SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

24
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP HIMPUNAN DI SMPN 1 SAWAN BULELENG by Made Susilawati FILE T IME SUBMIT T ED 22-JAN-2016 05:24PM SUBMISSION ID 622880702 WORD COUNT 2581 CHARACT ER COUNT 15390 2._ARTIKEL_STAD_MADE_SUSILAWATI_KNPM6_UNG.PDF (310.82K)

Transcript of SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

Page 1: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

EFEKTIFITASPEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD(STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS)DALAM MENINGKATKANPEMAHAMAN KONSEPHIMPUNAN DI SMPN 1

SAWAN BULELENGby Made Susilawati

FILE

TIME SUBMITTED 22-JAN-2016 05:24PM

SUBMISSION ID 622880702

WORD COUNT 2581

CHARACTER COUNT 15390

2._ARTIKEL_STAD_MADE_SUSILAWATI_KNPM6_UNG.PDF (310.82K)

Page 2: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …
Page 3: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …
Page 4: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …
Page 5: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …
Page 6: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …
Page 7: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …
Page 8: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …
Page 9: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …
Page 10: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …
Page 11: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …
Page 12: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …
Page 13: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

19%SIMILARITY INDEX

19%INTERNET SOURCES

1%PUBLICATIONS

11%STUDENT PAPERS

1 9%

2 5%

3 3%

4 1%

5 <1%

6 <1%

7 <1%

8 <1%

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DALAMMENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP HIMPUNAN DISMPN 1 SAWAN BULELENGORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

www.infosaya.netInternet Source

aceholic.blogspot.comInternet Source

yankcute.blogspot.comInternet Source

reduxation.blogspot.comInternet Source

Submitted to Ohio UniversityStudent Paper

library.um.ac.idInternet Source

library.upnvj.ac.idInternet Source

digilib.uin-suka.ac.idInternet Source

Page 14: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

EXCLUDE QUOTES OFF

EXCLUDEBIBLIOGRAPHY

OFF

EXCLUDE MATCHES OFF

Page 15: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

1

Page 16: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2

Page 17: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

3

operasinya, melainkan pada pelatihan simbol-simbol matematika dengan penekanan pada

pemberian informasi dan latihan penerapan dalam soal. Guru masih bergantung pada metode

ceramah, siswa yang pasif, sedikit tanya jawab, dan siswa mencatat dari papan tulis.

Dalam proses pembelajaran matematika keaktifan siswa dalam belajar merupakan

salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika. Siswa

diharapkan benar-benar aktif dalam belajar matematika, sehingga akan berdampak pada

ingatan siswa tentang materi pelajaran yang di ajarkan. Keterlibatan siswa dalam melakukan

langkah-langkah pembelajaran dapat mempertajam ingatan tentang materi pelajaran. Suatu

konsep akan lebih mudah untuk dipahami dan diingat apabila disajikan melalui langkah dan

prosedur yang menarik. Selain kurangnya keaktifan dalam pembelajaran matematika, guru

seringkali kurang memperhatikan tingkat pemahaman siswa dalam mengikuti perubahan,

langkah, tahap demi tahap dalam penyampaian materi pelajaran.

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat

penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh

karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran

merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005),

model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang

dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab

guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah

satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan

siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik

pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dalam mengingat (memorizing) atau

menghapal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding),

dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar

individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau

terkonstruksinya pengetahuan siswa.

Penyajian bermacam-macam model pembelajaran dan aplikasinya dalam pengajaran

matematika bertujuan agar siswa dan guru memiliki pengetahuan yang luas tentang model-

model pembelajaran dan memiliki keterampilan untuk menerapkannya. Salah satu model

pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Teams Achievement Divisions).

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika

Page 18: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

4

memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta

memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja

sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000),

semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan

struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada

model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur

penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran kooperatif

adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai

keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk. STAD

merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sehingga model

pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan

pendekatan pembelajaran kooperatif.

