SATUAN POLISI PAMONG PRAJA - Kabupaten...

67
PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA Jalan Raya Lebong Arga Makmur, TUBEI Revisi RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) TAHUN 2016-2021 “Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai Penegak Perda yang Humanis dan Berwibawa, guna mewujudkan Ketentraman dan Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat serta Penanggulangan Kebakaran yang melayani” Created by [email protected]

Transcript of SATUAN POLISI PAMONG PRAJA - Kabupaten...

  • PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

    SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

    Jalan Raya Lebong Arga Makmur, TUBEI

    Revisi

    RENCANA STRATEGIS

    ( RENSTRA ) TAHUN 2016-2021

    “Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai

    Penegak Perda yang Humanis dan Berwibawa, guna mewujudkan

    Ketentraman dan Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat serta

    Penanggulangan Kebakaran yang melayani”

    Created by [email protected]

  • [i]

    PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

    SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

    Jalan Raya Lebong Arga Makmur, TUBEI

    KEPUTUSAN KEPALA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LEBONG

    NOMOR TAHUN 2018

    TENTANG

    REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

    SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LEBONG TAHUN 2016-2021

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    KEPALA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LEBONG

    Menimbang : a.

    b.

    bahwa dalam rangka mewujudkan perencanaan yang terpadu dan

    terarah perlu direvisi Rencana Strategis (Renstra) Satuan Polisi Pamong

    Praja Kabupaten Lebong;

    bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut dalam poin a di

    atas, perlu ditetapkan Keputusan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja

    Kabuaten Lebong tentang Rencana Strategis (Renstra) Dinas Satuan

    Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong Tahun 2016-2021.

    Mengingat : a.

    b.

    c.

    d.

    Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Provinsi

    Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 19,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2828);

    Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2003 tentang Pembentukan

    Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang di Provinsi Bengkulu

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 154,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4349);

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4421);

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),

    sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir tentang Undang-

    Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

    Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

  • [ii]

    e.

    f.

    g.

    h.

    i.

    j.

    Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

    Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

    Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

    Rencana Pembangunan Daerah;

    Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 10 Tahun 2016 tentang

    Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

    Lebong Tahun 2016-2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Lebong Tahun

    2016 Nomor 10);

    Peraturan Bupati Lebong Nomor 50 Tahun 2017 tentang Tugas Pokok

    dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong;

    Peraturan Bupati Lebong Nomor 96 Tahun 2017 tentang Sistem dan

    Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah;

    Peraturan Bupati Lebong Nomor 33 Tahun 2018 tentang Sistem

    Manajemen Kinerja Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebong;

    MEMUTUSKAN

    Menetapkan :

    Pertama : Revisi Rencana Strategis (Renstra) Satuan Polisi Pamong Praja

    Kabupaten Lebong Tahun 2016-2021;

    Kedua : Rencana Strategis (Renstra) Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

    Lebong Tahun 2016-2021 adalah dokumen perencanaan untuk periode

    lima tahun;

    Ketiga : Rencana Strategis (Renstra) Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

    Lebong Tahun 2016-2021 sebagaimana tercantum dalam lampiran

    merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Satuan

    Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong ini.

  • [iii]

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas semua limpahan rahmat dan

    karuniaNya yang tak terhingga, sehingga penyusunan Revisi Rencana Strategis (Renstra)

    Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong Tahun 2016-2021 dapat terlaksana dan

    menghasilkan dokumen untuk acuan pelaksanaan pembangunan Satuan Polisi Pamong Praja

    selama lima tahun akan datang, penyusunan Rencana Strategis ini mengacu pada dokumen

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lebong Tahun 2016-

    2021.

    Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebagaimana operasionalisasi RPJMD

    dilaksanakan melalui penyusunan Renstra SKPD. Hal ini sejalan dengan pasal 25 ayat (3)

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 menyebutkan bahwa penyusunan

    Renstra-SKPD berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif dimana penyusunan Renstra

    SKPD dilakukan bersamaan dengan RPJMD.

    Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan

    dukungan, bimbingan serta partisipasi dalam penyusunan Renstra Satuan Polisi Pamong Praja

    Kabupaten Lebong Tahun 2016-2021, semoga bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan

    pembangunan di Kabupaten Lebong pada umumnya dan dalam meningkatkan kinerja di

    Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong di masa yang akan datang khususnya.

    Tubei, Juli 2018

  • [iv]

    DAFTAR ISI

    KEPUTUSAN KEPALA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA.............................................. .................... i

    KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………… .... ...... iii

    DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………...... ...... iv

    DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………………………….... ...... v

    DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………………………………... ...... vi

    Bab I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………... ...... 1

    A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………… ...... 1

    B. Landasan Hukum ……………………………………………………………………………….... 1

    C. Hubungan Rencana Strategis dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ….... 3

    D. Sistematika Penulisan ………………………………………………………………………….. 3

    E. Maksud dan Tujuan ……………………………………………………………………………... 4

    Bab II GAMBARAN UMUM SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LEBONG ... 5

    A. Peran dalam Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah ………………... 5

    B. Sumberdaya dalam Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi ………………………... 6

    C. Pencapaian Kinerja Pelayanan ……………………………………………………………... 11

    D. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan ……………………………………... 15

    Bab III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS …………………………………………………………………..... 17

    A. Permasalahan …………………………………………………………………………………….. 17

    B. Telaahan visi, misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala

    Daerah terpilih terkait dengan tugas dan fungsi pelayanan………………….... 20

    C. Isu-isu Strategis ………………………………………………………………………………….. 28

    Bab IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN …………………………. 30

    A. Visi …………………………………………………………………………………………………….. 30

    B. Misi ……………………………………………………………………………………………………. 31

    C. Tujuan dan Sasaran …………………………………………………………………………….. 31

    D. Strategi dan Kebijakan ……………………………………………………………………....... 32

    Bab V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN YANG DISERTAI

    KEBUTUHAN PENDANAAN ....................................................................................................... 39

    Bab VI PENETAPAN INDIKATOR KINERJA ……………………………………………………………... 51

    Bab VII PENUTUP …………………………………………………………………………………………………... 58

  • [v]

    DAFTAR TABEL

    Tabel II.1 Komposisi Personil Menurut Jabatan............................................................................ 10

    Tabel II.2 Komposisi Personil Menurut Jenis Kelamin................................................................ 11

    Tabel II.3 Revisi Pencapaian Kinerja Pelayanan Satpol-PP Tahun 2011-2015 …………. 14

    Tabel II.4 Rekapitulasi Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Satpol-PP

    Tahun 2015 …............................................................................................................................ 15

    Tabel II.5 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Satpol-PP Kabupaten

    Lebong Tahun 2011-2015 ……………………………………………………………………... 16

    Tabel II.6 Rasio Rata-rata Pertumbuhan Pendanaan Pelayanan Satpo-PP Kabupaten

    Lebong Tahun 2011-2015 …………………………………………………………………....... 16

    Tabel IV.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Satpol-PP Kabupaten Lebong..... 32

    Tabel IV.2 Analisis SWOT........................................................................................................................... 36

    Tabel IV.3 Strategi dan Kebijakan Satpol-PP Kabupaten Lebong ……………………………... 37

    Tabel V.1 Rencana Program dan Kegiatan yang disertai Kebutuhan Pendanaan …....... 40

    Tabel VI.1 Cascading Indikator Kinerja Utama Satpol-PP terhadap Indikator Kinerja

    Utama Daerah ……………………………………………………………………………………..... 52

    Tabel VI.2 Cascading Indikator Kinerja Program Eselon III (Bidang) terhadap

    Indikator Kinerja Utama Satpol-PP.................................................................................. 53

    Tabel VI.3 Cascading Indikator Kinerja Kegiatan Eselon IV (Sub Bidang) terhadap

    Indikator Kinerja Program (Bidang)……………………………………………………...... 55

  • [vi]

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar II.1 Struktur Organisasi Satpol-PP Kabupaten Lebong ....……………………………….. 8

    Gambar II.2 Perbandingan jumlah personil PNS dan TKK…………………………………………… 9

    Gambar II.3 PNS menurut tingkat pendidikan..................................................................................... 9

    Gambar II.4 TKK menurut tingkat pendidikan.................................................................................... 10

  • [1]

    Bab I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    (RPJMD) merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi,

    misi, dan program Kepala Daerah yang dituangkan dalam strategi,

    arah kebijakan dan program pembangunan daerah. Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021 ini

    merupakan penjabaran lima tahun keempat dari Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lebong 2005-

    2025 sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 15

    Sistematika BAB I

    Pendahuluan sebagai

    berikut :

    A. Latar Belakang

    B. Landasan Hukum

    C. Hubungan Rencana

    Strategis dengan

    Dokumen Perencanaan

    Lainnya

    D. Sistematika Penulisan

    E. Maksud dan Tujuan

    Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lebong Tahun

    2005-2025. Di samping itu RPJMD tersebut juga memperhatikan Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    (RPJMD) Propinsi Bengkulu Tahun 2016-2021.

    Pelaksanaan pembangunan Kabupaten Lebong berpedoman kepada RPJMD yang

    ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 10 Tahun 2016-2021.

    B. Landasan Hukum

    Dalam penyusunan Rencana Strategis ini, sejumlah peraturan digunakan sebagai

    rujukan, yaitu:

    1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Propinsi Bengkulu

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 19, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 2828);

    2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lebong dan

    Kabupaten Kepahiang di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2003 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4349);

    3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

    Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

    4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

    Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4438);

  • [2]

    5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembangunan Jangka Panjang

    Nasional Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

    Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

    6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

    dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 5679) ;

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

    Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah

    Daerah Kabupaten/Kabupaten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

    Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 02 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 02, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 6178);

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 72, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 6205);

    10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

    Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir

    dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan

    Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang

    Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

    2011 Nomor 310);

    11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

    Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

    12. Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2016-

    2021(Lembaran Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2016 Nomor 6);

    13. Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pokok-Pokok

    Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lebong (Lembaran Daerah Kabupaten

    Lebong Tahun 2016);

  • [3]

    14. Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 15 Tahun 2012 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2005–2025

    (Lembaran Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2012);

    15. Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2016–2021;

    16. Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan

    dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2016

    Nomor 10);

    17. Peraturan Bupati Lebong Nomor 36 Tahun 2016 tentang Susunan dan Tata Kerja

    Perangkat Daerah Kabupaten Lebong;

    18. Peraturan Bupati Lebong Nomor 50 Tahun 2017 tentang Tugas Pokok dan Fungsi

    Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong;

    19. Peraturan Bupati Lebong Nomor 96 Tahun 2017 tentang Sistem dan Prosedur

    Pengelolaan Keuangan Daerah;

    20. Peraturan Bupati Lebong Nomor 33 Tahun 2018 tentang Sistem Manajemen Kinerja

    Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebong;

    C. Hubungan Rencana Strategis dengan Dokumen Perencanaan

    Lainnya

    Dokumen Rencana Srategis ini disusun dengan mengacu, merujuk, mempedomani,

    dan memperhatikan dokumen perencanaan lainnya seperti RPJPD Kabupaten Lebong, RPJMD

    Kabupaten Lebong, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebong.

