sanitasi

26
BAB I DASAR TEORI 1.1. Balai Besar Benih Padi BB Padi berada di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, sekitar 20 km dari Cikampek ke arah Cirebon. Saat didirikan pada 1972, institusi ini bernama Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) Cabang Sukamandi.Sambil menunggu pembangunan fasilitas, LP3 Cabang Sukamandi berkantor di D3 Perumahan Perum Sang Hyang Seri, Sukamandi.Seluruh bangunan perkantoran beserta fasilitas penelitian, selesai pada 1980. Pada 10 Agustus 1980 institusi ini diresmikan oleh Presiden Suharto, sebagai Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi (Balittan Sukamandi), sampai 1994. Berdasarkan SK Mentan No. 796/Kpts/OT.210/12/94 Balittan Sukamandi berubah tugas dan fungsi menjadi institusi penelitian yang khusus menangani komoditas padi dan bernama BALITPA, pada 1994.BALITPA mengembang tugas utama melakukan penelitian untuk menghasilkan ilmu dan teknologi padi yang mampu meningkatkan produksi dan ketersediaan padi sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 12/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 organisasi dan tata kerja BALITPA berubah menjadi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi). Sebagai institusi riset, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi memiliki berbagai fasilitas fisik seperti gedung perkantoran beserta perlengkapannya, rumah kaca, laboratorium, dan empat kebun percobaan.Keempat kebun percobaan secara struktural berstatus sebagai instalasi penelitian (Inlit) dan

description

sanitasi ssop

Transcript of sanitasi

BAB IDASAR TEORI

1.1. Balai Besar Benih PadiBB Padi berada di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, sekitar 20 km dari Cikampek ke arah Cirebon. Saat didirikan pada 1972, institusi ini bernama Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) Cabang Sukamandi.Sambil menunggu pembangunan fasilitas, LP3 Cabang Sukamandi berkantor di D3 Perumahan Perum Sang Hyang Seri, Sukamandi.Seluruh bangunan perkantoran beserta fasilitas penelitian, selesai pada 1980. Pada 10 Agustus 1980 institusi ini diresmikan oleh Presiden Suharto, sebagai Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi (Balittan Sukamandi), sampai 1994.Berdasarkan SK Mentan No. 796/Kpts/OT.210/12/94 Balittan Sukamandi berubah tugas dan fungsi menjadi institusi penelitian yang khusus menangani komoditas padi dan bernama BALITPA, pada 1994.BALITPA mengembang tugas utama melakukan penelitian untuk menghasilkan ilmu dan teknologi padi yang mampu meningkatkan produksi dan ketersediaan padi sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 12/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 organisasi dan tata kerja BALITPA berubah menjadi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi).Sebagai institusi riset, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi memiliki berbagai fasilitas fisik seperti gedung perkantoran beserta perlengkapannya, rumah kaca, laboratorium, dan empat kebun percobaan.Keempat kebun percobaan secara struktural berstatus sebagai instalasi penelitian (Inlit) dan berlokasi di Sukamandi, Pusakanagara, Kuningan dan Muara (Bogor).VisiBBPadiadalahsebagai sumber IPTEK tanaman padi terdepan, profesional, mandiri dan mampu menghasilkan teknologi padi sesuai dengan kebutuhan pengguna.Misi BB Padiadalah,1. Menghasilkan IPTEK tinggi, strategis, dan unggul tanaman padi untuk pembangunan Nasional sesuai dengan dinamika kebutuhan pengguna.2.Meningkatkan kemandirian dalam menghasilkan IPTEK tanaman padi.3.Meningkatkan profesionalisme dalam penyediaan informasi IPTEK tanaman padi.Tugas pokokBB Padi adalahmelaksanakan penelitian tanaman padi dibidang :-Pemuliaan, plasma nutfah dan perbenihan.-Tim kelayakan teknologi-Entomologi dan fitopatologi-Ekofisiologi-Pelaksanaan kerjasama dan pendaya gunaan hasil penelitian tanaman padi.

1.1.1Fasilitas BB Padia.Kebun Percobaan Sukamandi, 300 ha. Pusakanagara, 40 ha. Kuningan, 30 ha. Muara-Bogor , 30 ha.b.Rumah Kacac.Saung untuk pertemuan di lapangd.Fasilitas lain-Perumahan untuk karyawan BB Padi-Guest House ( mess )-Lapangan tennis-Kolam pemancingan ( agrowisata )1.1.2.Laboratorium Analisis Flavor PadiRuang Uji OrganoleptikEkstrator Flavor (Likens Nickerson)Spectrometer UV-VisTexture AnalyzerRancimatKarl FisherGas Chromatography Olfactometry Preparative Fraction Collector (GC-O-PFC)Gas Chromatography Mass Spectrometry Olfactometry (GCMS-O)Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS auto sampler)1.3.Program Penelitiana.PemuliaanMenghasilkan varietas dengan daya hasil tinggi pada agroekosistemyang tertentu :-Sawah irigasi-Tadah hujan-Lahan kering-Lahan rawaMenghasilkan varietas untuk mengantisipasi perubahan iklim GlobalTahan rendamanToleran terhadap salinitasToleran terhadap keracunan Fe dan AlTahan pada kondisi suhu tinggi dan rendahb.Laboratorium-Laboratorium Benih (ISO 17025)-Pasca Panen dan Kelayakan Teknologi (ISO 17025)-Flavourdan organoleptik-Laboratorium Tanaman dan Unsur Hara-Hama dan Ilmu Penyakit-Laboratorium Tikus, gulma-Laboratorium Kultur Antherc.Unit Pengadaan Benih Sumber (UPB6)-ISO 9001-2000

1.2. PADI1.2.1. Sejarah SingkatPadi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.

1.2.2. Jenis TanamanKlasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi: SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas: MonotyledonaeKeluarga: Gramineae (Poaceae) Genus: OryzaSpesies: Oryza spp.

Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas unggul introduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (dataran rendah).

1.2.3. Manfaat TanamaBeras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha tani.

1.2.4. Sentra PenananamanPusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali, Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi nasional adalah 47.293.000 ton.Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti.Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputi areal panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padi gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik hasil padi sawah mencapai 6-7 ton/ha.

1.2.5. Syarat Pertumbuhana. Iklima) Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.b) Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif.c) Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 derajat C.d) Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.e) Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman.

b. Media Tanama) Padi gogo1. Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup mengandung air dan udara.2. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%.3. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0.

b) Padi sawah1. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.2. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.3. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.

BAB IIMETODOLOGI PENELITIAN

2.1 Waktu dan TempatPenelitian dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 21 April 2015, pukul 13.00 wib 15.30 wib di Balai Besar Benih Padi Sukamandi, Subang Jawa Barat.

2.2 Prosedur PenelitianPada Praktek ini kami dituntut untuk mendengar dan meperhatikan apa yang dijelaskan para pembahas dalam menjelaskan Profil dari masing-masing balai tersebut, dan mahasiswa diwajibkan untuk bertanya apabila mendapatkan problem dalam masing-masing progran study.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. TEKNIK SANITASI3.1.1 Sanitasi Lahan dan PengairanSanitasi lahan pada budidaya meliputi : penyiangan (pengendalian rumput/gulma), pencabutan tanaman padi terserang hama dan penyakit. Penyiangan dalam budidaya ini dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum pemupukan kedua dan ketiga dengan cara mencabut gulma atau menggunakan alat gosrok/landak. Bila pertumbuhan gulma cukup cepat, maka penyiangan bisa dilakukan hingga 3 kali.Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengairan adalah pengaturan air agar tetap dalam kondisi macak-macak. Tinggi air tidak lebih dari 1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10 hari menjelang panen.

3.1.2 Pengendalian hama penyakin tanaman padi sawahA. Hama Tanaman Dan Padia. Orong-OrongHama ini berasal dari spesiesGryllotalpa orientalis Burmeister. Sebetulnya, hama orong-orong jarang menjadi masalah serius dalam budidaya, tapi sering ditemukan di lahan pasang surut serta biasanya hanya terdapat di sawah kering tidak digenangi. Penggenangan lahan menyebabkan orong-orong pindah ke pematang. Stadia tanaman rentan terhadap serangan hama ini adalah fase pembibitan sampai anakan. Benih di pembibitan juga dapat dimakannya. Oorong-orong merusak akar muda dengan cara memotong tanaman padi di pangkal batang yang berada di bawah tanah. Gejala kerusakan demikian terkadang sering dikira petani disebabkan oleh penggerek batang (sundep). Tanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga terlihat adanya spot-spot kosong di sawah.Pengendalian hama orong-orong untuk budidaya ini dilakukan dengan penggenangan sawah 3-4 hari untuk membunuh telur orong-orong di tanah. Penggunaan umpan sekam dicampur insektisida berbahan aktifmetomil, jika diperlukan bisa mengaplikasikan insektisida berbahan aktif fipronil atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

b. Ulat GrayakUlat grayakyang menyerang selama budidaya adalahSpodoptera litura. Ulat menyerang daun tanaman padi secara bergerombol dalam jumlah sangat banyak, serangannya dilakukan di malam hari dengan cara memakan daun tanaman padi. Gejala serangan daun berupa bercak-bercak putih berlubang, bahkan hanya meninggalkan tulang daun. Larva hama ulat grayak menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase pengisian. Serangan parah terjadi saat musim kemarau maupun ketika tanaman padi kekurangan air. Pengendalian hama ulat grayak adalah denganpenyemprotan insektisidadengan bahan aktif deltametrin, sipermetrin, sipermetrin, klorpirifos, sipermetrin, kartophidroklorida, metomil, atau dimehipo. Konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

c. Penggerek BatangHama penggerek batang yang menyerang selama proses budidaya di Indonesia terdiri dari beberapa spesies, diantaranya:1. Scirpophaga incertulas2. Scirpophaga innotata3. Chilo suppressalis4. Chilo polychrysus Meyrick5. Chilo auricilius Dudgeon6. Sesamia inferens7. Tryporiza innota8. Tryporiza incertulasSerangan fase vegetatif tidak terlalu mempengaruhi hasil panen karena tanaman padi masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru. Gejala serangan berupa daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat serta mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep). Serangan penggerek batang fase generatif ditandai adanya larva penggerek batang memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu, serta bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabut, bagian pangkal batang terdapat bekas gerekan larva hama penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).Pengendalian kimiawi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan aplikasi insektisida berbahan aktif fipronil, monosultap, bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan, karbofuran atau amitraz. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

d. Hama PutihHama putih yang menyerang tanaman padi berasal dari spesiesNymphula depunctalis. Hama putih menyerang tanaman padi mulai fase vegetatif di persemaian sampai tanaman padi berumur kurang lebih satu bulan. Hama putih akan memakan jaringan permukaan bawah daun sehingga tampak garis-garis memanjang berwarna putih. Tanda adanya serangan hama ditandai adanya larva kecil maupun ngengat (larva ini menyelesaikan hidupnya selama 35 hari). Stadia hama putih yang merusak adalah stadia larva. Serangan daun ditandai daun terpotong seperti digunting. Daun terpotong tersebut dibuat menyerupai tabung (tabung digunakan larva untuk membungkus dirinya, terbungkus oleh benang-benang sutranya).Pengendalian kimiawi hama putih selama budidaya dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

e. Hama Putih PalsuHama ini berasal dari spesiesChanaphalocrosis medinalis. Hama putih palsu menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun, permukaan bawah daun berwarna putih. Ngengat berwarna kuning coklat, bagian sayap depannya ada tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Saat diam, ngengat berbentuk segitiga.Pengendalian hama putih palsu untuk budidaya padi tidak diperkenankan melakukan penyemprotan insektisida sebelum tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih. Tanaman padi yang terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air maupunpupukdikelola dengan baik. Selain itu dapat juga mencegahnya melalui penggenangan lahan secara terus menerus, atau dapat juga melakukan pengeringan sawah selama beberapa hari untuk membunuh larvanya. Jika tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst namun serangan tidak terkendali, bisa disemprot menggunakan insektisida berbahan aktif indoksakarb, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

f. Wereng CoklatNilaparvata lugens Staladalah jenis hama wereng yang menyerang tanaman padi. Wereng coklat merupakan hama dari golongan insekta tergolong sangat merugikan pertanaman padi di Indonesia. Akibat serangan hama ini menyebabkan tanaman padi mati kering, tampak seperti terbakar, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Pemupukan kandungan N tinggi tanpa diimbangi P,K tinggi serta penanaman dengan jarak tanam rapat sangat rentan terserang wereng coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman padi mulai dari pembibitan hingga fase masak susu. Gejala serangan ditandai terdapatnya imago, menghisap cairan tanaman di pangkal batang, kemudian tanaman padi menguning, akhirnya mengering. Pengendalian hama wereng coklat diantaranya melakukan pengaturan jarak tanam, menanam varietas tahan wereng (bisa meminta informasi ke dinas pertanian terdekat), penggunaan lampu perangkap, serta memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-labaOphione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, kepik Cyrtorhinus lividipennis). Apabila serangan di luar ambang kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin, buprofezin, dimehipo, tiametoksam, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

g. Wereng HijauHama pengganggu tanaman padi jenis ini adalahNephotettix virescens. Hama wereng hijau merupakan hama penyebar (vektor)virustungro penyebab penyakit tungro. Fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum merupakan fase paling rentan serangan wereng hijau. Gejala kerusakan ditandai tanaman kerdil, anakan berkurang, daun berubah menjadi kuning sampai kuning oranye. Pengendalian hama wereng hijau selama budidaya ini sama seperti pengendalian hama wereng coklat.

h. Walang SangitSpesies walang sangit yang menyerang tanaman padi adalahLeptcorisa oratorius. Hama Walang sangit adalah hama tanaman padi setelah berbunga, menghisap cairan bulir padi bahkan mengakibatkan bulir menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna, berubah warna serta mengapur. Fase tanaman padi mulai keluar malai sampai masak susu merupakan fase paling rentan. Walang sangit selain menurunkan produksi juga menurunkan kualitas gabah. Hama ini menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration.Pengendalian kimiawi selama budidaya ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida berbahan aktif alfametrin, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau betasiflutrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

i. Keong MasBiasanya keong mas banyak dijumpai di areal persawahan, mereka merupakan hama pengganggu tanaman padi. Hama ini merusak tanaman padi dengan cara memarut jaringan tanaman lalu memakannya, menyebabkan adanya bibit hilang per tanaman. Keong mas menyenangi tempat-tempat genangan air.Pomacea canaliculataadalah spesies yang menyerang selama proses budidaya.Pengendalian yang dapat dilakukan diantarnya dengan melakukan pengamatan di lapangan, waktu kritis untuk mengendalikan serangan hama keong mas adalah saat tanaman berumur 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah muda maupun keong mas dengan berbagai ukuran maupun warna, perlu dilakukan pengaturan air. Ketika tanaman padi berumur 15 hst, perlu dilakukan pengeringan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood=intermitten irrigation). Bila petani menanam menggunakan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian. Apabila serangan di luar ambang kendali bisa mengaplikasikan moluskisida berbahan aktif niclosamida atau saponin. Dosis/konsentrasi lihat saja petunjuk yang ada di kemasannya.

j. Hama Tikus SawahHama tikus sawah penyebab kegagalan budidaya berasal dari spesiesRattus argentiventer Rob Kloss. Tikus sawah merupakan hama utama budidaya padi dari golongan mamalia (binatang menyusui). Pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan sangat spesifik. Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman padi mulai dari persemaian hingga padi siap dipanen, bahkan menyerang padi dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat serangan hama tikus bisa mengakibatkan puso dengan nilai kerugian jauh lebih tinggi dibanding serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lain.

k. Pengendalian Hama TikusPengendalian hama tikus akan dijelaskan lebih lanjut, mengingat serangannya mampu menggagalkan panen hingga 100% (puso). Berikut cara pengendalian hama tikus:

B. Pengendaliana. Sanitasi LingkunganSanitasi lingkungan bertujuan menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak menguntungkan bagi kehidupan maupun perkembangbiakan tikus. Kegiatan sanitasi dengan pembersihan gulma di areal pertanaman mulai dari pematang sampai saluran irigasi, terutama pada tanggul tinggi (bertujuan agar hama tikus tidak bersarang di tempat tersebut).

b. Kultur TeknisPengaturan pola tanam bertujuan membatasi perkembangbiakan tikus sawah, karena hama tikus sawah hanya berkembangbiak saat tanaman padi pada fase generatif. Pengaturan pola tanam dapat membatasi perkembangbiakan hama ini. Pengaturan jarak tanam lebih lebar dari biasanya, seperti cara tanam legowo, bertujuan membuat lingkungan lebih terbuka sehingga kurang disukai hama tikus.

c. Pengendalian FisikTujuan pengendalian untuk mengubah faktor lingkungan fisik menjadi tidak sesuai untuk kehidupan tikus sawah. Hama tikus mempunyai batas toleransi terhadap beberapa faktor fisik seperti suhu, cahaya, air, maupun suara. Beberapa cara pengendalian dapat menggunakan alat penyembur api (brender) yang disemprotkan ke sarang tikus, memompa air ke dalam sarang tikus, mengusir hama tikus dengan suara ultrasonik, pemerangkapan (trapping), gropyokan massal (community actions), sistem bubu perangkap linier (linier trap barrier system atau LTBS), serta Sistem bubu perangkap (trap barrier system atau TBS). Informasi LTBS maupun TBS dapat meminta menjelasan ke instansi pertanian terdekat.

d. Pemanfaatan Musuh AlamiMusuh alami berasal dari kelompok burung, mamalia maupun reptilia. Pemangsa dari kelompok burung antara lainTito alba javanica(burung hantu putih),Bubo ketupu(burung hantu cokelat) danNyctitorac nyctitorac(burung kowak maling). Pemangsa dari kelompok mamalia antara lainVerricula malaccensis(musang bulan atau rase),Herpestes javanicus(garangan),Felis catus(kucing) atauCanis familiaris(anjing). Pemangsa dari kelompok reptilia antara lainPtyas koros(ular tikus),Naja naja(ular kobra),Trimeresurus hagleri(ular hijau),Phyton reticulatus(ular sanca).Pemangsa terbaik hama tikus sawah adalah burung hantu, karena burung hantu mempunyai laju fisiologis besar sehingga mampu mengkonsumsi tikus dalam jumlah banyak. Pemangsa jenis burung juga mempunyai kemampuan mencari mangsanya lebih baik dibandingkan jenis pemangsa lain. Walaupun demikian, burung hantu memerlukan habitat yang sesuai seperti daerah perkebunan, pegunungan atau perkampungan. Sedangkan di daerah sawah irigasi yang luas bahkan terbuka, burung hantu kurang cocok berdomisili di daerah tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu menciptakan lingkungan kondusif untuk melindungi predator tikus. Tubuh hama tikus terinfeksi berbagai jenis cacing, sehingga memberikan umpan tikus menggunakan patogen seperti bakterisalmonelladapat dilakukan, tetapi umpan rodentisida tersebut juga membahayakan kesehatan manusia.

d. Pengendalian KimiawiRodentisida. Rodentisida di pasaran umumnya dalam bentuk siap pakai, atau mencampur sendiri dengan bahan umpan. Rodentisida digolongkan menjadi racun akut maupun antikoagulan. Racun akut dapat membunuh hama tikus langsung di tempat setelah makan umpan, sehingga dapat menyebabkan hama menjadi jera. Sedangkan rodentisida antikoagulan akan menyebabkan hama mati setelah lima hari memakan umpan (dosis cukup agar tidak menyebabkan jera umpan). Namun demikian jenis rodentisida antikoagulan mempunyai efek sekunder negatif terhadap predator tikus. Fumigasi. Fumigasi merupakan teknik yang ditujukan langsung ke sarang tikus, teknik ini merupakan teknik efektif membunuh hama tikus di dalam sarang. Antifertilitas Adalah cara pemandulan hama tikus baik tikus jantan maupun betina. Cara ini lebih efektif karena hama tikus sawah berkembangbiak sangat cepat. Beberapa jenis bahan kimia untuk pemandulan manusia juga dapat digunakan untuk memandulkan tikus sawah.

e. Strategi Pengendalian Hama dan PenyakitLakukanpenyemprotan pestisidasecara berseling atau gantibahan aktif(bahan aktif seperti yang telah disebutkan di atas) setiap kali melakukan penyemprotan, hindari penggunaan bahan aktif yang sama secara berturut-turut agar tidak hama dan penyakit tidak resisten (kebal).

C. PENYAKIT TANAMAN PADIa. Hawar Daun BakteriHawar daun bakteri yang menyerang tanaman padi adalah bakteriXanthomonas oryzae pv. oryzae. Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB) menyerang di semua musim, baik musim kemarau maupun musim hujan serta di semua tempat baik pertanaman padi di dataran rendah maupun dataran tinggi. Ketika musim hujan penyakit ini biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil akibat serangan penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.Pengendalian dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas tahan serangan BLB, serta pemupukan berimbang. Pengendalian secara kimiawi dapat menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

b. Hawar Daun JinggaHawar daun jingga yang menyerang tanaman padi sawah disebabkan oleh cendawanPseudomonas sp.Penyakit hawar daun jingga (Bacterial Red Stripe/BRS) tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa-Sumatera, terutama di dataran rendah (