Samrah & Gambus 2

download Samrah & Gambus 2

of 12

Transcript of Samrah & Gambus 2

GAMBUS DAN SAMRAH

GAMBUS

Cara Pembuatan Gambus

Bakal diperhalus dengan menggunakan kertas pasir (amplas), sehingga terlihat bersih dan halus. Setelah itu, bakal tersebut diolesi dengan minyak kelapa agar mengkilat . Setelah diolesi, bakal kemudian dijemur. Proses ini dilakukan berulang-ulang sehingga benar-benar kering dan mengkilat seperti yang diinginkan oleh pembuat gambus. Bagian yang berlubang ditutupi dengan kulit binatang. Kulit yang digunakan adalah kulit biawak (varannus rudicollis), ular atau kulit ikan pari. Sebelum kulit binatang dilekatkan, kulit tersebut terlebih dahulu direndam untuk beberapa hari. Tujuannya untuk melunakkan dan ketika dipaku. Kulit yang sudah direndam dipaku pada bakal menggunakan paku laduh (My).

Langkah seterusnya ialah memasang penyiput (My). Penyiput adalah tanduk yang ditancapkan di bagian pangkal-atas gambus. Pada sebuah gambus, terdapat empat buah penyiput yang berfungsi untuk menyamakan dan menegangkan senar gambus. Kemudian, senar dipasang dengan cara mengikat hujungnya pada bagian pangkal-atas dan menariknya ke bagian ujungbawah gambus. Senar tersebut kemudian dipaku. Proses ini terus diulangi hingga semua senar terpasang. Untuk memudahkan pemain memetik senar gambus, sebuah tanduk kerbau digunakan sebagai penyendal atau lebih dikenal sebagai kuda-kuda gambus. Setelah selesai meletakkan penyendal, pemain gambus dapat memainkannya

Cara Main Gambus

Memainkan gambus juga memerlukan cara dan tekniknya. Pemain dapat menggunakan jari atau menggunakan pementing. Biasanya pemain lebih suka memetik gambus dengan menggunakan pementing karena mereka dapat memainkan alat musik tersebut dalam waktu yang agak lama.

BAGIAN-BAGIAN DARI GAMBUS

SAMRAHSamrah adalah salah satu budaya Betawi. Kesenian ini bermula dari perpaduan aliran musik Arab, India, dan Melayu. Bisa dikatakan Samrah musik kaum ekonomi menengah sehingga peminatnya pun bisa dikatakan sedikit. Orkes samrah berasal dari Melayu sebagaimana tampak dari lagu-lagu yang dibawakan seperti lagu Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih Kuning, dan Cik Minah dengan corak Melayu, disamping lagu lagu khas Betawi, seperti Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang-lenggang Kangkung dan sebagainya Tarian yang biasa di iringi orkes ini disebut Tari Samrah.

Musik Samrah sebenarnya sudah ada dan berkembang sejak awal 1920 di daerah Tanahabang, Jakarta Pusat. Dalam pertunjukannya, sekitar 10 orang menggunakan beberapa alat musik suling, arkordion, biola, gendang, tamborin, serta bas betot. Namun dengan berjalannya waktu, alat musik keybord juga dipadukan. Ditambah penyanyi dan penari yang menggunakan kostum khas Betawi.

Kostum yang dipakai pemain musik Samrah ada dua macam yakni: peci, jas dan kain pelekat atau peci, baju sadariah dan celana batik. Sekarang ditambah lagi dengan model baru yang sebenarnya model lama yang disebut Jung Serong (ujungnya serong) yang terdiri dari tutup kepala yang disebut liskol, jas kerah tutup dengan pentolan satu warna dan sepotong kain batik yang dililitkan dibawah jas, dilipat menyerong, ujungnya menyempul kebawah.

Alat musik yang membentuk orkes Samrah adalah harmonium, biola, gitar, dan tamborin. Kadang kadang dilengkapi dengan rebana bahkan gendang.

Gerak tariannya menunjukkan persamaan dengan umumnya tari Melayu yang mengutamakan langkah langkah dan lenggang lenggok berirama, ditambah dengan gerak-gerak pencak silat, seperti pukulan, tendangan, dan tangkisan yang diperhalus. Biasanya penari samrah turun berpasang-pasangan. Mereka menari diiringi nyanyian biduan yang melagukan pantun-pantun bertherna percintaan dengan ungkapan katakata merendahkan diri seperti orang buruk rupa hina papa tidak punya apa-apa.

Salah satu grup besar yang mementaskan Samrah adalah milik H. Ahmadi di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Hampir dua pekan sekali mereka berkumpul dan berlatih walau kadang orderan tak sesering tanjidor atau gambang kromong. Itu semua demi upaya melestarikan kesenian Betawi yang mulai tersingkir.