SALING BERKERAS: MOGOK DEMI - ftp.unpad.ac.id · di berbagai kota di Prancis. Bahkan, sejumlah...

1
T ULISAN ‘Saatnya untuk Pensiun, Sarkozy, Dasar Kau Rasialis!’ ter- pampang bersama span- duk lainnya bernada serupa di Place de la Republique, Paris, 7 September si- lam. Spanduk kecaman terse- but mewakili kemarahan puluhan ribu demonstran terkait den- gan rencana Presiden Nicolas Sarkozy untuk memundurkan batas minimal pensiun dari 60 tahun ke 62 tahun dan tun- jangan pensiun penuh dari 65 tahun ke 67 tahun. Demonstrasi pada hari itu tidak berhenti sampai di situ. Hingga pertengahan bulan ini, pemogokan terus bergulir di berbagai kota di Prancis. Bahkan, sejumlah serikat bu- ruh menyerukan pemogokan transportasi di seantero Pran- cis. Itu termasuk partisipasi pekerja Eurotunnel yang ber- tugas mengamankan arus barang dan penumpang di bawah Selat Channel menuju London. Di samping itu, pe- mogokan diikuti sektor lain, seperti energi, pos, dan peru- sahaan swasta. Khusus di bidang energi, demonstrasi berakibat fatal. Sebagaimana dikemukakan serikat pekerja pengimpor minyak, UFIP, sedikitnya 10 dari 12 kilang telah ditutup. Karena itu, sekitar 4.000 dari 12.700 stasiun pengisian bahan bakar sama sekali tidak me- nyimpan pasokan. Akibatnya, arus penerbangan terganggu. Pekan lalu, tidak ada satu penerbangan pun yang bisa keluar dari Bandara Orly di Paris. Lantas, sebanyak 30% dari seluruh bandara Prancis, termasuk Bandara Charles de Gaule, terpaksa membatalkan 30% penerbangan keluar. Se- baliknya, 50% penerbangan ke Paris dibatalkan. Kepolisian Prancis mem- perkirakan sekitar 1 juta demonstran melakukan aksi di lebih dari 250 pawai, sepan- jang pekan lalu. Menteri Dalam Negeri Brice Hortefeux menga- ku polisi telah melakukan 428 penangkapan dan telah mena- han 1.423 orang. Anak muda Di antara para demonstran yang ditahan, terdapat wajah- wajah belia usia pelajar sekolah menengah atas. Hugo Christy, seorang mahasiswa Institut d’Etudes Politiques de Paris, mengaku protes merupakan diskursus politik yang normal di Prancis. “Demonstrasi pertama saya adalah ketika berusia tujuh tahun, bersama kedua orang tua saya. Meskipun saya tidak paham artinya, itu sangat ber- bekas di benak saya,” papar Christy. Mengenai keterlibatan anak muda dalam protes reformasi pensiun, menurut Christy, itu bersumber dari kekha- watiran terhadap lapangan pekerjaan. “Tingkat pengang- guran bagi anak muda sangat tinggi saat ini. Jika orang tidak bekerja, mereka tidak mampu menopang sistem pensiun.” Letih Kebijakan Sarkozy yang disetujui Senat pada Jumat (22/10) lalu memang disesali berbagai kalangan di Prancis. Jajak pendapat stasiun televisi Canal Plus menunjukkan 70% rakyat Prancis menyokong pe- mogokan. Jean-Pierre Lesouef, manajer bidang elektronik di perusahaan transportasi Tha- lys, mengaku telah letih bekerja selama 37 tahun. “Saya sudah muak. Ketika Anda berusia seperti saya dan bekerja selama yang saya laku- kan, Anda akan tahu apakah Anda ingin menambah dua tahun lagi.” Saat ini, seorang pekerja di Prancis yang telah bekerja se- lama 40,5 tahun berhak pensiun pada usia 60 tahun. Mereka yang berstatus sebagai pegawai negeri akan mendapat 75% dari gaji selama enam bulan terakhir. Sebaliknya, pegawai swasta memperoleh 50% gaji dari 25 tahun terakhir. Kementerian Tenaga Kerja memaparkan terdapat 15,5 juta pensiunan di Prancis. Jumlah itu akan membengkak menjadi 18 juta pada 2030. Ba- dan Pensiun Nasional mem- perkirakan jumlah tersebut akan berakibat buruk pada anggaran tahunan untuk dana pensiun. Pemerintah Prancis harus mengeluarkan US$44 miliar pada 2010 dan US$111 miliar pada 2030. Karena itu, meski jajak pendapat surat kabar Journal du Dimanche menunjukkan tingkat sokongan kepada presiden hanya mencapai 29%, Sarkozy mengaku harus menempuh reformasi pensiun. “Bukan perusuh yang ber- jaya dalam demokrasi. Jika kami membiarkan Anda semua berhenti bekerja, siapa yang akan menggaji?” cetus Sarkozy dalam kunjungan ke sebuah pabrik di daerah Eure-et-Loir. (AP/Reuters/BBC/I-1) [email protected] Jerome E Wirawan 22 | SELASA, 26 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus MOGOK DEMI Reformasi pensiun menuai protes dari ban LENGAN kekar Eric Gilly mengayun sesuai dengan ritme ke arah drum berdiameter 50 cm yang menjuntai dari lehernya. Iramanya menghentak, klop dengan pekikan puluhan orang di sekitarnya. Meski bertingkah dan berpakaian layaknya pe- serta perayaan kondang Festival de Marseille, Gilly tidak sedang larut dalam pesta. Pria berusia 50 tahun itu tengah ambil bagian dalam aksi protes menentang refor- masi pensiun yang dicetuskan Presiden Nicolas Sarkozy. Bah- kan, Gilly mengajak serta adik perempuannya, dua putri, dan seorang keponakan. Bagi per- wakilan serikat pekerja kom- pleks makam Saint-Pierre itu, layanan kesehatan bersubsidi negara dan pensiun pada usia 60 tahun bukanlah kemewah- an. Fasilitas tersebut adalah hak asasi dan bagian penting dari identitas Prancis. “Kami ingin berhenti bekerja pada usia 60 tahun karena itu adalah sesuatu yang orang tua, kakek, dan buyut kami perjuangkan,” seru Gilly keti- ka ditemui di salah satu ruas utama Kota Marseille, Kamis (21/10). “Dan selama beberapa tahun terakhir, Anda bisa meli- hat bagaimana kami kehilang- an semua yang mereka telah perjuangkan. Itu jelas tidak bisa kami terima,” sambungnya. Di Marseille, aksi menen- tang rencana Sarkozy merem- bet ke berbagai sektor. Kota di pesisir Laut Mediterania itu berubah menjadi penam- pungan sampah lantaran petu- gas kebersihan mogok kerja berhari-hari. Transportasi pub- lik pun lumpuh. “Persatuan, itulah yang mengalir di bawah kulit. Bah- kan, lebih dari sekadar sema- ngat. Saat ada sesuatu yang salah, hal-hal tersebut harus diubah,” tegas Gilly ketika ditanya mengapa pekerja di Marseille begitu kompak meng- gelar aksi. Budaya Budaya protes me- mang mengakar di tengah warga Pran- c i s . Menurut se- jumlah pa- kar budaya, mengubah kehendak negara oleh warga bisa ditelusuri ke abad 19. Pada masa itu, tradisi anarkistis membuat serikat- serikat buruh memimpin perjuangan menentang kapi- talisme dan menolak berkompromi dengan partai politik. Salah satu serikat buruh yang masih meneruskan tradisi itu adalah Confédération Gé- nérale du Travail (CGT). “Keadaan di Prancis saat ini mencerminkan budaya lama. Ketika ada sesuatu yang rakyat tidak senangi, mereka meng- gelar protes,” papar Etienne Schweisguth, analis Pusat Ka- jian Eropa dari Foundation for Political Science. Namun, menurut Schweis- guth, protes para pekerja juga bisa bersumber dari ketidakbe- cusan pemerintah dalam me- mastikan kemaslahatan rakyat. “Negara dipandang sebagai penjamin kebaikan moral.” Usia 60 tahun menjadi ba- tas minimum pensiun pada masa kepemimpinan Presiden Francois Mitterrand pada 1982. Pria beraliran sosialis itu menu- runkan batas dari sebelumnya 65 tahun, dengan memberlaku- kan undang-undang khusus yang melangkahi parlemen. Sejak saat itu, 60 menjadi angka emas. Tidak mengheran- kan jika ratusan ribu warga turun ke jalan demi mem- perjuangkan hak para kakek dan nenek, orang tua, serta kolega mereka. Tidak terkecua- li, keluarga Gilly. “Ini adalah urusan keluarga sebab persatuan adalah sifat keluarga besar kami,” ujar Stephanie Gilly, putri sulung Eric yang berusia 22 tahun. “Semua generasi di dalam ke- luarga kami terwakilkan. Ada saya, adik perempuan saya, dan ayah. Suatu hari anak saya juga akan turun ke jalan. Kami akan mengajari mereka,” tan- das karyawan Dinas Pengolah Sampah Kota Marseille itu. (Jer/ AP/I-1) Gilly, Potret Seorang Demonstran REUTERS/ROBERT PRATTA AP/CLAUDE PARIS SALING BERKERAS: Sekelompok anggota polisi antihuruhara mengambil posisi dalam bentrokan dengan para pelajar yang menggelar demonstrasi di Lyon, Selasa (19/10). Sejak 7 September sila berkeras menaikkan batas minimum pensiun dari 60 tahun menjadi 62 tahun serta tunjangan pensiun penuh dari 65 tahun menjadi 67 tahun. Di lain pihak, sejumlah serikat buruh berkukuh bahwa pe TOPENG PRESIDEN: Seorang pekerja kilang minyak yang mengenakan topeng Presiden Prancis Nicolas Sarkozy membagikan selebaran kepada para pengendara di jalan tol dekat Kota Vienne, Jumat (22/10). Meski sudah disetujui Senat, Serikat Buruh tetap berkeras menggelar protes terhadap reformasi pensiun. Eric Gilly FOKUS NUSANTARA BACA BESOK! Tema: Koleksi Emas Mataram Kuno Menghilang

Transcript of SALING BERKERAS: MOGOK DEMI - ftp.unpad.ac.id · di berbagai kota di Prancis. Bahkan, sejumlah...

Page 1: SALING BERKERAS: MOGOK DEMI - ftp.unpad.ac.id · di berbagai kota di Prancis. Bahkan, sejumlah serikat bu-ruh menyerukan pemogokan transportasi di seantero Pran-cis. Itu termasuk

TULISAN ‘Saatnya u n t u k P e n s i u n , S a r k o z y, D a s a r Kau Rasialis!’ ter-

pampang bersama span-duk lainnya bernada

serupa di Place de la Republique, Paris,

7 September si-lam. Spanduk kecaman terse-

but mewakili k e m a r a h a n puluhan ribu demonstran terkait den-

gan rencana Presiden Nico las Sarkozy untuk memundurkan batas minimal pensiun dari 60 tahun ke 62 tahun dan tun-jangan pensiun penuh dari 65 tahun ke 67 tahun.

Demonstrasi pada hari itu tidak berhenti sampai di situ. Hingga pertengahan bulan ini, pemogokan terus bergulir di berbagai kota di Prancis. Bahkan, sejumlah serikat bu-ruh menyerukan pemogokan

transportasi di seantero Pran-cis. Itu termasuk partisipasi pekerja Eurotunnel yang ber-tugas mengamankan arus barang dan penumpang di bawah Selat Channel menuju London. Di samping itu, pe-mogokan di ikuti sektor lain, seperti energi, pos, dan peru-sahaan swasta.

Khusus di bidang energi, demonstrasi berakibat fatal. Sebagaimana dikemukakan serikat pekerja pengimpor minyak, UFIP, sedikitnya 10 dari 12 kilang telah ditutup. Karena itu, sekitar 4.000 dari 12.700 stasiun pengisian bahan bakar sama sekali tidak me-nyimpan pasokan. Akibatnya, arus penerbangan terganggu. Pekan lalu, tidak ada satu penerbangan pun yang bisa keluar dari Bandara Orly di Paris. Lantas, sebanyak 30% dari seluruh bandara Prancis, termasuk Bandara Charles de Gaule, terpaksa membatalkan 30% penerbangan keluar. Se-baliknya, 50% penerbangan ke Paris dibatalkan.

Kepolisian Prancis mem-

perkirakan sekitar 1 juta demonstran melakukan aksi di lebih dari 250 pawai, sepan-jang pekan lalu. Menteri Dalam Negeri Brice Hortefeux menga-ku polisi telah melakukan 428 penangkapan dan telah mena-han 1.423 orang.

Anak mudaDi antara para demonstran

yang ditahan, terdapat wajah-wajah belia usia pelajar sekolah menengah atas. Hugo Christy, seorang mahasiswa Institut d’Etudes Politiques de Paris, mengaku protes merupakan diskursus politik yang normal di Prancis.

“Demonstrasi pertama saya adalah ketika berusia tujuh tahun, bersama kedua orang tua saya. Meskipun saya tidak paham artinya, itu sangat ber-bekas di benak saya,” papar Christy.

Mengenai keterlibatan anak muda dalam protes reformasi pensiun, menurut Christy, itu bersumber dari kekha-watiran terhadap lapangan pekerjaan. “Tingkat pengang-

guran bagi anak muda sangat tinggi saat ini. Jika orang tidak bekerja, mereka tidak mampu menopang sistem pensiun.”

LetihKebijakan Sarkozy yang

disetujui Senat pada Jumat (22/10) lalu memang disesali berbagai kalangan di Prancis. Jajak pendapat stasiun televisi Canal Plus menunjukkan 70% rakyat Prancis menyokong pe-mogokan. Jean-Pierre Lesouef, manajer bidang elektronik di perusahaan transportasi Tha-lys, mengaku telah letih bekerja selama 37 tahun.

“Saya sudah muak. Ketika Anda berusia seperti saya dan bekerja selama yang saya laku-kan, Anda akan tahu apakah Anda ingin menambah dua tahun lagi.”

Saat ini, seorang pekerja di Prancis yang telah bekerja se-lama 40,5 tahun berhak pensiun pada usia 60 tahun. Mereka yang berstatus sebagai pegawai negeri akan mendapat 75% dari gaji selama enam bulan terakhir. Sebaliknya, pegawai

swasta memperoleh 50% gaji dari 25 tahun terakhir.

Kementerian Tenaga Kerja memaparkan terdapat 15,5 juta pensiunan di Prancis. Jumlah itu akan membengkak menjadi 18 juta pada 2030. Ba-dan Pensiun Nasional mem-perkirakan jumlah tersebut akan berakibat buruk pada anggaran tahunan untuk dana pensiun. Pemerintah Prancis harus mengeluarkan US$44 miliar pada 2010 dan US$111 miliar pada 2030.

Karena itu, meski jajak pendapat surat kabar Journal du Dimanche menunjukkan tingkat sokongan kepada presiden hanya mencapai 29%, Sarkozy mengaku harus menempuh reformasi pensiun.

“Bukan perusuh yang ber-jaya dalam demokrasi. Jika kami membiar kan Anda semua berhenti be ker ja, siapa yang akan meng ga ji?” cetus Sarkozy dalam ku njungan ke sebuah pabrik di daerah Eure-et-Loir. (AP/Reuters/BBC/I-1)

[email protected]

Jerome E Wirawan

22 | SELASA, 26 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Fokus

MOGOK DEMIReformasi pensiun menuai protes dari ban

LENGAN kekar Eric Gilly meng ayun sesuai dengan ritme ke arah drum berdiameter 50 cm yang menjuntai dari leher nya. Iramanya menghentak, klop dengan pekikan puluhan orang di sekitarnya. Meski bertingkah dan berpakaian layaknya pe-serta perayaan kondang Festival de Marseille, Gilly tidak sedang larut dalam pesta.

Pria berusia 50 tahun itu tengah ambil bagian dalam aksi protes menentang refor-masi pensiun yang dicetuskan Presiden Nicolas Sarkozy. Bah-kan, Gilly mengajak serta adik perempuannya, dua putri, dan seorang keponakan. Bagi per-wakilan serikat pekerja kom-pleks makam Saint-Pierre itu, layanan kesehatan bersubsidi negara dan pensiun pada usia 60 tahun bukanlah kemewah-an. Fasilitas tersebut adalah hak asasi dan bagian penting dari identitas Prancis.

“Kami ingin berhenti bekerja pada usia 60 tahun karena itu adalah sesuatu yang orang tua, kakek, dan buyut kami perjuangkan,” seru Gilly keti-ka ditemui di salah satu ruas utama Kota Marseille, Kamis (21/10). “Dan selama beberapa tahun terakhir, Anda bisa meli-hat bagaimana kami kehilang-an semua yang mereka telah perjuangkan. Itu jelas tidak bisa kami terima,” sambungnya.

Di Marseille, aksi menen-tang rencana Sarkozy merem-bet ke berbagai sektor. Kota di pesisir Laut Mediterania itu berubah menjadi penam-pungan sampah lantaran petu-gas kebersihan mogok kerja berhari-hari. Transportasi pub -lik pun lumpuh.

“Persatuan, itulah yang menga lir di bawah kulit. Bah-kan, lebih dari sekadar sema-ngat. Saat ada sesuatu yang salah, hal-hal tersebut harus diubah,” tegas Gilly ketika ditanya mengapa pekerja di Marseille begitu kompak meng-gelar aksi.

BudayaBudaya protes me-

mang mengakar d i t e n g a h

w a r g a

P r a n -c i s . Menurut se-jumlah pa-kar budaya, meng ubah kehendak negara oleh warga bisa ditelusuri ke abad 19. Pada masa itu, tradisi anark i s t i s m e m b u a t s e r i k a t -serikat buruh m e m i m p i n p e r j u a n g a n menentang kapi-talisme dan menolak berkompromi dengan partai

politik. Salah satu serikat buruh yang masih meneruskan tradisi itu adalah Confédération Gé-nérale du Travail (CGT).

“Keadaan di Prancis saat ini mencerminkan budaya lama. Ketika ada sesuatu yang rakyat tidak senangi, mereka meng-gelar protes,” papar Etienne Schweisguth, analis Pusat Ka-jian Eropa dari Foundation for Political Science.

Namun, menurut Schweis-guth, protes para pekerja juga bisa bersumber dari ketidakbe-cusan pemerintah dalam me-mastikan kemaslahatan rakyat. “Negara dipandang sebagai penjamin kebaikan moral.”

Usia 60 tahun menjadi ba-tas minimum pensiun pada masa kepemimpinan Presiden Francois Mitterrand pada 1982. Pria beraliran sosialis itu menu-runkan batas dari sebelumnya 65 tahun, dengan memberlaku-kan undang-undang khusus yang melangkahi parlemen.

Sejak saat itu, 60 menjadi angka emas. Tidak mengheran-kan jika ratusan ribu warga turun ke jalan demi mem-perjuangkan hak para kakek dan nenek, orang tua, serta kolega mereka. Tidak terkecua-li, keluar ga Gilly.

“Ini adalah urusan keluarga sebab persatuan adalah sifat keluarga besar kami,” ujar Stephanie Gilly, putri sulung Eric yang berusia 22 tahun. “Semua generasi di dalam ke-luarga kami terwakilkan. Ada saya, adik perempuan saya, dan ayah. Suatu hari anak saya juga akan turun ke jalan. Kami akan mengajari mereka,” tan-das karyawan Dinas Pengolah

Sampah Kota M a r s e i l l e i t u . ( J e r /AP/I-1)

Gilly, Potret Seorang

Demonstran

REUTERS/ROBERT PRATTA

AP/CLAUDE PARIS

SALING BERKERAS: Sekelompok anggota polisi antihuruhara mengambil posisi dalam bentrokan dengan para pelajar yang menggelar demonstrasi di Lyon, Selasa (19/10). Sejak 7 September silaberkeras menaikkan batas minimum pensiun dari 60 tahun menjadi 62 tahun serta tunjangan pensiun penuh dari 65 tahun menjadi 67 tahun. Di lain pihak, sejumlah serikat buruh berkukuh bahwa pe

TOPENG PRESIDEN:Seorang pekerja kilang minyak yang mengenakan topeng Presiden Prancis Nicolas Sarkozy membagikan selebaran kepada para pengendara di jalan tol dekat Kota Vienne, Jumat (22/10). Meski sudah disetujui Senat, Serikat Buruh tetap berkeras menggelar protes terhadap reformasi pensiun.

Eric Gilly

FOKUSNUSANTARA

BACA BESOK!Tema:

Koleksi EmasMataram Kuno Menghilang