SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri...

91
1 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI DAERAH MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa keanekaragaman hayati merupakan aset bagi pembangunan nasional dan daerah sehingga diperlukan pengelolaan secara terpadu, baik antar sektor maupun antar tingkat pemerintahan; b. bahwa kegiatan pembangunan dan/atau pemanfaatan sumber daya alam berpotensi mengakibatkan kerusakan dan mengancam kelestarian keanekaragaman hayati baik pada tingkat sumber daya genetik, spesies, maupun ekosistem; c. bahwa berdasarkan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, penyelenggaraan pengelolaan keanekaragaman hayati dilaksanakan berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3556); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

Transcript of SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri...

Page 1: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

1

SALINAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUPNOMOR 29 TAHUN 2009

TENTANGPEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI DAERAH

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Menimbang : a. bahwa keanekaragaman hayati merupakan aset bagipembangunan nasional dan daerah sehinggadiperlukan pengelolaan secara terpadu, baik antarsektor maupun antar tingkat pemerintahan;

b. bahwa kegiatan pembangunan dan/atau pemanfaatansumber daya alam berpotensi mengakibatkankerusakan dan mengancam kelestariankeanekaragaman hayati baik pada tingkat sumberdaya genetik, spesies, maupun ekosistem;

c. bahwa berdasarkan Pasal 9 Peraturan PemerintahNomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahan Antara Pemerintah, PemerintahanDaerah Provinsi, dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota, penyelenggaraan pengelolaankeanekaragaman hayati dilaksanakan berdasarkannorma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkanoleh Menteri;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlumenetapkan Peraturan Menteri Negara LingkunganHidup tentang Pedoman Konservasi KeanekaragamanHayati Di Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentangKonservasi Sumber Daya Alam Hayati danEkosistemnya (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3419);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentangPengesahan United Nations Convention on BiologicalDiversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsamengenai Keanekaragaman Hayati) (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3556);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentangPengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

Page 2: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

2

4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentangPengesahan Cartagena Protocol On Biosafety To TheConvention On Biological Diversity (Protokol Cartagenatentang Keamanan Hayati atas Konvensi tentangKeanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 88, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4414);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang PerubahanKedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4725);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentangKeamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 44,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4498);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi, dan PemerintahanDaerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentangOrganisasi Perangkat Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentangRencana Tata Ruang Wilayah Nasional (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4833);

11. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, danTata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesiasebagaimana telah diubah beberapa kali terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;

Page 3: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

3

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUPTENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMANHAYATI DI DAERAH.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:1. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup di

muka bumi dan peranan-peranan ekologisnya yang meliputikeanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, dankeanekaragaman genetik.

2. Konservasi keanekaragaman hayati adalah pengelolaankeanekaragaman hayati yang pemanfaatannya dilakukan secarabijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengantetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dannilainya.

3. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota danperangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahandaerah.

4. Rencana induk pengelolaan keanekaragaman hayati yangselanjutnya disebut RIP Kehati adalah dokumen kerangkaperencanaan strategis untuk periode 5 (lima) tahun yang digunakansebagai dasar bagi pengelolaan terpadu keanekaragaman hayati diprovinsi atau kabupaten/kota.

5. Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disingkat SKPDadalah lembaga yang menangani urusan tertentu di provinsi ataukabupaten/kota.

6. Unit pelaksana teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unsurpelaksana tugas teknis instansi Pemerintah di daerah.

7. Rencana pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnyadisingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5(lima) tahun.

8. Rencana pembangunan tahunan satuan kerja perangkat daerahyang selanjutnya disebut rencana kerja satuan kerja perangkatdaerah atau Renja SKPD adalah dokumen perencanan satuan kerjaperangkat daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

9. Profil keanekaragaman hayati daerah adalah data dan informasimengenai potensi dan kondisi keanekaragaman hayati di provinsiatau kabupaten/kota.

10. Pemanfaatan keanekaragaman hayati berkelanjutan adalah usahaatau kegiatan pemanfataan keanekaragaman hayati dengan caradan tingkat yang tidak menyebabkan kerusakan keanekaragamanhayati sehingga potensinya dapat terjaga untuk pemenuhankebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

Page 4: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

4

11. Kerusakan keanekaragaman hayati adalah penurunan kuantitasdan kualitas keanekaragaman hayati sehingga mengancamkelestariannya.

12. Konflik pemanfaatan keanekaragaman hayati adalah perselisihanantara dua pihak atau lebih yang terjadi akibat perbedaankepentingan dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati.

13. Sistem informasi keanekaragaman hayati adalah tata kelola datadan informasi dalam bentuk database yang disajikan denganmenggunakan media teknologi informasi untuk mendukungpengelolaan keanekaragaman hayati.

14. Instansi lingkungan hidup daerah adalah instansi yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaanlingkungan hidup provinsi atau kabupaten/kota.

15. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 2Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Menteri ini meliputi:a. perencanaan konservasi keanekaragaman hayati;b. penetapan kebijakan dan pelaksanaan konservasi, pemanfaatan

berkelanjutan, dan pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati;c. pemantauan dan pengawasan pelaksanaan konservasi

keanekaragaman hayati;d. penyelesaian konflik dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati;

dane. pengembangan sistem informasi dan pengelolaan database

keanekaragaman hayati.

BAB IIPERENCANAAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

Pasal 3(1) Dalam rangka menyusun perencanaan konservasi keanekaragaman

hayati diperlukan informasi mengenai kondisi dan potensikeanekaragaman hayati yang disusun dalam bentuk profilkeanekaragaman hayati daerah.

(2) Penyusunan profil keanekaragaman hayati daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan pedoman yangtercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(3) Profil keanekaragaman hayati daerah diperbaharui sesuai dengankondisi keanekaragaman hayati.

Pasal 4(1) Profil keanekaragaman hayati daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (1) disusun oleh tim penyusun profilkeanekaragaman hayati daerah yang dibentuk oleh:a. gubernur untuk penyusunan profil keanekaragaman hayati

provinsi; atau

Page 5: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

5

b. bupati/walikota untuk penyusunan profil keanekaragamanhayati kabupaten/kota.

(2) Tim penyusun profil keanekaragaman hayati daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (2) terdiri atas SKPD, UPT, dan pakar yangterkait dengan bidang keanekaragaman hayati dan diketuai olehkepala instansi lingkungan hidup daerah.

Pasal 5(1) Berdasarkan profil keanekaragaman hayati daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) pemerintahan daerah menyusunRIP Kehati.

(2) Penyusunan RIP Kehati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan sesuai dengan pedoman penyusunan RIP Kehati yangtercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 6(1) Penyusunan RIP Kehati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(1) dilaksanakan oleh tim penyusun RIP Kehati yang dibentuk oleh:a. gubernur untuk penyusunan RIP Kehati provinsi; ataub. bupati/walikota untuk penyusunan RIP Kehati kabupaten/kota.

(2) Tim penyusun RIP Kehati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas SKPD, UPT, dan pakar yang terkait dengan bidangkeanekaragaman hayati dan diketuai oleh kepala instansilingkungan hidup daerah.

Pasal 7(1) RIP Kehati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) disusun

setiap 5 (lima) tahun sekali.(2) RIP Kehati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diintegrasikan dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari RPJMD.

BAB IIIKEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN KONSERVASI, PEMANFAATAN

BERKELANJUTAN DAN PENGENDALIAN KERUSAKANKEANEKARAGAMAN HAYATI

Pasal 8(1) Pemerintah daerah menetapkan kebijakan:

a. konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragamanhayati; dan

b. pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati.(2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain

mengatur:a. sistem perencanaan dan pemantauan pelaksanaan konservasi,

pemanfaatan berkelanjutan dan pengendalian kerusakankeanekaragaman hayati;

b. penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baikdalam konservasi, pemanfaatan berkelanjutan dan pengendaliankerusakan keanekaragaman hayati; dan

Page 6: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

6

c. kelembagaan pemanfaatan dan pengendalian kerusakankeanekaragaman hayati secara berkelanjutan.

(3) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan dalamperencanaan terpadu dan rencana kerja masing-masing SKPD.

(4) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan:a. peraturan gubernur untuk provinsi; ataub. peraturan bupati/walikota untuk kabupaten/kota.

Pasal 9(1) Dalam pelaksanaan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

8 ayat (1) huruf a, pemerintah daerah sesuai dengankewenangannya menetapkan kawasan bernilai penting bagikonservasi keanekaragaman hayati.

(2) Penetapan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berdasarkan kriteria yang tercantum dalam Lampiran III yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteriini.

(3) Penetapan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penetapandan/atau evaluasi rencana tata ruang wilayah provinsi ataurencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.

BAB VPEMANTAUAN DAN PENGAWASAN PELAKSANAAN

KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

Pasal 10(1) Instansi lingkungan hidup daerah melakukan pemantauan

terhadap pelaksanaan konservasi keanekaragaman hayati.(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk

mengetahui kondisi keanekaragaman hayati.(3) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan

profil keanekaragaman hayati sebagai acuan.

Pasal 11(1) Dalam pelaksanakan pemantauan, instansi lingkungan hidup

daerah dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi, lembagapenelitian, dan/atau lembaga lainnya.

(2) Hasil pemantauan dilaporkan kepada gubernur ataubupati/walikota dan digunakan antara lain untuk:a. pemutakhiran profil keanekaragaman hayati; danb. bahan pengambilan keputusan dalam pelaksanaan konservasi

keanekaragaman hayati.(3) Pemantauan dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

tahun.

Page 7: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

7

Pasal 12(1) Gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya

melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan konservasikeanekaragaman hayati.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakanoleh pejabat pengawas lingkungan hidup daerah.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakansesuai dengan peraturan menteri yang mengatur mengenaipedoman pengawasan lingkungan hidup.

BAB VIPENYELESAIAN KONFLIK DALAM

PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Pasal 13Konflik pemanfaatan keanekaragaman hayati dapat terjadi:a. antar SKPD di kabupaten/kota;b. antar SKPD di provinsi;c. antar pemerintah kabupaten/kota dalam satu provinsi;d. antar pemerintah provinsi; ataue. antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga dan/atau

masyarakat.

Pasal 14(1) Konflik pemanfaatan keanekaragaman hayati antar SKPD di

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf adapat diselesaikan melalui:

a. musyawarah; ataub. keputusan bupati/walikota.

(2) Keputusan bupati/walikota sebagaimana dimasud pada ayat (1)huruf b bersifat final dan mengikat.

Pasal 15(1) Konflik pemanfaatan keanekaragaman hayati antar SKPD di provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b dapat diselesaikanmelalui:a. musyawarah; ataub. keputusan gubernur.

(2) Keputusan gubernur sebagaimana dimasud pada ayat (1) huruf bbersifat final dan mengikat.

Pasal 16(1) Konflik pemanfaatan keanekaragaman hayati antar pemerintah

kabupaten/kota dalam satu provinsi sebagaimana dimaksud dalamPasal 13 huruf c dapat dilakukan melalui:a. musyawarah; ataub. keputusan gubernur.

(2) Keputusan gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bbersifat final dan mengikat.

Page 8: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

8

Pasal 17(1) Konflik pemanfaatan keanekaragaman hayati antar provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d dapat dilakukandengan cara:a. musyawarah; ataub. keputusan Menteri.

(2) Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bbersifat final dan mengikat.

Pasal 18(1) Konflik antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga dan/atau

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e dapatdiselesaikan melalui:a. musyawarah; ataub. gugatan melalui pengadilan.

(2) Gugatan melalui pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VIIPENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENGELOLAAN

DATABASE KEANEKARAGAMAN HAYATI

Pasal 19(1) Pemerintah daerah membangun dan mengembangkan sistem

informasi keanekaragaman hayati di daerah.(2) Pengembangan sistem informasi keanekaragaman hayati

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara operasional dilakukanoleh instansi lingkungan hidup provinsi atau kabupaten/kota.

(3) Informasi keanekaragaman hayati sebagaimana dimaksud padaayat (1) disajikan melalui media cetak dan/atau media elektronik.

Pasal 20Sistem informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 meliputi:a. database;b. jejaring sumber informasi; danc. sumber daya manusia untuk manajemen sistem informasi;

Pasal 21Penyusunan database keanekaragaman hayati harus menerapkanprinsip:a. akurasi dan tepat waktu;b. keterbukaan dan kemudahan terhadap akses informasi;c. data asli tetap dikelola oleh pemilik data; dand. menghormati hak kepemilikan data.

Pasal 22(1) Instansi lingkungan hidup provinsi atau kabupaten/kota

membentuk dan mengembangkan jejaring sumber informasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b.

(2) Jejaring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:

Page 9: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

9

a. melakukan pertukaran data, pemutakhiran, dan validasikeanekaragaman hayati yang tersebar di berbagai lembagapemerintah dan non-pemerintah yang berada di daerah provinsidan kabupaten/kota; dan

b. sinkronisasi data keanekaragaman hayati di antara jejaringsumber informasi.

(3) Jejaring sumber informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas:a. SKPD, instansi lingkungan hidup daerah kabupaten/kota,

perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga swadayamasyarakat, kelompok masyarakat dan dunia usaha, untukskala provinsi;

b. SKPD, perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga swadayamasyarakat, kelompok masyarakat dan dunia usaha, untukskala kabupaten/kota.

Pasal 23Instansi lingkungan hidup provinsi atau kabupaten/kota dalammengelola sistem informasi mempunyai tugas:a. mengumpulkan, memutakhirkan dan memvalidasi data

keanekaragaman hayati yang diperoleh dari anggota jejaring dan darisumber informasi resmi lainnya, di dalam sebuah database;

b. mengolah dan melakukan analisa data menjadi informasi; danc. menyajikan informasi keanekaragaman hayati.

Pasal 24Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23Instansi lingkungan hidup provinsi atau kabupaten/kota mempunyaikewajiban:a. menyediakan sumber daya manusia yang memadai untuk mengelola

sistem informasi;b. menyediakan informasi keanekaragaman hayati kepada gubernur

atau bupati/walikota;c. menyediakan informasi kepada publik sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;d. mendokumentasikan data dan/atau informasi keanekaragaman

hayati dalam bentuk database; dane. memfasilitasi pertemuan anggota jejaring paling sedikit 1 (satu) kali

dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 25(1) Database keanekaragaman hayati provinsi antara lain memuat:

a. data keadaaan umum;b. data kebijakan dan kelembagaan terkait konservasi

keanekaragaman hayati;c. data persentase luas kawasan konservasi; dand. data kawasan bernilai penting bagi konservasi keanekaragaman

hayati.(2) Database keanekaragaman hayati kabupaten/kota antara lain

memuat:

Page 10: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

10

a. data keadaan umum;b. data kebijakan dan kelembagaan terkait konservasi

keanekaragaman hayati;c. data kawasan lindung dan kawasan budidaya; dand. data keanekaragaman hayati ekosistem, spesies dan genetik

termasuk pengetahuan tradisional.(3) Database keanekaragaman hayati sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) disusun sesuai dengan pedoman profilkeanekaragaman hayati daerah yang tercantum dalam Lampiran I.

BAB VIIIPEMBIAYAAN

Pasal 26(1) Biaya penyelenggaraan pengelolaan keanekaragaman hayati skala

provinsi dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah Provinsi.

(2) Biaya penyelenggaraan pengelolaan keanekaragaman hayati skalakabupaten/kota dibebankan pada Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah Kabupaten/Kota.

BAB IXKETENTUAN PENUTUP

Pasal 27Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal: 5 Agustus 2009

MENTERI NEGARALINGKUNGAN HIDUP,

ttd

RACHMAT WITOELARSalinan sesuai dengan aslinyaDeputi MENLH BidangPenaatan Lingkungan,

ttd

Ilyas Asaad.

Page 11: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

1

Lampiran IPeraturan Menteri NegaraLingkungan HidupNomor : 29 Tahun 2009Tanggal : 5 Agustus 2009

PEDOMAN PENYUSUNANPROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAERAH

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragamanmakhluk hidup di muka bumi dan peranan-perananekologisnya yang meliputi keanekaragaman ekosistem,keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman genetik.Keanekaragaman ini terlihat pada:1. Tingkat antar-spesies, misalnya dalam keluarga Mangifera

ada mangga, kebembem, kuweni, bacang, kemang, danpakel; dalam keluarga; Nephelium ada rambutan,kapulasan, dan kelengkeng; contoh lain dalam keluargaDurio ada durian, lai, krantongan, dan lahong.

2. Tingkat di dalam spesies. Contoh dalam spesies manggaterdapat mangga golek, mangga arumanis, manggaindramayu, mangga lalijiwo, dan mangga manalagi; dalamspesies rambutan ada rambutan binjai, rambutan aceh,rambutan rapiah, dan sebagainya. Keanekaragaman inijuga ditunjukkan oleh kemampuan komponenkeanekaragaman hayati dalam memberikan manfaatnya,baik berupa barang dan jasa, maupun yang berupa nilaidalam pemanfaatan lainnya. Komponen keanekaragamanhayati yang telah dimanfaatkan disebut sumber dayahayati.

Keanekaragaman hayati meliputi beberapa tingkatan, yaituekosistem, spesies, dan di dalam spesies atau genetik. Spesiestumbuhan atau tanaman dan spesies hewan atau binatangsecara bersama-sama membentuk suatu masyarakat.Kumpulan makhluk hidup ini bersama lingkungan fisiknyasecara menyatu membentuk ekosistem. Ekosistem dapatberbentuk alami, dapat juga buatan/binaan manusia. Didalam ekosistem alami dan ekosistem buatan/binaanterdapat juga keanekaragaman. Keanekaragaman ekosistem,baik yang alami maupun yang binaan/buan diidentifikasitelah memberikan berbagai manfaat. Bila di suatu daerahterdapat lebih banyak ragam ekosistem, lebih besar pulapeluang bagi daerah pemiliknya untuk memanfaatkankeanekaragaman ekosistem ini. Ekosistem pun dapat

Page 12: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

2

memberikan kontribusi manfaatnya dalam bentuk barang danjasa.

Keanekaragaman hayati bervariasi menurut masing-masingdaerah. Di samping itu, dalam batas tertentu, masing-masingdaerah menunjukkan kekhasan, baik tumbuhan, tanamanmaupun satwa/hewannya. Secara alami komponenkeanekaragaman makhluk hidup mempunyai keterbatasanpersebaran, sehingga tiap daerah pun menunjukkankekhasan dalam menampilkan keanekaragaman hayatinya.Tingginya tingkat keanekaragaman hayati suatu daerahmemberikan peluang pemanfaatan yang lebih tinggi, karenasemakin banyaknya pilihan dan cadangan (dalam bentukbarang dan jasa) yang dapat dimanfaatkan. Dengan demikian,daerah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggimempunyai peluang besar pula untuk memperolehkeuntungan dari pemanfaatan keanekaragaman hayati danbagian-bagiannya. Jelaslah bahwa keanekaragaman hayatidapat memberikan manfaat bagi pemerintah daerah,masyarakat dan lingkungannya, baik dalam bentuk monetermaupun non moneter. Untuk mewujudkan manfaatkeanekaragaman hayati secara nyata, penguasaanpengetahuan dan tersedianya dokumen mengenaikeanekaragaman hayati merupakan syarat penting yangharus dipenuhi oleh daerah.

B. Pengertian dan Manfaat Profil Keanekaragaman Hayati Daerah

Profil Keanekaragaman Hayati Daerah merupakan gambarankeanekaragaman hayati yang terdapat atau dimiliki olehdaerah. Keanekaragaman hayati ini mencakup tingkatanekosistem, spesies, dan tingkatan di dalam spesies ataugenetik, baik yang alami maupun yang telah dibudidayakan.Pedoman penyusunan profil keanekaragaman hayati disiapkansebagai arahan dalam penyusunan profil keanekaragamanhayati bagi daerah-daerah di Indonesia.

Profil keanekaragaman hayati daerah mempunyai manfaat dannilai penting bagi daerah sebagai:1. Data dasar mengenai keanekaragaman hayati daerah.2. Kekuatan tawar pada saat komponen keanekaragaman

hayati akan diakses oleh pemohon.3. Pendukung pengambilan keputusan, perumusan

kebijakan, penyusunan strategi dan rancang tindakpengelolaan keanekaragaman hayati daerah.

II. TAHAPAN PENYUSUNAN PROFIL

Secara umum, penyusunan profil keanekaragaman hayati daerahdilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

Page 13: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

3

A. Identifikasi dan inventarisasi data/informasi keanekaragamanhayati di berbagai lembaga di daerah

Tahapan kegiatan ini bertujuan untuk pengumpulan danpenyediaan data/informasi keanekaragaman hayati yangterdapat di berbagai lembaga yang ada di daerah (datasekunder). Lembaga-lembaga di daerah yang menangani ataumemiliki informasi keanekaragaman hayati, meliputi: 1)Lembaga Pemerintah Daerah, 2) Lembaga Pemerintah Pusatyang ada di daerah, 3) Perguruan Tinggi dan LembagaPendidikan lain, 4) Industri dan Perusahaan yangmenggunakan bahan baku keanekaragaman hayati, dan 5)Lembaga Swadaya Masyarakat (tingkat lokal, nasional,maupun internasional). Sesuai dengan keragaman tugaspokok dan fungsinya, informasi yang terdapat di lembaga-lembaga tersebut bervariasi menurut tingkat jeniskeanekaragaman hayati dan kharakateristikpengelolaan/pemanfataannya. Pemerintah daerah perlumelakukan identifikasi ketersediaan informasikeanekaragaman hayati di berbagai lembaga tersebut.

Unit-unit yang ada dalam masing-masing kelompok lembagadapat dirinci seperti berikut:1. Lembaga Pemerintah Daerah: Dinas Tata Ruang, Dinas

Kehutanan, Dinas Pertanian (termasuk Perkebunan,Hortikultura, dan Peternakan), Dinas Kelautan danPerikanan, Dinas Kesehatan, Dinas Perdagangan, DinasPerindustrian, Bapedalda/BPLHD, Balitbangda, KebunKoleksi milik Daerah, Kebun Binatang, Pusat Pelatihan/Penampungan Satwa Liar.

2. Komisi Daerah (KOMDA) Plasma Nutfah: merupakanlembaga normatif non struktural di daerah, yangmengkoordinasikan pengelolaan plasma nutfah di daerah.

