Satelit Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51, 2009). Instalasi Farmasi Rumah sakit yaitu suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004). Pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

description

Satelit Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Transcript of Satelit Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pelayanan Farmasi Rawat Jalan

Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah

sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama (Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 51, 2009). Instalasi Farmasi Rumah sakit yaitu suatu

departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang

apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan

peraturan perundang undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional,

tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh

pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah

sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004).

Pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 tahun 2009 adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau

penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Gambar . Drug Management Cycle (Embrey et al, 2012)

Dalam prakteknya, Instalasi Farmasi Rawat Jalan dalam Management Drug

Cycle (Gambar 3) ada pada fase dispensing yaitu diantara fase ditribusi dan

penggunaan. Kegiatan distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan

farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien

rawat inap danrawat jalanserta untuk menunjang pelayanan medis. Distribusi di

Satelit Farmasi Rawat Jalan memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah

sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi atau desentralisasi dengan sistem

resep perseorangan oleh apotek rumah sakit (Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 51, 2009).

Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi,

interpretasi, menyiapkan/ meracik obat, memberikan label/ etiket, penyerahan

obat dengan memberikan informasi obat disertai sistem dokumen. Siklus

dispensing dijelaskan pada gambar.

Gambar. Fase Dispensing (Embrey, et al, 2012)

Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah

sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama (Depkes, 2009).

Instalasi Farmasi Rumah sakit yaitu suatu departemen atau unit atau bagian di

suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa

orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan kompeten secara professional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan

yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang

ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004).

Peran instalasi farmasi rawat jalan adalah sebagai berikut:

1. Melayani obat dalam resep secara rasional menurut WHO (tepat pasien,

tepat obat, tepat dosis, tepat aturan pakai dan waspada terhadap efek

samping obat). Jika resep diragukan maka farmasis bertanggungjawab untuk

menanyakan kepada dokter tentang resep tersebut

2. Memberikan pelayanan obat yang tepat, cepat, ramah dan terpadu

3. Memberikan informasi yang lengkap dan jelas pada saat penyerahan obat

4. Memberikan konseling dan konsultasi saat penyerahan obat untuk pasien

dengan kebutuhan khusus seperti pasien yang menerima obat yang banyak

dan rumit, pasien TBC, pasien HIV/AIDS dan pasien yang mendapat obat

yang cara pemakaiannya membutuhkan peralatan khusus

5. Melayani keluhan efek samping obat dari pasien rawat jalan(Depkesi, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Embry,Martha, Maria Ryan, John Chalker, Hellena Walkowiak, Sisule Musungu.

Et al. 2012. Management Sciences for Health. 2012. Management Drug

Supply-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies.

Arlington VA: Management Sciences for Health

Siregar, C.J.P., dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah sakit: Teori dan

Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Satelit Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

Pelayanan Satelit Farmasi Rawat Jalan (ambulatory) Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta terletak di bagian timur Rumah Sakit Bethesda lantai 1

(Farmasi timur bawah/FTB) untuk pasien umum, sedangkan untuk pasien Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) dan karyawan terletak di lantai 2 (Farmasi Timur

atas/FTA). Pelayanan resep dilakukan mulai pukul 07.00 sampai pukul 21.30

dengan melayani secara umum semua klinik di Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta.

Satelit farmasi rawat jalan timur bawah (FTB) melayani resep umum yang

berasal dari RS Berhesda,

Alur Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda adalah:

Alur Pelayanan Farmasi Rawat Jalan

Pelayanan di farmasi rawat jalan berada di bawah tanggung jawab

Kalakhar pelayanan. Pelayanan yang dilakukan di satelit farmasi rawat jalan

meliputi pelayanan yang dapat dilakukan dengan system pembayaran di bawah

berikut ini :

a. Pelayanan pembayaran langsung (cash)

b. Pelayanan tagihan

c. Pelayanan obat bebas

d. Pelayanan resep dari luar rumah sakit.

1. Sarana dan Prasarana Satelit Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Bethesda

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Rumah Sakit Bethesda pada

Satelit Farmasi Rawat Jalan yaitu Aerocom, sistem komputerisasi, cooler, rak

psikotropika dan narkotika, rak obat sitostatika dan APD, rak obat ARV,

Automated Dispensing Machine, drawer, ruang peracikan, lemari es, meja

koreksi, meja filling dan labeling serta komputer. Semua sarana prasarana ini

sangat penting untuk mendukung pelayanan di Satelit Farmasi Rawat Jalan.

1. Pneumatic tube system (Aerocom) adalah alat yang menggunakan

kecepatan tinggi dengan waktu singkat untuk mendistribusikan obat atau

barang ke tempat yang dituju. Terdapat beberapa syarat obat dapat

dikirim melalui aerocom, yaitu ukuran kemasan obat cukup untuk

dimasukkan ke dalam tabung aerocom dan tidak membutuhkan suhu

penyimpanan khusus. Untuk dapat mengatasi kekosongan obat di satelit

rawat jalan maka dapat melakukan Internal Request (IR) ke setiap satelit

melalui sistem komputerisasi dengan sarana aerocom sebagai transportasi

obat sehingga obat dapat dikirim langsung ke satelit rawat jalan beserta

Delivery Order (DO).

2. Sistem Komputerisasi

Sistem komputerisasi digunakan untuk melayani resep manual maupun e-

prescribing. Proses yang terjadi yaitu memasukkan data resep yang

dibawa oleh pasien kemudian menghitung harga obat dan pengecekan

stok obat, selanjutnya membuat label/etiket untuk masing-masing obat

sampai pada tahap pembuatan e-copy resep.

3. Lemari psikotropika dan narkotika

Satelit Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda menyediakan lemari

khusus untuk penyimpanan obat-obatan psikotropika dan narkotika.

Selain lemari khusus, disediakan pula kartu stok psikotropika dan

narkotika yang harus diisi jumlah obat masuk, jumlah obat keluar dan

sisa obat.

4. Cooler

Obat-obatan yang memerlukan perlakuan khusus seperti penyimpanan

obat pada suhu <250 C disimpan pada suatu wadah yang disebut Cooler.

Cooler di Satelit Farmasi Rawat Jalan terbagi menjadi tiga suhu yaitu 2-

80 C, 8-150 C, dan 15-200 C. Obat tersebut pada saat akan diberikan ke

pasien harus disertai dengan es batu dan label berwarna merah dengan

keterangan “Disimpan di Lemari Es”. Tujuan dilakukannya hal ini yaitu

untuk menjaga kualitas obat tetap baik sesuai persyaratan suhu yang

ditetapkan.

5. Penataan Rak

Cooler

Dinding

2

3 4

12

Lemari alkes

11

5

6

7

8

9

R. Racik

13

10

R.Konsultasi

Keterangan

1.Lemari injeksi2.Lemari fast3.Lemari consis4.Lemari others5. Lemari others6.Cooler 2-8oC7.Cooler 14oC8.Lemari Produksi9.Drawer10.Lemari Control11.Lemari Program12.Lemari racik13.Lemari OTC

LemariMeja

Pintu

1

CoolerDinding

Untuk mempercepat pelayanan dan mencegah terjadinya

medication error (ME) di Satelit Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Bethesda, penataan (layout) rak atau almari perbekalan farmasi dibagi

berdasarkan bentuk sediaannya, slow moving atau fast moving,

farmakologi dan alfabetis. Katalog obat yang disusun berdasarkan

alfabetis juga tersedia di satelit farmasi ini untuk mempermudah dalam

mencari obat dalam suatu rak sehingga mempercepat pelayanan. Berikut

denah

Farmasi Rawat

Jalan Rumah Sakit Bethesda

Gambar 1. Denah farmasi Rawat Jalan

6. Automatic Dispensing Machine (ADM)

Automatic Dispensing Machine (ADM) dengan merk consis di

Satelit Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda diberi nama

“Slamet”. ADM merupakan alat dispensing obat dengan menggunakan

sistem komputerisasi. Obat yang keluar dari ADM diresepkan untuk

setiap pasien sesuai dengan permintaan obat dalam resep pasien tersebut.

Obat yang keluar dari ADM berada dalam wadah kotak obat ( creative

packs) yang telah diberi label barcode yang berisi informasi nama obat,

kekuatan obat dan jumlah obat didalamnya. Masing-masing obat tersebut

keluar dalam lubang kotak yang sesuai pada ADM. Masing-masing

lubang telah telah diberi warna sesuai klinik pasien tersebut dan obat

yang dibutuhkan dalam resep akan keluar dari dalam ADM sesuai dengan

jumlah resep per pasien yang sudah di entry di komputer.

Obat yang sebagian besar dimasukkan ke dalam consis adalah

obat-obat yang terdapat di dalam drawer dan lemari produksi sehingga

dengan adanya consis, dapat mengurangi proses dispensing secara

manual dan mempersingkat waktu pelayanan terlebih untuk obat-obat

yang berada di dalam drawer yang membutuhkan waktu untuk

mencarinya.

7. Rak obat sitostatika dan Alat Pelindung Diri (APD)

Obat sitostatika juga merupakan obat yang membutuhkan

perlakuan khusus. Karena apabila tidak diperlakukan secara hati-hati

dalam menyiapkannya bisa berdampak buruk pada petugas yang

menyiapkannya. Dalam pengambilan obat sitostatika perlu

menggunakan set APD yang terdiri dari masker dan sarung tangan.

Kemudian saat memasukkan obat ke dalam embalase, digunakan double

embalase, kemudian diberi label high alert berisi lambang sitostatika.

8. Rak obat ARV

Obat-obat anti retroviral disimpan pada lemari khusus yang

terkunci dan terpisah dari obat lainnya. Ketika mengambil obat-obatan

ini harus dilakukan pencatatan pada kartu stok dan buku pemakaian obat

antiretroviral. Pencatatan yang dilakukan pada buku tersebut adalah

tanggal saat pengambilan, jumlah obat yang diambil, nama pasien, nomor

resep, nama dokter, serta nama petugas yang mengambil obat tersebut.

Sumber Daya Manusia Satelit Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Bethesda

Satelit Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda secara struktural

dipimpin oleh seorang Apoteker yang menjabat sebagai Kepala Pelaksana Harian

(Kalakhar) Pelayanan dan dibantu oleh seorang Asisten Apoteker (AA) sebagai

Koordinator yang membawahi 15 Asisten Apoteker, 3 reseptir, 1 tenaga

administrasi, dan 1 tenaga serbaguna. Apoteker yang ada di farmasi rawat jalan

ada 3 Apoteker ditambah apoteker magang. Jadwal shift kerja di farmasi rawat

jalan dihitung berdasarkan jam masuk kerja yaitu pukul 7:00, 7:30, 9:00, 13:00,

14:00, 15:00, dan 21:00. Semua karyawan mempunyai kewajiban kerja selama 7

jam perhari, dengan 6,5 jam efektif dan 0,5 jam istirahat, yang terbagi dalam dua

shift.

Peran Apoteker di satelit farmasi rawat jalan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 58 tahun 2014:

1. Pengkajian resep (seleksi persyaratan farmasi dan persyaratan klinis).

2. Dispensing (interpretasi, menyiapkan atau meracik obat, penyerahan obat

disertai informasi)

3. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat (proses untuk mendapatkan informasi

mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang

digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara).

4. Rekonsiliasi Obat (proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat

yang telah didapat pasien).

5. Pelayanan informasi obat (Pelayanan Informasi Obat di Satelit Farmasi Rawat

Jalan adalah dengan cara memberikan informasi dan menjawab pertanyaan

secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi

kesehatan lainnya dan pasien melalui tatap muka maupun via telepon).

6. Konseling (aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi Obat dari

Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya).

7. Pemantauan Terapi Obat (PTO) (proses yang mencakup kegiatan untuk

memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien).

8. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat (efek samping obat dapat

diketahui dari konseling kepada pasien atau ketika melakukan penyerahan obat

kepada pasien melalui identifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai

resiko tinggi mengalami efek samping obat).

3.6.3 Alur Pelayanan Satelit Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda

Alur pelayanan resep pasien rawat jalan dibuat dalam suatu prosedur tetap

yaitu dengan memberi cap kolom seperti Gambar X: V (Validasi); L (Labelling);

R (Racik); K (Koreksi); S (Serah); T1 (waktu resep diterima di loket penerimaan);

T2 (waktu resep diberi harga); T3 (waktu obat selesai dikoreksi); T4 (waktu

penyerahan obat ke pasien). Target waktu dari validasi hingga penyerahan untuk

resep racik adalah 40 menit dan resep non racik 20 menit.

Gambar 2. Stempel Pelayanan Resep Rawat Jalan

Pelayanan resep di Satelit Farmasi Rawat Jalan dilakukan sesuai dengan

Standard Procedure Operational (SPO). Alur pelayanan resep di Satelit Farmasi

Rawat Jalan dapat dilihat pada Gambar X.

Gambar 3. Alur Pelayanan Farmasi Rawat Jalan IFRS Bethesda

a. Validasi (V) dan verifikasi

Petugas menerima resep dari pasien, baik resep secara tertulis dari

dokter maupun resep elektronik. Kemudian mengisi waktu pada kolom T1,

sesudah itu melakukan pengecekan kelengkapan administrasi, farmasetik,

dan klinis. Jika di dalam resep terdapat obat yang masuk dalam golongan

narkotika atau psikotropika, maka diberi garis bawah warna hijau atau

kuning untuk golongan psikotropika, sedangkan narkotika diberi garis

bawah warna merah. Verifikasi dilakukan dengan memeriksa keamanan

dan kesesuaian obat yang diminta untuk mencegah terjadinya DRP (Drug

Related Problem). Selanjutnya petugas memberi paraf pada kolom V.

b. Perhitungan harga dan labelling (L)

Perhitungan harga obat dilakukan terlebih dahulu sebelum kwitansi

dicetak, kemudian harga obat diberitahukan pada pasien. Jika pasien

keberatan dengan harga obat, pasien dapat bernegosiasi mengenai jumlah

obat atau obat tersebut diganti dengan obat lain yang memiliki zat aktif

sama,sesuai Formularium RS Bethesda yang berlaku. Setelah

mendapatkan kwitansi, pasien dapat melakukan pembayaran. Pasien

umum mendapatkan kwitansi berwarna merah dan kuning sedangkan

pasien instansi mendapatkan kwitansi berwarna putih dan biru (piutang).

Petugas mengisi waktu pada kolom T2. Etiket diberikan secara

komputerisasi, kemudian petugas memberi paraf pada kolom L. Etiket

berisi nomor transaksi, tanggal transaksi, nomor resep, nama pasien, nama

dokter, nama obat, jumlah obat, dan aturan pakai.

c. Peracikan (R)

Proses peracikan terdiri dari pengambilan obat, penimbangan dan

peracikan. Pada resep non racikan, prosedur pertama yaitu mengambil

resep sesuai urutan baki resep, dan mendahulukan resep CITO. Kemudian

saat pengambilan obat, petugas harus memperhatikan BO3 (Baca obat saat

pengambilan, Baca obat saat memasukkan obat ke dalam wadahnya, dan

Baca obat saat menaruh kembali ke tempatnya), hal ini dilakukan untuk

meminimalisasi terjadinya medication error.

Proses pelayanan resep racikan sama seperti resep non racikan, namun

perlu memastikan terlebih dahulu apakah pasien telah melakukan

pembayaran, dengan disertai bukti kwitansi pembayaran bank. Hal ini

untuk meminimalkan terjadinya penyiapan/pembuatan obat yang sia-sia

karena obat racikan telah disiapkan, namun pasien belum membayar

ataupun tidak jadi menebus obat tersebut. Setelah seluruh komposisi obat

disiapkan pada resep racikan, harus diperiksa kembali oleh petugas yang

berbeda, sebelum akhirnya diracik oleh reseptir. Hal ini bertujuan untuk

meminimalkan kesalahan peracikan jika obat yang diracik jumlahnya

kurang ataupun/lebih. Obat yang telah diracik kemudian diletakkan di

meja koreksi secara teratur urut sesuai nomor resepnya. Petugas yang

meracik memberi paraf pada kolom R.

Untuk pelayanan resep psikotropika dan narkotika dilakukan dengan

melakukan pencatatan pada buku register dan kartu stok. Hal-hal yang

perlu dicatat adalah tanggal, nama pasien, alamat pasien, nama obat yang

diambil dan jumlah yang diambil, sisa obat, nomor resep, nama dokter dan

paraf yang mengambil. Pencatatan narkotika dan psikotropika perlu

dilakukan karena Rumah Sakit harus melaporkan setiap bulannya ke Dinas

Kesehatan Kota/Kabupaten dan Propinsi serta BPOM terkait penggunaan

obat-obat golongan tersebut.

d. Koreksi (K)

Tahap koreksi, dilakukan untuk memastikan bahwa obat dan nama

pasien pada resep, sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang diberikan

pada petugas koreksi, serta sesuai dengan etiket (nama pasien, umur

pasien, nama dokter yang menulis resep, nama obat, kekuatan obat, jumlah

obat, aturan pakai dan aturan tambahan lainnya), kemudian mengecek

paraf petugas tahap sebelumnya. Petugas kemudian menuliskan waktu

selesai koreksi resep pada kolom T3 dan memberi paraf pada kolom K.

Peracikan dan pengontrolan dilakukan oleh petugas yang berbeda untuk

mengantisipasi terjadinya medication error.

e. Serah (S)

Pada tahap ini, petugas memanggil nama pasien beserta nama dokter

yang memberi resep, kemudian meminta kwitansi tembusan pembayaran

di kassa. Jika sudah sesuai, obat diserahkan kepada pasien disertai dengan

pemberian informasi obat, sebelumnya petugas sudah menggali ulang

informasi dari pasien terkait keluhan dan obat yang diterima untuk

memastikan agar tidak terjadi kesalahan informasi antara petugas dengan

dokter yang meresepkan. Petugas yang menyerahkan harus menuliskan

jam penyerahan obat pada kolom T4 serta memberikan paraf pada kolom

S. Informasi yang wajib diberikan saat penyerahan obat antara lain adalah

nama obat, kekuatan, jumlah, indikasi obat, aturan minum, cara

penggunaan, efek samping secara umum, kemungkinan adanya interaksi

obat (makanan, minuman atau obat) dan penyimpanan obat. Dalam

pemanfaatan SIM dalam penyerahan obat, petugas akan mengklik program

penyerahan untuk mempermudah pengecekan obat untuk pasien yang

sudah dipanggil tetapi belum datang dan mempermudah evaluasi.