BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata...

28
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan salah satu rangkaian penelitian yang berguna untuk mengetahui sejauh mana penelitian mengenai strategi pengembangan daya tarik wisata telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan 7 (tujuh) penelitian sebelumnya yang relevan sebagai referensi penelitian ini yaitu, Budiarta (2010), Antara (2011), Darsana (2011), Rero (2011), Annisa (2013), Tafaewasi (2013), dan Wija Antara (2014). Penelitian yang dilakukan oleh Budiarta (2010) dengan judul “Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan yang perlu dilakukan meliputi: 1) strategi pengembangan produk wisata budaya, diimplementasikan melalui program- program seperti mengembangkan dan menciptakan berbagai macam atraksi wisata budaya dan melestarikan keaslian daya tarik wisata budaya yang ada; 2) strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan melalui program menjaga keamanan daya tarik wisata budaya yang ada oleh masyarakat dan petugas dari kepolisian; 3) strategi pengembangan prasarana dan sarana pokok maupun penunjang pariwisata. Strategi ini diimplementasikan dengan program menyediakan dan memelihara fasilitas kamar mandi/toilet, fasilitas parkir, memperbaiki jalan alterrnatif dari

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN

MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan salah satu rangkaian penelitian yang berguna

untuk mengetahui sejauh mana penelitian mengenai strategi pengembangan daya

tarik wisata telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan 7 (tujuh)

penelitian sebelumnya yang relevan sebagai referensi penelitian ini yaitu, Budiarta

(2010), Antara (2011), Darsana (2011), Rero (2011), Annisa (2013), Tafaewasi

(2013), dan Wija Antara (2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Budiarta (2010) dengan judul “Strategi

Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan,

Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali” Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa strategi pengembangan yang perlu dilakukan meliputi: 1) strategi

pengembangan produk wisata budaya, diimplementasikan melalui program-

program seperti mengembangkan dan menciptakan berbagai macam atraksi wisata

budaya dan melestarikan keaslian daya tarik wisata budaya yang ada; 2) strategi

peningkatan keamanan dan kenyamanan melalui program menjaga keamanan

daya tarik wisata budaya yang ada oleh masyarakat dan petugas dari kepolisian; 3)

strategi pengembangan prasarana dan sarana pokok maupun penunjang pariwisata.

Strategi ini diimplementasikan dengan program menyediakan dan memelihara

fasilitas kamar mandi/toilet, fasilitas parkir, memperbaiki jalan alterrnatif dari

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

11

Desa Sawan menuju Desa Pegayaman, menyediakan fasilitas akomodasi,

menyediakan fasilitas rumah makan, dan membangun pasar seni; 4) strategi

promosi dilakukan dengan memperluas pangsa pasar ke Asia, Australia, Amerika

Serikat dan Afrika. Mendirikan tourist information services (TIS) di sekitar Pura

Beji. Bekerja sama dan melakukan promosi ke BPW agar daya tarik wisata

tersebut dimasukkan dalam program wisata (tour itinerary). 5) Strategi

pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia, dilakukan lewat program

memberikan pelatihan dan penyuluhan pariwisata kepada masyarakat.

Penelitian Budiarta adalah strategi pengembangan pariwisata budaya yang

dimiliki Desa Sangsit. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian Putu

Budiarta dilakukan pada objek wisata yang luas, dan berfokus pada keberagaman

potensi yang dimiliki berupa pura. Sementara itu, penelitian ini berlokasi pada

objek yang akan dikembangkan, membahas strategi ditinjau dari aspek 4A dari

pariwisata, dan mengetahui upaya pemerintah dalam pengembangan Gamelan

Jegog sebagai daya tarik wisata di Kelurahan Sangkaragung.

Antara (2011) mengangkat permasalahan penelitian yaitu: potensi-potensi

apakah yang mendukung Desa Pelaga untuk dikembangkan sebagai daya tarik

wisata?; bagaimana dukungan masyarakat Desa Pelaga terhadap rencana

pengembangan desa tersebut sebagai daya tarik wisata?; Bagaimanakah strategi

pengembangan pariwisata alternatif di Desa Pelaga?; dan data yang dipakai dalam

penelitian ini adalah data kualitatif maupun kuantitatif yang sampelnya diambil

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

12

secara purposive. Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif

dan analisis SWOT.

Hasil penelitian ini menunjukkan, DTW Desa Pelaga memiliki berbagai

potensi wisata yang layak untuk dikembangkan dan telah memenuhi empat (4)

komponen penting dalam industri pariwisata yang dikenal dengan istilah empat

4A, yaitu Attraction (atraksi wisata), Accessibility (akses untuk mencapai daerah

wisata), Amenity (fasilitas dan jasa wisata), dan Ancillary (kelembagaan dan

sumber daya manusia pendukung kepariwisataan). Masyarakat lokal sudah terlibat

langsung dalam penyediaan fasilitas penunjang kepariwisataan. Pengembangan

daerah tujuan wisata Desa Pelaga ke depan dapat dilakukan dengan

mengimplementasikan beberapa strategi SWOT seperti strategi SO, ST, WO, dan

strategi WT.

Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian pengembangan Gamelan

Jegog adalah sama-sama meneliti strategi pengembangan wisata, dengan

memfokuskan penelitian pada kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam

komponen 4A serta peluang dan acamannya. Melalui penelitian ini dapat

dirumuskan suatu strategi yang tepat dalam upaya pengembangan daya tarik

wisata tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan Desa Pelaga, juga

diperhatikan dalam penelitian. Penelitian ini juga memperhatikan hal yang sama

yaitu, bagaimana keterlibatan masyarakat dan pemerintah dalam pengembangan

jegog sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

13

Penelitian Darsana (2011) tentang “Kepariwisataan Pulau Nusa Penida”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi daya tarik wisata, kondisi

lingkungan internal dan eksternal, serta merumuskan strategi dan program

pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau Nusa Penida. Metode

analisis yang digunakan adalah analisis matriks IFAS (Internal Factor Analysis

Summary) dan EFAS (External Factor Analysis Summary) serta analisis matriks

SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi wisata kawasan barat Pulau

Nusa Penida yang dapat dikembangkan adalah potensi keindahan alam seperti,

pantai dengan hamparan pasir putih dan pemandangan bawah laut, wisata religi

dan spritual, serta pembudidayaan rumput laut. Pengembangan daya tarik wisata

kawasan barat Pulau Nusa Penida berada pada posisi pertumbuhan.

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal pariwisata

kawasan barat Pulau Nusa Penida menggunakan Strategi SO (Strength

Opportunity) adalah strategi pengembangan daya tarik wisata (melalui program

penataan kawasan pariwisata, inventarisasi daya tarik wisata, serta kenyamanan

dan keamanan berwisata), Strategi ST (Strength Threat) adalah strategi

pengembangan pariwisata berkelanjutan (melalui program peningkatan kualitas

lingkungan, kualitas kehidupan sosial budaya, peningkatan perekonomian

masyarakat). Strategi WO (Weakness Opportunity) adalah strategi pengembangan

promosi (melalui program promosi dan pengadaan tourist information center) dan

strategi WT (Weakness Weakness Threat) dengan strategi pengembangan sumber

daya manusia dan pembentukan lembaga pengelola pariwisata.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

14

Pengembangan sarana dan prasarana, penataan pariwisata, promosi di

kawasan barat Pulau Nusa Penida sangat diperlukan. Pemerintah dan masyarakat

bekerja sama menjaga keamanan, kebersihan, kelestarian alam, dan budaya.

Penelitian Darsana memiliki kesamaan dengan penelitian ini, yaitu menggunakan

metode SWOT dalam mengenalisis data. Menggali potensi daya tarik wisata

dengan metode SWOT akan didapatkan strategi yang tepat dalam pengembangan

daya tarik di Kabupaten Jembrana.

Penelitian Rero (2011) tentang pengembangan daya tarik wisata spiritual

di Kota Larantuka. Pengembangan wisata spiritual merupakan suatu peluang

untuk menambah khasanah daya tarik wisata di Kota Larantuka, demi

pengembangan kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi Kota Larantuka, menganalisis

lingkungan internal dan eksternal, dan menentukan strategi pengembangan Kota

Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual.

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode observasi partisipatif,

penyebaran kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis IFAS, EFAS yang

menghasilkan strategi umum dan analisis SWOT menghasilkan strategi

alternative. Penelitian ini bersifat eksploratif, merumuskan program-program

berdasarkan kondisi internal dan kondisi eksternal dikombinasikan dengan teori

perencanaan, perubahan budaya, teori adaptasi, teori SWOT dan teori motivasi.

Hasil penelitian Rero (2011) menunjukan bahwa kekuatan Kota Larantuka

meliputi keindahan alam, keanekaragaman flora dan fauna, terletak di ibu kota

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

15

Kabupaten, kedekatan dengan pelabuhan, kualitas jalan yang baik, posisi objek

wisata yang sangat strategis, kualitas pelayanan dan aturan (Code of Conduct).

Kelemahan kota Larantuka meliputi kurangnya kebersihan dan kelestarian

lingkungan, kurang ketersediaan angkutan wisata, kurangnya sarana pariwisata,

kurang tersedianya lahan parkir, masih minimnya fasilitas toilet untuk umum,

kurang tertatanya keberadaan warung dan pedagang kaki lima, belum adanya

pengelola daya tarik, belum maksimalnya upaya promosi, belum tersedianya

Tourist Information Center (TIC). Berdasarkan matrik Internal Eksternal (IE)

diketahui bahwa posisi lingkungan internal dan eksternal kota Larantuka adalah

pada sel V. Hal ini berarti bahwa strategi yang harus diterapkan adalah

pertahankan dan pelihara (strategi tidak berubah). Berdasarkan analisis SWOT

diketahui bahwa empat strategi alternative yang relevan diterapkan adalah strategi

pengembangan produk, strategi pengembangan promosi, strategi pariwisata

berkelanjutan dan strategi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Kesamaan penelitian Rero dengan penelitian ini adalah teknik yang

digunakan adalah analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui

startegi yang cocok untuk dapat diterapkan di suatu destinasi yang dikembangkan.

Kekurangan penelitian Rero adalah komponen ekternal hal yang diteliti terlalu

jauh dari kegiatan yang terdapat di Flores, jadi kurang dirasakan secara langsung

dari kota Larantuka. Pembahasan yang jelas dengan penentuan sel dalam startegi

SWOT dapat menjadi pertimbangan strategi yang tepat, merupakan kekuatan

penelitian Rero.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

16

Annisa (2013) dalam tesis “Pelestarian Angklung Sebagai Warisan

Budaya Tak benda Dalam Pariwisata Berkelanjutan Di Saung Angklung Udjo,

Bandung”. Secara umum penelitian bertujuan untuk memahami upaya pelestarian

angklung yang dilakukan oleh objek wisata Saung Angklung Udjo. Secara khusus

tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui implementasi pariwisata

berkelanjutan terhadap Saung Angklung Udjo; (2) untuk mengetahui

implementasi perhitungan daya dukung fisik di Saung Angklung Udjo; (3) untuk

mengetahui upaya pelestarian angklung sebagai warisan budaya tak benda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Saung Angklung Udjo

menerapkan langkah-langkah konstruktif untuk instalasi baru dan sarana fasilitas

pemantauan dalam pelayanan untuk melestarikan dan mempromosikan tempat

wisata. Dengan menghubungkan pelestarian warisan budaya, peningkatan dan

optimalisasi infrastruktur yang ada dilakukan oleh aktor profesional lokal; (2)

untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang dan meningkatkan

kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan alam, masyarakat

dan ekonomi, untuk menaikan kesejahteraan generasi masa depan; (3) identitas

budaya sebagai pusaka budaya yang dapat dikembangkan menjadi modal ekonomi

dan sebagai aset agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam

pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat dengan tetap menjaga nilai-nilai

budaya dan kearifan lokal sebagai ciri khasnya.

