SAP Jiwa Dimensia
-
Upload
ramadhanidl -
Category
Documents
-
view
346 -
download
25
description
Transcript of SAP Jiwa Dimensia
SATUAN ACARA PENYULUHAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN DIMENSIA PADA PASIEN DAN
KELUARGA DI POLI JIWA RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA
DISUSUN OLEH:
1. RATNA YUNITA SARI S.Kep2. NANDA EKSI ALVIONITA S.Kep3. RAMDHAN PRASETYO S.Kep4. LAILATUL KHOMARIYAH S.Kep5. SELVI DWI RAMADANI S.Kep
PROGRAM STUDI PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA2015
LEMBAR PENGESAHAN
Satuan acara penyuluhan Peran keluarga dalam merawat pasien dimensia
di Ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya ini dibuat dan
disahkan untuk memenuhi syarat praktik Profesi Ners bidang studi keperawatan
Jiwa yang dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2015.
Mengetahui
Kepala Ruangan Puri Anggrek Pembimbing Ruangan Puri Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur SBY Rumah Sakit Jiwa Menur SBY
( Sri Sundari, S.Kep.,Ns) (T.D. Herawati, S.Kep,Ns, M.Kes)
Pembimbing Akademik
UNUSA
(Khamida, S.Kep., Ns., M.Kep)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Peran keluarga dalam merawat pasien dimensia
Sasaran : Keluarga pasien ruang WK RSJ Menur
Hari/Tanggal : Senin, 19 Oktober 2015
Jam/waktu : 09.00 - Selesai
Kegiatan : Penyuluhan Peran keluarga dalam merawat pasien dimensia
1. LATAR BELAKANG
Masalah demensia sering sekali terjadi pada pasien lansia yang berumur
diatas 60 tahun dan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk
lanjut usia di Indonesia mengalami demensia dengan berbagai penyebab.
Demensia sendiri merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan daya ingat dan daya pikir tanpa adnya penurunan fungsi kesadaran.
Demensia atau kepikunan sering sekali dianggap wajar terjadi pada lanjut usia
karena merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Faktor ketidaktahuan,
baik dari pihak keluarga, masyarakat maupun pihak tenaga kesehatan mengenai
tanda dan gejala demensia. Dampaknya penyebab Demensia tidak terdeteksi dan
lambat ditangani. Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia di Indonesia,
masalah demensia ini sering dijumpai. Pemahaman yang benar tentang penyakit
ini penting dimiliki agar penyakit demensia dapat dideteksi lebih awal dan
ditangani sedini mungkin. Karena itu sangat penting terutama bagi keluarga yang
memiliki lansia untuk memiliki pengetahuan tentang tanda dan gejala dimensia
agar dapat memngenali dan memberikan pertolongan sedini mungkin. Keluarga
juga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita
demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia
bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun
lingkungan sekitar.
2. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Keluarga mengetahui tentang penyakit dimensia dan peran keluarga terhadap
pasien dimensia
3. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
a) Keluarga mengetahui pengertian dimensia
b) Keluarga dapat mengetahui penyebab dimensia
c) Keluarga dapat mengetahui manifestasi klinis dimensia
d) Keluarga dapat mengetahui penatalaksanaan dimensia
e) Keluarga dapat mengetahui cara menurunkan tingkat resiko dimensia
4. SASARAN
Keluarga pasien ruang WK
5. MATERI
a) Pengertian dimensia
b) Penyebab dimensia
c) Manifestasi klinis dimensia
d) Penatalaksanaan dimensia
e) Cara menurunkan tingkat resiko dimensia
6. METODE
a) Ceramah
b) Tanya jawab
7. MEDIA
a) Leaflet dan lembar balik
8. SETTING
a) Setting waktu
No Fase Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaram Waktu
1 Pra
Interaksi
Menyiapakan satuan acara
penyuluhan dan bahan
untuk leaflet
Menentukan kontrak waktu
dan materi dengan klien
5 menit
2 Kerja Membuka kegiatan dengan Menjawab salam 25
mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan dari tujuan
penyuluhan
Menyebutkan materi yang
akan diberikan
Menggali pengetahuan
peserta tentang Dimensia
Menjelaskan materi tentang
dimensia pada klien
Mendengarkan
Meperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan dan
menjawab
Memperhatikan
menit
Meberikan kesempatan peserta
untuk bertanya kemudian
didiskusikan bersama dan
menyawab pertanyaan
Bertanya dan
menjawab pertanyaan
yang diajukan
25
menit
3 Evaluasi Menanyakan kepada peserta
tentang materi yang telah
diberikan dan reinforcement
pada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
1. menanyakan definisi
dimensia
2. menanyakan penaganan
dimensia
Menjawab pertanyaan
1. Dapat
menyebutkansecara
singkat dan benar
definisi dimensia
2. Dapat menyebutkan
minimal 3
penanganan untuk
pasien dimensia
3 menit
4 Terminasi Membagi leaflet dimensia
pada klien
Mengakhiri pertemuan dan
mengucapkan terimakasih
atas partisipasi peserta dan
salam penutup
Mendengarkan dan
menjawab salam
2 menit
b) Setting tempat
N
M P
Keterangan :
1) Presentator : Laila
2) Moderator : Ratna
3) Observer : Nanda
4) Notulen : Selfie
5) Fasilitator : Ramdan
9. Pengorganisasian kelompok
a. Presentator : Laila
b. Moderator : Ratna
c. Observer : Nanda
d. Notulen : Selfie
e. Fasilitator : Ramdan
10. KRITERIA EVALUASI
a) Evaluasi struktur
SAP dan Materi, media (slide, leaflet) sudah disiapkan oleh mahasiswa
Penyuluh sudah siap dengan materi
Setting tempat sesuai dengan rencana
b) Evaluasi proses
Kegiatan pelaksanaan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
Peserta kooperatif dan aktif berpartisipasi dalam proses belajar.
Peserta yang hadir sebanyak 90 %
Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir.
Media dan alat yang disediakan dapat digunakan.
Mahasiswa dapat menjelaskan tugas sesuai dengan fungsinya.
c) Evaluasi hasil
kT
kT kT
kTkT
O
kT
kT
Peserta aktif dalam bertanya tentang materi penyuluhan sebesar 85%
Peseta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan sebesar 90%
Mahasiswa aktif berperan dalam pelaksanaan kegiatan
MATERI
A. Definisi
Dimensia atau kepikunan adalah keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi
kesadaran. (Keliet, 2011)
B. Etiologi
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab dimensia adalah Alzaimer.
Alzaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat
signal dari otak tidak dapat ditrasmisikan seebagaimana mestinya (Grayson, 2004)
Beberpa Faktor yang dapat mempengaruhi dimensia adalah :
1) Infeksi (Neurosifilis, Tuberkolosis)
2) Kelainan Metabolik (kekurangan vitamin B12 dan asam folat)
3) Zat-zat toksik (obat-obatan, alkohol, logam berat dan radiasi)
4) Penyakit Parkinson (buyuten)
5) Depresi
6) Cedera kepala sebelumnya
C. Manifestasi Klinis
1) Kerusakan memori (hambatan kemampuan mempelajari informasi baru
atau mengingat kembali informasi yang dipelajari sebelumnya).
2) Hambatan dalam mengambil keputusan, berpikir abstrak.
3) Hambatan kemampuan berbahasa, seperti kesulitan menamai benda, pada
beberapa kasus sama sekali tidak bisa bicara (afasia).
4) Perubahan kepribadian sering terjadi.
5) Hambatan kemampuan melakukan aktivitas motorik walaupun
kemampuan motorik utuh (apraksia).
6) gangguan bahasa (afasia).
7) penderita mudah bingung.
8) penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat
melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak
ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi.
9) Mengeluyur.
10) Sering curiga
D. Penatalaksanaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan dalam
merawat pasien di rumah antaralain :
1) Memberikan kegiatan/ kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari – hari
2) Selalu menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam melakukan
suatu kegiatan, misalnya : makan bersama, bekerja bersama, bepergian dll.
3) Meminta keluarga atau teman untuk menyapa klien, jika klien mulai
menyendiri atau berbicara sendiri
4) Mengajak ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat, misalnya :
pengajian, kerja bakti dll
5) Berikan pujian, umpan balik atau dukungan untuk ketrampilan sosial yang
dapat dilakukan pasien
6) Mengontrol kepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan resep dokter
7) Jika klien malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara halus dan
emapti. Hindari tindakan paksa yang menimbulkan trauma bagi pasien.
8) Kontrol suasana lingkungan / pembicaraan yang dapat memancing terjadinya
mara
9) Mengenali tanda – tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhan
10) segera kontrol ke dokter/RS jika muncul perubahan perilaku yang
menyimpang atau obat habis.
E. Cara Pencegahan Dimensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :
1) Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol
dan zat adiktif yang berlebihan
2) Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
3) Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
- Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4) Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
5) Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta. EGC
Yuliati, Devi dkk. 2009. Diaknosis Keperawatan Psikatri. Jakarta. EGC
Yusuf, Rizky Fitriasari. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta.
Salemba Medika.
DOKUMENTASI
Daftar Hadir Peserta Penyuluhan