SARAF (TUGAZ)

38
PENUGASAN BLOK SARAF “LOW BACK PAINOLEH : NAMA : JAROT MANURDIANTO NIM : 08711081 TUTOR : DR. CHAINA KELOMPOK : 07 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2010 1

Transcript of SARAF (TUGAZ)

Page 1: SARAF (TUGAZ)

PENUGASAN BLOK SARAF

“LOW BACK PAIN”

OLEH :

NAMA : JAROT MANURDIANTO

NIM : 08711081

TUTOR : DR. CHAINA

KELOMPOK : 07

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2010

1

Page 2: SARAF (TUGAZ)

BAB I

RUMUSAN MASALAH

3.1 Status Pasien

Identitas

1. Nama : Suminah

2. Umur : 45 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Berat badan : 40 kg

5. Tinggi badan : 155 cm

6. Alamat : Perapatan RT 02 / RW 08 Balikpapan Barat

7. Agama : Islam

8. Suku bangsa : Jawa

9. Pekerjaan : IRT

10.Status pasien : Menikah

Anamnesis :

1. Keluhan utama :

Kaki kesemutan dan mati rasa

2. Riwayat penyakit sekarang :

Onset : Mati rasa dan kesemutan dirasakan sudah lama sejak 2 tahun yang lalu

Kualitas : Keluhan dirasakan tambah berat ketika beraktivitas

Keluhan lain: Nyeri pinggang jika beraktifitas, dan susah beraktifitas

Keadaan penyerta: 1) Kaki: Adanya benjolan pada kaki didapat sejak 1 tahun yang lalu

akibat penyakit asam urat, kaki terasa kesemutan dan kadang-kadang mati rasa.

Ada riwayat trauma pada tulang belakang sejak 2 tahun yang lalu,serta pasien menderita

penyakit asam urat

2

Page 3: SARAF (TUGAZ)

Riwayat pengobatan: Beberapa tahun lalu pernah berobat ke dokter dan di beri obat namun

gejalan tak kunjung sembuh lalu, kemudian ia melanjutkan ke pengobatan fisioterapi

disertai konsumsi obat-obat cina

3. Anamnesis Sistem :

Sistem Saraf : Sakit kepala (-), Demam (-)

Sistem Kardiovaskuler : Rasa berdebar-debar (-), Nyeri dada (-)

Sistem Respirasi : Sesak Nafas (-), Batuk (-), Pilek (-)

Sistem Digesti : Mual (-), Muntah (-), BAB cair (-)

Sistem Urogenital : BAK normal

Sistem Integumentum : Petekie (-), Gatal-gatal (-),

Sistem Muskuloskeletal : Keterbatasan gerak (+), oedema (-), ruam (-), pucat (-), cepat

lelah (+), pegal (+) nyeri pinggang (+)

Sistem Saraf : Kesemutan (+), Mati rasa (+)

4. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat Trauma dan Asam Urat

Tidak ada riwayat opname/mondok

Tidak ada riwayat alergi

Hipertensi (-)

Diabetes Mellitus (-)

5. Riwayat penyakit keluarga :

Saat ini tidak ada keluarga yang mengalami sakit serupa

Riwayat keluarga hipertensi (-)

Riwayat keluarga DM (-)

6. Kebiasaan dan Lingkungan :

Lingkungan tempat tinggal pemukiman yang padat, jauh dari tempat pembuangan limbah

Pola makan pasien: Semenjak asam uratnya tinggi, pasien jarang mengkonsumsi sayur-

sayuran, emping dan kacang-kacangan, pasien sehari-hari makan daging dan ikan

Pola minum pasien: Sumber air bersih

Tidak merokok

Pasien jarang berolahraga

3

Page 4: SARAF (TUGAZ)

Pemeriksaan Fisik :

1. Vital Sign:

Tekanan Darah: 120/80

Frekuensi Nadi : 77 kali/menit

Frekuensi Pernapasan : 20 kali/menit

Suhu : 360 celcius

2. Keadaan Umum : Baik

3. Kesadaran : Compos mentis

Kepala : benjolan maupun trauma (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata

mengalami penonjolan dan pembesaran

Leher : Simetris, tidak ada lesi, scar, bekas luka, trauma, hiperpigmentasi,

4. . Ekstremitas:

Kesemutan

Mati Rasa

6. Px fisik tambahan (Tidak Dilakukan)

Pemeriksaan Penunjang :

1. Hasil pemeriksaan harus dilakukan pasien :

Pemeriksaan Laboratorium : Glukosa : 107, Ureum : 18, Creatinin : 1,14,

SGOT : 33, SGPT : 33

Rontgen Thorax : Hasi rontgen pasien hilang, terjadi penyempitan pada VL II (Informasi

pasien)

Diagnosis Banding

Low Back Pain

Ankylosing Spondilitis

Osteoartritis

Malignancy

4

Page 5: SARAF (TUGAZ)

Diagnosis Kerja

Dari hasil data-data yang telah terkumpul ditambah dengan gejala khas yang ditunjukkan

dengan berpaduan referensi yang ada dapat disimpulkan bahwa diagnosis yang tepat untuk kasus

ini adalah “Low Back Pain”

Rencana Tindakan :

Terapi

Medikamentosa : Metilprednisolon 3x16 mg tappering off, Diklofenak 3x50 mg,

Ranitidin 2x1 tab, Tramadol 3x50 mg, Karbamazepin 3x200 mg, Amtriptilin 3x12,5 mg,

Lioresal 3x1 tab, Metikobalamin tablet 3x500 mg

Program Rehabilitasi : - Program miring kiri-kanan terlentang tiap 2 jam

- Fisioterapi, aktif ROM dan strenghthening exercise anggota

gerak atas, TENS paralumbal dan gluteus kiri, massage para

lumbal kiri dan gluteus kiri

- Korset

Operatif : Dilakukan dengan konsultasi dengan bagian bedah saraf dan direncanakan

operasi elektif,

Prognosis

Dubia ad bonam jika ditangani dengan cepat dan tepat.

5

Page 6: SARAF (TUGAZ)

BAB II

PEMBAHASAN

1. INTERPRETASI HASIL ANAMNESIS

A. Keluhan Utama

Kaki kesemutan dan mati rasa

Kaki kesemutan dan mati rasa ini bisa disebabkan oleh tertekannya pembuluh

darah dan saraf akibat trauma yang terjadi pada pasien.Tertekannya pembuluh darah

meyebabkan aliran darah menjadi tidak lancar yang mengakibatkan sel-sel saraf di daerah

yang tertekan itu mengalami kekurangan nutrisi dan oksigen.Hal itulah yang

menyebabkan saraf tidak dapat menghantarkan rangsangan sehingga bagian tubuh itu jadi

mati rasa atau kesemutan.Adapun penekanan pada saraf disini bisa disebabkan oleh

penyebab lain seperti infeksi dan gangguan metabolisme.

B. Keluhan Lain

Nyeri Pinggang dan susah beraktifitas

Nyeri pinggang disini bias disebbkan oleh berbagai macam penyebab, Bisa

disebabkan oleh sobeknya ligament pada tulang lumbal karena trauma yang dialami

pasien, Usia yang bertambah tua juga bisa menyebabkan nyeri pinggang seperti

degenerasi disk, spondilolistesis dll.

2. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN

Untuk interpretasi hasil pemeriksaan semua masih dalam batas normal hanya saja

terjadi gangguan di ektremitas berupa kesemutan dan mati rasa yang sudah di jelaskan

diatas, serta nyeri pinggang yang timbul apabila beraktifitas.

6

Page 7: SARAF (TUGAZ)

3. ALASAN DIAGNOSIS BANDING

4.

Disease or condition

Patient age (years)

Location of pain Quality of pain

Aggravating or relieving factors Signs

Back strain 20 to 40 Low back, buttock, posterior thigh

Ache, spasm Increased with activity or bending Local tenderness, limited spinal motion

Acute disc herniation 30 to 50 Low back to lower leg

Sharp, shooting or burning pain, paresthesia in leg

Decreased with standing; increased with bending or sitting

Positive straight leg raise test, weakness, asymmetric reflexes

Osteoarthritis or spinal stenosis

>50 Low back to lower leg; often bilateral

Ache, shooting pain, "pins and needles" sensation

Increased with walking, especially up an incline; decreased with sitting

Mild decrease in extension of spine; may have weakness or asymmetric reflexes

Spondylolisthesis Any age Back, posterior thigh Ache Increased with activity or bending Exaggeration of the lumbar curve, palpable "step off" (defect between spinous processes), tight hamstrings

Ankylosing spondylitis

15 to 40 Sacroiliac joints, lumbar spine

Ache Morning stiffness Decreased back motion, tenderness over sacroiliac joints

Infection Any age Lumbar spine, sacrum

Sharp pain, ache Varies Fever, percussive tenderness; may have neurologic abnormalities or decreased motion

Malignancy >50 Affected bone(s) Dull ache, throbbing pain; slowly progressive

Increased with recumbency or cough

May have localized tenderness, neurologic signs or fever

5.

4. ALASAN MASALAH ATAU DIAGNOSIS KERJA

Low Back Pain : Melihat dari data di atas dapat kita simpulkan bahwa pasien

menderita LBP yang disebabkan oleh trauma sejak 2 tahun yang lalu.

Dari sejumlah penyebab, herniasi (penonjolan) bantalan sendi tulang belakang

(hernia nukleus pulposus, HNP) merupakan penyebab terbanyak LBP dan biasanya

keadaan ini disertai dengan rasa kesemutan, baal, berkurangnya sensasi rasa pada tungkai

akibat saraf tulang belakang yang terjepit. Penyebab lainnya bisa disebabkan oleh otot

punggung, sendi antar tulang belakang, sendi antar tulang belakang dan tulang panggul

dan osteoporosis. Penyebab yang jarang namun bisa juga terjadi adalah gangguan

hormonal (misalnya hipertiroid, hiperparatiroid, Cushing’s disease), rematik kadang

memberikan gambaran LBP serta gangguan pada organ-organ dalam tubuh juga dapat

memberi kesan LBP dan yang terakhir yang tidak boleh diabaikan adalah gangguan

psikis dan fungsional dapat pula bermanifestasi LBP.

7

Page 8: SARAF (TUGAZ)

Mengingat banyaknya gangguan yang dapat bermanifestasi sebagai LBP, maka

penanganan LBP menjadi terkesan rumit dan membutuhkan kesabaran. Pemeriksaan

fungsi-fungsi saraf bahkan jika perlu dilakukan pemeriksaan canggih seperti CT-Scan

dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) akan sangat membantu dalam mencari

penyebab NPB dan untuk terapinya.

HNP (hernia nukleus pulposus, penonjolan bantalan sendi tulang belakang)

merupakan penyebab terbanyak LBP. Pada pemeriksaan MRI biasanya nampak jelas

adanya penyempitan pada terowongan tulang belakang dan terjepitnya saraf tulang

belakang. HNP terbanyak terjadi pada segmen tulang belakang bawah (setinggi

pinggang) disertai gejala kesemutan pada salah satu atau kedua tungkai bahkan bila pada

keadaan yang berat bisa disertai kelemahan tungkai bawah dan yang paling parah

biasanya sudah terjadi gangguan buang air kecil (ngompol) dan buang air besar akibat

ketidakmampuan merasakan dan mengontrol sensasi tersebut (gangguan fungsi motorik).

5. PENATALAKSANAAN

A. FARMAKOLOGI

   Penanganan konservatif

Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan nyeri dan

melakukan restorasi fungsional. Harus diberikan penerangan yang jelas tentang

perjalanan penyakitnya, tes-tes diagnostik, cara-cara pencegahan, peran pembedahan

sehingga pasien dapat menilai keadaan dirinya dan mengerti tindakan yang diambil

oleh dokter dengan konsekuensi dari terapi yang dipilih. Dalam penanganan umum

penderita diberikan informasi dan edukasi tentang hal-hal seperti: sikap badan, tirah

baring dan mobilisasi. Medikamentosa diberikan terutama untuk mengurangi nyeri

yaitu dengan analgetika.  Cara pemberian analgetik mengacu seperti pada petunjuk

tiga jenjang terapi analgetik WHO. Sering obat yang sesuai untuk penanganan

dimulai dengan asetaminofen dan/atau nonsteroidal anti-inflammatory drug

(NSAID). Untuk LBP akut secara fakta didapatkan bahwa tidak terdapat  NSAID

spesifik yang lebih efektif terhadap yang lainnya.13 Medikasi lain yang dapat

8

Page 9: SARAF (TUGAZ)

diberikan sebagai tambahan adalah relaksan otot, antidepresan trisiklik, dan

antiepileptika seperti fenitoin, karbamazepin, gabapentin, dan topiramat.

Dari segi rehabilitasi, modalitas penanganan penderita HNP tergantung dari stadium

dampak dari penyakit tersebut yang dibedakan atas:1

         Stadium impairment; fisioterapi

         Stadium disabilitas; latihan penguatan otot

         Stadium handicap; analisa sifat pekerjaan dan diikuti penyesuaian cara

bekerja/alih pekerjaan.

Modalitas yang dapat diberikan pada HNP seperti:

-          Traksi lumbal

-          Terapi termal (panas dan dingin)

-          Hidroterapi

-          Masase

-          TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulaton)

-          Latihan

-          Korset (Back braces/Corset)

 

Terhadap penderita ini penanganan secara umum, medikamentosa dan fisioterapi

telah sesuai dengan yang dianjurkan walaupun pada akhirnya memang tak berhasil

karena lesi yang ada sudah selayaknya ditangani secara operatif.

 

   Penanganan operatif

Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa: 14

-          Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu: nyeri

berat/intractable/ menetap/ progresif.

-          Defisit neurologik memburuk

-          Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi konservatif tak berhasil.

-          Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan

radiologik.

9

Page 10: SARAF (TUGAZ)

B. NON FARMAKOLOGI

Terapi fisik

Traksi pelvis

Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat.

Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring dan korset

saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.

Diatermi/kompres panas/dingin

Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada

keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk

nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.

Korset lumbal

Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah

timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat

mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.

Latihan

Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti jalan

kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan

bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan

lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah

semakin meningkat.

.

10

Page 11: SARAF (TUGAZ)

Latihan penguatan

Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari posisi

berbaring.

Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali diluruskan

dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).

Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan punggung

fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul

diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan ini

untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.

Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian

punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga punggung

menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.

Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena otot

hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk pada anulus

diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus

ke depan dan badan dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat

dilakukan dengan berdiri.

Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki,

kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini dilakukan 10

kali.

Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut, meluruskan

kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan selama 1-5 detik.

Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.

11

Page 12: SARAF (TUGAZ)

Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang

baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.

DR.A

SIP/07711002

JL.TANJUNG RAYA PERMAI

TELP. (0274)2023249

R/

NAMA :

ALAMAT :

UMUR :

12

Page 13: SARAF (TUGAZ)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Low Back Pain adalah nyeri yang terjadi pada bagian bawah dari punggung dan

biasa terjadi secara akut ( kurang dari 6 minggu), sub akut (terjadi dalam 6-12 minggu)

dan kronik (lebih dari 12 minggu). Kebanyakan LBP tidak menimbulakan masalah yang

serius dan akansembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu

(Medinfo,2008). Untuk mendapatkan diagnosis LBP harus ada tanda tertentu dan spesifik

yaitu nyeri menyebar turun ke pinggul dan ke bawah lutut mengindikasikan terjadinya

yaitu sacrolitiasis,kerusakan degenerative sambungan tulang vertebra, pemyempitan

spinal atau iritasi saraf juga menyebabkan nyeri ini(Hellman D.B)

2. ETIOLOGI

Penyebab LBP dapat dibagi menjadi :

- Diskogenik

- Non-diskogenik

Diskogenik :

Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nucleus pulposus yang

merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu protrusion

atau prolaps dari nucleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada

radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang jarang

sekali pada daerah torakal. Nutrisi dari annulus fibrosus bagian dalam tergantung dari

difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra.Hanya bagian luar

dari annulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural.Pada trauma yang berulang

menyebabkan robekan serat-serat annulus baik secaramelingkar maupun

radikal.Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yaitu

menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nucleus.Perpaduan robekan secara

melingkar dan radial menyebabkan massa nucleus berpindah keluar dari annulus

lingkaran ke ruangan epidural dan menyebabkan iritasi atau kompresi akar saraf.

13

Page 14: SARAF (TUGAZ)

Non-diskogenik :

Biasanya penyebab LBP yang Non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik

saraf perifer, yang membentuk n.iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma,

infeksi,proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n.iskiadikus dalam perjalanannya

dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvic, sendi sakroiliaka, sendi pelvis sampai

jalannnya n.iskiadikus

3. FAKTOR RESIKO

Faktor resiko terjadinya BLP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah

psikologik dan psikososial, arthritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura

>80), obesitas, tinggi badan yang berlebih, hal yang berhubungan dengan pekerjaan

seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi

tubuh kerja statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban,

membungkuk, memutar dan kehamilan.

4. PATOFISIOLOGI

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang

oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon

dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri.

Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan

sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme

otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya

berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada

sistem saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,

penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi

nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan

bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan

kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan

14

Page 15: SARAF (TUGAZ)

biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini

menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang

mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.

5. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing-masing

seperti beberapa contoh dibawah ini :

1. LBP akibat sikap yang salah

• Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan

tidak enak namun lokasi tidak jelas.

• Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah

lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna, walaupun

hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak

• Lordosis yang menonjol

• Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon

• Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.

2. Pada Herniasi Diskus Lumbal

• Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa

tidak enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat.

• Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau

bersin.

• Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang

sakit difleksikan.

• Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan

nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh.

• Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia.

3. LBP pada Spondilosis

• Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus,

15

Page 16: SARAF (TUGAZ)

walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis

• Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena

• Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks

• Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang

menekan medula spinalis.

• Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat

stenosis kanal lumbal.

4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis

• Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan, keringat

malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol.

• Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan menghilang

bila istirahat.

• Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20% kasus

(akibat abses dingin)

• Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan

kifosis)

• Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti

paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia

dan refleks Babinsky bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulang

vertebra.

• Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul

terutama gangguan motorik.

5. LPB pada Spondilitis Ankilopoetika

• Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun.

• Tidak hilang dengan istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan.

• Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan di sendi sakrolumbal

dan seluruh tulang belakang lumbal.

• Laju endap darah meninggi.

• Terjadi osifikasi ligamenta interspinosa

16

Page 17: SARAF (TUGAZ)

PEMERIKSAAN

1.Riwayat penyakit dengan perhatian khusus pada lokasi dan penjalaran nyeri, posisi

tubuh yang mennimbulkan atau memperberat nyeri, trauma, ligitasi, (medikolegal), obat-

obat penghilang nyeri yang dipakai dan jumlah yang di butuhkan, kemungkinan

keganasan

2.Pemeriksaan fisis, dengan perhatian khusus pada tanda-tanda infeksi

sistemis, tanda-tanda keganasan yang tersembunyi, nyeri tekan lokal atau pada

insisura iskiatika, spasme otot, ruang lingkup gerakan, tes angkat tungkai lurus

(Laseque), dan pemeriksan rektum (tonus sfingter dan prostat).

3.Pemeriksaan neurologis, dengan perhatian khusus pada afek dan alam perasaan,

kelemahan otot, atrofi, atau fasikulasi, defisit sensorik termasuk perineum,

refleks (tendon dalam, abdominal, anal, kremaster).

4.Pemeriksaan laboratorium yaitu foto rontgen polos (posterior, lateral,

oblik) hitung darah lengkap dan laju endap darah, serum : kreatinin, kalsium,

fosfat, alkali fosfatase, asam urat, fosfatase asam (pria), gula darah puasa.

5.Pemeriksaan khusus (misalnya sken tulang, gula darah 2-jam postprandial,

sken magnetik resonan, sken tomografik, mielografi) bergantung pada hasil

pemeriksaan rutin di atas

6. PENATALAKSANAAN

Nyeri pinggang dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, istirahat dan

modalitas. Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk

jangka waktu pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan

interaksi obat. Tidak dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki efek

depresan. Namun pada pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi akibat

rasa nyeri, penggunaan anti depresan dianjurkan. Untuk pengobatan simptomatis

lainnya, kadang memerlukan campuran antara obat analgesik, antiinflamasi,OAINS,

dan penenang.

Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada

alas keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Modalitas

17

Page 18: SARAF (TUGAZ)

dapat berupa kompres es, semprotan etil klorida, dan fluorimetan.

Tidak semua nyeri dapat diatasi dengan cara-cara di atas. Terkadang diperlukan

tindakan injeksi anestetik atau antiinflamasi steroid pada tempat-tempat seperti

pada faset, radiks saraf, epidural, intradural. Bahkan untuk beberapa kasus LBP

dibutuhkan pembedahan.

1. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)

NSAID dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu golongan salisilat

(diantaranya aspirin/asam asetilsalisilat, metil salisilat, magnesium salisilat, salisil

salisilat, dan salisilamid), golongan asam arilalkanoat (diantaranya diklofenak,

indometasin, proglumetasin, dan oksametasin), golongan profen/asam 2-

arilpropionat (diantaranya ibuprofen, alminoprofen, fenbufen, indoprofen,

naproxen, dan ketorolac), golongan asam fenamat/asam N-arilantranilat

(diantaranya asam mefenamat, asam flufenamat, dan asam tolfenamat), golongan

turunan pirazolidin (diantaranya fenilbutazon, ampiron, metamizol, dan

fenazon), golongan oksikam (diantaranya piroksikam, dan meloksikam),

golongan penghambat COX-2 (celecoxib, lumiracoxib), golongan

sulfonanilida (nimesulide), serta golongan lain (licofelone dan asam lemak

omega 3). Sebagian besar NSAID adalah asam lemah, dengan pKa 3-5, diserap

baik pada lambung dan usus halus. NSAID juga terikat dengan baik pada protein

plasma (lebih dari 95%), pada umumnya dengan albumin. Hal ini menyebabkan

volume distribusinya bergantung pada volume plasma. NSAID termetabolisme di

hati oleh proses oksidasi dan konjugasi sehingga menjadi zat metabolit yang tidak

aktif, dan dikeluarkan melalui urin atau cairan empedu. NSAID merupakan

golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 macam efek samping utama yang

ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pencernaan (mual, muntah,

diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek samping pada ginjal

(penahanan garam dan cairan, dan hipertensi) . Efek samping ini tergantung pada

dosis yang digunakan. Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita

hamil, terutama pada trimester ketiga. Namun parasetamol dianggap aman

18

Page 19: SARAF (TUGAZ)

digunakan oleh wanita hamil , namun harus diminum sesuai aturan karena dosis

tinggi dapat menyebabkan keracunan hati.

2. Semprotan Etil klorida

Etil klorida merupakan anestesi topikal secara aerosol dengan cara membekukan

kulit. Ketika digunakan secara topikal pada kulit, Etil Kloride membentuk efek

pendinginan pada permukaan kulit dengan cara menguap secara cepat. Dingin yang

diciptakan oleh semprotan tersebut mengganggu kemampuan tubuh untuk merasakan

sakit. Hal ini terjadi karena dingin mengurangi kecepatan antaran saraf dari serat C dan

serat A-delta. Hal ini mengganggu input nociceptive (rangsangan ke otak sehingga

menimbulkan sensasi rasa sakit) ke sumsum tulang belakang. Proses ini mematikan

sementara daerah tersebut

7. TERAPI

DAFTAR PROGRAM LATIHAN LBP

Teknik Latihan

Sikap dasar adalah telentang

- Pelvic Tilting

Untuk menguatkan otot gluteus maksimus dan mencegah hiperlordosis lumbal

Teknik : menekankan punggung pada alas sambil menegangkan otot perut dan

kedua otot gluteus maksimus . Pertahankan selama 5-10 hitungan.

- Lutut ke dada

Untuk meregangkan otot punggung yang tegang dan spasme

Teknik : tarik lutut ke dada bergantian semaksimal mungkin tanpa menimbulkan

rasa sakit, dipertahankan 5-10 detik, lakukan juga dengan kedua lutut.

- Meregangkan tubuh bagian lateral

Untuk meregangkan otot lateral tubuh yang tegang

19

Page 20: SARAF (TUGAZ)

Teknik ; dengan tangan di bawah kepala dan siku menempel pada alas, paha

kanan disilangkan ke paha kiri kemudian tarik kesamping kanan dan kiri sejauh

mungkin, lakukan juga dengan menyilangkan paha kiri di atas paha kanan.

- Straight Leg Raising

Untuk meregangkan dan menguatkan otot hamstring dan gluteus

Teknik : satu lutut kanan di tekuk, kaki kiri di naikkan ke atas tanpa bantuan

lengan dan tangan , dipertahankan 5-10 detik, ulangi sebaliknya

- Sit Up

Untuk menguatkan otot perut dan punggung bawah

Teknik : pelan-pelan menaikkan kepala dan leher sehingga dagu menyentuh dada,

diteruskan dengan mengangkat punggung

bagian sampai kedua tangan mencapai lutut (tangan diluruskan), sedangkan

punggung bagian tengah dan bawah tetap menempel pada dasar.

- Hidung ke lutut

Untuk memperkuat otot perut dan meregangkan otot iliopsoas

Teknik : dengan posisi menekuk , lutut secara bergantian ditarik sampai ke

hidung, pertahankan 5-10 detik, lakukan pada lutut satunya.

- Gerakan gunting

Untuk meregangkan dan menguatkan otot hamstring, punggung, gluteus dan

abdomen

Teknik : kedua tangan di belakang kepala, tarik kedua tungkai ke atas, kemudian

kedua kaki disilangkan, tungkai ditarik ke muka belakang bergantian, lakukan 10

kali, kemudian ke samping kanan dan samping kiri

- Hiperestensi sendi paha

20

Page 21: SARAF (TUGAZ)

Untuk menguatkan otot gluteus dan punggung bawah serta meregangkan otot

fleksor paha

Teknik ; dengan posisi tengkurap, tungkai ditarik ke atas , ulangi pada kaki

sebelahnya.

8. PROGNOSIS

Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun. Perbaikan

motoris biasanya lebih cepat dari pada sensorik. Menurut Anderson, faktor-faktor yang

mempengaruhi penyembuhan/prognosis adalah: diagnosis etiologi spesifik, usia lanjut,

pernah nyeri pinggang sebelumnya dan gangguan psikososial. Sebagian besar pasien

sembuh secara cepat dan tanpa gangguan fungsional. Rata-rata 60-70% sembuh dalam 6

minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan setelah 12 minggu berjalan sangat

lambat dan tak pasti. Diagnosis sangat berkaitan dengan penyembuhan, penderita nyeri

pinggang bawah dengan iskialgia membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan

tanpa iskialgia. Dari penelitian Weber, tahun pertama terdapat perbaikan secara signifikan

pada kelompok yang dioperasi dibanding tanpa operasi, namun kedua kelompok baik

dioperasi maupun tidak, pada observasi  tahun ke 4-10 terlihat perbaikan yang ada tidak

berbeda secara signifikan.

 

Alasan penanganan non operatif didukung oleh penelitian secara klinis dan otopsi

yang memperlihatkan protrusi dan ekstrusi dari material diskus dapat diabsorbsi

dikemudian hari. Dimana 90% dari pasien yang sudah diagnosis definitif herniasi diskus

lumbal  dan radikulopati, adanya kriteria jelas untuk operasi, berhasil ditangani dengan

cara  rehabilitasi secara agresif dan medikamentosa

21

Page 22: SARAF (TUGAZ)

9. KESIMPULAN

Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain /LBP ) adalah sindroma klinik yang ditandai

dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tualng punggung bagian

bawah. Dalam masyarakat LBP tidak mengenal perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan,

status sosial, tingkat pendidikan, semuanya bisa terkena LBP. Lebih dari 80 % umat manusia

dalam hidupnya pernah mengalami LBP.

Banyak klasifikasi nyeri pinggang ditemukan, masing masing mempunyai kelemahan ada

yang berdasarkan anatomis ( nyeri pinggang primer, sekunder, referral dan psikosomatik), ada

yang berdasarkan sumbar rasa nyeri (viserogenik, neurogenik, vaskulogenik, spindelogenik, dan

psikogenik), penyebab nyeri pinggang sangat bervariasi, ada yang ringan (sikap tubuh yang

salah) sampai ada yang serius (keganasan).

Evaluasi nyeri pinggang membutuhkan pendekatan kritis dan sisitematik, yang harus

disesuaikan dengan keluhan si penderita.

Dengan pola latihan yang benar, bertahap dan teratur, keluhan LBP akan berkurang dan

tidak tergantung dengan pemberian obat. Selain itu dengan pola hidup yang sehat, tidak

menggunakan hak yang tinggi, tidak tidur di atas kasur dengan per, akan membantu mengurangi

keluhan LBP

22

Page 23: SARAF (TUGAZ)

LAMPIRAN

23

Page 24: SARAF (TUGAZ)

24

Page 25: SARAF (TUGAZ)

DAFTAR PUSTAKA

1.             Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,

patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli

HA. Perdossi, 2001:145-167.

2.             Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet 1999;

354:581-5.

3.             Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (Cited Jan 2004)

Available from: URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm .

4.             Sidharta P. Anamnesa kasus nyeri di ekstermitas dan pinggang. Sakit pinggang. In:

Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka universitas, 1980: 64-75

5. Armis, Prinsip-prinsip Umur Fraktur dalam Trauma Sistema Muskuloskeletal, FKUGM,

Yogyakarta, hal : 1-32.

6. Berend ME, Harrelson JM, Feagin JA, Fractures and Dislocation in Sabiston Jr DC, Texbook

of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice, Fifteenth Edition, W.B.

Saunders Company, Philadelphia, 1997, pp. 1398-1400.

7. Carter MA, Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam Price SA, Wilson LM,

Patofisiologi Konsep-konsep Klinis Proses- proses Penyakit, Buku II, edisi 4, EGC,

Jakarta, 1994, hal 1175-80.

8. Dorland, Kamus Kedokteran, edisi 26, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996, hal

523,638,1119.

9. Reksoprodjo, S, Pemeriksaan Orthopaedi dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI,

Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, hal : 453-471.

10. Yatim, Faisal. 2006. Penyakit Tulang dan Persendian. Jakarta : Pustaka Populer Obor.

11. Jackson. 2004. Calcium plus Vitamin D Supplementation and the Risk of Fractures.NEJM.

12. Prince, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta

EGC.

25

Page 26: SARAF (TUGAZ)

Rasjad, C.2007. Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone.

Sudoyono, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.

26

Page 27: SARAF (TUGAZ)