“Pedoman Implementasi SMART di Kawasan Konservasi” · Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan...
Transcript of “Pedoman Implementasi SMART di Kawasan Konservasi” · Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan...
“Pedoman Implementasi SMART di Kawasan Konservasi”
Copyright © 2017 Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Penyunting : Rhemawati Wijaya (WCS - IP) & Erwin Wilianto (FHK)Perancang Sampul: Rhemawati Wijaya (WCS - IP)Tata Letak : Erwin Wilianto (FHK)Foto Sampul : Wildlife Conservation Soceity - Indonesia Program (Depan), Ahmad Faisal - ZSL IP (Belakang)
Saran Sitasi: Kholis, M., Puspita. O.R., Gunaryadi, D. & Sadikin, L.A., 2016. Pedoman Implemantasi SMART di Kawasan Konservasi. Kelompok Kerja SMART. Jakarta
Buku ini disusun melalui kerjasama lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang bekerja mendukung implementasi SMART di Indonesia terutama WCS, FFI dan ZSL dengan difasilitasi oleh Forum HarimauKita (FHK) dan Sumatran tiger Project yang tergabung di dalam Kelompok Kerja SMART Indonesia yang didukung sepenuhnya oleh Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem - KLHK.
Cetakan I: Juli 2017 viii + 56 halaman
Disusun dan diterbitkan atas dukungan:
PEDOMAN IMPLEMENTASISMART
DI KAWASAN KONSERVASI
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Tim PenyusunMunawar Kholis (USAID-Lestari), Oktafa R Puspita (WCS-IP),
Donny Gunaryadi (FFI-IP), Lili A Sadikin (ZSL-IP)
PeninjauIr. Suyatno Sukandar, M.Sc
(Direktur Kawasan Konservasi, Ditjen KSDAE - KLHK)
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasiiv v
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasiiv v
KAWASAN KONSERVASI baik Taman Nasional maupun kawasan konservsi lainnya yang dikelola oleh BKSDA dan KPH memerlukan sistem pengelolaan
data yang baik, guna mengukur serta meningkatkan kinerja pengelolaan dalam mencapai tujuan-tujuan pengelolaan.
SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool) merupakan sistem pengelolaan data kegiatan lapangan yang mulai dipergunakan di Indonesia sejak 2011. Dokumen ini menjelaskan secara singkat prakondisi untuk menjalankan SMART bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang belum memiliki sistem pengelolaan basis data.
Dengan adanya panduan ini diharapkan dapat memberikan penjelasan secara ringkas bagi pimpinan UPT yang belum memiliki Sistem Informasi Manajemen (SIM) untuk menjalankan SMART dengan ketersediaan sumber daya yang terbatas melalui implementasi bertahap. SMART dengan dilengkapi Cybertracker memberikan kemudahan bagi tim lapangan dalam mengambil data dan proses input data ke dalam komputer. Sistem SMART menghasilkan basis data yang terintegrasi mulai dari tingkat tapak/ lapangan hingga pusat.
SMART diproyeksikan dapat mengelola data keseluruhan di dalam UPT Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) serta terhubung dengan sistem terpusat yang dikelola Direktorat Kawasan Konservasi (Dit. KK).
Kegiatan-kegiatan pengelolaan di dalam UPT sangat beranekaragam, dalam perkembangannya SMART dapat mengakomodir berbagai informasi kegiatan tersebut mulai dari inventarisasi, penyuluhan, patroli, pemantauan jasa lingkungan, dan lainnya. Indonesia memiliki kawasan konservasi yang sangat luas dan berada di berbagai eco-region, untuk mempermudah pengelolaan didasarkan pada kekhasan wilayah geografis serta jenis-jenis keanekaragaman hayati yang juga berbeda. Kawasan konservasi di Indonesia dibagi mnjadi enam region data SMART yang terdiri dari region Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Sunda Kecil dan Papua.
Kunci keberhasilan pengelolaan data SMART terletak pada visi pimpinan bahwa data sangat diperlukan untuk menunjang monitoring efektivitas pengelolaan kawasan dan strategi pengelolaan yang adaptif.
Buku ini beserta dengan 3 buku lainnya menjadi satu kesatuan informasi yang diperlukan dalam menjalankan SMART antara lain:
1. Pedoman Implementasi SMART di Kawasan Konservasi
2. Modul Aplikasi SMART
3. Penjelasan Istilah dan Struktur Data Model (Datamodel Glossary).
Kata Pengantar
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasivi vii
Dengan disusunnya buku SMART beserta dokumen-dokumen pendukung lainnya, kami berharap agar UPT dapat memahami dan mengembangkan sistem informasi dengan baik, terutama UPT yang belum memiliki sistem informasi. Harapannya, efektivitas pengelolaan kawasan dapat ditingkatkan.
Jakarta, September 2016
Kelompok Kerja SMART Indonesia
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasivi vii
Daftar Isi
Kata Pengantar iiiDaftar Isi vDaftar Singkatan viiPendahuluan 1
Keunggulan SMART 2Perkembangan SMART di Indonesia 3Kelompok Kerja SMART 5
Tahapan Implementasi SMART 7TAHAP 1 : PRAKONDISI 7
1. Ketersediaan perangkat pengelolaan data 82. Mekanisme evaluasi dan pelaporan 93. Instruksi kepala UPT melalui Surat Keputusan (SK) 114. Ketersediaan staf pengelola data 125. Perangkat koleksi data 16
TAHAP 2 : PENINGKATAN KAPASITAS OPERATOR DAN TIM LAPANGAN TINGKAT LANJUT 17
1. Peningkatan kapasitas operator data SMART 172. Peningkatan kapasitas tim lapangan dan standarisasi pengambilan
data. 19TAHAP 4 : IMPLEMENTASI PENGAMBILAN DATA 24
1. Persiapan Patroli 242. Tallysheet 253. Pelaksanaan Patroli 264. Pasca Patroli: Input data, analisa data dan pelaporan 27
Penutup 33Lampiran 34F.A.Q – Frequently Asked Questions 34
Contoh SK Operator Data SMART di Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BB-TNBBS) 36Contoh SK Operator Data SMART di Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) 38Contoh Tallysheet/ Datasheet Patroli 461. Tallysheet untuk isian Posisi 512. Tallysheet untuk data aktivitas illegal 513. Tallysheet untuk keanekaragaman hayati 524. Tallysheet untuk pengambilan data fitur alami dan non alami 53
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasiviii ix
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasiviii ix
Daftar SingkatanBB : Balai BesarBPTN : Bidang Pengelolaan Taman NasionalFFI : Fauna Flora InternationalFHK : Forum HarimauKitaGPS : Global Positioning SystemKPH : Kesatuan Pengelolaan HutanMISt : Management Information SystemSIG : Sistem Informasi GeografisSMART : Spatial Monitoring And Reporting ToolSPTN : Seksi Pengelolaan Taman NasionalTN : Taman NasionalTNBBS : Taman Nasional Bukit Barisan SelatanTNGL : Taman Nasional Gunung LeuserUPT : Unit Pelaksana TeknisZSL : Zoological Society of LondonWCS : Wildlife Conservation Society
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi 1
PendahuluanUnit Pelaksana Teknis (UPT) memiliki mandat untuk melaksanakan pengelolaan kawasan sesuai dengan Rencana Strategis KSDAE yang dijabarkan melalui Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) maupun Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn). Pengelolaan data dan memperbarui data kondisi kawasan merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan kawasan, karena dengan sistem monitoring dan basis data yang baik dapat menjadi refleksi dan memberikan masukan dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan. Menjalankan pengelolaan data merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan kawasan meskipun saat ini belum semua kawasan memiliki sistematika yang baku.
Pengelola yang belum memiliki sistem pengelolaan data yang sistemik bukan berarti tidak melaksanakan pengelolaan dengan benar, hanya saja hasil kegiatan terutama informasi spasial tidak terkelola dengan optimal dan tidak dengan cepat memberikan informasi yang cukup dalam mengambil kebijakan yang tepat pada saat diperlukan. Untuk melakukan pengelolaan data, saat ini telah dikembangkan sistem basis data SMART (Spatial Monitoring And Reporting Tool) yang relatif mudah untuk dipergunakan dan direkomendasikan sebagai salah satu skema dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan.
Diagram Siklus Adaptive Management
Siklus pengelolaan kawasan konservasi memerlukan basis data yang kuat mulai dari perencanaan kegiatan lapangan hingga menyusun strategi pengelolaan yang adaptif. Konsistensi dalam menjalankan sistem serta menempatkan informasi sebagai bagian integral yang mendukung tujuan pengelolaan akan sangat membantu dalam merumuskan strategi pengelolaan kawasan.
“Sebanyak apapun
informasi tidak akan banyak berguna bagi pengelolaan apabila tidak ada sistem di
dalam pengelolaan yang memanfaatkan informasi
tersebut”
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi2 3
Keunggulan SMARTSMART lebih dari sekedar alat untuk mengumpulkan data, melainkan seperangkat alat (tool) yang dikembangkan berdasarkan pengalaman praktis dan dirancang untuk membantu perlindungan kawasan konservasi. SMART juga membantu pengelola kawasan konservasi untuk membuat rencana pengelolaan yang lebih baik, mengevaluasi dan mengimplementasikan aksi konservasi serta meningkatkan akuntabilitas. SMART menyatukan kekuatan informasi dan pentingnya akuntabilitas untuk mengarahkan sumber daya yang dimiliki kepada wilayah-wilayah yang paling
terancam. SMART tidak dimiliki oleh perseorangan atau satu organisasi, melainkan tersedia secara gratis bagi komunitas konservasi.
Kemampuan SMART dalam menganalisis data dalam pengelolaan kawasan konservasi :
1. Menyajikan data keanekaragaman hayati, meliputi: distribusi dan kelimpahan, dan tidak dapat memunculkan angka populasi.
2. Menyajikan data ancaman dalam kawasan, data yang dikeluarkan berupa lokasi/ distribusi ancaman serta lokasi kerawanan ancaman.
3. Menyajikan kinerja petugas di lapangan, berupa cakupan wilayah jelajah dan pergerakan di lapangan.
4. Menentukan lokasi prioritas patrol5. Menentukan lokasi
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi2 3
Perkembangan SMART di IndonesiaKawasan konservasi di Indonesia kurang lebih seluas 27 juta hektar. Pada tahun 2010, Wildlife Conservation Society menginisiasi sistem pengelolaan data patroli yang disebut MISt (Management Information System) yang diujicobakan di Taman Nasional Gunung Leuser. Sistem ini dirasakan cukup baik namun masih memiliki kendala dalam visualisasi hasil maupun kueri (query) yang kurang ramah bagi pengguna yang masih pemula. Pada tahun 2012 beberapa lembaga internasional bekerjasama untuk menyempurnakan MISt dengan mengembangkan SMART sekaligus dengan tools untuk mentrasfer data yang telah disimpan di dalam MISt ke dalam SMART. Pada tahun 2013, beberapa lembaga yang bekerjasama dengan UPT seperti WCS (di TN Gunung Leuser dan TN Bukit Barisan Selatan), FFI (di Ulu Masen dan TN Kerinci-Seblat) dan ZSL (di TN Berbak – Sembilang) mulai mengembangkan SMART dengan didukung Forum HarimauKita (FHK) yang memfasilitasi penyusunan standarisasi modul pelatihan maupun penyusunan hal-hal teknis lain yang diperlukan dalam implementasi SMART secara komprehensif.
Pada tahun 2014 dan 2016, implementasi SMART semakin meluas di Sumatera hingga wilayah lain di luar Sumatera, seperti TN Way Kambas dan TN Bogani Nani Wartabone yang didampingi oleh WCS; SM Rimbang Baling oleh WWF; dan BKSDA Sumatera Selatan oleh ZSL. CA Cycloop di Papua, TN Sebangau, TN Bukit Baka Bukit Raya dan TN Lorentz didampingi melalui program USAID-Lestari. FFI mengembangkan SMART untuk wilayah kelola hutan desa di Merangin – Jambi dan Ketapang – Kalimantan Barat sebagai alat monitoring pengelolaan hutan maupun keanekaragaman hayati di dalamnya.
Kelompok Kerja SMARTKelompok Kerja (POKJA) Implementasi SMART dibangun melalui kerjasama berbagai pihak termasuk di dalamnya KLHK, LSM maupun perseorangan yang telah berkolaborasi dengan diinisiasi oleh Forum HarimauKita pada tahun 2013. Direktorat Jenderal KSDAE menerbitkan Surat Keputusan Nomor 220/KSDAE/SET/KSA.1/7/2016 tentang Pembentukan Kelompok Kerja SMART (Spatial Monitoring And Reporting Tool) untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi. Saat ini tim POKJA mengembangkan seluruh dokumen yang diperlukan untuk mendukung implementasi SMART di seluruh kawasan konservasi di Indonesia.
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi4 5
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi4 5
Tahapan Implementasi SMARTSMART direkomendasikan untuk digunakan oleh UPT yang belum memiliki sistem pengelolaan data spasial. Dalam menjalankan sistem basis data SMART tidak diharuskan untuk menjalankan disain seluruh tahap sekaligus meskipun ini juga dimungkinkan, bagi UPT yang masih memiliki sumber daya terbatas dapat menjalankan SMART melalui beberapa tahap sesuai dengan ketersediaan sumber daya yang dimiliki.
Ada tiga tahap yang harus dipenuhi sebelum menjalankan sistem SMART dalam mengelola data UPT, yakni tahap prakondisi; tahap peningkatan kapasitas operator dan tim lapangan; serta tahap peningkatan sistem data dan informasi.
TAHAP 1 : PRAKONDISI Prakondisi merupakan tahap memperkenalkan SMART ke dalam kegiatan pengelolaan sehari-hari di UPT. Tahap ini tidak membutuhkan banyak sumber dana karena bertujuan untuk membuat model pelaksanaan SMART yang dijalankan pada unit tertentu. Model pelaksanaan ini kemudian dikembangkan untuk menjangkau seluruh kawasan dan menyempurnakan sistem.
Terdapat 5 syarat minimal untuk UPT dapat menjalankan model pengelolaan Sistem SMART:1. Ketersediaan perangkat pengelolaan data
Perangkat komputer pengelolaan data harus ada di seksi wilayah, bidang wilayah maupun di balai/balai besar. Keberadaan komputer merupakan hal wajib yang diperlukan untuk memulai sistem SMART. Sebagian besar UPT
Foto Laptop sebagai perangkat pengelolaan data patroli menggunakan sistem SMART (doc WCSIP)
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi6 7
2. Mekanisme evaluasi dan pelaporan
Data yang telah dikelola di dalam sistem dapat dipergunakan untuk membantu perencanaan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan juga membantu dalam penyusunan strategi pengelolaan kawasan. Untuk memaksimalkan pemanfaatan data, maka mekanisme evaluasi menjadi penting dalam memantau perkembangan kegiatan secara periodik dan berjenjang.
¾ Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan data hasil kegiatan yang dilaksanakan setiap bulan pada setiap seksi wilayah
¾ Evaluasi kegiatan dan program kerja yang dilaksanakan setiap triwulan tingkat bidang wilayah atau balai.
¾ Evaluasi kinerja pengelolaan tahunan yang dilaksanakan di balai atau balai besar.
Tabel Kebutuhan Hardware dan Software untuk SMART
Spesifikasi PC minimal :
¾ Windows XP, memerlukan RAM sebesar 1 GB. ¾ Windows 7, memerlukan RAM sebesar 2 GB. ¾ Linux, Ubuntu dan Xubuntu (9.10), memerlukan RAM sebesar 1 GB. ¾ Mac OS/X, Versi 10.6 atau 10.7, memerlukan RAM sebesar 2 GB.
Komputer dengan prosesor berinti tunggal (single core) akan lebih lambat dibanding dengan prosesor berinti ganda (dual core)
Ruang kosong pada hard drive yang diperlukan minimal sebesar 2 GB, aplikasi ini memerlukan ruang untuk menyimpan komponen Sistem SMART yang meliputi :
¾ perangkat lunak SMART, ¾ basis data SMART, ¾ data peta (shapefile atau imagery), ¾ foto dan video ¾ file lampiran lainnya.
Penggunaan netbook untuk menjalankan perangkat lunak SMART ini tidak disarankan meskipun masih bisa berjalan.
telah mendistribusikan perangkat komputer di setiap seksi wilayah, namun perangkat tersebut dipergunakan untuk mendukung seluruh kegiatan kantor seperti surat-menyurat, email, menyimpan foto dan lain sebagainya.
Dalam tahap prakondisi (sementara) ini cukup dengan memanfaatkan perangkat-perangkat komputer yang tersedia di Bidang Wilayah maupun di Seksi Wilayah. Namun idealnya, sistem basis data ditempatkan pada satu unit komputer tersendiri yang penggunaannya khusus untuk penyimpanan dan pengelolaan data.
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi6 7
Evaluasi menjadi faktor pokok dalam pengelolaan data karena merupakan bentuk pemanfaatan informasi dan data hasil kegiatan untuk penentuan strategi pengelolaan selanjutnya. Dengan melakukan evaluasi yang rutin setiap bulan kepala seksi dapat mengetahui apakah kegiatan sudah dilaksanakan dengan benar. Kegiatan evaluasi triwulan selain memastikan terlaksananya kegiatan juga dapat melihat dampak hasil kegiatan dalam jangka pendek. Evaluasi di dalam UPT yang memanfaatkan data spasial hasil pelaksanaan kegiatan belum banyak dilaksanakan, dikarenakan data spasial tidak dengan mudah tersaji untuk dievaluasi, sehingga banyak kegiatan evaluasi yang lebih menitikberatkan kepada evaluasi administratif.
Kenapa perlu evaluasi bulanan di seksi wilayah?
Siklus evaluasi setiap bulan di tingkat seksi wilayah dapat memberikan umpan balik terhadap setiap kegiatan yang telah dilaksanakan, baik secara spasial untuk menunjukkan cakupan atau jangkauan kegiatan patroli maupun tabular dan tekstual untuk menjelaskan temuan di lapangan. Kegiatan di seksi akan menghasilkan rekomendasi yang berasal dari masukan para pelaksana kegiatan di tingkat resort. Penyusunan rencana kegiatan patroli, baik itu berupa peta rencana pergerakan maupun target administratif lainnya dapat mempergunakan perangkat SMART dan termasuk di dalam bahan ajar operator SMART.
Foto kegiatan evaluasi patroli di tingkat balai (Doc. WCS-IP)
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi8 9
3. Instruksi kepala UPT melalui Surat Keputusan (SK)
Visi dan dukungan kepala UPT dalam mengelola basis data adalah faktor utama dalam memulai pengelolaan basis data di dalam sebuah UPT.
¾ Menerapkan sistem pengelolaan data SMART, Juknis dan alur data SMART serta Evaluasi. Statemen ini diperlukan sebagai komando/ arahan/ instruksi kepala UPT kepada seluruh staf (struktural dan fungsional) dalam berkegiatan di lapangan dengan menggunakan SMART sebagai sistem pengelolaan data termasuk mekanisme evaluasi di masing-masing tingkat.
¾ Penugasan Operator Data. Penugasan terhadap operator ini diperlukan untuk memberikan fungsi yang tegas dan dapat secara fokus bekerja untuk membangun basis data dan mengelola basis data dengan optimal.
Contoh SK penugasan Operator (Lampiran XX)
4. Ketersediaan staf pengelola data
Data SMART mengakomodir informasi spasial yang dikelola secara otomatis meliputi pemetaan dan sistem pemanggilan data (kueri), diperlukan staf yang diberikan tugas mengelola data SMART dengan mengutamakan staf yang telah memiliki pengetahuan dasar mengenai penggunaan Global Positioning System (GPS) dan dasar – dasar pemetaan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Pengelolaan data ini meliputi kegiatan entry data, pemanggilan dan analisis data (kueri), hingga penyusunan laporan sederhana yang menampilkan tabel dan peta.
¾ Operator data harus ada pada setiap jenjang pengelolaan (pengelola di Seksi, Bidang dan Balai/Balai Besar). Ketersediaan operator data harus dipenuhi di setiap jenjang baik itu pengelolaan kawasan oleh KSDA maupun Taman Nasional. Diperlukan kebijakan kepala UPT untuk memberikan mandat spesifik terhadap staf melalui Surat Keputusan (SK) Kepala UPT.
¾ Peningkatan kapasitas operator data. Staf yang ditunjuk untuk menjadi operator perlu mendapatkan pelatihan dasar dan peningkatan kapasitas secara rutin setiap tahunnya. Modul pelatihan dasar telah disusun dan dapat disampaikan kepada UPT yang siap untuk menjalankan SMART.
Operator data di UPT (baik KSDA maupun TN) dibagi menjadi tiga jenjang yang masing-masing bertempat di seksi, bidang dan balai/balai besar untuk balai tipe A; dan dibagi menjadi dua jenjang yang ditempatkan di seksi dan balai untuk balai tipe B.
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi8 9
Tugas-tugas operator dijelaskan sebagai berikut:
A. Operator data pada tingkat seksi
a. Mengumpulkan data dari resort untuk dilakukan verifikasi data hasil kegiatan (data meliputi foto, trek GPS, titik koordinat GPS, dan lembar isian data).
b. Menyusun lampiran (peta dan tabel hasil kegiatan) untuk melengkapi laporan pertanggungjawaban setiap SPT.
c. Mengirimkan data yang telah diverifikasi bersama tim patroli dan resort kepada operator bidang wilayah atau secara lengsung kepada operator Balai.
d. Melakukan pemetaan dan manyampaikan data hasil kegiatan untuk pelaksanaan evaluasi di resort yang dipimpin oleh kepala Seksi.
e. Melakukan pendampingan resort-resort dalam menyusun peta rencana patroli (patrol planning).
f. Memberikan pelatihan kepada tim lapangan mengenai metode pencatatan data temuan lapangan agar selaras dengan struktur data di dalam Sistem SMART.
B. Operator pada tingkat bidang (khusus untuk Balai tipe A)
Bidang wilayah merupakan struktur yang brekepentingan dalam memanfaatkan data secara komprehensif di wilayah kerjanya. Operator SMART di tingkat
Bagan 1. Jenjang operator pengelolaan data SMART di taman nasional
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi10 11
bidang wilayah diperlukan dalam membantu pengorganisasian data dan informasi sehingga dapat setiap waktu dimanfaatkan. Tugas Operator Data di tingkat BPTN meliputi :
a. Mengelola data dari seluruh seksi wilayah di bidangnya serta data yang diperoleh dari mitra kerja. Dalam hal pengumpulan data dari mitra kerja, perlu berhati - hati karena pada prakteknya petugas resort atau yang ikut serta di dalam kegiatan bersama mitra juga telah memasukkan data melalui operator data seksi, sehingga perlu koordinasi dengan lembaga mitra terkait aturan pengumpulan data supaya tidak terjadi data terinput lebih dari satu kali.
b. Menyusun/menjalankan laporan kegiatan bulanan untuk setiap seksi wilayah sebagai bahan untuk melaksanakan evaluasi pada tingkat bidang wilayah.
c. Mengirimkan data yang dikelola kepada operator balai besar.d. Menyiapkan peta-peta dan informasi yang diperlukan oleh staf fungsional
maupun struktural sepengetahuan kepala bidang.
C. Operator data di Balai/Balai Besar
Balai maupun Balai Besar memerlukan informasi spasial yang tersimpan di dalam sistem informasi SMART. Penugasan terhadap pengelola data juga berhubungan dengan fungsi Seksi P3 (Perencanaan Perlindungan dan Pengawetan) dan juga wali data. Tugas dari operator data balai/ balai besar meliputi :
a. Menerima dan mengelola data dari seluruh seksi wilayah maupun bidang wilayah (Balai tipe A) dan menyimpannya di dalam perangkat basis data SMART serta melakukan backup secara rutin.
b. Mengelola data survey yang telah dilaksanakan sebelumnya dengan sistem SMART termasuk data dari staff PEH.
c. Melakukan kueri dan analisis data untuk memberikan informasi dan peta dalam proses evaluasi di tingkat balai.
d. Menyusun peta keanekaragaman hayati, potensi pemanfaatan, ancaman dan informasi lainnya untuk kebutuhan laporan maupun penyusunan zonasi, rencana pengelolaan, rencana kerja, evaluasi fungsi kawaasan, dll.
e. Menyusun peta dan data spasial untuk kepentingan publikasi dan penulisan karya ilmiah sepengetahuan kepala Seksi P3 dan Kepala Bidang Teknis.
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi10 11
f. Sebagai administrator Sistem SMART yang berperan dalam mengkonfigurasi sistem SMART serta memperbarui struktur data SMART apabila dalam perkembangannya mengalami perubahan atau perbaikan.
Terbatasnya ketersediaan staf (PNS) pengelola di kawasan konservasi merupakan hambatan untuk dapat memberikan tugas khusus terhadap staf tertentu dalam mengelola data. Untuk menyikapi hal ini maka UPT dapat mengangkat tenaga kontrak yang spesifik memiliki kemampuan pengelolaan data.
Apabila ketersediaan staf untuk ditempatkan sebagai pengelola data sangat terbatas, maka di dalam sebuah UPT paling tidak terdapat tiga staf pengelola data yang ditempatkan di Balai/Balai besar dan di Bidang/Seksi wilayah.
Bagan 2. Jenjang operator pengelolaan data SMART di KPH
Khusus: Pengelolaan data SMART pada KPH
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dapat berupa KPH Lindung, KPH Produksi, dan KPH Konservasi. Struktur pengelolaan data lebih sederhana karena hanya memiliki dua jenjang dan dapat juga lebih detil hingga sub-unit yang mengelola wilayah setingkat resort. Luas wilayah KPH perlu dibagi menjadi wilayah yang lebih kecil setingkat resort di Taman Nasional agar pengelolaan dilaksanakan dengan optimal. Sebaiknya hal ini sudah terintegrasi di dalam penataan dan rencana pengelolaan KPH. Namun apabila hal ini belum disusun di dalam peta blok kawasan maka kepala KPH dapat menyusun peta imajiner untuk membagi wilayahnya menjadi beberapa bagian setingkat resort.
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi12 13
5. Perangkat koleksi data
Pada umumnya setiap UPT telah memiliki perangkat untuk melakukan pengambilan data spasial di lapangan. Di beberapa UPT masih memiliki jumlah perangkat yang terbatas, sehingga kegiatan harus menunggu perlengkapan selesai dipergunakan oleh tim sebelumnya. Situasi ini pastinya akan menghambat pelaksanaan kegiatan karena tidak tersedianya perangkat yang memadai.Berikut ini daftar perlengkapan pengambilan data yang diperlukan, jumlah perlengkapan ini sebiaknya sesuai dengan jumlah tim.
¾ Kamera digital beserta kabel data ¾ GPS minimal type Garmin series 76 atau 78 ¾ Alat ukur (meteran atau penggaris) ¾ Telepon seluler android beserta kabel data diperlukan untuk melakukan
pengambilan data melalui Cybertracker. ¾ Powerbank dengan kapasitas disesuaikan dengan jumlah hari kegiatan
sebagai sumber daya untuk telepon android. ¾ Tallysheet yang telah disepakati UPT beserta alat tulis yang didisain
dalam bentuk buku saku.Catatan: Apabila di dalam sebuah resort pengelolaan terdapat 1 tim patroli, 1 tim inventarisasi flora dan fauna dan 1 tim penyuluhan maka idealnya diperlukan 3 set perlengkapan untuk menghindari terkendalanya kegiatan dikarenakan perlengkapan yang dipergunakan silih berganti oleh beberapa tim.
