SASTRA
-
Upload
nanang-suwandana -
Category
Documents
-
view
407 -
download
6
Transcript of SASTRA
SASTRA: RINGKASAN CIRI-CIRI KARYA SASTRA TIAP ANGKATANOleh danriris pada Artikel, Sastra. Ditandai:ciri-ciri periode sastra, Sastra. 29 Komentar
Ciri-ciri Angkatan Balai PustakaBerbicara tentang pertentangan adat dan kawin paksa, dominasi orang tua dalam perkawinan. Gaya penceritaan terpengaruh oleh sastra Melayu yang mendayu-dayu, masih menggunakan bahasa klise seperti peribahasa dan pepatah-petitih. Karya-karya yang diterbitkan Balai Pustaka diharuskan memenuhi Nota Rinkes yang berbunyi: didaktis, serta netral agama dan politik.Ciri-ciri Angkatan Pujangga BaruMenampilkan nasionalisme Indonesia,. memasuki kehidupan modern, menampakkan kebangkitan kaum muda. Banyak terpengaruh oleh Angkatan 1880 di Negeri Belanda, sehingga puisi-puisinya banyak yang berbentuk soneta. Pada masa ini terjadi polemik yang seru antartokoh-tokohnya. Sutan Takdir Alisyahbana berorientasi ke barat yang intelektualistik, individualistuik dan materialistik, punya idealisme tinggi akan kemajuan iptek/sains dan dunia. Sanusi Pane berorientasi ke timur (India, Timur Tengah, Cina) yang spiritualistik, mementingkan olah ruhani. Kemudian Armijn Pane, Amir Hamzah, Kihajar Dewantara, yang lebih menginginkan adanya sintesis barat yang sifistikated dan timur yang sufistik.Ciri-ciri Sastra Masa Masa Jepang dan Angkatan 45Bicara tentang kegetiran nasib di tengah penjajahan Jepang yang sangat menindas, menampilkan cita-cita merdeka dan perjuangan revolusi fisik. Pada masa Jepang untuk berkelit dari sensor penguasa, berkembang sastra simbolik. Muncul ungkapan-ungkapan yang singkat-padat-bernas (gaya Chairil Anwar dalam puisi) dan kesederhanaan baru dengan kalimat pendek-pendek nan lugas (gaya Idrus dalam prosa fiksi/sketsa).Sastra dekade 50-anMemantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa ini sastra Indonesia sedang mengalami booming cerpen. Juga marak karya-karya teater dengan tokohnya Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra (sekarang Rendra saja).Mulai tumbuh sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus-kampus.Sastra Angkatan ‘66Menegakkan keadilan dan kebenaran bnerdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran, bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI. Sastra Angkatan ’66 berobsesi menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya adalah pendukung utama Manifes Kebudayaan yamng sempat berseteru dengan LEKRA.Dekade 70-an – 80-anPenuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, merekam kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas. Muncul para pembaharu sastra Indonesia dengan karuya-karyanya yang unik dan segar seperti Sutarji Calzoum Bachri dan Yudhistira Ardi Noegraha dalamm puisi, Iwan Simatupang dan Danarto dal;am prosa fiksi, Arifin C. Noer dan Putu Wijaya dalam teater.Sastra Mutakhir (Dekade 90-an dan Angkatan 2000)Memasuki era Reformasi yang sangat anti KKN dan praktik-praktik otoriter, penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran, mengandung renungan religiusitas dan nuansa-nuansa sufistik. Menampilkan euforia menyuarakan hati nurani dan
akal sehat untuk pencerahan kehidupan multidimensional. Taufiq Ismail yang pernah terkenal sebagai tokoh sastra Angkatan ’66 ikut mengawal Reformasi dengan bukunya antologi puisi “Malu Aku Jadi Orang Indonesia” (MAJOI). Di samping menampilkan sanjak-sanjak peduli bangsa (istilah yang diusung rubrik budaya Republika) dan karya-karya reformasi yang anti penindasan, gandrung keadilan, berbahasa kebenaran (sesuai Sumpah Rakyat 1998), muncul pula fenomena kesetaraan gender yang mengarah ke woman libs sebagaimana tercermin dalam karya-karya Ayu Utami dari Komunitas Sastra/Teater Utan Kayu, Jenar Mahesa Ayu, Dewi Lestari. Pada era yang bersamaan berkibar bendera Forum Lingkar Pena (FLP) dengan tokohnya HTR (Helvy Tiana Rosa) yang berobsesi mengusung Sastra Pencerahan, Menulis Bisa Bikin Kaya (kaya ruhani, kaya pikiran,, kaya wawasan, dan semacamnya).27NOVB.KARYA SASTRA TERPENTING PADA TIAP PERIODE DAN CIRI-CIRI MASING-MASING ANGKATANOleh danriris pada Sastra. Ditandai:ciri-ciri periode sastra, Novel, periode sastra, Sastra. 26 Komentar
Dalam sejarah sastra Indonesia, karya sastra bisa dibagi berdasarkan periodisasinya. Periodisasi adalah pembagian kronologi perjalanan sastra atas masanya, biasanya berupa dekade-dekade. Pada dekade-dekade tertentu dikenall angkatan-angkatan kesusastraan, misalnya Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Angkatan ’45, Angkatan ‘66 dan Angkatan 2000.Kedua istilah itu (dekade dan angkatan) bisa digunakan secara bersamaan, bahkan adakalanya angkatan kesusastraan tertentu diberi nama dekade tertentu.Dimulai dari masa Balai Pustaka, sejarah kesusastraan Indonesia bisa dirinci atau dilakukan periodisasi berikut ini:
1. Angkatan Balai Pustaka (Dekade 20-an)2. Angkatan Pujangga Baru (Dekade 30-an)3. Kesusastraan Masa Jepang4. Angkatan ‘455. Sastra Dekade 50-an6. Sastra Angkatan ’66 (Generasi Manifes Kebudayaan)7. Sastra Dekade 70-an s.d. 80-an /Angkatan 80-an8. Sastra Mutakhir/Terkini
(Dekade 1990-an dan Angkatan 2000).Dalam setiap angkatan/periodenya, kesusastraan tentu memiliki tokoh-tokoh sastrawan-sastrawati baik pengarang yang mencipta bentuk-bentuk prosa maupun penyair yang mengarang bentuk-bentuk puisi. Kadang-kadang sang pengarang juga sekaligus penyair karena ia mencipta dua bentuk sekaligus, yakni puisi dan prosa fiksi, misalnya Muhammad Yamin, Sanusi Pane, Sutan Takdir Alisyahbana, Ayip Rosidi, Motenggo Boesye, Rendra, Kuntowijoyo, Emha Ainun Najib, Afrizal Malna, Abidah Al Khalieqy, Helvy Tiana Rosa, dan Iain-lain.
1. Karya Sastra Terpenting dan Ciri-ciri pada Tiap-tiap PeriodeDi atas telah disampaikan periodisasi kesusastraan Indonesia diawali dari Angkatan Balai Pustaka yang mulai berkiprah pada era 20-an sampai Angkatan 2000 sekarang ini. Pada masing-masing angkatan/periode muncul hasil-hasil karya sastra yang penting dan monumental yang dikarang oleh sastrawan-sastrawati terkenal, baik berbentuk prosa fiksi, puisi maupun naskah drama. Karya sastra pada masing-masing angkatan/periode memiliki ciri-ciri tertentu.Angkatan Balai Pustaka/Dekade 20-an, tokoh-tokohnya:a. Marah Rusli dengan karyanya roman “Siti Nurbaya”.
b. Muhammad Yamin dengan karyanya kumpulan puisi “Tanah Air”,e. Abdul Muis dengan karyanya roman “Salah Asuhan”.d. Rustam Efendi dengan karyanya kumpulan puisi “Percikan Permenungan”.e. Nur Sutan Iskandar dengan karyanya roman “Katak Hendak Jadi Lembu”.Angkatan Pujangga Baru/Dekade 30-an dengan tokoh-tokohnya:a. Sutan Takdir Alisyahbana dengan karyanya roman “Layar Terkembang” dankumpulan puisi “Tebaran Mega”.b. Amir Hamzah dengan karyanya kumpulan puisi “Buah Rindu” dan “Nyanyi Sunyi”.e. Armijn Pane dengan karyanya roman “Belenggu”.d. Sanusi Pane dengan kumpulan puisinya “Madah Kelana” dan drama “ManusiaBaru”e. Y.E. Tatengkeng dengan kumpulan puisinya “Rindu Dendam”.f. HAMKA dengan romannya “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”.Kesusastraan Masa Jepang dan Angkatan ‘45 dengan tokoh-tokohnya:a. Chairil Anwar dengan kumpulan puisinya “Deru Campur Debu”.b. Usmar Ismail dengan dramanya “Citra”e. El Hakim dengan dramanya “Taufan di Atas Asia”.d. Achdiat Kartamihardja dengan romannya “Atheis”.e. Pramudya Ananta Toer dengan romannya “Percikan Revolusi”Di era sekarang Pramudya terkenal dengan caturlogi roman Pulau Buru.Dekade 50-an dengan tokoh-tokohnya antara lain:
1. Ayip Rosidi dengan novelnya “Sebuah Rumah Buat Hari Tua”.2. Motinggo Boesye dengan dramanya “Malam Jahannam”.3. Nh. Dini dengah novelnya “Hati yang Damai”.4. Rendra dengan kumpulan puisinya “Balada Orang-orang Tercinta”.
Penyair ini masih kreatif sampai sekarang.5. Mochtar Lubis dengan novelnya “Jalan Tak Ada Ujung”.Angkatan ‘66 dengan tokoh-tokohnya antara lain:
1. Taufiq Ismail dengan kumpulan puisinya “Tirani” dan “Benteng”.2. Sapardi Joko Damono dengan kumpulan puisinya “Duka-Mu Abadi”.3. Hartoyo Andangjaya dengan kumpulan puisinya “Buku Puisi”.4. Bur Rasuanto dengan kumpulan puisinya “Mereka Telah Bangkit”.5. Ramadhan KH dengan novelnya “Royan Revolusi” dan kumpulan puisi
“PrianganSi Jelita”.
Angkatan 70-an – 80-an dengan tokoh-tokohnya antara lain:1. Sutardji Calzoum Bachri dengan kumpulan puisinya ”O Amuk Kapak”.2. Iwan Simatupang dengan novelnya “Ziarah”.3. Danarto dengan kumpulan cerpennya “Godlob”.4. Y.B. Mangunwijaya dengan novelnya “Burung-burung Manyar”.5. Putu Wijaya dengan novelnya ”Telegram”, dan drama “Dag Dig Dug”.6. Kuntowijoyo dengan novelnya “Khotbah di Atas Bukit”7. Yudhistira Ardi Noegraha dengan novelnya “Mencoba Tidak Menyerah”.8. Arifin C. Noer dengan dramanya “Mega-Mega”.9. Umar Kayam dengan novelnya “Para Priyayi”.10.Ahmad Tohari dengan trilogi novel “Ronggeng Dukuh Paruk”.
Sastra Mutakhir (Dekade 90-an dan Angkatan 2000) dengan tokohnya antara lain:
1. Emha Ainun Najib dengan kumpulan puisinya “Sesobek Buku Harian Indonesia”dan drama “Lautan Jilbab”.
2. Seno Gumira Ajidarma dengan kumpulan cerpennya “Iblis Tidak Pernah Mati”.
3. Ayu Utami dengan novelnya “Saman” dan “Larung”4. Jenar Mahesa Ayu dengan kumpulan cerpennya “Mereka Bilang Saya
Monyet”.5. N. Riantiarno dengan dramanya “Opera Kecoa” dan “Republik Bagong”:.6. Yanusa Nugraha dengan kumpulan cerpennya “Segulung Cerita Tua” .7. Afrizal Malna dengan kumpulan puisinya “Abad yang Berlari”.8. Ahmadun Y. Herfanda dengan kumpulan puisinya “Sembahyang
Rumputan”.9. D. Zawawi Imron dengan kumpulan puisinya “Bantalku Ombak, Selimutku
Angin”.10.K.H. Ahmad Mustofa Bisri dengan kumpulan puisinya “Ohoi Puisi-puisi
Balsem” dan “Gandrung”.http://danririsbastind.wordpress.com/tag/ciri-ciri-periode-sastra/
Perbedaan, Ciri-ciri dan Contoh Karya Sastra pada Setiap Angkatan
Angkatan ’20-an atau Angkatan Balai PustakaDisebut Angkatan Dua Puluhan karna novel yang pertama kali terbit adalah novel Azab dan Sengsarayang diterbitkan pada tahun 1921 oleh Merari siregar. Disebut pula sebagai Angkatan Balai Pustaka karna karya-karya tersebut banyak diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka.
Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan ’20-an
Cirri-ciri Karya Penting pengarang
Puisinya berupa syair dan pantun
Alirannya bercorak romantic
Soal kebangsaan belum mengemuka
Gaya bahasa masih menggunakan perumpamaan
Azab dan Sengsara Merari Siregar
Sitti Nurbaya Marah Rusli
Salah Asuhan Abdul Muis
Sengsara Membawa Nikmat Tulis Sutan Sati
Angkatan ’30-an atau Angkatan Pujangga BaruIstilah Angkatan Pujangga Baru untuk karya-karya yang lahir tahun ’30-’40-an, diambil dari majalah Pujangga Baroe yang terbit tahun 1933. Disebut sebagai Angkatan Tiga Puluhan sebab sngkatan ini lahir pada tahun ’30-an.
Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan ’30-an
Cirri-ciri Karya Penting pengarang
Dinamis
Individualistis
Layar Terkembang S.T. Alisyahbana
Belenggu Armin Pane
Indonesia Tumpah Muhammad Yamin
Tidak persoalkan tradisi sebagai temanya
Darahku
Nyanyian Sunyi & Buah Rindu
Amir Hamzah
Periode ‘45
Disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar kerna perjuangan Chairil Anwar dalam melahirkan angkatan ’45 ini. Disebut juga sebagai angkatan kemerdekaan karna dilahirkan pada tahun Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.
Contoh ciri-ciri dan karya penting pada periode ‘45
Ciri-ciri karya pengarang
Bebas
Individualistis
Universitalitas
realitas
Aku Chairil Anwar
Tiga Menguak Takdir Chairil Anwar, Asrul Sani, Riayi Apin
Atheis Achdiat Karta Mihardja
Dari Ave Maria ke Jalan Lain Roma
Idrus
Surat Kertas Hijau dan Wajah Tak Bernam
Sitor Situmorang
Angkatan ‘66Nama Ankatan ’66 dicetuskan oleh Hans Bague Jassin melalui bukunya yang berjudul Angkatan ’66 bersamaan dengan kondisi politik Indonesia yan tengah kacau akibat PKI.
Contoh ciri-ciri karya penting pada Angkatan ‘66
Ciri-ciri Karya pengarang
Kebanyakan tentang protes terhadap social
dan politik
Mulai dikenal gaya epic pada puisi
Banyak penggunaan gaya retorik
dan slogan
Cerita dengan berlatar perang
Pagar KawatBerduri
Toha Mochtar
Tirani dan Benteng Taufiq Ismail
Pariksit Goenawan Mohammad
Para Priayi Umar Kayam
Mata Pisau dan Peluru Kertas
Supardi Joko Damono
Angkatan ’70-an
Sekitar tahun ’70-an, muncul karya-karya sastra yang lain dari sebelumnya yang dimana tidak menekankan pada makna kata yang kemudian digolongkan kedalam jenis sastra kontemporer.
Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan ’70-an
Ciri-ciri karya pengarang
Diabaikannya unsur makna
Penuh semangat eksperimentasi
Beraliran surealistik
Dalam drama, pemain sering improvisasi
O, Amuk, Kapak Sutardji Calzoum Bachri
Hukla Leon Agusta
Wajah Kita Hamid Jabar
Catatan Sang Koruptor
F. Ibrahim
Dandandik Ibrahim Sattah
Angkatan ’80-anKarya sastra Indonesia pada setelah tahun 1980 ditandai dengan banyaknya roman pecintaan karya sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut.
Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan ’80-an
Ciri-ciri karya pengarang Didominasi oleh roman
percintaan
Konvensional : tokoh antagonis selalu kalah
Tumbuh sastra beraliran pop
Karya sastra tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan
umum
Pulau Buru Pramoedya Ananta Toer
Burun- Burung Manyar Y.B Mangun Wijaya
Boko Darman Moenir
Ronggen Dukuh Paruk
Ahmad Tohari
Lupus Hilman Hariwijaya
Angkatan ReformasiMunculnya ankatann ini ditandai dengan dengan maraknya karya sastra yang bertemakan seputar reformasi. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan social dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru.
Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan Reformasi
Ciri-ciri karya pengarang
Bertemakan social-politik
Penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran
Puisi Pelo Widji Thukul
Resonansi Indonesia Ahmodun Yosi Herfanda
Menampilkan sajak-sajak peduli bangsa
Di Luar Kota Acep Zamzam Noer
Abad yang Berlari Afrizal Malna
Opera Kecoa N. Rianto
Angkatan 2000Angkatan ini ditandai dengan oleh karya-karya yang cenderung berani an vulgar dan kebanyakan mengadopsi begitu saja moral pergaulan bebas ala remaja Amerika. Tetapi pada masa ini, muncul jua fiksi-fiksi islami.
Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan 2000
Ciri-ciri karya Angkatan
Karya cenderung vular
Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami
Muncul cyber sastra di internet
Bahasa kerakyatjelataan
Saman Ayu Utami
Atas Nama Malam Seno umira Ajidarma
Supernova Dewi Lestari
Pulau Cinta di Peta Buta
Raudal Tanjung Banua
Ayat-Ayat Cinta Habiburrahman El-Shirazy
http://catatanbahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/perbedaan-ciri-ciri-dan-contoh-karya.html
2. Ciri-ciri Sastra Peralihan
Sastra peralihan memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. Hikayat zaman peralihan mempunyai motif-motif cerita India. Motif-
motif tersebut adalah sebagai berikut.
Tokoh Peristiwa
Tokoh Ditokohi dewa-dewi, bidadari, yang turun ke dunia untuk menjadi
anak raja
Kelahiran tokoh Tokoh utama biasanya lahir secara ajaib, disertai gejala
alam luar biasa, lahir bersama senjata sakti
Tuah Anak raja biasanya membawa tuah yang menjadikan negeri
makmur, aman sentausa
Petualangan Setelah mengalami masa damai bersama orang tuanya,
tokoh utama biasanya melakukan petualangan yang luar biasa dan
memperoleh hikmat-hikmat yang luar biasa pula. Petualangan itu terjadi
karena beberapa sebab, misalnya difitnah, diserang garuda/ naga,
mencari putri yang ada dalam mimpi, diculik, dan sebagainya.
Akhir cerita Cerita diakhiri dengan tokoh utama yang berbahagia
bersama istri-istrinya.
b. Muncul unsur-unsur Islam.
Dalam hikayat peralihan, unsur-unsur Islam dimunculkan. Unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut.
a) Penyebutan nama Tuhan mula-mula disebut dengan nama Hindu
seperti dewata mulia raya, Batara Kala lalu menjadi nama Islam seperti
raja syah alam atau Allah Subhana wa Ta’ala.
b) Penggantian judul
Dalam hal judul, sastra zaman peralihan sering memiliki dua judul, yakni
judul yang terpengaruh Hindu dan judul yang terpengaruh Islam. Contoh
hikayat yang memiliki dua judul tersebut dapat dilihat di tabel berikut.
Nama Hindu Nama Islam
Hikayat Marakarma Hikayat Si Miskin
Hikayat Indrajaya/ Hikayat Bikramajaya Hikayat Syah Mardan
Hikayat Serangga Bayu Hikayat Ahmad Muhammad
c) Dimunculkan percakapan mengenai agama Islam oleh tokoh tertentu.
Misalnya (1) Inderajaya bertanya jawab tentang agama Islam dengan
istrinya, (2) Lukman Hakim muncul menerangkan perbedaan antara
sembahyang dan salat, arti syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat. (3)
Isma Yatim menguraikan syarat raja dan hukum Allah (Fang, 1991:152).
c. Ceritanya masih ada unsur masa lampau tapi sudah ditulis siapa nama
pengarangnya , berbeda dengan karya sastra sebelumnya yang belum
dicantumkan nama pengarangnya.
B. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi bukan sastrawan Indonesia
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dilahirkan di Malaka pada tahun 1796.
ia adalah seorang sastrawn melayu dari keturunan keluarga terpelajar.
Ayahnya seorang narasumber, pakar bahasa Melayu dari Britania Raya.
Munsyi adalah seorang keturunan Arab, tepatnya dari Yaman. Namun
fakta menunjukkan Abdulkadir Munsyi sendiri adalah keturunan Tamil
dan pandai berbahasa nenek moyangnya. Konon leluhurnya adalah
seorang guru agama dan guru bahasa Arab yang sekian lama menetap di
India Selatan. Karena itulah Abdullah bin Abdulkadir Munsyi beristrikan
wanita keturunan Tamil
Sebagai seorang sastrawan, Abdulkadir Munsyi dikenal suka menulis
karya sastra yang penuh dengan nasehat dan pengajaran. Di antara
karyanya yang terkenal yaitu Hikayat Abdullah dan Hikayat Panca
Tanderan. Hikayat Abdullah bercerita tentang kondisi pada paruh
pertama abad ke 19. Misalkan mengenai kota Malaka dan Singapura.
Diceritakan juga tokoh - tokoh yang berpengaruh pada masa tersebut
seperti John Stamford Raffles, Lord Minto, Farquhar dan Timmerman
Thijssen. Selain itu ia banyak juga menceritakan perihal kehidupan
sehari-hari bangsa Melayu kala itu. Adapun Hikayat Panca Tanderan
bercerita tentang sebuah negeri di tanah Hindustan bernama negeri
Padalipurwan. Negeri ini diperintah oleh Raja Sukadarma.
Nama Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, atau disingkat Abdullah Munsyi,
sudah akrab di masyarakat Malaysia dan Indonesia. Banyak sarjana dan
ahli membahas karya-karyanya, tetapi keliru karena menganggap apa
yang ditulis Abdullah Munsyi sebagai fakta sejarah. Padahal, karya
Abdullah Munsyi merupakan fiksi.
Kenyataan itu terungkap ketika budayawan Ajip Rosidi membahas tiga
jilid buku Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi yang ditulis
Amin Sweeney, profesor emeritus dalam bidang pengkajian Melayu dari
Universitas California, Berkeley, yang kini tinggal di Jakarta. ”Sebagai
fiksi, maka usaha para sarjana yang mencoba memeriksa data-data
historis berhubungan dengan karya-karya Abdullah Munsyi hanya
perbuatan sia-sia belaka,” katanya.
Di hadapan sekitar 200 orang yang hadir dalam bedah buku itu, Ajip
menegaskan, meskipun dalam karangan-karangannya Abdullah Munsyi
selalu menggunakan kata ganti orang pertama, sebagai saksi tentang apa
yang terjadi dan diceritakannya seperti Singapura terbakar, perjalanan
ke Kelantan dan ke Mekkah, pada dasarnya karya Abdullah Munsyi
merupakan fiksi.
Dalam buku Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (penerbit
Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan Ecole Francaise
d`Extreme-Orient, Jakarta), Amin Sweeney juga membahas secara
mendalam tentang sastra lisan dan pernaskahan.
Amin Sweeney yang juga tampil mendampingi Ajip Rosidi pada sesi
dialog menegaskan, banyak sarjana dan pakar melakukan pendekatan
sejarah, tetapi tidak masuk ke dalam teks itu sendiri. Mereka
memeriksanya dengan data-data sejarah yang mereka peroleh di luar
teks.
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi wafat di Jeddah pada tahun 1854.
C. Peranan Kesusatraan Peralihan dalam Kesusastraan Indonesia
Karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dianggap bercorak baru karena
tidak lagi berisi tentang istana dan raja-raja, tetapi tentang kehidupan
manusia dan masyarakat yang nyata. Misalnya Hikayat Abdullah
( otobiografi ), Syair Perihal Singapura dimakan Api, Kisah Pelayaran
Abdullah ke Negri Jeddah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak hanya
dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa
Melayu yang ke Arab-araban. Kesusastraan Peralihan yaitu
perkembangan dari sastra Melayu klasik ke sastra Melayu Modern.
Dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh pengarang nya .
jadi peranannya peralihan sastra Melayu Klasik ke sastra Modern dengan
adanya karya-karya yang sudah ada.
D. Contoh kesusastraan Peralihan
Beberapa buah karya sastra pada zaman peralihan antara lain :
1. Syair Abdul Muluk karya Siti Suleha
2. Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji
3. Kisah pelayaran Abdullah ke Negeri jeddah karya Abdullah Munsyi
4. Kisah pelayaran Abdullah ke Kelantan karya Abdullah Munsyi
5. Syair Singapura dimakan Api karya Abdullah Munsyi
6. Hikayat Abdullah karya Abdullah Munsyi
7. Panji Tanderan karya Abdullah Munsyi
8. Hikayat Kalilah dan Daminah karya Abdullah Munsy