SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

12
Sarkofagus dan Ritual Sedeka Orong di Situs Ai Renung, Sumbawa-Retno Handini (137-148) 137 Diterima 8 Agustus 2017 Direvisi 9 Oktober 2017 Disetujui 10 Oktober 2017 Retno Handini Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jl. Raya Condet Pejaten No 4 Pasar Minggu, Jakarta Selatan; e-mail: [email protected] Abstrak. Situs Ai Renung merupakan situs kompleks megalitik di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang terbagi menjadi lima situs, yakni Ai Renung 1, 2 3, 4, dan 5, dengan temuan utama berupa sarkofagus. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bentuk dan ornamen sarkofagus di situs Ai Renung serta ritual yang dilakukan masyarakat Batu Tering yang memanfaatkan keberadaan sarkofagus tersebut. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sarkofagus dari masa lalu tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar situs Ai Renung sebagai media ritual pemujaan leluhur. Metode yang digunakan adalah observasi atau pengamatan langsung dan wawancara mendalam dengan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs Ai Renung merupakan wilayah yang dianggap sakral, terutama di situs Ai Renung 2 sebagai lokasi ritual sedeka orong. Sarkofagus Ai Renung memiliki kekhasan dari segi bentuk dan teknologi pahatan, yaitu berupa manusia kangkang dan buaya yang dipahatkan hampir di seluruh permukaan batuan. Kata kunci : Ai Renung, sarkofagus, ritual, sedeka orong, Sumbawa Abstract. Ai Renung is a megalithic complex site at Batu Tering Village, Moyo Hulu District, Sumbawa regency, West Nusa Tenggara, which is divided into five sites, namely Ai Renung 1, 2, 3, 4, and 5, whith the main findings are sarcophagi. The research is aimed to reveal shapes and ornaments of sarcophagi at Ai Renung 2, as well as a ritual performed by the Batu Tering inhabitants that involves the sarcophagi. The problem in this research is how sarchopagi of the past have been exploitating by the society aound the site as a ritual medium of ancestor worship. The methods here are direct observation and in-depth interviews with some informants. The result shows that Ai Renung site is a sacred place, particularly Ai Renung 2, where sedeka orong rituals are performed. The Ai Renung sarcophagi have unique of shape and carving technology in the form of human figures with wide-opened legs and crocodile-shaped which are carved all over the sarcophagi's stone surface. Keywords: Ai Renung, sarcophagi, ritual, sedeka orong, Sumbawa SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG, SUMBAWA SARCOPHAGI AND SEDEKA ORONG RITUAL AT AI RENUNG SITE, SUMBAWA PENDAHULUAN Indonesia mempunyai posisi yang strategis dalam menjawab berbagai masalah tentang masyarakat Austronesia, karena Kepulauan Indonesia terletak di tengah-tengah wilayah sebaran masyarakat penuturnya. Mereka memiliki keragaman budaya yang sangat tinggi dengan rentang waktu yang berbeda. Bahkan di wilayah Indonesia timur seperti di kawasan Nusa Tenggara masih terdapat kantung-kantung komunitas yang berpenutur non Austronesia sehingga berpotensi untuk mengungkap proses interaksi antara komunitas penutur Austronesia dan non-Austronesia. Oleh karena itu, kawasan Nusa Tenggara termasuk Sumbawa menjadi objek penelitian dalam mengembangkan asal-usul dan persebaran para penutur Austronesia. Kehadiran jejak-jejak kedatangan penutur bahasa dan budaya Austronesia di wilayah Sumbawa memunculkan beberapa permasalahan yang perlu diungkan. Berdasarkan sejumlah

Transcript of SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Page 1: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Sarkofagus dan Ritual Sedeka Orong di Situs Ai Renung, Sumbawa-Retno Handini (137-148) 137

Diterima 8 Agustus 2017 Direvisi 9 Oktober 2017 Disetujui 10 Oktober 2017

Retno Handini

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jl. Raya Condet Pejaten No 4 Pasar Minggu, Jakarta Selatan; e-mail:[email protected]

Abstrak. Situs Ai Renung merupakan situs kompleks megalitik di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo Hulu, KabupatenSumbawa, Nusa Tenggara Barat yang terbagi menjadi lima situs, yakni Ai Renung 1, 2 3, 4, dan 5, dengan temuan utamaberupa sarkofagus. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bentuk dan ornamen sarkofagus di situs Ai Renung serta ritualyang dilakukan masyarakat Batu Tering yang memanfaatkan keberadaan sarkofagus tersebut. Permasalahan dalam penelitianini adalah bagaimana sarkofagus dari masa lalu tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar situs Ai Renung sebagaimedia ritual pemujaan leluhur. Metode yang digunakan adalah observasi atau pengamatan langsung dan wawancaramendalam dengan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs Ai Renung merupakan wilayah yang dianggapsakral, terutama di situs Ai Renung 2 sebagai lokasi ritual sedeka orong. Sarkofagus Ai Renung memiliki kekhasan dari segibentuk dan teknologi pahatan, yaitu berupa manusia kangkang dan buaya yang dipahatkan hampir di seluruh permukaanbatuan.

Kata kunci : Ai Renung, sarkofagus, ritual, sedeka orong, Sumbawa

Abstract. Ai Renung is a megalithic complex site at Batu Tering Village, Moyo Hulu District, Sumbawa regency, West NusaTenggara, which is divided into five sites, namely Ai Renung 1, 2, 3, 4, and 5, whith the main findings are sarcophagi. Theresearch is aimed to reveal shapes and ornaments of sarcophagi at Ai Renung 2, as well as a ritual performed by the BatuTering inhabitants that involves the sarcophagi. The problem in this research is how sarchopagi of the past have beenexploitating by the society aound the site as a ritual medium of ancestor worship. The methods here are direct observationand in-depth interviews with some informants. The result shows that Ai Renung site is a sacred place, particularly Ai Renung2, where sedeka orong rituals are performed. The Ai Renung sarcophagi have unique of shape and carving technology inthe form of human figures with wide-opened legs and crocodile-shaped which are carved all over the sarcophagi's stonesurface.

Keywords: Ai Renung, sarcophagi, ritual, sedeka orong, Sumbawa

SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG, SUMBAWA

SARCOPHAGI AND SEDEKA ORONG RITUAL AT AI RENUNG SITE, SUMBAWA

PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai posisi yang strategisdalam menjawab berbagai masalah tentangmasyarakat Austronesia, karena KepulauanIndonesia terletak di tengah-tengah wilayahsebaran masyarakat penuturnya. Merekamemiliki keragaman budaya yang sangat tinggidengan rentang waktu yang berbeda. Bahkan diwilayah Indonesia timur seperti di kawasan NusaTenggara masih terdapat kantung-kantung

komunitas yang berpenutur non Austronesiasehingga berpotensi untuk mengungkap prosesinteraksi antara komunitas penutur Austronesia dannon-Austronesia. Oleh karena itu, kawasan NusaTenggara termasuk Sumbawa menjadi objekpenelitian dalam mengembangkan asal-usul danpersebaran para penutur Austronesia.

Kehadiran jejak-jejak kedatangan penuturbahasa dan budaya Austronesia di wilayahSumbawa memunculkan beberapa permasalahanyang perlu diungkan. Berdasarkan sejumlah

Page 2: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan138

penelitian tentang peradaban penutur Austronesia,kawasan Nusa Tenggara masih sangat sedikitmenjadi sorotan bagi para peneliti. Sebagianbesar fokus perhatian masih terarah di wilayahtimur lainnya (Sulawesi) dan Jawa. Padahalwilayah Nusa Tenggara merupakan jembatandarat yang menjadi penghubung diasporaAustronesia dari wilayah barat menuju ke timurbahkan sampai ke Pasifik. Kondisi yangmelatarbelakangi penelitian ini adalahkekosongan data tentang sebaran penuturAustronesia awal di wilayah Sumbawa. Penelitiandi Sumbawa ini perlu dilakukan untuk mengetahuipotensi arkeologi prasejarah di wilayah ini.

Permasalahan dalam penelitian ini adalahbagaimanakah bentuk dan motif sarkofagus yangada di situs Ai Renung? Dan bagaimanakahsarkofagus tersebut dimanfaatkan olehmasyarakat Batu Tering sampai sekarang. Secaraumum penelitian ini bertujuan untuk mengetahuibentuk dan ornamen sarkofagus di situs AiRenung dan memahami ritual yang dilakukanmasyarakat BatuTering yang memanfaatkankeberadaan sarkofagus di situs Ai Renung.

Sarkofagus adalah kubur batu yang padaumumnya terdiri dari wadah dan tutup denganbentuk dan ukurannya cenderung sama atausimetris (Soejono dan Leirissa 2008: 504), banyakditemukan di situs-situs megalitik antara lain situsMinahasa, Pasemah, Gilimanuk (Bali), danSamosir. Sarkofagus adalah salah satu tinggalanmegalit yang sering ditemukan di Indonesiaselain menhir, arca batu, meja batu (dolmen),monolit, kursi batu, tempayan batu, lumpang batu,dan palung batu (Prasetyo 2015a: vii; 2015b: 116-148). Menurut Bellwood, peti kubur batu jugabanyak ditemukan di Selangor (Bellwood 2000:409). Di Indonesia, sarkofagus yang ditemukanumumnya terbuat dari batu, ada yang dibiarkanpolos namun banyak pula yang memiliki pola hiascukup raya.

Pemakaman dengan sarkofagus tergolongadat prasejarah yang melaksanakan penguburandengan cara menempatkan mayat-mayat dalamruangan-ruangan yang disusun dari kepingan-kepingan batu besar atau batu-batu masif

(Soejono 2008: 19). Di Indonesia tradisi kubur-kubur tersebut merupakan unsur kebudayaanmegalitik yang berkembang sejak zamanperundagian (kurang lebih pada permulaan tarikhMasehi) dan beberapa di antaranya berlangsungterus hingga jauh ke dalam masa sejarah, bahkandi beberapa pulau Indonesia masih diikuti hinggamasa sekarang ini (Soejono 2008: 20).

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah survei dan wawancara. Surveidilakukan untuk mengamati tinggalan arkeologidisertai analisis yang mendalam mengenaibentuk, ukuran, dan pola hias. Metodewawancara mendalam dilakukan untukmendapatkan jawaban langsung tentangpemanfaatan sarkofagus. Wawancara denganteknik mendalam dilakukan pada informan kunci,yakni mereka yang terlibat langsung dalamaktivitas yang diteliti (Spradley 1997: 64). Informankunci di sini adalah ketua adat, dukun, danmasyarakat di Desa Batu Tering untuk menggalilebih dalam tentang pemanfaatan sarkofaguspada masyarakat Desa Batu Tering.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Situs Ai Renung terletak di Desa Batu Tering,Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa,Nusa Tenggara Barat (lihat gambar 1). Sepertiterlihat dari gambar 1, situs Ai Renung terletaktidak jauh dari situs Sempe yang juga memilikitinggalan arkeologi berupa sarkofagus. Desa AiRenung dahulu merupakan pusat kerajaan kecildi wilayah Moyo Hulu, sebagian masyarakatmenyebutnya sebagai Desa Talo. MasyarakatDesa Batu Tering percaya, di sini pernah bertahtaseorang raja bernama Datu Ai Renung. Desa Talokemudian ditinggal penghuninya pindah ke DesaBatu Tering (Sjamsuddin 2015: 68).

