SALINAN - ESDM Nomor 37 Tahun 2018.pdf · 2019. 9. 20. · SALINAN PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA...

35
SALINAN PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2018 TENTANG PERLAKUAN PERPAJAKAN DAN/ATAU PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DI BIDANG USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa untuk memberikan kepastian hukum bagi pemegang izin usaha pertambangan, pemegang izin usaha pertambangan khusus, pemegang izin pertambangan ralgrat, pemegangizin usaha pertambangan khusus operasi produksi, dan pemegang kontrak karya dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dan/ atau penerimaan negara bukan pajak, perlu mengatur perlakuan perpajakan dan/atau penerimaan negara bukan pajak di bidang usaha pertambangan mineral; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31D Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan serta Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perlakuan Perpajakan dan/atau Penerimaan Negara Bukan Pajak di Bidang Usaha Pertambangan Mineral; Mengingat...

Transcript of SALINAN - ESDM Nomor 37 Tahun 2018.pdf · 2019. 9. 20. · SALINAN PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA...

  • SALINAN

    PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 37 TAHUN 2018

    TENTANG

    PERLAKUAN PERPAJAKAN DAN/ATAU PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

    DI BIDANG USAHA PERTAMBANGAN MINERAL

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang a. bahwa untuk memberikan kepastian hukum bagi pemegangizin usaha pertambangan, pemegang izin usahapertambangan khusus, pemegang izin pertambanganralgrat, pemegangizin usaha pertambangan khusus operasiproduksi, dan pemegang kontrak karya dalammelaksanakan kewajiban perpajakan dan/ atau penerimaannegara bukan pajak, perlu mengatur perlakuan perpajakandan/atau penerimaan negara bukan pajak di bidang usahapertambangan mineral;

    b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal31D Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PajakPenghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan serta Pasal 2 danPasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangPenerimaan Negara Bukan Pajak, perlu menetapkanPeraturan Pemerintah tentang Perlakuan Perpajakandan/atau Penerimaan Negara Bukan Pajak di Bidang UsahaPertambangan Mineral;

    Mengingat...

  • Mengingat

    Menetapkan

    PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -2-

    1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

    2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PajakPenghasilan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3263). sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-UndangNomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2OO8 Nomor 133,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomora8e3);

    3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PenerimaanNegara Bukan Pajak (L,embaran Negara Republik IndonesiaTahun L997 Nomor 43, Tambahan l,embaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 36871;

    MEMUTUSKAN

    PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERLAKUANPERPAJAKAN DAN/ATAU PENERIMAAN NEGARA BUKANPAJAK DI BIDANG USAHA PERTAMBANGAN MINERAL.

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:l. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk

    di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu sertasusunan kristal teratur atau gabungannya yangmembentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.

    2. Usaha Pertambangan Mineral yang selanjutnya disebutUsaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangkapengusahaan mineral yang meliputi tahapan kegiatanpenyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.

    3. Operasi ...

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -3-

    3. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan UsahaPertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan,pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan danpenjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungansesuai dengan hasil studi kelayakan.

    4. Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disingkat IUPadalah izin untuk melaksanakan Usaha Pertambangan.

    5. lzinPertambangan Ralryat yang selanjutnya disingkat IPRadalah izin untuk melaksanakan Usaha Pertambangandalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayahdan investasi terbatas.

    6. Izin Usaha Pertambangan Khusus yang selanjutnyadisingkat IUPK adalah izin untuk melaksanakan UsahaPertambangan di wilayah izin Usaha Pertambangankhusus.

    7. Kontrak Karya yang selanjutnya disingkat KK adalahperjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia denganperusahaan berbadan hukum Indonesia untukmelakukan kegiatan Usaha Pertambangan Mineral.

    8. Pajak Penghasilan Badan adalah Pajak Penghasilan yangdibayarkan oleh Wajib Pajak Badan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidangPajak Penghasilan.

    Pasal 2

    Pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini berlaku untuk:pemegang IUP;

    pemegang IUPK;

    pemegang IPR;

    pemegang IUPK Operasi Produksi yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KK yangbelum berakhir kontraknya;pemegang KK yang dalam kontraknya diatur ketentuankewajiban Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang PajakPenghasilan; dan

    a.

    b.

    c.

    d.

    e.

    f. pemegang

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -4-

    f. pemegang KK yang dalam kontraknya diatur ketentuankewajiban Pajak Penghasilan berdasarkan KK dimaksud,

    di bidang Usaha Pertambangan.

    BAB II

    PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN

    Bagian Kesatu

    Subjek Pajak Penghasilan

    Pasal 3

    Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam PeraturanPemerintah ini berlaku bagi Wajib Pajak pemegang IUP, IUPK,IPR, IUPK Operasi Produksi yang merupakan perubahanbentuk Usaha Pertambangan dari KK yang belum berakhirkontraknya, atau KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2hurufa, hurufb, hurufc, hurufd, dan hurufe.

    Bagian Kedua

    Objek Pajak dan Penghitungan Penghasilan

    Pasal 4

    (1) Yang menjadi objek pajak di bidang Usaha Pertambanganmerupakan penghasilan yang diterima atau diperolehWajib Pajak di bidang Usaha Pertambangan sehubungandengan:

    a. penghasilan dari usaha; danb. penghasilan dari luar usaha,dengan nama dan dalam bentuk apapun.

    (2) Penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a merupakan penghasilan yang diterimaatau diperoleh dari penjualan/pengalihan hasilproduksinya.

    (3) Penghasilan..

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -5-(3) Penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud pada

    ayat (21 penghitungannya harus menggunakan :a. harga pasar mineral logam;b. harga pasar mineral bukan logam;c. harga pasar batuan; ataud. harga yang sesungguhnya diterima atau diperoleh

    penjual.

    (4) Harga pasar mineral logam sebagaimana dimaksud padaayat (3) huruf a ditentukan berdasarkan kutipan hargayang mengacu pada publikasi harga mineral logam padasaat transaksi.