Keterkaitan penelitian Annisa dengan penelitian ini adalah sama-sama

membahas tentang benda budaya sebagai objek penelitian, dengan lebih

menekankan aspek daya dukung di Saung Angklung Ujo. Pembahasan yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

17

mendalam tentang daya dukung di Saung Angklung Ujo memberikan hasil

rencana ke depan yang tepat untuk diterapkan di Saung Angklung Ujo sehingga

menjadi pariwisata yang berkelanjutan. Penelitian ini belum menjelaskan apa

yang menjadi kendala dalam pelestarian angklung sebagai warisan budaya, dan

cara untuk mengantisipasi hal tersebut. Sementara itu, dalam penelitian tentang

gamelan jegog ini lebih menekankan bagaimana potensi yang dimiliki jegog untuk

dikembangkan, strategi yang tepat yang dapat digunakan untuk mengembangkan

gamelan jegog sebagai daya tarik wisata, upaya pemerintah Kabupaten Jembrana

dalam pengembangan gamelan jegog.

Penelitian Tafaewasi (2013) mengenai “Pertunjukan Hombo Batu Sebagai

Daya Tarik Wisata Di Desa Bawömataluo, Kecamatan Fanayama.” Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran bentuk,

fungsi, dan makna hombo batu serta proses terjadinya komodifikasi terhadap

hombo batu. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kondisi

komponen-komponen pariwisata yang terkait dengan komodifikasi hombo batu di

Desa Bawömataluo dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi dan sosial

budaya pada masyarakat setempat.

Hasil penelitian ini adalah pergeseran bentuk hombo batu dari bambu

runcing, beralih ke tanah liat, dan disempurnakan menjadi batu bersusun yang

berbentuk piramid dengan ketinggian sekitar 2,5 meter. Fungsi hombo batu juga

mengalami pergeseran. Awalnya sebagai sarana uji ketangkasan atau kemampuan

dalam mempersiapkan diri menjadi prajurit di medan perang, bergeser menjadi

ajang perlombaan antardesa di daerah Teluk Dalam, Nias Selatan. Dewasa ini

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

18

atraksi hombo batu lebih banyak ditampilkan ketika ada permintaan dari

wisatawan yang berkunjung ke Desa Bawömataluo.

Daya tarik wisata di Desa Bawömataluo belum disertai oleh komponen-

komponen pendukung pariwisata lainnya. Selain atraksi hombo batu yang menjadi

ikon pariwisata di Nias Selatan, omo sebua yang menjadi salah satu daya tarik di

Desa Bawömataluo ini, keadaan fisik bangunan justru semakin menuju ke ambang

musnah. Apabila tidak dilakukan perawatan dan perbaikan segera, sangat terbuka

kemungkinan bahwa omo ni folasara ini akan menjadi tinggal kenangan saja.

Aksesibilitas juga kurang diperhatikan. Beberapa ruas jalan menuju Desa

Bawömataluo rusak dan terdapat beberapa lubang yang sangat membahayakan

pengguna jalan. Fasilitas lain seperti ammenities masih sangat minim bahkan

belum terdapat akomodasi, rumah makan atau restoran maupun fasilitas

penunjang lainnya di desa wisata ini.

Keterkaitan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti suatu

pertunjukan kesenian daerah yang dapat dijual kepada wisatawan. Tafaewasi

menekankan adanya pergeseran budaya dari pertunjukan Hombo Batu, dari uji

ketangkasan menjadi suatu pertunjukan yang menarik kunjungan wisatawan.

Penelitian ini membahas tentang komponen-komponen yang harus diperbaiki

dalam pengembangan daya tarik Hombo Batu.

Penelitian Wija Antara, dkk (2014) mengenai Pengembangan Gamelan

Jegog Berbasis Android. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan Gamelan

Jegog ke khalayak ramai sehingga informasi tentang keberadaan serta penggunaan

Gamelan Jegog dapat diketahui oleh masyarakat pada khususnya dan wisatawan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

19

pada umumnya. Aplikasi gamelan jegog berbasis android membantu masyarakat

yang merasa sulit untuk belajar jegog untuk lebih mudah mempelajarainya dalam

suatu aplikasi di telepon genggam. Dengan demikian maka promosi gamelan

jegog dapat dilakukan jauh lebih baik dibandingkan membeli satu set jegog untuk

dipelajari.

Keterkaitan dengan penelitian ini adalah pengembangan yang dilakukan.

Perbedaannya adalah media yang digunakan. Penelitian ini dilakukan melalui

media dan teknologi sedangkan penulis melakukan penelitian mendalam dengan

melibatkan informan-informan yang mampu memberikan keterangan tentang

gamelan jegog.

2.2 Konsep

Agar tidak terjadi kesalahan tafsir dalam penelitian ini, akan dijelaskan

pengertian judul dan beberapa istilah yang bersifat operasional. Konsep digunakan

untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu

yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Sumber bacaan yang relevan

diperlukan, agar nilai keilmuan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan

(credible) serta dapat diterima dan pantas (acceptable) sebagai karya ilmiah.

Beberapa sumber kepustakaan yang relevan adalah daya tarik wisata, destinasi

pariwisata, komponen destinasi pariwisata, dan strategi.

2.2.1 Daya Tarik Wisata

Undang-Undang No 10 Tahun 2009 menjelaskan bahwa daya tarik wisata

adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

20

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi

sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Daya tarik wisata merupakan suatu tempat yang menarik yang menjadi

tempat kunjungan wisatawan. Tempat tersebut mempunyai sumber daya, baik

alamiah maupun buatan manusia, seperti keindahan alam, pegunungan, pantai

flora dan fauna, bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen, candi-candi,

tarian, atraksi, dan kebudayaan khas lainnya. Menurut Yoeti (2006:55-56) daya

tarik wisata dapat dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut.

1. Daya tarik wisata alam, yang meliputi pemandangan alam, laut, pantai,

dan pemantangan alam lainnya.

2. Daya tarik wisata dalam bentuk bangunan, yang meliputi arsitektur

bersejarah dan modern, peninggalan arkeologi, lapangan golf, toko dan

tempat-tempat perbelanjaan lainnya.

3. Daya tarik wisata budaya, yang meliputi sejarah, foklor, agama, seni,

teater, hiburan, dan museum.

4. Daya tarik wisata sosial, yang meliputi cara hidup masyarakat setempat,

bahasa, kegiatan sosial masyarakat, fasilitas, dan pelayanan masyarakat.

Daya tarik wisata alam yaitu daya tarik wisata berupa keanekaragaman

dan keunikan lingkungan alam yang meliputi: 1) lingkungan perairan laut berupa

bentang darat pantai, bentang laut, kolam air, dan dasar laut, 2) lingkungan

perairan darat; dan 3) lingkungan hutan pegunungan dengan flora dan fauna yang

terdapat di dalamnya. Daya tarik wisata alam yaitu, gua, pantai, danau, gunung,

taman laut, taman nasional, taman wisata alam, hutan raya, air terjun, dan lain

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

21

sebagainya. Daya tarik wisata budaya adalah hasil olah cipta, rasa, dan karsa

manusia sebagai makhluk budaya. Daya tarik wisata budaya meliputi peninggalan

sejarah berupa bangunan atau artefak yang memiliki nilai sejarah dan keunikan

tertentu, maupun daya tarik wisata budaya etnik dan tradisi masyarakat, yang

merupakan aktivitas, adat dan tradisi khas yang tumbuh dan berkembang di dalam

suatu entitas masyarakat. Daya tarik wisata budaya antara lain, situs purbakala,

candi, perkampungan tradisional yang memiliki adat dan tradisi budaya

masyarakat yang khas. Daya tarik wisata buatan manusia adalah daya tarik wisata

khusus yang merupakan kreasi artificial dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya di

luar ranah wisata alam dan budaya. Daya tarik wisata buatan antara lain taman

hiburan dan rekreasi, kawasan pariwisata/resort terpadu, spa dan wellness centre,

dan pemandian air panas.

Daya tarik wisata juga memiliki beberapa komponen. Menurut Damanik

dan Weber (2006:13), daya tarik wisata yang baik sangat terkait dengan empat hal

yakni, memiliki keunikan, orisinalitas, otentisitas, dan keragaman. Keunikan

diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan kekhasan yang melekat pada suatu

daya tarik wisata. Orisinalitas mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni

seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi atau tidak mengadopsi nilai yang

berbeda dengan nilai aslinya. Otentisitas mengacu pada keaslian. Bedanya dengan

orisinalitas adalah otentisitas lebih sering dikaitkan dengan tingkat keantikan atau

eksotisme budaya sebagai daya tarik wisata. Otentisitas merupakan kategori nilai

yang memadukan sifat alamiah, eksotis, dan bersahaja.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

22

2.2.2 Destinasi Pariwisata

Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan menyatakan

bahwa destinasi pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata kawasan

geografis berada dalam satu atau lebih wilayah administrative. Di dalamnya

terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta

masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Suwena dalam bukunya yang berjudul Pengetahuan Dasar Pariwisata

mendefinisikan destinasi pariwisata merupakan tempat dimana segala kegiatan

pariwisata bisa dilakukan, dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata

untuk wisatawan. Dalam mendukung keberadaan daerah tujuan wisata, perlu ada

unsur pokok yang harus mendapat perhatian, agar wisatawan bisa tenang, aman,

dan nyaman pada saat berkunjung. Unsur pokok penting dalam meningkatkan

pelayanan bagi wisatawan sehingga wisatawan bisa lebih lama tinggal di daerah

yang dikunjungi. Adapaun unsur pokok tersebut antara lain daya tarik wisata,

prasarana wisata, sarana wisata, tata laksana/infrastruktur, dan masyarakat/

lingkungan.

Suatu destinasi pariwisata hendaknya memenuhi beberapa syarat, yaitu (a)

ketersediaan sesuatu yang dapat dilihat (something to see); (b) sesuatu yang dapat

dilakukan (something to do); dan (c) sesuatu yang dapat dibeli (something to buy)

(Suwena, 2010:85). Perkembangan spektrum pariwisata yang makin luas,

menyebabkan syarat tersebut perlu ditambah, yaitu: (d) sesuatu yang dinikmati,

yakni hal-hal yang memenuhi selera dan cita rasa wisatawan; dan (e) sesuatu yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

23

berkesan, sehingga mampu menahan wisatawan dalam waktu yang lebih lama

atau merangsang kunjungan ulang.

2.2.3 Komponen Destinasi Pariwisata

Wisatawan yang melakukan perjalanan ke destinasi pariwisata

memerlukan berbagai kebutuhan dan pelayanan mulai dari keberangkatan sampai

kembali lagi ke tempat tinggalnya. Aktivitas pariwisata sangat terkait dengan

kehidupan kita sehari-hari. Wisatawan membutuhkan makan dan minum, tempat

menginap, serta alat transportasi yang membawanya pergi dari suatu tempat ke

tempat lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan pelayanan tersebut, daerah

tujuan wisata harus didukung oleh empat komponen utama atau yang dikenal

dengan istilah “4A” sebagai berikut.

1. Atraksi (attraction)

Ada banyak alasan mengapa orang berwisata ke suatu daerah.

Beberapa yang paling umum adalah untuk melihat keseharian penduduk

setempat, menikmati keindahan alam, menyaksikan budaya yang unik,

atau mempelajari sejarah daerah tersebut.

Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau

menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi

wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan (tourism

resources). Ada tiga modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan

itu ada tiga, yaitu: 1) Natural Resources (alami) seperti: iklim, gunung,

danau, pantai, hutan, dan bukit; 2) atraksi wisata budaya seperti: arsitektur

rumah tradisional di desa, situs arkeologi, benda-benda seni dan kerajinan,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

24

ritual atau upacara budaya, festival budaya, kegiatan dan kehidupan

masyarakat sehari-hari, keramahtamahan, makanan; dan 3) atraksi wisata

buatan seperti: acara olahraga, berbelanja, pameran, konferensi, dan

festival musik.

2. Fasilitas (amenities)

Secara umum pengertian fasilitas adalah segala macam prasarana

dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan

wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah:

a) usaha penginapan (accommodation) seperti: hotel, losmen, guest

house, homestay, dan vila;

b) usaha makanan dan minuman seperti: restoran, warung, bar dan café;

c) transportasi dan infrastruktur.

3. Aksesibilitas (access)

Aksesibilitas berhubungan dengan mudah atau sulitnya wisatawan

menjangkau daerah tujuan wisata yang diinginkannya. Akses berkaitan

dengan infrastruktur transportasi seperti lapangan udara, terminal bus,

kereta api, jalan tol, rel kereta api, termasuk di dalamnya teknologi

transportasi yang mampu menghemat waktu dan biaya untuk menjangkau

daerah tujuan wisata. Di sisi lain akses, diidentikkan dengan

transferabilitas yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke

daerah yang lain. Tanpa adanya kemudahan transferabilitas tidak akan ada

pariwisata.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

25

4. Pelayanan tambahan (ancillary service)

Pelayanan tambahan (ancillary service) disebut juga pelengkap

yang harus disediakan oleh pemerintah di daerah tujuan wisata, baik untuk

wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan tambahan yang

disediakan adalah pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta,

air minum, listrik, dan telepon), serta mengkoordinir segala macam

aktivitas dengan peraturan perundang-undangan, baik di daerah tujuan

wisata maupun di jalan raya.

Keempat komponen tersebut, merupakan daya tawar untuk menarik minat

wisatawan melakukan suatu kunjungan ke suatu daerah tujuan wisata (Suwena,

2010:85)

Selain ke empat komponen dari destinasi pariwisata terdapat juga satu

prinsip dari komponen pariwisata yaitu CBT (Comunitty Based Tourism).

Menurut Garrod (2001:4), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan

prinsip-prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang

cenderung dikaitkan dengan sistem perencanaan formal, sangat menekankan pada

keuntungan potensial dari ekowisata. Pendekatan kedua, cenderung dikaitkan

dengan istilah perencanaan partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan

pengaturan yang lebih seimbang antara pembangunanan dan perencanaan

terkendali. Pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan

alam dan dampak pembangunan ekowisata.

Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan

pariwisata adalah penerapan Community Based Tourism (CBT) sebagai

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

26

pendekatan pembangunan. Definisi CBT yaitu: 1) bentuk pariwisata yang

memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat

dalam manajemen dan pembangunan pariwisata, 2) masyarakat yang tidak terlibat

langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat keuntungan, 3) menuntut

pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada

komunitas yang kurang beruntung di pedesaan. Suansri (2003:14) dalam jurnal

Nurhidayati (2007) mendefinisikan CBT sebagai pariwisata yang

memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. CBT

merupakan alat pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan, Atau alat

untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Berdasarkan konsep tersebut, dapat ditemukan benang merah konsep suatu

daya tarik wisata yang memiliki potensi. Potensi tersebut dapat di lihat dari

komponen destinasi pariwisata.

2.2.4 Konsep Strategi

Rangkuti (2001:3-4) telah menghimpun beberapa pengertian strategi, di

antaranya sebagai berikut.

1. Chandler (1962) menyatakan strategi merupakan alat untuk mencapai

tujuan perusahaan atau instansi dalam kaitannya dengan tujuan jangka

panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

2. Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965) mengatakan bahwa

strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Salah

satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada

atau tidak ada

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

27

3. Hamel dan Prahalad (1995) menyatakan strategi adalah tindakan yang

bersifat incremental (bersifat meningkat), terus-menerus, dan dilakukan

berdasarkan sudat pandang, tentang apa yang diharapkan oleh para

pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir

selalu dimulai dari ‘apa yang dapat terjadi’, bukan dimulai dari ‘apa yang

terjadi’.

