SASTRA

12
SASTRA: RINGKASAN CIRI-CIRI KARYA SASTRA TIAP ANGKATAN Oleh danriris pada Artikel, Sastra. Ditandai:ciri-ciri periode sastra, Sastra. 29 Komentar Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka Berbicara tentang pertentangan adat dan kawin paksa, dominasi orang tua dalam perkawinan. Gaya penceritaan terpengaruh oleh sastra Melayu yang mendayu-dayu, masih menggunakan bahasa klise seperti peribahasa dan pepatah-petitih. Karya-karya yang diterbitkan Balai Pustaka diharuskan memenuhi Nota Rinkes yang berbunyi: didaktis, serta netral agama dan politik. Ciri-ciri Angkatan Pujangga Baru Menampilkan nasionalisme Indonesia,. memasuki kehidupan modern, menampakkan kebangkitan kaum muda. Banyak terpengaruh oleh Angkatan 1880 di Negeri Belanda, sehingga puisi-puisinya banyak yang berbentuk soneta. Pada masa ini terjadi polemik yang seru antartokoh-tokohnya. Sutan Takdir Alisyahbana berorientasi ke barat yang intelektualistik, individualistuik dan materialistik, punya idealisme tinggi akan kemajuan iptek/sains dan dunia. Sanusi Pane berorientasi ke timur (India, Timur Tengah, Cina) yang spiritualistik, mementingkan olah ruhani. Kemudian Armijn Pane, Amir Hamzah, Kihajar Dewantara, yang lebih menginginkan adanya sintesis barat yang sifistikated dan timur yang sufistik. Ciri-ciri Sastra Masa Masa Jepang dan Angkatan 45 Bicara tentang kegetiran nasib di tengah penjajahan Jepang yang sangat menindas, menampilkan cita-cita merdeka dan perjuangan revolusi fisik. Pada masa Jepang untuk berkelit dari sensor penguasa, berkembang sastra simbolik. Muncul ungkapan-ungkapan yang singkat-padat-bernas (gaya Chairil Anwar dalam puisi) dan kesederhanaan baru dengan kalimat pendek-pendek nan lugas (gaya Idrus dalam prosa fiksi/sketsa). Sastra dekade 50-an Memantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa ini sastra Indonesia sedang mengalami booming cerpen. Juga marak karya-karya teater dengan tokohnya Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra (sekarang Rendra saja).Mulai tumbuh sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus- kampus. Sastra Angkatan ‘66 Menegakkan keadilan dan kebenaran bnerdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran, bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI. Sastra Angkatan ’66 berobsesi menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya

Transcript of SASTRA

Page 1: SASTRA

SASTRA: RINGKASAN CIRI-CIRI KARYA SASTRA TIAP ANGKATANOleh danriris pada Artikel, Sastra. Ditandai:ciri-ciri periode sastra, Sastra. 29 Komentar

Ciri-ciri Angkatan Balai PustakaBerbicara tentang pertentangan adat dan kawin paksa, dominasi orang tua dalam perkawinan. Gaya penceritaan terpengaruh oleh sastra Melayu yang mendayu-dayu, masih menggunakan bahasa klise seperti peribahasa dan pepatah-petitih. Karya-karya yang diterbitkan Balai Pustaka diharuskan memenuhi Nota Rinkes yang berbunyi: didaktis, serta netral agama dan politik.Ciri-ciri Angkatan Pujangga BaruMenampilkan nasionalisme Indonesia,. memasuki kehidupan modern, menampakkan kebangkitan kaum muda. Banyak terpengaruh oleh Angkatan 1880 di Negeri Belanda, sehingga puisi-puisinya banyak yang berbentuk soneta. Pada masa ini terjadi polemik yang seru antartokoh-tokohnya. Sutan Takdir Alisyahbana berorientasi ke barat yang intelektualistik, individualistuik dan materialistik, punya idealisme tinggi akan kemajuan iptek/sains dan dunia. Sanusi Pane berorientasi ke timur (India, Timur Tengah,  Cina) yang spiritualistik, mementingkan olah ruhani. Kemudian Armijn Pane, Amir Hamzah, Kihajar Dewantara, yang lebih menginginkan adanya sintesis barat yang sifistikated dan timur yang sufistik.Ciri-ciri Sastra Masa Masa Jepang dan Angkatan 45Bicara tentang kegetiran nasib di tengah penjajahan Jepang yang sangat menindas, menampilkan cita-cita merdeka dan perjuangan revolusi fisik. Pada masa Jepang untuk berkelit dari sensor penguasa, berkembang sastra simbolik. Muncul ungkapan-ungkapan yang singkat-padat-bernas (gaya Chairil Anwar dalam puisi) dan kesederhanaan baru dengan kalimat pendek-pendek nan lugas (gaya Idrus dalam prosa fiksi/sketsa).Sastra dekade 50-anMemantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa ini sastra Indonesia sedang mengalami booming cerpen. Juga marak karya-karya teater dengan tokohnya Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra (sekarang Rendra saja).Mulai tumbuh sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus-kampus.Sastra Angkatan ‘66Menegakkan keadilan dan kebenaran bnerdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran,  bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI. Sastra Angkatan ’66 berobsesi menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya adalah pendukung utama Manifes Kebudayaan  yamng sempat berseteru dengan LEKRA.Dekade 70-an – 80-anPenuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, merekam kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman pemikiran dan penghayatan  modernitas. Muncul para pembaharu sastra Indonesia dengan karuya-karyanya yang unik dan segar seperti Sutarji Calzoum Bachri dan Yudhistira Ardi Noegraha dalamm puisi, Iwan Simatupang dan Danarto dal;am prosa fiksi, Arifin C. Noer dan Putu Wijaya dalam teater.Sastra Mutakhir  (Dekade 90-an dan Angkatan 2000)Memasuki era Reformasi yang sangat anti KKN dan praktik-praktik otoriter, penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran, mengandung renungan religiusitas dan nuansa-nuansa sufistik. Menampilkan euforia menyuarakan hati nurani dan

Page 2: SASTRA

akal sehat untuk pencerahan kehidupan multidimensional. Taufiq Ismail yang pernah terkenal sebagai tokoh sastra Angkatan ’66 ikut mengawal Reformasi dengan bukunya antologi puisi “Malu Aku Jadi Orang Indonesia” (MAJOI). Di samping menampilkan sanjak-sanjak peduli bangsa (istilah yang diusung rubrik budaya Republika) dan karya-karya reformasi yang anti penindasan, gandrung keadilan, berbahasa kebenaran (sesuai Sumpah Rakyat 1998), muncul pula fenomena kesetaraan gender yang mengarah ke woman libs sebagaimana tercermin dalam karya-karya Ayu Utami dari Komunitas Sastra/Teater Utan Kayu, Jenar Mahesa Ayu, Dewi Lestari. Pada era yang bersamaan berkibar bendera Forum Lingkar Pena (FLP) dengan tokohnya HTR (Helvy Tiana Rosa) yang berobsesi mengusung Sastra Pencerahan, Menulis Bisa Bikin Kaya (kaya ruhani, kaya pikiran,, kaya wawasan, dan semacamnya).27NOVB.KARYA SASTRA TERPENTING PADA TIAP PERIODE DAN CIRI-CIRI MASING-MASING ANGKATANOleh danriris pada Sastra. Ditandai:ciri-ciri periode sastra, Novel, periode sastra, Sastra. 26 Komentar

Dalam sejarah sastra Indonesia, karya sastra bisa dibagi berdasarkan periodisasinya. Periodisasi adalah pembagian kronologi perjalanan sastra atas masanya, biasanya berupa dekade-dekade. Pada dekade-dekade tertentu dikenall angkatan-angkatan kesusastraan, misalnya Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Angkatan ’45, Angkatan ‘66 dan Angkatan 2000.Kedua istilah itu (dekade dan angkatan) bisa digunakan secara bersamaan, bahkan adakalanya angkatan kesusastraan tertentu diberi nama dekade tertentu.Dimulai dari masa Balai Pustaka, sejarah kesusastraan Indonesia bisa dirinci atau dilakukan periodisasi berikut ini:

1. Angkatan Balai Pustaka (Dekade 20-an)2. Angkatan Pujangga Baru (Dekade 30-an)3. Kesusastraan Masa Jepang4. Angkatan ‘455. Sastra Dekade 50-an6. Sastra Angkatan ’66 (Generasi Manifes Kebudayaan)7. Sastra Dekade 70-an s.d. 80-an /Angkatan 80-an8. Sastra Mutakhir/Terkini

(Dekade 1990-an dan Angkatan 2000).Dalam setiap angkatan/periodenya, kesusastraan tentu memiliki tokoh-tokoh sastrawan-sastrawati baik pengarang yang mencipta bentuk-bentuk prosa maupun penyair yang mengarang bentuk-bentuk puisi. Kadang-kadang sang pengarang juga sekaligus penyair karena ia mencipta dua bentuk sekaligus, yakni puisi dan prosa fiksi, misalnya Muhammad Yamin, Sanusi Pane, Sutan Takdir Alisyahbana, Ayip Rosidi, Motenggo Boesye, Rendra, Kuntowijoyo, Emha Ainun Najib, Afrizal Malna, Abidah Al Khalieqy, Helvy Tiana Rosa, dan Iain-lain.

1. Karya Sastra Terpenting dan Ciri-ciri pada Tiap-tiap PeriodeDi atas telah disampaikan periodisasi kesusastraan Indonesia diawali dari Angkatan Balai Pustaka yang mulai berkiprah pada era 20-an sampai Angkatan 2000 sekarang ini. Pada masing-masing angkatan/periode muncul hasil-hasil karya sastra yang penting dan monumental yang dikarang oleh sastrawan-sastrawati terkenal, baik berbentuk prosa fiksi, puisi maupun naskah drama. Karya sastra pada masing-masing angkatan/periode memiliki ciri-ciri tertentu.Angkatan Balai Pustaka/Dekade 20-an, tokoh-tokohnya:a. Marah Rusli dengan karyanya roman “Siti Nurbaya”.

Page 3: SASTRA

b. Muhammad Yamin dengan karyanya kumpulan puisi “Tanah Air”,e. Abdul Muis dengan karyanya roman “Salah Asuhan”.d. Rustam Efendi dengan karyanya kumpulan puisi “Percikan Permenungan”.e. Nur Sutan Iskandar dengan karyanya roman “Katak Hendak Jadi Lembu”.Angkatan Pujangga Baru/Dekade 30-an dengan tokoh-tokohnya:a. Sutan Takdir Alisyahbana dengan karyanya roman “Layar Terkembang” dankumpulan puisi “Tebaran Mega”.b. Amir Hamzah dengan karyanya kumpulan puisi “Buah Rindu” dan “Nyanyi Sunyi”.e. Armijn Pane dengan karyanya roman “Belenggu”.d. Sanusi Pane dengan kumpulan puisinya “Madah Kelana” dan drama “ManusiaBaru”e. Y.E. Tatengkeng dengan kumpulan puisinya “Rindu Dendam”.f. HAMKA dengan romannya “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”.Kesusastraan Masa Jepang dan Angkatan ‘45 dengan tokoh-tokohnya:a. Chairil Anwar dengan kumpulan puisinya “Deru Campur Debu”.b. Usmar Ismail dengan dramanya “Citra”e. El Hakim dengan dramanya “Taufan di Atas Asia”.d. Achdiat Kartamihardja dengan romannya “Atheis”.e. Pramudya Ananta Toer dengan romannya “Percikan Revolusi”Di era sekarang Pramudya terkenal dengan caturlogi roman Pulau Buru.Dekade 50-an dengan tokoh-tokohnya antara lain:

1. Ayip Rosidi dengan novelnya “Sebuah Rumah Buat Hari Tua”.2. Motinggo Boesye dengan dramanya “Malam Jahannam”.3. Nh. Dini dengah novelnya “Hati yang Damai”.4. Rendra dengan kumpulan puisinya “Balada Orang-orang Tercinta”.

Penyair ini masih kreatif sampai sekarang.5. Mochtar Lubis dengan novelnya “Jalan Tak Ada Ujung”.Angkatan ‘66 dengan tokoh-tokohnya antara lain:

1. Taufiq Ismail dengan kumpulan puisinya “Tirani” dan “Benteng”.2. Sapardi Joko Damono dengan kumpulan puisinya “Duka-Mu Abadi”.3. Hartoyo Andangjaya dengan kumpulan puisinya “Buku Puisi”.4. Bur Rasuanto dengan kumpulan puisinya “Mereka Telah Bangkit”.5. Ramadhan KH dengan novelnya “Royan Revolusi” dan kumpulan puisi

“PrianganSi Jelita”.

Angkatan 70-an – 80-an dengan tokoh-tokohnya antara lain:1. Sutardji Calzoum Bachri dengan kumpulan puisinya ”O Amuk Kapak”.2. Iwan Simatupang dengan novelnya “Ziarah”.3. Danarto dengan kumpulan cerpennya “Godlob”.4. Y.B. Mangunwijaya dengan novelnya “Burung-burung Manyar”.5. Putu Wijaya dengan novelnya ”Telegram”, dan drama “Dag Dig Dug”.6. Kuntowijoyo dengan novelnya “Khotbah di Atas Bukit”7. Yudhistira Ardi Noegraha dengan novelnya “Mencoba Tidak Menyerah”.8. Arifin C. Noer dengan dramanya “Mega-Mega”.9. Umar Kayam dengan novelnya “Para Priyayi”.10.Ahmad Tohari dengan trilogi novel “Ronggeng Dukuh Paruk”.

Sastra Mutakhir (Dekade 90-an dan Angkatan 2000) dengan tokohnya antara lain:

1. Emha Ainun Najib dengan kumpulan puisinya “Sesobek Buku Harian Indonesia”dan drama “Lautan Jilbab”.

Page 4: SASTRA

2. Seno Gumira Ajidarma dengan kumpulan cerpennya “Iblis Tidak Pernah Mati”.

3. Ayu Utami dengan novelnya “Saman” dan “Larung”4. Jenar Mahesa Ayu dengan kumpulan cerpennya “Mereka Bilang Saya

Monyet”.5. N. Riantiarno dengan dramanya “Opera Kecoa” dan “Republik Bagong”:.6. Yanusa Nugraha dengan kumpulan cerpennya “Segulung Cerita Tua” .7. Afrizal Malna dengan kumpulan puisinya “Abad yang Berlari”.8. Ahmadun Y. Herfanda dengan kumpulan puisinya “Sembahyang

Rumputan”.9. D. Zawawi Imron dengan kumpulan puisinya “Bantalku Ombak, Selimutku

Angin”.10.K.H. Ahmad Mustofa Bisri dengan kumpulan puisinya “Ohoi Puisi-puisi

Balsem” dan “Gandrung”.http://danririsbastind.wordpress.com/tag/ciri-ciri-periode-sastra/

Perbedaan, Ciri-ciri dan Contoh Karya Sastra pada Setiap Angkatan

  Angkatan ’20-an atau Angkatan Balai PustakaDisebut Angkatan Dua Puluhan karna novel yang pertama kali terbit adalah novel Azab dan Sengsarayang diterbitkan pada tahun 1921 oleh Merari siregar. Disebut pula sebagai Angkatan Balai Pustaka karna karya-karya tersebut banyak diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka.

         Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan ’20-an 

Cirri-ciri Karya Penting pengarang

Puisinya berupa syair dan pantun

Alirannya bercorak romantic

Soal kebangsaan belum mengemuka

Gaya bahasa masih menggunakan perumpamaan

Azab dan Sengsara Merari Siregar

Sitti Nurbaya Marah Rusli

Salah Asuhan Abdul Muis

Sengsara Membawa Nikmat Tulis Sutan Sati

   Angkatan ’30-an atau Angkatan Pujangga BaruIstilah Angkatan Pujangga Baru untuk karya-karya yang lahir tahun ’30-’40-an, diambil dari majalah Pujangga Baroe yang terbit tahun 1933. Disebut sebagai Angkatan Tiga Puluhan sebab sngkatan ini lahir pada tahun ’30-an.

         Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan ’30-an

        Cirri-ciri        Karya Penting            pengarang

          Dinamis

            Individualistis

           Layar Terkembang            S.T. Alisyahbana

            Belenggu       Armin Pane

        Indonesia Tumpah       Muhammad Yamin

Page 5: SASTRA

             Tidak persoalkan tradisi sebagai temanya

Darahku

           Nyanyian Sunyi & Buah Rindu

      Amir Hamzah

     Periode ‘45

Disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar  kerna perjuangan Chairil Anwar dalam melahirkan angkatan ’45 ini. Disebut juga sebagai angkatan kemerdekaan karna dilahirkan pada tahun Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.

         Contoh ciri-ciri dan karya penting pada periode ‘45

Ciri-ciri karya pengarang

Bebas

Individualistis

Universitalitas

realitas

Aku Chairil Anwar

    Tiga Menguak Takdir     Chairil Anwar, Asrul Sani, Riayi Apin

Atheis      Achdiat Karta Mihardja

     Dari Ave Maria ke Jalan Lain Roma

Idrus

  Surat Kertas Hijau dan Wajah Tak Bernam

Sitor Situmorang

  Angkatan ‘66Nama Ankatan ’66 dicetuskan oleh Hans Bague Jassin melalui bukunya yang berjudul Angkatan ’66 bersamaan dengan kondisi politik Indonesia yan tengah kacau akibat PKI.

         Contoh ciri-ciri karya penting pada Angkatan ‘66

Ciri-ciri Karya pengarang

Kebanyakan tentang protes terhadap social

dan politik

      Mulai dikenal gaya epic pada puisi

         Banyak penggunaan gaya retorik

dan slogan

     Cerita dengan berlatar perang

Pagar KawatBerduri

Toha Mochtar

Tirani dan Benteng Taufiq Ismail

Pariksit         Goenawan Mohammad

Para Priayi Umar Kayam

        Mata Pisau dan Peluru Kertas

       Supardi Joko Damono

  Angkatan ’70-an

Page 6: SASTRA

         Sekitar tahun ’70-an, muncul karya-karya sastra yang lain dari sebelumnya yang dimana tidak menekankan pada makna kata yang kemudian digolongkan kedalam jenis sastra kontemporer.

Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan ’70-an

Ciri-ciri karya pengarang

Diabaikannya unsur makna

Penuh semangat eksperimentasi

Beraliran surealistik

Dalam drama, pemain sering improvisasi

O, Amuk, Kapak Sutardji Calzoum Bachri

Hukla Leon Agusta

Wajah Kita Hamid Jabar

Catatan Sang Koruptor

F. Ibrahim

Dandandik Ibrahim Sattah

  Angkatan ’80-anKarya sastra Indonesia pada setelah tahun 1980 ditandai dengan banyaknya roman pecintaan karya sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut.

         Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan ’80-an

Ciri-ciri karya pengarang    Didominasi oleh roman

percintaan

Konvensional : tokoh antagonis selalu kalah

         Tumbuh sastra beraliran pop

          Karya sastra tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan

umum

Pulau Buru        Pramoedya Ananta Toer

    Burun- Burung Manyar Y.B Mangun Wijaya

Boko Darman Moenir

       Ronggen Dukuh Paruk

Ahmad Tohari

Lupus Hilman Hariwijaya

  Angkatan ReformasiMunculnya ankatann ini ditandai dengan dengan maraknya karya sastra yang bertemakan seputar reformasi. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan social dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru.

         Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan Reformasi

Ciri-ciri karya pengarang

       Bertemakan social-politik

      Penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran

Puisi Pelo Widji Thukul

Resonansi Indonesia            Ahmodun Yosi Herfanda

Page 7: SASTRA

          Menampilkan sajak-sajak peduli bangsa

Di Luar Kota       Acep Zamzam Noer

Abad yang Berlari Afrizal Malna

Opera Kecoa N. Rianto

  Angkatan 2000Angkatan ini ditandai dengan oleh karya-karya yang cenderung berani an vulgar dan kebanyakan mengadopsi begitu saja moral pergaulan bebas ala remaja Amerika. Tetapi pada masa ini, muncul jua fiksi-fiksi islami.

         Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan 2000

Ciri-ciri karya Angkatan

Karya cenderung vular

       Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami

Muncul cyber sastra di internet

      Bahasa kerakyatjelataan

Saman Ayu Utami

Atas Nama Malam Seno umira Ajidarma

Supernova Dewi Lestari

      Pulau Cinta di Peta Buta

Raudal Tanjung Banua

Ayat-Ayat Cinta           Habiburrahman El-Shirazy

http://catatanbahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/perbedaan-ciri-ciri-dan-contoh-karya.html

2. Ciri-ciri Sastra Peralihan

Sastra peralihan memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut.

a. Hikayat zaman peralihan mempunyai motif-motif cerita India. Motif-

motif tersebut adalah sebagai berikut.

Tokoh Peristiwa

Tokoh Ditokohi dewa-dewi, bidadari, yang turun ke dunia untuk menjadi

anak raja

Kelahiran tokoh Tokoh utama biasanya lahir secara ajaib, disertai gejala

alam luar biasa, lahir bersama senjata sakti

Tuah Anak raja biasanya membawa tuah yang menjadikan negeri

makmur, aman sentausa

Petualangan Setelah mengalami masa damai bersama orang tuanya,

tokoh utama biasanya melakukan petualangan yang luar biasa dan

memperoleh hikmat-hikmat yang luar biasa pula. Petualangan itu terjadi

Page 8: SASTRA

karena beberapa sebab, misalnya difitnah, diserang garuda/ naga,

mencari putri yang ada dalam mimpi, diculik, dan sebagainya.

Akhir cerita Cerita diakhiri dengan tokoh utama yang berbahagia

bersama istri-istrinya.

b. Muncul unsur-unsur Islam.

Dalam hikayat peralihan, unsur-unsur Islam dimunculkan. Unsur-unsur

tersebut adalah sebagai berikut.

a) Penyebutan nama Tuhan mula-mula disebut dengan nama Hindu

seperti dewata mulia raya, Batara Kala lalu menjadi nama Islam seperti

raja syah alam atau Allah Subhana wa Ta’ala.

b) Penggantian judul

Dalam hal judul, sastra zaman peralihan sering memiliki dua judul, yakni

judul yang terpengaruh Hindu dan judul yang terpengaruh Islam. Contoh

hikayat yang memiliki dua judul tersebut dapat dilihat di tabel berikut.

Nama Hindu Nama Islam

Hikayat Marakarma Hikayat Si Miskin

Hikayat Indrajaya/ Hikayat Bikramajaya Hikayat Syah Mardan

Hikayat Serangga Bayu Hikayat Ahmad Muhammad

c) Dimunculkan percakapan mengenai agama Islam oleh tokoh tertentu.

Misalnya (1) Inderajaya bertanya jawab tentang agama Islam dengan

istrinya, (2) Lukman Hakim muncul menerangkan perbedaan antara

sembahyang dan salat, arti syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat. (3)

Isma Yatim menguraikan syarat raja dan hukum Allah (Fang, 1991:152).

c. Ceritanya masih ada unsur masa lampau tapi sudah ditulis siapa nama

pengarangnya , berbeda dengan karya sastra sebelumnya yang belum

dicantumkan nama pengarangnya.

B. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi bukan sastrawan Indonesia

Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dilahirkan di Malaka pada tahun 1796.

ia adalah seorang sastrawn melayu dari keturunan keluarga terpelajar.

Ayahnya seorang narasumber, pakar bahasa Melayu dari Britania Raya.

Munsyi adalah seorang keturunan Arab, tepatnya dari Yaman. Namun

fakta menunjukkan Abdulkadir Munsyi sendiri adalah keturunan Tamil

dan pandai berbahasa nenek moyangnya. Konon leluhurnya adalah

seorang guru agama dan guru bahasa Arab yang sekian lama menetap di

Page 9: SASTRA

India Selatan. Karena itulah Abdullah bin Abdulkadir Munsyi beristrikan

wanita keturunan Tamil

Sebagai seorang sastrawan, Abdulkadir Munsyi dikenal suka menulis

karya sastra yang penuh dengan nasehat dan pengajaran. Di antara

karyanya yang terkenal yaitu Hikayat Abdullah dan Hikayat Panca

Tanderan. Hikayat Abdullah bercerita tentang kondisi pada paruh

pertama abad ke 19. Misalkan mengenai kota Malaka dan Singapura.

Diceritakan juga tokoh - tokoh yang berpengaruh pada masa tersebut

seperti John Stamford Raffles, Lord Minto, Farquhar dan Timmerman

Thijssen. Selain itu ia banyak juga menceritakan perihal kehidupan

sehari-hari bangsa Melayu kala itu. Adapun Hikayat Panca Tanderan

bercerita tentang sebuah negeri di tanah Hindustan bernama negeri

Padalipurwan. Negeri ini diperintah oleh Raja Sukadarma.

Nama Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, atau disingkat Abdullah Munsyi,

sudah akrab di masyarakat Malaysia dan Indonesia. Banyak sarjana dan

ahli membahas karya-karyanya, tetapi keliru karena menganggap apa

yang ditulis Abdullah Munsyi sebagai fakta sejarah. Padahal, karya

Abdullah Munsyi merupakan fiksi.

Kenyataan itu terungkap ketika budayawan Ajip Rosidi membahas tiga

jilid buku Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi yang ditulis

Amin Sweeney, profesor emeritus dalam bidang pengkajian Melayu dari

Universitas California, Berkeley, yang kini tinggal di Jakarta. ”Sebagai

fiksi, maka usaha para sarjana yang mencoba memeriksa data-data

historis berhubungan dengan karya-karya Abdullah Munsyi hanya

perbuatan sia-sia belaka,” katanya.

Di hadapan sekitar 200 orang yang hadir dalam bedah buku itu, Ajip

menegaskan, meskipun dalam karangan-karangannya Abdullah Munsyi

selalu menggunakan kata ganti orang pertama, sebagai saksi tentang apa

yang terjadi dan diceritakannya seperti Singapura terbakar, perjalanan

ke Kelantan dan ke Mekkah, pada dasarnya karya Abdullah Munsyi

merupakan fiksi.

Dalam buku Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (penerbit

Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan Ecole Francaise

d`Extreme-Orient, Jakarta), Amin Sweeney juga membahas secara

mendalam tentang sastra lisan dan pernaskahan.

Amin Sweeney yang juga tampil mendampingi Ajip Rosidi pada sesi

dialog menegaskan, banyak sarjana dan pakar melakukan pendekatan

sejarah, tetapi tidak masuk ke dalam teks itu sendiri. Mereka

Page 10: SASTRA

memeriksanya dengan data-data sejarah yang mereka peroleh di luar

teks.

Abdullah bin Abdulkadir Munsyi wafat di Jeddah pada tahun 1854.

C. Peranan Kesusatraan Peralihan dalam Kesusastraan Indonesia

Karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dianggap bercorak baru karena

tidak lagi berisi tentang istana dan raja-raja, tetapi tentang kehidupan

manusia dan masyarakat yang nyata. Misalnya Hikayat Abdullah

( otobiografi ), Syair Perihal Singapura dimakan Api, Kisah Pelayaran

Abdullah ke Negri Jeddah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak hanya

dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa

Melayu yang ke Arab-araban. Kesusastraan Peralihan yaitu

perkembangan dari sastra Melayu klasik ke sastra Melayu Modern.

Dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh pengarang nya .

jadi peranannya peralihan sastra Melayu Klasik ke sastra Modern dengan

adanya karya-karya yang sudah ada.

D. Contoh kesusastraan Peralihan

Beberapa buah karya sastra pada zaman peralihan antara lain :

1. Syair Abdul Muluk karya Siti Suleha

2. Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji

3. Kisah pelayaran Abdullah ke Negeri jeddah karya Abdullah Munsyi

4. Kisah pelayaran Abdullah ke Kelantan karya Abdullah Munsyi

5. Syair Singapura dimakan Api karya Abdullah Munsyi

6. Hikayat Abdullah karya Abdullah Munsyi

7. Panji Tanderan karya Abdullah Munsyi

8. Hikayat Kalilah dan Daminah karya Abdullah Munsy