3. Lembaga Pemerintah Pusat di Daerah: Badan Pengkajiandan Penerapan Pertanian/BPTP (ada di setiap propinsi);Balai/Unit Litbang Pertanian; Balai/Unit Sertifikasi Benih;Balai/Unit Litbang Kehutanan; Balai/Unit LitbangKesehatan; Balai/Unit Litbang Kelautan dan Perikanan;LIPI (Kebun Raya di Daerah); Puspiptek (Kebun PlasmaNutfah). Tidak semua unit kerja Departemen bersesuaiandengan wilayah admnistratif, banyak unit kerjadepartemen yang cakupan layanannya bersifat fungsionalatau lintas propinsi, misalnya Balitas (Balai PenelitianTanaman Serat) di Malang, Jawa Timur; Balitra (BalaiPenelitian Tanah Rawa) di Banjarbaru, KalimantanSelatan; Balai Pengelolaan DAS, Balai KonservasiSumberdaya Alam, Balai dan Taman Nasional, BalaiPerbenihan Tanaman Hutan, dsb.

4. Perguruan Tinggi di daerah, baik swasta maupun negeri.

Page 14: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

4

5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM): tingkat lokal,nasional, dan internasional.

6. Industri: Perusahaan Perbenihan, Pemegang Ijin UsahaPemanfaatan Hasil Hutan Kayu baik Hutan Alam (IUPHHK-HA) maupun Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), PerusahaanPerkebunan, Perusahaan Peternakan, PerusahaanPerikanan, Perusahaan Farmasi, Perusahaan Penangkaran(satwa liar, tumbuhan alam, dan perbenihan).

7. Masyarakat Penangkar (perbenihan tanaman/tumbuhan,perbibitan ternak, ikan, dan satwa liar).

Setiap lembaga tersebut menyediakan data/informasikeanekaragaman hayati yang bervariasi dalam jenis danbentuknya sesuai dengan mandat/tupoksi masing-masinglembaga. Secara umum keragaman informasi di setiaplembaga antara lain:1. Dinas-dinas: informasi keanekaragaman hayati

(umumnya untuk tingkat keanekaragaman ekosistem danspesies) dari hasil pemantauan, pemeriksaan, izinpemanfaatan dan perdagangan untuk keanekaragamanhayati pertanian (termasuk Perkebunan, Peternakan, danHortikultura), kehutanan, Kelautan, perikanan, dan obat-obatan.

2. Instansi lingkungan hidup daerah: informasikeanekaragaman hayati (umumnya tingkatkeanekaragaman ekosistem dan spesies) dari hasilpemantauan dan pemeriksaan.

3. Balitbangda: informasi keanekaragaman hayati(umumnya tingkat keanekaragaman ekosistem danspesies) dari hasil penelitian.

4. Komisi Daerah (KOMDA) Plasma Nutfah: informasikeanekaragaman hayati (khususnya untuk tingkatkeanekaragaman genetik/plasma nutfah).

5. BPTP: mandat kerja dari lembaga ini adalah melakukanpengkajian teknologi pelestarian dan pemanfaatanpertanian. Pada lembaga ini informasi keanekaragamanhayati yang tersedia sangat lengkap untuk komoditastertentu pertanian, tergantung pada prioritas yang ada dimasing-masing daerah.

6. Balai/Unit Sertifikasi Benih: mandat kerja dari lembagaini adalah melakukan pendaftaran dan sertifikasi benihkomoditas pertanian. Pada lembaga ini informasikeanekaragaman hayati yang telah terdaftar cukuplengkap dan spesifik tentang benih dari banyakkomoditas pertanian.

7. Balai/Unit Litbang: mandat kerja dari lembaga ini adalahmelakukan penelitian dan pengembangankeanekaragaman hayati sesuai dengan bidang kerjanya.Informasi keanekaragaman hayati yang tersedia pada

Page 15: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

5

masing-masing unit kerja sesuai dengan jenis komoditasyang dikerjakan, yaitu:a. Litbang Pertanian: jenis tanaman pangan,

perkebunan, hortikultura, peternakan.b. Litbang Kehutanan: jenis tumbuhan alam (rotan,

liana, obat-obatan), pohon/tanaman industri, satwaliar (untuk jenis-jenis langka meliputi satwa darat dansatwa air).

c. Litbang Kelautan dan Perikanan: jenis komoditas(hewan dan tumbuhan) yang umumnya telah memilikinilai ekonomi dari ekosistem laut dan air tawar.

d. Litbang Kesehatan: jenis komoditas spesifiktumbuhan/tanaman obat-obatan dan jamu-jamuan.

Umumnya pada unit-unit kerja tersebut terdapat koleksiplasma nutfah/sumberdaya genetik dari komoditas yangditeliti, baik koleksi hidup maupun dalam bentukkriopreservasi. Di antara unit kerja tersebut ada yangsedang membangun bank gen.

8. Perguruan Tinggi: Informasi tentang keanekaragamanhayati yang tersedia sangat bervariasi menurut jenis danaspeknya, mengingat di setiap perguruan tinggi terdapatbanyak departemen dan fakultas yang berkaitan denganKeanekaragaman hayati.

9. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM): informasi yangtersedia umumnya di bidang sosial-ekonomi-budaya,pendampingan usaha, sosialisasi untuk pelestarian danpemanfaatan keanekaragaman hayati secara umum.Sangat jarang LSM yang menyediakan informasi tentangaspek teknis biologis keanekaragaman hayati.

10. Masyarakat Penangkar: informasi yang tersediaumumnya di bidang teknis penangkaran atau budidayajenis-jenis komoditas pertanian (tanaman pangan,perkebunan, hortikultura, dan peternakan), tanamankehutanan, tanaman obat-obatan dan jamu-jamuan,perikanan.

11. Industri: pemanfaatan keanekaragaman hayati untukindustri pangan, farmasi, obat-obatan dan jamu,kosmetik, kerajinan, penangkaran (satwa liar, tumbuhanalam, dan benih), dll.

B. Analisis Kesenjangan Data/Informasi Untuk PenyusunanProfil

Tahapan kegiatan ini bertujuan untuk menganalisisketersediaan data/informasi yang dimiliki oleh masing-masingpemangku kepentingan dan kebutuhan data/informasi yangdiperlukan untuk penyusunan Profil keanekaragaman hayati.Salah satu metode untuk analisis kesenjangan data/informasitersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel 1.

Page 16: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

6

Tabel 1. Analisis Kesenjangan data/informasikeanekaragaman hayati

JenisKeaneka-ragaman

hayati

Dinas Litbang

BPLHD

PT BALITBANGD

A

Industri

KOMDAPN

LSM

Masy.Penangkar

Tan

Bun

Hor

Ptrnk

Hut

KP

Indg

Kes

Tan/Tumb. HutanTan. BunTan.PanganTan. HortiTan. ObatPerikananTernakSatwa liar

Keterangan: Setiap sel diisi dengan ketersediaan informasiKehati di lembaga bersangkutan menurut dan mengikutikriteria besaran tingkat ketersediaannya (+ = rendah; ++ =sedang; dan +++ = tinggi). Tabel ini dibuat untuk kategoriberikut: a = keanekaragaman; b = persebaran; c = manfaat; d= penggunaan ekonomi; e = penggunaan non ekonomi; f =berlimpah; g = terancam; h = potensi pengembangan.

C. Inventarisasi data/informasi baru

Tujuan kegiatan ini adalah untuk melengkapi data/informasiyang belum tersedia berdasarkan hasil analisis kesenjangansebagaimana dimaksud dalam butir 2. Tahapan pelaksanaaninventasisasi data/informasi baru adalah sebagai berikut:1. Penetapan jenis-jenis prioritas yang perlu dilengkapi

dengan informasi baru, kemudian deskripsikan sesuaidengan kondisi masing-masing jenis (lihat angka 2 diatas/analisis kesenjangan data atau informasi).

2. Penetapan jenis-jenis prioritas dilakukan denganpertimbangan:a. Jenis/varietas asli/endemik, termasuk flora fauna

identitas daerahb. Jenis/varietas langka/terancam punahc. Jenis yang memiliki nilai ekonomi.

3. Penyediaan data/informasi baru dilakukan oleh lembagayang memiliki tupoksi terkait sesuai dengan tahapan danjadwal yang telah disepakati.

D. Analisis dan Sintesis

Kegiatan analisis dan sintesis terhadap semua data/informasi(dari B dan C) adalah untuk mengetahui nilai keterkaitan danvaliditas data/informasi keanekaragaman hayati yang akandisusun menjadi draft Profil Kehati Daerah.

Page 17: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

7

E. Konsultasi PublikKegiatan konsultasi publik dilaksanakan dengan mengundangpara pihak yang berkepentingan. Tujuan konsultasi publikadalah:1. Sosialisasi draft Profil Keanekaragaman Hayati sehingga

semua pemangku kepentingan terlibat secara aktif dalamupaya pengelolaan keanekaragaman hayati.

2. Validasi data/informasi.3. mendapatkan saran dan masukan dari publik guna

pengayaan Profil Keanekaragaman Hayati.Hasil akhir dari konsultasi publik ini adalah kesepakatan parapihak mengenai Profil Keanekaragaman Hayati.

III. METODE PENGUMPULAN DATA

A. Keadaan Bentang Alam

Bentang alam adalah hamparan lahan yang berisi bermacam-macam ekosistem atau habitat yang menjadi tempat hidupberbagai makhluk hidup. Jadi selain keadaan fisik, keadaanbentang alam ditentukan juga oleh kandungan hayati didalamnya. Masing-masing daerah memiliki bentang alam yangberbeda, khas menurut daerahnya. Dengan diketahuinyabentang alam di suatu daerah akan dapat diketahui pulakeberadaan berbagai ekosistem dan spesies yang merupakankandungan hayati di dalam bentang alam. Dengan cakupanseperti itu, keberadaan bentang alam dapat dimanfaatkan,baik dari segi fisik maupun dari segi hayatinya. Untukmemanfaatkannya sehubungan dengan pengembangan profilkeanekaragaman hayati, perlu diketahui gambaran bentangalam yang bersangkutan dan diidentifikasi unsur-unsurhayati yang ada di dalamnya.

Identifikasi bentang alam diperlukan untuk mengemukakaninformasi yang berkaitan dengan:1. Status dan kondisinya, dengan menginventarisasi

Data dan informasi untuk mengungkapkan gambaranbentang alam dari segi:a. Topografi atau keadaan permukaan lahan yang ada

dalam lingkup bentang alam.b. Fisiografi, yaitu keadaan fisik wilayah.c. Keadaan DAS.d. Sumber daya air.e. Tanah (struktur fisik dan sifat kimiawinya).f. Sifat geologinya.g. Iklim.h. Kandungan bahan tambang dan mineral penting.i. Populasi manusia (kependudukan), sosial budaya.j. Keanekaragaman biota: dalam tingkat ekosistem (alami

dan buatan), spesies, dan sumber daya genetik.

Page 18: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

8

2. Potensi bentang alam sebagai sumber daya untukpembangunan daerah, dilihat dari segi penyediaan barangdan/atau jasa, misalnya: daerah wisata, produksi airminum, produksi tambang, hasil hutan dan produksipertanian.

3. Upaya pemangku kepentingan dalam mengelola bentangalam, khususnya unsur-unsur hayati yang terkandung didalamnya, yaitu apa yang telah dikerjakan oleh sektor-sektor terkait dalam pelestarian dan pemanfaatan unsur-unsur hayati dan pelaku aktifnya.

Dalam hal data dan informasi bentang alam beberapa daerahtelah memilikinya, sehingga tidak perlu lagi memulai dari awal,tetapi cukup mengunakan data yang telah dikumpulkan olehberbagai pemangku kepentingan, di antaranya BalaiPengelolaan DAS, Balai Konservasi Sumberdaya Alam, BalaiTaman Nasional, LSM-LSM lingkungan, Dinas Tata Ruang, danBapeda Kabupaten/Kota di wilayah yang bersangkutan. Biladata baru mengenai bentang alam perlu dikumpulkan, denganteknologi maju dapat digunakan citra satelit denganmenggunakan metode-metode Geographic Information System(GIS) yang merupakan cara terbaik dan tercepat yang dapatdilakukan.

Analisis dan sintesis data yang tersedia diarahkan untukmenyajikan informasi mengenai kondisi bentang alam,sehingga dapat disusun upaya perencanaan pengelolaannya,yang meliputi pelestarian dan pemanfaatan kandunganunsur-unsur hayati, perencanaan penanggulangan dampaknegatif yang mungkin timbul, seperti lahan kritis, potensibencana alam, potensi pemanfaatan berlebihan, dankecukupan upaya perlindungan dan pelestarian. Keadaanbentang alam juga dilampiri peta yang sesuai dengan jenis-jenis informasi yang ditampilkan.

B. Keanekaragaman Ekosistem

Yang dimaksud ekosistem adalah tatanan unsur lingkunganhidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan salingmempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas,dan produktivitas lingkungan hidup. Data mengenaikeanekaragaman ekosistem hendaknya dapat menggambarkankeberadaan berbagai tipe ekosistem di daerah. Ekosistem-ekosistem ini dikelompokkan menjadi ekosistem alami danekosistem buatan/binaan, baik di daratan maupun dilingkungan perairan. Klasifikasi tipe ekosistem mengikuti caraumum yang telah digunakan oleh instansi yang kompeten.Data mengenai keanekaragaman ekosistem dapat diadopsi daridata penggunaan lahan dan rencana tata ruang wilayah, yangkemudian diperiksa silang (crosscheck) dengan rincian data

Page 19: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

9

yang tersedia di bidang kehutanan, pertanian, perikanan dankelautan, pertambangan dan lingkungan hidup.Jenis informasi keanekaragaman ekosistem yang perludisajikan adalah:1. Persebaran (geografi, ekologi), yaitu jenis informasi yang

menggambarkan persebaran setiap tipe ekosistem secarageografis di daerah yang bersangkutan. Informasi inisebaiknya disajikan dalam peta.

2. Kondisi ekosistem berdasarkan/mengikuti waktu ataumusim. Karena di Indonesia terdapat dua musim, data daninformasi mengenai kondisi ekosistem dalam dua musimyang berbeda perlu diungkapkan sehingga pengelolaannyadidasarkan fenomena yang terjadi dalam dua musim.

3. Jenis informasi yang dapat menggambarkan kondisi umumsetiap tipe ekosistem yang terdapat di daerah, yangmeliputi keunikan, spesies yang dominan, spesies penting(langka/endemik/dilindungi) yang ditemukan dalamekosistem atau habitat yang bersangkutan, serta tingkatancaman terhadap masing-masing ekosistem.

4. Potensi pengembangan ekosistem, yang menggambarkanpotensi setiap tipe ekosistem untuk dikembangkan dalamkonteks pembangunan wilayah, baik berbasis barangmaupun jasa lingkungan. Orientasi pengembangan harusberpegang teguh pada prinsip-prinsip pembangunanberkelanjutan.

5. Upaya pemangku kepentingan di daerah dalam pelestariandan pemanfaatan keanekaragaman hayati. Jenis informasiini menggambarkan upaya-upaya yang telah dilakukanoleh berbagai pihak dalam pelestarian dan pemanfaatansetiap tipe ekosistem yang ada di daerah, dirinci menurutsektor, pelaku, karakteristik, kinerja, dan intensitasdampak negatif/positif.

Pengumpulan data dan informasi mengenai keanekaragamanekosistem dapat dilakukan dengan menggunakan data yangtelah dikumpulkan oleh berbagai pihak, sebagaimana yangdilakukan terhadap bentang alam. Demikian juga, analisis dansintesis terhadap data ekosistem dilakukan untuk tujuan yangsama dengan pada bentang alam.

C. Keanekaragaman Spesies

Yang dimaksud dengan spesies adalah kumpulan individumakhluk hidup yang mempunyai ciri-ciri genetik yang samasehingga satu dengan yang lain dapat melakukan reproduksi.Sebagai contoh dapat disebutkan hubungan ayam kampung,ayam hutan merah, ayam hutan hijau, dan bekisar. Ayamkampung adalah spesies yang sama dengan ayam hutanmerah, karena keduanya dapat kawin dan menghasilkanketurunan yang dapat bereproduksi lagi. Lain halnya dengan

Page 20: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

10

ayam kampung yang disilangkan dengan ayam hutan hijau,akan diperoleh keturunan yang tidak mampu bereproduksilagi, yaitu ayam bekisar.

Spesies dapat dikelompokkan menurut tempat hidup danpengelolaannya, spesies dapat dikelompokkan menjadi spesiesliar dan spesies budidaya. Spesies liar yang belumdibudidayakan merupakan kelompok makhluk hidup yangterdiri atas populasi yang berada di habitat alami yang sesuai.Habitat ini tersebar di kawasan dengan batas geografi tertentu,contohnya adalah sagu yang alaminya tersebar di daerahMaluku dan Papua, dan lai (Durio kutajensis) mempunyaisebaran alami di Kalimantan. Contoh untuk spesies hewanadalah Badak cula dua yang hanya terdapat di Sumatra, anoahanya di Sulawesi, dan kanguru hanya di Papua. Spesiestanaman maupun hewan budi daya tidak mempunyai batasalami dan tidak memiliki kekhasan dalam penyebarannya.

Spesies juga dikelompokkan menurut persebaran ekologi atauhabitatnya (daratan/terestrial atau perairan/akuatik).Kelompok-kelompok tersebut dapat disubkelompokkan lagi.Spesies terestrial terdiri atas spesies dataran rendah ataudataran tinggi, sedangkan spesies akuatik dapatdikelompokkan lagi menjadi spesies air tawar, spesies lautan,dan spesies payau. Berdasarkan fungsinya, spesies budi dayadikelompokkan menjadi pangan, papan, obat-obatan danrempah, pakan, dan juga jasa. Spesies budidayadikelompokkan berdasarkan sektor pengelolaanya, yaitupertanian (termasuk perkebunan, hortikultura, peternakan),kehutanan, kelautan dan perikanan, kesehatan, dan industri.Jenis data dan informasi keanekaragaman spesies yang perludisajikan dalam profil adalah:1. Nama ilmiah dan nama lokal spesies yang ada di daerah

bersangkutan.2. Persebaran spesies berdasarkan geografi dan ekologi, jenis

informasi ini mengambarkan persebaran setiap spesiessecara geografi dan ekologi di daerah yang bersangkutan.

3. Persebaran spesies berdasarkan waktu atau musim dalamtahun; informasi ini penting sehubungan dengan efisiensipemanfaatan dan pelestariannya; dengan mengetahuimusim munculnya, dapat diketahui waktu melimpahnyapopulasi spesies yang bersangkutan untuk dilakukanpemanfaatan secara efisien dan berkelajutan, terutamayang berhubungan dengan kemampuan untukmemulihkan diri dalam menjamin kelestariannya.

4. Kondisi umum setiap spesies yang terdapat di daerah,antara lain endemisme, kelangkaan/kelimpahan(berdasarkan CITES dan/atau IUCN dan/atau penjelasanpakar), dilindungi/tidak dilindungi (berdasarkan PP No.: 7Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan

Page 21: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

11

Satwa), serta untuk spesies budidaya apakah bersifat lokal,hasil pemuliaan, atau eksotik (spesies asing);

5. Potensi pengembangan nilai tambah; informasi inimenggambarkan potensi setiap spesies untukdikembangkan, misalnya untuk penangkaran. Untukspesies yang telah mempunyai nilai ekonomi dapatdihitung besarnya nilai tersebut.

6. Upaya pemangku kepentingan di daerah dalam pelestariandan pemanfaatan spesies; jenis informasi inimenggambarkan upaya-upaya yang telah dilakukan olehberbagai pihak dalam pelestarian dan pemanfaatan setiapspesies yang ada di daerah.

Spesies yang ada di daerah dapat dipilah sebagai berikut:1. Spesies liar baik daratan maupun perairan (yang belum

mempunyai nilai ekonomi):a. Daratan

1). satwa (antara lain: cicak, capung, dan burung gereja).2). tumbuhan (antara lain: mahang, beringin, waru,

dadap, dan kelor).b. Perairan

1). satwa (antara lain:ular laut, dan ikan glodok).2). tumbuhan (antara lain: lamun, kerakap, dan gangang

kersik)2. Spesies liar, baik daratan maupun perairan (yang telah

mempunyai nilai ekonominya)a. Daratan

1). satwa (antara lain: gajah, rusa sambar, ular sawah,trenggiling, burung merak, kelabang, cengkerik,monyet ekor panjang, dan kaki seribu).

2). tumbuhan (antara lain: angrek, meranti, keruing,pandan, dan medang).

b. Perairan1). satwa (antara lain: kerapu, bandeng, udang, ubur-

ubur, teripang, arwana, dan patin).2). tumbuhan (antara lain: rumput laut, gangang biru,

dan teratai).c. Jenis yang sudah dibudidayakan

1). Tanaman pangan (antara lain: padi, jagung, ubi-ubian).

2). Perkebunan (antara lain: kelapa sawit, karet, kopi,kelapa, dan kina).

3). Hortikultura (antara lain: buah-buahan, tanamanhias, dan sayur-sayuran).

4). Pakan Ternak (antara lain: rumput gajah, setaria,dan jungkut pahit).

5). Obat dan rempah (antara lain: kunyit, jahe, lada,tapak doro, dan tempuyung).

6). Industri (antara lain: sandang, pangan, dan papan).

Page 22: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

12

7). Peternakan (antara lain: sapi, domba, ayam, danItik).

8). Kehutanan (antara lain: lebah madu, sutra, dan lak).9). Perairan Laut (antara lain: udang, kepiting, dan

bandeng).10). Perairan air tawar (antara lain: emas, nila, mujair,

dan gurame).

Dalam penyusunan profil perlu diprioritaskan spesies yangmempunyai nilai ekonomi penting, nilai sosial budaya,endemik, langka, dan dilindungi. Deskripsi mengenai flora danfauna identitas daerah perlu diberi prioritas.

Secara umum telah ada berbagai metode pengumpulan,analisis dan sintesis data dan informasi untukkeanekaragaman hayati. Departemen Kehutanan untukspesies liar, Departemen Pertanian untuk komoditi pertanian,LIPI untuk inventarisasi keanekaragaman hayati di alam liar,dan beberapa organisasi lain telah mengembangkan metodeinventarisasi dan analisis hasilnya. Dalam pengumpulan datauntuk keperluan penyusunan profil dapat digunakanpedoman yang telah tersusun dan diterapkan oleh lembaga-lembaga tersebut.

D. Keanekaragaman Genetik

Sumber daya genetik atau plasma nutfah adalah bahantanaman, hewan, jasad renik, yang mempunyai kemampuanuntuk menurunkan sifat dari satu generasi ke generasiberikutnya. Sumber daya genetik ini mempunyai nilai baikyang nyata, yaitu telah diwujudkan dalam pemanfaatan,maupun yang masih pada taraf potensi yaitu yang belumdiketahui manfaatnya. Pada tanaman, sumber daya genetikterdapat dalam biji, jaringan, bagian lain tanaman, sertatanaman muda dan dewasa. Pada hewan atau ternak sumberdaya genetik terdapat dalam jaringan, bagian-bagian hewanlainnya, semen, telur, embrio, hewan hidup, baik yang mudamaupun yang dewasa. Sumber daya genetik dapatdimanfaatkan untuk kepentingan pemuliaan dalammengembangkan varietas baru tanaman atau menghasilkanrumpun baru ternak.

Sumber daya genetik dapat terkandung di dalam varietastradisional dan varietas mutakhir atau kerabat liarnya. Bahangenetik ini merupakan bahan mentah yang sangat pentingbagi para pemulia tanaman, hewan dan ikan. Bahan genetikini merupakan bahan cadangan bagi makhluk untukpenyesuaian genetik dalam mengatasi perubahan kondisilingkungan yang membahayakan dan perubahan kondisiekosistem yang tidak mendukung kehidupan makhluk.

Page 23: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

13

Banyak spesies tanaman di Indonesia memilikikeanekaragaman sumber daya genetik tinggi danpersebarannya meliputi berbagai daerah. Setiap daerah diIndonesia memiliki beberapa sumber daya genetik yang khas,yang sering berbeda dengan yang ada di daerah lain. Contohyang dapat dikemukakan adalah beberapa varitas padi yangkhas untuk lokasinya. Kenyataan ini merupakan suatupotensi yang bernilai tinggi bagi daerah untuk memanfaatkanfenomena ini. Sebagian dari sumber daya genetik tersebut adayang telah dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomitinggi, tetapi banyak pula di antaranya yang belumdimanfaatkan sama sekali, sehingga mengalami ancamankepunahan. Contoh plasma nutfah tanaman yangpemanfaatannya telah dikembangkan adalah salak Pondoh(Yogyakarta), salak Bali (Bali), nenas Bogor (Bogor), durenPetruk (Semarang), mangga Gedong Gincu (Cirebon), berasRojolele (Delanggu), beras Cianjur (Cianjur), bareh Solok(Solok), dan sebagainya.

Pada ternak, walaupun tidak sebanyak pada tanaman,beberapa spesies ternak memiliki keanekaragaman sumberdaya genetik cukup tinggi, sebagian besar telahdikembangkan pemanfaantannya dan memiliki nilai ekonomi.Contoh sapi Bali (Bali), ayam Kedu (Kedu), domba Ekor Tipis(Garut), itik Alabio (Alabio, Kalimantan Selatan), dansebagainya. Pemanfaatan plasma nutfah ikan dapat dilakukanmelalui upaya budi daya dan penangkaran. Ikan emas danikan gurame telah dibudidayakan dan dimuliakan menjadibeberapa varietas yang bernilai ekonomi tinggi.

Indonesia merupakan pula salah satu dari dua belas PusatKeanekaragaman Hayati Vavilov untuk tanaman pertaniankarena merupakan kawasan terluas di Pusat Indomalaya.Tanaman pertanian seperti pisang (Musa spp.), pala (Myristicafragrans), cengkeh (Syzygium aromaticum), durian (Durio spp.),mangga (Mangifera spp), dan rambutan (Nephelium spp.)adalah tumbuhan asli kawasan ini, dan Indonesia merupakanpusat keanekaragaman tanaman tersebut. Beberapa tanamansayuran seperti kecipir yang asli Indonesia telah berkembangmenghasilkan keanekaragaman yang cukup tinggi.

Data keanekaragaman genetik yang perlu dikumpulkanmencakup:1. Persebaran (berdasarkan geografi, ekologi dan habitat,

waktu). Data persebaran geografi akan memberikaninformasi mengenai daerah terdapatnya pada dimensihorisontal. Untuk informasi mengenai persebaran secaravertikal, informasi diperoleh dari data persebaran ekologi.Untuk menentukan kapan varietas tertentu muncul atau

Page 24: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

14

dapat ditemukan dalam jumlah besar, diperlukan datamengenai persebaran waktu atau musim.

2. Status keberadaan dan kondisi. Status keberadaanmengenai sumberdaya genetik mencakup asli/endemik,eksotik dan introduksi yang telah ternaturalisasi. Data iniakan membantu pengelola sumber daya genetik dalammenentukan langkah yang perlu diambil agar sumber dayagenetik yang bersangkutan akan dapat dimanfaatkansecara berkelanjutan. Pengetahuan mengenai status dankondisi sumber daya genetik diperlukan untuk menjadidasar dalam pelestariannya.

3. Potensi Pengembangan. Data dan informasi mengenaipotensi pengembangan sumber daya genetik bermanfaatdalam menentukan arah pengembangan dalammenghasilkan bibit tanaman unggul, varietas tanamanbaru, atau rumpun yang berbeda dengan rumpun lain-lainnya pada ternak. Di sini pun, kaidah pelestarian tidakdapat diabaikan, misalnya dengan menyingkirkan varietasatau sumber daya genetik yang kurang bermanfaat.

4. Upaya pemangku epentingan di daerah dalam pelestariandan pemanfaatan keanekaragaman hayati (status dankebutuhan untuk mewujudkan kelestariankeanekaragaman hayati), meliputi: insitu/exsitu, lekatlahan/exsitu, native/eksotik, hulu/hilir, sektor, pelaku.

Pengumpulan informasi keanekaragaman genetik dilakukandengan menghimpun data dan informasi yang ada di berbagaiunit-unit kerja yang menangani sumber daya genetik.Kegiatan pengumpulan ini disebut pengumpulan datasekunder. Apabila data atau informasi tentang sumber dayagenetik tertentu yang dibutuhkan belum tersedia, makadilakukan pengumpulan data langsung dari lapangan.Kegiatan pengumpulan ini di sebut pengumpulan data primer.Kegiatan pengumpulan data primer dilakukan oleh unit-unitkerja teknis.Metode pengumpulan data primer dilakukan secaraeksplorasi:1. Pengertian eksplorasi secara umum adalah pelacakan atau

penjelajahan. Dalam sumber daya genetik tanamandimaksudkan pula sebagai kegiatan mencari,mengumpulkan, dan meneliti jenis sumber daya genetiktertentu untuk mengamankannya dari ancamankepunahannya. Sumber daya genetik yang ditemukanperlu diamati sifat dan asalnya. Apabila bibitnya berhasildilestarikan di tempat koleksi baru (di luar habitatalaminya) disebut pelestarian ex situ.

2. Tumbuhan Alam: eksplorasi tumbuhan alam dilakukan dihabitat alamnya, yaitu di kawasan hutan, baik kawasankonservasi maupun hutan produksi. Teknik pengumpulan

Page 25: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

15

data dapat dilakukan dengan analisis vegetasi pada jalurtransek (lihat buku Analisis Vegetasi/ Ekologi Hutan). Agarpekerjaan efisien, kegiatan eksplorasi dapat melibatkanpenduduk lokal yang mengetahui nama-nama daerah jenisvegetasi dan kegunaannya.

3. Tanaman Pertanian: Eksplorasi hendaknya dilakukan padasentra produksi, daerah produksi tradisional, daerahterisolasi, daerah pertanian lereng-lereng gunung, pulauterpencil, daerah suku asli, daerah dengan sistempertanian tradisional/belum maju, daerah yangmasyarakatnya menggunakan komoditas yangbersangkutan sebagai bahan panganpokok/utama/penting, daerah epidemik hama/penyakit,serta daerah transmigrasi lama dan baru.

4. Eksplorasi dan koleksi plasma nutfah disertai denganmenggali keterangan dari petani yang berkaitan dengankriteria preferensi petani terhadap varietas tanaman yangbersangkutan. Keterangan dari petani sangat bermanfaatuntuk mengetahui alasan petani tetap menanam varietasyang bersangkutan, preferensi sifat varietas yangdiinginkan petani, hambatan adopsi varietas unggul, daninformasi awal dari varietas yang dikumpulkan.

5. Rute eksplorasi dan tempat-tempat perolehan plasmanutfah dicantumkan pada peta yang skalanya cukup jelas,agar diketahui daerah mana yang telah dilakukaneksplorasinya. Peta tersebut harus disertakan padalaporan deskriptifnya dari “Germplasm collection withfarmer’s criteria” tadi. Materi koleksi dilengkapi data paspor(Lampiran). Di samping itu, benihnya harus sehat danjumlahnya mencukupi.

6. Ternak: Pengumpulan data dan informasi mengenai ternakdilakukan di sentra ternak, dengan mencatat berapamacam rumpun ternak yang ada di lokasi inventarisai, dansifat-sifat yang dikandung oleh setiap rumpun ternak.Penting juga dicakup dalam inventarisasi data ini ialahbesarnya populasi masing-masing rumpun, dankecenderungannya, apakah bertambah atau berkurangdalam kurun waktu tertentu, serta penyebab terjadinyakecenderungan tersebut.

7. Ikan: Untuk eksplorasi ikan dilakukan dengan carapencarian dan pengumpulan di dalam maupun di luarhabitat aslinya. Terhadap ikan yang sudah dibudidayakan,pengumpulan data dan informsi dilakukan di kolampemeliharaan ikan air tawar dan di karamba, Untukkelompok ikan laut dan hewan laut lainnya, seperti udang,pengumpulan data dilakukan di tambak. Hasil tangkapanlangsung dari laut juga dapat dijadikan data dan informasimengenai ikan.

Page 26: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

16

E. Pengetahuan Tradisional

Pengetahuan tradisional adalah informasi yang telahberkembang/ dikembangkan, dan terusberkembang/dikembangkan, oleh orang-orang atau penduduksuatu masyarakat, berdasarkan pengalaman dan adaptasiterhadap budaya dan lingkungan setempat (Hansen & vanVliet, 2003). Pengetahuan ini berperan dalammempertahankan kehidupan dan budaya masyarakat yangbersangkutan, serta melestarikan sumber daya hayatinyayang diperlukan untuk kelangsungan hidup masyarakat yangbersangkutan. Pengetahuan tradisional mencakupinventarisasi mengenai sumber daya hayati setempat, ternak,tanaman/tumbuhan setempat. Pengetahuan tradisionalmerupakan istilah untuk sistem pengetahuan, mencakupberbagai kajian bidang sosial yang luas, yang dimilikikelompok atau masyarakat adat yang diperoleh secara non-sistemik (tanpa melalui sistem formal pemindahanpengetahuan dari satu kelompok kepada kelompok lain).Sistem pengetahuan ini mempunyai kepentingan danketerkaitan tidak hanya pada pemiliknya tetapi juga untukkemanusiaan pada umumnya.

Tidak dapat secara tegas ditentukan jumlah masyarakat adatyang terdapat di Indonesia, tetapi dengan tegas dapatdikatakan bahwa setiap masyarakat ini memiliki pengetahuantradisional yang diajarkan secara turun-temurun secara lisandan teladan. Tidak ada catatan tertulis, tetapi ada inovasi danpraktek nyata berdasarkan pengetahuan tradisional.Pengetahuan tradisional dalam pengelolaan sumber dayahayati diterapkan pada berbagai aspek, mulai dariinventarisasi sampai dengan pemanfaatan dan pelestariannya.Di setiap daerah terdapat masyarakat adat denganpengetahuan tradisionalnya yang telah diterapkan untukmemanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya hayati.

Masyarakat adat sangat menguasai pengetahuan mengenairamuan tumbuhan untuk obat-obatan (jamu). Ramuan inididasarkan keberadaan keanekaragaman sumber daya hayatitumbuhan obat yang terdapat di sekitarnya. Untuk setiapdaerah, jenis, jumlah dan kegunaannya berbeda dengan yangterdapat dan digunakan di daerah lain. Dengan fenomenaseperti ini, daerah dapat memperoleh keuntungan lebihdengan nilai tambah yang dikandung di dalamkeanekaragaman sumber daya hayatinya. Untuk dapatmemanfaatkan pengetahuan tradisional ini, pemerintahdaerah perlu melakukan inventarisasi pengetahuantradisional di daerahnya, mencakup adanya, di masyarakatadat yang mana, kondisinya, dan kekhasan dalampengelolaan keanekaragaman sumber daya hayati.

Page 27: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

17

Pemerintah daerah harus menentukan sikap dan perlakuanterhadap masyarakat adat di daerahnya, termasukpengetahuan tradisional mereka, dengan tujuan proteksi,pelestarian, dan pengembangannya. Pemerintah daerah perlumenyadari bahwa pengetahuan tradisional ini dapatdimanfaatkan dalam pengelolaan sumber daya genetik yangterdapat di daerah yang bersangkutan, untuk pembangunandaerah secara berkelanjutan. Sudah selayaknya bilapengetahuan tradisional dan praktek pemanfaatannyadicakup dalam profil, dan dikembangkan sebagai komoditasyang mempunyai nilai dan harga.Data dan informasi mengenai pengetahuan tradisional dalampenyusunan profil keanekaragaman hayati mencakup:1. Nama pengetahuan tradisional yang ada di daerah

(sebutan daerahnya);2. Deskripsi mengenai pengetahuan tradisional;3. Status keberadaan pengetahuan tradisional (sudah/belum

diakui melalui Perda serta ancaman terhadap kelestarianpengetahuan tradisional tersebut).

IV. FORMAT PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAERAH

Profil Keanekaragaman Hayati Daerah terdiri dari ProfilKeanekaragaman Hayati Provinsi dan Profil KeanekaragamanHayati Kabupaten/Kota. Penyusunan profil keanekaragamanhayati daerah (provinsi dan kabupaten/kota) menggunakanformat yang sama. Profil keanekaragaman hayati provinsimerupakan agregasi dari Profil keanekaragaman hayatikab./kota di wilayah propinsi bersangkutan dan dititik beratkankepada:1. Ekosistem lintas batas kabupaten/kota2. Jenis flora-fauna yang mempunyai nilai penting bagi

konservasi keanekaragaman hayati (endemik, terancampunah, fungsi vital bagi kelestarian nilai dukung ekosistem)

3. Jenis flora fauna unggulan provinsi4. Areal penting bagi konservasi keanekaragaman hayati, baik

yang berada di kawasan Lindung (termasuk kawasankonservasi) maupun kawasan budidaya

5. Kearifan tradisional

Format profil keanekaragaman hayati daerah adalah sebagaiberikut:

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Menyampaikan sekilas tentang potensi dan kondisikeanekaragaman hayati yang ada di daerah(provinsi/kab/kota) dan mengapa perlu disusun ProfilKeanekaragaman Hayati.

Page 28: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

18

B. Tujuan dan SasaranMemaparkan tujuan dari penyusunan Profilkeanekaragaman hayati serta sasaran yang ingin dicapaidengan tersusunnya Profil Keanekaragaman hayati.

C. Dasar HukumMenyampaikan dasar hukum yang digunakan dalampenyusunan Profil Kehati Kehati.

II. KEADAAN UMUMInformasi dokumen keadaan umum profil keanekaragamanhayati daerah meliputi:1. Nama Provinsi atau Kabupaten/Kota:2. Letak geografis:3. Batas wilayah administrasi:4. Aksesibilitas:5. Kependudukan:6. Kondisi sosial ekonomi:

Data yang tercakup dalam komponen ekonomi adalahkomponen yang mempengaruhi pengelolaan berkelanjutandan pemanfaatan sumberdaya alam lestariadalah:No. Aktifitas

EkonomiUtama

SumbanganTerhadap

PDRB Daerah*

Potensi DampakNegatif Terhadap

Kehati**

Keterangan***

1.2.

dst.* Diisi menurut lima sektor ekonomi dominan di daerah

tersebut (misal perdagangan, pertambangan, pertanian,kehutanan, perikanan, jasa).

**

Diisi berdasarkan skala dampak negatif yang ditimbulkan(tinggi, sedang, rendah), misalnya: kerusakan ekosistemdan keterancaman spesies/sumber daya genetik.

***

Isi keterangan dengan karakteristik lain dari sektorekonomi tersebut (misal permodalan, daya serap terhadaptenaga kerja, lewah panen/over harvesting).

7. Kondisi budaya,Data dan informasi yang disajikan mengenai kondisibudaya adalah:

No. KelompokMasyarakat

Jumlahpenduduk

Penyebaran Keterangan*

1.2.

dst.

* Keterangan:Diisi dengan adat-istiadat/tradisi dalam kaitannyadengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

Page 29: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

19

8. Peta keadaan umum daerahUntuk mengetahui potensi, kondisi keanekaragamanhayati, batas wilayah administrasi, Aksesibilitas,Kependudukan dan kondisi sosial ekonomi perludigambarkan dengan peta.

III.KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENGELOLAANKEANEKARAGAMAN HAYATI

A. Peraturan Perundang-Undangan DaerahSebutkan semua peraturan mengenai keanekaragaman hayatiyang telah ada di daerah (Perda, SK/Surat Edaran/InstruksiGubernur atau Bupati/Walikota, SK Dinas-Dinas/Lembagaterkait, dll.)

B. Kelembagaan Pengelolaan Keanekaragaman HayatiSebutkan nama-nama lembaga yang langsung mengelolakeanekaragaman hayati (misal: Pengelola Tahura, BalaiKonsersi SDA, Kebun Koleksi, Kebun Binatang, IUPHHKHA/HT) dan tidak langsung (misal Perusahaan Tambang,Industri Primer), termasuk lembaga-lembaga pemerintahterkait (Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Kelautandan Perikanan, dll.)No. Nama Lembaga Tupoksi Keterangan*

1.2.

dst.* Dalam keterangan agar disajikan informasi-informasi

penting seperti SDM, Alokasi pendanaan, dan Fasilitaslainnya.

C. Tata RuangSebutkan alokasi ruang menurut peruntukan sesuai denganRTRWK:1. Kawasan Lindung

a. Kawasan Konservasi (KPA dan KSA)b. Hutan Lindungc. Kawasan perlindungan setempat (Sempadan Sungai,

Sempadan Pantai, Sempadan Danau, sekitar mata air).2. Kawasan Budidaya

a. KBK (Hutan produksi)b. KBNK (Perkebunan, Persawahan, Pekarangan dll.)c. Pemukiman.

Untuk memperjelas alokasi ruang di atas lampirkan PetaRTRWK. Beberapa data dan informasi yang dicantumkandalam profil sebagai berikut:

1. Kawasan konservasi (in-situ)

No. Nama* Lokasi Luas Keterangan**1.2.

Page 30: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

20

dst.* Tuliskan atribut Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman

Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Buru, atau TamanWisata Alam pada nama tersebut.

**

Isi keterangan dengan hal-hal penting, misalnya: tingkatancaman, permasalahan umum pengelolaan ataupemanfaatan oleh publik.

2. Kawasan konservasi (ex-situ)

No. Nama* Lokasi Luas Keterangan**1.2.

dst.* Tuliskan atribut Kebun Raya, Kebun Binatang (termasuk

Taman Safari dan tempat-tempat lain koleksi satwaseperti taman burung, taman reptil, taman kupu-kupu,Taman Keanekaragaman Hayati, dll.), atau Arboretumpada nama tersebut.

** Isi keterangan dengan hal-hal penting, misalnya: tingkatancaman, permasalahan umum pengelolaan ataupemanfaatan oleh publik

3. Hutan LindungNo. Nama Lokasi Luas Keterangan*1.2.

dst.

* Isi keterangan dengan hal-hal penting, misalnya: tingkatancaman, permasalahan umum pengelolaan ataupemanfaatan oleh publik.

4. Kawasan LindungNo. Nama* Lokasi Luas Keterangan**

1.2.

dst.* Tuliskan nama kawasan perlindungan setempat dan

kawasan lindung lainnya yang tidak diakomodasikankedalam tata ruang (cagar budaya dan cagar biosfer)

** Isi keterangan dengan hal-hal penting, misalnya: tingkatancaman, permasalahan umum pengelolaan ataupemanfaatan oleh publik.

Page 31: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

21

5. Kawasan Budidaya

No. Klasifikasi Luas (Ha) Produksi/Tahun1 Hutan Produksi

IUPHHK-HA IUPHHK-HT Hutan Rakyat Dll

2 Perkebunan: Kelapa sawit Karet Kakao Kopi, Tebu, Dll

3. Persawahan4. Penggembalaan

ternak5. Pekarangan

dst.

6. Kawasan lainnya

No. Klasifikasi Luas (Ha) Keterangan1. Semak belukar

(diterlantaran olehpemilik/pegelolanya)

2. Lahan terlantar (tdk jelaspemilik/pengeloanya)

dst.

D. Keanekaragaman Hayati Daerah1. Bentang Alam

a. Kondisi Geofisik Kawasan

1). Jenis tanahNo. Jenis

tanahPenyebaran Luas

(ha)Ketebalansolum (m)

Keterangan*

1.2.

dst.* Isi keterangan dengan karakteristik penting lainnya

dari setiap jenis tanah (misal: kandungan organik ditanah gambut, sifat-sifat kimia tanah –pH, tingkatkesuburan)

2). BatuanNo. Jenis

batuanPenyebaran Luas

(ha)Tingkat

kesaranganKeterangan*

1.2.

dst.

Page 32: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

22

* Isi keterangan dengan karakteristik penting lainnyadari setiap jenis batuan tersebut (misal: kedalamanlapisan kedap air, rawan/tidak terhadap longsor,dll)

3). KlimatologiDeskripsikan karakteristik klimatologi daerahberdasarkan klasifikasi tipe hujan Schmith-Fergusson.

4). Topografi

No. Kelas kelerengan* Luas (ha) Penggunaan lahandominan

1. Datar (0-8%)2. Landai (8-15%)3. Bergelombang (15-25%)4. Agak curam (25-40%)5. Curam (> 40%)

Lampirkan peta-peta tematik yang menggambarkankeadaan bentang alam wilayah, antara lain: petatopografi, peta tanah, peta penutupan lahan, petapenggunaan lahan, peta vegetasi dsb.

b. Sumberdaya Air

1). Saerah Aliran Sungai (DAS)No. Nama DAS/

Sub-DASPanjangsungai/

anaksungai(Km)*

Luaswilayah

DAS

Debit Air(m3/dtk)

Tipeekosistemdominan

Pemanfaatan

1. Maks :Min :

2. Maks :Min :

dst*) yang terdapat/melintasi wilayah kabupaten/kota

bersangkutan

2). Danau/Waduk/Situ/Embung/Mata Air

No. Nama Lokasi Luas (Ha) Volume(m3)

Pemanfaatan

1.2.

dst.

Page 33: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

23

3). Rawa/GambutNo. Nama Lokasi Luas

(Ha)Kedalaman

(m)Pemanfaatan

1.2.

dst.