Desa Batu Tering terletak 30 km dari pusatKota Sumbawa, dapat ditempuh dengankendaraan roda empat. Selanjutnya perjalanan kesitus Ai Renung yang terletak sekitar 5 km daripemukiman penduduk di Desa Batu Tering hanya

Page 3: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Sarkofagus dan Ritual Sedeka Orong di Situs Ai Renung, Sumbawa-Retno Handini (137-148) 139

Sumber: Retno HandiniGambar 1 Lokasi Penelitian di Kecamatan Maya Hulu, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

dapat dicapai dengan kendaraan roda dua ataujalan kaki.

Lokasi situs Ai Renung berada pada arealperbukitan serta hutan lindung yang dikelolamenjadi ladang perkebunan dan persawahan.Lokasi ini cukup susah untuk dijangkau dan jauhdari pemukiman penduduk. Kompleks tinggalanmegalitik Ai Renung sudah dijadikan TamanPurbakala oleh Balai Pelestarian Cagar Budayadan Permuseuman Bali, NTB, NTT. Lokasi situsutamanya sudah dipagar dengan kawat berduriseluas sekitar 50 x 50 m. Di kompleks ini terdapatlima lokasi situs, situs pertama sampai keempatterletak di dalam satu kawasan, sedangkan situskelima terletak terpisah hampir satu kilometerjaraknya dari situs keempat. Dari gambar 2 terlihatjarak antara situs Ai Renung 1 sampai dengan 5(lihat gambar 2).

Situs Ai Renung1 merupakan pusat darikompleks kubur sarkofagus Ai Renung, beradadi tengah persawahan dengan batas bagian baratberupa perbukitan Biling Rea yang membujurutara-selatan. Situs ini memiliki tiga sarkofagus.Sarkofagus 1 dibuat dari bongkahan batuan tufa

pasiran dengan orientasi timur-barat. Bagianbadan dihiasi beberapa pahatan berupa kedokmuka (topeng), binatang melata (tokek danbuaya), manusia (pola hias kangkang denganpenonjolan kemaluan laki-laki dan wanita). Secarakeseluruhan, sarkofagus berukuran panjang 420cm, lebar 300 cm, dan tinggi 155 cm. Padapermukaan atas dibuat lubang berbentuk persegidengan ukuran panjang 186 cm, lebar 67 cm,tinggi 142 cm. Kondisi sarkofagus sudah sangataus dan pecah serta tanpa tutup dengan orientasihadap barat-timur (Handini dkk. 2015: 31).

Di sekeliling dinding sarkofagus dipahatkanbeberapa ornamen beberapa di antaranya dalamkondisi sudah aus. Gambar 3 adalah contohbeberapa ornamen yang masih terlihat jelas,sebelah kiri adalah hiasan pola manusiakangkang, di tengah adalah hiasan berupa topeng(muka) manusia, sementara sebelah kanan adalahbuaya. Pola hias manusia kangkang, mukamanusia dan buaya adalah pola hias yang palingdominan. Teknik pengerjaan hiasan ornamencukup halus, dengan bentuk penggambaran jelasjenis kelaminnya. Tidak jauh dari sarkofagus 1

Page 4: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan140

ditemukan batu berbentuk menyerupai atap rumahdalam kondisi terbalik, kemungkinan merupakantutup dari sarkofagus. Batu berukuran panjang 262cm dan lebar 91 cm dengan tinggi 70 cm. Dibagian tengah tutup sarkofagus juga terdapatlubang berbentuk persegi dengan ukuran panjang164 cm, lebar 39 cm, dan tinggi 28 cm. Di bagianujung tutup terdapat tonjolan yang dipahatberbentuk kepala manusia dengan ukuran panjang47 cm dan lebar 35 cm (Handini dkk. 2015: 32).

Sarkofagus 2 terletak sekitar 5 m di sebelahtenggara dari sarkofagus 1. Kondisi peninggalanini masih cukup baik dan terdapat tutup di bagianatasnya. Di bagian badan kubur batu banyakpahatan pola manusia dan binatang. Orientasihadap membujur barat laut-tenggara danmempunyai beberapa pahatan di bagianbadannya. Sarkofagus dibuat dari bahan batuan

tufa pasiran yang terdiri wadah dan tutup. Wadahdibuat dari bongkahan batu berukuran panjang306 cm, lebar 325 cm, dan tinggi 120 cm. Padabagian permukaan atas terdapat pahatanberubang lubang persegi dengan ukuran panjang170 cm, lebar 60 cm, dan kedalaman 135 cm.Tutupnya mempunyai ukuran panjang 130 cm,lebar 66 cm, dan tinggi 32 cm. Bentuk sepertiatap rumah dengan hiasan-hiasan berbentukmanusia dan kepala manusia.

Sarkofagus 3 berada di samping sebelahselatan sarkofagus 2, dengan bentuk lebih kecildan pendek, terbuat dari batuan tufa pasiran.Artefak ini merupakan bagian dari tutupsarkofagus 2. Tutup sarkofagus berukuranpanjang 262 cm, lebar 91 cm, memiliki lubangdengan pelipit di sekitarnya, panjang lubang 164cm, lebar 39 cm, tinggi tutup 28 cm, dan tebal

Sumber: Retno Handini

Gambar 2 Foto Udara Lokasi Situs-situs Ai Renung 1-5 di Desa Batu Tering.

Page 5: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Sarkofagus dan Ritual Sedeka Orong di Situs Ai Renung, Sumbawa-Retno Handini (137-148) 141

pelipit 8 cm. Ujung tutup memiliki hiasanberbentuk kepala manusia dengan panjang 47cm dan lebar 35 cm.

Situs Ai Renung 2 terletak sekitar 150 m darilokasi situs Ai Renung 1, dalam areal tegalanseluas 20 x 25 m, dengan temuan sarkofaguslengkap dengan tutupnya. Sarkofagus terbuat daribongkahan batu yang berbentuk persegi denganukuran panjang 400 cm, lebar 220 cm, dan tinggi102 cm. Di sekeliling batu ditemukan enam belaspola hias manusia, sepuluh di antaranya dalamkeadaan aus dan sulit diidentifikasi sementaraenam hiasan lain dalam kondisi cukup baik.Lubang kubur terdapat di permukaan atas yanglangsung dipahatkan pada bolder batuan denganukuran lubang panjang 135 cm, lebar 34 cm, dankedalaman 71 cm. Di sekeliling lubang kuburterdapat pelipit berukuran tebal 8 cm, tinggi 15cm, berorientasi barat-timur.

Tutup sarkofagus berbentuk meruncing keatas seperti atap rumah atau perahu. Kondisi tutupsudah pecah menjadi dua bagian sehingga padatahun 2001, pihak BPCB Bali, NTB, dan NTT telahmerestorasi tutup ini dengan cara mengkaitkanbagian tutup yang terpisah menggunakan besipenyambung. Tutup sarkofagus memiliki ukuranpanjang 175 cm, lebar 66 cm, dan tinggi 46 cm.

Di bagian kanan dan kiri tutup sarkofagus terdapathiasan berupa pahatan kepala manusia. Hiasandi bagian barat berdiameter 20 cm, sementarahiasan kepala manusia di bagian timurberdiameter 30 cm.

Situs Ai Renung 3 terletak sekitar 150 msebelah utara dari situs Ai Renung 1. Di situs iniditemukan sarkofagus tanpa penutup yang dibuatdari bongkahan batu tufa pasiran ukuran panjang340 cm, lebar 210 cm, dan tinggi 188 cm danberorientasi timur laut-barat daya. Lubangdipahatkan dari permukaan atas batu denganukuran lubang panjang 181 cm, lebar 45 cm, dankedalaman 69 cm. Bagian permukaan lubangdihiasi dengan pelipit dengan tebal 13 cm dantinggi 9 cm. Pada dinding-dinding sarkofagusdihiasi dengan pola hias berupa figur manusiautuh tetapi saat ini dalam keadaan aus.

Situs Ai Renung 4 terletak sekitar 250 msebelah barat laut dari situs Ai Renung 1. Di lokasiini terdapat sarkofagus tanpa penutup berukurankecil, dibuat dari bongkahan batuan tufa pasiran.Sarkofagus dibuat dari batuan utuh yangdikerjakan bagian atas tengahnya sebagai lubangkubur. Ukuran bongkahan batu tersebut panjang340 cm, lebar 155 cm, dan tinggi 94 cm. Padabagian permukaan atas dibuat rongga berbentuk

Sumber: Retno Handini

Gambar 3 Beberapa Motif Hias Pahatan Manusia dan Binatang Melata pada Badan Sarkofagus 1 di Lokasi 1Situs Ai Renung.

Page 6: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan142

persegi panjang dengan ukuran panjang 119 cm,lebar 36 cm, dan kedalaman 77 cm, denganorientasi barat laut-tenggara. Di bagian atas lubangdibuat pelipit mengikuti lubang dengan tebal 8cm dan tinggi 5 cm. Pada bagian ujung dindingdan permukaan atas sarkofagus terdapat ornamenmanusia dalam keadaan tidak utuh dan kedokmuka (topeng) yang sudah aus.

Situs Ai Renung 5 merupakan area kubur petibatu yang cukup luas dan terletak sekitar 1 kmsebelah barat situs Ai Renung 1. Lokasi ini beradapada areal hutan lindung di lereng Bukit SangkaBulan. Di lokasi ini ditemukan tiga sarkofagustanpa tutup yang dibuat dari bongkahan batuantufa pasiran. Dua sarkofagus terletakberdampingan dalam kondisi sudah pecah,sedangkan satu sarkofagus berada pada posisidi bagian atas dan berjarak sekitar 30 m dari duasarkofagus lainnya. Sarkofagus pertamaberbentuk wadah tanpa tutup dalam kondisimiring, dibuat dari bongkahan batu besar tufabreksia. Di bagian samping terdapat enam polahias berbentuk kedok muka dalam kondisi sudahaus. Sarkofagus ini berbentuk persegi panjangdengan ukuran panjang 150 cm dan lebar 75 cm,sedangkan panjang lubang 137 cm, lebar lubang34 cm, dan kedalaman lubang 140 cm.Sarkofagus ini merupakan sarkofagus ganda yangberpasangan dengan sarkofagus 2 (Handini dkk.2015: 36).

Sarkofagus 2 dalam kondisi terpisah dantergeletak di samping sarkofagus pertama.Sarkofagus ini juga berupa wadah yangsebetulnya merupakan bagian dari sarkofagusganda bersama-sama dengan sarkofaguspertama (lihat gambar 4). Seperti yang nampakdalam gambar 4, sarkofagus ini sesungguhnyamerupakan sarkofagus ganda, namun sarkofagussatunya telah rusak. Sarkofagus ini berorientasitimur-barat dan dibuat dari bahan batuan tufabreksia. Berukuran panjang lubang 135 cm, lebarpermukaan 40 cm, lebar bagian dalam lubangyang berbentuk silindris 125 cm, dan tinggi/kedalaman lubang 140 cm. Sarkofagus 3 beradapada posisi sebelah selatan dan berjarak sekitar30 meter dari sarkofagus ganda. Sarkofagus iniberbentuk oval, berupa wadah tanpa tutup, yang

Sumber: Retno HandiniGambar 4 Sarkofagus Ganda Lokasi 5 (Ai Renung5) dalam Kondisi Terbelah yang Terletak di Lereng

Gunung Sangka Bulan.

Sumber: Retno HandiniGambar 5 Situs Ai Renung 2, Batu Tering,

Sumbawa.

Sumber: Retno HandiniGambar 6 Sarkofagus di Situs Ai Renung 2 yang

dipakai sebagai Media Ritual.

Page 7: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Sarkofagus dan Ritual Sedeka Orong di Situs Ai Renung, Sumbawa-Retno Handini (137-148) 143

dibuat dari bongkahan batu berbahan tufa breksia,dengan orientasi utara-selatan. Secarakeseluruhan, tinggalan ini mempunyai ukuranpanjang 283 cm, lebar 170 cm, dan tinggi 85 cm(sebagian masih tertanam dalam tanah). Padapermukaan atas dibuat rongga berukuran empatpersegi panjang dengan ukuran panjang lubang150 cm, lebar lubang 46 cm, dan kedalamanlubang 78 cm. Pada bagian permukaan lubangterdapat pelipit.

Sarkofagus yang terdapat di situs Ai Renungterutama situs Ai Renung 2 ternyata masih memilikifungsi sosial untuk masyarakat Desa Batu Tering.Mereka memanfaatkan lokasi sekaligussarkofagus sebagai salah satu media untuk ritualsedeka orong yang dilaksanakan rutin setahunsekali menjelang musim tanam padi (Zulkarnain2015: 10).

Ritual Sedekah Orong

Sedeka orong merupakan ritual rutin yangdilakukan setahun sekali pada bulan Oktobersebelum musim tanam padi oleh komunitaspemilik sawah di kawasan Ai Renung di DesaBatu Tering, Kecamatan Moyo Ulu, Kab.Sumbawa Besar dan dipusatkan di situs AiRenung 2 (lihat gambar 5). Ritual sedeka orongtelah berlangsung setidaknya selama limagenerasi, bersifat sangat eksklusif karena tertutupbagi orang luar, dan tidak boleh didokumen-tasikan dalam bentuk foto maupun video. Menurutkeyakinan mereka pelanggaran terhadap aturanini, bisa mengakibatkan kegagalan panen ataupunbencana alam. Mereka juga percaya, jika upacaraini tidak dilaksanakan akan mengakibatkanbencana berupa gagal panen. Pernah dalamsuatu masa masyarakat Desa Batu Tering tidakmelaksanakan ritual ini dan menimbulkankegagalan panen di tahun yang sama, sehinggakemudian masyarakat Batu Tering tidak lagi beranimeninggalkan ritual sedeka orong.

Ritual sedeka orong ini diikuti oleh 30-40 orangpasangan suami istri dipimpin oleh oleh seorangdukun. Jabatan dukun ini merupakan hal yang

menarik untuk dikaji karena penunjukkannyabukan melalui pemilihan melainkan melaluiwangsit. Bapak Yusuf menjadi dukun acara inisejak tahun 2013 menggantikan dukunsebelumnya, yakni Bapak Anwar yang sudah tuadan sakit-sakitan. Pada suatu malam Bapak Anwarbermimpi bahwa Yusuf lah orang yang tepat untukmenggantikan posisinya sebagai dukun danmernerima ilmu darinya. Seorang dukunmemegang peran penting karena dia harusmenjamin kelancaran ritual. Apabila ritual sedekaorong t idak berlangsung lancar atau adagangguan, akan menyebabkan sang dukun sakitdan kegagalan panen.

Ritual sedeka orong ini dilaksanakan di situsAi Renung 2, karena menurut kepercayaanmereka, situs Ai Renung 2 merupakan pusatbersemayamnya para leluhur mereka. Ruangutama ritual adalah areal sekitar sarkofagus (lihatgambar 6). Persiapan ritual dilakukan pada malamsebelumnya. Kaum perempuan menyiapkan nasiketan yang terdiri dari empat warna, yakni ketanhitam, ketan putih, ketan merah, dan ketan kuning.Ketan tersebut dimasak dengan dicampur airsantan dan garam sehingga berasa gurih. Setiapkeluarga memasak tiga kilogram ketan, satukilogram dibawa ke tempat ritual, sementara duakilogram lainnya dibagikan ke tetangga yang tidakmengikuti ritual karena tidak memiliki sawah di AiRenung. Ketan untuk sesaji ritual harus dimasakterlebih dahulu, sebelum ketan dikonsumsi. Caramemasak ketan untuk sesaji dan untuk dibagikanberbeda. Ketan untuk sesaji dimasak biasa,santan kelapa diletakkan terpisah, dan saatmemasak tidak boleh dicicipi. Sementara itu,ketan untuk dibagikan, dimasak dengan dicampurair santan dan garam supaya gurih dan bolehdicicipi.

Ritual berlangsung dari pukul 10.00-15.00WITA dan peserta ritual hadir di lokasi situs AirRenung 2 pukul 08.00 WITA dengan membawasesaji. Perlengkapan ritual berupa ketan, sirihpinang, dan empat ekor ayam yang berbedawarna bulunya dibawa menuju lokasi ritual, yaitusatu ekor ayam berwarna putih, satu ekor ayam

Page 8: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan144

berwarna hitam, satu ekor ayam memiliki tigawarna (putih, hitam, coklat), dan satu ekor ayambiasa. Ayam khusus untuk ritual tidak bolehdikonsumsi untuk peserta ritual. Apabila merekaingin makan ayam, harus menyembelih ayamyang lain.

Sesampainya di lokasi, ritual diawali denganpembuatan obat padi dengan cara menumbukramuan yang terdiri atas beras, kunyit, kemiri, dandaun jeringau (Acorus calamus), denganmenggunakan lumpang kayu. Jeringau (Acoruscalamus) atau dalam istilah lokal disebut dlingomemang dikenal sebagai tanaman obat-obatan(Monk 2000: 661).

Semua peserta ritual diwajibkan ikutmenumbuk ramuan di dalam lumpang secarabergantian. Setelah semua orang mendapatkesempatan menumbuk, obat padi disimpandalam wadah kecil. Pemimpin ritual kemudianmenyiapkan lima wadah sesaji terbuat darianyaman bambu yang disebut dengan ancak yangdiletakkan di bagian atas sarkofagus yangpermukaannya datar. Masing-masing ancak berisiempat kepalan tangan ketan berwarna hitam,putih, merah, dan kuning. Selain itu juga diisikanuntaian daun sirih yang dibentuk khusus berisikapur dan tembakau yang disebut mama pekok,rokok terbuat dari lontar, telur ayam matangseperempat butir, kiping (panganan terbuat dariketan), dan biti (penganan dari beras). Pemimpinritual atau dukun kemudian menyembelih ayamberwarna hitam. Setelah itu, bagian kepala danhatinya diambil dan diletakkan di ancak pertama.Darah penyembelihan ayam dicampurkan kedalam ancak tersebut. Selanjutnya, disiapkanancak kedua, hanya saja ayam yang disembelihadalah ayam berbulu tiga warna, yakni coklat,hitam, dan putih. Pada ancak ketiga disembelihayam berwarna putih, sedangkan ancak keempatdan kelima disembelih ayam biasa bisa berwarnaapa saja. Setelah semua ancak selesai, dukunakan mengambil tanah di sekitar sarkofagussejumlah lima kepalan tanah yang masing-masingdibungkus dalam satu kantong plastik. Setelah

itu, dukun akan memimpin ritual denganmembacakan doa dan mantra-mantra khusus.Kelima ancak kemudian disebarkan kelimapenjuru, yakni situs Ai Renung 2, Bukit Batu Beta,Buin, Gunung Ala, dan Bukit Sangka Bulan.

Pemimpin ritual membagi lima kelompokyang terdiri dari tiga sampai sepuluh orang laki-laki yang masing-masing diberi tugas mengantarsatu ancak dan satu plastik kepalan tanah darisitus Ai Renung 2. Satu kelompok diberi tugasmengantar ancak ke satu lokasi. Ancak yang berisiayam hitam dan sesaji, diletakkan di situs AiRenung 2 yang merupakan lokasi ritual. Ancakkedua yang berisi ayam berbulu tiga warna,sesaji lain dan satu kepalan tanah situs Air Renung2 dikirim ke lokasi Batu Beta. Ancak ketiga berisiayam berwarna putih dan sesaji lain dikirim kelokasi Buin (air terjun), ancak ke empat berisiayam biasa dikirim ke lokasi Gunung Ala,sedangkan ancak kelima yang berisi ayam biasadikirim ke lokasi Sangka Bulan.

Masing-masing kelompok ini harus meng-antarkan ancak berisi sesaji dan juga sebungkustanah ke lokasi yang dituju. Sementara itu, pesertaupacara yang tidak ikut ke lokasi harus dudukdiam, tanpa boleh banyak bergerak ataubercakap-cakap menunggu sampai semuakelompok tiba kembali di situs Air Renung. Setiapkelompok yang telah sampai di lokasi tujuankemudian meletakkan ancak. Tanah yang dibawadari situs Ai Renung 2 ditaburkan di lokasi yangdituju, dan kemudian mereka berkewajibanmembawa tanah dari lokasi tersebut untuk dibawadan ditempatkan di lokasi situs Ai Renung. Setelahitu, kelompok harus kembali ke situs Ai Renung2. Setelah semua kelompok tiba kembali di AiRenung 2, pemimpin ritual akan mengumpulkanempat bungkusan tanah dari Batu Beta, Buin,Gunung Ala, dan Sangka Bulan. Tanah tersebutkemudian ditaburkan ke situs Ai Renung 2.

Ritual sedeka orong ditutup dengan membakarsisa ayam di mana bagian kepala dan hatinyatelah diambil untuk sesaji dan juga ayam-ayamlain yang memang dipersiapkan untuk

Page 9: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Sarkofagus dan Ritual Sedeka Orong di Situs Ai Renung, Sumbawa-Retno Handini (137-148) 145

dikonsumsi. Ayam-ayam ini dibakar di lokasi dankemudian dinikmati oleh semua peserta ritual,kecuali pemimpin ritual (dukun) yang hari itu harusberpuasa. Setelah acara makan selesai, pesertaritual boleh meninggalkan lokasi ritual, masing-masing dengan membawa obat padi yangditumbuk bersama-sama pada awal upacara. Obatpadi ini dibawa pulang dan akan dimanfaatkansaat padi mulai tumbuh untuk mencegah hamapenyakit.

Ritual sedeka orong bertujuan untukmempersatukan roh leluhur supaya tidakmengganggu tanaman. Sepanjang upacarasemua peserta tidak boleh bicara dan banyakbergerak kecuali saat menumbuk obat padi.Tradisi ini telah berlangsung puluhan tahunbahkan mungkin ratusan tahun lalu, dannampaknya masih tetap akan bertahan. Hasilwawancara dengan para informan yang berusiamuda, hampir seluruhnya tidak ada yang beranimengabaikan ritual sedeka orong, karena takutakan mengakibatkan gagal panen. Pada tahun2010, ritual sedeka orong pernah direkam dengankamera, dan pada tahun yang sama hasil panensangat buruk, sehingga larangan mendokumen-tasikan acara atau dilihat orang di luar komunitasmereka tetap berlaku sampai saat ini.

Tugas pemimpin ritual cukup berat karenaharus memimpin ritual dalam keadaan puasa.Sang dukun tidak mendapatkan upah secaralangsung, namun jika kelak hasil panen bagus,maka masyarakat akan mengirimkan sebagianhasil panen ke dukun. Pada saat panen, tidakada upacara besar, namun siapapun yang memulaipanen pertama kali di wilayah ini wajibmengadakan upacara kecil bersama sang dukundengan membawa sesaji berupa nasi berasberjumlah empat kepalan tangan, telur ayam satubutir dibagi empat, dan sejumput garam yangdiletakkan dalam wadah anyaman bambu,kemudian bersama sang dukun diletakkan disarkofagus situs 2. Upacara ini hanya diwajibkanbagi orang yang mengawali panen, sementaraorang lain tidak lagi memerlukan upacara ini

karena sudah diwakili oleh yang mengawalipanen. Dengan demikian, setidaknya sarkofagusini dimanfaatkan setahun dua kali untuk kegiatanupacara, yakni sedekah orong saat mulai tiba masatanam, dan upacara mengawali panen sebagaiungkapan syukur.

Ritual Sedeka Orong dalam PerspektifAntropologi dan Arkeologi

Dalam salah satu bukunya, Turner yangmenekuni khusus studi tentang ritual menyatakanbahwa kegiatan ritual dapat mengungkapkan nilai-nilai yang terdalam dalam pikiran manusia (Turner1966: 15). Manusia mengekspresikan dalam ritualapa yang paling menggerakkan perasaanmereka. Studi tentang ritual adalah kunci untukmemahami konstitusi inti masyarakat (Turner 1966:15). Sementara itu, Bell menawarkan pengenalanpraktis untuk praktik ritual, dan menyatakan tentangperdebatan kunci yang telah membentukpemahaman kita tentang ritualisme (Bell 1992: 10).Bell menolak untuk mengkaitkan ritual dengansalah satu definisi atau pengertian. Sebaliknya,tujuannya adalah untuk mengungkapkanbagaimana definisi muncul dan berkembang danuntuk membantu kita menjadi lebih dekat denganinteraksi tradisi, urgensi, dan ekspresi diri dalammembangun media sosial yang kompleks ini(Bell 1997: 27). Dilihat dari kacamata antropologi,ritual yang dilakukan masyarakat Batu Teringadalah ekspresi adat secara berkelompokmenjadi kebiasaan suci (sanctify the custom).Ritual sedeka orong memadukan tarian, doa, dangerakan-gerakan tertentu guna mencapai tujuankesejahteraan bersama. Ritual ini sendiri mungkindipandang oleh orang luar penuh dengan mitos.Namun mitos sendiri bagi para pendukungnyaadalah fakta yang apabila tidak dilaksanakan akanmenimbulkan bencana. Ritual sedeka orongmampu bertahan karena mereka sangatmempercayai mitos yang ada, yaitu jika tidakdilaksanakan, maka wilayah mereka akanmengalami gagal panen, kondisi yang amat

Page 10: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan146

ditakuti oleh para petani. Ajaran nenek moyangdan leluhur untuk melaksanakan ritual ini masihmereka taati sampai sekarang. Ritual tersebutmemberikan ketenangan batin padamasyarakat Batu Tering dan sikap optimismemenyambut musim tanam padi.

Dipandang dari perspektif arkeologi, apayang dilakukan masyarakat Batu Tering inimerupakan pemakaian kembali artefak lamaoleh masyarakat saat ini. Sarkofagus memangtidak lagi dibuat, namun keberadaan sarkofaguslama ini dimanfaatkan kembali oleh masyarakatBatu Tering. Sarkofagus situs Ai Renung padamasanya digunakan sebagai kubur. Sarkofagusmungkin digunakan untuk menguburkanseseorang yang memiliki status sosial cukuptinggi, terlihat dari banyaknya hiasan-hiasan ataupahatan di sekeliling sarkofagus. MasyarakatBatu Tering tidak lagi menggunakan sarkofagusini untuk wadah kubur, melainkan sebagaisimbol leluhur. Sarkofagus menjadi media yangamat penting karena dapat menghubungkanmanusia dengan Tuhan melalui perantaraleluhur. Lokasi ritual yang harus dilaksanakandi situs Ai Renung 2 didasari pandangan bahwasitus Air Renung adalah tempat leluhur merekabersemayam. Sarkofagus-sarkofagus tersebutmenjadi bukti keberadaan leluhur mereka dimasa lalu. Sarkofagus dan situs Ai Renungmerupakan tempat yang sakral dan sangatdihormati masyarakat Batu Tering. Hal inimemberikan efek positif, sehingga sarkofagus-sarkofagus yang ada di situs Ai Renungterpelihara dengan baik.

PENUTUP

Hasil penelitian di Sumbawa dapatmenjawab permasalahan utama penelitiantentang bentuk dan motif tinggalan sarkofagusserta ritual yang memanfaatkan keberadaansarkofagus tersebut. Sayangnya hasil survei diSumbawa belum mampu mengisi kekosongandata tentang kedatangan awal para penutur

Austronesia di wilayah ini, pertanggalan absolutbelum didapat karena minimnya sampelpertanggalan. Data-data penelitian hampirseluruhnya berupa tingalan dari masa megalitik,selain tentang etnografi.

Sarkofagus-sarkofagus di Ai Renung, Sumbawahampir semuanya terbuat dari batu monolith yangbentuknya tidak mengalami perubahan dari bentukaslinya. Bentuk sarkofagus masing-masing berbedakarena mengikuti bentuk asal batuan, dengan bagianyang dikerjakan adalah bagian lubang sebagaitempat jenazah yang dibuat persegi. Parapendukung budaya megalitik di Sumbawa padamasa lalu memanfaatkan keberadaan bongkahanbatu dari jenis batu tufa pasiran yang memangbanyak ditemukan di wilayah Sumbawa.

Motif-motif hiasan sarkofagus hampir seragamyang langsung dipahatkan di sepanjang permukaanbatuan. Hiasan yang paling sering ditemukan adalahwajah manusia (topeng), pahatan berbentuk manusiakangkang, dan buaya. Dilihat dari kehalusan pahatandan pelipit sarkofagus, nampak bahwa pembuatsarkofagus ini memiliki kemampuan seni pahat yangtinggi. Pengerjaan pola hias yang detail namuncenderung seragam mencerminkan bahwa hiasan-hiasan tersebut mungkin memiliki makna khusus.Sarkofagus di Ai Renung memperkaya tinggalanmegalitik di Indonesia, apalagi sarkofagus AiRenung ternyata masih dimanfaatkan olehmasyarakat sekitar lokasi situs sebagai media ritual.

Dari hasil wawancara mendalam dan observasi,diketahui bahwa sarkofagus di situs Ai Renung 2memiliki bentuk hampir sama dengan temuansejenis dari Desa Sempe atau Raboran yang sama-sama berada di Sumbawa. Perbedaannya adalahjika di situs lain, sarkofagus hanya menjadi artefakmati yang tidak dimanfaatkan, hal ini berbedadengan keberadaan sarkofagus di situs Ai Renung2. Masyarakat Desa Batu Tering memanfaatkankeberadaan sarkofagus yang merupakan tinggalannenek moyang sebagai media pemujaan leluhur.Sarkofagus di situs Ai Renung bukan benda matibelaka melainkan simbol leluhur yang mereka rawatdan percayai demi kesejahteraan hidup mereka.

Page 11: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Sarkofagus dan Ritual Sedeka Orong di Situs Ai Renung, Sumbawa-Retno Handini (137-148) 147

Ritual sedeka orong yang dilakukan masyarakatBatu Tering adalah suatu aktivitas sosial yangmemanfaatkan keberadaan artefak peninggalanmasa lalu. Melalui ritual sedeka orong, dapatdipahami konsep-konsep mereka tentang leluhurdan tentang kehidupan. Ritual sedeka orong walaudilakukan oleh mayoritas pemeluk agama Islam,namun tidak meninggalkan ajaran-ajaran nenekmoyang. Masyarakat Batu Tering menjadikansarkofagus sebagai media yang menghubungkanmereka dengan leluhur. Mereka percaya bahwabumi itu membutuhkan keseimbangan, melaluiritual sedeka orong, mereka berharap leluhurmereka akan melindungi tanaman padi demikesejahteraan masyarakat Desa Batu Tering.

Di wilayah Nusa Tenggara kecenderungantradisi megalitik memang masih bertahan, sepertiritual tarik batu di Sumba yang masih terusberlangsung sampai saat ini (Handini 2009: 183).Jika di Sumba masyarakat masih membuat danmendirikan bangunan kubur batu, namun di AiRenung mereka tidak membuat bangunanmegalitik baru melainkan memanfaatkankeberadaan artefak lama sebagai saranapemujaan. Pendirian atau pemanfaatan artefak-artefak megalitik pada masyarakat sampai inidikenal dengan istilah living megalithic atau tradisimegalitik. Melalui studi etnografi, setidaknya dapatdiketahui perbandingan atau kajian untuk lebihmemahami budaya megalitik di masa lalu.

DAFTAR PUSTAKA

Bell, Catherine. 1992. Ritual Theory RitualPractice. New York: Oxford University Press.

-----------. 1997. Ritual Perspectives and Dimension.New York: Oxford University Press.

Belwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia. Jakarta: Penerbit PT. GramediaPustaka Utama.

Handini, Retno. 2009. "Pulling Stone CeremonyDuring Megalithic Stone Grave Constructionin West Sumba". Hlm. 182-192 dalam SharingOur Archaeological Heritage. Johor Bahru,Malaysia: Yayasan Warisan Johor.

Handini, Retno, Bagyo Prasetyo, Jatmiko, TrumanSmanjuntak, I Made Geria, dan Putu YudaHaribuana. 2015. "Melacak KedatanganPenutur Austronesia di Sumbawa NusaTenggara Barat". Laporan PenelitianArkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian ArkeologiNasional.

Monk, Kathryn A, Yance De Fretes, dan GayatriReksodihardjo Lilley. 2000. Ekologi NusaTenggara dan Maluku. Jakarta: Prenhallindo.

Prasetyo, Bagyo (ed). 2015a. Eksotisme MegalitikNusantara. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Prasetyo, Bagyo. 2015b. Fenomena MegalitikNusantara. Yogyakarta: Galang Press.

Sjamsuddin. 2015. Memori Pulau Sumbawa,Tentang Sejarah, Interaksi Budaya danPerubahan Sosial-Politik di Pulau Sumbawa.Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Soejono, R.P. 2008. Sistem-sistem Penguburanpada Akhir Masa Prasejarah di Bali. Jakarta:Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Soejono, RP. dan RZ Leirissa (editorpemutakhiran). 2008b. Sejarah NasionalIndonesia I, Zaman Prasejarah di Indonesia.cet. 2. Jakarta: Balai Pustaka.

Page 12: SARKOFAGUS DAN RITUAL SEDEKA ORONG DI SITUS AI RENUNG ...

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan148

Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi.Yogyakarta: Tiara Wacana.

Turner, Victor. 1966. The Ritual Process. Structureand Anti-Structure. New York: CornellPaperbacks Cornell University Press.

Zulkarnain, Aries. 2015. Tradisi dan Adat IstiadatSamawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak.