Sampah Dan Lingkungan Saling Berkaitan Satu Sama Lain Dalam Kehidupan

download Sampah Dan Lingkungan Saling Berkaitan Satu Sama Lain Dalam Kehidupan

of 6

Transcript of Sampah Dan Lingkungan Saling Berkaitan Satu Sama Lain Dalam Kehidupan

1 Selama ini sampah identik dengan masalah, dianggap sebagai barang yang tidak berguna, malahan ada yang menganggap sampah adalah barang yang menjijikkan. Sampah bila lamakelamaanakan menumpuk dan akan menimbulkan masalah besar bagi manusiadan lingkungan sekitar, masalah yang ditimbulkan terutama masalah kesehatan dan ekonomi ( Basriyanto 2007 ). Kebanyakan kota-kota di Indonesia masih lemah dalam pengelolaan sampahnya. Sehingga mudah sekali kita dapati di sudut- sudut kota, tumpukan sampah yang tidak terangkut dan tercecer di pinggir jalan. Kondisi ini tentunya sangat merugikan masyarakat. Di lingkungan luas sekarang ini telah banyak sistem penumpukan sampah baik secara liar maupun terkontrol. Penumpukan sampah secara liar itu dapat mengancam lingkungan dengan kebakaransampah,sumber penyakit, racun bebas, serta tikus dan air tanah akan tercemar. Eangkan penumpukan sampah secara terkontrol memiliki aturan sendiri dalam pengelolaan sampah, pada tempat pembuangan sampah akhir yang terkontrol ini adalah sanitary landfill dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah yang dapat dikelola dengan baik dan optimal, sampah memiliki nilai potensial,seperti penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan estetika lingkungan dan pemanfaatan lain penerimaan devisa negara. Sampah dan lingkungan saling berkaitan satu sama lain dalam kehidupan, namun sebelum itu kita harus tahu terlebih dahulu pengertiannya. Ada beberapa pengertian mengenai sampah, menurut Kamus Lingkungan sampah adalah suatu bahan yang tidak mempunyai nilai atau bahan yang tidak berharga digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian, barang yang rusak atau cacat dalam manufaktur atau materi, berlebihan atau buangan ( no name 1994 ) . Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang karena aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomi ( Ecolink 1996 ) . Sampah juga merupakan suatu sumber daya yang tidak siap pakai ( Radyastuti, W 1996 ). Sampah juga didefinisikan sebagai bagian dari sesuatu yang tidak di pakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan manusia ( Soewedo 1983 ) . Sedangkan lingkungan merupakan sekeliling tempat organisasi beroperasi termasuk udara, tanah, air, flora, fauna, sumber daya alam dan manusia serta hubungan diantaranya ( Anies 2007 ). sebagai bahan pembuatan kompos yang dapat digunakan untuk memperbaiki lahan kritis di berbagai daerah di Indonesia dan dapat juga mempengaruhi

2 Jenis - jenis sampah berdasarkan komposisinya dibagi menjadi sampah organik dan sampah non organik. Sampah organik yaitu sampah yang dihasilkan oleh bahan- bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba sedangkan sampah non- Organik merupakan sampah yang dihasilkan oleh bahan- bahan non- hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses tekhnologi pengolahan bahan tambang. Adapun sampah yang dapat diur raikan oleh mikroba dan waktu, contohnya adalah daun, kulit, buah dan lain- lainnya . Sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroba dan waktu, contohnya adalah keramik, kacadan lain- lainnya. Jumlah sampah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jumlah penduduk, tempat umum dan tempat perdagangan. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah, industri berat dan ringan serta pertanian . Sampah juga memiliki pengaruh baik yaitu sampah dapat menahan lahan yaitu rawa- rawa dan dataran rendah, dimanfaatkan untuk pupuk, dapat diberikan untuk makanan ternak, berkurangnya tempat untuk berkembang biaknya serangga maupun binatang pengerat, menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang berkaitan dengan sampah ( Chandra, Budiman 2007 ). Dampak yang ditimbulkan sampah sangat banyak, bahkan disetiap penjuru dunia memiliki masalah masing- masing, salah satunyan adalah banjir dengan efek selanjutnya adalah penyaki yang menyebar. Biasanya hal itu dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang kurang baik, sehingga mencerminkan keadaan sosial- budaya masyarakat setempat. Penumpukan sampah di pinggir jalan yang banyak menghalangi aktivitas manusia. Hal itu juga mencerminkan penurunan mutu sumber daya alam. Dampak yang ditimbulkan dibidang kesehatan antara lain, diare, muntaber,demam berdarah dengue, penyakit yang ditimbulkan dari cacing dari golongan Cestoda , berasal dari kotoran binatang yang menjadi vektor dari tiap jenis cacing ini. Sampah juga mengandung merkuri atau raksa yang dibuang ke laut maupun sungai yang menyebabkan kontaminasi dari daerah perairan ( Basriyanto 2007 ). Sampah juga menunjang perkembangan siklus kehidupan lalat dan berkembangnya perantara penyakit diare dan kolera ( Sutiyoso 2008 ). Dampak bagi lingkungan berupa sampah cair, dapat mencemari berbagai organisme yang hidup di sekitarnya dan menyebabkan berubahnya ekosistem perairan biologis, yang penguraiannyaakan menghasilkan asam organik dan gas cair organik, sperti metana yang dapat meledak dalam konsentrasi yang tinggi ( Basriyanto 2007 ).

3 Dampak sosial ekonomi,antara lain pemandangan menjadi buruk, meningkatkan jumlah biaya atau dana yang harus dikeluarkan untuk pengolahan air dan dampak negatif bagi perkembangan wisata ( Basriyanto 2007 ) . Hal ini pula yang mempengaruhi devisa Negara dari sektor kepariwisataan, para wisatawan semakin berkurang untuk berkunjung ke daerah- daerah yang sebenarnya ada potensi wisata, maupun di kota yang sangat kotor karena ramai dengan gundukan sampah, tidak jauh dari itu mereka akan berkesimpulan bahwa dengan adanya tumpukan sampah, pasti kesehatan masyarakat maupun para wisatawan akan terganggu. Sampah juga mempengaruhi dampak keindahan, misalnya kita melihat gedung mewah menjulang tinggi, namun bila dilihat belakangnya, banyaknya gundukan sawah yang tidak terawat ( Sutiyoso 2008 ) . Selain mempengaruhi sosial ekonomi, sampah juga mempengaruhi sosial budaya, antara lain, melahirkan komunitas pemulung dan komunitas tidak sehat, ditinjau dari segi budaya, yaitu muncul kebiasaan masyarakat untuk mengabaikan masalah sampah. Khusus untuk dampak ekonomi, dibutuhkan biaya ekstra untuk menangani masalah pengelolaan sampah ( Sutiyoso 2008 ). Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) bagi sampah sudah semakin sempit, bahkan sampai menggunung dan tercecer di pinggiran jalan, yang pastinya akan menyebarkan bau tidak sedap. Masyarakat juga dapat terkena penyakit yang berasal dari lingkungan pelayanan kesehatan dari bakteri, virus, parasit maupun jamur dengan perantara limbah buangan hasil operasi dan otopsi, tinja pasien, jarum suntik dan sarung tangan sekali pakai yang digunakan dari laboratorium. Di sekitar lingkungan kita mikroorganisme patogen dalam limbah dapat berpindah dengan perantara lalat, nyamuk, kecoa dan tikus. Lalat rumah menyebarkan penyakit demam Typhoid, lepra, disentri, amuba dan tuberkulosis. Malaria pun dapat timbul karena lingkungan yang berkriteria mempengaruhi kelembapan , suhu, ph dan salinitas air, selain itu penyakit malaria dapat timbul karena pengaruh konstruksi rumah yang salah. Dapat kita lihat berbagai macam penyakit yang timbul dengan adanya sampah yang tidak dikelola dengan baik seperti, leptospirosis, kolera, demam tifoid dan infeksi Nosokomial ( Tjokroprawiro, Askandar dkk 2007 ).

4 Sampah yang ditumpuk hingga menggunung dapat menjadi salah satu akibat fatal yaitu penimbunan terbuka ini seperti yang pernah terjadi di tempat pembuangan sampah Leuwigajah. Puluhan orang meninggal akibat dari longsornya gunung sampah tersebut. Sebagian besar kita berpikir bahwa sampah itu adalah kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap, membawa penyakit dan seonggok barang yang tidak berguna. Namun pikiran itu kini ternafikkan oleh semakin ditemukannya manfaat-manfaat dari sampah. Sampah bukan lagi sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki, tetapi menjadi segala sesuatu yang bernilaibahkan jika dimanfaatkan dengan serius akan mendatangkan uang. Namun untuk dapat menangani dampak sampah ini, dapat ditangani dengan pendaurulangan sampah, antara lain pupuk kompos yang merupakan proses dekomposis sampah dengan bantuan bakteri yang akan menghasilkan kompos atau humus. Sampah juga dapat di daur ulang menjadi gas bio, yaitu bahan bakar yang dihasilkan dari proses fermentasi dan proses pembusukan oleh bakteri anaerobik, terdapat bahan- bahan organik termasuk kotoran manusia, kotoran hewan, sisa- sisa pertanian dan campuran- campuran diantaranya, dimana komposis gas bio pada umumnya adalah gas metan, karbondioksida, hidrogen, oksigen, karbon monoksida dan hidrogen sulfida ( Chandra, Budiman 2007 ) Selain sampah organik yang dapat di daur ulang menjadi pupuk kompos, juga dapat menjadi vermi-kompos dengan bantuan cacing dan dapat pula di daur ulang menjadi makanan ternak ( Sutiawaty, Tetty 2007 ). Untuk sampah berupa barang- barang elektronik, seperti komputer dan perangkat elektronik. Layanan take- back merupakan layanan penerimaan komputer dan perangkat elektronik yang tidak digunakan , untuk menghindarkan dari sampah yang bertumpuk- tumpuk. Kertas dan kardus dapat di daur ulang, menjadi bubur kayu dengan kualitas lebih baik. Pecahan kaca yang dicampur dengan beberapa bahan mineral, untuk membuat produk kaca baru. Plastik yang didaur ulang dapat diubah menjadi plastik ( Sutiawaty, Tetty 2007 ). Ada lagi ampas tebu, sebagai hasil pengolahan tebu, pada industri gula yang merupakan bahan organik, dapat diolah menjadi papan partikel, panel semen, bata ringan maupun slab beton berongga. Sampah industri yang mengelola sampah dengan menggunakan metode dan proses yang ramah lingkungan serta aman bagi kesehatan manusia sehingga dikenal pula dengan sebutan bahan bangunan ekologis.

5 Sampah dapat ditanggulangi dengan proses pengelolaan sampah, yang pertama yaitu reduce yang merupakan proses meminimilisasi jumlah timbunan sampah dari sumbernya. Kedua reuse yaitu proses memilih dan memilah serta mengoptimalkan fungsi sampah yang masih bisa dimanfaatkan. Ketiga recycle merupakan proses mengolah kembali sampah yang masih bisa diproses ulang menjadi barang lain yang bermanfaat, layak pakai dan layak jual. Yang terakhir ialah disposal yang merupakan proses pembuangan akhir sampah yang memang sudah tidak bisa dimanfaatkan kembali ( Basriyanto 2007 ). Penanganan sampah dalam proses pengolahan sampah dengan sanitary landfill salah satu metode yang paling baik dengan cara penimbunan dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis, dengan metode ini akan menghindarkan lingkungan dari bau tidak sedap dan sarang binatang pengerat, bila telah lama lokai tempat ini dapatdigunakan sebagai tempat pemukiman, perkantoran dan lain- lain ( Chandra, Budiman 2007 ). Metode incineration yang merupakan pembakaran sampah secara besar- besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik( Chandra, Budiman 2007 ). Adapun metode pemusnahan sampah, dengan mengubah sampah menjadi pupuk kompos ( Chandra, Budiman 2007 ). Dalam pengelolaan sampah untuk mencapai tujuan ialah dengan mengikuti filosofi pengelolaan sampah, yaitu semakin sedikit dan semakin dekat sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan menjadi lebih mudah dan lebih baik, serta lingkungan yang kena dampak juga semakin sedikit. Pengelolaan sampah di kawasan wisata alam dapat dilakukan dengan tahapan pertama seperti pencegahan dan pengurangan sampah dari sumbernya dengan memilih maupun memilah mana sampah organik dan sampah anorganik dengan memisahkan pada tempatnya yang berbeda, pemanfaatan sampah kembali, dan yang terakhir ialah tempat pembuangan sampah akhir Dengan pengelolaan sampah yang baik, sisa sampah akhir yang benar- benar tidak dapat dimanfaatkan lagi hanya sebesar kurang lebih 10 % . Kegiatan ini tentu saja akan menurunkan biaya pengangkutan sampah bagi pengelola kawasan wisata alam, mengurang luasan kebutuhan tempat untuk lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan sampah yang saat ini dihadapi oleh pemerintah daerah. Pengelolaan sampah di kawasan wisata alam, akan memberikan banyak manfaat, antara lain adalah menjaga keindahan, kebersihan dan estetika lingkungan kawasan sehingga menarik

6 wisatawan untuk berkunjung, tidak memerlukan TPS yang luas, sehingga pengelola wisata dapat mengoptimalkan penggunaan pemanfaatan kawasan, dapat mengurangi biaya angkut sampah ke TPS dan mengurangi beban pemda dalam mengelola sampah. Limbah cair yang kandungan benda- benda padatnya tinggi, perlu dilakukan pengurangan dengan cara pengendapan atau pengapungan terlebih dahulu selanjutnya dengan pengaturan pH limbah dan pengaturan BOD, sebelum dibuang. Limbah yang padat dapat disimpan dalam ruangan yang dilengkapi alat pendingin, agar bau yang tidak diinginkan dapat dicegah. Namun limbah padat yang dimusnahkan dengan metode pembakaran, dapat menyebabkan polusi udara, kecuali dengan metode incineration. Sisa bahan yang tidak dapat di daur ulang direduksi dengan bahan instalasi pembakaran skala kecil. Sisa abu hasil pembakaran diproses sebagai bahan konstruksi maupun campuran kompos untuk menaikkan karbon pada produk tertentu. Faktor lingkungan berperan sangat besar dalam menigkatkan derajat kesehatan masyarakat ( Blum 1974 ). Faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan, memiliki kontribusi yang lebih dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Lingkungan tidak hanya menjadi penyebab dalam penurunan kesehatan masyarakat, namun lingkungan yang tidak terjaga dan terkontrol seperti sampah mampu menjadi penunjang dan memperbanyak penyakit yang telah ada ( WHO 1986). Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dengan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat, sejahtera dan bahagia . Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan keterkaitan antara sampah dengan lingkungan adalah lingkungan dapat terjaga dengan baik bila komponen di dalamnya terkontrol dan dimanfaatkan sebaik mungkin dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Namun bila komponen di dalam suatu lingkungan tidak terkontrol dan tidak mampu dioptimalkan dalam pengorganisasian komponen akan menyebabkan kerusakan dan kehilangan unsur yang menjadi penunjang kesehatan dan kehidupan manusia. Bila hanya ditinjau dari segi sampah yang dikontrol namun tidak ditinjau dari segi yang lain maka lingkungan juga tidak dapat dijaga dengan baik. Namun bila lingkungan dapat di kontrol dan di jaga secara otomati, sampah dan bila ditinjau dari semua segi, secara otomatis dapat dijaga.