Salep

10
TUGAS FARMASETIKA I SALEP / UNGUENTA / UNGUENTUM Disusun oleh : Herwita Saftarini ( I22111012 ) Juli Safriani ( I21111023 ) Juliferd Gredi ( I22111025 ) Indah Permatasari ( I21110048 ) Novella Mannuela ( I22111028 ) Venny Romian Utari Sinaga ( I22111036 )

description

ciri-ciri definisi contoh daftar pustaka

Transcript of Salep

Page 1: Salep

TUGASFARMASETIKA I

SALEP / UNGUENTA / UNGUENTUM

Disusun oleh :

Herwita Saftarini ( I22111012 )Juli Safriani ( I21111023 )Juliferd Gredi ( I22111025 )Indah Permatasari ( I21110048 )Novella Mannuela ( I22111028 )Venny Romian Utari Sinaga ( I22111036 )

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNG PURAPONTIANAK

2012

Page 2: Salep

Salep / Unguenta / UnguentumA. Pengertian Salep

Salep adalah salah satu sediaan umum farmasi yang semi padat dan biasa digunakan dan sudah dikenal masyrakat. Adapun beberapa pengertian salep menurut beberapa literatur, yaitu :

1) Farmakope Indonesia Edisi Ketiga Salep (Unguenta) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan

dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

2) Farmakope Indonesia Edisi Keempat Salep (Unguenta) adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk

pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.

3) Formularium Nasional Edisi Kedua Salep adalah sediaan berupa massa lembek, mudah dioleskan,

umumnya berlemak dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik.

B. Ciri – ciri sediaan salep

Adapun ciri – ciri salep, yaitu :

1) Stabil2) Bereaksi netral3) Tidak mengotori4) Tidak mengiritasi5) Tidah menimbulkan dehidrasi6) Tidak nereaksi menghilangkan lemak7) Tidak higroskopis8) Dapat di hilangkan dengan air9) Dapat dicampur dengan obat10) Bebas dari bau yang tidal enak11) Tidak member noda12) Mampu memenuhi sebagai medium bagi obat yang tak larut dalam

lemak atau air13) Efisien untuk kulit yang kering,berminyak atau basah14) Dapat disimpan untuk penggunaan ekstemporer

Page 3: Salep

15) Dapat mengandung 50% air16) Mudah di buat17) Meleleh atau melunak pada suhu badan

C. Cara Pembuatan Salep

a. Peraturan Pembuatan Salep

Peraturan Pembuatan Salep menurut F.Van Duin (Syamsuni, 2006), yaitu :

1. Peraturan salep pertama

“ Zat – zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya, jika perlu dengan pemanasan”.

2. Peraturan salep kedua

“ Bahan – bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari basis salepnya”.

3. Peraturan salep ketiga

“ Bahan – bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air harus diserbukkan lebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak No.60”.

4. Peraturan salep keempat

“ Salep – salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin” bahan – bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan 10 % - 20 % untuk mencegah kekurangan bobotnya.

b. Cara Pembuatan Salep ditinjau dari Zat Khasiat Utamanya

1) Zat padata) Zat padat dan larut dalam dasar salep

1) Camphoraea) Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan di dalam pot salep

tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya).b) Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami), camphorae

dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebutc) Jika dalam resep terdapat salol, menthol, atau zat lain yang dapat

mencair jika dicampur (karena penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan supaya mencair, baru ditambahkan dasar salepnya.

Page 4: Salep

d) Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahulu dengan eter atau alkohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.

2) Pellidola) Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan

dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar salep disaring, pellidol ikut disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan pada penimbangannya sebanyak 20% ).

b) Jika pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang sudah dicairkan.

3) Ioduma) Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphoraeb) Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum Iodii

dari Ph. Belanda V)c) Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar

salepnya.

b) Zat padat larut dalam air1) Protargol

a) Taburkan diatas air, diamkan ditempat gelap selama ¼ jam sampai larut.b) Jika dalam resep terdapat gliserin, tambahkan gliserin tersebut, baru

ditambahkan airnya dan tidak perlu ditunggu ¼ jam lagi karena dengan adanya gliserin, protargol atau mudah larut.

2) Colargola) Dikerjakan seperti protargol.

3) Argentum nitrat (AgNO3)a) Walaupun larut dalam air, zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karena

akan meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.