2. Keanekaragaman Ekosistem

Data dan informasi disajikan secara deskriptif, mencakup:a. Tipe-tipe ekosistem yang ada di daerah, baik ekosistem

alam maupun ekosistem buatan/ binaan, mulai dariekosistem pegunungan, karst, hutan dataran rendah,sampai dengan ekosistem pesisir dan pantai;

b. Upaya perlindungan dan pelestarian;c. Potensi dan manfaat masing-masing ekosistem

1). Fungsi dan manfaat dari masing-masing ekosistem,baik secara ekologis maupun ekonomis. Sebagaicontoh adalah manfaat ekosistem hutan bakausebagai tempat pemijahan ikan, menahan abrasi, dll.

2). Skala pemanfaatan ekosistem yang ada (misalnyapengembangan ekowisata, jasa untuk Air MinumDalam Kemasan)

d. Ancaman1). Faktor fakor yang mengancam kelestarian ekosistem,2). Status permasalahan kerusakan ekosistem (mis:

tumpang tindih kawasan),3). Dampak yang ditimbulkan, baik ekologis maupun

ekonomis.e. Analisis kondisi masing-masing ekosistem secara

kualitatif (baik, sedang, jelek)

3. Keanekaragaman Spesies dan GenetikData dan informasi yang ditampilkan meliputi:a. Jenis liar yang belum bernilai ekonomi (belum

diperdagangkan secara ekonomi pasar).1). Daratan

a). TumbuhanNo. Nama

lokalNamailmiah

Persebarangeografi

Status* Statusperlindun

gan**

Habitat Ket***

1.2.

dst.

* Endemik, introduksi, terancam, berlimpah.** dilindungi, tidak dilindungi,

*** pemanfaatan, potensi budidaya dan upayapengembangan (penangkaran, sumber bibit/pemuliaan, dll).

Page 34: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

24

b). SatwaNo. Nama

lokalNamailmiah

Persebarangeografi

Status*

Statusperlindungan**

Habitat Ket***

1.2.

dst.

* Endemik, introduksi, terancam, berlimpah.** dilindungi, tidak dilindungi.

*** pemanfaatan, potensi budidaya dan upayapengembangan (penangkaran, sumber bibit/pemuliaan, dll)

2). Perairan

a). TumbuhanNo. Nama

lokalNamailmiah

Persebarangeografi

Status* Statusperlindun

gan**

Habitat Ket***

1.2.

dst.* endemik, introduksi, terancam, berlimpah.

** dilindungi, tidak dilindungi*** pemanfaatan, potensi budidaya dan upaya

pengembangan (penangkaran, sumber bibit/pemuliaan, dll)

b). SatwaNo. Nama

lokalNamailmiah

Persebarangeografi

Status* Statusperlindungan*

*

Habitat Ket***

1.2.

dst.

* Endemik, introduksi, terancam, berlimpah.** dilindungi, tidak dilindungi

*** pemanfaatan, potensi budidaya, dan upayapengembangan (penangkaran, sumber bibit/pemuliaan, dll)

b. Jenis liar yang sudah diketahui nilai ekonominya(sudah diperdagangkan secara ekonomi pasar)

1). Daratana). Tumbuhan

No. Namalokal

Namailmiah

Persebarangeografi

Status* Statusperlindun

gan**

Habitat Nilaiekonomi

1.2.

dst.

Page 35: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

25

* endemik, introduksi, terancam, berlimpah** dilindungi, tidak dilindungi

b). SatwaNo. Nama

lokalNamailmiah

Persebarangeografi

Status* Statusperlindung

an**

Habitat Nilaiekonomi

1.2.

dst.* Endemim, introduksi, terancam, berlimpah.

** dilindungi, tidak dilindungi

2). Perairan

a). TumbuhanNo. Nama

lokalNamailmiah

Persebarangeografi

Status* Statusperlindunga

n**

Habitat Nilaiekono

mi1.2.

dst.* endemik, terancam, berlimpah, tidak tahu

** dilindungi, tidak dilindungi*** jelaskan besaran nilai ekonomi dari masing-masing

spesies.

b). SatwaNo. Nama

lokalNamailmiah

Persebarangeografi

Status* Statusperlindung

an**

Habitat Nilaiekono

mi1.2.

dst.* terancam, berlimpah, tidak tahu

** dilindungi, tidak dilindungi

c. Jenis yang sudah dibudidayakan (keanekaragaman,persebaran)

1). Tanaman pangan (padi, jagung, ubi-ubian dll)No. Jenis Nama

latinVarietas* Persebaran Ket**

1. Padi Rojolele2. Jagung3. Ubi Jalar

dst.* Nama varietas jenis yang bersangkutan

** Ket: asli/endemik, eksotik/introduksi, intorduksiternaturalisasi.

Page 36: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

26

2). Perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, kinadll)

No. Jenis NamaLatin

Varietas* Persebaran Ket**

1. Kelapa2. Kelapa sawit3. Karetdst.

* Nama varietas jenis yang bersangkutan** Ket: asli/endemik, eksotik/introduksi, intorduksi

ternaturalisasi.

3). Hortikultura (buah-buahan, tanaman hias, sayur-sayuran dll)

No. Jenis NamaLatin

Varietas* Persebaran Ket**

1. Mangga2. Sawi3. Mawar

dst.* Nama varietas jenis yang bersangkutan

** Ket: asli/endemik, eksotik/introduksi, intorduksiternaturalisasi.

4). Pakan Ternak (rumput gajah, setaria, jungkut pahitdll)

No. Jenis NamaLatin

Varietas* Persebaran Ket**

1. Rumput Gajah2. Setaria3. Jungkut Pahit

dst.* Nama varietas jenis yang bersangkutan

** Ket: asli/endemik, eksotik/introduksi, intorduksiternaturalisasi.

5). Obat dan Rempah (kunyit, jahe, lada, tapak doro,tempuyung dll)No. Jenis Nama

LatinVarietas* Persebaran Ket**

1. Kunyit2. Jahe Gajah (eksotik)3. Lada Lada Hitam

(asli)Lada Putih (asli)

dst.* Nama varietas jenis yang bersangkutan

** Ket: asli/endemik, eksotik/introduksi, intorduksiternaturalisasi.

Page 37: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

27

6). Industri (bambu, rotan, kayu putih, cendana, dll)No. Jenis Nama

LatinVarietas* Persebaran Ket **

1. Bambu tali2. Bambu betung3. Bambu apus4. Rotan

dst.* asli/endemik/lainnya.

** Ket: lokal/pemuliaan modern/eksotik.

7). Peternakan (sapi, domba, ayam, Itik dll)No. Jenis Nama

LatinVarietas* Persebaran Ket**

1. Sapi2. Ayam3. Domba

dst* asli/endemik/lainnya.

** Ket: lokal/pemuliaan modern/eksotik.

8). Kehutanan (kayu, rotan, lebah madu, sutra, lak dll)No. Jenis Nama

LatinVarietas* Persebaran Ket**

1. Meranti2. Jati3. Rotan

Manaudst.

* asli/endemik/lainnya.** Ket: lokal/pemuliaan modern/eksotik.

9). Perairan Laut (udang, kepiting, bandeng dll)No. Jenis Nama

LatinVarietas* Persebaran Ket**

1. UdangLobster

2. KepitingBakau

3. Kakapdst.

* asli/endemik/lainnya.** Ket: lokal/pemuliaan modern/eksotik.

10). Perairan air tawar (emas, nila, mujair, gurame dll)No. Jenis Nama

LatinVarietas* Persebaran Ket**

1. Ikan Emas2. Gurame3. Mujair

dst.

Page 38: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

28

* asli/endemik/lainnya.** Ket: lokal/pemuliaan modern/eksotik.

d. Pengetahuan Tradisional

Kearifan Tradisional merupakan tata nilai dalamtatanan kehidupan sosial-politik-budaya-ekonomi sertalingkungan yang hidup di tengah-tengah masyarakatlokal. Ciri yang melekat dalam kearifan tradisionaladalah sifatnya yang dinamis, berkelanjutan dan dapatditerima oleh komunitasnya. Dalam komunitasmasyarakat lokal, kearifan tradisional mewujud dalambentuk seperangkat aturan, pengetahuan dan jugaketrampilan serta tata nilai dan etika yang mengaturtatanan sosial komunitas yang terus hidup danberkembang dari generasi ke generasi.

Untuk menggambarkan pengetahuan tradisionaldisuatu daerah dapat dideskripsikan sebagai berikut:1). Nama pengetahuan tradisional yang ada di daerah.2). Deskripsi pengetahuan tradisional.3). Lokasi pengetahuan tradisional.4). Status keberadaan pengetahuan tradisional

(sudah/belum diakui melalui Perda/ancaman)

MENTERI NEGARALINGKUNGAN HIDUP,

ttd

RACHMAT WITOELARSalinan sesuai dengan aslinyaDeputi MENLH BidangPenaatan Lingkungan,

ttd

Ilyas Asaad.

Page 39: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

1

Lampiran IIPeraturan Menteri NegaraLingkungan HidupNomor : 29 Tahun 2009Tanggal : 5 Agustus 2009

PEDOMAN PENYUSUNANRENCANA INDUK PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkatkeanekaragaman hayati serta tingkat endemisme yang sangattinggi sehingga menjadi salah satu negara megabiodiversitycountry. Kekayaan keanekaragaman hayati tersebut adalah asetbagi pembangunan dan kemakmuran bangsa karena sebagianbesar pembangunan nasional mengandalkan keanekaragamanhayati.

Predikat sebagai negara megabiodiversity, baik dari segikeanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies dankeanekaragaman genetik menuntut tanggung jawab yang besaruntuk pelestarian dan pemanfaatan bagi masyarakat. Tantanganterbesar dalam pengelolaan keanekaragaman hayati adalahmempertahankan keseimbangan antara kelestarian fungsi(ekologis) dengan kelestarian manfaat (ekonomis). Tantangan initidak mudah untuk dihadapi. Hal ini disebabkan sebagian besarkeanekaragaman hayati merupakan sumber daya lintas batasadministrasi dan dikelola oleh berbagai pihak/sektor.

Menyadari nilai penting keanekaragaman hayati tersebut,pemerintah Indonesia telah meratifikasi KonvensiKeanekaragaman hayati melalui Undang-Undang Nomor 5Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention OnBiological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-BangsaMengenai Keanekaragaman Hayati). Salah satu kewajiban yangdiamanatkan dalam konvensi tersebut adalah setiap negarapihak harus menyusun strategi, rencana aksi dan programpengelolaan keanekaragaman hayati. Pada tahun 2003,Indonesia telah menyusun Strategi dan Rencana AksiKeanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020 (IndonesiaBiodiversity Strategy and Action Plan/IBSAP). Penyusunan IBSAPini dimaksudkan sebagai panduan bagi semua pihak dalampengelolaan keanekaragaman hayati di tingkat nasional.

Page 40: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

2

Penyusunan IBSAP ini perlu ditindaklanjuti dengan penyusunanrencana pengelolaan di tingkat daerah. Untuk mewujudkankelestarian keanekaragaman hayati dan pengembangan nilaimanfaat secara berkelanjutan, perlu disusun suatu perencanaanyang terpadu/komprehensif, efektif dan partisipatif di setiapdaerah provinsi dan daerah kabupaten/ kota.

Pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Induk PengelolaanKeanekaragaman Hayati (RIP Kehati). RIP Kehati adalahdokumen kerangka perencanaan strategik untuk periode 5 (lima)tahun yang digunakan sebagai dasar bagi pengelolaan terpadukeanekaragaman hayati di provinsi atau kabupaten/kota.

B. Tujuan dan Sasaran

Pedoman ini bertujuan untuk memberikan panduan yang jelasdan praktis mengeni penyusunan RIP Kehati. Sedangkansasaran yang ingin dicapai dalam pedoman ini adalahpemerintah daerah dapat menyusun RIP sesuai dengan statuskeanekaragaman hayati dan prioritas pengelolaankeanekaragaman hayati di daerahnya.

II. PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGELOLAANKEANEKARAGAMAN HAYATI DAERAH

Secara garis besar, proses penyusunan Rencana Induk PengelolaanKeanekaragaman Hayati (RIP Kehati) Daerah dilakukan dengantahapan sebagai berikut:

A. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan kegiatan pembentukan Tim Penyusun RIPKehati yang dibentuk oleh kepala daerah (gubernur ataubupati/walikota).Pembentukan tim tersebut sangat pentingdalam rangka melibatkan seluruh pemangku kepentingan untukpenyusunan RIP Kehati, hal ini karena nilaimanfaat/pemafaatan keanekaragaman hayati dikelola olehberbagai sektor, sehingga program pegelolaan keanekaragamanhayati (termasuk penanggulangan kerusakan akibat berbagaikegiatan pemanfaata) dapat dilakukan secara sinergis olehinstansi lintas sektor. Pendekatan ini merupakan upaya untukmembangun rasa kepemilikan bersama atas dokumen RIPKehati yang dimiliki daerah dan membangun kebersamaansehingga nilai manfaat keberadaan dokumen dimaksud semakinmengikat.

Dalam pelaksanaannya, Tim Penyusun RIP Kehati dapat dibantuoleh pihak ketiga (konsultan), baik dari perguruan tinggimaupun swasta. Tim penyusun RIP Kehati bertangung jawabterhadap isi dan kualitas dokumen bersangkutan.

Page 41: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

3

B. Analisis dan SintesisPerencanaan pengelolaan keanekaragaman hayati daerah yangtepat-guna dan berhasil-guna memerlukan data dan informasikeanekaragaman hayati yang baru, lengkap dan akurat. Olehkarena itu, penyusunan RIP Kehati diawali dengan melakukananalisis dan sintesis terhadap Profil Keanekaragaman Hayatidaerah bersangkutan (database keanekaragaman hayati daerahsetempat). Melalui proses analisis dan sintesis dokumen Profiltersebut, akan diketahui beberapa informasi sebagai berikut:1. Potensi keanekaragaman hayati di daerah, termasuk potensi

unggulan;2. Kondisi dan kecenderungan keanekaragaman hayati di

daerah, seperti ancaman kerusakan dan kepunahankeanekaragaman hayati, faktor penyebab dan dampak darikerusakan keanekaragaman hayati tersebut;

3. Kebijakan dan kelembagaan pengelolaan keanekaragamanhayati di daerah.

Selain hal tersebut di atas, perlu dilakukan analisis dan sintesisterhadap nilai manfaat berbagai kebijakan dan programkonsevasi serta pemanfaatan keanekaragaman hayati daerahsecara berkelanjutan, termasuk program dan kebijakan darimasing-masing sektor serta aspirasi yang berkembang dimasyarakat.

C. Formulasi RIP Kehati

Tahap formulasi atau drafting RIP Kehati ini dilakukan untukmerumuskan arah dan kebijakan pengelolaan keanekaragamanhayati pada masa lalu dan yang datang. Untuk itu, pada tahapini sangat diperlukan koordinasi lintas unit satuan kerja danketerlibatan pemangku kepentingan terkait.

Pada tahap ini ditetapkan visi, misi, tujuan, sasaran danrencana aksi pengelolaan keanekaragaman hayati di daerah. Visiadalah suatu pernyataan tentang arah yang akan dicapai untuklima tahun mendatang. Penetapan visi sebagai bagian dariperencanaan strategis merupakan langkah penting gunamewujudkan tujuan pengelolaan Keanekaragam hayatisetempat. Setelah itu, ditetapkan misi pengelolaankeanekaragaman hayati. Misi adalah pernyataan tentang apayang harus dilakukan untuk guna mencapai visi yang telahditetapkan.

Pernyataan misi memberikan keterangan yang jelas tentang apayang ingin dituju serta keterangan tentang bagaimana caralembaga bekerja. Mengingat demikian pentingnya pernyataanmisi maka selama pembentukannya perlu diperhatikanmasukan-masukan dari semua pihak.

Page 42: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

4

Secara langsung, pernyataan visi dan misi belum dapatdipergunakan sebagai petunjuk penilaian kinerja. Interpretasilebih mendetail diperlukan agar pernyataan visi dan misi dapatditerjemahkan ke langkah-langkah kerja atau tahapanpencapaian tujuan sebagaimana tertulis dalam pernyataan visidan misi. Untuk itu, visi dan misi yang telah dirumuskandilengkapi dengan uraian mengenai tujuan-tujuan sertasasaran-sasaran yang akan dicapai dalam pengelolaankeanekaragaman hayati di daerah. Sasaran yangditetapkan/diharapkan dapat bersifat kuantitaif sehingga dapatdiukur tingkat keberhasilannya. Langkah selanjutnya adalahmerumuskan rencana aksi yang akan dilaksanakan. Secaragaris besar, tahapan dalam perumusan/formulasi perencanaanpengelolaan keanekaragaman hayati (RIP Kehati) disajikandalam gambar 1.

Gambar 1.Tahapan formulasi perencanaan pengelolaankeanekaragaman hayati

D. Konsultasi Publik

Kegiatan konsultasi publik dilaksanakan dengan mengundangpara pihak yang berkepentingan. Tujuan konsultasi publikadalah:1. Sosialisasi draft RIP Kehati sehingga semua pemangku

kepentingan terlibat secara aktif dalam upaya pengelolaankeanekaragaman hayati.

Visi

Misi(Misi 1, 2, 3, ... n)

Tujuan 1 Tujuan 3

Sasaran 1 Sasaran 2

Program Aksi 1

Program Aksi 2

Program Aksi 3

Program Aksi 1

Program Aksi 2

Program Aksi 3

Sasaran 1 Sasaran 2

Program Aksi 1

Program Aksi 2

Program Aksi 3

Program Aksi 1

Program Aksi 2

Program Aksi 3

Tujuan n

Sasaran n

Program Aksi n Program Aksi n Program Aksi n Program Aksi n

Tujuan 2

Page 43: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

5

2. Mendapatkan saran dan masukan dari publik gunapengayaan RIP Kehati.

Hasil akhir dari konsultasi publik ini adalah kesepakatan parapihak mengenai RIP Kehati dan selanjutnya substansi dokumenRIP ini diintegrasikan ke dalam RPJMD.

E. Integrasi dalam RPJMD

Salah satu kelemahan yang selama ini sering terjadi dalampengelolaan suatu obyek kelola adalah lemahnya tingkatimplementasi perencanaan di lapangan (tingkat implementasiprogram kerja dalam perencanaan bersangkutan) atauperencanaan dimaksud hanya menjadi dokumen untukmemenuhi kebutuhan administrasi.

Perencanaan pengelolaan keanekaragaman hayati daerahdisusun untuk mewujudkan keberhasilan upaya konservasi nilaikelestarian keanekaragaman hayati yang meliputikeanekaragaman tatanan ekosistem, spesies, dan sumber dayagenetik guna melindungi kelestarian fungsi lingkungan hidupdala rangka mendukung keberhasilan pengembanganproduktivitas, nilai tambah, pola, dan bentuk anekaraganpemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.Oleh karena itu, dokumen RIP Kehati yang telah disusun perlumendapatkan legitimasi yang kuat serta menjadi bagian dariperencana pembangunan di daerah, terintegrasi dan menjadibagian dari substansi RPJMD.

III. FORMAT RIP KEHATI

RIP Kehati Daerah terdiri dari RIP Kehati provinsi dan RIP Kehatikabupaten/kota. Penyusunan RIP Kehati daerah (provinsi dankabupaten/kota) menggunakan format yang sama. Substansi RIPKehati provinsi dititik beratkan kepada:1. Pengelolaan keanekaragaman hayati lintas batas

kabupaten/kota2. Jenis flora-fauna yang mempunyai nilai penting bagi konservasi

keanekaragaman hayati (endemik, terancam punah, fungsi vitalbagi kelestarian nilai dukung ekosistem)

3. Pengembangan nilai tambah dan bentuk/pola pemanfaatankeanekaragaman hayati berkelanjutan (perlindungan ekosistempenopang keberhasilan pembangunan lintas kabupaten/kota).

4. Jenis flora fauna unggulan provinsi5. Kawasan penting bagi konservasi keanekaragaman hayati, baik

yang berada di kawasan Lindung (termasuk kawasankonservasi) maupun kawasan budidaya

6. Perlindungan terhadap kelestarian kearifan tradisional

Page 44: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

6

Penyusunan RIP Kehati dilakukan berdasarkan format sebagaiberikut:

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Menyampaikan sekilas tentang potensi dan kondisikeanekaragaman hayati yang ada di daerah(provinsi/kab/kota) dan mengapa perlu dikelola secaraterpadu dalam bentuk Rencana Induk PengelolaanKeanekaragaman hayati.

B. Tujuan dan SasaranMengemukakan tujuan penyusunan RIP Kehati dan sasaranyang ingin dicapai dengan tersusunnya RIP Kehati.

C. Dasar HukumMenyampaikan dasar hukum yang digunakan dalampenyusunan RIP Kehati.

D. Kerangka WaktuMengingat kondisi keanekaragaman hayati di suatu daerahsangat dinamis, maka Rencana Induk PengelolaanKeanekaragaman hayati harus dievaluasi dan diperbaharuisehinga merefleksikan realitas yang ada di lapangan. RIPKehati yang disusun berlaku selama lima tahun sejak tahunpenyusunan dan juga disesuaikan dengan mekanismeRPJMD.

E. Proses PenyusunanMenyampaikan bagaimana proses dokumen RIP Kehati inidisusun, mulai dari pengorganisiaan, drafting dokumen,konsultasi publik dan integrasi RIP Kehati ke RPJMD.

II. STATUS KEANEKARAGAMAN HAYATIA. Kondisi dan Potensi Keanekaragaman hayati

Menyampaikan uraian secara garis besar mengenai kondisikeanekaragaman hayati yang ada di daerah (propinsi, kab/kota)baik mengenai potensi unggulan, kondisi nyata di lapanganserta trend yang terjadi. Disampaikan juga kondisi dan potensinilai manfaat dan pemanfaatan keanekaragaman hayati bagipengembangan ekonomi.

B. Permasalahan Pokok Dalam Pengelolaan KeanekaragamanhayatiMengupas permasalahan pokok yang menyebabkan terjadinyakemerosotan dan ancaman kepunahan terhadapkeanekaragaman hayati (flora dan fauna) serta degradasiekosistem. Disampaikan juga berbagai kendala dalampengembangan pemanfaatan keanekaragaman hayati secaralestari.

C. Potensi PengelolaanMenjelaskan potensi yang dipunyai oleh daerah danskenario/upaya serta prasarana dan sarana pendukung untukmewujudkan keberhasilan pengelolaan keanekaragaman hayati

Page 45: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

7

secara lestari, seperti kapasitas SDM, kelembagaan, pendanaan,perangkat pengelola, komitmen pemda dll.

III. RENCANA PENGELOLAAN

Bab ini merupakan inti dari RIP Kehati yang memaparkan secararinci mengenai visi, misi dan rencana pengelolaan keanekaragamanhayati dalam jangka waktu 5 tahun.A. Visi

Menyampaikan visi yang akan dicapai dalam pengelolaankeanekaragaman hayati di daerah.

B. MisiMenyampaikan misi yang diemban oleh pemangku kepentinganterkait di daerah dalam mewujudkan visi yang telah disepakati.Misi merupakan sesuatu yang harus dilakukan agar arah danhal yang akan dicapai sebagaimana dimaksud dalam visipengelolaan, dapat dicapai dengan balik. Pencapaian visipengelolaan akan terwujud apa bila pengambil keputusanterkait konsisten dalam mengimplementasikan perencanaanpengelolaan yang telah ditetapkan. Dengan disusunya misi,maka diharapkan seluruh pihak dapat mengetahui arah yangakan dicapai di masa yang akan datang.

C. Tujuan dan Sasaran PengelolaanSesuai dengan visi dan misi yang telah dirumuskan, selanjutnyadipaparkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalampengelolaan keanekaragaman hayati di daerah. Sasaran yangditetapkan diharapkan dapat bersifat kuantitatif sehingga dapatdiukur tingkat keberhasilannya.

Tujuan dan sasaran pengelolaan keanekaragaman hayati adalahsebagai berikut:Tujuan 1 : Meningkatkan upaya konservasi keanekaragaman

hayati, meliputi: ekosistem habitat satu/beberapajenis tumbuhan/satwa tertentu baiktumbuhan/satwa di daratan maupun pesisir danlaut (konservasi in-situ), konservasi ek-situ,konservasi lekat lahan, dll.

Sasaran a : Peningkatan konservasi in-situ.Sasaran b : Peningkatan konservasi ek-situ.Sasaran c : Peningkatan konservasi lekat lahan.

Tujuan 2 : Mendorong konservasi sumber daya genetikSasaran a : Perlindungan terhadap sumber daya genetikSasaran b : Perlindungan kearifan tradisional

Tujuan 3 : Mendorong dan Mengembangkan Pemanfaatankeanekaragaman hayati secara berkelanjutan

Sasaran a : Menjaga kelestarian tatanan ekosistem sebagaipenopang keberhasilan usaha dan mendukungkesejahteraan masyarakat

Page 46: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

8

Sasaran b : Pengembangan ekowisataSasaran c : Pengembangan keanekaragaman hayati unggulan

daerah

Tujuan 4 : Memperlambat, mengurangi dan mengendalikan lajukerusakan/degradasi dan kepunahankeanekaragaman hayati

Sasaran a : Pengurangan dan rehabilitasi kerusakan ekosistem(hutan, pertanian, pesisir dan laut, pegunungan,lahan basah, padang rumput, ekosistem pulau)

Sasaran b : Mengendalikan laju kepunahan populasi spesieslangka/terancam punah

Sasaran c : Memulihkan dan restorasi populasi spesieslangka/terancam punah

Sasaran d : Mengendalikan ancaman spesies asing invasif

Tujuan 5 : Pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi sertadatabase dan sistem informasi keanekaragamanhayati

Sasaran a : Pengembangan sistem informasiSasaran b : Kemudahan akses informasi keanekaragaman

hayati

Tujuan 6 : Peningkatan kapasitas kelembagaan dan pranatakebijakan dan penegakan hukum keanekaragamanhayati

Sasaran : Kelembagaan yang memiliki prasarana dan saranapendukung untuk mewujudkan keberhasilanpengelolaan keanekaragaman hayati secara lestari,seperti kapasitas SDM, organisasi, pendanaan,perangkat pengelola, dll.

Tujuan 7 : Penyelesian konflik keanekaragaman hayatiSasaran : Ketersediaan SDM yang menguasi unsur yang

dikelola dalam pengelolaan keanekaragaman hayatidan perangkat pendukung ferifikasi penyebabkonflik, dan perangkat sarana fasilitasi/mediasipenyelesaian konflik keanekaragaman hayati. Halyang merupakan tempat/sarana fisik dapatmenggunakan tempat/sarana yang telah tersedia.

D. Program KerjaBerdasarkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai makadisusun Program Kerja yang meliputi:1. Program Kerja (Kegiatan)2. Keluaran (Output/Outcome)3. Tata Waktu4. Indikator Kinerja5. Peran Para Pihak

Page 47: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

9

Dalam rangka penyederhanaan perencanaan, RIP Kehatidisusun dalam bentuk matriks. Contoh matrik RIP Kehti adalahsebagai berikut:

Tujuan 1 : Meningkatkan upaya konservasi keanekaragamanhayati, baik pada ekosistem daratan maupunekosistem pesisir dan laut melalui konservasi eksitu, konservasi in situ, dan konservasi lekat lahan

Sasaran a : Peningkatan konservasi in-situ

No. ProgramKerja

Keluaran Waktu IndikatorKinerja

Peran ParaPihak

Sasaran b : Peningkatan konservasi ek-situ

No. ProgramKerja

Keluaran Waktu IndikatorKinerja

Peran ParaPihak

Tujuan 5 : Pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi sertadatabase dan sistem informasi keanekaragamanhayati

Sasaran a : Pengembangan sistem informasi

No. ProgramKerja

Keluaran Waktu IndikatorKinerja

Peran ParaPihak

Sasaran b : Kemudahan Akses informasi keanekaragamanhayati

No. ProgramKerja

Keluaran Waktu IndikatorKinerja

Peran ParaPihak

Page 48: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

10

IV. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Proses pemantauan dan evaluasi secara berkala, dilakukan padalembaga/sektor terkait oleh unsur-unsur lembaga yang secarafungsional memeiliki kewenangan di bidang tersebut. Bappeda akanmelakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan RIP Kehatimelalui mekanisme yang telah baku di lingkungan pemerintahan.Instansi lingkungan hidup di daerah akan melakukan pemantauandan evaluasi secara menyeluruh terhadap tingkat keberhasilanpelaksanaan RIP Kehati. Secara independen, masyarakat dan swastajuga diberikan keleluasaan untuk melakukan pemantauan danevaluasi pelaksanaan RIP Kehati sesuai dengan kompetensi masing-masing.

Program pemantauan dan evaluasi ini adalah untuk mengetahuitingkat keberhasilan pelaksanaan RIP Kehati Upaya pemantauan danevaluasi berfokus pada beberapa indikator yang dapat diukur.Tujuan dari pemantauan terhadap pelaksanaan RIP Kehati adalahsebagai berikut:1. Menentukan derajat keberhasilan dalam pelaksanaan pengelolaan

keanekaragaman hayati daerah.2. Memastikan bahwa berbagai rencana aksi/program kerja yang

telah disusun dapat diimplementasikan dengan baik3. Mengukur bagaimana rencan aksi yang telah disusun

berkontribusi dalam mencpai tujuan RIP Kehati4. Mengidentifikasi penyebab rencana aksi gagal dilaksanakan5. Sebagai bahan masukan bagi proses perencanaan dan

peningkatan kualitas RIP di masa yang akan datang.

MENTERI NEGARALINGKUNGAN HIDUP,

ttd

RACHMAT WITOELARSalinan sesuai dengan aslinyaDeputi MENLH BidangPenaatan Lingkungan,

ttd

Ilyas Asaad.

Page 49: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

1

Lampiran IIIPeraturan Menteri NegaraLingkungan HidupNomor : 29 Tahun 2009Tanggal : 5 Agustus 2009

PEDOMAN IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI PENTINGBAGI KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati telah dimanfaatkan oleh masyarakatIndonesia sejak berabad-abad silam, seperti penyediaanpangan, papan, obat-obatan, dan bahan hayati lainnya. Selainitu, masyarakat Indonesia juga telah mengenal jasa yangdihasilkan oleh hutan, seperti ketersediaan air bersih, udarabersih, penekan tingkat erosi, sedimentasi, dan lain-lain.Keanekaragaman hayati juga menjadi pendukung utamakegiatan perekonomian dunia, yaitu sekitar 40% perekonomiandunia merupakan kegiatan pemanfaatan keanekaragamanhayati.

Pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan kegiatanpembangunan akan mengakibatkan peningkatan kebutuhanbahan hayati dan lahan untuk pengembangan pertanian sertakegiatan pembangunan lainnya. Apa bila hal tersebut tidakdisertai dengan upaya konservasi yang memadai, maka akanmenyebabkan kemerosotan keanekaragaman hayati. Faktor-faktor yang menyebabkan kemerosotan keanekaragaman hayatimeliputi antara lain: konversi lahan, eksploitasi yangberlebihan, praktik teknologi yang merusak, pencemaran,introduksi jenis asing, dan perubahan iklim. Konversi hutanmenjadi peruntukan lain dan pemanenan hasil hutan secaratudak berkelanjutan dan/atau kegiatan pembalakan hutansecara illegal merupakan ancaman bagi ekosistem hutan, yaituakan mengakibatkan degradasi fungsi hutan, kemerosotankeanekaragaman hayati, dan fragmentasi habitat.Kekhawatiran banyak pihak sejak pencanangan programpembangunan di Indonesia terhadap kerusakan tatananekosistem telah terbukti, yaitu dengan meningkatnya frekuensikejadian bencana alam yang melanda berbagai daerah diIndonesia.

Peningkatan kegiatan pemanfaatan tersebut diindikasikantelah mengakibatkan kemerosotan keanekaragaman hayati dankerusakan tata nilai jasa lingkungan, yaitu antara lainmeningkatnya frekuensi kejadian banjir, tanah longsor,kekeringan, kerugian berbagai kegiatan usaha (sektor

Page 50: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

2

pertanian antara lain: gagal panen pada musim hujan akibatkejadian banjir dan/atau gagal panen pada awal musimkemarau akibat kekurangan air), dan terjadinya wabah hamaserta penyakit.

Kegiatan pembangunan tidak dapat lepas dari pemanfaatanSDA, yaitu pemanfaatan suatu lahan/kawasan pada suatubentang alam dan berbagai sumber daya yang dibutuhkandalam setiap kegiatan tersebut. Umumnya di dalam suatubentang alam terdapat suatu kawasan yang memiliki nilaipenting bagi konservasi keanekaragaman hayati. Oleh karenaitu, dalam rangka mengurangi laju kemerosotankeanekaragaman hayati akibat peningkatan kegiatanpemanfaatan SDA dan/atau perkembangan pemanfaatan suatubentang alam, diperlukan perangkat untuk mengelola kawasanbernilai penting bagi konservasi hal tersebut untuk mendukungkeberhasilan pengembangan nilai tambah, bentuk serta polapemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.

Pada saat ini, fokus perhatian upaya konservasikeanekaragaman hayati masih di titik beratkan pada kawasankonservasi, padahal unsur keanekaragaman hayati penopangkeberhasilan usaha sebagian besar terdapat di luar kawasanlindung/konservasi dan banyak diantaranya yang telahmengalami kemerosotan (penurunan nilai dukung tatananekosistem penopang keberhasilan usaha di daerah dan/atauancaman kepunahan suatu spesies lokal). Sesuai denganamanat pasal 7 Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) yangtelah diratifikasi melalui UU Nomor: 5 Tahun 1994, yaitusemua negara pihak diwajibkan untuk melakukan identifikasidan pemantauan komponen-komponen keanekaragamanhayati yang penting untuk konservasi dan pemanfaatan secaraberkelanjutan.

Menyadari pentingnya ketersediaan suatu perangkat untukpengelolaan kawasan yang memiliki nilai penting bagi kelestarintata nilai kekayaan SDA hayati, maka Kemeterian NegaraLingkungan Hidup menyusun ”Pedoman Pengelolaan KawasanBernilai Penting Bagi Konservasi Keanekaragaman Hayati(KBPKKH)”. Dengan tersusunnya pedoman ini diharapkan parapemangku kepentingan terkait baik di tingkat Pusat, Propinsi,maupun Kabupaten/Kota lebih berperan aktif dalam upayapelestarian fungsi kawasan (daratan, perairan sungai/danau,pesisir, dan lautan) yang memiliki nilai penting bagi konservasikeanekaragaman hayati.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Pengelolaan Kawasan Penting BagiKonservasi Keanekaragaman Hayati ini meliputi:

Page 51: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

3

1. Pengertian kawasan bernilai penting bagi konservasikeanekaragaman hayati;

2. Perangkat dan proses untuk mengidentifikasi danmenetapkan kawasan bernilai penting bagi konservasikeanekaragaman hayati;

3. Kebijakan pengelolaan kawasan yang memiliki nilai pentingbagi konservasi keanekaragaman hayati

C. Tujuan dan sasaran

Tujuan Pedoman Pengelolaan Kawasan Penting Bagi KonservasiKeanekaragaman Hayati ini adalah penyediaan panduan bagipemangku kepentingan terkait untuk menetapkan danmengelola kawasan yang memiliki nilai penting bagi konservasikeanekaragaman hayati, baik di kawasan lindung maupunkawasan budidaya.

Sasaran yang ingin dicapai adalah kelestarian keanekaragamanhayati baik di kawasan lindung maupun kawasan budidaya.

II. KRITERIA

A. Kriteria Kawasan Bernilai Penting Bagi KonservasiKeanekaragaman Hayati

Cakupan kawasan bernilai penting untuk konservasikeanekaragaman hayati meliputi kawasan lindung dankawasan budidaya.

Penetapan kawasan bernilai penting bagi konservasikeanekaragaman hayati, baik pada tingkat ekosistem, spesies,maupun genetik, dilakukan berdasarkan kriteria sebagaiberikut:1. Ekosistem

Penetapan kriteria areal penting berdasarkan ekosistemharus mempertimbangkan unit analisis lanskap danseaskap di setiap wilayah kajian, variabel penentunyaadalah keunikan/ kekhasan, potensi dan kondisi nilaidukung tatanan ekosistem wilayah kajian untukpengembangan pemanfaatan secara berkelanjutan, tingkatkeanekaragaman spesies, keterwakilan/representativeness(ekosistem alam yang tersisa tetapi kondisinya relatif masihbaik). Kriteria penetapan kawasan penting yang didasarkanpada fungsi ekosistem disajikan pada kotak 1.

Page 52: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

4

2. SpesiesPenetapan kawasan penting bagi konservasi speciesdititikberatkan pada unit analisis habitat masing-masingspecies. Sebagai variabel penentunya adalah keunikan/kekhasan spesies, tingkat keterancaman spesies dankekhususan pada daur hidupnya. Kriteria species yangterancam punah berdasarkan IUCN disajikan dalam tabel 1dan spesies tumbuhan/satwa liar yang satatusnya telahterdaftar dalam CITES disajikan dalam tabel 2. Kriteria dan

Kotak 1Kriteria Fungsi Ekosistem

1. Tipe ekosistem yang unik/khas relatif terhadap bioregion yangdianalisis dan/atau ditingkat yang lebih luas.1.1 Tipe ekosistem khas yang ada dalam bioregion yang memiliki

kondisi baik (baik disini berarti ekosistem tersebut memilikistruktur dan komposisi vegetasi yang sama dengan kondisialamiahnya dengan tingkat tropik satwa yang lengkap dan sesuaidenga kondisi alamiahnya, sehingga sistem di dalamnya berfungsidengan baik untuk menghasilkan produk dan jasa secaraberkelanjutan).

1.2 Tipe ekosistem dilindungi yang memiliki kondisi baik (baik disiniberarti ekosistem tersebut memiliki struktur dan komposisivegetasi/biota relatif mendekati kondisi alamiahnya dengantingkat tropik satwa yang lengkap sesuai dengan kondisialamiahnya pula sehingga sistem di dalamnya berfungsi denganbaik untuk menghasilkan produk dan jasa secara berkelanjutan).

1.3 Tipe ekosistem yang memberikan manfaat sosial ekonomi kepadamasyarakat (contoh habitat serangga mangsa dari burung walet,habitat sumber pakan lebah madu, habitat pesisir tempatbandeng bertelur, habitat muara sungai tempat impun sidat).

2. Tipe ekosistem yang mengandung kesesuaian keanekaragaman speciesdibandingkan dengan ekosistem klimak alamiahnya (contoh hutanalam gambut).2.1 Ekosistem yang mengandung kesesuaian keanekaragaman flora

darat atau perairan dibandingkan dengan ekosistem primeralamiah.

2.2 Ekosistem yang mengandung kesesuaian keanekaragaman faunadarat atau perairan dibandingkan dengan ekosistem primeralamiah.

3. Ekosistem primer yang merupakan keterwakilan dari ekosistemwilayah yang telah terdegradasi.3.1Ekosistem primer (hutan dataran rendah, hutan pantai, hutan

pegunungan, terumbu karang, sungai dan danau) dalam kondisibaik yang merupakan keterwakilan dari ekosistem wilayah yangtelah terdegradasi.

Page 53: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

5

indikator penetapan kawasan penting yang didasarkan padastatus spesies, disajikan dalam kotak 2.

Tabel 1. Kriteria Species Terancam Punah.No. Status Kriteria

1. Punah (Extinc-EX) Individu terakhir dari sebuah spesiessudah mati, atau sudah matiberdasarkan asumsi yang tidak bisadiragukan lagi, misalnya: Harimau Jawa, Harimau Bali, Merpati penumpang.

2 Punah di alam liar(Extinc in the wild-EW)

Populasi di alam bebas tidak ada lagi,dan hanya bisa ditemui dipenangkaran, misalnya: Burung alagoas curassow.

3. Sangat terancamkepunahan atauKritis (criticallyendagered-CR)

Spesies menghadapi risiko tinggikepunahan di waktu dekat, misalnya: Harimau sumatra, Badak jawa, Jalak bali, Arwana asia.

4. Terancam atauEndangered(Endabfered-EN)

Spesies yang menghadapi risikokepunahan sangat tinggi di waktumendatang, misalnya: Orang utan, Banteng, Anoa, Macan tutul.

5. Rentan (vulnarable-VU)

Spesies menghadapi risiko tinggikepunahan di masa depan, misalnya: Cheetah, Seladang, Babirusa.

6. Risiko Rendah(Less concern-LC)

Ancaman langsung bagi kelangsunganhidup spesies tidak ada, misalnya: Ayam hutan.

Page 54: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

6

Tabel 2. Status Spesies Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam CITES

Status Keterangan

Appendix I Memuat daftar dan melindungi seluruh spesiestumbuhan dan satwa liar yang terancam dari segalabentuk perdagangan internasional secara komersial.

Appendix II Memuat daftar dari spesies yang tidak terancamkepunahan, tetapi mungkin akan terancam punahapabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanyapengaturan.

Appendix

III

memuat daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yangtelah dilindungi di suatu negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan memberikan pilihan(option) bagi negara-negara anggota CITES bila suatusaat akan dipertimbangkan untuk dimasukkan keAppendix II, bahkan mungkin ke Appendix I.

Catatan:a. CITES (Convention on International Trade in Endangered

Species) atau konvensi perdagangan internasional untukspesies-spesies tumbuhan dan satwa liar, merupakansuatu pakta perjanjian yang berlaku sejak tahun 1975.Pemerintah Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebutdengan Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978 tentangMengesahkan “Convention On International Trade InEndangered Species Of Wild Fauna and Flora’, Yang TelahDitandatangani Di Washington pada tanggal 3 Maret 1973,Sebagaimana Terlampir Pada Keputusan Presiden Ini.

b. CITES merupakan satu-satunya perjanjian atau traktat(treaty) global dengan fokus pada perlindungan spesiestumbuhan dan satwa liar dalam perdagangan internasionalyang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yangmungkin akan membahayakan kelestarian tumbuhan dansatwa liar tersebut.

c. CITES merupakan komitmen dari 145 negara anggotamengenai prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh CITESsecara khusus, bahwa perdagangan dalam bentuk apapundari spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi telahmenjamin kelestariannya.

Page 55: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

7

3. GenetikSumber daya genetik atau plasma nuftah adalah bahantanaman, hewan, atau jasad renik yang mempunyaikemampuan untuk menurunkan sifat dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Pengertian keanekaragaman genetikadalah keanekaragaman yang ada di dalam satu spesies.Penetapan kriteria dan indikator sumberdaya genetikdilakukan dengan menggunakan pendekatan unit analisis

Kotak 2Kriteria dan Indikator Spesies

1. Kawasan yang memiliki spesies tumbuhan/satwa yang unik/khas ditingkat bioregionyang dianalisis.1.1 Spesies tumbuhan/satwa yang secara geografis terisolasi sehingga morfologinya

berbeda (seperti: empat spesies primata endemik Kepulauan Mentawai, komodo diPulau Komodo, monyet hitam Sulawesi, dll).

1.2 Spesies tumbuhan/satwa yang dijadikan simbol sosial oleh masyarakat adat ataupemerintah daerah (seperti: burung rangkong bagi masyarakat Dayak, burungmerak bagi acara/kesenian pada sebagian masyarakat di Jawa Timur, burungcendrawasih di Papua, dll).

1.3 Spesies tumbuhan/satwa yang tumbuh/hidup di tempat yang tidak lazim atauekstrim (seperti: berbagai jenis Nephentes yang hidup di tanah yang miskin hara,ikan-ikan yang hidup di dalam Gua Tanete Kawasan Karst Maros-Pangkep,edelweis di puncak gunung, karang darah, setigi di batu pantai, dll).

2. Kawasan yang memiliki spesies satwa/tumbuhan yang terancam punah.2.1 Spesies tumbuhan/satwa yang statusnya telah terdaftar dalam Red Data Book

IUCN tahun terkini dengan kategori vulnerable, endangered, critical endangered.2.2 Spesies tumbuhan/satwa yang statusnya telah terdaftar dalam CITES tahun terkini

dengan kategori Appendix 1.2.3 Spesies tumbuhan/satwa yang pemanfaatannya tidak terkendali (contoh jelutung,

damar mata kucing, gaharu, rotan, berbagai jenis tanaman hias seperti Rotundum,anggrek hitam, burung cendrawasih, burung kakak tua jambul orange, dll).

Kotak 2Kriteria dan Indikator Spesies (Lanjutan)

2.4 Spesies satwa yang memiliki daerah jelajah besar yang ruang geraknya semakinterbatas (contoh Gajah sumatera, Harimau sumatera, dll).

2.5 Spesies tumbuhan yang hidupnya ditempat yang ekstrim/tidak lazim, dimanatempat hidupnya terus dieksploitasi (contoh spesies-spesies tumbuhan yang hidupdi ekosistem karst, spesies-spesies tumbuhan yang hidup di lahan basah, dll).

