Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok...

76

Transcript of Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok...

Page 1: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...
Page 2: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Salam hangat para pembaca Geospasial,

Edisi April tahun 2014 kembali menyapa pembaca, membuka wawasan dan memberikan informasi terkini dari

lingkup pandangan para geograf. Tahun 2014 menjadi titik awal yang baru, seperti sudah muncul pimpinan

baru di Fakultas dan Departemen Geografi yakni Dekan yang baru adalah Dr. Abdul Haris dan Ketua Departe-

men Geografi yang baru adalah Dr. Djoko Harmantyo. Spesial kado untuk Geografi adalah berhasil diraihnya

akreditasi Program S2 Geografi dari BAN-PT untuk 5 tahun mendatang. Hasil karya mahasiswa S2 Geografi dan

alumni S2 Geografi menjadi juga menu utama di Majalah Geospasial Edisi April 2014.

Alumni S1 Geografi tidak ketinggalan ambil bagian juga memberikan kontribusi baik tulisan maupun pengala-

man kerja sesuai bidang masing-masing. Mulai alumni Angkatan 81, hingga alumni angkatan 2008 yang

menceritakan kiprahnya mengajar di Indonesia Timur.

Sebagai institusi pendidikan Departemen Geografi juga menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah, yakni

Badan Informasi Geospasial sebagai langkah dari pelaksanaan pemanfaatan peta secara baik dan benar serta

penelitian-penelitian dan UI sebagai tempat pengembangan sumber daya manusia khususnya bidang

informasi Geospasial.

Terbitan kali juga memberikan informasi tentang kegiatan pengabdian masyarakat dari dosen Geografi dalam

pemanfaatan ruang pekarangan untuk meningkatan ekonomi pedesaan.

Akhir kata selamat membaca, dan sukses selalu dalam pekerjaan dan berkarya membangun bangsa dan

negara.

Salam Redaksi

DARI REDAKSI

Volume 12 / No. 1 / April 2014

TIM REDAKSI Penasehat - Dr. Rokhmatuloh, M.Eng Readksi - Adi Wibowo, Iqbal Putut Ash Shidiq, Laju Gandharum, Ratri Candra, Weling Suseno, Rendy P, Ardiansyah Staf Ahli - Astrid Damayanti, Sugeng Wicahyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang Alamat Redaksi - Departemen Geografi FMIPA UI, Kampus UI Depok Diterbitkan oleh: Forum Kounikasi Geografi Universitas Indonesia Redaksi menerima artikel/opini/pendapat dan saran dari pembaca, utamanya berkaitan dengan masalah keruangan.

Page 3: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

DAFTAR ISI

Dari Redaksi Daftar Isi - 01 Saat Cina Atur Dunia: Akhir Kedigdayaan Barat dan Kemunculan Orde Global Baru - 02

Pembangunan Ekonomi Dalam Perspektif Geografi - 10 Peran Informasi Geospasial dalam Pembangunan Bangsa - 14

Pemanfaatan Data Spatial Wilayah Banjir dalam Perencanaan Pembangunan - 15 Penataan Ruang Wilayah Pesisir dan Laut Berbasis Lingkungan Hidup - 17 MP3EI Pada Dua Dasar Penguat - 23 Optimalitas Penggunaan Lahan Bagi Pengembagan Daerah Perkotaan dalam Mendukung Implementasi “MP3EI HIJAU” (Studi Kasus Jabodetabek) - 29

Dinamika Pemahaman Ekonomi Regional dan Geografi Ekonomi - 35 Petroleum System dan Aspek Potensi pada Cekungan Kutai Basin Bagian Selatan - 43

Bagaimana WhatsApp dan Google Map Mengubah Cara Survey - 50 Desa Sedari-Karawang - 51 Pemberdayaan Keluarga Miskin Melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Desa Senanghati Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak Provinsi Banten - 54 Dr. Djoko Harmantyo Ketua Departemen Geografi FMIPA UI (2014-2018) - 58

Heart of Borneo: “Paru-Paru” Dunia di Hamparan Negara Serumpun - 60 Sepenggal Kisah: Geliat Pendidikan Dari Tanah Saruma, Kie Raha - 67 Minggu Pagi di Lorong Tun Ismail - 69 Berburu Kuliner di Negeri Jiran - 71

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 4: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

OPINI

Judul Asli:

WHEN CHINA RULES THE WORLD: The End of The Western World and the Birth of a New Global Order

Oleh Martin Jacques

The Penguin Press, New York, 2009 ; 550 halaman; 13 peta, 7 tabel, 53 grafik; ISBN 978-1-59420-185-1

Pendahuluan

Buku ini mengungkapkan bagaimana seseorang dapat

memahami situasi Cina mengatur dunia. Sebagaimana

diketahui dunia telah dibawa ratusan tahun oleh

kehidupan Barat dengan kehidupan modernnya. Kaum

Konservatif memperkirakan pada tahun 2027, Cina

akan mengambil-alih Amerika Serikat sebagai negara

ekonomi terbesar dunia. Cina memperluas cakrawala

diluar batas lingkup ekonomi sebelumnya; bahkan di

tahun 2050, Cina akan melipat-gandakan ekonomi

lebih besar dari Amerika menguasai dunia saat ini.

Dampak sosial, budaya dan politik Cina meningkat

bersama komunitas dunia hingga batasan yang

menakjubkan, namun sedikit yang baru dipahami

tentang hal ini.

Melalui bahasan sejarah, Penulis mengungkapkan

pendapat yang menganulir bahwa Cina akan menjadi

negara seperti Amerika. Cina memiliki sejarah panjang

dan kaya sebagai negara madani, serta 94%

penduduknya percaya bahwa mereka adalah satu ras,

yaitu keturunan Han. Selama ratusan tahun sistem

tributary menghantar kepada kerajanaan kelas

menengah. Cina menempatkan diri di pusat dari

wilayah Asia timur. Penulis berpendapat sistem

tributary lama ini akan merubah dunia dalam bentuk

modern. Gagasan kontemporer dari strata rasial akan

disimpulkan dan Cina yang matang dalam superioritas

akan muncul.

Secara umum, tulisan Jacques dibagi dalam dua

kelompok: berakhirnya pengaruh Dunia Barat dan

muncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama

diungkapkan beberapa aspek tentang (i) sejarah

perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii)

Jepang dengan keBaratannya, (iii) ke’aib’an Cina dan

(iv) Pertaruhan modernitas. Pada kelompok kedua,

dijabaran tentang: (i) Cina sebagai Ekonomi

berkekuatan besar, (ii) Negara madani, (iii) Mentalitas

Kerajaan Menengah, (iv) Cina sebagai Kekuatan Global

Baru, (v) Cina Atur Dunia, dan (vi) kecirian Cina.

Kompetisi Aliran Barat, Jepang dan Cina

Pada pertengahan abad 19, supremasi Eropa terhadap

Asia Timur semakin mantap. Dimulai dengan perang

Opium Antar Inggeris dan Cina, sekitar tahun 1839-42,

bahkan diduga lebih pagi dari ranah waktu tersebut.

Keraguan waktu tersebut didasarkan sebagian pada

sejarah Cina sewaktu Dynasty Ming (1368-1644),

terutama setelah Dynasty Song yang genius

(960-1279); dimana memberangus hampir semua jejak

innovatif, Penulisan Dynasty Qing (1644)-1912)

menyiratkan bahwa Cina telah memiliki sejarah

panjang dalam dunia sains dan teknologi yang

terkubur, berserakan dalam unggulan masa silam dan

kehilangan kecepatan tumbuh sebagai akibat dari

kepiawaian yang terpendam. Waktu berlalu puluhan

hingga ratusan tahun dimana Eropa meninggalkan

Cina, jauh dibelakang.

Eropa, berlainan dengan Cina saat itu, di tahun 1400an,

mulai menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih

dinamis, sementara pemikiran intelektual di jaman

Renaisans memberikan beberapa landasan bagi

revolusi industri dan sains. Pada permulaan abad 19

ada suatu mitos dibalik pemikiran bahwa Eropa

mengalami dominasi luar biasa dan kesuksesan yang

tidak terduga. Hasil secara umum telah memberi

kecenderungan dan hampir seluruh dunia

mempercayai bahwa Eropa mengungguli Cina dan

Cina sendiri menurun.

SAAT CINA ATUR DUNIA: AKHIR KEDIGDAYAAN BARAT

DAN KEMUNCULAN ORDE GLOBAL BARU Oleh: Raldi Hendro Koestoer

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 5: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Pemikiran bahwa Eropa

mengungguli Cina dan Jepang

telah menantang para sejarawan.

Kaoru Sugihara mengemukakan,

jauh dari penurunan setelah

tahun1600an, melalui peristiwa

tiga abad, muncul ‘keajaiban Asia

Timur’, yang berlandaskan pada

pemanfaatan intensif tenga kerja

dan pertumbuhan ekonomi pasar;

ini dimaksudkan sebagai ‘revolusi

ke-industrian’. Sebagai

pencapaian ekonomi menyusul

setelah ‘keajaiban Bangsa Eropa’

dengan industrialisasi.

Disebutkan bahwa pertanian

Jepang menerapkan kapasitas

innovasi yang terjadi jauh

sebelum Restorasi Meiji tahun

1868, khususnya dalam tanaman

pangan dan produktivitas yang

menunjang pertumbuhan

penduduk. Adam Smith

menjabarkan bahwa Cina

mengungguli Eropa di akhir abad

19. Kontribusi hasil panen Cina di

pasar, dengan jarak yang jauh,

dipertimbangkan melampaui

kinerja Eropa. Hal ini disebabkan

oleh ketiadaan feodalisme.

Life Expectancy Eropa, sebagai

ukuran kemakmuran, tidak

melebihi Cina sampai akhir abad

19. Paul Bairoch mencatat tingkat

pendapatan perkapita Cina diatas

Eropa pada tahun 1800,

sementara Asia secara

keseluruhan berada di bawah

Eropa Barat, tetapi di atas Eropa.

Dalam kaitan ini, perlu

dipertimbangkan kondisi tanah

yang luas dengan jumlah

penduduk yang besar. Dalam

tahun 1820, jumlah penduduk

Cina adalah 381 juta orang,

sementara jumlah penduduk

Eropa Barat hanya 133 juta orang

dan Eropa keseluruhan adalah 169

juta orang. Tentunya tingkat

perkembangan ekonomi dan

kebutuhan hidup antar wilayah

sangat bervariasi ; wilayah yang

paling maju di Cina, yaitu Delta

Yangzi, setara dengan daerah

yang paling makmur di Eropa

Barat Laut, seperti Inggeris pada

akhir abad 18.

Sekitar tahun 1800, daerah yang

sangat padat penduduk di Cina

dan Eropa, menghadapi situasi

yang sulit untuk menunjang

pertumbuhan penduduknya.

Masalah utama adalah, sandang,

pangan, bahan bakar dan pasokan

yang pada gilirannya menjadikan

kelangkaan terhadap tanah dan

hutan. Di sekitar sungai Kuning

dan Yangzi, wilayah nya sangat

subur dan harus menunjang

kebutuhan penduduk yang besar

sehingga saat ini merujuk pada

pemanfaatan lahan yang

berlebihan. Dalam kaitan ini,

Eropa, khususnya Inggeris dapat

mensolusikan kendala pertanahan

dibanding Cina. Pertama, Inggeris

menemukan batubara dalam

jumlah besar yang dapat

menggantikan keterbatasan kayu

dan bahan bakar. Kedua,

Kolonisasi dunia baru, yaitu

Karibia dan Amerika Utara, yang

menyediakan lahan yang luas

dengan tenaga kerja murah

sebagai budak, jumlah pangan

dan bahan baku melimpah.

Transformasi Eropa telah

dibedakan oleh individualisme.

Pakar sejarah dan anthropologi,

Alan Macfarlane mengutarakan

bahwa individualisme adalah

suatu pandangan masyarakat

yang dibangun dari nilai

ke-otonomian, individu terpisah,

dan nilai ke-individuan tersebut

lebih penting ketimbang

pendapat kelompok komunitas

yang lebih besar. Sangat berbeda

dengan budaya Asia Timur dan

Selatan, dimana pendapat

komunitas lebih memiliki arti,

ketimbang pendapat individu.

Amerika muncul sebagai metafora

baru untuk modernitas. Secara

sepintas, Amerika cenderung

dikelompokkan sama dengan

Eropa, padahal keduanya relatif

berbeda. Para pemukim pertama

di Amerika berasal dari orang-

orang Eropa pada tahun 1607.

Sampai tahun 1790, jumlah

penduduknya 3.929.000 orang,

dimana 698.000 orang adalah

bukan yang dipertimbangkan

bukan kelompok masyarakat

Amerika. Diantara 80% kulit putih

berasal dari Inggris, dan sisanya

adalah Jerman dan Belanda.

Gelombang pemukim Eropa yang

kemudian, membentuk nilai,

kepercayaan, kebiasaan,

pengetahuan dan kebudayaan.

Berbeda dengan Eropa,

kapitalisme dibentuk oleh

anteseden feodal; pemukim tidak

dibatasi oleh struktur sosial atau

customs yang ada. Bangsa Eropa

mempunyai rasa kepemilikan

terhadap teritori dan tempat;

sementara bangsa Amerika tidak

demikian. Mereka lebih bebas

menentukan aturan dan

desainnya sendiri.

Jepang adalah negara Asia

pertama yang mengalami

industrialisasi pada abad 19.

Jepang cenderung meniru Barat

dalam beragai standar.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 6: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Proses industrialisasi pesat bermula sebelum tahun

1914 dan sebelum 1939; tahun 1945, Jepang menjajah

sebagian besar Asia Timur. Di tahun 1980an, GDP per

kapita nya melampaui tingkat sebagian besar negara

Eropa. Tidak mengherankan pengaruh model ‘take-off’

ekonomi nya pada akhir 1950an dikenal sebagai macan

Asia Timur. Jika ingin memahami modernitas Asia

alamiah, Jepang adalah contoh yang tepat. Jepang

dibentuk oleh 2 momentum pengikatan: (i) Cina pada

abad 5 dan 6, dan (ii) Barat pada abad 19 dan 20.

Menurut sejarah mulanya, Jepang dipengaruhi dari

kemiripan Cina. Sebelum ada keterkaitan dengan Cina,

Jepang tidak memiliki sistem tulisan sendiri, tetapi

kemudian mengadopsi karakter huruf Cina dan

menggabungkan dengan ciptaannya sendiri. Dalam

proses, tradisi literasi Cina menjadi salah satu landasan

utama budaya Japang. Taoisme, Budisme dan

Konfusianisme berasala dari Cina dan masuk ke Jepang

melalui Korea. Dalam berabad-abad pengaruh

Pengaruh Cina melanda Jepang dan terakhir

digantikan oleh Barat dengan Restoraasi Meiji 1968.

Jepang hidup dibelakang bayang-bayang Cina sekitar

14 abad.

Cina dan Jepang, kedua nya diatur dalam keluarga

imperial. Namun keduanya memiliki perbedaan yang

nyata. Pertama, dynasty Cina dapat berganti; dimana

ada 36 dysnasty dalam sejarah Cina. Berbeda dengan

CIna, keluarga imperial Jepang dipandang sebagai

sakral. Keluarga yang sama dapat menduduki sekitar

1700 tahun dalam sejarah. Kedua, Sementara Dynasty

Cina memegang kekuatan absolut, Imperial Jepang

tidak demikian. Hanya sepertiga sejarahnya keluarga

imperial Jepang mengatur nama dan realitas. Sebagian

besar sejarahnya diatur dalam 2 atau 3

kepemerintahan, yang dalam prakteknya adalah

membagi kekuatan. Hal yang sangat tipikal adalah

dual kepemerintahan, kekuatan politik apakah

dikontrol oleh syoguns (kepala militer) atau oleh

perdana menteri atau bahkan oleh kepala penasehat

yang ditunjang oleh kekuatan militer.

Tawaran berdagang Inggeris terhadap Cina berakhir

dengan peperangan. Atas perintah King George III,

Delegasi Perdagangan Inggeris pertama ke Cina

berangkat dari London 1792. Pertemuan di bulan

September 1793 berusaha untuk membuka pelabuhan

baru selain Canton (Guangzhou) sebagai tempat

berdagang. Qianglong menyatakan bahwa Cina tidak

akan meningkatkan perdagangan dengan asing karena

tidak membutuhkan barang dari asing. Missi dagang

Inggeris gagal. East India Company, pada saat Duta

Besar Macartney ke Beijing, mulai expor opium dari

India ke Cina dan menunjukkan keuntungan yang

sangat besar. Pada tahun 1829. Pemerintah Cina

menghentikan impor opium. Hubungan dagang

menurun, Inggeris memulai Perang Opium/ Candu

pertama (1839-42) dan memborbardir Cina Selatan.

Dalam Traktat Nanjing, Cina ditekan untuk melepaskan

Hongkong.

Cina mulai membentuk kemodernannya berabad-abad

sebelum Kristus lahir. Tepatnya dikala Dynasty Qin

(Qin Shihuangdi, 221-206 sebelum masehi/ Before

Christ, BC). Batas luasan kerajaan Qin adalah bagian inti

daratan Cina, memanjang sampai ke Vietnam di

Selatan, sepanjang Tembok Cina di Utara, termasuk

wilayah padat penduduk antara sungai Yangzy dan

Kuning. Batas negara meluas dikala Dynasty Han (206

BC-220 AD), dan terus melanjut pada 141-87 BC. Cina

meluas ke berbagai arah, ke Selatan Manchuria, dan

kepulauan Korea di Timur Laut, ke Selatan dan Barat

Daya di Utara Vietnam, Pada Milenium selanjutnya,

Cina meluas ke Utara, Barat Laut, Timur Laut, Selatan,

dan Tenggara. Perluasan Cina dibatasi oleh Steppe

(padang rumput) Alamiah di Utara, garis pantai di

Selatan dan Timur, serta pegunungan di Tenggara.

Menurut sejarah, terjadi migrasi internal dan

pengembangan pertanian yang maju, serta mampu

menunjang jumlah penduduk yang besar. Dipahami

bahwa millet dan padi pertama muncul masing-

masing di Utara dan Selatan Cina sekitar 12000 tahun

yang lalu, lebih dulu dari Mesopotamia, dimana

pertanian sedentary muncul 8000 tahun yang lampau.

Metoda bercocok tanam padi baru diterapkan,

termasuk menanam benih, panen lebih cepat,

sistematika seleksi spesies, peralatan baru dan sistem

irigasi canggih. Ini semua yang menjadikan penanam

padi Cina adalah salah satu pertanian teknis unggul

kelas dunia, yang mendorong panen meningkat

drastis. Selama Dynasty Song (960-1279 AD), teknis-

teknik pertanian diterapkan dan memperluas

kemakmuran di pertanian, sementara jumlah

penduduk meningkat drastis hampir dua kali-lipat

antara tahun 1000-1300.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 7: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Ekonomi Cina mulai komersial

dikala uang kertas diterapkan di

Utara dan Selatan Cina sekitar

abad 12. Perdagangan antar

wilayah dikembangkan secara

besar-besaran. Selama Dynasty

Song, perdagangan pantai

berkembang sampai ke Jepang

dan Asia Tenggara. Sejalan

dengan itu, urbanisasi

berkembang, seperti pada akhir

abad 13 Hangzhou, kota terbesar

Cina berpenduduk sekitar 7 juta

orang, yang membuat Cina

sebagai masyarakat perkotaan

terbesar di dunia. Dalam masa

Dynasty Song (960-1126) selama

satu setengah abad terjadi suatu

gelombang perubahan nyata

terhadap temuan-temuan lbaru,

yang disebut sebagai Renaisans

Cina; pada masa itu, dikenalkan

sistem ujian klasik, kelahiran neo-

konfusianisme, temuan temuan

teknologi dan kemajuan ilmu

matematik, ilmu alam, astronomi

dan geografi. Mesin putar dalam

jumlah besar ditemukan yang

mensejajarkan revolusi

keindustrialan sebagai mana di

dunia Barat pada masa kemudian.

Persebaran buku-buku,

pencetakan kayu, ensiklopedia

sangat meluas. Bermunculan

pakar ilmu matematik, terutama

aljabar yang sangat menandai

Cina dan hanya Islam yang dapat

menandinginya.

Setelah tahun 1300, revolusi

ekonomi tampak menurunan

hingga stagnan dan berakhir pada

tahun 1500. Invasi Mongol

menandai peristiwa ini dengan

Dynasty Yuan (1279-1368)

memantapkan posisi. Pada saat itu

Cina bergabung dengan kerajaan

Mongol. Adabeberapa alasan

terjadinya penurunan ekonomi

tersebut. Pengembangan daerah

inti di Selatan yang kaya hasil

pertanian, khususnya pangan,

telah menarik migrasi dari utara.

Kemajuan iptek mengalami

kejenuhan. Dynasti Song

menekankan perdaganagn

internasional dengan Jepang, Asia

Tenggar, melampaui Cina Tengah,

India hingga pantai Afrika Timur.

Proses penurunan terjadi di kala

Dynasti Ming (1386-1644). Pada

tahun 1371, dynasti Ming

menghentikan perdagangan

melalui laut karena hambatan

perompak Jepang bersekala besar.

Sampai 1757, hanya Canton

sebagai pelabuhan dagang resmi.

Antara tahun 1500-1800, stagnasi

berakhir dan berlanjut dengan

peningkatan ekonomi dan

kemakmuran. Peningkatan

pangan terjadi karena perbaikan

dalam pertanian. Migrasi dan

permukiman meningkat di

wilayah Barat dan Tengah,

demikian pula peningkatan

produktivitas dan irigasi.

Perkembangan tersebut

mendorong pertumbuhan jumlah

penduduk lima kali lipat (1400-

1800). Dengan harga tenaga kerja

yang rendah, batas keuntungan

pun menurun, tidak ada insentif

untuk investasi dalam permesinan

pengganti tenaga kerja.

Negara Cina tidak mengakui

kekuatan elit bebas sebagaimana

di Barat. Cina lebih suka otoritas

universal dan sentralistik. Wilayah

perbatasan tampak kabur karena

dianggap tidak ada jurang

pemisah sosial Cina, dimana lebih

mementingkan kesatuan yang

lebih besar ketimbang lainnya.

Dengan demikian, Cina dapat

menghindari perang antar

saudara, sebagaimana yang sering

terjadi di Eropa.

Ekonomi Lepas Landas,

Modernitas dan Kebudayaan

Pada abad 19, Cina mengalami

suatu kejadian melalui peristiwa

kegagalan industrialisasi pada

waktu yang sama sekitar apa yang

terjadi di Barat dan Jepang. Dari

sekitar tahun 1860, Cina

merupakan contoh

pengembangan industri yang

sebanding dengan Jepang ,

khususnya di Shanghai; namun,

karena demikian besar negara nya,

pengembangan industri sangat

terbatas dan menyebar. Dua hal

utama yang tidak dimiliki Cina,

yaitu kondisi modernitas yang

kuat dan sektor agraris yang

makmur yang mampu

mendorong kelebihan dana yang

dibutuhkan untuk industrialisasi.

Setengah abad kedua pada abad

19, pertanian Cina mengalami

stagnasi, sebagai akibat dari

kehancuran perang sipil, kenaikan

harga perak, banjir dan kelaparan.

Lebih buruk lagi, sewaktu kalah

perang dengan Jepang (1894).

Cina hampir bangkrut. Barat

memanfaatkan kelemahan Cina

melalui pengaruhnya.

Sejak 1920, Cina telah mengalami

dinamika kehancuran dalam

pencapaian nilai GDP, selama

sekitar 120 tahun. Namun, lebih

dari 80 tahun setelah Restorasi

Meiji dan lebih dari satu abad

setelah Revolusi industri Inggeris,

ekonomi Cina beranjak

meningkat. Terlepas dari kondisi

pemulihan kembali negara

kesatuan, tugas utama

pemerintah adalah industrialisasi.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 8: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Dibawah sistem Mao, Cia mencapai pertumbuhan

yang menarik 4,4% selama 1950-1980 dan meningkat 4

kali lipat GDP negara dan lebih dari 2 kali lipat dalam

percapita GDP.

Cina dalam kinerja sosial, lebih impresif. Hal ini

ditunjukkan melalui Human Development Index.

Pembangunan nya bertumpu pada pendidikan,

penanggulangan buta huruf, peningkatan kesamaan

hak, dan perbaikan asuransi kesehatan. Strategi ini

menjadikan Cina mampu menanggulangi berbagai

masalah seperti yang terjadi pada umumnya di negara-

negara Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Fase pertama

Pemerintahan Komunis menandai pengendalian dalam

keberuntungan Cina. Bukti Revolusi tahun 1949, tidak

seperti tahun 1911, adalah merupakan salah satu titik

balik sejarah yang sangat penting.

Sewaktu seorang wisman sampai di Shanghai, kesan

pertama yang dilihat adalah deretan gedung tinggi,

jalan raya penuh dengan mobil, sepanjang jalan ada

pusat pertokoan dan reaksinya adalah:’Sungguh

modern seperti di Barat!’. Dengan kemunculan

beberapa kehidupan Barat di Cina, seperti McDonald,

tampak suatu bukti positif bahwa Cina cenderung

lebih ke’Barat’an. Kunci dari pemahaman

kemodernitasan Asia yang cenderung ke’Barat’an

terletak bukan pada piranti keras, tapi justru pada

piranti lunaknya, seperti hubungan kekerabatan,

peranan keluarga, tata nilai, kelembagaan, bahasa dan

tradisi upacara.

Mulai tahun 1950an, muncul bentuk-bentuk campuran

yang cukup nyata di Asia Timur. Jepang yang pernah

menderita dari kerusakan perang, pulih secara

menakjubkan. Dari sudut ekonomi, muncul ‘Macan

Asia’, yang mencakup, Korea Selatan, Taiwan,

Singapore dan Hongkong; di akhir tahun 1970an, turut

bergabung Malaysia, Thailand dan Indonesia. Diantara

anggota Macan Asia, Cina muncul lebih cepat dari

yang lain, sementara, ada pendapat bahwa akan sukar

bagi pendatang baru, seperti Cina, untuk menyaingi

kinerja kelompok negara yang telah maju. Keunggulan

pendatang baru antara lain adalah: mereka dapat

belajar pengalaman dari yang sudah maju,

menerapkan teknologi yang mutahir, lompatan katak

dari teknologi masa lampau, dan mampu mengikuti

pengembangan yang dahsyat. Bentuk monopoli tidak

berlaku, dan kecirian Karl Marx, sebagaimana dipercaya

oleh pakar Amerika di tahun 1950-60an, ditiru oleh

negara berkembang untuk membentuk suatu dunia

yang berkembang. Inilah contoh referensi pengalaman

Asia Timur.

Dalam pola kehidupan masa depan berlaku saat ini,

karakteristik perubahan cepat dapat dilihat pada

struktur kota-kota Asia. Tidak seperti Eropa atau

Amerika dimana lokasi gedung-gedung tinggi diatur

dalam sistem Zonasi, di kota-kota Asia cenderung

pembangunan gedung-gedung dengan berbagai

ukuran dan bentuk dibiarkan sekedar berdiri dan

cukup lengkap dengan pendukungnya. Di kota-kota

Asia, lokasi pusat tidak demikian dapat didefinisikan,

terbentuk secara mantap, sebagaimana kota

berkembang melalui sebuah metamorfosis dan secara

berurutan terbentuk selanjutnya, sehingga

membentuk pusat-pusat ganda ketimbang satu pusat.

Shanghai, sebagai contoh, menawarkan wilayah sekitar

pusat. Shanghai, Lujiazui, Bund, Hongqiao, Xijiahui dan

Pudong. Kuala Lumpur memiliki Golden Triangle dan

diikuti oleh Putrajaya. Tokyo, seperti Taipei dan Seoul,

telah berkembang tanpa konsep, sebagai hasil dari

pengembangan secara spontanitas. Kota-kota Asia

berkembang sangat cepat, tidak seperti di Eropa yang

berkembang relatif terbatas dalam 1 abad.

Pola kota-kota Asia, adalah kombinasi masa lalu dan

masa depan, yang cukup berbeda dengan modernitas

Barat. Pada waktu yang sama, kedua bentuk

bangunan, baik yang masa lalu maupun masa depan,

didirikan bersamaan dan berdekatan. Paradox ekstrim

ini tampak di Shanghai, dimana pola klasik lama masih

ada disertai pembangunan mutahir masa depan. Pola

kota dengan penuh ambisi ditunjukkan di Pudong.

Pendapat Gao Rui-qian, profesor filsafat, universitas

Nasional Cina Timur, Shanghai memandang bahwa

Cina bagaikan negara yang selalu memahami tujuan

akhirnya, dan ingin secepatnya meraih tujuan tersebut.

Modernitas Asia Timur adalah kombinasi unik, dimana

masyarakat yang dipadatkan oleh waktu, sehingga

bentukan masa lalu dan masa depan digabung

menjadi bentuk masa kini. Langkah-langkah yang

dilakukan Cina menuju modernitas sangat berlainan

dengan cara yang diikuti Barat. Cina sangat

memperhatikan kekayaan budaya, sejarah dan

pengalamannya.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 9: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Model Ekonomi Cina beranjak dari

ekonomi komando ke ekonomi

pasar, dan ini merujuk pada

kesamaan antara model ekonomi

Cina dan kapitalis ekonomi Barat.

Model Cina lebih menarah

berdasarkan kepemimpinan yang

mengikuti ranah reformasi pasar.

Negara memiliki peran penting

yang menjaga kesatuan ekonomi.

Negara dalam berbagai strata,

mulai daripusat provinsi sampai

lokal, melanjutkan peran yang

sangat besar dalam ekonomi

apapn reformasi ekonominya.

Pada saat krisis keuangan

melanda, Cina menciutkan secara

drastis sejumlah besar BUMN nya.

Pada pertengahan tahun 1990an

sebanyak 120 ribuan, direduksi

hingga 31.750 pada tahun 2004,

yang menyebabkan restrukturisasi

dan mengakibatkan puluhan ribu

orang terkena PHK. Pemerintah

memaksa proses yang efisien dan

sekompetitif mungkin. Hal ini

menjadikan 150 perusahaan

BUMN papan atas mengalami

keuntungan, yang pada mulanya

parah, berubah menjadi sangat

untung, sehingga agregasi

keuntungan mencapai US$ 150m

pada tahun 2007. Ini merupakan

strategi pemerintah Cina yang

meluas untuk menciptakan suatu

klaster perusahaan-perusahaan

kompetitif internasional Cina. Cina

mendorong BUMN nya untuk

berkompetisi secara keras baik

antara perusahaan Cina sendiri,

maupun terhadap perusahaan

asing. Berbeda dengan Jepang

dan Korea dimana swasta sangat

dominan, Cina memiliki BUMN

yang lebih menonjol kinerjanya,

terutama di sektor pemerintah.

Cina dengan jumlah penduduk

dan kinerja pertumbuhan

ekonomi sangat tinggi

mengimplikasikan sorotan dunia

ke negara tersebut. Pada waktu

Amerika mengalami ‘take off’,

jumlah penduduknya pada tahun

1870 adalah 40juta jiwa dan

meningkat menjadi 98 juta jiwa

pada tahun 1913. Jepang dengan

84 juta jiwa pada tahun 1950 dan

mencapai 109 juta jiwa pada akhir

tahun 1973. Secara kontras, Cina

pada ‘take off’ pertamanya, jumlah

penduduk mencapai 963 juta jiwa

pada tahun 1978, ini sama dengan

24 kali jumlah Amerika pada tahun

1870, dan 11,5 kali Jepang pada

tahun 1950. Di proyeksikan pada

tahun 2020, penduduk Cina

mencapai 1,4m jiwa; berarti 14 kali

Amerika pada tahun 1913 dan 13

kali Jepang pada tahun 1973.

Jumlah penduduk ini, hanya

merupakan gambaran Cina

menurut sekala besarnya.

Walaupun saat ini jumlah

penduduknya merupakan 21%

penduduk dunia, proporsi

angkatan kerja mencapai 25%.

Dalam tahun 1978, hanya 118 juta

jiwa yang kerja di non-pertanian,

dibandingkan dengan 455 juta di

negara yang berkembang. Sampai

2020 diestimasikan di Cina sekitar

533 juta bekerja di sektor non-

pertanian pada mana melebihi

jumlah negara berkembang, tidak

kurang dari 100juta. Dalam

konteks ini dapat dilihat bahwa

Cina memiliki jumlah penduduk

yang sangat besar dan masif di

sektor non-pertanian.

Di sektor ekonomi dan

perdagangan, Cina juga

menunjukkan peningkatan yang

sangat menonjol. Sejak tahun

1978, pertumbuhan GDP Cina

adalah 9,4%, dua kali dari GDP

Amerika pada tahun 1870-1913. Di

dunia perdagangan, Cina sewaktu

masih dalam kondisi ekonomi

tertutup, nilai expor hanya 0,7%

dari total dunia, khususnya pada

sekitar tahun 1970, termasuk

terendah di dunia. Tetapi setelah

tahun 1978, dimana ekonomi

terbuka diterapkan, dengan rata-

rata impor tarif menurun dari

23,7% di tahun 2001, menjadi

5,7% di tahun 2011.

Ketergantungan perdagangan

kurang dari 10% di tahun 1978,

sampai 2004 meningkat menjadi

70% jauh lebih besar dari negara

besar lainnya. Saat ini Cina

mengambil alih posisi Amerika

dalam expor terbesar dunia

dimana berada pad aperingkat

dua.

Pada setiap efek tahapan sekala,

penduduk, ekonomi dan

perdagangan, Cina memiliki

dampak positif pada dunia yang

melancarkan pertumbuhan gloal

keseluruhan dan perluasan

ekonomi nasional. Namun, efek

terhadap konsumsi sumberdaya,

memberi dampak negatif global.

Kebutuhan terhadap dumberdaya

alam sangat besar dan berdampak

pada harga bahan baku dua kali

lipat, dan menguras stok dunia; ini

cenderung meningkat di masa

depan.

Delapan perbedaan mencirikan

Cina

Secara umum, ada 2 tanggapan

Barat terhadap bangkitnya Cina,

yaitu pertama, Cina dari sisi

ekonomi semata dan kedua,

keraguan terhadap kebangkitan

Cina. Tidak lepas dari itu, ada 8

kecirian yang dapat diungkapkan

dari Cina.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 10: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Pertama, Cina merupakan negara beradab; gejolak

selama perjalanan sejarah cenderung menorehkan

bentuk Cina yang secara mendasar menjadi pusat

dunia. Kedua, Cina mengkonsepkan hubungannya

dengan negara-negara Asia Timur. Sebelum

pertengahan abad 19, Cina tidak tampak demikian

penting peranannya di Asia Timur. Sistem yang

dibentuk pertama terjadi akibat pengaruh kekuatan

Barat bersama dengan Jepang. Peran Barat disusul

oleh Amerika, Jepang dan kemudian Cina sendiri

membayangi, yang pada gilirannya, Cina menjadi

tumpuan Ekonomi Asia Timur.

Ketiga yatu kecirian menonjol dari sikap yang merujuk

pada ras dan etnisitasnya. Satu ras yang dikenal adalah

ras orang Cina Han. Cina percaya bahwa Taiwan dan

Hongkong sejak dulu tidak pernah terlepas dari Cina.

Keempat adalah Cina bersinambungan di landasan

kontinen yang berbeda antara negara, dengan

kontinen lainnya antara lain Amerika dan Australia.

Kelima, Kepemerintahan Cina adalah sangat spesifik.

Cina di masa lampau belum mengatur agama

selayaknya di Barat. Etos konfusius membentuknya

selama dua milenium, tidak butuh pengakuan

masyarakat, tetapi lebih menekankan loyalitas persepsi

moral. Sedikit berubah dengan aturan Komunist sejak

1949. Popularitas Barat menurun. Selama Maoist

berpengaruh, negara mengarus-utamakan sistem kelas

baru diaman pekerja dan petani menjadi utama.

Keenam adalah modernitas bangsa Cina. Seperti juga

negara Asia Timur lainnya, perkembangan Cina

ditandai dengan kecepatan transformasinya. Ada suatu

bentuk kombinasi, yang cukup berbeda dengan Barat

dalam pengalaman modernitasnya, kehidupan masa

lampau dan masa depan, muncul pada masa sekarang,

sebagai contoh, negara Macan Asia. Ketujuh, Cina

dikendalikan oleh rejim Komunis. Komunis Cina

dipandang lebih pluralistik. Partai Komunis Cina sangat

berbeda dengan Soviet; sejak 1978 menunjukkan

kelenturan dan pragmatis, dibandingkan dengan

Soviet. Terakhir, Cina, untuk beberapa puluh tahun ke

depan, menggabungkan kecirian negara maju dan

negara berkembang. Ini yang menjadikan keunikan

tersendiri dalam kekuatan global. Hasil modernitas

diwarnai oleh keterkaitan dengan wilayah perdesaan.

Modernitas Cina tidak akan meninggalkan kecorakan

sejarahnya.

Dari kedelapan corak tersebut, tampak bahwa Cina

akan berbeda dengan Barat dalam modernitas. Cina

akan merubah bentuk dunia secara mendasar

ketimbang kekuatan global lainnya. Cina telah muncul

sebagai pihak luar yang sabar mencari jalan untuk

masuk sebagai pemain dalam. Cina telah berjuang

sejak 1978 untuk menjadi bagian masyarakat

internasional dengan hak istimewa yang menonjol.