TAHAP 2 : PENINGKATAN KAPASITAS OPERATOR DAN TIM LAPANGAN TINGKAT LANJUT
Pada tahap ini sasaran utama adalah memberikan training lanjutan kepada operator dan petugas lapagan. Peningkatan kapasitas ditujukan untuk meningkatkan kemampuan operator data yang telah ditunjuk pada prakondisi, operator data ini diharapkakn dapat memiliki kemampuan mengelola, menampilkan data dan analisis data dari seluruh aktivitas kegiatan pengelolaan seperti kegiatan inventariasi, penyuluhan, patroli, penanggulangan konflik dan kegiatan-kegiatan lainnya.
1. Peningkatan kapasitas operator data SMART
Sistem pengelolaan data merupakan sistem yang selalu berevolusi meliputi perbaikan sistem maupun penambahan fungsi-fungsinya. Operator yang
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi12 13
ditunjuk diharapkan dapat ditugaskan dengan waktu yang lama sehingga investasi dalam bentuk peningkatan kapasitas dapat diprogramkan dengan baik. Pelatihan bagi operator setidaknya dilaksanakan satu kali setiap tahun.Target kemampuan operator pada tahap ini adalah memiliki kemampuan untuk menyusun kueri secara mandiri sesuai kebutuhan di UPT, menyusun report secara mandiri dan dapat menghasilkan seluruh informasi yang dibutuhkan oleh pimpinan maupun staf-staf lain yang memerlukan data. Dalam hal penyusunan DUPAK bagi para staf, dapat mempergunakan data hasil SMART sebagai lampiran.Tema-tema peningkatan kapasitas untuk operator:
a. Kueri data. Beberapa jenis kueri di dalam SMART merupakan kombinasi dari logika komputer untuk memformulasikan filter-filter data sesuai kebutuhan. Kueri merupakan hal wajib yang perlu dipahami operator data.
b. Pemrograman (Java Environtment dan BIRT) dan komputer jaringan. SMART merupakan aplikasi yang berbasis Java®, dan BIRT merupakan program untuk menjalankan sistem pelaporannya.
c. Sistem Informasi Geografis (SIG) tingkat dasar. Operator tidak diwajibkan menguasai SIG sampai tingkat analisis. Kebutuhan rutin penyusunan peta laporan dan peta rencana kegiatan dapat terbantu dengan adanya SMART. Namun, kemampuan dasar SIG akan sangat membantu dalam memahami download data GPS, sistem proyeksi, susunan layer peta, dan layout peta di dalam SMART.
2. Peningkatan kapasitas tim lapangan dan standarisasi pengambilan data
Komposisi SDM Tim LapanganPenunjukkan personil yang sesuai untuk tugas dan fungsinya di lapangan menjadi bagian yang penting dalam kegiatan patroli karena berpengaruh terhadap efektivitas dan efesiensi kegiatan. Anggota tim patroli idealnya berjumlah gasal, bisa sebanyak tiga, lima atau tujuh orang atau lebih sesuai dengan tujuan patroli. Berikut ini adalah peran dan fungsi minimal yang dalam setiap tim patroli:
1. Ketua Tim, orang yang berperan sebagai pemimpin satu tim patroli, bertanggungjawab terhadap pelaksanaan patroli dan tahapan selanjutnya paska pelaksanaan patroli.
2. Pemandu jalur dan navigasi, orang yang berperan sebagai penentu dan pemandu jalur yang akan dilewati serta mengoperasikan GPS untuk
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi14 15
membuat tracklog dan waypoint.
3. Dokumentasi, orang yang bertugas mendokumentasikan semua temuan dalam bentuk foto atau video.
4. Identifikasi dan pencatatan data, orang yang mengidentifikasi temuan yang dijumpai dan pengisi lembar data.
Fungsi-fungsi di atas adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap anggota dalam satu tim, sedangkan untuk pembagian tugasnya dapat dibagi secara proporsional. Untuk fungsi 2 s.d. 4 dapat dilakukan rotasi agar setiap personil memiliki kemampuan lapangan yang setara. Semua anggota tim memiliki tugas untuk mengamati semua bentuk temuan ancaman dan keanekaragaman hayati. Anggota tim disarankan untuk berjalan berbaris ke belakang dengan jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh (interval 1-2 m).
Untuk menyesuaikan sistem basis data SMART dengan kegiatan di lapangan, maka diperlukan pelatihan terhadap tim yang berkegiatan secara langsung di lapangan. Pelatihan ini ditujukan untuk:a. Melakukan standarisasi pengambilan data. b. Meningkatkan kemampuan identifikasi jenis flora dan fauna. c. Batasan dan tatacara dalam mengambil tindakan terhadap temuan di
lapangan. d. Pelatihan pengisian data secara manual pada tallysheet maupun pada
Android (Cybertracker).e. Teknik pengambilan gambar atau dokumentasi observasi dan kegiatan
yang baik.
Perlengkapan minimal untuk keperluan pencatatan data temuan lapangan
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi14 15
TAHAP 3 : PENINGKATAN SISTEM DATA DAN INFORMASI
Tahap ini dapat dilakukan apabila proses implementasi, yang meliputi prakondisi dan peningkatan kapasitas staf sudah dilaksanakan, dan tersedia cukup data yang sudah dientry ke dalam sistem SMART. Sistem pengelolaan data dapat dikembangkan lebih jauh sebagai berikut:
¾ Ruang pengendalian data (operation room) di kantor balai/balai besar. Sarana ini merupakan ruangan yang dipergunakan untuk menempatkan perangkat pengelolaan data pada jenjang balai dan dilengkapi dengan ruang pertemuan untuk melakukan evaluasi dan penyusunan rencana strategis.
¾ Koneksi internet di kantor resort, seksi wilayah dan bidang wilayah. Koneksi internet pada setiap jenjang pengelolaan diperlukan untuk melakukan transfer data dari Resort ke Seksi/ Bidang maupun ke Balai.
¾ Online server untuk mengelola data dari seluruh wilayah secara online. ¾ Penambahan staf pengelola data apabila belum mencukupi.