3. Kawasan yang memiliki spesies satwa/tumbuhan yang sebagian atau seluruh hidupnyamembutuhkan habitat khusus3.1 Spesies satwa migran (contoh: Egretta garzetta, Butoriades striatus, dll).3.2 Spesies tumbuhan yang membutuhkan media tumbuh khusus (contoh: tumbuhan

bakau, tumbuhan api-api, berbagai jenis anggrek, bunga bangkai, dll).

Page 56: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

8

spesies. Kriteria dan indikator sumberdaya genetik yangditetapkan dalam Pedoman ini terdiri atas: tingkat varietas(pada tanaman), tingkat rumpun (pada hewan/ternak), dantingkat strain (pada ikan). Sebagai variabel penentu adalahkeunikan varietas tanaman, rumpun hewan/ternak, danstrain ikan yang secara lokal bernilai spesifik, nilaikeunggulan (contoh: ketahanan terhadap hama/penyakit,ketahanan terhadap cekaman lingkungan, produktivitas),kekhasan (keindahan dll), nilai pilihan, nilai ekonomi,tingkat keterancaman, dan nilai sosial.Kriteria dan indikator penetapan kawasan penting untuksumber daya genetik (SDG), disajikan pada kotak 3.

Kotak 3Kriteria dan Indikator SDG

1. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/ataustrain ikan yang unik/khas relatif terhadap spesies yang dianalisis.1.1 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang secara

lokal telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan setempat (contoh untuktanaman: jagung pulut di Takalar, kangkung plecing di daerah Mataram-Lombok;untuk ternak: sapi Bali di pulau Bali, bebek alabio di desa Alabio-Kalsel; untukikan: ikan mas punten di Malang, ikan mas si nyonya di Majalaya).

1.2 Varietas tanaman dan/atau strain ikan yang mempunyai cita rasa khas (misal: Padipandan wangi di beberapa kecamatan Kab. Cianjur, padi rojolele di kecamatanDelanggu-Klaten, ubi cilembu di Kab. Garut, bawang merah Palu).

1.3 Rumpun hewan/ternak yang mempunyai ciri morfologi khas (contoh: padi mayasdi Kaltim (bulir padi kecil), anjing kintamani, ikan kardinal banggai).

Page 57: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

9

Kotak 3Kriteria dan Indikator SDG (Lanjutan)

2. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ ternak dan/ataustrain ikan yang tahan terhadap faktor-faktor biotik lingkungan (hama dan/ataupenyakit tertentu) relatif terhadap spesies yang dianalisis.2.1 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang tahan

terhadap hama tertentu2.2 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang tahan

terhadap penyakit tertentu (contoh: sapi Sumatera Barat tahan penyakit cacing hati).

3. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/ataustrain ikan yang tahan terhadap faktor-faktor abiotik lingkungan yang khas (iklimekstrim, keasaman tanah, tanah kapur) relatif terhadap spesies yang dianalisis.3.1 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang tahan

terhadap cekaman kekeringan (contoh: padi gogo),3.2 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang tahan

terhadap keasaman tanah,3.3 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang tahan

tumbuh di tanah kapur,

4. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/ataustrain ikan yang memiliki potensi pemanfaatan tinggi pada masa yang akan datang.4.1 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang

memiliki ciri-ciri unik sehingga mempunyai potensi pemanfaatan pada masa yangakan datang tetapi pada saat ini keberadaanya belum diperhatikan (contoh: pohonceremai, chitose kulit udang).

4.2 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang yangmempunyai kandungan nilai gizi yang dibutuhkan bagi kesehatan manusiasehingga memi- liki potensi pemanfaatan di masa yang akan datang, tetapi padasaat ini keberadaanya belum diperhatikan (contoh: padi merah mengandung Vit.B1, sirih merah, ikan cucut/ squalence).

4.3 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang yangmempunyai kandungan senyawa kimia penting sehingga memiliki potensipemanfaatan di masa yang akan datang, tetapi pada saat ini keberadaanya belumdiperhatikan (contoh: kayu putih Pulau Buru di Maluku).

5. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/ataustrain ikan yang memiliki nilai sosial-budaya dan/atau ekonomi bagi masyarakatlokal maupun tingkat yang lebih luas.5.1 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan dan/atau strain ikan yang digunakan

untuk upacara adat (contoh: bunga kamboja merah dan penyu hijau di Bali).5.2 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang

merupakan komoditas ekonomi pada masyarakat (contoh: rotan, ikan pari).6. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau

strain ikan yang populasinya terancam punah.6.1 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang belum

diketahui manfaatnya tetapi keberadaanya terancam punah.6.2 Varietas tanaman dan/atau rumpun hewan dan/atau strain ikan yang pada masa lalu

dimanfaatkan oleh masyarakat, tetapi saat ini tidak dimanfaatkan lagi sehinggapopulasinya semakin menyusut (contoh: beberapa pohon buah-buahan sepertiduwet, pohon kupa, burahol, jeruk garut; dan ternak kambing gembrong di Bali).

Page 58: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

10

III. IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KAWASAN BERNILAI PENTINGBAGI KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

Identifikasi dan penetapan Kawasan Bernilai Penting bagiKonservasi Keanekaragaman Hayati (KBPKKH) bertujuan untukmengetahui keberadaan, kondisi, status, dan kebijakanpengelolaan kawasan tersebut di setiap wilayah kerja administratifpemerintah kabupaten/kota. Sehingga kebijakan penetapanpemanfaatan suatu kawasan dalam pengelolaan bentang alam dimasing-masing kabupaten/kota disusun berdasarkan tata nilaiunsur penentu kelestarian fungsi lingkungan hidup. Unsurtersebut antara lain tatanan dan fungsi nilai kelestariankeanekaragaman hayati dalam statu bentang alam.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, seharusnya kebijakanpengelolaan bentang alam di setiap kabupaten/kota berorientasikepada upaya untuk mencegah atau mengurangi laju kemerosotankelestarian keanekaragaman hayati, yaitu tidak mengakibatkangangguan terhadap kelestarian penopang keberhasilan usahamasyarakat setempat dan juga tidak mengakibatkan gangguanterhadap potensi tata nilai pendukung keberhasilan pengembangannilai tambah, bentuk, serta pola pemanfaatan keanekaragamanhayati secara berkelanjutan.

Dalam rangka identifikasi dan penetapan KBPKKH, maka Sub babberikut ini menyajikan perangkat penetapan, tahapan identifikasi,dan penetapan kawasan penting bagi konservasi keanekaragamanhayati.

A. Perangkat Penetapan Kawasan Bernilai Penting Bagi KonservasiKeanekaragaman Hayati

Berdasarkan kriteria kawasan yang dikategorikan memilikinilai penting bagi konservasi keanekaragaman hayati, makaperangkat penetapan kawasan penting bagi konservasikeanekaragaman hayati di kelompokkan menurutunsur/elemen keanekaragaman hayati, yaiu tingkat ekosistem,spesies, dan genetik. Penetapan kawasan yangditandai/berindikasi memiliki nilai penting bagi konservasikeanekaragaman hayati dilakukan melalui verifikasiberdasarkan unsur/elemen keanekaragaman hayati, yaiutingkat ekosistem, spesies, dan genetik. Matrik perangkatpenetapan dan pengelolaan kawasan penting bagi konservasikeanekaragaman hayati disajikan dalam tabel 3.

Page 59: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

11

Tabel 3: Matrik Perangkat Penetapan Kawasan Bernilai Penting Bagi Konservasi Keanekaragaman HayatiTabel 3.1.Matrik Verifier Dan Metode Verifikasi Indikator Level Ekosistem.

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

E.1 Kawasan yang memiliki tipe ekosistem yang unik relatif terhadap bioregion yang dianalisis dan atau ditingkat yang lebih luas(lokal, nasional dan internasional).

E1.1Tipe ekosistemunik yang adadalam bioregion.

Ekosistem-ekosistemunik merupakan bagianyang tidak dapatdipisahkan dari lanskapekologi regional yang adadi dalam wilayahadministrasi pemerintahkab/kota/prov. atauantar prov. yang harusdijaga & dipeliharaeksistensinya. Adanyagangguan atau peru-bahan yang terjadi didalam ekosistem uniktersebut secara langsungmaupun tidak lang- sungakan berakibat terhadapkelestarian fungsiekologis didalam lanskapekologi regional. Agarfungsi-fungsi ekologis didalam lanskap ekologiregional dapat berjalansecara alamiah makapihak pemerintahkab/kota harus pulamenjaga dan memeliharakeberadaan ekosistem-ekosistem unik tersebut.

1) luasan ekosistemunik yang tersisa yangmasih berfungsi baikyang ada di dalamwila- yah kerjapemerintah kab./kota,

2) Kondisi penutupanlahan di sekitarkawasan ekosistemunik yang dapatmempenga- ruhikelestarian ekosistemini dalam jangkapanjang,

3) Intensitas dan bentukgangguan yang dapatmeng- ancamkelestarian ekosistemunik,

4) Tindakan pengelolaanyang dilakukan olehunit pemangkukawasan dalammengelola tipe-tipeekosistem unik,

5) Bentuk penggunaanruang yang

1. Peta citraLandsat/Ikonos

2. Petapenutupanlahan

3. Peta-petaterkait lainnya.

4. Dokumen pem-bangunanpemerintahkab./kota/prov,

5. Laporan daridinas/instansiterkait

6. DokumenAMDAL/SEMDAL/UKL-UPL

7. Laporan RKL-RPL Laporangangguan yangterjadi di dalamkawasan, dan

8. Dokumenterkait lainnya.

1) Hasil analisispenutupanlahan terkini

2) Hasil uji petiklapangankondisiekosistem unikyang telahterganggu.

3) Hasil uji petiklapanganekosistem unikyang telahdikelola olehunitmanajemenpemangkukawasandalam rangkapemulihanekosistem.

4) Hasilwawancaradengan parapihak terkaitdengantindakanpengelolaanekosistem

1. Analisis danoverlaya petacitalandsat/photo udaramengenaipenutupanlahan dankondisipenutupanlahan di sekitarekosistem ini.

2. Uji petiklapangankondisiekosistem unik.

3. Uji petiklapanganekosistem unikyang telahdikelola olehunit manajemenpemangkukawasan dalamkaitannyadengankelestarianekosistem.

4. Wawancara

Page 60: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

12

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

dialokasikan olehpemerintah kab./kota.

unik. dengan parapihak yangterkait dengankepentinganekosistem unik.

E1.2Tipe ekosistemhutan yangdilindungi.

Ekosistem hutan alamadalah suatu sistemalamiah yang sangatpenting keberadaannyabagi pemeliharaan danpeningkatankesejahteraan manusia.Sistem ini memiliki

1) Proporsi luasekosistem hutanalam di dalamwilayah kerjapemerintahkab./kota.,

2) Intensitas danbentuk gangguanyang menyebab-

1. Peta citraLandsat/Ikonos,

2. Petapenutupanlahan

3. Dokumenpemba-ngunanpemerintahkab./kota/prov,

1. Hasil analisispenutupanlahan terkini didalamkawasan,

2. Hasil uji petiklapangankondisi

1. Analisis petacitralandsat/photoudara mengenaiketerbukaanlahan/arealterganggu,

2. Uji petiklapangankondisi daerah-daerah

fungsi produksi (seperti:kayu, tumbuhan obat,sumber plasma nutfah,dll) dan jasa lingkungan(seperti: pengatur tata airdan hidrologi, iklim,estetika, dll). Tingginyaperanan ekosistem hutanalam tersebut makasetiap wilayah kab./kotaseharusnya memilikiekosistem hutan alamyang dilindungi dandilestarikan sehinggadapat berfungsi dengan

kan ekosistem tidakberfungsi secaranormal.

3) Tindakanpemerintahkab./kota dalammengelola ekosistemhutan alam yangtelah mengalamigangguan.

4. Laporanperlindung- an &pelestariankawasan lindungdaridinas/instansiterkait

5 Laporangangguan yangterjadi di dalamkawasandandokumen terkait.

daerah-daerahyang telahterganggu.

3. Hasil uji petiklapangandaerah-daerahyang telahdikelola olehunit pemerintahkab./kota dalamrangkapemeliharaandan pemulihanekosistem.

4. Hasil wawan-

yang telahterganggu,

3.Uji petik lapangandaerah-daerahyang telah dikelolaoleh unitpemerintahkab./kota/ prov.dalam rangkapemeliharaan danpemulihanekosistem dananalisis kesesuiantindakannya,

4) Wawancara

Page 61: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

13

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

baik bagi kesejahteraanmanusia dalam jangkapanjang.

cara denganpara pihak yangterkait denganpemulihanekosistem.

dengan para pihakyang terkaitdengan pemulihanekosistem.

E1.3Tipe ekosistemkhas yangmemberikanmanfaat sosialekonomi kepadamasyarakat.

Ekosistem alam sangatbesar manfaatnya bagipemeliharaan danpeningkatankesejahteraan manusia.Manfaat ekosistem alam:1) manfaat produk yangsangat berguna bagimasyara- kat, sepertimanfaat kayu, bahanobat, sumber protein,dll; dan 2) manfaat jasa,seperti sumber air,oksigen, pereduksikarbon, estetika, dll.Kerugian, baik morilmaupun materiil akibatterdegradasinyaekosistem meliputibencana banjir, tanahlongsor, pening- katanpenyakit demamberdarah, chikungunya,dll; menurunnyaproduktivitas pertanianakibat tidak stabilnya

1. Proporsi luasanekosistem alam didalam wilayah kerjaPemerintahkabupaten/kota,

2. Proporsi luasanaktual ekosistemalam yang belumterganggu atauberubah dari kondisialaminya.

3. Proporsi ekosistemalam di sekitarwilayah kerjakab./kota,

4. Koneksitas antarekosistem alam didalam wilayah kerjapemerintahkab./kota/prov danantar wilayah kerjapemerintahkab./kota.

1. Dokumenpemba-ngunanpemerintahkab./kota/prov,

2. Peta RTRWP/Kdan dokumenpengem-banganwilayah,

3. Peta penutupanlahan

4. Peta citraLandsat/Ikonos

1. Uji petiklapangankondisiekosistem-ekosistem alam

2. Uji petiklapangankondisiekosistem alamdi sekitarwilayah kerjapemerintahkab./kota,

3. Wawancaradengan parapihak.

1. Super-imposeddan analisis petawilayah kerjapemerintahkabupaten/kotadenganpenutupanlahan, topografi,hidrologi,distribusi flora,distribusi dandaerah jelajahsatwa, RTRWP/K,dan peta lainnyaapabiladibutuhkan,

2. Analisisdokumen danstudi pustaka

3. Crosschecklapangan.

kondisi iklim/cuaca,mening- katnya

Page 62: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

14

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

serangan hama, dll.

E2 Ekosistem alam yang mengandung keanekaragaman spesies tinggi dibandingkan dengan ekosistem yang sama.E2.1

Ekosistem yangmengandungkesesuaiankeanekaragamanflora darat danatau perairandibandingkandenganekosistemprimeralamiahnya.

Keseimbangan sistemekologi floradarat/perairan di dalamsuatu areal sangattergantung darikelengkapan strukturdan komposisinya yangterbentuk dari prosesadaptasi denganlingkungannya dalamwaktu yang panjang.Adanya ganggu-an/perubahanlingkungan akanmengakibatkan terjadiperu- bahankeseimbangan ekologisyang menyebabkansistem tidak dapatberfungsi secara normalyang pada akhirnya akanmenyebabkanpenurunan kualitastempat hidup manusia.Perubahan tersebututamanya disebabkanoleh konversi lahanuntuk penggunaanlainnya dan penebanganliar sehingga luasan

1. Adanya ekosistemalam di dalamwilayah kerjapemerintahkab./kota/prov. yangmemiliki strukturdan komposisi sesuaidengan ekosistemalaminya denganproporsi luasan yangmemadai sehinggadapat lestari dalamjangka panjang.

2. Proporsi ekosistemalam yang belumterganggu di sekitarwilayah kerjakab./kota/ Provinsi.

3. Koneksitas antarekosistem alam didalam wilayah kerjapemerintahkab./kota/prov. danantar wilayah kerjapemerintahkab./kota/prov.

1. Dokumenpembangunanpemerintahkab./kota/prov.,

2. Peta RTRWP/Kdan dokumenpengem-banganwilayah,

3. Peta penutupanlahan

4. Peta citraLandsat/Ikonos.

1. Uji petiklapangankondisi strukturdan komposisiflora darat/perairan

2. Uji petiklapangankondisi strukturdan komposisiflora darat/perairan disekitar wilayahkerjapemerintahkab./kota,

3. Wawancaradengan parapihak.

1. Super-imposeddan analisis petawilayah kerjaPemerintah kab./prov denganpenutupanlahan, topografi,hidrologi,distribusi flora,distribusi dandaerah jelajahsatwa, RTRWP/K,dan peta lainnyaapabiladibutuhkan.

2. Analisis dokumendan studipustaka

3. Analisis strukturdan komposisifloradarat/perairan.

Page 63: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

15

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

areal berhutan dariwaktu ke waktu terusmenurun.

E2.2Ekosistem yangmengandungkesesuaiankeanekaragamanfauna daratdan/atauperairandibandingkandenganekosistem

Keseimbangan sistemekologi faunadarat/perairan di dalamsuatu areal sangattergantung darikelengkapan spesiespada setiap leveltropiknya & kese- hatanpopulasi yang terbentukdari proses adaptasidengan lingkungannyadalam waktu

1.Adanya ekosistemalam di dalam wilayahkerja pemerin- tahkab./kota/prov. yangmemiliki kekayaanfauna darat/perairandengan level tropikyang sesuai denganekosistem alamnyadengan proporsiluasan yang memadai

1. Dokumenpemba-ngunanpemerintahkab/kota/prov.

2. Peta RTRWP/Kdan dokumenpengem-banganwilayah.

3. Petapenutupanlahan.

1. Uji petiklapangankekayaan dankesehatanpopulasispesies faunadarat/perairan.

2. Uji petiklapangankekayaan dankesehatanpopulasi

1. Super-imposeddan analisis petawilayah kerjaPemerintah kab./kota/prov. denganpenutupan lahan,topografi,hidrologi,distribusi flora,distribusi dandaerah

primeralamiahnya.

yang panjang. Adanyaperubahangangguan/perubahanlingkungan akanmengakibat- kan terjadiperubahan keseim-bangan level tropikdan/atau kesehatanpopulasinya sehinggarantai-rantai makanandan energinya tidakberlangsung denganbaik. Kondisi ini secaralangsung maupun tidaklangsung akan dapat

sehingga dapat lestaridalam jangka panjang.

2.Proporsi ekosistemalam yang belumterganggu di sekitarwilayah kerjakab./kota/prov. yangmemiliki kekayaanfauna darat/perairandengan level tropikyang sesuai denganekosistem alamnya;

1. Koneksitas antarekosistem alam didalam wilayah kerja

4. Peta citraLandsat/ Ikonos

spesies faunadarat/perairan disekitar wilayahkerja pemerintahkab./kota/ prov.

3. Wawancaradengan parapihak.

jelajah satwa,RTRWP/K, dan petalainnya apabiladibutuh- kan,2. Analisis

dokumen danstudi pustaka,

3. Analisiskekayaan dankesehatanpopulasi spesiesfauna darat/perairan.

Page 64: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

16

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

menim- bulkan bencanabagi manusia, sepertipeningkatan hama danpenyakit, menurunnyaproduk- tivitas buah,tidak terdistribusispesies tumbuhan,meledaknya populasispesies yang akanmenyebabkan gangguankeseimbangan ekologis,dll. Perubahan tersebututamanya disebabkanoleh konversi lahanuntuk penggunaanlainnya sehingga luasanhabitat floradarat/perairan dariwaktu ke waktu terusmenurun, perbu- ruanliar, dll yang mengakibat-kan hilangnya spesies,peledakkan populasiatau menu- runnyakesehatan populasi danadanya fragmentasisehingga prosesimbreeding terusmeningkat, terutamabagi spesies yangmemiliki mobilitasrendah.

pemerintahkab./kota/prov. danantar wilayah kerjapemerintahkab./kota/prov.sehingga prosesimbreeding minimal.

Page 65: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

17

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

E3 Ekosistem primer yang merupakan keterwakilan dari ekosistem wilayah yang telah terdegradasi.E3.1Ekosistem

primer (hutandataran rendah,hutan pantai,hutan rawa,hutan mangrove,hutanpegunungan,terumbu karang,sungai, danau,dll) dalamkondisi baikyang merupakanketerwakilandari ekosistemwilayah yangtelah terdegra-dasi.

Ekosistem alam primermemi- liki peranan yangsangat besar bagikesejahteraan manusia.Peranan tersebut berupaproduk (seperti hasil hu-tan kayu, non kayu,sumber protein hewani,sumber plasma nutfah,dll) dan jasa (sepertipengatur tata air danhirologi, iklim,pengendali bahaya erosi,sedi- mentasi, abrasi,banjir & longsor,pencegah meningkatpotensi hama danpenyakit, dll, sumberilmu pengetahuan danteknologi). Oleh karenaitu keberadaanekosistem alam pri- merdalam suatu wilayahadministratif Pemerintahkab./ kota/prov. menjadisangat penting, teruta-ma di wilayah-wilayahyang kondisi ekosistemalamnya telahterdegradasi kuat.

1. Adanyaekosistem alam didalam wilayah kerjapemerin- tahkab./kota/prov. dalamkondisi baik denganproporsi luasan yangmemadai sehinggadapat lestari dalamjangka panjang;

2. Proporsiekosistem alam yangbelum terganggu disekitar wilayah kerjakab/prov. yangberfungsi baik

3. Koneksitas antarekosistem alam didalam wilayah kerjapemerintahkab./kota/prov. danantar wilayah kerjapemerintahkab./kota/pro.

1. Dokumenpemba- ngunanpemerintahkab./kota/prov,

2. PetaRTRWP/K dandokumenpengem- banganwilayah

3. Petapenutupan lahan

4. Peta citraLandsat/Ikonos.

1. Uji petiklapangan kondisiekosistem alamyang dialokasioleh pemerintahkab./ kota/prov.,

2. Wawancaradengan parapihak.

1. Super-imposed dananalisis petawilayah kerjapemerintahkab./kota/prov.dengan penutupanlahan, topografi,hidrologi,distribusi flora,distribusi dandaerah jelajahsatwa, RTRWP/K,dan peta lainnyaapabiladibutuhkan;

2. Analisisdokumen danstudi pustaka;

3. Analisispengukuranlapangankesehatanekosistem alam,keter- wakilan tipeekosistem alamdan kesesuaianproporsi ekosistemalam yang tetapdiper- tahankandalam kondisi baikdibandingkan

Page 66: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

18

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

dengan luaswilayahpemerintahkab./kota/ prov,kesesuaian alokasiperlindunganekosistem alamdgn peruntukanruang secarakeseluruh- an,sehingga fungsiekosistem alamberjalan denganbaik gunakesejahteraanmanusia.

Tabel 3.2. Matrik Verifier Dan Metode Verifikasi Indikator Level Spesies

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

J1. Tumbuhan/satwa memiliki keunikan/kekhasan ditingkat bioregionJ1.1Spesies flora/

fauna yangkarena kondisigeografisnyaterisolasi dalamsuatu ruang yangmenyebabkanadanyaperbedaanmorfologis padatingkat genus/

Kemampuan flora/faunauntuk bertahan hidupdalam suatu ruanggeografis tertentu dalamwaktu yang relatif lamaakan menyebabkanadanya perbedaangenetis atau perubahanperilaku sebagai bentukadaptasi flora/faunadengan kondisi

1. Bentukmorfologis flora/fauna

2. Distribusiflora/fauna.

1. Distribusifauna,

2. Ekologi fauna,3. Distribusi

tumbuhan,terutamadistribusitumbuhan diIndonesia,

4. Dokumen-dokumen hasil-

1. Wawancaradenganmasyarakat/tokohmasyarakat/masyara- kat yanghidupnyatergantung darihasil hutan,

2. Wawancara dandiskusi dengan

1. Analisisdistribusiflora/fauna,

2. Analisisspesimenflora/fauna, baik diHerbariumBogoriense untukflora maupunmusium zoologiuntuk fauna,

Page 67: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

19

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

spesies yangsama atauspesies tunggaldari suatu genus.

lingkungannya.Beberapa jenis satwaada yang mampubertahan hidup dalamsuatu ruang geografisyang sangat sempit,seperti empat jenisprimata endemik P.Siberut, komodo yangmampu beradaptasidengan lingkungan P.Komodo, beo nias, dll.

hasil penelitian,5. Laporan dari

dinas/ instansiterkait.

pakar,3. Identifikasi

flora/ faunayang didugatermasuk kedalam tipeendemik lokalsesuai denganhasil wawancaradengan parapihak tersebutdi atas.

3. Analisisbentang alamdalam kaitannyauntuk melihattingkat halanganpergerakanfauna/pemencaranflora,

4. Analisisdokumenbiogeography,geografitumbuhan,geografi satwa, dll,

5. Analisisdokumen terkaitlainnya,

6. Analisis hasilwawan- caradengan para pihak.

J1.2Spesies tumbuh-an/satwa yangdijadikan olehmasyarakat adatatau pemerintahdaerah sebagaisimbol sosial.

Di Indonesia adakomunitasmasyarakat/kelompokmasya- rakat adat yangmemanfaatkan floradan/atau fauna sebagaibahan/simbol padaacara-acara tertentuseperti upacara adatkeagamaan, upacaraadat perni- kahan,upacara adat menerimatamu, upacara adat

1. Jenis flora/faunayang digunakan olehkomunitasmasyarakat/kelompok masyarakat adat

2. Bagian tubuhflora/fauna yangdigunakan olehkomunitasmasyarakat/kelompok masyarakat adat.

1. Dokumenupacara/kegiatan yangdila- kukanoleh masyara-kat yangmengguna- kantubuh/bagiantubuhflora/faunasebagai salahsatu saratkelengkapan

1. Wawancaradengananggota/tokohadat/masyarakatkomu-nitas/kelompokmasyarakatadat.

1. Analisis hasilwawancara.

Page 68: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

20

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

mulai acara,menanam/memanentanaman, dll. Jenisflora/fauna yang digu-nakan tersebut padaumumnya berbeda antarkomunitas masya- rakatadat (seperti burungrang- kong yangdigunakan olehmasyarakat dayak,burung cenderawasiholeh masyarakat adattertentu di Papua,burung merak olehmasyarakat ponorogo,dll).

2. Dokumen-dokumenterkait lainnya,

3. Laporan daridinas/ instansiterkait.

J1.3Spesies tumbuh-an/satwa yangtumbuh/hidup ditempat yangtidak lazim atauekstrim.

Di Indonesia banyakdijumpai spesies-spesies flora/faunayang hidupnya didaerah yang tidaklazim/kondisilingkungan yangekstrim, sepertiberbagai jenisNephentes yang hidupdi tanah yang miskinhara, ikan-ikan yanghidup di dalam GuaTanete Kawasan KarstMaros-Pangkep,edelweis di daerah

1. Jenis flora yanghidup dalamlingkunganekstrim,

2. Jenis fauna yanghidup dalamlingkungan yangekstrim

1. Dokumenekologi spesiesflora/fauna diwilayah kerjakab./kota/prov.,

2. DokumenAMDAL/SEMDAL,

3. Dokumenhasil-hasilpenelitianpara pakar diwi- layah kerjakab./kota/pro

1. Wawancaradenganmasyarakatyangkehidupannyatergan- tungdarisumberdayaalam,

2. Wawancaradengan pakar,

3. Identifikasi danuji petiklapangan.

1. Analisis hasilwawan- caradengan parapihak,

2. Analisisdokumen ekologiflora/fauna,

3. Analisisdokumen terkaitlainnya,

4. Analisis hasilidentifi- kasiflora/fauna yangtumbuh/hidupdi tempat yang

Page 69: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

21

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

puncak gunung,berbagai jenis terumbukarang, Mertens yangtumbuh di batupegunungan, setigi dibatu pantai dll).

vinsi,4. Dokumen

keanekara-gaman hayatiterkait lainnya,

5. Laporan daridinas/instansiterkait.

tidaklazim/ekstrim.

J2. Areal yang memiliki spesies satwa/tumbuhan yang terancam punah,J2.1Spesies tumbuh-

an/satwa yangstatusnya telahterdaftar dalamRed Data Book

Jelas. 1. Jenis flora yangtercantum dalamRed Data Book IUCNdengan statusvulnerable,endangered, criticalendangered,

1. Dokumenekologi spesiesflora/fauna diwilayah kerjakab./kota/prov,

2. DokumenAMDAL/

1. Wawancaradenganmasyarakatyangkehidupannyatergan- tungdarisumberdayaalam

1. Analisis hasilwawan- caradengan parapihak,

2. Analisisdokumenekologiflora/fauna

3. Analisisdokumen

IUCN tahunterkini dengankategorivulnerable,endangere,criticalendangered

2. Jenis fauna yangtercantum dalamRed Data Book IUCNdengan statusvulnerable,endangered, criticalendangered.

SEMDAL unitmana- jemen diwilayah kerjakab./kota/prov,

3. Dokumen hasilpenelitianpakar diwilayah kerjakab./kota/prov,

4. Dokumen

2. Wawancaradengan pakar,

3. Inevntarisasiflora/ fauna.

terkait lainnya4. Analisis hasil

inven- tarisasiflora/fauna.

Page 70: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

22

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

keanekara-gaman hayatiterkait lainnya,

5. Laporan daridinas/instansiterkait.

J2.2Spesies tumbuh-an/satwa yangstatusnya telahterdaftar dalamCITES tahunterkini dengankategori Appendix1.

Jelas. 1. Jenis flora yangtercantum dalamdokumen Citesdengan kategoriAppendix I.

2. Jenis fauna yangtercantum dalamdokumen Citesdengan kategoriAppendix I

1. Dokumen ekologispesiesflora/fauna diwilayah kerjakab./ kota/prov,

2. DokumenAMDAL/SEMDAL unitmana jemen diwilayah ker- jakab./kota/prov,

3. Dokumen hasilpene- litianpakar di wilayahkerjakab./kota/prov,

4. Dokumen Kehatiterkait lainnya.

5. Laporan daridinas/ instansiterkait.

1. Wawancaradenganmasyarakatyangkehidupannyatergan- tungdari sumberdaya alam,

2. Wawancaradengan parapakar,

3. Inventarisasiflora/fauna.,

1. Analisis hasilwawan- caradengan parapihak,

2. Analisis dokumenekologiflora/fauna

3. Analisis dokumenterkait lainnya,

4. Analisis hasilinventarisasiflora/ fauna.

J2.3Spesies tumbuh-an/satwa yangmanfaatnya besarbagi masyarakat

Pada umumnya jenis-jenis flora/ fauna yangmemiliki nilai komersialtinggi dan belum ada

1. Jenis-jenis florakomersial,

2. Jenis-jenis faunakomersial.

1. Dokumen hasilhutan kayudan non kayu,

2. Laporan

1. Wawancaradenganmasyarakatyang

1. Analisis hasilwawan- caradengan parapihak,

Page 71: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

23

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

dan terus diman- suatu kebijakan yangmengatur sistemkelestariannya, seperti

pemanfaatanhasilsumberdayaalam daridinas/ins-

kehidupannyatergan- tungdarisumberdayaalam.

2. Analisisdokumenperdaganganflora/ fauna,

faatkan tanpakendali.

getah jelutung,tumbuhan hias(anggrek, kantungsemar, dll),penangkapan ikan-ikanair tawar dan laut, dll.

tansi terkait,3. Dokumen

terkait lainnya.

2. Wawancaradengan pakar

3. Inventarisasiflora/ fauna dipusat-pusatperdaganganflora/ fauna,

4. Analisisdokumenperdaganganflora/ fauna dibandar udaradan pelabuhanlaut.

3. Analisisdokumen terkaitlainnya,

4. Analisis hasilinventar- isasiflora/fauna dipusat-pusatperda-ganganflora/fauna.

J2.4Spesies satwayang memilikidaerah jelajahbesar yang ruanggeraknya terusterbatas.

Pada umumnya adalahspesies herbivora besar(seperti gajah danbadak), spesies satwatop predator (sepertiharimau dan macan).

1. Jenis-jenis satwayang membutuhkanruang gerak luas,

2. Jenis-jenisfragmentasi habitat.

1. Dokumenekologi faunadi wilayah kerjakab./kota/prov,

2. DokumenAMDAL/SEMDAL unitmana- jemen diwilayah ker- jakab./kota/prov,

3. Dokumen hasil

1. Wawancaradengan pakarsatwaliar danpakar terkaitlainnya,

2. Inventarisasifaunabesar/toppredator,

3. Kajian pola-polafragmentasihabitat.

1. Analisis hasilwawan- caradengan parapakar terkait,

2. Analisistumpang tindihantar polapembangunanwilayah dengandaerah jelajahsatwa/distribusisatwa,

3. Analisis

Page 72: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

24

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

pene- litianpakar diwilayah kerjakab./kota/prov,

4. Dokumenkeanekara-gaman hayatiterkait lainnya.

5. Laporan daridinas/ instansiterkait.

6. Dokumenpemba-ngunanwilayah.

dokumen terkaitlainnya,

4. Analisis hasilinven- tarisasipergerakansatwa liar.

J2.5Spesies tumbuh-an yanghidupnyaditempat yangekstrim/tidaklazim, dimana

Spesies tumbuhankomersial yang hidup didaerah rawa gam- but(seperti ramin), berbagaijenis tumbuhanmangrove, dan berbagaitumbuhan pantai, dll.

Ada/tidaknya jenis-jenistumbuhan yang hidupditempat ekstrim yangtempat hidupnya terusterdegradasi.

1. Dokumenekologi flo- radi wilayah kerjakab./kota/prov,

2. DokumenAMDAL/SEMDAL unitmana-

1. Wawancaradengan pakarflora dan pakarterkait lainnya,

2. Inventarisasiflora di tempattumbuh

1. Analisis hasilwawan- caradengan parapakar terkait,

2. Analisiscitralandsat/ikonos terkaitdengan

tempat hidupnyaterus dimanfaat-kan olehmanusia.

jemen di wilayahker- jakab./kota/prov,

3. Dokumen hasilpene- litianpara pakar di

ekstrim,3. Identifikasi

tingkatgangguan.

perubahantutupan lahan,

4. Analisisdokumen terkaitlainnya,

5. Analisis hasilinven- tarisasi

Page 73: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

25

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

wilayah kerjakab./kota/prov,

4. Dokumenkeanekara-gaman hayatiterkait lainnya.

5. Laporan daridinas/ instansiterkait.

6. Peta citraLandsat/Ikonos,

7. Peta kerusakanekosistemalam.

flora,6. Analisis tingkat

gangguanekosistemdengan kondisiekstrim.

J3. Areal yang memiliki spesies satwa/tumbuhan yang sebagian atau seluruh hidupnya membutuhkan habitat khususJ3.1Spesies satwa

migran.Jelas (seperti: Egrettagarzetta, Butoriadesstriatus, dll).

Ada/tidaknya jenis-jenissatwa migran

1. Dokumenekologi faunadi wilayah kerjakab./kota/prov,

2. DokumenAMDAL/SEMDAL unitmanajemen diwila- yah kerjakab./kota/prov,

3. Dokumen hasilpene- litianpakar di

1. Wawancaradengan pakarsatwaliar danpakar terkaitlainnya

2. InventarisasiFauna migran.

3. Inventarisasihabitat

1. Analisis hasilwawan- caradengan parapakar terkait

2. Analisisdokumen terkaitlainnya

3. Analisis hasilinventarisasifauna migran

4. Analisis habitatfauna migran

Page 74: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

26

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

wilayah kerjakab./kota/prov,

4. Dokumenkeanekara-gaman hayatiterkait lainnya.

5. Laporan daridinas/ instansiterkait.

6.Dokumenpemba-ngunanwilayah.

J3.2

Spesiestumbuh- anyang membu-tuhkan mediatumbuhkhusus.

Berbagai jenisepifit/benalu, sepertianggrek hitam, anggrekmacam, bunga bangkai,bunga raflesia, dll.

Ada/tidaknya jenis-jenistumbuhan yang hidupmembu- tuhkan mediakhusus.

1. Dokumenekologi flora diwilayah kerjakab./kota/prov,

2. DokumenAMDAL/SEMDAL unitmana- jemen diwilayah kerjakab./kota/prov,

3. Dokumen hasilpene- litianpakar diwilayah kerjakab./kota/prov,

1. Wawancaradengan pakar floradan pakar terkaitlainnya

2. Inventarisasiflora3

1. Analisishasil wawan-caradengan parapakar terkait

2. Analisisdokumen terkaitlainnya

3. Analisishasil inventarisasiflora.

Page 75: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

27

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

4. Dokumenkeanekara-gaman hayatiterkait lainnya.

5. Laporan daridinas/ instansiterkait.

Tabel 3.3.Matrik Verifier Dan Metode Verifikasi Indikator Level Genetik

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

G1. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang unik/khas,G1.1Varietas

tanamandan/ataurumpunhewan/ternakdan/atau strainikan yang secaralokal telahberadaptasidengan kondisi

Varietas dan/ataurumpun dan/ ataustrain yangditanam/dipeli- hara disuatu daerah secaraturun temurun sejakkurun waktu sangatlama, yang telahmenyatu dengankondisi ling- kungansetempat yang terbatassumberdayanya,sehingga

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikanyang sejak lama dibudi-dayakan oleh masyarakatsetempat,

2. Tingkatbudidayanya olehmasyarakat,

3. Distribusipopulasinya,

4. Sejarahkeberadaannya/budi-

1. Laporan-laporanpenelitiantentangkomoditaspertanian,kehutanan,perke- bunan,peternakan,perikanan yangdilakukan dilokasi tersebut;

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnyapetani,

2.Wawancaradengan penelitidan pakar,

3.Wawancaradengan stafDinas terkait,

1. Analisis hasilwawan- caradansinkronisasidata daninformasi yangdidapatkan dariberba- gaisumber,kemudiandikoreksidengan hasilpengamatanlapangan,

2. Analisis dataAgro-

Page 76: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

28

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

lingkungansetempat.

daerah itu dikenal olehmasya- rakat luassebagai sumbernya.Secara luasan arealpenanam-an/pemeliharaankomoditas tersebutmeliputi kisaran geo-grafis relatif sempit.

dayanya 2. Laporantahunan daridinas-dinasterkait;

3. Dokumen tataruang daerah,

4. DokumenAmdal.

4.Pengamatanlapangan.

ecological zone.

G1.2Varietastanamandan/ataurumpunhewan/ternakdan/atau strainikan yangmempunyai citarasa khas.

Tanaman dan/atauikan yang sejak kurunwaktu sangat lamadipelihara secaraturun temurun olehmasyarakat setempat,yang setelah diolahuntuk panganmempunyai cita rasakhas, yang dapatdibedakan darikerabat sejenisnya dilokasi lain.

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikanyang memiliki kekhasancita rasa sebagaimakanan yang telahdikenal sejak lama olehmasyarakat setempatmaupun masyarakat luas,

2. Tingkat kesukaanmasyarakat terhadapbahan makanan tersebut,

3.Distribusi populasinya.

Laporan-laporanpenelitiantentangkomoditaspertanian,kehutanan,perkebunan,peternakan,perikanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnyapetani,

2.Wawancaradengan penelitidan pakar,

3.Wawancaradengan stafDinas terkait,

4.Pengamatanlapangan.

1. Analisis hasilwawan- caradansinkronisasidata daninformasi yangdidapatkan dariberba- gaisumber,kemudiandikoreksidengan hasilpengamatanlapangan;

2. Analisis dataAgro ecologicalzone.

G1.3Varietastanamandan/ataurumpunhewan/ternak

Rumpun:Hewan/ternak yangmempunyai ciri-cirimorfologi (bentukbadan, raut wajah,

1. Keberadaan ta-naman/hewan/ ikanyang memiliki bentukmorfologis unik yangsejak lama

Laporan-laporanpenelitiantentangkomoditaspertanian,

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnya

1.Analisis hasilwawan- cara dansinkronisasi datadan informasiyang didapatkan

Page 77: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

29

dan/atau strainikan yang mem-punyai cirimorfologi unik(khas/keindahanbentuk dan/ataumemiliki nilaiestetika tinggi).

warna bulu, dll) unik,yang sejak kurunwaktu sangat lamadipelihara secaraturun temurun olehmasyarakat setempat,yang dapat dibedakandari kerabatsejenisnya di lokasilain.

dibudidayakan/dipeli-hara oleh masyarakatsetempat,

2. Distribusi populasinya.

kehutanan,perkebunan,peternakan,perikanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

petani,2.Wawancara

dengan penelitidan pakar

3.Wawancaradengan stafDinas terkait;

4. Pengamatanlapangan.

dari berba- gaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil pengamatanlapangan

2. Analisis dataAgro ecologicalzone.

G2. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strian ikan yang tahan terhadap faktor-faktor biotik lingkungan (hama dan/atau penyakit tertentu),

G2.1Varietastanamandan/ataurumpunhewan/ternak

Varietas: Suatupopulasi varietastanaman yang tahanterhadap beberapamacam ha-

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikanyang tahan terhadaphama tertentu, dan sejaklama

Laporan-laporanpenelitian tentangkomoditaspertanian,

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnyapetani;

1. Analisis hasilwawan- cara dansinkronisasi datadan informasiyang

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

dan/atau strainikan yang tahanterhadap hamatertentu.

ma yang terdapat dilokasi setempat sebagaiakibat dari prosesadaptasi dengan ling-kungannya dalamkurun waktu yangsangat lama.

dibudidayakan/dipeliharaoleh masyarakatsetempat,

2. Distribusipopulasinya.

kehutanan,perkebunan,peternakan,perikanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

2.Wawancaradengan penelitidan pakar;

3.Wawancaradengan stafDinas terkait;

4. Pengamatanlapangan.

didapatkan dariberbagai sumber,kemudiandikoreksi denganhasilpengamatanlapangan;

2.Analisis dataAgro ecologicalzone.

G2.2Varietastanamandan/ataurumpun

Suatu populasi varietastanaman atau rumpunternak atau strain ikanyang telah beradaptasi

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikanyang tahan terhadappenyakit tertentu, dan

Laporan-laporanpenelitian tentangkomoditaspertanian,

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,

1.Analisis hasilwawan-cara dansinkronisasi datadan informasi

Page 78: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

30

hewan/ternakdan/atau strainikan yang tahanterhadappenyakittertentu.

terhadap kondisilingkungan setempatatau tahan terhadapberbagai macampenyakit yang terdapatdi lokasi setempatsebagai akibat dariproses adaptasi denganlingkungannya dalamkurun waktu yangsangat lama.

sejak lama dibu-didayakan/dipe- liharaoleh masyarakatsetempat;

2. Distribusipopulasinya.

kehutanan,perkebunan,peternakan,perikanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

khususnyapetani;

2.Wawancaradengan penelitidan pakar

3.Wawancaradengan stafDinas terkait,

4 Pengamatanlapangan.

yang didapatkandari berbagaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil pengamatanlapangan;

2.Analisis dataAgro ecologicalzone.

G3. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpu hewan/ternak dan/atau strai ikan yang tahan terhadap faktor-faktor abiotik lingkungan (iklim ekstrim, pH tanah rendah, tanah kapur),

G3.1Varietastanamandan/ataurumpunhewan/ternakyang tahanterha- dapcekamankekeringan.

Suatu populasi varietastanaman atau rumpunternak atau strain ikanyang telah beradaptasiterhadap kondisilingkungan setempatatau tahan terhadapfluktuasi ketersediaanmaupun kualitas pakandan air; tahan terhadapsuhu, kelembaban &pengaruh iklim lainnyayang ekstrim sebagaiakibat dari prosesadaptasi denganlingkungannya dalamkurun waktu yangsangat lama.

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikan dilokasi dengan iklimekstrim

2. Distribusipopulasinya.

Laporan-laporanpenelitian tentangkomoditaspertanian,kehutanan,perkebun- an,peternakan, peri-kanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnyapetani;

2.Wawancaradengan penelitidan pakar;

3.Wawancaradengan stafDinas terkait;

4.Pengamatanlapangan.

1.Analisis hasilwawan- cara dansinkronisasi datadan informasiyang didapatkandari berba- gaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil pengamatanlapangan;

2.Analisis dataAgro ecologicalzone.

Page 79: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

31

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

G3.2Varietastanaman yangtahan terha- dapkeasamantanah.

Suatu populasi varietastanaman yang telahberadaptasi terhadapkondisi lingkungansetempat atau tahanterhadap keasamantanah, sebagai akibatdari proses adaptasidengan lingkungannyadalam kurun waktuyang sangat lama.

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikan dilokasi tanah asam

2. Distribusipopulasinya

Laporan-laporanpenelitian tentangkomoditaspertanian,kehutanan, perke-bunan,peternakan,perikanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnyapetani

2.Wawancaradengan penelitidan pakar;

3.Wawancaradengan stafDinas terkait;

4.Pengamatanlapangan.