Cina menjadi pusat gravitasi kekuatan bagi negara lain.

Jepang secara berproses, akan menerima

kepemimpinan Cina di Asia Timur.

Penilaian Terhadap Buku

Sesuai dengan judul buku, maka isi materi yang

diilustrasikan mulai dari sejarah ekonomi, sosial,

budaya hingga geo-politik Cina, tampak tidak ada

celah yang membuat pembaca tidak puas. Expresi dan

urutan cerita dapat menghantarkan informasi

dinamika yang kompleks secara spatial maupun sektor,

menjadi mudah untuk dipahami. Namun, pengulas

tergelitik melihat dari sisi expresi mendasar yang

dipaparkan dalam buku ini dengan beberapa masukan.

Pertama, buku ini menggunakan data untuk Tabel,

Gambar, Grafik dan Peta. Namun bagi pembaca, tidak

dapat secara langsung memahami sumber informasi

tersebut berasal. Dalam kaitan ini, pembaca perlu

memperhatikan kuotasi disekitar Gambar, Tabel, Grafik

dan Peta untuk memahami informasi dimaksud, yang

mana kuotasi tersebut diurut dalam ‘Notes’ di halaman

belakang (‘Catatan’). Hal ini cukup memakan waktu;

dengan kata lain, untuk mencari ‘sumber data’ menjadi

relatif tidak praktis.

Kedua, Penulis cukup sabar untuk memberikan ilustrasi

yang menguatkan tentang pendapat bahwa Cina akan

menjadi negara ‘superpower’. Hal ini ditunjukkan

hampir dalam setiap lembar paparan, sehingga ada

kecenderungan subyektif muncul untuk

mengekspresikan curahan gagasan-gagasan exagerasi.

Sampai pada expresi ini, tentunya, tidak mengurangi

nilai dari buku tersebut. Tetapi dalam kenyataannya,

sering kali, jika seseorang yang baru memahami sistem

bisnis/ ekonomi di Cina dan akan melakukan

kerjasama melalui investasi, maka akan cenderung

tidak akan melanjut secara jangka panjang. Berbagai

tingkat kesulitan muncul, mulai dari bahasa, tulisan

sampai ke budaya dan kebiasaan sehari-harinya,

sangat mengganggu keseriusan pihak ‘luar’ untuk

berbisnis.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 11: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Ketiga, dalam penjabaran kegiatan transaksi

perdagangan, penulis sama sekali tidak menyinggung

kondisi makro geo-politik ekonomi dengan

kemunculan BRICS (Brazil, Rusia, India, Cina dan South

Africa), dimana dimana memiliki potensi transaksi

perdagangan global cenderung dikuasai oleh 4 negara

tersebut (menguasai sekitar 60% transaksi dunia),

dengan Indonesia yang ‘masih samar’ posisinya dan

kemungkinan menjadikan lebih lengkap, yaitu BRIICS

(Brazil, Rusia, India, INDONESIA, Cina dan South Africa).

Terakhir, buku dengan harga US$29.95 tentu tidak

demikian mahal untuk dimiliki secara pribadi, terlebih

lagi dengan pembungkus kertas keras (hard cover).

Namun bagi para mahasiswa,tentu harga sekian akan

terasa berat untuk dimiliki. Mungkin Penguin publisher

akan dapat meluaskan percetakannya melalui

penjualan buku yang ‘soft-cover’.

Terlepas dari keterbatasan yang ada, buku ini tetap

menjadi favorit bagi para cendekia dan masyarakat

pembaca yang ingin memahami (tahap permulaan)

Cina dari sisi sosial, ekonomi, budaya, sejarah dan geo-

politiknya.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 12: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

OPINI

Pendahuluan

Makalah ini menyatukan dua hal yang saling selalu

bertolak belakang yaitubagaimana ketegangan antara

kekuatan "centripetal" seperti keterkaitan ke depan

dan keterkaitan ke belakang dalam produksi dan

meningkatkan keuntungan dalam transportasi, dan

kekuatan "centrifugal" seperti faktor tidak bergerak

dan sewa lahan, dapat menghasilkan proses organisasi

sendiri dimana kurang lebih lokasi simetris dapat

berakhir memainkan peran ekonomi yang sangat

berbeda. Proses tersebut dapat terjadi pada beberapa

tingkat yang berbeda. Paper ini membahas model

"geografis" pembagian dunia menjadi negara industri

dan non-industri, munculnya kesenjangan regional di

negara-negara berkembang, dan munculnya pusat-

pusat kota besar.

Nama besar Paul Krugman sebagai peraih Nobel

Ekonomi tentu sebagai tanda kehormatan sehingga

menjadi alasan khusus untuk mengulas makalah ini.

Tentunya hal yang di ulas bagian-bagian paling

penting dari sajian paper ini. Bukan berarti yang lain

tidak penting; hal demikian dalam tujukan untuk

‘mensarikan’ isi makalah.

Tulisan yang berjudul The Role of Geography in

Development karya Paul Kruman sesungguh

memberikan wawasan yang sangat luas kepada

pembaca. Makalah ini secara eksplisit menjelaskan

pentingnya aspek lokasi dalam ekonomi. Bagaimana

kekuatan sentripetal dan sentrifugal berperan pada

masalah ataupun peristiwa ekonomi. Sehingga

tujuannya dapat menelaah peran dari geografi

ekonomi dalam pembangunan ekonomi.

Peran Geografi dalam Pembangunan

Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi lonjakan

kepentingan dalam aspek geografi pembangunan

yaitu, dalam pertanyaan dimana kegiatan ekonomi

berlangsung.Tidak ada yang mengejutkan tentang ini,

mungkin yang mengejutkan adalah bahwa butuh

waktu lama untuk kepentingan ini menjadi perhatian

arus utama dalam ekonomi. Setelah tampilan kasual

pada peta menunjukkan bahwa perbedaan dalam

pembangunan ekonomi setidaknya terkait dengan

lokasi. Negara-negara dekat dengan khatulistiwa

cenderung lebih miskin daripada yang di zona beriklim

sedang, dan pendapatan per kapita di Eropa

tampaknya mengikuti gradien ke bawah dari sudut

barat laut benua.

Hal ini juga jelas menunjukkan bahwa ada kesenjangan

regional yang besar dalam pembangunan di negara-

negara tersebut dan sering terjadi kecenderungan kuat

bagi penduduk untuk berkonsentrasi pada beberapa

daerah padat penduduk. Tapi hanya baru-baru ini

memiliki upaya untuk menjelaskan pola lokasional

tersebut menjadi subjek penelitian oleh sejumlah

besar ekonom.

Terhadap minat baru dalam geografi ekonomi, apa

yang tampaknya menjadi perbedaan paradoks antara

dua pendekatan umum. Salah satu pendekatan-

pendekatan yang dicontohkan oleh Jeffrey Sachs,

upaya untuk menjelaskan perbedaan dalam pem-

bangunan ekonomi di berbagai lokasi dalam hal yang

mendasari, perbedaan yang melekat di lokasi tersebut.

Artinya, mencari asosiasi seperti kecenderungan

negara-negara dengan iklim tropis memiliki

pendapatan per kapita yang rendah, atau kota-kota

besar muncul dimana ada pelabuhan yang baik.

PEMBANGUNAN EKONOMI

DALAM PERSPEKTIF GEOGRAFI

Oleh: Dede Prabowo Wiguna

Judul Asli: The Role of Geography in Development Oleh Paul Krugman (1998) Annual World Bank Conference on Development Ecoomics, Washington, D.C., 35 halaman

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 13: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Pendekatan lain biasanya

bertanya mengapa nasib lokasi

ekonomi mungkin berbeda

bahkan dalam ketiadaan

keuntungan yang melekat atau

kekurangan, mengapa kecelakaan

sejarah kecil dapat menyebabkan

suatu negara untuk menjadi

bagian dari industri "inti"

sementara yang lain menjadi

bagian utama dari produksi

"pinggiran", atau mengapa

beberapa lokasi yang lebih atau

kurang berkuasa menjadi tempat

mimpi buruk bagi metropolitan.

Centri Petals versus Centri Fugals

Banyak kegiatan ekonomi yang

nyata terkonsentrasi secara

geografis. Kebanyakan orang di

negara-negara maju dan semakin

banyak di negara-negara

berkembang hidup dalam jumlah

besar, daerah metropolitan

berpenduduk padat. Banyak

industri (termasuk industri jasa

seperti perbankan) juga

terkonsentrasi secara geografis,

dan cluster tersebut jelas

merupakan sumber penting dari

spesialisasi dan perdagangan

internasional. Namun, kita tidak

semua tinggal di salah satu kota

besar ekonomi dunia juga tidak

produksi secara terkonsentrasi

dari masing-masing baik dalam

satu lokasi. Jelas ada tarik menarik

antara pasukan yang cenderung

mengedepankan konsentrasi

geografis dan orang-orang yang

cenderung menentang itu antara

kekuatan "sentripetal " dan "

sentrifugal ".

Tercantum di sisi kiri dari tabel

adalah tiga sumber kekuatan

Sentripetal, ekonomi klasik

Marshallian. Sebuah pasar lokal

yang besar menciptakan

keduanya "keterkaitan ke

belakang" yaitu, situs dengan

akses yang baik ke pasar-pasar

besar adalah lokasi untuk produksi

barang dan "keterkaitan ke depan"

pilihan pasar lokal yang besar

mendukung produksi lokal barang

setengah jadi, menurunkan biaya

bagi produsen hilir. Sebuah

konsentrasi industri mendukung

pasar tenaga kerja lokal, terutama

untuk keterampilan khusus

sehingga karyawan merasa lebih

mudah untuk menemukan

pimpinannya dan sebaliknya. Dan

konsentrasi lokal dari kegiatan

ekonomi dapat menciptakan

ekonomi lebih.

Kekuatan Sentrifugal tercantum di

sisi kanan tabel agak kurang

standar tapi penting. Faktor tidak

bergerak, tentu tanah dan sumber

daya alam dan dalam konteks

internasional orang bertentangan

dengan konsentrasi produksi, baik

dari sisi penawaran (beberapa

produksi harus pergi kemana

pekerja) dan dari sisi permintaan

(faktor tersebar membuat pasar

tersebar, dan beberapa produksi

akan memiliki insentif untuk

menemukan dekat dengan

konsumen). Konsentrasi kegiatan

ekonomi menghasilkan

meningkatnya permintaan lahan

setempat, menaikkan sewa tanah

dan sehingga memberikan

disinsentif untuk konsentrasi lebih

lanjut. Dan konsentrasi aktivitas

dapat menghasilkan kerugian

ekonomi yang lebih seperti

kemacetan.

Dalam dunia nyata tidak hanya

aglomerasi secara umum, tetapi

setiap contoh khusus aglomerasi.

Mengapa industri jasa keuangan

terkonsentrasi di New York?

Sebagian karena daerah yang kecil

dari New York membuatnya

menjadi tempat yang menarik

untuk melakukan bisnis, dan

konsentrasi industri keuangan

berarti bahwa banyak klien dan

banyak layanan tambahan yang

terletak disana. Pasar bagi mereka

dengan keterampilan khusus,

seperti pengacara sekuritas.

Mengapa tidak semua bisnis

keuangan berkonsentrasi di New

York? Sebagian karena banyak

klien yang tidak disana, sebagian

karena menyewa ruang kantor di

New York mahal dan sebagian

lagi karena berurusan dengan lalu

lintas kota, kejahatan, dan

sebagainya.

Untuk melakukan kajian dan

analisis terhadap geografi

ekonomi, bagaimanapun perlu

untuk memotong melalui

kompleksitas dunia nyata dan

fokus pada satu bagian kekuatan

yang lebih terbatas. Bahkan, hal

yang wajar adalah untuk memilih

satu kekuatan dari kolom A dan

satu dari kolom B. Untuk fokus

pada ketegangan antara satu

sentripetal dan satu gaya

sentrifugal.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 14: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Pertama, hal ini diinginkan untuk menempatkan

beberapa jarak antara asumsi dan kesimpulan, untuk

menghindari sesuatu yang tampak terlalu banyak

seperti pernyataan aglomerasi yang terjadi karena

aglomerasi ekonomi. Hal ini terutama berlaku karena

banyak analisis kita akan ingin melakukan melibatkan

bertanya bagaimana lingkungan ekonomi yang

berubah mengubah geografi ekonomi.

Kedua, jika lokasi adalah masalah akan sangat

membantu untuk dapat menangani dengan model di-

mana jarak masuk dengan cara alami. Efek Linkage, yang

dimediasi oleh biaya transportasi secara alami terkait

dengan jarak, maka akses ke faktor bergerak. Di sisi lain,

banyak pasar tenaga kerja, sementara itu harus memiliki

sesuatu untuk dilakukan dengan jarak, tidak serta merta

begitu mudah untuk ditempatkan dalam pengaturan

tata ruang. Sewa lahan sebagai kekuatan sentrifugal

ternyata menimbulkan beberapa masalah konseptual.

Singkatnya, pekerjaan pada "geografi ekonomi baru"

telah didorong oleh pertimbangan strategi pemodelan

untuk berkonsentrasi pada peran efek pasar, dalam

menghasilkan hubungan yang mendorong konsentrasi

geografis di satu sisi, dan kekuatan lawan faktor pekerja

tidak bergerak melawan konsentrasi tersebut, di sisi lain.

Trik Pemodelan

Idenya adalah baru, yang mungkin ada proses dimana

keputusan produsen individu untuk memilih lokasi

dengan akses yang baik ke pasar dan pemasok

benar-benar meningkatkan pasar atau akses pasokan

produsen lain di lokasi itu. Memang, itu adalah tema

sentral dari studi oleh Harris (1954) dan Pred (1966)

terkenal di kalangan geografer.

Jawaban yang paling mungkin adalah bahwa yang

mendasari karya Harris dan Pred adalah asumsi implisit

bahwa ada skala ekonomi besar di tingkat pabrik.

Dengan tidak adanya skala ekonomi tersebut, produsen

akan memiliki insentif untuk sama sekali berkonsentrasi

pada aktivitas mereka, mereka hanya akan memasok

konsumen dari berbagai tanaman lokal. Perluasan pasar

regional tidak akan diduga mengarah pada peningkatan

berbagai barang yang diproduksi di dalam wilayah itu.

Hal yang sama dapat dikatakan ekonomi spasial pada

umumnya. Hampir semua ide-ide yang menarik dalam

teori lokasi mengandalkan implisit maupun eksplisit

pada asumsi bahwa ada ekonomi penting dari skala

menegakkan konsentrasi geografis dari beberapa

kegiatan. Jadi analisis Weber (1909) keputusan lokasi

produsen individu mencoba untuk meminimalkan biaya

gabungan, memproduksi dan mengirimkan produknya.

Weber mengasumsikan bahwa hanya ada satu tempat

produksi; Christaller (1933) menyarankan bahwa kota

membentuk sebuah hirarki tempat sentral tergantung

pada asumsi bahwa kota-kota besar dapat mendukung

berbagai aktivitas yang lebih luas, dan Losch (1940)

terkenal yang pola efisien tempat sentral akan berarti

daerah pasar heksagonal. Losch mengasumsikan bahwa

ada kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan hanya pada

sejumlah situs. Contoh utama dari model lokasi yang

tidak bergantung pada beberapa bentuk skala ekonomi,

analisis tanah sewa von Thünen (1826), pada dasarnya

menyembunyikan peran hasil tambahan dengan hanya

mengasumsikan adanya pusat kota. Tapi skala ekonomi

melemah pada tingkat perusahaan dimana tentu

melemahkan persaingan sempurna.

Dinamika Perubahan Geografis

Misalkan untuk beberapa alasan beberapa kegiatan

ekonomi memiliki konsentrasi sedikit lebih besar di satu

lokasi daripada yang lain. Akankah konsentrasi yang

akan menguatkan dirinya sendiri, dengan perbedaan

tumbuh antara lokasi atau akan ada kecenderungan

kembali ke keadaan simetris? Jawabannya mungkin

tergantung pada kekuatan relatif kekuatan-kekuatan

sentripetal dan sentrifugal. Disisi lain misalkan, bahwa

konsentrasi kegiatan ekonomi sudah ada, tetapi bahwa

beberapa kegiatan untuk beberapa alasan bergerak di

tempat lain. Apakah aktivitas kembali bergerak, atau

akan tetap terkonsentrasi? Jawaban atas pertanyaan ini

sama tergantung pada kekuatan relatif kekuatan-

kekuatan sentripetal dan sentrifugal.

Teori Geografi Ekonomi Dunia

Satu generasi yang lalu hal itu biasa bagi pengkritik

sistem ekonomi untuk berpendapat bahwa negara-

negara berkembang tidak hanya ekonomi di jalan yang

sama sebagai ekonomi industri, meskipun kurang

canggih. Sebaliknya, mereka berpendapat munculnya

negara-negara kaya maupun miskin adalah bagian dari

proses umum dari pembangunan yang tidak merata,

dimana beberapa keuntungan awal pada bagian dari

daerah tertentu telah terakumulasi dari waktu ke waktu,

memberi mereka posisi ekonomi istimewa sementara.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 15: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Dalam dekade terakhir, tentu saja kekhawatiran

sebagian besar telah terbalik, sekarang adalah negara-

negara maju yang tampaknya takut bahwa munculnya

ekonomi industri baru akan merusak kesejahteraan

mereka.

Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Venables (1995),

anggapannya berbeda dengan model daerah yang

dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa faktor-faktor

yang benar-benar bergerak antar negara. Namun,

kemungkinan untuk proses kumulatif diperkenalkan

dengan membuat perbedaan antara sektor pertanian

konstan dan sektor manufaktur meningkatkan

pengembalian yang menggunakan dan menghasilkan

input antara. Ide dasarnya adalah bahwa produsen

barang setengah jadi di suatu wilayah dengan sektor

manufaktur besar akan memiliki akses lebih unggul dari

pasar besar yang diberikan oleh produsen hilir

(backward linkage), sementara produsen ini pada

gilirannya akan memiliki keuntungan dari akses yang

lebih baik untuk barang setengah jadi diproduksi di

wilayah mereka sendiri (forward linkage). Dalam

rumusan asli, komponen hulu dan hilir manufaktur

diperlakukan sebagai sektor yang terpisah, dalam kerja

berikutnya termasuk Krugman dan Venables (1995) dan

Puga dan Venables (1997), barang dibedakan sama

diasumsikan untuk masuk ke dalam konsumsi dan

produksi, memungkinkan konsolidasi sektor ini menjadi

agregat manufaktur umum.

Misalkan, bahwa kita membayangkan dunia yang terdiri

dari dua daerah awalnya identik, dengan biaya

pengangkutan barang-barang manufaktur di antara

mereka. Jika biaya transportasi tinggi, masing-masing

daerah akan mandiri pada dasarnya. Tapi sekarang

bayangkan secara bertahap mengurangi biaya

transportasi. Sekarang menjadi semakin mungkin bagi

perusahaan untuk mengekspor barang-barang mereka

diproduksi dengan daerah lain, namun karena produksi

biaya transportasi dimana daerah memiliki sektor

manufaktur yang lebih besar akan mendapatkan

keuntungan dari akses yang lebih baik untuk kedua

pasar dan pemasok. Dampak dari proses ini tergantung

pada ukuran dari sektor manufaktur, lebih khusus lagi

pada alokasi dalam pengeluaran barang-barang yang

diproduksi. Wilayah yang menjadi inti tidak

mendapatkan upah secara signifikan lebih tinggi. Tetapi

jika cukup besar (dalam model dua wilayah, jika melebihi

setengah dari total belanja pada barang yang

diperdagangkan), maka inti dengan upah lebih tinggi

dari pinggiran, dan proses diferensiasi dapat mengalami

kondisi untuk daerah perifer. Analisis dalam Krugman

dan Venables, seperti banyak teori perdagangan inter-

nasional membayangkan dunia dengan hanya dua lokasi

terpisah, mereka dimodelkan sebagai poin. Ini

melibatkan ruang hanya sebatas yang ada diasumsikan

biaya transportasi antara titik-titik ini.Untuk seorang ahli

geografi yang serius, tentu saja ini sangat tidak

memadai hubungan spasial baik antara negara harus

diperhitungkan.

CATATAN PENUTUP

Dari beberapa ulasan tersebut di atas dapat dikompilasi

kumpulan catatan ‘kecil’. Pertama, peran geografi

ekonomi dalam pembangunan adalah begitu

pentingnya peran lokasi dalam kegiatan ekonomi suatu

wilayah (negara) bagaimana ada sebuah perbedaan

letak suatu Negara menimbulkan kesenjangan ekonomi.

Misalnya, daerah beriklim sedang lebih maju

dibandingkan daerah tropis. Dengan demikian ‘berlaku’

pendapat Huntington yaitu iklim sebagai penentu ke-

hidupan.

Kedua, ketengangan kekuatan sentripetal dan sentrifu-

gal memberikan pengaruh pada lokasi kegiatan

ekonomi yang cenderung berkonsentrasi pada tempat

tertentu. Ketiga, teori lokasi dari tokoh-tokoh zaman

klasik masih menjadi perhatian (model) tersendiri pada

paper ini. Keempat, tulisan tersebut memberikan gam-

baran tentang perdagangan internasional, faktor-faktor

produksi seperti biaya transportasi ataupun jarak, dan

sebagainya mempengaruhi dari keuntungan ekonomi.

Hal ini yang menurut (Sokol, 2011) geografi ekonomi

adalah sub - disiplin yang menggunakan pendekatan

geografis untuk mempelajari ekonomi. Secara

keseluruhan, makalah Krugman ini memberikan

pencerahan kepada masing-masing ‘keywords’ terpakai,

yaitu Ekonomi dan Geografi, sehingga sudah selayaknya

menjadi konsep pegangan bagi mereka yang

mempelajari Spatial Economics (atau Regional Science)

dan Economic Geography.

REFERENSI ACUAN

[1] Krugman, Paul. 1998. The Role of Geography in Develop-

ment.Annual World Bank Conference on Development Econom-

ics,Washington, D.C.

[2] Sokol, M. 2011. Economic Geography. Undergraduate Study in

Economics, Management, Finance and the Social Sciences. Inter-

national Program University of London.

[3] Sewell, W. R., dkk. 1968. Human Response to Weather and Cli-

mate Geographical Contributions. The Geographical Review. Vol

LVIII, No. 2, pp. 262-280.

Page 16: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

KAMPUSIANA

M emandang pentingnya pemanfaatan

dan pengembangan ilmu pengetahuan

serta teknologi terkait informasi

geospasial, Universitas Indonesia (UI)

dan Badan Informasi Geospasial (BIG)

menandatangani nota kesepakatan bersama, Rabu

(5/3/2014), di Balai Sidang UI. Penandatangan

dilakukan oleh Kepala BIG, Dr. Asep Karsidi, M.Sc. dan

Pejabat Rektor UI, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met.

Dengan adanya kerja sama tersebut, UI dan BIG dapat

melakukan penelitian dan menyelenggarakan kegiatan

peningkatan kompetensi sumber daya manusia terkait

dengan data dan informasi geospasial. Acara

penandatanganan dilanjutkan dengan sarasehan

bertema "Peran Informasi Geospasial dalam

Pembangunan". Pembicara dalam seminar tersebut

adalah Dr. Asep Karsidi, M.Sc. dan Dr. Iwan Gunawan,

M.Sc. selaku pakar manajemen risiko bencana dari The

World Bank. Acara yang dihadiri para peneliti dan

pemerhati bidang geospasial tersebut diselenggarakan

dalam rangka Dies Natalis ke- 53 FMIPA UI dan ulang

tahun ke-54 Geografi FMIPA UI.

Informasi geospasial adalah informasi yang sangat

berharga dan dapat digunakan untuk mengelola

sumber daya alam, penyusunan rencana tata ruang,

dan perencanaan lokasi investasi. Tak hanya itu,

informasi geospasial juga dapat digunakan untuk

menentukan garis batas wilayah, pertanahan,

kepariwisataan, dan pertahanan keamanan. Demikian

ucap Muhammad Anis dalam pidato sambutannya.

Sementara itu, Asep Karsidi mengatakan, ketersediaan

informasi geospasial yang akurat dan terpercaya dapat

meningkatkan pengambilan keputusan yang lebih

efisien, efektif, dan komunikatif. Selembar peta

mengandung beragam informasi yang menyangkut

aspek keruangan atau informasi geospasial. Dalam

peta, informasi tersebut berupa fakta yang terdapat

pada daerah atau wilayah, meliputi kondisi alam

maupun sosial ekonominya. "Informasi geospasial

sangat penting untuk program pembangunan nasional

dan kehidupan sehari-hari," kata Asep. Lebih lanjut

Asep menyampaikan, dengan adanya UU No. 4 tahun

2011 tentang informasi geospasial, BIG saat ini

memiliki tugas pokok dan fungsi yang lebih luas. BIG

tidak hanya bertugas mengkoordinasikan dan

melaksanakan kegiatan survei dan pemetaan, tetapi

juga membangun informasi geospasial yang dapat

dipertanggungjawabkan dan mudah diakses. Agar

terselenggara dengan baik, BIG mencanangkan

penerapan kebijakan satu peta. Hal tersebut merujuk

pada pernyataan Presiden RI Soesilo Bambang

Yudhoyono yang menyatakan perlunya satu peta se-

bagai satu-satunya referensi nasional.

Sementara itu, pada pemaparan selanjutnya, Iwan

Gunawan menyampaikan pandangannya tentang

informasi geospasial skala rinci untuk membangun

ketahanan kota terhadap risiko bencana dan iklim di

perkotaan. Ia antara lain berbicara tentang

pembangunan kota berketahanan iklim dan bencana

serta peluang menggali data geospasial skala rinci

untuk tata ruang yang detail. Menurut Iwan, penting

untuk menjaga daya dukung dan daya tampung

lingkungan kota, menjadi responsif dan adaptif

terhadap perubahan iklim dan bencana. Selain itu,

penting juga untuk secara efisien memanfaatkan

sumber daya air, energi, dan ruang kota yang

memerhatikan dan menjamin kesehatan lingkungan

kota. (KHN)

PERAN INFORMASI GEOSPASIAL

DALAM PEMBANGUNAN BANGSA

Posted by humas-ui on 2014-03-12 11:29:40 (http://www.ui.ac.id/id/news/archive/7505)

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 17: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

PEMANFAATAN DATA SPASIAL WILAYAH BANJIR DALAM PERENCAAN PEMBANGUNAN

Oleh: Musnanda Satar

Banjir di Jakarta terjadi hampir setiap tahun, salah satu

puncaknya tahun 2007 yang mengakibatkan kerugian

mencapai 900 juta dollar dan menimpa 350.000

penduduk dengan 70 orang tewas. Demikian juga

dengan tahun 2014, bencana banjir melanda beberapa

lokasi dan hampir semua lokasi tersebut adalah lokasi

yang biasa terkena banjir.

K ejadian cuaca ektrem yang terus terjadi dan

dikaitkan dengan isu-isu perubahan iklim

mengharuskan adanya kebijakan jangka

panjang dalam mengantisipasi dan

mengurangi bencana banjir yang terjadi setiap

tahunnya. Salah satu data dasar yang diperlukan

adalah data spatial yang menggambarkan kejadian

dan pola banjir yang terjadi di Jakarta. Data spatial

yang disajikan dalam bentuk peta ini dilakukan oleh

banyak lembaga baik itu lembaga pemerintah maupun

lembaga non pemerintah.

Ada banyak literatur yang mengkaitkan banjir dengan

rencana pembangunan, khususnya rencana tata ruang.

Misalnya The Planning System and Flood Risk

Management, yang dikeluarkan pemerintah Irlandia

tahun 2009 (http://www.environ.ie/en/Publications/

DevelopmentandHousing/Planning/

FileDownLoad,21709,en.pdf). Dalam buku ini dibahas

bagaimana tata ruang melakukan melakukan adopsi

dan mitigasi dalam perencanaan ruang di wilayah

rentan banjir.

Pemetaan Wilayah Banjir

Ada banyak lembaga yang mencoba memetakan

banjir di Jakarta mulai dari lembaga pemerintah seperti

BMKG, BIG sampai pada lembaga non pemerintah dan

bahkan penyedia peta online seperti google.

GEOGRAFIANA

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 18: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

BMKG menampilkan beberapa peta seperti

perkiraan banjir dan daerah rawan banjir.

Sayang sekali untuk lembaga sebesar ini peta

yang ditampilkan sangat buruk dan tidak

memberikan informasi yang detail.

Pemetaan yang dilakukan oleh BIG

dmana BIG menggunakan data dari tata kota

antara tahun 2002-2007 dan memetakan

pola kawasan rawan banjir. Pemetaan banjir

dilakukan dengan beberapa metode,

misalnya open street map menggunakan

metode pemetaan berbasis data sekunder

dan partisipatif melalui data dan informasi

pengaduan.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 19: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

PENATAAN RUANG WILAYAH PESISIR DAN LAUT BERBASIS LINGKUNGAN HIDUP

Oleh: B. Realino

I ndonesia adalah negara kepulauan terbesar di

dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau

yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai

104.000 km dengan luas wilayah laut berdasarkan

UNCLOS 1982 mencapai 284.210,9 km2 untuk wilayah

laut teritorial, 2.981.211 km2 untuk wilayah laut ZEEI, dan

279.322 km2 untuk wilayah laut 12 mil. Potensi tersebut

menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai

sumberdaya kelautan yang besar termasuk kekayaan

keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan

terbesar (KKP, 2012).

Dalam Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan

Perikanan Tahun 2010-2014, salah satu program yang

dilaksanakan adalah Program Pengelolaan Sumber Daya

Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Tujuan dari program

tersebut adalah mewujudkan tertatanya dan

dimanfaatkannya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau

kecil secara lestari, dengan sasaran antara lain

peningkatan luas Kawasan Konservasi Perairan yang

dikelola secara berkelanjutan, pengembangan

pengelolaan pulau-pulau kecil, dan jumlah produksi

garam. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut,

kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:

• Penataan Ruang dan Perencanaan Pengelolaan

Wilayah Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

• Pendayagunaan Pesisir dan Lautan;

• Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil;

• Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi

Kawasan dan Jenis;

• Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan

Pengembangan Usaha;

• Peningkatan Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat

Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(Ditjen KP3K).  

Berdasarkan rincian kegiatan yang dilaksanakan

tersebut, terlihat bahwa kegiatan penataan ruang dan

perencanaan pengelolaan wilayah laut, pesisir dan

pulau-pulau kecil merupakan kegiatan prioritas pertama.

Disamping itu, kegiatan pengelolaan dan

pengembangan kawasan konservasi juga menjadi

bagian dalam Program Pengelolaan Sumber Daya Laut,

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Dapat dikatakan bahwa

wilayah pesisir dan laut memegang peran sangat

penting bagi kelangsungan proses yang mendukung

kegiatan ekonomi di Indonesia. Untuk itu, rencana tata

ruang wilayah pesisir dan laut harus berdasarkan potensi

yang ada, serta berpihak kepada masyarakat. Disamping

itu, aspek lingkungan hidup yang lestari juga harus

menjadi salah satu acuan.

Kebijakan nasional tentang penataan ruang secara

formal telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor

24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (UU 24/1992),

yang kemudian diperbaharui dengan Undang-undang

Nomor 26 Tahun 2007 (UU 26/2007). Selanjutnya,

kebijakan tentang pengelolaan wilayah pesisir dan laut

telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 27

Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil (UU 27/2007). Dengan mengacu

kepada 2 (dua) kebijakan tersebut, seharusnya wilayah

pesisir dan laut Indonesia memiliki perencanaan yang

baik dengan tetap memperhatikan potensi sumber daya

alam dan kondisi masyarakatnya, serta daya dukung

lingkungannya.

Namun, kualitas tata ruang wilayah pesisir dan laut

masih belum memenuhi harapan. Bahkan cenderung

sebaliknya, justru yang belakangan ini sedang

berlangsung adalah adanya indikasi penurunan kualitas

dan daya dukung lingkungan pesisir dan laut.

Pencemaran dan kerusakan lingkungan pesisir dan laut

bahkan makin terlihat secara kasat mata di beberapa

daerah. Padahal, UU 26/2007 menuntut proses

perencanaan tata ruang harus diselenggarakan dengan

baik agar penyimpangan pemanfaatan ruang bukan

disebabkan oleh rendahnya kualitas rencana tata ruang

wilayah.

FOKUS

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 20: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Guna membantu mengupayakan

perbaikan kualitas rencana tata

ruang wilayah pesisir dan laut,

maka Kajian Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS) atau Strategic

Environmental Assessment (SEA)

menjadi salah satu pilihan alat

bantu melalui perbaikan kerangka

pikir (framework of thinking)

perencanaan tata ruang wilayah

pesisir dan laut untuk mengatasi

persoalan lingkungan hidup.

Ketentuan-ketentuan yang

tardapat dalam Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor

27 Tahun 2009 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis, Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor

09 Tahun 2011 tentang Pedoman

Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis, dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 67 Tahun

2012 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis dalam

Penyusunan atau Evaluasi

Rencana Pembangunan Daerah,

dapat dijadikan acuan dalam

melakukan kajian.

Tulisan ini akan membahas

permasalahan-permasalahan tata

ruang wilayah pesisir dan laut di

Indonesia, dimana masih terjadi

perusakan dan pencemaran

ekosistem wilayah pesisir.

Pembahasan akan dilakukan

melalui kebijakan-kebijakan yang

ada serta realitas di lapangan

(berdasarkan data sekunder).

KLHS, sebagai kebijakan yang

ditetapkan guna membantu agar

perencanaan tata ruang dapat

memperhatikan daya dukung

lingkungan, akan digunakan

sebagai langkah pemecahan.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP

STRATEGIS

Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) adalah wujud acuan

formal kebijakan, rencana, dan

program (KRP) yang mengatur

penataan ruang sebuah wilayah

tertentu. Akan tetapi, dalam

prakteknya menunjukkan bahwa

banyak hambatan dan

keterbatasan yang bersifat

struktural maupun operasional

menciptakan

ketidaksinambungan antar

jenjang (vertikal), juga antar

satuan wilayah RTRW yang berada

dalam jenjang yang sama

(horisontal). Kondisi ini

menyebabkan lingkup dan

penjabaran aspek-aspek

pengelolaan lingkungan hidup

dalam masing-masing RTRW

belum tentu sesuai dengan

harapan dan acuan. Untuk

mengantisipasi kondisi tersebut,

Pemerintah melalui Kementerian

Negara Lingkungan Hidup telah

menerbitkan peraturan tentang

Kajian Lingkungan Hidup Strategis

yang bertujuan untuk

menghasilkan rencana tata ruang

yang berwawasan lingkungan

hidup, yaitu melalui Peraturan

Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 27 Tahun 2009

tentang Pedoman Pelaksanaan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis

dan Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 09

Tahun 2011 tentang Pedoman

Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis, serta didukung oleh

Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 67 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pelaksanaan Kajian

Lingkungan Hidup Strategis

dalam Penyusunan atau Evaluasi

Rencana Pembangunan Daerah.

Definisi

Ada dua definisi Kajian Ling-

kungan Hidup Strategis (KLHS)

yang lazim diterapkan, yaitu

definisi yang menekankan pada

pendekatan telaah dampak

lingkungan (EIA-driven) dan

pendekatan keberlanjutan

(sustainability-driven). Pada

definisi pertama, KLHS berfungsi

untuk menelaah efek dan/atau

dampak lingkungan dari suatu

kebijakan, rencana atau program

pembangunan. Sedangkan

definisi kedua, menekankan pada

keberlanjutan pembangunan dan

pengelolaan sumberdaya.

Definisi KLHS untuk Indonesia

kemudian dirumuskan sebagai

proses sistematis untuk

mengevaluasi pengaruh

lingkungan hidup dari, dan

menjamin diintegrasikannya

prinsip-prinsip keberlanjutan

dalam, pengambilan keputusan

yang bersifat strategis

(SEA is a systematic process for evaluating the environmental effect of, and for ensuring the integration of sustainability principles into, strategic decision-making). Peran KLHS dalam Perencanaan

Tata Ruang

KLHS adalah sebuah bentuk

tindakan stratejik dalam

menuntun, mengarahkan, dan

menjamin tidak terjadinya efek

negatif terhadap lingkungan dan

keberlanjutan dipertimbangkan

secara inheren dalam kebijakan,

rencana dan program (KRP).

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 21: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan.

Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus

dan bentuk pengambilan keputusan dalam

perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat

khusus bagi masing-masing hirarki rencana tata ruang

wilayah (RTRW). KLHS bisa menentukan substansi

RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan

evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai

instrumen metodologis pelengkap (komplementer)

atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RTRW,

atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-

fungsi di atas.

Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga

bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas

pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup (AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan

lingkungan lainnya, menciptakan tata pengaturan

yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan

para pemangku kepentingan yang strategis dan

partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah administrasi,

serta memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem

dalam satuan wilayah (kerap juga disebut “bio-region”

dan/atau “bio-geo-region”).

Sifat pengaruh KLHS dapat dibedakan dalam tiga

kategori, yaitu KLHS yang bersifat instrumental,

transformatif, dan substantif. Tipologi ini membantu

membedakan pengaruh yang diharapkan dari tiap

jenis KLHS terhadap berbagai ragam RTRW, termasuk

bentuk aplikasinya, baik dari sudut langkah-langkah

prosedural maupun teknik dan metodologinya.