2.3 Landasan Teori

Dalam menganalisis pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik

wisata di Kelurahan Sangkaragung Kabupaten Jembrana terdapat beberapa teori

yang digunakan sebagai landasan dalam penentuan strategi pengembangan yang

sesuai. Berikut ini akan dikemukakan teori-teori yang memiliki relevansi dalam

penelitian ini.

2.3.1 Teori Partisipasi

Keberhasilan pengembangan sebuah daya tarik wisata sangat tergantung

dari berbagai faktor. Salah satunya adalah adanya dukungan atau partisipasi

masyarakat lokal dimana daya tarik wisata tersebut dikembangkan. Keterlibatan

masyarakat lokal dalam konteks ini mengandung pengertian bahwa

pengembangan sebuah daya tarik wisata dari, oleh, dan untuk masyarakat.

Partisipasi sebagai proses aktif mengandung arti orang atau kelompok

yang terkait, mengambil inisiatif, dan menggunakan kebebasannya untuk

melakukan suatu hal. Mardikanto (2003:237) menyatakan bahwa partisipasi

merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan

dengan pembagian kewenangan. tanggung jawab, dan manfaat.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

28

Pitana (2002:56) mendefinisikan partisipasi tidak hanya kontribusi tenaga,

waktu, dan materi Lokal secara cuma-cuma, untuk mendukung berbagai program

dan proyek pembangunan, melainkan keterlibatan secara aktif dalam setiap

proses. Peran aktif yang dimaksudkan mulai dari perencanaan, penentuan

rancangan, pelaksanaan sampai dengan pengawasan, dan penikmatan hasil bagi

masyarakat lokal sebagai pelaku pariwisata. Partisipasi dari masyarakat lokal

digambarkan sebagai peluang masyarakat untuk berpartisipasi secara efektif

dalam kegiatan pembangunan. Hal ini berarti memberi wewenang pada

masyarakat untuk memobilisasi kemampuan, mengelola sumber daya, membuat

keputusan, dan melakukan kontrol terhadap kegiatan yang mempengaruhi

hidupnya.

Pendekatan partisipatif adalah semua metode yang dapat mendorong

seseorang atau sekelompok orang untuk aktif dan berkontribusi dengan adil

terhadap kemampuan dalam pengembangan masyarakat. Pendekatan ini

melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dirinya, agar masyarakat

lebih memahami apa yang harus dilakukan dan kemampuan apa yang dimiliki.

Partisipasi masyarakat lokal mutlak diperlukan dalam rangka menentukan

arah pengembangan sebuah daerah tujuan wisata, membantu memberdayakan

sumber daya masyarakat, dengan memberikan pekerjaan atau lapangan kerja, dan

sebagai lembaga kontrol terhadap eksploitasi sumber daya alam dan budaya

masyarakat lokal secara berlebihan.

Menurut Apsari (2005), konsep partisipasi dalam pengelolaan

berkelanjutan, masyarakat dilibatkan dalam pemenuhan kebutuhannya.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

29

Pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan untuk pariwisata harus dapat

memberikan keuntungan kepada masyarakat setempat dalam bentuk: 1).

peningkatan kesempatan kerja; 2). diversifikasi kegiatan ekonomi masyarakat

setempat; 3). meningkatkan pasar untuk produk-produk mereka; dan 4).

memperbaiki infrastruktur.

Pretty’s Typology of Participation Scheyvens (dalam Kusuma Dewi

2012:25) secara umum mengemukakan tentang dua jenis partisipasi antara lain

sebagai berikut.

1). Partisipasi Pasif (passive participation). Masayarakat dilibatkan dalam

tindakan yang telah dipikirkan, dirancang, dan dikontrol oleh orang lain atau

pihak lain. Apabila dikaitkan dengan masyarakat dalam aspek pariwisata,

partisipasi ini ditandai dengan minimnya keterlibatan masyarakat dalam

proses kegiatan pariwisata di daerah pembangunan pariwisata, serta

kurangnya kontrol masyarakat atas perkembangan pariwiwisata di daerah

tersebut. Keterlibatan masyarakat terbatas hanya sebagai pelaku kegiatan

pariwisata, bukan sebagai perancang dan pengawas atau pengontrol.

2). Partisipasi aktif (active participation) yaitu proses pembentukan kekuatan

untuk keluar dari pemasalahan yang dihadapi dengan melakukan suatu

perencanaan, pengelolaan, sampai pada tahap pengawasan. Dalam aspek

pariwisata, ditunjukkan dengan mudahnya masyarakat lokal mendapat

informasi tentang pembangunan pariwisata di daerahnya, dilibatkan dalam

perencanaan dan pengelolaan pembangunan pariwisata, dengan

memperhatikan sumber daya yang mereka miliki.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

30

Teori partisipasi digunakan untuk membedah rumusan masalah nomor

dua, mengenai partisipasi stakeholders dalam pengembangan gamelan jegog

sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana.

Melalui teori partisipasi, penelitian ini dapat menjelaskan peran

Pemerintah Kabupaten Jembrana dan partisipasi masyarakat Kelurahan

Sangkaragung. Fungsi manajemen yang telah dilakukan, mulai dari tahap

perencanaan sampai dengan tahap pengevaluasian. Oleh karena itu penelitian ini

dapat menemukan jenis peran pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam

pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata.

2.3.2 Teori Perencanaan

Perencanaan merupakan pengorganisasian masa depan untuk mencapai

tujuan tertentu (Inskeep, 1991). Menurut Sujarto (1986) dalam Paturusi, definisi

perencanaan adalah suatu usaha untuk memikirkan masa depan (cita-cita) secara

rasional dan sistematik dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada secara

efektif dan efesien.

