang dibalik. Penulis melakukan

    penyemprotan hama pada areal TBM di Blok 68 sehingga masih terjangkau

    menggunakan knapsack sprayer Solo.

    Penyemprotan hama dilakukan pada semua bagian pelepah kelapa sawit.

    Ulat api yang terkena semprot sebelumnya akan mengering, kisut, berwarna

    coklat dan akhirnya mati perlahan. Kegiatan penyemprotan hama penulis lakukan

    dapat dilihat pada Gambar 8.

    Gambar 8. Penyemprotan Hama

  • 25

    Prestasi kerja penulis untuk penyemprotan hama seluas 0.8 ha, yang

    dilakukan selama satu hari kerja sedangkan norma kerja karyawan untuk

    penyemprotan hama 2 ha/HK.

    Pada areal kelapa sawit TM dengan pokok yang tinggi disemprot dengan

    menggunakan Engine Power Sprayer (EPS). Alat semprot tersebut dilengkapi

    dengan selang panjang serta galah untuk menggapai tajuk sawit yang tinggi.

    Insektisida yang digunakan Decis dan Agristik sebagai perekatnya dengan dosis

    masing-masing insektisida 7 ml untuk 15 liter larutan. Penulis tidak melakukan

    kegiatan penyemprotan hama kelapa sawit dengan menggunakan EPS.

    Pengendalian secara hayati. Pengendalian ulat api secara hayati

    dilakukan dengan memanfaatkan kumbang predator ulat api. Salah satu cara

    menarik kumbang predator adalah dengan penanaman bunga pukul delapan

    (Turnera subulata). Bunga Turnera subulata dapat dilihat pada Gambar 9.

    Gambar 9. Penanaman Bunga Pukul Delapan (Turnera subulata)

    Penanaman dilakukan di lahan kosong di tepi tanaman kelapa sawit.

    Penulis melakukan penanaman bunga pukul delapan di Blok 68 dan 69. Alat yang

    digunakan adalah cangkul dan parang. Prestasi penulis dalam kegiatan ini

    sebanyak 200 polybag per HK dalam satu hari kerja sesuai dengan norma yang

    ditargetkan perusahaan. Penulis melakukan kegiatan penanaman bunga pukul

    delapan selama 3 hari kerja.

    Pemupukan

    Kebun Ujan Mas menggunakan beberapa jenis pupuk di antaranya ZA,

    Rock Phosphate (RP), Muriate of Potash (MOP), Kiserit, NPK, dan Borate.

    Pupuk NPK hanya diaplikasikan pada TBM. Setiap blok memiliki dosis pupuk

  • 26 masing-masing yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan berdasarkan hasil

    analisis daun serta umur tanaman.

    Penetapan dosis pupuk di Kebun Ujan Mas dilakukan berdasarkan hasil

    analisis tanah dan daun yang bekerjasama dengan PT Asian Agri. Contoh daun

    yang dianalisis berasal dari pokok sampel yang telah ditetapkan (Gambar 10).

    Gambar 10. Jalur Pokok Sampel Analisis Daun

    Contoh daun tersebut dikirim ke PT Asian Agri untuk dianalisis.

    Selanjutnya hasil analisis daun dikirimkan kembali ke PT Cipta Futura beserta

    rekomendasi dosis pupuk yang diperlukan oleh tanaman.

    Kegiatan pemupukan terdiri atas pelangsiran pupuk ke lahan, penaburan

    pupuk serta pengumpulan karung pupuk kosong.

    Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk adalah kegiatan mengangkut

    pupuk dari gudang dan menyusunnya di dalam truk sampai dengan

    mendistribusikannya ke lahan. Dalam pengadaan pupuk, Kebun Ujan Mas

    bekerjasama dengan perusahaan pupuk seperti PT Pupuk Sriwijaya (Pusri). Pupuk

    yang telah didatangkan oleh perusahaan disimpan dalam gudang pupuk di G2.

    Pengeluaran pupuk dari gudang memerlukan proses pengajuan dengan bon serta

    harus terdaftar dalam buku ekspedisi afdeling. Contoh blanko bon gudang

    tercantum pada Lampiran 9.

    Bon pupuk dibuat oleh mandor pupuk yang disetujui oleh asisten afdeling.