    (5) Harga pasar mineral bukan logam sebagaimanadimaksud pada ayat (3) huruf b dan harga pasar batuansebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, ditentukanberdasarkan kutipan harga yang mengacu padapublikasi harga mineral bukan logam dan/atau batuanpada saat transaksi.

    (6) Dalam hal mineral logam atau mineral bukan logam ataubatuan tidak mempunyai kutipan harga pasarsebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5),penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a, dihitung menggunakan harga yangsesungguhnya diterima atau diperoleh penjualsebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d.

    (71 Dalam hal pada periode kutipan yang sama terdapatperbedaan kutipan harga pasar sebagaimana dimaksudpada ayat (41 dan ayat (5) dengan harga yangsesungguhnya diterima atau diperoleh penjualsebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d,penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a, dihitung menggunakan harga yangsesungguhnya diterima atau diperoleh penjual denganketentuan sebagai berikut:

    a. harga yang sesungguhnya diterima atau diperolehpenjual lebih rendah dari kutipan harga pasar denganselisih tidak lebih 3% (tiga persen) dari kutipan hargapasar; atau

    b. harga

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -6-

    b. harga yang sesungguhnya diterima atau diperolehpenjual lebih tinggi dari kutipan harga pasar.

    (8) Dalam hal pada periode kutipan yang sama, harga yangsesungguhnya diterima atau diperoleh penjualsebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d lebihrendah dari kutipan harga pasar sebagaimana dimaksudpada ayat (4) dan ayat (5) dengan selisih melebihi 3o/o (tigapersen) dari kutipan harga pasar, penghasilan dari usahasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dihitungmenggunakan kutipan harga pasar.

    (9) Perlakuan penghasilan dari luar usaha sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang Pajak Penghasilan.

    Bagian Ketiga

    Penghitungan Penghasilan Kena Pajak

    Pasal 5

    (1) Besarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ditentukanberdasarkan penghasilan bruto yang menjadi objek pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dikurangi biayauntuk mendapatkan, menagih, dan memeliharapenghasilan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan.

    (21 Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memeliharapenghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),termasuk:

    a. biaya kegiatan penyelidikan umum;b. biaya kegiatan eksplorasi;c. biaya kegiatan studi kelayakan;d. biaya kegiatan Operasi Produksi;e. biaya kegiatan pascatambang;

    f. pen5rusutan.

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -7 -

    f. penyusutan dan/atau amortisasi atas pengeluaranuntuk memperoleh harta berwujud dan/atau hartatidak berwujud yang dimiliki dan digunakan untukmendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilandan amortisasi atas pengeluaran untuk memperolehhak dan atas biaya lain yang mempunyai masamanfaat lebih dari 1 (satu) tahun sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidangPajak Penghasilan;

    g. penggantian atau imbalan sehubungan denganpekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuknatura dan kenikmatan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang PajakPenghasilan;

    h. biaya yang dikeluarkan dalam rangka kewajibanPenerimaan Negara Bukan Pajak sesuai denganketentuan peraturan perLlndang-undangan di bidangPenerimaan Negara Bukan Pajak;

    i. cadangan biaya reklamasi sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang PajakPenghasilan;

    j. bunga;k. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana

    nasional;

    l. sumbangan dalam rangka penelitian danpengembangan;

    m. sumbangan fasilitas pendidikan;n. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga; dano. biaya pembangunan infrastruktur sosial.

    Pasal 6

    Pengeluaran dan/atau biaya yang tidak boleh dikurangkandalam menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagiWajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidangPajak Penghasilan.

    Pasal 7

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -8-

    Pasal 7

    (1) Ketentuan mengenai tata cara penghitungan penghasilanneto, kompensasi kerugian, penghasilan kena pajak, dantarif bagi Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal3 dilaksanakan sesuai denga.n ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan,kecuali bagi pemegang IUPK Operasi Produksi yangmerupakan perubahan bentuk Usaha Pertambangan dariKK yang belum berakhir kontraknya.

    (21 Ketentuan mengenai tata cara penghitungan penghasilanneto, kompensasi kerugian, dan penghasilan kena pajakbagi Wajib Pajak pemegang IUPK Operasi Produksi yangmerupakan perubahan bentuk Usaha Pertambangan dariKK yang belum berakhir kontraknya, dilaksanakansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan pada saat IUPKOperasi Produksi yang merupakan perubahan bentukUsaha Pertambangan dari KK yang belum berakhirkontraknya diterbitkan hingga IUPK Operasi Produksiberakhir.

    Bagian Keempat

    Penghitungan Penyusutan dan Amortisasi serta

    Pengakuan Nilai Sisa Buku Harta Berwujud danTidak Berwujud

    Pasal 8

    Dalam hal Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 melakukan kegiatan pembangunan fasilitas pengolahandan/atau pemurnian, pengeluaran untuk pembangunanfasilitas pengolahan dan/atau pemurnian yang mempunyaimasa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dikapitalisasi dandisusutkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan.

    Pasal 9 ...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -9 -

    Pasal 9

    (1) Dalam hal Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 melakukan kegiatan pengupasan lapisan tanahpenutup (stripping/ouerburden remoual), pengeluaranuntuk kegiatan dimaksud yang dilakukan sebelum masaOperasi Produksi, dikapitalisasi dan diamortisasi.

    (21 Amortisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan sejak bulan kegiatan Operasi Produksidisetujui oleh menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineralyang penghitungannya dilakukan selama jangka wakturzin atau kontrak dan dihitung secara pro-rata ataudengan menggunakan metode satuan produksi.

    (3) Dalam hal Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 melakukan kegiatan pengupasan lapisan tanahpenutup (stripping/ouerburden remoual) dan/ataupembukaan tambang bawah tanah pada masa OperasiProduksi termasuk dalam rangka mencari cadanganbaru, pengeluaran untuk kegiatan tersebut, dibebankansebagai biaya pada saat terjadinya pengeluarandimaksud.