Operation Room merupakan media untuk analisa data dan merumuskan strategi pengelolaan kawasan dengan mempergunakan data hasil pelaksanaan kegiatan di tingkat resort dan data lain yang relevan. Kondisi permasalahan, perkembangan permasalahan, dampak dari kegiatan yang telah dilaksanakan serta evaluasi kegiatan secara spasial dapat dibahas dan dianalisis pada operation room secara berkala.“Operation room ini dapat diibaratkan dapur yang menyajikan informasi-informasi dari lapangan sebagai bahan dasar untuk dianalisis dan dikombinasikan menjadi sebuah strategi pengelolaan yang komprehensif dan adaptif”
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi16 17
TAHAP 4 : IMPLEMENTASI PENGAMBILAN DATA
1. Persiapan Patroli
Persiapan kegiatan patroli merupakan tahapan penting agar patroli dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil sesuai dengan target. Hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan patroli :
a. Waktu dan penjadwalan patroli, yang mencakup kapan, dimana, berapa kali dalam sebulan, dan berapa hari dalam satu kali periode patroli. Waktu dan penjadwalan patroli disesuaikan dengan kondisi kawasan konservasi, seperti frekuensi patroli harus lebih sering dilakukan pada kawasan dengan ancaman yang lebih tinggi. Lama patroli dalam satu hari bisa disesuaikan dengan kemampuan pelaksana, logistik dan aksesibilitas menuju kawasan.
b. Lokasi dan cakupan Jarak/luasan, kegiatan patroli sebaiknya mencakup sebagian kawasan yang dilaksanakan secara bergiliran di seluruh kawasan konservasi baik secara teratur, acak maupun insidentil. Jarak tempuh atau cakupan luasan bisa disesuaikan dengan kondisi medan karena sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan kemampuan pelaksana, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi, atau kemampuan berjalan dalam waktu yang sama.
c. Pelaksana, adalah personil yang akan melaksanakan kegiatan yang meliputi jumlah anggota, tugas dan pembagian peran dalam berpatroli dan setelah patroli.
d. Informasi karakteristik jalur patroli, setiap lokasi memiliki karakteristik jalur dan tingkat kesulitan yang berbeda. Informasi ini diperlukan agar pelaksana dapat mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi, mempersiapkan perlengkapan dan kendaraan yang akan digunakan serta memperkirakan waktu yang diperlukan.
e. Peralatan, kelengkapan peralatan patroli adalah perlengkapan pribadi dan tim termasuk perlengkapan berkemah, keamanan, kesehatan dan logistik dapat berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan. Selain kelengkapan, pemeriksaan fungsi peralatan harus rutin dilakukan sebelum pelaksanaan patroli.
f. Koordinasi, adalah komunikasi baik internal maupun eksternal terkait persiapan dan rencana kerja serta target patroli. Koordinasi internal dilakukan dengan cara komunikasi antar seksi/ bidang wilayah. Koordinasi eksternal biasanya melibatkan instansi lain seperti kepolisian, pemerintah
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi16 17
desa/ kecamatan/ kabupaten, instansi lain yang membidangi kehutanan . Dalam kondisi tertentu dimana kerahasiaan target patroli sebaiknya tidak disampaikan kepada pihak di luar instansi.
2. Tallysheet
Tallysheet merupakan instrument penting yang perlu dipersiapkan sebelum kegiatan patrol berjalan. Semua insiden, perjumpaan dan informasi yang diperlukan dicatat di dalam tally sheet. Oleh karenanya, tally sheet sebaiknya berupa lembaran yang ringkas namun lengkap yang memuat pencatatan informasi/ insiden/ perjumpaan di lapangan. Informasi yang dituangkan ke dalam tally sheet untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam bentuk digital dengan menggunakan perangkat lunak SMART. Saat ini ada beberapa model tallysheet yang digunakan agar pengisian data lebih praktis, mudah, dan seragam. Berikut adalah beberapa tallysheet yang digunakan untuk mencatat data di lapangan, yaitu :
¾ Tallysheet untuk data aktivitas illegal
¾ Tallysheet untuk keanekaragaman hayati
¾ Tallysheet untuk pengambilan HHBK
¾ Sket lokasi temuan.
(Contoh tallysheet/ datasheet/ buku saku patrol terlampir)
3. Pelaksanaan Patroli
Pelaksanaan patroli harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :1. Setiap anggota tim patroli harus bekerja/bertindak sesuai dengan tugas dan
fungsinya.2. Lembar data (Tallysheet), pastikan lembar data diisi dengan benar dan lengkap
sesuai dengan kondisi yang dilihat di lapangan.3. GPS siap dioperasikan dan pastikan GPS telah mendapatkan sinyal satelit dan
memiliki akurasi yang baik (minimal 7m), serta memiliki kapasitas baterai dan memori yang cukup.
4. Tracklog, pastikan tracklog pada GPS dalam keadaan aktif/on sejak dari mulai patroli sampai selesai patroli. Dalam sistem SMART file tracklog yang dapat terbaca adalah tracklog active sehingga tim dilarang menyimpan (menekan tombol simpan) file tracklog pada GPS sebelum data didownload ke dalam sistem SMART.
5. Waypoint, ID waypoint untuk setiap posisi dan temuan dicatat pada tallysheet dan dilarang mengganti ID default yang dihasilkan oleh GPS untuk setiap
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi18 19
waypoint.Beberapa jenis data yang perlu dicatat sebagai waypoint antara lain :
a. Waypoint mulai dan selesai, pastikan waypoint mulai dan selesai patroli diambil saat memulai dan mengakhiri patroli.
b. Waypoint posisi, pastikan tim membuat titik posisi sebagai titik ikat pergerakan tim. Titik posisi ini dicatat setiap selang waktu 30 menit apabila dalam selang waktu tersebut tidak dijumpai obyek pengamatan. Titik posisi dapat berupa : posisi, istirahat, melanjutkan, berpencar, berkumpul, dan camp.
c. Waypoint temuan, pastikan semua temuan diambil waypoint-nya. Temuan yang dimaksud dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu : ancaman/ aktivitas ilegal, potensi keanekaragaman hayati (satwa dan tumbuhan), konflik satwa, fitur, interaksi masyarakat, jasa lingkungan, dan perdagangan illegal TSL.
6. Foto/dokumentasi temuan, pastikan semua temuan yang teridentifikasi diambil fotonya (jika memungkinkan) sebagai bukti/dokumentasi kegiatan patroli.
7. Identifikasi dan pencatatan kategori temuan, pastikan semua temuan sesuai dengan panduan identifikasi yang ada, dan tercatat dengan baik.
8. Tindakan terhadap perjumpaan ancaman di lapangan, penentuan dan pengambilan tindakan di lapangan harus dilakukan (jika memungkinkan).
9. Koordinasi antar anggota tim atau dengan manajemen, pastikan setiap tindakan yang akan diambil terkoordinasikan baik antar anggota tim ataupun dengan manajemen. Koordinasi yang dilakukan dengan manajemen pada saat di lapangan biasanya dilakukan pada saat menjumpai temuan yang dianggap perlu penanganan cepat tetapi tidak bisa atau tidak memungkinkan dilakukan langsung oleh pelaksana patroli di lapangan.
Foto tim sedang mencatat temuan patroli di lapangan (doc. WCSIP)
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi18 19
Foto kegiatan pelatihan tim lapangan untuk pencatatan data (doc. LESTARI)
Selain beberapa hal seperti yang disampaikan di atas, pada pelaksanaan patroli di lapangan pelaksana patroli harus memperhatikan beberapa hal agar dapat menjaga proses kehidupan alami di kawasan konservasi. Berikut ini beberapa yang pelu diperhatikan, adalah :
1. Berjalan pada jalur yang sudah direncanakan, jika terpaksa membuat jalur baru, maka sebaiknya tidak terlalu banyak mengganggu tumbuhan yang ada.
2. Tidak membuang sampah sembarangan.3. Tidak merokok saat patroli.4. Tidak berisik/menimbulkan kegaduhan.5. Tidak melakukan tindakan/aktivitas seperti yang ada pada pembahasan
ancaman.4. Pasca Patroli: Input data, analisa data dan pelaporan
Kegiatan paska patroli yang harus dilakukan oleh tim patroli adalah memastikan data yang sudah diambil di lapangan terdokumnetasi dan tersimpan dengan baik serta dapat dijadikan acuan dalam melakukan analisis kondisi kawasan hutan. Adapun hal-hal yang harus dikerjakan pasca kegiatan patroli meliputi :
1. Petugas lapangan harus segera memberikan perangkat GPS, kamera, dan Tallysheet lapangan kepada petugas entry data.
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi20 21
2. Petugas lapangan dan petugas entry data wajib segera melakukan debriefing setelah kegiatan patrol selesai untuk membahas dan mengkonfirmasi data temuan lapangan yang memerlukan penjelasan khusus.
3. Data lapangan harus segera diinput ke dalam sistem SMART maksimal 3 hari setelah tim kembali dari lapangan.
4. Proses input data harus mengikuti prosedur input data yang ada dalam lampiran di dokumen ini.
5. Setelah data GPS di download, selanjutnya GPS dikosongkan kembali untuk digunakan pada periode patrol berikutnya.
6. Analisis data dilakukan dengan menggunakan query standart yang sudah disediakan dalam system SMART.
7. Penyusunan laporan dilakukan dengan menggunakan template laporan yang sudah ada di dalam system SMART.
8. Export data kegiatan sebagai lampiran digital laporan tertulis hasil patroli lapangan. Ketentuan export data kegiatan lapangan dari UPT ke Pusat adalah sebagai berikut:
¾ Data yang dilampirkan sesuai dengan standar query yang ditetapkan oleh Ditjen KSDAE
¾ Lampiran foto/ pdf maksimal ukuran 120 Kb per file.9. Laporan tertulis yang disampaikan secara berjenjang dari tingkat resort ke
seksi wilayah yang ditembuskan ke bidang wilayah/ balai dan balai besar saat setiap selesai melaksanakan patroli.
10. Laporan triwulan disampaikan yang menyesuaikan format SIDAK PHKA dengan melampirkan data yang disimpan dalam SMART.
Foto kegiatan pelatihan operator data SMART (doc. WCSIP)
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi20 21
Contoh Penyusunan Anggaran Kegiatan
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi22 23
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi22 23
Bagan 3. Data SMART tersimpan di dalam server dan terkoneksi dari jenjang seksi wilayah hingga balai/balai besar
Ilustrasi Penggunaan Data SMART oleh Operator
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi24 25
Penutup
Dalam menjalankan Sistem SMART di UPT perlu dilaksanakan secara bertahap, kegiatan pelatihan terhadap operator perlu dilaksanakan pada tahap awal, dan dilanjutkan dengan sistem evaluasi yang dilaksanakan secara rutin karena evaluasi merupakan kunci dalam pengelolaan kegiatan di lapangan.Dokumen ini disusun sesederhana mungkin untuk memudahlan bagi para pengelola kawasan dalam memahami tahap-tahap implementasi SMART di UPT masing-masing.
LampiranF.A.Q – Frequently Asked Questions
Daftar hal-hal yang sering ditanyakan terkait SMARTQ: Singkatan dari apakah SMART itu?A: SMART adalah singkatan dari Spatial Monitoring and Reporting Tool
Q: Apakah SMART membutuhkan perangkat yang canggih?A: SMART membutuhkan komputer yang tidak menuntut spesifikasi tinggi. Untuk membantu pengambilan data di lapangan SMART dapat memanfaatkan smart-phone yang terintegrasi dengan perangkat GPS yang dilengkapi aplikasi tambahan bernama Cybertracker
Q: Apakah SMART ini perangkat lunak yang harus membayar ijin penggunaannya terlebih dahulu?A: SMART adalah perangkat lunak atau aplikasi yang tidak berbayar dan didesain untuk membantu pengelolaan data dan informasi dalam kawsan konservasi.
Q: Apakah menjalankan SMART akan membutuhkan biaya besar?A: Menjalankan SMART tidak banyak membutuhkan tambahan biaya, investasi yang diperlukan adalah perangkat komputer pengelolaan data, gaji/ insentif untuk operator (apabila rekrut baru), pelatihan dan perangkat pengambilan data di lapa-ngan. Biaya yang mungkin akan besar adalah biaya untuk implementasi strategi pengelolaan agar dapat efektif di lapangan. Sebagai contoh: Apabila saat ini kegia-tan pengamanan tidak banyak dilaksanakan dan kondisi kawasan mengalami keru-sakan yang semakin berat, maka diperlukan kegiatan-kegiatan tambahan untuk menangani permasalahan yang ada agar kerusakan tidak meluas. Strategi yang
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi24 25
dikembangkan tentu saja memiliki konsekuensi pembiayaan.
Q: Apakah menjalankan SMART harus mengikuti ketiga tahapan yang dijelaskan di dalam buku ini?A: Tidak harus, Apabila visi dan misi pimpinan UPT memprioritaskan untuk mem-bangun sistem data yang optimal maka desain implementasi dapat langsung kom-prehensif dari ketiga tahapan.
Q: Dengan menjalankan SMART apakah pimpinan dapat memonitor langsung keberadaan tim saat di lapangan?A: SMART tidak memiliki fitur seperti ini, dan untuk memonitor pergerakan tim di lapangan sangat tergantung pada alat komunikasi serta SOP update keberadaan petugas saat di lapangan secara manual mempergunakan perangkat telepon satelit atau perangkat komunikasi lainnya.
Q: Apakah dengan menjalankan SMART maka permasalahan-permasalahan di dalam kawasan dapat terdeteksi?A: SMART adalah alat atau perangkat yang membantu pengelolaan data, apabila kegiatan di lapangan minim dilakukan maka data yang tersimpan juga sedikit dan tidak dapat mendeteksi permasalahan maupun perkembangan-perkembangann-ya. Permasalahan dapat terdeteksi apabila kegiatan di lapangan berjalan dan data tercatat serta terdokumentasi dengan baik.
Q: Apakah dengan menjalankan SMART maka permasalahan di lapangan dapat teratasi?A: SMART mengelola data dan informasi secara lebih ringkas dan efisien, data yang dikelola dengan SMART akan memudahkan pimpinan dalam merumuskan strategi dalam menangani masalah dengan lebih akurat.
Q: Apakah dengan SMART dapat mengetahui volume kegiatan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan SPT yang diterbikan?A: SMART akan mencatat data yang berbasis spasial, sehingga lokasi-lokasi yang dituju oleh petugas lapangan akan tercatat pada sistem dan dapat diketaui kes-esuaian SPT dengan laporan kegiatannya. Hal ini juga meliputi jumlah hari pelak-sanaan kegiatan terkait dengan data spasial yang akurat dari sistem SMART
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi26 27
Contoh SK Operator Data SMART di Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BB-TNBBS)
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi26 27
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi28 29
Contoh SK Prosedur Tetap (PROTAP) Patroli di BBTNGL
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi28 29
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi30 31
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi30 31
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi32 33
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi32 33
Contoh SK MEKANISME ALUR DATA DAN INFORMASI di BBTNGL
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi34 35
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi34 35
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi36 37
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi36 37
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi38 39
Contoh SK Operator Data SMART di Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL)
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi38 39
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi40 41
Contoh Tallysheet/ Datasheet Patroli1.
Tal
lysh
eet u
ntuk
isia
n Po
sisi
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi40 41
2. T
ally
shee
t unt
uk d
ata
aktiv
itas
illeg
al
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi42 43
3. T
ally
shee
t unt
uk k
eane
kara
gam
an h
ayat
i
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi42 43
4. T
ally
shee
t unt
uk p
enga
mbi
lan
data
fitu
r ala
mi d
an n
on a
lam
i
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi44 45
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi44 45
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi46 47
Taha
p 4:
Impl
emen
tasi
Pen
gam
bila
n da
ta
Peng
ambil
an da
ta ole
h tim
/ petu
gas
lapan
gan d
enga
n ber
patro
li di d
alam
dan s
ekita
r kaw
asan
Setia
p res
ort h
arus
mem
iliki p
eran
gkat
peng
ambil
an da
ta be
rupa
andr
oid
(cybe
rtrac
ker),
GPS
, Data
shee
t, bin
okule
r, kam
era,
alat u
kur, a
lat
Tally
shee
t har
us ad
a.
De-b
riefin
g pas
ca pe
ngam
bilan
data
lapan
gan u
ntuk m
engk
larifik
asi d
ata
dan e
valua
si ke
giatan
Alat
tulis
dan l
emba
r data
lapa
ngan
Tidak
mem
erluk
an
SPT
kegia
tan
Angg
aran
oper
asion
al un
tuk ke
giatan
lap
anga
nKeb
utuha
n
Sec
ara
ringk
as b
erik
ut in
i tab
el ta
hap
men
jala
nkan
pen
gelo
laan
bas
isda
ta S
MA
RT
di U
PT
Taha
p 3:
Pen
ingk
atan
sis
tem
dat
a da
n In
form
asi
Pena
mbah
an op
erato
r di m
asing
-ma
sing b
idang
wila
yah m
aupu
n sek
si wi
layah
atau
mas
ing-m
asing
KPH
K da
n ope
rator
di ba
lai/ba
lai be
sar
Setia
p ope
rator
dan p
enam
baha
n op
erato
r mem
perg
unak
an ko
mpute
r kh
usus
untuk
basis
data,
dan d
ata
dikelo
la de
ngan
mem
perg
unak
an
Tally
shee
t har
us ad
a.
Siste
m ev
aluas
i ber
jenjan
g dila
ksan
a-ka
n di S
eksi,
Bida
ng m
aupu
n Bala
i da
n di K
PHK
er un
tuk m
ence
tak pe
ta, LC
D pr
oyek
tor di
Sek
si, B
idang
, Bala
i da
n KPH
KTr
ansfe
r data
men
ggun
akan
inter
net
dan s
erve
r (SM
ART-
conn
ect)
• SK
Pen
empa
tan
oper
ator
• Mek
anis
me
tekn
is
kegi
atan
la
pang
an d
enga
n ko
leks
i dat
a m
empe
rgun
akan
S
MA
RT
term
asuk
tally
shee
t.• S
OP
Alu
r da
ta
dan
sist
em
Angg
aran
untuk
pena
mbah
an oi
pera
-tor
, pen
amba
han p
erlen
gkap
an,
pena
mbah
an ke
giatan
dan e
valua
si pa
da tia
p jen
jang.
Taha
p 2:
Pen
ingk
atan
kap
asita
s pe
tuga
s
Pelat
ihan o
pera
tor tin
gkat
lanjut
. Ju
mlah
oper
ator t
idak p
erlu
ditam
bah,
namu
n kem
ampu
an op
erato
r dip
erku
atSe
tiap o
pera
tor m
empe
rgun
akan
ko
mpute
r khu
sus u
ntuk b
asis
data
Tally
shee
t har
us ad
a.Si
stem
evalu
asi b
ulana
n diko
ordin
ir Se
ksi w
ilaya
h.Si
stem
evalu
asi d
i koo
rdini
r Sek
si P3
da
n Sek
si Ev
aluas
i dan
Pela
pora
n.Pr
inter
untuk
men
cetak
peta,
LCD
proy
ektor
di S
eksi
P3
Tran
sfer d
ata m
engg
unak
an in
terne
t
• SK
Pen
empa
tan
oper
ator
• Mek
anis
me
tekn
is
kegi
atan
la
pang
an d
enga
n ko
leks
i dat
a m
empe
rgun
akan
S
MA
RT
term
asuk
tally
shee
t.• S
OP
Alu
r da
ta
dan
sist
em
Angg
aran
untuk
mob
ilitas
oper
ator
dan p
etuga
s untu
k pro
ses e
valua
si.
Taha
p 1:
Pra
kond
isi
Oper
ator d
ata di
Sek
si da
n Bala
i/Ba
lai B
esar.
(3 or
ang u
ntuk B
alai
besa
r, 2 or
ang u
ntuk b
alai ti
pe B
)
Meng
guna
kan k
ompu
ter ya
ng ad
a di
Balai
/Bala
i Bes
ar m
aupu
n di B
idang
/Se
ksi d
an di
KPH
K
Tally
shee
t har
us ad
a.Ev
aluas
i bula
nan d
ikoor
dinir S
eksi
wilay
ahSi
stem
evalu
asi d
i koo
rdini
r Sek
si P3
da
n Sek
si Ev
aluas
i dan
Pela
pora
nPr
inter
untuk
men
cetak
peta,
LCD
proy
ektor
di B
alai
Tidak
mem
erluk
an ko
neks
i inter
net.
Tran
sfer d
ata m
engg
unak
an fla
shdis
k ma
upun
hard
-disk
exter
nal
• SK
Pen
empa
tan
oper
ator
• Mek
anis
me
tekn
is
kegi
atan
la
pang
an d
enga
n ko
leks
i dat
a m
empe
rgun
akan
S
MA
RT
term
asuk
tally
shee
t.• S
OP
Alu
r da
ta
dan
sist
em
Angg
aran
untuk
mob
ilitas
oper
ator
dan p
etuga
s untu
k pro
ses e
valua
si.
Keb
utuh
an M
enja
lan-
kan
SM
AR
T
Sumb
er D
aya M
anus
ia (T
im La
pang
an da
n Op
erato
r pen
gelol
aan
Data)
Pera
ngka
t pen
gamb
ilan
dan p
enge
lolaa
n data
Tally
shee
t
Siste
m ev
aluas
i
Pera
ngka
t eva
luasi
Kone
ksi in
terne
t
Duku
ngan
pimp
inan
UPT
melal
ui SK
Angg
aran
Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi Pedoman IMPLEMENTASI SMART di Kawasan Konservasi46 47