Sap Mengenal Bau

22
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN MENGENAL PEMBAUAN PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) - C YAKUT PURWOKERTO Oleh : ANI LATIN, S.Kep GIRI KARYONO, S. Kep GINA MEIRAWATY, S.Kep ARI SULISTYOWATI, S.Kep YUSEP ABDUL LATIF, S.Kep JOKO TRISUHARSONO, S.Kep CAHYO ISMAWATI SULISTYORINI, S.Kep

description

keperawatan anak

Transcript of Sap Mengenal Bau

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN MENGENAL WARNA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI BERMAIN MENGENAL PEMBAUAN

PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) - C YAKUT

PURWOKERTO

Oleh :

ANI LATIN, S.Kep

GIRI KARYONO, S. Kep

GINA MEIRAWATY, S.Kep

ARI SULISTYOWATI, S.Kep

YUSEP ABDUL LATIF, S.Kep

JOKO TRISUHARSONO, S.Kep

CAHYO ISMAWATI SULISTYORINI, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2009

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAINDI SLB - C YAKUT PURWOKERTO

POKOK BAHASAN : Terapi bermain stimulasi motorik, indra dan kognitif

SUB POKOK BAHASAN: Terapi bermain mengenal berbagai macam bau, rasa,

dan warna serta menyusun kata.

WAKTU: 60 Menit Jam 09.00 WIB

HARI/TANGGAL: Sabtu, 23 Mei 2009

TEMPAT: SLB C Purwokerto

SASARAN : Anak usia Sekolah

PELAKSANA : Kelompok II (Joko, Giri, Ani, Sulis, Gina, Yusep, Ari)

A. Latar Belakang

Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991).

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).

Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Setelah melakukan survei di SLB C YAKUT Purwokerto jumlah seluruh murid-murid di SLB berjumlah 107 orang, yang terdiri dari 2 kelas kecil dan 1 kelas besar. Sasaran terapi bermain yang akan dilakukan adalah pada seluruh murid-murid SLB. Klasifikasi dalam permainan ini adalah social affective play dimana anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan terapi bermain selama 60 menit, anak dapat mengikuti permainan stimulasi motorik, indra dan kognitif yang diberikan.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan terapi bermain selam 60 menit anak mampu :

a. Mengenal berbagai macam rasa

b. Mengenal berbagai macam bau

c. Mengenal berbagai macam warna

d. Menyusun kata

C. Metode dan Media

1. Metode

Bermain dengan anak menebak bau, rasa, warna dan kata yang telah didiskripsikan.

2. Media

Jahe, bawang, kopi, bunga

Gula, Garam, Kopi, Asem

Kertas Warna

Balok huruf

Kain penutup mata

Tali rafia

Kertas

Spidol

D. Kegiatan

1. Pengorganisasian

Penanggung jawab: Giri Karyono

Moderator: Cahyo Ismawati S.

Observer: Gina Meirawaty

Pemimpin bermain: Ani Latin

Fasilitator: Joko Tri Suharsono

Yusep Abdul Latif

Ari Sulistyowati

2. Setting tempat (gambar / denah ruangan)

Keterangan :

: Pemimpin bermain

: Moderator

: Observer

: Fasilitator

: Anak

3. Kegiatan bermain

No

Uraian

Kegiatan perawat

Kegiatan klien

1

2

3

Pembukaan (5 menit)

Kegiatan bermain (45 menit)

Evaluasi (10 menit)

a. Salam pembukaan

b. Perkenalan

c. Mengkomunikasikan tujuan

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Bermain menebak bau, rasa, warna dan merangkai kata dengan melibatkan anak

c. Meminta respon dan tanggapan anak.

d. Memberikan reinfocement positif jika anak bisa mengikuti permainan

a. Mengakhiri permainan

b. Melakukan evaluasi

Memperhatikan

Memperhatikan

Menjawab salam

Mengikuti

Menanggapi

Mengikuti

Memperhatikan

Menanggapi

E. Evaluasi

Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat tanpa rasa takut. Apakah anak dapat menebak rasa, bau dan warna serta menyusun kata dengan benar disebutkan perawat.

Purwokerto, 23 Mei 2009

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Praktikan

(Dian Ramawati, S. Kep., Ns) (Kelompok II)

TERAPI BERMAINA. PENGERTIAN BERMAIN

Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991).

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).

Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan melalui bio-psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan (Cindy Smith).

Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

B.KATEGORI BERMAIN

1. Bermain aktif

Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau kegembiraan timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain sepak bola.

2. Bermain pasif/hiburan

Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan support, menonton televisi.

C. JENIS PERMAINAN

1. Permainan bayi

Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun. Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.

2. Permainan perorangan

Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan prasekolah. Contoh: menendang bola.

3. Permainan tetangga

Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi dan penjahat.

4. Permainan tim

Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah dan remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.

5. Permainan dalam ruang

Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan. Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

D. CIRI-CIRI BERMAIN

1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda

2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi

3. Selalu dinamis, berkembang

4. Ada aturan tertentu

5. Menuntut ruangan tertentu.

E.KLASIFIKASI BERMAIN 1. Menurut Isi

a.Social affective play

Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

b. Sense of pleasure play

Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya, dengan bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir, mengenal rasa, bau.

c.Skill play

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan anak melakukan secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda roda tiga.

d. Dramatika play (Role play)

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

2. Menurut Karakteristik Sosial

a.Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita todler.

b. Paralel play

Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak todler dan pre school. Contoh : bermain balok.

c. Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya, satu sama lain kadang saling meminjamkan.

d. Kooperatif play

Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent.

F. FUNGSI BERMAIN

1. Perkembangan Sensorik Motorik

Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya. Bayi dengan penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah melalui gerakan tubuh, dimana kematangan dan maturitas akan membedakan masing-masing usia.

2. Perkembangan Kognitif/intelektual

Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan ini diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam hal warna, ukuran, dan pentingnya benda tersebut. Contoh: bermain mengisi teka-teki silang.

3. Kreatifitas

Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua media, puas dengan kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi. Misalnya menyusun balok.

4. Perkembangan Sosial

Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah, dan mampu mengenal tanggungjawab.

5. Kesadaran Diri (Self awarness)

Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.

6. Perkembangan Moral

Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,

menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.

7. Terapi

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak, misalnya: marah, takut, benci.

8. Perkembangan Komunikasi

Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.

G.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan.

2. Status kesehatan, pada anak sakit maka perkembangan psikomotor dan kognitif terganggu.

3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanikal sementara anak wanita mother role.

4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.

5. Alat permainan.

6. Intelegensia.

7. Status sosial ekonomi.

H.TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

1. Tahap Eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.

2. Tahap Permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.

3. Tahap Bermain Sungguhan

Anak sudah ikut dalam perminan.

4. Tahap Melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN1. Bayi (1 bulan)

a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm), gantungkan benda yang terang dan menyolok.

b. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.

c. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.

d. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.

2. Bayi (2-3 bulan)

a. Visual: buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa bayi ke ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.

b. Auditori: bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam pertemuan keluarga.

c. Taktil: memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut, gosok dengan lotion/bedak.

d. Kinetik: jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.

3. Bayi (4-6 bulan)

a. Visual: bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna terang.

b. Auditori: anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas kertas didekat telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.

c. Taktil: beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.

d. Kinetik: bantu tengkurap, sokong waktu duduk.

4. Bayi (6-9 bulan)

a. Visual: mainan berwarna, bermain depan cermin,ciluk .ba, beri kertas untuk dirobek-robek.

b. Auditori: panggil nama Mama Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh, beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.

c. Taktil: meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air mengalir, berenang.

d. Kinetik: letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.

5. Bayi (9-12 bulan)

a. Visual: perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat, bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.

b. Auditori: tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara binatang.

c. Taktil: beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan hangat.

d. Kinetik: beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.

Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:

a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.

b. Buku dengan gambar menarik.

c. Balon, cangkir dan sendok.

d. Boneka bayi.

e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.

6. Todler (2-3 tahun)

a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.

b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.

c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.

d. Perhatiannya singkat.

e. Mulai mengerti memiliki Ini milikku .

f. Karakteristik bermain Paralel Play

g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.

h. Senang musik/irama.

Mainan untuk toddler:

a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.

b. Alat masak.

c. Malam, lilin.

d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat dipukul, krayon, kertas.

7. Pra Sekolah (4-5 tahun)

a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.

b. Sangat energik dan imaginatif.

c. Mulai terbentuk perkembangan moral.

d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.

e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.

f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.

Mainan untuk pra sekolah:

a. Peralatan rumah tangga.

b. Sepeda roda tiga.

c. Papan tulis/kapur.

d. Lilin, boneka, kertas.

e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.

8. Usia Sekolah (6-12 tahun)

a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.

b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.

c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.

d. Karakteristik Cooperative Play.

e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.

Mainan untuk anak usia sekolah: a. 6-8 tahun

Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat, sepeda.

2. 8-12 tahun

Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.

9.Remaja ( 13-18 tahun)

a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.

b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.

c. Membaca majalah, buku.

J. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)

1. Pengertian

APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak disesusikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.

2. Kegunaan

a. Pengembangan aspek fisik: merangsang pertumbuhan fisik anak.

b. Pengembangan bahasa: melatih bicara dan menggunakan kalimat yang benar.

c. Pengembangan aspek kognitif: pengenalan suara, bentuk, ukuran, dan warna.

d. Pengembangan aspek sosial: hubungan atau interaksi ibu-anak, keluarga, masyarakat.

3. Syarat

a. Aman, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak.

b. Ukuran dan berat sesuai usia.

c. Desainnya harus jelas. Memiliki ukuran, susunan, warna tertentu serta jelas maksud dan tujuannya.

d. Berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak (motorik, bahasa, kognitif, sosialisasi).

e. Dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah.

f. Harus tetap menarik.

g. Mudah diterima oleh semua kebudayaan.

h. Tidak mudah rusak. Jika ada bagian yang rusak mudah diperbaiki dan diganti, pemeliharaan mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat, harga terjangkau.

4. Alat Permainan Balita dan Perkembangan yang Distimuli

a. Motorik kasar: sepeda roda tiga/dua, mainan yang ditarik dan didorong.

b. Motorik halus: gunting, bola, balok, lilin.

c. Kognitif: buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna.

d. Bahasa: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, televisi.

e. Menolong diri sendiri: gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki.

f. Tingkah laku sosial: alat permainan yang dapat dipakai bersama seperti bola, tali, dakon.

5. Kesalahan dalam Pemilihan Alat

a. Memberikan sekaligus banyak mainan.

b. Alat permainan dianggap bagus atau perlu oleh orang tua tapi kontradiksi bagi anak.

c. Alat terlalu mahal.

d. Terlalu lengkap dan sempurna.

e. Tidak sesuai dengan umur anak.

f. Terlalu banyak mainan dengan tipe yang sama.

g. Tidak teliti keamanannya.

DAFTAR PUSTAKA

Foster and Humsberger. 1998. Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company. Philadelpia. USA

Hurlock, E. B. 1991. Perkembangan anak. jilid I. Erlangga. Jakarta

Markum, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. IDI. Jakarta

Merenstein, et al. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Whaley and Wong.1991. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby Year Book. Toronto. Canada