4) Fenol/fenola) Sebenarnya fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak

dilarutkan karena akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti dengan Phenol liquifactum (campuran fenol dan air 77-81,5% FI ed.III).

c) Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu :

- Argentum nitrat - Stibii et kalii tartras- Fenol

Page 5: Salep

- Oleum iocoris aselli - Hydrargyri bichloridum - Zink sulfat- Chrysarobin - Antibiotik ( misalnya penicillin )- Pirogalol - Chloretum auripo natrico

d) Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep :

1) Ichtyola) Jika ditambahkan pada massa salep yang masih panas atau digerus

terlalu lama, akan terjadi pemisahan.

2) Balsem-balsem dan minyak yang mudah menguapa) Balsem merupakan campuarn damar dan minyak mudah menguap ; jika

digerus terlalu lama, damarnya akan keluar.

3) Aira) Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin; disamping

itu, untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.

4) Gliserina) Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, karena tidak bisa

bercampur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan harus ditambahkan sedikit demi sedikit karena tidak mudah diserap oleh dasar salep.

1) Marmer albuma) Dimasukkan terakhir karena dibutuhkan dalam bentuk kasar, yang akan

memberikan pengaruh percobaan pada kulit.

e) Zat padat tidak larut dalam air

Umumnya dibuat serbuk halus lebih dahulu, misalnya :a. Belerang (tidak boleh diayak)b. Ac. Boricum (diambil bentuk yang pulveratum)c. Oxydum zincicum (diayak dengan ayakan No. 100/B40)d. Marmer album (diayak dengan ayakan No.25/B10)e. Veratrin (digerus dengan minyak, karena jika digerus tersendiri akan

menimbulkan bersin).2) Zat cair

a) Sebagai pelarut bahan obat1) Air

Page 6: Salep

a) Terjadi reaksiContohnya, jika aqua calcis bercampur dengan minyak lemak

akan terjadi penyabunan sehingga cara penggunaannya adalah dengan diteteskan sedikit demi sedikit kemudian dikocok dalam sebuah botol bersama dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan lainnya.

b) Tak terjadi reaksi(a) Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit(b) Jumlah banyak : diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya saja

dan berat airnya diganti dengan dasar salepnya

2) Spiritus/etanol/alkohola) Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikitb) Jumlah banyak :

(a) Tahan panas : Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangas air sampai sekental sirop atau sepertiga bagian

(b) Tak tahan panas :(i) Diketahui perbandingnya, maka diambil bagian-bagiannya saja,

misalnya tinct. iodii(ii) Tak diketahui pembandingnya, teteskan terakhir sedikit demi

sedikit(iii) Jika dasar salep lebih dari 1 macam, harus diperhitungkan

menurut perbandingan dasar salepnya.3) Cairan kental

a) Umumnya dimasukan sedikit demi sedikit. Contohnya : gliserin, pix lithantratis, pix liquida, balsem peruvianum, ichtyol, kreosot.

3) Bahan berupa ekstrak/extractuma) Extractum sicccum /kering

Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan berat air dapat dikurangkan dari dasar salepnya.

b) Extractum spissum/kentalDiencerkan dahulu dengan air atau etanol.

c) Extractum liquidumDikerjakan seperti pada cairan dengan spiritus.

4) Bahan-bahan laina) Hydrargyrum

Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus (<20µg) atau gunakan resep standar, misalnya : Unguentum Hydrargyri (Ph.Belanda V) yang mengandung 30% dan Unguentum Hydrargyri Fortio (C.M.N) mengandung 50%

b) Naphtolum

Page 7: Salep

Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapo tersebut. Jika tidak ada sapo, dikerjakan seperti Camphorae. Mempunyai D.M/T.M untuk obat luar.

c) BentonitSerbuk halus yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.

Senyawa ini adalah aluminium silikat yang mengikat air. Cara baik untuk membuat ini adalah dengan menambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air hangat (direndam dalam air ± 1 jam). Salep bentonit dengan air tidak tahan lama, karena itu perlu ditambahkan lemak agar tidak memisah airnya.

D. Contoh Salep

Pasta : Pasta Zinci oleosa, Pasta Gigi Triamsinolon Asetonida.

Linimentum : Methylis Salicylatis Linimentum, Linimentum Capsici.

Salep Mata : Bacitracini Occulentum, Chloramphenicoli Occulentum, Hydrocortisoni Occulentum, Erlamycetin Chloramphenicol Salep Mata, Terra Cortril Salep Mata.

Cream : Benoson-N Cream 5 Gr.

Unguentum : Pagoda Salep Extra, Ichtyol Salep.

Daftar Pustaka

- Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

- Anonim. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

- Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

- Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

- Syamsuni., Apt ,Drs. H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC