ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

72
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan dalam menyembah atau penghambaan kepada Allah SWT. Penghambaan seorang manusia kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada- Nya sebagai realisasi dari pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah. Menilik pada maknanya pengertian secara umum dapat diterjemahkan bahwa Ibadah sebagai ritual kita sebagai hamba, ibadah mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT. Ibadah sebagai media untuk kita berkholwat dengan sang Maha Pencipta, atas bentuk rasa syukur, pengakuan kita diciptakan sebagai khalifah dan sebagai hamba, pengakuan bahwa Allah SWT sebagai Tuhan yang menciptakan kita, dan segalanya. Manusia diciptakan sebagai khalifah dan berstatus sebagai hamba merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan kreatif dan amaliyah yang selalu

Transcript of ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

Page 1: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan

kepatuhan dalam menyembah atau penghambaan kepada Allah SWT.

Penghambaan seorang manusia kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-

Nya sebagai realisasi dari pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk yang

diciptakan Allah. Menilik pada maknanya pengertian secara umum dapat

diterjemahkan bahwa Ibadah sebagai ritual kita sebagai hamba, ibadah

mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT. Ibadah sebagai media

untuk kita berkholwat dengan sang Maha Pencipta, atas bentuk rasa syukur,

pengakuan kita diciptakan sebagai khalifah dan sebagai hamba, pengakuan

bahwa Allah SWT sebagai Tuhan yang menciptakan kita, dan segalanya.

Manusia diciptakan sebagai khalifah dan berstatus sebagai hamba

merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika

hidup yang sarat dengan kreatif dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilai-

nilai kebenaran. Karena itu hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan

amaliah, dan kerja keras tiada henti. Kedudukan manusia sebagai khalifah dan

hamba bukan dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang

padu.

Ibadah merupakan sesuatu hal yang penting karena setiap manusia

wajib melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala yang

dilarang oleh Allah SWT. Ibadah menjadi suatu ritual dimana kita mengakui

kita sebagai hamba dan Allah SWT sebagai tuhan yang menciptakan kita.

Ibadah adalah suatu kewajiban yang harus kita tunaikan karena itu adalah

Page 2: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

2

bekal untuk kehidupan yang kekal, yaitu kehidupan akhirat. Ibadah menjadi

amal yang akan kita bawa untuk menentukan siapa kita dihadapan Allah

SWT.

Pada zaman yang semakin senja ini, banyak sekali fenomena yang

dapat kita lihat tentang menyembah selain Allah SWT, mempercayai selain

Allah SWT sebagai pemberi petunjuk, dan fenomena ‘Islam KTP’ atau lebih

jelasnya seseorang yang terlahir dari keluarga Islam namun kurang begitu

paham dan mengerti tentang agamanya, karena memang tidak mengetahuinya

atau tidak berusaha untuk mencari tau lebih dalam. Pengetahuan tentang

ibadah dan agama Islam sangatlah penting karena itu yang menjadi pedoman,

petunjuk kita sebagai manusia dalam melaksanakan segala tugas, kewajiban,

hidup di dunia semata-mata untuk mencari akhirat tempat yang sebenar-

benarnya, tempat asal, tempat kembali, dan disanalah kita hidup dengan kekal.

Minimnya pengetahuan ibadah membuat sebagian umat muslim hanya

beribadah seadanya, padahal ibadah merupakan bekal utama manusia untuk

kehidupan setelah mati.

Jadi sangat erat kaitanya antara ibadah dan amalan yang akan kita

bawa mati untuk kehidupan setelah mati, kualitas amalan kita sangat

dipengaruhi oleh proses beribadah kita di dunia, khususnya dalam ibadah

yang berhubungan langsung dengan Allah SWT. Melihat fenomena masa kini,

demi perkembangan pengetahuan ibadah secara teori dari berbagai sumber

dan AL-Quran sebagai sumber dari segala sumber pedoman hidup manusia,

banyak yang harus diperhatikan,dipahami, dan diterapkan oleh kita sebagai

manusia yang kelak akan dan pasti mati. Salah satunya Ibadah dan makna

Ibadah, fungsi ibadah, tujuan ibadah, dan macam-macam ibadah itu sendiri

agar tercipta pelaksanaan ibadah sebagai jalan kita bersyukur, memperbanyak

amalan baik untuk bekal kehidupan akhirat dan mengakui keagungan Allah

SWT yang telah menciptakan kita.

Page 3: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

3

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Ibadah sebagai ritual dalam Islam adalah

sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan ibadah?

2. Apa makna ibadah?

3. Apa macam-macam ibadah?

4. Apa kewajiban ibadah?

5. Apa fungsi ibadah?

6. Apa bentuk-bentuk ibadah?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut :

1. Memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

2. Meningkatkan kualitas keimanan

3. Meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT

4. Meningkatkan kualitas kehidupan kita di dunia dalam bermasyarakat

5. Meningkatkan pengetahuan tentang agama Islam

6. Meningkatkan kecintaan kita terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad

SAW

D. Manfaat Penulisan

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menghasilkan banyak

manfaat, diantaranya :

1. Dapat mengetahui dan memahami arti dari Ibadah

2. Dapat mengetahui dan memahami makna dari Ibadah

3. Dapat mengetahui dan memahami macam-macam Ibadah

4. Dapat mengetahui dan memahami kewajiban manusia dalam beribadah

5. Dapat mengetahui dan memahami fungsi serta tujuan Ibadah

6. Dapat mengetahui dan memahami bentuk-bentuk dari Ibadah

Page 4: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

4

7. Dapat mengamalkan Ibadah yang telah diketahui dengan cara yang telah

ditentukan oleh Allah SWT.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini berjudul “IBADAH SEBAGAI RITUAL DALAM

ISLAM”. Yang memiliki sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, berisi : Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan.

BAB II PEMBAHASAN, berisi : Definisi Ibadah, Makna Ibadah, Macam-

Macam Ibadah, Kewajiban Ibadah, Fungsi Ibadah, Bentuk-Bentuk Ibadah.

BAB III PENUTUP, berisi : Kesimpulan.

Page 5: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ibadah

Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa

Arab. Dalam terminologi bahasa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ini meimiliki arti:

1. perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari

oleh peraturan agama.

2. segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus

dituruti pemeluknya.

3. upacara yang berhubungan dengan agama.

Adapun definisi-definisi ibadah secara etimologi, terminologi dan syar’I,

diantaranya :

1. Definisi secara etimologi

Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan

kepatuhan. Menyembah atau penghambaan.

2. Definisi secara terminologi

Penghambaan seorang manusia kepada Allah untuk mendekatkan

diri kepada-Nya sebagai realisasi dari pelaksanaan tugas hidup selaku

makhluk yang diciptakan Allah.

Page 6: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

6

3. Definisi secara istilah syar’i

Definisi terbaik dan terlengkap adalah apa yang disampaikan oleh

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah mengatakan, “Ibadah

adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah

dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang

tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir).

Maka shalat, zakat, puasa, haji, berbicara jujur, menunaikan

amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan,

menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar,

berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada

tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan

bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang dijadikan

sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan

lain sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah.

Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada

Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal

ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya,

bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha terhadap qadha/takdir-

Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya,

merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya itu semua juga termasuk

bagian dari ibadah kepada Allah.”

B. Makna Ibadah

Ja’far Subhani ketika membahas batasan esensi ibadah mengemukakan

bahwa ibadah ialah tunduk meyakini uluhiyah (Ketuhanan) yang disembah,

rububiyah, dan kemerdekaan-Nya dalam berbuat. Amal perbuatan khusus

yang bersifat tertentu yang secara khas bersifat keagamaan, atau sering

disebut dengan istilah ‘ubudiyah menurut Nurcholis Madjid.

Page 7: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

7

1. Rububiyah

Secara bahasa Tauhid Rububiyah berasal dari dua kata; ‘Tauhid’

dan ‘Rububiyah’.  Dalam bahasa arab ‘Tauhid’, adalah

masdar ‘wahhada’ ‘yuwahhidu’ yang berarti mengesakan sesuatu.

Sedangkan Rububiyah adalah masdar ‘Rabba’ ‘Yurabbi’ yang berarti

adalah memimpin, mengatur, memelihara, memiliki dan memperbaiki.

Dan Rububiyah adalah salah satu sifat Allah yang diambil dari nama-Nya,

yaitu ar-Rabb, yang maknanya adalah Yang Mencipta, Mengatur dan

Menguasai alam semesta ini.

Adapun secara istilah Tauhid Rububiyah maknanya adalah

meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa hanya Allah yang

menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini.

a. Dalil-dalil Tauhid Rububiyah

Dalil tentang Tauhid Rububiyah banyak sekali dan beraneka

ragam, baik dari al-Quran, as-Sunnah, fitrah maupun akal. Semuanya

menunjukkan bahwa hanya Allah yang memiliki sifat rububiyah. Dan

sungguh, Allah telah menjadikan banyak perkara pada makhluk-Nya

yang seandainya direnungkan, niscaya akan menunjukkan bahwa ada

Allah yang menciptakan dan mengatur alam raya ini. Dan berikut ini

beberapa contoh dari dalil-dalil tersebut:

Dalil dari al-Quran di antaranya adalah firman Allah yang

artinya:

1) “Allah lah yang menciptakan dan memelihara segala sesuatu.”

(QS. az-Zumar: 62)

2) “Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan

Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Huud: 6)

Page 8: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

8

3) “Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau

berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan

Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.

Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau

hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah segala

kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala

sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan siang ke

dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan

yang mati dari yang hidup. Dan Engkau memberi rezeki kepada

siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS.

al-‘Imran: 26-27)

Dalil dari as-Sunnah, di antaranya adalah doa sebelum tidur yang

diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

1) “Ya Allah, Rabb yang memiliki tujuh lapis langit, Pemilik ‘Arsy

yang agung; Rabb segala sesuatu; Yang menciptakan biji-bijian

dan benih tanaman; Yang menurunkan Taurat, Injil dan al-

Furqan (al-Quran);

2) Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan makhluk yang Engkau

pegang ubun-ubunnya. Engkau adalah al-Awwal; tidak ada

sesuatu pun sebelum-Mu. Engkau adalah al-Akhir; tidak ada

sesuatu pun setelah-Mu. Engkau adalah azh-Zhahir; tidak ada

sesuatu pun di atas-Mu. Engkau adalah al-Bathin; tidak ada

sesuatu pun di bawah-Mu. Berikanlah kami kemampuan untuk

melunasi hutang dan bebaskanlah kami dari kefakiran.” (HR.

Muslim 7064)

Page 9: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

9

Dalil dari fitrah, Allah telah menciptakan makhluk-Nya dengan

keyakinan terhadap kerububiyahan-Nya. Tidak ada satu makhluk pun

yang mampu menolak keyakinan ini, karena ia adalah perkara yang

sudah tertanam di dalam diri setiap manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, kemudian

orang tuanya lah yang menjadikannya yahudi, nashrani, atau pun

majusi.” (HR. Bukhari 1319)

Dalil dari akal, yaitu dengan memperhatikan dan memikirkan

tanda-tanda kekuasaan Allah. Metode dalam perkara ini bermacam-

macam, yang paling terkenal ada dua:

1) Metode yang dikenal dengan istilah ‘dalalatul anfus’; yaitu dengan

memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat pada

penciptaan manusia. Maka padanya terdapat tanda yang

menunjukkan keesaan Allah dalam sifat rububiyah. Allah

berfirman: “Dan (juga) pada dirimu sendiri (terdapat tanda-tanda

kekuasaan Allah). Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

(QS. adz-Dzariyaat: 20) Jika seseorang memperhatikan ciptaan

Allah yang terdapat pada dirinya, niscaya itu akan

membimbingnya kepada satu keyakinan bahwa ia diciptakan oleh

Dzat Yang Maha Agung dan Maha Bijaksana. Karena seseorang

mengetahui bahwa ia tidak mampu menciptakan nuthfah yang

merupakan asal dirinya, atau mengubah nuthfah itu menjadi

gumpalan darah, kemudian mengubah gumpalan darah itu menjadi

gumpalan daging dan seterusnya dari proses penciptaan manusia.

2) Metode yang dikenal dengan ‘dalalatul afaaq’; yaitu dengan

memperhatikan dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah

dalam penciptaan alam semesta ini. Allah berfirman yang artinya:

Page 10: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

10

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda

(kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka

sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah

benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi

saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushilat: 53)

b. Orang-orang Musyrik di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam Meyakini Tauhid Rububiyah

Banyak sekali ayat-ayat di dalam al-Quran yang menunjukan

bahwa orang-orang musyrik yang diperangi oleh

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam  mengikrarkan

Tauhid Rububiyah; meyakini bahwa Allah adalah Sang Pencipta,

Pengatur, Pemberi rezeki dan Pemelihara alam semesta ini. Allah

berfirman yang artinya:

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah

yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan

bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”…” (QS. al-‘Ankabut:

61)

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang

menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”…” (QS. az-

Zukhruf: 87)

“Katakanlah: “Siapakah Pemilik langit yang tujuh dan ‘Arsy yang

besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah”…” (QS. al-

Mu’minuun: 86-87)

Dan kaum musyrikin Arab zaman dahulu mengerti bahwa

berhala-berhala itu adalah makhluk ciptaan Allah, dan bukan pencipta,

pengatur, pemberi rezeki atau pemelihara alam ini. Mereka yakin

bahwa yang memiliki sifat-sifat ini hanyalah Allah. Namun mereka

Page 11: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

11

menjadikan berhala-berhala itu sebagai perantara untuk mendekatkan

diri kepada Allah. Allah berfirman yang artinya:

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):

“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka

mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (QS. az-

Zumar: 3)

Jadi jelas bahwa kaum musyrikin Arab meyakini

Tauhid Rububiyah. Namun hal tersebut tidak memasukkan mereka ke

dalam Islam. Allah tetap menghukumi mereka sebagai orang-orang

musyrik dan kafir, serta mengancam akan memasukkan mereka ke

dalam neraka selama-lamanya.

Dengan demikian jelaslah bahwa sekedar mentauhidkan Allah

dalam kerububiyahan-Nya, namun tidak mentauhidkan Allah dalam

peribadatan, tidaklah memasukkan seseorang ke dalam Islam dan

menyelamatkannya dari azab Allah.

c. Tauhid Rububiyah bukanlah puncak ketauhidan seseorang

Tauhid Rububiyah adalah kebenaran dan perkaranya amat

penting. Tidak sah keimanan seseorang kepada Allah jika ia tidak

mengimani kerububiyahan-Nya. Namun perlu diketahui bahwa

Tauhid Rububiyah bukanlah alasan diutusnya para Rasul dan

diturunkannya kitab-kitab. Ia bukanlah puncak ketauhidan yang

dengannya ketauhidan seseorang menjadi sempurna. Hal ini karena

beberapa alasan:

1) Allah memerintahkan manusia dan jin untuk beribadah kepada-

Nya, bukan sekedar mengikrarkan bahwa Allah Sang Pencipta,

Pemberi rezeki, Pengatur dan Pemelihara alam ini.

Page 12: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

12

2) Orang-orang musyrik di zaman Rasul shallallahu ‘alaihi wa

sallam juga meyakini Tauhid Rububiyah, namun hal ini tidak serta

merta memasukkan mereka ke dalam Islam, dan tetap diperangi

oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang

telah dijelaskan di atas.

3) Tauhid Rububiyah adalah perkara yang sudah tertanam pada diri

manusia.

d. Bentuk-Bentuk Penyimpangan Yang Berkaitan dengan tauhid

Rububiyah

Meskipun Tauhid Rububiyah adalah perkara yang sudah

tertanam pada fitrah manusia dan memiliki begitu banyak dalil, tetap

saja terjadi penyimpangan pada sebagian orang dalam masalah ini.

Bentuk-bentuk penyimpangan itu dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Mengingkari keberadaan Allah dan menentang secara total sifat

kerububiyahan-Nya. Seperti yang diyakini oleh orang-orang ateis

atau komunis, dan yang semisal dengan mereka.

2) Mengingkari dan menentang sebagian sifat kerububiyahan Allah

dan makna yang terkandung di dalamnya. Seperti orang yang

mengingkari kemampuan Allah untuk mematikan dan

menghidupkan kembali orang yang sudah mati; atau mengingkari

kemampuan Allah memberi manfaat atau menolak mudarat dari

seseorang, atau yang semisal dengan itu.

3) Memberikan sedikit saja dari sifat rububiyah itu kepada selain

Allah. Seperti meyakini bahwa seorang ‘pawang hujan’ bisa

mencegah atau menurunkan hujan di satu tempat.

Page 13: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

13

2. Uluhiyah

Tauhid artinya adalah mengesakan atau menunggalkan. Dalam

arti kita meyakini bahwa Allah itu Maha Esa atau Maha Tunggal.

Uluhiyyah sendiri diambil dari akar kata  aliha-ya lahu, ilaahan atau

uluuhan. Secara bahasa, arti kata aliha yaitu bertujuan, mendedikasikan

diri kepada, mencintai sesuatu sepenuh hati, menghambakan diri

kepadanya, bermonoloyalitas. Jadi, kita adalah  aalih, atau orang yang

melakukan uluuh. Allah adalah  ma-luuuh. Dalam arti yang dicintai

sepenuh hati, yang kepada-Nya kita bermonoloyalitas, yang terhadap-Nya

kita menghambakan diri, dan seterusnya.

Tauhid Uluhiyyah adalah penunggalan dan pengesaan Allah

dalam hal uluhiyyah. Artinya, kita harus meyakini bahwa adalah satu-

satunya yang kita cintai sepenuh hati, yang kita tunggalkan ketaatan secara

mutlak kepada-Nya, yang kita menghambakan diri dan mengabdi

kepadanya. Dan itulah makna sejati dari Laa Ilaaha Illalah.

Laa ilaaha illallah bukan sekadar berarti TIDAK ADA TUHAN SELAIN

ALLAH. Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah melalui perbuatan

para hamba berdasarkan niat taqarrub atau mendekatkan diri kepada

Allah, yang disyari’atkan. Artinya, proses penerapan Tauhid Uluhiyyah

adalah melalui perbuatan seorang hamba yang mengesakan Allah dalam

ibadah. Ia hanya beribadah kepada Allah saja tidak kepada selain-Nya.

Dan ibadah itu dilakukan untuk tujuan mendekatkan diri kepada-Nya.

Selain itu, ibadah yang dilakukan kepada Allah hanya dengan cara yang

disyariatkan oleh Allah saja, tidak dengan cara yang dikehendai oleh si

hamba sendiri.

Contoh dari ibadah yang mendekatkan diri dengan cara yang disyariatkan

itu, diantaranya :

a. berdo’a,

b. bernadzar,

Page 14: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

14

c. berkurban,

d. raja’ (Mengharapkan Keridhaan Allah, mengharapkan rahmat,

ampunan dan Surga-Nya), 

e. khauf (takut terhadap kemarahan, adzab Allah, dan Neraka-Nya),

f. tawakkal, 

g. dan berbagai jenis ibadah lahir maupun batin yang disyariatkan dan

dijelaskan tata caranya oleh Allah, melalui Nabi-Nya, Muhammad

SAW.

Tauhid Uluhiyyah inilah yang menjadi intisari dakwah para nabi dan rasul

sejak awal, hingga nabi Muhammad SAW.

a. Dalil-Dalil Tauhid Uluhiyah

Banyak sekali dalil dari al-Quran yang menunjukkan

kewajiban mentauhidkan Allah dalam peribadatan, dan metode yang

digunakan pun bermacam-macam. Diantaranya ialah sebagai berikut:

1) Kadang dalam bentuk perintah secara langsung. Seperti firman

Allah yang artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS an-Nisaa: 36)

2) Kadang dengan menjelaskan alasan diciptakannya jin dan manusia.

Seperti firman Allah yang artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin

dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”

(QS. adz-Dzariyaat: 56)

3) Kadang dengan menerangkan tujuan diutusnya para Rasul. Seperti

firman Allah yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang

rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya:

“Bahwasanya tidak ada Sembahan (yang hak) melainkan Aku,

maka sembahlah Aku.” (QS. al-Anbiyaa: 25)

Page 15: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

15

4) Kadang dengan menerangkan tujuan diturunkannya kitab-kitab.

Seperti firman Allah yang artinya: “Dia menurunkan para

malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada

siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu:

“Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada

Sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu

bertakwa kepada-Ku.” (QS. an-Nahl: 2)

5) Kadang dengan memberi peringatan kepada orang yang

menyelisihinya. Seperti firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya

orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka Allah

mengharamkan surga baginya, dan tempat kembalinya ialah

neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang

penolongpun.” (QS. al-Maa’idah: 72)

6) Kadang dengan menyebutkan pahala didunia dan akhirat bagi yang

merealisasikannya. Seperti firman Allah yang artinya : “Orang-

orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka

dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat

keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat

petunjuk.” (QS. al-An’aam: 82)

7) Kadang dengan mengancam akan menghukum orang yang

meninggalkannya. Seperti firman Allah yang artinya: “Dan

janganlah kamu mengadakan sembahan lain selain Allah, yang

menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan

tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).” (QS. al-Israa: 39)

Adapun dalil dari as-Sunnah, ia juga menggunakan metode

yang bermacam-macam. Diantaranya adalah sebagai berikut:

Page 16: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

16

1) Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz: “Ya

Mu’adz, apakah engkau mengetahui apa hak Allah yang harus

ditunaikan oleh hamba-hamba-Nya?” Mu’adz menjawab: “Allah

dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui,” Nabi bersabda: “Hak

Allah yang harus ditunaikan oleh hamba-hamba-Nya ialah

disembah dan tidak disekutukan dengan apapun.” (HR. al-Bukhari

6938)

2) Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa mati

dalam keadaan beribadah kepada selain Allah, ia masuk neraka.”

(HR. Bukhari 4227)

3) Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa

berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak berbuat syirik, maka

ia akan masuk surga. Dan barangsiapa berjumpa dengan Allah

dalam keadaan berbuat syirik, maka ia akan masuk neraka.” (HR.

Muslim 280)

Dan masih banyak lagi ayat Quran dan hadits Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam dalam masalah ini.

b. Keutamaan dan Pentingnya Tauhid Uluhiyah

Dengan melihat dali-dalil di atas dan selainnya yang berkenaan

denngan Tauhid Uluhiyah, tidak ada keraguan lagi bahwaTauhid

Uluhiyah adalah pokok yang paling penting dan utama untuk

kemaslahatan hidup manusia. Hal ini karena bebarapa alasan, di

antaranya:

1) Tauhid Uluhiyah adalah tujuan diciptakannya jin dan manusia.

2) Tauhid Uluhiyah adalah alasan diutusnya para Rasul.

3) Tauhid Uluhiyah adalah alasan ditetapkannya syariat.

4) Tauhid Uluhiyah adalah hak Allah azza wa jalla.

Page 17: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

17

5) Tauhid Uluhiyah merupakan sebab orang masuk surga.

6) Tauhid Uluhiyah membebaskan orang dari penghambaan kepada

sesama makhluk.

c. Inti Dakwah Para Rasul Adalah Tauhid Uluhiyah

Telah kita bahas bahwa musyrikin Arab di zaman

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakui Tauhid

Rububiyah namun hal itu tidak menjadikan mereka masuk ke dalam

Islam. Allah tetap menghukumi mereka sebagai orang musyrik dan

kafir ketika mereka tidak mau merealisasikan konsekuensi Tauhid

Rububiyah, yaitu mengesakan Allah dalam peribadatan.

Inilah sesungguhnya inti dakwah para rasul, dari yang pertama

sampai yang terakhir. Yaitu, mentauhidkan Allah dalam

peribadatan, Tauhid Uluhiyah. Allah berfirman yang artinya: “Dan

sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk

menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.”

(QS. An-Nahl: 36) “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun

sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya

tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah

Aku.” (QS. Al-Anbiyaa: 25)

Oleh karena itu mereka menjadikan Tauhid Uluhiyah sebagai

seruan pertama mereka kepada manusia. Sebagaimana perkataan Nuh,

Hud, Shaleh, dan Syu’aib ‘alaihimushalatu wa salaam kepada

kaumnya: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada

sesembahan (yang hak) bagimu selain-Nya.” (QS. Al-A’raaf: 59, 65,

73, 85) “Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya:

“Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya.” (QS.

al-‘Ankabuut: 16)

Page 18: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

18

Dengan perkara ini pula Allah memerintahkan Nabi

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman yang

artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya

menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam

(menjalankan) agama.” (QS. az-Zumar: 11) Beliau Shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia

sampai mereka bersaksi ‘laa Ilaaha Illallah’ (sesungguhnya tidak ada

sembahan yang benar kecuali Allah) dan ‘Muhammad Rasulullah’

(sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah).” (HR. Bukhari 25)

d. Bentuk-Bentuk Penyimpangan Pada Tauhid Uluhiyah

Banyak sekali orang yang menentang Tauhid Uluhiyah, bahkan

mayoritas kaum para Rasul menolak seruan ini. Dan dengan sebab

inilah terjadi perseteruan antara para Rasul dan kaum-kaum mereka.

Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman tentang kaum Nabi

Nuh ‘alaihi salaam yang artinya: “Dan mereka berkata: “Jangan

kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian dan jangan

pula kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa’, Yaghuts,

Ya’uq, dan Nasr!” (QS. Nuh: 23) Tentang kaum kafir Quraisy:

“Mengapa ia menjadikan sembahan-sembahan itu hanya satu

sembahan saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat

mengherankan.” Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya

berkata): “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu,

sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak

pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir, perkara ini

(mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan.”

(QS. Shaad: 4-7) Masih banyak lagi ayat Quran yang menunjukkan hal

ini.

Page 19: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

19

Bentuk-bentuk penyimpangan terhadap Tauhid Uluhiyah

bermacam-macam, namun secara umum dapat disimpulkan menjadi

tiga:

1) Mempersembahkan peribadatan kepada selain Allah. Perbuatan ini

akan menghilangkan Tauhid Uluhiyah pada seseorang secara total.

2) Beribadah kepada Allah dengan tata cara yang diada-adakan.

Perbuatan ini menghilangkan kesempurnaan yang wajib

dalam Tauhid Uluhiyah.

3) Melakukan perbuatan kedurhakaan kepada Allah. Perbuatan ini

merupakan cacat dan mengurangi pahala Tauhid Uluhiyah pada

seseorang.

3. ‘ubudiyah

Menilik pada maknanya pengertian Ubudiyah secara umum dapat

diterjemahkan sebagai Ibadah(ritual) / yang mengatur hubungan langsung

dengan Allah SWT. Tetapi dalam makna yang lebih khusus Ubudiyah

dapat dipahami sebagai ”Pengabdian”, yang tidak hanya ditujukan

kepada Allah SWT semata tetapi juga harus mampu diterjemahkan lebih

lanjut kedalam bentuk pengabdian kepada Islam, bangsa, dunia serta

umat manusia dan kemanusiaan.

C. Macam-Macam Ibadah

1. Ibadah Mahdhah

Ibadah mahdhoh adalah ibadah yang murni ibadah, jadi semata-mata

tujuannya untuk cari pahala, yakni beribadah kepada Allaah subhanahu wa

ta’ala.. Contoh : Shalat, puasa, shalawat, dll. Para ulama menjelaskan

bahwa ibadah mahdhoh jika dikerjakan tanpa tuntunan, jelas hal ini adalah

amalan yang sia-sia. Contohnya seperti shalat yang diubah dan tatacaranya

ditambahkan, misalnya penambahan pelafalan niat. Demikian juga shalat

Page 20: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

20

yang tak ada asalnya dari Islam, misalnya shalat 100 rakaat dimalam nisfu

sya’ban, shalat hadiyah, shalat raghaib, dan shalat-shalat lain yang tak ada

asalnya dari Nabi Muhammad SAW. Begitu juga dengan mengamalkan

puasa-puasa yang bukan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, semisal

puasa nisfu sya’ban, ngebleng, mutih, pati geni, dll. Begitu juga dengan

shalawat-shalawat yang tidak berasal dari Nabi shallallahu alaihi wa

sallam, semisal nariyah, hajjiyah, burdah, dll.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

” Man ahdasa fii amrinaa hadzaa maa laesa minhu fahua roddun. ”

Artinya :

“ Barang siapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (agama

/ ibadah) yang tidak ada asalnya (tidak Rosululloh lakukan / perintahkan),

maka perkara tersebut tertolak. ” ( HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no.

1718 )

Jadi harus dan perlu dasar dalam ibadah jenis ini. Sehingga ada kaedah

dalam ibadah :

“Al Ashlu fil ‘ibaadah butlaanun hatta yaquumuddaliilu’alal amri”

Artinya :

Asalnya urusan Ibadah adalah batal/tidak sah kecuali ada dalil yang

memerintahkannya

2. Ibadah Ghoiru Mahdhah

Ibadah ghoiru mahdhoh adalah ibadah yang tidak murni ibadah. Satu

sisi ibadah ini bisa bernilai ibadah (ada pahalanya) jika diniatkan karena

Page 21: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

21

Allah, dan bisa tidak bernilai ibadah jika hanya berniat untuk dunia.

Contohnya :

a. Bekerja untuk mencari nafkah

b. Tersenyum dengan orang lain

c. Tolong menolong sesame

d. Menafkahkan harta di jalan Allah

e. Membangun sekolah, madrasah, jembatan, dll

Sedangkan ibadah ghoiru mahdhoh, ini baru jadi ibadah dan

berpahala jika diniatkan untuk ibadah, misalnya mencari nafkah untuk

menghidupi keluarga diniatkan karena Allah, karena Allah memang

memerintahkan agar menafkahi keluarga. Namun jika diniatkan hanya

untuk cari kerja saja karena untuk sekedar memenuhi kebutuhan, atau

sekedar mengumpulkan harta, maka ini tidak bernilai pahala. Jadi amalan

ini asalnya mubah. Jika diniatkan karena Allah baru bernilai pahala.

Namun perlu diperhatikan bahwa ibadah ghoiru mahdhoh ini jika

dijadikan sebagai ibadah murni, maka bisa terjatuh dalam perkara yang

mengada-ada dalam agama (baca : bid’ah), misalnya dikhususkan dengan

cara dan dikerjakan pada waktu tertentu. Contonya ziarah kubur sebelum

masuk  ramadhan. Ziarah kubur boleh kapan saja. Namun jika

dikhususkan pada waktu tertentu semacam ini, bahkan sampai dianggap

memiliki keutamaan didalamnya, maka hal ini bernilai bid’ah. Contoh

lainnya ketika jabat tangan setelah shalat. Jabat tangannya asalnya boleh

kapan saja, bahkan jabat tangan dapat menggugurkan dosa. Namun jika

jabat tangan dikhususkan ketika selesai shalat, apalagi pengkhususan

tersebut sampai dianggapnya mempunyai keutamaan, bahkan dianggap

sebagai sunnah, maka ini yang mengada-ada. Jadi tidak bisa dikatakan

mubah.

D. Kewajiban Ibadah

Page 22: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

22

Allah Subahan Wata'ala berfirman:

"Dan, Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku"

(QS Adz-Dzaariyaat[51]:(56))

Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia sebagai sesuatu yang

sia-sia dan tidak berguna. Dia juga tidak menciptakan mereka untuk makan,

minum, senda gurau, bermain dan tertawa. Dia menciptakan mereka untuk

suatu perkara yang besar, yakni menyembah-NYA, mengesakan-NYA,

mengagungkan-NYA, membesarkan-NYA dengan melakukan segala

perintah-NYA dan menjauhi semua larangan-NYA.

Allah SWT telah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah

kepada-NYA. Bahkan, kegiatan ibadah ini tidak saja dilakukan oleh manusia

saai ini (setelah Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam), melainkan

sebelum beliau ada. Oleh karena itu, manusia hidup untuk ibadah, bukan

selainnya. Setiap gerak dan langkah manusia adalah ibadah; baik saat bekerja

di kantor, istirahat di rumah, menuntut ilmu di sekolah, dan dimana pun.

Dengan demikian, ibadah adalah tugas manusia yang perlu dihayati

dan diamalkan tanpa terkecuali. Hal ini sudah menjadi hak Allah, yang telah

menciptakan manusia dengan sebaik-baik peciptaan-NYA terhadap penduduk

langit dan bumi adalah mereka menyembah-NYA dan tidak menyekutukan-

NYA dengan sesuatu pun. Ibadah merupakan kewajiban manusia terhadap

Allah Subahana Wata'ala, dengan cara mendekatkan diri kepada-NYA,

melakukan perintah-NYA, dan menjauhi larangan-NYA. Ibadah meliputi

segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh-NYA, baik beruoa ucapan

maupun perbuatan lahir dan bathin. Akan tetapi, secara spesifik,

Page 23: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

23

implementasinya mengacu pada tatanan atau konsep ibadah-ibadah tertentu

yang sudah diperintahkan oleh-NYA dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad

Salallhu Alaihi Wasallam, mulai dari shalat, puasa, zakat, shadaqah,

hingganjenis ibadah lainnya.

Sebagai hamba-NYA, kita harus senantiasa melaksanakan ibadah yang

telah diperintahkan oleh-NYA dan rasul-NYA dengan penuh kesadaran,

keikhlasan, dan rendah hati terhadap-NYA. Dengan demikian, semangat

ibadah yang benar merupakan perwujudan dari rasa syukur atas nikmat yang

telah diberikan oleh-NYA, yang didasarkan pada rasa keagungan-NYA di

alam semesta. Dengan adanya rasa syukur itulah, kita termotivasi untuk

mengabdi hanya kepada-NYA.

E. Fungsi Ibadah

Manusia berfungsi sebagai khalifah dan berstatus sebagai hamba

merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika

hidup yang sarat dengan kreatif dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilai-

nilai kebenaran. Karena itu hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan

amaliah, dan kerja keras tiada henti. Kedudukan manusia sebagai khalifah dan

hamba bukan dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu

dan tak terpisahkan. Kekhalifahan adalah realisasi dari pengabdian seseorang

kepada Allah SWT.

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim

sedemikian rupa. Ketidaksetimbangan diantara keduanya akan melahirkan

sifat-sifat yang menyebabkan derajat manusia meluncur ketingkat yang paling

rendah, sebagaimana firman Allah SWT :

Page 24: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

24

Artinya : “Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia itu dalam bentuk yang

sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang

serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan

beramal shaleh”(Q.S. al-Tin:4-5)

Dari ayat diatas dapat dipahami jika tinggi atau rendahnya derajat seseorang

bukan karena sosok tubuh atau fisiknya saja namun bagaimana keimanan dan

amal perbuatan yang ia lakukan. Dan menurut Q.S Ali Imran ayat 112 dapat

dipahami bahwa kualitas kemanusiaan itu sangat bergantung pada kualitas

komunikasi manusia dengan Allah SWT melalui Ibadah dan kualitas interaksi

sosialnya dengan sesama manusia.

Adapun fungsi dari Ibadah antara lain :

1. Kewajiban manusia dibumi hanya untuk beribadah kepada Allah SWT

2. Tanda Syukur atas segala nikmatnya yang tak terhingga

3. Wajib beribadah karena merupakan konsekuensi dari janjinya saat berada

didalam rahim

4. Syarat dari memperoleh rahmat Allah

5. Beribadah kepada Allah merupakan tugas para rasul yang diajarkan

kepada manusia

6. Karena ialah yang paling tepat untuk di sembah.

F. Bentuk-Bentuk Ibadah

1. Shalat (Sendi dan Induk Ibadah)

Salat (bahasa Arab: صالة; transliterasi: Sholat), merujuk kepada

ritual ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat

harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad, sebagai

figur pengejawantah perintahAllah. Umat muslim diperintahkan untuk

mendirikan salat, karena menurut Surah Al-'Ankabut dapat mencegah

perbuatan keji dan mungkar:

Page 25: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

25

Artinya :

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-

Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya, mengingat

Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang

lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." – (QS.29:45)

a. Pengertian Shalat

Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki

arti, doa. Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna serangkaian

kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul

ihram dan diakhiri dengan salam. Sedangkan menurut istilah syara’,

shalat berarti perbuatan khusus seorang muslim yang berisi bacaan-

bacaan dan gerakan-gerakan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri

dengan salam dengan memenuhi syarat-syarat tertentu.

b. Hukum Shalat

Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah memberikan

peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat wajib,

mereka akan dihukumi menjadi kafir dan mereka yang meninggalkan

salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orang-

orang, seperti Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.

Page 26: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

26

Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut:

1) Fardu , Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk

mengerjakannya. Salat fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu:

a) Fardu ain  adalah kewajiban yang diwajibkan

kepada mukallaf langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak

boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain,

seperti salat lima waktu, dansalat Jumat (fardhu 'ain untuk

pria).

b) Fardu kifayah  adalah kewajiban yang diwajibkan kepada

mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban

itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang

mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang

mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi

berdosa bila tidak dikerjakan, seperti salat jenazah.

2) Salat sunah  (salat nafilah) adalah salat-salat yang dianjurkan atau

disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi

menjadi dua, yaitu:

a. Nafil muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan

penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti salat

dua hari raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf.

b. Nafil ghairu muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa

penekanan yang kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat

sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan,

seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi

gerhana).

Page 27: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

27

c. Rukun Shalat

1. Berdiri bagi yang mampu.2. Takbiratul ihram.3. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat.4. Rukuk  dan tuma’ninah.5. Iktidal  setelah rukuk dan tuma'ninah.6. Sujud dua kali dengan tuma'ninah.7. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah.8. Duduk dan membaca tasyahud akhir.9. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir.10. Membaca salam yang pertama.11. Tertib melakukan rukun secara berurutan.

d. Fungsi Shalat

Dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 103 Allah Swt berfirman

yang artinya : " Shalat merupakan suatu kewajiban bagi orang-orang

beriman yang sudah ditentukan waktunya ".  Sebagai kewajiban yang

bersifat sentral, maka shalat tidak cukup dikerjakan sekaligus, akan

tetapi dikerjakan secara bersistem sepanjang hidup manusia. Oleh

karena itu perintah shalat bukan untuk mengerjakan, tetapi mendirikan

( iqaam al-shalaat ), yaitu mengerjakan dengan mengikuti sistemnya

atau dengan kata lain dikerjakan menurut kaidah-kaidah tata cara yang

telah ditentukan dalam syari'at islam. Karena apabila tidak demkian,

maka shalat itu tidak akan pernah memiliki fungsi sebagaimana

maksud atau tujuan diperintahkannya shalat oleh Allah Swt. Jika

shalat dikerjakan tanpa mengikuti sistemnya, maka yang tertinggal

hanyalah bentuk ritual shalat yang tidak relevan dengan fungsinya.

Adapun fungsi-fungsi shalat tersebut adalah :

Page 28: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

28

1. Shalat Sebagai Media Komunikasi Seorang Hamba Dengan

Sang Khaliq

     Komunikasi antara seorang hamba dengan sang Khaliq, dapat

berupa permintaan ( do'a ), pengaduan, konsultasi, permohonan dan

bahkan bisa juga sebagai pelepas kerinduan. Shalat Istikharah

misalnya, dimana shalat ini merupakan suatu bentuk permintaan

seorang hamba kepada sang khaliq agar diberikan kemampuan atau

petunjuk tentang suatu pilihan yang sulit untuk diputuskan oleh

seorang hamba. Sikap percaya seorang hamba kepada Allah Swt yang

maha mengetahui tentang baik dan buruknya suatu perkara, yang maha

kuasa untuk memberi petunjuk terhadap suatu pilihan, membuat

seorang hamba untuk bergantung pada petunjuk yang diberikan oleh

Allah Swt. Ini tergambar pada teks do'a Shalat Istikharah sebagaimana

yang diajarkan Rasulullah Saw. ( baca do'a Shalat Istilharah ).

Tentang jawaban dari do'a istikharah ini dapat diketahui

melalui isyarat-isyarat, yaitu : nawmiyah ( isyarat mimpi ), melalui

nasihat atau saran dari para tokoh atau orang banyak yang bisa masuk

akal dan menyejukkan, melalui isyarat ketajaman nurani atau mata

bathin kita dimana hati kita menjadi sangat yakin atas pilihan kita

walaupun banyak orang yang menentangnya.

Jika seorang hamba mempunyai permintaan khusus kepada

Allah, maka kita dianjurkan untuk melaksakan shalat hajat,

selanjutnya jika seorang hamba ingin bermesraan dan melepas

kerinduan, atau ingin taqarrub  kepada Allah, maka dapat kita

lakukan shalat tahajjud karena didalamnya adanafilah-nafilah ( nilai

plus ) dari Allah terhadap yang tetap menegakkannya, sebagaimana

Allah menjelaskan dalam firmannya pada Surat Al-Isra yang

Page 29: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

29

artinya : " Dan pada sebahagian malam bertahajjudlah kalian sebagai

tambahan, semoga Allah mengangkat derajatmu ketempat yang terpuji

"

2. Shalat Sebagai Zikir

 Didalam Al-Qur'an surat Thaaha secara tagas Allah Swt

sebutkan bahwa tujuan shalat adalah agar manusia selalu ingat kepada

Allah Swt. Dengan demikian maka shalat secara fungsional memang

dimaksudkan agar manusia selalu ingat kepada Allah Swt ( wa aqim-i

'l-shalaata li zikri ) dirikan shalat untuk mengingat Ku. Mengapa shalat

diwajibkan lima kali sehari ? ini nampaknya sangat relevan dengan

tabi,at manusia yang suka lupa, mudah tergoda, mudah terpengaruh

oleh bisikan-bisikan yang silih berganti. Itulah sebabnya waktu-waktu

antara shalat yang satu dengan shalat yang lainnya sudah ditentukan,

dan ketika jarak antara waktu shalat yang satu dengan yang lainnya

cukup lama, maka ada shalat-shalat tertentu yang memiliki fadhilah-

fadhilah yang luar biasa dan sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw

seperti antara waktu Isya dan subuh ada shalat tahajjud, antara waktu

subuh dan zhuhur ada shalat d, ini terkait dengan hati manusia yang

selalu berubah-ubah.

     Selanjutnya tentang bacaan shalat yang diajarkan oleh Rasulullah

Saw pada umumnya merupakan zikir kepada Allah Swt baik dalam

bentuk pujian maupun do'a. Kalimat zikir mengandung arti mengingat

dan menyebut. Bagi orang-orang awam, sekurang-kurangnya dalam

lima waktu setiap harinya menyebut nama Allah, bagi orang alim dan

arif, shalat lima waktu berfungsi sebagai rangkaian waktu untuk

memelihara keakraban hubungannya dengan Allah, dan selanjutnya

bagi orang-orang yang termasuk katagori arifin ( arif billah ) yang

Page 30: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

30

pusat perhatian dan hidupnya adalah shalat dan senantiasa menunggu

tibanya waktu shalat berikutnya, sehingga tak sedikitpun ada waktu

yang terlewatkan untuk mengingat Allah Swt.

3). Shalat Sebagai Pembentuk Tingkah Laku

   Dari segi jadwal, jika seorang mukmin disiplin dalam mengerjakan

kewajiban shalat, apalagi jika ditampah dengan memperbanyak shalat-

shalat sunnat yang mengiringinya ( shalat rawatib ), maka padanya

akan terpola aktifitas hidup kita selama sehari semalam ( 24 jam ), dari

sejak kita bangun tidur hingga kita kembali ketempat tidur, bagaimana

menyangkut kebersihan diri kita baik dari na'jis ataupun kotoran-

kotoran lainnya, bagaimana menutup aurat, bagaimana tutur kata kita,

bagaimana kita harus berprilaku secara sopan dan rendah hati 

sebenarnya sudah terpola dalam setiap gerakan shalat yang telah

diajarkan kepada kita, bagaimana kita berdiri, rukuk, sujud duduk dan

lain sebagainya. 

     Selanjutnya didalam shalat berjama'ah juga telah terpola etika

berjama'ah yang menjadi acuan dalam kehidupan bermasyarakat,

seperti bagaimana memilih seorang imam ( pemimpin ), bagaimana

keharusan sebagai makmum untuk mematuhi pemimpin yang

disepakati, bagaimana hak makmum jika imam ( pemimpin )

melakukan kekeliruan semuanya sudah diatur.

2. Puasa (Ibadah yang melibatkan Hawa Nafsu)

Saum (bahasa Arab: صوم, transliterasi: Shuwam) adalah

menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa

membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari,

Page 31: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

31

dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim.

Berpuasa (saum) merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Saum

secara bahasa artinya menahan atau mencegah.

a. Jenis-Jenis Puasa

Puasa dibagi menjadi dua hukum, wajib dan sunnah (dianjurkan). Berikut penjelasan lebih rincinya:

Puasa wajib

Puasa yang hukumnya wajib adalah puasa yang harus dikerjakan dan akan mendapatkan pahala, kemudian jika tidak dikerjakan akan mendapatkan dosa. Puasa-puasa wajib adalah sebagai berikut:

1) Puasa Ramadan,

2) Puasa karena nadzar,

3) Puasa kifarat atau denda.

Puasa sunnah

Puasa yang hukumnya sunnah adalah puasa yang jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Puasa-puasa sunnah adalah sebagai berikut:

1) Puasa 6 hari di bulan Syawal selain hari raya Idul Fitri,

2) Puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah bagi orang-orang yang

tidak menunaikan ibadah haji,

3) Puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijah bagi orang-orang yang

tidak menunaikan ibadah haji,

4) Puasa Senin dan Kamis,

5) Puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak), bertujuan untuk

meneladani puasanya Nabi Daud,

6) Puasa 'Asyura (pada bulan muharram), dilakukan pada tanggal 10,

7) Puasa 3 hari pada pertengahan bulan (menurut kalender islam)

(Yaumul Bidh), tanggal 13, 14, dan 15,

Page 32: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

32

8) Puasa Sya'ban (Nisfu Sya'ban) pada awal pertengahan bulan

Sya'ban,

9) Puasa bulan Haram (Asyhurul Hurum) yaitu bulan Dzulkaidah,

Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

b. Syarat dan Rukun Puasa

Dalam menjalankan saum ini ada beberapa syarat wajib dan syarat syah yang harus diperhatikan menurut syariat Islam.

Syarat wajib puasa

1) Beragama Islam,

2) Berakal sehat,

3) Baligh (sudah cukup umur),

4) Mampu melaksanakannya.

Syarat sah puasa

1) Islam (tidak murtad),

2) Mummayiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk),

3) Suci dari haid dan nifas (khusus bagi wanita),

4) Mengetahui waktu diterimanya puasa.

Rukun puasa

1) Islam,

2) Niat,

3) Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit

fajar hingga terbenam matahari.

c. Haram dan Makruh Berpuasa

Umat Islam diharamkan berpuasa pada waktu-waktu berikut ini:[1][2]

Page 33: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

33

1) Hari raya Idul Fitri, yaitu pada (1 Syawal),

2) Hari raya Idul Adha, yaitu pada (10 Zulhijjah),

3) Hari-hari tasyrik, yaitu pada 11, 12, dan 13 Zulhijjah,

4) Hari syak, yaitu pada 30 Syaban,

5) Puasa selamanya,

6) Wanita saat sedang haid atau nifas,

7) Puasa sunnah bagi wanita tanpa izin suaminya.

Kemudian waktu makruh untuk berpuasa adalah ketika puasa dikhususkan pada hari Jumat, tanpa diselingi puasa sebelumnya atau sesudahnya.

d. Hal-Hal yang membatalkan Puasa

Puasa akan batal jika;

1. Masuknya benda (seperti nasi, air, asap rokok dan sebagainya) ke

dalam rongga badan dengan disengaja,

2. Bersetubuh,

3. Muntah dengan disengaja,

4. Keluar mani (istimna' ) dengan disengaja,

5. Haid (datang bulan) dan Nifas (melahirkan anak),

6. Hilang akal (gila atau pingsan),

7. Murtad (keluar dari agama Islam).

Dari kesemua pembatal puasa ada pengecualiannya, yaitu makan, minum dan bersetubuhnya orang yang sedang berpuasa tidak akan batal ketika seseorang itu lupa bahwa ia sedang berpuasa.

e. Hal-Hal yang membatalkan Puasa

Berikut ini adalah orang yang boleh membatalkan puasa wajib (puasa Ramadhan):

1) Wajib mengqadha

Page 34: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

34

Orang-orang yang tersebut di bawah ini, boleh tidak berpuasa,

tetapi wajib mengganti puasanya di hari lain (qada), sebanyak

hari yang ditinggalkan.

a) Orang yang sakit, yang ada harapan untuk sembuh,

b) Orang yang bepergian jauh (musafir) sedikitnya 89 km dari

tempat tinggalnya,

c) Orang yang hamil, yang khawatir akan keadaannya atau bayi

yang dikandungnya,

d) Orang yang sedang menyusui anak, yang khawatir akan

keadaannya atau anaknya,

e) Orang yang sedang haid (datang bulan), melahirkan anak dan

nifas,

f) Orang yang batal puasanya dengan suatu hal yang

membatalkannya selain bersetubuh,

2) Wajib mengqadha dan wajib fidyah

Orang-orang di bawah ini tidak wajib qada (menggantikan puasa

di hari lain), tetapi wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan

orang miskin setiap hari yang ia tidak berpuasa, berupa bahan

makanan pokok sebanyak 1 mud (576 gram),

a) Orang yang sakit yang tidak ada harapan akan sembuhnya,

b) Orang tua yang sangat lemah dan tidak kuat lagi berpuasa.

3) Wajib mengqadha dan kifarat

Orang yang membatalkan puasa wajibnya dengan bersetubuh,

wajib melakukan kifarat dan qadha. Kifarat ialah memerdekakan

hamba sahaya yang mukmin. Jika tidak ada hamba sahaya yang

mukmin maka wajib berpuasa dua bulan berturut-turut (selain

qadha' menggantikan hari yang ditinggalkan), jika tidak bisa,

wajib memberi makan 60 orang miskin, masing-masing

sebanyak 1 mud (576 gram) berupa bahan makanan pokok.

Page 35: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

35

f. Fungi/Keutamaan, dan Hikmah Puasa

Keutamaan

Ibadah puasa Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada setiap mukmin adalah ibadah yang ditujukan untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertera dalam sebuah surah dalam al-Qur'an, yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Al-Baqarah 2:183)”

Keutamaan puasa menurut syariat Islam adalah, orang-orang yg berpuasa akan melewati sebuah pintu surga yang bernama Rayyan, dan keutamaan lainnya adalah Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka, sejauh 70 tahun perjalanan.

Hikmah

Hikmah dari ibadah shaum itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar dalam menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah gigih dan ulet seperti yang dimaksud dalam Ali ‘Imran/3: 146. Di antara hikmah dan faedah puasa selain untuk menjadi orang yang bertakwa adalah sebagai berikut:

Pendidikan/latihan rohani,

1) Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri,

2) Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti,

3) Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebaik-

baiknya,

4) Mendidik kesabaran dan ketabahan.

Perbaikan pergaulan

Page 36: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

36

Orang yang berpuasa akan merasakan segala kesusahan fakir miskin yang banyak menderita kelaparan dan kekurangan. Dengan demikian akan timbul rasa suka menolong kepada orang-orang yang menderita.

Kesehatan

Ibadah puasa Ramadhan akan membawa faedah bagi kesehatan rohani dan jasmani jika pelaksanaannya sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa, malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia saja.

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A'Raaf 7:31)

3. Zakat (Wujud Ibadah Sosial)

a. Pengertian Zakat

Zakat secara bahasa berasal dari kata “zaka” yang berarti

mensucikan. Secara istilah syara’, Sayid Sabiq mengartikan zakat

sebagai nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah yang dikeluarkan

seseorang kepada fakir miskin. Sedangkan menurut Sulaiman Rasyid,

zakat yaitu kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak

menerimanya dengan beberapa syarat. Jadi zakat ialah sebagian

kekayaan yang diambil dari milik seseorang yang punya dan diberikan

kepada orang yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan.

Zakat dapat dikatakan sebagai usaha mensucikan diri dari

kemungkinan pemiliknya cinta yang berlebih-lebihan kepada harta dan

dari kemungkinan memiliki harta kotor yang disebabkan

bercampurnya harta yang bersih dengan harta yang menjadi hak orang

lain dengan jalan memberikan sebagian hartanya kepada orang yang

berhak menerimanya.

Page 37: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

37

Bagi orang yang mengeluarkan zakat (muzakki), zakat

memiliki fungsi sebagai wujud dari ketaatan atas perintah Allah dan

sekaligus merupakan cara pembersihan dan pensucian harta yang

dimilikinya, serta merupakan wujud kepedulian sosial dari orang yang

mapu kepada orang yang lemah.

Zakat lebih diarahkan pada panyantunan kaum dhu’afa yang

secara langsung diberikan dalam bentuk bahan konsumtif atau dengan

cara diarahkan pada kegiatan produktif guna peningkatan kemampuan

golongan ekonomi lemah sehingga mereka dapat keluar dari

kemiskinan.

b. Fungsi Zakat

Zakat memiliki fungsi yang besar, baik bagi muzakki, mustahiq

maupun bagi masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki zakat

berarti mendidik jiwa untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa

dari sifat kikir, sombong dan angkuh yang biasanya menyertai

pemilikan harta yang banyak dan berlebihan.

Bagi mustahiq, zakat memberikan harapan adanya perubahan

nasib dan sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan suudzan

terhadap orang-orang kaya. Dengan demikian, jurang pemisah antara

orang kaya dan orang miskin dapat dihilangkan.

Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat

pemerataan pendapatan dan pemilikan harta di kalangan umat islam.

Dalam tata masyarakat muslim tidak terjadi monopoli, melainkan

sistem ekonomi yang menekankan kepada mekanisme kerja sama dan

tolong menolong. Sedangkan zakat fitrah lebih bermakna praktis, yaitu

pemberian yang bersifat konsumtif mendorong kebersamaan umat

Page 38: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

38

dalam menandai dari raya dengan kegembiraan bersama,

menghilangkan kesenjangan sosial antara yang kaya dan yang miskin.

Zakat merupakan ibadah materi atau harta benda yang harus

dikeluarkan oleh orang kaya untuk dapat memberikan pertolongan

kepada orang miskin sehingga mereka dapat memnuhi kebutuhannya

atau memberikan bantuan guna kepentingan umum di tengah

masyarakat. Zakat itu hukumnya wajib atas orang kaya yang

mempunyai harta lebih daripada apa yang dihajatkannya serta hajat

kaum keluarga yang wajib dibiayainya, diambilkan dari harta bendanya

yang berupa uang atau nilai barang-barang perniagaannya, seperti

ternak dan hasil panen sawah dan ladang menurut ukuran yang telah

diketahui oleh kaum muslimin yang hasilnya dapat menutupi hajat

orang-orang fakir miskin serta kepentingan umum dan tidak akan

mencekik leher orang-orang yang mempunyai harta benda tersebut.

Dengan ibadah zakat ini islam telah berdiri dalam menghadapi

kemusykilan persoalan harta benda bagi kaum muslimin pada suatu

batas pertengahan yang akan memelihara mereka daripada

kesewenang-wenangan harta benda yang merusak, yang menyebabkan

harta-harta itu tertumpuk pada beberapa gelintir manusia saja pada

suatu bangsa, sementara bagian terbesar dari bangsa itu tidak

mempunyai apa-apa. Demikian pula ibadat zakat ini akan memelihara

kaum muslimin daripada kejahatan anarkisme yang licik yang dapat

membawa terhadap keruntuhan masyarakat yang dapat menghilangkan

kegiatan-kegiatan pribadi dan tertimbunnya harta kekayaan dalam

tangan yang memerintah atas nama masyarakat.

Ibadah zakat juga merupakan peraturan agama yang akan

memelihara kemerdekaan dan kebebasan bagi perseorangan dalam

Page 39: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

39

bekerja, berusaha dan menjaga hak masyarakat atas perseorangan di

dalam bentuk pertolongan dan gotong royong. Dengan demikian, zakat

menampakkan prinsip islam yang umum yaitu memikulkan kepada

perseorangan sebagian dari hak-hak masyarakat dan sebaliknya

memikulkan kepada masyarakat sebagian dari hak-hak perseorangan.

Zakat merupakan ibadah yang bersifat materi dari umat untuk

umat, khususnya dari yang mampu kepada yang tidak mampu, karena

zakat merupakan pembelanjaan sebagian harta orang-orang kaya

kepada fakir miskin. Dengan kata lain zakat merupakan pemindahan

harta kekayaan umat dari suatu tangan (yaitu tangan yang diberi tugas

oleh Allah untuk memelihara, memperkembangkan dan

mempergunakannya secara leluasa, yaitu orang-orang kaya) kepada

tangan-tangan yang lain (yaitu orang-orang fakir miskin yang hidupnya

menderita, yang hasil usahanya tidak dapat mencukupi hajatnya sendiri

atau bahkan sama sekali tiada kuasa untuk berusaha dan rezekinya

dijadikan Allah tergantung kepada dan dari harta orang-orang kaya

tadi).

4. Haji (Puncak Ibadah dan Pengorbanan Lahir Batin)

a. Makna dan Tujuan

Haji secara bahasa artinya menyengaja sesuatu. Sedangkan secara

istilah syara’ yang dimaksud haji itu ialah menyengaja mengunjungi

ka’bah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat

yang tertentu.

Haji merupakan suatu ibadah yang sudah dikenal sejak zaman

sebelum Nabi Muhammad SAW yang menuntut dari orang yang

melaksanakannya supaya dikerjakan dengan hati, badan dan hartanya

yang berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya. Haji ini wajib dikerjakan

Page 40: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

40

oleh orang muslim yang sanggup melakukannya di masa-masa tertentu

dan tempat-tempat yang tertentu pula, yang harus dilakukan atas dasar

karena Allah dan semata-mata mengharap ridha Allah. Dan ibadah haji

itu dimulai dengan niat haji karena Allah, dilakukan dengan penuh

keikhlasan dengan tanpa memakai pakaian yang berjahit, dan barang-

barang mewah. Dalam ibadah haji, tidak ada perbedaan antara kaya dan

miskin , antara pejabat dan rakyat biasa.

Ibadah haji pertama kali dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s yang

disuruh membangun Baitullah di Mekkah agar supaya orang-orang

thawaf di sekelilingnya dan menyebut nama Allah sewaktu

mengerjakannya . Nabi Ibrahim a.s kemudian melaksanakan perintah

Allah SWT dan membangun Baitullah, dan mengajak manusia untuk

melakukan haji ke sana dan disuruhnya pula anak cucunya untuk

bertempat tinggal di tempat itu. Sejak itu, orang-orang Arab pun

berdatangan mengunjungi Baitullah yang telah dibina oleh Nabi

Ibrahim a.s itu untuk melakukan ibadah haji, menyembah Allah

menurut apa yang telah ditentukannya. Ibadah haji ini selanjutnya

diwajibkan kepada setiap orang muslim yang mempunyai kemampuan

satu kali seumur hidup . Allah SWT dalam salah satu firman-Nya

menjelaskan : “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap

Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke

Baitullah” (Q.S 3:97)

b. Tata Cara Haji

Ibadah haji dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang

dikerjakan secara fisik berupa ihram, thawaf, sa’i, wuquf, mabit,

melempar jumrah, dan tahallul. Penjelasan dari masing-masing

tindakan ibadah haji tersebut adalah sebagai berikut:

Page 41: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

41

1) Ihram (Berniat melakukan haji atau umrah)

Niat haji dilakukan bersamaan dengan mengenakan pakaian

ihram, yaitu pakaian tanpa berjahit, sebagai simbol kehidupan yang

mempunyai dua makna sebagai berikut:

Pertama, melepaskan diri dari kemewahan-kemewahan jasmani

dan kesenangan-kesenangan duniawi, seperti berdandan, bersolek

dengan harum-haruman, dan mencukur rambut dan meninggalkan

apa-apa yang dilarang Allah, sebagaimana dijelaskan dalam

firmanNya: “Tidak boleh melakukan jima’, perbuatan jahat dan

pula tidak boleh berbantah-bantahan di waktu haji” (Q.S Al-

baqarah:179)

Kedua, sebagai sambutan atas panggilan Allah, yang berupa

seruan keras dengan mengucapkan “Labbaik Allahumma labbaik”.

Seruan ini disebut dengan “Talbiyah”. Seruan ini merupakan

lambang pengakuan bahwa yang berhaji mendengar dan siap

menuruti perintah Allah SWT; senantiasa bersegera untuk

menunaikan perintah-perintah tersebut; dan bahwasannya Allah

SWT adalah Tuhan yang menguasai segala yang ada serta

penegasan bahwa tidak ada sesuatu pun yang berhak dipuji,

disyukuri nikmatnya dan ditunaikan perintah-perintahNya kecuali

Dia.

Ihram dilakukan pada tempat-tempat tertentu yang telah

ditetapkan oleh Nabi SAW yang disebut dengan “miqat makani”.

Ada lima tempat untuk mulai melakukan ihram.

a) Dzul-Hulaifah, sebagai miqat bagi jemaah haji yang datang dari

arah Madinah.

Page 42: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

42

b) Juhfah, sebagai miqat bagi jemaah haji yang datang dari arah

Siria

c) Dzatu ‘irqin, sebagai miqat bagi jemaah haji yang datang dari

arah timur-laut Mekah.

d) Qarnul-Manazil, sebagai miqat bagi jemaah haji yang datang

dari arah timur Mekah.

e) Yalamlam, sebagai miqat bagi jemaah haji yang datang dari

arah selatan mekah.

2) Thawaf

Yaitu bentuk ibadah yang berupa tindakan mengelilingi Kabah

sebanyak tujuh kali putaran, bergerak berlawan dengan arah jarum

jam. Dimulai dari sudut Kabah tempat beradanya Hajar Aswad.

Ada tiga jenis thawaf dalam ibadah haji, yaitu:

a) Thawaf qudum, yakni thawaf selamat datang yang dilaksanakan

begitu masuk ke Mesjid Haram, yang merupakan penghormatan

terhadapnya dan sebagai ganti shalat tahiyyatul-masjid.

b) Thawaf Ifadhah, yakni thawaf yang merupakan rukun haji.

Dilakukan mulai tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah.

c) Thawaf wada’, yakni thawaf selama tinggal, yang dilakukan

oleh jemaah haji tatkala akan meninggalkan kota suci Mekkah.

3) Sa’i antara Shafa dan Marwah

Sa’i artinya berjalan cepat. Sa’i sebagai tindakan ibadah haji

adalah berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah, sebanyak tujuh

balikan, yang dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit

Marwah. Tindakan Sa’i ini termasuk ke dalam wajib haji, yang

Page 43: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

43

dilakukan setelah thawaf qudum di dalam Sa’i tersebut, seorang

haji meminta ampunan dari permohonan maaf kepada Allah.

Sa’i juga merupakan ibadah napak tilas, mengingat kembali

perjuangan Siti Hajar tatkala mencari air untuk minum bagi diri dan

anaknya, Ismail alaihissalam.

4) Wuquf di Arafah

Yang dimaksud wuquf adalah hadir di padang Arafah, yaitu suatu

dataran yang luas tanpa penduduk di luar kota Mekah, pada tanggal

9 Dzulhijjah. Wuquf di Arafah berguna untuk mengingat kejadian

sejarah masa lampau dan berdzikir memuji Tuhan, baik dalam

keadaan duduk maupun berbaring. Wuquf dapat dipandang sah

dengan berada di sana pada suatu waktu di antara hari yang ke

sembilan itu, sejak dari waktu dzuhur hingga terbit fajar pada hari

ke sepuluh. Memperpanjang waktu wuquf hingga mencapai

sebagian malam adalah lebih utama dan lebih sempurna. Wuquf di

Arafah ini adalah merupakan upacara ibadah haji yang terpenting

hingga Rasulullah pernah bersabda: “Haji itu adalah wuquf di

Arafah”.

5) Mabit di Muzdalifah

Mabit artinya bermalam atau lewat malam. Setelah selesai

melakukan wuquf di Arafah, yang berhaji berangkat menuju

Muzdalifah. Di sini ia melewatkan malam tanggal 10 Dzulhijjah,

sebelum sampai di Mina.

6) Mabit di Mina

Page 44: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

44

Pada pagi hari tanggal 10 itu haji berada di Mina untuk

melaksanakan mabit selama dua malam atau tiga malam. Selama di

Mina yang berhaji melakukan tindakan melontar jumrah dan pada

hari nahar (pengorbanan) melakukan penyembelihan hewan qurban.

7) Melontar Jumrah

Di Mina yang berhaji melakukan lontaran pada Jumrah sebagai

simbol yang menyatakan ketetapan hatinya untuk meninggalkan

dorongan-dorongan jiwa syaitoniah yang jahat. Ia mengulang-ulang

perbuatan itu guna menguatkan ketetapan tersebut.

Ada tiga jumrah, yang disebut dengan Jamarat, tempat seorang

haji melakukan lontaran, yaitu Jumrah Aqabah, Jumrah Wustha,

dan Jumrah Ula. Masing-masing lontaran dilakukan dengan tujuh

buah batu. Selama di Mina, seorang haji melontar ketiga Jumrah

tersebut setiap hari, kecuali pada hari pertama, ia hanya melakukan

lontaran pada Jumrah Aqabah saja. Sedangkan pada hari-hari

selanjutnya, ia melakukan lontaran pada ketiga Jumrah setiap

harinya, dimulai dari Jumrah Ula, kemudian Jumrah Wustha dan

diakhiri dengan Jumrah Aqabah.

8) Tahallul (Melepaskan diri dari Ihram)

Tahallul artinya melepaskan diri dari keadaan ihram, yaitu

kondisi mengharamkan segala kegiatan sehari-hari di luar ibadah

haji, selain yang dibolehkan. Tahallul dilakukan dengan cara

bercukur rambut kepada atau memotong sebagian daripadanya dan

kemudian melepaskan pakaian ihramnya.

Page 45: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

45

Ada dua jenis tahallul dalam haji, yaitu: tahallul pertama, yaitu

tahallul setelah melakukan lontar Jumrah Aqabah pertama pada hari

10 Dzulhijjah, sebelum thawaf ifadhah. Tahallul kedua, yaitu

tahallul yang dilakukan setelah melakukan thawaf ifadhah.

Apabila seorang haji telah menyelesaikan pekerjaan hajinya dan

dia telah melakukan thawaf ifadhah, kemudian dia sudah akan

berangkat pulang ke negerinya, maka dia pun diharuskan

melakukan thawaf sekali lagi, yang disebut thawaf wada’, yaitu

thawaf selamat tinggal.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan

kepatuhan. Menyembah atau penghambaan. Penghambaan seorang manusia

kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya sebagai realisasi dari

pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah.

Page 46: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

46

Batasan esensi ibadah ialah tunduk meyakini uluhiyah (Ketuhanan)

yang disembah, meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa hanya Allah yang

menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini (rububiyah), Amal

perbuatan khusus yang bersifat tertentu yang secara khas bersifat keagamaan,

atau sering disebut dengan istilah ‘ubudiyah

Macam-Macam Ibadah terbagi atas 2 bagian yaitu Ibadah Mahdhah

yang artinya ibadah yang murni ibadah, jadi semata-mata tujuannya untuk cari

pahala, yakni beribadah kepada Allaah subhanahu wa ta’ala. Dan yang kedua

adalah Ibadah Ghoiru Mahdhah yaitu ibadah yang tidak murni ibadah. Satu

sisi ibadah ini bisa bernilai ibadah (ada pahalanya) jika diniatkan karena

Allah, dan bisa tidak bernilai ibadah jika hanya berniat untuk dunia.

Ibadah adalah tugas manusia yang perlu dihayati dan diamalkan tanpa

terkecuali, yang merupakan kewajiban dari umat muslim sebagai hamba Allah

SWT. Karena Allah SWT tidak semata-mata menciptakan manusia

melainkan supaya mengabdi dan beribadah kepada-Nya.

Manusia berfungsi sebagai khalifah dan berstatus sebagai hamba

merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika

hidup yang sarat dengan kreatif dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilai-

nilai kebenaran. Karena itu hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan

amaliah, dan kerja keras tiada henti. Kedudukan manusia sebagai khalifah dan

hamba bukan dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu

dan tak terpisahkan. Kekhalifahan adalah realisasi dari pengabdian seseorang

kepada Allah SWT.

Bentuk-bentuk ibadah antara lain adalah Shalat sebagai sendi dan

induk dari ibadah, Puasa sebagai ibadah yang melatih hawa nafsu, zakat

sebagi Ibadah yang berwujud sosial, dan haji sebagi puncak ibadah dan

pengorbanan lahir & batin.

Page 47: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

47

DAFTAR PUSTAKA

Fauz. 2013. Fungsi Shalat,

http://kang-fauz.blogspot.com/2013/06/fungsi-sholat-dalam-al-quran.html.

Hamba Allah.2010. Kewajiban Ibadah,

http://tausiyahhidup.blogspot.com/2010/01/kewajiban-beribadah.html.

Yefri. 2013. Macam-macam

ibadah,http://udayefri.wordpress.com/2013/10/08/ibadah-madhoh-dan-

ghoiru-mahdhoh/

Page 48: ibadah sebagai ritual dalam islam.docx

48

Mazinu. 2014. Contoh Penulisan Daftar Pustaka,

http://mazinubersahabat.blogspot.com/2014/02/contoh-penulisan-daftar-

pustaka-yang.html

Wikipedia. 2014. Pengertian shaum.

http://id.wikipedia.org/wiki/Saum

Rohendi, Edi, Titing Rohayati, Jenuri. 2014. Rizki Press