SATUAN POLISI PAMONG PRAJA - Kabupaten...
Transcript of SATUAN POLISI PAMONG PRAJA - Kabupaten...
-
PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
Jalan Raya Lebong Arga Makmur, TUBEI
Revisi
RENCANA STRATEGIS
( RENSTRA ) TAHUN 2016-2021
“Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai
Penegak Perda yang Humanis dan Berwibawa, guna mewujudkan
Ketentraman dan Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat serta
Penanggulangan Kebakaran yang melayani”
Created by [email protected]
-
[i]
PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
Jalan Raya Lebong Arga Makmur, TUBEI
KEPUTUSAN KEPALA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LEBONG
NOMOR TAHUN 2018
TENTANG
REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LEBONG TAHUN 2016-2021
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LEBONG
Menimbang : a.
b.
bahwa dalam rangka mewujudkan perencanaan yang terpadu dan
terarah perlu direvisi Rencana Strategis (Renstra) Satuan Polisi Pamong
Praja Kabupaten Lebong;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut dalam poin a di
atas, perlu ditetapkan Keputusan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
Kabuaten Lebong tentang Rencana Strategis (Renstra) Dinas Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong Tahun 2016-2021.
Mengingat : a.
b.
c.
d.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Provinsi
Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2828);
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang di Provinsi Bengkulu
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 154,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4349);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir tentang Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
-
[ii]
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;
Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 10 Tahun 2016 tentang
Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Lebong Tahun 2016-2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Lebong Tahun
2016 Nomor 10);
Peraturan Bupati Lebong Nomor 50 Tahun 2017 tentang Tugas Pokok
dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong;
Peraturan Bupati Lebong Nomor 96 Tahun 2017 tentang Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah;
Peraturan Bupati Lebong Nomor 33 Tahun 2018 tentang Sistem
Manajemen Kinerja Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebong;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Revisi Rencana Strategis (Renstra) Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Lebong Tahun 2016-2021;
Kedua : Rencana Strategis (Renstra) Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Lebong Tahun 2016-2021 adalah dokumen perencanaan untuk periode
lima tahun;
Ketiga : Rencana Strategis (Renstra) Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Lebong Tahun 2016-2021 sebagaimana tercantum dalam lampiran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong ini.
-
[iii]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas semua limpahan rahmat dan
karuniaNya yang tak terhingga, sehingga penyusunan Revisi Rencana Strategis (Renstra)
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong Tahun 2016-2021 dapat terlaksana dan
menghasilkan dokumen untuk acuan pelaksanaan pembangunan Satuan Polisi Pamong Praja
selama lima tahun akan datang, penyusunan Rencana Strategis ini mengacu pada dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lebong Tahun 2016-
2021.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebagaimana operasionalisasi RPJMD
dilaksanakan melalui penyusunan Renstra SKPD. Hal ini sejalan dengan pasal 25 ayat (3)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 menyebutkan bahwa penyusunan
Renstra-SKPD berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif dimana penyusunan Renstra
SKPD dilakukan bersamaan dengan RPJMD.
Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan
dukungan, bimbingan serta partisipasi dalam penyusunan Renstra Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Lebong Tahun 2016-2021, semoga bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan
pembangunan di Kabupaten Lebong pada umumnya dan dalam meningkatkan kinerja di
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong di masa yang akan datang khususnya.
Tubei, Juli 2018
-
[iv]
DAFTAR ISI
KEPUTUSAN KEPALA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA.............................................. .................... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………… .... ...... iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………...... ...... iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………………………….... ...... v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………………………………... ...... vi
Bab I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………... ...... 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………… ...... 1
B. Landasan Hukum ……………………………………………………………………………….... 1
C. Hubungan Rencana Strategis dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ….... 3
D. Sistematika Penulisan ………………………………………………………………………….. 3
E. Maksud dan Tujuan ……………………………………………………………………………... 4
Bab II GAMBARAN UMUM SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LEBONG ... 5
A. Peran dalam Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah ………………... 5
B. Sumberdaya dalam Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi ………………………... 6
C. Pencapaian Kinerja Pelayanan ……………………………………………………………... 11
D. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan ……………………………………... 15
Bab III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS …………………………………………………………………..... 17
A. Permasalahan …………………………………………………………………………………….. 17
B. Telaahan visi, misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah terpilih terkait dengan tugas dan fungsi pelayanan………………….... 20
C. Isu-isu Strategis ………………………………………………………………………………….. 28
Bab IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN …………………………. 30
A. Visi …………………………………………………………………………………………………….. 30
B. Misi ……………………………………………………………………………………………………. 31
C. Tujuan dan Sasaran …………………………………………………………………………….. 31
D. Strategi dan Kebijakan ……………………………………………………………………....... 32
Bab V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN YANG DISERTAI
KEBUTUHAN PENDANAAN ....................................................................................................... 39
Bab VI PENETAPAN INDIKATOR KINERJA ……………………………………………………………... 51
Bab VII PENUTUP …………………………………………………………………………………………………... 58
-
[v]
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Komposisi Personil Menurut Jabatan............................................................................ 10
Tabel II.2 Komposisi Personil Menurut Jenis Kelamin................................................................ 11
Tabel II.3 Revisi Pencapaian Kinerja Pelayanan Satpol-PP Tahun 2011-2015 …………. 14
Tabel II.4 Rekapitulasi Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Satpol-PP
Tahun 2015 …............................................................................................................................ 15
Tabel II.5 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Satpol-PP Kabupaten
Lebong Tahun 2011-2015 ……………………………………………………………………... 16
Tabel II.6 Rasio Rata-rata Pertumbuhan Pendanaan Pelayanan Satpo-PP Kabupaten
Lebong Tahun 2011-2015 …………………………………………………………………....... 16
Tabel IV.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Satpol-PP Kabupaten Lebong..... 32
Tabel IV.2 Analisis SWOT........................................................................................................................... 36
Tabel IV.3 Strategi dan Kebijakan Satpol-PP Kabupaten Lebong ……………………………... 37
Tabel V.1 Rencana Program dan Kegiatan yang disertai Kebutuhan Pendanaan …....... 40
Tabel VI.1 Cascading Indikator Kinerja Utama Satpol-PP terhadap Indikator Kinerja
Utama Daerah ……………………………………………………………………………………..... 52
Tabel VI.2 Cascading Indikator Kinerja Program Eselon III (Bidang) terhadap
Indikator Kinerja Utama Satpol-PP.................................................................................. 53
Tabel VI.3 Cascading Indikator Kinerja Kegiatan Eselon IV (Sub Bidang) terhadap
Indikator Kinerja Program (Bidang)……………………………………………………...... 55
-
[vi]
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Struktur Organisasi Satpol-PP Kabupaten Lebong ....……………………………….. 8
Gambar II.2 Perbandingan jumlah personil PNS dan TKK…………………………………………… 9
Gambar II.3 PNS menurut tingkat pendidikan..................................................................................... 9
Gambar II.4 TKK menurut tingkat pendidikan.................................................................................... 10
-
[1]
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi,
misi, dan program Kepala Daerah yang dituangkan dalam strategi,
arah kebijakan dan program pembangunan daerah. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021 ini
merupakan penjabaran lima tahun keempat dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lebong 2005-
2025 sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 15
Sistematika BAB I
Pendahuluan sebagai
berikut :
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum
C. Hubungan Rencana
Strategis dengan
Dokumen Perencanaan
Lainnya
D. Sistematika Penulisan
E. Maksud dan Tujuan
Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lebong Tahun
2005-2025. Di samping itu RPJMD tersebut juga memperhatikan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Propinsi Bengkulu Tahun 2016-2021.
Pelaksanaan pembangunan Kabupaten Lebong berpedoman kepada RPJMD yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 10 Tahun 2016-2021.
B. Landasan Hukum
Dalam penyusunan Rencana Strategis ini, sejumlah peraturan digunakan sebagai
rujukan, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Propinsi Bengkulu
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2828);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lebong dan
Kabupaten Kepahiang di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4349);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
-
[2]
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679) ;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kabupaten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 02 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 02, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6178);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 72, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6205);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 310);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);
12. Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2016-
2021(Lembaran Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2016 Nomor 6);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lebong (Lembaran Daerah Kabupaten
Lebong Tahun 2016);
-
[3]
14. Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 15 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2005–2025
(Lembaran Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2012);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2016–2021;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2016
Nomor 10);
17. Peraturan Bupati Lebong Nomor 36 Tahun 2016 tentang Susunan dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lebong;
18. Peraturan Bupati Lebong Nomor 50 Tahun 2017 tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong;
19. Peraturan Bupati Lebong Nomor 96 Tahun 2017 tentang Sistem dan Prosedur
Pengelolaan Keuangan Daerah;
20. Peraturan Bupati Lebong Nomor 33 Tahun 2018 tentang Sistem Manajemen Kinerja
Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebong;
C. Hubungan Rencana Strategis dengan Dokumen Perencanaan
Lainnya
Dokumen Rencana Srategis ini disusun dengan mengacu, merujuk, mempedomani,
dan memperhatikan dokumen perencanaan lainnya seperti RPJPD Kabupaten Lebong, RPJMD
Kabupaten Lebong, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebong.
Hal ini dimaksudkan agar proses penyusunan dokumen Rencana Strategis dapat
menghasilkan dokumen perencanaan yang sinergis dan terpadu baik dalam aspek
kewilayahan maupun aspek sektoral dengan harapan agar dalam implementasinya diperoleh
hasil yang tepat dan terarah. Dokumen Rencana Strategis ini merupakan penjabaran visi, misi
dan program prioritas kepala daerah sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMD
Kabupaten Lebong. Selanjutnya Rencana Strategis ini digunakan sebagai landasan dan
pedoman dalam penyusunan rencana kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong.
D. Sistematika Penulisan
Rencana Strategis ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II GAMBARAN UMUM SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LEBONG
-
[4]
BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN YANG DISERTAI KEBUTUHAN
PENDANAAN
BAB VI PENETAPAN INDIKATOR KINERJA
BAB VII PENUTUP
E. Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya Rencana Strategis ini adalah menjamin adanya suatu keterkaitan,
kesinergisan dengan RPJMD dalam setiap perencanaan, penganggaran, serta pelaksanaan
program dan kegiatan setiap tahun anggaran selama 5 (lima) tahun kedepan pada Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong.
Tujuan penyusunan Rencana Strategis ini adalah sebagai acuan dalam memberikan
arahan mengenai srategi pembangunan, sasaran -sasaran strategis, kebijakan umum, program
dan kegiatan pembangunan yang ingin dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan
sekaligus sebagai alat kendali dalam menjalankan pokok dan fungsinya dalam dalam
mendukung pencapaian Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja maupun mendukung
terwujudnya pencapaian Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Lebong.
-
[5]
Bab II GAMBARAN UMUM SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
KABUPATEN LEBONG
A. Peran dalam Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan Daerah
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 10
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Lebong. Satuan Polisi Pamong Praja merupakan unsur
staf yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.
Rincian tugas dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Lebong diatur dalam Peraturan Bupati Lebong Nomor 50 Tahun
Sistematika BAB II
Meliputi :
A. Peran dalam
penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan
B. Sumber daya dalam
Penyelenggaraan
Tugas dan Fungsi
C. Pencapaian Kinerja
Pelayanan
D. Anggaran dan Realisasi Pendanaan
Pelayanan
2017 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja mempuyai tugas membina, memelihara dan
mengendalikan pelaksanaan kebijakan pemeliharaan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat, penegakan Peraturan Daerah dan peraturan pelaksanaannya, penyelenggaraan
perlindungan masyarakat, penanggulangan kebakaran dan pembinaan Unit Pelaksana Teknis
dan Kelompok Jabatan Fungsional. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Satuan Polisi
Pamong Praja mempuyai Fungsi; 1). Penyelenggaraan perumusan kebijakan pemeliharan
ketertiban umum dan ketentraman, penegakan peraturan daerah dan peraturan Kepala
Daerah, perlindungan masyarakat dan penanggulangan kebakaran; 2). Penyelenggaraan
pelaksanaan kebijakan pemeliharaan ketertiban umum dan ketentraman, penegakan
peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah, perlindungan masyarakat dan
penanggulangan kebakaran; 3). Penyelenggaraan koordinasi pemeliharaan ketertiban umum
dan ketentraman, penegakan peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah, perlindungan
masyarakat dan penanggulangan kebakaran; 4). Penyelenggaraan pembinaan dan
pengawasan terhadap pemeliharaan ketertiban umum dan ketentraman, penegakan
peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah, perlindungan masyarakat; 5).
Penyelenggaraan pencegahan, pengendalian, pemadam dan penyelamatan dalam kebakaran;
6). Penyelenggaraan pembinaan PPNS, personil anggota polisi pamong praja, personil
pemadam kebakaran dan anggota perlindungan masyarakat; 7). Penyelenggaraan
kesekretariatan Satuan Polisi Pamong Praja; 8). Penyelenggaraan penyusunan dan penetapan
Rencana Strategis, Laporan Instansi Pemerintah (LAKIP), LKPJ, dan LPPD; 9) Penyelenggaraan
pembinaan teknis pengelolaan UPT dan kebijakan teknis pengembangan Kelompok Jabatan
-
[6]
Fungsional; 10) Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan
tugas Satpol PP; 11) penyelenggaraan tugas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya.
B. Sumber daya dalam Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi
1. Susunan Organisasi
Susunan Organiasasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai salah satu
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terdiri dari :
1. Kepala Satuan
2. Sekretariat
Sekretariat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong dipimpin oleh seorang
Sekretaris Dinas yang membawahi sub-sub bagian antara lain :
a. Sub Bagian Perencanaan
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3. Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat
Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan yang
membawahi seksi-seksi antara lain :
a. Seksi Operasional dan Pengendalian
b. Seksi Ketertiban Umum
c. Seksi Kerjasama dan Pelatiahan
4. Bidang Penegakan Peraturan Daerah
Bidang Penegakan Peraturan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan yang membawahi
seksi-seksi antara lain :
a. Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan
b. Seksi Advokasi dan Mediasi
c. Seksi Penyelidikan, Penyidikan dan Penindakan
5. Bidang Perlindungan Masyarakat
Bidang Perlindungan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan yang membawahi seksi-seksi
antara lain :
a. Seksi Bina Potensi Masyarakat
b. Seksi Data dan Informasi
c. Seksi Pelatihan dan Mobilisasi
6. Bidang Pemadam Kebakaran
-
[7]
Bidang Pemadam Kebakaran dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan yang membawahi seksi-seksi
antara lain :
a. Seksi Pencegahan, Penyuluhan dan Monitoring Kebakaran
b. Seksi Pengendalian Kebakaran dan Penyelamatan Bencana Lainnya
c. Seksi Sarana dan Prasarana Kebakaran
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Untuk menyelenggarakan sebagian tugas satuan dapat dibentuk UPT pada Satuan
Polisi Pamong Praja sesuai dengan kebutuhan. Pembentukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi UPT ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan Bupati tersendiri
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempuyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan
satuan secara profesional sesuai dengan kebutuhan dan dalam melaksanakan
tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan.
-
[8]
Gambar II.1
Struktur Organisasi Dinas Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong
Kepala Dinas
Jabatan Fungsional
Sekretaris Dinas
Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi Sub Bagian Keuangan dan Aset
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Bidang Ketertiban Umum dan
Ketentraman Masyarakat
Bidang Penegak Peraturan
Daerah
Bidang Perlindungan Masyarakat Bidang Pemadam Kebakaran
Seksi Operasi dan
Pengendalian
Seksi Pembinaan,
Pengawasan dan
Penyuluhan
Seksi Bina Potensi Masyarakat
Seksi Pencegahan, Penyuluhan dan
Monitoring Kebakaran
Seksi Ketertiban
Umum
Seksi Advokasi dan
Mediasi
Seksi data dan Informasi
Seksi Pengendalian Kebakaran dan
Penyelamatan Bencana Lainnya
Seksi Kerja Sama
dan Pelatihan
Seksi Penyelidikan,
Penyidikan dan
Penindakan
Seksi Pelatihan dan Mobilisasi
Seksi Sarana dan Prasarana
Kebakaran
UPTD
Gambar II.1 Struktur Organisasi Dinas Satuan Pamong Praja Kabupaten Lebong
-
[9]
2. Susunan Kepegawaian
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Lebong per 01 Mei 2018 didukung 147 (Seratus Empat Puluh Tujuh) orang
Personil, terdiri dari 27 (Dua Puluh Tujuh) orang Aparatur Sipil Negara (ASN) 18,37% dan
120 (Seratus Dua Puluh) orang Tenaga Kerja Kontrak (TKK) atau 81,63%. Hal ini terjadi
kesenjangan yang cukup signifikan perbandingan antara Personil Aparatur Sipil Negara
dan Tenaga Kerja Kontrak (TKK). Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar II.2 Perbandingan Jumlah Personil ASN dan TKK
Berdasarkan tingkat pendidikan, ASN Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Lebong didominasi oleh jenjang pendidikan S1 sebanyak 48,15% atau 13 orang, disusul
oleh jenjang pendidikan SLTA sebanyak 37,04% atau 10 orang dan jenjang pendidikan S2
sebanyak 11,11% atau 3 orang kemudian jenjang pendidikan SD sebanyak 3,70% atau 1
Orang. Hal ini menunjukkan bahwa jenjang pendidikan SDM/ASN Satuan Polisi Pamong
Praja Kabupaten Lebong cukup baik. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar II.3 ASN Menurut Tingkat Pendidikan
Sedangkan untuk Tenaga Kerja Kontrak (TKK) tingkat pendidikan didominasi oleh
jenjang pendidikan SLTA sebanyak 84,16%, jenjang pendidikan SLTP sebanyak 9,17% atau
11 orang, disusul oleh jenjang pendidikan SD sebanyak 4,17% atau 5 orang kemudian
18,37%
81,63%
PNS TKK
48,15%
37,04%
11,11% 3,70%
S1 SLTA S2 SD
-
[10]
jenjang pendidikan S1 sebanyak 2,50% atau 3 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar II.4 TKK Menurut Tingkat Pendidikan
Selanjutnya kami tampilkan Komposisi Personil menurut Jabatan, Komposisi
Personil menurut Jenis Kelamin sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel II.1 Komposisi Personil Menurut Jabatan
No. Jabatan Jumlah
1. Kepala Satuan Orang
2. Sekretaris
1. Subbagian perencanaan
2. Subbagian keuangan
3. Subbagian umum dan kepegawaian
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
3. Kabid Ketertiban umum
1. Seksi operasi dan pengendalian
2. Seksi ketertiban umum
3. Seksi kerjasama dan pelatihan
1 Orang
1 orang
-
-
4. Kabid Penegak peraturan perundangan
1. Seksi pembinaan pengawasan penyuluhan;
2. Seksi advokasi dan mediasi
3. Seksi penyelidikan, penyidikan dan penindakan
1 orang
1 orang
-
1 orang
5. Kabid Perlindungan Masyarakat
1. Seksi bina potensi masyarakat
2. Seksi data dan informasi
3. Seksi pelatihan dan mobilisasi
1 orang
-
1 orang
1 orang
6. Kabid Pemadam Kebakaran
1. Seksi pencegahan, penyuluhandan monitoring
kebakaran
2. Seksi pengendalian kebakaran dan penyelamatan
bencana lainnya
3. Seksi sarana dan prasarana kebakaran
1 orang
-
-
-
4,179,17
84,16
2,5
SD
SLTP
SLTA
S1
-
[11]
7. Staf PNS 14 Orang
8. Fungsional -
9. Tenaga Kerja Kontrak (TKK) 120 Orang
Jumlah 147 Orang
Jumlah unsur pejabat adalah 13 orang dan staf PNS 14 orang dan Fungsional 0
orang, Tenaga Kontrak 120 orang.
Tabel II.2 Komposisi Personil Menurut Jenis Kelamin
No. Jabatan Jumlah
1. Laki – Laki 122 Orang
2. Perempuan 25 Orang
Jumlah 147 Orang
C. Pencapaian Kinerja Pelayanan
1. Pelayanan Penegakan Perundang-Undangan Daerah
Pelayanan akan penegakan Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lainnya
sangatlah penting dan dibutuhkan oleh masyarakat karena apabila tidak ada peraturan
maka akan mengakibatkan kekacauan dalam aktifitas hidup masyarakat sehari-hari,
penegakan peraturan di Kabupaten Lebong masih sangat sulit sehingga perlu kerja keras
untuk menegakkan suatu peraturan yang dikeluarkan Pemerintah, kesadaran dan
pemahaman masyarakat. Adapun peraturan Daerah yang ditegakkan antara Lain :
a) Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 5 Tahun 2017 tentang Larangan
dan Pengendalian Minuman Tuak (Minuman Tradisional beralkohol), Minuman
Racikan dan Lem Aica Aibon Sejenisnya di Kabupaten Lebong.
b) Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 6 Tahun 2017 tentang Lalu Lintas
Ternak dan Bahan Asal Ternak
c) Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 15 Tahun 2007 tentang Larangan
Melepas Hewan Ternak Kaki Empat .
-
[12]
2. Pelayanan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat
Pelayanan akan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sangat
dibutuhkan berbagai lapisan masyarakat, terciptanya suatu daerah yang tertib dan
tentram merupakan impian semua masyarakat, Berbagai kegiatan telah dilakukan
oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong yakni dengan melakukan patroli
rutin guna mengamankan berbagai ancaman yang sering menggangu masyarakat
seperti oknum yang mabuk, mencuri, merusak fasilitas umum serta berbagai ancaman
yang berakibat sampai dengan menghilangkan nyawa seseorang. Dengan kegiatan
sebagai berikut :
a. Patroli keliling dilingkungan Pemerintah Kabupaten Lebong yang dilakukan
siang dan malam.
b. Pengamanan Kegiatan-Kegiatan yang melibatkan massa dengan skala besar.
c. Pengamanan Kediaman Bupati dan Wakil Bupati serta Kantor Bupati Lebong
3. Pelayanan Pengembangan Kapasitas
Pelayanan akan pengembangan kapasitas terus dilakukan guna
mengoptimalkan produktifitas kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong
dalam pelaksanaan tugas-tugas sehari-hari pelayanan ini dikhususkan pada seluruh
personil Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai berikut :
a. Fasilitasi Diklat Dasar Satpol PP dan Pemadam Kebakaran bagi Anggota
b. Pelatihan Disiplin Pakaian Dinas Anggota Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Lebong
c. Pelatihan Peraturan Baris Berbaris dan Upacara.
d. Pelatihan Operasional Penggunaan Alat Komunikasi seperti Radio HT.
e. Pelatihan Simulasi Penanganan Huru Hara.
f. Pelatihan Standar Operasional Pengawalan.
4. Pelayanan Sarana dan Prasarana
Pelayanan akan sarana dan prasaran juga dikhusukan untuk Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Lebong seperti perawatan kendaran patroli pemadam
kebakaran serta perawatan pos-pos jaga dan asset-aset lainnya yang dikelola oleh
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong dengan kegiatan sebagai berikut :
-
[13]
1. Pengawasan dan Perawatan Kendaraan Dinas Operasional serta Aset-Aset
yang ada Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong serta Pengadaan
Bahan Bakar Minyak bagi Kendaraan Operasional
5. Pelayanan Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Kebakaran
Pelayanan terhadap perlindungan masyarakat belum berjalan dengan baik
dikarenakan kurangnya personil yang mana menurut Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) anggota
linmas harus 1 (satu) Orang setiap RT (Rukun Tetangga) yang ada pada Kabupaten
Lebong.
Untuk Pemadam Kebakaran dengan posisi daerah yang berada dipegunungan
dan masih banyak bangunan lama yang kebanyakan bangunan menggunakan
material yang berbahan kayu yang kemudian ditambah lagi dengan tingginya
frekuensi masyarakat yang selalu bertambah di Kabupaten Lebong mengakibatkan
semakin banyak bangunan-bangunan yang dibangun yang kemudian terancam
oleh bencana kebakaran.
Selain itu karena berada di ketinggian mengakibatkan kecepatan rata-rata
hembusan angin cukup tinggi, sehingga bila terjadi bencana kebakaran sangat
cepat membesar dan akan sulit diatasi, oleh karena itu Bidang Pemadam
Kebakaran merupakan salah satu komponen Pemerintah yang sangat dibutuhkan
oleh seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Lebong dengan Kegiatan :
a) Pengamanan Tempat Pemungunan Suara (TPS) pada Saat Pemilu
b) Sosialisasi Pencegahan Bahaya Kebakaran
c) Penanganan Bencana Kebakaran.
-
[14]
Tabel II.3 Revisi Pencapaian Kinerja Pelayanan Satuan Polisi Pamong Praja Tahun 2011-2015
No Indikator Kinerja sesuai Tugas dan
Fungsi
Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Persentase Penyelesaian Penegakan
PERDA/PERKADA 65 65 70 80 85 55 60 65 70 70 84,6 92,3 92,9 87,5 82,4
2 Persentase Tingkat Penyelesaian
Pelanggaran Ketentraman, Ketertiban
dan Keindahan (K3)
55 65 70 75 80 50 55 60 70 75 90,9 84,6 85,7 93,3 93,8
3 Persentase Gangguan Keamanan
Lingkungan di Desa/Kelurahan 60 70 75 80 85 55 60 60 65 70 91,7 85,7 80 81,3 82,4
4 Persentase Cakupan Kesiapsiagaan
Masyarakat dalam menghadapi bencana
kebakaran
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
5 Tingkat Waktu Tanggap (Respon Time
Rate) daerah Layanan Wilayah
manajemen Kebakaran
N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A
-
[15]
D. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Lebong, sumber daya keuangan merupakan salah satu faktor yang menentukan pencapaian
target kinerja, disamping sumberdaya manusia maupun sarana prasarana. Anggaran dan
realisasi pendanaan pelayanan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagaimana
tabel berikut : E.
Tabel II.4 Rekapitulasi Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan
Satuan Polisi Pamong Praja Tahun 2015
Uraian
Anggaran Realisasi %
Belanja
3.883.585.121,- 3.643.893.816,- 93, 83
Belanja Langsung
2.969.662.000,- 2.831.941.634,- 95,36
Belanja Tak Langsung
913.923.121,- 811.952.182,- 88,84
Anggaran dan Realisasi Pendanaan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong
Tahun 2011-2015.
-
[16]
Tabel II.5 Anggaran dan Realisasi Pelayanan Satuan Polisi Pamong Praja Tahun 2011-2015
Uraian
Anggaran Pada tahun Ke- Realisasi Anggaran Pada tahun Ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Belanja 1.505.742.244 3.176.399.505 5.070.010.937 3.411.227.217 3.883.585.121 1.503.776.686 3.176.399.505 4.236.506.696 3.298.418.213 3.643.893.816
Belanja
Langsung 1.082.494.000 2.504.855.000 4.387.000.000 2.360.000.000 2.969.662.000 1.080.528.442 2.504.855.000 3.567.795.985 2.339.452.806 2.831.941.634
Belanja Tak
Langsung 423.248.244 671.544.505 683.010.937 1.051.227.217 913.923.121 423.248.244 671.544.505 668.710.711 958.965.407 811.952.182
Tabel II.6 Rasio dan Rata-rata Pertumbuhan Pendanaan Pelayanan
Satuan Polisi Pamong Praja Tahun 2011-2015
Uraian
Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun Ke- Rata-rata Pertumbuhan
1 2 3 4 5 Anggaran Realisasi
Belanja 99,87 100 83,56 96,69 93,83 3.409.393.005 3.171.798.983
Belanja Langsung 99,82 100 81,33 99,13 95,36 2.660.802.200 2.464.914.773
Belanja Tak
Langsung 100 100 97,91 91,22 88,84 748.590.805 706.884.210
-
[17]
Bab III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Analisis isu-isu strategis ini merupakan bagian penting dalam
dokumen Rencana Strategis karena menjadi dasar pemikiran dalam
penajaman dan penyelarasan visi, misi dan arah pembangunan
daerah. Uraian permasalahan pembangunan yang mengawali bagi
analisis isu-isu strategis ini, dimaksudkan sebagai acuan untuk
merumuskan isu-isu strategis yang akan menentukan kinerja Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong dalam kurun waktu Tahun
2016-2021
Sistematika BAB III
Meliputi :
A. Permasalahan
B. Telahaan visi, isi
dan program
kepala daerah dan
wakil kepala
daerah terpilih
terkait dengan
tugas dan fungsi
pelayanan
C. Isu-isu strategis
A. Permasalahan
Identifikasi permasalahan pembangunan digunakan untuk menentukan program
pembangunan daerah yang tepat sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Identifikasi dengan menggunakan kriteria tertentu harus dilakukan sehingga menghasilkan
daftar permasalahan yang secara faktual dihadapi dalam pembangunan. Kriteria yang
digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang akan diangkat adalah:
1. Cakupan masalah yang luas.
2. Permasalahan cenderung meningkat atau membesar di masa yang akan datang dan
berdampak negatif.