Tujuan penelitian ini adalah menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(Student Teams Achievement Divisions) dalam meningkatkan pemahaman konsep himpunan

di SMPN 1 Sawan Buleleng.

METODE PENELITIAN

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran dirancang

sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Dengan menggunakan lembaran

kegiatan atau perangkat pembelajaran lain, siswa bekerja bersama-sama (berdiskusi) untuk

menuntaskan materi. Mereka saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan

pelajaran, sehingga dipastikan semua anggota telah mempelajari materi tersebut secara tuntas.

Pada kegiatan pembelajaran matematika kooperatif tipe STAD ini difokuskan pada

pemahaman konsep himpunan dengan mengaitkan pada benda-benda yang ada dalam

kehidupan siswa sehari-hari. Kegiatan ini dilakukan di SMPN 1 Sawan, kecamatan Sawan,

Kabupaten Buleleng pada siswa-siswa kelas VII.

Kegiatan dalam pembelajaran ini dimulai dengan tahapan sebagai berikut:

1. Presentasi kelas, diawali dengan penyampaian materi himpunan oleh guru atau tim

pelaksana

dari Universitas Udayana.

2. Memberikan tes awal pada siswa secara individual

3. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok, dengan anggota masing-masing kelompok

Page 19: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

5

bersifat heterogen.

4. Kegiatan kelompok, diawali dengan menyiapkan berbagai benda atau barang-barang yang

nantinya akan diperagakan untuk menunjukkan yang mana disebut himpunan dan bukan

himpunan.

5. Melaksanakan evaluasi atau tes akhir kepada siswa secara individual

6. Membuat tabel pembentukan dan penghargaan kelompok dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat

berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.

2. Menentukan nilai tes akhir atau nilai kuis terkini.

3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih

nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan

kriteria berikut ini.

Kriteria Nilai peningkatan

Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah

nilai awal

5

Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di

bawah nilai awal

10

Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai

dengan 10 di atas nilai awal

20

Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh

masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan

sempurna. Kriteria untuk status kelompok :

Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 atau

(Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15).

Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 atau

(15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)

Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 atau

(20 ≤ Rata-rata nilaipeningkatan kelompok < 25)

Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 atau

(Rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25) (Widyantini, dkk, 2006).

Page 20: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang sudah dicapai dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat

mengenai penerapan pembelajaran CTL DI SDN 2 Sawan adalah berupa nilai evaluasi. Nilai

evaluasi ini diperoleh dari pretes dan postes, data mengenai nilai evaluasi dan kategorinya

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Nilai Evaluasi Siswa Kelas VII SMPN 1 Sawan

No Absen Klp Pretes Posttes Peningkatan Rata2 Kriteria

12 1 80 95 30 25.25 Sempurna

1 1 70 85 30 Sempurna

15 1 60 90 30 Sempurna

4 1 90 95 20 Sempurna

31 2 70 85 30 25.25 Sempurna

28 2 80 95 30 Sempurna

19 2 80 100 30 Sempurna

2 2 75 95 20 Sempurna

25 3 70 90 30 30 Sempurna

30 3 40 60 30 Sempurna

20 3 60 80 30 Sempurna

27 3 60 95 30 Sempurna

9 4 70 90 30 25.25 Sempurna

22 4 75 100 30 Sempurna

11 4 70 100 30 Sempurna

8 4 80 85 20 Sempurna

21 5 70 85 30 20.25 Sangat Baik

5 5 85 90 20 Sangat Baik

26 5 90 90 20 Sangat Baik

32 5 80 90 20 Sangat Baik

7 6 90 95 20 20 Sangat Baik

18 6 80 85 20 Sangat Baik

24 6 70 80 20 Sangat Baik

23 7 70 75 20 20 Sangat Baik

29 7 70 80 20 Sangat Baik

10 7 70 75 20 Sangat Baik

6 7 90 90 20 Sangat Baik

14 8 90 90 20 25.25 Sempurna

13 8 80 95 30 Sempurna

17 8 80 95 30 Sempurna

3 8 80 95 30 Sempurna

Page 21: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

7

Tabel 1 menunjukkan ada 8 kelompok dalam kelas VII SMPN 1 Sawan, ada 3

kelompok yang masuk kategori penghargaan sangat baik, ini menunjukan telah terjadi

peningkatan rata-rata perolehan nilai post tes dibandingkan dengan pre tes sebesar 20 sampai

25. Sedangkan kelima kelompok lainnya masuk dalam kategori sempurna karena rata-rata

peningkatan nilainya lebih dari 25. Suatu pencapaian yang sangat bagus artinya metode

pembelajaran STAD dengan system berkelompok telah mampu meningkatkan pemahaman

siswa terhadap materi yang diberikan. Hasil statistika deskriptif dari data nilai evaluasi adalah

sebagai berikut:

Tabel 2. Descriptive Statistics: Pretes, Postes

Variabel N Rataan StDev Min Maks

Pretes 31 75.00 10.95 40.00 90.00

Posttes 31 88.71 8.66 60.00 100.00

Difference 31 13.71 9.13 - -

Hasil yang didapat dari Tabel 1 tercemin pula pada Tabel 2, nilai rataan pretes yang

lebih kecil dari postes menjelaskan bahwa kemampuan siswa memahami materi setelah

diberikan pembelajaran STAD meningkat. Nilai minimal pretes siswa adalah 40 yang

meningkat pada posttes menjadi 60, demikian pula dengan nilai maksimum yang diperoleh

siswa meningkat pada saat pretes dibandingkan dengan nilai maksimum pada saat postes.

Dilihat dari nilai standar deviasi menunjukkan bahwa nilai standar deviasi pretes lebih besar

dari postes, ini berarti nilai pretes siswa lebih beragam dibandingkan nilai posttesnya.

Analisis selanjutnya adalah analisis inferensial yaitu analisis yang melibatkan

pengujian hipotesis untuk mendapatkan kesimpulan secara sahih (Walpole,1995). Hipotesis

yang diajukan dalam pengabdian ini adalah

H0 : µ2 - µ1 = 0 (Rata-rata pre-tes siswa sama dengan rata-rata post-tes )

H1 : µ2 - µ1>0 (Rata-rata post-tes siswa lebih tinggi dari rata-rata pre-tes )

Statistik hitung yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah statistik uji t.Ho akan

diterima jika nilai thit lebih besar dari nilai t tabel dengan α = 0.05 dan Ho ditolak jika

sebaliknya atau jika nilai P yang diperoleh dalam keluaran pake program lebih kecil dari taraf

nyata (α ) = 0.05 maka Ho ditolak.

Dalam analisis uji t ada asumsi yang harus dipenuhi sebelum analisis dilakukan, yaitu

asumsi kenormalan data dan kehomogenan ragam. Hasil uji kenormalan data seperti yang

terlihat dalam Gambar 1 di bawah ini:

Page 22: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

8

403020100-10

99

95

90

80

70

60

50

40

30

20

10

5

1

Perbedaan

Pe

rce

nt

Mean 13.71

StDev 9.126

N 31

AD 0.716

P-Value 0.055

Hasil Uji Kenormalan Nilai Siswa SMPN 1 SawanNormal

Gambar 1. Hasil Uji Kenormalan Nilai Siswa SMPN 1 Sawan

Berdasarkan grafik uji kenormalan di atas terlihat titik-titik data mengikuti garis lurus

maka dapat disimpulkan bahwa data menyebar normal. Hal ini dipertegas dengan hasil uji

AD (Anderson Darling) yang mendapatkan nilai P (P-Value) = 0.055 yang lebih besar dengan

taraf nyata 0.05, ini mengindikasikan bahwa data sudah menyebar normal.

Selanjutnya adalah pengujian pada asumsi kehomogenan ragam, disini untuk

menentukan apakah ragamnya sudah homogeny atau tidak menggunakan uji Levene’s. Hasil

ujinya seperti terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan uji Levene’s didapat nilai P (P-Value) =

0.178 yang lebih besar dengan taraf nyata 0.05, hal ini menunjukkan bahwa ragam data sudah

homogeny, artinya siswa yang terlibat dalam pembelajaran STAD ini mempunyai

kemampuan yang homogen.

postes

pretes

1614121086

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

postes

pretes

100908070605040

Data

Test Statistic 1.60

P-Value 0.203

Test Statistic 1.86

P-Value 0.178

F-Test

Levene's Test

Uji Kehomogenan ragam

Gambar 2. Hasil Uji Kehomogenan Ragam Nilai Siswa SMPN 1 Sawan.

Page 23: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

9

Kedua asumsi yang mendasari uji t sudah terpenuhi, karenanya uji t sudah dapat

dilakukan. Hasil dari uji t didapat T-Value = 5.47 denganP-Value = 0.000. Dengan

membandingkanP-Value = 0.000 dengan taraf nyata 0.05 diperoleh bahwa P-Value = 0.000

lebih kecil dari taraf nyata 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti

rata-rata nilai evaluasi posttes siswa lebih besar dari rata-rata nilai pretes. Dengan kata lain

terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi himpunan.

Dalam penerapan pembelajaran STAD ini terlihat sekali kalau siswa-siswa antusias

belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari semangat para siswa saat menyelesaikan soal-

soal yang diberikan oleh tentor, dan berlomba untuk menjawab paling pertama. Pembelajaran

STAD ini juga mudah untuk diterapkan, hanya diperlukan pembentukan kelompok-kelompok

untuk siswa. Siswa yang sudah dikelompokkan tidak lagi merasa takut atau minder ketika

mereka belum mengerti materi karena mereka bisa menanyakan pada temannya yang sudah

lebih dahulu memahami materi tersebut. Jadi metode pembelajaran STAD ini sangat sesuai

diterapkan di kelas untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep matematika.

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

1. Hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa rata-rata postes siswa lebih besar dari rata-rata

pretes. Dan hasil analisis inferensial dengan melakukan uji t diperoleh nilai P = 0.000

lebih kecil dari taraf nyata 0.05, artinya hipotesis nol yang ditolak, ini menunjukkan telah

terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi himpunan.

2. Penerapan pembelajaran STAD telah dapat meningkatkan antusiasme dan semangat siswa

dalam belajar matematika.

b. Saran

Penerapan pembelajaran STAD ini tidak terlalu menyita waktu, sehingga bisa diterapkan oleh

guru pengampu mata ajar matematika dalam pembelajarannya sehari-hari.

Ucapan Terima Kasih

Terimakasih penulis ucapkan kepada LPPM Universitas Udayana yang telah mendanai

penelitian ini pada tahun 2014.

Page 24: SAWAN BULELENG HIMPUNAN DI SMPN 1 PEMAHAMAN …

KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

10

DAFTAR PUSTAKA

Nur dkk. 2000 .Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative learning. Theory, Research and Practice, Second

Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Sumardi, Bremaniwati. 2005. Matematika SMP untuk kelas VII. Klaten: Prestasi Agung

Pratama.

Wardhani, Sri . 2005. Pembelajaran Matematika Kontekstual. Bahan Ajar Diklat di PPPG

Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.

Walpole, R.E.1995. Introduction to Statistics. Terjemahan Bambang Sumantri.

PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Widyantini, Th., Edy Prayitno dan Puji Iryanti. 2006. Model Pembelajaran Matematika

dengan Pendekatan Kooperatif. Modul Paket Pembinaan Penataran.

Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Dan Penataran Guru

Matematika, Yogyakarta