Samaritan edisi 1 2015,pdf

60
SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 1

description

J.L. Packer mengatakan bahwa perkabaran Injil adalah mengabarkan tentang Yesus Kristus kepada orang-orang berdoa agar mereka percaya dan beriman kepada Allah, melalui Yesus Kristus. Mengapa kita diharapkan mengabarkan injil?Sudahkah kita mematuhi perintahNya untum mengabarkan injil? Samaritan 2015 mengangkat isu penginjilan. Semoga, bisa mengajak kita untuk semakin semangat melakukan penginjilan.

Transcript of Samaritan edisi 1 2015,pdf

Page 1: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 1

Page 2: Samaritan edisi 1 2015,pdf

2 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Yayasan Komunikasi Bina Kasih [YKBK], melalui Seri Bina Misi ini, mengeluarkan buku berjudul Jemaat Misioner. Buku

ini sebenarnya ditulis karena para penulisnya (yang merupakan misionaris, penginjil, dokter penyakit dalam, pendeta, pengusaha, dan dosen pengajar) melihat akan perlunya jemaat Kristus pada generasi ini untuk menjadi pewarta injil di manapun mereka berada (menjadi misioner), dan meneruskan tongkat estafet ini pada orang di sekelilingnya, dan nantinya pada generasi yang baru.

Para penulis buku ini melihat akan adanya paradigma baru mengenai misi. Kehidupan modern yang ada pada abad ini tidaklah sama dengan pada waktu injil pertama kali dikabarkan di Indonesia. Suatu konsep baru harus diusung; dan buku ini melihat

Indonesia dalam kemajemukan masyarakat dan agamanya dengan cara yang baru, dan juga dengan cara yang kontekstual.

Para pembaca akan disadarkan bahwa masing-masing kita memiliki peran sebagai jemaat yang diutus oleh Allah, sekalipun sebagai pekerja dalam bidang pekerjaan kita sehari-hari, yang semuanya dapat bersaksi, sesuai bakat / karunia dan panggilannya, di bawah pimipinan Roh Kudus.

Bab-bab dalam buku ini bisa dibagi menjadi 3 bagian besar. Bagian pertama membahas tentang konteks misi di Indonesia; yang ditulis oleh Anne Ruck Ph.D dan Peter Suwadi Wong, ThM, DMin. Bagian ini memberitahu kita, bahwa jikalau kita mau membawa misi ke suatu tempat, pahamilah latar belakang sejarah maupun budaya dan perkembangan di tempat itu. Bagian ini menjelaskan tentang Indonesia masa kini yang sangat majemuk dari segi sosial ekonomi, politik budaya, dan agama, dengan mempertegas dampak dari perubahan modern tersebut terhadap masyarakat. Komunitas Kristen yang berubah dan berkembang pun juga dibahas di sini, baik kekuatannya, kelemahannya, kesempatannya, dan tantangan maupun visi serta potensinya sebagai alat

ADA PARADIGMA BARUJohn Ruck, Anne Ruck, Ailsa C.H Barker Wi-raman, Danny Crowther, Ria Pasaribu, M.S.M Situmorang, Amelia Situmorang-Wenas, Piter Suwadi Wong.

Editor: Yoel M.Indrasmoro, John Ruck, MSM. Situmorang, Amelia Situmorang Wenas.

508 Halaman,Penerbit: Yayasan Komunikasi Bina Kasih

Resensi

Page 3: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 3

Tuhan untuk misi pada abad yang baru ini.

Bagian kedua mulai mengajar mengenai substansi, atau belajar mengenai teologi itu sendiri, dengan mencuplik tema-tema dalam Alkitab. Draf dalam bab ini dituis oleh Peter Suwadi Wong, ThM, DMin, dr. Ailsa C.H. Barker Wirawan (seorang dokter penyakit dalam), dan M.S.M. Situmorang dan Amelia Situmorang Wenas. Berbagai gambaran Alkitabiah tentang gereja misioner dan signifikansi/pentingnya umat pilihan Allah menjalankan tugas tersebut akan dibahas di sini. Termasuk tugas gereja sebagai komunitas yang bersaksi mengenai kedatangan Kerajaan Allah, dan karya Roh Kudus untuk menciptakan, memelihara, memperbaharui, memperlengkapi, dan memimpin komunitas misioner. Antara bab dengan bab dalam bagian ini, disediakan suatu bahan untuk telaah firman yang bisa digunakan sebagai bahan PA maupun saat teduh, disertai pertanyaan-pertanyaan respon dan refleksi.

Sedangkan bagian terakhir, terdiri dari 7 bab tentang bagaimana menjadi jemaat misioner di Indonesia. Ciri-ciri jemaat sebagai komunitas misioner, ditambah dengan berbagai konsep dan strategi misi yang praktis dan relevan pada konteks Indonesia di abad 21. Bagaimana pelayanan dan kepemimpinan yang mendukung misi dan pertumbuhan, ciri khas komunitas Kristen yang dapat mempunyai daya tarik seperti jemaat Perjanjian Baru, arti dan makna kontekstualisasi dalam konteks keanekaragaman Indonesia, di mana Yesus mengutus kita untuk bersaksi, memuridkan, membaptis dan mengajar. Menjadi jemaat misioner di Indonesia juga harus mengemban pewartaan misi yang holistik (menyeluruh baik dalam kesaksian dan dalam pelayanan). Bab-bab terakhir dalam bagian ini membahas tentang prinsip dan metode dalam mengembangkan pertumbuhan gereja, serta kemitraan antara lain kerja sama jemaat dengan badan misi untuk mengutus misionaris lintas budaya.

Menyimak buku ini, diharapkan, kita bisa menggumuli sendiri, baik secara Alkitabiah maupun secara praktis, bagaimana mewujudkan misi Tuhan lewat komunitas Tuhan di lokasi kita sendiri. Setiap bab pada bagian kedua dan ketiga diakhiri dengan pertanyaan yang dirancang untuk membantu proses tersebut. Buku ini bisa dikategorikan sebagai salah satu buku yang pantas menjadi bahan kuliah ilmu teologi, namun bahasa maupun konteksnya dapat dengan mudah dimengerti oleh kalangan profesional, dosen, sampai pengusaha, ataupun bahan PA mahasiswa. Selamat membaca.

Oleh : dr. Elia A.B. Kuncoro, Sp.Onk.Rad

Resensi

“Orang-orang gereja berpikirtentang bagaimana menarik

orang masuk ke gereja;orang-orang Kerajaan berpikir tentang bagaimana membawa

gereja ke dalam dunia.Orang-orang gereja khawatir

bahwa dunia mungkin mengubah gereja; orang-orang Kerajaan

bekerja untuk melihatgereja mengubah dunia.”

- Howard Snyder -

Page 4: Samaritan edisi 1 2015,pdf

4 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Samaritan diterbitkan sebagai saranainformasi dan pembinaan bagimahasiswa dan tenaga medis Kristen

PenerbitPelayanan Medis Nasional (PMdN)Perkantas

Pemimpin Umum dr. Lineus Hewis, Sp.A

RedaksiDR. dr. Lydia Pratanu Gunadi, MSdr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KICdr. Eka Yudha Lantang, Sp.ANIr. Indrawaty Sitepu, MAdr. Elia A.B. Kuncoro, Sp.Onk.Raddrg. Karmelia Nikke DarnestiRedaksi PelaksanaThomas Nelson PattiradjawaneSekretaris RedaksiDra. Jacqueline Fidelia Rorimpandey

Alamat RedaksiJl. Pintu Air Raya No. 7 Blok C-5Jakarta 10710Tel: 021-345 2923, Fax: 021-352 2170email: [email protected]: Medis Nasional PerkantasTwitter: @MedisPerkantas

Cover & Layout Hendri Wijayanto

PercetakanPT. Anugerah Inova Indonesia (AVIOS)

Bagi sahabat PMdNyang rindu mendukung PMdN melaluimajalah SAMARITAN,dapat mentransfer keBCA, KCU. Matraman JakartaRek. 342 256 6799a.n. Eveline Marceliana

Bukti transfer mohon dikirim melaluifax atau email dengan nama dan alamatpengirim yang lengkap

DAFTAR ISI

RESENSI - Ada Paradigma BaruDARI REDAKSI

2

DARI REDAKSI 5ATRIUM - Paradigma Baru Misi Medis

6

FAKTUAL - Misi Integral Medis Kristen

10

FAKTUAL - Harus Berbicara Tentang Dia

14

FAKTUAL - Bermisi Melalui Profesi 17UNTAIAN FIRMAN - Kita Harus Membawa Berita

24

KESAKSIAN - MMC X 26KESAKSIAN - Ke Ambon Aku ‘kan Kembali

33

ETIKA KOLEGIAL - Dokter di RS Tak Bisa Tentukan Harga Seperti Pedagang Kaki Lima

35

INFO - Bayi dan Kelainan Bawaan 37INFO - Khasiat Buah Advokad 40INFO - Tip Berobat Dengan BPJS 42DARI SUKU KE SUKU - Suku Ternate Mempunyai Kelebihan

46

TEROPONG DOA 49HUMORIA 51ANTAR KITA - Kunjungan dr. Lineus Hewis ke Jogja

53

ANTAR KITA - Selamat Ulang Tahun 54

Page 5: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 5

Dari Redaksi

Sebagaian besar pembaca majalah Samaritan tidak perlu diyakinkan lagi bahwa setiap orang Kristen diharapkan memberitakan injil. Pengabaran Injil itu sendiri, menurut J.L. Packer adalah mengabarkan tentang Yesus Kristus kepada orang orang berdosa agar mereka percaya dan beri-

man kepada Allah melalui Yesus Kristus, menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka dan melayani Dia yang menjadi Raja mereka di dalam persekutuan gereja-Nya.

Mengapa kita diharapkan mengabarkan injil? Tuhan Yesus Kristus sendiri sudah mengatakan kita harus memberi kesaksian tentang Dia ( Matius 28 : 19 – 20 ) Tetapi, mengapa kelihatannya

kita tidak mematuhi perintah itu ?

Samaritan 2015 mengangkat isu Penginjilan. Berita penginjilan tetap tidak berubah. Diharapkan tulisan-tulisan di Samaritan, bisa mengajak kita untuk melihat adanya pembaruan pengabdian

dan semangat penginjilan dalam diri setiap anak Tuhan dalam generasi ini.

Selamat membaca !

Page 6: Samaritan edisi 1 2015,pdf

6 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Gambar di atas diabadikan saat kunjungan sebuah tim misi ke Nepal. Konon, ibu ini harus berjalan 4 jam

pulang pergi mendaki dan menuruni areal pegunungan Nepal dengan menggendong bayi di punggungnya demi menghadiri sebuah acara pendalaman Alkitab. Dia dan suaminya baru menjadi orang percaya sekitar setahun yang lalu dan kenyataan bahwa mereka rela berjalan jauh dan meninggalkan masa menanam di tempat tinggal mereka, demi belajar Firman Tuhan setiap minggunya walaupun mereka buta aksara, menunjukkan adanya perubahan besar dalam hidup mereka sejak mereka bertemu Kristus. Pasangan ini dan beberapa orang Kristen Nepal lainnya yang mereka temui sesungguhnya dijadikan contoh bagaimana hanya dengan memiliki hubungan yang erat dengan Yesus, orang dapat mengalami hidup dalam kelimpahan yang dijanjikan Tuhan Yesus dalam Yoh. 10:10,” Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

“We are so happy to meet you, because of you, we are able to live normal live” adalah kutipan dari sambutan 3 janda di Uganda kepada team misi yang telah menolong mereka dan komunitasnya berternak kembali. Suami-suami mereka terbunuh dalam peristiwa penjarahan besar di desanya, yang juga mencuri semua sapi ternaknya, yang sesungguhnya harta mereka yang paling berharga.

“Now, because of this project, we are so much happier. Our husbands have stopped beating us, and now we can now afford to send our children to school. There used to be only a couple of Christian families in this village, and now there are several Christian families and we have been able to build a small building to worship God in. we so much happier than we used to be!”. Ini adalah komunikasi dari hati para wanita dari sebuah desa miskin dan tertinggal di Kambojakepada team misi yang telah bekerja keras di tengah mereka.

Atrium

Paradigma Baru Misi MedisOleh: dr. Lineus Hewis Sp.A

Page 7: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 7

Ketiga kutipan di atas saya temui dalam tulisan Steve Bradbury yang sangat inspiratif dalam Luke’s Journal yang membahas tentang ‘The Hearbeat of Integral Mission’.1Kesaksian di atas sangat relevan dengan pembahasan di beberapa tulisan lain tentang paradigma baru misi medis sekaligus tantangan misi medis ke depan, yaitu, bagaimana misi medis hadir dan membawa sebuah perubahan yang transformatif dalam sebuah komunitas.

Menarik, ketika saya memasukkan kata: “misi medis Kristen di Indonesia” di mesin pencari dari 2 situs internet terkemuka, saya tidak mendapatkan satupun artikel yang relevan. Entah karena tidak ada yang menulis atau karena alasan strategis, pelayanan ini tidak diekspos secara terbuka dalam ranah publik. Namun saya sepenuhnya meyakini ada banyak kontribusi misi medis dalam membawa Injil di pelosok tanah air kita. Ketika saya berfikir ini hanya terjadi di Indonesia, ternyata di luar sana literatur tentang misi medis juga sangatlah sulit ditemui. Valerie Inchley mengutip pernyataan Wilkinson menyatakan bahwa hal ini terjadi karena misi medis hadir terlambat dalam skema misi dunia sehingga tidak diikutkan dalam pertimbangan teologi dan kalaupun ada, literatur misi medis kebanyakan hanya bersifat biografi.2

Misi medis memiliki sejarah yang panjang dan mengagumkan, meski awalnya dianggap hanya sebagai tambahan terhadap kegiatan misi yang sesungguhnya. Misi medis hadir di abad ke-19, di akhir dari era misi yang klasik. Selama 2 abad terakhir, pelayanan misi telah menjadi yang pertama dalam membawa pelayanan medis ke banyak belahan dunia dan menjadikannya bisa dinikmati oleh berbagai kelompok masyarakat. Sejak awal penekanannya adalah mengikuti teladan Tuhan Yesus dengan menyediakan pelayanan medis kepada masyarakat miskin dan tidak terlayani. Jutaan orang disembuhkan dari berbagai jenis dari penyakit. Belas kasihan Kristus didemonstrasikan, dan sejumlah besar orang

datang ke Kerajaan Allah melalui upaya para misionaris medis. Ribuan perawat dan pekerja kesehatan lainnya dilatih dalam fasilitas-fasilitas misi medis. Program-program misi medis seringkali berlaku sebagai teladan bagi pemerintah dan pelayanan medis lainnya.2,3

Namun selama paruh kedua dari abad ke-20, banyak perubahan terjadi. Pelayanan kesehatan berkembang pesat di kebanyakan negara dan pemerintah mendanai dan memperlengkapi sarana kesehatan dengan lebih baik dibandingkan dengan kebanyakan pelayanan kesehatan milik misi medis.Pemerintah di berbagai negara juga telah mendirikan banyak fakultas kedokteran dan pusat-pusat pelatihan untuk pekerja kesehatan lainnya, dan mulai memberikan hambatan bagi pelayanan medis dan program pelatihan yang ditawarkan oleh misi. Di sisi politik, pemerintah dari beberapa negara mulai mengusir semua misionaris medis asing, memaksa perpindahan institusi misi medis kebawah kontrol pemerintah. Di sisi lain, meningkatnya biaya pelayanan medis juga meningkatkan kesulitan misi medis dalam menjaga pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini memberikan impresi yang kuat, terutama bagi negara-negara Amerika Utara dan Barat bahwa era dari misi medis sudah selesai.3

Benarkah demikian? Sesungguhnya yang sudah seharusnya selesai adalah paradigma lama tentang misi medis, dimana terjadi pergerakan geografis kedokteran modern bersamaan dengan Injil dari negara-negara ‘Kristen’ di barat yang sdh maju ke negara-negara non-Kristen di timur dan selatan yang masih terbelakang dengan program-programnya sangat bersifat paternalistik dan sangat bergantung kepada sumber daya asing, serta penekanan kepada pelayanan medis yang bersifat kuratif. Paradigma baru misi medis harus beralih dari “medical” ke “health”, dan dari “paternalistic” ke “partnership” antara professional kesehatan Kristen dari berbagai

Atrium

Page 8: Samaritan edisi 1 2015,pdf

8 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

bangsa dan latar belakang kebudayaan dalam sebuah negara, sehingga terjadi sharing ide dan sumber daya, serta kerja sama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama. Tujuannya secara keseluruhan adalah upaya promotif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tanpa melupakan pemulihan bagi yang sakit. 2,3,4

Di beberapa daerah di Indonesia sendiri kita ketahui ada banyak sarana kesehatan misi yang pada awalnya menjadi tumpuan masyarakat, tapi lambat laun mulai ditinggalkan karena pemerintah daerah sudah membangun rumah sakit yang memiliki peralatan yang jauh lebih lengkap dan dilayani oleh dokter-dokter spesialis. Kita harus belajar banyak dari bagaimana rumah sakit-rumah sakit misi di India, yang sebelumnya dibangun dan dijalankan oleh misionaris Barat sejak tahun 1960-an, bisa tetap eksis sampai dengan saat ini di bawah payung Emmanuel Hospital Association (EHA). Melalui sistim jaringan 21 RS misi dan lebih dari 30 poyek pengembangan dan kesehatan komunitas yang terletak di area yang kurang terlayani di India Utara, EHA berhasil membawa pelayanan kesehatan kepada lebih dari 600.000 orang India per tahun, yang mayoritasnya adalah kelompok paling miskin di masyarakat.5Kita bersyukur Profesional Share Indonesia sudah memulainya dengan bekerjasama dengan Sinode GMIT mengelola dan menghidupkan kembali RSIA Ume Manekan di Soe, NTT, sejak tahun lalu.

Saat ini kita berada dalam sebuah fase baru dimana tantangan yang dihadapi di seluruh dunia menjadi berbeda dari sekedar keterbelakangan dan kemiskinan, termasuk di dalamnya AIDS, perang saudara, genosida, terorisme, ranjau darat, banjir, kekeringan, kelaparan, juga bangkitnya penyakit-penyakit lama yang belum tertangani dengan baik seperti lepra, TBC. 2

Selain itu, profesional medis Kristen juga dipanggil untuk memproklamirkan “suara kenabian”dalam isu-isu etika medis seperti

aborsi, homoseksualitas. euthanasia, gender, genetika, malpraktek, distribusi pengobatan yang tidak merata, standar dalam riset dan dokumentasinya, hak-hak pasien, diskriminasi jenis kelamin dan usia, seperti para nabi di jaman Perjanjian Lama memperdengarkan suara kenabian terhadap ketidakadilan, ketidaksamaan perlakuan, korupsi, ketidakadaan moralitas, dan berhala, baik pada level personal maupun sosial. Dokter Kristen harus mampu menunjukkan pengaruh yang menentukan dalam hal-hal yang strategis dan pada momentum yang strategis juga, sehingga kehendak Allah yang kekal dapat disampaikan dengan cara yang sangat nyata.2

Misi medis akan selalu bicara tentang menggenapkan rencanaTuhan untuk kehidupan seseorang secara holistik. Sebagai profesional medis dan gereja, kita dipanggil untuk mengerti teologi yang alkitabiah tentang misi medis yang menekankan pada penanganan pasien secara holistik dengan mengintegrasikan penginjilan dan pelayanan medis, bela rasa(compassion) baik untuk pasien secara individu maupun terhadap masyarakat sebagai komunitas, serta pada pentingnya dan bernilainya doa dalam dan untuk pemulihan.2,3,4

Dengan demikian siapakah misionaris-mis-ionaris medis di era dengan berbagai tantangan baru ini? Mereka adalah anak-anak Tuhan, la-ki-laki dan wanita yang memiliki iman yang al-kitabiah dan bela rasa yang dalam untuk umat manusia, supaya mereka mengenal kehendak Allah secara utuh. Mereka adalah orang-orang yang membagikan iman mereka ketika sedang melayani masyarakat. Kehidupan professional dan personal mereka tidak bercela dan mereka akan dikenal secara terbuka sebagai orang-orang Kristen. Mereka akan bicara tentang isu-isu kontemporer dengan didasari Firman Tuhan, mendeklarasikan penghakiman Tuhan atas orang-orang yang menolak mandat-Nya atas kehidupan manusia, dan memproklam-

Atrium

Page 9: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 9

irkan syalom dari Allah kepada mereka yang menderita. Mereka akan menyatakan kebe-naran dalam kasih, tanpa rasa takut, walau harus menderita. Mereka bisa saja dokter, perawat, dan paramedis lainnya, dokter umum atau pun spesialis, bedah atau non-bedah, kli-nisi, dosen, peneliti, manajer, atau penulis, baik di rumah sakit maupun di masyarakat. Adakah kita adalah salah satu diantaranya?

Sumber:1. Bradbury S. The Heartbeat of Integral

Mission. Luke’s Journal 2014; Vol. 19 (2): 4-8

2. Inchley V. Medical Mission: What’s the future?. Triple Helix 2003; Winter: 22:12-14

3. Fountain D. New Paradigms in Chris-tian Health Ministries. Crossnetwork Journal 1(1): 1-8; 2005

4. Elford W. The Changing Face of Mis-sions in the 21st Century diunduh dari: www.cmdscanada.org/my_folders/Doc-uments/1_1_Missions_full.doc pada 30 Maret 2015.

5. Emmanuel Hospital Association, diun-duh dari:www.ehausa.org pada 10 April 2015.

Page 10: Samaritan edisi 1 2015,pdf

10 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Mendengar kata “misi”, biasanya yang terlintas dalam pikiran kita adalah pekabaran Injil lewat KKR di daerah

pedalaman.Tidak sepenuhnya salah, tapi tidak sepenuhnya juga benar, karena misi bisa dilakukan dimana saja dimana pun “garam” dan “terang” itu dibutuhkan, lewat bentuk apa saja dan oleh orang percaya dengan profesi apa saja. Untuk profesi medis, bagaimana tenaga medis Kristen yang bermisi?

Saat ini, cukup banyak alumni medis Kristen yang sudah dibina sejak di mahasiswa, bekerja tersebar di banyak daerah dan banyak bidang medis.Sebagian hanya fokus dalam karir dan keluarganya; dan kurang terlibat mendukung pelayanan di gereja lokal atau di persekutuan alumni, tidak terlibat dalam pelayanan pekabaran Injil. Kalau mencoba berhitung berapa jumlah mahasiswa FK, FKG dan perawat yang telah dibina - katakanlah sejak tahun 1980 – sampai saat ini, maka

jumlahnya sekitar limapuluh ribu alumni (angka ini masih under estimated, mengingat tumbuhnya banyak fakultas/instutusi medis pasca reformasi, tahun 1999), suatu angka cukup besar yang sebenarnya dapat membuat perubahan signifikan untuk misi Allah di Indonesia. Namun sering terdengar bahwa pelayanan gereja lesu dan atau kehilangan arah karena kekurangan pelayan yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan. Sering mendengar komentar kecewa dari pengurus persekutuan alumni saat ini; “Padahal dulu dokter itu dibina di mahasiswa dan aktif melayani”. Kerap kita di sharingkan tentang sulitnya persekutuan alumni dibeberapa daerah bersekutu, semakin lama frekuensi persekutuannya dijarangkan karena kesibukan para alumninya.

Faktual

Misi Integral Medis KristenOleh: dr. Benyamin Sihombing. MPH

Page 11: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 11

Sementara diekstrim lain, sebagian alumni yang lain terlibat aktif bermisi di kegiatan pelayanan penginjilan yang mereka lakukan dimana mereka tinggal, terlibat dalam pelayanan di gereja lokal atau membina persekutuan dan kegiatan misi lainnya. Karena kesibukannya“diluar’ mereka tidak begitu terlibat dalam pelayanan sebagai dokter di puskesmas/RS, pencapaian program dan peningkatan mutu layanan kepada pasien. Tidak memberi perhatian pada layanan berkualitas untuk pasien dengan terus belajar dan meningkatkan ilmu terbaru.Sering menempatkan diri sebagai “kritikus” – tapi dari belakang panggung - terhadap institusinya dan tidak berpartisipasi untuk perbaikan didalam. Muncul menjadi orang puritan namun tidak terlibat, tidak berpengaruh dan tidak mempengaruhi.

Misi integral

Orang percaya tidak punya misi sendiri; misi orang percaya adalah melaksanakan misinya Tuhan untuk dunia ini.Persekutuan mahasiswa atau persekutuan alumni tidak punya misi sendiri kecuali menyelesaikan misi Yesus untuk manusia berdosa. Dalam hal ini, pemerintahan Jokowi saat ini benar, bahwa kementerian-kementerian tidak boleh punya visi/misi sendiri-sendiri. Visi kementerian adalah visi Presiden yang di ejawantahkan sesuai bidang tugas kementerian. Dulunya tiap kementerian punya visi/misi sendiri-sendiri diluar dari visi/misi Presiden.

Misi Allah adalah menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Dan itu bukan dimulai sejak zaman Kisah Para Rasul, namun sejak zaman pasca taman Eden dimana Allah berinisiatif menyelamatkan umat manusia lewat umat pilihan-Nya Israel. Dalam menjalankan misi-Nya selama hidup, Tuhan Yesus juga mengajar dan memberitakan tentang Kerajaan Allah.

Namun tidak berhenti hanya disitu saja, Yesus juga peduli dengan kesehatan dan menyembuhkan orang sakit, menghibur Maria dan Marta yang bersedih, meluruskan aturan penukaran uang di Bait Allah, mendorong untuk taat kepada pemerintah/taat bayar pajak, peduli dengan memberi makan 5.000 orang yang lapar setelah mengikuti Dia. Semua pelayanan Tuhan Yesus selama di dunia adalah satu kesatuan yang terintegrasi dalam seluruh hidup dan pekerjaan-Nya, yang merupakan satu kesatuan. Yesus tidak pernah mengatakan, “Pelayananku adalah mengabarkan kabar baik tentang Kerajaan Allah, dan tidak menerima penyembuhan orang sakit, kerasukan dan lumpuh’, atau “Karena misi-Ku menebus dosa manusia dikayu salib, maka masalah makanan untuk lima ribu orang yang lelah dan lapar karena mengikut-Ku bukan masuk dalam job description-Ku”. Malah, Tuhan Yesus peduli dengan pernikahan baru, yang terancam mendapat aib besar (dalam konteks zaman itu) karena kehabisan anggur di pesta.

Dalam pelayanan-Nya Tuhan Yesus tidak memisah-misahkan antara pelayanan pekabaran Injil dan pelayanan sosial, karena keduanya merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pelayananNya.Terbalik dengan orang Kristen saat ini yang tanpa sadar dalam pelayanannya melakukan dikotomi anatara evangelical gospel dan social gospel.Sehingga saat ini, kalau mendengar kata “misi”, maka yg terlintas dalam benak adalah pekabaran Injil ke pedalaman, sedangkan kalau pelayanan membantu korban banjir dikota dinamai baksos atau bakti sosial. Sehingga terbentuk asumsi bahwa kalau dokter misi itu adalah dokter yang yang diutus dan bekerja di RS misi, sedangkan dokter yang memilih bekerja di puskesmas milik pemerintah atau klinik swasta adalah bukan dokter misi. Karena kalau dua-duanya punya hati dan ketaatan

Faktual

Page 12: Samaritan edisi 1 2015,pdf

12 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

untuk melaksanakan misi Allah untuk dunia ini secara integral, maka mereka adalah dokter misi, yang hanya beda tempat kerja pelayanannya saja.

Satu kesatuan

Misi dokter, dokter gigi, perawat Kristen adalah menghadirkan kerajaan Allah dalam dunia kerjanya dan tempatnya. Mereka mengerjakan pekerjaan dan tanggung jawabnya di puskesmas dan rumah sakit sebagai misi Allah. Mereka memperhatikan pasien- pasien nya supaya sembuh optimal dan menjaga masyarakat untuk tetap sehat sebagai misi Allah. Mereka perduli pada tetangganya dan menolong keluarga jauhnya yang kesulitan uang SPP untuk anaknya, sebagai misi Allah. Mereka melayani di gereja lokalnya sebagai pelayan firman dan membentuk persekutuan atau KTB, sebagai misi Allah. Mereka terlibat dalam mission trip ke pedalaman untuk mengemban misi Allah bagi dunia. Mereka peduli dengan ketidakadilan yang merugikan rakyat karena kolusi korps baju putih dengan perusahaan farmasi dan melawannya, sebagai

misi Allah. Semuanya ini dilakukan secara satu kesatuan, integratif, tidak terpisah-pisah. Tidak ada yang lebih utama dari yang lain. Dalam misi integral ini, tidak mungkin seorang tenaga medis Kristen aktif terlibat di pewartaan Injil, tapi kurang perduli dengan cakupan imunisasi dasar untuk balita di puskesmasnya. Menjadi susah diterima juga kalau tenaga medis Kristen bermisi terlibat pelayanan sekolah minggu di gereja lokal, namun tidak perduli dengan antrean panjang pasien di RS karena dia datang telat. Juga tidak mungkin seorang tenaga medis Kristen bermisi dengan terus meng-update ilmu medis untuk melayani pasien dengan lebih baik, namun tidak terlibat dalam pelayanan di gereja lokal atau membangun/mendukung persekutuan (alumni) ditempatnya berada atau mendukung misi pekabaran injil atau penginjilan pribadi. Menjadi tidak integratif kalau tenaga medis Kristen bermisi dengan melakukan PI kepada pasien, namun menghindar dari kewajiban untuk menyuarakan kebenaran pada situasi koruptif yang kasat mata terjadi di Puskesmas atau RS-nya, dengan hanya mengatakan “pokoknya saya

Page 13: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 13

tidak terlibat, silahkan saja kalau yang lain mau korupsi”. Menyimak Alkitab, lewat keterlibatan Yusuf dalam urusan manajemen pemerintahan, rakyat Mesir dan bangsa sekitarnya mendapat berkat dengan terhindar dari kelaparan masif, dan kita tahu Yusuf memelihara imannya dan iman keluarganya kepada Allah.

C. Wright dalam buku Misi Umat Allah, mengatakan bahwa misi dalam pandangan Allah adalah memanggil orang percaya untuk terlibat secara konstruktif dalam dunia dan permasalahannya, karena ini adalah dunianya Allah, diciptakan-Nya, dikasihi, dihargai dan ditebus oleh-Nya. Namun disisi lain kita dipanggil untuk berkonfrontasi dengan berani, karena dunia ini adalah dunia yang memberontak kepada Allah. Misi tanpa embel embel integral seharusnya diterjemahkan sebagai misi yang utuh (wholeness), sebagaimana keinginan hati Allah untuk menghadirkan Kerajaan-Nya di dunia ini.

Taat panggilan

Misi umat Allah terlalu besar untuk diserahkan hanya kepada misionaris. Ada sebagian orang yang dipanggil untuk diutus keluar untuk menjalankan misi di daerah pedalaman atau terpencil, namun banyak yang dipanggil bekerja di rumah sakit di kota, bekerja di institusi pemerintahan dan swasta, mengajar menjadi dosen dan lain-lain.Tantangan yang utama bukannya bermisi dimana dan mengerjakan bidang pelayanan apa, tapi apakah kita taat pada panggilan misi dari Allah dan setia mengerjakannya.

Injil adalah dasar misi kita sebagai tenaga medis Kristen.Tapi Injil bukan hanya menjadi objek yang kita wartakan, tapi juga menjadi subjek yang mentransformasi hidup kita terus menerus, sehingga kabar baik itu memancar dari hidup kita ke orang sekitar kita, pasien yang kita layani, gereja dan institusi tempat kita bekerja.Injil bukan hanya untuk dideklarasikan, tapi juga untuk didemonstrasikan ke sesama sekitar kita.

Page 14: Samaritan edisi 1 2015,pdf

14 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Seorang Kristen yang membungkam adalah suatu kemustahilan. Mustahil, bagi seorang Kristen untuk membisu dalam arti

yang sepenuhnya, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” (Roma 10:9). Artinya, seseorang harus mengucapkan pengakuan iman akan Yesus selaku Tuhan sebelum ia dapat menjadi Kristen. Mulut harus memberikan suaranya, “Ya, Yesus adalah Tuhan, dan Yesus adalah Tuhan saya.”

Kristus berusaha keras selama Dia berada di dunia ini supaya orang-orang mengakui

kepercayaannya secara terang-terangan. Misalnya, wanita yang penyakitnya sembuh dengan cara diam-diam menjamah jubah Yesus dan sekarang ingin menghilang tanpa setahu orang. Kendati mendesaknya kepentingan Yairus yang sudah tak sabar, karena ingin supaya Yesus selekas-lekasnya menengok anaknya yang sakit hampir mati, namun Yesus berhenti dan berpaling di tengah orang banyak itu sambil bertanya siapa yang telah menjamah Dia. Apakah Ia tidak sadar akan apa yang telah terjadi, atau apakah Ia hendak memalukan perempuan itu? Tentu tidak.Yang diinginkan Yesus ialah supaya wanita itu mengakui penyakit dan kebutuhan serta keputusasaannya yang telah membawanya

HarusBerbicaraTentang Dia

Faktual

Page 15: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 15

kepada Yesus, dan kemudian memberitahukan mujizat kesembuhan yang barusan dialami tubuhnya. Dan ini adalah untuk membawa berkat kepada dia dan orang-orang sekitarnya yang mendengar pengakuan itu (Markus 5:24-34). Betapa susah pun hal itu bagi perempuan yang pemalu itu, namun ia harus mengakui imannya di depan umum.

Secara khusus diceritakan bahwa para anggota dari jemaat Yerusalem itu dicerai-beraikan oleh penganiayaan dan pemburuan yang diderita mereka dan yang tinggal hanyalah para rasul saja di situ. (Kisah 8:1), dan bahwa justru mereka yang dicerai-beraikan itulah yang “menjelajahi seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil” (ayat 4). Artinya, bukan hanya para rasul saja yang diangkat oleh Kristus dan ditunjuk, melainkan setiap murid dan dengan demikian juga setiap orang Kristen baru yang pergi berkeliling untuk menyiarkan berita tentang Yesus.

Adalah seperti siang dan malam beda antara pengabaran Injil sesuatu gereja di mana satu-satunya pemberitaan dilakukan oleh satu orang untuk satu jam dalam satu minggu di dalam suatu gedung yang tertutup, dan pengabaran Injil suatu gereja yang dilakukan oleh ratusan pria dan wanita pada setiap jam sepanjang hari, tujuh hari seminggu, di semua pelosok kota. Selama gereja Allah belum kembali diliputi oleh semangat yang berapi-api ini, di mana “setiap orang Kristen adalah seorang revolusioner’, maka gereja itu bukanlah gereja yang bertindak selaku gereja Allah.

Tapi, saudara mungkin mengemukakan alasan: Saya tidak bisa berkhotbah, saya tidak mampu menerangkan iman saya kepada orang-orang. Dan jawab satu-satunya atas keberatan ini ialah: Saudara harus. Untuk inilah Saudara menjadi Kristen: bukan supaya melulu Saudara pribadi akan menikmati penyelamatan itu, melainkan dengan tujuan supaya Saudara membawakan Injil Kristus ke seluruh penjuru dunia. Saudara diundang bukan melulu supaya menjadi seorang penonton atau semacam

pendukung, melainkan supaya menjadi seorang anggota tim, seorang yang dengan aktif turut berjuang melawan kuasa-kuasa kegelapan dan dosa, yang bertarung untuk membebaskan pria dan wanita dari kungkungannya. Menjadi Kristen tidak sama seperti menjadi anggota partai atau komunitas batu cincin, melainkan penggabungan diri pada suatu bala pasukan yang telah memaklumkan perang total terhadap si Jahat.

Tapi mungkin ada baiknya dikemukakan di sini ketidakfasihan berbicara itu adalah suatu hal yang umum sekali. Si anak muda Yeremia mempunyai kekurangan yang sama. Tatkala firman Tuhan datang, maka jawabnya ialah: “Ah, Tuhan Allah! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara...” dan alasan yang dikemukakannya ialah memudakan. Rupanya ia menyangka, bahwa kefasihan berbicara itu akan meningkat dengan umur, dan ini memang kadang-kadang benar. Tapi Tuhan lain pendapat-Nya, katanya kepada Yeremia: “Janganlah katakan: aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Jangan takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman Tuhan.” Kemudian Yeremia meneruskan: “Lalu Tuhan mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku...” (Yeremia 1:6-9). Yang menjadi penghalang bukanlah kemudaan, melainkan rasa takut terhadap orang-orang kepada siapa ia harus pergi. Janji yang diberikan kepadanya ialah bahwa ia tidak akan sendirian, melainkan bahwa Tuhan akan menyertai dia, dan bahwa mulutnya akan dipenuhi dengan perkataan-perkataan Allah.

Seperti yang akan kita ketahui kalau kita membaca seluruh kitab itu, maka Yeremia adalah seorang yang mempunyai watak yang teramat sensitif, dan berbicara bagi Allah itu sungguh suatu hal yang dilakukannya dengan hati yang berat sekali. Namun mustahil ia bisa

Faktual

Page 16: Samaritan edisi 1 2015,pdf

16 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

berdiam diri; sekalipun kalau dirasanya lebih bijaksana untuk tidak mengatakan sesuatu apa dan dengan demikian mengelakkan kritik dan perlawanan, namun ia tidak bisa membungkam, “Firman Tuhan telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari. Tetapi apabila aku berpikir: ‘Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya,’ maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup” (Yeremia 20:8-9). Semoga Allah memberikan dalam hati kita juga akan hidup suatu “api yang menyala-nyala”, sehingga kita tidak akan sanggup menahan diri untuk tidak berbicara demi nama-Nya; semoga kita sama seperti Paulus akan berseru: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Korintus 9:16).

Yehezkiel pada waktu muda mendapat suatu penglihatan dari Allah dengan tugas: “Sampaikanlah perkataan-perkataan-Ku kepada mereka, baik mereka mau mendengarkan atau tidak...” dan lalu ia disuruh mengangakan mulutnya dan memakan barang apa yang diberikan kepadanya. Dan kepadanya diberikan suatu gulungan surat dengan firman Allah tersurat pada kedua sisinya, dan itulah yang harus dimakannya (Yehezkiel 2:7-9). Maka apa yang telah diberikan Allah kepadanya dan diajarkan, itupun dapat diteruskannya kepada orang-orang lain. Menarik sekali ialah bahwa baikYesaya maupun Yeremia dan Yehezkiel mempunyai pengalaman yang sama berkenaan dengan mulut mereka – bara api untuk menyucikannya, tangan Allah untuk mengisinya, firman Allah untuk mengenyangkannya – dengan demikian menyiapkan mereka untuk suatu hidup dalam pelayanan.

Musa juga berusaha mengelakkan tugas berbicara demi nama Allah dan mencari alasan supaya dibebaskan dari setiap tanggung jawab,

seperti yang sudah kita lihat. “Ah, Tuhan aku ini tidak pandai bicara... sebab aku berat mulut dan berat lidah.” Gema dari keberatan-keberatan yang dikemukakan Musa ini terdapat dalam hati banyak dari antara kita, karena rasanya mengena sekali pada diri kita. Tapi Tuhan berkata: “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan” (Keluaran 4:10-12).

Artinya ialah, bahwa di mana kita gagal untuk melakukan sesuatu dengan tenaga kita atau dengan kemampuan kita sendiri, Allah berjanji akan melakukannya. Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus dilihat sebagai penggerak ucapan-ucapan Kristen, dan janji Allah masih berlaku bahwa Ia akan menolong kita untuk berbicara demi nama-Nya. Petrus dan Yohanes, dua-duanya dianggap orang “orang biasa yang tidak terpelajar” (Kisah 4:13), tetapi bersamaan dengan itu orang-orang heran melihat keberanian mereka serta mengetahui bahwa satu-satunya sebab-musababnya ialah karena mereka pengikut-pengikut Yesus. Adalah Petrus yang sama ini pula yang mendorong supaya mereka yang berbicara akan melakukan ini “Sebagai orang yang menyampaikan firman Allah” (1 Petrus 4:11), dan ternyata, cara inilah yang dipakainya sendiri. Yang pokok, bukan kelancaran seseorang berbicara, melainkan kebesaran dari Dia yang amanat-Nya ia sampaikan. dan sekarang, kita harus sampaikan.

*/tnp

Faktual

Page 17: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 17

“ Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik ! “

(Roma 10 : 15 b)

Sejak seseorang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya, pada saat itulah panggilan dan dorongan untuk membagikan kabar baik akan terus bergema didalam hatinya. Sukacita sejati terus bernyanyi didalam jiwanya, selalu rindu untuk menyampaikan Injil kepada setiap orang yang dijumpainya.Semuanya itu merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, bila seseorang telah mengenal Kristus dan mengerti dengan benar apa arti pengorbanan Kristus di kayu salib, darahNya tercurah, tubuhNya terpecah,bagi keselamatan semua orang dimuka bumi ini. Pengampunan dosa, kemerdekaan dan arti hidup yang sebenarnya serta berkat dan janji penyertaan Kristus yang dinikmatinya akan mendorong setiap orang

dengan profesi apapun, kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun akan disampaikannya misi Injil Kristus, sampai Tuhan Yesus datang kedua kali menjemput anak-anakNya.

Didalam Yohanes 4 : 34 tertulis : Kata Yesus kepada mereka : “ Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Dan inilah Amanat Agung yang harus terus kita ingat seumur hidup kita : “ Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” (Matius 28 : 19). “ Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat. “ (Lukas 15 : 10). Karena itu semua orang yang percaya pada Yesus Kristus dari semua latar belakang suku, bahasa dan profesi, hidupnya berubah dari miliknya sendiri menjadi milik Tuhan, dari hidup yang berfokus pada kebanggaan dirinya

dr. Herman Gandi, Sp.PAdan dr. Melissa Adriani Tjahyadi, Sp.A

Bermisi Melalui Profesi

Faktual

Page 18: Samaritan edisi 1 2015,pdf

18 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

menjadi hidup yang memuliakan Tuhan dan rela membaginya kepada orang lain agar merekapun mengalami kasih Tuhan. “ Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. “ (Galatia 2 :20)

Panggilan bermisi itulah yang disampaikan oleh Pendeta misionaris dari Amerika pada tahun 1960 an kepada dr. Wendell Geary dan istrinya Suster Marjorie Geary dari Minnesota untuk mengikuti jejaknya melayani suku Dayak di pedalaman Kalimantan Barat yang masih terikat dengan budaya animisme termasuk budaya“head hunted”. Sulitnya medan perjalanan yang harus dilaluinya, budaya yang belum dikenalnya serta bahaya terkena penyakit malaria, tuberculosis dan kusta yang endemis disana, tidak menyurutkan semangat keluarga ini untuk bermisi melalui profesi dokter dan perawat yang dimilikinya sambil membawa kedua putranya yang masih balita.

Begitu banyak pasien yang harus diperiksa dan didoakan setiap harinya didalam klinik sederhana beratap rumbia dipinggir sungai desa Sei Betung, di pedalaman Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, membuat dokter Geary meminta bantuan dr. Ferrel dan istrinya dr. Beth Ferrel dari Oregon, USA bergabung bersamanya. Panggilan misi bergema meninggalkan zona nyaman dan kemajuan teknologi peradaban di Amerika demi menyelamatkan jiwa-jiwa yang belum mengenal kasih Kristus membuat beberapa nona-nona perawat dari Amerika bergandeng tangan menolong mereka.

Kekurangan tenaga perawat membuat mereka tidak kurang akal. Segera mereka mendirikan Sekolah Keperawatan dengan mengundang beberapa siswa-siswi Theologia dari Kabupaten lainnya serta pelajar-pelajar sekolah umum untuk menjadi muridnya. Pada malam hari para dokter dan perawat misi mengajarkanpendidikan Alkitab, pagi harinya merekamengajarkan ilmu kesehatan dan

keperawatan sambil langsung praktek melayani kesehatan dan menginjili serta mendoakan pasien-pasien yang datang. Hal ini membuat semua guru dan murid menjadi satu tim yang terampil dipakai Tuhan untuk menyembuhkan pasien, tidak hanya jasmaninya tapi terutama juga rohaninya. Banyak jiwa dimenangkan untuk Tuhan, malaikatpun bersukacita, sehingga klinik Bethesda beratap rumbia di desa terpencil tersebut tidak muat lagi menampung banyaknya pasien yang berdatangan.

Klinik dipindahkan sekitar 20 kilometer jauhnya ke dusun Serukam yang lebih luas dengan membangun Rumah Sakit Umum Bethesda Serukam dibawah Bukit Vandering. Disiplin yang tinggi diterapkan sehingga bilakesalahan terjadi dalam pelayanan pengobatan, harus ditebus perawat dengan membersihkan toilet, membuat kualitas pelayanan kesehatan semakin baik. Tersebarlah berita tentang pelayanan RSU Bethesda Serukam ke seluruh penjuru Kalimantan Barat sejak tahun 1974. Lebih dari 200 pasien per hari mayoritas dari berbagai desa maupun kota dan Ibukota Provinsi Pontianakpun ada yang ikut mengantri untuk diperiksa dari pagi hingga malam hari dengan listrik dari PLTA di Gunung Bawang yang dibangun oleh Insinyur Amerika yang rela bermisi melalui profesinya masuk ke pedalaman Kalbar.

Panggilan kebutuhan dokter Indonesia di RSU Bethesda bergema ke persekutuan medis di Jakarta dan kota-kota besar di Jawa dan Sumatrayang disampaikan oleh almarhum dr. Sinaga,MPH. Maka mulai berdatangan beberapa dokter Indonesia membantu para dokter Amerika melayani para pasien di dusun Serukam. Kasus-kasus penyakitnya sangat bervariasi, bahkan banyak yang belum pernah kami lihat pada waktu mengikuti pendidikan kedokteran, dengan membaca textbook sebagian diagnosis dapat ditegakkan. Hari berganti begitu cepat, kegiatan pelayanan medis dan kerohanian berjalan sinergis,

Faktual

Page 19: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 19

berdoa dan bekerja itulah yang dikerjakan setiap hari, melayani dan bukan dilayaniitulah moto pelayanan Rumah Sakit ini.

Para dokter sesudah berdoa dan mendiskusikan semua kasus baru bersama-sama dalam laporan pagi, mulai bekerja berkeliling dari poliklinik, IGD, ICU, kamar partus dan kamar operasi dari pagi sampai sore, namun bila masih harus menyelesaikannya bisa sampai malam,bahkan ada dokter yang jatuh tertidur dengan memakai jas dokternya di sofa mimpi indah karena kelelahan. Pernah ada dokter jaga yang karena ngantuknya waktu berdiri melakukan operasi tengah malam sampai dini hari, hampir jatuh terduduk di keranjang sampah kamar operasi ditertawakan perawat-perawatnya karena terlalu capai melakukan hand surgerydengan teliti menyambung ligamen satu-satu yang terputus karena bacokan tangan akibat perkelahian.

Banyak mujizat terjadi, anugerah Tuhan dicurahkan begitu melimpah kepada pasien-pasien ini, membuat tim medis tetap semangat bekerja walaupun dengan kaki terasa bengkak, berjalanpun dengan diseret tapi masih menyempatkan diriberdoa bersama pasien dan keluarganya meminta kesembuhan dari Tuhan Yesus. Melihat hal ini, banyak pasien yang beragama lainpun juga minta didoakan secara Kristiani karena mereka melihat kesembuhan yang terjadi melalui kuasa doa. Didalam doa dokter dan perawat serta hamba-hamba Tuhan menyampaikan inti Injil, bahwa semua manusia berdosa dan siapa yang mengaku dosa danmau percaya kepada Juruselamat Isa Almasih yang telah mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia akan mendapatkan keselamatan yang kekal dan jaminan masuk Surga. Bukan karena banyaknya kebaikan kita dapat masuk Surga namun semata-mata hanya karena anugerahNya. Sukacita kami semakin bertambah karena bukan hanya pasiennya saja yang mengaku percaya tapi juga keluarganya. Banyak jiwa setiap hari pelayanan yang mau

menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. “ Heaven in the Jungle “ itulah tulisan satu terbitan koran dari tim pengurus suku Dayak di Malaysia yang datang berkunjung ke RSU Bethesda di Serukam.

Melalui kisah kesaksian pelayanan Rumah Sakit Misi Bethesda tersebut kami dan kita disadarkan bahwa:

A. Pekerjaan memberitakan Injil, lebih tepatnya Penginjilan itu bukan merupakan tugas Hamba Tuhan saja tapi tugas semua orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus.

Profesi apapunbaik dokter, perawat, insinyur, wartawan, bagian administrasi, keuangan, petugas kebersihan, bagian dapur gizi, supir ambulans dan lain-lainnya akan dipakai Tuhan dengan luar biasa melalui tegur sapa dan senyum kita untuk membantu mempercepat kesembuhan orang lain secara jasmani dan rohani. Tugas ini menjadi bagian dalam kehidupan umat percaya dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari, bukan menjadi beban sebaliknya menjadi kesukaan membagikan kabar baik yang sudah kita alami kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus.

B. Seorang dokter memiliki peluang dan potensi luar biasa dalam menyampaikan Injil Kristus.

Sebagian besar masyarakat di Indonesia terutama yang tinggal di daerah masih menganggap pendidikan seorang dokter dapat menolong mengatasi baik masalah kesehatan maupun masalah lain dalam kehidupan pasiennya sehingga mereka sangat mau mendengarkan nasihat dokternya. Mereka dihormati karena tugasnya berkaitan dengan keselamatan nyawa seseorang. Mereka diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menolong manusia ciptaan-Nya sebagai makhluk tertinggi yang diciptakan menurut gambar dan rupa penciptanya (Kejadian

Faktual

Page 20: Samaritan edisi 1 2015,pdf

20 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

1:26), sehingga harus ditangani bukan hanya jasmaninya tapi juga rohaninya karena Allah telah menghembuskan roh kedalamnya yang diinginiNya dengan cemburu bila manusia ini terputus hubungannya dengan Roh-Nya. Sehingga mereka mengharapkan penanganan yang diberikan oleh dokter tidak hanya fisik, tetapi juga psikologis jiwa dan rohaninya yang kita sebut sebagai penanganan secara Holistik dan bila membutuhkan penanganan yang berkaitan dengan aspek-aspek hidup sosial, lingkungan kerja maupun finansialnya, kita sebut penanganan yang seutuhnya (secara komprehensif)sehingga lebihtuntas dalam mengatasi masalahnya.

Kepercayaan pasien dan keluarganya yang cukup besar mempermudah seorang dokter dalam menyampaikan kabar baik tersebut dibandingkan dengan profesi lainnya. Semakin lama kita mempunyai waktu bercakap-cakap dengan mereka, semakin senanglah pasien dan keluarganya asal tidak mempengaruhi besar biaya konsultasinya. Pasien dari latar belakang agama apapun kalau sedang sakit hampir jarang sekali menolak, bahkan mereka menyambut dengan senang hati bila akan didoakan oleh dokternya apalagi seorang dokter bedah sebelum melakukan operasinya. Didalam doa inilah kita sampaikan inti Injil yang sebenarnya. Minimal mereka akan mendengar kabar keselamatan didalam Yesus Kristus.

Formulir tentang data status perkembangan kerohanian pasien ada ditambahkan didalam status kumpulan data pasien di Rumah Sakit kami, dengan tujuan dokter, perawat dan hamba Tuhan sebagai tim penginjilan dapat saling berkomunikasi melalui tulisan dalam formulir tersebut untuk membantu kami mengikuti perkembangan tentang pengenalan dan pertumbuhan iman pasienkepada Kristus selama pasien dirawat di Rumah Sakit. Pada waktu pulang pasien dan keluarganya juga diberikan nomor telepon hamba Tuhan dan gereja terdekat dengan tempat tinggal mereka,

agar Injil dan Firman Tuhan yang telah ditabur di Rumah Sakit dapat disiram dan semakin bertumbuh bahkan berbuah lebat dalam kehidupan pasien tersebut dan keluarganya. Sesudah itu juga dilakukan program kunjungan oleh tim Rumah Sakit ke daerah tempat beberapa pasien tinggal dan juga ke gereja mereka yang lokasinya masih dekat (sekitar radius 2 jam dari RSUB) sehingga bisa diketahui perkembangan kesehatan dan kerohanian-nya.

Pada waktu kita memeriksa pasien, sering Roh Kudus mendorong hati kita untuk ber-empati lebih memperhatikan pasien tertentu sehingga kita memberikan waktu berkomunikasi lebih lama, bahkan tidak jarang sampai mengunjungi kerumahnya agar pasien dan keluarganya dapat dimenangkan bagi Kristus. Kepekaan ini memberikan sukacita tersendiri bagi anak-anak Tuhan yang mau mempraktek-kan hal ini dengan belajar taat kepada kehendakNya. Lakukanlah semua hal yang terbaik, dengan demikian tim medis, dapat bersama-sama memulihkan kehidupan pasien dan keluarga serta lingkungannya agar memiliki kualitas hidup yang lebih maksimal didalam Tuhan.

Namun di era kemajuan telekomunikasi sekarang ini, hal tersebut benar-benar merupakan suatu perjuangan untuk mempertahankan visi dan misi Tuhan Yesus. Kemajuan jaman dan meningkatnya kebutuhan dan tuntutan hidup mengikis idealisme banyak tenaga medis yang mulai berorientasi mengejar materi, sehingga kerja bukan lagi untuk melayani Tuhan melainkan hanya untuk mendapatkan kesejahteraan semata sehingga semakin miskin atau mengikis akan kasih dalam melayani meringankan penderitaan sesama.

Apakah bila kita memberikan waktu kita untuk hal ini, maka berkat kita akan berkurang, karena umumnya orang berpikir “ time is money “ ? Percayalah kepada Tuhan sumber kekayaan hidup kita, janjiNya yang

Faktual

Page 21: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 21

luar biasa untuk membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat sampai berkelimpahan asal kita hidup takut akan Tuhan dan setia dalam kehendakNYA salah satunya memberikan perpuluhan. (Maleakhi 3:10) Kebahagiaan kita akan lebih lengkap karena tidak hanya kebutuhan di bumi dicukupi tapi kita juga sudah mengumpulkan harta di sorga, yang tidak bisa dirusakkan oleh ngengat dan karat serta pencuripun tidak bisa membongkar dan mencurinya. (Matius 6:19-20)

C. Banyak hal praktis yang bisa dilakukan seo-rang dokter dalam memberitakan Injil.

- Berdoa : setelah menangani pemeriksaan pasien, atau sebelum kita melakukan tinda-kan-tindakan medis, kita dapat mengajak pasien dan pengantar / keluarganya serta perawat kita untuk meminta bantuan Tuhan bagi pemulihan kesehatannya,agar Tuhan memberikan yang terbaik. Kalaupun pasien mengalami penyakit kronis atau kecacatan, kita mohonkan kekuatan dan ketabahan da-lam menerima kondisi tersebut sambil tetap mengharapkan pertolongan dan mujizat Tu-han. Apalagi saat pasien kritis, koma, men-jelang ajal, keluarga bisa melihat bagaimana tim medis kita berusaha memberikan yang terbaik dalam penanganan dan juga mendo-akan serta mempersiapkan mental keluarga dalam menghadapi hal ini, agar mereka tidak kecewa kepada Tuhan bila keluarga yang dikasihi ternyata dipanggilNya. Dida-lam mendoakan pasien yang non Kristen kita selalu memasukkan inti Injil Kristus didalam doa kita dengan demikian mereka akan mendengarkan kebenaran kabar baik yang kita sampaikan.

Seorang hamba Tuhanpun pernah berencana meninggalkan pelayanannya karena kecewa kepada Tuhan telah membiarkan anaknya yang menderita infeksi otak meninggal walaupun mereka sudah melakukan doa puasa. Namun sesudah dilayani dokternya,

bahwa anak adalah titipan Tuhan, kalau yang menitipkan mengambilnya itu adalah hak-Nya, dan Dia sang pencipta mengasihi anaknya lebih dari orangtuanya, Dia lebih tahu yang terbaik buat anak itu. Anak itu akan lebih bahagia hidup bersama Yesus di Surga dari pada dia harus hidup bersama orangtuanya namun mengalami kecacatan kelemahan otak selama hidup didunia. Sesudah menyadari kebenaran ini, maka orangtuapun bisa menerima kepergian anaknya dan kembali melayani Tuhan di kampungnya dengan tugas khusus, Tuhan akan lebih memakainya untuk menolong menghiburkan jemaatnya bila diantara mereka ada yang mengalami kehilangan keluarga seperti yang dialaminya. Lucunya, kadang keluarga yang menghiburkan dokternya bila mereka melihat dokternya menangis dan kecewa karena pasien yang diperjuangkannya meninggal dunia. Tidak apa-apa dokter kamipun sudah rela, demikian kata mereka.

Tidak hanya berdoa untuk pasien, tapi seorang dokter juga bisa mengajak perawat dan hamba Tuhan serta karyawan lainnya berdoa bersama-sama dan menolong mereka untuk makin mengenal dan bertumbuh didalam Kristus.

- Memberikan konseling : Didalam konseling tersebut kita memperkenalkan Yesus sebagai jawaban masalah kehidupan mereka, kadang kami mengajarkan lagu pendek agar pasien bisa mengingatnya dan menyanyikannya pada waktu mereka merasa susah. Dalam masalah tertentu, kadang kita minta ijin kepada keluarga agar bisa bicara berdua dengan pasien saja (jenis kelamin yang sama dengan dokternya) tanpa keluarganya. Pasien khusus seperti ini perlu diperiksa yang terakhir bila mereka setuju, agar pa-sien yang lain tidak marah karena terlalu lama menunggu. Kalau dokter tidak sempat, maka kita minta bantuan tim penginjilan

Faktual

Page 22: Samaritan edisi 1 2015,pdf

22 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

atau hamba Tuhan atau perawat senior lain yang sudah terlatih melakukan pelayanan ini.

- Sarana Bacaan : SediakanAlkitab terbi-tan Gideon Internasional yang diberikan cuma-cuma ; buku renungan ; majalah rohani ; buku-buku Kristen ; brosur-bro-sur / traktat-2 dll. yang mudah mereka jangkau dibangsal / diruang tunggu klinik. Di Rumah Sakit bisa dibuat perpustakaan berjalan, tim hamba Tuhan atau tim khu-sus bisa keliling ke bangsal-bangsal pasien dengan mendorong rak meja susun yang didalamnya bisa terlihat buku-buku rohani (buku cerita yang tidak terlalu tebal) agar pasien dan keluarga bisa meminjam buku / majalah rohani / cerita anak-anak, bisa dicatat di data di buku peminjaman perpus-takaan dan ditulis di status, sehingga pasien diingatkan oleh perawat bila lupa belum mengembalikan bukunya sebelum pulang. Tim ini bisa mempromosikan buku tertentu yang sudah dibacanya sesuai kebutuhan pa-sien tersebut.

- Sarana Audio Visual : adanya TV / tape recorder di ruang tunggu klinikuntuk penayangan film-film rohani ataulagu-lagu instrumen rohani. Kalau di Rumah Sakit Kristen dari ruangan audio visual central dapat dikumandangkan ke seluruh bang-sal, dibacakanrenungan pagi dan malam, berdoa bersama, pembacaan Alkitab, lagu-lagu rohani. Juga ada TV central sehingga semua TV Rumah Sakit di seluruh bangsal bisa di program di jam-jam tertentu untuk menayangkan film-film rohani, film Tuhan Yesus, kesaksian hidup anak-anak Tuhan, chanel TV Kristen dll. Dengan demikian sarana audio visual ini dapat menyampaikan Injil dengan luar biasa, membantu memper-siapkan hati pasien dan keluarganya agar pada waktu dokter visit akan lebih mudah dalam menabur Injil Kristus karena mereka sudah melihat cerita Yesus melalui TV dan

membaca buku rohani. - Dana Sosial : dapat meringankan beban

pasien untuk berobat, membelikan bahan makanan terutama bagi yang kekurangan gizi, dan kebutuhan lain termasuk biaya transportasi, pakaian, sepatu sandal dll. Selama ini bisa dihimpun melalui jejaring dengan teman-teman seiman maupun persekutuan dan Gereja yang dipertanggung jawabkan dengan laporan penyalurannya. Kami sebut Dana “Dorkas”. Pasien yang menerima dana ini secara khusus dilayani dan didoakan serta sebagian dari mereka diminta untuk memberikan kesaksian di kapel Rumah Sakit dan ditulis dalam buletin tentang kesehatannya dan pengenalannya akan Kristus.

- Mencerdaskan Pasien dengan memberi brosur-brosur/bacaan kesehatan yang ada terapan kerohaniannya, agar mereka tidak berulang-ulang menderita penyakit yang sama.

- Memberi tumpangan dirumah, umumnya rumah karyawan, terutama pasien yang berasal dari daerah yang sama atau memba-yarkan penginapannya bagi keluarga ku-rang mampu yang berasal dari daerah yang cukup jauh.

- Memberikan informasi kesehatan yang diperlukan pasien & keluarganya melalui telepon atau membalas sms mereka teruta-ma bagi pasien dengan penyakit yang sulit, sehingga kita bisa memberikan ketenangan karena ada dokter yang siap menolong bila dibutuhkan.

- Berkhotbah, membangun jemaat, mendi-rikan gereja, memberikan seminar keseha-tan, penyuluhan, bakti sosial, menyanyi, mengajar musik, mengajar bahasa Inggris, matematika, memasak, berkebun dan berternak ayam / ikan , membantu dalam pendidikan anak-anak yang kurang mam-pu (beasiswa ataupun sebagai orangtua asuh) dll.

Faktual

Page 23: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 23

- Ada hal yang jangan kita lupakan yakni Kita belajar dari keadaan setempat, baik karyawan maupun pasien sehingga mereka merasa dihargai dan diterima yang memu-dahkan kita untuk mereka terima.Melalui banyak hal tersebut dan semua

potensi lainnya yang dokter bisa lakukan sebagai tanda kasih kepada pasien dan keluarganya serta masyarakat di sekitar kita merupakan salah satu sarana bagi kita dalam mempermudah menyampaikan kasih dan Injil Kristus. Karena kita sebagai kepanjangan tangan Gereja, sebagai tubuh Kristus ikut mengambil bagian sebagai tim walaupun berasal dari berbagai denominasi gereja. Kiranya keperbedaan denominasi tidak menghalangi kita untuk terus mengembangkan jejaring, bergandeng tangan agar Injil semakin disebar luaskan. Penginjilan bukan hal yang “instan” hanya menyampaikan berita Injil yang singkat, namun melalui pergaulan dan pelayanan kita dengan berbagai cara kepada pasien dan keluarganya, membuat benih Injil melalui karya Roh Kudus akan berbuah membawa jiwa-jiwa kepada Kristus.Kiranya Tuhan terus membuka jalan, memberi banyak kesempatandan memotivasi serta melibatkan kita sebagai tim medis agar menjadi alat yang terus dimurnikan untuk memuliakan Tuhan dalam menggenapi rencanaNYA. Amin.

Serukam, 30 Mei 2015

dr. Herman Gandi, Sp.PA dandr. Melissa Adriani Tjahyadi, Sp.A

Tim medis RSU Bethesda Serukam, Kal-Bar.

Faktual

Page 24: Samaritan edisi 1 2015,pdf

24 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

[Matius 28:18-20]

Sulit dibayangkan, apa yang terlintas dalam pikiran sekelompok kecil murid Yesus, yang terdiri atas sebelas orang itu, ketika

mereka mengelilingi Tuhan Yesus yang sudah bangkit di daerah Galilea.

Mereka baru saja berdukacita. Betapa pedihnya menghadapi suatu peristiwa bagaikan suatu kekalahan. Waktu itu dengan tidak berdaya mereka menatap Yesus yang sedang disalibkan. Impian mereka tentang berdirinya sebuah kerajaan duniawi di bawah pimpinan Kristus sirnalah sudah. Kemudian datanglah berita dari beberapa wanita yang mengunjungi kuburan Yesus pagi-pagi pada hari Paskah pertama itu. Isi berita itu: Yesus hidup! Mula-mula mereka ragu, tetapi dengan berlalunya waktu, mereka mengetahui bahwa berita itu benar. Berkali-kali, Yesus menampakkan diri kepada mereka. Dan akhirnya, Ia datang untuk menyampaikan Amanat Agung kepada mereka,

demikian pula kepada kita, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan anak, dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:18-20).

Amanat itu perlu direnungkan kembali.  Khususnya, oleh kita yang melayani Dia sebagai tenaga medis.

Amanat Agung itu masih berlaku. Perintah dari Kristus masih sama. Rencana Allah menebus manusia masih tetap sama. Cara Allah menjangkau orang-orang di dunia, yaitu melalui berita tentang Kristus, masih tetap sama. Allah “berkenan menyelamatkan orang-orang yang percaya kepada-Nya melalui berita

Untaian Firman

Kita HarusMembawa Berita!

Page 25: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 25

yang kami wartakan yang dianggap omong kosong oleh dunia” (1 Korintus 1:21, BIS).

Pemberitaan Injil - dengan cara apa pun, dan di mana pun Tuhan menempatkan kita - adalah tanggung jawab dan hak istimewa kita, umat-Nya. “...kamulah bangsa terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Petrus 2:9).

Hendaknya kita tetap ingat bahwa perintah itu datang dari Tuhan sendiri. Perintah itu bukan suatu rancangan yang dibuat oleh Tim Khusus, Panitia Khusus atau suatu rencana yang dibuat oleh sekelompok orang yang semangatnya sedang meluap-luap. Dan, perintah itu diberikan kepada semua umat Allah.

Di dalam amanat itu, Tuhan kita merangkumkan semua yang kita butuhkan untuk melaksanakan pelayanan kita.

Yesus memerintahkan: PERGILAH DENGAN KUASA-KU. Tanpa ada pemberitahuan tentang kuasa-Nya, Amanat Agung akan kurang berbobot dan kurang mantap. Di bawah naungan kuasa-Nya, kita dapat memakai kuasa ilahi dari surga untuk mematahkan kuasa Iblis di dunia ini. Yesus mempunyai segala kuasa di surga dan di dunia!

Yesus memerintahkan: PERGILAH DENGAN RENCANA-KU. Kita harus menginjili orang-orang. Kewajiban kita bukan hanya menyampaikan panggilan agar mereka membuat keputusan untuk menerima Yesus, tetapi juga untuk menjadikan mereka murid Yesus. Kita harus membawa orang-orang yang baru bertobat itu ke dalam lingkungan gereja. Kita harus membimbing rohani mereka. Kita harus “mengingatkan dan mengajar mereka semuanya dengan segala kebijaksanaan.” Tujuannya ialah “supaya setiap orang dapat dibawa kepada Allah, sebagai orang yang

dewasa dalam hal-hal rohani, karena sudah bersatu dengan Kristus” (Kolose 1:28, BIS)

Yesus memerintahkan: PERGILAH DENGAN PENYERTAAN-KU.  Di dalam pribadi Roh Kudus, Yesus berjanji untuk menyertai kita setiap hari – apa pun yang terjadi – sampai akhir pelayanan kita, sampai akhir zaman. Sebuah janji yang luar biasa! Sebuah janji yang menenangkan hati!

Nah, karunia mengabarkan Injil janganlah kita abaikan. Kalau kita tidak menggunakan karunia itu, berarti kita gagal mematuhi perintah Tuhan. Karunia itu akan memudar dan sukacita kita di dalam Tuhan akan segera redup. Tidak mengherankan kalau Charles Wesley menulis:

“Bahagia sekali kalau dengan napas yang terakhir aku menyerukan nama-Nya; Memberitakan Yesus kepada semua orang, dan menyerukan di ambang pintu kematian, ‘Lihat, lihatlah anak Domba.”

*/tnp.

Untaian Firman

“Kehidupan Kristen kita berjalan dengan wajar kalau dalam diri kita ada dorongan untuk memberitakan kabar keselamatan. Sebagai orang

Kristen, kita semua seharusnya mampu bersaksi tentang apa yang

telah Tuhan lakukan untuk kita, dan apa artinya Dia bagi kita. Kita perlu mendisiplin diri memberitakan Injil.”

- Donald S. Whitney -

Page 26: Samaritan edisi 1 2015,pdf

26 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Grace Alone which God supplies, Strength unknown He will provide. Christ in Us our corner stone, We will go forth in Grace Alone

Kelompok Anugerah.Demikian kami memberi nama kelompok MMC-X 2015 ini karena merasakan anugerah

demi anugerah yang kami terima. Salah satu diantaranya adalah ketika masing-masing dari setiap kami menggumulkan untuk ikut dalam MMC ini.Kami dengan latar belakang berbeda baik suku, budaya, bahasa dan profesi yang berbeda melihat bahwa jika kami dipertemukan dan dipersatukan dalam satu tim hanyalah karena anugerah Tuhan. MMC kali ini spesial, selain karena satu dekade sudah MMC berlangsung tetapi juga ada suatu terobosan yang dibuat pada MMC-X ini yaitu mengikutsertakan perawat.Tim dengan kombinasi yang unik terdiri dari

3 dokter umum (dr.Tiopan Napitupulu dari Medan, dr.Estica Sihombing dan dr.Nhana Indriana dari Semarang), 2 dokter gigi (drg.Noryken Sitorus dari Jakarta dan drg.Rebecca Kuncoro dari Jogja ) serta 1 orang perawat (Ns.Dianrati Lopo dari Surabaya). Dengan adanya keikutsertaan perawat, semakin menambah keberagaman kami dan kami belajar menghargai dan memahami profesi masing masing serta saling melengkapi satu dengan yang lain.

Medical Mission Course ini adalah Program Pelayanan Medis Nasional ( PMdN)/ Christian Medical and Dental Fellowship of Indonesia ( CMDFI ) yang diadakan setiap tahun, MMC X berlangsung selama 10 minggu. Satu minggu lamanya kami diperlengkapi di Guest House YAPKI OMF Jakarta dan 9 minggu berikutnya di Serukam.

MMC X1 Maret 2015 – 10 Mei 2015

Kesaksian

Page 27: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 27

Selama di OMF kami diperlengkapi dengan berbagai hal mengenai visi, misi dan panggilan Tuhan. Kami dibukakan mengenai Misi dan Hati Allah bagi dunia ini, bahwa Allah merindukan kita menjadi rekan sekerja-Nya untuk mengabarkan karya keselamatan yang Yesus kerjakan agar kematian Yesus di kayu salib tidak sia-sia. Selain hal-hal spiritual, kami kembali di-refresh mengenai pengetahuan medis seperti kegawat daruratan obstetri, ilmu kesehatan anak dan sebagainya.Disini juga kami banyak belajar mengenai bermisi ke daerah seperti tantangan-tantangan yang mungkin akan dihadapi, peran doa dalam misi, pentingnya pengenalan budayaserta pemahaman misi secara global bahwa bermisi tidak selamanya ke daerah terpencil dan sulit namun di kotapun dapat menjadi ladang misi yang dikenal dengan urban mission. Selain itu skill mengenai story tellingsangat menolong kami untuk menyampaikan injil melalui cerita yang ringan sehingga pendengar tidak merasa digurui namun sesuatu yang dianggap rumitpun bisa dipahami oleh orang awam.

Perjalanan menggumulkan panggilan dan diperlengkapi bersama dimulai ketika perjalanan kami menuju ke Kalimantan. Kami begitu antusias karena diantara kami berenam belum pernah menjejakan kaki di Kalimantan sebelumnya. Butuh waktu sekitar 2 jam penerbangan Jakarta-Pontianak, sedangan perjalanan Pontianak menuju Serukam ditempuh menggunakan mobil sekitar 4-5 jam.Bagi kami Serukam bagaikan “heaven in the jungle”. Banyak pelajaran hidup yang kami dapatkan disini dan tidak kami dapatkan ditempat lain. Pelajaran hidup yang perlahan mengubah kami, mengubah hati kami dan membentuk kami untuk semakin bertumbuh.

Melalui morning devotion, kami Memulai Sembilan minggu MMC di serukam dengan firman Tuhan terkait PANGGILAN. Semakin menyadari bahwa ketika kami dipanggil menjadi rekan sekerja Allah, bukan karena kami layak, atau kerohanian kami berenam

lebih baik dibanding orang lain namun hanya karena anugerah semata. Ketika Yesus memanggil Simon melalui peristiwa didanau Genesaret, dalam keraguannnya simon memilih untuk taat dan Tuhan menyatakan kuasa-Nya, begitu pula dengan Abraham sekalipun sempat berbuat kesalahan seiring mengerjakan panggilan Tuhan, namun Abraham belajar taat serta beriman pada Tuhan. Selain dari tokoh alkitab, ketaatan mengerjakan panggilan Tuhan juga terlihat dari dokter atau perawat misi serta missionaris full timeyang kami temui di Serukam. Melalui Life sharing mengenaikesaksian personal dan perjalanan hidup mereka, kami menemukan bahwa pengorbanan yang mereka berikan untuk pekerjaan Injil tentunya tidak mudah, namun mereka mau taat dan mengambil resiko serta meninggalkan hal-hal yang berharga dalam hidup mereka untuk mengerjakan panggilan Tuhan.

Kegiatan sehari-hari yang kami lakukan selama di Serukam antara lain,morning devotion pada pagi harinya dilanjutkan sesi dari pembicara yang hadir, lecture, bedside teaching, dan malam harinya diadakan life sharing oleh pembicara luar maupun dari Serukam. Secara bergiliran kami mendapat bagian menjadi PIC (Person In Charge)mingguan maupun harian yang bertanggung jawab untuk kegiatan selama sehari penuh. Disini kami juga dilatih dalam hal kemandirian melakukan pekerjaan rumah sepertibergantian membuatkan sarapan pagi, mencuci baju sendiri, mengatur kebutuhan harian serta mengelola dana yang diberikan pada kami.

Yang berkesan bagi kami adalah mendapat kesempatan untuk berada dan belajar di rumah sakit misi yang masih terus memelihara visinya dengan baik, yakni rumah sakit yang menjadikan Kristus sebagai porosnya dan menghadirkan Tuhan dalam setiap pelayanan yang dikerjakan, seperti berdoa bersama pasien sebelum memulai tindakan atau pemeriksaan serta melakukan kunjungan rutin ke pasien

Kesaksian

Page 28: Samaritan edisi 1 2015,pdf

28 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

untuk mendoakan dan melayani pasien. Sangat bersyukur ketika kami diikutsertakan untuk mengunjungi pasien, mendoakan dan melayani pasien. Selain itu kami juga diberi kesempatan untuk mengelola kapel di rumah sakit misi. Ibadah kapel diadakan dua kali seminggu setiap hari rabu dan jumat. Kami mendapat bagian untuk belajar mengoperasikan sound system, operator LCD, preaching, menjadi MC ibadah, singer serta usher.

Hal baru yang kami pelajari selama MMC adalah Pause and Poundering(PnP). Hari sabtu merupakan waktu rutin bagi kami untuk melakukan PnP. Pause and poundering sangat menolong kami untuk mengendapkan setiap materi yang sudah kami dapatkan selama pelatihan ini. PnP merupakan saat hening dan kesempatan bagi kami untuk berdiam diri dan mendengarkan Tuhan berbicara. Tidak saja memulihkan kami secara personal namun juga tim. Pnp memberikan waktu untuk merecharge tenaga maupun hati kami ditengah kepadatan jadwal MMC. Selain PnP, melalui metode BGA kami semakin menikmati keindahan firman Tuhan dan memiliki pemahaman yang lebih utuh mengenai injil Lukas dan kami merasakan bahwa firman Tuhan yang kami renungkan sungguh

berbicara pada kami, baik secara personal maupun secara tim. Kami merasakan betapa kami banyak diteguhkan dan dikuatkan ketika mempelajari injil Lukas.

Secara tim,kami banyak dibentuk dan bertumbuh bersama. Kehadiran team building menjadi satu bagian yang penting dimana kesatuan kami diuji, dibangun dan dibentuk. Dari setiap perbedaan diantara kami akan mudah terjadi gesekan yang mendatangkan konflik dalam tim, namun team building sangat menolong kami untuk saling mengevaluasi setiap karakter kami yang dapat menghambat pertumbuhan tim dan dengan kerendahan hati setiap anggota tim mau belajar dan berjuang untuk memperbaikinya. Tidak saja di team building, Kesatuan ini semakin dieratkan melalui retreat, karena untuk pertama kalinya tim perawat RSUB diikutsertakan dalam retreat ini dengan tema “menerobos batas, menuju kesatuan” setiap peserta diajar

Page 29: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 29

untuk mengatasi hal-hal

yang menjadi pembatas atau pemisah demi terciptanya kesatuan dalam tim misi medis serta bertumbuh didalam tim misi medis dan bekerja didalam kesatuan sekalipun berbeda peran, baik sebagai dokter maupun perawat. Disini setiap peserta berjuang dan bertumbuh menuju kedewasaan rohani secara personal dan secara team work.

Dalam MMC kami dipercayakan untuk menangani satu Desa binaan yaitu Desa Sinlu yang letaknya tidak begitu jauh dari serukam, kurang lebih butuh setengah jam perjalanan menggunakan mobil untuk sampai ke Desa Sinlu. Kami melakukan kunjungan ke GKE (Gereja Kalimantan Evangelis) Getsemani Sinlu kurang lebih sebanyak 5 kali. Di Sinlu kami dipercayakan untuk menangani sekolah minggu. Semangat adik-adik untuk beribadah jam 7 pagi setiap minggunya dan ketulusan

mereka dalam

memberikan semangat, pujian dan perhatian diantara mereka serta canda tawa yang terjalin terus mendorong kami dan menjadi penyemangat bagi kami untuk mempersiapkan pelayanan sekolah minggu dengan lebih baik. Pada kunjungan terakhir, kami juga diberikan kesempatan untuk pelayanan mimbar. Awalnya sempat ada kecurigaan tertentu dari pihak gereja pada kami akibat kurangnyakomunikasi akan tetapi pada akhirnya kami mendapati bahwa ada suatu keterikatan batin diantara kami dengan jemaat Sinlu. Sekalipun kami tidak intens hidup bersama dengan jemaat Sinlu dan hanya melakukan kunjungan seminggu sekali namun penerimaan mereka dan persaudaraan di antara kami bersama jemaat terjalin dengan baik. Selain pengalaman secara personal, kamipun belajar menangani masalah bersama dalam tim dan membuktikan kekompakan dan peran personal dalam tim sangat berarti. Ketika ban belakang mobil L300 yang kami tumpangi kempes dan mengharuskan kami berenam bekerjasama untuk mengganti ban mobil di halaman gereja. Kami sangat menikmati dapat melayani

bersama dan pengalaman melayani di Sinlu menjadi tempat pelatihan dan persiapan Tuhan bagi kami untuk selanjutnya diterapkan ke ladang pelayanan masing-masing.

Page 30: Samaritan edisi 1 2015,pdf

30 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Selain Desa binaan, dalam MMC kami melakukan live in di dua desa yang berbeda. Desa pertama yang kami kunjungi adalah Nanga Baram pada tanggal 27 Maret-31 Maret 2015 dan desa berikutnya adalah Siding pada tanggal 28 April 2015 – 3 Mei 2015. Setiap live in memiliki kisah tersendiri. Nanga Baram merupakan live in pertama bagi kami sehingga tidak jarang kami merasa takut, namun firman Tuhan yang kami renungkan ketika morning devotion meneguhkan kami untuk tidak takut, sebab Tuhan berkuasa, ketakutan disekitar seharusnya membuat kami datang pada Yesus. Perjalanan menuju Nanga Baram menempuh waktu yang cukup lama sekitar 12 jam dari RSUB Serukam.Selama di Nanga Baram kami tinggal di klinik NangaBaram yang merupakan klinik dibawah PKMD RSUB Serukam. Disana kami melakukan pelayanan di 3 SD yaitu SD Tanjung Maju, SD Baram dan SD Tontang. Letak ketiganya cukup berjauhan satu sama lainnya. Medan menuju SD Tanjung Maju cukup sulit dimana perjalanan kami menggunakan sepeda motor menembus hutan dengan kondisi jalanan yang belum beraspal, berlubang, licin dan berlumpur karena banyak genangan air. Sempat terjadi kecelakaan kecil dimana salah satu teman kami jatuh dari motor akibat medan yang sulit ditempuh tetapi bersyukur tidak terjadi cedera serius.

Kami melakukan pelayanan firman Tuhan, melakukan penilaian status gizi (pengukuran tinggi badan, berat badan, dan status anemis), penilaian pengalaman karies (DMF-t), sikat gigi dan cuci tangan bersama, serta pembagian

obat cacing. Kami juga melakukan pelayanan firman dan penyuluhan kesehatan di Gereja Firman Allah (GFA) pada ibadah sekolah minggu, ibadah pemuda, dan ibadah Keluarga. Setelah selesai ibadah, kami melakukan Home Visit ke rumah beberapa anggota jemaat GFA. Kami dapat berinteraksi secara lebih dekat, mendengarkan kisah hidup dan pergumulan mereka serta mendoakan mereka. Sungguh kami mengucap syukur untuk penerimaan yang mereka berikan pada kami. Kami juga bersyukur untuk setiap pelayanan yang boleh kami kerjakan. Ada berbagai kendala yang kami temui selama live in seperti keterbatasan waktu, perubahan jadwal pelayanan dan perubahan materi pelayanan karena menyesuaikan kebutuhan masyarakat, cuaca yang tak menentu, medan yang cukup berat, keterbatasan sarana dan prasarana serta ketiadaan sinyal yang menghambat komunikasi. Akan tetapi melalui segala kendala dan keterbatasan, kami melihat providensia Tuhan yang luar biasa sepanjang perjalanan kami. Segala sesuatunya Tuhan cukupkan, apa yang telah kami rencanakan dapat terlaksana dengan cara Tuhan, bahkan melampaui apa yang kami pikirkan. Pelajaran lain yang kami dapatkan selama live in Nanga Baram adalah belajar untuk menjadi fleksibel. Hampir semua anggota tim merupakan orang yang cenderung kaku, terstruktur dan terencana sehingga disini kami dilatih untuk lebih fleksibel terhadap segala sesuatunya.

Page 31: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 31

Desa terakhir yang kami kunjungi

dalam live in ini adalah Desa Siding. Sebagian besar penduduk di desa Siding beragama Kristen protestan namun masih hidup dalam dosa. Kurang lebih butuh 3 jam perjalanan darat dan 3 jam perjalanan menyusuri sungai menggunakan perahu untuk sampai di Siding. Kami berangkat dari Serukam pukul 10.00 menggunakan mobil pick-up kemudian perjalanan kami dilanjutkan dengan menggunakan perahu sampan menyusuri sungai kumbah hingga tiba di Desa Siding pukul 16.30,perjalanan kami menyusuri sungai sempat terhambat karena air sungai yang surut sehingga beberapa kali kami harus mendorong perahu yang kami tumpangi. Selama di Siding tim wanita tinggal di konsistori gereja dan tim pria menginap di rumah salah seorang hamba Tuhan yang rumahnya tepat disebelah gereja. Di Siding tidak ada listrik dan koneksi telekomunikasi sangat sulit.Pencahayaan dan sumber energi listrik dengan menggunakan genset, jika ingin berkomunikasi dengan ponsel dapat mencari titik-titik tertentu di sekitar lapangan.

Kami berangkat dengan didampingi oleh drg. Bruce Walker, dr. Mangontang Sitorus, Sp.OG dan drg.Mukhtar Hutasoit.Kami melakukan pelayanan firman, penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan di SD dan di SMP Siding. Setiap harinya anak anak sekolah minggu datang untuk bermain dan mengikuti ibadah sekolah minggu. Kegiatan

sekolah minggu kami kemas dalam bentuk games perjalanan iman, panggung boneka, membakar dosa serta menerbangkan pesawat yang bertuliskan cita-cita mereka. Hati kami sebenarnya cukup sedih karena meskipun mereka antusias untuk datang ke sekolah minggu akan tetapi banyak dari mereka yang belum mengenal dan mengalamikasih Kristus. Kami cukup kewalahan menghadapi anak-anak tersebut. Pada dasarnya mereka adalah anak-anak Tuhan yang baik akan tetapi mereka memerlukan pengenalan akan Yesus secara lebih dalam, mereka juga memerlukan bimbingan, kasih dan perhatian. Kami berharap apa yang kami sampaikan dan ajarkan pada mereka selama pelayanan sekolah minggu akan terus tinggal di hati mereka. Masih terkenang senyum ceria anak-anak siding di benak kami.Kami akan terus mendoakan agar kuasa Tuhan sungguh bekerja dalam hidup mereka.

Pelayanan lain yang kami lakukan di gereja adalah pelayanan firman Tuhan pada kebaktian Bapak, kebaktian Ibu, kebaktian keluarga, kebaktian pemuda dan penyuluhan kesehatan. Puncak pelayanan kami adalah ibadah Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang dibawakan oleh dr. Mangontang bertempat di SD Siding. Kami melihat kuasa Tuhan bekerja dalam KKR tersebut. Jumlah jemaat yang hadir dalam KKR berkisar antara 80-90 orang. Kami berharap melalui KKR tersebut banyak orang yang boleh menerima Yesus dalam hatinya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sesungguhnya kami melihat kuasa kegelapan masih bekerja di

Page 32: Samaritan edisi 1 2015,pdf

32 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Siding, banyak dari warga jemaat gereja yang enggan untuk pergi beribadah di gereja karena mereka lebih mementingkan materi serta ada sebuah tempat hiburan malam berkonotasi kurang baik yang banyak didatangi oleh warga Siding. Kami sungguh berdoa agar melalui pelayanan kami boleh menjadi saluran tangan Tuhan untuk dapat mengetuk hati warga Siding untuk mengenal Tuhan dan menerima Tuhan sebagai Juruselamat. Secara keseluruhan kami bersyukur untuk pelayanan yang boleh kami kerjakan di Siding, bersyukur untuk team Siding yang sangat kompak. Sehati, sepikir dan setujuan kami melangkah bersama. Saling menguatkan dan mendukung sambil tetap mengingat bahwa apa yang kami kerjakan ini semua adalah dari Tuhan dan untuk kemuliaan nama Tuhan.

Akhir kata kami mengucapkan syukur untuk setiap anugerahNya dan kesempatan yang diberikan bagi kami oleh PMdN/CMDFI yang melalui MMC ini kami semakin diperlengkapi baik dari segi ilmu medis, skill maupun firman Tuhan yang menguatkan dan meneguhkan kami untuk turut ambil bagian dalam ladang pelayanan misi. Bagi kami ini bukanlah suatu akhir. Ini merupakan suatu awal baru dimana kami akan melangkahkan kaki untuk melakukan tugas dan panggilan kami masing masing. Tuhan memberkati.

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan

dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersipkan ALLAH sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”

Efesus 2:10

Peserta MMC X 2015

Page 33: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 33

Saya drg. Maria Meilani Matondang, alumni FKG UI. Saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus karena melalui

pelayanan mahasiswa di kampus (PO FKG) saya sungguh-sungguh bertobat dan memulai hidup baru didalam Yesus. Di PMK itulah saya mengikuti berbagai kegiatan yang mendorong saya untuk bertumbuh dan belajar melayani Tuhan dalam persekutuan, baik melalui Kelompok Kecil, Persekutuan Besar, dan pembinaan–pembinaan lainnya. Berdasarkan visi Persekutuan Mahasiswa, saya juga dipanggil untuk menjadi mahasiswa dan alumni yang hidup dalam takut akan Tuhan, serta menjadi garam dan terang dimana pun Tuhan menempatkan saya.

Ketika masuk masa koas, saya mulai mendoakan apa yang menjadi panggilan Tuhan bagi saya setelah lulus nanti. Setelah lulus, saya memiliki beberapa pilihan: PTT di daerah; di RS misi/puskesmas, atau bekerja di Jakarta? Sambil mendoakan panggilan tersebut, saat itu FKG sering mengadakan baksos baik di daerah–daerah Jawa Barat, maupun di luar pulau Jawa. Melalui kegiatan tersebut saya semakin melihat kondisi di daerah dan merenungkan beberapa hal yaitu:

1. Masyarakat daerah terpencil yang belum memiliki dokter/dokter gigi menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan pelayanan

kesehatan yang maksimal, siapakah yang mau melayani kesehatan mereka?

2. Siapakah yang akan memperkenalkan Yesus kepada mereka?

Sejak itu dalam hati saya timbul kerinduan untuk melayani didaerah terpencil di Indonesia lewat profesi saya nantinya. Setelah mendoakan, akhirnya saya meyakini bahwa panggilan Tuhan bagi saya adalah “untuk melayani Tuhan di daerah“. Ayat dari Roma 10:11 yang berkata: “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?” yang meneguhkan panggilan untuk memberi diri melayani didaerah. Misi bagi saya bukan hanya melayani didaerah-daerah terpencil, namun melayani-Nya dengan segenap hati dan seluruh hidup kita dimana pun Tuhan memanggil kita. Banyak ketakutan/kekuatiran yang ada dalam pikiran saya namun saya mau belajar untuk percaya dan menyerahkan diri bahwa Tuhan memelihara hidup saya.

Saya mengikuti program PTT Kemenkes sejak 2007-2012 di Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku, walaupun saya bukan orang Ambon. Maluku adalah propinsi kepulauan,

Ke AmbonAku ‘kan Kembali…

Kesaksian

Page 34: Samaritan edisi 1 2015,pdf

34 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

untuk sampai ke puskesmas, tempat tugas saya, itu harus menyeberang dari Ambon dengan kapal cepat selama 2 jam menuju ibukota kabupaten, lalu dengan bus selama 2 jam. Ketika saya datang di puskesmas, belum ada alat-alat dan bahan perawatan gigi atau dental unit, karena sebelumnya belum pernah ada dokter, sehingga saya harus memulai pelayanan gigi dari awal dengan alat yang sangat minim. Di puskesmas, saya berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi setiap pasien walaupun dengan kondisi yang terbatas, saya juga memberikan penyuluhan&pengobatan gigi ke SD dan SMP. Saat PTT ini saya bersyukur mendapat kesempatan untuk menolong salah satu pasien dari keluarga tidak mampu dengan diagnosis suspek ameloblastoma pada mandibula. Di Ambon saat itu belum ada bedah mulut, dan dokter bedah umum pun tidak bersedia melakukan tindakan karena alat-alat yang terbatas sehingga pasien harus dirujuk ke luar Maluku apabila ingin mendapat perawatan. Dengan anugrah Tuhan kami mendapatkan bantuan dana untuk dapat membawa pasien ke RSCM Jakarta untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Kepada pasien ini dan ibunya saya dapat mewartakan kasih Yesus dan Kabar Baik.

Selama beberapa bulan pertama adalah masa-masa yang sulit, karena saya harus beradapatasi dengan suasana kehidupan di daerah yaitu kota yang sepi, dengan hiburan yang ada yaitu ke pantai, rasa makanan yang berbeda dengan di kota, gaya hidup yang berbeda dengan teman-teman. Relasi pribadi dengan Tuhan melalui saat teduh, PA pribadi, KTB dan buku-buku rohani yang menolong saya untuk dapat menikmati dan menjalani masa PTT ini. Pengalaman lainnya yang juga tidak terlupakan karena saya ada didaerah pasca konflik yaitu saya pernah berada di tengah-tengah konflik baik konflik antara pihak keamanan, atau konflik antar desa, dan bersyukur karena Tuhan memelihara hidup saya sampai saat ini.

Kemudian saya bertemu dengan dua teman alumni pelayanan mahasiwa dari Ambon. Belum adanya persekutuan alumni di kota kami, mendorong kami untuk membentuk KTB Alumni. Sebagai bentuk proyek ketaatan KTB ini yaitu merintis Pelayanan Siswa di gereja lokal, membentuk KK siswa-siswi di SMU, mengadakan KKR Siswa, serta berbagai pembinaan–pembinaan.

Saat ini saya bersama suami sedang melanjutkan studi dan kami akan kembali lagi ke Ambon. Masih banyak “PR” yang ingin kami kerjakan di Maluku. Walaupun kami bukan berasal dari Ambon, namun kerinduan kami bisa lebih banyak lagi memberikan kontribusi untuk membangun Maluku demi kemuliaan nama-Nya.

Oleh: drg. Maria Meilani Matondang

Kesaksian

Page 35: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 35

Direktur Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta

menyayangkan adanya bukti pembayaran berobat gigi dengan tulis tangan di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (MMC) seperti pengaduan pasien dengan akun Facebook Abigail Anggita Vela. Menurut Marius, bukti pembayaran di rumah sakit besar seharusnya tak bisa hanya tulis tangan, apalagi penentuan harganya berubah-ubah.

“Ini rumah sakit besar, harusnya secara administrasi pakai print out. Kemudian harus dirinci. Enggak bisa kayak orang beli rambutan, dukuh di pinggir jalan. Toko kecil saja ada mesinnya. Ini bukan jualan pedagang kaki lima,” kata Marius saat dihubungi Kompas.com, Jumat (24/4/2015).Menurut Marius, hal ini menunjukkan buruknya pelayanan administrasi di rumah sakit. Marius mengatakan, konsumen berhak mendapatkan informasi yang jelas mengenai pengobatan, termasuk soal rincian harga. Hal itu pun diatur dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen.

Menurut Marius, Indonesia belum memiliki standar pelayanan medik nasional yang termasuk di dalamnya untuk menentukan kisaran harga pengobatan untuk rumah sakit pemerintah maupun swasta. Marius mengingatkan, jika rumah sakit seharunya memiliki tujuan untuk sosial, bukan komersil.

Sebelumnya diberitakan, Vela menceritakan kekagetannya ditagih Rp 9 juta saat menambal gigi di Rumah Sakit MMC, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Dalam akun Facebook-nya, Vela mengaku berobat ke RS MMC pada Senin (20/4/2015) pukul 11.45 WIB. Sebelum ditindak medis, dia sempat ditanyakan terkait keluhannya. Setelah itu, Vela dipersilakan duduk di kursi tindakan sambil meletakkan map plastik berisi formulir asuransi kantor yang diberikan oleh bagian pendaftaran.”Disinilah semua itu berawal. Yakni ketika ada form asuransi Lippo Insurance,” cerita dia dalam postingan yang terkoneksi dari media sosial Path.

Saat berada di kursi tindakan, Vela mengaku tidak pernah meminta untuk

Etika Kolegial

Dokter di RS Tak Bisa Tentukan Harga Seperti Pedagang Kaki Lima

Page 36: Samaritan edisi 1 2015,pdf

36 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

dilakukan beberapa tindakan medis dari dokter yang bersangkutan. Dalam hal ini, kata Vela, dia tidak meminta dokter untuk melakukan scaling dan mengebor gigi lainnya.

Setelah 45 menit berlalu, tindakan terhadap gigi Vela selesai. Ia pun diberikan slip pembayaran berwarna kuning dan ditulis tangan oleh asisten dokter. Rinciannya, ada tulisan Rp 2.000.000 + Rp 7.000.000 = Rp 9.000.000.

Namun, alangkah kagetnya Vela mendapati total biaya tersebut. Bahkan, ketika dia mencoba mengonfirmasi ke petugas kasir khusus loket asuransi, ia malah dilemparkan ke petugas lainnya.

“Petugas menjawab ‘Itu bisa ditanyakan langsung ke petugas di ruangan dokternya, Bu’. Saya minta disambungkan via telepon untuk minta penjelasan, dia jawab ‘Harus langsung, Bu. Kita biasanya ngga lewat telepon.’ Disinilah keanehan itu makin menjadi-jadi,” kata Vela menirukan ucapan petugas rumah sakit.

Tanpa banyak basa-basi, Vela pun menemui dokter yang menanganinya. Saat ia meminta rincian atas biaya Rp 9 juta yang ditagihkan, dokter malah menyuruh asistennya untuk membuat perincian.”Dokternya bilang, ‘Ya sudah didiskon aja jadi 8 juta.’ Tambah aneh

bukan. Ini institusi rumah sakit, tapi kok main-main soal harga. Tidak ada standarisasi harga atas jasa dokter dan tindakan disini,” tuturnya.

Merasa kurang puas dengan respons dokter tersebut, Vela lantas kembali ke kasir dan minta disambungkan ke penanggung jawab rumah sakit. Namun, dia justru diarahkan ke ruang humas. Ia pun mengadukan kekecewaannya terhadap pelayanan petugas MMC dan dokter yang menangani keluhannya.

“Dokter tidak konfirmasi dulu ke saya untuk tindakan yang terbilang SANGAT MAHAL tersebut. Terlebih tidak konfirmasi harga. Mungkin karena dokter berasumsi saya pakai asuransi, maka semua akan dicover asuransi. Jika itu alasannya, maka saya rasa ini bisa dikategorikan “pengeretan” terhadap asuransi,” tulis Vela yang mengaku memiliki plafon asuransi sebesar Rp 50 juta.

Dalam tulisannya, Vela juga menuliskan bahwa pihak humas telah mengklarifikasi ke dokter dan menyampaikan permintaan maaf kepada dirinya. Setelah sempat dimediasi singkat oleh pihak humas, dokter akhirnya sepakat untuk menetapkan tarif total sebesar Rp 4 juta terkait tindakan terhadap gigi Vela.

Sumber: Kompas, 24 April 2015

Facebook Abigail Anggita Vela

Page 37: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 37

Di kawasan Asia Tenggara, pada 2013 diperkirakan 49.000 bayi yang baru lahir meninggal karena

kelainan bawaan. Kelainan bawaan juga menyebabkan keguguran dan lahir mati. Bagi bayi yang bertahan hidup, kelainan bawaan memengaruhi mutu kehidupan mereka dan keluarga, serta keadaan sosial ekonomi keluarga. Hampir 70 persen kelainan bawaan dapat dicegah dengan cara yang telah terbukti efektif secara ilmiah, pencegahan tersebut dapat dilakukan sebelum maupun segera setelah masa konsepsi.

Kelainan bawaan paling banyak ditemukan adalah kelainan jantung, kelainan tabung saraf (otak dan saraf tulang belakang), dan down’s syndrome. Sekitar 94 persen kasus kelainan bawaan global terjadi di daerah dengan keadaan sosial ekonomi rendah atau menengah, di mana ibu berisiko menderita malnutrisi, kekurangan yodium, kekurangan folat, obesitas, atau diabetes. Faktor penyebab utama lain adalah infeksi seperti rubella serta faktor lingkungan seperti paparan pestisida, obat-obatan, alkohol, rokok. Ibu yang melahirkan di usia lanjut berisiko lebih besar melahirkan anak dengan down’s

syndrome. Tradisi budaya, seperti pernikahan antarsepupu, juga meningkatkan risiko kelainan bawaan yang berat dan jarang terjadi.

Dukungan Politis

Mengentaskan masalah kelainan bawaan memerlukan dukungan politis yang kuat, mengingat beragamnya faktor penyebab, serta pendekatan multidisiplin, multisektor, dan multiprogram yang memungkinkan tersedianya pelayanan inklusif terkait dengan kesehatan, gizi, industri makanan, kesejahteraan sosial, dan peran serta masyarakat.

Pelayanan pencegahan dan perawatan anak dengan kelainan bawaan harus terintegrasi ke dalam pelayanan kesehatan, terutama dalam program kesehatan reproduksi-ibu-bayi-anak-remaja, serta nutrisi, imunisasi, infeksi seksual menular, pengendalian tembakau dan alkohol, dan penyakit tidak menular.

Edukasi bagi masyarakat dan pelayanan preventif sangat penting dalam pencegahan dan pengendalian kelainan bawaan. Upaya menyeluruh harus dilakukan melalui berbagai program kesehatan, saluran, dan wadah, untuk meningkatkan kesadaran pemangku

Bayi dan Kelainan Bawaan

Info

Page 38: Samaritan edisi 1 2015,pdf

38 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

kepentingan terkait dan masyarakat. Selain itu juga perlu ada pelayanan cukup dan tepat guna untuk menekan dampak kelainan bawaan pada kehidupan anak.

Program kesehatan remaja yang kini banyak dilaksanakan di berbagai negara merupakan kesempatan untuk memperkenalkan konseling pranikah dan pelayanan prakonsepsi yang mengedepankan gaya hidup sehat, gizi berimbang dengan konsumsi asam folat (terdapat dalam sayuran, buah dan kacang-kacangan), tak ketinggalan pengendalian konsumsi tembaku dan alkohol, obesitas, diabetes, serta imunisasi rubella. Upaya-upaya pencegahan ini sekaligus mencegah kelahiran prematur atau kelahiran berberat badan rendah, serta menekan angka kematian bayi.

Ada beragam cara mencegah dan mengendalikan kelainan bawaan dengan sumber daya yang terjangkau. Beberapa di antaranya terbukti efektif bagi berbagai keadaan sosial-ekonomi. Konsumsi asam folat sebelum dan pada awal kehamilan sangat berpengaruh mengurangi risiko kelainan tabung saraf. Fortifikasi makanan dengan asam folat dan zat besi adalah upaya yang murah dan efektif. Kecukupan konsumsi zat besi mencegah anemia dan kelemahan fisik dan mental. Kelainan mental karena kekurangan yodium dapat dengan mudah diatasi melalui penambahan yodium pada garam.

Sindroma rubella bawaan/congenital rubella syndrome (CRS) berkaitan dengan

kelainan bawaan, seperti katarak, gangguan pendengaran, dan kelainan jantung, dapat dicegah dengan imunisasi rubella pada wanita usia produktif sebelum mereka hamil. Beban CRS di kawasan Asia Tenggara diperkirakan mencapai 48 persen dari beban dunia. WHO menjadikan pengendalian rubella sebagai prioritas dan bekerja dengan negara anggota untuk program imunisasi rubella.

Kelainan bawaan yang dipengaruhi keadaan lingkungan memerlukan peraturan pengendalian penanganan bahan kimia yang lebih kuat. Kelainan bawaan, seperti thalassemia dan sickle cell diseases memerlukan upaya gabungan screening, konseling, dan diagnosis prakelahiran.

Upaya kesehatan dasar perlu diperkuat guna memastikan ketersediaan perawatan dan penatalaksanaan bagi kelainan bawaan. Obat dengan harga terjangkau, perawatan bedah serta rehabilitasi bebasis masyarakat dapat membantu meningkatkan kesehatan dan mutu kehidupan anak yang lahir dengan kelainan bawaan, serta keluarga mereka. Deteksi dini kelainan bawaan sangat penting agar perawatan dapat dilakukan sesegera mungkin, sehingga anak dapat mencapai kemampuan maksimal.

Rencana Nasional

Mengenali adanya kebutuhan untuk mencegah dan mengendalikan kelainan bawaan, negara-negara anggota WHO di kawasan Asia Tenggara telah mengembangkan rencana nasional. Berbagai upaya dilakukan

Info

Page 39: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 39

untuk meningkatkan sistem registrasi dan surveilance, membangun kapasitas dan kepakaran untuk pencegahan dan penatalaksanaan kelainan bawaan, didukung dengan kapasitas riset yang lebih baik.

Walau memberi dampak yang besar, kelainan bawaan masih kurang diperhatikan. Peringatan Hari Kelainan Bawaan Sedunia pada 3 Maret 2015 merupakan upaya peningkatan kesadaran tentang kelainan bawaan dan advokasi bagi pengembangan dan pelaksanaan program pencegahan di fasilitas upaya kesehatan dasar serta perluasan pelayanan referal dan perawatan untuk penyandang kelainan bawaan.

Hari Kelainan Bawaan Sedunia adalah inisiatif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan 11 organisasi kesehatan global lain, seperti US Centers for Disease Control and Prevention, International Clearinghouse for Birth Defects, National Birth Defects Prevention Network, dan European Surveillance of Congenital Anomalies.

Pengendalian kelainan bawaan adalah salah satu bagian kunci pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium ke-4, mengurangi angka kematian anak, yang merupakan komitmen semua negara di dunia. Penurunan angka kematian balita telah cukup baik, namun tidak begitu dengan bayi yang baru lahir. Di kawasan ini, angka kematian balita menurun dari 118 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 1990 menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup pada 2013. Pada periode yang sama, angka

kematian bayi yang baru lahir sebesar 47 per 1.000 kelahiran hidup hanya menurun hingga 26 per 1.000 kelahiran hidup dengan angka yang statis bagi kematian yang disebabkan oleh kelainan bawaan.

Kematian dan disabilitas anak karena kelainan bawaan dapat dicegah. Kurangnya perhatian terhadap masalah kesehatan masyarakat ini tak dapat ditoleransi. Ini waktunya pemerintah, program kesehatan, keluarga serta individu bersatu mencegah kelainan bawaan.

                

Sumber: Berita Satu.Com/Blog Poinan Khet-rapal Singh, Direktur Regional WHO untuk

KawasanAsia Tenggara

 

Info

Page 40: Samaritan edisi 1 2015,pdf

40 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Tanaman yang juga banyak manfaatnya bagi kesehatan adalah avokad (Persea americana Mill). Buah ini dengan mudah

dijumpai di pasar tradisional, pedagang buah, sampai supermarket dengan harga murah, karena pertumbuhannya tersebar di seluruh Indonesia.

Tanaman yang dapat diperbanyak dengan biji, okulasi, dan cara enten ini, bila sudah dewasa tingginya mencapai 3-10 meter. Avokad tumbuh dengan baik di lapisan tanah yang gembur dan subur, lebih bagus lagi pada iklim yang sedikit sejuk.

Bila hendak memperbanyak melalui biji, pilihlah dari buah yang sudah cukup masak serta berasal dari pohon yang kuat dan sehat pertumbuhannya. Setelah biji dikupas, segera semaikan dalam keranjang atau kantung plastik yang telah diisi tanah bercampur kompos.

Namun perbanyakan sebenarnya paling baik dengan cara vegetatif, dengan membuar sambungan (grafting) maupun okulasi pada batang pohon baian bawah. Bibit kemudian ditanam dengan ukuran lubang 40x40x40 cm, dengan jarak tanam 8-10 meter.

Tanaman yang masih muda perlu

perlindungn terhadap angin, dan pemupukan dilakukan dua bulan sebelum berbunga. Pohon mulai berbuah setelah lima tahun, sampai berumur 25 tahun. Produksi tiap tahun bisa mencapai 100-120 buah per tahun.

Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan buah. Dalam buku Taman Obat Keluarga edisi II terbitan Depkes, disebutkan daun avokad bisa digunakan untuk mengobati sariawan mulut, kencing batu, dan juga berfungsi diuretik.

Buah berkhasiat

Sementara Dra Emma S Wirakusumah MSc dari Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB menyebutkan, buah avokad mengandung asam lemak tidak jenuh, yang membantu menurunkan kolesterol darah.

Dalam daging buahnya, juga dijumpai mineral zat besi yang berfungsi mencegah anemia dan untuk regenerasi darah. Ada juga magnesium dan kalsium yang membantu pertumbuhan tulang dan gigi.

Kandungan vitamin E-nya bersifat antioksidan sehingga mencegah penuaan dini,

Khasiat Buah Avokad

Info

Page 41: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 41

vitamin C memperkuat pertahanan tubuh, sedang B6 membantu metabolisme.

Avokad juga kaya karbohidrat. Dalam homepage avoinfo disebutkan, makan buah avokad sangat membantu penderita diabetes, karena kebutuhan kalorinya dapat terpenuhi tanpa harus khawatir karena serangan jantung. Soalnya, buah ini kaya karbohidrat dan mengandung lemak tak jenuh tunggal yang mengurangi risiko serangan jantung.

Ragamnya mineral, vitamin, maupun zat-zat yang yang dibutuhkan tubuh lainnya, membuat bayi yang sudah bisa menerima makanan padat juga bisa disuapi avokad. Avokad bisa diberikan setelah bayi berumur enam bulan.

Kalau pada orang dewasa buah avokad bisa dikonsumsi segar (dengan mengerok daging buahnya), dibuat juice, atau dicampurkan dalam salad, maka untuk bayi dianjurkan dipanggang atau dikukus terlebih dahulu. Sesuadah itu baru diambil daging buahnya, lalu dihancurkan dengan garpu atau blender. Untuk bayi, sebaiknya tidak ditambahkan gula maupun penambah rasa lainnya.

Avokad itu mengandung semua zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Dalam sebuah avokad ukuran sedang (100 gram) terkandung protein (4 gram), serat (10 gram), kalium (1,204 mg), fosfor (82,4 mg), magnesium (78,4 mg), kalsium (22 mg), natrium (20 mg), zat besi ( 2 mg) dan asam folat (124,6 mg) serta vitamin dan mineral lainnya.

Untuk ibu hamil: sangat baik dikonsumsi sejak awal kehamilan, karena membantu proses tumbuh kembang janin. Kandungan asam folatnya memenuhi 8% kebutuhan asam folat harian ibu hamil.

Untuk bayi: Bagus sebagai makanan padat pertama, karena tekstur daging buahnya yang halus dan lembut seperti krim. Kandungan lemak “baik” nya membantu mengoptimalkan tumbuh-kembang otak serta sistem saraf pusat bayi.

Sumber: www.kompas.com/*tnp.

Khasiat Buah Avokad

Page 42: Samaritan edisi 1 2015,pdf

42 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Cara berobat dengan BPJS

Peserta BPJS adalah  setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Artinya, dengan BPJS, semua masyarakat bisa menikmati perlindungan jaminan kesehatan dengan biaya terjangkau.

Kepesertaan BPJS Kesehatan bersifat wajib, meskipun yang bersangkutan sudah memiliki jaminan kesehatan lain. Sesuai peraturan perundangan untuk Pekerja Penerima Upah (PPU) dari BUMN, BUMD, badan usaha skala besar, sedang, maupun kecil, wajib mendaftarkan pegawainya paling lambat sebelum 1 Januari 2015. Bagi masyarakat yang merupakan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja, paling lambat adalah 1 Januari 2019.

Syarat utama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari BPJS adalah memiliki kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai bukti pasien sudah terdaftar menjadi anggota BPJS.

Untuk lebih lengkapnya berikut beberapa tata cara menggunakan BPJS Kesehatan:

-Pastikan Anda membawa kartu BPJS Kesehatan saat berobat ke dokter, puskesmas, maupun klinik untuk memperoleh pelayanan kesehatan tanpa dipungut biaya. Harus memiliki surat rujukan dari klinik, puskesmas, maupun dokter yang telah dipilih.

-Untuk melakukan rawat jalan atau penanganan lebih lanjut, seperti rawat inap di rumah sakit, sebaiknya pasien terlebih dahulu mempersiapkan kelengkapan dokumen. Kelengkapan itu diperlukan untuk mempermudah proses administratif saat Anda harus dirawat di rumah sakit.

Prosedur/Alur Berobat dengan Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS) di Rumah Sakit

Berobat di Puskesmas (Faskes Tingkat I)

Jika Anda sedang sakit dan ingin memeriksakan kondisi ke dokter, langkah awal harus datang ke puskesmas (atau faskes tingkat I lainnya) terlebih dahulu. Di puskesmas, harus

Tip Berobat dengan BPJS

Info

Page 43: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 43

menunjukkan kartu puskesmas dan kartu BPJS, kemudian menunggu sampai dipanggil masuk ke ruang dokter. Di ruang dokter, dokter akan memeriksa apakah pengobatan cukup dilakukan di puskesmas atau perlu dirujuk ke RSUD (faskes tingkat II). Jika dirujuk ke RSUD pastikan surat rujukannya sudah distempel.  

Apabila  terjadi  perbedaan  alamat KTP dan lokasi faskes I, peserta dapat memilih Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai dengan alamat domisili terakhir (tidak harus sama dengan alamat pada KTP Peserta).

Selama peserta berobat ke faskes yang sudah ditunjuk, proses jaminan kesehatan BPJS dapat dilakukan. Jika  Anda sedang di luar kota kemudian sakit, sedangkan Faskes I ada di daerah lain,  BPJS berlaku secara nasional. Peserta harus datang dahulu ke kantor BPJS terdekat. Kantor BPJS akan menunjukkan Faskes I yang bisa digunakan untuk mendapatkan layanan kesehatan. Jadi, pada prinsipnya, di lokasi mana saja di Indonesia peserta dapat menggunakan BPJS. Bila Anda ingin mengganti  Faskes I,  harus menjadi peserta BPJS  selama minimum 3 bulan.

Berobat di RSUD (Faskes tingkat II)

Jika pengobatan untuk penyakit Anda tidak mampu dilakukan di puskesmas, Anda akan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) atau Fasilitas Kesehatan Tingkat II lainnya yang bekerja sama dengan BPJS. Perlu diketahui, tidak semua rumah sakit swasta bekerja sama dengan BPJS.

Mendaftar di loket pendaftaran, untuk memperoleh Kartu Rumah Sakit, setelah itu menuju loket BPJS.

Di loket jaminan harus disiapkan: kartu rumah sakit, fotokopi KTP dan Kartu Keluarga (KK), fotokopi kartu BPJS , fotokopi surat rujukan puskesmas, siapkan dengan 2 rangkap atau lebih.

Setelah antre di loket jaminan, Anda akan memperoleh Surat Jaminan yang disebut Surat

Elijibilitas Peserta (SEP). SEP hanya berlaku satu hari. Jika besok harus kembali lagi, Anda harus antre lagi untuk mendapatkan SEP.

Langkah berikutnya adalah pergi ke poli yang Anda tuju. Serahkan SEP ke perawat dan menunggu panggilan dokter sesuai nomor antrean.

Di ruang dokter Anda harus ceritakan kondisi dan keluhan, nanti dokter akan mendiagnosa penyakit Anda, kemudian akan memberikan resep obat. Mungkin Anda butuh pemeriksaan labolatorium (lab). Jika Anda dapat formulir lab, pastikan sudah distempel poli.

Setelah dari ruang dokter, Anda harus kembali  lagi ke loket jaminan yang pertama tadi untuk legalisasi resep. Di sini Anda harus siapkan SEP dan resep yang sudah distempel poli, siapkan 2 rangkap (fotokopi) atau ikuti aturan di RSUD.

Setelah resep dilegalisasi, pergilah ke apotek rumah sakit untuk mendapatkan obat. Jika pengobatan yang Anda butuhkan tidak tersedia di RSUD, barulah dokter akan merujuk Anda ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional yaitu RSCM (Faskes tingkat III). Pastikan surat rujukan sudah distempel.

Berobat di RSCM (Faskes Tingkat III)

Lakukan pendaftaran pasien baru untuk mendapatkan Kartu Rumah Sakit, kemudian mengambil nomor antrean untuk mendapatkan SEP. Untuk mendapatkan SEP, Anda harus tunjukkan semua dokumen asli (tidak perlu fotokopi) berikut ini: Kartu Rumah Sakit, KTP, kartu BPJS , rujukan puskesmas, dan rujukan RSUD.

-SEP Anda dapat terdiri atas 3 rangkap, warna putih, merah, dan kuning. Fotokopi SEP 2 kali untuk keperluan legalisasi resep.

 -Pergilah ke poli yang Anda tuju dan serahkan kartu rumah sakit dan SEP asli yang putih. Menunggu antrean untuk masuk

Page 44: Samaritan edisi 1 2015,pdf

44 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

ke ruang dokter.

-Di ruang dokter, dokter akan memberikan resep, setelah itu menyerahkan SEP (asli dan fotokopi) dan resep  untuk distempel.

-Untuk legalisasi resep , harus memiliki 3 lembar SEP (warna merah merah asli dan fotokopinya dua kali) dan resep asli dan fotokopinya dua kali, juga foto kopi untuk legalisasi, dan pengguna BPJS menuju ke apotek , untuk mengambil obat.

Berobat bagi Pasien Kronis

Dalam keadaan darurat pelayanan kesehatan dapat diakses pada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan. Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan, dengan menunjukkan kartu BPJS.

Kriteria kegawatdaruratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan akan segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dalam

kondisi dapat dipindahkan, misalnya terjadi kecelakaan, terjadi serangan jantung, serangan stroke, atau setiap pasien yang terancam nyawanya.

Mintalah Surat Rekomendasi Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) kepada petugas BPJS di Rumah Sakit. Minta dokter DPJP Anda untuk mengisi surat tersebut, yang diisi biasanya nama pasien dan pasien butuh pengobatan jangka panjang. Setiap kali Anda berobat ke Rumah Sakit, tunjukkan Surat Rekomendasi  Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) kepada petugas jaminan.

Pelayanan yang Tidak Dijamin yakni pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana dalam peraturan berlaku, pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat, pelayanan kesehatan yang telah dijamin program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja, pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri, pelayanan kesehatan untuk

Page 45: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 45

tujuan kosmetik dan/atau estetik, pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan), pelayanan meratakan gigi (ortodonsi), gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol, gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri, pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment/HTA), pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian luar biasa/wabah.

Layanan untuk Ibu hamil

Untuk memeriksakan kehamilan, datang langsung ke fasilitas kesehatan tingkat pertama yang tercantum di kartu BPJS Kesehatan Anda atau jejaringnya. Jika terdapat masalah medis dalam kehamilan yang tidak dapat ditangani fasilitas kesehatan tingkat pertama, dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama akan memberi surat rujukan ke fasilitas tingkat lanjutan.

Pelayanan yang dijamin meliputi: pelayanan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) untuk menjaga kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi, persalinan, pemeriksaan bayi baru lahir,  pemeriksaan pascapersalinan (postnatal care/PNC) terutama selama nifas awal selama 7 hari setelah melahirkan, dan pelayanan KB.

Pelayanan ANC dan PNC dapat dilakukan di fasilitas kesehatan pertama seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga. Pemeriksaan ini dilakukan di tempat yang sama, kecuali dalam keadaan darurat. Tujuannya agar ada keteraturan pencatatan pantograf, monitoring perkembangan kehamilan, dan memudahkan administrasi klaim kepada BPJS Kesehatan. Perlu diketahui, pemeriksaan ANC di tingkat lanjutan hanya dapat dilakukan jika terdapat indikasi medis yang mengharuskan mendapat penanganan

spesialis di fasilitas kesehatan lanjutan.

Persalinan normal diutamakan dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Penjaminan persalinan normal di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan hanya dapat dilakukan dalam kondisi darurat. Yang dimaksud kondisi darurat adalah perdarahan, kejang pada kehamilan, ketuban pecah dini, gawat janin, serta kondisi lain yang mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayi.

Jika dokter/bidan yang memeriksa pasien peserta BPJS Kesehatan memvonis persalinan bisa dilakukan secara normal tapi pasien meminta tindakan caesar, biayanya tidak dapat ditanggung BPJS Kesehatan.

Penjaminan untuk bayi baru lahir yakni bayi anak kesatu  sampai dengan anak ketiga dari peserta  pekerja penerima upah secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan.  Anak keempat  atau lebih dari peserta penerima upah dijamin hingga hari ketujuh sejak kelahirannya dan harus segera didaftarkan sebagai peserta. Apabila tidak didaftarkan hingga hari ketujuh sejak kelahirannya,  bayi tersebut tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan.

Jika Anda terdaftar sebagai anggota BPJS, jangan lupa membayar iuran secara teratur dan tepat waktu. Pembayan paling lambat di setiap tanggal 10 setiap bulannya. Jika melewati tanggal tersebut akan dikenakan denda 2 persen.

Untuk pembayaran, BPJS telah bekerja sama dengan beberapa bank yaitu Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Pembayaran bisa dilakukan dengan mendatangi ke salah satu bank tersebut. Selain dengan cara mendatangi kantor bank pembayaran BPJS juga dipermudah dengan cara bayar BPJS melalui ATM dan juga Internet Banking.

Sumber: Satu Harapan.Com - 21 April 2015

Info

Page 46: Samaritan edisi 1 2015,pdf

46 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Suku Ternate merupakan suku bangsa yang berdiam di Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara, dan sekitarnya, dengan

populasi sekitar 50.000 jiwa. Bahasa ibu orang Ternate adalah Bahasa Ternate, yang banyak memengaruhi bahasa Melayu Maluku Utara, yakni bahasa persatuan di Maluku Utara. Mata pencaharian orang Ternate, terutama adalah bertani dan melaut (mencari ikan). Komoditas pertanian yang terkenal dari kawasan ini adalah cengkeh, kelapam dan pala. Orang Ternate juga dikenal sebagai pelaut yang ulung. Menurut sensus 2010, 97% suku ternate memeluk Islam, sisanya Kristen Protestan dan sejumlah agama lainnya.

Sejarah Suku Bangsa Ternate

Sebelum masuknya Islam dan berdirinya Kesultanan Ternate, masyarakat Ternate terbagi dalam empat kelompok sosial masyarakat, yakni:

»Tubo, penduduk yang mendiami kawasan puncak/lereng sebelah utara Pulau Ternate

»Tobona, penduduk yang mendiami kawasan lereng sebelah selatan, di Foramadiyahi.

»Tabanga, penduduk yang berdiam di kawasan pantai bagian utara, dan

»Toboleu, penduduk yang menempati kawasan pesisir pantai timur di Ternate.

Keempat kelompok besar masyarakat tersebut terbagi-bagi lagi ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil, yang mendiami kawasan yang disebut gam. Penghuni gam umumnya terdiri dari beberapa keluarga/kerabat, yang dalam bahasa setempat disebut sebagai soa (kelompok marga).

Setiap soa dipimpin oleh seorang fanyira, dan para kepala soa atau fanyira tersebut dibawah kepemimpinan seorang momole (kepala kampung). Kata “momole” sendiri diambil dari kata “tomole”, yang berarti kesaktian atau kehebatan. Jadi, secara harfiah, “momole” berarti orang yang dipilih sebagai pemimpin karena mempunyai kelebihan kesaktian dalam berbagai hal.

Di antara kelompok-kelompok yang pada waktu itu masih menjalankan sistem pemerintahan yang sederhana tersebut, terkadang terjadi pertentangan demi memperebutkan hegemoni. Setelah masuknya

Dari Suku ke Suku

Suku TernateMempunyai Kelebihan

Page 47: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 47

agama Islam, sistem pemerintahan Momole berubah. Keempat momole tersebut, bergabung dan dipimpin oleh seorang “kolano”. Seiring perkembangan dan menguatnya pengaruh Islam terhadap kehidupan sosial masyarakat Ternate, dan wilayah di sekitarnya, yakni Tidore, Bacan, dan Jailolo, berkembang juga pemerintahan-pemerintahan lokal dibawah para kolano.

Dalam perkembangan selanjutnya, keempat kolano yang masing-masing membawahi wilayah Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo, bersepakat untuk bergabung membentuk “konfederasi” persekutuan, yang disebut dengan persatuan “Moloku Kie Raha”. Pada saat penggabungan ini, Ternate dipimpin oleh kolano ke-7 yang bernama Kolano Sida Arif-ma-Lamo, yang dinobatkan pada 1322, dan memerintah selama 9 tahun (1322-1331). Dalam konfederasi ini, sistem pemerintahan di Ternate dan wilayah lainnya semakin disempurnakan.

Pada 1486, pada kepemimpinan kolano ke-19, kolano waktu itu, Zainal Abidin, merupakan pemimpin Ternate yang pertama mengenakan sebutan “Sultan” untuk

pemimpin pemerintahan, sekaligus merubah bentuk pemerintahan ke-kolano-an menjadi “kesultanan”. Sultan Zainal Abidin memerintah dari 1486-1500, dan bergelar Paduka Sri Sultan Zainal Abidin.

Dalam struktur kepemimpinan tradisional kesultanan Ternate, terdapat semacam “Dewan Rakyat” yang disebut dengan “Gam Raha”. Gam Raha merupakan dewan dengan empat perwakilan kelompok masyarakat yang menyokong kesultanan Ternate, yakni:

» Soa-Sio, yakni komunitas masyarakat yang terdiri dari 9 kelompok Soa/distrik yang berada di wilayah pusat kesultanan.

» Sangadji, yakni komunitas beberapa distrik di negeri seberang/ wilayah taklukkan.

»Heku, yakni komunitas masyarakat Ternate yang wilayahnya mulai dari Ake Santosa

» (sekarang Kelurahan Salero) ke utara hingga ke pulau Hiri termasuk Halmahera Muka.

»Cim, yakni komunitas masyarakat dari Ake Santosa ke salatan hingga mencapai batas desa Kalumata.

Page 48: Samaritan edisi 1 2015,pdf

48 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Gam Raha berfungsi mensahkan calon sultan. Dalam tradisinya, calon pengganti sultan umumnya adalah anak-anak lelaki putera sultan, tidak hanya yang tertua, tapi semua anak laki-laki sultan punya kesempatan yang sama. Jika dalam garis pertama ini tidak ditemukan, maka bisa bergeser ke anak-anak dari kakak sultan atau anak-anak dari adik sultan (keponakan), bahkan bisa saja langsung lompat ke cucu sultan (sesuai catatan sejarah silsilah para raja-raja di Ternate). Meskipun telah ditetapkan adat, calon Sultan itu harus disahkan oleh Gam Raha.

Para calon diajukan oleh pihak Soa-Sio dan Sangaji. Selanjutnya apabila calon tersebut ditolak oleh pihak Heku dan Cim, maka harus diganti. Sistem ini merupakan keunikan dan ciri khas “demokrasi” ala Ternate, di mana sistem pemerintahan adalah berbentuk monarki, tetapi pewaris kekuasaan dilakukan melalui pemilihan/penunjukan dari Gam Raha, berdasarkan kriteria tertentu.

Dokter membolos

Persoalan paling krusial dihadapi masyarakat pulau-pulau kecil di Maluku Utara, selain masalah transportasi juga di bidang kesehatan. Jangankan pulau-pulau kecil di luar wilayah administrasi kota Ternate. Yang masuk wilayah kota Ternate juga memiliki problem yang sama. Di Kota Ternate dengan tiga pulau kecil, menghadapi masalah cukup serius di bidang kesehatan. Pulau Hiri, Moti dan Batang Dua ternyata memiliki problem akut terkait ketersediaan tenaga kesehatan dan dokter.

Di Pulau Batang Dua, pernah, karena dokter yang ditempatkan ke pulau ini lari dari tugas membuat sejumlah tenaga perawat ikut lari meninggalkan tempat tugas mereka. Di Puskesmas Mayau ibukota kecamatan Batang Dua, ada dokter yang ditolak warga, karena mereka kecewa dengan dokter tersebut yang sering meninggalkan tugas berbulan-bulan alias membolos. Karena tidak ada dokter dan perawat, warga yang sakit dan butuh

perawatan harus datang ke RSUD Hasan Bosoirie di Ternate. Dengan begitu tentu harus menyeberang laut dengan konsekuensi biaya cukup besar. Ini belum termasuk biaya pengobatan di Ternate.

Kecamatan Batang Dua dengan ibukota di Mayau ini, Puskesmasnya memberikan pelayanan pada dua pulau yakni Tifure dan Batang Dua. Total dua pulau ini memiliki penduduk mencapai 1500 Kepala Keluarga (KK). Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, mereka saat ini perlu mendapat perhatian. Pasalnya jika sakit dan membutuhkan perawatan cepat mereka mengalami kesulitan, penderita harus dibawa ke Ternate dengan menggunakan kapal fery.

Disamping itu, di kalangan orang Ternate, masih ditemukan anak kurang gizi. Penyebabnya, kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari orang tua dalam memberikan asupan makanan yang bergizi kepada anak dan tidak rutin memeriksakan anak ke pos yandu dan puskesmas setempat.

*/tnp, dari berbagai sumber.

Dari Suku ke Suku

Page 49: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 49

Pelayanan Medis Perkantas Sulawesi Utara Bersyukur untuk pelaksanaan Retret Misi Pra Koass dan Koass Kedokteran Gigi (PSPDG) Unsrat yang boleh berlangsung pada tanggal 1-3 Mei 2015 lalu bertempat di William Resort, Tomohon. Retret ini dilaksanakan untuk mempersiapkan para mahasiswa yang akan memasuki jenjang Koass. Dalam retret ini pun banyak dibagikan mengenai pentingnya peserta memahami panggilan mereka sebagai tenaga medis, khususnya kedokteran gigi. Selain itu ditekankan juga mengenai kepentingan para calon Koass dan Koass untuk mengatur waktu mereka agar sekalipun sibuk tetap memiliki waktu untuk menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan (HPDT) dan juga mempelajari Firman Tuhan (ber-KTB). Bersyukur jika TPMd Perkantas Sulut boleh mengambil bagian dalam retret ini sebagai Pembicara untuk acara penutupan, di mana dalam kesempatan tersebut boleh menolong para peserta untuk memahami arti pemuridan dan mendorong mereka untuk terlibat dalam pelayanan pemuridan. Mohon dukungan doa untuk tindak lanjut retret ini, yaitu KTB-KTB Koass yang baru terbentuk agar dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai kehendak Tuhan.

Bersyukur untuk sekitar 8 orang koass FKU dan FKG Unsrat yang benar-benar memiliki

kerinduan untuk memuridkan adik-adik mahasiswa di kampus mereka. Dalam pertemuan tanggal 18 Mei 2015, terungkap kerinduan mereka untuk meninggalkan “warisan” (Legacy) bagi pelayanan pemuridan di kampus mereka, dengan cara membina seorang atau beberapa orang yang nantinya juga akan cakap mengajar orang lain atau memuridkan mahasiswa kedokteran lainnya (Matius 28:18-20; 2 Timotius 2:2) sehingga visi pemuridan boleh terus berkobar di kampus mereka pada saat mereka harus meninggalkan kampus mereka sebagai alumni nantinya. Doakan komitmen dan kerinduan ke-8 orang ini agar dalam kesibukan mereka sebagai koass mereka masih dimampukan untuk membagi waktu untuk memuridkan dan menjadi mentor bagi adik-adik KTB mereka. Doakan juga para mahasiswa yang sedang dan akan mereka muridkan agar boleh melihat teladan pengalaman akan TUHAN dari ke-8 orang ini.

Bersyukur untuk “Tim Inspire” Alumni MPF, yang boleh terus menjadi motivator dan juga inspirasi bagi pelayanan alumni medis di daerah Sulawesi Utara. Bersyukur untuk pelayana Ibadah Persekutuan Dr/Drg Kristen MPF Manado yang boleh berjalan dengan baik setiap bulannya. Doakan agar semakin lama semakin banyak alumni medis (dr/drg) yang memiliki kerinduan untuk saling bersekutu dan bertumbuh dalam iman. Bersyukur juga untuk tanah Skeretariat MPF yang sudah

Teropong Doa

Page 50: Samaritan edisi 1 2015,pdf

50 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

boleh dibeli, dan saat ini sedang dalam masa persiapan untuk pembangunan bangunan Sekretariatnya. Doakan agar para alumni yang sudah pernah berkomitmen untuk mendukung pengadaan Sekretariat MPF ini boleh digerakkan Roh Kudus untuk mengingatnya dan juga agar boleh semakin banyak lagi alumni medis, khususnya hasil binaan MPF yang boleh digerakkan untuk menjadi donatur bagi kebutuhan biaya pembangunan bangunnan secretariat MPF ini.

Pelayanan Medis Perkantas Medan Bersyukur atas kesempatan yang Tuhan berikan kepada kami boleh melayani di PMdK Medan periode kepengurusan 2013/2015. Bersyukur untuk penyertaan Tuhan dalam pengerjaan setiap program PMdK Medan. Bersyukur untuk kesehatian dan komitmen para pengurus dalam mengerjakan pelayanan di PMdK Medan ditengah kesibukan masing-masing. Saat ini kepengurusan PMdK Medan akan berakhir, kita terus berdoa dan mulai melakukan pensharingan calon pengurus PMdK Medan yang akan melayani di periode 2015/2017, kerinduan kami semakin banyak para tenaga medis (coass, dokter, dokter gigi, perawat) yang mau bergabung dan rindu untuk melayani

di PMdK Medan.

Pada tanggal 13-17 Agustus 2015 PMdK Medan mengadakan Retreat kampus medis. Mohon dukungan doa untuk para panitia agar kiranya tetap setia dalam mengerjakan bagian masing-masing di tengah padatnya jadwal kuliah dan pekerjaan, untuk para pelayan acara (MC, pemusik, singer, moderator) di setiap sesi agar dapat mempersiapkan ibadah dan setiap sesi dengan baik, begitupula para narasumber dalam mempersiapkan materi acara. Doakan pula untuk mahasiswa kampus Medis agar rindu dan dapat ikut serta dalam retreat ini. Mohon dukungan doa juga buat kecukupan dana.

Medical/Healthcare Prayer Fellowship ( MPF ) Manado Suasana Ibadah PA (menggunakan buku PA “Dokter Kristen”)

Page 51: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 51

Humoria

TakutMahasiswi baru: (agak ketakutan) “Minta tanda tangannya, Kak.”Senior sok galak: “Nama saya siapa dulu? Tahu, gak?!”Mahasiswi baru: (semakin takut) “Tahu. Jatmiko.”Senior sok galak: “Pake Kak, dong!”Mahasiswi baru: “Iya. Jatmikok”

Mau Nggak?Cewek#1: “Jadinya cowok lu mau nyusul ke

sini atau nggak?”Cewek#2: “Nggak tau nih, kayaknya dia

masih di kampus deh, HP-nya mati pula gak bisa ditelepon.”

Cewek#1: “Ya udah, apa lo mau gue anterin ke kampus cowok lu?”

Cewek#2: “Nggak usah, deh, kita samperin cowok gue ke kampusnya aja, ya.”

Kecil-kecil AjaCewek: (mengisi TTS) “Yang, pengampunan hukuman apa, ya?”Cowok: “Amnesti.”Cewek: “Cuma lima kotak, kok.”Cowok: “Kalo ‘gitu nulisnya kecil-kecil aja.”

Page 52: Samaritan edisi 1 2015,pdf

52 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Itu Tanggalnya, MasPenumpang pesawat #1: “Maaf, Mbak, tem-pat duduknya nomor 24?”Penumpang pesawat #2: “Iya, Mas (sambil menunjukkan boarding pass), tempat duduk saya nomor 24D.” Penumpang pesawat #1: “Oh, gitu. Saya juga, Mbak. Tempat duduk saya 24DEC.” (juga menunjukkan pass)Penumpang pesawat #2: “Uhm...itu tanggal-nya, Mas. Tempat duduk Mas nomor 7... di depan sana.”

KesianganPembeli #1: “Mas, gak pake daun bawang, ya...”Pedagang soto: “Iya, Mbak...gak ada juga, tadi kesiangan...”Pembeli #2: “Tapi, kalo kecap, masuk kan?”

Sumber: ngupingjakarta.blogspot.com

Page 53: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 53

Kunjungan dr. Lineus Hewis ke JogjaSharing Visi Misi PMK Medis dengan pengurus PMK FK UKDW 15 Maret 2015. Puji Tuhan untuk pekerjaan Tuhan di kampus ini dan dukungan pihak fakultas dan universitas dalam kegiatan PMK. Pembinaan kelompok kecil sudah berjalan dengan beberapa kelompok dipimpin langsung dr. Reka dari PMdK Jogja.

Retret Regenerasi PMKK UGM 14 Maret 2014. Dr. Lineus membagikan tentang Visi Misi PMK Medis, dan pentingnya regenerasi dan transfer visi misi, serta terlibat dalam diskusi lintas generasi dengan dr. Reka, Yudha (co-ass senior), dan Randy (mahasiswa semester 8, mantan ketua PMK) dalam membangun pelayanan di PMK FK UGM. Puji Tuhan atas terpeliharanya PMK di kampus FK UGM selama 27 tahun.

Sharing Visi Misi PMK Medis dengan pengurus PMK FK UKDW 15 Maret 2015. Puji Tuhan untuk pekerjaan Tuhan di kampus ini dan dukungan pihak fakultas dan universitas dalam kegiatan PMK. Pembinaan kelompok kecil sudah berjalan dengan beberapa kelompok dipimpin langsung dr. Reka dari PMdK Jogja.

Antar Kita

“Tanpa Alkitab penginjilan dunia tidak mungkin.

Karena tanpa Alkitab kita tidak memiliki Injil untuk diberitakan

kepada bangsa-bangsa,tidak ada perintah untukmemberitakannya kepadamereka, tidak ada gagasan

bagaimana memulai tugas itu, dan tidak ada harapankeberhasilan apa pun.”

- John R.W. Stott -

Page 54: Samaritan edisi 1 2015,pdf

54 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Antar Kita

Artono Isharanto, SpB, SpBTKV, dr 2 Januari Jessy Ansye Caroles, dr 2 Januari Daniel Huri, dr 3 Januari Sandra Olivia Frans 3 januari Dewi Citra Puspita, dr 5 Januari Setiawan Surjawidjaja, drg 6 Januari Sienny, drg 7 Januari Yenny Tanoyo, dr 7 Januari Yos Bungalangan, dr 7 Januari Jack Poluan, dr 7 Januari Janeline Rivana Sefty Tengor, dr 10 Januari Jeffrey Wibowo, dr 10 JanuariTrijanto Agoeng Noegroho, Mkes, SpKK, dr 12 Januari Yohana Elisabeth Gultom, dr 12 Januari dr. Susi 12 JanuariFernando Rumapea, dr 13 JanuariJulfreser Sinurat, dr 13 januari Mariana Nicolina Sompie,MPH, dr 13 Januari Iiyani Henyda Tarigan, drg 14 Januari Lovina Ria Rumata Pane, dr 14 Januari Sri Sjamsudewi, Sp.Rad, dr (Wiwiek Basir) 15 Januari

Frida Ervina D.Sitorus, SKM 15 Januari Evawanti Sihotang, drg 18 Januari Debora Herawati Sadrach, drg 18 Januari Astuti. H. Toban, dr 20 Januari

Segenap redaksi Majalah Samaritan, Pengurus danPelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Mengucapkan :

Selamat Ulang Tahun

Page 55: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 55

Natalia B. L. Soriton, drg 21 JanuariRhista Christanti S. Putri (Ns) 21 Januari Heriyannis Homenta, M.Biomed, dr 22 Januari Nona Notanubun, K.M.Kes, dr 23 Januari Susanti Trisnadi, drg 24 Januari

Jahja Zacharia, SpA, dr + Tuti dr 24 Januari Kristellina S. Tirtamulia, SpA, dr 27 Januari Lasmauli Situmorang, dr 27 Januari Herawati Lianto, dr 30 Januari MarthalenaSiahaan, S. Kep, Ns 1 FebruariChandrawati Santoso, dr 2 Februari Vera Diane Tombokan 2 Februari Andreas Andoko, dr 3 Februari Lidya Heryanto 3 Februari Prasarita Esti Pudyaningrum, dr 4 Februari Ermawaty Karo-Karo, dr 5 februari Gibson, Pardede, dr 6 FebruariFlorencia Ferdinand Victor Joseph,Dr 7 Februari

Bernard Theodore Ratulangi, SpPK, dr + Relisa Sembiring, drg. 8 Februari

Eventina Doriska Tambunan, drg 8 Februari

Monalisa L. Tobing, dr 8 Februari Andre Reppi, dr 9 Februari Candra Sari Kusumaningrum, dr 9 Februari Galuh, dr 9 Februari Erly Rahayu, dr 10 februari Ice Hendriani S 10 Februari Fitriany Saragih, S.Kep 11 Februari Imelda Rosmaida Siagian, dr 13 FebruariLinda Nieck, drg 13 FebruariLady Margaretha Febriany Sirait , dr 15 februari Eko Wulandari, SpPK, dr 17 Februari Henry Kolondang, SpB, dr 17 Februari

Antar Kita

Page 56: Samaritan edisi 1 2015,pdf

56 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Heri Sutrisno Prijopranoto, Sp.PD, dr 17 Februari Lidia Kartika Perangin – angin, drg 21 Februari dr. Kartika Cindy Fibrian 22 Februari

Amalia Berhimpon, dr 23 FebruariTina Tombokan, dr 24 FebruariLinda Kartika Sari, SpKJ, dr 25 Februari Atmajaya N. Tamba, dr 25 Februari Hendra Ginting, dr 1 MaretMartha Handoko, dr 1 Maret Anugrah Riansari, dr 2 Maret Stephanie Pangau, MPH, dr 5 MaretLianda Tamara, dr 6 Maret Togu Johanes, dr 7 Maret Anggiat Silaen, dr 7 Maret Samuel Sih Reka Prawidya, dr 9 Maret Petriana Primiastanti, SpPK, dr 10 Maret Menny Sri M. Saragih, dr 11 Maret Arny Merylani Kurnia Sinlae, S.Kep, Ns 12 Maret Lusiana Batubara, dr 12 Maret Frans M. Pasaribu, dr 13 Maret Milana W, dr 14 Maret Novian Wibowo, dr, SpS 14 maret Sri Paulina R.U. Kaban, SKM 14 Maret Alva Juan, dr 14 Maret Cornelia Barbalina Parinussa, dr 15 Maret Masye Kalendesang, dr 15 Maret Luli Hanna Restina Panjaitan 17 Maret Sorta Rosniuli Sianturi, dr 17 NaretRachmat Purwata, SpKJ, dr 18 Maret Erika Yohana Magdalena Hutagalung, dr 18 Maret Iswahyudi, Sp.B, dr 22 Maret Martini Rotua Nainggolan, drg 22 Maret Lenny Senduk, dr 22 Maret

Antar Kita

Page 57: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 57

Mario Marbungaran Hutapea, Sp.M, dr 24 Maret

Stephanie Darda Susilowati, dr 25 MaretArnold Radjagukguk, dr 26 Maret Roy Marten Tarigan, dr 26 Maret Fanny Listiyono, dr 27 Maret Grace Kambey, dr 28 Maret Rismauli Aruan, dr 30 Maret Benyamin Sihombing, dr 30 Maret Carolina Damayanti Marpaung, dr (Maya marpaung) 31 Maret

Asrina Veranita, dr 2 AprilSaut Monang Silitonga, dr 2 AprilDina Elizabeth Sinaga, dr 3 AprilEka Yudha Lantang, dr 3 AprilSuleman, dr 3 AprilCindra Paskaria, dr 6 April Herlina Darusman, drg 7 April Arlin Nopalina Hutagalung, dr 7 April Muktar Hutasoit, drg 7 AprilIreine S. C. Roosdy, dr 8 April Maniur Imanda Tobing 8 April Nilawaty, dr 10 April Suzanna P. Mongan, Sp.OG, dr 10 AprilHusein Basri, MSc, M.Kes, dr 11 April Hertina Silaban, dr 13 April Jeng Seriana, drg 14 April Novian Sollina Eoh, dr 14 April Apriani Oendari, dr 17 April Aprinando Tambunan, dr 19 April Ermasanti Puspito, dr 19 April Alfiane Indri Kaunang , dr 20 April Andrey Setiawan, drg 20 April Benyamin Lukito,SpPD, dr 20 April

Antar Kita

Page 58: Samaritan edisi 1 2015,pdf

58 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015

Dolarina De Breving, M. Kes, dr 21 AprilIndra Ariesta Eko Setiawan, dr 24 April Karta Sawenda, dr 25 AprilReyni L. Panjaitan, dr 27 April Valentina Yanti Ruliana T, dr 27 April Mawartih Susanty, dr 28 April Prapti Utami, dr 30 Aprildrg. Onny Surya 30 AprilRut Hanna Barail, dr 1 Mei Kristo Kurniawan, dr 1 Mei Harpina Somba, dr 2 MeiAmelia Louisa Kristiani, dr 2 Mei Sri Anggia Meilyta Hutagalung, dr 3 Mei Adolfina Emilia Wamaer (Ns) 3 Mei Pujianto, Mkes, dr 4 Mei Dede Budiman, SpPD, dr 4 Mei Brillyan Christopher L, dr 8 Mei Frinsca Meithy Pattiasina, drg 8 Mei Naomi Patioran Panggalo, SpM, dr 10 Mei Ie Mien, dr 13 MeiDevi R.M. Tarigan, dr 14 Mei Antonius Wibowo, dr 15 Mei Debora Widiansa Making, dr 16 Mei Benutomo Rumondor, SpB, dr 17 Mei Marthen L. Wattimena, MD, dr 18 MeiNovita Patresia Amba, dr 18 Mei Yessica Meliany, dr 19 Mei Evi Douren, dr 20 Mei Frans Susanto, DR 21 MeiGde Ngurah Indraguna Pinatih, MSc.,Akp.,SpGK, dr, Dr 21 Mei Amelia Juliana Adam, dr 21 Mei drg. Erlisa Sembiring 21 Mei Adrian Gunawan, dr 22 Mei

Antar Kita

Page 59: Samaritan edisi 1 2015,pdf

SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015 59

Ester Lianawati Antoro, dr 22 MeiLangi Surjani, dr 23 Mei Paran Bagionoto, SpB, dr 23 Mei Nina I. S. H. Supit, Sp.Rad, dr 24 Mei Galuh Martin Maytasari, dr 25 Mei Meivie Jeanne Tumiwa, dr 25 Mei Rina Simamora, dr 26 Mei Hotber Pasaribu, dr 27 MeiChitra Meilani Badudu, drg 28 Mei Edi Setiawan Tehuteru, SpA, MHA, IBCLC, dr 29 Mei Ridwan Adisurya, dr 29 Mei Stephen Kuswanto, dr 31 Mei

Antar Kita

Page 60: Samaritan edisi 1 2015,pdf

60 SAMARITAN | Edisi 1 Tahun 2015