    (41 Dalam hal Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 yang melakukan kegiatan pengupasan lapisantanah penutup (stipping/ ouerburden remoual) dan/ataupembukaan tambang bawah tanah:

    a. memiliki lebih dari satu izin atas UsahaPertambangan; dan

    b. melaksanakan tahapan kegiatan sebelum OperasiProduksi dan tahapan kegiatan Operasi Produksitermasuk dalam rangka mencari cadangan baru,

    pengeluaran untuk tahapan kegiatan sebelum OperasiProduksi dikapitalisasi dan diamortisasi sesuai denganketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danpengeluaran untuk tahapan kegiatan Operasi Produksitermasuk dalam rangka mencari cadangan barudibebankan sebagai biaya pada saat terjadinyapengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

    Pasal 10 ...

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -10-

    Pasal 10

    (1) Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujuddan/atau harta tidak berwujud yang masih dimilikipemegang IUPK Operasi Produksi yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KK yangbelum berakhir kontraknya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 huruf d, dan digunakan untukmendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilanyang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahunsebelum diterbitkannya IUPK Operasi Produksi yangmerupakan perubahan bentuk Usaha Pertambangandari KK yang belum berakhir kontraknya dan telahdisusutkan sesuai ketentuan dalam KK, tetapdisusutkan dan/atau diamortisasi sesuai ketentuandalam KK pada tahun pajak diterbitkannya IUPKOperasi Produksi yang merupakan perubahan bentukUsaha Pertambangan dari KK yang belum berakhirkontraknya.

    (2) Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujuddan/atau harta tidak berwujud, yang dimiliki pemegangIUPK Operasi Produksi yang merupakan perubahanbentuk Usaha Pertambangan dari KK yang belumberakhir kontraknya sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 huruf d, dan digunakan untuk mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyaimasa manfaat lebih dari I (satu) tahun setelahditerbitkannya IUPK Operasi Produksi yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KK yangbelum berakhir kontraknya, disusutkan dan/ataudiamortisasi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan.

    (3) Apabila pengeluaran untuk memperoleh harta berwujudkecuali bangunan dan/atau harta tidak berwujud, yangdimiliki pemegang IUPK Operasi Produksi yangmerupakan perubahan bentuk Usaha Pertambangandari KK yang belum berakhir kontraknya sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 huruf d, dan dipergunakanuntuk mendapatkan, menagih dan memeliharapenghasilan sebelum diterbitkannya IUPK OperasiProduksi yang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhir kontraknyamasih mempunyai sisa masa manfaat harta pada tahunberikutnya setelah diterbitkannya IUPK Operasi

    Produksi ...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    - 11-

    Produksi yang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhir kontraknya,maka nilai sisa manfaat harta tersebut disusutkandan/atau diamortisasi sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang PajakPenghasilan dengan memperhatikan sisa masamanfaatnya.

    (4) Pen5rusutan dan/atau amortisasi sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dilakukan berdasarkan nilai sisabuku harta yang bersangkutan pada awal tahun pajaksetelah diterbitkannya IUPK Operasi Produksi yangmerupakan perubahan bentuk Usaha Pertambangandari KK yang belum berakhir kontraknya.

    (5) Apabila sisa masa manfaat harta sebagaimana dimaksudpada ayat (3) berakhir pada tahun berikutnya setelahditerbitkannya IUPK Operasi Produksi yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KK yangbelum berakhir kontraknya, nilai sisa buku hartatersebut disusutkan dan/atau diamortisasi seluruhnyadalam tahun pajak berikutnya setelah diterbitkannyaIUPK Operasi Produksi yang merupakan perubahanbentuk Usaha Pertambangan dari KK yang belumberakhir kontraknya.

    (6) Pen5rusutan atas harta berupa bangunan yang masihdimiliki pada awal tahun setelah diterbitkannya IUPKOperasi Produksi yang merupakan perubahan bentukUsaha Pertambangan dari KK yang belum berakhirkontraknya dan dipergunakan untuk mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan, dilakukandengan cara yang sama dengan pen5rusutan yang telahdilakukan dalam tahun pajak sebelum tahun pajakditerbitkannya IUPK Operasi Produksi yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KK yangbelum berakhir kontraknya.

    (7) Dalam hal jangka waktu izin Operasi Produksi atau KKberakhir lebih cepat dari jangka waktu yang ditetapkandalam izin Operasi Produksi atau KK dimaksud, nilaisisa buku harta berwujud dan/atau harta tidakberwujud dapat disusutkan dan/atau diamortisasisekaligus.

    Bagian

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -12-

    Bagian Kelima

    Sumbangan dan/atau Biaya di Bidang Usaha Pertambangan

    Pasal 1 1

    (1) Sumbangan dan/atau biaya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 ayat (2) huruf k, huruf l, huruf m, hurufn, dan huruf o, yang dikeluarkan Wajib Pajak di bidangUsaha Pertambangan berupa:

    a. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencananasional, yang merupakan sumbangan untukkorban bencana nasional yang disampaikan melaluibadan penanggulangan bencana atauIembaga/pihak yang telah mendapat izin dariinstansi/ lembaga yang berwenang;

    b. sumbangan dalam rangka penelitian danpengembangan, yang merupakan sumbangan untukpenelitian dan pengembangan yang dilakukan diwilayah Republik Indonesia yang disampaikanmelalui lembaga penelitian dan pengembangan;

    c. sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakansumbangan berupa fasilitas pendidikan yangdisampaikan melalui lembaga pendidikan;

    d. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga,yang merupakan sumbangan untuk membina,mengembangkan, dan mengoordinasikan suatu ataugabungan organisasi cabang/jenis olahraga prestasiyang disampaikan melalui lembaga pembinaanolahraga; dan

    e. biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakanbiaya yang dikeluarkan untuk keperluan penyediaansarana dan prasarana untuk kepentingan umumtermasuk di bidang kesehatan dan bersifat nirlabamelalui lembaga yang bergerak di bidang pembinaandan pengembangan masyarakat.

    (2) Lembaga...

  • Bagian Keenam

    Besarnya Perbandingan antara Utang dan Modal Perusahaan

    untuk Keperluan Penghitungan Pajak Penghasilan

    Pasal 13

    PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -13-

    (21 Lembaga yang menerima penyampaian sumbangandan/atau biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b, huruf c, huruf d, dan/atau huruf e harusmelibatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

    (3) Ketentuan mengenai tata cara pelibatan Pemerintahdan/atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (21 diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan.