    Hal ini dimaksudkan agar proses penyusunan dokumen Rencana Strategis dapat

    menghasilkan dokumen perencanaan yang sinergis dan terpadu baik dalam aspek

    kewilayahan maupun aspek sektoral dengan harapan agar dalam implementasinya diperoleh

    hasil yang tepat dan terarah. Dokumen Rencana Strategis ini merupakan penjabaran visi, misi

    dan program prioritas kepala daerah sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMD

    Kabupaten Lebong. Selanjutnya Rencana Strategis ini digunakan sebagai landasan dan

    pedoman dalam penyusunan rencana kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong.

    D. Sistematika Penulisan

    Rencana Strategis ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    BAB II GAMBARAN UMUM SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LEBONG

  • [4]

    BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

    BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

    BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN YANG DISERTAI KEBUTUHAN

    PENDANAAN

    BAB VI PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

    BAB VII PENUTUP

    E. Maksud dan Tujuan

    Maksud disusunnya Rencana Strategis ini adalah menjamin adanya suatu keterkaitan,

    kesinergisan dengan RPJMD dalam setiap perencanaan, penganggaran, serta pelaksanaan

    program dan kegiatan setiap tahun anggaran selama 5 (lima) tahun kedepan pada Satuan

    Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong.

    Tujuan penyusunan Rencana Strategis ini adalah sebagai acuan dalam memberikan

    arahan mengenai srategi pembangunan, sasaran -sasaran strategis, kebijakan umum, program

    dan kegiatan pembangunan yang ingin dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan

    sekaligus sebagai alat kendali dalam menjalankan pokok dan fungsinya dalam dalam

    mendukung pencapaian Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja maupun mendukung

    terwujudnya pencapaian Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Lebong.

  • [5]

    Bab II GAMBARAN UMUM SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

    KABUPATEN LEBONG

    A. Peran dalam Penyelenggaraan Urusan

    Pemerintahan Daerah

    Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong dibentuk

    berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 10

    Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

    Kabupaten Lebong. Satuan Polisi Pamong Praja merupakan unsur

    staf yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan yang

    berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.

    Rincian tugas dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

    Lebong diatur dalam Peraturan Bupati Lebong Nomor 50 Tahun

    Sistematika BAB II

    Meliputi :

    A. Peran dalam

    penyelenggaraan

    Urusan Pemerintahan

    B. Sumber daya dalam

    Penyelenggaraan

    Tugas dan Fungsi

    C. Pencapaian Kinerja

    Pelayanan

    D. Anggaran dan Realisasi Pendanaan

    Pelayanan

    2017 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong.

    Kepala Satuan Polisi Pamong Praja mempuyai tugas membina, memelihara dan

    mengendalikan pelaksanaan kebijakan pemeliharaan ketertiban umum dan ketentraman

    masyarakat, penegakan Peraturan Daerah dan peraturan pelaksanaannya, penyelenggaraan

    perlindungan masyarakat, penanggulangan kebakaran dan pembinaan Unit Pelaksana Teknis

    dan Kelompok Jabatan Fungsional. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Satuan Polisi

    Pamong Praja mempuyai Fungsi; 1). Penyelenggaraan perumusan kebijakan pemeliharan

    ketertiban umum dan ketentraman, penegakan peraturan daerah dan peraturan Kepala

    Daerah, perlindungan masyarakat dan penanggulangan kebakaran; 2). Penyelenggaraan

    pelaksanaan kebijakan pemeliharaan ketertiban umum dan ketentraman, penegakan

    peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah, perlindungan masyarakat dan

    penanggulangan kebakaran; 3). Penyelenggaraan koordinasi pemeliharaan ketertiban umum

    dan ketentraman, penegakan peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah, perlindungan

    masyarakat dan penanggulangan kebakaran; 4). Penyelenggaraan pembinaan dan

    pengawasan terhadap pemeliharaan ketertiban umum dan ketentraman, penegakan

    peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah, perlindungan masyarakat; 5).

    Penyelenggaraan pencegahan, pengendalian, pemadam dan penyelamatan dalam kebakaran;

    6). Penyelenggaraan pembinaan PPNS, personil anggota polisi pamong praja, personil

    pemadam kebakaran dan anggota perlindungan masyarakat; 7). Penyelenggaraan

    kesekretariatan Satuan Polisi Pamong Praja; 8). Penyelenggaraan penyusunan dan penetapan

    Rencana Strategis, Laporan Instansi Pemerintah (LAKIP), LKPJ, dan LPPD; 9) Penyelenggaraan

    pembinaan teknis pengelolaan UPT dan kebijakan teknis pengembangan Kelompok Jabatan

  • [6]

    Fungsional; 10) Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan

    tugas Satpol PP; 11) penyelenggaraan tugas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya.

    B. Sumber daya dalam Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi

    1. Susunan Organisasi

    Susunan Organiasasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai salah satu

    Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terdiri dari :

    1. Kepala Satuan

    2. Sekretariat

    Sekretariat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong dipimpin oleh seorang

    Sekretaris Dinas yang membawahi sub-sub bagian antara lain :

    a. Sub Bagian Perencanaan

    b. Sub Bagian Keuangan

    c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

    3. Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat

    Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala

    Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan yang

    membawahi seksi-seksi antara lain :

    a. Seksi Operasional dan Pengendalian

    b. Seksi Ketertiban Umum

    c. Seksi Kerjasama dan Pelatiahan

    4. Bidang Penegakan Peraturan Daerah

    Bidang Penegakan Peraturan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang

    berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan yang membawahi

    seksi-seksi antara lain :

    a. Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan

    b. Seksi Advokasi dan Mediasi

    c. Seksi Penyelidikan, Penyidikan dan Penindakan

    5. Bidang Perlindungan Masyarakat

    Bidang Perlindungan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di

    bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan yang membawahi seksi-seksi

    antara lain :

    a. Seksi Bina Potensi Masyarakat

    b. Seksi Data dan Informasi

    c. Seksi Pelatihan dan Mobilisasi

    6. Bidang Pemadam Kebakaran

  • [7]

    Bidang Pemadam Kebakaran dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di

    bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan yang membawahi seksi-seksi

    antara lain :

    a. Seksi Pencegahan, Penyuluhan dan Monitoring Kebakaran

    b. Seksi Pengendalian Kebakaran dan Penyelamatan Bencana Lainnya

    c. Seksi Sarana dan Prasarana Kebakaran

    7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

    Untuk menyelenggarakan sebagian tugas satuan dapat dibentuk UPT pada Satuan

    Polisi Pamong Praja sesuai dengan kebutuhan. Pembentukan, Susunan Organisasi,

    Tugas dan Fungsi UPT ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan Bupati tersendiri

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    8. Kelompok Jabatan Fungsional

    Kelompok Jabatan Fungsional mempuyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan

    satuan secara profesional sesuai dengan kebutuhan dan dalam melaksanakan

    tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan.

  • [8]

    Gambar II.1

    Struktur Organisasi Dinas Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong

    Kepala Dinas

    Jabatan Fungsional

    Sekretaris Dinas

    Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi Sub Bagian Keuangan dan Aset

    Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

    Bidang Ketertiban Umum dan

    Ketentraman Masyarakat

    Bidang Penegak Peraturan

    Daerah

    Bidang Perlindungan Masyarakat Bidang Pemadam Kebakaran

    Seksi Operasi dan

    Pengendalian

    Seksi Pembinaan,

    Pengawasan dan

    Penyuluhan

    Seksi Bina Potensi Masyarakat

    Seksi Pencegahan, Penyuluhan dan

    Monitoring Kebakaran

    Seksi Ketertiban

    Umum

    Seksi Advokasi dan

    Mediasi

    Seksi data dan Informasi

    Seksi Pengendalian Kebakaran dan

    Penyelamatan Bencana Lainnya

    Seksi Kerja Sama

    dan Pelatihan

    Seksi Penyelidikan,

    Penyidikan dan

    Penindakan

    Seksi Pelatihan dan Mobilisasi

    Seksi Sarana dan Prasarana

    Kebakaran

    UPTD

    Gambar II.1 Struktur Organisasi Dinas Satuan Pamong Praja Kabupaten Lebong

  • [9]

    2. Susunan Kepegawaian

    Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja

    Kabupaten Lebong per 01 Mei 2018 didukung 147 (Seratus Empat Puluh Tujuh) orang

    Personil, terdiri dari 27 (Dua Puluh Tujuh) orang Aparatur Sipil Negara (ASN) 18,37% dan

    120 (Seratus Dua Puluh) orang Tenaga Kerja Kontrak (TKK) atau 81,63%. Hal ini terjadi

    kesenjangan yang cukup signifikan perbandingan antara Personil Aparatur Sipil Negara

    dan Tenaga Kerja Kontrak (TKK). Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar II.2 Perbandingan Jumlah Personil ASN dan TKK

    Berdasarkan tingkat pendidikan, ASN Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

    Lebong didominasi oleh jenjang pendidikan S1 sebanyak 48,15% atau 13 orang, disusul

    oleh jenjang pendidikan SLTA sebanyak 37,04% atau 10 orang dan jenjang pendidikan S2

    sebanyak 11,11% atau 3 orang kemudian jenjang pendidikan SD sebanyak 3,70% atau 1

    Orang. Hal ini menunjukkan bahwa jenjang pendidikan SDM/ASN Satuan Polisi Pamong

    Praja Kabupaten Lebong cukup baik. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar II.3 ASN Menurut Tingkat Pendidikan

    Sedangkan untuk Tenaga Kerja Kontrak (TKK) tingkat pendidikan didominasi oleh

    jenjang pendidikan SLTA sebanyak 84,16%, jenjang pendidikan SLTP sebanyak 9,17% atau

    11 orang, disusul oleh jenjang pendidikan SD sebanyak 4,17% atau 5 orang kemudian

    18,37%

    81,63%

    PNS TKK

    48,15%

    37,04%

    11,11% 3,70%

    S1 SLTA S2 SD

  • [10]

    jenjang pendidikan S1 sebanyak 2,50% atau 3 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada

    gambar berikut :

    Gambar II.4 TKK Menurut Tingkat Pendidikan

    Selanjutnya kami tampilkan Komposisi Personil menurut Jabatan, Komposisi

    Personil menurut Jenis Kelamin sebagaimana tabel dibawah ini :

    Tabel II.1 Komposisi Personil Menurut Jabatan

    No. Jabatan Jumlah

    1. Kepala Satuan Orang

    2. Sekretaris

    1. Subbagian perencanaan

    2. Subbagian keuangan

    3. Subbagian umum dan kepegawaian

    1 orang

    1 orang

    1 orang

    1 orang

    3. Kabid Ketertiban umum

    1. Seksi operasi dan pengendalian

    2. Seksi ketertiban umum

    3. Seksi kerjasama dan pelatihan

    1 Orang

    1 orang

    -

    -

    4. Kabid Penegak peraturan perundangan

    1. Seksi pembinaan pengawasan penyuluhan;

    2. Seksi advokasi dan mediasi

    3. Seksi penyelidikan, penyidikan dan penindakan

    1 orang

    1 orang

    -

    1 orang

    5. Kabid Perlindungan Masyarakat

    1. Seksi bina potensi masyarakat

    2. Seksi data dan informasi

    3. Seksi pelatihan dan mobilisasi

    1 orang

    -

    1 orang

    1 orang

    6. Kabid Pemadam Kebakaran

    1. Seksi pencegahan, penyuluhandan monitoring

    kebakaran

    2. Seksi pengendalian kebakaran dan penyelamatan

    bencana lainnya

    3. Seksi sarana dan prasarana kebakaran

    1 orang

    -

    -

    -

    4,179,17

    84,16

    2,5

    SD

    SLTP

    SLTA

    S1

  • [11]

    7. Staf PNS 14 Orang

    8. Fungsional -

    9. Tenaga Kerja Kontrak (TKK) 120 Orang

    Jumlah 147 Orang

    Jumlah unsur pejabat adalah 13 orang dan staf PNS 14 orang dan Fungsional 0

    orang, Tenaga Kontrak 120 orang.

    Tabel II.2 Komposisi Personil Menurut Jenis Kelamin

    No. Jabatan Jumlah

    1. Laki – Laki 122 Orang

    2. Perempuan 25 Orang

    Jumlah 147 Orang

    C. Pencapaian Kinerja Pelayanan

    1. Pelayanan Penegakan Perundang-Undangan Daerah

    Pelayanan akan penegakan Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lainnya

    sangatlah penting dan dibutuhkan oleh masyarakat karena apabila tidak ada peraturan

    maka akan mengakibatkan kekacauan dalam aktifitas hidup masyarakat sehari-hari,

    penegakan peraturan di Kabupaten Lebong masih sangat sulit sehingga perlu kerja keras

    untuk menegakkan suatu peraturan yang dikeluarkan Pemerintah, kesadaran dan

    pemahaman masyarakat. Adapun peraturan Daerah yang ditegakkan antara Lain :

    a) Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 5 Tahun 2017 tentang Larangan

    dan Pengendalian Minuman Tuak (Minuman Tradisional beralkohol), Minuman

    Racikan dan Lem Aica Aibon Sejenisnya di Kabupaten Lebong.

    b) Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 6 Tahun 2017 tentang Lalu Lintas

    Ternak dan Bahan Asal Ternak

    c) Peraturan Daerah Kabupaten Lebong Nomor 15 Tahun 2007 tentang Larangan

    Melepas Hewan Ternak Kaki Empat .

  • [12]

    2. Pelayanan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat

    Pelayanan akan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sangat

    dibutuhkan berbagai lapisan masyarakat, terciptanya suatu daerah yang tertib dan

    tentram merupakan impian semua masyarakat, Berbagai kegiatan telah dilakukan

    oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong yakni dengan melakukan patroli

    rutin guna mengamankan berbagai ancaman yang sering menggangu masyarakat

    seperti oknum yang mabuk, mencuri, merusak fasilitas umum serta berbagai ancaman

    yang berakibat sampai dengan menghilangkan nyawa seseorang. Dengan kegiatan

    sebagai berikut :

    a. Patroli keliling dilingkungan Pemerintah Kabupaten Lebong yang dilakukan

    siang dan malam.

    b. Pengamanan Kegiatan-Kegiatan yang melibatkan massa dengan skala besar.

    c. Pengamanan Kediaman Bupati dan Wakil Bupati serta Kantor Bupati Lebong

    3. Pelayanan Pengembangan Kapasitas

    Pelayanan akan pengembangan kapasitas terus dilakukan guna

    mengoptimalkan produktifitas kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong

    dalam pelaksanaan tugas-tugas sehari-hari pelayanan ini dikhususkan pada seluruh

    personil Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai berikut :

    a. Fasilitasi Diklat Dasar Satpol PP dan Pemadam Kebakaran bagi Anggota

    b. Pelatihan Disiplin Pakaian Dinas Anggota Satuan Polisi Pamong Praja

    Kabupaten Lebong

    c. Pelatihan Peraturan Baris Berbaris dan Upacara.

    d. Pelatihan Operasional Penggunaan Alat Komunikasi seperti Radio HT.

    e. Pelatihan Simulasi Penanganan Huru Hara.

    f. Pelatihan Standar Operasional Pengawalan.

    4. Pelayanan Sarana dan Prasarana

    Pelayanan akan sarana dan prasaran juga dikhusukan untuk Satuan Polisi

    Pamong Praja Kabupaten Lebong seperti perawatan kendaran patroli pemadam

    kebakaran serta perawatan pos-pos jaga dan asset-aset lainnya yang dikelola oleh

    Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong dengan kegiatan sebagai berikut :

  • [13]

    1. Pengawasan dan Perawatan Kendaraan Dinas Operasional serta Aset-Aset

    yang ada Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong serta Pengadaan

    Bahan Bakar Minyak bagi Kendaraan Operasional

    5. Pelayanan Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Kebakaran

    Pelayanan terhadap perlindungan masyarakat belum berjalan dengan baik

    dikarenakan kurangnya personil yang mana menurut Peraturan Menteri Dalam

    Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) anggota

    linmas harus 1 (satu) Orang setiap RT (Rukun Tetangga) yang ada pada Kabupaten

    Lebong.

    Untuk Pemadam Kebakaran dengan posisi daerah yang berada dipegunungan

    dan masih banyak bangunan lama yang kebanyakan bangunan menggunakan

    material yang berbahan kayu yang kemudian ditambah lagi dengan tingginya

    frekuensi masyarakat yang selalu bertambah di Kabupaten Lebong mengakibatkan

    semakin banyak bangunan-bangunan yang dibangun yang kemudian terancam

    oleh bencana kebakaran.

    Selain itu karena berada di ketinggian mengakibatkan kecepatan rata-rata

    hembusan angin cukup tinggi, sehingga bila terjadi bencana kebakaran sangat

    cepat membesar dan akan sulit diatasi, oleh karena itu Bidang Pemadam

    Kebakaran merupakan salah satu komponen Pemerintah yang sangat dibutuhkan

    oleh seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Lebong dengan Kegiatan :

    a) Pengamanan Tempat Pemungunan Suara (TPS) pada Saat Pemilu

    b) Sosialisasi Pencegahan Bahaya Kebakaran

    c) Penanganan Bencana Kebakaran.

  • [14]

    Tabel II.3 Revisi Pencapaian Kinerja Pelayanan Satuan Polisi Pamong Praja Tahun 2011-2015

    No Indikator Kinerja sesuai Tugas dan

    Fungsi

    Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-

    1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

    1 Persentase Penyelesaian Penegakan

    PERDA/PERKADA 65 65 70 80 85 55 60 65 70 70 84,6 92,3 92,9 87,5 82,4

    2 Persentase Tingkat Penyelesaian

    Pelanggaran Ketentraman, Ketertiban

    dan Keindahan (K3)

    55 65 70 75 80 50 55 60 70 75 90,9 84,6 85,7 93,3 93,8

    3 Persentase Gangguan Keamanan

    Lingkungan di Desa/Kelurahan 60 70 75 80 85 55 60 60 65 70 91,7 85,7 80 81,3 82,4

    4 Persentase Cakupan Kesiapsiagaan

    Masyarakat dalam menghadapi bencana

    kebakaran

    N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A

    5 Tingkat Waktu Tanggap (Respon Time

    Rate) daerah Layanan Wilayah

    manajemen Kebakaran

    N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A

  • [15]

    D. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan

    Dalam rangka pelaksanaan kegiatan di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

    Lebong, sumber daya keuangan merupakan salah satu faktor yang menentukan pencapaian

    target kinerja, disamping sumberdaya manusia maupun sarana prasarana. Anggaran dan

    realisasi pendanaan pelayanan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagaimana

    tabel berikut : E.

    Tabel II.4 Rekapitulasi Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan

    Satuan Polisi Pamong Praja Tahun 2015

    Uraian

    Anggaran Realisasi %

    Belanja

    3.883.585.121,- 3.643.893.816,- 93, 83

    Belanja Langsung

    2.969.662.000,- 2.831.941.634,- 95,36

    Belanja Tak Langsung

    913.923.121,- 811.952.182,- 88,84

    Anggaran dan Realisasi Pendanaan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong

    Tahun 2011-2015.

  • [16]

    Tabel II.5 Anggaran dan Realisasi Pelayanan Satuan Polisi Pamong Praja Tahun 2011-2015

    Uraian

    Anggaran Pada tahun Ke- Realisasi Anggaran Pada tahun Ke-

    1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

    Belanja 1.505.742.244 3.176.399.505 5.070.010.937 3.411.227.217 3.883.585.121 1.503.776.686 3.176.399.505 4.236.506.696 3.298.418.213 3.643.893.816

    Belanja

    Langsung 1.082.494.000 2.504.855.000 4.387.000.000 2.360.000.000 2.969.662.000 1.080.528.442 2.504.855.000 3.567.795.985 2.339.452.806 2.831.941.634

    Belanja Tak

    Langsung 423.248.244 671.544.505 683.010.937 1.051.227.217 913.923.121 423.248.244 671.544.505 668.710.711 958.965.407 811.952.182

    Tabel II.6 Rasio dan Rata-rata Pertumbuhan Pendanaan Pelayanan

    Satuan Polisi Pamong Praja Tahun 2011-2015

    Uraian

    Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun Ke- Rata-rata Pertumbuhan

    1 2 3 4 5 Anggaran Realisasi

    Belanja 99,87 100 83,56 96,69 93,83 3.409.393.005 3.171.798.983

    Belanja Langsung 99,82 100 81,33 99,13 95,36 2.660.802.200 2.464.914.773

    Belanja Tak

    Langsung 100 100 97,91 91,22 88,84 748.590.805 706.884.210

  • [17]

    Bab III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

    Analisis isu-isu strategis ini merupakan bagian penting dalam

    dokumen Rencana Strategis karena menjadi dasar pemikiran dalam

    penajaman dan penyelarasan visi, misi dan arah pembangunan

    daerah. Uraian permasalahan pembangunan yang mengawali bagi

    analisis isu-isu strategis ini, dimaksudkan sebagai acuan untuk

    merumuskan isu-isu strategis yang akan menentukan kinerja Satuan

    Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong dalam kurun waktu Tahun

    2016-2021

    Sistematika BAB III

    Meliputi :

    A. Permasalahan

    B. Telahaan visi, isi

    dan program

    kepala daerah dan

    wakil kepala

    daerah terpilih

    terkait dengan

    tugas dan fungsi

    pelayanan

    C. Isu-isu strategis

    A. Permasalahan

    Identifikasi permasalahan pembangunan digunakan untuk menentukan program

    pembangunan daerah yang tepat sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.

    Identifikasi dengan menggunakan kriteria tertentu harus dilakukan sehingga menghasilkan

    daftar permasalahan yang secara faktual dihadapi dalam pembangunan. Kriteria yang

    digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang akan diangkat adalah:

    1. Cakupan masalah yang luas.

    2. Permasalahan cenderung meningkat atau membesar di masa yang akan datang dan

    berdampak negatif.

    3. Memerlukan upaya penanganan yang konsisten dari waktu ke waktu serta sinergitas

    berbagai pihak

    Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong

    Praja tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi yang dapat kami simpulkan

    menjadi 2 (dua) klasifikasi yaitu faktor penghambat dan faktor pendorong sebagai berikut :

    Faktor penghambat antara lain :

    1. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap penegak hukum.

    Isi hukum akan dianggap berkualitas jika sesuai dengan aspirasi masyarakat,

    bukan kehendak penguasa semata. Hukum yang baik adalah hukum yang responsif,

    bukan represif. Subtansi hukum yang dimaksud di sini juga meliputi hukum abstracto

    dan hukum konkreto, hukum privat maupun hukum publik. Komponen selanjutnya

    adalah kultur/budaya hukum. Komponen ini menyangkut tingkat kesadaran hukum

    masyarakat. Dalam proses penegakan hukum, komponen ini juga sangat berpengaruh

    sebab akan menentukan apakah suatu hukum ditaati atau tidak.

    Kemudian selanjutnya para penegak hukum yang menjadi tolak ukur berjalannya

    hukum dengan maksimal di tengah-tengah masyarakat. Aparatur penegak hukum

  • [18]

    akan menjalankan tugas dengan baik apabila yang dikatakan almarhum Baharuddin

    Loppa dengan kembali pada Iman dan Taqwa. Inilah kunci hukum akan berjalan

    dengan baik di masyarakat. Dan cut generation atau pemutusan generasi untuk

    melakukan supremasi hukum serta diikuti dengan perubahan sistem.

    2. Pemahaman masyarakat masih relatif kurang terhadap peraturan perundang-

    undangan.

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum dalam Masyarakat antara

    lain :1). Pengetahuan tentang kesadaran hukum Secara umum, perturan-peraturan

    yang telah sah, maka dengan sendirinya peraturan-peraturan tadi akan tersebar luas

    dan diketahui umum. Tetapi sering kali terjadi suatu golongan tertentu di dalam

    mayarakat tidak mengetahui atau kurang mengetahui tentang ketentuan-ketentuan

    hukum yang khusus bagi mereka; 2). Pengakuan terhadap ketentuan-ketentuan

    hukum, Pengakuan masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan hukum, berati bahwa

    masyarakat mengetahui isi dan kegunaan dari norma-norma hukum tertentu. Artinya

    ada suatu derajat pemahaman yang tertentu terhadap ketentuan-ketentuan hukum

    yang berlaku. Namun hal ini belum merupakan jaminan bahwa warga masyarakat yang

    mengakui ketentuan-ketentuan hukum tertentu dengan sendirinya mematuhinya,

    tetapi juga perlu diakui bahwa orang-orang yang memahami suatu ketentuan hukum

    adakalanya cenderung untuk mematuhinya; 3). Penghargaan terhadap ketentuan-

    ketentuan hukum, Penghargaan atau sikap tehadap ketentuan-ketentuan hukum, yaitu

    sampai sejauh manakah suatu tindakan atau perbuatan yang dilarang hukum diterima

    oleh sebagian besar warga masyarakat. Juga reaksi masyarakat yang didasarkan pada

    sistem nilai-nilai yang berlaku. Masyarakat mungkin menentang atau mungkin

    mematuhi hukum, karena kepentingan mereka terjamin pemenuhannya; 4). Pentaatan

    atau kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Salah satu tugas hukum yang

    penting adalah mengatur kepentingan-kepentingan para warga masyarakat.

    Kepentingan para warga masyarakat tersebut lazimnya bersumber pada nilai-nilai

    yang berlaku, yaitu anggapan tentang apa yang baik dan apa yang harus dihindari; 5).

    Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian sedikit banyak tergantung

    apakah kepentingan-kepentingan warga masyarakat dalam bidang-bidang tertentu

    dapat ditampung oleh ketentuan-ketentuan hukum. Ada juga suatu anggapan bahwa

    kepatuhan hukum disebabkan karena adanya rasa takut pada sanksi, karena ingin

    memelihara hubungan baik dengan rekan-rekan sekelompok atau pimpinan karena

    kepentingannya terlindung, karena cocok dengan nilai-nilai yang dianutnya.

    3. Terbatasnya SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi serta

    terbatasnya sarana dan prasana yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan.

  • [19]

    Kondisi yang menunjukkan bahwa SDM aparatur yang ada sangat jauh dari apa

    yang diharapkan. Potret SDM aparatur saat ini yang menunjukkan profesionalisme

    rendah, banyaknya praktek KKN yang melibatkan aparatur, tingkat gaji yang tidak

    memadai, pelayanan kepada masyarakat yang berbelit-belit, kurang kreatif dan

    inovatif, bekerja berdasarkan juklak dan juknis serta mungkin masih banyak potret

    negatif lainnya yang intinya menunjukkan bahwa aparatur di Indonesia masih lemah.

    Sehingga perlunya restrukturisasi kelembangaan dan pengembangan sumber daya

    manusia dengan aspek-aspek pengetahuan, sikap dan prilaku, dan kemampuan.

    4. Belum memadainya sarana dan prasana operasional untuk menunjang

    pemeliharaan ketentraman dan ketertiban serta keamanan lingkungan.

    Salah satu ekses lebih lanjut dari supremasi pembangunan

    ekonomi yang berorientasi pertumbuhan dan subordinasi

    pembangunan sosial budaya yang dapat dirasakan adalah kurang

    berkembangnya kesadaran sosial dan budaya hukum. Adanya indikasi

    kerawanan sosial yang muncul dalam bentuk konflik horisontal,

    meningkatnya gangguan keamanan,menurunnya ketertiban umum'

    dan meningkatnya kriminalitas menunjukkan adanya penurunan

    kesadaran sosial dan belum berkembangnya budaya hukum.

    Berbagai gangguan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat

    akan mengganggu dan mengurangi intensitas aktivitas sosial dan

    ekonomi dalam masyarakat sehingga akan berpengaruh negatif

    terhadap kinerja pembangunan seuara keseluruhan. Menurunnya

    ketenteraman dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat juga akan

    memberi pengaruh psikologis yang negatif bagi masyarakat akibat

    adanya kekhawatiran yang berlebihan dalam kehidupan sehari-hari

    sehingga akan mengganggu aktivitas dan produktivitas masyarakat.Di

    samping itu, peningkatan intensitas tindak kekerasan dalam

    masyarakat secara psikologis juga akan merangsang timbulnya

    perilaku kekerasan yang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya

    sistematis dalam rangka mewujudkan ketenteraman dan ketertiban

    dalam masyarakat. Belum berkembangnyabudaya hukum dan adanya

    indikasi kerawanan sosial dan keamananmerupakan permasalahan

    yang dihadapi dalam peningkatan ketenteramandan ketertiban dalam

    kehidupan masyarakat.

    Faktor pendorong antara lain :

    1. Terbukanya kesempatan untuk peningkatan profesionalisme aparatur.

    Permasalahan-permasalahan yang yang di hadapi oleh aparatur birokrasi

    muncul sebagai akibat adanya beberapa perilaku pelanggaran-pelanggaran yang

  • [20]

    dilakukan oleh oknum aparatur birokrasi dalam melayani masyarakat. Sehingga

    reformasi birokrasi gagal dilaksanakan, dan yang terjadi adalah, ketidakmampuan

    aparatur birokrasi dalam menghadapi kompleksitas yang bergerak secara eksponensial

    sekarang ini, antipati, trauma, berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap

    pemerintah, dan ancaman kegagalan pencapaian pemerintahan yang baik (good

    governance), bahkan menghambat keberhasilan pembangunan nasional. Padahal

    pelanggaran hanya dilakukan oleh segelintir oknum aparatur birokrasi yang tidak

    bertanggung jawab, namun secara tidak langsung dapat mencoreng wajah birokrasi.

    Maka dari itu, prinsip integritas dan profesionalisme muncul sebagai suatu

    kebutuhan terhadap tantangan tugas yang dihadapi aparatur birokrasi, sebab tanpa

    prinsip tersebut tidaklah mungkin tercapai tingkat efektifitas dan produktivitas yang

    tinggi dalam melaksanakan proses reformasi birokrasi.

    2. Banyak kebijakan Pemerintah Daerah, Provinsi, Pusat yang mendukung ketentraman

    dan ketertiban umum.

    Pemerintah pada dasarnya dibentuk untuk melayani masyarakat, terutama

    untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need). Secara umum kebutuhan dasar

    masyarakat meliputi pendidikan, kesehatan, daya beli serta fasilitas umum. Dalam

    perkembangan selanjutnya, setelah terjadinya banyak gangguan keamanan di berbagai

    tempat, timbul wacana agar keamanan juga dimasukkan ke dalam kategori kebutuhan

    dasar masyarakat.

    Setiap anggota masyarakat membutuhkan rasa aman keamanan secara umum

    dapat didefinisikan sebagai suatu situasi dan kondisi fisik yang teratur, tertib sesuai

    norma–norma yang berlaku, keamanan berkaitan erat dengan ketertiban. Ketertiban

    adalah keadaan yang sesuai dengan hukum, norma-norma serta kesepakatan bersama.

    Ketertiban lebih dekat dengan upaya penegakan hukum dan pemenuhan norma-

    norma.

    B. Telahaan visi, isi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih

    terkait dengan tugas dan fungsi pelayanan

    Visi dan Misi dalam pelaksanaan pembangunan Pemerintah Kabupaten Lebong pada

    lima tahun mendatang mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung didalam dokumen

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD tahun 2005-2025). Di dalam RPJPD

    ditegaskan bahwa arah pembangunan jangka panjang daerah menggunakan visi bersama yang

    menjadi etos kerja, yaitu “Terwujudnya Kabupaten Lebong Yang Agamis, Sejahtera, Adil,

    Aman,Unggul, Berwawasan Lingkungan Dan Bermartabat”. Visi bersama dan etos kerja

    tersebut menjadi inspirasi dan acuan dalam penentuan visi misi pemerintahan selama periode

  • [21]

    jangka menengah serta menjadi daya dorong bagi pemerintah daerah dan seluruh jajaran

    aparatnya untuk melaksanakan program/kegiatan secara berkesinambungan dan

    berkelanjutan.

    Dengan memperhatikan dokumen-dokumen perencanaan tersebut di atas, dan juga

    memperhatikan kondisi permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapai sekaligus

    tertuang dalam isu-isu strategis, maka dirumuskan visi, misi tujuan dan sasaran pembangunan

    jangka menengah daerah Kabupaten Lebong Tahun 2015-2021 sebagai berikut :

    1. VISI

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2005-2025

    merupakan kaidah panuntun pembangunan daerah yang memuat haluan dan arah kebijakan

    dalam perspektif 20 tahun ke depan guna mengangkat derajat manusia seutuhnya dan

    seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Lebong. Rencana Pembangunan Jangka Panjang

    Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebong mempunyai kurun waktu perencanaan dari tahun 2006-

    2025. Visi dari RPJPD adalah “Terwujudnya Kabupaten Lebong Yang Agamis, Sejahtera,

    Adil, Aman,Unggul, Berwawasan Lingkungan Dan Bermartabat”. Untuk mewujudkan visi

    tersebut, maka ditempuh melalui enam misi pembangunan daerah sebagai berikut:

    1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, beriman dan bertakwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa;

    2. Mewujudkan infrastruktur yang berkualitas dan merata;

    3. Mewujudkan perekonomian yang kokoh yang berbasis pertanian;

    4. Mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan;

    5. Mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan demokratis;

    6. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2016-2020

    berada pada transisi ditahapan lima tahun (2016-2020) dan ketiga (2015-2019) dalam tata

    waktu RPJPD Kabupaten Lebong. Penekanan pada lima tahun ketiga adalah pada

    pemantapan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan meningkatkan

    peran sektor pertanian, perkebunan dan pariwisata sebagai leading sektor pembangunan

    daerah yang berbasis kerakyatan dan lestari. Disampaing itu pembangunan juga diarahkan

    pula untuk pengembangan tiga (3) sektor unggulan daerah (pendidikan, pertanian dalam

    artian luas, dan penerapan teknologi tepat guna. Berdasarkan atas kedua penekanan dalam

    dua kurun waktu tersebut, secara sederhana didapati terdapat key word yang utama yaitu

    pada pembangunan failitas pendukung utama dan pendayagunaan SDM untuk

    mengembangkan keunggulan daerah untuk memperkuat daya saing.

    Sedangkan sasaran pembangunan pada tahapan RPJMD ke tiga ini adalah sebagai berikut :

    1) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (human resources) melalui IPTEK

  • [22]

    Aparatur dan Masyarakat dengan kebijakan sasaran : Optimalisasi Pendidikan

    Teknologi dan Pelatihan Penerapan Teknologi Pemerintahan dalam menunjang sektor

    Pelayanan yang efisien, efektif dan praktis untuk, dari dan oleh data dan informasi

    dari masyarakat;

    2 ) Mobilitas Manusia, barang dan Jasa serta Fasilitas Umum, dengan kebijakan

    pembangunan melalui : Peningkatan Sarana dan Prasarana Transportasi, Optimalisasi

    Fasilitas Umum khususnya Pariwisata sebagai sektor leading sector pertumbuhan

    ekonomi daerah yang memiliki daya saing tinggi;

    3 ) Optimalisasi Daya Saing Pertanian dengan peningkatan Aktivitas Pertanian

    Unggulan, Kuantitas Pertanian, Optimalisasi Teknologi Pertanian, nilai jual dan nilai

    tambah kebutuhan hidup masyarakat dengan kebijakan mewujudkan ketahanan

    Pangan Masyarakat Kabupaten Lebong;

    4 ) Daerah pusat Pertumbuhan Baru dengan kebijakan Peningkatan pengelolaan ruang

    dan wilayah yang potensial, prospek pembangunan ruang yang stimulatif namun

    sesuai indikator, dinamika, regulatif dan korelatif ruang dan wilayah serta koefisien

    zonasi ruang dan wilayah;

    5 ) Peningkatan Masyarakat akan Kesadaran Hukum melalui kebijakan peningkatan

    peranan masyarakat akan kesadaran hukum dan kesadaran demokrasi yang

    pancasilais dan yuridis, dan

    6 ) Optimalisasi Sarana Aparatur Pemerintah serta Optimalisasi Kualitas Pelayanan

    Masyarakat.

    RPJPD Kabupaten Lebong Tahun 2006-2025 merupakan landasan idiil-filosofis dan

    menjadi pedoman bagi penyelenggara pemerintahan beserta seluruh rakyat Lebong sebagai

    landasan pembangunan sektoral, lintas sektoral dan kewilayahan yang bersifat dinamis dan

    berkesinambungan, agar mampu menjawab pesatnya tantangan perubahan lingkungan

    strategis dan pergeseran peradaban. Hal ini membawa implikasi perlu disusunnya RPJMD

    2016-2021 yang lebih progresif dan mampu mengakselerasi ke arah pencapaian Visi 2025.

    RPJMD 2016-2021 merupakan kesinambungan yang tidak terpisahkan dari RPJMD 2011-

    2015, dimana tahun terakhir RPJMD 2011-2015 akan menjadi tahun awal RPJMD 2016-2021.

    Visi merupakan pernyataan cita-cita atau impian sebuah kondisi yang ingin dicapai

    di masa depan. Kondisi yang dicita-citakan atau diimpikan tersebut adalah kondisi yang di

    akhir periode dapat diukur capaiannya melalui berbagai usaha pembangunan. Usaha-usaha

    pembangunan yang dilaksanakan, umumnya berorientasi untuk memperbaiki tingkat hidup

    (level of living) masyarakat. Sehingga perubahan paradigma pembangunan yang muncul

    adalah lebih banyak menaruh perhatian untuk memerangi kemiskinan, kebodohan,

    ketidakadilan, rasa ketidakterlindungi, rasa terpinggirkan dan dipinggirkan, rasa terkucil dan

    dikucilkan, mengatasi ketidakadilan lingkungan, baik terhadap sumberdaya alam, tata

  • [23]

    ruang, maupun permukiman.

    Propinsi Bengkulu termasuk dalam koridor 3 program MP3I (Masterplan Percepatan

    dan Perluasan Pembangunan Indonesia) sedangkan program MP3I di Kabupaten Lebong

    adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Hulu Lais dan

    pembangunan Cekdam Pasir Lebar Bungin telah masuk dalam Buku III RPJMN serta telah

    dibuka jalan dari Desa tanjung Agung ke PLTP Hulu Lais, selain itu adanya perencanaan

    pembukaan jalan ke Merangin Jambi dan Musirawas Sumsel, hal ini akan mebuat aksesibiltas

    jalan menuju Kabupaten Lebong akan bertambah lancar dan akan menimbulkan kawasan

    ekonomi baru, hal ini merpakan daya dukung tersendiri untuk pengembangan pembangunan

    bidang pariwisata dan perkebunan berdasarakan arah kebijakan pembangunan RPJPD Tahun

    2006-2020.

    Bertolak dari pemahaman di atas, serta dengan berpedoman pada Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebong dan perkembangan

    lingkungan strategis, maka perlu diwujudkan suatu kondisi dinamis masyarakat yang maju,

    sehingga dirumuskan Visi RPJMD Kabupaten Lebong Tahun 2016-2020 sebagai berikut :

    “ TERWUJUDNYA KABUPATEN LEBONG MAJU, MANDIRI DAN SEJAHTERA”

    Visi Pembangunan Kabupaten Lebong Tahun 2005-2025 ini diharapkan akan mewujudkan

    keinginan dan amanat masyarakat Kabupaten Lebong, dengan tetap mengacu pada

    pencapaian tujuan nasional seperti yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang

    Dasar 1945 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2014-2019. Visi pembangunan Kabupaten

    Lebong harus terukur untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam rangka

    menjadikan “Terwujudnya Kabupaten Lebong Maju Mandiri Dan Sejahtera”. Yang dimaksud

    dengan “Kabupaten Lebong” Meliputi wilayah dan seluruh isinya. Artinya Kabupaten Lebong

    dan warganya yang berada dalam suatu kawasan dengan batas-batas tertentu yang

    berkembang sejak pemekaran dari Kabupaten rejang Lebong pada Tahun 2003 sampai

    sekarang.

    Daerah Kabupaten Lebong yang “maju : dimaknai sebagai peningkatan kualitas

    kehidupan masyarakat secara lebih merata. Peningkatan kualitas kehidupan adalah kondisi

    dimana terjadi peningkatan mutu kehidupan masyarakat dari berbagai aspek atau ukuran

    dibanding daerah lain. Lebih merata dimaknai sebagai menurunnya ketimpangan antar

    penduduk dan menurunnya ketimpangan antar wilayah. Tingkat kemajuan masyarakat

    dinilai berdasarkan berbagai ukuran. Ditinjau dari indikator sosial, tingkat kemajuan diukur

    dari kualitas sumber daya manusianya. Masyarakat dikatakan makin maju apabila sumber

    daya manusianya memiliki kepribadian, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang

    tinggi.

  • [24]

    Kemajuan masyarakat juga diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada

    kaitan yang erat antara kemajuan masyarakat dengan laju pertumbuhan penduduk, termasuk

    derajat kesehatan. Daerah yang sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk

    yang lebih kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas pelayanan sosial yang

    lebih baik. Secara keseluruhan kualitas sumber daya manusia yang makin baik akan

    tercermin dalam produktivitas yang makin tinggi.

    Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan masyarakat diukur dari

    tingkat kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan dan pembagiannya.

    Tingginya pendapatan rata-rata dan ratanya pembagian ekonomi masyarakat menjadikan

    daerah tersebut lebih makmur dan lebih maju. Daerah yang maju pada umumnya adalah

    daerah yang sektor industri dan sektor jasanya telah berkembang. Peran sektor industri

    manufaktur sebagai penggerak utama laju pertumbuhan makin meningkat, baik dalam segi

    penghasilan, sumbangan dalam penciptaan pendapatan nasional maupun dalam penyerapan

    tenaga kerja. Selain itu, dalam proses produksi berkembang keterpaduan antarsektor,

    terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor jasa; serta pemanfaatan

    sumber alam yang bukan hanya ada pada pemanfaatan ruang daratan, tetapi juga

    ditransformasikan kepada pemanfaatan ruang kelautan secara rasional, efisien, dan

    berwawasan lingkungan, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan yang berciri

    nusantara. Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun, tertata, dan berfungsi dengan baik,

    sehingga mendukung perekonomian yang efisien dengan produktivitas yang tinggi. Daerah

    yang maju umumnya adalah daerah yang perekonomiannya stabil. Gejolak yang berasal dari

    dalam maupun luar negeri dapat diredam oleh ketahanan ekonominya.

    Selain memiliki berbagai indikator sosial ekonomi yang lebih baik, masyarakat yang

    maju juga telah memiliki sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum yang mantap.

    Lembaga politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan aturan dasar, yaitu

    konstitusi yang ditetapkan oleh rakyatnya. Daerah yang maju juga ditandai oleh adanya peran

    serta rakyat secara nyata dan efektif dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial,

    politik, maupun pertahanan dan keamanan. Dalam aspek politik, sejarah menunjukkan

    adanya keterkaitan erat antara kemajuan masyarakat dan sistem politik yang dianutnya.

    Bangsa yang maju pada umumnya menganut sistem demokrasi, yang sesuai dengan budaya

    dan latar belakang sejarahnya. Bangsa yang maju adalah bangsa yang hak-hak warganya,

    keamanannya, dan ketenteramannya terjamin dalam kehidupannya. Selain unsur-unsur

    tersebut, bangsa yang maju juga harus didukung dengan infrastruktur yang maju.

    Oleh karena itu Daerah Kabupaten Lebong yang maju dimaknai sebagai masyarakat

    yang makmur secara ekonomi sehingga perlu dikembangkan pembangunan bidang

    perekonomian baik yang menyangkut industri, perdagangan, pertanian, dan sektor jasa

    lainnya yang ditopang dengan pembangunan sarana prasarana dengan mengedepankan

  • [25]

    semangat kerakyatan dan bukan kapitalisme. Daerah Kabupaten Lebong yang maju adalah

    juga masyarakat yang tingkat pengetahuan dan kearifan tinggi yang ditandai dengan tingkat

    pendidikan dan tingkat partisipasi pendidikan penduduknya serta jumlah dan kualitas tenaga

    ahli dan tenaga professional yang dihasilkan oleh sistem pendidikan yang tinggi. Daerah

    Kabupaten Lebong yang maju juga merupakan masyarakat yang derajat kesehatannya tinggi,

    laju pertumbuhan penduduk kecil, angka harapan hidup tinggi dan kualitas pelayanan sosial

    baik. Di samping itu, Daerah Kabupaten Lebong yang maju adalah masyarakat yang memiliki

    sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap, terjamin hak-haknya, terjamin

    keamanan dan ketenteramannya, juga merupakan masyarakat yang peran sertanya dalam

    pembangunan di segala bidang nyata dan efektif. Selain hal-hal tersebut, Daerah Kabupaten

    Lebong yang maju adalah masyarakat kehidupannya didukung oleh infrastruktur yang baik,

    lengkap dan memadai. Daerah Kabupaten Lebong yang Maju juga dimaknai sebagai

    masyarakat sejahtera secara ekonomis, karena pembangunan perekonomiannya berbasis

    pada ilmu pengetahuan. Konsekuensinya lembaga pendidikan, pelatihan dan penelitian

    masyarakat harus menjadi pusat keunggulan --center of excelence-- yang sekaligus memiliki

    tiga predikat, sebagai teaching, research and entrepreneurial.

    Kemandirian dan kemajuan masyarakat tidak hanya dicerminkan oleh perkembangan

    ekonomi semata, tetapi mencakup aspek yang lebih luas. Kemandirian dan kemajuan juga

    tercermin dalam keseluruhan aspek kehidupan, dalam kelembagaan, pranata-pranata, dan

    nilai-nilai yang mendasari kehidupan politik dan sosial.

    Daerah Kabupaten Lebong yang “mandiri” adalah kondisi masyarakat yang mampu

    memenuhi kebutuhannya(self-help), mampu mengambil keputusan dan tindakan dalam

    penanganan masalahnya, mampu merespon dan berkontribusi terhadap upaya pembangunan

    dan tantangan zaman secara otonom dengan mengandalkan potensi dan sumberdaya yang

    dimiliki. Masyarakat sudah tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah daerah dalam

    menyelesaikan permasalahan-permasalahan dan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan.

    Masyarakat Mandiri juga ditandai dengan civil society yang kuat, agar mampu menjalankan

    sebagai jembatan antara rakyat dengan negara. Civil society yang mampu mencegah otoritas

    negara tidak memasuki domain society secara berlebihan, dan yang mampu menjalankan

    peran sebagai suplemen dan komplemen dari negara.

    Kemudian Daerah Kabupaten Lebong yang “sejahtera” dimaknai sebagai kondisi

    masyarakat yang relatif terpenuhi kebutuhan hidupnya baik spiritual maupun material

    secara layak dan berkeadilan sesuai dengan perannya dalam kehidupan.

    Misi disusun dalam rangka mengimplementasikan langkah-langkah yang akan

    dilakukan dalam mewujudkan visi yang telah dipaparkan di atas. Rumusan misi merupakan

    penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upayaupaya apa yang harus

    dilakukan. Rumusan misi disusun untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta

    arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk

  • [26]

    mencapai visi.

    Rumusan misi disusun dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis,

    baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta kekuatan, kelemahan, peluang dan

    tantangan yang ada dalam pembangunan daerah. Misi disusun untuk memperjelas jalan atau

    langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai perwujudan visi. Untuk lebih jelasnya

    keterkaitan Visi dan Misi dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel III.1

    Keterkaitan Visi dan Misi Kepala Daerah

    VISI MISI

    Terwujudnya Kabupaten yang

    Maju, Mandiri dan Sejatera

    Mewujudkan SDM yang berkualitas

    Mewujudkan sarana dan prasarana

    infrasruktur dan aksesibiltas pelayanan

    publik yang baik

    Mewujudkan tata kelola pemerintahan

    yang baik berbasis IPTEK

    Mewujudkan pengelolaan SDA yang

    berdaya saing serta berwawasan

    lingkungan

    Mewujudkan tingkat kualitas hidup

    masyarakat yang lebih baik

    2. Misi

    Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan dalam usaha mewujudkan

    Visi. Misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan. Oleh

    karena itu, untuk mewujudkan visi tersebut akan ditempuh melalui empat misi pembangunan

    daerah sebagai berikut:

    1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas

    Misi Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dimaknai

    Peningkatan profesionalise Aparatur dalam penyelenggaranaan pemerintah daerah,

    penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur keagamaan; peningkatan kualitas

    kesehatan masyarakat; meningkatkan kualitas lingkungan hidup; meningkatkan

    kualitas SDM melalui pendidikan dan penguasaan iptek dalam penerapan peranan

    masyarakat sipil.

    2. Mewujudkan sarana dan prasarana infrasruktur dan aksesibiltas pelayanan

    publik yang baik

    Misi mewujudkan prasarana dan sarana infrastruktur dan aksesibiltas pelayanan

    publik yang baik terutama infrastruktur dasar (Jalan, Jembatan, Sanitasi) dan membuka

    jalan-jalan baru guna meningkatkan aksesibiltas arus barang dan jasa yang keluar

    masuk ke Kabupaten Lebong serta membuka keterisolasian daerah, dan juga dimaknai

    sebagai misi yang diemban dalam upaya meningkatkan pelayanan publik terutama

  • [27]

    penyediaan tempat-tempat perdagangan dengan memperhatikan kelestarian

    lingkungan dan kesesuaian Tata Ruang. Misi ini juga mengemban upaya dalam

    menyediakan layanan publik terutama pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan

    yang berkualitas yang sesuai dengan tata ruang, serta daya dukung dan daya tampung

    lingkungan.

    3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik berbasis IPTEK

    Misi mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik berbasis IPTEK, dimaknai

    sebagai misi yang diemban untuk mendorong pemerintah daerah ke arah katalisator

    dan mampu mengelola pemerintahan secara efisien, efektif, mampu menggerakkan

    dan mendorong dunia usaha dan masyarakat lebih mandiri yang berbasis ilmu

    pengetahuan dan teknologi. Misi ini juga mengemban upaya untuk

    menyelenggarakan pemerintahan yang bertanggung jawab, efektif, dan efisien. Misi ini

    juga dimaknai sebagai upaya menjaga sinergitas interaksi yang konstruktif di antara

    domain negara, sektor swasta, dan masyarakat, meningkatkan efektivitas layanan

    birokrasi yang responsif, transparan, dan akuntabel, serta meningkatkan tata kelola

    pemerintahan yang baik berbasis IPTEK.

    4. Mewujudkan pengelolaan SDA dan komoditas Unggulan yang berdaya saing serta

    berwawasan lingkungan

    Misi Mewujudkan pengelolaan SDA yang berdaya saing serta berwawasan lingkungan

    dimaknai bawah pengelolaan sumber daya alam mengoptimalkan pemanfaatan

    Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup yang berkesinambungan, khususnya

    pengembangan potensi Sumber Daya Alam diantaranya Panas Bumi seperti

    (Geothermal) dan Air dalam meningkatkan kapasitas sumber daya energi bagi

    masyarakat, serta pemanfaatan Lingkungan TNKS sebagai pusat observatorium, Pusat

    Penelitian dan Pariwisata Pendidikan (Research and Education Tour Centre) di

    Indonesia.

    5. Mewujudkan tingkat kualitas hidup masyarakat yang lebih baik

    Misi Mewujudkan tingkat kualitas hidup masyarakat yang lebih baik dimaknai

    didukung dengan semangat kerakyatan, inovatif dan kreatif, dimaknai sebagai misi

    yang diemban untuk meningkatan daya saing pariwisata, pertanian dan perkebunan

    guna memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas dan berkeadilan. Misi

    ini juga mengemban upaya untuk meningkatkan produktivitas rakyat agar rakyat

    lebih menjadi subyek dan aset aktif pembangunan daerah dan mampumenciptakan

    pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata, mengurangi tingkat kemiskinan,

    mengurangi ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran, serta

    membangkitkan daya saing agar makin kompetitif.

  • [28]

    C. ISU-ISU STRATEGIS

    Selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan, Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

    Lebong dituntut lebih responsif, kreatif dan inovatif dalam menghadapi perubahan-perubahan

    baik ditingkat lokal, regional dan nasional. Perencanaan pembangunan hendaknya selalu

    memperhatikan isu-isu dan permasalahan yang mungkin dihadapi kedepan oleh masyarakat

    sehingga arah pelaksanaan pembangunan menjadi lebih tepat sasaran. Untuk itu perlu

    diantisipasi dengan perencanaan yang matang dan konferensif sehingga arah pembangunan

    sesuai dengan tujuan pembangunan daerah.

    Memperhatikan isu– isu dan permasalahan pembangunan yang dihadapi diharapkan

    kualitas penyelenggaraan pemerintahan menuju good goverment and clean goverment

    sehingga akan berdampak pada kualitas pembangunan. Berkaitan isu-isu dan masalah

    pembangunan yang akan dihadapi Kabupaten Lebong pada tahun 2016 – 2021 tidak bisa

    dilepaskan dengan permasalahan dan isu pembangunan provinsi dan nasional. Secara umum,

    isu dan permasalahan yang dihadapi antara lain :

    1. Tuntutan masyarakat untuk memberikan pelayanan yang prima.

    2. Adanya tuntutan akuntabilitas tata pengelolaan pemerintahan.

    3. Perkembangan Iptek yang pesat tidak dibarengi dengan semangat SDM untuk

    meningkatkan kemampuannya.

    4. Ekspektasi terhadap produk hukum daerah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

    5. Dinamika pengorganisasian dan ketatalaksanaan perangkat daerah

    6. Membangun komitmen seluruh aparatur dalam melaksanakan tupoksi untuk

    mewujudkan komitmen.

    7. Meningkatkan komitmen aparatur dalam menyelenggarakan Pemerintahan,

    pembangunan dan pelayanan masyarakat

    Permasalahan tersebut memerlukan penanganan secara komprehensif melalui

    pendekatan spesial sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Lebong yang mencakup

    arahan pemanfaatan ruang, indikasi program pemanfaatan ruang dan indikasi sumber

    pendanaan program pemanfaatan ruang. Implikasinya terhadap pelayanan tugas pokok dan

    fungsi Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong , sebagai berikut :

    1. Membangun sistem pelayanan prima yang murah, aman, cepat, efisien, dan transparan.

    2. Membangun komitmen seluruh aparatur dalam melaksanakan tupoksi untuk

    mewujudkan akuntabilitas.

    3. Meningkatkan komitmen aparatur dalam penyelenggaraan pemerintahan,

    pembangunan dan pelayanan masyarakat.

    4. Menyusun kebijakan yang efektif untuk mewujudkan penyelenggaraan pelayanan

    sesuai kebutuhan masyarakat

  • [29]

    5. Menerapkan kebijakan pola kerja, pola pembinaan aparat yang sesuai dengan potensi

    dan kondisi daerah sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Pusat dalam

    menetapkan kebijakan Nasional yang strategis dengan memperhatikan kepentingan

    Daerah

    Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi OPD adalah kondisi yang menjadi

    perhatian karena dampaknya yang signifikan bagi OPD dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian

    yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi akan menimbulkan

    kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan akan menghilangkan

    peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam jangka panjang. Berdasarkan

    hasil analisis terhadap isu strategis Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong

    diidentifikasi sebagai berikut :

    1. Belum optimalnya penanganan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah,

    Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati

    2. Belum optimalnya dukungan pelayanan terhadap masyarakat tentang pelaksanaan

    ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

    3. Belum adanya tenaga PPNS dan Peningkatan kualitas SDM aparatur

    4. Peningkatan Sarana dan Prasarana yang memadai

  • [30]

    Bab IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI

    DAN KEBIJAKAN

    A. Visi

    Pengertian visi diartikan sebagai gambaran spesifik

    tentang apa yang ingin dicapai dan misi adalah bagaiamana visi

    itu diwujudkan, kemudian berdasarkan visi dan misi tersebut

    kemudian dirumuskan tujuan serta sasaran-sasaran yang akan

    dicapai berserta indikator-indikatornya. Visi Satuan Polisi

    Pamong Praja Kabupaten Lebong Tahun 2016-2021 adalah :

    Sistematika BAB IV

    Meliputi :

    A. Visi

    B. Misi

    C. Tujuan dan Sasaran

    D. Strategi dan Kebijakan

    “Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai Penegak Perda

    yang Humanis dan Berwibawa, guna mewujudkan Ketentraman dan Ketertiban

    Umum, Perlindungan Masyarakat serta Penanggulangan Kebakaran yang melayani”.

    Visi tersebut mengandung pengertian bahwa : (1). Penegakan Peraturan Daerah,

    Keputusan Bupati (termasuk norma dan nilai-nilai) merupakan sarana penting bagi

    terwujudnya ketetraman dan ketertiban di dalam masyarakat. Ketentraman dan ketertiban

    dapat dirasakan oleh masyarakat jika peraturan perundang-undangan khususnya perda

    diupayakan penegakannya sebagaimana seharusnya. Jika peraturan tidak ditegakkan, maka

    yang tumbuh subur adalah sikap anarki yang cenderung menghalalkan segala cara dan

    tindakan asal kepentingan sendiri terpenuhi; (2). Ketentraman dan Ketertiban mengandung

    arti merupakan perasaan jiwa dimana orang (anggota masyarakat) menikmati hidupnya

    didalam masyarakat dengan nyaman, dengan begitu maka segala aktifitas, kreatifitas dan

    produktifitas warga masyarakat dapat dilakukan tanpa dihantui oleh rasa ketakutan yang

    tidak perlu. Sedangkan ketertiban mengandung arti berjalannya proses hubungan dalam

    masyarakat berdasarkan hukum, norma dan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat adalah

    merupakan salah satu faktor pendukung adanya ketentraman dan ketertiban tersebut; (3).

    Perlindungan Masyarakat adalah suatu keadaan dinamis dimana warga Masyarakat disiapkan

    dan dibekali pengetahuan serta keterampilan untuk melaksanakan kegiatan penanganan

    bencana guna mengurangi dan memperkecil akibat bencana, serta ikut memelihara

    keamanan, ketentraman, dan ketertiban Masyarakat, kegiatan sosial kemasyarakatan; (4).

    Penaggulangan kebakaran yang melayani dimaknai ketangguhan penanggulangan kebakaran

    yang teraktualisasi melalui kecepatan dan ketepatan penanggulangan kebakaran sehingga

    dampak kebakaran dapat di eleminir sedikit mungkin yang akan berimplikasi pada kurangnya

    resiko dan korban. Pelayanan penanggulangan kebakaran akan di dekatkan pada masyarakat

  • [31]

    dengan mengembangkan konsep kewilayahan seperti penempatan posko damkar di tiap

    kecamatan. Serta melibatkan partisipasi stakeholder dalam penyelenggaraan penanggulangan

    kebakaran.

    B. Misi

    Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya -upaya yang akan dilaksanakan untuk

    mewujudkan visi. Oleh karena itu, sebuah visi belum dapat dikatakan sempurna tanpa adanya

    serangkaian misi yang berfungsi untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Aparat Satuan Polisi

    Pamong Praja dalam mengemban tugasnya sehari-hari harus mampu menjawab setiap

    tantangan dan tuntutan yang dipikulnya, untuk menjawab setiap tantangan dan tuntutan

    tersebut. Seorang aparat SatPol-PP selaku pelayan dan pengayom masyarakat diharuskan

    memiliki profesionalisme dalam pelaksanaan tugasnya, profesionalisme ini dapat terwujud

    apabila mampu mengoptimalkan kemampuan pribadi maupun pemanfaatan sumber daya

    organisasi yang dimilikinya. Seiring dengan Visi organisasi yang telah ditetapkan, maka dalam

    rangka mendukung visi tersebut, misi yang perlu dilakukan adalah :

    1. Mengoptimalkan pelaksanaan penegakan PERDA/PERKADA

    2. Memberikan pelayanan yang optimal kepada Masyarakat dalam

    mengantisipasi gangguan keamanan lingkungan, ketentraman dan

    ketertiban umum serta perlindungan Masyarakat.

    3. Mendekatkan pelayanan pemadam kebakaran ke Masyarakat.

    C. TUJUAN dan SASARAN

    Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk

    mencapai visi, melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis daerah dan permasalahan

    pembangunan daerah. Rumusan tujuan dan sasaran merupakan dasar dalam menyusun

    pilihan-pilihan strategi pembangunan dan sarana untuk mengevaluasi pilihan tersebut.

    Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara

    terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5

    (lima) tahun ke depan.

    Berikut Tabel IV.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Satuan Polisi Pamong

    Praja Kabupaten Lebong.

  • [32]

    Tabel IV.1

    Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong

    Visi : Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong sebagai Penegak Perda yang

    Humanis dan Berwibawa, guna mewujudkan Ketentraman dan Ketertiban Umum,

    Perlindungan Masyarakat serta Penanggulangan Kebakaran yang melayani.

    Misi Tujuan Sasaran Indikator

    Sasaran/IKU

    1. Mengoptimalkan

    pelaksanaan Penegakan

    PERDA/PERKADA

    Meningkatkan

    kesadaran

    Masyarakat,

    Aparatur dan

    Badan Hukum

    untuk mematuhi

    dan taat terhadap

    PERDA/PERKADA

    yang berlaku

    Menurunkan

    tingkat pelanggaran

    terhadap

    PERDA/PERKADA

    yang berlaku Persentase

    Penyelesaian

    Penegakan

    PERDA/PERKADA

    2. Memberikan pelayanan

    yang optimal kepada

    masyarakat dalam

    mengantisipasi gangguan

    keamanan lingkungan,

    ketentraman dan

    ketertiban umum serta

    Perlindungan Masyarakat

    Meningkatnya

    kualitas pelayanan

    kepada

    Masyarakat

    sehingga mampu

    menunjang

    terciptanya

    keamanan

    lingkungan,

    ketentraman dan

    ketertiban umum

    serta

    perlindungan

    Masyarakat

    Meningkatnya

    kualitas pelayanan

    kepada Masyarakat

    sehingga mampu

    menunjang

    terciptanya

    keamanan

    lingkungan,

    ketentraman dan

    ketertiban umum

    serta perlindungan

    Masyarakat

    Persentase

    Tingkat

    Penyelesaian

    Pelanggaran

    Ketentraman,

    Ketertiban dan

    Keindahan (K3)

    Persentase

    Gangguan

    Keamanan

    Lingkungan di

    Desa/Kelurahan

    3. Mendekatkan pelayanan

    pemadam kebakaran ke

    masyarakat

    Menurunkan

    risiko bencana

    kebakaran melalui

    pencegahan dan

    peningkatan

    kesiapsiagaan

    bencana bagi

    seluruh pemangku

    kepentingan

    Meningkatnya

    jangkauan dan

    kualitas dalam

    kesiapsiagaan pada

    penanganan

    bencana kebakaran

    Persentase

    Cakupan

    Kesiapsiagaan

    Masyarakat dalam

    menghadapi

    bencana

    kebakaran

    Tingkat Waktu

    Tanggap (Respon

    Time Rate) daerah

    Layanan Wilayah

    Manajemen

    Kebakaran

    D. Strategi dan Kebijakan

    Strategi dan arah kebijakan dalam mencapai tujuan dan sasaran dalam rangka

    pencapaian visi dan misi yang diuraikan dalam tujuan dan sasaran, penyusunan strategi dan

    arah kebijakan pembangunan daerah menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan. Strategi

    adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan

    misi. Sementara, kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah

  • [33]

    untuk mencapai tujuan. Dalam kerangka tersebut, Pemerintah Kabupaten Lebong

    merumuskan strategi dan arah kebijakan perencanaan pembangunan daerah secara

    komprehensif untuk mencapai tujuan dan sasaran Renctra dengan efektif (berdaya guna) dan

    efisien (berhasil guna).

    Secara umum, untuk mendorong perwujudan visi dan misi periode 2016-2021, Dinas

    Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong mengupayakan sinergi empat pemangku

    kepentingan pembangunan, yaitu pemerintah daerah, masyarakat, dunia akademik, dan dunia

    usaha. Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi agar lebih

    terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5 (lima) tahun.

    Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai

    dengan pengaturan pelaksanaannya.

    Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah tahun 2016-2021 disusun

    berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan dan dengan memperhatikan permasalahan

    pembangunan daerah serta isu-isu strategis yang terkait dengan pembangunan di Kabupaten

    Lebong. Dalam rangka optimalisasi penentuan strategi dan arah kebijakan tersebut dilakukan

    analisa terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (ALE-ALI) dan Analisa SWOT

    dengan hasil sebagai berikut:

    1. Analisis Lingkungan Internal (ALI)

    Kekuatan ( Strenghts )

    1. Dukungan Sumber Daya Manusia dengan jumlah banyak, handal dan Profesional

    2. Anggaran Belanja yang terdiri dari belanja langsung dan tidak langsung

    3. Adanya perangkat Peraturan Perundangan yang mendukung Satuan Polisi Pamong

    Praja:

    4. Dukungan sarana dan prasarana Satuan Polisi Pamong Praja yang cukup memadai,

    yaitu gedung kantor, peralatan dan perlengkapan gedung kantor

    5. Adanya kemitraan antara Pemerintah, TNI, POLRI, LSM, TokohAgama, Tokoh

    Masyarakat dan Komponen Masyarakat lainnya.

    Kelemahan ( Weaknesses ) :

    1. Penataan Management Kelembagaan/ Struktur Organisasi sampai ketingkat Desa

    2. Kurang selarasnya antara kewenangan, tanggung jawab program pembiayaan

    serta lokasi dan sasaran.

    3. Kurang akuratnya data dan informasi tentang keamanan dan ketertiban umum

    dan keterbatasan sarana pendukungnya.

    2. Analisis Lingkungan Eksternal (ALE}

    Peluang ( Opportunities )

  • [34]

    1. Terjalinnya kerjasama dibidang Keamanan dan ketertiban Umum bagi semua

    pihak.

    2. Semakin meningkatnya proses pemberdayaan seluruh perangkat aparatur dalam

    memanfaatkan potensi Sumber Daya yang tersedia yang mengarah pada

    ketertiban dan keamanan.

    3. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam fungsi perlindugan masyarakat

    4. Berkembangnya situasi yang aman dan tertib di lingkungan masyarakat

    Ancaman ( Threats )

    1. Adanya perubahan politik dan kebijaksanaan Nasional yang mengakibatkan

    Satuan Polisi Pamong praja dimasa depan tidak hanya dalam bela negara namun

    peranan itu mesti lebih ditingkatkan pada bidang lain dan menyentuh

    kepentingan masyarakat banyak.

    2. Semakin lemahnya koordinasi maka menimbulkan kesenjangan didalam

    pelaksanaannya sebagai akibat dari perbedaan pemahaman terhadap otonomi

    yang memberi kewenangan luas kepada Pemerintah Daerah.

    3. Mahalnya biaya koordinasi keamanan dan ketertiban sebagai akibat tuntutan

    beragamnya karakteristik wilayah dan beragamnya karakteristik penduduk dalam

    menerima kualitas perubahan pembangunan.

    Tantangan dan peluang pengembangan pelayanan yang dihadapi Dinas Satuan Polisi

    Pamong Praja Kabupaten Lebong lima tahun ke depan sangat besar. Hal ini berkaitan dengan

    tugas pokok dan fungsi. Belakangan ini, gerak langkah Satuan Polisi Pamong Praja tidak

    pernah luput dari perhatian publik, mengingat segala aktivitasnya dengan mudah diketahui

    melalui pemberitaan di media massa, baik cetak maupun elektronik. Sayangnya, image yang

    terbentuk di benak masyarakat atas sepak terjang aparat Satuan Polisi Pamong Praja sangat

    jauh dari sosok ideal, yang sejatinya menggambarkan aparatur pemerintah daerah yang

    dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, Hak Asasi

    Manusia dan norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat.

    Dengan melihat pada kewenangan yang diberikan kepada Satuan Polisi Pamong

    Praja, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sangat penting

    dan strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Lebong sesuai dengan

    lingkup tugasnya, termasuk didalamnya penyelenggaraan perlindungan masyarakat

    (Linmas)

  • [35]

    Peluang terhadap tugas pokok dan fungsi adalah:

    1. Adanya koordinasi, komunikasi dan partisipasi antara Masyarakat, Pemerintah

    daerah Propinsi, Kabupaten dan Pemerintah Pusat.

    2. Adanya peningkatan profesionalisme anggota Satuan Polisi Pamong Praja untuk

    menjawab tantangan tugas dan dinamika sosial yang semakin berkembang di

    dalam era masyarakat yang global.

    3. Adanya komitmen kerjasama yang sinergis dengan Instansi terkait khususnya

    instansi dibidang Keamanan dan Ketertiban dan tokoh masyarakat untuk menjaga

    dan memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.

    4. Adanya peraturan, hukum dan hak asasi manusia dengan dilandasi nilai-nilai

    budaya sebagai warisan leluhur bangsa dalam pelaksanaan operasi dilapangan.

  • [36]

    Tabel IV.2

    Strategi dan kebijakan Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong

    Visi : Menjadikan Satuan Poisi Pamong Praja Kabuapaten Lebong sebagai Penegak Perda yang Humanis dan Berwibawa, guna mewujudkan Ketentraman dan Ketertiban

    Umum Masyarakat serta Penanggulangan Kebakaran yang melayani dan lebih baik

    Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

    Misi 1 : Mengoptimalkan pelaksanaan Penegakan Perda, Peraturan Bupati, dan Keputusan Bupati

    Meningkatkan kesadaran Masyarakat mengenai Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati Meningkatkan kesadaran Masyarakat

    untuk lebih taat dan patuh pada

    peraturan perundang-undangan yang

    berlaku

    Memperkuat