Secara umum, KLHS berfungsi untuk menelaah efek

dan/atau dampak lingkungan, sekaligus mendorong

pemenuhan tujuan- tujuan keberlanjutan

pembangunan dan pengelolaan sumberdaya dari

suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan.

Kaidah terpenting KLHS dalam perencanaan tata ruang

adalah pelaksanaan yang bersifat partisipatif, dan

sedapat mungkin didasarkan pada keinginan sendiri

untuk memperbaiki mutu KRP tata ruang

(selfassessment)

agar keseluruhan proses bersifat lebih efisien dan

efektif.

Asas-asas hasil penjabaran prinsip keberlanjutan yang

mendasari KLHS bagi penataan ruang adalah :

• Keterkaitan (interdependency), menekankan

pertimbangan keterkaitan antara satu komponen

dengan komponen lain, antara satu unsur dengan

unsur lain, atau antara satu variabel biofisik

dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara

lokal dan global, keterkaitan antar sektor, antar

daerah, dan seterusnya.

• Keseimbangan (equilibrium), menekankan aplikasi

keseimbangan antar aspek, kepentingan, maupun

interaksi antara makhluk hidup dan ruang

hidupnya, seperti diantaranya adalah

keseimbangan laju pembangunan dengan daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup,

keseimbangan pemanfaatan dengan perlindungan

dan pemulihan cadangan sumber daya alam,

keseimbangan antara pemanfaatan ruang dengan

pengelolaan dampaknya, dan lain sebagainya.

• Keadilan (justice), menekankan agar dapat

dihasilkan kebijakan, rencana dan program yang

tidak mengakibatkan pembatasan akses dan

kontrol terhadap sumber-sumber alam, modal dan

infrastruktur, atau pengetahuan dan informasi

kepada sekelompok orang tertentu.

Pendekatan KLHS

Jenis-jenis pendekatan KLHS dalam penataan ruang

dibentuk oleh kerangka bekerja dan metodologi

berpikirnya. Terdapat 4 (empat) model pendekatan

KLHS untuk penataan ruang, yaitu :

a. KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup/AMDAL (EIA-

Mainframe).

KLHS dilaksanakan menyerupai AMDAL, baik dari

segi langkah-langkah prosedur bekerjanya,

maupun metodologi berpikirnya, yaitu

mendasarkan telaah pada efek dan dampak yang

ditimbulkan RTRW atau KRP tata ruang terhadap

lingkungan hidup.

b. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan

Lingkungan Hidup (Environmental Appraisal).

KLHS yang memiliki pendekatan ini menempatkan

posisinya sebagai uji kebijakan untuk menjamin

keberlanjutan lingkungan hidup, sehingga bisa

diterapkan sebagai sebuah telaah khusus yang

berpijak dari sudut pandang aspek lingkungan

hidup.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 22: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

c. KLHS sebagai Kajian Terpadu/

Penilaian Keberlanjutan

(Integrated Assessment/

Sustainability Appraisal).

Pendekatan ini menempatkan

posisinya sebagai bagian dari

uji kebijakan untuk menjamin

keberlanjutan secara holistik,

sehingga sudut pandangnya

merupakan paduan

kepentingan aspek sosial,

ekonomi, dan lingkungan

hidup.

d. KLHS sebagai pendekatan

Pengelolaan Berkelanjutan

Sumberdaya Alam

(Sustainable Natural Resource

Management) atau

Pengelolaan Berkelanjutan

Sumberdaya (Sustainable

Resource Management).

KLHS diaplikasikan dalam

kerangka pembangunan

berkelanjutan, dan a)

dilaksanakan sebagai bagian

yang tidak terlepas dari hirarki

sistem perencanaan

penggunaan lahan dan

sumberdaya alam, atau b)

sebagai bagian dari strategi

spesifik pengelolaan

sumberdaya alam. Model a)

menekankan pertimbangan-

pertimbangan kondisi

sumberdaya alam sebagai

dasar dari substansi RTRW

atau KRP tata ruang,

sementara model b)

menekankan penegasan

fungsi RTRW atau KRP tata

ruang sebagai acuan aturan

pemanfaatan dan

perlindungan cadangan

sumberdaya alam.

Aplikasi-aplikasi pendekatan di

atas dapat diterapkan dalam

berbagai bentuk kombinasi, baik

dari segi cara maupun metoda

telaahnya, sesuai dengan:

1) hirarki dan jenis KRP tata ruang

atau RTRW yang akan dihasilkan/

ditelaah, 2) lingkup isu yang

menjadi fokus, 3) kapasitas

institusi dan sumberdaya manusia

selaku pelaksana dan pengguna

KLHS, serta 4) kemauan politis

pemanfaatan KLHS untuk KRP tata

ruang.

PENATAAN RUANG WILAYAH

PESISIR DAN LAUT BERBASIS

LINGKUNGAN HIDUP

Dalam konteks sistem ekologi,

wilayah pesisir dan laut memiliki

produktifitas yang sangat tinggi.

Wilayah pesisir dan laut berfungsi

sebagai sistem pendukung

kehidupan berupa daerah asuh

bagi banyak spesies ikan. Di

Indonesia, wilayah pesisir dan laut

menjadi habitat bagi sejumlah

besar hewan dan tumbuhan yang

menjadi penunjang kehidupan

manusia. Wilayah pesisir juga

berfungsi sebagai pelindung alami

dari dinamika proses kelautan dan

iklim yang seringkali tidak dapat

diduga. Selain itu, keterkaitan

wilayah pesisir dan laut sangat

berpengaruh terhadap

keberadaan dan kesehatan

habitan dan rantai makanan.

Masalah yang biasa terjadi dalam

pemanfaatan sumberdaya pesisir

dan laut berkaitan erat dengan

perilaku masyarakat pengguna

sumber daya pesisir dan laut

tersebut. Perlakuan terhadap

sumber daya ini hampir selalu

dilandasi oleh kerangka pikir open

access. Lebih lanjut, karena dalam

kerangka pikir open access tidak

memiliki arti kepemilikan sama

sekali, pemanfaatan sumber daya

alam pesisir cenderung untuk

menjadi berlebih. Kerangka pikir

open access ini yang

menyebabkan tidak seimbangnya

laju pemanfaatan dan laju

pemulihan sumber daya alam

tersebut. Dengan demikian, dalam

konteks pengelolaan sumber daya

pesisir yang berkelanjutan

diperlukan suatu upaya terpadu

yang mempertimbangkan

pengagihan sumber daya bagi

tabungan di masa datang.

Sejalan dengan karakteristik

sumberdaya yang beragam,

pengguna wilayah pesisir berasal

dan memiliki kepentingan yang

berlainan pula. Berbagai

kepentingan yang tercemin dari

pola pemanfaatan yang berbeda-

beda, yang lebih lanjut

menjadikan wilayah pesisir dan

laut menjadi suatu ruang yang

rentan akan konflik. Bersamaan

dengan itu, karena peningkatan

populasi serta laju

pemanfaatannya, sumber daya

pesisir dapat mengalami

degradasi hingga mencapai

kondisi yang tidak memungkinkan

bagi sumber daya alam pesisir

tersebut untuk memulihkan

kondisinya secara alami. Bila hal

ini dibiarkan, sumber daya pesisir

sebagai penunjang kehidupan

manusia tidak dapat bertahan

ketersediannya. Dalam konteks

pengelolaan sumber daya alam,

konservasi berarti menghemat

sumber daya alam sehingga

ketersediaannya selalu terjaga.

Karena sifat wilayah pesisir dan

laut yang memiliki lebih dari satu

pengguna (multi-users), suatu

kegiatan pemanfaatan di suatu

wilayah dalam wilayah pesisir

dapat mempengaruhi kegiatan

pemanfaatan yang lain.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 23: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Pemanfaatan berlebih (over-exploitation) dan turunnya

produktivitas dalam suatu kegiatan pemanfaatan dapat

memicu konflik pengguna yang di wilayah pesisir dan

laut. Dengan demikian, konservasi sumber daya alam

pesisir dan laut amat diperlukan untuk menjaga dan

memastikan bahwa sumber daya terjaga etersediaannya

sehingga dapat digunakan secara terus-menerus,

berkelanjutan.

Dalam pemanfaatannya, sumber daya pesisir dan laut

memiliki dimensi keruangan yang sangat kuat. Ruang

wilayah pesisir dan laut menjadi titik temu setiap

komponen-komponen subsistem yang membentuk

sistem pesisir dan laut secara utuh. Setiap kegiatan

pemanfaatan di wilayah pesisir dan laut memiliki

karakteristik keruangan tersendiri dengan batas sendiri-

sendiri. Sehingga, upaya konservasi yang akan dilakukan

harus mengakomodasi aspek keruangan yang menjadi

karakteristik sumber daya alam. Aspek keruangan dari

konservasi ini harus dari sejak awal menjadi bagian dari

perencanaan dan penataan ruang pesisir dan laut.

Pendekatan ekologi bentang alam, sebagai landasan

aspek konservasi dalam menata ruang di wilayah pesisir

dan laut, menyadari bahwa proses ekologis

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh interaksi dinamis

setiap ekosistem, dalam hal ini wilayah pesisir dan laut.

Pendekatan ini fokus pada 3 (tiga) karakteristik

keruangan yang utama, yaitu:

1) Struktur, yang merupakan hubungan keruangan

antara ekosistem yang berbeda. Khususnya

distribusi energi, materi dan spesies yang berkaitan

dengan ukuran, bentuk, jenis dan konfigurasi

ekosistem tersebut.

2) Fungsi, yang merupakan interaksi dalam elemen-

elemen spasial, aliran energi, materi dan spesies dari

asing-masing komponen ekosistem.

3) Perubahan, yang berkaitan dengan struktur dan

fungsi dari mosaik ekologi sepanjang waktu.

Perubahan ini mencakup yang dipicu oleh kegiatan

manusia (antropogenik) atau secara alami.

Dalam pendekatan ini, batas sub sistem, misalnya

ekosistem, geofisik, biofisik, sistem biologis, dan lain-lain

menjadi sangat penting untuk menentukan wilayah

mana dalam wilayah pesisir dan laut yang tepat sebagai

tabungan sumber daya alam demi keberlanjutan

pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan laut. Pola

pikir dan pendekatan yang telah dijelaskan di atas

terlihat sangat sesuai dengan apa yang terdapat dalam

KLHS. KLHS telah secara rinci mengidentifikasi berbagai

kemungkinan yang terjadi terhadap lingkungan hidup

terkait dengan Rencana Tata Ruang Wilayah pada

umumnya, dan juga terhadap wilayah pesisir dan laut.

Hal ini tercermin sebagaimana terdapat pada Pasal 4

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27

Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian

Lingkungan Hidup Strategis, yaitu pemerintah dan

pemerintah daerah melaksanakan KLHS terhadap

Rencana Tata Ruang yang:

a. menimbulkan konsekuensi adanya rencana usaha

dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan

dokumen analisis mengenai dampak lingkungan;

dan/atau

b. berpotensi :

1. meningkatkan risiko perubahan iklim;

2. meningkatkan kerusakan, kemerosotan, atau

kepunahan keanekaragaman hayati;

3. meningkatkan intensitas bencana banjir,

longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan

dan lahan terutama pada daerah yang

kondisinya telah tergolong kritis;

4. menurunkan mutu dan kelimpahan sumber

daya alam terutama pada daerah yang

kondisinya telah tergolong kritis;

5. mendorong perubahan penggunaan dan/atau

alih fungsi kawasan hutan terutama pada daerah

yang kondisinya telah tergolong kritis;

6. meningkatkan jumlah penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan penghidupan

(livelihood sustainability) sekelompok

masyarakat; dan/atau

7. meningkatkan risiko terhadap kesehatan dan

keselamatan manusia.

Pentingnya dan perlunya pelaksanaan KLHS dalam

penyusunan RTRW terlihat dari apa yang telah menjadi

temuan dalam penelitian Wirasaputri (2006) pada RTRW

Provinsi Jawa Tengah 2003-2018, yaitu bahwa cara

pengkajian dampak tata ruang terhadap kelestarian

ruang terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup di

Propinsi Jawa Tengah masih kurang jelas, dimana hal ini

terlihat dari Rencana Tata Ruang yang ada belum

menyajikan konsep pengkajian terhadap kelestarian

lingkungan hidup di Propinsi Jawa Tengah.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 24: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Untuk itu, RTRW Provinsi Jawa Tengah 2003-2018 yang

masih berlaku selama 5 tahun ke depan, perlu dilakukan

revisi dengan dengan memasukan unsur KLHS, sehingga

kelestarian fungsi lingkungan hidup di Jawa Tengah

dapat dipertahankan keberadaannya.

PENUTUP

Kegiatan pembangunan, baik yang dilakukan oleh

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, selalu

lebih mengutamakan kepentingan ekonomi agar

diperoleh pendapatan atau penghasilkan yang dapat

digunakan untuk pelaksanaan pembangunan

selanjutnya. Dalam prosesnya, kegiatan pembangunan

direncanakan melalui penyusunan rencana tata ruang

guna mengatur pemanfaatan ruang di suatu wilayah.

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memiliki

potensi pemanfaatan ruang yang optimal mengingat

kondisi topografinya yang tidak membutuhkan usaha

lebih, jika dibanding dengan wilayah perbukitan.

Dengan demikian, proses penyusunan rencana tata

ruang di wilayah pesisir akan lebih kompleks, mengingat

banyak pihak yang berusaha untuk memanfaatkannya.

Di sisi lain, tidak semua wilayah pesisir dapat

dimanfatakan untuk kepentingan pembangunan, akan

tetapi diperlukan wilayah-wilayah yang perlu dilindungi

guna mempertahankan eksistensi daya dukung

lingkungannya. Untuk itu, konflik kepentingan di

wilayah pesisir antara kepentingan ekonomi dan

lingkungan merupakan permasalahan yang sering

dihadapi dalam proses penyusunan rencana tata ruang

wilayah pesisir dan laut.

Dalam proses penyusunan rencana tata ruang,

sebetulnya telah diamanatkan akan pentingnya kawasan

lindung di setiap wilayah perencanaan, agar fungsi

lingkungan hidup di wilayah tersebut dapat berlanjut.

Demikian halnya dengan wilayah pesisir dan laut.

Selanjutnya, agar diperoleh kepastian keberadaan fungsi

lingkungan hidup di kawasan pesisir dan laut dapat

dipertahankan, dilakukan langkah-langkah kebijakan

sebagai berikut:

a. Mewajibkan seluruh daerah yang memiliki wilayah

pesisir dan telah memiliki RTRW Pesisir dan Laut

yang masih berlaku minimal untuk 3 (tiga) tahun ke

depan, untuk melakukan revisi dengan memasukan

unsur KLHS.

b. Mewajibkan seluruh daerah yang memiliki wilayah

pesisir akan tetapi belum memiliki RTRW Pesisir dan

Laut, untuk melakukan penyusunan RTRW Pesisir

dan Laut dengan memasukan unsur KLHS.

c. KLHS dilakukan dengan menitikberatkan pada:

1. Meningkatnya risiko perubahan iklim di wilayah

pesisir dan laut.

2. Meningkatnya kerusakan, kemerosotan, atau

kepunahan keanekaragaman hayati di wilayah

pesisir dan laut.

3. Menurunkan mutu dan kelimpahan sumber

daya alam di wilayah pesisir dan laut terutama

pada daerah yang kondisinya telah tergolong

kritis.

d. Menggunakan pendekatan ekologi bentang alam,

sebagai landasan aspek konservasi dalam menata

ruang di wilayah pesisir dan laut.

DAFTAR PUSTAKA Gunawan, Tiene. 2004. Konsep Perencanaan Konservasi dalam

Menata Ruang Darat-Laut Terpadu. Menata Ruang Laut

Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

Tahun 2010-2014.Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012

tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup

Strategis dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana

Pembangunan Daerah.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun

2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun

2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis.

Sunyowati, Dina. 2008. Penataan Ruang Laut Berdasarkan

Integrated Coastal Management. Mimbar Hukum.

Volume 20 Nomor 3.

Setyabudi, Bambang. 2008. Pertimbangan-pertimbangan

dalam Penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

untuk Kebijakan, Rencana dan Program Penataan Ruang.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Setyabudi, Bambang. 2008. Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(KLHS) Sebagai Kerangka Berfikir dalam Perencanaan Tata

Ruang Wilayah. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Jakarta.

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang.

Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Wirasaputri, Nina Mirantie. 2006. Proses Penyusunan Rencana

Tata Ruang untuk Menjaga Kelestarian Fungsi

Lingkungan Hidup di Wilayah Propinsi Jawa Tengah.

Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro.

Semarang.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 25: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

MP3EI PADA DUA DASAR PENGUAT

Oleh: Gian Gardian Sudarman

G eografi adalah satu-satunya bidang ilmu,

dimana space (ruang) adalah konsep

utamanya Julliard, 1974. Geografi

mempelajari aktivitas manusia di dalam ruang

tersebut. Claval, 2006 juga menyebutkan bahwa

geografi bisa terhubung dengan ilmu-ilmu lain, seperti,

pengetahuan alam, sosiologi, sejarah dan ekonomi.

Geografi menjadi sangat populer karena kegunaannya

di berbagai bidang tersebut.

Salah satu bidang ilmu yang berhubungan dengan

geografi adalah bidang ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi

ini berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

Menyadari bahwa perkembangan ekonomi berjalan

beriringan dengan perkembangan suatu wilayah, maka

ilmu ekonomi ini mulai menggandeng geografi

sebagai tools untuk membantu mengkaji persoalan-

persoalan ekonomi khususnya yang menyangkut

kewilayahan. Di Eropa perpaduan ilmu ekonomi dan

ilmu geografi melahirkan disiplin ilmu geografi

ekonomi.

Ilmu geografi ekonomi ini kemudian berkembang dan

melahirkan disiplin ilmu-ilmu lain, salah satu

diantaranya adalah ekonomi regional. Ekonomi

regional berkembang dan mulai membantu

menyelesaikan masalah-masalah ekonomi khususnya

yang menyangkut kewilayahan. Ilmu ini membantu

pendeskripsian suatu wilayah dengan melihat potensi

yang ada di wilayah tersebut. Ascani (2012)

mengemukakan untuk melihat potensi

pengembangan dan keunggulan yang kompetitif dari

suatu wilayah, maka pendekatan ekonomi regional

harus digunakan sebagai dasar pembangunan

ekonominya. Dalam konteks yang lebih kecil, Woods

(1999) bahkan berani menyatakan bahwa regionalisasi

sangat penting karena manusia hidup dan bekerja

secara regional melintasi batas-batas administrasi lokal

dan unit-unit spasial dalam perencanaan hidupnya. Di

dalam “A Practitioner’s Guide, U.S. Economic

Development Administration” menyebutkan

pembangunan ekonomi yang semakin kompetitif

harus fokus kepada dua hal, yaitu region dan inovasi.

Lokasi yang strategis dan dengan peramalan potensi

kawasan yang meyakinkan akan menjadi modal dasar

untuk menarik para investor.

Namun perlu disadari bahwa ada perbedaan mendasar

yang perlu mendapat perhatian ketika mempelajari

geografi regional dan ekonomi regional, khususnya

dalam konteks Master Plan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Argumentasi terhadap sasaran paparan MP3EI dapat

ditinjau dari ‘kaca mata’ kedua disiplin ilmu tersebut.

Sebelum beranjak jauh, pada tulisan ini akan

diupayakan mem’bongkar’ pemahaman dasar arti

Ekonomi Regional dan Geografi Ekonomi.

Ulasan Sederhana Ekonomi Regional dan MP3EI

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin

penuh dengan tantangan, ilmu ekonomi regional hadir

untuk menjawab salah satu tantangan tersebut. Ilmu

ekonomi regional muncul sebagai suatu

perkembangan baru dalam ilmu ekonomi dimana

adanya dimensi ruang yang dimasukan dalam analisis

ekonomi dan secara resmi baru mulai pada

pertengahan tahun lima puluhan yang dipelopori oleh

Walter Isard (Boyce, 2004). Pada tahun 1851, von

Thunen sudah memasukan aspek ruang dalam analisis

ekonomi mikro begitu pula Weber di tahun 1929 dan

Losch pada tahun 1954, namun belum menjadikan

ekonomi regional sebagai ilmu tersendiri dan masih

bagian dari ilmu ekonomi konvensional atau klasik.

Pada tahun 1956 Walter Isard berhasil mendeklarasikan

ilmu ekonomi regional sebagai cabang ilmu tersendiri

melalui organisasi formal, yaitu RSA atau Regional

Science Association. Tujuan hadirnya ilmu ini adalah

untuk menjawab berbagai permasalahan pada masa

itu khususnya masalah kewilayahan. Masalah

kewilayahan muncul akibat peperangan yang

mengharuskan perencanaan ekonomi disesuaikan

dengan situasi yang tidak menentu.

OPINI

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 26: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Di Indonesia ilmu ekonomi regional

masuk pada awal tahun 1970 atau

pada awal repelita II, karena

pemerintah menyadari pentingnya

pembangunan ekonomi daerah/

wilayah sebagai bagian dari cara

mencapai tujuan pembangunan

nasional.

Ilmu ekonomi regional merupakan

ilmu ekonomi wilayah yang

menitikberatkan pada bahasan

dimensi tata ruang. Tujuan ilmu

ekonomi regional untuk

menentukan wilayah mana suatu

kegiatan ekonomi sebaiknya dipilih

dan mengapa wilayah tersebut

menjadi pilihan. Peran dari ilmu

ekonomi regional sebagai

penentuan kebijaksanaan awal,

sektor mana yang dianggap

strategis, memiliki daya saing dan

daya hasil yang besar serta

membandingkan kelebihan dan

kekurangannya. Selain itu dapat

menyarankan komoditi atau

kegiatan apa yang perlu dijadikan

unggulan dan disub wilayah mana

komoditi itu dapat dikembangkan.

Manfaat secara makro ilmu ini

membantu pemerintah pusat dalam

mempercepat laju pertumbuhan

ekonomi keseluruh wilayah dan

secara mikro membantu

perencanaan wilayah menghemat

waktu dan biaya dalam proses

menentukan lokasi suatu kegiatan

ekonomi.

Ilmu ekonomi regional cenderung

melakukan pendekatan yang

sifatnya sektoral dalam

mendeskripsikan suatu wilayah.

Pada dasarnya masing-masing

sektor tidak berdiri sendiri

melainkan saling berkaitan.

Kemajuan suatu sektor tidak akan

terlepas dari dukungan yang

diberikan oleh sektor lainnya

sehingga sebenarnya keterkaitan

antar sektor ini harus dapat

dimanfaatkan untuk memajukan

seluruh sektor yang terdapat dalam

perekonomian. Dengan melihat

keterkaitan antar sektor dan

memperhatikan efisiensi serta

efektivitas yang hendak dicapai

dalam pembangunan, maka sektor

yang mempunyai keterkaitan tinggi

dengan banyak sektor pada

dasarnya merupakan sektor yang

perlu mendapatkan perhatian lebih

(Nazara, 2009). Soepono (1993)

dalam Subanti dan Hakim, (2009)

menjelaskan bahwa studi basis

ekonomi regional umumnya

berupaya untuk mengenali aktivitas

ekonomi wilayah, kemudian

meramalkan pertumbuhan dan

mengevaluasi dampak aktivitas

ekonominya.

Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) 2011-2025 yang

dicanangkan pemerintah dimasa

kepemimpinan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono merupakan

ambisi pemerintah untuk

meningkatkan daya saing

perekonomian nasional ditengah

perubahan gejolak ekonomi

regional dan global. Lihat Gambar 1.

Ada 3 pilar strategi utama dalam

MP3EI, yaitu: Pengembangan

Koridor Ekonomi, (ii) Penguatan

Konektivitas dan (iii) Penguatan

SDM dan Iptek Nasional.

Studi ekonominya berbasis sektoral

dimana masing-masing sektor

diidentifikasi kelebihan dan

kekurangannya kemudian dikaitkan

dengan sektor-sektor lainnya.

Setelah semua teridentifikasi sektor-

sektor tersebut, diestimasikan

kinerja pertumbuhan ekonomi dan

dievaluasi juga dampak aktivitas

ekonominya. Sebagai contoh

koridor ekonomi Sumatera telah

diidentifikasi terdiri dari 11 pusat

ekonomi yang tersebar merata dari

Sumatera Utara hingga Sumatera

Selatan.

Gambar 1. Prinsip Dasar MP3EI

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 27: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Kegiatan Ekonomi Utama, diantaranya kelapa sawit,

karet, batu bara, perkapalan, besi baja, dan kawasan

strategis nasional (KSN) Selat Sunda. Setiap kegiatan

ekonomi diidentifikasi regulasi dan kebijakan,

konektivitas, SDM dan IPTEk. Dari hasil identifikasi

tersebut, ditentukanlah target pembangunan di koridor

Sumatera, yaitu sentra produksi dan pengolahan hasil

bumi dan lumbung energi nasional.

Kiprah Geografi Regional

Secara umum geografi adalah ilmu tentang lokasi serta

persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas

fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi.

Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan

oleh Erastothenes pada abad ke-1. Menurut

Erastothenes geografi berasal dari kata geographica

yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai

bumi. Selanjutnya beberapa tokoh berpendapat

mengenai geografi, diantaranya Claudius Ptolomaeus

mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian

melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan

bumi, “Geografi adalah interaksi antar ruang”. Definisi ini

dikemukakan oleh Ullman (1954), dalam bukunya yang

berjudul Geography a Spatial Interaction. Menurut hasil

SEMLOK (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun

1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari

persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan

sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam

konteks keruangan. Ekblaw dan Mulkerne, 1958

mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu

pengetahuan yang mempelajari bumi dan

kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita,

makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita

gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi

yang kita nikmati. Strabo (1970) Geografi erat kaitannya

dengan faktor lokasi, karakteristik tertentu, dan

hubungan antar wilayah secara keseluruhan, Konsep itu

disebut Natural Attribute of Place dan James Fairgrieve

(1966) menerangkan bahwa geografi memiliki nilai

edukatif yang dapat mendidik manusia untuk berpikir

kritis dan bertanggung jawab terhadap kemajuan –

kemajuan di dunia, dan peta menjadi alat yang sangat

penting untuk menjawab pertanyaan “di mana” dari

berbagai aspek dan gejala geografi.

Regional adalah wilayah yang jelas teridentifikasi

meskipun sebenarnya untuk wilayah tersebut relatif

tergantung konteks waktu; selain itu unsur yang

mendorong identifikasi diri adalah secara sejarah dan

juga geografisnya serta aktivitas yang dilakukan

terutama di bidang ekonomi. Berdasarkan pengertian

geografi, regional adalah suatu wilayah dengan

karakteristik tertentu yang dapat dibedakan dengan

wilayah lainnya. Pengertian lain Regional adalah sebuah

daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah

kedaulatan. Pada masa lampau, seringkali sebuah

wilayah dikelilingi oleh batas-batas kondisi fisik alam,

misalnya sungai, gunung, atau laut. Sedangkan setelah

masa kolonialisme, batas-batas tersebut dibuat oleh

negara yang menduduki daerah tersebut, dan

berikutnya dengan adanya negara bangsa, istilah yang

lebih umum digunakan adalah batas nasional. Geografi

regional adalah studi tentang variasi penyebaran gejala

dalam ruang pada suatu wilayah tertentu baik secara

lokal negara maupun wilayah yang luas seperti benua.

Geografi regional mempelajari hubungan yang

bertautan antara aspek – aspek fisik dengan aspek –

aspek manusia dan kaitan keruangan di suatu wilayah

(region) tertentu (Mustofa, 2008). Geografi regional

menegaskan kembali topik bahasan geografi pada

ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan

pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu

tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi

menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi

kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne (1939).

Geografi regional merupakan deskripsi yang

komprehensif-integratif aspek fisik dengan aspek

manusia dalam relasi keruangan di suatu wilayah

geografi regional suatu bagian atau keseluruhan bagian

yang didasarkan atas aspek keseluruhan suatu wilayah

atau suatu studi tentang variasi penyebaran gejala

dalam ruang pada suatu wilayah tertentu, baik lokal,

negara maupun continental. Seluruh aspek dan gejala

geografi ditinjau dan dideskripsikan secara bertautan

dalam hubungan integrasi dan interelasi keruangannya.

Melalui interpretasi dan analisa geografi regional ini,

karakteristik suatu wilayah yang khas dapat ditonjolkan,

sehingga perbedaan dan persamaan antar wilayah

menjadi kelihatan jelas (Sumaatmadja, 1988).

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 28: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Indonesia merupakan suatu region

berdasarkan kenyataan bahwa antar

wilayah di Indonesia mempunyai

kesamaan-kesamaan tertentu,

seperti kesamaan iklim (iklim tropis),

kesamaan letak, kesamaan bahasa

dan ideologi, kesamaan budaya, dan

yang paling penting secara hukum

antar bagian wilayah indonesia

merupakan satu kesatuan hukum

negara ditambah dengan dua

daerah istimewa (DIY Yogyakarta

dan DIY Nangroe Aceh Darussalam).

Di dalam MP3EI, Indonesia membagi

wilayah ke dalam 6 koridor utama

(Lihat Gambar 2), pembagian

koridor itu untuk memudahkan

Indonesia mengidentifikasi dirinya

sendiri dan untuk memudahkan

para investor membaca kondisi

perekonomian di Indonesia.

Berdasarkan pengertian diatas,

cakupan geografi regional sangatlah

luas karena mencakup wilayah di

permukaan bumi dan aktivitas

manusia di dalamnya. Aspek-aspek

geografi regional yang dipelajari,

diantaranya luas, bentuk wilayah,

iklim, sumber daya alam, penduduk

dan pembangunan ekonomi. Terkait

pembangunan ekonomi White, 2004

menyebutkan bahwa ekonomi

geografi adalah kajian tentang

lokasi, distribusi dan interaksi

fenomena ekonomi. Geografi telah

memberikan sumbangan yang

besar terhadap perkembangan

ekonomi (Fik, 2000). White (2004)

juga menyatakan bahwa

pembangunan ekonomi suatu

negara sangat ditentukan oleh

lokasi negara tersebut disamping

variabel politik dan penduduk.

Semakin strategis lokasi negara,

kondisi politik yang stabil dan

penduduk yang memadai,

pembangunan ekonominya pun

akan berkembang dengan cepat.

geografi juga mampu memberikan

kontribusi yang sangat signifikan

untuk globalisasi ekonomi (Yeung,

2002). Globalisasi ekonomi tidak

bisa berdiri sendiri karena terdiri dari

berbagai aspek khususnya aspek

geografi sebagai pondasi utamanya.

Pembangunan ekonomi suatu

negara akan sangat tergantung dari

negara itu untuk memposisikan

dirinya baik di negara itu sendiri

maupun diantara negara-negara

lainnya.

Ranah Ekonomi Regional dan

Geografi Regional

Secara sederhana ekonomi regional

dan geografi regional merupakan

ilmu yang mempelajari wilayah di

permukaan bumi dengan aktivitas

manusia di dalamnya. Perbedaan

yang teridentifikasi pada umumnya

akan terlihat pada objek yang

dipelajari. Pada ilmu ekonomi

regional objek kajian fokus pada

aktivitas ekonomi yang bersifat

sektoral atau sektor-sektor ekonomi,

karena yang dicari adalah potensi

suatu wilayah. Sebagai contoh di

dalam MP3EI koridor Sumtera telah

teridentifikasi sebagai sentra

produksi hasil bumi dan lumbung

energi nasional sedangkan di

koridor Papua telah teridentifikasi

sebagai sentra pengembangan

pangan, perikanan, energi dan

pertambangan nasional. Ekonomi

regional merupakan pendekatan

yang tepat untuk mengatasi

permasalahan wilayah, karena dapat

membandingkan perkembangan

sektoral yang komprehensif dan

dapat merujuk di wilayah mana

yang tepat untuk mengembangkan

suatu sektor.

Pada geografi regional objek kajian

fokus pada karakteristik suatu

wilayah. Profil wilayah diulas dalam

(i) segala gejala alam secara

lokasional dan sistematik, (ii)

dampak kegiatan di suatu wilayah

dengan wilayah lainnya, dan (iii)

bagaimana pola interaksi dengan

manusianya. Hobbs (2012)

menyatakan bahwa geografi

merupakan ilmu yang mempelajari

ruang di permukaan bumi dan

aktivitas manusia yang hidup di

dalamnya. Pendekatan keruangan

merupakan ciri utama dalam

geografi regional. Manusia sebagai

salah satu komponen hidup utama

di bumi memiliki karakteristik dan

keunikan tersendiri.

Gambar 2. Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 29: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Karakteristik dan keunikan itu timbul akibat ruang yang

mereka tempati tidaklah sama di seluruh permukaan

bumi cara pemanfaatan wilayahnya pun akan berbeda-

beda sehingga akan melahirkan satu keunikan wilayah

yang akhirnya berbeda dengan wilayah lainnya.

Pembangunan ekonomi saat ini sudah semakin

komplek dan menantang dimana perekonomian suatu

wilayah bukan lagi merupakan kumpulan sektor-sektor

unggulan, melainkan merupakan suatu sistem yang

saling berhubungan (Martono, 2008). Globalisasi

ekonomi sudah tidak dapat dipisahkan lagi dengan

geografi dan pondasi geografi telah menjadi bagian

dari pembangunan ekonomi (Yeung, 2002). Beberapa

penelitian khususnya mengenai pembangunan

wilayah selalu mensejajarkan ekonomi dan geografi.

Martono, (2008) menjelaskan bahwa ada 3 (tiga) hal

yang dapat dijadikan patokan perkembangan suatu

wilayah, yaitu, sumber daya alam, sumber daya

manusia dan posisi kawasan. Tiga hal tersebut

merupakan cikal bakal pembangunan ekonomi suatu

wilayah. Sumber daya alam merupakan modal dasar

pembangunan, sumber daya manusia merupakan

faktor penggerak pembangunan dan posisi kawasan

yang strategis merupakan faktor kunci pengembangan

wilayah.

Selain ketiga hal diatas, jarak antar wilayah menjadi

salah satu variabel yang harus diperhatikan. Dalam

gravity model (Leamer dan Levinsohn, 1996 dalam

Fujita, Krugman dan Venable, 1999) variabel jarak

selalu muncul sebagai faktor penentu yang signifikan

karena jarak akan sangat mempengaruhi biaya

transportasi. Walaupun akses transportasi sudah

tersedia tapi apabila jarak dari produsen ke konsumen

terlalu jauh akan menjadi tidak efektif karena biaya

transportasi akan tinggi. Fujita, Krugman dan Venable

(1999) menyebutkan bahwa biaya transportasi menjadi

salah satu variabel yang sangat berpengaruh dalam

pergerakan ekonomi. Penjualan suatu barang

tergantung dari penghasilan setiap lokasi, index harga

setiap lokasi, harga pabrik dan biaya transportasi. Biaya

transportasi yang rendah dan jaringan komunikasi

yang semakin canggih membuat dunia semakin kecil

dan perdagangan pun akan semakin mudah dilakukan

(Krugman, 1995).

Semakin jauh jarak dan semakin lama barang sampai

ke konsumen, akan semakin tinggi harga suatu barang

dan akan semakin sulit bersaing di pasaran. Biaya

produksi pun harus ditekan untuk menutupi biaya

trasnportasi yang tinggi. Dengan mengendalikan biaya

transportasi, maka harga suatu barang akan tetap

terjaga dan akan tetap mampu bersaing di pasaran.

Dalam hal ini produksi harus dilakukan di “lokasi” yang

tepat agar biaya tranportasi dapat dikendalikan.

Kemudahan berinteraksi dengan wilayah lain akan

melancarkan aliran barang dan jasa sehingga roda

perekonomian akan selalu bergerak.

Dari uraian di atas baik ekonomi regional maupun

geografi regional merupakan dua hal yang menjadi

landasan pembangunan ekonomi suatu wilayah.

Ekonomi regional maupun geografi regional akan

saling terkait satu sama lain dan akan sulit untuk

dipisahkan karena dasar kajiannya sama, yaitu ruang

dan manusia yang menjadi pembeda adalah objek

yang dikaji. Geografi regional mengkaji karakteristik

suatu wilayah sedangkan ekonomi regional mengkaji

aktivitas ekonomi melalui sektor-sektor yang ada di

wilayah itu.

Butir Penting dari 2 Sisi Dasar

Baik ekonomi regional maupun regional geografi

merupakan disiplin ilmu yang fokus utamannya adalah

ruang (space). Yang pertama melihat ‘space’ dari sisi

‘sector wise’ di suatu lokasi, sementara yang lain,

melihat ‘space’ dalam konteks ‘regional wise’. Aktivitas

manusia menjadi aktor di dalam ruang tersebut yang

menjadikan ruang tersebut menjadi dinamis. Saat ini

pendekatan geografi menjadi sangat penting di

bidang ekonomi, karena analisis ekonomi tidak hanya

membahas permintaan dan penawaran pasar semata,

melainkan membahas mekanisme pergerakan barang

dan jasanya di suatu wilayah.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 30: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Perbedaan dari ekonomi regional dan regional geografi

tidak perlu menjadikan suatu kendala terhadap analisis

keruangan, tapi justru dapat digunakan untuk saling

melengkapi temuan yang lebih bermakna. MP3EI

sebagai contoh, didahului dengan data ekonomi daerah,

yang kemudian di ‘reconstruct’ secara spatial dalam

paparan sederhana 2 dimensi. Dalam kaitan tersebut,

perencanaan investasi menurut wilayah dimaksudkan

untuk memudahkan para pengambil keputusan guna

menyiasati porsi investasi dan kegiatan pembangunan

dalam basis sumberdaya alam dan manusia, ke depan.

Dalam kaitan tersebut, tentunya perspektif ekonomi

regional dan geografi rekonomi merupakan dasar

berpijak dalam tataran estimasi dan hipotesis keruangan

yang mudah dicerna dalam sistem pengambilan

keputusan. Dengan demikian diharapkan pembangunan

yang optimal dapat dicapai melalui 2 pendekatan

sederhana tersebut.

Dalam suatu wilayah, dimana telah ditemukenali potensi

sektor unggulan secara relatif berbanding terhadap

sektor lainnya, maka langkah selanjutnya adalah,

bagaimana memahami potensi persebaran dari

sumberdaya sektor tersebut. Hal ini bermanfaat (i) guna

pencapaian nilai optimalisasi investasi yang dibutuhkan

di wilayah tersebut dan (ii) bermulti-guna bagi

pendorong pembangunan sektor lainnya di wilayah

yang bersangkutan, karena kedua disiplin ilmu tersebut

mempunyai peranan masing-masing dan peran tersebut

dapat saling melengkapi.

Daftar Pustaka Ascani, Andrea., Riccardo. C. and Simona. I. 2012. Regional

Economic Development: a Review. SEARCH WPOL/03.

Boyce, David. 2004. A Short History of the Field of Regional

Science. Papers Reg. Sci. 83, 31-57.

Claval, Paul. 2006. Regional Geography: Past and Present (a

review of ideas/concept, Approaches and Goal). UFR de

Geographie et Amenagement, Universite paris

Sorbonne, Paris. Dalam http://sgo.pccu.edu.tw/geog/

chi/b/b1/chapters-culture-geog/b.pdf. Diakses tanggal

3 Maret 2014.

Djunijanto. 2009. Perkembangan Sejarah Geografi. http://

djunijanto.wordpress.com/materi/perkembangan-

sejarah-geografi/. Diakses tanggal 3 Maret 2014. Pukul

20.21 WIB.

Dwi, ichwan, 2010. Definisi Geografi Regional. http://one-

geo.blogspot.com/2010/03/definisi-geografi-

regional.html. Diakses tanggal 3 Maret 2014. Pukul

20.15 WIB.

Ekblaw, S. E. dan Mulkerne. D. J.D. 1958. Economic and Social

Geography. McGraw-Hill.

Emilia dan Imelia. 2006. Modul Ekonomi Regional. Jurusan Ilmu

Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Jambi.

Fairgrieve, James. 1966. North America: Real geography series,

book 2. G. Philip.

Fik, Timothy J. 2000. The Geography of Economic

Development: Regional Changes, Global Challenges.

Boston: McGraw Hill Higher Education.

Fujita, M., Paul. K. and Venable. J. 1999. The Spatial Economy:

City, Regions and International Trade. The MIT Press

Cambridge, Massachusetts London, England.

Hartshorne, Richard. 1939. The Nature of Geography. The

Association Lancaster.

Hobbs, Joseph. J. 2012. Fundamental of World Regional

Geography: Third Edition. CengageBrain User.

Julliard, E. 1974. La”region”, Ophrys, Paris. http://

www.eolss.net/sample-chapters/c01/e6-14-03-10.pdf.

Diakses tanggal 3 Maret 2014.

Krugman, Paul. 1995. Growing World Trade: Cause and

Consequences. Brookings Papers on Economic Activity,

I. Page 327-377.

Martono, Primasto. A. 2008. Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi

dan Antar daerah di Wilayah Kedungsepur. Tesis.

Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah

dan Kota. Universitas Diponegoro, Semarang.

Mustofa, Bisri. Inung Sektiyawan. 2008. KAMUS LENGKAP

GEOGRAFI. Panji Pustaka: Yogyakarta

Nazara, Suahazil. 2009. Bahan Kuliah Ekonomi Regional. Bahan

Ajar Kuliah Ekonomi Regional PPIE Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Strabo. 1970. Geography: v. 6. Loeb.

Subanti dan Hakim. 2009. Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi

Tenggara: Pendekatan Sektor Basis dan Analisis Input-

output. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan. Vol.

10, No. 1: 13-33

Syaeful, Hadi. B. 2008. Geografi Regional Indonesia. Jurusan

Pendidikan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi,

Universitas Negeri Yogyakarta.

www.ekon.go.id. MP3EI

White, Kristopher D. 2004. Re-Thinking the Measurement of

Economic Development: Application of a Revised

Development Index to Central Asia. Paper. Kazakhstan

Institute of Management, Economic and Strategic

Research.

Wood, Gerald. 1999. On the Future of Regional Geography.

Geographica Helvetica Jg. 54 1999/Heft 4.

Yeung, Henry. W-Chung. 2002. The Limits to Glonalization

Theory: A Geographic Perspective on Global Economic

Change. Economic Geogrphy. Vol. 78, Page 285-305.

http://www.statsamerica.org/innovation/guide/

practitioners_guide.pdf. Diakses tanggal 7 Maret 2014.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 31: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

OPTIMALITAS PENGGUNAAN LAHAN BAGI PENGEMBANGAN DAERAH PERKOTAAN

DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI “MP3EI HIJAU” (STUDI KASUS JABODETABEK)

Oleh: Anita Sitawati Wartaman

PENDAHULUAN

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, menjadikan wila-

yah Jabodetabek sebagai salah satu dari 22 kegiatan

utama yang didorong untuk realisasi investasi skala be-

sar. Dalam skala nasional, nilai investasi pengembangan

Jabodetabek Area menempati urutan ke-dua tertinggi

setelah sektor migas. Ini berarti, pelaksanaan MP3EI akan

membawa konsekuensi pada semakin intensifnya

kegiatan perekonomian di wilayah Jabodetabek.

Peningkatan kegiatan perekonomian tersebut akan

berdampak terhadap semakin meningkatnya perluasan

lahan terbangun, sehingga mengakibatkan semakin

berkurangnya kemampuan lahan untuk meresap air dan

pada gilirannya menjadikan semakin rendahnya

ketersediaan air tanah. Sementara, saat ini masalah

rendahnya ketersediaan air bersih di Jabodetabek justru

merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh

Jabodetabek Area (Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, 2011:90)

Tidak terlepas dari hal di atas, sumberdaya alam memiliki

keterbatasan untuk menampung kegiatan manusia.

Memperhatikan adanya keterbatasan ketersediaan

sumberdaya alam di atas dan pelaksanaan MP3EI

merujuk pada pembangunan berkelanjutan; maka

pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam,

khususnya sumberdaya air dalam mendukung

pelaksanaan MP3EI, harus memperhatikan azas

keberlanjutan.

Untuk memenuhi kebutuhan aktivitas manusia, sumber

air bersih yang paling sering digunakan bersumber dari

air permukaan dan air tanah. Penggunaan air tanah ber-

esiko mengakibatkan penurunan muka tanah dan infil-

trasi air laut. Selain itu, air tanah terutama air tanah da-

lam dikategorikan sebagai sumberdaya alam tidak

terbarukan (non renewable resources) karena diperlukan

± 300 tahun untuk dapat terisi kembali (Fatimah dkk,

2012). Oleh sebab itu, pemanfaatan air tanah untuk

pemenuhan kebutuhan air bersih sebaiknya dibatasi.

Dengan demikian, sumber air bersih yang digunakan

untuk mendukung aktivitas manusia, sebaiknya

bersumber dari air permukaan.

Di muka bumi, besarnya penyimpanan air permukaan

tergantung antara lain dari penggunaan lahan. Semakin

luas penggunaan lahan daerah terbangun, kemampuan

tanah menyerap air juga semakin berkurang karena sifat

perkerasan tutupan lahan. Terkait dengan program

pengembangan Jabodetabek Area yang merupakan

salah satu kegiatan utama dalam MP3EI,

pengembangan daerah terbangun sebagai salah satu

alat dalam menjaga ketersediaan air bersih perlu

diperhatikan.

TUJUAN PENELITIAN

Dalam upaya mendukung pelaksanaan MP3EI

berkelanjutan, secara umum penelitian ini bertujuan

untuk mengkaji hubungan antara pengembangan

daerah terbangun dan daya dukung lingkungan,

khususnya dalam upaya menjaga ketersediaan air bersih

bagi pengembangan daerah perkotaan hingga tahun

2025. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat

menjawab pertanyaan (i) lokasi mana yang masih

memungkinkan untuk pengembangan kawasan

perkotaan dalam upaya mendukung pelaksanaan

MP3EI? dan (2) bagaimana skenario optimalitas

penggunaan lahan untuk mempertahankan

ketersediaan air tanah di wilayah Jabodetabek

METODOLOGI

Pendekatan :

Dalam mendukung pelaksanaan MP3EI hijau khususnya

terkait dengan ketersediaan air bersih, daya dukung

lingkungan suatu wilayah menjadi faktor penting yang

harus diperhatikan agar proses pembangunan dapat

berkelanjutan.

FOKUS

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 32: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Analisis lingkup wilayah menggunakan pendekatan

satuan wilayah ekologis Daerah Aliran Sungai (DAS).

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan daerah yang

dibatasi oleh punggung-punggung bukit dimana air

hujan yang jatuh di daerah tersebut dialirkan melalui

sungai sungai kecil kemudian ke sungai utama (Asdak,

2002). DAS merupakan satuan pemantauan tataguna

lahan yang baik karena dalam suatu DAS terjadi siklus

hidrologi yang dapat menunjukkan adanya keterkaitan

biofisik antara daerah hulu dan hilir. Aktivitas perubahan

penggunaan lahan dapat memberi dampak dalam

bentuk antara lain perubahan fluktuasi debit air. Secara

hidrologis DAS memiliki karakteristik khusus yang

berhubungan dengan unsur utamanya yaitu jenis tanah,

tataguna lahan, topografi, kemiringan dan panjang

lereng.

Tidak terlepas dari hal di atas, Hujan jatuh ke bumi baik

secara langsung maupun melalui media misalnya

melalui tanaman (vegetasi). Di bumi air mengalir dan

bergerak dengan berbagai cara. Secara gravitasi (alami)

air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang

rendah. Aliran air ini disebut aliran permukaan tanah

karena bergerak di atas muka tanah. Air permukaan

sering digunakan sebagai sumber air baku untuk

keperluan penyediaan air bersih. Penyimpanan air

permukaan besarnya tergantung antara lain dari kondisi

geologi dan penggunaan lahan. Semakin luas

penggunaan lahan daerah terbangun, kemampuan

tanah menyerap air juga semakin berkurang karena sifat

perkerasan tutupan lahan. Dengan demikian, semakin

luas daerah terbangun akan berpengaruh terhadap

kondisi air tanah baik secara kualitas maupun kuantitas.

Hubungan antara kondisi tutupan lahan yang

mengekspresikan suatu penggunaan lahan dan

kemampuan menyerap air di representasikan melalui

modifikasi metode Rasional dengan rumus:

L = 1/360 (1-C) . I . A

dimana:

L = Debit laju resapan air (m3/detik)

(1-C) = Koefisien laju resapan air, yang besarnya

tergantung pada karakteristik tutupan lahan

I = Intensitas curah hujan rata-rata (mm/jam)

A = Luas daerah (Ha)

Dalam penelitian ini, nilai koefisien limpasan (C) yang

digunakan sebagai berikut:

Sumber : SNI 03-2415-1991, dalam Yelza, Merry. Pengaruh Perubahan

Tata Guna Lahan Terhadap Debit Limpasan Drainase di Kota Bukit

Tinggi.

Penggunaan lahan daerah tidak terbangun yang

diasumsikan sebagai ruang terbuka hijau (taman/

lapangan bermain/pekuburan) memiliki koefisien limpa-

san (run-off) sangat kecil, yaitu sekitar 0,10 (Tabel 1). Ini

berarti, daya menyerap air penggunaan lahan ruang ter-

buka hijau tersebut sangat tinggi. Untuk itu, dalam

penelitian ini, ketersediaan ruang terbuka digunakan

sebagai salah satu alat kendali penataan ruang bagi

usaha mempertahankan ketersediaan air tanah. Dalam

Pasal 17 Undang-undang Tata Ruang Nomor 26 tahun

2007 pun dinyatakan bahwa dalam rangka pelestarian

lingkungan, dalam rencana tata ruang wilayah

ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh)

persen dari luas daerah aliran sungai. Berdasarkan ulasan

di atas; dalam penelitian ini, ketersediaan Ruang Terbuka

dan metoda Rasional digunakan sebagai pendekatan

utama penilaian tata ruang dan lingkungan.

Selain itu, luas perkerasan tutupan lahan pada daerah

terbangun juga ditentukan oleh faktor persentase per-

bandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan

gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah per-

petakan/daerah perencanaan yang dikuasai atau yang

disebut dengan istilah KDB. Semakin besar angka KDB

nya, semakin luas lantai dasar bangunan gedung yang

dapat dibangun dan semakin kecil ruang terbuka pada

lahan/tanah perpetakan. Dengan demikian, dalam

penelitian ini, nilai KDB digunakan sebagai pendekatan

penilaian optimalitas penggunaan lahan.

Penggunaan Lahan

C Keterangan

Pertanian dan tegalan

0,5 Asumsi karakteristik tanah lempung dan sejenisnya

Daerah terbangun

0,6 Asumsi nilai rata-rata untuk daerah permukiman padat, perdagangan dan industri

Daerah tidak terbangun

0,1 Asumsi merupakan ruang terbuka hijau (taman/ lapangan bermain dan kuburan)

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 33: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Lingkup Penelitian :

DAS yang menjadi lokasi penelitian

adalah wilayah Jabodetabek yang

terletak di (1) DAS Cisadane, (2) DAS

Kali Angke, (3) DAS Kali Pesanggra-

han, (4) DAS Kali Krukut, (5) Das Cili-

wung, (6) Das Kali Sunter, (7) DAS

Kali Cakung dan (8) DAS Kali Bekasi.

Total luas wilayah DAS sekitar 349,7

ribu hektar.

Dalam upaya menjaga ketersediaan

air tanah baku di wilayah

Jabodetabek, lingkup penelitian

akan memfokuskan pada upaya

menemukenali optimasi

penggunaan lahan bagi

pengembangan daerah perkotaan

di wilayah Jabodetabek yang

termasuk ke dalam lingkup 8

(delapan) DAS di atas.

Data yang Dibutuhkan

Untuk mencapai tujuan penelitian,

jenis data yang digunakan adalah

data sekunder, yang terdiri atas :

1. Penggunaan lahan DAS

Cisadane, Kali Angke, Kali

Pesanggrahan, Kali Krukut,

Ciliwung, Kali Sunter, Kali

Cakung dan Kali Bekasi.

2. Curah hujan

3. Kebijkan dan standar-standar

terkait, antara lain Undang-

Undang Republik Indonesia

Nomor 26 tahun 2007 tentang

Penataan Ruang.

Data-data tersebut diperoleh

melalui survey institusional.

Sedangkan berdasarkan waktu

pengambilan, data yang

dipergunakan termasuk ke dalam

bentuk jenis data cross section.

Tahapan Analisa

Pada penelitian ini, unit analisa yang

digunakan adalah satuan wilayah

ekologis Daerah Aliran Sungai (DAS).

Variabel penilainya berorientasi

pada variabel fisik. Proses analisa

yang dilakukan meliputi:

1. Menghitung luas distribusi

penggunaan lahan tiap DAS pada

tahun 2010. Dalam penelitian ini,

penggunaan

lahan diklasifikasikan menjadi (1)

penggunaan lahan daerah

terbangun dan (2) penggunaan

lahan ruang terbuka. Penggunaan

lahan ruang

terbuka itu sendiri dirinci lagi

menjadi 2 klas, yaitu penggunaan

lahan (1) pertanian dan tegalan,

dan (2) penggunaan lahan daerah

tidak terbangun yang meliputi

taman dan pemakaman, rawa,

sungai, dan kolam, semak dan

hutan, hutan bakau, dan tanah

berbatu.

2. Mengidentifikasikan DAS yang

dikategorikan memiliki kondisi

“baik” dan kondisi “tidak baik”.

Kriteria identifikasi menggunakan

pendekatan Pasal 17 UU Tata

Ruang nomor 26 tahun 2007.

Suatu DAS dikategorikan memiliki

kondisi ‘baik’ bila memiliki RTH di

atas 30% dan ‘kurang baik’ bila

memiliki RTH di bawah atau sama

dengan 30%. DAS yang memiliki

kondisi “baik” merupakan DAS

terpilih bagi pengembangan

wilayah perkotaan.

3. Memprediksikan distribusi

penggunaan lahan tahun 2025

pada DAS terpilih. Pasal 17 UU

Nomor 26 Tahun 2007 tentang

ketersediaan ruang terbuka

hijau digunakan sebagai

pendekatan dalam melakukan

prediksi penggunaan lahan

tahun 2025.

4. Menghitung laju resapan air

permukaan pada tahun 2010 dan

2025. Perhitungan laju resapan air

permukaan menggunakan

pendekatan modifikasi metoda

rasional. Perhitungan

menggunakan asumsi bahwa nilai

C untuk kawasan terbangun

adalah 0,60, nilai C untuk

pertanian dan tegalan adalah 0,5,

dan nilai C untuk daerah tidak

terbangun adalah 0,10 serta curah

hujan rata-rata = 2.500 mm/

tahun.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 34: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

5. Menghitung distribusi penggunaan lahan dan laju

resapan air permukaan pada tahun 2025 dengan

menggunakan 3 model, yaitu model distribusi

penggunaan lahan dengan KDB 40%, 30% dan 20%.

ANALISIS /DISKUSI

Total luas 8 (delapan) DAS yang berada di wilayah

Jabodetabek adalah 349.477 Ha. Luas distribusi

penggunaan lahan masing-masing DAS yang

dimaksudkan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel

1 di bawah ini.

Dengan menggunakan pendekatan Pasal 17 Undang-

undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007; hanya 3

DAS yang dapat dikatakan dalam keadaan “baik”, yaitu

DAS Ciliwung, DAS Cisadane dan DAS Kali Bekasi (Tabel

1). Sementara, DAS Kali Angke, DAS Kali Pesanggrahan,

DAS Kali Krukut, Das Kali Sunter, dan DAS Kali Cakung

dapat dikatakan “kurang baik”. Berdasarkan hasil

identifikasi di atas, untuk melindungi ketersediaan air

tanah baku bagi kebutuhan manusia, perluasan daerah

perkotaan di wilayah Jabodetabek sebaiknya di arahkan

pada wilayah Jabodetabek yang terletak pada DAS

Cisadane, DAS Kali Bekasi dan DAS Ciliwung.

Berdasarkan kondisi penggunaan lahan di atas (Tabel 1),

debit laju resapan air untuk wilayah Jabodetabek yang

terletak pada 8 DAS pada tahun 2010 dapat di lihat pada

Tabel 2 di bawah ini.

Bila dihitung laju resapan air untuk wilayah Jabodetabek

secara keseluruhan, dengan nilai C rata-rata 0,48; maka

laju resapan air pada tahun 2010 adalah 145,58 m3/detik.

Dalam upaya melaksanakan MP3EI hijau, yaitu me-

manfaatkan sumberdaya alam secara optimal dengan

tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem; Pasal 17

Undang-undang Penataan Ruang No 26 tahun 2007

digunakan sebagai pendekatan utama dalam melakukan

prediksi distribusi penggunaan lahan tahun 2025.

Dengan menggunakan pendekatan tersebut, perluasan

daerah terbangun hanya dapat dilaksanakan sekitar 86

ribu hektar. Arahan lokasi perluasan daerah terbangun

adalah pada DAS Ciliwung sekitar 5 ribu hektar, DAS

Cisadane sekitar 67 ribu hektar dan DAS Kali Bekasi

sekitar 14 ribu hektar (Tabel 3).

NO.   PENGGUNAAN LAHAN  

WILAYAH JABODETABEK

DAS CILIWUNG

DAS CISADANE

DAS K. ANGKE

DAS K. BEKASI

DAS K. CAKUNG

DAS K.KRUKUT

DAS K. PESANGGRAHAN

DAS K. SUNTER

TOTAL

1. Daerah terbangun 21.608 38.558 23.014 22.539 13.791 18.594 14.451 14.470 167.025

% 56 26 76 42 78 83 78 79 48

2. Ruang Terbuka

a Pertanian dan Tegalan

9.918 76.903 6.158 22.519 2.993 1.900 3.327 2.014 125.732

b Daerah tdk terbangun

6.762 35.338 1.225 8.014 999 1.859 673 1.849 56.720

Sub total ruang terbuka

16.680 112.240 7.383 30.534 3.992 3.759 4.001 3.863 182.452

% 44 74 24 58 22 17 22 21 52

TOTAL 38.288 150.798 30.397 53.072 17.783 22.353 18.452 18.334 349.477

Tabel 1. Luas Distribusi Penggunaan Lahan Wilayah Jabodetabek Tahun 2010

NO. PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha) KOEFISIEN

LAJU RESAPAN AIR CURAH HUJAN

(mm/jam) LAJU RESAPAN AIR

(m3/detik)

1. Daerah terbangun 167.025 0,4 0,29 53,82

2. Ruang Terbuka

a Pertanian dan Tegalan 125.732 0,5 0,29 50,64

b Daerah tdk terbangun 56.719 0,9 0,29 41,12

Sub total ruang terbuka 182.451

TOTAL 349.476

Tabel 2. Laju Resapan Air Wilayah Jabodetabek Tahun 2010

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 35: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Dari Tabel 3 di atas tampak bahwa

total luas daerah terbangun pada

DAS Ciliwung menjadi 26.776 Ha

atau sekitar 69,93% dari total luas

DAS. Total luas daerah terbangun

pada DAS Cisadane adalah 105.558

Ha atau sekitar 70,00% dari total luas

DAS, dan total luas daerah

terbangun pada DAS Kali Bekasi

adalah 37.039 Ha atau sekitar

69,79% dari total luas DAS.

Selain menggunakan pendekatan

Pasal 17 Undang-undang Penataan

Ruang No 26 tahun 2007, prediksi

juga dilakukan dengan

menggunakan asumsi bahwa alih

fungsi lahan untuk perluasan daerah

terbangun hanya terjadi pada areal

pertanian dan tegalan. Sedangkan,

penggunaan lahan ruang terbuka

lainnya (taman dan pemakaman,

rawa, sungai, dan kolam, semak dan

hutan, hutan bakau, dan tanah ber-

batu) diasumsikan tetap. Dengan

konfigurasi distribusi penggunaan

lahan seperti pada Tabel 3, total laju

resapan air wilayah Jabodetabek

yang terletak pada 8 DAS dapat di

lihat pada Tabel 4.

Secara keseluruhan, dengan nilai C

rata-rata 0,49; laju resapan air pada

wilayah Jabodetabek tahun 2025

adalah 138,60 m3/detik. Jika

dibandingkan dengan laju resapan

air tahun 2010 (145,58 m3/detik),

terjadi penurunan daya dukung

lingkungan dalam aspek

penyerapan air tanah sekitar 5%.

Dari perhitungan di atas tampak

bahwa karakteristik tutupan lahan

sebagai ekspresi dari suatu

penggunaan lahan, sangat

berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya laju resapan air tanah.

Untuk menambah laju resapan air

tanah, dengan tidak merubah

penggunaan lahan suatu kawasan;

Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

dapat digunakan sebagai

pendekatan pembatasan perkerasan

tutupan lahan. KDB kecil perlu

diberlakukan khususnya pada

wilayah-wilayah yang dapat

berpotensi sebagai daerah resapan

air tanah, yaitu kawasan yang

mempunyai kemampuan tinggi

untuk meresapkan air hujan

sehingga merupakan tempat

pengisian air bumi (akifer) yang

berguna sebagai sumber air. Suatu

kawasan ditetapkan sebagai

kawasan resapan air apabila

memiliki curah hujan yang tinggi,

struktur tanah yang mudah

meresapkan air dan bentuk

geomorfologi yang mampu

meresapkan air hujan secara besar-

besaran.

Pada penelitian ini dilakukan

perhitungan penerapan KDB dalam

3 model, yaitu KDB 40%, 30% dan

20%. Distribusi penggunaan lahan

dengan menggunakan KDB 40%,

30% dan 20% yang dimaksudkan

dapat dilihat pada Tabel 5.

Penambahan ruang terbuka sebagai

dampak pengurangan KDB berkisar

sekitar 50-70 % (Tabel 5). Dengan

komposisi distribusi penggunaan

lahan seperti pada Tabel 5 di atas,

total laju resapan air wilayah

Jabodetabek dapat di lihat pada

Tabel 6.

Tabel 3. Luas Distribusi Penggunaan Lahan Wilayah Jabodetabek Tahun 2025

PENGGUNAAN LAHAN  

WILAYAH JABODETABEK

DAS CILIWUNG

DAS CISADANE

DAS K. ANGKE

DAS K.BEKASI

DAS K. CAKUNG

DAS K.KRUKUT

DAS K. PESANGGRAHAN

DAS K. SUNTER

TOTAL

1. Daerah terbangun

26.776 105.558 23.014 37.039 13.791 18.594 14.451 14.470 253.693

% 69,93 70,00 75,71 69,79 77,55 83,18 78,32 78,93 72,59

2. Ruang Terbuka

a Pertanian dan Tegalan

4.750 9.903 6.158 8.019 2.993 1.900 3.327 2.014 39.065

b Daerah tdk terbangun

6.762 35.338 1.225 8.014 999 1.859 673 1.849 56.720

Sub total ruang terbuka

11.512 45.241 7.383 16.033 3.992 3.759 4.000 3.863 95.785

% 30,07 30,00 24,29 30,21 22,45 16,82 21,68 21,07 27,41

TOTAL 38.288 150.798 30.397 53.072 17.783 22.353 18.452 18.334 349.477

NO.  

NO. PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha)

KOEFISIEN LAJU RESAPAN

AIR

CURAH HUJAN

(mm/jam)

LAJU RESAPAN AIR (m3/detik)

1. Daerah terbangun 253.693 0,4 0,29 81,75

2. Ruang Terbuka

a Pertanian dan Tegalan 39.065 0,5 0,29 15,73

b Daerah tdk terbangun 56.720 0,9 0,29 41,12

Sub total ruang terbuka 95.785

TOTAL 349.478

Tabel 4. Laju Resapan Air Wilayah Jabodetabek Tahun 2025

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 36: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Bila dibandingkan dengan laju resapan air permukaan

tahun 2010; tampak bahwa dengan penerapan KDB

sebesar 40%, terdapat peningkatan daya dukung

lingkungan, laju resapan air permukaan bertambah

sekitar 9%. Sedangkan bila KDB daerah terbangun 30%,

terdapat penambahan laju resapan air permukaan

sekitar 17%, dan bila KDB daerah terbangun 20%,

terdapat penambahan laju resapan air permukaan

sekitar 21%. Dari hitungan di atas, tampak jelas peranan

KDB dalam mengatur laju resapan air tanah. Dalam

upaya mewujudkan MP3EI hijau, penerapan KDB yang

tepat bagi pengembangan daerah terbangun,

merupakan salah satu upaya mengatasi ketersediaan air

tanah di Jabodetabek.

KESIMPULAN

1. Dalam mendukung MP3EI hijau, rencana perluasan

kawasan perkotaan di wilayah Jabodetabek

sebaiknya di arahkan pada wilayah Jabodetabek

yang terletak pada DAS Ciliwung, DAS Cisadane dan

DAS Kali Bekasi. Secara lebih rinci, untuk

menemukenali lokasi terpilih diperlukan analisis

korelasi antara pola penggunaan lahan dan faktor

ketinggian permukaan tanah.

2. Sebagai akibat dari adanya perluasan kawasan

perkotaan di wilayah Jabodetabek tersebut, pada

tahun 2025 terjadi penurunan daya dukung

lingkungan dalam aspek penyerapan air tanah

sekitar 5%. Untuk menambah laju resapan air tanah,

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dapat digunakan

sebagai pendekatan pembatasan perkerasan

tutupan lahan. KDB kecil perlu diberlakukan

khususnya pada wilayah-wilayah yang dapat

berpotensi sebagai daerah resapan air tanah. Asumsi

KDB daerah terbangun 40%, terdapat peningkatan

daya dukung lingkungan, laju resapan air

permukaan bertambah sekitar 9%. Sedangkan bila

KDB daerah terbangun 30%, terdapat penambahan

laju resapan air permukaan sekitar 17%, dan bila KDB

daerah terbangun 20%, terdapat penambahan laju

resapan air permukaan sekitar 21% dibandingkan

dengan laju resapan air tahun 2010. Untuk

menemukenali lokasi yang tepat bagi penerapan

alternatif KDB 40%, 30% atau 20%, diperlukan

analisis korelasi antara pola penggunaan lahan

lokasi terpilih dan kondisi geologi lokasi terpilih.

DAFTAR PUSTAKA

_____Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26

tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

_____Analisa Hidrologi Terapan Untuk Perencanaan

Drainase Perkotaan. http://

referensi.dosen.narotama.ac.id. 16 September

2012

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. 2011

Suryanto, 2007. Daya Dukung Lingkungan Daerah Aliran

Sungai Untuk Pengembangan Kawasan

Permukiman (Studi Kasus Das Beringin Kota

Semarang). Magister Tesis. Program

PascasarjanaMagister Teknik Pembangunan

Wilayah Dan Kota Universitas DiponegoroSemarang

Yelza, Merry dkk. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan

Terhadap Debit Limpasan Drainase di Kota Bukit

Tinggi. www.ftsl.itb.ac.id/wp.../95010005-Merry-

Yelza.pdf , 9 Januari 2014

Tabel 5. Luas Distribusi Penggunaan Lahan Wilayah Jabodetabek

Berdasarkan KDB 40%, 30% dan 20% Tahun 2025

NO. LUAS LAHAN

KDB 40% KDB 30% KDB 20%

1. Daerah terbangun 201.825 193.125 184.425

2. Ruang Terbuka

a Pertanian dan Tegalan 38.732 38.732 38.732

b Daerah tdk terbangun 108.919 117.619 126.319

Sub total ruang terbuka

147.651 156.351 165.051

TOTAL 349.476 349.476 349.476

PENGGUNAAN LAHAN

Tabel 6. Laju Resapan Air Wilayah Jabodetabek Berdasarkan

Disrtibusi Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Model KDB

40%, 30% dan 20% pada Tahun 2025

NO. PENGGUNAAN

LAHAN

LAJU RESAPAN AIR

KDB 40% KDB 30% KDB 20%

1. Daerah terbangun 65,03 62,23 59

2. Ruang Terbuka

a Pertanian dan Tegalan

15,60 15,60 16

b Daerah tdk terbangun

78,97 85,27 92

Wilayah Jabodetabek

159,60 163,10 166,61

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 37: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

DINAMIKA PEMAHAMAN EKONOMI REGIONAL

DAN GEOGRAFI EKONOMI

Oleh: Arief Prasetyo

PENDAHULUAN

Manusia diciptakan sebagai mahluk yang tidak pernah

puas. Dalam kehidupannya manusia selalu dituntut

untuk sebisa mungkin memenuhi kebutuhan hidupnya.

Baik yang berupa kebutuhan hidup primer, sekunder

maupun tersier. Namun demikian manusia terbentur

oleh keterbatasan alat pemuas kebutuhan tersebut.

Manusia dituntut untuk melakukan usaha pemenuhan

kebutuhan ini. Usaha untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya ini diartikan sebagai kegiatan ekonomi.

Kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia tidak

terlepas dari proses produksi, distribusi dan konsumsi

berbagai produk barang dan jasa. Pada

perkembangannya ilmu ekonomi mulai berkembang

dan mulai muncul berbagai cabang ilmu ekonomi yang

lebih spesifik pada bidang ekonomi tertentu.

Samuelson (1955) mengungkapkan bahwa persoalan

pokok ilmu ekonomi sejatinya mencakup tiga hal:

1) barang apa yang diproduksi. Hal ini bersangkut paut

dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang

ada dalam masyarakat.

2) bagaimana atau oleh siapa barang itu diproduksi.

Hal ini bersangkut paut dengan pilihan tehnologi

untuk menghasilkan barang tersebut dan apakah

ada pengaturan dalam pembagian peran itu.

3) untuk siapa atau bagaimana pembagian hasil dari

kegiatan memproduksi barang tersebut. Hal ini

bersangkut paut dengan pengaturan balas jasa,

sistem perpajakan, subsidi, bantuan kepada fakir

miskin, dll.

Ketiga hal ini melandasi analisis ekonomi klasik. Namun

ada beberapa permasalahan pokok ilmu ekonomi yang

juga dibahas oleh pakar lain, yaitu :

4) kapan berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan.

Pertanyaan ini dijawab dengan menciptakan teori

ekonomi dinamis (dynamic economic analysis)

dengan memasukkan unsur waktu ke dalam analisis.

5) dimana lokasi dari berbagai kegiatan tersebut.

Di dalam ilmu ekonomi regional untuk memecahkan

masalah khusus yang terpaut dengan pertanyaan

dimana diabaikan dalam analisis ekonomi

tradisional. Dalam pertanyaan ini ilmu ekonomi

regional berperan untuk menjawab.

Sebagai sebuah disiplin, ilmu ekonomi senantiasa

berkembang sesuai tuntuan zaman. Salah satu lompatan

ilmu yang cukup menarik dalam ilmu ekonomi adalah

dikenalnya konsep spatial economic. Konsep ini

merupakan bentuk ketidakpuasan terhadap konsep

ekonomi konvensional yang telah dikenal sebelumnya.

Dengan pendekatan ekonomi konvensional,

keuntungan diperhitungkan dari selisih antara harga jual

dikurangi biaya produksi. Sedangkan dengan

pendekatan ekonomi regional, keuntungan juga

mempertimbangkan biaya transport. Biaya transport ini

meliputi biaya transport ke pasar (market) maupun ke

sumber produksi. Dari titik inilah mulai muncul kajian

baru mengenai ekonomi yaitu regional science dan

geografi ekonomi.

Kedua kajian tersebut sebenarnya berangkat dari

pemikiran yang sama, yaitu bagaimana untuk

menganalisis mengenai kegiatan ekonomi dari aspek

spatial (keruangan). Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat dan

mendekati kenyataan. Kajian ekonomi dengan

pendekatan spatial merupakan bentuk koreksi dari teori

ekonomi konvensional yang berkembang sebelumnya.

Namun demikian ada beberapa hal yang membedakan

antara ekonomi regional dan geografi ekonomi yang

akan dijelaskan dalam uraian selanjutnya. Menarik untuk

dikaji mengenai dinamika pemahaman perspektif

ekonomi regional dan geografi ekonomi, dengan

demikian akan lebih jelas untuk ditarik esensi nilai

kemanfaatan masing-masing cabang ilmu tersebut,

beserta kombinasi keduanya.

OPINI

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 38: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

ILMU WILAYAH

Aspek wilayah (spasial), adalah

dimensi yang belum banyak

terfikirkan dalam teori ekonomi

konvensional. Padahal aspek

wilayah atau lokasi sangat

berpengaruh terhadap keuntungan

yang akan diperoleh. Teori Lokasi

mulai diperkenalkan oleh John

Heinrich Von Th�nen (1826) dengan

dengan Bid Rent Theory. Von

Th�nen membuat sebuah model

yang menggambarkan bagaimana

pasar memberikan pengaruh

terhadap penggunaan lahan

pertanian.

Central Place Theory dikemukakan

oleh Walter Christaller setelah dia

menemukan adanya hubungan

ekonomi antara pusat kota dengan

daerah sekitarnya (hinterland). Dia

berasumsi bahwa semua daerah

adalah datar dan tidak ada batas

fisiografis yang membatasi mobilitas

orang. Dalam konsep Christaller,

treshold (ambang batas) adalah

konsep yang cukup penting, konsep

ini mengedepankan besar populasi

yang membutuhkan barang/jasa

pada suatu area, sehingga aktivitas

ekonomi yang dijalankan pada

lokasi itu akan tetap berkelanjutan.

Pada tahun 1954, August Losch

memodifikasi central place theory.

Hal ini dilakukan karena dia

berpendapat bahwa teori yang

dikembangkan oleh Christaller

sebelumnya terlalu kaku. Dia

berpendapat bahwa model

Christaller menyebabkan pola

distribusi barang/jasa dan akumulasi

keuntungan hanya didasarkan

sepenuhnya oleh lokasi. Christaller

tidak berfokus pada

memaksimalkan kesejahteraan

konsumen dan menciptakan

landscape konsumen dengan

meniminalkan perjalanan konsumen

dengan mempertahankan tingkat

keuntungan.

Regional Science atau dalam bahasa

Indonesia dikenal dengan istilah

ilmu wilayah. Definisi dari ilmu

wilayah itu sendiri adalah ilmu

yang mempelajari masalah

sosial yang memiliki dimensi

wilayah dan spasial dengan

cermat dan teliti, dengan

menggunakan penelitian

secara analitis dan empiris

(Isard,1956). Mencermati definisi

yang dikemukakan Issard, jelas

disebutkan bahwa aspek wilayah

(spasial) memegang peranan yang

penting dalam melakukan

memecahkan berbagai

permasalahan terutama masalah

sosial dan ekonomi. Dijelaskan pula

bahwa dimensi spasial bisa diteliti/

dikaji secara analitis maupun

empiris, artinya dimensi tersebut

bisa diukur dan dihitung untuk

mendapatkan sebuah kajian yang

tepat. Ilmu wilayah belum bisa

menjawab pertanyaan; dimana

semua aktifitas ekonomi tersebut

harus dilakukan? dan Mengapa

aktifitas ekonomi tersebut harus

bertempat di lokasi tertentu?

Regional Science menjadi lebih

terkenal ketika Walter Isard bersama

Wassily Leontief berhasil

menerapkan teori input-output.

merupakan uraian statistik dalam

bentuk matriks yang menyajikan

informasi tentang transaksi barang

dan jasa serta saling keterkaitan

antar satuan kegiatan ekonomi

(sektor) dalam suatu wilayah pada

suatu periode waktu tertentu. Model

ini menghasilkan indeks yang

mengukur total efek atau dampak

dari sebuah penambahan

kebutuhan akan tenaga kerja atau

penambahan pendapatan. Model ini

bisa digunakan dalam memprediksi

dan meramal dampak dari performa

dari ekonomi regional di masa

depan dan perubahan dalam

transaksi antar industri (Stimson,

Stough and Roberts, 2002). Pada

perkembangannya konsep ini bisa

diterapkan untuk kajian antar

wilayah yang dikenal sebagai

Interregional Input-Output Analysis.

Dalam tulisannya yang berjudul

Location and Space Economy, Isard

memasukkan unsur spasial/ruang.

Menurut Isard, General Theory of

Location and Space Economy

mencakup semua kegiatan ekonomi

dengan memperhatikan distribusi

geografis dari input dan output

serta distribusi geografis dari harga

dan biaya (dalam Fujita, 1999). Dari

sinilah kmudian Isard dianggap

sebagai pembaharu dari kajian ilmu

ekonomi sebelumnya yang hanya

terfokus pada supply dan demand

tanpa memperhatikan aspek spasial.

Bahkan kajian dari dari ahli ekonomi

sebelumnya seperti John von

Thunen, Webber, Christaller

maupun Losch yang telah mulai

mengenalkan konsep spatial

economic, tidak menyadari adanya

distribusi geografis dari input dan

output serta distribusi geografis dari

harga dan biaya yang mungkin tidak

sama untuk semua region.

Albert Hirschmann seorang ekonom

kelahiran Berlin Jerman, adalah

ekonom penganjur teori

pertumbuhan tidak seimbang.

Hirschmann berpendapat dalam

proses pertumbuhan selalu dapat

dilihat kemajuan pada satu titik

(titik) yang menimbulkan tekanan-

tekanan, ketegangan-ketegangan

dan dorongan-doronan pada titik

selanjutnya.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 39: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Hirschmann menggunakan istilah Titik Pertumbuhan

(Growth Point) atau Pusat Pertumbuhan

(Growth Centre). Antara pusat dan daerah belakang

terdapat ketergantungan dalam suplai barang dan tena-

ga kerja. Pengaruh yang paling hebat adalah migrasi

penduduk ke kota-kota besar (urbanisasi) akan dapat

mengabsorsikan tenaga kerja yang trampil dan pihak

lain akan mengurangi pengangguran tidak kentara di

daerah belakang. Dalam teorinya, ada dua kemungkinan

yang terjadi dalam suatu pertumbuhan, yaitu trickle

down dan polarization effect. Trickle down adalah aspek

positif dimana daerah yang lebih maju mampu

membantu daerah yang lebih terbelakang dengan cara

membeli faktor-faktor produksi, berinvestasi maupun

menyerap pengangguran. Sedangkan Polarization effect

adalah efek sebaliknya, dimana terjadinya sebuah

kemunduran yang bisa berupa migrasi tenaga kerja ke

kawasan/region yang lain. Walaupun terlihat suatu

kecenderungan yang suram, Hirschman optimis dan

percaya bahwa pengaruh trikling-down akan mengatasi

pengaruh polarisasi. Misalnya bila daerah perkotaan

berspesialisasi pada industri dan daerah perdesaan

berspesialisasi pada produksi primer, maka meluasnya

permintaan daerah perkotaan harus mendorong

perkembangan daerah perdesaan, tetapi apa yang

terjadi tidak seperti yang diharapkan (Nurhadi, 2003).

Hirschmann memandang hubungan antara berbagai

industri dalam menyediakan barang dan jasa yang

digunakan sebagai bahan mentah industri adalah

sebagai pendorong pembangunan pada sektor

produktif. Kegiatan ini menciptakan hubungan

keterkaitan ke depan (forward linkage effects) dan

pengaruh keterkaitan kebelakang (backward linkage

effects). Forward linkage effects maksudnya adalah

tingkat rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan

suatu industry terhadap perkembangan industri-industri

yang menggunakan produk industry yang pertama

sebagai input (bahan baku) mereka, sedangkan

backward linkage effects maksudnya adalah tingkat

rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu

industry terhadap perkembangan industri-industri yang

menyediakan input (bahan baku) bagi industri tersebut.

Gunnar Myrdal, seorang ekonom Swedia, pada tahun

1957 memberikan kritik kepada teori ekonomi klasik

yang menyebutkan bahwa mekanisme pasar dalam

jangka panjang dapat menciptakan struktur ekonomi

yang seimbang. Myrdal berpendapat bahwa proses

pembangunan jangka panjang justru akan

menyebabkan ketimpangan-ketimpangan

perkembangan ekonomi antar wilayah. Teori yang

dikemukakan Myrdal memberikan gambaran yang

sederhana mengenai penjalaran dampak industrialisasi

terhadap proses sosial-ekonomi yang berjalan menurut

pola sirkulatif-kumulatif. Myrdal menyatakan bahwa

bahwa, apapun alasannya, ekspansi industri yang

berawal dari pusat pertumbuhan (growth centre) akan

menyebabkan meluasnya keuntungan internal dan

eksternal industri bersangkutan sehingga memperkuat

pertumbuhannya, namun dengan mengorbankan

daerah lain. Menurut pandangannya, ekonomi ini tidak

hanya mencakup keahlian tenaga kerja dan modal

publik, tetapi juga perasaan positif untuk tumbuh dan

semangat dari pengusaha/wiraswasta baru (Hafidz,

2009).

Myrdal memperkenalkan konsep backwash effect dan

spread effect. Backwash effect diartikan sebagai wilayah

yang maju akan menghambat perkembangan wilayah

yang lebih terbelakang, sedangkan spread effect

memiliki pengertian bahwa wilayah yang lebih maju

akan menciptakan keadaan yang mendorong

perkembangan wilayah-wilayah yang masih

terbelakang. Konsep ini sangat identik dengan konsep

Albert Hirschmann yaitu trickle down dan polarization

effect. Namun, dalam penekanan pembahasan dan

kesimpulan-kesimpulan terdapat perbedaan yang cukup

besar. Analisa Myrdal memberikan kesan pesimistis, ia

berpendapat bahwa polarisasi muncul lebih kuat dari

pada penyebaran pembangunan, permintaan faktor-

faktor produksi akan menumpuk di daerah-daerah

perkotaan yang memberikan manfaat kepadanya, dan

sebaliknya di daerah perdesaan yang tidak

menguntungkan akan menipis (Nurhadi, 2003).

Friedman, 1979, menampilkan teori core-periphery

region. Teori ini mencoba untuk memandang aspek

spasial (ruang), lokasi, serta persoalan-persoalan

kebijaksanaan dan perencanaan pengembangan

wilayah dalam ruang lingkup yang lebih umum. Konsep

ini periphery region atau daerah pinggir berada di

sekeliling core region atau daerah inti. Friedman

menjelaskan bahwa pembangunan yang terjadi adalah

bergerak dari daerah inti (core) dan kemudian menuju

daerah sekitarnya (periphery). Hal ini karena daerah inti

(core) umumnya lebih dinamis jika dibandingkan

dengan daerah pinggiran (periphery) yang lebih statis.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 40: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Friedman menyatakan bahwa

bahwa dalam skala regional terdapat

hirarki pusat-pusat pertumbuhan

adalah sebagai berikut “Pusat

Pertumbuhan Primer” yang

merupakan pusat utama dari daerah

yang dapat merangsang

pertumbuhan pusat-pusat yang

lebih rendah tingkatannya; “Pusat

Pertumbuhan Sekunder” yang

berperan memperluas dampak

perambatan ke wilayah yang tidak

terjangkau oleh pusat pertumbuhan

primer; dan “Pusat Pertumbuhan

Tersier” sebagai titik pertumbuhan

bagi daerah belakangnya (Hafidz,

2009).

Michael Porter pada 1990-an

memberikan perhatian pada

regional cluster dari sektor-sektor

industri yang berhubungan dengan

tujuan meningkatkan produktifitas,

inovasi dan daya saing secara

umum. Porter berpendapat bahwa

industri-industri yang berada dan

berkumpul pada suatu tempat

(cluster) akan berdampak positif

pada produktifitas. Porter

menjelaskan interaksi tersebut

sangat bergantung pada empat

faktor, yaitu: strategi, struktur dan

persaingan perusahaann; kondisi

faktor input; kondisi permintaan;

dan industri yang yang

berhubungan dan mendukung.

Interaksi yang intensif dari keempat

faktor tersebut akan menghasilkan

produktifitas yang lebih baik,

meningkatnya inovasi dan

pertumbuhan sektor ekspor. Porter

(1990) menyebutkan pentingnya

konsentrasi perusahaan secara

geografis untuk yang akan

memperbaiki cluster’s work. Namun

demikian Porter tidak mendifinisikan

secara jelas mengenai aspek

keruangan dari cluster yang

dimaksud (Vuković dkk., 2012).

Porter (dalam Vuković dkk,, 2012)

mendefinisikan cluster sebagai

perusahaan yang terkonsentrasi

secara geografis dan masing-masing

perusahaan masing-masing

terhubung dengan specialized

suppliers, penyedia jasa yang

beroperasi pada industry yang sama

dan berhubungan dengan beberapa

instansi seperti universitas ataupun

lembaga-lembaga perdagangan.

Walaupun pendekatan yang

diberikan oleh Porter menjadikan

bidang ekonomi regional menjadi

lebih dikenal, namun pendekatan

yang diberikan belum sempurna dan

segera mendapat berbagai kritik.

Porter banyak berbicara mengenai

dampak sebuah cluster terhadap

keunggulan wilayah/negara. Dia

menyatakan bahwa jika sebuah

negara menciptakan sebuah

lingkungan bisnis, dimana negara

memberikan dukungan penuh

dengan menciptakan situasi yang

nyaman, maka hal itu akan

mencerminkan keunggulan

kompetitif dari negara itu. Porter

juga menambahkan bahwa hal ini

bisa diaplikasikan dalam skala

regional. Namun hal ini segera

mendapat bantahan, salah satunya

dari Paul Krugman.

Krugman berpendapat bahwa

sebuah negara tidak bersaing

dengan negara lainnya. Kompetisi

antar perusahaan dan wilayah tidak

bisa dibandingkan. Perusahaan

dapat dengan mudah masuk atau

keluar dari suatu negara tergantung

dari keuntungan dan prospek

bisnisnya. Namun sebuah negara

tidak dengan mudah melupakan

wilayahnya yang sudah tertentu

(given).

GEOGRAFI EKONOMI

Geografi ekonomi adalah

sub-disiplin dari ilmu geografi yang

memanfaatkan pendekatan geografi

dalam mempelajari ekonomi.

Lingkup studinya adalah tentang

variasi wilayah di muka bumi yang

mencakup aktifitas manusia seperti

produksi, konsumsi dan distribusi

dalam hubungannya dengan

lingkungan tempat hidupnya

(Alexander, 1963). Secara historis,

geografi ekonomi disibukkan

dengan jarak dan tatanan hierarkis

dari pemukiman, lokasi optimal

untuk manufaktur dan kegiatan ritel,

dan struktur geografis perdagangan

dan komunikasi. Dalam hal ini,

geografi ekonomi tegas berlabuh

dalam teori lokasi dan metode serta

teknik optimasi yang terkait dengan

teori ekonomi utama (Clark dkk.

2000).

Barnes (2000) menjelaskan ada dua

teori mengenai munculnya disiplin

ilmu geografi ekonomi. Pertama,

adalah era ketika beberapa disiplin

ilmu (terutama dari ilmu sosial)

diperkenalkan di beberapa

universitas di Eropa Barat dan

Amerika Utara, salah satunya ilmu

Geografi Ekononomi. Kedua,

kemunculan disiplin ilmu geografi

ekonomi berkaitan dengan erat

dengan kolonoalisme. Banyak

tulisan yang menghubungkan

munculnya disiplin Geografi

Ekonomi dengan munculnya

imperialisme di Eropa Barat pada

abad ke-19. Hubungan antara

imperialisme dan kemunculan

geografi ekonomi adalah hubungan

mengenai konsep environment

determinism yang sering

dikemukakan oleh geograf masa itu

dengan pembenaran imperialisme.

Konsep environment determinism

adalah konsep yang menyebutkan

bahwa lingkungan alami

mempengaruhi penduduk lokal

(given people).

Page 41: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Contohnya adalah penduduk di lingkungan tropis dinya-

takan kurang bertenaga jika dibandingkan dengan

penduduk di Eropa.

Perkembangan ilmu Geografi Ekonomi tidak lepas dari

jasa seorang George G Chisholm (1850-1930). Chisholm

menulis sebuah buku berjudul Handbook of Commercial

Geography (1889) yang banyak berisi tentang semua

produksi komoditas dunia dan kondisi geografis untuk

perdagangan. Chisholm tidak hanya menilai keuntungan

ekonomi dari tingginya volume perdagangan, namun

juga dari sisi geografi ekonomi. Dia berpendapat bahwa

perdagangan sangat tergantung dari aspek geografis

wilayah. Kondisi wilayah yang berbeda akan

menghasilkan produk yang berbeda atau menyediakan

produk dengan kondisi yang kondisi yang tidak sesuai

harapan.

Smith (1874-1966) menerbitkan buku Industrial and

Commercial Geography pada tahun 1913. Buku tersebut

disebut sebagai Chisholm's Handbook versi Amerika.

Pada bagian pertama dari buku tersebut membahas

mengenai produksi dari sumberdaya tertentu dan

barang-barang pabrik dan pada bagian kedua

menjelaskan tentang perdagangan dunia. Dalam

kajiannya, Smith menjelaskan mengenai dinamika dan

pergerakan yang tidak dibahas dalam Chisholm's

Handbook. Smith berfokus pada perubahan teknologi

seputar transportasi dan telekomunikasi. Dengan

berfokus pada dua tokoh diatas, beberapa elemen/aspek

yang baru ilmu Geografi Ekonomi ditemukan. Ilmu

Geografi memperhatikan kedetilan secara empiris,

kategorisasi global secara geografis atas komoditas

tertentu serta pola spasial dan kondisi perdagangan

(Barnes, 2000).

Pada tahun 1930an. kajian Geografi Ekonomi mulai

bergeser dari hubungan komersial umum secara global

menjadi kajian yang lebih sempit, pada region yang unik,

dan terutama yang dekat dengan tempat tinggal.

Diawali oleh kritik Ray Whitbeck (dalam barnes 2000)

terhadap karya Smith, Industrial and Commercial.

Industrial and Commercial karya Smith terstruktur secara

tematik, seputar komoditas, perdagangan dan

transportasi. Struktur yang dijelaskan Smith tidak secara

regional. disinilah kritik yang diberikan oleh Whitbeck

dimana dia berpendapat bahwa ada perbedaan yang

jelas antara perdagangan dan industri dengan geografi

perdagangan dan industri. Whitbeck memberikan kritik

bahwa penekanan yang seharusnya diberikan adalah

pada aspek negara (country) bukan pada komoditas.

Pendapat ini menjadi populer dan melahirkan sebuah

perspektif wilayah (region) yang membentuk sebuah

wilayah, dengan keunikannya dan fokus kepada

kebutuhan wilayah tersebut. Whitbeck mennulis buku

dengan judul Economic Geography yang meluruskan

definisi geografi ekonomi dengan menyediakan

pengetahuan yang mendidik manusia mengenai

kebutuhan dan kegunaan. Hal yang mendasar dari ide

ini adalah perbadaan karakter wilayah.

Richard Hartshorne (1899-1992) seorang geografer dari

Amerika memberikan penjelasan mengenai perpektif

ruang dengan kodifikasi yang sistematis dan penjelasan

yang cerdas.Hartshorne menulis The Nature of

Geography (1939). Dalam buku tersebut dijelaskan

bahwa region adalah unit geografis yang bisa

digunakan sebagai basis untuk mengatur dan

mengintegrasikan informasi yang tersebar dan

beranekaragam yang telah dikumpulkan oleh geografer.

Hartshorne berpendapat bahwa dalam regionalisasi

(pewilayahan) menekankan pada keunikan wilayah

dalam hal ini Hartshorne menekankan pendekatan

geografi yang deskriptif. Keunikan wilayah yang

ditekankan oleh Hartshorne memberikan pembenaran

terhadap penyebaran yang cepat dari tipologi wilayah

yang menentukan geografi ekonomi wilayah tersebut.

Dalam kajian yang dilakukan oleh Chisholm dan Smith

sebelumnya, sedikit memperhatikan terhadap tipologi.

Mereka memperhatikan lokasi, tetapi hanya berdasarkan

komoditas yang dihasilkan dan diperdagangkan.

Perkembangan Geografi Ekonomi selanjutnya adalah

munculnya kajian Geografi Ekonomi dengan pendekatan

yang berbeda, yaitu pendekatan dan prosedur

kuantitatif (terutama dengan statistik). Mulai

berkembang kajian Geografi Ekonomi yang dikaji dari

belakang meja dengan menggunakan peralatan seperti

komputer dan kalkulator. Ini sangat berbeda dengan

dasar yang dikemukakan Hartshorne yang berupa

field-based, typological, bersifat deskriptif pada satu

pusat wilayah.

Hal ini dipelopori oleh Harold McCarty yang sejatinya

meneruskan ide dari Freed Schaefer (1953) yang

mengkritik pendekatan Hartshorne, bahwa seharusnya

Geografi Ekonomi menggunakan pendekatan ilmiah

untuk mencari hukum Geografi (the ultimate form of a

scientific generalization).

Page 42: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Senada dengan pendapat Schaefer,

McCarty berpendapat bahwa Geo-

grafi Ekonomi seharusnya beralih

dari kajian yang bersifat regional

dan menjadi lebih scientific. pada

1940 McCarty menerbitkan buku

dengan judul The geographic basis

of American economic life, dimana

pada saat itu Geografi Ekonomi AS

diperhitungkan secara konvensional

per region. McCarty

memperkenalkan aspek tekanan

pasar (market forces) yang membuat

kajian ekonomi lebih terlihat realistis

secara geografis. Geografi ekonomi

menjadikan konsep ini semakin luas

daripada konsep ekonomi dan

metode yang digunakan menjadi

lebih luas jika dibandingkan bidang

ilmu Geografi (McCarty, 1940, in

Barnes 2000). Dari sini mulai dapat

dilihat munculnya sebuah ilmu

Geografi Ekonomi dengan

pendekatan yang lain, yang sangat

berbeda dari konsep yang

dikemukakan Hartshorne. Geografi

Ekonomi berkembang menjadi

sebuah ilmu sosial matang yang

menekankan analisis sosial daripada

fisik dan menggunakan analisis

ilmiah daripada analisis deskriptif

belaka (Barnes, 2000). Namun hal ini

dipandang sangat berat untuk

dikerjakan. Peter Hagget (1965)

berpendapat bahwa analisis

Geografi Ekonomi seharusnya

mempergunakan sebuah model

sederhana yang sama dengan

kenyataan dan mempergunakan

metode statistik untuk mengujinya

dengan kenyataan di lapangan

(dalam Barnes, 2000).

Perkembangan Geografi Ekonomi

pada 1960-an diwakili oleh William

Alonso dan Brian Berry. Alonso

mengeluarkan buku Location and

Land Use pada 1964. Sedangkan

Brian Berry menerbitkan buku

Market Center and Retail

Distribution. Dalam bukunya

tersebut, Berry menguji teori dan

prinsip Central Place Theory milik

Christaller. Berry (1992) menyatakan

bahwa ilmu ekonomi menaruh

perhatiannya bagaimana

sumberdaya alam langka berada

diantara pengguna yang saling

berkompetisi untuk

mendapatkannya melalui

bagaimana sebuah harga ditentukan

dan pendapatan yang terdistribusi,

dan dengan kebijakan untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sama halnya dengan ekonomi,

geografi juga menaruh perhatian

dengan aktivitas manusia dalam

memanfaatkan sumberdaya alam,

namun dengan perspektif distribusi

spasial, pola dari interaksi spasial,

dan wilayah sebagai hasil analisis.

Menurut sejarahnya, para ahli

geografi ekonomi sering

mengabaikan kontribusi dari prinsip

ilmu ekonomi yang dapat

membantu mereka untuk mencapai

tujuannya. Berry juga mengatakan

bahwa tujuan ekonomi geografi

modern adalah untuk menjelaskan

sistem geografi dalam ekonomi

dengan menggunakan jumlah

variabel yang sedikit.

Jika pada analisi ekonomi regional

dikenal analisis input-output yang

dikembangkan Isard, maka di bidang

Geografi Ekonomo, dikenal sebuah

alat analisis yang diakomodasi oleh

Miller dan Wright (1991), Isserman

(1997), dan Ron Hood (1998). Alat

analisis ini dikenal dengan istilah

Location Quotient (LQ). Analisa ini

merupakan suatu metode

pengembangan/penilaian ekonomi

sederhana yang digunakan dalam

model ekonomi basis sebagai

langkah awal untuk memahami

sektor kegiatan yang memacu

pertumbuhan. LQ mengukur

konsentrasi relatif kegatan ekonomi

melalui pendekatan perbandingan

wilayah.

Paul Krugman (1991) dalam

karyanya Geography and Trade

memperkenalkan sebuah pemikiran

baru mengenai Geografi Ekonomi,

yang kemudian dikenal sebagai New

Economic Geography (NEG). dalam

teori ini Krugman menjelaskan

mengenai pola perdagangan

internasional dan konsentrasi

kesejahteraan (welfare) secara

geografis. Pola ini diukur dengan

menguji dampak skala ekonomi

terhadap kesukaan konsumen pada

layanan barang dan jasa. Krugman

menjelaskan dua teori, yaitu

International Trade dan Economic

Geography.

International Trade atau

perdagangan bebas yang selama ini

menganut konsep yang diciptakan

David Ricardo yaitu Comparative

Advantage, dianggap sudah tidak

lagi mampu menjawab fenomena

perdagangan internasional saat ini.

Ricardo dalam teorinya menjelaskan

bahwa tiap negara perlu mencari

spesialisasi produksi agar proses

“barter” komoditas antar negara bisa

terjadi dan pendapatan negara

meningkat. Krugman menganggap

teori ini sudah tidak berlaku pada

abad 20 dan 21. Krugman

mengungkap fakta bahwa saat ini

proses perdagangan dan jasa

didominasi oleh segelintir negara

yang ternyata memperdagangkan

komoditas yang sama. Lebih jauh

Krugman menjelaskan bahwa pada

saat ini permintaan lebih didorong

oleh variasi meskipun produknya

sama. Hal ini akan cenderung lebih

menguntungkan kedua belah pihak

karena bisa memperluas jaringan

global.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 43: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Dalam Economic Geography, Krugman menjelaskan

terjadinya konsentrasi populasi di suatu wilayah.

Krugman menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena ada

kecenderungan pekerja bermigrasi ke wilayah pusat

pekerja terbesar yang akhirnya manghasilkan variasi

produk baru yang sangat beragam. Konsentrasi terjadi

dalam hal barang dan jasa yang diproduksi maupun

lokasi barang tersebut dibuat.

Dalam menjelaskan aglomerasi Krugman menggunakan

prinsip Increasing Returns. Faktor pembentuk increasing

returns tersebut adalah kombinasi economies of

scale dan penurunan biaya transportasi. Biaya

transportasi (minimal untuk mencapai konsumen) yang

lebih murah akan memicu self-reinforcing process di

mana populasi metropolitan yang tumbuh akan

meningkatkan skala produksi, gaji riil, dan keragaman

pasok barang. Hal ini pada gilirannya akan merangsang

migrasi penduduk lebih lanjut ke kota. Akhirnya

menurut teori Krugman ini, akan terbentuk kawasan inti

yang hi-tech dan terurbanisasi, dan kawasan pinggiran

yang kurang berkembang. NEG berusaha menjelaskan

tentang variasi bentuk dari Aglomerasi Ekonomi dalam

ukuran besar dalam ruang Geografi. Kita juga harus

memahami bahwa aglomerasi ekonomi ini bisa terjadi

pada tiap tingkatan ruang geografi dengan berbagai

komposisi yang berbeda-beda. Contoh nyata pada skala

kecil adalah berkumpulnya toko-toko kecil, restoran

yang bisa ditemukan di lingkungan sekitar kita.

PEMAHAMAN DINAMIS KEDUA PERSPEKTIF: EKONOMI

REGIONAL DAN GEOGRAFI EKONOMI

Dari penjelasan diatas, Ekonomi Regional dan Geografi

Ekonomi adalah studi yang sama-sama memperhatikan

aspek wilayah dalam kajiannya. Kedua sub-disiplin ilmu

tersebut lahir karena adanya ketidakpuasan terhadap

teori-teori terdahulu. Ekonomi regional lahir karena

ketidakpuasan terhadap pandangan teori ekonomi klasik

yang terlalu menyederhanakan konsep ekonomi dengan

hanya melibatkan aspek harga jual dengan biaya

produksi untuk memperhitungkan keuntungan. Padahal

dalam prakteknya ada komponen lain yaitu biaya

transport ke pasar maupun ke sumber produksi yang

berbanding lurus dengan jarak, dalam hal ini ekonomi

regional mulai memperhatikan aspek spasial.

Sedangkan Geografi Ekonomi lahir karena

ketidakpuasan terhadap kajian Geografi Ekonomi

terdahulu yang hanya menggambarkan wilayah secara

deskriptif atau pada aspek kualitatif saja. Hal ini

dianggap belum cukup untuk menjelaskan berbagai

fenomena atau permasalahan di muka bumi. Geografi

harus bisa menjelaskan berbagai fenomena tersebut.

Geografi harus menyelidiki lebih jauh lagi keteraturan

dalam distribusi spasial, geografi juga harus menjadi

pengetahuan dasar dalam mengatur faktor-faktor yang

mempengaruhi distribusi spasial objek-objek

dipermukaan bumi. Sehingga muncullah kajian Geografi

Ekonomi yang menggunakan prosedur dan pendekatan

secara kuantitatif (secara statistik dan matematik).

Penggunaan model dalam menyederhanakan fenomena

dipermukaan bumi juga dimungkinkan untuk

mempermudah analisis yang kemudian dianalisis secara

statistik untuk mendapatkan hasil yang akurat dan

sesuai kenyataan.

Namun demikian ada perbedaan antara ekonomi

regional dan geografi ekonomi. Perbedaan yang paling

mendasar adalah cara pandang terhadap ruang.

Ekonomi regional sangat sedikit memberikan perhatian

terhadap dimensi ruang. Perspektif Regional Science

dalam aspek spasial hanyalah sebatas pada “apa yang

menjadi masalah” dan “mengapa masalah itu bisa

terjadi”. Aspek spasial hanya berkepentingan terhadap

tempat berkumpulnya perusahaan-perusahaan (firm

concentration) tanpa mempertimbangkan keberadaan

lokasi tersebut berada dimana dan mengapa berada

disana.

Jika menilik berbagai teori tokoh-tokoh regional science

misalnya von Thϋnen (Bid Rent Theory), Walter

Chrystaller (Central Place Theory), Walter Isard (General

Theory of Location and Space Economy) selalu dikatakan

bahwa kajiannya berhubungan dengan ruang, namun

apabila dianalisis lebih lanjut, analisisnya hanya terbatas

pada faktor-faktor pembentuk ruang yang biasanya

berhubungan dengan sektor-sektor ekonomi yang

terlibat. Regional science tidak memperhatikan aspek

ruang yang lebih luas seperti distribusi spasial obyek-

obyek dipermukaan bumi yang mempengaruhi aktifitas

manusia. Begitu juga dengan teori backwash effect dan

spread effect yang dikemukakan Myrdal dan teori polari-

zation dan trickle down effect yang dikemukakan Hirch-

mann yang tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai

distribusi spasial mengenai permasalahan tersebut.

Analisis Input-Output (I-O) yang menjadi alat analisis dari

ekonomi regional. Analisis I-O memperlihatkan

keterkaitan antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah

tertentu secara komprehensif.

Page 44: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Tabel input-output dapat mendeskripsikan arus

transaksi antar pelaku perekonomian. Dengan demikian,

apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor

tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat.

Analisis I-O memperlihatkan keterkaitan antar sektor

ekonomi dalam suatu wilayah tertentu secara

komprehensif. Tabel input-output dapat

mendeskripsikan arus transaksi antar pelaku

perekonomian. Dengan demikian, apabila terjadi

perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu,

dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Namun

analisis I-O hanya bisa menjelaskan mengenai karakter

struktur ekonomi suatu wilayah tanpa bisa menjelaskan

distribusi spasialnya. Location Quotient atau LQ adalah

alat analisis yang digunakan Geografi Ekonomi.

Digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi dan

mengindikasikan sektor basis atau leading sector yang

ada. Tabel LQ dapat mendeskripsikan bagaimana derajat

spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan

perbandingan antar wilayah. Dari segi metode analisis

ini nampak bahwa ekonomi regional dalam kajiannya

berbasis pada sektor sedangkan ekonomi regional lebih

menganalisa basis lokasi secara relatif atas kegiatan

ekonomi tertentu pada beberapa wilayah. Contoh

mudah memahaminya adalah jika dengan analisa I-O

kita bisa mengetahui sektor uggulan sebuah negara

yang akan sangat berpengaruh terhadap sektor yang

lain. Namun dengan LQ kita bisa melakukan penilaian

terhadap potensi ekonomi lokal yang (berbasis lokasi)

dengan membandingkannya dengan region yang lain.

Perbedaan yang lain adalah dipengaruhi oleh masih

dipengaruhinya regional science oleh pandangan

ekonomi ortodoks yang menganut Homo economicus

(rational man), dimana semua manusia dianggap

berkelakuan rasional, berorientasi keuntungan dan

merespon terhadap market signal. Bagaimanapun,

hidup adalah kompleks, dan perilaku manusia

tidak selalu rasional dalam mengambil keputusan. Hal ini

bisa berkaitan dengan jenis kelamin, ras, usia, klas sosial,

keyakinan budaya, kesehatan atau disabilitas. Geografer

dengan tajam mengulas aspek ini ketika mengkaji

masalah ekonomi. Hal ini didasari bahwa Geografi

merupakan ilmu yang holistik dan memperhitungkan

semua aspek yang mungkin berpengaruh terhadap

sebuah kajian. Termasuk dalam ekonomi, Geografi

Ekonomi juga mempelajari mengenai spatial behaviour

dan behaviour in space dari subyek dan obyek ekonomi

tersebut.

TITIK PENTING BAGI KEDUA PENDEKATAN

Perkembangan ilmu sangat dinamis, termasuk ilmu

ekonomi yang bergerak dari ilmu ekonomi konvensional

secara perlahan bergerak meluaskan kajiannya dengan

memperhatikan aspek ruang. Begitu juga dengan ilmu

Geografi yang juga berevolusi untuk mempelajari

aktifitas ekonomi manusia di atas permukaan bumi

dengan mulai menggunakan pendekatan kuantitatif.

Pada suatu titik terjadi overlap antara kajian ekonomi

regional dan geografi ekonomi karena kedua ilmu

tersebut mengklaim berbicara mengenai ruang. Namun

penekanan kajian dari kedua ilmu tersebut berbeda,

ekonomi regional lebih menekankan pada sektor

sebagai fokus (sector wise), sedangkan Geografi

Ekonomi lebih menekankan pada aspek distribusi spasial

dari sektor-sektor tersebut berada dimana.

Perbedaan tersebut bisa dimaklumi, namun hendaknya

dalam sebuah kajian ekonomi digunakan analisa

pemecahan masalah dengan pendekatan yang lebih

holistik (menyeluruh). Sehingga hasil analisa yang

dihasilkan bermanfaat baik dari sisi ekonomi maupun

sosial. Perlu dipertimbangkan integrasi antara kedua

pendekatan analisis tersebut untuk menghasilkan kajian

yang ekonomi yang tajam, baik dilihat dari sisi sektor

maupun wilayah (muasal sumberdaya tersebut).

Daftar Bacaan Alonso, W. 1964. Location and Land Use. Cambridge, Mass.: Harvard University Press Alexander, John W., 1963. Economic Geography. Prentice Hall, [On OUGL Reserve: 911.2 A127e] Barnes, 2000, Inventing Anglo-American Economic geography ; in A Companion to economic geography,

Blackwell Publishing Berry, Brian, Edgar C. Conkling, dan D. Michael Ray. 1987, Global Economy: Resources Use Locational Choice,

and International Trade, Prentice Hall, New Jersey. Chisholm, G.G, 1889, The Handbook of Commercial Geography, London and New York : Longman, Green, and

Co. Christaller, W. 1933. Die zentralen Orte in Süddeutschland. Jena: Fischer. Clark, Gordon, Maryann P. Feldman, Meric S. Gertler, 2000, The Oxford Handbook of Economic Geography,

Oxford University Press Freidmann,John and Clyde Weaver. 1979. Territory and Function: the Evolution of Regional Planning. Berkeley:

University of California Press. Fujita, Masahisa, 1999, Location and Space-Economy at half a century: Revisiting Professor Isard's dream on

the general theory, Institute of Economic Research, Kyoto University, Yoshida±Hanmachi, Sakyoku, Kyoto, 606-01, Japan

Hafid Setiadi, 2009, Konsep Pusat – Pinggiran : Sebuah Tinjauan Teoritis, Departemen Geografi, FMIPA UI Hagget., P. 1965, Locational Analysis in Human Geography, London : Arnold Hartshorne., R, 1939, The Nature of Geography. A Critical Survey of Current Thought in Light of The Past.

Lancaster, PA : AAG Hirschman, A. O. 1958. The Strategy of Economic Development. New Haven: Yale University Press. Lösch, A. 1940. Die räumliche Ordnung der Wirtschaft. Jena: Fischer. M Sokol, 2011, Economic geography, University of London Mc Carty, H.H. 1940. The Geographic Basis of American Economic Life/ New York : Harpers & Brothers Myrdal, G. 1957, Economic Theory and Underdeveloped Regions, Nurhadi, 2003, Konsep Teori Pembangunan Pusat Pinggiran Dalam Kajian Geografi, Jurusan Pendidikan

Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Paul Krugman, 1991, Geography and Trade, Leuven University Press Leuven, Belgium and The MIT Press

Cambridge, Massachusetts London, England Porter, M. (1990). The competitive advantage of nations. London:MacMillan Press. Samuelson, Paul A. The Review of Economics and Statistics. Vol. 37, No. 4. (Nov., 1955), pp. 350-356. The MIT

Press. Schaefer, F.K. 1953. Expectationalism in Geography : a methodological introduction. Annals, Association of

American Geographers, 43, 226-49 Smith, J. Russel. 1913, Industrial and Commercial Geography. New York : Henry Holt and Co Stimson, R.J., Stough, R.R., Roberts, B.H., 2002, Regional Economic Development: Analysis and Planning Strate-

gy, Springer-Verlag Berlin Heidelberg Von Thunen, J.H. 1966, The Isolated State, an English translationof Der Isolierte Staat by C.M. wartenberg (ed.

P.Hall). Oxford : Pegamon Press (originally published in 1862) Vuković, Darko, Jovanović, Ana dan Mališa Đukić, 2012, Defining Competitiveness Through The Theories Of

New Economic Geography And Regional Economy, Faculty of Entrepreneurial Business, University of Union-Nikola Tesla in Belgrade

Walter Isard, 1957, An Introduction to Regional Science, Englewood Cliff, N.J Prencitce Hall WEBER, A. 1909. Über den Standort der Industrien. Tubingen: J. C. B. Mohr. Whitbeck, R. H. 1914. Review of J Russel Smith's Industrial and Commercial Geography. BUlletin of The Ameri-

can Geographical Society, 46, 540-1

Page 45: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

PETROLEUM SYSTEM DAN ASPEK POTENSI PETROLEUM

PADA CEKUNGAN KUTAI BASIN BAGIAN SELATAN

Oleh: Andipa Damatra dan Sadhu Zukhruf Janottama

Latar Belakang

Petroleum atau yang dikatakan sebagai minyak dan gas

merupakan salah satu komoditi yang banyak dicari dan

penting karena sangat dibutuhkan oleh banyak pihak.

Minyak dan gas merupakan sumberdaya geologi yang

telah banyak memberikan kontribusi dalam penerimaan

devisa negara maupun peranan-nya dalam

menggerakkan roda perekonomian nasional. Salah satu

daerah yang memiliki potensi minyak dan gas adalah

Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi ini tepatnya pada

formasi Cekungan Kutai memiliki potensi minyak dan

gas yang sangat besar. Pada tulisan ini akan dibahas

mengenai potensi petroleum pada Cekungan Kutai dan

bagaimana Struktur Geologi pada Cekungan Kutai

mempengaruhi aspek potensi petroleum yang

terkandung didalamnya.

Maksud dan Tujuan

Tulisan ini bermaksud untuk memberikan informasi awal

mengenai potensi minyak dan gas bumi yang berada di

dalam Cekungan Kutai berdasarkan petroleum sistem

yaitu batuan induk (source rock), batuan reservoar

(reservoir rock), batuan penutup (cap rock), dan waktu

migrasi (proper timing of migration).

Keadaan Geologi Cekungan Kutai

Tatanan Tektonik

Mengacu kepada konsep tektonik lempeng (Katili, 1978),

Cekungan Kutai di Kalimantan merupakan cekungan

busur belakang atau back arc di bagian barat. Terbentuk

akibat tumbukan antara lempeng benua dan lempeng

samudera yang kemungkinan terjadi pada akhir masa

Kapur hingga awal Paleogen. Peregangan di Selat

Makassar sangat mempengaruhi pola pengendapan

terutama pada bagian timur cekungan. Secara

regional,pengendapan yang terjadi di Cekungan Kutai

berlangsung sejak Eosen hingga Pliosen dan dipisahkan

oleh tiga fase tektonik yaitu pada masa Oligosen, Miosen

dan Pliosen.

Stratigrafi Regional

Mengacu kepada Peta Geologi Lembar Muaraancalong,

Kalimantan (Atmawinata S, Ratman, N.,1995), daerah ini

merupakan sebuah basin atau cekungan yang terletak di

bagian timur dari Pulau Kalimantan. Cekungan ini

terbentuk mulai Tersier Awal dengan batuan sedimen

pengisi cekungan diperkirakan mencapai tebal sekitar

7500 m yang diendapkan mulai dari lingkungan delta,

laut dangkal hingga laut dalam. Sedimentasi yang terjadi

mulai Eosen hingga Pliosen menghasilkan seri batuan

sedimen dari batuan tua ke muda antara lain Formasi

Keham Halo, Formasi Boh, Formasi Atan Formasi Marah,

Formasi Batuayau, Formasi Wahau, Formasi Gunung

Sekerat, Formasi Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi

Pulau Balang, Formasi Balikpapan, Formasi Kampung

Baru. Terjadinya tiga proses tektonik berupa

pengangkatan pada Oligosen, Miosen dan Pliosen

menyebabkan ketidakselarasan antara pengendapan

Formasi Batuayau, Formasi Wahau dan Formasi

Balikpapan.

Struktur Regional

Struktur geologi Cekungan Kutai yang dapat dilihat pada

Gambar 1 (Moss & Finch, 1997) adalah berupa lipatan

yang terdiri dari antiklin dan sinklin dengan sumbu

lipatan berarah baratdaya-timurlaut. Struktur geologi

yang lainnya berupa sesar yang mempunyai arah sejajar

dengan arah sumbu lipatan yaitu baratdaya-timurlaut,

atau dapat digolongkan menjadi kelompok sesar mayor.

Sedangkan sesar minor arahnya relatif tegak lurus

dengan sumbu sesar mayor, yaitu sumbu bearah utara-

selatan.

Petroleum

Definisi Petroleum

Petroleum (minyak batu, dari bahasa Greek petra – batu

dan oleum – minyak) merupakan sejenis cairan gelap,

pekat, berwarna hitam kekuningan, flammable, dan

berupa hidrokarbon yang ditemukan dibawah

permukaan bumi.

GEOSAINS

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 46: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Hidrokarbon terbentuk dengan

kandungan utama berupa atom

karbon (C) dan hidrogen (H).

Menurut pembentukkannya

Petroleum merupakan hasil

akumulasi dari jasad renik lautan,

tumbuhan, dan material organik

pada suatu lingkungan

pengendapan tertentu. Material

organik tersebut kemudian berubah

menjadi batuan karena pengaruh

tekanan lapisan di atasnya.

Sementara itu, dengan

meningkatnya tekanan dan suhu,

bakteri anaerob menguraikan sisa-

sisa jasad renik, tumbuhan, dan

material organik tersebut kemudian

mengubahnya menjadi minyak dan

gas. Proses pembentukan minyak

bumi dan gas ini memakan waktu

jutaan tahun. Minyak dan gas yang

terbentuk meresap dalam batuan

yang berpori seperti air dalam batu

karang. Minyak dan gas dapat pula

bermigrasi dari suatu daerah ke

daerah lain, kemudian terkosentrasi

jika terhalang oleh lapisan yang

kedap.

Pembentukan Minyak dan Gas Bumi

Proses Pembentukan Minyak Bumi

berdasarkan tiga teori, yaitu:

1) Teori Abiogenesis

Teori Abiogenesis dikemukakan oleh

Berthelok (1866) yang menyatakan

bahwa minyak bumi berasal dan

reaksi kalsium karbida, CaC2 (dan

reaksi antara batuan karbonat dan

logam alkali) dan air menghasilkan

asetilen yang dapat berubah men-

jadi minyak bumi pada temperatur

dan tekanan tinggi.

CaCO3 + Alkali CaC2 + HO HC

= CH Minyak bumi

2) Teori Biogenesis

Berdasarkan teori Biogenesis, min-

yak bumi terbentuk karena adanya

kebocoran kecil yang permanen da-

lam siklus karbon. Siklus karbon ini

terjadi antara atmosfir dengan

permukaan bumi, yang

digambarkan dengan dua panah

dengan arah yang berlawanan,

dimana karbon diangkut dalam

bentuk karbon dioksida (CO2). Pada

arah pertama, karbon dioksida di

atmosfir berasimilasi, artinya CO2

diekstrak dari atmosfir oleh

organisme fotosintetik darat dan

laut. Pada arah yang kedua CO2

dibebaskan kembali ke atmosfir

melalui respirasi makhluk hidup

(tumbuhan, hewan dan

mikroorganisme).

Proses pembentukan minyak bumi

terdiri dari tiga tingkat, yaitu:

1) Pembentukan sendiri, terdiri

dari:

• pengumpulan zat organik

dalam sedimen

• pengawetan zat organik da-

lam sedimen

• transformasi zat organik

menjadi minyak bumi.

2) Migrasi minyak bumi yang ter-

bentuk dan tersebar di dalam

lapisan sedimen yang ter-

perangkap.

3) Akumulasi tetes minyak yang

tersebar dalam lapisan sedimen

hingga berkumpul menjadi

akumulasi komersial.

Proses kimia organik pada umumnya

dapat dipecahkan dengan

percobaan di laboratorium, namun

berbagai faktor geologi mengenai

cara terdapatnya minyak bumi serta

penyebarannya didalam sedimen

harus pula ditinjau.

Gambar 1. Struktur Geologi Cekungan Kutai (Moss & Finch, 1997)

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 47: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Fakta ini diantaranya adalah:

• Minyak bumi selalu terdapat di dalam batuan

sedimen dan umumnya pada sedimen marine, fesies

sedimen yang utama untuk minyak bumi yang

terdapat di sekitar pantai.

• Minyak bumi memang merupakan campuran

kompleks hidrokarbon.

• Temperatur reservior rata-rata 107°C dan minyak

bumi masih dapat bertahan sampai 200°C, diatas

temperatur ini forfirin sudah tidak bertahan.

• Minyak bumi selalu terbentuk dalam keadaan

reduksi ditandai adanya forfirin dan belerang.

• Minyak bumi dapat tahan pada perubahan tekanan

dari 8-10000 psi. Proses transformasi zat organik

menjadi minyak bumi.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi peristiwa diatas,

diantaranya:

- Degradasi thermal

Akibat sedimen terkena penimbunan dan

pembanaman maka akan timbul perubahan tekanan

dan suhu. Perubahan suhu adalah faktor yang

sangat penting.

- Reaksi katalis

Adanya katalis dapat mempercepat proses kimia.

- Radioaktivasi

Pengaruh pembombanderan asam lemak oleh

partikel alpha dapay membentuk hidrokarbon

parafin. Ini menunjukan pengaruh radioaktif

terhadap zat organik.

- Aktifitas bakteri

Bakteri mempunyai potensi besar dalam proses

pembentukan hidrokarbon minyak bumi dan

memegang peranan dari sejak matinya senyawa

organik sampai pada waktu diagnosa, serta

menyiapkan kondisi yang memungkinkan

terbentuknya minyak bumi.

Jenis zat organik yang dijadikan sumber minyak bumi

menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa jenis zat

organik yang merupakan zat pembentuk utama minyak

bumi adalah lipid zat organik dapat terbentuk dalam

kehidupan laut ataupun darat dan dapat dibagi menjadi

dua jenis, yaitu: yang berasal dari nabati dan hewani.

3) Teori Duplex

Teori duplex yang merupakan perpaduan dari kedua

teori biogenesis dan abiogenesis. Teori duplex

menjelaskan bahwa minyak dan gas bumi berasal dari

berbagai jenis organisme laut baik hewani maupun

nabati.

Di perkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi

hewani dan gas bumi berasal dari materi nabati, yang

jelas minyak dan gas bumi terdiri dari senyawa kompleks

yang unsur utamanya adalah karbon (C) dan unsur

hydrogen (H), secara sederhana senyawa ini dapat ditulis

dengan rumus kimia CXHY, sehingga sering disebut

sebagai senyawa hidrokarbon.

Pada zaman purba, di darat dan di laut hidup beraneka

ragam binatang dan tumbuh-tumbuhan. Binatang serta

tumbuh-tumbuhan yang mati ataupun punah itu

akhirnya tertimbun di bawah endapan Lumpur. Endapan

Lumpur ini kemudian di hanyutkan oleh arus sungai

menuju lautan, bersama bahan organik lainnya dari

daratan. Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi dan

tekanan beban lapisan batuan di atasnya binatang serta

tumbuh-tumbuhan yang mati tadi berubah menjadi

bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas.

Akibat pengaruh yang sama, maka endapan lumpur

berubah menjadi batuan sediment. Batuan lunak yang

berasal dari Lumpur yang mengandung bintik-bintik

minyak dikenal sebagai batuan induk atau source rock.

Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju

tempat yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya

terakumulasi di tempat yang disebut perangkap (trap).

Suatu perangkap dapat mengandung :

1. Minyak, gas, dan air

2. Minyak dan air

3. Gas dan air

Karena perbedaan berat jenis, apabila ketiga-tiganya

berada dalam suatu perangkap dan berada dalam

keadaan stabil, gas senantiasa berada di atas, minyak di

tengah dan air di bagian bawah. Gas yang terdapat

bersama-sama minyak bumi disebut associated gas

sedangkan yang terdapat sendiri dalam suatu

perangkap disebut non-associated gas.

Petroleum System

a. Pengertian petroleum system

Minyak dan gas bumi merupakan senyawa hidrokarbon,

berasal dari bahan organik dalam batuan induk yang

mengalami proses pematangan.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 48: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Adanya akumulasi minyak dan gas

bumi di bawah permukaan

memerlukan beberapa syarat yang

dikenal sebagai petroleum system

yaitu batuan induk (source rock)

yang matang, perangkap (trap),

batuan reservoar (reservoir rock)

yang porous dan permeable, batuan

penutup (cap rock) yang

impermeable, serta lapisan

pembawa (carrier bed) dan waktu

migrasi (proper timing of migration)

yang memungkinkan minyak dan

gas bumi bermigrasi dan terjebak

dalam perangkap (trapping

mechanism).

b. Parameter-parameter yang

harus diketahui dalam mencari

jebakan hidrokarbon (HC).

Terdapat beberapa parameter yang

harus diketahui dalam mencari

jebakan hidrokarbon (HC) yaitu:

- Batuan Induk (source rock)

Batuan induk adalah adalah batuan

sedimen yang sedang, akan, atau

telah menghasilkan hidrokarbon

(Tissot and Welte, 1984 vided Peter

and Cassa, 1994). Batuan induk ini

adalah sumber daripada

hidrokarbon, sehingga tanpa adanya

batuan induk ini tidak akan ada

hidrokarbon yang terbentuk. Batuan

induk ini memerlukan beberapa

syarat untuk dapat menghasilkan

hidrokarbon, antara lain tercapainya

kondisi kematangan termal dan

kandungan material organik yang

cukup tinggi. Pada umumnya

batuan induk ini terdiri dari shale

berwarna hitam dikarenakan

tingginya kandungan organik.

- Perangkap (trap)

Perangkap adalah suatu kondisi

dimana hidrokarbon tidak dapat

mengalir keluar dan terjebak dalam

batuan reservoar. Fungsi dari

perangkap ini adalah untuk

menampung adanya aliran

hidrokarbon dan

mengakumulasinya pada perangkap

tersebut. Tanpa adanya perangkap,

hidrokarbon akan mengalir hilang

dan tidak akan terjadi suatu

akumulasi hidrakarbon. Perangkap

terbagi atas perangkap struktur,

perangkap stratigrafi atau

perangkap kombinasi antara

keduanya.

- Batuan reservoar (reservoir rock)

Batuan reservoar adalah batuan

sedimen yang umumnya

mempunyai butiran kasar dan

porous dengan permeabilitas yang

tinggi, sehingga hidrokarbon dapat

terakumulasi dan mengalir di

dalamnya. Batuan yang paling

banyak dijumpai adalah batupasir

dikarenakan porositas dan

permeabilitasnya yang tinggi.

Batuan karbonat juga merupakan

batuan reservoar yang baik

dikarenakan adanya pori-pori dan

rongga yang besar pada batuan ini.

- Batuan penutup (seal rock)

Batuan penutup adalah batuan yang

memiliki permeabilitas dan porositas

yang rendah, sehingga

menghambat kandungan petroleum

dalam reservoar untuk bermigrasi.

Batuan penutup yang umum adalah

serpih (shale) dan batuan avaporit.

- Waktu migrasi (proper timing of

migration)

Waktu migrasi amat menentukan

dalam suatu petroleum system.

Adanya waktu migrasi yang tidak

tepat dalam suatu petroleum

system, akan mengakibatkan tidak

adanya akumulasi hidrokarbon yang

terbentuk pada suatu reservoar.

Sebagai contoh, pada saat batuan

induk telah mencapai suatu

kematangan termal tertentu dan

menghasilkan hidrokarbon

sedangkan perangkap dalam sistem

tersebut belum terbentuk, maka

hidrokarbon yang dihasilkan akan

mengalir hilang dan tidak akan

membentuk akumulasi hidrokarbon.

Keterkaitan antara parameter yang

satu dengan yang lain dalam

petroleum system Masing-masing

parameter dalam petroleum system

amat terkait satu sama lain dan tidak

dapat berdiri sendiri. Sebagai

contoh, adanya suatu batuan induk

tidak akan berfungsi sebagai suatu

petroleum system jika tidak terdapat

batuan reservoar dan demikian juga

sebaliknya

Potensi Petroleum di Cekungan

Kutai

Evolusi Cekungan dan Genesa De-

posit Hidrokarbon

Evolusi cekungan dan asal-usul

terbentuknya mineral dan cadangan

hidrokarbon pada masa Eosen

Tengah terlihat pada pembentukkan

beberapa diskrit half-graben yang

asimetris (Gambar 3) (Cloke, Milsom

& Blundell, 1999). Pembentukkan

cekungan adalah secara kontem-

porer dan didahului oleh letusan

dari batuan vulkanik felsic yang te-

lah diidentifikasi di seluruh Kaliman-

tan (Moss et al. 1997).

Gambar 2. Petroleum System

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 49: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Sebuah korelasi yang sama antara waktu vulkanisme dan

pensesaran dalam pengaturan ekstensi-onal telah

terdapat sebelumnya [misalnya Ethiopian Rift, Bonini et

al. (1997), East African Rift (Foster et al. 1997.)]. Studi ini

menunjukkan bahwa sesar-sesar yang terkait dengan

sesar rift-bounding (Gambar 4), dan sesar antitesis

dikembangkan pada sisi half-graben yang lentur, yang

menyediakan ruang untuk lava vulkanik.

Half-graben terbentuk di Cekungan Kutai selama fase

rifting awal di bagian utara-selatan, timur laut-barat daya

dan utara-timur laut-selatan-barat daya, dan telah

diidentifikasi di utara (Cloke et al 1997,. 1999), Barat

(Moss & Chambers 1.999 ) dan pada margin cekungan

selatan. Sesar di tepi cekungan ini tumpang tindih

secara eselon (Gambar 3). Ada tiga penamaan umum

yang berkaitan dengan lapisan-lapisan sedimen yang

terbentuk di zona rifting, ketiga istilah tersebut yaitu:

sedimen pre-rift, sedimen syn-rift, dan sedimen post-rift.

Sedimen pre-rift merupakan sedimen yang terendapkan

pada saat sesar-sesar normal yang mengontrol

terjadinya rifting belum aktif. Sedimen syn-rift

merupakan sedimen yang terendapkan pada saat rifting

berlangsung (sesar-sesar normal aktif). Sedangkan

sedimen post-rift merupakan sedimen yang

terendapkan pada saat sesar-sesar normal yang

mengontrol terjadinya rifting tidak aktif lagi.

Half-graben dengan cepat diisi oleh syn-rift sediment

dari pedalaman Kalimantan. Pada tempat-tempat

tersebut, syn-rift sediment ini adalah reservoir

hidrokarbon yang sangat potensial (J. Chambers, pers.

Comm.). Survey lapangan menyebutkan adanya

kehadiran batubara dengan tebal hingga 1 meter di

pengisian syn-rift sediment pada masa Eosen Tengah.

Sumur eksplorasi yang baru-baru ini dibor oleh LASMO

plc telah menunjukkan adanya sumber endapan

danau yang sebelumnya tak dikenal, berasal dari masa

Eosen pertengahan dan berada di sumbu Half-graben

Wahau (J. Chambers, pers. Comm.). Bagian rekonstruksi

menunjukkan bahwa inversi syn-rift sediment yang

tersimpan pada ekstensional half-graben terkubur

sampai kedalaman > 6 km (Gambar 4).

Potensi deposit petroleum di cekungan Kutai

Berdasarkan pembaginan unitnya pembagian susunan

petroleum system di daerah Cekungan Kutai adalah

batuan induk, batuan reservoir, batuan tudung, dan

migrasi. Batuan induk dari minyak dan gas bumi di

Cekungan Kutai merupakan batubara, batu lempung

serpih karbonat, dan batu lempung serpih dari sedimen

delta. Pada daerah Cekungan Kutai yang dianggap

sebagai sumber utama minyak dan gas bumi adalah

batubara dan batu lempung serpih karbonat.

Gambar 3. Half-graben dan pengisian sedimen selama fase rifting

(Cloke, Milsom & Blundell, 1999)

Gambar 4. Interpretasi menunjukkan adanya antiklin Gongnyay, Gergaji, dan Wahau terinversi half-graben

dengan sedimen masa Eocene Tengah (Cloke, I. R. 1997)

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 50: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Material organik yang terdistribusi

kesuluruhan interval

Oligosen–miosen di Cekungan Kutai.

Kandungan organik yang tinggi

pada setiap urutan sedimen tidaklah

selalu berhubungan dengan kondisi

delata pada umur miosen sampai

resen secara keseluruhan. Batu

lempung serpih dicirikan dengan

material organic yang berasal dari

delta bagian depan. Batu lempung

serpih pembentuk minyak berasal

dari batubara yang pada tahapan

transformasi dari minyak gas ke gas.

Pada penelitian sebelumnya (Yuyun

Yunardi, 2012) didapatkan dua tipe

minyak mentah.Tipe yang pertama

yaitu tipe yang menunjukan sifat

asal darat yang kuat. Tipe yang

kedua yaitu tipe minyak mentah

yang dihasilkan dari thermal cracked

pada batuan induk yang dikeluarkan

dengan tingkat maturasi yang lebih

tinggi dibandingkan tipe yang

pertama.

Pada Cekungan Kutai awal

pembentukan gas berasal dari

pemecahan minyak bumi yang

insitu. Kerogen terbentuk menjadi

gas dan tidak akan terjadi apabila

tercapai level temperature dan

kedalaman yang sesuai untuk

pembentukannya. Efisiensi batuan

induk dalam meningkatkan produksi

minyak menjadi gas, pemecahan

minyak bumi ini membentuk minyak

terang dengan minyak mentah tipe

yang kedua.

Cekungan Kutai didominasi oleh gas

provenance sebab diawali dengan

produksi minyak menjadi gas.

Minyak dan gas bumi terperangkap

lebih dalam dari 10.000 kaki yang

didominasi oleh gas. Minyak

ditemukan pada kedalaman yang

lebih dangkal dari 10.000 kaki yang

juga ditemukan volume gas pada

kedalaman tertentu.

Rose dan Hartono (1978), Combaz

dan Matharel (1978), Paterson (1966)

dan Pertamina BPPKA (1997) telah

menyebutkan terdapatnya beberapa

batuan induk yang potensial di

bagian selatan Cekungan Kutai.

Batuan induk yang dimaksud adalah

batubara dan batulempung serpih

karbonat.

Pembagian susunan petroleum

system yang kedua adalah batuan

reservoir. Pada Cekungan Kutai

terdapat dua jenis fasies batupasir

yang dikenali pada endapan delta

miosen yaitu fluviatile dominated to

distributary channel dan tidally

dominated-delta front deposit.

Batupasir yang termasuk kedalam

karakter reservoir secara umum

termasuk ke dalam litik arenit

dengan sifat tekstural butiran yang

didukung oleh matrik, butiran

berukuran halus sampai menengah,

pemilahan menengah sampai baik,

dan kekerasan menengah.

Komposisi batuan didominasi oleh

umumnya oleh batupasir mineral

kuarsa monokristalin, kuarsa

polikristalin, fragmen batuan andesit

dan quatzose, dan sangat sedikit

akan kandungan dari K-feldspar dan

plagioklas. Nilai porositas terbadi

menjadi dua yaitu porositas primen

yang mempunyai nilai 2 hingga 3 &

dan posoritas sekunder yang

mempunyai nilai 3 hingga 13%.

Pembagian susunan petroleum

system yang ketiga adalah batuan

tudung. Batu lanau dan batu

lempung serpih pada lingkungan

pengendapan fluvial-deltaic

termasuk kedalam batuan tudung

dengan tipe buruk pada tipe

jebakan antiklin. Hal ini

menyebabkan volume minyak dan

gas buminya akan dibatasi pada

penyebaran lateral batuan

tudungnya. Selain itu juga terdapat

batuan tudung yang baik dimana

volume minyak dan gas bumi secara

signifikan dapat terperangkap pada

satu jenis batuan reservoir.

Pembagian susunan petroleum

system yang terakhir adalah migrasi.

Migrasi primer (penguraian minyak

dan gas bumi) dari batuan induk

pada daerah ini umumnya

diakibatkan oleh rekahan minor dari

batuan induk dengan terdapatnya

internal pressure yang

mentransformasikan minyak ke gas.

Gambar 5. Rekonstruksi structural (a) Inter-pretasi geosismic saat kini.

Inversi dihasilkan pada pembentukkan antiklin pada hanging wall dan perlipatan foot wall. (b) Rekonstruksi pada akhir Oligocene. Pen-

imbunan maksimum dan pembentukkan hidrokarbon.

(c) Rekonstruksi pada akhir pertengahan Eocene.

(d) Rekonstruksi pada Eocene pertengahan. (Cloke, I. R. 1997)

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 51: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Kesimpulan

Cekungan Kutai adalah salah satu cekungan di Indonesia

yang memiliki potensi petroleum yang besar. Hal ini

dilihat dari kondisi petroleum system yang sangat

menunjang untuk terakumulasinya minyak dan gas

bumi pada daerah ini. Potensi batuan induk berasal dari

batubara dan batulempung karbonat. Pada Cekungan

Kutai terdapat dua jenis fasies batupasir yang telihat yai-

tu endapan delta miosen yaitu fluviatile dominated to

distributary channel dan tidally dominated delta front

deposit.

Daftar Pustaka _____. 1999. “Structural Controls on the Evolution of the Kutai Basin,

East Kalimantan.” Journal of SE Asian Earth Sciences, in press.

Atmawinata, S., Ratman, N. 1995. Peta Geologi Lembar Muaraancalong,

Kali-mantan, skala 1 : 250.000. Bandung : Puslitbang Geologi

Bonini, M., Souriot, T., Boccaletti, M. & Brun, J.-P. 1997. “Successive or-

thogonal and oblique extension episodes in a rift zone: Laborato-

ry experiments with application to the Ethiopian Rift.” Tectonics,

16, 347-362

Chambers, j. L. C. &daley, T. 1995. “A tectonic model for the onshore

Kutai Basin, East Kalimantan, based on an integrated geological

and geophysical interpretation. Indonesian Petroleum Associa-

tion, Pro-ceedings of the 24th Annual Convention.” Jakarta, I, 111-

130

Cloke, I. R. 1997. Structural controls on the Basin evolution of the Kutai

Basin and Makassar Straits.PhD Thesis, University of London.

Combaz, A. & De matherel, M. 1978.Organic Sediment and Genesis of

Petroleum Mahakam Delta Borneo.American Association Petrole-

um Geology Buletin.

Foster, A., Ebinger, C., Mbede, E. & Rex, D. 1997. ”Tectonic development

of the northern Tanzanian sector of the East African Rift system.”

Journal of the Geological Society, London, 154, 689-700.

Katili, J., 1978, Past and Present Geotectonic Position, Indone-

sia.Tectonophysics.

Moss, S. J. & CRAIG, J. 1997.“The influence of basement reactivation on

the extensional and inversional history of the Kutai Basin, Eastern

Kalimantan.” Journal of the Geological Society, London, 154, 157-

163.

Paterson, D. W., Tanean, H., & Endharto, M., 1996. Source Provenance

Interpretation of Kutei Basin Sandstone and The Implications for

The Tectono-Stratigraphic Evolution of Kalimantan. Proceedings

Indonesia Petroleum Association, 25th Annual Convention.

Pertamina BPPKA, 1997. Petroleum Geology of Indonesia Basin, Prini-

ples, Method and Application : Volume X

Rose, R., Hartono, P., 1978. Geological Evolution of The Tertiary Kutai-

Melawai Basin Kalimantan, Indonesia :Proceedings Indonesia

Petroleum Association, 7th Annual Convention.

Yuniardi Yuyun. 2012. Petroleum System Cekungan Kutai Bagian

Bawah, Daerah Balikpapan dan sekitarnya, Propinsi Kalimantan

Timur. Bulletin of Science Contribution, Volume 10.

Gambar 6. Geologi Regional Cekungan Kutai Bagian Selatan (Yuniardi Yuyun. 2012)

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 52: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

BAGAIMANA DAN Google

MENGUBAH CARA SURVEI? Oleh: Eko Prabowo

S epuluh tahun yang lalu, perlengkapan survey

lapangan adalah GPS. Setidaknya, itulah yang

saya lakukan saat memetakan agen koran Harian

Kompas se-Indonesia. Prosedurnya? Ajak orang Sirkulasi

(yang menangani pengelolaan keagenan koran) ke

lapangan, datangi lokasi agen, lalu plot di GPS. Jika

perlu, ambil satu atau dua foto lokasi. Sekarang, berkat

kemajuan teknologi komunikasi dan pemetaan digital,

survey lapangan tidak lagi harus dilakukan dengan cara

bertele-tele seperti itu. Bagaimana caranya?

Cara pertama masih mirip dengan prosedur lama. Minta

orang Sirkulasi datang ke lokasi agen, lalu plot dan foto

lokasinya. Hanya saja, kali ini, orang yang bersangkutan

tidak lagi perlu membawa GPS melainkan hanya

sebuahsmartphone. Menggunakan WhatsApp, dia bisa

plot lokasi agen dan kemudian mengirimkannya ke saya

yang asyik-asyikan ngopi di kantor. Ya, saya tidak perlu

lagi ikut turun ke lapangan. Asyik, kan? Cara kedua

sedikit berbeda. Baik orang Sirkulasi dan saya sama-sama

tidak perlu lagi ke lapangan. Kami berdua cukup duduk

menghadap laptop dan membuka Google Map. Orang

Sirkulasi kemudian menginformasikan, melalui telepon,

di mana posisi agen tertentu. Tentu saja kami harus

membuka peta lokasi yang sama.

Apa insight dari perubahan prosedur survey lapangan

akibat kemajuan teknologi komunikasi dan

pemetaan digital seperti ini? Bahwa pekerjaan kasar,

selamanya, akan digulung kemajuan teknologi yang

membuat pekerjaan jenis itu menjadi sangat mudah dan

murah, sehingga orang tolol pun bisa melakukannya

dengan sempurna! Pada akhirnya, memang pekerjaan

yang menyertakan kemampuan analisis dan intuisi

sajalah yang akan terus bertahan menjadi pekerjaan

dengan bayaran yang gemuk. Pesan moralnya jelas:

berhentilah mengingkari kemajuan teknologi dan

segeralah menajamkan analisis menunggangi semua

perkembangan teknologi yang ada.

Selamat bekerja dengan cerdas!

GEOSAINS

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 53: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

DESA SEDARI, KARAWANG

Oleh: Riyadi dan Tris Eryando

E nam puluh delapan tahun sudah Indonesia

merdeka, namun kemerdekaan sesungguhnya yang

dirasakan oleh orang yang biasa tinggal di daerah

perkotaan semisal Jakarta dan sekitarnya akan berbeda

dengan yang dirasakan oleh mereka yang tinggal di

perdesaan. Kemerdekaan yang bukan saja bebas dari

penjajah, tatapi juga keinginan untuk dapat menikmati

fasilitas dan utilitas yang memadai, seperti listrik,

transportasi dan akses kebutuhan dasar seperti

kesehatan dan pendidikan.

Salah satu desa merasa baru menikmati sebagian

“kemerdekaannya”, paling tidak ini yang dikatakan

kepala desa pada awal tahun 2013, yaitu desa Sedari

yang terletak di pesisir utara Kabupaten Karawang. Desa

Sedari adalah desa yang dekat dengan lokasi bersejarah

dalam kemerdekaan bangsa Indonesia yaitu

“Rengasdengklok”, hanya 12 kilometer ke arah

pantainya. Desa Sedari adalah salah satu desa binaan

FKMUI yang bekerjasama dengan STIKES Kharisma

Karawang, dipilih karena masih rendahnya akses ke

pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan

masyarakatnya, terutama terkait pola hidup bersih dan

sehat (PHBS) yang dicanangkan Kemenkes, maupun

penunjang PHBS yaitu tersedianya air bersih. Terlepas

dari semua permasalahan di atas, ada satu hal yang

sangat disyukuri oleh masyarakat desa Sedari yaitu

mereka telah lebih mudah berinteraksi dengan “dunia

luar”. Bulan November 2013 adalah bulan tepat sudah 2

tahun mereka dapat menikmati akses jalan darat dari

dan menuju desa Sedari, dimana sebelumnya

masyarakat desa menggunakan perahu sebagai sarana

angkutan mereka.

Pertanyaan klasik dari geograf adalah “apakah jarak hal

yang penting?”. Jika kita tarik garis lurus pada peta

kabupaten Karawang atau di google maps, jarak desa

Sedari itu tidak terlalu jauh dari Jakarta yaitu kurang

lebih 70 kilometer, atau jika dibandingkan ke Bandung

yaitu 120an kilometer. Jarak tempuh desa Sedari yang

diistilahkan “selemparan batu” dari Jakarta ini, ternyata

baru menikmati kemerdekaan yang diidamkan

masyarakat lain di Indonesia tercinta ini dalam hal akses

yang lebih mudah dan cepat ke “pasar”.

Desa Sedari termasuk bagian dari kecamatan Cibuaya di

kabupaten Karawang ini, terletak di koordinat 1070­­15’

BT - 107022’ BT dan 5057’ LS - 6001’ LS. Desa Sedari

memiliki luas wilayah 37,87 km2 dengan jumlah

penduduk 4163 jiwa1. Wilayah desa Sedari adalah yang

paling luas dari 10 desa lainnya di kecamatan Cibuaya.

Walaupun wilayahnya paling luas, namun prosentase

luas penggunaan tanahnya didominasi oleh tambak dan

unsur perairan. Sehingga mata pencaharian utama

penduduknya adalah “buruh” tani tambak, petani

tambak dan nelayan dengan adanya kampung nelayan

dekat dengan kantor desa. Meski penduduk Sedari sulit

menjangkau “pasar”, namun “cukong” dengan mudah

mencapai sedari dan memiliki tambak udang dan

bandeng dengan menggunakan penduduk lokas

sebagai “buruh”.

Ketertinggalan dan keterasingan yang dirasakan oleh

masyarakat desa Sedari tidak berhenti disitu saja, malah

masih ada beberapa anak kecil yang pertama kali

melihat mobil akibat “terputusnya” hubungan dengan

dunia luar tersebut.

1Karawangkab.bps.go.id/publikasi/kecamatan-cibuaya-dalam-angka-2013#/66/zoomed

GEOGRAFIANA

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 54: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Gambar di samping adalah perjalanan yang bisa

dilakukan dari Universitas Indonesia menuju ke pusat

desa Sedari yaitu kantor desa Sedari. Dengan bantuan

googlemaps, akan kita dapatkan petunjuk jarak tempuh

yaitu 114 kilometer dan waktu tempuh selama 2 jam 30

menit dengan asumsi perjalanan tanpa macet.

Sementara perjalanan yang sudah penulis lakukan dari

kampus universitas Indonesia menuju desa Sedari total

membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam 30 menit.

Menggunakan akses jalan tol dan keluar di pintu tol

Karawang Barat, maka perjalanan ke desa Sedari sudah

bisa kita lakukan. Adapun sarana transportasi yang

digunakan adalah mobil pribadi dan sepeda motor

terutama pada musim hujan. Jika dipaksakan

menggunakan mobil yang tidak khusus, maka

perjalanan akan semakin lama akibat akses jalan desanya

tanah.

Gambar di samping adalah akses jalan yang dilalui jika

kondisi musim hujan. Meskipun menggunakan sepeda

motor, kita diharuskan bersabar menunggu giliran lewat

karena jalan yang sempit dan kecil. Jika hujan lebih lebat

seperti pada Januari 2014, maka harus pandai memilih

jalan karena tidak dapat melihat batas jalan, semua

tertutup air coklat kehijauan.

Gambar di berikutnya yaitu kondisi sehari sebelumnya

hujan turun sehingga menyebabkan genangan air pada

jalan desa yang masih berupa tanah. Jika kondisi hujan

turun terus menerus, maka jalan utama desa tidak akan

bisa dilewati. Selain jalan utama desa tidak bisa dilewati

jika kondisi hujan terus menerus, akses menuju dusun 05

Jayasari juga akan terputus. Sehingga untuk menuju

dusun tersebut, kita harus memutar melalui akses desa

lain.

Berbicara mengenai kondisi umum jalan desa menuju ke

pusat desa yaitu ke kantor desa, maka kita akan

mendapati beberapa kondisi jalan yaitu jalan tanah, jalan

tanah dan batu serta jalan yang sudah di cor. Sedangkan

akses jalan antar dusun selain ada jalan tanah, juga

melewati jembatan kayu, atau melalui jalan pasir di tepi

pantai.

Dengan kondisi jalan seperti gambar di atas, sangat

wajar jika penduduk desa Sedari mengatakan sekarang

mereka sudah “merdeka”. Kemerdekaan lain yang sudah

dirasakan oleh masyarakat sedari adalah dengan

terbantunya mereka akan kebutuhan air bersih untuk

diminum atau konsumsi rumah tangga.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 55: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Jika sebelumnya untuk kegiatan mencuci pakaian,

buang air besar (BAB), mandi dan bahkan masih ada

yang mencuci peralatan memasak dan mencuci

makanan dari air yang berasal dari aliran sungai menuju

ke laut.

Gambar di samping adalah salah satu kegiatan

penduduk desa Sedari yaitu mencuci pakaian yang

dilakukan di pinggir sungai. Dan biasanya di tempat

tersebut juga dilakukan aktivitas lainnya.

Sumber lain air untuk konsumsi rumah tangga dan

mencuci, penduduk mengambil dari sumur air tanah dan

tentunya dari aliran sungai ini. Jadi tingkat kerentanan

terkena penyakit kulit dan diare sangat mungkin sekali

ditemukan di desa Sedari.

Jika penduduk desa Sedari sakit, biasanya mereka akan

menempuh jarak kurang lebih 10 km dari desa Sedari

menuju klinik atau dokter praktek yang berada di desa

lain. Sebelum ada jembatan penghubung antar dusun

yang baru dua tahun selesai dibangun, maka akses yang

ditempuh ke tempat berobat melalui sungai dengan

perahu motor yang ada di kampung nelayan.

Bertahap dengan adanya pembangunan dua jembatan

penghubung antar dusun, di desa Sedari juga sudah

memiliki puskesmas pembantu dan menempatkan

seorang bidan yang tinggal di desa Sedari. Dengan

demikian, sekarang untuk berobat penduduk desa

Sedari memiliki opsi lain dan dekat dengan tempat

tinggalnya karena letak puskesmas pembantu berada di

belakang kantor desa Sedari.

Panjang jalan utama desa yaitu sepanjang lebih kurang 8

kilometer dari perbatasan desa Kalindung Jaya jika

ditarik garis ukur dari peta. Desa Sedari memiliki enam

dusun yaitu dusun 01 Tirtasari, dusun 02 Karangsari,

dusun 03 Tanjungsari, dusun 04 Neglasari, dusun 05

Jayasari dan dusun 06 Telarsari. Memiliki 16 rukun

tetangga (RT) dan 6 rukun warga (RW), dengan jumlah

rumah tangga sebanyak 1.054 dan jumlah penduduk

sebanyak 4.163 jiwa berdasarkan data BPS Kabupaten

Karawang dalam angka tahun 2012. Dengan banyaknya

penduduk yang mendiami desa Sedari maka sudah

sewajarnya dan sepatutnya penduduk di desa Sedari

menikmati “kemerdekaannya” dan tidak dianaktirikan

lagi oleh pemerintah setempat dan perlu mendapatkan

perhatian dari pemerintah pusat baik dalam hal

kesejahteraan maupun dalam pembangunan

infrastruktur desanya.

Aset berharga lain yang perlu dipertimbangkan adalah

adanya hutan mangrove yang diresmikan oleh presiden

RI ke-2 yaitu Soeharto, sebagai tempat yang dapat

dikembangkan untuk penelitian dan wisata minat

khusus, jika dapat dikelola dengan baik.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 56: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI PEMANFAATAN LAHAN

PEKARANGAN DI DESA SENANGHATI KECAMATAN MALINGPING

KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN

Oleh: M. H. Dewi Susilowati, Tuty Handayani, Ratna Saraswati

Latar Belakang

Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu

proses yang bertitik tolak untuk memandirikan

masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya

sendiri dengan menggunakan dan mengakses

sumberdaya setempat sebaik mungkin. Proses tersebut

menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau

pusat pengembangan (people or community centered

development). Pemberdayaan masyarakat miskin

merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi

masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan

dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui

collective action dan networking sehingga pada

akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian

secara ekonomi, ekologi, dan sosial”. (Subejo, 2004;

Delivery, 2004a).

Desa Senanghati merupakan daerah kantong

kemiskinan, terletak di Kecamatan Malingping,

Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, yang penduduknya

80,25 % keluarga miskin (dari 653 keluarga) dan

daerahnya masih banyak lahan yang belum

dimanfaatkan secarara intensif (316,97 ha berupa semak

belukar). Jumlah penduduk 2,089 jiwa, menempati luas

wilayah 963.03 hektar, sehingga kepadatan penduduk 2

jiwa per hektar. Penduduk yang berusia produktif 1315

jiwa atau beban tanggungan sebesar 59 %. Berdasarkan

jenis kelamin, penduduk laki-laki sebanyak 1,093 jiwa

dan perempuan 996 jiwa. Tingkat pendidikan penduduk

sebagian besar (79,7 %) adalah SD dan SMP. Mata

pencaharian penduduk didominasi oleh petani yaitu

76,82 % dari seluruh penduduk yang bekerja (Susilowati

dkk, 2012).

Peningkatan produktifitas dan pengembangan produk

ditentukan oleh penguasaan, perbaikan dan inovasi

teknologi. Perbaikan dan modernisasi teknologi

merupakan isu yang sangat krusial yang harus

diupayakan secara sungguh-sungguh untuk mendorong

proses peningkatan pendapatan. Agar usaha

meningkatkan pendapatan berjalan secara

kesinambungan, maka diperlukan kemitraan usaha

dengan pihak lain. (Antholt, C.H 2001; CERD 2004;

Rustiadi, E. & R. Wafda, 2008, Susilowati dkk, 2009;

Susilowati dkk, 2010).

Tujuan dan Manfaat Kegiatan

Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah

pemberdayaan keluarga miskin Desa Senaghati,

Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Provinsi

Banten, meliputi kegiatan:

1) Memberikan bimbingan/pelatihan cara

pemanfaatan lahan pekarangan kepada keluarga-

keluarga miskin;

2) Membentuk kelompok usaha antar keluarga miskin

agar kerjasama usaha bisa berkembang;

3) Menjalin kemitraan usaha dengan pihak lain, seperti

pemerintah lokal (Kepala Desa, Dinas Pertanian,

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah) untuk

menangkap peluang usaha, agar usaha berkembang

menjadi besar, sehingga dapat meningkatkan

pendapatan.

Metode Kegiatan

Untuk meningkatkan ketrampilan dalam usahanya, maka

diperlukan bimbingan dan pelatihan kegiatan

pemanfaatan lahan pekarangan maupun manajemen

pengembangan usaha dengan kemitraan. Metode

kegiatan ini adalah:

1) Metode Focus Group Discussion (FGD); FGD

mengenai pemanfaatan lahan pekarangan, untuk

melihat tanaman yang paling tepat dan cara

pengolahan yang tepat;

2) Metode Ceramah; Ceramah mengenai bagaimana

cara pemanfaatan lahan dan pengolahan hasil

pekarangan;

KAMPUSIANA

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 57: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

3) Metode Diskusi Kelompok;

merupakan kegiatan kelompok

dalam memecahkan masalah

untuk mengambil keputusan.

Dalam diskusi dapat timbul

berbagai macam pendapat dan

akhirnya diambil suatu

keputusan yang dapat diterima

oleh anggota dalam kelompok;

4) Praktek; masing-masing peserta

mempraktekkan bagaimana

cara: menanam tanaman buah

dan tanaman sayuran, serta

mengolah hasil pekarangan

(buah-buahan dan sayuran),

sehingga mempunyai nilai lebih.

Evaluasi terhadap kemampuan

peserta pelatihan dilakukan meliputi

pemberian pertanyaan (wawancara)

terhadap peserta (pre-test), yang

dilakukan sebelum diberikan materi

yang bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana pengetahuan dan

pemahaman peserta sebelum

diberikan materi tentang

pemanfaatan lahan pekarangan.

Materi pertanyaan mengenai

budidaya tanaman semusim mulai

dari persiapan lahan, pengolahan,

pembibitan, penanaman,

pemupukan, pemeliharaan, panen.

Evaluasi kedua dilakukan setelah

diberikan materi dengan ceramah

maupun praktek, bertujuan untuk

melihat seberapa jauh peningkatan

pengetahuan, pemahaman dan

ketrampilan peserta terhadap

pemanfaatan lahan pekarangan.

Pertanyaan post-test dibuat sama

dengan pre-test agar diketahui

sejauh mana peningkatan

pengetahuan dan pemahaman

diukur dengan ukuran yang sama.

Penilaian ketrampilan dilakukan

dengan menilai proses pratek dan

hasil praktek.

Peningkatan kemampuan peserta

dinilai dari hasil pre-test dan post-

test dan diuji dengan metode

statistik, menggunakan uji “ A Paired

comparisons t Test”. Rumus yang

digunakan:

t = đ / σ (Earickson R & John Harlin, 1994),

dimana:

đ = ∑ d / n;

σ = sd / √n;

sd = [∑ d2 - (∑d)2] / [n(n-1)]

Proses perhitungan besarnya t

digunakan program SPSS (Statistical

Product and Service Solutions) dan

dapat diinterpretasikan dari output

yang diperoleh.

Pembahasan

Pelaksanaan Pelatihan dan

Bimbingan

Sebelum pelaksanaan pelatihan

dimulai, diadakan FGD untuk

menentukan tanaman yang akan

dikembangkan di Desa Senanghati.

Dari hasil FGD disepakati tanaman

semusim yang terdiri dari

mentimun, terung, cabai, tomat dan

buah pisang.

Pelaksanaan pelatihan dilakukan

selama 4 hari yaitu pada tanggal 11

hingga 14 Juni 2013. Jumlah peserta

40 orang berasal dari penduduk

Desa Senanghati, yang terdiri dari

laik-laki 20 orang dan perempuan 20

orang. Pembagian kelompok

dipandu oleh tim pengabdi dan

Kades. Peserta dibagi menjadi 4

kelompok laki-laki dan 4 kelompok

perempuan. Sebelum dilakukan

praktek, diberikan contoh benih

tomat, cabai, ketimun dan terong,

kemudian ada pengembangan dari

dinas pertanian agar dibuat kebun

contoh Desa Senanghati, namun

dalam perjalanan dikembangkan

kembali penanaman masing-masing

kelompok.

Rincian kegiatan pelatihan yang

dilakukan selama 4 hari adalah

sebagai berikut:

• Pada tanggal 11 Juni 2013;

FGD dengan penduduk Desa

Senanghati: materi FGD meliputi

pelaksanaan pelatihan, jenis

tanaman yang diinginkan, teknik

penanaman dan pengolahan.

Pembentukan kelompok kerja/

usaha dipandu oleh tim pengabdi

dan dibantu oleh Kades. Jumlah

kelompok ada 8, terdiri dari 4

kelompok laki-laki yang

mengerjakan pemanfaatan lahan

pekarangan dan 4 kelompok

perempuan yang mengerjakan

pengolahan hasil pekarangan. Ketua

kelompok dipilih yang bisa

membaca dan menulis. Selanjutnya

membersihkan pekarangan yang

akan digunakan untuk praktek

penanaman, sehingga dapat

dikembangkan di pekarangan Desa

Senanghati.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 58: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

• Pada tanggal 12 Juni 2013;

Ceramah dan diskusi yang disampaikan oleh

narasumber dari Dinas Pertanian. Materi yang dijelaskan

pada sesi pertama jam 10.00 WIB hingga 12.00 WIB

mengenai pemanfaatan lahan pekarangan. Dilanjutkan

dengan diskusi dan tanya jawab, sekaligus praktek

pembibitan dan pembuatan bedengan hingga jam 16.00

WIB. Pada saat ini pula ditampilkan pengemasan hasil

pekarangan.

• Pada tanggal 13 Juni 2013;

Ceramah dan diskusi disampaikan oleh narasumber dari

Dinas Koperasi dan UKM dilaksanakan dari jam 10.00

hingga jam 12.00 WIB. Materi yang disampaikan

mengenai pembentukan dan pemeliharaan koperasi,

bagaimana mengolah hasil pekarangan, bagaimana

memasarkan hasil pekarangan, dan bagaimana agar

usaha dapat berjalan dan lestari. Waktu yang tersisa

digunakan untuk diskusi maupun tanya jawab.

• Pada tanggal 14 Juni 2013;

Kegiatan praktek yang dipandu oleh narasumber dan

tim pengabdi, mulai. pada jam 09.00 WIB hingga 12.00

WIB, melanjutkan membersihkan rumput di sekitar

rumah atau lahan pekarangan. Setelah isoma dilanjutkan

dengan praktek cara pembuatan bedengan dan

pemupukan.

Kegiatan pelatihan dengan metode pembelajaran

kelompok, yang dipandu oleh narasumber maupun tim

pengabdi. Pelaksanaan pelatihan untuk ceramah

bertempat di rumah Kades dan untuk praktek

penanaman di lahan pekarangan sekitar rumah Kades

dan penduduk sekitarnya, Praktek pemanfaatan lahan

dan pengolahan hasil pekarangan dilakukan setelah

peserta mendapatkan materi ceramah dari narasumber

yang berasal dari Dinas Pertanian maupun Dinas

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM).

Pada musim kemarau mengalami hambatan terhadap

pertumbuhan tanaman, sehingga mencari lokasi

pengembangan di lokasi yang berdekatan dengan

sumber air, namun masih terjangkau dari tempat tinggal,

sampai saat ini masih berjalan dengan baik.

Kelompok Usaha

Kelompok usaha yang telah terbentuk diharapkan dapat

bersaing untuk mengembangkan usaha tanaman yang

dikelolanya, namun dalam pelaksanaan tidak terjadi

persaingan, tetapi dikerjakan secara bersama, sehingga

hasilnya juga dirasakan bersama. Sampai saat ini hasil

yang diperoleh masih pada taraf dikunsumsi sendiri oleh

penduduk setempat.

Pada mulanya pembagian tugas masing-masing

kelompok tersebut adalah membuat kebun buah dan

sayuran, yang nantinya akan dikerjakan bersama dan

pemeliharaan dikerjakan secara bersama. Pada mulanya

pemeliharaan dalam minggu pertama dikerjakan oleh

kelompok I, kemudian minggu kedua oleh kelompok II,

minggu ketiga oleh kelompok III. minggu keempat

dikerjakan oleh kelompok IV dan seterusnya hingga

bulan berikutnya. Masing-masing kelompok terdiri dari 5

orang yang saling bekerjasama dalam pengolahan hasil

pekarangan. Pada pertengahan perjalanan sistem

pembagian kerja kelompok dirubah menjadi; masing-

masing kelompok bertanggung jawab pada area

penamanan sendiri, dengan tujuan agar dapat

berkompetisi sehingga lebih giat dan maju.

Kemitraan Usaha

Dinas Pertanian, Dinas Koperasi dan UKM telah terlibat

dalam usaha pemanfaatan lahan dan pengolahan hasil

pekarangan dengan peran sebagai narasumber, pelatih

maupun pembimbing. Sedangkan Kepala Desa berperan

sebagai penggerak atau motivator maupun

pendamping dalam proses kegiatan penanaman,

pemeliharaan serta pemanenan. Kemitraan usaha ini

diharapkan dapat berjalan dan terpelihara dengan baik,

sehingga usaha dapat terus berkembang.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 59: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Kemampuan Peserta Pelatihan

Hasil analisis dari nilai wawancara dengan kuisioner

(pre-test) dan penilaian setelah kegiatan pelatihan

maupun bimbingan (post test), dapat diketahui bahwa

secara umum, pelatihan ini telah mampu memberikan

kontribusi positif kepada masyarakat Desa Senanghati

yaitu dengan meningkatnya pengetahuan, pemahaman

maupun ketrampilan dalam pemanfaatan lahan dan

pengolahan hasil pekarangan atau dapat dikatakan

pelatihan meningkatkan kualitas peserta dalam

memanfaatkan teknlogi pertanian.

Apabila dibandingkan antara nilai hasil pelaksanaan

pre-test dan post-test maka diperoleh gambaran

peningkatan pengetahuan, pemahaman dan

ketrampilan peserta. Peningkatan terlihat dari kenaikan

nilai peserta dan hasil tanaman yang diperoleh. Sebagai

contoh pada saat pre-test, terdapat 13 orang (32.5 %)

mendapat nilai ≤ 55, namun setelah mengikuti pelatihan

hanya 4 peserta (10 %) yang mendapatkan nilai ≤ 55.

Kemudian peserta yang mendapatkan nilai antara 66 –

75, mengalami kenaikan dari 10 orang (25%) menjadi 17

orang (42,5%). Selanjutnya peserta yang mendapatkan

nilai antara 76 – 85, juga mengalami kenaikan dari 5

orang (12,5 %) menjadi 12 orang (30 %). Demikian pula

peserta pada saat pre test tidak ada yang mendapatkan

nilai > 85, setelah mengikuti pelatihan, nilai post-tes

terlihat meningkat menjadi 3 orang (7,5 %) yang

memperoleh nilai >85. Jika dinilai antar kelompok, maka

kelompok III dan IV lebih baik dibandingkan kelompok I

dan II, terlihat dari proses penanaman, peliharaan dan

pemanenan.

Berdasarkan output paired sample test untuk kelompok

pemanfaatan lahan pekarangan, terlihat bahwa t hitung

sebesar 15.133 dengan probabilitas 0.000, karena

probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak, atau kemampuan

sebelum dan sesudah bimbingan relatif berbeda.

Dengan kata lain, bimbingan tersebut efektif dalam

menaikan kemampuan pemanfaatan lahan pekarangan

secara nyata.

Simpulan dan Saran

Simpulan

1) Telah dilakukan pelatihan maupun bimbingan

terhadap keluarga miskin, sehingga pekarangan telah

dianfaatkan dengan tanaman mentimun, terung,

cabai, tomat dan pisang. Pengembangan tanaman

dipindahkan ke lokasi dekat suber air, karena pada

musim kemarau terjadi kekeringan;

2) Telah terbentuk kelompok usaha pemanfaatan

pekarangan, walaupun tidak semua peserta bisa

menulis, membaca, maupun berbahasa Indonesia

dengan lancar;

3) Menjalin kerjasama antar kelompok usaha dan

pemerintah lokal, agar usaha dapat berkembang

dan lestari;

4) Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat pening-

katan kemampuan dan pemanfatan lahan dan pen-

golahan hasil pekarangan dari sebelum dan sesudah

bimbingan.

Saran

1) Perlu adanya ketersediaan air tanah, sehingga

pemanfaatan lahan pekarangan dapat intensif;

2) Perlu adanya pendidikan non formal untuk

penduduk Desa Senanghati yang tidak dapat

membaca, menulis dan berbahasa Indonesia

dengan lancar;

DAFTAR PUSTAKA Antholt, C.H. 2001. Agricultural Extension in the Twenty-First Century. In Eicher and

Staatz International Agricultural Development. Third Edition. Johns Hopkins. Astuti, Wahyuni April dan Muhammad Musiyam. 2009. Kemiskinan dan Perkembangan

Wilayah di Kabupaten Boyolali. Forum Geografi, Jurnal Geografi UMS, vol. 23, No. 1 Juli 2009. Surakarta, Jawa Tengah.

BKKBN , 1994. Pembangunan Keluarga Sejahtera di Indonesia Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1992 dan GBHN 1993. Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

Badan Pusat Statistik. 2011. Perhitungan Angka Kemiskinan BPS VS World Bank. Down-load Center, Sensus Pedusuk 2010, tanggal 26 April 2011, jam 14.58. Jakarta.

CERD, (2004). Community Empowerment for Rural Development, http://www.cerd.or.id De Nooy, w, MrVar, and Batagelj, V, 2005. Exploratory Social Network Analysis With Pajek.

Cambridge University Press. Danoesastro, Haryono. 1978. Tanaman Pekarangan dalam Usaha Meningkatkan Ketahan-

an Rakat Pedesaan”. Agro – Ekonomi. Delivery, 2004a. Pemberdayaan Masyarakat, http://www.deliveri.org/guidelines/policy/

pg_3/pg_3_summary.htm Delivery, 2004b, Pemberdayaan Masyarakat dalam Praktek, p1, http://www.deliveri.org/

guidelines/how/hm_7/hm_7_summaryi.htm. Earickson R & John Harlin, 1994. Geographic Measurement and Quantitative Analysis.

Macmillan College Publishing Company, New York. Gruber, Denis, 2008. Interduction in social Network analysis. Theoretical Approaches and

Empirical Analysis with computer-assisted progammes. State University of St. Peters-burg. Faculty of Sociology.DAAD

Prawirokusumo, S. 1996. Kebijaksanaan dan Sistem Pendukung Kemitraan, Media Pengkajian Perkoperasian dan Pengusaha Kecil. INFOKOP No. 15 Tahun XII 1995/1996.

Rustiadi, E. & R. Wafda. 2008. Urgensi pengembangan lahan pertanian pangan abadi dalam perspektif ketahanan pangan. Dalam Penyelamatan tanah, air dan lingkungan. Yayasan Obor Indonesia.

Redaksi Agromedia, 2010. Bertanam Tanaman Buah dan Sayuran. PT Agromedia Pustaka. Subejo dan Iwamoto, Noriaki, 2003. Labor Institutions in Rural Java: A Case Study in

Yogyakarta Province, Working Paper Series No. 03-H-01, Department of Agriculture and Resource Economics, The University of Tokyo.

Subejo, (2004). Metodologi Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat, Fak Pertanian UGM Sukotjo, W, 1996. Kemitraan Usaha; Suatu Telaah Konsep. Media Pengkajian

Perkoperasian dan Pengusaha Kecil. INFOKOP No. 15 Tahun XII 1995/1996. Sumarto, Sudarno, Asep Suryahadi, and Wenefrida Widyanti, 2002. Designs and Imple-

mentation of the Indonesian Social Safety Net Programs’ [Desain dan Implementasi Program Jaring Perlindungan Sosial di Indonesia] dalam Developing Economics

Susilowati MH.Dewi, dkk, 2009. Model Kemitraan Pemerintah Lokal, Pengusaha, LSM Dalam Rangka Pemberdayaan Pedagang Sayur dan Buah pada Masyarakat Miskin di Kelurahan Jatinegara dan Pulogebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Hibah PHKI, Universitas Indonesia.

Susilowati MH.Dewi, dkk, 2010. Pemberdayaan Pedagang Sayur dan Buah pada Masyara-kat Miskin di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur Melalui Pengel-olaan Sisa Dangangan. Hibah PHKI, Universitas Indonesia.

Susilowati MH.Dewi, dkk, 2010. Pemberdayaa Masyarakat Desa Ngargorejo. Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah Melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Hibah PHKI, Universitas Indonesia.

Susilowati MHD, dkk 2012. Pemetaan Kantong Kemiskinan dan Potensi Wilayah Untuk Pemberdayaan Keluarga Miskin di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Hibah Stranas, Universitas Indonesia.

Tsang, G. 2005. Lycopene in tomatoes and Prostate Cancer.http://www. healthcas-tle.com.

Warisno & Kres Dahana. 2010. Peluang Usaha Dan Budidaya Cabai.

Page 60: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

DR. DJOKO HARMANTYO

KETUA DEPARTEMEN GEOGRAFI FMIPA UI (2014-2018)

R iwayat hidupnya bermula ketika ia dilahirkan di

Surakarta, 21 April 1951. Tempat lahirnya, lebih

dikenal sebagai Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah.

Pendidikan Sarjana dimulai di Jurusan Geografi

Universitas Indonesia pada tahun 1971. Kemudian

studinya dilanjutkan dengan menempuh pendidikan S2

di Fakultas Paska Sarjana Institut Pertanian Bogor (FPS

IPB) di bidang studi Agrometeorologi 1981-1983. Belum

banyak dosen geografi saat itu yang memiliki gelar

Doktor, maka atas rekomendasi Prof. I Made Sandy (alm)

pada tahun 1984 -1989 mengikuti program Doktor

bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

di FPS IPB dan Pak Djoko berhasil meraih gelar tersebut

dengan predikat Sangat Memuaskan.

Publikasi yang telah dihasilkan Pak Djoko antara lain

dibidang iklim “A Preliminary Investigation on Changing

temperature maxima-minima Deviation In Indonesia”

diterbitkan di Indonesian Journal of Geography. Vol. 43.

No. 1. June 2011. p 81-96). Publikasi untuk bidang geo-

grafi regional antara lain berjudul ”Ambalat Issues: A

Preliminary Study on the Problem of Indonesia Territorial

Boundaries” (Indonesian Journal of Geography, Vol.38

No.2, 2006), kemudian “Area Divergence and Spatial

Conflicts. Regional Autonomy Policy Implementation in

Indonesia” (Makara UI, vol.11 No.1. April 2007. ISSN 1693-

6671). Pak Djoko juga telah menulis judul “Pendekatan

Spatial System dalam Pembangunan Wilayah”

diterbitkan pada Jurnal Geografi UN Surabaya, Vol.1

No.2, tahun 2002. Selain sebagai penulis Pak Djoko juga

diminta menjadi editor pada buku berjudul “Reading in

Economic Geography. Dynamic Situation In Indonesia.

Selected study cases” (Post Graduate Program. Dept. of

Geography FMIPA-UI, UI Press, Depok, 2002), dan juga

editor di “Majalah Geografi Indonesia” (Accredited jour-

nal of Geography. ISSN 0125-1790, Faculty of Geography.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta).

Pak Djoko juga rutin memberikan kontribusi pada

seminar dan pertemuan ilmiah, Antara lain: tentang

eco-tourisme dan pengelolaan lingkungan dengan judul

“Pendidikan Geografi dan Implikasinya di I

ndonesia” (IKIP Negeri Singaraja, Bali, 2003),

”Marginalisasi SDA dan Kemiskinan dalam kerangka

issue global bidang Geografi” (Undana, Kupang, 2004),

“Kerjasama Antar Daerah di bidang Penataan Ruang dan

Konservasi Sumberdaya Air Perkotaan” (sebagai penulis

ke 2 UMS Solo, 2005), dan “Konflik Sumberdaya Air

dalam perspektif Geografi dan UU No. 7 tahun 2004

tentang Sumberdaya Air” UMS, Solo, 2005), Judul

“Dampak Globalisasi di Negara Kepulauan

Tropika” (kampus UI Depok, 2006.), judul “Skenario Alih

Teknologi Dalam menghadapi Dmpak perubahan

Iklim” (Padang Sumatra Barat, 2008), “A Preliminary

Investigation on Climate Change in Indonesia” pada

(International Workshop on Vulnerabilty to Climate

Change: Adaptation, Conservation and Livelihoods in

Indonesia. Depok, 2009.) dan juga “Climate Role in

Changing the Face of the Earths” (International

Workshop on Climate Information Services in Supporting

Mitigarion and Adaptation to Climate Change. Jakarta,

2009).

Selain publikasi, sebagai dosen Pak Djoko juga dituntut

untuk mengabdi pada masyarakat secara langsung

dengan memberi pelatihan/penyuluhan pada

Workshop/training Meteorologi, Geofisika dan

Klimatologi untuk Media dan Jasa.(BMG, Cisarua-Bogor,

13-14 Juni 2006), Pelatihan Assesor internal Universitas

Indonesia sebagai fasilitator maupun pembicara (BPMA-

UI, 15-18 Nopember 2006 dan 18-19 Desember 2006),

Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Geografi dalam

persiapan Sertifikasi Guru (IGI, Bandung 15-18

November 2006), Pelayanan kepada masyarakat sebagai

Tim Assesor BAN-PT program studi S1 dan S2 Geografi

(Depdiknas, tahun 2004, 2005, 2006, 2008, 2009,

2010,2011,2012).

PROFIL

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 61: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Juga menjadi Anggota Tim Supervisi

Penilaian Buku Teks bidang Geografi

tingkat MA/SMA Badan Nasional

Standartisasi Pendidikan (BNSP)

tahun 2005/2006. Memberi

pelayanan kepada masyarakat

sebagai Tim Leader Ahli Geografi

Regional pada Dinas Pertanahan dan

Pemetaan DKI Jakarta tahun 2004.

Kewajiban utama Pak Djoko adalah

mengajar pada program sarjana S1

Geografi FMIPA-UI sejak tahun 1979

– 2014, Mengajar pada program

pasca sarjana Magister Ilmu Geografi

FMIPA–UI dari tahun 1998 – 2014.

Pak Djoko juga ikut menjadi

pengajar pada program pasca

sarjana Magister Ilmu Kelautan

FMIPA-UI tahun 2004 untuk mata

kuliah Meteorologi Laut, Mengajar

pada program Doktor Ilmu Biologi

FMIPA-UI tahun 1999 dan 2007

untuk mata kuliah Tata Guna Tanah.

Selain mengajar juga menjadi

pembimbing untuk tugas akhir

skripsi S1 Geografi, bidang

peminatan, Geografi Kesehatan,

Geografi Politik, Pengembangan

Wilayah dan HidroMeteorologi –

Klimatologi dan membimbing tesis

S2 Geografi dalam peminatan

HidroMeteorologi -Klimatologi ,

Geografi Politik dan Pengembangan

Wilayah. Termasuk ikut juga

menjadi penguji mahasiswa

Program Doktor Geografi Fakultas

Geografi UGM pada tahun 2013.

Kegiatan lain adalah sebagai Ketua

Tim Pengembangan Program

Magister Ilmu Geografi FMIPA-UI

1996/1997, Ketua Tim

Pengembangan Program Doktor

Ilmu Geografi FMIPA-UI 2004-2008,

Ketua Tim Penyusunan Portfolio

FMIPA-UI dalam Akreditasi Program

Studi BAN-PT di lingkungan FMIPA-

UI 2006, Ketua Komisi

Pengembangan Senat Akademik

Fakultas FMIPA-UI 2003-2007,

Sekretaris SAF FMIPA-UI 2006-2007,

Ketua Senat Akademik Fakultas

FMIPA-UI periode 2007-2011,

Anggota Majelis Departemen

Geografi FMIPA-UI periode 2000-

2004 dan 2004-2008, Anggota

Antardep Tim Penyusunan RUU

Meteorologi dan Geofisika, Badan

Meteorologi dan Geofisika (BMG)

2006-2007 dan juga Peserta seminar

Kursus Reguler Angkatan XXXVII

Lemhanas, 2004.

Penghargaan yang sudah diraih Pak

Djoko antara lain karya Satya

Lencana 10 tahun, Karya Satya

Lencana 20 tahun dari pemerintah

Indonesia, juga dari UI yakni

memperoleh penghargaan sebagai

penulis buku tahun 2005 dan Penulis

Jurnal Internasional dari rektor UI

2008.

Saat ini Pak Djoko sedang

melakukan riset yang sangat

penting bagi penelitian iklim di

Indonesia degan mendapatkan

Hibah Riset tahun 2013 dengan

judul: ”Model Jejaring rain-gauge

Sebagai Basis Sistem Penduga Awal

Musim Tanam Dalam Mengatasi

Dampak Perubahan Iklim. Studi

kasus di Kabupaten Cilacap”

pendanaan Hibah Riset Unggulan

BOPTN tahun 2013 dan pada tahun

2014 dengan judul ”Model Jejaring

rain-gauge Sebagai Basis Sistem

Penduga Awal Musim Tanam Dalam

Mengatasi Dampak Perubahan Iklim.

Studi kasus di Kabupaten

Banyumas” pendanaan Hibah Riset

Unggulan BOPTN 2014.

Secara akademik jabatan Pak Djoko

masih Lektor Kepala, tetapi

pengalaman birokrasi pernah

menjadi Ketua Program Studi S2

Geografi UI untuk periode 1998-

2000 dan 2000-2004. Juga menjadi

Ketua III Ikatan Geograf Indonesia

(IGI) tahun 2006-2010 dan Ketua I IGI

untuk periode tahun 2010-2014.

Kalau semua proses berjalan lancar

(sudah dimulai sejak tahun 2007)

maka segera Departemen Geografi

kembali memiliki seorang Guru

Besar setelah I Made Sandy. Semoga

cita-cita Depertemen Geografi

segera tercapai. (Redaksi)

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 62: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

HEART OF BORNEO

PARU-PARU DUNIA DI HAMPARAN NEGARA SERUMPUN

Oleh: Alvian Safrizal

S etelah diluncurkannya inisiatif kerjasama

subregional ASEAN, Brunei-Indonesia-Malaysia-

Philippines East ASEAN Growth Area /BIMP EAGA, pada

tanggal 24 Maret 1994 di Davao City, Filipina,

pemerintah diantara ke-4 negara tersebut terlihat secara

serius berusaha meningkatkan kesejahteraan dan

pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah

perbatasan negara-negara BIMP-EAGA. Salah satu

Cluster yang menjadi fokus kerjasama diantara negara

anggota BIMP EAGA, yakni Environment and Natural

Resource Development. Kawasan khusus yang menjadi

perhatian dalam cluster tersebut, yaitu Sulu-Sulawesi

Marine Ecoregion (SSME) yang melintasi wilayah negara

Indonesia, Malaysia, dan Filipina ; serta Heart of Borneo

(Heart of Borneo) yang melalui wilayah negara Brunei,

Malaysia dan Indonesia. Dari kedua perhatian utama

pada cluster Environment and Natural Resource

Development BIMP EAGA, kawasan HoB menjadi

kawasan yang “sensitif” dalam pengelolaan sumber daya

alam dan konservasi bagi ke-3 negara yang dilaluinya.

Sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.26

Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN), dimana salah satu butir penting

peraturan tersebut yakni terdapat 76 Kawasan Strategis

Nasional (KSN) yang memiliki kepentingan ekonomi,

lingkungan hidup, sosial budaya, pendayagunaan

sumber daya alam dan teknologi tinggi, serta

pertahanan dan keamanan. Salah satu KSN yang

memiliki kepentingan pengelolaan lingkungan hidup,

yakni Kawasan “Jantung Kalimantan” atau lebih dikenal

Heart of Borneo. Selain dimasukkannya HoB dalam salah

satu KSN, kawasan tersebut juga menjadi area “rentan”

dalam pembangunan ekonomi di Koridor Kalimantan

yang menjadi salah satu koridor ekonomi utama pada

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI). Sehingga dengan kata lain,

pemerintah telah lama memberikan perhatian bagi

pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam/

hayati yang terkandung di kawasan tersebut. Untuk itu

tulisan berusaha menjabarkan secara ringkas dan umum

terkait dinamika pengelolaan kawasan HoB.

Heart of Borneo: “Paru-Paru” Dunia yang Tersisa

Heart of Borneo (HoB) adalah inisiatif tiga negara, yaitu

Brunei, Indonesia, dan Malaysia dimana sebagian

wilayah negara-negara tersebut (Kecuali Brunei) berada

di kawasan “jantung” Pulau Borneo, yang bertujuan

untuk mengelola kawasan hutan tropis dataran tinggi

yang didasarkan pada prinsip konservasi dan

pembangunan berkelanjutan. Nama Borneo mengacu

pada keseluruhan wilayah yang terdiri dari Negara

Brunei Darusalam, Malaysia Bagian Timur (Sarawak dan

Sabah), dan Pulau Kaimantan bagi Indonesia (Provinsi

Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, dan Kaltara). Kawasan HoB

memiliki kekayaan keanekaragaman hayati dimana

sekitar 40-50% jenis flora dan fauna didunia dapat

dijumpai di Pulau Kalimantan (Borneo). Kawasan HoB

merupakan wilayah hulu 14 sungai dari 20 sungai utama

yang mengalir di Pulau Kalimantan, antara lain Sungai

Mahakam, Sungai Barito, dan Sungai Kapuas. Program

prioritas dalam pengelolaan kawasan HoB, yaitu (i)

Pengelolaan kawasan lintas batas negara; (ii)

Pengelolaan kawasan lindung; (iii) Pengelolaan sumber

daya alam secara berkelanjutan; (iv) Pengembangan

ekowisata; dan (v) Peningkatan kapasitas sumber daya

manusia. Luas kawasan HoB di tiga negara (Brunei,

Malaysia, dan Indonesia) meliputi areal seluas kurang

lebih 23 juta hektar yang secara ekologis saling

berhubungan. Wilayah HoB merupakan kawasan

pegunungan di tengah pulau Borneo yang memanjang

secara diagonal dari barat daya ke timur laut yang

didominasi oleh hutan hujan tropis dimana sebagian

besar berada di wilayah Indonesia, yakni sekitar 72%

wilayah keseluruhan) (Sekretariat Pokjanas HoB, 2013).

GEOGRAFIANA

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 63: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Berikut rincian luas wilayah kawasan Heart of Borneo:

(Luas Wilayah HoB Di Setiap Negara. Sumber: Sekretariat Pokjanas HoB,

2013)

Fungsi lahan di “Jantung Borneo” terdiri dari kawasan

lindung yang hanya meliputi 31% (taman nasional, cagar

alam, suaka marga satwa, hutan lindung), serta

selebihnya merupakan kawasan budidaya non

kehutanan (perkebunan, pertambangan, dan lain-lain).

Pada Heart of Borneo yang berada di wilayah Indonesia

(Kalimantan), terdapat 4 Taman Nasional, yakni Taman

Nasional Betung Kerihun, Taman Nasional Kayan

Mentarang, Taman Nasional Danau Sentarum, dan

Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Sebagai salah

satu hutan hujan tropis, pegunungan di HoB menjadi

habitat bagi jutaan spesies flora dan fauna endemik, unik

dan langka. Tingkat keanekaragaman hayati hutan

pegunungan HoB sangat tinggi. Setidaknya 40- 50%

jenis flora dan fauna Borneo hanya dapat ditemui di

kawasan ini. Bahkan dalam 10 tahun terakhir terdapat

361 species baru ditemukan (WWF Indonesia, 2012).

Selain fungsinya sebagai kawasan hutan, HoB juga

merupakan “rumah” bagi sekitar 50 suku Dayak, dengan

bahasa dan budaya yang beragam (Kompas, 2012).

Berikut peta dari kawasan Heart of Borneo:

Berdasarkan Peta Status Kawasan Hutan Kementerian

Kehutanan RI di overlay-kan dengan batas kawasan HoB

(Pokjanas HoB) tahun 2008 serta dengan analisis

perhitungan luasan dilakukan dengan metode GIS,

berikut penjabaran status hutan di kawasan HoB

Indonesia di provinsi yang berada di Pulau Kalimantan:

(Status Hutan di Wilayah HoB Di Setiap Provinsi. Sumber: Sekretariat

Pokjanas HoB, 2013)

Dari data yang ditampilkan diatas dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar fungsi lahan yang berada di

kawasan HoB, yakni berupa kawasan konservasi dan

sumber air tawar.

Rencana Strategis HoB

Setelah pertemuan KTT Tingkat Menteri Negara-Negara

Kawasan HoB pada tanggal 12 Februari 2007 dimana

butir penting yang disepakati dalam pertemuan

tersebut, yaitu (i) Kerjasama manajemen sumber daya

hutan yang efektif dan konservasi terhadap area yang

dilindungi, hutan produktif, dan penggunaan lahan

lainnya yang berkelanjutan; (ii) Inisiatif HoB merupakan

kerjasama lintas batas yang sukarela dari tiga negara;

dan (iii) Kesepakatan untuk bekerjasama berdasarkan

prinsip pembangunan berkelanjutan.