    Pasal 12

    Ketentuan mengenai persyaratan besarnya nilai sumbangandan/atau biaya yang dapat dikurangkan, pencatatan danpelaporan sumbangan dan/atau biaya sebagaimanadimaksud dalam Pasal 11 yang dapat dikurangkan daripenghasilan bruto sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan mengenai sumbanganpenanggulangan bencana nasional, sumbangan penelitiandan pengembangan, sumbangan fasilitas pendidikan,sumbangan pembinaan olahraga, dan biaya pembangunaninfrastruktur sosial yang dapat dikurangkan daripenghasilan bruto.

    Untuk keperluan penghitungan Pajak Penghasilan,penentuan besarnya perbandingan antara utang dan modalserta biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan dalammenghitung penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dibidang Usaha Pertambangan dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidang PajakPenghasilan.

    BAB III

  • BAB IV

    PERLAKUAN PERPAJAKAN DAN/ATAU PENERIMAAN NEGARABUKAN PAJAK BAGI PEMEGANG IUPK OPERASI PRODUKSI YANG

    MERUPAKAN PERUBAHAN BENTUK USAHA PERTAMBANGANDARI KK YANG BELUM BERAKHIR KONTRAKNYA

    Pasal 15

    PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -t4-BAB III

    KEWAJIBAN PEMOTONGAN DAN/ATAU

    PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN

    Pasal 14

    Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajibmelaksanakan pemenuhan kewajiban pemotongan dan/ataupemungutan Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang PajakPenghasilan.

    (1) Bagi pemegang IUPK Operasi Produksi yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KK yangbelum berakhir kontraknya, berlaku ketentuanperpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak, danpendapatan daerah sebagai berikut:a. iuran produksi dan iuran tetap sesuai dengan

    ketentuan peraturan perLlndang-undangan di bidangPenerimaan Negara Bukan Pajak pada KementerianEnergi dan Sumber Daya Mineral yang berlaku padasaat IUPK Operasi Produksi yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KKyang belum berakhir kontraknya diterbitkan;

    b. penerimaan negara bukan pajak di bidanglingkungan hidup dan kehutanan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidangPenerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku padasaat IUPK Operasi Produksi yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KKyang belum berakhir kontraknya diterbitkan;

    c. penenmaan

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    - 15-

    c. penerimaan negara bukan pajak berupa bagianpemerintah pusat sebesar 4o/o (ernpat persen) darikeuntungan bersih pemegang IUPK Operasi Produksiyang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhirkontraknya sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang pertambanganmineral dan batubara pada saat IUPK OperasiProduksi yang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhirkontraknya diterbitkan;

    d. tarif Pajak Penghasilan Badan sebesar 25Yo (duapuluh lima persen);

    e. pajak bumi dan bangunan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang pajakBumi dan Bangunan yang berlaku pada saat IUpKOperasi Produksi yang merupakan perubahanbentuk Usaha Pertambangan dari KK yang belumberakhir kontraknya diterbitkan; dan

    f. bagian pemerintah daerah sebesar 60/o (enam persen)dari keuntungan bersih pemegang IUPK OperasiProduksi yang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhirkontraknya sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang pertambanganmineral dan batubara pada saat IUPK OperasiProduksi yang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhirkontraknya diterbitkan,

    hingga IUPK Operasi Produksi berakhir.

    (21 Bagian pemerintah daerah sebesar 60/o (enam persen)sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f diaturdengan rincian sebagai berikut:

    a. pemerintah provinsi mendapat bagian sebesar lo/o(satu persen);

    b. pemerintah kabupaten/kota penghasil mendapatbagian sebesar 2,5yo (dua koma lima persen); dan

    c pemerintah

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -t6-c. pemerintah kabupaten/kota lainnya dalam provinsi

    yang sama mendapat bagian sebesar 2,5o/o (dua komalima persen).

    (3) Keuntungan bersih pemegang IUPK Operasi Produksiyang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhir kontraknyasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c danhuruf f, merupakan keuntungan bersih setelahdikurangi Pajak Penghasilan Badan bagi pemegang IUPKOperasi Produksi yang merupakan perubahan bentukUsaha Pertambangan dari KK yang belum berakhirkontraknya setiap tahun sejak berproduksi berdasarkanlaporan keuangan yang telah diaudit oleh kantorakuntan publik.

    (41 Saat berlakunya ketentuan perpajakan, PenerimaanNegara Bukan Pajak, dan pendapatan daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

    a. ketentuan penerimaan negara bukan pajak berupabagian pemerintah pusat sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c mulai awal tahun kalenderberikutnya setelah tahun diterbitkannya IUPKOperasi Produksi yang merupakan perubahanbentuk Usaha Pertambangan dari KK yang belumberakhir kontraknya;

    b. ketentuan Pajak Penghasilan Badan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf d mulai berlaku sejakawal Tahun Pajak berikutnya setelah tahunditerbitkannya IUPK Operasi Produksi yangmerupakan perubahan bentuk Usaha Pertambangandari KK yang belum berakhir kontraknya;

    c. ketentuan Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf e mulai berlaku sejaktahun pajak berikutnya setelah tahunditerbitkannya IUPK Operasi Produksi yangmerupakan perubahan bentuk Usaha Pertambangandari KK yang belum berakhir kontraknya; dan

    d. ketentuan bagian pemerintah daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) hunrf f mulai awal tahunkalender berikutnya setelah tahun diterbitkannyaIUPK Operasi Produksi yang merupakan perubahanbentuk Usaha Pertambangan dari KK yang belumberakhir kontraknya.

    (5) Selain...

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -t7-(5) Selain sebagaimana dimaksud pada ayat (f) ketentuan

    perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak, danpendapatan daerah bagi pemegang IUPK OperasiProduksi yang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhir kontraknya,berlaku sebagai berikut:

    a. penerimaan negara bukan pajak lainnya di luarsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, hurufb, dan huruf c, sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang Penerimaan NegaraBukan Pajak;

    b. pajak penghasilan pemotongan dan pemungutansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan;

    c. pajak pertambahan nilai dan/atau pajak penjualanatas barang mewah sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang PajakPertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PajakPenjualan atas Barang Mewah;

    d. bea meterai sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang Bea Meterai;

    e. bea masuk dan bea keluar sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidangKepabeanan;

    f. cukai sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang Cukai; dan

    g. pajak daerah dan retribusi daerah sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan dibidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

    hingga IUPK Operasi Produksi berakhir.

    (6) Pelaksanaan kewajiban perpajakan dan PenerimaanNegara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) danayat (5) berlaku bagi pemegang IUPK Operasi Produksiyang izinnya diterbitkan oleh menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangenergi dan sumber daya mineral sampai dengan tanggal31 Desember 2019.

    Pasal 16 ...

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    _18_

    Pasal 16

    (1) Bagi pemegang IUPK Operasi Produksi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 15 dapat menyelenggarakanpembukuan dengan menggunakan bahasa dan matauang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam KKsampai dengan berakhirnya tahun pajak berikutnyasetelah tahun pajak diterbitkannya IUPK OperasiProduksi.

    (2) Bagi pemegang IUPK Operasi Produksi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 15 wajib menyelenggarakanpembukuan dengan menggunakan Bahasa Indonesiadan mata uang Rupiah mulai tahun pajak berikutnyasetelah tahun pajak sebagaimana dimaksud pada ayat(1), kecuali telah menyampaikan pemberitahuan tertulisuntuk menyelenggarakan pembukuan denganmenggunakan bahasa asing dan mata uang selainrupiah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapenyelenggaraan pembukuan dengan menggunakanbahasa asing dan mata uang selain Rupiah,sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur denganatau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    BAB V

    HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DAN/ATAUPEN ERI M** *,".ff

    ffJ*Y H i+itX?lcr PEMEGANG

    Pasal 17

    (1) Dalam rangka kegiatan Usaha Pertambangan, pemegangIUP, IUPK, IPR, IUPK Operasi Produksi yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KK yangbelum berakhir kontraknya, atau KK dapat melakukankerja sama dengan:

    a. pemegang ...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -19-

    a. pemegang IUP, IUPK, IPR, IUPK Operasi Produksiyang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhirkontraknya, danf atau KK lainnya; dan/atau

    b. pihak selain pemegang IUP, IUPK, IPR, IUPK OperasiProduksi yang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhirkontraknya, danf atau KK.

    (21 Hak dan kewajiban perpajakan bagi pemegang IUP,IUPK, IPR, IUPK Operasi Produksi yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KK yangbelum berakhir kontraknya, atau KK yang melakukankerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1),melekat pada pemegang IUP, IUPK, IPR, IUPK OperasiProduksi yang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhir kontraknya,atau KK dimaksud.

    (3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan, pemungutan,dan pembayaranf penyetoran penerimaan negara bukanpajak bagi pemegang IUP, IUPK, IPR, IUPK OperasiProduksi yang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhir kontraknya,atau KK atas hak dan kewajiban penerimaan negarabukan pajak dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    (41 Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajibanperpajakan bagi pemegang IUP, IUPK, IPR, IUPK OperasiProduksi yang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhir kontraknya,atau KK dalam rangka kerja sama di bidang UsahaPertambangan, diatur dengan atau berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan.

    BAB VI .

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -20-

    BAB VI

    KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 18

    Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,ketentuan Pajak Penghasilan bagi pemegang KK yang dalamkontraknya diatur ketentuan kewajiban Pajak Penghasilanberdasarkan KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruff, dilaksanakan berdasarkan ketentuan dalam KK tersebutsampai dengan berakhirnya kontrak dimaksud.

    Pasal 19

    (1) Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,terhadap kewajiban perpajakan dan/atau PenerimaanNegara Bukan Pajak pemegang IUPK Operasi Produksiyang merupakan perubahan bentuk UsahaPertambangan dari KK yang belum berakhir kontraknyayang belum diselesaikan sebelum IUPK OperasiProduksi diterbitkan, wajib dipenuhi sesuai dengan KKdan/atau ketentuan peraturan perundang-undanganpada saat KK berlaku.

    (2) Mekanisme pemenuhan kewajiban sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB VII

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 20

    Ketentuan perlakuan Pajak Penghasilan berdasarkanPeraturan Pemerintah ini bagi Wajib Pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal2 huruf a, huruf b, huruf c, dan hurufe, mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2OL9.

    Pasal 21

    Peraturan Pemerintah inidiundangkan.

    mulai berlaku pada tanggal

    Agar

  • PRES IDENREPUELIK INDOl.]ESIA

    -2r-Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakartapada tanggal 1 Agustus 2018

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    ttd.

    JOKO WIDODO

    Diundangkan di Jakartapada tanggal 2 Agustus 2018

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

    REPUBLIK INDONESIA,

    YASONNA H. LAOLY

    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OI8 NOMOR 122

    Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

    REPUBLIK INDONESIAti Bidang Hukum dan

    -undangan,

    ttd.

    vanna Djaman

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    PENJELASAN

    ATAS

    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 37 TAHUN 2018

    TENTANG

    PERLAKUAN PERPAJAKAN DAN/ATAU PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

    DI BIDANG USAHA PERTAMBANGAN MINERAL

    I. UMUMSesuai dengan ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bumi, air, dan kekayaan alam yangterkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuksebesar-besar kemakmuran ralryat. Mengingat mineral sebagai kekayaanalam yang terkandung di dalam bumi merupakan sumber daya alam yangtak terbarukan, pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin, efisien,transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta berkeadilanagar memperoleh manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran ralryat secaraberkelanjutan.

    Rezim fiskal penerimaan negara bagi pemegang IUP, IUPK, dan IpRdi bidang Usaha Pertambangan Mineral diatur berdasarkan Pasal L28Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2OO9 tentang Pertambangan Mineral danBatubara bahwa penerimaan negara dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan. Namun demikian, terkait KK danperjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara diatur secarakhusus dalam Pasal 169 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2OO9 tentangPertambangan Mineral dan Batubarayang mengatur hal-hal sebagai berikut:a. KK dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang

    telah ada sebelum Undang-Undang tetap dibertakukan sampai jangkawaktu berakhirnya kontrak/ perjanjian;

    b. ketentuan ...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -2-

    b. ketentuan yang tercantum dalam pasal KK dan perjanjian karyapengusahaan pertambangan batubara disesuaikan selambat-lambatnya1 (satu) tahun sejak Undang-Undang diundangkan kecuali mengenaipenerimaan negara; dan

    c. pengecualian terhadap penerimaan negara sebagaimana dimaksud padahurlf b adalah upaya peningkatan penerimaan negara.Berdasarkan amanah Undang-Undang Pertambangan Mineral dan

    Batubara tersebut, Peraturan Pemerintah ini menjamin peningkatanpenerimaan negara bagi pemegang IUPK yang merupakan perubahan bentukUsaha Pertambangan dari KK yang belum berakhir kontraknya.

    Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputiperlakuan Pajak Penghasilan; hak dan kewajiban perpajakan dan/ataupenerimaan negara bukan pajak bagi pemegang IUP, IUPK, IPR, atau KK; danperlakuan perpajakan dan/atau penerimaan negara bukan pajak bagipemegang IUPK yang merupakan perubahan bentuk Usaha Pertambangandari KK yang belum berakhir kontraknya.

    II. PASAL DEMT PASALPasal I

    Cukup jelas.

    Pasal 2

    Cukup jelas

    Pasal 3

    Cukup jelas

    Pasal 4

    Ayat (1)

    Penghasilan yang merupakan objek pajak bagi UsahaPertambangan, meliputi penghasilan dari usaha pokoknya dansemua penghasilan dari luar usaha yang diterima atau diperolehWajib Pajak, sepanjang tidak dikecualikan sesuai dengan ketentuanperundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan. Penghasilanyang diterima atau diperoleh Wajib Pajak di bidang UsahaPertambangan dapat berupa penghasilan yang dikenai PajakPenghasilan bersifat final dan tidak final sesuai dengan ketentuanperundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan.Penghasilan dari luar usaha antara lain berupa penghasilan yangditerima atau diperoleh dari jasa kepelabuhanan.

    Ayat (21 ...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -3-

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (a)

    Publikasi harga mineral logam antara lain dapat mengacu pada:

    a. London Metal Exchange;b. London Bullion Market Association;c. Asian Metal; ataud. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia.

    Ayat (5)

    Publikasi harga mineral bukan logam dan/atau batuan dapatmengacu pada:

    a. publikasi harga mineral bukan logam dan/atau batuan yangdikeluarkan oleh bursa komoditas internasional;

    b. publikasi harga mineral bukan logam dan/atau batuan yangdikeluarkan oleh bursa komoditas nasional; atau

    c. harga patokan mineral bukan logam dan/atau batuan yangditetapkan untuk masing-masing komoditas tambang dalam1 (satu) provinsi oleh gubernur.

    Ayat (6)

    Cukup jelas.

    Ayat (7)

    Cukup jelas.

    Ayat (8)

    Cukup jelas.

    Ayat (9)

    Cukup jelas.

    Pasal 5 ...

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -4-

    Pasal 5

    Ayat (1)

    Ayat (2)

    Huruf a

    Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilandisebut biaya sehari-hari yang boleh dibebankan pada tahunpengeluaran. Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluarantersebut harus mempunyai hubungan baik langsung maupun tidaklangsung dengan kegiatan usaha atau kegiatan untukmendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan terkaitbidang Usaha Pertambangan.

    Dengan demikian, pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, danmemelihara penghasilan yang bukan objek pajak sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidang PajakPenghasilan, dan/atau untuk penghasilan yang dikenakan PajakPenghasilan, yang bersifat final, tidak boleh dibebankan sebagaibiaya.

    Yang dimaksud dengan "penyelidikan umum" merupakantahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui kondisigeologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.

    Huruf bYang dimaksud dengan "eksplorasi" merupakan tahapankegiatan Usaha Pertambangan untuk memperoleh informasisecara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi,sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian,serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkunganhidup.

    Huruf cYang dimaksud dengan "studi kelayakan'merupakan tahapankegiatan Usaha Pertambangan untuk memperoleh informasisecara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukankelayakan ekonomis dan teknis Usaha Pertambangan,termasuk analisis mengenai dampak lingkungan sertaperencanaan pascatambang.

    Huruf dBiaya kegiatan Operasi Produksi antara lain berupa biayaperbaikan dan pemeliharaan, pembayaran sewa, biayapengangkutan dan pengapalan, iuran produksi (royalti), danbiaya pengolahan danf atau pemurnian mineral.

    Yang

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -5-

    Yang dimaksud dengan "biaya pengolahan dan/ataupemurnian mineral" merupakan biaya untuk meningkatkanmutu mineral serta untuk memanfaatkan dan memperolehmineral ikutan, termasuk biaya pemrosesan lainnya.

    Huruf e

    Huruf f

    Huruf g

    Yang dimaksud dengan "kegiatan pascatambang" merupakankegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhirsebagian atau seluruh kegiatan Usaha Pertambangan untukmemulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosialmenurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan.

    Adapun biaya kegiatan pascatambang antara lain biayakegiatan reklamasi.

    Cakupan jenis-jenis harta berwujud yang dapat disusutkansesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umumdi Indonesia sepanjang tidak diatur khusus dalam ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang Paj ak Penghasilan.

    Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan ataujasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatanpada dasarnya bukan merupakan objek pajak dan ataspenggantian atau imbalan dimaksud dianggap bukanmerupakan pengeluaran yang dapat dikurangkan daripenghasilan bruto bagi pemberi kerja. Namun demikian,dengan pertimbangan terdapat lokasi tambang Wajib Pajakyang terletak di daerah yang keadaan sarana danprasarananya secara ekonomi kurang memadai dan sulitdijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut,maupun udara, sehingga penanam modal menanggung risikoyang cukup tinggi dan masa pengembalian yang relatifpanjang, maka atas penggantian atau imbalan dalam bentuknatura dan kenikmatan sehubungan dengan pekerjaan ataujasa yang diberikan merupakan pengeluaran yang dapatdikurangkan dari penghasilan bruto bagi pemberi kerja danbukan merupakan penghasilan bagi penerimanya sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidangPajak Penghasilan.

    Huruf h..

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -6-

    Huruf hYang dimaksud dengan "kewajiban Penerimaan Negara BukanPajak" antara lain:

    a. iuran tetap;b. provisi sumber daya hutan dan dana reboisasi; dan/atauc. penggunaan kawasan hutan.

    Huruf iYang dimaksud dengan "reklamasi" merupakan kegiatan yangdilakukan sepanjang tahapan Usaha Pertambangan untukmenata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungandan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuaiperuntukannya.

    Termasuk cadangan biaya reklamasi yaitu cadanganpenutupan tambang yang disimpan dalam rekening bankumum Pemerintah Indonesia yang berada di Indonesia sesuaidengan ke tentuan peraturan perundan g-undangan.

    Huruf jCukup jelas.

    Huruf k

    Cukup jelas.

    Huruf I

    Cukup jelas.

    Huruf m

    Cukup jelas.

    Huruf nCukup jelas.

    Huruf oCukup jelas.

    Pasal 6 ...

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -7 -

    Pasal 6

    Pasal 7

    Cukup jelas.

    Pasal 8

    Cukup jelas.

    Pasal 9

    Yang dimaksud dengan "pengeluaran dan/atau biaya yang tidak bolehdikurangkan dalam menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagiWajib Pajak" termasuk pembagian laba dengan nama dan dalam bentukapapun seperti dividen.

    Untuk IUPK Operasi Produksi, pembagian laba dengan nama dan dalambentuk apapun termasuk pembayaran kepada pemerintah pusat danpemerintah daerah dari keuntungan bersih sejak berproduksi oleh IUPKOperasi Produksi untuk pertambangan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang Mineral dan Batubara tidakdapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Pengeluaran dalam rangka kegiatan pengupasan lapisan tanahpenutup (stripping/ouerburden remoual) dan/atau pembukaantambang bawah tanah yang dapat dibebankan sebagai biaya padasaat terjadinya pengeluaran dimaksud antara lain pengeluarandalam tahap pengembangan dan konstruksi tambang pada masaOperasi Produksi.

    Ayat (a)

    Cukup jelas.

    Pasal 10

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    -8-

    Pasal 10

    Ayat (1)

    Ayat (2)

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Perolehan harta berwujud dan/atau tidak berwujud yang masihdimiliki pemegang IUPK Operasi Produksi yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KK yang belumberakhir kontraknya, dan digunakan untuk mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masamanfaat lebih dari 1 (satu) tahun tetap disusutkan dan/ataudiamortisasi sesuai ketentuan dalam KK pada tahun pajakditerbitkannya IUPK Operasi Produksi oleh menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dansumber daya mineral.

    Contoh:

    PT A menandatangani KK pada tanggal 10 Desember 1986,melakukan kegiatan Operasi Produksi tanggal 3O Desember 1991dan jangka waktu periode KK berakhir pada tanggal 29 Desember2021. Sesuai KK, diatur penyusutan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 dan peraturan pelaksanaannya. Padatanggal 30 Maret 2018, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineralmenerbitkan IUPK Operasi Produksi PT A yang merupakanperubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KK dimana izinOperasi Produksi PT A berakhir tanggal 29 Desember 2021. Padatahun pdak 2018, penyusutan dan/atau amortisasi atas perolehanharta berwujud dan/atau tidak berwujud yang dimiliki dandigunakan oleh PT A sebelum diterbitkannya IUPK OperasiProduksi sesuai dengan KK.

    Sisa pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud, kecuali hartaberupa bangunan, dan harta tidak berwujud sebelumditerbitkannya IUPK Operasi Produksi yang boleh disusutkan ataudiamortisasi adalah apabila harta tersebut masih dimiliki pada awaltahun berikutnya setelah diterbitkannya IUPK Operasi Produksidan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memeliharapenghasilan.

    Untuk .

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    -9-

    Untuk menghitung besarnya pen5rusutan atau amortisasi untuktahun berikutnya setelah diterbitkannya IUPK Operasi Produksiatas sisa pengeluaran tersebut, maka sisa masa manfaat hartatersebut tanpa memperhatikan jenisnya merupakan titik tolakuntuk menentukan harta tersebut ke dalam kelompok harta sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang PajakPenghasilan.

    Contoh:

    Mesin yang digunakan dalam usaha industri yang menurutUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilandan peraturan pelaksanaannya termasuk dalam Golongan I telahdigunakan selama 2 (dua) tahun, sisa manfaat mesin tersebutadalah 2 (dua) tahun. Apabila berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan, mesin tersebuttermasuk dalam Kelompok 1 yang masa manfaatnya 4 tahun, makauntuk penghitungan penyusutan dimasukkan dalam kelompokharta yang mempunyai masa manfaat sesuai sisa manfaat hartatersebut, yaitu masuk dalam Kelompok 1. Apabila tidak termasukdalam masa manfaat yang ditentukan dalam ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan, makadimasukkan dalam kelompok harta yang masa manfaatnyaterdekat dengan sisa masa manfaat harta tersebut.

    Dalam hal sisa masa manfaat harta berada di tengah-tengah antarakelompok harta yang satu dengan yang lain, maka Wajib Pajakboleh memilih untuk menentukan kelompok harta tersebut,misalnya apabila sisa masa manfaat harta 6 (enam) tahun, makaWajib Pajak boleh memilih Kelompok 1 atau Kelompok 2.

    Ayat (a)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Ayat (6)

    Cukup jelas.

    Ayat (7)

    Cukup jelas.

    Pasal 11 ...

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    -10-

    Pasal 1 1

    Ayat (1)

    Huruf aYang dimaksud dengan ubencana nasional" merupakanperistiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam danmengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yangdisebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alammaupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnyakorban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian hartabenda, dan dampak psikologis, yang ditetapkan olehPemerintah Pusat.

    Yang dimaksud dengan "badan penanggulangan bencana"merupakan badan yang ditetapkan oleh pemerintah untukmenampung, menyalurkan dan/atau mengelola sumbanganyang berkaitan dengan bencana nasional sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidangpenanggulangan bencana.

    Huruf bYang dimaksud dengan "penelitian" merupakan kegiatan yangdilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematisuntuk memperoleh informasi, data dan keterangan yangberkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaranatau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarikkesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuandan teknologi, termasuk penelitian di bidang seni dan budaya.

    Yang dimaksud dengan "pengembangan" merupakan kegiatanilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkankaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbuktikebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, danaplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, ataumenghasilkan teknologi.

    Yang dimaksud dengan "lembaga penelitian danpengembangan" merupakan lembaga yang didirikan dengantujuan melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan diIndonesia termasuk perguruan tinggi terakreditasi sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Huruf c ...

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    - 11-

    Huruf c

    Yang dimaksud dengan "fasilitas pendidikan" adalah saranadan prasarana yang dipergunakan untuk kegiatan pendidikantermasuk pendidikan kepramukaan, olahraga, dan programpendidikan di bidang seni dan budaya nasional.

    Yang dimaksud dengan "lembaga pendidikan" adalah lembagayang bergerak di bidang pendidikan, termasuk pendidikanolahraga, seni, dan/atau budaya, baik pendidikan dasar danmenengah yang terdaftar pada dinas pendidikan maupunperguruan tinggi terakreditasi sesuai dengan ketentuanperaturan perundan g-undangan.

    Huruf dYang dimaksud dengan "lembaga pembinaan olahraga" adalahorganisasi olahraga yang membina, mengembangkan, danmengoordinasikan suatu atau gabungan organisasicabang/jenis olahraga prestasi.

    Yang dimaksud dengan "olahraga prestasi" adalah olahragayang membina dan mengembangkan atlit secara terencana,berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untukmencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan danteknologi keolahragaan.

    Huruf eCukup jelas.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 12

    Cukup jelas.

    Pasal 13

    Cukup jelas.

    Pasal 14

  • PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

    _t2_

    Pasal 14

    Cukup jelas.

    Pasal 15

    Ayat (1)

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (a)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Ayat (6)

    Cukup jelas

    Berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidangPertambangan Mineral dan Batubara, ketentuan mengenaipenerimaan negara terkait pemegang KK yang belum berakhir danmelakukan perubahan bentuk pengusahaan pertambanganmenjadi IUPK Operasi Produksi dilakukan dalam rangka upayapeningkatan penerimaan negara.

    Contoh kewajiban perpajakan dan penerimaan negara bukanpajak yang berlaku pada saat IUPK Operasi Produksi diterbitkan:

    PT A menandatangani KK pada tanggal 10 Desember 1986,melakukan kegiatan Operasi Produksi tanggal 30 Desember l99Ldan jangka waktu periode KK berakhir pada tanggal 29 Desember2O2L. Pada tanggal 15 November 20 18, Menteri Energi dan SumberDaya Mineral menerbitkan IUPK Operasi Produksi PT A yangmerupakan perubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KKhingga izin Operasi Produksi PT A berakhir. Ketentuan perpajakan,Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan pendapatan daerah dalamPeraturan Pemerintah ini yang tercantum dalam IUPK OperasiProduksi PT A berlaku pada saat diterbitkannya IUPK OperasiProduksi.

    Pasal 16 ...

  • PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

    _13_

    Pasal 16

    Ayat (1)

    Contoh:

    Ayat (21

    Contoh

    Ayat (3)

    PT A menandatangani KK pada tanggal 10 Desember L986,melakukan kegiatan Operasi Produksi tanggal 30 Desember 1991dan jangka waktu periode KK berakhir pada tanggal 29 Desember2021. Sesuai KK, PT A menyelenggarakan pembukuan denganmenggunakan Bahasa Inggris dan mata uang Dollar AmerikaSerikat. Pada tanggal 15 November 2018, Menteri Energi danSumber Daya Mineral menerbitkan IUPK Operasi Produksi PT Ayang merupakan perubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KKdimana izin Operasi Produksi PT A berakhir tanggal 29 Desember2021. Pada tahun pajak 2018 dan tahun pajak 2019, PT A dapatmenyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan BahasaInggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai denganketentuan yang diatur dalam KK.

    PT A menandatangani KK pada tanggal 10 Desember 1986,melakukan kegiatan Operasi Produksi tanggal 3O Desember 1991dan jangka waktu periode KK berakhir pada tanggal 29 Desember2021. Sesuai KK, PT A menyelenggarakan pembukuan denganmenggunakan Bahasa Inggris dan mata uang Dollar AmerikaSerikat. Pada tanggal 15 November 2018, Menteri Energi danSumber Daya Mineral menerbitkan IUPK Operasi Produksi PT Ayang merupakan perubahan bentuk Usaha Pertambangan dari KKdimana izin Operasi Produksi PT A berakhir tanggal 29 Desember2021. Pada tahun pajak 2Ol8 dan tahun pajak 2019, PT A dapatmenyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan BahasaInggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai denganketentuan yang diatur dalam KK. Sejak tahun pajak 2O2O, PT Awajib menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakanBahasa Indonesia dan mata uang Rupiah kecuali PT A telahmenyampaikan pemberitahuan tertulis untuk menyelenggarakanpembukuan dengan menggunakan Bahasa Inggris dan mata uangDollar Amerika Serikat sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang perpajakan.

    Cukup jelas

    Pasal 17..

  • PRES tOENREPUBLIK INDONESIA

    -L4-

    Pasal 17

    Cukup jelas.

    Pasal 18

    Cukup jelas.

    Pasal 19

    Cukup jelas.

    Pasal 20

    Cukup jelas.

    Pasal 21

    Cukup jelas.

    TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6234