    Bon yang telah disetujui oleh asisten afdeling dibawa ke kantor kebun untuk

    disetujui oleh manejer kebun. Bon pupuk yang dibuat berisi pengajuan jumlah

    pupuk yang diambil. Jumlah pupuk yang diperlukan dihitung berdasarkan

  • 27 rekomendasi dosis pupuk per pokok pada blok tersebut, luas blok serta jumlah

    pokok dalam blok tersebut berdasarkan hektar statement (Lampiran 10).

    Pengambilan pupuk dari gudang diawasi oleh petugas gudang dan mandor

    pupuk untuk memastikan jumlah pupuk yang diangkut dari gudang sama dengan

    jumlah pupuk yang tertulis pada bon pupuk.

    Pengangkutan pupuk ke dalam dump truck dilakukan oleh kelompok

    karyawan pengerit. Pupuk disusun di dalam truk secara rapi untuk memudahkan

    penghitungan karung yang telah masuk truk. Truk yang telah terisi pupuk

    langsung berangkat ke lahan untuk dilakukan pelangsiran. Pelangsiran pupuk

    didampingi oleh mandor pupuk untuk mengawasi di jalur mana saja pupuk akan

    dilangsir. Kegiatan pelangsiran pupuk dapat dilihat pada Gambar 11.

    (a) Pengangkutan Pupuk ke Truk (b) Pendistribusian Pupuk di Lahan

    (c) Pupuk yang Telah Dilangsir

    Gambar 11. Pelangsiran Pupuk Kebun Ujan Mas memiliki beberapa pola pengeceran pupuk, yaitu 1:2,

    1:3, dan 1:4. Pola 1:2 adalah pola untuk jalur pasar 2:1 yang panjang sehingga 1

    sak pupuk untuk dua jalur atau satu pasar. Pola 1:3 dan 1:4 adalah pola untuk jalur

    pasar 2:1 yang pendek sehingga 1 sak pupuk digunakan untuk tiga jalur atau dua

    pasar dan empat jalur atau tiga pasar.

  • 28

    Penaburan pupuk. Cara pemupukan yang diterapkan di Kebun Ujan Mas

    saat ini berbeda dengan cara penaburan pupuk pada tahun sebelumnya. Cara

    pemupukan untuk TM diubah yang semula di piringan menjadi diaplikasikan di

    samping pelepah yang tersusun pada gawangan mati, sedangkan untuk aplikasi

    pupuk pada TBM tetap dilakukan di piringan pokok tanaman.

    Perubahan cara pemupukan pada TM tersebut berdasarkan hasil analisis

    tanah dan daun. Hasil analisis menyatakan bahwa mikroorganisme di sekitar

    piringan pokok sudah tidak aktif lagi sehingga pokok akan terus mengalami

    defisiensi walaupun telah dipupuk. Oleh karena itu perusahaan mengambil

    keputusan untuk mengubah cara aplikasi dari aplikasi di piringan menjadi di

    samping tumpukan pelepah.

    Penaburan pupuk terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu pembukaan karung

    pupuk, pemecahan bongkahan pupuk yang menggumpal, pembersihan pupuk

    yang tercecer saat pelangsiran dari truk, pemindahan pupuk dari karung ke dalam

    ember serta penaburan pupuk. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan

    adalah ember dan mangkok OMO (Gambar 12).

    Gambar 12. Peralatan Pemupukan

    Pupuk ditabur berdasarkan dosis per pokok tanaman yang telah dijelaskan

    oleh mandor. Pemupuk menaburkan pupuk dengan menggunakan mangkok takar

    yang telah distandarisasi oleh perusahaan. Bobot satu mangkok bergantung pada

    berat jenis pupuk yang digunakan. Sebagai contoh untuk pupuk RP (Rock

    Phosphate), 1 mangkok pupuk RP setara dengan 0.7 kg sehingga untuk dosis 2

    kg/pokok akan setara dengan 2 mangkok pupuk.

    Pemupukan pada TM dilakukan dengan cara disebar merata di samping

    pelepah sepanjang gawangan mati yang tersusun seperti huruf I atau huruf U.

  • 29 Pupuk disebar pada jarak 2 m dari batang sawit (tidak boleh ditabur di piringan)

    dan tidak boleh ditabur sampai di tengah pelepah. Setiap penabur pupuk harus

    memperhatikan batas taburan dari penabur lain yang memupuk barisan yang

    berhadapan dengannya sehingga tidak ada pokok yang tidak terpupuk. Dosis

    pupuk yang diaplikasikan pada tanaman harus sesuai dengan anjuran dan pupuk

    harus ditabur secara merata.

    Pupuk dalam satu karung diaplikasikan untuk dua jalur gawangan mati

    sampai batas tengah petak sedangkan untuk sisa areal yang belum teraplikasi akan

    dipupuk oleh penabur lain dari sisi petak yang saling membelakangi. Untuk lebih

    jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13.

    Taburan A Taburan B x x x x x pokok sawit

    Pasar 2:1 (pasar hidup)

    x x x x x

    Taburan A Taburan B

    Batas taburan

    Gambar 13. Denah Cara Aplikasi Pupuk di Afdeling 7

    Kegiatan pemupukan yang dilakukan penulis menggunakan pupuk

    Muriate of Potash (MOP). Pemupukan MOP penulis lakukan di Blok 109 C

    dengan dosis pupuk 1.5 kg/pokok (Gambar 14). Berdasarkan hasil kalibrasi

    perusahaan, satu mangkok OMO untuk pupuk MOP memiliki berat 0.6 kg MOP

    sehingga untuk 1.5 kg MOP setara dengan 2.5 mangkok OMO. Prestasi kerja

    penulis dalam kegiatan pemupukan adalah 250 kg/HK atau 5 karung pupuk

    dengan netto per karung 50 kg. Sedangkan norma kerja yang berlaku untuk

    karyawaan penabur pupuk dihitung berdasarkan luas areal yang dikerjakan yaitu

    2 ha/HK.

    Gambar 14. Pemupukan Muriate of Potash (MOP)

  • 30

    Pengumpulan karung pupuk kosong. Karung pupuk yang telah kosong

    diberikan kepada kelompok karyawan pengerit untuk dihitung (Gambar 15).

    Jumlah karung pupuk kosong harus sama dengan jumlah pupuk yang diambil dari

    gudang pupuk. Karung-karung kosong tersebut untuk selanjutnya dibawa ke

    kantor afdeling dan akan dikembalikan keesokan harinya ke gudang pupuk

    bersamaan dengan pengambilan pupuk pada hari tersebut.

    Gambar 15. Penghitungan Jumlah Karung

    Pemanenan

    Pemanenan merupakan kegiatan terpenting untuk mencapai target

    produksi yang telah ditetapkan. Kebun Ujan Mas menetapkan target produksi

    yang harus dicapai oleh masing-masing afdeling. Adapun target produksi dan

    realisasi produksi yang dapat dicapai di Afdeling 7 disajikan dalam Tabel 3.

    Tabel 3. Realisasi Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2009

    Periode Target Produksi (ton) Realisasi Produksi

    (ton) Margin Realisasi Panen

    (%) Januari 3 777.41 2 371.49 - 1 405.92 62.78 Februari 2 930.06 2 125.39 - 804.67 72.54 Maret 3 402.79 2 815.53 - 617.25 81.86 April 3 318.06 4 288.76 + 970.70 129.26 Mei 3 554.43 4 258.18 + 703.75 119.80

    Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pemanenan yaitu

    persiapan panen, kriteria matang panen, sensus TBS dan taksasi panen, sistem dan

    tenaga kerja panen, rotasi panen, alat panen, pelaksanaan panen, pengawasan

  • 31 panen, sistem upah dan denda panen, administrasi panen, serta pengangkutan hasil

    panen.

    Persiapan panen. Persiapan panen yang harus dilakukan saat tanaman

    mulai beralih dari TBM ke TM meliputi pembuatan tempat pengumpulan hasil

    (TPH), pembuatan jembatan panen, penghitungan jumlah tenaga kerja panen,

    perawatan jalan serta perawatan pasar 2:1. TPH dibuat di ujung pasar 2:1 yang

    berbatasan langsung dengan jalan. TPH dibuat dengan ukuran panjang 4 m dan

    lebar 3 m. Pembuatan jembatan dilakukan pada areal yang memiliki parit.

    Jembatan dibuat menggunakan kayu cerucuk atau kayu akasia (Gambar 16).