Luas Luas

Hektar %

Brunei Darussalam 424.076,66 1,82

Indonesia 16.794.300,78 72,23

Kalimantan Barat 4.892.136,18 21,04

Kalimantan Tengah 3.027.214,72 13,02

Kalimantan Timur+ Kalimantan Utara

8.874.949,88 38,17

Malaysia 6.031.911,67 25,94

Sarawak 2.139.471,04 9,2

Sabah 3.892.440,63 16,74

TOTAL 23.250.289,11 100,00

(Peta Kawasan HoB. Sumber: Heart of Borneo Initiative Publication, 2013)

Status Hutan Kal-Bar Kal-Teng Kal-Tim +

Kaltara

Hutan Lindung 1.243.930 Ha 611.447 Ha 2.398.152 Ha

Hutan Produksi 359.305 Ha 92.827 Ha 644.034 Ha

Hutan Produksi Konversi 108.153 Ha 34.030 Ha -

Hutan Produksi Terbatas 1.201.309 Ha 1.960.780 Ha 3.899.666 Ha

Taman Nasional 1.024.163 Ha 125.600 Ha 1.312.243 Ha

Tubuh Air 18.037 Ha 197.128 Ha -

Taman Wisata Alam 1.842 Ha 5.478 Ha -

Lainnya 890.518 Ha 778 Ha 607.789 Ha

(Deklarasi Inisiatif HoB, 12 Februari 2007 Sumber: Bulletin Tata Ruang KemenPU, 2012)

Page 64: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Heart of Borneo merupakan sebuah

perwujudan konsep konservasi dan

pembangunan berkelanjutan ke

dalam program manajemen

kawasan di Pulau Borneo. Inisiatif

HoB dilatarbelakangi kepedulian

terhadap penurunan kualitas

lingkungan terutama kualitas hutan

di Pulau Borneo, yang ditunjukkan

dengan makin rendahnya

produktivitas hutan, hilangnya

potensi keanekaragaman hayati,

serta fragmentasi hutan dari satu

kesatuan yang utuh dan saling

terhubung (Bulletin Tata Ruang

KemenPU, 2012). Degradasi tutupan

hutan Pulau Borneo dapat dilihat

pada gambar berikut ini:

(Peta Tutupan Hutan Pulau Borneo Tahun 1990, 1950, 1965, 2000, , 2005 dan Proyeksi Tahun 2010, 2020. Sumber: WWF, 2010

Dalam inisiatif HoB tahun 2007

tersebut, juga disusun visi dan misi

pengelolaan kawasan HoB yang

“mengikat” 3 negara (Indonesia,

Malaysia, dan Brunei). Visi

pengelolaan kawasan HoB, yaitu

terwujudnya pengelolaan dan

konservasi yang efektif di kawasan

hutan hujan ekuator Heart of

Borneo yang meliputi 23 juta hektar

melalui jejaring kawasan lindung,

hutan produksi dan penggunaan

lahan yang berkelanjutan, yang

memberi manfaat bagi masyarakat

dan alam, melalui kerjasama

internasional yang dipimpin oleh

masing-masing pemerintah negara

di Borneo, yang didukung oleh

industri dan upaya global yang

berkelanjutan. Sedangkan misi

pengelolaan kawasan Heart of

Borneo adalah sebagai berikut: (i)

Pada tahun 2020, 23 juta hektar

jejaring kawasan lindung, cadangan

lintas batas, dan koridor dikelola

secara berkelanjutan dan zona

penyangga berfungsi untuk

menjamin masa depan semua

spesies prioritas dan kawasan HoB

endemik didirikan; (ii) Pada tahun

2020, tidak ada konversi hutan yang

bernilai konservasi tinggi untuk

penggunaan lahan lain di kawasan

HoB; dan (iii) Pada tahun 2020,

mekanisme pembiayaan jangka

panjang memberikan manfaat

diversifikasi dan adil bagi

masyarakat lokal dan pemerintah,

dan meningkatkan barang dan jasa

ekosistem.

Selang dua tahun pasca

dikeluarkannya Deklarasi Inisiatif

HoB, pemerintah Indonesia

mengeluarkan Rencana Strategis

dan Aksi Nasional (National Strategic

Plan of Action) kawasan Heart of

Borneo di wilayah Indonesia tahun

2009-2014. Lingkup rencana

strategis dan aksi nasional tersebut,

terdiri dari trilateral, nasional, dan

kabupaten (daerah). Butir penting

yang dituangkan dalam Rencana

Strategis dan Aksi Nasional kawasan

HoB Indonesia, yaitu:

(i) Kerjasama provinsi dan

kabupaten;

• Penggunaan lahan

berkelanjutan

° Menetapkan batas area

HoB

° Mendorong

terselesaikannya

Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) provinsi

dan kabupaten/kota

guna mewujudkan

pelaksanaan

pembangunan

berkelanjutan di area

HoB

• Penyempurnaan kebijakan

sektor

° Menyusun kriteria dan

indikator pengelolaan

sumber daya alam

berkelanjutan dan

diseminasi agar

terintegrasi dalam

kebijakan sektor

• Pengembangan kapasitas

lembaga

° Menyusun kerangka

kerja kelembagaan

pengelolaan sumber

daya alam dalam area

HOB

° Menyusun masterplan

dan rencana

pengelolaan HoB

° Mengembangkan riset

dasar dan terapan serta

penguatan kerjasama

antar lembaga riset

sesuai visi dan misi HoB

° Mendorong proses

pelibatan, kerjasama,

peningkatan kepedulian

dan pendidikan dalam

pelaksanaan HoB

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 65: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

(ii) Pengelolaan kawasan lindung;

• Advokasi kebijakan

° Merekomendasikan upaya penguatan

pengelolaan dan/atau (jika dipandang

penting) mengusulkan penambahan dan

peningkatan status kawasan lindung dan

kawasan konservasi di area HoB

° Membangun kebijakan pengembangan dan

atau penguatan pengelolaan kawasan

konservasi lintas batas

• Informasi dan manajemen pengelolaan kawasan

lindung

° Membangun standar, sistem, penilaian,

publikasi, monitoring dan evaluasi

pengelolaan kawasan lindung serta

kerjasama kelembagaan antar pengelola

kawasan lindung dan pengembangan

ekowisata dalam areal HoB

• Pemberdayaan masyarakat

° Memperkuat kebijakan dan implementasi

kerjasama pengelolaan kawasan lindung,

termasuk pengembangan ekowisata berbasis

masyarakat

• Pelibatan peran serta swasta/BUMN

° Mengembangkan opsi-opsi keterlibatan

swasta/BUMN dalam pengelolaan kawasan

lindung

(iii) Pengelolaan sumber daya alam di luar kawasan

lindung;

• Penyempurnaan kebijakan sektor

° Mengembangkan pemerataan manfaat

pengelolaan sumber daya alam secara

berkelanjutan

° Memantau dan mengevaluasi kegiatan

perekonomian serta mempromosikan area

HoB sebagai tujuan ekowisata dan

pelaksanaan program REDD+ dibawah

payung konvensi perubahan iklim

° Melakukan audit terhadap kegiatan

pemanfaatan hutan alam dan tanaman di

area HoB

° Mendorong pelaksanaan program

rehabilitasi dan restorasi terhadap kawasan

hutan dan lahan yang rusak di area HoB

• Penggunaan lahan berkelanjutan

° Inventarisasi dan klasifikasi bentuk-bentuk

konflik pemanfaatan hutan dan penggunaan

lahan di areal HoB

° Menyusun mekanisme penyelesaian konflik

dan melakukan mediasi penyelesaian konflik

° Evaluasi penggunaan ruang

• Sistem informasi dan pemantauan

° Mengembangkan basis data sumber daya

alam di seluruh areal HoB

° Menyusun kriteria dan indikator untuk

pelaksanaan monitoring dan evaluasi

sumber daya alam

° Melaksanakan monitoring dan evaluasi

sumber daya alam

(iv) Penguatan kelembagaan dan pendanaan

berkelanjutan;

• Penguatan kapasitas lembaga

° Mendorong adanya payung hukum area HoB

° Menetapkan mekanisme hubungan kerja dan

prioritas pekerjaan Pokjanas dan Pokjada

HoB

° Evaluasi kinerja pemerintah provinsi dan

kabupaten dalam pelaksanaan

pembangunan berkelanjutan di area HoB

termasuk apabila ada tambahan provinsi

atau kabupaten/kota baru akibat pemekaran

wilayah

• Penyempurnaan kebijakan sektor

° Mendorong realisasi desentralisasi dan

devolusi pengelolaan area HoB

• Pengembangan pendanaan berkelanjutan

° Menggalang dana dan mobilisasi sumber

daya

° Menggali dan menggalang pendanaan

kreatif

Green Economy: Sinergi HoB dan Pembangunan

Ekonomi

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 mempunyai visi

“Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Adil,

dan Makmur”. Dalam penjabaran untuk mewujudkan visi

tersebut, MP3EI memiliki inisiatif strategis, strategi

utama serta prinsip dasar MP3EI. Inisiatif strategis MP3EI,

yaitu (i) Mendorong realisasi investasi skala besar di 22

kegiatan ekonomi utama; (ii) Sinkronisasi rencana aksi

nasional untuk merevitalisasi kinerja sektor riil; dan (iii)

Pengembangan centre of excellence di setiap koridor

ekonomi.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 66: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Dalam menunjang pencapain visi

serta inisiatif strategis, MP3EI

memiliki tiga “pilar” strategi utama

untuk menopang pencapaian hal

tersebut, yaitu (i) Pengembangan

Potensi Ekonomi Melalui Koridor

Ekonomi; (ii) Penguatan konektivitas

nasional; dan (iii) Penguatan

kemampuan sumber daya manusia

(SDM) serta Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK). Berikut gambaran

dari penjelasan tersebut:

(Gambar Kerangka Desain MP3EI 2011-2025. Sumber: Publikasi MP3EI

Pembangunan koridor ekonomi di

Indonesia dilakukan berdasarkan

potensi dan keunggulan masing-

masing wilayah yang tersebar di

seluruh Indonesia. Tema

pembangunan masing-masing

koridor ekonomi dalam percepatan

dan perluasan pembangunan

ekonomi adalah sebagai berikut:

⇒ Koridor Ekonomi Sumatera

memiliki tema pembangunan

sebagai “Sentra Produksi dan

Pengolahan Hasil Bumi dan

Lumbung Energi Nasional”;

⇒ Koridor Ekonomi Jawa memiliki

tema pembangunan sebagai

“Pendorong Industri dan Jasa

Nasional”;

⇒ Koridor Ekonomi Kalimantan

memiliki tema pembangunan

sebagai “Pusat Produksi dan

Pengolahan Hasil Tambang &

Lumbung Energi Nasional”;

⇒ Koridor Ekonomi Sulawesi

memiliki tema pembangunan

sebagai ‘’ Pusat Produksi dan

Pengolahan Hasil Pertanian,

Perkebunan, Perikanan, Migas

dan Pertambangan Nasional;

⇒ Koridor Ekonomi Bali – Nusa

Tenggara memiliki tema

pembangunan sebagai “Pintu

Gerbang Pariwisata dan

Pendukung Pangan Nasional’’;

⇒ Koridor Ekonomi Papua –

Kepulauan Maluku memiliki

tema pembangunan sebagai

“Pusat Pengembangan Pangan,

Perikanan, Energi, dan

Pertambangan Nasional”.

Pengembangan MP3EI berfokus

pada 8 program utama, yaitu:

pertanian, pertambangan, energi,

industri, kelautan, pariwisata,

telematika, dan pengembangan

kawasan strategis. Kedelapan

program utama tersebut terdiri dari

22 kegiatan ekonomi utama yang

disesuaikan dengan potensi dan

nilai strategisnya masing-masing di

koridor yang bersangkutan. Berikut

ini adalah pengelompokkan untuk

kegiatan-kegiatan ekonomi utama

dari masing-masing koridor:

(Pengelompokkan Kegiatan Ekonomi Utama di Setiap Koridor Ekonomi. Sumber: Publikasi

MP3EI, 2013)

No. Kegiatan Ekonomi

Utama Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi

Bali-Nusa Tenggara

Papua dan Kep.Maluku

1. Besi Baja √ √

2. Makanan & Minuman √

3. Tekstil √

4. Peralatan Transportasi √

5. Perkapalan √ √

6. Nikel √ √

7. Tembaga √

8. Bauksit √

9. Kelapa Sawit √ √

10. Karet √

11. Pertanian Pangan √ √

12. Pariwisata √

13. Telematika √

14. Batu Bara √ √

15. Migas √ √ √

16. Jabodetabek Area √

17. KSN Selat Sunda

18. Alutsista √

19. Peternakan √

20. Perkayuan √

21. Kakao √

22. Perikanan √ √ √

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 67: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

(Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia. Sumber: Publikasi MP3EI, 2013)

Dalam konsep MP3EI, pemerintah

memiliki 4 konsep utama dalam

mewujudkan kesejahteraan

masyarakatnya, yakni (i) Pro Poor; (ii)

Pro Job; (iii) Pro Growth; dan (iv) Pro

Environment. Perpres No 3 Tahun

2012 tentang Tata Ruang Pulau

Kalimantan mengisyaratkan

sedikitnya 45% dari Pulau

Kalimantan harus digunakan sebagai

kawasan konservasi

keanekaragaman hayati dan

kawasan hutan lindung bervegetasi

basah. Hal itu merupakan upaya

mewujudkan komitmen Indonesia

untuk menurunkan gas rumah kaca

secara sukarela sebesar 26% pada

2020 (Rencana Aksi Nasional Gas

Rumah Kaca/ RAN GRK) serta adanya

inisiatif HoB yang telah

ditandantangi oleh pemerintah

Indonesia bersama Brunei dan

Malaysia. Di sisi lain, dalam

pengembangan koridor ekonomi

MP3EI, Pulau Kalimantan dijadikan

sebagai Pusat Produksi dan

Pengolahan Hasil Tambang dan

Lumbung Energi Nasional. Produk

pertambangan terbesar di Pulau

Kalimantan, yaitu minyak bumi dan

gas alam (migas), batubara, dan

bauksit. Tidak dapat dipungkiri

bahwa kegiatan pertambangan di

darat selalu “menggangu”

keseimbangan dari kelestarian alam

(kawasan konservasi/kehutanan).

Tidaklah mudah untuk

menyinergikan kepentingan

pembangunan ekonomi yang

tentunya memerlukan lahan dalam

meningkatkan investasi, sementara

dalam waktu yang sama langkah-

langkah konservasi harus dilakukan.

Selama ini pembangunan hanya

mengejar pertumbuhan ekonomi,

namun tidak diiringi dengan nilai

susutnya sumber daya alam (deplesi)

dan rusak/tercemarnya lingkungan

(degradasi).

Oleh karena itu, pemerintah terus

berusaha menerapakan

pembangunan ekonomi di Pulau

Kalimantan sejalan dengan

komitmen untuk melestarikan

lingkungan (pembangunan

berkelanjutan). Memperhatikan

tema pembangunan Pulau

Kalimantan dalam MP3EI dan dalam

rangka membangun pertumbuhan

ekonomi secara berkelanjutan

diperlukan penerapan konsep

pembangunan yang menghasilkan

pertumbuhan dan pembangunan

yang menjamin kesejahteraan

masyarakat dan mencegah

terjadinya penurunan fungsi dan

kualitasekologis. Konsep ini biasa

dikenal dengan pembangunan

ekonomi “hijau” (Green Economy).

UNEP mendefinisikan green econo-

my as one that results in improved

human well-being and social equity,

while significantly reducing environ-

mental risks and ecological

scarcities. Dengan kata lain prinsip

ekonomi hijau menitikbertakan pada

rendah karbon, efisiensi sumber

daya alam dan inklusifitas sosial.

Beberapa cara yang dapat

dilakakukan dalam pengelolaan HoB

agar tidak “berbenturan” dengan

program pembangunan ekonomi

utama di Pulau Kalimantan pada

MP3EI, yaitu (i) Memetakan wilayah-

wilayah yang rentan (Vulnerable

Regions) di Pulau Kalimantan dari

hasil tampalan antara wilayah utama

produksi hasil tambang pada MP3EI

dengan wilayah HoB; (ii) Memasifkan

penggunaan kelapa sawit ramah

lingkungan (Indonesia Sustainable

Palm Oil/ISPO); dan Sistem Verifikasi

dan Legalitas Kayu (SVLK).

Dalam memetakan vulnerable

regions khususnya di wilayah HoB,

hal penting yang perlu di tampalkan,

yakni sebaran wilayah potensi

kandungan hasil tambang yang

berada di kawasan HoB, seperti batu

bara dan bauksit dengan wilayah

keseluruhan HoB. Sehingga akan

didapatkan daerah-daerah yang

rentan (vulnerable regions) dalam

penanganannya. Sehingga daerah-

daerah tersebut perlu mendapatkan

perhatian “khusus” (kebijakan/

regulasi, land treatment,

pembangunan infrastruktur, dll)

agar tidak terjadinya tarik ulur antar

kepentingan, khususnya beralih

fungsinya kawasan konservasi

menjadi wilayah pertambangan

(degradasi lingkungan).

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 68: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Sedangkan dalam pemanfaatan ISPO, perusahaan-perusahaan

yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit perlu

mendapatkan sertifikasi ISPO yakni berupa penilaian untuk

menentukan kriteria kelas kebun. Kebun yang sudah dinilai

akan mendapat kriteria kelas I, II,III dan IV sesuai hasil dari

pelaksanaan penilaian. Dalam pelaksanaan penilaian usaha

perkebunan bukan hanya pada fisik kebun semata, tetapi juga

lingkungan, SDM, manajemen usaha, kegiatan ekonomi

masyarakat di

sekitar.

Sedangkan dalam pemanfaatan SVLK, kayu disebut legal jika

kebenaran asal kayu, izin penebangan, sistem dan prosedur

penebangan, administrasi dan dokumentasi angkutan, pen-

golahan, dan perdagangan atau

pemindah tangannya dapat dibuktikan memenuhi semua per-

syaratan sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku (Kemhut, 2013). Sistem

Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) merupakan sistem pela-

cakan yang disusun secara multistakeholder untuk memastikan

legalitas sumber kayu yang beredar dan diperdagangkan di

Indonesia.

Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dikembangkan untuk

mendorong implementasi peraturan pemerintah yang berlaku

terkait perdagangan dan peredaran hasil hutan yang legal.

Sistem verifikasi legalitas kayu

diterapkan di HoB untuk memastikan agar semua produk kayu

yang beredar dan diperdagangkan di

Indonesia/dunia memiliki status legalitas yang

meyakinkan. Sertifikasi kayu merupakan salah satu unsur pent-

ing untuk mendorong praktik hutan lestari. Sebab, melalui

label yang tertera dalam setiap produk akhir akan memu-

dahkan siapa saja memeriksa sumber kayu yang menjadi ba-

han mentahnya. Sehingga pencegahan pembalakan liar di

kawasan HoB akan dapat dicegah sedini mungkin.Sehingga

demikian, pembangunan ekonomi di Pulau Kalimantan

khususnya serta kelestarian kawasan HoB dapat bersinergis.

Prinsip dasar/ prasyarat keberhasilan implementasi ekonomi

hijau dalam pengelolaan pembangunan hijau di kawasan HoB,

antara lain (WWF, 2013):

• Transformasi pasar menuju komoditas kehutanan dan

perkebunan lestari, serta pertambangan yang

bertanggung jawab melalui penerapan perolehan prinsip-

prinsip Better Management Practices (BMP).

• Infrastruktur yang tidak menyebabkan irreversible impact

terhadap lingkungan.

• “Green enterpreuneurship” (kewirausahaan yang

menerapkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan).

• Mengarahkan pengembangan perkebunan, HTI dan

infrastrukturnya pada kawasan lahan-lahan terlantar.

• Izin dan perijinan mengacu kepada tata ruang, KLHS dan

AMDAL.

• Panduan dan referensi pengeluaran izin yang berpihak

kepada “ekonomi hijau”.

• Merealisasikan sistem jaringan jalan antara pusat

pendukung jasa produksi, pusat produksi, pengembangan

wilayah, dan jaringan sistem komunikasi dan informasi

yang mengacu pada tata ruang yang berbasis ekosistem.

• Memastikan pengembangan kawasan produksi baru tidak

mengganggu keutuhan ekosistem dan keanekaragaman

hayati serta budaya masyarakat setempat.

• Menghindarkan kawasan-kawasan konservasi dan

ekosistem esensial dari konversi, dan dampak pembukaan

wilayah.

• Mematuhi pengalokasian areal yang telah diatur dalam

tataruang wilayah.

• Melakukan perlindungan kawasan-kawasan sumber air.

• Memanfaatkan sumber energi terbarukan.

Penutup

Adanya Kawasan Heart of Borneo bagi Indonesia dapat

mendatangkan “keuntungan” disatu sisi, tetapi juga dapat

mangakibatkan “malapetaka” di sisi lainnya. Dilihat dari sisi

keuntungan, Indonesia dapat berperan besar dalam

mengurangi gas rumah kaca (pemanasan global) baik dalam

cakupan nasional maupun internasional dan pelestarian alam

(konservasi). Hal ini dikarenakan kawasan HoB merupakan

salah satu kawasan “paru-paru” dunia yang terbesar setelah

hutan amazon di Brazil. Sedangkan HoB dapat mengakibatkan

“malapetaka” bagi Indonesia, jika semua pihak yang

berkepentingan di wilayah tersebut tidak dapat

mensinergiskan antara pembangunan ekonomi dengan

kelestarian alam. Serta tidak dioptimalkannya konsep ekonomi

“hijau” dalam memperlakukan kawasan HoB.

Berbagai penjelasan umum terkait HoB maupun

pengelolaannya yang disampaikan atas, merupakan suatu

wujud untuk memahami upaya keberlanjutan lingkungan di

Heart of Borneo. “Apabila kita salah dalam perencanaan, berarti

kita merencanakan suatu kegagalan, dan sebaliknya,

perencanaan yang matang adalah langkah awal keberhasilan”.

Referensi Kelompok Kerja Nasional HoB Indonesia. 2009. Rencana Strategis dan Aksi Nasional Heart of

Borneo. Jakarta: Sekretatiat HoB Indonesia. Penyelamatan Ekosistem Kalimantan dan Penerapan MP3EI. 2013. Jakarta: WWF Indonesia Publikasi MP3EI. 2013. Jakarta: Kemenko Perekonomian RI http://www.unep.org/greeneconomy/AboutGEI/WhatisGEI/tabid/29784/Default.aspx;

Diakses pada tanggal 4 April 2014. http://silk.dephut.go.id/index.php/info/vsvlk/3; Diakses pada tanggal 4 April 2014. http://heartofborneo.or.id/id; Diakses pada tanggal 4 April 2014. http://regional.kompas.com/read/2012/10/24/10560224/

Heart.of.Borneo.Direncanakan.Tahun.2013; Diakses pada tanggal 4 April 2014. http://kalimantan.menlh.go.id/; Diakses pada tanggal 4 April 2014. http://green.kompasiana.com/penghijauan/2012/06/08/heart-of-borneo-jantung-

kalimantan-terancam-%E2%80%9Cjantungan%E2%80%9D-468327.html; Diakses pada tanggal 4 April 2014.

http://www.mongabay.co.id/2013/12/02/pertambangan-di-jantung-borneo-produksi-batubara-indonesia/. Diakses pada tanggal 4 April 2014.

http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=39; Diakses pada tanggal 4 April 2014.

http://ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/12273; Diakses pada tanggal 4 April 2014.

http://www.wwf.or.id/?24120/kerjasama-wwf-ugm-kelola-kawasan-heart-of-borneo-disepakati; Diakses pada tanggal 4 April 2014

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 69: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

SEPENGGAL KISAH:

GELIAT PENDIDIKAN DARI TANAH SARUMA, KIE RAHA

Oleh: Riangga Sujatmiko Pengajar Muda SD N Indong, Halmahera Selatan

T: 081386964036, E: [email protected] / [email protected]

AWAN HARAPAN SD N INDONG - “Melayanglah Semakin

Tinggi dan Jauh”

Ini adalah awan istimewa di SD N Indong, di awan ini lah

anak-anakku meletakkan harapan mereka di masa

depan. mereka menuliskan harapannya masing-masing

di selembar kertas kecil, membacakannya keras-keras,

dan meletakkannya di awan harapan. ada yang

menuliskan agar dapat lebih rajin mengaji, ada yang

ingin menjadi anggota dewan di maluku utara, ada yang

berharap bisa menjadi guru, TNI, pemain sepak bola, dan

masih banyak lagi.

Terakhir aku meletakkan satu harapanku, harapanku

sangat sederhana yakni, "Kabulkanlah semua harapan

mereka."

Akhirnya harapan ku bersama 37 harapan kecil lainnya

diterbangkan bersama awan harapan ini.

Membuat awan harapan ini mengingatkan ku mengenai

sebuah lagu yang dibuat bersama ketika Camp Pelatihan

Pengajar Muda waktu itu, seperti ini liriknya:

Nada - nada beriringan

Berirama dengan angan

Memetik awan harapan

Ada rasa di setiap kata

Kita berbagi dan bercanda

Kita warnai duni bersama

Janganlah ragu tuk bermimpi

Gantungkan citamu nan tinggi

Mari harumkan, INDONESIA

“Jadi apa awan harapanmu, Sudah siap

menerbangkannya?”

GEOGRAFIANA

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 70: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Lebih Baik Menyalakan "Lampu Poci"

daripada Mencaci Kegelapan

Seperti Biasa, Hampir setiap malam

anak SMP ataupun SMK datang ke

rumah untuk bertanya mengenai

Bahasa Inggris. Malam ini pun sudah

2 malam lampu tidak menyala, hal

yang memang sering terjadi jika

hujan datang di pulau.

Malam itu, beberapa anak SMP

datang. "Pak, Belajar Bahasa

Inggris.." kata salah satu dari mereka.

"Lampu mati nih, So Tarada listrik."

sahutku. Bergegas mereka pun

mengambil beberapa lampu poci.

"Pak, So ada lampu poci nih, Tara

gelap". setlah itu langsung kuajak

masuk rumah.

Tidak ada lampu atau listrik memang

bukan halangan belajar untuk

mereka. daripada mencaci maki PLN

karena tidak ada listrik beberapa

malam ini, Lebih baik mari nyalakan

lampu poci dan terus belajar.

Setelah belajar selesai, hidung-

hidang kami pun menghitam. bekas

asap hitam lampu poci yang

menempel di hidung, tak heran

karena malam itu kami

menggunakan sekitar 4 lampu poci

agar lebih terang.

“Jadi, Apa yang kamu lakukan ketika

PLN mati?”

“SSssttttttttt..., Ini Bukan Ulangan

Matematika”

Hari ini kamis 30 Januari 2013, anak-

anak kelas V SD N Indong sangat

antusias. hari ini "Bukan Ulangan

Matametika" kataku sesuai janjiku.

Disini ada 3 level permainan. level 1,

Level 2, dan Level 3. mereka yang

bisa selesai lebih dahulu dari level 3

lah pemenangnya. setiap level

mereka harus melalui beragam

tantangan. Level 1 masih dapat

dikatakan mudah, mereka harus

mengubah bentuk pecahan ke

bentuk persen dan desimal, serta

sebaliknya. dapat terlihat beberapa

sudah mulai kewalahan, namun

begitu melihat salah satu teman

sudah menyelasaikan tantangan di

level 1 dan terus melaju ke level 2,

semua segera berusaha

menyelesaikan tantangan di level 1.

Persaingan semakin terlihat di level

2, beberapa siswa yang sudah

berada di level langsung

menghadapi tantangan

penjumlahan, pengurangan,

pembagian, dan perkalian pecahan.

level 2 memang harus sedikit lebih

sulit. Tengok kanan - tengok kiri pun

mulai terjadi, seperti nya mereka

khawatir kalau-kalau sudah ada yang

mencapai level 3. Nah di level 3 lebih

rumit lagi, karena selain operasi

matematika untuk pecahan, ternyata

juga ada gabungan dengan operasi

matematika gabungan antara

pecahan dengan desimal dan

persen. apalagi sudah banyak siswa

yang buku nya sudah hampir penuh

dengan corat-coret perhitungan.

Di akhir level, bukannya pusing dan

lelah mereka masih tetap semangat.

Haha begitulah Bukan Ulangan

Matematika kali ini. Setelah selesai

banyak yang berkata : "Pak, habis ini

apa?" aku pun menjawab "sekarang

kalian pii main dulu ke muka sana

kong" karena aku harus menyiapkan

pelajaran berikutnya yakni IPA. dan

tiba-tiba ada yang menjawab "Nanti

setelah ini Ulangan IPA lagi ya Pak!!!".

Kenapa mereka jadi sangat suka

ulangan??? Padahal ini kan Bukan

Ulangan Matematika. “Jadi, sudah

siap dengan Bukan Ulangan

lainnya???”

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 71: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

MINGGU PAGI DI LORONG TUN ISMAIL

Oleh: Iqbal Putut Ash Shidiq

GEOGRAFIANA

M eminjam judul sebuah film karya anak bangsa,

begitulah kira-kira penggambaran sebuah pro-

gram kerja yang kami (PPI UPM) lakukan pada setiap

akhir pekan. Wujud dari program ini adalah sebuah

kegiatan yang diberi nama Edukasi untuk Bangsa (EuB),

yang dilaksanakan setiap hari Minggu pagi, yang

bertempat di Sekolah Indonesia – Kuala Lumpur (SI-KL),

Lorong Tun Ismail, Kuala Lumpur.

Sebuah kegiatan pendidikan dan pengajaran yang

diperuntukan bagi siapa saja warga negara Indonesia,

khususnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di

Malaysia.

Berangkat dari fakta bahwa TKI di Malaysia merupakan

salah satu penyumbang terbanyak jumlah warga

negara Indonesia di luar negeri. Namun dari jumlah

tersebut sebagian besar belum memiliki kemampuan

serta kualitas yang baik untuk bersaing dengan tenaga

kerja dari negara lain. Dibandingkan dengan tenaga

kerja asal Filipina misalnya, tenaga kerja asal Indonesia

masih kalah dalam hal kemampuan berbahasa Inggris.

Kemampuan lain seperti penguasaan komputer juga

sangat minim. Hal ini juga yang terkadang

menyebabkan buruknya perlakuan terhadap TKI di

Malaysia.

Kondisi tersebut menjadi dasar terbentuknya sebuah

kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan

kemampuan TKI di Malaysia. Adalah N. Aulia Badar,

Kepala LKBN Antara biro Kuala Lumpur yang

mempunyai inisiatif untuk menyelenggarakan kegiatan

tersebut. “Hati saya terpanggil dengan keadaan yang

demikian menyedihkan. “Sebagai orang media, saya

mengetahui betapa sulitnya kehidupan para TKI di

Malaysia yang tidak dibekali dengan kemampuan yang

kompetitif!”, ujarnya. Berbekal semangat tersebut,

Pelatihan Bahasa Inggris dan Komputer untuk TKI lahir

dan dimulai pada bulan Juli 2011, dengan meminjam

tempat di salah satu restoran Indonesia di Pasar Seni,

Kuala Lumpur (http://www.edukasiuntukbangsa.org/tentang-eub/

cerita-singkat-eub).

Sebuah kegiatan sederhana tapi sarat makna. Sebanyak

sekitar 34 orang bergabung sebagai peserta pada

penyelenggaraan yang pertama dari kegiatan ini.

Kegiatan ini berkembang seiring dengan peningkatan

kualitas pengajaran dan pengorganisasian di dalamnya.

Pada penyelenggaraan yang kedua jumlah peserta

bertambah menjadi 58 orang.

Gelombang Nama

Kegiatan

Jumlah

Peserta

Waktu

Pelaksanaan Lokasi

I Pelatihan

Bahasa

Inggris dan

Komputer

untuk TKI

34 Juli 2011 Es Teler

77,

Pasar

Seni II 58

September

2011

III

Edukasi

untuk

Bangsa

(tidak ada data)

November

2012

SIKL IV

(tidak ada data)

April 2013

V 78 September

2013

VI 106 Maret 2014

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 72: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Kegiatan pelatihan tersebut berubah nama menjadi

“Edukasi untuk Bangsa” dan berpindah tempat ke SI-

KL pada September 2011, bersamaan dengan

penyelenggaraannya yang ketiga. Tahun 2014 EuB

akan membuka kelas ke enam dan jumlah peserta

yang telah mendaftar hingga saat ini adalah

sebanyak 106 orang.

Kegiatan utama yang dilakukan di dalam EuB adalah

pendidikan dan pengajaran bahasa Inggris dan

Komputer. Untuk menyesuaikan dengan kemampuan

peserta EuB, masing-masing kelas mempunyai

tingkatan yang berbeda-beda. Kelas bahasa Inggris

terdiri dari tiga tingkatan, yaitu pre-beginner,

beginner, dan upper beginner, sedangkan kelas

komputer hanya memiliki dua tingkatan, yaitu

beginner dan upper beginner. Materi yang diberikan

pada kelas bahasa Inggris adalah terkait dengan

kehidupan sehari-hari seperti tata cara berkomunikasi

di telepon, percakapan di sekolah, mengenal nama-

nama benda di lingkungan sekitar, dsb. Sedangkan

materi komputer yang diberikan adalah mengenai

pengetahuan dasar program seperti Word, Excel,

Powerpoint, serta internet.

Para pengajar dan tutor yang terlibat dalam kegiatan

ini berasal dari berbagai macam latarbelakang, mulai

dari ekspatriat, ibu rumah tangga, hingga mahasiswa

yang tengah berada di Malaysia. PPI-UPM mulai aktif

terlibat dalam kegiatan ini sejak penyelenggaran EuB

yang ke-empat. Keterlibatan PPI-UPM dalam EuB

adalah sebagai tutor dan koordinator terutama untuk

kelas komputer tingkat beginner. Beberapa kampus

lain yang juga turut terlibat dalam kegiatan EuB

antara lain IIUM, UM, UKM, serta Taylor University.IPA

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 73: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

BERBURU KULINER DI NEGERI JIRAN Oleh: Adi Wibowo

JALAN-JALAN

K ehidupan para pencari makanan di negeri orang

pasti punya ceritanya masing-masing. Jauh dari

keluarga, lupa belanja atau alasan kangen Indonesia

menjadi alasan klasik pembenaran untuk terpaksa

makan di luar rumah daripada masak sendiri. Intinya

tetap, makan-makan menjadi kebutuhan untuk sosial-

isasi atau sekedar melihat sisi lain di negeri orang.

Teh Botol Sosro (TBS) rasanya mungkin biasa saja, tetapi

di tempat yang jauh dari asalnya, rasanya menjadi

otentik khas Indonesia. TBS terkadang dicari-cari sampai

ke Chow Kit yakni tempat “kongkownya” orang

Indonesia di sekitar Kuala Lumpur. Ternyata di Selangor,

tepatnya di Kajang ternyata ada juga restoran asli

Indonesia yang menyajikan menu khas makanan Jawa.

Namanya restoran Sunan Drajat. Suasana restorannya

cukup mengobati rasa kangen Indonesia, selain teh juga

ada krupuk. Kalau penikmat kuliner tahu istilah “Ikan P”

yang biasanya disajikan terutama di pesisir Jawa Tengah

dan Jawa Timur. Pasti para penikmat kuliner tahu betul

rasa dari ikan yang satu ini atau lebih dikenal Ikan Pari. Di

restoran ini menu ikan tersebut disajikan dalam masakan

“Mangut Pari”, selain dimangut ikan ini juga lezat

dimasak sup yakni Sup Ikan Pari. Dulu pernah juga

menikmati Sup Ikan Pari Kota Pahlawan, Surabaya.

Saking besarnya ikan ini satu mangkok yang berisi dua,

akhirnya satu ikan bisa dibawa pulang ke rumah,

lumayan.

Mau makan gado-gado? Jangan khawatir, kita bisa

menikmati makanan khas ini di Berjaya Time Square,

tepatnya di foodcourt lantai 3. Jika ingin berbenja di Low

Yat menggunakan monorail maka, Berjaya Time Square

berseberangan dengan Low Yat (tempat membeli

perlengkapan computer). Yang menarik gado-gado ini

rasanya mirip terutama racikan bumbu kacangnya cukup

enak, dengan modifikasi tambahan bukan kerupuk yang

disajikan adalah emping melinjo. Selain gado-gado

menu Indonesia lainnya cukup banyak tesedia di sini

seperti ayam penyet dan pecel lele. Lumayan juga

kangen Indonesia bisa terbayar dengan baik.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 74: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

Selain makanan khas Indonesia, ada juga makanan

lain yang cukup unik Mie Tarik. Ciri khas Mie Tarik ini

adalah pemilik dan pembuat Mie Tarik adalah

Muslim Keturunan China mainland. Uniknya Mie

Tarik adalah orisinil dan langsung dibuat dari

adonan tepung. Jadi tanpa pengawet dan pasti

sehat.

Selain makan di resto ini juga menyajikan minuman

cukup unik, ada teh hijau, ada Bao Bao Tea, dan air

longan. Rasanya panas atau dingin, tergantung

selera pembeli. Harganya juga trejangkau.

Selain makanan yang unik, maka proses pembuatan

yang alami bisa dilihat dengan mudah, mulai dari

masih menajdi gulungan tepung kemudian diputar,

dikerjakan sedemikian rupa, sehingga akhirnya

terpsiah-pisah menjadi potongan-potongan mie

kecil-kecil yang siap dimasak baik dengan kuah (atau

disrebus) juga bisa digoreng.

Semoga tulisan ini bisa menjadi referensi kuliner

yang ada di Kuala Lumpur, Selangor dan sekitarnya

dan bisa mengetahui dimana para pendekar-

pendekar ini mencari kehidupan yang lebih layak

dan selalu tegar demi kesejahteraan keluarganya di

negara asalnya.

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 75: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...

MAJALAH GEOSPASIAL MENGUCAPKAN SELAMAT KEPADA

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2)

DEPARTEMEN GEOGRAFI FMIPA UI

YANG TELAH MENDAPATKAN AKREDITASI “A”

DARI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI

(BAN-PT)

Volume 12 / No. 1 / April 2014

Page 76: Salam hangat para pembaca Geospasial, · PDF filemuncul masa kejayaan Cina. Pada kelompok pertama ... perkembangan kemunculan dunia modern Barat, (ii) Jepang dengan keBaratannya, ...