Menurut Paturusi (2008), suatu perencanaan memiliki syarat-syarat

sebagai berikut. Logis yaitu bisa dimengerti dan sesuai dengan kenyataan yang

berlaku, Luwes yaitu dapat mengikuti perkembangan. Obyektif yaitu didasarkan

pada tujuan dan sasaran yang dilandasi pertimbangan yang sistematis dan ilmiah.

Perencanaan pariwisata merupakan suatu proses pembuatan keputusan

yang berkaitan dengan masa depan suatu daerah tujuan wisata atau atraksi wisata.

Suatu proses yang dinamis dalam penentuan tujuan, yang secara sistematis

mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan,

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

31

implementasi terhadap alternatif terpilih, dan evaluasi. Proses perencanaan

pariwisata dengan melihat lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, politik) sebagai

suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan lainnya

(Paturusi, 2008).

Orientasi perencanaan ada dua bentuk yaitu trend dan target. Perencanaan

berdasarkan pada kecenderungan yang ada (trend oriented planning) yaitu suatu

perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran pada masa yang akan datang,

dilandasi oleh pertimbangan dan tata laku yang ada dan berkembang saat ini. dan

Perencanaan berdasarkan pertimbangan target (target oriented planning) yaitu

suatu perencanaan yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai pada masa

yang akan datang merupakan faktor penentu.

Menurut Yoeti (2007) dalam Rero (2011) ada beberapa alasan mengapa

perencanaan diperlukan. a) Memberi Pengarahan, dengan adanya perencanaan

para pelaksana dalam suatu organisasi atau tim mengetahui apa yang hendak

dilakukannya dan ke arah mana tujuannya, dan apa yang akan dicapai. b)

Membimbing Kerjasama, perencanaan dapat membimbing para petugas untuk

tidak bekerja menurut kemauannya sendiri. Dengan adanya perencanaan, akan

timbul rasa sebagai bagian dari suatu tim, di tempat tugas seorang banyak

tergantung dari tugas lainnya. c) Menciptakan Koordinasi, bila dalam suatu

proyek masing-masing keahlian berjalan terpisah, kemungkinan besar tidak akan

tercapai suatu inkrenisasi dalam pelaksanaan. Karena itu sangat diperlukan adanya

koordinasi antara beberapa aktifitas yang dilakukan. d) Menjamin Tercapainya

Kemajuan, suatu perencanaan pada umumnya telah menggariskan program yang

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

32

hendak dilakukan. Program itu meliputi tugas yang dikerjakan dan tanggung

jawab tiap individu atau tim dalam proyek. Bila ada penyimpangan antara yang

direncanakan dengan yang dilaksanakan, akan segera dilakukan koreksi, sehingga

sistem ini akan mempercepat penyelesaian suatu proyek. e) Untuk Memperkecil

Resiko, perencanaan mencakup mengumpulkan data yang relevan (baik yang

tersedia, maupun yang tidak tersedia) dan secara hati -hati menelaah segala

kemungkinan yang terjadi sebelum diambil suatu keputusan. Keputusan yang

diambil atas dasar intuisi, tanpa melakukan suatu penelitian pasar atau tanpa

melakukan perhitungan rates of return on investment, sangat dikhawatirkan akan

menghadapi resiko besar. Karena itu perencanaan lebih memperkecil resiko.

f) Mendorong dalam Pelaksanaan, perencanaan terjadi agar suatu organisasi dapat

memperoleh kemajuan secara sistematis dalam mencapai hasil yang diinginkan

melaui inisiatif sendiri. Untuk mencapai hasil diperlukan tindakan. Untuk

melakukan tindakan dibutuhkan suatu perencanaan dan program. Untuk membuat

suatu perencanaan diperlukan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Untuk

mengetahui data yang perlu dikumpulkan, diperlukan tujuan yang hendak dicapai,

sedangkan untuk mencapai suatu tujuan (objectives) diperlukan suatu pemikiran

(thought) yang khusus. Jadi perencanaan (planning) merupakan suatu mata rantai

yang esensial antara pemikiran (thought) dan pelaksanaan (action), atau “thought

without action is merely philosophy, action without thought is merely stupidity”.

Pengembangan Gamelan Jegog sebagai daya tarik wista di Kelurahan

Sangkaragung Kabupaten Jembrana perlu dilakukan dengan perencanaan yang

baik sesuai dengan teori perencanaan. Perencanaan yang baik tentu akan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

33

memberikan pengarahan ketujuan yang akan dicapai. Menjalin kerjasama,

menciptakan koordinasi, dan memperkecil dampak-dampak yang tidak

menguntungkan. Dengan demikian untuk melakukan pengembangan gamelan

jegog di Kelurahan Sangkaragung diperlukan perencanaan pengembangan agar

tercapai sasaran maupun tujuan yang telah direncanakan.

2.2.3 Teori Manajemen

Sukanto (1992:13) dijelaskan manajemen bisa berarti fungsi, peranan

maupun keterampilan. Manajemen sebagai fungsi meliputi usaha perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengkoordisasian, dan pengawasan. Manajemen

sebagai peranan adalah antarpribadi pemberi informasi dan pengambil keputusan.

Manajemen dapat pula berarti pengembangan keterampilan yaitu teknis,

manusiawi, dan konseptual.

1. Perencanaan

Perencanaan adalah penentuan segala sesuatu sebelum dilakukan

kegiatan-kegiatan. Fungsi perencanaan meliputi usaha pemilihan berbagai

alternatif tujuan, strategi, kebijaksanaan, serta taktik yang akan dijalankan.

Usaha tersebut merupakan pengambilan keputusan yang mempengaruhi

jalannya perusahaan pada waktu yang akan datang.

Proses pengambilan keputusan sifatnya ilmiah, yaitu menuruti

persyaratan tertentu. Rencana yang dibuat harus memenuhi sifat-sifat serta

tujuan tertentu. Orang yang membuat rencana perlu menghayati

pentingnya rencana serta sampai seberapa jauh orang membuat rencana

itu. Selanjutnya orang hendaknya mengetahui kaidah perencanaan. Setelah

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

34

rencana tercipta, strategi, kebijaksanaan, dan taktik perlu digariskan,

sedangkan pelaksanaan rencana itu haruslah konsekuen.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan proses menciptakan hubungan-

hubungan antara fungsi-fungsi, personalia dan faktor fisik, agar kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian

tujuan bersama.

Proses pengorganisasian menghasilkan organisasi formal, yaitu

lembaga atau kelompok fungsional yang menjadi wadah kegiatan anggota

organisasi. Di lain pihak, mungkin timbul organisasi tidak formal

(informal) yaitu yang menjadi wadah hubungan antara anggota tertentu

organisasi formal. Semuanya perlu diperhatikan oleh manajer organisasi

apabila berminat untuk memanfaatkannya bagi tercapainya tujuan-tujuan.

Organisasi mempunyai tiga komponen yaitu fungsi; personalia, dan

sarana prasarana fisik. Ketiga komponen tersebut harus dijalin sedemikian

rupa hingga tercapai tujuan organisasi. Untuk maksud ini biasanya

diciptakan struktur organisasi tertentu.

3. Pengarahan

Pengarahan merupakan usaha yang berhubungan dengan segala

sesuatu agar semuanya itu dapat dilakukan. Apa yang direncanakan dan

diorganisasikan mungkin tidak berjalan, kecuali jika bawahan diberitahu

tentang apa yang harus dilakukan. Orang yang mengarahkan harus

menghayati perasaan, sikap, perilaku, dan tindakan yang diarahkan.

Pengarahan harus berdasarkan motivasi, harapan akan hasil usaha serta

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

35

harapan kepuasan tertentu baik yang mengarahkan maupun yang

diarahkan.

Berbagai pendekatan pengarahan disarankan orang, tetapi yang

penting bagaimana caranya agar pengarahan yang digariskan itu secara

konsekuen dan sukarela diikuti oleh orang yang diarahkan sehingga

tercipta kepeminpinan yang dinamis dan kreatif di dalam organisasi.

Situasi dimana atasan membimbing serta mengamati bawahannya secara

baik perlu diciptakan, sehingga diperoleh kerja sama yang harmonis antara

atasan dan bawahan.

4. Pengkoordinasian

Pengkoordinasian merupakan usaha mensinkronkan dan

menyatukan kegiatan dalam organisasi agar tercapai tujuan organisasi.

Pengkoordinasian merupakan tugas yang sulit dilakukan karena berbagai

perbedaan tujuan, waktu, hubungan perseorangan, formalita struktur, dan

lain-lain. Tujuan perorangan mungkin berbeda dengan tujuan organisasi.

Perlu adanya harmonisasi program-program dan kebijaksanaan dengan

mensinkronkan waktu untuk mencapai tujuan utama dari organisasi

tersebut.

5. Pengawasan

Pengawasan pada hakikatnya merupakan usaha memberikan

petunjuk kepada para pelaksana agar selalu bertindak sesuai dengan

rencana. Diharapkan agar para pelaksana membatasi tindakan-tindakannya

untuk mencapai tujuan sedemikian rupa, sehingga tidak begitu

menyimpang dari yang diperbolehkan. Pengawasan menjadikan siklus

fungsi manajemen lengkap dan membawa organisasi ke perencanaan yang

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

36

makin jelas, lengkap dan terkoordinir, makin lengkap pula

pengawasannya. Pengawasan itu terdiri dari penentuan standar-standar,

pengawasan/supervise kegiatan atau pemeriksaan, pembandingan hasil

dengan standar, serta kegiatan mengoreksi kegiatan atau standar.

2.4 Model Penelitian

Pengembangan suatu potensi untuk dijadikan daya tarik wisata dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat untuk menggali lagi potensi lain yang

dimiliki daerah tersebut. Penelitian pengembangan gamelan jegog sebagai daya

tarik wisata di Kabupaten Jembrana ditulis agar memberikan solusi bagi

pemecahan permasalahan terjadinya ketimpangan pengembangan daya tarik

wisata.

Untuk melakukan kajian terhadap masalah ini, aspek-aspek yang menjadi

kendala perlu dikaji yaitu aspek lingkungan eksternal dan internal terhadap

pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata. Sebuah kawasan,

memiliki lingkungan yang dapat dipisahkan menjadi lingkungan bagian dalam

yang disebut lingkungan internal dan lingkungan bagian luar kawasan yang

disebut lingkungan eksternal. Lingkungan internal merupakan kekuatan (strength)

dan kelemahan (weakness), dan lingkungan eksternal merupakan peluang

(opportunity) dan ancaman (treath). Berikut bagan model penelitian yang dapat

dilihat pada Gambar 2.1

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … II.pdf · Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali”

37

Kepariwisataan Kabupaten

Jembrana

Seni Budaya

Jegog

KONSEP

1. Daya Tarik Wisata

2. Destinasi Pariwisata

3. Komponen Destinasi

4. Konsep Strategi

TEORI

1. Teori Partisipasi

2. Teori Perencanaan

3. Teori Manajemen

Apa Potensi Gamelan

Jegog?

Bagaimana Partisipasi

Masyarakat dan Pemerintah

Kabupaten Jembrana?

Bagaimana Strategi

Pengembangan Gamelan

Jegog?

Simpulan dan Saran

Analisis SWOT

Gambar 2.1.

Model Penelitian