    Gambar 16. Jembatan pada Areal Tanaman Kelapa Sawit

    Persiapan panen yang rutin dilakukan setiap kali panen adalah perawatan

    jalan, apel pagi pemanen yang dipimpin langsung oleh mandor dan supervisor

    panen serta kegiatan pembagian hanca panen. Sedangkan persiapan alat panen

    yang akan digunakan dipersiapkan oleh masing-masing pemanen sebagai

    tanggung jawabnya.

    Kriteria matang panen. Kriteria matang panen yang diterapkan di

    Afdeling 7 Kebun Ujan Mas yaitu apabila terdapat satu brondolan jatuh di

    piringan, maka tandan harus dipanen. Apabila tandan buah sawit telah berwarna

    merah tetapi belum ada satu pun brondolan maka tandan buah dianggap sebagai

    tandan mentah. Hasil pengamatan kualitas potong buah di Afdeling 7 PT Cipta

    Futura terlihat pada Tabel 4.

  • 32

    Tabel 4. Pengamatan Kualitas Potong TBS di Afdeling 7

    Sumber : Hasil Pengamatan (2009)

    Sensus TBS dan taksasi produksi. Sensus TBS merupakan kegiatan rutin

    mandor panen yang dilakukan setiap tanggal 15. Sensus TBS bertujuan untuk

    mengetahui taksasi produksi setiap bulan, hasil panen pada rotasi berikutnya, serta

    mengetahui angka kerapatan panen pada bulan tersebut sampai dengan enam

    bulan ke depan. Data sensus TBS terdapat pada Lampiran 11.

    Pengamatan sensus TBS selalu dilakukan pada jalur tanaman yang telah

    ditetapkan oleh perusahaan. Blok sampel dipilih secara acak. Untuk selanjutnya

    pada blok sampel tersebut dipilih juga jalur tanaman secara acak.

    Parameter pengamatan sensus TBS yang dilakukan terdiri atas beberapa

    kategori TBS, yaitu TBS bulan ke-1, TBS bulan ke-2, TBS bulan ke-3, TBS bulan

    ke-4, TBS bulan ke-5 serta TBS bulan ke-6. Hasil pengamatan penulis mengenai

    perbandingan panen aktual dan hasil sensus TBS pada Blok 108 dan 107

    tercantum dalam Tabel 5.

    Tabel 5. Perbandingan Hasil Panen dan Hasil Sensus TBS di Afdeling 7 Bulan Maret 2009

    Tanggal Panen Blok

    Aktual Sensus Jumlah

    TBS Jumlah Pokok

    AKP (%)

    Jumlah TBS

    Jumlah Pokok

    AKP (%)

    16 April 107 3 602 14 987 24.03 19 46 41.30 16 April 108 4 940 18 849 26.20 13 78 16.67

    Keterangan: AKP = Angka Kerapatan Panen Sumber : Hasil Pengamatan (2009)

    Kemandoran Total TBS Sample

    TBS Hasil Panen Mentah Matang Busuk 0 Brondolan (TBS) (%)

    >1 Brondolan (TBS) (%)

    Berbau (TBS) (%)

    1 799 18 (2.3) 769 (96.2) 12 (1.5) 2 789 15 (1.9) 761 (96.5) 13 (1.6) 3 896 17 (1.9) 865 (96.5) 14 (1.6) 4 719 19 (2.6) 690 (96.0) 10 (1.4) 5 941 30 (3.2) 895 (95.1) 16 (1.7)

    Total 4 142 99 3 978 65 Rata-rata 828.8 19.8 (2.4) 796 (96.1) 13 (1.6)

  • 33

    Sistem panen dan tenaga kerja panen. Kegiatan pemanenan di Kebun

    Ujan Mas menggunakan sistem panen hanca tetap. Setiap regu kerja (RK) panen

    memiliki nomor panen masing-masing. Nomor tersebut akan menentukan hanca

    yang akan dipanen oleh pemanen setiap hari. Pemanen akan mendapat nomor

    hanca yang sama sesuai dengan nomor panen yang dimiliki dan bersifat tetap.

    Penomoran hanca pada blok panen dilakukan oleh mandor panen dengan

    luas rata-rata setiap hanca 2.5 ha dan jumlah pasar rata-rata 6 pasar per hanca

    (Gambar 17). Penomoran hanca pada areal TM dengan umur tanaman tua telah

    dilakukan sejak lama, sehingga penulis hanya melakukan pemberian nomor pada

    hanca di areal yang baru beralih dari TBM ke TM yaitu pada Blok 83 perluasan.

    (a) Nomor Hanca Panen (b) Pembuatan Hanca Panen

    Gambar 17. Pengkodean Hanca Panen pada Tanaman Kelapa Sawit

    Pembagian hanca dilakukan oleh mandor panen setelah apel pagi. Sistem

    hanca tetap dapat berubah menjadi sistem giring bergantung pada jumlah

    pemanen, keadaan hanca dan keadaan TBS dan luas hanca panen sisa. Data luas

    dan jumlah hanca pada setiap blok di Afdeling 7 dapat dilihat pada Lampiran 12.

    Setiap regu panen di Kebun Ujan Mas idealnya terdiri atas tiga orang

    tenaga kerja dengan satu orang sebagai pemilik nomor panen yang bertugas

    sebagai pemotong TBS, satu orang sebagai kenek langsir yang mengeluarkan TBS

    hasil panen ke TPH, dan satu orang lagi sebagai pengutip brondolan untuk

    dikumpulkan dalam karung. Tenaga kerja dalam regu kerja panen serta tugasnya

    masing-masing dapat dilihat pada Gambar 18.

  • 34

    (a) Pemotong TBS dengan Egrek (b) Pemotong TBS dengan Dodos

    (c) Kenek Langsir (d) Kutip Brondol

    Gambar 18. Regu Kerja (RK) Panen

    Rotasi panen. Rotasi panen merupakan selang waktu yang diperlukan

    antara panen terakhir sampai dengan panen berikutnya pada tempat yang sama.

    Kebun Ujan Mas memiliki tiga sistem rotasi panen yaitu 2 rotasi (10/15), 3 rotasi

    (7/10), dan 4 rotasi (5/7). Rotasi 10/15, artinya 10 hari untuk panen satu rotasi

    dengan hari cadangan 5 hari panen sehingga dalam satu bulan terdapat dua kali

    panen pada blok yang sama. Pola 3 rotasi dengan rumus 7/10 terdiri atas tujuh

    hari panen dan tiga hari untuk cadangan hari panen. Rotasi 5/7 adalah pola rotasi

    yang memiliki waktu panen lima hari dengan cadangan hari panen sebanyak dua

    hari sehingga dalam satu bulan terdapat empat kali panen pada blok yang sama.

    Rotasi panen yang optimum yang dapat dicapai di Afdeling 7 adalah pola

    dua rotasi dalam satu bulan dengan rumus rotasi 10/15. Rotasi panen dapat

    menentukan jumlah regu panen yang diperlukan dalam satu hari panen.

    Berdasarkan hektar statement (Lampiran 10), luas areal panen di Afdeling 7

    adalah 1 857.93 ha sehingga apabila menggunakan rumus 10/15 dengan hari kerja

    efektif dalam satu bulan 20 hari maka luas areal yang dipanen per hari adalah

    185.79 ha. Apabila setiap regu panen mendapat areal panen per hari rata-rata 2.5

  • 35 ha atau satu hanca maka jumlah tenaga kerja yang diperlukan di Afdeling 7 adalah

    74 HK.

    Alat panen. Berdasarkan ketinggian tanaman kelapa sawit terdapat tiga

    macam alat potong TBS, yaitu egrek, dodos dan kapak siam. Egrek adalah alat

    potong TBS dengan bentuk mata pisau yang melengkung seperti arit tetapi

    memiliki gagang dari pipa panjang untuk mencapai pokok tanaman dengan

    ketinggian lebih dari 10 m. Dodos merupakan alat yang digunakan untuk panen

    pada areal TM dengan umur muda dengan tinggi tanaman 2 5 m. Sedangkan

    kapak siam dapat digunakan untuk memotong TBS pada tanaman yang memiliki

    ketinggian 5 10 m. Adapun alat-alat panen yang harus dimiliki oleh pemanen di

    Afdeling 7 disajikan pada Tabel 6.