1.Analisis hasilwawan- cara dansinkronisasi datadan informasiyang didapatkandari berba- gaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil pengamatanlapangan

2.Analisis dataAgro ecologicalzone.

G3.3Varietastanamandan/atau strainikan yang tahanhidup di tanahkapur.

Suatu populasi varietastanaman atau strainikan yang telahberadaptasi terhadapkondisi lingkungansetempat atau berta-han hidup di tanahkapur, sebagai akibatdari proses adaptasidengan lingkungannyadalam kurun waktuyang sangat lama.

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikandi lokasi tanah kapur;

2. Distribusi populasinya.

Laporan-laporanpenelitian tentangkomoditaspertanian,kehutanan,perkebun- an,peternakan,perikanan yangdila- kukan dilokasi tersebut.

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnyapetani,

2.Wawancaradengan penelitidan pakar,

3.Wawancaradengan stafDinas terkait,

4. Pengamatanlapangan.

1.Analisis hasilwawan- cara dansinkronisasi datadan informasiyang didapatkandari berba- gaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil pengamatanlapangan

2.Analisis dataAgro ecologicalzone.

G4. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang memiliki potensipemanfaatan pada masa yang akan datang.

Page 80: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

32

G4.1Varietastanamandan/ataurumpunhewan/ternakdan/atau strainikan yang memi-liki ciri-ciri uniksehinggamempu- nyaipotensipemanfaatanpada masa yangakan datang,tetapi pada saatini

Suatu populasi varietastanaman atau rumpunternak atau strain ikanyang berukuran kecil,yang mempunyai ciri-ciri atau sifat unik yangtidak terdapat di laintempat. Populasi localtersebut hanya terdapatdi daerah tertentudimana mereka berasal,sehingga perludilestarikan walaupunsaat ini belumdiketahui secara pastikeistime- waannya.

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikanyang memiliki bentukmorfologis dan sifatfisiologi unik, tapi belumdibudidaya- kan.

2. Distribusipopulasinya.

Laporan-laporanpenelitian tentangkomoditaspertanian,kehutanan,perke- bunan,peternakan,perikanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnyapetani

2.Wawancaradengan penelitidan pakar

3.Wawancaradengan stafDinas terkait;

4.Pengamatanlapangan.

1.Analisis hasilwawan-cara dansinkronisasi datadan informasiyang didapatkandari berba-gaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil pengamatanlapanga;

2.Analisis dataAgro ecologicalzone.

keberadaanyabelum diperhati-kan.

G4.2Varietastanamandan/ataurumpunhewan/ternakdan/atau strainikan yang mem-punyai kandung-an nilai gizi yangdibutuhkan bagikesehatanmanusiasehinggamemiliki potensipemanfaatan dimasa yang akan

Suatu populasi varietastanaman atau rumpunternak atau strain ikanyang berukuran kecil,yang ke-mungkinanmempunyai kandungannilai gizi yangdibutuhkan bagikesehatan manusiayang tidak terdapat dilain tempat. Populasilocal tersebut hanyaterdapat di daerahtertentu dimana merekaberasal, sehingga perludiles- tarikan walaupun

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikanyang mempunyaikandungan nilai gizi penting, tapi belumdibudidayakan,

2. Distribusipopulasinya.

Laporan-laporanpenelitian tentangkomoditaspertanian,kehutanan,perke- bunan,peternakan, perikanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnyapetani,

2.Wawancaradengan penelitidan pakar,

3.Wawancaradengan stafDinas terkait,

4.Pengamatanlapangan.

1.Analisis hasilwawan-cara dansinkronisasi datadan informasiyang didapatkandari berbagaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil penga-matan lapangan,

2. Analisis dataAgro ecologicalzone.

Page 81: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

33

datang, tetapipada saat inikeberadaanyabe- lumdiperhatikan.

saat ini belumdiketahui secara pastikeisti- mewaannya.

G4.3Varietastanamandan/ataurumpunhewan/ternakdan/atau strainikan yang mem-punyai kandung-an senyawakimia pentingsehinggamemiliki potensipemanfaatan dimasa yang akandatang, tetapipada saat ini

Suatu populasi varietastanaman atau rumpunternak atau strain ikanyang berukuran kecil,yang kemungkinanmempunyai kandungansenyawa kimia tertentuyang tidak terdapat dilain tempat. Populasilocal tersebut hanyaterdapat di daerahtertentu dimanamereka berasal,sehingga perludilestarikan walaupunsaat ini belumdiketahui secara pastikeistimewaannya.

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikanyang mempunyaikandungan senyawakimia penting, tapi belumdibudida- yakan;

2. Distribusipopulasinya.

Laporan-laporanpenelitiantentangkomoditaspertanian,kehutanan,perke bunan,peternakan,perikanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

1. Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnyapetani;

2. Wawancaradengan penelitidan pakar;

3. Wawancaradengan stafDinas terkait;

4. Pengamatan lapangan.

1. Analisishasil wawan-cara dansinkronisasi datadan informasiyang didapatkandari berbagaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil penga-matan lapangan;

2. Analisisdata Agroecological zone.

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

keberadaanyabelum diperhati-kan.

G5. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang memiliki nilai sosial-budaya dan/atau ekonomi bagi masyarakat lokal maupun tingkat yang lebih luas.

G5.1Varietastanamandan/ataurumpun

Suatu populasi varietastanaman atau rumpunternak yangdimanfaatkan untuk

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikanyang sejak lamadimanfaatkan untuk

Laporan-laporanpenelitian tentangkomoditaspertanian,

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,

1. Analisis hasilwawan- cara dansinkronisasi datadan informasi

Page 82: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

34

hewan/ternakdan/atau strainikan yangdimanfaatkanuntuk upacaraadat.

suatu upacara adatyang tidakmemperhatikankelestarian- nya,sehinggapemanenannyadilakukan secaraberlebihan, akibatnyapopulasi yang tersisasangat sedikit danmegancamkeberadaannya dilokasi tersebut.

upacara adat masyarakatsetempat tetapi tingkatbudidaya yang dilakukanoleh masyarakat setempatbelum cukup memenuhikebutuhan;

2. Distribusipopulasinya.

kehutanan,perkebun- an,peternakan, peri-kanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

khususnyapetani;

2.Wawancaradengan penelitidan pakar;

3.Wawancaradengan stafDinas terkait;

4.Pengamatanlapangan.

yang didapatkandari berbagaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil penga-matan lapangan;

2. Analisis dataAgro ecologicalzone.

G5.2Varietastanamandan/ataurumpunhewan/ternakdan/atau strainikan yang meru-pakan komoditasekonomi bagimasyarakat.

Suatu populasi varietastanaman atau rumpunternak atau strain ikanyang dimanfaatkansecara berlebihansehingga populasi yangtersisa sangat sedikitsehinggakeberadaannyaterancam punah.

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikanyang sejak lama diman-faatkan sebagaikomoditas ekonomi tetapitingkat budidaya yangdilakukan olehmasyarakat setempatbelum cukup memenuhikebutuhan;

2. Distribusipopulasinya.

Laporan-laporanpenelitian tentangkomoditaspertanian,kehutanan,perkebun- an,peternakan,perikanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

1. Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnyapetani

2. Wawancaradengan penelitidan pakar

3. Wawancaradengan stafDinas terkait;

4. Pengamatan lapangan.

1. Analisishasil wawan- caradan sinkronisasidata daninformasi yangdidapatkan dariberba- gaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil pengamatanlapangan;

2. Analisisdata Agroecological zone.

G6. Kawasan yang memiliki varietas tanaman dan/atau rumpun hewan/ternak dan/atau strain ikan yang populasinya terancampunah.

G6.1Varietastanamandan/ataurumpun

Suatu populasi varietastanaman atau rumpunternak atau strain ikanyang hanya ditemukan

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikanyang hanya ditemukanpada lokasi tertentu,

Laporan-laporanpenelitian tentangkomoditaspertanian,

1. Wawancaradenganmasyarakatsetempat,

1. Analisis hasilwawan- cara dansinkronisasi datadan informasi

Page 83: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

35

hewan/ternakdan/atau strainikan yang belumdiketahui manfa-.

di lokasi tersebut danpopulasinya sangatjarang.

2. Distribusipopulasinya.

kehutanan,perkebun- an,peternakan, peri-kanan yangdilakukan

khususnyapetani;

2. Wawancaradengan penelitidan pakar;

yang didapatkandari berba- gaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil

No. Indikator Pengertian Indikator Verifier Data dan Informasi Metode VerifikasiSekunder Primer

atnya tetapikeberadaanyaterancam punah

di lokasi tersebut. 3.Wawancaradengan StafDinas terkait;

4.Pengamatanlapangan.

pengamatanlapangan;

2.Analisis dataAgro ecologicalzone.

G6.2Varietastanamandan/ataurumpunhewan/ternakdan/atau strainikan yang padamasa laludiman- faatkanoleh masyarakat,tetapi saat initidak dimanfaat-kan lagisehinggapopulasinyasemakinmenyusut.

Suatu populasi varietastanaman atau rumpunternak atau strain ikanyang pada waktu yanglalu banyak ditemukandi lokasi tersebut dandimanfaatkan olehmasyarakat, tetapiakhir-akhir ini jarangditemukan lagi.

1. Keberadaantanaman/hewan/ ikanyang sejak lamadimanfaatkan, tetapi saatini tidak banyakdibudidayakan ataudipelihara lagi olehmasyarakat setempat;

2. Distribusipopulasinya.

Laporan-laporanpenelitiantentangkomoditaspertanian,kehutanan,perkebun-an,peternakan, peri-kanan yangdilakukan dilokasi tersebut.

1.Wawancaradenganmasyarakatsetempat,khususnyapetani;

2.Wawancaradengan penelitidan pakar;

3.Wawancaradengan stafDinas terkait;

4.Pengamatanlapangan.

1.Analisis hasilwawan- cara dansinkronisasi datadan informasiyang didapatkandari berba- gaisumber,kemudiandikoreksi denganhasil pengamatanlapangan;

2. Analisis dataAgro ecologicalzone.

Page 84: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

36

B. Tahapan Identifikasi Kawasan Penting

Proses identifikasi KBPKKH ini meliputi 6 (enam) tahap: (1) deskstudy, (2) persiapan verifikasi lapangan, (3) verifikasi lapangan, (4)analisis, evaluasi, dan deliniasi, (5) konsultasi publik, dan (6)sosialisasi dan penentuan tipologi pengelolaan. Secara garis besar,alur kerja proses penetapan dan pengelolaan kawasan pentingdimasud disajikan dalam gambar dibawah ini.

Page 85: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

37

Tahap 1: Desk study (kajian data dan informasi)

Tahap ini merupakan identifikasi awal, bertujuan untukmengetahui status kawasan dan potensi keanekaragaman hayati,data/informasi diperoleh dari BAPPEDA, dinas-dinas terkaittermasuk BAPEDALDA, LSM, Perguruan Tinggi, LIPI dan pihak

Page 86: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

38

terkait lainnya. Luaran dari kegiatan tahap desk study adalahdeliniasi dugaan kawasan-kawasan yang bernilai penting bagikonservasi keanekaragaman hayati. Kegiatan pada tahap inimeliputi kegiatan:1. Interpretasi peta citralandsat/ikonos;2. Overlay antara peta hasil interpretasi citralandsat/ikonos, tata

ruang, tata guna hutan kesepakatan, zona ekologi pertanian,hotspot keanekaragaman hayati, topografi, iklim, dan peta-petaterkait lainnya;

3. Analisis sejarah tutupan lahan dan penggunaan ruang;4. Analisis kemantapan kawasan;5. Pengumpulan data yang bersumber dari publik terkait dengan

keanekaragaman hayati pada level ekosistem, spesies dangenetik.

Apabila di dalam suatu wilayah kerja pemerintah Kabupaten/ Kotatidak ada indikasi kawasan penting bagi konservasikeanekaragaman hayati maka kegiatan identifikasi ini akanberhenti pada tahap ini. Sedangkan apabila di dalam wilayah kerjadijumpai adanya indikasi keberadaan kawasan penting bagikonervasi keanekaragaman hayati, maka kegiatan identifikasidilanjutkan pada tahap berikutnya. Hasil kajian ini merupakanlangkah awal. Selanjutnya, hasil kajian awal ini menjadi bahanacuan oleh dinas/instansi terkait untuk memperdalam danpersiapan verifikasi lapangan.

Tahap 2 Persiapan verifikasi/kajian lapangan

Tahap ini adalah tahap kajian secara mendalam yang dilakukanberdasarkan data/informasi dari berbagai sumber, termasukdata/laporan dari dinas/instansi terkait. Luaran dari tahap iniadalah diketahuinya kondisi ekosistem, spesies, dan sumber dayagenetik di kawasan-kawasan yang ditenggarai memiliki nilaipenting untuk konservasi keanekaragaman hayati. Kemudiandisusun metode verifikasi lapangan sebagaimana diuraikan dalamtabel 4 dan penyusunan tallysheet/form pengumpulan data.

Tabel 4. Identifikasi awal terhadap kawasan penting bagikonservasi keanekaragaman hayati

No. Kegiatan Tujuan Output Sumber Data

A. Identifikasi Status Kawasan dan Potensi Keanekaragaman HayatiPenting

A.1. Status Kawasan

1.1 Kajianlanskap danseaskap

a Analisis tutupanlahan

Informasimengenaikondisi tutupanlahan

Peta penutupanlahan (Bappeda,Dishut); Peta zona ekologi

pertanian (Deptan); Peta hotspot kehati

Page 87: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

39

(Birdlife, CI, TNC,WWF).

b Analisis tataruang wilayah

Informasiperuntukanlahan

Peta tata guna lahan(Bappeda, Dishut,Dephut)

1.2 Kajiansejarahkawasan dankeanekaragaman hayati

Analisis kondisidan statuskawasan (duludan sekarang)

Data/informasiinfo perubahankondisi danpengelolaankawasan

Data peruntukanlahan menurut seriwaktu Informasi publik Laporan hasil

penelitian

1.3 Kajian statuskemantapankawasan

Analisis legalitaskawasan (de jure& de facto)

Data daninformasi statushukum kawasan

PeraturanPerUndang-Undangan (UU, PP,Perda, dll)

No. Kegiatan Tujuan Output Sumber Data

A.2. Potensi Keanekaragaman Hayati

2.1 Kajianpotensispesies

Mengetahuikondisi danstatus spesies(dulu dansekarang)

Data/informasiperubahankondisi danpengelolaanspesies

Peta zona ekologipertanian (Deptan) Informasi publik Laporan hasil

penelitian2.2 Kajian

potensisumberdayagenetik.

Mengetahuikondisi danstatussumberdayagenetik (dulu dansekarang).

Data/informasiperubahankondisi danpengelolaanSumberdayaGenetik

Peta zona ekologipertanian (Deptan) Informasi publik Laporan hasil

penelitian

B. Identifikasi Kondisi Keanekaragaman Hayati di Kawasan-Kawasanyang Ditengarai Sebagai Kawasan Penting Untuk KonservasiKeanekaragaman Hayati

B.1. Ekosistem Mengetahui tipeekosistem dikawasanl studiyang memiliki: keunikan/

kekhasan;dan/atau Keanekaragama

n species tinggi;dan/atau ekosistem

primer yangmerupakanketerwakilandari ekosistemwilayah yangtelahterdegradasi.

Data daninformasimengenaiekosistem: unik/khasan;

dan/atau yang

mempunyaikeanekaragaman speciestinggi;dan/atau primer yang

merupakanketerwakilandari ekosistemwilayah yangtelahterdegradasi

Verifikasi lapangan Check list (Sesuai

Kriteria EkosistemPenting).

Page 88: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

40

B.2. Species (Liar)Mengetahuispesiestumbuhan/satwadi areal studiyang memiliki: keunikan/

kekhasan;dan/atau tingkat keteran-

camannyatinggi; dan/atau kebutuhan

habitat khususbaik sebagianatau seluruhhidupnya.

Data daninformasimengenaispesies: unik/khas;

dan/atau terancam

punah;dan/atau kebutuhan

habitatkhusus baiksebagian atauseluruhhidupnya.

Verifikasi lapangan Check list (sesuai

kriteria spesiespenting).

B.3. SumberDayaGenetik

Mengetahuivarietas tanaman,rumpun hewan/ternak, dan strainikan di areal studiyang memiliki: keunikan/kekh

asansumberdayagenetik;dan/atau keunggulan dari

segi ketahananterhadap hamadan penyakit,dan/atau keunggulan dari

segi ketahananterhadap

Data daninformasimengenaiVarietastanaman,rumpunhewan/ternak,dan strain ikan: unik/khas;

dan/atau unggul dari

segiketahananterhadaphama danpenyakit;dan/atau unggul dari

segiketahananterhadapcekamanabiotik (cuacaekstrim,

Verifikasilapangan Check list (sesuai

kriteria SDGpenting).

No. Kegiatan Tujuan Output Sumber Data

cekaman abiotik(cuaca ekstrim,keasamantanah, dll),dan/atau keunggulan dari

segiproduktifitas;dan/atau keunggulan dari

segi keindahandan sifat lain

keasamantanah, dll),dan/atau unggul dari

segipoduktifitas,dan/atau berpotensi

pemanfaatantinggi padamasa yangakan datang;

Page 89: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

41

relatif terhadapspesies yangdianalisis;dan/atau potensi

pemanfaatantinggi padamasa yang akandatang;dan/atau nilai sosial

budayadan/atauekonomi bagimasyarakatlokal maupuntingkat yanglebih luas;dan/atau tingkat

keterancamanpunah tinggi.

dan/atau. bernilai sosial-

budayadan/atauekonomi bagimasyarakatlokal maupuntingkat yanglebih luas;dan/atau terancam

punah tinggi.

Perangkat bantu sederhana untuk mengidentifikasi suatu kawasanapakah memiliki nilai penting bagi konservasi keanekaragaman hayatiatau tidak, dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Pertanyaan Jawaban Keterangan

1. Apakah kawasantersebut adalahkawasan konservasi?

Ya Semua kawasan konservasi memilikinilai penting untuk pelestarian Kehati,jika tidak, dilanjutkan ke pertanyaannomor 2.

Tidak

2. Apakah kawasantersebut memilikiekosistem yang khas?

Ya Jika ya, maka kawasan tersebutmemiliki nilai penting untukkonservasi Kehati. Jika tidak,dilanjutkan ke pertanyaan nomor 3.

Tidak

3. Apakah kawasantersebut memilikispesies tertentu yangkhas?

Ya Jika ya, maka kawasan tersebutmemiliki nilai penting untukkonservasi Kehati. Jika tidak,dilanjutkan ke pertanyaan nomor 4.

Tidak

4. Apakah kawasantersebut memiliki SDGyang khas?

Ya Jika ya, maka kawasan tersebutmemiliki nilai penting untuk Kehati.Jika tidak, maka kawasan tersebuttidak memiliki nilai penting untukkonservasi Kehati

Tidak

Tahap 3: Verifikasi lapangan

Kegiatan verifikasi lapangan dilakukan oleh dinas/instansi terkaitsesuai dengan lingkup kerjanya masing-masing dengan

Page 90: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

42

menggunakan metode dan tallysheet/form yang telah dirancangpada kegiatan tahap 2.

Tahap 4: Analisis, evaluasi, dan deliniasi

Bertujuan untuk mendeliniasi kawasan penting untukkeanekaragaman hayati di dasarkan data/informasi hasil verifikasilapangan yang terkumpul dari dinas/instansi terkait.

Tahap 5: Konsultasi Publik

Bertujuan untuk mendapatkan masukan dari publik gunaklarifikasi dan pengayaan kawasan-kawasan yang memiliki nilaipenting bagi konservasi keanekaragaman hayati. Konsultasi publikjuga bertujuan untuk mensosialisasi temuan dan deliniasikawasan penting dimaksud sehingga pemangku kawasan yang didalamnya terdapat kawasan penting bagi konservasikeanekaragaman hayati mau terlibat secara aktif sehinggaperlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati dapatterpelihara dalam jangka panjang. Selain itu juga untukmengoptimalkan pengambilan keputusan berdasarkan data daninformasi serta memastikan kepentingan pihak-pihak terkaitterakomodasi di dalamnya. Konsultasi publik dilaksanakan denganmengundang para pihak yang berkepentingan dimana kawasanpenting bagi konservasi keanekaragaman hayati tersebut berada.Para pihak tersebut meliputi pemerintah daerah, pihak swasta,masyarakat maupun akademisi serta lembaga swadayamasyarakat.

Tahap 6: Penetapan Deliniasi

Pada tahap ini dilakukan proses sosialisisasi hasil deliniasikawasan yang memiliki nilai penting bagi konservasikeanekaragaman hayati ke publik, terutama kepada pemangkukawasan yang di dalamnya ditengarai terdapat kawasan pentinguntuk konservasi keanekaragaman hayati, sehingga penetapandeliniasi kawasan penting dapat diketahui dan disepakati oleh parapihak.

Tahap 7:Penetapan Kawasan Penting

Kawasan bernilai penting bagi konservasi keanekaragaman hayati(KBPKKH) yang telah diidentifikasi dan disosialisasikan kepadaseluruh pemangku kepentingan perlu ditetapkan oleh pemerintahdaerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme hukum yang berlaku.Hasil kesepakatan penetapan kawasan bernilai penting dijadikanbahan masukan bagi penyusunan dan/atau evaluasi tata ruangwilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota. Hal tersebut diperlukanuntuk memberikan landasan hukum bagi KBPKKH danmemberikan arahan pengelolaan bagi pemangku kawasan dimanaKBPKKH tersebut berada. Dengan demikian, KBPKKH yang berupakawasan lindung memiliki posisi yang kuat dalam konteks

Page 91: SALINAN TENTANG PEDOMAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI ... LH... · 1 salinan peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 29 tahun 2009 tentang pedoman konservasi keanekaragaman

43

kelestarian keanekaragaman hayati dan kelestarian tata nilaipenopang keberhasilan pembangunan berkelenjutan di daerah,demikian juga KBPKKH di dalam kawasan budidaya. PenetapanKBPKKH merupakan kebijakan pemungkin bagi terwujudnyatujuan pengelolaan keanekaragaman hayati daerah jangkapanjang.

MENTERI NEGARALINGKUNGAN HIDUP,

ttd

RACHMAT WITOELARSalinan sesuai dengan aslinyaDeputi MENLH BidangPenaatan Lingkungan,

ttd

Ilyas Asaad.