Bernas Edisi Maret 2015

34
Menjadi Pelopor Pembangunan Zona Integritas Dari Nusa Tenggara Timur Untuk Nusantara Be rn as Edisi 01 Tahun IV,Nomor 13, Maret 2015 Jabatan Dicinta, Kesempatan Pun Tiba Sambut Asesmen Kompetensi

description

Jabatan Dicinta, Kesempatan Pun Tiba

Transcript of Bernas Edisi Maret 2015

Page 1: Bernas Edisi Maret 2015

Menjadi Pelopor Pembangunan Zona Integritas

Dari Nusa Tenggara Timur Untuk Nusantara

BernasEdisi

01 Ta

hun I

V,Nom

or 13

, Mare

t 201

5

Jabatan Dicinta,Kesempatan Pun TibaSambut Asesmen Kompetensi

Page 2: Bernas Edisi Maret 2015

Http :// ntt.kemenag.go.id

M I S I• Meningkatkan Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama• Memantapkan Kerukunan Intra dan Antar Umat Beragama• Menyediakan Pelayanan Kehidupan Beragama yang Merata dan Berkualitas• Meningkatkan Pemanfaatan dan Kualitas Pengelolaan Potensi Ekonomi

Keagamaan • Mewujudkan Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah yang Berkualitas dan

Akuntabel• Meningkatkan Akses dan Kualitas Pendidikan Umum Berciri Agama, Pendidikan

Agama pada Satuan Pendidikan Umum dan Pendidikan Keagamaan• Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan yang Bersih, Akuntabel dan Terpercaya

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMAPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V I S ITerwujudnya Masyarakat

Nusa Tenggara Timur Yang Taat Beragama, Rukun,Cerdas, dan Sejahtera Lahir

Batin dalam Rangka Mewujudkan Indonesia yang

Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan

Gotong-Royong

Page 3: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

1

Membangun Masyarakat Beragama NTT Beriman, Cerdas, Rukun, dan Sejahtera

Pelindung :Kepala Kantor Wilayah

Kementerian AgamaProvinsi Nusa Tenggara Timur

(ex-officio)

Penanggungjawab :Kepala Bagian Tata Usaha

Kantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi Nusa Tenggara Timur

(ex-officio)

Pemimpin Umum :Drs. Sarman Marselinus

Wakil Pemimpin Umum:H. Hasan Manuk, S.Pd, M.Pd

Pemimpin Redaksi./Redaktur Pelaksana :

John. B. Seja

Dewan Redaksi :Yohanes F. G.M. Wassa

Yos SudarsoBobby Babaputra

Ivony BlegurGenoveva Menggol

Robertus FidiantoPaskalis F. Gara

Sirkulasi :Genoveva Menggol; Ivony Blegur

Design Grafis/Layout/ Foto :Paskalis F. Gara

Kontributor Daerah :Kantor Kementerian Agama Kabupaten/

Kota dan Madrasah Negeri se-NTT

ALAMAT REDAKSI/ SIRKULASI :Subbag Informasi dan Humas

Kanwil Kementerian Agama NTTJl. Frans Seda Kupang,

Telp/Fax [email protected]

Diterbitkan sebagai Media Komunikasi dan Informasi

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur

PERCETAKAN : CV. INARApublishing

Redaksi menerima berita, opini, baik dari kalangan internal maupun dari penulis di luar lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai dengan misi penerbitan majalah ini. Redaksi berhak melakukan editing tanpa mengubah isi dan struktur naskah. Naskah yang tidak dimuat tidak dikembalikan

DITERBITKAN OLEH SUB BAGIAN INFORMASIDAH HUBUNGAN MASYARAKAT

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMAPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Salam Redaksi

Salam sejahtera.

Pembaca nan budiman.

Majalah BERNAS di tangan pembaca kali ini hadir dalam wa-jah yang berbeda karena perubahan secara signifikan pada sisi terbitan dan perwajahan. Sebelumnya BERNAS tampil

setiap enam bulan, kini BERNAS hadir setiap bulan. Rubrikasi yang di-tawarkan pun lebih sederhana dan mengikuti trend terbitan majalah Kemenag tahun 2015.

Setelah mengalami vacum penerbitan di tahun 2014, kini BERNAS ha-dir kembali, walaupun terlambat. Better late than never. Informasi yang disajikan kami bingkai dalam tema mutasi dan pelantikan peja-bat. Fokus pemberitaan dibatasi pada peristiwa bulan Maret 2015.

Kami berupaya menghadirkan tulisan bertutur yang singkat, na-mun tidak mengurangi esensi pesan yang ingin disampaikan. Walau demikian, pada rubrik fokus utama dan liputan khusus, kami tetap mempertahankan gaya penulisan formal khas majalah dinas.

Aneka informasi seputar Kanwil Kemenag Provinsi NTT secara lebih dominan kami tampilkan. Juga beragam kisah tentang peristiwa yang terjadi di Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota se-NTT dirilis dalam langgam berita, yang diperkaya variasi gambar dan foto.

Untuk menjawabi kebutuhan pembaca yang memerlukan sesuatu yang lebih rekreatif dan inspiratif, kami hadirkan pula ruang humor dan sahabat BERNAS. Sebagai catatan akhir, kami suguhkan pula bi-anglala, pelangi warna-warni yang menghantar pembaca ke alam re-fleksi.

Kami yakin, terbitan kali ini masih jauh dari sempurna. Perbaikan dan perubahan masih sangat diperlukan. Kami yakin, waktu akan meny-empurnakan majalah kita. Semoga BERNAS edisi Maret ini mendapat tanggapan positif dan memberikan manfaat bagi kita semua. Selamat membaca.

Redaksi

1

Page 4: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

2

DAFTAR ISI

Salam Redaksi 1

Daftar Isi 2

Editorial 3

Fokus Utama 4-8

Ssst,Ini Bukan SARA 9

Liputan Khusus 10-13

Bidik Lensa 14-17

Seputar Kanwil 18-21

Lintas Flobamora 22-27

Sahabat BERNAS 28-29

Bianglala 30

Fokus Utama Hal. 4 - 8

Liputan Khusus Hal. 10 - 14

Sahabat BERNAS Hal. 28 - 29

Jabatan Dicinta, Kesempatan Pun Tiba

“Prinsip the right man on the right place dewasa ini patut dikede-pankan. Bukan lagi sekedar jargon belaka, tetapi harus dimaknai sebagai hasil dari sebuah sistem manajemen personalia yang bermuara pada peningkatan kapasitas SDM secara perorangan demi mencapai tujuan dan perkembangan organisasi.”

Isi Kekosongan, Kakanwil Lantik Kepala Kantor Kemenag

Mutasi Sebagai Sebuah Lembaran BaruSejenak Bersama Sipri Muda Hondo“Yang dibutuhkan adalah pembiasaan diri, ketekunan dan belajar tanpa henti. Pengalaman membuktikan bahwa setiap tugas yang baru, tempat yang baru dan pekerjaan yang baru adalah unik dan memiliki ciri khas tersendiri. Pemaknaan akan nilai pada situasi dan kondisi yang berbeda membantu sesorang untuk lebih memperkaya diri dan menunjang tugas dan pekerjaannya.”

Page 5: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

3

“Demi Allah, saya bersumpah, bahwa saya, tidak akan menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga, yang saya tahu atau patut dapat mengira, bahwa ia mempunyai

hal yang bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan saya... Bahwa dalam menjalankan jabatan atau pekerjaan, saya senantiasa akan lebih mementingkan Negara daripada kepentingan saya send-

iri, seseorang atau golongan…”

Komitmen Pada Sumpah Editorial

Mutasi! Bagi sebagian orang, gentar dengan kata ini. Hingga ada ang-gapan kalau mutasi konon seperti

memakan buah simalakama, dimakan ibu mening-gal, tidak dimakan ayah meninggal. Dua pilihan yang sama-sama tidak nyaman.

Peristiwa mutasi, pastilah diikuti dengan pelan-tikan dan pengambilan sumpah. Terutama jika mutasi itu dalam arti promosi, penghargaan atas prestasi kerja. Di sini mungkin dilema simalakama tidak men-jadi tantangan. Sebaliknya sangat dinantikan karena membanggakan sekaligus memberikan harapan akan perbaikan kesejahteraan.

Pengambilan sumpah Jabatan merupakan satu moment penting karena ini bagian dari persyaratan untuk menduduki jabatan tertentu. Hanya saja apakah disadari secara substantive makna isi dari sumpah itu atau barangkali hanya dipahami sebagai persyaratan adminstratif semata.

Terbesit pertanyaan, masihkah sumpah itu memberi arti sebagai “guidance” bersikap dan bertin-dak? Terutama ketika fakta di negeri ini menunjukan banyak aparatur negara, terkesan mengabaikannya. Berbagai tindakan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) seolah menjadi fenomena lazim. Sumpah tampaknya hanya riuh di saat berkumandang tetapi senyap di saat implementasinya.

Sumpah seringkali tinggal kenangan ketika ter-jadi pertentangan kepentingan. Conflict of interest adalah perang abadi dalam diri, sebagai konsekuensi eksistensinya sebagai makhluk yang kompleks. Maka bingkai aturan adalah salah satu pertolongan agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Pertanyaan lanjutnya adalah apakah aturan sudah menjadi priori-tas dalam pengambilan kebijakan dan implementasi praksisnya?

Ketika berada dalam posisi sulit, terutama menyangkut kesejahteraan diri dan keluarga, tentu saja dilema simalakama akan terasa sekali. Dengan mudah seorang pejabat akan jatuh ke dalam godaan untuk menyenangkan diri. Karena bukankah dua mainstream manusia itu adalah pertama, mencari

kenikmatan dan kedua, menghindari rasa sakit? Dan ini justru mendapat pembenaran oleh argumentasi rasional. Ketika seseorang diajukan sebagai terduga bahkan tersangka hingga terdakwa dalam pelanggaran sumpah, bukankah masih diperbolehkan mengajukan argumen, saksi dan bukti yang meringankan?

Blaisse Pascal mengajukan gagasan yang relevan dengan masalah KKN aparat negara dewasa ini. Dalam pergumulan filosofisnya, Pascal mengungkapkan bahwa kebenaran ditentukan bukan hanya oleh nalar otak atau intelektual semata, tetapi terutama oleh apa yang disebut nalar hati atau nalar rasa, raison du coeur. Ketika dua macam nalar ini disatukan, maka apa yang disebut kebijaksanaan, kearifan akan lahir. Perpaduan antara logika dan hati nurani. Atau dalam bahasa yang sederhana, nyaman di kepala, enak di hati.

Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin menegaskan kepada segenap aparatur Kementerian Agama untuk menjaga integritas diri. Integritas diarti-kan sebagai keselarasan antara hati, pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik dan benar. Indikasi positifnya antara lain bertekad dan berkemauan untuk berbuat yang baik dan benar; berpikiran positif, arif, dan bijak-sana dalam melaksanakan tugas dan fungsi; mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menolak korupsi, suap, atau gratifikasi. Sebaliknya yang harus dihindari adalah melanggar sumpah dan janji pegawai/jabatan; melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi; dan menerima pemberian dalam bentuk apapun di luar ketentuan. Secara gampang, dapat dis-impulkan bahwa nilai integritas ini sebenarnya disarikan dari isi sumpah jabatan seorang ASN.

Tantangan terberat kita adalah menjadikan gaga-san ini merasuk dalam praktek. Aturan telah ditetapkan, sistem telah didesain ulang, masyarakat telah disadar-kan untuk menjadi pengawas, tinggal kita sendirilah yang harus meramunya menjadi mozaik karya yang populis dan menyasar bonum commune. Drs. Sarman Marselinus, Kakanwil Kemenag Provinsi NTT telah membahasakannya dengan sangat bijak, “Kita adalah apa yang kita lakukan, bukan apa yang kita katakan atau ucapkan.” (John Seja)

Page 6: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

4

Fokus Utama

Jabatan Dicinta, Kesempatan Pun Tiba“Prinsip the right man on the right place dewasa ini patut dikedepankan. Bukan lagi

sekedar jargon belaka, tetapi harus dimaknai sebagai hasil dari sebuah sistem manaje-men personalia yang bermuara pada peningkatan kapasitas SDM secara perorangan demi

mencapai tujuan dan perkembangan organisasi.”

Sumber daya manusia merupakan sumber daya terpenting yang di-miliki oleh suatu organisasi. Saat

ini yang harus dihadapi oleh setiap organisasi bukan lagi apakah akan melakukan investasi dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang dimiliknya melainkan berapa besar investasi yang harus dibuat. Ini berarti bahwa untuk menghadapi tuntutan tugas sekarang maupun tuntutan masa depan, pengembangan sumber daya manusia meru-

pakan keharusan mutlak. Terkait hal ini, mutasi yaitu pemindahan jabatan

yang dilakukan pada tingkat yang sederajat atau setingkat serta promosi yaitu pemindahan jabatan yang dilakukan dari satu tingkat ke tingkat lain yang dianggap lebih tinggi perlu dilakukan dengan taha-pan manajemen personalia yang baik. Mengingat mutasi dan promosi juga merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan karier pegawai.

Berkembangnya karier pegawai pada dasarnya berorientasi pada berkembangnya organisasi dalam

Page 7: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

5

menjawab tantangan saat ini dan di masa men-datang. Tentu saja sudah selayaknya organisasi memberikan kesempatan kepada karyawan-kary-awannya untuk maju, sehingga karyawan akan bekerja lebih baik dan berusaha untuk dapat berprestasi.

Oleh karena itu, penerapan asessment dalam lingkungan Kementerian Agama RI yang berlaku sejak bulan April 2015 merupakan lang-kah gemilang yang patut diberikan apresiasi dan sewajarnya disambut secara positif oleh setiap ASN yang berkiprah di lingkungan Kemen-terian Agama, serta perlu dibaca sebagai upaya mengembangkan organisasi menjadi lebih baik sehingga tujuan organisasi akan dapat tercapai dengan baik.

Lantas apa itu assessment? Seperti apa bentuk assessment yang akan diterapkan di ling-kungan Kementerian Agama? dan apakah peran Baperjakat diberangus? Pertanyaan-pertanyaan tersebut seketika mengapung ke permukaan

sebagai sebuah kewajaran karena proses as-sessment di lingkungan Kementerian Agama merupakan hal yang benar-benar baru dan hal ini patut dibaca sebagai tanggapan positif ASN Kementerian Agama dalam menjawabi proses asessment dengan tangan terbuka.

Dikutip dari berbagai sumber, pendekatan assessment sejatinya hendak menjadikan ele-men kompetensi sebagai salah satu pilar dalam mendongkrak produktivitas karyawan, sekaligus meningkatkan kinerja individu yang berdampak pada peningkatan kinerja organisasi. Secara spesifik, assessment mencoba menggali level kompetensi seseorang melalui serangkaian jenis tes (multiple test), dan biasanya juga dilakukan oleh lebih dari satu penilai (rater). Jenis tes yang digunakan dalam metode assessment pun bervariasi. Melalui serangkain tes tersebut para penilai akan melakukan observasi dan penilaian menyeluruh mengenai sejumlah kompetensi yang dianggap kritikal.

Page 8: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

6

Melalui metode assessment inilah, pihak manajemen kemudian bisa mengetahui dengan cukup akurat potret kompetensi para karyawa-nnya. Dan dari sinilah kemudian bisa disusun sejumlah employee development plan yang relevan. Ujungnya tentu agar segenap karyawan bisa terus mekar level kompetensinya. Singkat-nya, melalui assessment, kompetensi seseorang dapat diukur sehingga penempatan seorang pegawai terutama proses rekruitmen pejabat tepat sesuai kompetensi yang dimiliki.

Asessment, Menihilkan Tuduhan Rekruitmen Pejabat

Sekjen Kementerian Agama, Nur Syam usai meluncurkan pelaksanaan program asessment kompetensi di lingkungan Kementerian Agama, mengatakan bahwa sesungguhnya kebutuhan mengenai assesment ini sangat penting dan mendasar di lingkungan Kementerian Agama untuk menihilkan tuduhan yang mendiskredit-kan Kemenag terkait dengan proses rekruitmen pejabat.

Menurut Nur Syam, proses asessment ini untuk memastikan hasil tes kemampuan dasar (TKD), tes kemampuan bidang, dan rekam jejak calon pejabat Kementerian Agama.

Dalam implementasinya, pelaksanaan rekruit-men, penempatan, mutasi, atau rotasi jabatan, akan menggunakan prinsip-prinsip yang sudah disepakati sesuai dengan aturan yang dibuat Men-teri Pemberdayaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi.

Nur Syam menjelaskan, dalam proses asess-ment, ada serangkaian tes yang harus diikuti: yaitu: tes kemampuan dasar (TKD) dan tes kemampuan bidang (TKB). Selain itu, akan dicek juga dari aspek rekam jejak seperti apa. “Jadi tidak cukup dengan TKD dan TKB saja, tetapi juga rekam jejaknya seperti apa. Sehingga ketika seseorang sudah ditempatkan pada jabatan tertentu, maka tidak ada catatan-catatan yang melemahkan terhadap keputusan yang diambil,” tambahnya.

Lebih jauh, Nur Syam mengatakan, proses asessment akan dilakukan oleh sebuah tim yang terbagi menjadi dua: internal (55%) dan eksternal (45%). Tim internal terdiri dari tim setjen, unit eselon I terkait, dan pihak lain yang relevan. Se-dangkan tim eksternal terdiri dari Kemenpan dan RB, serta kementerian lain yang terkait.

Mengenai Baperjakat, Nur Syam menam-bahkan, Baperjakat akan menjadi palang pintu

terakhir untuk menyatakan bahwa se-seorang layak atau tidak layak setelah ada pertimbangan-pertimbangan dari tim Asessment.

“Jadi tidak hanya TKD, TKB, tapi dimensi rekam jejak menjadi penting. Itu semua akan menjadi dasar apakah yang bersangkutan layak atau tidak layak menduduki jabatan tertentu,” imbuhnya.

Page 9: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

7

Sampai pada titik ini, setidaknya karier se-tiap pegawai di lingkungan Kementerian Agama mendapat semacam dorongan atau kesempatan untuk senantiasa berkembang bila melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan berprestasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Proses Mutasi Melalui Pertimbangan Yang Cermat

Satu bulan sebelum program asessment di lingkungan Kementerian Agama diluncurkan, Ke-pala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus saat memberikan sambutan pada acara pelantikan pejabat eselon IV dan III di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT mengatakan, dalam tata laksana dan tata kerja organisasi, proses mutasi adalah hal yang lumrah dan lazim terjadi. Meskipun lumrah ter-jadi, perlu dipahami secara komprehensif bahwa proses mutasi baik itu mutasi jabatan/promosi

maupun mutasi tempat kerja tidak terjadi secara kebetulan. Semua proses mutasi selalu terjadi melalui pertimbangan yang cermat dan matang dalam rangka peningkatan kinerja organisasi maupun individu.

Dalam kaitan antara proses mutasi dan pengembangan organisasi itu, Kakanwil menga-jak segenap ASN untuk memaknai esensi insti-tusi Kementerian Agama dan peran yang harus dikerjakan di tengah masyarakat. Menurutnya, tugas dan fungsi Kementerian Agama dalam melaksanakan pembangunan di bidang agama dan keagamaan dengan seperangkat tugas dan fungsi bimbingan, pelayanan, pemberdayaan, serta perlindungan umat beragama sangat penting apalagi dikaitkan dengan keberagaman agama masyarakat Indonesia yang perlu dikelola dengan baik.

“Arti penting keberadaan kita ini akan men-jadi dangkal dan statis jika para pejabat dan ASN

Page 10: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

8

kita tidak mampu memaknai dan menjabarkannya ke dalam program kerja dan pelaksanaan fungsi Kementerian Agama secara dinamis di tengah masyarakat,” ujarnya.

Kakanwil menambahkan, hal ini berarti Ke-menterian Agama membutuhkan pejabat dan ASN yang berjiwa besar, berwawasan luas, memiliki integritas pribadi yang baik, serta keteladanan yang patut dicontoh. Pejabat pun diminta untuk bekerja dengan baik dan bisa mengemban jabatan dengan penuh amanah sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat dan sebagai bagian ibadah ke-pada Tuhan sehingga dapat meraih prestasi yang membanggakan.

Orang nomor satu di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi NTT ini mengakui bahwa men-gangkat seseorang sebagai pejabat dalam era keter-bukaan seperti sekarang tidak mudah. Dibutuhkan serangkaian pertimbangan yang matang.

“Harus dipahami bahwa di era keterbukaan seperti sekarang ini menjadi seorang pejabat tidak bisa lagi asal copot dan taruh. Butuh serangkaian pertimbangan agar kita sungguh-sungguh memilih orang yang tepat yang dipercaya bisa membawa perubahan institusi ke arah yang lebih baik,” pung-kasnya.

Penerapan assessment kini nyata di de-pan mata. Setiap calon pejabat harus terlebih dahulu membuktikan kepantasannya sebelum menduduki sebuah jabatan. Lumrah dan wajar mengingat masyarakat dewasa ini membu-tuhkan pelayan-pelayan terbaik yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan.

Pada akhirnya, mari kita sambut era baru manajemen pemerintahan dengan perilaku serta kinerja yang baik dan memuaskan. Ti-dak ada yang mustahil sepanjang kita mampu menunjukan kompetensi sesuai yang dibu-tuhkan. Setidaknya, tunjukan kompetensi kita dalam membantu organisasi mencapai tujuan berbekal integritas, profesional, inovasi, tang-gung jawab, dan keteladanan.

Seperti sebuah peribahasa kuno, “pucuk dicinta, ulam pun tiba”. Demikianlah setiap ASN harus berpacu menunjukkan kompetensi yang dimiliki agar kelak boleh berujar,” Jabatan Dicinta, Kesempatan Pun Tiba.”

Selamat datang assessment!!

(Gerald Wassa)

Page 11: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

9

Sssttt...Ini Bukan SARA

Bangga Pada Ayah

Sepulang sekolah 4 orang anak yang bersahabat, ngo-brol saling membanggakan ayah masing-masing.Si A : oh ya tadi pagi ayahku dipanggil Gubernur lho..

(sambil berbangga diri)Si B : kalo kemarin ayahku dipangil oleh Menteri.Si C : Klo minggu lalu ayahku dipanggil oleh Presiden

Ini Tentang Iman

Alkisah, seorang jemaat yang buta mendatangi seorang pendeta yang sangat terkenal di daerahnya mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Mereka terlibat percakapan.Jemaat : “ Bapak Pendeta, maukah Bapak mengo-

bati mata aku yang buta sejak lahir ini?“Pendeta : “Baiklah, pak. Dengan bahagia hati .”Jemaaat : “Terima kasih, Pak Pendeta. “Pak Pendeta memperhatikan Jemaat yang buta tadi. Ia ingin menanyakan sesuatu.Pendeta : “Sebelum aku obati, aku mau bertanya.”Jemaat : “Silahkan, Pak. Mau bertanya apa? “Pendeta : “Bapak.. datang ke sini dengan apa? “ Dengan penuh semangat, si Jemaat

menjawab mantap.Jemaat : “Dengan Iman Pak!! “Pendeta pun tersenyum dan menganggukkan kepala sebab bangga.Pendeta : “Bagus. Bagus sekali, Pak. Karena dengan

imanmu pula, Anda akan disembuhkan”Mendengar jawaban tersebut, sontak saja si Jemaat kaget. Seketika ia langsung berteriak memanggil anaknya yang berada di luar bernama Iman.

Jemaat : “Man! Iman! Kenapa kamu tak pernah cerita kalau kamu dapat menyebuhkan Bapak? “

Pendeta : LOL*%^$#@~2w<*#@!(Ivony Blegur Dari berbagai sumber)

kepala negara kita. Kalah semua sama bapakku hehehehehe….(sambil busungkan dada)

Si D : Wah, kalah semua. Kalo ayahku kemarin dipanggil Tuhan

A B C : buusyett capek dahhh, har-usnya lu sedih bukan bangga !?!?!?!?! mampus dia mening-gal dunia, pasti.Ya kan?

Si D : Maksudnya dipanggil Tuhan untuk menunaikan ibadah haji.

A B C : !@#$%^&*()_+|

(Ivony Blegur Dari berbagai sumber)

9

Page 12: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

10

Liputan Khusus

Isi Kekosongan, Kakanwil Lantik Kepala Kantor Kemenag

Bertempat di aula utama Kantor Wi layah Kementer ian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis,

(26/03/2015), Kepala Kantor Wilayah Kementeri-an Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur, Drs. Sar-man Marselinus melantik dua orang Pejabat Es-elon III, masing-masing Drs. Maxi Lakapu sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumba Timur dan Saturlino Coreia, S.Th sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Saturlino Coreia, S.Th yang sebelumnya

menjabat Kepala Kantor Kemenag Sumba Timur dilantik untuk mengisi jabatan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Timor Tengah Selatan yang lowong. Sementara, jabatan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumba Timur yang ditinggalkannya, selanjutnya akan diemban oleh Drs. Maxi Lak’apu yang sebelum-nya melaksanakan tugas di Kantor Kemenag Kota Kupang sebagai Kasubag Tata Usaha.

Dalam sambutannnya, Kakanwil mengung-kapkan bahwa promosi dan mutasi pejabat sebagai bagian dari kehidupan organisasi di-

Page 13: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

11

maksudkan sebagai upaya pemantapan dan peningkatan kapasitas kelembagaan demi kebaikan organisasi dalam rangka meningkat-kan kinerja penyelenggaraan tugas pelayanan umum kepemerintahan.

“Pelantikan ini, di samping karena ala-san mengisi kekosongan juga dimaksudkan untuk menghindari stagnasi dan kesenjangan operasional dalam pelaksanaan tugas-tugas pelayanan terkait tugas dan fungsi Kementerian Agama”, ungkap mantan Kepala Kantor Kemen-terian Agama Kabupaten Sumba Tengah itu.

Pada kesempatan yang sama, pria yang ge-mar berolahraga itu menyatakan bahwa sebagai bagian dari upaya penyegaran dan peningkatan kinerja, promosi dan pengambilan sumpah ja-batan serta pelantikan ini hendaknya dimaknai terutama dari sudut pandang organisasi, bukan sekedar penempatan figur-figur pejabat pada jenjang jabatan dan kepentingan tertentu.

“Pengembangan karir pegawai tidak dilakukan semata-mata untuk kepentingan pegawai yang bersangkutan, melainkan lebih diutamakan untuk melakukan pembenahan

dan pemantapan organisasi dalam rangka menin-gkatkan kinerja penyelenggaraan tugas pelayanan umum”, tegasnya.

“Kita tahu bahwa mutasi, pergantian pejabat, promosi bukanlah sesuatu yang tabu bagi pejabat pemerintah yang menganut sistem karir. Di era keterbukaan sekarang ini, menjadi seorang pejabat, tidak asal copot”, lanjutnya dengan nada tegas.

Dikatakannya, parameter utama yang di-gunakan dalam menentukan jabatan bagi setiap pegawai dilakukan melalui pertimbangan kapa-sitas, kompetensi, integritas, loyalitas, moralitas, mutasi jabatan, pendidikan dan pelatihan serta nilai pengabdian dan komitmen terhadap tugas dan tanggung jawab kepada Negara.

Pahami Tusi Pada kesempatan yang sama, pria yang su-

dah setahun menjabat sebagai Kakanwil Kemenag Provinsi NTT itu berharap agar kedua pejabat yang dilantik memahami secara benar tugas dan fungsi sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama.

“Saya berharap, saudara berdua memahami secara benar tugas dan fungsi saudara sebagai

Page 14: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

12

Kakankemag Kabupaten”, pintanya.Menurutnya, Kementerian Agama memiliki

nilai dan makna tersendiri dalam susunan Pemerin-tahan RI. Meskipun ada banyak kritik, Kementerian Agama masih dipandang dan akan terus dipan-dang perlu oleh seluruh masyarakat beragama. Keberadaan Kementerian Agama, katanya, tidak mungkin tergantikan institusi lain. Demikian pula halnya Kementerian Agama yang berada di tingkat Kabupaten/Kota.

“Saya yakin, masyarakat beragama di tingkat Kabupaten/Kota masih sangat mengharapkan dan merindukan pelayanan Kementerian Agama bagi peningkatan kualitas kehidupan keagamaan, pendidikan agama dan keagamaan, kerukunan dan pelayanan ibadah haji,” ungkapnya.

Lebih jauh, dikatakannya bahwa arti penting

keberadaan Kementerian Agama akan menjadi dangkal dan statis jika para pejabat dan apara-tur di Kementerian Agama tidak mampu me-maknai dan menjabarkannya ke dalam program kerja dan pelaksanaan fungsi Kementerian Agama secara dinamis di tengah masyarakat.

Seorang Kepala Kantor Kementerian Agama, demikian Kakanwil, harus memahami dengan sungguh-sungguh tugas dan fungsi or-ganisasi Kementerian Agama yang dipimpinnya sebagaimana tertuang di dalam PMA 13 Tahun 2012. Ia meyakini bahwa hanya dengan mema-hami tugas dan fungsi organisasi secara tepat, seorang Kakankemenag dapat melaksanakan tugas secara baik dan benar.

Page 15: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

13

Pelopor Pembangunan ZI & Implementasi 5 NBKDi samping itu, di hadapan seluruh pejabat

dan karyawan/ti yang hadir dalam acara pelantikan dimaksud, Kakanwil juga meminta kepada kedua pejabat yang baru dilantik agar menjadi pelopor perubahan dalam mewujudkan tata kelola organ-isasi yang bebas KKN.

Dikatakannya, saat ini pemerintah sedang giat menggalakkan pembangunan Zona Integritas untuk mencegah terjadinya korupsi dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pembangunan ZI menuju WBK dan WBBM menuntut kesiapan untuk menye-suaikan diri, menata seluruh proses kerja di lingkup Kementerian Agama. Implementasi ZI, lanjutnya, tidak boleh hanya terpaku pada hal-hal yang kecil dan teknis semata. Komponen inti ZI yang men-cakup penataan organisasi, pembenahan sistem

dan prosedur kerja yang standar, peningkatan kualitas manajemen SDM, perubahan budaya dan etos kerja, serta peningkatan pelayanan yang cepat, tepat dan berkualitas hendaknya juga mendapat porsi perhatian yang serius dari seorang Kakan Kemenag.

“Saya berharap, hendaknya Kepala Kanke-menag yang baru dilantik menjadi motor peng-gerak organisasi dalam mewujudkan transfor-masi di lingkungan Kankemenag yang akan saudara pimpin”, pinta Kakanwil.

Acara pelantikan yang dihadiri oleh selu-ruh pejabat dan karaywan/ti serta Pengurus DWP Kanwil Kemenag Provinsi NTT itu diakhiri dengan sesi foto bersama dan dilanjutkan dengan ramah tamah sederhana di ruang kerja Kakanwil. (robertfidianto)

Page 16: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

14

Pelantikan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumba Timur dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabu-paten Timor Tengah Selatan.

Kakanwil Kementerian Agama Provinsi NTT,Drs. Sarman Marselinus menyalami Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumba Timur, Drs. Maxi Lak’apu sesaat seusai dilantik.

Bidik Lensa

Page 17: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

15

Kakanwil bersama Ibu Ketua DWP Unit Kanwil Kemenag Provinsi NTT, Ny. Xaveria A. Ghunu Sarman foto bersama para pejabat yang baru dilantik.

Pelantikan para pejabat Eselon IV di lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur yakni Cornelis Kuma Opun, S.Ag, Siprianus Muda Hondo, S.Fil, Maksen Y. Nope, S.Th dan Bobby Octavianus, S.Sos.

Page 18: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

16

Kakanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus saat memberikan arahan pada acara tatap muka bersama para ASN di lingkup Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai.

Tatap muka bersama jajaran Madrasah di lingkup Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai Barat di Labuan Bajo.

Page 19: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

17

Kakanwil Kemenag Provinsi NTT bersama ibu dan kepala Bidang Pendidikan Islam, mengunjungi MAN Ende dalam rangkaian Safari Pendidikan, diterima oleh Kepala Kantor Kemenag Kab. Ende, Yosef Ngonggo, S.Ap dan Kasi Pendidi-kan Islam, Hamidy Bara Ray, MA.

Rapat evaluasi bulanan periode Maret 2015 tentang pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran di lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Page 20: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

18

Seputar Kanwil

Kakanwil Mengharapkan Pembangunan Zona Integritas Berhasil

Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marse-

linus mengungkapkan harapannya agar Kanwil Kemenag Provinsi NTT berhasil dalam pembangunan zona integritas menuju WBK-WBBM dalam rangka mewu-judkan tata kelola dan pelayanan Kement-erian Agama yang baik dan benar.

Hal tersebut mengemuka dalam sambutan Kakanwil pada acara pelantikan pejabat eselon IV di Aula Utama Kanwil Ke-menag Provinsi NTT (Jumat, 27/02/2015).

Beliau mengungkapkan bahwa terkait pembangunan zona integritas akan dilaku-kan pendampingan dalam waktu singkat dan pada pertengahan tahun atau akhir tahun nanti dilakukan evaluasi. Dirinya berharap agar tahun ini para ASN harus lebih gesit dari waktu lalu agar meraih keberhasilan.

“Kita ingin hindari itu, kita bertekad sebagai salah satu zona yang patut dibang-gakan dalam meraih predikat WBK dan WBBM,” tegasnya.

Untuk mencapai hal tersebut, orang nomor satu di lingkup Kanwil Kemenag Provinsi NTT ini mengatakan sangat ter-gantung dari semangat kerja serta kinerja ASN. Diharapkan, lima nilai budaya kerja Kemenag semakin hari semakin menyatu dan mendarah daging dalam diri ASN me-lalui seluruh perbuatan, tutur kata, dan perilaku hidup sehingga corak Kemenag semakin hari semakin kelihatan.

Sebelumnya, kepada pejabat eselon IVa yang dilantik, Kakanwil mengatakan bahwa mutasi tidak terjadi secara keb-etulan. Mutasi terjadi melalui proses dan

pertimbangan yang matang dengan tujuan agar terjadi peningkatan kinerja baik secara organisasi maupun individu.. Ia juga menyampaikan bahwa jabatan dapat memuliakan tetapi juga dapat menghinakan seseorang. Karena itu, Ia meminta agar pejabat yang dilantik melaksanakan tugas dengan penuh tang-gung jawab dan amanah.

Keempat pejabat eselon IVa yang dilantik adalah Cornelis Kuma Opun, S.Ag, Bobby Octavianus, S.Sos, Maksen Y. Nope, S.Th dan Siprianus Muda Hondo, S.Fil.

Kuma Opun yang sebelumnya men-jabat Kasubag Hukum dan KUB dilantik sebagai Kasubag Umum. Sementara Bobby Octavianus, S.Sos dilantik sebagai Kasubag Hukum dan KUB. Jabatan Kepala Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Bidang Bimas Kristen yang ditinggalkan Bobby Octavianus, S.Sos selanjutnya akan diisi oleh Maksen Y. Nope, S.Th yang sebelumnya menjabat Kasubag Umum. Sementara, Siprianus Muda Hondo, S.Fil dimutasikan dari jabatan Kasubag TU pada Kantor Kementerian Agama Kabu-paten Sumba Barat Daya untuk mengisi jabatan Kepala Seksi Kepenyuluhan Bi-dang Urusan Agama Katolik.

Acara pelantikan dihadiri oleh se-genap jajaran Kanwil Kemenag Provinsi NTT. Turut hadir pada kesempatan itu, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Belu, Drs. Yosef Akoit, Ketua DWP, Ny. Xaveria Ghunu Sarman beserta sejumlah pengu-rus Dharma Wanita.

(sumber: ntt.kemenag.go.id/JW/BB/YM)

“Kita ingin hindari

itu, kita bertekad

sebagai salah satu zona

yang patut dibanggakan

dalam meraih predikat WBK dan WBBM,”

Page 21: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

19

Kabag TU Serahkan 10 SKKenaikan Pangkat Periode April

Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Teng-

gara Timur, H. Hasan Manuk, S.Pd, M.Pd menyerah-kan SK Kenaikan Pangkat kepada 10 orang pegawai di lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal itu dilaksanakan bersa-maan dengan Apel Kesadaran yang berlangsung di halaman Kanwil Kemenag Provinsi NTT, Selasa, (17/03/2014).

Dalam arahannya, Haji Hasan mengung-kapkan bahwa Kenaikan Pangkat merupakan salah satu bentuk penghargaan Pemerintah bagi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang telah melaksanakan tugas secara baik dalam masa kerja tertentu. Lebih lanjut, kepada para penerima SK Ke-naikkan Pangkat, mantan Kepala MTsN Kupang itu mengharapkan agar penghargaan yang didapatkan ini menjadi sesuatu yang mendorong peningkatan kinerja.

“Saya minta saudara bersepuluh agar dengan kenaikan pangkat ini senantiasa menu-jukkan prestasi dan selalu berusaha mening-katkan kinerja,” pesannya singkat.

Kesepuluh ASN yang menerima SK Ke-naikan Pangkat masing-masing adalah Daniel Heryanto Ngaji, S.Kom, Melania E. Tisera, S.Kom, Luis Parera, Herman Haki, S.Fil, Flo-rianus Mariyanto Pededu, SH, Ronalti Delfiani Abuk Berek, SE, Marisa Katji Nefteri Baoen, SE, Yoseph Wilh Pulo Lengari, ST, Mohamad Haris, ST dan Fransiskus Xaverius H.W.P. Saununu, SE. Ke-10 pegawai dimaksud masing-masing memperoleh kenaikan dari pangkat /golongan Penata Muda/III/a ke pangkat /golongan Pe-nata Muda Tingkat I/III/b per tanggal 01 April 2015 yang akan datang.

(sumber: ntt.kemenag.go.id/RF/BB/YM)

Page 22: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

20

Grand Design Umat Hindu SebagaiMaster Plan Hindu Indonesia

Sambut Paskah 2015, Pegawai KatolikKemenag NTT Ikuti Pembinaan Mental

Hal itu dikatakan Drs. I Gusti Made Putra Ku-suma, M.Si dalam Kegiatan Pembinaan Pengurus Lembaga Agama Hindu Se-NTT, (06-08/03/2015) di Asrama Haji Kupang.

Putra Kusuma mengatakan bahwa tujuan dari grand design Umat Hindu adalah sebagai Master Plan Hindu Indonesia yang merupakan arah pem-bangunan Umat Hindu untuk mencapai arah visi yang sama.

Menurutnya ada 4 pilar grand design Umat

Hindu/PHDI yaitu: pertama, mengak-tualisasi nilai-nilai, kedua, revitalisasi sumber daya, ketiga, profesionalisasi organisasi, dan keempat adalah ko-laborasi kelembagaan.

Sebelumnya, Ketua Panitia kegiatan, I Wayan Alit Sudarma, S.Ag, menjelaskan bahwa tujuan dilaksanakannya kegiatan adalah untuk menyamakan persepsi dalam pelayanan umat antara pemerintah dan lembaga agama; merumuskan program kerja tahun 2016 untuk diusulkan ke Kementerian Agama

dan pemerintah; mensosialisasikan lima budaya kerja Kementerian Agama; dan mewujudkan paradigma baru pelayanan Kementerian Agama dan Lembaga Agama kepada umat Hindu di NTT. Kegiatan yang diikuti oleh 40 peserta ini terdiri dari Ketua PHDI dan Lembaga Pendidikan Kab./Kota dan Provinsi serta Ketua Lembaga /Organ-isasi Kegiatan Hindu tingkat Provinsi

(sumber: ntt.kemenag.go.id/PG/BB/YM)

Keluarga besar pegawai beragama Katolik di ling-kup Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT mengikuti kegiatan pembinaan mental menyambut perayaan Paskah. Pembinaan mental berlangsung sehari yakni pada hari Sabtu, (21/03/2015) di aula Biara Susteran OMJM Kayu Putih.

Dibuka secara resmi oleh Kepala Kanwil Kemen-terian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus, kegiatan yang digagas oleh Bidang Urusan Agama Katolik itu diikuti oleh puluhan pegawai beragama katolik beserta keluarga.

Dalam arahan pembukaannya, Kakanwil men-gungkapkan bahwa seluruh pegawai Kementerian

Page 23: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

21

DWP Kanwil Kemenag Provinsi NTT Gelar Nyepi Bersama

Agama, saat ini didorong untuk melakukan pe-rubahan sikap pelayanan yang ditandai dengan kedisiplinan, ketulusan, kejujuran dan ketaatann yang tinggi pada aturan. Perubahan yang demikian, lanjut Kakanwil hanya mungkin jika masing-masing pegawai sungguh-sungguh memiliki hati yang melayani.

“Hanya orang-orang yang memiliki hati yang sungguh-sungguh mau melayani yang bisa

berubah,” ujarnya.Mengutip kata-kata muder Theresa dari

Calcuta, mantan Kepala Kantor Kemenag Sumba Tengah itu mengajak seluruh pegawai untuk melakukan pekerjaan sekecil apa pun dengan cinta yang besar.

“Lakukan pekerjaan kecil dengan cinta yang besar,” pungkasnya.

(sumber: ntt.kemenag.go.id/JW/BB/YM)

Untuk pertama kalinya, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur, disponsori oleh Dharma Wanita Persatuan menggelar perayaan Nyepi Bersama yang berlangsung di halaman Kanwil Kemenag NTT, (24/03/2015).

D a l a m sambutannya, K e t u a D W P K a n w i l K e -menag Provinsi NTT, Ny. Xaveria Ghunu Sarman menje laskan lahirnya gaga-san menyeleng-garakan acara persaudaraan i n i s e b a g a i ajang silatur-ahmi untuk sa-ling memaaf-kan sehingga saudara/i yang beragama Hindu dapat memulai tahun baru Saka 1937 dalam nuansa baru yang positif.

Lebih jauh dikatakannya, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan di antara sesama umat beragama khususnya di lingkup Kanwil Kemenag Provinsi NTT.

“Melaksanakan salah satu tugas pokoknya, Dhar-ma Wanita Persatuan merasa terpanggil untuk meng-gagas dan terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan seperti ini untuk memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan di antara kita,” kata istri Kepala Kanwil ini.

Sebelumnya Pinandita, Supardi, S.Pd dalam we-

jangan Nyepi pada acara Dharma Canti Tahun Baru Caka 1937, memberikan pemahaman tentang haki-kat dan makna rangkaian upacara perayaan Nyepi. Dikatakannya , Nyepi merupakan satu-satunya Hari Raya Umat Hindu yang dirayakan secara sepi

d a n h e n -ing dengan Catur Brata penyepian. “ I n t i n y a , Nyepi kita introspeksi atau mawas diri. Dengan begitu kita bisa petik perbuatan yang baik d a n m e -ninggalkan perbuatan-perbuatan

yang buruk sehingga bisa meningkatkan kehidu-pan yang lebih baik lagi,” jelasnya.

Sementara itu, Kakanwil Kemenag NTT dalam sambutannya mengatakan bahwa kedamaian dan harmoni tidak mungkin akan datang sendiri ke tengah kemajemukan melainkan mesti dirawat. Karena itu, orang nomor satu di lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT itu meminta seluruh jajarannya agar senantiasa merawat per-satuan dan kesatuan dengan giat bersilaturahmi dan rela bertukar informasi satu sama lain.

(sumber: ntt.kemenag.go.id/JW/BB/YM)

Page 24: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

22

Lintas FLOBAMORA

Setiap rencana kegiatan yang dirancang oleh siapapun, termasuk para guru, di mana seluruh kegiatan dirancang secara

mandiri tanpa mengharapkan kucuran dana atau bantuan dari pemerintah adalah sebuah langkah maju. Ide kegiatan kreatif seperti ini hanya bisa terjadi dari orang-orang yang berpikir cerdas dan bertindak cerdas. Sebuah terobosan yang sangat spektakuler dan perlu diberikan apresiasi.

Penegasan ini disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kupang, Drs. Yorhans S Lopis, M.Si dalam arahan pada kegiatan rapat pemantapan pelaksanaan seminar Ilmiah oleh KKG Pendidikan Agama Kristen rayon Fatuleu, Takari dan Amarasi di aula kantor Oelamasi, Selasa (10/03/2015).

“Kita jangan terlalu bergantung pada pemer-intah, apalagi tidak ada dana atau bantuan dari pemerintah untuk membuat kegiatan-kegiatan kreatif seperti ini. Langkah yang diambil oleh para guru yang terhimpun dalam wadah KKG ini sungguh luar biasa. Ide kegiatan ini hanya bisa terjadi dari

Ide Kreatif Muncul Dari Orang YangBerpikir Cerdas & Bertindak Cerdas

orang-orang yang berpikir cerdas dan bertindak cerdas,” katanya.

Menurutnya, kendala peningkatan mutu pendidikan, di antaranya masih terbatasnya sarana dan prasarana pendukung pendidikan. Namun yang lebih fatal adalah guru atau tenaga pendidikan yang tidak profesional. Untuk me-ningkatkan kemampuan guru agar bisa menjadi guru yang profesional sesuai dengan harapan masyarakat adalah guru tersebut harus mengi-kuti berbagai kegiatan berupa pelatihan serta kegiatan diklat fungsional lainnya.

“Tindakan kreatif dan cerdas dari orang yang cerdas seperti ini merupakan bukti bahwa guru ingin mandiri dan tidak menjadi manja pada negara, apalagi dalam tahun anggaran 2015 tidak ada dana yang disiapkan khusus untuk kegiatan-kegiatan guru. Untuk itu di-harapkan langkah kreatif ini akan ditiru oleh guru atau pengawas yang lain,” ungkapnya.

(Sumber : ntt.kemenag.go.id/LA/YM)

Page 25: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

23

Saat membuka kegiatan pertemuan DPP Perbatasan bertempat di aula kantor

Kankemenag Belu, Sabtu (14/3/2015), Kakan-menag Belu, Drs. Yosef Akoit mengajak seluruh peserta untuk membangun sikap militansi di ka-wasan perbatasan karena disinyalir ada pelbagai masalah sosial yang marak terjadi di kawasan perbatasan.

“Sebagai seorang agen pastoral di kawasan perbatasan perlu mengasah kualitas iman agar mampu memikul tri tugas Kristus yakni Imam, Nabi dan Raja. Di samping itu dengan kualitas iman yang baik seorang agen pastoral mampu menjadi filter (penyaring) terhadap masalah-ma-salah sosial di kawasan perbatasan,” tandasnya.

Menurutnya, seorang agen pastoral perlu turut membangun masyarakat di kawasan perba-tasan baik pembangunan di bidang fisik maupun pembangunan di bidang non fisik. Seorang agen pastoral mempunyai tugas yang sangat berat yakni menangkal masuknya paham atau ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD

1945. Selain itu, tambahnya lagi, seorang agen

pastoral bersama pemerintah setempat bertugas untuk membendung dan menangkal masalah-masalah sosial di kawasan perbatasan misalnya penyelundupan narkoba, penyelundupan sem-bako, penyelundupan BBM, tertularnya penyakit HIV /AIDS dan penyelundupan kendaraan ber-motor, dan sebagainya. “Mari bersama pemer-intah setempat bangun kerjasama yang baik agar dapat meminimalisir masalah-masalah sosial di kawasan perbatasan. Kalau tidak diberantas dari sekarang maka tidak mustahil kita sendiri yang akan rasakan dan juga anak cucu kita yang akan mengalaminya,” katanya.

Di akhir arahannya Akoit meminta kepada para peserta sebanyak 40 orang anggota Dewan Pastoral Paroki (DPP) pada paroki-paroki per-batasan NKRI-RDTL agar menjadikan kegiatan ini sebagai ajang refleksi penguatan kapasitas pelayanan pastoral di kawasan perbatasan.

(Sumber : ntt.kemenag.go.id/DH/IB)

Akoit Ajak Para Agen PastoralLebih Militan Di Kawasan Perbatasan

Page 26: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

24

Rakor Pendis SBD, KakanKemenag Minta Sinergitas Umat Islam

‘’Peningkatkan konsolidasi interen ini penting sehingga ada pemahaman dan gerakan bersama yang bersinergi untuk pengembangan mutu pen-didikan Islam di Sumba Barat Daya’’.

Demikian disampaikan Kepala Kantor Ke-menterian Agama Kabupaten Sumba Barat Daya, Drs. Julius David Kalumbang ketika memberikan arahan membuka kegiatan Sinkronisasi & Evalu-asi Program Pendidikan Keagamaan yang digelar Seksi Pendis & Bimas Islam Kantor Kemenag SBD beberapa waktu lalu di aula KUA Kecamatan Loura.

Lebih lanjut KakanKemenag menjelaskan, konsolidasi interen umat Islam dan pelaku dunia Pendis SBD ini merupakan hal mutlak untuk men-capai tujuan pendidikan Islam sesuai dengan roh dari PP 55 tahun 2007.

Di dalam PP ini diuraikan dengan jelas bahwa pendidikan agama Islam berfungsi untuk mem-bentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan intern dan antar umat beragama.

Adapun tu-juannya adalah untuk menumbuh-kembangkan ke-mampuan peserta didik dalam mema-hami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu penge-tahuan, teknologi, dan seni.

“Untuk men-capai tujuan terse-but Seksi Pendidi-kan & Bimas Islam Kemenag SBD seb-

agai perpanjangan tangan Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam telah menetapkan kebijakan pengembangan program pendidikan agama Islam yang mencakup tiga tema utama yakni peningkatan kualitas hasil belajar, pen-ingkatan kualitas ketenagaan, dan penguatan kelembagaan dan kerjasama,” urai KakanKe-menag menjelaskan.

Dalam kegiatan yang dihadiri Tokoh Agama, Tokoh Umat, Guru PAI, dan Pengurus Yayasan Penyelenggara Pendidikan Islam (YAP-PI) Kabupaten Sumba Barat Daya ini, KakanKe-menag juga mengapresiasi H. Samsi Pua Golo, ST, selaku Ketua YAPPI, yang dalam semangat kemitraan dengan Kementerian Agama, telah mendirikan beberapa Madrasah di Kabupaten Sumba Barat Daya.

KakanKemenag berharap, pola kemitraan yang sudah terjalin baik ini dapat ditingkatkan ke depannya, demi pengembangan dunia pen-didikan Islam di SBD.

(Sumber : ntt.kemenag.go.id/Pedro/Paschal)

Page 27: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

25

Kankemenag Flotim Tegaskan Optimalisasi Tugas Guru PAK

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Flores Timur, Petrus Pedo

Beke,S.Ag ketika bertatap muka dengan para Guru dan Pengawas Pendidikan Agama Katolik Penerima Tunjangan Profesi Guru Angkatan 1 s/d 10, di Aula KPRI Karya Rukun Larantuka, Kamis 12/03/2015 menegaskan pentingnya op-timalisasi tugas dan peran seorang Guru Agama Katolik baik dalam proses pendidikan di sekolah maupun dalam menjalankan karya-karya pasto-ral di tengah masyarakat.

Penegasan tersebut berkaitan dengan tuntutan regulasi yang mengatur tentang beban mengajar dan beban tugas seorang Guru Pen-didikan Agama Katolik (PAK) di lapangan yang menyandang gelar atau predikat sebagai seorang guru yang profesional.

“Selain memenuhi 24 Jam mengajar, seorang Guru Pendidikan Agama Katolik harus mempunyai tugas tambahan sebagai katekis yang melaksanakan karya pastoral di lingkungan-nya,” tegasnya.

Karya-karya Pastoral tersebut, menurutnya

harus dibuktikan dengan berbagai dokumen, sep-erti SK. Penugasan dari Pastor Paroki serta program tahunan yang menguraikan kegiatan-kegiatan har-ian atau mingguan dan sebagainya. Hal tersebut perlu dikelola secara baik dan benar sebagai doku-men untuk pertanggungjawabkan dalam rangka audit kinerja atau audit beban kerja.

“Ini menjadi muatan lokal dengan otonomitas satuan pendidikan dalam memperkaya khasanah pendidikan Katolik baik dari segi pendalaman Kitab Suci, ajaran Gereja dan sejarah perkembangan Gereja,” lanjutnya.

Lebih jauh, kepada 260-an guru PAK penerima tunjangan sertifikasi guru yang hadir, beliau meng-harapkan agar seorang Guru PAK dituntut untuk memiliki kompetensi lebih dibandingkan dengan guru pendidikan lainnya. Sebab menurutnya, Kom-petensi manajerial/kepemimpinan menjadi mutlak dimiliki oleh seorang guru PAK, karena tugas utama seorang guru agama bukan hanya mencerdaskan intelektual peserta didik tetapi juga bertugas untuk mencerdaskan emosional dan spiritualnya.

(Sumber : ntt.kemenag.go.id/PL/GW)

Page 28: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

26

Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Sikka, Drs. Fransiskus ketika mem-berikan sambutan pada acara pembu-

kaan kegiatan Kerukunan Pemuda Lintas Agama mengemukakan bahwa pemuda merupakan manusia yang kaya arti, karena kaya arti maka pemuda haruslah membawa perubahan.

Dikatakan, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan antara lain; Pertama adalah masa lalu atau kemarin yang memiliki sejarah bagi para pemuka agama; Kedua adalah masa sekarang atau hari ini yang memiliki nilai bagi generasi penerus; Dan ketiga adalah masa yang akan datang atau besok untuk mencapai cita-cita atau harapan bagi para pemuda-pemudi.

Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung FKUB Kabupaten Sikka ini bertujuan untuk membina

kerukunan umat beragama dan dihadiri oleh para pemuda lintas Kabupaten Sikka dari 6 (enam) Agama yang ada.

Menampilkan 6 (enam) orang narasumber, kegiatan ini menghadirkan KakanKemenag Kab. Sikka dengan materi Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama No. 9 dan 8 Tahun 2006; Kaban Kesbangpol dengan materi Generasi Muda, Nilai-nilai Sakral dalam Agama Katolik oleh Ketua FKUB; Nilai-nilai Sakral dalam Agama Islam oleh Ketua MUI; Nilai-nilai Sakral dalam Agama Kristen oleh Ketua Forum Gereja-Gereja Kristen Kab. Sikka; Tri Hita Karana tiga hubungan menuju keharmonisan hidup oleh Ketut Darmika, S. Pd.

(Sumber : ntt.kemenag.go.id/ YT/GW)

KaKanKemenag Sikka :Pemuda Harus Membawa Perubahan

Page 29: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

27

Katekis Orang Yang Jadi SaksiNilai Perkawinan Kristiani

Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Timor Tengah Utara,

Dra. Yosefina M. Neonbeni, M.Hum, ketika mendampingi para katekis/guru agama Katolik se – Kecamatan Insana Jumat (27/2/2015), di lopo /aula Paroki Santa Maria Pengantara Segala Rahmat Kiupukan Kecamatan Insana.

Pastor Paroki dan Para Katekis mendaulat Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten TTU, Ibu Fin Neonbeni dengan tema “Identitas dan Spiritualitas Seorang Katekis; Menimba Semangat Pewartaan Santo Paulus”.

Dalam paparannya, Ibu Fin mengatakan, seorang Katekis membawa kabar baik/kabar gembira manusia yang kehilangan harapan, orang yang mewartakan tentang Yesus Kristus yang kita imani. Kaum awam yang membimb-ing orang untuk beriman. Orang yang menjadi saksi nilai perkawinan Kristiani yang menghidupi

perkawinan dalam ke-setiaan dan mendidik anak-anak dengan rasa tanggungjawab.

“Kalau Anda, sung-guh-sungguh setia pada janji katekis, Anda harus setia pada komitmen pada janji perkawinan. Awam mendapat pang-gilan tugas tambahan yang berhubungan den-gan tugas pengajaran Kristiani dalam berbagai upacara liturgi, dalam reksa pastoral. Seorang awam membimbing dan

mengajar katekumen,” imbuhnya.Lebih lanjut, katekis senior Paroki Kiupukan

ini menjelaskan bahwa spiritualitas seorang kate-kis adalah sebuah tawaran, (bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu (Yoh.15:16a).

“Maka tugas menjadi katekis mengandaikan kita diberi karunia untuk berkata-kata dengan pengetahuan yang dianugerahkan sesuai kehendak Tuhan sendiri dan untuk membangun jemaat,” sambungnya.

“Jadi tidak ada alasan menjadi sombong atau memegahkan jasa pengabdian kita. Tugas mew-artakan Injil berarti mewartakan Kristus bukan mewartakan diri sendiri, maka mewartakan Injil bukan mencari pujian manusia melainkan semata-mata ingin menyukakan hati Allah (1 Tes 2 : 4 – 6). Tetapi jangan cemas memang menjadi pewarta injil selalu ada tantangannya tetapi ada upah besar di surga ( Luk 10 : 20 ),” tandasnya.

(Sumber : ntt.kemenag.go.id/PL/GW)

Page 30: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

28

berapa hal. Pertama adalah keterikatan dengan tempat yang lama, manusia dan lingkungannya. Kedua adalah merasa asing dengan tempat dan tugas yang baru. Dan ketiga adalah merasa cu-kup dengan pengalaman yang sudah ada. Selain tiga hal di atas, tentu saja masih banyak alasan, mengapa seseorang itu enggan untuk berpindah tugas dan jabatan.

Pandangan tentang mutasi ASN ini disam-paikan tamu Bernas edisi ini, Siprianus Muda Hondo, S.Fil ketika ditemui beberapa waktu lalu di ruang kerjanya. Menurut pengakuan Ipi Hondo, demikian ia biasa disapa, dirinya telah mengalami mutasi tempat tugas dan jabatan dalam beberapa tahun terakhir.

“Saya memulai tugas pertama kali sebagai

Sahabat BERNAS

Sesuai janji dan sumpah, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau yang sekarang disebut Aparatur Sipil

Negara (ASN), dapat saja bertugas di mana saja di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, hal berpindah tempat tugas atau mutasi tempat tugas dan jabatan adalah lumrah dan biasa bagi setiap ASN.

Pengalaman seperti ini kadangkala menjadi tidak biasa karena kenyataan juga membuktikan bahwa ada sekian banyak ASN yang hanya bekerja di satu tempat sampai memasuki masa pensiun. Apalagi di tempat kerja tersebut, ia sungguh merasa mapan dan tak tergoyahkan. Karena itu,

ketika diminta dimutasi ke tempat yang baru, yang muncul dalam benaknya adalah perasaan berat hati.

Tentu saja, perasaan itu muncul karena be-

Mutasi Sebagai Sebuah Lembaran BaruSejenak Bersama Sipri Muda Hondo

“Yang dibutuhkan adalah pembiasaan diri, ketekunan dan belajar tanpa hen-ti. Pengalaman membuktikan bahwa setiap tugas yang baru, tempat yang baru dan pekerjaan yang baru adalah unik dan memiliki ciri khas tersendiri.

Pemaknaan akan nilai pada situasi dan kondisi yang berbeda membantu

sesorang untuk lebih memperkaya diri dan menunjang tugas dan

pekerjaannya,”

28

Page 31: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13Maret 2015

29

BIODATA

Nama : Siprianus Muda Hondo, S.FilNIP : 19690910 200003 1 008Tempat/ Tanggal Lahir : Hambiyo Wawa, 10 September 1969Pangkat/Gol.Ruang : Pembina, IV/aJabatan : Kepala Seksi Penyuluhan Agama KatolikUnit Kerja : Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTTPendidikan Terakhir : Sarjana Filsafat KatolikPengalaman Jabatan : 1. Guru Pendidikan Agama Katolik di Sumba Barat (2000 s.d 2011) 2. Kasi Bimas Katolik Kemenag Sumba Barat Daya (2011-2013) 3. Kasubbag Tata Usaha Kemenag Sumba Barat (2013-2015) 4. Kasi Penyuluhan Bidang Urusan Agama Katolik (2015-sekarang)Alamat Kantor : Jl. Frans Seda - Kota KupangIsteri : Maria Tange MaloAnak – anak : 1. Lidwina Irma Inya Hondo 2. Angela Natasa Kaka Hondo 3. Krisostomos Hage Hondo 4. Leonardo Mario Beka Hondo

PNS dalam jabatan sebagai guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) di SDI Poma, Kabupaten Sumba Barat. Saya menjadi guru di sana dari ta-hun 2000 sampai 2005. Kemudian saya dimutasi menjadi guru PAK di SMK 1 Wewea Barat, Sumba Barat Daya sampai tahun 2011. Dari guru Pendi-dikan Agama Katolik kemudian menjadi Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Katolik pada tahun 2012, lalu lompat pindah sebagai Kepala Sub-bagian Tata Usaha Kantor Kemenag Kabupaten Sumba Barat Daya pada tahun 2013. Dan tera-khir pada tanggal 27 Februari yang lalu dilantik menjadi Kepala Seksi Penyuluhan Agama Katolik Bidang Urusan Kanwil Kemenag Provinsi Nusa Tenggara Timur,”beber Ipi Hondo.

Suami dari Maria Tange Malo (guru di SD Kalena Wanno, SBD) menuturkan, pengalaman mutasinya memperlihatkan suatu muatan nilai yang ia maknai sebagai kesempatan mengisi lembaran hidup yang baru. Baginya, pengala-man mutasi sesungguhnya adalah kesempatan penyegaran kembali tugas, pekerjaan dan hidup kita sebagai manusia.

Menurutnya, hal ini tentu saja tidak mu-dah. “Yang dibutuhkan adalah pembiasaan diri, ketekunan dan belajar tanpa henti. Pengalaman membuktikan bahwa setiap tugas yang baru, tempat yang baru dan pekerjaan yang baru adalah unik dan memiliki ciri khas tersendiri. Pemaknaan akan nilai pada situasi dan kondisi yang berbeda membantu sesorang untuk lebih memperkaya diri dan menunjang tugas dan pe-kerjaannya,” ujar ayah dari Inya, Angela, Krisos-tomus dan Leonardo Mario.

Prinsip ini, demikian Ipi Hondo, harus menjadi bagian dari hidup bahwa di mana saja kita berada dan bekerja, di sana jejak-jejak kaki dan jari-jemari bermakna harus diletakkan untuk menjadi cerita berkesan bagi setiap orang yang pernah mengenal kita. Dan, semakin banyak tempat atau tugas jabatan dialami, niscaya sema-kin matang dan dewasa pula ASN bersangkutan dalam memaknai pekerjaannya sebagai abdi negara di lingkup Kementerian Agama.

Proficiat bung Ipi Hondo dan selamat ber-tugas di tempat yang baru. (yos)

29

Page 32: Bernas Edisi Maret 2015

Edisi 01 Tahun IV, Nomor 13 Maret 2015

30

Bianglala

Merumuskan (kembali) Martabat ManusiaYosep Sudarso, S.Fil

Penyuluh Agama Muda Kemenag Kota Kupang

AWAL tahun ini, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin memproklamirkan lima nilai budaya kerja Kementerian Agama (Ke-

menag). Kelima nilai tersebut, yakni integritas, profesional, inovatif, tanggung jawab dan keteladanan. Sasarannya jelas, yakni seluruh aparatur Kemenag.

Bagi kita, implementasi lima nilai budaya kerja terse-but merupakan keniscayaan. Lima nilai budaya kerja ini tidak boleh berhenti pada tataran diskusi apalagi sekadar wacana. Kiranya tidak cukup pula bila dipajang pada baliho atau pada papan reklame semata. Ia tak boleh menjadi barang usang karena kebetulan pernah menghiasi ucapan selamat datang di kantor-kantor Kemenag atau di sekolah-sekolah yang dikelola Kemenag.

Sekali lagi, kita perlu menggarisbawahi penting-nya implementasi nilai-nilai budaya kerja ini. Mengapa demikian? Ini terutama karena tautannya pada martabat manusia. Mewujudkan lima nilai budaya kerja ini bersen-tuhan langsung dengan penegakan aspek-aspek dasariah pada manusia. Tidak perlu mencari bukti yang sahih hanya untuk memastikan bahwa aparatur Kemenag yang dari dalam dirinya hidup dan mengalir kelima nilai tersebut adalah pribadi yang bermartabat. Itu sudah semacam aksioma. Sudah benar dengan sendirinya.

Seorang Kepala Kantor Urusan Agama yang menghayati kelima nilai budaya kerja tersebut sudah mencerminkan martabat dirinya. Orang akan sangat menghormatinya karena dari dalam dirinya mengalir nilai-nilai yang menjunjung tinggi martabat manusia. Ini tidak berarti kepala KUA tersebut tidak perlu dihargai bila ia gagal menghayati nilai-nilai tersebut. Ia mesti dan harus tetap dihargai martabatnya karena ia seorang pribadi. Jika berhenti menghargainya, kita tenggelam pada pragmatisme.

Hal yang hendak kita tegaskan ialah sudah saatnya menghargai martabat diri sendiri. Itu karena agak lama pemahaman akan martabat manusia terkungkung pada upaya pihak lain menghargai kita. Kita biasanya berteriak lantang ketika merasa martabat kita dilecehkan. Ketika kita mencuri misalnya dan kemudian dikeroyok sampai babak belur, kita menganggap orang menciderai martabat kita. Padahal, dalam kasus-kasus seperti itu kita sudah lebih dahulu menodai martabat pribadi kita.

Mengapa kita cenderung demikian? Hemat penulis, di samping keterbatasan-keterbatasan yang melekat pada

keinsanian kita, akar masalahnya terletak pula pada amat jarangnya kita mengajukan pertanyaan tentang siapa diriku.

Dalam konteks ini kiranya perlu kita merumuskan kembali aspek-aspek dasariah pribadi manusia dalam ba-hasa agama. Meski dalam formulasinya yang berbeda-beda, bahasa agama sejatinya bermakna universal. Itu sebabnya, bila rumusan-rumusan berikut berlatar pada tradisi kristiani, maknanya diterima dan dihayati pula oleh sesama Muslim, umat Hindu, Budha serta Kong Hu Cu.

Dalam antropologi kristiani, sekurang-kurangnya ada tiga aspek dasariah manusia. Pertama, manusia adalah makh-lu pekerja (homo laborans atau homo faber). Dalam Kitab Kejadian, khususnya mengenai kisah penciptaan dikatakan, manusia diciptakan untuk mengolah dan memelihara alam sesuai kehendak Allah Pencipta. Manusia tidak diciptakan dengan maksud melayani dewa (budak dewa). Ia adalah partner Allah yang diberi mandat mengolah bumi demi pe-menuhan kebutuhan hidupnya (bdk. Kej 1: 26).

Walaupun demikian, dalam kenyataannya manusia tidak pernah puas dengan memiliki hasil kerjanya. Pendi-dikan yang dicapai ataupun harta misalnya tetap tak akan memuaskan dahaga terdalam manusia. Orang merasa selalu ada yang “kurang”. Itu karena ada aspek dasariah lain dalam diri manusia, yakni sebagai makhluk pencinta (homo amans). Sebagai makhluk yang dari kodratnya berciri sosial, manusia saling membutuhkan. Dan, dasar terdalam dari interaksi antar-manusia tidak lain adalah bahasa cinta.

Aspek dasariah yang ketiga, yakni manusia sebagai makluk pendoa (homo orans). Pengalaman terdalam manusia memperlihatkan bahwa relasinya dengan dunia material dan dengan sesama belum cukup untuk mewujudkan diri secara penuh. Selalu ada ruang hampa dalam diri manusia yang hanya bisa dipenuhi oleh cinta Sang Pencipta. Komunikasi dengan Allah (doa) berarti manusia secara sadar dan bebas membuka diri terhadap Tuhan dan membiarkan diri dikuasai kehendak-Nya. Pengalaman rohani banyak orang memperli-hatkan bahwa orang yang menyerahkan diri pada Allah tidak hilang kebebasannya melainkan justru menjadi pribadi yang matang. Dengan menyerahkan diri pada Allah, manusia justru mengalami kepenuhan eksistensinya.

Jika demikian konsep tentang martabat manusia, ikhtiar kita mengimplementasikan lima nilai budaya kerja yang diga-gas Menag merupakan pilihan yang amat strategis. Mari kita wujudkan demi tegaknya martabat pribadi kita. Sudah pasti pula martabat instansi kita: Kementerian Agama.

Page 33: Bernas Edisi Maret 2015

Entropi adalah salah satu besaran termo-dinamika yang mengukur energi dalam sistem per satuan temperatur yang tak

dapat digunakan untuk melakukan usaha. Secara bahasa sederhana dalam ilmu fisika, jumlah energi yang dihasilkan sebuah mesin harus sama dengan jumlah energi yang dima-sukkan ke dalamnya. Namun, jika ada keru-sakan komponen mesin, sebagian energi akan digunakan untuk mengatasi kerusakan terse-but, Energi inilah yang dinamakan entropi.Contoh pada kendaraan, sebuah mobil dengan seliter bensin dapat menempuh jarak 10 km. Namun, ketika beberapa komponen rusak sep-erti aus, berkarat, atau tersumbat, dengan seli-ter bensin itu, mobil tersebut hanya mampu menempuh 5 km. Setengah energi yang seha-rusnya digunakan untuk menempuh 5 km lagi dipakai untuk mengatasi kerusakan sistem. Dengan kata lain, entropi mobil tersebut men-jadi 50 persen. Pada organisasi, instansi, atau perusahaan, bahkan negara. Jumlah energi yang dihasilkan sebuah organisasi seharusnya sama dengan jumlah energi yang dimasukkan ke dalamnya. Ketika gangguan dalam organ-isasi meningkat, misalnya karena birokrasi, ketidakjujuran, saling menyalahkan, atau komunikasi tertutup, energi karyawan untuk melakukan pekerjaan harus ditambah. Energi tambahan itu disebut entropi budaya. Pada-hal, energi yang digunakan dalam mengatasi entropi budaya adalah energi yang seharusnya untuk menghasilkan, tetapi menjadi terbuang percuma.Dengan kata lain, Entropi Budaya adalah en-ergi yang terbuang di tempat kerja untuk hal yang tidak produktif. Ada tiga unsur pemicu Entropi Budaya. Pertama, faktor-faktor yang memperlambat organisasi dan mencegah pen-gambilan keputusan yang cepat: birokrasi,

hierarki, ketidakjelasan, pertengkaran, dan kekakuan. Kedua, faktor-faktor yang men-gakibatkan gesekan antaranggota: persaingan internal, intimidasi, dan manipulasi. Ketiga, faktor-faktor yang mencegah anggota dari kerja secara efektif: kontrol berlebihan, fokus jangka pendek, dan teritorialisme.Bagaimana mengatasi timbulnya entropi bu-daya dalam perusahaan? Barrett Value Center yang sudah berpengalaman mengukur entropi di ribuan organisasi di berbagai negara, men-gidentifikasi 4 keselarasan yang diperlukan untuk mengatasi entropi budaya yaitu: per-tama, Personal Alignment, yaitu keselarasan antar nilai pribadi dengan perilaku. Contoh orang yang memiliki nilai kejujuran sejalan juga dengan perilakunya; kedua, Structure Alignment, yaitu keselarasan antara nilai pe-rusahaan dengan sistem organisasi. Contoh perusahaan yang memiliki nilai integritas, transparan, hal itu sejalan dengan sistem di perusahaan sehingga good corporate govern-ment pun dijalankan; ketiga, Values Align-ment, yaitu keselarasan antara nilai pribadi dengan nilai perusahaan. Contoh si A adalah karyawan yang jujur bekerja di perusahaan yang memiliki budaya kerja integritas dan dalam pelaksanaannya menjunjung tinggi kejujuran; dan keempat, Mission Alignment, yaitu keselarasan antara perilaku dengan sistem organisasi. Contoh perusahan yang memberikan penghargaan bukan hanya pada kinerja tetapi juga menilai kejujuran.Keselarasan pada keempat kuadran di atas sangat diperlukan untuk mengatasi entropi budaya. Budaya perusahaan yang positif dan kuat dapat dibentuk hanya jika nilai-nilai dan perilaku secara struktural diintegrasikan ke dalam sistem manajemen sumber daya manu-sia. *Dari berbagai sumber (jose)

Entropi Budaya

Page 34: Bernas Edisi Maret 2015