    Tabel 6. Alat-alat Panen TBS yang Harus Dimiliki oleh Pemanen

    No. Nama alat Penggunaan Gambar

    1 Egrek Memotong TBS tanaman dengan ketinggian > 10 m

    2 Dodos Memotong TBS tanaman dengan ketinggian 2 5 m

    3 Kapak Memotong TBS dan gagang panjang

    4 Angkong Sebagai wadah untuk membawa TBS dan brondolan ke TPH

  • 36

    Tabel 6. (Lanjutan)

    No. Nama Alat Penggunaan Gambar

    5 Gancu Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transpor

    6

    Karung goni bekas pupuk

    Wadah untuk menampung brondolan

    7 Parang Memotong gagang panjang

    8 Tojok Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transpor

    9 Batu asah Pengasah egrek, dodos, kapak dan parang

    Sumber : Hasil pengamatan (2009)

    Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen yang tepat sangat mempengaruhi

    hasil yang diperoleh. Sebelum pemanen melaksanakan pemanenan di lapangan,

    pemanen mengikuti apel pagi yang dipimpin oleh mandor panen dan supervisor

    panen. Apel pagi berisi pengarahan oleh supervisor mengenai pelaksanaan panen

    dan evaluasi kegiatan panen hari sebelumnya serta berisi pembagian hanca panen

    yang dilakukan oleh mandor panen.

  • 37

    Pemotongan TBS diawali dengan menurunkan pelepah yang menyonggo

    tandan. Tujuan pemotongan songgo adalah untuk memudahkan pemanenan dan

    agar tidak ada brondolan yang tertinggal di sela-sela pelepah. Pelepah yang telah

    dipotong, disusun rapi di gawangan mati membentuk huruf I atau U.

    TBS dipanen menggunakan alat panen yang sesuai dengan tinggi tanaman.

    TBS yang telah dipanen selanjutnya dibawa ke TPH setelah dilakukan

    pemotongan gagang panjang di piringan. Ketentuan pemotongan gagang panjang

    harus membentuk huruf V atau seperti mulut kodok, minimal 3 cm dari pangkal

    TBS. Pengamatan kualitas TBS berdasarkan pemotongan gagang panjang dapat

    dilihat pada Tabel 7.

    Tabel 7. Pengamatan Kualitas Pemotongan Gagang Panjang TBS di Afdeling 7

    Kemandoran Jumlah TBS Sample TBS Gagang

    Panjang (> 3 cm)

    % Gagang Panjang

    1 213 5 2.3 2 111 4 3.6 3 248 5 2.0 4 215 5 2.3 5 393 8 2.0

    Total 1 180 27 12.3 Rata-rata 236 5.4 2.5

    Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009)

    TBS yang telah dipanen dibawa ke TPH oleh kenek langsir. TBS di TPH

    disusun rapi dengan jumlah TBS minimal lima TBS tiap TPH. TBS di TPH

    disusun mendatar empat atau lima TBS dengan tangkai TBS menghadap ke arah

    jalan dan sedikit terangkat ke atas kemudian diberi nomor sesuai nomor pemanen.

    Brondolan yang terdapat pada piringan dan pasar 2:1 dikutip oleh tenaga

    pengutip brondol. Brondolan dimasukkan ke dalam karung bekas pupuk kemudian

    dibawa ke TPH untuk diangkut dengan truk bersama-sama dengan TBS yang

    telah tersusun di TPH. Brondolan yang ditolerir tertinggal sebanyak maksimum

    tiga TBS brondolan per pokok. Hasil pengamatan kualitas panen berdasarkan

    brondolan tertinggal dapat dilihat pada Tabel 8.

  • 38

    Tabel 8. Pengamatan Brondolan Tertinggal di Afdeling 7

    Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009)

    Kualitas panen juga dapat dilihat dari banyaknya TBS matang tertinggal di

    pokok. Hasil pengamatan TBS tertinggal pada satu hari panen disetiap

    kemandoran dapat dilihat pada Tabel 9.

    Tabel 9. Pengamatan TBS Tertinggal di Pokok di Afdeling 7

    Kemandoran Jumlah TBS Hasil

    Panen (TBS/org)

    Jumlah TBS Tertinggal di

    Pokok (TBS/org)

    TBS Tertinggal di Pokok

    (%)

    1 111.5 0.7 0.6 2 69.8 2.0 2.9 3 150.8 3.2 2.1 4 78.0 5.5 7.1 5 181.7 1.8 1.0

    Rata-rata 118.4 2.6 2.7 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009)

    Penulis melakukan kegiatan panen saat menjadi KHL. Satu regu panen

    berjumlah lima tenaga kerja yang terdiri atas dua pemotong TBS, satu orang

    pelangsir TBS, dan dua orang pengutip brondolan. Panen dilakukan di Blok 81 A,

    93 C, dan 94 D. Norma kerja karyawan panen borongan adalah 75 tandan yang

    merupakan total TBS basis.

    Pengawasan panen. Pada kegiatan panen di Afdeling 7 selalu berusaha

    untuk mencapai kualitas dan kuantitas yang optimum. Pengawasan panen di

    perusahaan terdiri atas inspeksi harian, inspeksi bulanan dan inspeksi triwulanan.

    Kemandoran Brondolan tinggal

    Piringan Pelepah Gawangan TPH Total (TBS)(%) (TBS)(%) (TBS)(%) (TBS)(%) (TBS)(%)

    1 33(21.0) 58(36.9) 48(30.6) 18(11.5) 157(100) 2 44(22.3) 67(34.0) 65(33.0) 21(10.6) 197(100) 3 31(24.0) 35(27.1) 49(37.9) 141(0.8) 129(100) 4 35(23.5) 41(27.5) 51(34.2) 22(14.8) 149(100) 5 24(19.8) 39(32.2) 42(34.7) 16(13.2) 121(100)

    Total 167 240 255 91 753 Rata-rata 33.4(22.1) 48(31.6) 51(34.1) 18.2(12.2) 150.6(100)

  • 39 Inspeksi bulanan dilakukan oleh supervisor panen yang didampingi oleh tim

    inspeksi kantor kebun. Sedangkan untuk inspeksi triwulanan dilakukan oleh

    manajer kebun, manajer inspeksi kebun, asisten afdeling, serta satu orang mandor

    panen setiap tiga bulan di semua blok yang ada dalam satu afdeling.

    Untuk kegiatan inspeksi harian diambil jalur blok secara acak dengan

    parameter yang diamati terdiri atas TBS tertinggal, TBS mentah, brondolan

    tertinggal. Hasil inspeksi harian di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation dapat

    dilihat pada Tabel 10.

    Tabel 10. Inspeksi Harian Panen di Afdeling 7 Bulan April 2009

    Sub Standar Tgl Blok Poko

    k Brondol (buah) Mentah (TBS)

    TBS Tinggal (TBS)

    Kualitas (%)

    Kuantitas (%)

    13 95 338 5 0 0 97.34 100 15 106 384 4 0 1 98.18 99.74 17 108 352 8 0 2 97.74 100 18 67 326 5 0 0 98.16 100

    Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)

    Sistem upah dan denda panen. Sistem upah yang berlaku di Kebun Ujan

    Mas adalah sistem borongan. Pemanen akan mendapat upah bergantung pada

    jumlah tandan yang diperoleh pada hari tersebut. Upah yang berlaku dihitung

    berdasarkan jumlah TBS. Harga untuk semua TBS, baik TBS dengan berat

    janjang rata-rata (BJR) besar maupun kecil adalah sama. Afdeling 7 menetapkan

    dua jenis BJR, yaitu BJR 19 kg untuk TBS pada TM dengan umur tanaman tua

    dan BJR 8 kg untuk TBS pada TM dengan umur muda.

    Sistem pengupahan terdiri atas basis dan premi. Basis merupakan upah

    pokok yang diberikan kepada pemanen dengan harga Rp 400, 00 per TBS, jumlah

    basis maksimal adalah 75 tandan. Premi merupakan upah tambahan yang

    diberikan kepada pemanen apabila hasil panen telah melebihi basis. Harga premi

    per TBS adalah Rp 1 500, 00.

    Pemanen juga mendapat upah dari pengutipan brondolan. Brondolan

    dimasukkan ke dalam karung bekas pupuk. Berat satu karung brondolan yang

  • 40 ditetapkan oleh perusahaan adalah 27 kg. Berat tersebut sudah merupakan

    ketetapan berdasarkan hasil penimbangan oleh perusahaan. Satu kg brondolan

    diberi harga Rp 65, 00 sehingga apabila seorang pemanen memperoleh TBS

    dalam satu hari sebanyak 200 TBS dengan 5 karung brondolan, maka upah satu

    hari tersebut adalah sebagai berikut:

    Basis : 75 x Rp 400, 00 = Rp 30 000, 00

    Premi : (200 75) x Rp 1 500, 00 = Rp 187 500, 00

    Brondolan : (5 x 27 x Rp 65, 00) = Rp 8 775, 00

    Total upah pemanen = Rp 226 275, 00

    Denda merupakan sanksi yang diberikan kepada pemanen akibat tindakan

    yang tidak memenuhi ketentuan yang telah disepakati. Aturan dan disiplin yang

    diterapkan PT Cipta Futura sangat tinggi sehingga sedikit tindakan yang

    melanggar ketentuan akan dikenakan sanksi. Sanksi pemotongan upah dalam

    perusahaan dikenal dengan istilah pinalti.

    Tabel 11. Jenis Kesalahan dan Sanksi Panen di Afdeling 7

    No. Jenis Kesalahan Sanksi

    1 TBS matang tinggal di pokok Pinalti semua upah baik basis maupun premi

    2 TBS mentah dipanen Pinalti semua upah baik basis maupun premi

    3 TBS tinggal dipiringan Pinalti semua upah baik basis maupun premi

    4 Brondolan tidak dikutip Pinalti premi dan brondolan (jika memiliki premi), bila tidak ada premi maka pinalti pada basis yang dimilikinya.

    5 Terdapat potongan gagang panjang di TPH

    Pinalti 5 TBS pada premi.

    6 TBS tidak disusun di TPH Pinalti 5 TBS pada premi. Sumber : Kantor Kebun Afdeling 7 (2009).

    Administrasi panen. Administrasi panen bertujuan mencatat dan

    merekapitulasi hasil TBS, bobot TBS, bobot brondolan, serta jumlah tenaga kerja

    panen pada hari tersebut serta menghitung upah yang diterima setiap pemanen dan

    mengetahui total upah yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan

    panen dalam satu hari.

  • 41

    Pemanenan di Afdeling 7 memiliki batas waktu kerja potong TBS pukul

    15.00, selanjutnya pemanen harus melaporkan hasil panennya kepada mandor

    dengan batas waktu paling lambat pukul 16.00. Bila sampai dengan pukul 16.00

    pemanen belum melapor maka mandor akan mengambil data hasil panen sesuai

    dengan jumlah TBS nya yang sudah terangkut truk. Laporan dari pemanen ditulis

    pada potongan pelepah dengan alat tulis berasal dari duri sawit, pelepah tersebut

    dikenal dengan nama kopelan pelepah. Kopelan pelepah dapat dilihat pada

    Gambar 19.

    Gambar 19. Kopelan Pelepah Pemanen

    Kopelan pelepah berisi nomor pemanen, jumlah TBS per TPH, jumlah

    karung brondolan serta selesai tidaknya hanca yang dikerjakan. Kopelan pelepah

    disimpan di kantor afdeling sebagai bukti hasil panen yang diperoleh pemanen

    pada hari tersebut.

    Terdapat enam jenis administrasi panen yang direkap oleh mandor panen

    di Afdeling 7, yaitu buku laporan panen, buku rekapitulasi laporan panen, buku

    krani afdeling, blanko laporan mandor panen (Lampiran 13), buku mandor dan

    aloksi panen.

    Laporan panen selanjutnya diberikan kepada administrasi afdeling untuk

    diisikan pada lembar alokasi. Lembar alokasi merupakan lembar yang berisi

    ringkasan kerja afdeling selama satu hari. Lembar alokasi berisi semua kegiatan

    kerja yang dilakukan di afdeling, jumlah tenaga kerja per kegiatan kerja, blok per

    kegiatan kerja, upah masing-masing kegiatan kerja, hasil panen satu hari.

    Pengangkutan hasil panen. Pengangkutan TBS panen merupakan hal

    terpenting dalam mencapai mutu minyak yang baik dengan kandungan ALB

  • 42 serendah mungkin. Kandungan ALB dalam minyak yang dihasilkan PT Cipta

    Futura tiga bulan terakhir disajikan dalam Tabel 12.

    Tabel 12. Kandungan ALB pada Minyak Sawit di PT Cipta Futura