3. Memerlukan upaya penanganan yang konsisten dari waktu ke waktu serta sinergitas
berbagai pihak
Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong
Praja tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi yang dapat kami simpulkan
menjadi 2 (dua) klasifikasi yaitu faktor penghambat dan faktor pendorong sebagai berikut :
Faktor penghambat antara lain :
1. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap penegak hukum.
Isi hukum akan dianggap berkualitas jika sesuai dengan aspirasi masyarakat,
bukan kehendak penguasa semata. Hukum yang baik adalah hukum yang responsif,
bukan represif. Subtansi hukum yang dimaksud di sini juga meliputi hukum abstracto
dan hukum konkreto, hukum privat maupun hukum publik. Komponen selanjutnya
adalah kultur/budaya hukum. Komponen ini menyangkut tingkat kesadaran hukum
masyarakat. Dalam proses penegakan hukum, komponen ini juga sangat berpengaruh
sebab akan menentukan apakah suatu hukum ditaati atau tidak.
Kemudian selanjutnya para penegak hukum yang menjadi tolak ukur berjalannya
hukum dengan maksimal di tengah-tengah masyarakat. Aparatur penegak hukum
-
[18]
akan menjalankan tugas dengan baik apabila yang dikatakan almarhum Baharuddin
Loppa dengan kembali pada Iman dan Taqwa. Inilah kunci hukum akan berjalan
dengan baik di masyarakat. Dan cut generation atau pemutusan generasi untuk
melakukan supremasi hukum serta diikuti dengan perubahan sistem.
2. Pemahaman masyarakat masih relatif kurang terhadap peraturan perundang-
undangan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum dalam Masyarakat antara
lain :1). Pengetahuan tentang kesadaran hukum Secara umum, perturan-peraturan
yang telah sah, maka dengan sendirinya peraturan-peraturan tadi akan tersebar luas
dan diketahui umum. Tetapi sering kali terjadi suatu golongan tertentu di dalam
mayarakat tidak mengetahui atau kurang mengetahui tentang ketentuan-ketentuan
hukum yang khusus bagi mereka; 2). Pengakuan terhadap ketentuan-ketentuan
hukum, Pengakuan masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan hukum, berati bahwa
masyarakat mengetahui isi dan kegunaan dari norma-norma hukum tertentu. Artinya
ada suatu derajat pemahaman yang tertentu terhadap ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku. Namun hal ini belum merupakan jaminan bahwa warga masyarakat yang
mengakui ketentuan-ketentuan hukum tertentu dengan sendirinya mematuhinya,
tetapi juga perlu diakui bahwa orang-orang yang memahami suatu ketentuan hukum
adakalanya cenderung untuk mematuhinya; 3). Penghargaan terhadap ketentuan-
ketentuan hukum, Penghargaan atau sikap tehadap ketentuan-ketentuan hukum, yaitu
sampai sejauh manakah suatu tindakan atau perbuatan yang dilarang hukum diterima
oleh sebagian besar warga masyarakat. Juga reaksi masyarakat yang didasarkan pada
sistem nilai-nilai yang berlaku. Masyarakat mungkin menentang atau mungkin
mematuhi hukum, karena kepentingan mereka terjamin pemenuhannya; 4). Pentaatan
atau kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Salah satu tugas hukum yang
penting adalah mengatur kepentingan-kepentingan para warga masyarakat.
Kepentingan para warga masyarakat tersebut lazimnya bersumber pada nilai-nilai
yang berlaku, yaitu anggapan tentang apa yang baik dan apa yang harus dihindari; 5).
Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian sedikit banyak tergantung
apakah kepentingan-kepentingan warga masyarakat dalam bidang-bidang tertentu
dapat ditampung oleh ketentuan-ketentuan hukum. Ada juga suatu anggapan bahwa
kepatuhan hukum disebabkan karena adanya rasa takut pada sanksi, karena ingin
memelihara hubungan baik dengan rekan-rekan sekelompok atau pimpinan karena
kepentingannya terlindung, karena cocok dengan nilai-nilai yang dianutnya.
3. Terbatasnya SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi serta
terbatasnya sarana dan prasana yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan.
-
[19]
Kondisi yang menunjukkan bahwa SDM aparatur yang ada sangat jauh dari apa
yang diharapkan. Potret SDM aparatur saat ini yang menunjukkan profesionalisme
rendah, banyaknya praktek KKN yang melibatkan aparatur, tingkat gaji yang tidak
memadai, pelayanan kepada masyarakat yang berbelit-belit, kurang kreatif dan
inovatif, bekerja berdasarkan juklak dan juknis serta mungkin masih banyak potret
negatif lainnya yang intinya menunjukkan bahwa aparatur di Indonesia masih lemah.
Sehingga perlunya restrukturisasi kelembangaan dan pengembangan sumber daya
manusia dengan aspek-aspek pengetahuan, sikap dan prilaku, dan kemampuan.
4. Belum memadainya sarana dan prasana operasional untuk menunjang
pemeliharaan ketentraman dan ketertiban serta keamanan lingkungan.
Salah satu ekses lebih lanjut dari supremasi pembangunan
ekonomi yang berorientasi pertumbuhan dan subordinasi
pembangunan sosial budaya yang dapat dirasakan adalah kurang
berkembangnya kesadaran sosial dan budaya hukum. Adanya indikasi
kerawanan sosial yang muncul dalam bentuk konflik horisontal,
meningkatnya gangguan keamanan,menurunnya ketertiban umum'
dan meningkatnya kriminalitas menunjukkan adanya penurunan
kesadaran sosial dan belum berkembangnya budaya hukum.
Berbagai gangguan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat
akan mengganggu dan mengurangi intensitas aktivitas sosial dan
ekonomi dalam masyarakat sehingga akan berpengaruh negatif
terhadap kinerja pembangunan seuara keseluruhan. Menurunnya
ketenteraman dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat juga akan
memberi pengaruh psikologis yang negatif bagi masyarakat akibat
adanya kekhawatiran yang berlebihan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga akan mengganggu aktivitas dan produktivitas masyarakat.Di
samping itu, peningkatan intensitas tindak kekerasan dalam
masyarakat secara psikologis juga akan merangsang timbulnya
perilaku kekerasan yang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya
sistematis dalam rangka mewujudkan ketenteraman dan ketertiban
dalam masyarakat. Belum berkembangnyabudaya hukum dan adanya
indikasi kerawanan sosial dan keamananmerupakan permasalahan
yang dihadapi dalam peningkatan ketenteramandan ketertiban dalam
kehidupan masyarakat.
Faktor pendorong antara lain :
1. Terbukanya kesempatan untuk peningkatan profesionalisme aparatur.
Permasalahan-permasalahan yang yang di hadapi oleh aparatur birokrasi
muncul sebagai akibat adanya beberapa perilaku pelanggaran-pelanggaran yang
-
[20]
dilakukan oleh oknum aparatur birokrasi dalam melayani masyarakat. Sehingga
reformasi birokrasi gagal dilaksanakan, dan yang terjadi adalah, ketidakmampuan
aparatur birokrasi dalam menghadapi kompleksitas yang bergerak secara eksponensial
sekarang ini, antipati, trauma, berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah, dan ancaman kegagalan pencapaian pemerintahan yang baik (good
governance), bahkan menghambat keberhasilan pembangunan nasional. Padahal
pelanggaran hanya dilakukan oleh segelintir oknum aparatur birokrasi yang tidak
bertanggung jawab, namun secara tidak langsung dapat mencoreng wajah birokrasi.
Maka dari itu, prinsip integritas dan profesionalisme muncul sebagai suatu
kebutuhan terhadap tantangan tugas yang dihadapi aparatur birokrasi, sebab tanpa
prinsip tersebut tidaklah mungkin tercapai tingkat efektifitas dan produktivitas yang
tinggi dalam melaksanakan proses reformasi birokrasi.
2. Banyak kebijakan Pemerintah Daerah, Provinsi, Pusat yang mendukung ketentraman
dan ketertiban umum.
Pemerintah pada dasarnya dibentuk untuk melayani masyarakat, terutama
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need). Secara umum kebutuhan dasar
masyarakat meliputi pendidikan, kesehatan, daya beli serta fasilitas umum. Dalam
perkembangan selanjutnya, setelah terjadinya banyak gangguan keamanan di berbagai
tempat, timbul wacana agar keamanan juga dimasukkan ke dalam kategori kebutuhan
dasar masyarakat.
Setiap anggota masyarakat membutuhkan rasa aman keamanan secara umum
dapat didefinisikan sebagai suatu situasi dan kondisi fisik yang teratur, tertib sesuai
norma–norma yang berlaku, keamanan berkaitan erat dengan ketertiban. Ketertiban
adalah keadaan yang sesuai dengan hukum, norma-norma serta kesepakatan bersama.
Ketertiban lebih dekat dengan upaya penegakan hukum dan pemenuhan norma-
norma.
B. Telahaan visi, isi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih
terkait dengan tugas dan fungsi pelayanan
Visi dan Misi dalam pelaksanaan pembangunan Pemerintah Kabupaten Lebong pada
lima tahun mendatang mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung didalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD tahun 2005-2025). Di dalam RPJPD
ditegaskan bahwa arah pembangunan jangka panjang daerah menggunakan visi bersama yang
menjadi etos kerja, yaitu “Terwujudnya Kabupaten Lebong Yang Agamis, Sejahtera, Adil,
Aman,Unggul, Berwawasan Lingkungan Dan Bermartabat”. Visi bersama dan etos kerja
tersebut menjadi inspirasi dan acuan dalam penentuan visi misi pemerintahan selama periode
-
[21]
jangka menengah serta menjadi daya dorong bagi pemerintah daerah dan seluruh jajaran
aparatnya untuk melaksanakan program/kegiatan secara berkesinambungan dan
berkelanjutan.
Dengan memperhatikan dokumen-dokumen perencanaan tersebut di atas, dan juga
memperhatikan kondisi permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapai sekaligus
tertuang dalam isu-isu strategis, maka dirumuskan visi, misi tujuan dan sasaran pembangunan
jangka menengah daerah Kabupaten Lebong Tahun 2015-2021 sebagai berikut :
1. VISI
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2005-2025
merupakan kaidah panuntun pembangunan daerah yang memuat haluan dan arah kebijakan
dalam perspektif 20 tahun ke depan guna mengangkat derajat manusia seutuhnya dan
seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Lebong. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebong mempunyai kurun waktu perencanaan dari tahun 2006-
2025. Visi dari RPJPD adalah “Terwujudnya Kabupaten Lebong Yang Agamis, Sejahtera,
Adil, Aman,Unggul, Berwawasan Lingkungan Dan Bermartabat”. Untuk mewujudkan visi
tersebut, maka ditempuh melalui enam misi pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Mewujudkan infrastruktur yang berkualitas dan merata;
3. Mewujudkan perekonomian yang kokoh yang berbasis pertanian;
4. Mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan;
5. Mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan demokratis;
6. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2016-2020
berada pada transisi ditahapan lima tahun (2016-2020) dan ketiga (2015-2019) dalam tata
waktu RPJPD Kabupaten Lebong. Penekanan pada lima tahun ketiga adalah pada
pemantapan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan meningkatkan
peran sektor pertanian, perkebunan dan pariwisata sebagai leading sektor pembangunan
daerah yang berbasis kerakyatan dan lestari. Disampaing itu pembangunan juga diarahkan
pula untuk pengembangan tiga (3) sektor unggulan daerah (pendidikan, pertanian dalam
artian luas, dan penerapan teknologi tepat guna. Berdasarkan atas kedua penekanan dalam
dua kurun waktu tersebut, secara sederhana didapati terdapat key word yang utama yaitu
pada pembangunan failitas pendukung utama dan pendayagunaan SDM untuk
mengembangkan keunggulan daerah untuk memperkuat daya saing.
Sedangkan sasaran pembangunan pada tahapan RPJMD ke tiga ini adalah sebagai berikut :
1) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (human resources) melalui IPTEK
-
[22]
Aparatur dan Masyarakat dengan kebijakan sasaran : Optimalisasi Pendidikan
Teknologi dan Pelatihan Penerapan Teknologi Pemerintahan dalam menunjang sektor
Pelayanan yang efisien, efektif dan praktis untuk, dari dan oleh data dan informasi
dari masyarakat;
2 ) Mobilitas Manusia, barang dan Jasa serta Fasilitas Umum, dengan kebijakan
pembangunan melalui : Peningkatan Sarana dan Prasarana Transportasi, Optimalisasi
Fasilitas Umum khususnya Pariwisata sebagai sektor leading sector pertumbuhan
ekonomi daerah yang memiliki daya saing tinggi;
3 ) Optimalisasi Daya Saing Pertanian dengan peningkatan Aktivitas Pertanian
Unggulan, Kuantitas Pertanian, Optimalisasi Teknologi Pertanian, nilai jual dan nilai
tambah kebutuhan hidup masyarakat dengan kebijakan mewujudkan ketahanan
Pangan Masyarakat Kabupaten Lebong;
4 ) Daerah pusat Pertumbuhan Baru dengan kebijakan Peningkatan pengelolaan ruang
dan wilayah yang potensial, prospek pembangunan ruang yang stimulatif namun
sesuai indikator, dinamika, regulatif dan korelatif ruang dan wilayah serta koefisien
zonasi ruang dan wilayah;
5 ) Peningkatan Masyarakat akan Kesadaran Hukum melalui kebijakan peningkatan
peranan masyarakat akan kesadaran hukum dan kesadaran demokrasi yang
pancasilais dan yuridis, dan
6 ) Optimalisasi Sarana Aparatur Pemerintah serta Optimalisasi Kualitas Pelayanan
Masyarakat.
RPJPD Kabupaten Lebong Tahun 2006-2025 merupakan landasan idiil-filosofis dan
menjadi pedoman bagi penyelenggara pemerintahan beserta seluruh rakyat Lebong sebagai
landasan pembangunan sektoral, lintas sektoral dan kewilayahan yang bersifat dinamis dan
berkesinambungan, agar mampu menjawab pesatnya tantangan perubahan lingkungan
strategis dan pergeseran peradaban. Hal ini membawa implikasi perlu disusunnya RPJMD
2016-2021 yang lebih progresif dan mampu mengakselerasi ke arah pencapaian Visi 2025.
RPJMD 2016-2021 merupakan kesinambungan yang tidak terpisahkan dari RPJMD 2011-
2015, dimana tahun terakhir RPJMD 2011-2015 akan menjadi tahun awal RPJMD 2016-2021.
Visi merupakan pernyataan cita-cita atau impian sebuah kondisi yang ingin dicapai
di masa depan. Kondisi yang dicita-citakan atau diimpikan tersebut adalah kondisi yang di
akhir periode dapat diukur capaiannya melalui berbagai usaha pembangunan. Usaha-usaha
pembangunan yang dilaksanakan, umumnya berorientasi untuk memperbaiki tingkat hidup
(level of living) masyarakat. Sehingga perubahan paradigma pembangunan yang muncul
adalah lebih banyak menaruh perhatian untuk memerangi kemiskinan, kebodohan,
ketidakadilan, rasa ketidakterlindungi, rasa terpinggirkan dan dipinggirkan, rasa terkucil dan
dikucilkan, mengatasi ketidakadilan lingkungan, baik terhadap sumberdaya alam, tata
-
[23]
ruang, maupun permukiman.
Propinsi Bengkulu termasuk dalam koridor 3 program MP3I (Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Indonesia) sedangkan program MP3I di Kabupaten Lebong
adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Hulu Lais dan
pembangunan Cekdam Pasir Lebar Bungin telah masuk dalam Buku III RPJMN serta telah
dibuka jalan dari Desa tanjung Agung ke PLTP Hulu Lais, selain itu adanya perencanaan
pembukaan jalan ke Merangin Jambi dan Musirawas Sumsel, hal ini akan mebuat aksesibiltas
jalan menuju Kabupaten Lebong akan bertambah lancar dan akan menimbulkan kawasan
ekonomi baru, hal ini merpakan daya dukung tersendiri untuk pengembangan pembangunan
bidang pariwisata dan perkebunan berdasarakan arah kebijakan pembangunan RPJPD Tahun
2006-2020.
Bertolak dari pemahaman di atas, serta dengan berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebong dan perkembangan
lingkungan strategis, maka perlu diwujudkan suatu kondisi dinamis masyarakat yang maju,
sehingga dirumuskan Visi RPJMD Kabupaten Lebong Tahun 2016-2020 sebagai berikut :
“ TERWUJUDNYA KABUPATEN LEBONG MAJU, MANDIRI DAN SEJAHTERA”
Visi Pembangunan Kabupaten Lebong Tahun 2005-2025 ini diharapkan akan mewujudkan
keinginan dan amanat masyarakat Kabupaten Lebong, dengan tetap mengacu pada
pencapaian tujuan nasional seperti yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2014-2019. Visi pembangunan Kabupaten
Lebong harus terukur untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam rangka
menjadikan “Terwujudnya Kabupaten Lebong Maju Mandiri Dan Sejahtera”. Yang dimaksud
dengan “Kabupaten Lebong” Meliputi wilayah dan seluruh isinya. Artinya Kabupaten Lebong
dan warganya yang berada dalam suatu kawasan dengan batas-batas tertentu yang
berkembang sejak pemekaran dari Kabupaten rejang Lebong pada Tahun 2003 sampai
sekarang.
Daerah Kabupaten Lebong yang “maju : dimaknai sebagai peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat secara lebih merata. Peningkatan kualitas kehidupan adalah kondisi
dimana terjadi peningkatan mutu kehidupan masyarakat dari berbagai aspek atau ukuran
dibanding daerah lain. Lebih merata dimaknai sebagai menurunnya ketimpangan antar
penduduk dan menurunnya ketimpangan antar wilayah. Tingkat kemajuan masyarakat
dinilai berdasarkan berbagai ukuran. Ditinjau dari indikator sosial, tingkat kemajuan diukur
dari kualitas sumber daya manusianya. Masyarakat dikatakan makin maju apabila sumber
daya manusianya memiliki kepribadian, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang
tinggi.
-
[24]
Kemajuan masyarakat juga diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada
kaitan yang erat antara kemajuan masyarakat dengan laju pertumbuhan penduduk, termasuk
derajat kesehatan. Daerah yang sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk
yang lebih kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas pelayanan sosial yang
lebih baik. Secara keseluruhan kualitas sumber daya manusia yang makin baik akan
tercermin dalam produktivitas yang makin tinggi.
Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan masyarakat diukur dari
tingkat kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan dan pembagiannya.
Tingginya pendapatan rata-rata dan ratanya pembagian ekonomi masyarakat menjadikan
daerah tersebut lebih makmur dan lebih maju. Daerah yang maju pada umumnya adalah
daerah yang sektor industri dan sektor jasanya telah berkembang. Peran sektor industri
manufaktur sebagai penggerak utama laju pertumbuhan makin meningkat, baik dalam segi
penghasilan, sumbangan dalam penciptaan pendapatan nasional maupun dalam penyerapan
tenaga kerja. Selain itu, dalam proses produksi berkembang keterpaduan antarsektor,
terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor jasa; serta pemanfaatan
sumber alam yang bukan hanya ada pada pemanfaatan ruang daratan, tetapi juga
ditransformasikan kepada pemanfaatan ruang kelautan secara rasional, efisien, dan
berwawasan lingkungan, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan yang berciri
nusantara. Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun, tertata, dan berfungsi dengan baik,
sehingga mendukung perekonomian yang efisien dengan produktivitas yang tinggi. Daerah
yang maju umumnya adalah daerah yang perekonomiannya stabil. Gejolak yang berasal dari
dalam maupun luar negeri dapat diredam oleh ketahanan ekonominya.
Selain memiliki berbagai indikator sosial ekonomi yang lebih baik, masyarakat yang
maju juga telah memiliki sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum yang mantap.
Lembaga politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan aturan dasar, yaitu
konstitusi yang ditetapkan oleh rakyatnya. Daerah yang maju juga ditandai oleh adanya peran
serta rakyat secara nyata dan efektif dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial,
politik, maupun pertahanan dan keamanan. Dalam aspek politik, sejarah menunjukkan
adanya keterkaitan erat antara kemajuan masyarakat dan sistem politik yang dianutnya.
Bangsa yang maju pada umumnya menganut sistem demokrasi, yang sesuai dengan budaya
dan latar belakang sejarahnya. Bangsa yang maju adalah bangsa yang hak-hak warganya,
keamanannya, dan ketenteramannya terjamin dalam kehidupannya. Selain unsur-unsur
tersebut, bangsa yang maju juga harus didukung dengan infrastruktur yang maju.
Oleh karena itu Daerah Kabupaten Lebong yang maju dimaknai sebagai masyarakat
yang makmur secara ekonomi sehingga perlu dikembangkan pembangunan bidang
perekonomian baik yang menyangkut industri, perdagangan, pertanian, dan sektor jasa
lainnya yang ditopang dengan pembangunan sarana prasarana dengan mengedepankan
-
[25]
semangat kerakyatan dan bukan kapitalisme. Daerah Kabupaten Lebong yang maju adalah
juga masyarakat yang tingkat pengetahuan dan kearifan tinggi yang ditandai dengan tingkat
pendidikan dan tingkat partisipasi pendidikan penduduknya serta jumlah dan kualitas tenaga
ahli dan tenaga professional yang dihasilkan oleh sistem pendidikan yang tinggi. Daerah
Kabupaten Lebong yang maju juga merupakan masyarakat yang derajat kesehatannya tinggi,
laju pertumbuhan penduduk kecil, angka harapan hidup tinggi dan kualitas pelayanan sosial
baik. Di samping itu, Daerah Kabupaten Lebong yang maju adalah masyarakat yang memiliki
sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap, terjamin hak-haknya, terjamin
keamanan dan ketenteramannya, juga merupakan masyarakat yang peran sertanya dalam
pembangunan di segala bidang nyata dan efektif. Selain hal-hal tersebut, Daerah Kabupaten
Lebong yang maju adalah masyarakat kehidupannya didukung oleh infrastruktur yang baik,
lengkap dan memadai. Daerah Kabupaten Lebong yang Maju juga dimaknai sebagai
masyarakat sejahtera secara ekonomis, karena pembangunan perekonomiannya berbasis
pada ilmu pengetahuan. Konsekuensinya lembaga pendidikan, pelatihan dan penelitian
masyarakat harus menjadi pusat keunggulan --center of excelence-- yang sekaligus memiliki
tiga predikat, sebagai teaching, research and entrepreneurial.
Kemandirian dan kemajuan masyarakat tidak hanya dicerminkan oleh perkembangan
ekonomi semata, tetapi mencakup aspek yang lebih luas. Kemandirian dan kemajuan juga
tercermin dalam keseluruhan aspek kehidupan, dalam kelembagaan, pranata-pranata, dan
nilai-nilai yang mendasari kehidupan politik dan sosial.
Daerah Kabupaten Lebong yang “mandiri” adalah kondisi masyarakat yang mampu
memenuhi kebutuhannya(self-help), mampu mengambil keputusan dan tindakan dalam
penanganan masalahnya, mampu merespon dan berkontribusi terhadap upaya pembangunan
dan tantangan zaman secara otonom dengan mengandalkan potensi dan sumberdaya yang
dimiliki. Masyarakat sudah tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah daerah dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan dan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan.
Masyarakat Mandiri juga ditandai dengan civil society yang kuat, agar mampu menjalankan
sebagai jembatan antara rakyat dengan negara. Civil society yang mampu mencegah otoritas
negara tidak memasuki domain society secara berlebihan, dan yang mampu menjalankan
peran sebagai suplemen dan komplemen dari negara.
Kemudian Daerah Kabupaten Lebong yang “sejahtera” dimaknai sebagai kondisi
masyarakat yang relatif terpenuhi kebutuhan hidupnya baik spiritual maupun material
secara layak dan berkeadilan sesuai dengan perannya dalam kehidupan.
Misi disusun dalam rangka mengimplementasikan langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam mewujudkan visi yang telah dipaparkan di atas. Rumusan misi merupakan
penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upayaupaya apa yang harus
dilakukan. Rumusan misi disusun untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta
arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk
-
[26]
mencapai visi.
Rumusan misi disusun dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis,
baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan yang ada dalam pembangunan daerah. Misi disusun untuk memperjelas jalan atau
langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai perwujudan visi. Untuk lebih jelasnya
keterkaitan Visi dan Misi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III.1
Keterkaitan Visi dan Misi Kepala Daerah
VISI MISI
Terwujudnya Kabupaten yang
Maju, Mandiri dan Sejatera
Mewujudkan SDM yang berkualitas
Mewujudkan sarana dan prasarana
infrasruktur dan aksesibiltas pelayanan
publik yang baik
Mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik berbasis IPTEK
Mewujudkan pengelolaan SDA yang
berdaya saing serta berwawasan
lingkungan
Mewujudkan tingkat kualitas hidup
masyarakat yang lebih baik
2. Misi
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan dalam usaha mewujudkan
Visi. Misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan. Oleh
karena itu, untuk mewujudkan visi tersebut akan ditempuh melalui empat misi pembangunan
daerah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
Misi Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dimaknai
Peningkatan profesionalise Aparatur dalam penyelenggaranaan pemerintah daerah,
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur keagamaan; peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat; meningkatkan kualitas lingkungan hidup; meningkatkan
kualitas SDM melalui pendidikan dan penguasaan iptek dalam penerapan peranan
masyarakat sipil.
2. Mewujudkan sarana dan prasarana infrasruktur dan aksesibiltas pelayanan
publik yang baik
Misi mewujudkan prasarana dan sarana infrastruktur dan aksesibiltas pelayanan
publik yang baik terutama infrastruktur dasar (Jalan, Jembatan, Sanitasi) dan membuka
jalan-jalan baru guna meningkatkan aksesibiltas arus barang dan jasa yang keluar
masuk ke Kabupaten Lebong serta membuka keterisolasian daerah, dan juga dimaknai
sebagai misi yang diemban dalam upaya meningkatkan pelayanan publik terutama
-
[27]
penyediaan tempat-tempat perdagangan dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan dan kesesuaian Tata Ruang. Misi ini juga mengemban upaya dalam
menyediakan layanan publik terutama pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan
yang berkualitas yang sesuai dengan tata ruang, serta daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik berbasis IPTEK
Misi mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik berbasis IPTEK, dimaknai
sebagai misi yang diemban untuk mendorong pemerintah daerah ke arah katalisator
dan mampu mengelola pemerintahan secara efisien, efektif, mampu menggerakkan
dan mendorong dunia usaha dan masyarakat lebih mandiri yang berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi. Misi ini juga mengemban upaya untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang bertanggung jawab, efektif, dan efisien. Misi ini
juga dimaknai sebagai upaya menjaga sinergitas interaksi yang konstruktif di antara
domain negara, sektor swasta, dan masyarakat, meningkatkan efektivitas layanan
birokrasi yang responsif, transparan, dan akuntabel, serta meningkatkan tata kelola
pemerintahan yang baik berbasis IPTEK.
4. Mewujudkan pengelolaan SDA dan komoditas Unggulan yang berdaya saing serta
berwawasan lingkungan
Misi Mewujudkan pengelolaan SDA yang berdaya saing serta berwawasan lingkungan
dimaknai bawah pengelolaan sumber daya alam mengoptimalkan pemanfaatan
Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup yang berkesinambungan, khususnya
pengembangan potensi Sumber Daya Alam diantaranya Panas Bumi seperti
(Geothermal) dan Air dalam meningkatkan kapasitas sumber daya energi bagi
masyarakat, serta pemanfaatan Lingkungan TNKS sebagai pusat observatorium, Pusat
Penelitian dan Pariwisata Pendidikan (Research and Education Tour Centre) di
Indonesia.
5. Mewujudkan tingkat kualitas hidup masyarakat yang lebih baik
Misi Mewujudkan tingkat kualitas hidup masyarakat yang lebih baik dimaknai
didukung dengan semangat kerakyatan, inovatif dan kreatif, dimaknai sebagai misi
yang diemban untuk meningkatan daya saing pariwisata, pertanian dan perkebunan
guna memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas dan berkeadilan. Misi
ini juga mengemban upaya untuk meningkatkan produktivitas rakyat agar rakyat
lebih menjadi subyek dan aset aktif pembangunan daerah dan mampumenciptakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata, mengurangi tingkat kemiskinan,
mengurangi ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran, serta
membangkitkan daya saing agar makin kompetitif.
-
[28]
C. ISU-ISU STRATEGIS
Selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan, Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Lebong dituntut lebih responsif, kreatif dan inovatif dalam menghadapi perubahan-perubahan
baik ditingkat lokal, regional dan nasional. Perencanaan pembangunan hendaknya selalu
memperhatikan isu-isu dan permasalahan yang mungkin dihadapi kedepan oleh masyarakat
sehingga arah pelaksanaan pembangunan menjadi lebih tepat sasaran. Untuk itu perlu
diantisipasi dengan perencanaan yang matang dan konferensif sehingga arah pembangunan
sesuai dengan tujuan pembangunan daerah.
Memperhatikan isu– isu dan permasalahan pembangunan yang dihadapi diharapkan
kualitas penyelenggaraan pemerintahan menuju good goverment and clean goverment
sehingga akan berdampak pada kualitas pembangunan. Berkaitan isu-isu dan masalah
pembangunan yang akan dihadapi Kabupaten Lebong pada tahun 2016 – 2021 tidak bisa
dilepaskan dengan permasalahan dan isu pembangunan provinsi dan nasional. Secara umum,
isu dan permasalahan yang dihadapi antara lain :
1. Tuntutan masyarakat untuk memberikan pelayanan yang prima.
2. Adanya tuntutan akuntabilitas tata pengelolaan pemerintahan.
3. Perkembangan Iptek yang pesat tidak dibarengi dengan semangat SDM untuk
meningkatkan kemampuannya.
4. Ekspektasi terhadap produk hukum daerah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
5. Dinamika pengorganisasian dan ketatalaksanaan perangkat daerah
6. Membangun komitmen seluruh aparatur dalam melaksanakan tupoksi untuk
mewujudkan komitmen.
7. Meningkatkan komitmen aparatur dalam menyelenggarakan Pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan masyarakat
Permasalahan tersebut memerlukan penanganan secara komprehensif melalui
pendekatan spesial sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Lebong yang mencakup
arahan pemanfaatan ruang, indikasi program pemanfaatan ruang dan indikasi sumber
pendanaan program pemanfaatan ruang. Implikasinya terhadap pelayanan tugas pokok dan
fungsi Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong , sebagai berikut :
1. Membangun sistem pelayanan prima yang murah, aman, cepat, efisien, dan transparan.
2. Membangun komitmen seluruh aparatur dalam melaksanakan tupoksi untuk
mewujudkan akuntabilitas.
3. Meningkatkan komitmen aparatur dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan masyarakat.
4. Menyusun kebijakan yang efektif untuk mewujudkan penyelenggaraan pelayanan
sesuai kebutuhan masyarakat
-
[29]
5. Menerapkan kebijakan pola kerja, pola pembinaan aparat yang sesuai dengan potensi
dan kondisi daerah sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Pusat dalam
menetapkan kebijakan Nasional yang strategis dengan memperhatikan kepentingan
Daerah
Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi OPD adalah kondisi yang menjadi
perhatian karena dampaknya yang signifikan bagi OPD dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian
yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi akan menimbulkan
kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan akan menghilangkan
peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam jangka panjang. Berdasarkan
hasil analisis terhadap isu strategis Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Belum optimalnya penanganan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah,
Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati
2. Belum optimalnya dukungan pelayanan terhadap masyarakat tentang pelaksanaan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
3. Belum adanya tenaga PPNS dan Peningkatan kualitas SDM aparatur
4. Peningkatan Sarana dan Prasarana yang memadai
-
[30]
Bab IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI
DAN KEBIJAKAN
A. Visi
Pengertian visi diartikan sebagai gambaran spesifik
tentang apa yang ingin dicapai dan misi adalah bagaiamana visi
itu diwujudkan, kemudian berdasarkan visi dan misi tersebut
kemudian dirumuskan tujuan serta sasaran-sasaran yang akan
dicapai berserta indikator-indikatornya. Visi Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Lebong Tahun 2016-2021 adalah :
Sistematika BAB IV
Meliputi :
A. Visi
B. Misi
C. Tujuan dan Sasaran
D. Strategi dan Kebijakan
“Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai Penegak Perda
yang Humanis dan Berwibawa, guna mewujudkan Ketentraman dan Ketertiban
Umum, Perlindungan Masyarakat serta Penanggulangan Kebakaran yang melayani”.
Visi tersebut mengandung pengertian bahwa : (1). Penegakan Peraturan Daerah,
Keputusan Bupati (termasuk norma dan nilai-nilai) merupakan sarana penting bagi
terwujudnya ketetraman dan ketertiban di dalam masyarakat. Ketentraman dan ketertiban
dapat dirasakan oleh masyarakat jika peraturan perundang-undangan khususnya perda
diupayakan penegakannya sebagaimana seharusnya. Jika peraturan tidak ditegakkan, maka
yang tumbuh subur adalah sikap anarki yang cenderung menghalalkan segala cara dan
tindakan asal kepentingan sendiri terpenuhi; (2). Ketentraman dan Ketertiban mengandung
arti merupakan perasaan jiwa dimana orang (anggota masyarakat) menikmati hidupnya
didalam masyarakat dengan nyaman, dengan begitu maka segala aktifitas, kreatifitas dan
produktifitas warga masyarakat dapat dilakukan tanpa dihantui oleh rasa ketakutan yang
tidak perlu. Sedangkan ketertiban mengandung arti berjalannya proses hubungan dalam
masyarakat berdasarkan hukum, norma dan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat adalah
merupakan salah satu faktor pendukung adanya ketentraman dan ketertiban tersebut; (3).
Perlindungan Masyarakat adalah suatu keadaan dinamis dimana warga Masyarakat disiapkan
dan dibekali pengetahuan serta keterampilan untuk melaksanakan kegiatan penanganan
bencana guna mengurangi dan memperkecil akibat bencana, serta ikut memelihara
keamanan, ketentraman, dan ketertiban Masyarakat, kegiatan sosial kemasyarakatan; (4).
Penaggulangan kebakaran yang melayani dimaknai ketangguhan penanggulangan kebakaran
yang teraktualisasi melalui kecepatan dan ketepatan penanggulangan kebakaran sehingga
dampak kebakaran dapat di eleminir sedikit mungkin yang akan berimplikasi pada kurangnya
resiko dan korban. Pelayanan penanggulangan kebakaran akan di dekatkan pada masyarakat
-
[31]
dengan mengembangkan konsep kewilayahan seperti penempatan posko damkar di tiap
kecamatan. Serta melibatkan partisipasi stakeholder dalam penyelenggaraan penanggulangan
kebakaran.
B. Misi
Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya -upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi. Oleh karena itu, sebuah visi belum dapat dikatakan sempurna tanpa adanya
serangkaian misi yang berfungsi untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Aparat Satuan Polisi
Pamong Praja dalam mengemban tugasnya sehari-hari harus mampu menjawab setiap
tantangan dan tuntutan yang dipikulnya, untuk menjawab setiap tantangan dan tuntutan
tersebut. Seorang aparat SatPol-PP selaku pelayan dan pengayom masyarakat diharuskan
memiliki profesionalisme dalam pelaksanaan tugasnya, profesionalisme ini dapat terwujud
apabila mampu mengoptimalkan kemampuan pribadi maupun pemanfaatan sumber daya
organisasi yang dimilikinya. Seiring dengan Visi organisasi yang telah ditetapkan, maka dalam
rangka mendukung visi tersebut, misi yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengoptimalkan pelaksanaan penegakan PERDA/PERKADA
2. Memberikan pelayanan yang optimal kepada Masyarakat dalam
mengantisipasi gangguan keamanan lingkungan, ketentraman dan
ketertiban umum serta perlindungan Masyarakat.
3. Mendekatkan pelayanan pemadam kebakaran ke Masyarakat.
C. TUJUAN dan SASARAN
Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk
mencapai visi, melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis daerah dan permasalahan
pembangunan daerah. Rumusan tujuan dan sasaran merupakan dasar dalam menyusun
pilihan-pilihan strategi pembangunan dan sarana untuk mengevaluasi pilihan tersebut.
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara
terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5
(lima) tahun ke depan.
Berikut Tabel IV.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Satuan Polisi Pamong
Praja Kabupaten Lebong.
-
[32]
Tabel IV.1
Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong
Visi : Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai Penegak Perda yang
Humanis dan Berwibawa, guna mewujudkan Ketentraman dan Ketertiban Umum,
Perlindungan Masyarakat serta Penanggulangan Kebakaran yang melayani.
Misi Tujuan Sasaran Indikator
Sasaran/IKU
1. Mengoptimalkan
pelaksanaan Penegakan
PERDA/PERKADA
Meningkatkan
kesadaran
Masyarakat,
Aparatur dan
Badan Hukum
untuk mematuhi
dan taat terhadap
PERDA/PERKADA
yang berlaku
Menurunkan
tingkat pelanggaran
terhadap
PERDA/PERKADA
yang berlaku Persentase
Penyelesaian
Penegakan
PERDA/PERKADA
2. Memberikan pelayanan
yang optimal kepada
masyarakat dalam
mengantisipasi gangguan
keamanan lingkungan,
ketentraman dan
ketertiban umum serta
Perlindungan Masyarakat
Meningkatnya
kualitas pelayanan
kepada
Masyarakat
sehingga mampu
menunjang
terciptanya
keamanan
lingkungan,
ketentraman dan
ketertiban umum
serta
perlindungan
Masyarakat
Meningkatnya
kualitas pelayanan
kepada Masyarakat
sehingga mampu
menunjang
terciptanya
keamanan
lingkungan,
ketentraman dan
ketertiban umum
serta perlindungan
Masyarakat
Persentase
Tingkat
Penyelesaian
Pelanggaran
Ketentraman,
Ketertiban dan
Keindahan (K3)
Persentase
Gangguan
Keamanan
Lingkungan di
Desa/Kelurahan
3. Mendekatkan pelayanan
pemadam kebakaran ke
masyarakat
Menurunkan
risiko bencana
kebakaran melalui
pencegahan dan
peningkatan
kesiapsiagaan
bencana bagi
seluruh pemangku
kepentingan
Meningkatnya
jangkauan dan
kualitas dalam
kesiapsiagaan pada
penanganan
bencana kebakaran
Persentase
Cakupan
Kesiapsiagaan
Masyarakat dalam
menghadapi
bencana
kebakaran
Tingkat Waktu
Tanggap (Respon
Time Rate) daerah
Layanan Wilayah
Manajemen
Kebakaran
D. Strategi dan Kebijakan
Strategi dan arah kebijakan dalam mencapai tujuan dan sasaran dalam rangka
pencapaian visi dan misi yang diuraikan dalam tujuan dan sasaran, penyusunan strategi dan
arah kebijakan pembangunan daerah menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan. Strategi
adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan
misi. Sementara, kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah
-
[33]
untuk mencapai tujuan. Dalam kerangka tersebut, Pemerintah Kabupaten Lebong
merumuskan strategi dan arah kebijakan perencanaan pembangunan daerah secara
komprehensif untuk mencapai tujuan dan sasaran Renctra dengan efektif (berdaya guna) dan
efisien (berhasil guna).
Secara umum, untuk mendorong perwujudan visi dan misi periode 2016-2021, Dinas
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong mengupayakan sinergi empat pemangku
kepentingan pembangunan, yaitu pemerintah daerah, masyarakat, dunia akademik, dan dunia
usaha. Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi agar lebih
terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5 (lima) tahun.
Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai
dengan pengaturan pelaksanaannya.
Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah tahun 2016-2021 disusun
berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan dan dengan memperhatikan permasalahan
pembangunan daerah serta isu-isu strategis yang terkait dengan pembangunan di Kabupaten
Lebong. Dalam rangka optimalisasi penentuan strategi dan arah kebijakan tersebut dilakukan
analisa terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (ALE-ALI) dan Analisa SWOT
dengan hasil sebagai berikut:
1. Analisis Lingkungan Internal (ALI)
Kekuatan ( Strenghts )
1. Dukungan Sumber Daya Manusia dengan jumlah banyak, handal dan Profesional
2. Anggaran Belanja yang terdiri dari belanja langsung dan tidak langsung
3. Adanya perangkat Peraturan Perundangan yang mendukung Satuan Polisi Pamong
Praja:
4. Dukungan sarana dan prasarana Satuan Polisi Pamong Praja yang cukup memadai,
yaitu gedung kantor, peralatan dan perlengkapan gedung kantor
5. Adanya kemitraan antara Pemerintah, TNI, POLRI, LSM, TokohAgama, Tokoh
Masyarakat dan Komponen Masyarakat lainnya.
Kelemahan ( Weaknesses ) :
1. Penataan Management Kelembagaan/ Struktur Organisasi sampai ketingkat Desa
2. Kurang selarasnya antara kewenangan, tanggung jawab program pembiayaan
serta lokasi dan sasaran.
3. Kurang akuratnya data dan informasi tentang keamanan dan ketertiban umum
dan keterbatasan sarana pendukungnya.
2. Analisis Lingkungan Eksternal (ALE}
Peluang ( Opportunities )
-
[34]
1. Terjalinnya kerjasama dibidang Keamanan dan ketertiban Umum bagi semua
pihak.
2. Semakin meningkatnya proses pemberdayaan seluruh perangkat aparatur dalam
memanfaatkan potensi Sumber Daya yang tersedia yang mengarah pada
ketertiban dan keamanan.
3. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam fungsi perlindugan masyarakat
4. Berkembangnya situasi yang aman dan tertib di lingkungan masyarakat
Ancaman ( Threats )
1. Adanya perubahan politik dan kebijaksanaan Nasional yang mengakibatkan
Satuan Polisi Pamong praja dimasa depan tidak hanya dalam bela negara namun
peranan itu mesti lebih ditingkatkan pada bidang lain dan menyentuh
kepentingan masyarakat banyak.
2. Semakin lemahnya koordinasi maka menimbulkan kesenjangan didalam
pelaksanaannya sebagai akibat dari perbedaan pemahaman terhadap otonomi
yang memberi kewenangan luas kepada Pemerintah Daerah.
3. Mahalnya biaya koordinasi keamanan dan ketertiban sebagai akibat tuntutan
beragamnya karakteristik wilayah dan beragamnya karakteristik penduduk dalam
menerima kualitas perubahan pembangunan.
Tantangan dan peluang pengembangan pelayanan yang dihadapi Dinas Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Lebong lima tahun ke depan sangat besar. Hal ini berkaitan dengan
tugas pokok dan fungsi. Belakangan ini, gerak langkah Satuan Polisi Pamong Praja tidak
pernah luput dari perhatian publik, mengingat segala aktivitasnya dengan mudah diketahui
melalui pemberitaan di media massa, baik cetak maupun elektronik. Sayangnya, image yang
terbentuk di benak masyarakat atas sepak terjang aparat Satuan Polisi Pamong Praja sangat
jauh dari sosok ideal, yang sejatinya menggambarkan aparatur pemerintah daerah yang
dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, Hak Asasi
Manusia dan norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat.
Dengan melihat pada kewenangan yang diberikan kepada Satuan Polisi Pamong
Praja, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sangat penting
dan strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Lebong sesuai dengan
lingkup tugasnya, termasuk didalamnya penyelenggaraan perlindungan masyarakat
(Linmas)
-
[35]
Peluang terhadap tugas pokok dan fungsi adalah:
1. Adanya koordinasi, komunikasi dan partisipasi antara Masyarakat, Pemerintah
daerah Propinsi, Kabupaten dan Pemerintah Pusat.
2. Adanya peningkatan profesionalisme anggota Satuan Polisi Pamong Praja untuk
menjawab tantangan tugas dan dinamika sosial yang semakin berkembang di
dalam era masyarakat yang global.
3. Adanya komitmen kerjasama yang sinergis dengan Instansi terkait khususnya
instansi dibidang Keamanan dan Ketertiban dan tokoh masyarakat untuk menjaga
dan memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.
4. Adanya peraturan, hukum dan hak asasi manusia dengan dilandasi nilai-nilai
budaya sebagai warisan leluhur bangsa dalam pelaksanaan operasi dilapangan.
-
[36]
Tabel IV.2
Strategi dan kebijakan Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong
Visi : Menjadikan Satuan Poisi Pamong Praja Kabuapaten Lebong sebagai Penegak Perda yang Humanis dan Berwibawa, guna mewujudkan Ketentraman dan Ketertiban
Umum Masyarakat serta Penanggulangan Kebakaran yang melayani dan lebih baik
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Misi 1 : Mengoptimalkan pelaksanaan Penegakan Perda, Peraturan Bupati, dan Keputusan Bupati
Meningkatkan kesadaran Masyarakat mengenai Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati Meningkatkan kesadaran Masyarakat
untuk lebih taat dan patuh pada
peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Memperkuat